Anda di halaman 1dari 10

RESPIRASI HEWAN AIR

Oleh :

Nama : Destia Hasanah


NIM : B1A017007
Rombongan : A1
Kelompok :3
Asisten : Ainani Priza Minhalina

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Respirasi adalah proses oksigen dimasukkan dari luar dan digunakan untuk
proses respirasi guna memperoleh energi dan selanjutnya sisa respirasi berupa gas
karbon dioksida (CO2) dikeluarkan melalui proses pernafasan. Energi hasil respirasi
tersebut sangat diperlukan untuk aktivitas hidup, seperti mengatur suhu tubuh,
pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. proses pernafasan oksigen dimasukkan
dari luar dan oksigen tersebut digunakan untuk proses respirasi guna memperoleh
energi dan selanjutnya sisa respirasi berupa gas karbon dioksida (CO2) dikeluarkan
melalui proses pernafasan (Bakri et al., 2017). Oksigen merupakan bahan
pernafasan yang dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Ikan
mengkonsumsi oksigen terlarut untuk menghasilkan energi melalui oksidasi lemak
dan gula (Ville et al., 1988).
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai
oleh tubuh per satuan waktu. Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi
karena respirasi merupakan proses ekstraksi energi dari molekul makanan yang
bergantung pada adanya oksigen Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan
mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu.
(Putra, 2015).
Organ yang berperan dalam respirasi pada ikan adalah insang. Respirasi pada
ikan berhubungan dengan luas permukaan organ respirasi, darah, dan kemampuan
dari organisme untuk mendeteksi pengurangan oksigen pada lingkungan dan upaya
penyesuaian fisiologis untuk mengimbangi kekurangan oksigen. Respirasi berkaitan
erat dengan laju metabolisme karena respirasi merupakan proses ekstraksi energi
dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen (Tobin, 2005).

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum Respirasi Hewan Air adalah
1. Mengukur konsumsi oksigen organisme air dengan cara titrasi (metode Winkler)
ataupun dengan alat DO meter.
2. Mengukur respon metabolik hewan air terkait dengan bobot tubuh serta
perubahan lingkungan atau stres.

II. MATERI DAN CARA KERJA


A. Materi

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan air tawar, Nilem
(Osteochilus vittatus), Nila (Oreochromis niloticus), KOH-KI, H2SO4, Na2S2O3,
MnSO4, dan reagen amilum.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini aerator, timbangan teknikal,
respirometer, tabung erlenmeyer, botol Winkler, buret, statif, gelas ukur, spuit,
pipet, dan gelas beker.

B. Cara Kerja
1. Respirometer dinyalakan, pompa air dibiarkan selama 15 menit.
Vrespirometer  B = 9.175 mL
K = 5.464 mL
2. Bobot dan volume ikan diukur. Rumus :
Vikan = Vrespirometer – Vikan
3. Ikan dimasukkan ke dalam respirometer bagian samping, dipastikan tidak ada
gelembung udara .
4. Sampel air diambil lalu dimasukkan ke dalam botol Winkler (250 mL).
5. Larutan ditambahkan: 1 mL MnSO4, 1 mL larutan KOH-KI, dan 1 mL H2SO4.
6. Larutan diambil sebanyak 100 mL kedalam erlenmeyer lalu ditetesi amilum
sebanyak 2-3 tetes.
7. Titrasi dilakukan dengan larutan Na2S2O3.
8. Setelah 15 menit, air sampel diambil kembali dengan botol winkler (250 mL).
9. Dilakukan titrasi terakhir.
Konsumsi O2 dihitung dengan rumus : VO2 = (cO2i – cO2f) x V x H-1 x W-1

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

Tabel 3.1. Pengukuran Laju Konsumsi Oksigen

Volume Berat cO2i cO2f VO2


No. Ikan H (jam)
(mL) (g) (mg/L) (mg/L) (mg/L/jam)

1. Nila besar 0,25 130 123 4,1 3,2 2,60496


2. Nila kecil 0,25 5,432 28 7 5,4 1,24
3. Nila besar 0,25 9,035 129 7 4 0,840
4. Nila kecil 0,25 5,440 31 4,6 4,2 0,27

Perhitungan kelompok 3

Oksigen terlarut awal

Larutan Na2S2O3 yang terpakai (p) = 3,5 mL

Normalitas Na2S2O3 (q) = 0,025

Berat molekul oksigen = 8

1000
Ota (cO2i ) = xpxqx8
100

1000
= x 3,5 x 0,025 x8
100
= 7 mg/mL

Oksigen terlarut akhir

Larutan Na2S2O3 yang terpakai (p) = 2 mL

Normalitas Na2S2O3 (q) = 0,025

Berat molekul oksigen = 8

1000
Otak (cO2f) = xpxqx8
100

1000
= x 2 x 0,025 x8
100
= 4 mg/mL
Konsumsi oksigen
Oksigen terlarut awal (cO2i ) = 7 mg/mL
Oksigen terlarut akhir (cO2f) = 4 mg/mL
Berat ikan (W) = 123 gram
Waktu pengukuran oksigen awal dan akhir (H) = 0,25 jam

