Anda di halaman 1dari 6

1.

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem respirasi berperan untuk menukar udara kepermukaan dalam paru – paru.
Udara masuk dan menetap dalam system pernafasan dan masuk dalam pernafasan otot
sehingga trakea dapat melakukan penyaringan, penghangatan dan melembabkan udara yang
masuk juga melindungi permukaan organ yang lembut. Pernafasan merupakan pertukaran O2
dan CO2 antara sel – sel tubuh serta lingkungan. Penghisapan udara ke dalam tubuh disebut
inspirasi dan menghembuskan udara keluar tubuh disebut proses ekspirasi. Inspirasi terjadi
bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari nervus pernikus lalu mengkerut datar.
Saat ekspirasi otot akan kendor lagi dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali
maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan
antara rongga pleura dan paru – paru (Setiadi, 2007).

Paru memiliki fungsi yang sangat esensial. Fungsi pertama terkait dengan fungsi
ventilasi-perfusi yang mengantarkan oksigen ke seluruh tubuh dan mengeluarkan karbon
dioksida yang dihasilkan dari proses metabolisme. Fungsi kedua yaitu perlindungan tubuh
terhadap patogen airborne, zat kimia dan partikel lainnya. Fungsi penting ini dibantu oleh
struktur makro, histologi dan faktor ultrastruktur lainnya pada pertukaran gas respirasi yang
dijumpai pada paru yang sehat. (Broaddus et al., 2016)

Fungsi paru yang kedua mencakup pembentukan surfaktan, sekresi dan daur ulang
serta mukosiliar clearance, neuroendocrine signaling, sintesa dan sekresi oleh sel epitel dan
endotel. Beragam fungsi paru yang kedua ini menekankan pentingnya paru dalam proses
homeostasis tubuh. Proses pertukaran gas berhubungan erat dengan ventilasi dan aliran darah.
(Maulanza, 2021).

Sistem pernafasan akan menurun diketahui dari kapasitas vital, yaitu setelah
menginjak usia 40 tahun. Kapasitas vital yang paling tinggi didapatkan pada usia 20-30 tahun.
Kemudian setelah menginjak usia 60 tahun makin berkurang. Penurunan fungsi pernafasan
tersebut akan terus terjadi kecuali kita melakukan hal hal untuk menjaga agar fungsi
pernafasan tersebut tetap dalam kondisi yang baik, diantaranya dengan melakukan olahraga
aerobik seperti basket, sepakbola, voli, renang, dayung, lari jarak jauh dan tenis yang
menuntut asupan oksigen yang cukup banyak, sehingga apabila dilakukan secara teratur,
sistematik dan berkesinambungan akan dapat meningkatkan kemampuan fisik secara nyata,
khususnya fungsi pernafasan (Warganegara, 2016).

Sistem pernafasan memiliki peran sangat penting mempengaruhi aktivitas dan


kehidupan. Pernafasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen
ke dalam tubuh serta menghembuskan udara mengandung karbondioksida sebagai sisa dari
oksidasi ke luar tubuh. Fungsi dari pernafasan adalah menjamin ketersediaan oksigen bagi
kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh serta mengeluarkan karbondioksida hasil
metabolisme sel. Secara garis besar pernafasan dibagi menjadi 2 yaitu pernafasan dalam
(Internal) dan pernafasan luar (eksternal). Sedangkan saluran pernafasan dibedakan menjadi
dua berdasarkan letaknya yaitu: saluran pernafasan bagian atas (Upper Respiratory Airway)
dan saluran pernafasan bagaian bawah (Lower Airway) (Rahayu, 2016).

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru pada manusia,
seperti usia, jenis kelamin, riwayat penyakit, merokok, status gizi dan aktivitas fisik atau
olahraga (Bakara, 2016).

Salah satu hal penting dalam menentukan fungsi paru yaitu kapasitas vital, yang
mencerminkan daya elastisitas organ paru dan kekuatan pergerakan dinding
thoraks.Nilai kapasitas vital dipengaruhi oleh anatomi tubuh, kekuatan otot-otot
pernafasan, daya complianceparu dan posisi tubuh pada saat pengukuran fungsi paru.
Pada pria dewasa kapasitas paru-parunya cenderung lebih besar (20 –25%) dibanding
pada wanita. Kekuatan otot antara pria dan wanita juga berbeda. Pada wanita dewasa
muda kapasitas vital kurang lebih 3,1 liter, sedangkan pada pria dewasa muda sekitar 4,6
liter. Orang yang memiliki postur tubuh yang tinggi kurus memiliki kapasitas vital paru
lebih besar dibandingkan dengan orang yang pendek dan gemuk. (Qanitha, 2020)

