Wonosobo
Dalam penjelasan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa disebutkan bahwa Desa yang memiliki hak asal
usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berperan mewujudkan
cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu
dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat
menciptakan landasan yang kukuh dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju
masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Salah satu tujuan ditetapkannya UU Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa adalah memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan. Asumsi yang
mendasarinya adalah bahwa Desa lebih mengetahui potensi dan aspirasi yang dimilikinya, sehingga
diharapkan produk kebijakan yang ditetapkan Desa sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakyat
setempat.
Salah satu kunci keberhasilan pembangunan Desa adalah adanya dokumen perencanaan Desa
yang baik. Perencanaan pembangunan Desa disusun secara berjangka, sebagai berikut :
a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun; dan
b. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa,
merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 1
(satu) tahun.
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 4 Tahun 2008 tentang Perencanaan Pembangunan
Desa telah ditetapkan bahwa jangka waktu RPJMDesa mengikuti jangka waktu RPJMD Kabupaten
Wonosobo. Dikarenakan RPJMD Kabupaten Wonosobo jangka waktunya berakhir tahun 2015 maka
RPJMDesa juga berakhir pada tahun yang sama. Dengan demikian maka 236 Desa di Kabupaten
Wonosobo perlu segera menyusun RPJMDesa Transisi sampai dengan berakhirnya masa jabatan Kepala
Desa. Penyusunan RPJMDesa Transisi menjadi sangat penting, mengingat Pemerintah Kabupaten
Wonosobo akan menggunakan pendekatan Asset Based Community Development (ABCD). Hal ini merujuk
pada esensi community based development yang memposisikan masyarakat sebagai subyek
pembangunan, sehingga mereka akan lebih bertanggungjawab untuk mendukung, memelihara, dan
meningkatkan hasil-hasil pembangunan secara berkesinambungan untuk kemaslahatan mereka bersama.
Dengan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan akan dapat
meningkatkan self-reliance yang dibutuhkan demi akselerasi program-program pembangunan (Bryant C. &
White, L.G., 1987). Masyarakat yang sudah diberdayakan ini pada akhirnya akan tumbuh menjadi lebih
kreatif dan mandiri, sehingga negara akan menjadi maju. Sebagaimana di negara-negara maju, disana
peran entrepreneur society nya (masyarakat wirausaha dan mandiri) sangat menonjol (Tjokroamidjojo,
1990).
Agar penyusunan RPJMDesa dengan pendekatan Asset Based Community Development (ABCD) dapat terwujud
dengan baik maka para pihak yang akan terlibat dalam penyusunan RPJMDesa Tahun 2015 perlu diberi
pemahaman yang utuh mengeni pendekatan Asset Based Community Development (ABCD).
Semoga siapa saja yang membaca buku ini, baik pihak Kabupaten, Kecamatan, dan Desa, maupun para pihak
yang peduli dengan Desa, akan semakin memahami konsep RPJMDesa dengan pendekatan Asset Based
Community Development (ABCD).
Sekretaris Daerah
u.b.
Asisten Pemerintahan
Implementasi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa) telah memasuki
tahun kedua. Pelbagai upaya dilakukan oleh banyak pihak untuk merayakan kelahiran UU Desa
yang dinilai sebagai titik tolak pembaharuan pembangunan di tingkat desa. Melalui asas rekognisi
dan subsidiaritas, peran desa bergeser dari objek menjadi subjek pembangunan. Melalui
kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa, desa diharapkan
menjadi pelaku aktif dalam pembangunan dengan memperhatikan dan mengapresiasi keunikan
serta kebutuhan pada lingkup masing-masing. Desa yang kini tidak lagi menjadi sub-
pemerintahan kabupaten berubah menjadi pemerintahan masyarakat. Prinsip desentralisasi dan
residualitas yang berlaku pada paradigma lama melalui Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004,
digantikan oleh prinsip rekognisi dan subsidiaritas. Kedua prinsip ini memberikan mandat
sekaligus kewenangan terbatas dan strategis kepada desa untuk mengatur serta mengurus
urusan desa itu sendiri. Membumikan makna desa sebagai subjek paska UU Desa bukanlah
sesuatu yang mudah dilakukan.
Pelbagai ujicoba dilakukan oleh elemen pemerintah dan masyarakat sipil untuk dapat
menggerakkan desa agar benar-benar menjadi subjek pembangunan. Berbagai praktik dan
pembelajaran telah muncul sebagai bagian dari upaya menggerakkan desa menjadi subjek
pembangunan seutuhnya. Idiom subjek tidak bermakna pemerintahan desa semata, melainkan
juga bermakna masyarakat. Desa dalam kerangka UU Desa adalah kesatuan antara pemerintahan
desa dan masyarakat yang terjawantah sebagai masyarakat pemerintahan (self governing
community) sekaligus pemerintahan lokal desa (local self government).Pemaknaan atas subjek
tersebut masih kerap ada dalam situasi yang problematis akibat kuatnya cara pandang lama
tentang desa di kalangan pemerintahan desa dan masyarakat. Pada pemerintahan desa,
anggapan bahwa desa semata direpresentasikan oleh kepala desa (Kades) dan perangkat masih
kuat bercokol. Hal ini berimplikasi minimnya ruang partisipasi yang dibuka untuk masyarakat agar
dapat berperan dalam pembangunan desa. Sebaliknya, masyarakat masih bersikap tidak peduli
atas ruang “menjadi subjek” yang sebenarnya telah terbuka luas. Perencanaan menjadi salah satu
indikator eksistensi desa sebagai subjek secara utuh. Praktik penekanan program dan isi Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) oleh supra desa masih kerap ditemukan paska
pengundangan UU Desa. Hal tersebut, sekali lagi mengganggu upaya untuk meneguhkan desa
sebagai subjek. Selain itu, perencanaan desa masih kerap dinilai sebatas sebagai teknis
penyusunan dokumen. Pemeriksaan dan evaluasi atas rancangan dokumen RPJMDesa pun masih
kerap berkutat pada hal teknis dan tidak pada substansi rencana pembangunan itu
sendiri.Terdapat dua isu besar dalam perencanaan di tingkat desa yaitu paradigma dan partisipasi.
Cara pandang lama dalam perencanaan mengedepankan analisis dan fokus pada penyelesaian
masalah. Proses inventarisasi masalah dan perumusan solusi menjadi pendekatan yang umum
dilakukan dalam perencanaan. Pembangunan dimaknai sebagai upaya untuk mengatasi masalah-
masalah yang ada dan berkembang di tingkat desa. Hal tersebut menyebabkan pembangunan
bersifat tidak menyeluruh dan tidak berorientasi pada upaya menggerakkan masyarakat.
Pendekatan berbasis defisit ini awam digunakan dalam perencanaan desa, penyusunan RJMDesa
hingga Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKPDesa). Paradigma lama menyisakan persoalan
keterbatasan ruang pembangunan akibat orientasi yang melulu tertuju pada penyelesaian
Melalui perencanaan apresiatif, aktor pembangunan akan menjadi lebih luas terdefinisikan dan
tidak terbatas pada pemerintahan desa. Melalui proses identifikasi aktor, apresiasi kewenangan,
pemetaan aset desa, pemetaan kesejahteraan dan upaya menemukan kunci-kunci penggerak
pembangunan desa akan dilakukan. Pendekatan ini tidak semata menggerakkan pemerintahan
desa, tetapi juga masyarakat. Pendekatan ini sekaligus menjadi jawaban atas persoalan kedua
perencanaan desa: partisipasi. Dengan demikian, pemerintahan desa dan masyarakat kian rinci
mengenali desa sendiri.Perencanaan apresiatif desa sebagai metode, juga memperkuat desa
dari sisi ketersediaan data. Istilah mengenal desa sendiri lekat pada metode ini. Desa melalui
praktik-praktik apresiasi aktor, pemetaan aset, pemetaan kesejahteraan dan pemetaan
kewenangan melakukan proses pendokumentasian ketat dengan sekian prosedur verifikasi yang
kian meningkatkan partisipasi sejak data pembangunan dirumuskan.
Buku ini menjadi salah satu sekuel dari rangkaian buku yang disusun oleh Tim Infest Yogyakarta
sebagai bagian dari upaya merayakan UU Desa dan mendorong desa menjadi subjek
pembangunan. Buku ini mencoba memperkenalkan pendekatan Perencanaan Apresiatif Desa
sebagai upaya mengenal desa sendiri (MDS) guna merinci dan merumuskan rencana
pembangunan desa yang lebih baik. Terima kasih kami sampaikan kepada tim penulis yang telah
menyelesaikan penulisan buku ini. Juga tak lupa kepada jajaran Pemerintahan Kabupaten
Wonosobo yang telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menjadi rekan belajar guna
mewujudkan desa yang kian berdaulat sebagai subjek pembangunan. Begitu pun, buku ini kian
lengkap dengan banyaknya masukan dari desa-desa yang tengah berproses bersama
mematangkan konsep perencanaan apresiatif ini di Wonosobo, Malang (Jawa Timur), Takalar
(Sulawesi Selatan), dan Musi Banyuasin (Sumatera Selatan). Untuk Desa dan Indonesia,
pengetahuan ini kami persembahkan.
5 Paradigma Baru Paradigma Baru Menjelaskan paradigma Ceramah; LCD proyektor 120 Menit
Perencanaan Pengaturan Tentang Desa; baru perencanaan Diskusi dan Kertas plano
Pembangunan Desa Kewenangan Desa; pembangunan desa dalam Brainstorming; Metaplan
(dari Problem Based Sistem Perencanaan kerangka UU No. 6 Spidol
ke Appreciative Pembangunan Desa; Tahun 2014 Tentang Desa. Selotip
Based) Mendorong peserta Papan Flipchar
mampu menjelaskan Gunting
perubahan sistem Post It
Bahan tayang
perencanaan
Bahan Bacaan
pembangunan desa.
Mengenal Asas dan
Kewenangan Desa;
Dari Defisit Based ke
Apresiatif Based
vii
Apresiatif Aset Desa dalam Pembangunan pentingnya pendekatan Penugasan Kertas plano
Desa (strength based apresiatif dalam kelompok; Metaplan
approach) perencanaan Presentasi hasil Spidol
Pembuatan Peta Aset Desa pembangunan desa; penugasan Selotip
7 Membangun Mengenal dan Praktik Peserta mampu Ceramah; LCD proyektor 120 Menit
Mimpi Desa Mengisi Papan Masa merumuskan visi-misi Penugasan Kertas plano
Depan Desa desa (mempertemukan kelompok; Metaplan
Merumuskan rencana visi-mis kepala desa Presentasi hasil Spidol
strategis/langkah terpilih dengan mimpi penugasan Selotip
strategis mencapai masyarakat atas kelompok. Papan Flipchar
masa depan desa. desanya di masa Gunting
mendatang); Post It
Peserta memiliki Media Pembelajaran:
kemampuan untuk Bahan tayang, Foto,
mengartikulasikan Papan Masa Depan,
mimpinya ke dalam Matrik untuk
kerangka kebijakan Merumuskan Visi dan
dokumen perencanaan Misi Desa,Lembar
desa (RPJMDesa) Matrik Visi dan
Misi Desa
Bahan Bacaan
Indonesia Sehat ala
Desa di Malang”.
8 Menyusun Strategi Merumuskan rencana Peserta memiliki Ceramah; LCD proyektor 120 Menit
Pengembangan Aset strategis/langkah kemampuan merancang Penugasan kelompok; Kertas plano
dan Potensi Aset Desa strategis mencapai logika alur pengembangan Presentasi hasil Metaplan
masa depan desa. aset dan potensi aset desa; penugasan kelompok. Spidol
Peserta memiliki Selotip
kemampuan untuk Papan Flipchar
merumuskan rancangan Gunting
strategi pengembangan Post It
aset dan potensi aset desa; Media Pembelajaran:
Bahan tayang,
Lembar Tugas,
Matrik Strategi
Pengembangan Aset
dan Potensi Aset Desa,
Gagasan Cita-Cita
Masa Depan Desa
Dari Kelompok
Marginal Di Desa,
Matrik Program Dan
KegiatanMatrik
Penyelarasan Program
Dan Kegiatan Desa
dengan Prioritas
Kabupaten RPJMDesa,
Bahan bacaan:
“BCA Kembangkan
Ekonomi Desa Wisata
Bleberan Gunungkidul”
dan “Mengintip
Eksotisme Wisata di
Desa Bleberan”
320 Menit
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Kurikulum v
Agenda 1 : Membangun Citra Diri Berdesa 1
Pengantar 1
Proses Fasilitasi 3
Bahan Tayang
1.1 Model “Jendela Desa” 3
1.2 Lembar Matrik “Jendela Desa” 4
Bahan Bacaan
“Desa dan Harapan Pembangunan Pasca 2015” 5
Agenda 2 : Paradigma Baru Perencanaan Pembangunan Desa (dari Problem Based
ke Appreciative Based) 7
Pengantar
Pendekatan Strength-Based Approach (SBA) 8
Pendekatan Masalah/Deficit Based Thinking (DBT) vs Pendekatan Aset/Asset
Based Thingking (ABT) 9
Proses Fasilitasi 10
Bahan Tayang 11
2.1 Perspektif Desa Lama vs Desa Baru 11
2.2 Perbedaan Konsep “Membangun Desa dan “Desa Membangun” 12
2.3 Perencanaan Pembangunan Desa 13
2.4 Peta Jalan Pengelolaaan Dana Desa 14
Bahan Bacaan
“Mengenal Asas dan Kewenangan Desa” 15
“Dari Defisit Based ke Apresiatif Based” 19
Agenda 3: Pemetaan Apresiatif Aset Desa 21
Pengantar
Proses Fasilitasi .22 22
3.1 Mengisi Matrik Pemetaan Aset Desa 22
3.2 Membuat Sketsa Peta Aset Desa 23
Lembar Kerja
3.3 Lembar Matrik Pemetaan Aset Desa 24
3.4 Lembar Matrik Identifikasi Aset Berdasarkan Letak dan Kepemilikan 25
Bahan Bacaan
“Verifikasi Dokumen Pemetaan Apresiatif Desa Gondang Wonosobo” 26
Agenda 4 : Desa Punya Mimpi, Mengapa Tidak?.28 28
Pengantar
Proses Fasilitasi 29
4.1 Berimajinasi tentang Mimpi 29
4.2 Merumuskan Mimpi menjadi Visi Desa 30
4.3 Lembar Kerja
4.3 Papan Masa Depan 30
4.4 Lembar Matrik untuk Merumuskan Visi dan Misi Desa 31
4.5 Lembar Matrik Visi dan Misi Desa 31
Bahan Bacaan
“Indonesia Sehat Ala Desa di Malang” 32
Pengantar
Dalam sebuah pelatihan sekolah desa yang fakta lokal yang ada. Dampak ikutannya,
diselenggarakan INFEST di Kabupaten Banjarnegara penyelenggaraan program-program pemerintah
(8-9 Mei 2015) terungkap bahwa RPJMDes Desa yang masuk ke desa, khususnya program-program
Jatilawang, Desa Gumelem Kulon dan Desa sosial penanggulangan kemiskinan, tidak tepat
Gentansari tidak memiliki kepekaan terhadap warga sasaran. Deviasi data statistik tersebut pada
berkebutuhan khusus (difabel). Hal tersebut akhirnya memicu munculnya prakarsa lokal untuk
terungkap dari tidak adanya data dan program- membuat data kemiskinan berasis indikator lokal
program desa yang berorientasi pada pemenuhan yang dirumuskan sendiri oleh masyarakat.
hak kaum difabel. Padahal setelah diidentifikasi Sayangnya, data-data kemiskinan berbasis indikator
bersama-sama, akhirnya diketahui di ketiga desa lokal tersebut belum mendapat tempat dalam
tersebut benar-benar ada warga yang hidup dalam sistem pendataan kemiskinan yang diselenggarakan
kebutuhan khusus, seperti tuna daksa, tuna rungu, BPS. Terlebih mendapat pengakuan pemerintah
tuna wicara maupun kebutaan. supradesa.
Tidak adanya data dan program untuk kelompok Dalam kacamata BPS, melihat rumah orang desa
difabel tersebut menjadi peringatan bagi kita yang yang terbuat dari kayu berkualitas rendahan,
dianugerahi kesempurnaan ragawi. RPJMDes lantainya tidak disemen, dan berpendapatan kurang
sebagai dokumen perencanaan pembangunan dari Rp20.000 per hari akan disimpulkan sebagai
seolah-olah menjadi milik mereka warga desa yang masyarakat desa kategori miskin. Namun bagi orang
memiliki kesempurnaan fisik. Jika benar demikian, desa sendiri, kehidupan seperti itu belum tentu
maka sesungguhnya ada yang missing dalam mereka terima sebagai kondisi miskin. Sebagian
kesadaran kita sebagai warga desa. Padahal setiap besar masyarakat di desa-desa pedalaman
warga desa memiliki kedudukan sama baik untuk Kalimantan memiliki rumah tang terbuat dari kayu
berpartisipasi dalam proses pembangunan desa dan tidak berlantai. Demikian pula di desa-desa di
maupun mendapatkan layanan serta merasakan pedalaman Musi Banyuasin Sumatera Selatan.
manfaat pembangunan. Kemanakah kepekaan kita? Meski demikian mereka tetap bisa melangsungkan
Mengapa kita sampai tidak mengenal tetangga kita kehidupan mereka dengan penuh keceriaan dan
sendiri yang berkebutuhan khusus. Padahal, banyak kebahagiaan. Memang, harus diakui juga, pada
kanal musyawarah perencanaan pembangunan kondisi dan konteks tertentu, indikator kemiskinan
desa, namun keterlibatan kita didalamnya kurang yang digunakan BPS untuk mengukur kesehateraan
memberi makna pada saudara-saudara kita yang rumah tangga ada kecocokan. Lalu timbul
secara fisik menyandang kecacatan. pertanyaan, kalau begitu teori siapa yang lebih
mendekati fakta, data yang dikeluarkan BPS kah,
Cerita lain bukti kelemahan kita mengenal lebih atau pengetahuan masyarakat desa?.
dekat pada desa tempat kita tinggal adalah polemik
tidak akurat data statistik tentang ketimpangan dan Terlepas dari pro dan kontra tentang indikator
kemiskinan dengan kondisi desa senyatanya. BPS, kemiskinan atau kesejahteraan di atas, salah satu
setiap tahun mengeluarkan data tentang kemiskinan kekuatan yang dimiliki masyarakat desa hingga
pedesaan. Dengan menerapkan 14 indikator mampu bertahan hidup bertahun-tahun adalah
kemiskinan, ternyata BPS tidak berhasil menyajikan kemampuannya membaca dirinya sendiri. Dengan
capaian survei maupun sensus yang sesuai dengan kata lain, orang desa lebih tahu tentang dirinya dari
Tujuan Fasilitasi
Mendorong kemampuan peserta mengemukakan sejauh mana peserta
mengenal desanya.
Mendekatkan rasa kepemilikan, kepedulian, kesadaran peserta pada Desa
untuk berkiprah (bermensipasi dan berpartisipasi) membangun desa.
Mendorong kemampuan peserta untuk saling mengetahui dan
mendeskripsikan penguasaan pengetahuan mereka terhadap desa.
Metode Fasilitasi
Ceramah;
Penugasan individu;
Presentasi hasil penugasan.
Waktu
90 menit
Media Fasilitasi
Gambar model “Matrik Jendela Desa”.
Bahan Bacaan
“Desa dan Harapan Pembangunan Pasca 2015”
1. Tim penyusunan RPJMDesa memberikan 9. Setelah itu mintalah kepada peserta untuk
pengantar tentang maksud dan tujuan sesi ini. menyampaikan jawabanya kepada forum dan
2. Pada awal sesi ini proses pembelajaran lebih menempelkannya di kertas plano yang telah
ditekankan pada tujuan pemahaman peserta diberi gambar “pintu desa”;
pada dirinya sebagai warga dan pengetahuannya 10. Setelah seluruh jawaban terkupul dan masing-
tentang desa di mana peserta tinggal/hidup di masing peserta menyatakan hasil jawabannya,
dalamnya. tariklah pembelajaran berharga atau refleksi atas
3. PelatihTim penyusunan RPJMDesa dapat jawaban peserta sebagaimana terpajang pada
menggunakan media pembelajaran yang media alat bantu “pintu desa” tersebut. (jika
sekiranya menginformasikan tentang Desa dari waktu masih memadai, model refleksi atau
berbagai sudut pandang, baik dengan media penarikan pembelajaran bisa dilakukan dengan
pembelajaran berbentuk audio visual seperti film, cara diskusi curah pendapat atau brainstorming).
rekaman siara berita radio tentang desa ataupun
alat bantu tertulis seperti berita Koran, artikel
yang bisa di dapatkan di berbagai jenis media
masa. Bahan Tayang
4. Ajaklah peserta untuk menyimak, membaca atau
mencermati informasi yang tersampaikan dari
media pembalajaran tersebut. Model “Jendela Desa*”
5. Setaleh itu mintai pendapat peserta terkait
dengan informasi/materi yang tersaji dari media Pada hakikatnya, kita adalah duta bagi desa kita
pembelajaran yang telah disampaikan. masing-masing. Orang lain atau pihak lain mungkin
6. Sembari menyiapkan meta plan, ajaklah peserta suatu saat akan bertandang ke desa kita karena
untuk merefleksikan tingkat pengetahuan dan informasi dari kita. Baik buruknya performa desa kita
pemahaman peserta atas substansi yang juga tergantung pada kuasa pengetahuan serta
diterima pada desa mereka. Ajukan pertanyaan- pengalaman kita atas desa sebagai tumpah darah
pertanyaan berikut ini kepada peserta yang kita. Misalnya, benarkah sebagai warga desa kita
diturunkan dari model “jendela Desa” di bawah tahu berapa total dana pembangunan yang dikelola
ini: pemerintah desa? jangan-jangan orang lain lebih
a. Apa yang saya tahu tentang desa saya dan tahu tentang itu.
ingin rasanya saya nyatakan atau kabarkan
kepada orang lain? Mungkin kita tahu kalau tetangga sebelah kita
b. Apa yang saya tahu tentang desa saya tapi sedang kelaparan, atau kesulitan membayarkan SPP
saya sembunyikan dari pengetahuan orang untuk anaknya yang sedang sekolah. Meski kita tahu,
lain? ternyata pemerintah desa tidak mengetahuinya.
c. Apa yang tidak saya tahu tentang desa saya Karenanya, pengetahuan tentang desa menjadi salah
tapi orang lain malah mengetahuinya? satu kunci utama membangun kepekaan dan
d. Apa yang tidak saya tahu tentang desa saya kepedulian membangun desa.
dan orang lain juga tidak tahu?
7. Berilah peserta empat lembar kertas meta plan Berikut ini bahan tayang tentang Model “Jendela
berbeda warna. Bubuhkanlah tanda (misalnya Desa” sebagaimana dimaksud di atas.
berupa abjad/nomor) sebagai tanda hubungan
warna kertas dengan jenis pertanyaan di atas.
8. Berikanlah waktu (misalnya 15 menit) dan tugas
kepada peserta pelatihan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan di atas.
C D
Yang orang lain Apa yang saya tahu tentang desa saya Apa yang tidak saya tahu tentang desa
tidak ketahui tapi saya sembunyikan dari pengetahuan saya dan orang lain juga tidak tahu?
orang lain?
Diadaptasi dari “The Johari Window Model” dalam Krogerus, Mikael and Roman Tschappeler. 2008.
The Decision Book Fifty Models for Strategic Thinking. London: Profile Books LTD.
Bahan Tayang
September 2010 lalu, 189 pemimpin negara di dunia tingkat pendapatan antarwarganya. Kue pendapatan
menghadiri sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa nasional yang seharusnya menjadi sumber
(PBB) dan menandatangani 8 kesepakatan kesejahteraan warga miskin, sebanyak 48,42
pembangunan internasional yang disebut dengan persennya malah dikuasai oleh penduduk terkaya
Millennium Development Goals (MDGs). Ke 189 yang hanya berjumlah 20 persen. Tapi warga miskin
pemimpin negara tersebut ingin menjadikan MDGs yang jumlahnya mencapai 40 persen dari jumlah
sebagai alat untuk menciptakan kesejahteraan penduduk Indonesia hanya menikmati 16,85 persen
masyarakat dunia. Pembangunan manusia kemudian dari pendapatan nasional (Santono, 2013).
menjadi fokus utama pembangunannya. Tahun 2015
kemudian dipatok sebagai batas akhir pencapaian Dilihat dari segi dukungan anggaran pemerintah
kesejahteraan tersebut. Indonesia terhadap tujuan MDGs, khususnya untuk
penanggulangan dan pengurangan kemiskinan
Ada delapan bidang pembangunan yang disasar menunjukkan dukungan yang tinggi. Hal ini
MDGs yang harus dilakukan setiap negara jika ingin ditunjukkan dengan jumlah anggaran yang selalu
rakyatnya sejahtera pada tahun 2015 yaitu, meningkat setiap tahunnya. Akan tetapi tingginya
menurunkan kemiskinan dan kelaparan, dukungan anggaran tersebut belum diikuti oleh
mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, tingkat penurunan angka kemiskinan nasional secara
mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan berarti. Berdasarkan laporan Kemenkokesra (2013)
perempuan, menurunkan angka kematian anak, sebagaimana dapat disimak pada gambar di atas,
meningkatkan kesehatan ibu hamil, memerangi dapat diketahui bahwa tren peningkatan anggaran
HIV/AIDS, memastikan kelestarian lingkungan dan untuk program penanggulangan kemiskinan
mengembangkan kemitraan pembangunan global. meningkat sekitar 200 persen selama satu dasawarsa
Lagi-lagi semua indikator capaian baik yang bersifat terakhir namun tingkat kemiskinan hanya menurun
kuantitatif maupun kualitatif harus mampu sekitar 2 persen. Anomali kebijakan ini tentu menarik
dilabuhkan pada tahun 2015. untuk dianalisis, dievaluasi dan direfleksikan kembali
sebagai dasar perumusan kebijakan program
Lalu, bagaimana dengan prestasi pemerintah penanggulangan kemiskinan paska 2015.
Indonesia. Berhasilkah mencapai target-target
pembangunan millennium tersebut. Dari sudut
pencapaian internasional, menurut laporan PBB Pembelanjaan anggaran pusat ke daerah untuk
tahun 2013 tentang MDGs menyatakan tingkat pencapaian MDGs pada umumnya terus meningkat,
kemiskinan ekstreem global menurun setengahnya tapi belum berkorelasi secara positif terhadap
dari 47 persen pada 1990 menjadi 22 persen pada capaian MDGs itu sendiri. Bagi provinsi Papua
2010. Sayangnya, penurunan tingkat kemiskinan contohnya, sumber pendapatan terbesar berasal dari
tersebut tidak berarti merata di semua negara Dana Otsus, sementara di tingkat kabupaten/kota,
penandatangan kesepakatan MDGs. Termasuk tidak Dana Perimbangan masih dominan sebagai sumber
merata pada tingkat wilayah dan kelompok sosial di penerimaannya. Fokus pembelanjaan anggaran di
dalamnya. Bahkan, di antara negara-negara anggota provinsi Papua salah satunya dititikberatkan pada
PBB sendiri terdapat celah ketimpangan dalam sektor pendidikan yakni peningkatan kualitas dan
kualitas pembangunan dan kemiskinan. Lima persen cakupan layanan pendidikan. Target capaian
penduduk termiskin di Amerika malah indikator pendidikan dalam RPJMD 2013-2018 yang
berpendapatan 35 kali lebih banyak dari pada meliputi angka melek huruf (AMH), rata-rata lama
penduduk termiskin di Zambia, setelah disesuaikan sekolah (RLS) belum disertai dengan target capaian
dengan harga relatif (Milanovic, 2011). Di Indonesia angka partisipasi murni (APM) yang memadai.
ketimpangan sosial dapat disimak dari perbedaan
Pengantar
Pelaksanaan Undang-Undang No.6 Tahun 2014 sedikit pemerintah desa yang mengeluh karena
Tentang Desa hendak memasuki tahun kedua sejak daftar usulan program prioritas dalam RKP Desa
ditetapkan dan diundangkan 2014 lalu. Tantang pada akhirnya terbengkelai menjadi daftar usulan
sejatinya kemudian adalah bagaimana membumikan saja. Meski telah berkali-kali diperjuangkan melalui
sehingga publik memahami substansi perubahan forum Musrenbangcam, forum SKPD dan
pengaturan tentang desa dari aturan-aturan Musrenbangkab, usulan program prioritas dari desa
sebelumnya. Sistem perencanaan dan penganggaran selalu kandas karena kuatnya kepentingan pihak di
pembangunan desa adalah salah satu pokok bahasan luar desa dalam mempengaruhi proses pengambilan
dalam UU Desa yang disempurnakan dari model keputusan perencanaan pembangunan daerah.
pengaturan sistem perencanaan pembangunan yang Bukan hanya dipengaruhi kepentingan SKPD tapi
diatur dalam UU sebelumnya. Sebelum Undang- juga kepentingan anggota DPRD. Melalui forum
Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa lahir, jaring asmara, setiap anggota DPRD berpeluang
pemerintah telah mengenalkan perencanaan menghimpun usulan konstituennya dan
pembangunan. Hal tersebut dapat diketahui di UU mengangkatnya menjadi program pembangunan
No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah daerah. Potong kompas menjadi pilihan cara bagi
khususnya pada Bab VIII pasal 150 s/d 154. anggota DPRD agar usulan proposalnya dapat
Sayangnya, pengaturan tentang perencanaan terakomodasi ke dalam dokumen perencanaan
pembangunan desa sama sekali tidak disinggung pembangunan daerah. Pada akhirnya, kue APBD
oleh UU No. 32 Tahun 2004 tersebut. Kewajiban desa lebih banyak terserap untuk membiayai program-
membuat perencanaan pembangunan dipertegas program daerah. Kalau toh ada proyek
melalui PP No. 72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan pembangunan di desa, desa hanya menjadi lokus
Desa sebagai regulasi teknis turunan dari UU No. 32 proyek saja, bukan pelaksana apalagi penanggung
Tahun 2004. jawab proyek.
Metode Fasilitasi
Ceramah;
Diskusi dan Brainstorming;
Waktu
90 menit
Media Fasilitasi
Bahan tayang dan bahan bacaan
Bahan Bacaan
Mengenal Asas dan Kewenangan Desa;
Dari Defisit Based ke Apresiatif Based
Proses Fasilitasi
Beberapa poin penting yang perlu disajikan antara
1. Untuk mengawali sesi ini, Tim Penyusun
lain:
RPJMDesa menyampaikan tujuan materi tentang
a. Paradigma baru dan lama tentang pengaturan
paradigma baru perencanaan pembangunan
desa;
desa.
b. Kedudukan Desa;
2. Sesi ini bisa diawali dengan melontarkan
c. Kewenangan Desa;
pertanyaan atau pendapat peserta tentang
d. Tata baru perencanaan pembangunan Desa
pengelaman mereka mengikuti forum-forum
(Dari Problem Based ke Asset Based);
perencanaan pembangunan, mulai dari
e. Tata Kelola Dana Desa sebagai rekognisi
musyawarah perencanaan dusun, musyawarah
negara kepada Desa.
perencanaan pembangunan desa
5. Setelah itu buka termin tanya jawab atau refleksi
(musrenbangdes), musrenbangcam, forum SKPD
atas materi yang telah disampaikan. Mintalah
dan musrenbangkab.
tanggapan peserta.
3. Tulis pendapat peserta di kertas plano.
6. Di akhir sesi Tim Penyusun RPJMDesa menarik
4. Selanjutnya, paparkan bahan presentasi tentang
pembelajaran berharga atas proses diskusi
paradigma baru perencanaan pembangunan Desa
sepanjang proses sesi tentang paradigma baru
menggunakan LCD yang telah disediakan.
perencanaan pembangunan desa.
Politik tempat Lokasi: Desa sebagai lokasi Arena: Desa sebagai arena bagi orang
proyek dari atas desa untuk menyelenggarakan
pemerintahan, pembangunan,
pemberdayaan dan kemasyarakatan
Pendekatan dan Imposisi dan mutilasi sektoral Fasilitasi, emansipasi dan konsolidasi
tindakan
Sumber: Eko, Sutoro, Borni Kurniawan, et,. al,. 2013. Desa Membangun Indonesia. Yogyakarta: FPPD-
ACCESS Tahap II.
Isu dan konsep- Rural-urban linkage, market, Kemandirian, kearifan lokal, modal
konsep terkait pertumbuhan, lapangan sosial, demokrasi, partisipasi,
pekerjaan, infrastruktur, kawasan, kewenangan, alokasi dana, gerakan
sektoral, dll. lokal, pemberdayaan, dll.
Level, skala dan Kawasan ruang dan ekonomi yang Dalam jangkauan skala dan yurisdiksi
cakupan lintas desa. desa
Peran desa Berpartisipasi dalam perencanaan Sebagai aktor (subyek) utama yang
dan pengambilan keputusan merencanakan, membiayai dan
melaksanakan
KEWENANGAN BERDASAR
HAK ASAL USUL
PERBUB/PERWALIKOTA,
KEWENANGAN LOKAL PERDES
PROFIL BERSKALA DESA
DESA
POTRET DESA MASALAH POTENSI
Rancangan RPJMDesa
MUSRENBANGDES BPD,
Kades
RPJMDesa (6 Tahun) PERDES
Dana Desa:
Dana Desa:
Roadmap Dana Desa Rp.80.556,27 M
Rp.95.366,49 M
ADD:
ADD: Rp.63.849,42 M
Dana Desa: Rp.60.445,20 M Bagi Hasil PDRT:
Rp.43.854,52 M Bagi Hasil PDRT: RP.24.640,47
ADD: RP.22.617,67
Dana Desa: Rata-rata perdesa:
Rp.54.882,03 M Rata-rata perdesa:
Rp.47.645,25 M Rp.2.383,46 jt
Bagi Hasil PDRT: Rp.2.243,22 jt
ADD:
RP.20.594,88
Rp.50.291,90 M
Rata-rata perdesa:
Bagi Hasil PDRT:
Dana Desa: Rp.2.047,21 jt
RP.18.575,09
Rp.20.076 M
Rata-rata perdesa:
ADD:
Rp.1.579,37 jt
Rp.48.058,04 M
Bagi Hasil PDRT:
RP.16.549,29
Rata-rata perdesa:
Rp.1.010,00 jt
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa (UU dengan masyarakat. Karenanya, desa pada
Desa) mengakui (rekognisi) desa dari aspek hakikatnya adalah pelayan yang menghadirkan
kedudukan, kelembagaan dan prakarsa desa. Dari fungsi negara kepada masyarakat desa. Dari segi
aspek kedudukan, desa bukan lagi sub pemerintah prakarsa, UU ini memberi ruang emansipasi dan
kabupaten. Dalam kerangka UU Desa, Desa partisipasi masyarakat tidak hanya untuk bersuara
ditempatkan sebagai organisasi campuran (hybrid) dan menggagas arah kebijakan pembangunan tapi
yang terdiri dari masyarakat berpemerintahan (self terlibat dalam pelaksanaan maupun mengevaluasi
governing community) dan pemerintah lokal (local kebijakan desa. Selain memberikan pengakuan, UU
self government). Artinya, representasi desa itu Desa menetapkan asas subsidiaritas yang berarti
bukan sekadar pemerintah desa yang terdiri dari bahwa negara memberikan kewenangan kepada
kepala desa dan perangkat desa. Tapi ada desa untuk menentukan mengurus rumah tangga
masyarakat juga yang hidup berdampingan baik sendiri. Artinya, desa wenang untuk memetakan
secara kewilayahan maupun sebagai kesatuan masalah dan kebutuhan masyarakat lalu
hukum. Secara kelembagaan Desa dapat dimaknai merumuskanya menjadi rencana pembangunan
sebagai organisasi lokal yang bersentuhan langsung desa, sampai dengan pengambilan keputusan dan
penyelesaian sengketa di desa.
Asas UU Desa
Rekognisi Subsidiaritas
Kewenangan Berdasarkan
Hak Asal Usul Kewenangan Lokal
Berskala Desa
1. Pelayanan dasar Posyandu, penyediaan air bersih, PAUD, sanggar belajar, seni
budaya, perpustakaan desa, dll.
2. Sarana dan prasarana Jalan desa, jalan usaha tani, embung desa, rumah ibadah,
sanitasi lingkungan, balai rakyat, irigasi tersier, lapangan
desa, taman desa, dll.
3. Pengembangan ekonomi Pasar desa, usaha kecil berbasis desa, keramba ikan, lumbung
lokal pangan, benih, ternak kolektif, energi mandiri, buah dan sayur
mayur, BUM Desa, tambatan perahu, wisata desa, dll.
4. SDA dan lingkungan Hutan dan kebun rakyat, hutan bakau, pengelolaan sampah,
dll.
Untuk menangkal praktik pasar proyek pembangunan di desa, UU No. 6 Tahun 2014
pada pasal 79 ayat (4) menegaskan bahwa Peraturan Desa tentang RPJM Desa dan
RKP Desa sebagai produk (output) perencanaan menjadi satu-satunya dokumen
perencanaan di desa. Pihak lain di luar pemerintah desa yang hendak menawarkan
kerjasama ataupun memberikan bantuan program pembangunan harus
mempedomani kedua produk perencanaan desa tersebut. Pasal tersebut menyimpan
harapan bahwa di masa mendatang, desa tidak lagi menjadi obyek atau hanya
menjadi lokasi proyek dari atas tapi menjadi subyek dan arena bagi orang desa
menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan dan
kemasyarakatan. Dengan kata lain, desa membangun bukan membangun desa.
Pada pasal 78 ayat (92) UU No. 6 Tahun 2014 disebutkan bahwa pembangunan desa
Apa hubungannya antara RPJMD Kabupaten dengan bersangkutan. Jika usulan program secara substansi
RPJM Desa, RKP Desa dan APB Desa? Sebagaimana dan mungkin secara plafon anggaran berada dalam
telah diatur pada pasal 79 UU Desa, maka antara kewenangan desa, maka cukuplah ia menjadi
RPJM Desa dan RPJMD Kabupaten haruslah program/kegiatan yang nanti akan dibiayai melalui
terkoneksi atau bersesuaian satu sama lain. Dalam skema Dana Desa (DD) maupun Alokasi Dana Desa
arti RPJM Desa harus mengacu pada program (ADD). Tapi kalau level cakupannya adalah
prioritas dan visi misi daerah, RPJMD Kabupaten juga kabupaten, maka hendaknya dibawa ke level
harus mau menjadikan RPJM Desa sebagai acuan perencanaan yang lebih atas yaitu Musrenbangcam
penyusunan RPJMD. Sehingga akan dicapai arah sampai dengan musrenbangkab. Sehingga, kelak
kebijakan pembangunan yang saling mendukung, jika terakomodasi, usulan itu akan menjadi
karena pendekatan dari bawah bertemu dengan arah programnya pemerintah kabupaten yang akan
kebijakan pembangunan yang diinisasi dari atas. dibiayai melalui skema APBD. Berikut ini skema
Dalam kaitan ini, titik temu kesesuaian RPJMDesa hubungan antara RPJMD, RPJM Desa, RKP Desa dan
dan RPJMD pada dasarnya ada pada skup usulan APBDesa.
Perencanaan pembangunan desa dalam cara penelitian yang menyimpulkan bahwa pendapatan
pandang lama selalu menitikberatkan pada analisa masyarakat di desa rendah sehingga anak-anak desa
masalah sebagai cara awal merumuskan tidak mampu mengakses pendidikan tinggi.
program/kegiatan desa. Ada yang menyebut analisa Pendidikan masyarakat desa yang rendah kemudian
masalah dengan metode teknikalisasi masalah. disinyalir menjadi akar masalah kemiskinan di desa.
