Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AGAMA

MENCIPTAKAN KERUKUNAN ANTAR UMAT


BERAGAMA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
CHRISTIAN MD SIMBOLON (4193121031)
GABRIEL HABEL SITORUS (4192421005)
LIA ANGRAINI SIMANJUNTAK (4193121004)
RUTH RAMAYANI PASARIBU (4193121044)

MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN


DOSEN PENGAMPU : LUHUT SIMARMATA,M.Th

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,atas berkat dan karunia yang
diberikan kami dapat menyelesaikan tugas Makalah mata kuliah Pendidikan AgamaKristen ini
yang berjudul “Kerukunan Antar Umat Beragama”. Kami berterima kasih kepada Bapak dosen
Luhut Simarmata,M.Th yang sudah memberikan bimbingannya.
Kami sadar bahwa tugas ini memiliki banyak kekurangan oleh karena itu kami
menginginkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca
Akhir kata kami ucapkan terima kasih semoga apa yang kami kerjakan bisa bermanfaat
bagi orang lain.

Medan, Maret 2021

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 1
C. Tujuan .............................................................................................................................................. 1
BAB II ISI .................................................................................................................................................... 2
A. Kerukunan Umat Beragama .......................................................................................................... 2
B. Bentuk Sikap Antar Umat Beragama ........................................................................................... 3
C. Kerukunan Hidup Beragama ........................................................................................................ 5
D. Toleransi Umat Beragama ............................................................................................................. 6
E.Umat Kristen dan Dialog atau Musyawarah .................................................................................... 7
F.Sikap Kristen yang Benar yang Beragama Lain .............................................................................. 8
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ...................................................................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, terdiri atas beberapa
kelompok masyarakat dengan latar belakang berbeda, baik suku, agama, budaya, maupun
ras. Agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama Islam, Katolik,
Protestan, Hindu, Budha, dan Kong HU chu. Dalam sebuah negara yang majemuk,
adalah tidak mudah untuk mewujudkan harmoni atau kerukunan diantara warga negara,
karena masing-masing kelompok mempunyai keyakinan, pendapat, dan aspirasi.
Dalam negara yang majemuk dengan berbagai macam agama, konflik yang terjadi antar
umat beragama tersebut dalam masyarakat yang multkultural adalah menjadi sebuah
tantangan yang besar bagi masyarakat maupun pemerintah. Supaya agama bisa menjadi
alat pemersatu bangsa, maka kemajemukan harus dikelola dengan baik dan benar, maka
diperlukan cara yang efektif yaitu dialog antar umat beragama untuk permasalahan yang
mengganjal antara masing-masing kelompok umat beragama, karena komunikasi antar
pemuka atau pemeluk agama merupakan kunci dari penyelesaian permasalahan antar
umat beragama. Selain itu, bagaimana menurut pandangan Kristen akan hal ini?

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
2. Bagaimana sikap terhadap kerukunan antar umat beragama?
3. Apa saja konflik yang berlatar belakang agama?
4. Bagaimana mewujudkan kerukunan umat beragama di Indonesia?
5. Bagaimana kerukunan umat beragama dalam pandangan Kristen?

C. Tujuan
1. Memahami makna dari kerukunan umat beragama.
2. Mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menjadi generasi penerus yang dapat menjaga kerukunan umat beragama berdasarkan
cinta kasih.

1
BAB II
ISI
A. Kerukunan Umat Beragama
Kerukunan berasal sari bahasa arab, yakni “rukaum” yang berarti asas atau dasar,
yang dalam bentuk tunggal berarti tiang dan dalam bentuk jamak “ arkhan” artinya tiang-
tiang. Dalam bahasa Indonesia, istilah rukun memiliki arti damai dan berastu hati. Dari
pengertian diatas, dapat digambarkan kerukunan sebagai suatu bangunan yang dibangun
dengan tiang untuk menopang rumah yang akan dihuni oleh sekelompok orang yang
diikat secara kekeluaraan dengan kesatuan hati untuk mencapai kedamaian. Kerukunan
adalah sikap saling mengakui, menghargai, toleransi yang tinggi antar umat beragama
dalam masyarakat multikultural sehngga umat beragama dapat hidup rukun, damai dan
berdampingan.
Istilah “kerukunan” merupakan arti kata yang positif dan dinamis di bandingkan
dengan istilah “toleransi” yang statis. Toleransi lebih mengisyaratkan adanya persetujuan
suatu pihak untuk memberikan hak hidup kepada pihak lain. Kerukunan mengandung
pengertian bahwa walaupun kita berbeda, namun kita mempunyai hak dan kewajiban
yang sama. Hak hidup yang dimiliki seseorang tidaklah tergantung pada izin pihak lain,
melainkan secara bersama-sama tergantung pada suatu yang luhur yaitu cita-cita
bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur, damai sejahtera berdasarkan pancasila dan terlebih tergantung pada Tuhan.
Kerukunan tidak mengharuskan kita seragam dalam segala sesuatu.Kerukunan adalah
sikap saling mengakui, menghargai, toleransi yang tinggi antar umat beragama dalam
masyarakat multikultural sehingga umat beragama dapat hidup rukun, damai, dan
berdampingan.
Multikulturalisme mengandung dua pengertian yang sangat kompleks yaitu mult yang
berarti plural dan kulturalisme yang berarti budaya.
Eksklusivisme merupakan sikap yang hanya mengakui agamanya sendiri sebagai
agama yang paling benar dan baik. Sikap fanatisme sempit seperti ini akan melahirkan
berbagai konsekuensi antara lain perpecahan dan perseteruan antara umat beragama dan
konflik.

