Anda di halaman 1dari 311

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |1

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

MODUL
PELATIHAN PRATUGAS
PENDAMPING LOKAL DESA

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014


TENTANG DESA

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA,


DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
2023

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 2


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA


Implementasi Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa

TIM PENULIS : Nur Kholis, Roni Budi Sulistyo, Yosef Dapa Bili, Ahmad Fais,

REVIEWER : Hasan Rofiqi, Rusdin M.Nur (Koordinator dan Wakil Koordinator


Nasional Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa)

COVER & LAYOUT : Nur Kholis (Koordinator Bidang Pengembangan Kapasitas


Program Pembagunan dan Pemberdayaan masyarakat Desa)

Diterbitkan oleh:
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,
DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
Jl. TMP Kalibata No. 17 Jakarta Selatan 12740
Telp. (021) 79172244, Fax. (021) 7972242
Website: www.kemendesa.go.id

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 3


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Daftar Istilah dan Singkatan


1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan di
bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,
Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa.
3. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
4. Pemerintah Desa adalah kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
5. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga
yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari
penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara
demokratis.
6. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai
dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah dalam memberdayakan
masyarakat.
7. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara
Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang
bersifat strategis.
8. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut dengan nama lain
adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan
unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk menetapkan
prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat Desa, dan/atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.
9. Kesepakatan Musyawarah Desa adalah suatu hasil keputusan dari Musyawarah Desa
dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam Berita Acara kesepakatan
Musyawarah Desa yang ditandatangani oleh Ketua Badan Permusyawaratan Desa
dan Kepala Desa.

Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan


yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan
disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.
10. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
11. Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 4


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian
sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa.
12. RPJM Desa (Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Desa) adalah dokumen
perencanaan untuk periode 6 (enam) tahun yang memuat arah pembangunan desa,
arah kebijakan keuangan desa, kebijakan umum dan program Pemerintah Daerah
(Provinsi, Kabupaten/Kota) dan program prioritas kewilayahan disertai dengan
rencana kerja.
13. RKP Desa (Rencana Kerja Pemerintah Desa) adalah dokumen perencanaan untuk
periode 1 (satu) tahun sebagai penjabaran dari RPJM Desa yang memuat rancangan
kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang
dimutakhirkan, program prioritas pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaan
serta prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun
yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada
Rencana Kerja Pemerintah dan RPJM Desa.
14. Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari RKP
Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan Pemerintah Desa kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme perencanaan pembangunan
Daerah.
15. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
16. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak
lainnya yang syah.
17. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa, adalah
rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
18. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan
dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
19. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 5


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kata Sambutan
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah
Tertinggal Dan Transmigrasi

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT dengan rahmatnya bahwa Modul
Pelatihan Pratugas Pendamping Lokal Desa dalam rangka mendukung pelaksanaan
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 telah hadir dihadapan pembaca. Secara umum modul
pelatihan ini dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga pendamping profesional di tingkat
Kabupaten/Kota dalam rangka mendukung kebijakan Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
melalui upaya pendampingan masyarakat secara efektif dan bekelanjutan.
Peningkatan kapasitas Pendamping Lokal Desa menjadi salah satu faktor penentu
keberhasilan pendampingan Desa yang pada akhirnya akan menentukan pencapaian tujuan
dan target pelaksanaan Undang-Undang Desa. Kapasitas Pendamping Lokal Desa yang
dimaksud mencakup: (1) pengetahuan tentang kebijakan Undang-Undang Desa; (2)
keterampilan memfasilitasi pemerintah desa dalam mendorong tatakelola pemerintah desa
yang baik; (3) keterampilan tugas-tugas teknis pemberdayaan masyarakat; dan (4) sikap
kerja yang sesuai dengan standar kompetensi pendamping khususnya Pendamping Lokal
Desa sesuai tuntutan Undang-Undang Desa. Dalam meningkatkan kinerja pendampingan
tercermin dari komitmen, tanggung jawab dan keterampilan untuk mewujudkan tatakelola
Desa yang mampu mendorong kemandirian Pemerintah Desa dan masyarakat melalui
pendekatan partisipatif.
Terkait hal tersebut dirasakan perlu untuk menyusun sebuah modul pelatihan
Pratugas Pendamping Lokal Desa yang dapat memberikan acuan kerja di lapangan dalam
rangka membangun kemandirian Desa. Harapan dari kehadiran modul pelatihan ini dapat
memenuhi kebutuhan semua pihak dalam rangka mendorong peningkatan kapasitas
Pendamping Lokal Desa sebagai Tenaga Pendamping Profesional sesuai dengan
kebutuhan, kondisi di daerah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Jakarta, …Desember 2023

KEPALA BADAN PENGEMBANGAN


SUMBER DAYA MANUSIA DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA,
DAERAH TERTINGGAL DAN
TRANSMIGRASI

Ttd.

Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 6


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Daftar Isi
Halaman
Daftar Istilah dan Singkatan ……………………………………………
Kata Sambutan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal &
Transmigrasi ….
Daftar Isi ………………………………………………………………
BAB I KURIKULUM PELATIHAN
Latar Belakang ……………………………………………..
Tujuan Pelatihan …………………………………………….
Ruang Lingkup Tugas Pendamping………………………….
Struktur Materi Pelatihan ……………………………………
Silabus / Garis Besar Program Pelatihan ………………………..
BAB II PANDUAN MEMBACA MODUL

BAB III RENCANA PEMBELAJARAN


PB 1 Bina Suasana dan Orientasi Pelatihan………………………
SPB 1.1 Perkenalan ……………………………………..
SPB 1.2 Tujuan dan Proses Pelatihan…………………….
SPB 1.3 Tata Tertib Pelatihan …………………………….
PB 2 Desa dan Visi Undang-Undang Desa………………………...
SPB 2.1 Kondisi dan Dinamika Desa ……………………..
SPB 2.2 UU Desa sebagai Cara Pandang dan Sarana
Menuju Keberdayaan Desa ………………………………..
PB 3 Tata Kelola Desa ……………………………………………..
SPB 3.1 Kelembagaan dalam Tata Kelola Desa …………….
SPB 3.2 Musyawarah Desa sebagai Basis Tata Kelola dan
Penggerak Demokratisasi Desa ………………….
SPB 3.3 Prinsip-Prinsip Tata Kelola Desa ………………..
PB 4 Pembangunan Desa …………………………………………..
SPB 4.1 Sistem Pembangunan Desa Berbasis Data SDGs
Desa……………………………………………

SPB 4.2 Pokok-Pokok Kebijakan Pembangunan dan


Pemberdayaan Masyarakat Desa Dalam
PermenDesa PDTT Nomor 21 Tahun 2020…….
SPB 4.3 Perencanaan Pembangunan Desa ………………

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 7


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

SPB 4.4 Pengelolaan Keuangan Desa ………………….


PB 5 Pengembangan Ekonomi Desa ………………………………
SPB 5.1 Arah dan Orientasi Pengembangan Ekonomi
Desa...
SPB 5.2 BUM Desa sebagai Penggerak perekonomi Desa…
PB 6 Penguatan Keberdayaan Masyarakat …………………………
SPB 6.1 Pemberdayaan Masyarakat Desa …………………
SPB 6.2 Strategi Penguatan Kader Pemberdayaan
Masyarakat Desa………………………………….
SPB 6.3 Strategi Penguatan Lembaga Kemasyarakatan
Desa..
PB 7 Manajemen Pendampingan ………………………………
SPB 7.1 Jati Diri TPP dan Kode Etik…………………
SPB 7.2 Struktur, SOP Pendampingan (Kepmen 143 Th
2022 tentang Pentunjuk Teknis Pendampingan
Masyarakat Desa) ……………………………….
SPB 7.3 Pelaporan Pendampingan
PB 8 Membangun Tim Kerja di Desa ……………………………
SPB 8.1 Kerjasama Tim di Desa …………………………
SPB 8.2 Membangun Jejaring …………………………..
PB 9 Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) ………………………
SPB 9.1 Pokok-Pokok RKTL ……………………………
SPB 9.2 Menyusun RKTL ……………………………….

Daftar Pustaka

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 8


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

BAB I
KURIKULUM PELATIHAN

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 9


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

LATAR BELAKANG

Kehadiran Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa) menandai babak
baru dan perubahan dalam politik pembangunan nasional, dimana Desa menjadi titik
tumpu yang mendapatkan perhatian serius. UU Desa diyakini sebagai gerbang harapan
menuju kehidupan berdesa yang lebih maju. Sebagai dasar hukum bagi keberadaan Desa,
UU Desa mengonstruksi cara pandang baru praksis berdesa (pemerintahan, pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat desa). Desa diakui dan dikukuhkan sebagai subjek yang
mengatur dan mengurus dirinya sendiri.

Perubahan dan paradigma baru atas Desa itu sangat penting mengingat kondisi objektif dan
dinamika desa-desa di Indonesia yang secara umum masih memprihatinkan. Desa identik
dengan ketertinggalan dalam semua aspek kehidupan. Kewenangan mengatur dan
mengurus dirinya sendiri yang dibarengi dengan memberikan hak-hak Desa, sehingga Desa
memiliki kemampuan finansial yang memadai guna melaksanakan kewenangannya,
sebagaimana ditegaskan UU Desa, menjadi faktor penggerak peningkatan pembangunan
desa yang sekaligus menjadi ruang krusial implementasi UU Desa.

Pembangunan desa sebagai sistem yang dikonstruksi UU Desa, menempatkan masyarakat


pada posisi strategis, sebagai sebjek pembangunan. Dengan demikian, masyarakat memiliki
ruang dan peran strategis dalam tata kelola Desa, termasuk di dalamnya penyelenggaraan
pembangunan Desa. Isu penting dalam konteks ini adalah peningkatan keberdayaan
masyarakat, sehingga masyarakat memiliki daya desak yang efektif untuk mewujudkan tata
kelola Desa yang baik dan penyelenggaraan pembangunan yang sesuai dan memenuhi
aspirasi masyarakat.

Dalam kerangka itulah, Pemerintah menetapkan kebijakan pendampingan sebagaimana


tercantum pada Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2020, yang bertujuan:

▪ Meningkatkan kapasitas, efektivitas, dan akuntabilitas pemerintahan desa dan


pembangunan Desa;
▪ Meningkatkan prakarsa, kesadaran dan partisipasi masyarakat desa dalam
pembangunan desa yang pertisipatif;
▪ Meningkatkan sinergi program pembangunan desa antar sektor; dan
▪ Mengoptimalkan aset lokal Desa secara emansipatoris.

Salah satu faktor penentu keberhasilan pendampingan adalah kapasitas pendamping,


khususnya PLD. Kapasitas dimaksud menunjuk pada kompetensi yang mencakup: (1)
pengetahuan tentang perspektif dan kebijakan UU Desa, (2) keterampilan teknis dan
fasilitasi pemerintah dan masyarakat Desa dalam mewujudkan tata kelola Desa yang baik,
dan (3) sikap kerja yang sesuai dengan tuntutan kinerja pendamping profesional.

Upaya meningkatkan kapasitas pendamping oleh Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat
Jenderal Pembangunan dan Pemberdayan Masyarakat Desa Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, dilakukan melalui kebijakan pelatihan
yang mencakup serangkaian kegiatan latihan, salah satunya adalah pelatihan pra tugas bagi
pendamping, khususnya PLD, sebagai pembekalan agar dapat melaksanakan fungsi dan
tugasnya secara optimal.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 10


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

TUJUAN PELATIHAN

Secara umum tujuan pelatihan pra tugas Pendamping Lokal Desa adalah untuk memberikan
orientasi dan pembekalan agar siap secara mental, pengetahuan, dan keterampilan
sebelum diterjunkan di lokasi tugas.

Secara khusus pelatihan pra tugas Pendamping Lokal Desa bertujuan untuk:

● Memberikan orientasi dan pembekalan kepada Pendamping Lokal Desa sebelum


bertugas di lapangan;
● Meningkatkan pemahaman Pendamping Lokal Desa tentang latar belakang, tujuan,
kebijakan, prinsip-prinsip, prosedur dan ketentuan program pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa;
● Meningkatkan keterampilan Pendamping Lokal Desa dalam memfasilitasi proses
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelestarian program;
● Meningkatkan keterampilan Pendamping Lokal Desa dalam memahami mekanisme
pendampingan;
● Meningkatkan keterampilan dalam membina dan memberi pengarahan kepada Kader
Pemberdayaan Masyarakat Desa;
● Menumbuhkan komitmen dan sikap kepedulian Pendamping Lokal Desa terhadap
masyarakat perdesaan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 11


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

RUANG LINGKUP TUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Mengacu pada Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan


Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 143 Tahun 2022 Tentang Petunjuk Teknis
Pendampingan Masyarakat Desa, ruang lingkup tugas PLD adalah:

No Tugas Pokok Indikator


1. Melakukan fasilitasi dan (a) Kegiatan fasilitasi dan pendampingan
pendampingan terhadap kegiatan terhadap kegiatan pendataan, perencanaan,
pendataan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan Pembangunan
pelaksanaan, dan pengawasan Desa dibuktikan dengan laporan;
Pembangunan Desa (b) Ketersedian dan ketepatan waktu dokumen-
dokumen perencanaan, pelaksanaan,
pertanggungjawaban dan pengawasan
Pembangunan Desa, dibuktikan dengan
laporan;
(c) RPJM Desa, RKP Desa, APB Desa, laporan
realisasi dan LPPDesa terpublikasikan dan/
atau dapat diakses masyarakat
2. Melakukan fasilitasi dan Kegiatan fasilitasi dan pendampingan dalam
pendampingan dalam rangka rangka percepatan pencapaian SDGs Desa
percepatan pencapaian SDGs Desa dibuktikan dengan laporan Data SDGs Desa dan
Indeks Desa terupdate setiap tahun
3. Melakukan fasilitasi dan (a) Kegiatan fasilitasi dan pendampingan dalam
pendampingan dalam rangka rangka pengembangan ekonomi lokal dan
pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama dibuktikan
BUM Desa/ BUM Desa dengan laporan;
Bersama (b) BUM Desa/ BUM Desa Bersama di
wilayahnya melakukan pendaftaran
(c) BUM Desa/ BUM Desa Bersama di
wilayahnya melakukan pemutakhiran Data
(d) BUM Desa/ BUM Desa Bersama di
wilayahnya terakreditasi sesuai jadwal

4. meningkatkan partisipasi meningkatnya partisipasi masyarakat dalam


masyarakat dalam Pembangunan Pembangunan Desa dibuktikan dengan
Desa meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
Pembangunan Desa
5. melakukan aktivasi kelembagaan tumbuh dan berkembanngnya kelembagaan
masyarakat dalam mendukung masyarakat
Pembangunan Desa (kelembagaan formal maupun nonformal) dan
terlibat aktif dalam mendukung Pembangunan
Desa
6. meningkatkan kapasitas diri secara secara mandiri meningkatkan kapasitas dan aktif
mandiri maupun melalui melibatkan diri dalam komunitas pembelajaran
komunitas pembelajar yang diselenggarakan oleh
kementerian/lembaga pemerintah non-
kementerian, Pemerintah Daerah, dan Pihak
Ketiga
7. melaporkan pelaksanaan tugas Laporan elektronik pelaksanaan tugas PD dalam
melalui aplikasi Daily Report aplikasi Daily Report Pendamping Desa
Pendamping Desa
8. melaksanakan tugas lain dari Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi
Kementerian Daily Report Pendamping Desa ;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 12


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

STRUKTUR MATERI PELATIHAN


Materi Pelatihan ini dirumuskan berdasarkan hasil kajian terhadap kompetensi dasar yang
harus dimiliki sesuai kerangka acuan kerja yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Selanjutnya hasil analisis terhadap
kompetensi PLD disusun berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi (K1) Pengetahuan,
(K2) Sikap dan (K3) Keterampilan yang merujuk pada taksonomi Bloom dan Kartwohl
(2001) dengan indikator kedalaman materi sebagai berikut:

Tabel Ruang Lingkup Materi sesuai Tingkat Kompetensi

K1 (Pengetahuan) K2 (Sikap) K3 (Keterampilan)


1. Mengetahuan; 1. Penerimaan 1. Meniru
2. Memahami; 2. Menanggapi 2. Memanipulasi
3. Mengaplikasikan; 3. Penilaian (valuing) 3. Pengalamiahan
4. Menganalisis; 4. Mengorganisasikan 4. Artikulasi
5. Mensintesis; 5. Karakterisasi
6. Mengevaluasi.

Secara rinci setiap pokok-pokok materi ditetapkan tingkat keluasan dan kedalamnya,
berupa kisi-kisi materi pelatihan yang akan memandu pelatih dalam proses
pembelajarannya. Kisi-kisi materi pelatihan diuraikan sebagai berikut:

KOMPETENSI
POKOK
NO SUB POKOK BAHASAN K1 K2 K3 JP
BAHASAN
(P) (K) (S)
Pre Test
1 Dinamika 1.1. Perkenalan 1 2”
Kelompok dan
Pengorganisasian 1.2. Tujuan dan Proses Pelatihan 1
Peserta
1.3. Tata Tertib Pelatihan 3 2

2 Desa dan Visi 2.1. Kondisi dan Dinamika Desa 2 3”


Undang-Undang 2.2. UU Desa sebagai Cara Pandang
Desa 1,2
dan Sarana Menuju Keberdayaan
Desa
3 Tata Kelola Desa 3.1. Kelembagaan dalam Tata Kelola 1 4”
Desa
3.2. Musyawarah Desa sebagai Basis 2
Tata Kelola dan Penggerak
Demokratisasi Desa
3.3. Prinsip-Prinsip Tata Kelola Desa 1
4. Pembangunan 4.1. Sistem Pembangunan Desa 1 16”
Desa Berbasis Data SDGs Desa
4.2 Pokok-Pokok Kebijakan 1,3 2
Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 13


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

KOMPETENSI
POKOK
NO SUB POKOK BAHASAN K1 K2 K3 JP
BAHASAN
(P) (K) (S)
Desa Dalam PermenDesa PDTT
Nomor 21 Tahun 2020
4.3. Perencanaan Pembangunan Desa

4.4. Pengelolaan Keuangan Desa 1,2 2


5 Pengembangan 5.1. Arah dan Orientasi 1 2”
Ekonomi Desa Pengembangan Ekonomi Desa

5.2. BUM Desa sebagai Penggerak 1


perekonomi Desa
6 Penguatan 6.1. Pemberdayaan Masyarakat Desa 2 5”
Keberdayaan 6.2. Strategi Penguatan Kader
Masyarakat 1
Pemberdayaan Masyarakat Desa
6.3. Strategi Penguatan Lembaga 1
Kemasyarakatan Desa
7 Manajemen 7.1. Jati diri TPP & Kode Etik 2 8”
Pendampingan 7.2. Struktur, SOP Pendampingan 2
(Kepmen 143 Th 2022 Pentunjuk
Teknis Pendampingan
Masyarakat Desa)
7.3. Pelaporan Pendampingan 2
8 Membangun Tim 8.1. Kerjasama Tim di Desa 2 2”
Kerja di Desa 8.2. Membangun Jejaring 2
9 RKTL 9.1. Pokok-Pokok RKTL 2 2”
9.2. Menyusun RKTL 3
Post Test
Evaluasi
TOTAL
JUMLAH JAM PELAJARAN KOMPETENSI UMUM

GARIS BESAR PROGRAM PELATIHAN (SILABUS)


Alur pelatihan Pratugas Pendamping Lokal Desa dimulai dengan meletakkan
Perspektif tentang UU Desa sebagai jalan masuk dan prasyarat terwujudnya keselamatan
hidup rakyat di perdesaan. Melalui pemahaman mendalam pada tahap membangun
perspektif, para pendamping Desa diharapkan memiliki landasan kuat dan memahami
tentang amanat UU Desa, Azas dan Definisi Desa, Kewenangan Desa.
Langkah berikutnya calon pendamping local desa diberikan pemahaman dan
keterampilan tentang Tatakelola Desa, Dimensi Pembangunan desa, SDGs Desa termasuk
aspek perencanaan dan penganggaran pembangunan desa yang dapat dimanfaatkan
dalam memfasilitasi proses implementasi UU Desa serta perannya sebagai fasilitator dan
pengorganisir serta mengembangkan dinamika masyarakat.
Dalam rangka mengembangkan kelembagaan masyarakat Desa dan
pemberdayaan dengan landasan nilai inclusive dan sosial, maka Pendamping Lokal Desa
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 14
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

juga akan mendapatkan materi tentang Pemberdayaan Masyarakat Desa,


pengarusutamaan inklusi social di desa serta konsep manajemen pendampingan. Dengan
landasan pemahaman dan keterampilan tersebut, diharapkan akan memperkuat
pendamping Desa untuk mendorong proses fasilitasi kerjasama antar Desa yang dilandasi
dengan fasilitasi penyusunan peraturan bersama Kepala Desa.
Adapun secara rinci keseluruhan materi tersebut dituangkan dalam matrik
kurikulum pelatihan Pratugas sebagai berikut;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 15


GARIS BESAR PROGRAM PELATIHAN (SILABUS)

No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
1. Bina Suasana Setelah mengikuti sesi Peserta dapat: 1.1. Perkenalan Permainan 30”
dan Orientasi ini, peserta memberikan ▪ mengatasi situasi keterasingan
Pelatihan respon bagi situasi yang ▪ mengatasi hambatan
kondusif untuk proses psikologis/kecanggugan
pelatihan ▪ saling mengenal antar peserta
dan fasilitator
Setelah mengikuti sesi Dapat menjelaskan: 1.2. Tujuan dan 1. Presentasi Slide 15”
ini, peserta memahami ▪ tujuan pelatihan Proses 2.Tanya
Pelatihan jawab
tujuan dan proses ▪ alur dan kegiatan yang akan
pelatihan ini dilakukan selama mengikuti
pelatihan ini
Setelah mengikuti sesi Dapat: 1.3. Tata Tertib Diskusi Lembar Diskusi 30”
ini, peserta memberikan ▪ mengenali situasi yang Peatihan
respon bagi terciptanya menggangu proses pelatihan
situasi yang tertib ▪ menyatakan hal-hal yang
selama proses pelatihan menjamin ketertiban selama
proses pelatihan
▪ merumuskan aturan bersama
untuk ditaati
2. Desa dan Visi Setelah mengikuti sesi Dapat menjelaskan: 2.1. Kondisi dan 1. Penugasan Lembar Curah 45”
Undang- ini, peserta memahami ▪ penyebab ketertinggalan Desa Dinamika Desa perorangan Pendapat
2. Curah
Undang Desa kondisi dan dinamika ▪ aspek-aspek ketertinggalan pendapat
Desa pada umumnya Desa

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |16


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
▪ dampak dari ketertinggalan
dimaksud
Setelah mengikuti sesi Dapat menyebutkan dan 2.2. UU Desa 1. Penugasan ▪ Slide 90”
ini, peserta: mengemukakan: sebagai Cara ▪ Lembar Kerja
Pandang dan 2. Presentasi Kelompok
▪ mengetahui cara ▪ perspektif yang mendasari UU
Sarana Menuju 3. Tanya ▪ UU No.6/2014
pandang UU Desa Desa
Keberdayaan jawab
▪ memahami amanat ▪ pengertian azas rekognisi dan Desa
UU Desa untuk subsidiaritas 4. Penugasan
mengubah ▪ keterkaitan azas dengan hak Kelompok
kondisi/ketertinggal asal usul dan kewenangan
an Desa lokal berskala Desa
▪ hakikat Desa sebagai
organisasi warga yang
berpemerintahan
▪ keleluasaan untuk mengatur
dan mengurus dirinya sendiri
▪ keharusan mengelola Desa
secara demokratis dan inklusif
▪ penyerahan hak Desa oleh
Negara (DD, ADD)
▪ Tri Matra Desa
3. Tata Kelola Setelah mengikuti sesi Dapat menyebutkan dan 3.1. Kelembagaan 1. Penugasan ▪ Lembar Kerja 60”
Desa ini, peserta mengetahui mengemukakan: dalam Tata peroranga Kelompok
kelembagaan dalam ▪ Pemangku Kepentingan dalam Kelola Desa n ▪ Slide Presentasi
tata kelola Desa tata kelola Desa 2. Penugasan
▪ Pelaku dalam pemerintahan Kelompok
Desa 3. Presentasi

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 17


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
▪ kelompok pelaku strategis
dalam masyarakat
▪ hubungan antar pelaku kunci

Setelah mengikuti sesi Dapat menjelaskan: 3.2. Musyawarah 1. Penugasan Lembar Kerja 60”
ini, peserta memahami ▪ hakikat Musyawarah Desa Desa sebagai peroranga Kelompok
fungsi strategis Basis Tata n
▪ penyelenggara Musyawarah
Musyawarah Desa Desa Kelola dan 2. Penugasan
sebagai basis tata kelola ▪ cakupan materi yang harus Penggerak Kelompok
dan demokratisasi Desa dibahas dalam Musyawarah Demokratisasi
Desa Desa
▪ peserta Musyawarah Desa
▪ kedaulatan peserta
Musyawarah Desa
▪ pengambilan keputusan
dalam Musyawarah Desa
Setelah mengikuti sesi Dapat: 3.3 Prinsip-Prinsip 1. Penugasan ● Lembar Diskusi 60”
ini, peserta mengetahui ▪ menyebutkan prinsip-prinsip Tata Kelola ● Slide Presentasi
Desa 2. Diskusi
prinsip-prinsip tata tata kelola (partisipatif,
kelola Desa transparansi, dan 3. Presentasi
akuntabilitas)
▪ mengemukakan pengertian
prinsip-prinsip diatas
▪ menunjukkan cara
mewujudkan prinsip-prinsip
diatas

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 18


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
4. Pembangunan Setelah mengikuti sesi Dapat: 4.1. Sistem 1. Penugasan ● Lembar Curah 90”
Desa ini, peserta mengetahui ▪ Menjelaskan kerangka kerja Pembangunan Pendapat
2. Curah ● Lembar Kerja
sistem pembangunan pembangunan Desa dalam Desa Berbasis Pendapat Kelompok
Desa sistem pembangunan Data SDGs
3. Penugasan ● Slide Presentasi
nasional; Desa
Kelompok
▪ Menjelaskan Pokok-Pokok
Kebijakan Pembangunan Desa 4. Presentasi
Dalam PermenDesa PDTT
Nomor 21 Tahun 2020
▪ Menjelaskan alur mekanisme
pendataan, perencanaan,
penganggaran, pelak-sanaan,
pelaporan, pemantauan dan
pengawasan pembangunan
Desa.

Setelah mengikuti sesi Dapat: 4.2. Pokok-Pokok 1. Penugasan ● Lembar Curah 90”
ini, peserta mengetahui ▪ Menguraikan arah kebijakan Kebijakan Pendapat
2. Curah ● Lembar Kerja
sistem pembangunan pembangunan dan Pembangunan Pendapat Kelompok
Desa pemberdayaan masyarakat dan
3. Penugasan ● Slide Presentasi
Desa dalam PermenDesa Pemberdayaan
Kelompok
PDTT Nomor 21 Tahun 2020 Masyarakat
Pedoman Umum Desa Dalam 4. Presentasi
Pembangunan Desa Dan PermenDesa
Pemberdayaan Masyarakat PDTT Nomor 21
Desa); Tahun 2020
▪ Merumuskan strategi
pelaksanaan kebijakan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 19


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat
Desa melaui pendekatan .
▪ Menjelaskan penggunaan
Dana Desa Tahun 2023 untuk
program prioritas
Setelah mengikuti sesi Dapat: 4.3. Perencanaan 1. Penugasan ▪ Lembar Diskusi 270”
ini, peserta: ▪ mengemukakan pengertian Pembangunan ▪ Lembar
2. Diskusi Penugasan
▪ mengetahui pokok- perencanaan pembangunan Desa
Kelompok
pokok perencanaan Desa 3. Penugasan
▪ Slide
pembangunan Desa Kelompok
▪ menyebutkan jenis dokumen
▪ memberikan perencanaan pembangunan 4. Presentasi
respon terhadap Desa
perwujudan ▪ mengemukakan alur proses
prinsip-prinsip tata dan tahapan kegiatan
kelola penyusunan RPJM Desa
▪ menerapkan ▪ mengemukakan alur proses
pengetahuan untuk dan tahapan kegiatan
memfasilitasi penyusunan RKP Desa
perbaikan ▪ mengemukakan pokok-pokok
perencanaan materi/isi RKP Desa
pembangunan Desa ▪ mengemukakan alur proses
dan tahapan kegiatan
penyusunan APB Desa
▪ mengemukakan struktur APB
Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 20


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
▪ Dapat menunjukkan cara
mewujudkan prinsip-prinsip
(partisipasi, transparansi, dan
akuntabilitas) dalam alur
proses dan tahapan kegiatan
perencanaan pembangunan
Desa
Dapat:
▪ memfasilitasi keterwakilan
perempuan dalam Tim
Penyusun RPJM Desa
▪ memfasilitasi penyusunan
rencana kerja Tim Penyusun
RPJM Desa
▪ memfasilitasi pembaruan data
dan sketsa desa
▪ memfasilitasi kajian potensi
dan masalah desa
▪ memfasilitasi penyusunan
Rancangan RKP Desa
▪ memfasilitasi penyusunan
belanja bidang pembinaan
kemasyarakatan
danpemberdayaan
▪ memfasilitasi perhitungan
alokasi Siltap dan Operasional
terkait dengan pendapatan
dari swadaya

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 21


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
Setelah mengikuti sesi Dapat: 4.4. Pengelolaan 1. Penugasan ● Lembar Kerja 360”
ini, peserta: ▪ mengemukakan pengertian Keuangan Desa peroranga Perorangan
▪ mengetahui pokok- pengelolaan keuangan Desa n ● Lembar Curah
Pendapat
pokok pengelolaan ▪ mengemukakan alur proses 2. Curah ● Lembar Kerja
keuangan Desa dan tahapan kegiatan Pendapat Kelompok
▪ memberikan pengelolaan keuangan Desa ● Slide
3. Penugasan
respon terhadap ▪ mengemukakan ketentuan Kelompok
perwujudan pokok pengelolaan keuangan
prinsip-prinsip 4. Presentasi
Desa
pengelolaan ▪ mengemukakan prinsip-
keuangan Desa prinsip pengelolaan keuangan
▪ menggunakan Desa
pengetahuanuntuk Dapat menunjukkan cara
memfasilitasi mewujudkan prinsip-prinsip
perbaikan pengelolaan keuangan Desa
pengelolaan dalam tahapan kegiatan
keuangan Desa pengelolaan keuangan Desa
Dapat:
▪ memfasilitasi penyusunan
RAB/RPD
▪ memfasilitasi pengajuan SPP
▪ memfasilitasi penyusunan
rencana kerja pelaksanaan
kegiatan
▪ memfasilitasi proses
pengadaan barang dan jasa di
Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 22


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
▪ memfasilitasi keterwakilan
perempuan dalam
pembentukan pelaksana
kegiatan
▪ memfasilitasi pengerjaan buku
kas umum
▪ memfasilitasi penyusunan
laporan realisasi APB Desa
5. Pengembangan Setelah mengikuti sesi Dapat: 5.1. Arah dan 1. Penugasan ▪ Lembar Curah 45”
Ekonomi Desa ini, peserta mengetahui ▪ mengidentifikasi potensi Orientasi Pendapat
2. Curah ▪ Slide Presentasi
arah dan orientasi pengembangan ekonomi desa Pengembangan Pendapa
pengembangan ▪ menjelaskan peran Desa Ekonomi Desa
ekonomi Desa 3. Presentasi
dalam penguasaan aset-aset
strategis di Desa
▪ menjelaskan kepemilikan
kolektif atas kegiatan usaha
ekonomi Desa
Setelah mengikuti sesi Dapat menyebutkan fungsi dan 5.2. BUM Desa 1. Diskusi ▪ Lembar Diskusi 45”
ini, peserta mengetahui peran BUM Desa dalam sebagai
Penggerak 2. Presentasi ▪ Slide
fungsi dan peran BUM pengembangan ekonomi desa
perekonomi
Desa sebagai penggerak
Desa
perekonomi Desa
6. Penguatan Setelah mengikuti sesi Dapatmenjelaskan: 6.1. Pemberdayaan 1. Penugasan ▪ Lembar Diskusi 45”
Keberdayaan ini, peserta memahami ▪ pemberdayaan sebagai Masyarakat Kelompok
Desa 2. Diskusi ▪ SlidePresentasi
Masyarakat konsep pemberdayaan proses sosial-politik
masyarakat ▪ tahapan pemberdayaan 3. Presentasi
masyarakat

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 23


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
▪ pemberdayaan bertumpu
pada hak-hak masyarakat
▪ pemberdayaan untuk
meningkatkan posisi dan daya
tawar masyarakat
▪ pemberdayaan untuk
mewujudkan kemandirian
Masyarakat
Setelah mengikuti sesi Dapat: 6.2. Strategi 1. Diskusi Lembar Diskusi 90”
ini, peserta mengetahui ▪ mengenali kekurangan/ Penguatan 2. Role Play
strategi penguatan kelemahan KPMD Kader
Pemberdayaan
Kader Pemberdayaan ▪ mengenali penyebab Masyarakat
Masyarakat Desa kekurangan/kelemahan Desa
dimaksud
▪ menentukan cara untuk
mengatasi kekurangan/
kelemahan dimaksud
Dapat menggunakan teknik
komunikasi inter personal
▪ Diskusi Kelompok Terarah
Setelah mengikuti sesi Dapat: 6.3. Strategi 1. Diskusi LembarDiskusi 90”
ini, peserta mengetahui ▪ mengidentifikasi Penguatan 2. Role Play
strategi penguatan kekurangan/kelemahan Lembaga
Kemasyarakata
Lembaga Lembaga Kemasyarakatan
n Desa
Kemasyarakatan Desa Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 24


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
▪ menguraikan penyebab
kekurangan/kelemahan
dimaksud
▪ merumuskan cara untuk
mengatasi kekurangan/
kelemahan dimaksud
Dapat menggunakan teknik
Diskusi Kelompok Terarah
7. Manajemen Setelah mengikuti sesi Dapat menjelaskan: 7.1. Jatidiri TPP & 1. Penugasan LembarDiskusiKelo 45”
Pendampingan ini, peserta memahami ▪ Menjelaskan dan memahami Kode Etik peroranga mpok
tugas pokok fungsi yang tugas pokok fungsi yang harus n
harus dilakukan seorang dilakukan seorang tenaga 2. Diskusi
tenaga pendamping pendamping profesional Kelompok
profesional P3MD P3MD dalam melaksanakan
tugas pendampingan desa;
▪ Menjelaskan dan memahami
perilaku, sikap dan jati diri
yang harus di miliki sebagai
seorang tenaga pendamping
profesional P3MD;
▪ Mengetahui dan dapat
menyebutkan kode etik
tenaga pendamping
profesional serta sanksi yang
harus ditanggung seorang
pendamping profesional
P3MD jika melanggar kode
etik.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 25


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
▪ Mampu menjaga dan
menegakkan kode etik
pendamping profesional
P3MD.
Setelah mengikuti sesi Dapat mempraktikkan: 7.2. Struktur, SOP 1. Penugasan LembarDiskusiKelo 90”
ini, peserta ▪ Mengetahui kebijakan Pendampingan mpok
2. Curah
menerapkan kebijakan Pendampingan Masyarakat (Kepmen 143 Pendapat
Pendampingan Desa dalam Th 2022
Masyarakat Desa, KepmenDesaPDTT Nomor 40 Pentunjuk 3. Presentasi
sistem organisasi dan Tahun 2021 Tentang Petunjuk Teknis
pengelolaan Teknis Pendampingan Pendampingan
pendampingan Masyarakat Desa Masyarakat
▪ Mengetahui sistem organisasi Desa)
dan pengelolaan
pendampingan beserta
berbagai perangkat Standar
operating Prosedur yang ada;
▪ Mengetahui sistem koordinasi
yang harus dilakukan sebagai
pendamping Desa
▪ Mampu Melaksanakan
Standar operating Prosedur
(SOP) dalam melaksanakan
kegiatan Pendampingan P3MD
Setelah mengikuti sesi Dapat menjelaskan: 7.3. Pelaporan 1. Diskusi ▪ LembarDiskusi 90”
ini, peserta memahami ▪ Menjelaskan fungsi Daily Pendampingan ▪ Slide
2. Presentasi
& menjalankan Daily Report Pendamping (Laporan
Report Pendamping,

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 26


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
evaluasi kinerja dan Harian Pendamping Desa)
rencana peningkatan dalam kinerja TPP
kinerja Pendamping ▪ Mampu menjelaskan kerangka
Desa logis tugas, fungsi
pendamping desa dalam
pembangunan dan
pemberdayaan desa dan
dapat melaporkan kegiatan
harian kinerja dalam Daily
Report Pendamping (Laporan
Harian Pendamping Desa)
▪ Mampu memahami evaluasi
kinerja berjalan secara
obyektif dan dapat
dipertanggungjawabkan;
▪ Merumuskan rencana
peningkatan kinerja
Pendamping Desa
8. Membangun Setelah mengikuti sesi Dapat menjelasan: 8.1. Kerjasama Tim 1. Penugasan Lembar Diskusi 30”
Tim Kerja di ini, peserta memahami ▪ pelaku kunci di Desa di Desa peroranga
Desa peta pemangku n
▪ fungsi dan peran para pelaku
kepentingan di Desa ▪ hubungan/relasi antar pelaku 2. Diskusi

Setelah mengikuti sesi Dapat menjelaskan: 8.2. Membangun Diskusi 15”


ini, peserta memahami ▪ kondisi yang mendukung Jejaring
kerjasama dan jejaring terjalin kerjasama
pelaku ▪ manfaat melakukan kerjasama
▪ bentuk jejaring pelaku di Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 27


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
▪ pola kerja jaringan pelaku di
Desa
Setelah mengikuti sesi Dapat: Simulasi 45”
ini, peserta memahami ▪ menentukan
strategi membangun masalah/kebutuhan yang
jejaring dihadapi
▪ menentukan pihak-pihak yang
terkait secara langsung
▪ mendorong para pihak
mencapai kesepakatan untuk
tindak lanjut terkait
masalah/kebutuhan yang
dihadapi
9. Rencana Kerja Setelah mengikuti sesi Dapat menjelaskan: 9.1. Pokok-Pokok Diskusi Lembar Diskusi 30”
Tindak Lanjut ini, peserta memahami ▪ fungsi RKTL RKTL
(RKTL)
rencana kerja tindak ▪ kaidah penyusunan RKTL
lanjut ▪ aspek-aspek pokok dalam
RKTL

Setelah mengikuti sesi Dapat menyusun RKTL 9.2. Menyusun Penugasan Lembar Kerja 60”
ini, peserta RKTL Perorangan Perorangan
menggunakan
pengetahuan untuk
menyusun RKTL

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 28


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 29


EVALUASI PELATIHAN
Dalam rangka memetakan berbagai perubahan mendasar sebelum dan sesudah pelatihan,
maka dikembangkan berbagai bentuk evaluasi. Bentuk evaluasi merupakan opsional yang
dapat dikembangkan oleh penyelenggara pelatihan, tim fasilitator, pelatihan dan pihak
ketiga. Adapun bentuk yang dikembangkan adalah:
- Pre dan Post test
Merupakan evaluasi tertulis untuk melihat sejauhmana peningkatan pengetahuan
peserta sebelum dan setelah pelatihan.
- Evaluasi pencapaian setiap sesi materi
Evaluasi ini dilakukan dengan metode yang sudah disusun dalam modul setiap SPB.
Evaluasi ini untuk melihat sejuhmana indikator keberhasilan dalam setiap SPB dapat
tercapai di setiap akhir sesi atau SPB.
- Refleksi harian
Evaluasi ini bertujuan untuk mendapatkan umpan balik harian baik dari sisi metodologi
maupun dukungan penyelenggaraan dalam 1 hari, sehingga dapat dijadikan dasar
dalam perbaikan hari selanjutnya. Hasil refleksi dan umpan balik harian ini akan sangat
membantu bagaimana pelatihan dari ke hari akan lebih baik, dari sisi proses dan
outputnya.
- Evaluasi penyelenggaraan akhir pelatihan
Pada hari terakhir pelatihan, dikembangkan proses umpan balik dan evaluasi oleh
peserta. Evaluasi ini bertujuan untuk mengajak peserta menilai sejauhmana pelatihan
baik dari sisi metodologi proses, dukungan logistik, partisipasi peserta, dan lain-lain,
mampu meningkatkan kapasitas peserta. Evaluasi ini dapat dikembangkan dengan alat
partisipatif terbuka, maupun tertutup dengan mengembangkan sejumlah daftar
pertanyaan yang relevan.
- Evaluasi independen manajemen pelatihan secara keseluruhan
Jika ingin mengetahui seluruh rangkaian pelatihan sejak TNA, pengembangan paket
pelatihan, pelaksanaan pelatihan hingga pasca pelatihan, maka perlu dilakukan evaluasi
yang dilakukan oleh pihak independen secara professional. Evaluasi ini akan sangat
membantu bagaimana manajemen pelatihan selanjutnya akan lebih professional.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |30


BAB II
PANDUAN MEMBACA MODUL

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |31


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

PENDAHULUAN

Modul pelatihan bagi Pendamping Lokal Desa (PLD) ini merupakan bahan pelatihan yang
akan dijadikan sebagai bahan pembekalan sekaligus panduan bagi Tenaga Ahli Kabupaten
dan Pendamping Desa dalam mendorong implementasi UU Desa melalui pelatihan yang
akan mereka sampaikan kepada Pendamping Lokal Desa. Diharapkan nantinya, melalui
Modul Pelatihan ini, PLD memiliki persepsi yang benar mengenai UU Desa serta terbangun
komitmennya untuk terlibat dalam proses mendorong Desa dalam proses pembangunan.

Modul ini dimaksudkan untuk memandu pelatih dalam memfasilitasi proses pelatihan di
tingkat kecamatan. Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan kondisi di lapangan, bahwa masih
banyak masyarakat yang belum memahami secara baik dan benar substansi UU Desa
berikut proses implementasinya. Dari hasil analisis kebutuhan pelatihan menunjukkan
bahwa kondisi pendamping desa menunjukkan tingkat pemahaman yang berbeda tentang
implementasi Undang-Undang Desa sesuai dengan latar belakang, karakteristik wilayah,
dan kondisi sosial yang ada.

Pengalaman menjalani proses pembangunan yang sentralistik semasa era Orde Baru
(Government Driven Development) yang kemudian berubah menjadi pembangunan
partisipatif yang mengedepankan masyarakat sebagai pelaku (Community Driven
Development) ternyata masih memiliki kelemahan di mana penguatan di masyarakat tidak
diiringi penguatan kepada pemerintah desanya. Padahal, sesuai dengan amanat UU Desa,
Desa merupakan subyek pembangunan, persis pada kondisi ini Desa sebagai keseluruhan
mencakup pemerintahan desanya serta masyarakat desa, seluruhnya. Desa pada akhirnya
merupakan perpaduan antara Local Self Government (LSG) serta Self Governing
Community (SGC) sekaligus.

Desa sebagai masyarakat yang berpemerintahan (LSG) menentukan pemerintahannya


sendiri (SGC), membutuhkan pendekatan yang holistik dan integral. Perpaduan konsep
antara LSG dan SGC membutuhkan pemahaman yang jernih bagi setiap pelaku
pemberdayaan, terutama sekali bagi siapa pun yang berkomitmen dengan desa. Untuk
itulah Modul ini dibuat.

Maksud dan Tujuan


Modul pelatihan ini dimaksudkan untuk:

1. Menyamakan persepsi dan konsep pendampingan desa berbasis pedekatan Desa


sebagai Subyek (Village Driven Development- VDD) seperti diamanatkan dalam UU
Desa;
2. Mempersiapkan calon Pendamping Desa untuk bisa memfasilitasi proses pelatihan
tenaga Pendamping Lokal Desa yang memiliki komitmen dalam rangka mendorong
Desa untuk secara optimal mampu mengimplementasikan proses pembangunan
dengan semangat UU Desa;

Dengan sasaran pengguna tersebut, maka format modul yang disiapkan menjawab
kebutuhan pengguna. Modul Pelatihan : menjadi modul pegangan pelatih. Namun demikian,
modul ini juga bisa dipakai oleh siapa saja yang memiliki kepedulian dan
semangat untuk mendukung Desa melalui implementasi UU Desa.

Bagaimana Modul Pelatihan ini Disusun?

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 32


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Desa,


Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi mendorong disusunnya Modul Pelatihan bagi Pendamping Lokal Desa
melalui :
a) Kajian Kebutuan : melalui evaluasi atas hasil pelatihan tahun sebelumya dan realitas
kebutuhan di lapangan atas dinamika yang terjadi dalam implementasi UU No. 6 Tahun
2014 tentang Desa.
b) Penyusunan Draft Modul : Draft Modul Pelatihan Pendamping Lokasl Desa disusun oleh
Tim Bidang PK TPP Dilengkapidengan Bahan Bacaan dan bahan tayang secara terpisah.

Modul ini telah mengalami berbagai penyesuaian melalui proses penelaahan, konsultasi
dan masukan dari berbagai pihak terutama dari pelatih senior dan pendamping desa yang
ada di lapangan. Oleh karena itu modul pelatihan ini dapat diibaratkan sebagai buku
berjalan yang memberikan peluang bagi pembaca atau pengguna dalam memberikan
warna dan penyesuaian sesuai dengan kaidah pembelajaran dan kebutuhan.

Sistematika dan Isi Modul


Modul pelatihan ini dirancang menggunakan standar format yang menyertakan pokok-
pokok materi, panduan pelatih, lembar kerja dan lembar tayang (presentasi atau beberan
atau bahan paparan) yang bermanfaat bagi calon pelatih yang akan menyampaikan materi
pelatihan. Modul pelatihan dikemas dalam bentuk panduan bagi pelatih agar mudah
digunakan dan memungkinkan dan penyesuaian dengan kondisi lingkungan belajar peserta.

Modul pelatihan ini terdiri dari 9 Pokok Bahasan utama dan 23 Sub Pokok Bahasan yang
membahas kerangka isi, proses belajar, media dan penilaian terkait bagaimana visi UU
Desa serta upaya-upaya implementasinya.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 33


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Catatan
1. Modul Pelatihan Bukan Buku Ajar
Modul ini disusun sebagai koridor pembelajaran semata-mata, dan Modul ini didukung
oleh BahanBacaan serta Bahan Tayang juga kelengkapan lain yang bisa digali oleh setiap
pelatih sesuai dengankondisi setempat. Dan olah karenanya, Modul ini murni sebagai
pemandu.Pengalaman dan kapabilitas Pelatih (Pendamping Desa dan juga Pendamping
Teknis Kabupaten)akan sangat menentukan hasil dari desain modul yang dikembangkan.
Untuk itu, Modul ini tidakdibaca sebagai buku tersendiri, melainkan harus dilengkapi
dengan Bahan Bacaan yang disediakanserta bacaan dan pengalaman lain yang
mendukung.

2. Kaidah Belajar Orang Dewasa


Modul pelatihan ini disusun berdasarkan kaidah-kaidah pendidikan orang dewasa,
pelatih hendaknyatidak menggurui, melainkan sebagai fasilitator menjadi pengarah atau
pengolah proses belajardan mengakumulasikan secara partisipatif-kreatif dari
pengalaman yang telah dimiliki peserta. Sebagaisuatu pengalaman, modul ini
diperlakukan layaknya sebagai panduan. Sebagian bahasan dalam modul pelatihan
merupakan refleksi pengalaman para pemangku kepentingan yang terlibat dalam
pendampingan desa. Penjelasan lebih diarahkan sebagai petunjuk praktis dan teknis bagi
pelatih yang akan menggunakannya untuk keperluan pelatihan. Manfaat yang
diharapkan dari modul ini, jika dipakai sebagai alat untuk menggali pengalaman dan
merefleksikannya dalam kehidupan nyata dalam berdesa.

3. Kreativitas dan Kondisi Lokal


Kreativitas pelatih/ fasilitator sangat menentukan dalam proses pengayaan serta kualitas
pelatihan yang dilaksanakan. Modul pelatihan ini lebih efektif, jika digunakan sepanjang
tidak menyalahi aturan atau prinsip-prinsip dasar pendidikan partisipatoris. Oleh
karenanya, pelatih dapat :
a) Mengembangkan metodologi serta penggunaan media yang lebih bervariasi. Namun
demikian, tujuan dari modul ini harus tetap menjadi acuan dasar pelatihan.
b) Menggunakan media sekreatif mungkin;
c) Sebanyak mungkin mengangkat persoalan-persoalan atau issue-isuue yang terjadi
dilokasi pelatihan;
d) Menggunakan pengalaman peserta sebagai picu pengayaan dan pendalaman materi.
Oleh karena itu, mendalami dan memahami alur modul dari setiap pokok bahasan
menjadi syarat mutlak untuk lebih leluasa dalam pelatihan. Jangan membatasi diri,
Kembangkan dan perkaya proses secara kreatif serta memadukan dengan
pengalaman peserta.

4. Cara Menggunakan Modul


Modul pelatihan ini memberikan beberapa petunjuk berupa pilihan belajar yang dapat
digunakanoleh pelatih dalam memahami dan menyampaikan materi pelatihan. Setiap
pokok bahasan atausubpokok bahasan berisi tema-tema atau aktivitas belajar yang
disusun dengan menggunakanpendekatan induktif atau deduktif secara bergantian atau
bersamaan. Hal ini sangat tergantungkarakteristik materi yang hendak disampaikan.
Namun, demikian keselarasan, keterpaduan dankemudahan penyajian menjadi
pertimbangan dalam menggunakan modul pelatihan ini. Oleh karenaitu, pahami
kurikulum dan struktur anataomi modul pelatihan dengan benar, kemudian
hubungkandengan struktur materi atau pokok bahasan yang disajikan, sehingga
memudahkan mendalami substansimaupun metodologinya. Jika terdapat hal-hal yang
membutuhkan penyesuaian atau pengayaan,pelatih dengan mudah dapat mengguna-
kan variasi lain tanpa keluar dari kerangka pokokdari modul pelatihan ini.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 34


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Dalam setiap bagian atau pokok bahasan terdiri dari beberapa sub pokok bahasan atau
modul dengan topik yang beragam dan dapat dipelajari secara mandiri sesuai dengan
materi yang diperlukan.Masing-masing sub pokok bahasan dalam modul ini
menggambarkan urutan kegiatan pembelajaran dan hal-hal pokok yang perlu dipahami
tentang materi yang dipelajari serta keterkaitannya dengan topik lainnya.Dalam setiap
sub pokok bahasan dilengkapi dengan panduan pelatih yang membantu dalam
mengarahkan proses, media dan sumber belajar, lembar kerja, lembar evaluasi dan
lembar informasi atau bahan bacaan. Masing-masing disusun secara kronologis yang
agar memudahkan bagi pengguna dengan memberikan alternatif dalam memanfaatkan
setiap sub pokok bahasan secara luas dan fleksibel.
Setiap pokok bahasan dilengkapi dengan bahan bacaan pendukung yang dapat
dibagikan secara terpisah dari panduan pelatihan agar dapat dibaca peserta sebelum
pelatihan di mulai. Pelatih juga diperkenankan untuk menambah atau memperkaya
bahan bacaan untuk setiap sub pokok bahasan berupa artikel, buku, juklak/juknis dan
kiat-kiat yang dianggap relevan.Disamping itu, pembaca di berikan alat bantu telusur
berupa catatan diberikan termasuk ikon-ikon yang akan memandu dalam memahami
karakteristik materi dan pola penyajian yang harus dilalukan dalam pelatihan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 35


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

BAB III
RENCANA PEMBELAJARAN

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 36


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pokok Bahasan 1
BINA SUASANA DAN ORIENTASI
PELATIHAN

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 37


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

SPB Rencana Pembelajaran

1.1 Perkenalan

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengatasi situasi keterasingan;
2. Mengatasi hambatan psikologis/kecanggugan;
3. Saling mengenal antar peserta dan fasilitator.

Waktu
30 Menit

Metode
Permainan, Tanya Jawab, (online menyesuaikan)

Media
Slide

Alat Bantu
Flipt Chart,Spidol, Laptop, Infocus dan Metaplan

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Pembukaan
1. Lakukan pembukaan acara pelatihan ini secara informal dengan
mengucapkan salam dan selamat datang;
2. Jelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari sesi perkenalan
antara pelatih, panitia dan peserta.

Kegiatan 2: Perkenalan (Kegiatan Permainan)


3. Pada awal sesi, ajak peserta bersama-sama melakukan perkenalan
dengan metode permainan.Sebagai panduan gunakan metode
permainan dengan memilih salah satu skenario;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 38


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

4. Setelah pelatih, panitia dan fasilitator saling mengenal, lakukan refleksi


atau menggali makna dari proses tersebut;
5. Buatlah penegasan dengan meminta peserta untuk menjelaskan tujuan,
makna dan manfaat perkenalan;
6. Buatlah kesimpulan dengan merangkum tujuan, makna, dan manfaat
perkenalan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 39


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

SPB Rencana Pembelajaran

1.2 Tujuan dan Proses Pelatihan

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memahami tujuan Pelatihan;
2. Memahami alur dan kegiatan yang akan dilakukan selama mengikuti
pelatihan ini.

Waktu
15 Menit

Metode
Presentasi, Tanya jawab, Online

Media
Slide Presentasi

Alat Bantu
Laptop dan Infocus

Proses Penyajian
Kegiatan 3: Penjelasan Tujuan, Proses dan Hasil (Presentasi)
1. Paparkan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari penyelenggaraan
pelatihan pratugas ini;
2. Berikan kesempatan kepada beberapa peserta untuk mengajukan
pendapat, gagasan, dan sumbang saran untuk kelancaran kegiatan
pelatihan;
3. Berikan penegasan Tujuan, Proses dan Hasil Pelatihan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 40


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

SPB Rencana Pembelajaran

1.3 Tata Tertib Pelatihan

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengenali situasi yang menggangu proses pelatihan;
2. Menyatakan hal-hal yang menjamin ketertiban selama proses pelatihan;
3. Merumuskan aturan bersama untuk ditaati.

Waktu
30 Menit

Metode
Paparan, online

Media
Lembar Diskusi

Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop dan Infocus

Proses Penyajian
Kegiatan 4: Penyusunan Tata Tertib (Diskusi Kelas)
1. Jelaskan pentingnya tata tertib dan aturan main pelatihan yang harus
disepakati;
2. Minta salah satu peserta memimpin perumusan dan penyepakatan tata
tertib;
3. Pastikan dalam kesepakatan tata tertib dan aturan yang disepakati
meliputi:
a. Waktu masuk ruangan pelatihan.
b. Pakaian peserta yang dikenakan.
c. Pemakaian alat komunikasi.
d. Ijin meninggalkan ruangan.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 41
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

e. Terlambat.
f. Mengantuk.
g. Dll.

Kegiatan 5 : Menutup Sesi


4. Akhiri kegiatan ini dengan menegaskan:
a. Kemampuan awal peserta, berdasarkan hasil pemetaan potensi
peserta dalam mengikuti pelatihan ini;
b. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk kelancaran pelatihan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 42


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pokok Bahasan 2
DESA DAN VISI UNDANG-UNDANG
DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 43


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

SPB Rencana Pembelajaran

2.1 Kondisi dan Dinamika Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan penyebab ketertinggalan Desa;
2. Menjelaskan aspek-aspek ketertinggalan Desa;
3. Menjelaskan dampak dari ketertinggalan.

Waktu
45 Menit

Metode
Curah Pendapat, Diskusi Kelompok dan Paparan

Media
Bahan Bacaan dan Lembar Tayang

Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Pembukaan
1. Bukalah pertemuan dengan menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam
sesi belajar bersama ini.

Kegiatan 2: Menggali pemahaman tentang ketertinggalan (Tanya


jawab)
2. Ajak peserta mendiskusikan pertanyaan berikut (lihat Media Fasilitasi
2.1.1);
3. Rumuskan hasil diskusi (gunakanMedia Fasilitasi 2.1.2);
4. Berikan penegasan.

Media Fasilitasi 2.1.1.


Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 44
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Diskusikan beberapa tema berikut dengan peserta:

1. Apakah peserta setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa Desa di Indonesia
kebanyakan tertinggal?
2. Kepada peserta yang menjawab setuju, tanyakan bukti-bukti kalau Desa tertinggal?
3. Kepada yang tidak setuju, tanyakan pertanyaan yang sama, apa buktinya kalau Desa
tidak tertinggal?
4. Mengapa banyak penduduk desa memilih meninggalkan Desa untuk pergi ke kota?
5. Apa yang dicari di kota?
6. Mengapa harus dicari di kota? Apakah di Desa benar-benar tidak ada?
7. Jika jawabannya Desa “tidak bisa…”, tanyakan mengapa Desa tidak bisa memenuhi
kebutuhan masyarakatnya?

Media Fasilitasi 2.1.2.

Susun dan tempatkan jawaban-jawaban peserta dalam rangkaian hubungan sebab


akibat, sehingga peserta bisa mengenali akar masalah atau faktor utama yang
menyebabkan Desa tertinggal. Tampilkan dalam contoh tabel berikut:

No. Isu Sebab Akibat

1. Ketertinggalan

2. Urbanisasi

3. Lapangan kerja di Desa

4. Dll.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 45


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
UU Desa sebagai Cara Pandang
2.2 dan Sarana Menuju
Keberdayaan Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan perspektif yang mendasari UU Desa;
2. Menjelaskan pengertian azas rekognisi dan subsidiaritas;
3. Menjelaskan keterkaitan azas dengan hak asal usul dan kewenangan lokal
berskala Desa;
4. Menjelaskan hakikat Desa sebagai organisasi warga yang
berpemerintahan;
5. Menjelaskan Desa memiliki keleluasaan untuk mengatur dan mengurus
dirinya sendiri;
6. Menjelaskan keharusan mengelola Desa secara demokratis dan inklusif;
7. Menjelaskan penyerahan hak Desa oleh negara (DD, ADD);

Waktu
45 Menit

Metode
Curah Pendapat, Diskusi Kelompok dan Paparan

Media
Bahan Bacaan dan Lembar Tayang

Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus

Proses Penyajian
Kegiatan 3: Menyamakan Perspektif (Membaca Cepat dan Dialog)
a. Desa Lama vs Desa Baru (20 Menit)
1. Minta Peserta membaca bahan bacaan BB 2.2.1 (10 menit);

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 46


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

2. Lakukan dialog atau tanya jawab. Gunakan Media Fasilitasi 2.2.1 (15
menit);
3. Buatlah catatan penting dari hasil pembahasan;
4. Berikan penegasan atas dialog tersebut.

b. Azas, Hak dan Kewenangan Lokal Desa (20 Menit)


5. Minta peserta membaca bahan bacaan BB 2.2.2 (10 menit);
6. Lakukan dialog atau tanya jawab.Gunakan Media Fasilitasi 2.2.2 (15
menit);
7. Buatlah catatan penting dari hasil pembahasan;
8. Berikan penegasan atas dialog tersebut.

Kegiatan 4: Penegasan (15 Menit)


9. Berikan penegasan tentang visi Undang-Undang No. 6 Tahun 2014
tentang Desa.Gunakan slide (BB 2.2.4).

Kegiatan 5: Menutup Sesi

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 47


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Media Fasilitasi 2.2.1

Diskusikan dengan peserta:

1. Apa yang yang terjadi dengan desa di masa lalu?


2. Bagaimana pengaturan desa di masa lalu?
3. Mengapa lahir Undang-Undang No. 6/2014 tentang Desa?
4. Apa visi dan semangat baru yang dibawa oleh UU Desa?
5. Apa dan bagaimana perbedaan dan perubahan kebijakan dalam UU Desa jika
dibandingkan dengan pengaturan sebelumnya?

Media Fasilitasi 2.2.4 (slide)

Unsur Desa Pra UU Desa Desa Paska UU Desa


Payung hukum UU No. 32/2004 dan PP No. UU No. 6/2014 tentang Desa
72/2005
Asas utama Desentralisasi-residualitas Rekognisi-subsidiaritas
Tipe Desa Seragam, dan default Beragam: Desa dan Desa Adat
Kedudukan Pemerintahan yang berada Pemerintahan masyarakat, hybrid
dalam sistem pemerintahan antara self governing community
kabupaten/kota (local state dan local self government.
government)
Kepala desa Sebagai kepanjangan tangan Sebagai pemimpin masyarakat
Posisi dan Kabupaten/kota mempunyai Kabupaten/kota mempunyai
peran kewenangan yang besar dan kewenangan yang terbatas
kabupaten/kota luas
Delivery Target Mandat
Politik tempat Lokasi: Desa sebagai lokasi Arena: Desa sebagai arena bagi
proyek orang desa
Posisi dalam Obyek Subyek
pembangunan
Model Government driven Village driven development
pembangunan development & community
driven development
Pendekatan Imposisi dan mutilasi sektoral Fasilitasi, emansipasi dan konsolidasi

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 48


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

BB 2.2.1

Unsur Desa Pra UU Desa Desa Paska UU Desa


Dasar konstitusi UUD 1945 Pasal 18 ayat 7 UUD 1945 Pasal 18 B ayat 2 dan Pasal 18 ayat 7
Payung hokum UU No. 32/2004 dan PP No. UU No.6/2014
72/2005
Visi-misi Tidak ada Negara melindungi dan memberdayakan
desa agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan
demokratis sehingga dapat menciptakan
landasan yang kuat dalam melaksanakan
pemerintahan dan pembangunan menuju
masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera
Asas utama Desentralisasi-residualitas Rekognisi-subsidiaritas
Kedudukan Desa sebagai organisasi Sebagai pemerintahan masyarakat, hybrid
pemerintahan yang berada antara self governing community dan local
dalam sistem pemerintahan self government
kabupaten/kota (local state
government)
Delivery Target: pemerintah Mandat: negara memberi mandate
kewenangan dan menentukan target-target kewenangan, prakarsa dan pembangunan
program kuantitatif dalam
memnangun desa
Kewenangan Selain kewenangan asal Kewenangan asal-usul (rekognisi) dan
usul, menegaskan tentang kewenangan lokal berskala desa
sebagian urusan (subsidiaritas).
kabupaten/kota yang
diserahkan kepada desa
Politik tempat Lokasi: Desa sebagai lokasi Arena: Desa sebagai arena bagi orang desa
proyek dari atas untuk menyelenggarakan pemerintahan,
pembangunan, pemberdayaan dan
kemasyarakatan
Posisi dalam Obyek Subyek
pembangunan
Model Government driven Village driven development
pembangunan development atau
community driven
development
Karakter politik Desa parokhial, dan desa Desa inklusif
korporatis
Demokrasi Demokrasi tidak menjadi Demokrasi menjadi asas, nilai, sistem dan
asas dan nilai, melainkan tatakelola. Membentuk demokrasi inklusif,
menjadi instrumen. deliberatif dan partisipatif
Membentuk demokrasi
elitis dan mobilisasi
partisipasi

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 49


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

PB. Bahan Bacaan 1

2 Desa dan Visi UU Desa

BB 2.2.2

KERANGKA PIKIR UU DESA

A. Gambaran Umum

Perspektif dimaknai sebagai sikap dan keyakinan terhadap acuan dasar berpikir yang
kemudian membentuk cara pandang seseorang dalam memahami sebuah isu. Perspektif
itu kemudian menuntun dan mengarahkan tindakan. Dengan demikian, ketepatan tindakan,
khususnya dalam konteks pemandirian Desa, pemberdayaan masyarakat, ditentukan oleh
ketepatan perspektif berpikir para pelakunya.

Perspektif tentang (misalnya) kemiskinan yang dianut seseorang, jelas akan menunjukkan
sikap dan arah tindakan yang bersangkutan dalam upaya memberdayakan masyarakat.
Penganut perspektif Ekonomis akan melihat kemiskinan sebagai persoalan modal, teknologi
produksi, pasar….’ Seorang Pemberdaya kemudian menuntun masyarakat pada berbagai
kegiatan untuk mengakses - meningkatkan modal, keterampilan, bantuan mesin pengolah,
dst. Sedangkan penganut perspektif Hak, meyakini kemiskinan terjadi karena tidak
terpenuhinya hak masyarakat untuk hidup secara layak. Perspektif itu kemudian menuntun
pelaku memasuki wilayah ‘pemenuhuan kewajiban pemerintah’ hal itu mengantarkan pada
persoalan/isu tentang tugas Negara, dan hubungan antara Negara dengan warga
negaranya.

B. Perspektif UU No. 6 Tahun 2014

Bagaimana mengetahui atau memahami kerangka pikir yang mendasari konstruksi


Undang-Undang Desa? kerangka pikir itu tentu tidak dinyatakan secara naratif atau
langsung dapat terbaca dari pasal-demi pasal yang tertera dalam Undang-Undang Desa,
tetapi akan terbaca apabila si pembaca memiliki wawasan/informasi yang memadai
tentang “aliran pemikiran” atau teori berkenaan dengan isu-isu tertentu terkait berbagai
aspek penting tentang desa, baik dari segi sejarah, budaya, sosiologis, politik,
pemerintahan, maupun hukum.

Terdapat empat cara pandang terhadap keberadaan desa, sebagimana dipaparkan di


bawah ini:

Cara pandang 1: memandang desa hanya sebagai wilayah administratif, yang kemudian
melahirkan desa birokratis, dengan cirikhas: pemerintah desa lemah dan masyarakat juga
lemah. Cara pandang ini terjadi juga dalam praktik, terbukti banyak desa di Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi dan Papua, yang tidak memiliki pemerintahan desa yang kuat dan
masyarakat yang kuat. Desa semacam ini tidak menghadirkan kepala desa sebagai
pemimpin lokal yang kuat, kecuali hanya sebagai pesuruh atau “mandor” yang
meenjalankan tugas-tugas administratif dari atas. Desa tidak memberikan manfaat kepada
warga secara hakiki, kecuali hanya memberikan pelayanan administratif. Demikian juga
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 50
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

dengan kondisi masyarakat yang tidak memiliki inisiatif dan swadaya yang kuat, kecuali
hanya tergantung pada bantuan dari pemerintah.

Cara pandang 2: memandang desa sebagai kepanjangan tangan negara, atau disebut
sebagai desa korporatis. Desa semacam ini menampilkan pemerintah desa, khususnya
kepala desa, yang kuat dalam melayani warga dan mengontrol masyarakat, sebagaimana
diterapkan oleh Orde Baru dengan UU No. 5/1979. Masyarakat sipil tidak tumbuh di desa,
sehingga melahirkan kepala desa yang dominatif dan otokratis tanpa kontrol dari
masyarakat.

Bagan: Tipologi cara pandang terhadap desa

Cara pandang 3: memandang desa sebagai persekutuan masyarakat (self governing


community). Ada dua aliran dalam cara pandang ini. Pertama, aliran komunitarian klasik
yang memuja komunitas (masyarakat adat), sebuah komunitas yang sangat kuat memiliki
ikatan komunal dan kearifan lokal dalam mengelola sumberdaya lokal sebagai property
rights mereka. Termasuk memiliki demokrasi komunitarian, yakni demokrasi yang menolak
kebebasan individu dan lebih mengutamakan kebaikan bersama. Kedua, aliran libertarian,
yang memadang desa tidak perlu memiliki pemerintah desa yang kuat, juga tidak perlu
didukung dengan demokrasi perwakilan melalui Badan Perwakilan Desa (BPD). Masyarakat,
termasuk individu anggota masyarakat, menjadi titik central perhatian cara pandang ini.
Artinya setiap individu harus kuat, sadar akan hak-haknya, dan kemudian membangun
modal sosial (social capital) serta melakukan aksi kolektif dalam wadah masyarakat untuk
mencapai kehendak dan tujuan kolektif itu.

Cara pandang 4: memandang desa bukan sekadar kampung halaman, perkumpulan


komunitas, pemukiman penduduk atau wilayah administratif, tetapi sebagai entitas seperti
“Negara kecil”. Konsep “Negara Kecil” sengaja kami beri “tanda petik” karena kami posisikan
sebagai sebuah metafora yang bisa memudahkan pemahaman.

Metafora ini tentu serupa dengan Liefrinck van der Tuuk (1886-1887) yang membuat
metafora desa sebagai “republik kecil”, setelah dia melakukan penelitian di Buleleng Bali
Utara. Negara kecil bukanlah negara dalam negara, melainkan sebagai organisasi lokal yang
memiliki wilayah, kekuasaan, rakyat, sumberdaya (agraria, hutan, sungai, dan sebagainya),
livelihood, maupun budaya dan institusi (identitas, norma, nilai, aturan, lembaga, aktor, dll).

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 51


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Desa sebagai negara kecil memiliki pemerintahan yang kuat sekaligus masyarakat yang
kuat. Sebagai negara kecil, desa mempunyai beberapa makna penting:

1. Sebagai negara kecil desa berfungsi sebagai basis sosial, basis politik, basis
pemerintahan, basis ekonomi, basis budaya dan basis keamanan. Basis ini merupakan
fondasi. Jika fondasi negara kecil ini kuat maka bangunan besar atau negara besar yang
bernama NKRI akan menjadi lebih kokoh. Sebagai basis sosial, desa merupakan tempat
menyemai dan merawat modal sosial (kohesi sosial, jembatan sosial, solidaritas sosial
dan jaringan sosial) sehingga desa mampu bertenaga secara sosial. Sebagai basis
politik, desa menyediakan arena kontestasi politik bagi kepemimpinan lokal, sekaligus
arena representasi dan partisipasi warga dalam pemerintahan dan pembangunan desa.
Dengan kalimat lain, desa menjadi arena bagi demokratisasi lokal yang paling kecil dan
paling dekat dengan warga.Sebagai basis pemerintahan, desa memiliki organisasi dan
tatapemerintahan yang mengelola kebijakan, perencanaan, keuangan dan layanan
dasar yang bermanfaat untuk warga. Sebagai basis ekonomi, desa sebenarnya
mempunyai aset-aset ekonomi (hutan, kebun, sawah, tambang, sungai, pasar,
lumbung, perikanan darat, kerajinan, wisata, dan sebagainya), yang bermanfaat untuk
sumber-sumber penghidupan bagi warga. Sudah banyak contoh yang memberi bukti-
bukti tentang identitas ekonomi yang memberikan penghidupan bagi warga: desa
cengkeh, desa kopi, desa vanili, desa keramik, desa genting, desa wisata, desa ikan,
desa kakao, desa mau, desa garam, dan lain-lain.
2. Desa sebagai negara kecil bukan hanya sekadar obyek penerima bantuan pemerintah,
tetapi sebagai subyek yang mampu melakukan emansipasi lokal (atau otonomi dari
dalam dan otonomi dari bawah) untuk mengembangkan asset-aset lokal sebagai
sumber penghidupan bersama.
3. Desa memiliki property right atau mempunyai aset dan akses terhadap sumberdaya
lokal yang dimanfaatkan secara kolektif untuk kemakmuran bersama.
4. Desa mempunyai pemerintah desa yang kuat dan mampu menjadi penggerak potensi
lokal dan memberikan perlindungan secara langsung terhadap warga, termasuk kaum
marginal dan perempuan yang lemah.
5. Pemerintahan desa yang kuat bukan dimengerti dalam bentuk pemerintah dan kapala
desa yang otokratis (misalnya dengan masa jabatan yang terlalu lama), tetapi lebih
dalam bentuk pemerintahan desa yang mempunyai kewenangan dan anggaran
memadai, sekaligus mempunyai tatapemerintahan demokratis yang dikontrol (check
and balances) oleh institusi lokal seperti Badan Perwakilan Desa dan masyarakat
setempat.
6. Desa tidak hanya memiliki lembaga kemasyarakatan korporatis (bentukan negara),
tetapi juga memiliki organisasi masyarakat sipil.
7. Desa bermartabat secara budaya, yang memiliki identitas atau sistem social budaya
yang kuat, atau memiliki kearifan lokal yang kuat untuk mengelola masyarakat dan
sumberdaya lokal.

Pesan pokok Desa dalam UU No. 6 Tahun 2014, diletakkan dalam perspektif paduan antara
konsep self governing community dengan Negara kecil (Local Self Government), dengan
menekankan keberadaan Desa sebagai organisasi masyarakat yang berpemerintahan, yaitu
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Mengatur ditunjukkan dengan
hak dan kewenangan Desa membuat produk hukum (Peraturan Desa, Peraturan Bersama
Kepala Desa, dan Peraturan Kepala Desa). Mengurus ditunjukkan dengan hak dan
kewenangan Desa untuk menyelenggarakan segala urusan yang menjadi kewenangan lokal
desa, yang dijabarkan pelaksanaannya dalam empat bidang (penyelenggaraan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 52


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan pembinaan


kemasyarakatan).

Dengan demikian, Desa menjadi paduan antara entitas masyarakat dan pemerintah. Hal ini
berbeda dengan praksis sebelumnya, baik dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan
maupun pembangunan (misalnya melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perdesaan) yang cenderung melihat dan memilah masyarakat dengan pemerintah
sebagai dua entitas yang berbeda.

UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa juga merubah secara mendasar perspektif dan pola
hubungan antara Desa dengan Negara. Desa sebagai sebuah entitas diakui keberadaan dan
haknya, sebagaimana ditegaskan dalam azas Pengakuan/Rekognisi dan Subsidiaritas, dan
Desa memiliki hubungan langsung dengan Negara, sebagaimana diwujudkan melalui Dana
Desa.

Perspektif dan konstruksi yang demikian itu, diorientasikan untuk menguatkan kapasitas
Desa menuju Desa yang maju, mandiri, dan demokratis dengan bertumpu pada nilai-nilai
kegotongroyongan serta memulihkan kolektivisme/kebersamaan dan kepemilikan kolektif
atas asset strategis Desa.

C. Kebijakan Baru tentang Desa

Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang selanjutnya, menjadi
sebuah titik awal harapan desa untuk bisa menentukan posisi, peran dan kewenangan atas
dirinya. Harapan supaya desa bisa bertenaga secara sosial dan berdaulat secara politik
sebagai fondasi demokrasi desa, serta berdaya secara ekonomi dan bermartabat secara
budaya sebagai wajah kemandirian desa dan pembangunan desa. Harapan tersebut
semakin menggairah ketika muncul kombinasi antara azas rekognisi dan subsidiaritas
sebagai azas utama yang menjadi jiwa dari undang-undang ini.

Undang-Undang Desa yang didukung PP No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan PP No. 60 tentang, Dana Desa
yang Bersumber dari APBN, telah memberikan pondasi dasar terkait dengan
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, terdapat 6 (enam) kebijakan
pokok yang mengatur tentang desa, yaitu:

1) Penambahan kewenangan desa yakni urusan yang menjadi kewenangan


kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa.
2) Kepastian sumber keuangan desa, yakni: alokasi dana desa yang merupakan bagian
dari dana perimbangan yang diterima oleh kabupaten/kota paling sedikit 10% (sepuluh
perseratus) setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
3) Memperkuat makna demokrasi desa berdasarkan nilai musyawarah untuk mufakat
dalam penetapan kebijakan desa, yakni merubah nomenklatur “Badan Perwakilan
Desa” menjadi “Badan Permusyawaratan Desa”.
4) Memperkuat kedudukan Kepala Desa sebagai Kepala Pemerintahan Desa agar tercipta
kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan desa, yakni: (a) melarang Kepala Desa
menjadi pengurus partai politik, (b) memastikan kedudukan keuangan kepala desa, dan
(c) Kepala Desa bertanggungjawab kepada Bupati/Walikota.
5) Dalam rangka meningkatkan kinerja penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa,
Kepala Desa dibantu oleh Sekretariat Desa yang dipimpin Sekretaris Desa.
6) Pembentukan Desa merupakan tindakan mengadakan Desa baru di luar Desa yang
sudah ada dilakukan melalui Desa Persiapan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 53


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

D. Kewenangan Desa

Desa sebagai sebuah entitas pemerintahan otonom (otonomi asli) dijelaskan dalam pasal
18 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mempunyai kewenangan dibidang
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan
Kemasyarakatan desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal-usul, dan adat istiadat. Selanjutnya dalam pasal 19 Kewenangan Desa
meliputi: (a) kewenangan berdasarkan asal-usul; (b) kewenangan lokal berskala desa;
kewenangan yang ditugaskan oeh Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota; (d) kewenangan lainnya yang ditugaskanoleh pemerintah, pemerintah
daerah Provinsi atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Dalam Pasal 19 dan 103 Undang-Undang Desa disebutkan, Desa dan Desa Adat
mempunyai empat kewenangan, meliputi:

1) Kewenangan berdasarkan hak asal usul. Hal ini bebeda dengan perundang-undangan
sebelumnya yang menyebutkan bahwa urusan pemerintahan yang sudah ada
berdasarkan hak asal usul desa;
2) Kewenangan lokal berskala Desa dimana desa mempunyai kewenangan penuh untuk
mengatur dan mengurus desanya. Berbeda dengan perundang-undangan sebelumnya
yang menyebutkan, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota
yang diserahkan pengaturannya kepada desa;
3) Kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau
pemerintah daerah kabupaten/kota;
4) Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Kewenangan Desa berdasarkan hak asal-usul paling sedikit terdiri atas:

1) Sistem organisasi masyarakat desa;


2) Pembinaan kelembagaan masyarakat;
3) Pembinaan tanah kas Desa; dan
4) Pengembangan peran masyarakat desa.

Kewenangan lokal berskala desa paling sedikit terdiri atas:

1) Pengelolaan tambatan perahu;


2) Pengelolaan pasar desa;
3) Pengelolaan tempat pemandian umum;
4) Pengelolaan jaringan irigasi;
5) Pengelolaan lingkungan pemukiman masyarakat desa;
6) Pembinaan kesehatan masyarakat dan pengelolaan pos pelayanan terpadu;
7) Pengembangan dan pembiayaan sanggar seni dan belajar;
8) Pengelolaan perpustakaan desa dan taman bacaan;
9) Pengelolaan embung desa;
10) Pengelolaan air minum berskala desa; dan
11) Pembuatan jalan desa antar pemukiman ke wilayah pertanian.

Pelaksanaan kewenangan lokal berkonsekwensi terhadap masuknya program


pemerintah ke ranah desa. Pasal 20 Undang-Undang Desa menegaskan, bahwa
pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 54


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Desa (sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf [a] dan [b] Undang-Undang Desa)
diatur dan diurus oleh Desa. Pasal ini terkait dengan Pasal 81 ayat (4 dan 5):
“Pembangunan lokal berskala Desa dilaksanakan sendiri oleh Desa” dan “Pelaksanaan
program sektoral yang masuk ke Desa diinformasikan kepada Pemerintah Desa untuk
diintegrasikan dengan Pembangunan Desa”.

Selain kewenangan di atas, menteri dapat mentapkan jenis kewenagan desa lain sesuai
dengan situasi, kondisi dan kebutuhan lokal.