Teknikalisasi masalah kurang lebih diartikan sebagai
cara mencari dan merumuskan masalah-masalah Bukankah di balik kemiskinan desa, ternyata kita
yang muncul di desa sebagai dasar pengambilan masih menemukan ketangguhan wong-wong deso.
keputusan atas perencanaan program/kegiatan Meski di desa tidak ada sarana-prasaran kesehatan
prioritas pembangunan desa untuk satu periode yang memadai, apalagi modern, ternyata masih ada
tertentu. Teknik ini sering diterapkan dalam warung hidup yang bisa dimanfaatkan untuk
kegiatan-kegiatan seperti musyawarah membuat jamu. Meski tidak mengenyam lembaga
pembangunan desa (Musrenbangdes) penyusunan pendidikan umum, apalagi pendidikan tinggi, tidak
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa sedikit penduduk desa yang hanya belajar di
pesantren ternyata banyak yang berhasil menjadi
(RPJMDesa) dan Rencana Kerja Pemerintah Desa
usahawan desa yang sukses. Misalnya menjadi
(RKP Desa).
juragan kerajinan genteng, pengrajin mebeuler,
Dalam kegiatan musrenbangdes, masyarakat diajak pedagang tembakau sampai dengan pedagang
berbondong-bondong datang dan berani beras. Demikian pula dengan pendapat bahwa
menyampaikan berbagai persoalan hidup di desa. kualitas rumah penduduk desa buruk, ternyata ketika
Lalu pemerintah desa, tepatnya tim penyusun terjadi bencana gempa bumi, justru rumah-rumah di
RPJMDesa dan RKP Desa, mentabulasikannya ke desa terbukti tahan gempa. Ketika kota kehabisan
dalam daftar masalah. Lalu mencari jalan keluarnya stok sembako, justru di desa masih kita dapatkan
dengan membuat daftar rumusan program/kegiatan berbagai jenis bahan makanan.
prioritas. Setelah disepakati, maka daftar masalah
dan rancangan program/kegiatan tersebut
Kita lebih sering melihat sisi kelemahan tapi lupa
didokumentasikan ke dalam naskah kebijakan yang
bahwa di sisi yang lain kita memiliki kekuatan,
disebut RPJMDesa dan RKPDesa.
mempunyai aset berharga yang apabila dioptimalkan
Dengan menerapkan pendekatan masalah, forum maka aset terbut akan berubah jadi energi
musrenbangdes di satu sisi berhasil menggali banyak perubahan. Di sinilah arti penting mengimbangi
keluhan permasalahan desa. Tapi di sisi lain analisa masalah dalam perencanaan pembangunan
melupakan bahwa di balik permasalahan ada desa dengan pendekatan aset. Dengan pendekatan
kekuatan, bahkan ada peluang kemudahan. Banyak aset kita dilatih untuk lebih menghargai kondisi dan
data statistik menjustifikasi bahwa kemiskinan prestasi desa secara positif. Jadi, di sela-sela
tertinggi ada di desa. Rumah kurang sehat, dan masalah, sejatinya masih ada aset baik dalam bentuk
terbuat dari material berkualitas rendah yang fisik maupun non fisik yang perlu diapresiasi, hingga
terbanyak ya ada di desa. Tidak sedikit pula hasil baik untuk dijadikan motivasi untuk mendorong
perubahan desa menjadi lebih baik.
Maka, ada baiknya model perencanaan pembangunan desa tidak hanya mengumpulkan masalah
tapi juga menghimpun aset dan potensi yang desa miliki. Dengan kata lain pendekatan pesimistis
harus diimbangi dengan pendekatan optimistik. Jadi, prioritas program pembangunan desa yang
direncanakan dalam RPJMDesa dan RKPDesa tidak hanya mencerminkan permasalahan desa
semata, tapi proyeksi rencana pembangunan yang didasarkan pada perhitungan dan analisa
kekuatan yang ada di desa (strength based approach). Kekuatan-kekuatan tersebut bisa berasal dari
aset tangible seperti sumber daya alam dan sumber daya fisik dan berasal dari aset intangible seperti
aset sosial, budaya, dan ekonomi desa.[]
Pengantar
Apakah anda cukup mengenal desa di mana anda Karena tidak tahu di tahunya, maka dampaknya
berdomisili? Kalau hanya sekadar mengenal dapat akan ada program-program pembangunan baik itu
dipastikan setiap penduduk desa pasti dapat yang diselenggarakan oleh pemerintah desa, atau
menggambarkan bagaimana situasi, kondisi dan pemerintah supra desa tidak relevan dengan
penampakan fisik desanya. Mungkin sebagian dari tantangan dan potensi yang dihadapi masyarakat
anda, ada yang kenal dari segi geografis saja. desa. Sebagai contoh, di Dusun Brumbung Desa
Misalnya, Desa Jatilawang di Kabupaten Mangunan Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang,
Banjarnegara topografinya berbukit, banyak sawah PNPM membangun sebuah tempat pemandian dan
tadah hujannya, jalannya rusak, memiliki hutan, ada toilet umum. Tapi setelah dibangun, jarang sekali
sumber mata airnya dan lain sebagainya. Atau kenal masyarakat desa tersebut yang menggunakanya. Di
dari aspek kelembagaan lokalnya. Sebagai contoh, samping karena di bangun di tempat yang menurut
Desa Pangkalan Bulian di Musi Banyuasin banyak warga angker, pembangunan tempat pemandian
menerima dana-dana CSR untuk membangun dan toilet umum tersebut tidak sesuai dengan fakta
infrastruktur dan sarana prasarana desa, tapi sosial, bahwa masyarakat mendambakan
organisasi sosial kemasyarakatannya tidak ada yang pembangunan MCK atau jamban di setiap rumah
hidup. Ada pula yang paham dari segi ekonomi tangga, bukan jamban terpadu. Pertimbangannya,
desanya. Sebagai contoh, Desa Gondang di jamban terpadu tidak memberikan jaminan adanya
Wonosobo adalah desa yang memiliki pasar dan kesadaran warga desa dalam hal pemeliharaan. Bisa
terminal desa. Setiap hari warga desa bertransaksi, saja ada pengguna toilet yang meninggalkan begitu
jual beli sayur mayur dan kebutuhan rumah tangga saja setelah buang hajat tanpa menggontor
lainya di pasar tersebut. kotorannya dengan air. Dengan kata lain cuek, yang
penting hajat sudah tersalurkan.
Tapi kesadaran mengenal desa sebagai pijakan
perencanaan program pembangunan desa belum Sesi tentang pemetaan aset ini dimaksudkan untuk
tentu setiap warga desa memilikinya. mengajak peserta memahami tentang desa tempat
Sederhananya, tidak tahu di tahunya. Sebagian tinggalnya sesungguhnya menyimpang banyak
warga Desa Gondang tahu bahwa ada pasar dan potensi. Potensi pada hakikatnya adalah energy
terminal di Desa Gondang, tapi belum tentu tahu yang tersimpan di dalam kekayaan desa baik yang
bahwa pasar dan terminal desa tersebut adalah milik berupa sumber daya alam, sumber daya
desa. Belum tentu tahu pula bahwa pasar dan pembangunan, sumber daya manusia, hingga
terminal desa memiliki prospek cerah sebagai keuangan desa. sumber-sumber daya tersebut
sumber Pendapatan Asli Desa (PADes). Warga atau secara hak kepemilikan boleh tidak hanya melekat
penduduk Desa Pangkalan Bulian bisa bangga pada pemerintah desa, tapi juga warga dan
karena fasilitas desanya bertambah, tapi mungkin masyarakat. Nah, potensi-potensi tersebut dapat
suatu hari akan kebingungan bagaimana merawat, melahirkan perubahan baru desa manakala kita mau
memelihara dan merenovasi manakala infrastruktur memberikan sentuhan pengelolaan pada aset-aset
pemberian dari perusahaan tersebut mengalami yang kita miliki. Karena itu sebelum membuat
keausan dan kerusakan. Demikian pula bagi warga perencanaan pembangunan, langkah yang penting
Desa Jatilawang. Secara topografi, salah satu dikuasai peserta adalah mengetahui aset dan
kekayaan desanya adalah adalah sawah pertanian potensi desa.
yang menghampar. Namun belum tentu masyarakat
dan pemerintah desanya mengetahui berapa jumlah
petani dan pemilik sawahnya. Belum tentu tahu pula
tren penyempitan lahan pertanian setiap tahunnya.
Waktu
Pendekatan Aset Desa dalam Pembangunan Desa (strength based approach) dan
pengisian matrik peta aset (120 menit)
Media Fasilitasi
Bahan tayang.
Foto
Peta desa
Sketsa desa
Bahan Bacaan
Verifikasi Dokumen Pemetaan Apresiatif Desa Gondang Wonosobo
Proses Fasilitasi
1. Sebagai pengantar sesi, Tim Penyusun RPJMDesa 3. Buka termin tanya jawab secukupnya untuk
dapat mengawali dengan menyampaikan maksud memberikan kesempatan kepada peserta
dan tujuan sesi tentang pemetaan aset desa.. memahami dan meresapi asset based sebagai
bagian dari metode perencanaan pembangunan
2. Sajikan bahan tayang tentang pendekatan aset desa dari dalam.
sebagai salah satu langkah antitesis pembangunan
desa atas pendekatan masalah/deficit based.
Kelembagaan
Sosial
Keuangan
SDM
Spiritual - Budaya
Proses pemetaan apresiatif Desa Gondang dengan harga yang cukup tinggi. Mereka
Kecamatan Watumalang saat ini mulai memasuki beranggapan kios merupakan hak milik bukan hak
tahapan verifikasi data. Selain Tim Pembaharu Desa sewa.
(TPD) rapat verifikasi yang dilakukan di kantor Desa
Gondang kali ini melibatkan pemerintah desa, BPD, “Akan tetapi, dalam menyikapi soal pasar
dan ketua RW, (24/10/2015). desa, saya rasa harus melalui pihak ketiga
atau dinas terkait supaya tidak terjadi
Pada tahapan sebelumnya, TPD Gondang telah konflik,” ujarnya.
menggali dan mendokumentasikan data
kewenangan desa, aset dan potensi, serta Pada akhir pembahasan mengenai program prioritas
kesejahteraan berdasarkan indikator lokal. Ketiga berdasarkan aset desa, peserta beranggapan hasil
dokumen tersebut yang akan digunakan sebagai yang didapatkan belum maksimal. Untuk
landasan dalam menyusun program prioritas yang mengobjekti an lagi hasil program prioritas peserta
tertuang dalam RPJMDesa. Verifikasi dilakukan akan menggali dari masyarakat. Metodenya dengan
uuntuk memperoleh hasl yang obyektif dan sesuai memberikan formulir usulan program prioritas
dengan kebutuhuan masyarakat. pembangunan desa kepada rumah tangga miskin
(RTM). Teknisnya, akan dipilihsampling dua RTM di
Dalam menentukan program prioritas, Pemerintah 48 RT . Metode ini dilakukan untuk memantik dan
Desa, BPD, TPD dan masyarakat bersama-sama memudahkan kaum marjinal dalam menyalurkan
menganalisis tantangan dan strategi pengembangan aspirasi.
masing-masing aset yang dimiliki. Proses demikian
melahirkan program prioritas yang relevan. Misalnya
pada aset finansial program prioritasnya
membangun BUMDesa. Lain lagi pada aset sumber
daya alam yang membutuhkan peratura desa
(Perdes) tentang perlindungan dan pengelolaan
mata air desa untuk irigasi masyarakat.
