Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia


Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Islam

Kelompok 10
DISUSUN OLEH :
Fathimah Nurmajdina Marjani
Nailul Muna
Nia Fachrunnisa
Dwi Puspita Ayu

11151020000073
11151020000077
11151020000086
11151020000100

Kelas : II B

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
pendamping presentasi kami tentang Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia.
Shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan nabi Muhammad
SAW yang atas perjuangan beliau sehingga kita dapat tetap hidup dibawah
naungan cahaya rahmat dan dapat terus menuntut ilmu guna mendapat derajat
kemuliaan di sisi-Nya serta dapat lebih mengenal hakikat-Nya.
Makalah agama ini telah kami susun dan kami rangkai dengan baik dan
benar guna melengkapi tugas presentasi kami pada mata kuliah Studi Islam. Kami
harap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca guna menambah
pengetahuan, terutama pengetahuan tentang sejarah Islam yang membawa kita
hingga ke zaman kemuliaan seperti sekarang ini.
Terima kasih kami haturkan kepada pihak-pihak yang telah berperan
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, serta permohonan maaf atas
makalah yang memiliki banyak kekurangan dan kesalahan ini.
Semoga makalah ini dapat dipahami dengan baik bagi para pembacanya
dan dapat bermanfaat, baik untuk kami dari tim penyusun maupun bagi para
pembaca. Sebelumnya kami memohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang
berkenan. Maka dari itu, kami mohon kritik dan sarannya untuk perbaikan kami
kedepannya.demi perbaikan di masa depan.
Ciputat, Maret 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
3
BAB I PENDAHULUAN
4
BAB II PEMBAHASAN
5
A. Periodisasi Kesultanan-kesultanan di Indonesia hingga
Kemerdekaan Indonesia
5
B. Latar Belakang, Masa Kejayaan dan Kemunduran,
Sistem Politik, serta Peran Wali Songo di dalam
Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
6
1. Aceh
6
2. Riau
8
3. Jawa
11
4. Banten
13
5. Kalimantan
17
6. Sulawesi
19
7. Maluku
21
C. Pengaruh Kesultanan Islam dalam Perkembangan Masyarakat
Indonesia
23
1. Bidang Politik
23
2. Bidang Pendidikan
24
3. Bidang Ekonomi
24
4. Bidang Kebudayaan
24
D. Kesulthanan Islam pada zaman Penjajahan Belanda, serta
meleburnya kesulthanan Islam ke dalam NKRI

25
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

30
31

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Agama
berkembang

Islam
di

merupakan

Indonesia,

dan

agama

yang

merupakan

sudah

lama

agama

yang

mayoritas dianut oleh masyarakat Indonesia. Dalam proses


berkembang

nya

Islam

di

Indonesia,

telah

memberikan

kontribusi dalam pengembangan dan perubahan di berbagai


bidang di kalangan masyarakat Indonesia. Islam dipahami
sebagai satu bentuk keberagaman yang memiliki karakteristik
dan watak seperti ajarannya yang terbuka (inklusif), dapat
menampung dan menerima ajaran agama terdahulu yang masih
sesuai

dengan

ajaran

islam(akomodatif),

bersifat

efaliter,

reformatif dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan ajaran


Islam itu sendiri yang memposisikan semua ajaran sebgai
rahmat bagi seluruh alam. Namun, nyatanya di zaman sekarang,
peran agama Islam dalam mendewasakan negara ini seakan
terlupakan oleh waktu. Sehingga, mayoritas umat muslim
Indonesia tak pernah merasa bangga akan agamanya yang
mereka

tak

pernah

tahu

bahwa

agama

mereka

telah

memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kemerdekaan


negara ini. Oleh karena itu, makalah yang kami susun ini akan

membahas sejarah Islam di Indonesia terdahulu sampai detik-detik


proklamasi secara mendalam, yang berjudul Kerajaan-Kerajaan Islam di
Indonesia.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang berdirinya kerajaan-kerajaan/Kesulthanan
Islam di Indonesia ?
2. Apa saja kemajuan yang dicapai Kesulthanan Islam ?
3. Apa pengaruh Kesulthanan Islam terhadap kehidupan Masyarakat
Indonesia ?
4. Bagaimana perjuangan Kesulthanan Islam pada zaman Penjajahan
Belanda, serta bagaimana meleburnya kesulthanan Islam ke dalam
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Periodisasi Kesultanan-kesultanan di Indonesia hingga Kemerdekaan


Indonesia
Nama Peristiwa/Kerajaan
Kerajaan Islam
Penyebaran Islam
Kesultanan Samudera Pasai
Kesultanan Ternate
Kerajaan Pagaruyung
Kesultanan Malaka
Kerajaan Inderapura
Kesultanan Demak
Kesultanan Kalinyamat
Kesultanan Aceh
Kesultanan Banjar
Kesultanan Banten
Kesultanan Cirebon
Kerajaan Tayan
Kesultanan Mataram
Kesultanan Palembang
Kesultanan Siak
Kesultanan Pelalawan
Kolonialisme Belanda
Portugis
VOC
Belanda
Kemunculan Indonesia
Kebangkitan Nasional
Pendudukan Jepang
Revoulusi Nasional

Tahun terjadi
1200-1600
1267-1521
1257-sekarang
1500-1825
1400-1511
1500-1792
1475-1548
1527-1599
1496-1903
1520-1860
1527-1813
1430-1666
Abad ke-15 sekarang
1588-1681
1659-1823
1723-1945
1725-1946
1512-1850
1602-1800
1800-1942
1899-1942
(19421945)
1945-1950

B. Latar Belakang, Masa Kejayaan dan Kemunduran, Sistem Politik, serta Peran
Wali Songo di dalam Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
1. Aceh
Menjelang abad ke-13 SM, di pesisir Aceh sudah ada pemukiman
Muslim. Persentuhan antara penduduk pribumi dengan pedagang Muslim dari
Arab, Persia, dan India memang pertama kali terjadi di daerah ini. Oleh
karena itu, diperkirakan proses Islamisasi sudah berlangsung sejak
persentuhan itu terjadi.1 Kerajaan Islam yang terkenal di Aceh adalah
Samudera Pasai. Sejarah kerajaan Samudera Pasai diperkirakan mulai berdiri
pada tahun 1267. Kerajaan ini merupakan sebuah kerajaan Islam dengan
pusat operasi di patai utara Sumatera, tepatnya di sekitar Lhokseumawe, Aceh
Utara. Sumber sejarah yang biasa digunakan oleh para sejarawan untuk
meneliti kerajaan ini adalah Hikayat Raja-raja Pasai, sebuah buku dalam
bahasa Melayu dimana buku ini bercerita tentang salah satu kerajaan Islam
yang pertama muncul di Indonesia, yaitu Samudera Pasai. Hal ini
dikarenakan hingga kini sangat sedikit bukti-bukti arkeologis yang bisa
menjadi dasar awal penelusuran kerajaan Islam ini. Selain Hikayat Raja-raja
Pasai, mereka juga mengaitkan cerita dalam buku itu dengan makam-makam
milik raja, serta dengan penemuan koin-koin dari emas dan perak yang
terbubuhi nama raja yang saat itu sedang memerintah.
Yang menjadi penoreh pertama tinta sejarah kerajaan Samudera Pasai ini
adalah Marah Silu yang memiliki gelar Sultan Malik as-Saleh pada tahun
1267-an. Marah Silu sebelumnya adalah raja Pasai yang menggantikan Sultan
Malik al-Nasser. Pada waktu itu, Marah Silu berada di kawasan dengan nama
Semerlanga. Marah Silu wafat pada tahun 696 Hijriah atau sekitar tahun 197
Masehi. Dalam buku Hikayat Raja-raja Pasai dan juga Sulalatus Salatin,
nama Pasai dan Samudera dipisahkan, karena mereka berdua merupakan dua
daerah yang sama sekali berbeda. Meski begitu, catatan Tiongkok tidak
membedakan kedua nama ini. Marco Polo juga mencatat daftar kerajaan di
1 Dr. Badri Yatim, M. A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2005), 196.

