MODUL
PELATIHAN PRATUGAS
PENDAMPING LOKAL DESA
TIM PENULIS : Nur Kholis, Roni Budi Sulistyo, Yosef Dapa Bili, Ahmad Fais,
Diterbitkan oleh:
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,
DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
Jl. TMP Kalibata No. 17 Jakarta Selatan 12740
Telp. (021) 79172244, Fax. (021) 7972242
Website: www.kemendesa.go.id
Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian
sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa.
12. RPJM Desa (Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Desa) adalah dokumen
perencanaan untuk periode 6 (enam) tahun yang memuat arah pembangunan desa,
arah kebijakan keuangan desa, kebijakan umum dan program Pemerintah Daerah
(Provinsi, Kabupaten/Kota) dan program prioritas kewilayahan disertai dengan
rencana kerja.
13. RKP Desa (Rencana Kerja Pemerintah Desa) adalah dokumen perencanaan untuk
periode 1 (satu) tahun sebagai penjabaran dari RPJM Desa yang memuat rancangan
kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang
dimutakhirkan, program prioritas pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaan
serta prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun
yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada
Rencana Kerja Pemerintah dan RPJM Desa.
14. Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari RKP
Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan Pemerintah Desa kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme perencanaan pembangunan
Daerah.
15. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
16. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak
lainnya yang syah.
17. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa, adalah
rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
18. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan
dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
19. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
Kata Sambutan
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah
Tertinggal Dan Transmigrasi
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT dengan rahmatnya bahwa Modul
Pelatihan Pratugas Pendamping Lokal Desa dalam rangka mendukung pelaksanaan
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 telah hadir dihadapan pembaca. Secara umum modul
pelatihan ini dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga pendamping profesional di tingkat
Kabupaten/Kota dalam rangka mendukung kebijakan Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
melalui upaya pendampingan masyarakat secara efektif dan bekelanjutan.
Peningkatan kapasitas Pendamping Lokal Desa menjadi salah satu faktor penentu
keberhasilan pendampingan Desa yang pada akhirnya akan menentukan pencapaian tujuan
dan target pelaksanaan Undang-Undang Desa. Kapasitas Pendamping Lokal Desa yang
dimaksud mencakup: (1) pengetahuan tentang kebijakan Undang-Undang Desa; (2)
keterampilan memfasilitasi pemerintah desa dalam mendorong tatakelola pemerintah desa
yang baik; (3) keterampilan tugas-tugas teknis pemberdayaan masyarakat; dan (4) sikap
kerja yang sesuai dengan standar kompetensi pendamping khususnya Pendamping Lokal
Desa sesuai tuntutan Undang-Undang Desa. Dalam meningkatkan kinerja pendampingan
tercermin dari komitmen, tanggung jawab dan keterampilan untuk mewujudkan tatakelola
Desa yang mampu mendorong kemandirian Pemerintah Desa dan masyarakat melalui
pendekatan partisipatif.
Terkait hal tersebut dirasakan perlu untuk menyusun sebuah modul pelatihan
Pratugas Pendamping Lokal Desa yang dapat memberikan acuan kerja di lapangan dalam
rangka membangun kemandirian Desa. Harapan dari kehadiran modul pelatihan ini dapat
memenuhi kebutuhan semua pihak dalam rangka mendorong peningkatan kapasitas
Pendamping Lokal Desa sebagai Tenaga Pendamping Profesional sesuai dengan
kebutuhan, kondisi di daerah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ttd.
Daftar Isi
Halaman
Daftar Istilah dan Singkatan ……………………………………………
Kata Sambutan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal &
Transmigrasi ….
Daftar Isi ………………………………………………………………
BAB I KURIKULUM PELATIHAN
Latar Belakang ……………………………………………..
Tujuan Pelatihan …………………………………………….
Ruang Lingkup Tugas Pendamping………………………….
Struktur Materi Pelatihan ……………………………………
Silabus / Garis Besar Program Pelatihan ………………………..
BAB II PANDUAN MEMBACA MODUL
Daftar Pustaka
BAB I
KURIKULUM PELATIHAN
LATAR BELAKANG
Kehadiran Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa) menandai babak
baru dan perubahan dalam politik pembangunan nasional, dimana Desa menjadi titik
tumpu yang mendapatkan perhatian serius. UU Desa diyakini sebagai gerbang harapan
menuju kehidupan berdesa yang lebih maju. Sebagai dasar hukum bagi keberadaan Desa,
UU Desa mengonstruksi cara pandang baru praksis berdesa (pemerintahan, pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat desa). Desa diakui dan dikukuhkan sebagai subjek yang
mengatur dan mengurus dirinya sendiri.
Perubahan dan paradigma baru atas Desa itu sangat penting mengingat kondisi objektif dan
dinamika desa-desa di Indonesia yang secara umum masih memprihatinkan. Desa identik
dengan ketertinggalan dalam semua aspek kehidupan. Kewenangan mengatur dan
mengurus dirinya sendiri yang dibarengi dengan memberikan hak-hak Desa, sehingga Desa
memiliki kemampuan finansial yang memadai guna melaksanakan kewenangannya,
sebagaimana ditegaskan UU Desa, menjadi faktor penggerak peningkatan pembangunan
desa yang sekaligus menjadi ruang krusial implementasi UU Desa.
Upaya meningkatkan kapasitas pendamping oleh Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat
Jenderal Pembangunan dan Pemberdayan Masyarakat Desa Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, dilakukan melalui kebijakan pelatihan
yang mencakup serangkaian kegiatan latihan, salah satunya adalah pelatihan pra tugas bagi
pendamping, khususnya PLD, sebagai pembekalan agar dapat melaksanakan fungsi dan
tugasnya secara optimal.
TUJUAN PELATIHAN
Secara umum tujuan pelatihan pra tugas Pendamping Lokal Desa adalah untuk memberikan
orientasi dan pembekalan agar siap secara mental, pengetahuan, dan keterampilan
sebelum diterjunkan di lokasi tugas.
Secara khusus pelatihan pra tugas Pendamping Lokal Desa bertujuan untuk:
Secara rinci setiap pokok-pokok materi ditetapkan tingkat keluasan dan kedalamnya,
berupa kisi-kisi materi pelatihan yang akan memandu pelatih dalam proses
pembelajarannya. Kisi-kisi materi pelatihan diuraikan sebagai berikut:
KOMPETENSI
POKOK
NO SUB POKOK BAHASAN K1 K2 K3 JP
BAHASAN
(P) (K) (S)
Pre Test
1 Dinamika 1.1. Perkenalan 1 2”
Kelompok dan
Pengorganisasian 1.2. Tujuan dan Proses Pelatihan 1
Peserta
1.3. Tata Tertib Pelatihan 3 2
KOMPETENSI
POKOK
NO SUB POKOK BAHASAN K1 K2 K3 JP
BAHASAN
(P) (K) (S)
Desa Dalam PermenDesa PDTT
Nomor 21 Tahun 2020
4.3. Perencanaan Pembangunan Desa
No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
1. Bina Suasana Setelah mengikuti sesi Peserta dapat: 1.1. Perkenalan Permainan 30”
dan Orientasi ini, peserta memberikan ▪ mengatasi situasi keterasingan
Pelatihan respon bagi situasi yang ▪ mengatasi hambatan
kondusif untuk proses psikologis/kecanggugan
pelatihan ▪ saling mengenal antar peserta
dan fasilitator
Setelah mengikuti sesi Dapat menjelaskan: 1.2. Tujuan dan 1. Presentasi Slide 15”
ini, peserta memahami ▪ tujuan pelatihan Proses 2.Tanya
Pelatihan jawab
tujuan dan proses ▪ alur dan kegiatan yang akan
pelatihan ini dilakukan selama mengikuti
pelatihan ini
Setelah mengikuti sesi Dapat: 1.3. Tata Tertib Diskusi Lembar Diskusi 30”
ini, peserta memberikan ▪ mengenali situasi yang Peatihan
respon bagi terciptanya menggangu proses pelatihan
situasi yang tertib ▪ menyatakan hal-hal yang
selama proses pelatihan menjamin ketertiban selama
proses pelatihan
▪ merumuskan aturan bersama
untuk ditaati
2. Desa dan Visi Setelah mengikuti sesi Dapat menjelaskan: 2.1. Kondisi dan 1. Penugasan Lembar Curah 45”
Undang- ini, peserta memahami ▪ penyebab ketertinggalan Desa Dinamika Desa perorangan Pendapat
2. Curah
Undang Desa kondisi dan dinamika ▪ aspek-aspek ketertinggalan pendapat
Desa pada umumnya Desa
No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
▪ dampak dari ketertinggalan
dimaksud
Setelah mengikuti sesi Dapat menyebutkan dan 2.2. UU Desa 1. Penugasan ▪ Slide 90”
ini, peserta: mengemukakan: sebagai Cara ▪ Lembar Kerja
Pandang dan 2. Presentasi Kelompok
▪ mengetahui cara ▪ perspektif yang mendasari UU
Sarana Menuju 3. Tanya ▪ UU No.6/2014
pandang UU Desa Desa
Keberdayaan jawab
▪ memahami amanat ▪ pengertian azas rekognisi dan Desa
UU Desa untuk subsidiaritas 4. Penugasan
mengubah ▪ keterkaitan azas dengan hak Kelompok
kondisi/ketertinggal asal usul dan kewenangan
an Desa lokal berskala Desa
▪ hakikat Desa sebagai
organisasi warga yang
berpemerintahan
▪ keleluasaan untuk mengatur
dan mengurus dirinya sendiri
▪ keharusan mengelola Desa
secara demokratis dan inklusif
▪ penyerahan hak Desa oleh
Negara (DD, ADD)
▪ Tri Matra Desa
3. Tata Kelola Setelah mengikuti sesi Dapat menyebutkan dan 3.1. Kelembagaan 1. Penugasan ▪ Lembar Kerja 60”
Desa ini, peserta mengetahui mengemukakan: dalam Tata peroranga Kelompok
kelembagaan dalam ▪ Pemangku Kepentingan dalam Kelola Desa n ▪ Slide Presentasi
tata kelola Desa tata kelola Desa 2. Penugasan
▪ Pelaku dalam pemerintahan Kelompok
Desa 3. Presentasi
No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
▪ kelompok pelaku strategis
dalam masyarakat
▪ hubungan antar pelaku kunci
Setelah mengikuti sesi Dapat menjelaskan: 3.2. Musyawarah 1. Penugasan Lembar Kerja 60”
ini, peserta memahami ▪ hakikat Musyawarah Desa Desa sebagai peroranga Kelompok
fungsi strategis Basis Tata n
▪ penyelenggara Musyawarah
Musyawarah Desa Desa Kelola dan 2. Penugasan
sebagai basis tata kelola ▪ cakupan materi yang harus Penggerak Kelompok
dan demokratisasi Desa dibahas dalam Musyawarah Demokratisasi
Desa Desa
▪ peserta Musyawarah Desa
▪ kedaulatan peserta
Musyawarah Desa
▪ pengambilan keputusan
dalam Musyawarah Desa
Setelah mengikuti sesi Dapat: 3.3 Prinsip-Prinsip 1. Penugasan ● Lembar Diskusi 60”
ini, peserta mengetahui ▪ menyebutkan prinsip-prinsip Tata Kelola ● Slide Presentasi
Desa 2. Diskusi
prinsip-prinsip tata tata kelola (partisipatif,
kelola Desa transparansi, dan 3. Presentasi
akuntabilitas)
▪ mengemukakan pengertian
prinsip-prinsip diatas
▪ menunjukkan cara
mewujudkan prinsip-prinsip
diatas
No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
4. Pembangunan Setelah mengikuti sesi Dapat: 4.1. Sistem 1. Penugasan ● Lembar Curah 90”
Desa ini, peserta mengetahui ▪ Menjelaskan kerangka kerja Pembangunan Pendapat
2. Curah ● Lembar Kerja
sistem pembangunan pembangunan Desa dalam Desa Berbasis Pendapat Kelompok
Desa sistem pembangunan Data SDGs
3. Penugasan ● Slide Presentasi
nasional; Desa
Kelompok
▪ Menjelaskan Pokok-Pokok
Kebijakan Pembangunan Desa 4. Presentasi
Dalam PermenDesa PDTT
Nomor 21 Tahun 2020
▪ Menjelaskan alur mekanisme
pendataan, perencanaan,
penganggaran, pelak-sanaan,
pelaporan, pemantauan dan
pengawasan pembangunan
Desa.
▪
Setelah mengikuti sesi Dapat: 4.2. Pokok-Pokok 1. Penugasan ● Lembar Curah 90”
ini, peserta mengetahui ▪ Menguraikan arah kebijakan Kebijakan Pendapat
2. Curah ● Lembar Kerja
sistem pembangunan pembangunan dan Pembangunan Pendapat Kelompok
Desa pemberdayaan masyarakat dan
3. Penugasan ● Slide Presentasi
Desa dalam PermenDesa Pemberdayaan
Kelompok
PDTT Nomor 21 Tahun 2020 Masyarakat
Pedoman Umum Desa Dalam 4. Presentasi
Pembangunan Desa Dan PermenDesa
Pemberdayaan Masyarakat PDTT Nomor 21
Desa); Tahun 2020
▪ Merumuskan strategi
pelaksanaan kebijakan
No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat
Desa melaui pendekatan .
▪ Menjelaskan penggunaan
Dana Desa Tahun 2023 untuk
program prioritas
Setelah mengikuti sesi Dapat: 4.3. Perencanaan 1. Penugasan ▪ Lembar Diskusi 270”
ini, peserta: ▪ mengemukakan pengertian Pembangunan ▪ Lembar
2. Diskusi Penugasan
▪ mengetahui pokok- perencanaan pembangunan Desa
Kelompok
pokok perencanaan Desa 3. Penugasan
▪ Slide
pembangunan Desa Kelompok
▪ menyebutkan jenis dokumen
▪ memberikan perencanaan pembangunan 4. Presentasi
respon terhadap Desa
perwujudan ▪ mengemukakan alur proses
prinsip-prinsip tata dan tahapan kegiatan
kelola penyusunan RPJM Desa
▪ menerapkan ▪ mengemukakan alur proses
pengetahuan untuk dan tahapan kegiatan
memfasilitasi penyusunan RKP Desa
perbaikan ▪ mengemukakan pokok-pokok
perencanaan materi/isi RKP Desa
pembangunan Desa ▪ mengemukakan alur proses
dan tahapan kegiatan
penyusunan APB Desa
▪ mengemukakan struktur APB
Desa
No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
▪ Dapat menunjukkan cara
mewujudkan prinsip-prinsip
(partisipasi, transparansi, dan
akuntabilitas) dalam alur
proses dan tahapan kegiatan
perencanaan pembangunan
Desa
Dapat:
▪ memfasilitasi keterwakilan
perempuan dalam Tim
Penyusun RPJM Desa
▪ memfasilitasi penyusunan
rencana kerja Tim Penyusun
RPJM Desa
▪ memfasilitasi pembaruan data
dan sketsa desa
▪ memfasilitasi kajian potensi
dan masalah desa
▪ memfasilitasi penyusunan
Rancangan RKP Desa
▪ memfasilitasi penyusunan
belanja bidang pembinaan
kemasyarakatan
danpemberdayaan
▪ memfasilitasi perhitungan
alokasi Siltap dan Operasional
terkait dengan pendapatan
dari swadaya
No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
Setelah mengikuti sesi Dapat: 4.4. Pengelolaan 1. Penugasan ● Lembar Kerja 360”
ini, peserta: ▪ mengemukakan pengertian Keuangan Desa peroranga Perorangan
▪ mengetahui pokok- pengelolaan keuangan Desa n ● Lembar Curah
Pendapat
pokok pengelolaan ▪ mengemukakan alur proses 2. Curah ● Lembar Kerja
keuangan Desa dan tahapan kegiatan Pendapat Kelompok
▪ memberikan pengelolaan keuangan Desa ● Slide
3. Penugasan
respon terhadap ▪ mengemukakan ketentuan Kelompok
perwujudan pokok pengelolaan keuangan
prinsip-prinsip 4. Presentasi
Desa
pengelolaan ▪ mengemukakan prinsip-
keuangan Desa prinsip pengelolaan keuangan
▪ menggunakan Desa
pengetahuanuntuk Dapat menunjukkan cara
memfasilitasi mewujudkan prinsip-prinsip
perbaikan pengelolaan keuangan Desa
pengelolaan dalam tahapan kegiatan
keuangan Desa pengelolaan keuangan Desa
Dapat:
▪ memfasilitasi penyusunan
RAB/RPD
▪ memfasilitasi pengajuan SPP
▪ memfasilitasi penyusunan
rencana kerja pelaksanaan
kegiatan
▪ memfasilitasi proses
pengadaan barang dan jasa di
Desa
No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
▪ memfasilitasi keterwakilan
perempuan dalam
pembentukan pelaksana
kegiatan
▪ memfasilitasi pengerjaan buku
kas umum
▪ memfasilitasi penyusunan
laporan realisasi APB Desa
5. Pengembangan Setelah mengikuti sesi Dapat: 5.1. Arah dan 1. Penugasan ▪ Lembar Curah 45”
Ekonomi Desa ini, peserta mengetahui ▪ mengidentifikasi potensi Orientasi Pendapat
2. Curah ▪ Slide Presentasi
arah dan orientasi pengembangan ekonomi desa Pengembangan Pendapa
pengembangan ▪ menjelaskan peran Desa Ekonomi Desa
ekonomi Desa 3. Presentasi
dalam penguasaan aset-aset
strategis di Desa
▪ menjelaskan kepemilikan
kolektif atas kegiatan usaha
ekonomi Desa
Setelah mengikuti sesi Dapat menyebutkan fungsi dan 5.2. BUM Desa 1. Diskusi ▪ Lembar Diskusi 45”
ini, peserta mengetahui peran BUM Desa dalam sebagai
Penggerak 2. Presentasi ▪ Slide
fungsi dan peran BUM pengembangan ekonomi desa
perekonomi
Desa sebagai penggerak
Desa
perekonomi Desa
6. Penguatan Setelah mengikuti sesi Dapatmenjelaskan: 6.1. Pemberdayaan 1. Penugasan ▪ Lembar Diskusi 45”
Keberdayaan ini, peserta memahami ▪ pemberdayaan sebagai Masyarakat Kelompok
Desa 2. Diskusi ▪ SlidePresentasi
Masyarakat konsep pemberdayaan proses sosial-politik
masyarakat ▪ tahapan pemberdayaan 3. Presentasi
masyarakat
No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
▪ pemberdayaan bertumpu
pada hak-hak masyarakat
▪ pemberdayaan untuk
meningkatkan posisi dan daya
tawar masyarakat
▪ pemberdayaan untuk
mewujudkan kemandirian
Masyarakat
Setelah mengikuti sesi Dapat: 6.2. Strategi 1. Diskusi Lembar Diskusi 90”
ini, peserta mengetahui ▪ mengenali kekurangan/ Penguatan 2. Role Play
strategi penguatan kelemahan KPMD Kader
Pemberdayaan
Kader Pemberdayaan ▪ mengenali penyebab Masyarakat
Masyarakat Desa kekurangan/kelemahan Desa
dimaksud
▪ menentukan cara untuk
mengatasi kekurangan/
kelemahan dimaksud
Dapat menggunakan teknik
komunikasi inter personal
▪ Diskusi Kelompok Terarah
Setelah mengikuti sesi Dapat: 6.3. Strategi 1. Diskusi LembarDiskusi 90”
ini, peserta mengetahui ▪ mengidentifikasi Penguatan 2. Role Play
strategi penguatan kekurangan/kelemahan Lembaga
Kemasyarakata
Lembaga Lembaga Kemasyarakatan
n Desa
Kemasyarakatan Desa Desa
No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
▪ menguraikan penyebab
kekurangan/kelemahan
dimaksud
▪ merumuskan cara untuk
mengatasi kekurangan/
kelemahan dimaksud
Dapat menggunakan teknik
Diskusi Kelompok Terarah
7. Manajemen Setelah mengikuti sesi Dapat menjelaskan: 7.1. Jatidiri TPP & 1. Penugasan LembarDiskusiKelo 45”
Pendampingan ini, peserta memahami ▪ Menjelaskan dan memahami Kode Etik peroranga mpok
tugas pokok fungsi yang tugas pokok fungsi yang harus n
harus dilakukan seorang dilakukan seorang tenaga 2. Diskusi
tenaga pendamping pendamping profesional Kelompok
profesional P3MD P3MD dalam melaksanakan
tugas pendampingan desa;
▪ Menjelaskan dan memahami
perilaku, sikap dan jati diri
yang harus di miliki sebagai
seorang tenaga pendamping
profesional P3MD;
▪ Mengetahui dan dapat
menyebutkan kode etik
tenaga pendamping
profesional serta sanksi yang
harus ditanggung seorang
pendamping profesional
P3MD jika melanggar kode
etik.
No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
▪ Mampu menjaga dan
menegakkan kode etik
pendamping profesional
P3MD.
Setelah mengikuti sesi Dapat mempraktikkan: 7.2. Struktur, SOP 1. Penugasan LembarDiskusiKelo 90”
ini, peserta ▪ Mengetahui kebijakan Pendampingan mpok
2. Curah
menerapkan kebijakan Pendampingan Masyarakat (Kepmen 143 Pendapat
Pendampingan Desa dalam Th 2022
Masyarakat Desa, KepmenDesaPDTT Nomor 40 Pentunjuk 3. Presentasi
sistem organisasi dan Tahun 2021 Tentang Petunjuk Teknis
pengelolaan Teknis Pendampingan Pendampingan
pendampingan Masyarakat Desa Masyarakat
▪ Mengetahui sistem organisasi Desa)
dan pengelolaan
pendampingan beserta
berbagai perangkat Standar
operating Prosedur yang ada;
▪ Mengetahui sistem koordinasi
yang harus dilakukan sebagai
pendamping Desa
▪ Mampu Melaksanakan
Standar operating Prosedur
(SOP) dalam melaksanakan
kegiatan Pendampingan P3MD
Setelah mengikuti sesi Dapat menjelaskan: 7.3. Pelaporan 1. Diskusi ▪ LembarDiskusi 90”
ini, peserta memahami ▪ Menjelaskan fungsi Daily Pendampingan ▪ Slide
2. Presentasi
& menjalankan Daily Report Pendamping (Laporan
Report Pendamping,
No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
evaluasi kinerja dan Harian Pendamping Desa)
rencana peningkatan dalam kinerja TPP
kinerja Pendamping ▪ Mampu menjelaskan kerangka
Desa logis tugas, fungsi
pendamping desa dalam
pembangunan dan
pemberdayaan desa dan
dapat melaporkan kegiatan
harian kinerja dalam Daily
Report Pendamping (Laporan
Harian Pendamping Desa)
▪ Mampu memahami evaluasi
kinerja berjalan secara
obyektif dan dapat
dipertanggungjawabkan;
▪ Merumuskan rencana
peningkatan kinerja
Pendamping Desa
8. Membangun Setelah mengikuti sesi Dapat menjelasan: 8.1. Kerjasama Tim 1. Penugasan Lembar Diskusi 30”
Tim Kerja di ini, peserta memahami ▪ pelaku kunci di Desa di Desa peroranga
Desa peta pemangku n
▪ fungsi dan peran para pelaku
kepentingan di Desa ▪ hubungan/relasi antar pelaku 2. Diskusi
No
Pokok Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok Bahasan Metode Media JP
.
▪ pola kerja jaringan pelaku di
Desa
Setelah mengikuti sesi Dapat: Simulasi 45”
ini, peserta memahami ▪ menentukan
strategi membangun masalah/kebutuhan yang
jejaring dihadapi
▪ menentukan pihak-pihak yang
terkait secara langsung
▪ mendorong para pihak
mencapai kesepakatan untuk
tindak lanjut terkait
masalah/kebutuhan yang
dihadapi
9. Rencana Kerja Setelah mengikuti sesi Dapat menjelaskan: 9.1. Pokok-Pokok Diskusi Lembar Diskusi 30”
Tindak Lanjut ini, peserta memahami ▪ fungsi RKTL RKTL
(RKTL)
rencana kerja tindak ▪ kaidah penyusunan RKTL
lanjut ▪ aspek-aspek pokok dalam
RKTL
Setelah mengikuti sesi Dapat menyusun RKTL 9.2. Menyusun Penugasan Lembar Kerja 60”
ini, peserta RKTL Perorangan Perorangan
menggunakan
pengetahuan untuk
menyusun RKTL
PENDAHULUAN
Modul pelatihan bagi Pendamping Lokal Desa (PLD) ini merupakan bahan pelatihan yang
akan dijadikan sebagai bahan pembekalan sekaligus panduan bagi Tenaga Ahli Kabupaten
dan Pendamping Desa dalam mendorong implementasi UU Desa melalui pelatihan yang
akan mereka sampaikan kepada Pendamping Lokal Desa. Diharapkan nantinya, melalui
Modul Pelatihan ini, PLD memiliki persepsi yang benar mengenai UU Desa serta terbangun
komitmennya untuk terlibat dalam proses mendorong Desa dalam proses pembangunan.
Modul ini dimaksudkan untuk memandu pelatih dalam memfasilitasi proses pelatihan di
tingkat kecamatan. Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan kondisi di lapangan, bahwa masih
banyak masyarakat yang belum memahami secara baik dan benar substansi UU Desa
berikut proses implementasinya. Dari hasil analisis kebutuhan pelatihan menunjukkan
bahwa kondisi pendamping desa menunjukkan tingkat pemahaman yang berbeda tentang
implementasi Undang-Undang Desa sesuai dengan latar belakang, karakteristik wilayah,
dan kondisi sosial yang ada.
Pengalaman menjalani proses pembangunan yang sentralistik semasa era Orde Baru
(Government Driven Development) yang kemudian berubah menjadi pembangunan
partisipatif yang mengedepankan masyarakat sebagai pelaku (Community Driven
Development) ternyata masih memiliki kelemahan di mana penguatan di masyarakat tidak
diiringi penguatan kepada pemerintah desanya. Padahal, sesuai dengan amanat UU Desa,
Desa merupakan subyek pembangunan, persis pada kondisi ini Desa sebagai keseluruhan
mencakup pemerintahan desanya serta masyarakat desa, seluruhnya. Desa pada akhirnya
merupakan perpaduan antara Local Self Government (LSG) serta Self Governing
Community (SGC) sekaligus.
Dengan sasaran pengguna tersebut, maka format modul yang disiapkan menjawab
kebutuhan pengguna. Modul Pelatihan : menjadi modul pegangan pelatih. Namun demikian,
modul ini juga bisa dipakai oleh siapa saja yang memiliki kepedulian dan
semangat untuk mendukung Desa melalui implementasi UU Desa.
Modul ini telah mengalami berbagai penyesuaian melalui proses penelaahan, konsultasi
dan masukan dari berbagai pihak terutama dari pelatih senior dan pendamping desa yang
ada di lapangan. Oleh karena itu modul pelatihan ini dapat diibaratkan sebagai buku
berjalan yang memberikan peluang bagi pembaca atau pengguna dalam memberikan
warna dan penyesuaian sesuai dengan kaidah pembelajaran dan kebutuhan.
Modul pelatihan ini terdiri dari 9 Pokok Bahasan utama dan 23 Sub Pokok Bahasan yang
membahas kerangka isi, proses belajar, media dan penilaian terkait bagaimana visi UU
Desa serta upaya-upaya implementasinya.
Catatan
1. Modul Pelatihan Bukan Buku Ajar
Modul ini disusun sebagai koridor pembelajaran semata-mata, dan Modul ini didukung
oleh BahanBacaan serta Bahan Tayang juga kelengkapan lain yang bisa digali oleh setiap
pelatih sesuai dengankondisi setempat. Dan olah karenanya, Modul ini murni sebagai
pemandu.Pengalaman dan kapabilitas Pelatih (Pendamping Desa dan juga Pendamping
Teknis Kabupaten)akan sangat menentukan hasil dari desain modul yang dikembangkan.
Untuk itu, Modul ini tidakdibaca sebagai buku tersendiri, melainkan harus dilengkapi
dengan Bahan Bacaan yang disediakanserta bacaan dan pengalaman lain yang
mendukung.
Dalam setiap bagian atau pokok bahasan terdiri dari beberapa sub pokok bahasan atau
modul dengan topik yang beragam dan dapat dipelajari secara mandiri sesuai dengan
materi yang diperlukan.Masing-masing sub pokok bahasan dalam modul ini
menggambarkan urutan kegiatan pembelajaran dan hal-hal pokok yang perlu dipahami
tentang materi yang dipelajari serta keterkaitannya dengan topik lainnya.Dalam setiap
sub pokok bahasan dilengkapi dengan panduan pelatih yang membantu dalam
mengarahkan proses, media dan sumber belajar, lembar kerja, lembar evaluasi dan
lembar informasi atau bahan bacaan. Masing-masing disusun secara kronologis yang
agar memudahkan bagi pengguna dengan memberikan alternatif dalam memanfaatkan
setiap sub pokok bahasan secara luas dan fleksibel.
Setiap pokok bahasan dilengkapi dengan bahan bacaan pendukung yang dapat
dibagikan secara terpisah dari panduan pelatihan agar dapat dibaca peserta sebelum
pelatihan di mulai. Pelatih juga diperkenankan untuk menambah atau memperkaya
bahan bacaan untuk setiap sub pokok bahasan berupa artikel, buku, juklak/juknis dan
kiat-kiat yang dianggap relevan.Disamping itu, pembaca di berikan alat bantu telusur
berupa catatan diberikan termasuk ikon-ikon yang akan memandu dalam memahami
karakteristik materi dan pola penyajian yang harus dilalukan dalam pelatihan.
BAB III
RENCANA PEMBELAJARAN
Pokok Bahasan 1
BINA SUASANA DAN ORIENTASI
PELATIHAN
1.1 Perkenalan
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengatasi situasi keterasingan;
2. Mengatasi hambatan psikologis/kecanggugan;
3. Saling mengenal antar peserta dan fasilitator.
Waktu
30 Menit
Metode
Permainan, Tanya Jawab, (online menyesuaikan)
Media
Slide
Alat Bantu
Flipt Chart,Spidol, Laptop, Infocus dan Metaplan
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Pembukaan
1. Lakukan pembukaan acara pelatihan ini secara informal dengan
mengucapkan salam dan selamat datang;
2. Jelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari sesi perkenalan
antara pelatih, panitia dan peserta.
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memahami tujuan Pelatihan;
2. Memahami alur dan kegiatan yang akan dilakukan selama mengikuti
pelatihan ini.
Waktu
15 Menit
Metode
Presentasi, Tanya jawab, Online
Media
Slide Presentasi
Alat Bantu
Laptop dan Infocus
Proses Penyajian
Kegiatan 3: Penjelasan Tujuan, Proses dan Hasil (Presentasi)
1. Paparkan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari penyelenggaraan
pelatihan pratugas ini;
2. Berikan kesempatan kepada beberapa peserta untuk mengajukan
pendapat, gagasan, dan sumbang saran untuk kelancaran kegiatan
pelatihan;
3. Berikan penegasan Tujuan, Proses dan Hasil Pelatihan.
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengenali situasi yang menggangu proses pelatihan;
2. Menyatakan hal-hal yang menjamin ketertiban selama proses pelatihan;
3. Merumuskan aturan bersama untuk ditaati.
Waktu
30 Menit
Metode
Paparan, online
Media
Lembar Diskusi
Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop dan Infocus
Proses Penyajian
Kegiatan 4: Penyusunan Tata Tertib (Diskusi Kelas)
1. Jelaskan pentingnya tata tertib dan aturan main pelatihan yang harus
disepakati;
2. Minta salah satu peserta memimpin perumusan dan penyepakatan tata
tertib;
3. Pastikan dalam kesepakatan tata tertib dan aturan yang disepakati
meliputi:
a. Waktu masuk ruangan pelatihan.
b. Pakaian peserta yang dikenakan.
c. Pemakaian alat komunikasi.
d. Ijin meninggalkan ruangan.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 41
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
e. Terlambat.
f. Mengantuk.
g. Dll.
Pokok Bahasan 2
DESA DAN VISI UNDANG-UNDANG
DESA
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan penyebab ketertinggalan Desa;
2. Menjelaskan aspek-aspek ketertinggalan Desa;
3. Menjelaskan dampak dari ketertinggalan.
Waktu
45 Menit
Metode
Curah Pendapat, Diskusi Kelompok dan Paparan
Media
Bahan Bacaan dan Lembar Tayang
Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Pembukaan
1. Bukalah pertemuan dengan menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam
sesi belajar bersama ini.
1. Apakah peserta setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa Desa di Indonesia
kebanyakan tertinggal?
2. Kepada peserta yang menjawab setuju, tanyakan bukti-bukti kalau Desa tertinggal?
3. Kepada yang tidak setuju, tanyakan pertanyaan yang sama, apa buktinya kalau Desa
tidak tertinggal?
4. Mengapa banyak penduduk desa memilih meninggalkan Desa untuk pergi ke kota?
5. Apa yang dicari di kota?
6. Mengapa harus dicari di kota? Apakah di Desa benar-benar tidak ada?
7. Jika jawabannya Desa “tidak bisa…”, tanyakan mengapa Desa tidak bisa memenuhi
kebutuhan masyarakatnya?
1. Ketertinggalan
2. Urbanisasi
4. Dll.
Rencana Pembelajaran
SPB
UU Desa sebagai Cara Pandang
2.2 dan Sarana Menuju
Keberdayaan Desa
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan perspektif yang mendasari UU Desa;
2. Menjelaskan pengertian azas rekognisi dan subsidiaritas;
3. Menjelaskan keterkaitan azas dengan hak asal usul dan kewenangan lokal
berskala Desa;
4. Menjelaskan hakikat Desa sebagai organisasi warga yang
berpemerintahan;
5. Menjelaskan Desa memiliki keleluasaan untuk mengatur dan mengurus
dirinya sendiri;
6. Menjelaskan keharusan mengelola Desa secara demokratis dan inklusif;
7. Menjelaskan penyerahan hak Desa oleh negara (DD, ADD);
Waktu
45 Menit
Metode
Curah Pendapat, Diskusi Kelompok dan Paparan
Media
Bahan Bacaan dan Lembar Tayang
Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus
Proses Penyajian
Kegiatan 3: Menyamakan Perspektif (Membaca Cepat dan Dialog)
a. Desa Lama vs Desa Baru (20 Menit)
1. Minta Peserta membaca bahan bacaan BB 2.2.1 (10 menit);
2. Lakukan dialog atau tanya jawab. Gunakan Media Fasilitasi 2.2.1 (15
menit);
3. Buatlah catatan penting dari hasil pembahasan;
4. Berikan penegasan atas dialog tersebut.
BB 2.2.1
BB 2.2.2
A. Gambaran Umum
Perspektif dimaknai sebagai sikap dan keyakinan terhadap acuan dasar berpikir yang
kemudian membentuk cara pandang seseorang dalam memahami sebuah isu. Perspektif
itu kemudian menuntun dan mengarahkan tindakan. Dengan demikian, ketepatan tindakan,
khususnya dalam konteks pemandirian Desa, pemberdayaan masyarakat, ditentukan oleh
ketepatan perspektif berpikir para pelakunya.
Perspektif tentang (misalnya) kemiskinan yang dianut seseorang, jelas akan menunjukkan
sikap dan arah tindakan yang bersangkutan dalam upaya memberdayakan masyarakat.
Penganut perspektif Ekonomis akan melihat kemiskinan sebagai persoalan modal, teknologi
produksi, pasar….’ Seorang Pemberdaya kemudian menuntun masyarakat pada berbagai
kegiatan untuk mengakses - meningkatkan modal, keterampilan, bantuan mesin pengolah,
dst. Sedangkan penganut perspektif Hak, meyakini kemiskinan terjadi karena tidak
terpenuhinya hak masyarakat untuk hidup secara layak. Perspektif itu kemudian menuntun
pelaku memasuki wilayah ‘pemenuhuan kewajiban pemerintah’ hal itu mengantarkan pada
persoalan/isu tentang tugas Negara, dan hubungan antara Negara dengan warga
negaranya.
Cara pandang 1: memandang desa hanya sebagai wilayah administratif, yang kemudian
melahirkan desa birokratis, dengan cirikhas: pemerintah desa lemah dan masyarakat juga
lemah. Cara pandang ini terjadi juga dalam praktik, terbukti banyak desa di Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi dan Papua, yang tidak memiliki pemerintahan desa yang kuat dan
masyarakat yang kuat. Desa semacam ini tidak menghadirkan kepala desa sebagai
pemimpin lokal yang kuat, kecuali hanya sebagai pesuruh atau “mandor” yang
meenjalankan tugas-tugas administratif dari atas. Desa tidak memberikan manfaat kepada
warga secara hakiki, kecuali hanya memberikan pelayanan administratif. Demikian juga
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 50
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
dengan kondisi masyarakat yang tidak memiliki inisiatif dan swadaya yang kuat, kecuali
hanya tergantung pada bantuan dari pemerintah.
Cara pandang 2: memandang desa sebagai kepanjangan tangan negara, atau disebut
sebagai desa korporatis. Desa semacam ini menampilkan pemerintah desa, khususnya
kepala desa, yang kuat dalam melayani warga dan mengontrol masyarakat, sebagaimana
diterapkan oleh Orde Baru dengan UU No. 5/1979. Masyarakat sipil tidak tumbuh di desa,
sehingga melahirkan kepala desa yang dominatif dan otokratis tanpa kontrol dari
masyarakat.
Metafora ini tentu serupa dengan Liefrinck van der Tuuk (1886-1887) yang membuat
metafora desa sebagai “republik kecil”, setelah dia melakukan penelitian di Buleleng Bali
Utara. Negara kecil bukanlah negara dalam negara, melainkan sebagai organisasi lokal yang
memiliki wilayah, kekuasaan, rakyat, sumberdaya (agraria, hutan, sungai, dan sebagainya),
livelihood, maupun budaya dan institusi (identitas, norma, nilai, aturan, lembaga, aktor, dll).
Desa sebagai negara kecil memiliki pemerintahan yang kuat sekaligus masyarakat yang
kuat. Sebagai negara kecil, desa mempunyai beberapa makna penting:
1. Sebagai negara kecil desa berfungsi sebagai basis sosial, basis politik, basis
pemerintahan, basis ekonomi, basis budaya dan basis keamanan. Basis ini merupakan
fondasi. Jika fondasi negara kecil ini kuat maka bangunan besar atau negara besar yang
bernama NKRI akan menjadi lebih kokoh. Sebagai basis sosial, desa merupakan tempat
menyemai dan merawat modal sosial (kohesi sosial, jembatan sosial, solidaritas sosial
dan jaringan sosial) sehingga desa mampu bertenaga secara sosial. Sebagai basis
politik, desa menyediakan arena kontestasi politik bagi kepemimpinan lokal, sekaligus
arena representasi dan partisipasi warga dalam pemerintahan dan pembangunan desa.
Dengan kalimat lain, desa menjadi arena bagi demokratisasi lokal yang paling kecil dan
paling dekat dengan warga.Sebagai basis pemerintahan, desa memiliki organisasi dan
tatapemerintahan yang mengelola kebijakan, perencanaan, keuangan dan layanan
dasar yang bermanfaat untuk warga. Sebagai basis ekonomi, desa sebenarnya
mempunyai aset-aset ekonomi (hutan, kebun, sawah, tambang, sungai, pasar,
lumbung, perikanan darat, kerajinan, wisata, dan sebagainya), yang bermanfaat untuk
sumber-sumber penghidupan bagi warga. Sudah banyak contoh yang memberi bukti-
bukti tentang identitas ekonomi yang memberikan penghidupan bagi warga: desa
cengkeh, desa kopi, desa vanili, desa keramik, desa genting, desa wisata, desa ikan,
desa kakao, desa mau, desa garam, dan lain-lain.
2. Desa sebagai negara kecil bukan hanya sekadar obyek penerima bantuan pemerintah,
tetapi sebagai subyek yang mampu melakukan emansipasi lokal (atau otonomi dari
dalam dan otonomi dari bawah) untuk mengembangkan asset-aset lokal sebagai
sumber penghidupan bersama.
3. Desa memiliki property right atau mempunyai aset dan akses terhadap sumberdaya
lokal yang dimanfaatkan secara kolektif untuk kemakmuran bersama.
4. Desa mempunyai pemerintah desa yang kuat dan mampu menjadi penggerak potensi
lokal dan memberikan perlindungan secara langsung terhadap warga, termasuk kaum
marginal dan perempuan yang lemah.
5. Pemerintahan desa yang kuat bukan dimengerti dalam bentuk pemerintah dan kapala
desa yang otokratis (misalnya dengan masa jabatan yang terlalu lama), tetapi lebih
dalam bentuk pemerintahan desa yang mempunyai kewenangan dan anggaran
memadai, sekaligus mempunyai tatapemerintahan demokratis yang dikontrol (check
and balances) oleh institusi lokal seperti Badan Perwakilan Desa dan masyarakat
setempat.
6. Desa tidak hanya memiliki lembaga kemasyarakatan korporatis (bentukan negara),
tetapi juga memiliki organisasi masyarakat sipil.
7. Desa bermartabat secara budaya, yang memiliki identitas atau sistem social budaya
yang kuat, atau memiliki kearifan lokal yang kuat untuk mengelola masyarakat dan
sumberdaya lokal.
Pesan pokok Desa dalam UU No. 6 Tahun 2014, diletakkan dalam perspektif paduan antara
konsep self governing community dengan Negara kecil (Local Self Government), dengan
menekankan keberadaan Desa sebagai organisasi masyarakat yang berpemerintahan, yaitu
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Mengatur ditunjukkan dengan
hak dan kewenangan Desa membuat produk hukum (Peraturan Desa, Peraturan Bersama
Kepala Desa, dan Peraturan Kepala Desa). Mengurus ditunjukkan dengan hak dan
kewenangan Desa untuk menyelenggarakan segala urusan yang menjadi kewenangan lokal
desa, yang dijabarkan pelaksanaannya dalam empat bidang (penyelenggaraan
Dengan demikian, Desa menjadi paduan antara entitas masyarakat dan pemerintah. Hal ini
berbeda dengan praksis sebelumnya, baik dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan
maupun pembangunan (misalnya melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perdesaan) yang cenderung melihat dan memilah masyarakat dengan pemerintah
sebagai dua entitas yang berbeda.
UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa juga merubah secara mendasar perspektif dan pola
hubungan antara Desa dengan Negara. Desa sebagai sebuah entitas diakui keberadaan dan
haknya, sebagaimana ditegaskan dalam azas Pengakuan/Rekognisi dan Subsidiaritas, dan
Desa memiliki hubungan langsung dengan Negara, sebagaimana diwujudkan melalui Dana
Desa.
