0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
9 tayangan16 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang puasa, mulai dari pengertian puasa, kewajiban puasa Ramadhan, ketentuan pokok puasa seperti syarat berpuasa dan larangan-larangan saat puasa, serta jenis-jenis puasa sunnah seperti puasa Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh, dan puasa Dalail yang melibatkan pembacaan doa Dalailul Khairat.
Dokumen tersebut membahas tentang puasa, mulai dari pengertian puasa, kewajiban puasa Ramadhan, ketentuan pokok puasa seperti syarat berpuasa dan larangan-larangan saat puasa, serta jenis-jenis puasa sunnah seperti puasa Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh, dan puasa Dalail yang melibatkan pembacaan doa Dalailul Khairat.
Dokumen tersebut membahas tentang puasa, mulai dari pengertian puasa, kewajiban puasa Ramadhan, ketentuan pokok puasa seperti syarat berpuasa dan larangan-larangan saat puasa, serta jenis-jenis puasa sunnah seperti puasa Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh, dan puasa Dalail yang melibatkan pembacaan doa Dalailul Khairat.
وشرعا ً إمساك عن مفطر بنية مخصوصة جميع نهار قابل للصوم من مسلم عاقل طاهر من حيض ونفاس 2. Kewajiban puasa Ramadhan ين ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم َ علَى الﱠ ِذ َ َِك َما ُكت َ ب
Imam Al Alusi Yang dimaksud dengan ‘orang-
orang sebelum kalian’ adalah para Nabi sejak masa Nabi Adam ‘Alaihissalam sampai sekarang, sebagaimana keumuman yang ditunjukkan dengan adanya isim maushul. Menurut Ibnu Abbas dan Mujahid, yang dimaksud di sini adalah Ahlul Kitab. Menurut Al Hasan, As Suddi, dan As Sya’bi yang dimaksud adalah kaum Nasrani. Beberapa riwayat menyatakan bahwa puasa umat sebelum umat Muhammad adalah disyariatkannya puasa tiga hari setiap bulannya. Ibnu Katsir “Terdapat riwayat dari Muadz, Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Abbas, Atha’, Qatadah, Ad Dhahak bin Mazahim, yang menyatakan bahwa ibadah puasa awalnya hanya diwajibkan selama tiga hari setiap bulannya, kemudian hal itu di- nasakh dengan disyariatkannya puasa Ramadhan. Dalam riwayat tersebut terdapat tambahan bahwa kewajiban puasa tiga hari setiap bulan sudah ada sejak zaman Nabi Nuh hingga akhirnya di-nasakh oleh Allah Ta’ala dengan puasa Ramadhan” َ ُلَعَلﱠ ُك ْم تَتﱠق ون Kata la’alla dalam Al Qur’an memiliki beberapa makna, diantaranya ta’lil (alasan) dan tarajji ‘indal mukhathab (harapan dari sisi orang diajak bicara). Dengan makna ta’lil, dapat kita artikan bahwa alasan diwajibkannya puasa adalah agar orang yang berpuasa mencapai derajat taqwa. Dengan makna tarajji, dapat kita artikan bahwa orang yang berpuasa berharap dengan perantaraan puasanya ia dapat menjadi orang yang bertaqwa. Imam At Thabari agar kalian bertaqwa (menjauhkan diri) dari makan, minum dan berjima’ dengan wanita ketika puasa” Imam Al Baghawi mudah-mudahan kalian bertaqwa karena sebab puasa. Karena puasa adalah wasilah menuju taqwa. Sebab puasa dapat menundukkan nafsu dan mengalahkan syahwat. Tafsir Jalalain- agar kalian bertaqwa dari maksiat. Sebab puasa dapat mengalahkan syahwat yang merupakan sumber maksiat 3. Ketentuan Pokok Puasa Syarat-syarat