Penyerahan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota yang


diserahkan pengaturannya kepada Desa akan berimplikasi sebagai berikut:

(1) Kewenangan memutuskan ada pada tingkat desa, sehingga terjadi: 1) pergeseran
kewenangan dari pemerintahan kabupaten/kota kepada Pemerintahan Desa, 2)
peningkatan volume perumusan peraturan perundang-undangan di desa berupa
Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa, dan Keputusan Kepala Desa.
(2) Adanya pembiayaan yang diberikan Kabupaten/Kota kepada Desa dalam rangka
pelaksanaan urusan pemerintahan tersebut, sehingga terjadi: 1) pergeseran anggaran
dari pos perangkat daerah kepada pos pemerintahan desa, dan 2) adanya program
pembangunan yang bisa mengatasi kebutuhan masyarakat Desa dalam skala desa.
(3) Adanya prakarsa dan inisiatif pemerintahan desa dalam mengembangkan aspek
budaya, ekonomi, dan lingkungan hidup di wilayahnya sesuai ruang lingkup
kewenangan yang diserahkan.
(4) Adanya prakarsa dan kewenangan memutuskan oleh Pemerintah Desa sesuai
kebutuhan masyarakat Desa, sehingga keterlibatan seluruh pemangku kepentingan
(Badan Permusyawaratan Desa, Lembaga Kemasyarakatan, dan Masyarakat Desa)
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawsan pembangunan semakin lebih
maksimal.
(5) Bila semua kebutuhan lokal dapat teratasi oleh Pemerintah Desa diharapkan akan
semakin meningkat partisipasi masyarakat dalam mendukung keberhasilan program
pemerintah.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 55


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

PB. Bahan Bacaan 2

2 Desa dan Visi UU Desa

BB 2.2.3

1. Latar Belakang
Sejak kemerdekaan 1945, Republik Indonesia tidak pernah memiliki kebijakan dan
regulasi tentang desa yang kokoh, legitimate dan berkelanjutan. Perdebatan
akademik yang tidak selesai, tarik menarik politik yang keras, kepentingan ekonomi
politik yang menghambat, dan hasrat proyek merupakan rangkaian penyebabnya.
Prof. Selo Soemardjan, Bapak Sosiologi Indonesia dan sekaligus promotor otonomi
desa, berulangkali sejak 1956 menegaskan bahwa sikap politik pemerintah terhadap
desa tidak pernah jelas.
Perdebatan yang berlangsung di sepanjang hayat selalu berkutat pada dua hal.
Pertama, debat tentang hakekat, makna dan visi negara atas desa. Sederet masalah
konkret (kemiskinan, ketertinggalan, keterbelakangan, ketergantungan) yang
melekat pada desa, senantiasa menghadirkan pertanyaan: desa mau dibawa
kemana? Apa hakekat desa? Apa makna dan manfaat desa bagi negara dan
masyarakat? Apa manfaat desa yang hakiki jika desa hanya menjadi tempat
bermukim dan hanya unit administratif yang disuruh mengeluarkan berbagai surat
keterangan?
Kedua, debat politik-hukum tentang frasa kesatuan masyarakat hukum adat dalam
UUD 1945 Pasal 18 B ayat (2) serta kedudukan desa dalam tata negara Republik
Indonesia. Satu pihak mengatakan bahwa desa bukanlah kesatuan masyarakat
hukum adat, melainkan sebagai struktur pemerintahan yang paling bawah. Pihak
lain mengatakan berbeda, bahwa yang disebut kesatuan masyarakat hukum adat
adalah desa atau sebutan lain seperti nagari, gampong, marga, kampung, negeri dan
lain-lain yang telah ada jauh sebelum NKRI lahir. Debat yang lain mempertanyakan
status dan bentuk desa. Apakah desa merupakan pemerintahan atau organisasi
masyarakat? Apakah desa merupakan local self government atau self governing
community? Apakah desa merupakan sebuah organisasi pemerintahan yang
berada dalam sistem pemerintahan kabupaten/kota?
Dua Undang-undang yang lahir di era reformasi, yakni UU No. 22/1999 dan UU No.
32/2004, ternyata tidak mampu menjawab pertanyaan tentang hakekat, makna,
visi, dan kedudukan desa. Meskipun frasa “kesatuan masyarakat hukum” dan adat
melekat pada definisi desa, serta mengedepankan asas keragaman, tetapi cita rasa
“pemerintahan desa” yang diwariskan oleh UU No. 5/1979 masih sangat dominan.
Secara garis besar perubahan ditunjukkan dengan pembalikan paradigma dalam
memandang desa, pemerintahan dan pembangunan yang selama ini telah
mengakar di Indonesia. Pembalikan itu membuahkan perspektif “desa lama” yang
berubah menjadi “desa baru” sebagaimana tersaji dalam tabel berikut:

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 56


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Tabel: Desa Lama (Pra UU Desa) Vs Desa Baru (Paska UU Desa)


Unsur-Unsur Desa Pra UU Desa Desa Paska UU Desa
Dasar konstitusi UUD 1945 Pasal 18 ayat 7 UUD 1945 Pasal 18 B ayat 2 dan
Pasal 18 ayat 7
Payung hokum UU No. 32/2004 dan PP No. UU No.6/2014
72/2005
Visi-misi Tidak ada Negara melindungi dan
memberdayakan desa agar
menjadi kuat, maju, mandiri,
dan demokratis sehingga dapat
menciptakan landasan yang
kuat dalam melaksanakan
pemerintahan dan
pembangunan menuju
masyarakat yang adil, makmur,
dan sejahtera
Asas utama Desentralisasi-residualitas Rekognisi-subsidiaritas
Kedudukan Desa sebagai organisasi Sebagai pemerintahan
pemerintahan yang berada masyarakat, hybrid antara self
dalam sistem pemerintahan governing community dan local
kabupaten/kota (local state self government
government)
Delivery kewenangan dan Target: pemerintah Mandat: negara memberi
program menentukan target-target mandat kewenangan, prakarsa
kuantitatif dalam memnangun dan pembangunan
desa
Kewenangan Selain kewenangan asal usul, Kewenangan asal-usul
menegaskan tentang sebagian (rekognisi) dan kewenangan
urusan kabupaten/kota yang lokal berskala desa
diserahkan kepada desa (subsidiaritas).
Politik tempat Lokasi: Desa sebagai lokasi Arena: Desa sebagai arena bagi
proyek dari atas orang desa untuk
menyelenggarakan
pemerintahan, pembangunan,
pemberdayaan dan
kemasyarakatan
Posisi dalam pembangunan Obyek Subyek
Model pembangunan Government driven Village driven development
development atau community
driven development
Karakter politik Desa parokhial, dan desa Desa inklusif
korporatis
Demokrasi Demokrasi tidak menjadi asas Demokrasi menjadi asas, nilai,
dan nilai, melainkan menjadi sistem dan tatakelola.
instrumen. Membentuk Membentuk demokrasi inklusif,
demokrasi elitis dan deliberatif dan partisipatif
mobilisasi partisipasi

2. Karakteristik Desa Pra UU Desa


a. Negaranisasi, Korporatisasi dan Birokratisasi Desa
Negara menghadapi dilema dalam memperlakukan desa. Di satu sisi negara-
bangsa modern Indonesia berupaya melakukan modernisasi-integrasi-
korporatisasi terhadap entitas lokal ke dalam kontrol negara. Negara
menerapkan hukum positif untuk mengatur setiap individu dan wilayah,
sekaligus memaksa hukum adat lokal tunduk kepadanya. Di sisi lain konstitusi,
UUD 1945 Pasal 18B ayat 2, juga mengharuskan negara melakukan rekognisi
(pengakuan dan penghormatan) terhadap kesatuan masyarakat hukum adat
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 57
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

(desa, gampong, nagari, kampung, negeri dan lain-lain) beserta hak-hak


tradisionalnya. Sejak Orde Baru negara memilih cara modernisasi-integrasi-
korporatisasi ketimbang rekognisi (pengakuan dan penghormatan). UU No.
5/1979, UU No. 22/1999 maupun UU No. 32/2004 sama sekali tidak menguraikan
dan menegaskan asas pengakuan dan penghormatan terhadap desa atau yang
disebut nama lain, kecuali hanya mengakui daerah-daerah khusus dan istimewa.
Banyak pihak mengatakan bahwa desentralisasi hanya berhenti di
kabupaten/kota, dan kemudian desa merupakan residu kabupaten/kota.
Pasal 200 ayat (1) UU No. 32/2004 menegaskan: “Dalam pemerintahan daerah
kabupaten/kota dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari pemerintah desa
dan badan permusyawatan desa”. Ini berarti bahwa desa hanya direduksi
menjadi pemerintahan semata, dan desa berada dalam sistem pemerintahan
kabupaten/kota. Bupati/walikota mempunyai cek kosong untuk mengatur dan
mengurus desa secara luas. Pengaturan mengenai penyerahan sebagian urusan
kabupaten/kota ke desa, secara jelas menerapkan asas residualitas, selain tidak
dibenarkan oleh teori desentralisasi dan hukum tata negara. Melalui regulasi itu
pemerintah selama ini menciptakan desa sebagai pemerintahan semu (pseudo
government).
b. Desa Parokhial dan Desa Korporatis
Desa selama ini menjadi arena kontestasi pengaruh antara adat, pemerintah,
jaringan kekerabatan, agama dan organisasi masyarakat sipil. Berbagai pengaruh
ini membentuk karakter politik desa. Jika pengaruh adat paling kuat maka akan
membentuk. Pengaruh kekerabatan dan agama yang jauh lebih menonjol akan
membentuk desa parokhial. Pengaruh pemerintah yang sangat kuat membentuk
desa korporatis, dan pengaruh organisasi masyarakat sipil membentuk desa
inklusif atau desa sipil.
Secara hitoris semua desa, atau sebuatan lain, pada dasarnya merupakan
kesatuan masyarakat hukum adat, baik berbentuk genealogis, teritorial maupun
campuran keduanya. Desa asli (indigenous village) sebagai desa warisan masa
lampau ini masih tetap bertahan di sejumlah daerah (Papua, Maluku, sebagian
Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, Bali, sebagian Aceh, Nias, Mentawai,
Badui, Anak Dalam dan sebagainya). Pengaruh adat jauh lebih kuat ketimbang
pengaruh modernisasi, pemerintah, agama dan juga organisasi masyarakay sipil.
Desa-desa ini mempertahankan susunan asli dan pranata lokal untuk mengelola
pemerintahan dan sumberdaya lokal. Bahkan desa asli sering mempertahankan
institusi lokal mereka dari intervensi negara. Mereka mengabaikan (emoh)
negara. Para pemimpin adat mempunyai kekuasaan yang dominan, mulai dari
dominan dalam penguasaan sumber-sumber agraria hingga menentukan siapa
yang menjadi kepala desa, sehingga kepala desa harus tunduk kepada pemimpin
adat.
Desa adat tidak mengenal konsep warga (individu yang ditempatkan sebagai
pribadi secara utuh, yang mempunyai hak dan kewajiban secara setara), tetapi
lebih mengutamakan kebaikan bersama dengan basis komunitas (community).
Kearifan lokal desa adat mengutamakan keseimbangan (hubungan manusia
dengan manusia, manusia denganalam dan manusia dengan Tuhan), kecukupan
dan keberlanjutan. Pada umumnya desadesa adat mengelola SDA secara
komunal yang mampu menghasilkan kemakmuran bersama, sehingga bisa
disebut sebagai welfare community. Tetapi kalau dilihat dengan ukuran-ukuran
kekinian, desa adat tidak hadir sebagai institusi yang memberikan delivery public
goods (seperti kesehatan dan pendidikan).
Desa asli genealogis yang dibentuk oleh kombinasi antara adat dan struktur
kekerabatan secara homogen cenderung awet dan harmonis meskipun sangat
eksklusif (cenderung berorientasi ke dalam dan mengabaikan orang lain yang
berbeda). Masalah baru kemudian muncul kearifan lokal semakin memudar,
sementara pengaruh negara tidak berdampak signifikan. Pengaruh kearifan lokal
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 58
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

dan pengaruh negara lebih kecil ketimbang pengaruh kekerabatan dan


keagamaan. Pengaruh agama dan/atau pengaruh kekerabatan membuat desa-
desa asli berubah menjadi desa parokhial: ada yang parokhialisme kekerabatan
dan ada yang parokhialisme kegamaan. Karakter parokhial kekerabatan memang
merupakan warisan sejarah masa lalu, dimana ikatanikatan kekerabatan menjadi
social bonding bagi masyarakat, atau yang sering disebut dengan desa
genealogis. Pemilihan kepala desa secara langsung selalu menjadi arena
kontestasi politik antar kerabat (klan), dan kepala desa yang berkuasa selalu
membangun emporium kecil yang dilingkari oleh jaringan kekerabatan. Kepala
desa sangat dominan menentukan orang-orang yang duduk di BPD dan
lembaga-lembaga lain yang berasal dari kerabatnya. Mereka juga mempunyai
keyakinan bahwa“aliran sumberdaya mengikuti aliran darah”, karena itu kepala
desa mendistribusikan bantuan uang dari pemerintah hanya kepada lingkaran
kerabatnya. Hubungan antara kepala desa dan BPD tidak bersifat konfliktual, dan
tidak ada juga mekanisme check and balances, melainkan terjadi hubungan
kolutif dua institusi pemerintahan desa itu.
Jika pengaruh agama lebih kuat daripada pengaruh kekerabatan, desa akan
tumbuh menjadi desa parokial berbasis agama. Desa seperti ini merupakan desa
religius, yang lebih mengutamakan ketuhanan, keimanan, dan kegiatan-kegiatan
keagamaan ketimbang kegiatan publik. Banyak kelompok kegamaan yang hadir
dalam desa ini. Umat desa ini lebih banyak membicarakan Tuhan, agama dan
surga di akherat ketimbang membicarakan masalah-masalah kesehatan,
pendidikan, dan neraka di dunia. Ukuran keberhasilan pembangunan desa
parokhial berbasis agama adalah keberadaan rumah ibadah, banyaknya ritual
keagamaan dan rendahnya kemaksiatan.
Desa parokhial yang bercorak kekerabatan mengusung semangat “aliran
sumberdaya mengikuti aliran darah”, sehingga setiap alokasi sumberdaya selalu
menjadi arena pertarungan antarkeluarga. Struktur politik desa didominasi oleh
kartel elite berbasis kekerabatan. Akibatnya warga yang tidak masuk dalam
jaringan politik kekerabatan itu akan selalu marginal, tidak memperolah akses
ekonomi politik dengan baik. Sedangkan desa parokhial
keagamaanmenghasilkan desa religius. Desa semacam ini selalu membicarakan
dan mengutamakan Tuhan, akherat dan sederet kegiatan keagamaan ketimbang
memperhatikan isu-isu publik seperti kesehatan, pendidikan, infrastruktur dan
kemiskinan. Jika desa korporatis memperlihatkan cerita sukses pembangunan
dengan infrastruktur fisik, sementara para pemimpin dan umat di desa parokhial
religius menjadikan tempat ibadah yang besar dan bagus sebagai ukuran
keberhasilan yang paling utama, meskipun bersandingan dengan infrastruktur
dan pelayanan publik yang buruk.
3. Paradoks dan Involusi Pembangunan Desa
Di aras desa, pembangunan menjadi sebuah fungsi dan menu yang disantap
setiap hari oleh para pemuka desa. Pembangunan, menurut pemahaman awam,
adalah upaya untuk menciptakan atau memperbaiki kondisi fisik dan nonfisik
atau material dan spiritual. Jika mengikuti kebebijakan pemerintah di masa lalu,
pembangunan desa mempunyai dimensi yang sangat luas: membangun sarana
dan prasarana fisik, ekonomi dan sosial; meningkatkan pendapatan masyarakat,
menanggulangi kemiskinan, dan masih banyak lagi. Tetapi tradisi yang terjadi,
pembangunan di desa adalah pembangunan sarana fisik (yang terlihat hasilnya
seperti jalan, irigasi, pasar, tempat ibadah, kantor desa, dan lain-lain), yang
diyakini bisa mempermudah transportasi dan arus transaksi ekonomi.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 59


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Paradigma Lama Pembangunan Desa


Fokus pada pertumbuhan ekonomi
Negara membangun desa
Otoritarianisme ditolerir sebagai harga yang harus dibayar karena pertumbuhan
Negara memberi subsidi pada pengusaha kecil
Negara menyedian layanan sosial
Transfer teknologi dari negara maju
Transfer aset-aset berharga pada negara maju
Pembangunan nyata: diukur dari nilai ekonomis oleh pemerintah
Sektoral dan parsial
Organisasi hirarkhis untuk melaksanakan proyek
Peran negara: produser, penyelenggara, pengatur dan konsumen terbesar

Berbagai program pembangunan desa, baik sektoral maupun spasial, mengalir


ke desa dengan dipimpin oleh negara (state led development) atau government
driven development. Pada awal tahun 1970-an, negara menerapkan
pembangunan desa terpadu (integrated rural development-IRD) untuk
menjawab ketertinggalan, kebodohan maupun kemiskinan desa, sekaligus
menciptakan wilayah dan penduduk desa yang modern dan maju. Sebagaimana
dirumuskan oleh Bank Dunia, IRD mengambil strategi pertumbuhan dan
berbasis-wilayah, terutama wilayah desa. Program IRD secara tipikal
menekankan peningkatan produktivitas pertanian sebagai basis pendapatan
orang desa, sekaligus mengedepankan kontribusi yang terpadu (sinergis)
pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, pelatihan dan perbaikan infrastruktur
pedesaan. Program IRD ditempuh melalui pendekatan perencanaan terpusat
(central planning) dengan tujuan agar keterpaduan berbagai sektor dapat
tercapai. Dengan diilhami oleh IRD itu, pemerintah Orde Baru membuat cetak
biru (master plan) pembangunan nasional secara terpusat, teknokratis dan
holistik, yang dikemas dalam GBHN maupun Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Repelita). Master plan itu selalu mengedepankan dua sisi pembangunan, yakni
sisi sektoral yang mencakup semua sektor kehidupan masyarakat dan sisi
spatial/ruang yang mencakup pembangunan nasional, daerah dan desa. Dalam
konteks ini pembangunan desa ditempatkan sebagai bagian integral dari
pembangunan nasional, ia bukan sebagai bentuk local development apalagi
sebagai indigenous development yang memperhatikan berbagai kearifan lokal.
Semua departemen, kecuali Departemen Luar Negeri, mempunyai program
pembangunan yang masuk ke desa.
4. Kewenangan Desa
Berbeda dengan kewenangan pemerintah, ada beberapa prinsip penting yang
terkandung dalam kewenangan desa: (1) Baik kewenangan asal usul maupun
kewenangan lokal bukanlah kewenangan yang diserahkan oleh pemerintah,
bukan juga merupakan sisa (residu) yang dilimpahkan oleh pemerintah
kabupaten/kota sebagaimana pernah diatur dalam UU No. 32/2004 dan PP No.
72/2005. Sesuai dengan asas rekognisi dan subsidiaritas, kedua jenis
kewenangan itu diakui dan ditetapkan langsung oleh undang-undang dan
dijabarkan oleh peraturan pemerintah. Peraturan pemerintah dalam ini bukanlah
perintah yang absolut melainkan sebagai pandu arah yang di dalamnya akan
membuat daftar positif (positive list), dan kemudian menentukan pilihan atas
positive list itu dan ditetapkan dengan peraturan desa sebagai kewenangan desa.
(2) Sebagai konsekuensi desa sebagai masyarakat yang berpemerintahan (self
governing community), kewenangan desa yang berbentuk mengatur hanya
terbatas pada pengaturan kepentingan lokal dan masyarakat setempat dalam
batas-batas wilayah administrasi desa. Mengatur dalam hal ini bukan dalam
bentuk mengeluarkan izin baik kepada warga maupun kepada pihak luar seperti
investor, melainkan dalam bentuk keputusan alokatif kepada masyarakat, seperti
alokasi anggaran dalam APB Desa, alokasi air kepada warga, dan lain-lain.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 60
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Desatidak bisa memberikan izin mendirikan bangunan, izin pertambangan, izin


eksploitasi air untuk kepentingan bisnis dan sebagainya. (3) Kewenangan desa
lebih banyak mengurus, terutama yang berorientasi kepada pelayanan warga
dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai contoh desa melayani dan juga
membiayai kegiatan kelompok tani, melatih kader perempuan, membiayai
Posyandu, mengembangkan hutan rakyat bersama masyarakat, membikin bagan
ikan untuk kepentingan nelayan, dan sebagainya. (4) Selain mengatur dan
mengurus, desa dapat mengakses urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan kabupaten/kota untuk dimanfaatkan memenuhi kepentingan
masyarakat. Selain contoh di atas tentang beberapa desa menangkap air sungai
Desa dapat mengakses dan memanfaatkan lahan negara berskala kecil (yang
tidak termanfaatkan atau tidak bertuan) untuk memenuhi kepentingan
masyarakat setempat. Lahan sisa proyek pembangunan, tanggul dan bantaran
sungai, maupun tepian jalan kabupaten/kota merupakan contoh konkret. Desa
dapat memanfaatkan dan menanam pohon di atas lahan itu dengan cara
mengusulkan dan memperoleh izin dari bupati/walikota.
Prinsip-prinsip itu dapat digunakan untuk memahami jenis-jenis kewenangan
desa yang tertulis secara eksplisit dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan. Ada perubahan pengaturan tentang kewenangan desa antara UU No.
32/2004 dengan UU No. 6/2014. Pertama, UU No. 32/2004 menegaskan urusan
pemerintahan yang sudah ada berdasarkan asal-usul desa, sedangkan UU No.
6/2014 menyatakan kewenangan beradasarkan hak asal-usul. Pada dasarnya
kedua pengaturan ini mengandung isi yang sama, hanya saja UU No. 32/2004
secara tersurat membatasi pada urusan pemerintahan. Kedua, UU No. 32/2004
menyatakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota
yang diserahkan pengaturannya kepada desa, sedangkan UU No. 6/2014
menegaskan kewenangan lokal berskala desa. Jenis kewenangan kedua inilah
yang membedakan secara jelas dan tegas antara kedua UU tersebut.
Tabel
Kewenangan desa menurut UU No. 32/2004 dan UU No. 6/2014
UU No. 32/2004 UU No. 6/2014
Urusan pemerintahan yang sudah ada Kewenangan berdasarkan hak asal usul
berdasarkan hak asal-usul desa
Urusan pemerintahan yang menjadi Kewenangan local berskala Desa
kewenangan kabupaten/kota yang
diserahkan pengaturannya kepada desa
Tugas pembantuan dari Pemerintah, Kewenangan yang ditugaskan oleh
pemerintah provinsi, dan/atau Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
pemerintah kabupaten/kota Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

Urusan pemerintahan lainnya yang oleh Kewenangan lain yang ditugaskan oleh
peraturan perundangperundangan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
diserahkan kepada desa Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan

Kewenangan desa sebenarnya tidak hanya mencakup empat butir besar


tersebut. Ada satu jenis kewenangan lagi yang dimiliki oleh desa, yaitu
kewenangan melekat atau sering disebut sebagai kewenangan atributif yang
tidak tersurat dalam UU No. 6/2014. Sebagai organisasi pemerintahan, desa
memiliki sejumlah kewenangan melekat (atributif) tanpa harus disebutkan
secara tersurat (eksplisit) dalam daftar kewenangan desa. Ada sejumlah

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 61


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

kewenangan melekat milik desa yang sudah dimandatkan oleh UU No. 6/2014,
yakni: (1) Memilih kepala desa dan menyelenggarakan pemilihan kepala desa. (2)
Membentuk dan menetapkan susunan dan personil perangkat desa. (3)
Menyelenggarakan musyawarah desa. (4) Menyusun dan menetapkan
perencanaan desa.Menyusun, menetapkan dan melaksanakan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa. (5) Menyusun, menetapkan dan melaksanakan
peraturan desa. (6) Membentuk dan membina lembaga-lembaga
kemasyarakatan maupun lembaga adat. (7) Membentuk dan menjalankan Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes)
5. Kewenangan lokal berskala desa.
Kewenangan lokal terkait dengan kepentingan masyarakat setempat yang sudah
dijalankan oleh desa atau mampu dijalankan oleh desa, karena muncul dari
prakarsa masyarakat. Dengan kalimat lain, kewenangan lokal adalah
kewenangan yang lahir karena prakarsa dari desa sesuai dengan kemampuan,
kebutuhan dan kondisi lokal desa. Kewenangan yang terkait dengan kepentingan
masyarakat ini mempunyai cakupan yang relatif kecil dalam lingkup desa, yang
berkaitan sangat dekat dengan kebutuhan hidup sehari-hari warga desa, dan
tidak mempunyai dampak keluar (eksternalitas) dan kebijakan makro yang luas.
Jenis kewenangan lokal berskala desa ini merupakan turunan dari konsep
subsidiaritas, yang berarti bahwa baik masalah maupun urusan berskala lokal
yang sangat dekat dengan masyarakat sebaik mungkin diputuskan dan
diselesaikan oleh organisasi lokal (dalam hal ini adalah desa), tanpa harus
ditangani oleh organisasi yang lebih tinggi. Menutut konsep subsidiaritas, urusan
yang terkait dengan kepentingan masyarakat setempat atas prakarsa desa dan
masyarakat setempat, disebut sebagai kewenangan lokal berskala desa.
Tabel Daftar positif kewenangan lokal berskala desa
No Mandat Pembangunan Daftar Kewenangan Lokal
1 Pelayanan dasar Posyandu, penyediaan air bersih, sanggar belajar dan
seni, perpustakaan desa, poliklinik desa.
2 Sarana dan prasarana Jalan desa, jalan usaha tani, embung desa, rumah ibadah,
sanitasi dan drainase, irigasi tersier, dan lainlain.
3 Ekonomi local Pasar desa, usaha kecil berbasis desa, karamba ikan,
lumbung pangan, tambatan perahu, wisata desa, kios,
rumah potong hewan dan tempat pelelangan ikan desa,
dan lain-lain.
4 SDA dan lingkungan Hutan dan kebun rakyat, hutan bakau, dll.

Daftar positif kewenangan desa juga bisa dijabarkan secara sektoral.


Kewenangan lokal desa secara sektoral ini meliputi dimensi kelembagaan,
infastruktur, komoditas, modal dan pengembangan. Pada sektor pertanian
misalnya, desa mempunyai kewenangan mengembangkan dan membina
kelompok tani, pelatihan bagi petani, menyediakan infrastruktur pertanian
berskala desa, penyediaan anggaran untuk modal, pengembangan benih,
konsolidasi lahan, pemilihan bibit unggul, sistem tanam, pengembangan
teknologi tepat guna, maupun diversifikasi usaha tani.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 62


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pokok Bahasan 3
TATA KELOLA DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 63


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 64


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
Kelembagaan dalam Tata
3.1 Kelola Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pemangku kepentingan dalam tata kelola Desa;
2. Menjelaskan pelaku-pelaku dalam pemerintahan Desa;
3. Menjelaskan kelompok pelaku strategis dalam masyarakat;
4. Menjelaskan hubungan antar pelaku kunci.

Waktu
45 Menit

Metode
Curah Pendapat, Diskusi Kelompok dan Paparan

Media
Lembar Kerja dan Media Tayang

Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Pembukaan
1. Bukalah pertemuan dengan menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam
sesi belajar bersama ini.

Kegiatan 2: Mengidentifikasi pemangku kepentingan(Diskusikelompok


2. Bagilah peserta menjadi 4 kelompok;
3. Minta setiap kelompok berdiskusi. Gunakan Lembar Kerja 3.1.1 (15 menit);
4. Minta salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya (10 menit);
5. Minta kelompok yang lain mengkritisi dan melengkapi (15 menit);
6. Berikan penegasan. Gunakan Media Fasilitasi 3.1.1 (5 menit).

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 65


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Lembar Kerja 3.1.1

Diskusikan beberapa pertanyaan berikut:

1. Siapa saja pemangku kepentingan dalam tata kelola Desa?


2. Apa saja peran pemangku kepentingan dalam tata kelola Desa sebagaimana UU
Desa?
3. Siapa saja kelompok-kelompok strategis di Desa?
4. Bagaimana pola hubungan antara lembaga/pemangku kepentingan/kelompok di
Desa? (Relasi Pemerintah Desa-Badan Permusyawaratan Desa)

Media Fasilitasi 3.1.1

Pelaku
Pemerintah Peran Hubungan
Masyarakat BPD
Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 66


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
Musyawarah Desa sebagai
3.2 Basis Tata Kelola dan
Penggerak Demokratisasi Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan hakikat Musyawarah Desa;
2. Menjelaskan penyelenggaraan Musyawarah Desa;
3. Menjelaskan cakupan materi yang harus dibahas dalam Musyawarah
Desa;
4. Menjelaskan tentang peserta Musyawarah Desa;
5. Menjelaskan kedaulatan peserta Musyawarah Desa;
6. Menjelaskan pengambilan keputusan dalam Musyawarah Desa.
7. Menjelaskan Tahapan Penyusunan RKPDes

Waktu
135 Menit

Metode
Curah Pendapat, Diskusi Kelompok, Simulasi dan Paparan

Media
Bahan Bacaan dan Lembar Tayang

Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop dan Infocus

Proses Penyajian
Kegiatan 3: Pembukaan
1. Bukalah pertemuan dengan menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam
sesi belajar bersama ini.

Kegiatan 4: Musyawarah Desa (Penugasan perorangan)


2. Minta setiap peserta mengisi lembar kerja(Lembar Kerja 3.2.1);
3. Minta beberapa peserta menyampaikan pengalaman mengikuti
Musyawarah Desa;
4. Berikan penegasan(gunakan Media Fasilitasi 3.2.1).

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 67


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kegiatan 5 : Simulasi Musyawarah Desa (Penugasan Kelompok)


5. Memberikan pengantar tentang Musyawarah Desa sesuai regulasi yaitu
Permendes No 16 Tahun 2019 adn Surat BKSDM No 296 Tahun 2021
tentang Panduan Fasilitasi Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa
(RKPDes) (30 menit)
6. Praktek / simulasi Musyawarah di Desa, lakukan pembagian kelompok
menjadi 4 kelompok, masing masing kelompok dalam waktu bersamaan
melakukan Musdes yang berbeda (30 menit)

a. Musyawarah Desa (Musdes) Perencanaan Pembangunan


Tahunan
b. Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Desa
c. Musyawarah Desa (Musdes) pembahasan dan penetapan RKP
Desa
d. Musyawarah Penetapan Peraturan Desa tentang RKP Desa
7. Berilah kesempatan masing masing kelompok untuk memaparkan hasil
diskusinya (30 menit)
8. Buka sesi ini dengan tanya jawab (15 menit)
9. Fasilitaor memberikan Penegasan (10 menit)

Lembar Kerja 3.2.1

No. Pertanyaan Uraian


1. Apa hakikat Musyawarah Desa?
2. Siapa saja peserta Musyawarah
Desa?
3. Bagaimana proses penyelenggaraan
Musyawarah Desa?
4. Apa saja materi yang dibahas dalam
Musyawarah Desa?
5. Sejauh ini apakah peserta
Musyawarah Desa berdaulat dalam
mengemukan pendapatnya?
6. Bagaimana mekanisme pengambilan
keputusan dalam Musyawarah
Desa?

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 68


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
Prinsip-Prinsip Tata Kelola
3.3 Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan prinsip-prinsip tata kelola Desa (partisipatif, transparansi,
dan akuntabilitas);
2. Menjelaskan pengertian prinsip-prinsip partisipatif, transparansi dan
akuntabilitas;
3. Menjelaskan cara mewujudkan prinsip-prinsip partisipatif, transparansi
dan akuntabilitas.

Waktu
45 Menit

Metode
Curah Pendapat, Diskusi Kelompok, Penugasan Perorangan dan Presentasi

Media
Bahan Bacaan dan Lembar Tayang

Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop dan Infocus

Proses Penyajian
Kegiatan 6: Pembukaan
1. Bukalah pertemuan dengan menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam
sesi belajar bersama ini.

Kegiatan 7: Identifikasi Prinsip(Curah Pendapat)


2. Bagikan metaplan kepada setiap peserta;
3. Minta setiap peserta menuliskan prinsip-prinsip tata kelola Desa;
4. Sepakati prinsip-prinsip tata kelola Desa.

Kegiatan 8: Memahami Prinsip-prinsip (Kerja Kelompok)

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 69


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

5. Bagi peserta menjadi 4 kelompok;


6. Minta setiap kelompok mengerjakan Lembar Kerja 3.3.1;
7. Minta salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan minta
kelompok yang lain mengkritisi serta melengkapi;
8. Berikan penegasan. Gunakan Media Fasilitasi 3.3.1.

Kegiatan 9: Menutup Sesi

Lembar Kerja 3.3.1


Prinsip-Prinsip Tata Kelola Desa
(Lembar Kerja Kelompok)

No. Pertanyaan Uraian


1. Apa yang dimaksud dengan partisipatif?
2. Apa yang dimaksud dengan transparansi?
3. Apa yang dimaksud dengan akuntabilitas?
4. Bagaimana mewujudkan prinsip-prinsip
partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas
di Desa?
5. Kendala apa saja yang dihadapi dalam
mewujudkan prinsip-prinsip partisipatif,
transparansi dan akuntabilitas di Desa?

Media Fasilitasi 3.3.1

Prinsip-Prinsip Tata Kelola Desa

Asas Perwujudannya Mengapa Penting?


Transparan ● Memudahkan akses publik ● Memenuhi hak masyarakat
terhadap informasi ● Menghindari konflik
● Penyebartahuan informasi
terkait Pengelolaan Keuangan
Desa

Akuntabel ● Laporan Pertanggungjawaban ● Mendapatkan legitimasi


● Informasi kepada public masyarakat
● Mendpatkan kepercayaan
publik

Partisipatif ● Keterlibatan efektif ● Memenuhi hak masyarakat


masyarakat ● Menumbuhkan rasa memiliki
● Membuka ruang bagi peran ● Meningatkan keswadayaan
serta masyarakat

Tertib dan ● Taat hokum ● Menghindari penyimpangan


Disiplin ● Tepat waktu, tepat jumlah ● Meningkatkan prefesionalitas
Anggaran
● Sesuai prosedur

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 70


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

PB. Bahan Bacaan 1

3 Tata Kelola Desa

MUSYAWARAH DESA

PENGERTIAN MUSYAWARAH DESA

Istilah musyawarah berasal dari kata syawara yaitu berasal dari Bahasa Arab yang berarti
berunding, urun rembuk atau mengatakan dan mengajukan sesuatu. Istilah lain dalam tata
Negara Indonesia dan kehidupan modern tentang musyawarah dikenal dengan sebutan
“syuro”, “rembug desa”, “kerapatan nagari” bahkan “demokrasi”. Kata Musyawarah
menurut bahasa berarti "berunding" dan "berembuk". Pengertian musyarawarah menurut
istilah adalah perundingan bersama antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan
keputusan yang terbaik. Musyawarah adalah pengambilan keputusan bersama yang telah
disepakati dalam memecahkan suatu masalah. Cara pengambilan keputusan bersama
dibuat apabila keputusan tersebut menyangkut kepentingan orang banyak atau masyarakat
luas.

Di bawah ini dirangkum beberapa pengertian musyawarah dari berbagai pandangan ahli
dan literatur, diantaranya:

1. Musyawarah adalah suatu upaya bersama dengansikap rendah hati untuk


memecahkan persoalan (mencari jalan keluar) guna mengambil keputusan bersama
dalam penyelesaian atau pemecahan masalah yang menyangkut urusan
keduniawian.
2. Musyawarah merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang
untuk membahas suatu masalah dengan tujuan agar mendapatkan solusi.
Musyawarah merupakan sebuah sistem pengambilan keputusan yang melibatkan
dua orang atau lebih dengan menyajikan kepentingankepentingan sehingga dapat
tercipta suatu keputusan yang disepakati bersama.
3. Musyawarah merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk memecahkan suatu
masalah atau persoalan atau dengan kata lain sebuah upaya untuk mencari jalan
keluar guna mengambil keputusan bersama dalam menyelesaikan suatu masalah
yang melibatkan dua orang atau lebih.
4. Musyawarah adalah pembahasan untuk menyatukan pendapat dalam penyelesaian
suatu masalah yang menyangkut kepentingan bersama.
5. Musyawarah merupakan membicarakan dan menyelesaikan bersama suatu
persoalan dan maksud untuk mencapai kata mufakat atau kesepakatan.

Musyawarah Desa merupakan forum tertinggi di Desa yang berfungsi untuk mengambil
keputusan atas hal-hal yang bersifat strategis. Menempatkan Musyawarah Desa sebagai
bagian dari kerangka kerja demokratisasi dimaksudkan untuk mengedepankan
Musyawarah Desa yang menjadi mekanisme utama pengambilan keputusan Desa. Dengan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 71
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

demikian, perhatian khusus terhadap Musyawarah Desa merupakan bagian integral


terhadap kerangka kerja demokratisasi Desa. Dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014
tentang Desa mendefinisikan musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain
adalah musyawarah antara BPD, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat
strategis.

DASAR PEMIKIRAN MUSYAWARAH DESA

Musyawarah desa merupakan institusi dan proses demokrasi deliberatif yang berbasis
desa. Secara historis musyawarah desa merupakan tradisi masyarakat lokal Indonesia.
Salah satu model musyawarah desa yang telah lama hidup dan dikenal di tengahtengah
masyarakat desa adalah Rapat Desa (rembug Desa) yang ada di Jawa. Dalam tradisi rapat
desa selalu diusahakan untuk tetap memperhatikan setiap aspirasi dan kepentingan warga
sehingga usulan masyarakat dapat terakomodasi dan memperkecil munculnya konflik di
masyarakat.

Beberapa pembelajaran dari pelaksanaan musyawarah dibeberapa tempat seperti


Kerapatan Adat Nagari di Sumatera Barat, Saniri di Maluku, Gawe rapah di Lombok,
Kombongan di Toraja, Paruman di Bali. Menunjukkan tradisi musyawarah masa lalu
cenderung elitis, bias gender dan tidak melibatkan kaum miskin dan kelompk rentan
lainnya. Dasar pemikiran perlunya sebuah musyawarah desa, diantaranya:

(1) Mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, bahwa bangsa


Indonesia mengedepankan hikmah dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan;
(2) Pengambilan keputusan berdasarkan kebutuhan dan kepentingan bersama;
(3) Cara mengemukakan pendapat harus berdasarkan akal sehat dan hati nurani, serta
selalu mengutamakan persatuan dan kekeluargaan;
(4) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan keadilan;
(5) Keputusan yang telah diambil harus dilaksanakan secara jujur dan bertanggung jawab
oleh semua pemangku kepentingan.
TUJUAN MUSWARAH DESA

Musyawarah desa dilaksanakan untuk membuka kebekuan atau kesulitan dalam


pengambilan keputusan dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melihat
sebuah persoalan pembangunan dari berbagai sudut pandang. Melalui musyawarah desa,
keputusan yang dihasilkan sesuai dengan standar dan persepsi seluruh peserta. Keputusan
yang diperoleh dengan musyawarah akan lebih berbobot karena di dalamnya terdapat
pendapat, pemikiran dan ilmu dari para peserta. Musyawarah desa dilakukan untuk
memperoleh kesepakatan bersama sehingga keputusan yang akhirnya diambil bisa
diterima dan dijalankan oleh semua peserta dengan penuh rasa tanggung jawab. Dengan
demikian, pemaksanaan desa sebagai self governing community (SGC) direpresentasikan
oleh Musyawarah Desa.

PRINSIP-PRINSIP MUSWARAH DESA

Partisipatif. Partisipasi berarti keikutsertaan masyarakat Desa dalam setiap kegiatan dan
pengambilan keputusan strategis Desa. Partisipasi dilaksanakan tanpa memandang
perbedaan gender (laki-laki/perempuan), tingkat ekonomi (miskin/kaya), status sosial
(tokoh/orang biasa), dan seterusnya. Dalam Musyawarah Desa, pelaksanaan partisipasi
tersebut dijamin sampai dalam tingkat yang sangat teknis. Hal ini di atur dalam Permendesa
PDTT No. 16 tahun 2019, tentang Musyawarah Desa..

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 72


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Demokratis. Setiap warga masyarakat berhak untuk terlibat dalam proses pengambilan
keputusan Musyawarah Desa. Masyarakat diberikan kesempatan sesuai hak dan
kewajibannya untuk menyatakan pandangan, gagasan, pendapat dan sarannya terkait
pembahasan hal-hal yang bersifat startegis di desa. Musyawarah desa merupakan
representasi keterwakilan masyarakat dalam penentuan kebijakan pembangunan di desa.
Musyawarah mendorong kerjasama, kolektivitas, kelembagaan dan hubungan sosial yang
lebih harmonis.

Transparan. Proses Musyawarah Desa berlangsung sebagai kegiatan yang berlangsung


demi kepentingan masyarakat Desa. Sebab itu masyarakat Desa harus mengetahui apa
yang tengah berlangsung dalam proses pengambilan keputusan di desa. Prinsip transparan
berarti tidak ada yang disembunyikan dari masyarakat Desa, kemudahan dalam mengakses
informasi, memberikan informasi secara benar dan baik dalam hal materi
permusyawaratan.

Akuntabel. Dalam setiap tahapan kegiatan Musyawarah Desa yang dilaksanakan harus
dikelola secara benar dan dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat atau
pemangku kepentingan baik secara moral, teknis, administratif dan sesuai dengan
peraturan dan ketentuan yang berlaku atau yang disepakati bersama oleh masyarakat,
pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa.

HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT

Hak masyarakat dalam penyelenggaraan Musyawarah Desa diantaranya mendapatkan


informasi secara lengkap dan benar tentang hal-hal bersifat strategis, pengawasan dan
perlakuan yang sama dalam menyampaikan aspirasi. Kewajiban masyarakat mendorong
swadaya gotong-royong dalam penyusunan kebijakan publik melalui Musyawarah Desa.
Mendorong terciptanya situasi yang aman, nyaman, dan tenteram selama proses
berlangsungnya Musyawarah Desa. Melaksanakan komitmen hasil dari musyawarah.
Secara ringkas dapat digambarkan pada bagan berikut:

a. Karakteristik Musyawarah Desa

Musyawarah Desa mempunyai empat karakteristik, yaitu: Pertama, Musyawarah Desa


sebagai wadah demokrasi asosiatif. Artinya seluruh elemen desa merupakan asosiasi
yang berdasar pada asas kebersamaan, kekeluargaan dan gotongroyong. Mereka
membangun aksi kolektif untuk kepentingan desa. Kekuatan asosiatif ini juga bisa hadir
sebagai masyarakat sipil yang berhadapan dengan negara dan modal. Kedua,
Musyawarah Desa sebagai wadah demokrasi inklusif atau demokrasi untuk semua.
Berbagai elemen desa tanpa membedakan agama, suku, aliran, golongan, kelompok
maupun kelas duduk bersama dalam pembahasan hal-hal startegis di desa.

Ketiga, Musyawarah Desa sebagai wadah demokrasi deliberatif. Artinya Musyawarah


Desa menjadi tempat untuk tukar informasi, komunikasi, diskusi atau musyawarah
untuk mufakat mencari kebaikan bersama. Keempat, Musyawarah Desa mempunyai
fungsi demokrasi protektif. Artinya Musyawarah Desa dapat menyeimbangkan
kedudukan desa dari intervensi negara, modal atau pihak lain yang merugikan desa
dan masyarakat.

b. Manfaat Musyawarah Desa

Berikut diuraikan beberapa manfaat musyawarah desa, diantaranya:

1. Melatih untuk menyuarakan pendapat (ide)

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 73


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Setiap orang pasti memiliki ide atau gagasan yang dapat diungkapkan dalam
memecahkan suatu permasalahan yang sedang dibahas. Dengan mengikuti
musyawarah, seseorang diberikan ruang untuk melatih mengutarakan pendapat yang
nantinya akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mencari jalan keluar.

2. Masalah dapat segera terpecahkan

Musyawarah merupakan cara yang umum digunakan untuk memecahkan masalah


yang dihadapi. Melalui musyawarah diperoleh beberapa alternatif dalam menyelesai-
kan suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan bersama. Pendapat yang
berbeda dari orang lain mungkin akan lebih baik dari pendapat kita sendiri. Oleh karena
itu. sangat penting untuk mengadakan dengar pendapat dengan orang lain.

3. Keputusan yang diambil memiliki nilai keadilan

Musyawarah Desa merupakan proses dengar pendapat yang nantinya keputusan yang
diambil adalah merupakan kesepakatan bersama antar sesama peserta. Kesepakatan
yang diambil tentunya tidak mengandung unsur paksaan di dalamnya. Sehingga semua
peserta dapat melaksanakan hasil keputusan tersebut dengan penuh tanggung jawab
dan tanpa ada unsur pemaksaan.

4. Hasil keputusan yang diambil dapat menguntungkan semua pihak

Keputusan yang diambil dalam suatu Musyawarah Desa tidak boleh merugikan salah
satu pihak atau peserta dalam musyawarah. Agar nantinya hasil yang diputuskan
tersebut dapat diterima dan dilaksanakan oleh seluruh peserta dengan penuh
keikhlasan.

5. Dapat menyatukan pendapat yang berbeda

Dalam sebuah Musyawarah Desa tentu akan ditemui beberapa pendapat yang
berbeda dalam menyelesaikan suatu masalah yang menyangkut kepentingan bersama.
Disitulah letak keindahan dari musyawarah. Nantinya pendapat-pendapat tersebut
akan di kumpulkan dan ditelaah secara bersama-sama baik dan buruknya, sehingga
diakhir Musyawarah Desa akan terpilih satu dari sekian pendapat yang berbeda
tersebut, sebagai hasil keputusan bersama yang diambil untuk menyelesaikan masalah
yang sedang terjadi yang tentunya menyangkut kepentingan bersama.

6. Adanya kebersamaan

Dalam Musyawarah Desa, setiap orang bisa bertemu dengan beberapa karakter yang
berbeda dari peserta. Di dalamnya bisa bersilaturahmi dan mempererat hubungan tali
persaudaraan antar sesama peserta.

7. Dapat mengambil kesimpulan yang benar

Hasil keputusan akhir yang diambil dalam Musyawarah Desa merupakan keputusan
seluruh pemangku kepentingan bukan menjadi milik elit atau kelompok saja.
Keptutusan Musyawarah Desa bersifat final, benar, sah dan mengikat. Hasil keputusan
itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh setiap pesertanya.

8. Mencari kebenaran dan menjaga diri dari kekeliruan

Melalui mekanisme Musyawarah Desa yang benar dapat menemukan kebenaran atas
pangkal masalah yang menyangkut kepentingan bersama. Seluruh elemen masyarakat
yang hadir bisa mendengarkan berbagai penjelasan dari peserta lainnya, yang nantinya
akan menghindarkan dari berprasangka atau menduga-duga.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 74
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

9. Menghindari celaan

Dengan penyelenggaraan Musyawarah Desa, tentunya setiap pemangku kepentingan


akan terhindar dari berbagai macam anggapan dan celaan orang lain.

10. Menciptakan stabilitas emosi

Secara psikologis Musyawarah Desa dapat memberikan bantuan mempermudah


pengendalian diri bagi pihak-pihak yang berkepentingan serta menemukan pendapat
yang berbeda dari berbagai pihak. Dengan demikian melatih masyarakat untuk mampu
menahan emosi dengan menghargai setiap pendapat yang telah disampaikan peserta.
Pertemuan atau musyawarah dapat membangun stabilitas emosi yang baik antar
sesama komponen masyarakat.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 75


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

PB. Bahan Bacaan 2

3 Tata Kelola Desa

TATA TERTIB MUSYAWARAH DESA

Dalam melaksanakan ketentuan Pasal 80 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,
pemerintah telah menetapkan Peraturan Menteri Desa dan DTT No 16 Tahun 2019 tentang
Musyawarah Desa. Dalam peraturan ini diatur mekanisme Musyawarah Desa yang akan
memandu seluruh pemangku kepentingan dalam menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi melalui musyawarah dan kesepakatan bersama. Beberapa unsur-unsur pokok
yang perlu diperhatikan dalam Musyawarah Desa, yaitu peserta, undangan dan dalam
undangan itu ada unsur Pendamping Profesional.
Pimpinan Musyawarah

Pimpinan Musyawarah Desa menjaga agar permusyawaratan Desa berjalan sesuai dengan
ketentuan dalam peraturan tentang Tata Tertib Musyawarah Desa. Berikut beberapa hal
yang perlu diperhatikan oleh pimpinan Musayawarah:

(1) Pimpinan Musyawarah Desa hanya berbicara selaku pimpinan musyawarah untuk
menjelaskan masalah yang menjadi pembicaraan, menunjukkan duduk persoalan yang
sebenarnya, mengembalikan pembicaraan kepada pokok persoalan, dan
menyimpulkan pembicaraan peserta musyawarah;
(2) Jika Pimpinan Musyawarah Desa hendak berbicara selaku peserta musyawarah, untuk
sementara pimpinan musyawarah diserahkan kepada wakil ketua atau anggota Badan
Permusyawaratan Desa;
(3) Pimpinan yang hendak berbicara selaku peserta Musyawarah Desa disarankan untuk
berpindah dari tempat pimpinan ke tempat peserta musyawarah;
(4) Pimpinan Musyawarah Desa dapat memperpanjang dan menentukan lamanya
perpanjangan waktu peserta yang berbicara;
(5) Pimpinan Musyawarah Desa memperingatkan dan meminta peserta yang berbicara
untuk mengakhiri pembicaraan apabila melampaui batas waktu yang telah ditentukan;
(6) Pimpinan Musyawarah Desa tidak dapat memberikan kesempatan kepada peserta
musyawarah yang melakukan interupsi untuk meminta penjelasan tentang duduk
persoalan sebenarnya mengenai hal stratgeis yang sedang dibicarakan;
(7) Peserta musyawarah yang sependapat dan/atau berkeberatan dengan pendapat
pembicara yang sedang menyampaikan aspirasinya dapat mengajukan setelah diberi
kesempatan oleh pimpinan Musyawarah Desa.
(8) Pimpinan Musyawarah Desa harus memberikan kesempatan berbicara kepada pihak
yang sependapat maupun pihak yang berkeberatan;
(9) Peserta Musyawarah Desa tidak boleh diganggu selama berbicara menyampaikan
aspirasi.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 76


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pendamping Desa

Pimpinan Musyawarah Desa dapat meminta pendamping Desa yang berasal dari satuan
kerja prangkat daerah kabupaten/kota, pendamping profesional dan/atau pihak ketiga
untuk membantu memfasilitasi jalannya Musyawarah Desa.

Pendamping Desa tidak memiliki hak untuk berbicara yang bersifat memutuskan sebuah
kebijakan publik terkait hal strategis yang sedang dimusyawarahkan. Pendamping Desa
melakukan tugas sebagai berikut:

(1) Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang pokok pembicaraan;
(2) Mengklarifikasi arah pembicaraan dalam musyawarah desa yang sudah menyimpang
dari pokok pembicaraan;
(3) Membantu mencarikan jalan keluar; dan
(4) Mencegah terjadinya konflik dan pertentangan antarpeserta yang dapat berakibat pada
tindakan melawan hukum.

Undangan.

Sebagaimana diatur dalam pasal 23 ayat 4) Permendesa PDTT, No.16, tahun 2019 tentang
Musyawarah Desa; undangan paling sedikit terdiri atas :
a. unsur Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
b. tenaga Pendamping Profesional;
c. bintara pembina desa; dan/atau
d. bhayangkara pembina keamanan dan ketertiban masyarakat

Undangan Musyawarah Desa terdiri dari:

(1) Mereka yang bukan warga Desa yang hadir dalam Musyawarah Desa atas undangan
Ketua Badan Permusyawaratan Desa; dan
(2) Anggota masyarakat Desa yang hadir dalam Musyawarah Desa atas undangan tidak
resmi tetapi tidak mendaftar diri kepada panitia.
Undangan dapat berbicara dalam Musyawarah Desa atas persetujuan pimpinan
Musyawarah Desa, tetapi tidak mempunyai hak suara dalam pengambilan keputusan
Musyawarah Desa. Undangan disediakan tempat tersendiri. Undangan harus menaati tata
tertib Musyawarah Desa.

Pengaturan Pembicaraan

Pembicara dalam mengajukan aspirasinya tidak boleh menyimpang dari pokok


pembicaraan tentang hal yang bersifat strategis. Apabila peserta menurut pendapat
pimpinan Musyawarah Desa menyimpang dari pokok pembicaraan, kepada yang
bersangkutan oleh pimpinan Musyawarah Desa diberi peringatan dan diminta supaya
pembicara kembali kepada pokok pembicaraan.

(1) Pimpinan Musyawarah Desa memperingatkan pembicara yang menggunakan kata


yang tidak layak, melakukan perbuatan yang mengganggu ketertiban acara
musyawarah, atau menganjurkan peserta lain untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan hukum.
(2) Pimpinan Musyawarah Desa meminta agar yang bersangkutan menghentikan
perbuatan dan/atau memberikan kesempatan kepadanya untuk menarik kembali kata
yang tidak layak dan menghentikan perbuatannya.
(3) Dalam hal pembicara memenuhi permintaan pimpinan Musyawarah Desa, kata yang
tidak layak dianggap tidak pernah diucapkan dan tidak dimuat dalam risalah atau

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 77


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

catatan Musyawarah Desa. Dalam hal pembicara tidak memenuhi, pimpinan


Musyawarah Desa melarang pembicara meneruskan pembicaraan dan perbuatannya.
(4) Dalam hal larangan masih juga tidak diindahkan oleh pembicara, pimpinan
Musyawarah Desa meminta kepada yang bersangkutan meninggalkan Musyawarah
Desa. Bila tidak mengindahkan permintaan, pembicara tersebut dikeluarkan dengan
paksa dari ruang Musyawarah Desa atas perintah pimpinan Musyawarah Desa.

Pelanggaran Tata Tertib Musyawarah

Pimpinan Musyawarah Desa menjaga agar ketentuan tata tertib musyawarah tetap dipatuhi
oleh undangan, peninjau dan wartawan. Pimpinan Musyawarah Desa dapat meminta agar
undangan, peninjau, dan/atau wartawan yang mengganggu ketertiban Musyawarah Desa
meninggalkan ruang musyawarah dan apabila permintaan itu tidak diindahkan, yang
bersangkutan dikeluarkan dengan paksa dari ruang musyawarah atas perintah pimpinan
Musyawarah Desa.

Menutup dan Menunda Musyawarah

Pimpinan Musyawarah Desa dapat menutup atau menunda acara musyawarah apabila
terjadi peristiwa yang tidak diduga dan dapat mengganggu kelancaran musyawarah.
Lamanya penundaan acara musyawarah tidak boleh lebih dari 24 (dua puluh empat) jam.

(1) Pimpinan Musyawarah Desa dapat menutup atau menunda Musyawarah Desa apabila
berpendapat bahwa acara Musyawarah Desa tidak mungkin dilanjutkan karena terjadi
peristiwa yang yang mengganggu ketertiban Musyawarah Desa atau perbuatan yang
menganjurkan peserta Musyawarah Desa untuk melakukan tindakan yang
bertentangan dengan hukum
(2) Dalam hal kejadian luar biasa, Pimpinan Musyawarah Desa dapat menutup atau
menunda acara Musyawarah Desa yang sedang berlangsung dengan meminta
persetujuan dari peserta Musyawarah Desa;
(3) Lama penundaan Musyawarah Desa, tidak boleh lebih dari 24 (dua puluh empat) jam.

Risalah, Catatan dan Laporan Singkat

Sekretaris Musyawarah Desa bertugas untuk menyusun risalah, catatan dan laporan singkat
Musyawarah Desa. Sekretaris Musyawarah Desa menyusun risalah untuk dibagikan kepada
peserta dan pihak yang bersangkutan setelah acara Musyawarah Desa selesai. Risalah
Musyawarah Desa secara terbuka dapat dipublikasikan melalui media komunikasi yang ada
di desa agar diketahui oleh seluruh masyarakat desa. Risalah adalah catatan Musyawarah
Desa yang dibuat secara lengkap dan berisi seluruh jalannya pembicaraan yang dilakukan
dalam pembahasan serta dilengkapi dengan catatan tentang:

(1) Hal-hal strategis yang dibahas;


(2) Hari dan tanggal musyawarah desa;
(3) Tempat musyawarah desa;
(4) Acara musyawarah desa;
(5) Waktu pembukaan dan penutupan musyawarah desa;
(6) Pimpinan dan sekretaris musyawarah desa;
(7) Jumlah dan nama peserta musyawarah desa yang menandatangani daftar hadir; dan
(8) Undangan yang hadir.
Catatan (notulensi) adalah catatan yang memuat pokok pembicaraan, kesimpulan,
dan/atau keputusan yang dihasilkan dalam Musyawarah Desa serta dilengkapi dengan
risalah musyawarah.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 78
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Laporan singkat memuat kesimpulan dan/atau keputusan Musyawarah Desa. Sekretaris


Musyawarah Desa dengan dibantu tim perumus menyusun catatan (notulensi). Laporan
singkat yang ditandangani pimpinan atau sekretaris atas nama pimpinan Musyawarah Desa
yang bersangkutan. Tim perumus berasal dari peserta Musyawarah Desa yang dipilih dan
disepakati dalam Musyawarah Desa.

Penutupan Acara Musyawarah Desa

Pimpinan Musyawarah Desa menutup rangkaian acara Musyawarah Desa. Penutupan


dilakukan oleh pimpinan sidang dengan terlebih dahulu dilakukan penyampaian catatan
sementara dan laporan singkat hasil Musyawarah Desa. Sekretaris Musyawarah Desa
menyampaikan catatan sementara dan laporan singkat hasil Musyawarah Desa. Apabila
seluruh peserta atau sebagian besar peserta yang hadir dalam Musyawarah Desa
menyepakati catatan sementara dan laporan singkat, catatan sementara diubah menjadi
catatan tetap dan laporan singkat ditetapkan sebagai hasil Musyawarah Desa. Catatan tetap
dan laporan singkat ditandatangani oleh pimpinan Musyawarah Desa, sekretaris
Musyawarah Desa, Kepala Desa, dan salah seorang wakil peserta Musyawarah Desa.
Selanjutnya jika sudah dicapai keputusan Musyawarah Desa, pimpinan Musyawarah Desa
menutup secara resmi acara Musyawarah Desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 79


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

PB. Bahan Bacaan

3 Tata Kelola Desa

Bahan Bacaan 3

MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN MUSYAWARAH DESA

Dalam Permendesa No. 16/2019 tentang Musyawarah Desa Pengambilan keputusan dalam
Musyawarah Desa pada dasarnya dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat.
Dalam hal cara pengambilan keputusan tidak terpenuhi, keputusan diambil berdasarkan
suara terbanyak.

a. Keputusan Berdasarkan Mufakat


Pengambilan keputusan berdasarkan mufakat dilakukan setelah peserta yang hadir
diberikan kesempatan untuk mengemukakan gagasan, pendapat dan saran, kemudian
dipandang cukup untuk diterima oleh seluruh peserta musyawarah. Gagasan, pendapat
dan pemikiran tersebut memberikan sumbangan berarti dalam merumuskan kesepakatan
yang bersifat strategis yang sedang dimusyawarahkan. Untuk dapat mengambil keputusan,
pimpinan Musyawarah Desa berhak untuk menyiapkan rancangan keputusan yang
mencerminkan pendapat dalam Musyawarah Desa. Keputusan berdasarkan mufakat
adalah sah apabila diambil dalam Musyawarah Desa yang dihadiri oleh peserta sejumlah
2/3 dari jumlah undangan yang telah ditetapkan sebagai peserta Musyawarah Desa
dan/atau disetujui oleh semua peserta yang hadir.Keputusan berdasarkan mufakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sah apabila ditetapkan penyelenggaraan
Musyawarah Desa setelah dilakukan penundaan, dan disetujui oleh semua peserta yang
hadir.

b. Keputusan Berdasarkan Suara Terbanyak

Keputusan berdasarkan suara terbanyak diambil apabila keputusan berdasarkan mufakat


sudah tidak terpenuhi karena adanya pendirian sebagian peserta Musyawarah Desa yang
tidak dapat dipertemukan lagi dengan pendirian peserta Musyawarah Desa yang lain.
Pengambilan suara terbanyak dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut: (1)
Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak dilakukan secara terbuka atau secara
rahasia; (2) Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak apabila menyangkut
kebijakan; (3) Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak secara rahasia
dilakukan apabila menyangkut orang atau masalah lain yang ditentukan dalam Musyawarah
Desa.

c. Pemungutan Suara
Keputusan berdasarkan suara terbanyak adalah sah apabila diambil dalam Musyawarah
Desa dihadiri dan disetujui oleh separuh ditambah 1 (satu) orang dari jumlah peserta yang
hadir. Jika dalam keputusan tidak tercapai dengan 1 (satu) kali pemungutan suara,
diupayakan agar ditemukan jalan keluar yang disepakati atau dapat dilakukan pemungutan
suara secara berjenjang.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 80


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pemungutan suara secara berjenjang, dilakukan untuk memperoleh 2 (dua) pilihan


berdasarkan peringkat jumlah perolehan suara terbanyak. (1) Pemberian suara secara
terbuka untuk menyatakan setuju, menolak, atau tidak menyatakan pilihan (abstain)
dilakukan oleh peserta Musyawarah Desa yang hadir dengan cara lisan, mengangkat
tangan, berdiri, tertulis, atau dengan cara lain yang disepakati oleh peserta Musyawarah
Desa; (2) Penghitungan suara dilakukan dengan menghitung secara langsung tiap-tiap
peserta Musyawarah Desa; (3) Peserta Musyawarah Desa yang meninggalkan acara
dianggap telah hadir dan tidak mempengaruhi sahnya keputusan; (4) Dalam hal hasil
pemungutan suara tidak memenuhi, dilakukan pemungutan suara ulangan yang
pelaksanaannya ditangguhkan sampai Musyawarah Desa berikutnya dengan tenggang
waktu tidak lebih dari 24 (dua puluh empat) jam; (5) Dalam hal hasil pemungutan suara
ulangan ternyata tidak juga memenuhi ketentuan, pemungutan suara menjadi batal.
Pemberian suara secara rahasia dilakukan dengan tertulis, tanpa mencantumkan nama,
tanda tangan pemberi suara, atau tanda lain yang dapat menghilangkan sifat kerahasiaan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemungutan suara secara rahasia, yaitu: (1)
Pemberian suara secara rahasia dapat juga dilakukan dengan cara lain yang tetap menjamin
sifat kerahasiaan. (2) Dalam hal hasil pemungutan suara tidak memenuhi ketentuan,
pemungutan suara diulang sekali lagi dalam musyawarah saat itu juga. (3) Dalam hal hasil
pemungutan suara ulang, tidak juga memenuhi ketentuan, pemungutan suara secara
rahasia.

d. Berita Acara Penetapan Keputusan

Setiap keputusan Musyawarah Desa, baik berdasarkan musyawarah untuk mencapai


mufakat maupun berdasarkan suara terbanyak bersifat mengikat bagi semua pihak yang
terkait dalam pengambilan keputusan. Hasil keputusan Musyawarah Desa dituangkan
dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh Ketua Badan Permusyawaratan Desa, Kepala
Desa dan salah seorang perwakilan peserta Musyawarah Desa. Berita acara dilampiri
catatan tetap dan laporan singkat. Apabila dalam pembuatan berita acara kesepakatan
Ketua Badan Permusyawaratan Desa berhalangan hadir, maka sebagai pimpinan
Musyawarah Desa yang menandatangi Berita Acara. Demikian halnya, jika Kepala Desa
berhalangan hadir dalam Musyawarah Desa, Berita Acara ditandatangani oleh yang
mewakili Kepala Desa yang ditunjuk secara tertulis oleh Kepala Desa.

e. Tindak Lanjut Keputusan Musyawarah Desa

Setelah Berita Acara dan keputusan ditetapkan, langkah selanjutnya menindaklanjti hasil
keputusan sebagau bentuk komitmen bersama atas kesepakatan yang dibuat. Hasil
Musyawarah Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam keputusan hasil
musyawarah dijadikan dasar oleh Badan Permusyawaratan Desa dan Pemerintah Desa
dalam menetapkan kebijakan Pemerintahan Desa. Kebijakan Pemerintah Desa disusun
berupa Peraturan Desa yang disusun oleh Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan
Desa. Badan Permusyawaratan Desa harus menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat desa dalam rangka memastikan keputusan hasil Musyawarah Desa menjadi
dasar dalam penyusunan Peraturan Desa. Dimana, kedua kelembagaan berwenang dalam
menyusun Peraturan Desa dan harus memastikan keputusan hasil Musyawarah Desa
menjadi dasar dalam penyusunan Peraturan Desa.

Mekanisme penyusunan Peraturan Desa diuraikan sebagai berikut: (1) Rancangan peraturan
Desa diprakarsai oleh Pemerintah Desa, dan badan Permusyawaratan Desa dapat
mengusulkan rancangan peraturan Desa kepada pemerintah desa; (2) Rancangan
peraturan Desa wajib dikonsultasikan kepada masyarakat Desa untuk mendapatkan
masukan; (3) Rancangan peraturan Desa ditetapkan oleh kepala Desa setelah dibahas dan
disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa; (4) Rancangan peraturan Desa yang
telah disepakati bersama disampaikan oleh pimpinan Badan Permusyawaratan Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 81


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

kepada kepala Desa untuk ditetapkan menjadi peraturan Desa paling lambat 7 (tujuh) hari
terhitung sejak tanggal kesepakatan; (5) Rancangan peraturan Desa wajib ditetapkan oleh
kepala Desa dengan membubuhkan tanda tangan paling lambat 15 (lima belas) Hari
terhitung sejak diterimanya rancangan peraturan Desa dari pimpinan Badan
Permusyawaratan Desa; (6) Peraturan Desa dinyatakan mulai berlaku dan mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat sejak diundangkan dalam lembaran Desa dan berita Desa
oleh sekretaris Desa; (7) Peraturan Desa yang telah diundangkan disampaikan kepada
bupati/walikota sebagai bahan pembinaan dan pengawasan paling lambat 7 (tujuh) Hari
setelah diundangkan; (8) Peraturan Desa wajib disebarluaskan oleh Pemerintah Desa.

f. Penyelesaian Perselisihan

Seringkali dalam penyelesaian masalah tidak ditemukan titik temu atau kesepakatan para
pihak meskipun sudah dilakukan pertemuan atau musyawarah secara intensif. Demikian
halnya dalam Musyawarah Desa apabila terjadi perselisihan, maka perlu ditemukan jalan
keluarnya dengan mengedepankan nilai-nilai atau semangat kebersamaan dan
kekeluargaan. Apabila terjadi perselisihan di desa sebagai dampak dari adanya
ketidaksepakatan antarpeserta Musyawarah Desa, penyelesaiannya difasilitasi dan
diselesaikan oleh camat atau sebutan lain. Penyelesaian perselisihan bersifat final dan
ditetapkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh para pihak dan pejabat yang
memfasilitasi penyelesaian perselisihan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 82


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

PB. Bahan Bacaan

3 Tata Kelola Desa

Bahan Bacaan 4

PANDUAN NOTULENSI MUSYAWARAH DESA

Pengertian

Dalam setiap Musyawarah Desa pimpinan harus membuat notulen hasil pembahasan
untuk dicatat dan didokumentasikan mencatat dan mendokumentasikan setiap ide,
gagasan, peristiwa dan catatan yang berkembang dalam pembahasan masalah. Notulen
merupakan catatan singkat mengenai jalannya persidangan dalam Musyawarah Desa serta
hal yang dibicarakan dan diputuskan. Seseorang yang ditunjuk untuk menjadi penulis
risalah disebut notulis. Notulen musyawarah secara sederhana diartikan sebagai laporan
atau pencatatan secara kata demi kata seluruh pembicaraan dalam musyawarah, tanpa
menghilangkan atau menambahkan kata lain (kata dari notulis).

Fungsi Notulen

Fungsi notulen dalam Musyawarah Desa, yaitu: (1) Dokumen dan alat bukti; (2) Sumber
informasi untuk peserta yang tidak hadir; (3) Pedoman untuk musyawarah berikutnya; (4)
Alat pengingat untuk peserta musyawarah; (5) Alat untuk pertemuan semu.

Karakteristik Notulen

Notulen Musaywarah Desa yang baik harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:
(1) Lengkap berisi semua informasi walaupun dalam penulisannya ringkas, tidak bertele-
tele: (2) Bahasa notulen mudah dipahami peserta musyawarah; (3) Setiap pembicaraan
ditulis secara terperinci dan satu sama lain saling terkait; (4) Dapat membantu pimpinan
dalam pengambilan kebijakan dan keputusan; (5) Dapat dijadikan alat bukti, bila terjadi
sesuatu permasalahan atau sebagai alat bukti di pengadilan dan lain-lain; (6) Dapat
membantu mengingatkan kembali bagi pemangku kepentingan terkait bila memerlukan lagi
notulen tersebut.

Persyaratan dan Kompetensi Notulis

Menjadi seorang notulis yang handal diperlukan beberapa keahlian yang harus dimiliki,
yaitu: (1) Mendengarkan dan menulis; (2) Memilah dan memilih hal yang penting dan yang
tidak penting; (3) Konsentrasi yang tinggi; (4) Menulis cepat/stenografi/shorthand; (5)
Bersikap objektif dan jujur; (6) Menguasai bahasa teknis atau baku; (7) Menguasai materi
pembahasan; (8) Mengetahui dan memenuhi kebutuhan pembaca notulen; (9)
Mengemukakan hasil mendengarkan dengan cepat, ringkas, dan tepat; (10) Menguasai
metode pencatatan secara sistematis; (11) Menguasai metode pengolahan data; (12)
Menguasai berbagai hal yang berkaitan dengan musyawarah; dan (13) Menyimpulkan hasil
musyawarah.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 83


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kewenangan Notulis

Seorang notulis dalam Musyawarah Desa memiliki hak dan kewajiban yang melekat dalam
tugasnya agar menghasilkan catatan atau resume hasil musyawarah yang utuh dan baik.
Berikut ini diuraikan beberapa keistimewaan yang harus diperoleh notulis. yaitu: (1) Notulis
diberi informasi terkait latar belakang, tujuan musyawarah, pokok masalah dan jenis
musyawarah sebelum dilaksanakan. Notulis harus mengetahui susunan acara termasuk
pokok masalah atau materi yang akan dibahas oleh peserta agar dapat dipelajari sehingga
memudahkan dalam menyusun notulen; (2) Notulis diberi dokumen atau makalah yang
dibagikan kepada peserta musyawarah yang lain pada saat pelaksanaan musyawarah; (3)
Notulis diperbolehkan untuk meminta agar peserta musyawarah menjelaskan atau
menyempurnakan kesimpulan yang dikemukakan notulis; (4) Notulis mempunyai
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan pada saat musyawarah berlangsung; (5) Setiap
sesi berakhir notulis mempunyai hak untuk memperoleh rangkuman dan kesimpulan
musyawarah; (6) Agar dapat menyempurnakan notulennya, notulis berhak berbicara pada
setiap sesi pembahasan; (7) Notulis duduk di sebelah pemimpin musyawarah, agar mudah
berkomunikasi dan memperoleh informasi secara maksimal. Pemimpin musyawarah dapat
menyampaikan bahasa isyarat. petunjuk. bisikan atau surat kecil; (8) Apabila musyawarah
berlangsung terlalu lama, maka perlu disiapkan beberapa orang untuk menjadi notulis.
Setiap acara berlangsung dua jam. Notulis digantikan dengan yang orang lain karena
pekerjaan notulis membutuhkan konsentrasi yang tinggi dan melelahkan. Bahkan dalam
musyawarah yang besar notulis diganti setiap setengah jam; (9) Ketika menyusun notulen,
seorang notulis tidak boleh mengerjakan hal lain karena memerlukan konsentrasi yang
penuh; (10) Jika musyawarah membutuhkan waktu pengkajian yang lebih lama dan
berlangsung alot serta rumit, maka notulis berhak memperoleh keleluasaan untuk
menyusun notulen akhir. Perbandingan waktu antara mengolah data dengan lamanya
musyawarah yaitu 3:1. Artinya musyawarah berlangsung selama 1 jam, maka setelah
musyawarah waktu yang dibutuhkan notulis untuk mengolah data hasil musyawarah ialah
selama 3 jam.

Garis Besar Notulensi Musyawarah

Isi notulen. Notulen hasil musyawarah yang baik adalah yang ringkas tetapi lengkap serta
jelas. Notulen yang lengkap berisi hal-hal sebagai berikut: (1) Nama badan atau lembaga
yang menyelenggarakan Musyawarah Desa; (2) Sifat musyawarah (rutin, biasa, luar biasa,
tahunan, rahasia dan lain-lain); (3) Hari dan tanggal diselenggarakan Musyawatah Desa; (4)
Tempat musyawarah; (5) Waktu mulai dan berakhirnya (kalau tidak pasti ditulis sampai
dengan selesai); (6) Nama dan jabatan pimpinan musyawarah; (7) Daftar hadir peserta; (8)
Koreksi dan perbaikan Musyawarah Desa yang terdahulu; (9) Catatan semua persoalan
yang belum ada keputusan; (10) Usul-usul atau perbaikan; (11) Tanggal atau bulan kapan
akan diadakan musyawarah kembali; (12) Penundaan musyawarah dan tanggal penundaan
(bila perlu); (13) Tanda tangan notulis dan pimpinan musyawarah.

Susunan Notulen Musyawarah Desa

Notulen harus disusun secara berurutan sesuai dengan topik dan subtopik pembahasan
agar tidak mudah bagi pembaca untuk mempelajari dan merangkai peristiwa. Berikut ini
diuraikan susunan notulen musyawarah: (1) Nomor pertemuan (musyawarah) dan jenis
musyawarah perlu disebutkan; (2) Jam dimulai pertemuan harus disebutkan demikian
waktu berakhirnya, Apabila belum pasti selesainya, maka ditulis mulai pukul 8.00 sampai
selesai; (3) Daftar hadir semua ditandatangani oleh peserta dan harus dilampirkan pada
notulen; (4) Meskipun notulen ditulis secara ringkas, tetapi setiap pembicaraan harus
disebutkan namanya; (5) Nama pendukung, terutama yang tidak disetujui jangan dituliskan,
lebih baik ditulis; (6) Setelah musyawarah selesai notulis mengoreksi kembali setiap catatan
penting dan menyalin kembali atau di ketik dan disimpan dalam penyimpanan, dan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 84
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

ditandatangani oleh notulis serta Ketua; (7) Bila perlu digandakan untuk dibagikan pada
yang tidak hadir pada waktu musyawarah, atau dibagikan pada waktu musyawarah
berikutnya.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 85


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pokok Bahasan 4
PEMBANGUNAN DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 86


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
Sistem Pembangunan Desa
4.1 Berbasis Data SDGs Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan kerangka kerja pembangunan Desa dalam sistem
pembangunan nasional;
2. Menjelaskan Pokok-Pokok Kebijakan Pembangunan Desa Dalam
PermenDesa PDTT Nomor 21 Tahun 2020 yang sudah di ubah
menjadi PermenDesa PDTT Nomor 6 Tahun 2023.
3. Menjelaskan alur mekanisme pendataan, perencanaan,
penganggaran, pelak-sanaan, pelaporan, pemantauan dan
pengawasan pembangunan Desa.

Waktu
90 Menit

Metode
Penugasan perorangan, Diskusi, Presentasi, Curah pendapat, dan Penugasan
Kelompok

Media
● Lembar Kerja 4.1.1: Matrik Diskusi Alur Mekanisme Pembangunan Desa.
● Lembar Informasi 4.1.1: Pembangunan Desa dalam Sistem Pembangunan
Nasional.
● Lembar Informasi 4.1.2: Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
● Lembar Informasi 4.1.3: Permendagri No. 20/2018 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa.
● Lembar Informasi 4.1.4: PermendesaPDTT No. 21/2020 tentang Pedoman
Umum Pembangunan Desa Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan
Permendesa PDTT No, 6/2023.
● Lembar Informasi 4.1.5: Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 87
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Kerangka Kerja Pembangunan Desa dalam Sistem Pembangunan
Nasional
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
subpokok bahasan tentang Sistem Pembangunan Desa;
2. Diawali dengan penjelasan tentang alur mekanisme rencana
pembangunan Desa dikaitkan dengan mekanisme perencanaan regular
yang telah diatur dalam Sistem Pembangunan Nasional;
3. Lakukan curah pendapat untuk menggali pemahaman tentang kerangka
kerja pembangunan Desa dalam sistem pembangunan nasional dengan
mengajukan beberpa pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang sistem pembangunan nasional?
b. Bagaimana kedudukan perencanaan pembangunan Desa dalam
sistem pembangunan nasional?.
c. Bagaimana arti penting peningkatan kapasitas, penguasaan aset
dan revitalisasi budaya komunitas dalam pembangunan Desa?
d. Apakah ada perubahan tata laksananya dengan sistem
perencanaan pembangunan sebelumnya?
e. Bagaimana hubungan antara perencanaan pembangunan
nasional, daerah (provinsi dan Kabupaten/Kota) dengan
perencanaan pembangunan Desa?
4. Berikan kesempatan kepada peserta untuk berpendapat, bertanya, dan
mengkritisi beberapa isu yang berkembang terkait pertanyaan di atas.
5. Buatlah catatan dan resume dalam kertas plano atau whiteboard terkait
hal-hal pokok yang berkembang dalam pembahasan, kemudian kaitkan
dengan kegiatan selanjutnya.

Kegiatan 2: Alur Mekanisme Pendataan, Perencanaan, Pelaksanaan, dan


Pengawasan Pembangunan Desa
6. Jelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari kegiatan ini
dikaitkan dengan kegiatan sebelumnya;
7. Selanjutnya, mintalah peserta membentuk kelompok untuk ndiskusikan
tentang alur mekanisme perencanaan, pelasksanaan, dan pengawasan
pembangunan Desa, sebagai panduan gunakan Lembar Kerja 5.1.1;
8. Berikan kesempatan selama 20 menit kepada kelompok untuk
mendiskusikannya dan mencatat hal-hal pokok sesuai lembar kerja
dalam kertas plano atau dibuat dalam bentuk slide powerpoint untuk
dipaparkan dalam pleno.
9. Setelah kelompok telah merumuskan hasil diskusinya, mintalah masing-
masing kelompok memaparkan hasil rumusannya dalam pleno secara
bergantian.
10. Berikan kesempatan kelompok lain untuk menanggapi atau mengkritisi
substansi dari hasil rumusan kelompok yang lain;
11. Buatlah catatan penting dari hasil pembahasan dalam pleno dalam kertas
plano atau whiteboard agar dapat mendapatkan umpan balik dari
peserta;
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 88
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

12. Tutuplah kegiatan ini dengan penegasan dan kesimpulan dari


pembelajaran yang telah dilakukan.

Kegiatan 2: Praktek / Simulasi Pendataan /Pemutakhiran SDG’s Desa


13. Review Hasil proses sebelumnya 5 menit
14. Beri penjelasan FORMAT Pendataan / Pemutakhiran dat SDG’s Desa
(Pelaku pendataan, waktu pelaksanaan, Pembiayaan dan Penggunaan
aplikasi (proses input, edit dan unggah) 20 menit
15. Bentuk kelompok diskusi dengan 4 kelompok, 2 kelompok ttg proses
pendataan dan 2 kelompok lain ttg Membaca hasil Pendataan
16. Waktu diskusi Kelompok 20 menit
17. Paparan hasil Dikusi Kelompok dan tanya jawab @ 10 menit = 40 menit
18. Buat Catatan dan resume 5 menit

Lembar Kerja 4.1.1

Matrik Diskusi Alur Mekanisme Pembangunan Desa

No Tahapan Output Langkah Penangung Kendala Tindakan


Umum Jawab PLD
1. Pendataan

2. Perencanaan

2. Penganggaran

3. Pelaksanaan

4. Pelaporan

5. Pemantauan
dan
Pengawasan

Catatan:
(1) Format di atas hanya sebagai panduan diskusi saja, masing-masing kelompok dapat
memberikan tambahan atau menyesuaikan sesuai kebutuhan.
(2) Matrik di atas digunakan untuk menganalisis alur mekanisme atau pentahapan
pembangunan Desa yang diuraikan dalam Permendesa PDTT 21/2020 tentang
Pedoman Umum Pembangunan Desa Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan
Permendagri No. 20/2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
(3) Hasilnya dituliskan dalam kertas plano atau dalam bentuk slide power point untuk
dipaparkan dalam pleno.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 89


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
4.2 Pokok-Pokok Kebijakan Pembangunan
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Dalam PermenDesa PDTT Nomor 21
Tahun 2020 yang telah diubah menjadi
PermenDesa PDTT Nomor 6 Tahun 2023

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menguraikan arah kebijakan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat Desa dalam PermenDesa PDTT Nomor 21 Tahun 2020
Pedoman Umum Pembangunan Desa Dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa) dan telah diubah menjadi Permendes PDTT No. 6 Tahun 2023;
2. Merumuskan strategi pelaksanaan kebijakan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa melaui pendekatan .
3. Menjelaskan penggunaan Dana Desa Tahun 2023 untuk program
prioritas.

Waktu
1 JP (45 menit)

Metode
Pemaparan, Curah Pendapat, Diskusi Kelompok, dan Pleno.

Media
● Lembar Tayang 4.2.1; Arah Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa.
● Lembar Kerja 4.2.1: Matrik Diskusi Analisis Pokok-Pokok Kebijakan
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 90


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

● Lembar Informasi 4.2.1: Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan


Masyarakat Desa;
● Lembar Informasi 4.2.2: Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020
tentang Pedoman Umum Pembangunan Desa Dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa yang telah diubah menjadi Permendesa PDTT No. 6
Tahun 2023;

Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Arah Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa
Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari subpokok
bahasan tentang Pokok-Pokok Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa;
1. Lakukan pemaparan tentang Arah Kebijakan Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa
2. Selanjutnya lakukan curah pendapat untuk menggali pemahaman
tentang kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Kemendesa PDTT dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai
berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang pokok-pokok kebijakan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa?
b. Bagaimana menerapkan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat Desa dalam proses pendampingan di lapangan?
c. Bagaimana dukungan implementasi kebijakan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa di tingkat pusat, daerah (provinsi
dan Kabupaten/Kota)?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk berpendapat, bertanya, dan
mengkritisi beberapa isu yang berkembang terkait pertanyaan di atas.
4. Buatlah catatan dan resume dalam kertas plano atau whiteboard terkait
hal-hal pokok yang berkembang dalam pembahasan, kemudian kaitkan
dengan kegiatan selanjutnya.

Kegiatan 2: Menguraikan Pendekatan Pembangunan dan Pemberdayaan


Masyarakat Desa
5. Jelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari kegiatan ini
dikaitkan dengan kegiatan sebelumnya;
6. Selanjutnya, mintalah peserta membentuk kelompok untuk mendiskusikan
tentang analisis kebijakan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 91


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pembahasan materi ini terkait dengan tugas PLD yang terdiri


dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa, Infrastruktur Desa,
Pembangunan Partisipatif, Pengembangan Ekonomi Desa,
Teknologi & Inovasi dan Pelayanan Sosial Dasar. Pada sesi ini,
Pelatih dan penyelenggara dapat mengatur kegiatan belajar
dengan dua cara. Pertama, peserta di setiap kelas dengan
membagi kelompok berdasarkan tugas masing-masing PLD. Kedua,
seluruh peserta pelatihan diorganisir kembali untuk melakukan
pendalaman terkait kompetensi khususnya. Kedua pilihan tersebut
tentunya memiliki konsekuensi terhadap ketersediaan waktu, pelatih dan
pengelolaan kelas yang harus disiapkan secara matang.

7. Berikan kesempatan selama 20 menit kepada kelompok untuk


mendiskusikannya dan mencatat hal-hal pokok sesuai lembar kerja
dalam kertas plano atau dibuat dalam bentuk slide powerpoint untuk
dipaparkan dalam pleno;
8. Setelah kelompok telah merumuskan hasil diskusinya, mintalah masing-
masing kelompok memaparkan hasil rumusannya dalam pleno secara
bergantian.
9. Berikan kesempatan kelompok lain untuk menanggapi atau mengkritisi
substansi dari hasil rumusan kelompok yang lain;
10. Buatlah catatan penting dari hasil pembahasan dalam pleno dalam kertas
plano atau whiteboard agar dapat mendapatkan umpan balik dari
peserta;
Kegiatan 3: Menjelasakan penggunaan Dana Desa Tahun 2024 untuk Program
prioritas
11. Lakukan pemaparan tentang dengan penggunaan Dana Desa Tahun 2024
untuk program prioritas sesuai PermendesaPDTT Nomor 7 tahun 2023.
12. Selanjutnya lakukan curah pendapat untuk menggali pemahaman
tentang kebijakan program prioritas.
13. Buatlah catatan penting dari hasil pembahasan dalam pleno dalam
kertas plano atau whiteboard agar dapat mendapatkan umpan balik dari
peserta;
14. Tutuplah dengan penegasan dan kesimpulan dari pembelajaran yang
telah dilakukan.
Lembar Kerja 4.2.1

Matrik Diskusi Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan di Desa


No Kebijakan Program Bentuk Proses Pemangku Catatan
Pokok Kegiatan Fasilitasi Kepentingan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 92


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
Perencanaan Pembangunan
4.3 Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian perencanaan pembangunan Desa;
2. Menjelaskan jenis dokumen perencanaan pembangunan Desa;
3. Menjelaskan alur proses dan tahapan kegiatan penyusunan RPJM Desa;
4. Menjelaskan alur proses dan tahapan kegiatan penyusunan RKP Desa;
5. Menjelaskan pokok-pokok materi/isi RKP Desa;
6. Menjelaskan alur proses dan tahapan kegiatan penyusunan APB Desa;
7. Menjelaskan struktur APB Desa.

Menunjukkan cara mewujudkan prinsip-prinsip (partisipasi, transparansi, dan


akuntabilitas) dalam alur proses dan tahapan kegiatan perencanaan
pembangunan Desa;

Peserta Dapat:
1. Memfasilitasi keterwakilan perempuan dalam Tim Penyusun RPJM Desa;
2. Memfasilitasi penyusunan rencana kerja Tim Penyusun RPJM Desa;
3. Memfasilitasi pembaruan data dan sketsa desa;
4. Memfasilitasi kajian potensi dan masalah desa;
5. Memfasilitasi penyusunan Rancangan RKP Desa;
6. Memfasilitasi penyusunan belanja bidang pembinaan kemasyarakatan
dan pemberdayaan;
7. Memfasilitasi perhitungan alokasi Siltap dan Operasional terkait dengan
Pendapatan dari swadaya.

Waktu
6 JPL (270 Menit)

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 93


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Metode
Penugasan perorangan, Diskusi, Penugasan Kelompok dan Presentasi

Media
Lembar diskusi, Lembar penugasan kelompok dan Slide

Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Pembukaan
1. Menjelaskan mengenai sub pokok bahasan serta tujuan sub pokok
bahasan yang akan disampaikan.

Kegiatan 5: Perencanaan Pembangunan Desa


2. Tanyakan kepada peserta pengertian perencanaan dan mengapa
perencanaan itu penting;
3. Gali pemahaman peserta tentang dokumen perencanaan pembangunan
desa;
4. Pastikan peserta memahami tahapan penyusunan RPJM Desa dan RKP
Desa (lakukan penegasan dengan menggunakan Media Fasilitasi 4.3.1).

Kegiatan 6: Strategi Peningkatan Partisipasi Aktif Warga Miskin,


Perempuan, dan Kelompok Rentan (Refleksi Pengalaman dan Curah
Pendapat)
5. Minta peserta menyampaikan pengalamannya dalam meningkatkan
partisipasi warga terutama warga miskin, perempuan dan kelompok
rentan;
6. Tuliskan pokok-pokok penyampaian dari peserta;
7. Ajak peserta merumuskan tips untuk meningkatkan partisipasi warga
miskin, perempuan dan kelompok rentan.

Kegiatan 7: Tahapan Penyusunan dan Pokok-pokok Materi RKPDesa


(Kerja Kelompok)
8. Pastikan peserta memahami tahapan penyusunan RKP Desa;
9. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok. Minta setiap kelompok
mengidentifikasi tahapan sesuai Lembar Kerja 4.2.1;
10. Berikan penegasan (gunakan Media Fasilitasi 4.2.2);
11. Bagikan dokumen RKP Desa kepada setiap kelompok;
12. Minta setiap kelompok mencermati isi dokumen RKPDesa (gunakan
Lembar Kerja 4.3.2);
13. Berikan kesempatan bagi masing-masingkelompok untuk
mempresentasikan hasil pencermatannya;
14. Berikan penegasan (gunakan Media Fasilitasi 4.3.3 Naskah Otentik
RKPDesa).

