Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
beserta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “PROMOSI
BIDANG KESEHATAN“. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Pemasaran Sosial
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang
membantu dalam penyelesaian pembuatan makalah ini baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian
demi lebih baiknya penyusunan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua sebagai pembaca.
Amin..

Palembang, Desember 2019

Peyusun

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemasaran merupakan suatu proses dan manajerial yang membuat individu atau
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan produk kesehatan yang bernilai kepada pihak lain atau masyarakat. Segala
kegiatan yang menyangkut penyampaian produk kesehatan di pusat kesehatan atau jasa mulai
produsen sampai konsumen dapat dimasukan sebagai bentuk pemasaran

Sebagian orang menganggap bahwa promosi dan pemasaran mempunyai pengertian


yang sama, padahal sebenarnya promosi hanya merupakan salah satu bagian dari kegiatan
pemasaran. Walaupun promosi sering dihubungkan dengan penjualan tetapi kenyataannya
promosi mempunyai arti yang lebih luas dari penjualan karena penjualan hanya berhubungan
dengan pertukaran hak milik yang dilakukan oleh tenaga penjual, sedangkan promosi adalah
setiap aktivitas yang ditujukan untuk memberitahukan, membujuk atau mempengaruhi
konsumen untuk tetap menggunakan produk yang dihasilkan perusahaan tersebut

Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Yang dimaksud
dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan
informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan
dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan
perusahan yang bersangkutan

B. Tujuan promosi bidang kesehatan

1. Menyebarkan informasi produk kesehatan kepada target pasar potensial atau masyarakat
2. Untuk mendapatkan capaian proagram yang optimal
3. Untuk menjaring semua lapisan masyarakat baik yang telah makan obat filariasis maupun
yang belum

4. Untuk mencegah penyebaran penyakit Filariasis


5. Memberikan pengertian pada masyarakat tentang bahaya penyakit filariasis
6. Mengubah tingkah laku dan pendapat masyarakat agar berperilaku hidup bersih