Sumatera, dimana dari sepanjang pulau bisa ditemukan nama Ferlec atau
Perlak, Basma, dan Samara atau Samudera.
Selepas Sultan Malik as-Saleh, pemerintahan di kerajaan Pasai dipegang oleh
putranya, Sultan Muhammad Malik az-Sahir yang merupakan buah
perkawinan antara dia dengan putri dari Raja Perlak.
mencapai

kejayaannya

sebagai

satu-satunya

Samudera Pasai

kerajaan

Islam

yang

menyebarluaskan dakwah hampir ke seluruh Sumatra dan sebagai tonggak


awal penyebaran Islam di Indonesia. Menjelang masa-masa akhir
pemerintahan Kesultanan Pasai, terjadi beberapa pertikaian di Pasai yang
mengakibatkan perang saudara. Sulalatus Salatin menceritakan Sultan Pasai
meminta bantuan kepada Sultan Melaka untuk meredam pemberontakan
tersebut. Namun Kesultanan Pasai sendiri akhirnya runtuh sesudah
ditaklukkan oleh Portugal tahun 1521 yang sebelumnya telah menaklukan
Melaka tahun 1511, & kemudian tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi
bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh.3
Pusat pemerintahan Kesultanan Pasai terletaknya antara Krueng Jambo Aye
[Sungai Jambu Air] dengan Krueng Pase [Sungai Pasai], Aceh Utara.
Menurut ibn Batuthah yang menghabiskan waktunya sekitar dua minggu di
Pasai, menyebutkan bahwa kerajaan ini tak memiliki benteng pertahanan dari
batu, namun telah memagari kotanya dengan kayu, yang berjarak beberapa
kilometer dari pelabuhannya. Pada kawasan inti kerajaan ini terdapat masjid,
& pasar serta dilalui oleh sungai tawar yang bermuara ke laut. Ma Huan
menambahkan, walau muaranya besar namun ombaknya menggelora &
mudah mengakibatkan kapal terbalik. Sehingga penamaan Lhokseumawe
yang bisa bermaksud teluk yang airnya berputar-putar kemungkinan berkaitan
dengan ini.

2 Rachmad Abdullah, S. Si., M.Pd., Kerajaan Islam Demak : Api Revolusi


Islam di Tanah Jawa (1518-1549), (Sukoharjo : Al-Wafi, 2015, cetakan I)
3 Ibid.

Dalam struktur pemerintahan terdapat istilah menteri, syahbandar & kadi.


Sementara anak-anak sultan baik lelaki maupun perempuan digelari dengan
Tun, begitu juga beberapa petinggi kerajaan. Kesultanan Pasai memiliki
beberapa kerajaan bawahan, & penguasanya juga bergelar sultan. 4
Penyebaran Islam oleh Samudera Pasai tidak dibantu oleh peran walisongo.
Namun, Samudera Pasailah yang melahirkan walisongo itu. Ketika masa
Walisongo melaksanakan tugasnya yaitu memperkenalkan agama Islam pada
masyarakat Jawa, pada saat itu adalah era (kekacauan) melemahnya dominasi
Hindu-Budha (Majapahit) dalam budaya Nusantara untuk kemudian
digantikan dengan kebudayaan Islam, dari awal abad 15 hingga pertengahan
abad 16. Dan sebelumnya di Aceh pada abad ke 9, telah berdiri sebuah
kerajaan Kesultanan Islam Peureulak, yang kemudian menjadi kerajaan Islam
terbesar dan megah di Asia Tenggara pada masa Sultan Malikussaleh di abad
13. Jadi dengan demikian terlihat jelas bahwa kerajaan Samudera Pasai telah
berkontribusi besar dalam meng-Islamkan masyarakat Jawa dengan melihat
pendekatan abad, dan saat itu pula para Mubaliqh dari Pasai di tugaskan
untuk berdakwah ke Jawa yaitu yang dipimpin oleh Maulana Malik Ibrahim,
yang kemudian dikenal Walisongo.
2. Riau5
Salah satu kerajaan Islam yang terkenal di Riau adalah kerajaan Siak.
Kesultanan Siak Sri Inderapura ialah sebuah Kerajaan Melayu Islam yg
pernah berdiri di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Indonesia. Kerajaan ini
didirikan di Buantan oleh Raja Kecil dari Pagaruyung bergelar Sultan Abdul
Jalil pada tahun 1723, sesudah sebelumnya terlibat dlm perebutan tahta Johor.
Dalam perkembangannya, Kesultanan Siak muncul sebagai sebuah kerajaan
bahari yg kuat & menjadi kekuatan yg diperhitungkan di pesisir timur
4 Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, (Jakarta: PUSTAKA ALKAUTSAR, 2010), 30.
5 Anonim, Kuntu Darussalam : Kerajaan Islam Pertama di Riau,
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbtanjungpinang/2014/06/08/ku
ntu-darussalam-kerajaan-islam-pertama-di-riau/, pada tanggal 19
Maret 2016 pukul 10.51

Sumatera & Semenanjung Malaya di tengah tekanan imperialisme Eropa.


Jangkauan terjauh pengaruh kerajaan ini sampai ke Sambas di Kalimantan
Barat, sekaligus mengendalikan jalur pelayaran antara Sumatera dan
Kalimantan. Pasang surut kerajaan ini tak lepas dari persaingan dlm
memperebutkan penguasaan jalur perdagangan di Selat Malaka. Kejayaannya
dicapai pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil. Dengan klaim sebagai
pewaris Malaka, pada tahun 1724-1726 Sultan Abdul Jalil melakukan
perluasan wilayah, dimulai dengan memasukan Rokan ke dalam wilayah
Kesultanan Siak, membangun pertahanan armada laut di Bintan. Namun
tahun 1728 atas perintah Raja Sulaiman, Yang Dipertuan Muda bersama
pasukan Bugisnya, berhasil menekan Raja Kecil keluar dari kawasan
kepulauan. Raja Sulaiman kemudian menjadikan Bintan sebagai pusat
pemerintahannya & atas keberhasilan itu Yang Dipertuan Muda diberi
kedudukan di Pulau Penyengat. Sementara Raja Kecil terpaksa melepas
hegemoninya pada kawasan kepulauan & mulai membangun kekuatan baru
pada kawasan sepanjang pesisir timur Sumatera. Antara tahun 1740-1745,
Raja Kecil kembali bangkit & menaklukan beberapa kawasan di
Semenanjung Malaya.
Kemundurannya ketika terjadi ekspansi kolonialisasi Belanda ke
kawasan timur Pulau Sumatera yang tak mampu dihadang oleh Kesultanan
Siak, dimulai dengan lepasnya Kesultanan Deli, Kesultanan Asahan &
Kesultanan Langkat, kemudian muncul Inderagiri sebagai kawasan mandiri.
Begitu juga di Johor kembali didudukan seorang sultan dari keturunan
Tumenggung Johor, yg berada dlm perlindungan Inggris di Singapura.
Sementara Belanda memulihkan kedudukan Yang Dipertuan Muda di Pulau
Penyengat & kemudian mendirikan Kesultanan Lingga di Pulau Lingga.
Selain itu Belanda juga mempersempit wilayah kedaulatan Siak, dengan
mendirikan

Residentie

Riouw

pemerintahan

Hindia-Belanda

yg

berkedudukan di Tanjung Pinang. Penguasaan Inggris atas Selat Melaka,


mendorong Sultan Siak pada tahun 1840 untuk menerima tawaran perjanjian
baru mengganti perjanjian yg telah mereka buat sebelumnya pada tahun 1819.
Perjanjian ini menjadikan wilayah Kesultanan Siak semakin kecil & terjepit
antara wilayah kerajaan kecil lainnya yg mendapat perlindungan dari Inggris.
9

