Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Perencanaan pembangunan desa merupakan hal penting dalam menetukan arah dan
kebijakan pembangunan di desa. Tidak ada pembangunan yang dapat dilakukan tanpa
perencanaan yang disusun berdasarkan kerangka metodologi yang sesuai peraturan
dan peundang-undangan yang ada. Perencanaan Pembangunan desa merupakan
menivestasi dari kewenangan desa berdasarkan asal usul dan kewenangan lokal
berskala desa, yang di dalamnya mengandung unsur kewenangan mengatur dan
mengurus pembangunan desa.
Membangun kemandirian desa dalam kerangka Desa Membangun harus
dimulai dari proses perencanaan dan penganggaran desa yang baik, dan diikuti dengan
tata kelola program yang baik pula. Pembangunan desa yang efektif bukanlah semata-mata
karena adanya kesempatan dengan adanya bantuan pendanaan yang cukup
besar, akan tetapi merupakan hasil dari penentuan pilihan-pilihan prioritas kegiatan
yang memang menjadi kebutuhan desa.
Dengan kewenangan yang begitu besar, dan dukungan sumberdaya yang besar
pula, maka desa diharapkan mampu membangun dirinya untuk tumbuh dan
berkempang sebagai salah satu kekuatan dalam membangun Indonesia dari pinggiran.
Ini merupakan salah satu dari Nawa Cita Pemerintahan Kabinet Kerja, yang ingin
mejadikan desa sebagai pilar utama dalam memangun Indonesia. Untuk itu, kita tidak
boleh mengulang kesalahan masa lalu, dimana perencanaan pembangunan desa dibuat
“ala kadarnya”, tidak melakukan kajian yang sungguh-sungguh sehingga tidak bisa
membedakan mana kebutuhan untuk masyarakat desa dan mana yang hanya
keinginan sebagian kecil elit desa.
Harapan menjadikan desa sebagai salah satu pilar utama dalam membangun
Indonesia hanya dapat diwujudkan jika Pemerintah Desa bersama masyarakatnya
sungguh-sungguh melaksanakan perencanaan pembangunan desa yang baik.
Pemerintah desa dan masyarakatnya perlu “merevolusi mental” untuk meninggalkan
kebiasaan lama yang menjadikan proses perencanaan hanya sebatas “menggugurkan
kewajiban”.

1.2. LANDASAN HUKUM

Sebelum Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa lahir, desa telah mengenal
sistem perencanaan pembangunan partisipatif. Acuan atau landasan hukumnya waktu
itu adalah UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Kewajiban desa
membuat perencanaan pembangunan dipertegas melalui PP No.72 Tahun 2005
tentang Pemerintahan Desa sebagai regulasi teknis turunan dari UU No.32 Tahun 2004
tersebut.
Secara khusus, pengaturan pelaksanaan musrenbang diatur dalam UU No.25
tahun 2004 tentang SPPN. Aturan teknisnya kemudian diatur di Permendagri No.66

1
Tahun 2007 tentang Perencanaan Desa. Permendagri ini memuat petunjuk teknis
penyelenggaraan Musrenbang untuk penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa (RPJM Desa) 5 tahunan dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP
Desa) tahunan.
Pada praktiknya, meskipun desa telah diwajibkan membuat perencanaan, usulan
program yang digagas masyarakat dan pemerintah desa jarang sekali terakomodir
dalam kebijakan perencanaan pembangunan tingkat daerah. Tidak sedikit pemerintah
desa yang mengeluh karena daftar usulan program prioritas dalam RKP Desa pada
akhirnya terbengkelai menjadi daftar usulan saja. Meski telah berkali-kali diperjuangkan
melalui forum musrenbang kecamatan, forum SKPD dan musrenbang kabupaten,
usulan program prioritas dari desa itu pun harus kandas karena kuatnya kepentingan
pihak di luar desa dalam mempengaruhi kebijakan pembangunan daerah. Pada
akhirnya, kue APBD lebih banyak terserap untuk membiayai program-program daerah.
Kalau toh ada proyek pembangunan di desa, desa hanya menjadi lokus proyek saja,
bukan pelaksana apalagi penanggung jawab proyek.
Kelahiran UU No. 6 Tahun 2014 berupaya menyempurnakan sistem perencanaan
desa partisipatif sebelumnya. Berbeda dengan sistem perencanaan desa di bawah rezim
UU No. 32 tahun 2004, UU No. 6 Tahun 2014 memberikan kewenangan kepada desa
untuk mengurus rumah tangganya sendiri membuat perencanaan pembangunan sesuai
dengan kewenanganya. Di sini, minimal ada dua kewenangan yaitu kewenangan
berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa. Selain itu, dengan
perubahan masa kepemimpinan kepala desa dari lima tahun menjadi enam tahun,
periode perencanaan pembangunan pun berubah dari lima tahunan menjadi enam
tahunan.
Bahkan untuk menangkal praktik pasar proyek pembangunan di desa, UU No.6
tahun 2014 pada pasal 79 ayat (4) menegaskan bahwa Peraturan Desa tentang RPJM
Desa dan RKP Desa sebagai produk (output) perencanaan menjadi satu-satunya
dokumen perencanaan di desa. Pihak lain di luar pemerintah desa yang hendak
menawarkan kerjasama ataupun memberikan bantuan program pembangunan harus
mempedomani kedua produk perencanaan desa tersebut. Pasal tersebut menegaskan
bahwa di masa mendatang, desa tidak lagi menjadi obyek atau hanya menjadi lokasi
proyek dari atas tapi menjadi subyek dan arena bagi orang desa menyelenggarakan
pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan dan kemasyarakatan. Dengan kata lain,
desa membangun bukan membangun desa. Pada pasal 78 ayat (92) UU No. 6 Tahun
2014 disebutkan bahwa pembangunan desa meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan.
Pada tahap perencanaan pasal 79 kemudian menjelaskan “pemerintah desa
menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kewenangannya dengan
mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota ”.