BAB II
PEMBAHASAN
1

A. LATAR BELAKANG
Filariasis merupakan penyakit parasit yang penyebarannya tidak merata, melainkan
terkonsentrasi di beberapa kantong-kantong wilayah tertentu. Dataran pulau Sumatra serta
sebagian wilayah Jawa dan Bali menjadi kawasan yang dari tahun ke tahun terinfeksi
penyakit ini. Meskipun demikian, penyakit ini tetap merupakan masalah kesehatan yang
paling penting, karena menyebabkan kerugian masyarakat berupa penurunan produktivitas
penderitanya, oleh karena itu harus ada pemberantasan penyakit ini. Penyakit Filariasis tIdak
menyebabkan kematian secara langsung, tetapi menyebabkan penderitaan dan kerugian tidak
sedikit, juka dihitung kehilangan jam kerja yang disebabkannya (Zulkoni, 2010).Penyakit ini
dapat merusak sistem linfe, menimbulkan cacat seumur hidup serta stigma social bagi
penderita dan keluarganya. Secara tidak langsung, penyakit ini yang ditularkan oleh berbagai
jenis nyamuk dapat berdampak pada penurunan produktivitas kerja, beban keluarga, dan
menimbulkan kerugian ekonomi bagi negara yang tidak sedikit (Kemenkes, 2005).Dari data
WHO secara global, diperkirakan 25 juta menderita dengan penyakit kelamin dan lebih dari
15 juta orang menderita lymphoedem. Saat ini, lebih dari 1,4 milyar di 73 negara yang tinggal
di daerah di mana limfatik filariasis ditularkan dan beresiko terinfeksi. Sekitar 80% dari
orang-orang ini tinggal di 10 negara berikut: Bangladesh, Republik Demokratik Kongo,
Ethiopia, India, Indonesia, Myanmar, Nigeria, Nepal, Filipina, dan Republik Persatuan
Tanzania. Di Indonesia merupakan daerah endemis berbagai macam penyakit infeksi,
terutama penyakit-penyakit yang disebabkan oleh parasit salah satunya penyakit filariasis
(Soedarto, 2009). DiIndonesia Filariasis tersebar luas hampir di seluruh Provinsi.
Berdasarkan laporan daerah dan hasil survei(Rapid Mapping) pada tahun 2000 yang lalu
tercatat sebanyak 6500 kasus kronis di 1553 Desa, 674 Puskesmas di 231 Kabupaten, 26
Provinsi. Sampai tahun 2014 kasus kronis yang dilaporkan sebanyak 8003 orang yang
tersebar di 32 provinsi (Depkes, 2009).Provinsi Aceh, NTT, dan Papua merupakan provinsi
dengan kasus klinis tertinggi. Pada tahun 2012 sebanyak 300 kabupaten/kota dan 497
kabupaten/kota (60,4%). Penentuan endemiskabupaten/kota tersebut didasarkan pada hasil
survey darah jari dengan microfilaria ratenya (mf rate) >1% (Kemenkes RI, 2013).
Penyakit ini merupaakn salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius di
Indonesia. Diperkirakan sampai tahun 2009 penduduk berisiko tertular filariasis lebih dari
125 juta orang yang tersebar di 337 kabupaten/kota endemis filariasis dengan 11.914 kasus
kronis yang dilaporkan dan diestimasikan prevalensi microfilaria 19%, kurang lebih penyakit
ini akan mengenai 40 juta penduduk (Kemenkes RI, 2010).Daerah endemis fiariasis pada
umumnya berada di dataran rendah, terutama di pedesaan, pantai, pedalaman, persawahan,
rawa-rawa dan hutan secara umum, filariasis bacrofit tersebar di Sumatra, Jawa, Kalimantan
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Wuchereria bancrofittipe pedesaan masih
banyak di temukan Papua, Nusa Tenggara Timur sedangkan Wuchereria tipe perkotaan
banyak ditemukan di kota seperti di Jakarta, Bekasi, Semarang, Tangerang, Pekalongan dan
Lebak (Kemenkes, 2005).Daerah yang Mf ratetinggi artinya di daerah tersebut banyak
ditemukan penduduk yang mengandung mikrofilaria di dalam darahnya. Semakin tinggi Mf
ratesemakin tinggi pula risiko terjadi penularan filariasis. Terdapat perbedaan antara
kabupaten dengan endemisitas tinggi (Mf ratetertinggi) dengan kabupaten yang jumlah kasus
klinisnya tinggi. Daerah yang mikrofilarianya tinggi tidak selalu diikuti dengan jumlah kasus
klinis yang tinggi, seperti pada kabupaten Bonebolango (Provinsi Gorontalo), Mf ratenya
40% akan tetapi jumlah kasus klinisnya hanya 151. Sementara di Kabupaten Aceh Utara
jumlah kasus klinis sangat tinggi yaitu 1.353 kasus akan tetapi Mf ratehanya 7,9. Hal ini
dapat terjadi karena jumlah kasus merupakan akumulasi jumlah kasus klinis dalam waktu
lama, sedangkan Mf ratemerupakan hasil pemeriksaan pada satu waktu tertentu. Sedangkan
kabupaten Bonebolango kemungkinan merupakan daerah yang baru (belum lama)
berkembang menjadi endemis. Dengan Mf rate yang tinggi, terdapat faktorrisiko (seperti
kepadatan vektor penular, faktor lingkungan, perubahan iklim, faktor perilaku, pekerjaan
yang berisiko mengalami multi gigitan vektor penular), dan tanpa upaya intervensi
pengendalian maka jumlah kasus klinis pada daerah tersebut kemungkinan akan terus
bertambah ( Kemenkes, 2010).Faktor utama dalam penentuan prevalensi infeksi dalam
komunitas yakni frekuensi pemaparan terhadap bentuk infeksi yaitu larva stadium III.
Mengingat kondisi lingkungan sangat bervariasi di berbagai daerah endemik,dengan
demikian ada perbedaan yang nyata pada prevalensi spesifik umur dan jenis kelamin dan
intensitas infeksi (diukur berdasarkan
jumlah microfilaria pervolume darah) di berbagai daerah di dunia atau bahkan di
Negara yang sama. Pada tahun 2004, filariasis telah menginfeksi 120 juta penduduk di 83
negara di seluruh dunia, terutama Negara-negara di daerah tropis dan beberapa daerah sub
tropis di Indonesia. Berdasarkan dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2000-2004,
terdapat lebih dari 8000 orang menderita klinis kronis filariasis (elephenitasis) yang tersebar
di seluruh propinsi. Data ini mengindikasi lebih dari 60 juta penduduk Indonesia berada di
daerah yang berisiko tinggi tertular filariasi, dengan 6 juta penduduk diantaranya telah
terinfeksi (Kemenkes, 2005).Menurut Kemenkes (2012), distribusi kasus klinis filariasis
provinsi Jawa Barat menunjukan meningkatnya kasus filariasis di Jawa Barat pada tahun
2008 sampai tahun 2011. Capaian kasus klinis filariasis tahun 2008 mencapai 404 kasus,
tahun 2009 mencapai 474 kasus, tahun 2010 mencapai 474 kasus, tahun 2011 mencapai 480
kasus dan pada tahun 2012 mencapai 480 kasus klinis filariasis. Di Jawa Barat tahun 2009,
kasus filariasis ditemukan ada sekitar 980 orang penduduk Jawa Barat menderita kaki gajah
dengan jumlah kasus terbanyak di Kecamatan Banjaran, Soreang dan Majalaya Kabupaten
Bandung yang jumlahnya mencapai 450 orang.Di Jawa Barat spesies Wuchereria bancrofit
dan Burgia malayi umum di jumpai. Morbiditas terjadi akibat reaksi pejamu terhadap
mikrofilaria atau cacing dewasa yang berada dalam area dalam tubuh manusia. Tidak ada
perbedaan kejadian penyakit baik laki-laki maupun perempuan dan dapat mengenai semua
usia. Mikrofilaremia akan meningkat dengan bertambahnya usia penderita. Kelompok filarial
yang menyerang sistem limfatik atau yang lebih dikenal oleh masyarakat sebagai penyakit
kaki gajah, menjadi perhatian utama karena mempengaruhi 120 juta populasi di dunia di
Negara endemis, yaitu Negara tropis dengan 22 juta diantaranya anak usia di bawah 15 tahun.
Di Jawa Barat hingga November tahun 2008 sebanyak 875 orang telah positif terjangit
filariasis, bahkan 420 diantaranya termasuk penderita kronik (Garna, 2012).Memutus mata
rantai penularan dengan Pemberian Obat Massal Pencegah Filariasis (POMP filariasis) di
daerah endemis dengan menggunakan DEC 6 mg/kg berat badan yang dikombinasikan
dengan albendazole 400 mg sekali setahun dan dilakukan minimal 5 tahun. Pelaksanaan
pencegahan filariasis dilakukan dengan berbasis kabupaten, upaya program
tersebut belum dapat menjangkau seluruh penduduk di wilayah kabupaten/kota
tersebut. Pola program seperti ini kurang efisien dan tidak efektif karena tetap terdapat resiko
penularan (re-infeksi) karena belum seluruh penduduk terlindungi.Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk memutus mata rantai seseorang terkena filariasis dengan upaya pencegahan.
Pencegahan berarti menghindari suatu kejadian sebelum terjadi. Langkah-langkah
pencegahan ditingkat dasar harus diorientasikan pada gayahidup dan perilaku kesehatan
masyarakat, upaya pencegahan perimer harus difokuskan pada perlindungan lingkungan dan
perilaku individu (Timmreck, 2005).Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi
perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi,
memberikan kesadaran, dan sebagainya, melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau
promosi kesehatan. Memang dampak yang timbul dari cara ini terhadap perubahan perilaku
masyarakat, akan memakan waktu lama dibandingkandengan cara koersi. Namun demikian,
bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat, maka akan langgeng, bahkan selama
hidup dilakukan.Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan masyarakat,
pendekatan edukasi (pendidikan kesehatan) lebih tepat dibandingkan pendekatan koersi,
bahwa pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan merupakan suatu bentuk intervensi atau
upaya yang ditujukan pada perilaku agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan.
Pendidikan kesehatan mengupayakan agar perilaku individu, kelompok atau masyarakat
mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Agar
intervensi perlu dilakukan diagnosis atau analisis terhadap masalah perilaku tersebut
(Notoatmodjo, 2012).Laporan reaksi pada Pemberian Obat Masal Pencegahan Filariasis
(POMPF) periode II tahun 2012, reaksi pengobatan ringan sampai berat dari 40 puskesmas
yang melaksanakan POMPF periode II hanya 12 puskesmas yang melaporkan adanya
kejadian reaksi ini artinya puskesmas yang lain tidak terjadi reaksi yang berlebihan. Dari 12
puskesmas yang melaporkan sebanyak 268.44 orang minum obat dan mengalami reaksi
sebanyak 1.620 orang (0,6%) dan ini masih batas normal yaitu kurang dari (0,5%), bila
dirinci dari reaksi ringan tersebut mengalami mual, pusing dan panas, 7,1% mengalami diare
dan 2,22% mengalami gatal-gatal dan dari 12 Puskesmas tersebut hanya puskesmas
Mandalawangi yang melaporkan reaksi pengobatan mencapai 9,81%.