Demikian juga pihak Belanda menjadikan kawasan Siak sebagai salah satu
bagian dari pemerintahan Hindia-Belanda, sesudah memaksa Sultan Siak
menandatangani perjanjian pada 1 Februari 1858. Dari perjanjian tersebut
Siak Sri Inderapura kehilangan kedaulatannya, kemudian dlm setiap
pengangkatan raja Siak mesti mendapat persetujuan dari Belanda. Selanjutnya
dlm pengawasan wilayah, Belanda mendirikan pos militer di Bengkalis serta
melarang Sultan Siak membuat perjanjian dengan pihak asing tanpa
persetujuan Residen Riau pemerintahan Hindia-Belanda. Perubahan peta
politik atas penguasaan jalur Selat Malaka, kemudian adanya pertikaian
internal Siak & persaingan dengan Inggris & Belanda melemahkan pengaruh
hegemoni Kesultanan Siak atas wilayah-wilayah yg pernah dikuasainya. Tarik
ulur kepentingan kekuatan asing terlihat pada Perjanjian Sumatera antara
pihak Inggris & Belanda, menjadikan Siak berada pada posisi yg dilematis,
berada dlm posisi tawar yg lemah. Kemudian berdasarkan perjanjian pada 26
Juli 1873, pemerintah Hindia-Belanda memaksa Sultan Siak, untuk
menyerahkan wilayah Bengkalis kepada Residen Riau. Namun di tengah
tekanan tersebut Kesultanan Siak masih mampu tetap bertahan sampai
kemerdekaan Indonesia, walau pada masa pendudukan tentara Jepang
sebagian besar kekuatan militer Kesultanan Siak sudah tak berarti lagi.
Sistem politik yang dianut kerajaan Siak yaitu dipengaruhi oleh
Kerajaan Pagaruyung. Sesudah Sultan Siak, terdapat Dewan Menteri yg mirip
dengan kedudukan Basa Ampek Balai di Minangkabau. Dewan Menteri ini
memiliki kekuasaan untuk memilih & mengangkat Sultan Siak, sama dengan
Undang Yang Ampat di Negeri Sembilan. Dewan Menteri bersama dengan
Sultan menetapkan undang-undang serta peraturan bagi masyarakatnya.
Dewan menteri ini terdiri dari:
1. Datuk Tanah Datar
2. Datuk Limapuluh
3. Datuk Pesisir

10

4. Datuk Kampar
Seiring dengan perkembangan zaman, Siak Sri Inderapura juga
melakukan pembenahan sistem birokrasi pemerintahannya. Hal ini tak lepas
dari pengaruh model birokrasi pemerintahan yg berlaku di Eropa maupun yg
diterapkan pada kawasan kolonial Belanda atau Inggris. Modernisasi sistem
penyelenggaraan pemerintahan Siak terlihat pada naskah Ingat Jabatan yg
diterbitkan tahun 1897.
3. Jawa
Proses Islamisasi sudah berlangsung di Jawa sejak abad ke-11 M,
meskipun belum meluas. Hal ini terbukti dengan ditemukannya makam
Fatimah binti Maimun di Leran Gresik yang berangka tahun 475 H (1082
M).6 Kerajaan Islam pertama di Jawa ialah kerajaan Demak. Kerajaan Islam
Demak didirikan oleh Sultan Fatah pada tahun 1482 M setelah runtuhnya
Kerajaan Syiwo-Buddho Mojopahit di tangan Girindro Wardhono pada tahun
1478 M 7. Ia merupakan anak dari istri Prabu Brawijaya V, seorang muslimah
keturunan Cina yang dihadiahkan kepada Ario Damar sebagai adipati
Palembang. Raden Fatah tumbuh dan dibesarkan di Palembang.8
Raden patah adalah bangsawan kerajaan Majapahit yang telah mendapatkan
pengukuhan dari Prabu Brawijaya yang secara resmi menetap di Demak dan
mengganti nama Demak menjadi Bintara. Raden Patah menjabat sebagai
adipati kadipaten Bintara, Demak. Atas bantuan daerah-daerah lain yang
sudah lebih dahulu menganut islam seperti Jepara, Tuban dan Gresik, ia
mendirikan Kerajaan Islam dengan Demak sebagai pusatnya. Raden patah
sebagai adipati Islam di Demak memutuskan ikatan dengan Majapahit saat
itu, karena kondisi Kerajaan Majapahit yang memang dalam kondisi lemah.
6 Dr. Badri Yatim, M. A., Sejarah Peradaban Islam, Loc. cit., hlm. 197
7 Drs. Samsul Munir Amin, M. A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:
Remaja Rosdakarya, 2013, cetakan ke-III)
8 Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, Loc. cit., hlm. 64

11

Bisa dikatakan munculnya Kerajaan Demak merupakan suatu proses


Islamisasi hingga mencapai bentuk kekuasaan politik. Apalagi munculnya
Kerajaan Demak juga dipercepat dengan melemahnya pusat Kerajaan
Majapahit sendiri, akibat pemberontakan serta perang perebutan kekuasaan di
kalangan keluarga raja-raja. Sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa,
Kerajaan Demak sangat berperan besar dalam proses Islamisasi pada masa
itu. Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat perdagangan dan sebagai
pusat penyebaran agama Islam. Wilayah kekuasaan Demak meliputi Jepara,
Tuban, Sedayu Palembang, Jambi dan beberapa daerah di Kalimantan. Di
samping itu, Kerajaan Demak juga memiliki pelabuhan-pelabuhan penting
seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan dan Gresik yang berkembang menjadi
pelabuhan transito (penghubung).
Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, Kerajaan Demak
mengalami masa kejayaannya, Islam berkembang lebih luas lagi. Sultan
Trenggono mengirim Fatahillah, bawahannya yang berasal dari Samudera
Pasai, ke Banten. Dalam perjalanannya bertemu dengan Syarif Hidayatullah.
Bersama dengan pasukan Cirebon Fatahillah berhasil menaklukkan Banten
dan Pajajaran. Setelah Sultan Trenggono wafat, Kerajaan Demak mengalami
kemunduran, karena terjadi perebutan kekuasaan antara Sunan Prawoto dan
Arya Penangsang. Arya Penangsang adalah Bupati Jipang (sekarang
Bojonegoro), yang merasa lebih berhak atas tahta Kerajaan Demak. Ia
berhasil membunuh Sunan Prawoto dan juga adiknya Pangeran Hadiri. Usaha
Arya Penangsang dihalangi Jaka Tingkir, menantu Sultan Trenggono. Joko
Tingkir mendapat dukungan tokoh tertua Demak, yaitu Ki Gede Pemanahan
dan Ki Penjawi. Dalam pertempuran Arya Penangsang terbunuh oleh Jaka
Tingkir, sehingga kerajaan jatuh ke tangan Jaka Tingkir. Kemudian Jaka
Tingkir menjadi raja dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Ia memindahkan pusat
Kerajaan Demak ke daerah Pajang dan menyerahkan pusaka-pusaka Kerajaan
Pajang sebagai lambang keturunan langsung kerajaan Demak. Sebagai rasa
terima kasih kepada Ki Gede Pemanahan, Sultan Hadiwijaya memberikan
daerah perdikan (otonom) yang disebut Mataram dan menjadi penguasanya

12

dengan gelar Ki Gede Mataram. Sehingga kerajaan Demak telah berubah


menjadi bagian kerajaan Pajang.
Sultan Hadiwijaya memperluas kekuasaannya hingga ke Blora, Kediri
dan Madiun. Ia wafat pada tahun 1587 M. Penggantinya bukanlah putranya
Pangeran Benawa, melainkan putra Sunan Prawoto yang bernama Aria
Pangiri. Pangeran Benawa yang diangkat sebagai penguasa Jipang tidak puas
dan meminta bantuan Sutawijaya, putra Ki Ageng Mataram untuk merebut
tahta Kerajaan Pajang. Pada tahun 1588 M, Sutawijaya dan Pangeran Benawa
berhasil merebut Pajang dan menyerahkan secara simbolis hak kuasanya
kepada Sutawijaya, sehingga Pajang menjadi bagian kekuasaan Kerajaan
Mataram.
Berdirinya kerajaan Demak dan tersebarnya Islam di tanah Jawa
diprakarsai oleh para Walisongo di bawah pimpinan Sunan Ampel Denta.
Walisongo bersepakat mengangkat Raden Fatah sebagai raja pertama
Kerajaan Demak dengan gelar Senopati Jinbun Ngabdurrahman Panembahan
Palembang Sayidin Panataagama.9 Salah satu peninggalan Walisongo adalah
Masjid Demak yang memiliki satu tiang utama dan disebut Soko Tatal serta
Tradisi Sekaten yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga untuk menarik
masyarakat memeluk Islam
4. Banten
Sebelum zaman keislaman di Indonesia, Banten telah menjadi kota
yang disorot sejarah, sejak raja-raja Sunda berkuasa. Dalam tulisan Sunda
Kuno, cerita Parahyangan, disebut-sebut nama Wahanten Girang yang diduga
adalah Banten yakni sebuah kota pelabuhan di ujung Barat pantai Utara Jawa.
Kedatangan pasukan Kerajaan Demak di bawah pimpinan Maulana
Hasanuddin ke kawasan tersebut selain untuk perluasan wilayah juga
sekaligus penyebaran dakwah Islam. Kemudian dipicu oleh adanya kerjasama
Sunda-Portugal dlm bidang ekonomi & politik, hal ini dianggap dapat
membahayakan kedudukan Kerajaan Demak selepas kekalahan mereka
9 Dr. Badri Yatim, M. A., Sejarah. Op. cit., hlm. 211

