PETA KONSEP
PENGERTIAN
TASAWUF DAN
TASAWUF ISLAM
TASAWUF DALAM
PANDANGAN ALQURAN DAN
ASSUNNAH
CIRI UMUM
TASAWUF
ALUR AJARAN
TASAWUF
TUJUAN
TASAWUF
MAQAMAT
DALAM
TASAWUF
PERSAMAAN DAN
PERBEDAAN
THARIQAT
TOKOH-TOKOH
SUFI
IMAM
GHAZALI
RABIYATUL
ADAWIYAH
HASAN AL
BASHRI
Secara Istilah
Tasawuf secara istilah telah banyak diformulasikan para ahli satu dan
lainnya berbeda, sesuai dengan pemahaman mereka masing-masing.
Menurut Al-Juhairi, ketika di tanya tasawuf, ia menjawab: Masuk ke dalam
segala budi (Akhlak) yang mulia dan keluar dari budi pekerti yang rendah.
Menurut Al-Junaidi. Ia mendefinisikan:
Tasawuf adalah membersihkan hati dari apa saja yang mengganggu
perasaan makhluk, berjuang menanggalkan pengaruh budi yang asal (Instink)
kita, memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi
segala seruan hawa nafsu, mendekati sifat-sifat suci kerohanian, bergantung
pada ilmu-ilmu hakikat, sifat suci kerohanian, bergantung pada ilmu-ilmu
hakikat, memakai barang yang penting dan terlebih kekal, menaburkan
nasihat kepada semua orang, memegang teguh janji dengan Allah dalam hal
hakikat, dan mengikuti contoh Rasulullah dalam hal syariat.
Artinya : Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang
tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu
mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang
terpuji.
2. Dalil-dalil As-Sunnah
Sama halnya dengan Al-Quran, As-sunnah banyak mengungkapkan
berkenaan dengan perilaku dan pengalaman tsawuf. Diantaranya
adalah sebagai berikut:
Aisyah berkata:
Artinya: Adalah Nabi Saw bangun sholat malamm (qiyamu al-lail),
sehingga bengkak kakiknya. Aku berkata kepadanya,Gerangan
apakah sebabnya, wahai utusan Allah, engkau sekuat tenaga
melakukan ini, padahal Allah telah berjanji akan mengampuni
kesalahanmu, baik yang terdahulu maupun yang akan datang?
Beliau menjawab, Apakah aku tidak akan suka menjadi seorang
hamba Allah yang bersyukur? (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah Saw bersabda:
Artinya: Demi Allah, aku memohon ampun kepada Allah dalam
sehari semalam tak kuranng dari tujuh puluh kali.(HR. Al-Bukhari)
Rasulullah Saw bersabda:
Artinya: Zuhudlah terhadap dunia maka Allah akan mencintaimu.
Zuhudlah pada apa yang ada di tangan orang lain maka mereka
akan mencintaimu.(HR. Ibnu Majah)
3.
Tujuan Tasawuf
Menurut A. Rivay Siregar secara umum tujuan terpenting dari
sufi adalah berada sedekat mungkin dengan Allah. Selain itu
tasawuf juga bertujuan untuk mencapai marifat dengan cara Fana.
Terjadinya marifatullah sebenarnya didahului oleh proses
terbukanya hijab yang membatasi hati mutasawwif dengan Allah.
Jika penutup itu hilang atau terbuka maka terjadilah ruyatullah
(melihat Allah) dan alam gaib lainnya dengan mata bathin.
Untuk mencapai marifatullah ada beberapa upaya dalam
bertasawuf :
1. Takhalli
Adalah upaya keras untuk mengosongkan hatinya dari sifat-sifat
yang rendah dan tercela. Menjauhkan diri dari perbuatan dosa besar
dan kecil.
2. Tahalli
Adalah upaya keras menghiasi bathin dengan sifat-sifat
terpuji dan mulia.
3. Tajalli
Sebagai buah dan upaya dari tahalli maka muncullah karunia
Tuhan berupa Tajalli. Yaitu menjadi tampak atau muncul
penampakan Tuhan dalam pandangan batin mereka yang
melakukan takhalli dan tahalli.
3. Zuhud
Berbeda dengan wara yang pada dasarnya merupakan laku
menjahui yang syubhat dan setiap yang haram,
makazuhudpada dasarnya adalah tidak tamak atau tidak ingin
dan tidak mengutamakan kesenangan duniawi.
4. Fakir
Al-Ghazali menganjurkan atau mengajarkan untuk membuang
dunia itu sama sekali. Maka fakir di rumuskan dengan tidak
punya apa-apa dan juga tidak menginginkan apa-apa.
5. Sabar
Dalam tasawuf sabar dijadikan satu maqam sesudah maqam
fakir. Karena persyaratan untuk bisa konsentrasi dalam zikir orang
harus mencapai maqam fakir, Tentu hidupnya akan dilanda
berbagai macam penderitaan dan kepincangan. Oleh karena itu
harus melangkah ke maqam sabar.
6. Tawakal
Tasawuf menjadikan maqam tawakkal sebagai wasilah atau sebagai
tangga untuk memalingkan dan menyucikan hati manusia agar tidak
terikat dan tidak ingin dan memikirkan keduniaan serta apa saja
selain Allah.
7. Ridho
Setelah mencapai maqam tawakkal, nasib hidup mereka bulat-bulat
diserahkan pada pemeliharaan dan rahmat Alloh.
Thariqat
Antara tarekat dan tasawuf sebenarnya sama, tarekat
merupakan kelanjutan dari tasawuf. Secara praktis, tasawuf
dilakukan secara perorangan , terutama oleh orang-orang sufi,
termasuk para wali.