2
Inklusivisme merupakan kebalikan dari eksklusivisme, yang mana sikap ini dapat
memahami dan menghargai agama lain dengan eksistensinya masing-masing tetapi tetap
memandang agamanya sebagai satu-satunya jalan menuju keselamatan.
Sedangkan pluralisme merupakan sikap yang menerima, menghargai, dan memandang
agama lain sebagai agama yang baik serta memiliki jalan keselamatan. dalam pandangan
ini setiap umat beragama terpanggil untuk membina hubungan solidaritas dialog dan
kerjasama dalam rangka mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan lebih
berpengharapan.
Seperti yang kita tahu, Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai
suku agama dan budaya dengan adanya arus pemikiran modern, yang membuat setiap
agama bergulat dengan persoalan adaptasi dialog serta identitasnya masing-masing.
Dengan adanya masyarakat yang majemuk ini membuat Indonesia sangatlah berbahaya,
karena setiap masyarakat atau umat beragama mudah terpancing untuk menonjolkan
keberbedaan yang mengarah kepada perpecahan. Apalagi jika menyinggung soal agama
yang harus benar-benar dijaga kerawanannya. Hal inilah yang membuat presiden bung
Karno mengatakan bukan agama tertentu yang menjadi dasar NKRI, tetapi prinsip
ketuhanan yang Maha Esa.

B. Bentuk Sikap Antar Umat Beragama


1.Sikap Eksklusivisme
Sikap eksklusivisme adalah sikap yang hanya mengakui agamanya sebagai agama
yang paling benar dan paling baik. ini adalah sikap fanatisme yang akan melahirkan
berbagai akibat buruk antara lain timbulnya perpecahan, perseteruan antara umat umat
beragama dan berbagai konflik lainnya. hal ini juga terjadi pada umat Kristen yang secara
khusus berada di kalangan mahasiswa yang menganggap sempit makna keselamatan
dibawakan oleh Yesus Kristus.
Seperti yang yang tertulis pada Yohanes 14:6, Yesus mau mengatakan kemutlakan
dirinya sebagai jalan kebenaran dan hidup termasuk kemutlakan bahwa menuju surga
hanya ada satu pintu mutlak, yaitu melalui diriNya sendiri. Pada Yohanes 3:16 juga
dikatakan bahwa wa si sus Kristus meliputi semua jagat raya, alam semesta dan agama-
agama yang ada. Yesus Kristus juga dalam kapasitasnya sebagai Allah yang universal,