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 94


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kegiatan 8: Penyusunan APB Desa (Tanya Jawab dan Penugasan


Perorangan)
15. Minta peserta menjelaskan pengertian APB Desa, struktur dan fungsi APB
Desa;
16. Bagikan form APB Desa kepada setiap peserta (Lembar Kerja 4.3.3);
17. Minta peserta menyusun struktur APB Desa;
18. Ajak peserta memeriksa hasil kerjanya (tayangkan Media Fasilitasi 4.3.3
Naskah Otentik APBDesa);
19. Berikan penegasan terkait APBD Desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 95


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Media Fasilitasi 4.3.1

Media Fasilitasi 4.3.2

No. Fokus Pencermatan Hasil pencermatan Kesesuaian dengan Aturan


1. Sistimatika RKP Desa Bab I ....................
Bab II ...................
Bab III …………….
Dst

2. Format RKP Desa ● Berita Acara..............


(kelengkapan ● Perdes...............
dokumen)
● Dst.

3. Isi/Materi RKP Desa ● Hasil evaluasi RKP


tahun sebelumnya.
● Kebijakan Anggaran.
● Prioritas kegiatan
● Dst.

Lembar Kerja 4.3.1

Tabel Pencermatan Dokumen RKP Desa

No. Fokus Pencermatan Hasil pencermatan Kesesuaian dengan Aturan


1. Sistematika RKP Desa

2. Format (kelengkapan
dokumen) RKP Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 96


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

3. Isi/Materi RKP Desa

Media Fasilitasi 4.3.3

No. Tahap Pelaku Proses Hasil


1. Penyusunan perencanaan BPD Berita acara
pembangunan desa
melalui Musdes
2. Pembentukan tim Kepala desa Tim
penyusunan RKP Desa
3. Pencermatan pagu indikatif
Desa dan penyelarasan
program/kegiatan yang
masuk ke Desa
4. Pencermatan ulang
dokumen RPJM Desa
5. Penyusunan rancangan
RKP Desa dan rancangan
daftar usulan RKP Desa
6. Penyusunan RKP Desa
melalui Musyawarah
Perencanaan
Pembangunan Desa
(Musrenbang Desa)
7. Penetapan RKP Desa
Catatan: RKP Desa dapat diubah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.(Slide
Perubahan RKP Desa)

Lembar Kerja 4.3.2

Tahapan Penyusunan RKP Desa

No. Tahap Pelaku Proses Hasil


1. Penyusunan perencanaan
pembangunan desa
melalui Musdes
2. Pembentukan tim
penyusunan RKP Desa
3. Pencermatan pagu indikatif
Desa dan penyelarasan
program/kegiatan yang
masuk ke Desa
4. Pencermatan ulang
dokumen RPJM Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 97


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

5. Penyusunan rancangan
RKP Desa dan rancangan
daftar usulan RKP Desa
6. Penyusunan RKP Desa
melalui Musyawarah
Perencanaan
Pembangunan Desa
(Musrenbang Desa)
7. Penetapan RKP Desa

Lembar Kerja 4.3.3

Form Isian RAPB Desa


Daftar Nomenklatur (Pendapatan, Belanja dan Biaya)

No. Uraian Anggaran (Rp.) Ket.

1 2 3 6
PENDAPATAN

tambatan perahu 11.000.000


pasar desa 7.000.000
tempat pemandian umum 3.000.000
jaringan irigasi 12.000.000

Hasil BUMDes 15.000.000


Tanah Kas Desa 6.000.000

Dana Desa 375.000.000


Bagian dari hasil pajak &retribusi daerah kabupaten/ 21.000.000
kota
Alokasi Dana Desa 500.000.000
Bantuan Keuangan
Bantuan Provinsi 40.000.000
Bantuan Kabupaten / Kota 15.000.000

Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong 6.000.000


Lain-lain Pendapatan Asli Desa

Pendapatan Lain lain


Hibah dan Sumbangan dari pihak ke-3 yang tidak 60.000.000
mengikat
Lain-lain Pendapatan Desa yang sah

JUMLAH PENDAPATAN

BELANJA
Alat Tulis Kantor 2.000.000
Benda POS 600.000
Pakaian Dinas dan Atribut 5.000.000
Pakaian Dinas
Alat dan Bahan Kebersihan 120.000
Perjalanan Dinas 6.000.000
Pemeliharaan 3.000.000
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 98
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No. Uraian Anggaran (Rp.) Ket.

1 2 3 6
Air, Listrik,dan Telepon 1.500.000
Honor 7.000.000

Komputer 24.000.000
Meja dan Kursi 8.000.000
Mesin TIK 400.000
Motor 12.000.000

Penghasilan Tetap Kepala Desa dan Perangkat 180.000.000


Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat 90.000.000
Tunjangan BPD 80.000.000

Operasional RT/ RW
Belanja Barang dan Jasa
ATK 6.000.000
Penggadaan 2.500.000
Komsumsi Rapat 4.500.000

Operasional BPD
Belanja Barang dan Jasa
ATK 2.000.000
Penggandaan 1.000.000
Konsumsi Rapat 3.000.000

Kegiatan Pembangunan Saluran Drainase


Belanja Barang dan jasa
Upah Kerja 8.000.000
Honor TPK 3.000.000
- Belanja Bahan Material 5.000.000
Belanja Modal 170.000.000

Kegiatan Pengerasan Jalan Lingkungan


Belanja Barang dan Jasa :
Honor 6.000.000
dst…………………………………..
Belanja Modal: 344.000.000

Kegiatan Pelatihan Tanaman Hidroponik


Belanja Barang dan Jasa:
Honor pelatih 12.000.000
Konsumsi 8.000.000
Bahan pelatihan 15.000.000

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 99


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA


PEMERINTAH DESA ...........................

TAHUN ANGGARAN ………..


Kode
Uraian Anggaran(Rp.) Ket.
Rekening
1 2 3 6
1 PENDAPATAN
1 1 Pendapatan Asli Desa
1 1 1 Hasil Usaha
1 1 1 1
1 1 1 2

1 1 2 Hasil Aset
1 1 2 1
1 1 2 2
1 1 2 3
1 1 2 4

1 1 3
1 1 4

1 2 Pendapatan Transfer
1 2 1
1 2 2
1 2 3
1 2 4 Bantuan Keuangan
1 2 4 1
1 2 4 2

1 3 Pendapatan Lain lain


1 3 1
1 3 2

JUMLAH PENDAPATAN

2 BELANJA
2 1 Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

2 1 1 Penghasilan Tetap dan Tunjangan


2 1 1 1

2 1 2 Operasional Perkantoran
2 1 2 2

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 100


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kode
Uraian Anggaran(Rp.) Ket.
Rekening
1 2 3 6

2 1 2 3

2 1 3
2 1 3 2

2 1 4
2 1 4 2

2 2 Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa


2 2 1
2 2 1 2

2 2 1 3

2 2 2
2 2 2 2

2 2 2 3

2 2 3 Kegiatan……………………………
2 3 Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
2 3 1
2 3 1 2

2 3 2

2 4 Bidang Pemberdayaan Masyarakat


2 4 1
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 101
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kode
Uraian Anggaran(Rp.) Ket.
Rekening
1 2 3 6
2 4 1 2

2 4 2

2 5 Bidang Tak Terduga


2 5 1
2 5 1 2

2 5 2

JUMLAH BELANJA

SURPLUS / DEFISIT

3 PEMBIAYAAN
3 1 Penerimaan Pembiayaan
3 1 1
3 1 2
3 1 3
JUMLAH ( RP )

3 2 Pengeluaran Pembiayaan
3 2 1
3 2 2
JUMLAH ( RP )

Disetujui Oleh,
Kepala Desa ........................

TTD
(...............................)

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 102


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

SPB Rencana Pembelajaran

4.4 Pengelolaan Keuangan Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian pengelolaan keuangan Desa;
2. Menjelaskan alur proses dan tahapan kegiatan pengelolaan keuangan
Desa;
3. Menjelaskan ketentuan pokok pengelolaan keuangan Desa;
4. Menjelaskan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan Desa.

Dapat menunjukkan cara mewujudkan prinsip-prinsip pengelolaan


keuangan Desa dalam tahapan kegiatan pengelolaan keuangan Desa.

Peserta dapat:
1. Memfasilitasi penyusunan RAB/RPD;
2. Memfasilitasi pengajuan SPP;
3. Memfasilitasi penyusunan rencana kerja pelaksanaan kegiatan;
4. Memfasilitasi proses pengadaan barang dan jasa di Desa;
5. Memfasilitasi keterwakilan perempuan dalam pembentukan pelaksana
kegiatan;
6. Memfasilitasi pengerjaan buku kas umum;
4. Memfasilitasi penyusunan laporan realisasi APB Desa.

Waktu
8 JPL (360 Menit)

Metode
Penugasan perorangan, Diskusi, Penugasan Kelompok dan Presentasi

Media
Lembar diskusi, Lembar penugasan kelompok dan Slide

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 103


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus

Proses Penyajian
Kegiatan 9: Pembukaan
1. Menjelaskan mengenai sub pokok bahasan serta tujuan sub pokok
bahasan yang akan disampaikan.

Kegiatan 10: Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan (Tanya Jawab)


2. Minta beberapa orang peserta mengemukakan pengertian keuangan dan
pengelolaan keuangan;
3. Berikan penegasan pengertian keuangan dan pengelolaan keuangan
desa;
4. Minta beberapa orang peserta mengemukakan kegiatan yang dilakukan
dalam pengelolaan keuangan Desa.

Kegiatan 11: Tahapan Kegiatan Pengelolaan Keuangan (Penugasan)


5. Minta 3 orang peserta sebagai sukarelawan untuk tampil ke depan
(sekurang-kurangnya ada 1 orang peserta perempuan);
6. Bagikan 1 set Kartu Tahapan Kegiatan(Media Fasilitasi 4.4.1) yang disusun
secara acak kepada setiap peserta dimaksud;
7. Minta setiap sukarelawan dimaksud menempelkan kartu di papan tulis
untuk menunjukan alur kegiatan pengelolaan keuangan Desa dengan
benar (atur jarak antar sukarelawan sehingga tidak bisa saling melihat
urutan kartu yang disusunnya);
8. Minta peserta lain memberikan komentar atas urutan kartu 3
sukarelawan itu.

Kegiatan 12: Ketentuan Pokok dan Prinsip-Prinsip Pengelolaan


Keuangan (Presentasi)
9. Pelatih menjelaskan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan desa(Media
Fasilitasi 4.4.2);
10. Pelatih menjelaskan pokok-pokok pengelolaan keuangan desa (Media
Fasilitasi 4.4.3).

Kegiatan 13: Rekening dan Bukti Transaksi (Curah Pendapat)


11. Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa: Rekening Desa dan Bukti
Transaksi;
12. Lakukan curah pendapat:
● Minta beberapa orang peserta mengemukakan pengertian Rekening
Desa.
● Ulangi langkah di atas untuk menjelaskan tentang Bukti Transaksi.
● Beri penegasan tentang Rekening Desa dan Bukti Transaksi.

Kegiatan 14: RAB (Curah Pendapat dan Kerja Kelompok)


13. Selanjutnya,pelatih memfasilitasi topik Rencana Anggaran Biaya (RAB),
dengan curah pendapat:
● Siapa yang bertugas/berkewajiban menyusun RAB?
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 104
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

● Apa tugas/kewajiban Sekdes dan Bendahara dalam penyusunan RAB?


14. Lakukan kerja kelompok, dengan membagi peserta menjadi 5
kelompok.Tujuan dari kerja kelompok ini dilakukan untuk memastikan
peserta dapat menghitung/menyusun RAB:
● Bagikan Lembar Kerja Kelompok 4.4.1 kepada setiap kelompok.
● Minta setiap kelompok mengerjakan Lembar Kerja dimaksud.
● Minta setiap kelompok untuk saling menukar hasil kerjanya dan
memberikan koreksi/catatan.
15. Tayangkan Flip Chart hasil perhitungan RAB dan berikan
penjelasan/penegasan sesuai hasil koreksi/catatan kelompok.

Kegiatan 15: SPP (Curah Pendapat dan Penugasan Perorangan)


16. Pelatih memberikan penjelsan tentang SPP, dan lakukan curah pendapat
tentang SPP, dengan topik:
● Siapa yang bertugas/berkewajiban mengajukan SPP?
● Apa tugas/kewajiban Sekdes dan Kepala Seksi dalam pengajuan SPP?
17. Minta setiap peserta mengerjakan form SPP (Lembar Kerja 4.4.2);
18. Berikan penegasan terkait proses dan tahapan pengajuan SPP.

Kegiatan 15: Buku Kas Pembantu Kegiatan (Curah Pendapat dan Kerja
Kelompok)
19. Minta peserta menjelaskan:
● Siapa yang bertugas/berkewajiban mengerjakan Buku Kas Pembantu
Kegiatan?
● Apa tugas/kewajiban perangkat desa dalam pengerjaan Buku Kas
Pembantu Kegiatan?
20. Selanjutnya, minta peserta untukkerja kelompok mempraktikkan
penyusunan Buku Kas Pembantu Kegiatan, dengan tahapan sebagai
berikut:
● Bagi peserta membentuk kelompok, sesuai jumlah peserta, minimal
5 kelompok.
● Bagikan Lembar Kerja Kelompok 4.4.3 kepada setiap kelompok (form
Buku Kas Pembantu Kegiatan).
● Minta setiap kelompok mengerjakan lembar kerja dimaksud.
● Kemudian lakukan pleno penjelasan terkait buku kas pembantu
kegiatan.

Kegiatan 16: Pengadaan barang dan jasa di Desa (Speed Reading


Perka LKPP No. 13 Tahun 2013)
21. Minta peserta membaca secara cepat terkait Perka LKPP No. 13/2013
untuk menjawab pertanyaan berikut:
● Bagaimana ketentuan dan tatacara pengadaan barang dan jasa di
Desa?
22. Berikan penegasan tentang pengadaan barang dan jasa di Desa.

Kegiatan 17: Buku Kas Umum (Tanya Jawab dan Penugasan


Perorangan)
23. Minta peserta menjelaskan pengertian dan fungsi buku kas umum;
24. Minta setiap peserta mengerjakan buku kas umum (Lembar Kerja 4.3.4);
25. Minta salah seorang peserta mempresentasikan hasil kerjanya;
26. Berikan penegasan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 105


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kegiatan 18: Laporan Realisasi APB Desa (Presentasi, Tanya Jawab


dan Penugasan Perorangan)
27. Paparkan fungsi, jenis dan waktu penyusunan laporan;
28. Minta setiap peserta mengerjakan laporan realisasi pelaksanaan APB
Desa semester I dan II (Lembar Kerja 4.4.5);
29. Minta peserta melakukan pemeriksaan silang hasil kerjanya;
30. Berikan penegasan dan pembulatan.

Kegiatan 19: Mewujudkan Prinsip Tata Kelola (Diskusi kelompok)


31. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok;
32. Minta setiap kelompok berdiskusi (Lembar Kerja 4.4.6);
33. Berikan penegasan.

Kegiatan 20: Menutup Sesi


34. Berikan apresiasi kepada seluruh peserta, dengan tepuk tangan yang
meriah dan tutup sesi ini dengan salam.

Media Fasilitasi 4.4.1

Kartu Tahapan Kegiatan Pengelolaan Keuangan Desa


(Bagikan secara acak, kemudian minta untuk menyusunnya secara benar sesuai
urutan tahapan kegiatan pengelolaan keuangan Desa. Hanya 5 dari 6 Kartu yang
harus ditempel sesuai urutan: Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan,
Pelaporan, dan Pertanggungjawaban)

Kartu ke 1

PERENCANAAN
Kartu ke 2

PELAKSANAAN
Kartu ke 3

PENATAUSAHAAN
Kartu ke 4

PELAPORAN
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 106
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kartu ke 5

PERTANGGUNGJAWABAN
Kartu ke 6

PEMERIKSAAN

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 107


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Media Fasilitasi 4.4.2

Prinsip-Prinsip Pengelolaan Keuangan Desa

Prinsip Makna
Transparan Semua kegiatan dan informasi terkait Pengelolaan
Keuangan Desa dapat diketahui dan diawasi oleh pihak
lain yang berwenang.
Akuntabel Setiap tindakan atau kinerja pemerintah/lembaga dapat
dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang
memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta
keterangan akan pertanggungjawaban.

Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran harus


dapat dipertanggungjawabkan dengan baik, mulai dari
proses perencanaan hingga pertanggungjawaban.
Partisipatif Setiap tindakan dilakukan dengan mengikutsertakan
keterlibatan masyarakat baik secara langsung maupun
tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat
menyalurkan aspirasinya.

Pengelolaan Keuangan Desa, sejak tahap perencanaan,


pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan
pertanggugjawaban wajib melibatkan masyarakat para
pemangku kepentingan di Desa serta masyarakat luas,
utamanya kelompok marjinal sebagai penerima manfaat
dari program/kegiatan pembangunan di Desa.
Tertib dan Disiplin Anggaran harus dilaksanakan secara konsisten dengan
Anggaran pencatatan atas penggunaannya sesuai dengan prinsip
akuntansi keuangan di desa.

Media Fasilitasi 4.4.3

Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Desa

POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DESA,


MENCAKUP:
1) Pengertian
2) Dasar Hukum
3) Asas-Asas Pengelolaan Keuangan Desa
4) Tahapan kegiatan Pengelolaan Keuangan Desa
5) Keterlibatan Masyarakat dalam Pengelolaan Keuangan Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 108


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Lembar Kerja Kelompok 4.4.1

Menyusun RAB

RENCANA ANGGARAN BIAYA


DESA …………………… KECAMATAN …………………………….
TAHUN ANGGARAN ................

1. Bidang : ..............................
2. Kegiatan : ..............................
3. Waktu Pelaksanaan :..............................

Rincian Pendanaan :
NO. URAIAN VOLUME HARGA JUMLAH
SATUAN (Rp.)
(Rp.)
1 2 3 4 5

JUMLAH (Rp.)

................., tanggal
………………….
Disetujui/mengesahkan
Kepala Desa Pelaksana Kegiatan

……………………………………
…………………………………….

Cara pengisian :
1. Bidang diisi dengan kode rekening berdasarkan klasifikasi kelompok belanja
desa.
2. Kegiatan diisi dengan kode rekening sesuai dengan urutan kegiatan dalam
APBDesa.
3. kolom 1 diisi dengan nomor urut.
4. kolom 2 diisi dengan uraian berupa rincian kebutuhan dalam kegiatan.
5. kolom 3 diisi dengan volume dapat berupa jumlah orang/barang.
6. kolom 4 diisi dengan harga satuan yang merupakan besaran untuk
membayar orang/barang.
7. kolom 5 diisi dengan jumlah perkalian antara kolom 3 dengan kolom 4.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 109


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Lembar Kerja 4.4.2

Form Pengajuan SPP

SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN ( SPP )

DESA …………………… KECAMATAN …………………………….


TAHUN ANGGARAN ................

1. Bidang : ..............................
2. Kegiatan : ..............................
3. Waktu Pelaksanaan :..............................

Rincian Pendanaan:
NO. URAIAN PAGU PENCAIRAN PERMINTAAN JUMLAH SISA
ANGGARAN S.D. YG SEKARANG SAMPAI DANA
LALU SAAT INI
(Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.)

JUMLAH

................., tanggal ………………….

Telah dilakukan verifikasi Pelaksana Kegiatan


Sekretaris Desa

…………………………………… …………………………………….

Setujui untuk dibayarkan Telah dibayar lunas


Kepala Desa Bendahara

…………………………………… …………………………………….

Petunjuk pengisian:
1. Bidang diisi dengan kode rekening berdasarkan klasifikasi kelompok belanja desa.
2. Kegiatan diisi dengan kode rekening sesuai dengan urutan kegiatan dalam
APBDesa.
3. Kolom 1 dengan nomor urut.
4. Kolom 2 diisi dengan rincian penggunaan dana sesuai rencana kegiatan.
5. Kolom 3 diisi dengan rincian pagu dana sesuai dengan rencana kegiatan.
6. Kolom 4 diisi dengan rincian jumlah anggaran yang telah dibayar sebelumnya.
7. Kolom 5 diisi dengan rincian yang dimintakan untuk dibayar.
8. Kolom 6 diisi dengan jumlah permintaan dana sampai saat ini.
9. Kolom 7 diisi dengan sisa anggaran

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 110


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Lembar Kerja Kelompok 4.4.3


BUKU KAS PEMBANTU KEGIATAN
DESA……………….. KECAMATAN…………………..
TAHUN ANGGARAN…………………………………….
1. Bidang :
2. Kegiatan :
Penerimaan (Rp.) Pengeluaran(Rp.) Jumlah Saldo
Nomor
No. Tanggal Uraian Dari Swadaya Pengembalian Kas
Bukti Belanja Barang Belanja
Bendahara Masyarakat dan Jasa Modal ke Bendahara (Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pindahan Jumlah dari
halaman sebelumnya
Jumlah
Total Penerimaan Total Pengeluaran
Total Pengeluaran + Saldo Kas
Desa………………..
…….,Tanggal……

Pelaksana Kegiatan
Cara pengisian:
1. Bidang diisi berdasarkan klasifikasi kelompok.
2. Kegiatan diisi sesuai dengan yang ditetapkan dalam APBDesa.
3. Kolom 1 diisi dengan nomor urut.
4. Kolom 2 diisi dengan tanggal transaksi.
5. Kolom 3 diisi dengan uraian transaksi.
6. Kolom 4 diisi dengan jumlah rupiah yang diterima bendahara.
7. Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah yang diterima dari masyarakat.
8. Kolom 6 diisi dengan nomor bukti transaksi.
9. Kolom 7 diisi dengan jenis pengeluaran belanja barang dan jasa.
10. Kolom 8 diisi dengan jenis pengeluaran belanja modal.
11. Kolom 9 diisi dengan jumlah rupiah yang dikembalikan kepada bendahara.
12. Kolom 10 diisi dengan jumlah saldo kas dalam rupiah.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 111


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Lembar Kerja 4.4.4


BUKU KAS UMUM
DESA …………………… KECAMATAN …………………………….
TAHUN ANGGARAN .......................

JUMLAH SALDO
No Tgl KODE
URAIAN PENERIMAAN PENGELUARAN NO BUKTI PENGELUARAN
. . REKENING
(Rp.) (Rp.) KOMULATIF
1 2 3 4 5 6 7 8 9

JUMLAH Rp. Rp.

……………., tanggal …………………

MENGETAHUI BENDAHARA DESA,


KEPALA DESA,

………………………………….. ………………………….
Cara Pengisian :
Kolom 1diisi dengan nomor urut penerima kas atau pengeluaran kas
Kolom 2 diisi dengan tanggal penerimaan kas atau pengeluaran kas
Kolom 3 diisi dengan kode rekening penerimaan kas atau pengeluaran kas
Kolom 4 diisi dengan uraian transaksi penerimaan kas atau pengeluaran kas
Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah penerimaan kas
Kolom 6 diisi dengan jumlah rupiah pengeluaran kas
Kolom 7 diisi dengan nomor bukti transaksi
Kolom 8 diisi dengan penjumlahan komulatif pengeluaran kas
Kolom 9 diisi dengan saldo kas.
Catatan :
sebelum ditandatangani Kepala Desa wajib di periksa dan di paraf oleh Sekretaris Desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 112


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
Lembar Kerja 4.4.5

LAPORAN REALISASI PELAKSANAAN


ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
SEMESTER PERTAMA
PEMERINTAH DESA…………..
TAHUN ANGGARAN………….

KODE URAIAN JUMLAH JUMLAH LEBIH/ KET


REKENIN ANGGARA REALISA KURAN .
G N SI G
(Rp.) (Rp.) (Rp.)
1 2 3 4
1 PENDAPATAN
1 1 Pendapatan Asli Desa
1 1 1 Hasil Usaha
1 1 2 Swadaya, Partisipasi dan
Gotong Royong
1 1 3 Lain-lain Pendapatan Asli
Desa yang sah

1 2 Pendapatan Transfer
1 2 1 Dana Desa
1 2 2 Bagian dari hasil pajak
&retribusi daerah
kabupaten/ kota
1 2 3 Alokasi Dana Desa
1 2 4 Bantuan Keuangan
1 2 4 1 Bantuan Provinsi
1 2 4 2 Bantuan Kabupaten / Kota

1 3 Pendapatan Lain lain


1 3 1 Hibah dan Sumbangan dari
pihak ke-3 yang tidak
mengikat
1 3 2 Lain-lain Pendapatan Desa
yang sah

JUMLAH PENDAPATAN

2 BELANJA
2 1 Bidang Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa
2 1 1 Penghasilan Tetap dan
Tunjangan
2 1 1 1 Belanja Pegawai:
- Penghasilan Tetap Kepala
Desa dan Perangkat
- Tunjangan Kepala Desa
dan Perangkat
- Tunjangan BPD
2 1 2 Operasional Perkantoran
2 1 2 2 Belanja Barang dan Jasa
- Alat Tulis Kantor
- Benda POS
- Pakaian Dinas dfan Atribut
- Pakaian Dinas
- Alat dan Bahan Kebersihan
- Perjalanan Dinas
- Pemeliharaan
- Air, Listrik,dasn Telepon
- Honor
- dst…………………..

2 1 2 3 Belanja Modal
- Komputer
- Meja dan Kursi
- Mesin TIK

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 113


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
- dst……………………..

2 1 3 Operasional BPD
2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggandaan
- Konsumsi Rapat
- dst…………………….

2 1 4 Operasional RT/ RW
2 1 4 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggadaan
- Konsumsi Rapat
- dst ………………………

2 2 Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa
2 2 1 Perbaikan Saluran Irigasi
2 2 1 2 Belanja Barang dan jasa
- Upah Kerja
- Honor
- dst………………..
2 2 1 3 Belanja Modal
- Semen
- Material
- dst…………

2 2 2 Pengaspalan jalan desa


2 2 2 2 Belanja Barang dan Jasa :
- Upah Kerja
- Honor
- dst………………………
2 2 2 3 Belanja Modal:
- Aspal
- Pasir
- dst ……………

2 2 3 Kegiatan…………………

2 3 Bidang Pembinaan
Kemasyarakatan
2 3 1 Kegiatan Pembinaan
Ketentraman dan Ketertiban
2 3 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor Pelatih
- Konsumsi
- Bahan Pelatihan
- dst…………………

2 3 2 Kegiatan…………………….

2 4 Bidang Pemberdayaan
Masyarakat
2 4 1 Kegiatan Pelatihan Kepala
Desa dan Perangkat
2 4 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor pelatih
- Konsumsi
- Bahan pelatihan
- dst…………………

2 4 2 Kegiatan………………………..

2 5 Bidang Tak Terduga


2 5 1 Kegiatan Kejadian Luar
Biasa
2 5 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor tim

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 114


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
- Konsumsi
- Obat-obatan
- dst……………………

2 5 2 Kegiatan………………………

JUMLAH BELANJA
SURPLUS / DEFISIT

3 PEMBIAYAAN
3 1 Penerimaan Pembiayaan
3 1 1 SILPA
3 1 2 Pencairan Dana Cadangan
3 1 3 Hasil Kekayaan Desa Yang
di pisahkan
JUMLAH ( RP )

3 2 Pengeluaran Pembiayaan
3 2 1 Pembentukan Dana
Cadangan
3 2 2 Penyertaan Modal Desa
JUMLAH ( RP )

DISETUJUI OLEH
KEPALA DESA ………………………

TTD
(……………………………….)

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 115


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
Lembar Kerja 4.4.5

LAPORAN REALISASI PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN


DAN BELANJA DESA
SEMESTER AKHIR TAHUN
PEMERINTAH DESA…………..
TAHUN ANGGARAN………….

KODE URAIAN JUMLAH JUMLAH LEBIH/ KET.


REKENIN ANGGARAN REALISASI KURANG
G (Rp.) (Rp.) (Rp.)
1 2 3 4
PINDAHAN SALDO
(SEMESTER PERTAMA )
1 PENDAPATAN
1 1 Pendapatan Asli Desa
1 1 1 Hasil Usaha
1 1 2 Swadaya, Partisipasi dan
Gotong Royong
1 1 3 Lain-lain Pendapatan Asli Desa
yang sah

1 2 Pendapatan Transfer
1 2 1 Dana Desa
1 2 2 Bagian dari hasil pajak
&retribusi daerah kabupaten/
kota
1 2 3 Alokasi Dana Desa
1 2 4 Bantuan Keuangan
1 2 4 1 Bantuan Provinsi
1 2 4 2 Bantuan Kabupaten / Kota

1 3 Pendapatan Lain lain


1 3 1 Hibah dan Sumbangan dari
pihak ke-3 yang tidak
mengikat
1 3 2 Lain-lain Pendapatan Desa
yang sah

JUMLAH PENDAPATAN

2 BELANJA
2 1 Bidang Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa

2 1 1 Penghasilan Tetap dan


Tunjangan
2 1 1 1 Belanja Pegawai:
- Penghasilan Tetap Kepala
Desa dan Perangkat
- Tunjangan Kepala Desa dan
Perangkat
- Tunjangan BPD
2 1 2 Operasional Perkantoran
2 1 2 2 Belanja Barang dan Jasa
- Alat Tulis Kantor
- Benda POS
- Pakaian Dinas dfan Atribut
- Pakaian Dinas
- Alat dan Bahan Kebersihan
- Perjalanan Dinas
- Pemeliharaan
- Air, Listrik,dasn Telepon
- Honor
- dst…………………..

2 1 2 3 Belanja Modal
- Komputer

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 116


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
- Meja dan Kursi
- Mesin TIK
- dst……………………..

2 1 3 Operasional BPD
2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggandaan
- Konsumsi Rapat
- dst…………………….
2 1 4 Operasional RT/ RW
2 1 4 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggadaan
- Konsumsi Rapat
- dst ………………………….

2 2 Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa
2 2 1 Perbaikan Saluran Irigasi
2 2 1 2 Belanja Barang dan jasa
- Upah Kerja
- Honor
- dst………………..
2 2 1 3 Belanja Modal
- Semen
- Material
- dst…………

2 2 2 Pengaspalan jalan desa


2 2 2 2 Belanja Barang dan Jasa :
- Upah Kerja
- Honor
- dst…………………………………
..
2 2 2 3 Belanja Modal:
- Aspal
- Pasir
- dst ……………

2 2 3 Kegiatan…………………

2 3 Bidang Pembinaan
Kemasyarakatan
2 3 1 Kegiatan Pembinaan
Ketentraman dan Ketertiban
2 3 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor Pelatih
- Konsumsi
- Bahan Pelatihan
- dst…………………
2 3 2 Kegiatan…………………

2 4 Bidang Pemberdayaan
Masyarakat
2 4 1 Kegiatan Pelatihan Kepala
Desa dan Perangkat
2 4 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor pelatih
- Konsumsi
- Bahan pelatihan
- dst…………………

2 4 2 Kegiatan………………………..

2 5 Bidang Tak Terduga


2 5 1 Kegiatan Kejadian Luar Biasa
2 5 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor tim

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 117


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
- Konsumsi
- Obat-obatan
- dst……………………

2 5 2 Kegiatan………………………

JUMLAH BELANJA

SURPLUS / DEFISIT

3 PEMBIAYAAN
3 1 Penerimaan Pembiayaan
3 1 1 SILPA
3 1 2 Pencairan Dana Cadangan
3 1 3 Hasil Kekayaan Desa Yang di
pisahkan
JUMLAH ( RP )

3 2 Pengeluaran Pembiayaan
3 2 1 Pembentukan Dana Cadangan
3 2 2 Penyertaan Modal Desa
JUMLAH ( RP )

DISETUJUI OLEH
KEPALA DESA ………………………

TTD
(……………………………….)

Lembar Kerja 4.4.6

Prinsip
Tahapan Kegiatan Tantangan
Transparansi Akuntabilitas
PPD Pembentukan Tim

Penyusunan RKP

Penyusunan RAPB Desa

PKD Pengadaan barang dan jasa


pelaksanaan kegiatan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 118


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Bahan Bacaan
PB.
Pembangunan Desa
4

Bahan Bacaan 1

PENGANTAR
Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran masyarakat Desa. Pembanguna dan Pemberdayaan Masyarakat Desa dilaukan dengan
melibatkan seluruh unsur masyarakat desa secara partispasi dan inklusi.
Pembangunan Desa dilaksanakan dengan tahapan:
1) Pendataan Desa.
a) Pendataan Desa tahap awal; dan
b) Pendataan Desa tahap pemutakhiran.
2) Perencanaan Pembangunan Desa.
a) penyusunan RPJM Desa; dan
b) penyusunan RKP Desa.
3) Pelaksanaan Pembangunan Desa.
a) persiapan pelaksanaan kegiatan Pembangunan Desa; dan
b) pelaksanaan kegiatan Pembangunan Desa.
4) Pertanggungjawaban Pembangunan Desa.
Prinsip Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, meliputi:
a) kemanusiaan; bahwa Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa dilakukan dengan
mengutamakan pemenuhan hak dasar, serta harkat dan martabat Masyarakat Desa.
b) keadilan; bahwa Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa dilakukan dengan
mengutamakan pemenuhan hak dan kepentingan seluruh warga Desa tanpa membeda-bedakan
atau nondiskriminasi.
3) kebhinekaan; bahwa Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa diselenggarakan dengan
mengakui dan menghormati keanekaragaman, baik keanekaragaman pilihan, pendapat, dan identitas
Masyarakat Desa maupun keanekaragaman budaya dan kearifan Desa sebagai pembentuk kesalehan
sosial berdasarkan nilai kemanusiaan universal.
4) keseimbangan alam; bahwa Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa diselenggarakan
dengan mengutamakan perawatan bumi yang lestari untuk keberlanjutan kehidupan manusia.
5) kepentingan nasional. bahwa Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa diselenggarakan
dengan mengutamakan pelaksanaan kebijakan strategis nasional untuk mewujudkan kesejahteraan
rakyat.
SDGs Desa merupakan arah kebijakan Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. SDGs
Desa adalah upaya terpadu Pembangunan Desa untuk
percepatan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. SDGs Desa bertujuan untuk mewujudkan:
1) Desa tanpa kemiskinan;
2) Desa tanpa kelaparan;
3) Desa sehat dan sejahtera;
4) pendidikan Desa berkualitas;
5) keterlibatan perempuan Desa;
6) Desa layak air bersih dan sanitasi;
7) Desa berenergi bersih dan terbarukan;
8) pertumbuhan ekonomi Desa merata;
9) infrastruktur dan inovasi Desa sesuai kebutuhan;
10)Desa tanpa kesenjangan;
11)kawasan permukiman Desa aman dan nyaman;
12)konsumsi dan produksi Desa sadar lingkungan;
13)Desa tanggap perubahan iklim;
14)Desa peduli lingkungan laut;
15)Desa peduli lingkungan darat;
16)Desa damai berkeadilan;
17)kemitraan untuk Pembangunan Desa; dan
18)kelembagaan Desa dinamis dan budaya Desa adaptif

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 119


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
Tujuan SDGs Desa diprioritaskan berdasarkan kondisi objektif Desa yang tergambarkan pada Sistem
Informasi Desa. Prioritas SDGs Desa menjadi pedoman bagi Pemerintah Desa, BPD dan masyarakat
Desa dalam menentukan arah kebijakan Perencanaan Pembangunan Desa, serta program dan/atau
kegiatan prioritas Pembangunan Desa. Pencapaian tujuan SDGs Desa paling lama bulan Desember
tahun 2030.
Pencapaian tujuan SDGs Desa diukur dengan melakukan evaluasi laju SDGs Desa berdasarkan Sistem
Informasi Desa. Evaluasi laju pencapaian SDGs Desa dilakukan oleh kepala Desa dengan melibatkan
masyarakat Desa. Hasil evaluasi laju pencapaian SDGs Desa, menjadi dasar bagi tim penyusun RKP
Desa dalam menyusun rancangan RKP Desa.

A. Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD)


Pemberdayaan masyarakat Desa, dapat diartikan sebagai suatu proses yang membangun manusia atau
masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat di Desa, perubahan perilaku masyarakat,
dan pengorganisasian masyarakat. Tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu
mengembangkan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan mengorganisir diri
masyarakat. Prioritas penggunaan Dana Desa untuk program dan kegiatan bidang Pemberdayaan
Masyarakat Desa, dialokasikan untuk mendanai kegiatan yang bertujuan meningkatkan kapasitas warga
atau masyarakat desa dalam pengembangan wirausaha, peningkatan pendapatan, serta perluasan
skala ekonomi individu warga atau kelompok masyarakat dan desa, antara lain:
1. Peningkatan investasi ekonomi desa melalui pengadaan, pengembangan atau bantuan alat-alat
produksi, permodalan, dan peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan pemagangan;
2. Dukungan kegiatan ekonomi baik yang dikembangkan oleh BUM Desa atau BUM Desa Bersama,
maupun oleh kelompok dan atau lembaga ekonomi masyarakat Desa lainnya;
3. Bantuan peningkatan kapasitas untuk program dan kegiatan ketahanan pangan Desa;
4. Pengorganisasian masyarakat, fasilitasi dan pelatihan paralegal dan bantuan hukum masyarakat
Desa, termasuk pembentukan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dan
pengembangan kapasitas Ruang Belajar Masyarakat di Desa (Community Centre);
5. Promosi dan edukasi kesehatan masyarakat serta dan ketersediaan atau keberfungsian tenaga
medis/swamedikasi di Desa;
6. Dukungan terhadap kegiatan pengelolaan Hutan/Pantai Desa dan Hutan/Pantai Kemasyarakatan;
7. Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat untuk energi terbarukan dan pelestarian lingkungan
hidup; dan/atau
8. Bidang kegiatan pemberdayaan ekonomi lainnya yang sesuai dengan analisis kebutuhan desa dan
telah ditetapkan dalam Musyawarah Desa.
B. Infrastruktur Desa (ID)
Arah kebijakan dan strategi pembangunan kawasan perdesaan nasional dijabarkan dalam Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun
2005-2025. Pemerintah pusat telah merealisasikan penyaluran dana desa tahap pertama kepada
pemerintah desa. Dana desa tersebut telah disalurkan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Setelah
disalurkan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT)
bertugas mengawal prioritas penggunaan Dana Desa agar sesuai dengan Peraturan Menteri yang telah
ditetapkan. Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa, dana desa di tahun 2016 ini
digunakan untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan berskala lokal desa bidang
Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. "Sesuai Permendes 21 tahun 2015, prioritas
pertama penggunaan dana desa yaitu untuk membangun infrastuktur antara lain jalan, irigasi, jembatan
sederhana, dan talud. Dalam tahap ini pembangunan perdesaan meliputi pengembangan agroindustri
padat karya, hingga intervensi harga dan kebijakan propertanian. Program Pembangunan Infrastruktur
Perdesaan merupakan salah satu program pembangunan infrastruktur untuk desa dan kawasan desa
yang berbasis pada partisipasi masyarakat.
Ruang lingkup pembangunan infrastruktur dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Pembangunan infrastruktur transportasi perdesaan guna mendukung peningkatan aksessibilitas
masyarakat desa, yaitu: jalan, jembatan, tambatan perahu;
2. Pembangunan infrastruktur yang mendukung produksi pertanian, yaitu: irigasi perdesaan.
3. Pembangunan infrastruktur yang mendukung pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat,
meliputi: penyediaan air minum, sanitasi perdesaan.[4]
Dalam mendukung upaya pengentasan kemiskinan di kawasan perdesaan ini merupakan
program lanjutan dari program pembangunan infrastruktur perdesaan sebelumnya, dengan
pendekatan salah satunya adalah keberpihakan pada yang miskin, yaitu orientasi kegiatan baik dalam
proses maupun pemanfaatan yang hasilnya diupayakan dapat berdampak langsung pada penduduk
miskin. Jenis-jenis infrastruktur tersebut menjadi dasar dalam pengelompokan pembangunan
infrastruktur yang dilakukan melalui pendampingan Desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 120


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
C. Pembangunan Partisipatif (PP)
Pembangunan yang partisipatif merupakan kegiatan pembangunan yang memadukan kebijakan
pemerintah dengan aspirasi masyarakat. Model pembangunan partisipatif mengasumsikan bahwa,
pertama masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan atau masalahnya sendiri; kedua, masyarakat
memiliki pengalaman melaksanakan kegiatan pembangunan; ketiga, pembangunan bukan hanya tugas
dan tanggungjawab pemerintah tetapi juga tugas dan tanggung jawab masyarakat. dalam proses
pembangunan masyarakat dilibatkan dalam perencanaan, perumusan kebutuhan, perumusan masalah
yang dihadapi, dalam pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan evaluasinya. Tujuan akhir pembangunan
partisipatif, meliputi:
1. Partisipasi dalam pembangunan dipandang sebagai hak terutama untuk rakyat miskin dan inheren
dalam strategi pembangunan dan pemberdayaan yang berorientasi kepada orang miskin (pro-
poor);
2. Partisipasi seluruh pihak yang terlibat (stakeholders) terutama ditujukan untuk
meningkatkan akurasi informasi dan relevansi realitas kehidupan yang diputuskan dan dibangun;
3. keikutsertaan pelaku atau pemanfaat utama pembangunan (stakeholdersutama) dapat
meningkatkan rasa kepemilikan dalam proses pembangunan, penggunaan sumberdaya lebih baik
untuk memobilisasi sumberdaya lokal dalam mensubstitusi input dari luar secara efektif dan
efisien;
4. Proses partisipasi meningkatkan ketrampilan, kapasitas dan jaringan bagi partisipan sehingga
mewujudkan pembangunan yang pro-poor, berbasis civil society dan pemberdayaan
Pola pembangunan partisipatif juga mendorong keswadayaan masyarakat. Swadaya masyarakat
berupa bantuan atau sumbangan baik dalam bentuk uang, material dan non fisik dalam bentuk tenaga
dan pemikiran dalam kegiatan pembangunan. Bentuk konkret swadaya masyarakat diantaranya adanya
gotong royong masyarakat, yaitu kegiatan kerjasama masyarakat dalam berbagai bidang pembangunan
yang diarahkan pada penguatan persatuan dan kesatuan masyarakat serta peningkatan peran aktif
masyarakat dalam pembangunan..

D. Pengembangan Ekonomi Desa (PED)


Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), dan Transmigrasi sedang mendorong
terbangunnya keterkaitan antara desa dan kota sebagai bagian dari strategi pengembangan kawasan
pedesaan di Indonesia. Mengacu pada Perpres 2/2015 tentang RPJMN 2015-2019, Kementerian Desa,
PDT, dan Transmigrasi membuat pemetaan tahapan-tahapan prosesnya. Untuk 5.000 desa tertinggal
menjadi desa berkembang, tahapannya adalah tahun 2015-2016 sebanyak 500 desa, kemudian 2016-
2022 sebanyak 1.000 desa, lalu tahun 2022-2018 sebanyak 1.500 desa, dan tahun 2018-2019 sebanyak
2000 desa, sehingga dalam lima tahun total 5000 desa tertinggal dapat menjadi desa berkembang.
Salah satu upaya yang dilakukan dengan mengembangkan ekonomi kawasan perdesaan sebagai
wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Pengembangan ekonomi kawasan pedesaan akan dilakukan
dengan mengembangkan sentra produksi, sentra industri pengolahan hasil pertanian dan perikanan,
serta membangun destinasi pariwisata. Selanjutnya, akses transportasi desa dengan pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi lokal atau pun wilayah harus terus ditingkatkan. Disamping itu, dikembangkan
juga kerjasama antar desa, antar daerah, dan antar pemerintah-swasta, termasuk kerjasama
pengelolaan BUM Desa serta mendorong pembangunan sarana bisnis atau pun pusat bisnis di
pedesaan.
Ruang lingkup pengembangan Ekonomi Perdesaan meliputi:
1. Meningkatkan kegiatan ekonomi desa yang berbasis komoditas unggulan, melalui pengembangan
rantai nilai, peningkatan produktivitas, serta penerapan ekonomi hijau;
2. Menyediakan dan meningkatkan sarana dan prasarana produksi, pengolahan, dan pasar desa;
3. Meningkatkan akses masyarakat desa terhadap modal usaha, pemasaran dan informasi pasar.
Mengembangkan lembaga pendukung ekonomi desa seperti BUM Desa, koperasi dan lembaga
ekonomi mikro lainnya.

E. Teknologi & Inovasi


Teknologi Tepat Guna Teknologi Tepat Guna (TTG) lahir sebagai jawaban (respons positif) para ilmuan,
peneliti, pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
kebutuhan, dan tantangan hidup masyarakat. Tujuan Teknologi Tepat Guna: Menerapkan konsep-
konsep manajemen modern ke dalam praktek (dunia nyata dan perilaku masyarakat) dalam upaya
optimalisasi hasil produksi/pendapatannya. Teknologi tepat guna merupakan salah satu alternatif untuk
mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat Desa. Teknologi tersebut harus berpotensi memenuhi
kriteria, yaitu: (a) mengkonversi sumberdaya alam, (b) menyerap tenaga kerja, (c) memacu industri
rumah tangga, dan (d) meningkatkan pendapatan masyarakat. Di wilayahya, bahwa untuk
mempercepat pemulihan ekonomi nasional, mempercepat kemajuan desa dan menghadapi persaingan
global dipandang perlu melakukan percepatan pembangunan perdesaan melalui pemberdayaan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 121


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
masyarakat di berbagai bidang yang didukung oleh penerapan dan pengembangan teknologi tepat
guna.
Konferensi Nasional Teknologi Tepat Guna 2014 dilakukan dalam dua kelompok Konferensi,
yaitu Kelompok Kebijakan dan Kelembagaan serta Kelompok Pemanfaatan dan Pemasyarakatan
Teknologi Tepat Guna. Jumlah peserta yang hadir sekitar 100 orang, berasal dari lembaga pemerintah
pusat dan daerah, peneliti dan akademisi dari perguruan tinggi, maupun praktisi pengusaha kecil
menengah dan lembaga swadaya masyarakat. Para peserta Konferensi menyepakati pula hal-hal
khusus di ranah Kebijakan, Kelembagaan, serta Pemanfaatan dan Pemasyarakatan Teknologi Tepat
Guna sebagai berikut:
1. Mendorong pengembangan dan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna untuk kemandirian
masyarakat desa sesuai dengan amanat Undang undang Desa Nomor 6 Tahun 2014.
2. Mendorong penguatan landasan hukum pengembangan dan pemasyarakatan Teknologi Tepat
Guna dari semula, Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2001 tentang Penerapan dan Pengembangan
Teknologi Tepat Guna menjadi Peraturan Pemerintah tentang Pengembangan dan Penerapan
Teknologi Tepat Guna. Kebijakan tersebut diperlukan sebagai landasan strategis nasional agar
teknologi tepat guna Indonesia mampu berkontribusi mendukung Implementasi Undang-Undang
Desa No 6 Tahun 2014.
3. Mendorong agar gerakan nasional pemanfaatan dan pemasyarakatan Teknologi Tepat Guna
untuk penanggulangan kemiskinan dapat dimasukan dalam RPJMN.
4. Mendorong adanya kebijakan finansial/perbankan yang berpihak kepada UMKM, khususnya
dalam hal kemudahan perolehan dan bunga pinjaman, sehingga penyediaan, implementasi
maupun scaling up dan scaling down (fine tunning) Teknologi Tepat Guna sesuai kebutuhan dan
berkesinambungan.
5. Diusulkan adanya Program Aksi Nasional untuk Pengembangan Pemanfaatan dan
Pemasyarakatan Teknologi Tepat Guna dengan melibatkan lebih banyak stakeholders
(multipihak) secara sinergi, didasari semangat kemitraan antara pemerintah, lembaga litbang,
universitas, swasta, dan masyarakat (quadruple helix) dapat terbangun dan berkelanjutan.
6. Mendorong pemanfaatan Teknologi Tepat Guna untuk penanggulangan kemiskinan dengan cara
mengintegrasikan program pemerintah, seperti: Pembangunan Wilayah Perbatasan,
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Lokal, Pengembangan Perdesaan dan lain lain.
Penguatan kelembagaan TTG meliputi:
1. Diperlukan adanya lembaga yang dibentuk berdasarkan kebijakan pemerintah dan berlandasan
hukum, yang mampu berfungsi menjembatani kepentingan masyarakat terhadap teknologi tepat
guna;
2. Memberikan arahan kepada Pemerintah Daerah untuk membangun lembaga intermediasi
Teknologi Tepat Guna dalam bentuk Pos Pelayanan Teknologi (Posyantek) di kecamatan dan
Warung Teknologi (Wartek) di desa, namun masih perlu dukungan kuat berbagai pihak baik di
level pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa;
3. Telah terbentuk Forum Komunikasi Nasional Teknologi Tepat Guna dan Forum Komunikasi
Posyantek Nusantara sebagai ajang interaksi penyedia teknologi, pengguna teknologi, pemerintah
daerah maupun lembaga intermediasi;
4. Telah terbentuk Clearing House Teknologi Tepat Guna Isi dari Clearing House ini adalah data dan
informasi Teknologi Tepat Guna hasil litbang lembaga riset, perguruan tinggi, maupun inovasi akar
rumput yakni hasil karya berbagai unsur masyarakat termasuk juga didalamnya panduan atau
pedoman pemanfaatan dan pemasyarakatan Teknologi Tepat Guna. Pusat Pengembangan
Teknologi Tepat Guna LIPI sebagai Clearring House: www.ttg; www.lipi.go.id. Jl. KS. Tubun No. 5
Subang 41213, email: ttg@mail.lipi.go.id.
Pemanfaatan dan Pemasyarakatan Teknologi Tepat Guna:
1. Diperlukan revitalisasi pemahaman baru mengenai terminologi teknologi tepat guna
yang bukan terbatas pada alat (piranti keras dan lunak) atau teknologi semata akan tetapi
lebih merupakan sebuah konsep pikir yang dimaknai sebagai pendekatan penerapan teknologi
secara komprehensif dengan mempertimbang-kan elemen teknologi, sosial, ekonomi dan
lingkungan yang mengedepankan pencapaian kesejahteraan masyarakat.
2. Diperlukan pedoman teknis Implementasi Teknologi Tepat Guna di masyarakat dengan
mengapresiasi ke-khasan wilayah (secara sosial, ekonomi dan lingkungan) sebagai tindakan pra-
implementasi Teknologi Tepat Guna perlu dilakukan penyiapan masyarakat pengguna sehingga
strategi implementasi akan selalu selaras dengan kebutuhan dan kondisi sosial-ekonomi
masyarakat.
3. Dalam melakukan pemasyarakatan teknologi tepat guna, mutlak harus disertai dengan
pendampingan untuk memastikan keberhasilan alih teknologi sesuai dengan tujuan Teknologi
Tepat Guna yakni mensejahterakan masyarakat.
4. Diperlukan langkah strategis Pemetaan Teknologi Tepat Guna di wilayahya untuk mengenali
potensi dan kebutuhan masyarakat terhadap Teknologi Tepat Guna untuk kemudian dibangun
Data Base yang mudah diakses oleh siapapun;
5. Membangun jejaring multisektor untuk peningkatan akses masyarakat ke dukungan teknologi,
finansial, pasar, dan perlindungan hak kekayaan intelektual. Contoh konkrit keberpihakan
Pemerintah Daerah yang layak diacu adalah Program Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan di
Kabupaten Musi Banyuasin yang mengadopsi konsep PNPM dan mengintegrasikan teknologi

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 122


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
tepat guna di dalam sebuah sistem yang mengarah pada pengejawantahan Undang Undang No
6 tahun 2014 tentang Desa;
6. Dasar pemikiran dari segala tindak strategis, seyogyanya adalah bagaimana membantu negara
menyelesaikan permasalahan dengan mengembangkan serta mengimplementasikan teknologi
tepat guna bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;
7. Diperlukan lembaga inkubasi teknologi yang dapat membantu masyarakat dalam memanfaatkan
Teknologi Tepat Guna untuk peningkatan kesejahteraan.

F. Pelayanan Sosial Dasar (PSD)


Penyelenggaraan pelayanan sosial dasar dilakukan untuk mengupayakan terpenuhinya kebutuhan
dasar dan taraf kesejahteraan sosial masyarakat di desa. Pelayanan sosial dasar dalam penyelenggaraan
pembangunana dan pemberdayaan desa dilakukan secara terpadu dengan melibatkan berbagai
pemangku kepentingan dan pelayanan sektoral secara efektif dan efisien. Berdasarkan isu-isu strategis
yang harus ditangani, sasaran peningkatan pelayanan sosial dasar ke depan diharapkan dapat
memenuhi lima hal. Pertama, terpenuhinya kebutuhan infrastruktur dasar permukiman yang memadai
bagi masyarakat perbatasan. Kedua, terpenuhinya kebutuhan pelayanan pendidikan dan kesehatan
yang memadai bagi masyarakat perbatasan. Ketiga, meningkatnya kualitas sumberdaya manusia (SDM)
masyarakat perbatasan. Keempat, tertatanya sistem tata kelola pemerintahan kawasan perbatasan.
Kelima, meningkatnya kualitas pelayanan serta sarana dan prasarana pelayanan pemerintahan di
kawasan perbatasan. Untuk mencapai sasaran tersebut, maka arah kebijakan peningkatan pelayanan
sosial dasar meliputi peningkatan infrastruktur dasar permukiman, peningkatan kualitas pelayanan
pendidikan dan kesehatan, serta peningkatan sistem tata kelola pemerintahan kawasan perbatasan dan
kualitas sarana dan prasarana pelayanan pemerintahan.
Ruang lingkup pelayanan sosial dasar di Desa, meliputi:
1. Memenuhi kebutuhan dasar masyarakat perdesaan dalam hal perumahan, sanitasi (air limbah,
persampahan, dan drainase lingkungan) dan air minum;
2. Memenuhi kebutuhan dasar masyarakat perdesaan dalam bidang pendidikan dan kesehatan
dasar (penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan serta tenaga pendidikan dan
kesehatan). Pemenuhan pelayanan pendidikan dan kesehatan merupakan upaya terhadap
pencapaian target SDG's;
3. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana dasar dalam menunjang kehidupan sosial-
ekonomi masyarakat perdesaan yang berupa akses ke pasar, lembaga keuangan, dan toko
saprodi pertanian/perikanan;
4. Meningkatkan kapasitas maupun kualitas jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, dan jaringan
transportasi;
5. Meningkatkan keberdayaan masyarakat adat, melalui penguatan lembaga adat dan Desa Adat,
perlindungan hak-hak masyarakat adat sesuai dengan perundangan yang berlaku;
6. Meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui penguatan sosial budaya masyarakat dan
keadilan gender (kelompok wanita, berkebutuhan khusus/difabel, pemuda, anak, dan TKI).

RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA


Pemerintah Desa menyusun RKP Desa sebagai penjabaran RPJM Desa. RKP Desa disusun oleh
Pemerintah Desa sesuai dengan informasi dari pemerintah daerah kabupaten/kota berkaitan dengan
pagu indikatif Desa dan rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah kabupaten/kota.RKP Desa mulai disusun oleh pemerintah Desa pada bulan Juli tahun berjalan.
RKP Desa ditetapkan dengan peraturan Desa paling lambat akhir bulan September tahun berjalan. RKP
Desa menjadi dasar penetapan APB Desa.
Kegiatan Penyusunan RKPDesa
Kepala Desa menyusun RKP Desa dengan mengikutsertakan masyarakat Desa, dilakukan dengan
kegiatan yang meliputi:
1) penyusunan perencanaan pembangunan Desa melalui musyawarah Desa;
2) pembentukan tim penyusun RKP Desa;
3) pencermatan pagu indikatif Desa dan penyelarasan program/kegiatan masuk ke Desa;
4) pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
5) penyusunan rancangan RKP Desa;
6) penyusunan RKP Desa melalui musyawarah perencanaan pembangunan Desa;
7) penetapan RKP Desa;
8) perubahan RKP Desa; dan
9) pengajuan daftar usulan RKP Desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 123


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
Penyusunan
Penyusunan Perencanaan Pembangunan Desa melalui Musyawarah Desa. Musyawarah Desa dalam
rangka penyusunan rencana pembangunan Desa, melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
1) mencermati ulang dokumen RPJM Desa;
2) menyepakati hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa; dan
3) membentuk tim verifikasi sesuai dengan jenis kegiatan dan keahlian yang dibutuhkan.

Tim Penyusun
Kepala Desa membentuk tim penyusun RKP Desa, terdiri dari:
1) kepala Desa selaku pembina;
2) sekretaris Desa selaku ketua;
3) ketua lembaga pemberdayaan masyarakat sebagai sekretaris; dan
4) anggota yang meliputi: perangkat desa, lembaga pemberdayaan masyarakat, kader
pemberdayaan masyarakat desa, dan unsur masyarakat.

Tim penyusun RKP Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut:


1) pencermatan pagu indikatif desa dan penyelarasan program/kegiatan masuk ke desa;
2) pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
3) penyusunan rancangan RKP Desa; dan
4) penyusunan rancangan daftar usulan RKP Desa.

Keterangan masing-masing kegiatan di atas adalah sebagai berikut:


a. Pencermatan Pagu Indikatif Desa dan Penyelarasan Program/Kegiatan Masuk ke Desa.
Kepala Desa mendapatkan data dan informasi dari kabupaten/kota tentang: pagu indikatif Desa;
dan rencana program/kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota yang masuk ke Desa.Data dan informasi diterima kepala Desa dari kabupaten/kota
paling lambat bulan Juli setiap tahun berjalan.
Tim penyusun RKP Desa melakukan pencermatan pagu indikatif Desa yang meliputi:
● rencana dana Desa yang bersumber dari APBN;
● rencana alokasi dana Desa (ADD) yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota;
● rencana bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota; dan
● rencana bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi dan
anggaran pendapatan belanja daerah kabupaten/kota.
b. Pencermatan Ulang RPJM Desa
Tim penyusunan RKP Desa mencermati skala prioritas usulan rencana kegiatan pembangunan Desa
untuk 1 (satu) tahun anggaran berikutnya sebagaimana tercantum dalam dokumen RPJM Desa.Hasil
pencermatan menjadi dasar bagi tim penyusun RKP Desa dalam menyusun rancangan RKP Desa.
c. Penyusunan Rancangan RKP Desa
Penyusunan rancangan RKP Desa berpedoman kepada:
a. hasil kesepakatan musyawarah Desa;
b. pagu indikatif Desa;
c. pendapatan asli Desa;
d. rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota;
e. jaring aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh DPRD kabupaten/kota;
f. hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
g. hasil kesepakatan kerjasama antar Desa; dan
h. hasil kesepakatan kerjasama Desa dengan pihak ketiga.

Rancangan RKP Desa dituangkan dalam format rancangan RKP Desa, dilampiri rencana kegiatan
dan Rencana Anggaran Biaya. Rencana kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya untuk kerjasama antar
Desa disusun dan disepakati bersama para kepala desa yang melakukan kerja sama antar Desa dan
diverifikasi oleh tim verifikasi.
Tim penyusun RKP Desa menyusun usulan prioritas program dan kegiatan. Usulan prioritas program
dan kegiatan dituangkan dalam rancangan daftar usulan RKP Desa. Rancangan daftar usulan RKP
Desa menjadi lampiran berita acara laporan tim penyusun rancangan RKP Desa. Tim penyusun RKP
Desa membuat berita acara tentang hasil penyusunan rancangan RKP Desa yang dilampiri dokumen
rancangan RKP Desa dan rancangan daftar usulan RKP Desa.Berita acara disampaikan oleh tim
penyusun RKP Desa kepada kepala Desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 124


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
Rancangan RKP Desa memuat rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat Desa.Rancangan RKP
Desa, berisi prioritas program dan kegiatan yang didanai:
a. pagu indikatif Desa;
b. pendapatan asli Desa;
c. swadaya masyarakat Desa;
d. bantuan keuangan dari pihak ketiga; dan
e. bantuan keuangan dari pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah
kabupaten/kota.
d. Perubahan RKP Desa
RKP Desa dapat diubah dalam hal:
a. terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau
kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau
b. terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota.
Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa yang diadakan
secara khusus untuk kepentingan pembahasan dan penyepakatan perubahan RKP Desa.
Penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan Desa disesuaikan dengan terjadinya
peristiwa khusus dan/atau terjadinya perubahan mendasar.
Hasil kesepakatan dalam musyawarah perencanaan pembangunan Desa ditetapkan dengan
peraturan Desa tentang RKP Desa perubahan sebagai dasar dalam penyusunan perubahan APB
Desa.
e. Pengajuan Daftar Usulan RKP Desa
Kepala Desa menyampaikan daftar usulan RKP Desa kepada bupati/walikota melalui camat.
Penyampaian daftar usulan RKP Desa aling lambat 31 Desember tahun berjalan. Daftar usulan RKP
Desa menjadi materi pembahasan di dalam musyawarah perencanaan pembangunan kecamatan
dan kabupaten/kota.
Bupati/walikota menginformasikan kepada pemerintah Desa tentang hasil pembahasan daftar
usulan RKP Desa. Informasi tentang hasil pembahasan daftar usulan RKP Desa diterima oleh
pemerintah Desa setelah diselenggarakannya musyawarah perencanaan pembangunan di
kecamatan pada tahun anggaran berikutnya.Informasi diterima pemerintah desa paling lambat
bulan Juli tahun anggaran berikutnya

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA


Dalam perencanaan pembangunan Desa, pemerintah Desa melaksanakan tahapan yang
meliputi:penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa); dan penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa). RPJM Desa, ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) bulan terhitung sejak pelantikan Kepala Desa.RKP Desa mulai disusun oleh pemerintah Desa pada
bulan Juli tahun berjalan.
Rancangan RPJM Desa memuat visi dan misi kepala Desa, arah kebijakan pembangunan Desa, serta
rencana kegiatan yang meliputi bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Langkah-Langkah Penyusunan RPJM Desa
Kepala Desa menyelenggarakan penyusunan RPJM Desa dengan mengikutsertakan unsur masyarakat
Desa. Penyusunan RPJM Desa dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi objektif Desa dan
prioritas program dan kegiatan kabupaten/kota.
Penyusunan RPJM Desa, dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:
● pembentukan tim penyusun RPJM Desa;
● penyelarasan arah kebijakan perencanaan pembangunan kabupaten/kota;
● pengkajian keadaan Desa;
● penyusunan rencana pembangunan Desa melalui musyawarah Desa;
● penyusunan rancangan RPJM Desa;
● penyusunan rencana pembangunan Desa melalui musyawarah perencanaan pembangunan
Desa; dan
● penetapan RPJM Desa.

1. Pembentukan Tim Penyusun RPJM Desa


Kepala Desa membentuk tim penyusun RPJM Desa, yang terdiri dari:
● kepala Desa selaku pembina;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 125


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
● sekretaris Desa selaku ketua atau bisa juga Ketua dijabat oleh tokoh masyarakat yang dipilih
dalam musyawah;
● ketua lembaga pemberdayaan masyarakat selaku sekretaris; dan
● anggota yang berasal dari perangkat Desa, lembaga pemberdayaan masyarakat, kader
pemberdayaan masyarakat Desa, dan unsur masyarakat lainnya.

Jumlah anggota tim penyusun RPJM Des, harus berjumlah ganjil, paling sedikit 7 (tujuh) orang dan paling
banyak 11 (sebelas) orang.Tim penyusun RPJM Des, harus mengikutsertakan perempuan. Tim penyusun
RPJM Des ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Tim penyusun RPJM Desa melaksanakan kegiatan
sebagai berikut: penyelarasan arah kebijakan pembangunan Kabupaten/ Kota; pengkajian keadaan
Desa; penyusunan rancangan RPJM Desa; danpenyempurnaan rancangan RPJM Desa.
2. Penyelarasan Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten/Kota
Tim penyusun RPJM Desa kemudian melakukan penyelarasan arah kebijakan pembangunan
kabupaten/ kota untuk mengintegrasikan program dan kegiatan pembangunan Kabupaten/Kota
dengan pembangunan Desa. Penyelarasan arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota dilakukan
dengan mengikuti sosialisasi dan/atau mendapatkan informasi tentang arah kebijakan pembangunan
kabupaten/kota. Informasi arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota sekurang-kurangnya
meliputi:
● rencana pembangunan jangka menengah daerah kabupaten/kota;
● rencana strategis satuan kerja perangkat daerah;
● rencana umum tata ruang wilayah kabupaten/kota;
● rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota; dan
● rencana pembangunan kawasan perdesaan.
3. Pengkajian Keadaan Desa
Tim penyusun RPJM Desa melakukan pengkajian keadaan Desa dalam rangka mempertimbangkan
kondisi objektif Desa.Pengkajian keadaan Desa, meliputi kegiatan sebagai berikut:
● penyelarasan data Desa (data SDGs, data IDM dan data-data lain yang relevan);
● penggalian gagasan masyarakat; dan
● penyuunan laporan hasil pengkajian keadaan Desa.

Laporan hasil pengkajian keadaan desa menjadi bahan masukan dalam musyawarah Desa dalam
rangka penyusunan perencanaan pembangunan Desa.
4. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa melalui musyawarah Desa
Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah Desa berdasarkan laporan hasil
pengkajian keadaan desa.Musyawarah Desa, membahas dan menyepakati sebagai berikut:
● laporan hasil pengkajian keadaan Desa yang bersumber dari data yg dimiliki Desa;
● rumusan arah kebijakan pembangunan Desa yang dijabarkan dari visi dan misi Kepala Desa; dan
● rencana prioritas kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Desa, pembangunanDesa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

5. Penyusunan Rancangan RPJM Desa


Tim penyusun RPJM Desa menyusun rancangan RPJM Desa berdasarkan berita acara sebagaimana
dimaksud di atas. Rancangan RPJM Desa, dituangkan dalam format rancangan RPJM Desa.Tim penyusun
RPJM Desa membuat berita acara tentang hasil penyusunan rancangan RPJM Desa yang dilampiri
dokumen rancangan RPJM Desa. Berita acara rancangan RPJM Desa disampaikan oleh tim penyusun
RPJM Desa kepada kepala Desa. Kepala Desa memeriksa dokumen rancangan RPJM Desa yang telah
disusun oleh Tim Penyusun RPJM Desa. Tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan berdasarkan
arahan kepala Desa dalam hal kepala Desa belum menyetujui rancangan RPJM Desa. Dalam hal
rancangan RPJM Desa telah disetujui oleh kepala Desa, maka langsung dilaksanakan musyawarah
perencanaan pembangunan Desa.
6. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa Melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa.
Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa yang diadakan untuk
membahas dan menyepakati rancangan RPJM Desa.Musyawarah perencanaan pembangunan Desa
diikuti oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan unsur masyarakat. Unsurmasyarakat
terdiri atas: tokoh adat; tokoh agama;tokoh masyarakat; tokoh pendidikan; perwakilan kelompok tani;
perwakilan kelompok nelayan; perwakilan kelompok perajin; perwakilan kelompok perempuan;
perwakilan kelompok pemerhati dan perlindungan anak; dan perwakilan kelompok masyarakat miskin.
Selain unsur masyarakat tersebut, musyawarah perencanaan pembangunan Desa dapat melibatkan
unsur masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
Musyawarah perencanaan pembangunan Desa membahas dan menyepakati rancangan RPJM
Desa.Hasil kesepakatan musyawarah perencanaan pembangunan Desa dituangkan dalam berita acara.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 126
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

7. Penetapan dan perubahan RPJM Desa


Kepala Desa mengarahkan Tim penyusun RPJM Desa melakukan perbaikan dokumen rancangan RPJM
Desa berdasarkan hasil kesepakatan musyawarah perencanaan pembangunan Desa.Rancangan RPJM
Desa menjadi lampiran rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa.Kepala Desa menyusun
rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa.Rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa dibahas
dan disepakati bersama oleh kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk ditetapkan menjadi
Peraturan Desa tentang RPJM Desa.
Kepala Desa dapat mengubah RPJM Desa dalam hal:
● terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis ekonomi, dan/atau kerusuhan
sosial yang berkepanjangan; atau
● terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau
pemerintah daerah kabupaten/kota.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 127


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Bahan Bacaan

PB. PENGELOLAAN KEUANGAN


4 DESA

Bahan Bacaan2

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

A. POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Pengertian

Keuangan Desa adalah Semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala
sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.

Pengelolaan Keuangan adalah Seluruh rangkaian kegiatan yang dimulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan hingga pertanggungjawaban yang dilaksanakan dalam satu
tahun anggaran, terhitung mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember. (Pengertian/difinisi yang dipetik
dari Permendagri No. 113 Tahun 2014).

Dasar Hukum dan Ketentuan Pengelolaan Keuangan Desa

Semua uang yang dipergunakan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa
adalah uang Negara dan uang rakyat, yang harus dikelola berdasar pada hukum atau peraturan yang
berlaku, khususnya:

1. UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa;


2. PP No. 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa;
3. PP No. 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN;
4. Permendagri No. 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

Peraturan lainnya yang terkait, antara lain:

1. UU No, 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik;


2. Peraturan Menteri Desa PDTT terkait prioritas penggunaan Dana Desa yang setiap tahun terbit.

Ketentuan-ketentuan pokok tentang Pengelolaan Keuangan Desa dalam UU No. 6 Tahun 2014
tercantum pada Pasal 71 – 75 yang mencakup: Pengertian keuangan desa, Jenis dan sumber-sumber
Pendapatan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa), Belanja Desa, dan Kepala Desa
sebagai pemegang kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa. Kemudian dijabarkan lebih rinci dalam PP
No. 43 Tahun 2014, sebagaimana termuat pada Pasal 80 (Penghasilan Pemerintah Desa), dan Pasal 90-
106. Ketentuan-ketentuan pokok dimaksud selanjutnya dijabarkan secara detil/teknis dalam
Permendagri No. 20 Tahun 2018. Dengan demikian, pengelola keuangan desa wajib menjadikan
Permendagri dimaksud sebagai “al kitab” yang harus selalu dirujuk, agar terhindar dari neraka di dunia
(Penjara) dan kelak di akhirat (Jahanam).

Asas Pengelolaan Keuangan Desa

Asas adalah nilai-niliai yang menjiwai Pengelolaan Keuangan Desa. Asas dimaksud melahirkan prinsip-
prinsip yang menjadi dasar dan harus tercermin dalam setiap tindakan Pengelolaan Keuangan Desa.
Asas dan prinsip tidak berguna bila tidak terwujud dalam tindakan. Sesuai Permendagri No. 20 Tahun
2018, Keuangan Desa dikelola berdasarkan asas-asas, yaitu:

Transparan
Terbuka - keterbukaan, dalam arti segala kegiatan dan informasi terkait Pengelolaan Keuangan Desa
dapat diketahui dan diawasi oleh pihak lain yang berwenang. Tidak ada sesuatu hal yang ditutup-tutupi
(disembunyikan) atau dirahasiakan. Hal itu menuntut kejelasan siapa, melakukan apa
serta bagaimanamelaksanakannya.

Transparandalam pengelolaan keuangan mempunyai pengertian bahwa informasi keuangan


diberikan secara terbuka dan jujur kepada masyarakat guna memenuhi hak masyarakat untuk
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 128
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan
sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang- undangan
(KK, SAP,2005).

Akuntabel
Mempunyai pengertian bahwa setiap tindakan atau kinerja pemerintah/lembaga dapat
dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta
keterangan akan pertanggungjawaban (LAN, 2003). Dengan denikian, pelaksanaan kegiatan dan
penggunaan anggaran harus dapat dipertanggungjawabkan dengan baik, mulai dari proses
perencanaan hingga pertanggungjawaban.

Partisipatif
Mempunyai pengertian bahwa setiap tindakan dilakukan dengan mengikutsertakan keterlibatan
masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat
menyalurkan aspirasinya.Pengelolaan Keuangan Desa, sejak tahap perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan dan pertanggugjawaban wajib melibatkan masyarakat para pemangku
kepentingan di desa serta masyarakat luas, utamanya kelompok marjinal sebagai penerima manfaat
dari program/kegiatan pembangunan di Desa.

Tertib dan disiplin anggaran


Mempunyai pengertian bahwa anggaran harus dilaksanakan secara konsisten dengan pencatatan atas
penggunaannya sesuai dengan prinsip akuntansi keuangan di desa.Hal ini dimaksudkan bahwa
pengelolaan keuangan desa harus sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Asas Penunjuk Perwujudannya Mengapa Penting?


Transparan ▪ Memudahkan akses publik ▪ Memenuhi hak masyarakat
terhadap informasi ▪ Menghindari konflik
▪ Penyebartahuan informasi
terkait Pengelolaan Keuangan
Desa
Akuntabel ▪ Laporan Pertanggungjawaban ▪ Mendapatkan legitimasi
▪ Informasi kepada publik masyarakat
▪ Mendapatkan kepercayaan
public
Partisipatif ▪ Keterlibatan efektif masyarakat ▪ Memenuhi hak masyarakat
▪ Membuka ruang bagi peran ▪ Menumbuhkan rasa memiliki
serta masyarakat ▪ Meningatkan keswadayaan
Masyarakat
Tertib dan ▪ Taat hokum ▪ Menghindari penyimpangan
Disiplin ▪ Tepat waktu, tepat jumlah ▪ Meningkatkan prefesionalitas
Anggaran ▪ Sesuai prosedur

TAHAPAN KEGIATAN PENGELOLAAN

Pengelolaan Keuangan Desa merupakan rangkaian kegiatan yang berlangsung dengan mengikuti siklus:

PERENCANAAN

PERTANGGUNGJAWABAN
PELAKSANAAN

PELAPORAN PENATAUSAHAAN

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 129


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
1. Perencanaan
Secara umum, perencanaan keuangan adalah kegiatan untuk memperkirakan pendapatan dan
belanja dalam kurun waktu tertentu di masa yang akan datang.
Perencanaan keuangan desa dilakukan setelah tersusunnya RPJM Desa dan RKP Desa yang menjadi
dasar untuk menyusun APBDesa yang merupakan hasil dari perencanaan keuangan desa.

RPJM Desa& RKP Desa APB Desa

2. Pelaksanaan
Pelaksanaan dalam pengelolaan keuangan desa merupakan implementasi atau eksekusi dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Termasuk dalam pelaksanaan diantaranya adalah proses
pengadaan barang dan jasa serta proses pembayaran.
Tahap pelaksanaan adalah rangkaian kegiatan untuk melaksanakan APBDesa dalam satu tahun
anggaran yang dimulai dari 1 Januari hingga 31 Desember. Atas dasar APBDesa dimaksud disusunlah
rencana anggaran biaya (RAB) untuk setiap kegiatan yang menjadi dasar pengajuan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP).

APB Desa RAB SPP

Pengadaan barang dan jasa, penyusunan Buku Kas Pembantu Kegiatan, dan Perubahan APB Desa
adalah kegiatan yang berlangsung pada tahap pelaksanaan.

3. Penatausahaan
Penatausahaan merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis (teratur dan masuk
akal/logis) dalam bidang keuangan berdasarkan prinsip, standar, serta prosedur tertentu sehingga
informasi aktual (informasi yang sesungguhnya) berkenaan dengan keuangan dapat segera
diperoleh.Tahap ini merupakan proses pencatatan seluruh transaksi keuangan yang terjadi dalam
satu tahun anggaran. Lebih lanjut, kegiatan penatausahaan keuangan mempunyai fungsi
pengendalian terhadap pelaksanaan APBDesa. Hasil dari penatausahaan adalah laporan yang dapat
digunakan untuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan itu sendiri.

4. Pelaporan
Pelaporan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan
hasil pekerjaan yang telah dilakukan selama satu periode tertentu sebagai bentuk pelaksanaan
tanggungjawab (pertanggungjawaban) atas tugas dan wewenang yang diberikan Laporan
merupakan suatu bentuk penyajian data dan informasi mengenai sesuatu kegiatan ataupun keadaan
yang berkenaan dengan adanya suatu tanggung jawab yang ditugaskan. Pada tahap ini, Pemerintah
Desa menyusun laporan realisasi pelaksanaan APBDes setiap semester yang disampaikan kepada
Bupati/walikota.

5. Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa dilakukan setiap akhir tahun anggaran yang
disampaikan kepada Bupati/Walikota dan di dalam Forum Musyawarah Desa.

Peran dan Keterlibatan Masyarakat dalam PKD


Sesuai makna yang terangkum dalam pengertian Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang
berhak mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri, maka peran dan keterlibatan masyarakat
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa menjadi keharusan. Karena, pada
dasarnya Desa adalah organisasi milik masyarakat. Tata kelola Desa secara tegas juga menyaratkan hal
itu, terlihat dari fungsi pokok Musyawarah Desa sebagai forum pembahasan tertinggi di desa bagi
Kepala Desa (Pemerintah Desa), BPD, dan unsur-unsur masyarakat untuk membahas hal-hal strategis
bagi keberadaan dan kepentingan desa.

Dengan demikian, peran dan keterlibatan masyarakat juga menjadi keharusan dalam Pengelolaan
Keuangan Desa. Oleh sebab itu, setiap tahap kegiatan PKD harus memberikan ruang bagi peran dan
keterlibatan masyarakat. Masyarakat dimaksud secara longgar dapat dipahami sebagai warga desa
setempat, 2 orang atau lebih, secara sendiri-sendiri maupun bersama, berperan dan terlibat secara
positif dan memberikan sumbangsih dalam Pengelolaan Keuangan Desa. Namun bila hal itu
dilakukan secara pribadi oleh orang seorang warga desa, tentu akan cukup merepotkan. Oleh karena
itu, peran dan keterlibatan dimaksud hendaknya dilakukan oleh para warga desa secara terorganisasi
melalui Lembaga Kemasyarakatan dan/atau Lembaga Masyarakat yang ada di desa setempat.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 130


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
Peran dan keterlibatan masyarakat menjadi faktor penting, karena: 1) Menumbuhkan rasa
tanggungjawab masyarakat atas segala hal yang telah diputuskan dan dilaksanakan. 2) Menumbuhkan
rasa memiliki, sehingga masyarakat sadar dan sanggup untuk memelihara dan mengembangkan hasil-
hasil pembangunan (swadaya), dan 3) Memberikan legitimasi/keabsahan atas segala yang telah
diputuskan.

Bagaimana peran dan keterlibatan itu diwujudkan dalam setiap tahap.kegiatan PKD? Apakah wujud
peran dan keterlibatan itu memiliki hubungan dengan asas-asas PKD? Tabel di bawah ini mencoba
memberikan gambaran:

Peran/Keterlibatan Masyarakat
Terkait dengan
Tahap Kegiatan Peran dan Keterlibatan
Asas
Perencanaan Memberikan masukan tentang rancangan APB Partisipatif
Desa kepada Kepala Desa dan/atau BPD
Pelaksanaan ▪ Bersama dengan Kasi, menyusun RAB, Partisipatif
memfasilitasi proses pengadaan barang dan Transparan
jasa, mengelola atau melaksanakan
pekerjaan terkait kegiatan yang telah
ditetapkan dalam Perdes tentang APB Desa.
▪ Memberikan masukan terkait perubahan
APB Desa
Penatausahaan Meminta informasi, memberikan masukan, Transparansi
melakukan audit partisipatif Akutabel
Tertib dan disiplin
anggaran
Pelaporan dan Meminta informasi, mencermati materi LPj, Partisipatif
Pertanggung- Bertanya/meminta penjelasan terkait LPj dalam Transparan
jawaban Musyawarah Desa Akuntabel

B. PENGELOLA KEUANGAN DESA

Pengantar

Pengelolaan Keuangan Desa melekat dalam fungsi dan tugas Pemerintah Desa. Dengan demikian,
Pengelola keuangan desa adalah aparat pemerintahan desa sesuai tugas danfungsinya yang ditetapkan
dalam peraturan perundangan. Guna memahami dengan benar “siapa, apa tugas dan
tanggungjawab” Pengelola dimaksud, perlu dipaparkan secara ringkas: 1) Struktur Pemerintah Desa. 2)
Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa. 3) Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD). 4)
Tugas dan Tanggungjawab Pengelola. 5) Etika Pengelola Keuangan Desa.

1. Struktur Pemerintah Desa


Sekretaris Desa memimpin sekretariat yang membawahi sebanyak-banyaknya 3 Urusan. Setiap
Urusan dipimpin oleh Kepala Urusan (Kaur),yang bertanggungjawab kepada Sekretaris, dan (dapat)
memiliki 1 orang atau lebih staf sesuai kebutuhan dan kemampuan keuangan desa. Salah seorang
staf Kaur ditetapkan sebagai Bendahara.Pelaksana Teknis – unit baru yang diperkenalkan UU No. 6
Tahun 2014- terdiri dari sebanyak-banyaknya 3 Seksi. Setiap Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi (Kasi)
yang langsung bertanggungjawab kepada Kepala Desa.

2. Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa


Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili Pemerintah
Desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan sebagaimana ditegaskan dalam Pasal
3 Permendagri No. 113 Tahun 2014.
3. PTPKD
Kepala Desa sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa, dalam melaksanakan
pengelolaan keuangan desa dibantu oleh Pelaksanan Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD)
yang dibentuk oleh Kepala Desa dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Dalam PTPKD
dimaksud Sekretaris Desa sebagai koordinator. Kepala Seksi sebagai pelaksana kegiatan sesuai
bidangnya, dan Bendahara, yaitu unsur staf sekretariat desa yang membidangi administrasi
keuangan.

4. Tugas dan tanggungjawab Pengelola


Masing-masing pelaku dalam PTPKD mengemban tugas dan tanggungjawab sebagaimana
dipaparkan dalam bagan di bawah ini.

Matrik Tugas dan Tanggung Jawab Pengelola


Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 131
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

No Pelaku Tugas dan Tanggung Jawab


Kepala Desa ● Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APB
Desa
● Mentapkan PTPKD
● Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan
penerimaan Desa
● Menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang
ditetapkan dalam APB Desa
● Melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran atas beban APBDesa
● Dalam melaksanakan pengelolaan keuangan Desa
dibantu oleh PTPKD
Sekretaris Desa ● Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan
(Koordinator PTPKD) APB Desa
● Menyusun rencana Peraturan Desa tentang APB
Desa, perubahan APB Desa dan pertanggungjawaban
pelaksanaan APB Desa
● Melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan
kegiatan yang telah ditetapkan dalam APB Desa
● Menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban
pelaksanaan APB Desa
● Melakukan verifikasi terhadap bukti-bukti
penerimaan dan pengeluaran APB Desa
Kepala Seksi ● Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang
menjadi tanggung jawabnya
● Melaksanakan kegiatan dan/atau bersama lembaga
kemasyarakatan Desa yang telah ditetapkan didalam
APB Desa
● Melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan
atas beban anggaran belanja kegiatan
● Mengendalikan pelaksanaan kegiatan
● Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan
kepada kepala desa
● Menyiapkan dokumen anggaran atas beban
pengeluaran pelaksanaan kegiatan
Bendahara Menerima, menyimpan, menyetorkan/membayar,
Staff di Urusan menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan
Keuangan penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran
pendapatan Desa dalam rangka pelaksanaan APB Desa

Etika Pengelola
Etika adalah rambu-rambu, patokan, norma, yang diturunkan dari nilai-nilai moral yang menjadi acuan
bertindak bagi seseorang dalam melaksankan tugas dan tanggungjawabnya. Etika ini menjadi sangat
penting bila seseorang dimaksud adalah pejabat publik yang menentukan nasib masyarakat. Etika
dimaksud bukan hukum, tetapi setiap tindakan yang melanggar etika pasti akan melanggar hukum. Etika
ini muncul dalam semua sisi kehidupan kita. Dalam tindak laku bermasyarakat misalnya, kita sejak dini
diajari untuk menghormati kepada orang yang lebih tua, sopan santun dalam berbicara, dan seterusnya.
Kejujuran, tidak mengambil segala sesuatu yang bukan haknya, mendahulukan kepentingan
masyarakat, adalah sedikit contoh yang menunjukkan etika dalam mengelola atau mengemban amanah
masyarakat. Etika ini menjembatani agar nilai-nilai moral bisa menjadi tindakan nyata.

