Anda di halaman 1dari 106

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa, dinyatakan bahwa kepala desa/desa adat atau yang disebut

dengan nama lain mempunyai peran penting dalam kedudukannya sebagai

kepanjangan tangan negara yang dekat dengan masyarakat dan sebagai

pemimpin masyarakat. Aspek paling fundamental dalam menjalankan

kepemimpinan desa adalah legitimasi, hal ini terkait erat dengan keabsahan,

kepercayaan dan hak berkuasa. Legitimasi berkaitan dengan sikap masyarakat

terhadap kewenangan. Kewenangan untuk memimpin, memerintah, serta

menjadi wakil atau representasi dari masyarakatnya.

Desa memiliki kewenangan-kewenangan sebagaimana diatur oleh UU

Desa, merujuk pada pasal 19 huruf a dan b UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa

tersebut yang dimaksud dengan menyebutkan kewenangan desa, antara lain

kewenangan tersebut adalah kewenangan berdasarkan hak asal usul,

kewenangan lokal berskala desa.

Kewenangan lokal berskala desa merupakan kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat desa yang telah dijalankan

oleh desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh desa atau yang muncul

karena perkembangan desa dan prakasa masyarakat desa, antara lain tambatan

perahu, pasar desa, tempat pemandian umum, saluran irigasi, sanitasi


2

lingkungan, pos pelayanan terpadu, sanggar seni dan belajar, serta perpustakaan

desa, embung desa, dan jalan desa.

Selain itu, UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa juga merinci kewenangan

lokal berskala desa yang antara lain meliputi bidang pemerintahan desa,

pembangunan desa, kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa.

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi RI Nomor 1 tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan

Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa mengatur

lebih rinci apa saja kewenangan lokal skala desa itu. Di bidang pemerintahan

desa, kewenangan lokal skala desa meliputi; penetapan dan penegasan batas

desa; pengembangan sistem administrasi dan informasi desa; penetapan

organisasi pemerintah desa; penetapan BUM Desa; penetapan APB Desa;

penetapan peraturan desa dan lain sebagainya.

Kewenangan lokal berskala desa di bidang pembangunan desa, meliput;

pelayanan dasar desa; sarana dan prasarana desa; pengembangan ekonomi lokal

desa; dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan desa. Bidang

kemasyarakatan desa kewenangan lokal berskala desa meliputi; membina

keamanan, ketertiban dan ketenteraman wilayah dan masyarakat desa;

membina kerukunan warga masyarakat desa; memelihara perdamaian,

menangani konflik dan melakukan mediasi di desa; dan melestarikan dan

mengembangkan gotong royong masyarakat desa.


3

Sedangkan kewenangan lokal berskala desa bidang pemberdayaan

masyarakat antara lain; pengembangan seni budaya lokal; pengorganisasian

melalui pembentukan dan fasilitasi lembaga kemasyarakatan dan lembaga adat;

fasilitasi kelompok-kelompok masyarakat; fasilitasi terhadap kelompok-

kelompok rentan, kelompok masyarakat miskin, perempuan, masyarakat adat,

dan difabel dan lain-lain.

Kepemimpinan kepala desa berpengaruh terhadap kinerja pelayanan

publik pemerintah sangat besar terhadap kepatuhan wajib pajak, bahkan

hubungannya sangat signifikan. Loekman Soetrisno (Abdul Asri Harahap,

2004) pernah mengemukakan : “...... rakyat akan membayar pajak kalau mutu

dan pelayanan pemerintah itu baik. Kalau tidak, mereka akan menolak

membayar pajak. Pelayanan di sini kami artikan sebagai pelayanan dari

pemerintah pada umumnya.” Pandangan senada dikemukakan pula oleh

Djamaluddin Ancok (Abdul Asri Harahap, 2004), bahwa “......kepatuhan

masyarakat untuk membayar pajak dapat ditingkatkan apabila seluruh aparat

pemerintah meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan.”

Terdapat empat faktor pokok yang mempengaruhi penerimaan pajak,

yakni : “1. Situasi dan kondisi perekonomian; 2. Sistem perpajakan yang diatur

dalam Undang-Undangnya; 3. Aparat pelaksana; dan 4. Sikap dan tingkah laku

wajib pajak” (Depkeu RI Dirjen Pajak, 2008).