Perspektif dan konstruksi yang demikian itu, diorientasikan untuk menguatkan kapasitas
Desa menuju Desa yang maju, mandiri, dan demokratis dengan bertumpu pada nilai-nilai
kegotongroyongan serta memulihkan kolektivisme/kebersamaan dan kepemilikan kolektif
atas asset strategis Desa.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang selanjutnya, menjadi
sebuah titik awal harapan desa untuk bisa menentukan posisi, peran dan kewenangan atas
dirinya. Harapan supaya desa bisa bertenaga secara sosial dan berdaulat secara politik
sebagai fondasi demokrasi desa, serta berdaya secara ekonomi dan bermartabat secara
budaya sebagai wajah kemandirian desa dan pembangunan desa. Harapan tersebut
semakin menggairah ketika muncul kombinasi antara azas rekognisi dan subsidiaritas
sebagai azas utama yang menjadi jiwa dari undang-undang ini.
Undang-Undang Desa yang didukung PP No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan PP No. 60 tentang, Dana Desa
yang Bersumber dari APBN, telah memberikan pondasi dasar terkait dengan
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, terdapat 6 (enam) kebijakan
pokok yang mengatur tentang desa, yaitu:
D. Kewenangan Desa
Desa sebagai sebuah entitas pemerintahan otonom (otonomi asli) dijelaskan dalam pasal
18 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mempunyai kewenangan dibidang
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan
Kemasyarakatan desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal-usul, dan adat istiadat. Selanjutnya dalam pasal 19 Kewenangan Desa
meliputi: (a) kewenangan berdasarkan asal-usul; (b) kewenangan lokal berskala desa;
kewenangan yang ditugaskan oeh Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota; (d) kewenangan lainnya yang ditugaskanoleh pemerintah, pemerintah
daerah Provinsi atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam Pasal 19 dan 103 Undang-Undang Desa disebutkan, Desa dan Desa Adat
mempunyai empat kewenangan, meliputi:
1) Kewenangan berdasarkan hak asal usul. Hal ini bebeda dengan perundang-undangan
sebelumnya yang menyebutkan bahwa urusan pemerintahan yang sudah ada
berdasarkan hak asal usul desa;
2) Kewenangan lokal berskala Desa dimana desa mempunyai kewenangan penuh untuk
mengatur dan mengurus desanya. Berbeda dengan perundang-undangan sebelumnya
yang menyebutkan, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota
yang diserahkan pengaturannya kepada desa;
3) Kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau
pemerintah daerah kabupaten/kota;
4) Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Desa (sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf [a] dan [b] Undang-Undang Desa)
diatur dan diurus oleh Desa. Pasal ini terkait dengan Pasal 81 ayat (4 dan 5):
“Pembangunan lokal berskala Desa dilaksanakan sendiri oleh Desa” dan “Pelaksanaan
program sektoral yang masuk ke Desa diinformasikan kepada Pemerintah Desa untuk
diintegrasikan dengan Pembangunan Desa”.
Selain kewenangan di atas, menteri dapat mentapkan jenis kewenagan desa lain sesuai
dengan situasi, kondisi dan kebutuhan lokal.
(1) Kewenangan memutuskan ada pada tingkat desa, sehingga terjadi: 1) pergeseran
kewenangan dari pemerintahan kabupaten/kota kepada Pemerintahan Desa, 2)
peningkatan volume perumusan peraturan perundang-undangan di desa berupa
Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa, dan Keputusan Kepala Desa.
(2) Adanya pembiayaan yang diberikan Kabupaten/Kota kepada Desa dalam rangka
pelaksanaan urusan pemerintahan tersebut, sehingga terjadi: 1) pergeseran anggaran
dari pos perangkat daerah kepada pos pemerintahan desa, dan 2) adanya program
pembangunan yang bisa mengatasi kebutuhan masyarakat Desa dalam skala desa.
(3) Adanya prakarsa dan inisiatif pemerintahan desa dalam mengembangkan aspek
budaya, ekonomi, dan lingkungan hidup di wilayahnya sesuai ruang lingkup
kewenangan yang diserahkan.
(4) Adanya prakarsa dan kewenangan memutuskan oleh Pemerintah Desa sesuai
kebutuhan masyarakat Desa, sehingga keterlibatan seluruh pemangku kepentingan
(Badan Permusyawaratan Desa, Lembaga Kemasyarakatan, dan Masyarakat Desa)
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawsan pembangunan semakin lebih
maksimal.
(5) Bila semua kebutuhan lokal dapat teratasi oleh Pemerintah Desa diharapkan akan
semakin meningkat partisipasi masyarakat dalam mendukung keberhasilan program
pemerintah.
BB 2.2.3
1. Latar Belakang
Sejak kemerdekaan 1945, Republik Indonesia tidak pernah memiliki kebijakan dan
regulasi tentang desa yang kokoh, legitimate dan berkelanjutan. Perdebatan
akademik yang tidak selesai, tarik menarik politik yang keras, kepentingan ekonomi
politik yang menghambat, dan hasrat proyek merupakan rangkaian penyebabnya.
Prof. Selo Soemardjan, Bapak Sosiologi Indonesia dan sekaligus promotor otonomi
desa, berulangkali sejak 1956 menegaskan bahwa sikap politik pemerintah terhadap
desa tidak pernah jelas.
Perdebatan yang berlangsung di sepanjang hayat selalu berkutat pada dua hal.
Pertama, debat tentang hakekat, makna dan visi negara atas desa. Sederet masalah
konkret (kemiskinan, ketertinggalan, keterbelakangan, ketergantungan) yang
melekat pada desa, senantiasa menghadirkan pertanyaan: desa mau dibawa
kemana? Apa hakekat desa? Apa makna dan manfaat desa bagi negara dan
masyarakat? Apa manfaat desa yang hakiki jika desa hanya menjadi tempat
bermukim dan hanya unit administratif yang disuruh mengeluarkan berbagai surat
keterangan?
Kedua, debat politik-hukum tentang frasa kesatuan masyarakat hukum adat dalam
UUD 1945 Pasal 18 B ayat (2) serta kedudukan desa dalam tata negara Republik
Indonesia. Satu pihak mengatakan bahwa desa bukanlah kesatuan masyarakat
hukum adat, melainkan sebagai struktur pemerintahan yang paling bawah. Pihak
lain mengatakan berbeda, bahwa yang disebut kesatuan masyarakat hukum adat
adalah desa atau sebutan lain seperti nagari, gampong, marga, kampung, negeri dan
lain-lain yang telah ada jauh sebelum NKRI lahir. Debat yang lain mempertanyakan
status dan bentuk desa. Apakah desa merupakan pemerintahan atau organisasi
masyarakat? Apakah desa merupakan local self government atau self governing
community? Apakah desa merupakan sebuah organisasi pemerintahan yang
berada dalam sistem pemerintahan kabupaten/kota?
Dua Undang-undang yang lahir di era reformasi, yakni UU No. 22/1999 dan UU No.
32/2004, ternyata tidak mampu menjawab pertanyaan tentang hakekat, makna,
visi, dan kedudukan desa. Meskipun frasa “kesatuan masyarakat hukum” dan adat
melekat pada definisi desa, serta mengedepankan asas keragaman, tetapi cita rasa
“pemerintahan desa” yang diwariskan oleh UU No. 5/1979 masih sangat dominan.
Secara garis besar perubahan ditunjukkan dengan pembalikan paradigma dalam
memandang desa, pemerintahan dan pembangunan yang selama ini telah
mengakar di Indonesia. Pembalikan itu membuahkan perspektif “desa lama” yang
berubah menjadi “desa baru” sebagaimana tersaji dalam tabel berikut:
Urusan pemerintahan lainnya yang oleh Kewenangan lain yang ditugaskan oleh
peraturan perundangperundangan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
diserahkan kepada desa Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
kewenangan melekat milik desa yang sudah dimandatkan oleh UU No. 6/2014,
yakni: (1) Memilih kepala desa dan menyelenggarakan pemilihan kepala desa. (2)
Membentuk dan menetapkan susunan dan personil perangkat desa. (3)
Menyelenggarakan musyawarah desa. (4) Menyusun dan menetapkan
perencanaan desa.Menyusun, menetapkan dan melaksanakan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa. (5) Menyusun, menetapkan dan melaksanakan
peraturan desa. (6) Membentuk dan membina lembaga-lembaga
kemasyarakatan maupun lembaga adat. (7) Membentuk dan menjalankan Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes)
5. Kewenangan lokal berskala desa.
Kewenangan lokal terkait dengan kepentingan masyarakat setempat yang sudah
dijalankan oleh desa atau mampu dijalankan oleh desa, karena muncul dari
prakarsa masyarakat. Dengan kalimat lain, kewenangan lokal adalah
kewenangan yang lahir karena prakarsa dari desa sesuai dengan kemampuan,
kebutuhan dan kondisi lokal desa. Kewenangan yang terkait dengan kepentingan
masyarakat ini mempunyai cakupan yang relatif kecil dalam lingkup desa, yang
berkaitan sangat dekat dengan kebutuhan hidup sehari-hari warga desa, dan
tidak mempunyai dampak keluar (eksternalitas) dan kebijakan makro yang luas.
Jenis kewenangan lokal berskala desa ini merupakan turunan dari konsep
subsidiaritas, yang berarti bahwa baik masalah maupun urusan berskala lokal
yang sangat dekat dengan masyarakat sebaik mungkin diputuskan dan
diselesaikan oleh organisasi lokal (dalam hal ini adalah desa), tanpa harus
ditangani oleh organisasi yang lebih tinggi. Menutut konsep subsidiaritas, urusan
yang terkait dengan kepentingan masyarakat setempat atas prakarsa desa dan
masyarakat setempat, disebut sebagai kewenangan lokal berskala desa.
Tabel Daftar positif kewenangan lokal berskala desa
No Mandat Pembangunan Daftar Kewenangan Lokal
1 Pelayanan dasar Posyandu, penyediaan air bersih, sanggar belajar dan
seni, perpustakaan desa, poliklinik desa.
2 Sarana dan prasarana Jalan desa, jalan usaha tani, embung desa, rumah ibadah,
sanitasi dan drainase, irigasi tersier, dan lainlain.
3 Ekonomi local Pasar desa, usaha kecil berbasis desa, karamba ikan,
lumbung pangan, tambatan perahu, wisata desa, kios,
rumah potong hewan dan tempat pelelangan ikan desa,
dan lain-lain.
4 SDA dan lingkungan Hutan dan kebun rakyat, hutan bakau, dll.
Pokok Bahasan 3
TATA KELOLA DESA
Rencana Pembelajaran
SPB
Kelembagaan dalam Tata
3.1 Kelola Desa
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pemangku kepentingan dalam tata kelola Desa;
2. Menjelaskan pelaku-pelaku dalam pemerintahan Desa;
3. Menjelaskan kelompok pelaku strategis dalam masyarakat;
4. Menjelaskan hubungan antar pelaku kunci.
Waktu
45 Menit
Metode
Curah Pendapat, Diskusi Kelompok dan Paparan
Media
Lembar Kerja dan Media Tayang
Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Pembukaan
1. Bukalah pertemuan dengan menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam
sesi belajar bersama ini.
Pelaku
Pemerintah Peran Hubungan
Masyarakat BPD
Desa
Rencana Pembelajaran
SPB
Musyawarah Desa sebagai
3.2 Basis Tata Kelola dan
Penggerak Demokratisasi Desa
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan hakikat Musyawarah Desa;
2. Menjelaskan penyelenggaraan Musyawarah Desa;
3. Menjelaskan cakupan materi yang harus dibahas dalam Musyawarah
Desa;
4. Menjelaskan tentang peserta Musyawarah Desa;
5. Menjelaskan kedaulatan peserta Musyawarah Desa;
6. Menjelaskan pengambilan keputusan dalam Musyawarah Desa.
7. Menjelaskan Tahapan Penyusunan RKPDes
Waktu
135 Menit
Metode
Curah Pendapat, Diskusi Kelompok, Simulasi dan Paparan
Media
Bahan Bacaan dan Lembar Tayang
Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop dan Infocus
Proses Penyajian
Kegiatan 3: Pembukaan
1. Bukalah pertemuan dengan menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam
sesi belajar bersama ini.
Rencana Pembelajaran
SPB
Prinsip-Prinsip Tata Kelola
3.3 Desa
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan prinsip-prinsip tata kelola Desa (partisipatif, transparansi,
dan akuntabilitas);
2. Menjelaskan pengertian prinsip-prinsip partisipatif, transparansi dan
akuntabilitas;
3. Menjelaskan cara mewujudkan prinsip-prinsip partisipatif, transparansi
dan akuntabilitas.
Waktu
45 Menit
Metode
Curah Pendapat, Diskusi Kelompok, Penugasan Perorangan dan Presentasi
Media
Bahan Bacaan dan Lembar Tayang
Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop dan Infocus
Proses Penyajian
Kegiatan 6: Pembukaan
1. Bukalah pertemuan dengan menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam
sesi belajar bersama ini.
MUSYAWARAH DESA
Istilah musyawarah berasal dari kata syawara yaitu berasal dari Bahasa Arab yang berarti
berunding, urun rembuk atau mengatakan dan mengajukan sesuatu. Istilah lain dalam tata
Negara Indonesia dan kehidupan modern tentang musyawarah dikenal dengan sebutan
“syuro”, “rembug desa”, “kerapatan nagari” bahkan “demokrasi”. Kata Musyawarah
menurut bahasa berarti "berunding" dan "berembuk". Pengertian musyarawarah menurut
istilah adalah perundingan bersama antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan
keputusan yang terbaik. Musyawarah adalah pengambilan keputusan bersama yang telah
disepakati dalam memecahkan suatu masalah. Cara pengambilan keputusan bersama
dibuat apabila keputusan tersebut menyangkut kepentingan orang banyak atau masyarakat
luas.
Di bawah ini dirangkum beberapa pengertian musyawarah dari berbagai pandangan ahli
dan literatur, diantaranya:
Musyawarah Desa merupakan forum tertinggi di Desa yang berfungsi untuk mengambil
keputusan atas hal-hal yang bersifat strategis. Menempatkan Musyawarah Desa sebagai
bagian dari kerangka kerja demokratisasi dimaksudkan untuk mengedepankan
Musyawarah Desa yang menjadi mekanisme utama pengambilan keputusan Desa. Dengan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 71
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
Musyawarah desa merupakan institusi dan proses demokrasi deliberatif yang berbasis
desa. Secara historis musyawarah desa merupakan tradisi masyarakat lokal Indonesia.
Salah satu model musyawarah desa yang telah lama hidup dan dikenal di tengahtengah
masyarakat desa adalah Rapat Desa (rembug Desa) yang ada di Jawa. Dalam tradisi rapat
desa selalu diusahakan untuk tetap memperhatikan setiap aspirasi dan kepentingan warga
sehingga usulan masyarakat dapat terakomodasi dan memperkecil munculnya konflik di
masyarakat.
Partisipatif. Partisipasi berarti keikutsertaan masyarakat Desa dalam setiap kegiatan dan
pengambilan keputusan strategis Desa. Partisipasi dilaksanakan tanpa memandang
perbedaan gender (laki-laki/perempuan), tingkat ekonomi (miskin/kaya), status sosial
(tokoh/orang biasa), dan seterusnya. Dalam Musyawarah Desa, pelaksanaan partisipasi
tersebut dijamin sampai dalam tingkat yang sangat teknis. Hal ini di atur dalam Permendesa
PDTT No. 16 tahun 2019, tentang Musyawarah Desa..
Demokratis. Setiap warga masyarakat berhak untuk terlibat dalam proses pengambilan
keputusan Musyawarah Desa. Masyarakat diberikan kesempatan sesuai hak dan
kewajibannya untuk menyatakan pandangan, gagasan, pendapat dan sarannya terkait
pembahasan hal-hal yang bersifat startegis di desa. Musyawarah desa merupakan
representasi keterwakilan masyarakat dalam penentuan kebijakan pembangunan di desa.
Musyawarah mendorong kerjasama, kolektivitas, kelembagaan dan hubungan sosial yang
lebih harmonis.
Akuntabel. Dalam setiap tahapan kegiatan Musyawarah Desa yang dilaksanakan harus
dikelola secara benar dan dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat atau
pemangku kepentingan baik secara moral, teknis, administratif dan sesuai dengan
peraturan dan ketentuan yang berlaku atau yang disepakati bersama oleh masyarakat,
pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa.
Setiap orang pasti memiliki ide atau gagasan yang dapat diungkapkan dalam
memecahkan suatu permasalahan yang sedang dibahas. Dengan mengikuti
musyawarah, seseorang diberikan ruang untuk melatih mengutarakan pendapat yang
nantinya akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mencari jalan keluar.
Musyawarah Desa merupakan proses dengar pendapat yang nantinya keputusan yang
diambil adalah merupakan kesepakatan bersama antar sesama peserta. Kesepakatan
yang diambil tentunya tidak mengandung unsur paksaan di dalamnya. Sehingga semua
peserta dapat melaksanakan hasil keputusan tersebut dengan penuh tanggung jawab
dan tanpa ada unsur pemaksaan.
Keputusan yang diambil dalam suatu Musyawarah Desa tidak boleh merugikan salah
satu pihak atau peserta dalam musyawarah. Agar nantinya hasil yang diputuskan
tersebut dapat diterima dan dilaksanakan oleh seluruh peserta dengan penuh
keikhlasan.
Dalam sebuah Musyawarah Desa tentu akan ditemui beberapa pendapat yang
berbeda dalam menyelesaikan suatu masalah yang menyangkut kepentingan bersama.
Disitulah letak keindahan dari musyawarah. Nantinya pendapat-pendapat tersebut
akan di kumpulkan dan ditelaah secara bersama-sama baik dan buruknya, sehingga
diakhir Musyawarah Desa akan terpilih satu dari sekian pendapat yang berbeda
tersebut, sebagai hasil keputusan bersama yang diambil untuk menyelesaikan masalah
yang sedang terjadi yang tentunya menyangkut kepentingan bersama.
6. Adanya kebersamaan
Dalam Musyawarah Desa, setiap orang bisa bertemu dengan beberapa karakter yang
berbeda dari peserta. Di dalamnya bisa bersilaturahmi dan mempererat hubungan tali
persaudaraan antar sesama peserta.
Hasil keputusan akhir yang diambil dalam Musyawarah Desa merupakan keputusan
seluruh pemangku kepentingan bukan menjadi milik elit atau kelompok saja.
Keptutusan Musyawarah Desa bersifat final, benar, sah dan mengikat. Hasil keputusan
itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh setiap pesertanya.
Melalui mekanisme Musyawarah Desa yang benar dapat menemukan kebenaran atas
pangkal masalah yang menyangkut kepentingan bersama. Seluruh elemen masyarakat
yang hadir bisa mendengarkan berbagai penjelasan dari peserta lainnya, yang nantinya
akan menghindarkan dari berprasangka atau menduga-duga.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 74
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
9. Menghindari celaan
Dalam melaksanakan ketentuan Pasal 80 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,
pemerintah telah menetapkan Peraturan Menteri Desa dan DTT No 16 Tahun 2019 tentang
Musyawarah Desa. Dalam peraturan ini diatur mekanisme Musyawarah Desa yang akan
memandu seluruh pemangku kepentingan dalam menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi melalui musyawarah dan kesepakatan bersama. Beberapa unsur-unsur pokok
yang perlu diperhatikan dalam Musyawarah Desa, yaitu peserta, undangan dan dalam
undangan itu ada unsur Pendamping Profesional.
Pimpinan Musyawarah
Pimpinan Musyawarah Desa menjaga agar permusyawaratan Desa berjalan sesuai dengan
ketentuan dalam peraturan tentang Tata Tertib Musyawarah Desa. Berikut beberapa hal
yang perlu diperhatikan oleh pimpinan Musayawarah:
(1) Pimpinan Musyawarah Desa hanya berbicara selaku pimpinan musyawarah untuk
menjelaskan masalah yang menjadi pembicaraan, menunjukkan duduk persoalan yang
sebenarnya, mengembalikan pembicaraan kepada pokok persoalan, dan
menyimpulkan pembicaraan peserta musyawarah;
(2) Jika Pimpinan Musyawarah Desa hendak berbicara selaku peserta musyawarah, untuk
sementara pimpinan musyawarah diserahkan kepada wakil ketua atau anggota Badan
Permusyawaratan Desa;
(3) Pimpinan yang hendak berbicara selaku peserta Musyawarah Desa disarankan untuk
berpindah dari tempat pimpinan ke tempat peserta musyawarah;
(4) Pimpinan Musyawarah Desa dapat memperpanjang dan menentukan lamanya
perpanjangan waktu peserta yang berbicara;
(5) Pimpinan Musyawarah Desa memperingatkan dan meminta peserta yang berbicara
untuk mengakhiri pembicaraan apabila melampaui batas waktu yang telah ditentukan;
(6) Pimpinan Musyawarah Desa tidak dapat memberikan kesempatan kepada peserta
musyawarah yang melakukan interupsi untuk meminta penjelasan tentang duduk
persoalan sebenarnya mengenai hal stratgeis yang sedang dibicarakan;
(7) Peserta musyawarah yang sependapat dan/atau berkeberatan dengan pendapat
pembicara yang sedang menyampaikan aspirasinya dapat mengajukan setelah diberi
kesempatan oleh pimpinan Musyawarah Desa.
(8) Pimpinan Musyawarah Desa harus memberikan kesempatan berbicara kepada pihak
yang sependapat maupun pihak yang berkeberatan;
(9) Peserta Musyawarah Desa tidak boleh diganggu selama berbicara menyampaikan
aspirasi.
Pendamping Desa
Pimpinan Musyawarah Desa dapat meminta pendamping Desa yang berasal dari satuan
kerja prangkat daerah kabupaten/kota, pendamping profesional dan/atau pihak ketiga
untuk membantu memfasilitasi jalannya Musyawarah Desa.
Pendamping Desa tidak memiliki hak untuk berbicara yang bersifat memutuskan sebuah
kebijakan publik terkait hal strategis yang sedang dimusyawarahkan. Pendamping Desa
melakukan tugas sebagai berikut:
(1) Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang pokok pembicaraan;
(2) Mengklarifikasi arah pembicaraan dalam musyawarah desa yang sudah menyimpang
dari pokok pembicaraan;
(3) Membantu mencarikan jalan keluar; dan
(4) Mencegah terjadinya konflik dan pertentangan antarpeserta yang dapat berakibat pada
tindakan melawan hukum.
Undangan.
Sebagaimana diatur dalam pasal 23 ayat 4) Permendesa PDTT, No.16, tahun 2019 tentang
Musyawarah Desa; undangan paling sedikit terdiri atas :
a. unsur Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
b. tenaga Pendamping Profesional;
c. bintara pembina desa; dan/atau
d. bhayangkara pembina keamanan dan ketertiban masyarakat
(1) Mereka yang bukan warga Desa yang hadir dalam Musyawarah Desa atas undangan
Ketua Badan Permusyawaratan Desa; dan
(2) Anggota masyarakat Desa yang hadir dalam Musyawarah Desa atas undangan tidak
resmi tetapi tidak mendaftar diri kepada panitia.
Undangan dapat berbicara dalam Musyawarah Desa atas persetujuan pimpinan
Musyawarah Desa, tetapi tidak mempunyai hak suara dalam pengambilan keputusan
Musyawarah Desa. Undangan disediakan tempat tersendiri. Undangan harus menaati tata
tertib Musyawarah Desa.
Pengaturan Pembicaraan
Pimpinan Musyawarah Desa menjaga agar ketentuan tata tertib musyawarah tetap dipatuhi
oleh undangan, peninjau dan wartawan. Pimpinan Musyawarah Desa dapat meminta agar
undangan, peninjau, dan/atau wartawan yang mengganggu ketertiban Musyawarah Desa
meninggalkan ruang musyawarah dan apabila permintaan itu tidak diindahkan, yang
bersangkutan dikeluarkan dengan paksa dari ruang musyawarah atas perintah pimpinan
Musyawarah Desa.
Pimpinan Musyawarah Desa dapat menutup atau menunda acara musyawarah apabila
terjadi peristiwa yang tidak diduga dan dapat mengganggu kelancaran musyawarah.
Lamanya penundaan acara musyawarah tidak boleh lebih dari 24 (dua puluh empat) jam.
(1) Pimpinan Musyawarah Desa dapat menutup atau menunda Musyawarah Desa apabila
berpendapat bahwa acara Musyawarah Desa tidak mungkin dilanjutkan karena terjadi
peristiwa yang yang mengganggu ketertiban Musyawarah Desa atau perbuatan yang
menganjurkan peserta Musyawarah Desa untuk melakukan tindakan yang
bertentangan dengan hukum
(2) Dalam hal kejadian luar biasa, Pimpinan Musyawarah Desa dapat menutup atau
menunda acara Musyawarah Desa yang sedang berlangsung dengan meminta
persetujuan dari peserta Musyawarah Desa;
(3) Lama penundaan Musyawarah Desa, tidak boleh lebih dari 24 (dua puluh empat) jam.
Sekretaris Musyawarah Desa bertugas untuk menyusun risalah, catatan dan laporan singkat
Musyawarah Desa. Sekretaris Musyawarah Desa menyusun risalah untuk dibagikan kepada
peserta dan pihak yang bersangkutan setelah acara Musyawarah Desa selesai. Risalah
Musyawarah Desa secara terbuka dapat dipublikasikan melalui media komunikasi yang ada
di desa agar diketahui oleh seluruh masyarakat desa. Risalah adalah catatan Musyawarah
Desa yang dibuat secara lengkap dan berisi seluruh jalannya pembicaraan yang dilakukan
dalam pembahasan serta dilengkapi dengan catatan tentang:
Bahan Bacaan 3
Dalam Permendesa No. 16/2019 tentang Musyawarah Desa Pengambilan keputusan dalam
Musyawarah Desa pada dasarnya dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat.
Dalam hal cara pengambilan keputusan tidak terpenuhi, keputusan diambil berdasarkan
suara terbanyak.
c. Pemungutan Suara
Keputusan berdasarkan suara terbanyak adalah sah apabila diambil dalam Musyawarah
Desa dihadiri dan disetujui oleh separuh ditambah 1 (satu) orang dari jumlah peserta yang
hadir. Jika dalam keputusan tidak tercapai dengan 1 (satu) kali pemungutan suara,
diupayakan agar ditemukan jalan keluar yang disepakati atau dapat dilakukan pemungutan
suara secara berjenjang.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemungutan suara secara rahasia, yaitu: (1)
Pemberian suara secara rahasia dapat juga dilakukan dengan cara lain yang tetap menjamin
sifat kerahasiaan. (2) Dalam hal hasil pemungutan suara tidak memenuhi ketentuan,
pemungutan suara diulang sekali lagi dalam musyawarah saat itu juga. (3) Dalam hal hasil
pemungutan suara ulang, tidak juga memenuhi ketentuan, pemungutan suara secara
rahasia.
Setelah Berita Acara dan keputusan ditetapkan, langkah selanjutnya menindaklanjti hasil
keputusan sebagau bentuk komitmen bersama atas kesepakatan yang dibuat. Hasil
Musyawarah Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam keputusan hasil
musyawarah dijadikan dasar oleh Badan Permusyawaratan Desa dan Pemerintah Desa
dalam menetapkan kebijakan Pemerintahan Desa. Kebijakan Pemerintah Desa disusun
berupa Peraturan Desa yang disusun oleh Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan
Desa. Badan Permusyawaratan Desa harus menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat desa dalam rangka memastikan keputusan hasil Musyawarah Desa menjadi
dasar dalam penyusunan Peraturan Desa. Dimana, kedua kelembagaan berwenang dalam
menyusun Peraturan Desa dan harus memastikan keputusan hasil Musyawarah Desa
menjadi dasar dalam penyusunan Peraturan Desa.
Mekanisme penyusunan Peraturan Desa diuraikan sebagai berikut: (1) Rancangan peraturan
Desa diprakarsai oleh Pemerintah Desa, dan badan Permusyawaratan Desa dapat
mengusulkan rancangan peraturan Desa kepada pemerintah desa; (2) Rancangan
peraturan Desa wajib dikonsultasikan kepada masyarakat Desa untuk mendapatkan
masukan; (3) Rancangan peraturan Desa ditetapkan oleh kepala Desa setelah dibahas dan
disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa; (4) Rancangan peraturan Desa yang
telah disepakati bersama disampaikan oleh pimpinan Badan Permusyawaratan Desa
kepada kepala Desa untuk ditetapkan menjadi peraturan Desa paling lambat 7 (tujuh) hari
terhitung sejak tanggal kesepakatan; (5) Rancangan peraturan Desa wajib ditetapkan oleh
kepala Desa dengan membubuhkan tanda tangan paling lambat 15 (lima belas) Hari
terhitung sejak diterimanya rancangan peraturan Desa dari pimpinan Badan
Permusyawaratan Desa; (6) Peraturan Desa dinyatakan mulai berlaku dan mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat sejak diundangkan dalam lembaran Desa dan berita Desa
oleh sekretaris Desa; (7) Peraturan Desa yang telah diundangkan disampaikan kepada
bupati/walikota sebagai bahan pembinaan dan pengawasan paling lambat 7 (tujuh) Hari
setelah diundangkan; (8) Peraturan Desa wajib disebarluaskan oleh Pemerintah Desa.
f. Penyelesaian Perselisihan
Seringkali dalam penyelesaian masalah tidak ditemukan titik temu atau kesepakatan para
pihak meskipun sudah dilakukan pertemuan atau musyawarah secara intensif. Demikian
halnya dalam Musyawarah Desa apabila terjadi perselisihan, maka perlu ditemukan jalan
keluarnya dengan mengedepankan nilai-nilai atau semangat kebersamaan dan
kekeluargaan. Apabila terjadi perselisihan di desa sebagai dampak dari adanya
ketidaksepakatan antarpeserta Musyawarah Desa, penyelesaiannya difasilitasi dan
diselesaikan oleh camat atau sebutan lain. Penyelesaian perselisihan bersifat final dan
ditetapkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh para pihak dan pejabat yang
memfasilitasi penyelesaian perselisihan.
Bahan Bacaan 4
Pengertian
Dalam setiap Musyawarah Desa pimpinan harus membuat notulen hasil pembahasan
untuk dicatat dan didokumentasikan mencatat dan mendokumentasikan setiap ide,
gagasan, peristiwa dan catatan yang berkembang dalam pembahasan masalah. Notulen
merupakan catatan singkat mengenai jalannya persidangan dalam Musyawarah Desa serta
hal yang dibicarakan dan diputuskan. Seseorang yang ditunjuk untuk menjadi penulis
risalah disebut notulis. Notulen musyawarah secara sederhana diartikan sebagai laporan
atau pencatatan secara kata demi kata seluruh pembicaraan dalam musyawarah, tanpa
menghilangkan atau menambahkan kata lain (kata dari notulis).
Fungsi Notulen
Fungsi notulen dalam Musyawarah Desa, yaitu: (1) Dokumen dan alat bukti; (2) Sumber
informasi untuk peserta yang tidak hadir; (3) Pedoman untuk musyawarah berikutnya; (4)
Alat pengingat untuk peserta musyawarah; (5) Alat untuk pertemuan semu.
Karakteristik Notulen
Notulen Musaywarah Desa yang baik harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:
(1) Lengkap berisi semua informasi walaupun dalam penulisannya ringkas, tidak bertele-
tele: (2) Bahasa notulen mudah dipahami peserta musyawarah; (3) Setiap pembicaraan
ditulis secara terperinci dan satu sama lain saling terkait; (4) Dapat membantu pimpinan
dalam pengambilan kebijakan dan keputusan; (5) Dapat dijadikan alat bukti, bila terjadi
sesuatu permasalahan atau sebagai alat bukti di pengadilan dan lain-lain; (6) Dapat
membantu mengingatkan kembali bagi pemangku kepentingan terkait bila memerlukan lagi
notulen tersebut.
Menjadi seorang notulis yang handal diperlukan beberapa keahlian yang harus dimiliki,
yaitu: (1) Mendengarkan dan menulis; (2) Memilah dan memilih hal yang penting dan yang
tidak penting; (3) Konsentrasi yang tinggi; (4) Menulis cepat/stenografi/shorthand; (5)
Bersikap objektif dan jujur; (6) Menguasai bahasa teknis atau baku; (7) Menguasai materi
pembahasan; (8) Mengetahui dan memenuhi kebutuhan pembaca notulen; (9)
Mengemukakan hasil mendengarkan dengan cepat, ringkas, dan tepat; (10) Menguasai
metode pencatatan secara sistematis; (11) Menguasai metode pengolahan data; (12)
Menguasai berbagai hal yang berkaitan dengan musyawarah; dan (13) Menyimpulkan hasil
musyawarah.
Kewenangan Notulis
Seorang notulis dalam Musyawarah Desa memiliki hak dan kewajiban yang melekat dalam
tugasnya agar menghasilkan catatan atau resume hasil musyawarah yang utuh dan baik.
Berikut ini diuraikan beberapa keistimewaan yang harus diperoleh notulis. yaitu: (1) Notulis
diberi informasi terkait latar belakang, tujuan musyawarah, pokok masalah dan jenis
musyawarah sebelum dilaksanakan. Notulis harus mengetahui susunan acara termasuk
pokok masalah atau materi yang akan dibahas oleh peserta agar dapat dipelajari sehingga
memudahkan dalam menyusun notulen; (2) Notulis diberi dokumen atau makalah yang
dibagikan kepada peserta musyawarah yang lain pada saat pelaksanaan musyawarah; (3)
Notulis diperbolehkan untuk meminta agar peserta musyawarah menjelaskan atau
menyempurnakan kesimpulan yang dikemukakan notulis; (4) Notulis mempunyai
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan pada saat musyawarah berlangsung; (5) Setiap
sesi berakhir notulis mempunyai hak untuk memperoleh rangkuman dan kesimpulan
musyawarah; (6) Agar dapat menyempurnakan notulennya, notulis berhak berbicara pada
setiap sesi pembahasan; (7) Notulis duduk di sebelah pemimpin musyawarah, agar mudah
berkomunikasi dan memperoleh informasi secara maksimal. Pemimpin musyawarah dapat
menyampaikan bahasa isyarat. petunjuk. bisikan atau surat kecil; (8) Apabila musyawarah
berlangsung terlalu lama, maka perlu disiapkan beberapa orang untuk menjadi notulis.
Setiap acara berlangsung dua jam. Notulis digantikan dengan yang orang lain karena
pekerjaan notulis membutuhkan konsentrasi yang tinggi dan melelahkan. Bahkan dalam
musyawarah yang besar notulis diganti setiap setengah jam; (9) Ketika menyusun notulen,
seorang notulis tidak boleh mengerjakan hal lain karena memerlukan konsentrasi yang
penuh; (10) Jika musyawarah membutuhkan waktu pengkajian yang lebih lama dan
berlangsung alot serta rumit, maka notulis berhak memperoleh keleluasaan untuk
menyusun notulen akhir. Perbandingan waktu antara mengolah data dengan lamanya
musyawarah yaitu 3:1. Artinya musyawarah berlangsung selama 1 jam, maka setelah
musyawarah waktu yang dibutuhkan notulis untuk mengolah data hasil musyawarah ialah
selama 3 jam.
Isi notulen. Notulen hasil musyawarah yang baik adalah yang ringkas tetapi lengkap serta
jelas. Notulen yang lengkap berisi hal-hal sebagai berikut: (1) Nama badan atau lembaga
yang menyelenggarakan Musyawarah Desa; (2) Sifat musyawarah (rutin, biasa, luar biasa,
tahunan, rahasia dan lain-lain); (3) Hari dan tanggal diselenggarakan Musyawatah Desa; (4)
Tempat musyawarah; (5) Waktu mulai dan berakhirnya (kalau tidak pasti ditulis sampai
dengan selesai); (6) Nama dan jabatan pimpinan musyawarah; (7) Daftar hadir peserta; (8)
Koreksi dan perbaikan Musyawarah Desa yang terdahulu; (9) Catatan semua persoalan
yang belum ada keputusan; (10) Usul-usul atau perbaikan; (11) Tanggal atau bulan kapan
akan diadakan musyawarah kembali; (12) Penundaan musyawarah dan tanggal penundaan
(bila perlu); (13) Tanda tangan notulis dan pimpinan musyawarah.
Notulen harus disusun secara berurutan sesuai dengan topik dan subtopik pembahasan
agar tidak mudah bagi pembaca untuk mempelajari dan merangkai peristiwa. Berikut ini
diuraikan susunan notulen musyawarah: (1) Nomor pertemuan (musyawarah) dan jenis
musyawarah perlu disebutkan; (2) Jam dimulai pertemuan harus disebutkan demikian
waktu berakhirnya, Apabila belum pasti selesainya, maka ditulis mulai pukul 8.00 sampai
selesai; (3) Daftar hadir semua ditandatangani oleh peserta dan harus dilampirkan pada
notulen; (4) Meskipun notulen ditulis secara ringkas, tetapi setiap pembicaraan harus
disebutkan namanya; (5) Nama pendukung, terutama yang tidak disetujui jangan dituliskan,
lebih baik ditulis; (6) Setelah musyawarah selesai notulis mengoreksi kembali setiap catatan
penting dan menyalin kembali atau di ketik dan disimpan dalam penyimpanan, dan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 84
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
ditandatangani oleh notulis serta Ketua; (7) Bila perlu digandakan untuk dibagikan pada
yang tidak hadir pada waktu musyawarah, atau dibagikan pada waktu musyawarah
berikutnya.
Pokok Bahasan 4
PEMBANGUNAN DESA
Rencana Pembelajaran
SPB
Sistem Pembangunan Desa
4.1 Berbasis Data SDGs Desa
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan kerangka kerja pembangunan Desa dalam sistem
pembangunan nasional;
2. Menjelaskan Pokok-Pokok Kebijakan Pembangunan Desa Dalam
PermenDesa PDTT Nomor 21 Tahun 2020 yang sudah di ubah
menjadi PermenDesa PDTT Nomor 6 Tahun 2023.
3. Menjelaskan alur mekanisme pendataan, perencanaan,
penganggaran, pelak-sanaan, pelaporan, pemantauan dan
pengawasan pembangunan Desa.
Waktu
90 Menit
Metode
Penugasan perorangan, Diskusi, Presentasi, Curah pendapat, dan Penugasan
Kelompok
Media
● Lembar Kerja 4.1.1: Matrik Diskusi Alur Mekanisme Pembangunan Desa.
● Lembar Informasi 4.1.1: Pembangunan Desa dalam Sistem Pembangunan
Nasional.
● Lembar Informasi 4.1.2: Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
● Lembar Informasi 4.1.3: Permendagri No. 20/2018 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa.
● Lembar Informasi 4.1.4: PermendesaPDTT No. 21/2020 tentang Pedoman
Umum Pembangunan Desa Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan
Permendesa PDTT No, 6/2023.
● Lembar Informasi 4.1.5: Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 87
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Kerangka Kerja Pembangunan Desa dalam Sistem Pembangunan
Nasional
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
subpokok bahasan tentang Sistem Pembangunan Desa;
2. Diawali dengan penjelasan tentang alur mekanisme rencana
pembangunan Desa dikaitkan dengan mekanisme perencanaan regular
yang telah diatur dalam Sistem Pembangunan Nasional;
3. Lakukan curah pendapat untuk menggali pemahaman tentang kerangka
kerja pembangunan Desa dalam sistem pembangunan nasional dengan
mengajukan beberpa pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang sistem pembangunan nasional?
b. Bagaimana kedudukan perencanaan pembangunan Desa dalam
sistem pembangunan nasional?.
c. Bagaimana arti penting peningkatan kapasitas, penguasaan aset
dan revitalisasi budaya komunitas dalam pembangunan Desa?
d. Apakah ada perubahan tata laksananya dengan sistem
perencanaan pembangunan sebelumnya?
e. Bagaimana hubungan antara perencanaan pembangunan
nasional, daerah (provinsi dan Kabupaten/Kota) dengan
perencanaan pembangunan Desa?
4. Berikan kesempatan kepada peserta untuk berpendapat, bertanya, dan
mengkritisi beberapa isu yang berkembang terkait pertanyaan di atas.
5. Buatlah catatan dan resume dalam kertas plano atau whiteboard terkait
hal-hal pokok yang berkembang dalam pembahasan, kemudian kaitkan
dengan kegiatan selanjutnya.
2. Perencanaan
2. Penganggaran
3. Pelaksanaan
4. Pelaporan
5. Pemantauan
dan
Pengawasan
Catatan:
(1) Format di atas hanya sebagai panduan diskusi saja, masing-masing kelompok dapat
memberikan tambahan atau menyesuaikan sesuai kebutuhan.
(2) Matrik di atas digunakan untuk menganalisis alur mekanisme atau pentahapan
pembangunan Desa yang diuraikan dalam Permendesa PDTT 21/2020 tentang
Pedoman Umum Pembangunan Desa Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan
Permendagri No. 20/2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
(3) Hasilnya dituliskan dalam kertas plano atau dalam bentuk slide power point untuk
dipaparkan dalam pleno.
Rencana Pembelajaran
SPB
4.2 Pokok-Pokok Kebijakan Pembangunan
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Dalam PermenDesa PDTT Nomor 21
Tahun 2020 yang telah diubah menjadi
PermenDesa PDTT Nomor 6 Tahun 2023
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menguraikan arah kebijakan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat Desa dalam PermenDesa PDTT Nomor 21 Tahun 2020
Pedoman Umum Pembangunan Desa Dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa) dan telah diubah menjadi Permendes PDTT No. 6 Tahun 2023;
2. Merumuskan strategi pelaksanaan kebijakan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa melaui pendekatan .
3. Menjelaskan penggunaan Dana Desa Tahun 2023 untuk program
prioritas.
Waktu
1 JP (45 menit)
Metode
Pemaparan, Curah Pendapat, Diskusi Kelompok, dan Pleno.
Media
● Lembar Tayang 4.2.1; Arah Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa.
● Lembar Kerja 4.2.1: Matrik Diskusi Analisis Pokok-Pokok Kebijakan
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa;
Alat Bantu
Flipt chart, metaplan, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami Arah Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa
Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari subpokok
bahasan tentang Pokok-Pokok Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa;
1. Lakukan pemaparan tentang Arah Kebijakan Pembangunan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa
2. Selanjutnya lakukan curah pendapat untuk menggali pemahaman
tentang kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Kemendesa PDTT dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai
berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang pokok-pokok kebijakan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa?
b. Bagaimana menerapkan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat Desa dalam proses pendampingan di lapangan?
c. Bagaimana dukungan implementasi kebijakan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa di tingkat pusat, daerah (provinsi
dan Kabupaten/Kota)?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk berpendapat, bertanya, dan
mengkritisi beberapa isu yang berkembang terkait pertanyaan di atas.
4. Buatlah catatan dan resume dalam kertas plano atau whiteboard terkait
hal-hal pokok yang berkembang dalam pembahasan, kemudian kaitkan
dengan kegiatan selanjutnya.