Di akhir pertemuan, Pemdes dan peserta lainnya berkomitmen bahwa minggu terakhir Oktober
akan dilanjutkan dengan Musyawarah Desa (Musdes) untuk menyusun tim review RPJMDesa dan
membahas rancangan tabulasi usulan program prioritas desa. Disusul kemudian melalui Musdes
untuk mereview RPJMDesa. []
sumber: http://infest.or.id/2015/10/27/verifikasi-dokumen-pemetaan-apresiatif-desa-gondang/.
Pengantar
Mimpi adalah kunci Dalam kerangka penyelenggaraan pembangunan
Untuk kita menaklukkan dunia nasional desa menjadi obyek. Pemerintah terus
Berlarilah tanpa lelah menerus menawarkan dan membangunkan mimpi
Sampai engkau meraihnya …. desa dari atas. Sayang, sekali lagi pada praktiknya
(Nidji) tidak kompatibel dengan mimpi para penghuni desa,
bahkan meminggirkan desa.
Penggalan lirik lagu dari Nidji di atas kiranya
mengandung pesan arti pentingnya membangun dan Asas rekogniasi dan subsidiaritas UU No. 6 Tahun
mengejar mimpi hidup. Bagi sebagian kalangan, 2014 Tentang Desa mendobrak model perencanaan
mimpi dimaknai secara negative. Kurang lebih pembangunan desa di atas. Kini desa memiliki ruang
sebagai angan-angan kosong, di mana mustahil kewenangan untuk mengurus dan mengatur dirinya
untuk meraihnya. Tapi justru bagi kalangan lainnya, lebih leluasa dari sebelumnya. Dalam ketentuan
apalagi kalau kita berkaca pada cerita sukses para pasal 4 huruf d UU Desa tersebut disebutkan bahwa
penemu teori, ilmu pengetahuan dan teknologi besar pengaturan desa salah satunya bertujuan
dunia, justru mimpi benar-benar menjadi kata kunci mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi
temuan besar mereka. Tak terkecuali bagi kota-kota masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan
besar dunia. Sederet nama-nama kota besar seperti aset Desa guna kesejahteraan bersama. Diksi
London, New York, Dubai, Pariz sampai dengan “prakarsa” di sini, kiranya dapat kita maknai bahwa
Surabaya dinisbahkan sebagai kota-kota terbaik UU Desa memberi ruang bahkan mendorong
dunia, bukan lain karena ada mimpi para masyarakat untuk bermimpi, mengajukan gagasan,
perencananya. Mimpi mereka kemudian diwujudkan ide hingga melakukan gerakan (merencanakan,
dalam perencanaan pembangunan dan melaksanakan, mempertanggungjawabkan) untuk
dilaksanakannya secara berkelanjutan. Dalam memberikan nilai tambah pada potensi dan aset
bahasa Nidji di atas “berlarilah tanpa lelah, sampai yang desa miliki, sehingga melahirkan kesejahteraan
engkau meraihnya”. bersama.
Bagaimana dengan desa. Apakah desa tidak memiliki Sesi ini bertujuan mendorong kemampuan peserta
mimpi, sehingga terkesan peradaban desa lebih untuk merngartikulasikan mimpi-mimpi mereka atas
tertinggal dari kota. Berkaca pada sejarahnya, desa- desa mulai dari merumuskan visi-misi hingga
desa di Indonesia sebenarnya terbentuk dari mimpi merancang strategi atau rencana aksi/tindakan
bersama penduduk di dalamnya. Lahirnya kerajaan- untuk merealisasikan mimpi ke dalam kerangka
kerajaan besar Nusantara tidak dapat dilepaskan dari teknokrasi yang disebut rencana pengembangan
tahapan tumbuh kembangnya sebuah desa. aset dan potensi aset desa.
Sayangnya, seiring runtuhnya kerajaan-kerajaan
Nusantara dan pola penerapan kebijakan
pembangunan nasional, terutama pada zaman
kolonial dan Orde Baru yang tidak responsif bahkan
meminggirkan desa, telah mengubur mimpi desa.
Metode Fasilitasi
Ceramah;
Penugasan kelompok;
Presentasi hasil penugasan kelompok.
Waktu
(120 menit)
Media fasilitasi
Bahan tayang.
Foto
Papan masa depan
Matrik Strategi Mencapai Masa Depan
Bahan Bacaan
“Indonesia Sehat ala Desa di Malang”
Visi
Misi Desa (Sub Impian, Yang Mendukung Terwujudnya Impian/ Masa Depan Desa Keseluruhan) :
“Bu, istri saya sudah ngerasa,”kata suami Maria Ulfa Perempuan berrisiko tinggi diminta ber-KB terlebih
kepada Jumaiyah (45), akhir Agustus lalu. Bergegas dahulu. Selama ber-KB, penyakit diobati. Setelah
Jumaiyah menyiapkan kendaraan untuk mengangkut sembuh atau stabil, si ibubileh melepas KB dan hamil.
Maria Ulfa, tetangga yang akan melahirkan. Itu dilakukan agar ibu selamat dan bayi ;ahir sehat.”
Jumaiyah, Ketua RW 003 Kelurahan Ardirejo, Tutur Hadi Puspita, inisiator Sutera Mas yang kini
Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang Jawa menjabat Kepala BKKBN Kabupaten Malang. Ia juga
Timur, lalu mengantar tetangganya ke rumah bidan yang kini menggagas Sistem Contra War.
desa hingga menunggu proses persalinan selesai.
Jumaiyah adalah satu dari belasan ribu kader Puskemas Kepanjen
kesehatan di Kabupaten Malang. Setidaknya ada
3.441 kader di bawah Badan Kependudukan dan Sistem Sutera Mas awanya miliki puskesmas
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan 15.000 Kepanjen, yang dibuat pada tahun 2004. Saat itu
kader kesehatan di bawah DInas Kesehatan petugas puskesmas mencatat setiap kasus yang
Kabupaten Malang. Kader bertugas mendeteksi terjadi di wilayahnya dan membuat grafik secara
kasus kesehatan di desa mereka serta mendeteksi manual, lalu dibandingkan dengan data sebelumnya.
ibu hamil dan perempuan usia subur bersuami. Sutera Mas dikerjakan Hadi Puspita bersama dua
Sistem Surveilans Epidemiologi Terpadu Berbasis mitranya Sri Lesmono Hadi, Kepala Bagian Tata
masyarakat (Sutera Mas) ini di setiap rukun tetanga Usaha Puskesmas Kepanjen dan Riyanto, pegawai
di Kabupaten Malang memiliki seorang kader. negeri sipil di puskesmas Kepanjen. Mereka meminta
bantuan seorang ahli teknologi informasi (TI) untuk
Mereka rata-rata adalah kader posyandu atau merancang program tersebut.
pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK).
Kader bertugas melaporkan temuan penyakit Tahun 2009, sistem dibuat berbasis TI dengan nama
menular dan tidak menular, mendata manita subur SMS gateway. Saat itu, puskesmas mendapat dana
bersuami di wilayahnya kepada tenaga kesehatan. dari badan Perenanaan Pembangunan Jawa Timur
Tenaga kesehatan akan dating ke rumah warga yang Rp.300 juta. Sistem dieprbaiki dari waktu ke waktu.
melapor.Jika kasus yang dilaporkan benar, bidan Dengan sistem SMS gateway, tim reaksi cepat harus
desa akan mengirim laporan ke server milik tiba di lapangan paling lama 15 menit sejak menerima
pemerintah kabupaten malang, baik melalui SMS SMS peringatan kejadian luar biasa jika lokasi kasus
maupun situs web. dekat. Kjika lokasi jauh, paling lama satu jam agar
kasus bisa ditangani engan cepat dan pasien selamat.
Sistem Sutera Mas dipadukan dengan sistem Intinya, masyarakat harus mau mendeteksi kasus di
Contraceptive for Women at Risk (Contra War) atau sekitarnya dan melaporkan secepat mungkin kepada
program keluarga berencana (KB) untuk perempuan tenaga kesehatan. “jika terus bergantung pada data
berisiko tinggi. Perempuan berisiko tinggi diminta kesehatan bulanan atau tahunan, kapan Indonesia
mengikuti KB dahulu sebelum hamil. Kader Sutera bisa sehatan,” ujar Sri Lesmono Hadi.
Mas dan Contra War sama.
Kunci keberhasilan sistem adalah sukses
Selama ini kematian ibu di Kabupaten Malang menggerakkan kader. Perhatian terhadap kader
sebanyak 80 persen disebabkan penyakit bawaan berbentuknon materui merupakan kunci utama.
sebelum hamil, seperti TBC dan jantung. Itu Perhatian nonmateri penting karena perhatian
sebabnya, untuk mencegah kematian ibu hamil berbentuk materi hanya berupa insentif Rp10.000 per
karena penyakit, butuh penanganan kesehatan si ibu bulan untuk kader KB. Uang itu akan diputar untuk
terlebih dahulu sebelum hamil. arisan kader.