Pemerintah daerah sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan

yang berkesinambungan di segala bidang. Tujuannya adalah untuk membentuk


4

masyarakat Indonesia yang berkualitas, meningkatkan pembangunan guna ikut

mencerdaskan kehidupan bangsa yang dilandasi moral idiologi Pancasila.

Berangkat dari hal tersebut, pemerintah memberikan kesempatan pada

masyarakat untuk meningkatkan pendidikan, swadaya masyarakat dengan

meningkatkan daya guna dari semua sumber daya yang tersedia. Dengan

sumber daya manusia diharapkan adanya kesadaran bahwa perlu adanya

mengenai peningkatan efektivitas dan efisiensi di segala sektor. Peranan pihak

masyarakat maupun pemerintah, dalam mendukung pembangunan secara

menyeluruh fisik maupun non-fisik sangat diharapkan, khususnya untuk

peningkatan pendapatan asli daerah.

Efektivitas dan efiesiensi merupakan suatu tujuan untuk mendapatkan

yang hak maupun penggunaan sistem bagi peningkatan pendapatan daerah

sehingga dapat meningkatkan pembangunan dan perekonomian serta taraf

hidup yang baik yang ada di perkotaan maupun di perdesaan.

Peranserta masyarakat diharapkan dalam kegiatan pelaksanaan

pembangunan, terutama dalam partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Hal lain yang perlu adalah perbaikan dan penataan administrasi dan

manajemen yang mempunyai peranan penting pada Kantor Kepala Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, terutama dalam sistem pemungutan Pajak

Bumi dan Bangunan (PBB), sehingga dapat menyediakan informasi yang

berdaya guna dan berhasil guna baik bagi pimpinan maupun bagi pihak lain

yang memerlukan.
5

Adanya penataan administasi dan manajemen yang baik, maka sistem

pengendalian interen pada Kantor Kepala Desa Rato dapat berjalan dan

dilaksanakan dengan baik sehingga efektivitas dan efisiensi tercapai sesuai

dengan yang diharapkan guna meningkatkan pendapatan daerah.

Usaha pemungutan pajak artinya, setiap kegiatan atau usaha yang

mengakibtkan kenaikan ekonomis harus dikenai pajak. Peraturan perpajakan

harus diklasifikasi dengan dasar pemungutan antara lain berasal dari :

penghasilan, pertambahan nilai, bumi dan bangunan, bea materai serta pajak-

pajak daerah.

Pada umumnya setiap warga negara adalah subyek pajak, dari sana

sumber pemungutan pajak, seorang warga negara yang telah memenuhi syarat

hukum pajak tertentu berhak disebut wajib pajak yang diidentifikasikan dengan

memiliki nomor pokok pajak, nomor identifikasi dengan memiliki nomor

penyetoran pajak dari kegiatan usahanya. Sehingga kepada orang tersebut akan

diberikan peran sebagai wajib pungut atau wajib sektor pajak.

Menyadari pentingnya peranan pajak dalam kehidupan bernegara dalam

meningkatkan pembangunan nasional, maka semakin menuntut kemampuan

aparat agar profesional termasuk petugas pemungut pajak dalam meningkatkan

sumber pembiyaan dalam negeri sebagai sendi negara.

Melihat kenyataan demikian, maka pemerintah menilai penerimaan

negara dari sumber pajak dapat memberikan sumbangan yang cukup berarti

dalam menyediakan kebutuhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN), dengan demikian penerimaan negara dari sektor pajak dapat


6

ditingkatkan dari tahun ke tahun. Karena itu pemerintah memandang bahwa

Undang-Undang Perpajakan baru dan sebagaimana peraturan pelaksanaannya

yang hasilnya semakin menggembirakan, terutama semakin sadarnya

masyarakat dengan berbagai hak dan kewajibannya.

Peningkatan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan oleh warga selaku

wajib pajak, di antara di antara faktor pendukung adalah kesadaran atau

kepatuhan masyarakat selaku wajib Pajak Bumi dan Bangunan. Menurut

Rahayu (2010) kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan

dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan

hak perpajakannya. Kepatuhan wajib pajak merupakan pemenuhan kewajiban

perpajakan yang dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka memberikan

konstribusi bagi pembangunan. Menurut Zain (2003) kepatuhan wajib pajak

memiliki pengertian suatu keadaan wajib pajak paham dan berusaha memenuhi

semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, mengisi formulir

pajak dengan jelas dan lengkap, menghitung jumlah pajak terutang dengan

benar dan membayar tepat pada waktunya.