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa) Marana adalah


dokumen perencanaan Desa untuk periode 6 (enam) tahun, ditetapkan dengan maksud

2
memberikan arah dan pedoman pembangunan Desa bagi pemerintah Desa dan masyarakat
agar dapat dicapai efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pembangunan di Desa. Merumuskan
rencana pembangunan Desa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan keadaan
setempat, merumuskan arah tujuan kebijakan strategi pembangunan Desa, menyelaraskan
rencana dan anggaran, meningkatkan peran serta masyarakat di Desa dalam proses
pembangunan. Dengan demikian, RPJM-Desa menjadi landasan rencana pembangunan
tahunan Pemerintah Desa.
Tujuan didalam penyusunan dokumen RPJM-Desa Marana ini adalah sebagai
berikut:
1. Penjabaran visi, misi, dan program Kepala Desa yang berpedoman RPJMD Kabupaten
dan Provinsi;
2. Pedoman dalam penyusunan rencana pembangunan tahunan Desa yang tertuang dalam
Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPD);
3. Dapat dijadikan instrumen penilaian efektifitas kinerja aparat dan perangkat
pemerintahan Desa, baik untuk laporan pertanggungjawaban tahunan maupun laporan
pertanggungjawaban akhir masa jabatan Kepala Desa;
4. Pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) pembangunan dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

1.4. MANFAAT

Pentingnya desa memiliki perencanaan pembangunan, karena desa harus


mengatur dan mengurus desa sesuai dengan kewenangannya sebagai desa sebagai self
governing community. Artinya, perencanaan desa akan semakin memperkuat hak dan
kewenangan desa sekaligus mengoptimalkan sumber kekayaan desa (aset desa)
sebagai kekuatan utama membangun desa. Desa tidak lagi selalu “menunggu perintah
atasan” dalam menyelenggarakan urusan dirinya sendiri, ada keberanian dan kreativitas
serta inovasi yang terumuskan dalam dokumen perencanaan yang legal di desa.
Dengan membangun mekanisme perencanaan desa yang didasarkan pada
aspirasi dan partisipasi masyarakat yang ditetapkan dengan peraturan desa,
mencerminkan keberpihakan negara terhadap hak-hak desa untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Upaya pemenuhan hak-hak dasar masyarakat melalui
kebijakan perencanan bukan sekedar pemanis kata, tapi benar -benar menjadi
kenyataan.
Perencanaan pembangunan desa sebaiknya memperhatikan hakekat dan sifat
desa yang tentu berbeda dengan otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan
perwujudan asas desentralisasi. Sedangkan kemandirian desa berangkat dari asas
rekognisi (pengakuan dan penghormatan) serta asas subsidiaritas (lokalisasi
penggunaan kewenangan dan pengambilan keputusan atau bisa disebut sebagai
penerapan kewenangan berskala lokal desa). Dengan kalimat lain, hakikat dan sifat
kemandirian desa adalah kemandirian dari dalam dan kemandirian dari bawah. Sebagai
contoh, selama ini desa bisa mengembangkan sumber daya lokal secara mandiri
(misalnya membangun jalan desa, posyandu, pengadaan air bersih, dll.) tanpa harus
dikontrol oleh regulasi dari atas.

3
BAB II
PROFIL DESA

2.1. SEJARAH DESA

Wilayah yang sekarang bernama Desa Marana, pertama kali dihuni oleh sepasang
manusia yang merupakan turunan Lasadindi dari Enu. Daerah ini pada awalnya dikenal
dengan sebutan Saginapa, yang merupakan nama dari lereng gunung Sandu yang membentuk
sebuah lembah yang terbentang disepanjang aliran sungai Marana. Wilayah ini kemudian
dikenal juga dengan sebutan Bamba Nukunggu.

Istilah Marana sendiri berasal dari kata Genno Marano yang merupakan nama
perhiasan gelang emas pemberian dari anak raja Mamuju, yang ditukarkan dengan hasil bumi
dari wilayah Bamba Nukunggu. Untuk mengenang pertukaran tersebut, maka lembah tersebut
diberi nama Marano. Sehingga sakrallah lembah itu disebut dengan nama Marana.

Desa Marana merupakan salah satu dari 13 Desa yang ada di Kecamatan Sindue.
Desa ini terletak dipesisir pantai barat Kabupaten Donggala. Desa Marana sudah terbentuk
sebelum adanya proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945. Pada mulanya
Desa Marana merupakan bagian dari desa Toaya, seiring dengan dibangunnya masjid
pertama di wilayah ini pada tahun 1935, maka satu tahun setelahnya diresmikanlah Desa
Marana menjadi Desa baru pada tanggal 30 Mei 1936. Wilayah Desa Marana pada saat itu
meliputi Masaingi, Mapane, Tobou, Maoti dan Maliko.

Pada perkembangan selanjutnya Desa Marana telah memekarkan 3 Desa baru yakni,
Desa Masaingi tahun 1955, Desa Amal (penggabungan antara Dusun Maliko Desa Marana
dan Dusun Ape Desa Toaya) tahun 2007, dan Desa Kavaya tahun 2011.

