Anda di halaman 1dari 16

PUASA

(Pertemuan ke 15)
Pokok Bahasan :

1. Pengertian Puasa;
2. Kewajiban puasa Ramadhan;
3. Ketentuan pokok puasa;
4. Puasa Sunnah
‫‪1. Pengertian Puasa‬‬

‫الصوم لغة اﻹمساك‪،‬‬


‫وشرعا ً إمساك عن مفطر بنية مخصوصة جميع نهار قابل‬
‫للصوم من مسلم عاقل طاهر من حيض ونفاس‬
2. Kewajiban puasa Ramadhan
‫ين ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم‬
َ ‫علَى الﱠ ِذ‬ َ ِ‫َك َما ُكت‬
َ ‫ب‬

 Imam Al Alusi  Yang dimaksud dengan ‘orang-


orang sebelum kalian’ adalah para Nabi sejak
masa Nabi Adam ‘Alaihissalam sampai sekarang,
sebagaimana keumuman yang ditunjukkan
dengan adanya isim maushul.
 Menurut Ibnu Abbas dan Mujahid, yang dimaksud
di sini adalah Ahlul Kitab.
 Menurut Al Hasan, As Suddi, dan As Sya’bi yang
dimaksud adalah kaum Nasrani.
 Beberapa riwayat menyatakan bahwa puasa umat
sebelum umat Muhammad adalah
disyariatkannya puasa tiga hari setiap bulannya.
 Ibnu Katsir  “Terdapat riwayat dari Muadz, Ibnu
Mas’ud, Ibnu ‘Abbas, Atha’, Qatadah, Ad Dhahak
bin Mazahim, yang menyatakan bahwa ibadah
puasa awalnya hanya diwajibkan selama tiga hari
setiap bulannya, kemudian hal itu di-
nasakh dengan disyariatkannya puasa Ramadhan.
 Dalam riwayat tersebut terdapat tambahan
bahwa kewajiban puasa tiga hari setiap bulan
sudah ada sejak zaman Nabi Nuh hingga akhirnya
di-nasakh oleh Allah Ta’ala dengan puasa
Ramadhan”
َ ُ‫لَعَلﱠ ُك ْم تَتﱠق‬
‫ون‬
 Kata la’alla dalam Al Qur’an memiliki beberapa makna,
diantaranya ta’lil (alasan) dan tarajji ‘indal mukhathab (harapan
dari sisi orang diajak bicara).
 Dengan makna ta’lil, dapat kita artikan bahwa alasan
diwajibkannya puasa adalah agar orang yang berpuasa mencapai
derajat taqwa.
 Dengan makna tarajji, dapat kita artikan bahwa orang yang
berpuasa berharap dengan perantaraan puasanya ia dapat
menjadi orang yang bertaqwa.
 Imam At Thabari  agar kalian bertaqwa (menjauhkan diri) dari
makan, minum dan berjima’ dengan wanita ketika puasa”
 Imam Al Baghawi  mudah-mudahan kalian bertaqwa karena
sebab puasa. Karena puasa adalah wasilah menuju taqwa. Sebab
puasa dapat menundukkan nafsu dan mengalahkan syahwat.
 Tafsir Jalalain- agar kalian bertaqwa dari maksiat. Sebab puasa
dapat mengalahkan syahwat yang merupakan sumber maksiat
3. Ketentuan Pokok Puasa
 Syarat-syarat wajib berpuasa :Islam, baligh,
berakal dan mampu berpuasa.
 Fardhu Puasa : (1) niat di dalam hati.
Jika puasa yang dikerjakan adalah fardlu seperti
Romadlon atau puasa nadzar, maka harus
melakukan niat di malam hari. (2) menahan dari
makan dan minum walaupun perkara yang
dimakan dan yang diminum hanya sedikit, hal ini
ketika ada unsur kesengajaan. (3) menahan dari
melakukan jima’ dengan sengaja. (4) menahan dari
muntah dengan sengaja.
 Kesunahan-Kesunahan Puasa: (1) segera
berbuka jika orang yang berpuasa tersebut
telah meyaqini terbenamnya matahari.
Disunnahkan untuk berbuka dengan kurma