Pengelola Keuangan Desa dituntut untuk menjunjung tinggi, memegang teguh etika mengelola
keuangan. Pertama, uang membawa godaan yang besar untuk melanggar etika dan hukum. Melanggar
etika akan berdampak pada sanksi sosial, yang menyebabkan merosotnya martabat seseorang di
hadapan masyarakat. Melanggar hukum tentu akan berhadapan dengan hukum, Dewasa ini terlalu
banyak aparat penyelenggara pemerintahan/Negara yang harus ‘pensiun dini’ karena masuk penjara.
Kedua, tugas dan tanggungjawab mengelola keuangan desa berhubungan erat dan menentukan nasib
rakyat desa. APBDesa untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Apakah desa-desa kita akan
menjadi desa yang maju dan rakyatnya sejahtera di masa mendatang, ditentukan sejauh mana etika
pengelolaan keuangan dipegang teguh para Pengelola Keuangan Desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 132


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
C. PERENCANAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Pengantar

Pengelolaan Keuangan Desa sebagai rangkaian kegiatan, diawali dengan kegiatan Perencanaan, yaitu
penyusunan APBDesa. Dengan demikian, penting untuk memahami secara tepat berbagai aspek
APBDesa: fungsi, ketentuan, struktur, sampai mekanisme penyusunannya, sebagaimana diuraikan
berikut.Secara umum, pengertian perencanaan keuangan adalah kegiatan untuk memperkirakan
pendapatan dan belanja untuk kurun waktu tertentu di masa yang akan datang. Dalam kaitannya dengan
Pengelolaan Keuangan Desa, perencanaan dimaksud adalah proses penyusunan APBDes.

Fungsi APB Desa

Sebagai dokumen yang memiliki kekuatan hukum, APBDesa menjamin kepastian rencana kegiatan,
dalam arti mengikat Pemerintah Desa dan semua pihak yang terkait, untuk melaksanakan kegiatan sesuai
rencana yang telah ditetapkan, serta menjamin tersedianya anggaran dalam jumlah yang tertentu yang
pasti, untuk melaksanakan rencana kegiatan dimaksud. APBDesa menjamin kelayakan sebuah kegiatan
dari segi pendanaan, sehingga dapat dipastikan kelayakan hasil kegiatan secara teknis.

Ketentuan Penyusunan APB Desa

Apa saja yang Harus Diperhatikan dalam Penyusunan APBDes?Dalam menyusun APBDes, ada beberapa
ketentuan yag harus dipatuhi:
▪ APBDesa disusun berdasarkan RKPDesa yang telah ditetapkan dengan Perdes.
▪ APBDesa disusun untuk masa 1 (satu) tahun anggaran, terhitung mulai 1 Januari sampai 31 Desember
tahun berikutnya.
▪ Rancangan APBDesa harus dibahas bersama dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
▪ APBDesa dapat disusun sejak bulan September dan harus ditetapkan dengan Perdes, selambat-
lambatnya pada 31 Desember pada tahun yang sedang dijalani.

Selain itu, secara teknis penyusunan APBDesa juga harus memperhatikan:

a. Pendapatan Desa
Pendapatan Desa yang ditetapkan dalam APBDes merupakan perkiraan yang terukur secara rasional
dan memiliki kepastian serta dasar hukum penerimaannya. Rasional artinya menurut pikiran logis
atau masuk akal serta sesuai fakta atau data.

b. Belanja Desa
Belanja desa disusun secara berimbang antara penerimaan dan pengeluaran, dan penggunaan
keuangan desa harus konsisten(sesuai dengan rencana, tepat jumlah, dan tepat peruntukan), dan
sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Pembiayaan Desa
Pembiayaan desa baik penerimaan pembiayaan maupun pengeluaran pembiayaan harus
disesuaikan dengan kapasitas dan kemampuan nyata/sesungguhnya yang dimiliki desa, serta tidak
membebani keuangan desa di tahun anggaran tertentu.

d. SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran)


Dalam menetapkan anggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya
(SiLPA), agar disesuaikan dengan kapasitas potensi riil yang ada, yaitu potensi terjadinya pelampauan
realisasi penerimaan desa, terjadinya penghematan belanja, dan adanya sisa dana yang masih
mengendap dalam rekening kas desa yang belum dapat direalisasikan hingga akhir tahun anggaran
sebelumnya.

Mekanisme, Tugas, dan Tanggungjawab Pelaku dalam Penyusunan APB Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 133


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Membaca Struktur APB Desa

Struktur/susunan APBDes terdiri dari tiga komponen pokok:


A. Pendapatan Desa
B. Belanja Desa
C. Pembiayaan Desa

Masing-masing komponen itu diuraikan lebih lanjut, sebagai berikut:

A. Pendapatan Desa

Pendapatan Desa, meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa
dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.

Kelompok
Jenis Pendapatan Rincian Pendapatan
Pendapatan
Pendapatan a. Hasil Usaha ● Hasil Bumdes, Tanah Kas Desa
Asli Desa b. Hasil Aset ● Tambatan perahu, pasar desa,
tempat pemandian umum,
jaringan irigasi
c. Swadaya, partisipasi, gotong ● Membangun dengan kekuatan
royong sendiri yang melibatkan peran
serta masyarakat berupa tenaga,
barang yang dinilai dengan uang

d. Lain-lain Pendapatan Asli ● Hasil pungutan desa


Desa
Transfer a. Dana Desa;
b. Bagian dari Hasil Pajak
Daerah Kabupaten/Kota dan
Retribusi Daerah;
c. Alokasi Dana Desa (ADD);
d. Bantuan Keuangan dari
APBD Provinsi; dan
e. Bantuan Keuangan APBD
Kabupaten/Kota.
Pendapatan a. Hibah dan Sumbangan dari ● Pemberian berupa uang dari
Lain-lain pihak ketiga yang tidak pihak ketiga
mengikat;
b. Lain-lain pendapatan Desa ● Hasil kerjasama dengan pihak
yang sah. ketiga atau bantuan perusahaan
yang berlokasi di desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 134


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
B. Belanja Desa

Belanja desa, meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam 1
(satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa
dipergunakan dalam rangka mendanai penyelenggaraan kewenangan Desa.
Jenis Kegiatan
Kelompok Belanja Jenis Belanja dan Rincian Belanja
(Sesuai RKP Desa)
Penyelenggaraan a. Kegiatan Belanja Pegawai
Pemerintahan Pembayaran 1. Pembayaran penghasilan tetap
Desa Penghasilan ▪ Kepala Desa (1 org)
Tetap dan ▪ Perangkat Desa (Kaur, Kasi, Kadus, dll
Tunjangan mis. 11 org)
2. Pembayaran tunjangan
▪ Kepala Desa
▪ Perangkat Desa (Kaur, Kasi, Kadus)
▪ BPD (mis: 5 org)
3. Insentif RT dan RW (mis: 5 RW, 25 RT)
b. Kegiatan Belanja Barang dan Jasa
operasional ▪ ATK, Listrik, Air, Telepon
kantor ▪ Fotocopy/Penggandaan
▪ Benda Pos
Belanja Modal
▪ Komputer
▪ Mesin Tik
▪ Meja, Kursi, Lemari
Pelaksanaan Kegiatan 1. Belanja Barang dan Jasa
Pembangunan Pembangunan ▪ Upah
Desa Jalan Lingkungan ▪ Sewa Mobil
(Rabat Beton), dll ▪ Minyak Bekesting
(contoh) ▪ Paku, Benang
2. Belanja Modal
▪ Marmer Prasasti
▪ Beton Readymix
▪ Kayu
▪ Pasir
▪ Batu
▪ Plastik Cor
Pembinaan Kegiatan 1. Belanja Barang dan Jasa
Kemasyarakatan Penyelenggaraan ▪ Honor Pelatih
Desa Keamanan dan ▪ Transport Peserta
Ketertiban ▪ Konsumsi
Lingkungan ▪ Alat Pelatihan
(contoh) ▪ Dll.
2. Belanja Modal
Pemberdayaan Kegiatan Pelatihan 1. Belanja Barang dan Jasa
Masyarakat Desa Kelompok Tani ▪ Honor Penyuluh Pertanian
(contoh) ▪ Transpor Penyuluh
▪ Konsumsi
▪ Alat Pelatihan
2. Belanja Modal

Belanja Tak
Terduga

Komposisi Belanja dalam APBDesa

Pasal 100, PP 43 2014, Belanja Desa yang ditetapkan dalam APB Desa digunakan dengan ketentuan:
a. paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja Desa digunakan untuk
mendanai penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa
b. paling banyak 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja Desa digunakan untuk:
1. penghasilan tetap dan tunjangan kepala Desa dan perangkat Desa;
2. operasional Pemerintah Desa;
3. tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa; dan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 135


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
4. insentif rukun tetangga dan rukun warga

Perhitungan Penghasilan Tetap (Siltap) Aparat Pemerintah Desa

Pasal 81 PP 43 Tahun 2014, Penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa dianggarkan dalam APB
Desa yang bersumber dari ADD. Pengalokasian ADD untuk penghasilan tetap kepala Desa dan
perangkat Desa menggunakan penghitungan sebagai berikut:
a. ADD yang berjumlah kurang dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) digunakan maksimal
60% (enam puluh perseratus);
b. ADD yang berjumlah Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.
700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah) digunakan maksimal 50% (lima puluh perseratus);
c. ADD yang berjumlah lebih dari Rp. 700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.
900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah) digunakan maksimal 40% (empat puluh perseratus);
d. ADD yang berjumlah lebih dari Rp. 900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah) digunakan
maksimal 30% (tiga puluh perseratus).

C. Pembiayaan Desa

Pembiayaan Desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya.

Penerimaan a. Sisa lebih perhitungan anggaran ● Pelampauan penerimaan


Pembiayaan (SiLPA) tahun sebelumnya pendapatan terhadap
b. Pencairan Dana Cadangan belanja
c. Hasil penjualan kekayaan desa ● Penghematan belanja
yang dipisahkan. ● Sisa dana kegiatan lanjutan.

Pengeluaran a. Pembentukan Dana Cadangan ● Kegiatan yang penyediaan


Pembiayaan b. Penyertaan Modal Desa. dananya tidak dapat
sekaligus/sepenuhnya
dibebankan dalam satu
tahun anggaran.

Mewujudkan Asas Pengkajian Keadaan Desa dalam Kegiatan Perencanaan

Perencanaan adalah awal dari sebuah kegiatan. Bila perencanaan itu dilakukan dengan tepat dan baik,
akan memberikan pengaruh yang besar terhadap pelaksanaan dan kemudian hasil kegiatan. Ketepata
perencanaan itu akan terjamin bila dalam prosesnya benar-benar mengacu pada ketentuan dan
didasarkan pada azas-azas Pengelolaan Keuangan Desa. Bagaimana agar azas-azas itu mewujud dalam
proses perencanaan? Tabel di bawah ini, mencoba memberikan gambaran.

Penerjemahannya dalam
Asas Yang dibutuhkan
Perencanaan
Partisipasi ▪ Pemerintah Desa membuka ▪ Komitmen Kepala Desa untuk
ruang/mengikutsertakan melibatkan masyarakat secara
masyarakat dalam menyusun optimal
RKP Desa maupun Rancangan ▪ Warga masyarakat yang
APBDesa memahami ketentuan mauoun
▪ BPD melakukan konsultasi teknis penyusunan APBDesa
dengan masyarakat sebelum ▪ Aturan dan mekanisme kerja
membahas Rancangan BPD yang memastikan adanya
APBDesa bersama Pemerintah konsultasi publik
Desa ▪ Tata kerja BPD untuk menyerap
▪ Masyarakat memberikan dan menampung aspirasi
masukan kepada Pemerintah masyarakat.
Desa dan/atau BPD
Transparansi Mengumumkan, ▪ Sosialisasi dilakukan secara
menginformasikan jadwal, resmi oleh Pemerintah Desa
agenda, dan proses dan BPD
perencanaan, serta hasil ▪ Sarana prasarana
perencanaan secara terbuka penyebartahuan informasi
kepada masyarakat ▪ Warga peduli informasi
Akuntabel ▪ Proses (tahap kegiatan) ▪ Mengumumkan,
dilakukan sesuai ketentuan menyosialisasikan ketentuan
▪ Kegiatan dilakukan oleh pihak dan proses peyusunan APBDesa
yang berkompeten ▪ Pembahasan Rancangan
APBDesa dilakukan secara
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 136
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
▪ Rencana disusun berdasarkan terbuka, dalam arti dapat
aspirasi masyarakat dan data dihadiri oleh masyarakat
▪ Rencana disepakati oleh para ▪ Warga yang peduli
pihak terkait pembahasan APBDesa
Tertib dan ▪ Mengalokasikan anggaran Rincian kegiatan dalam proses
Disiplin dalam jumlah tertentu dalam perencanaan yang membutuhkan
Anggaran APBDesa untuk membiayai dukungan pendanaan secara wajar.
proses perencanaan
▪ Anggaran dimaksud digunakan
secara tepat jumlah dan hanya
untuk kegiatan perencanaan

D. PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Pengantar

Berdasarkan APBDesa yang dihasilkan pada tahap Perencanaan, dimulailah tahap Pelaksanaan.
Kegiatan pokok pada tahap ini mencakup: penyusunan RAB, pengajuan Surat Permintaan Pembayaran
(SPP), dan selanjutnya pelaksanaan kegiatan di lapangan.

Pelaksanaan dalam Pengelolaan Keuangan Desa adalah rangkaian kegiatan untuk melaksanakan
rencana dan anggaran yang telah ditetapkan APBDesa. Kegiatan pokok dalam fase pelaksanaan ini pada
dasarnya bisa dipilah menjadi dua: 1) Kegiatan yang berkaitan dengan pengeluaran uang, dan 2)
Pelaksanaan kegiatan di lapangan.

Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa, adalah:
● Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa
dilaksanakan melalui rekening kas desa (pasal 24 ayat 1 Permendagri 113 Tahun 2014).
● Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah (pasal
24 ayat 3 Permendagri 113 Tahun 2014).
● Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat dilakukan sebelum rancangan
peraturan desa tentang APBDesa ditetapkan menjadi peraturan desa(pasal 26 ayat 1 Permendagri 113
Tahun 2014). Pengecualian untuk belanja pegawai yang bersifat mengikat dan operasional kantor
yang sebelumnya telah ditetapkan dalam Peraturan Kepala Desa.

Tugas dan Tanggungjawab Pelaku

Unsur Pengelola Tugas dan Tanggungjawab

Kepala Seksi (Kasi) ● Meyusun RAB - Rencana Anggaran Biaya.


● Mengajukan SPP – surat permohonan pencairan
● Memfasilitasi pengadaan Barang dan Jasa
● Mengerjakan Buku Kas Pembantu Kegiatan
Sekretaris Desa: ● Memverifikasi RAB
● Memverifikasi persyaratan pengajuan SPP
Kepala Desa ● Mengesahkan RAB
● Menyetujui SPP
Bendahara ● Melakukan pembayaran/pengeluaran uang dari kas Desa
● Mencatat transaksi dan menyusun Buku Kas Umum
● Mendokumentasikan bukti bukti pengeliaran

Rangkaian Kegiatan Pelaksanaan


Kegiatan awal yang harus dilakukan pada tahap ini meliputi: 1) Penyusunan RAB. 2) Pengadaan Barang
dan Jasa. 3) Pengajuan SPP. 4) Pembayaran, dan 5) Pengerjaan Buku Kas Pembantu Kegiatan. Rangkaian
kegiatan dimaksud, secara rinci diuraikan sebagai berikut:

1. Penyusunan RAB
Sebelum menyusun RAB, harus dipastikan tersedia data tentang standar harga barang dan jasa yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. Standar harga dimaksud diperoleh melalui
survey harga di lokasi setempat (desa atau kecamatan setempat). Dalam hal atau kondisi tertentu,
standar harga untuk barang dan jasa (tertentu) dapat menggunakan standar harga barang/jasa yang
ditetapkan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Adapun prosedur dan tatacara penyusunan RAB adalah sebagai berikut:


● Pelaksana Kegiatan (Kepala Seksi) menyiapkan RAB untuk semua rencana kegiatan
● Sekretaris Desa memverifikasi RAB dimaksud
● Kepala Seksi mengajukan RAB yang sudah diverifikasi kepada Kepala Desa
● Kepala Desa menyetujui dan mensahkan Rencana Anggaran Biaya Kegiatan (RAB).
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 137
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Contoh RAB
RENCANA ANGGARAN KEGIATAN
DESA : MUTIARA KEC.: BATU MULIA
TAHUN ANGGARAN …………

1. Bidang : Pelaksanaan Pembangunan Desa


2. Kegiatan : Jalan Lingkungan (Rabat Beton)
3. Waktu Pelaksanaan: …………….

Rincian Pendanaan
Harga
Jumlah
No. URAIAN Volume Satuan Satuan
Rp.
Rp.
1 2 3 4 5
1. Belanja Barang dan Jasa
1.1 Upah Pekerja 137 HOK 40.000 5.480.000
1.2 Upah Tukang 45 HOK 50.000 2.250.000
1.3 Paku 5-10 cm 11 Kg 16.000 176.000
1.4 Minyak Bekesting 4 Ltr 2.000 7.200
1.5 Benang 5 bh 3.000 15.000
1.6 Mobil Pik Up 4 hari 250.000 1.000.000
1.7 Ember 5 glg 5.000 25.000
Sub Total 1) 8.953.200
2. Belanja Modal

2.1 Beton Readymix 86 M3 800.000 68.800.000

2.2 Kayu Bekesting 2 M3 1.100.000 1.760.000

2.3 Pasir Urug 25 M3 110.000 2.706.000

2.4 Plastik cor 757 M2 2.000 1.514.000

2.5 Batu Scroup 11 M3 130.000 1.430.000

2.6 Papan Proyek 1 bh 150.000 150.000

2.7 Prasasti Marmer 1 bh 350.000 350.000

Sub Total 2) 76.710.000

Total 85.663.200,00

Desa Mutiara, tanggal.........


Disetujui/Mensahkan

Kepala Desa Pelaksana Kegiatan

2. Pengadaan Barang/Jasa

Berdasarkan RAB yang sudah disahkan Kepala Desa dan rencana teknis pengerjaan kegiatan di
lapangan, Kepala Seksi (Pelaksana Kegiatan) memproses/memfasilitasi Pengadaan Barang dan Jasa
guna menyediakan barang/jasa sesuai kebutuhan suatu kegiatan yang akan dikerjakan, baik yang
dilakukan secara swakelola maupun oleh pihak ketiga. Pengadaan barang dan jasa dimaksud
bertujuan untuk dan menjamin:
▪ Penggunaan anggaran secara efisien efisien
▪ Efektifitas pelaksanaan sebuah kegiatan
▪ Jaminan ketersediaan barang dan jasa yang sesuai (tepat jumlah, tepat waktu, dan sesuai
spesifikasi)
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 138
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
▪ Transparansi dan akuntabilitas dalam penyediaan barang/jasa
▪ Peluang yang adil bagi seluruh masyarakat atau pengusaha terutama yang berada di desa
setempat untuk berpartisipasi

Dengan demikian, pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan prinsip-prinsip efisien, efektif,
transparan, pemberdayaan masyarakat, gotong-royong, dan akuntabel serta sesuai dengan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa
dapat berjalan sesuai dengan tata kelola pemerintahan yang baik dan memberikan manfaat yang
optimal bagi pembangunan desa.
Prioritas bagi warga dan.atau pengusaha desa setempat, serta barang dan jasa yang tersedia atau
dapat disediakan di desa setempat, mengandung maksud untuk mendorong peningkatan kegiatan
ekonomi lolal/desa. Dengan demikian, memberikan dampak yang nyata bagi perkembangan
eknomi masyarakat desa. Namun, proses pengadaan itu harus tetap berdasar pada ketentuan dan
mekanisme yang ditetapkan dalam peraturan.

Peraturan Pengadaan Barang dan Jasa di Desa

Pengadaan barang dan/atau jasa di Desa, sebagaimana diatur dalam PP No. 43 tahun 2014, diatur
dengan peraturan bupati/walikota dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan.Dengan demikian, setiap Bupati/Wali Kota wajib menerbitkan Peraturan Bupati/Walikota
yang mengatur tatacara dan menggariskan ketentuan pengadaan barang dan jasa di desa.

Salah satuperaturan tentang pengadaan barang dan jasa adalah Perka LKPP No. 13 Tahun 2013
tentang Pedoman Tatacara Pengadaan Barang/Jasa di Desa. Dalam Perka dimaksud dinyatakan
secara jelas bahwa pengadaan barang/jasa yang bersumber dari APBDesa di luar ruang lingkup
pengaturan pasal 2 Perpres 54 /2010 jo Perpres 70/2012. Menurut Perka LKPP tersebut, tata cara
pengadaan barang/jasa oleh Pemerintah Desa yang sumber pembiayaannya dari APBDesa
ditetapkan oleh kepala daerah dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan Kepala LKPP dan
kondisi masyarakat setempat.

3. Pengajuan SPP

Selanjutnya, Kepala Seksi sebagai Koordinator Pelaksana Kegiatan mengajukan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) sesuai prosedur dan tatacara sebagai berikut:
▪ Berdasarkan RAB tersebut, Pelaksana Kegiatan membuat Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
kepada Kepala Desa dilengkapi dengan Pernyataan Tanggung Jawab Belanja dan Bukti
Transaksi. Ke
▪ Sekretaris Desa melakukan verifikasi terhadap SPP beserta lampirannya.
▪ Kepala Seksi mengajukan dokumen SPP yang sudah diverifikasi kepada Kepala Desa
▪ Kepala Desa menyetujui SPP dan untuk selanjutnya dilakukan pembayaran.

4. Pembayaran

Prosedur dan tatacara pembayaran ditetapkan sebagai berikut:


▪ Kepala Seksi menyerahkan dokumen SPP yang telah disetujui/disyahkan Kepala Desa
▪ Bendahara melakukan pembayaran sesuai SPP
▪ Bendahara melakukan pencatatan atas pengeluaran yang terjadi.

Tentang Pajak
Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib
menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
● Pajak adalah perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk secara
langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk
pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
● Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,
termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak. Jadi wajib pajak terdiri dari dua golongan
besar yaitu orang pribadi atau badan dan pemotong atau pemungut pajak.
● Pemotong pajak adalah istilah yang digunakan pemungut pajak penghasilan (PPh) atas
pengeluaran yang sudah jelas /pasti sebagai penghasilan oleh penerimanya. Misal
pengeluaran untuk gaji, upah, honorarium (imbalan kerja atau jasa) sewa, bunga, dividen,
royalti (imbalan penggunaan harta atas modal). Bendahara diwajibkan untuk memotong PPh
atas pembayaran terhadap penerima. Jenis-jenis PPh, ada PPh perorangan (PPh 21) dan PPh
badan (PPh 23).
● Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan terhadap penyerahan barang kena pajak (BKP) dan
Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha. Prinsip dasar cara pemungutan PPN adalah penjual atau
pengusaha kena pajak (PKP) memungut pajak dari si pembeli. Pembeli pada waktu menjual
memungut PPN terhadap pembeli berikutnya. Penjual atau PKP wajib menerbitkan Faktur

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 139


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
Pajak minimal dua rangkap. Lembar kedua untuk PKP penjual – namanya Pajak. Keluaran
dan lembar pertama untuk PKP pembeli – namanya pajak masukan. Tarif PPN pada
umumnya adalah 10% (sepuluh persen) dari harga jual selanjutnya yang harus dibayar oleh
pembeli adalah 110% (seratus sepuluh persen).
● Setiap penerimaan dan pengeluaran pajak dicatat oleh Bendahara dalam buku pembantu
kas pajak.

5. Pengerjaan Buku Kas Pembantu Kegiatan


Kepala Seksi/Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan pengeluaran yang
menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan dengan mempergunakan Buku Kas Pembantu
kegiatan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan didesa.Buku Kas Pembantu Kegiatan
ini berfungsi untuk mencatat semua transaksi penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan
kegiatan yang dilaksanakan oleh Pelaksana Kegiatan.

BUKU KAS PEMBANTU KEGIATAN


DESA……………….. KECAMATAN…………………..
TAHUN ANGGARAN…………………………………….
1. Bidang :………………………..
2. Kegiatan :………………………..

Penerimaan (Rp.) Pengeluaran(Rp.)


Belanja Jumlah
Nomor Saldo Kas
No Tgl Uraian Dari Swadaya Barang Belanja Pengembalian
Bukti (Rp.)
Bendahara Masyarakat dan Modal ke Bendahara
Jasa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pindahan
Jumlah dari
halaman
sebelumnya
Jumlah
Total Total Pengeluaran
Penerimaan
Total Pengeluaran + Saldo Kas

Desa………………..
…….,Tanggal……

Pelaksana Kegiatan

Mewujudkan Asas PKD dalam Kegiatan Pelaksanaan

Tahap Pelaksanaan ini adalah tahap yang rawan tindakan dan/atau peristiwa yang potensial
menghambat kelancaran pengerjaan kegiatan di lapangan, antara lain: konflik diantara pihak-pihak
terkait, penyimpangan, penyelewengan, dan penyalahgunaan wewenang, karena pada tahap ini terjadi
aliran uang yang nyata. Untuk menghindari semua itu, ketentuan dan azas-azas Pengelolaan Keuangan
Desa harus diperhatikan dan diwujudkan secara sungguh-sungguh.

Penerjemahannya dalam
Asas Yang dibutuhkan
Pelaksanaan
Partisipasi Masyarakat terlibat dalam: ▪ Kasi terkait membentuk tim penyusun
1. Survey harga RAB
2. Menyusun RAB ▪ Ada warga yang mengerti tentang
3. Memfasilitasi proses tatacara dan terampil menghitung RAB
pengadaan barang dan jasa
Transparansi ▪ Barang dan jasa yang ▪ Data harga dan spesifikasi barang dan
dibutuhkan diumumkan jasa yang umum berlaku di desa
secara terbuka setempat
▪ Standar harga hasil survey ▪ Warga yang memiliki pengetahuan
diumumkan secara terbuka tentang harga dan spesifikasi barang dan
▪ Spesifikasi barang dan jasa jasa yang dibutuhkan
yang dibutuhkan diumumkan ▪ Warga yang memiliki kemampuan
secara terbuka dan/atau usaha penyediaan barang dan
▪ (Bila pengadaan melalui jasa
pelelangan) Penawaran dari ▪ Mengumumkan renvana pengadaan
pemenang lelang diumumkan barang dan jasa
secara terbuka

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 140


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
Akuntabel ▪ Kegiatan dilakukan sesuai ▪ Mengumumkan, menyosialisasikan
ketentuan, prosesur, dan kegiatan yang akan dilaksanakan
tatacara yang telah ditetapkan ▪ Menyosialisasikan ketentuan dan
▪ Kegiatan dilakukan oleh pihak tatacara pelaksanaan kegiatan
yang berkompeten ▪ Warga yang memiliki keterampilan
▪ Setiap kegiatan didukung dan melakukan pemantauan
dapat dibuktikan dengan
dokumen yang
dipersyaratkan
▪ Menyampaikan laporan
perrtanggungjawaban
penggunaan dana secara
bertahap selama rentang
waktu pengerjaan kegiatan
▪ Membuka ruang bagi
masyarakat untuk melakukan
pemantauan
Tertib dan ▪ Mencatat/membukukan
Disiplin setiap transaksi pada hari
Anggaran transaksi terjadi.
▪ Data keuangan konsiten
(tepat jumlah dan tepat
penggunaan)

E. PENATAUSAHAAN KEUANGAN DESA

Pengantar

Penatausahaan adalah kegiatan yang nyaris dilakukan sepanjang tahun anggaran. Kegiatan ini berrtupu
pada tugas dan tanggungjawab Bendahara. Ketekunan dan ketelitian menjadi syarat dalam
melaksanakan kegiatan ini. Penatausahaan adalah pencatatan seluruh transaksi keuangan, baik
penerimaan maupun pengeluaran uang dalam satu tahun anggaran.

Ketentuan Pokok Penatausahaan


Pengelola Keuangan Desa, khususnya Bendahara, wajib memahami beberapa hal yang menjadi
ketentuan pokok dalam Penatausahaan, agar kegiatan Penatausahaan berlangsung secara benar dan
tertib. Secara ringkas, ketentuan pokok dimaksud disajikan pada tabel di bawah ini:

Transaksi/Kegiatan Ketentuan Pokok


Rekening Desa 1. Rekening Desa dibuka oleh Pemerintah Desa di bank Pemerintah atau
bank Pemerintah Daerah atas nama Pemerintah Desa.
2. Spesimen atas nama Kepala Desa dan Bendahara Desa dengan jumlah
rekening sesuai kebutuhan.
Penerimaan Penerimaan dapat dilakukan dengan cara:
1. Disetorkan oleh bendahara desa
2. Disetor langsung oleh Pemerintah supra desa atau Pihak III kepada
Bank yang sudah ditunjuk
3. Dipungut oleh petugas yang selanjutnya dapat diserahkan kepada
Bendahara Desa atau disetor langsung ke Bank.
Penerimaan oleh bendahara desa harus disetor ke kas desa paling lambat
tujuh hari kerja dibuktikan dengan surat tanda setoran

Pungutan Pungutan dapat dibuktikan dengan:


1. Karcis pungutan yang disahkan oleh Kepala Desa
2. Surat tanda bukti pembayaran oleh Pihak III
3. Bukti pembayaran lainnya yang sah
Pengeluaran 1. Dokumen penatausahaan pengeluaran harus disesuaikan dengan
peraturan desa tentang APBDesa atau Peraturan Desa tentang
Perubahan APBDesa
2. Pengeluaran dilakukan melalui pengajuan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP)

Tugas, Tanggung jawab, dan Prosedur Penatausahaan

● Bendahara Desa wajib melakukan penatausahaan terhadap seluruh penerimaan maupun


pengeluaran.
● Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan penerimaan uang yang menjadi
tanggungjawabnya melalui laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada kepala desa paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 141
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
● Kepala Seksi, selaku Pelaksana Kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan pengeluaran yang
menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan dengan mempergunakan buku pembantu kas
kegiatan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan didesa.

Prosedur penatausahaan penerimaan

a. Prosedur Penerimaan melalui Bendahara Desa


Penyetoran langsung melalui Bendahara Desa oleh pihak ketiga, dilakukan sesuai prosedur dan
tatacara sebagai berikut:

1) Pihak ketiga/penyetor mengisi Surat Tanda Setoran (STS)/tanda bukti lain.


2) Bendahara Desa menerima uang dan mencocokan dengan STS dan tanda bukti lainya.
3) Bendahara Desa mencatat semua penerimaan
4) Bendahara Desa menyetor penerimaan ke rekening kas desa
5) Bukti setoran dan bukti penerimaan lainnya harus diarsipkan secara tertib.

b. Prosedur Penerimaan melalui Bank


Penyetoran melalui bank oleh pihak ketiga dilakukan sesuai prosedur dan tata- cara sebagai berikut:
1) Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah Desa dlm rangka menyimpan uang dan surat berharga
lainnya yang ditetapkan sebagai rekening kas desa.
2) Pihak ketiga/penyetor mengisi STS/tanda bukti lain sesuai ketentuan yg berlaku.
3) Dokumen yg digunakan oleh bank meliputi :
● STS/Slip setoran
● Bukti penerimaan lain yg syah
4) Pihak ketiga/penyetor menyampaikan pemberitahuan penyetoran yg dilakukan melalui bank
kepada bendahara desa dengan dilampiri bukti penyetoran/slip setoran bank yg syah.
5) Bendahara desa mencatat semua penerimaan yg disetor melalui bank di Buku Kas Umum dan
Buku Pembantu bank berdasarkan bukti penyetoran/slip setoran bank

Buku Kas

Penatausahaan, baik penerimaan maupun pengeluaran dilakukan dengan menggunakan:

1) Buku Kas Umum


Buku Kas Umum ini berfungsi untuk mencatat semua transaksi baik penerimaan maupun
pengeluaran yang berkaitan dengan kas (uang tunai).

BUKU KAS UMUM


DESA …………………… KECAMATAN …………………………….
TAHUN ANGGARAN .......................

JUMLAH SALDO
No Tgl KODE PENERIMA PENGELUAR NO PENGELUAR
URAIAN
. . REKENING AN AN BUKTI AN
(Rp.) (Rp.) KUMULATIF
1 2 3 4 5 6 7 8 9

JUMLAH Rp. Rp.

……………., tanggal …………………

MENGETAHUI BENDAHARA DESA,


KEPALA DESA,

…………………… …………………

2) Buku Kas Pembantu Pajak


Berfungsi untuk mencatat semua transaksi penerimaan dan pengeluaran pajak (khususnya PPh
Pasal 21 dan PPn), dalam kaitannya Bendahara Desa sebagai Wajib Pungut (Wapu).

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 142


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

BUKU KAS PEMBANTU PAJAK


DESA …………………… KECAMATAN …………………………….
TAHUN ANGGARAN …..........

PEMOTONGAN PENYETORAN SALDO


No. TANGGAL URAIAN
(Rp.) (Rp.) (Rp.)
1 2 3 4 5 6

JUMLAH
....................tanggal...........................
Mengetahui
Kepala Desa Bendahara Desa

.......................................... ...................................

3) Buku Bank
Berfungsi untuk mencatat semua transaksi baik penerimaan maupun pengeluaran yang terkait
dengan bank (penarikan, penyetoran, dll).

BUKU BANK DESA


DESA …………………… KECAMATAN …………………………….
TAHUN ANGGARAN .........

BULAN :
BANK CABANG :
REK. NO. :

PEMASUKAN PENGELUARAN SALDO


TGL BUKTI BUN
N URAIAN SETOR PENARIK PAJA BIAYA
TRAN TRANSA GA
o TRANSAKSI AN AN K ADMINIST
SAKSI KSI BANK
(Rp.) (Rp.) (Rp.) RASI (Rp.)
(Rp.)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

TOTAL TRANSAKSI BULAN INI


TOTAL TRANSAKSI KUMULATIF


MENGETAHUI

KEPALA DESA BENDAHARA DESA,

………………….. ……………………

Bukti Transaksi

Selain berupa Buku Kas, Buku Bank dan Buku Kas Pembantu, bukti transaksi juga merupakan bagian dari
penatausahaan dalam pengelolaan keuangan. Tanpa bukti transaksi, transaksi bisa dianggap tidak sah.

Bukti transaksi adalah dokumen pendukung yang berisi data transaksi yang dibuat setelah melakukan
transaksi untuk kebutuhan pencatatan keuangan. Di dalam suatu bukti transaksi minimal memuat data:
pihak yang mengeluarkan atau yang membuat. Bukti transaksi yang baik adalah di dalamnya tertulis
pihak yang membuat, yang memverifikasi, yang menyetujui dan yang menerima.

Contoh Bukti Transaksi:

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 143


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
▪ Kuitansi: Merupakan bukti transaksi yang muncul akibat terjadinya penerimaan uang sebagai alat
pembayaran suatu transaksi yang diterima oleh si penerima uang.
▪ Nota Kontan (Nota): Merupakan bukti pembelian atau penjualan barang yang dibayar secara tunai.
▪ Faktur: Merupakan bukti pembelian atau penjualan barang yang dibayar secara kredit.
▪ Memo Internal (Memo): Merupakan bukti transaksi internal antara pihak-pihak dalam internal
lembaga. Misalnya: Pemakaian perlengkapan, penyusutan aktiva, penghapusan piutang, dll
▪ Nota Debit: Merupakan bukti pengembalian barang yang dibuat oleh pembeli. Barang dikembalikan
biasanya karena cacat atau tidak sesuai pesanan.
▪ Nota Kredit: Merupakan bukti pengembalian barang yang dibuat oleh penjual. Barang dikembalikan
biasanya karena cacat atau tidak sesuai pesanan

Status dan Fungsi Dokumen Penatausahaan


Buku Kas (Umum, Pajak, Pembantu Kegiatan, dan Bank), dan bukti-bukti transakasi adalah dokumen
resmi milik Pemerintah Desa. Dokumen dimaksud berfungsi untuk sumber data untuk keperluan
pemeriksaan/audit, dan juga sebagai barang bukti apabila diperlukan dalam proses hukum, dalam hal
terjadi dugaan penyelewengan keuangan, atau tindak pidana lain terkait keuangan desa. Dengan
demikian, tindakan secara sengaja menghilangkan, merusak, mengubah, seluruh atau sebagaian
dokumen dimaksud adalah tindakan melawan hukum.

Mewujudkan Asas Pengkajian Keadaan Desa dalam Kegiatan Penatausahaan


Bagaimana agar azas-azas Pengelolaan Keuangan Desa mewujud dalam kegiataan Penatausahaan?

Asas Penerjemahannya dalam Penatausahaan Yang dibutuhkan


Partisipasi Membuka peluang bagi kegiatan audit Warga yang memiliki
partisipatif kemampuan (pengetahuan dan
ketermpilan) untuk meoakukan
audit keuangan dan.atau proses
Transparan Mengumumkan secara terbuka Laporan
Bulanan Bendahara
Akuntabel ▪ Laporan bulanan Bendahara dilakukan
secara rutin
▪ Dilakukan rekonsiliasi rekening setiap
bulan
Tertib dan ▪ Laporan bulanan Bendahara dilakukan
Disiplin tepat waktu
Anggaran ▪ Laporan bulanan Bendahara memuat
semua transaksi dalam satu bulan laporan
▪ Data keuangan yang disampaikan
konsisten
▪ Setiap transaksi dapat dibuktikan dengan
bukti transaksi yang sah

F. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Pengantar

Pelaporan dan Pertanggungjawaban adalah babakan terakhir dalam siklus Pengelolaan Keuangan Desa.
Hal-hal pokok yang perlu dipahami berkenaan dengan Bab ini mencakup: pengertian dan makna laporan
pertanggungjawaban, tahap, prosedur, dan tatacara penyampaian laporan pertanggungjawaban. Selain
itu perlu dihayati bahwa pada hakikatnya laporan pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa
adalah pemenuhan tanggungjawab kepada masyarakat-rakyat desa atas pengelolaan uang dan
kepentingan rakyat oleh Pemerintah Desa.

Pelaporan

Pelaporan merupakan salah satu mekanisme untuk mewujudkan dan menjamin akuntabiltas
pengelolaan keuangan desa, sebagaimana ditegaskan dalam asas Pengelolaan Keuangan Desa (Asas
Akuntabel). Hakikat dari pelaporan ini adalah Pengelolaan Keuangan Desa dapat
dipertanggungjawabkan dari berbagai aspek: Hukum, administrasi, maupun moral. Dengan demikian,
pelaporan pengelolaan keuangan desa menjadi kewajiban PemerintaD desa sebagai bagian tak
terpisahkan dari penyelengaraan pemerintahan desa.

Fungsi

Pelaporan sebagai salah satu alat pengendalian untuk:


▪ Mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan, dan
▪ Mengevaluasi berbagai aspek (hambatan, masalah, faktor-faktor berpengaruh, keberhasilan, dan
sebagainya) terkait pelaksaan kegiatan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 144


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Prinsip

Hal-hal penting atau prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pelaporan ini, antara lain:
a) Menyajikan informasi data yang valid, akurat dan terkini.
b) Sistematis (mengikuti kerangka pikir logis)
c) Ringkas dan jelas
d) Tepat waktu sesuai kerangka waktu yang telah ditetapkan dalam Permendagri

Tahap, dan Prosedur Penyampaian Laporan

Pelaporan yang dimaksud dalam Pengelolaan Keuangan Desa adalah penyampaian laporan
realisasi/pelaksanaan APB Desa secara tertulis oleh Kepala Desa (Pemerintah Desa) kepada
Bupati/Walikota sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang
dipilah dalam dua tahap:
● Laporan Semester Pertama disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota paling lambat
pada akhir bulan Juli tahun berjalan
● Laporan Semester Kedua/Laporan Akhir disampaiakan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota
paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.

Dokumen

Dokumen laporan yang disampaikan adalah:

1. Form Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDesa Semester I, untuk Laporan Semester I


2. Form Realisasi Laporan Akhir, Untuk laporan akhir

Laporan Pertanggungjawaban

Laporan Pertanggungjawaban ini pada dasarnya adalah laporan realisasi pelaksanaan APBDesa yang
disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota setelah tahun anggaran berakhir pada 31
Desember setiap tahun. Laporan pertanggungjawaban ini harus dilakukan oleh Kepala Desa paling
lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.

Laporan Pertanggungjawaban ini ditetapkan dengan Peraturan Desa dengan menyertakan lampiran:
1. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa sesuai Form yang ditetapkan.
2. Laporan Kekayaan Milik Desa, dan
3. Laporan Program Sektoral dan Program Daerah yang masuk ke Desa

Pertanggungjawaban Kepada Masyarakat

Sejalan dengan prinsip transparansi, akuntabel, dan partisipatif yang merupakan ciri dasar tata kelola
pemerintahan yang baik (Good Governance), maka pertanggungjawaban tidak hanya disampaikan
kepada pemerintah yang berwenang, tetapi juga harus disampaikan kepada masyarakat baik langsung
maupun tidak langsung.

Secara langsung, pertanggungjawaban kepada masyarakat bisa disampaikan melalui Musyawarah Desa
sebagai forum untuk membahas hal-hal strategis, yang dihadiri BPD dan unsur-unsur masyarakat
lainnya. Selain itu, laporan pertanggungjawaban juga dapat disebarluaskan melalui berbagai sarana
komunikasi dan informasi: papan Informasi Desa, web site resmi pemerintah kabupaten atau bahkan
desa.

Penyampaian Informasi Laporan Kepada Masyarakat

Ditegaskan dalam asas pengelolaan keuangan adanya asas partisipatif. Hal itu berarti dalam
pengelolaan keuangan desa harus dibuka ruang yang luas bagi peran aktif masyarakat. Sejauh yang
ditetapkan dalam Permendagri, Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban
realisasi/pelaksanaan APBDesa wajib diinformasikan secara tertulis kepada masyarakat dengan
menggunakan media yang mudah diakses oleh masyarakat.

Maksud pokok dari penginformasian itu adalah agar seluas mungkin masyarakat yang mengetahui
berbagai hal terkait dengan kebijakan dan realisasi pelaksanaan APBDesa. Dengan demikian,
masyarakat dapat memberikan masukan, saran, koreksi terhadap pemerintah desa, baik yang
berkenaan dengan APBDesa yang telah maupun yang akan dilaksanakan.

Mewujudkan Asas Pengkajian Keadaan Desa dalam Kegiatan Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Sebagaimana telah dinyatakan di atas bahwa hakikat Pelaporan dan Pertanggungjawaban adalah
Pengelolaan Keuangan Desa dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai aspek: Hukum, administrasi,
maupun moral. Hal itu dapat dipenuhi apabila azas-azas Pengelolaan Keuangan Desa diwujudkan
secara baik dan benar.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 145
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Penerjemahannya dalam Pelaporan dan


Asas Yang dibutuhkan
Pertanggungjawaban
Partisipasi Membuka ruang bagi masyarakat untuk Mengagendakan penyampaian
mencermati laporan pertanggungjawaban Laporan pertanggungjawaban dalam
Pengelolaan Keuangan Desa Musyawarah Desa
Transparansi ▪ Menginformasikan secara terbuka ▪ Pengelolaan secara efektif
Laporan realisasi/pelaksanaan APBDesa media/sarana penyampaian
▪ Menyampaikan Laporan informasi
Pertanggungjawaban dalam forum ▪ Aspirasi masyarakat agar LPj
Musyawarah Desa diagendakan dalam Musyawarah
Desa
Akuntabel ▪ Laporan Semester I dan Laporan akhir ▪ Warga yang memiliki pengethuan
sesuai Form yang telah ditetapkan terkait laporan
▪ Isi/materi Lapaoran sesuai pertanggungjawaban Pengelolaan
▪ Dokumen Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
sesuai ketentuan ▪ Warga yang peduli dan menaruh
▪ Laporan Pertanggungjawaban disusun perhatian terhadap laporan
melalui proses pembahasan dengan pertanggungjawaban Pengelolaan
BPD Keuangan Desa
▪ Laporan disampaikan kepada
Bupati/Walikota sesuai ketentuan
▪ Laporan diinformasikan kepada
masyarakat secara terbuka
Tertib dan ▪ Laporan dilakukan tepat waktu Audit proses dan keuangan.
Disiplin ▪ Data dalam laporan konsisten/sesuai
Anggaran ▪ Data keuangan dalam laporan tepat
jumlah

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 146


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Rencana Pembelajaran
SPB Arah dan Orientasi
5.1 Pengembangan Ekonomi Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan potensi pengembangan ekonomi desa;
2. Menjelaskan peran Desa dalam penguasaan aset-aset strategis di Desa;
3. Menjelaskan kepemilikan kolektif atas kegiatan usaha ekonomi Desa.

Waktu
1 JPL (45Menit)

Metode
Penugasan perorangan, Curah pendapat, dan Presentasi

Media
Lembar curah pendapat dan Slide presentasi

Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop dan projector

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Pembukaan

1. Menjelaskan mengenai pokok bahasan serta tujuan sub pokok bahasan yang akan
disampaikan.

Kegiatan 2: Curah pendapat

1. Curah pendapat peserta dengan topik:


● Bagaimana kondisi pengembangan ekonomi desa saat ini?
● Dengan berlakunya UU No. 6/2014 tentang Desa, bagaimana pendapat peserta
tentang arah kemajauan ekonomi desa?
2. Ajak peserta menemukenali potensi-potensi yang dapat didayagunakan untuk
pengembangan ekonomi desa;
3. Tayangkan media contoh Desa yang berhasil mengembangkan potensi ekonominya
(cari Bumdes Lokal yang berhasil).

Kegiatan 3: Pengembangan Aset Desa (penayangan video tentang


pengembangan ekonomi desa, bisa ambil dari rekaman video lokal maupun dari
sumber lain yang relevan)
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 147
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

1. Tayangkan video, minta peserta mengikuti/mencermati secara seksama;


2. Minta beberapa peserta mengungkapkan hal-hal yang penting dan menarik dari
tayangan tersebut;
3. Catat hal-hal yang diungkapkan peserta;
4. Ajak peserta untuk mengelompokkan poin-poin penting hasil pemikirannya (Media
Fasilitasi 5.1.1);
5. Berikan pembulatan.

Media Fasilitasi 5.1.1

Identifikasi Strategi Pengembangan Aset Desa

Peran Pemerintah Strategi


No. Jenis Aset Aset Strategis
Desa Pengembangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Dst.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 148


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Rencana Pembelajaran

BUM Desa Sebagai Penggerak


SPB Perekonomian Desa
5.2

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menyebutkan fungsi dan peran BUM Desa dan BUM Desa Bersama dalam
pengembangan ekonomi desa;
2. Memahami alur dan tahapan pembentukan & pengembangan BUM Desa.

Waktu
1 JPL (45Menit)

Metode
Diskusi, Curah Pendapat dan Presentasi

Media
Lembar Diskusi dan Slide Presentasi

Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop dan projector

Proses Penyajian
Kegiatan 4: Pembukaan

Menjelaskan mengenai tujuan sub pokok bahasan yang akan disampaikan.

Kegiatan 5: Fungsi dan Peran BUM Desa (Curah Pendapat)

● Minta salah satu peserta bercerita tentang BUM Desa yang pernah dilihat/diketahui;
● Minta peserta yang lain menambahkan informasi tentang BUM Desa;
● Simpulkan fungsi dan peran BUM Desa berdasarkan pemahaman peserta.

Kegiatan 6: Pembentukan BUM Desa (Diskusi Kelompok)

● Bagi peserta menjadi beberapa kelompok;


● Share Permendesa No. 3 Tahun 2021, tentang pendaftaran, pendataan dan
pemeringkatan, pembinaan dan pengembangan, dan pengadaan barang/jasa Badan
Usaha Milik Desa/ Badan Usaha Milik Desa Bersama, kepada setiap kelompok;
● Minta setiap kelompok merumuskan alur, tahapan, ketentuan dan tata cara
pembentukan BUM Desa;
● Minta salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya;
● Berikan pembulatan.

Kegiatan 7: Menutup Sesi

● Menutup sesi ini dengan mengucapkan salam.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 149


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Bahan Bacaan
PB.
Pengembangan Ekonomi Desa
5

BADAN USAHA MILIK DESA (BUM DESA)

A. PENGANTAR

UU No. 6/2014 tentang Desa menjadi prioritas penting bagi Pemerintah dengan menempatkan posisi
Desa sebagai “kekuatan besar” yang akan memberikan kontribusi terhadap misi Indonesia yang
berdaulat, sejahtera, dan bermartabat. Prioritas tersebut tercermin dalam Nawacita, khususnya Cita
ketiga. Prioritas posisi Desa tersebut membutuhkan komitmen pengawalan implementasi UU Desa
secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan untuk mencapai Desa yang maju, kuat, mandiri, dan
demokratis. Salah satu wujud komitmen tersebut ialah pengaturan tentang BUM Desa dan BUM Desa
Bersama melalui PermendesaPDTT No. 4/2015 dan diperbaruhi melalui PermendesaPDTT No. 3/2021
sebagai pelaksanaan amanat UU Desa. Sebagai amanat UU Desa, BUM Desa dapat dimaknai sebagai:
1. Salah satu strategi kebijakan membangun Indonesia dari pinggiran melalui pengembangan usaha
ekonomi Desa yang bersifat kolektif.
2. Salah satu strategi kebijakan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia di Desa.
3. BUM Desa sebagai salah satu bentuk kemandirian ekonomi Desa dengan menggerakkan unit-unit
usaha yang strategis bagi usaha ekonomi kolektif Desa.

B. BUM DESA DAN TRADISI BERDESA

Konsepsi Tradisi Berdesa merupakan salah satu gagasan fundamental yang mengiringi pendirian BUM
Desa. Tradisi Berdesa sejajar dengan kekayaan modal sosial dan modal politik serta berpengaruh
terhadap daya tahan dan keberlanjutan BUM Desa. Inti gagasan dari Tradisi Berdesa dalam pendirian
BUM Desa adalah:
1. BUM Desa membutuhkan modal sosial (kerja sama, solidaritas, kepercayaan, dan sejenisnya) untuk
pengembangan usaha yang menjangkau jejaring sosial yang lebih inklusif dan lebih luas.
2. BUM Desa berkembang dalam politik inklusif melalui praksis Musyawarah Desa sebagai forum
tertinggi untuk pengembangan usaha ekonomi Desa yang digerakkan oleh BUM Desa.
3. BUM Desa merupakan salah satu bentuk usaha ekonomi Desa yang bersifat kolektif antara
pemerintah Desa dan masyarakat Desa. Usaha ekonomi Desa kolektif yang dilakukan oleh BUM
Desa mengandung unsur bisnis sosial dan bisnis ekonomi.
4. BUM Desa merupakan badan usaha yang dimandatkan oleh UU Desa sebagai upaya menampung
seluruh kegiatan di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh Desa dan/atau
kerja sama antar-Desa.
5. BUM Desa menjadi arena pembelajaran bagi warga Desa dalam menempa kapasitas manajerial,
kewirausahaan, tata kelola Desa yang baik, kepemimpinan, kepercayaan dan aksi kolektif.
6. BUM Desa melakukan transformasi terhadap program yang diinisiasi oleh pemerintah (government
driven; proyek pemerintah) menjadi “milik Desa”.

C. PEMBENTUKAN DAN PENDIRIAN BUM DESA

Pendirikan BUM Desa dalam peraturan perundang-undangan tentang Desa tersebut menunjukkan
pengakuan dan penghormatan terhadap prakarsa Desa dalam gerakan usaha ekonomi. Dari ketentuan
tersebut, Pendirian BUM Desa didasarkan atas prakarsa Desa yang mempertimbangkan:
a) inisiatif Pemerintah Desa dan/atau masyarakat Desa;
b) potensi usaha ekonomi Desa;
c) sumberdaya alam di Desa;
d) sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUM Desa; dan
e) penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan dan kekayaanDesa yang
diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha BUM Desa.

Dalam aras sistem hukum, prakarsa Desa tersebut memerlukan legitimasi yuridis dalam bentuk
Perbup/walikota tentang Daftar Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal
Berskala Desa. Di dalam Peraturan Bupati tersebut dicantumkan rumusan pasal (secara normatif)
tentang:
a) pendirian dan pengelolaan BUM Desa ke dalam ketentuan tentang Kewenangan Lokal Berskala Desa
bidang pengembangan ekonomi lokal Desa;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 150


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
b) penetapan BUM Desa ke dalam ketentuan tentang Kewenangan Lokal Berskala Desa di bidang
pemerintahan Desa.

Langkah prosedural selanjutnya adalah penerbitan Perdes tentang Kewenangan Berdasarkan Hak Asal
Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa yang mengembangkan isi Perbup/Walikota tersebut dengan
memasukkan pendirian, penetapan, dan pengelolaan BUM Desa.
Baik Peraturan Bupati/Walikota maupun Perdes tentang Daftar Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul
dan Kewenangan Lokal Berskala Desa yang memuat BUM Desa tersebut harus sinkron dengan isi RPJM
Desa, RKP Desa dan APB Desa yang juga mencantumkan BUM Desa dalam perencanaan bidang
pelaksanaan pembangunan Desa (item: rencana kegiatan pengembangan usaha ekonomi produktif).

Alur Pendirian BUM Desa

D. LANGKAH PELEMBAGAAN BUM DESA

Proses pelembagaan pelembagaaan BUM Desa harus dilakukan secara partisipatif. Tujuannya agar
pendirian BUM Desa benar-benar seirama dengan denyut nadi usaha ekonomi Desa dan demokratisasi
Desa. Langkah-langkah pelembagaan tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, sosialisasi tentang BUM Desa. Inisiatif sosialisasi kepada masyarakat Desa dapat dilakukan
oleh Pemerintah Desa, BPD, PLD (Pendamping Lokal Desa) baik secara langsung maupun bekerjasama
dengan (i) Pendamping Desa yang berkedudukan di kecamatan, (ii) Tenaga Ahli Pemberdayaan
Masyarakat yang berkedudukan di Kabupaten, dan (iii) Pendamping Pihak Ketiga (LSM, Perguruan
Tinggi, Organisasi Kemasyarakatan).

Langkah sosialisasi ini bertujuan agar masyarakat Desa dan kelembagaan Desa memahami tentang apa
BUM Desa, tujuan pendirian, manfaat pendirian dan lain sebagainya. Keseluruhan Pendamping perlu
melakukan upaya inovatif-progresif untuk meyakinkan masyarakat bahwa BUM Desa akan memberikan
manfaat kepada Desa.

Perumusan hasil sosialisasi yang memuat pembelajaran dari BUM Desa dan kondisi internaleksternal
Desa dapat dibantu oleh para Pendamping. Substansi sosialisasi selanjutnya menjadi rekomendasi pada
pelaksanaan Musyawarah Desa yang mengagendakan pendirian/ pembentukan BUM Desa.
Rekomendasi dari sosialisasi dapat menjadi masukan untuk:

o Rencana Pemetaan Aspirasi/Kebutuhan Masyarakat tentang BUM Desa oleh BPD dan nantinya
akan menjadi Pandangan Resmi BPD terkait BUM Desa; dan
o Bahan Pembahasan tentang BUM Desa yang disiapkan oleh Pemerintah Desa dan akan
disampaikan oleh Kepala Desa kepada BPD.

Kedua, pelaksanaan Musyawarah Desa. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
musyawarah antara BPD, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh BPD

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 151


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
untuk menyepakati hal yang bersifat strategis. Musyawarah Desa diselenggarakan oleh BPD yang
difasilitasi oleh Pemerintah Desa.

Pendirian atau pembentukan BUM Desa merupakan hal yang bersifat strategis. Pelaksanaan tahapan
Musyawarah Desa dapat dielaborasi kaitannya dengan pendirian/ pembentukan BUM Desa secara
partisipatif, demokratis, transparan dan akuntabel dengan berdasarkan kepada hak dan kewajiban
masyarakat.

Salah satu tahapan dalam Musyawarah Desa yang penting adalah Rencana Pemetaan
Aspirasi/Kebutuhan Masyarakat tentang BUM Desa oleh BPD. Anggota BPD dapat bekerjasama dengan
para Pendamping untuk melakukan Kajian Kelayakan Usaha pada tingkat sederhana yakni:
a) menemukan potensi Desa yang dapat dikembangkan melalui pengelolaan usaha/bisnis.
b) mengenali kebutuhan sebagian besar warga Desa dan masyarakat luar Desa.
c) merumuskan bersama dengan warga Desa untuk menentukan rancangan alternatif tentang unit
usaha dan klasifikasi jenis usaha. Unit usaha yang diajukan dapat berbadan hukum (PT dan LKM)
maupun tidak berbadan hukum.
d) klasifikasi jenis usaha pada lokasi Desa yang baru memulai usaha ekonomi Desa secara kolektif,
disarankan untuk merancang alternatif unit usaha BUM Desa dengan tipe pelayanan atau bisnis
sosial dan bisnis penyewaan. Kedua tipe unit usaha BUM Desa ini relatif minim laba namun minim
resiko kerugian bagi BUM Desa.
e) organisasi pengelola BUM Desa termasuk dalam susunan kepengurusan (struktur organisasi dan
nama pengurus). Struktur organisasi menjadi bahan pembahasan dalam Musyawarah Desa dan
nantinya akan menjadi bagian substantif dalam Perdes tentang Pendirian BUM Desa. Adapun
susunan nama pengurus BUM Desa dipilih langsung dalam Musyawarah Desa agar
pengurus/pengelola BUM Desa mendapat legitimasi penuh dari warga Desa. Kesepakatan atas
subjek/orang dalam susunan kepengurusan BUM Desa selanjutnya ditetapkan dalam Keputusan
Kepala Desa. Susunan kepengurusan organisasi pengelola BUM Desa terdiri dari Penasihat,
Pelaksana Operasional dan Pengawas. Penamaan susunan kepengurusan dapat menggunakan
penyebutan nama setempat yang dilandasi semangat kekeluargaan dan kegotongroyonan.
f) modal usaha BUM Desa. Modal awal BUM Desa bersumber dari APB Desa. Modal BUM Desa terdiri
atas penyertaan modal Desa dan penyertaan modal masyarakat Desa.
g) rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa (AD/ART) dibahas dalam
Musyawarah Desa dan hasil naskah AD/ART itu diputuskan oleh Kepala Desa sebagaimana diatur
dalam Pasal 136 ayat (5) PP No. 47/2015. AD/ART tersebut dibahas dalam Musyawarah Desa agar
prakarsa masyarakat Desa tetap mendasari substansi AD/ART.
h) pokok bahasan opsional tentang rencana investasi Desa yang dilakukan oleh pihak luar dan
nantinya dapat dikelola oleh BUM Desa.
Ketiga, penetapan Perdes tentang Pendirian BUM Desa (Lampiran: AD/ART sebagai bagian tak-
terpisahkandari Perdes). Susunan nama pengurus yang telah dipilih dalam Musdes, dijadikan dasar oleh
Kepala Desa dalam penyusunan surat keputusan Kepala Desa tentang Susunan Kepengurusan BUM
Desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 152


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pokok Bahasan 6
PENGUATAN KEBERDAYAAN MASYARAKAT

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 153


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Rencana Pembelajaran

SPB Pemberdayaan Masyarakat


6.1 Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pemberdayaan sebagai proses sosial-politik;
2. Menjelaskan tahapan pemberdayaan masyarakat;
3. Menjelaskan pemberdayaan bertumpu pada hak-hak masyarakat;
4. Menjelaskan pemberdayaan untuk meningkatkan posisi dan daya tawar
masyarakat;
5. Menjelaskan pemberdayaan untuk mewujudkan kemandirian masyarakat.

Waktu
45Menit

Metode
Curah pendapat, Diskusi kelompok dan Paparan

Media
Lembar tayang dan Bahan bacaan

Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Pembukaan
1. Buka acara dengan mengucapkan salam dan sampaikan tujuan, proses dan hasil yang
ingin dicapai.

Kegiatan 2: Konsepsi Pemberdayaan (Presentasi dan Tanya Jawab)


2. Paparkan pemberdayaan sebagai paradigma pembangunan;
3. Paparkan pemberdayaan sebagai proses sosial politik bertumpu pada hak untuk
meningkatkan daya tawar masyarakat;
4. Minta beberapa peserta bertanya dan atau mengungkapkan pendapat;
5. Berikan penegasan.

Kegiatan 3: Tahapan Pemberdayaan (Refleksi)


6. Minta peserta mengungkapkan pengalamannya melakukan pemberdayaan
masyarakat;
7. Pandu peserta merumuskan tahapan pemberdayaan;
8. Berikan penegasan.

Kegiatan 4: Hubungan Pemberdayaan dengan Kemandirian (Presentasi dan


Tanya Jawab)
9. Paparkan pemberdayaan masyarakat untuk mewujudkan kemandirian masyarakat;
10. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat;
11. Berikan penegasan.

Kegiatan 5: Menutup Sesi

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 154


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 155


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Rencana Pembelajaran
SPB
Strategi Penguatan Kader
6.2 Pemberdayaan Masyarakat
Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi kekurangan/kelemahan KPMD;
2. Menjelaskan penyebab kekurangan/kelemahan dimaksud;
3. Merumuskan cara mengatasi kekurangan/kelemahan dimaksud.

Waktu
90 Menit

Metode
Curah Pendapat, Diskusi Kelompok dan Paparan

Media
Lembar Tayang dan Bahan Bacaan

Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus

Proses Penyajian
Kegiatan 6: Pembukaan

1. Pelatih membuka acara dengan mengucapkan salam;


2. Sampaikan tujuan, proses dan hasil yang ingin dicapai.

Kegiatan 7: Posisi Strategis Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa


(Brainstorming)

3. Minta peserta mengungkapkan pendapat tentang posisi strategis Kader Pemberdayaan


Masyarakat Desa (KPMD) dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa;
4. Ajak peserta merumuskan bersama Posisi strategis KPMD.

Kegiatan 8: Identifikasi Kekurangan dan Kelemahan serta Upaya Penguatan


(Diskusi Kelompok)

5. Bagi peserta dalam beberapa kelompok;


6. Minta peserta berdiskusi; (gunakan Lembar Kerja 6.2.1)
7. Minta salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya;
8. Minta kelompok lainnya untuk menanggapi dan mengkritisi;
9. Berikan penegasan.

Kegiatan 9: Menutup sesi

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 156


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
Lembar Kerja 6.2.1

Identifikasi Kelemahan dan Strategi Penguatan KPMD


No. Kelemahan & Kekurangan Faktor Penyebab Upaya Penguatan

1.

2.

3.

Dst
.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 157


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Rencana Pembelajaran

SPB Strategi Penguatan Lembaga


6.3 Kemasyarakatan Desa

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi kekurangan/kelemahan Lembaga Kemasyarakatan Desa;
2. Menjelaskan penyebab kekurangan/kelemahan dimaksud;
3. Menjelaskan cara untuk mengatasi kekurangan/kelemahan dimaksud.

Waktu
90Menit

Metode
Curah pendapat, Diskusi kelompok dan Paparan

Media
Media tayang dan Bahan bacaan

Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus

Proses Penyajian
Kegiatan 10: Pembukaan
1. Pelatih membuka acara dengan mengucapkan salam;
2. Sampaikan tujuan, proses dan hasil yang ingin dicapai.

Kegiatan 11: Identifikasi Lembaga Kemasyarakatan Desa (Curah Pendapat)


3. Bagi kertas metaplan kepada setiap peserta;
4. Minta peserta menyebutkan Lembaga Kemasyarakatan apa saja yang ada di Desa
serta perannya;
5. Pandu peserta mengklasifikasikan jenis Lembaga Kemasyarakatan Desa serta
perannya;
6. Berikan penegasan.

Kegiatan 12: Identifikasi kekurangan dan kelemahan serta upaya penguatan


Lembaga Kemasyarakatan Desa (Diskusi kelompok)
7. Bagi peserta dalam beberapa kelompok;
8. Minta peserta berdiskusi (gunakan Lembar Kerja 6.3.1);
9. Minta salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya;
10. Minta kelompok lainnya untuk menanggapi dan mengkritisi;
11. Berikan penegasan.

Kegiatan 13: Menutup Sesi

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 158


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Lembar Kerja 6.3.1

Identifikasi Kelemahan dan Strategi Penguatan


Lembaga Kemasyarakatan Desa
No. Kelemahan &Kekurangan Faktor Penyebab Upaya Penguatan
1.

2.

3.

Dst

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 159


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Bahan Bacaan
SPB Pemberdayaan Masyarakat
6.1 Desa

Bahan Bacaan 1

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA


Oleh Sutoro Eko

Di Indonesia, ada pegeseran menarik dalam hal wacana, paradigma dan kebijakan pembangunan, yakni
dari pembangunan ke pemberdayaan. Tepatnya pembangunan desa terpadu pada tahun 1970-an,
bergeser menjadi pembangunan masyarakat desa pada tahun 1980-an dan awal 1990-an, kemudian
bergeser lagi menjadi pemberdayaan masyarakat (desa) mulai akhir 1990-an hingga sekarang. Kini,
dalam konteks reformasi, demokratisasi dan desentralisasi, wacana pemberdayaan mempunyai gaung
luas dan populer.

Gagasan pemberdayaan berangkat dari realitas obyektif yang merujuk pada kondisi struktural yang
timpang dari sisi alokasi kekuasaan dan pembagian akses sumberdaya masyarakat (Margot Breton,
1994). Pemberdayaan sebenarnya merupakan sebuah alternatif pembangunan yang sebelumnya
dirumuskan menurut cara pandang developmentalisme (modernisasi). Saya meyakini bahwa antara
pembangunan (lama) dan pemberdayaan (baru) mempunyai cara pandang dan keyakinan yang
berbeda, seperti terlihat dalam tabel 6.

Pada intinya, paradigma lama (pembangunan) lebih berorientasi pada negara dan modal sementara
paradigma baru (pemberdayaan) lebih terfokus pada masyarakat dan institusi lokal yang dibangun
secara partisipatif. Modal adalah segala-galanya yang harus dipupuk terus meski harus ditopang
dengan pengelolaan politik secara otoritarian dan sentralistik. Sebaliknya, pemberdayaan adalah
pembangunan yang dibuat secara demokratis, desentralistik dan partisipatoris. Masyarakat menempati
posisi utama yang memulai, mengelola dan menikmati pembangunan. Negara adalah fasilitator dan
membuka ruang yang kondusif bagi tumbuhnya prakarsa, partisipasi dan institusi lokal.

Konsep dan Arah Pemberdayaan


Tidak ada sebuah pengertian maupun model tunggal pemberdayaan. Pemberdayaan dipahami sangat
berbeda menurut cara pandang orang maupun konteks kelembagaan, politik, dan sosial-budayanya.
Ada yang memahami pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan,
menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-
kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan. Ada pula pihak lain yang menegaskan bahwa
pemberdayaan adalah proses memfasilitasi warga masyarakat secara bersama-sama pada sebuah
kepentingan bersama atau urusan yang secara kolektif dapat mengidentifikasi sasaran, mengumpulkan
sumber daya, mengerahkan suatu kampanye aksi dan oleh karena itu membantu menyusun kembali
kekuatan dalam komunitas.

Saya memahami pemberdayaan (masyarakat desa) dengan beberapa cara pandang. Pertama,
pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat. Posisi masyarakat
bukanlah obyek penerima manfaat (beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar
seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak) yang
berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari tanggungjawab negara.
Pemberian layanan publik (kesehatan, pendidikan, perumahan, transportasi dan seterusnya) kepada
masyarakat tentu merupakan tugas (kewajiban) negara secara given. Masyarakat yang mandiri sebagai
partisipan berarti terbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol
lingkungan dan sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut menentukan
proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan dan
pemerintahan.

Tabel: Pergeseran paradigma dalam


pembangunan masyarakat desa
Paradigma Lama (Pembangunan) Paradigma Baru (Pemberdayaan)
Fokus pada pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan yang berkualitas dan
berkelanjutan
Redistribusi oleh Negara Proses keterlibatan warga yang marginal dalam
pengambilan keputusan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 160


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
Otoritarianisme ditolerir sebagai harga yang Menonjolkan nilai-nilai kebebasan, otonomi,
harus dibayar karena pertumbuhan harga diri, dll.
Negara memberi subsidi pada pengusaha kecil Negara membuat lingkungan yang
memungkinkan
Negara menyedian layanan ketahanan social Pengembangan institusi lokal untuk ketahanan
social
Transfer teknologi dari negara maju Penghargaan terhadap kearifan dan teknologi
lokal; pengembangan teknologi secara
partisipatoris
Transfer aset-aset berharga pada negara maju Penguatan institusi untuk melindungi aset
komunitas miskin.
Pembangunan nyata: diukur dari nilai Pembangunan adalah proses multidimensi dan
ekonomis oleh pemerintah sering tidak nyata yang dirumuskan oleh rakyat.
Sektoral Menyeluruh
Organisasi hirarkhis untuk melaksanakan Organisasi belajar non-hirarkis
proyek
Peran negara: produser, penyelenggara, Peran negara: menciptakan kerangka legal yang
pengatur dan konsumen terbesar kondusif, membagi kekuasaan, mendorong
tumbuhnya institusi-institusi masyarakat.
Sumber: diadaptasi dari A. Shepherd, Sustainable Rural Development (London: Macmillan Press, 1998),
hal. 17.

Kedua, pemberdayaan secara prinsipil berurusan dengan upaya memenuhi kebutuhan (needs)
masyarakat. Banyak orang berargumen bahwa masyarakat akar rumput sebenarnya tidak
membutuhkan hal-hal yang utopis (ngayawara) seperti demokrasi, desentralisasi, good governance,
otonomi daerah, masyarakat sipil, dan seterusnya. “Apa betul masyarakat desa butuh demokrasi dan
otonomi desa? Saya yakin betul, masyarakat itu hanya butuh pemenuhan sandang, pangan dan papan
(SPP). Ini yang paling dasar. Tidak ada gunanya bicara demokrasi kalau rakyat masih miskin”, demikian
tutur seseorang yang mengaku sering berinteraksi dengan warga desa. Pendapat ini masuk akal, tetapi
sangat dangkal. Mungkin kebutuhan SPP itu akan selesai kalau terdapat uang yang banyak. Tetapi
persoalannya sumberdaya untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat itu sangat langka (scarcity)
dan terbatas (constrain). Masyarakat tidak mudah bisa akses pada sumberdaya untuk memenuhi
kebutuhan SPP. Karena itu, pemberdayaan adalah sebuah upaya memenuhi kebutuhan masyarakat di
tengah-tengah scarcity dan constrain sumberdaya. Bagaimanapun juga berbagai sumberdaya untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat bukan hanya terbatas dan langka, melainkan ada problem struktural
(ketimpangan, eksploitasi, dominasi, hegemoni, dll) yang menimbulkan pembagian sumberdaya secara
tidak merata. Dari sisi negara, dibutuhkan kebijakan dan program yang memadai, canggih, pro-poor
untuk mengelola sumberdaya yang terbatas itu. Dari sisi masyarakat, seperti akan saya elaborasi
kemudian, membutuhkan partisipasi (voice, akses, ownership dan kontrol) dalam proses kebijakan dan
pengelolaan sumberdaya.

Ketiga, pemberdayaan terbentang dari proses sampai visi ideal. Dari sisi proses, masyarakat sebagai
subyek melakukan tindakan atau gerakan secara kolektif mengembangkan potensi-kreasi, memperkuat
posisi tawar, dan meraih kedaulatan. Dari sisi visi ideal, proses tersebut hendak mencapai suatu kondisi
dimana masyarakat mempunyai kemampuan dan kemandirian melakukan voice, akses dan kontrol
terhadap lingkungan, komunitas, sumberdaya dan relasi sosial-politik dengan negara. Proses untuk
mencapai visi ideal tersebut harus tumbuh dari bawah dan dari dalam masyarakat sendiri. Namun,
masalahnya, dalam kondisi struktural yang timpang masyarakat sulit sekali membangun kekuatan dari
dalam dan dari bawah, sehingga membutuhkan “intervensi” dari luar. Hadirnya pihak luar (pemerintah,
LSM, organisasi masyarakat sipil, organisasi agama, perguruan tinggi, dan lain-lain) ke komunitas
bukanlah mendikte, menggurui, atau menentukan, melainkan bertindak sebagai fasilitator (katalisator)
yang memudahkan, menggerakkan, mengorganisir, menghubungkan, memberi ruang, mendorong,
membangkitkan dan seterusnya. Hubungan antara komunitas dengan pihak luar itu bersifat setara,
saling percaya, saling menghormati, terbuka, serta saling belajar untuk tumbuh berkembang secara
bersama-sama.

Keempat, pemberdayaan terbentang dari level psikologis-personal (anggota masyarakat) sampai ke


level struktural masyarakat secara kolektif. Tabel 7 menampilkan pemetaan pemberdayaan dari dua
sisi: dimensi (yang terbagi menjadi psikologis dan struktural) dan level (personal dan masyarakat).
Pemberdayaan psikologis-personal berarti mengembangkan pengetahuan, wawasan, harga diri,
kemampuan, kompetensi, motivasi, kreasi, dan kontrol diri individu. Pemberdayaan struktural-personal
berarti membangkitkan kesadaran kritis individu terhadap struktur sosial-politik yang timpang serta
kapasitas individu untuk menganalisis lingkungan kehidupan yang mempengaruhi dirinya.
Pemberdayaan psikologis-masyarakat berarti menumbuhkan rasa memiliki, gotong rotong, mutual
trust, kemitraan, kebersamaan, solidaritas sosial dan visi kolektif masyarakat. Sedangkan
pemberdayaan struktural-masyarakat berarti mengorganisir masyarakat untuk tindakan kolektif serta
penguatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemerintahan.

Saya menganggap pemberdayaan dari sisi struktural-masyarakat merupakan arena pemberdayaan


yang paling krusial. Mengapa? Saya yakin betul bahwa pemberdayaan tidak bisa hanya diletakkan pada

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 161


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
kemampuan dan mental diri individu, tetapi harus diletakkan pada konteks relasi kekuasaan yang lebih
besar, dimana setiap individu berada di dalamnya. Mengikuti pendapat Margot Breton (1994), realitas
obyektif pemberdayaan merujuk pada kondisi struktural yang mempengaruhi alokasi kekuasaan dan
pembagian akses sumberdaya di dalam masyarakat. Dia juga mengatakan bahwa realitas subyektif
perubahan pada level individu (persepsi, kesadaran dan pencerahan), memang penting, tetapi sangat
berbeda dengan hasil-hasil obyektif pemberdayaan: perubahan kondisi sosial. “Setiap individu tidak
bisa mengembangkan kamampuan dirinya karena dalam masyarakat terjadi pembagian kerja yang
semu, relasi yang subordinatif, dan ketimpangan sosial”, demikian tulis Heller (1994: 185). Bahkan James
Herrick (1995) menegaskan bahwa pemberdayaan yang menekankan pada pencerahan dan
emansipasi individu tidak cukup memadai memfasilitas pengembangan kondisi sosial alternatif.

Tabel: Dimensi dan level pemberdayaan


Level/Dimensi Psikologis Struktural
Personal Mengembangkan pengetahuan, Membangkitkan kesadaran kritis individu
wawasan, harga diri, terhadap struktur sosial-politik yang
kemampuan, kompetensi, timpang serta kapasitas individu untuk
motivasi, kreasi, dan kontrol diri. menganalisis lingkungan kehidupan yang
mempengaruhi dirinya.
Masyarakat Menumbuhkan rasa memiliki, Mengorganisir masyarakat untuk
gotong rotong, mutual trust, tindakan kolektif serta penguatan
kemitraan, kebersamaan, partisipasi dalam pembangunan dan
solidaritas sosial dan visi kolektif pemerintahan.
masyarakat.

Sumber:Diolah kembali dari C. Kieffer, “Citizen Empowerment: A Development Perspective”, Human


Service, No. 3, 1984; J. Rappaport, “Terms of Empowerment: Toward a Theory for Community
Psychology”, American Journal of Community Psychology, No. 15, 1987; R. Labonte, “Community
Empowerment: The Need for Political Analysis”, Journal of Public Health, No. 80, 1989; M. Zimmerman,
“Taking Aim on Empowerment Research: On the Distinction Between Individual and Psychological
Concept”, American Journal of Community Psychology, No. 18, 1990; J. Lord, “Personal Empowerment
and Active Living In H. Quinney, L. Gauvin and A.E. Wall (Eds.), Toward Active Living (Windsor, ON:
Human Kinetics Publishers, 1994); dan Leena Rklund, From Citizen Participation Towards Community
Empowerment (Tampere: Tampere University, 1999).

Kelima, saya membuat tipologi PMD berdasarkan arena (pemerintahan dan pembangunan) serta aktor
(negara dan masyarakat) yang diletakkan dalam konteks desentralisasi dan demokratisasi desa. Tipologi
itu tertulis dalam bagan 1. Kuadran I (pemerintahan dan negara) pada intinya hendak membawa negara
lebih dekat ke masyarakat desa, dengan bingkai desentralisasi (otonomi) desa, demokratisasi desa,
good governance desa dan capacity building pemerintahan desa. Kuadran II (negara dan
pembangunan) berbicara tentang peran negara dalam pembangunan dan pelalayanan publik. Fokusnya
adalah perubahan haluan pembangunan yang top down menuju bottom up, membuat pelayanan publik
lebih berkualitas dan semakin dekat dengan masyarakat, serta penanggulangan kemiskinan. Kudran III
(pemerintahan dan masyarakat desa) hendak mempromosikan partisipasi masyarakat dalam konteks
pemerintahan desa, termasuk penguatan BPD sebagai aktor masyarakat politik di desa. BPD diharapkan
menjadi intermediary antara masyarakat dengan pemerintah desa yang mampu bekerja secara
legitimate, partisipatif, dan bertanggungjawab. Kuadran IV (pembangunan dan masyarakat desa)
terfokus pada civil society maupun pemberdayaan modal sosial dan institusi lokal, yang keduanya
sebagai basis partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemerintahan.

Tipologi bagan 5 tidak dimaksudkan untuk membuat isu-isu pemberdayaan terkotak-kotak, melainkan
semua kuadran tersebut harus dikembangkan secara sinergis dan simultan. Tetapi saya juga yakin
bahwa pemberdayaan yang berbasis masyarakat dan berkelanjutan harus ditopang secara kuat oleh
kuadran IV (pembangunan dan masyarakat desa). Kuadran IV adalah pilar utama pemberdayaan yang
akan memperkuat agenda pembaharuan pemerintahan dan pembangunan di level desa. Saya juga
yakin bahwa tipologi itu sangat berguna sebagai basis orientasi untuk kajian-kajian keilmuan,
pengembangan kurikulum dan referensi bagi kebijakan pemerintah untuk mendorong pemberdayaan
masyarakat desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 162


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Bagan: Peta pemberdayaan masyarakat desa

ARENA

Pemerintahan Pembangunan

● Demokratisasi desa ● Pembangunan dari bawah.


● Good governance ● Pengentasan kemiskinan.
● Otonomi desa. ● Penyediaan akses
NEGARA ● Peningkatan kapasitas masyarakat pada layanan
perangkat desa publik (pendidikan,
A kesehatan, perumahan, dll)
K ● Reformasi birokrasi
T
O ● Pengembangan ● Partisipasi masyarakat
R partisipasi politik (voice, ● Penguatan modal sosial
akses, kontrol dan dan institusi lokal.
MASYARAKAT DESA kemitraan). ● Pemberdayaan civil
● Pemberdayaan society
Masyarakat Politik
● Badan Perwakilan Desa.

Tugas-Tugas Pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan oleh banyak elemen: pemerintah, perguruan tinggi, lembaga
swadaya masyarakat, pers, partai politik, lembaga donor, aktor-aktor masyarakat sipil, atau oleh
organisasi masyarakat lokal sendiri. Birokrasi pemerintah tentu saja sangat strategis karena mempunyai
banyak keunggulan dan kekuatan yang luar biasa ketimbang unsur-unsur lainnya: mempunyai dana,
aparat yang banyak, kewenangan untuk membuat kerangka legal, kebijakan untuk pemberian layanan
publik, dan lain-lain. Proses pemberdayaan bisa berlangsung lebih kuat, komprehensif dan
berkelanjutan bila berbagai unsur tersebut membangun kemitraan dan jaringan yang didasarkan pada
prinsip saling percaya dan menghormati.

Konsep pemberdayaan berangkat dari asumsi yang berbeda dengan pembinaan. Pemberdayaan
berangkat dari asumsi hubungan yang setara antar semua elemen masyarakat dan negara. Para ahli
mengatakan bahwa pemberdayaan sangat percaya bahwa “kecil itu indah”, bahwa setiap orang itu
mempunyai kearifan yang perlu dibangkitkan dan dihargai. Kalau konsep pembinaan cenderung
mengabaikan prinsip kearifan semua orang itu. Dalam konteks pemberdayaan, semua unsur (pejabat,
perangkat negara, wakil rakyat, para ahli, politisi, orpol, ormas, LSM, pengusaha, ulama, mahasiswa,
serta rakyat banyak) berada dalam posisi setara, yang tumbuh bersama melalui proses belajar
bersama-sama. Masing-masing elemen harus memahami dan menghargai kepentingan maupun
perbedaan satu sama lain. Pemberdayaan tersebut dimaksudkan agar masing-masing unsur semakin
meningkat kemampuannya, semakin kuat, semakin mandiri, serta memainkan perannya masing-
masing tanpa menganggu peran yang lain. Justru dengan pemberdayaan kemampuan dan peran yang
berbeda-beda tersebut tidak diseragamkan, melainkan dihargai dan dikembangkan bersama-sama,
sehingga bisa terjalin kerjasama yang baik. Oleh karena itu, dalam hal pemberdayaan, tidak dikenal
unsur yang lebih kuat memberdayakan terhadap unsur yang lebih lemah untuk diberdayakan. Unsur-
unsur yang lebih kuat hanya memainkan peran sebagai pembantu, pendamping atau fasilitator, yang
memudahkan unsur-unsur yang lemah memberdayakan dirinya sendiri.

Pada dasarnya “orang luar” jangan sampai berperan sebagai “pembina” atau “penyuluh”, melainkan
sebagai “fasilitator” terhadap pemberdayaan masyarakat. Fasilitator itu adalah pendamping, yang
bertugas memudahkan, mendorong, dan memfasilitasi kelompok sosial dalam rangka memberdayakan
dirinya. Tugas-tugas itu dimainkan mulai dari analisis masalah, pengorganisasian, fasilitasi, asistensi,
dan advokasi kebijakan.

Untuk memainkan peran-peran dalam pekerjaan PMD, para pekerja/fasilitator PMD harus profesional,
memiliki sejumlah kemampuan dan keterampilan. Mereka harus kompeten, punya kemampuan dalam
memahami teori secara holistik dan kritis, bertindak praktis, membuat refleksi dan praksis. Esensi
praksis adalah bahwa orang dilibatkan dalam siklus bekerja, belajar, dan refleksi kritis. Ini adalah proses
dimana teori dan praktik dibangun pada saat yang sama. Praksis lebih dari sekadar tindakan sederhana,
tetapi ia mencakup pemahaman, belajar dan membangun teori. Para pekerja PMD tidak hanya butuh
“belajar” keterampilan, tetapi juga “mengembangkan” keterampilan itu. Yang perlu dikembangkan
adalah: kemampuan analisis, kesadaran kritis, pengalaman, belajar dari pihak lain, dan intuisi.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 163


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Bahan Bacaan

SPB Strategi Penguatan Kader


6.2 Pemberdayaan Masyarakat Desa

Bahan Bacaan 2

KADER DESA : PENGGERAK PRAKARSA MASYARAKAT DESA

UU DESA DAN KADERISASI

Asas rekognisi dan subsidiaritas yang menjadi asas utama UU No. 6/2014 tentang Desa (selanjutnya
disebut UU Desa) telah mendorong negara mengakui dan menghormati hak asal usul Desa dan
menetapkan kewenangan lokal skala Desa. Konsekuensi dari asas utama pengaturan Desa (rekognisi-
subsidiaritas) adalah lahirnya paradigma baru pembangunan Desa, dimana Desa sebagai sebuah
kesatuan masyarakat hukum, kini menjadi subjek pembangunan yang mengatur dan menggerakkan
pembangunannya secara mandiri berdasarkan hak dan kewenangan yang dimiliki. Selain itu, Desa kini
menjadi ruang publik politik bagi warga desa untuk menyelenggarakan pemerintahan desa,
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatn desa dan pemberdayaan masyarakat yang
dilaksanakan secara mandiri.

Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat secara mandiri mensyaratkan
adanya manusia-manusia yang handal dan mumpuni sebagai pengelola desa sebagai self governing
community (komunitas yang mengelola pemerintahannya secara mandiri). Kaderisasi desa menjadi
kegiatan yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat, maju, mandiri dan demokratis.
Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di segala kehidupan, utamanya
pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa secara demokratis.

Sesuai amanat UU Desa, pendampingan Desa harus dilakukan dengan paradigma penguatan
masyarakat Desa sebagai subjek. Dalam praksis kebijakan pemberdayaan masyarakat sebelum UU
Desa, kader-kader penggerak di Desa cenderung dibentuk melalui penugasan dari supradesa, menjadi
bagian dari prasyarat proyek, serta bekerja didasarkan atas skema “petunjuk teknis” yang rinci. Desa
baru pasca UU Desa dicirikan oleh adanya perubahan pola pendampingan desa yaitu dari semula
berkarakter “kontrol dan mobilisasi-partisipasi”, berubah menjadi fasilitasi gerapan pembaharuan Desa
sebagai komunitas yang mandiri. Berlandaskan asas regoknisi dan subsidiaritas, pendampingan desa
mengutamakan kesadaran politik warga desa untuk terlibat aktif dalam urusan di desanya secara
sukarela sehingga arah gerak kehidupan di desa merupakan akualitas kepentingan bersama yang
dirumuskan secara musyawarah mufakat dalam semangat gotong royong.

PENGERTIAN KADER

Makna kata “kader” sebagaimana lazim dipahami dalam sebuah organisasi, adalah orang yang dibentuk
untuk memegang peran penting (orang kunci) dan memiliki komitmen dan dedikasi kuat untuk
menggerakan organisasi mewujudkan visi misinya. Dalam konteks desa, Kader Desa adalah “orang
kunci “ yang mengorganisir dan memimpin rakyat desa bergerak menuju pencapaian cita-cita bersama.
Kader Desa terlibat aktif dalam proses belajar sosial yang dilaksanakan oleh seluruh lapiran masyarakat
desa.

Kader-kader Desa hadir di dalam pengelolaan urusan desa melalui perannya sebagai kepala desa,
anggota BPD, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), tokoh adat; tokoh agama; tokoh
masyarakat; tokoh pendidikan; pengurus/anggota kelompok tani; pengurus/anggota kelompok
nelayan; pengurus/anggota kelompok perajin; pengurus/anggota kelompok perempuan. Kader Desa
dapat berasal dari kaum perempuan dan laki-laki dalam kedudukannya yang sejajar, mencakup warga
desa dengan usia tua, kaum muda maupun anak-anak.

Konsisten dengan mandat UU Desa, keberadaan kader desa yang berasal dari warga Desa itu sendiri
berkewajiban untuk melakukan “upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat
dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta
memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang
sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa”.

Fokus pendamping desa adalah memperkuat proses kaderisasi bagi Kader Pemberdayaan Masyarakat
Desa (KPMD), dengan tidak tertutup peluang untuk melakukan kaderisasi terhadap komponen
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 164
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
masyarakat lainnya. Pendampingan Desa dilaksanakan oleh pendamping yang terdiri atas: a. tenaga
pendamping profesional; b. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD); dan/atau c. pihak ketiga.
Dengan demikian, KPMD merupakan pendamping desa yang dipilih dari warga desa setempat, untuk
bekerja mendampingi beragam kegiatan di desanya secara mandiri. Bagan hubungan kerja antara KPMD
dengan pendamping profesional maupun pendampingan pihak ketiga adalah sebagai berikut:

Selain itu dalam ketentuan PP Desa maupun Permendesa disebutkan bahwa KPMD dipilih dari
masyarakat setempat oleh pemerintah Desa melalui Musyawarah Desa untuk ditetapkan dengan
keputusan kepada Desa. Maknanya semakin terang bahwa KPMD merupakan individu-individu yang
dipersiapkan sebagai kader yang akan melanjutkan kerja pemberdayaan di kemudian hari. Oleh
karenanya, kaderisasi masyarakat Desa menjadi sangat penting untuk keberlanjutan kerja
pemberdayaan sebagai penyiapan warga desa untuk menggerakkan seluruh kekuatan Desa.

KPMD selanjutnya masuk kedalam sistem pendampingan Desa skala lokal dan institusi Desa.
Pendampingan Desa merupakan mandat UU Desa agar terdapat system pendampingan internal Desa
guna menjadikan Desa yang kuat,maju,mandiri,dandemokratis. UUDesa dan peraturan-peraturan
dibawahnya menegaskan pendampingan Desa sebagai kegiatan untuk melakukan tindakan
pemberdayaanmasyarakat. Tindakan pemberdayaan masyarakat Desa itudijalankan secara “melekat”
melalui strategi pendampingan pada lingkup skala lokal Desa.

Identitas KPMD semakin jelas bahwa UU Desa mengarahkan representasi dari kelompok masyarakat
Desa setempat untuk giat melakukan pendampingan sesuai dengan esensi masalah dan prioritas
kebutuhan masyarakat skala lokal Desa. KPMD versi UU Desa merupakan representasi dari warga desa
yang selanjutnya dipilih dalam Musyawarah Desa dan ditetapkan oleh Desa setempat untuk melakukan
tindakan pemberdayaan masyarakat skala lokal, meliputi tindakan asistensi, pengorganisasian,
pengarahan dan fasilitasi skala lokal Desa. Istilah yang sekiranya tepat untuk menggambarkan KPMD
pasca terbitnya UU Desa adalah “Kader Desa” dan bukan “Kader di Desa”.

KADER DESA SEBAGAI INSTITUSI WARGA

KPMD dapat disebut sebagai institusi warga (civil institution), yakni sebuah institusi kader lokal yang
dibentuk secara mandiri oleh warga, untuk memerhatikan isu-isu publik (yang melampaui isu-isu
parokhial dan adat-istiadat) serta sebagai wadah representasi dan partisipasi mereka untuk
memperjuangkan hak dan kepentingan maupun kewajiban warga desa. Spirit kewargaan – sebagai
jantung strong democracy – hadir dan dihadirkan oleh KPMD sebagai kader organisasi warga atau
organisasi masyarakat sipil di ranah desa. Bahkan, KPMD dapat menjadi penggerak terbentuknya Pusat
Kemasyarakatan (community centre) sebagai ruang publik politik untuk memperluas jangkuan
kaderisasi Desa.

Kehadiran KPMD sebagai penggerak warga desa untuk berpartisipasi dan berswadaya gotong royong
dalam pengelolaan urusan desa sudah barang tentu merupakan lompatan baru. Sebab, selama puluhan
tahun dalam kerangka kerja kontrol dan mobilisasi-partisipasi, desa cenderung ditempatkan sebagai
organisasi bentukan supra desa (desa korporatis). Tidak hanya desa yang bersifat korporatis, lembaga-
lembaga masyarakat pun bersifat korporatis (PKK, Karang Taruna, RT, RW dan sebagainya). Kelemahan
organisasi korporatis adalah ketergantungan yang tinggi terhadap negara, sehingga setiap urusan desa
yang seharusnya mampu dikelola secara mandiri selalu diserahkan kepada negara untuk
menyelesaikannya. Akibatnya, desa beserta lembaga masyarakat yang bersifat korporatis menjadi
beban bagi negara.

Dalam ranah kaderisasi desa, KPMD bergerak untuk mengubah organisasi korporatis menjadi kekuatan
baru yang mendorong desa tampil sebagai pilar bangsa dan negara dalam mewujdukan kesejahteraan
masyarakat di desa-desa Indonesia. Secara horisontal, KPMD bersama-sama dengan warga melakukan
pembelajaran, musyawarah mufatak (deliberasi), dan membangun kesadaran kolektif dalam diri warga
desa untuk melaksanakan pembangunan desa. Secara vertikal, KPMD memfasilitasi para pemimpin
Desa untuk berpihak kepada masyarakat desa, memfasilitasi fungsi representasi dalam Musrenbang
dan Musyawarah Desa, memfasilitasi pelayanan publik yang berkeadilan bagi masyarakat desa,
memfasilitasi pengelolaan APBDesa secara berkeadilan untuk kesejahteraan masyarakat desa
(pembiayaan Posyandu, dukungan untuk ketahanan pangan, penyediaan air bersih, dan lain-lain).

ORIENTASI BARU KPMD

Orientasi kerja KPMD atau Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah sebagai berikut.

PERTAMA KPMD mengorganisasikan pembangunan Desa melalui pengembangan kapasitas teknokratis


dan pendidikan politik.KPMD melakukan pengorganisasian pembangunan Desa dalam proses
teknokratis mencakup pengembangan pengetahuan dan keterampilan terhadap para pelaku desa
dalam hal pengelolaan perencanaan, penganggaran, keuangan, administrasi, sistem informasi dan
sebagainya. KPMD melakukan pendidikan politik yang berorientasi pada penguatan active and critical
citizen, yakni warga desa yang aktif, kritis, peduli, berdaulat dan bermartabat. Hal ini antara lain
merupakan kaderisasi yang melahirkan kader-kader baru KPMD yang militan sebagai penggerak
pembangunan desa dan demokratisasi.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 165
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

KEDUA pendampingan yang dilakukan KPMD tidak boleh bersifat apolitik, tetapi harus berorientasi
politik. Kapasitas teknokratis yang diemban oleh KPMD sangat penting tetapi tidak cukup untuk
memperkuat desa. Karena itu pendampingan oleh KPMD harus bersifat politik. Politik dalam konteks ini
bukan dalam pengertian keterlibatan KPMD dalam perebutan kekuasaan di Desa, melainkan kerja
fasilitasi untuk memperkuat pengetahuan dan kesadaran anggota masyarakat desa tentang posisi
dirinya sebagai warga desa yang sekaligus warga negara Republik Indonesia (100% warga desa, 100%
warga negara). Dalam kerangka kerja politik, KPMD mendorong tumbuhnya sikap sukarela dalam diri
warga desa untuk terlibat aktif dalam urusan desanya. Dengan demikian, kerja politik KPMD dimaknai
sebagai upaya menegakkan hak dan kewajiban desa sekaligus upaya menumbuhkan dan menegakkan
hak dan kewajiban warga desa. Pendekatan pendampingan oleh KPMD yang berorientasi politik ini akan
memperkuat kuasa rakyat sekaligus membuat sistem desa menjadi lebih demokratis dalam bingkai
kedaulatan NKRI.

KETIGA para kader yang tergabung dalam KPMD bukan hanya memfasilitasi pembelajaran dan
pengembangan kapasitas, tetapi juga mengisi “ruang-ruang kosong” baik secara vertikal maupun
horizontal. KPMD memiliki orientasi untuk mengisi ruang kosong yang identik dengan membangun
“jembatan sosial” (social bridging) dan jembatan politik (political bridging). Pada ranah desa, ruang
kosong vertikal adalah kekosongan interaksi dinamis (disengagement) antara warga, pemerintah desa
dan lembaga-lembaga desa lainnya. Pada ranah yang lebih luas, ruang kosong vertikal adalah
kekosongan interaksi antara desa dengan pemerintah supra desa. Karena itu kader-kader KPMD adalah
aktor yang membangun jembatan atau memfasilitasi engagement baik antara warga dengan lembaga-
lembaga desa maupun pemerintah desa, agar tercipta bangunan desa yang kolektif, inklusif dan
demokratis.

KEEMPAT pendampingan desa secara fasilitatif dari luar tidak cukup dilakukan oleh aparat negara dan
para pelaku pendampingan profesional, tetapi juga perlu melibatkan “pendamping pihak ketiga.Tak
jarang dijumpai bahwa kader-kader Desa lebih kaya metodologi pendampingan ketimbang
pendamping profesional. Pendamping profesional mungkin mampu mengembangkan kapasitas
teknokratis, tetapi mengalami keterbatasan dalam melakukan kaderisasi terhadap Kader Desa. Oleh
karenanya, kader-kader desa dalam KPMD harus direkognisi sebagai aktor pendampingan yang tepat
untuk melakukan kaderisasi. Dengan berpijak pada prinsip “negara yang padat” (congested state),
pemerintah dan pemda harus memfasilitasi dan membuka kesempatan seluas-luasnya bagi kader-
kader KPMD untuk berjaringan dan bekerjasama dengan unsur-unsur organisasi masyarakat sipil dan
perusahaan. KPMD sudah saatnya berkolaborasi dengan NGOs lokal, yang mempunyai tradisi dan
jaringan dengan NGOs nasional dan lembaga-lembaga internasional, agar KPMD semakin mempunyai
tradisi yang kuat dalam menerapkan pendekatan politik dalam pendampingan.

KELIMA pendampingan yang lebih kokoh dan berkelanjutan jika dilakukan dari dalam secara
emansipatif oleh kader-kader desa (KPMD). Pendampingan secara fasilitatif oleh pendamping
profesional maupun pihak ketiga dibutuhkan untuk katalisasi dan akselerasi. Namun proses ini harus
berbatas, tidak boleh berlangsung berkelanjutan bertahun-tahun. Selama proses pendampingan,
pendekatan fasilitatif oleh pendamping profesional dan pihak ketiga harus mampu menumbuhkan
kader-kader desa yaitu KPMD yang piawai tentang ihwal desa, dan kader-kader KPMD lah yang akan
melanjutkan pendampingan secara emansipatoris. Lebih lanjut, KPMD akan menyebarkan jiwa dan
watak kader ke seluruh warga desa. KPMD memiliki spirit voluntaris. Tetapi sebagai bentuk apreseasi,
tidak ada salahnya kalau Desa mengalokasikan insentif untuk para KPMD.

KEENAM pendampingan tidak bersifat seragam dan kaku tetapi harus lentur dan
kontekstual.Karakteristik Desa berbeda satu dengan yang lain. Dengan mengingat dan mengacu pada
asas rekognisi dan subsidiaritas, pendamping harus menjalankan tugasnya dengan menyesuaikan diri
pada konteks kultur masyarakat setempat.

MENEMUKAN KADER DESA

Menemukan kader desa yang nantinya dilembagakan dalam kedudukan sebagai KPMD tidaklah mudah
karena dipengaruhi beberapa subsistem dalam sistem desa. Langkah-langkah menemukan Kader Desa
dapat dilakukan sebagai berikut.

Musyawarah Desa.Musyawarah desa merupakaninstitusi dan proses demokrasi deliberatif yang


berbasis desa. Secara historis musyawarah desa merupakan tradisi masyarakat lokal Indonesia. Salah
satu model musyawarah desa yang telah lama hidup dan dikenal di tengah-tengah masyarakat desa
adalah Rapat Desa (rembug Desa) yang ada di Jawa. Dalam tradisi rapat desa selalu diusahakan untuk
tetap memperhatikan setiap aspirasi dan kepentingan warga sehingga usulan masyarakat dapat
terakomodasi dan sedapat mungkin dapat dihindari munculnya riak-riak konflik di masyarakat. Selain
model rapat desa ada bentuk musyawarah daerah-daerah lain seperti Kerapatan Adat Nagari di
Sumatera Barat, Saniri di Maluku, Gawe rapah di Lombok, Kombongan di Toraja, Paruman di Bali.

Secara politik musyawarah desa diselenggarakan oleh BPD dan difasilitasi oleh Pemerintah Desa. Kader
Desa yang aktif untuk terlibat aktif dalam pemetaan aspirasi yang dilakukan oleh BPD, potensial untuk
menjadi kader desa selanjutnya. Kader Desa ditemukan dalam selama proses berlangsungnya
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 166
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
Musyawarah Desa yang akan menciptakan kebersamaan (kolektivitas) antara pemerintah desa, BPD,
lembaga kemasyarakatan dan unsur-unsur masyarakat untuk membangun dan melaksanakan visi-misi
perubahan desa. Disamping itu, Kader Desa akan ditemukan ditengah-tengah pola hubungan antara
BPD dan Kepala Desa yang dominatif, kolutif, konfliktual, dan kemitraan.

Kader Desa ditemukan dalam pola kemitraan BPD dan Kepala Desa yang terus menerus melakukan
deliberasi untuk mengambil keputusan kolektif sekaligus sebagai cara untuk membangun kebaikan
bersama.

Pilihan atau Inisiatif dari Pemerintah Desa. Kader Desa dapat ditemukan dalam tipe kepemimpinan di
Desa. Pertama, kepemimpinan regresif. Sebagian besar desa parokhial dan sebagian desa-desa
korporatis cenderung banyak ditemukan kader desa yang berwatak otokratis, dominatif, tidak suka
musyawarah desa, tidak suka partisipasi, anti perubahan dan biasa melakukan capture terhadap
sumberdaya ekonomi. Jika desa dikuasaisituasi kepemimpinan regresif, maka Kader Desa yang
mengemban amanat pengorganisasian pembangunan desa akan kesulitan untuk ditemukan secara
ideal. Kader Desa cenderung ditentukan dan dipilih berdasarkan kepentingan Kepala Desa atau
Pemerintah Desa.

Fasilitasi Pendamping Desa. Pendamping lokal Desa bertugas untuk melakukan fasilitasi (a)
perencanaan pembangunan dan keuangan desa; (b) pelaksanaan pembangunan desa; (c) pengelolaan
keuangan desa dalam rangka pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa; (d) evaluasi
pelaksanaan pembangunan desa; dan (e) pengawasan pembangunan desa. Dalam proses
pendampingan ini, warga Desa yang mampu berkomunikasi dan kolaborasi dengan pendamping
profesional lokal Desa berpotensi untuk menjadi Kader Desa.

PENGEMBANGAN KAPASITAS KADER DESA

Untuk mengembangkan kapasitas Kader Desa,Pemerintah Desa dapat membentuk beragam lembaga
kemasyarakatan sebagai wadah bagi warga mengaktualisasikan dirinya sebagai warga Desa. Lembaga-
lembaga tersebut dapat ditetapkan dengan peraturan desa dengan berpedoman pada peraturan
perundang-undangan. Sebagaimana selama ini, di Desa banyak model-model lembaga
kemasyarakatan, antara lain seperti Rukun Tetangga, Rukun Warga, karang taruna, lembaga
pemberdayaan masyarakat, dan sejenisnya. Lembaga kemasyarakatan yang banyak terdapat di Desa
itu idealnya harus bisa menjadi arena masyarakat Desa untuk mengembangkan diri menjadi Kader Desa
yang mampu berperan untuk membangun desa. Lembaga-lembaga tersebut bisa menjadi ruang bagi
warga Desa merumuskan dan mengusung aspirasi mereka dan berpartisipasi dalam perencanaan,
pelaksanaan dan mengawal pembangunan Desa. Bagi Kader Desa, lembaga-lembaga itu bisa menjadi
arena pembelajaran untuk mengembangkan kapasitas mereka menjadi kader-kader pemberdayaan
masyarakat.

Selain bentuk lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut, salah satunya misalnya bisa juga dibentuk
suatu lembaga yang menjadi pusat kegiatan kemasyarakatan (community center) yang difungsikan
sebagai pusat informasi, pusat kegiatan dan pendampingan atau pusat advokasi masyarakat. Para
pendamping desa semestinya dapat melakukan fasilitasi pembentukan lembaga-lembaga semacam ini
sebagai arena pusat pembelajaran masyarakaT dan pembelajaran bagi kader desa. Pengembangan
kapasitas Kader Desa dapat diarahkan oleh para pendamping profesional (eksternal) melalui langkah-
langkah sebagai berikut:

a. memfasilitasi pembentukan pusat kemasyarakatan (community center) dengan melibatkan KPMD


sebagai ruang publik untuk aktivitas bersama dalam rangka pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat desa;
b. memfasilitasi pendayagunaan sarana/prasarana milik desa seperti balai desa, gedung olah raga,
gedung pertemuan, lapangan olah raga, taman dll untuk dijadikan sebagai tempat/lokasi
diselenggarakannya kegiatan-kegiatan pusat kemasyarakatan dengan melibatkan KPMD;
c. memfasilitasi unsur-unsur masyarakat seperti tokoh adat; tokoh agama; tokoh masyarakat; tokoh
pendidikan; perwakilan kelompok tani; kelompok nelayan; kelompok perajin; kelompok
perempuan; dan kelompok masyarakat miskin untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan
pusat kemasyarakatan yang diorganisir oleh KPMD;
d. memfasilitasi terbentuknya forum mitra desa dengan KPMD sebagai motor penggerak dimana mitra
desa tersebut terdiri dari para penggiat pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa untuk
secara sukarela terlibat dalam kegiatan-kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
desa;
e. memfaslitasi forum mitra desa bersama-sama dengan KPMD untuk membentuk pusat
kemasyarakatan (community center) di kecamatan dan kabupaten/kota;
f. memfasilitasi forum mitra desa bersama-sama dengan KPMD untuk membuat kegiatan-kegiatan
pengabdian kepada masyarakat seperti penerapan ilmu keagamaan, ilmu pengetahuan, teknologi
dan/atau seni tertentu untuk menunjang pengembangan konsep pembangunan nasional, wilayah
dan/atau daerah, pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan;
g. memfasilitasi kegiatan kemitraan dan pemberdayaan UKM usaha kecil dan menengah dengan
melibatkan KPMD;dan
h. kegiatan-kegiatan lain yang strategis dalam rangka pengembangan pusat kemasyarakatan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 167
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
(community center) sesuai dengan kondisi lokal desa dengan melibatkan KPMD.

Proses penjaringan kader Desa pada dasarnya dapat melalui cara apapun, baik menggunakan
mekanisme formal maupun informal. Namun sebagai bagian dari program Pendampingan, proses
rekruitmen mereka harus mengikuti mekanisme tertentu yang berlaku di Desa. Lebih dari itu, kapasitas
Kader Desa harus ditingkatkan kompatibilitasnya dengan standar yang sesuai dengan visi UU Desa.

PENUTUP

Cara pandang pendampingan Desa harus didasari spirit rekognisi-subsidiaritas Desa. Praksis
pendampingan untuk pemberdayaan masyarakat Desa juga harus mengandung spirit baru. Spirit baru
itu harus ditunjukkan dalam sikap bahwa pendampingan akan lebih kokoh dan berkelanjutan jika
dilakukan dari dalam secara emansipatif oleh KPMD. Pendampingan secara fasilitatif oleh pendamping
profesional maupun pihak ketiga dibutuhkan hanya untuk katalisasi dan akselerasi untuk menumbuhkan
KPMD yang piawai tentang ihwal desa dan akan melanjutkan pendampingan secara emansipatoris.

Selanjutnya, pendampingan oleh KPMD harus didorong untuk melakukan intervensi secara utuh untuk
memperkuat village driven development dan mewujudkan desa sebagai self governing community
yang maju, kuat, mandiri dan demokratis. KPMD serta isu-isu pemerintahan dan pembangunan desa
harus terkonsolidasi dalam sistem desa. Sistem desa yang dimaksud adalah kewenangan desa, tata
pemerintahan desa, serta perencanaan dan penganggaran desa yang semuanya mengarah pada
pembangunan desa untuk kesejahteraan warga. Baik kepentingan, tema pembangunan, aset lokal, dan
KPMD diarahkan dan diikat dalam sistem desa itu. Dengan kalimat lain, desa menjadi basis
bermasyarakat, berpolitik, berpemerintahan, berdemokrasi dan berpembangunan dimana KPMD
berada didalamnya sebagai Kader Desa yang inovatif-progresif.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 168


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Bahan Bacaan

SPB Strategi Penguatan Lembaga


6.3 Kemasyarakatan Desa

Bahan Bacaan 3

LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

Prinsip-Prinsip lembaga kemasyarakatan desa

Lembaga kemasyarakatan desa merupakan lembaga sosial kemasyarakatan. Maka dengan sendirinya
prinsip yang mendasari lembaga kemasyarakatan desa adalah prinsip-prinsip sosial, sukarela bukan
komersial. Prinsip pertama adalah prinsip kesukarelaan, yaitu prinsip atau asas yang menghendaki
adanya kesukaan dan kerelaan masyarakat dalam mengikuti dan menjalani setiap kegiatan yang
diperuntukkan bagi lembaga kemasyarakatan ini.

Juga prinsip kemandirian, dimana lembaga kemasyarakatan tidak tergantung dan menggantungkan
kepada pihak manapun. Dengan begitu, maka lembaga kemasyarakatan akan terlepas dari campur
tangan pihak manapun. Dengan prinsip kemandirian, lembaga kemasyarakatan tidak berada di bawah
naungan organisasi manapun, berdiri sendiri dengan membentuk struktur organisasi sendiri untuk
mengelola dan menjalankan kegiatannya dengan bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dan prinsip keragaman, yang melandasi praktik bahwa lembaga kemasyarakatan harus siap menerima
anggota secara terbuka bagi siapa saja yang berminat menjadi anggota dengan tidak pandang status
masyarakat baik dari kalangan bawah, menengah maupun atas. Siapapun mempunyai hak yang sama
untuk mendaftarkan diri dan tidak bersifat memaksa dengan tidak mewajibkan seluruh masyarakat
untuk mendaftarkan diri sebagai anggota yang akan menjadi bagian dari lembaga kemasyarakatan desa
yang akan didirikan.

Lembaga kemasyarakatan berbeda dengan organisasi sosial desa, seperti kelompok tani, kelompok
pengrajin dll. Organisasi sosial di desa dibentuk untuk melayani anggota-anggotanya. Sedangkan
lembaga kemasyarakatan dibentuk untuk menjalankan fungsi publik, misalnya kesehatan, pendidikan,
dan pelayanan administrasi.

Proses pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa

Pembentukan lembaga kemasyarakatan adalah atas prakarsa pemerintah desa dan masyarakat.
Artinya, hak prakarsa pembentukan lembaga kemasyarakatan desa bisa dari dua jalur, inisiasi
masyarakat, atau inisiasi pemerintah desa, atau prakarsa bersama antara pemerintah dan masyarakat
desa. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya alur hubungan kerja antara lembaga kemasyarakatan
dengan Pemerintahan Desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif. Lembaga kemasyarakatan
membantu pelaksanaan fungsi penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa,
pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa (pasal 94 ayat 1 dan 2 UU Desa).

Sebagaimana dalam pembuatan peraturan desa lainnya, dalam menetapkan peraturan desa tentang
lembaga kemasyarakatan desa juga harus melalui tahapan sebagaimana yang diatur dalam
Permendagri No. 111 tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa. Harus melalui proses
perencanaan, penyusunan, pembahasan, penetapan dan pengundangan, sosialisasi. Selanjutnya harus
melalui proses evaluasi dan klarifikasi.

Tugas dan Peran Lembaga Kemasyarakatan Desa

Adapun tugas lembaga kemasyarakatan Desa dijelaskan dalam pasal 94 ayat 3 UU Desa dan pasal 150
ayat PP 43. Dimana berangkat dari pola hubungan antara lembaga kemasyarakatan dan pemerintahan
desa adalah kemitraan, konsultatif dan koordinatif, maka tugas yang bisa dilakukan oleh lembaga
kemasyarakatan desa meliputi:

● Melakukan pemberdayaan masyarakat Desa, yaitu upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
lapisan masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan
dan keterbelakangan. Atau ringkasnya, memampukan dan memandirikan masyarakat.
● Ikut serta dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Hal ini bisa dilakukan mulai dari
perencanaan-perencanaan pembangunan sejak sebelum dilakukan musyawarah desa (pra-

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 169


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
musdes) yaitu ketika penggalian data pendapat dari semua unsur masyarakat, yang selanjutnya
diajukan dalam pembahasan musyawarah desa.
● Tidak hanya berhenti di situ, peran lembaga kemasyarakatan desa harus dilanjutkan secara aktif
dalam pelaksanaan pembangunan desa. Hal itu bisa dilakukan ketika dalam tahap-tahap
pembangunan sampai penyelesaian, dan juga tidak kalah pentingnya adalah berperan ketika
pelaporan pembangunan desa dan pertanggungjawabannya.
● Meningkatkan pelayanan masyarakat Desa. Sebagai lembaga yang mewadahi aspirasi masyarakat,
lembaga kemasyarakatan desa juga bisa berperan dalam meningkatkan pelayanan masyarakat desa
oleh pemerintah desa sebagai pelaksana kegiatan dan program di desa. Hal itu tentu bisa
menggunakan jalur koordinatif antara lembaga kemasyarakatan desa dan pemerintahan desa.

Fungsi Lembaga Kemasyarakatan Desa

Ada beberapa hal yang bisa dijadikan isu garapan dalam pengembangan lembaga kemasyarakatan,
diantaranya ; isu terkait dengan penyediaan pelayanan dasar, isu terkait dengan peningkatan kapasitas
pemerintahan desa, isu terkait dengan peningkatan kapasitas pemerintahan desa, isu terkait dengan
pengembangan pasar yang pro kemiskinan, atau isu yang terkait dengan pengembangan akses untuk
bantuan keadilan dan hukum.

Dalam pasal 150 ayat 3 PP No. 43 disebutkan, bahwa lembaga kemasyarakatan desa memiliki fungsi:
- Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat
- Lembaga kemasyarakatan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Salah satu fungsi lembaga
kemasyarakatan adalah sebagai penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam
pembangunan
- Menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat
- Meningkatkan kualitas dan mempercepat pelayanan Pemerintah Desa kepada masyarakat Desa
- Menyusun rencana, melaksanakan, mengendalikan, melestarikan, dan mengembangkan hasil
pembangunan secara partisipatif
- Menumbuhkan, mengembangkan, dan menggerakkan prakarsa, partisipasi, swadaya, serta gotong
royong masyarakat

Contoh peran dan fungsi lembaga-lembaga kemasyarakatan desa

a. PKK. Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga atau lazim disebut dengan PKK merupakan
lembaga kemasyarakatan desa yang menjadi mitra kerja pemerintah dan organisasi
kemasyarakatan desa lainnya dalam pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Hal
itu bisa dilakukan misalnya dengan bentuk:
- memberi penyuluhan dan menggerakkan masyarakat tentang keluarga sehat sejahtera.
- menggali, menggerakan dan mengembangkan potensi masyarakat, khususnya keluarga untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarga sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan;
- melaksanakan kegiatan penyuluhan kepada keluarga-keluarga yang mencakup kegiatan
bimbingan dan motivasi dalam upaya mencapai keluarga sejahtera;
- mengadakan pembinaan dan bimbingan mengenai pelaksanaan program kerja;
- berpartisipasi dalam pelaksanaan program instansi yang berkaitan dengan kesejahteraan
keluarga di desa/kelurahan;

Sehingga Tim Penggerak PKK bisa berfungsi sebagai penyuluh, motivator dan penggerak
masyarakat agar mau dan mampu melaksanakan program PKK; dan fasilitator, perencana,
pelaksana, pengendali, pembina dan pembimbing Gerakan PKK.

b. RT dan RW. Lembaga kemasyarakatan ini juga bisa berperan membantu Pemerintah
Desa dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan. RT/RW dalam melaksanakan tugasnya bisa
berfungsi:
- mendata kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya;
- memelihara keamanan, ketertiban dan kerukunan hidup antar warga;
- membuat gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan
swadaya murni masyarakat; dan
- menjadi penggerak swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat di wilayahnya.

c. Karang Taruna. Lembaga kemasyarakatan ini bisa berperan sebagai wadah pengembangan
generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial
dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda. Lembaga ini juga bisa berperan
menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda, baik
yang bersifat pencegahan (preventif) maupun pemulihan(rehabilitatif). Lembaga kemasyarakatan
Karang Taruna bisa berfungsi:
- Menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial.
- Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 170


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
- Menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda di lingkungannya
secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan.
- Menyelenggarakan kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi muda di
lingkungannya.
- Menanamkan pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggung jawab sosial
generasi muda.
- Menumbuh kembangkan semangat kebersamaan, jiwa kekeluargaan, kesetiakawanan sosial
dan memperkuat nilai-nilai kearifan dalam bingkai NKRI.
- Memupuk kreativitas generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggung jawab sosial yang
bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan kegiatan praktis lainnya dengan
mendayagunakan segala sumber dan potensi kesejahteraan sosial di lingkungannya secara
swadaya;
- Penyelenggara rujukan, pendampingan dan advokasi sosial bagi penyandang masalah
kesejahteraan sosial;
- Menyelenggarakan usaha-usaha pencegahan permasalahan sosial yang aktual. Seperti
kenakalan remaja baik secara preventif, rehabilitatif. Atau penyalahgunaan obat terlarang
(narkoba) bagi remaja.

d. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa atau


Kelurahan (LPMD/LPMK)/Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau Kelurahan (LKMDILKMK) atau
sebutan nama lain mempunyai tugas menyusun rencana pembangunan secara partisipatif,
menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat, melaksanakan dan mengendalikan
pembangunan.Lembaga kemasyarakatan ini bisa berfungsi:
- Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam pembangunan.
- Menanam dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam rangka memperkokoh
NKRI.
- Meningkatkan kualitas dan mempercepat pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
- Menyusun rencana, pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan
secara partisipatif.
- Menumbuh-kembangkan dan menjadi penggerak prakarsa, partisipasi, serta swadaya gotong
royong masyarakat.
- menggali, mendayagunakan dan mengembangan potensi sumber daya alam serta keserasian
lingkungan hidup.

Penutup

Pada dasarnya pemerintah desa dan masyarakat dapat memanfaatkan lembaga kemasyarakatan desa
yang masih ada. Jika LPMD masih ada maka bisa dimanfaatkan, baik untuk wadah perencanan dan
pelaksanaan pembangunan. Perangkat desa maupun LPMD dapat bekerjasama merancang RPJMDesa
sebagai tindak lanjut atas Musyawarah Desa dan Musrenbangdesa. Namun demikian, LPMD bukan
satu-satunya wadah untuk perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Desa dapat juga membentuk
tim atau panitia yang menyiapkan rancangan RPJM Desa maupun melaksanakan berbagai program
pembangunan desa dan pemberdayaan desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 171


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Pokok Bahasan 7
MANAJEMEN PENDAMPINGAN

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 172


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Rencana Pembelajaran

SPB Jati Diri Tenaga Pendamping


7.1 Profesional P3MD dan Kode
Etik Pendamping

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan dan memahami tugas pokok fungsi yang harus dilakukan seorang tenaga
pendamping profesional P3MD dalam melaksanakan tugas pendampingan desa;
2. Menjelaskan dan memahami perilaku, sikap dan jati diri yang harus di miliki sebagai
seorang tenaga pendamping profesional P3MD;
3. Mengetahui dan dapat menyebutkan kode etik tenaga pendamping profesional serta
sanksi yang harus ditanggung seorang pendamping profesional P3MD jika melanggar
kode etik.
4. Mampu menjaga dan menegakkan kode etik pendamping profesional P3MD.

Waktu
90 Menit

Metode
Curah pendapat, Diskusi kelompok dan Paparan

Media
● Media Tayang 7.1.;
● Lembar Kerja 7.1.1: Matrik Diskusi Tupoksi PLD
● Lembar Kerja 7.1.2 : Kode Etik Tanaga Pendamping Profesional

Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami tugas pokok fungsi tenaga pendamping profesional P3MD
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari subpokok
bahasan tentang Jati Diri Pendamping Profesional P3MD dan Kode Etik
Pendamping;
2. Berikan kesempatan kepada peserta untuk membaca cepat tupoksi PD sesuai
posisi jabatannya dari SOP
3. Lakukan curah pendapat tentang tugas, pokok fungsi PLD dengan mengajukan
beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang tupoksi PLD?
b. Bagaimana peluang dan tantangan tupoksi dijalankan?
4. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan, bertanya,
berpendapat dan masukan;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 173


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
5. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan utama dari
hasil pembahasan yang dilakukan dengan menuliskan dalam kartu, kertas plano
atau whiteboard;
6. Selanjutnya bagi peserta kedalam kelompok (4 sd 5 orang per kelompok),
pandulah peserta untuk diskusi kelompok terkait menganalisis tentang titik
kritis pelasaksanaan tupoksi dan strategi fasilitasi dengan menggunakan
Lembar Kerja 3.1.1;
7. Selanjutnya pleno hasil kelompok, berikan sessi perwakilan kelompok untuk
memaparkan hasil rumusan kelompok. Umpan balikkan.
8. Pada akhir kegiatan ini, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan
tentang materi dibantu dengan pemaparan media tanyang yang telah
disediakan.
Dalam pembahasan pelatih perlu memberikan penekanan
bahwa tupoksi merupakan ukuran kinerja secara professional
capaian tupoksi merupakan hasil yang dicapai dari pekerjaan
sesuai jabatannya Hasil atau capaian kinerja tersebut
merupakan tujuan bersama dari sebuah system organisasi.
.

Kegiatan 2: Perilaku, sikap dan jati diri tenaga pendamping profesional P3MD
9. Mulailah dinamika belajar dengan mendiskusikan secara berurutan beberapa
pertanyaan berikut;
a. Apa artinya sikap? Apa perilaku?
b. Sikap, perilaku itu sifat bawaan atau bisa dibentuk?
c. Kalau sikap dan perilaku merupakan sesuatu yang bisa dibentuk, bagaimana
caranya membentuk sikap seseorang?
10. Rangkumlah jawaban para peserta dalam kerangka pemahaman yang benar. Jelaskan
bahwa sikap merupakan bagian dari sifat seseorang yang bisa dibentuk. Kaitkan
penjelasan itu dengan pentingnya pendidikan karakter yang bertujuan membangun
integritas atau sikap-sikap ideal seseorang;
11. Jelaskan juga bahwa pendampingan pemberdayaan masyarakat desa merupakan
proses pendidikan bagi pendamping desa untuk belajar membangun integritas atau
sikap ideal dalam menjalankan perannya sebagai pendamping;
12. Bagilah selembar kertas kosong pada setiap peserta. Mintalah menjawab pertanyaan
berikut secara tertulis. Masing-masing peserta cukup memberikan satu jawaban
untuk setiap pertanyaan.
a. Peran penting apa saja yang bisa dilakukan PLD dalam pemberdayaan
masyarakat desa?
b. Sikap ideal seperti apa yang seharusnya dimiliki PLD dalam menjalankan peran
dan tanggungjawabnya sebagai pendamping desa?
13. Berikan kesempatan kepada setiap peserta untuk membacakan jawabannya.
14. Pada akhir kegiatan ini, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan tentang
materi dibantu dengan pemaparan media tanyang yang telah disediakan.

Kegiatan 3: Tahapan kode etik tenaga pendamping profesional serta sanksinya


15. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari kegiatan belajar
tentang kode etik tenaga pendamping profesional;
16. Diawali dengan penjelasan umum dari pelatih tentang kode etik tenaga pendamping
professional, umpan balikkan;
17. Pelatih Menayangkan point-point pembahasan yang merupakan kesimpulan dari
materi.
18. Sebelum mengakhiri sesi, pelatih meminta salah satu peserta untuk maju kedepan
membacakan kode Etik Pendamping Desa Profesional P3MD yang diikuti oleh
seluruh peserta;
19. Pada akhir kegiatan ini, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan tentang
materi dibantu dengan pemaparan media tanyang yang telah disediakan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 174


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Lembar Kerja 7.1.1

Matrik Diskusi Strategi Fasilitasi Tupoksi


TUPOKSI TITIK KTRITIS & STRATEGI RENCANA KERJA
PERMASALAHAN FASILITASI
1.
2.
1. DST

Catatan:
(1) Format di atas hanya sebagai panduan diskusi saja, kelompok dapat memberikan tambahan atau
menyesuaikan sesuai kebutuhan;
(2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk analisis Tupoksi dan mengidentifikasi rumusan
strtaegi fasilitasinya;
(3) Hasilnya dicatat dan dipaparkan dalam pleno.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 175


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Bahan Bacaan
SPB Jati Diri Tenaga Pendamping
7.1 Profesional P3MD dan Kode
Etik Pendamping

Latar Belakang
Pembangunan tidak hanya menyisakan kemiskinan di perkotaan. Data Badan Pusat Statistik
tahun 2014 menunjukan jumlah penduduk miskin di Indonesia kebanyakan adalah penduduk yang
bermata pencaharian petani. Artinya data tersebut bisa dibaca bahwa kemiskinan lebih banyak
dijumpai di pedesaan yang nota bene masih merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbanyak.
Kondisi tersebut boleh dikatakan belum pernah mengalami perubahan berarti dari waktu ke waktu.
Ironis, desa sebagai sumber daya utama negeri agraris justru hidup dalam kemiskinan. Sejarah desa
adalah sejarah kemiskinan petani di atas tanahnya sendiri yang kaya. Kemiskinan pedesaan merupakan
kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan akibat dari sistem tata kelola dan kebijakan yang tidak adil.
Kemiskinan struktural di pedesaan sudah dimulai dari sejak pemerintah kolonial memberikan secara
berlebihan hak penguasaan tanah kepada pengusaha-pengusaha swasta melalui Undang-undang
Agraria (Agrarische Wet) tahun 1870. Di masa kemerdekaan produk hukum dan peraturan yang
menyakut tata kelola pedesaan banyak dipengaruhi peraturan yang diproduksi pemerintah kolonial.
Ambil contoh, makna desentralisasi desa yang menjadi amanat UU No.1 Tahun 1945 tidak berbeda
dengan desentralisasi desa yang dimaksud dalam peraturan perundangan yang diberlakukan
pemerintah kolonial. UU No. 18 Tahun 1965 yang mendudukan desa sebagai daerah yang memiliki
kekuasaan hukum, politik dan pemerintahan otonom. Posisi desa menjadi semakin kuat ketika
pemerintah menetapkan Undang-undang No.19 Tahun 1965 tentang Desa Swapraja. Amanat Undang-
undang ini menghadirkan semangat untuk menjunjung nilai-niali demokrasi, kemandirian dan
kemerdekaan desa. Namun sayang, implementasi amanat Undang-undang belum sempat terwujud
Orde Baru sudah mengambil alih kekuasaan. Kepemimpinan Orde Baru segera membekukan Undang-
undang tersebut melalui ketetapan Undang-undang No. 6 Tahun 1969 yang menyabut pemberlakukan
seluruh Undang-undang tentang desa. Sementara belum ada peraturan perundangan tentang desa
yang menggantikan. Akibatnya banyak tanah-tanah desa yang dikuasai oleh elit desa dan pemilik
modal.
Produk perundangan Orde Baru lain yang melemahkan keberadaan desa adalah UU No.5 Tahun
1979. Undang-undang ini jelas menunjukkan karakter kekuasaan otoritarian pemerintah pusat yang
memberangus kewenangan desa untuk bisa mengatur dan menguasai. Salah satu amanatnya adalah
menyeragamkan bentuk dan susunan desa. Akibatnya desa kehilangan karakter social budayanya.
Kebijakan Orde Baru lain yang menambah beban kemiskinan desa adalah kebijakan ditetapkannya
industrialisasi pertanian melalui revolusi hijau. Dalam jangka pendek kebijakan revolusi hijau memang
terbukti mampu meningkatkan produksi pertanian secara nasional. Namun dalam jangka panjang
industrialisasi pertanian menyisakan penderitaan berkepanjangan. Kearifan budaya yang menyertai
siklus tanam sampai panen tergerus oleh sikap pragmatis petani yang lebih mengandalkan teknologi
dari pada keterlibatan sosial masyarakat desa. Pengetahuan dan keterampilan perempuan tani tidak lagi
diperhitungkan. Kebiasaan memanfaatkan pestisida dan teknologi pengolahan tanah menggerus tingkat
kesuburan ternak.
Memasuki era reformasi banyak pihak berharap akan ada angin kebijakan pembangunan yang segar
yang juga menghentikan pemiskinan desa. Namun harapan tinggal harapan. Pemerintahan semasa
reformasi masih belum menunjukkan kesungguhan niat politik untuk melakukan perubahan desa. Dua
produk hukum, UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 32 Tahun 2004 belum mampu menjawab hakekat
kedudukan desa. Desa masih didudukkan sebagai pemerintahan terkecil bagian dari pemerintahan di
atasnya. Posisi desa adalah obyek yang tidak memiliki kewenangan mengatur kehidupannya sendiri.

UU Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa


Undang-undang No.6 tahun 2014 tentang Desa (UU Desa) merupakan produk perundangan terbaru
yang dihasilkan sesudah lebih dari lima belas tahun pemerintahan reformasi. Ada sebagian pihak yang
menyambut kehadiran UU Desa dengan keraguan (skeptis). Tapi sebagian terbesar menyambutnya
dengan penuh harapan (optimistik). Para pihak yang optimistik melihat UU Desa sebagai gerbang
harapan bagi desa, atau yang disebtu dengan nama lain.
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa telah mengatur bahwa pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa ditempuh melaui upaya pendampingan. Pendampingan merupakan
salah satu langkah penting yang perlu dilakukan untuk percepatan pencapaian kemandirian dan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 176
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
kesejahteraan masyarakat. Kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dapat dicapai diantaranya
melalui peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran serta
memanfaatkan sumber daya sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.
Pendampingan masyarakat dalam konteks implementasi Undang-Undang Desa berada dalam
ranah pembelajaran politik. Karenanya, tidak dimungkinkan lagi adanya pola-pola pendampingan desa
yang bersifat apolitis sebagai sekedar urusan penyelesaian urusan proyek pembangunan. Ke depan
dituntut adanya pendamping masyarakat desa yang mampu hadir sebagai guru kader untuk melahirkan
kekuatan rakyat desa sebagai benteng NKRI. Pendamping masyarakat desa harus didudukkan sebagai
bagian dari upaya menegakkan kedaulatan bangsa dan negara sebagaimana diwujudkan dengan
mengimplementasikan Undang-Undang Desa secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan.
Pendampingan masyarakat desa merupakan bagian utama dari proses pengembangan kapasitas
masyarakat desa. Core business pemberdayaan masyarakat Desa adalah penguatan rakyat sebagai
proses belajar sosial yaitu learning by capacity dan learning by doing yang menyatu dalam seluruh
praktek pembangunan di tingkatan komunitas. Pemberdayaan masyarakat merupakan varian dari
proses reformasi tatanan ekonomi-politik melalui sebuah proses transformasi sosial.
Pendampingan masyarakat merupakan sebuah proses kaderisasi desa. Sebuah upaya menciptakan
kader desa sebagai orang-orang kunci yang mampu menggerakkan dinamika kehidupan di desa yang
berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian di bidang budaya. Kader
desa ini juga mampu hadir sebagai agen-agen perubahan (the agent of changes) yang terdidik dan
terlatih untuk mengorganisir dan memimpin rakyat desa bergerak menuju pencapaian cita-cita
normatif.
Pendampingan masyarakat desa yang berkarakter politis ini diharapkan mampu melahirkan
partisipasi masyarakat yang bersifat substansial. Ukuran partisipasi masyarakat desa tidak sekedar
jumlah kehadiran orang-orang dalam forum musyawarah atau sekedar perhitungan kehadiran orang
dalam kegiatan gotong-royong. Partisipasi masyarakat hendaknya dimaknai secara baru dengan
memfokuskan diri pada kemampuan rakyat untuk menyampaikan aspirasi dan mengartikulasikan
kepentingannya secara demokratis dalam ruang publik politik.
Pengertian Pendampingan Desa adalah kegiatan untuk melakukan tindakan pemberdayaan
masyarakat melalui asistensi, pengorganisasian, pengarahan dan fasilitasi Desa. Sedang tujuan
pendampingan Desa dalam meliputi: 1). Meningkatkan kapasitas, efektivitas dan akuntabilitas
pemerintahan desa dan pembangunan Desa; 2). Meningkatkan prakarsa, kesadaran dan partisipasi
masyarakat Desa dalam pembangunan desa yang partisipatif; 3). Meningkatkan sinergi program
pembangunan Desa antarsektor; dan 4). Mengoptimalkan aset lokal Desa secara emansipatoris. Untuk
Ruang lingkup pendampingan Desa meliputi: 1). Pendampingan masyarakat Desa dilaksanakan secara
berjenjang untuk memberdayakan dan memperkuat Desa; 2). Pendampingan masyarakat Desa sesuai
dengan kebutuhan yang didasarkan pada kondisi geografis wilayah, nilai APB Desa, dan cakupan
kegiatan yang didampingi; dan 3). Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, dan Pemerintah Desa melakukan upaya pemberdayaan masyarakat Desa melalui
pendampingan masyarakat Desa yang berkelanjutan, termasuk dalam hal penyediaan sumber daya
manusia dan manajemen.
Secara yuridis, landasan hukum pendampingan Desa, meliputi: Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara;

Karakter Pendamping Desa dalam Pemberdayaan

UU Desa tegas mengakui kedudukan desa subyek hukum yang memiliki hak dan kewenangan
untuk mengatur dan mengurus pemerintahannya sendiri (Psl 1, at 1). Desa boleh dan berhak
merencanakan dan melaksanakan pembangunannya sendiri dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pengakuan desa sebagai subyek tidak hanya diungkapkan secara jelas pada pasal tertentu,
tetapi juga tersirat pada setiap pasal. Salah satu rumusan yang menyiratkan semangat pengakuan
sebagai subyek adalah pasal yang menyatakan amanat tentang pemberdayaan masyarakat desa (Psl 1,
at 12).
Pemberdayaan masyarakat desa merupakan amanat yang sesungguhnya menjungkirbalikkan
pendekatan pembangunan yang selama ini berorientasi pada kekuasaan. Pemberdayaan adalah sebuah
konsep pembangunan yang manghadirkan karakter dan nilai-nilai kemanusiaan. Karakter pertama,
pemberdayaan mewujudkan pembangunan yang berpusat pada masyarakat. Masyarakat menjadi
pelaku utama sekaligus tujuan (people centre). Dalam konteks ini pemberdayaan merupakan bagian
dari gerakan budaya. Salah satu karakter dari pemberdayaan adalah kesadaran kritis masyarakat
tentang makna pembangunan. Karakter ini mengandaikan tumbuh dari sikap kesediaan masyarakat
untuk senantiasa belajar memahami beragam aspek yang mempengaruhi dampak pembangunan bagi
masyarakat dan lingkungan.

Karakter berikutnya adalah partisipatif, yaitu menyertakan keterlibatan aktif masyarakat untuk
menggagas, merencanakan, melaksanakan dan mempertanggungjawabkan proses pembangunan.
Dalam UU Desa karakter ini jelas dan tegas terlihat pada azas pengaturan desa (Pasal 3). Di samping itu
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 177
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
karakter partisipatif juga sejalan dengan kearifan desa yang menghormati musyawarah desa sebagai
forum pengambilan keputusan tertinggi desa. Berikutnya pemberdayaan memiliki karakter
memampukan (empowering) masyarakat yang terlibat dalam aktivitas pembangunan. Sejalan dengan
karakter ini maka bisa dipahami kalau amanat pasal pemberdayaan dalam UU Desa disertai dengan
Peraturan Pemerintah yang menegaskan perlunya para pihak, utamanya pemerintah untuk melakukan
pendampingan terhadap masyarakat dan aparatus desa (Psl 128, PP No. 43 Tahun 2014). Tujuan
pendampingan adalah untuk meningkatkan kapasitas pendamping dalam rangka penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa (Psl 129 at 1 C, PP. No 43 Tahun 2014).
Di samping itu pemberdayaan merupakan model pembangunan yang berkarakter
berkelanjutan (sustainable). Karakter ini mendorong pelaku pembangunan untuk tidak bersikap
pragmatis (aji mumpung) dalam merencanakan dan melakukan pembangunan. Pembangunan
berkelanjutan merupakan konsep yang menuntut kemampuan visioner, kemampuan melihat manfaat
pembangunan tidak saja untuk kebutuhan saat ini, tetapi mampu terus menerus memenuhi kebutuhan
jangka panjang. Di samping itu kerberlanjutan juga berarti sifat pembangunan yang memperhatikan
dampak kehancuran lingkungan. Artinya perencanaan pembangunan perlu disertai dengan upaya
menjaga keberlangsungan ketahanan sumber daya alam dan lingkungan.
Karakter-karakter tersebut juga menegaskan bahwa pemberdayaan merupakan sebuah konsep
gerakan budaya, yaitu sebuah gerakan yang dilakukan secara sadar dilakukan terus menerus untuk
menghormati martabat manusia dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan asasi dan menjaga
lingkungan tempat manusia berada. Dalam kerangka implementasi Undang-undang Desa
pemberdayaan merupakan sebuah konsep pembangunan yang menjujung tinggi nilai kedaulatan
masyarakat desa sebagai subyek, kesatuan masyarkat hukum yang memiliki hak dan kewenangan.
Karena itu keberhasilan pemberdayaan masyarakat desa tidak hanya diukur secara materialistik,
terpenuhinya sarana dan prasarana fisik, tetapi juga diukur dari tingkat pemerataan kesejahteraan. Di
atas itu semua ukuran yang terpenting adalah perubahan sikap dan perilaku masyarakat. Pemberdayaan
merupakan wujud lain dari pendidikan karakter yang mendorong masyarakat tidak hanya semakin
mampu atau terampil, tetapi juga berkembang menjadi masyarakat yang memiliki integritas sosial.

PENGELOLAAN PENDAMPING PROFESIONAL

Mekanisme kontrak individual mensyaratkan adanya pengelolaan Pendamping Profesional secara


efektif dan efisien. Pengelolaan Pendamping Profesional ini meliputi mobilisasi, penetapan hari dan jam
kerja, relokasi Pendamping Profesional, perijinan cuti dan penentuan hari libur, persetujuan
pengunduran diri, PHK, sampai dengan tahapan demobilisasi pada saat program berakhir atau lokasi
program berkurang jumlahnya. Untuk itu,

Satker Ditjen PPMD mensupervisi dan mengawasi pengelolaan Pendamping Profesional secara
nasional dengan menerapkan standar kontrak kerja yang baku secara nasional untuk mengatur
hubungan legal administrasif, serta memberlakukan Tata Perilaku (Code of Conduct) dan Etika Profesi,
sebagai standar normatif dalam pengelolaan Pendamping Profesional.

A. TATA PERILAKU DAN ETIKA PROFESI

Dalam rangka menjaga perilaku Pendamping Profesional, sesuai norma moral maka secara khusus
ditetapkan standar normatif perilaku Pendamping Profesional yang meliputi: Tata Perilaku dan Etika
Profesi sebagai aturan nornatif sesuai prinsip-prinsip moral yang ada pada Bangsa Indonesia. Tata
Perilaku merupakan nilai-nilai normatif yang diatur dalam SPK; sedangkan Etika Profesi merupakan
nilai-nilai normatif umum yang melekat dalam diri seorang profesional.

Aturan Normatif ini merupakan alat kendali diri (self control) bagi Pendamping Profesional berunjuk
kerja secara profesional sebagai pendamping masyarakat. Acuan standarisasi perilaku Pendamping
Profesional yang diberlakukan adalah Tata Perilaku dan Etika Profesi yang akan disebut di bawah ini,
sehingga pada saat dibutuhkan aturan normatif ini akan difungsikan sebagai alat untuk jadi panduan
penyelesaian terhadap segala tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai
menyimpang dari etika. Rincian Standar Normatif Perilaku Pendamping Profesional adalah sebagai
berikut:

1. Tata Perilaku (Code of Conduct) Pendamping Profesional

a) Tunduk Terhadap Hukum, Peraturan dan Adat-istiadat

Pendamping Profesional tidak diperbolehkan untuk melakukan aktivitas atau berpartisipasi


dalam aktivitas yang melawan hukum, peraturan serta adat istiadat masyarakat setempat yang
akan berpengaruh buruk terhadap citra Satker/Pemerintah.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 178


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
b) Kebenaran Data Pribadi

Data pribadi Pendamping Profesional yang diberikan kepada Satker/Pemerintah harus benar
dan dijamin kebenarannya sehingga secara yuridis tidak merugikan Satker/Pemerintah sebagai
Pihak Pemberi Kerja.

c) Konflik Kepentingan Pribadi

Setiap Pendamping Profesional, dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, harus selalu
berpedoman pada panduan yang digariskan serta melakukan koordinasi dengan pihak-pihak
terkait. Konflik kepentingan pribadi baik yang menyangkut keuangan maupun proses
pelaksanaan tugas harus dihindarkan.

d) Menerima Imbalan

Pendamping Profesional tidak diperbolehkan menerima atau meminjam uang dan/atau barang
sebagai imbalan pengerjaan sesuatu atau kegiatan yang bersumber dari APBDes yang
berindikasikan dan berimplikasi pada penyalahgunaan posisi, tanggung jawab dan
profesionalitas.

e) Tingkat Kehadiran di Lokasi Pekerjaan

Setiap Pendamping Profesional harus menjalankan tugas dan tanggung jawabnya serta berada
di lokasi tugas secara purna waktu, sehingga tidak ada keluhan dari masyarakat atau pihak
terkait tentang sulitnya melakukan pertemuan dan koordinasi.

f) Laporan dan Akurasi Data

● Setiap Pendamping Profesional harus menyampaikan laporan sesuai dengan ketentuan


yang berlaku;

● Permintaan data dan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen Satker/Pemerintah harus
segera dipenuhi;

● Pendamping Profesional harus memberikan data alamat, nomor handphone dan nomor
rekening tabungan yang benar guna menjamin kelancaran komunikasi dan transfer
pembayaran honorarium dan tunjangan;

● Setiap perubahan alamat, nomor handphone dan nomor rekening tabungan harus
diberitahukan secara cepat dan tertulis;

g) Jabatan Publik
Setiap Pendamping Profesional tidak diperbolehkan menduduki jabatan publik termasuk dalam
kepengurusan partai politik.

h) Fitnah, Hasutan, Propaganda Negatif

Setiap Pendamping Profesional harus menghindarkan diri dari penyebaran fitnah, hasutan,
propaganda dan tindakan-tindakan tersembunyi yang bertendensi negatif dan merugikan
kepentingan Satker/Pemerintah dan program.

2. Etika Pendamping Profesional

1) Tidak memaksakan kehendak: Peran Pendamping Profesional dalam memfasilitasi


musyawarah atau kegiatan hanya bersifat fasilitasi dan mediasi, boleh memberikan
masukan sesuai etika profesi dan tidak diperbolehkan memaksakan kehendak apalagi
mengambil atau menetukan keputusan.

2) Tidak manipulatif : Pendamping Profesional melakukan manipulasi data bik yang bersipat
dokumen administrative maupun yang bersipat informative untk memberikan
keuntunngan kepada pihak tertentu atau pendamping dan dapat merugikan masyarakat.

3) Tidak melakukan propaganda negative di depan masyarakat : Orang akan menganggap


Pendamping Profesional yang menjelekkan pihak lain akan konplik di maasyarakat.

4) Menghormati pendapat dan kedudukan orang lain : Pendamping Profesionalharus hormati


pendaat dan kedudukan orang lain dalam menlaksanakan tugasnya.

5) Netral, tidak berpihak : Pendamping Profesional tidak boleh berpihak pada satu kelompok

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 179


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
atau golongan tertentu,

6) Tidak bertindak sebagai suplier bahan dan alat, menunjuk salah satu suplier atau berfungsi
sebagai perantara;

7) Tidak bertindak sebagai juru bayar, menerima titipan uang, atau merekayasa pembayaran
atau administrasi atas pemerintah desa;

8) Tidak membantu atau menyalahgunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa


(APBDesa) untuk kepentingan pribadi, keluarga, atau kelompok;
9) Dengan sengaja membiarkan, tidak melaporkan, atau menutupi proses penyimpangan
yang terjadi dalam pelaksanaan pembangunan desa yang mengakibatkan kerugian Negara
dan masyarakat ;

10) Tidak Menjadi pengurus partai politik manapun dan/atau terlibat dalam kegiatan partai
politik yang dapat mengganggu kinerja

11) Tidak Terlibat kontrak dengan institusi lain, baik pemerintah maupun swasta yang
menyebabkan tidak maksimalnya pekerjaan sebagai pendamping profesional

12) Tidak Terlibat dalam penggunaan dan peredaran Narkoba;

13) Tidak Melakukan perbuatan amoral yang dapat merugikan dan meresahkan masyarakat;

14) Tidak Terlibat dalam kegiatan human traffickiing;

15) Tidak Terlibat dalam kegiatan terorisme;

16) Tidak Terlibat dalam kegiatan penyebaran isu SARA.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 180


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Rencana Pembelajaran
SPB Struktur, SOP Pendampingan
7.2 (Kepmendesa PDTT No. 143 Th 2022
Pentunjuk Teknis Pendampingan
Masyarakat Desa)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta dapat:
1 Mengetahui kebijakan Pendampingan Masyarakat Desa dalam KepmenDesa PDTT
Nomor 143 Tahun 2022 Tentang Petunjuk Teknis Pendampingan Masyarakat Desa;
2 Mengetahui sistem organisasi dan pengelolaan pendampingan beserta berbagai
perangkat Standar operating Prosedur yang ada;
3 Mengetahui sistem koordinasi yang harus dilakukan sebagai pendamping Desa;
4 Mampu Melaksanakan Standar operating Prosedur (SOP) dalam melaksanakan kegiatan
Pendampingan P3MD.

Waktu
2 JP ( 90 menit)

Metode
Pemaparan, Membaca Cepat, Diskusi Kelompok, dan Pleno.

Media
● Media Tayang 3.2.1;
● Lembar Informasi 3.2.1: Standar Operating Prosedure (SOP) Pembinaan dan
Pengendalian Tenaga Pendamping Profesional

Alat Bantu
Flipt Chart, kertas plano, spidol, LCD, Whiteboard

Proses Penyajian
Kegiatan 1: sistem organisasi dan pengelolaan pendampingan
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari kegiatan
pembelajaran tentang sistem organisasi dan pengelolaan pendampingan;
2. Pelatih meminta peserta melakukan pembacaan KepmenDesa PDTT Nomor 143
Tahun 2022 Tentang Petunjuk Teknis Pendampingan Masyarakat Desa secara cepat
3. Pelatih Memaparkan bahan Tayang Standar Operating Prosedur (SOP) Pembinaan
dan Pengendalian Tenaga Pendamping Profesional
4. Pelatih membuka sesi Tanya Jawab, umpan balikkan;

Kegiatan 2 : Pendalaman SOP Pembinaan dan Pengendalian Tenaga Pendamping


Profesional
5. Pelatih membagi peserta kedalam 3 kelompok besar ( 1 kelompok terdiri dari 10-13
orang) dan meminta kepada masing-masing kelompok untuk memilih salah satu
orang sebagaii ketua kelompok
6. Ketua kelompok diminta untuk membagi kelompoknya kedalam 3 sub kelompok
dan membagi bab yang ada dalam SOP kepada setiap sub kelompok untuk
membahas dan mendiskusikan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 181


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
7. Hasil dari pembahasan dan diskusi sub kelompok dijadikan satu dan merupakan
produk kelompok yang akan dipresentasikan dalam Pleno.
8. Kelompok memaparkan Hasil pembahasan dan diskusi dalam Pleno;
9. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan, bertanya,
berpendapat dan masukan;
10. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan utama dari hasil
pembahasan yang dilakukan dengan menuliskan dalam kartu, kertas plano atau
whiteboard;
11. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan tentang materi yang
telah dibahas dan mengkaitkan dengan subpokok bahasan selanjutnya.

Lembar Kerja 7.2.1

Matrik Diskusi Fasilitasi SOP

ASPEK SOP TITIK KTRITIS & STRATEGI RENCANA KERJA


PERMASALAHAN FASILITASI
1. PENDAMPINGAN
2. PELAPORAN
3. PENANGANAN
MASALAH
4. DST

Catatan:
(1) Format di atas hanya sebagai panduan diskusi saja, masing-masing kelompok dapat memberikan
tambahan atau menyesuaikan sesuai kebutuhan;
(2) Hasilnya dicatat dan dipaparkan dalam pleno.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 182


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Lembar Informasi
SPB
Struktur, SOP Pendampingan (Kepmendesa PDTT
7.2.1 No. 143 Th 2022 Pentunjuk Teknis Pendampingan
Masyarakat Desa

LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI DESA,
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN
TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 143 TAHUN 2022 TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN
MASYARAKAT DESA

PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN


MASYARAKAT DESA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemberdayaan Masyarakat Desa merupakan upaya
mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan
meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,
kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan
kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan
esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa. Pasal 112 ayat
(4) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mengamanahkan
bahwa Pemberdayaan masyarakat Desa dilaksanakan dengan
pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan
Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan. Lebih lanjut pendampingan
dilakukan dengan penyediaan sumber daya manusia pendamping dan
manajemen pendamping.
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Pendampingan Masyarakat
Desa, telah ditetapkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pedoman
Umum Pendampingan Masyarakat Desa sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor
18 Tahun 2019 tentang Pedoman Umum Pendampingan Masyarakat Desa
serta Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 142 Tahun 2022 tentang Percepatan Sertifikasi
Tenaga Pendamping Profesional. Oleh karena itu, untuk efektivitas
kegiatan Pendampingan Masyarakat Desa, diperlukan Petunjuk Teknis
Pendampingan Masyarakat Desa.

B. Maksud
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 183
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
Petunjuk Teknis ini dimaksudkan agar menjadi acuan dalam:
1. pelaksanaan Pendampingan Masyarakat Desa;
2. perencanaan, pengelolaan administrasi, pengendalian, dan pelaporan
kegiatan Pendampingan Masyarakat Desa;
3. pelaksanaan tugas dan fungsi TPP dalam kegiatan Pendampingan
Masyarakat Desa;
4. pelaksanaan fasilitasi Pembangunan Desa;
5. pelaksanaan koordinasi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan
TPP; dan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 184


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

6. pelaksanaan kegiatan peningkatan kinerja TPP oleh Pemerintah


Daerah sesuai kemampuan keuangan dan kebutuhan daerah.
C. Tujuan
Tujuan Pendampingan Masyarakat Desa meliputi:
1. meningkatkan kapasitas, efektivitas, dan akuntabilitas Pemerintahan
Desa dalam pendataan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pelaporan Pembangunan Desa dan Perdesaan;
2. meningkatkan kesadaran, prakarsa, dan partisipasi masyarakat Desa
dalam Pembangunan Desa;
3. meningkatkan daya guna aset dan potensi sumber daya ekonomi
Desa melalui BUMDesa dan/atau BUMDesa Bersama; dan
4. meningkatkan sinergitas program dan kegiatan Desa, kerja sama
Desa dan kerja sama antar Desa.

D. Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari Petunjuk Teknis ini adalah:
1. terlaksananya Pendampingan Masyarakat Desa;
2. terlaksananya perencanaan, pengelolaan administrasi, pengendalian,
dan pelaporan kegiatan Pendampingan Masyarakat Desa;
3. terlaksananya tugas dan fungsi TPP dalam kegiatan Pendampingan
Masyarakat Desa;
4. terlaksananya fasilitasi Pembangunan Desa;
5. terlaksananya koordinasi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dengan TPP; dan
6. terlaksananya kegiatan peningkatan kinerja TPP oleh Pemerintah
Daerah sesuai kemampuan keuangan dan kebutuhan daerah.

E. Pengguna
Pengguna Petunjuk Teknis Pendampingan Masyarakat Desa adalah
seluruh pihak yang terkait dengan pelaksanaan Pendampingan Desa dan
Pendampingan Masyarakat Desa, diantaranya Kementerian dan lembaga
pemerintah nonkementerian, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota, Pemerintahan Desa, TPP, KPMD, pihak ketiga,
serta seluruh pihak yang berpartisipasi dalam Pembangunan Desa.

F. Definisi
1. Desa adalah Desa dan Desa adat atau yang disebut dengan nama
lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. SDGs Desa adalah upaya terpadu Pembangunan Desa untuk
percepatan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
3. Pendampingan Desa adalah upaya meningkatkan kapasitas,
efektivitas, dan akuntabilitas pemerintahan Desa, Pembangunan
Desa, pembentukan dan pengembangan badan usaha milik Desa
dan/atau badan usaha milik Desa bersama, peningkatan sinergitas
program dan kegiatan Desa, serta kerja sama antar Desa untuk
mendukung pencapaian SDGs Desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 185


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

4. Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUM Desa adalah
badan hukum yang didirikan oleh Desa dan/atau bersama Desa- Desa
guna mengelola usaha, memanfaatkan aset, mengembangkan
investasi dan produktivitas, menyediakan jasa pelayanan, dan/atau
menyediakan jenis usaha lainnya untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa.
5. Badan Usaha Milik Desa Bersama yang selanjutnya disebut BUM
Desa Bersama adalah BUM Desa yang didirikan oleh 2 (dua) Desa atau
lebih.
6. Pendampingan Masyarakat Desa adalah kegiatan Pemberdayaan
Masyarakat Desa melalui asistensi, pengorganisasian, pengarahan,
dan Pendampingan Desa.
7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
8. Pemerintah Desa adalah kepala Desa atau yang disebut dengan
nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa.
9. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan
kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
10. Perencanaan Pembangunan Desa adalah proses tahapan kegiatan
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan badan
permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat Desa secara
partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya Desa
dalam rangka mencapai tujuan Pembangunan Desa.
11. Perdesaan adalah kawasan kerja sama antar Desa untuk
pengembangan usaha bersama, kegiatan kemasyarakatan,
pelayanan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, keamanan,
dan ketertiban.
12. Pembangunan Partisipatif adalah suatu sistem pengelolaan
Pembangunan Desa dan Perdesaan yang dikoordinasikan oleh
kepala Desa dengan mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan,
dan kegotongroyongan guna mewujudkan pengarusutamaan
perdamaian dan keadilan sosial.
13. Pendataan Desa adalah proses penggalian, pengumpulan,
pencatatan, verifikasi, dan validasi data SDGs Desa, yang memuat
data objektif kewilayahan dan kewargaan Desa, berupa aset dan
potensi aset Desa yang dapat didayagunakan untuk pencapaian
tujuan Pembangunan Desa, masalah ekonomi, sosial, dan budaya
yang dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi penyusunan
program dan kegiatan Pembangunan Desa, serta berbagai data dan
informasi terkait lainnya yang menggambarkan kondisi objektif Desa
dan masyarakat Desa.
14. Sistem Informasi Desa yang selanjutnya disingkat SID adalah sistem
pengolahan data kewilayahan dan data kewargaan di Desa yang
disediakan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi, serta dilakukan secara terpadu dengan
mendayagunakan fasilitas perangkat lunak dan perangkat keras,
jaringan, dan sumber daya manusia untuk disajikan menjadi
informasi yang berguna dalam peningkatan efektivitas dan efisiensi
pelayanan publik serta dasar perumusan kebijakan strategis
Pembangunan Desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 186


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

15. Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan


kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan
pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, dan
kesadaran serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan
kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai
dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.
16. Tenaga Pendamping Profesional yang selanjutnya disingkat TPP
adalah sumber daya manusia yang memiliki kualifikasi dan
kompetensi di bidang pendampingan pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa yang direkrut oleh kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
Pembangunan Desa dan Perdesaan, Pemberdayaan Masyarakat
Desa, percepatan pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi.
17. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat yang selanjutnya disingkat
TAPM adalah TPP yang memiliki wilayah kerja di kabupaten/kota,
provinsi, dan pusat.
18. Pendamping Desa yang selanjutnya disingkat PD adalah TPP yang
memiliki wilayah kerja di kecamatan.
19. Pendamping Lokal Desa yang selanjutnya disingkat PLD adalah TPP
yang memiliki wilayah kerja di Desa.
20. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa yang selanjutnya disingkat
KPMD adalah unsur masyarakat Desa yang dipilih oleh Desa dan
ditetapkan oleh kepala Desa untuk menumbuhkan dan
mengembangkan, serta menggerakan prakarsa, partisipasi, dan
swadaya gotong royong.
21. Pihak Ketiga adalah masyarakat atau lembaga di luar pemerintah
pusat, pemerintah daerah, dan Pemerintah Desa yang membantu
penyelenggaraan kegiatan pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa.
22. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
23. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan dewan
perwakilan rakyat daerah dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.
24. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
musyawarah antara badan permusyawaratan Desa, Pemerintah
Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh badan
permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
25. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi yang
selanjutnya disingkat BPSDM adalah badan yang mempunyai tugas
di bidang pengembangan sumber daya manusia dan pemberdayaan
masyarakat desa, daerah tertinggal, dan transmigrasi.
26. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang Desa, pembangunan daerah tertinggal, dan
transmigrasi.
27. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang Desa, pembangunan daerah tertinggal, dan
transmigrasi.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 187


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

BAB II
TATA CARA PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA

A. Pelaksana Pendampingan
1. Pendampingan oleh Menteri
Pendampingan masyarakat Desa dilaksanakan oleh Menteri
yang dalam pelaksanaan tugas sehari-hari Menteri mendelegasikan
kepada unit kerja eselon I BPSDM dan dikoordinasikan oleh Unit
Kerja Eselon II Pusat Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat
Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
2. Pendampingan oleh Pemerintah Daerah
a. Pendampingan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/kota dilaksanakan oleh Perangkat Daerah yang
menangani urusan pemerintahan daerah bidang Pembangunan Desa
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.
b. Pendampingan di tingkat kecamatan dilaksanakan oleh Camat
yang dapat dibantu oleh pejabat fungsional penggerak swadaya
masyarakat dan/atau pejabat fungsional lain bidang
Pemberdayaan Masyarakat Desa.
c. Pendampingan oleh pemerintah daerah provinsi dan pemerintah
daerah kabupaten/kota dapat dibantu oleh tenaga pendamping
yang direkrut secara mandiri oleh pemerintah daerah provinsi atau
pemerintah daerah kabupaten/kota. Pendampingan
dikoordinasikan dengan Kementerian secara tertulis dengan
mempertimbangkan pengelolaan pendampingan yang dilaksanakan
oleh Menteri.
d. Pendampingan oleh pemerintah daerah provinsi dan pemerintah
daerah kabupaten/kota yang dilaksanakan secara mandiri oleh
tenaga pendamping yang diadakan oleh Pemerintah Daerah provinsi,
Pemerintah Daerah kabupaten/kota bersifat mendukung sekaligus
sebagai mitra kerja TPP dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
Pendampingan Masyarakat Desa.
3. Pendampingan oleh Pihak Ketiga
Pihak Ketiga adalah masyarakat atau lembaga di luar
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Desa yang
membantu penyelenggaraan kegiatan Pembangunan Desa dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa, seperti Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), Perguruan Tinggi, organisasi kemasyarakatan,
perusahaan, individu dan lembaga-lembaga lainnya yang memiliki
keahlian khusus yang dibutuhkan masyarakat Desa.
Wilayah kerja pendampingan Pihak Ketiga mencakup seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan bertugas
membantu Desa dalam kegiatan pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelaksanaan pendampingan oleh Pihak Ketiga, dilakukan
berdasarkan pada perjanjian kerja bersama dengan Pemerintah Desa
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/kota atau Pemerintah Daerah
Provinsi atau Kementerian, atas komitmen mempercepat kemajuan
Desa, dengan pembiayaan yang bersumber dari anggaran mandiri
Pihak Ketiga.
4. Pendampingan oleh TPP
Pendampingan Masyarakat Desa oleh TPP bersifat membantu
Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota. Dengan demikian pendampingan Masyarakat Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 188


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

oleh TPP dilakukan secara sistematis dan berjenjang dari tingkat


Desa hingga tingkat pusat.
5. Pendampingan oleh KPMD
Selain oleh TPP, Pendampingan Masyarakat Desa oleh
Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/kota dapat pula dibantu oleh Kader Pemberdayaan
Masyarakat (KPMD). KPMD dibentuk oleh Desa untuk
menumbuhkan dan mengembangkan serta menggerakkan prakarsa,
partisipasi, dan swadaya gotong royong. KPMD berasal dari unsur
masyarakat Desa, dapat mencakup: kader kesehatan, kader
pendidikan, kader teknik, kader pembangunan manusia, kader
perempuan, kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK),
kader budaya, kader tani, kader nelayan, dan kategori kader lainnya.
Tugas pokok KPMD adalah:
a. menggerakkan dan memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi
aktif dalam kegiatan Pembangunan Desa;
b. membantu masyarakat mengidentifikasi masalah dan
menyampaikan kebutuhan dalam Musyawarah Desa;
c. membantu mengembangkan kapasitas masyarakat dalam
menangani masalah dan mengembangkan potensi secara efektif;
d. mendorong dan meyakinkan para pembuat keputusan untuk
mendengar, mempertimbangkan dan mengakomodasi
kebutuhan masyarakat; dan
e. membantu kelompok masyarakat dalam memperoleh akses
berbagai pelayanan yang dibutuhkan.

B. Komponen Aktivitas Pendampingan Masyarakat Desa


1. Asistensi
Dalam fungsi asistensi, setiap TPP bertugas untuk
memberikan bantuan baik kepada masyarakat Desa, Pemerintah
Desa, maupun kelembagaan desa lainnya dalam menjalankan proses
Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Asistensi
juga dimaksudkan agar setiap stakeholder Pembangunan Desa
mampu mengoptimalkan fungsinya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian dilakukan melalui upaya penumbuhan
kesadaran kritis, pembelajaran berkelanjutan, dan partisipasi aktif
masyarakat dalam penanganan masalah secara mandiri dengan tujuan
untuk mengubah sistem sosial yang merugikan masyarakat.
Pengorganisasian dimulai dengan meleburkan diri sehingga diterima
masyarakat, dilanjutkan dengan mempelajari secara mendalam
situasi sosio-kultural dan masalah yang dihadapi masyarakat,
melakukan upaya-upaya penyadaran kritis sehingga masyarakat dapat
berperan secara efektif dalam melakukan aktivitas penanganan
masalah.
3. Pengarahan
Kegiatan pendampingan masyarakat Desa juga dilakukan
dengan mengarahkan proses pembangunan, yang dimulai dari
Pendataan Desa, Perencanaan Pembangunan Desa, pelaksanaan
Pembangunan Desa, sampai pertanggungjawaban Pembangunan
Desa. Pengarahan ini penting untuk memastikan keseluruhan proses
pembangunan sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa dan berbagai regulasi turunannya. TPP

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 189


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

juga menjadi ujung tombak dalam mengarahkan pemanfaatan Dana


Desa sesuai dengan Peraturan Menteri Desa tentang Prioritas
Penggunaan Dana Desa.
4. Pendampingan Desa
Pendampingan Desa adalah upaya meningkatkan kapasitas,
efektivitas, dan akuntabilitas Pemerintahan Desa, Pembangunan
Desa, pembentukan dan pengembangan Badan Usaha Milik Desa
dan/atau Badan Usaha Milik Desa Bersama, peningkatan sinergitas
program dan kegiatan Desa, serta kerja sama antar Desa untuk
percepatan pencapaian SDGs Desa.

C. Pendampingan dalam Kondisi Kejadian Luar Biasa dan Bencana


Pendampingan Masyarakat Desa dalam kondisi kejadian luar biasa
dan bencana dilakukan dengan metode yang berbeda dari pendampingan
reguler. Sehingga TPP harus memiliki kemampuan berpikir dan bertindak
cepat untuk membantu diri sendiri dan masyarakat Desa. Untuk itu, TPP
memiliki tugas sebagai berikut:
1. menginisiasi dan mengorganisir masyarakat terdampak, untuk
secepatnya menyelamatkan diri dari ancaman kejadian luar biasa
dan bencana ke lokasi yang aman;
2. membantu masyarakat dan Pemerintah Desa untuk segera
memperoleh bantuan;
3. melakukan identifikasi dan pendataan cepat terhadap dampak
kejadian luar biasa dan bencana;
4. melaporkan kejadian luar biasa dan bencana kepada BPSDM
secepatnya baik secara lisan maupun tertulis melalui catatan
kronologis kejadian serta dilampiri bukti-bukti pendukung yang
cukup;
5. melakukan koordinasi dengan instansi terkait di kabupaten/kota
termasuk aparat keamanan;
6. mengidentifikasi dan memfasilitasi tokoh-tokoh masyarakat untuk
membantu meneruskan kebijakan Pemerintah dan Pemerintah
Daerah dalam rangka penanganan kejadian luar biasa dan bencana
alam;
7. memfasilitasi Pemerintah Desa untuk melakukan penghentian
sementara dan/atau melanjutkan pelaksanaan kegiatan
pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa di lokasi
kejadian luar biasa dan bencana, dengan tetap memperhatikan
tingkat ancaman kejadian luar biasa atau bencana tersebut terhadap
manusia maupun fasilitas publik Desa;
8. melakukan langkah mitigasi melalui kerja sama dengan berbagai
pihak; dan
9. melaporkan pelaksanaan tugas TPP dalam penanganan kejadian luar
biasa dan bencana melalui aplikasi Daily Report Pendamping Desa.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 190


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

BAB III
PENGORGANISASIAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA

A. Kedudukan TPP
Kedudukan TPP dalam Pendampingan Masyarakat Desa adalah
sebagai berikut:
1. TPP adalah sumber daya manusia yang memiliki kualifikasi dan
kompetensi di bidang pengelolaan pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa;
2. Kedudukan dan wilayah kerja TPP sebagai berikut:
a. PLD adalah TPP dengan jenjang tingkatan tenaga terampil
pemula yang berkedudukan dan berwilayah kerja di Desa;
b. PD adalah TPP dengan jenjang tingkatan tenaga terampil
pelaksana yang berkedudukan dan berwilayah kerja di
kecamatan;
c. Pendamping Teknis adalah TPP dengan jenjang tingkatan tenaga
terampil pelaksana yang berkedudukan dan berwilayah kerja di
kecamatan;
d. TAPM Kabupaten/Kota adalah TPP dengan jenjang tingkatan
tenaga terampil mahir yang berkedudukan dan berwilayah kerja
di kabupaten/kota;
e. TAPM Provinsi adalah TPP dengan jenjang tingkatan tenaga
terampil penyelia pratama yang berkedudukan dan berwilayah
kerja di provinsi; dan
f. TAPM Pusat adalah TPP dengan jenjang tingkatan tenaga
terampil penyelia madya yang berkedudukan di Jakarta dengan
wilayah kerja nasional.
3. TPP direkrut oleh Kementerian yang bertugas membantu
penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang Pembangunan Desa
dan Perdesaan, Pemberdayaan Masyarakat Desa, percepatan
pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi; melaksanakan
Pendampingan Masyarakat Desa; serta mengimplementasi kebijakan
Kementerian;
4. TPP direkrut dan ditugaskan dengan mempertimbangkan tempat
domisili yang bersangkutan, dengan rincian berikut:
a. PLD diutamakan penduduk yang berdomisili di wilayah
kecamatan tempat bertugas;
b. PD dan Pendamping Teknis (PT) diutamakan penduduk yang
berdomisili di wilayah kabupaten/kota tempat bertugas;
c. TAPM Kabupaten/Kota diutamakan penduduk yang berdomisili
di wilayah provinsi tempat bertugas;
d. TAPM Provinsi merupakan penduduk yang berdomisili di wilayah
provinsi tempat bertugas; dan
e. TAPM Pusat merupakan penduduk Indonesia yang berdomisili di
wilayah Jabodetabek, dan dibuktikan dengan surat keterangan
domisili dari desa/kelurahan setempat.
5. TPP bertanggung jawab kepada Menteri melalui BPSDM; dan
6. Posisi dan lokasi tugas TPP ditetapkan oleh kepala BPSDM.

