Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Fitokimia merupakan ilmu yang mempelajari berbagai senyawa
organik yang  dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang
struktur kimia, biosintetis,  perubahan dan metabolisme, serta penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari  senyawa organik (Meric, 2006).
2.1.1 Pengertian Simplisia (Dirjen POM, 1979).
Simpisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa
bahan yang telah dikeringkan.
2.1.2 Penggolongan Simplisia (Dirjen POM, 1979).
Simplisia terbagi 3 golongan yaitu :
1.    Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman dan eksudat tanaman. Eskudat tanaman ialah isi yang
spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya,
dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya
dengan cara tertentu yang masih belum berupa zat kimia murni.
2.    Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa
zat kimia murni.
3.    Simplisia mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelican
(mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana
dan belum berupa zat kimia murni.
2.1.3 Cara Pembuatan Simplisia (Meric, 2006)
Pembuatan simplisia merupakan proses memperoleh simplisia dari
alam yang baik dan memenuhi syarat-syarat mutu yang dikehendaki.
1. Teknik pengumpulan
Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan tangan atau
menggunakan alat (mesin). Apabila pengambilan dilakukan secara
langsung (pemetikan) maka harus memperhatikan keterampilan si
pemetik, agar diperoleh tanaman/bagian tanaman yang dikehendaki,
misalnya dikehendaki daun yang muda, maka daun yang tua jangan
dipetik dan jangan merusak bagian tanaman lainnya. Misalnya jangan
menggunakan alat yang terbuat dari logam untuk simplisia yang
mengandung senyawa fenol dan glikosa.
1) Waktu pengumpulan atau panen
Kadar kandungan zat aktif suatu simplisia ditentukan oleh waktu
panen, umur tanaman, bagian tanaman yang diambil dan
lingkungan tempat tumbuhnya, pada umumnya waktu
pengumpulan sebagai berikut:
1. Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum
buah menjadi masak, contohnya, daun Athropa belladonna
mencapai kadar alkaloid tertinggi pada pucuk tanaman saat
mulai berbunga. Tanaman yang berfotosintesis diambil
daunnya saat reaksi fotosintesis sempurna yaitu pukul 09.00-
12.00.
2. Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.
3. Buah dipetik dalam keadaan tua, kecuali buah mengkudu
dipetik sebelum buah masak.
4. Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna.
5. Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber) dan umbi lapis
(bulbus), dikumpulkan sewaktu proses pertumbuhannya
berhenti.
2) Bagian Tanaman
1. Klika batang/klika/korteks
Klika diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas
dengan ukuran panjang dan lebar tertentu, sebaliknya dengan
cara berselang-seling dan sebelum jaringan kambiumnya, untuk
klika yang mengandung minyak atsiri atau senyawa fenol
gunakan alat pengelupas yang bukan terbuat dari logam.
2. Batang (Caulis)
Batang diambil dari cabang utama sampai leher akar,
dipotong-potong dengan panjang dan diameter tertentu.
3. Kayu (Lignum)
Kayu diambil dari batang atau cabang, kelupas kuliltnya
dan potong-potong kecil.
4. Daun (Folium)
Daun tua atau muda (daun kelima dari pucuk) dipetik satu
persatu secara manual.
5. Bunga (Flos)
Tergantung yang dimaksud, dapat berupa kuncup atau
bunga mekar atau mahkota bunga atau daun bunga, dapat
dipetik langsung dengan tangan.
6. Akar (Radix)
Bagian yang digunakan adalah bagian yang berada di
bawah permukaan tanah, dipotong-potong dengan ukuran
tertentu.
7. Rimpang (Rhizoma)
Tanaman dicabut, rimpang diambil dan dibersihkan dari
akar, dipotong melintang dengan ketebalan tertentu.
8. Buah (Fructus)
Dapat berupa buah yang masak, matang atau buah muda,
dipetik dengan tangan.
9. Biji (Semen)
Buah yang dikupas kulit buahnya menggunakan tangan
atau alat, biji dikumpulkan dan dicuci.
10. Bulbus
Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun dan akar
dengan memotongnya.
2. Pencucian dan Sortasi Basah
Pencucian dan sortasi basah dimaksudkan untuk membersihkan
simplisia dari benda-benda asing dari luar (tanah, batu dan
sebagainya), dan memisahkan bagian tanaman yang tidak dikehendaki.
Pencucian dilakukan bagi simplisia utamanya bagian tanaman yang
berada di bawah tanah (akar, rimpang), untuk membersihkan simplisia
dari sisa-sisa tanah yang melekat.
3. Perajangan
Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan
dan pewadahan setelah dicuci dan dibersihkan dari kotoran atau benda
asing, materi/sampel dijemur dulu +- 1 hari kemudian dipotong-potong
kecil dengan ukuran antara 0,25-0,06 cm yang setara dengan ayakan
4/18 (tergantung jenis simplisia). Pembuatan serbuk simplisia kecuali
dinyatakan lain, seluruh simplisia harus dihaluskan menjadi serbuk
(4/18). Semakin tipis perajangan maka semakin cepat proses
pengeringan kecuali tanaman yang mengandung minyak menguap