Volume tabung setelah dikurangi volume ikan (V) = Vrespirometer – Vikan = 9,035mL

Konsumsi oksigen (VO2) = (cO2i – cO2f) x V x H-1 x W-1

= (7 – 4) x 9,035 x 0.25-1 x 70-1

= 0,84 mg/L/jam
B. Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapat hasil konsumsi oksigen ikan


nilem besar kelompok 3, yaitu oksigen terlarut awal sebesar 7 mg/L, oksigen terlarut
akhir sebesar 4 mg/L, bobot ikan nilem besar yaitu 129g, volume tabung setelah
dikurangi volume ikan sebesar 9,033 L, selang waktu yang digunakan 0,25jam
sehingga didapat konsumsi oksigen sebesar 0,840 mg/g/jam. Jika dibandingkan
dengan tingkat konsumsi oksigen ikan nilem kecil kelompok 2 yang bernilai 1,24
mg/g/jam menunjukkan adanya sedikit kenaikan tingkat konsumsi oksigen. Hal ini
sesuai dengan pustaka yang menyatakan bahwa semakin berat bobot ikan maka
konsumsi oksigen akan semakin berkurang, hal ini disebabkan karena apabila ikan
yang memiliki bobot tubuh lebih ringan akan lebih sering aktif bergerak sehingga
konsumsi oksigennya akan semakin bertambah.konsumsi oksigen. Konsumsi
oksigen pada ikan berbanding terbalik dengan berat tubuh ikan dan volume ikan
(Yuwono, 2001).
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai
oleh tubuh per satuan waktu. Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi
karena respirasi merupakan proses ekstraksi energi dari molekul makanan yang
bergantung pada adanya oksigen. Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan
mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu.
Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen
(dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui
jumlahnya juga. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam
bentuk laju konsumsi oksigen. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi
oksigen antara lain temperatur, spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas. Laju
metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan proses
ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen. Laju
metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang
dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena
oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui
untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya juga. Akan tetapi, laju
metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen
(Putra, 2015). Tingkat metabolisme hewan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
tingkat aktivitas, keadaan fisiologis, ukuran tubuh, suhu, asupan makanan dan
anabolisme. Tingkat metaboolisme dapat bervariasi, hingga 10 kali lipat pada hewan
ektotermik (Chabot et al., 2016).
Menurut Terdapat tiga metode untuk mengukur metabolisme, yaitu metode
pertama dengan menghitung selisih antara nilai energi dari semua makanan yang
masuk kedalam tubuh hewan dan semua ekskresi terutama urin dan feses. Cara ini
hanya akurat digunakan untuk digunakan bila tidak terjadi perubahan komposisi
tubuh hewan. Metode kedua adalah dengan menghitung produksi panas total pada
organisme. Metode ini akurat dalam memberikan informasi tentang bahan bakar
yang digunakan. Organisme yang diukur dimasukkan dalam kalorimeter. Metode
ketiga adalah dengan menghitung jumlah oksigen yang digunakan oleh organisme
untuk proses oksidasi dan jumlah konsumsi oksigen. Cara ini paling banyak
digunakan dan mudah dilaksanakan tetapi tentu saja tidak bisa digunakan untuk
organisme anaerob sebab meskipun konsumsi oksigen nol bukan berarti tidak
terdapat metabolisme dalam tubuh organisme tersebut (Richard & Gordan, 1989).
Ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak menghasilkan panas
tubuh sehingga suhu tubuhnya tergantung atau menyesuaikan diri pada suhu
lingkungan sekelilingnya. Ikan mempunyai derajat toleransi terhadap suhu dengan
kisaran tertentu yang sangat berperan bagi pertumbuhan inkubasi telur,konversi
pakan dan resistensi terhadap penyakit. Ikan akan mengalami stress manakala
terpapar pada suhu diluar kisaran yang dapat ditoleransi. Lingkungan perairan,
faktor fisik, kimiawi, dan biologis berperan dalam pengaturan homeostatis yang
diperlukan bagi pertumbuhan dan reproduksi ikan. Perubahan-perubahan faktor
tersebut hingga batas tertentu dapat menyebabkan stress dan timbulnya penyakit
ikan adalah hewan air yang mengkonsumsi oksigen terlarut dalam air. Konsumsi
oksigen oleh ikan dapat menjadi sumber energi untuk melakukan metabolisme
aerobik. Jika terjadi perubahan konsumsi oksigen dari biasanya maka terjadi
perubahan pula pada laju metabolismenya (Yuwono, 2001).
Metode Winkler menggunakan sampel air yang dimasukkan dalam
Erlenmeyer ditambah larutan MnSO4 sebanyak 1 mL dan larutan KOH-KI
sebanyak 1 mL, sampai larutan berwarna kuning. MnSO4 berfungsi untuk mengikat
O2, sedangkan KOH-KI berfungsi untuk mengikat unsur selain oksigen. Campuran
larutan itu kemudian dikocok agar homogen dan didiamkan sehingga muncul
endapan. Endapan tersebut ditunggu sampai turun ke dasar erlenmeyer, setelah itu
ditambahkan larutan H2SO4 sebanyak 1 mL untuk menghilangkan endapan dan
untuk memecah ikatan yang terjadi karena pengaruh dari larutan KOH-KI dan
MnSO4. Campuran tersebut dikocok sampai endapan menghilang (menjadi jernih)
baru ditambahkan amilum sebanyak 2-3 tetes sehingga warnanya berubah menjadi
biru tua. Amilum berfungsi sebagai indikator O2. Campuran yang berwarna biru tua
tersebut dititrasi dengan Na2S2O3, sampai tidak berwarna (jernih). Banyaknya
Na2S2O3 pada titrasi sampai campuran berwarna jernih dihitung, itulah yang akan
digunakan untuk menghitung besarnya VO2 (Zonneveld, 1991). Metode Winkler
dilakukan dua kali untuk mendapatkan nilai rata-ratanya. Kemudian dimasukkan ke
dalam rumus kandungan O2 terlarut (Alaerts 1987).
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain
temperatur, ukuran badan, dan aktivitas. Jika dihitung per unit berat badan, maka
pengaruh suhu dan salinitas terhadap respon fisiologi individu kecil lebih banyak
menggunakan oksigen dibanding besar (Winanto et al., 2009). Semakin tinggi
aktivitas hewan air maka semakin tinggi pula kebutuhan atas konsumsi oksigennya.
Konsumsi oksigen pada tiap organisme berbeda-beda tergantung pada aktivitas,
jenis kelamin, ukuran tubuh, temperatur, dan hormon (Djuhanda, 1981). Suhu
merupakan faktor penting yang mempengaruhi respirasi. Meningkatnya suhu akan
meningkatkan laju metabolisme, sehingga permintaan oksigen pada jaringan
meningkat pula (Putra, 2015). Organisme poikiloterm juga merespon perubahan
suhu, di mana dengan meningkatnya suhu akan meningkatkan konsumsi oksigen
(Nikinmaa, 2013).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:


1. Dengan cara titrasi (metode Winkler), diketahui konsumsi oksigen nila besar
kelompok 1 sebanyak 2,80496 mg/g/jam, sedangkan ikan nila kecil kelompok 2
sebesar 1.24 mg/g/jam. Sementara itu, konsumsi oksigen ikan nila besar kelompok
3 adalah 0,84 mg/g/jam dan ikan nila kecil kelompok 4 adalah 0,27 mg/g/jam.
2. Hasil pengamatan pada ikan nila sesuai dengan teori bahwa semakin kecil bobot
tubuh, laju konsumsi oksigen semakin besar karena meningkatnya metabolisme
akibat tingginya aktivitas tubuh. Namun hasil tidak demikian, karena bisa jadi
diakibatkan oleh ikan yang mengalami stres di lingkungan akuarium sehingga
dibutuhkan banyak energi untuk beradaptasi, sehingga laju metabolisme dan laju
konsumsi oksigen bertambah.
DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G., & Santika, S. S., 1987. Metode Penelitian Air. Surabaya: Badan Usaha
Nasional.

Bakri, A., Mohammad, K., & Endang, P., 2017. Alternatif Bahan Pembungkus Kalium
Hidroksida (KOH) dalam Penyerapan O2 dalam Percobaan Respirasi. Jurnal
Penelitian Sains, 19(1), pp. 17-22.

Chabot, D., Steffensen, J. F., & Farrell, A. P., 2016. The determination of standard
metabolic rate in fishes. Journal of Fish Biology, 88(1), 81–121.

Djuhanda, T., 1981. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata.Bandung: Armico.

Nikinmaa, M., 2013. Climate Change and Ocean Acidification-Interaction with Aquatic
Toxicology. Aquatic Toxicology, 126, pp. 365-372.

Putra, A.N., 2015. Laju Metabolisme pada Ikan Nila Berdasarkan Pengukuran Tingkat
Konsumsi Oksigen. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 5(1), pp: 13-18.

Richard, W. H., & Gordan., 1989. Animal Physiology. New York: Harper-Collins
Publisher.

Tobin, A. J., 2005. Asking about Life. Canada: Thomson Brooks/Cole.

Ville, C. A, Walker, W. F., & Barnes, R. D., 1988. Zoologi Umum. Jakarta: Erlangga.

Winanto, T., Dedi, S., Ridwan, A., & Harpasis, S. S., 2009. Pengaruh Suhu dan
Salinitas Terhadap Respon Fisiologi Larva Tiram Mutiara Pinctada maxima
(Jameson). Jurnal Biologi Indonesia, 6(1), pp. 51-69.

Yuwono, E., 2001. Fisiologi Hewan I. Purwokerto: Fakultas Biologi UNSOED.

Zonneveld, N. Z., Hulsman, & Boon, J., 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai