INDONESIA
KELOMPOK 10
KELOMPOK 10
FATHIMAH NURMAJDINA MARJANI
11151020000073
NAILUL MUNA
11151020000077
NIA FACHRUNNISA
11151020000086
DWI PUSPITA AYU
11151020000100
DOSEN PEMBIMBING : SITI NADROH.M.AG
LATAR BELAKANG
BERDIRINYA
KESULTANAN ISLAM DI
NUSANTARA
1. ACEH
LATAR BELAKANG
BERDIRINYA
KESULTANAN ISLAM DI
NUSANTARA
2. RIAU
LATAR BELAKANG
BERDIRINYA
KESULTANAN ISLAM DI
NUSANTARA
3. JAWA
LATAR BELAKANG
BERDIRINYA
KESULTANAN ISLAM DI
NUSANTARA
4.
BANTEN
LATAR BELAKANG
BERDIRINYA
KESULTANAN ISLAM DI
NUSANTARA
5.
KALIMANTA
N
LATAR BELAKANG
BERDIRINYA
KESULTANAN ISLAM DI
NUSANTARA
Pada awal abad ke-16, kerajaan Gowa dan Tallo dijadikan satu
kerajaan pada masa kepemimpinan Karaeng Tumaparisi
Kallonna, sehingga berubah nama menjadi kerajaan Makassar
6.SULAWESI
LATAR BELAKANG
BERDIRINYA
KESULTANAN ISLAM DI
NUSANTARA
7. MALUKU
DAERAH SUMATERA
DAERAH SUMATERA
Kerajaan Aceh
DAERAH JAWA
Kerajaan Demak
1. Perluasan Islam ke seluruh tanah Jawa, bahkan hingga
mencapai Kalimantan Selatan.
2. Penaklukan Sunda Kelapa dibawah pimpinan Fadhilah
Khan pada tahun 1527 dibantu oleh kerajaan Demak dan
Cirebon
3. Ditaklukannya Majapahit dan Tuban pada tahun 1527
4. Penundukan Madiun, Blora (1530), Surabaya (1531),
Pasuruan (1541-1542), Lamongan, Blitar, Wirasaban, Kediri
(1544).
5. Berkat bantuan para pemuka Islam di Jawa Tengah,
daerah bagian selatan sekitar gunung Merapi berhasil
dikuasai.
DAERAH JAWA
Kerajaan Cirebon
1. Pada tahun 1619, seluruh wilayah di Jawa Timur berhasil
dikuasai
2. Penyebaran islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat,
seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), dan Sunda
Kelapa
DAERAH JAWA
Kerajaan Banten
1. Penaklukan pelabuhan Sunda (1527) dan perluasan kotakota pelabuhan di Jawa Barat yang semula termasuk daerah
Pajajaran
2. Penaklukan Pakuan yang saat itu belum memeluk agama
islam
DAERAH KALIMANTAN
Kerajaan Banjar
Kemajuan yang dicapai diantaranya adalah dikuasainya
Muara Bahan, sebuah pelabuhan strategis yang sering
dikunjungi para pedagang luar, contohnya yang berasal dari
pesisir utara pulau Jawa, Gujarat, dan Malaka.