Sejak tahun 1936 Sampai dengan sekarang Desa Marana telah beberapa kali
mengalami pergantian Kepala Desa dengan urutan sebagai berikut:

No. Nama Kepala Desa Masa Jabatan Keterangan


1. Labaratu 1936-1939
2. Dupa 1939-1942
3. Jafar Lamataiya 1942-1953
4. Inggarasi Lasadja 1953-1989
5. Idfi Sikopa 1989-1992 Caretaker
6. Hasan Masaua 1992-1995 Caretaker
7. Abd. Razak Katelema 1995-1999
8. Kasman Ujumpanda 1999-2001 Pelaksana Harian (Plh)
9. Samamboro Lasadja 2001-2006
10. Darwis Abd. Rauf 2006-2013
11. Lutfin Yohan, S.Sos 2013-Sekarang

4
2.1. PETA DAN KONDISI DESA

Desa Marana memiliki luas wilayah dataran rendah yang dihuni oleh penduduk
sebesar 15 Ha, hutan yang belum digarap 350 Ha, lahan perkebunan dan pertanian 150 Ha,
dan pesisir pantai 6 Ha. Jarak antara Desa Marana dengan Toaya Ibu kota Kecamatan Sindue
± 4 Km, Jarak antara Desa Marana dengan Ibu Kota Kabupaten Donggala ± 80 Km, dan
Jarak ke Palu Ibu Kota Propinsi Sulawesi Tengah ± 40 Km. Desa Marana letaknya berada di
daerah pesisir pantai dan dataran tinggi dengan batas-batas sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kavaya


2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Masaingi dan Desa Amal
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar

Desa Marana memiliki jenis tanah gambut yang sangat subur dan potensi laut yang
sangat besar. Mayoritas penduduknya adalah petani ladang, nelayan, PNS, tukang dan
sebagian kecil pedagang dan sektor UKM. Desa Marana memiliki potensi alam untuk bahan
bangunan utamanya kayu, pasir, dan batu. Selain itu juga terdapat sumber air panas di tepi
pantai yang dapat dikembangkan sebagai sektor pariwisata unggulan.

Dalam pelaksanaan pembangunan jumlah penduduk dapat menjadi penentu arah


kebijakan kegiatan desa, mengingat bahwa aset desa ini, memiliki peran ganda sebagai
subyek maupun obyek kegiatan. Struktur Penduduk berdasarkan Kelompok Umur, Jenis
Kelamin dan Penyebaran pada Wilayah sebagai berikut:

 Penyebaran Penduduk
Kepala
Laki-laki Perempuan Total
Lokasi Keluarga
(Orang) (Orang) (Orang)
(KK)
Dusun 1 RT 1 38 68 58 126
Tomombia RT 2 26 44 43 87
RT 3 37 62 55 117
Dusun 2
RT 4 31 47 46 93
Mapane
RT 5 52 99 76 175
RT 6 30 54 48 102
Dusun 3
RT 7 37 76 62 138
Boya
RT 8 38 64 63 127
Dusun 4 RT 9 25 30 37 67
Tobou RT 10 16 31 31 62
Total 330 575 519 1.094

5
 Jumlah Penduduk berdasarkan Usia
Usia (Tahun) Laki-laki Perempuan Usia (Tahun) Laki-laki Perempuan
(Orang) (Orang) (Orang) (Orang)
<1 7 8 39 7 12
1 12 8 40 7 8
2 10 12 41 7 11
3 7 7 42 10 15
4 9 5 43 5 16
5 14 7 44 6 7
6 7 11 45 4 5
7 14 12 46 8 5
8 9 11 47 6 6
9 17 14 48 7 8
10 15 12 49 6 9
11 15 10 50 5 5
12 12 7 51 7 6
13 6 10 52 6 4
14 15 9 53 3 4
15 9 9 54 5 4
16 14 13 55 7 7
17 14 8 56 6 5
18 16 14 57 7 2
19 11 10 58 0 2
20 7 14 59 0 4
21 10 14 60 5 4
22 17 6 61 7 0
23 10 6 62 1 1
24 2 5 63 0 1
25 7 5 64 2 2
26 12 10 65 2 2
27 19 8 66 4 5
28 5 8 67 1 2
29 9 9 68 5 2
30 16 4 69 3 2
31 7 5 70 2 2
32 5 7 71 5 4
33 8 9 72 4 1
34 10 9 73 1 1
35 11 7 74 4 3
36 5 4 75 2 0
37 11 5 Lebih dari 75 4 2
38 8 13 Total 583 524

6
 Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat dari tahun ke tahun terus berkembang kejenjang lebih
tinggi, dengan hasil Capaian dalam tahun 2015, yang lulus dari jenjang tingkatan pendidikan
sebagai berikut :

Laki-laki Perempuan Total


Tingkat Pendidikan
(Orang (Orang) (Orang)
Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 17 20 37
Usia 3-6 tahun yang sedang TK 10 20 30
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 146 126 272
Usia 18-56 tahun pernah SD tapi tidak tamat 9 10 19
Tamat SD/sederajat 175 120 295
Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA 93 100 193
Tamat SMP 70 64 134
Tamat D-1/ sederajat 1 0 1
Tamat D-3/sederajat 1 3 4
Tamat S-1/sederajat 8 12 20
Jumlah Total 530 475 1.005

 Penyebaran Penduduk
Kepala
Laki-laki Perempuan Total
Lokasi Keluarga
(Orang) (Orang) (Orang)
(KK)
Dusun 1 RT 1 38 68 58 126
Tomombia RT 2 26 44 43 87
RT 3 37 62 55 117
Dusun 2
RT 4 31 47 46 93
Mapane
RT 5 52 99 76 175
RT 6 30 54 48 102
Dusun 3
RT 7 37 76 62 138
Boya
RT 8 38 64 63 127
Dusun 4 RT 9 25 30 37 67
Tobou RT 10 16 31 31 62
Total 330 575 519 1.094

Kuatnya kehidupan beragama dan budaya gotong royong sangat terlihat pada
kehidupan sehari-hari. Ini disebabkan karena 100% warga Desa Marana muslim, selain itu
kesamaan sejarah, bahasa, lingkungan, menjadi ikatan kekeluargaan dan rasa kesetiakawanan
sosial anatara warga Desa Marana cukup tinggi.
Hal ini terbukti dengan tingginya partisipasi masyarakat baik di bidang pemerintahan
maupun di bidang pembangunan kemasyarakatan dalam meningkatkan kesejahteraan
bersama.

