Disusun oleh:
Kelompok 4
Harini Nastiti Hajri
11151020000081
11151020000088
11151020000089
11151020000094
Puji syukur alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah Swt karena
berkat izin-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu serta tak
lupa pula kami panjatkan shalawat serta salam kepada junjungan nabi besar kita
baginda Muhammad Saw beserta para keluarganya, sahabatnya dan seluruh
umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.
Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Nadroh
selaku dosen mata kuliah Studi Islam kami yang dengan
kegigihan serta
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Hukum Islam merupakan suatu hal yang sangat diperlukan bagi seluruh
umat muslim dan muslimat. Banyak dari kita sebagai umat Islam masih
belum memahami apa arti hukum Islam dengan sempurna. Oleh karena itu,
kami selaku penyusun mencoba untuk menerangkan tentang apa yang
dimaksud hukum Islam terutama dalam hal fiqh, ushul fiqh dan kaidah
fiqhiyah.
Dengan memahami hukum Islam kita akan mengetahui hal-hal yang kita
belum pahami sebelumnya yang dapat kita terapkan dalam menyikapi
masalah-masalah sosial, ekonomi, politik, budaya sehingga kita dapat
memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang kerap muncul dan
berkembang dalam masyarakat.
B Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan fiqh, ushul fiqh, dan kaidah fiqhiyah
2. Apa saja persamaan dan perbedaan fiqh dengan syariah
3. Bagaimana latar belakang lahirnya fiqh dan apa saja karya serta
pandangan ulama-ulama yang terkenal terhadap fiqh Islam
4. Apa saja ruang lingkup kajian fiqh
5. Bagaimana cara menyikapi perbedaan pendapat dalam fiqh serta apa saja
manfaat fiqhIslam bagi kehidupan
C Tujuan Makalah
Setelah terselesaikannya makalah ini, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca untuk dapat lebih memahami aspekaspek dalam hukum Islam yang sebenarnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fiqh, Ushul Fiqh, dan Kaidah Fiqhiyah
1) Fiqh
Fiqh secara bahasa memiliki arti paham, sedangkan secara istilah fiqh
berarti ilmu yang mempelajari hukum-hukum yang disyariatkan Allah Swt
yang berkesinambungan dengan lisan dan perbuatan umat Islam yang
bersumber dari dalil-dalil Al-quran, As-sunnah, ijma (kesepakatan) dan
ijtihad dari ulama muslim. Adapun tujuan dari fiqh dalam Islam ialah untuk
4
c.
d.
e.
Hukum-hukum yang berkaitan dengan hukuman terhadap pelakupelaku kejahatan, serta penjagaan keamanan dan ketertiban yang disebut
juga dengan fiqhal-ukubat.
f.
g.
2) Ushul Fiqh
Kata ushul fiqh merupakan gabungan dari dua kata yakni ushul yang berarti
pokok, dasar, pondasi. Kedua adalah fiqh yang berarti paham yang
mendalam. Kata ushul yang merupakan jama dari kata ashal secara
etimologi berarti sesuatu yang menjadi dasar bagi yang lainnya. Arti
etimologi ini tidak pasti dari kata ashal tersebut karena ilmu ushul fiqh itu
adalah suatu ilmu yang kepadanya didasarkan fiqh.2
Sedangkan fiqh diistilahkan sebagai ilmu yang berbicara tentang hukumhukum praktis yang penetapannya diupayakan melalui pemahaman yang
mendalam terhadap dalil-dalil yang terperinci (tafshili) dalam nash (Alquran dan As-sunnah). Yang dimaksud dalil tafshili adalah dalil-dalil yang
terdapat dan terpapar dalam nashdimana satu persatunya menunjuk pada
satu hukum tertentu.3
Dengan mempelajari ushul fiqh tentu dapat memberikan manfaat
diantaranya mengetahui pendapat yang benar diantara perbedaan pendapat
para ulama, mengetahui sebab-sebab yang menimbulkan persilangan
pendapat di antara para ulama sehingga dapat memberikan alasan dan uzur
bagi mereka dalam hal tersebut, dan juga menguatkan kaidah dalam
berdiskusi dan berdialog secara ilmiah.4
Dilihat dari sisi dalil maupun asasnya, ushul fiqh berasal dari beberapa
sumber diantaranya:
a. Alquran dan As-sunnah.
b. Riwayat dari sahabat dan tabiin.
c. Konsensus ulama salafussaleh.
d. Kaidah bahasa Arab dan keterangan penguat yang dinukil dari bangsa
Arab.