B. PENGERTIAN PROMOSI

Promosi meliputi kegiatan perencanaan, implementasi dan pengendalian komunikasi


dari suatu organisasi kepada konsumen serta sasaran lainya. Promosi merupakan kumpulan
aktivitas yang memberitahu kebaikan produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk
membelinya. Promosi dapat dikategorikan sebagai komponen dalam campuran pemasaran
yang menekankan teknik yang berkesan untuk menjual produk kesehatan tentang obat
filariasis.
Menurut Ben M. Enis (1974:378) promosi diartikan sebagai “...as comunication that
inform potential customers of the existence of product and persuade them that those product
have want satisfying capabilities“. Promosi bisa diartikan sebagai sejenis komunikasi yang
memberi penjelasan yang meyakinkan calon konsumen tentang barang dan jasa ataupun
sebuah proses membagi ide, informasi atau perasaan audiens.
Menurut Kotler dan Gary A. dalam Alexander Sindoro (2000), ”Bauran promosi
adalah ramuan khusus dari iklan pribadi, promosi penjualan dan hubungan masyarakat yang
dipergunakan perusahaan untuk mencapai tujuan iklan dan pemasarannya.”
Promosi berkaitan dengan metode komunikasi yang ditujukan kepada pasar yang
menjadi target tentang produk yang tepat yang dijual pada tempat yang tepat dengan harga
yang tepat. Promosi mencakup penjualan oleh perseorangan, penjualan massal dan promosi
penjualan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa


promosi adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi kesehatan untuk
mempengaruhi konsumen atau masyarakat supaya membeli produk yang dihasilkan ataupun
untuk menyampaikan berita tentang produk tersebut dengan jalan mengadakan komunikasi
dengan para pendengar yang sifatnya membujuk. Pada prateknya walaupun pelaksanaan
promosi ini umumnya dilakukan oleh para penjual/produsen, pihak pembeli atau calon
pembeli kadang-kadang ada kalanya secara sadar atau tidak sadar juga telah melakukan
promosi, misalnya bila mereka menginginkan suatu informasi/keterangan mengenai harga,
kualitas dan sebagainya dari pihak penjualan.
Menurut Basu Swastha dalam Marius P. Angipora (1999), bauran promosi adalah
“Kombinasi strategi yang paling baik dari variabel-variabel periklanan, personal selling dan
alat Promosi lainnya, yang kesemuanya direncanakan untuk mencapai tujuan program
penjualan.” Beberapa faktor yang mempengaruhi bauran promosi menurut Stanton
(1991:432) antara lain :
1. The amount of money available for promotion (Jumlah uang yang tersedia untuk
melakukan promosi). Jumlah modal yang dimiliki suatu perusahaan sangat mempengaruhi
kemampuan perusahaan untuk melakukan promosi. Perusahaan yang memiliki modal tinggi
tentu lebih memiliki kemampuan membaurkan elemen-elemen promosi dengan mudah;
2. The nature of the market (Kondisi pasar). Termasuk di dalamnya yaitu keadaan geografis
daerah pemasaran guna menjamin kelancaran kedatangan pelanggan atau konsumen;
3. The nature of product (Kondisi Produk). Produk tersebut diproduksi untuk siapa? apakah
konsumen terakhir ataukah sebagai pasokan bagi industri lain;
4. The stage of the product’s life cycle (Tingkat siklus kehidupan produk). Pada tingkat mana
siklus kehidupan produk sudah dicapai akan mempengaruhi promosi yang digunakan.

3
Sedangkan William J. schoel (1993:425) faktor-faktor yang mempengaruhi promotion
mix adalah the marketer, the target market, product dan the situation.