B. Susunan Organisasi TPP


Susunan organisasi, komposisi, bidang, dan wilayah kerja TPP
adalah sebagai berikut:
1. TAPM Pusat
a. Susunan organisasi TAPM Pusat terdiri atas:

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 191


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

1) Koordinator TAPM Pusat;


2) Wakil Koordinator TAPM Pusat;
3) Koordinator Bidang;
4) Koordinator Wilayah;
5) Tenaga Ahli Terampil Penyelia Madya.
b. Koordinator TAPM Pusat dan Wakil Koordinator TAPM Pusat,
karena jabatannya, bertindak sebagai Koordinator Nasional TPP
dan Wakil Koordinator Nasional TPP;
c. Bidang kerja TAPM Pusat meliputi:
1) bidang pengelolaan sumber daya manusia dan pemantauan
kinerja;
2) bidang pengembangan kapasitas TPP;
3) bidang perencanaan pembangunan dan pencapaian SDGs
Desa;
4) bidang pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa;
5) bidang penanganan pengaduan masalah dan advokasi;
6) bidang informasi dan media;
7) bidang lain sesuai dengan kebijakan Kementerian.
d. BPSDM menugaskan masing-masing TAPM Pusat pada posisi
atau wilayah kerja yang ditetapkan.
2. TAPM Provinsi
a. provinsi dengan 1 (satu) sampai dengan 9 (sembilan)
kabupaten/kota penerima dana Desa, ditempatkan maksimal 5
(lima) orang TAPM Provinsi, terdiri dari:
1) Koodinator Provinsi 1 (satu) orang; dan
2) Tenaga Ahli Terampil Penyelia Pratama 4 (empat) orang.
b. provinsi dengan 10 (sepuluh) sampai dengan 15 (lima belas)
kabupaten/kota penerima dana Desa, ditempatkan maksimal 7
(tujuh) orang TAPM Provinsi yang terdiri dari:
1) Koodinator Provinsi 1 (satu) orang; dan
2) Tenaga Ahli Terampil Penyelia Pratama 6 (enam) orang.
c. provinsi dengan minimal 15 (lima belas) kabupaten/kota
penerima dana Desa, ditempatkan maksimal 9 (sembilan) orang
TAPM provinsi yang terdiri atas:
1) Koodinator Provinsi 1 (satu) orang; dan
2) Tenaga Ahli Terampil Penyelia Pratama 8 (delapan) orang.
d. Wilayah kerja TAPM Provinsi terdiri atas beberapa
kabupaten/kota yang ditetapkan oleh BPSDM.
e. BPSDM menugaskan masing-masing TAPM provinsi pada
wilayah kerja yang ditetapkan.
f. Penugasan TAPM Provinsi menjadi kewenangan BPSDM.
3. TAPM Kabupaten/kota
a. Kabupaten/kota yang memiliki jumlah kecamatan penerima
dana Desa antara 1 (satu) sampai dengan 5 (lima), ditempatkan
4 (empat) orang TAPM Kabupaten/kota, terdiri dari:
1) Koordinator Kabupaten/kota 1 (satu) orang; dan
2) Tenaga Ahli Terampil Mahir 3 (tiga) orang.
b. Kabupaten/kota yang memiliki jumlah kecamatan penerima
dana Desa lebih dari 5 (lima), ditempatkan 6 (enam) orang TAPM
Kabupaten/kota, terdiri dari:
1) Koordinator Kabupaten/kota, 1 (satu) orang; dan
2) Tenaga Ahli Terampil Mahir 5 (lima) orang.
c. Wilayah kerja TAPM kabupaten/kota terdiri atas beberapa
kecamatan yang ditetapkan oleh BPSDM.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 192


MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

d. BPSDM menugaskan masing-masing TAPM kabupaten/kota


pada wilayah kerja yang ditetapkan.
e. Penugasan TAPM kabupaten/kota menjadi kewenangan BPSDM.
4. Organisasi TPP di Tingkat Kecamatan
TPP di tingkat Kecamatan dipimpin oleh 1 (satu) orang
kordinator dari salah satu PD, didukung oleh PD dan PLD, serta
Pendamping Teknis untuk wilayah yang menjadi lokasi
program/kegiatan sektoral. Penetapan wilayah dan lokasi kerja TPP
di tingkat kecamatan menjadi kewenangan BPSDM.
a. Pendamping Desa (PD)
Komposisi Pendamping Desa (PD) ditetapkan sebagai berikut:
1) kecamatan dengan 1 (satu) sampai dengan 4 (empat) Desa,
ditempatkan maksimal 1 (satu) orang PD dengan tingkatan
Tenaga Terampil Pelaksana;
2) kecamatan dengan 5 (lima) sampai dengan 10 (sepuluh)
Desa, ditempatkan maksimal 2 (dua) orang PD dengan
tingkatan Tenaga Terampil Pelaksana;
3) kecamatan dengan 11 (sebelas) sampai dengan 20 (dua
puluh) Desa, ditempatkan maksimal 3 (tiga) orang PD
dengan tingkatan Tenaga Terampil Pelaksana;
4) kecamatan dengan 21 (dua puluh satu) sampai dengan 30
(tiga puluh) Desa, ditempatkan maksimal 4 (empat) orang
PD dengan tingkatan Tenaga Terampil Pelaksana;
5) kecamatan dengan 31 (tiga puluh satu) sampai dengan 40
(empat puluh) Desa, ditempatkan maksimal 5 (lima) orang
PD dengan tingkatan Tenaga Terampil Pelaksana; dan
6) kecamatan dengan 40 (empat puluh satu) Desa lebih,
ditempatkan maksimal 6 (enam) orang PD dengan tingkatan
Tenaga Terampil Pelaksana.
b. Pendamping Teknis (PT)
Komposisi Pendamping Teknis (PT) dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan program terkait.
c. PLD
Komposisi PLD diatur sebagai berikut:
1) kecamatan dengan 1 (satu) sampai dengan 4 (empat) Desa,
ditempatkan minimal 1 (satu) orang PLD dengan jenjang
Tenaga Terampil Pemula;
2) kecamatan dengan lebih dari 4 (empat) Desa, jumlah PLD
adalah jumlah Desa dibagi 4 (empat). Apabila terdapat sisa
1 (satu) sampai 3 (tiga) Desa, dilakukan penambahan 1 (satu)
orang PLD dengan jenjang Tenaga Terampil Pemula; dan
3) kecamatan yang memiliki Desa terpencil secara geografis,
perbatasan, kepulauan, terjauh, dan tersulit maka dapat
ditempatkan 1 orang PLD dengan jenjang Tenaga Terampil
Pemula untuk 1 Desa, berdasarkan evaluasi yang dilakukan
oleh BPSDM.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 193


- 14 -

Struktur Organisasi TPP

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 194


- 15 -

C. Tugas dan Indikator Kinerja


Indikator kinerja Pendampingan Masyarakat Desa disusun untuk menjadi alat kontrol dalam rangka mengetahui berhasil tidaknya
pelaksanaan tugas TPP setiap tahun anggaran. Pengukuran capaian indikator kinerja dilakukan tiap bulan dan tiap akhir tahun anggaran, dengan berpedoman pada tugas TPP
serta indikator capaian keberhasilan yang diharapkan. Rincian tugas dan indikator kinerja Pendampingan Masyarakat Desa oleh TPP pada setiap jenjang, sebagai berikut:
1. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) Pusat a. Tugas TAPM Pusat
1) memonitor kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan Pembangunan Desa, kerja sama antar Desa, dan kerja sama Desa dengan Pihak Ketiga di tingkat
pusat;
2) melakukan sosialisasi kebijakan SDGs Desa;
3) mentoring tenaga ahli pemberdayaan masyarakat provinsi, tenaga ahli pemberdayaan masyarakat kabupaten/kota,
PD dan PLD;
4) mengadvokasi kebijakan percepatan laju pencapaian SDGs Desa melalui dukungan program dan/atau kegiatan
kementerian/lembaga pemerintah non-kementerian serta Pihak Ketiga yang difokuskan pada upaya pencapaian SDGs
Desa
5) terlibat aktif mencatat dan melaporkan kegiatan sehari-hari di tingkat pusat yang berkaitan dengan fasilitasi
implementasi SDGs Desa, kerja sama antar Desa, dan kerja sama Desa dengan Pihak Ketiga ke dalam aplikasi laporan harian dalam SID;
6) terlibat aktif mencatat dan melaporkan kegiatan sehari-hari di tingkat pusat yang berkaitan dengan BUM Desa dan
BUM Desa Bersama ke dalam aplikasi laporan harian dalam SID;
7) melaksanakan penilaian mandiri melalui aplikasi laporan harian dalam SID; dan
8) meningkatkan kapasitas diri secara mandiri maupun melalui komunitas pembelajar. b. Rincian tugas dan indikator kinerja TAPM Pusat
1) Koordinator TAPM Pusat
NO Tugas Indikator
1 mengoordinasikan kegiatan pengelolaan SDM TPP Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan pengelolaan SDM TPP,
secara nasional meliputi: ketetapan hasil Evaluasi Kinerja TPP, dokumen kontrak kerja dan surat
perintah melaksanakan tugas
Rasio TPP ditempatkan terhadap kebutuhan TPP secara nasional
Pembaharuan komponen tugas di Daily Report Pendamping Desa
Ketersediaan data TPP ter-update setiap bulan yang terkoneksi dengan
Daily Report Pendamping Desa, monev dana Desa dan petugas PPK

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 15


- 16 -

NO Tugas Indikator
Jumlah dan persentase TPP terlayani
Aktivitas pembinaan TPP Provinsi terkait tugas pengelolaan SDM
dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily Report Pendamping Desa
2 mengoordinasikan kegiatan pembinaan, pengendalian, Laporan berisi hasil supervisi, monitoring dan Evaluasi Kinerja beserta jumlah dan
pengawasan, monitoring dan Evaluasi Kinerja TPP secara persentase TPP tersupervisi, terpantau dan terevaluasi tiap bulan
nasional
Laporan konsolidasi hasil Daily Report Pendamping Desa TPP
Persentase validitas kebenaran laporan TPP dalam Daily Report
Pendamping Desa
Ketersediaan dan ketepatan waktu penyediaan dokumen-dokumen administrasi
pembayaran honorarium, bantuan biaya operasional dan asuransi TPP

Progres peningkatan kinerja TPP secara nasional dibuktikan dengan peningkatan nilai
Evaluasi Kinerja
3 mengoordinasikan kegiatan peningkatan kapasitas Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan pengembangan kapasitas TPP
TPP secara nasional
Ketersediaan dokumen konsep, kurikulum dan metode pembelajaran, modul, bahan ajar
dan media pembelajaran pengembangan kapasitas TPP

Terlaksananya kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas dibuktikan dengan laporan di


aplikasi Daily Report Pendamping Desa
Progres peningkatan kapasitas TPP dibuktikan dengan peningkatan nilai Evaluasi
Kinerja
Laporan perpindahan jabatan, baik dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas

Persentase TPP tersertifikasi


aktivitas sosialisasi, pelatihan, dan bimbingan teknis pengembangan kapasitas TPP
dibuktikan dengan laporan
Aktivitas pembinaan, mentoring, fasilitasi, monitoring dan evaluasi
terhadap TPP Provinsi terkait tugas pengembangan kapasitas TPP
dibuktikan dengan laporan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 16


- 17 -

NO Tugas Indikator
Tersedianya laporan konsolidasi dari TPP Provinsi mengenai pelaksanaan tugas
pengembangan kapasitas
Laporan elektronik pelaksanaan tugas bidang pengembangan kapasitas dalam aplikasi
Daily Report Pendamping Desa
4 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan percepatan
monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi pencapaian SDGs Desa
Pembangunan Desa dan Perdesaan, Pemberdayaan Masyarakat Persentase Desa melaksanakan pemutakhiran data SDGs Desa dan
Desa, dan pencapaian SDGs Desa secara nasional Indeks Desa setiap tahun
Terlaksananya pemantauan pemutakhiran data secara berjenjang dari tingkat Desa hingga
tingkat nasional dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily Report Pendamping Desa

Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan


Masyarakat Desa bidang pembangunan dan pencapaian SDGs Desa secara berjenjang
dari tingkat nasional hingga Desa dibuktikan dengan laporan

Tersedianya laporan konsolidasi dari TPP Provinsi mengenai


Pendampingan Masyarakat Desa bidang pembangunan dan pencapaian
SDGs Desa
Laporan analisis kesesuaian beserta analisis permasalahan dan
rekomendasi yang dilaporkan melalui aplikasi Daily Report Pendamping
Desa
5 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, Aktivitas fasilitasi dan pendampingan kegiatan pembangunan ekonomi
monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama secara berjenjang dari
fasilitasi pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/BUM tingkat Desa hingga nasional
Desa Bersama secara nasional Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan Masyarakat Desa
bidang pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama secara
berjenjang dari tingkat nasional hingga Desa dibuktiksn dengan laporan

Tersedianya laporan konsolidasi dari TPP Provinsi mengenai Pendampingan Masyarakat


Desa bidang pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 17


- 18 -

NO Tugas Indikator
Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan pengembangan ekonomi lokal dan
BUM Desa/ BUM Desa Bersama
Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pendaftaran
Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pemutakhiran data terupdate
mingguan
Data klasifikasi BUM Desa/ BUM Desa Bersama berdasarkan
pemeringkatan
Database capaian pengembangan ekonomi lokal dan kinerja BUM Desa/ BUM Desa
Bersama terupdate harian
6 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan
monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi TPP terkait fasilitasi percepatan pembangunan daerah tertinggal secara nasional
percepatan pembangunan daerah tertinggal secara nasional

7 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan
monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi TPP terkait fasilitasi pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi
pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi secara secara nasional
nasional
8 mengelola database dan memberikan rekomendasi kegiatan Database SDGs Desa dan Monev Dana Desa terupdate harian
Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa untuk Dokumen hasil analisis laju pencapaian SDGs Desa dan Indeks Desa beserta analisis
percepatan pencapaian SDGs Desa secara nasional permasalahan dan rekomendasi yang dilaporkan melalui aplikasi Daily Report
Pendamping Desa
9 melakukan koordinasi program/kegiatan Pembangunan Desa dan Aktivitas koordinasi program/kegiatan Pembangunan Desa dan Perdesaan, Pemberdayaan
Perdesaan, Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan pencapaian Masyarakat Desa, dan pencapaian SDGs Desa dengan kementerian/lembaga pemerintah
SDGs Desa dengan kementerian/lembaga pemerintah non- non-kementerian, Pemerintah Daerah, serta Pihak Ketiga dibuktikan dengan laporan
kementerian, Pemerintah Daerah, serta Pihak Ketiga

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 18


- 19 -

NO Tugas Indikator
10 melakukan koordinasi program/kegiatan Aktivitas koordinasi program/kegiatan pengembangan ekonomi lokal dan BUM
pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/BUM Desa Desa/BUM Desa Bersama dengan kementerian/lembaga pemerintah non-kementerian,
Bersama dengan kementerian/lembaga pemerintah non- Pemerintah Daerah, serta Pihak Ketiga dibuktikan dengan laporan
kementerian, Pemerintah Daerah, serta Pihak Ketiga

11 melakukan koordinasi program/kegiatan percepatan aktivitas koordinasi program/kegiatan percepatan pembangunan daerah tertinggal dengan
pembangunan daerah tertinggal dengan kementerian/lembaga kementerian/lembaga pemerintah, non-kementerian, Pemerintah Daerah, serta Pihak
pemerintah, non- kementerian, Pemerintah Daerah, serta Ketiga dibuktikan dengan laporan
Pihak Ketiga

12 melakukan koordinasi program/kegiatan pembangunan dan aktivitas koordinasi program/kegiatan pembangunan dan pengembangan kawasan
pengembangan kawasan transmigrasi dengan transmigrasi dengan kementerian/lembaga pemerintah, non-kementerian, Pemerintah
kementerian/lembaga pemerintah, non-kementerian, Pemerintah Daerah, serta Pihak Ketiga dibuktikan dengan laporan
Daerah, serta Pihak Ketiga

13 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan penanganan pengaduan, paralegal
monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi Desa, penanganan masalah, advokasi hukum dan regulasi Desa, dan audit berbasis
pengaduan dan advokasi secara nasional masyarakat
Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa terlayani

Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa ditindaklanjuti

Rasio pelaksanaan fasilitasi, pendampingan, dan advokasi terhadap jumlah masalah


terdugakan
Jumlah Desa memiliki layanan pengaduan masyarakat sesuai ketentuan perundang-
undangan
Laporan berisi hasil kerja sama dan komunikasi dengan lembaga- lembaga masyarakat,
ormas dan elemen masyarakat lain untuk memfasilitasi penanganan masalah

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 19


- 20 -

NO Tugas Indikator
Jumlah kegiatan Pendampingan Masyarakat Desa bidang penanganan pengaduan,
paralegal Desa, penanganan masalah, advokasi hukum dan regulasi Desa, dan audit
berbasis masyarakat tingkat provinsi;
Database pengaduan dan penanganan masalah melalui aplikasi SID.
14 memberikan rekomendasi kebijakan Dokumen rekomendasi kebijakan dan aktivitas penyampaian rekomendasi
Pendampingan Masyarakat Desa secara nasional dibuktikan dengan laporan.
15 melaporkan pelaksanaan tugas koordinasi, pembinaan, Laporan di Daily Report Pendamping Desa.
pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi melalui
aplikasi Daily Report Pendamping Desa

16 melaksanakan tugas lain dari Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report
Pendamping Desa

2) Wakil Koordinator 1 (bidang pengelolaan sumber daya manusia dan pemantauan kinerja, pengembangan kapasitas
TPP, perencanaan pembangunan dan pencapaian SDGs Desa)
NO Tugas Wakil Koordinator 1 Indikator
1 membantu koordinator dalam mengoordinasikan Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan pengelolaan
kegiatan pengelolaan SDM TPP secara nasional SDM TPP, meliputi ketetapan hasil Evaluasi Kinerja TPP, dokumen kontrak kerja,
dan surat perintah melaksanakan tugas
Rasio TPP ditempatkan terhadap kebutuhan TPP secara nasional
Pembaharuan komponen tugas di Daily Report Pendamping Desa
Ketersediaan data TPP ter-update setiap bulan yang terkoneksi dengan
Daily Report Pendamping Desa, monev dana Desa dan petugas PPK
Jumlah dan persentase TPP terlayani
aktivitas pembinaan TPP Provinsi terkait tugas pengelolaan SDM
dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily Report Pendamping Desa
2 membantu koordinator dalam mengoordinasikan kegiatan Laporan berisi hasil supervisi, monitoring dan Evaluasi Kinerja beserta jumlah dan
pembinaan, pengendalian, pengawasan, monitoring dan persentase TPP tersupervisi, terpantau dan terevaluasi tiap bulan
Evaluasi Kinerja TPP secara nasional
Laporan konsolidasi hasil Daily Report Pendamping Desa TPP
Persentase validitas kebenaran laporan TPP dalam Daily Report

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 20


- 21 -

NO Tugas Wakil Koordinator 1 Indikator


Pendamping Desa
Ketersediaan dan ketepatan waktu penyediaan dokumen-dokumen
administrasi pembayaran honorarium, bantuan biaya operasional dan asuransi TPP

Progres peningkatan kinerja TPP secara nasional dibuktikan dengan


peningkatan nilai Evaluasi Kinerja
3 membantu koordinator dalam mengoordinasikan Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan pengembangan
kegiatan peningkatan kapasitas TPP secara nasional kapasitas TPP
Ketersediaan dokumen konsep, kurikulum dan metode pembelajaran, modul, bahan ajar
dan media pembelajaran pengembangan kapasitas TPP

Terlaksananya kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas dibuktikan dengan laporan di


aplikasi Daily Report Pendamping Desa
Progres peningkatan kapasitas TPP dibuktikan dengan peningkatan nilai Evaluasi
Kinerja
Laporan perpindahan jabatan, baik dari atas ke bawah atau dari bawah
keatas
Persentase TPP tersertifikasi
aktivitas sosialisasi, pelatihan, dan bimbingan teknis pengembangan kapasitas TPP
dibuktikan dengan laporan
Aktivitas pembinaan, mentoring, fasilitasi, monitoring dan evaluasi terhadap TPP Provinsi
terkait tugas pengembangan kapasitas TPP dibuktikan dengan laporan

Tersedianya laporan konsolidasi dari TPP Provinsi mengenai pelaksanaan tugas


pengembangan kapasitas
Laporan elektronik pelaksanaan tugas bidang pengembangan kapasitas
dalam aplikasi Daily Report Pendamping Desa
4 membantu koordinator dalam mengoordinasikan pengendalian, Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan percepatan pencapaian SDGs
pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait Desa
fasilitasi Pembangunan Desa dan Perdesaan, Persentase Desa melaksanakan pemutakhiran data SDGs Desa dan
Indeks Desa setiap tahun

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 21


- 22 -

NO Tugas Wakil Koordinator 1 Indikator


Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan pencapaian Terlaksananya pemantauan pemutakhiran data secara berjenjang dari
SDGs Desa secara nasional tingkat Desa hingga tingkat nasional dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily
Report Pendamping Desa
Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan
Masyarakat Desa bidang pembangunan dan pencapaian SDGs Desa secara berjenjang dari
tingkat Nasional hingga Desa dibuktikan dengan laporan

Tersedianya laporan konsolidasi dari TPP Provinsi mengenai


Pendampingan Masyarakat Desa bidang pembangunan dan pencapaian
SDGs Desa
Laporan analisis kesesuaian beserta analisis permasalahan dan
rekomendasi yang dilaporkan melalui aplikasi Daily Report Pendamping
Desa
5 membantu koordinator dalam mengoordinasikan
pengendalian, pengawasan, monitoring dan aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi
evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi percepatan percepatan pembangunan daerah tertinggal secara nasional
pembangunan daerah tertinggal secara nasional
6 membantu koordinator dalam mengoordinasikan aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan
pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi
TPP terkait fasilitasi pembangunan dan pengembangan secara nasional
kawasan transmigrasi secara nasional

7 membantu koordinator dalam mengelola database dan Database SDGs Desa dan Monev Dana Desa terupdate harian;
memberikan rekomendasi kegiatan Pembangunan Desa dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa untuk percepatan pencapaian Dokumen hasil analisis laju pencapaian SDGs Desa dan Indeks Desa beserta analisis
SDGs Desa secara nasional permasalahan dan rekomendasi yang dilaporkan melalui aplikasi Daily Report
Pendamping Desa.
8 membantu koordinator dalam melakukan koordinasi aktivitas koordinasi program/kegiatan Pembangunan Desa dan Perdesaan, Pemberdayaan
program/kegiatan Pembangunan Desa dan PeDesaan, Masyarakat Desa, dan pencapaian SDGs Desa dengan kementerian/lembaga pemerintah
Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan pencapaian SDGs Desa non-kementerian, Pemerintah Daerah, serta Pihak Ketiga dibuktikan dengan laporan
dengan kementerian/lembaga pemerintah non-

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 22


- 23 -

NO Tugas Wakil Koordinator 1 Indikator


kementerian, Pemerintah Daerah, serta Pihak
Ketiga
9 membantu koordinator dalam melakukan koordinasi aktivitas koordinasi program/kegiatan percepatan pembangunan daerah tertinggal
program/kegiatan percepatan pembangunan daerah tertinggal dengan kementerian/lembaga pemerintah, non- kementerian, Pemerintah Daerah, serta
dengan kementerian/lembaga pemerintah, non- kementerian, Pihak Ketiga dibuktikan dengan laporan
Pemerintah Daerah, serta Pihak Ketiga

10 membantu koordinator dalam melakukan koordinasi aktivitas koordinasi program/kegiatan pembangunan dan pengembangan kawasan
program/kegiatan pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi dengan kementerian/lembaga pemerintah, non-kementerian, Pemerintah
transmigrasi dengan kementerian/lembaga pemerintah, non- Daerah, serta Pihak Ketiga dibuktikan dengan laporan
kementerian, Pemerintah Daerah, serta Pihak Ketiga

11 membantu koordinator dalam memberikan rekomendasi


kebijakan Pendampingan Masyarakat Desa secara nasional Dokumen rekomendasi kebijakan dan aktivitas penyampaian rekomendasi
dibuktikan dengan laporan.
12 melaporkan pelaksanaan tugas melalui aplikasi
Daily Report Pendamping Desa Laporan di Daily Report Pendamping Desa.
13 melaksanakan tugas lain dari Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report
Pendamping Desa

3) Wakil Koordinator 2 (bidang pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa, penanganan pengaduan masalah dan advokasi, dan informasi dan media)

NO Tugas Wakil Koordinator 2 Indikator


1 membantu koordinator dalam mengoordinasikan Aktivitas fasilitasi dan pendampingan kegiatan pembangunan ekonomi
pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama secara berjenjang dari tingkat Desa
TPP terkait fasilitasi pengembangan ekonomi lokal dan hingga nasional
BUM Desa/BUM Desa Bersama secara nasional Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan Masyarakat Desa
bidang pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama secara
berjenjang dari tingkat nasional hingga Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 23


- 24 -

NO Tugas Wakil Koordinator 2 Indikator


dibuktiksn dengan laporan
Tersedianya laporan konsolidasi dari TPP Provinsi mengenai
Pendampingan Masyarakat Desa bidang pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/
BUM Desa Bersama
Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan pengembangan
ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama
Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pendaftaran;
Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pemutakhiran
data terupdate mingguan
Data klasifikasi BUM Desa/ BUM Desa Bersama berdasarkan pemeringkatan

Database capaian pengembangan ekonomi lokal dan kinerja BUM Desa/


BUM Desa Bersama terupdate harian
2 membantu koordinator dalam melakukan aktivitas koordinasi program/kegiatan pengembangan ekonomi lokal
koordinasi program/kegiatan pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/BUM Desa Bersama dengan kementerian/lembaga pemerintah non-
dan BUM Desa/BUM Desa Bersama dengan kementerian, Pemerintah Daerah, serta Pihak Ketiga dibuktikan dengan laporan
kementerian/lembaga pemerintah non-kementerian,
Pemerintah Daerah, serta Pihak Ketiga

3 membantu koordinator dalam mengoordinasikan pengendalian, Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan penanganan pengaduan, paralegal
pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait Desa, penanganan masalah, advokasi hukum dan regulasi Desa, dan audit berbasis
fasilitasi pengaduan dan advokasi secara nasional masyarakat
Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa
terlayani
Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa ditindaklanjuti

Rasio pelaksanaan fasilitasi, pendampingan, dan advokasi terhadap


jumlah masalah terdugakan
Jumlah Desa memiliki layanan pengaduan masyarakat sesuai
ketentuan perundang-undangan
Laporan berisi hasil kerja sama dan komunikasi dengan lembaga-

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 24


- 25 -

NO Tugas Wakil Koordinator 2 Indikator


lembaga masyarakat, ormas dan elemen masyarakat lain untuk
memfasilitasi penanganan masalah
Jumlah kegiatan Pendampingan Masyarakat Desa bidang penanganan pengaduan,
paralegal Desa, penanganan masalah, advokasi hukum dan regulasi Desa, dan audit
berbasis masyarakat tingkat provinsi
Database pengaduan dan penanganan masalah melalui aplikasi SID
4 membantu koordinator dalam mengoordinasikan
kegiatan sosialisasi dan diseminasi informasi kebijakan, aktivitas sosialisasi dan diseminasi informasi kebijakan, kegiatan, dan keberhasilan
kegiatan, dan keberhasilan Kementerian Kementerian

5 melaporkan pelaksanaan tugas melalui aplikasi


Daily Report Pendamping Desa Laporan di Daily Report Pendamping Desa
6 melaksanakan tugas lain dari Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report
Pendamping Desa

4) Bidang 1 Pengelolaan SDM dan Pemantauan Kinerja


No Tugas Indikator
1 memberikan dukungan teknis terhadap perumusan,
pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan pengelolaan SDM dan Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan pengelolaan SDM TPP, meliputi
Evaluasi Kinerja TPP ketetapan hasil Evaluasi Kinerja TPP, dokumen kontrak kerja, dan surat perintah
melaksanakan tugas
2 memberikan dukungan teknis pengelolaan rekrutmen, Rasio TPP ditempatkan terhadap
penempatan, relokasi, reposisi, promosi, demosi, dan kebutuhan TPP secara nasional
pengaturan kerja TPP Pembaharuan komponen tugas di Daily Report Pendamping Desa
3 melakukan pengelolaan, pemeliharaan, dan pemutakhiran Ketersediaan data TPP ter-update setiap bulan yang terkoneksi dengan
database TPP Daily Report Pendamping Desa, monev dana Desa dan petugas PPK
4 mengelola dan memberikan pelayanan
administrasi TPP Jumlah dan persentase TPP terlayani
5 melakukan pembinaan TPP Provinsi terkait tugas aktivitas pembinaan TPP Provinsi terkait tugas pengelolaan SDM
pengelolaan SDM dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily Report Pendamping Desa
6 melakukan supervisi, monitoring dan Evaluasi Laporan berisi hasil supervisi, monitoring dan Evaluasi Kinerja beserta

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 25


- 26 -

No Tugas Indikator
Kinerja TPP jumlah dan persentase TPP tersupervisi, terpantau dan terevaluasi tiap
bulan
7 mengonsolidasi hasil Daily Report Pendamping
Desa TPP Laporan konsolidasi hasil Daily Report Pendamping Desa TPP
8 melakukan verifikasi dan/atau uji petik
lapangan atas Daily Report Pendamping Desa Persentase validitas kebenaran laporan TPP dalam Daily Report
TPP Pendamping Desa
9 memberikan dukungan teknis pengadministrasian pembayaran Ketersediaan dan ketepatan waktu penyediaan dokumen-dokumen administrasi
honorarium, bantuan biaya operasional dan asuransi TPP pembayaran honorarium, bantuan biaya operasional dan asuransi TPP

10 melakukan pembinaan TPP Provinsi terkait tugas Progres peningkatan kinerja TPP secara nasional dibuktikan dengan peningkatan nilai
pemantauan kinerja Evaluasi Kinerja
11 melaksanakan tugas lain dari Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report
Pendamping Desa

5) Bidang 2 Pengembangan Kapasitas


Tugas Indikator
1 memberikan dukungan teknis terhadap perumusan,
pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan pengembangan Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan pengembangan kapasitas TPP
kapasitas TPP
2 memberikan dukungan teknis terhadap penyusunan konsep,
kurikulum dan metode pembelajaran, modul, bahan ajar dan Ketersediaan dokumen konsep, kurikulum dan metode pembelajaran, modul, bahan ajar
media pembelajaran untuk pengembangan kapasitas TPP dan media pembelajaran pengembangan kapasitas TPP

3 memberikan dukungan teknis terhadap Terlaksananya kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas dibuktikan


kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas TPP dengan laporan di aplikasi Daily Report Pendamping Desa;
Progres peningkatan kapasitas TPP dibuktikan dengan peningkatan nilai Evaluasi
Kinerja

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 26


- 27 -

Tugas Indikator
4 memberikan fasilitasi dan dukungan Laporan perpindahan jabatan, baik dari atas ke bawah atau dari bawah
peningkatan jenjang karier dan sertifikasi profesi TPP keatas
Persentase TPP tersertifikasi
5 melakukan sosialisasi, pelatihan, dan bimbingan aktivitas sosialisasi, pelatihan, dan bimbingan teknis pengembangan kapasitas TPP
teknis pengembangan kapasitas TPP dibuktikan dengan laporan
6 melakukan pembinaan, mentoring, fasilitasi, monitoring dan Aktivitas pembinaan, mentoring, fasilitasi, monitoring dan evaluasi terhadap TPP Provinsi
evaluasi terhadap TPP Provinsi terkait tugas pengembangan terkait tugas pengembangan kapasitas TPP dibuktikan dengan laporan.
kapasitas TPP
Tersedianya laporan konsolidasi dari TPP Provinsi mengenai pelaksanaan tugas
pengembangan kapasitas

7 melaporkan pelaksanaan tugas bidang pengembangan


kapasitas melalui aplikasi Daily Report Pendamping Desa Laporan elektronik pelaksanaan tugas bidang pengembangan kapasitas dalam aplikasi
Daily Report Pendamping Desa
8 melaksanakan tugas lain dari Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report
Pendamping Desa

6) Bidang 3 Perencanaan Pembangunan dan Pencapaian SDGs Desa


Tugas Indikator
1 memberikan dukungan teknis terhadap
perumusan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan percepatan pencapaian SDGs
percepatan pencapaian SDGs Desa Desa
2 melakukan pemantauan kegiatan pemutakhiran data SDGs Persentase Desa melaksanakan pemutakhiran data SDGs Desa dan
Desa dan Indeks Desa Indeks Desa setiap tahun
Terlaksananya pemantauan pemutakhiran data secara berjenjang dari
tingkat Desa hingga tingkat nasional dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily
Report Pendamping Desa
3 menganalisis laju pencapaian SDGs Desa dan Dokumen hasil analisis laju pencapaian SDGs Desa dan Indeks Desa
Indeks Desa beserta analisis permasalahan dan rekomendasi yang dilaporkan melalui aplikasi Daily
Report Pendamping Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 27


- 28 -

Tugas Indikator
4 melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan
Pendampingan Masyarakat Desa bidang Masyarakat Desa bidang pembangunan dan pencapaian SDGs Desa secara berjenjang
pembangunan dan pencapaian SDGs Desa dari tingkat Nasional hingga Desa dibuktikan dengan laporan

Tersedianya laporan konsolidasi dari TPP Provinsi mengenai Pendampingan Masyarakat


Desa bidang pembangunan dan pencapaian SDGs Desa

5 mengelola database capaian pembangunan dan


capaian SDGs Desa secara nasional Database SDGs Desa dan Monev Dana Desa terupdate harian
6 memantau dan menganalisis kesesuaian RPJM Desa, RKP
Desa, dan APB Desa dengan Permendesa PDTT tentang Laporan analisis kesesuaian beserta analisis permasalahan dan rekomendasi yang
Prioritas Penggunaan Dana Desa dilaporkan melalui aplikasi Daily Report Pendamping Desa

7 melakukan pengendalian, pengawasan, monitoring dan


evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi percepatan aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi
pembangunan daerah tertinggal secara nasional percepatan pembangunan daerah tertinggal secara nasional

8 melakukan pengendalian, pengawasan, aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan
monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi TPP terkait fasilitasi pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi
pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi secara nasional
secara nasional
9 melaporkan pelaksanaan tugas bidang
pembangunan dan pencapaian SDGs Desa melalui Laporan elektronik pelaksanaan tugas bidang pembangunan dan pencapaian SDGs
aplikasi Daily Report Pendamping Desa Desa dalam aplikasi Daily Report Pendamping Desa
10 melaksanakan tugas lain dari Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report
Pendamping Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 28


- 29 -

7) Bidang 4 Pengembangan Ekonomi Lokal dan BUM Desa


Tugas Indikator
1 memberikan dukungan teknis dalam penyusunan konsep Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan pengembangan ekonomi lokal dan
dan kerangka implementasi kebijakan pengembangan BUM Desa/ BUM Desa Bersama
ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama

2 melakukan pemantauan kegiatan pendaftaran, Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pendaftaran
pendataan dan pemeringkatan BUM Desa/ BUM Desa Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pemutakhiran
Bersama data terupdate mingguan
Data klasifikasi BUM Desa/ BUM Desa Bersama berdasarkan pemeringkatan

3 mengelola database capaian pengembangan Database capaian pengembangan ekonomi lokal dan kinerja BUM Desa/
ekonomi lokal dan kinerja BUM Desa/ BUM BUM Desa Bersama terupdate harian
Desa Bersama secara nasional
4 memfasilitasi dan mendampingi kegiatan pembangunan Aktivitas fasilitasi dan pendampingan kegiatan pembangunan ekonomi lokal dan BUM
ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama Desa/ BUM Desa Bersama secara berjenjang dari tingkat Desa hingga nasional

5 melakukan supervisi, monitoring, evaluasi Pendampingan Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan Masyarakat Desa
Masyarakat Desa bidang pengembangan ekonomi lokal dan bidang pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama secara
BUM Desa/ BUM Desa Bersama berjenjang dari tingkat nasional hingga Desa dibuktiksn dengan laporan

Tersedianya laporan konsolidasi dari TPP Provinsi mengenai Pendampingan Masyarakat


Desa bidang pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa

6 melaporkan pelaksanaan tugas bidang pengembangan Laporan elektronik pelaksanaan tugas bidang pengembangan ekonomi lokal dan BUM
ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama Desa/ BUM Desa Bersama dalam aplikasi Daily Report Pendamping Desa
melalui aplikasi Daily Report Pendamping Desa

7 melaksanakan tugas lain dari Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report
Pendamping Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 29


- 30 -

8) Bidang 5 Penanganan Pengaduan Masalah dan Advokasi

Tugas Indikator
1 memberikan dukungan teknis penyusunan kebijakan Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan penanganan pengaduan, paralegal
penanganan pengaduan, para legal Desa, penanganan Desa, penanganan masalah, advokasi hukum dan regulasi Desa, dan audit berbasis
masalah, advokasi hukum dan regulasi Desa, dan audit masyarakat;
berbasis masyarakat

2 melayani dan menindaklanjuti pengaduan dan Persentase pengaduan dan temuan masalah terkait Pendampingan
temuan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa terlayani;
Masyarakat Desa Persentase temuan dan pengaduan masalah terkait Pendampingan
Masyarakat Desa ditindaklanjuti;
3 melaksanakan fasilitasi, pendampingan, serta Rasio pelaksanaan fasilitasi, pendampingan, dan advokasi terhadap
advokasi bidang hukum, dan penanganan masalah jumlah masalah terdugakan;

4 mengembangkan layanan pengaduan masyarakat di Desa Jumlah Desa memiliki layanan pengaduan masyarakat sesuai ketentuan perundang-
undangan;
5 mengembangkan jaringan kerja sama dan Laporan berisi hasil kerja sama dan komunikasi dengan lembaga-
komunikasi dengan lembaga-lembaga masyarakat, ormas dan lembaga masyarakat, ormas dan elemen masyarakat lain untuk memfasilitasi penanganan
elemen masyarakat lain untuk memfasilitasi penanganan masalah;
masalah
6 mengelola data dan rekomendasi pengaduan dan advokasi Database pengaduan dan penanganan masalah melalui aplikasi SID

7 melaksanakan supervisi, monitoring, evaluasi Pendampingan Jumlah kegiatan Pendampingan Masyarakat Desa bidang penanganan pengaduan,
Masyarakat Desa bidang penanganan pengaduan, paralegal paralegal Desa, penanganan masalah, advokasi hukum dan regulasi Desa, dan audit
Desa, penanganan masalah, advokasi hukum dan regulasi berbasis masyarakat tingkat provinsi;
Desa, dan audit berbasis masyarakat

8 melaporkan pelaksanaan tugas bidang pengaduan dan Laporan elektronik pelaksanaan tugas bidang pengaduan dan advokasi dalam aplikasi
advokasi melalui aplikasi Daily Report Pendamping Desa Daily Report Pendamping Desa ;

9 melaksanakan tugas lain dari Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report
Pendamping Desa;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 30


- 31 -

9) Bidang 6 Informasi dan Media


Tugas Indikator
1 memberikan dukungan teknis terhadap perumusan, Ketersediaan dokumen pendukung kebijakan terkait informasi dan media
pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan terkait informasi dan
media
2 Melakukan sosialisasi dan diseminasi informasi kebijakan, aktivitas sosialisasi dan diseminasi informasi kebijakan, kegiatan, dan keberhasilan
kegiatan, dan keberhasilan Kementerian Kementerian

3 melakukan pembinaan TPP Provinsi terkait aktivitas pembinaan TPP Provinsi terkait tugas tugas bidang informasi
tugas bidang informasi dan media dan media di aplikasi Daily Report Pendamping Desa
4 melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi kinerja TPP Laporan berisi hasil supervisi, monitoring dan Evaluasi Kinerja beserta jumlah dan
di bidang informasi dan media persentase TPP tersupervisi, terpantau, dan terevaluasi tiap bulan.

5 melaporkan pelaksanaan tugas bidang informasi dan media Laporan elektronik pelaksanaan tugas bidang informasi dan media

6 melaksanakan tugas lain dari Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report
Pendamping Desa

10) TAPM Wilayah


NO Tugas Indikator
1 Mengoordinasikan kegiatan pengelolaan SDM TPP Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan pengelolaan SDM TPP,
di wilayah provinsi sesuai penugasan meliputi: ketetapan hasil Evaluasi Kinerja TPP, dokumen kontrak kerja dan surat perintah
melaksanakan tugas
Rasio TPP ditempatkan terhadap kebutuhan TPP di wilayah provinsi
sesuai penugasan
Pembaharuan komponen tugas di Daily Report Pendamping Desa
Ketersediaan data TPP ter-update setiap bulan yang terkoneksi dengan
Daily Report Pendamping Desa, monev dana Desa dan petugas PPK
Jumlah dan persentase TPP terlayani
Aktivitas pembinaan TPP Provinsi terkait tugas pengelolaan SDM
dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily Report Pendamping Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 31


- 32 -

NO Tugas Indikator
2 mengoordinasikan kegiatan pembinaan, Laporan berisi hasil supervisi, monitoring dan Evaluasi Kinerja beserta jumlah dan
pengendalian, pengawasan, monitoring dan Evaluasi Kinerja persentase TPP tersupervisi, terpantau dan terevaluasi tiap bulan
TPP di wilayah provinsi sesuai penugasan
Laporan konsolidasi hasil Daily Report Pendamping Desa TPP
Persentase validitas kebenaran laporan TPP dalam Daily Report
Pendamping Desa
Ketersediaan dan ketepatan waktu penyediaan dokumen-dokumen administrasi
pembayaran honorarium, bantuan biaya operasional dan asuransi TPP

Progres peningkatan kinerja TPP di wilayah provinsi sesuai penugasan dibuktikan dengan
peningkatan nilai Evaluasi Kinerja
3 mengoordinasikan kegiatan peningkatan kapasitas Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan pengembangan kapasitas TPP
TPP di wilayah provinsi sesuai penugasan
Ketersediaan dokumen konsep, kurikulum dan metode pembelajaran,
modul, bahan ajar dan media pembelajaran pengembangan kapasitas
TPP
Terlaksananya kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas dibuktikan dengan laporan di
aplikasi Daily Report Pendamping Desa
Progres peningkatan kapasitas TPP dibuktikan dengan peningkatan nilai Evaluasi
Kinerja
Laporan perpindahan jabatan, baik dari atas ke bawah atau dari bawah
keatas
Persentase TPP tersertifikasi
aktivitas sosialisasi, pelatihan, dan bimbingan teknis pengembangan kapasitas TPP
dibuktikan dengan laporan
Aktivitas pembinaan, mentoring, fasilitasi, monitoring dan evaluasi terhadap TPP Provinsi
terkait tugas pengembangan kapasitas TPP dibuktikan dengan laporan

Tersedianya laporan konsolidasi dari TPP Provinsi mengenai pelaksanaan tugas


pengembangan kapasitas

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 32


- 33 -

NO Tugas Indikator
Laporan elektronik pelaksanaan tugas bidang pengembangan kapasitas dalam aplikasi
Daily Report Pendamping Desa
4 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, monitoring dan Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan percepatan pencapaian SDGs
evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi Pembangunan Desa dan Desa
Perdesaan, Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan pencapaian Persentase Desa melaksanakan pemutakhiran data SDGs Desa dan
SDGs Desa di wilayah provinsi sesuai penugasan Indeks Desa setiap tahun
Terlaksananya pemantauan pemutakhiran data secara berjenjang dari tingkat Desa hingga
tingkat nasional dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily Report Pendamping Desa

Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan Masyarakat Desa


bidang pembangunan dan pencapaian SDGs Desa secara berjenjang dari tingkat nasional
hingga Desa dibuktikan dengan laporan

Tersedianya laporan konsolidasi dari TPP Provinsi mengenai Pendampingan Masyarakat


Desa bidang pembangunan dan pencapaian SDGs Desa

Laporan analisis kesesuaian beserta analisis permasalahan dan rekomendasi yang


dilaporkan melalui aplikasi Daily Report Pendamping Desa

5 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, monitoring dan Aktivitas fasilitasi dan pendampingan kegiatan pembangunan ekonomi lokal dan BUM
evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi pengembangan ekonomi Desa/ BUM Desa Bersama secara berjenjang dari tingkat Desa hingga nasional
lokal dan BUM Desa/BUM Desa Bersama di wilayah provinsi
sesuai penugasan Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan
Masyarakat Desa bidang pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa
Bersama secara berjenjang dari tingkat nasional hingga Desa dibuktiksn dengan laporan

Tersedianya laporan konsolidasi dari TPP Provinsi mengenai Pendampingan Masyarakat


Desa bidang pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama

Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan pengembangan ekonomi lokal dan


BUM Desa/ BUM Desa Bersama

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 33


- 34 -

NO Tugas Indikator
Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pendaftaran
Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pemutakhiran
data terupdate mingguan
Data klasifikasi BUM Desa/ BUM Desa Bersama berdasarkan pemeringkatan

Database capaian pengembangan ekonomi lokal dan kinerja BUM Desa/


BUM Desa Bersama terupdate harian
6 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, monitoring dan aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi
evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi percepatan pembangunan percepatan pembangunan daerah tertinggal di wilayah provinsi sesuai penugasan
daerah tertinggal di wilayah provinsi sesuai penugasan

7 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, monitoring dan aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi
evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi pembangunan dan pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi di wilayah provinsi sesuai
pengembangan kawasan transmigrasi di wilayah provinsi sesuai penugasan
penugasan

8 mengelola database dan memberikan rekomendasi kegiatan Database SDGs Desa dan Monev Dana Desa terupdate harian
Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa untuk
percepatan pencapaian SDGs Desa di wilayah provinsi sesuai
penugasan Dokumen hasil analisis laju pencapaian SDGs Desa dan Indeks Desa beserta analisis
permasalahan dan rekomendasi yang dilaporkan melalui aplikasi Daily Report
Pendamping Desa
9 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, monitoring dan Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan penanganan pengaduan, paralegal
evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi pengaduan dan advokasi Desa, penanganan masalah, advokasi hukum dan regulasi Desa, dan audit berbasis
di wilayah provinsi sesuai penugasan masyarakat
Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa terlayani

Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa


ditindaklanjuti
Rasio pelaksanaan fasilitasi, pendampingan, dan advokasi terhadap jumlah masalah
terdugakan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 34


- 35 -

NO Tugas Indikator
Jumlah Desa memiliki layanan pengaduan masyarakat sesuai
ketentuan perundang-undangan
Laporan berisi hasil kerja sama dan komunikasi dengan lembaga- lembaga masyarakat,
ormas dan elemen masyarakat lain untuk memfasilitasi penanganan masalah

Jumlah kegiatan Pendampingan Masyarakat Desa bidang penanganan pengaduan,


paralegal Desa, penanganan masalah, advokasi hukum dan regulasi Desa, dan audit
berbasis masyarakat tingkat provinsi
Database pengaduan dan penanganan masalah melalui aplikasi SID

10 memberikan rekomendasi kebijakan Dokumen rekomendasi kebijakan dan aktivitas penyampaian


Pendampingan Masyarakat Desa di wilayah provinsi rekomendasi dibuktikan dengan laporan
sesuai penugasan
11 melaporkan pelaksanaan tugas koordinasi, Laporan di Daily Report Pendamping Desa
pembinaan, pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi
melalui aplikasi Daily Report Pendamping Desa

12 melaksanakan tugas lain dari Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report
Pendamping Desa

2. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) Provinsi

a. Tugas TAPM Provinsi


1) mendampingi organisasi Perangkat Daerah provinsi untuk terlibat aktif dalam upaya pencapaian SDGs Desa;
2) memonitor kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan Pembangunan Desa, kerja sama antar Desa, dan kerja sama Desa dengan Pihak Ketiga di daerah
provinsi;
3) melakukan sosialisasi kebijakan SDGs Desa;
4) mentoring tenaga ahli pemberdayaan masyarakat, Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desa;
5) mengadvokasi kebijakan percepatan laju pencapaian SDGs Desa melalui dukungan program dan/atau kegiatan
Pemerintah Daerah provinsi yang difokuskan pada upaya pencapaian SDGs Desa;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 35


- 36 -

6) terlibat aktif mencatat dan melaporkan kegiatan sehari-hari di daerah provinsi yang berkaitan dengan fasilitasi implementasi SDGs Desa, kerja sama antar Desa,
dan kerja sama Desa dengan Pihak Ketiga ke dalam aplikasi laporan harian dalam SID;
7) terlibat aktif mencatat dan melaporkan kegiatan sehari-hari di daerah provinsi yang berkaitan dengan BUM Desa dan
BUM Desa Bersama ke dalam aplikasi laporan harian dalam SID;
8) melaksanakan penilaian mandiri melalui aplikasi laporan harian dalam SID; dan
9) meningkatkan kapasitas diri secara mandiri maupun melalui komunitas pembelajar.

b. Rincian tugas dan indikator kinerja TAPM Provinsi sesuai struktur


1) Koordinator TAPM Provinsi

Tugas Indikator
1 mengoordinasikan kegiatan pengelolaan SDM TPP Rasio TPP ditempatkan terhadap kebutuhan TPP di wilayahnya;
di wilayahnya Ketersediaan data TPP ter-update setiap bulan yang terkoneksi dengan
Daily Report Pendamping Desa dan monev dana Desa
Jumlah dan persentase TPP terlayani
aktivitas pembinaan TPP Kabupaten/kota terkait tugas pengelolaan SDM
dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily Report Pendamping Desa
2 mengoordinasikan kegiatan pembinaan, Laporan berisi hasil supervisi, monitoring dan Evaluasi Kinerja beserta
pengendalian, pengawasan, monitoring dan jumlah dan persentase TPP tersupervisi, terpantau dan terevaluasi tiap bulan di wilayahnya
Evaluasi Kinerja TPP di wilayahnya
Laporan konsolidasi hasil Daily Report Pendamping Desa TPP tingkat
Provinsi
Persentase validitas kebenaran laporan TPP dalam Daily Report
Pendamping Desa tingkat Provinsi
Progres peningkatan kinerja TPP secara keseluruhan di wilayahnya
dibuktikan dengan peningkatan nilai Evaluasi Kinerja
3 mengoordinasikan kegiatan peningkatan kapasitas Terlaksananya kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas dibuktikan dengan laporan di
TPP di wilayahnya aplikasi Daily Report Pendamping Desa
Progres peningkatan kapasitas TPP dibuktikan dengan peningkatan nilai
Evaluasi Kinerja

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 36


- 37 -

Tugas Indikator
Laporan perpindahan jabatan, baik dari atas ke bawah atau dari bawah
keatas
Persentase TPP tersertifikasi di wilayahnya
aktivitas sosialisasi, pelatihan, dan bimbingan teknis pengembangan kapasitas TPP di
wilayahnya dibuktikan dengan laporan
Aktivitas pembinaan, mentoring, fasilitasi, monitoring dan evaluasi terhadap TPP
Kabupaten/kota terkait tugas pengembangan kapasitas TPP dibuktikan dengan laporan

Tersedianya laporan konsolidasi dari TPP Kabupaten/kota mengenai pelaksanaan tugas


pengembangan kapasitas
Laporan elektronik pelaksanaan tugas bidang pengembangan kapasitas
dalam aplikasi Daily Report Pendamping Desa

4 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, monitoring dan Persentase Desa melaksanakan pemutakhiran data SDGs Desa dan
evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi Pembangunan Desa dan Indeks Desa setiap tahun
Perdesaan, Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan pencapaian Terlaksananya pemantauan pemutakhiran data secara berjenjang dari
SDGs Desa di wilayahnya tingkat Desa hingga tingkat provinsi dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily
Report Pendamping Desa
Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan
Masyarakat Desa bidang pembangunan dan pencapaian SDGs Desa secara berjenjang
dari tingkat Provinsi hingga Desa dibuktikan dengan laporan

Laporan analisis kesesuaian beserta analisis permasalahan dan


rekomendasi yang dilaporkan melalui aplikasi Daily Report Pendamping
Desa
5 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, Aktivitas fasilitasi dan pendampingan kegiatan pembangunan ekonomi
monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama secara berjenjang dari tingkat
pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/BUM Desa Desa hingga provinsi
Bersama di wilayahnya Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan
Masyarakat Desa bidang pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/
BUM Desa Bersama secara berjenjang dari tingkat Provinsi hingga Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 37


- 38 -

Tugas Indikator
dibuktiksn dengan laporan
Tersedianya laporan konsolidasi dari TPP Kabupaten/kota mengenai
Pendampingan Masyarakat Desa bidang pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/
BUM Desa Bersama
Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pendaftaran
Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pemutakhiran data terupdate
mingguan
Data klasifikasi BUM Desa/ BUM Desa Bersama berdasarkan
pemeringkatan
Database capaian pengembangan ekonomi lokal dan kinerja BUM Desa/ BUM Desa
Bersama terupdate harian

6 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, Aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan
monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi percepatan TPP terkait fasilitasi percepatan pembangunan daerah tertinggal di wilayahnya
pembangunan daerah tertinggal di wilayahnya

7 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, monitoring dan Aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi
evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi pembangunan dan pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi di wilayahnya
pengembangan kawasan transmigrasi di wilayahnya

8 mengelola database dan memberikan rekomendasi kegiatan Database SDGs Desa dan Monev Dana Desa terupdate harian
Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa untuk Dokumen hasil analisis laju pencapaian SDGs Desa dan Indeks Desa beserta analisis
percepatan pencapaian SDGs Desa kepada organisasi Perangkat permasalahan dan rekomendasi yang dilaporkan melalui aplikasi Daily Report Pendamping
Daerah terkait di wilayahnya Desa

9 melakukan koordinasi program/kegiatan Pembangunan Desa dan aktivitas koordinasi program/kegiatan Pembangunan Desa dan Pedesaan, Pemberdayaan
Perdesaan, Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan pencapaian Masyarakat Desa, dan pencapaian SDGs Desa dengan Pemerintah Daerah Pihak Ketiga
SDGs Desa dengan Pemerintah Daerah serta Pihak Ketiga di dibuktikan dengan laporan
wilayahnya

10 melakukan koordinasi program/kegiatan aktivitas koordinasi program/kegiatan pengembangan ekonomi lokal dan
pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/BUM BUM Desa/BUM Desa Bersama dengan Pemerintah Daerah dan Pihak

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 38


- 39 -

Tugas Indikator
Desa Bersama dengan Pemerintah Daerah serta Ketiga dibuktikan dengan laporan
Pihak Ketiga di wilayahnya
11 melakukan koordinasi program/kegiatan percepatan aktivitas koordinasi program/kegiatan percepatan pembangunan daerah tertinggal dengan
pembangunan daerah tertinggal dengan Pemerintah Daerah serta Pemerintah Daerah serta Pihak Ketiga di wilayahny adibuktikan dengan laporan
Pihak Ketiga di wilayahnya

12 melakukan koordinasi program/kegiatan pembangunan dan aktivitas koordinasi program/kegiatan pembangunan dan pengembangan kawasan
pengembangan kawasan transmigrasi dengan Pemerintah transmigrasi dengan Pemerintah Daerah serta Pihak Ketiga di wilayahnya dinuktikan dengan
Daerah serta Pihak Ketiga di wilayahnya laporan

13 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa
monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi terlayani
pengaduan dan advokasi di wilayahnya Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa
ditindaklanjuti
Rasio pelaksanaan fasilitasi, pendampingan, dan advokasi terhadap jumlah masalah
terdugakan
Jumlah Desa memiliki layanan pengaduan masyarakat sesuai ketentuan
perundang-undangan
Laporan berisi hasil kerja sama dan komunikasi dengan lembaga- lembaga masyarakat,
ormas dan elemen masyarakat lain untuk memfasilitasi penanganan masalah

Jumlah kegiatan Pendampingan Masyarakat Desa bidang penanganan


pengaduan, paralegal Desa, penanganan masalah, advokasi hukum dan regulasi Desa, dan
audit berbasis masyarakat tingkat Kabupaten/kota
Database pengaduan dan penanganan masalah melalui aplikasi SID
14 memberikan rekomendasi kebijakan Pendampingan Dokumen rekomendasi kebijakan dan aktivitas penyampaian
Masyarakat Desa kepada organisasi Perangkat rekomendasi dibuktikan dengan laporan
Daerah terkait di wilayahnya

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 39


- 40 -

Tugas Indikator
15 melaporkan pelaksanaan tugas koordinasi, Laporan di Daily Report Pendamping Desa
pembinaan, pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi
melalui aplikasi Daily Report Pendamping Desa

16 melaksanakan tugas lain dari Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report Pendamping
Desa

2) TAPM Provinsi

Tugas Indikator
1 membantu dan/atau bersama-sama TAPM Pusat Rasio TPP ditempatkan terhadap kebutuhan TPP di wilayahnya
dalam hal pengelolaan rekrutmen, penempatan, relokasi, reposisi,
promosi, demosi, dan pengaturan kerja TPP

2 melakukan pengelolaan, pemeliharaan, dan pemutakhiran Ketersediaan data TPP ter-update setiap bulan yang terkoneksi dengan
database TPP di wilayahnya Daily Report Pendamping Desa dan monev dana Desa
3 memberikan pelayanan administrasi TPP di Jumlah dan persentase TPP terlayani
wilayahnya
4 melakukan pembinaan TPP Kabupaten/kota terkait aktivitas pembinaan TPP Kabupaten/kota terkait tugas pengelolaan SDM
tugas pengelolaan SDM dan pemantauan kinerja di wilayahnya dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily Report Pendamping Desa

5 melakukan supervisi, monitoring dan Evaluasi Laporan berisi hasil supervisi, monitoring dan Evaluasi Kinerja beserta
Kinerja TPP di wilayahnya jumlah dan persentase TPP tersupervisi, terpantau dan terevaluasi tiap bulan di wilayahnya

6 membantu TAPM Pusat dalam mengkonsolidasi hasil Daily Laporan konsolidasi hasil Daily Report Pendamping Desa TPP tingkat
Report Pendamping Desa TPP di wilayahnya Provinsi

7 membantu TAPM Pusat dalam melakukan verifikasi dan/atau uji Persentase validitas kebenaran laporan TPP dalam Daily Report
petik lapangan atas Daily Report Pendamping Desa TPP di Pendamping Desa tingkat Provinsi
wilayahnya

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 40


- 41 -

Tugas Indikator
8 melakukan pembinaan TPP Kabupaten/kota terkait Progres peningkatan kinerja TPP secara keseluruhan di wilayahnya
tugas pemantauan kinerja dibuktikan dengan peningkatan nilai Evaluasi Kinerja

9 memberikan fasilitasi dan dukungan peningkatan jenjang karier Laporan perpindahan jabatan, baik dari atas ke bawah atau dari bawah keatas
dan sertifikasi profesi TPP di wilayahnya
Persentase TPP tersertifikasi di wilayahnya
10 melakukan sosialisasi, pelatihan, dan bimbingan teknis aktivitas sosialisasi, pelatihan, dan bimbingan teknis pengembangan kapasitas TPP di
pengembangan kapasitas TPP di wilayahnya wilayahnya dibuktikan dengan laporan
11 melakukan pembinaan, mentoring, fasilitasi, Aktivitas pembinaan, mentoring, fasilitasi, monitoring dan evaluasi
monitoring dan evaluasi terhadap TPP Kabupaten/kota terkait terhadap TPP Kabupaten/kota terkait tugas pengembangan kapasitas
tugas pengembangan kapasitas TPP di wilayahnya TPP dibuktikan dengan laporan.

12 melakukan pemantauan, pengambilan data, dan pemutakhiran Persentase Desa melaksanakan pemutakhiran data SDGs Desa dan
data SDGs Desa dan Indeks Desa di wilayahnya Indeks Desa setiap tahun;
Terlaksananya pemantauan pemutakhiran data secara berjenjang dari
tingkat Desa hingga tingkat provinsi dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily
Report Pendamping Desa ;
13 menganalisis laju pencapaian SDGs Desa dan Dokumen hasil analisis laju pencapaian SDGs Desa dan Indeks Desa
Indeks Desa di wilayahnya beserta analisis permasalahan dan rekomendasi yang dilaporkan melalui
aplikasi Daily Report Pendamping Desa ;
14 melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi Pendampingan Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan Masyarakat Desa
Masyarakat Desa di bidang pembangunan dan pencapaian SDGs bidang pembangunan dan pencapaian SDGs Desa secara berjenjang dari tingkat Provinsi
Desa di wilayahnya hingga Desa dibuktikan dengan laporan;

15 mengelola database capaian pembangunan dan Database SDGs Desa dan Monev Dana Desa terupdate harian;
capaian SDGs Desa di wilayahnya
16 menganalisis dan memantau kesesuaian RPJM Laporan analisis kesesuaian beserta analisis permasalahan dan
Desa, RKP Desa, dan APB Desa dengan Permendesa PDTT rekomendasi yang dilaporkan melalui aplikasi Daily Report Pendamping
tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa di wilayahnya Desa ;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 41


- 42 -

Tugas Indikator
17 melakukan pengendalian, pengawasan, monitoring aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan
dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi percepatan TPP terkait fasilitasi percepatan pembangunan daerah tertinggal di wilayahnya
pembangunan daerah tertinggal di wilayahnya

18 melakukan pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi
kegiatan TPP terkait fasilitasi pembangunan dan pengembangan pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi di wilayahnya
kawasan transmigrasi di wilayahnya

19 melakukan pemantauan kegiatan pendaftaran, pendataan dan Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pendaftaran
pemeringkatan BUM Desa/ BUM Desa Bersama di wilayahnya Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pemutakhiran data terupdate
mingguan;
Data klasifikasi BUM Desa/ BUM Desa Bersama berdasarkan
pemeringkatan;
20 mengelola database capaian pengembangan Database capaian pengembangan ekonomi lokal dan kinerja BUM Desa/
ekonomi lokal dan kinerja BUM Desa/ BUM Desa BUM Desa Bersama terupdate harian;
Bersama di wilayahnya
21 memfasilitasi dan mendampingi kegiatan Aktivitas fasilitasi dan pendampingan kegiatan pembangunan ekonomi
pembangunan ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama secara berjenjang dari tingkat
Bersama di wilayahnya Desa hingga provinsi;
22 melakukan supervisi, monitoring, evaluasi Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan
Pendampingan Masyarakat Desa di bidang Masyarakat Desa bidang pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/
pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa BUM Desa Bersama secara berjenjang dari tingkat Provinsi hingga Desa dibuktikan dengan
Bersama di wilayahnya laporan;
23 melayani dan menindaklanjuti pengaduan masalah Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa
terkait Pendampingan Masyarakat Desa di wilayahnya terlayani;
Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa ditindaklanjuti;

24 melaksanakan fasilitasi, pendampingan, serta advokasi non Rasio pelaksanaan fasilitasi, pendampingan, dan advokasi terhadap jumlah masalah
litigasi, dan penanganan masalah melalui Musyawarah Desa di terdugakan;
wilayahnya

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 42


- 43 -

Tugas Indikator
25 mengembangkan layanan pengaduan masyarakat Jumlah Desa memiliki layanan pengaduan masyarakat sesuai ketentuan
di Desa di wilayahnya perundang-undangan;
26 mengembangkan jaringan kerja sama dan komunikasi dengan Laporan berisi hasil kerja sama dan komunikasi dengan lembaga- lembaga masyarakat,
lembaga-lembaga masyarakat, ormas dan elemen masyarakat lain ormas dan elemen masyarakat lain untuk memfasilitasi penanganan masalah;
untuk memfasilitasi penanganan masalah di wilayahnya

27 mengelola data dan rekomendasi pengaduan dan advokasi di Database pengaduan dan penanganan masalah melalui aplikasi SID
wilayahnya
28 melaksanakan supervisi, monitoring, evaluasi Jumlah kegiatan Pendampingan Masyarakat Desa bidang penanganan
Pendampingan Masyarakat Desa bidang penanganan pengaduan, pengaduan, paralegal Desa, penanganan masalah, advokasi hukum dan regulasi Desa, dan
paralegal Desa, penanganan masalah, advokasi hukum dan audit berbasis masyarakat tingkat Kabupaten/kota;
regulasi Desa, dan audit berbasis masyarakat di wilayahnya

3. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) Kabupaten/kota a. Tugas TAPM Kabupaten/kota


1) mendampingi organisasi Perangkat Daerah kabupaten/kota untuk terlibat aktif dalam mendukung Desa melakukan upaya pencapaian SDGs Desa;
2) mempercepat penyelesaian dokumen administrasi di daerah kabupaten/kota sebagai dasar penyaluran, perencanaan, pemanfaatan, dan rekapitulasi pelaporan
dana Desa;
3) memonitor kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan Pembangunan Desa, kerja sama antar Desa, dan
kerja sama Desa dengan Pihak Ketiga di daerah kabupaten/kota;
4) melakukan sosialisasi kebijakan SDGs Desa;
5) mentoring Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desa;
6) mengadvokasi kebijakan percepatan laju pencapaian SDGs Desa melalui dukungan program dan/atau kegiatan
Pemerintah Daerah kabupaten/kota yang difokuskan pada upaya pencapaian SDGs Desa;
7) terlibat aktif mencatat dan melaporkan kegiatan sehari-hari di daerah kabupaten/kota yang berkaitan dengan fasilitasi implementasi SDGs Desa, kerja
sama antar Desa, dan kerja sama Desa dengan Pihak Ketiga ke dalamaplikasi laporan harian dalam SID;
8) terlibat aktif mencatat dan melaporkan kegiatan sehari-hari di daerah kabupaten/kota yang berkaitan dengan BUM Desa dan BUM Desa Bersama ke dalam
aplikasi laporan harian dalam SID;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 43


- 44 -

9) melaksanakan penilaian mandiri melalui aplikasi laporan harian dalam SID; dan
10) meningkatkan kapasitas diri baik secara mandiri maupun melalui komunitas pembelajar.

b. Rincian tugas dan indikator kinerja TAPM Kabupaten/kota sesuai struktur


1) Koordinator TAPM Kabupaten/kota
No Tugas Indikator
1 mengoordinasikan kegiatan pengelolaan SDM TPP Rasio TPP ditempatkan terhadap kebutuhan TPP di wilayahnya
di wilayahnya Ketersediaan data TPP ter-update setiap bulan yang terkoneksi dengan
Daily Report Pendamping Desa dan monev dana Desa
Jumlah dan persentase TPP terlayani
2 mengoordinasikan kegiatan pembinaan, pengendalian, Laporan berisi hasil supervisi, monitoring dan Evaluasi Kinerja beserta jumlah dan
pengawasan, monitoring dan Evaluasi Kinerja TPP di persentase TPP tersupervisi, terpantau dan terevaluasi tiap bulan di wilayahnya
wilayahnya
Laporan konsolidasi hasil Daily Report Pendamping Desa TPP tingkat
Kabupaten/kota
Persentase validitas kebenaran laporan TPP dalam Daily Report
Pendamping Desa tingkat Kabupaten/kota
3 mengoordinasikan kegiatan peningkatan kapasitas Terlaksananya kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas dibuktikan
TPP dan masyarakat Desa di wilayahnya dengan laporan di aplikasi Daily Report Pendamping Desa
Progres peningkatan kapasitas TPP dibuktikan dengan peningkatan nilai
Evaluasi Kinerja
Laporan perpindahan jabatan, baik dari atas ke bawah atau dari bawah
Keatas
Persentase TPP tersertifikasi di wilayahnya
aktivitas sosialisasi, pelatihan, dan bimbingan teknis pengembangan kapasitas TPP di
wilayahnya dibuktikan dengan laporan
Aktivitas pembinaan, mentoring, fasilitasi, monitoring dan evaluasi terhadap PD terkait tugas
pengembangan kapasitas PLD dan masyarakat Desa dibuktikan dengan laporan

Tersedianya laporan konsolidasi dari PD mengenai pelaksanaan tugas pengembangan


kapasitas

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 44


- 45 -

No Tugas Indikator
Laporan elektronik pelaksanaan tugas bidang pengembangan kapasitas
dalam aplikasi Daily Report Pendamping Desa
4 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, monitoring dan Persentase Desa melaksanakan pemutakhiran data SDGs Desa dan
evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi Pembangunan Desa dan Indeks Desa setiap tahun
Perdesaan, Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan pencapaian Terlaksananya pemantauan pemutakhiran data secara berjenjang dari
SDGs Desa di wilayahnya tingkat Desa hingga tingkat Kabuupaten dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily Report
Pendamping Desa
Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan Masyarakat Desa
bidang pembangunan dan pencapaian SDGs Desa secara berjenjang dari tingkat
Kabupaten/kota hingga Desa dibuktikan dengan laporan

Laporan analisis kesesuaian beserta analisis permasalahan dan


rekomendasi yang dilaporkan melalui aplikasi Daily Report Pendamping
Desa
5 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, Aktivitas fasilitasi dan pendampingan kegiatan pembangunan ekonomi
monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama secara berjenjang dari tingkat
fasilitasi pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/BUM Desa hingga Kabupaten/kota
Desa Bersama di wilayahnya Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan Masyarakat Desa
bidang pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama secara
berjenjang dari tingkat Kabupaten/kota hingga Desa dibuktiksn dengan laporan

Tersedianya laporan konsolidasi dari PD dan PLD mengenai


Pendampingan Masyarakat Desa bidang pengembangan ekonomi lokal
dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama
Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pendaftaran
Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pemutakhiran data terupdate
mingguan
Data klasifikasi BUM Desa/ BUM Desa Bersama berdasarkan
pemeringkatan
Database capaian pengembangan ekonomi lokal dan kinerja BUM Desa/
BUM Desa Bersama terupdate harian

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 45


- 46 -

No Tugas Indikator
6 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan
monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi percepatan TPP terkait fasilitasi percepatan pembangunan daerah tertinggal di wilayahnya
pembangunan daerah tertinggal di wilayahnya

7 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, monitoring dan aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait
evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi pembangunan dan fasilitasi pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi di wilayahnya
pengembangan kawasan transmigrasi di wilayahnya

8 mengelola database dan memberikan rekomendasi kegiatan Database SDGs Desa dan Monev Dana Desa terupdate harian
pembangunan, pemberdayaan, dan pendampingan untuk Dokumen hasil analisis laju pencapaian SDGs Desa dan Indeks Desa beserta analisis
percepatan pencapaian SDGs Desa kepada organisasi Perangkat permasalahan dan rekomendasi yang dilaporkan melalui aplikasi Daily Report Pendamping
Daerah terkait di wilayahnya Desa

9 melakukan koordinasi program/kegiatan aktivitas koordinasi program/kegiatan Pembangunan Desa dan PeDesaan,
Pembangunan Desa dan PeDesaan, Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan pencapaian SDGs Desa dengan
Desa, dan pencapaian SDGs Desa dengan Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Pihak Ketiga dibuktikan dengan laporan
serta Pihak Ketiga di wilayahnya

10 melakukan koordinasi program/kegiatan aktivitas koordinasi program/kegiatan pengembangan ekonomi lokal dan
pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/BUM Desa BUM Desa/BUM Desa Bersama dengan Pemerintah Daerah dan Pihak
Bersama dengan Pemerintah Daerah serta Pihak Ketiga di Ketiga dibuktikan dengan laporan
wilayahnya
11 melakukan koordinasi program/kegiatan aktivitas koordinasi program/kegiatan percepatan pembangunan daerah
percepatan pembangunan daerah tertinggal dengan Pemerintah tertinggal dengan Pemerintah Daerah serta Pihak Ketiga di wilayahnya dibuktikan dengan
Daerah serta Pihak Ketiga di wilayahnya laporan

12 melakukan koordinasi program/kegiatan pembangunan dan aktivitas koordinasi program/kegiatan pembangunan dan pengembangan kawasan
pengembangan kawasan transmigrasi dengan Pemerintah transmigrasi dengan Pemerintah Daerah serta Pihak Ketiga di wilayahnya dibuktikan dengan
Daerah serta Pihak Ketiga di wilayahnya laporan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 46


- 47 -

No Tugas Indikator
13 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa
monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi terlayani
pengaduan dan advokasi di wilayahnya Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa ditindaklanjuti

Rasio pelaksanaan fasilitasi, pendampingan, dan advokasi terhadap


jumlah masalah terdugakan
Jumlah Desa memiliki layanan pengaduan masyarakat sesuai ketentuan
perundang-undangan
Laporan berisi hasil kerja sama dan komunikasi dengan lembaga-lembaga masyarakat, ormas
dan elemen masyarakat lain untuk memfasilitasi penanganan masalah

Database pengaduan dan penanganan masalah melalui aplikasi SID


14 memberikan rekomendasi kebijakan Pendampingan Dokumen rekomendasi kebijakan dan aktivitas penyampaian
Masyarakat Desa kepada organisasi Perangkat rekomendasi dibuktikan dengan laporan
Daerah terkait di wilayahnya
15 melaporkan pelaksanaan tugas koordinasi, Laporan di Daily Report Pendamping Desa
pembinaan, pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi
melalui aplikasi Daily Report Pendamping Desa

16 melaksanakan tugas lain dari Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report Pendamping
Desa

2) TAPM Kabupaten/kota
No Tugas Indikator
1 membantu dan/atau bersama-sama TAPM Provinsi Rasio TPP ditempatkan terhadap kebutuhan TPP di wilayahnya
dalam hal pengelolaan rekrutmen, penempatan, relokasi, reposisi,
promosi, demosi, dan pengaturan kerja TPP

2 melakukan pengelolaan, pemeliharaan, dan Ketersediaan data TPP ter-update setiap bulan yang terkoneksi dengan
pemutakhiran database TPP di wilayahnya Daily Report Pendamping Desa dan monev dana Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 47


- 48 -

No Tugas Indikator
3 memberikan pelayanan administrasi TPP di Jumlah dan persentase TPP terlayani
wilayahnya
4 melakukan supervisi, monitoring dan Evaluasi Laporan berisi hasil supervisi, monitoring dan Evaluasi Kinerja beserta jumlah dan
Kinerja TPP di wilayahnya persentase TPP tersupervisi, terpantau dan terevaluasi tiap bulan di wilayahnya

5 membantu TAPM Provinsi dalam mengkonsolidasi Laporan konsolidasi hasil Daily Report Pendamping Desa TPP tingkat
hasil Daily Report Pendamping Desa TPP di wilayahnya Kabupaten/kota

6 membantu TAPM Pusat dan Provinsi dalam Persentase validitas kebenaran laporan TPP dalam Daily Report
melakukan verifikasi dan/atau uji petik lapangan atas Daily Pendamping Desa tingkat Kabupaten/kota
Report Pendamping Desa TPP di wilayahnya

7 memberikan fasilitasi dan dukungan peningkatan jenjang karir Laporan perpindahan jabatan, baik dari atas ke bawah atau dari bawah keatas
dan sertifikasi profesi TPP di wilayahnya
Persentase TPP tersertifikasi di wilayahnya
8 melakukan sosialisasi, pelatihan, dan bimbingan teknis aktivitas sosialisasi, pelatihan, dan bimbingan teknis pengembangan kapasitas TPP di
pengembangan kapasitas TPP di wilayahnya wilayahnya dibuktikan dengan laporan
9 melakukan pembinaan, mentoring, fasilitasi, Aktivitas pembinaan, mentoring, fasilitasi, monitoring dan evaluasi
monitoring dan evaluasi terhadap Pendamping Desa terkait tugas terhadap PD terkait tugas pengembangan kapasitas PLD dan masyarakat
pengembangan kapasitas Pendamping Lokal Desa di wilayahnya Desa dibuktikan dengan laporan

10 melakukan pemantauan, pengambilan data, dan pemutakhiran Persentase Desa melaksanakan pemutakhiran data SDGs Desa dan
data SDGs Desa dan Indeks Desa di wilayahnya Indeks Desa setiap tahun
Terlaksananya pemantauan pemutakhiran data secara berjenjang dari tingkat Desa hingga
tingkat Kabuupaten dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily Report Pendamping Desa

11 menganalisis laju pencapaian SDGs Desa dan Dokumen hasil analisis laju pencapaian SDGs Desa dan Indeks Desa beserta analisis
Indeks Desa di wilayahnya permasalahan dan rekomendasi yang dilaporkan melalui aplikasi Daily Report Pendamping
Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 48


- 49 -

No Tugas Indikator
12 melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan
Pendampingan Masyarakat Desa di bidang pembangunan dan Masyarakat Desa bidang pembangunan dan pencapaian SDGs Desa secara berjenjang dari
pencapaian SDGs Desa di wilayahnya tingkat Kabupaten/kota hingga Desa dibuktikan dengan laporan

13 mengelola database capaian pembangunan dan capaian SDGs Database SDGs Desa dan Monev Dana Desa terupdate harian
Desa di wilayahnya

14 menganalisis dan memantau kesesuaian RPJM Laporan analisis kesesuaian beserta analisis permasalahan dan
Desa, RKP Desa, dan APB Desa dengan Permendesa PDTT rekomendasi yang dilaporkan melalui aplikasi Daily Report Pendamping
tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa di wilayahnya Desa

15 melakukan pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi
kegiatan TPP terkait fasilitasi percepatan pembangunan daerah percepatan pembangunan daerah tertinggal di wilayahnya
tertinggal di wilayahnya

16 melakukan pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi
kegiatan TPP terkait fasilitasi pembangunan dan pengembangan pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi di wilayahnya
kawasan transmigrasi di wilayahnya

17 melakukan pemantauan kegiatan pendaftaran, Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pendaftaran
pendataan dan pemeringkatan BUM Desa/ BUM Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pemutakhiran data terupdate
Desa Bersama di wilayahnya mingguan
Data klasifikasi BUM Desa/ BUM Desa Bersama berdasarkan
pemeringkatan
18 mengelola database capaian pengembangan ekonomi lokal dan Database capaian pengembangan ekonomi lokal dan kinerja BUM Desa/ BUM Desa
kinerja BUM Desa/ BUM Desa Bersama di wilayahnya Bersama terupdate harian

19 memfasilitasi dan mendampingi kegiatan pembangunan ekonomi Aktivitas fasilitasi dan pendampingan kegiatan pembangunan ekonomi lokal dan BUM
lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama di wilayahnya Desa/ BUM Desa Bersama secara berjenjang dari tingkat Desa hingga Kabupaten/kota

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 49


- 50 -

No Tugas Indikator
20 melakukan supervisi, monitoring, evaluasi Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan
Pendampingan Masyarakat Desa di bidang pengembangan Masyarakat Desa bidang pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa
ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama di Bersama secara berjenjang dari tingkat Kabupaten/kota hingga Desa dibuktiksn dengan
wilayahnya laporan
21 melayani dan menindaklanjuti pengaduan masalah terkait Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa terlayani
Pendampingan Masyarakat Desa di wilayahnya
Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa ditindaklanjuti

22 melaksanakan fasilitasi, pendampingan, serta Rasio pelaksanaan fasilitasi, pendampingan, dan advokasi terhadap
advokasi non litigasi, dan penanganan masalah melalui jumlah masalah terdugakan
Musyawarah Desa di wilayahnya
22 mengembangkan layanan pengaduan masyarakat Jumlah Desa memiliki layanan pengaduan masyarakat sesuai ketentuan
di Desa di wilayahnya perundang-undangan
23 mengembangkan jaringan kerja sama dan Laporan berisi hasil kerja sama dan komunikasi dengan lembaga-
komunikasi dengan lembaga-lembaga masyarakat, ormas dan lembaga masyarakat, ormas dan elemen masyarakat lain untuk memfasilitasi
elemen masyarakat lain untuk memfasilitasi penanganan masalah penanganan masalah
di wilayahnya
24 mengelola data dan rekomendasi pengaduan dan advokasi di Database pengaduan dan penanganan masalah melalui aplikasi SID
wilayahnya
25 melaksanakan supervisi, monitoring, evaluasi Jumlah kegiatan Pendampingan Masyarakat Desa bidang penanganan
Pendampingan Masyarakat Desa bidang pengaduan, paralegal Desa, penanganan masalah, advokasi hukum dan
penanganan pengaduan, paralegal Desa, penanganan masalah, regulasi Desa, dan audit berbasis masyarakat tingkat Kecamatan dan
advokasi hukum dan regulasi Desa, dan audit berbasis Desa
masyarakat di wilayahnya

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 50


- 51 -

4. Pendamping Desa (PD)


a. Tugas pokok Pendamping Desa
1) melakukan pendampingan dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan Pembangunan Desa yang
berskala lokal Desa, kerja sama antar Desa, dan kerja sama Desa dengan Pihak Ketiga;
2) mempercepat pengadministrasian di tingkat kecamatan terkait penyaluran, perencanaan, pemanfaatan, dan rekapitulasi pelaporan dana Desa;
3) melakukan sosialisasi kebijakan SDGs Desa;
4) mentoring Pendamping Lokal Desa dan KPMD;
5) terlibat aktif mencatat dan melaporkan kegiatan sehari-hari di Desa dan kecamatan yang berkaitan dengan fasilitasi implementasi SDGs Desa, kerja sama antar
Desa, dan kerja sama Desa dengan Pihak Ketiga ke dalam aplikasi laporan harian dalam SID;
6) terlibat aktif mencatat dan melaporkan kegiatan sehari-hari di Desa atau antar Desa yang berkaitan dengan BUM Desa dan BUM Desa Bersama ke dalam
aplikasi laporan harian dalam SID;
7) melaksanakan penilaian mandiri melalui aplikasi laporan harian dalam SID; dan
8) meningkatkan kapasitas diri secara mandiri maupun melalui komunitas pembelajar.

b. Rincian Tugas Pendamping Desa (PD)


NO Tugas Indikator
1 melakukan pendampingan dalam kegiatan aktivitas pendampingan dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan Pembangunan Desa, pengawasan Pembangunan Desa, kerja sama antar Desa dan kerja sama
kerja sama antar Desa dan kerja sama Desa dengan Pihak Ketiga Desa dengan Pihak Ketiga dibuktikan dengan laporan
ketersedian dan ketepatan waktu dokumen-dokumen perencanaan, pelaksanaan,
pertanggungjawaban dan pengawasan Pembangunan Desa, kerja sama antar Desa dan kerja
sama Desa dengan Pihak Ketiga dibuktikan dengan laporan

2 memfasilitasi dan melakukan pendampingan melakukan fasilitasi dan pendampingan perencanaan dan penggunaan
perencanaan dan penggunaan dana Desa sesuai Permendes PDTT dana Desa sesuai Permendes PDTT tentang prioritas pemanfaatan dana
tentang prioritas pemanfaatan dana Desa Desa dibuktikan dengan laporan
dokumen RKP Desa dan APB Desa sesuai dengan prioritas penggunaan dana Desa dan
kebutuhan masyarakat

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 51


- 52 -

NO Tugas Indikator
3 mempercepat pengadministrasian di tingkat ketersediaan dan ketepatan waktu dokumen penyaluran, perencanaan,
kecamatan terkait penyaluran, perencanaan, pemanfaatan dan pemanfaatan dan rekapitulasi pelaporan Dana Desa
rekapitulasi pelaporan Dana Desa

4 melakukan sosialisasi, fasilitasi dan pendampingan terhadap kegiatan sosialisasi, fasilitasi dan pendampingan terhadap kegiatan pendataan, perencanaan,
kegiatan pendataan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pelaksanaan, dan pengawasan Pembangunan Desa dan Perdesaan di seluruh Desa
Pembangunan Desa dan Perdesaan dibuktikan dengan laporan
Data SDGs Desa dan Indeks Desa terupdate setiap tahun
RPJM Desa, RKP Desa, APB Desa, laporan realisasi dan LPP Desa
terpublikasikan dan/ atau dapat diakses masyarakat
5 melakukan sosialisasi, fasilitasi dan pendampingan dalam rangka kegiatan sosialisasi, fasilitasi dan pendampingan dalam rangka percepatan
percepatan pencapaian SDGs Desa pencapaian SDGs Desa dibuktikan dengan laporan
6 melakukan sosialisasi, fasilitasi dan pendampingan dalam rangka kegiatan sosialisasi, fasilitasi dan pendampingan dalam rangka pengembangan ekonomi
pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama dibuktikan dengan laporan
Bersama
BUM Desa/ BUM Desa Bersama di wilayahnya melakukan pendaftaran
BUM Desa/ BUM Desa Bersama di wilayahnya melakukan pemutakhiran
Data
BUM Desa/ BUM Desa Bersama di wilayahnya terakreditasi sesuai
jadwal
7 melakukan sosialisasi, fasilitasi dan pendampingan kegiatan sosialisasi, fasilitasi dan pendampingan dalam rangka
dalam rangka percepatan pembangunan daerah tertinggal percepatan pembangunan daerah tertinggal dibuktikan dengan laporan

8 melakukan sosialisasi, fasilitasi dan pendampingan kegiatan sosialisasi, fasilitasi dan pendampingan dalam rangka
dalam rangka pembangunan dan pengembangan kawasan pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi dibuktikan dengan laporan
transmigrasi
9 melakukan koordinasi program/kegiatan kegiatan koordinasi terkait program percepatan laju pencapaian SDGs
percepatan laju pencapaian SDGs Desa dengan Desa dengan pemerintah kecamatan, Pemerintah Desa, serta Pihak
pemerintah kecamatan, Pemerintah Desa, serta Ketiga dibuktikan dengan laporan
Pihak Ketiga

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 52


- 53 -

NO Tugas Indikator
10 mentoring PLD dan KPMD kegiatan mentoring PLD dan KPMD dibuktikan dengan laporan
11 melaporkan pelaksanaan tugas melalui aplikasi Laporan elektronik pelaksanaan tugas Pendamping Desa dalam aplikasi
Daily Report Pendamping Desa Daily Report Pendamping Desa
12 meningkatkan kapasitas diri secara mandiri maupun secara mandiri meningkatkan kapasitas dan aktif melibatkan diri dalam komunitas
melalui komunitas pembelajar pembelajaran yang diselenggarakan oleh kementerian/lembaga pemerintah non-
kementerian, Pemerintah Daerah, dan Pihak Ketiga

13 melaksanakan tugas lain berdasarkan penugasan dari Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report Pendamping
Kementerian Desa

5. Pendamping Teknis (PT)


Rincian Tugas Pendamping Teknis (PT)
NO Tugas Indikator
1 melakukan sosialisasi, pendampingan dan fasilitasi aktivitas sosialisasi dalam program/kegiatan sectoral dibuktikan dengan
dalam program/kegiatan sectoral laporan
aktivitas fasilitasi dalam program/kegiatan sectoral dibuktikan dengan
laporan
aktivitas pendampingan dalam program/kegiatan sectoral dibuktikan dengan laporan

2 mempercepat pengadministrasian di tingkat ketersediaan dan ketepatan waktu dokumen program/kegiatan sektoral
kecamatan terkait program/kegiatan sectoral
3 melakukan koordinasi program/kegiatan percepatan laju kegiatan koordinasi terkait program percepatan laju pencapaian SDGs Desa dengan
pencapaian SDGs Desa dan program/kegiatan sektoral dengan pemerintah kecamatan, Pemerintah Desa, serta Pihak Ketiga dibuktikan dengan laporan
pemerintah kecamatan, Pemerintah Desa, serta Pihak Ketiga
kegiatan koordinasi terkait program/kegiatan sektoral dengan
pemerintah kecamatan, Pemerintah Desa, serta Pihak Ketiga dibuktikan dengan laporan

4 melaporkan pelaksanaan tugas melalui aplikasi Laporan elektronik pelaksanaan tugas Pendamping Teknis dalam
Daily Report Pendamping Desa aplikasi Daily Report Pendamping Desa
5 meningkatkan kapasitas diri secara mandiri maupun secara mandiri meningkatkan kapasitas dan aktif melibatkan diri dalam komunitas
melalui komunitas pembelajar pembelajaran yang diselenggarakan oleh

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 53


- 54 -

NO Tugas Indikator
kementerian/lembaga pemerintah non-kementerian, Pemerintah Daerah,
dan Pihak Ketiga
6 melaksanakan tugas lain berdasarkan penugasan dari Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report Pendamping
Kementerian Desa

6. Pendamping Lokal Desa (PLD)


a. Tugas pokok Pendamping Lokal Desa
1) melakukan pendampingan dalam kegiatan Pendataan Desa, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
Pembangunan Desa yang berskala lokal Desa;
2) terlibat aktif mencatat dan melaporkan kegiatan sehari-hari di Desa yang berkaitan dengan implementasi SDGs Desa, kerja sama antar Desa, dan BUM Desa ke
dalam aplikasi laporan harian dalam SID;
3) melaksanakan penilaian mandiri melalui aplikasi laporan harian dalam SID; dan
4) meningkatkan kapasitas diri secara mandiri maupun melalui komunitas pembelajar. b. Rincian Tugas Pendamping Lokal Desa (PLD)

NO Tugas Indikator
1 melakukan fasilitasi dan pendampingan terhadap kegiatan kegiatan fasilitasi dan pendampingan terhadap kegiatan pendataan, perencanaan, pelaksanaan,
pendataan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dan pengawasan Pembangunan Desa dibuktikan dengan laporan
Pembangunan Desa
ketersedian dan ketepatan waktu dokumen-dokumen perencanaan, pelaksanaan,
pertanggungjawaban dan pengawasan Pembangunan Desa, dibuktikan dengan laporan

RPJM Desa, RKP Desa, APB Desa, laporan realisasi dan LPP Desa
terpublikasikan dan/ atau dapat diakses masyarakat
2 melakukan fasilitasi dan pendampingan dalam rangka kegiatan fasilitasi dan pendampingan dalam rangka percepatan pencapaian SDGs
percepatan pencapaian SDGs Desa Desa dibuktikan dengan laporan
Data SDGs Desa dan Indeks Desa terupdate setiap tahun
3 melakukan fasilitasi dan pendampingan dalam kegiatan fasilitasi dan pendampingan dalam rangka pengembangan
rangka pengembangan ekonomi lokal dan BUM ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama dibuktikan dengan
Desa/ BUM Desa Bersama laporan
BUM Desa/ BUM Desa Bersama di wilayahnya melakukan pendaftaran

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 54


- 55 -

NO Tugas Indikator
BUM Desa/ BUM Desa Bersama di wilayahnya melakukan pemutakhiran
Data
BUM Desa/ BUM Desa Bersama di wilayahnya terakreditasi sesuai jadwal
6 meningkatkan partisipasi masyarakat dalam meningkatnya partisipasi masyarakat dalam Pembangunan Desa dibuktikan dengan
Pembangunan Desa meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
Pembangunan Desa
7 melakukan aktivasi kelembagaan masyarakat tumbuh dan berkembanngnya kelembagaan masyarakat (kelembagaan
dalam mendukung Pembangunan Desa formal maupun nonformal) dan terlibat aktif dalam mendukung
Pembangunan Desa
8 meningkatkan kapasitas diri secara mandiri secara mandiri meningkatkan kapasitas dan aktif melibatkan diri dalam
maupun melalui komunitas pembelajar komunitas pembelajaran yang diselenggarakan oleh kementerian/lembaga pemerintah non-
kementerian, Pemerintah Daerah, dan Pihak Ketiga
9 melaporkan pelaksanaan tugas melalui aplikasi Laporan elektronik pelaksanaan tugas PD dalam aplikasi Daily Report
Daily Report Pendamping Desa Pendamping Desa
10 melaksanakan tugas lain dari Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report Pendamping
Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 55


- 56 -

D. Pendayagunaan
1. Setiap unit kerja eselon I di Kementerian berhak mendayagunakan
TPP, dalam memfasilitasi program dan/atau kegiatan unit kerja
eselon I;
2. Unit kerja eselon I Kementerian mendayagunakan TPP dalam bentuk:
a. diseminasi regulasi, kebijakan, dan norma, standar, prosedur,
dan kriteria;
b. diseminasi program dan/atau kegiatan;
c. bimbingan teknis dan pelatihan masyarakat Desa;
d. fasilitasi penguatan partisipasi masyarakat Desa;
e. fasilitasi perencanaan program/kegiatan;
f. fasilitasi pengelolaan program/kegiatan; dan
g. fasilitasi pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
3. Pendayagunaan TPP oleh unit kerja Eselon I untuk program/kegiatan
di luar Tugas Pokok, Rincian Tugas, dan Indikator Kinerja diajukan
kepada Menteri.
4. Menteri memberikan persetujuan atau penolakan atas usul
pendayagunaan TPP.
5. Satker BSPDM menindaklanjuti persetujuan atau penolakan Menteri.
6. Pendayagunaan TPP oleh Pemerintah Daerah, kementerian, dan
kementerian/ lembaga pemerintah non kementerian, diatur dengen
ketentuan sebagai berikut:
a. usulan pendayagunaan TPP oleh Pemerintah Daerah,
Kementerian, dan kementerian/ lembaga nonkementerian
disampaikan kepada Menteri melalui kepala BPSDM; dan
b. Pemerintah Daerah, Kementerian, dan kementerian/ lembaga
nonkementerian hanya dapat mendayagunakan TPP, dengan
berdasarkan pada persetujuan tertulis Menteri atau melalui
kepala BPSDM.