2 Suyatno, Dasar-Dasar Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, cet 1, Ar-Ruzz Media,
Jogjakarta, 2011, hlm. 23
3 Alaidin Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (sebuah pengantar), cet 3, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 2
4Muhammad Bin Husain Bin Hasan Al-Jazainy, Maalim Ushul Al-Fiqh
Inda Ahli As-Sunnah wa Al-Jamaah, cet 1, Dar Ibnu Al-Jauzi,
Riyadh,1416 H, hlm. 23-24
Perintah
pada
dasarnya
berarti
wajib
Ketika para ahli fiqh (fukaha) mengkaji surat al-Isra ayat 78:
(78 )
Dirikanlah shalat ketika matahari tergelincir sampai terbenamnya mega
merah dan (dirikan) shalat saat munculnya fajar. Sesungguhnya fajar itu
dapat terlihat.
Terlihat bahwa perintah tersebut tidak disertai hal-hal yang membuatnya
berarti lain selain perintah shalat pada waktu-waktu tertentu. Berdasarkan
akidah ushuldi atas, perintah tersebut bermakna wajib. Karena itu, ahli fiqh
memutuskan bahwa perintah shalat pada waktu tertentu bermaksa wajib. Itu
berarti ahli fiqhmenggunakan kaidah-kaidah yang dikaji dan dirumuskan ahli
ushul untuk melakukan penggalian hukum dari Al-quran.
3) Kaidah Fiqhiyah
Kaidah fiqhiyah yang dalam bahasa Arab terdiri dari dua kata yakni,
qaidah yang berarti dasar atau asas, dan kata fiqhiyah yang berasal dari kata
fiqh yang berarti paham. Secara istilah kaidah fiqhiyah berarti kumpulan
hukum syara yang berkaitan dengan perbuatan mukalaf, yang dikeluarkan
dari dalil-dalil yang terperinci. Kaidah fiqhiyah dibagi menjadi tiga macam,
yaitu:
a. Lima kaidah dasar yang mempunyai skala cakupan menyeluruh, lima
kaidah ini memiliki ruang lingkup furiiyyah yang sangat luas,
5 Muhammad Bin Husain Bin Hasan Al-Jazainy, Maalim Ushul Al-Fiqh
Inda Ahli As-Sunnah wa Al-Jamaah, cet 1, Dar Ibnu Al-Jauzi, Riyadh,
1416 H, hlm. 23
6 Abdul Haq dkk, Formulasi Nalar Fiqih, Santri Salaf, Surabaya, 2009,
hlm. 82
7 Ibid, hlm. 362
yang
telah
ditentukan
mujtahid
dalam
proses
puasa dan sebagainya) dan syariah yang terkait dengan kehidupan pribadi
(seperti dalam memilih minuman, pakaian, memelihara kebersihan, dan lainlain).11 Antara syariah dan fiqh terdapat beberapa perbedaan dan persamaan
diantaranya:
1) Perbedaan
Syariah
Fiqh
Bersifat fundamental
Bersifat instrumental
2) Persamaan
Syariah dan fiqh merupakan dua hal yang sama-sama mengajarkan kita
jalan yang lurus untuk tetap bertakwa kepada Allah Swt.
C. Latar Belakang Lahirnya Fiqh dan Pandangan serta Karya-Karya
Ulama Terhadap Fiqh
Ilmu fiqh dengan berbagai ruang lingkup kajiannya bukanlah sesuatu yang
bersifat dogmatis melainkan sesuatu yang bersifat ijtihadiyah. Ilmu fiqh ini
merupakan hasil ijtihad yang memakan waktu yang cukup panjang. Hal ini
dapat ditelusuri dari sejarah perkembangan fiqh. Sejarah perkembangan fiqh
10 Syahrul Anwar, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, Ghalia Indonesia, Bogor,
2010, hlm. 9
11 Majelis Syura Partai Bulan Bintang, Syariat Islam dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hlm.
15
10
dapat dibagi ke dalam lima periode yaitu periode Nabi Muhammad Saw,
periode Khulafaur Rasyidin (sahabat), periode Umayyah dan Abbasiyah,
periode taqlid (penutupan pintu ijtihad), dan periode kebangkitan.12
1. Ilmu Fiqh Pada Periode Nabi Muhammad Saw
Pada periode Nabi Muhammad Saw ini, sumber hukum Islam yang utama
yaitu Al-quran masih dalam proses turun yang memakan waktu kurang
lebih 23 tahun (tepatnya 22 tahun, 2 bulan, 22 hari). Proses turunnya Alquran ini dilakukan dengancara berangsur-angsur. Berdasarkan wahyu
yang diturunkan itulah, Nabi Muhammad Saw menyelesaikan persoalanpersoalan yang timbul dalam masyarakat Islam pada waktu itu. Namun
ada kalanya timbul persoalan hukum dalam masyarakat yang cara
penyelesaiannya belum terdapat di dalam Al-quran. Dalam keadaan
demikian, maka Nabi Muhammad Saw menyelesaikannya dengan
menggunakan ijtihad atau pendapat yang dihasilkan dari pemikiran yang
mendalam. Apabila hasil ijtihad Nabi Muhammad Saw itu benar, maka
tidak lagi mendapat tentangan dengan turunnya ayat Al-quran untuk
memperbaikinya. Namun apabila hasil ijtihadnya tidak benar, maka akan
turun ayat untuk menjelaskan hukum yang sebenarnya. Oleh karena itu,
ijtihad nabi dipandang mendapat lindungan dari Allah dan tidak akan salah
(al-mashum). Ijtihad yang dibuat nabi diturunkan kepada generasigenerasi selanjutnya melalui sunnah yang selanjutnya disebut pula hadits.
Dengan demikian, sumber hukum yang terdapat pada periode Nabi
Muhammad Saw adalah Al-Quran dan sunnah Nabi.13
2.
11
disebabkan karena pada periode ini daerah yang dikuasai Islam semakin
bertambah luas dan termasuk ke dalamnya daerah-daerah yang di luar
Semenanjung Arabia yang telah mempunyai kebudayaan yang tinggi dan
susunan masyarakat
yang
tidak
sederhana
dibandingkan
dengan
12
13
mempertahankan
mazhab
imamnya
masing-masing
dan
Dengan
demikian
perhatian
dipusatkan
pada
usaha
14
peradaban
modern
seperti
Turki,
India,
Mesir,
dan
Indonesia. Tokoh pembaharu Islam dari Turki seperti Zia Gokalf dan
Sultan Mahmud II. Di India terdapat nama Ahmad Khan dan Sayyid
Ameer Ali. Di Mesir terdapat Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha
sedangkan di Indonesia terdapat KH. Ahmad Dahlan dan Ahmad
Syurkati.18
17 Syekh Muhammad Ali As-Saayis, Pertumbuhan dan Perkembangan
Hukum Fiqih: Hasil Refleksi Ijtihad, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1995, hlm. 101-104
18 Syekh Muhammad Ali As-Saayis, Pertumbuhan dan Perkembangan
Hukum Fiqih: Hasil Refleksi Ijtihad, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
15
Tokoh-tokoh Fiqh
1. Abu Hanifah al- Numan
Abu Hanifah banyak memakai pendapat yang dalam bahasa Arab dikenal.