Rencana Pembelajaran
SPB
Perencanaan Pembangunan
4.3 Desa
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian perencanaan pembangunan Desa;
2. Menjelaskan jenis dokumen perencanaan pembangunan Desa;
3. Menjelaskan alur proses dan tahapan kegiatan penyusunan RPJM Desa;
4. Menjelaskan alur proses dan tahapan kegiatan penyusunan RKP Desa;
5. Menjelaskan pokok-pokok materi/isi RKP Desa;
6. Menjelaskan alur proses dan tahapan kegiatan penyusunan APB Desa;
7. Menjelaskan struktur APB Desa.
Peserta Dapat:
1. Memfasilitasi keterwakilan perempuan dalam Tim Penyusun RPJM Desa;
2. Memfasilitasi penyusunan rencana kerja Tim Penyusun RPJM Desa;
3. Memfasilitasi pembaruan data dan sketsa desa;
4. Memfasilitasi kajian potensi dan masalah desa;
5. Memfasilitasi penyusunan Rancangan RKP Desa;
6. Memfasilitasi penyusunan belanja bidang pembinaan kemasyarakatan
dan pemberdayaan;
7. Memfasilitasi perhitungan alokasi Siltap dan Operasional terkait dengan
Pendapatan dari swadaya.
Waktu
6 JPL (270 Menit)
Metode
Penugasan perorangan, Diskusi, Penugasan Kelompok dan Presentasi
Media
Lembar diskusi, Lembar penugasan kelompok dan Slide
Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Pembukaan
1. Menjelaskan mengenai sub pokok bahasan serta tujuan sub pokok
bahasan yang akan disampaikan.
2. Format (kelengkapan
dokumen) RKP Desa
5. Penyusunan rancangan
RKP Desa dan rancangan
daftar usulan RKP Desa
6. Penyusunan RKP Desa
melalui Musyawarah
Perencanaan
Pembangunan Desa
(Musrenbang Desa)
7. Penetapan RKP Desa
1 2 3 6
PENDAPATAN
JUMLAH PENDAPATAN
BELANJA
Alat Tulis Kantor 2.000.000
Benda POS 600.000
Pakaian Dinas dan Atribut 5.000.000
Pakaian Dinas
Alat dan Bahan Kebersihan 120.000
Perjalanan Dinas 6.000.000
Pemeliharaan 3.000.000
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 98
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
1 2 3 6
Air, Listrik,dan Telepon 1.500.000
Honor 7.000.000
Komputer 24.000.000
Meja dan Kursi 8.000.000
Mesin TIK 400.000
Motor 12.000.000
Operasional RT/ RW
Belanja Barang dan Jasa
ATK 6.000.000
Penggadaan 2.500.000
Komsumsi Rapat 4.500.000
Operasional BPD
Belanja Barang dan Jasa
ATK 2.000.000
Penggandaan 1.000.000
Konsumsi Rapat 3.000.000
1 1 2 Hasil Aset
1 1 2 1
1 1 2 2
1 1 2 3
1 1 2 4
1 1 3
1 1 4
1 2 Pendapatan Transfer
1 2 1
1 2 2
1 2 3
1 2 4 Bantuan Keuangan
1 2 4 1
1 2 4 2
JUMLAH PENDAPATAN
2 BELANJA
2 1 Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
2 1 2 Operasional Perkantoran
2 1 2 2
Kode
Uraian Anggaran(Rp.) Ket.
Rekening
1 2 3 6
2 1 2 3
2 1 3
2 1 3 2
2 1 4
2 1 4 2
2 2 1 3
2 2 2
2 2 2 2
2 2 2 3
2 2 3 Kegiatan……………………………
2 3 Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
2 3 1
2 3 1 2
2 3 2
Kode
Uraian Anggaran(Rp.) Ket.
Rekening
1 2 3 6
2 4 1 2
2 4 2
2 5 2
JUMLAH BELANJA
SURPLUS / DEFISIT
3 PEMBIAYAAN
3 1 Penerimaan Pembiayaan
3 1 1
3 1 2
3 1 3
JUMLAH ( RP )
3 2 Pengeluaran Pembiayaan
3 2 1
3 2 2
JUMLAH ( RP )
Disetujui Oleh,
Kepala Desa ........................
TTD
(...............................)
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian pengelolaan keuangan Desa;
2. Menjelaskan alur proses dan tahapan kegiatan pengelolaan keuangan
Desa;
3. Menjelaskan ketentuan pokok pengelolaan keuangan Desa;
4. Menjelaskan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan Desa.
Peserta dapat:
1. Memfasilitasi penyusunan RAB/RPD;
2. Memfasilitasi pengajuan SPP;
3. Memfasilitasi penyusunan rencana kerja pelaksanaan kegiatan;
4. Memfasilitasi proses pengadaan barang dan jasa di Desa;
5. Memfasilitasi keterwakilan perempuan dalam pembentukan pelaksana
kegiatan;
6. Memfasilitasi pengerjaan buku kas umum;
4. Memfasilitasi penyusunan laporan realisasi APB Desa.
Waktu
8 JPL (360 Menit)
Metode
Penugasan perorangan, Diskusi, Penugasan Kelompok dan Presentasi
Media
Lembar diskusi, Lembar penugasan kelompok dan Slide
Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus
Proses Penyajian
Kegiatan 9: Pembukaan
1. Menjelaskan mengenai sub pokok bahasan serta tujuan sub pokok
bahasan yang akan disampaikan.
Kegiatan 15: Buku Kas Pembantu Kegiatan (Curah Pendapat dan Kerja
Kelompok)
19. Minta peserta menjelaskan:
● Siapa yang bertugas/berkewajiban mengerjakan Buku Kas Pembantu
Kegiatan?
● Apa tugas/kewajiban perangkat desa dalam pengerjaan Buku Kas
Pembantu Kegiatan?
20. Selanjutnya, minta peserta untukkerja kelompok mempraktikkan
penyusunan Buku Kas Pembantu Kegiatan, dengan tahapan sebagai
berikut:
● Bagi peserta membentuk kelompok, sesuai jumlah peserta, minimal
5 kelompok.
● Bagikan Lembar Kerja Kelompok 4.4.3 kepada setiap kelompok (form
Buku Kas Pembantu Kegiatan).
● Minta setiap kelompok mengerjakan lembar kerja dimaksud.
● Kemudian lakukan pleno penjelasan terkait buku kas pembantu
kegiatan.
Kartu ke 1
PERENCANAAN
Kartu ke 2
PELAKSANAAN
Kartu ke 3
PENATAUSAHAAN
Kartu ke 4
PELAPORAN
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 106
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
Kartu ke 5
PERTANGGUNGJAWABAN
Kartu ke 6
PEMERIKSAAN
Prinsip Makna
Transparan Semua kegiatan dan informasi terkait Pengelolaan
Keuangan Desa dapat diketahui dan diawasi oleh pihak
lain yang berwenang.
Akuntabel Setiap tindakan atau kinerja pemerintah/lembaga dapat
dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang
memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta
keterangan akan pertanggungjawaban.
Menyusun RAB
1. Bidang : ..............................
2. Kegiatan : ..............................
3. Waktu Pelaksanaan :..............................
Rincian Pendanaan :
NO. URAIAN VOLUME HARGA JUMLAH
SATUAN (Rp.)
(Rp.)
1 2 3 4 5
JUMLAH (Rp.)
................., tanggal
………………….
Disetujui/mengesahkan
Kepala Desa Pelaksana Kegiatan
……………………………………
…………………………………….
Cara pengisian :
1. Bidang diisi dengan kode rekening berdasarkan klasifikasi kelompok belanja
desa.
2. Kegiatan diisi dengan kode rekening sesuai dengan urutan kegiatan dalam
APBDesa.
3. kolom 1 diisi dengan nomor urut.
4. kolom 2 diisi dengan uraian berupa rincian kebutuhan dalam kegiatan.
5. kolom 3 diisi dengan volume dapat berupa jumlah orang/barang.
6. kolom 4 diisi dengan harga satuan yang merupakan besaran untuk
membayar orang/barang.
7. kolom 5 diisi dengan jumlah perkalian antara kolom 3 dengan kolom 4.
1. Bidang : ..............................
2. Kegiatan : ..............................
3. Waktu Pelaksanaan :..............................
Rincian Pendanaan:
NO. URAIAN PAGU PENCAIRAN PERMINTAAN JUMLAH SISA
ANGGARAN S.D. YG SEKARANG SAMPAI DANA
LALU SAAT INI
(Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.)
JUMLAH
…………………………………… …………………………………….
…………………………………… …………………………………….
Petunjuk pengisian:
1. Bidang diisi dengan kode rekening berdasarkan klasifikasi kelompok belanja desa.
2. Kegiatan diisi dengan kode rekening sesuai dengan urutan kegiatan dalam
APBDesa.
3. Kolom 1 dengan nomor urut.
4. Kolom 2 diisi dengan rincian penggunaan dana sesuai rencana kegiatan.
5. Kolom 3 diisi dengan rincian pagu dana sesuai dengan rencana kegiatan.
6. Kolom 4 diisi dengan rincian jumlah anggaran yang telah dibayar sebelumnya.
7. Kolom 5 diisi dengan rincian yang dimintakan untuk dibayar.
8. Kolom 6 diisi dengan jumlah permintaan dana sampai saat ini.
9. Kolom 7 diisi dengan sisa anggaran
Pelaksana Kegiatan
Cara pengisian:
1. Bidang diisi berdasarkan klasifikasi kelompok.
2. Kegiatan diisi sesuai dengan yang ditetapkan dalam APBDesa.
3. Kolom 1 diisi dengan nomor urut.
4. Kolom 2 diisi dengan tanggal transaksi.
5. Kolom 3 diisi dengan uraian transaksi.
6. Kolom 4 diisi dengan jumlah rupiah yang diterima bendahara.
7. Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah yang diterima dari masyarakat.
8. Kolom 6 diisi dengan nomor bukti transaksi.
9. Kolom 7 diisi dengan jenis pengeluaran belanja barang dan jasa.
10. Kolom 8 diisi dengan jenis pengeluaran belanja modal.
11. Kolom 9 diisi dengan jumlah rupiah yang dikembalikan kepada bendahara.
12. Kolom 10 diisi dengan jumlah saldo kas dalam rupiah.
JUMLAH SALDO
No Tgl KODE
URAIAN PENERIMAAN PENGELUARAN NO BUKTI PENGELUARAN
. . REKENING
(Rp.) (Rp.) KOMULATIF
1 2 3 4 5 6 7 8 9
………………………………….. ………………………….
Cara Pengisian :
Kolom 1diisi dengan nomor urut penerima kas atau pengeluaran kas
Kolom 2 diisi dengan tanggal penerimaan kas atau pengeluaran kas
Kolom 3 diisi dengan kode rekening penerimaan kas atau pengeluaran kas
Kolom 4 diisi dengan uraian transaksi penerimaan kas atau pengeluaran kas
Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah penerimaan kas
Kolom 6 diisi dengan jumlah rupiah pengeluaran kas
Kolom 7 diisi dengan nomor bukti transaksi
Kolom 8 diisi dengan penjumlahan komulatif pengeluaran kas
Kolom 9 diisi dengan saldo kas.
Catatan :
sebelum ditandatangani Kepala Desa wajib di periksa dan di paraf oleh Sekretaris Desa.
1 2 Pendapatan Transfer
1 2 1 Dana Desa
1 2 2 Bagian dari hasil pajak
&retribusi daerah
kabupaten/ kota
1 2 3 Alokasi Dana Desa
1 2 4 Bantuan Keuangan
1 2 4 1 Bantuan Provinsi
1 2 4 2 Bantuan Kabupaten / Kota
JUMLAH PENDAPATAN
2 BELANJA
2 1 Bidang Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa
2 1 1 Penghasilan Tetap dan
Tunjangan
2 1 1 1 Belanja Pegawai:
- Penghasilan Tetap Kepala
Desa dan Perangkat
- Tunjangan Kepala Desa
dan Perangkat
- Tunjangan BPD
2 1 2 Operasional Perkantoran
2 1 2 2 Belanja Barang dan Jasa
- Alat Tulis Kantor
- Benda POS
- Pakaian Dinas dfan Atribut
- Pakaian Dinas
- Alat dan Bahan Kebersihan
- Perjalanan Dinas
- Pemeliharaan
- Air, Listrik,dasn Telepon
- Honor
- dst…………………..
2 1 2 3 Belanja Modal
- Komputer
- Meja dan Kursi
- Mesin TIK
2 1 3 Operasional BPD
2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggandaan
- Konsumsi Rapat
- dst…………………….
2 1 4 Operasional RT/ RW
2 1 4 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggadaan
- Konsumsi Rapat
- dst ………………………
2 2 Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa
2 2 1 Perbaikan Saluran Irigasi
2 2 1 2 Belanja Barang dan jasa
- Upah Kerja
- Honor
- dst………………..
2 2 1 3 Belanja Modal
- Semen
- Material
- dst…………
2 2 3 Kegiatan…………………
2 3 Bidang Pembinaan
Kemasyarakatan
2 3 1 Kegiatan Pembinaan
Ketentraman dan Ketertiban
2 3 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor Pelatih
- Konsumsi
- Bahan Pelatihan
- dst…………………
2 3 2 Kegiatan…………………….
2 4 Bidang Pemberdayaan
Masyarakat
2 4 1 Kegiatan Pelatihan Kepala
Desa dan Perangkat
2 4 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor pelatih
- Konsumsi
- Bahan pelatihan
- dst…………………
2 4 2 Kegiatan………………………..
2 5 2 Kegiatan………………………
JUMLAH BELANJA
SURPLUS / DEFISIT
3 PEMBIAYAAN
3 1 Penerimaan Pembiayaan
3 1 1 SILPA
3 1 2 Pencairan Dana Cadangan
3 1 3 Hasil Kekayaan Desa Yang
di pisahkan
JUMLAH ( RP )
3 2 Pengeluaran Pembiayaan
3 2 1 Pembentukan Dana
Cadangan
3 2 2 Penyertaan Modal Desa
JUMLAH ( RP )
DISETUJUI OLEH
KEPALA DESA ………………………
TTD
(……………………………….)
1 2 Pendapatan Transfer
1 2 1 Dana Desa
1 2 2 Bagian dari hasil pajak
&retribusi daerah kabupaten/
kota
1 2 3 Alokasi Dana Desa
1 2 4 Bantuan Keuangan
1 2 4 1 Bantuan Provinsi
1 2 4 2 Bantuan Kabupaten / Kota
JUMLAH PENDAPATAN
2 BELANJA
2 1 Bidang Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa
2 1 2 3 Belanja Modal
- Komputer
2 1 3 Operasional BPD
2 1 3 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggandaan
- Konsumsi Rapat
- dst…………………….
2 1 4 Operasional RT/ RW
2 1 4 2 Belanja Barang dan Jasa
- ATK
- Penggadaan
- Konsumsi Rapat
- dst ………………………….
2 2 Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa
2 2 1 Perbaikan Saluran Irigasi
2 2 1 2 Belanja Barang dan jasa
- Upah Kerja
- Honor
- dst………………..
2 2 1 3 Belanja Modal
- Semen
- Material
- dst…………
2 2 3 Kegiatan…………………
2 3 Bidang Pembinaan
Kemasyarakatan
2 3 1 Kegiatan Pembinaan
Ketentraman dan Ketertiban
2 3 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor Pelatih
- Konsumsi
- Bahan Pelatihan
- dst…………………
2 3 2 Kegiatan…………………
2 4 Bidang Pemberdayaan
Masyarakat
2 4 1 Kegiatan Pelatihan Kepala
Desa dan Perangkat
2 4 1 2 Belanja Barang dan Jasa:
- Honor pelatih
- Konsumsi
- Bahan pelatihan
- dst…………………
2 4 2 Kegiatan………………………..
2 5 2 Kegiatan………………………
JUMLAH BELANJA
SURPLUS / DEFISIT
3 PEMBIAYAAN
3 1 Penerimaan Pembiayaan
3 1 1 SILPA
3 1 2 Pencairan Dana Cadangan
3 1 3 Hasil Kekayaan Desa Yang di
pisahkan
JUMLAH ( RP )
3 2 Pengeluaran Pembiayaan
3 2 1 Pembentukan Dana Cadangan
3 2 2 Penyertaan Modal Desa
JUMLAH ( RP )
DISETUJUI OLEH
KEPALA DESA ………………………
TTD
(……………………………….)
Prinsip
Tahapan Kegiatan Tantangan
Transparansi Akuntabilitas
PPD Pembentukan Tim
Penyusunan RKP
Bahan Bacaan
PB.
Pembangunan Desa
4
Bahan Bacaan 1
PENGANTAR
Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran masyarakat Desa. Pembanguna dan Pemberdayaan Masyarakat Desa dilaukan dengan
melibatkan seluruh unsur masyarakat desa secara partispasi dan inklusi.
Pembangunan Desa dilaksanakan dengan tahapan:
1) Pendataan Desa.
a) Pendataan Desa tahap awal; dan
b) Pendataan Desa tahap pemutakhiran.
2) Perencanaan Pembangunan Desa.
a) penyusunan RPJM Desa; dan
b) penyusunan RKP Desa.
3) Pelaksanaan Pembangunan Desa.
a) persiapan pelaksanaan kegiatan Pembangunan Desa; dan
b) pelaksanaan kegiatan Pembangunan Desa.
4) Pertanggungjawaban Pembangunan Desa.
Prinsip Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, meliputi:
a) kemanusiaan; bahwa Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa dilakukan dengan
mengutamakan pemenuhan hak dasar, serta harkat dan martabat Masyarakat Desa.
b) keadilan; bahwa Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa dilakukan dengan
mengutamakan pemenuhan hak dan kepentingan seluruh warga Desa tanpa membeda-bedakan
atau nondiskriminasi.
3) kebhinekaan; bahwa Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa diselenggarakan dengan
mengakui dan menghormati keanekaragaman, baik keanekaragaman pilihan, pendapat, dan identitas
Masyarakat Desa maupun keanekaragaman budaya dan kearifan Desa sebagai pembentuk kesalehan
sosial berdasarkan nilai kemanusiaan universal.
4) keseimbangan alam; bahwa Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa diselenggarakan
dengan mengutamakan perawatan bumi yang lestari untuk keberlanjutan kehidupan manusia.
5) kepentingan nasional. bahwa Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa diselenggarakan
dengan mengutamakan pelaksanaan kebijakan strategis nasional untuk mewujudkan kesejahteraan
rakyat.
SDGs Desa merupakan arah kebijakan Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. SDGs
Desa adalah upaya terpadu Pembangunan Desa untuk
percepatan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. SDGs Desa bertujuan untuk mewujudkan:
1) Desa tanpa kemiskinan;
2) Desa tanpa kelaparan;
3) Desa sehat dan sejahtera;
4) pendidikan Desa berkualitas;
5) keterlibatan perempuan Desa;
6) Desa layak air bersih dan sanitasi;
7) Desa berenergi bersih dan terbarukan;
8) pertumbuhan ekonomi Desa merata;
9) infrastruktur dan inovasi Desa sesuai kebutuhan;
10)Desa tanpa kesenjangan;
11)kawasan permukiman Desa aman dan nyaman;
12)konsumsi dan produksi Desa sadar lingkungan;
13)Desa tanggap perubahan iklim;
14)Desa peduli lingkungan laut;
15)Desa peduli lingkungan darat;
16)Desa damai berkeadilan;
17)kemitraan untuk Pembangunan Desa; dan
18)kelembagaan Desa dinamis dan budaya Desa adaptif
Tim Penyusun
Kepala Desa membentuk tim penyusun RKP Desa, terdiri dari:
1) kepala Desa selaku pembina;
2) sekretaris Desa selaku ketua;
3) ketua lembaga pemberdayaan masyarakat sebagai sekretaris; dan
4) anggota yang meliputi: perangkat desa, lembaga pemberdayaan masyarakat, kader
pemberdayaan masyarakat desa, dan unsur masyarakat.
Rancangan RKP Desa dituangkan dalam format rancangan RKP Desa, dilampiri rencana kegiatan
dan Rencana Anggaran Biaya. Rencana kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya untuk kerjasama antar
Desa disusun dan disepakati bersama para kepala desa yang melakukan kerja sama antar Desa dan
diverifikasi oleh tim verifikasi.
Tim penyusun RKP Desa menyusun usulan prioritas program dan kegiatan. Usulan prioritas program
dan kegiatan dituangkan dalam rancangan daftar usulan RKP Desa. Rancangan daftar usulan RKP
Desa menjadi lampiran berita acara laporan tim penyusun rancangan RKP Desa. Tim penyusun RKP
Desa membuat berita acara tentang hasil penyusunan rancangan RKP Desa yang dilampiri dokumen
rancangan RKP Desa dan rancangan daftar usulan RKP Desa.Berita acara disampaikan oleh tim
penyusun RKP Desa kepada kepala Desa.
Jumlah anggota tim penyusun RPJM Des, harus berjumlah ganjil, paling sedikit 7 (tujuh) orang dan paling
banyak 11 (sebelas) orang.Tim penyusun RPJM Des, harus mengikutsertakan perempuan. Tim penyusun
RPJM Des ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Tim penyusun RPJM Desa melaksanakan kegiatan
sebagai berikut: penyelarasan arah kebijakan pembangunan Kabupaten/ Kota; pengkajian keadaan
Desa; penyusunan rancangan RPJM Desa; danpenyempurnaan rancangan RPJM Desa.
2. Penyelarasan Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten/Kota
Tim penyusun RPJM Desa kemudian melakukan penyelarasan arah kebijakan pembangunan
kabupaten/ kota untuk mengintegrasikan program dan kegiatan pembangunan Kabupaten/Kota
dengan pembangunan Desa. Penyelarasan arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota dilakukan
dengan mengikuti sosialisasi dan/atau mendapatkan informasi tentang arah kebijakan pembangunan
kabupaten/kota. Informasi arah kebijakan pembangunan kabupaten/kota sekurang-kurangnya
meliputi:
● rencana pembangunan jangka menengah daerah kabupaten/kota;
● rencana strategis satuan kerja perangkat daerah;
● rencana umum tata ruang wilayah kabupaten/kota;
● rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota; dan
● rencana pembangunan kawasan perdesaan.
3. Pengkajian Keadaan Desa
Tim penyusun RPJM Desa melakukan pengkajian keadaan Desa dalam rangka mempertimbangkan
kondisi objektif Desa.Pengkajian keadaan Desa, meliputi kegiatan sebagai berikut:
● penyelarasan data Desa (data SDGs, data IDM dan data-data lain yang relevan);
● penggalian gagasan masyarakat; dan
● penyuunan laporan hasil pengkajian keadaan Desa.
Laporan hasil pengkajian keadaan desa menjadi bahan masukan dalam musyawarah Desa dalam
rangka penyusunan perencanaan pembangunan Desa.
4. Penyusunan Rencana Pembangunan Desa melalui musyawarah Desa
Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah Desa berdasarkan laporan hasil
pengkajian keadaan desa.Musyawarah Desa, membahas dan menyepakati sebagai berikut:
● laporan hasil pengkajian keadaan Desa yang bersumber dari data yg dimiliki Desa;
● rumusan arah kebijakan pembangunan Desa yang dijabarkan dari visi dan misi Kepala Desa; dan
● rencana prioritas kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Desa, pembangunanDesa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Bahan Bacaan
Bahan Bacaan2
Pengertian
Keuangan Desa adalah Semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala
sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
Pengelolaan Keuangan adalah Seluruh rangkaian kegiatan yang dimulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan hingga pertanggungjawaban yang dilaksanakan dalam satu
tahun anggaran, terhitung mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember. (Pengertian/difinisi yang dipetik
dari Permendagri No. 113 Tahun 2014).
Semua uang yang dipergunakan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa
adalah uang Negara dan uang rakyat, yang harus dikelola berdasar pada hukum atau peraturan yang
berlaku, khususnya:
Ketentuan-ketentuan pokok tentang Pengelolaan Keuangan Desa dalam UU No. 6 Tahun 2014
tercantum pada Pasal 71 – 75 yang mencakup: Pengertian keuangan desa, Jenis dan sumber-sumber
Pendapatan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa), Belanja Desa, dan Kepala Desa
sebagai pemegang kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa. Kemudian dijabarkan lebih rinci dalam PP
No. 43 Tahun 2014, sebagaimana termuat pada Pasal 80 (Penghasilan Pemerintah Desa), dan Pasal 90-
106. Ketentuan-ketentuan pokok dimaksud selanjutnya dijabarkan secara detil/teknis dalam
Permendagri No. 20 Tahun 2018. Dengan demikian, pengelola keuangan desa wajib menjadikan
Permendagri dimaksud sebagai “al kitab” yang harus selalu dirujuk, agar terhindar dari neraka di dunia
(Penjara) dan kelak di akhirat (Jahanam).
Asas adalah nilai-niliai yang menjiwai Pengelolaan Keuangan Desa. Asas dimaksud melahirkan prinsip-
prinsip yang menjadi dasar dan harus tercermin dalam setiap tindakan Pengelolaan Keuangan Desa.
Asas dan prinsip tidak berguna bila tidak terwujud dalam tindakan. Sesuai Permendagri No. 20 Tahun
2018, Keuangan Desa dikelola berdasarkan asas-asas, yaitu:
Transparan
Terbuka - keterbukaan, dalam arti segala kegiatan dan informasi terkait Pengelolaan Keuangan Desa
dapat diketahui dan diawasi oleh pihak lain yang berwenang. Tidak ada sesuatu hal yang ditutup-tutupi
(disembunyikan) atau dirahasiakan. Hal itu menuntut kejelasan siapa, melakukan apa
serta bagaimanamelaksanakannya.
Akuntabel
Mempunyai pengertian bahwa setiap tindakan atau kinerja pemerintah/lembaga dapat
dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta
keterangan akan pertanggungjawaban (LAN, 2003). Dengan denikian, pelaksanaan kegiatan dan
penggunaan anggaran harus dapat dipertanggungjawabkan dengan baik, mulai dari proses
perencanaan hingga pertanggungjawaban.
Partisipatif
Mempunyai pengertian bahwa setiap tindakan dilakukan dengan mengikutsertakan keterlibatan
masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat
menyalurkan aspirasinya.Pengelolaan Keuangan Desa, sejak tahap perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan dan pertanggugjawaban wajib melibatkan masyarakat para pemangku
kepentingan di desa serta masyarakat luas, utamanya kelompok marjinal sebagai penerima manfaat
dari program/kegiatan pembangunan di Desa.
Pengelolaan Keuangan Desa merupakan rangkaian kegiatan yang berlangsung dengan mengikuti siklus:
PERENCANAAN
PERTANGGUNGJAWABAN
PELAKSANAAN
PELAPORAN PENATAUSAHAAN
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan dalam pengelolaan keuangan desa merupakan implementasi atau eksekusi dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Termasuk dalam pelaksanaan diantaranya adalah proses
pengadaan barang dan jasa serta proses pembayaran.
Tahap pelaksanaan adalah rangkaian kegiatan untuk melaksanakan APBDesa dalam satu tahun
anggaran yang dimulai dari 1 Januari hingga 31 Desember. Atas dasar APBDesa dimaksud disusunlah
rencana anggaran biaya (RAB) untuk setiap kegiatan yang menjadi dasar pengajuan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP).
Pengadaan barang dan jasa, penyusunan Buku Kas Pembantu Kegiatan, dan Perubahan APB Desa
adalah kegiatan yang berlangsung pada tahap pelaksanaan.
3. Penatausahaan
Penatausahaan merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis (teratur dan masuk
akal/logis) dalam bidang keuangan berdasarkan prinsip, standar, serta prosedur tertentu sehingga
informasi aktual (informasi yang sesungguhnya) berkenaan dengan keuangan dapat segera
diperoleh.Tahap ini merupakan proses pencatatan seluruh transaksi keuangan yang terjadi dalam
satu tahun anggaran. Lebih lanjut, kegiatan penatausahaan keuangan mempunyai fungsi
pengendalian terhadap pelaksanaan APBDesa. Hasil dari penatausahaan adalah laporan yang dapat
digunakan untuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan itu sendiri.
4. Pelaporan
Pelaporan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan
hasil pekerjaan yang telah dilakukan selama satu periode tertentu sebagai bentuk pelaksanaan
tanggungjawab (pertanggungjawaban) atas tugas dan wewenang yang diberikan Laporan
merupakan suatu bentuk penyajian data dan informasi mengenai sesuatu kegiatan ataupun keadaan
yang berkenaan dengan adanya suatu tanggung jawab yang ditugaskan. Pada tahap ini, Pemerintah
Desa menyusun laporan realisasi pelaksanaan APBDes setiap semester yang disampaikan kepada
Bupati/walikota.
5. Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa dilakukan setiap akhir tahun anggaran yang
disampaikan kepada Bupati/Walikota dan di dalam Forum Musyawarah Desa.
Dengan demikian, peran dan keterlibatan masyarakat juga menjadi keharusan dalam Pengelolaan
Keuangan Desa. Oleh sebab itu, setiap tahap kegiatan PKD harus memberikan ruang bagi peran dan
keterlibatan masyarakat. Masyarakat dimaksud secara longgar dapat dipahami sebagai warga desa
setempat, 2 orang atau lebih, secara sendiri-sendiri maupun bersama, berperan dan terlibat secara
positif dan memberikan sumbangsih dalam Pengelolaan Keuangan Desa. Namun bila hal itu
dilakukan secara pribadi oleh orang seorang warga desa, tentu akan cukup merepotkan. Oleh karena
itu, peran dan keterlibatan dimaksud hendaknya dilakukan oleh para warga desa secara terorganisasi
melalui Lembaga Kemasyarakatan dan/atau Lembaga Masyarakat yang ada di desa setempat.
Bagaimana peran dan keterlibatan itu diwujudkan dalam setiap tahap.kegiatan PKD? Apakah wujud
peran dan keterlibatan itu memiliki hubungan dengan asas-asas PKD? Tabel di bawah ini mencoba
memberikan gambaran:
Peran/Keterlibatan Masyarakat
Terkait dengan
Tahap Kegiatan Peran dan Keterlibatan
Asas
Perencanaan Memberikan masukan tentang rancangan APB Partisipatif
Desa kepada Kepala Desa dan/atau BPD
Pelaksanaan ▪ Bersama dengan Kasi, menyusun RAB, Partisipatif
memfasilitasi proses pengadaan barang dan Transparan
jasa, mengelola atau melaksanakan
pekerjaan terkait kegiatan yang telah
ditetapkan dalam Perdes tentang APB Desa.
▪ Memberikan masukan terkait perubahan
APB Desa
Penatausahaan Meminta informasi, memberikan masukan, Transparansi
melakukan audit partisipatif Akutabel
Tertib dan disiplin
anggaran
Pelaporan dan Meminta informasi, mencermati materi LPj, Partisipatif
Pertanggung- Bertanya/meminta penjelasan terkait LPj dalam Transparan
jawaban Musyawarah Desa Akuntabel
Pengantar
Pengelolaan Keuangan Desa melekat dalam fungsi dan tugas Pemerintah Desa. Dengan demikian,
Pengelola keuangan desa adalah aparat pemerintahan desa sesuai tugas danfungsinya yang ditetapkan
dalam peraturan perundangan. Guna memahami dengan benar “siapa, apa tugas dan
tanggungjawab” Pengelola dimaksud, perlu dipaparkan secara ringkas: 1) Struktur Pemerintah Desa. 2)
Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa. 3) Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD). 4)
Tugas dan Tanggungjawab Pengelola. 5) Etika Pengelola Keuangan Desa.
Etika Pengelola
Etika adalah rambu-rambu, patokan, norma, yang diturunkan dari nilai-nilai moral yang menjadi acuan
bertindak bagi seseorang dalam melaksankan tugas dan tanggungjawabnya. Etika ini menjadi sangat
penting bila seseorang dimaksud adalah pejabat publik yang menentukan nasib masyarakat. Etika
dimaksud bukan hukum, tetapi setiap tindakan yang melanggar etika pasti akan melanggar hukum. Etika
ini muncul dalam semua sisi kehidupan kita. Dalam tindak laku bermasyarakat misalnya, kita sejak dini
diajari untuk menghormati kepada orang yang lebih tua, sopan santun dalam berbicara, dan seterusnya.
Kejujuran, tidak mengambil segala sesuatu yang bukan haknya, mendahulukan kepentingan
masyarakat, adalah sedikit contoh yang menunjukkan etika dalam mengelola atau mengemban amanah
masyarakat. Etika ini menjembatani agar nilai-nilai moral bisa menjadi tindakan nyata.
Pengelola Keuangan Desa dituntut untuk menjunjung tinggi, memegang teguh etika mengelola
keuangan. Pertama, uang membawa godaan yang besar untuk melanggar etika dan hukum. Melanggar
etika akan berdampak pada sanksi sosial, yang menyebabkan merosotnya martabat seseorang di
hadapan masyarakat. Melanggar hukum tentu akan berhadapan dengan hukum, Dewasa ini terlalu
banyak aparat penyelenggara pemerintahan/Negara yang harus ‘pensiun dini’ karena masuk penjara.
Kedua, tugas dan tanggungjawab mengelola keuangan desa berhubungan erat dan menentukan nasib
rakyat desa. APBDesa untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Apakah desa-desa kita akan
menjadi desa yang maju dan rakyatnya sejahtera di masa mendatang, ditentukan sejauh mana etika
pengelolaan keuangan dipegang teguh para Pengelola Keuangan Desa.
Pengantar
Pengelolaan Keuangan Desa sebagai rangkaian kegiatan, diawali dengan kegiatan Perencanaan, yaitu
penyusunan APBDesa. Dengan demikian, penting untuk memahami secara tepat berbagai aspek
APBDesa: fungsi, ketentuan, struktur, sampai mekanisme penyusunannya, sebagaimana diuraikan
berikut.Secara umum, pengertian perencanaan keuangan adalah kegiatan untuk memperkirakan
pendapatan dan belanja untuk kurun waktu tertentu di masa yang akan datang. Dalam kaitannya dengan
Pengelolaan Keuangan Desa, perencanaan dimaksud adalah proses penyusunan APBDes.
Sebagai dokumen yang memiliki kekuatan hukum, APBDesa menjamin kepastian rencana kegiatan,
dalam arti mengikat Pemerintah Desa dan semua pihak yang terkait, untuk melaksanakan kegiatan sesuai
rencana yang telah ditetapkan, serta menjamin tersedianya anggaran dalam jumlah yang tertentu yang
pasti, untuk melaksanakan rencana kegiatan dimaksud. APBDesa menjamin kelayakan sebuah kegiatan
dari segi pendanaan, sehingga dapat dipastikan kelayakan hasil kegiatan secara teknis.
Apa saja yang Harus Diperhatikan dalam Penyusunan APBDes?Dalam menyusun APBDes, ada beberapa
ketentuan yag harus dipatuhi:
▪ APBDesa disusun berdasarkan RKPDesa yang telah ditetapkan dengan Perdes.
▪ APBDesa disusun untuk masa 1 (satu) tahun anggaran, terhitung mulai 1 Januari sampai 31 Desember
tahun berikutnya.
▪ Rancangan APBDesa harus dibahas bersama dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
▪ APBDesa dapat disusun sejak bulan September dan harus ditetapkan dengan Perdes, selambat-
lambatnya pada 31 Desember pada tahun yang sedang dijalani.
a. Pendapatan Desa
Pendapatan Desa yang ditetapkan dalam APBDes merupakan perkiraan yang terukur secara rasional
dan memiliki kepastian serta dasar hukum penerimaannya. Rasional artinya menurut pikiran logis
atau masuk akal serta sesuai fakta atau data.
b. Belanja Desa
Belanja desa disusun secara berimbang antara penerimaan dan pengeluaran, dan penggunaan
keuangan desa harus konsisten(sesuai dengan rencana, tepat jumlah, dan tepat peruntukan), dan
sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Pembiayaan Desa
Pembiayaan desa baik penerimaan pembiayaan maupun pengeluaran pembiayaan harus
disesuaikan dengan kapasitas dan kemampuan nyata/sesungguhnya yang dimiliki desa, serta tidak
membebani keuangan desa di tahun anggaran tertentu.
A. Pendapatan Desa
Pendapatan Desa, meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa
dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.
Kelompok
Jenis Pendapatan Rincian Pendapatan
Pendapatan
Pendapatan a. Hasil Usaha ● Hasil Bumdes, Tanah Kas Desa
Asli Desa b. Hasil Aset ● Tambatan perahu, pasar desa,
tempat pemandian umum,
jaringan irigasi
c. Swadaya, partisipasi, gotong ● Membangun dengan kekuatan
royong sendiri yang melibatkan peran
serta masyarakat berupa tenaga,
barang yang dinilai dengan uang
Belanja desa, meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam 1
(satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa
dipergunakan dalam rangka mendanai penyelenggaraan kewenangan Desa.
Jenis Kegiatan
Kelompok Belanja Jenis Belanja dan Rincian Belanja
(Sesuai RKP Desa)
Penyelenggaraan a. Kegiatan Belanja Pegawai
Pemerintahan Pembayaran 1. Pembayaran penghasilan tetap
Desa Penghasilan ▪ Kepala Desa (1 org)
Tetap dan ▪ Perangkat Desa (Kaur, Kasi, Kadus, dll
Tunjangan mis. 11 org)
2. Pembayaran tunjangan
▪ Kepala Desa
▪ Perangkat Desa (Kaur, Kasi, Kadus)
▪ BPD (mis: 5 org)
3. Insentif RT dan RW (mis: 5 RW, 25 RT)
b. Kegiatan Belanja Barang dan Jasa
operasional ▪ ATK, Listrik, Air, Telepon
kantor ▪ Fotocopy/Penggandaan
▪ Benda Pos
Belanja Modal
▪ Komputer
▪ Mesin Tik
▪ Meja, Kursi, Lemari
Pelaksanaan Kegiatan 1. Belanja Barang dan Jasa
Pembangunan Pembangunan ▪ Upah
Desa Jalan Lingkungan ▪ Sewa Mobil
(Rabat Beton), dll ▪ Minyak Bekesting
(contoh) ▪ Paku, Benang
2. Belanja Modal
▪ Marmer Prasasti
▪ Beton Readymix
▪ Kayu
▪ Pasir
▪ Batu
▪ Plastik Cor
Pembinaan Kegiatan 1. Belanja Barang dan Jasa
Kemasyarakatan Penyelenggaraan ▪ Honor Pelatih
Desa Keamanan dan ▪ Transport Peserta
Ketertiban ▪ Konsumsi
Lingkungan ▪ Alat Pelatihan
(contoh) ▪ Dll.
2. Belanja Modal
Pemberdayaan Kegiatan Pelatihan 1. Belanja Barang dan Jasa
Masyarakat Desa Kelompok Tani ▪ Honor Penyuluh Pertanian
(contoh) ▪ Transpor Penyuluh
▪ Konsumsi
▪ Alat Pelatihan
2. Belanja Modal
Belanja Tak
Terduga
Pasal 100, PP 43 2014, Belanja Desa yang ditetapkan dalam APB Desa digunakan dengan ketentuan:
a. paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja Desa digunakan untuk
mendanai penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa
b. paling banyak 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja Desa digunakan untuk:
1. penghasilan tetap dan tunjangan kepala Desa dan perangkat Desa;
2. operasional Pemerintah Desa;
3. tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa; dan
Pasal 81 PP 43 Tahun 2014, Penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa dianggarkan dalam APB
Desa yang bersumber dari ADD. Pengalokasian ADD untuk penghasilan tetap kepala Desa dan
perangkat Desa menggunakan penghitungan sebagai berikut:
a. ADD yang berjumlah kurang dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) digunakan maksimal
60% (enam puluh perseratus);
b. ADD yang berjumlah Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.
700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah) digunakan maksimal 50% (lima puluh perseratus);
c. ADD yang berjumlah lebih dari Rp. 700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.
900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah) digunakan maksimal 40% (empat puluh perseratus);
d. ADD yang berjumlah lebih dari Rp. 900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah) digunakan
maksimal 30% (tiga puluh perseratus).
C. Pembiayaan Desa
Pembiayaan Desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya.
Perencanaan adalah awal dari sebuah kegiatan. Bila perencanaan itu dilakukan dengan tepat dan baik,
akan memberikan pengaruh yang besar terhadap pelaksanaan dan kemudian hasil kegiatan. Ketepata
perencanaan itu akan terjamin bila dalam prosesnya benar-benar mengacu pada ketentuan dan
didasarkan pada azas-azas Pengelolaan Keuangan Desa. Bagaimana agar azas-azas itu mewujud dalam
proses perencanaan? Tabel di bawah ini, mencoba memberikan gambaran.
Penerjemahannya dalam
Asas Yang dibutuhkan
Perencanaan
Partisipasi ▪ Pemerintah Desa membuka ▪ Komitmen Kepala Desa untuk
ruang/mengikutsertakan melibatkan masyarakat secara
masyarakat dalam menyusun optimal
RKP Desa maupun Rancangan ▪ Warga masyarakat yang
APBDesa memahami ketentuan mauoun
▪ BPD melakukan konsultasi teknis penyusunan APBDesa
dengan masyarakat sebelum ▪ Aturan dan mekanisme kerja
membahas Rancangan BPD yang memastikan adanya
APBDesa bersama Pemerintah konsultasi publik
Desa ▪ Tata kerja BPD untuk menyerap
▪ Masyarakat memberikan dan menampung aspirasi
masukan kepada Pemerintah masyarakat.
Desa dan/atau BPD
Transparansi Mengumumkan, ▪ Sosialisasi dilakukan secara
menginformasikan jadwal, resmi oleh Pemerintah Desa
agenda, dan proses dan BPD
perencanaan, serta hasil ▪ Sarana prasarana
perencanaan secara terbuka penyebartahuan informasi
kepada masyarakat ▪ Warga peduli informasi
Akuntabel ▪ Proses (tahap kegiatan) ▪ Mengumumkan,
dilakukan sesuai ketentuan menyosialisasikan ketentuan
▪ Kegiatan dilakukan oleh pihak dan proses peyusunan APBDesa
yang berkompeten ▪ Pembahasan Rancangan
APBDesa dilakukan secara
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 136
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
▪ Rencana disusun berdasarkan terbuka, dalam arti dapat
aspirasi masyarakat dan data dihadiri oleh masyarakat
▪ Rencana disepakati oleh para ▪ Warga yang peduli
pihak terkait pembahasan APBDesa
Tertib dan ▪ Mengalokasikan anggaran Rincian kegiatan dalam proses
Disiplin dalam jumlah tertentu dalam perencanaan yang membutuhkan
Anggaran APBDesa untuk membiayai dukungan pendanaan secara wajar.
proses perencanaan
▪ Anggaran dimaksud digunakan
secara tepat jumlah dan hanya
untuk kegiatan perencanaan
Pengantar
Berdasarkan APBDesa yang dihasilkan pada tahap Perencanaan, dimulailah tahap Pelaksanaan.
Kegiatan pokok pada tahap ini mencakup: penyusunan RAB, pengajuan Surat Permintaan Pembayaran
(SPP), dan selanjutnya pelaksanaan kegiatan di lapangan.