3
mutlak menjadi pintu masuk surga bagi semua bangsa. Sehingga semua ajaran Yesus
Kristus tidak menunjuk pada satu agama tertentu saja melainkan bagi dunia ini.
2.Sikap Inklusivisme
Sikap ini merupakan sikap yang memahami dan menghargai agama agama
lainnya dengan segala eksistensi agama tersebut. Tetapi orang yang memiliki sifat
inklusivisme ini tetap menganggap agama yang dianutnya lah agama satu-satunya jalan
menuju keselamatan. Dalam posisi ini, kita sebagai masyarakat Kristen dan pengikut
Yesus Kristus hanya menganggap bahwa umat Kristen lah yang akan menerima
keselamatan, sedangkan agama yang lain tidak.
3.Pluralisme
Dengan berpedoman pada pertanyaan 1. Apakah orang penganut agama lain
selamat? 2. Apakah bedanya kita dengan agama lain? Dengan berpedoman kepada dua
pertanyaan itu, maka membuat manusia memiliki sikap pluralisme. sikap pluralisme ini
sendiri adalah sikap yang menerima, menghargai dan memandang agama lain
sebagaimana yang baik dan benar serta memiliki jalan keselamatannya masing-masing.
dalam perspektif pandangan seperti ini maka setiap umat beragama akan terpanggil untuk
menerima hubungan solidaritas, dialog dan kerjasama dalam rangka mewujudkan
kehidupan yang lebih baik dan lebih berpengharapan.
Jika dilihat dari segi toleransi dapat kita lihat bahwa sikap ini ini adalah sikap yang baik
dan cocok untuk kita di negara yang pluralis atau majemuk ini. Tetapi sebagai seorang
umat beragama tertentu, sikap ini seperti membuka pintu yang lebar terhadap pandangan
yang mengatakan bahwa semua agama benar dan dan memiliki jalan menuju surga.
Dengan kata lain pandangan ini ini memungkinkan orang dengan mudah berpindah
pindah agama karena berpikir walaupun caranya berbeda tetapi tujuannya sama. Sebagai
umat Kristiani dan umat Gereja, kita telah mengucapkan dogma iman Kristiani dan
pengakuan iman kita hanya kepada Allah Bapa, Allah Putra dan Roh Kudus saja.
Sehingga walaupun semua agama memiliki jalan keselamatan masing-masing, kita tetap
harus berpedoman kepada ajaran ajaran Kristus.

4
C. Kerukunan Hidup Beragama
1. Antar umat beragama
banyak benturan-benturan yang mengganggu kerukunan antar umat beragama selama
hidup kita. memang harus diakui bahwa perbedaan ajaran agama sangat sensitif
dalam kehidupan masyarakat terutama masyarakat Indonesia yang majemuk. sebagai
umat beragama yang baik kita wajib mengetahui, memahami dan mau menghargai
perbedaan antara kita dengan umat beragama yang lain. Sikap menghargai dan
menghormati perbedaan ajaran dan gaya hidup umat beragama lain bukan berarti
harus menerima dan menyetujui ajaran agama itu. Sebagai umat Kristen kepercayaan
kita tidak boleh diduakan. Kita tidak boleh berpura-pura, melainkan harus mampu
menyaksikan iman kita dengan berani dan tegas, mampu menunjukkan iman kita
sebagai orang Kristen yang tepat. namun dalam pergaulan hidup yang wajar, kita
wajib memelihara kerukunan hidup antar umat beragama yang berbeda dan tetap
menghargai mereka.
2. Inter umat beragama
Sebagai umat beragama yang baik dan benar, kita tidak hanya harus menjaga
kerukunan dengan umat agama. Namun, kita juga harus menjaga kerukunan kita
dengan umat beragama yang sama dengan kita. kita tidak akan dapat hidup rukun
dengan umat yang berbeda dengan kita kalau kita belum dapat rukun dengan umat
yang sama dengan kita. Dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat efesus dan jemaat
Korintus, Rasul Paulus memberikan nasehat agar para jemaat memelihara kesatuan
dan keberlainan mereka dengan sesama. Menurut Rasul Paulus jemaat Kristen wajib
memelihara kesatuan dalam keberlanjutan dan keberlainan dalam kesatuan. artinya,
umat Kristen harus menghargai perbedaan dalam persekutuan titik perbedaan itu
sendiri tidak harus menjadi pertentangan dan perpecahan.
3. Umat beragama dengan pemerintah
kita tidak hanya sebagai umat beragama saja, tapi kita juga adalah masyarakat dari
suatu negara. Sebagai umat Kristen di negara Indonesia ini, kita juga harus rukun
dengan pemerintah yang menjadi wakil Allah di dunia. Dalam Alkitab dilukiskan ada
dua jenis pemerintah. pertama, pemerintah yang berasal dari Allah atau sebagai wakil
Allah dan yang kedua, pemerintah yang menjadi kediaman roh-roh jahat atau atau

5
pemerintah kehancuran. Sebagai umat Kristen yang baik dan benar, kita harus
mendukung setiap program-program pemerintah yang bertujuan baik dan membangun
hidup yang baik di tengah-tengah masyarakatnya. Akan tetapi, kita harus memerangi
dan menghentikan setiap program-program pemerintah yang bersifat menghancurkan
atau memperburuknya kondisi kehidupan masyarakatnya sendiri.