perajangan tidak boleh terlalu tipis karena menyebabkan berkurangnya
atau hilangnya zat aktif. Sebaliknya bila perajangan terlalu tebal
pengeringannya lama dan mudah berjamur.
4. Pengeringan
Tujuan pengeringan pada tanaman atau bagian tanaman adalah:
1) Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan dapat
digunakan dalam jangka relative lama.
2) Mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya pembusukan
oleh jamur atau bakteri karena terhentinya proses enzimatik dalam
jaringan tumbuhan yang selnya telah mati. Agar reaksi enzimatik
tidak dapat berlangsung, kadar air yang dainjurkan adalah kurang
dari 10 %.
3) Mudah dalam penyimpanan dan mudah dihaluskan bila ingin
dibuat serbuk.
Pengeringan terbagi dalam 2 cara, yaitu :
1) Pengeringan alamiah
Tergantung dari kandungan zat aktif simplisia, pengeringan
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Sinar matahari langsung, terutama pada bagian tanaman yang
keras (kayu, kulit biji, biji dan sebagainya) dan mengandung
zat aktif yang relative stabil oleh panas)
2. Diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari secara
langsung, umumnya untuk simplisia bertekstur lunak (bunga,
daun dan lain-lain) dan zat aktif yang dikandungnya tidak stabil
oleh panas (minyak atsiri).
2) Pengeringan buatan
Cara pengeringan dengan ,menggunakan alat yang dapat diatur
suhu, kelembaban, tekanan atau sirkulasi udaranya.
5. Pewadahan dan penyimpanan simplisia
Sortasi kering dilakukan sebelum pewadahan simplisia bertujuan
memisahkan sisa-sisa benda asing atau bagian tanaman yang tidak
dikehendaki yang tidak tersortir pada saat sortasi basah. Simplisia yang
diperoleh diberi wadah yang baik dan disimpan pada tempat yang
dapat menjamin terpeliharanya mutu dari simplisia.Wadah terbuat dari
plastik tebal atau gelas yang berwarna gelap dan tertutup kedap
memberikan suatu jaminan yang memadai terhadap isinya, wadah dari
logam tidak dianjurkan agar tidak berpengaruh terhadap simplisia.
Ruangan penyimpanan simplisia harus diperhatikan suhu, kelembaban
udara dan sirkulasi udara ruangannya (Amin, dkk: 2009).
II.1.4 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan, penarikan atau pengeluaran
suatu komponen cairan/campuran dari campurannya. Biasanya
menggunakan pelarut yang sesuai dengan kompnen yang diinginkan.
Cairan dipisahkan dan kemudian diuapkan sampai pada kepekatan
tertentu. Ekstraksi memanfaatkan pembagian suatu zat terlarut antar dua
pelarut yang tidak saling tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut
dari satu pelarut ke pelarut lain (David, 2001).
Beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara
kalsik adalah mengklasifikasi berdasarkan sifat zat yang diekstraksi,
sebagai khelat atau system ion berasosiasi. Akan tetapi klasifikasi
sekarang didasarkan pada hal yang lebih ilmiah, yaitu proses ekstraksi.
Bila ekstraksi ion logam berlangsung, maka proses ekstraksi berlangsung
dengan mekanisme tertentu. Berarti jika ekstraksi berlangsung melalui
pembentukan khelat atau struktur cincin, ekstraksi dapat diklasifikasikan
sebagai ekstraksi khelat. Misalkan ekstraksi uranium dengan 8-
hidrosikuinilin pada kloroform atau ekstraksi besi dengan cupferron pada
pelarut yang sama (Khopkar, 1990).
II.1.5 Macam-macam Metode Ekstraksi
Teknik ekstraksi dapat dibedakan menjadi tiga cara yaitu ekstraksi
bertahap (batch-extraction = ekstraksi sederhana), ekstraksi kontinyu
(ekstraksi samapi habis) dan ekstraksi arah berlawanan (counter current
extraction).
Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling sederhana. Caranya
cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur
dengan pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada kedua lapisan,
setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan dipisahkan.
Ekstraksi kontinyu digunakan bila perbandingan distribusi relaitf
kecil sehingga untuk pemisahan yang kuantitatif diperlukan beberapa
tahap ekstraksi.Efesiensi yang tinggi pada ekstraksi tergantung pada
viskositas fase dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecepatan
tercapainya suatu kesetimbangan, salah satu diantaranya adalah dengan
menggunakan luas kontak yang besar. Ekstraksi kontinyu counter current,
fase cair pengekstraksi dialirkan dengan arah yang berlawanan dengan
larutan yang mengandung zat yang akan diekstraksi. Biasanya digunakan
untuk pemisahan zat, isolasi atau pemurnian. Sangat penting untuk
fraksionasi senyawa orgnik tetapi kurang bermanfaat untuk senyawa-
senyawa an-organik (Khopkar, 1990).
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Klasifikasi
Klasifikasi Mengkudu (Morinda citrifolia L) atau yang disebut
pace maupun noni merupakan tumbuhan asli Indonesia yang sudah dikenal
lama oleh penduduk di Indonesia (Gambar 1). Pemanfaatannya lebih
banyak diperkenalkan oleh masyarakat jawa yang selalu memanfaatkan
tanaman atau tumbuhan herbal untuk mengobati beberapa penyakit
(Djauhariya 2003). Klasifikasi mengkudu adalah sebagai berikut :