13

mengusir Portugal dari Melaka tahun 1513. Atas perintah Trenggana, bersama
dengan Fatahillah melakukan penyerangan & penaklukkan Pelabuhan Kelapa
sekitar tahun 1527, yg waktu itu masih merupaken pelabuhan utama dari
Kerajaan Sunda. Selain mulai membangun benteng pertahanan di Banten,
Maulana Hasanuddin juga melanjutkan perluasan kekuasaan ke daerah
penghasil lada di Lampung. Ia berperan dlm penyebaran Islam di kawasan
tersebut, selain itu ia juga telah melakukan kontak dagang dengan raja
Malangkabu, Sultan Munawar Syah dan dianugerahi keris oleh raja tersebut.
Seiring dengan kemunduran Demak terutama sesudah meninggalnya
Trenggana, Banten yg sebelumnya vazal dari Kerajaan Demak, mulai
melepaskan diri & menjadi kerajaan yg mandiri.
Maulana Yusuf anak dari Maulana Hasanuddin, naik tahta pada tahun
1570 melanjutkan ekspansi Banten ke kawasan pedalaman Sunda dengan
menaklukkan Pakuan Pajajaran tahun 1579. Kemudian ia digantikan anaknya
Maulana Muhammad, yg mencoba menguasai Palembang tahun 1596 sebagai
bagian dari usaha Banten dlm mempersempit gerakan Portugal di nusantara,
namun gagal karena ia meninggal dlm penaklukkan tersebut. Pada masa
Pangeran Ratu anak dari Maulana Muhammad, ia menjadi raja pertama di
Pulau Jawa yg mengambil gelar Sultan pada tahun 1638 dengan nama Arab
Abu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir. Pada masa ini Sultan Banten telah
mulai secara intensif melakukan hubungan diplomasi dengan kekuatan lain yg
ada pada waktu itu, salah satu diketahui surat Sultan Banten kepada Raja
Inggris, James I tahun 1605 & tahun 1629 kepada Charles I. Kesultanan
Banten merupaken sebuah kerajaan Islam yg pernah berdiri di Provinsi
Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak
memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan
menaklukan beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai
pangkalan militer serta kawasan perdagangan.10
Kesultanan Banten merupaken kerajaan maritim & mengandalkan
perdagangan dlm menopang perekonomiannya. Monopoli atas perdagangan
10 Dr. Badri Yatim, M. A., Sejarah Peradaban Islam, Loc. cit., hlm. 217

14

lada di Lampung, menempatkan penguasa Banten sekaligus sebagai pedagang


perantara & Kesultanan Banten berkembang pesat, menjadi salah satu pusat
niaga yg penting pada masa itu. Perdagangan laut berkembang ke seluruh
Nusantara, Banten menjadi kawasan multi-etnis. Dibantu orang Inggris,
Denmark & Tionghoa, Banten berdagang dengan Persia, India, Siam,
Vietnam, Filipina, Cina & Jepang. Masa Sultan Ageng Tirtayasa [bertahta
1651-1682] dipandang sebagai masa kejayaan Banten. Di bawah dia, Banten
memiliki armada yg mengesankan, dibangun atas contoh Eropa, serta juga
telah mengupah orang Eropa bekerja pada Kesultanan Banten. Dalam
mengamankan jalur pelayarannya Banten juga mengirimkan armada lautnya
ke Sukadana atau Kerajaan Tanjungpura [Kalimantan Barat sekarang] &
menaklukkannya tahun 1661. Pada masa ini Banten juga berusaha keluar dari
tekanan yg dilakukan VOC, yg sebelumnya telah melakukan blokade atas
kapal-kapal dagang menuju Banten.11
Pada tahun 1808 Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia
Belanda 1808-1810, memerintahkan pembangunan Jalan Raya Pos untuk
mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris. Daendels memerintahkan
Sultan Banten untuk memindahkan ibu kotanya ke Anyer & menyediakan
tenaga kerja untuk membangun pelabuhan yg direncanakan akan dibangun di
Ujung Kulon. Sultan menolak perintah Daendels, sebagai jawabannya
Daendels memerintahkan penyerangan atas Banten & penghancuran Istana
Surosowan. Sultan beserta keluarganya disekap di Puri Intan [Istana
Surosowan] & kemudian dipenjarakan di Benteng Speelwijk. Sultan Abul
Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin kemudian diasingkan & dibuang ke
Batavia. Pada 22 November 1808, Daendels mengumumkan dari markasnya
di Serang bahwa wilayah Kesultanan Banten telah diserap ke dlm wilayah
Hindia Belanda. Kesultanan Banten resmi dihapuskan tahun 1813 oleh
pemerintah kolonial Inggris. Pada tahun itu, Sultan Muhammad bin
Muhammad Muhyiddin Zainussalihin dilucuti & dipaksa turun tahta oleh

11 Ibid., hlm. 218

15

Thomas Stamford Raffles. Peristiwa ini merupaken pukulan pamungkas yg


mengakhiri riwayat Kesultanan Banten.12
Setelah Banten muncul sebagai kerajaan yg mandiri, penguasanya
menggunakan gelar Sultan, sementara dlm lingkaran istana terdapat gelar
Pangeran Ratu, Pangeran Adipati, Pangeran Gusti, & Pangeran Anom yg
disandang oleh para pewaris. Pada pemerintahan Banten terdapat seseorang
dengan gelar Mangkubumi, Kadi, Patih serta Syahbandar yg memiliki peran
dlm administrasi pemerintahan. Sementara pada masyarakat Banten terdapat
kelompok bangsawan yg digelari dengan tubagus [Ratu Bagus], ratu atau
sayyid, & golongan khusus lainya yg mendapat kedudukan istimewa ialah
terdiri atas kaum ulama, pamong praja, serta kaum jawara. Pusat
pemerintahan Banten berada antara dua buah sungai yaitu Ci Banten & Ci
Karangantu. Di kawasan tersebut dahulunya juga didirikan pasar, alun-alun &
Istana Surosowan yg dikelilingi oleh tembok beserta parit, sementara
disebelah utara dari istana dibangun Masjid Agung Banten dengan menara
berbentuk mercusuar yg kemungkinan dahulunya juga berfungsi sebagai
menara pengawas untuk melihat kedatangan kapal di Banten. Berdasarkan
Sejarah Banten, lokasi pasar utama di Banten berada antara Masjid Agung
Banten & Ci Banten, & dikenal dengan nama Kapalembangan. Sementara
pada kawasan alun-alun terdapat paseban yg digunakan oleh Sultan Banten
sebagai tempat untuk menyampaikan maklumat kepada rakyatnya. Secara
keseluruhan rancangan kota Banten berbentuk segi empat yg dpengaruhi oleh
konsep Hindu-Budha atau representasi yg dikenal dengan nama mandala.
Selain itu pada kawasan kota terdapat beberapa kampung yg mewakili etnis
tertentu, seperti Kampung Pekojan [Persia] & Kampung Pecinan. Kesultanan
Banten telah menerapkan cukai atas kapal-kapal yg singah ke Banten,
pemungutan cukai ini dilakukan oleh Syahbandar yg berada di kawasan yg
dinamakan Pabean. Salah seorang syahbandar yg terkenal pada masa Sultan
Ageng bernama Syahbandar Kaytsu.

