Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM HEWAN AKUATIK

SUBLABORATORIUM HIDROBIOLOGI
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA

LEMBAR KERJA MAHASISWA (LKM)

NAMA : Innayah Sarinastiti


Nilai :
NIM : 19/439278/PN/15940
PRODI : MSA

HARI, TANGGAL : Jum’at, 27 Maret 2020

ASISTEN : Syafira Ramadhani, Dalu Sabdo, Luluk S ( )

A. ACARA
Respirasi Hewan Akuatik (laju konsumsi oksigen dan DO kritis)

B. TUJUAN
- Membandingkan laju konsumsi oksigen pada beberapa spesies ikan
- Mengetahui dan mempelajari laju konsumsi oksigen pada beberapa spesies ikan
- Mengetahui cara pengukuran DO kritis
- Mempelajari dan membandingkan DO kritis pada beberapa spesies ikan

C. TINJAUAN PUSTAKA
Proses peningkatan oksigen dan pengeluaran karbondioksida oleh darah melalui
permukaan alat pernafasan organisme dengan lingkungannya dinamakan pernafasan
(respirasi). Sistem organ yang berperan pada ikan dalam hal ini adalah insang. Oksigen
merupakan bahan pernafasan yang dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi
metabolisme (Triastuti et.al,. 2009).
Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen
yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena
oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk
menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya juga. Akan tetapi, laju metabolisme
biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen (Tobin 2005 dalam
Putra, 2015).
Oksigen terlarut (dissolved oxygen) dapat berasal dari proses fotosintesis
tanaman air dan dari udara yang masuk ke dalam air dengan kecepatan terbatas.
Kehidupan makhluk hidup di dalam air sangat bergantung dari kemampuan air untuk
mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupan
makhluk hidup tersebut. Konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu rendah akan
mengakibatkan ikan dan binatang air lainnya serta tanaman air yang membutuhkan
oksigen akan mati (Arief, 2014).

D. ALAT DAN BAHAN


a) Alat
Respirometer, timbangan, alat uji kimia kualitas air.
b) Bahan
Ikan nila, ikan mas, ikan bawal, ikan gurami, bahan uji kimia kualitas air

E. CARA KERJA
- Laju Konsumsi Oksigen

dimasukkan air 3/4


volume respirometer
massa ikan ditimbang bagian ke dalam
dihitung
respirometer

respirometer dialiri air DO awal dihitung (DO


sampai penuh (aliran air yang digunakan ikan dimasukkan ke
stabil dan tidak ada sebelum dimasukkan dalam respirometer
gelembung) ke alat)

dihitung debit air yang


dihitung DO akhir
keluar dari dihitung retention time
setelah retention time
respirometer