C. FUNGSI DAN TUJUAN PROMOSI KESEHATAN

Dengan dilakukannya kegiatan promosi Kesehatan tentang pemberian obat filariasis


ini maka Puskesmas mengharapkan adanya peningkatan angka kemauan masyarakat untuk
datang kepuskesmas guna ikut dalam program eleminasi filariasis sehingga masyarakat dapat
terhindar dari penyakit filariasis. Menurut Terence A. Shimp (2000:7) fungsi dari kegiatan
promosi antara lain:
1. Informing (Memberikan Informasi)
Promosi merupakan sarana untuk mengenalkan produk kepada para konsumen.
Promosi membuat konsumen sadar akan produk-produk baru, mendidik mereka tentang
berbagai fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan citra sebuah perusahaan
yang menghasilkan produk atau jasa. Promosi menampilkan peran informasi bernilai lainnya,
baik untuk merek yang diiklankan kepada konsumennya, dengan mengajarkan manfaat-
manfaat baru dari merek yang telah ada.
Maka dalam fase ini Puskesmas melakukan upaya penyuluhan kesehatan dan
sosialisasi pada masyarakat tentang penyakit kaki gajah atau filariasis.

2. Persuading (Membujuk)
Media promosi atau iklan yang baik akan mampu mempersuasi pelanggan untuk
mencoba produk dan jasa yang ditawarkan. Terkadang persuasi berbentuk mempengaruhi
permintaan primer, yakni menciptakan permintaan bagi keseluruhan kategori produk. Lebih
sering, promosi berupaya untuk membangun permintaan sekunder, permintaan bagi merek
perusahaan yang spesifik.
Dalam fase ini puskesmas melakukan cara kunjungan dari rumah kerumah dengan
melibatkan kader untuk pembagian leaflet dan mensosialisasikan secara langsung pada
masyarkat di desa.
3. Reminding (Mengingatkan)
Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen. Saat
kebutuhan muncul, yang berhubungan dengan produk dan jasa yang diiklankan, dampak
promosi di masa lalu memungkinkan merek pengiklan hadir di benak konsumen. Periklanan
lebih jauh didemonstrasikan untuk mempengaruhi pengalihan merek dengan mengingatkan
para konsumen yang akhir-akhir ini belum membeli merek yang tersedia dan mengandung
atribut-atribut yang menguntungkan.
Fase ini puskesmas selalu mengingatkan pada masyarakat melalui bantuan kader
dalam mensosialisasikan program ini pada masyarakat.
4. Adding Value (Menambah nilai)
Terdapat tiga cara mendasar dimana perusahaan bisa memberi nilai tambah bagi
penawaran-penawaran mereka, inovasi, penyempurnaan kualitas, atau mengubah persepsi
konsumen. Ketiga komponen nilai tambah tersebut benar-benar independen. Promosi yang
efektif menyebabkan merek dipandang lebih elegan, lebih bergaya, lebih bergengsi dan bisa
lebih unggul dari tawaran pesaing.
5. Assisting (Mendampingi upaya-upaya lain dari perusahaan)
Periklanan merupakan salah satu alat promosi. Promosi membantu perwakilan
penjualan. Iklan mengawasi proses penjualan produk-produk perusahaan dan memberikan
pendahuluan yang bernilai bagi wiraniaga sebelum melakukan kontak personal dengan para
pelanggan yang prospektif. Upaya, waktu, dan biaya periklanan dapat dihemat karena lebih
sedikit waktu yang diperlukan untuk memberi informasi kepada prospek tentang
keistimewaan dan keunggulan produk jasa. Terlebih lagi, iklan melegitimasi atau membuat
apa yang dinyatakan klaim oleh perwakilan penjual lebih kredibel.

Kelima fungsi yang disebutkan di atas lebih ditujukan kepada masyarakat. Di samping
itu promosi juga memiliki tujuan untuk meningkatkan kunjungan masyarakat untuk datang
pada program eleminasi filariasis. Salah satu strategi menarik minat masyarakat adalah
menggunakan Public Relations dengan baik.
Secara umum tujuan dari diadakannya kegiatan promosi kesehatan tentang program
eleminasi filariasis ini antara lain: untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat , untuk
mendapatkan peningkatan capaian program, untuk menjaring masyarakat yang belum pernah
mengikuti program ini.
Rossiter dan Percy (dalam Tjiptono, 2002:222) mengklasifikasikan tujuan promosi
sebagai efek dari komunikasi sebagai berikut:
1. Menumbuhkan persepsi pelanggan terhadap suatu kebutuhan (category need);
2. Memperkenalkan dan memberikan pemahaman tentang suatu produk kepada
4
konsumen (brand awareness)
3. Mendorong pemilihan terhadap suatu produk (brand attitude);
4. Membujuk pelanggan untuk membeli suatu produk (brand purchase
intention);
5. Mengimbangi kelemahan unsur bauran pemasaran lain (purchase facilitation);
6. Menanamkan citra produk dan perusahaan (positioning).
D. BENTUK DAN MEDIA PROMOSI