Pelaksanaan dalam Pengelolaan Keuangan Desa adalah rangkaian kegiatan untuk melaksanakan
rencana dan anggaran yang telah ditetapkan APBDesa. Kegiatan pokok dalam fase pelaksanaan ini pada
dasarnya bisa dipilah menjadi dua: 1) Kegiatan yang berkaitan dengan pengeluaran uang, dan 2)
Pelaksanaan kegiatan di lapangan.
Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Desa, adalah:
● Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa
dilaksanakan melalui rekening kas desa (pasal 24 ayat 1 Permendagri 113 Tahun 2014).
● Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah (pasal
24 ayat 3 Permendagri 113 Tahun 2014).
● Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat dilakukan sebelum rancangan
peraturan desa tentang APBDesa ditetapkan menjadi peraturan desa(pasal 26 ayat 1 Permendagri 113
Tahun 2014). Pengecualian untuk belanja pegawai yang bersifat mengikat dan operasional kantor
yang sebelumnya telah ditetapkan dalam Peraturan Kepala Desa.
1. Penyusunan RAB
Sebelum menyusun RAB, harus dipastikan tersedia data tentang standar harga barang dan jasa yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. Standar harga dimaksud diperoleh melalui
survey harga di lokasi setempat (desa atau kecamatan setempat). Dalam hal atau kondisi tertentu,
standar harga untuk barang dan jasa (tertentu) dapat menggunakan standar harga barang/jasa yang
ditetapkan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Contoh RAB
RENCANA ANGGARAN KEGIATAN
DESA : MUTIARA KEC.: BATU MULIA
TAHUN ANGGARAN …………
Rincian Pendanaan
Harga
Jumlah
No. URAIAN Volume Satuan Satuan
Rp.
Rp.
1 2 3 4 5
1. Belanja Barang dan Jasa
1.1 Upah Pekerja 137 HOK 40.000 5.480.000
1.2 Upah Tukang 45 HOK 50.000 2.250.000
1.3 Paku 5-10 cm 11 Kg 16.000 176.000
1.4 Minyak Bekesting 4 Ltr 2.000 7.200
1.5 Benang 5 bh 3.000 15.000
1.6 Mobil Pik Up 4 hari 250.000 1.000.000
1.7 Ember 5 glg 5.000 25.000
Sub Total 1) 8.953.200
2. Belanja Modal
Total 85.663.200,00
2. Pengadaan Barang/Jasa
Berdasarkan RAB yang sudah disahkan Kepala Desa dan rencana teknis pengerjaan kegiatan di
lapangan, Kepala Seksi (Pelaksana Kegiatan) memproses/memfasilitasi Pengadaan Barang dan Jasa
guna menyediakan barang/jasa sesuai kebutuhan suatu kegiatan yang akan dikerjakan, baik yang
dilakukan secara swakelola maupun oleh pihak ketiga. Pengadaan barang dan jasa dimaksud
bertujuan untuk dan menjamin:
▪ Penggunaan anggaran secara efisien efisien
▪ Efektifitas pelaksanaan sebuah kegiatan
▪ Jaminan ketersediaan barang dan jasa yang sesuai (tepat jumlah, tepat waktu, dan sesuai
spesifikasi)
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 138
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
▪ Transparansi dan akuntabilitas dalam penyediaan barang/jasa
▪ Peluang yang adil bagi seluruh masyarakat atau pengusaha terutama yang berada di desa
setempat untuk berpartisipasi
Dengan demikian, pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan prinsip-prinsip efisien, efektif,
transparan, pemberdayaan masyarakat, gotong-royong, dan akuntabel serta sesuai dengan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa
dapat berjalan sesuai dengan tata kelola pemerintahan yang baik dan memberikan manfaat yang
optimal bagi pembangunan desa.
Prioritas bagi warga dan.atau pengusaha desa setempat, serta barang dan jasa yang tersedia atau
dapat disediakan di desa setempat, mengandung maksud untuk mendorong peningkatan kegiatan
ekonomi lolal/desa. Dengan demikian, memberikan dampak yang nyata bagi perkembangan
eknomi masyarakat desa. Namun, proses pengadaan itu harus tetap berdasar pada ketentuan dan
mekanisme yang ditetapkan dalam peraturan.
Pengadaan barang dan/atau jasa di Desa, sebagaimana diatur dalam PP No. 43 tahun 2014, diatur
dengan peraturan bupati/walikota dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan.Dengan demikian, setiap Bupati/Wali Kota wajib menerbitkan Peraturan Bupati/Walikota
yang mengatur tatacara dan menggariskan ketentuan pengadaan barang dan jasa di desa.
Salah satuperaturan tentang pengadaan barang dan jasa adalah Perka LKPP No. 13 Tahun 2013
tentang Pedoman Tatacara Pengadaan Barang/Jasa di Desa. Dalam Perka dimaksud dinyatakan
secara jelas bahwa pengadaan barang/jasa yang bersumber dari APBDesa di luar ruang lingkup
pengaturan pasal 2 Perpres 54 /2010 jo Perpres 70/2012. Menurut Perka LKPP tersebut, tata cara
pengadaan barang/jasa oleh Pemerintah Desa yang sumber pembiayaannya dari APBDesa
ditetapkan oleh kepala daerah dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan Kepala LKPP dan
kondisi masyarakat setempat.
3. Pengajuan SPP
Selanjutnya, Kepala Seksi sebagai Koordinator Pelaksana Kegiatan mengajukan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) sesuai prosedur dan tatacara sebagai berikut:
▪ Berdasarkan RAB tersebut, Pelaksana Kegiatan membuat Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
kepada Kepala Desa dilengkapi dengan Pernyataan Tanggung Jawab Belanja dan Bukti
Transaksi. Ke
▪ Sekretaris Desa melakukan verifikasi terhadap SPP beserta lampirannya.
▪ Kepala Seksi mengajukan dokumen SPP yang sudah diverifikasi kepada Kepala Desa
▪ Kepala Desa menyetujui SPP dan untuk selanjutnya dilakukan pembayaran.
4. Pembayaran
Tentang Pajak
Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib
menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
● Pajak adalah perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk secara
langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk
pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
● Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,
termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak. Jadi wajib pajak terdiri dari dua golongan
besar yaitu orang pribadi atau badan dan pemotong atau pemungut pajak.
● Pemotong pajak adalah istilah yang digunakan pemungut pajak penghasilan (PPh) atas
pengeluaran yang sudah jelas /pasti sebagai penghasilan oleh penerimanya. Misal
pengeluaran untuk gaji, upah, honorarium (imbalan kerja atau jasa) sewa, bunga, dividen,
royalti (imbalan penggunaan harta atas modal). Bendahara diwajibkan untuk memotong PPh
atas pembayaran terhadap penerima. Jenis-jenis PPh, ada PPh perorangan (PPh 21) dan PPh
badan (PPh 23).
● Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan terhadap penyerahan barang kena pajak (BKP) dan
Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha. Prinsip dasar cara pemungutan PPN adalah penjual atau
pengusaha kena pajak (PKP) memungut pajak dari si pembeli. Pembeli pada waktu menjual
memungut PPN terhadap pembeli berikutnya. Penjual atau PKP wajib menerbitkan Faktur
Desa………………..
…….,Tanggal……
Pelaksana Kegiatan
Tahap Pelaksanaan ini adalah tahap yang rawan tindakan dan/atau peristiwa yang potensial
menghambat kelancaran pengerjaan kegiatan di lapangan, antara lain: konflik diantara pihak-pihak
terkait, penyimpangan, penyelewengan, dan penyalahgunaan wewenang, karena pada tahap ini terjadi
aliran uang yang nyata. Untuk menghindari semua itu, ketentuan dan azas-azas Pengelolaan Keuangan
Desa harus diperhatikan dan diwujudkan secara sungguh-sungguh.
Penerjemahannya dalam
Asas Yang dibutuhkan
Pelaksanaan
Partisipasi Masyarakat terlibat dalam: ▪ Kasi terkait membentuk tim penyusun
1. Survey harga RAB
2. Menyusun RAB ▪ Ada warga yang mengerti tentang
3. Memfasilitasi proses tatacara dan terampil menghitung RAB
pengadaan barang dan jasa
Transparansi ▪ Barang dan jasa yang ▪ Data harga dan spesifikasi barang dan
dibutuhkan diumumkan jasa yang umum berlaku di desa
secara terbuka setempat
▪ Standar harga hasil survey ▪ Warga yang memiliki pengetahuan
diumumkan secara terbuka tentang harga dan spesifikasi barang dan
▪ Spesifikasi barang dan jasa jasa yang dibutuhkan
yang dibutuhkan diumumkan ▪ Warga yang memiliki kemampuan
secara terbuka dan/atau usaha penyediaan barang dan
▪ (Bila pengadaan melalui jasa
pelelangan) Penawaran dari ▪ Mengumumkan renvana pengadaan
pemenang lelang diumumkan barang dan jasa
secara terbuka
Pengantar
Penatausahaan adalah kegiatan yang nyaris dilakukan sepanjang tahun anggaran. Kegiatan ini berrtupu
pada tugas dan tanggungjawab Bendahara. Ketekunan dan ketelitian menjadi syarat dalam
melaksanakan kegiatan ini. Penatausahaan adalah pencatatan seluruh transaksi keuangan, baik
penerimaan maupun pengeluaran uang dalam satu tahun anggaran.
Buku Kas
JUMLAH SALDO
No Tgl KODE PENERIMA PENGELUAR NO PENGELUAR
URAIAN
. . REKENING AN AN BUKTI AN
(Rp.) (Rp.) KUMULATIF
1 2 3 4 5 6 7 8 9
…………………… …………………
JUMLAH
....................tanggal...........................
Mengetahui
Kepala Desa Bendahara Desa
.......................................... ...................................
3) Buku Bank
Berfungsi untuk mencatat semua transaksi baik penerimaan maupun pengeluaran yang terkait
dengan bank (penarikan, penyetoran, dll).
BULAN :
BANK CABANG :
REK. NO. :
…
MENGETAHUI
………………….. ……………………
Bukti Transaksi
Selain berupa Buku Kas, Buku Bank dan Buku Kas Pembantu, bukti transaksi juga merupakan bagian dari
penatausahaan dalam pengelolaan keuangan. Tanpa bukti transaksi, transaksi bisa dianggap tidak sah.
Bukti transaksi adalah dokumen pendukung yang berisi data transaksi yang dibuat setelah melakukan
transaksi untuk kebutuhan pencatatan keuangan. Di dalam suatu bukti transaksi minimal memuat data:
pihak yang mengeluarkan atau yang membuat. Bukti transaksi yang baik adalah di dalamnya tertulis
pihak yang membuat, yang memverifikasi, yang menyetujui dan yang menerima.
Pengantar
Pelaporan dan Pertanggungjawaban adalah babakan terakhir dalam siklus Pengelolaan Keuangan Desa.
Hal-hal pokok yang perlu dipahami berkenaan dengan Bab ini mencakup: pengertian dan makna laporan
pertanggungjawaban, tahap, prosedur, dan tatacara penyampaian laporan pertanggungjawaban. Selain
itu perlu dihayati bahwa pada hakikatnya laporan pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa
adalah pemenuhan tanggungjawab kepada masyarakat-rakyat desa atas pengelolaan uang dan
kepentingan rakyat oleh Pemerintah Desa.
Pelaporan
Pelaporan merupakan salah satu mekanisme untuk mewujudkan dan menjamin akuntabiltas
pengelolaan keuangan desa, sebagaimana ditegaskan dalam asas Pengelolaan Keuangan Desa (Asas
Akuntabel). Hakikat dari pelaporan ini adalah Pengelolaan Keuangan Desa dapat
dipertanggungjawabkan dari berbagai aspek: Hukum, administrasi, maupun moral. Dengan demikian,
pelaporan pengelolaan keuangan desa menjadi kewajiban PemerintaD desa sebagai bagian tak
terpisahkan dari penyelengaraan pemerintahan desa.
Fungsi
Prinsip
Hal-hal penting atau prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pelaporan ini, antara lain:
a) Menyajikan informasi data yang valid, akurat dan terkini.
b) Sistematis (mengikuti kerangka pikir logis)
c) Ringkas dan jelas
d) Tepat waktu sesuai kerangka waktu yang telah ditetapkan dalam Permendagri
Pelaporan yang dimaksud dalam Pengelolaan Keuangan Desa adalah penyampaian laporan
realisasi/pelaksanaan APB Desa secara tertulis oleh Kepala Desa (Pemerintah Desa) kepada
Bupati/Walikota sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang
dipilah dalam dua tahap:
● Laporan Semester Pertama disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota paling lambat
pada akhir bulan Juli tahun berjalan
● Laporan Semester Kedua/Laporan Akhir disampaiakan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota
paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.
Dokumen
Laporan Pertanggungjawaban
Laporan Pertanggungjawaban ini pada dasarnya adalah laporan realisasi pelaksanaan APBDesa yang
disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota setelah tahun anggaran berakhir pada 31
Desember setiap tahun. Laporan pertanggungjawaban ini harus dilakukan oleh Kepala Desa paling
lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya.
Laporan Pertanggungjawaban ini ditetapkan dengan Peraturan Desa dengan menyertakan lampiran:
1. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa sesuai Form yang ditetapkan.
2. Laporan Kekayaan Milik Desa, dan
3. Laporan Program Sektoral dan Program Daerah yang masuk ke Desa
Sejalan dengan prinsip transparansi, akuntabel, dan partisipatif yang merupakan ciri dasar tata kelola
pemerintahan yang baik (Good Governance), maka pertanggungjawaban tidak hanya disampaikan
kepada pemerintah yang berwenang, tetapi juga harus disampaikan kepada masyarakat baik langsung
maupun tidak langsung.
Secara langsung, pertanggungjawaban kepada masyarakat bisa disampaikan melalui Musyawarah Desa
sebagai forum untuk membahas hal-hal strategis, yang dihadiri BPD dan unsur-unsur masyarakat
lainnya. Selain itu, laporan pertanggungjawaban juga dapat disebarluaskan melalui berbagai sarana
komunikasi dan informasi: papan Informasi Desa, web site resmi pemerintah kabupaten atau bahkan
desa.
Ditegaskan dalam asas pengelolaan keuangan adanya asas partisipatif. Hal itu berarti dalam
pengelolaan keuangan desa harus dibuka ruang yang luas bagi peran aktif masyarakat. Sejauh yang
ditetapkan dalam Permendagri, Laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban
realisasi/pelaksanaan APBDesa wajib diinformasikan secara tertulis kepada masyarakat dengan
menggunakan media yang mudah diakses oleh masyarakat.
Maksud pokok dari penginformasian itu adalah agar seluas mungkin masyarakat yang mengetahui
berbagai hal terkait dengan kebijakan dan realisasi pelaksanaan APBDesa. Dengan demikian,
masyarakat dapat memberikan masukan, saran, koreksi terhadap pemerintah desa, baik yang
berkenaan dengan APBDesa yang telah maupun yang akan dilaksanakan.
Mewujudkan Asas Pengkajian Keadaan Desa dalam Kegiatan Pelaporan dan Pertanggungjawaban
Sebagaimana telah dinyatakan di atas bahwa hakikat Pelaporan dan Pertanggungjawaban adalah
Pengelolaan Keuangan Desa dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai aspek: Hukum, administrasi,
maupun moral. Hal itu dapat dipenuhi apabila azas-azas Pengelolaan Keuangan Desa diwujudkan
secara baik dan benar.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 145
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
Rencana Pembelajaran
SPB Arah dan Orientasi
5.1 Pengembangan Ekonomi Desa
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan potensi pengembangan ekonomi desa;
2. Menjelaskan peran Desa dalam penguasaan aset-aset strategis di Desa;
3. Menjelaskan kepemilikan kolektif atas kegiatan usaha ekonomi Desa.
Waktu
1 JPL (45Menit)
Metode
Penugasan perorangan, Curah pendapat, dan Presentasi
Media
Lembar curah pendapat dan Slide presentasi
Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop dan projector
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Pembukaan
1. Menjelaskan mengenai pokok bahasan serta tujuan sub pokok bahasan yang akan
disampaikan.
Dst.
Rencana Pembelajaran
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menyebutkan fungsi dan peran BUM Desa dan BUM Desa Bersama dalam
pengembangan ekonomi desa;
2. Memahami alur dan tahapan pembentukan & pengembangan BUM Desa.
Waktu
1 JPL (45Menit)
Metode
Diskusi, Curah Pendapat dan Presentasi
Media
Lembar Diskusi dan Slide Presentasi
Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop dan projector
Proses Penyajian
Kegiatan 4: Pembukaan
● Minta salah satu peserta bercerita tentang BUM Desa yang pernah dilihat/diketahui;
● Minta peserta yang lain menambahkan informasi tentang BUM Desa;
● Simpulkan fungsi dan peran BUM Desa berdasarkan pemahaman peserta.
Bahan Bacaan
PB.
Pengembangan Ekonomi Desa
5
A. PENGANTAR
UU No. 6/2014 tentang Desa menjadi prioritas penting bagi Pemerintah dengan menempatkan posisi
Desa sebagai “kekuatan besar” yang akan memberikan kontribusi terhadap misi Indonesia yang
berdaulat, sejahtera, dan bermartabat. Prioritas tersebut tercermin dalam Nawacita, khususnya Cita
ketiga. Prioritas posisi Desa tersebut membutuhkan komitmen pengawalan implementasi UU Desa
secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan untuk mencapai Desa yang maju, kuat, mandiri, dan
demokratis. Salah satu wujud komitmen tersebut ialah pengaturan tentang BUM Desa dan BUM Desa
Bersama melalui PermendesaPDTT No. 4/2015 dan diperbaruhi melalui PermendesaPDTT No. 3/2021
sebagai pelaksanaan amanat UU Desa. Sebagai amanat UU Desa, BUM Desa dapat dimaknai sebagai:
1. Salah satu strategi kebijakan membangun Indonesia dari pinggiran melalui pengembangan usaha
ekonomi Desa yang bersifat kolektif.
2. Salah satu strategi kebijakan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia di Desa.
3. BUM Desa sebagai salah satu bentuk kemandirian ekonomi Desa dengan menggerakkan unit-unit
usaha yang strategis bagi usaha ekonomi kolektif Desa.
Konsepsi Tradisi Berdesa merupakan salah satu gagasan fundamental yang mengiringi pendirian BUM
Desa. Tradisi Berdesa sejajar dengan kekayaan modal sosial dan modal politik serta berpengaruh
terhadap daya tahan dan keberlanjutan BUM Desa. Inti gagasan dari Tradisi Berdesa dalam pendirian
BUM Desa adalah:
1. BUM Desa membutuhkan modal sosial (kerja sama, solidaritas, kepercayaan, dan sejenisnya) untuk
pengembangan usaha yang menjangkau jejaring sosial yang lebih inklusif dan lebih luas.
2. BUM Desa berkembang dalam politik inklusif melalui praksis Musyawarah Desa sebagai forum
tertinggi untuk pengembangan usaha ekonomi Desa yang digerakkan oleh BUM Desa.
3. BUM Desa merupakan salah satu bentuk usaha ekonomi Desa yang bersifat kolektif antara
pemerintah Desa dan masyarakat Desa. Usaha ekonomi Desa kolektif yang dilakukan oleh BUM
Desa mengandung unsur bisnis sosial dan bisnis ekonomi.
4. BUM Desa merupakan badan usaha yang dimandatkan oleh UU Desa sebagai upaya menampung
seluruh kegiatan di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh Desa dan/atau
kerja sama antar-Desa.
5. BUM Desa menjadi arena pembelajaran bagi warga Desa dalam menempa kapasitas manajerial,
kewirausahaan, tata kelola Desa yang baik, kepemimpinan, kepercayaan dan aksi kolektif.
6. BUM Desa melakukan transformasi terhadap program yang diinisiasi oleh pemerintah (government
driven; proyek pemerintah) menjadi “milik Desa”.
Pendirikan BUM Desa dalam peraturan perundang-undangan tentang Desa tersebut menunjukkan
pengakuan dan penghormatan terhadap prakarsa Desa dalam gerakan usaha ekonomi. Dari ketentuan
tersebut, Pendirian BUM Desa didasarkan atas prakarsa Desa yang mempertimbangkan:
a) inisiatif Pemerintah Desa dan/atau masyarakat Desa;
b) potensi usaha ekonomi Desa;
c) sumberdaya alam di Desa;
d) sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUM Desa; dan
e) penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan dan kekayaanDesa yang
diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha BUM Desa.
Dalam aras sistem hukum, prakarsa Desa tersebut memerlukan legitimasi yuridis dalam bentuk
Perbup/walikota tentang Daftar Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal
Berskala Desa. Di dalam Peraturan Bupati tersebut dicantumkan rumusan pasal (secara normatif)
tentang:
a) pendirian dan pengelolaan BUM Desa ke dalam ketentuan tentang Kewenangan Lokal Berskala Desa
bidang pengembangan ekonomi lokal Desa;
Langkah prosedural selanjutnya adalah penerbitan Perdes tentang Kewenangan Berdasarkan Hak Asal
Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa yang mengembangkan isi Perbup/Walikota tersebut dengan
memasukkan pendirian, penetapan, dan pengelolaan BUM Desa.
Baik Peraturan Bupati/Walikota maupun Perdes tentang Daftar Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul
dan Kewenangan Lokal Berskala Desa yang memuat BUM Desa tersebut harus sinkron dengan isi RPJM
Desa, RKP Desa dan APB Desa yang juga mencantumkan BUM Desa dalam perencanaan bidang
pelaksanaan pembangunan Desa (item: rencana kegiatan pengembangan usaha ekonomi produktif).
Proses pelembagaan pelembagaaan BUM Desa harus dilakukan secara partisipatif. Tujuannya agar
pendirian BUM Desa benar-benar seirama dengan denyut nadi usaha ekonomi Desa dan demokratisasi
Desa. Langkah-langkah pelembagaan tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, sosialisasi tentang BUM Desa. Inisiatif sosialisasi kepada masyarakat Desa dapat dilakukan
oleh Pemerintah Desa, BPD, PLD (Pendamping Lokal Desa) baik secara langsung maupun bekerjasama
dengan (i) Pendamping Desa yang berkedudukan di kecamatan, (ii) Tenaga Ahli Pemberdayaan
Masyarakat yang berkedudukan di Kabupaten, dan (iii) Pendamping Pihak Ketiga (LSM, Perguruan
Tinggi, Organisasi Kemasyarakatan).
Langkah sosialisasi ini bertujuan agar masyarakat Desa dan kelembagaan Desa memahami tentang apa
BUM Desa, tujuan pendirian, manfaat pendirian dan lain sebagainya. Keseluruhan Pendamping perlu
melakukan upaya inovatif-progresif untuk meyakinkan masyarakat bahwa BUM Desa akan memberikan
manfaat kepada Desa.
Perumusan hasil sosialisasi yang memuat pembelajaran dari BUM Desa dan kondisi internaleksternal
Desa dapat dibantu oleh para Pendamping. Substansi sosialisasi selanjutnya menjadi rekomendasi pada
pelaksanaan Musyawarah Desa yang mengagendakan pendirian/ pembentukan BUM Desa.
Rekomendasi dari sosialisasi dapat menjadi masukan untuk:
o Rencana Pemetaan Aspirasi/Kebutuhan Masyarakat tentang BUM Desa oleh BPD dan nantinya
akan menjadi Pandangan Resmi BPD terkait BUM Desa; dan
o Bahan Pembahasan tentang BUM Desa yang disiapkan oleh Pemerintah Desa dan akan
disampaikan oleh Kepala Desa kepada BPD.
Kedua, pelaksanaan Musyawarah Desa. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
musyawarah antara BPD, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh BPD
Pendirian atau pembentukan BUM Desa merupakan hal yang bersifat strategis. Pelaksanaan tahapan
Musyawarah Desa dapat dielaborasi kaitannya dengan pendirian/ pembentukan BUM Desa secara
partisipatif, demokratis, transparan dan akuntabel dengan berdasarkan kepada hak dan kewajiban
masyarakat.
Salah satu tahapan dalam Musyawarah Desa yang penting adalah Rencana Pemetaan
Aspirasi/Kebutuhan Masyarakat tentang BUM Desa oleh BPD. Anggota BPD dapat bekerjasama dengan
para Pendamping untuk melakukan Kajian Kelayakan Usaha pada tingkat sederhana yakni:
a) menemukan potensi Desa yang dapat dikembangkan melalui pengelolaan usaha/bisnis.
b) mengenali kebutuhan sebagian besar warga Desa dan masyarakat luar Desa.
c) merumuskan bersama dengan warga Desa untuk menentukan rancangan alternatif tentang unit
usaha dan klasifikasi jenis usaha. Unit usaha yang diajukan dapat berbadan hukum (PT dan LKM)
maupun tidak berbadan hukum.
d) klasifikasi jenis usaha pada lokasi Desa yang baru memulai usaha ekonomi Desa secara kolektif,
disarankan untuk merancang alternatif unit usaha BUM Desa dengan tipe pelayanan atau bisnis
sosial dan bisnis penyewaan. Kedua tipe unit usaha BUM Desa ini relatif minim laba namun minim
resiko kerugian bagi BUM Desa.
e) organisasi pengelola BUM Desa termasuk dalam susunan kepengurusan (struktur organisasi dan
nama pengurus). Struktur organisasi menjadi bahan pembahasan dalam Musyawarah Desa dan
nantinya akan menjadi bagian substantif dalam Perdes tentang Pendirian BUM Desa. Adapun
susunan nama pengurus BUM Desa dipilih langsung dalam Musyawarah Desa agar
pengurus/pengelola BUM Desa mendapat legitimasi penuh dari warga Desa. Kesepakatan atas
subjek/orang dalam susunan kepengurusan BUM Desa selanjutnya ditetapkan dalam Keputusan
Kepala Desa. Susunan kepengurusan organisasi pengelola BUM Desa terdiri dari Penasihat,
Pelaksana Operasional dan Pengawas. Penamaan susunan kepengurusan dapat menggunakan
penyebutan nama setempat yang dilandasi semangat kekeluargaan dan kegotongroyonan.
f) modal usaha BUM Desa. Modal awal BUM Desa bersumber dari APB Desa. Modal BUM Desa terdiri
atas penyertaan modal Desa dan penyertaan modal masyarakat Desa.
g) rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa (AD/ART) dibahas dalam
Musyawarah Desa dan hasil naskah AD/ART itu diputuskan oleh Kepala Desa sebagaimana diatur
dalam Pasal 136 ayat (5) PP No. 47/2015. AD/ART tersebut dibahas dalam Musyawarah Desa agar
prakarsa masyarakat Desa tetap mendasari substansi AD/ART.
h) pokok bahasan opsional tentang rencana investasi Desa yang dilakukan oleh pihak luar dan
nantinya dapat dikelola oleh BUM Desa.
Ketiga, penetapan Perdes tentang Pendirian BUM Desa (Lampiran: AD/ART sebagai bagian tak-
terpisahkandari Perdes). Susunan nama pengurus yang telah dipilih dalam Musdes, dijadikan dasar oleh
Kepala Desa dalam penyusunan surat keputusan Kepala Desa tentang Susunan Kepengurusan BUM
Desa.
Pokok Bahasan 6
PENGUATAN KEBERDAYAAN MASYARAKAT
Rencana Pembelajaran
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pemberdayaan sebagai proses sosial-politik;
2. Menjelaskan tahapan pemberdayaan masyarakat;
3. Menjelaskan pemberdayaan bertumpu pada hak-hak masyarakat;
4. Menjelaskan pemberdayaan untuk meningkatkan posisi dan daya tawar
masyarakat;
5. Menjelaskan pemberdayaan untuk mewujudkan kemandirian masyarakat.
Waktu
45Menit
Metode
Curah pendapat, Diskusi kelompok dan Paparan
Media
Lembar tayang dan Bahan bacaan
Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Pembukaan
1. Buka acara dengan mengucapkan salam dan sampaikan tujuan, proses dan hasil yang
ingin dicapai.
Rencana Pembelajaran
SPB
Strategi Penguatan Kader
6.2 Pemberdayaan Masyarakat
Desa
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi kekurangan/kelemahan KPMD;
2. Menjelaskan penyebab kekurangan/kelemahan dimaksud;
3. Merumuskan cara mengatasi kekurangan/kelemahan dimaksud.
Waktu
90 Menit
Metode
Curah Pendapat, Diskusi Kelompok dan Paparan
Media
Lembar Tayang dan Bahan Bacaan
Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus
Proses Penyajian
Kegiatan 6: Pembukaan
1.
2.
3.
Dst
.
Rencana Pembelajaran
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi kekurangan/kelemahan Lembaga Kemasyarakatan Desa;
2. Menjelaskan penyebab kekurangan/kelemahan dimaksud;
3. Menjelaskan cara untuk mengatasi kekurangan/kelemahan dimaksud.
Waktu
90Menit
Metode
Curah pendapat, Diskusi kelompok dan Paparan
Media
Media tayang dan Bahan bacaan
Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus
Proses Penyajian
Kegiatan 10: Pembukaan
1. Pelatih membuka acara dengan mengucapkan salam;
2. Sampaikan tujuan, proses dan hasil yang ingin dicapai.
2.
3.
Dst
Bahan Bacaan
SPB Pemberdayaan Masyarakat
6.1 Desa
Bahan Bacaan 1
Di Indonesia, ada pegeseran menarik dalam hal wacana, paradigma dan kebijakan pembangunan, yakni
dari pembangunan ke pemberdayaan. Tepatnya pembangunan desa terpadu pada tahun 1970-an,
bergeser menjadi pembangunan masyarakat desa pada tahun 1980-an dan awal 1990-an, kemudian
bergeser lagi menjadi pemberdayaan masyarakat (desa) mulai akhir 1990-an hingga sekarang. Kini,
dalam konteks reformasi, demokratisasi dan desentralisasi, wacana pemberdayaan mempunyai gaung
luas dan populer.
Gagasan pemberdayaan berangkat dari realitas obyektif yang merujuk pada kondisi struktural yang
timpang dari sisi alokasi kekuasaan dan pembagian akses sumberdaya masyarakat (Margot Breton,
1994). Pemberdayaan sebenarnya merupakan sebuah alternatif pembangunan yang sebelumnya
dirumuskan menurut cara pandang developmentalisme (modernisasi). Saya meyakini bahwa antara
pembangunan (lama) dan pemberdayaan (baru) mempunyai cara pandang dan keyakinan yang
berbeda, seperti terlihat dalam tabel 6.
Pada intinya, paradigma lama (pembangunan) lebih berorientasi pada negara dan modal sementara
paradigma baru (pemberdayaan) lebih terfokus pada masyarakat dan institusi lokal yang dibangun
secara partisipatif. Modal adalah segala-galanya yang harus dipupuk terus meski harus ditopang
dengan pengelolaan politik secara otoritarian dan sentralistik. Sebaliknya, pemberdayaan adalah
pembangunan yang dibuat secara demokratis, desentralistik dan partisipatoris. Masyarakat menempati
posisi utama yang memulai, mengelola dan menikmati pembangunan. Negara adalah fasilitator dan
membuka ruang yang kondusif bagi tumbuhnya prakarsa, partisipasi dan institusi lokal.
Saya memahami pemberdayaan (masyarakat desa) dengan beberapa cara pandang. Pertama,
pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat. Posisi masyarakat
bukanlah obyek penerima manfaat (beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar
seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak) yang
berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari tanggungjawab negara.
Pemberian layanan publik (kesehatan, pendidikan, perumahan, transportasi dan seterusnya) kepada
masyarakat tentu merupakan tugas (kewajiban) negara secara given. Masyarakat yang mandiri sebagai
partisipan berarti terbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol
lingkungan dan sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut menentukan
proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan dan
pemerintahan.
Kedua, pemberdayaan secara prinsipil berurusan dengan upaya memenuhi kebutuhan (needs)
masyarakat. Banyak orang berargumen bahwa masyarakat akar rumput sebenarnya tidak
membutuhkan hal-hal yang utopis (ngayawara) seperti demokrasi, desentralisasi, good governance,
otonomi daerah, masyarakat sipil, dan seterusnya. “Apa betul masyarakat desa butuh demokrasi dan
otonomi desa? Saya yakin betul, masyarakat itu hanya butuh pemenuhan sandang, pangan dan papan
(SPP). Ini yang paling dasar. Tidak ada gunanya bicara demokrasi kalau rakyat masih miskin”, demikian
tutur seseorang yang mengaku sering berinteraksi dengan warga desa. Pendapat ini masuk akal, tetapi
sangat dangkal. Mungkin kebutuhan SPP itu akan selesai kalau terdapat uang yang banyak. Tetapi
persoalannya sumberdaya untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat itu sangat langka (scarcity)
dan terbatas (constrain). Masyarakat tidak mudah bisa akses pada sumberdaya untuk memenuhi
kebutuhan SPP. Karena itu, pemberdayaan adalah sebuah upaya memenuhi kebutuhan masyarakat di
tengah-tengah scarcity dan constrain sumberdaya. Bagaimanapun juga berbagai sumberdaya untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat bukan hanya terbatas dan langka, melainkan ada problem struktural
(ketimpangan, eksploitasi, dominasi, hegemoni, dll) yang menimbulkan pembagian sumberdaya secara
tidak merata. Dari sisi negara, dibutuhkan kebijakan dan program yang memadai, canggih, pro-poor
untuk mengelola sumberdaya yang terbatas itu. Dari sisi masyarakat, seperti akan saya elaborasi
kemudian, membutuhkan partisipasi (voice, akses, ownership dan kontrol) dalam proses kebijakan dan
pengelolaan sumberdaya.
Ketiga, pemberdayaan terbentang dari proses sampai visi ideal. Dari sisi proses, masyarakat sebagai
subyek melakukan tindakan atau gerakan secara kolektif mengembangkan potensi-kreasi, memperkuat
posisi tawar, dan meraih kedaulatan. Dari sisi visi ideal, proses tersebut hendak mencapai suatu kondisi
dimana masyarakat mempunyai kemampuan dan kemandirian melakukan voice, akses dan kontrol
terhadap lingkungan, komunitas, sumberdaya dan relasi sosial-politik dengan negara. Proses untuk
mencapai visi ideal tersebut harus tumbuh dari bawah dan dari dalam masyarakat sendiri. Namun,
masalahnya, dalam kondisi struktural yang timpang masyarakat sulit sekali membangun kekuatan dari
dalam dan dari bawah, sehingga membutuhkan “intervensi” dari luar. Hadirnya pihak luar (pemerintah,
LSM, organisasi masyarakat sipil, organisasi agama, perguruan tinggi, dan lain-lain) ke komunitas
bukanlah mendikte, menggurui, atau menentukan, melainkan bertindak sebagai fasilitator (katalisator)
yang memudahkan, menggerakkan, mengorganisir, menghubungkan, memberi ruang, mendorong,
membangkitkan dan seterusnya. Hubungan antara komunitas dengan pihak luar itu bersifat setara,
saling percaya, saling menghormati, terbuka, serta saling belajar untuk tumbuh berkembang secara
bersama-sama.
Kelima, saya membuat tipologi PMD berdasarkan arena (pemerintahan dan pembangunan) serta aktor
(negara dan masyarakat) yang diletakkan dalam konteks desentralisasi dan demokratisasi desa. Tipologi
itu tertulis dalam bagan 1. Kuadran I (pemerintahan dan negara) pada intinya hendak membawa negara
lebih dekat ke masyarakat desa, dengan bingkai desentralisasi (otonomi) desa, demokratisasi desa,
good governance desa dan capacity building pemerintahan desa. Kuadran II (negara dan
pembangunan) berbicara tentang peran negara dalam pembangunan dan pelalayanan publik. Fokusnya
adalah perubahan haluan pembangunan yang top down menuju bottom up, membuat pelayanan publik
lebih berkualitas dan semakin dekat dengan masyarakat, serta penanggulangan kemiskinan. Kudran III
(pemerintahan dan masyarakat desa) hendak mempromosikan partisipasi masyarakat dalam konteks
pemerintahan desa, termasuk penguatan BPD sebagai aktor masyarakat politik di desa. BPD diharapkan
menjadi intermediary antara masyarakat dengan pemerintah desa yang mampu bekerja secara
legitimate, partisipatif, dan bertanggungjawab. Kuadran IV (pembangunan dan masyarakat desa)
terfokus pada civil society maupun pemberdayaan modal sosial dan institusi lokal, yang keduanya
sebagai basis partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemerintahan.
Tipologi bagan 5 tidak dimaksudkan untuk membuat isu-isu pemberdayaan terkotak-kotak, melainkan
semua kuadran tersebut harus dikembangkan secara sinergis dan simultan. Tetapi saya juga yakin
bahwa pemberdayaan yang berbasis masyarakat dan berkelanjutan harus ditopang secara kuat oleh
kuadran IV (pembangunan dan masyarakat desa). Kuadran IV adalah pilar utama pemberdayaan yang
akan memperkuat agenda pembaharuan pemerintahan dan pembangunan di level desa. Saya juga
yakin bahwa tipologi itu sangat berguna sebagai basis orientasi untuk kajian-kajian keilmuan,
pengembangan kurikulum dan referensi bagi kebijakan pemerintah untuk mendorong pemberdayaan
masyarakat desa.
ARENA
Pemerintahan Pembangunan
Tugas-Tugas Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan oleh banyak elemen: pemerintah, perguruan tinggi, lembaga
swadaya masyarakat, pers, partai politik, lembaga donor, aktor-aktor masyarakat sipil, atau oleh
organisasi masyarakat lokal sendiri. Birokrasi pemerintah tentu saja sangat strategis karena mempunyai
banyak keunggulan dan kekuatan yang luar biasa ketimbang unsur-unsur lainnya: mempunyai dana,
aparat yang banyak, kewenangan untuk membuat kerangka legal, kebijakan untuk pemberian layanan
publik, dan lain-lain. Proses pemberdayaan bisa berlangsung lebih kuat, komprehensif dan
berkelanjutan bila berbagai unsur tersebut membangun kemitraan dan jaringan yang didasarkan pada
prinsip saling percaya dan menghormati.
Konsep pemberdayaan berangkat dari asumsi yang berbeda dengan pembinaan. Pemberdayaan
berangkat dari asumsi hubungan yang setara antar semua elemen masyarakat dan negara. Para ahli
mengatakan bahwa pemberdayaan sangat percaya bahwa “kecil itu indah”, bahwa setiap orang itu
mempunyai kearifan yang perlu dibangkitkan dan dihargai. Kalau konsep pembinaan cenderung
mengabaikan prinsip kearifan semua orang itu. Dalam konteks pemberdayaan, semua unsur (pejabat,
perangkat negara, wakil rakyat, para ahli, politisi, orpol, ormas, LSM, pengusaha, ulama, mahasiswa,
serta rakyat banyak) berada dalam posisi setara, yang tumbuh bersama melalui proses belajar
bersama-sama. Masing-masing elemen harus memahami dan menghargai kepentingan maupun
perbedaan satu sama lain. Pemberdayaan tersebut dimaksudkan agar masing-masing unsur semakin
meningkat kemampuannya, semakin kuat, semakin mandiri, serta memainkan perannya masing-
masing tanpa menganggu peran yang lain. Justru dengan pemberdayaan kemampuan dan peran yang
berbeda-beda tersebut tidak diseragamkan, melainkan dihargai dan dikembangkan bersama-sama,
sehingga bisa terjalin kerjasama yang baik. Oleh karena itu, dalam hal pemberdayaan, tidak dikenal
unsur yang lebih kuat memberdayakan terhadap unsur yang lebih lemah untuk diberdayakan. Unsur-
unsur yang lebih kuat hanya memainkan peran sebagai pembantu, pendamping atau fasilitator, yang
memudahkan unsur-unsur yang lemah memberdayakan dirinya sendiri.
Pada dasarnya “orang luar” jangan sampai berperan sebagai “pembina” atau “penyuluh”, melainkan
sebagai “fasilitator” terhadap pemberdayaan masyarakat. Fasilitator itu adalah pendamping, yang
bertugas memudahkan, mendorong, dan memfasilitasi kelompok sosial dalam rangka memberdayakan
dirinya. Tugas-tugas itu dimainkan mulai dari analisis masalah, pengorganisasian, fasilitasi, asistensi,
dan advokasi kebijakan.
Untuk memainkan peran-peran dalam pekerjaan PMD, para pekerja/fasilitator PMD harus profesional,
memiliki sejumlah kemampuan dan keterampilan. Mereka harus kompeten, punya kemampuan dalam
memahami teori secara holistik dan kritis, bertindak praktis, membuat refleksi dan praksis. Esensi
praksis adalah bahwa orang dilibatkan dalam siklus bekerja, belajar, dan refleksi kritis. Ini adalah proses
dimana teori dan praktik dibangun pada saat yang sama. Praksis lebih dari sekadar tindakan sederhana,
tetapi ia mencakup pemahaman, belajar dan membangun teori. Para pekerja PMD tidak hanya butuh
“belajar” keterampilan, tetapi juga “mengembangkan” keterampilan itu. Yang perlu dikembangkan
adalah: kemampuan analisis, kesadaran kritis, pengalaman, belajar dari pihak lain, dan intuisi.
Bahan Bacaan
Bahan Bacaan 2
Asas rekognisi dan subsidiaritas yang menjadi asas utama UU No. 6/2014 tentang Desa (selanjutnya
disebut UU Desa) telah mendorong negara mengakui dan menghormati hak asal usul Desa dan
menetapkan kewenangan lokal skala Desa. Konsekuensi dari asas utama pengaturan Desa (rekognisi-
subsidiaritas) adalah lahirnya paradigma baru pembangunan Desa, dimana Desa sebagai sebuah
kesatuan masyarakat hukum, kini menjadi subjek pembangunan yang mengatur dan menggerakkan
pembangunannya secara mandiri berdasarkan hak dan kewenangan yang dimiliki. Selain itu, Desa kini
menjadi ruang publik politik bagi warga desa untuk menyelenggarakan pemerintahan desa,
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatn desa dan pemberdayaan masyarakat yang
dilaksanakan secara mandiri.
Kewenangan desa untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat secara mandiri mensyaratkan
adanya manusia-manusia yang handal dan mumpuni sebagai pengelola desa sebagai self governing
community (komunitas yang mengelola pemerintahannya secara mandiri). Kaderisasi desa menjadi
kegiatan yang sangat strategis bagi terciptanya desa yang kuat, maju, mandiri dan demokratis.
Kaderisasi desa meliputi peningkatan kapasitas masyarakat desa di segala kehidupan, utamanya
pengembangan kapasitas di dalam pengelolaan desa secara demokratis.