7
Adapun sarana dan prasarana dalam menunjang pembangunan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat Desa Marana diantaranya:
a. Prasarana peribadatan :
- Mesjid/Musholla : 2 unit
b. Prasarana Olah Raga
- Lapangan Sepak Bola : 1 buah
c. Prasarana Kesehatan
- Poskesdes : 1 unit
- Posyandu : 1 unit
d. Prasarana Pendidikan
- TK : 1 unit
- SD : 1 unit
- SMP : 1 unit
- TPA : 1 unit
- Perpustakaan : unit
e. Sarana Prasarana Transportasi
- Jalan Provinsi : 1 Km
- Jalan Kabupaten : - Km
- Jalan Desa : 7 Km
- Jalan Dusun : 3 Km
- Pangkalan Ojek : 1 buah

Kondisi ekonomi Desa Marana tidak lepas dari adanya potensi sumber daya alam
yang dapat mendukung proses peningkatan kesejahteraan masyarakat, hal ini terlihat dari luas
tanah di Desa Marana yang sebagian besar digunakan sebagai lahan pertanian dan
perkebunan kelapa, coklat, cengkih, sebagai komoditi unggulannya, ditambah lagi dengan
potensi hasil laut serta sumber material alam galian C berupa pasir dan batu, yang
kesemuanya itu dapat memacu dan menggerakkan pertumbuhan dan perkembangan Desa.
 Pertanian/Perkebunan
Komoditi sektor perkebunan yang berupa Tanaman Kelapa, Cengkeh dan Kakao
adalah merupakan komoditi uggulan/utama yang dikembangkan dalam skala yang besar, dan
memberikan sumber pendapatan bagi pemiliknya dan masyarakat desa pada umumnya.
Sedangkan tanaman sayuran dan palawija dikembangkan dalam skala yang lebih kecil.

Pemasaran hasil pertanian/perkebunan tidaklah menjadi kesulitan mengingat


tingginya permintaan kebutuhan pasar lokal maupun diluar desa. Adapun luas areal
pertanian/perkebunan adalah sebagai berikut:

Jenis Komoditi Luas


Kelapa 33,3 Ha
Kakao 60 Ha
Cengkeh 12,95 Ha

8
 Peternakan
Sektor peternakan merupakan usaha sampingan dari masyarakat. Adapun populasi
ternak di wilayah Desa Marana adalah sebagai berikut:

Jenis Ternak Jumlah


Sapi 69 Ekor
Kambing 91 Ekor
Ayam Kampung 1.056 Ekor
 Perikanan
Sektor perikanan yang ada adalah perikanan tangkap. tingkat kepentingan usaha
perikanan ini sebagai konsumsi keluarga maupun dijual sebagai tambahan penghasilan.
Jumlah kelompok nelayan yang ada di Desa Marana adalah sebanyak 5 kelompok.

 Perdagangan
Usaha perdagangan yang dilakukan masyarakat berupa jual beli barang campuran,
makanan dan hasil bumi, dengan jumlah sebagai berikut:

Jenis usaha Jumlah


Toko 6 Buah
Warung 3 Buah
 Jasa
Sektor jasa yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

1. Menjahit
2. Pertukangan
3. Bengkel Motor
4. Pengetikan
5. Salon
6. Penyewaan Kursi
7. Electone

2.3. KELEMBAGAAN DESA

Desa Marana merupakan bagian dari wilayah administratif Kecamatan Sindue


Kabupaten Donggala, yang terbagi atas 4 Dusun dan 10 RT. Dengan rincian sebagai berikut:
1. Dusun 1 Tomombia, terdiri dari 2 RT
2. Dusun 2 Mapane, terdiri dari 3 RT
3. Dusun 3 Boya, terdiri dari 3 RT
4. Dusun 4 Tobou, terdiri dari 2 RT

Berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Pemerintahan Desa


terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.

9
a. Pemerintah Desa
Sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 43 Tahun 2015 Pemerintah Desa terdiri dari
Kepala Desa dan Perangkat Desa. Perangkat Desa sebagai maksud di atas terdiri dari
Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. Perangkat Desa lainnya terdiri atas Sekretariat
Desa, Pelaksana Teknis Lapangan, Unsur Kewilayahan. Selanjutnya susunan organisasi dan
tata kerja Pemerintahan Desa ditetapkan dengan peraturan Desa.

- Perangkat desa Marana terdiri dari:

1. Kepala Desa : Lutfin Yohan, S.Sos.


2. Sekretaris Desa : Kasman Ujumpanda, S.Sos
3. Kepala Urusan Umum : Badrin
4. Kepala Urusan Administrasi : Wahida
5. Kepala Urusan Keuangan : Finta, S.Pd.
6. Kepala Seksi Pemerintahan ; Zailani
7. Kepala Seksi Kesejahteraan : Taufik
8. Kepala Seksi Pembangunan : Jesman
9. Kepala Dusun 1 : Kasta
10. Kepala Dusun 2 : Ahmad
11. Kepala Dusun 3 : Nurdin
12. Kepala Dusun 4 : Naco