Dengan istilah al-rayu, qiyas, atau analogi serta istihsan yang juga merupakan
suatu bentuk analogi. Abu Hanifah dikenal sangat hati-hati dalam
menggunakan sunnah sebagai sumber hukum. Ia hanya memakai sunnah yang
betul-betul diyakininya orisinal dan bukan sunnah buatan. Oleh karena itu, ia
dikenal sebagai penganut mazhab ahl al-rayi (aliran rasionalis). Selain itu,
Abu Hanifah juga berada di Kufah sehingga tidak banyak menjumpai hadist.
Sumber hukum yang digunakan Abu Hanifah yaitu Al- Quran, sunnah (secara
selektif), al- Rayu, qiyas, istihsan, dan syaru man qablana (agama sebelum
kita). Qiyas adalah menetapkan hukum suatu kejadian atau peristiwa yang
tidak ada dasar nashnya dengan cara membandingkannya kepada suatu
kejadian atau peristiwa yang lain yang telah ditetapkan hukumnya berdasarkan
nash karena adanya persamaan illat antara kedua kejadian atau peristiwa
tersebut. Sedangkan istihsan adalah menetapkan hukum terhadap suatu
masalah yang menyimpang dari ketetapan hukum yang diterapkan pada
masalah-masalah yang serupa karena ada alasan yang lebih kuat. Adapun
syaruman qablana merupakan syariat hukum dan ajaran-ajaran yang berlaku
pada para nabi sebelum Nabi Muhammad Saw seperti syariat Nabi Ibrahim,
Nabi Daud, Nabi Musa, dan Nabi Isa. Diantara murid Abu Hanifah yaitu Abu
Yusuf Yaqub Ibn Ibrahim Al-Anshari (113-182 H) dan Muhammad Ibn Hasan
Al-Syaibani (102-189 H). Mazhab Hanafi resmi dipakai oleh daulah Turki
Ustmani, dan pada periode Abbasiyah banyak dianut di Irak. Sekarang mazhab
ini banyak terdapat di Turki, Suriah, Afghanistan, Turkistan, Bangladesh,
Israel, Jordania, Pakistan, Palestina, dan India. Suriah, Lebanon, dan Mesir
juga menggunakan mazhab ini secara resmi.19
1995, hlm. 115
19 Abdul Wahab Afif, Pengantar Studi Perbandingan Madzhab, Darul
Ulum Press, Jakarta, 1995, hlm. 27
16
17
berpegang pada lima sumber yaitu Al-quran, sunnah nabi, ijma atau
konsensus, pendapat sebagian sahabat yang tidak mengandung perselisihan di
dalamnya, serta qiyas. Murid-murid Imam Syafii antara lain di Irak terdapat
nama Ahmad Ibn Hambal, Daud Al-Zahiri, dan Abu Jafar Ibn Jarir al Tabari.
Di Mesir terdapat Ismail al-Muzani dan Abu Yusuf Yaqub al-Buwaiti. Abu
Hamid al-Ghazali, Muhy al-Din al-Nawawi, Taqi al-Din Ali Al-Subki, Taj alDin Abd, Al-Wahhab Al-Subki dan Jalal al-Din al-Suyuti adalah termasuk ke
dalam golongan pengikut besar dari Al-Syafii. Mazhab Syafii banyak dianut
di Indonesia, Ethiopia, Kenya, Malaysia, Singapura, Somalia, Srilanka,
Tanzania, dan Yaman. Bahkan Brunei Darussalam menjadikan mazhab Syafii
sebagai mazhab resmi negara.21
4. Ahmad bin Hanbal
Ahmad Ibn Hanbal lahir di Baghdad pada tahun 780 M dan berasal dari
keturunan Arab. Pada mulanya ia belajar hadits dan banyak mengadakan
perjalanan, tetapi kemudian dia belajar hukum juga. Diantara guru-gurunya
terdapat Abu Yusuf dan al-Syafii. Kemudian ia sendiri menjadi guru dan
mulai termasyhur namanya. Dalam pemikiran hukumnya, Ahmad Ibn Hambal
banyak menggunakan lima sumber yaitu Al-quran, sunnah, pendapat sahabat
yang diketahui tidak mendapat tentangan dari sahabat lain, pendapat seorang
atau beberapa sahabat dengan syarat sesuai dengan Al-quran dan sunnah serta
qiyas. Diantara murid Ahmad Ibn Hambal yaitu Abu al Wafa Ibn Aqil, Abd.