wajib berpuasa :Islam, baligh, berakal dan mampu berpuasa. Fardhu Puasa : (1) niat di dalam hati. Jika puasa yang dikerjakan adalah fardlu seperti Romadlon atau puasa nadzar, maka harus melakukan niat di malam hari. (2) menahan dari makan dan minum walaupun perkara yang dimakan dan yang diminum hanya sedikit, hal ini ketika ada unsur kesengajaan. (3) menahan dari melakukan jima’ dengan sengaja. (4) menahan dari muntah dengan sengaja. Kesunahan-Kesunahan Puasa: (1) segera berbuka jika orang yang berpuasa tersebut telah meyaqini terbenamnya matahari. Disunnahkan untuk berbuka dengan kurma kering. (2) mengakhirkan sahur selama tidak sampai mengalami keraguan - masuknya waktu Shubuh-. Jika tidak demikian, maka hendaknya tidak mengakhirkan sahur. (3) tidak berkata kotor. 4. Puasa Sunnah 1. Puasa Senin Kamis 2. Puasa Ayyamul Bidh (puasa tiga hari pada setiap bulan Qamariyyah yakni tanggal 13, 14, 15 Hijriyyah. Puasa sunnah ini dikenal sebagai puasa hari putih. 3. Puasa Syaban 4. Puasa Syawal 5. Puasa Sunnah 1-7 Dzulhijjah (Puasa sunnah ini adalah salah satu amalan yang dianjurkan dikerjakan dalam 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. 6. Puasa Arafah 9 Dzulhijjah 7. Puasa Muharram (puasa sunnah yang dilakukan di bulan Muharram, atau tahun barunya umat Islam, biasanya dilakukan di tanggal 10 yang dikenal dengan puasa sunnah Asyura. 8. Puasa Nabi Daud 9. Puasa Tarwiyah 10. Puasa Tasu’a (puasa sunnah yang dikerjakan pada tanggal 9 Muharram. Puasa ini dilakukan untuk mengiringi puasa yang dilakukan pada keesokan harinya yaitu di tanggal 10 Muharram) Puasa Dalail • Puasa dalail khairat merupakan puasa yang dilaksanakan selama 3 tahun berturut-turut yang dibarengi dengan pembacaan wirid setiap harinya. • Dalailul Khairat adalah sebuah kitab berisi kumpulan sholawat Nabi. Kitab ini disusun oleh pengarangnya berdasar jumlah hari, dari Ahad sampai Sabtu. Tujuannya agar bisa dijadikan wiridan setiap hari oleh para pengamalnya. • Pengarang Dalailul Khairat adalah Syeikh Abu Abdullah Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli (w. 870 H.), seorang waliyullah besar kelahiran Maroko, Qutubuzzaman pada masanya. • Syeikh al-Jazuli juga seorang pengkader para ulama besar dan da’i ulung. Beberapa murid beliau yang terkenal adalah Syeikh Abu Abdullah Muhammad as-Shaghir as-Suhali dan Syeikh Abu Muhammad Abdul Karim al-Mandzari. Di tangan mereka inilah, banyak orang tergerak menekuni tarekat sebagai jalan menuju Allah swt. • Banyaknya umat muslim kala itu mengamalkan Dalailul Khairat. Jumlah murid yang menimba ilmu dari Syeikh Jazuli terhitung 12.765 orang. Mereka datang dari berbagai penjuru kota dengan latar belakang sosial yang beragam. Tidak saja menuntut ilmu, tetapi juga menyampaikan keluh kesah pada sang Syeikh, mencari berkah dan karomah, serta meminta pertolongan sesuai kebutuhan masing- masing. • Menurut Syeikh Abdul Majid asy-Syarnubi al-Azhari, Syeikh al-Jazuli sendiri adalah seorang pengamal Tarekat Syadziliah. Sebagai wali besar, banyak karomah yang lahir dari tangan Syeikh al-Jazuli. Sebagai kumpulan kitab sholawat Nabi, Dalailul Khairat mendatangkan manfaat yang luar biasa bagi umat (asy-Syarnubi, Syarh