JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
ABSTRAK
Desa sebagai kawasan otonom diberikan hak istimewa seperti pengelolaan anggaran desa.
Pengelolaan keuangan desa diturunkan dalam bentuk kebijakan desa berupa Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDes). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan dan
pertanggungjawaban APBDes serta output yang dirasakan masyarakat dan partisipasi masyarakat
Desa Nglambangan Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah deskriptif kualitatif yang menggunakan pendekatan studi kasus dengan data primer melalui
wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengelolaan dan
pertanggungjawaban APBDes sudah dikelola dengan baik dan masyarakat merasakan kemajuan desa
serta masyarakat juga ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggerakan oleh
pemerintah desa.
A. PENDAHULUAN
Konsep desentralisasi dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
telak menunjuk tiga pola otonomi (Solekhan, 2012:37). Otonomi provinsi sebagai otonomi terbatas,
otonomi kabupaten/kota sebagai otonomi luas dan otonomi desa yang merupakan otonomi asli, utuh
dan bulat serta bukan merupakan pemberian dari pemerintah sebaliknya pemerintah berkewajiban
menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa. Kewenangan otonomi desa yaitu untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat (Sumpeno, 2011:25). Keterbatas dana keuangan desa dalam
APBDes menjadi kendala utama yang dirasakan oleh desa seperti pengeluaran lebih besar dari pada
penerimaan, hal tersebut disebabkan oleh empat faktor utama yaitu (Hudayana, Bambang dan FPPD,
2005:2). Desa masih memiliki APBDes yang kecil, kurangnya kesejahteraan masyarakat desa,
rendahnya dana dalam operasional untuk menjalankan pelayanan kepada masyarakat dan masih
banyak progam desa yang dikelola oleh dinas. Maka dari itu, penyelenggaraan pemerintah desa harus
akuntabilitas atau pertanggungjawaban pengelolaan APBDes.
Seiring terjadinya perubahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dengan adanya
pembaruhan peraturan, maka sentralisasi daerah akan segera memudar dan pembangunan akan dapat
terjadi secara lebih merata. Pemerintah desa semakin lebih leluasa menggunakan wewenangnya untuk
mengatur daerahnya masing-masing. Dengan adanya pemisahan keuangan antara pemerintah desa
dengan pemerintah kabupaten dapat meningkatkan efisensi dan efektifitas dalam pengelolaan
kekayaan yang ada di desa. Desa mendapat hak keuangan dari pemerintah pusat, provinsi dan
kabupaten atau kota dalam rangka mendukung percepatan pembangunan desa. Menurut Peraturan
Menteri pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pengelolaan keuangan desa meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban. Harapannya desa dapat mengelola
keuangannya dan melaporkannya secara transaparan serta tertib dan disiplin anggaran baik dalam hal
pengelolaan pembelanjaan anggaran maupun sumber-sumber pendapatan. Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBDes) adalah instrumen penting dalam menentukan terwujudnya tata pemerintah
yang baik di desa yang dapat dilihat melalui proses penyusunan dan pertanggungjawaban APBDes.
Dengan dana yang diberikan begitu besar, maka harus dikelola dengan sebaik mungkin yang mana
dalam pelaksanaan progam harus melibatkan masyarakat sehingga masyarakat dapat merasakan
kemajuan desa.
Kabupaten Madiun sebagai salah satu daerah otonomi di Jawa Timur mewujudkan prinsip otonomi
daerah dengan diterimanya dana kepada desa untuk mengembangkan potensi desa. Salah satu desa
yang menerima bantuan tersebut adalah Desa Nglambangan, di dalam Realisasi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa Nglambangan tahun 2019 terlihat bahwa pemerintah desa melaksanakan
pengelolaan keuangan dengan baik karena dapat memaksimalkan dana yang ada dan adanya
ketebukaan dalam pengelolaan keuangan kepada masyarakat. Dari hal tersebut untuk mengetahui
pengelolaan keuangan serta output yang dirasakan masyarakat di Desa Nglambangan, maka penulis
tertarik membahas dan menganalisis dengan melakukan penelitian tentang pengelolaan dan
pertanggungjawaban APBDes Desa Nglambangan Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun.
Tujuan dari penelitian ini adalah pertama untuk mengetahui pengelolaan dan pertanggungjawaban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) untuk di Desa Nglambangan Kecamatan Wungu
Kabupaten Madiun. Kedua untuk menganalisis output yang dirasakan oleh masyarakat terhadap
pengelolaan dan pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Desa
Nglambangan Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun dan ketiga untuk melihat sejauh mana
partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan dan pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBDes) di Desa Nglambangan Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun. Adapun
manfaat dari penelitian ini adalah memberikan wawasan pengetahuan maupun tambahan sumber
informasi untuk peneliti selanjutnya dan dapat menjadi sumbangan pemikirian informasi bagi
pembuat kebijakan terutama pemerintah daerah.
