Disusun oleh :
Angela Benedictin Sunny
TA 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Bernafas merupakan salah satu proses vital yang dialami oleh semua
mahkluk hidup agar bisa bertahan hidup. Pernafasan adalah proses pemasukkan
udara dari luar ke dalam tubuh kemudian dikeluarkan sisa udaranya dari dalam ke
luar tubuh. Pernafasan sangat penting karena dengan adanya proses ini, kebutuhan
oksigen mahkluk hidup bisa tercukupi. Secara kompleks, respirasi merupakan
suatu proses pembakaran senyawa organik di dalam sel untuk menhasilkan energi
yang kelak dimanfaatkan untuk metabolisme mahkluk hidup. Selain menghasilkan
energi, respirasi jugamenghasilkan karbondioksida dan uap air yang akan
dikeluarkan dari dalam tubuhmelalui proses bernapas.
TINJAUAN PUSTAKA
Pertukaran gas antara atmosfer, darah, sel-sel disebut respirasi. Tiga proses
dasar terlibat dalam respirasi yaitu, pertama ventilasi paru atau bernapas, adalah
inspirasi dan ekspirasi udara antara atmosfer dengan paru-paru. Proses kedua dan
ketigaa melibatkan pertukaran gas di dalam tubuh. Respirasi eksternal dan
respirasi paru adalah pertukaran gas antar paru-paru dan darah. Respirasi saringan
adalah pertukaran gas antara darah dan sel-sel tubuh (Soenaryo, 1999).
Respirasi bertujuan untuk menghasilkan energi. Energi hasil respirasi
tersebut gunanya untuk aktivitas hidup, seperti mengatur suhu tubuh, pergerakan,
pertumbuhan dan reproduksi. Respirasi bisa dibagi menjadi respirasi internal dan
respirasi eksternal, respirasi internal adalah proses pemecahan makanan untuk
menghasilkan energi yang terjadi didalam sel tubuh, sedangkan respirasi eksternal
adalah proses menghirup udara dari lingkungan dan menukar oksigen yang
dihirup dengan karbon dioksida didalam paru-paru. Respirasi eskternal terjadi
antara sistem pernafasan tubuh dan mahkluk hidup, sementara pertukaran gasnya
terjadi dalam alveolus paru-paru. Sedangkan respirasi internal terjadi didalam sel
tubuh, dan pertukaran gasnya terjadi dalam mitokondria.
BAB III
LAPORAN PENGAMARAN
3.1 Tujuan
Mengamati dan mengetahui perbandingan usia serta ukuran hewan yang berupa
jangkrik dan pengaruhnya pada kebutuhan oksigennya.
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan untuk percobaan pada kali ini;
a) Respirator sederhana
b) Pipet tetes
c) Kristal NaOH
d) Metil merah
e) Vaseline
f) Kertas tisu
g) Serangga (Jangkrik)
Dari data atas, dapat diketahui jangkrik yang berada pada fase nimfa memiliki
rata-rata respirasi yang lebih kecil daripada jangkrik yang berada pada fase imago.
Pada percobaan ini digunakan NaOH, fungsi NaOH/KOH pada percobaan seperti
ini adalah sebagai pengikat CO2 yang merupakan hasil dari proses respirasi, jadi
pergerakan metil merah di sepanjang pipa respirometer murni karena pemakaian
oksigen oleh serangganya.
Bisa dilihat reaksi yang terjadi antara KOH dengan CO2 adalah sebagai berikut :
KOH + CO2 -> K2CO3+ H2O
Demikian juga dengan NaOH, NaOH juga dapat bereaksi dengan CO2 membentuk
Na2CO3 dengan reaksi : NaOH + CO2 -> Na2CO3 + H2O
Apabila tidak dimasuki NaOH/KOH maka tekanan parsial gas dalam tabun
respirometer bersifat tetap dan metil merah tidak mengalami pergerakan.
Akibatnya volume oksigen yang dihirup serangga tidak bisa diukur.