Gambar 1 : mengkudu Morinda citrifolia L

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Morinda
Spesies : Morinda citrifolia L.
2.2.2 Morfologi
Tanaman mengkudu adalah salah satu tanaman yang sudah
dimanfaatkan sejak lama hampir di seluruh belahan dunia. Di negeri Cina,
laporan-laporan mengenai khasiat tanaman mengkudu telah ditemukan
pada tulisan-tulisan kuno yang dibuat pada masa dinasti Han sekitar 2000
tahun lalu. Di Hawaii, mengkudu malah telah dianggap sebagai tanaman
suci karena ternyata tanaman ini sudah digunakan sebagai obat tradisional
sejak lebih dari 1500 tahun lalu. Mengkudu telah diketahui dapat
mengobati berbagai macam penyakit, seperti tekanan darah tinggi, kejang,
obat menstruasi, artistis, kurang nafsu makan, artheroskleorosis, gangguan
saluran darah, dan untuk meredakan rasa sakit (Djauhariya 2003).
Mengkudu tergolong dalam famili Rubiaceae. Nama lain untuk
tanaman ini adalah Noni (bahasa Hawaii), Nono (bahasa Tahiti), Nonu
(bahasa Tonga), ungcoikan (bahasa Myanmar) dan Ach (bahasa Hindi).
Tanaman ini tumbuh di dataran rendah hingga pada ketinggian 1500 m.
Tinggi pohon mengkudu mencapai 3-8 m, memiliki bunga bongkol
berwarna putih. Buahnya merupakan buah majemuk, yang masih muda
berwarna hijau mengkilap dan memiliki totoltotol dan ketika sudah tua
berwarna putih dengan bintik-bintik hitam (Djauhariya et al. 2006).
Akhir-akhir ini banyak petani telah mulai membudidayakan
mengkudu secara intensif karena dianggap dapat memberikan keuntungan
yang menjanjikan. Hal ini mengingat karena hampir semua bagian
tumbuhan ini dapat dimanfaatkan, daya adaptasinya yang luas serta mudah
dibudidayakan dan diproses menjadi produk skala industri rumah tangga
(Djauhariya 2003). Ciri dari tanaman mengkudu ini mudah sekali untuk
dikenali karena tanaman ini dapat tumbuh liar dimana saja bisa di
pekarangan rumah, pinggir jalan atau di taman dan di pot. Ciri dari
tanaman ini adalah :
1. Pohon
Pohonnya tidak terlalu besar, dengan tinggi, tingginya 3-8 m.
Batangnya bengkok-bengkok berdahan kaku, memiliki akar tunggang
yang tertancap dalam. Kulit batang coklat kekuningan, beralur
dangkal, tidak berbulu, anak cabangnya segi empat. Tajuknya hijau
seperti daun. Batang mengkudu mudah dibelah setelah dikeringkan
dan bisa digunakan sebagai kayu bakar dan tiang. Di bidang pertanian
kayu mengkudu digunakan untuk menopang tanaman lada (Erfi dan
Prasetyo 2001 dalam Nuryati 2003).
2. Daun
Daunnya besar dan tunggal. Daun kebanyakan bersilang
berhadapan, bertangkai, bulat telur lebar hingga bentuk elips,
kebanyakan dengan ujung runcing, sisi atas hijau tua mengkilat, sama
sekali gundul, 5-17 cm. Daun penumpu bentuknya bervariasi, kadang
bulat telur, bertepi rata, hijau kekuningan, gundul, dengan panjang 1,5
cm, dibawah karangan bunga selalu cukup tinggi dan tumbuh menjadi
satu. Peruratan daun menyirip. Daun mengkudu dapat dimakan sebagai
sayuran. Nilai gizinya tinggi karena banyak mengandung vitamin A
(Peter 2000 dalam Nuryati 2003).
3. Bunga
Perbungaan mengkudu bertipe bongkol dengan tangkai 1-4 cm,
rapat, berbunga banyak, tumbuh di ketiak. Bunga berbau harum dan
mahkotanya berbentuk tabung, terompet, putih, dalam lehernya
berambut wol, panjangnya tabung bisa mencapai 1,5 cm. Benang sari
berjumlah 5, tumbuh jadi satu dengan tabung mahkota hingga
berukuran cukup tinggi, tangkai sari berambut wol (Erfi dan Prasetyo
2001 dalam Nuryati 2003).
4. Buah
Kelopak bunga tumbuh menjadi buah yang bulat atau lonjong
seperti telur ayam. Permukaan buah terbagi dalam sel-sel poligonal