12 Ibid.

16

Penyebaran Islam di Banten dilakukan oleh Syarif Hidayatullah atau


Sunan Gunung Jati, pada tahun 1525 M dan 1526 M. Seperti di dalam naskah
Purwaka Tjaruban Nagari disebutkan bahwa Syarif Hidayatullah setelah
belajar di Pasai mendarat di Banten untuk meneruskan penyebaran agama
Islam yang sebelumnya telah dilakukan oleh Sunan Ampel. Pada tahun 1475
M, beliau menikah dengan adik bupati Banten yang bernama Nhay
Kawunganten, dua tahun kemudian lahirlah anak perempuan pertama yang
diberinama Ratu Winahon dan pada tahun berikutnya lahir pula pangeran
Hasanuddin. Setelah Pangeran Hasanuddin menginjak dewasa, syarif
Hidayatullah pergi ke Cirebon mengemban tugas sebagai Tumenggung di
sana. Adapun tugasnya dalam penyebaran Islam di Banten diserahkan kepada
Pangeran Hasanuddin, di dalam usaha penyebaran agama Islam Ini Pangeran
Hasanuddin berkeliling dari daerah ke daerah seperti dari G. Pulosari, G.
Karang

bahkan

sampai

ke

Pulau

Panaitan

di

Ujung

Kulon.

(Djajadiningrat;1983:34) Sehingga berangsur-angsur penduduk Banten Utara


memeluk

agama

Islam.

(Roesjan;1954:10)

Dalam

Babad

Banten

menceritakan bagaimana Sunan Gunung Jati bersama Maulana Hasanuddin,


melakukan penyebaran agama Islam secara intensif kepada penguasa Banten
Girang beserta penduduknya. Beberapa cerita mistis juga mengiringi proses
islamisasi di Banten, termasuk ketika pada masa Maulana Yusuf mulai
menyebarkan dakwah kepada penduduk pedalaman Sunda, yang ditandai
dengan penaklukan Pakuan Pajajaran. Selain mulai membangun benteng
pertahanan di Banten, Maulana Hasanuddin juga melanjutkan perluasan
kekuasaan ke daerah penghasil lada di Lampung. Ia berperan dalam
penyebaran Islam di kawasan tersebut, selain itu ia juga telah melakukan
kontak dagang dengan raja Malangkabu(Minangkabau, Kerajaan Inderapura),
Sultan Munawar Syah dan dianugerahi keris oleh raja tersebut.
5. Kalimantan
Di pulau Kalimantan terdapat beberapa kerajaan yang bercorak Islam.
Salah satu kerajaan Islam yang besar adalah Kerajaan Banjar (Banjarmasin)
di Kalimantan Selatan. Pada mulanya, Kerajaan Banjar adalah kerajaan

17

bercorak Hindu yang memiliki hubungan dengan Majapahit. Kerajaan Banjar


pada awalnya terdiri atas beberapa kerajaan kecil, yaitu Negara Dipa, Daha,
dan Kahuripan. Sebelum menjadi kerajaan Islam, Kerajaan Banjar telah
diperintah oleh tujuh orang raja. Raja pertama ialah Pangeran Surianata(14381460) dan raja terakhir ialah Pangeran Tumenggung(1588-1595). Selama
Pangeran Tumenggung memerintah, situasi politik di Kerajaan Banjar berada
dalam keadaan rawan dan roda pemerintahan tidak dapat berjalan dengan
baik. Pusat pemerintahan lalu dipindahkan dari Daha ke Danau Pagang, dekat
Amuntai. Pangeran Samudera yang berada di pengasingan secara diam-diam
menyusun kekuatan untuk menaklukkan Pangeran Tumenggung. Akibatnya,
pada tahun 1595 terjadi perang saudara yang berakhir dengan kemenangan di
pihak Pangeran Samudera. Keberhasilan Pangeran Samudera tidak terlepas
dari dukungan umat Islam di wilayah Banjar serta dukungan Patih Masih
dengan prajurit Kerajaan Demak. Setelah masuk Islam, Pangeran Samudera
berganti nama menjadi Pangeran Suriansyah. Kemudian ia memindahkan
pusat pemerintahan ke suatu tempat yang diberi nama Bandar Masih,
sekarang Banjarmasin. Peristiwa ini tercatat sebagai awal berdirinya Kerajaan
Banjar yang bercorak Islam dan masa kebangkitan orang-orang Islam di
Kalimantan.13
Kesultanan Banjar mulai mengalami masa kejayaan pada dekade
pertama abad ke-17 dengan lada sebagai komoditas dagang. Secara praktis,
barat daya, tenggara , dan timur pulau Kalimantan membayar upeti pada
Kerajaan Banjarmasih. Sebelumnya Kesultanan Banjar membayar upeti
kepada Kesultanan Demak, tetapi pada masa Kesultanan Pajang penerus
Kesultanan Demak, Kesultanan Banjar tidak lagi mengirim upeti ke Jawa.14
Kemudian, kemunduran kerajaan Banjar ketika Pangeran Antasari turun tahta.
Pengganti Pangeran Antasari adalah puteranya yang bernama Muhammad
Seman. Di mata rakyat, beliau merupakan sultan Kesultanan Banjar terakhir
yang mendapatkan tugas utama untuk menggantikan sang ayah dalam
13 Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, Loc. cit., hlm. 157
14 Ibid., hlm. 158

18

menjaga nyala api perlawanan dalam Perang Banjar. Perlawanan Muhammad


Seman terpaksa harus terhenti karena beliau meninggal dunia dalam suatu
pertempuran melawan Belanda di sungai Manawing pada tahun 1905. Beliau
dimakamkan di puncak gunung di Puruk Cahu

Dengan meninggalnya

Muhammad Seman, berarti riwayat Kesultanan Banjar juga telah berakhir.


Setelah Perang Banjar (1859-1905), Belanda membuat beberapa keputusan,
antara lain Kesultananan Banjar dihapuskan dan seluruh bekas daerah
Kesultanan Banjar dimasukkan ke dalam tatanan baru Residentie Zuider en
Ooster Afdeeling van Borneo . Dengan demikian berakhirlah riwayat
Kesultanan Banjar yang telah berlangsung selama 379 tahun (1526-1905).15
6. Sulawesi
Awal mula masuknya Islam ke Sulawesi yaitu ketika berdirinya
kerajaan Gowa-Tallo, dua kerajaan kembar yang saling berbatasan.Pada
awalnya, Kerajaan Gowa merupakan satu kerajaan yang sangat jaya di
Makassar. Namun, pada masa pemerintahan raja Gowa VI yang bernama
Tonatangka Lopi, wilayah Gowa dibagikan kepada dua orang putranya, yaitu
Batara Gowa dan Karaeng Loe ri Sero. Batara Gowa melanjutkan
pemerintahan ayahnya sebagai raja Gowa VII di kerajaan Gowa. Sedangkan,
adiknya yang bernama Karaeng Loe ri Sero mendirikan kerajaannya sendiri
yang bernama kerajaan Tallo. Sehingga dua kerajaan ini pun dikenal dengan
Kerajaan Kembar.16 Pada awal abad ke-16, kerajaan Gowa dan Tallo
dijadikan satu kerajaan pada masa kepemimpinan Karaeng Tumaparisi
Kallonna, sehingga berubah nama menjadi kerajaan Makassar. Pada masa
pemerintahannya, kerajaan Gowa-Tallo atau kerajaan Makassar dapat
menjadi pusat perdagangan di Nusantara Bagian Timur.17Ketika Karaeng
Tumaparisi Kallonna meninggal dunia, tahta kerajaan digantikan oleh raja
Gowa X, I Mariogau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipalangga, dan pada
15 Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, Loc. cit.,.
16 Ibid., hlm. 94
17 Ibid., hlm. 95