Kapasitas paru merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara di


dalamnya. Kapasitas vital yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi
maksimal. Dalam keadaan yang normal kedua paru-paru dapat menampung udara sebanyak
±5 liter. Waktu ekspirasi, di dalam paru-paru masih tertinggal ±3 liter udara. Pada waktu
bernafas biasa udara yang masuk ke dalam paru-paru 2600 cc (2,5 liter) jumlah pernafasan.
Dalam keadaan normal, orang dewasa 16-18 kali per menit sedangkan anak-anak 24 kali per
menit. Pada bayi kira-kira 30 kali per menit. Dari keterangan ini menunjukkan bahwa pada
orang dewasa jumlah pernafasannya antara 16-18 kali per menit, pada anak-anak sekitar 24
kali per menit sedangkan pada bayi kira-kira 30 kali per menit. Walaupun pada pernapasan
pada orang dewasa lebih sedikit daripada anak-anak dan bayi, akan tetapi kapasitas vital paru
orang dewasa lebih besar dibandingkan dengan anak-anak dan bayi. Dalam keadaan tertentu
keadaan tersebut akan berubah misalnya akibat dari suatu penyakit, pernafasan bisa
bertambah cepat dan sebaliknya (Syaifuddin, 1997).
Kapasitas vital adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan, setelah
terlebih dahulu mengisi paru secaramaksimum yang dapat dikeluarkan dan kemudian
mengeluarkan sebanyak-banyaknya. Kapasitas vital paru sama dengan volume cadangan
inspirasi ditambah volume alun napas dan volume cadangan ekspirasi. Volume dan kapasitas
seluruh paru pada wanita kira-kira 20 sampai 25 persen lebih kecil daripada pria. Olahraga
dapat meningkatkan aliran darah melalui paru-paru sehingga menyebabkan oksigen dapat
berdifusi ke dalam kapiler paru dengan volume yang lebih besar atau maksimum. Kapasitas
vital pada seorang atletis lebih besar daripada orang yang tidak pernah berolahraga. Kapasitas
vital paru dapat dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang melakukan olahraga (Guyton & Hall,
1997).

Seiring dengan pertambahan umur,kapasitas paru-paru dan fungsinya akan mengalami


penurunan setelah memasuki usia 35 tahun. Beberapa perubahan tubuh yang terjadi secara
alami seiring bertambahnya usia memang dapat menyebabkan penurunan kapasitas paru-paru.
Ini bisa berdampak pada pernapasan, di mana penderitanya akan merasa sedikit lebih sulit
bernapas. Seiring bertambahnya usia, otot diafragma menjadi lemah, elastisitas jaringan paru-
paru yang membantu saluran udara terbuka juga dapat berkurang, sehingga saluran
pernapasan menjadi lebih sempit. Begitupun dengan pergerakan tulang rusuk yang menjadi
lebih terbatas karena faktor usia, sehingga paru-paru kurang bisa mengembang secara
maksimal (Kalsum, 2019).

Faktor yang mempengaruhi kapasitas vital paru karyawan ada beberapa macam.
Kapasitas vital paru dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: umur, jenis kelamin, kondisi
kesehatan, riwayat penyakit dan pekerjaan, kebiasaan merokok dan olahraga, serta status gizi.
Kapasitas paru berkurang pada penyakit paru-paru, penyakit jantung (yang menimbulkan
kongesti paru) dan pada kelemahan otot pernafasan (Pearce, 1995).

Hasil dari penelitan ini tidak ada korelasi antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan
kapasitas vital paru. Ketidaksesuaian ini kemungkinan karena aktivitas fisik yang tinggi pada
penduduk sehingga frekuensi pernapasannya meningkat karena akan lebih banyak
memerlukan energi dibandingkan dengan orang yang melakukan sedikit kegiatan maka
frekuensi pernapasannya akan lebih rendah (Waluyo, 2010).