(bersegi banyak) yang berbintik-bintik atau berkutil. Bakal buah pada
ujungnya berkelopak dan berwarna hijau kekuningan. Awalnya buah
berwarna hijau ketika masih muda, dan menjadi putih kekuningan
menjelang buahnya masak dan setelah benar-benar matang menjadi
putih transparan dan lunak. Daging buah tersusun atas buah-buah batu
yang berbentuk pyramid atau bentuk memanjang segitiga dan
berwarna coklat kemerahan (Steenis 1975).
5. Biji
Biji mengkudu berwarna hitam, memiliki albumen yang keras dan
ruang udara yang tampak jelas. Bijinya tetap memiliki daya tumbuh
tinggi, walaupun telah disimpan selama 6 bulan. Perkecambahannya 3
- 9 minggu setelah biji disemaikan. Pertumbuhan tanaman setelah biji
tumbuh sangat cepat. Dalam waktu 6 bulan, tinggi tanaman dapat
mencapai 1,2 - 1,5 m. Perbungaan dan pembuahan dimulai pada tahun
ke-3 dan berlangsung terus-menerus sepanjang tahun. Umur
maksimum dari tanaman mengkudu adalah sekitar 25 tahun
(Djauhariya et al. 2006).
2.2.3 Kandungan Mengkudu
Mengkudu atau Noni memiliki banyak zat aktif yang sangat
berkhasiat dalam mencegah dan mengatasi berbagai penyakit. Berikut
adalah kandungan senyawa berkhasiat yang terdapat dalam mengkudu :
1. Senyawa Terpenoid
Senyawa terpenoid adalah senyawa hidrokarbon isometrik yang
juga terdapat pada lemak atau minyak esensial (essential oils), yaitu
sejenis lemak yang sangat penting bagi tubuh. Zat-zat terpenoid
membantu tubuh dalam proses sintesa organik dan pemulihan sel-sel
tubuh (Solomon 1999).
2. Zat Anti-bakteri
Acubin, Asperuloside, Alizarin dan beberapa zat Antraquinon telah
terbukti sebagai zat anti bakteri. Zat-zat yang terdapat di dalam buah
mengkudu telah terbukti menunjukkan kekuatan melawan golongan
bakteri infeksi: Pseudonmonas aeruginosa, Proteus morganii,
Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis dan Escherichia coli (Waha
2000; Winarti 2005). Zat anti-bakteri dalam buah mengkudu dapat
mengontrol dua golongan bakteri yang mematikan (patogen), yaitu
Salmonella dan Shigella. Penemuan zatzat anti bakteri dalam sari buah
mengkudu mendukung kegunaannya untuk merawat penyakit infeksi
kulit, pilek, demam dan berbagai masalah kesehatan yang disebabkan
oleh bakteri (Winarti 2005).
3. Beberapa Jenis Asam
Asam askorbat yang ada di dalam buah mengkudu adalah sumber
vitamin C yang luar biasa. Vitamin C merupakan salah satu
antioksidan yang hebat. Antioksidan bermanfaat untuk menetralisir
radikal bebas (partikel-partikel berbahaya yang terbentuk sebagai hasil
sampingan proses metabolisme yang dapat merusak materi genetik dan
merusak sistem kekebalan tubuh). Asam kaproat, asam kaprilat dan
asam kaprik termasuk golongan asam lemak. Asam kaproat dan asam
kaprik inilah yang menyebabkan bau busuk yang tajam pada buah
mengkudu (Winarti 2005).
4. Scopoletin
Pada tahun 1993, peneliti universitas Hawaii berhasil memisahkan
zat-zat scopoletin dari buah mengkudu. Zat-zat scopoletin ini
mempunyai khasiat pengobatan dan para ahli percaya bahwa
scopoletin adalah salah satu di antara zat-zat yang terdapat dalam buah
mengkudu yang dapat mengikat serotonin, salah satu zat kimiawi
penting di dalam tubuh manusia (Waha 2000). Scopoletin berfungsi
memperlebar saluran pembuluh darah yang mengalami penyempitan
dan melancarkan peredaran darah. Selain itu scopoletin juga telah
terbukti dapat membunuh beberapa tipe bakteri, bersifat fungisida
(pembunuh jamur) terhadap Pythium sp. dan juga bersifat anti-
peradangan dan anti-alergi (Heinicke 2001 dalam Nuryati 2003).
5. Xeronine dan Proxeronine