Sistem penangan kesehatan tidak berhenti di Sutera Tiga tahun berturut-turut, sejmlah puskesmas,
Mas dan Contra War. Program ditambah dengan seperti puskesmas Gedangan, Pujon, Dau dan
sistem kesehatan daerah berbasis desa. menurut Kasembon, bahkan sama sekali tidak memiliki kasus
Kepala Dinas kesehatan Kabupaten Malang kematian ibu dan nank. Upaya Pemerintah
Abdurrachman, setiap desa memiliki bidan dan Kabupaten Malang menangani kesehatan ibu patut
perawat. diacungi jempol karena tidak mudah untuk
menekan angka kematian ibu, sistem pemantauan
“Ambulans” desa disiapkan dengan menggilir kesehatan ala Kabupaten Malang dapat menajdi
kendaraan milik warga, yang bisa setiap hari selama potret gerakan mewujudkan Indonesia sehat
seminggu. Tenaga kesehatan desa pun diwajibkan berbasis masyarakat
berkunjung ke rumah pasien yang tidak mampu
menjangkau layanan kesehatan. Semua puskesmas (Kompas, Rabu, 16 September 201).
beroperasi 24 jam.
Pengantar
kemampuan mengatur rumah tangganya sendiri
Kehadiran Undang-Undang No. 6 Tahun 2014
dengan segenap sumber daya yang dimilikinya.
Tentang Desa mendorong perubahan model
Dengan kata lain, model “membangun desa” diganti
pembangunan ke desa. Paling tidak ada dua model
dengan “desa membangun”. Dalam konsep desa
pembangunan desa yang sebelumnya menjadi arus
membangun, wali masyarakat berposisi sebagai
utama yang dominan yaitu model intervensi dan
jembatan penghubungan antara masyarakat desa
fasilitasi. Model intervensi mengimposisi
dengan pemerintah desa. Sebagai jembatan
kewenangan desa. Pemerintah supra desa
penghubung wali masyarakat tidak memegang tali
memegang kuasa perencanaan hingga penentuan
kendali kekuasaan pemerintah desa maupun
jenis program yang akan ditaruh di desa.
masyarakat. Tapi dapat memainkan peran agar
Gampangnya, desa tahu jadi. Model fasilitasi lebih
masyarakat dan pemerintah desa sama-sama
mendingan karena ada semangat memberi ruang
berdaya dan berinteraksi dinamis sehingga seluruh
kepada desa untuk berpartisipasi mulai dari
pengelolaan kewenangan kebijakan dan sumber
perencanaan, pelaksanaan hingga
daya pembangunan desa benar-benar berada di
pertanggungjawaban. Sayangnya, sumber daya,
tangan Desa sebagai satu kesatuan masyarakat
terutama dana pembangunan berada dalam kuasa
hukum.
pemberi program. Sebagai contoh penyelenggaraan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM). Seluruh perangkat sumber daya program
ini, mulai dari uang hingga tenaga pendamping, Mudahnya, UU Desa mendorong
berada di bawah otiritas pemerintah pusat. Tapi pemerintah desa dan supra desa
dalam pelaksanaanya, menggunakan pendekatan menghargai, menghormati inisiatif dan
fasilitasi. Masyarakat didorong berpartisipasi mulai prakarsa masyarakat memberikan
dari merencanaan hingga membelanjakan sumber dayanya yang terbaik untuk
anggarannya. Meski mengesankan, desa tetap tidak desanya.
memberikan kepercayaan penuh bagi Desa
(pemerintah desa dan masyarakat desa) untuk
menguru dan mengatur sumber daya yang
dimilikinya. Kalau toh ada keuangan pembangunan Demikian pula sebaliknya, meski pemerintah telah
desa yang dikelola secara mandiri, hanya alokasi mengalokasikan sumber daya berupa Alokasi Dana
anggaran yang berasal dari penerimaan asli desa. Desa (ADD) dan Dana Desa (DD) dari APBD dan
APBN, masyarakat tetap mempertahankan
Rekognisi dan emansipasi kemudian adalah dua jenis kemandiriannya membangun desa dalam bentuk
model pembangunan desa yang ditekankan oleh UU swadaya dan kegotong-royongan. Jadi, tidak
Desa tersebut. Pendekatan rekognisi mengutamakan menggantungkan diri pada sumber daya bernama
kesadaran semua pihak, utamanya aktor-aktor yang APBDesa tapi tetap mensinergikan sumber daya
–meminjam istilah Tania Murray Li- memiliki “the will lainnya (sumber daya alam, sumber daya
to improve” atau kehendak untuk memperbaiki desa pembangunan, sumber daya sosial dan budaya) baik
yang disebutnya wali masyarakat melalui yang dimiliki warga maupun masyarakat dengan
pendekatan “mengakui” bahwa desa memiliki
Tujuan Fasilitasi
Peserta memiliki kemampuan merancang logika alur pengembangan
aset dan potensi aset desa;
Peserta memiliki kemampuan untuk merumuskan rancangan strategi
pengembangan aset dan potensi aset desa;
Metode Fasilitasi
Ceramah;
Penugasan kelompok;
Presentasi hasil penugasan kelompok.
Waktu
(120 menit)
Media Fasilitasi
Bahan tayang.
Lembar Tugas
Matrik Strategi Pengembangan Aset dan Potensi Aset Desa
Bahan Bacaan
BCA Kembangkan Ekonomi Desa Wisata Bleberan Gunungkidul.
Mengintip Eksotisme Wisata di Desa Bleberan.
3. Tayangkan lembar tugas yang telah disiapkan. f. Kolom bidang adalah empat jenis bidang
Lalu jelaskan maksud tugas yang akan kewenangan desa;
diberikan kepada setiap kelompok (lihat lembar
tugas 5.3.1 dan lembar tugas 5.3.2). 5. Tugas selanjutnya, adalah menurunkan
rancangan langkah pencapaian mimpi menjadi
4. Terangkan kepada peserta maksud yang rancangan kegiatan yang ditata secara sistematis
dikehendaki untuk tiap pertanyaan dalam baris dan bertahap menjadi agenda tahunan selama
dan kolom yang ada dalam lembar kerja. enam tahun. (cara ini, agar memudahkan tim
penyusun RPJM Desa dan RKP Desa dalam
a. Kolom cita-cita masa depan dapat diisi menyusun rumusan gagasan dan usulan kegiatan
dengan merujuk pada rumusan misi yang dalam kerangka kerja tahunan)
telah dirumuskan pada sesi sebelumnya.
Hanya cita-cita masa depan di sini disesuaikan 6. Sebelum kertas plano dan spidol dibagi kepada
dengan empat bidang kewenangan desa tiap kelompok, kasih kesempatan kepada
tersebut; kelompok untuk bertanya terkait dengan tugas
yang akan diberikan tersebut.
b. Kolom aset yang dimiliki untuk mendukung
cita-cita masa depan adalah hasil dari 7. Jika sudah dianggap cukup jawaban yang
identifikasi aset-aset di desa sebelumnya( diberikan, pelatih bisa langsung meminta
SDM, SDA, Fisik, Kelembagaan, Sosial, masing-masing kelompok untuk menyelesaikan
keuangan, spritual budaya) untuk mendukung tugasnya.
tercapainya masa depan desa;
8. Pelatih berkeliling dari satu kelompok ke
c. Pada kolom Potensi yang dimiliki untuk kelompok lainnya, memberikan pendampingan
mendukung tercapainya masa depan desa, apabila proses diskusi kelompok mengalami
peserta merujuk pada hasil identifikasi aset kesulitan.
dan potensi aset desa yang telah dilakukan
pada sesi sebelumnya; 9. Hasil diskusi kelompok kemudian didiskusikan
secara pleno. Kegiatan diskusi pleno ini
d. Kolom strategi optimalisasi menghendaki mengandung maksud agar memperoleh umpan
peserta untuk menemukan apa sih strategi balikd ari kelompok lain, sehingga ada
untuk menaikan nilai tambah aset desa untuk penambahan refensi dan perspektif untuk
masing-masing bidang berdasarkan cita-cita menyempurnakan rancangan strategi
dan potensi yang sudah dimiliki. pengembangan aset desa.
Misi ....
1. Bidang
Pemerintahan
Desa
1.1. Program ...
1.1.1 Kegiatan
dst.
Misi ....
2. Bidang
Pembangunan
Desa
2.1. Program ...
2.1.1 Kegiatan
dst.
Misi ....
3. Bidang
Pembinaan
Kemasyarakatan
3.1. Program ...
3.1.1 Kegiatan
dst.
Misi ....
4. Pemberdayaan
Masyarakat Desa
Bidang
Kemasyarakatan
4.1. Program ...
4.1.1 Kegiatan
dst.
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- PT Bank Central Kepala CSR BCA, Sapto Rachmadi mengatakan BCA
Asia Tbk menyalurkan bantuan Corporate Social lebih menyasar ekonomi komunitas dibandingkan
Responsibility (CSR) ke Desa Wisata Bleberan pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM). Hal itu karena
Gunungkidul dengan mengembangkan pariwisata sasaran komunitas akan berdampak lebih banyak
air terjun Sri Gethuk dan Gua Rancang Kencana. dibandingkan UKM.
Bantuan tersebut diberikan dalam pelatihan "Perbankan biasanya menyasar UKM, tapi BCA
peningkatan kemampuan dan keterampilan (soft bicara komunitas karena kalau UKM yang
skill) pengelola desa wisata. diuntungkan pribadi tetapi kalau komunitas
menguntungkan masyarakat," ungkapnya.
Sekretaris Perusahaan BCA, Inge Setiawati
mengatakan Desa Bleberan memiliki aset alam yang Dalam dua tahun terakhir, BCA mengembangkan
dapat dikembangkan. Dia menilai sumber daya Goa Pindul dengan pelatihan soft skill. Langkah itu
manusia (SDM) penting untuk mengangkat aset dinilai menaikkan pendapatan warga setempat.
wisata tersebut. Pada 2011, pendapatan pariwisata mencapai Rp10-
15 juta per bulan. Namun, pendapatan tahun ini
"Kami ingin menambah ekonomi di desa dengan mencapai sekitar Rp 500 juta per bulan.
meningkat kunjungan wisatawan. Kalau masyarakat
meningkatkan layanan pariwisata, wisatawan Peningkatan kunjungan pariwisata turut membuka
tidakakan kapok datang," ujarnya di Yogyakarta, lowongan pekerjaan baru bagi masyarakat
Selasa (10/12). setempat. Warga di Gua Pindul yang terlibat dalam
bidang pariwisata pada 2011 hanya sekitar 40-50
Desa Bleberan merupakan desa wisata kedua yang orang. Jumlah itu meningkat hingga 200-250 orang
didukung BCA. Inge mengatakan pihaknya telah tahun ini.
membantu peningkatan Desa Wisata Wirawisata Goa
Pindul Gunungkidul. BCA memberikan bantuan http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuanga
pelatihan SDM disamping bantuan fisik. n/13/12/10/mxlcdt-bca-kembangkan-ekonomi-desa-
wisata-bleberan-gunungkidul
"Kunjungan wisata ke Goa Pindul meningkat dan
pemuda tidak banyak yang menganggur, kami ingin
tularkan itu ke Sri Gethuk," ungkapnya.
YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dunia pariwisata di perahu yang dioperasikan oleh penduduk desa
Indonesia tak ada habisnya untuk dibicarakan. Salah dengan membayar Rp 10.000 untuk pulang pergi.
satu negara kepulauan terbesar di dunia ini Kedua, pengunjung bisa berjalan kaki menuju air
menyimpan begitu banyak potensi wisata alam dan terjun sekitar 1 kilometer.
budaya yang belum dikenal banyak orang. Salah
satunya adalah desa wisata Bleberan yang terletak di Sampai di lokasi, gemuruh air langsung terdengar
Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, mendominasi suasana. Ada tiga air terjun utama yang
Daerah Istimewa Yogyakarta. tingginya sekitar 50 meter. Tak hanya itu, pengunjung
juga dapat melihat panorama tebing di seberang air
Desa ini menawarkan dua objek wisata utama yang terjun yang dibatasi sungai. Menurut penuturan salah
lokasinya tak begitu berjauhan yaitu Air Terjun Sri seorang operator perahu, nama Air Terjun Sri Gethuk
Gethuk dan Gua Rancang Bangun. Berjarak sekitar berasal dari kata kethuk yang berarti bunyi gamelan
45 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, lokasi ini yang erat dengan legenda masyarakat yang
menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi bernuansa mistis.
ketika berada di provinsi DI Yogyakarta.
"Konon, dulunya tempat itu untuk menyimpan
Selama ini, daerah Gunung Kidul yang didominasi gamelan dan kadang-kadang juga muncul suara
tanah kapur dikenal sebagai daerah yang gersang gamelan dari tempat itu," katanya, Selasa
dan tandus. Tak banyak tanaman hijau yang bisa (10/12/2013).
ditanam di daerah ini. Mendekati area Desa
Bleberan, sebelah kiri dan kanan jalan akan ditemui Kesan mistis lebih terasa saat berkunjung ke Gua
hutan yang dipenuhi berbagai pohon jati dan pinus. Rancang Kencana. Di tengah-tengah gua terdapat
Tapi, kondisi berbeda terasa saat mulai memasuki sebuah pohon raksasa yang menjulang tinggi
Desa Bleberan. Pada Pertigaan jalan menjadi melebihi atap gua. Seperti gua pada umumnya, gua
penanda masuk desa, pengunjung harus membayar ini terdapat stalaktit fan stalagmit. Gua ini terdiri dari
tiket terusan seharga Rp 5.000. tiga ruangan utama yang semakin dalam ditelusuri,
semakin kecil ukurannya.
Setelah melewati pos tersebut, pengunjung akan
melewati jalan tanah berbatu setelah menempuh Sebelum diresmikan menjadi objek wisata, anak-anak
jalan beraspal. Selain tanaman jagung, pengunjung dari warga sekitar biasa bermain bersama di ruangan
juga akan disuguhi hamparan sawah yang luas dan pertama yang paling besar. Sementara itu, pemandu
hijau. Mata air yang berasal dari puncak gunung wisata gua, Min Safitri (55) mengatakan ruangan
memang menjadi sumber kehidupan bagi terakhir yang paling kecil biasa digunakan untuk
masyarakat, termasuk sebagai sumber irigasi bagi melakukan aktivitas ritual oleh beberapa paranormal
tanaman padi yang jarang ditemui di daerah itu. kondang seperti Ki Joko Bodo, Ki Kusumo, hingga
politisi sekaligus paranormal, Permadi.
Dari lokasi parkir kendaraan, pengunjung akan
melihat lembah dan Sungai Oyo dengan air yang "Dulunya gua ini bekas tempat bagi laskar Mataram
jernih. Meski begitu, pada musim hujan, air akan untuk bersembunyi saat bergerilya melawan pasukan
berwarna kecokelatan karena membawa endapan penjajah Belanda. Tapi, berdasarkan pustaka
dari hulu sungai. Yogyakarta, gua ini sudah ada sejak 4.000 tahun yang
lalu," tuturnya.
Ada dua akses untuk sampai ke air terjun. Pertama,
pengunjung bisa menelusuri Sungai Oyo dengan
Pengantar
Konsep "desa membangun" seperti yang ditekankan Dalam menyusun RPJMDesa perlu diperhatikan
oleh UU No 6 Tahun 2014 tentang desa agar langkah-langkah yang harus dilalui, yaitu:
masyarakat dan pemerintah desa sama-sama membentuk tim penyusun RPJMDesa, penggalian
berdaya dan berinteraksi dinamis sehingga seluruh databese desa meliputi profile desa, penelusuran
pengelolaan kewenangan kebijakan dan sumber sejarah desa, memetakan aset desa, membangun
daya pembangunan desa benar-benar berada di mimpi desa, strategi pengembangan aset dan
tangan Desa sebagai satu kesatuan masyarakat menganalisa, menyusun program dan kegiatan
hukum. Salah satunya melalui perencanaan desa, RPJMDesa. Langkah selanjutnya adalah
dimana persyaratan yang harus dipenuhi agar menyelenggarakan Musrenbang minimal dalam
mampu membuat perencanaan, adalah melibatkan dua tahap. Pada Musrenbang pertama
seluruh unsur dalam masyarakat terutama dari kegiatannya adalah membahas rancangan awal
kelompok marginal desa seperti perempuan, Lansia, atau draft RPJMDesa yang telah disusun oleh Tim
difabel, keluarga miskin, anak, korban bencana dan Perencana Desa. Selanjutnya adalah
korban konflik sosial,. Perencanaan yang berorientasi menyelenggarakan Musrenbang kedua dengan
pada kebutuhan dasar bukan semata-mata agenda utama melakukan pembahasan draft
kepentingan politik, pemberdayaan potensi lokal, perbaikan hasil Musrenbang pertama. Dalam
padat karya bukan padat modal, teknologi tepat forum ini mengupayakan agar mendapat
guna bukan teknologi tinggi, dan ekonomi rakyat persetujuan dari masyarakat, dan kemudian
bukan konglomerasi, memaksimalkan sumber daya penetapan dengan Peraturan Desa. Dalam
lokal, bukan semata-mata bergantung dari pihak menyusun RKPDesa pada prinsipnya sama dengan
luar. Perencanaan pembangunan desa merupakan menyusun RPJMDesa, menggunakan prinsip
jalan untuk mewujudkan harapan dan aspirasi pembangunan partisipatif dengan melalui
masyarakat dalam upaya meningkatkan mekanisme musyawarah dengan memperhatikan
pembangunan menuju kesejahteraan. secara khusus kebutuhan kelompok marginal desa
seperti perempuan, Lansia, difabel, keluarga
UU No 6 Tahun 2015 tentang Desa dan Permendagri miskin, anak, korban bencana dan korban konflik
No. 114 Tahun 2014 tentang Perencanaan sosial .
Pembangunan Desa, menjelaskan bahwa desa
menyusun 2 (dua) jenis perencanaan pembangunan Sesi ini bertujuan melatih keterampilan peserta
desa yaitu: Rencana Pembangunan Jangka menganalisa data sebagai bahan rancangan
Menengah Desa (RPJMDesa) dan Rencana Kerja dokumen RPJMDesa dan RKPDesa. Sesi-sesi
Pembangunan Desa (RKPDesa). RPJMDesa sebelumnya, peserta telah diperkenalkan dengan
merupakan dokumen perencanaan pembangunan metode pemetaan aset hingga membangun mimpi
yang berfungsi acuan utama pelaksanaan membangun desa yang berdaya dan mandiri, hingga
pembangunan desa untuk kurun waktu 6 (enam) membentuk strategi pengembangan aset dan
tahun. Sedangkan RKPDesa adalah dokumen potensi aset desa yang nantinya akan menjadi
perencanaan tahunan yang diturunkan dari prioritas rujukan penyusunan RPJMDesa.
kegiatan-kegiatan dari RPJMDesa. RPJMDesa dan
RKPDesa ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Metode Fasilitasi
Pemaparan (ceramah)
Curah pendapat
Diskusi kelompok
Window shopping
Waktu
(120 menit)
Media Fasilitasi
Bahan tayang.
Lembar Tugas
Tahapan penyusunan RPJMDesa & RKPDesa
Sistimatika RPJMDesa & RKPDesa
Bahan Bacaan
• Tim Penyusun RPJMDesa berkeliling dari satu BAB III APRESIASI PEMBANGUNAN DESA
kelompok ke kelompok lainnya, memberikan 3.1 Sektor …
pendampingan apabila proses diskusi kelompok 3.2 Sektor
mengalami kesulitan.
BAB IV STRATEGI DAN PROGRAM DESA
• Hasil diskusi kelompok kemudian ditempelkan 4.1 Misi 1
dan meminta peserta kelompok lain saling Straregi 1
mengoreksi hasil pekerjaan antar kelompok Strategi 2
dengan cara window shopping. 4.2 Misi 2
Straregi 1
• Tayangkan kepada peserta tahapan penyusunan Strategi 2
RPJMDesa dan RKPDesa serta sistimatika 4.3 Misi 3
RPJMDes dan RKPDesa. Straregi 1
Strategi 2
4.4 Misi 4
Straregi 1
Strategi 2
BAB V PENUTUP
5.1 Menjabarkan manajemen resiko terhadap
tantangan atau ancaman yang dapat
menghambat pelaksanaan RPJM Desa
LAMPIRAN:
• Lampiram 9 Matrik Program Kegiatan berisi
tentang Misi, Strategi ,Program Kegiatan
dan Target
• Klasifikasi bidang dengan menggunakan
kode
Mengenal Lebih Dekat
Proses Perencanaan Apresiatif Desa 43
6.2.2 Sistimatika RKPDesa