Salah satu faktor pendorong untuk peningkatan kesadaran masyarakat

dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan adalah kepatuhan warga.

Kepatuhan membayar pajak adalah masalah pola pikir yang mempengaruhi

kemauan si pembayar pajak untuk memenuhi dan melaksanakan kewajiban

perpajakannya. Jackson dan Milliron (Ali Roshidi bin Ahmad, dkk, 2007)

menjabarkan faktor utama yang telah dibahas oleh para peneliti yang

mempengaruhi kepatuhan pajak, antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan,


7

penghasilan, status atau jabatan, kesadaran dalam membayar pajak, panutan

atau pengaruh wajib pajak lainnya, etika, sanksi sah, pengetahuan,

kompleksitas, hubungan dengan otoritas perpajakan (IRS/Internal Revenue

Service), sumber penghasilan, kewajaran menyangkut sistem perpajakan,

kemungkinan yang sedang teraudit dan tarif pajak.

Dari data di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pajak

yang akan diteliti dalam penelitian ini hanya diambil dua faktor saja, yang

pertama yaitu faktor panutan, disini panutan asumsi peneliti adalah

kepemimpinan kepala desa. Kepala desa adalah pemimpin desa yang

merupakan pioner pembangunan di desa. Ralp M. Stogdill (Sopiah, 2008)

menyatakan “jumlah batasan atau definisi yang berbeda-beda mengenai

kepemimpinan hampir sama banyaknya dengan jumlah orang yang mencoba

memberikan batasan tentang konsep tersebut”. Kepemimpinan merupakan

suatu interaksi antara anggota suatu kelompok sehingga pemimpin merupakan

agen pembaharu, agen perubahan, orang yang perilakunya akan lebih

mempengaruhi oranglain daripada perilaku orang lain yang mempengaruhi

mereka, dan kepemimpinanitu sendiri timbul ketika satu anggota kelompok

mengubah motivasi kepentingan anggota lainnya dalam kelompok (Bernards

M. Bass, 2002).

Dalam hal ini kepemimpinan kepala desa dikategorikan kepemimpinan

yang berorientasi pada tugas yang ditugaskan, dikarenakan kepemimpinan

kepala desa merupakan kewenangan kepemimpinan yang didapatnya dari


8

jabatan sebagai kepala desa, yang merupakan kewenangan bagian dari sistem

peranan formal.

Dalam kepemimpinan kepala desa dapat dilihat dari sikap dan perilaku

yang diperlihatkannya yang meliputi: 1) memberikan motivasi kepada

masyarakat; 2) tanggung jawab sebagai pemimpin terhadap setiap keputusan

yang diambil; 3) keaktifan pemimpin dalam mendorong berpartisipasi dan

memberi perhatian timbal balik dengan masyarakat; 4) komunikasi yang terdiri

dari pemberian informasi, stabilitator dan fasilitator (Anagora dalam Harbani,

2008).

Anagora (Harbani, 2008:5) mengemukakan, bahwa kepemimpinan

adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, melalui komunikasi baik

langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-

orang agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia

mengikuti kehendak pimpinan itu. Kepemimpinan juga dimaknai sebagai

kemampuan mempengaruhi berbagai strategi dan tujuan, kemampuan

mempengaruhi komitmen dan ketaatan terhadap tugas untuk mencapai tujuan

bersama, dan kemampuan mempengaruhi kelompok agar mengidentifikasi,

memelihara, dan mengembangkan budaya organisasi (Stogdill dalam Hasibuan

Melayu S.P, 2004). Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi

perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.

Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan menggerakkan atau

memotivasi sejumlah orang agar secara serentak melakukan kegiatan yang

sama dan terarah pada pencapaian tujuannya. Kepemimpinan juga merupakan


9

proses menggerakkan grup atau kelompok dalam arah yang sama tanpa

paksaan.