Al-Qadir al-jili, Abu al Farraj Ibr, Aljawzi, Muwaffaq al-Din Ibn Qudama,
Taqi al-Din Ibn Taimia, Muhammad Ibn al-Qayyim dan Muhammad Abd. AlWahhab. Penganut mazhab Ahmad Ibn Hambal ini terdapat di Irak, Mesir,
Suriah, Palestina, dan Arabia. Di Saudi Arabia dan Qatar, mazhab ini
merupakan mazhab resmi dari negara.22
21 Abdul Wahab Afif, Pengantar Studi Perbandingan Madzhab, Darul
Ulum Press, Jakarta, 1995, hlm. 35-37
22 Abdul Wahab Afif, Pengantar Studi Perbandingan Madzhab, Darul
Ulum Press, Jakarta, 1995, hlm. 47-50
18
Malikiyah
Syafii
Hambali
b. Tidur
Hanafiya
Malikiyah
19
Hanbali
c.
h
wudhu.
Malikiyah Seseorang menyentuh orang lain dengan tangannya atau
dengan anggota badan lainnya, maka wudhunya batal dengan
beberapa syarat.
- Sudah baligh
- Merasakan
Syafii
kenikmatan
atau
rangsangan
sesudah
20
Artinya: maka diantara kamu sekalian yang menyaksikan akan adanya awal
ramadhan
haruslah
ia
puasa
(QS.
AL-Baqarah:
185)
Oleh para ulama masih dipersoalkan tentang Hilal (melihat bulan) sebagai
berikut:25
Imam Hanafi
Imam Maliki
ashadu.
Yang melihat hilal itu orang banyak, maka wajib puasa,
sekalipun orang yang melihat hilal itu tidak semuanya adil.
Bahwa yang melihat hilal itu 2 orang yang adil.Kalau yang
melihat hilal hanya 1 orang (laki-laki), maka yang wajib
Imam Syafii
Imam
Hambali
21
dan Ahmad bin (seperti puasa qadha, nadzar). Maka dia harus menetapkan
Hambali
Hanafi
22
23
umat
sering
mementingkan
egoisme
masing-masing
dan
24
dalam surat an-Nahl yang artinya, Apa yang di sisimu akan lenyap dan
apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.32 Ayat tersebut mengajarkan
kepada kita, bahwa apa yang kita banggakan akan lenyap, begitupun
dengan pendapat kita.
2. Pentingnya meninggalkan fanatisme berlebihan terhadap individu.33
Seseorang yang fanatik terhadap pendapat pribadi, pendapat orang lain,
terhadap mazhab, terhadap kelompok atau golongan biasanya ia akan
senantiasa mempertahankan pendapatnya sekalipun ada bukti yang kuat
yang bisa mematahkan pendapatnya tersebut. Ia akan senantiasa
mengikuti hawa nafsunya dan bisa melecehkan orang lain.
3. Selalu berprasangka baik kepada orang lain.34 Satu hal yang penting
adalah pendapat yang kita yakini benar selalu ada kemungkinan untuk
salah. Allah Swt berfirman dalam surat al-Hujarat yang artinya, Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa35
4. Tidak menyakiti dan mencela.36 Islam adalah agama yang jauh dari
kekerasan. Selalu gunakan bahasa yang halus yang tidak menyakiti
perasaan orang lain.