Volume udara dalam paru – paru dan kecepatan pertukaran saat inspirasi dan ekspirasi
dapat diukur menggunakan spidometer. Volume terdiri dari :
a. Volume tidal (VT), yaitu volume udara yang masuk dan keluar paru-paru selama
ventilasi normal biasa. Nilai VT pada dewasa normal sekitar 500 ml untuk laki-laki
dan 380 ml untuk perempuan.
b. Volume cadangan inspirasi (VCI), yaitu volume udara extra yang masuk ke paru-paru
dengan inspirasi maximum di atas inspirasi tidal. CDI berkisar 3100 ml pada laki-laki
dan 1900 ml pada perempuan.
c. Volume cadangan expirasi (VCE), yaitu volume extra udara yang dapat dengan kuat
dikeluarkan pada akhir ekspirasi tidak normal. VCE berkisar 1200 ml pada laki-laki
dan 800 ml pada perempuan Volume residual (VR), yaitu volume udara sisa dalam
paru-paru setelah melakukan expirasi kuat. Rata-rata pada laki-laki sekitar 1200 ml
dan pada perempuan 1000 ml. Volume residual penting untuk kelangsungan aerasi
dalam darah saat jeda pernafasan.

Kapasitas terdiri dari :

a. Kapasitas residual fungsional (KRF) adalah penambahan volume residual dan volume
cadangan expirasi. Kapasitas ini merupakan jumlah udara sisa dalam sistem
respiratorik setelah ekspirasi normal. Nilai rata-ratanya adalah 2200ml. Jadi nilai
(KRF = VR + VCE).
b. Kapasitas inspirasi (KI), adalah penambahan volume tidal dan volume cadangan
inspirasi. Nilai rata-ratanya adalah 3500 ml. Jadi nilai (KI = VT + VCI).
c. Kapasitas Vital (KV), yaitu penambahan volume tidal, volume cadangan inspirasi dan
volume cadangan expirasi (KT=VT + VCI + VCE) Nilai rata-ratanya sekitar 4. 500
ml.
d. Kapasitas total paru (KTP) adalah jumlah total uadara yang dapat ditampung dalam
paru-paru dan sama dengan kapasitas vital ditambah volume residual (KTP = KV +
VR). Nilai rata-ratanya adalah 5. 700 ml. (Setiadi, 2007).
DAFTAR PUSTAKA

Broaddus, V. C., Mason, R. J., Ernst, J. D., King Jr, T. E., Lazarus, S. C., Murray, J. F.,
Nadel, J. A., Slutsky, A. S., & Gotway, M. B. (2016). Murray & Nadel’s Textbook Of
Respiratory Medicine. Elsevier.

Maulanza hady, Suci Ramadani Mr dan Nurfitriani. 2021. Gambaran gangguan Respirasi di
kabupaten Aceh Tenggara tahun 2015-2019. Jurnal Health Sains. Vol. 2, No. 2 :250-
258.

Qanitha Andriany, Ermida sumardi dan Arif Santoso. 2020.korelasi konsentrasi kalsium
serum dengan fungsi paru pada remaja di makasar. Jurnal ilmiah kesehatan. Vol 8.no
2 :98-102.

Bakara, Pieters MT, Maya M., Fransisca L.2016. Analisis Kapasitas VIital Paru Pada Perokok
Dan Bukan Perokok Sebelum Dan Setelah Melakukan Aktivitas Fisik. Jurnal
Kedokteran Klinik (JKK). Vol 1(1) : 36-41.

Broaddus, V. C., Mason, R. J., Ernst, J. D., King Jr, T. E., Lazarus, S. C., Murray, J. F.,
Nadel, J. A., Slutsky, A. S., & Gotway, M. B. (2016). Murray & Nadel’s Textbook Of
Respiratory Medicine. Elsevier.

Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Kalsum, Ummi, Nur A., Andi R., 2019. Hubungan Penggunaan Masker Dan Masa Kerja
Dengan Fungsi Paru Polisi Lalu Lintas Di Polres Palu. Jurnal Kolaboratif Sains. Vol
(1) : 621-627.

Maulanza hady, Suci Ramadani Mr dan Nurfitriani. 2021. Gambaran gangguan Respirasi di
kabupaten Aceh Tenggara tahun 2015-2019. Jurnal Health Sains. Vol. 2, No. 2 :250-
258.

Pearce, Evelyn C.1995. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia.

Qanitha Andriany, Ermida sumardi dan Arif Santoso. 2020.korelasi konsentrasi kalsium
serum dengan fungsi paru pada remaja di makasar. Jurnal ilmiah kesehatan. Vol 8.no
2 :98-102.
Rahayu, Agustin E.B.dkk.2016.Menentukan Karakteristik Dinamika Fluida Pada Laju Aliran
Pernafasan Upper Respiratory Airway Para Perokok Aktif.Prosiding SNFA

Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Syaifudin.2003. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Waluyo, Joko. 2010. Biologi Umum. Jember: Unej.

Warganegara, Rozi Kodarusman.2015. The Compration Of Lung Vital Capacity In Various


Sport Atlete.Jurnal Majority. Vol 4 (2) :96-103.

Anda mungkin juga menyukai