Selain faktor kepemimpinan kepala desa, faktor kesadaran dalam

membayar pajak juga dianggap sebagai hal yang penting dalam kaitan dengan

kepatuhan membayar pajak. Seperti yang diungkapkan Suhardito dan Sudibyo

(2009) kesadaran wajib pajak merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif,

kognitif, yang berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku

terhadap makna dan fungsi pajak. Kesadaran perpajakan berkonsekuensi logis

untuk para wajib pajak agar mereka rela memberikan kontribusi dana untuk

pelaksanaan fungsi perpajakan, dengan cara menbayar kewajiban pajaknya

secara tepat waktu dan tepat jumlah.

Menurut Suryarini dan Tarmudji (2006) ada banyak hal yang menjadi

penyebab mengapa tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak masih

rendah, diantaranya adalah sebab kultural dan historis, kurangnya informasi

dari pihak pemerintah kepada rakyat, adanya kebocoran pada penarikan pajak

serta suasana individu yaitu belum punya uang, malas, dan tidak ada imbalan

langsung dari pemerintah.

Menurut Agustianto (2012) kepatuhan masyarakat dalam membayar

pajak masih kurang dikarenakan masyarakat belum yakin dengan undang-

undang perpajakan. Selain itu terdapat pula rasa tidak percaya kepada petugas

pajak. Oleh sebab itu masyarakat mulai mencoba mengurangi atau bahkan

menyembunyikan kewajiban membayar pajak. Tingkat kepatuhan wajib pajak


10

dalam membayar pajaknya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya

adalah gaya kepemimpinan kepala desa dan sanksi administrasi perpajakan.

Kaitan dengan pengaruh atau peranan kepemimpinan kepala desa

terhadap peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan

Bangunan, maka ada tiga pengaruh atau peranan, yaitu : peranan kepemimpinan

kepala desa sebagai motivator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan; peranan kepemimpinan kepala desa

sebagai fasilitator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar

Pajak Bumi dan Bangunan; dan peranan kepemimpinan kepala desa sebagai

mobilisator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak

Bumi dan Bangunan.

Berangkat dari urian di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat

permasalahan ini dalam suatu judul Skripsi sebagai berikut “Pengaruh

Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Peningkatan Kesadaran

Masyarakat dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima.”

B. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah peranan kepemimpinan kepala desa sebagai motivator dalam

peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan

Bangunan di Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima?


11

2. Bagaimanakah peranan kepemimpinan kepala desa sebagai fasilitator dalam

peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan

Bangunan di Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima?

3. Bagaimanakah peranan kepemimpinan kepala desa sebagai mobilisator

dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan

Bangunan di Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui peranan kepemimpinan kepala desa sebagai motivator

dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi

dan Bangunan di Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima.

b. Untuk mengetahui peranan kepemimpinan kepala desa sebagai fasilitator

dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi

dan Bangunan di Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima.

c. Untuk mengetahui peranan kepemimpinan kepala desa sebagai

mobilisator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar

Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten

Bima.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Akademis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu administrasi yang

berkaitan dengan pengaruh kepemimpinan kepala desa terhadap


12

peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan

Bangunan.

b. Kegunaan praktis. Hasil penelitian ini dapat diharapkan berguna sebagai

salah satu referensi dalam melihat hubungan antara kepemimpinan

kepala desa terhadap peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan, dan masukan bagi pemerintah

Kabupaten Bima khususnya peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan

c. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penelitian

lainnya yang berkecimpung dalam profesi keuangan dan membantu

pelaksanaan kegiatan penerimaan pajak.

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah konsep dimana berisi pengertian atau definisi

konsep tersebut, aspek / dimensi / komponen / bentuk / gejala dan sebagainya

dari konsep tersebut yang nantinya akan dijadikan indikator dari konsep

tersebut, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan sebagainya (Moleong, 2012).

Fokus penelitian memuat rincian pernyataan tentang cakupan atau topik-

topik pokok yang akan diungkap/digali dalam penelitian ini. Apabila digunakan

istilah rumusan masalah, fokus penelitian berisi pertanyaan-pertanyaan yang

akan dijawab dalam penelitian dan alasan diajukannya pertanyaan. Pertanyaan-

pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui gambaran apa yang akan

diungkapkan di lapangan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus didukung

oleh alasan-alasan mengapa hal tersebut ditampilkan.