- Struktur Organisasi Desa Marana

Kepala Desa
LUTFIN YOHAN,
Sekertaris Desa
KASMAN, S.Sos

Kaur Kaur Kaur


Umum Administras Keuangan
BADRIN i FINTA,
-
Kasi Kasi Kasi
-
Pemerintaha Kesejahteraa Pembanguna
n
- n n

Kepala Dusun Kepala Dusun II Kepala Dusun III Kepala Dusun IV


I AHMAD NURDIN NACO
KASTA
10
b. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Desa yang merupakan
wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dengan memperhatikan
keterwakilan perempuan yang ditetapkan dengan cara musyawarah mufakat. BPD berfungsi
menetapkan peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat.
Hubungan yang dijalankan ialah hubungan kemitraan diantara unsur pemerintah Desa
dan BPD termasuk didalamnya peran aktif lembaga pemberdayaan masyarakat Desa serta
peran serta masyarakat.
Susunan kepengurusan Badan Permusyawaratan Desa:
1. Ketua : Bakir Larimu
2. Wakil Ketua : Djuma Lawasi
3. Sekretaris : Moh. Dong
4. Anggota : Abiusman
5. Anggota : Siti fadilah

c. Lembaga Kemasyarakatan Lainnya


1. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

Nama Jabatan
Sadly Ketua
Yusri, ST Sekretaris
Heny, S.pd Bendahara
Moh. Gasim Seksi Agama
Zakir Seksi Kesehatan & Lingk. Hidup
Hendra Pembangunan SDA & SDM
Yunan Seksi Olahraga
Anang Urip Seksi Pertanian & Kelautan
Tajmawati Seksi Kesejahteraan Sosial
Nusdia Seksi Pemberdayaan Perempuan

2. Tim Penggerak PKK

Nama Jabatan
Yulfianti Ketua Umum
Silfana Sekretaris
Oshin, S.Pd Bendahara
Ketua Pokja I
Sekretaris Pokja I
Ketua Pokja II
Sekretaris Pokja II
Ketua Pokja III
Sekretaris Pokja III
Ketua Pokja IV
Sekretaris Pokja IV

11
3. Rukun Tetangga

Nama Jabatan
Supartin Ketua RT 1
Zaldin Ketua RT 2
Kamarudin Ketua RT 3
Habil B. Ambomai Ketua RT 4
Iskandar Ketua RT 5
Raisman Ketua RT 6
Salfin Ketua RT 7
Lababa Ketua RT 8
Harifudin Ketua RT 9
Kalsim Ketua RT 10

4. Dewan Adat Kampung

Nama Jabatan
Samsi Ketua
Sapri Wakil Ketua
Samunte Lahasana Anggota
Rampalino Anggota
Husen Anggota
Asil Anggota
Sahdar Anggota
Abd. Rahim Adat Manusia
Musdin Adat Sikiri
Latjani Lamuhara Adat Tanah
Kulolu Adat Tanah
Dumas Adat Tanah
Arham Adat Tanah

5. Pegawai Syara

Nama Jabatan
Yohan L. Lando Imam
Hazairi Khatib
Kalsim Khatib
Lakuata Bilal
Kasmir Bilal
Kamal Bilal
Jawani Pemandi Mayat
Sintoria Pemandi Mayat
Pemandi Mayat
Pemandi Mayat

12
2.4. DINAMIKA KONFLIK

UU Desa membentuk tatanan desa sebagai penggabungan fungsi self-governing


community danlocal self-government. Tatanan itu diharapkan mampu mengakomodasi
kesatuan masyarakat hukum yang menjadi fondasi keragaman NKRI. Lebih-lebih
pengaturan desa dalam UU Desa berlandaskan pada asas yang meliputi :

• Rekognisi, yaitu pengakuan terhadap hak asal usul;

• Subsidiaritas, yaitu penetapan kewenangan berskalalokal dan pengambilan keputusan


secara lokal untuk kepentingan masyarakat Desa;

• Keberagaman, yaitu pengakuan dan penghormatanterhadap sistem nilai yang berlaku di


masyarakat Desa, tetapi dengan tetap mengindahkan sistem nilai bersama dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara;

• Kebersamaan, yaitu semangat untuk berperan aktif dan bekerja sama dengan prinsip saling
menghargai antara kelembagaan di tingkat Desa dan unsur masyarakat Desa dalam
membangun Desa;

• Kegotong-royongan, yaitu kebiasaan saling tolongmenolong untuk membangun Desa;

• Kekeluargaan, yaitu kebiasaan warga masyarakat Desa sebagai bagian dari satu kesatuan
keluarga besar masyarakat Desa;

• Musyawarah, yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan


masyarakat Desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan;

• Demokrasi, yaitu sistem pengorganisasian masyarakat Desa dalam suatu sistem


pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat Desa atau dengan persetujuan masyarakat
serta keluhuran harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
diakui, ditata, dan dijamin;

• Kemandirian, yaitu suatu proses yang dilakukan oleh Pemerintah Desa dan masyarakat
Desa untuk melakukan suatu kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhannya dengan
kemampuan sendiri;

• Partisipasi, yaitu warga desa turut berperan aktif dalam suatu kegiatan;

• Kesetaraan, yaitu kesamaan warga desa dalam kedudukan dan peran;

• Pemberdayaan, yaitu upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat Desa
melalui penetapan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa

• Keberlanjutan, yaitu suatu proses yang dilakukan secara terkoordinasi, terintegrasi, dan
berkesinambungan dalam merencanakan dan melaksanakan program pembangunan Desa.