19

saat pemerintahannya sudah banyak para pedagang Islam Nusantara yang


menetap di Makassar.18 Setelah I Mariogau Daeng Bonto Karaeng Lakiung
Tunipalangga meninggal dunia dan setelah pergantian raja beberapa kali
akibat permasalahan-permasalahan internal, maka diangkatlah I Mangarangi
Daeng Manrabia Sultan Alauddin sebagai raja Gowa XIV. Sultan Alauddin
merupakan raja Makassar yang pertama masuk Islam. 19 Sejak Gowa-Tallo
tampil sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan baik
dengan Ternate yang telah menerima Islam dari Gresik/Giri. Pada saat itu,
Sultan Baabullah dari pihak Ternate, mengadakan perjanjian persahabatan
dengan Gowa-Tallo sekaligus menjadi kali pertama raja Ternate mengajak
raja Gowa-Tallo untuk menganut Islam, tetapi gagal. Baru setelah DatuRi
Bandang datang ke kerajaan Gowa-Tallo, agama Islam mulai masuk kerajaan
ini.20
Kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa
pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 1669). Pada masa pemerintahannya
Makasar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai
daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang
keperluan perdagangan Makasar. Ia berhasil menguasai Ruwu, Wajo,
Soppeng, dan Bone.Perluasan daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa
Tenggara Barat. Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan
di Indonesia Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai
raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang
kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di
Ambon. Untuk itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia
Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi
tersebut maka timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC,
bahkan menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di
18 Ibid.
19 Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, Loc. cit., hlm. 96
20 Dr. Badri Yatim, M. A., Sejarah Peradaban Islam, Loc. cit., hlm. 223

20

daerah Maluku. Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin


memimpin sendiri pasukannya untuk melawan pasukan Belanda di Maluku.
Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan
Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai
Ayam Jantan dari Timur
Keruntuhan kerajaan Makassar ditandai dengan upaya Belanda untuk
mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu dengan melakukan politik adudomba antara Makasar dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar).
Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar mengadakan
persetujuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makasar.
Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan
Makasar. Raja Bone Aru Palaka meminta bantuan Belanda untuk menyerang
Hasanuddin karena wilayahnya dikuasai Gowa Tallo, maka dengan cepat
Belanda menyambutnya. Belanda menyerang dari laut, sedangkan Aru Palaka
menyerang dari darat. Dengan tekanan yang demikian berat akhirnya Belanda
mempu memaksa Gowa Tallo menandatangani Perjanjian Bongaya (1667).
Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota
kerajaan Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui
kekalahannya dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya
tentu sangat merugikan kerajaan Makasar. Akibat dari kekalahan dari VOC
akhirnya mengakhiri Kerajaan Gowa Tallo (Makasar) dan berakhir pula
peranannya sebagai pelabuhan transito yang besar.
7. Maluku
Maluku adalah daerah yang dikenal dengan julukan Negeri Seribu
Pulau. Pada awalnya, Maluku lebih dikenal dengan nama Ternate, Tidore,
Makian, dan Moti. Secara keseluruhan disebut Moloku Kie Raha, artinya
Persatuan Empat Kolano (kerajaan).21 Menurut sejarawan Islam, M. Saleh
Putuhena, pedagang yang datang pertama kali di Maluku adalah para
pedagang Melayu dan Jawa. Sehingga, membuka peluang bagi para pedagang
21 Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, Op. cit., hlm. 115

21

Arab, India, Persia, dan China.22 Kerajaan yang cukup terkenal adalah
kerajaan Ternate. Pulau Gapi (kini Ternate) berdiri pada abad ke-13 yang
beribu kota di Sampalu, penduduk Ternate awal merupakan warga eksodus
dari Halmahera. Awalnya di Ternate terdapat 4 kampung yang masing masing dikepalai oleh seorang momole (kepala marga), merekalah yang
pertama tama mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang
dari segala penjuru mencari rempah rempah. Penduduk Ternate semakin
heterogen dengan bermukimnya pedagang Arab, Jawa, Melayu dan Tionghoa.
Oleh karena aktivitas perdagangan yang semakin ramai ditambah ancaman
yang sering datang dari para perompak maka atas prakarsa momole Guna
pemimpin Tobona diadakan musyawarah untuk membentuk suatu organisasi
yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai raja.
Tahun 1257 momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan diangkat sebagai
Kolano (raja) pertama dengan gelar Baab Mashur Malamo (1257-1272).
Kerajaan Gapi berpusat di kampung Ternate, yang dalam perkembangan
selanjutnya semakin besar dan ramai sehingga oleh penduduk disebut juga
sebagai Gam Lamo atau kampung besar (belakangan orang menyebut Gam
Lamo dengan Gamalama). Semakin besar dan populernya Kota Ternate,
sehingga kemudian orang lebih suka mengatakan kerajaan Ternate daripada
kerajaan Gapi. Di bawah pimpinan beberapa generasi penguasa berikutnya,
Ternate berkembang dari sebuah kerajaan yang hanya berwilayahkan sebuah
pulau kecil menjadi kerajaan yang berpengaruh dan terbesar di bagian timur
Indonesia khususnya Maluku. Awal masuknya Islam ketika pada masa itu,
gelombang perdagangan Muslim terus meningkat, sehingga raja menyerah
kepada tekanan para pedagang Muslim itu dan memutuskan belajar tentang
Islam pada madrasah Giri. Kemudian, ia dikenal dengan nama Raja Bulawa
atau raja Cengkeh, mungkin karena ia membawa cengkeh sebagai hadiah.
Ketika kembali dari Jawa, ia mengajak Tuhubahahul ke daerahnya. Lalu, ia
pun dikenal juga sebagai penyebar utama Islam di kepulauan Maluku.23
22 Ibid.
23 Dr. Badri Yatim, M. A., Sejarah Peradaban Islam, Op. cit., hlm. 222

22

Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan


Sultan Baabullah. Pada saat itu wilayah kerajaan Ternate sampai ke daerah
Filipina bagian selatan bersamaan pula dengan penyebaran agama Islam.
Oleh karena kebesaransnya, Sultan Baabullah mencapa sebutan Yang
dipertuan di 72 pulau. Sedangkan, kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan
karena diadu domba dengan Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa
asing ( Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah
penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Ternate dan Sultan Tidore
sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka
kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar
Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab
VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah
di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang
teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
C. Pengaruh

Kesultanan

Islam

dalam

Perkembangan

Masyarakat

Indonesia24
Berikut pengaruh Kesultanan Islam daam beberapa bidang:
1. Bidang Politik

Kehadiran Islam di beberapa

tempat mendorong

terjadinya perubahan pola kekuasaan dan melahirkan


kesatuan-kesatuan politik Islam dalam bentuk kesultanan.
Agama Islam juga membawa berbagai pandangan baru
yang revolusioner untuk masa itu.

Dalam kancah politik

Islam memiliki doktrin bahwa rasa nasionalisme terhadap


tanah air menjadi ciri mendasar ajaran Islam itu sendiri.
Doktrin yang dimiliki Agma Islam tersebut yang akhirnya
mengugah rasa nasionalisme yang kuat terhadap hati
mayoritas masyarakat.muslim di Indonesia. Untuk berjuang
memepertahankan bumi pertiwi. Nasionalisme dibuktikan
secara langsung (fisik) maupun dengan cara diplomasi.
Perjuangan melalui jalur diplomatik seperti yang pernah
24 Achmad Gholib, Study Islam, (Jakarta: Faza Media, 2006), hlm. 246

23

dilakukan para pahlawan seperti Haji Agus Salim dan


Abdoel Moeis sebagai tokoh sentral Sarekat Islam (1915),
KH

Ahmad

Dahlan

(1869-1923

M)

yang

kemudian

mendirikan organisasi beeraliran modernis Muhammadiyah


(1912

M),

KH.