13

Menurut Moleong (2012), fokus dasarnya adalah masalah yang bersumber

dari pengalaman penelitian atau melalui pengetahuan yang bersumber dari

pengalaman peneliti. Melalui pengetahuan yang diperolehnya, melalui

kepustakaan ilmiah atau kepustakaan. Penentuan fokus penelitian memiliki dua

tujuan yaitu: a. Penentuan fokus membatasi studi yang berarti bahwa dengan

adanya fokus penentuan tempat menjadi layak. b. Penentuan fokus secara

efektif menetapkan kriteria inklusi-inklusi untuk menyaring informasi yang

masuk. Mungkin data cukup menarik, tetapi jika dipandang tidak relevan maka

data itu tidak dipakai (Moleong, 2012).

Terdapat 3 (tiga) fokus yang teridentifikasi dalam penelitian ini yakni

sebagai berikut: peranan kepemimpinan kepala desa sebagai motivator dalam

peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan

Bangunan; peranan kepemimpinan kepala desa sebagai fasilitator dalam

peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan

Bangunan; dan peranan kepemimpinan kepala desa sebagai mobilisator dalam

peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan

Bangunan.

a. Peranan kepemimpinan kepala desa sebagai motivator dalam peningkatan

kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan, terdiri

atas: (1) mendorong masyarakat wajib pajak agar mau membayar PBBnya,

(2) pemberi semangat kepada masyarakat wajib pajak agar mau membayar

PBBnya, (3) mendorong pemahaman masyarakat wajib pajak, (4)

mendorong kesadaran wajib pajak, (5) memberikan sosialisasi (penyuluhan)


14

mengenai pentingnya membayar PBB bagi pembangunan di daerahnya, dan

(6) memberikan hadiah bagi pembayar PBB terbanyak dan tercepat.

b. Peranan kepemimpinan kepala desa sebagai fasilitator dalam peningkatan

kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan, terdiri

atas: (1) memberikan bantuan/memfasilitasi kepada wajib Pajak Bumi dan

Bangunan, (2) menjadi nara sumber yang baik untuk berbagai permasalahan

PBB, (3) memfasilitasi kegiatan-kegiatan mengenai Pajak Bumi dan

Bangunan, (4) memberikan kemudahan dan kelancaran dalam proses

Pembayaran PBB, (5) melayani wajib PBB yang bermasalah, (6)

menyediakan dan siap dengan informasi termasuk pendukungnya tentang

persoalan PBB, dan (7) menjadi jembatan antara masyarakat dan

pemerintah.

c. Peranan kepemimpinan kepala desa sebagai mobilisator dalam peningkatan

kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan, terdiri

atas: (1) mengarahkan wajib pajak bumi dan bangunan agar membayar

kwajibannya, (2) menggerakkan wajib pajak bumi dan bangunan agar

membayar kwajibannya, (3) mengajak masyarakat untuk bersama-sama

melakukan pembayaran pajak bumi bangunan terhutangnya sebelum jatuh

tempo, (4) melakukan sosialisasi sebagai peningkat kesadaran dan

kepatuhan membayarkan PBB terhutangnya, (5) melakukan gaya “jemput

bola” dengan mendatangi wajib PBB dari rumah ke rumah, dan (6)

membentuk Kelompok Informasi Masyarakat sadar PBB.


15

E. Sistematika Pembahasan

Untuk menjelaskan gambaran yang dikemukakan dalam Skripsi ini

secara garis besarnya menyajikan 5 (lima) bab sebagai berikut.

Bab Pertama : adalah bab pendahuluan yang merupakan bab pengantar

di mana secara sistematis menyajikan tentang : latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, fokus penelitian, dan

sistematika pembahasan.