E. Hubungan Antar Pihak Pendampingan Masyarakat Desa


1. Para Pihak
a. Menteri sebagai pelaksana Pendampingan Masyarakat Desa
secara nasional;
b. Kementerian/lembaga terkait sebagai mitra koordinasi dan
kerjasama dalam pengelolaan pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa sesuai amanat Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa, khususnya Kementerian Koordinator
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian
Dalam Negeri, Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
Kementerian Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPKP)
serta kementerian/lembaga terkait lainnya;
c. Sekretaris Jenderal Kementerian sebagai penanggungjawab
koordinasi kebijakan perencanaan program dan anggaran
Pendampingan Masyarakat Desa secara nasional;
d. Kepala BPSDM, sebagai penanggung jawab perumusan dan
pelaksanaan kebijakan pokok dan anggaran Pendampingan
Masyarakat Desa, melalui BPSDM;
e. Unit Kerja lain pada Kementerian selain BPSDM;
f. Pemerintah Daerah Provinsi melalui Perangkat Daerah provinsi
yang menangani urusan pemerintahan daerah bidang
pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 56


- 57 -

g. Pemerintah Daerah Kabupaten/kota melalui Perangkat Daerah


Kabupaten/kota yang menangani urusan pemerintahan daerah
bidang pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa;
h. Camat atau sebutan lainnya;
i. Pemerintah Desa;
j. Tenaga Pendamping Profesional;
k. KPMD; dan
l. Pihak Ketiga, yaitu masyarakat atau lembaga di luar pemerintah
pusat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Desa yang
membantu penyelenggaraan kegiatan pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa, seperti Lembaga Swadaya
Masyarakat, Perguruan Tinggi, organisasi kemasyarakatan,
perusahaan, individu dan lembaga-lembaga lainnya yang
memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka
penyelenggaraan Pendampingan Masyarakat Desa.
2. Jenis Hubungan Antar Pihak
a. hubungan instruktif adalah hubungan antara pemberi instruksi
yang memiliki kewenangan lebih tinggi dari penerima instruksi.
Instruksi dapat berupa perintah, arahan, penugasan dan jenis
instruksi lainnya;
b. hubungan kerjasama adalah hubungan para pihak yang
bekerjasama untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan berkaitan
dengan pendampingan masyarakat desa;
c. hubungan koordinatif adalah hubungan para pihak yang setara
untuk membangun sinergi, sinkronisasi dan harmoni;
d. hubungan konsultatif adalah hubungan para pihak untuk
mendapatkan masukan, koreksi, saran dan pendapat; dan
e. hubungan pembinaan adalah hubungan antara pembina dan
yang dibina, berupa peningkatan kapasitas dan pemberian sanksi.
3. Tata Kelola Hubungan Kerja Antar Pihak
a. hubungan instruktif antara:
1) Menteri kepada Sekretaris Jenderal, BPSDM, unit kerja lain
di kementerian dan TPP
2) Sekretaris Jenderal kepada BPSDM dan TPP;
3) BPSDM kepada TPP;
4) TAPM Pusat kepada TAPM Provinsi, TAPM Kabupaten/kota,
PD, PT, PLD;
5) TAPM Provinsi kepada TAPM Kabupaten/kota, PD, PT, PLD;
6) TAPM Kabupaten/kota kepada PD, PT, PLD;
7) PD kepada PT dan PLD.
b. hubungan kerjasama antara:
1) BPSDM dengan pihak ketiga, seperti Lembaga Swadaya
Masyarakat, Perguruan Tinggi, organisasi kemasyarakatan,
perusahaan, individu dan lembaga-lembaga lainnya.
2) BPSDM dan Pemerintah Daerah;
c. hubungan koordinatif antara:
1) Menteri, Sekretaris Jenderal, BPSDM dengan
kementerian/lembaga terkait, pemerintah daerah provinsi
dan pemerintah daerah kabupaten/kota;
2) BPSDM dan unit kerja lain pada kementerian;
3) TAPM Pusat dengan kementerian/lembaga terkait;
4) TAPM Provinsi dengan pemerintah daerah provinsi;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 57


- 58 -

5) TAPM Kabupaten/kota dengan pemerintah daerah


kabupaten/kota;
6) PD, PT dengan camat atau sebutan lainnya;
7) PLD dengan KPMD;
8) TPP dengan Kepala Desa;
9) TAPM Kabupaten/kota, PD, PT, PLD dengan Pendamping
pada pendampingan mandiri oleh pemerintah daerah
provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
d. hubungan konsultatif antara:
1) Sekretaris Jenderal, BPSDM, unit kerja lain di kementerian
dan TPP kepada Menteri;
2) BPSDM dan TPP kepada Sekretaris Jenderal
3) TPP kepada BPSDM;
4) TAPM Provinsi, TAPM Kabupaten/kota, PD, PT, PLD kepada
TAPM Pusat;
5) TAPM Kabupaten/kota, PD, PT, PLD kepada TAPM Provinsi
6) PD, PT, PLD kepada TAPM Kabupaten/kota;
7) PLD kepada PD dan PT;
8) KPMD kepada TPP;
9) TAPM Provinsi, TAPM Kabupaten/kota, PD, PT dan PLD
kepada pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, camat dan kepala desa.
e. hubungan pembinaan antara:
1) Menteri, Sekretaris Jenderal, BPSDM, unit kerja lain di
kementerian kepada pemerintah daerah provinsi;
2) Pemerintah daerah provinsi kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota;
3) Pemerintah daerah kabupaten/kota kepada camat dan
kepala desa;
4) BPSDM kepada TAPM Provinsi, TAPM Kabupaten/kota, PD,
PT, dan PLD.
4. Pengendalian Hubungan Antar Pihak
BPSDM mengendalikan kerja antar seluruh pihak yang terlibat dalam
Pendampingan Masyarakat Desa. Sengketa antar pihak pada jalur
struktural pemerintahan, lintas struktural pemerintahan dengan non
struktural pemerintahan dengan pihak-pihak lain yang berkenaan
dengan pelaksanaan pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa serta Pendampingan Masyarakat Desa difasilitasi
penyelesaiannya oleh BPSDM.
Koordinator Nasional TPP bertanggung jawab melaksanakan
pengendalian hubungan antar pihak Pendampingan Masyarakat Desa
pada jalur TPP secara nasional. Sengketa antar pihak di dalam jalur
TPP yang berkenaan pelaksanaan program dan Pendampingan
Masyarakat Desa, difasilitasi atau dimediasi penyelesaiannya oleh
Koordinator Nasional TPP.
Mekanisme fasilitasi, mediasi hingga penyelesaian sengketa para
pihak yang terlibat dalam Pendampingan Masyarakat Desa
dilaksanakan dengan mengutamakan musyawarah mufakat.

F. Etika Profesi TPP


1. Etika Hubungan Kerja
a. Etika Hubungan dengan Pihak yang Didampingi
1) berinteraksi dengan penuh komitmen, tanggung jawab, dan
jujur dilandasi sikap saling menghormati dan menghargai;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 58


- 59 -

2) bersikap dan berperilaku sopan, sabar, dan tenang dalam


memberikan edukasi, bimbingan, mendengarkan dan
merespon pendapat, gagasan, dan pertanyaan dari
Pemerintah Desa, BPD dan masyarakat Desa;
3) mendampingi secara langsung dan bekerja bersama
dengan kepala Desa, BPD dan masyarakat Desa dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan
pertanggungjawaban Pembangunan Desa;
4) proaktif terhadap pemenuhan hak dan kebutuhan
Pemerintah Desa, BPD dan masyarakat Desa secara
profesional, adil, tanpa diskriminasi;
5) proaktif dalam memotivasi pihak yang didampingi untuk
menjalankan kewajibannya; dan
6) membuka ruang yang luas atas perbedaan pendapat dan
pilihan masyarakat secara mandiri untuk peningkatan
kualitas hidup.
b. Etika Hubungan Sesama TPP
1) saling memercayai, menghormati, menghargai, membantu,
memotivasi, dan bekerjasama sebagai sebuah tim;
2) menjalin hubungan profesional dengan mengedepankan
objektivitas tanpa dipengaruhi kepentingan pribadi;
3) menghargai perbedaan pendapat serta terbuka menerima
kritik dan saran dalam melaksanakan tugas sebagai TPP;
4) menjalin hubungan konstruktif dan bekerjasama untuk
saling mempelajari hal-hal baru yang terkait
pendampingan masyarakat Desa; dan
5) proaktif dalam mencari solusi pemecahan masalah atas
konflik antar TPP.
c. Etika Hubungan dengan Pihak Ketiga
1) menunjukkan sikap dan perilaku bertanggung jawab,
disiplin, taat regulasi, dan kompeten dalam koordinasi dan
kerja sama dengan mitra di wilayah kerja;
2) saling menghargai dan membina hubungan timbal balik
yang erat secara berkelanjutan untuk kepentingan
pendampingan masyarakat desa; dan
3) proaktif untuk melibatkan mitra dalam mencari solusi
pemecahan masalah jika terjadi kendala dalam
pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.
2. Kewajiban
Dalam menjalankan peranan dan fungsinya sebagai seorang
profesional, TPP berkewajiban untuk:
a. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Kementerian;
b. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan, dan tindakan kepada setiap orang, baik di pada saat
maupun di luar tugas;
c. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah kerja yang ditetapkan
olek Kementerian.
d. mengutamakan kepentingan tugas daripada kepentingan
pribadi, seseorang, dan/atau golongan;
e. Mengikuti ketentuan hari dan jam kerja;
f. memberikan kesempatan kepada TPP di bawahnya untuk
mengembangkan kompetensi;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 59


- 60 -

g. melaksanakan dan mengawal setiap kebijakan Kementerian;


h. menghormati serta menjunjung tinggi tata nilai dan adat
istiadat yang berlaku di masyarakat Desa;
i. memiliki keinginan, kehendak, komitmen yang kuat untuk
memfasilitasi Pemerintah Desa, BPD dan masyarakat Desa secara
mandiri dalam menemukenali dan memecahkan masalah
pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa;
j. jujur dan proaktif memberikan informasi yang akurat, terkini,
dan lengkap tentang Pembangunan Desa dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa kepada Pemerintah Desa, BPD dan
masyarakat Desa;
k. menghindarkan diri dari berbagai kepentingan
pribadi/kelompok/golongan yang dapat mempengaruhi kualitas
pendampingan;
l. membangun upaya kebersamaan, kemitraan dan persatuan
serta tidak memicu munculnya konflik, perpecahan, provokasi
dan diskriminasi;
m. berupaya menyelesaikan konflik serta menangani pengaduan
melalui cara musyawarah yang transparansi dan akuntabel
untuk pencapaian konsensus;
n. memiliki keberpihakan dan kepedulian yang tinggi kepada
ketidakberdayaan kelompok marginal dan rentan;
3. Larangan
Dalam menjalankan peranan dan fungsinya sebagai seorang
profesional, TPP dilarang:
a. memaksakan kehendak atas suatu usulan kegiatan dalam
perencanaan Pembangunan Desa selama melaksanakan tugas
pendampingan;
b. melakukan rekayasa APB Desa untuk kepentingan pribadi,
keluarga atau kelompok;
c. menyalahgunakan atribut Kementerian untuk kepentingan lain
di luar kepentingan Kementerian dan pendampingan
masyarakat Desa;
d. melakukan tindakan tercela dan bertentangan dengan norma
kesusilaan yang dapat mencemarkan nama baik Kementerian;
e. menyalahgunakan data dan/atau informasi yang dimiliki untuk
hal-hal di luar tugas dan dapat merugikan kepentingan
masyarakat Desa;
f. memalsukan data, informasi dan dokumen pendampingan;
g. melakukan tindakan pidana, kekerasan fisik, psikis dan
seksual;
h. menggunakan dan mengedarkan Narkoba;
i. menyebarkan fitnah, hasutan, propaganda dan/atau provokasi
negatif;
j. menyebarkan provokasi negatif terhadap kebijakan kementerian
dan pelaksanaan pendampingan masyarakat desa;
k. menyalahgunakan posisi untuk mendapatkan keuntungan atau
manfaat bagi diri sendiri dan/atau orang lain;
l. meminta dan menerima uang, barang, dan/atau imbalan atas
pekerjaan dan/atau kegiatan dalam melaksankan tugas pokok
dan fungsinya sebagai pendamping;
m. bertindak sebagai pemborong, suplier, perantara perdagangan,
maupun menunjuk salah satu suplier atau berfungsi sebagai
perantara yang dapat menimbulkan konflik kepentingan di

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 60


- 61 -

wilayah dampingannya serta membantu secara teknis


pembuatan laporan pertanggungjawaban Desa;
n. bertindak sebagai juru bayar, menerima titipan uang, atau
merekayasa pembayaran atau administrasi atas Pemerintah
Desa;
o. membiarkan dan menutupi proses penyimpangan yang terjadi
secara sengaja dalam pelaksanaan Pembangunan Desa yang
mengakibatkan kerugian masyarakat dan negara; dan
p. menjabat dalam kepengurusan partai politik.
4. Penanganan Pelanggaran
a. Prinsip Penanganan Pelanggaran
1) adil, penanganan dilakukan secara seimbang, dengan
memberikan hak jawab kepada pihak yang diduga
melakukan pelanggaran untuk memberikan
alasan/sanggahan terhadap dugaan pelanggaran yang
diadukan;
2) rahasia, penanganan dilakukan secara tertutup melalui
proses klarifikasi maupun pembuktian dengan
merahasiakan identitas pelapor/pengadu;
3) obyektif, penanganan mendasarkan pada bukti-bukti dan
dilakukan uji silang untuk memperoleh kebenaran;
4) akuntabel, seluruh tahapan proses dan hasil penanganan
harus dapat dipertanggungjawabkan;
5) proporsional, penanganan harus sesuai dengan cakupan
dugaan pelanggaran berdasarkan bukti-bukti yang ada;
dan
6) efektif, penanganan dilakukan secara cepat, tepat dan
akurat.
b. Tim Penanganan Pelanggaran
1) Setiap adanya dugaan pelanggaran oleh TPP dilakukan
klarifikasi dan pembuktian oleh Tim Penanganan
Pelanggaran;
2) Tim Penanganan Pelanggaran atas dugaan pelanggaran
oleh PD, PT, atau PLD terdiri dari Koordinator TAPM
Kabupaten/Kota sebagai koordinator tim dan 2 (dua) orang
TAPM Kabupaten/Kota sebagai anggota;
3) Tim Penanganan Pelanggaran atas dugaan pelanggaran
oleh TAPM Kabupaten/Kota terdiri dari Koordinator TAPM
Provinsi sebagai koordinator tim dan 2 (dua) orang TAPM
Provinsi sebagai anggota;
4) Tim Penanganan Pelanggaran atas dugaan pelanggaran
oleh TAPM Provinsi terdiri dari Koordinator TAPM Pusat
sebagai koordinator tim dan TAPM Pusat Bidang Pengelolaan
Sumber Daya Manusia dan Pemantauan Kinerja, serta TAPM
Pusat Bidang Penanganan Pengaduan Masalah dan Advokasi
sebagai anggota;
5) Tim Penanganan Pelanggaran atas dugaan pelanggaran
oleh TAPM Pusat terdiri dari Kepala Pusat Pengembangan
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi sebagai koordinator tim dan 2 (orang)
Aparatur Sipil Negara BPSDM sebagai anggota.
c. Mekanisme Penanganan Pelanggaran
1) Tim Penanganan Pelanggaran bekerja paling lama 10 hari
kerja terhitung sejak laporan pengaduan pelanggaran

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 61


- 62 -

dan/atau temuan pelanggaran diterima oleh koordinator


tim;
2) Tim Penanganan Pelanggaran mengumpulkan alat bukti
dugaan pelanggaran;
3) Tim Penanganan Pelanggaran menyampaikan undangan
kepada terduga dan saksi-saksi selambat-lambatnya 3 hari
sebelum dilakukan forum klarifikasi dan pembuktian;
4) Tim Penanganan Pelanggaran mengadakan forum
klarifikasi dan pembuktian dengan menghadirkan terduga
serta saksi-saksi;
5) Dalam hal terduga dan/atau saksi tidak menghadiri
undangan forum klarifikasi dan pembuktian, maka Tim
Penanganan Pelanggaran menjadwalkan kembali forum
klarifikasi dan pembuktian selambat-lambatnya
disampaikan 1 hari sebelum jadwal forum klarifikasi dan
pembuktian;
6) Dalam hal terduga dan/atau saksi-saksi tidak menghadiri
forum klarifikasi dan pembuktian hingga penjadwalan kedua
tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, Tim
Penanganan Pelanggaran dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan;
7) Dalam hal terduga dan/atau saksi-saksi tidak dapat
menghadiri forum klarifikasi dan pembuktian hingga
penjadwalan kedua dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka Tim Penanganan Pelanggaran
dapat menjadwalkan kembali dengan mempertimbangkan
dugaan pokok pelanggaran dan/atau kondisi wilayah
setempat;
8) Tim Penanganan Pelanggaran menganalisa dan menguji
bukti-bukti dan keterangan saksi-saksi untuk menilai
validitas bukti dan keterangan saksi;
9) Tim Penanganan Pelanggaran menyimpulkan hasil forum
klarifikasi dan pembuktian yang dituangkan dalam berita
acara yang ditandatangani koordinator dan anggota tim,
dan melampirkan dokumen bukti-bukti;
10) Tim Penanganan Pelanggaran menyampaikan berita acara
kepada terduga sebagai pemberitahuan dan kepada
BPSDM untuk ditindaklanjuti selambat-lambatnya 2 hari
kerja setelah penetapan berita acara;
11) Tim Penanganan Pelanggaran mengirimkan Berita Acara
kepada BPSDM melalui jalur berjenjang sebagai berikut:
a) Tim penanganan pelanggaran di tingkat
Kabupaten/Kota menyampaikan berita acara
penanganan pelanggaran kepada TAPM Provinsi untuk
selanjutnya diteruskan ke TAPM Pusat dan BPSDM.
b) Tim penanganan pelanggaran di tingkat Provinsi
menyampaikan berita acara penanganan pelanggaran
kepada TAPM Pusat untuk selanjutnya diteruskan ke
BPSDM.
c) Tim penanganan pelanggaran di tingkat Pusat
menyampaikan berita acara penanganan pelanggaran
kepada BPSDM.
12) BPSDM menelaah hasil rekomendasi penanganan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 62


- 63 -

pelanggaran dari Tim Penanganan Pelanggaran untuk


menyetujui atau tidak menyetujui rekomendasi tersebut;
13) Apabila BPSDM menemukan keraguan, maka BPSDM
menindaklanjuti dengan menugaskan Tim Penanganan
Pelanggaran dari Pusat untuk melakukan klarifikasi ulang;
14) Apabila BPSDM menyetujui rekomendasi tersebut, maka
BPSDM menindaklanjuti dengan menerbitkan keputusan
sesuai rekomendasi hasil klarifikasi, paling lambat 5 (lima)
hari kerja, selanjutnya PPK menindaklanjuti hasil
rekomendasi tersebut paling lambat akhir bulan berjalan;
15) Keputusan BPSDM terhadap kesimpulan Tim Penanganan
Pelanggaran dapat berupa rehabilitasi nama baik atau
sanksi;
16) Keputusan BPSDM bersifat final dan mengikat.

d. Format Undangan Klarifikasi, dan Berita Acara Penanganan


Pelanggaran sebagai berikut:
1) Format Undangan Klarifikasi

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 63


- 64 -

2) Berita Acara Penanganan Pelanggaran

5. Sanksi
a) BPSDM berwenang memberikan sanksi atas pelanggaran atau
rendahnya hasil evaluasi kinerja;
b) Sanksi atas pelanggaran atau rendahnya hasil evaluasi kinerja
berupa:
1) Teguran tertulis;
2) Demosi; atau
3) Pemberhentian sebagai TPP.
c) Sanksi berupa teguran tertulis dijatuhkan terhadap TPP yang
melakukan pelanggaran meliputi:
1) tidak menunjukkan integritas dan keteladanan dalam
sikap, perilaku, ucapan, dan tindakan kepada setiap orang,
baik di pada saat maupun di luar tugas;
2) tidak bersedia ditempatkan di seluruh wilayah kerja yang
ditetapkan oleh Kementerian.
3) tidak mengikuti ketentuan hari dan jam kerja;
4) tidak memberikan kesempatan kepada TPP di bawahnya
untuk mengembangkan kompetensi;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 64


- 65 -

5) tidak menghormati serta menjunjung tinggi tata nilai dan


adat istiadat yang berlaku di masyarakat Desa;
6) tidak memiliki keinginan, kehendak, komitmen yang kuat
untuk memfasilitasi Pemerintah Desa, BPD dan masyarakat
Desa secara mandiri dalam menemukenali dan
memecahkan masalah pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa;
7) tidak jujur dan proaktif memberikan informasi yang akurat,
terkini, dan lengkap tentang Pembangunan Desa dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa kepada Pemerintah Desa,
BPD dan masyarakat Desa;
8) tidak membangun upaya kebersamaan, kemitraan dan
persatuan serta tidak memicu munculnya konflik,
perpecahan, provokasi dan diskriminasi;
9) tidak berupaya menyelesaikan konflik serta menangani
pengaduan melalui cara musyawarah yang transparansi
dan akuntabel untuk pencapaian konsensus; dan
10) tidak memiliki keberpihakan dan kepedulian yang tinggi
kepada ketidakberdayaan kelompok marginal dan rentan.
d) Sanksi berupa Demosi dijatuhkan terhadap TPP dengan hasil
evaluasi kinerja C sebanyak 3 kali dalam kurun waktu < 12
bulan terakhir atau pelanggaran sedang meliputi:
1) memaksakan kehendak atas suatu usulan kegiatan dalam
perencanaan Pembangunan Desa selama melaksanakan
tugas pendampingan;
2) tidak mengutamakan kepentingan tugas daripada
kepentingan pribadi, seseorang, dan/atau golongan;
3) tidak melaksanakan dan mengawal setiap kebijakan
Kementerian;
4) tidak menghindarkan diri dari berbagai kepentingan
pribadi/ kelompok/ golongan yang dapat mempengaruhi
kualitas pendampingan;
5) bertindak sebagai pemborong, suplier, perantara
perdagangan, maupun menunjuk salah satu suplier atau
berfungsi sebagai perantara yang dapat menimbulkan
konflik kepentingan di wilayah dampingannya serta
membantu secara teknis pembuatan laporan
pertanggungjawaban Desa; dan
6) bertindak sebagai juru bayar, menerima titipan uang, atau
merekayasa pembayaran atau administrasi atas Pemerintah
Desa.
e) Sanksi berupa Pemberhentian sebagai TPP dijatuhkan terhadap
TPP dengan hasil evaluasi kinerja D sebanyak 3 kali dalam
kurun waktu < 12 bulan terakhir atau pelanggaran berat meliputi:
1) tidak setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Kementerian;
2) melakukan rekayasa APB Desa untuk kepentingan pribadi,
keluarga atau kelompok;
3) menyalahgunakan atribut Kementerian untuk kepentingan
lain di luar kepentingan Kementerian dan pendampingan
masyarakat Desa;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 65


- 66 -

4) melakukan tindakan tercela dan bertentangan dengan


norma kesusilaan yang dapat mencemarkan nama baik
Kementerian;
5) menyalahgunakan data dan/atau informasi yang dimiliki
untuk hal-hal di luar tugas dan dapat merugikan
kepentingan masyarakat Desa;
6) memalsukan data, informasi dan dokumen pendampingan;
7) melakukan tindakan pidana, kekerasan fisik, psikis dan
seksual;
8) menggunakan dan mengedarkan Narkoba;
9) menyebarkan fitnah, hasutan, propaganda dan/atau
provokasi negatif;
10) menyebarkan provokasi negatif terhadap kebijakan
kementerian dan pelaksanaan pendampingan masyarakat
desa;
11) menyalahgunakan posisi untuk mendapatkan keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri dan/atau orang lain;
12) meminta dan menerima uang, barang, dan/atau imbalan atas
pekerjaan dan/atau kegiatan dalam melaksankan tugas
pokok dan fungsinya sebagai pendamping;
13) membiarkan dan menutupi proses penyimpangan yang
terjadi secara sengaja dalam pelaksanaan Pembangunan
Desa yang mengakibatkan kerugian masyarakat dan
negara; dan
14) menjabat dalam kepengurusan partai politik.
f) Sanksi atas pelanggaran dijatuhkan berdasarkan rekomendasi
dari tim penanganan pelanggaran setelah dilakukan klarifikasi
dan pembuktian.
g) Sanksi atas rendahnya hasil evaluasi kinerja dijatuhkan
berdasarkan:
1) Rekomendasi dari koordinator TAPM Kabupaten/Kota yang
disampaikan kepada BPSDM melalui koordinator TAPM
Provinsi dan koordinator TAPM Pusat, untuk sanksi atas
rendahnya hasil evaluasi kinerja PD dan PLD.
2) Rekomendasi dari koordinator TAPM Provinsi yang
disampaikan kepada BPSDM melalui koordinator TAPM
Pusat, untuk sanksi atas rendahnya hasil evaluasi kinerja
TAPM Kabupaten/Kota.
3) Rekomendasi dari koordinator TAPM Pusat yang
disampaikan kepada BPSDM melalui Kepala Pusat
Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi, untuk sanksi atas rendahnya
hasil evaluasi kinerja TAPM Provinsi.
4) Rekomendasi dari Kepala Pusat Pengembangan
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi, untuk sanksi atas rendahnya hasil evaluasi
kinerja TAPM Pusat.
h) Dalam hal tidak ditemukan keragugan atas rekomendasi sanksi
sebagaimana dimaksud pada poin f, TAPM Provinsi, TAPM Pusat,
dan/atau Kepala Pusat Pengembangan Pemberdayaan
Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
mengeluarkan surat pengantar rekomendasi.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 66


- 67 -

i) Dalam hal ditemukan keragugan atas rekomendasi sanksi


sebagaimana dimaksud pada poin f, TAPM Provinsi, TAPM Pusat,
dan/atau Kepala Pusat Pengembangan Pemberdayaan
Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi dapat
mengkaji dan mengeluarkan surat pengantar rekomendasi berisi
catatan hasil kajian dan klarifikasi.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 67


- 68 -

BAB IV
PENGELOLAAN TENAGA PENDAMPING PROFESIONAL

A. Kualifikasi TPP
1. Kualifikasi Umum:
a. Warga Negara Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta setia dan taat pada Pancasila, UUD 1945,
Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. memiliki kualifikasi pendidikan dan pengalaman kerja bidang
pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa sesuai
persyaratan posisi;
c. tidak tercatat sebagai aparatur sipil negara (pegawai negeri sipil
dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja), anggota TNI,
dan anggota POLRI aktif;
d. tidak tercatat sebagai kepala desa atau perangkat desa;
e. tidak sedang menduduki jabatan politik, dan/atau jabatan di
badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah/badan
usaha milik desa;
f. tidak pernah dipidana dengan pidana penjara berdasarkan
putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara
minimal 5 (lima) tahun atau lebih.
2. Kualifikasi Khusus:
a. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat
1) Kualifikasi Umum
a) pendidikan minimal Strata 1 (S-1) semua bidang ilmu;
b) memiliki pengalaman dalam pengembangan kapasitas
dan pengorganisasian masyarakat;
c) mampu melakukan analisis kebijakan, serta
mendesain implementasi program dan kegiatan;
d) memahami sistem Pembangunan Partisipatif;
e) memahami sistem Pemerintahan Daerah dan
Pemerintahan Desa;
f) memiliki kemampuan memberikan pelatihan dan
pembimbingan mencakup aspek penyusunan modul
sederhana, fasilitasi penyelenggaraan pelatihan,
evaluasi kegiatan pelatihan, serta menguasai
metodologi pendidikan orang dewasa;
g) memiliki kemampuan komunikasi dengan baik secara
lisan dan tulisan;
h) memiliki kemampuan dan sanggup bekerjasama baik
dengan Pemerintah Daerah maupun dengan mitra
Pembangunan Desa lainnya;
i) mampu mengoperasikan komputer paling sedikit
program Office (Word, Excel, Power Point) dan internet;
j) berusia paling sedikit 28 tahun dan paling banyak 50
(lima puluh) tahun terhitung sejak tanggal
pendaftaran.
2) Kualifikasi Khusus
a) memiliki pengalaman kerja dalam bidang
Pembangunan Desa dan atau pemberdayaan
masyarakat paling sedikit 15 (lima belas) tahun bagi
lulusan S-1 atau 13 (tiga belas) tahun bagi lulusan S-2
untuk posisi Koordinator TAPM Pusat;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 68


- 69 -

b) memiliki pengalaman kerja dalam bidang


Pembangunan Desa dan atau pemberdayaan masyarakat
minimal 13 (tiga belas) tahun bagi lulusan S-1 atau 10
(sepuluh) tahun bagi lulusan S-2 untuk posisi Wakil
Koordinator TAPM Pusat;
c) memiliki pengalaman kerja dalam bidang
Pembangunan Desa dan atau pemberdayaan masyarakat
minimal 13 (tiga belas) tahun bagi lulusan S-1 atau 10
(sepuluh) tahun bagi lulusan S-2 untuk posisi
Koordinator Bidang;
d) memiliki pengalaman kerja dalam bidang
Pembangunan Desa dan atau pemberdayaan masyarakat
minimal 12 (dua belas) tahun bagi lulusan S-1 atau 10
(sepuluh) tahun bagi lulusan Strata 2 (S-2) tahun untuk
posisi Koordinator Provinsi;
e) memiliki pengalaman kerja dalam bidang
Pembangunan Desa dan atau pemberdayaan masyarakat
minimal 7 (enam) tahun bagi lulusan Strata 1 (S-1)
dan 3 (tiga) tahun bagi lulusan Strata 2 (S-2) untuk
posisi koordinator TPP Kabupaten/kota;
f) memiliki pengalaman kerja dalam bidang
Pembangunan Desa dan atau pemberdayaan masyarakat
minimal 10 (sepuluh) tahun bagi lulusan S-1 atau 8
(delapan) tahun bagi lulusan S-2 untuk Tenaga
Terampil Penyelia Madya;
g) memiliki pengalaman kerja dalam bidang
Pembangunan Desa dan atau pemberdayaan
masyarakat minimal 7 (tujuh) tahun bagi lulusan S-1
atau 5 (lima) tahun bagi lulusan S-2 untuk Tenaga
Terampil Penyelia Pratama; dan
h) memiliki pengalaman kerja dalam bidang
Pembangunan Desa dan atau pemberdayaan masyarakat
minimal 5 (lima) tahun bagi lulusan Strata
1 (S-1) dan 3 (tiga) tahun untuk Strata 2 (S-2) untuk
Tenaga Terampil Mahir;
b. Pendamping Desa
1) pendidikan minimal Diploma III (D-III) semua bidang ilmu;
2) memiliki pengalaman kerja dalam bidang Pembangunan
Desa dan atau pemberdayaan masyarakat minimal 4
(empat) tahun untuk Diploma III (D-III), 2 (dua) tahun
untuk Strata 1 (S-1);
3) memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
mengorganisasikan pelaksanaan program dan kegiatan di
Desa;
4) memiliki pengalaman dalam pengembangan kapasitas,
kaderisasi dan pengorganisasian masyarakat;
5) memiliki pengalaman dalam melakukan fasilitasi kerjasama
antar lembaga kemasyarakatan di tingkat Desa;
6) memahami sistem Pembangunan Partisipatif dan
Pemerintahan Desa;
7) memiliki kemampuan memberikan pelatihan dan
pembimbingan mencakup aspek fasilitasi penyelenggaraan
pelatihan, fasilitasi kaderisasi dan menguasai metodologi
pendidikan orang dewasa;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 69


- 70 -

8) memiliki kemampuan komunikasi dengan baik secara lisan


dan tulisan;
9) memiliki kemampuan dan sanggup bekerjasama dengan
aparat Pemerintah Desa ;
10) mampu mengoperasikan komputer minimal program Office
(Word, Excel, Power Point) dan internet;
11) berusia minimal 25 (dua puluh lima) tahun dan maksimal 50
(lima puluh) tahun pada saat mendaftar.
c. Pendamping Teknis
1) pendidikan minimal Diploma III (D-III) dari bidang ilmu
sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan;
2) memiliki pengalaman kerja yang relevan dengan program
yang dilaksanakan minimal 4 (empat) tahun untuk Diploma
III (D-III), 2 (dua) tahun untuk Strata 1 (S-1);
3) memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
mengorganisasikan pelaksanaan program dan kegiatan di
Desa;
4) memiliki pengalaman dalam pengembangan kapasitas,
kaderisasi dan pengorganisasian masyarakat;
5) memiliki pengalaman dalam melakukan fasilitasi kerjasama
antar lembaga kemasyarakatan di tingkat Desa;
6) memahami sistem Pembangunan Partisipatif dan
Pemerintahan Desa;
7) memiliki kemampuan memberikan pelatihan dan
pembimbingan mencakup aspek fasilitasi penyelenggaraan
pelatihan, fasilitasi kaderisasi dan menguasai metodologi
pendidikan orang dewasa;
8) memiliki kemampuan komunikasi dengan baik secara lisan
dan tulisan;
9) memiliki kemampuan dan sanggup bekerjasama dengan
aparat Pemerintah Desa;
10) mampu mengoperasikan komputer minimal program Office
(Word, Excel, Power Point) dan internet;
11) berusia minimal 25 (dua puluh lima) tahun dan maksimal
50 (lima puluh) tahun pada saat mendaftar.
d. Pendamping Lokal Desa
1) pendidikan minimal Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
atau sederajat;
2) memiliki pengalaman kegiatan Pembangunan Desa
dan/atau pemberdayaan masyarakat minimal 2 (dua)
tahun;
3) diutamakan memiliki pengalaman sebagai KPMD dengan
tetap memenuhi kualifikasi lainnya;
4) memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
mengorganisasikan pelaksanaan program dan kegiatan di
Desa;
5) memiliki pengalaman dalam pengembangan kapasitas,
kaderisasi dan pengorganisasian masyarakat;
6) memahami sistem Pembangunan Partisipatif dan
Pemerintahan Desa;
7) memiliki kemampuan komunikasi dengan baik secara lisan
dan tulisan;
8) memiliki kemampuan dan sanggup bekerjasama dengan
aparat Pemerintah Desa ;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 70


- 71 -

9) mampu mengoperasikan komputer minimal program Office


(Word, Excel, Power Point) dan internet;
10) berusia usia minimal 25 (dua puluh lima) tahun dan
maksimal 45 (empat puluh lima) tahun pada saat
mendaftar.

B. Lokasi dan Kuota


Lokasi Pendampingan Masyarakat Desa oleh TPP adalah seluruh Desa
penerima Dana Desa pada kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi serta
pengendalian pada skala nasional di tingkat pusat. Jumlah dan nama
Desa penerima Dana Desa setiap tahun berpedoman pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri.
Kuota TPP dari Pusat hingga Desa ditetapkan sebagai kuota maksimal,
dengan memperhatikan jumlah dan karakteristik lokasi Pendampingan
Masyarakat Desa. Pengisian TPP setiap tahun anggaran, disesuaikan
dengan kemampuan pembiayaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) serta kebijakan Pendampingan Masyarakat Desa oleh
Kementerian.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka kuota maksimal TPP
ditetapkan sebagai berikut:
1. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Pusat
Kuota TAPM Pusat ditetapkan berdasarkan ketentuan dalam susunan
organisasi TPP. Untuk itu, kuota TAPM Pusat ditetapkan sebagai
berikut:
Kuota Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Pusat

No Posisi Kuota
1 Koordinator TAPM Pusat 1
2 Wakil Koordinator TAPM Pusat 2
3 Koordinator Bidang 6
4 Tenaga Terampil Penyelia Madya 34
Total Kuota 43

2. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Provinsi


Kuota TAPM Provinsi ditetapkan berdasarkan ketentuan dalam
susunan organisasi TPP, yaitu sesuai kategori Provinsi Kecil, Provinsi
Sedang dan Povinsi Besar. Untuk itu, kuota TAPM Provinsi ditetapkan
sebagai berikut:
Kuota Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Provinsi
Posisi
Kategori Total
No Provinsi Koordinator Tenaga Terampil
Provinsi Provinsi Penyelia Pratama Kuota
1 Aceh Besar 1 8 9
2 Sumatera Utara Besar 1 8 9
3 Sumatera Barat Sedang 1 6 7
4 Riau Sedang 1 6 7
5 Jambi Sedang 1 6 7
Sumatera Sedang
6 1 6 7
Selatan
7 Bengkulu Kecil 1 4 5
8 Lampung Sedang 1 6 7

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 71


- 72 -

Posisi
Kategori Total
No Provinsi Koordinator Tenaga Terampil
Provinsi Kuota
Provinsi Penyelia Pratama
Kepulauan Kecil
9 1 4 5
Bangka Belitung
10 Kepulauan Riau Kecil 1 4 5
11 Jawa Barat Besar 1 8 9
12 Jawa Tengah Besar 1 8 9
Daerah Istimewa Kecil
13 1 4 5
Yogyakarta
14 Jawa Timur Besar 1 8 9
15 Banten Kecil 1 4 5
16 Bali Kecil 1 4 5
Nusa Tenggara Kecil
17 1 4 5
Barat
Nusa Tenggara Besar
18 1 8 9
Timur
Kalimantan Sedang
19 1 6 7
Barat
Kalimantan Sedang
20 1 6 7
Tengah
Kalimantan Sedang
21 1 6 7
Selatan
Kalimantan Kecil
22 1 4 5
Timur
Kalimantan Kecil
23 1 4 5
Utara
24 Sulawesi Utara Sedang 1 6 7
25 Sulawesi Tengah Sedang 1 6 7
26 Sulawesi Selatan Besar 1 8 9
Sulawesi Sedang
27 1 6 7
Tenggara
28 Sulawesi Barat Kecil 1 4 5
29 Gorontalo Kecil 1 4 5
30 Maluku Sedang 1 6 7
31 Maluku Utara Kecil 1 4 5
32 Papua Besar 1 8 9
33 Papua Barat Sedang 1 6 7
Total Kuota 33 190 223

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 72


- 73 -

3. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten/kota


Kuota TAPM Kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan ketentuan dalam
susunan organisasi TPP, yaitu sesuai jumlah kecamatan penerima
Dana Desa di kabupaten/kota bersangkutan. Untuk itu, kuota TAPM
Kabupaten/kota per provinsi, sebagai berikut:

Kuota Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten/kota


Posisi
Tenaga Total
No Provinsi Koordinator
Terampil Kuota
Kabupaten/kota
Mahir
1 Aceh 23 107 130
2 Sumatera Utara 27 131 158
3 Sumatera Barat 14 66 80
4 Riau 10 50 60
5 Jambi 10 50 60
6 Sumatera Selatan 14 66 80
7 Bengkulu 9 45 54
8 Lampung 13 65 78
Kep. Bangka Belitung
9 6 28 34
10 Kepulauan Riau 5 25 30
11 Jawa Barat 19 93 112
12 Jawa Tengah 29 145 174
DI. Yogyakarta
13 4 20 24
14 Jawa Timur 30 148 178
15 Banten 4 20 24
16 Bali 9 35 44
17 Nusa Tenggara Barat 8 38 46
18 Nusa Tenggara Timur 21 103 124
19 Kalimantan Barat 12 60 72
20 Kalimantan Tengah 13 63 76
21 Kalimantan Selatan 11 55 66
22 Kalimantan Timur 7 31 38
23 Kalimantan Utara 4 18 22
24 Sulawesi Utara 12 58 70
25 Sulawesi Tengah 12 60 72
26 Sulawesi Selatan 21 105 126
27 Sulawesi Tenggara 15 75 90
28 Sulawesi Barat 6 28 34
29 Gorontalo 5 25 30
30 Maluku 11 51 62
31 Maluku Utara 9 43 52
32 Papua 29 135 164
33 Papua Barat 12 60 72
Total Kuota 434 2.102 2.536

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 73


- 74 -

5. Pendamping Desa dan Pendamping Teknis Kuota Pendamping Desa

No Provinsi Total Kuota

1 Aceh 983
2 Sumatera Utara 1.081
3 Sumatera Barat 327
4 Riau 366
5 Jambi 317
6 Sumatera Selatan 575
7 Bengkulu 299
8 Lampung 526
9 Kepulauan Bangka Belitung 87
10 Kepulauan Riau 108
11 Jawa Barat 1.288
12 Jawa Tengah 1.536
13 Daerah Istimewa Yogyakarta 134
14 Jawa Timur 1.634
15 Banten 289
16 Bali 141
17 Nusa Tenggara Barat 246
18 Nusa Tenggara Timur 716
19 Kalimantan Barat 431
20 Kalimantan Tengah 331
21 Kalimantan Selatan 394
22 Kalimantan Timur 202
23 Kalimantan Utara 112
24 Sulawesi Utara 348
25 Sulawesi Tengah 414
26 Sulawesi Selatan 608
27 Sulawesi Tenggara 473
28 Sulawesi Barat 157
29 Gorontalo 153
30 Maluku 282
31 Maluku Utara 253
32 Papua 1.298
33 Papua Barat 462
Total Kuota 16.571

5. Kuota Pendamping Teknis ditetapkan berdasarkan kebutuhan


pelaksanaan program dan kegiatan sektoral.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 74


- 75 -

6. Pendamping Lokal Desa


Kuota PLD ditetapkan berdasarkan ketentuan dalam susunan
organisasi TPP. Untuk itu, kuota PLD per provinsi, sebagai berikut:
Kuota Pendamping Lokal Desa

No Provinsi Total Kuota

1 Aceh 1.732
2 Sumatera Utara 1.505
3 Sumatera Barat 291
4 Riau 455
5 Jambi 400
6 Sumatera Selatan 790
7 Bengkulu 385
8 Lampung 687
9 Kepulauan Bangka Belitung 94
10 Kepulauan Riau 84
11 Jawa Barat 1.528
12 Jawa Tengah 2.147
13 Daerah Istimewa Yogyakarta 121
14 Jawa Timur 2.152
15 Banten 355
16 Bali 176
17 Nusa Tenggara Barat 284
18 Nusa Tenggara Timur 864
19 Kalimantan Barat 571
20 Kalimantan Tengah 408
21 Kalimantan Selatan 519
22 Kalimantan Timur 238
23 Kalimantan Utara 132
24 Sulawesi Utara 424
25 Sulawesi Tengah 523
26 Sulawesi Selatan 662
27 Sulawesi Tenggara 553
28 Sulawesi Barat 169
29 Gorontalo 192
30 Maluku 349
31 Maluku Utara 305
32 Papua 1.573
33 Papua Barat 516
Total Kuota 21.184

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 75


- 76 -

C. Rekrutmen/Pengisian TPP
Rekrutmen/pengisian TPP dilaksanakan oleh BPSDM, dengan
berpedoman pada kuota kebutuhan melalui mekanisme sebagai berikut:
1. Perpanjangan Kontrak Kerja
a. Perpanjangan kontrak kerja TPP adalah pengisian posisi TPP
pada setiap awal tahun anggaran, yang berasal dari TPP existing
hingga 31 Desember pada satu tahun anggaran sebelumnya.
b. Proses perpanjangan kontrak meliputi:
1) Penunjukan Pejabat Pengadaan Barang/Jasa (PPBJ).
BPSDM menunjuk PPBJ untuk proses pengadaan TPP pada
semua jenjang, berdasarkan jumlah/kuota kebutuhan
dengan memperhatikan ketersediaan pembiayaan
Pendampingan Masyarakat Desa dari APBN dan hasil
Evaluasi Kinerja TPP.
2) Dalam proses pengadaan barang/jasa sebagaimana poin 1,
PPBJ berpedoman pada peraturan perundangan terkait
dengan proses pengadaan barang/jasa.
3) penetapan hasil evaluasi kinerja TPP oleh kepala BPSDM
selambat-lambatnya pada tanggal 15 Oktober tahun
anggaran berjalan;
4) pengumuman hasil evaluasi kinerja TPP oleh kepala BPSDM
selambat-lambatnya pada tanggal 30 Oktober tahun
anggaran berjalan;
5) hasil Evaluasi Kinerja TPP menghasilkan rekomendasi:
c. TPP dengan nilai Evaluasi Kinerja rata-rata minimal B, dan tidak
pernah mendapatkan teguran tertulis dapat dipertimbangkan
untuk dikontrak kembali;
d. TPP dengan nilai Evaluasi Kinerja rata-rata minimal B, dan
pernah mendapatkan teguran tertulis dapat dipertimbangkan
untuk dikontrak kembali setelah terlebih dahulu dilakukan
klarifikasi dan menunjukkan iktikad baik untuk meningkatkan
kinerja dan tidak melakukan pelanggaran;
e. TPP dengan nilai Evaluasi Kinerja rata-rata C, dapat
dipertimbangkan untuk dikontrak kembali pada jenjang yang
lebih rendah (demosi) setelah terlebih dahulu dilakukan klarifikasi
dan menunjukkan iktikad baik untuk meningkatkan kinerja;
f. Klarifikasi terhadap TPP untuk syarat perpanjangan kontrak
tahun berikutnya, dilakukan sebagai berikut:
1) TPP mendapatkan pemberitahuan hasil Evaluasi Kinerja
melalui aplikasi Daily Report Pendamping Desa;
2) TPP memberikan klarifikasi kepada BPSDM selambat-
lambatnya pada tanggal 15 bulan November tahun berjalan;
3) TPP mendapatkan pembinaan perbaikan kinerja oleh TPP
satu tingkat di atasnya/supervisornya;
4) TPP menunjukkan perbaikan kinerja hingga 30 November
tahun berjalan; dan
5) TPP yang tidak melakukan klarifikasi sesuai waktu yang
diberikan, tidak dapat dikontrak kembali pada tahun
berikutnya.
g. Rekomendasi hasil Evaluasi Kinerja TPP diserahkan kepada
PPBJ untuk dilakukan proses perpanjangan kontrak kerja
selambat-lambatnya 31 Desember tahun anggaran berjalan;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 76


- 77 -

h. BPSDM menindaklanjuti dengan penandatanganan kontrak


kerja antara PPK dengan TPP, serta menerbitkan Surat Perintah
Melaksanakan Tugas selambat-lambatnya pada tanggal 9
Januari setiap tahun anggaran.
2. Rekrutmen Baru
Rekrutmen baru TPP dilaksanakan oleh BPSDM untuk mengisi
kekosongan TPP di wilayah tertentu, atau mengisi tambahan kuota TPP
di wilayah tertentu. Rekrutmen Baru dilaksanakan dengan tahapan:
a. Pembentukan Tim Seleksi
Tim seleksi yang dibantu tim teknis dari Aparatur Sipil Negara
(ASN) Kementerian bertugas melakukan rekutmen TPP. Tim
seleksi TPP diatur sebagai berikut:
1) tim seleksi dibentuk oleh Menteri untuk formasi minimal 40
TPP pada masing-masing jenjang.
2) tim seleksi TPP ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
3) tim seleksi TAPM Pusat berjumlah paling banyak 7 (tujuh)
orang yang terdiri atas unsur:
a) pejabat eselon 1 Kementerian;
b) pejabat eselon 2 Kementerian; dan
c) Perguruan Tinggi.
4) tim seleksi TAPM Provinsi, TAPM Kabupaten/kota, PD dan
PLD, berjumlah paling banyak 7 (tujuh) orang yang terdiri
atas unsur:
a) Perguruan Tinggi yang ada di Provinsi lokasi seleksi
rekrutmen;
b) ASN Kementerian; dan
c) TAPM Pusat.
5) Ketua dan anggota tim seleksi ditetapkan oleh Menteri;
6) Tim seleksi TAPM Provinsi, TAPM Kabupaten/kota, PD dan
PLD, dapat dibentuk lebih dari 1 (satu) tim berdasarkan
zona sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan anggaran;
7) Dalam hal formasi TPP kurang dari 40 untuk masing-
masing jenjang, Tim Seleksi ditetapkan oleh Menteri secara
khusus.
b. Penetapan Kuota
1) kuota adalah jumlah kekosongan rill posisi TPP yang akan
diisi; dan
2) kuota ditetapkan oleh BPSDM dengan memperhatikan
ketersediaan pembiayaan Pendampingan Masyarakat Desa
dari APBN.
c. Pengumuman
Tim Seleksi mengumumkan rekrutmen baru TPP melalui media
online/offline nasional dan/atau lokal selambat-lambatnya 5
(lima) hari kerja sebelum dimulainya penerimaan lamaran.
d. Pendaftaran
Pendaftaran dilakukan secara online melalui situs
https://www.kemendesa.go.id dengan batas waktu pengiriman
berkas lamaran calon TPP paling lama 7 (tujuh) hari kerja,
terhitung sejak tanggal dimulainya penerimaan lamaran dan
ditutup pada pukul 24.00 hari terakhir.
e. Proses Seleksi
1) seleksi administratif adalah penelitian kesesuaian
kualifikasi pelamar terhadap formasi yang dilamar untuk

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 77


- 78 -

menghasilkan sebanyak-banyaknya 600% pelamar dari


jumlah formasi yang tersedia;
2) seleksi tertulis meliputi tes kemampuan akademik, tes
wawasan kebangsaan, tes psikologi, dan tes kemampuan
teknis pendampingan untuk menghasilkan sebanyak-
banyaknya 300% pelamar dari jumlah formasi yang
tersedia;
3) seleksi wawancara dilakukan untuk menghasilkan 100%
Pelamar Lulus Ditempatkan dan sebanyak-banyaknya
200% Pelamar Lulus Cadangan dari jumlah formasi yang
tersedia;
4) pelamar lulus di tempatkan dapat ditugaskan sesuai
formasi;
5) pelamar lulus cadangan dapat ditugaskan apabila terdapat
kekosongan formasi dengan mempertimbangkan masa
tunggu dan kesediaan pelamar lulus cadangan; dan
6) Masa tunggu pelamar lulus cadangan maksimal 2 (dua)
tahun, terhitung sejak penetapan berita acara hasil seleksi.
f. Penetapan Hasil Seleksi
1) Penetapan hasil seleksi dilakukan selambat-lambatnya 60
hari kerja sejak penutupan waktu pendaftaran seleksi;
2) Hasil seleksi merupakan kewenangan penuh Tim Seleksi
dan tidak dapat diganggu gugat;
3) Tim Seleksi melaporkan hasil seleksi kepada Menteri
melalui Kepala BPSDM;
4) Kepala BSDM menetapkan hasil seleksi berdasarkan
persetujuan Menteri; dan
5) Hasil seleksi diumumkan melalui situs resmi Kementerian.
g. Kontrak Kerja dan Penugasan
1) BPSDM menerbitkan Keputusan Penetapan TPP untuk
ditandaklanjuti oleh PPK dengan menandatangani kontrak
kerja dan menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Tugas
untuk Pelamar Lulus Ditempatkan;
2) BPSDM menindaklanjuti Pelamar Lulus Cadangan untuk
ditempatkan sesuai kebutuhan Kementerian dan kesediaan
pelamar.
h. Pelatihan dan Pembekalan
1) Pelatihan Pratugas dan On the Job Training wajib diikut
oleh:
a) Pelamar Lulus Ditempatkan PLD, PD, dan/atau PT.
b) Pelamar Lulus Cadangan PLD, PD, dan/atau PT yang
akan ditempatkan wajib mengikuti pelatihan pratugas
dan/atau on the job training.
2) Pembekalan wajib diikuti oleh TAPM Kabupaten/Kota,
TAPM Provinsi, dan TAPM Pusat.

D. Kontrak Kerja
1. Kontrak kerja TPP dilakukan secara individual dengan PPK BPSDM;
2. PPK melakukan kontrak kerja dengan TPP diikuti dengan penerbitan
Surat Perintah Melaksanakan Tugas berdasarkan Surat Keputusan
Kepala BPSDM;
3. Kontrak kerja menjadi ikatan perjanjian kerja antara Kementerian
dengan individu TPP;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 78


- 79 -

4. Kontrak kerja memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak,


termasuk sanksi-sanksi serta ketentuan lainnya;
5. Masa berlaku kontrak kerja TPP terhitung sejak tanggal
penandatangan kontrak hingga 31 Desember pada tahun anggaran
berjalan, dan dapat dilakukan perpanjangan kontrak kerja pada
tahun berikutnya berdasarkan hasil Evaluasi Kinerja TPP;
6. Dokumen elektronik kontrak kerja harus disimpan TPP di Loker
Elektronik TPP di http://sipemberdayaandesa.kemendesa.go.id
7. Kontrak kerja sewaktu-waktu dapat diputus atau dibatalkan, sesuai
ketentuan dalam Petunjuk Teknis ini, ketentuan-ketentuan yang
diatur dalam kontrak kerja, serta kebijakan Kementerian.

E. Hari dan Jam Kerja


Ketentuan Hari dan Jam Kerja TPP dijelaskan sebagaimana tabel berikut:
Jenjang TPP Hari dan jam kerja
TAPM Pusat a. Mengikuti hari kerja Kementerian.
b. 140 jam/bulan.
TAPM Provinsi a. Mengikuti hari kerja Pemerintah Provinsi setempat.
b. 140 jam/bulan.
TAPM a. Mengikuti hari kerja Pemerintah Kabupaten/Kota
Kab/Kota setempat.
b. 140 jam/bulan.
PD/PT a. Hari dan jam kerja dapat disesuaikan dengan agenda
kegiatan pemerintah desa dan masyarakat desa.
b. 140 jam/bulan.
PLD a. Hari dan jam kerja dapat disesuaikan dengan agenda
kegiatan pemerintah desa dan masyarakat desa.
b. 140 jam/bulan.

F. Pembayaran Honor dan Tunjangan


1. Honor dan tunjangan terdiri atas:
a. honorarium;
b. bantuan biaya operasional; dan
c. asuransi.
2. Pembayaran Honorarium, Bantuan Biaya Operasional dan Asuransi
a. TPP berhak mendapatkan honorarium, bantuan biaya
operasional dan asuransi;
b. besaran honorarium, bantuan biaya operasional dan asuransi
TPP sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. khusus Pendamping Teknis (PT), besaran honorarium, bantuan
biaya operasional dan asuransi disetarakan dengan Pendamping
Desa (PD);
d. pembayaran honorarium TPP dilakukan setiap bulan dari Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) ke rekening individu
TPP secara lumpsum (LS).
e. bantuan biaya operasional dibayarkan dari Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) ke rekening individu TPP sesuai
tingkat kehadiran (hari dan jam kerja).
f. pembayaran asuransi dilakukan oleh PPK bekerja sama dengan
BPJS Ketenagakerjaan yang merujuk pada perjanjian kerja
bersama antara BPSDM dengan BPJS Ketenagakerjaan;
g. pembayaran honorarium, bantuan biaya operasional dan
asuransi TPP dilakukan setelah terpenuhinya syarat-syarat,
yaitu:

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 79


- 80 -

1) dokumen kontrak kerja yang telah ditandatangani;


2) fotocopy rekening bank yang aktif;
3) fotocopy NPWP;
4) Laporan Bulanan dari aplikasi Daily Report Pendamping
Desa dan sudah disimpan di Loker Elektronik Pendamping
di http://sipemberdayaandesa.kemendesa.go.id;
5) TPP yang bertugas di lokasi-lokasi yang tidak tersedia
dan/atau sulit mengakses jaringan internet tetap
menggunakan aplikasi Daily Report Pendamping Desa,
dengan ketentuan berikut:
a) TPP wajib melaporkan pelaksanaan tugas dan fungsi
sehari-hari ke dalam aplikasi Daily Report Pendamping
Desa secara offline;
b) TPP melakukan sinkron Daily Report Pendamping Desa
selambat-lambatnya sekali dalam sebulan pada
minggu pertama bulan berikutnya;
c) Laporan Bulanan dari aplikasi Daily Report
Pendamping Desa disimpan di Loker Elektronik
Pendamping di
http://sipemberdayaandesa.kemendesa.go.id;
d) Koordinator Kabupaten/Kota melaporkan data diri TPP
tersebut kepada BPSDM; dan
e) kepala BPSDM memerintahkan PPK untuk
melaksanakan pembayaran sesuai dengan surat
Koordinator Kabupaten/kota dengan tetap
mempertimbangkan laporan bulanan TPP.
h. pembayaran honorarium, bantuan biaya operasional dan
asuransi TPP disesuaikan dengan bukti-bukti administrasi yang
diterima oleh PPK BPSDM, dengan ketentuan jika TPP tidak
dapat membuktikan kebenaran bukti-bukti yang disampaikan,
maka PPK berkewajiban memberikan teguran lisan dan tertulis,
serta penerapan sanksi sebagaimana diatur dalam petunjuk
teknis ini;
i. hal-hal lain tentang syarat pembayaran hak honorarium,
bantuan biaya operasional dan asuransi TPP berpedoman pada
kontrak kerja, dan ketentuan-ketentuan lainnya yang
diterbitkan oleh Kementerian.

G. Kunjungan Lapangan
1. Kunjungan Lapangan TAPM Kabupaten/kota, PD, PT, dan PLD
a. pembiayaan kunjungan lapangan bagi TPP Kabupaten/kota, PD,
Pendamping Teknis, dan PLD merupakan bagian dari komponen
bantuan biaya operasional yang diterima secara lumpsum;
b. pertanggungjawaban kunjungan lapangan wajib dibuktikan
dengan adanya laporan hasil kunjungan lapangan dan bukti
dokumentasi yang berisi informasi geotagging di dalam Daily
Report Pendamping Desa ;
c. setiap TAPM Kabupaten/kota wajib melakukan kunjungan
lapangan ke kecamatan dan Desa dalam lingkup
kabupaten/kota lokasi tugas selama minimal 8 (delapan) hari
dalam 1 (satu) bulan;
d. setiap PD dan Pendamping Teknis wajib melakukan kunjungan
lapangan ke Desa-desa dalam lingkup kecamatan lokasi tugas
selama minimal 10 (sepuluh) hari dalam 1 (satu) bulan;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 80


- 81 -

e. setiap PLD wajib mengunjungi Desa-desa sesuai lokasi


penugasan selama minimal 15 (lima belas) hari dalam 1 (satu)
bulan;
f. Kunjungan lapangan yang dilakukan TAPM Kabupaten/Kota,
PD, PT dan PLD dipantau dan disupervisi oleh TPP di
atasnya/supervisornya; dan
g. TAPM Kabupaten/kota, PD, PT, dan PLD yang tidak memenuhi
jumlah hari kunjungan lapangan sebagaimana diwajibkan, akan
diberi sanksi sesuai aturan Petunjuk Teknis ini yang dicatatkan
dalam Daily Report Pendamping Desa.
2. Kunjungan Lapangan TAPM Provinsi
a. kunjungan lapangan TAPM Provinsi yang selanjutnya disebut
perjalanan dinas dilakukan dalam rangka pemantauan dan
evaluasi ke kabupaten/kota, kecamatan dan Desa di lokasi
tugas
b. kunjungan lapangan TAPM Provinsi juga dapat dilakukan dalam
rangka menjalankan penugasan BPSDM;
c. kunjungan lapangan wajib dicatatkan di Daily Report Pendamping
Desa, disertai bukti dokumentasi yang berisi informasi geotagging;
dan
d. pembiayaaan perjalanan dinas dilakukan secara at cost dengan
berpedoman pada ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
3. Kunjungan Lapangan TAPM Pusat
a. kunjungan lapangan TAPM Pusat yang selanjutnya disebut
perjalanan dinas dilakukan dalam rangka pemantauan dan
evaluasi ke provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan Desa di
seluruh Indonesia;
b. kunjungan lapangan TAPM Pusat juga dapat dilakukan dalam
rangka menjalankan penugasan BPSDM;
c. kunjungan lapangan wajib dicatatkan di Daily Report
Pendamping Desa, disertai bukti dokumentasi yang berisi
informasi geotagging;
d. pembiayaaan perjalanan dinas dilakukan secara at cost dengan
berpedoman pada ketentuan perundang-undangan yang
berlaku; dan
e. pengelolaan perjalanan dinas TAPM Pusat dilakukan oleh
BPSDM melalui PPK.

H. Cuti dan Izin


1. Cuti Tahunan
TPP yang telah dikontrak berhak mendapatkan cuti tahunan
maksimal 12 (dua belas) hari kerja selama 1 (satu) tahun. Hak Cuti
tahunan dapat digunakan setelah TPP bekerja sekurang-kurangnya 3
(tiga) bulan. Sisa cuti tahunan tidak dapat diakumulasikan pada
tahun berikutnya.
Segala bentuk izin meninggalkan tugas dengan alasan lain di luar
sakit dengan keterangan dokter dapat dikonversikan dengan
perhitungan jumlah hari cuti tahunan kepada BPSDM melalui PPK.
Pelaksanaan cuti tahunan tidak mempengaruhi perhitungan
pembayaran honorarium dan bantuan biaya operasional TPP.
Setelah mendapatkan persetujuan cuti, TPP bersangkutan wajib
melakukan serah terima pekerjaan kepada TPP di wilayahnya.
2. Cuti Melahirkan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 81


- 82 -

TPP Perempuan berhak atas cuti melahirkan paling lama 3 bulan


berturut-turut mulai dari sebelum maupun setelah melahirkan.
Selama melaksanakan cuti melahirkan, TPP bersangkutan tetap
memperoleh hak atas honorarium, namun tanpa bantuan biaya
operasional.
TPP mengajukan cuti melahirkan kepada PPK BPSDM paling sedikit
14 hari sebelum pelaksanaan cuti. Setelah mendapatkan
persetujuan, TPP bersangkutan wajib melakukan serah terima
pekerjaan kepada TPP di wilayahnya.

3. Cuti Ibadah
TPP yang akan melaksanakan cuti Ibadah (Haji, umroh, dan
lainnya) berhak mendapatkan cuti. Selama melaksanakan cuti
Ibadah, TPP tetap berhak mendapatkan honorarium, namun tanpa
menerima bantuan biaya operasional. Apabila cuti melebihi 30 hari,
maka bantuan biaya operasional selama 1 bulan tidak diberikan.
TPP mengajukan cuti Ibadah kepada PPK BPSDM sekurang-
kurangnya 14 hari sebelum pelaksanaan cuti. Setelah mendapatkan
persetujuan, TPP bersangkutan wajib melakukan serah terima
pekerjaan kepada TPP di wilayahnya.
4. Cuti Khusus
a. TPP dapat mengajukan cuti khusus karena alasan pribadi,
mendesak, dan/atau membutuhkan waktu panjang.
b. Cuti khusus hanya dapat diajukan setelah TPP bekerja
sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan.
c. Cuti khusus dapat diberikan paling paling lama 3 (tiga) bulan.
d. TPP dapat mengajukan cuti khusus paling banyak 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) tahun.
e. TPP mengajukan cuti khusus kepada PPK BPSDM sekurang-
kurangnya 14 hari sebelum pelaksanaan cuti. Setelah
mendapatkan persetujuan, TPP bersangkutan wajib melakukan
serah terima pekerjaan kepada TPP di wilayahnya.
f. PPK BPSDM dapat memberikan persetujuan atau penolakan
terhadap permohonan cuti khusus TPP dengan
mempertimbangkan hasil Evaluasi Kinerja, bukti alasan
permohonan cuti khusus, volume pekerjaan, dan kondisi lokasi
tugas TPP.
g. TPP yang melaksanakan cuti khusus tidak memiliki kewajiban
melaksanakan tugas dan tidak mendapatkan hak atas
honorarium dan bantuan biaya operasional.
5. Cuti Sakit
Setiap TPP dapat mengajukan cuti meninggalkan tugas karena
menderita sakit yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter.
Selama melaksanakan izin sakit, TPP dimaksud tetap mendapatkan
hak atas honorarium dan bantuan biaya operasional. Pengaturan
izin sakit diatur sebagai berikut:
a. apabila dalam satu bulan TPP dimaksud masih dapat
melaksanakan tugas selama minimal 13 hari kerja, maka yang
bersangkutan tetap mendapatkan hak atas honorarium secara
penuh dan bantuan biaya operasional sesuai tingkat kehadiran
(hari dan jam kerja).
b. apabila dalam satu bulan TPP dimaksud masih dapat
melaksanakan tugas selama kurang dari 13 hari kerja, maka
yang bersangkutan hanya mendapatkan hak atas honorarium

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 82


- 83 -

secara penuh, namun tidak mendapatkan bantuan biaya


operasional;
c. apabila setelah 30 hari, TPP bersangkutan masih dinyatakan
sakit berdasarkan keterangan dokter/rumah sakit dan
membutuhkan perawatan lanjutan, maka yang bersangkutan
tidak berhak mendapatkan honorarium dan bantuan biaya
operasional; dan
d. apabila setelah 3 (tiga) bulan, TPP dinyatakan masih sakit dan
berdasarkan surat keterangan dokter yang mengakibatkan tidak
bisa melaksanakan tugas, maka yang bersangkutan dinyatakan
mengundurkan diri.
6. Izin Karena Alasan Penting
a. TPP dapat mengajukan izin karena alasan penting apabila:
1) TPP yang bersangkutan melangsungkan hajatan
Pernikahan;
2) Ibu, bapak, istri atau suami, anak, adik, kakak, mertua
atau menantu sakit atau meninggal dunia;
3) Ibu, bapak, mertua, anak, atau saudara melangsungkan
hajatan pernikahan atau hajatan lainnya;
4) TPP yang bersangkutan sedang mengurus surat atau
dokumen penting yang tidak dapat diwakilkan;
5) TPP yang bersangkutan mendapat panggilan persidangan
dan pemeriksaan oleh pihak yang berwajib; dan
6) TPP yang bersangkutan mendapatkan undangan dan/atau
mengikuti Seminar, whorkshop, pelatihan dan lainnya oleh
Lembaga/Kementeri/instansi pemerintah/instansi Swasta,
BUMN, BUMD, BUMDes dan BUMDes Bersama, dan
organisasi kemasyarakatan.
b. izin karena alasan penting diberikan paling lama 6 (enam) hari
kerja.
c. Izin karena alasan penting harus mendapat persetujuan tertulis
dari supervisor dan dilaporkan kepada PPK BPSDM.
d. Selama melaksanakan izin karena alasan penting, TPP
dimaksud tetap mendapatkan hak atas honorarium dan
bantuan biaya operasional.