Hasyim

Asyari

mendirikan

organisasi

tradisionalis Nahdatul Ulama (1926 M), dan para pahlawan


islam lain yang mencoba melakukan serangkaian usaha
demi memajukan bangsa Indonesia. Sebagian besar dari
tokoh tersebut juga dicatat sebagai tokoh yang pernah
mengonsep

Piagam

Jakarta

yang

kemudian

dijadikan

sebagai dasar pembentukan falsafah Negara Kesatuan


Republik Indonesia yakni Pancasila.
2. Bidang Pendidikan
Dalam konteks pekembangan pendidikan di Indonesia,
umat Islam juga memliki peran yang signifikan. Hal ini
dapat dibuktikan dengan upaya yang dilakukan oleh para
tokoh muslim, sebut saja KH. Ahmad Dahlan dan KH.
Hasyim

Asyari

dalam

merespon

pendidikan

yang

diterapkan penjajah Belandayang cukup sekuler, tidak


berihak pada rakyat kecil, dan mendikotomikan ilmu
pendidikan agama dan ilmu pengetahuan umum, dengan
lembaga

pendidikan

yang

bisa

merespon

kegiatan

masyarakat Indonesia secara luaas, yakni pendidikan


pesanrendan madrasah. Melalui lembaga pendidikan ini
masyarakat Indonesia dapat belajar ilmu pengetahuan
agama dan ilmu pengetahuan umum secara imbang.
Melalui lembaga pendidika tersebut sangat diharapkan
bangsa Indonesia dapat melahirkan dan mencetak generasi
yang mempunyai kualitas keilmuan yang memadai serta
memiliki akhlak yang luhur sesuai norma yang berlaku.
3. Bidang Ekonomi

24

Dalam

bidang

ekonomi

sosial

juga

Islam

telah

membuka masyarakat untuk senantiasa belaku adil dalam


makukan transaksi, tida berbuat curang dalam timbangan,
harus ada kesepakatan antara penjual dan pembeli sera
bagaimana konsep keseimbangan, tidak boros dan tidak
berlebihan seperti yang dianjurkan dalam al-Quran juga
mampu menciptakan suasana kehidupan yang damai dan
sejahtera.
4. Bidang Kebudayaan
Islam di Indonesia hadir pada abad ke-11, dimana saat
itu Indonesia masih dikuasai olehkerajaan-kerajaan Hindu
dan Budha. Salahsatu penyebar Islam terbesar di pulau
Jawa

adalahWali

kebudayaanyang

Songo
sudah

yang
ada

di

menggunakan
Jawa

untuk

menyebarkanagama Islam. Salah satu contohnya adalah


wayang. Wayang

merupakan teknik bercerita yangsudah

ada di Indonesia sejak zaman dahulu.Salah satu teknik


wayang yang digunakanuntuk menyebarkan agama Islam
adalahwayang

golek.Teknik

ini

digunakan

untuk

menyebarkanagama Islam dengan menceritakan kisah


dariAmir Hamza, paman dari Muhammad.Menurut cerita,
pencipta wayang golekadalah Sunan Kudus, salah satu Wali
Songo.
D. Kesulthanan Islam pada zaman Penjajahan Belanda, serta
meleburnya kesulthanan Islam ke dalam NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia)
1. Kesultanan Islam pada zaman belanda
Umat Islam Indonesia hidup dalam aneka ragam situasi dan kondisi
dari sejak agama Islam masuk ke Indonesia. Tahun 1956 adalah awal
kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia. Pada saat Belanda memasuki
Indonesia (1596 ) sudah mulai terasa kesulitan menghadapi masyarakat
islam tersebut mereka hadapi saat sedang berusaha menancapkan
25

kekuasaannya di Indonesia. Kolonial belanda selalu menghadapi


perlawanan gencar dari masyarakat yang menganut agama Islam seperti
pertempuran di Banten , Hasanudin di Uung Pandang , perang Diponogoro
, perang Padri , perang Aceh dan sebagainya.Untuk melemahkan
kepribadian orang orang Islam di Indonesia , belanda sengaja
mengembangkan pendidikanpendidikan ala barat yang di anggap dapat
lebih membimbing masyarakat ke taraf hidup yang lebih baik , yang
dijadikan kedok oleh kolonial Belanda untuk melancarkan politik
penjajahannya. Di tiap tiap lembaga pendidikan disebarkan perbedaanperbedaan itu yang intinya , orang Belanda itu rasional dan orang orang
Timur itu emosional , dan perbedaan dalam proses pengembangan Islam
di kerajaankerajaan . Mulai tahun 1602 Belanda secara perlahan-lahan
menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan
memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah
menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah
Timor Portugis, yang tetap dikuasai Portugal hingga 1975 ketika
berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur25
Belanda datang ke Indonesia pada akhir abad ke XVI. Pada masa
abad XVI ini telah menjadi saksi munculnya kerajaan-kerajaan baru di
medan sejarah, terutama di Jawa. Sebagian besar kerajaan-kerajaan itu
lazimdisebut kerajaan Islam, sedangkan beberapa daerah di pedalaman
maih bersifat Hindu. Perkembangan kerajaan Islam di Maluku, Sulawesi
Selatan, dan di daerah lain mulai juga tampak pada abad XVI. Sementara
itu masih terdapat kerajaan-kerajaan yang terus eksis dengan memakai
sistem tradisional pra Islam , seperti kerajaan Mataram di Jawa. 26 Pada
periode tersebut, proses pergantian masa telah berjalan selama satu abad
lebih di wilayah Malaka dan kira- kira setengah abad di Jawa.. Kerajaankerajaan Islam umumnya berdiri setelah kerajaan lama yang bercorak
Budha atau Hindu mengalami kemunduran.Wilayah kerajaan itu pada
25 Azyumardi Azra, Islam Nusantara, hlm. 63
26 Ibid., hlm 64

26

Umumnya terbatas: Samudra Pasai, Aceh, Malaka, dan beberapa kerajaan.


Namun, dalam abad XVI berlangsunglah proses konsentrasi kekuasaan
dengan perjuangan kekuasaan, seperti perebutan hegemoni kekuasaan
yang semakin kompleks dengan terlibatnya Portugis. 27 Samudra Pasai
selanjutnya merupakan bagian dari wilayah kerajaan Aceh. Aceh sendiri
menerima pengislaman dari Pasai pada pertengahan abad XVI. 1 Ketika
Malaka jatuh jatuh ke tangan Portugis , Aceh merupakan bagian dari
kerajaan Pidea.28 Kejatuhan Malaka atas Portugis telah membawa berkah
tersendiri bagi pertumbuhan Aceh. Kesultanan Aceh menguasai pesisir
barat Sumatra hingga Bengkulu. Pasai direbut dari tangan Portugis oleh
penguasa besar pertama Aceh , Ali Mughayat Syah , pada 930 H / 1524 M.
Daerah tersebut merupakan pemberian Sultan Minangkabau. 29Daerah
kesultanan dibagi menjadi daerah-daerah kecil yang disebut mukim, yang
berjumlah 190 mukim.Menjelang pada abad ke 18 kesultanan Aceh mulai
kacau balau, dan tanpa kepemimpinan . Maka pada abad XIX Aceh jatuh
ke tangan pemerintah Hindia Belanda.30
Di Jawa , kerajaan Demak ( 1518-1550) dipandang sebagai kerajaan
islam pertama dan terbesar di Jawa. Pusat kerajaan Islam kemudian
berpindah dari Demak ke Pajang kemudian ke Mataram. Berpindahnya
pusat pemerintahan itu membawa pengaruh besar yang sangat menentukan
perkembangan sejarah islam di Jawa yaitu : Kekuasaan dan sistem politik
didasarkan atas basis agraris, mulai mundurnya peranan daerah pesisir
dalam perdagangan dan pelayaran , demikian pula Jawa, dan terjadi
pergeseran pusat pusat perdagangan dalam abad ke-17 dengan segala
27Ibid., hlm. 65
28 .William Marsden , Sejarah Sumatera , terj.A.S.Nasution dan
Mahyuddin Mendium (Bandung : Remaja Rosdakarya , 1999 ) , hlm
245
29William Marsden , Sejarah Sumatera, Loc. cit., hlm.234
30 Azyumardi Azra, Islam.. Loc. cit., hlm. 66

