Mata Kuliah (Kode MK) : Ekonomi Budaya dan Semester : 1 / Gasal 2021-2022
Kearifan Lokal (PBS-602008)
Program Studi : Perbankan Syariah Dosen : Suhirman, S.H.I., MA.Ek
SKS : 2 SKS
Selamat mengerjakan!
NB:
File jawaban yang dikirim dalam bentuk PDF.
Penamaan file jawaban ditulis dengan fomat: nomor absen dan nama
lengkap. Conto, 1. Udin, 2. Joko, 3. Dst....
Jawaban dikirim paling lambat: Rabu, 8 Desember 2021, pukul 20.00 WIB
Jawaban dikumpulkan kepada Komting, selanjutnya Komting mengirim ke
dosen via WA dalam satu folder paling lambat sesuai waktu yang telah
ditentukan.
Nama : Nabila Nida’ Musyaffa’
NIM : 2105036053
Kelas : PBAS B1
No Absen : 10
1. Kearifan lokal merupakann suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup;
pandangan hidup (way of life) yang mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup. Di
Indonesia—yang kita kenal sebagai Nusantara—kearifan lokal itu tidak hanya berlaku secara
lokal pada budaya atau etnik tertentu, tetapi dapat dikatakan bersifat lintas budaya atau lintas
etnik sehingga membentuk nilai budaya yang bersifat nasional. Dalam realitas Indonesia kini,
secara ekstrem dapat dikatakan bahwa kearifan lokal yang kita miliki mirip benda pusaka, yang
kita warisi dari leluhur, kita simpan dan kita pelihara, tetapi kita tidak mampu
mengimplementasikannya dalam kehidupan nyata sehingga pusaka tersebut sia-sia merespons
tantangan zaman yang telah berubah. Penerapan kearifan lokal semestinya juga dapat
diimplementasikan dalam kebijakan negara, misalnya dengan menerapkan prinsip ekonomi yang
berasaskan kekeluargaan dan gotong royong. Kearifan lokal sendiri dapat dipandang sebagai
identitas bangsa, terlebih dalam konteks Indonesia yang memungkinkan kearifan lokal
bertransformasi secara lintas budaya yang pada akhirnya melahirkan nilai budaya nasional. Di
Indonesia, kearifan lokal adalah filosofi dan pandangan hidup yang mewujud dalam berbagai bidang
kehidupan (tata nilai sosial dan ekonomi, arsitektur, kesehatan, tata lingkungan, dan sebagainya).
2. a. Kearifan lokal adalah cara dan praktik yang dikembangkan oleh sekelompok masyarakat
yang berasal dari pemahaman mendalam mereka akan lingkungan setempat yang terbentuk dari
tinggal di tempat tersebut secara turun-menurun. Kearifan lokal muncul dari dalam masyarakat
sendiri, disebarluaskan secara non-formal, dan dimiliki secara kolektif oleh masyarakat yang
bersangkutan. Selain itu, kearifan lokal juga dikembangkan selama beberapa generasi dan
tertanam di dalam cara hidup. Selain itu, kearifan lokal juga dikembangkan selama beberapa
generasi dan tertanam di dalam cara hidup masyarakat yang bersangkutan sebagai sarana untuk
mempertahankan hidup.
b. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan pemberdayaan komunitas yang bertujuan untuk
menumbuhkan kemandirian masyarakat agar berani menghadapi tantangan yang merupakan
dampak serta peluang dari berkembangnya zaman.
3. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh suatu
daerah tersebut, baik dalam bidang pendidikan, sosial maupun ekonomi. Selain itu adanya
pembaharuan atau inovasi juga diperlukan dalam mengembangkan potensi yang dimiliki seperti
mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan baik sumber daya alam, sumber daya manusia,
keunikan lokasi dan lain sebagainya. Prinsip partisipatif dan mandiri juga diperlukan oleh
masyarakat agar masyarakat tidak hanya menjadi objek, melainkan menjadi bagian dari sumber
pemberdayaan. Dengan adanya partisipasi dari masyarakat tersebut mampu memberikan
manfaat secara signifikan dalam peningkatan kualitas hidup.
Di sisi lain, potensi sosial ekonomi budaya dapat dikembangkan melalui sektor pertanian, yang
dicapai melalui investasi teknologi, pengembangan produktivitas tenaga kerja, pembangunan
sarana ekonomi, serta penataan dan pengembangan kelembagaan pertanian.
5. Menurut saya, pengawasan dari otonomi pusat masih sangat lemah sehingga hal tersebutlah
yang menjadi sebab munculnya oknum oknum tidak bertanggung jawab yang berpotensi
menyebabkan disintegrasi negara. Seharusnya otonomi pusat mengawasi otonomi daerah lebih
ketat lagi agar tidak terjadi penyelewengan kekuasaan maupun hal lain yang bisa menyebabkan
adanya disintegrasi negara. Selain itu, dalam menetapkan aturan, otonomi pusat sebaiknya
mengamati kondisi daerah terlebih dahulu agar tidak terjadi multi tafsir yang dapat merugikan
rakyat dan pemerintah daerah terserbut.
Di sisi lain, pelaksanaan otonomi daerah di negara kita terlihat masih mendapat beberapa
kendala seperti:
• Kurangnya kemampuan Pemerintah Daerah dalam menjalankan pemerintahan secara otonom.
Banyak daerah salah dalam menerapkan strategi pembangunan, daerah terkesan tidak mampu
mengelola keuangan dan melakukan manajemen pembangunan dengan baik. Banyak proyek
pembangunan yang mubazir dan tumpang tindih.
• Lemahnya fungsi wakil rakyat. Wakil rakyat di daerah juga tidak memiliki kapabilitas sebagai
anggota dewan. Sistem rekruitmen yang tidak jelas dan apatisme masyarakat dalam melakukan
pemilihan mengakibatkan banyak wakil rakyat yang tidak memiliki kemampuan memadai untuk
bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Korupsi yang dilakukan anggota dewan, tarik ulur
peraturan daerah dan kebijakan yang hanya sebatas peningkatan gaji danberbagai tunjangan untuk
diri mereka sendiri menjadi contoh lemahnya fungsi wakil rakyat.