I. Pengendalian dan Evaluasi Kinerja


1. Pelaporan
a. Laporan Kelembagaan
1) Laporan Kelembagaan TAPM Kabupaten/kota
a) laporan kelembagaan/program TAPM Kabupaten/kota
disusun oleh Koordinator Kabupaten/Kota, yang terdiri
atas laporan triwulan dan laporan tahunan. Laporan-
laporan tersebut merupakan dokumen yang memuat
capaian kinerja Pendampingan Masyarakat Desa
sesuai tugas pokok dan fungsi TAPM Kabupaten/kota.
Materi laporan sebagai berikut:
(1) laporan triwulan, minimal mencakup progres
pencairan, penyaluran, dan pemanfaatan dana
Desa, ketersediaan TPP lingkup Kabupaten/kota
sampai Desa, kendala, masalah, dan rekomendasi
pelaksanaan pendampingan; dan
(2) laporan tahunan, adalah laporan akhir tahun
pelaksanaan Pendampingan Masyarakat Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 83


- 84 -

yang minimal mencakup progres dana Desa,


ketersediaan TPP lingkup Kabupaten/kota sampai
Desa, kendala, masalah, dan rekomendasi
pelaksanaan pendampingan, serta analisis
Pendampingan Masyarakat Desa pada lingkup
kabupaten/kota selama 1 (satu) tahun anggaran.
b) softcopy laporan-laporan tersebut disampaikan kepada
Koordinator TAPM Provinsi, dan disimpan di Loker
Elektronik Pendamping Desa di
http://sipemberdayaandesa.kemendesa.go.id; dan
c) penyampaian laporan TAPM Kabupaten/kota untuk
satu bulan sebelumnya disampaikan paling lambat
tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya, sedangkan
laporan tahunan disampaikan paling lambat pada
tanggal 31 Desember tahun anggaran berjalan.
2) Laporan Kelembagaan TAPM Provinsi
a) Laporan kelembagaan TAPM Provinsi disusun oleh
Koordinator Provinsi, yang terdiri atas laporan triwulan
dan laporan tahunan. Laporan-laporan tersebut
merupakan dokumen yang memuat capaian kinerja
Pendampingan Masyarakat Desa sesuai tugas pokok dan
fungsi TAPM Provinsi. Materi laporan sebagai berikut:
(1) laporan triwulan, minimal mencakup progres
pencairan, penyaluran, dan pemanfaatan dana
Desa, ketersediaan TPP lingkup provinsi sampai
Desa, kendala, masalah, dan rekomendasi
pelaksanaan pendampingan; dan
(2) laporan tahunan, adalah laporan akhir tahun
pelaksanaan Pendampingan Masyarakat Desa
yang minimal mencakup progres dana Desa,
ketersediaan TPP lingkup provinsi sampai Desa,
kendala, masalah, dan rekomendasi pelaksanaan
pendampingan, serta analisis Pendampingan
Masyarakat Desa pada lingkup provinsi selama 1
(satu) tahun anggaran.
b) softcopy laporan-laporan dimaksud disampaikan
kepada BPSDM melalui Koordinator TAPM Pusat
dengan tembusan kepada satuan kerja Dekonsentrasi
dan disimpan di Loker Elektronik Pendamping Desa di
http://sipemberdayaandesa.kemendesa.go.id; dan
c) penyampaian laporan kelembagaan/program TAPM
Provinsi untuk satu bulan sebelumnya disampaikan
paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya,
sedangkan laporan tahunan disampaikan paling
lambat tanggal 31 Desember tahun anggaran berjalan.
3) Laporan Kelembagaan TAPM Pusat
a) laporan kelembagaan/program TAPM Pusat disusun
oleh Koordinator TPP Pusat, terdiri atas laporan triwulan
dan laporan tahunan. Laporan-laporan tersebut
merupakan dokumen yang memuat capaian kinerja
Pendampingan Masyarakat Desa sesuai tugas pokok dan
fungsi TAPM Pusat. Materi laporan sebagai berikut:

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 84


- 85 -

(1) laporan triwulan, minimal mencakup progres


pencairan, penyaluran, dan pemanfaatan dana
Desa, ketersediaan TPP secara nasional, kendala,
masalah, dan rekomendasi pelaksanaan
pendampingan; dan
(2) laporan tahunan, adalah laporan akhir tahun
pelaksanaan Pendampingan Masyarakat Desa
secara nasional yang minimal mencakup progres
pencairan, penyaluran, dan pemanfaatan dana
Desa, ketersediaan, kendala, masalah, dan
rekomendasi pelaksanaan pendampingan, serta
analisis Pendampingan Masyarakat Desa pada
skala nasional.
b) softcopy laporan-laporan dimaksud disampaikan
kepada BPSDM dan disimpan di Loker Elektronik
Pendamping Desa di
http://sipemberdayaandesa.kemendesa.go.id; dan
c) penyampaian laporan kelembagaan/program TAPM
Pusat utuk satu bulan sebelumnya disampaikan paling
lambat pada tanggal 3 (tiga) bulan berikutnya, laporan
tahunan disampaikan paling lambat tanggal 31
Desember tahun anggaran berjalan.
b. Laporan Individu
1) setiap TPP wajib melaporkan pelaksanaan tugas dan
fungsinya dalam Pendampingan Masyarakat Desa;
2) laporan TPP dibuat dengan menggunakan aplikasi Daily
Report Pendamping Desa pada SID, yang dikelola oleh
Kementerian;
3) setiap TPP bertanggungjawab terhadap kebenaran isi
laporan termasuk bukti-bukti pendukungnya;
4) TPP wajib menjalankan instruksi Kementerian yang
disampaikan melalui Info (pengumuman) dalam Daily
Report Pendamping Desa;
5) laporan sehari-hari TPP yang bersumber dari Daily Report
Pendamping Desa menjadi Laporan Bulanan;
6) TPP wajib melakukan evaluasi mandiri atas hasil Laporan
Bulanan, dan melakukan perbaikan kinerja secara mandiri,
berkelompok, maupun menyampaikan kebutuhan
pembinaan lebih lanjut;
7) TPP menuliskan kegiatan dari tanggal 1 (satu) hingga
tanggal terakhir bulan berjalan;
8) TPP dapat memperbaiki kesalahan pelaporan selambat-
lambatnya pada tanggal 3 bulan berikutnya;
9) pada tanggal 4 bulan berikutnya Laporan Bulanan serta
Rekap Laporan Bulanan tersusun secara otomatis dari
Daily Report Pendamping Desa;
10) Laporan Bulanan dapat diperoleh TPP dengan mengunduh
di Daily Report Pendamping Desa yang berisi sekurang-
kurangnya:
a) Identitas TPP;
b) Waktu kerja TPP dalam sebulan;
c) Skor Evaluasi Kinerja; dan
d) Rincian kegiatan sehari-hari TPP.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 85


- 86 -

11) TPP menyimpan seluruh Laporan Bulanan dan dokumen


penting lainnya dalam Loker Elektronik TPP di SID menu
http://sipemberdayaandesa.kemendesa.go.id;
12) PPK mendapatkan Rekap Laporan Bulanan yang sekurang-
kurangnya berisikan jam kerja masing-masing TPP dari
Daily Report Pendamping Desa;
13) rekap Laporan Bulanan atau laporan bulanan masing-
masing TPP menjadi dasar bagi PPK untuk mencairkan honor
TPP, kecuali ada informasi lain yang menghapuskan
kewajiban pencairan honor TPP tersebut;
14) rekap Laporan Bulanan dan analisis Daily Report
Pendamping Desa digunakan BPSDM untuk:
a) memberikan teguran kepada TPP yang bekerja di
bawah waktu kerja minimal 140 Jam per bulan;
b) memberikan teguran kepada TPP yang memberikan
laporan palsu dalam Daily Report Pendamping Desa;
dan
c) menelaah lebih lanjut TPP yang bekerja di bawah
waktu kerja minimal, mendapatkan masalah dalam
menjalankan kegiatan, atau membutuhkan bimbingan
untuk pengembangan inovasi kegiatan di lapangan.
15) BPSDM dapat melakukan supervisi lapangan dalam rangka
penelaahan TPP sesuai rekomendasi dari Daily Report
Pendamping Desa periode tanggal 10-25 setiap bulan;
16) hasil supervisi menjadi bahan penilaian Evaluasi Kinerja,
dan dimasukkan ke dalam Daily Report Pendamping Desa.
Informasi hasil supervisi bersifat rahasia;
17) TPP 1 (satu) jenjang di atasnya/supervisor wajib
memberikan Evaluasi Kualitatif terhadap Laporan Bulanan
TPP, dan dimasukkan ke dalam Daily Report Pendamping
Desa. Penilaian tersebut bersifat tertutup dan hanya bisa
diketahui oleh Menteri atau pejabat yang diberikan
kewenangan;
18) Evaluasi Kualitatif dengan total skor maksimal 100, terdiri
atas:
a) Loyalitas terhadap pekerjaan (skor 0-20);
(1) 0-5 Kurang
(2) 6-10 Cukup
(3) 11-15 Baik
(4) 16-20 Baik Sekali
b) Inisiatif dan inovasi (skor 0-20);
(1) 0-5 Kurang
(2) 6-10 Cukup
(3) 11-15 Baik
(4) 16-20 Baik Sekali
c) Perluasan jaringan kerja sama (skor 0-20);
(1) 0-5 Kurang
(2) 6-10 Cukup
(3) 11-15 Baik
(4) 16-20 Baik Sekali
d) Akurasi Daily Report Pendamping Desa termasuk
pemberian Evaluasi Kualitatif kepada TPP 1 (satu)
jenjang dibawahnya oleh TPP selain PLD (skor 0-20), dan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 86


- 87 -

(1) 0-5 Kurang


(2) 6-10 Cukup
(3) 11-15 Baik
(4) 16-20 Baik Sekali
e) Kapasitas sebagai TPP (skor 0-20).
(1) 0-5 Kurang
(2) 6-10 Cukup
(3) 11-15 Baik
(4) 16-20 Baik Sekali
19) Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa, dan pihak ketiga dapat
memberikan masukan perihal kinerja TPP, serta dapat
dipertimbangkan untuk mengevaluasi kinerja TPP.
20) pemberian evaluasi kualitatif bagi TPP 1 (satu) jenjang di
bawahnya bersifat wajib bagi TPP 1 (satu) jenjang di
atasnya/supervisornya; dan
21) hasil supervisi BPSDM dan Evaluasi Kualitatif oleh TPP
pada 1 (satu) jenjang di atasnya/supervisornya turut
menentukan hasil Evaluasi Kinerja TPP.
c. Pengisian Data dan Informasi
1) TPP wajib mengisi data dan informasi berikut:
a) kegiatan sehari-hari dengan dukungan bukti yang
lengkap dalam Daily Report Pendamping Desa;
b) dokumen kontrak, laporan elektronik, dan dokumen
lain dalam loker elektronik TPP di SID menu
http://sipemberdayaandesa.kemendesa.go.id; dan
c) data harian berupa pencairan, penyaluran, dan
pemanfaatan dana Desa, serta data-data dari lapangan
lainnya dalam https://monevdd.kemendesa.go.id.
2) TPP wajib melakukan fasilitasi kepada Desa dan pihak lain
untuk mengisi data:
a) SDGs Desa;
b) IDM;
c) BUM Desa dan BUM Desa Bersama; dan
d) data lainnya yang ditugaskan melalui SID
Kementerian.
3) TPP wajib mengisikan data dan informasi lainnya yang
dibutuhkan Kementerian sebagaimana diinstruksikan
melalui menu Info (pengumuman) dalam Daily Report
Pendamping Desa.
4) Capaian pengisian data dan informasi di atas menjadi salah
satu penilaian hasil kerja bulanan TPP, yang terhubung
dengan Daily Report Pendamping Desa, kemudian
disampaikan dalam analisis Daily Report Pendamping Desa.
2. Evaluasi Kinerja TPP
a. Evaluasi Kinerja TPP dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu)
bulan sekali.
b. Sumber penilaian adalah kumulasi skor pada Daily Report
Pendamping Desa dan Evaluasi Kualitatif dari TPP 1 (satu)
jenjang di atasnya/supervisornya;
c. komposisi bobot Evaluasi Kinerja TPP ialah: 50% skor Daily
Report Pendamping Desa + 50% evaluasi kualitatif dari TPP 1
(satu) jenjang di atasnya/supervisornya;
d. scoring Evaluasi Kinerja TPP diatur sebagai berikut:

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 87


- 88 -

1) skor 86 s.d. 100,00 = Nilai A


2) skor 71 s.d. 85,99 = Nilai B
3) skor 56 s.d. 70,99 = Nilai C
4) skor 0 s.d. 55,99 = Nilai D
perhitungan skor menggunakan dua (2) angka di belakang koma

J. Relokasi, Promosi, Demosi, dan Pengunduran Diri


Relokasi, Promosi, dan Demosi dapat dilakukan pada saat kontrak berjalan
atau pada saat perpanjangan kontrak kerja. Relokasi, Promosi, dan Demosi
pada saat kontrak berjalan dilakukan dengan mekanisme berikut:
1. Relokasi
Relokasi TPP adalah perpindahan TPP dari satu lokasi kerja ke lokasi
kerja lainnya, baik pada jenjang/level yang sama maupun pada
jenjang/level di yang lebih rendah. Relokasi diatur sebagai berikut:
a. Relokasi dilakukan atas:
1) permohonan TPP yang bersangkutan; dan
2) rekomendasi dari TAPM Kabupaten/Kota untuk relokasi
PD dan PLD, rekomendasi dari TAPM Provinsi untuk
relokasi TAPM Kabupaten/Kota, atau rekomendasi dari
TAPM Pusat untuk relokasi TAPM Provinsi.
b. Permohonan atau rekomendasi relokasi sebagaimana dimaksud
pada poin 1 dilakukan secara berjenjang untuk mendapatkan
persetujuan BPSDM, dengan rincian sebagai berikut:
1) Relokasi atas permohonan TPP yang bersangkutan:
a) Permohonan relokasi PLD, PT, dan PD disampaikan
oleh yang bersangkutan kepada TAPM Kabupaten/Kota.
Selanjutnya TAPM Kabupaten/Kota mengirimkan surat
pengantar permohonan relokasi kepada TAPM Provinsi
dan TAPM Pusat. TAPM Pusat melakukan rekapitulasi
permohonan relokasi PLD, PT, dan PD dalam kurun
waktu satu bulan untuk diserahkan ke BPSDM.
b) Permohonan relokasi TAPM kabupaten/kota
disampaikan oleh yang bersangkutan kepada TAPM
Provinsi. Selanjutnya TAPM Provinsi mengirimkan
surat pengantar permohonan relokasi kepada TAPM
Pusat. TAPM Pusat melakukan rekapitulasi
permohonan relokasi TAPM kabupaten/kota dalam
kurun waktu satu bulan untuk diserahkan ke BPSDM.
c) Permohonan relokasi TAPM Provinsi disampaikan oleh
yang bersangkutan kepada TAPM Pusat. TAPM Pusat
melakukan rekapitulasi permohonan relokasi TAPM
Provinsi dalam kurun waktu satu bulan untuk
diserahkan ke BPSDM.
2) Relokasi atas rekomendasi dari TAPM Kabupaten/Kota,
TAPM Provinsi, atau TAPM Pusat:
a) Rekomendasi relokasi PLD, PT, atau PD disampaikan
oleh TAPM Kabupaten/Kota kepada TAPM Provinsi.
Selanjutnya TAPM Provinsi mengirimkan surat
pengantar rekomendasi relokasi kepada TAPM Pusat.
TAPM Pusat melakukan rekapitulasi rekomendasi
relokasi PLD, PT, dan PD dalam kurun waktu satu

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 88


- 89 -

bulan untuk diserahkan ke BPSDM.


b) Rekomendasi relokasi TAPM Kabupaten/Kota
disampaikan oleh TAPM Provinsi kepada TAPM Pusat.
Selanjutnya TAPM Pusat melakukan rekapitulasi
rekomendasi relokasi TAPM Kabupaten/Kota dalam
kurun waktu satu bulan untuk diserahkan ke BPSDM.
c) Rekomendasi relokasi TAPM Provinsi disampaikan
oleh TAPM Pusat kepada BPSDM.
3) BPSDM dapat melakukan relokasi TPP dengan
mempertimbangkan efektifitas pendampingan,
keseimbangan team work, dan kebutuhan program;
4) BPSDM dapat menyetujui dan tidak menyetujui
permohonan atau rekomendasi relokasi; dan
5) persetujuan relokasi ditindaklanjuti dengan penetapan
keputusan kepala BPSDM, addendum kontrak kerja dan
penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Tugas baru.
2. Promosi
TPP yang berprestasi, berhak mendapat penghargaan berupa
kesempatan promosi ke jenjang posisi yang lebih tinggi. Promosi
dapat dilakukan secara berjenjang pada posisi TPP diatasnya,
dan/atau dilakukan untuk posisi struktural organisasi TPP semua
tingkatan. Promosi diatur sebagai berikut:
a. Promosi jenjang dilakukan kepada TPP yang memenuhi
kualifikasi berikut:
1) lama bekerja sebagai TPP minimal 2 (dua) tahun berturut-
turut pada posisi sebelumnya dengan hasil Evaluasi Kinerja
minimal B;
2) berpedoman pada kualifikasi pada jenjang yang akan diisi;
dan
3) tidak pernah mendapatkan teguran tertulis karena
pelanggaran selama bekerja sebagai TPP.
b. Tahapan pelaksanaan promosi jenjang dilakukan sebagai
berikut:
1) identifikasi posisi kosong;
2) identifikasi TPP yang memenuhi syarat untuk promosi
jenjang;
3) identifikasi TPP pada jenjang yang sama yang memenuhi
syarat untuk promosi struktural;
4) penugasan tim seleksi promosi oleh pejabat berwenang
pada BPSDM, terdiri dari unsur:
a) BPSDM; dan
b) TAPM Pusat dan/atau TAPM Provinsi.
5) mengundang TPP yang memenuhi syarat sebanyak-
banyaknya 300% dari posisi yang akan diisi.
6) Peserta promosi yang tidak memenuhi undangan dianggap
tidak bersedia mengikuti proses promosi, dan dinyatakan
gugur dengan sendirinya.
7) Seleksi promosi meliputi tahapan: 1) tes wawancara, dan 2)
dinamika kelompok, dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Tes Wawancara:
(1) tes wawancara untuk setiap peserta dibatasi
maksimal 15 menit;
(2) materi tes wawancara berdasarkan kisi-kisi yang
ditetapkan oleh BPSDM, Kementerian;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 89


- 90 -

(3) nilai tes wawancara merupakan akumulasi dari


seluruh anggota tim seleksi dengan rentang nilai
antara 0 s.d 100 (nol sampai dengan seratus); dan
(4) hasil tes wawancara adalah nilai akumulasi dari
masing-masing anggota tim seleksi yang
dituangkan dalam berita acara rekapitulasi hasil
seleksi tes wawancara yang ditandatangani oleh tim
seleksi.
b) Tes dinamika kelompok:
(1) jumlah peserta dinamika kelompok dalam 1 (satu)
kelompok maksimal 10 orang;
(2) materi tes dinamika kelompok berdasarkan kisi- kisi
yang ditetapkan oleh BPSDM, Kementerian;
dan
(3) nilai tes dinamika kelompok merupakan
akumulasi dari seluruh anggota tim seleksi
dengan rentang nilai antara 0 s.d 100 (nol sampai
dengan seratus).
8) Hasil akhir seleksi adalah nilai akumulasi dari hasil tes
wawancara dan tes dinamika kelompok yang dituangkan
dalam Berita Acara Hasil Seleksi;
9) Berita Acara Hasil Seleksi dilampiri daftar nilai hasil seleksi
masing-masing peserta serta informasi tentang TPP yang
meliputi paling sedikit: nama, posisi sebelumnya, posisi
yang akan diisi, hasil tes wawancara, hasil tes dinamika
kelompok, nilai total, dan rangking;
10) Tim seleksi menyampaikan berita acara hasil seleksi kepada
PPK BPSDM untuk dijadikan dasar penyusunan dan
penandatanganan kontrak kerja serta Surat Perintah
Melaksanakan Tugas bagi TPP yang dinyatakan lulus promosi
dengan total nilai tertinggi;
11) Peserta dengan urutan rangking berikutnya menjadi
cadangan hasil seleksi promosi, yang dapat dipromosikan
apabila terdapat posisi kosong di kemudian hari dengan tetap
memperhatikan kesesuaian kualifikasi posisi yang akan diisi
agar dapat dipenuhi;
12) Masa berlaku cadangan hasil seleksi promosi adalah 1
(satu) tahun, terhitung sejak penetapan berita acara hasil
seleksi promosi;
13) Apabila telah masuk pada periode lebih dari 1 (satu) tahun,
maka cadangan hasil promosi dinyatakan tidak berlaku dan
proses pengisian kekosongan melalui mekanisme promosi
harus dilaksanakan kembali sesuai dengan tahapan
pelaksanaan promosi; dan
14) Kepala BPSDM menerbitkan Keputusan Penetapan TPP
Hasil Promosi dan ditandaklanjuti oleh PPK dengan
menandatangani kontrak kerja dan menerbitkan Surat
Perintah Melaksanakan Tugas.
c. Promosi struktural dilakukan pada TPP untuk pengisian
struktur organisasi TPP sesuai jenjang TPP, dengan ketentuan:
1) promosi TAPM Kabupaten/kota menjadi Koordinator TAPM
Kabupaten/kota,
2) promosi TAPM Provinsi menjadi Koordinator Provinsi,

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 90


- 91 -

3) promosi TAPM Pusat menjadi Koordinator Bidang,


Koordinator Wilayah, Wakil Koordinator TAPM Pusat, atau
Koordinator TAPM Pusat.
d. Tahapan pelaksanaan promosi struktural dilakukan sebagai
berikut:
1) identifikasi posisi kosong;
2) identifikasi TPP pada jenjang struktur di bawahnya yang
memenuhi syarat untuk promosi struktural;
3) syarat untuk promosi struktural:
a) berpedoman pada kualifikasi struktur yang akan diisi;
b) lama bekerja sebagai TPP minimal 2 (dua) tahun
berturut-turut pada posisi sebelumnya dengan hasil
Evaluasi Kinerja minimal B; dan
c) tidak pernah mendapatkan teguran tertulis karena
pelanggaran selama bekerja sebagai TPP.
4) Rekomendasi promosi dari supervisor minimal 300% dari
jumlah kekosongan posisi yang akan diisi
5) Berdasarkan rekomendasi supervisor, Kepala BPSDM
mengambil keputusan, kemudian menerbitkan Keputusan
Penetapan TPP Hasil Promosi dan ditindaklanjuti oleh PPK
dengan menandatangani kontrak kerja dan menerbitkan
Surat Perintah Melaksanakan Tugas
3. Demosi
Demosi adalah proses penurunan jabatan TPP ke jenjang atau
struktur di bawahnya berdasarkan hasil Evaluasi Kinerja, karena
pelanggaran yang dilakukan TPP, dan/atau permohonan TPP yang
bersangkutan. Demosi dilakukan pada saat kontrak berjalan, melalui
tahapan berikut:
a. identifikasi TPP yang akan didemosi berdasarkan hasil Evaluasi
Kinerja, pelanggaran, dan/atau permohonan;
b. identifikasi posisi kosong pada jenjang dibawahnya;
c. Berita Acara Penetapan Demosi dibuat oleh BPSDM; dan
d. Penerbitan Keputusan Kepala BPSDM tentang Penetapan TPP
yang didemosi dan ditindaklanjuti oleh PPK dengan
menandatangani kontrak kerja dan menerbitkan Surat Perintah
Melaksanakan Tugas bagi TPP bersangkutan.

4. Relokasi, Promosi Struktural dan Demosi Struktural Pada Saat


Perpanjangan Kontrak
BPSDM dapat melakukan relokasi, promosi structural, dan
demosi struktural pada saat perpanjangan kontrak kerja di awal
tahun anggaran dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Relokasi atau demosi struktural dilakukan karena:
- permintaan TPP yang bersangkutan; atau
- pertimbangan efektifitas pendampingan, keseimbangan team
work, dan/atau kebutuhan program;
b. Promosi struktural dilakukan karena pertimbangan efektifitas
pendampingan, keseimbangan team work, dan/atau kebutuhan
program;
c. TPP yang bersangkutan dinyatakan lanjut kontrak;
d. BPSDM menerbitkan SK Penetapan nama-nama TPP berikut
posisi dan jabatan selambat-lambatnya tanggal 4 Januari tahun
berikutnya, selanjutnya BPSDM melalui PPK melakukan
Penandatanganan Surat Perjanjian Kerja (SPK) dan menerbitkan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 91


- 92 -

Surat Perintah Melaksanakan Tugas paling lambat tanggal 9


Januari tahun berikutnya.

5. Pengunduran Diri
Setiap TPP berhak memutuskan kontrak kerja dengan cara
mengundurkan diri, dengan ketentuan:
a. TPP dapat mengajukan pengunduran diri setelah bekerja
minimal 6 (enam) bulan;
b. TPP menyampaikan surat permohonan pengunduran diri kepada
BPSDM melalui PPK;
c. TPP yang mengundurkan diri wajib melakukan serah terima
berkas dan/atau pekerjaan kepada TPP pengganti dan/atau
kepada TPP di atasnya;
d. PPK BPSDM mengeluarkan surat persetujuan atau penolakan
pengunduran diri TPP; dan
e. PPK BPSDM mengeluarkan surat keterangan pengalaman kerja
kepada TPP.

K. Pengisian TPP pada Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Desa


Pemekaran
1. Dalam hal terjadi pemekaran provinsi, kabupaten/kota, kecamatan,
dan/atau Desa pemekaran, dilakukan pengisian TPP melalui
mekanisme relokasi, promosi, dan/atau demosi.
2. BPSDM melakukan pengisian TPP dengan mempertimbangkan
efektifitas pendampingan, keseimbangan team work, kebutuhan
program, dan ketersediaan anggaran;
3. Pengisian TPP pada Provinsi atau Kabupaten/Kota baru dilakukan
paling lama 3 (tiga) bulan sejak perangkat daerah yang menangani
urusan pemerintahan daerah bidang pemberdayaan masyarakat dan
Desa terbentuk.
4. Pengisian TPP pada Kecamatan baru dilakukan paling lama 3 (tiga)
bulan sejak kecamatan terbentuk.
5. Pengisian TPP pada Desa baru dilakukan paling lama 3 (tiga) bulan
sejak Desa terbentuk.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 92


- 93 -

BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA

A. Pembinaan dan Pengawasan oleh Menteri


1. Pembinaan Pendampingan Masyarakat Desa oleh Menteri dapat
didelegasikan kepada BPSDM, khususnya Pusat Pengembangan
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi. Menteri melakukan pembinaan kepada:
a. TPP dari tingkat pusat hingga Desa, yaitu yang memiliki ikatan
kontrak kerja dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigasi;
b. KPMD, melalui unit-unit kerja Kementerian yang relevan dengan
pelaksanaan tugas-tugas KPMD dalam penyelenggaraan
pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa; dan
c. Pihak Ketiga, yaitu masyarakat, perguruan tinggi, perusahaan,
atau lembaga lain di luar Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
Pemerintah Desa yang membantu dan melaksanakan
pendampingan pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa.
2. Pembinaan dan pengawasan oleh Menteri mencakup rekrutmen,
peningkatan kapasitas, pengendalian, pemberian penghargaan atas
prestasi, Evaluasi Kinerja dan sanksi;
3. Kegiatan pembinaan dan pengawasan dilaksanakan melalui:
a. Rapat Kerja Nasional;
b. Rapat Kerja Provinsi;
c. pemberian informasi dan perintah melalui Daily Report
Pendamping Desa;
d. Supervisi Pendamping Desa;
e. penelitian permasalahan, kebutuhan, dan potensi pendamping
dari hasil Daily Report Pendamping Desa dan Supervisi;
f. In Service Training/On the Job Training oleh TPP secara
berjenjang;
g. pembelajaran jarak jauh (distance learning) melalui Platform
Akademi Desa 4.0;
h. sertifikasi kompetensi bagi Pendamping Desa;
i. pemberian sanksi dan penghargaan; dan
j. metode-metode pembinaan lainnya oleh Kementerian.

B. Pembinaan dan Pengawasan oleh Gubernur


1. Pembinaan dan pengawasan Pendampingan Masyarakat Desa oleh
Gubernur dilakukan melalui Perangkat Daerah yang menangani
urusan pemerintahan daerah bidang pemberdayaan masyarakat dan
Desa. Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan kepada:
a. TPP khususnya dari tingkat provinsi hingga Desa yang dikontrak
oleh Kementerian;
b. KPMD melalui Organisasi Perangkat Daerah yang relevan
dengan pelaksanaan tugas-tugas KPMD dalam penyelenggaraan
pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Pembinaan
dan pengawasan kepada KPMD dilakukan secara terkoordinasi
dengan Kementerian;
c. Pihak Ketiga, yaitu masyarakat atau lembaga di luar pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Desa yang membantu dan
melaksanakan pendampingan pembangunan dan Pemberdayaan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 93


- 94 -

Masyarakat Desa. Pembinaan dan pengawasan kepada Pihak


Ketiga dilakukan secara terkoordinasi dengan Kementerian;
2. Pembinaan dan pengawasan Pendampingan Masyarakat Desa oleh
Gubernur mencakup peningkatan kapasitas, pemberian penghargaan
atas prestasi, monitoring dan evaluasi pendampingan;
3. Kegiatan pembinaan dan pengawasan dilaksanakan melalui:
a. Rapat Kerja Provinsi;
b. Supervisi Pendamping Desa;
c. penghargaan; dan
d. metode-metode pembinaan lainnya oleh Kementerian.

C. Pembinaan dan Pengawasan oleh Bupati/Walikota


1. Pembinaan dan pengawasan Pendampingan Masyarakat Desa oleh
Bupati/Walikota dilakukan melaui Perangkat Daerah yang
menangani urusan pemerintahan daerah bidang Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa. Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan
pengawasan kepada:
a. TPP dari tingkat kabupaten/kota hingga Desa yang dikontrak
oleh Kementerian;
b. KPMD melalui perangkat-Perangkat Daerah yang relevan dengan
pelaksanaan tugas-tugas KPMD dalam penyelenggaraan
pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Pembinaan
dan pengawasan kepada KPMD dilakukan secara terkoordinasi
dengan Kementerian;
c. Pihak Ketiga, yaitu masyarakat atau lembaga di luar Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Desa yang membantu dan
melaksanakan pendampingan pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa. Pembinaan dan pengawasan kepada Pihak
Ketiga dilakukan secara terkoordinasi dengan Kementerian;
2. Pembinaan dan pengawasan Pendampingan Masyarakat Desa oleh
Bupati/Walikota mencakup peningkatan kapasitas, pemberian
penghargaan atas prestasi, monitoring dan evaluasi pendampingan;
3. Kegiatan pembinaan dan pengawasan dilaksanakan melalui:
a. Rapat Kerja Kabupaten/Kota;
b. Supervisi Pendamping Desa;
c. penghargaan; dan
d. metode-metode pembinaan lainnya oleh Kementerian.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 94


- 95 -

BAB VI
PENUTUP

Petunjuk Teknis Pendampingan Masyarakat Desa menjadi acuan


dalam pelaksanaan pendampingan masyarakat di lapangan. Petunjuk
Teknis ini merupakan penjabaran Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigasi Nomor 18 Tahun
2019 tentang Pedoman Umum Pendampingan Masyarakat Desa,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigasi Nomor 19
Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigasi Nomor 18 Tahun
2019 tentang Pedoman Umum Pendampingan Masyarakat Desa.
Apabila dalam pelaksanaannya terdapat perubahan kebijakan
nasional tentang Pendampingan Masyarakat Desa, maka petunjuk
teknis ini akan direvisi sebagaimana mestinya. Hal-hal lain yang
belum diatur dalam petunjuk teknis ini disesuaikan dengan kebijakan
Kementerian.

MENTERI DESA,
PEMBANGUNAN DAERAH
TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA,

ABDUL HALIM ISKANDAR

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 95


- 96 -

Rencana Pembelajaran
SPB
Daily Report Pendamping
7.3 (Laporan Harian Pendamping
Desa)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan fungsi Daily Report Pendamping (Laporan Harian
Pendamping Desa) dalam kinerja TPP
2. Mampu menjelaskan kerangka logis tugas, fungsi pendamping desa
dalam pembangunan dan pemberdayaan desa dan dapat melaporkan
kegiatan harian kinerja dalam Daily Report Pendamping (Laporan Harian
Pendamping Desa)
3. Mampu memahami evaluasi kinerja berjalan secara obyektif dan dapat
dipertanggungjawabkan;
4. Merumuskan rencana peningkatan kinerja Pendamping Desa.

Waktu
2 JP ( 90 menit)

Metode
Curah Pendapat, Diskusi Kelompok, Praktek, dan Paparan.

Media
● Media Tayang
● Bahan Bacaan

Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 96


- 97 -

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Pengendalian kinerja 15 menit
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
subpokok bahasan tentang Pengendalian Kinerja Pendamping Lokal
Desa dikaitkan dengan pembelajaran sebelumnya;
2. Lakukan curah pendapat tentang laporan kinerja Pendamping Lokal Desa
dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang pelaporan kinerja, bagaimana
hubungannya dengan pembibingan dan pengendalian kinerja?
b. Hal-hal apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan
pembimbingan kinerja kepada Masyarakat desa?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting dapat dituliskan di kertas
plano atau whiteboard;
5. Pelatih disarankan memberikan penjelasan awal tentang pembimbingan
kinerja, salah satunya dengan menggunakan cara pengarahan (Coaching)
yaitu fasilitasi melalui bertanya, memberikan feedback dan berperan
sebagai seorang ahli dalam proses atau struktur tentang bagaimana
seseorang mengelola cara kerja otaknya sehingga mampu menghasilkan
performa yang lebih efektif, mampu menjadi pemimpin bagi dirinya
sendiri, mampu menjadi manusia pembelajar, mampu menyesuaikan
dengan kondisi sekarang untuk terus berkembang dan tumbuh, mampu
mengakualisasi-kan ide dan pemikirannya, bukan karena ketergantungan
pada orang lain, namun dengan melalui proses coaching menjadi mampu
mengendalikan diri sendiri untuk menghasilkan keputusan dan tindakan
yang lebih baik lagi.
6. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan
utama dari hasil pembahasan dalam pleno dengan menuliskan dalam
kartu, kertas plano atau whiteboard;
7. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan tentang
materi yang telah dibahas.
Kegiatan 2 : Pelaporan Kinerja Pendamping Lokal Desa dalam Daily report
8. Lakukan curah pendapat tentang pelaporan kinerja Pendamping Lokal
Desa dalam daily report, jenis kegiatan apa saja yang terdapat di aplikasi
DRP dan Paparan kerangka “Daily Report Pendamping (Laporan Harian
Pendamping TPP) dan pengertian dari masing masing jenis kegiatan”
9. Mintalah peserta membentuk 4 kelompok untuk membahas secara
mendalam tentang Jenis kegiatandan mengaplikasikan dalam DRP
10. Berikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
mendiskusikannya. Hasilnya dituliskan dalam kertas plano untuk
dipaparkan dalam pleno;
11. Setelah selesai mintalah masing-masing kelompok untuk memapar-kan
hasil diskusinya. Berikan kesempatan kepada kelompok lain untuk
menanggapi, bertanya dan memberikan masukan;
12. Mulailah masuk ke materi “Daily Report Pendamping (Laporan Harian
Pendamping) Tenaga Pendamping Profesional” dengan mengajak peserta
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 97
- 98 -

dalam mengisi langkah langka yang harus dilakukan untuk mengiput data
di Aplikasi DRP. dan masing masing PLD mempraktekan.
13. Setelah peserta melakukan praktek mengisi Daily Report Pendamping
sebagai Laporan Harian Kinerja Fasilitator dalam pelaporan tugas fungsi
TPP secara individual. Diskusikan dengan peserta dan pastikan semua
PLD bisa mengisi dengan benar
14. Selanjutnya peserta diminta untuk melihat kembali kegiatan dalam 1
(satu) bulan melalui Aplikasi “Daily Report Pendamping (Laporan Harian
Pendamping) Tenaga Pendamping Profesional”; dan pastikan peserta bisa
mengirim alporan bulanan via email sipemberdaya
15. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
16. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang konsep penilaian
kinerja dapat dituliskan di kertas plano atau whiteboard;
Kegiatan 3 : Menutup Sessi
17. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan tentang
materi yang telah dibahas.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 98


- 99 -

Media Fasilitasi 7.3.1

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 99


- 100
-

Lembar Informasi
PB Daily Report Pendamping
7.3 (Laporan Harian Pendamping
Desa)

A. Pendahuluan
Pendampingan Desa yang dilaksanakan dalam rangka implementasi Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa akan dinilai kinerjanya secara rutin. Evaluasi kinerja
pendamping Desa Profesional merupakan bagian dari rangkaian manajemen pengelolaan
pendampingan Desa. Mengingat kondisi rentang manajemen (span of management),
Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi selaku pemberi kerja melalui Satker Provinsi tidak
dapat secara terus-menerus mengawasi kinerja pendamping profesional dikarenakan
lokasi tugas antara kedua pihak saling berjauhan.
Daily Report Pendamping (Laporan Harian Pendamping Desa) Tenaga Pendamping
Profesional atau kegiatan harian pendampingan merupakan bagian penilaian kinerja secara
reguler yang dilakukan setiap semester. Daily Report ini diatur dalam KepmenDesa PDTT
Nomor 143 Tahun 2022 Tentang Petunjuk Teknis Pendampingan Masyarakat Desa, yang
merupakan sarana untuk menilai unjuk kerja pendamping profesional dalam memenuhi
tugas dan tanggung jawabnya. Hasil evaluasi kinerja adalah simpul pendapat pemberi
pekerjaan tentang kelayakan terhadap kontrak kerja pendamping professional untuk
dipertahankan, atau sebagai masukan untuk mengambil langkah koreksi dan perbaikan
implementasi kebijakan. Penilaian akan dilakukan terhadap pendamping profesional agar
dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan TOR.

B. Tujuan
Daily Report Pendamping (Laporan Harian Pendamping) Tenaga Pendamping Profesional
dilakukan dengan menggunakan data faktual dengan aplikasi yang diperoleh dari sumber
pelaporan mandiri agar memberikan hasil penilaian yang objektif sesuai dengan TOR.
Activity Diary akan menjadi penilaian kinerja ditujukan untuk menilai tingkat pencapaian
kinerja, menentukan kemampuan dan kelayakan yang dicapai sebagai pendamping
profesional. Hasil penilaian kinerja ini diharapkan juga akan memberikan umpan balik (feed
back) sebagai masukan untuk pembimbingan dan peningkatan kapasitas pendamping
profesional.
Tujuan Daily Report Pendamping (Laporan Harian Pendamping) Tenaga Pendamping
Profesional, adalah:
1. Menilai kinerja pendamping profesional berdasarkan tugas pokok dan fungsinya
(Tupoksi);
2. Menjadi alat ukur peningkatan kinerja dan menjadi bagian dari analisis kebutuhan
pelatihan pendamping;
3. Menjadi alat menegakkan aturan pekerjaan;
4. Menjadi dasar yang objektif untuk mempromosikan pendamping tingkat Desa,
Kecamatan, dan Kabupaten ke jenjang yang lebih tinggi;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 100


- 101
-

5. Menjadi dasar objektif untuk pemberian peringatan, prasyarat melanjutkan kontrak,


dan atau pemutusan hubungan kerja (PHK).

C. Bentuk Kegiatan dalam Mekanisme Daily Report Pendamping (Laporan Harian


Pendamping) Tenaga Pendamping Profesional
Dalam Laporan Harian Pendamping Tenaga Pendamping Profesional atau kegiatan harian
pendampingan akan mendiskripsikan kegiatan harian pendampingan dalam lingkup tugas
sebagai berikut:
a. Monitoring adalah ruang lingkup kegiatan pendampingan yang dijalankan dalam
pendampingan reguler pembangunan desa baik dari perencanaan, pelaksanaan dan
pertanggungajwaban pembangunan desa, pengawasan masayarakat. Selain itu juga
pendataan secara reguler baik IDM, SDGs Desa, dsb.
b. Inisiatif adalah kegiatan pendampingan dalam kegiatan untuk pendampingan kader
desa baik Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), kelompok kepentingan sektoral
lainnya dalam Lembaga Kemasyarakat Desa (LKD) dan sebagainya. Selain itu juga kegiatan
pemberdayaan masayarakat desa yang dijalankan baik pengorganisasian dan
pengorganisiran.
c. Fasilitasi adalah kegiatan untuk kinerja supervisi dimana unjuk kerja pendamping
profesional Pendamping Desa dalam bekerja sesuai Tupoksi sebagai Supervisor untuk PLD.
Kegaitannya meliputi In services Training (IST)-On The Job Training (OJT). Fasilitasi
musrenbang kecamatan, fasilitasi Musyawarah Antar Desa (MAD), dan kegiatan fasilitasi
lainnya
d. Advokasi adalah pendampingan TPP dalam pengembangan regulasi, penanganan
masalah dalam proses litigasi dan non litigasi, sinkronisasi dan harmonisasi kebijakan dan
regulasi antara desa dengan supra desa.
e. Insidental adalah kegiatan pendampingan dalam menjalankan tindak lanjut tugas
dari kementerian atau pungasan lainnya untuk mendukung pembangunan dan
pemberdayaan masayarakat desa.

Aspek Penilaian dari Daily Report Pendamping (Laporan Harian Pendamping) Tenaga
Pendamping Profesional
Aspek penilaian dalam Laporan Harian Pendamping Tenaga Pendamping Profesional yaitu:
kinerja pendampingan, kinerja supervisi, kinerja koordinasi, dan kinerja administrasi. Berikut
ini gambaran diary activity yang akan di update/disi oleh TPP berdasarkan kagiatan aktifitas
harian pendamping baik PLD, PD dan juga TA. Namun untuk saat ini aplikasi sedang
dikembangkan dan dalam proses penyelesaiannya.

TPP nanti akan merekam aktifitas hariannya dengan memasukkan data, foto/video kegiatan
dan aktifitas lainya ke aplikasi Diary Activity. Berikut ini kegiatan harian pendampingan atau
diary aktivity yang akan terekam dalam aplikasi.

Secara umum, kegiatan harian atau diary activity akan menggambarkan kegiatan sebagai
berikut:
a. Kegiatan Pendampingan.
Kegiatan pendampingan adalah unjuk kerja pendamping profesional dalam bekerja sesuai
Tupoksi. Untuk itu, pendamping profesional berkewajiban memenuhi pelaksanaan Tupoksi
dengan mengacu pada:
• Etika profesi sebagai pendamping profesional;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 101


- 102
-

• Norma kebijakan yang secara substansial terkandung dalam asas-asas Undang-


undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yakni, rekognisi, subsidiaritas,
keberagaman, kebersamaan, gotong royong, kekeluarga-an, musyawarah,
demokrasi, kemandirian, partisipasi, kesetaraan, pemberdayaan dan keberlanjutan;
• Uraian tugas, yakni paparan tugas teknis penjabaran Tupoksi pendamping
profesional.

Kegiatan pendampingan oleh pendamping profesional dinilai berdasarkan pencapaian


output sesuai dengan Tupoksi setiap individu dengan rincian indikator penilaian sebagai
berikut:
• Konsistensi dan ketegasan pendamping profesional menerapkan etika profesi;
• Kemampuan pendamping profesional dalam memfasilitasi pelaksanaan Undang-
undang Nomor 6/2014 tentang Desa dan peraturan pelaksanaannya;
• Kemampuan pendamping profesional untuk memfasilitasi penggunaan data dalam
pengambilan keputusan;
• Kemampuan pendamping profesional untuk menganalisis situasi untuk mengambil
tindakan yang tepat dan memberikan solusi terhadap masalah yang terjadi.

b. Kegiatan Supervisi
Kinerja supervisi adalah unjuk kerja pendamping profesional dalam bekerja sesuai Tupoksi
sebagai Supervisor. Untuk itu, Pendamping profesional berkewajiban memenuhi
pelaksanaan Tupoksi dengan mengacu pada:
• Norma kebijakan yang secara sistematik terkandung dalam asas-asas Undang-
undang Nomor 6/2014 tentang Desa yakni: rekognisi, subsidiaritas, keberagaman,
kebersamaan, gotong royong, kekeluargaan, musyawarah, demokrasi,
kemandirian, partisipasi, kesetaraan, pemberdayaan dan keberlanjutan;
• Uraian tugas, yakni paparan tugas teknis penjabaran Tupoksi pendamping
profesional sebagai supervisor.

Kinerja supervisi oleh pendamping profesional dinilai berdasarkan pencapaian output


sesuai dengan Tupoksi sebagai supervisor untuk setiap individu dengan rincian indikator
penilaian sebagai berikut:
• Kemampuan pendamping profesional dalam melakukan pelatihan dan peningkatan
kapasitas masyarakat;
• Kemampuan pendamping profesional dalam memberikan bimbingan kerja dan
umpan balik;
• Kemampuan pendamping profesional dalam memantau pelaksanaan kegiatan;
• Jumlah kunjungan lapangan dalam rangka supervisi pendampingan sesuai wilayah
tugasnya.

c. Kegiatan Koordinasi/Fasilitasi
Pendamping profesional berkewajiban untuk berkoordinasi dan bekerja sama dengan pihak
lain seperti; birokrasi, supervisor, sesama pendamping, lembaga lain dan tokoh masyarakat
dalam setiap kegiatan seperti: pendampingan masyarakat, supervisi, pelatihan,
penanganan masalah dan lain-lain.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 102


- 103
-

Pendamping profesional dinilai kinerjanya terkait kualitas koordinasi dan kerjasama dengan
pihak lain berdasarkan indikator penilaian sebagai berikut:
• Kemampuan pendamping profesional dalam kerjasama dengan SKPD
Kabupaten/Kota, Camat, Kepala Desa, pendamping profesional lainnya serta
pemangku kepentingan terkait;
• Kemampuan pendamping profesional memanfaatkan peluang kerjasama dan
koordinasi secara optimal;
• Kemampuan pendamping profesional untuk bekerja secara sistematis dan
terkontrol sesuai standar pelayanan maupun prosedur kerja sehingga pihak-pihak
yang berkoordinasi dapat bekerja sama secara baik;
• Kemampuan pendamping profesional dalam memfasilitasi kerjasama Desa dengan
SKPD Kabupaten/Kota dan kerjasama Desa dengan pihak lain;
• Kepemimpinan pendamping profesional dalam pengelolaan pekerjaan secara
kolektif.

d. Kegiatan Pendataan dan Administrasi


Pendamping profesional berkewajiban memenuhi tanggung jawab pendataan dan
administrasi yang meliputi:
Laporan Individu (Rencana dan Realisasi Kegiatan Bulanan)
• Laporan Pendataan
• Laporan Kegiatan.
• Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL)

Unjuk kinerja pendataan dan administrasi meliputi:


• Kepatuhan pendamping profesional pada standar pelayanan maupun prosedur
kerja;
• Ketaatan dan kedisiplinan dari pendamping profesional dalam menyusun dan
menyampaikan laporan, dokumen dan bukti-bukti administrasi kepada Satker
Provinsi melalui supervisor secara reguler;
• Kemampuan pendamping profesional untuk menyusun laporan, data-data
program, dokumen dan bukti-bukti administrasi secara benar sesuai dengan format
yang berlaku;
• Akurasi pendamping profesional dalam pembuatan laporan, dokumen administrasi
secara lengkap sesuai ketentuan yang ditetapkan;
• Kemampuan pendamping profesional untuk menyampaikan dokumen administrasi
secara cepat dan tepat waktu sesuai jadwal yang ditetapkan.

Penilaian Kinerja
Laporan harian akan menjadi penilaian kinerja. Dan semua tenaga pendamping profesional,
baik tingkat desa maupun tingkat pusat akan dievaluasi kinerjanya dalam periode tertentu
oleh supervisor yang membawahinya. Semua tenaga pendamping profesional, baik tingkat
desa, kecamatan dan kabupaten akan dievaluasi kinerjanya dalam periode setiap 6 (enam)
bulan sekali oleh supervisor yang membawahinya.

Manajemen dan Administrasi Penilaian Kinerja


Satker Provinsi, menjadi tanggung jawab penuh TA Pengelolaan SDM (HRD) tingkat Provinsi
di bawah pengendalian TL Provinsi. Pengarsipan angket dan rekapitulasi di kantor TL
Provinsi juga menjadi tanggungjawab TA Pengelolaan SDM (HRD) tingkat Provinsi.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 103
- 104
-

Sedangkan dokumen Berita Acara hasil penilaian Forum Konsultasi Masyarakat (FKM)
cukup didokumentasikan oleh supervisor di tingkat kecamatan.
Sistem penilaian kinerja ini sangat tergantung pada format/angket penilaian. Oleh karena
itu dokumentasi penilaian harus dijaga dan diarsipkan secara rapi agar dapat dipakai
sebagai umpan balik, pembimbingan, analisis kebutuhan pelatihan, promosi pendamping
dan pemberian sanksi. Dokumen-dokumen tersebut juga akan secara berkala diperiksa
oleh Satker P3MD Provinsi dan Tim Audit Konsultan Nasional, Seknas dan Satker P3MD
Ditjend PPMD Kementerian Desa, Pembangunnan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

C. Penutup
Standar Operasional Prosedur (SOP) evaluasi kinerja pendamping profesional ini
merupakan dokumen yang ditetapkan oleh Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi
sebagai dokumen Pemerintah Republik Indonesia. Dan SOP ini merupakan salah satu tolak
ukur keberhasilan dari pengelolaan program secara umum, oleh karenanya semua pihak
yang berkepentingan harus menggunakan SOP ini dalam melakukan evaluasi kinerja
terhadap pendamping profesional.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 104


- 105
-

Pokok Bahasan 8
MEMBANGUN TIM KERJA DI DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 105


- 106
-

Rencana Pembelajaran
SPB
Kerjasama Tim di Desa
8.1

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan:
1. Para pelaku kunci di Desa;
2. Fungsi dan peran pelaku;
3. Hubungan/relasi antar pelaku.

Waktu
1 JPL (45Menit)

Metode
Ceramah dan Tanya jawab

Media
Lembar tayang dan Bahan bacaan

Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Pembukaan
1. Jelaskan tujuan pembahasan mengenai sub pokok bahasan yang akan
disampaikan.

Kegiatan 2: Identifikasi Pelaku, Fungsi, Peran dan Relasi Antar Pelaku


(Curah Pendapat)

2. Pandu peserta mengidentifikasi pelaku kunci di Desa;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 106


- 107
-

3. Minta peserta mengungkapkan fungsi dan peran masing-masing pelaku


dimaksud;
4. Pandu peserta menggambarkan relasi antar pelaku dimaksud (gunakan
metode Diagram Venn);
5. Berikan penegasan.

Diagram Venn merupakan salah satu cara untuk menggambarkan


hubungan antara pelaku, fungsi dan perannya dalam suatu wilayah tertentu
(Desa). Diagram Venn dioperasikan dengan menggunakan alat bantu
berupa lingkaran-lingkaran untuk menggambarkan pelaku. Ukuran
lingkaran menggambarkan besarnya pengaruh pelaku. Identifikasi pelaku
dilaksanakan oleh pihak yang mengerti hubungan antar pelaku dalam
masyarakat.

Kegunaan dari teknik ini adalah untuk membantu identifikasi para pihak (individu,
kelompok atau lembaga baik internal maupun eksternal) dan pola hubungannya dalam
suatu wilayah tertentu. Indentifikasi interaksi dan hubungan lembaga terhadap
permasalahan tertentu.

Prosesnya: persiapan alat bantu berupa lingkaran karton dengan berbagai ukuran.
Persilahkan peserta menulis individu, kelompok atau lembaga yang ada di Desa.
Tuliskan dalam karton lingkaran berdasarkan pengaruhnya. Lingkaran besar
menunjukkan pengaruh besar dan sebaliknya.

Persilahkan peserta untuk meletakkan lingkaran-lingkaran tersebut di atas kertas.


Kemudian hasil dari peletakan tersebut dibahas bersama-sama.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 107


- 108
-

Rencana Pembelajaran
SPB
8.2 Membangun Jejaring

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi pihak-pihak yang potensial sebagai jejaring kerja;
2. Mengembangkan kerjasama dengan pihak-pihak dimaksud.

Waktu
1 JPL (45Menit)

Metode
Paparan

Media
Lembar tayang

Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus

Proses Penyajian
Kegiatan 3: Pembukaan
6. Jelaskan tujuan yang akan dicapai dalam sesi belajar bersama ini.

Kegiatan 4: Mengidentifikasi Pihak-pihak yang Potensial sebagai


Jejaring Kerja (Curah Pendapat)
7. Pandu peserta mengidentifikasi pihak-pihak yang potensial sebagai
jejaring kerja;
8. Minta peserta mengidentifikasi dan merumuskan kerjasama yang dapat
dibangun dengan pihak-pihak tersebut;
9. Beri penegasan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 108


- 109
-

Kegiatan 5: Menutup Sesi

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 109


- 110
-

PB. Bahan Bacaan

8 Membangun Tim Kerja di Desa

Bahan Bacaan 1

MEMBANGUN KERJASAMA TIM

Pembelajaran Membangun Kerjasama Tim dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi


pendamping dalam hal penerapan konsepsi Membangun kerjasama Tim secara efektif dan
efisien dalam melakukan pendampingan masyarakat di Desa. Hal-hal yang dibahas meliputi:

1. Konsepsi Dasar Membangun Tim yang Efektif dengan subbahasan Pengertian Tim;
Perbedaan Kelompok dan Tim; Hakikat dan Ciri Organisasi sebagai Tim Efektif; Kriteria Tim
yang efektif; dan Manfaat Membangun Tim yang Efektif.
2. Kerjasama Dalam Membangun Tim Dinamis dengan subbahasan meliputi: Pengertian Tim
yang Dinamis; Unsur-Unsur Tim yang Dinamis; Tahapan Perkembangan Tim; Membangun
Rasa Kebersamaan Tim; Peran Individu dalam Tim; dan Membangun Kebanggaan Tim.
3. Pemecahan Masalah Secara Win-win Solution dengan subbahasan meliputi: Pengertian
Konflik; Mengenali Konflik, Respon terhadap Konflik, Sumber-sumber Konflik, Langkah-
Langkah Penyelesaian Konflik, dan Gaya Tanggapan Konflik.

A. Pengertian Tim yang Dinamis

Mengapa ada tim yang mampu bertahan lama dan ada yang tidak dapat bertahan lama? Apabila
berbicara tentang tim, maka ada tim yang dapat mencapai suatu prestasi yang tinggi, namun
juga ada yang hanya bertahan beberapa waktu saja. Untuk itu maka diperlukan suatu usaha
maksimal agar mampu berperan sebagai tim yang dinamis. Tim dinamis adalah tim yang
memiliki kinerja yang sangat tinggi. Tim seperti ini dapat memanfaatkan segala energi yang ada
di dalam tim tersebut untuk menghasilkan sesuatu. Tim dinamis merupakan tim yang penuh
dengan rasa percaya diri, tim yang para anggotanya menyadari kekuatan dan kelemahannya
untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 110


- 111
-

B. Unsur-Unsur Tim yang Dinamis

Apakah manfaat membangun tim dinamis? Tim dinamis memiliki unsur-unsur yang tidak jauh
berbeda dengan tim pada umumnya. Adapun unsur-unsur tersebut menurut Richard Y. Chang
adalah sebagai berikut:

1. Menyatakan secara jelas misi dan tujuannya. Visi adalah gambaran akan datang yang
merupakan cita-cita, dan selanjutnya visi ini dijelaskan ke dalam bentuk misi. Suatu
organisasi atau tim yang dinamis harus mampu menjelaskan misi tersebut ke dalam tujuan-
tujuan tim, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. Tanpa memiliki tujuan
yang jelas, tim tidak akan mengetahui ke arah mana akan melangkah, sehingga akan
terombang-ambing oleh bertiupnya angin. Tujuan dan sasaran ini harus dipahami oleh
seluruh anggota tim, sebab hal ini akan meningkatkan komitmen diantara mereka.
Pemimpin yang dinamis harus mampu memastikan bahwa semua anggota kelompok
terlibat dalam perumusan tujuan tim.
2. Beroperasi secara kreatif. Dalam pelaksanaan, kerja tim sangat kreatif dan dinamis dengan
memperhitungkan resiko yang ada dan selalu mencoba cara berbeda dalam melakukan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 111
- 112
-

sesuatu. Mereka tidak takut menghadapi kegagalan-kegagalan dan selalu mencari peluang
untuk mengimplementasikan teknik yang baru. Mereka bersikap luwes dan kreatif dalam
memecahkan masalah.
3. Memfokuskan pada hasil.Tim yang dinamis mampu menghasilkan melampaui kemampuan
jumlah individu yang menjadi anggotanya. Para anggota tim secara terus-menerus
memenuhi komitmen waktu, anggaran, produktivitas, dan mutu “produktivitas optimum”
merupakan tujuan bersama.
4. Memperjelas peran dan tanggung jawab. Peran dan tanggung jawab anggota tim jelas.
Setiap anggota tim mengetahui dengan jelas apa yang diharapkan dari dirinya, dan
mengetahui dengan jelas peran temannya dalam tim. Tim yang dinamis selalu
memperbaharui peran dan tanggung jawab anggotanya sesuai dengan perubahan tuntutan,
sasaran dan teknologi.
5. Diorganisasikan dengan baik. Tim dinamis menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan
baik, menetapkan prosedur secara jelas serta kebijakan dengan jelas. Tim juga
menginventarisir jenis keterampilan yang dimiliki oleh para anggota timnya.
6. Dibangun diatas kekuatan individu. Kompetensi individu sangat diperhatikan, sehingga
pimpinan tim memahami betul kekuatan dan kelemahan anggota timnya. Oleh karena itu
program Pembinaan sangat diharapkan. Pimpinan tim sangat memperhatikan
pemberdayaan timnya sehingga dalam pemberdayaan disesuaikan dengan kompetensi
anggota tim.
7. Saling mendukung kepemimpinan anggota yang lain. Dalam tim yang dinamis,
kepemimpinan dibagi diantara para anggotanya. Dalam hal ini tidak ada pimpinan yang
mutlak. Setiap anggota tim memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pemimpin tim.
Meskipun demikian peran supervisor masih dianggap perlu ada. Dalam Tim dinamis
menghargai keunikan setiap individu.
8. Mengembangkan iklim tim. Tim yang berkinerja tinggi memiliki anggota yang secara
antusias bekerja bersama dengan tingkat keterlibatan dan energi kelompok yang tinggi
(bersinergi).
9. Menyelesaikan ketidaksepakatan. Perbedaan persepsi dan ketidaksepakatan akan terjadi
dalam setiap tim. Tim dinamis menganggap bahwa konflik merupakan suatu wahana untuk
menumbuhkan hal-hal yang lebih positif. Segala konflik akan diselesaikan dengan
pendekatan secara terbuka dengan teknik kolaborasi.
10. Berkomunikasi secara terbuka. Pembicaraannya secara asersi, yakni bicara yang lugas, jujur
tetapi tidak melukai pihak lain. Masing-masing anggota kelompok saling memberi dan
menerima saran dari anggota kelompok yang lain, komunikasi dilakukan secara timbal balik
dan untuk kepentingan bersama.
11. Membuat keputusan secara obyektif. Dalam pemecahan masalah menggunakan
pendekatan yang mantap dan proaktif. Keputusan dicapai melalui konsensus. Setiap
anggota kelompok bersedia dan mendukung keputusan tersebut. Anggota kelompok bebas
mengutarakan pendapat dan idenya dan mendukung rencana yang telah ditetapkan.
12. Mengevaluasi efektivitasnya sendiri.Evaluasi dilaksanakan secara terus menerus dengan
tujuan untuk melihat bagaimanakah pelaksanaan rencana selama ini. Penyempurnaan
dilaksanakan secara berkelanjutan dan manajemen proaktif. Apabila muncul masalah
kinerja, mereka bisa segera memecahkannya sebelum menjadi permasalahan yang serius.

C. Tahapan Perkembangan Tim

Pada dasarnya dalam membangun tim yang dinamis mempunyai tahapan sebagai berikut
(Peter Senge):

1. Forming (pencairan bentuk)


2. Storming (mencari jati diri tim)
3. Performing (tim mulai menunjukkan kinerja)
4. Transforming (tim mulai terbiasa dengan budaya kerja baru)

Mewujudkan tim yang dinamis tidak mudah, tetapi merupakan rangkaian perkembangan
setahap demi setahap. Tahapan tersebut dalam bahan ajar ini akan dijabarkan mengacu pada

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 112


- 113
-

pendapat Richard Y. Chang yang dimuat dalam bukunya “Membangun Tim yang Dinamis”.
Adapun tahapan perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan arah (Drive)


Dalam tahap ini Tim harus memfokuskan pada misinya dan membuat garis besar strategi
yang akan ditempuh serta menetapkan tujuan, prioritas dan prosedur kerja serta peraturan
bagi Tim anda.

2. Bergerak (Strive)
Dalam tahap ini peran dan tanggung jawab anggota tim ditetapkan dengan jelas. Dalam
tahap ini beberapa kendala akan dihadapi dengan penuh bijaksana bersama dengan seluruh
anggota Tim, sehingga seluruh permasalahan dapat dihadapi dengan arif dan bijaksana.

3. Mempercepat gerak (Thrive)


Fase ini dimungkinkan untuk meningkatkan produktivitas secara maksimal. Dalam
memecahkan masalah menggunakan umpan balik dari sesama anggota, manajemen
konflik, kerjasama dan pembuatan keputusan yang efektif. Penguasaan terhadap wilayah
secara cepat dan efektif dengan daya tahan yang tangguh.

4. Sampai (Arrive)
Dengan kerja sama tim yang kompak,tim akan mencapai puncak dengan mengatasi semua
kendala-kendala yang ada, yang pada akhirnya mencapai prestasi yang luar biasa. Namun
apabila dalam fase ini belum mencapai puncak idealnya,dilakukan peninjauan kembali tim
dengan melaksanakan konsolidasi upaya, misalnya berkoordinasi secara maksimal.
Disamping itu perlu meninjau kembali sasaran-sasaran yang telah ada, masih relevan atau
tidak.

D. Membangun Rasa Kebersamaan Tim

Adakah manfaat membangun rasa kebersamaan dalam sebuah tim? Tahapan-tahapan dalam
membangun tim yang dinamis tersebut akan berjalan dengan seksama, apabila anggota-
anggota tim mampu membangun rasa kebersamaan secara efektif. Untuk membangun rasa
kebersamaan di dalam suatu tim, maka setiap anggota kelompok harus mampu untuk
menerima keragaman anggota tim. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan setiap tim terdiri dari
berbagai individu yang memiliki latar belakang, perilaku, pengalaman yang berbeda-beda.
Tidak ada seorang manusiapun yang diciptakan sama termasuk orang yang kembar sekalipun.
Tim akan efektif apabila dibangun berdasarkan kebersamaan, tidak memandang pangkat, suku
dan golongan, menunjukkan rasa saling percaya, saling menghargai dan dilandasi oleh
keterbukaan. Oleh karena itu, anggota suatu tim hendaknya memiliki karakteristik yang
berorientasi pada opini, persamaan, serta tujuan.

Adapun penjabaran karakteristik anggota tim yang berorientasi pada opini, persamaan, dan
tujuan, masing-masing adalah sebagai berikut:

Berorientasi pada Opini:

1. Berlawanan dengan orang yang bersifat dogmatis, akan mengarahkan pada tindakan tidak
mengutuk orang lain;
2. Memperkenalkan gagasannya tanpa mengusulkan atau bahkan mengisyaratkan agar orang lain
memberi posisi istimewa pada gagasannya;
3. Saling meminta ide dari anggota kelompok yang lain, bukan berorientasi pada gagasan perorangan;
4. Tidak hanya memfokuskan pada idenya sendiri, tetapi menginvestigasi pendapat orang lain.

Berorientasi pada Persamaan:

1. Anggota tim yang berorientasi pada persamaan melihat keragaman sebagai suatu keunggulan.
Perbedaan yang dimiliki dapat dipakai untuk mengecek setiap sisi, sudut, puncak dan dasar suatu
masalah;
2. Mengandalkan semua anggota;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 113


- 114
-

3. Kepercayaan kepada anggota tim meningkatkan produktivitas.

Berorientasi pada Tujuan:

1. Tim yang terdiri dari anggota yang berorientasi pada tujuan, kecil kemungkinan akan timbul konflik
di dalamnya yang disebabkan oleh keunikan masing-masing kelompok;
2. Keseluruhan anggota tim berorientasi pada tujuan yang sama;
3. Anggota tim mengakui bahwa masing-masing anggota memiliki tujuan, dan kemungkinan tujuan
tersebut bertentangan dengan tujuan tim;
4. Keunikan anggota tim yang muncul segera dapat diatasi, tidak dibiarkan melahirkan masalah baru.

(Sukses Melalui Kerjasama Tim, Richard Chang, PT Pustaka Binaman Pressindo)

Hal apakah yang akan kita perhatikan? Dalam rangka membangun kerjasama tim, perlu juga
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: meningkatkan umpan balik sesama anggota tim,
memiliki komitmen untuk menyelesaikan konflik, bekerja sama untuk meningkatkan kreativitas
dan menangani dalam pembuatan keputusan.

E. Peran Individu dalam Tim

Keberhasilan suatu tim sangat tergantung dari peran individu-individu dalam tim tersebut. Ada
lima peran individu dalam suatu tim yang berhasil. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:

Driver : Mengembangkan gagasan, memberi arah, menemukan hal-hal baru.


Planner : Menghitung kebutuhan tim, merencanakan strategi kerja, menyusun jadwal.
Enabler : Ahli memecahkan masalah, mengelola sarana/sumber daya menyebarkan
gagasan, melakukan negosiasi.
Executor : Mau bekerja menghasilkan output, mengkoordinir dan memelihara tim.
Controller : Membuat catatan,mengaudit dan mengevaluasi kemajuan tim.

F. Membangun Kebanggaan Tim

Perlukah membangun kebanggaan tim? Tim dinamis akan senantiasa mempertahankan


prestasinya secara maksimal. Oleh karena itu mempertahankan kinerja tim sangat diharapkan.
Ini berarti bahwa perlu ada suatu usaha untuk memotivasi tim secara efektif agar mampu
membangun kebanggaan tim.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan tim agar anggota tim mampu
membangun kebanggaannya adalah sebagai berikut:

1. Memotivasi Anggota Tim untuk Berkomitmen.Dalam memotivasi ini terlebih dahulu


tentukan faktor-faktor apakah yang dapat mempengaruhi orang tersebut termotivasi
dengan baik. Tanpa mengetahui hal ini proyek besarpun belum tentu merupakan faktor
stimulus. Setiap individu memiliki motif yang berbeda-beda, misalnya ada orang timbul
harga dirinya dengan menghargai kinerjanya, tetapi orang lain belum tentu demikian.

2. Memotivasi Anggota Tim yang Tidak Termotivasi. Tidak setiap anggota tim memiliki
motivasi yang sama. Ada anggota tim yang produktif, ada pula yang enggan berpartisipasi
secara aktif. Untuk itu diperlukan beberapa strategi yang jitu. Strategi tersebut antara lain:
(1) dapatkan nasihat dari mereka, (2) jadikan mereka guru, (3) libatkan mereka dalam
presentasi dan delegasikan kepada mereka proyek bintang.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam membangun kerjasama tim adalah perlunya
meningkatkan kerja sama tim yang efektif. Kunci utamanya adalah adanya komunikasi yang
efektif (dibahas dalam mata sajian komunikasi yang efektif), mendengarkan secara aktif, mampu

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 114


- 115
-

memotivasi anggota tim serta menyelesaikan konflik secara efektif. Teknik penanganan konflik
akan dibahas dalam pokok bahasan berikutnya.

Dilihat dari tahapannya (baik menurut Peter Senge maupun Ricard Y.Chang), apabila suatu tim
telah mencapai tahap ketiga (performing maupun thrive) sampai dengan tahap keempat
(transforming maupun arrive), maka akan timbul suatu kebanggaan tim.[]

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 115


- 116
-

PB Bahan Bacaan

8.1 Membangun Tim Kerja di Desa

Bahan Bacaan 2

MEMBANGUN JEJARING

Pendahuluan

Jaringan sosial (social network) adalah kumpulan individu atau kelompok yang terikat oleh
kepentingan dan/atau tujuan yang sama. Membangun jaringan sosial dan mengembangkan
kerjasama merupakan agenda penting dan strategis yang harus dipahami dengan baik oleh
para pendamping desa. Pemahaman yang baik terhadap jaringan sosial yang terbangun di
pedesaan selama ini, akan sangat membantu proses-proses pendampingan yang dilakukan
di tingkat masyarakat desa. Mulai dari proses perencanaan pembangunan sampai pada
kegiatan pemberdayaan masyarakat desa.

Hal mendasar yang harus dipahami dari hubungan sosial yang melahirkan jaringan sosial
adalah setiap orang mempunyai akses yang berbeda terhadap sumber daya yang bernilai,
seperti akses terhadap sumber daya alam, informasi atau kekuasaan. Artinya bahwa
dengan memahami jaringan sosial di Desa akan memudahkan bagi pendamping desa
dalam membangun jaringan sosial baru untuk kepentingan implementasi UU Desa, serta
memudahkan untuk mengembangkan kerjasama.

Salah satu tugas dan peran penting dari pendamping desa adalah membantu desa
membentuk dan memanfaatkan jaringan sosial serta mengembangkan kerjasama, baik
kerjasama antar desa maupun dengan pihak ketiga guna mewujudkan tujuan dari
pembangunan desa, sebagaimana dinyatakan dalam UU Desa, khususnya tujuan yang
berkaitan dengan: a) Mendorong prakarsa, gerakan dan partisipasi masyarakat desa untuk
pengembangan potensi dan aset desa guna kesejahteraan bersama; b) Meningkatkan
ketahanan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional; c) memajukan perekonomian
masyarakat desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional; dan d) Memperkuat
masyarakat desa sebagai subjek pembangunan.

Selama ini, proses dan pola pemberdayaan desa umumnya cenderung menciptakan
ketergantungan. Akibatnya, desa tidak tumbuh menjadi desa yang mandiri dalam mengurus
dan mengelola sumber daya dan potensi yang dimilikinya, termasuk jaringan sosial yang
telah tumbuh dan berkembang di Desa. Kekuatan dari potensi jaringan sosial, seperti
semangat kegotong-royongan dan kepercayaan (trust) belum dapat dioptimalkan untuk
mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi Desa.

Tujuan yang hendak dicapai dengan membentuk dan memanfaatkan jaringan sosial di
pedesaan adalah untuk mengatasi persoalan yang dihadapi masyarakat desa, seperti:
terbatasnya peluang kerja, struktur sumber daya ekonomi yang kurang beragam,
keterbatasan pendidikan, keterampilan, peralatan dan modal.

Secara normatif, kerjasama antar desa maupun kerjasama dengan pihak ketiga telah diatur
dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Desa dapat mengembangkan kerjasama
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 116
- 117
-

meliputi: pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai
ekonomi yang berdaya saing, kegiatan kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan dan
pemberdayaan Desa, dan kerjasama juga dapat dilakukan di bidang keamanan dan
ketertiban di Desa. Prinsipnya, kerjasama dikembangkan untuk memanfaatkan potensi
Desa dan mengatasi kekurangan dari sumber daya alama dan sumber daya manusia di
Desa untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa. Kerjasama ini harus dilakukan
dalam prinsip saling menguntungkan dan memandirikan masing-masing Desa.

Mengidentifikasi Pihak-Pihak yang Potensial

Kerja jejaring merupakan kegiatan untuk kepentingan banyak pihak yang bersifat memberi
dan berbagi. Sedangkan definisi kerja jaringan adalah:

1. Kekuatan berasal dari semangat memberi dan berbagi.


2. Kemauan alami menghargai diri, lembaga, organisasi, hubungan dan relasi.
3. Salah satu cara untuk memahami sistem yang ada pada diri kita dan orang lain.
4. Merupakan cara yang terorganisir untuk menciptakan relasi guna suatu tujuan.

Kerja jaringan mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Merupakan media pemasaran yang efektif.


2. Biaya lebih efisien dengan potensi keberhasilan lebih efektif.

Untuk membangun networks, beberapa prinsip dasar yang harus diikuti adalah sebagai
berikut:

1. Membangun citra lembaga yang baik.


2. Fokus pada kualifikasi lembaga.
3. Berkaitan dengan apa yang kita tawarkan bukan apa yang kita dapatkan.
4. Mengembangkan kemampuan “mendengar“.
5. Mengembangkan kemampuan “bertanya“.
6. Menepati janji bukan mengobral janji.

Untuk membangung jejaring sosial di pedesaan terlebih dahulu kita harus memetakan dan
mengenali siapa saja tokoh atau pihak kunci yang dapat kita ajak bersama untuk
membangun dan memajukan desa. Untuk membantu memetakan tokoh atau para pihak
tersebut, pertanyaan-pertanyaan dibawah ini diharapakan dapat membantu:

1. Siapa atau kelompok mana yang selalu terlibat membantu kegiatan di pedesaan?
Mengapa mereka selalu terlibat? Apa manfaat langsung/tidak langsung kegiatan
tersebut bagi kelompok?
2. Apakah ada kesamaan yang mengikat para anggota jaringan itu, misalnya satu keluarga
atau kerabat, tetangga, atau mata pencaharian atau lainnya?
3. Apakah orang-orang itu membentuk jaringan untuk menanggulangi hal-hal yang
lainnya juga, atau hanya untuk peristiwa yang diuraikan itu?
4. Jika untuk hal-hal lain juga, hal-hal apakah itu? Mengapa bisa menjalar ke hal-hal lain,
atau sebaliknya?
5. Apa hubungan kelompok atau jaringan ini dengan jaringan atau kelompok lain (bersaing,
saling mendukung, tidak ada kaitan sama sekali)? Apa alasan atau latar belakang
hubungan yang demikian?
6. Apa pula hubungan jaringan atau kelompok ini dengan pemerintah desa? Apakah
pemerintah memberikan dukungan nyata, pasif atau malah menghambat? Mengapa?
7. Sejak kapan jaringan ini muncul? Bagaimana riwayat kemunculannya, atau
perubahannya dari jaringan sebelumnya? Apakah lingkup kegiatan atau
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 117
- 118
-

keanggotaannya saat ini mengalami perubahan dari sebelumnya? Sejak kapan


perubahan berlangsung? Mengapa?

No. Kelompok Sosial Potensi/Peran


1 Organisasi Tani Lokal ● Terlibat dalam proses perencanaan pembangunan
(OTL) desa dan pemberdayaan masyarakat petani
● Menjadi kelompok penerima manfaat
pembangunan
● Mengutus perwakilannya dalam Badan
Musyawarah Desa
● Terlibat dalam proses musyawarah desa
● Terlibat dalam pembahasan peraturan desa

2 Kelompok Nelayan ● Terlibat dalam proses perencanaan pembangunan


desa dan pemberdayaan masyarakat nelayan
● Menjadi kelompok penerima manfaat
pembangunan
● Mengutus perwakilannya dalam Badan
Musyawarah Desa
● Terlibat dalam proses musyawarah desa
● Terlibat dalam pembahasan peraturan desa

3 Organisasi ● Terlibat dalam proses perencanaan pembangunan


desa dan pemberdayaan masyarakat adat
Masyarakat Adat
● Menjadi kelompok penerima manfaat
pembangunan
● Mengutus perwakilannya dalam Badan
Permusyawaratan Desa
● Terlibat dalam proses musyawarah desa
● Terlibat dalam pembahasan peraturan desa adat

4 Organisasi ● Terlibat dalam proses perencanaan pembangunan


desa dan pemberdayaan masyarakat adat
Keagamaan
● Menjadi kelompok penerima manfaat
pembangunan
● Mengutus perwakilannya dalam Badan
Musyawarah Desa
● Terlibat dalam proses musyawarah desa

5 Organisasi ● Terlibat dalam proses perencanaan pembangunan


desa dan pemberdayaan
Perempuan
● Menjadi kelompok penerima manfaat
pembangunan
● Mengutus perwakilannya dalam Badan
Musyawarah Desa
● Terlibat dalam proses musyawarah desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 118


- 119
-

● Terlibat dalam pembahasan peraturan desa

6 Organisasi ● Terlibat dalam proses perencanaan pembangunan


desa dan pemberdayaan masyarakat adat
Kepemudaan
● Menjadi kelompok penerima manfaat
pembangunan
● Mengutus perwakilannya dalam Badan
Musyawarah Desa
● Terlibat dalam proses musyawarah desa
● Terlibat dalam pembahasan peraturan desa

7 NGO ● Membangun kerjasama dalam program ekonomi di


pedesaan
● Membantu desa dalam proses pemberdayaan
masyarakat desa

Mengembangkan Kerjasama

Pijakan berpikir yang mendasari perlunya membangun relasi jaringan sosial dan kerjasama
dalam melakukan pembangunan desa dan pemberdayaan desa, antara lain:
Pertama, pengembangan jaringan sosial dan kerjasama di pedesaan diformulasikan untuk
mewujudkan desa yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti: pangan,
energi, pendidikan dan kesehatan. Kemandirian desa tidak berarti Desa terlepas dari
kesaling-tergantungan dengan desa yang lain, melainkan terjadi “net-benefit” yang
dihasilkan dari pertukaran antara desa.

Kedua, pengembangan potensi jaringan sosial di wilayah pedesaan ditekankan pada aspek
keberlanjutan, yakni:

1. Keberlanjutan ekologi, dimana pemanfaatan sumber daya alam dilakukan dengan tidak
merusak lingkungan dan senantiasa memperhatikan daya dukung ekologinya.
2. Keberlanjutan sosial ekonomi yang mengacu pada kesejahteraan masyarakat
pedesaan.
3. Keberlanjutan komunitas masyarakat pedesaan yang mengacu pada terjaminnya peran
masyarakat dalam pembangunan dan jaminan akses komunitas pada sumber daya
alam.
4. Keberlanjutan institusi yakni mencakup institusi politik, institusi sosial-ekonomi dan
institusi pengelola sumber daya (Arif Satria: 2011).

Ketiga, pengembangan kerjasama dengan pihak ketiga hendaknya tidak membuat desa
mengalami ketergantungan baru. Dalam hal ini, tiga aktor yang bisa terlibat dalam proses
kerjasama, yakni:

a. Masyarakat desa dengan kekuatan kelembagaan sosial dan ekonomi yang dimilikinya
serta kemampuan mengelola sumberdaya yang berkelanjutan.
b. Pengusaha atau swasta yang mengembangkan usaha berbasis pedesaan serta untuk
mengatasi keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh desa.
c. Pemerintah yang berfungsi untuk memberikan penguatan kelembagaan sosial ekonomi
kepada desa dan jaminan keamanan dan legal kepada pengusaha/swasta.

Keempat, pendamping desa harus mampu mengidentifikasi dan menjahit seluruh kekuatan
ekonomi dan politik di wilayah pedesaan untuk terlibat dalam proses pembangunan dan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 119


- 120
-

pemberdayaan. Jaringan sosial pada dasarnya merupakan mitra strategis Desa yang harus
senantiasa dijaga dan dikembangkan untuk memajukan pembangunan di Desa.

Tujuan membentuk jaringan sosial dan mengembangkan kerjasama di Desa sebagai berikut:

1. Untuk mewujudkan desa yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasar, seperti
pangan, energi, kesehatan, pendidikan, air bersih, dsb.
2. Untuk membangun dan menumbuhkan semangat kolektivitas, kegotongroyongan dan
trust building dari kelompok-kelompok sosial di masyarakat desa.
3. Agar desa mempunyai perencanaan pembangunan desa dan strategi pemberdayaan
masyarakat desa yang mencakup: potensi, rencana strategis, perencanaan ruang,
perencanaan pengelolaan dan pemanfaatan dan strategi aksi yang menjadi dasar dalam
mengembangkan kerjasama antar desa maupun dengan pihak ketiga.
4. Agar desa mempunyai badan kerjasama antar desa yang dihasilkan melalui
musyawarah desa.
5. Agar berkembang aktivitas ekonomi berbasis pedesaan yang mampu bersaing dalam
pasar lokal, regional dan global serta dapat diandalkan dalam meningkatkan kualitas
hidup masyarakat secara berkelanjutan.

Selain tujuan diatas, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh para pendamping
desa dalam membangun jaringan sosial dan kerjasama, yaitu sebagai berikut:

1. Pendamping harus meyakini, mengakui dan menghargai bahwa setiap


individu/lembaga memiliki potensi yang merupakan modal dasar dalam merealisasikan
visi pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.
2. Modal dasar tersebut perlu dikembangkan dan ditingkatkan mutunya, serta dipadukan
lewat proses dialog dan musyawarah dalam wadah jaringan.
3. Musyawarah dan dialog adalah roh dari pendampingan desa.
4. Pendamping desa meyakini potensi jaringan sosial yang peduli terhadap masalah
pedesaan, memiliki fungsi penting dan strategis, sehingga selalu menjadi pusat
perhatian pendamping desa.
5. Pendamping desa harus senantiasa menciptakan peluang dengan mengembangkan
sistem dan mekanisme, agar potensi jaringan sosial yang terbentuk senantiasa terlibat
dalam proses pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.

Model pendekatan dalam kerja jaringan:

1. Model kontak person. Biasanya dilakukan oleh seseorang yang merupakan tokoh kunci
dari lembaga, sering menggunakan pendekatan pribadi, loby (silaturahmi), mediasi dan
lain-lain.
2. Model kerja sama. Dapat dilakukan dengan pemerintah, asosiasi, perguruan tinggi,
lembaga keuangan atau kelompok profesi lainnya dengan isu-isu yang sejenis dan
sifatnya memberikan bantuan stimulan, teknikal asistensi pada program yang sama.
3. Model aliansi. Kerja sama antar forum/lembaga untuk menyuarakan isu yang sama,
misalnya: ALIANSI GERAKAN PENGENTASAN KEMISKINAN yang terdiri dari
pendamping desa, Pemda, NGO, dll.
4. Model koalisi. Beberapa forum/lembaga melakukan merger menggunakan satu nama,
misal: KOALISI PENGENTAS KEMISKINAN PEDESAAN, bersifat sementara (ad hoc)
dipimpin oleh seorang koordinator.[]

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 120


- 121
-

Pokok Bahasan 9
RENCANA KERJA TINDAK LANJUT
(RKTL)

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 121


- 122
-

SPB Rencana Pembelajaran

9.1 Rangkuman Hasil Pelatihan

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan hal-hal penting yang diperoleh selama pelatihan;
2. Menguraikan keterkaitan antara apa yang diperoleh dalam pelatihan
dengan tugas-tugas pokok sebagai Pendamping Lokal Desa (PLD).

Waktu
1 JPL (45Menit)

Metode
Pemaparan, Penugasan perorangan dan Curah pendapat

Media
Lembar curah pendapat, Lembar kerja kelompok dan Slide presentasi

Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus

Proses Penyajian
Kegiatan 1: Merangkum

1. Menjelaskan mengenai pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang


akan disampaikan;
2. Ajak bebarapa peserta untuk mengingat kembali materi pelatihan
pratugas PLD. Sebutkan PB-PB yang sudah disampaikan selama
pelatihan;
3. Tuliskan dalam metaplan PB yang belum dipahami keseluruhan oleh
peserta pelatihan (maksimal 2 PB);
4. Mintalah peserta untuk menjelaskan mengapa materi PB tersebut belum
dipahami, dan pelatih memberikan saran dan masukan terhadap hal
tersebut;
5. Lanjutkan penugasan individu, yaitu tugaskan setiap peserta untuk
menuliskan di kertas HVS masing-masing dengan topik: Bagaimana

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 122


- 123
-

keterkaitan materi pelatihan dengan tugas pokok sebagai Pendamping


Lokal Desa.
6. Mintalah peserta menempel kertas HVS yang telah ditulis pada dinding
ruang pelatihan dan minta perwakilan menjelaskan hasil penugasan;
7. Fasilitator memberikan penegasan terkait sesi ini;
8. Tutup sesi ini dengan tepuk tangan meriah dan salam.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 123


- 124
-

Rencana Pembelajaran
SPB
Evaluasi Penyelenggaraan
9.2 Pelatihan

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memberikan umpan balik kritis dalam penyelenggaran pelatihan;
2. Menuliskan penilaian atas penyelenggaran pelatihan.

Waktu
1 JPL (45Menit)

Metode
Pemaparan, Penugasan perorangan dan Curah pendapat

Media
Lembar curah pendapat, Lembar kerja kelompok dan Slide presentasi

Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus

Proses Penyajian
Kegiatan 2: Evaluasi
1. Jelaskan mengenai pokok bahasan yang akan disampaikan;
2. Ajak bebarapa peserta untuk secara bersama-sama melakukan evaluasi,
diantaranya:
● Memberikan umpan balik kritis terhadap materi/modul pelatihan.
● Memberikan umpan balik kritis terhadap Pelatih.
● Memberikan umpan balik kritis terkait penyelenggaran pelatihan.
3. Lakukan pembahasan evaluasi materi diatas secara bersama-sama dan
rumuskan secara bersama-sama;
4. Pelatih memberikan penegasan terkait sesi ini;
5. Tutup sesi ini dengan tepuk tangan meriah dan salam.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 124


- 125
-

Rencana Pembelajaran
SPB
Rencana Kerja Tindak Lanjut
9.3 (RKTL)

Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi hasil-hasil pelatihan yang masih perlu ditingkatkan lebih
lanjut dan strategi yang akan dikembangkan;
2. Menyusun rencana kerja tindak lanjut.

Waktu
1 JPL (45Menit)

Metode
Pemaparan, Penugasan perorangan dan Curah pendapat

Media
Lembar curah pendapat, Lembar kerja kelompok dan Slide presentasi

Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus

Proses Penyajian
Kegiatan 3: Membuat RKTL

9. Menjelaskan mengenai sub pokok bahasan yang akan disampaikan;


10. Pelatih menyampaikan beberapa pokok bahasan dan sub pokok
bahasan. Mintalah peserta untuk mengomentari terkait dengan pokok
bahasan dan sub pokok bahasan dimaksud;
11. Lanjutkan dengan curah pendapat seputar:
● Apa pengertian RKTL dan tujuannya?
● Bagaimana sebaiknya RKTL disusun sehingga tepat waktu?
12. Pelatih menjelaskan kisi-kisi tentang menyusun RKTL, menjelaskan
standar kinerja nasional, RKTL nasional dan RKTL individu Pendamping
Lokal Desa (Media Fasilitasi 9.3.1);
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 125
- 126
-

13. Lanjutkan dengan diskusi kelompok. Bagi peserta ke dalam 6 kelompok


dan setiap kelompok merumuskan RKTL berdasarkan pokok kegiatan
Pendamping Lokal Desa yang sesuai dengan TUPOKSI masing-masing;
14. Dalam diskusi kelompok, rumuskan secara bersama-sama, namun
output diskusi kelompok adalah pekerjaan individual setiap Pendamping
Lokal Desa;
15. Dalam diskusi kelompok, minta peserta menggunakan format Lembar
Kerja 9.3.1.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 126


- 127
-

Media Fasilitasi 9.3.1

Teknik Menyusun RKTL

Fungsi Kaidah Aspek


Acuan waktu S (Spesific) Uraian Kegiatan
Acuan Proses M (Measureble) Lokasi
Acuan Sumber Daya A (accurate) Waktu
Menjamin pencapaian R (Realiable) Target output
output
Menjamin efektifitas kerja T (Time frame) Person In Charge

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 127


- 128
-

Lembar Kerja 9.3.1

RENCANA KERJA TINDAK LANJUT (RKTL)


PROGRAM PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
TAHUN ANGGARAN ……………..

NAMA :
JABATAN :
LOKASI TUGAS :

Waktu
Uraian Target Langkah (Tahun Anggaran 2023)
No
Kegiatan Output Kerja 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

DIketahui Pelatih ………………………… 20……..

YANG MEMBUAT

______________________ _____________________

1. Setiap peserta WAJIB menuliskan RKTL dalam formulir diatas, dan dikumpulkan
kepada pelatih untuk ditanda tangani.
2. Pelatih memberikan penegasan terkait RKTL.
3. Tutup sesi ini dengan tepuk tangan meriah dan salam.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 128


- 129
-

Daftar Pustaka
Anom Surya Putra, (2015). Buku 7 Badan Usaha Milik Desa: Spirit Usaha Kolektif Desa.
Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesia.
Bappenas, edisi III (2011). Perkembangan Perdagangan dan Investasi, Jakarta.
Borni Kurniawan, (2015). Buku 5 Desa Mandiri Desa, Desa Membangun. Jakarta:
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia.
Denhardt, Kathryn G. (1988). The ethics of Public Service. Westport, Connecticut:
Greenwood Press.
Dwiyanto, Agus dkk., (2003). Reformasi Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah,
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Eko Sri Haryanto (2016). Panduan Pendamping Kawasan Perdesaan. Jakarta: Direkorat
Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan Kementerian Desa Pembangunan
Daerah Twertinggal dan Transmigrasi Bekerjasama dengan KOMPAK.
Idham Arsyad, (2015). Buku 9 Membangun Jaringan Sosial dan Kemitraan. Jakarta:
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia.
Kartasasmita, Ginandjar, (2004), Administrasi Pembangunan, Jakarta: LP3ES.
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 050-187/Kep/Bangda/2007 tentang Pedoman
Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang). Jakarta: Departemen Dalam Negeri.
Keputusan Menteri Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 143 Tahun 2023 tentang Petunjuk Teknis Pendampingan
Masyarakat Desa;
M. Silahuddin, (2015). Buku 1: Kewenangan Desa dan Regulasi Desa. Jakarta: Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Mochammad Zaini Mustakim, (2015). Buku 2 Kepemimpinan Desa. Jakarta: Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Naeni Amanulloh, (2015). Buku 3 Demokrasi Desa. Jakarta: Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Nyoman Oka (2009). Perencanaan Pembangunan Desa: Seri Panduan Fasilitator CLAPP
(Community Learning And Action Participatory Process), MITRA SAMYA dengan
dukungan AusAID ACCESS.
Osborne, David dan Ted Gaebler, (1996). Mewirausahakan Birokrasi, Jakarta: Pustaka
Binaman Pressindo.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54/2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. Jakarta: Direktur jenderl Bina
Pembangunan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. (Lembaran

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 129


- 130
-

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5539).
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang
Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5717);
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5558) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5864);
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Desa;
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Musyawarah Desa ;
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Nomor 18 Tahun 2019 Tentang
Pedoman Umum Pendampingan Masyarakat Desa;
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2023 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2020 Tentang
Pedoman Umum Pembangunan Desa Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa;
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan Di
Desa, Jakarta;
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 44 Tahun 2016 tentang Kewenangan Desa, Jakarta;
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa,
Jakarta;
Nur Kholis, dkk., (2017) Modul Pelatian Pra Tugas TAPM Dalam Rangka Implementasi
Undang-Undang Desa, Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Nur Kholis, dkk., (2017) Modul Pelatian Pra Tugas PD Dalam Rangka Implementasi
Undang-Undang Desa, Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Nur Kholis, dkk., (2017) Modul Pelatian Pra Tugas PLD Dalam Rangka Implementasi
Undang-Undang Desa, Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Said, Mas’ud, (2007). Birokrasi di Negara Birokratis, Malang: UMM Press.
Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan dan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor: 900/5356/SJ. Nomor
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 130
- 131
-

959/KMK.07/2015. Nomor 49 Tahun 2015 tentang Percepatan, Penyaluran,


Pengelolaan dan Penggunaan Dana Desa Tahun 2015;
Sutoro Eko, (2015). Regulasi Baru, Desa Baru: Ide, Misi dan Semangat UU Desa. Jakarta:
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia.
Syarief, Reza M. (2002). Mengembangkan Inovasi dan Kreativitas Berpikir : pada Diri dan
Organisasi Anda.Bandung: Asy Syamiamil Cipta Media.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
Wahyuddin Kessa, (2015). Buku 6 Perencanaan Pembangunan Desa. Jakarta: Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia.

Wahjudin Sumpeno, dkk., (2015) Modul Pelatian Penyegaran Pendamping Desa dalam
rangka Pengakhiran PNPM Mandiri Perdesaan dan Implementasi Undang-Undang
Desa, Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesia.
Wahjudin Sumpeno. editor (2016) Draft Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa,
Jakarta: PMK, Bappenas, Kemendesa PDTT, Kemendagri, BPKP, PSF-World Bank dan
KOMPAK.
Wahjudin Sumpeno. Dkk., (2015) Modul Pelatihan untuk Pelatih Pendamping Desa, Jakarta:
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia.
Wahjudin Sumpeno, (2012) Modul Pelatihan Harmonisasi dan Integrasi Perencanaan
Pembangunan Daerah, Banda Aceh: Kerjasama Bappeda Aceh dan The World Bank.
Wahjudin Sumpeno, (2012) Modul Pelatihan Aparatur Pemerintah Daerah: Pengelolaan
Forum SKPD, Banda Aceh: Kerjasama BKPP Aceh dan The World Bank.
Wahjudin Sumpeno, (2010) Panduan Penyusunan RPJM Desa Berbasis Perdamaian,
Banda Aceh: The World Bank.
Wahjudin Sumpeno, (2001) Perencanaan Desa Terpadu, Banda Aceh: Read Indonesia.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 131

Anda mungkin juga menyukai