kering. (2) mengakhirkan sahur selama
tidak sampai mengalami keraguan -
masuknya waktu Shubuh-. Jika tidak
demikian, maka hendaknya tidak
mengakhirkan sahur. (3) tidak berkata
kotor.
4. Puasa Sunnah
1. Puasa Senin Kamis
2. Puasa Ayyamul Bidh (puasa tiga hari pada setiap bulan Qamariyyah
yakni tanggal 13, 14, 15 Hijriyyah. Puasa sunnah ini dikenal sebagai
puasa hari putih.
3. Puasa Syaban
4. Puasa Syawal
5. Puasa Sunnah 1-7 Dzulhijjah (Puasa sunnah ini adalah salah satu
amalan yang dianjurkan dikerjakan dalam 10 hari pertama bulan
Dzulhijjah.
6. Puasa Arafah 9 Dzulhijjah
7. Puasa Muharram (puasa sunnah yang dilakukan di bulan Muharram,
atau tahun barunya umat Islam, biasanya dilakukan di tanggal 10 yang
dikenal dengan puasa sunnah Asyura.
8. Puasa Nabi Daud
9. Puasa Tarwiyah
10. Puasa Tasu’a (puasa sunnah yang dikerjakan pada tanggal 9 Muharram.
Puasa ini dilakukan untuk mengiringi puasa yang dilakukan pada
keesokan harinya yaitu di tanggal 10 Muharram)
Puasa Dalail
• Puasa dalail khairat merupakan puasa yang dilaksanakan selama
3 tahun berturut-turut yang dibarengi dengan pembacaan wirid
setiap harinya.
• Dalailul Khairat adalah sebuah kitab berisi kumpulan sholawat
Nabi. Kitab ini disusun oleh pengarangnya berdasar jumlah hari,
dari Ahad sampai Sabtu. Tujuannya agar bisa dijadikan wiridan
setiap hari oleh para pengamalnya.
• Pengarang Dalailul Khairat adalah Syeikh Abu Abdullah
Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli (w. 870 H.), seorang waliyullah
besar kelahiran Maroko, Qutubuzzaman pada masanya.
• Syeikh al-Jazuli juga seorang pengkader para ulama besar dan da’i
ulung. Beberapa murid beliau yang terkenal adalah Syeikh Abu
Abdullah Muhammad as-Shaghir as-Suhali dan Syeikh Abu
Muhammad Abdul Karim al-Mandzari. Di tangan mereka inilah,
banyak orang tergerak menekuni tarekat sebagai jalan menuju
Allah swt.
• Banyaknya umat muslim kala itu mengamalkan Dalailul Khairat.
Jumlah murid yang menimba ilmu dari Syeikh Jazuli terhitung 12.765
orang. Mereka datang dari berbagai penjuru kota dengan latar
belakang sosial yang beragam. Tidak saja menuntut ilmu, tetapi juga
menyampaikan keluh kesah pada sang Syeikh, mencari berkah dan
karomah, serta meminta pertolongan sesuai kebutuhan masing-
masing.
• Menurut Syeikh Abdul Majid asy-Syarnubi al-Azhari, Syeikh al-Jazuli
sendiri adalah seorang pengamal Tarekat Syadziliah. Sebagai wali
besar, banyak karomah yang lahir dari tangan Syeikh al-Jazuli. Sebagai
kumpulan kitab sholawat Nabi, Dalailul Khairat mendatangkan
manfaat yang luar biasa bagi umat (asy-Syarnubi, Syarh Dalailul
Khairat, Qohirah: Maktabah al-Adab, 1994:4).
• Menurut Syeikh Yusuf an-Nabhani, sebelum mengarang kitab Dalailul
Khairat ini, Syekh al-Jazuli bertemu dengan seorang anak kecil
perempuan (shobiah) pada kesempatan yang tidak disengaja. Gadis
kecil ini digambarkan sebagai seorang yang penuh karomah karena