13
2.5. MASALAH DAN POTENSI

Berdasarkan hasil pengkajian keadaan Desa Marana dengan menggunakan 3 alat kaji
yaitu sketsa Desa, kalender musim, dan diagram kelembagaan, diperoleh data masalah Desa
Marana sebagai berikut:
1. Bidang Sarana Prasarana:
 Jalan Desa rusak berat
 Jalan Desa belum tertata dengan baik dan jalan Desa masih satu arah yang jarak
tempuhnya jauh
 Jalan Desa rusak parah karena material badan jalan hanyut terbawa air hujan yang
melintas/memotong jalan
 Gedung pertemuan warga rusak
 Rusaknya jalan di lorong/gang pada musim hujan
 Terjadi longsoran akibat erosi air sungai yang meluap pada musim hujan
 Pada saat musim hujan rumah warga terendam air
 Rumah warga di pesisir terendam pada saat musim ombak dan air laut pasang
2. Bidang Pendidikan:
 Masih ada anak usia wajib belajar yang putus sekolah
 Belum ada bangunan perpustakaan untuk menyimpan buku-buku bacaan milik
Desa maupun sumbangan pihak lain
 Kegiatan mengaji masih menumpang di mesjid
3. Bidang Kesehatan:
 Sumber air yang dikonsumsi warga di semua Dusun bagian barat berbau belerang
dan bercampur air tawar
 Lingkungan menjadi tercemar karena warga membuang kotoran hajat
disembarang tempat, utamanya di sekitar sungai dan pesisir pantai
 Pada saat musim kemarau warga kekurangan air bersih
 Pada saat musim hujan warga terserang diare
 Pada saat musim hujan warga terserang penyakit infeksi saluran pernapasan atas,
dan penyakit menular lainnya
 Kegiatan posyandu menumpang di rumah warga
 Kegiatan keagamaan dan pelayanan kesehatan di sekolah SMP belum maksimal
 Kegiatan pelayanan kesehatan di sekolah SD belum maksimal
4. Bidang Ekonomi
 Pedagang ikan masih berjualan di tempat darurat dan tidak terpusat/teratur
 Usaha kelompok tidak berkembang
 Pendapatan dari kegiatan usaha kecil seperti anyaman tikar pandan/rotan,
menjahit, pertukangan, salon dan pengetikan komputer masih rendah
5. Bidang ekonomi pertanian, perikanan, dan peternakan
 Masih banyak lahan tidur
 Pendapatan petani rendah
 Pendapatan nelayan rendah
 Pendapatan peternak rendah

14
6. Bidang Wisata
 Tempat permandian wisata air panas masih darurat
7. Bidang kependudukan
 Masih banyak warga, utamanya masyarakat miskin yang tinggal dalam satu
rumah lebih dari satu KK
8. Bidang lingkungan dan keamanan
 Keamanan lingkungan warga terganggu
 Halaman kantor Desa dimasuki hewan ternak
 Nelayan memarkir perahu secara tidak teratur
 Hewan berkeliaran masuk ke dalam pagar sekolah TK
9. Bidang kesenian, tradisi, dan budaya
 Rumah adat tidak mencukupi daya tampung
 Kegiatan kesenian tradisional kurang berkembang
10. Bidang kelembagaan
 Perangkat Desa kurang maksimal dalam pelayanannya
 Anggota BPD kurang aktif dalam menyalurkan aspirasi masyarakat
 Pengurus LPM kurang maksimal bekerja
 Pengurus PKK kurang aktif dalam perencanaan program
 Kegiatan pemuda karang taruna kurang aktif
 Regenerasi pegawai syarah berjalan lamban
 Pengurus risma kurang aktif dalam hari besar keagamaan

Berdasarkan hasil pengkajian keadaan Desa Marana dengan menggunakan 3 alat kaji
yaitu sketsa Desa, kalender musim, dan diagram kelembagaan, diperoleh data potensi Desa
Marana sebagai berikut:
1. Sumber daya bahan tambang galian C berupa batu, pasir, sirtu, kerikil
2. Sumber daya alam berupa kayu dan rotan
3. Lahan pertanian, perkebunan dan peternakan masih luas
4. Hasil perikanan dan kelautan yang melimpah
5. Sumber mata air panas di pinggir pantai sebagai objek wisata
6. Sumber mata air bersih untuk kebutuhan minum dan sanitasi
7. Sarana ibadah berupa masjid
8. Sarana olahraga berupa lapangan sepakbola
9. Sarana Kesehatan berupa Poskesdes
10. Sarana pendidikan jenjang TK, SD, dan SMP
11. Taman Pengajian Alquran aktif
12. Pedagang ikan di sore hari
13. Usaha perbengkelan, menjahit, pengetikan komputer, dan pedagang kios
14. Tenaga Kerja masyarakat

15
BAB III
PROSES PENYUSUNAN RPJM DESA

3.1. KAJIAN DESA

Tim penyusun RPJM Desa melakukan pengkajian keadaan Desa dalam rangka
mempertimbangkan kondisi objektif Desa. Pengkajian keadaan Desa, meliputi kegiatan
sebagai berikut:
(1) Penyelarasan data Desa;
(2) Penggalian gagasan masyarakat; dan
(3) Penyusunan laporan hasil pengkajian keadaan Desa.
Laporan hasil pengkajian keadaan desa menjadi bahan masukan dalam musyawarah
Desa dalam rangka penyusunan perencanaan pembangunan Desa.

a. Penyelarasan Data Desa


Penyelarasan data Desa dilakukan melalui kegiatan:
(1) Pengambilan data dari dokumen data Desa;
(2) Pembandingan data Desa dengan kondisi Desa terkini.
Data Desa, meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya
pembangunan, dan sumber daya sosial budaya yang ada di Desa. Hasil penyelarasan
data Desa, dituangkan dalam format data Desa. Format data Desa, menjadi lampiran
laporan hasil pengkajian keadaan Desa, dan menjadi bahan masukan dalam
musyawarah Desa dalam rangka penyusunan perencanaan pembangunan Desa.