Sesuai amanat UU Desa, pendampingan Desa harus dilakukan dengan paradigma penguatan
masyarakat Desa sebagai subjek. Dalam praksis kebijakan pemberdayaan masyarakat sebelum UU
Desa, kader-kader penggerak di Desa cenderung dibentuk melalui penugasan dari supradesa, menjadi
bagian dari prasyarat proyek, serta bekerja didasarkan atas skema “petunjuk teknis” yang rinci. Desa
baru pasca UU Desa dicirikan oleh adanya perubahan pola pendampingan desa yaitu dari semula
berkarakter “kontrol dan mobilisasi-partisipasi”, berubah menjadi fasilitasi gerapan pembaharuan Desa
sebagai komunitas yang mandiri. Berlandaskan asas regoknisi dan subsidiaritas, pendampingan desa
mengutamakan kesadaran politik warga desa untuk terlibat aktif dalam urusan di desanya secara
sukarela sehingga arah gerak kehidupan di desa merupakan akualitas kepentingan bersama yang
dirumuskan secara musyawarah mufakat dalam semangat gotong royong.
PENGERTIAN KADER
Makna kata “kader” sebagaimana lazim dipahami dalam sebuah organisasi, adalah orang yang dibentuk
untuk memegang peran penting (orang kunci) dan memiliki komitmen dan dedikasi kuat untuk
menggerakan organisasi mewujudkan visi misinya. Dalam konteks desa, Kader Desa adalah “orang
kunci “ yang mengorganisir dan memimpin rakyat desa bergerak menuju pencapaian cita-cita bersama.
Kader Desa terlibat aktif dalam proses belajar sosial yang dilaksanakan oleh seluruh lapiran masyarakat
desa.
Kader-kader Desa hadir di dalam pengelolaan urusan desa melalui perannya sebagai kepala desa,
anggota BPD, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), tokoh adat; tokoh agama; tokoh
masyarakat; tokoh pendidikan; pengurus/anggota kelompok tani; pengurus/anggota kelompok
nelayan; pengurus/anggota kelompok perajin; pengurus/anggota kelompok perempuan. Kader Desa
dapat berasal dari kaum perempuan dan laki-laki dalam kedudukannya yang sejajar, mencakup warga
desa dengan usia tua, kaum muda maupun anak-anak.
Konsisten dengan mandat UU Desa, keberadaan kader desa yang berasal dari warga Desa itu sendiri
berkewajiban untuk melakukan “upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat
dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta
memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang
sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa”.
Fokus pendamping desa adalah memperkuat proses kaderisasi bagi Kader Pemberdayaan Masyarakat
Desa (KPMD), dengan tidak tertutup peluang untuk melakukan kaderisasi terhadap komponen
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 164
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
masyarakat lainnya. Pendampingan Desa dilaksanakan oleh pendamping yang terdiri atas: a. tenaga
pendamping profesional; b. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD); dan/atau c. pihak ketiga.
Dengan demikian, KPMD merupakan pendamping desa yang dipilih dari warga desa setempat, untuk
bekerja mendampingi beragam kegiatan di desanya secara mandiri. Bagan hubungan kerja antara KPMD
dengan pendamping profesional maupun pendampingan pihak ketiga adalah sebagai berikut:
Selain itu dalam ketentuan PP Desa maupun Permendesa disebutkan bahwa KPMD dipilih dari
masyarakat setempat oleh pemerintah Desa melalui Musyawarah Desa untuk ditetapkan dengan
keputusan kepada Desa. Maknanya semakin terang bahwa KPMD merupakan individu-individu yang
dipersiapkan sebagai kader yang akan melanjutkan kerja pemberdayaan di kemudian hari. Oleh
karenanya, kaderisasi masyarakat Desa menjadi sangat penting untuk keberlanjutan kerja
pemberdayaan sebagai penyiapan warga desa untuk menggerakkan seluruh kekuatan Desa.
KPMD selanjutnya masuk kedalam sistem pendampingan Desa skala lokal dan institusi Desa.
Pendampingan Desa merupakan mandat UU Desa agar terdapat system pendampingan internal Desa
guna menjadikan Desa yang kuat,maju,mandiri,dandemokratis. UUDesa dan peraturan-peraturan
dibawahnya menegaskan pendampingan Desa sebagai kegiatan untuk melakukan tindakan
pemberdayaanmasyarakat. Tindakan pemberdayaan masyarakat Desa itudijalankan secara “melekat”
melalui strategi pendampingan pada lingkup skala lokal Desa.
Identitas KPMD semakin jelas bahwa UU Desa mengarahkan representasi dari kelompok masyarakat
Desa setempat untuk giat melakukan pendampingan sesuai dengan esensi masalah dan prioritas
kebutuhan masyarakat skala lokal Desa. KPMD versi UU Desa merupakan representasi dari warga desa
yang selanjutnya dipilih dalam Musyawarah Desa dan ditetapkan oleh Desa setempat untuk melakukan
tindakan pemberdayaan masyarakat skala lokal, meliputi tindakan asistensi, pengorganisasian,
pengarahan dan fasilitasi skala lokal Desa. Istilah yang sekiranya tepat untuk menggambarkan KPMD
pasca terbitnya UU Desa adalah “Kader Desa” dan bukan “Kader di Desa”.
KPMD dapat disebut sebagai institusi warga (civil institution), yakni sebuah institusi kader lokal yang
dibentuk secara mandiri oleh warga, untuk memerhatikan isu-isu publik (yang melampaui isu-isu
parokhial dan adat-istiadat) serta sebagai wadah representasi dan partisipasi mereka untuk
memperjuangkan hak dan kepentingan maupun kewajiban warga desa. Spirit kewargaan – sebagai
jantung strong democracy – hadir dan dihadirkan oleh KPMD sebagai kader organisasi warga atau
organisasi masyarakat sipil di ranah desa. Bahkan, KPMD dapat menjadi penggerak terbentuknya Pusat
Kemasyarakatan (community centre) sebagai ruang publik politik untuk memperluas jangkuan
kaderisasi Desa.
Kehadiran KPMD sebagai penggerak warga desa untuk berpartisipasi dan berswadaya gotong royong
dalam pengelolaan urusan desa sudah barang tentu merupakan lompatan baru. Sebab, selama puluhan
tahun dalam kerangka kerja kontrol dan mobilisasi-partisipasi, desa cenderung ditempatkan sebagai
organisasi bentukan supra desa (desa korporatis). Tidak hanya desa yang bersifat korporatis, lembaga-
lembaga masyarakat pun bersifat korporatis (PKK, Karang Taruna, RT, RW dan sebagainya). Kelemahan
organisasi korporatis adalah ketergantungan yang tinggi terhadap negara, sehingga setiap urusan desa
yang seharusnya mampu dikelola secara mandiri selalu diserahkan kepada negara untuk
menyelesaikannya. Akibatnya, desa beserta lembaga masyarakat yang bersifat korporatis menjadi
beban bagi negara.
Dalam ranah kaderisasi desa, KPMD bergerak untuk mengubah organisasi korporatis menjadi kekuatan
baru yang mendorong desa tampil sebagai pilar bangsa dan negara dalam mewujdukan kesejahteraan
masyarakat di desa-desa Indonesia. Secara horisontal, KPMD bersama-sama dengan warga melakukan
pembelajaran, musyawarah mufatak (deliberasi), dan membangun kesadaran kolektif dalam diri warga
desa untuk melaksanakan pembangunan desa. Secara vertikal, KPMD memfasilitasi para pemimpin
Desa untuk berpihak kepada masyarakat desa, memfasilitasi fungsi representasi dalam Musrenbang
dan Musyawarah Desa, memfasilitasi pelayanan publik yang berkeadilan bagi masyarakat desa,
memfasilitasi pengelolaan APBDesa secara berkeadilan untuk kesejahteraan masyarakat desa
(pembiayaan Posyandu, dukungan untuk ketahanan pangan, penyediaan air bersih, dan lain-lain).
Orientasi kerja KPMD atau Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah sebagai berikut.
KEDUA pendampingan yang dilakukan KPMD tidak boleh bersifat apolitik, tetapi harus berorientasi
politik. Kapasitas teknokratis yang diemban oleh KPMD sangat penting tetapi tidak cukup untuk
memperkuat desa. Karena itu pendampingan oleh KPMD harus bersifat politik. Politik dalam konteks ini
bukan dalam pengertian keterlibatan KPMD dalam perebutan kekuasaan di Desa, melainkan kerja
fasilitasi untuk memperkuat pengetahuan dan kesadaran anggota masyarakat desa tentang posisi
dirinya sebagai warga desa yang sekaligus warga negara Republik Indonesia (100% warga desa, 100%
warga negara). Dalam kerangka kerja politik, KPMD mendorong tumbuhnya sikap sukarela dalam diri
warga desa untuk terlibat aktif dalam urusan desanya. Dengan demikian, kerja politik KPMD dimaknai
sebagai upaya menegakkan hak dan kewajiban desa sekaligus upaya menumbuhkan dan menegakkan
hak dan kewajiban warga desa. Pendekatan pendampingan oleh KPMD yang berorientasi politik ini akan
memperkuat kuasa rakyat sekaligus membuat sistem desa menjadi lebih demokratis dalam bingkai
kedaulatan NKRI.
KETIGA para kader yang tergabung dalam KPMD bukan hanya memfasilitasi pembelajaran dan
pengembangan kapasitas, tetapi juga mengisi “ruang-ruang kosong” baik secara vertikal maupun
horizontal. KPMD memiliki orientasi untuk mengisi ruang kosong yang identik dengan membangun
“jembatan sosial” (social bridging) dan jembatan politik (political bridging). Pada ranah desa, ruang
kosong vertikal adalah kekosongan interaksi dinamis (disengagement) antara warga, pemerintah desa
dan lembaga-lembaga desa lainnya. Pada ranah yang lebih luas, ruang kosong vertikal adalah
kekosongan interaksi antara desa dengan pemerintah supra desa. Karena itu kader-kader KPMD adalah
aktor yang membangun jembatan atau memfasilitasi engagement baik antara warga dengan lembaga-
lembaga desa maupun pemerintah desa, agar tercipta bangunan desa yang kolektif, inklusif dan
demokratis.
KEEMPAT pendampingan desa secara fasilitatif dari luar tidak cukup dilakukan oleh aparat negara dan
para pelaku pendampingan profesional, tetapi juga perlu melibatkan “pendamping pihak ketiga.Tak
jarang dijumpai bahwa kader-kader Desa lebih kaya metodologi pendampingan ketimbang
pendamping profesional. Pendamping profesional mungkin mampu mengembangkan kapasitas
teknokratis, tetapi mengalami keterbatasan dalam melakukan kaderisasi terhadap Kader Desa. Oleh
karenanya, kader-kader desa dalam KPMD harus direkognisi sebagai aktor pendampingan yang tepat
untuk melakukan kaderisasi. Dengan berpijak pada prinsip “negara yang padat” (congested state),
pemerintah dan pemda harus memfasilitasi dan membuka kesempatan seluas-luasnya bagi kader-
kader KPMD untuk berjaringan dan bekerjasama dengan unsur-unsur organisasi masyarakat sipil dan
perusahaan. KPMD sudah saatnya berkolaborasi dengan NGOs lokal, yang mempunyai tradisi dan
jaringan dengan NGOs nasional dan lembaga-lembaga internasional, agar KPMD semakin mempunyai
tradisi yang kuat dalam menerapkan pendekatan politik dalam pendampingan.
KELIMA pendampingan yang lebih kokoh dan berkelanjutan jika dilakukan dari dalam secara
emansipatif oleh kader-kader desa (KPMD). Pendampingan secara fasilitatif oleh pendamping
profesional maupun pihak ketiga dibutuhkan untuk katalisasi dan akselerasi. Namun proses ini harus
berbatas, tidak boleh berlangsung berkelanjutan bertahun-tahun. Selama proses pendampingan,
pendekatan fasilitatif oleh pendamping profesional dan pihak ketiga harus mampu menumbuhkan
kader-kader desa yaitu KPMD yang piawai tentang ihwal desa, dan kader-kader KPMD lah yang akan
melanjutkan pendampingan secara emansipatoris. Lebih lanjut, KPMD akan menyebarkan jiwa dan
watak kader ke seluruh warga desa. KPMD memiliki spirit voluntaris. Tetapi sebagai bentuk apreseasi,
tidak ada salahnya kalau Desa mengalokasikan insentif untuk para KPMD.
KEENAM pendampingan tidak bersifat seragam dan kaku tetapi harus lentur dan
kontekstual.Karakteristik Desa berbeda satu dengan yang lain. Dengan mengingat dan mengacu pada
asas rekognisi dan subsidiaritas, pendamping harus menjalankan tugasnya dengan menyesuaikan diri
pada konteks kultur masyarakat setempat.
Menemukan kader desa yang nantinya dilembagakan dalam kedudukan sebagai KPMD tidaklah mudah
karena dipengaruhi beberapa subsistem dalam sistem desa. Langkah-langkah menemukan Kader Desa
dapat dilakukan sebagai berikut.
Secara politik musyawarah desa diselenggarakan oleh BPD dan difasilitasi oleh Pemerintah Desa. Kader
Desa yang aktif untuk terlibat aktif dalam pemetaan aspirasi yang dilakukan oleh BPD, potensial untuk
menjadi kader desa selanjutnya. Kader Desa ditemukan dalam selama proses berlangsungnya
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 166
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
Musyawarah Desa yang akan menciptakan kebersamaan (kolektivitas) antara pemerintah desa, BPD,
lembaga kemasyarakatan dan unsur-unsur masyarakat untuk membangun dan melaksanakan visi-misi
perubahan desa. Disamping itu, Kader Desa akan ditemukan ditengah-tengah pola hubungan antara
BPD dan Kepala Desa yang dominatif, kolutif, konfliktual, dan kemitraan.
Kader Desa ditemukan dalam pola kemitraan BPD dan Kepala Desa yang terus menerus melakukan
deliberasi untuk mengambil keputusan kolektif sekaligus sebagai cara untuk membangun kebaikan
bersama.
Pilihan atau Inisiatif dari Pemerintah Desa. Kader Desa dapat ditemukan dalam tipe kepemimpinan di
Desa. Pertama, kepemimpinan regresif. Sebagian besar desa parokhial dan sebagian desa-desa
korporatis cenderung banyak ditemukan kader desa yang berwatak otokratis, dominatif, tidak suka
musyawarah desa, tidak suka partisipasi, anti perubahan dan biasa melakukan capture terhadap
sumberdaya ekonomi. Jika desa dikuasaisituasi kepemimpinan regresif, maka Kader Desa yang
mengemban amanat pengorganisasian pembangunan desa akan kesulitan untuk ditemukan secara
ideal. Kader Desa cenderung ditentukan dan dipilih berdasarkan kepentingan Kepala Desa atau
Pemerintah Desa.
Fasilitasi Pendamping Desa. Pendamping lokal Desa bertugas untuk melakukan fasilitasi (a)
perencanaan pembangunan dan keuangan desa; (b) pelaksanaan pembangunan desa; (c) pengelolaan
keuangan desa dalam rangka pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa; (d) evaluasi
pelaksanaan pembangunan desa; dan (e) pengawasan pembangunan desa. Dalam proses
pendampingan ini, warga Desa yang mampu berkomunikasi dan kolaborasi dengan pendamping
profesional lokal Desa berpotensi untuk menjadi Kader Desa.
Untuk mengembangkan kapasitas Kader Desa,Pemerintah Desa dapat membentuk beragam lembaga
kemasyarakatan sebagai wadah bagi warga mengaktualisasikan dirinya sebagai warga Desa. Lembaga-
lembaga tersebut dapat ditetapkan dengan peraturan desa dengan berpedoman pada peraturan
perundang-undangan. Sebagaimana selama ini, di Desa banyak model-model lembaga
kemasyarakatan, antara lain seperti Rukun Tetangga, Rukun Warga, karang taruna, lembaga
pemberdayaan masyarakat, dan sejenisnya. Lembaga kemasyarakatan yang banyak terdapat di Desa
itu idealnya harus bisa menjadi arena masyarakat Desa untuk mengembangkan diri menjadi Kader Desa
yang mampu berperan untuk membangun desa. Lembaga-lembaga tersebut bisa menjadi ruang bagi
warga Desa merumuskan dan mengusung aspirasi mereka dan berpartisipasi dalam perencanaan,
pelaksanaan dan mengawal pembangunan Desa. Bagi Kader Desa, lembaga-lembaga itu bisa menjadi
arena pembelajaran untuk mengembangkan kapasitas mereka menjadi kader-kader pemberdayaan
masyarakat.
Selain bentuk lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut, salah satunya misalnya bisa juga dibentuk
suatu lembaga yang menjadi pusat kegiatan kemasyarakatan (community center) yang difungsikan
sebagai pusat informasi, pusat kegiatan dan pendampingan atau pusat advokasi masyarakat. Para
pendamping desa semestinya dapat melakukan fasilitasi pembentukan lembaga-lembaga semacam ini
sebagai arena pusat pembelajaran masyarakaT dan pembelajaran bagi kader desa. Pengembangan
kapasitas Kader Desa dapat diarahkan oleh para pendamping profesional (eksternal) melalui langkah-
langkah sebagai berikut:
Proses penjaringan kader Desa pada dasarnya dapat melalui cara apapun, baik menggunakan
mekanisme formal maupun informal. Namun sebagai bagian dari program Pendampingan, proses
rekruitmen mereka harus mengikuti mekanisme tertentu yang berlaku di Desa. Lebih dari itu, kapasitas
Kader Desa harus ditingkatkan kompatibilitasnya dengan standar yang sesuai dengan visi UU Desa.
PENUTUP
Cara pandang pendampingan Desa harus didasari spirit rekognisi-subsidiaritas Desa. Praksis
pendampingan untuk pemberdayaan masyarakat Desa juga harus mengandung spirit baru. Spirit baru
itu harus ditunjukkan dalam sikap bahwa pendampingan akan lebih kokoh dan berkelanjutan jika
dilakukan dari dalam secara emansipatif oleh KPMD. Pendampingan secara fasilitatif oleh pendamping
profesional maupun pihak ketiga dibutuhkan hanya untuk katalisasi dan akselerasi untuk menumbuhkan
KPMD yang piawai tentang ihwal desa dan akan melanjutkan pendampingan secara emansipatoris.
Selanjutnya, pendampingan oleh KPMD harus didorong untuk melakukan intervensi secara utuh untuk
memperkuat village driven development dan mewujudkan desa sebagai self governing community
yang maju, kuat, mandiri dan demokratis. KPMD serta isu-isu pemerintahan dan pembangunan desa
harus terkonsolidasi dalam sistem desa. Sistem desa yang dimaksud adalah kewenangan desa, tata
pemerintahan desa, serta perencanaan dan penganggaran desa yang semuanya mengarah pada
pembangunan desa untuk kesejahteraan warga. Baik kepentingan, tema pembangunan, aset lokal, dan
KPMD diarahkan dan diikat dalam sistem desa itu. Dengan kalimat lain, desa menjadi basis
bermasyarakat, berpolitik, berpemerintahan, berdemokrasi dan berpembangunan dimana KPMD
berada didalamnya sebagai Kader Desa yang inovatif-progresif.
Bahan Bacaan
Bahan Bacaan 3
Lembaga kemasyarakatan desa merupakan lembaga sosial kemasyarakatan. Maka dengan sendirinya
prinsip yang mendasari lembaga kemasyarakatan desa adalah prinsip-prinsip sosial, sukarela bukan
komersial. Prinsip pertama adalah prinsip kesukarelaan, yaitu prinsip atau asas yang menghendaki
adanya kesukaan dan kerelaan masyarakat dalam mengikuti dan menjalani setiap kegiatan yang
diperuntukkan bagi lembaga kemasyarakatan ini.
Juga prinsip kemandirian, dimana lembaga kemasyarakatan tidak tergantung dan menggantungkan
kepada pihak manapun. Dengan begitu, maka lembaga kemasyarakatan akan terlepas dari campur
tangan pihak manapun. Dengan prinsip kemandirian, lembaga kemasyarakatan tidak berada di bawah
naungan organisasi manapun, berdiri sendiri dengan membentuk struktur organisasi sendiri untuk
mengelola dan menjalankan kegiatannya dengan bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dan prinsip keragaman, yang melandasi praktik bahwa lembaga kemasyarakatan harus siap menerima
anggota secara terbuka bagi siapa saja yang berminat menjadi anggota dengan tidak pandang status
masyarakat baik dari kalangan bawah, menengah maupun atas. Siapapun mempunyai hak yang sama
untuk mendaftarkan diri dan tidak bersifat memaksa dengan tidak mewajibkan seluruh masyarakat
untuk mendaftarkan diri sebagai anggota yang akan menjadi bagian dari lembaga kemasyarakatan desa
yang akan didirikan.
Lembaga kemasyarakatan berbeda dengan organisasi sosial desa, seperti kelompok tani, kelompok
pengrajin dll. Organisasi sosial di desa dibentuk untuk melayani anggota-anggotanya. Sedangkan
lembaga kemasyarakatan dibentuk untuk menjalankan fungsi publik, misalnya kesehatan, pendidikan,
dan pelayanan administrasi.
Pembentukan lembaga kemasyarakatan adalah atas prakarsa pemerintah desa dan masyarakat.
Artinya, hak prakarsa pembentukan lembaga kemasyarakatan desa bisa dari dua jalur, inisiasi
masyarakat, atau inisiasi pemerintah desa, atau prakarsa bersama antara pemerintah dan masyarakat
desa. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya alur hubungan kerja antara lembaga kemasyarakatan
dengan Pemerintahan Desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif. Lembaga kemasyarakatan
membantu pelaksanaan fungsi penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa,
pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa (pasal 94 ayat 1 dan 2 UU Desa).
Sebagaimana dalam pembuatan peraturan desa lainnya, dalam menetapkan peraturan desa tentang
lembaga kemasyarakatan desa juga harus melalui tahapan sebagaimana yang diatur dalam
Permendagri No. 111 tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa. Harus melalui proses
perencanaan, penyusunan, pembahasan, penetapan dan pengundangan, sosialisasi. Selanjutnya harus
melalui proses evaluasi dan klarifikasi.
Adapun tugas lembaga kemasyarakatan Desa dijelaskan dalam pasal 94 ayat 3 UU Desa dan pasal 150
ayat PP 43. Dimana berangkat dari pola hubungan antara lembaga kemasyarakatan dan pemerintahan
desa adalah kemitraan, konsultatif dan koordinatif, maka tugas yang bisa dilakukan oleh lembaga
kemasyarakatan desa meliputi:
● Melakukan pemberdayaan masyarakat Desa, yaitu upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
lapisan masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan
dan keterbelakangan. Atau ringkasnya, memampukan dan memandirikan masyarakat.
● Ikut serta dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Hal ini bisa dilakukan mulai dari
perencanaan-perencanaan pembangunan sejak sebelum dilakukan musyawarah desa (pra-
Ada beberapa hal yang bisa dijadikan isu garapan dalam pengembangan lembaga kemasyarakatan,
diantaranya ; isu terkait dengan penyediaan pelayanan dasar, isu terkait dengan peningkatan kapasitas
pemerintahan desa, isu terkait dengan peningkatan kapasitas pemerintahan desa, isu terkait dengan
pengembangan pasar yang pro kemiskinan, atau isu yang terkait dengan pengembangan akses untuk
bantuan keadilan dan hukum.
Dalam pasal 150 ayat 3 PP No. 43 disebutkan, bahwa lembaga kemasyarakatan desa memiliki fungsi:
- Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat
- Lembaga kemasyarakatan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Salah satu fungsi lembaga
kemasyarakatan adalah sebagai penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam
pembangunan
- Menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat
- Meningkatkan kualitas dan mempercepat pelayanan Pemerintah Desa kepada masyarakat Desa
- Menyusun rencana, melaksanakan, mengendalikan, melestarikan, dan mengembangkan hasil
pembangunan secara partisipatif
- Menumbuhkan, mengembangkan, dan menggerakkan prakarsa, partisipasi, swadaya, serta gotong
royong masyarakat
a. PKK. Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga atau lazim disebut dengan PKK merupakan
lembaga kemasyarakatan desa yang menjadi mitra kerja pemerintah dan organisasi
kemasyarakatan desa lainnya dalam pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Hal
itu bisa dilakukan misalnya dengan bentuk:
- memberi penyuluhan dan menggerakkan masyarakat tentang keluarga sehat sejahtera.
- menggali, menggerakan dan mengembangkan potensi masyarakat, khususnya keluarga untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarga sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan;
- melaksanakan kegiatan penyuluhan kepada keluarga-keluarga yang mencakup kegiatan
bimbingan dan motivasi dalam upaya mencapai keluarga sejahtera;
- mengadakan pembinaan dan bimbingan mengenai pelaksanaan program kerja;
- berpartisipasi dalam pelaksanaan program instansi yang berkaitan dengan kesejahteraan
keluarga di desa/kelurahan;
Sehingga Tim Penggerak PKK bisa berfungsi sebagai penyuluh, motivator dan penggerak
masyarakat agar mau dan mampu melaksanakan program PKK; dan fasilitator, perencana,
pelaksana, pengendali, pembina dan pembimbing Gerakan PKK.
b. RT dan RW. Lembaga kemasyarakatan ini juga bisa berperan membantu Pemerintah
Desa dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan. RT/RW dalam melaksanakan tugasnya bisa
berfungsi:
- mendata kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya;
- memelihara keamanan, ketertiban dan kerukunan hidup antar warga;
- membuat gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan
swadaya murni masyarakat; dan
- menjadi penggerak swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat di wilayahnya.
c. Karang Taruna. Lembaga kemasyarakatan ini bisa berperan sebagai wadah pengembangan
generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial
dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda. Lembaga ini juga bisa berperan
menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda, baik
yang bersifat pencegahan (preventif) maupun pemulihan(rehabilitatif). Lembaga kemasyarakatan
Karang Taruna bisa berfungsi:
- Menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial.
- Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat.
Penutup
Pada dasarnya pemerintah desa dan masyarakat dapat memanfaatkan lembaga kemasyarakatan desa
yang masih ada. Jika LPMD masih ada maka bisa dimanfaatkan, baik untuk wadah perencanan dan
pelaksanaan pembangunan. Perangkat desa maupun LPMD dapat bekerjasama merancang RPJMDesa
sebagai tindak lanjut atas Musyawarah Desa dan Musrenbangdesa. Namun demikian, LPMD bukan
satu-satunya wadah untuk perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Desa dapat juga membentuk
tim atau panitia yang menyiapkan rancangan RPJM Desa maupun melaksanakan berbagai program
pembangunan desa dan pemberdayaan desa.
Pokok Bahasan 7
MANAJEMEN PENDAMPINGAN
Rencana Pembelajaran
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan dan memahami tugas pokok fungsi yang harus dilakukan seorang tenaga
pendamping profesional P3MD dalam melaksanakan tugas pendampingan desa;
2. Menjelaskan dan memahami perilaku, sikap dan jati diri yang harus di miliki sebagai
seorang tenaga pendamping profesional P3MD;
3. Mengetahui dan dapat menyebutkan kode etik tenaga pendamping profesional serta
sanksi yang harus ditanggung seorang pendamping profesional P3MD jika melanggar
kode etik.
4. Mampu menjaga dan menegakkan kode etik pendamping profesional P3MD.
Waktu
90 Menit
Metode
Curah pendapat, Diskusi kelompok dan Paparan
Media
● Media Tayang 7.1.;
● Lembar Kerja 7.1.1: Matrik Diskusi Tupoksi PLD
● Lembar Kerja 7.1.2 : Kode Etik Tanaga Pendamping Profesional
Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Memahami tugas pokok fungsi tenaga pendamping profesional P3MD
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari subpokok
bahasan tentang Jati Diri Pendamping Profesional P3MD dan Kode Etik
Pendamping;
2. Berikan kesempatan kepada peserta untuk membaca cepat tupoksi PD sesuai
posisi jabatannya dari SOP
3. Lakukan curah pendapat tentang tugas, pokok fungsi PLD dengan mengajukan
beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang tupoksi PLD?
b. Bagaimana peluang dan tantangan tupoksi dijalankan?
4. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan, bertanya,
berpendapat dan masukan;
Kegiatan 2: Perilaku, sikap dan jati diri tenaga pendamping profesional P3MD
9. Mulailah dinamika belajar dengan mendiskusikan secara berurutan beberapa
pertanyaan berikut;
a. Apa artinya sikap? Apa perilaku?
b. Sikap, perilaku itu sifat bawaan atau bisa dibentuk?
c. Kalau sikap dan perilaku merupakan sesuatu yang bisa dibentuk, bagaimana
caranya membentuk sikap seseorang?
10. Rangkumlah jawaban para peserta dalam kerangka pemahaman yang benar. Jelaskan
bahwa sikap merupakan bagian dari sifat seseorang yang bisa dibentuk. Kaitkan
penjelasan itu dengan pentingnya pendidikan karakter yang bertujuan membangun
integritas atau sikap-sikap ideal seseorang;
11. Jelaskan juga bahwa pendampingan pemberdayaan masyarakat desa merupakan
proses pendidikan bagi pendamping desa untuk belajar membangun integritas atau
sikap ideal dalam menjalankan perannya sebagai pendamping;
12. Bagilah selembar kertas kosong pada setiap peserta. Mintalah menjawab pertanyaan
berikut secara tertulis. Masing-masing peserta cukup memberikan satu jawaban
untuk setiap pertanyaan.
a. Peran penting apa saja yang bisa dilakukan PLD dalam pemberdayaan
masyarakat desa?
b. Sikap ideal seperti apa yang seharusnya dimiliki PLD dalam menjalankan peran
dan tanggungjawabnya sebagai pendamping desa?
13. Berikan kesempatan kepada setiap peserta untuk membacakan jawabannya.
14. Pada akhir kegiatan ini, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan tentang
materi dibantu dengan pemaparan media tanyang yang telah disediakan.
Catatan:
(1) Format di atas hanya sebagai panduan diskusi saja, kelompok dapat memberikan tambahan atau
menyesuaikan sesuai kebutuhan;
(2) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk analisis Tupoksi dan mengidentifikasi rumusan
strtaegi fasilitasinya;
(3) Hasilnya dicatat dan dipaparkan dalam pleno.
Bahan Bacaan
SPB Jati Diri Tenaga Pendamping
7.1 Profesional P3MD dan Kode
Etik Pendamping
Latar Belakang
Pembangunan tidak hanya menyisakan kemiskinan di perkotaan. Data Badan Pusat Statistik
tahun 2014 menunjukan jumlah penduduk miskin di Indonesia kebanyakan adalah penduduk yang
bermata pencaharian petani. Artinya data tersebut bisa dibaca bahwa kemiskinan lebih banyak
dijumpai di pedesaan yang nota bene masih merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbanyak.
Kondisi tersebut boleh dikatakan belum pernah mengalami perubahan berarti dari waktu ke waktu.
Ironis, desa sebagai sumber daya utama negeri agraris justru hidup dalam kemiskinan. Sejarah desa
adalah sejarah kemiskinan petani di atas tanahnya sendiri yang kaya. Kemiskinan pedesaan merupakan
kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan akibat dari sistem tata kelola dan kebijakan yang tidak adil.
Kemiskinan struktural di pedesaan sudah dimulai dari sejak pemerintah kolonial memberikan secara
berlebihan hak penguasaan tanah kepada pengusaha-pengusaha swasta melalui Undang-undang
Agraria (Agrarische Wet) tahun 1870. Di masa kemerdekaan produk hukum dan peraturan yang
menyakut tata kelola pedesaan banyak dipengaruhi peraturan yang diproduksi pemerintah kolonial.
Ambil contoh, makna desentralisasi desa yang menjadi amanat UU No.1 Tahun 1945 tidak berbeda
dengan desentralisasi desa yang dimaksud dalam peraturan perundangan yang diberlakukan
pemerintah kolonial. UU No. 18 Tahun 1965 yang mendudukan desa sebagai daerah yang memiliki
kekuasaan hukum, politik dan pemerintahan otonom. Posisi desa menjadi semakin kuat ketika
pemerintah menetapkan Undang-undang No.19 Tahun 1965 tentang Desa Swapraja. Amanat Undang-
undang ini menghadirkan semangat untuk menjunjung nilai-niali demokrasi, kemandirian dan
kemerdekaan desa. Namun sayang, implementasi amanat Undang-undang belum sempat terwujud
Orde Baru sudah mengambil alih kekuasaan. Kepemimpinan Orde Baru segera membekukan Undang-
undang tersebut melalui ketetapan Undang-undang No. 6 Tahun 1969 yang menyabut pemberlakukan
seluruh Undang-undang tentang desa. Sementara belum ada peraturan perundangan tentang desa
yang menggantikan. Akibatnya banyak tanah-tanah desa yang dikuasai oleh elit desa dan pemilik
modal.
Produk perundangan Orde Baru lain yang melemahkan keberadaan desa adalah UU No.5 Tahun
1979. Undang-undang ini jelas menunjukkan karakter kekuasaan otoritarian pemerintah pusat yang
memberangus kewenangan desa untuk bisa mengatur dan menguasai. Salah satu amanatnya adalah
menyeragamkan bentuk dan susunan desa. Akibatnya desa kehilangan karakter social budayanya.
Kebijakan Orde Baru lain yang menambah beban kemiskinan desa adalah kebijakan ditetapkannya
industrialisasi pertanian melalui revolusi hijau. Dalam jangka pendek kebijakan revolusi hijau memang
terbukti mampu meningkatkan produksi pertanian secara nasional. Namun dalam jangka panjang
industrialisasi pertanian menyisakan penderitaan berkepanjangan. Kearifan budaya yang menyertai
siklus tanam sampai panen tergerus oleh sikap pragmatis petani yang lebih mengandalkan teknologi
dari pada keterlibatan sosial masyarakat desa. Pengetahuan dan keterampilan perempuan tani tidak lagi
diperhitungkan. Kebiasaan memanfaatkan pestisida dan teknologi pengolahan tanah menggerus tingkat
kesuburan ternak.
Memasuki era reformasi banyak pihak berharap akan ada angin kebijakan pembangunan yang segar
yang juga menghentikan pemiskinan desa. Namun harapan tinggal harapan. Pemerintahan semasa
reformasi masih belum menunjukkan kesungguhan niat politik untuk melakukan perubahan desa. Dua
produk hukum, UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 32 Tahun 2004 belum mampu menjawab hakekat
kedudukan desa. Desa masih didudukkan sebagai pemerintahan terkecil bagian dari pemerintahan di
atasnya. Posisi desa adalah obyek yang tidak memiliki kewenangan mengatur kehidupannya sendiri.
UU Desa tegas mengakui kedudukan desa subyek hukum yang memiliki hak dan kewenangan
untuk mengatur dan mengurus pemerintahannya sendiri (Psl 1, at 1). Desa boleh dan berhak
merencanakan dan melaksanakan pembangunannya sendiri dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pengakuan desa sebagai subyek tidak hanya diungkapkan secara jelas pada pasal tertentu,
tetapi juga tersirat pada setiap pasal. Salah satu rumusan yang menyiratkan semangat pengakuan
sebagai subyek adalah pasal yang menyatakan amanat tentang pemberdayaan masyarakat desa (Psl 1,
at 12).
Pemberdayaan masyarakat desa merupakan amanat yang sesungguhnya menjungkirbalikkan
pendekatan pembangunan yang selama ini berorientasi pada kekuasaan. Pemberdayaan adalah sebuah
konsep pembangunan yang manghadirkan karakter dan nilai-nilai kemanusiaan. Karakter pertama,
pemberdayaan mewujudkan pembangunan yang berpusat pada masyarakat. Masyarakat menjadi
pelaku utama sekaligus tujuan (people centre). Dalam konteks ini pemberdayaan merupakan bagian
dari gerakan budaya. Salah satu karakter dari pemberdayaan adalah kesadaran kritis masyarakat
tentang makna pembangunan. Karakter ini mengandaikan tumbuh dari sikap kesediaan masyarakat
untuk senantiasa belajar memahami beragam aspek yang mempengaruhi dampak pembangunan bagi
masyarakat dan lingkungan.
Karakter berikutnya adalah partisipatif, yaitu menyertakan keterlibatan aktif masyarakat untuk
menggagas, merencanakan, melaksanakan dan mempertanggungjawabkan proses pembangunan.
Dalam UU Desa karakter ini jelas dan tegas terlihat pada azas pengaturan desa (Pasal 3). Di samping itu
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 177
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
karakter partisipatif juga sejalan dengan kearifan desa yang menghormati musyawarah desa sebagai
forum pengambilan keputusan tertinggi desa. Berikutnya pemberdayaan memiliki karakter
memampukan (empowering) masyarakat yang terlibat dalam aktivitas pembangunan. Sejalan dengan
karakter ini maka bisa dipahami kalau amanat pasal pemberdayaan dalam UU Desa disertai dengan
Peraturan Pemerintah yang menegaskan perlunya para pihak, utamanya pemerintah untuk melakukan
pendampingan terhadap masyarakat dan aparatus desa (Psl 128, PP No. 43 Tahun 2014). Tujuan
pendampingan adalah untuk meningkatkan kapasitas pendamping dalam rangka penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa (Psl 129 at 1 C, PP. No 43 Tahun 2014).
Di samping itu pemberdayaan merupakan model pembangunan yang berkarakter
berkelanjutan (sustainable). Karakter ini mendorong pelaku pembangunan untuk tidak bersikap
pragmatis (aji mumpung) dalam merencanakan dan melakukan pembangunan. Pembangunan
berkelanjutan merupakan konsep yang menuntut kemampuan visioner, kemampuan melihat manfaat
pembangunan tidak saja untuk kebutuhan saat ini, tetapi mampu terus menerus memenuhi kebutuhan
jangka panjang. Di samping itu kerberlanjutan juga berarti sifat pembangunan yang memperhatikan
dampak kehancuran lingkungan. Artinya perencanaan pembangunan perlu disertai dengan upaya
menjaga keberlangsungan ketahanan sumber daya alam dan lingkungan.
Karakter-karakter tersebut juga menegaskan bahwa pemberdayaan merupakan sebuah konsep
gerakan budaya, yaitu sebuah gerakan yang dilakukan secara sadar dilakukan terus menerus untuk
menghormati martabat manusia dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan asasi dan menjaga
lingkungan tempat manusia berada. Dalam kerangka implementasi Undang-undang Desa
pemberdayaan merupakan sebuah konsep pembangunan yang menjujung tinggi nilai kedaulatan
masyarakat desa sebagai subyek, kesatuan masyarkat hukum yang memiliki hak dan kewenangan.
Karena itu keberhasilan pemberdayaan masyarakat desa tidak hanya diukur secara materialistik,
terpenuhinya sarana dan prasarana fisik, tetapi juga diukur dari tingkat pemerataan kesejahteraan. Di
atas itu semua ukuran yang terpenting adalah perubahan sikap dan perilaku masyarakat. Pemberdayaan
merupakan wujud lain dari pendidikan karakter yang mendorong masyarakat tidak hanya semakin
mampu atau terampil, tetapi juga berkembang menjadi masyarakat yang memiliki integritas sosial.
Satker Ditjen PPMD mensupervisi dan mengawasi pengelolaan Pendamping Profesional secara
nasional dengan menerapkan standar kontrak kerja yang baku secara nasional untuk mengatur
hubungan legal administrasif, serta memberlakukan Tata Perilaku (Code of Conduct) dan Etika Profesi,
sebagai standar normatif dalam pengelolaan Pendamping Profesional.
Dalam rangka menjaga perilaku Pendamping Profesional, sesuai norma moral maka secara khusus
ditetapkan standar normatif perilaku Pendamping Profesional yang meliputi: Tata Perilaku dan Etika
Profesi sebagai aturan nornatif sesuai prinsip-prinsip moral yang ada pada Bangsa Indonesia. Tata
Perilaku merupakan nilai-nilai normatif yang diatur dalam SPK; sedangkan Etika Profesi merupakan
nilai-nilai normatif umum yang melekat dalam diri seorang profesional.
Aturan Normatif ini merupakan alat kendali diri (self control) bagi Pendamping Profesional berunjuk
kerja secara profesional sebagai pendamping masyarakat. Acuan standarisasi perilaku Pendamping
Profesional yang diberlakukan adalah Tata Perilaku dan Etika Profesi yang akan disebut di bawah ini,
sehingga pada saat dibutuhkan aturan normatif ini akan difungsikan sebagai alat untuk jadi panduan
penyelesaian terhadap segala tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai
menyimpang dari etika. Rincian Standar Normatif Perilaku Pendamping Profesional adalah sebagai
berikut:
Data pribadi Pendamping Profesional yang diberikan kepada Satker/Pemerintah harus benar
dan dijamin kebenarannya sehingga secara yuridis tidak merugikan Satker/Pemerintah sebagai
Pihak Pemberi Kerja.
Setiap Pendamping Profesional, dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, harus selalu
berpedoman pada panduan yang digariskan serta melakukan koordinasi dengan pihak-pihak
terkait. Konflik kepentingan pribadi baik yang menyangkut keuangan maupun proses
pelaksanaan tugas harus dihindarkan.
d) Menerima Imbalan
Pendamping Profesional tidak diperbolehkan menerima atau meminjam uang dan/atau barang
sebagai imbalan pengerjaan sesuatu atau kegiatan yang bersumber dari APBDes yang
berindikasikan dan berimplikasi pada penyalahgunaan posisi, tanggung jawab dan
profesionalitas.
Setiap Pendamping Profesional harus menjalankan tugas dan tanggung jawabnya serta berada
di lokasi tugas secara purna waktu, sehingga tidak ada keluhan dari masyarakat atau pihak
terkait tentang sulitnya melakukan pertemuan dan koordinasi.
● Permintaan data dan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen Satker/Pemerintah harus
segera dipenuhi;
● Pendamping Profesional harus memberikan data alamat, nomor handphone dan nomor
rekening tabungan yang benar guna menjamin kelancaran komunikasi dan transfer
pembayaran honorarium dan tunjangan;
● Setiap perubahan alamat, nomor handphone dan nomor rekening tabungan harus
diberitahukan secara cepat dan tertulis;
g) Jabatan Publik
Setiap Pendamping Profesional tidak diperbolehkan menduduki jabatan publik termasuk dalam
kepengurusan partai politik.
Setiap Pendamping Profesional harus menghindarkan diri dari penyebaran fitnah, hasutan,
propaganda dan tindakan-tindakan tersembunyi yang bertendensi negatif dan merugikan
kepentingan Satker/Pemerintah dan program.
2) Tidak manipulatif : Pendamping Profesional melakukan manipulasi data bik yang bersipat
dokumen administrative maupun yang bersipat informative untk memberikan
keuntunngan kepada pihak tertentu atau pendamping dan dapat merugikan masyarakat.