Dalailul Khairat, Qohirah: Maktabah al-Adab, 1994:4). • Menurut Syeikh Yusuf an-Nabhani, sebelum mengarang kitab Dalailul Khairat ini, Syekh al-Jazuli bertemu dengan seorang anak kecil perempuan (shobiah) pada kesempatan yang tidak disengaja. Gadis kecil ini digambarkan sebagai seorang yang penuh karomah karena mengamalkan sholawat Nabi. Pada saat itu, Syeikh al-Jazuli pergi ke sebuah sumur untuk berwudu. Tiba-tiba, air dalam sumur kering. • Tidak berselang lama, seorang bocah kecil terlihat berdiri di atas tempat yang tinggi. Syeikh al-Jazuli bertanya, “Siapa dirimu?”. Gadis itu menjawab seraya menyinggung, “engkau ini lelaki yang banyak dipuji orang karena kebaikan. Tetapi, mengapa engkau tampak kebingungan hanya karena air tidak mau keluar dari dalam sumur?!” • Perempuan kecil itu meludah ke atas tanah. Atas izin Allah swt., air menyembur ke permukaan. Syeikh al-Jazuli pun berwudu menggunakan air yang muncul karena karomah itu. Selesai berwudu, Syeikh bertanya: “dari mana engkau mendapatkan derajat mulia semacam ini?” Perempuan kecil itu menjawab, “karena aku sering membaca sholawat kepada dia (Nabi), yang setiap kali berjalan di suatu tempat, binatang-binatang liar pun akan tunduk kepadanya. • Mendengar jawaban puitis semacam itu, hati Syeikh al-Jazuli tergetar, lalu berkomitmen mengarang kitab Dalailul Khairat , yang berisi sholawat penuh pujian puitis atas Kanjeng Nabi Muhammad Saw • Banyak para ulama mengakui berkah kitab kumpulan Sholawat Nabi dalam Dalailul Khairat ini. Syeikh Muhammad al-Mahdi al- Fasi mengatakan, “kitab Dalailul Khairat sungguh betul-betul media Allah melimpahkan berkah dan kenikmatan kepada semua hamba-Nya. Dari ujung barat sampai timur, tidak ada kumpulan sholawat yang lebih indah dan mengagumkan dibanding Dalailul Khairat. • Dalailul Khairat memang dirancang oleh Syeikh al-Jazuli sebagai wiridan. Abdul Qadir Zaki mengatakan, Syeikh Jazuli mendesain susunan kitab Dalail ini agar bisa dijadikan wirid oleh para pengikut dan muridnya, sesuai kemampuan masing-masing. Jika tidak mampu menyelesaikannya sekali duduk, maka bisa dibagi menjadi tiga kali atau empat kali, sesuai arahan dari Syeikh yang memberinya ijazah. • Mengamalkan Dalailul Khairat sebagai wiridan sering dibarengi dengan tradisi Shaumud Dahr (Puasa Tahunan). Tradisi ini disebut sebagai adat (al-‘Adah). Secara linguistik, pengertian adat adalah segala sesuatu yang terjadi berulang-ulang. Dalam istilah ulama Ushul Fiqh, tradisi atau adat diartikan sebagai ma istaqorro fin nufus min jihatil ‘uqul wa talaqqathut thiba’us salimatu bil qobul. Segala hal yang sudah mapan di dalam hati dilihat dari segi dalil-dalil rasional, serta bisa diterima jiwa yang sehat. • Tradisi Puasa Tahunan (Shaumud Dahr) ini kemudian lebih dikenal sebagai “Puasa Dalail,” yang artinya Shaumud Dahr yang diamalkan bersamaan dengan mengamalkan Dalailul Khairat. Tradisi Puasa Dalail ini sudah terkenal di kalangan umat muslim, baik di Indonesia maupun Timur Tengah. Melati Ismaila Rafi’i mengatakan, masyarakat muslim di sekitar pondok pesantren Jawa Tengah mengenal Puasa Dalail, yaitu puasa yang dilaksanakan selama tiga (3) tahun secara berturut- turut.