DAERAH KALIMANTAN
Kutai
PENGARUH KESULTANAN
ISLAM DALAM
PERKEMBANGAN
MASYARAKAT INDONESIA
Bidang Politik
PENGARUH KESULTANAN
ISLAM DALAM
PERKEMBANGAN
MASYARAKAT INDONESIA
Bidang
Pendidikan
PENGARUH KESULTANAN
ISLAM DALAM
PERKEMBANGAN
MASYARAKAT INDONESIA
Bidang Ekonomi
PENGARUH KESULTANAN
ISLAM DALAM
PERKEMBANGAN
MASYARAKAT INDONESIA
Bidang
Kebudayaan
Umat Islam Indonesia hidup dalam aneka ragam situasi dan kondisi dari sejak agama Islam
masuk ke Indonesia. Tahun 1956 adalah awal kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia . Pada
saat Belanda memasuki Indonesia (1596 ) sudah mulai terasa kesulitan menghadapi
masyarakat islam tersebut mereka hadapi saat sedang berusaha menancapkan kekuasaannya
di Indonesia. Kolonial belanda selalu menghadapi perlawanan gencar dari masyarakat yang
menganut agama Islam seperti pertempuran di Banten , Hasanudin di Uung Pandang , perang
Diponogoro , perang Padri , perang Aceh dan sebagainya.Untuk melemahkan kepribadian
orang orang Islam di Indonesia , belanda sengaja mengembangkan pendidikanpendidikan
ala barat yang di anggap dapat lebih membimbing masyarakat ke taraf hidup yang lebih baik ,
yang dijadikan kedok oleh kolonial Belanda untuk melancarkan politik penjajahannya. Di tiap
tiap lembaga pendidikan disebarkan perbedaan-perbedaan itu yang intinya , orang Belanda itu
rasional dan orang orang Timur itu emosional , dan perbedaan dalam proses pengembangan
Islam di kerajaankerajaan . Mulai tahun 1602 Belanda secara perlahan-lahan menjadi
penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan memanfaatkan perpecahan di antara
kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak
terpengaruh adalah Timor Portugis, yang tetap dikuasai Portugal hingga 1975 ketika
berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur
Belanda datang ke Indonesia pada akhir abad ke XVI. Pada masa abad XVI ini telah
menjadi saksi munculnya kerajaan-kerajaan baru di medan sejarah, terutama di
Jawa. Sebagian besar kerajaan-kerajaan itu lazim disebut kerajaan Islam,
sedangkan beberapa daerah di pedalaman maih bersifat Hindu. Perkembangan
kerajaan Islam di Maluku, Sulawesi Selatan, dan di daerah lain mulai juga tampak
pada abad XVI. Sementara itu masih terdapat kerajaan-kerajaan yang terus eksis
dengan memakai sistem tradisional pra Islam , seperti kerajaan Mataram di Jawa.
Pada periode tersebut, proses pergantian masa telah berjalan selama satu abad
lebih di wilayah Malaka dan kira- kira setengah abad di Jawa.. Kerajaan- kerajaan
Islam umumnya berdiri setelah kerajaan lama yang bercorak Budha atau Hindu
mengalami kemunduran.Wilayah kerajaan itu pada Umumnya terbatas: Samudra
Pasai, Aceh, Malaka, dan beberapa kerajaan. Namun, dalam abad XVI
berlangsunglah proses konsentrasi kekuasaan dengan perjuangan kekuasaan,
seperti perebutan hegemoni kekuasaan yang semakin kompleks dengan terlibatnya
Portugis
Samudra Pasai selanjutnya merupakan bagian dari wilayah kerajaan Aceh. Aceh sendiri
menerima pengislaman dari Pasai pada pertengahan abad XVI. 1 Ketika Malaka jatuh jatuh ke
tangan Portugis , Aceh merupakan bagian dari kerajaan Pidea. Kejatuhan Malaka atas Portugis
telah membawa berkah tersendiri bagi pertumbuhan Aceh. Kesultanan Aceh menguasai
pesisir barat Sumatra hingga Bengkulu. Pasai direbut dari tangan Portugis oleh penguasa besar
pertama Aceh , Ali Mughayat Syah , pada 930 H / 1524 M. Daerah tersebut merupakan
pemberian Sultan Minangkabau. Daerah kesultanan dibagi menjadi daerah-daerah kecil yang
disebut mukim, yang berjumlah 190 mukim. Menjelang pada abad ke 18 kesultanan Aceh
mulai kacau balau, dan tanpa kepemimpinan . Maka pada abad XIX Aceh jatuh ke tangan
pemerintah Hindia Belanda.
Di Jawa , kerajaan Demak ( 1518-1550) dipandang sebagai kerajaan islam pertama dan
terbesar di Jawa. Pusat kerajaan Islam kemudian berpindah dari Demak ke Pajang kemudian
ke Mataram. Berpindahnya pusat pemerintahan itu membawa pengaruh besar yang sangat
menentukan perkembangan sejarah islam di Jawa yaitu : Kekuasaan dan sistem politik
didasarkan atas basis agraris, mulai mundurnya peranan daerah pesisir dalam perdagangan
dan pelayaran , demikian pula Jawa, dan terjadi pergeseran pusat pusat perdagangan dalam
abad ke-17 dengan segala akibatnya.