5) Netral, tidak berpihak : Pendamping Profesional tidak boleh berpihak pada satu kelompok
6) Tidak bertindak sebagai suplier bahan dan alat, menunjuk salah satu suplier atau berfungsi
sebagai perantara;
7) Tidak bertindak sebagai juru bayar, menerima titipan uang, atau merekayasa pembayaran
atau administrasi atas pemerintah desa;
10) Tidak Menjadi pengurus partai politik manapun dan/atau terlibat dalam kegiatan partai
politik yang dapat mengganggu kinerja
11) Tidak Terlibat kontrak dengan institusi lain, baik pemerintah maupun swasta yang
menyebabkan tidak maksimalnya pekerjaan sebagai pendamping profesional
13) Tidak Melakukan perbuatan amoral yang dapat merugikan dan meresahkan masyarakat;
Rencana Pembelajaran
SPB Struktur, SOP Pendampingan
7.2 (Kepmendesa PDTT No. 143 Th 2022
Pentunjuk Teknis Pendampingan
Masyarakat Desa)
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta dapat:
1 Mengetahui kebijakan Pendampingan Masyarakat Desa dalam KepmenDesa PDTT
Nomor 143 Tahun 2022 Tentang Petunjuk Teknis Pendampingan Masyarakat Desa;
2 Mengetahui sistem organisasi dan pengelolaan pendampingan beserta berbagai
perangkat Standar operating Prosedur yang ada;
3 Mengetahui sistem koordinasi yang harus dilakukan sebagai pendamping Desa;
4 Mampu Melaksanakan Standar operating Prosedur (SOP) dalam melaksanakan kegiatan
Pendampingan P3MD.
Waktu
2 JP ( 90 menit)
Metode
Pemaparan, Membaca Cepat, Diskusi Kelompok, dan Pleno.
Media
● Media Tayang 3.2.1;
● Lembar Informasi 3.2.1: Standar Operating Prosedure (SOP) Pembinaan dan
Pengendalian Tenaga Pendamping Profesional
Alat Bantu
Flipt Chart, kertas plano, spidol, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
Kegiatan 1: sistem organisasi dan pengelolaan pendampingan
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari kegiatan
pembelajaran tentang sistem organisasi dan pengelolaan pendampingan;
2. Pelatih meminta peserta melakukan pembacaan KepmenDesa PDTT Nomor 143
Tahun 2022 Tentang Petunjuk Teknis Pendampingan Masyarakat Desa secara cepat
3. Pelatih Memaparkan bahan Tayang Standar Operating Prosedur (SOP) Pembinaan
dan Pengendalian Tenaga Pendamping Profesional
4. Pelatih membuka sesi Tanya Jawab, umpan balikkan;
Catatan:
(1) Format di atas hanya sebagai panduan diskusi saja, masing-masing kelompok dapat memberikan
tambahan atau menyesuaikan sesuai kebutuhan;
(2) Hasilnya dicatat dan dipaparkan dalam pleno.
Lembar Informasi
SPB
Struktur, SOP Pendampingan (Kepmendesa PDTT
7.2.1 No. 143 Th 2022 Pentunjuk Teknis Pendampingan
Masyarakat Desa
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI DESA,
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN
TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 143 TAHUN 2022 TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENDAMPINGAN
MASYARAKAT DESA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberdayaan Masyarakat Desa merupakan upaya
mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan
meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,
kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan
kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan
esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa. Pasal 112 ayat
(4) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mengamanahkan
bahwa Pemberdayaan masyarakat Desa dilaksanakan dengan
pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan
Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan. Lebih lanjut pendampingan
dilakukan dengan penyediaan sumber daya manusia pendamping dan
manajemen pendamping.
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Pendampingan Masyarakat
Desa, telah ditetapkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pedoman
Umum Pendampingan Masyarakat Desa sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor
18 Tahun 2019 tentang Pedoman Umum Pendampingan Masyarakat Desa
serta Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 142 Tahun 2022 tentang Percepatan Sertifikasi
Tenaga Pendamping Profesional. Oleh karena itu, untuk efektivitas
kegiatan Pendampingan Masyarakat Desa, diperlukan Petunjuk Teknis
Pendampingan Masyarakat Desa.
B. Maksud
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 183
MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA
Petunjuk Teknis ini dimaksudkan agar menjadi acuan dalam:
1. pelaksanaan Pendampingan Masyarakat Desa;
2. perencanaan, pengelolaan administrasi, pengendalian, dan pelaporan
kegiatan Pendampingan Masyarakat Desa;
3. pelaksanaan tugas dan fungsi TPP dalam kegiatan Pendampingan
Masyarakat Desa;
4. pelaksanaan fasilitasi Pembangunan Desa;
5. pelaksanaan koordinasi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan
TPP; dan
D. Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari Petunjuk Teknis ini adalah:
1. terlaksananya Pendampingan Masyarakat Desa;
2. terlaksananya perencanaan, pengelolaan administrasi, pengendalian,
dan pelaporan kegiatan Pendampingan Masyarakat Desa;
3. terlaksananya tugas dan fungsi TPP dalam kegiatan Pendampingan
Masyarakat Desa;
4. terlaksananya fasilitasi Pembangunan Desa;
5. terlaksananya koordinasi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dengan TPP; dan
6. terlaksananya kegiatan peningkatan kinerja TPP oleh Pemerintah
Daerah sesuai kemampuan keuangan dan kebutuhan daerah.
E. Pengguna
Pengguna Petunjuk Teknis Pendampingan Masyarakat Desa adalah
seluruh pihak yang terkait dengan pelaksanaan Pendampingan Desa dan
Pendampingan Masyarakat Desa, diantaranya Kementerian dan lembaga
pemerintah nonkementerian, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota, Pemerintahan Desa, TPP, KPMD, pihak ketiga,
serta seluruh pihak yang berpartisipasi dalam Pembangunan Desa.
F. Definisi
1. Desa adalah Desa dan Desa adat atau yang disebut dengan nama
lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. SDGs Desa adalah upaya terpadu Pembangunan Desa untuk
percepatan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
3. Pendampingan Desa adalah upaya meningkatkan kapasitas,
efektivitas, dan akuntabilitas pemerintahan Desa, Pembangunan
Desa, pembentukan dan pengembangan badan usaha milik Desa
dan/atau badan usaha milik Desa bersama, peningkatan sinergitas
program dan kegiatan Desa, serta kerja sama antar Desa untuk
mendukung pencapaian SDGs Desa.
4. Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUM Desa adalah
badan hukum yang didirikan oleh Desa dan/atau bersama Desa- Desa
guna mengelola usaha, memanfaatkan aset, mengembangkan
investasi dan produktivitas, menyediakan jasa pelayanan, dan/atau
menyediakan jenis usaha lainnya untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat Desa.
5. Badan Usaha Milik Desa Bersama yang selanjutnya disebut BUM
Desa Bersama adalah BUM Desa yang didirikan oleh 2 (dua) Desa atau
lebih.
6. Pendampingan Masyarakat Desa adalah kegiatan Pemberdayaan
Masyarakat Desa melalui asistensi, pengorganisasian, pengarahan,
dan Pendampingan Desa.
7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
8. Pemerintah Desa adalah kepala Desa atau yang disebut dengan
nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa.
9. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan
kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
10. Perencanaan Pembangunan Desa adalah proses tahapan kegiatan
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan badan
permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat Desa secara
partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya Desa
dalam rangka mencapai tujuan Pembangunan Desa.
11. Perdesaan adalah kawasan kerja sama antar Desa untuk
pengembangan usaha bersama, kegiatan kemasyarakatan,
pelayanan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, keamanan,
dan ketertiban.
12. Pembangunan Partisipatif adalah suatu sistem pengelolaan
Pembangunan Desa dan Perdesaan yang dikoordinasikan oleh
kepala Desa dengan mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan,
dan kegotongroyongan guna mewujudkan pengarusutamaan
perdamaian dan keadilan sosial.
13. Pendataan Desa adalah proses penggalian, pengumpulan,
pencatatan, verifikasi, dan validasi data SDGs Desa, yang memuat
data objektif kewilayahan dan kewargaan Desa, berupa aset dan
potensi aset Desa yang dapat didayagunakan untuk pencapaian
tujuan Pembangunan Desa, masalah ekonomi, sosial, dan budaya
yang dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi penyusunan
program dan kegiatan Pembangunan Desa, serta berbagai data dan
informasi terkait lainnya yang menggambarkan kondisi objektif Desa
dan masyarakat Desa.
14. Sistem Informasi Desa yang selanjutnya disingkat SID adalah sistem
pengolahan data kewilayahan dan data kewargaan di Desa yang
disediakan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi, serta dilakukan secara terpadu dengan
mendayagunakan fasilitas perangkat lunak dan perangkat keras,
jaringan, dan sumber daya manusia untuk disajikan menjadi
informasi yang berguna dalam peningkatan efektivitas dan efisiensi
pelayanan publik serta dasar perumusan kebijakan strategis
Pembangunan Desa.
BAB II
TATA CARA PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA
A. Pelaksana Pendampingan
1. Pendampingan oleh Menteri
Pendampingan masyarakat Desa dilaksanakan oleh Menteri
yang dalam pelaksanaan tugas sehari-hari Menteri mendelegasikan
kepada unit kerja eselon I BPSDM dan dikoordinasikan oleh Unit
Kerja Eselon II Pusat Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat
Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
2. Pendampingan oleh Pemerintah Daerah
a. Pendampingan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/kota dilaksanakan oleh Perangkat Daerah yang
menangani urusan pemerintahan daerah bidang Pembangunan Desa
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.
b. Pendampingan di tingkat kecamatan dilaksanakan oleh Camat
yang dapat dibantu oleh pejabat fungsional penggerak swadaya
masyarakat dan/atau pejabat fungsional lain bidang
Pemberdayaan Masyarakat Desa.
c. Pendampingan oleh pemerintah daerah provinsi dan pemerintah
daerah kabupaten/kota dapat dibantu oleh tenaga pendamping
yang direkrut secara mandiri oleh pemerintah daerah provinsi atau
pemerintah daerah kabupaten/kota. Pendampingan
dikoordinasikan dengan Kementerian secara tertulis dengan
mempertimbangkan pengelolaan pendampingan yang dilaksanakan
oleh Menteri.
d. Pendampingan oleh pemerintah daerah provinsi dan pemerintah
daerah kabupaten/kota yang dilaksanakan secara mandiri oleh
tenaga pendamping yang diadakan oleh Pemerintah Daerah provinsi,
Pemerintah Daerah kabupaten/kota bersifat mendukung sekaligus
sebagai mitra kerja TPP dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
Pendampingan Masyarakat Desa.
3. Pendampingan oleh Pihak Ketiga
Pihak Ketiga adalah masyarakat atau lembaga di luar
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Desa yang
membantu penyelenggaraan kegiatan Pembangunan Desa dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa, seperti Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), Perguruan Tinggi, organisasi kemasyarakatan,
perusahaan, individu dan lembaga-lembaga lainnya yang memiliki
keahlian khusus yang dibutuhkan masyarakat Desa.
Wilayah kerja pendampingan Pihak Ketiga mencakup seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan bertugas
membantu Desa dalam kegiatan pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelaksanaan pendampingan oleh Pihak Ketiga, dilakukan
berdasarkan pada perjanjian kerja bersama dengan Pemerintah Desa
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/kota atau Pemerintah Daerah
Provinsi atau Kementerian, atas komitmen mempercepat kemajuan
Desa, dengan pembiayaan yang bersumber dari anggaran mandiri
Pihak Ketiga.
4. Pendampingan oleh TPP
Pendampingan Masyarakat Desa oleh TPP bersifat membantu
Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota. Dengan demikian pendampingan Masyarakat Desa
BAB III
PENGORGANISASIAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA
A. Kedudukan TPP
Kedudukan TPP dalam Pendampingan Masyarakat Desa adalah
sebagai berikut:
1. TPP adalah sumber daya manusia yang memiliki kualifikasi dan
kompetensi di bidang pengelolaan pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa;
2. Kedudukan dan wilayah kerja TPP sebagai berikut:
a. PLD adalah TPP dengan jenjang tingkatan tenaga terampil
pemula yang berkedudukan dan berwilayah kerja di Desa;
b. PD adalah TPP dengan jenjang tingkatan tenaga terampil
pelaksana yang berkedudukan dan berwilayah kerja di
kecamatan;
c. Pendamping Teknis adalah TPP dengan jenjang tingkatan tenaga
terampil pelaksana yang berkedudukan dan berwilayah kerja di
kecamatan;
d. TAPM Kabupaten/Kota adalah TPP dengan jenjang tingkatan
tenaga terampil mahir yang berkedudukan dan berwilayah kerja
di kabupaten/kota;
e. TAPM Provinsi adalah TPP dengan jenjang tingkatan tenaga
terampil penyelia pratama yang berkedudukan dan berwilayah
kerja di provinsi; dan
f. TAPM Pusat adalah TPP dengan jenjang tingkatan tenaga
terampil penyelia madya yang berkedudukan di Jakarta dengan
wilayah kerja nasional.
3. TPP direkrut oleh Kementerian yang bertugas membantu
penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang Pembangunan Desa
dan Perdesaan, Pemberdayaan Masyarakat Desa, percepatan
pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi; melaksanakan
Pendampingan Masyarakat Desa; serta mengimplementasi kebijakan
Kementerian;
4. TPP direkrut dan ditugaskan dengan mempertimbangkan tempat
domisili yang bersangkutan, dengan rincian berikut:
a. PLD diutamakan penduduk yang berdomisili di wilayah
kecamatan tempat bertugas;
b. PD dan Pendamping Teknis (PT) diutamakan penduduk yang
berdomisili di wilayah kabupaten/kota tempat bertugas;
c. TAPM Kabupaten/Kota diutamakan penduduk yang berdomisili
di wilayah provinsi tempat bertugas;
d. TAPM Provinsi merupakan penduduk yang berdomisili di wilayah
provinsi tempat bertugas; dan
e. TAPM Pusat merupakan penduduk Indonesia yang berdomisili di
wilayah Jabodetabek, dan dibuktikan dengan surat keterangan
domisili dari desa/kelurahan setempat.
5. TPP bertanggung jawab kepada Menteri melalui BPSDM; dan
6. Posisi dan lokasi tugas TPP ditetapkan oleh kepala BPSDM.
NO Tugas Indikator
Jumlah dan persentase TPP terlayani
Aktivitas pembinaan TPP Provinsi terkait tugas pengelolaan SDM
dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily Report Pendamping Desa
2 mengoordinasikan kegiatan pembinaan, pengendalian, Laporan berisi hasil supervisi, monitoring dan Evaluasi Kinerja beserta jumlah dan
pengawasan, monitoring dan Evaluasi Kinerja TPP secara persentase TPP tersupervisi, terpantau dan terevaluasi tiap bulan
nasional
Laporan konsolidasi hasil Daily Report Pendamping Desa TPP
Persentase validitas kebenaran laporan TPP dalam Daily Report
Pendamping Desa
Ketersediaan dan ketepatan waktu penyediaan dokumen-dokumen administrasi
pembayaran honorarium, bantuan biaya operasional dan asuransi TPP
Progres peningkatan kinerja TPP secara nasional dibuktikan dengan peningkatan nilai
Evaluasi Kinerja
3 mengoordinasikan kegiatan peningkatan kapasitas Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan pengembangan kapasitas TPP
TPP secara nasional
Ketersediaan dokumen konsep, kurikulum dan metode pembelajaran, modul, bahan ajar
dan media pembelajaran pengembangan kapasitas TPP
NO Tugas Indikator
Tersedianya laporan konsolidasi dari TPP Provinsi mengenai pelaksanaan tugas
pengembangan kapasitas
Laporan elektronik pelaksanaan tugas bidang pengembangan kapasitas dalam aplikasi
Daily Report Pendamping Desa
4 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan percepatan
monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi pencapaian SDGs Desa
Pembangunan Desa dan Perdesaan, Pemberdayaan Masyarakat Persentase Desa melaksanakan pemutakhiran data SDGs Desa dan
Desa, dan pencapaian SDGs Desa secara nasional Indeks Desa setiap tahun
Terlaksananya pemantauan pemutakhiran data secara berjenjang dari tingkat Desa hingga
tingkat nasional dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily Report Pendamping Desa
NO Tugas Indikator
Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan pengembangan ekonomi lokal dan
BUM Desa/ BUM Desa Bersama
Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pendaftaran
Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pemutakhiran data terupdate
mingguan
Data klasifikasi BUM Desa/ BUM Desa Bersama berdasarkan
pemeringkatan
Database capaian pengembangan ekonomi lokal dan kinerja BUM Desa/ BUM Desa
Bersama terupdate harian
6 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan
monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi TPP terkait fasilitasi percepatan pembangunan daerah tertinggal secara nasional
percepatan pembangunan daerah tertinggal secara nasional
7 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan
monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi TPP terkait fasilitasi pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi
pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi secara secara nasional
nasional
8 mengelola database dan memberikan rekomendasi kegiatan Database SDGs Desa dan Monev Dana Desa terupdate harian
Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa untuk Dokumen hasil analisis laju pencapaian SDGs Desa dan Indeks Desa beserta analisis
percepatan pencapaian SDGs Desa secara nasional permasalahan dan rekomendasi yang dilaporkan melalui aplikasi Daily Report
Pendamping Desa
9 melakukan koordinasi program/kegiatan Pembangunan Desa dan Aktivitas koordinasi program/kegiatan Pembangunan Desa dan Perdesaan, Pemberdayaan
Perdesaan, Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan pencapaian Masyarakat Desa, dan pencapaian SDGs Desa dengan kementerian/lembaga pemerintah
SDGs Desa dengan kementerian/lembaga pemerintah non- non-kementerian, Pemerintah Daerah, serta Pihak Ketiga dibuktikan dengan laporan
kementerian, Pemerintah Daerah, serta Pihak Ketiga
NO Tugas Indikator
10 melakukan koordinasi program/kegiatan Aktivitas koordinasi program/kegiatan pengembangan ekonomi lokal dan BUM
pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/BUM Desa Desa/BUM Desa Bersama dengan kementerian/lembaga pemerintah non-kementerian,
Bersama dengan kementerian/lembaga pemerintah non- Pemerintah Daerah, serta Pihak Ketiga dibuktikan dengan laporan
kementerian, Pemerintah Daerah, serta Pihak Ketiga
11 melakukan koordinasi program/kegiatan percepatan aktivitas koordinasi program/kegiatan percepatan pembangunan daerah tertinggal dengan
pembangunan daerah tertinggal dengan kementerian/lembaga kementerian/lembaga pemerintah, non-kementerian, Pemerintah Daerah, serta Pihak
pemerintah, non- kementerian, Pemerintah Daerah, serta Ketiga dibuktikan dengan laporan
Pihak Ketiga
12 melakukan koordinasi program/kegiatan pembangunan dan aktivitas koordinasi program/kegiatan pembangunan dan pengembangan kawasan
pengembangan kawasan transmigrasi dengan transmigrasi dengan kementerian/lembaga pemerintah, non-kementerian, Pemerintah
kementerian/lembaga pemerintah, non-kementerian, Pemerintah Daerah, serta Pihak Ketiga dibuktikan dengan laporan
Daerah, serta Pihak Ketiga
13 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan penanganan pengaduan, paralegal
monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi Desa, penanganan masalah, advokasi hukum dan regulasi Desa, dan audit berbasis
pengaduan dan advokasi secara nasional masyarakat
Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa terlayani
NO Tugas Indikator
Jumlah kegiatan Pendampingan Masyarakat Desa bidang penanganan pengaduan,
paralegal Desa, penanganan masalah, advokasi hukum dan regulasi Desa, dan audit
berbasis masyarakat tingkat provinsi;
Database pengaduan dan penanganan masalah melalui aplikasi SID.
14 memberikan rekomendasi kebijakan Dokumen rekomendasi kebijakan dan aktivitas penyampaian rekomendasi
Pendampingan Masyarakat Desa secara nasional dibuktikan dengan laporan.
15 melaporkan pelaksanaan tugas koordinasi, pembinaan, Laporan di Daily Report Pendamping Desa.
pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi melalui
aplikasi Daily Report Pendamping Desa
16 melaksanakan tugas lain dari Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report
Pendamping Desa
2) Wakil Koordinator 1 (bidang pengelolaan sumber daya manusia dan pemantauan kinerja, pengembangan kapasitas
TPP, perencanaan pembangunan dan pencapaian SDGs Desa)
NO Tugas Wakil Koordinator 1 Indikator
1 membantu koordinator dalam mengoordinasikan Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan pengelolaan
kegiatan pengelolaan SDM TPP secara nasional SDM TPP, meliputi ketetapan hasil Evaluasi Kinerja TPP, dokumen kontrak kerja,
dan surat perintah melaksanakan tugas
Rasio TPP ditempatkan terhadap kebutuhan TPP secara nasional
Pembaharuan komponen tugas di Daily Report Pendamping Desa
Ketersediaan data TPP ter-update setiap bulan yang terkoneksi dengan
Daily Report Pendamping Desa, monev dana Desa dan petugas PPK
Jumlah dan persentase TPP terlayani
aktivitas pembinaan TPP Provinsi terkait tugas pengelolaan SDM
dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily Report Pendamping Desa
2 membantu koordinator dalam mengoordinasikan kegiatan Laporan berisi hasil supervisi, monitoring dan Evaluasi Kinerja beserta jumlah dan
pembinaan, pengendalian, pengawasan, monitoring dan persentase TPP tersupervisi, terpantau dan terevaluasi tiap bulan
Evaluasi Kinerja TPP secara nasional
Laporan konsolidasi hasil Daily Report Pendamping Desa TPP
Persentase validitas kebenaran laporan TPP dalam Daily Report
7 membantu koordinator dalam mengelola database dan Database SDGs Desa dan Monev Dana Desa terupdate harian;
memberikan rekomendasi kegiatan Pembangunan Desa dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa untuk percepatan pencapaian Dokumen hasil analisis laju pencapaian SDGs Desa dan Indeks Desa beserta analisis
SDGs Desa secara nasional permasalahan dan rekomendasi yang dilaporkan melalui aplikasi Daily Report
Pendamping Desa.
8 membantu koordinator dalam melakukan koordinasi aktivitas koordinasi program/kegiatan Pembangunan Desa dan Perdesaan, Pemberdayaan
program/kegiatan Pembangunan Desa dan PeDesaan, Masyarakat Desa, dan pencapaian SDGs Desa dengan kementerian/lembaga pemerintah
Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan pencapaian SDGs Desa non-kementerian, Pemerintah Daerah, serta Pihak Ketiga dibuktikan dengan laporan
dengan kementerian/lembaga pemerintah non-
10 membantu koordinator dalam melakukan koordinasi aktivitas koordinasi program/kegiatan pembangunan dan pengembangan kawasan
program/kegiatan pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi dengan kementerian/lembaga pemerintah, non-kementerian, Pemerintah
transmigrasi dengan kementerian/lembaga pemerintah, non- Daerah, serta Pihak Ketiga dibuktikan dengan laporan
kementerian, Pemerintah Daerah, serta Pihak Ketiga
3) Wakil Koordinator 2 (bidang pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa, penanganan pengaduan masalah dan advokasi, dan informasi dan media)
3 membantu koordinator dalam mengoordinasikan pengendalian, Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan penanganan pengaduan, paralegal
pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait Desa, penanganan masalah, advokasi hukum dan regulasi Desa, dan audit berbasis
fasilitasi pengaduan dan advokasi secara nasional masyarakat
Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa
terlayani
Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa ditindaklanjuti
No Tugas Indikator
Kinerja TPP jumlah dan persentase TPP tersupervisi, terpantau dan terevaluasi tiap
bulan
7 mengonsolidasi hasil Daily Report Pendamping
Desa TPP Laporan konsolidasi hasil Daily Report Pendamping Desa TPP
8 melakukan verifikasi dan/atau uji petik
lapangan atas Daily Report Pendamping Desa Persentase validitas kebenaran laporan TPP dalam Daily Report
TPP Pendamping Desa
9 memberikan dukungan teknis pengadministrasian pembayaran Ketersediaan dan ketepatan waktu penyediaan dokumen-dokumen administrasi
honorarium, bantuan biaya operasional dan asuransi TPP pembayaran honorarium, bantuan biaya operasional dan asuransi TPP
10 melakukan pembinaan TPP Provinsi terkait tugas Progres peningkatan kinerja TPP secara nasional dibuktikan dengan peningkatan nilai
pemantauan kinerja Evaluasi Kinerja
11 melaksanakan tugas lain dari Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report
Pendamping Desa
Tugas Indikator
4 memberikan fasilitasi dan dukungan Laporan perpindahan jabatan, baik dari atas ke bawah atau dari bawah
peningkatan jenjang karier dan sertifikasi profesi TPP keatas
Persentase TPP tersertifikasi
5 melakukan sosialisasi, pelatihan, dan bimbingan aktivitas sosialisasi, pelatihan, dan bimbingan teknis pengembangan kapasitas TPP
teknis pengembangan kapasitas TPP dibuktikan dengan laporan
6 melakukan pembinaan, mentoring, fasilitasi, monitoring dan Aktivitas pembinaan, mentoring, fasilitasi, monitoring dan evaluasi terhadap TPP Provinsi
evaluasi terhadap TPP Provinsi terkait tugas pengembangan terkait tugas pengembangan kapasitas TPP dibuktikan dengan laporan.
kapasitas TPP
Tersedianya laporan konsolidasi dari TPP Provinsi mengenai pelaksanaan tugas
pengembangan kapasitas
Tugas Indikator
4 melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan
Pendampingan Masyarakat Desa bidang Masyarakat Desa bidang pembangunan dan pencapaian SDGs Desa secara berjenjang
pembangunan dan pencapaian SDGs Desa dari tingkat Nasional hingga Desa dibuktikan dengan laporan
8 melakukan pengendalian, pengawasan, aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan
monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi TPP terkait fasilitasi pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi
pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi secara nasional
secara nasional
9 melaporkan pelaksanaan tugas bidang
pembangunan dan pencapaian SDGs Desa melalui Laporan elektronik pelaksanaan tugas bidang pembangunan dan pencapaian SDGs
aplikasi Daily Report Pendamping Desa Desa dalam aplikasi Daily Report Pendamping Desa
10 melaksanakan tugas lain dari Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report
Pendamping Desa
2 melakukan pemantauan kegiatan pendaftaran, Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pendaftaran
pendataan dan pemeringkatan BUM Desa/ BUM Desa Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pemutakhiran
Bersama data terupdate mingguan
Data klasifikasi BUM Desa/ BUM Desa Bersama berdasarkan pemeringkatan
3 mengelola database capaian pengembangan Database capaian pengembangan ekonomi lokal dan kinerja BUM Desa/
ekonomi lokal dan kinerja BUM Desa/ BUM BUM Desa Bersama terupdate harian
Desa Bersama secara nasional
4 memfasilitasi dan mendampingi kegiatan pembangunan Aktivitas fasilitasi dan pendampingan kegiatan pembangunan ekonomi lokal dan BUM
ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama Desa/ BUM Desa Bersama secara berjenjang dari tingkat Desa hingga nasional
5 melakukan supervisi, monitoring, evaluasi Pendampingan Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan Masyarakat Desa
Masyarakat Desa bidang pengembangan ekonomi lokal dan bidang pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama secara
BUM Desa/ BUM Desa Bersama berjenjang dari tingkat nasional hingga Desa dibuktiksn dengan laporan
6 melaporkan pelaksanaan tugas bidang pengembangan Laporan elektronik pelaksanaan tugas bidang pengembangan ekonomi lokal dan BUM
ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama Desa/ BUM Desa Bersama dalam aplikasi Daily Report Pendamping Desa
melalui aplikasi Daily Report Pendamping Desa
7 melaksanakan tugas lain dari Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report
Pendamping Desa
Tugas Indikator
1 memberikan dukungan teknis penyusunan kebijakan Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan penanganan pengaduan, paralegal
penanganan pengaduan, para legal Desa, penanganan Desa, penanganan masalah, advokasi hukum dan regulasi Desa, dan audit berbasis
masalah, advokasi hukum dan regulasi Desa, dan audit masyarakat;
berbasis masyarakat
2 melayani dan menindaklanjuti pengaduan dan Persentase pengaduan dan temuan masalah terkait Pendampingan
temuan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa terlayani;
Masyarakat Desa Persentase temuan dan pengaduan masalah terkait Pendampingan
Masyarakat Desa ditindaklanjuti;
3 melaksanakan fasilitasi, pendampingan, serta Rasio pelaksanaan fasilitasi, pendampingan, dan advokasi terhadap
advokasi bidang hukum, dan penanganan masalah jumlah masalah terdugakan;
4 mengembangkan layanan pengaduan masyarakat di Desa Jumlah Desa memiliki layanan pengaduan masyarakat sesuai ketentuan perundang-
undangan;
5 mengembangkan jaringan kerja sama dan Laporan berisi hasil kerja sama dan komunikasi dengan lembaga-
komunikasi dengan lembaga-lembaga masyarakat, ormas dan lembaga masyarakat, ormas dan elemen masyarakat lain untuk memfasilitasi penanganan
elemen masyarakat lain untuk memfasilitasi penanganan masalah;
masalah
6 mengelola data dan rekomendasi pengaduan dan advokasi Database pengaduan dan penanganan masalah melalui aplikasi SID
7 melaksanakan supervisi, monitoring, evaluasi Pendampingan Jumlah kegiatan Pendampingan Masyarakat Desa bidang penanganan pengaduan,
Masyarakat Desa bidang penanganan pengaduan, paralegal paralegal Desa, penanganan masalah, advokasi hukum dan regulasi Desa, dan audit
Desa, penanganan masalah, advokasi hukum dan regulasi berbasis masyarakat tingkat provinsi;
Desa, dan audit berbasis masyarakat
8 melaporkan pelaksanaan tugas bidang pengaduan dan Laporan elektronik pelaksanaan tugas bidang pengaduan dan advokasi dalam aplikasi
advokasi melalui aplikasi Daily Report Pendamping Desa Daily Report Pendamping Desa ;
9 melaksanakan tugas lain dari Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report
Pendamping Desa;
3 melakukan pembinaan TPP Provinsi terkait aktivitas pembinaan TPP Provinsi terkait tugas tugas bidang informasi
tugas bidang informasi dan media dan media di aplikasi Daily Report Pendamping Desa
4 melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi kinerja TPP Laporan berisi hasil supervisi, monitoring dan Evaluasi Kinerja beserta jumlah dan
di bidang informasi dan media persentase TPP tersupervisi, terpantau, dan terevaluasi tiap bulan.
5 melaporkan pelaksanaan tugas bidang informasi dan media Laporan elektronik pelaksanaan tugas bidang informasi dan media
6 melaksanakan tugas lain dari Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report
Pendamping Desa
NO Tugas Indikator
2 mengoordinasikan kegiatan pembinaan, Laporan berisi hasil supervisi, monitoring dan Evaluasi Kinerja beserta jumlah dan
pengendalian, pengawasan, monitoring dan Evaluasi Kinerja persentase TPP tersupervisi, terpantau dan terevaluasi tiap bulan
TPP di wilayah provinsi sesuai penugasan
Laporan konsolidasi hasil Daily Report Pendamping Desa TPP
Persentase validitas kebenaran laporan TPP dalam Daily Report
Pendamping Desa
Ketersediaan dan ketepatan waktu penyediaan dokumen-dokumen administrasi
pembayaran honorarium, bantuan biaya operasional dan asuransi TPP
Progres peningkatan kinerja TPP di wilayah provinsi sesuai penugasan dibuktikan dengan
peningkatan nilai Evaluasi Kinerja
3 mengoordinasikan kegiatan peningkatan kapasitas Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan pengembangan kapasitas TPP
TPP di wilayah provinsi sesuai penugasan
Ketersediaan dokumen konsep, kurikulum dan metode pembelajaran,
modul, bahan ajar dan media pembelajaran pengembangan kapasitas
TPP
Terlaksananya kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas dibuktikan dengan laporan di
aplikasi Daily Report Pendamping Desa
Progres peningkatan kapasitas TPP dibuktikan dengan peningkatan nilai Evaluasi
Kinerja
Laporan perpindahan jabatan, baik dari atas ke bawah atau dari bawah
keatas
Persentase TPP tersertifikasi
aktivitas sosialisasi, pelatihan, dan bimbingan teknis pengembangan kapasitas TPP
dibuktikan dengan laporan
Aktivitas pembinaan, mentoring, fasilitasi, monitoring dan evaluasi terhadap TPP Provinsi
terkait tugas pengembangan kapasitas TPP dibuktikan dengan laporan
NO Tugas Indikator
Laporan elektronik pelaksanaan tugas bidang pengembangan kapasitas dalam aplikasi
Daily Report Pendamping Desa
4 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, monitoring dan Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan percepatan pencapaian SDGs
evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi Pembangunan Desa dan Desa
Perdesaan, Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan pencapaian Persentase Desa melaksanakan pemutakhiran data SDGs Desa dan
SDGs Desa di wilayah provinsi sesuai penugasan Indeks Desa setiap tahun
Terlaksananya pemantauan pemutakhiran data secara berjenjang dari tingkat Desa hingga
tingkat nasional dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily Report Pendamping Desa
5 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, monitoring dan Aktivitas fasilitasi dan pendampingan kegiatan pembangunan ekonomi lokal dan BUM
evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi pengembangan ekonomi Desa/ BUM Desa Bersama secara berjenjang dari tingkat Desa hingga nasional
lokal dan BUM Desa/BUM Desa Bersama di wilayah provinsi
sesuai penugasan Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan
Masyarakat Desa bidang pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa
Bersama secara berjenjang dari tingkat nasional hingga Desa dibuktiksn dengan laporan
NO Tugas Indikator
Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pendaftaran
Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pemutakhiran
data terupdate mingguan
Data klasifikasi BUM Desa/ BUM Desa Bersama berdasarkan pemeringkatan
7 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, monitoring dan aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi
evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi pembangunan dan pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi di wilayah provinsi sesuai
pengembangan kawasan transmigrasi di wilayah provinsi sesuai penugasan
penugasan
8 mengelola database dan memberikan rekomendasi kegiatan Database SDGs Desa dan Monev Dana Desa terupdate harian
Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa untuk
percepatan pencapaian SDGs Desa di wilayah provinsi sesuai
penugasan Dokumen hasil analisis laju pencapaian SDGs Desa dan Indeks Desa beserta analisis
permasalahan dan rekomendasi yang dilaporkan melalui aplikasi Daily Report
Pendamping Desa
9 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, monitoring dan Ketersediaan dokumen-dokumen pendukung kebijakan penanganan pengaduan, paralegal
evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi pengaduan dan advokasi Desa, penanganan masalah, advokasi hukum dan regulasi Desa, dan audit berbasis
di wilayah provinsi sesuai penugasan masyarakat
Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa terlayani
NO Tugas Indikator
Jumlah Desa memiliki layanan pengaduan masyarakat sesuai
ketentuan perundang-undangan
Laporan berisi hasil kerja sama dan komunikasi dengan lembaga- lembaga masyarakat,
ormas dan elemen masyarakat lain untuk memfasilitasi penanganan masalah
12 melaksanakan tugas lain dari Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report
Pendamping Desa
6) terlibat aktif mencatat dan melaporkan kegiatan sehari-hari di daerah provinsi yang berkaitan dengan fasilitasi implementasi SDGs Desa, kerja sama antar Desa,
dan kerja sama Desa dengan Pihak Ketiga ke dalam aplikasi laporan harian dalam SID;
7) terlibat aktif mencatat dan melaporkan kegiatan sehari-hari di daerah provinsi yang berkaitan dengan BUM Desa dan
BUM Desa Bersama ke dalam aplikasi laporan harian dalam SID;
8) melaksanakan penilaian mandiri melalui aplikasi laporan harian dalam SID; dan
9) meningkatkan kapasitas diri secara mandiri maupun melalui komunitas pembelajar.
Tugas Indikator
1 mengoordinasikan kegiatan pengelolaan SDM TPP Rasio TPP ditempatkan terhadap kebutuhan TPP di wilayahnya;
di wilayahnya Ketersediaan data TPP ter-update setiap bulan yang terkoneksi dengan
Daily Report Pendamping Desa dan monev dana Desa
Jumlah dan persentase TPP terlayani
aktivitas pembinaan TPP Kabupaten/kota terkait tugas pengelolaan SDM
dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily Report Pendamping Desa
2 mengoordinasikan kegiatan pembinaan, Laporan berisi hasil supervisi, monitoring dan Evaluasi Kinerja beserta
pengendalian, pengawasan, monitoring dan jumlah dan persentase TPP tersupervisi, terpantau dan terevaluasi tiap bulan di wilayahnya
Evaluasi Kinerja TPP di wilayahnya
Laporan konsolidasi hasil Daily Report Pendamping Desa TPP tingkat
Provinsi
Persentase validitas kebenaran laporan TPP dalam Daily Report
Pendamping Desa tingkat Provinsi
Progres peningkatan kinerja TPP secara keseluruhan di wilayahnya
dibuktikan dengan peningkatan nilai Evaluasi Kinerja
3 mengoordinasikan kegiatan peningkatan kapasitas Terlaksananya kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas dibuktikan dengan laporan di
TPP di wilayahnya aplikasi Daily Report Pendamping Desa
Progres peningkatan kapasitas TPP dibuktikan dengan peningkatan nilai
Evaluasi Kinerja
Tugas Indikator
Laporan perpindahan jabatan, baik dari atas ke bawah atau dari bawah
keatas
Persentase TPP tersertifikasi di wilayahnya
aktivitas sosialisasi, pelatihan, dan bimbingan teknis pengembangan kapasitas TPP di
wilayahnya dibuktikan dengan laporan
Aktivitas pembinaan, mentoring, fasilitasi, monitoring dan evaluasi terhadap TPP
Kabupaten/kota terkait tugas pengembangan kapasitas TPP dibuktikan dengan laporan
4 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, monitoring dan Persentase Desa melaksanakan pemutakhiran data SDGs Desa dan
evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi Pembangunan Desa dan Indeks Desa setiap tahun
Perdesaan, Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan pencapaian Terlaksananya pemantauan pemutakhiran data secara berjenjang dari
SDGs Desa di wilayahnya tingkat Desa hingga tingkat provinsi dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily
Report Pendamping Desa
Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan
Masyarakat Desa bidang pembangunan dan pencapaian SDGs Desa secara berjenjang
dari tingkat Provinsi hingga Desa dibuktikan dengan laporan
Tugas Indikator
dibuktiksn dengan laporan
Tersedianya laporan konsolidasi dari TPP Kabupaten/kota mengenai
Pendampingan Masyarakat Desa bidang pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/
BUM Desa Bersama
Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pendaftaran
Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pemutakhiran data terupdate
mingguan
Data klasifikasi BUM Desa/ BUM Desa Bersama berdasarkan
pemeringkatan
Database capaian pengembangan ekonomi lokal dan kinerja BUM Desa/ BUM Desa
Bersama terupdate harian
6 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, Aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan
monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi percepatan TPP terkait fasilitasi percepatan pembangunan daerah tertinggal di wilayahnya
pembangunan daerah tertinggal di wilayahnya
7 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, monitoring dan Aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi
evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi pembangunan dan pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi di wilayahnya
pengembangan kawasan transmigrasi di wilayahnya
8 mengelola database dan memberikan rekomendasi kegiatan Database SDGs Desa dan Monev Dana Desa terupdate harian
Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa untuk Dokumen hasil analisis laju pencapaian SDGs Desa dan Indeks Desa beserta analisis
percepatan pencapaian SDGs Desa kepada organisasi Perangkat permasalahan dan rekomendasi yang dilaporkan melalui aplikasi Daily Report Pendamping
Daerah terkait di wilayahnya Desa
9 melakukan koordinasi program/kegiatan Pembangunan Desa dan aktivitas koordinasi program/kegiatan Pembangunan Desa dan Pedesaan, Pemberdayaan
Perdesaan, Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan pencapaian Masyarakat Desa, dan pencapaian SDGs Desa dengan Pemerintah Daerah Pihak Ketiga
SDGs Desa dengan Pemerintah Daerah serta Pihak Ketiga di dibuktikan dengan laporan
wilayahnya
10 melakukan koordinasi program/kegiatan aktivitas koordinasi program/kegiatan pengembangan ekonomi lokal dan
pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/BUM BUM Desa/BUM Desa Bersama dengan Pemerintah Daerah dan Pihak
Tugas Indikator
Desa Bersama dengan Pemerintah Daerah serta Ketiga dibuktikan dengan laporan
Pihak Ketiga di wilayahnya
11 melakukan koordinasi program/kegiatan percepatan aktivitas koordinasi program/kegiatan percepatan pembangunan daerah tertinggal dengan
pembangunan daerah tertinggal dengan Pemerintah Daerah serta Pemerintah Daerah serta Pihak Ketiga di wilayahny adibuktikan dengan laporan
Pihak Ketiga di wilayahnya
12 melakukan koordinasi program/kegiatan pembangunan dan aktivitas koordinasi program/kegiatan pembangunan dan pengembangan kawasan
pengembangan kawasan transmigrasi dengan Pemerintah transmigrasi dengan Pemerintah Daerah serta Pihak Ketiga di wilayahnya dinuktikan dengan
Daerah serta Pihak Ketiga di wilayahnya laporan
13 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa
monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi terlayani
pengaduan dan advokasi di wilayahnya Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa
ditindaklanjuti
Rasio pelaksanaan fasilitasi, pendampingan, dan advokasi terhadap jumlah masalah
terdugakan
Jumlah Desa memiliki layanan pengaduan masyarakat sesuai ketentuan
perundang-undangan
Laporan berisi hasil kerja sama dan komunikasi dengan lembaga- lembaga masyarakat,
ormas dan elemen masyarakat lain untuk memfasilitasi penanganan masalah
Tugas Indikator
15 melaporkan pelaksanaan tugas koordinasi, Laporan di Daily Report Pendamping Desa
pembinaan, pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi
melalui aplikasi Daily Report Pendamping Desa
16 melaksanakan tugas lain dari Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report Pendamping
Desa
2) TAPM Provinsi
Tugas Indikator
1 membantu dan/atau bersama-sama TAPM Pusat Rasio TPP ditempatkan terhadap kebutuhan TPP di wilayahnya
dalam hal pengelolaan rekrutmen, penempatan, relokasi, reposisi,
promosi, demosi, dan pengaturan kerja TPP
2 melakukan pengelolaan, pemeliharaan, dan pemutakhiran Ketersediaan data TPP ter-update setiap bulan yang terkoneksi dengan
database TPP di wilayahnya Daily Report Pendamping Desa dan monev dana Desa
3 memberikan pelayanan administrasi TPP di Jumlah dan persentase TPP terlayani
wilayahnya
4 melakukan pembinaan TPP Kabupaten/kota terkait aktivitas pembinaan TPP Kabupaten/kota terkait tugas pengelolaan SDM
tugas pengelolaan SDM dan pemantauan kinerja di wilayahnya dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily Report Pendamping Desa
5 melakukan supervisi, monitoring dan Evaluasi Laporan berisi hasil supervisi, monitoring dan Evaluasi Kinerja beserta
Kinerja TPP di wilayahnya jumlah dan persentase TPP tersupervisi, terpantau dan terevaluasi tiap bulan di wilayahnya
6 membantu TAPM Pusat dalam mengkonsolidasi hasil Daily Laporan konsolidasi hasil Daily Report Pendamping Desa TPP tingkat
Report Pendamping Desa TPP di wilayahnya Provinsi
7 membantu TAPM Pusat dalam melakukan verifikasi dan/atau uji Persentase validitas kebenaran laporan TPP dalam Daily Report
petik lapangan atas Daily Report Pendamping Desa TPP di Pendamping Desa tingkat Provinsi
wilayahnya
Tugas Indikator
8 melakukan pembinaan TPP Kabupaten/kota terkait Progres peningkatan kinerja TPP secara keseluruhan di wilayahnya
tugas pemantauan kinerja dibuktikan dengan peningkatan nilai Evaluasi Kinerja
9 memberikan fasilitasi dan dukungan peningkatan jenjang karier Laporan perpindahan jabatan, baik dari atas ke bawah atau dari bawah keatas
dan sertifikasi profesi TPP di wilayahnya
Persentase TPP tersertifikasi di wilayahnya
10 melakukan sosialisasi, pelatihan, dan bimbingan teknis aktivitas sosialisasi, pelatihan, dan bimbingan teknis pengembangan kapasitas TPP di
pengembangan kapasitas TPP di wilayahnya wilayahnya dibuktikan dengan laporan
11 melakukan pembinaan, mentoring, fasilitasi, Aktivitas pembinaan, mentoring, fasilitasi, monitoring dan evaluasi
monitoring dan evaluasi terhadap TPP Kabupaten/kota terkait terhadap TPP Kabupaten/kota terkait tugas pengembangan kapasitas
tugas pengembangan kapasitas TPP di wilayahnya TPP dibuktikan dengan laporan.