D. Toleransi Umat Beragama


Toleransi terhadap umat beragama bukan berarti toleransi terhadap iman lain. Hal ini
berarti, setiap agama harus toleransi kepada umat dan agama lainnya akan tetapi tidak
harus menyetujui dan mengikuti kepercayaan orang lain. sebagai orang Kristen, kita tidak
boleh ragu-ragu akan kepastian iman kita. Orang Kristen juga tidak boleh munafik di
dalam pergaulannya dan tidak boleh takut mengakui nama Yesus Kristus sebagai
pedoman imannya. kita harus memperhatikan Bagaimana cara bergaul yang baik dalam
pergaulan sehari-hari menjadi pribadi-pribadi yang simpatis dan kreatif. Keteguhan dan
ketegasan iman kita tidak boleh menjadi sikap yang fanatis dan ekstrimis, melainkan
harus memenuhi ini sikap luwes dan dan ramah terhadap agama lainnya.

Beberapa Faktor yang Menggangu Kerukunan Hidup Beragama


1. Sikap mental negatif
Sikap mental negatif yang dimaksud adalah kesombongan, prasangka dan intoleransi
terhadap umat agama lainnya. Contohnya adalah, ada seorang umat beragama Kristen
memiliki keyakinan yang besar terhadap ajaran-ajaran agama Kristen yang
diterimanya sehingga dia memiliki asumsi bahwa Kristen adalah ajaran yang paling
benar. Dengan penanganan yang tidak tepat, umat tersebut akan merasa sombong dan
merasa lebih tinggi dari pemeluk agama lainnya.
2. SARA
secara sosiologi dapat dipahami bahwa suku, agama, ras dan antar golongan
merupakan nilai pemersatu bagi yang bersangkutan tetapi juga menjadi faktor
pemecah bagi mereka yang tidak memahaminya. Seseorang yang terlalu menganggap
SARA sebagai pedoman hidupnya akan merasa orang lain yang tidak sama
dengannya, yang berbeda dengannya adalah orang-orang yang lebih rendah darinya.

6
Tidak ada yang akan menerima keselamatan daripada ada orang orang lain yang
memiliki suku, agama, ras dan antar golongan yang sama dengan dia.
3. Perbedaan tingkat kebudayaan
Sering terjadi bahwa sikap superior pada tingkat kebudayaan yang maju dan sikap
inferior dari kelompok dengan tingkat budaya rendah akan menimbulkan suatu
pemisah diantara mereka titik dapat disadari bahwa perbedaan tingkat kebudayaan
yang mencolok akan mengganggu keseimbangan, keserasian dan keselarasan
pergaulan kehidupan antar kelompok masyarakat. Di satu pihak timbul nafsu
menguasai dari kelompok dengan budaya tinggi dan budaya maju terhadap kelompok
yang budayanya lebih rendah.
4. Mayoritas dan Minoritas golongan
Mayoritas dan minoritas, membuat setiap umat beragama mayoritas beranggapan
lebih berkuasa dari golongan minoritas. Sebagai pihak mayoritas, jumlah mereka
yang lebih banyak membuat mereka merasa mereka pemilik sekaligus penguasa atas
agama agama lainnya sehingga membuat mereka menginginkan hak istimewa. Kita
umat Kristen sebagai umat minoritas di negara Indonesia ini ini membuat kita harus
dapat menahan emosi kita dan menanggapi peristiwa-peristiwa yang bernuansa
agama dengan cermat dan teliti. Umat Kristen harus turut bertanggung jawab
mencegah ah dan menghindarkan agar tidak terjadi permusuhan dan kontak senjata di
antara masyarakat yang memiliki keyakinan berbeda. umat Kristen terpanggil untuk
mampu hidup secara rukun dan dinamis dengan sesama manusia, meski memiliki
agama yang berbeda-beda.

E.Umat Kristen dan Dialog atau Musyawarah


Sejalan dengan peranan umat Kristen dalam kehidupan bersama sebagai saksi
Kristus dan eman serta pelayan bagi sesama umat beragama lain maka salah satu perilaku
yang harus diperlihatkan dan ditunjukkan oleh orang Kristen adalah kemampuan untuk
berdialog dan bermusyawarah. dialog dalam musyawarah ini dapat terjadi jika ada
kesadaran untuk mengadakan percakapan, pergaulan dan pertukaran nilai yang dimiliki
oleh masing-masing umat dan kemudian berusaha memberi diri untuk dikenal serta
mengenal pihak lain.