C. TINJAUAN PUSTAKA
Desa
Indonesia memiliki salah satu sistem pemerintahan yaitu sistem pemerintahan desa yang memiliki
wewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat. Dengan berasas keaneragaman,
partisipasi, demokrasi, otonomi asli dan pemberdayaan masyarakat. Pembentukan desa bertujuan
untuk meningkatkan penyelenggarakan pemerintah berbudaya guna dan berhasil dalam peningkatan
dalam masyarakat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemajuan pembangunan. Dalam
menciptakan pembangunan dimulai dari bawah tentu terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi agar
tercipta sebuah desa antara lain, faktor penduduk, faktor wilayah dan faktor lingkungan, sosial budaya
yang dapat menciptakan kerukunan kehidupan bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat. Terakhir
yaitu faktor potensi yang berada pada sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya
ekonomi pendukung.
Masyarakat Desa
Desa merupakan bentuk kesatuan hukum yang bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintah
sendiri yang ditandai dengan memiliki ikatan perasaan yang erat antar sesama warga desa. Sehingga
masyarakat disebut dengan hubungan pola komunis gameinschaft, yaitu communal society atau
masyarakat komunal atau paguyuban. Paguyuban membentuk kehidupan yang anggotanya memiliki
ikatan hubungan batin asli, murni dan kekal berdasarkan hubungan rasa cinta dan persatuan.
Paguyuban bermula dari diri sendiri dengan rasa solidaritas yang tinggi serta memiliki identitas yang
sama berdasarkan kesamaan dalam keinginan dan tindakan. Kesamaan inilah yang merupakan faktor
dari penguat hubungan sosial dengan diperkuat emosional serta interaksi antar invidu di desa.
Masyarakat petani sebagai lambang gameinschaft karena memiliki hubungan pribadi yang diatur
berdasarka aturan sosial tradisional.
Masyarakat perdesaaan juga mengalami ketegangan-ketegangan sosial seperti konflik atau
pertengkaran hal ini disebabkan karena mereka selalu berdekatan dengan tetangga secara terus-
menerus mengakibatkan kemungkinan untuk terjadi peristiwa berkelahi seperti permasalahan gengsi,
perwakinan, rumah tangga dan lain-lain. Selain itu, adanya pertentangan yang disebabkan oleh
perubahan kebudayaan atau adat istiadat dalam hubungannya dengan guna-guna (black magic).
Masyarakat perdesaan juga memiliki sifat mempunyai persaingan dalam bentuk positif dan negatif,
positif jika persaingan diutarakan dalam bentuk saling mengingatkan untuk meningkatkan prestasi
ataupun hasil produksi. Sebaliknya jika negatif yaitu sifat dimana memiliki rasa iri yang dapat
mengakibatkan ketegangan dalam hubungan masyarakat.
Keuangan Desa
Ketika desa sudah menerima dana dari pemerintah, maka desa tersebut harus sudah mempu
membuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Untuk membuat APBDes maka desa
tersebut harus mempunyai peraturan yang dibuat melalui musyawarah dengan pemerintah desa dan
mengarah kepada perencanaan pembangunan atau kegiatan yang akan diselenggarakan selama satu
tahun kedepan. Pembangunan di tingkat desa sudah sejak lama digulirkan dengan adanya pemberian
danadari pemerintah maka pembangunan desa bisa dilakukan. Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (APBDes) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah desa. Setiap desa yang menerima dana
dari pemerintah maka desa tersebut harus membuat APBDes, karena dana yang sudah masuk di desa
digunakan untuk melakukan penyelenggaraan kegiatan. Menurut Peraturam Dalam Negeri Nomor 113
Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa menyebutkan bahwa dalam Angaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDes) terdiri dari Pendapatan Desa, Belanja Desa dan Pembiayaan Desa.
EVALUASI
RKP DAN RAB
APBDES BUPATI
Teori Pembangunan Desa Rondinelli
Pembangunan fisik desa menjadi fokus utama dalam teori pembangunan desa Rondinelli karena
dengan adanya perbaikan sarana prasarana desa dapat mengubah kehidupan masyarakat desa. Adanya
infrastruktur yang memadai memudahkan masyarakat untuk melaksanakan mobilitas. Dengan tujuan
mengatasi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, pemerintah sudah berupaya
untuk melaksanakan pembangunan desa seperti pembangunan fisik yang dapat dirasakan oleh
masyarakat. Berfokus pada konsep pembangunan desa terpadu yaitu strategi untuk pengembangan
pembangunan desa yang bertujuan untuk menaruh perhatian besar melalui pelayanan, bantuan dan
informasi kepada masyarakat desa. Sangat diperlukannya respon masyarakat karena masyarakat desa
memiliki banyak aspek sehingga strategi ini memperhatikan proses penyampaiannya dari pada
pengembangannya. Konsep desa terpadu sebagai metode pendekatan untuk melaksanakan
pembangunan desa dengan melibatkan masyarakat dengan mengkaitkan aspek kehidupan, dengan
cara merubah kehidupan masyarakat desa tradisional menuju pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam aspek kehidupan masyarakatnya. Sebagai solusi untuk meningkatkan kualitas
kehidupan yang lebih baik sehingga dapat mengembangkan diri sendiri, institusi sosial ekonomi dan
pelayanan yang setara dengan masyarakat yang berada di kota.
C. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan didukung
data kuantitatif.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti berada di Desa Nglambangan Kecamatan
Wungu Kabupaten Madiun.
Hasil dari data APBDes di Desa Nglambangan Kecamatan Wungu menjelaskan bahwa desa
melakukan belanja sesuai dengan ketentuan yang tercantun dalam UU No 6 Tahun 2014 pasal 74
dimana belanja diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pemberdayaan masyarakat dan
pembangunan yang disepakati melalui Musyawarah Desa dan sesuai dengan ketentuan Pemerintah.
Pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan wewenangnya dengan
mengacu pada perencaanaan pembangunan Kabupaten/Kota. Perencanaan desa meliputi RPJMDes
dan RKPDes. RKP Desa menjadi dasar dalam penyusunan rencana APBDes. Penganggaran dalam
APBDes di Desa Nglambangan yang membedakan dengan desa lain dimana potensi yang terdapat di
Desa Nglambangan sudah tertulis dalam RPJMDes dimana mayoritas masyarakatnya adalah petani.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban
APBDes Desa Nglambangan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengelolaan dan pelaksanaan APBDes Desa Nglambangan Kecamatan Wungu
Kabupaten Madiun sudah dikelola dengan baik, dimana belanja desa dilakukan sesuai
dengan perencanaan anggaran.
2. Secara keseluruhan pengelolaan dan pertanggungjawaban APBDes Desa
Nglambangan sesuai dengan aturan Peraturan Bupati Madiun Nomor 78 Tahun 2018
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa yaitu perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban dan adanya partisipasi
masyarakat.
3. Adanya APBDes masyarakat merasakan kemajuan desa terbukti dengan adanya
progam-progam yang dilaksanakan pemerintah desa dan masyarakat juga
berpartisipasi dalam proses pembuatan APBDes melalui penyampaian ide maupun
aspirasi kepada pemerintah desa.
Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka beberpa saran yang dapat
diberikan kepada Pemerintah Desa adalah :
1. Dalam melaksanakan APBDes Pemerintah Desa agar selalu melakukan perbaikan
pengelolaan dengan tetap mengikuti peraturan yang berlaku karena dapat
meningkatkan semangat dan kreatifitas masyarakat dalam pembangunan desa.
2. Pemerintah desa diharapkan dapat memberikan pembinaan dan meningkatkan
sosialisasi maupun penyuluhan dalam tiap pertemuan desa agar masyarakat lebih
berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan pemerintah dan dapat
memberikan kritik dan saran terhadap kinerja pemerintah desa.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga
panduan ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi
Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA
SARI, Retno Murni. Akuntabilitas Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di
Desa Bendosari Kecamatan Ngantru Kabupaten Tulungagung. Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi
(KOMPILEK), 2015, 7.2: 139-148.
Hanifah, S. I., & Praptoyo, S. (2015). Akuntabilitas dan Transparansi Pertanggungjawaban Anggaran
Pendapatan Belanja Desa (APBDes). Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, 4(8), 1-15.
Arifin, Muhammad Zainul. "Pengelolaan Anggaran Pembangunan Desa Di Desa Bungin Tinggi,
Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan." Jurnal
Thengkyang, http://jurnaltengkiang. ac. id/jurnal/index.
php/JurnalTengkhiang/issue/view/1/Halaman 20.20: 1-21.
Astuty, Elgia. "Akuntabilitas Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Desa (Apbdes)(Studi Pada Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2011 Di Desa Sareng
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun)." Publika 1.2 (2013).
Orangbio, V. V., Tinangon, J. J., & Gerungai, N. (2017). analisis perencanaan dan
pertanggungjawaban apbdes menurut peraturan menteri dalam negeri nomor 113 tahun 2014
dalam upaya meningkatkan pembangunan desa. GOING CONCERN: JURNAL RISET
AKUNTANSI, 12(2).
Suartini, Sri, Hari Sulistiyo, and Syamsul Huda. "Determinasi Transparansi APBDes Pada Kabupaten
Karawang." JAK (Jurnal Akuntansi): Kajian Ilmiah Akuntansi 7.1 (2020): 71-81.