Anda di halaman 1dari 15

34

sadar_wajudi@yaoo.co.id

BAB II
PERATAAN (LEVELLING) DAN PENJAJARAN (ALIGNMENT)

Tujuan Pelajaran 4
Menyetel kerataan rakitan mesin, dengan memperhatikan prosedur keselamatan kerja.
Kriteria Penilaian
Mendemonstrasikan prosedur yang benar ketika menyetel kerataan rangka dan pelat
dasar (bedplate) mesin.

2.1 Perataan (Levelling) Meja/Landasan (Bedplate )
Proses penyetelan dan pemerataan memastikan titik-titik pemasangan mesin tetap
rata. Bedplate harus dipasang pada machine flat dimana mesin dipasang dan ini dapat
dibuat sebagai acuan dalam proses perataan. Apabila tidak perlu terlalu datar maka
permukaan datar horizontal yang ada pada Bedplate dapat digunakan. Untuk sebagian
besar mesin, kedataran suatu alas dapat ditentukan dengan menggunakan alat spirit
level, tetapi untuk peralatan yang besar, atau diperlukan ketepatan yang khusus, maka
alat level surveyor dapat digunakan.
1. Penggunaan Shim
Bed plate dapat diratakan dengan menggunakan shimlogam (metal shim) yang dapat
disetel saat proses pemerataan. Bahan shimsebaiknya anti karat dan cukup besar untuk
menahan beban mesin. Apabila shimtidak dapat menahan beban maka penjajaran akan
rusak. Shimbisa dibuat dari bahan yang rata atau yang berbentuk lekukan dan harus
selalu diletakkan di anchor bolt (jangkar fondasi) dimana beban mesin terkonsentrasi.
Apabila shimyang tipis digunakan, maka dianjurkan agar melapisi jangkar fondasi.







Gambar 2.1 Shim yang tipis yang dapat melingkari jangkar fondasi










35

sadar_wajudi@yaoo.co.id


Gambar 2.2 Shim yang diletakkan di jangkar fondasi (A) saat penjajaran

2. Menyetel Kerataan dan Meluruskan Mesin
Mesin yang tidak lurus atau penyetelan kerataannya dilakukan secara kurang tepat,
merupakan penyebab bergetarnya mesin dan sering menimbulkan masalah.
Ketidaklurusan dan penyetelan kerataan yang kurang tepat merupakan masalah
pemeliharaan (maintenance) karena masalah tersebut dapat diperbaiki dan dicegah
dengan menggunakan prosedur pemeliharaan yang benar. Dengan demikian, setiap
orang yang terlibat dalam pemasangan dan pemeliharaan mesin harus mengerti tentang
berbagai macam prosedur dan harus mampu memilih dan mengimplementasikan
prosedur tersebut secara tepat untuk aplikasi-aplikasi tertentu. Setelah mesin diletakkan
pada pondasi, pertama kali Bedplate harus disetel kerataannya, kemudian baru
komponen-komponen mesin.
3. Menyetel Kerataan Bedplate
Bedplate untuk mesin dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran. Beberapa
Bedplate sudah menyatu dengan mesin utama, sedangkan yang lain hanya berupa titik-
titik pemasangan (mounting point) untuk perlengkapan lain, seperti pompa dan
penggeraknya. Penyetelan kerataan Bedplate tergantung pada kemampuan menemukan
titik-titik kerataan yang cukup.
Beberapa Bedplate memiliki permukaan yang halus untuk membantu penyetelan
kerataan, ada pula yang tidak. Jika penyetelan kerataan sangat diperlukan dan Bedplate
tidak rata, maka mesin perlu dilepaskan dan gunakan titik-titik pemasangan yang sudah
halus sebagai acuan penyetelan kerataan.
A. Prosedur Penyetelan bedplate
Prosedur ini berlaku bila anda menyetel langsung kerataan Bedplate , tetapi berlaku
juga untuk penyetelan secara langsung kerataan mesin.
1. Tempatkan spirit level pada permukaan halus Bedplate untuk mengukur permukaan.
2. Dengan menggunakan, Baut jangkar (Adjuster Bolt), pasak (wedge) atau dongkrak,
naikkan ujung bawah hingga dicapai tingkat kerataan Bedplate yang diperlukan.
Catatan:
Kedua sisi Bedplate perlu diperiksa.








36

sadar_wajudi@yaoo.co.id




Gambar 2.3 Memeriksa kedua sisi Bedplate

3. Putar spirit level untuk mengukur pada posisi tegak lurus terhadap pembacaan
pertama dan pasang pada permukaan halus Bedplate
4. Dengan menggunakan pasak (wedge) atau dongkrak, naikkan sisi bawah hingga
Bedplate mencapai kerataan yang diperlukan.
5. Putar spirit level kembali ke arah asalnya dan periksa lagi setelan pertamanya. Jika
perlu, ulangi pemeriksaan hingga kedua pembacaan benar.
Catatan:Kedua ujung Bedplate juga perlu diperiksa untuk memastikan bahwa Bedplate
tersebut sudah rata dari seluruh arah.
6. Kencangkan baut jangkar dan periksa kembali kerataan. Penyetelan lebih lanjut
mungkin saja diperlukan. Jika demikian, kendurkan baut jangkar dan tambahkan lagi
packing di bawah sisi bawah. jika perlu.
Jika wedge telah digunakan untuk menyetel kerataan Bedplate , prosedur berikut ini
perlu digunakan:
7. Ukur tinggi antara kaki Bedplate dan pondasi. Ini dapat dilakukan degan
menggunakan penggaris baja atau jangka sorong (vernier caliper)
8. Pilih sebuah pelat logam atau jenis pelat lainnya untuk mengisi celah yang sudah
terukur di bawah setiap kaki. Gunakan pelat sesedikit mungkin.
9. Potong pelat sesuai dengan ukuran yang diperlukan.
10. Jika perlu, potong atau buat slot di dalam pelat untuk dipaskan dengan baut jangkar.
11. Pastikan bahwa pelatnya rata dan hilang setiap benjolan.
12. Geser pelat di bawah Bedplate sampai posisinya benar.
Catatan: Wedge harus diposisikan pada salah satu sisi bidang ini.
13. Setelah pelat berada pada posisinya, lakukan pemeriksaan untuk melihat apakah
masih ada celah yang tertinggal. Jika ada, potong shim setebal celah tersebut agar
menutupi celah tersebut.
14. Naikkan Bedplate, letakkan masing-masing shim pada bagian atas potongan
pakingnya dan geser setiap paking di bawah kakinya masing-masing. Lepaskan
wedge
15. Turunkan Bedplate sampai pada posisinya pada paking dan periksa apakah sudah
rata. Setel dengan menambahkan shim di bawah kaki yang masih rendah.
B. Meratakan Bedplate di fondasi
Prosedur yang berikut ini dapat diikuti untuk meratakan Bedplate pada fondasi
37

sadar_wajudi@yaoo.co.id

1. Bersihkan fondasi dan hilangkan semua kotoran dari daerah sekitar fondasi. Pastikan
jangkar fondasi sudah terpasang dengan benar.
2. Letakkan Bedplate yang sudah dipasang mesin diatas fondasi. Letakkan shim dekat
masing-masing jangkar fondasi dan shim pertama dibawah Bedplate. Jumlah
shimyang dipakai dibawah jangkar fondasi bervariasi tergantung dari ukuran dan berat
mesin. Shim harus cukup kuat untuk menahan beban Bedplate dan mesin.
3. Base plate yang mempunyai permukaan mesin untuk meratakan dapat diperiksa
dengan memasang spirit level pada permukaan yang datar.
4. Atur shimyang ada di bawah jangkar fondasi sampai Bedplate rata pada kedua arah.
Hal ini dapat dicocokkan dengan mengkalkulasi hasil dalam Gbr. 2.4
Gambar 2.4 Menentukan ukuran dengan menggunakan feeler gauge

5. Dengan menggunakan feeler gauge (Gbr. 2.4), tentukan besarnya pencocokan yang
diperlukan agar spirit level menjadi horizontal. Pencocokan di titik mounting dapat
dikalkulasi dengan cara sebagai berikut:
Shim
S
l
L =
Dimana S = ukuran feeler gauge dalam mm.
L = jarak tengah antara jangkar fondasi B, B dalam mm.
l = panjangnya spirit level dalam mm.

6. Kencangkan jangkar fondasi dan periksa spirit level sekali lagi. Atur spirit level jika
perlu.
7. Ulangi langkah-langkah diatas. Apabila semua sudah berada dalam batas-batas yang
dapat diterima, kencangkan semua jangkar fondasi untuk memastikan semua
shimberada pada posisi yang benar.

4. Prosedur Kaki Lunak (Soft Foot)
Bila pondasi sudah dibuat, permukaan yang betul-betul rata hampir tidak mungkin
dicapai. Ini dapat menyebabkan satu atau lebih kaki pada mesin atau Bedplate tidak
tertopang sepenuhnya ketika mesin ditempatkan pada posisinya. Bahkan, pada pondasi
yang sudah dirancang sempurna pun, faktor-faktor seperti pengerutan beton, distorsi
karena perubahan temperatur, dan penurunan tanah dasar dapat mengubah bentuk atau
38

sadar_wajudi@yaoo.co.id

melengkungkan pondasi pada titik-titik kontaknya denganrumah mesin yang
menyebabkan perlengkapan duduk tidak rata pada dasarnya.
Ini hanya dapat terjadi pada mesin yang mempunyai empat atau lebih kaki dan
biasanya dikenal dengan istilah kaki lembut (soft foot). Masalah yang dihadapi dengan
soft foot adalah bila baut jangkar dikencangkan, Bedplate dapat terpuntir, sehingga
menyebabkan kopeling dan alat-alat mekanis lainnya menjadi tidak lurus.
Jika dilakukan pemeriksaan yang sempurna selama pemasangan mesin, maka
masalah soft foot dapat dihilangkan. Untuk mengetahui apakah masalah masih ada,
beberapa langkah sederhana atau mudah dapat dilakukan, sehingga dengan demikian,
dapat diketahui apakah kaki-kaki mesin sudah mengemban beban secara merata.
Prosedur 1
1. Pastikan bahwa baut jangkar Bedplate sudah longgar.
2. Dengan menggunakan feeler gauge, lakukan pengujian untuk mengetahui apakah
terdapat celah di antara bagian atas paking shim dan bagian dasar Bedplate. Jika
terdapat celah, maka harus ditambahkan lebih banyak shim di bawah kaki ini untuk
menutup celah tersebut.
3. Periksa kembali untuk memastikan bahwa Bedplate masih rata pada kedua arah.
Prosedur 2
1. Pastikan bahwa baut jangkar sudah longgar.
2. Pasang dial indicator seperti anda akan meluruskan kopeling.
3. Putar kopeling ke posisi pukul 12 dan setel dial pada angka nol.
4. Putar kopeling ke posisi pukul 3, 6, dan 9 dan catat pembacaan pada lokasi-lokasi
tersebut. Kencangkan lagi baut jangkar.
5. Periksa pembacaan pada dial indicator, pada posisi pukul 12, 3, 6, dan 9. Jika
ternyata posisi poros mengalami defleksi lebih dari 0,05 mm, hal ini menunjukkan
adanya distorsi atau perubahan bentuk pada Bedplate
6. Kendurkan baut jangkar dan gunakan sebuah feeler gauge untuk mengetahui apakah
terdapat clearance di antara Bedplate dan shim.
7. Setel shim dan periksa kembali seperti sebelumnya hingga defleksi yang tercatat pada
kopeling kurang dari 0,05 mm.
8. Ketika penyetelan kerataan sudah selesai, pastikan agar semua baut jangkar sudah
kencang.
9. Pemeriksaan akhir terhadap kelurusan kopeling harus dilakukan setelah
menyelesaikan latihan ini.
Prosedur 3
39

sadar_wajudi@yaoo.co.id

1. Pasang dial indicator pada pondasi di dekat setiap pojok elemen mesin, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.5.
















Gambar 2.5 Periksa apakah terjadi soft foot perubahan bentuk rangka/rumah mesin

2. Kencangkan semua baut pondasi sampai pada besaran torsi yang diperlukan, dengan
paking shim terpasang di bawah setiap kaki, dan nolkan semua dial indicator pada
setiap pojok.
3. Mulai dari satu pojok/sudut elemen mesin, kendurkan baut pondasi pada sudut
tersebut dan amati pembacaan pada dial indicator untuk mengetahui apakah kaki
tersebut mengangkat. Atau tergantung. Catat pembacaan dan kencangkan kembali
jangkar sebelum melanjutkan prosedur berikutnya..
4. Lanjutkan sekeliling mesin, kendorkan baut sudut, dan periksa setiap dial indicator jika
baut pondasi sudah telah dikendurkan.
5. Jika setiap kaki telah diangkat lebih dari 0,05 mm, letakkan sebuah shim di bawah kaki
sama dengan besaran gerakan yang ditunjukkan oleh dial indicator.
Ada kemungkinan permukaan Bedplate berbentuk melengkung di sepanjang satu
sisi atau pada sudut-sudut terdekat, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.6 atau Gambar
2.7 Jika dial indicator sedang menunjukkan pembacaan 0,12 atau lebih, ini menandakan
adanya masalah serius, dan pemeriksaan tambahan harus dilakukan untuk mengetahui
penyebab yang pasti dari masalah tersebut.









40

sadar_wajudi@yaoo.co.id




Gambar 2.6 Kondisi Bedplate yang melengkung









Gambar 2.7 Kondisi baseplate yang miring

Pada pondasi untuk mesin-mesin besar seperti mesin stasioner besar atau kompresor
yang ditopang dengan papan penopang, mesin sangat sulit disetel kerataannya dengan
ketiga metode tersebut di atas. Jika kerataan mesin tidak disetel secara benar,
terpuntirnya crankcase, atau rangka akan menyebabkan poros engkol terdefleksi, yang
akan sangat merusak poros engkol (crank shaft) dan bearing.
Langkah 1.
Pada pondasi dengan pelat miring (mungkin ada 4, 6 atau lebih) tempatkan shim dengan
ketebalan sekitar inci (12 mm).
Langkah 2.
Dengan menggunakan mechanist level dan straight edge (pisau perata, setel kerataan
keempat sudut luar seakurat mungkin dengan metode ini. Setel kerataan sekeliling
perimeter serta bidang horizontalnya.
Langkah 3
Jika ada pelat alas pusat, pertahankan agar shim lebih rendah dari sudut-sudut. Akan
disetel setelah prosedur tersebut dilakukan.
Langkah 4
Letakkan kompresor atau engine besar pada pondasi. Karena beratnya dan sesuai
dengan rancangannya, mesin tersebut akan duduk pada shim walaupun terjadi
kemiringan sedikit.
Langkah 5.
Dari Gambar dengan empat sudut yang sudah diberi nomor, kencangkan kedua baut
penahan ujung untuk mengencangkan mesin. (1 dan 2 atau 3 dan 4).







41

sadar_wajudi@yaoo.co.id






Gambar: 2.8 Urutan Pengencangan Mesin

Langkah 6
Untuk gambar tersebut, anggaplah 3 dan 4 sudah dikencangkan. Kemudian dengan dua
dial indicator, yang dicekam dengan menggunakan magnet stand, yang ditempatkan pada
sudut 1 dan 2 dan disetel agar membaca setiap gerakan vertikal, kita akan melanjutkan
prosedur penyetelan kerataan.














Gambar 2.9 Penggunaan Dial Dalam mengukur kerataan
Langkah 7.
Dengan menggunakan baut pendongkrak (jacking bolt) pada sudut nomor satu, naikkan
hingga dial indicator pada sudut nomor 2 menunjukkan angka 0,025 Pada titik ini di dalam
prosedur, kita telah mengangkat mesin tepat lurus dengan ujung pondasi. Catat
pembacaan pada dial indicator nomor satu.
Langkah 8.
Turunkan mesin dengan baut pendongkrak. (jacking bolt). Nolkan dialnya jika lurus dan
lakukan prosedur yang sama dengan prosedur penggunaan baut pendongkrak (jacking
bolt) pada sudut nomor 2.
Langkah 9
Naikkan mesin hingga dial pada sudut nomor satu menunjukkan angka 0,025. Catat
pembacaan pada dial indicator nomor dua.
Langkah 10.
Kurangkan pembacaan kecil dari pembacaan besar. Jika masih tersisa kurang dari 0,05
mm masih dianggap berada dalam batas-batas kelurusan. Jika lebih besar dari 0,05 mm
maka bagi angka tersebut dengan dua dan tempatkan sejumlah shimming di bawah sudut
yang mempunyai pembacaan terbesar.
42

sadar_wajudi@yaoo.co.id

Langkah 11
Dengan mesin-mesin seukuran ini, para pabrik pembuat akan memberikan crankcase sag
yang sudah diketahui. Oleh karena itu ukurlah ruang di bawah rangka sampai shim dan
tambahkan sag yang sudah diketahui tersebut dengan ukuran ini. Naikkan mesin dan
tambahkan besaran shimming di bawah pad masing-masing.
Langkah 12
Mesin siap dipasang dengan spesi semen.

2.2 Penjajaran Poros terhadap Bidang Datar dan tegak
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam setiap mesin. Hampir
semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan utama dalam
transmisi seperti itu dipegang oleh poros.
Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanan yaitu;
1. Poros transmisi, jenis poros ini mendapatkan beban puntir murni atau puntir dan
lentur. Daya ditransmisikan melalui kopling, roda gigi, pulli sabuk atau sproket rantai.
2. Spindel, jenis poros ini relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana
beban utamanya berupa puntiran.
3. Gandar, jenis poros ini tidak mendapatkan beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak
boleh berputar, sehingga hanya mendapatkan beban lentur
Poros transmisi yang diperuntukkan pada putaran kerja yang cukup tinggi perlu
diperhatikan proses pengerjannya, sehingga diperoleh tingkat toleransi bentuknya
(kelurusan, bentuk kebulatan, konsentrisitas, dan silindrisitasan).
Buruknya kelurusan suatu poros akan menyebabkan kerusakan terutama pada mesin
rotari. Memperbaiki pelurusan suatu poros merupakan bentuk perawatan pencegahan
(preventif maintance) yang efektif.
Bentuk penjajaran yang buruk suatu poros disebabkan oleh kesalahan paralel dan
kesalahaan sudut. Dalam praktek dua bentuk kesalahan tersebut selalu terjadi bersama-
sama. Tujuan penjajaran adalah meluruskan dua bagian mesin yang berputar sedemikian
rupa, sehingga kedua poros terpasang pada satu garis lurus.
Kelurusan poros yang buruk menyebabkan gaya tambahan pada bantalan poros,
sehingga menyebabkan umur bantalan menjadi sangat kurang. Ketidak lurusan poros
akan menyebabkan:
1. Meningkatkan beban bantalan
2. Mengurangi umur bantalan
3. Meningkatkan keausan sil
4. Meningkatkan suara (kebisingan)
5. Meningkatkan penggunaan energi
43

sadar_wajudi@yaoo.co.id

6. Meningkatkan getaran mesin

2.3 Penjajaran dan kerataan dua poros
Dalam bidang teknik pengukuran selalu dilakukan sebelum senuah motor harus
dihubungkan dengan sumbu, misalnya pada sebuah baling-baling kapal yang harus
dihubungkan pada sebuah motor dengan bantuan sumbu/poros.
Sumbu-sumbu harus diukur dengan cermat. Adapun prinsip pengukuran terdiri dari tiga
macam penanganan yaitu:
1. Mengukur posisi dari sumbu-sumbu
2. Menimbang/menilai hasil pengukuran
3. Menyetel salah satu mesin dengan sumbu pada posisi yang tepat
2.3.1 Ketidaklurusan pada poros
Secara umum kesalahan penjajaran/ketidaklurusan (misalignment) posisi poros ada
dua jenis:
1. Ketidaklurusan paralel/offset (parallel misalignment)
Hal ini terjadi jika garis sumbu dari kedua poros terletak sejajar tetapi berjarak, jadi
kedua garis sumbu tidak memotong dan hal ini terjadi secara horisontal maupun vertikal.










Gambar 2.10 Ketidaklurusan paralel/offset (parallel misalignment)

2. Ketidaklurusan sudut (angular misalignment)
Hal ini terjadi jika garis sumbu kedua poros saling berpotongan dan hal ini juga
dapat terjadi baik secara horisontal maupun vertikal.











Gambar 2.11 Ketidaklurusan sudut (Angular misalignment)


44

sadar_wajudi@yaoo.co.id

Dalam kondisi sebenarnya kesalahan/ketidaklurusan tersebut bisa terjadi secara
bersamaan atau disebut ketidaklurusan/kesalahan kombinasi


















Gambar 2.12 Ketidaklurusan Kombinasi (Combination misalignment)

Mesin modern, karena kecepatannya lebih tinggi dan memiliki landas poros dan
diameter shaft yang lebih kecil, memerlukan penjajaran yang tepat. Penelitian
menunjukkan bahwa semakin tinggi ketepatan penjajaran, semakin lama usia mesin
tersebut dan hampir 50% dari semua kerusakan pada peralatan rotasi adalah akibat salah
penjajaran. Proses penjajaran termasuk koreksi vertikal dan horizontal. Jangan
menggunakan lebih dari tiga shimper kaki. Toleransi vertikal sampai dengan 3 mm dapat
dilakukan dengan hanya menggunakan tiga shim. Shim seperti ini dapat dipakai kembali.
Untuk memastikan bahwa kedudukan pelat fondasi rata dan tidak merusak fondasi,
tombol indikator dan prosedur straight edge dapat digunakan seperti halnya penggunaan
coupling alignment. Prosedur semacam ini memerlukan peralatan yang benar, waktu, dan
pengetahuan tentang trigonometri.
Tombol indikator mempunyai tombol yang besar dan setiap kali membuat satu revolusi
menunjukkan 0.100 (skala british).
Jam tangan kecil yang ada pada permukaan tombol besar menunjukkan berapa banyak
revolusi yang telah dilalui jam tangan besar.








Gambar 2.13 Meratakan dan meletakkan bedplate di fondasi dengan meluruskan shaft
menggunakan tombol indikator dan straight edge
45

sadar_wajudi@yaoo.co.id


Dengan adanya tombol indikator kita dapat memeriksa posisi relatif shaft mesin sebelum
dan sesudah jangkar fondasi bedplate dikencangkan. Apabila posisinya berubah, maka ini
berarti bedplate rusak saat baut dikencangkan. Masalah ini dapat diatasi dengan
melepaskan jangkar fondasi satu per satu dan menggunakan feeler gauge untuk mencari
bagian mana yang memerlukan shim dibawah bedplatenya sehingga tidak terjadi
kerusakan.

2.3.2 Sebab-sebab ketidaklurusan
fondasi tidak stabil
plat dasar tidak rata ketika dipasang
perubahan bentuk akibat temperatur
pipa melar akibat lelah
poros bengkok
bearing rusak
coupling rusak
faktor bar sag/kelgnkungan batang dial
dial indicator macet
pembacaan dial indicator tidak sampai 360
0

dial indikator tidak menyentuk atau terlalu menekan
pembacaan metoda cross dial tidak persis 180
0
berseberangan
aksial float dapat mempengaruhi metoda rim and face
tidak cukup ruang untuk menggeser mesin
getaran
baut tanam kendor atau rusak/patah
kesalahan pembacaan dial baik positif ataupun negatif
kesalahan pembacaan dengan penyeimbangan dial indikator
penghitungan yang salah
kurang pengalaman lapangan
2.3.3 Gejala-gejala poros yang tidak lurus:
bergetar
bearing rusak
coupling rusak
baut tanam patah
bagian-bagian dalam pengencang retak
46

sadar_wajudi@yaoo.co.id

2.3.4 Penggunaan Tombol Indikator pada Penjajaran poros (Shaft)
1. Tombol Indikator
Cara kerja indikator harus dimengerti sepenuhnya sebelum digunakan pada
penjajaran shaft. Hal-hal yang perlu diingat adalah saat plunger (torak pipa) dilepas,
gauge menunjukkan angka negatif, dan apabila ditekan maka hasilnya positif.


















Gambar 2.14 Membaca tombol indikator

Penting untuk diingat bahwa apabila tombol indikator disetel ke nol sebelum dibaca
hasilnya, juga torak harus berada dalam posisi tengah agar dapat bergerak ke arah
manapun.
2. Total Indicator Run-out (TIR)
Apabila pembacaan saat tombol indikator 180, yaitu dari atas ke bawah atau dari kiri ke
kanan, perbedaan hasil dikenal dengan total indicator run-out.
Agar hasilnya dapat ditafsirkan dengan benar, harus dimengerti bahwa total indicator run-
out adalah dua kali shaft centre-line offset. Pada saat indikator diputar menjadi 180, shaft
offset berlipat ganda di skala indikator, seperti dapat dilihat dibawah ini:











47

sadar_wajudi@yaoo.co.id



Gambar 2.15 Total indicator run-out

































Gambar 2.16 Total indicator run-out = 2 shaft run-out




















TOTAL INDICATOR RUN-OUT (TIR) = A - B = (X + R) - (X- R) = 2R
48

sadar_wajudi@yaoo.co.id

Anda mungkin juga menyukai