dihitung laju konsumsi


oksigen dengan rumus
- DO kritis

saluran masuk dan keluar DO diukur setelah ikan


respirometer ditutup menunjukkan gejala kematian

F. HASIL
Tabel 1. Hasil Pengamatan LKO – DO Kritis
Kelompok Ikan W(g) DO1 DO2 LKO Waktu
(mg o2/kg/jam) (menit)
1 Nila 86 6 1 97.07 1.55
2 Mas 63,35 6 1,4 87.13 2.40
3 Bawal 104,5 6 0,8 81.66 1.57
4 Gurami 68,82 6 3.4 75.56 1.36
5 Nila 78 6 1,5 138.46 1.20
6 Mas 67 6 1,1 80.24 2.55
7 Bawal 100 6 0,5 128.78 1.22
8 Gurami 65 6 3.6 70.89 1.40
9 Nila 80 6 1,3 144.62 1.18
10 Mas 65 6 1,3 81.19 2.51
G. PEMBAHASAN
Laju konsumsi oksigen (LKO) merupakan salah satu parameter fisiologis yang
dapat digunakan untuk menaksir laju metabolisme secara tidak langsung, yaitu dengan
mengukur oksigen yang digunakan dalam proses oksidasi. Laju metabolisme biasanya
diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per
satuan waktu (Yurisma et al., 2013). Dari tabel hasil perhitungan yang telah didapatkan,
kelompok 1 dengan jenis ikan nila nilai LKO nya 97.0 mg O 2/kg/jam, kelompok 2 jenis
ikan mas LKOnya 87.13 mg O2/kg/jam, kelompok 3 jenis ikan bawal dengan LKO 81.66
mg O2/kg/jam, kelompok 4 jenis ikan gurami nilai LKO nya 75.56 mg O 2/kg/jam.
Kelompok 5 menghitung jenis ikan yang sama dengan kelompok 1 yaitu ikan nila, namun
berat ikannya lebih kecil sehingga mendapatkan nilai LKO 138.46 mg O 2/kg/jam,
kelompok 6 dengan ikan mas tetapi beratnya lebih besar daripada kelompok 2
mendapatkan LKO 80.24 mg O2/kg/jam, kelompok 7 menghitung ikan bawal yang lebih
ringan dibanding kelompok 3 dan mendapatkan nilai LKO 128.28 mg O 2/kg/jam,
kelompok 8 jenis ikan gurami tetapi lebih ringan beratnya dibanding kelompok 4
mendapatkan nilai LKO 70.89 mg O 2/kg/jam, kelompok 9 menghitung ikan nila dan nilai
LKO nya 144.62 mg O2/kg/jam, yang terakhir kelompok 10 dengan ikan mas yang nilai
LKO nya 81.19 mg O2/kg/jam. Dari hasil tersebut, kebanyakan ikan nila yang paling
banyak memerlukan oksigen dilihat dari nilai LKO yang didapatkan paling tinggi
dibanding 3 jenis ikan lainnya. Kemudian ikan gurami nilai LKO nya lebih rendah
dibandingkan dengan 3 jenis ikan lainnya. Hasil praktikum ini menunjukkan nilai LKO
sangat dipengaruhi oleh berat ikan yang menunjukkan usia ikan. Dari hasil percobaan oleh
Adharini et al. (2016), nilai laju konsumsi ikan nila adalah 399.20 mg O2/kg/jam tanpa
pengaruh kontaminasi dan akan meningkat sebanding dengan meningkatnya dosis
kontaminasi. Dari hasil percobaan oleh Syamdidi (2006), total konsumsi oksigen ikan
gurami pada suhu 23,6oC sebesar 177,60 mg/kg ikan/jam dan terus menurun sebanding
dengan menurunnya suhu.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain
temperatur, spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas (Tobin 2005 dalam Putra, 2015).
Jika ukuran ikan semakin kecil maka semakin tinggi tingkat metabolismenya, sehingga
kebutuhan oksigennya juga semakin banyak. Sedangkan untuk usia ikan semakin muda
usianya makan metabolismenya akan semakin tinggi. Untuk temperatur, apabila semakin
tinggi temperatur dalam perairan, maka semakin tinggi pula oksigen yang dibutuhkan.
Kemudian yang terakhir adalah aktivitas, apabila semakin banyak aktivitas yang
dilakukan maka akan semakin tinggi pula oksigen yang dibutuhkan.
Beberapa manfaat mempelajari laju konsumsi oksigen dan DO kritis bagi
program studi manajemen sumberdaya akuatik salah satunya adalah untuk mempelajari
pola aktivitas fisik dan metabolisme spesies ikan supaya dapat dilakukan tranportasi atau
distribusi hidup ikan tersebut (Syamdidi et al., 2006). Kemudian juga dapat digunakan
untuk mengetahui informasi tentang kondisi suatu perairan. Sehingga dapat dilakukan
tindakan lebih lanjut dalam rangka menjaga ekosistem perairan tersebut (Malini et al.,
2016).
Ikan lele (Clarias batrachus) memiliki organ insang tambahan yang disebut
arborescent yang berwarna merah segar serta memungkinkan dapat mengambil oksigen
langsung dari udara, sehingga dapat hidup dalam air yang kandungan oksigennya sedikit.
Bukaan operkulum atau proses Ramjet Ventilation Clarias batrachus merupakan proses
penting dalam respirasi ikan karena proses tersebut adalah proses menelan air dengan
mulutnya dan menekannya melewati insang kemudian keluar melalui lubang di bawah
operkulum (Putra, 2014). Selain itu, ikan gurami Selain insang, gurami memiliki alat
pernapasan tambahan yaitu labyrinth yang memungkinkan ikan gurami dapat mengambil
oksigen dari udara bebas di luar permukaan air. Akibatnya, di habitatnya ikan gurami
secara periodik selalu muncul ke permukaan air untuk mengambil oksigen bebas
(Syamdidi et al,. 2006).
H. KESIMPULAN
- Praktikan dapat membandingkan laju konsumsi oksigen pada ikan nila, ikan bawal,
ikan mas dan ikan gurami
- Praktikan dapat mengetahui dan mempelajari laju konsumsi oksigen pada ikan nila,
ikan bawal, ikan mas dan ikan gurami
- Praktikan dapat mengetahui cara pengukuran DO kritis
- Praktikan dapat mempelajari dan membandingkan DO kritis pada ikan nila, ikan
bawal, ikan mas dan ikan gurami

I. SARAN
Lebih baik apabila praktikum perhitungan laju konsumsi oksigen ini
menggunakan satu faktor kesamaan. Misalnya, apabila menggunakan jenis ikan yang
berbeda maka berat antar ikan tersebut rata-rata sama atau apabila beratnya berbeda maka
lebih baik menggunakan satu jenis ikan yang sama.
J. DAFTAR PUSTAKA
Adharini, R.I., Suharno, S. and Hartiko, H., 2016. Pengaruh kontaminasi insektisida
profenofos terhadap fisiologis ikan nila merah (Oreochromis sp.). Jurnal
Manusia dan Lingkungan, 23(3): 365-373.
Arief, A. 2014. Pengaruh keberadaan bendung dan terjunan pada konsentrasi oksigen
dalam air. Jurnal Rekayasa Sipil 2(2): 154-166.
Malini, D.M dan R. Muliani. 2016. Konsumsi oksigen ikan pelagis di muara segara anak,
taman nasional alas purwo. Bioeksperimen 2(2): 111-118.
Putra, A. N. 2015. Laju Metabolisme Pada Ikan Nila Berdasarkan Pengukuran Tingkat
Konsumsi Oksigen. Jurnal Perikanan dan Kelautan 5(1), 13-18.
Putra, D.A. 2014. Ram Jet Ventilation, Perubahan Struktur Morfologi dan Gambaran
Mikroanatomi Insang Ikan Lele (Clarias batrachus) Akibat Paparan Limbah
Cair Pewarna Batik. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang. Skripsi.
Syamdidi, D. Ikasari dan S. Wibowo. 2006. Studi sifat fisiologi ikan gurami (Osphronemus
gourami) pada suhu rendah untuk pengembangan teknologi transportasi ikan
hidup. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan 1(1): 75-83.
Triastuti, J., Sulmartiwi, L., dan Dhamayanti, Y. 2009. Ichtyologi. Surabaya: Universitas
Airlangga.
Yurisma, E. H., N. Abdulgani dan G. Mahasri. 2013. Pengaruh Salinitas yang Berbeda
terhadap Laju Konsumsi Oksigen Ikan Gurame (Osprhonemus gouramy) Skala
Laboratorium. Jurnal Sains Dan Seni 1(1): 1- 4.

Anda mungkin juga menyukai