b. Penggalian Gagasan
Penggalian gagasan masyarakat dilakukan untuk menemukenali potensi dan peluang
pendayagunaan sumber daya Desa, dan masalah yang dihadapi Desa. Hasil penggalian
gagasan, menjadi dasar bagi masyarakat dalam merumuskan usulan rencana kegiatan.
Usulan rencana kegiatan, meliputi penyelenggaraan pemerintahan Desa, pembangunan
Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Penggalian gagasan, dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh
unsur masyarakat Desa sebagai sumber data dan informasi. Pelibatan masyarakat Desa,
dapat dilakukan melalui musyawarah dusun dan/atau musyawarah khusus unsur
masyarakat, seperti antara lain: tokoh adat; tokoh agama; tokoh masyarakat; tokoh
pendidikan; kelompok tani; kelompok nelayan; kelompok perajin; kelompok
perempuan; kelompok pemerhati dan pelindungan anak; kelompok masyarakat
miskin;dan kelompok-kelompok masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial budaya
masyarakat Desa. Tim penyusun RPJM Desa melakukan pendampingan terhadap
musyawarah dusun dan/atau musyawarah khusus unsur masyarakat.
Penggalian gagasan, dilakukan dengan cara diskusi kelompok secara terarah,
dengan menggunakan sketsa Desa, kalender musim dan bagan kelembagaan Desa
sebagai alat kerja untuk menggali gagasan masyarakat. Tim penyusun RPJM Desa
dapat menambahkan alat kerja, dalam rangka meningkatkan kualitas hasil penggalian
gagasan. Dalam hal terjadi hambatan dan kesulitan dalam penerapan alat kerja, tim

16
penyusun RPJM Desa dapat menggunakan alat kerja lainnya yang sesuai dengan
kondisi dan kemampuan masyarakat Desa.

c. Analisa Data dan Pelaporan


Tim penyusun RPJM Desa melakukan rekapitulasi usulan rencana kegiatan
pembangunan Desa berdasarkan usulan rencana kegiatan dituangkan dalam format
usulan rencana kegiatan. Rekapitulasi usulan rencana kegiatan, menjadi lampiran
laporan hasil pengkajian keadaan Desa. Tim penyusun RPJM Desa menyusun laporan
hasil pengkajian keadaan desa yang dituangkan dalam berita acara, yang dilampiri
dokumen:
(1) data Desa yang sudah diselaraskan;
(2) data rencana program pembangunan kabupaten/kota yang akan masuk ke Desa;
(3) data rencana program pembangunan kawasan perdesaan; dan
(4) rekapitulasi usulan rencana kegiatan pembangunan Desa dari dusun dan/atau
kelompok masyarakat.
Tim penyusun RPJM Desa melaporkan kepada kepala Desa hasil pengkajian
keadaan Desa. Kepala Desa menyampaikan laporan kepada Badan Permusyawaratan
Desa setelah menerima laporan dalam rangka penyusunan rencana pembangunan
Desa melalui musyawarah Desa.

3.2. MUSYAWARAH DESA RPJM DESA

a. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui Musyawarah Desa


Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah Desa berdasarkan
laporan hasil pengkajian keadaan desa. Musyawarah Desa, membahas dan menyepakati
sebagai berikut:
(1) Laporan hasil pengkajian keadaan Desa;
(2) Rumusan arah kebijakan pembangunan Desa yang dijabarkan dari visi dan misi
kepala Desa; dan
(3) Rencana prioritas kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Desa, pembangunan
Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Pembahasan rencana prioritas kegiatan, dilakukan dengan diskusi kelompok secara
terarah yang dibagi berdasarkan bidang penyelenggaraan pemerintahan Desa,
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat
Desa.
Diskusi kelompok secara terarah, membahas sebagai berikut:
(1) Laporan hasil pengkajian keadaan Desa;
(2) Prioritas rencana kegiatan Desa dalam jangka waktu 6 (enam) tahun;
(3) Sumber pembiayaan rencana kegiatan pembangunan Desa; dan
(4) Rencana pelaksana kegiatan Desa yang akan dilaksanakan oleh perangkat Desa,
unsur masyarakat Desa, kerjasama antar Desa, dan/atau kerjasama Desa dengan
pihak ketiga.
Hasil kesepakatan dalam musyawarah Desa, dituangkan dalam berita acara dan
menjadi pedoman bagi pemerintah Desa dalam menyusun RPJM Desa.

17
b. Penyusunan Rancangan RPJM Desa
Tim penyusun RPJM Desa menyusun rancangan RPJM Desa berdasarkan berita acara
sebagaimana dimaksud di atas. Rancangan RPJM Desa, dituangkan dalam format
rancangan RPJM Desa. Tim penyusun RPJM Desa membuat berita acara tentang hasil
penyusunan rancangan RPJM Desa yang dilampiri dokumen rancangan RPJM Desa.
Berita acara rancangan RPJM Desa, disampaikan oleh tim penyusun RPJM Desa kepada
kepala Desa.
Kepala Desa memeriksa dokumen rancangan RPJM Desa yang telah disusun
oleh Tim Penyusun RPJM Desa. Tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan
berdasarkan arahan kepala Desa dalam hal kepala Desa belum menyetujui rancangan
RPJM Desa. Dalam hal rancangan RPJM Desa telah disetujui oleh kepala Desa, maka
langsung dilaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa.

c. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui Musyawarah Perencanaan


Pembangunan Desa.
Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa yang
diadakan untuk membahas dan menyepakati rancangan RPJM Desa. Musyawarah
perencanaan pembangunan Desa diikuti oleh Pemerintah Desa, Badan
Permusyawaratan Desa, dan unsur masyarakat. Unsur masyarakat terdiri atas: tokoh
adat; tokoh agama; tokoh masyarakat; tokoh pendidikan; perwakilan kelompok tani;
perwakilan kelompok nelayan; perwakilan kelompok perajin; perwakilan kelompok
perempuan; perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak; dan perwakilan
kelompok masyarakat miskin. Selain unsur masyarakat tersebut, musyawarah
perencanaan pembangunan Desa dapat melibatkan unsur masyarakat lain sesuai
dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Musyawarah perencanaan
pembangunan Desa membahas dan menyepakati rancangan RPJM Desa. Hasil
kesepakatan musyawarah perencanaan pembangunan Desa dituangkan dalam berita
acara.