1. Informasi dari mulut ke mulut (Word of mouth)

Informasi dari mulut ke mulut merupakan teknik promosi melalui percakapan dari
seseorang kepada orang lain untuk menyebarkan informasi dimaksud. Dalam hal ini peranan
orang sangat penting dalam mempromosikan barang/jasa. Masyarakat sangat dekat dengan
penyampaian jasa. Dengan kata lain, masyarakat tersebut akan berbicara dengan yang lain
yang berpotensial tentang pengalaman dalam menerima jasa kesehatan tersebut, sehingga
informasi dari mulut ke mulut ini sangat besar pengaruhnya dan dampaknya terhadap
program dibandingkan dengan aktivitas komunikasi lainnya.
Promosi dari mulut kemulut ini banyak digunakan karena murah dan tanpa biaya dan
dapat dikatakan sangat efektif. Promosi dari mulut-ke mulut memang bisa diandalkan, untuk
itu perlu diikuti dengan kualitas yang baik. Jangan sampai masyarakat yang datang kecewa
karena apa yang mereka rasakan tidak sama dengan informasi yang diterima. Usahakan untuk
membuat para konsumen puas sehingga mereka kembali membeli dan menceritakan kepada
teman lainnya.

2. Pemasaran Langsung (Direct Marketing)/Penyuluhan kesehatan tentang


program eleminasi filariasis

Tatap muka langsung atau penyuluhan merupakan bentuk promosi dengan cara
memasarkan barang/jasa secara langsung agar mendapat tanggapan secara langsung juga dari
masyarakat dan Pemasaran langsung ini bisa melalui penggunaan leaflaet,brosur maupun
spanduk lain untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau mendapatkan tanggapan
langsung dari masyarakat.

3. Iklan (Advertising)
Iklan adalah Setiap bentuk presentasi dan promosi non personal atas ide, barang atau
jasa oleh sponsor tertentu dengan menggunakan media tertentu. John D. Burke (1980:9) 5
mengartikan advertising sebagai ..Is a sales message directed at a mass audience that seeks
through, persuation to sell goods, services or ideas on behalf of the paying sponsore sedang
John W. Kennedy mengartikan advertisng sebagai salesmanshif in print.
Media yang sering digunakan untuk periklanan atau advertising bisa melalui surat
kabar, majalah, direct email, televisi, radio, bioskop, papan reklame, car card, lampu-lampu,
katalog, telephon dan sebagainya. Iklan sering muncul tergantung pada tipe dan daya tarik
yang diakibatkan oleh iklan tersebut.
4. Hubungan Masyarakat (Public Relation)
Public Relation atau hubungan masyarakat adalah berbagai program untuk
mempromosikan dan menyebarluaskan informasi oleh organisasi kesehatan

Hubungan masyarakat ini bisa dilakukan melalui berbagai cara misalnya sosialisasi,
keramahtamahan dengan warga sekitar tempat kita mensosialisasikan suatu program
kesehatan. Melalui hubungan masyarakat yang baik maka secara tidak langsung kita juga
mempromosikan produk kita. Bahkan masyarakat lebih percaya dengan tempat pelayanan
kesehatan yang dia kenal baik dari pada mendengar cerita dari orang lain. Namun pada
umumnya para pemasar cenderung kurang menggunakan hubungan masyarakat namun
sesekali mereka pasti melakukan program ini. Program hubungan masyarakat yang
direncanakan dengan baik dan dikoordinasikan dengar elemen bauran promosi yang lain
dapat menjadi sangat efektif.