Salah satu alkaloid penting yang terdapat dalam buah mengkudu
adalah xeronine. Xeronine dihasilkan juga oleh tubuh manusia dalam
jumlah terbatas yang berfungsi untuk mengaktifkan enzim-enzim dan
mengatur fungsi protein di dalam sel. Xeronine ditemukan pertama
kali oleh Dr. Ralph Heinicke (ahli biokimia). Walaupun buah
mengkudu hanya mengandung sedikit xeronine, tetapi mengandung
bahan-bahan pembentuk (prekursor) xeronine, yaitu proxeronine
dalam jumlah besar (Solomon 1999).
Proxeronine adalah sejenis asam koloid yang tidak mengandung
gula, asam amino atau asam nukleat seperti koloid-koloid lainnya
dengan bobot molekul relatif besar, lebih dari 16.000. Apabila
mengkonsumsi proxeronine maka kadar xeronine di dalam tubuh akan
meningkat. Di dalam tubuh manusia (usus) enzim proxeronase dan zat-
zat lain akan mengubah proxeronine menjadi xeronine. Fungsi utama
xeronine adalah mengatur bentuk dan rigiditas (kekerasan) protein-
protein spesifik yang terdapat di dalam sel. Hal ini penting mengingat
bila protein-protein tersebut berfungsi abnormal maka tubuh akan
mengalami gangguan kesehatan (Heinicke 2001 dalam Nuryati 2003).
2.3 Uraian Lokasi PKL
Pelaksanaan PKL kali ini merupakan salah satu kegiatan PKL yang
diikuti oleh angkatan 2018-2019 jurusan Farmasi. Seluruh peserta
menempati rumah warga yang dibagi dalam 3 posko. Kegiatan ini
dilaksanakan pada tanggal 13-15 di desa Bualemo, kecamatan Kwandang,
kabupaten Gorontalo Utara, provinsi Gorontalo. Desa itu masih terlihat
asri dan sejuk serta dikelilingi oleh gunung semakin menambah keindahan
di daerah ini. Karena daerah ini dikelilingi oleh gunung-gunung, maka
tidak heran apabila di desa ini terdapat banyak tanaman obat, baik itu
terdapat di pekarangan rumah warga maupun yang terdapat di gunung.
Beberapa jenis tanaman yang terdapat di daerah ini memiliki fungsi dan
khasiat yang sangat baik untuk dijadikan bahan obat yang dibuat dalam
bentuk simplisia. Suasana di desa Bualemo sangat nyaman, masyarakat di
desa tersebut sangat ramah, mereka menerima kedatangan kami dengan
baik. Kegiatan di desa membuat kami sangat nyaman selama mengikuti
PKL selama 3 hari.
2.4 Uraian Kegiatan PKL
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) fitokimia & farmakognosi
angkatan 2018-2019 yang dilaksanakan di desa Bualemo, kecamatan
Kwandang, pada tanggal 13-15 Maret 2020. Kegiatan ini diawali dengan
persiapan keberangkatan pada pukul 08.00 WITA hari Jumat. Tiba di
lokasi Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) tepat pukul 11.30 WITA.
Kegiatan diawali dengan penyambutan oleh Aparat Desa, bertempat
di kantor desa Bualemo. Penyambutan ini dilangsungkan pukul 10:30-
11:00 WITA.
Sabtu, 14 Maret 2020 pukul 06:30 WITA, para peserta PKL
berkumpul untuk persiapan pengambilan sampel. Peserta PKL berangkat
ke lokasi pengambilan sampel yang diarahkan oleh asisten masing-masing
pada pukul 07.00. Setelah semua sampel diperoleh, para peserta PKL
kembali ke posko masing-masing, yang dilanjutkan dengan pengolahan
sampel sampai pukul 17.30 WITA. Kemudian, peserta melakukan
persiapan untuk kegiatan malam inagurasi yang diadakan di Kantor
Desa.Tepat pukul 19.00 WITA acara malam inagurasi dilangsungkan
dengan berbagai penampilan dari tiap-tiap kelompok PKL yang
berlangsung sampai pukul 23.00 WITA.
Minggu, 15 Maret 2020 dilakukan kegiatan penutupan seluruh
rangkaian kegiatan PKL di Bualemo. Pada Pukul 10.00 WITA, para
peserta kembali ke lingkungan kampus.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Farmakognosi 1. UMI : Makassar