18
BAB IV
VISI, MISI, DAN PROGRAM INNDIKATIF

4.1. VISI DESA

Visi kebijakan pembangunan Desa Marana yaitu,


‘’Satukan niat, satukan tekad, satukan langkah, menuju pembangunan Desa Marana
yang terdepan dan bermartabat’’.

4.2 MISI
Dalam rangka pencapaian visi kebijakan pembangunan Desa Marana maka
dirumuskan misi sebagai berikut:
1. Penguatan kelembagaan
2. Pemanfaatan sumber daya alam
3. Pemanfaatan sumber daya manusia
4. Adanya dana sosial Desa

4.3 ARAH KEBIJAKAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN DESA


Kebijakan pembangunan merupakan salah satu bentuk kegiatan perencanaan yang
dilakukan dalam mengembangkan Desa.

a. Arah Kebijakan Pembangunan Desa


Dalam menentukan arah kebijakan pembangunan, Desa Marana telah menetapkan
ketentuan-ketentuan berdasarkan kesepakatan untuk dijadikan pedoman atau petunjuk dalam
pelaksanaan program yang menjadi skala prioritas. Arah kebijakan tersebut adalah:
a. Efisiensi anggaran pada belanja tidak langsung
b. Memperbesar alokasi belanja langsung dan belanja bantuan sosial dalam mempercepat
pengurangan kemiskinan, serta
c. Mencari peluang pendanaan dari berbagai sumber, baik dari pos bantuan rutin maupun
bantuan langsung masyarakat yang digulirkan pemerintah.

b. Prioritas Pembangunan Desa

Untuk mencapai tujuan dimaksud ditetapkan strategi pencapaian yang bertahap guna
efektifitas dan optimaslisasi dalam pencapaian sasaran/tujuan. Adapun tahapan strategi
pencapaian adalah sebagai berikut:
a. Melanjutkan program yang belum dicapai pada tahun sebelumnya
b. Pengembangan sarana dan prasarana umum dalam rangka mendukung indeks
pembangunan manusia, seperti infrastruktur jalan, saluran air, serta peningkatan sarana
prasarana pendidikan, keagamaan, dan kesehatan
c. Meningkatkan serta mewujudkan keamanan dan ketentraman di lingkungan Desa
Marana

19
d. Pencarian sumber dana yang rutin diterima Desa, baik melalui APBD Kabupaten, APBD
Provinsi, APBN ataupun pihak-pihak lainnya
e. Pengembangan dan peningkatan di bidang pelayanan kesehatan masyarakat
f. Menekan kemiskinan dengan memberikan modal ringan dan keterampilan yang
mengarahakan pada peningkatan kemanfaatan produksi
g. Penataan dan pengawasan serta pengendalian lingkungan hidup
h. Penataan kawasan wisata air panas
i. Pemeliharaan, revitalisasi serta pelestarian budaya Desa
j. Mengupayakan berbagai hal yang dapat membangkitkan ekonomi masyarakat
k. Peningkatan, pemeliharaan dan pengelolaan di bidang keolahragaan dan kepemudaan

20
BAB V
PENUTUP

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa ini merupakan salah satu upaya untuk
lebih mengarahkan dan mengoptimalkan pelaksanaan pembangunan Desa dari seluruh aspek,
secara terpadu dan terkoordinasi agar dapat dicapai tujuan akhir pembangunan Desa secara
efisien dan efektif, yakni untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat Desa. sebagai
dokumen perencanaan, RPJM-Desa ini tidaklah lebih dari hanya sekedar dokumen jika tidak
dapat diimplementsikan secara konsisten dengan komitmen, kesadaran serta partisipasi
seluruh pihak yang berkepentingan terhadap kemajuan Desa yang dipandang sebagai unsur
penting dalam struktur pemerintahan sebagai wadah untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.
Secara umum, keberhasilan pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Desa akan sangat tergantung kepada stakeholders penyelenggaraan pemerintah Desa, dalam
memahami dan memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki oleh Desa Marana. Sedangkan
secara khusus, tingkat keberhasilan pencapaian target kuantitatif yang telah ditetapkan , lebih
banyak tergantung pada input/masukan dari berbagai aspek untuk pembangunan Desa.
Minimal mencakup pembiayaan, perlengkapan, pengorganisasian dan personalia, misalnya
besarnya anggaran APBDes yang tersedia, ketersediaan sarana dan prasarana, koordinasi
antar penanggungjawab program, serta komitmen, kuantitas dan kualitas dari pelaksananya.
Oleh karena itu diperlukan sinergitas dari seluruh komponen yang ada di Desa baik
para penyelenggara pemerintahan Desa, masyarakat, dan segenap stakeholders yang ada di
Desa, dalam implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa.
Demikian RPJM-Desa Marana ini dibuat untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaan
pembangunan di Desa Marana Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala tahun 2016-2021
yang selanjutnya setiap tahun akan dijabarkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Desa
(RKP-Desa).

21

Anda mungkin juga menyukai