5. Kewiraniagaan (Personal Selling).


Kewiraniagaan atau juga disebut Personal Selling adalah presentasi langsung dalam
suatu percakapan dengan masyarakat, dengan maksud untuk mendapatkan minat masyarakat
dalam program ini. Kewiraniagaan merupakan unsur terpenting kedua bagi eksekutif untuk
menentukan perpaduan promosinya dalam mendapatkan keberhasilan suatu program. Tujuan
kewiraniagaan adalah :
1. Mendapatkan minat masyarakat untuk program itu;
2. Membuat agar kader kesehatan aktif mempromosikan dan memamerkan program itu
pada masyarakat
3. Mendidik masyarakat yang dapat mempengaruhi masyarakat lainnya mau ikut
berperan serta dalam program ini.

6. Promosi Konsumen (Hadiah, Perlombaan dan Penawaran Kombinasi)

Promosi konsumen ini bertujuan untuk mendapatkan dampak yang cepat ditempat
pembelian, barangkali bersama dengan satu atau lebih sasaran yang mendasarinya.
Pemakaian promosi konsumen ini sangat kontroversial. Jelaslah bahwa kebutuhan akan
rangsangan yang kuat dalam program promosi itu bergantung pada apakah tanggapan
pembeli dini (early buying respone) dapat atau tidak dapat diharapkan dari gabungan dampak
iklan konsumen, kewiraniagaan dan promosi dealer.
Jadi promosi konsumen itu adalah alat praktis jangka pendek yang bertujuan untuk
merangsang tanggapan yang segera ditempat pembelian. Jika diterapkan dalam keadaan yang
tepat, bersama–sama dengan unsur–unsur lain dalam perpaduan promosi, maka
penggunaannya dapat memberikan hasil dalam jangka waktu pendek. Akan tetapi, manfaat
jangka panjang dari pemakaian promosi adalah lebih sulit. Jika ia digunakan untuk
mempromosikan contoh paksaan (forced sampling) dari suatu produk baru, manfaat jangka
panjang memang mungkin dapat diraih. Dan jika ia digunakan dalam promosi dari merek
yang sudah tekenal dan sudah mapan (established brands), peningkatan porsi pasarnya (share
of market) biasanya hanya bersifat sementara.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Promosi bisa diartikan sebagai sejenis komunikasi yang memberi penjelasan yang
meyakinkan calon konsumen tentang barang dan jasa ataupun sebuah proses membagi ide,
informasi atau perasaan audiens. Fungsi promosi meliputi:
1. Informing (Memberikan Informasi)
2. Persuading (Membujuk)

3. Reminding (Mengingatkan)

4. Adding Value (Menambah nilai)

5. Assisting (Mendampingi upaya-upaya lain dari perusahaan)

Tujuan promosi sebagai efek dari komunikasi sebagai berikut:


1. Menumbuhkan persepsi pelanggan terhadap suatu kebutuhan (category need).
2. Memperkenalkan dan memberikan pemahaman tentang suatu produk kepada
konsumen (brand awareness).

3. Mendorong pemilihan terhadap suatu produk (brand attitude).

4. Membujuk pelanggan untuk membeli suatu produk (brand purchase intention).

5. Mengimbangi kelemahan unsur bauran pemasaran lain (purchase facilitation).

6. Menanamkan citra produk dan perusahaan (positioning)

Bentuk-bentuk promosi:
1. Informasi dari mulut ke mulut (Word of mouth)
2. Pemasaran Langsung (Direct Marketing)

3. Iklan (Advertising)

5. Hubungan Masyarakat (Public Relation)

6. Kewiraniagaan (Personal Selling).

7. Promosi Konsumen (Hadiah, Perlombaan dan Penawaran Kombinasi)

8. Promosi Dealer/Promosi Penjualan (Sales Promotion)

9. Pameran dan Eksibisi

B. SARAN

14
Setiap bentuk promosi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Maka hendaknya
puskesmas dapat memilih berbagai bentuk promosi yang sesuai dengan sifat dan
karakteristik produk kesehatan serta biaya yang tersedia.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I : (PENDAHULUAN)
A. Latar belakang............................................................................................
B. Tujuan Promosi..........................................................................................
BAB II: (PEMBAHASAN)
A. Pengertian Promosi .....................................................................................
B. Fungsi dan Tujuan Promosi .......................................................................
C. Bentuk dan Media Promosi ........................................................................
BAB III: (PENUTUP)
A. Kesimpulan ..................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................

i
i

Anda mungkin juga menyukai