12 melakukan pemantauan, pengambilan data, dan pemutakhiran Persentase Desa melaksanakan pemutakhiran data SDGs Desa dan
data SDGs Desa dan Indeks Desa di wilayahnya Indeks Desa setiap tahun;
Terlaksananya pemantauan pemutakhiran data secara berjenjang dari
tingkat Desa hingga tingkat provinsi dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily
Report Pendamping Desa ;
13 menganalisis laju pencapaian SDGs Desa dan Dokumen hasil analisis laju pencapaian SDGs Desa dan Indeks Desa
Indeks Desa di wilayahnya beserta analisis permasalahan dan rekomendasi yang dilaporkan melalui
aplikasi Daily Report Pendamping Desa ;
14 melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi Pendampingan Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan Masyarakat Desa
Masyarakat Desa di bidang pembangunan dan pencapaian SDGs bidang pembangunan dan pencapaian SDGs Desa secara berjenjang dari tingkat Provinsi
Desa di wilayahnya hingga Desa dibuktikan dengan laporan;
15 mengelola database capaian pembangunan dan Database SDGs Desa dan Monev Dana Desa terupdate harian;
capaian SDGs Desa di wilayahnya
16 menganalisis dan memantau kesesuaian RPJM Laporan analisis kesesuaian beserta analisis permasalahan dan
Desa, RKP Desa, dan APB Desa dengan Permendesa PDTT rekomendasi yang dilaporkan melalui aplikasi Daily Report Pendamping
tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa di wilayahnya Desa ;
Tugas Indikator
17 melakukan pengendalian, pengawasan, monitoring aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan
dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi percepatan TPP terkait fasilitasi percepatan pembangunan daerah tertinggal di wilayahnya
pembangunan daerah tertinggal di wilayahnya
18 melakukan pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi
kegiatan TPP terkait fasilitasi pembangunan dan pengembangan pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi di wilayahnya
kawasan transmigrasi di wilayahnya
19 melakukan pemantauan kegiatan pendaftaran, pendataan dan Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pendaftaran
pemeringkatan BUM Desa/ BUM Desa Bersama di wilayahnya Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pemutakhiran data terupdate
mingguan;
Data klasifikasi BUM Desa/ BUM Desa Bersama berdasarkan
pemeringkatan;
20 mengelola database capaian pengembangan Database capaian pengembangan ekonomi lokal dan kinerja BUM Desa/
ekonomi lokal dan kinerja BUM Desa/ BUM Desa BUM Desa Bersama terupdate harian;
Bersama di wilayahnya
21 memfasilitasi dan mendampingi kegiatan Aktivitas fasilitasi dan pendampingan kegiatan pembangunan ekonomi
pembangunan ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama secara berjenjang dari tingkat
Bersama di wilayahnya Desa hingga provinsi;
22 melakukan supervisi, monitoring, evaluasi Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan
Pendampingan Masyarakat Desa di bidang Masyarakat Desa bidang pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/
pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa BUM Desa Bersama secara berjenjang dari tingkat Provinsi hingga Desa dibuktikan dengan
Bersama di wilayahnya laporan;
23 melayani dan menindaklanjuti pengaduan masalah Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa
terkait Pendampingan Masyarakat Desa di wilayahnya terlayani;
Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa ditindaklanjuti;
24 melaksanakan fasilitasi, pendampingan, serta advokasi non Rasio pelaksanaan fasilitasi, pendampingan, dan advokasi terhadap jumlah masalah
litigasi, dan penanganan masalah melalui Musyawarah Desa di terdugakan;
wilayahnya
Tugas Indikator
25 mengembangkan layanan pengaduan masyarakat Jumlah Desa memiliki layanan pengaduan masyarakat sesuai ketentuan
di Desa di wilayahnya perundang-undangan;
26 mengembangkan jaringan kerja sama dan komunikasi dengan Laporan berisi hasil kerja sama dan komunikasi dengan lembaga- lembaga masyarakat,
lembaga-lembaga masyarakat, ormas dan elemen masyarakat lain ormas dan elemen masyarakat lain untuk memfasilitasi penanganan masalah;
untuk memfasilitasi penanganan masalah di wilayahnya
27 mengelola data dan rekomendasi pengaduan dan advokasi di Database pengaduan dan penanganan masalah melalui aplikasi SID
wilayahnya
28 melaksanakan supervisi, monitoring, evaluasi Jumlah kegiatan Pendampingan Masyarakat Desa bidang penanganan
Pendampingan Masyarakat Desa bidang penanganan pengaduan, pengaduan, paralegal Desa, penanganan masalah, advokasi hukum dan regulasi Desa, dan
paralegal Desa, penanganan masalah, advokasi hukum dan audit berbasis masyarakat tingkat Kabupaten/kota;
regulasi Desa, dan audit berbasis masyarakat di wilayahnya
9) melaksanakan penilaian mandiri melalui aplikasi laporan harian dalam SID; dan
10) meningkatkan kapasitas diri baik secara mandiri maupun melalui komunitas pembelajar.
No Tugas Indikator
Laporan elektronik pelaksanaan tugas bidang pengembangan kapasitas
dalam aplikasi Daily Report Pendamping Desa
4 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, monitoring dan Persentase Desa melaksanakan pemutakhiran data SDGs Desa dan
evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi Pembangunan Desa dan Indeks Desa setiap tahun
Perdesaan, Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan pencapaian Terlaksananya pemantauan pemutakhiran data secara berjenjang dari
SDGs Desa di wilayahnya tingkat Desa hingga tingkat Kabuupaten dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily Report
Pendamping Desa
Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan Masyarakat Desa
bidang pembangunan dan pencapaian SDGs Desa secara berjenjang dari tingkat
Kabupaten/kota hingga Desa dibuktikan dengan laporan
No Tugas Indikator
6 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan
monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi percepatan TPP terkait fasilitasi percepatan pembangunan daerah tertinggal di wilayahnya
pembangunan daerah tertinggal di wilayahnya
7 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, monitoring dan aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait
evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi pembangunan dan fasilitasi pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi di wilayahnya
pengembangan kawasan transmigrasi di wilayahnya
8 mengelola database dan memberikan rekomendasi kegiatan Database SDGs Desa dan Monev Dana Desa terupdate harian
pembangunan, pemberdayaan, dan pendampingan untuk Dokumen hasil analisis laju pencapaian SDGs Desa dan Indeks Desa beserta analisis
percepatan pencapaian SDGs Desa kepada organisasi Perangkat permasalahan dan rekomendasi yang dilaporkan melalui aplikasi Daily Report Pendamping
Daerah terkait di wilayahnya Desa
9 melakukan koordinasi program/kegiatan aktivitas koordinasi program/kegiatan Pembangunan Desa dan PeDesaan,
Pembangunan Desa dan PeDesaan, Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan pencapaian SDGs Desa dengan
Desa, dan pencapaian SDGs Desa dengan Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Pihak Ketiga dibuktikan dengan laporan
serta Pihak Ketiga di wilayahnya
10 melakukan koordinasi program/kegiatan aktivitas koordinasi program/kegiatan pengembangan ekonomi lokal dan
pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/BUM Desa BUM Desa/BUM Desa Bersama dengan Pemerintah Daerah dan Pihak
Bersama dengan Pemerintah Daerah serta Pihak Ketiga di Ketiga dibuktikan dengan laporan
wilayahnya
11 melakukan koordinasi program/kegiatan aktivitas koordinasi program/kegiatan percepatan pembangunan daerah
percepatan pembangunan daerah tertinggal dengan Pemerintah tertinggal dengan Pemerintah Daerah serta Pihak Ketiga di wilayahnya dibuktikan dengan
Daerah serta Pihak Ketiga di wilayahnya laporan
12 melakukan koordinasi program/kegiatan pembangunan dan aktivitas koordinasi program/kegiatan pembangunan dan pengembangan kawasan
pengembangan kawasan transmigrasi dengan Pemerintah transmigrasi dengan Pemerintah Daerah serta Pihak Ketiga di wilayahnya dibuktikan dengan
Daerah serta Pihak Ketiga di wilayahnya laporan
No Tugas Indikator
13 mengoordinasikan pengendalian, pengawasan, Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa
monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi terlayani
pengaduan dan advokasi di wilayahnya Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa ditindaklanjuti
16 melaksanakan tugas lain dari Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report Pendamping
Desa
2) TAPM Kabupaten/kota
No Tugas Indikator
1 membantu dan/atau bersama-sama TAPM Provinsi Rasio TPP ditempatkan terhadap kebutuhan TPP di wilayahnya
dalam hal pengelolaan rekrutmen, penempatan, relokasi, reposisi,
promosi, demosi, dan pengaturan kerja TPP
2 melakukan pengelolaan, pemeliharaan, dan Ketersediaan data TPP ter-update setiap bulan yang terkoneksi dengan
pemutakhiran database TPP di wilayahnya Daily Report Pendamping Desa dan monev dana Desa
No Tugas Indikator
3 memberikan pelayanan administrasi TPP di Jumlah dan persentase TPP terlayani
wilayahnya
4 melakukan supervisi, monitoring dan Evaluasi Laporan berisi hasil supervisi, monitoring dan Evaluasi Kinerja beserta jumlah dan
Kinerja TPP di wilayahnya persentase TPP tersupervisi, terpantau dan terevaluasi tiap bulan di wilayahnya
5 membantu TAPM Provinsi dalam mengkonsolidasi Laporan konsolidasi hasil Daily Report Pendamping Desa TPP tingkat
hasil Daily Report Pendamping Desa TPP di wilayahnya Kabupaten/kota
6 membantu TAPM Pusat dan Provinsi dalam Persentase validitas kebenaran laporan TPP dalam Daily Report
melakukan verifikasi dan/atau uji petik lapangan atas Daily Pendamping Desa tingkat Kabupaten/kota
Report Pendamping Desa TPP di wilayahnya
7 memberikan fasilitasi dan dukungan peningkatan jenjang karir Laporan perpindahan jabatan, baik dari atas ke bawah atau dari bawah keatas
dan sertifikasi profesi TPP di wilayahnya
Persentase TPP tersertifikasi di wilayahnya
8 melakukan sosialisasi, pelatihan, dan bimbingan teknis aktivitas sosialisasi, pelatihan, dan bimbingan teknis pengembangan kapasitas TPP di
pengembangan kapasitas TPP di wilayahnya wilayahnya dibuktikan dengan laporan
9 melakukan pembinaan, mentoring, fasilitasi, Aktivitas pembinaan, mentoring, fasilitasi, monitoring dan evaluasi
monitoring dan evaluasi terhadap Pendamping Desa terkait tugas terhadap PD terkait tugas pengembangan kapasitas PLD dan masyarakat
pengembangan kapasitas Pendamping Lokal Desa di wilayahnya Desa dibuktikan dengan laporan
10 melakukan pemantauan, pengambilan data, dan pemutakhiran Persentase Desa melaksanakan pemutakhiran data SDGs Desa dan
data SDGs Desa dan Indeks Desa di wilayahnya Indeks Desa setiap tahun
Terlaksananya pemantauan pemutakhiran data secara berjenjang dari tingkat Desa hingga
tingkat Kabuupaten dibuktikan dengan laporan di aplikasi Daily Report Pendamping Desa
11 menganalisis laju pencapaian SDGs Desa dan Dokumen hasil analisis laju pencapaian SDGs Desa dan Indeks Desa beserta analisis
Indeks Desa di wilayahnya permasalahan dan rekomendasi yang dilaporkan melalui aplikasi Daily Report Pendamping
Desa
No Tugas Indikator
12 melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan
Pendampingan Masyarakat Desa di bidang pembangunan dan Masyarakat Desa bidang pembangunan dan pencapaian SDGs Desa secara berjenjang dari
pencapaian SDGs Desa di wilayahnya tingkat Kabupaten/kota hingga Desa dibuktikan dengan laporan
13 mengelola database capaian pembangunan dan capaian SDGs Database SDGs Desa dan Monev Dana Desa terupdate harian
Desa di wilayahnya
14 menganalisis dan memantau kesesuaian RPJM Laporan analisis kesesuaian beserta analisis permasalahan dan
Desa, RKP Desa, dan APB Desa dengan Permendesa PDTT rekomendasi yang dilaporkan melalui aplikasi Daily Report Pendamping
tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa di wilayahnya Desa
15 melakukan pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi
kegiatan TPP terkait fasilitasi percepatan pembangunan daerah percepatan pembangunan daerah tertinggal di wilayahnya
tertinggal di wilayahnya
16 melakukan pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi aktivitas pengendalian, pengawasan, monitoring dan evaluasi kegiatan TPP terkait fasilitasi
kegiatan TPP terkait fasilitasi pembangunan dan pengembangan pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi di wilayahnya
kawasan transmigrasi di wilayahnya
17 melakukan pemantauan kegiatan pendaftaran, Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pendaftaran
pendataan dan pemeringkatan BUM Desa/ BUM Data jumlah BUM Desa/ BUM Desa Bersama melakukan pemutakhiran data terupdate
Desa Bersama di wilayahnya mingguan
Data klasifikasi BUM Desa/ BUM Desa Bersama berdasarkan
pemeringkatan
18 mengelola database capaian pengembangan ekonomi lokal dan Database capaian pengembangan ekonomi lokal dan kinerja BUM Desa/ BUM Desa
kinerja BUM Desa/ BUM Desa Bersama di wilayahnya Bersama terupdate harian
19 memfasilitasi dan mendampingi kegiatan pembangunan ekonomi Aktivitas fasilitasi dan pendampingan kegiatan pembangunan ekonomi lokal dan BUM
lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama di wilayahnya Desa/ BUM Desa Bersama secara berjenjang dari tingkat Desa hingga Kabupaten/kota
No Tugas Indikator
20 melakukan supervisi, monitoring, evaluasi Aktivitas supervisi, monitoring dan evaluasi terhadap Pendampingan
Pendampingan Masyarakat Desa di bidang pengembangan Masyarakat Desa bidang pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa
ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama di Bersama secara berjenjang dari tingkat Kabupaten/kota hingga Desa dibuktiksn dengan
wilayahnya laporan
21 melayani dan menindaklanjuti pengaduan masalah terkait Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa terlayani
Pendampingan Masyarakat Desa di wilayahnya
Persentase pengaduan masalah terkait Pendampingan Masyarakat Desa ditindaklanjuti
22 melaksanakan fasilitasi, pendampingan, serta Rasio pelaksanaan fasilitasi, pendampingan, dan advokasi terhadap
advokasi non litigasi, dan penanganan masalah melalui jumlah masalah terdugakan
Musyawarah Desa di wilayahnya
22 mengembangkan layanan pengaduan masyarakat Jumlah Desa memiliki layanan pengaduan masyarakat sesuai ketentuan
di Desa di wilayahnya perundang-undangan
23 mengembangkan jaringan kerja sama dan Laporan berisi hasil kerja sama dan komunikasi dengan lembaga-
komunikasi dengan lembaga-lembaga masyarakat, ormas dan lembaga masyarakat, ormas dan elemen masyarakat lain untuk memfasilitasi
elemen masyarakat lain untuk memfasilitasi penanganan masalah penanganan masalah
di wilayahnya
24 mengelola data dan rekomendasi pengaduan dan advokasi di Database pengaduan dan penanganan masalah melalui aplikasi SID
wilayahnya
25 melaksanakan supervisi, monitoring, evaluasi Jumlah kegiatan Pendampingan Masyarakat Desa bidang penanganan
Pendampingan Masyarakat Desa bidang pengaduan, paralegal Desa, penanganan masalah, advokasi hukum dan
penanganan pengaduan, paralegal Desa, penanganan masalah, regulasi Desa, dan audit berbasis masyarakat tingkat Kecamatan dan
advokasi hukum dan regulasi Desa, dan audit berbasis Desa
masyarakat di wilayahnya
2 memfasilitasi dan melakukan pendampingan melakukan fasilitasi dan pendampingan perencanaan dan penggunaan
perencanaan dan penggunaan dana Desa sesuai Permendes PDTT dana Desa sesuai Permendes PDTT tentang prioritas pemanfaatan dana
tentang prioritas pemanfaatan dana Desa Desa dibuktikan dengan laporan
dokumen RKP Desa dan APB Desa sesuai dengan prioritas penggunaan dana Desa dan
kebutuhan masyarakat
NO Tugas Indikator
3 mempercepat pengadministrasian di tingkat ketersediaan dan ketepatan waktu dokumen penyaluran, perencanaan,
kecamatan terkait penyaluran, perencanaan, pemanfaatan dan pemanfaatan dan rekapitulasi pelaporan Dana Desa
rekapitulasi pelaporan Dana Desa
4 melakukan sosialisasi, fasilitasi dan pendampingan terhadap kegiatan sosialisasi, fasilitasi dan pendampingan terhadap kegiatan pendataan, perencanaan,
kegiatan pendataan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pelaksanaan, dan pengawasan Pembangunan Desa dan Perdesaan di seluruh Desa
Pembangunan Desa dan Perdesaan dibuktikan dengan laporan
Data SDGs Desa dan Indeks Desa terupdate setiap tahun
RPJM Desa, RKP Desa, APB Desa, laporan realisasi dan LPP Desa
terpublikasikan dan/ atau dapat diakses masyarakat
5 melakukan sosialisasi, fasilitasi dan pendampingan dalam rangka kegiatan sosialisasi, fasilitasi dan pendampingan dalam rangka percepatan
percepatan pencapaian SDGs Desa pencapaian SDGs Desa dibuktikan dengan laporan
6 melakukan sosialisasi, fasilitasi dan pendampingan dalam rangka kegiatan sosialisasi, fasilitasi dan pendampingan dalam rangka pengembangan ekonomi
pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama dibuktikan dengan laporan
Bersama
BUM Desa/ BUM Desa Bersama di wilayahnya melakukan pendaftaran
BUM Desa/ BUM Desa Bersama di wilayahnya melakukan pemutakhiran
Data
BUM Desa/ BUM Desa Bersama di wilayahnya terakreditasi sesuai
jadwal
7 melakukan sosialisasi, fasilitasi dan pendampingan kegiatan sosialisasi, fasilitasi dan pendampingan dalam rangka
dalam rangka percepatan pembangunan daerah tertinggal percepatan pembangunan daerah tertinggal dibuktikan dengan laporan
8 melakukan sosialisasi, fasilitasi dan pendampingan kegiatan sosialisasi, fasilitasi dan pendampingan dalam rangka
dalam rangka pembangunan dan pengembangan kawasan pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi dibuktikan dengan laporan
transmigrasi
9 melakukan koordinasi program/kegiatan kegiatan koordinasi terkait program percepatan laju pencapaian SDGs
percepatan laju pencapaian SDGs Desa dengan Desa dengan pemerintah kecamatan, Pemerintah Desa, serta Pihak
pemerintah kecamatan, Pemerintah Desa, serta Ketiga dibuktikan dengan laporan
Pihak Ketiga
NO Tugas Indikator
10 mentoring PLD dan KPMD kegiatan mentoring PLD dan KPMD dibuktikan dengan laporan
11 melaporkan pelaksanaan tugas melalui aplikasi Laporan elektronik pelaksanaan tugas Pendamping Desa dalam aplikasi
Daily Report Pendamping Desa Daily Report Pendamping Desa
12 meningkatkan kapasitas diri secara mandiri maupun secara mandiri meningkatkan kapasitas dan aktif melibatkan diri dalam komunitas
melalui komunitas pembelajar pembelajaran yang diselenggarakan oleh kementerian/lembaga pemerintah non-
kementerian, Pemerintah Daerah, dan Pihak Ketiga
13 melaksanakan tugas lain berdasarkan penugasan dari Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report Pendamping
Kementerian Desa
2 mempercepat pengadministrasian di tingkat ketersediaan dan ketepatan waktu dokumen program/kegiatan sektoral
kecamatan terkait program/kegiatan sectoral
3 melakukan koordinasi program/kegiatan percepatan laju kegiatan koordinasi terkait program percepatan laju pencapaian SDGs Desa dengan
pencapaian SDGs Desa dan program/kegiatan sektoral dengan pemerintah kecamatan, Pemerintah Desa, serta Pihak Ketiga dibuktikan dengan laporan
pemerintah kecamatan, Pemerintah Desa, serta Pihak Ketiga
kegiatan koordinasi terkait program/kegiatan sektoral dengan
pemerintah kecamatan, Pemerintah Desa, serta Pihak Ketiga dibuktikan dengan laporan
4 melaporkan pelaksanaan tugas melalui aplikasi Laporan elektronik pelaksanaan tugas Pendamping Teknis dalam
Daily Report Pendamping Desa aplikasi Daily Report Pendamping Desa
5 meningkatkan kapasitas diri secara mandiri maupun secara mandiri meningkatkan kapasitas dan aktif melibatkan diri dalam komunitas
melalui komunitas pembelajar pembelajaran yang diselenggarakan oleh
NO Tugas Indikator
kementerian/lembaga pemerintah non-kementerian, Pemerintah Daerah,
dan Pihak Ketiga
6 melaksanakan tugas lain berdasarkan penugasan dari Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report Pendamping
Kementerian Desa
NO Tugas Indikator
1 melakukan fasilitasi dan pendampingan terhadap kegiatan kegiatan fasilitasi dan pendampingan terhadap kegiatan pendataan, perencanaan, pelaksanaan,
pendataan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dan pengawasan Pembangunan Desa dibuktikan dengan laporan
Pembangunan Desa
ketersedian dan ketepatan waktu dokumen-dokumen perencanaan, pelaksanaan,
pertanggungjawaban dan pengawasan Pembangunan Desa, dibuktikan dengan laporan
RPJM Desa, RKP Desa, APB Desa, laporan realisasi dan LPP Desa
terpublikasikan dan/ atau dapat diakses masyarakat
2 melakukan fasilitasi dan pendampingan dalam rangka kegiatan fasilitasi dan pendampingan dalam rangka percepatan pencapaian SDGs
percepatan pencapaian SDGs Desa Desa dibuktikan dengan laporan
Data SDGs Desa dan Indeks Desa terupdate setiap tahun
3 melakukan fasilitasi dan pendampingan dalam kegiatan fasilitasi dan pendampingan dalam rangka pengembangan
rangka pengembangan ekonomi lokal dan BUM ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama dibuktikan dengan
Desa/ BUM Desa Bersama laporan
BUM Desa/ BUM Desa Bersama di wilayahnya melakukan pendaftaran
NO Tugas Indikator
BUM Desa/ BUM Desa Bersama di wilayahnya melakukan pemutakhiran
Data
BUM Desa/ BUM Desa Bersama di wilayahnya terakreditasi sesuai jadwal
6 meningkatkan partisipasi masyarakat dalam meningkatnya partisipasi masyarakat dalam Pembangunan Desa dibuktikan dengan
Pembangunan Desa meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
Pembangunan Desa
7 melakukan aktivasi kelembagaan masyarakat tumbuh dan berkembanngnya kelembagaan masyarakat (kelembagaan
dalam mendukung Pembangunan Desa formal maupun nonformal) dan terlibat aktif dalam mendukung
Pembangunan Desa
8 meningkatkan kapasitas diri secara mandiri secara mandiri meningkatkan kapasitas dan aktif melibatkan diri dalam
maupun melalui komunitas pembelajar komunitas pembelajaran yang diselenggarakan oleh kementerian/lembaga pemerintah non-
kementerian, Pemerintah Daerah, dan Pihak Ketiga
9 melaporkan pelaksanaan tugas melalui aplikasi Laporan elektronik pelaksanaan tugas PD dalam aplikasi Daily Report
Daily Report Pendamping Desa Pendamping Desa
10 melaksanakan tugas lain dari Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report Pendamping
Desa
D. Pendayagunaan
1. Setiap unit kerja eselon I di Kementerian berhak mendayagunakan
TPP, dalam memfasilitasi program dan/atau kegiatan unit kerja
eselon I;
2. Unit kerja eselon I Kementerian mendayagunakan TPP dalam bentuk:
a. diseminasi regulasi, kebijakan, dan norma, standar, prosedur,
dan kriteria;
b. diseminasi program dan/atau kegiatan;
c. bimbingan teknis dan pelatihan masyarakat Desa;
d. fasilitasi penguatan partisipasi masyarakat Desa;
e. fasilitasi perencanaan program/kegiatan;
f. fasilitasi pengelolaan program/kegiatan; dan
g. fasilitasi pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
3. Pendayagunaan TPP oleh unit kerja Eselon I untuk program/kegiatan
di luar Tugas Pokok, Rincian Tugas, dan Indikator Kinerja diajukan
kepada Menteri.
4. Menteri memberikan persetujuan atau penolakan atas usul
pendayagunaan TPP.
5. Satker BSPDM menindaklanjuti persetujuan atau penolakan Menteri.
6. Pendayagunaan TPP oleh Pemerintah Daerah, kementerian, dan
kementerian/ lembaga pemerintah non kementerian, diatur dengen
ketentuan sebagai berikut:
a. usulan pendayagunaan TPP oleh Pemerintah Daerah,
Kementerian, dan kementerian/ lembaga nonkementerian
disampaikan kepada Menteri melalui kepala BPSDM; dan
b. Pemerintah Daerah, Kementerian, dan kementerian/ lembaga
nonkementerian hanya dapat mendayagunakan TPP, dengan
berdasarkan pada persetujuan tertulis Menteri atau melalui
kepala BPSDM.
5. Sanksi
a) BPSDM berwenang memberikan sanksi atas pelanggaran atau
rendahnya hasil evaluasi kinerja;
b) Sanksi atas pelanggaran atau rendahnya hasil evaluasi kinerja
berupa:
1) Teguran tertulis;
2) Demosi; atau
3) Pemberhentian sebagai TPP.
c) Sanksi berupa teguran tertulis dijatuhkan terhadap TPP yang
melakukan pelanggaran meliputi:
1) tidak menunjukkan integritas dan keteladanan dalam
sikap, perilaku, ucapan, dan tindakan kepada setiap orang,
baik di pada saat maupun di luar tugas;
2) tidak bersedia ditempatkan di seluruh wilayah kerja yang
ditetapkan oleh Kementerian.
3) tidak mengikuti ketentuan hari dan jam kerja;
4) tidak memberikan kesempatan kepada TPP di bawahnya
untuk mengembangkan kompetensi;
BAB IV
PENGELOLAAN TENAGA PENDAMPING PROFESIONAL
A. Kualifikasi TPP
1. Kualifikasi Umum:
a. Warga Negara Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta setia dan taat pada Pancasila, UUD 1945,
Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. memiliki kualifikasi pendidikan dan pengalaman kerja bidang
pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa sesuai
persyaratan posisi;
c. tidak tercatat sebagai aparatur sipil negara (pegawai negeri sipil
dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja), anggota TNI,
dan anggota POLRI aktif;
d. tidak tercatat sebagai kepala desa atau perangkat desa;
e. tidak sedang menduduki jabatan politik, dan/atau jabatan di
badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah/badan
usaha milik desa;
f. tidak pernah dipidana dengan pidana penjara berdasarkan
putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara
minimal 5 (lima) tahun atau lebih.
2. Kualifikasi Khusus:
a. Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat
1) Kualifikasi Umum
a) pendidikan minimal Strata 1 (S-1) semua bidang ilmu;
b) memiliki pengalaman dalam pengembangan kapasitas
dan pengorganisasian masyarakat;
c) mampu melakukan analisis kebijakan, serta
mendesain implementasi program dan kegiatan;
d) memahami sistem Pembangunan Partisipatif;
e) memahami sistem Pemerintahan Daerah dan
Pemerintahan Desa;
f) memiliki kemampuan memberikan pelatihan dan
pembimbingan mencakup aspek penyusunan modul
sederhana, fasilitasi penyelenggaraan pelatihan,
evaluasi kegiatan pelatihan, serta menguasai
metodologi pendidikan orang dewasa;
g) memiliki kemampuan komunikasi dengan baik secara
lisan dan tulisan;
h) memiliki kemampuan dan sanggup bekerjasama baik
dengan Pemerintah Daerah maupun dengan mitra
Pembangunan Desa lainnya;
i) mampu mengoperasikan komputer paling sedikit
program Office (Word, Excel, Power Point) dan internet;
j) berusia paling sedikit 28 tahun dan paling banyak 50
(lima puluh) tahun terhitung sejak tanggal
pendaftaran.
2) Kualifikasi Khusus
a) memiliki pengalaman kerja dalam bidang
Pembangunan Desa dan atau pemberdayaan
masyarakat paling sedikit 15 (lima belas) tahun bagi
lulusan S-1 atau 13 (tiga belas) tahun bagi lulusan S-2
untuk posisi Koordinator TAPM Pusat;
No Posisi Kuota
1 Koordinator TAPM Pusat 1
2 Wakil Koordinator TAPM Pusat 2
3 Koordinator Bidang 6
4 Tenaga Terampil Penyelia Madya 34
Total Kuota 43
Posisi
Kategori Total
No Provinsi Koordinator Tenaga Terampil
Provinsi Kuota
Provinsi Penyelia Pratama
Kepulauan Kecil
9 1 4 5
Bangka Belitung
10 Kepulauan Riau Kecil 1 4 5
11 Jawa Barat Besar 1 8 9
12 Jawa Tengah Besar 1 8 9
Daerah Istimewa Kecil
13 1 4 5
Yogyakarta
14 Jawa Timur Besar 1 8 9
15 Banten Kecil 1 4 5
16 Bali Kecil 1 4 5
Nusa Tenggara Kecil
17 1 4 5
Barat
Nusa Tenggara Besar
18 1 8 9
Timur
Kalimantan Sedang
19 1 6 7
Barat
Kalimantan Sedang
20 1 6 7
Tengah
Kalimantan Sedang
21 1 6 7
Selatan
Kalimantan Kecil
22 1 4 5
Timur
Kalimantan Kecil
23 1 4 5
Utara
24 Sulawesi Utara Sedang 1 6 7
25 Sulawesi Tengah Sedang 1 6 7
26 Sulawesi Selatan Besar 1 8 9
Sulawesi Sedang
27 1 6 7
Tenggara
28 Sulawesi Barat Kecil 1 4 5
29 Gorontalo Kecil 1 4 5
30 Maluku Sedang 1 6 7
31 Maluku Utara Kecil 1 4 5
32 Papua Besar 1 8 9
33 Papua Barat Sedang 1 6 7
Total Kuota 33 190 223
1 Aceh 983
2 Sumatera Utara 1.081
3 Sumatera Barat 327
4 Riau 366
5 Jambi 317
6 Sumatera Selatan 575
7 Bengkulu 299
8 Lampung 526
9 Kepulauan Bangka Belitung 87
10 Kepulauan Riau 108
11 Jawa Barat 1.288
12 Jawa Tengah 1.536
13 Daerah Istimewa Yogyakarta 134
14 Jawa Timur 1.634
15 Banten 289
16 Bali 141
17 Nusa Tenggara Barat 246
18 Nusa Tenggara Timur 716
19 Kalimantan Barat 431
20 Kalimantan Tengah 331
21 Kalimantan Selatan 394
22 Kalimantan Timur 202
23 Kalimantan Utara 112
24 Sulawesi Utara 348
25 Sulawesi Tengah 414
26 Sulawesi Selatan 608
27 Sulawesi Tenggara 473
28 Sulawesi Barat 157
29 Gorontalo 153
30 Maluku 282
31 Maluku Utara 253
32 Papua 1.298
33 Papua Barat 462
Total Kuota 16.571
1 Aceh 1.732
2 Sumatera Utara 1.505
3 Sumatera Barat 291
4 Riau 455
5 Jambi 400
6 Sumatera Selatan 790
7 Bengkulu 385
8 Lampung 687
9 Kepulauan Bangka Belitung 94
10 Kepulauan Riau 84
11 Jawa Barat 1.528
12 Jawa Tengah 2.147
13 Daerah Istimewa Yogyakarta 121
14 Jawa Timur 2.152
15 Banten 355
16 Bali 176
17 Nusa Tenggara Barat 284
18 Nusa Tenggara Timur 864
19 Kalimantan Barat 571
20 Kalimantan Tengah 408
21 Kalimantan Selatan 519
22 Kalimantan Timur 238
23 Kalimantan Utara 132
24 Sulawesi Utara 424
25 Sulawesi Tengah 523
26 Sulawesi Selatan 662
27 Sulawesi Tenggara 553
28 Sulawesi Barat 169
29 Gorontalo 192
30 Maluku 349
31 Maluku Utara 305
32 Papua 1.573
33 Papua Barat 516
Total Kuota 21.184
C. Rekrutmen/Pengisian TPP
Rekrutmen/pengisian TPP dilaksanakan oleh BPSDM, dengan
berpedoman pada kuota kebutuhan melalui mekanisme sebagai berikut:
1. Perpanjangan Kontrak Kerja
a. Perpanjangan kontrak kerja TPP adalah pengisian posisi TPP
pada setiap awal tahun anggaran, yang berasal dari TPP existing
hingga 31 Desember pada satu tahun anggaran sebelumnya.
b. Proses perpanjangan kontrak meliputi:
1) Penunjukan Pejabat Pengadaan Barang/Jasa (PPBJ).
BPSDM menunjuk PPBJ untuk proses pengadaan TPP pada
semua jenjang, berdasarkan jumlah/kuota kebutuhan
dengan memperhatikan ketersediaan pembiayaan
Pendampingan Masyarakat Desa dari APBN dan hasil
Evaluasi Kinerja TPP.
2) Dalam proses pengadaan barang/jasa sebagaimana poin 1,
PPBJ berpedoman pada peraturan perundangan terkait
dengan proses pengadaan barang/jasa.
3) penetapan hasil evaluasi kinerja TPP oleh kepala BPSDM
selambat-lambatnya pada tanggal 15 Oktober tahun
anggaran berjalan;
4) pengumuman hasil evaluasi kinerja TPP oleh kepala BPSDM
selambat-lambatnya pada tanggal 30 Oktober tahun
anggaran berjalan;
5) hasil Evaluasi Kinerja TPP menghasilkan rekomendasi:
c. TPP dengan nilai Evaluasi Kinerja rata-rata minimal B, dan tidak
pernah mendapatkan teguran tertulis dapat dipertimbangkan
untuk dikontrak kembali;
d. TPP dengan nilai Evaluasi Kinerja rata-rata minimal B, dan
pernah mendapatkan teguran tertulis dapat dipertimbangkan
untuk dikontrak kembali setelah terlebih dahulu dilakukan
klarifikasi dan menunjukkan iktikad baik untuk meningkatkan
kinerja dan tidak melakukan pelanggaran;
e. TPP dengan nilai Evaluasi Kinerja rata-rata C, dapat
dipertimbangkan untuk dikontrak kembali pada jenjang yang
lebih rendah (demosi) setelah terlebih dahulu dilakukan klarifikasi
dan menunjukkan iktikad baik untuk meningkatkan kinerja;
f. Klarifikasi terhadap TPP untuk syarat perpanjangan kontrak
tahun berikutnya, dilakukan sebagai berikut:
1) TPP mendapatkan pemberitahuan hasil Evaluasi Kinerja
melalui aplikasi Daily Report Pendamping Desa;
2) TPP memberikan klarifikasi kepada BPSDM selambat-
lambatnya pada tanggal 15 bulan November tahun berjalan;
3) TPP mendapatkan pembinaan perbaikan kinerja oleh TPP
satu tingkat di atasnya/supervisornya;
4) TPP menunjukkan perbaikan kinerja hingga 30 November
tahun berjalan; dan
5) TPP yang tidak melakukan klarifikasi sesuai waktu yang
diberikan, tidak dapat dikontrak kembali pada tahun
berikutnya.
g. Rekomendasi hasil Evaluasi Kinerja TPP diserahkan kepada
PPBJ untuk dilakukan proses perpanjangan kontrak kerja
selambat-lambatnya 31 Desember tahun anggaran berjalan;
D. Kontrak Kerja
1. Kontrak kerja TPP dilakukan secara individual dengan PPK BPSDM;
2. PPK melakukan kontrak kerja dengan TPP diikuti dengan penerbitan
Surat Perintah Melaksanakan Tugas berdasarkan Surat Keputusan
Kepala BPSDM;
3. Kontrak kerja menjadi ikatan perjanjian kerja antara Kementerian
dengan individu TPP;
G. Kunjungan Lapangan
1. Kunjungan Lapangan TAPM Kabupaten/kota, PD, PT, dan PLD
a. pembiayaan kunjungan lapangan bagi TPP Kabupaten/kota, PD,
Pendamping Teknis, dan PLD merupakan bagian dari komponen
bantuan biaya operasional yang diterima secara lumpsum;
b. pertanggungjawaban kunjungan lapangan wajib dibuktikan
dengan adanya laporan hasil kunjungan lapangan dan bukti
dokumentasi yang berisi informasi geotagging di dalam Daily
Report Pendamping Desa ;
c. setiap TAPM Kabupaten/kota wajib melakukan kunjungan
lapangan ke kecamatan dan Desa dalam lingkup
kabupaten/kota lokasi tugas selama minimal 8 (delapan) hari
dalam 1 (satu) bulan;
d. setiap PD dan Pendamping Teknis wajib melakukan kunjungan
lapangan ke Desa-desa dalam lingkup kecamatan lokasi tugas
selama minimal 10 (sepuluh) hari dalam 1 (satu) bulan;
3. Cuti Ibadah
TPP yang akan melaksanakan cuti Ibadah (Haji, umroh, dan
lainnya) berhak mendapatkan cuti. Selama melaksanakan cuti
Ibadah, TPP tetap berhak mendapatkan honorarium, namun tanpa
menerima bantuan biaya operasional. Apabila cuti melebihi 30 hari,
maka bantuan biaya operasional selama 1 bulan tidak diberikan.
TPP mengajukan cuti Ibadah kepada PPK BPSDM sekurang-
kurangnya 14 hari sebelum pelaksanaan cuti. Setelah mendapatkan
persetujuan, TPP bersangkutan wajib melakukan serah terima
pekerjaan kepada TPP di wilayahnya.
4. Cuti Khusus
a. TPP dapat mengajukan cuti khusus karena alasan pribadi,
mendesak, dan/atau membutuhkan waktu panjang.
b. Cuti khusus hanya dapat diajukan setelah TPP bekerja
sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan.
c. Cuti khusus dapat diberikan paling paling lama 3 (tiga) bulan.
d. TPP dapat mengajukan cuti khusus paling banyak 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) tahun.
e. TPP mengajukan cuti khusus kepada PPK BPSDM sekurang-
kurangnya 14 hari sebelum pelaksanaan cuti. Setelah
mendapatkan persetujuan, TPP bersangkutan wajib melakukan
serah terima pekerjaan kepada TPP di wilayahnya.
f. PPK BPSDM dapat memberikan persetujuan atau penolakan
terhadap permohonan cuti khusus TPP dengan
mempertimbangkan hasil Evaluasi Kinerja, bukti alasan
permohonan cuti khusus, volume pekerjaan, dan kondisi lokasi
tugas TPP.
g. TPP yang melaksanakan cuti khusus tidak memiliki kewajiban
melaksanakan tugas dan tidak mendapatkan hak atas
honorarium dan bantuan biaya operasional.
5. Cuti Sakit
Setiap TPP dapat mengajukan cuti meninggalkan tugas karena
menderita sakit yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter.
Selama melaksanakan izin sakit, TPP dimaksud tetap mendapatkan
hak atas honorarium dan bantuan biaya operasional. Pengaturan
izin sakit diatur sebagai berikut:
a. apabila dalam satu bulan TPP dimaksud masih dapat
melaksanakan tugas selama minimal 13 hari kerja, maka yang
bersangkutan tetap mendapatkan hak atas honorarium secara
penuh dan bantuan biaya operasional sesuai tingkat kehadiran
(hari dan jam kerja).
b. apabila dalam satu bulan TPP dimaksud masih dapat
melaksanakan tugas selama kurang dari 13 hari kerja, maka
yang bersangkutan hanya mendapatkan hak atas honorarium
5. Pengunduran Diri
Setiap TPP berhak memutuskan kontrak kerja dengan cara
mengundurkan diri, dengan ketentuan:
a. TPP dapat mengajukan pengunduran diri setelah bekerja
minimal 6 (enam) bulan;
b. TPP menyampaikan surat permohonan pengunduran diri kepada
BPSDM melalui PPK;
c. TPP yang mengundurkan diri wajib melakukan serah terima
berkas dan/atau pekerjaan kepada TPP pengganti dan/atau
kepada TPP di atasnya;
d. PPK BPSDM mengeluarkan surat persetujuan atau penolakan
pengunduran diri TPP; dan
e. PPK BPSDM mengeluarkan surat keterangan pengalaman kerja
kepada TPP.
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENDAMPINGAN MASYARAKAT DESA
BAB VI
PENUTUP
MENTERI DESA,
PEMBANGUNAN DAERAH
TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA,
Rencana Pembelajaran
SPB
Daily Report Pendamping
7.3 (Laporan Harian Pendamping
Desa)
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan fungsi Daily Report Pendamping (Laporan Harian
Pendamping Desa) dalam kinerja TPP
2. Mampu menjelaskan kerangka logis tugas, fungsi pendamping desa
dalam pembangunan dan pemberdayaan desa dan dapat melaporkan
kegiatan harian kinerja dalam Daily Report Pendamping (Laporan Harian
Pendamping Desa)
3. Mampu memahami evaluasi kinerja berjalan secara obyektif dan dapat
dipertanggungjawabkan;
4. Merumuskan rencana peningkatan kinerja Pendamping Desa.
Waktu
2 JP ( 90 menit)
Metode
Curah Pendapat, Diskusi Kelompok, Praktek, dan Paparan.