27

akibatnya. Pada tahun 1916 , seluruh Jawa Timur praktis sudah di dalam
kekuasaan Mataram , yang ketika itu di bawah pimpinan Sultan Agung.
Pada masa pemerintahan inilah kontak-kontak bersenjata atar kerajaan
Mataram dan VOC mulai terjadi.
Sementara itu , berdirinya juga kerajaan Islam di wilayah Indonesia
sebelah timur, seperti Maluku , Makasar, Banjarmasin dan sebagainya.
Raja-raja tertua dari Maluku adalah raja raja dari Jailolo.Namun,
mengingat penduduk Jailolo lebih kecil didanding Ternate , Tidore , dan
Bacan. Ketiga penguasa yang disebut belakangan ini lebih menonjol.31
Raja pertama yaitu Zainal Abidin.Pada perundingan yang dilakukan di
Pulau Motir bahwa Raja Jailolo menjadi raja kedua , raja Tidore menjadi
raja ketiga , dan Bacan menjadi raja keempat. Namun, perjanjian itu tidak
berlangsung lama , karena pada abad XV urutan berubah . Sultan Ternate
kemudian menempatkan diri lagi menjadi raja utama di Maluku. 32 Pada
masa itu terjadi perselisihan antara Ternate dan Tidore. Ternate dibantu
oleh orang-orang Spanyol dan Tidore dibantu oleh orang-orang Portugis.
Tindakan Portugis yang terlalu kasar menyinggung perasaan orang-orang
Ternate. Hal ini menimbulkan pemberontakan . Akibatnya , seranganserangan Portugis di lancarkan ke benteng-benteng kedudukannya pada
tahun 1565 , di bawah pimpinan sultan Khairun .kemarahan rakyat Ternate
memuncak ketika Sultan Khairun dibunuh secara diam-diampada tahun
1570 di benteng Musquita dengan dalih perundingan. Babullah Daud Syah
naik tahta sultan IV .pada 1575 , benteng portugis di ternate direbut oleh
Baabullah. Akhirnya Ternate berhasil mengusir Portugis pada 28
Desember 1577.33
2. Meleburnya Kesultanan Islam dalam NKRI
31 Marwati Djoned Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto ,Sejarah
Nasional Indonesia , Jilid III , hlm. 36
32 Ibid.
33 Azyumardi Azra, Islam.. Loc. cit., hlm. 73

28

NKRI adalah negara berdaulat yang telah mendapatkan pengakuan


dari luar dunia Internasional. NKRI didirikan berdasarkan UUD 1945 yang
mengatur tentang kewajiban negara terhadap warganya dan hak serta
kewajiban warga negara terhadap negaranya dalam suatu sistem
kenegaraan. NKRI yang diagung-agungkan selama ini sama sekali tidak
berakar seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan
Majapahit, Kerajaan Ngurah Rai, Kerajaan Kutai dan sebagainya. Baik
secara resmi atau tidak ia merupakan kumpulan wilayah-wilayah kerajaan
tersebut kemudian diberi nama Indonesia oleh penguasa di awal
kemerdekaannya.34
Pada abad ke-19 dalam sejarahnya , terjadi pertumbuhan kesadaran
berbangsa serta gerakan nasionalis di beberapa negara untuk untuk
memperjuangkam

kemerdekaan

bangsanya

masing-masing.35Peta

pemikiran dan pergerakan nasionalisme maupun Islam bisa dilihat dari


kebangkitan nasionalisme dan Islam di Indonesia pada awal abad ke-20
ini.Salah satu institusi sosial-politik yang pertama kali muncul dalam awal
kemerdekaan

adalah

terbentuknya

Kementrian

Agama.

Adanya

Kementrian Agama ini bertitik tolak dari kantor urusan Agama masa
jepang.36usulan pembentukan kementrian ini pernah ditolak pada 19
Agustus 1945. Keputusan ini mengecewakan umat islam yang sebelumnya
juga telah dikecewakan oleh keputusan yang berkenan dengan dasar
negara , Pancasila , dan bukannya Islam atau Piagam Jakarta.37 Adanya
pembentukan Kementrian Agama tersebut menimbulkan kontroversi, baik
34 Ibid., hlm. 122
35 Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah
Pergerakan Nasional , Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme ,Jilid 2
( Jakarta : Gramedia Pustaka Utama , 1992 ), hlm. ix
36 E. J. Boland , Pergumulan Islam di Indonesia : 1945-1972 , terj.
Saafroedin Bahar (Jakarta : Grafiti Pers, 1985 ), hlm.110
37 Azyumardi Azra, Islam... Op. cit., hlm. 124

29

dari kalangan non-Muslim , kelompok nasionalisme sekuler maupun


kalangan Islam sendiri.38 Terlepas dari sikap pro kontra ini, tampaknya
pembentukan Kementrian Agama lebih didasarkan pada pertimbangan
politis daripada urgensi peran yang diperlukan dalam sebuah sitem tata
pemerintahan yang baru. Kementrian Agama dibentuk antara lain hanya
sebagai penawar kekecewaan sebagai tokoh politik islam yang telah gagal
menggolkan Islam untuk dijadikan sebagai dasar negara. Kerenanya
pembentukan Kementrian Agama ini selalu dipermasalahkan pada masamasa selanjutnya.39 Kementrian agama baru berfungsi sebagai kementrian
yang utuh , bukan sekedar bagian dari perjuangan bangsa, setelah
kedaulatan negara mendapat pengakuan.40Pada tahun 1950, Wahid Hasyim
menjadi menteri Agama dalam kabinet pertama Republik Indonesia Serikat
(RIS) .
Proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945 memberikan kesempatan
yang sama bagi rakyatnya untuk berpatisipasi dalam politik. Berbagai
aliran politik dapat dengan bebas membentuk partai-partai politik di
Indonesia sebagai saran demokrasi seperti yang dinyatakan oleh pasal 28
UUD1945. Umat islam juga berpatisipasi dalam hal ini . Pada 7 dan 8
november 1945 , melalui sebuah kongres umat islam di Yogyakarta ,
lahirlah dua keputusan:
1. Pembentukan sebuah partai politik dengan nama masyumi
2. Umat islam tidak mempunyai partai lain kecuali masyumi
Maka masyumi adalah partai pertama Islam yang ada di Indonesia .

38 Ibid., hlm 125


39 Azyumardi Azra, Islam.. Loc. cit., hlm. 126
40

30

BAB III
PENUTUP

Agama Islam masuk ke Indonesia mayoritas dibawa oleh para pedagang Muslim
dari Arab, India, Cina, dan Persia. Kedatangan mereka secara damai dan penuh
dengan ramah tamah menjadikan rakyat Nusantara pada masa itu tertarik pada
orang-orang Muslim terlebih agama yang mereka anut. Begitu banyak pula para
penguasa maupun raja-raja yang tertarik dengan budi akhlak mereka sehingga
pernikahan dengan putri raja pun terjadi. Hal inilah yang menjadi faktor utama
berdirinya Kerajaan/Kesulthanan di Indonesia dan Berjaya hingga zaman
imperialisme barat berkuasa. Pada masa penjajahan pun umat Muslim tidak hanya
diam. Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara menyatukan kekuatan bersama-sama
berperang mengusir penjajah. Bahkan, sampai detik-detik proklamasi pun umat
Muslim memegang kontribusi yang besar. Oleh karena itu, lahirnya Negara
Kesatuan Republik Indonesia tak pernah lepas dari bantuan tangan umat Muslim
di Nusantara.

31

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rachmad. 2005. Kerajaan Islam Demak : Api Revolusi


Islam di Tanah
Jawa (1518-1549). Sukoharjo: Al-Wafi.
Amin, Samsul Munir. 2013.Sejarah Peradaban Islam.Jakarta:
Remaja
Rosdakarya.
Anonim. Kuntu Darussalam : Kerajaan Islam Pertama di Riau.
Diakses pada 19 Maret
2016
pukul
10.51
dari
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpntanjungpinang/2014/06/0
8/kuntuda russalam-kerajaan-islam-pertama-di-riau/.
Azra, Azyumardi. 2002.Islam Nusantara: Jaringan Global dan
Lokal. Bandung: Penerbit Mizan.
Boland ,E. J.. 1985.Pergumulan Islam di Indonesia : 1945-1972.
Jakarta: Grafiti
Pers
Darmawijaya. 2010.Kesultanan Islam Nusantara.Jakarta: Pustaka
al-Kautsar.
Gholib,Achmad. 2005.Study Islam.Jakarta: Faza Media.
Kartodirdjo, Sartono. 1992.Pengantar Sejarah Indonesia Baru :
Sejarah
Pergerakan Nasional , Dari Kolonialisme Sampai
Nasionalisme jilid 2.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Marsden,William.
Rosdakarya.

1999.Sejarah

Sumatera.

Bandung:

Remaja

Pusponegoro, Marwati Djoned dan Notosusanto, Nugroho. 1992.


Sejarah
Nasional Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Yatim, Badri. 1993.Sejarah
RajaGrafindo Persada.

Peradaban

Islam.

Jakarta:

PT.

32

Anda mungkin juga menyukai