Pada tahun 1916 , seluruh Jawa Timur praktis sudah di dalam kekuasaan
Mataram , yang ketika itu di bawah pimpinan Sultan Agung. Pada masa
pemerintahan inilah kontak-kontak bersenjata atar kerajaan Mataram dan
VOC mulai terjadi.
Sementara itu , berdirinya juga kerajaan Islam di wilayah Indonesia sebelah
timur, seperti Maluku , Makasar, Banjarmasin dan sebagainya. Raja-raja tertua
dari Maluku adalah raja raja dari Jailolo. Namun, mengingat penduduk Jailolo
lebih kecil didanding Ternate , Tidore , dan Bacan. Ketiga penguasa yang
disebut belakangan ini lebih menonjol. Raja pertama yaitu Zainal Abidin.Pada
perundingan yang dilakukan di Pulau Motir bahwa Raja Jailolo menjadi raja
kedua , raja Tidore menjadi raja ketiga , dan Bacan menjadi raja keempat.
Namun , perjanjian itu tidak berlangsung lama , karena pada abad XV urutan
berubah . Sultan Ternate kemudian menempatkan diri lagi menjadi raja
utama di Maluku
Bentuk pemerintahan sebelum Indonesia merdeka yaitu kesultanan. Namun setelah Indonesia
merdeka, meleburnya kesultanan islam di Indonesia. Berikut proses runtuhnya kesultanan yang
ada di Indonesia:
Kesultanan Banten
Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di Provinsi Banten,
Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke
kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan beberapa kawasan pelabuhan kemudian
menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan . Pada pemerintahan
Banten terdapat seseorang dengan gelar Mangkubumi, Kadi, Patih serta Syahbandar yang
memiliki peran dalam administrasi pemerintahan. Sementara pada masyarakat Banten terdapat
kelompok bangsawan yang digelari dengan tubagus (Ratu Bagus), ratu atau sayyid, dan golongan
khusus lainya yang mendapat kedudukan istimewa adalah terdiri atas kaum ulama, pamong
praja, serta kaum jawara.Kekuatan politik Kesultanan Banten akhir runtuh pada tahun 1813
setelah sebelumnya Istana Surosowan sebagai simbol kekuasaan di Kota Intan dihancurkan, dan
pada masa-masa akhir pemerintanannya, para Sultan Banten tidak lebih dari raja bawahan dari
pemerintahan kolonial di Hindia Belanda.Pada tahun itu, Sultan Muhammad bin Muhammad
Muhyiddin Zainussalihin dilucuti dan dipaksa turun tahta oleh Thomas Stamford Raffles.
2. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan sriwijaya adalah kerajaan yang letaknya di pulau sumatera
, dan menjadi simbol kebesaran Sumatera , serta kerajaan besar
selain Majapahit di Jawa Timur.Salah satu bentuk Peninggalan
Kerajaan Sriwijaya adalah Prasasti Kedudukan Bukit , prasasti ini
sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia dengan No.
D.146. pada akhir abad ke-13 Kerajaan Sriwijaya mengalami
kemunduran. Hal ini disebabkan faktor politik , dan ekonomi. Maka
sejak akhir abad ke-13 M kerajaan Sriwijaya menjadi kecil dan
wilayahnya terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya
yang kecil dan lemah akhirnya dihancurkan oleh Kerajaan
Majapahit.
3. Kesultanan Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Daerah Istimewa setingkat Provinsi di Indonesia yang
meliputiKesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Paku Alaman. Setelah Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia (RI), Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII menyatakan
kepada Presiden RI, bahwa Daerah Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman menjadi
wilayah Negara RI, bergabung menjadi satu kesatuan yang dinyatakan sebagai Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY). Dalam perjalanan sejarah selanjutnya kedudukan DIY sebagai Daerah Otonom
setingkat Provinsi sesuai dengan maksud pasal 18 Undang-undang Dasar 1945 (sebelum
perubahan) diatur dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Undang-undang Pokok
Pemerintahan Daerah. Sebagai tindak lanjutnya kemudian Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk
dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir
dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1955 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 71,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 1819) yang sampai saat ini masih berlaku. Dalam sejarah
perjuangan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), DIY
mempunyai peranan yang penting. Terbukti pada tanggal 4 Januari 1946 sampai dengan tanggal
27 Desember 1949 pernah dijadikan sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia.
TERIMA KASIH