Sedangkan tarekat dilakukan secara kolektif, membentuk
suatu organisasi yang melestarikan ajaran-ajaran kaum sufi yang
menjadi syekh (guru)nya. Tarekat memakai tempat berbagai
pusat sebagai pusat kegiatan mereka yang disebut ribath,
zawiyah, hanggkah (Persia), pekir (Turki).
Didalam sebuah organisasi sudah pasti terdapat ketentuanketentuan, tak terkecuali tarekat. Di dalam tarekat juga terdapat
sejumlah komponen, yakni: Guru, Murid, Baiat, Silsilah dan Ajaran
(dzikir).
C. TOKOH-TOKOH SUFI
Imam Ghazali
Imam Al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad Ibnu
Muhammad bin Muhammad bin Taus Ath-Thusi Asy-Syafii Al-Ghazali,
secara singkat dipanggil Al-Ghazali. karena dilahirkan di kampung
Ghazlah, suatu kota di Khurasan, Iran, pada tahun 450 H/1058 M, tiga
tahun setelah kaum saljuk mengambil alih kekuasaan di Bagdad.
Imam Al Ghozali termasuk penulis yang tidak terbandingkan lagi, kalau
karya imam Al Ghazali diperkirakan mencapai 300 kitab, diantaranya
adalah :
Maqhasid al falasifah
Tahaful al falasifah
Miyar al ilmi/miyar almi
Al munqiz min al dhalal
Al-maarif al-aqliyah
Miskyat al anwar
Minhaj al abidin
Al iqtishad fi al itiqod
Rabiyatul Adawiyah
Rabiah adalah anak keempat dari empat saudara. Semuanya
perempuan. Ayahnya menamakan Rabiah, yang artinya empat, tak
lain karena ia merupakan anak keempat dari keempat saudaranya itu.
Rabiah memang tidak mewarisi karya-karya sufistik, termasuk syairsyair Cinta Ilahinya yang kerap ia senandungkan. Namun begitu,
Syair-syair sufistiknya justru banyak dikutip oleh para penulis biografi
Rabiah, antara lain J. Shibt Ibnul Jauzi (w. 1257 M) dengan karyanya
Mirat az-Zaman (Cermin Abad Ini), Ibnu Khallikan (w. 1282 M) dengan
karyanya Wafayatul Ayan (Obituari Para Orang Besar), YafiI asy-Syafii
(w. 1367 M) dengan karyanya Raudl ar-Riyahin fi Hikayat ash-Shalihin
(Kebun Semerbak dalam Kehidupan Para Orang Saleh), dan Fariduddin
Aththar (w. 1230 M) dengan karyanya Tadzkirat al-Auliya (Memoar Para
Wali).
Ajaran tasawuf Rabiah berdasarkan Mahabbah (Cinta kepada Allah).
Sikap dan pandangan Rabiah al-Adawiyah tentang cinta dipahami dari
kata-katanya, baik yang langsung maupun yang disandarkan
kepadanya. Cinta Rabiah kepada Allah begitu mendalam dan
memenuhi seluruh lebung hatinya, sehingga membuatnya hadir
bersama Tuhan.
Hasan Al-Bashri
Nama lengkapnya Hasan Bin Abil Hasan Al Basri, ia dilahirkan di
madinah pada tahun terakhir dari kekhalifaan umar bin khattab
pada tahun 21 H. asal keluarganya berasal dari misan, suatu desa
yang terletak antara basrah dan wasith. Kemudian mereka pindah
ke Madinah.
Abu Nain Al-Ashbahani menyimpulkan pandangan tasawuf Hasan
Al-Bashri sebagai berikut, takut (khauf) dan pengharapan(raja)
tidak akan dirundung kemuraman dan keluhan , tidak pernah tidur
senang karena selalu mengingat Allah. pandangan tasawufnya
yang lain adalah anjuran kepada setiap orang untuk senantiasa
bersedih hati dan takut kalau tidak mampu melaksanakan perintah
Allah dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Syarani pernah berkata,
demikian takutnya, sehingga seakan-akan ia merasa bahwa
neraka itu hanya dijadikan untuk ia (Hasan Al-Bashri).
Lebih jauh lagi, Hamka mengemukakan sebagian ajaran tasawuf
Hasan Al-Bashri seperti ini:
Perasaan takut yang menyebabkan hatimu tentram lebih baik
dari pada rasa tentran yang menimbulkan perasaan takut.
D. PENUTUP
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwasannya Tasawuf adalah
kesadaran murni yang mengarahkan jiwa secara benar kepada mal Shalih
dan kegiatan yang sungguh-sungguh, menjauhkan diri dari keduniaan
dalam rangka pendekatan diri kepada Allah untuk mendapatkan perasaan
berhubungan erat denganNya. Sementara Thariqat adalah jalan yang
ditempuh para sufi untuk dapat dekat dengan Allah.
Hubungan antara tasawuf dengan thariqat yakni usaha seorang hamba
untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat mungkin, melalui
jalan atau perintah yang telah ditetapkan (Beribadah). Telah banyak
tokoh-tokoh sufi yang ada, misalnya Al-Ghazali, Hasan Al-Bashri, Rabiatul
Al-Adawiyah dan tokoh lainnya, dapat jadikan contoh untuk senantiasa
berupaya mendekatkan diri kepadaNya, dengan mengharapkan
keridhoanNya.
Dengan begitu kita sebagai hambaNya senantiasa merasakan
kehadiranNya bersama dalam diri kita. Sehingga kita dapat menyadari
sesungguhnya dunia dan alam semesta ini hanya tempat persinggahan
sementara, nanti setelah tiba waktu yang dikehendakiNya dunia beserta
alam semesta akan kembali kepadaNya.