7
F.Sikap Kristen yang Benar yang Beragama Lain
1.Sikap kreatif dan kritis
Sebagai umat Kristen, sikap kreatif dan kritis dalam kehidupan dan pergaulan
antar sesama menunjukkan sikap dewasa dan bertanggung jawab. Di satu pihak orang
Kristen harus menghayati dan mengamalkan iman nya sesuai kasih Kristus, tetapi di
pihak lain orang Kristen harus menggunakan pemikiran dan pemahamannya dalam
pergaulan dengan orang-orang yang bukan Kristen.
Rasul Paulus berpesan kepada ada jemaat Timotius bahwa tugas orang kristen tidak
hanya sekadar memberitakan dan mengajarkan firman Tuhan kepada sesamanya. Tetapi
lebih daripada itu, orang Kristen juga diminta bersedia menegur orang lain asal cara
menegur yang digunakan penuh hormat dan juga kasih.

2.Sikap dialogis dan simpatis


Sebagai umat Kristen, kita tidak cukup dengan memberitakan Injil secara sepihak,
melainkan orang Kristen juga harus mampu mendengar dan memberi perhatian terhadap
iman orang lain yang beragama walau berbeda dengan agama Kristen. Dalam mendekati
orang-orang non-kristen, gereja harus mendengar kepada iman iman kepercayaan agama
lain. Artinya, kita sebagai umat Kristen harus mendengar kepada mereka karena
persekutuan masa ini tidak akan terjadi jika hanya dengan satu tradisi, sebab setiap hari
dunia berkembang, sehingga kita tidak dapat hanya mempertahankan tradisi kita sendiri
melainkan tradisi dari orang lain juga.
Mendengarkan kepada iman kepercayaan agama lain bukanlah suatu sikap pasif
melainkan suatu sikap aktif dari umat Kristen. sikap aktif ini dapat diwujudkan dalam
dialog yang penuh simpati terhadap agama lain yang diselenggarakan oleh Dewan Gereja
Dunia (DGD). Yang mana peserta dialog tersebut terdiri dari 3 orang Islam, tiga orang
Hindu, 4 orang Budha dan 24 orang Kristen. Dalam dialog itu menghasilkan berbagai
perbedaan pendapat. Namun tidak terjadi perselisihan diantara sesama peserta. Hal ini
menyatakan secara halus bahwa melalui dialog yang baik dan simpatis terhadap agama
lain akan menjaga kerukunan antar umat beragama di seluruh dunia. Meskipun terjadi
perbedaan pendapat, tidak membuat kita meremehkan atau merendahkan agama yang
lain.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Indonesia sebagai negara yang majemuk dengan enam agama yang disahkan oleh negara
memiliki tantangan besar dalam menjaga kerukunan bangsanya terutama antar umat
beragama.
2. Kerukunan umat beragama merupakan suatu kondisi sosial ketika semua golongan agama
bisa hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masng-masing untuk melaksanakan
kewajiban agamanya. Selain itu, kerukunan dapat diartikan sebagai toleransi. Toleransi
pada dasarnya masyarakat bersikap lapang dada dan menerima perbedaan antar umat
beragama, menghormati satu sama lain dalam hal beribadah.
3. Konflik antar umat beragama yang terjadi dapat disebabkan oleh sikap eksklusivisme
(fanatisme), pemahaman yang diselewengkan, dan adanya pemahaman “bebas semau
sendiri” dalam kalangan masyarakat.
4. Menanggapi konflik yang terjadi diperlukan adanya komunikasi antar pemeluk agama
melalui dialog dengan menghindari latar belakang agama dan kehendak dominasi suatu
pihak. Selain itu masyarakat juga kiranya tidak memiliki rasa curiga kepada agama lain,
rasa menghormati agama lain dengan tidak mengolok-olok, dan tidak melakukan
diskriminasi terhadap suatu kaum/kelompok.
5. Menurut pandangan Kristen, kerukunan dapat dicapai melalui cinta kasih seperti yang
tertuang dalam 1 Korintus 13 : 4-7. Selain itu kita sebagai orang Kristen kiranya memilki
sikap yang membangun kerukunan umat beragama.

B. Saran
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca
tentang agama dan menciptakan kerukunan ditengah masyarakat sebagai bukti telah
mengenal cinta kasih Allah.

9
DAFTAR PUSTAKA

Geertz, Clifford. 1992. Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta: Kanisius.


Hadiwijono H. 2003. Iman Kristen. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Hakamako. 2011. Kerukunan Antar Umat Beragama, (diakses dari http: //
www.scribd.com/doc144456736/Lisa-kerukunan-antar-umat -beragama)
Nangoy Wisje. 2013. Bahan Ajar Pendidikan Agama Kristen. Manado: Universitas Negeri
Manado

10

Anda mungkin juga menyukai