Di bagian persambungan tabung respirometer dengan pipanya dioleskan vaselin
supaya pada bagian tersebut benar-benar merapat sehingga tidak ada udara yang
keluar dari tabung tersebut. Sebab, dengan tidak ada udara yang keluar barulah
metil merah bisa mengalami pergerakan yang berupa hasil dari penyusutan.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, pada jangkrik ke-1 yang berada
pada fase nimfa memiliki total jumlah pernapasan udara 0,077 mL dalam 10
menit dengan rata-ratanya 0,02675 mL/menit. Pada jangkrik ke-2, jangkrk
memiliki total jumlah pernapasan 0,28 mL dalam 10 menit dengan rata-rata
respirasinya 0,0575 mL/menit. Jangkrik ke-1 yang berada pada fase nimfa
memiliki ukuran yang lebih kecil daripada jangkrik ke-2 yang berada pada fase
imago. Jadi, bisa dilihat dari percobaan ini ukuran tubuh serta usia serangga
memiliki pengaruh pada kebutuhan oksigen jangkrik dengan aturannya semakin
tua dan besar jangkrik tersebut, semakin tinggi pula kebutuhan oksigennya namun
semakin muda dan kecil jangkrik tersebut, semakin rendah kebutuhan oksigennya.
Terlepas dari percobaan ini, ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
oksigen suatu serangga yaitu;
a) Kadar O2, semakin rendah kadar oksigen maka semakin cepat frekuensi
pernafasan pada suatu mahkluk hidup sebagai kompensasi untuk
pengambilan oksigen yang mencukupi.
b) Aktivitas, mahkluk hidup yang beraktivitas berat seperti berlari,
berlompat, dan sebagainya memiliki kebutuhan oksigen yang lebih tinggi
untuk memenuhi energi yang terkuras akibat dari aktivitas berat.
c) Keadaan mental, mahkluk hidup dalam keadaan stress cenderung
meningkat kebutuhan oksigennya, hal ini bisa tejadi karena respon dari
fight or flight. Peningkatan oksigen dibutuhkan untuk menambah
kesadaran mahkluk hidup akan lingkungannya yang berpotensi bahaya
baginya.
d) Berat tubuh, semakin berat tubuh suatu mahkluk hidup, maka semakin
banyak oksigen yang dibutuhkan dan semakin cepat proses respirasinya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Saran
Saran-saran saya sebagai pengamat pada percobaan pada kali ini untuk pengamat
lainnya adalah,
1) Sebaiknya jangkrik yang digunakan dalam percobaan diperbanyak dengan
variasi yang lebih berbeda supaya perbedaan pernafasan antara satu
jangkrik dengan lain lebih tervariasi.
2) Sebaiknya setelah memasukkan jangkrik ke dalam tabung respirometer,
diberi jeda sebelum dilakukan percobaan karena bisa jadi jangkrik
mengalami stress dan berpengaruh pada pernafasannya yang menjadikan
hasilnya tidak murni dari faktor usia dan ukuran jangkrik tersebut.
4.2 Kesimpulan
Jadi, berdasarkan percobaan yang telah dilaksanakan dengan jangkrik sebagai
hewan uji coba, telah dibuktikan bahwa semakin tua dan besar suatu jangkrik
maka kebutuhan oksigennya semakin besar pula sementara semakin muda dan
kecil jangkrik itu maka kebutuhan oksigennya semakin kecil pula. Dapat ditarik
juga bahwa NaOH berlaku menjadi salah satu bahan yang efisien dalam
pengukuran pernafasan jangkrik sebab sifatnya sebagai pengikat CO2, tanpa
adanya NaOH maka metil merah tidak mungkin mengalami pergerakan akibat
menetapnya tekanan parsial pada tabung respirometer. Tidak bahan-bahan itu saja,
vaselin juga berperan dalam penutupan celah-celah di bagian persambungan
antara tabung dengan pipa respirometer.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/39681112/
LAPORAN_PRAKTIKUM_BIOLOGI_RESPIRASI_TUMBUHAN_SERANGG
A_Disusun_oleh_Kelompok_2_XI_MIPA_3_SMA_NEGERI_2_KLATEN
https://www.academia.edu/37920235/
_BIOLOGI_Laporan_Sistem_Pernapasan_Jangkrik
https://roboguru.ruangguru.com/question/bahan-yang-dapat-digu