David, A and R.A. Philip. 2001. Fruit Process Nutrition, Product and Quality
Management. 2th Edition. Aspen Publication. Gaithersbug. 312 p.

Depkes RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope


Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Djauhariya E. 2003. Mengkudu (Morinda citrifolia L) Tanaman Obat Potensial.


Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. J Pengemb. Tek. TRO. 15
(1) : 1-16.
Djauhariya, E, Rahardjo, M & Ma’mum, 2006. Karakteisasi Morfologi dan Mutu
Buah Mengkudu, Buletin Plasma Nutfah, 12 (1), 1-8

Efri, Aeny T N. 2004. Keefektifan Ekstrak Mengkudu pada Berbagai Konsentrasi


Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Bakteri Ralstonia SP secara in vitro
.J Hama dan Peny. Tumb. Tropika. Vol 4 No. 2: 83 – 88.

Heinicke, R.M. 2000. The Pharmacologically Active Ingredient of Noni. Diakses


pada 20 Juni 1012, dari http://www.noni.net.nz/xeronine.

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press

Nuryati, S. 2003. Absorbsi Senyawa gula pada Intestium Ayam (Gallus sp.)
setelah Pemberian Mengkudu Dalam Ransum. Universitas Diponegoro.
Semarang

Steenis.Van, C.G.G.J. 1975. Flora: Untuk sekolah di Indonesia. Paradnya


Paramita. Jakarta.

Solomon. 1999.The Noni Phenomenon. Direct Source Publishing. Utah.


Waha, M. G., 2008. Sehat dengan Mengkudu, [Homepage of Deherba]. [Online].
Available: http//www.deherba.com/khasiat-mengkudu-secarailmiah. Html
[22 Juni 2008]

Winarsi. 2005.Isoflavon 2, 3. Yogyakarta: Gajah Mada University Press,. Hlm 36


38

Winarti, C,. 2005. Peluang Pengembangan Minuman Fungsional dari Buah


Mengkudu (Morinda citrifolia,. L) Jurnal Litbang Pertanian 24 (4), 149-
155

Anda mungkin juga menyukai