Media
● Media Tayang
● Bahan Bacaan
Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Pengendalian kinerja 15 menit
1. Menjelaskan tentang tujuan, proses, dan hasil yang diharapkan dari
subpokok bahasan tentang Pengendalian Kinerja Pendamping Lokal
Desa dikaitkan dengan pembelajaran sebelumnya;
2. Lakukan curah pendapat tentang laporan kinerja Pendamping Lokal Desa
dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa yang Anda pahami tentang pelaporan kinerja, bagaimana
hubungannya dengan pembibingan dan pengendalian kinerja?
b. Hal-hal apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan
pembimbingan kinerja kepada Masyarakat desa?
3. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
4. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting dapat dituliskan di kertas
plano atau whiteboard;
5. Pelatih disarankan memberikan penjelasan awal tentang pembimbingan
kinerja, salah satunya dengan menggunakan cara pengarahan (Coaching)
yaitu fasilitasi melalui bertanya, memberikan feedback dan berperan
sebagai seorang ahli dalam proses atau struktur tentang bagaimana
seseorang mengelola cara kerja otaknya sehingga mampu menghasilkan
performa yang lebih efektif, mampu menjadi pemimpin bagi dirinya
sendiri, mampu menjadi manusia pembelajar, mampu menyesuaikan
dengan kondisi sekarang untuk terus berkembang dan tumbuh, mampu
mengakualisasi-kan ide dan pemikirannya, bukan karena ketergantungan
pada orang lain, namun dengan melalui proses coaching menjadi mampu
mengendalikan diri sendiri untuk menghasilkan keputusan dan tindakan
yang lebih baik lagi.
6. Buatlah catatan berupa pokok-pokok pikiran atau rumusan gagasan
utama dari hasil pembahasan dalam pleno dengan menuliskan dalam
kartu, kertas plano atau whiteboard;
7. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan tentang
materi yang telah dibahas.
Kegiatan 2 : Pelaporan Kinerja Pendamping Lokal Desa dalam Daily report
8. Lakukan curah pendapat tentang pelaporan kinerja Pendamping Lokal
Desa dalam daily report, jenis kegiatan apa saja yang terdapat di aplikasi
DRP dan Paparan kerangka “Daily Report Pendamping (Laporan Harian
Pendamping TPP) dan pengertian dari masing masing jenis kegiatan”
9. Mintalah peserta membentuk 4 kelompok untuk membahas secara
mendalam tentang Jenis kegiatandan mengaplikasikan dalam DRP
10. Berikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
mendiskusikannya. Hasilnya dituliskan dalam kertas plano untuk
dipaparkan dalam pleno;
11. Setelah selesai mintalah masing-masing kelompok untuk memapar-kan
hasil diskusinya. Berikan kesempatan kepada kelompok lain untuk
menanggapi, bertanya dan memberikan masukan;
12. Mulailah masuk ke materi “Daily Report Pendamping (Laporan Harian
Pendamping) Tenaga Pendamping Profesional” dengan mengajak peserta
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 97
- 98 -
dalam mengisi langkah langka yang harus dilakukan untuk mengiput data
di Aplikasi DRP. dan masing masing PLD mempraktekan.
13. Setelah peserta melakukan praktek mengisi Daily Report Pendamping
sebagai Laporan Harian Kinerja Fasilitator dalam pelaporan tugas fungsi
TPP secara individual. Diskusikan dengan peserta dan pastikan semua
PLD bisa mengisi dengan benar
14. Selanjutnya peserta diminta untuk melihat kembali kegiatan dalam 1
(satu) bulan melalui Aplikasi “Daily Report Pendamping (Laporan Harian
Pendamping) Tenaga Pendamping Profesional”; dan pastikan peserta bisa
mengirim alporan bulanan via email sipemberdaya
15. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan,
bertanya, berpendapat dan masukan;
16. Buatlah catatan dari proses curah pendapat yang telah dilakukan, jika
diperlukan beberapa pokok pikiran penting tentang konsep penilaian
kinerja dapat dituliskan di kertas plano atau whiteboard;
Kegiatan 3 : Menutup Sessi
17. Pada akhir sesi, pelatih memberikan penegasan dan kesimpulan tentang
materi yang telah dibahas.
Lembar Informasi
PB Daily Report Pendamping
7.3 (Laporan Harian Pendamping
Desa)
A. Pendahuluan
Pendampingan Desa yang dilaksanakan dalam rangka implementasi Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa akan dinilai kinerjanya secara rutin. Evaluasi kinerja
pendamping Desa Profesional merupakan bagian dari rangkaian manajemen pengelolaan
pendampingan Desa. Mengingat kondisi rentang manajemen (span of management),
Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi selaku pemberi kerja melalui Satker Provinsi tidak
dapat secara terus-menerus mengawasi kinerja pendamping profesional dikarenakan
lokasi tugas antara kedua pihak saling berjauhan.
Daily Report Pendamping (Laporan Harian Pendamping Desa) Tenaga Pendamping
Profesional atau kegiatan harian pendampingan merupakan bagian penilaian kinerja secara
reguler yang dilakukan setiap semester. Daily Report ini diatur dalam KepmenDesa PDTT
Nomor 143 Tahun 2022 Tentang Petunjuk Teknis Pendampingan Masyarakat Desa, yang
merupakan sarana untuk menilai unjuk kerja pendamping profesional dalam memenuhi
tugas dan tanggung jawabnya. Hasil evaluasi kinerja adalah simpul pendapat pemberi
pekerjaan tentang kelayakan terhadap kontrak kerja pendamping professional untuk
dipertahankan, atau sebagai masukan untuk mengambil langkah koreksi dan perbaikan
implementasi kebijakan. Penilaian akan dilakukan terhadap pendamping profesional agar
dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan TOR.
B. Tujuan
Daily Report Pendamping (Laporan Harian Pendamping) Tenaga Pendamping Profesional
dilakukan dengan menggunakan data faktual dengan aplikasi yang diperoleh dari sumber
pelaporan mandiri agar memberikan hasil penilaian yang objektif sesuai dengan TOR.
Activity Diary akan menjadi penilaian kinerja ditujukan untuk menilai tingkat pencapaian
kinerja, menentukan kemampuan dan kelayakan yang dicapai sebagai pendamping
profesional. Hasil penilaian kinerja ini diharapkan juga akan memberikan umpan balik (feed
back) sebagai masukan untuk pembimbingan dan peningkatan kapasitas pendamping
profesional.
Tujuan Daily Report Pendamping (Laporan Harian Pendamping) Tenaga Pendamping
Profesional, adalah:
1. Menilai kinerja pendamping profesional berdasarkan tugas pokok dan fungsinya
(Tupoksi);
2. Menjadi alat ukur peningkatan kinerja dan menjadi bagian dari analisis kebutuhan
pelatihan pendamping;
3. Menjadi alat menegakkan aturan pekerjaan;
4. Menjadi dasar yang objektif untuk mempromosikan pendamping tingkat Desa,
Kecamatan, dan Kabupaten ke jenjang yang lebih tinggi;
Aspek Penilaian dari Daily Report Pendamping (Laporan Harian Pendamping) Tenaga
Pendamping Profesional
Aspek penilaian dalam Laporan Harian Pendamping Tenaga Pendamping Profesional yaitu:
kinerja pendampingan, kinerja supervisi, kinerja koordinasi, dan kinerja administrasi. Berikut
ini gambaran diary activity yang akan di update/disi oleh TPP berdasarkan kagiatan aktifitas
harian pendamping baik PLD, PD dan juga TA. Namun untuk saat ini aplikasi sedang
dikembangkan dan dalam proses penyelesaiannya.
TPP nanti akan merekam aktifitas hariannya dengan memasukkan data, foto/video kegiatan
dan aktifitas lainya ke aplikasi Diary Activity. Berikut ini kegiatan harian pendampingan atau
diary aktivity yang akan terekam dalam aplikasi.
Secara umum, kegiatan harian atau diary activity akan menggambarkan kegiatan sebagai
berikut:
a. Kegiatan Pendampingan.
Kegiatan pendampingan adalah unjuk kerja pendamping profesional dalam bekerja sesuai
Tupoksi. Untuk itu, pendamping profesional berkewajiban memenuhi pelaksanaan Tupoksi
dengan mengacu pada:
• Etika profesi sebagai pendamping profesional;
b. Kegiatan Supervisi
Kinerja supervisi adalah unjuk kerja pendamping profesional dalam bekerja sesuai Tupoksi
sebagai Supervisor. Untuk itu, Pendamping profesional berkewajiban memenuhi
pelaksanaan Tupoksi dengan mengacu pada:
• Norma kebijakan yang secara sistematik terkandung dalam asas-asas Undang-
undang Nomor 6/2014 tentang Desa yakni: rekognisi, subsidiaritas, keberagaman,
kebersamaan, gotong royong, kekeluargaan, musyawarah, demokrasi,
kemandirian, partisipasi, kesetaraan, pemberdayaan dan keberlanjutan;
• Uraian tugas, yakni paparan tugas teknis penjabaran Tupoksi pendamping
profesional sebagai supervisor.
c. Kegiatan Koordinasi/Fasilitasi
Pendamping profesional berkewajiban untuk berkoordinasi dan bekerja sama dengan pihak
lain seperti; birokrasi, supervisor, sesama pendamping, lembaga lain dan tokoh masyarakat
dalam setiap kegiatan seperti: pendampingan masyarakat, supervisi, pelatihan,
penanganan masalah dan lain-lain.
Pendamping profesional dinilai kinerjanya terkait kualitas koordinasi dan kerjasama dengan
pihak lain berdasarkan indikator penilaian sebagai berikut:
• Kemampuan pendamping profesional dalam kerjasama dengan SKPD
Kabupaten/Kota, Camat, Kepala Desa, pendamping profesional lainnya serta
pemangku kepentingan terkait;
• Kemampuan pendamping profesional memanfaatkan peluang kerjasama dan
koordinasi secara optimal;
• Kemampuan pendamping profesional untuk bekerja secara sistematis dan
terkontrol sesuai standar pelayanan maupun prosedur kerja sehingga pihak-pihak
yang berkoordinasi dapat bekerja sama secara baik;
• Kemampuan pendamping profesional dalam memfasilitasi kerjasama Desa dengan
SKPD Kabupaten/Kota dan kerjasama Desa dengan pihak lain;
• Kepemimpinan pendamping profesional dalam pengelolaan pekerjaan secara
kolektif.
Penilaian Kinerja
Laporan harian akan menjadi penilaian kinerja. Dan semua tenaga pendamping profesional,
baik tingkat desa maupun tingkat pusat akan dievaluasi kinerjanya dalam periode tertentu
oleh supervisor yang membawahinya. Semua tenaga pendamping profesional, baik tingkat
desa, kecamatan dan kabupaten akan dievaluasi kinerjanya dalam periode setiap 6 (enam)
bulan sekali oleh supervisor yang membawahinya.
Sedangkan dokumen Berita Acara hasil penilaian Forum Konsultasi Masyarakat (FKM)
cukup didokumentasikan oleh supervisor di tingkat kecamatan.
Sistem penilaian kinerja ini sangat tergantung pada format/angket penilaian. Oleh karena
itu dokumentasi penilaian harus dijaga dan diarsipkan secara rapi agar dapat dipakai
sebagai umpan balik, pembimbingan, analisis kebutuhan pelatihan, promosi pendamping
dan pemberian sanksi. Dokumen-dokumen tersebut juga akan secara berkala diperiksa
oleh Satker P3MD Provinsi dan Tim Audit Konsultan Nasional, Seknas dan Satker P3MD
Ditjend PPMD Kementerian Desa, Pembangunnan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
C. Penutup
Standar Operasional Prosedur (SOP) evaluasi kinerja pendamping profesional ini
merupakan dokumen yang ditetapkan oleh Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi
sebagai dokumen Pemerintah Republik Indonesia. Dan SOP ini merupakan salah satu tolak
ukur keberhasilan dari pengelolaan program secara umum, oleh karenanya semua pihak
yang berkepentingan harus menggunakan SOP ini dalam melakukan evaluasi kinerja
terhadap pendamping profesional.
Pokok Bahasan 8
MEMBANGUN TIM KERJA DI DESA
Rencana Pembelajaran
SPB
Kerjasama Tim di Desa
8.1
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan:
1. Para pelaku kunci di Desa;
2. Fungsi dan peran pelaku;
3. Hubungan/relasi antar pelaku.
Waktu
1 JPL (45Menit)
Metode
Ceramah dan Tanya jawab
Media
Lembar tayang dan Bahan bacaan
Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Pembukaan
1. Jelaskan tujuan pembahasan mengenai sub pokok bahasan yang akan
disampaikan.
Kegunaan dari teknik ini adalah untuk membantu identifikasi para pihak (individu,
kelompok atau lembaga baik internal maupun eksternal) dan pola hubungannya dalam
suatu wilayah tertentu. Indentifikasi interaksi dan hubungan lembaga terhadap
permasalahan tertentu.
Prosesnya: persiapan alat bantu berupa lingkaran karton dengan berbagai ukuran.
Persilahkan peserta menulis individu, kelompok atau lembaga yang ada di Desa.
Tuliskan dalam karton lingkaran berdasarkan pengaruhnya. Lingkaran besar
menunjukkan pengaruh besar dan sebaliknya.
Rencana Pembelajaran
SPB
8.2 Membangun Jejaring
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi pihak-pihak yang potensial sebagai jejaring kerja;
2. Mengembangkan kerjasama dengan pihak-pihak dimaksud.
Waktu
1 JPL (45Menit)
Metode
Paparan
Media
Lembar tayang
Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus
Proses Penyajian
Kegiatan 3: Pembukaan
6. Jelaskan tujuan yang akan dicapai dalam sesi belajar bersama ini.
Bahan Bacaan 1
1. Konsepsi Dasar Membangun Tim yang Efektif dengan subbahasan Pengertian Tim;
Perbedaan Kelompok dan Tim; Hakikat dan Ciri Organisasi sebagai Tim Efektif; Kriteria Tim
yang efektif; dan Manfaat Membangun Tim yang Efektif.
2. Kerjasama Dalam Membangun Tim Dinamis dengan subbahasan meliputi: Pengertian Tim
yang Dinamis; Unsur-Unsur Tim yang Dinamis; Tahapan Perkembangan Tim; Membangun
Rasa Kebersamaan Tim; Peran Individu dalam Tim; dan Membangun Kebanggaan Tim.
3. Pemecahan Masalah Secara Win-win Solution dengan subbahasan meliputi: Pengertian
Konflik; Mengenali Konflik, Respon terhadap Konflik, Sumber-sumber Konflik, Langkah-
Langkah Penyelesaian Konflik, dan Gaya Tanggapan Konflik.
Mengapa ada tim yang mampu bertahan lama dan ada yang tidak dapat bertahan lama? Apabila
berbicara tentang tim, maka ada tim yang dapat mencapai suatu prestasi yang tinggi, namun
juga ada yang hanya bertahan beberapa waktu saja. Untuk itu maka diperlukan suatu usaha
maksimal agar mampu berperan sebagai tim yang dinamis. Tim dinamis adalah tim yang
memiliki kinerja yang sangat tinggi. Tim seperti ini dapat memanfaatkan segala energi yang ada
di dalam tim tersebut untuk menghasilkan sesuatu. Tim dinamis merupakan tim yang penuh
dengan rasa percaya diri, tim yang para anggotanya menyadari kekuatan dan kelemahannya
untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Apakah manfaat membangun tim dinamis? Tim dinamis memiliki unsur-unsur yang tidak jauh
berbeda dengan tim pada umumnya. Adapun unsur-unsur tersebut menurut Richard Y. Chang
adalah sebagai berikut:
1. Menyatakan secara jelas misi dan tujuannya. Visi adalah gambaran akan datang yang
merupakan cita-cita, dan selanjutnya visi ini dijelaskan ke dalam bentuk misi. Suatu
organisasi atau tim yang dinamis harus mampu menjelaskan misi tersebut ke dalam tujuan-
tujuan tim, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. Tanpa memiliki tujuan
yang jelas, tim tidak akan mengetahui ke arah mana akan melangkah, sehingga akan
terombang-ambing oleh bertiupnya angin. Tujuan dan sasaran ini harus dipahami oleh
seluruh anggota tim, sebab hal ini akan meningkatkan komitmen diantara mereka.
Pemimpin yang dinamis harus mampu memastikan bahwa semua anggota kelompok
terlibat dalam perumusan tujuan tim.
2. Beroperasi secara kreatif. Dalam pelaksanaan, kerja tim sangat kreatif dan dinamis dengan
memperhitungkan resiko yang ada dan selalu mencoba cara berbeda dalam melakukan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 111
- 112
-
sesuatu. Mereka tidak takut menghadapi kegagalan-kegagalan dan selalu mencari peluang
untuk mengimplementasikan teknik yang baru. Mereka bersikap luwes dan kreatif dalam
memecahkan masalah.
3. Memfokuskan pada hasil.Tim yang dinamis mampu menghasilkan melampaui kemampuan
jumlah individu yang menjadi anggotanya. Para anggota tim secara terus-menerus
memenuhi komitmen waktu, anggaran, produktivitas, dan mutu “produktivitas optimum”
merupakan tujuan bersama.
4. Memperjelas peran dan tanggung jawab. Peran dan tanggung jawab anggota tim jelas.
Setiap anggota tim mengetahui dengan jelas apa yang diharapkan dari dirinya, dan
mengetahui dengan jelas peran temannya dalam tim. Tim yang dinamis selalu
memperbaharui peran dan tanggung jawab anggotanya sesuai dengan perubahan tuntutan,
sasaran dan teknologi.
5. Diorganisasikan dengan baik. Tim dinamis menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan
baik, menetapkan prosedur secara jelas serta kebijakan dengan jelas. Tim juga
menginventarisir jenis keterampilan yang dimiliki oleh para anggota timnya.
6. Dibangun diatas kekuatan individu. Kompetensi individu sangat diperhatikan, sehingga
pimpinan tim memahami betul kekuatan dan kelemahan anggota timnya. Oleh karena itu
program Pembinaan sangat diharapkan. Pimpinan tim sangat memperhatikan
pemberdayaan timnya sehingga dalam pemberdayaan disesuaikan dengan kompetensi
anggota tim.
7. Saling mendukung kepemimpinan anggota yang lain. Dalam tim yang dinamis,
kepemimpinan dibagi diantara para anggotanya. Dalam hal ini tidak ada pimpinan yang
mutlak. Setiap anggota tim memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pemimpin tim.
Meskipun demikian peran supervisor masih dianggap perlu ada. Dalam Tim dinamis
menghargai keunikan setiap individu.
8. Mengembangkan iklim tim. Tim yang berkinerja tinggi memiliki anggota yang secara
antusias bekerja bersama dengan tingkat keterlibatan dan energi kelompok yang tinggi
(bersinergi).
9. Menyelesaikan ketidaksepakatan. Perbedaan persepsi dan ketidaksepakatan akan terjadi
dalam setiap tim. Tim dinamis menganggap bahwa konflik merupakan suatu wahana untuk
menumbuhkan hal-hal yang lebih positif. Segala konflik akan diselesaikan dengan
pendekatan secara terbuka dengan teknik kolaborasi.
10. Berkomunikasi secara terbuka. Pembicaraannya secara asersi, yakni bicara yang lugas, jujur
tetapi tidak melukai pihak lain. Masing-masing anggota kelompok saling memberi dan
menerima saran dari anggota kelompok yang lain, komunikasi dilakukan secara timbal balik
dan untuk kepentingan bersama.
11. Membuat keputusan secara obyektif. Dalam pemecahan masalah menggunakan
pendekatan yang mantap dan proaktif. Keputusan dicapai melalui konsensus. Setiap
anggota kelompok bersedia dan mendukung keputusan tersebut. Anggota kelompok bebas
mengutarakan pendapat dan idenya dan mendukung rencana yang telah ditetapkan.
12. Mengevaluasi efektivitasnya sendiri.Evaluasi dilaksanakan secara terus menerus dengan
tujuan untuk melihat bagaimanakah pelaksanaan rencana selama ini. Penyempurnaan
dilaksanakan secara berkelanjutan dan manajemen proaktif. Apabila muncul masalah
kinerja, mereka bisa segera memecahkannya sebelum menjadi permasalahan yang serius.
Pada dasarnya dalam membangun tim yang dinamis mempunyai tahapan sebagai berikut
(Peter Senge):
Mewujudkan tim yang dinamis tidak mudah, tetapi merupakan rangkaian perkembangan
setahap demi setahap. Tahapan tersebut dalam bahan ajar ini akan dijabarkan mengacu pada
pendapat Richard Y. Chang yang dimuat dalam bukunya “Membangun Tim yang Dinamis”.
Adapun tahapan perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:
2. Bergerak (Strive)
Dalam tahap ini peran dan tanggung jawab anggota tim ditetapkan dengan jelas. Dalam
tahap ini beberapa kendala akan dihadapi dengan penuh bijaksana bersama dengan seluruh
anggota Tim, sehingga seluruh permasalahan dapat dihadapi dengan arif dan bijaksana.
4. Sampai (Arrive)
Dengan kerja sama tim yang kompak,tim akan mencapai puncak dengan mengatasi semua
kendala-kendala yang ada, yang pada akhirnya mencapai prestasi yang luar biasa. Namun
apabila dalam fase ini belum mencapai puncak idealnya,dilakukan peninjauan kembali tim
dengan melaksanakan konsolidasi upaya, misalnya berkoordinasi secara maksimal.
Disamping itu perlu meninjau kembali sasaran-sasaran yang telah ada, masih relevan atau
tidak.
Adakah manfaat membangun rasa kebersamaan dalam sebuah tim? Tahapan-tahapan dalam
membangun tim yang dinamis tersebut akan berjalan dengan seksama, apabila anggota-
anggota tim mampu membangun rasa kebersamaan secara efektif. Untuk membangun rasa
kebersamaan di dalam suatu tim, maka setiap anggota kelompok harus mampu untuk
menerima keragaman anggota tim. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan setiap tim terdiri dari
berbagai individu yang memiliki latar belakang, perilaku, pengalaman yang berbeda-beda.
Tidak ada seorang manusiapun yang diciptakan sama termasuk orang yang kembar sekalipun.
Tim akan efektif apabila dibangun berdasarkan kebersamaan, tidak memandang pangkat, suku
dan golongan, menunjukkan rasa saling percaya, saling menghargai dan dilandasi oleh
keterbukaan. Oleh karena itu, anggota suatu tim hendaknya memiliki karakteristik yang
berorientasi pada opini, persamaan, serta tujuan.
Adapun penjabaran karakteristik anggota tim yang berorientasi pada opini, persamaan, dan
tujuan, masing-masing adalah sebagai berikut:
1. Berlawanan dengan orang yang bersifat dogmatis, akan mengarahkan pada tindakan tidak
mengutuk orang lain;
2. Memperkenalkan gagasannya tanpa mengusulkan atau bahkan mengisyaratkan agar orang lain
memberi posisi istimewa pada gagasannya;
3. Saling meminta ide dari anggota kelompok yang lain, bukan berorientasi pada gagasan perorangan;
4. Tidak hanya memfokuskan pada idenya sendiri, tetapi menginvestigasi pendapat orang lain.
1. Anggota tim yang berorientasi pada persamaan melihat keragaman sebagai suatu keunggulan.
Perbedaan yang dimiliki dapat dipakai untuk mengecek setiap sisi, sudut, puncak dan dasar suatu
masalah;
2. Mengandalkan semua anggota;
1. Tim yang terdiri dari anggota yang berorientasi pada tujuan, kecil kemungkinan akan timbul konflik
di dalamnya yang disebabkan oleh keunikan masing-masing kelompok;
2. Keseluruhan anggota tim berorientasi pada tujuan yang sama;
3. Anggota tim mengakui bahwa masing-masing anggota memiliki tujuan, dan kemungkinan tujuan
tersebut bertentangan dengan tujuan tim;
4. Keunikan anggota tim yang muncul segera dapat diatasi, tidak dibiarkan melahirkan masalah baru.
Hal apakah yang akan kita perhatikan? Dalam rangka membangun kerjasama tim, perlu juga
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: meningkatkan umpan balik sesama anggota tim,
memiliki komitmen untuk menyelesaikan konflik, bekerja sama untuk meningkatkan kreativitas
dan menangani dalam pembuatan keputusan.
Keberhasilan suatu tim sangat tergantung dari peran individu-individu dalam tim tersebut. Ada
lima peran individu dalam suatu tim yang berhasil. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan tim agar anggota tim mampu
membangun kebanggaannya adalah sebagai berikut:
2. Memotivasi Anggota Tim yang Tidak Termotivasi. Tidak setiap anggota tim memiliki
motivasi yang sama. Ada anggota tim yang produktif, ada pula yang enggan berpartisipasi
secara aktif. Untuk itu diperlukan beberapa strategi yang jitu. Strategi tersebut antara lain:
(1) dapatkan nasihat dari mereka, (2) jadikan mereka guru, (3) libatkan mereka dalam
presentasi dan delegasikan kepada mereka proyek bintang.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam membangun kerjasama tim adalah perlunya
meningkatkan kerja sama tim yang efektif. Kunci utamanya adalah adanya komunikasi yang
efektif (dibahas dalam mata sajian komunikasi yang efektif), mendengarkan secara aktif, mampu
memotivasi anggota tim serta menyelesaikan konflik secara efektif. Teknik penanganan konflik
akan dibahas dalam pokok bahasan berikutnya.
Dilihat dari tahapannya (baik menurut Peter Senge maupun Ricard Y.Chang), apabila suatu tim
telah mencapai tahap ketiga (performing maupun thrive) sampai dengan tahap keempat
(transforming maupun arrive), maka akan timbul suatu kebanggaan tim.[]
PB Bahan Bacaan
Bahan Bacaan 2
MEMBANGUN JEJARING
Pendahuluan
Jaringan sosial (social network) adalah kumpulan individu atau kelompok yang terikat oleh
kepentingan dan/atau tujuan yang sama. Membangun jaringan sosial dan mengembangkan
kerjasama merupakan agenda penting dan strategis yang harus dipahami dengan baik oleh
para pendamping desa. Pemahaman yang baik terhadap jaringan sosial yang terbangun di
pedesaan selama ini, akan sangat membantu proses-proses pendampingan yang dilakukan
di tingkat masyarakat desa. Mulai dari proses perencanaan pembangunan sampai pada
kegiatan pemberdayaan masyarakat desa.
Hal mendasar yang harus dipahami dari hubungan sosial yang melahirkan jaringan sosial
adalah setiap orang mempunyai akses yang berbeda terhadap sumber daya yang bernilai,
seperti akses terhadap sumber daya alam, informasi atau kekuasaan. Artinya bahwa
dengan memahami jaringan sosial di Desa akan memudahkan bagi pendamping desa
dalam membangun jaringan sosial baru untuk kepentingan implementasi UU Desa, serta
memudahkan untuk mengembangkan kerjasama.
Salah satu tugas dan peran penting dari pendamping desa adalah membantu desa
membentuk dan memanfaatkan jaringan sosial serta mengembangkan kerjasama, baik
kerjasama antar desa maupun dengan pihak ketiga guna mewujudkan tujuan dari
pembangunan desa, sebagaimana dinyatakan dalam UU Desa, khususnya tujuan yang
berkaitan dengan: a) Mendorong prakarsa, gerakan dan partisipasi masyarakat desa untuk
pengembangan potensi dan aset desa guna kesejahteraan bersama; b) Meningkatkan
ketahanan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional; c) memajukan perekonomian
masyarakat desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional; dan d) Memperkuat
masyarakat desa sebagai subjek pembangunan.
Selama ini, proses dan pola pemberdayaan desa umumnya cenderung menciptakan
ketergantungan. Akibatnya, desa tidak tumbuh menjadi desa yang mandiri dalam mengurus
dan mengelola sumber daya dan potensi yang dimilikinya, termasuk jaringan sosial yang
telah tumbuh dan berkembang di Desa. Kekuatan dari potensi jaringan sosial, seperti
semangat kegotong-royongan dan kepercayaan (trust) belum dapat dioptimalkan untuk
mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi Desa.
Tujuan yang hendak dicapai dengan membentuk dan memanfaatkan jaringan sosial di
pedesaan adalah untuk mengatasi persoalan yang dihadapi masyarakat desa, seperti:
terbatasnya peluang kerja, struktur sumber daya ekonomi yang kurang beragam,
keterbatasan pendidikan, keterampilan, peralatan dan modal.
Secara normatif, kerjasama antar desa maupun kerjasama dengan pihak ketiga telah diatur
dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Desa dapat mengembangkan kerjasama
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 116
- 117
-
meliputi: pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai
ekonomi yang berdaya saing, kegiatan kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan dan
pemberdayaan Desa, dan kerjasama juga dapat dilakukan di bidang keamanan dan
ketertiban di Desa. Prinsipnya, kerjasama dikembangkan untuk memanfaatkan potensi
Desa dan mengatasi kekurangan dari sumber daya alama dan sumber daya manusia di
Desa untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa. Kerjasama ini harus dilakukan
dalam prinsip saling menguntungkan dan memandirikan masing-masing Desa.
Kerja jejaring merupakan kegiatan untuk kepentingan banyak pihak yang bersifat memberi
dan berbagi. Sedangkan definisi kerja jaringan adalah:
Untuk membangun networks, beberapa prinsip dasar yang harus diikuti adalah sebagai
berikut:
Untuk membangung jejaring sosial di pedesaan terlebih dahulu kita harus memetakan dan
mengenali siapa saja tokoh atau pihak kunci yang dapat kita ajak bersama untuk
membangun dan memajukan desa. Untuk membantu memetakan tokoh atau para pihak
tersebut, pertanyaan-pertanyaan dibawah ini diharapakan dapat membantu:
1. Siapa atau kelompok mana yang selalu terlibat membantu kegiatan di pedesaan?
Mengapa mereka selalu terlibat? Apa manfaat langsung/tidak langsung kegiatan
tersebut bagi kelompok?
2. Apakah ada kesamaan yang mengikat para anggota jaringan itu, misalnya satu keluarga
atau kerabat, tetangga, atau mata pencaharian atau lainnya?
3. Apakah orang-orang itu membentuk jaringan untuk menanggulangi hal-hal yang
lainnya juga, atau hanya untuk peristiwa yang diuraikan itu?
4. Jika untuk hal-hal lain juga, hal-hal apakah itu? Mengapa bisa menjalar ke hal-hal lain,
atau sebaliknya?
5. Apa hubungan kelompok atau jaringan ini dengan jaringan atau kelompok lain (bersaing,
saling mendukung, tidak ada kaitan sama sekali)? Apa alasan atau latar belakang
hubungan yang demikian?
6. Apa pula hubungan jaringan atau kelompok ini dengan pemerintah desa? Apakah
pemerintah memberikan dukungan nyata, pasif atau malah menghambat? Mengapa?
7. Sejak kapan jaringan ini muncul? Bagaimana riwayat kemunculannya, atau
perubahannya dari jaringan sebelumnya? Apakah lingkup kegiatan atau
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 117
- 118
-
Mengembangkan Kerjasama
Pijakan berpikir yang mendasari perlunya membangun relasi jaringan sosial dan kerjasama
dalam melakukan pembangunan desa dan pemberdayaan desa, antara lain:
Pertama, pengembangan jaringan sosial dan kerjasama di pedesaan diformulasikan untuk
mewujudkan desa yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti: pangan,
energi, pendidikan dan kesehatan. Kemandirian desa tidak berarti Desa terlepas dari
kesaling-tergantungan dengan desa yang lain, melainkan terjadi “net-benefit” yang
dihasilkan dari pertukaran antara desa.
Kedua, pengembangan potensi jaringan sosial di wilayah pedesaan ditekankan pada aspek
keberlanjutan, yakni:
1. Keberlanjutan ekologi, dimana pemanfaatan sumber daya alam dilakukan dengan tidak
merusak lingkungan dan senantiasa memperhatikan daya dukung ekologinya.
2. Keberlanjutan sosial ekonomi yang mengacu pada kesejahteraan masyarakat
pedesaan.
3. Keberlanjutan komunitas masyarakat pedesaan yang mengacu pada terjaminnya peran
masyarakat dalam pembangunan dan jaminan akses komunitas pada sumber daya
alam.
4. Keberlanjutan institusi yakni mencakup institusi politik, institusi sosial-ekonomi dan
institusi pengelola sumber daya (Arif Satria: 2011).
Ketiga, pengembangan kerjasama dengan pihak ketiga hendaknya tidak membuat desa
mengalami ketergantungan baru. Dalam hal ini, tiga aktor yang bisa terlibat dalam proses
kerjasama, yakni:
a. Masyarakat desa dengan kekuatan kelembagaan sosial dan ekonomi yang dimilikinya
serta kemampuan mengelola sumberdaya yang berkelanjutan.
b. Pengusaha atau swasta yang mengembangkan usaha berbasis pedesaan serta untuk
mengatasi keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh desa.
c. Pemerintah yang berfungsi untuk memberikan penguatan kelembagaan sosial ekonomi
kepada desa dan jaminan keamanan dan legal kepada pengusaha/swasta.
Keempat, pendamping desa harus mampu mengidentifikasi dan menjahit seluruh kekuatan
ekonomi dan politik di wilayah pedesaan untuk terlibat dalam proses pembangunan dan
pemberdayaan. Jaringan sosial pada dasarnya merupakan mitra strategis Desa yang harus
senantiasa dijaga dan dikembangkan untuk memajukan pembangunan di Desa.
Tujuan membentuk jaringan sosial dan mengembangkan kerjasama di Desa sebagai berikut:
1. Untuk mewujudkan desa yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasar, seperti
pangan, energi, kesehatan, pendidikan, air bersih, dsb.
2. Untuk membangun dan menumbuhkan semangat kolektivitas, kegotongroyongan dan
trust building dari kelompok-kelompok sosial di masyarakat desa.
3. Agar desa mempunyai perencanaan pembangunan desa dan strategi pemberdayaan
masyarakat desa yang mencakup: potensi, rencana strategis, perencanaan ruang,
perencanaan pengelolaan dan pemanfaatan dan strategi aksi yang menjadi dasar dalam
mengembangkan kerjasama antar desa maupun dengan pihak ketiga.
4. Agar desa mempunyai badan kerjasama antar desa yang dihasilkan melalui
musyawarah desa.
5. Agar berkembang aktivitas ekonomi berbasis pedesaan yang mampu bersaing dalam
pasar lokal, regional dan global serta dapat diandalkan dalam meningkatkan kualitas
hidup masyarakat secara berkelanjutan.
Selain tujuan diatas, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh para pendamping
desa dalam membangun jaringan sosial dan kerjasama, yaitu sebagai berikut:
1. Model kontak person. Biasanya dilakukan oleh seseorang yang merupakan tokoh kunci
dari lembaga, sering menggunakan pendekatan pribadi, loby (silaturahmi), mediasi dan
lain-lain.
2. Model kerja sama. Dapat dilakukan dengan pemerintah, asosiasi, perguruan tinggi,
lembaga keuangan atau kelompok profesi lainnya dengan isu-isu yang sejenis dan
sifatnya memberikan bantuan stimulan, teknikal asistensi pada program yang sama.
3. Model aliansi. Kerja sama antar forum/lembaga untuk menyuarakan isu yang sama,
misalnya: ALIANSI GERAKAN PENGENTASAN KEMISKINAN yang terdiri dari
pendamping desa, Pemda, NGO, dll.
4. Model koalisi. Beberapa forum/lembaga melakukan merger menggunakan satu nama,
misal: KOALISI PENGENTAS KEMISKINAN PEDESAAN, bersifat sementara (ad hoc)
dipimpin oleh seorang koordinator.[]
Pokok Bahasan 9
RENCANA KERJA TINDAK LANJUT
(RKTL)
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan hal-hal penting yang diperoleh selama pelatihan;
2. Menguraikan keterkaitan antara apa yang diperoleh dalam pelatihan
dengan tugas-tugas pokok sebagai Pendamping Lokal Desa (PLD).
Waktu
1 JPL (45Menit)
Metode
Pemaparan, Penugasan perorangan dan Curah pendapat
Media
Lembar curah pendapat, Lembar kerja kelompok dan Slide presentasi
Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus
Proses Penyajian
Kegiatan 1: Merangkum
Rencana Pembelajaran
SPB
Evaluasi Penyelenggaraan
9.2 Pelatihan
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Memberikan umpan balik kritis dalam penyelenggaran pelatihan;
2. Menuliskan penilaian atas penyelenggaran pelatihan.
Waktu
1 JPL (45Menit)
Metode
Pemaparan, Penugasan perorangan dan Curah pendapat
Media
Lembar curah pendapat, Lembar kerja kelompok dan Slide presentasi
Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus
Proses Penyajian
Kegiatan 2: Evaluasi
1. Jelaskan mengenai pokok bahasan yang akan disampaikan;
2. Ajak bebarapa peserta untuk secara bersama-sama melakukan evaluasi,
diantaranya:
● Memberikan umpan balik kritis terhadap materi/modul pelatihan.
● Memberikan umpan balik kritis terhadap Pelatih.
● Memberikan umpan balik kritis terkait penyelenggaran pelatihan.
3. Lakukan pembahasan evaluasi materi diatas secara bersama-sama dan
rumuskan secara bersama-sama;
4. Pelatih memberikan penegasan terkait sesi ini;
5. Tutup sesi ini dengan tepuk tangan meriah dan salam.
Rencana Pembelajaran
SPB
Rencana Kerja Tindak Lanjut
9.3 (RKTL)
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi hasil-hasil pelatihan yang masih perlu ditingkatkan lebih
lanjut dan strategi yang akan dikembangkan;
2. Menyusun rencana kerja tindak lanjut.
Waktu
1 JPL (45Menit)
Metode
Pemaparan, Penugasan perorangan dan Curah pendapat
Media
Lembar curah pendapat, Lembar kerja kelompok dan Slide presentasi
Alat Bantu
Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus
Proses Penyajian
Kegiatan 3: Membuat RKTL
NAMA :
JABATAN :
LOKASI TUGAS :
Waktu
Uraian Target Langkah (Tahun Anggaran 2023)
No
Kegiatan Output Kerja 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
YANG MEMBUAT
______________________ _____________________
1. Setiap peserta WAJIB menuliskan RKTL dalam formulir diatas, dan dikumpulkan
kepada pelatih untuk ditanda tangani.
2. Pelatih memberikan penegasan terkait RKTL.
3. Tutup sesi ini dengan tepuk tangan meriah dan salam.
Daftar Pustaka
Anom Surya Putra, (2015). Buku 7 Badan Usaha Milik Desa: Spirit Usaha Kolektif Desa.
Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesia.
Bappenas, edisi III (2011). Perkembangan Perdagangan dan Investasi, Jakarta.
Borni Kurniawan, (2015). Buku 5 Desa Mandiri Desa, Desa Membangun. Jakarta:
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia.
Denhardt, Kathryn G. (1988). The ethics of Public Service. Westport, Connecticut:
Greenwood Press.
Dwiyanto, Agus dkk., (2003). Reformasi Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah,
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Eko Sri Haryanto (2016). Panduan Pendamping Kawasan Perdesaan. Jakarta: Direkorat
Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan Kementerian Desa Pembangunan
Daerah Twertinggal dan Transmigrasi Bekerjasama dengan KOMPAK.
Idham Arsyad, (2015). Buku 9 Membangun Jaringan Sosial dan Kemitraan. Jakarta:
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia.
Kartasasmita, Ginandjar, (2004), Administrasi Pembangunan, Jakarta: LP3ES.
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 050-187/Kep/Bangda/2007 tentang Pedoman
Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang). Jakarta: Departemen Dalam Negeri.
Keputusan Menteri Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 143 Tahun 2023 tentang Petunjuk Teknis Pendampingan
Masyarakat Desa;
M. Silahuddin, (2015). Buku 1: Kewenangan Desa dan Regulasi Desa. Jakarta: Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Mochammad Zaini Mustakim, (2015). Buku 2 Kepemimpinan Desa. Jakarta: Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Naeni Amanulloh, (2015). Buku 3 Demokrasi Desa. Jakarta: Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Nyoman Oka (2009). Perencanaan Pembangunan Desa: Seri Panduan Fasilitator CLAPP
(Community Learning And Action Participatory Process), MITRA SAMYA dengan
dukungan AusAID ACCESS.
Osborne, David dan Ted Gaebler, (1996). Mewirausahakan Birokrasi, Jakarta: Pustaka
Binaman Pressindo.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54/2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. Jakarta: Direktur jenderl Bina
Pembangunan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5539).
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang
Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5717);
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5558) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5864);
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Desa;
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Musyawarah Desa ;
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Nomor 18 Tahun 2019 Tentang
Pedoman Umum Pendampingan Masyarakat Desa;
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2023 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2020 Tentang
Pedoman Umum Pembangunan Desa Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa;
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan Di
Desa, Jakarta;
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 44 Tahun 2016 tentang Kewenangan Desa, Jakarta;
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa,
Jakarta;
Nur Kholis, dkk., (2017) Modul Pelatian Pra Tugas TAPM Dalam Rangka Implementasi
Undang-Undang Desa, Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Nur Kholis, dkk., (2017) Modul Pelatian Pra Tugas PD Dalam Rangka Implementasi
Undang-Undang Desa, Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Nur Kholis, dkk., (2017) Modul Pelatian Pra Tugas PLD Dalam Rangka Implementasi
Undang-Undang Desa, Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Said, Mas’ud, (2007). Birokrasi di Negara Birokratis, Malang: UMM Press.
Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan dan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor: 900/5356/SJ. Nomor
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 130
- 131
-
Wahjudin Sumpeno, dkk., (2015) Modul Pelatian Penyegaran Pendamping Desa dalam
rangka Pengakhiran PNPM Mandiri Perdesaan dan Implementasi Undang-Undang
Desa, Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesia.
Wahjudin Sumpeno. editor (2016) Draft Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa,
Jakarta: PMK, Bappenas, Kemendesa PDTT, Kemendagri, BPKP, PSF-World Bank dan
KOMPAK.
Wahjudin Sumpeno. Dkk., (2015) Modul Pelatihan untuk Pelatih Pendamping Desa, Jakarta:
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia.
Wahjudin Sumpeno, (2012) Modul Pelatihan Harmonisasi dan Integrasi Perencanaan
Pembangunan Daerah, Banda Aceh: Kerjasama Bappeda Aceh dan The World Bank.
Wahjudin Sumpeno, (2012) Modul Pelatihan Aparatur Pemerintah Daerah: Pengelolaan
Forum SKPD, Banda Aceh: Kerjasama BKPP Aceh dan The World Bank.
Wahjudin Sumpeno, (2010) Panduan Penyusunan RPJM Desa Berbasis Perdamaian,
Banda Aceh: The World Bank.
Wahjudin Sumpeno, (2001) Perencanaan Desa Terpadu, Banda Aceh: Read Indonesia.