5. Menjauhi permusuhan yang sengit.37 Perdebatan dalam perbedaan
pendapat memang sulit untuk dihindari. Membantah dengan logika dan
31 Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqih Perbedaan Pendapat, Robbani Press,
Jakarta, 2008, hlm. 86
32 An-Nahl [19]:96
33 Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqih Perbedaan Pendapat, Robbani Press,
Jakarta, 2008, hlm. 98
34 Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqih Perbedaan Pendapat, Robbani Press,
Jakarta, 2008, hlm. 107
35 Al-Hujurat [49] : 12
36 Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqih Perbedaan Pendapat, Robbani Press,
Jakarta, 2008, hlm. 115
25
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi dapat kita simpulkan ushul fiqh mempunyai pengertian
sebagai ilmu yang menjelaskan kepada mujtahid tentang
jalan-jalan yang harus ditempuh dalam mengambil hukumhukum dari nash dan dari dalil-dalil lain yang disandarkan
kepada nash itu sendiri seperti Al-quran, As-sunnah, Ijma,
Qiyas, dan lain-lain.
Objek kajian Ushul Fiqh membahas tentang hukum syara,
tentang
sumber-sumber
dalil
hukum,
tentang
cara
mengistinbathkan hukum dan sumber-sumber dalil itu serta
pembahasan tentang ijtihad dengan tujuan mengemukakan
syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seseorang mujtahid,
agar mampu menggali hukum syara secara tepat dan lainlain.
Ruang lingkup ushul fiqhyang dibahas secara global adalah
sebagai sumber dan dalil hukum dengan berbagai
permasalahannya, bagaimana memanfaatkan sumber dan
dalil hukum tersebut dan lain-lain.
Perbedaan antara ilmu fiqh dengan ilmu ushul fiqh adalah
kalau ilmu fiqh berbicara tentang hukum dari suatu
perbuatan, sedangkan ilmu ushul fiqh berbicara tentang
metode dan proses bagaimana menemukan hukum itu sendiri.
27
DAFTAR PUSTAKA
Afif, Abdul Wahab. 1995. Pengantar Studi Perbandingan Madzhab. Jakarta:
Darul Ulum Press
Al-Bugha, Mushthafa, Mushthafa Al-Khan & Ali Al-Syurnaji. 2012. Fiqh
Manhaji: Kitab Fiqh Lengkap Imam Syafii. Yogyakarta: Darul Uswah
Anwar, Syahrul. 2010. Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh. Bogor: Ghalia Indonesia
Asmawi. 2006. Perbandingan Ushul Fiqh. Jakarta: UIN Jakarta Press
As-Saayis, Syekh Muhammad Ali. 1995. Pertumbuhan dan Perkembangan
Hukum Fiqh: Hasil Refleksi Ijtihad. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Haq, Abdul dkk. 2009. Formulasi Nalar Fiqh. Surabaya: Santri Salaf
Majelis Syura Partai Bulan Bintang. 2008. Syariat Islam dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Zuhaili, Wahbah. 2012. Fiqh Imam Syafi1 Edisi Indonesia. Jakarta Timur:
Almahira
Rohayana, Ade Dedi. 2006. Ilmu Ushul Fiqh. Pekalongan: STAIN Press
Al-Qaradhawi, Yusuf. 2008. Fiqh Perbedaan Pendapat. Jakarta: Robbani Press
Hanafi, Ahmad.1989. Pengantar dan Sejarah Hukum Islam. Jakarta: Bulan
Bintang
Al-Jaizany, Muhammad bin Husain bin Hasan. 1416 H. Maalim Ushul al-Fiqh
inda Ahli as-Sunnah wa al-Jamaah. Dar Ibnu al-Jauzi: Riyadh KSA.
Cetakan ke-1
Suyatno. 2011. Dasar-Dasar Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh Cetakan 1. Jogjakarta: ArRuzz Media
28
Koto, Alaidin. 2004. Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (sebuah pengantar) Cetakan 3.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Hamid, Homaidi. 2012. Ushul Fiqh. Yogyakarta: Q-media
Zahrah, Muhammad Abdul. 2005. Ushul Fiqih. Jakarta: PT Pustaka Firdaus
Rasjid, Sulaiman. 2010. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Aglensindo
29