mengamalkan sholawat Nabi. Pada saat itu, Syeikh al-Jazuli pergi ke
sebuah sumur untuk berwudu. Tiba-tiba, air dalam sumur kering.
• Tidak berselang lama, seorang bocah kecil terlihat berdiri di
atas tempat yang tinggi. Syeikh al-Jazuli bertanya, “Siapa
dirimu?”. Gadis itu menjawab seraya menyinggung, “engkau
ini lelaki yang banyak dipuji orang karena kebaikan. Tetapi,
mengapa engkau tampak kebingungan hanya karena air
tidak mau keluar dari dalam sumur?!”
• Perempuan kecil itu meludah ke atas tanah. Atas izin Allah
swt., air menyembur ke permukaan. Syeikh al-Jazuli pun
berwudu menggunakan air yang muncul karena karomah itu.
Selesai berwudu, Syeikh bertanya: “dari mana engkau
mendapatkan derajat mulia semacam ini?” Perempuan kecil
itu menjawab, “karena aku sering membaca sholawat
kepada dia (Nabi), yang setiap kali berjalan di suatu tempat,
binatang-binatang liar pun akan tunduk kepadanya.
• Mendengar jawaban puitis semacam itu, hati Syeikh al-Jazuli
tergetar, lalu berkomitmen mengarang kitab Dalailul Khairat ,
yang berisi sholawat penuh pujian puitis atas Kanjeng Nabi
Muhammad Saw
• Banyak para ulama mengakui berkah kitab kumpulan Sholawat
Nabi dalam Dalailul Khairat ini. Syeikh Muhammad al-Mahdi al-
Fasi mengatakan, “kitab Dalailul Khairat sungguh betul-betul
media Allah melimpahkan berkah dan kenikmatan kepada semua
hamba-Nya. Dari ujung barat sampai timur, tidak ada kumpulan
sholawat yang lebih indah dan mengagumkan dibanding Dalailul
Khairat.
• Dalailul Khairat memang dirancang oleh Syeikh al-Jazuli sebagai
wiridan. Abdul Qadir Zaki mengatakan, Syeikh Jazuli mendesain
susunan kitab Dalail ini agar bisa dijadikan wirid oleh para
pengikut dan muridnya, sesuai kemampuan masing-masing. Jika
tidak mampu menyelesaikannya sekali duduk, maka bisa dibagi
menjadi tiga kali atau empat kali, sesuai arahan dari Syeikh yang
memberinya ijazah.
• Mengamalkan Dalailul Khairat sebagai wiridan sering dibarengi
dengan tradisi Shaumud Dahr (Puasa Tahunan). Tradisi ini
disebut sebagai adat (al-‘Adah). Secara linguistik, pengertian
adat adalah segala sesuatu yang terjadi berulang-ulang. Dalam
istilah ulama Ushul Fiqh, tradisi atau adat diartikan sebagai ma
istaqorro fin nufus min jihatil ‘uqul wa talaqqathut thiba’us
salimatu bil qobul. Segala hal yang sudah mapan di dalam hati
dilihat dari segi dalil-dalil rasional, serta bisa diterima jiwa yang
sehat.
• Tradisi Puasa Tahunan (Shaumud Dahr) ini kemudian lebih
dikenal sebagai “Puasa Dalail,” yang artinya Shaumud Dahr
yang diamalkan bersamaan dengan mengamalkan Dalailul
Khairat. Tradisi Puasa Dalail ini sudah terkenal di kalangan umat
muslim, baik di Indonesia maupun Timur Tengah. Melati
Ismaila Rafi’i mengatakan, masyarakat muslim di sekitar
pondok pesantren Jawa Tengah mengenal Puasa Dalail, yaitu
puasa yang dilaksanakan selama tiga (3) tahun secara berturut-
turut.

Anda mungkin juga menyukai