Bab Kedua : merupakan bab yang mengupas tinjauan teoretis atau

tinjauan pustaka tentang : beberapa pengertian (pengertian pengaruh,

pengertian kepemimpinan, pengertian kepala desa, pengertian kesadaran, dan

pengertian Pajak Bumi dan Bangunan), Pajak Bumi dan Bangunan sebagai

salah satu jenis pajak negara, Pajak Bumi dan Bangunan sebagai sumber

pendapatan negara, fungsi Pajak Bumi dan Bangunan, Objek Pajak Bumi dan

Bangunan, strategi peningkatan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan,

penagihan Pajak Bumi dan Bangunan, jenis-jenis kesadaran masyarakat,

kepemimpinan kepala desa dalam pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan,

strategi kepala desa dalam meningkatkan kesadaran masyarakat, dan faktor

yang mempengaruhi kurangnya kesadaran masyarakat

Bab Ketiga : merupakan bab yang membahas tentang metode penelitian

yang terdiri atas: jenis dan pendekatan penelitian, lokasi dan waktu penelitian,

penentuan informan penelitian, jenis dan sumber data penelitian, teknik

pengumpulan data, teknik pemeriksaan/pengujian keabsahan data, dan teknik

analisis data.
16

Bab Kempat : merupakan bab yang membahas tentang gambaran umum

lokasi penelitian yang terdiri atas: sejarah singkat lokasi penelitian, organisasi

dan tata kerja, keadaan sumber daya manusia, dan keadaan sarana dan

prasarana; dan pembahasan hasil penelitian, terdiri atas: peranan kepemimpinan

kepala desa sebagai motivator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan, peranan kepemimpinan kepala desa

sebagai fasilitator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar

Pajak Bumi dan Bangunan, dan peranan kepemimpinan kepala desa sebagai

mobilisator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak

Bumi dan Bangunan.

Bab Kelima : merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan

saran-saran.
17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Beberapa Pengertian

1. Pengertian Pengaruh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), pengaruh adalah

daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk

watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.

Menurut Wiryanto (2009), pengaruh adalah tokoh formal dan

informal di masyarakat yang memiliki ciri-ciri kosmopolitan, inovatif,

kompeten, dan aksesibel dibandingkan dengan pihak yang dipengaruhi.

Menurut Uwe Becker (2010), pengaruh adalah kemampuan yang

terus berkembang dan tidak terlalu terkait dengan usaha memperjuangkan

dan memaksakan kepentingan.

Menurut Norman Barry (2010), pengaruh adalah suatu tipe

kekuasaan agar bertindak dengan cara tertentu, terdorong untuk bertindak

demikian, sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan

motivasi yang mendorongnya.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh

merupakan sebuah hal abstrak yang tidak bisa dilihat tapi bisa dirasakan

keberadaan dan kegunaannya dalam kehidupan dan aktivitas manusia

sebagai makhluk sosial.


18

2. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan suatu interaksi antara anggota suatu

kelompok sehingga pemimpin merupakan agen pembaharu, agen

perubahan, orang yang perilakunya akan lebih mempengaruhi orang lain

daripada perilaku orang lain yang mempengaruhi mereka, dan

kepemimpinan itu sendiri timbul ketika satu anggota kelompok mengubah

motivasi kepentingan anggota lainnya dalam kelompok (Bernards M. Bass,

2009: 21).

Terry (2008:17) berpendapat kepemimpinan adalah hubungan yang

ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk

bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Kepemimpinan adalah suatu proses bagaimana menata dan

mencapai kinerja untuk mencapai keputusan seperti bagaimana yang

diinginkannya.

Kepemimpinan adalah suatu rangkaian bagaimana mendistribusikan

pengaturan dan situasi pada suatu waktu tertentu (J.A. Klein dan P.A. Pose,

2006: 125).

Anagora (Harbani, 2008:5) mengemukakan, bahwa kepemimpinan

adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, melalui komunikasi

baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan

orang-orang agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati

bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu.


19

Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah aktivitas untuk

mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk

mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan

menggerakkan atau memotivasi sejumlah orang agar secara serentak

melakukan kegiatan yang sama dan terarah pada pencapaian tujuannya.

Kepemimpinan juga merupakan proses menggerakkan grup atau kelompok

dalam arah yang sama tanpa paksaan.

3. Pengertian Kepala Desa

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 72 tentang Desa, dalam

struktur organisasi pemeritahan desa, kepala desa adalah pemimpin

pemerintah desa tertinggi yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh

perangkat desa. Kepala desa diangkat dan dilantik oleh bupati melalui

pemilihan langsung oleh penduduk desa warga negara Republik Indonesia

dengan masa jabatan 6 (enam) tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk

1 (satu) kali masa jabatan berikutnya”.

Kepala desa berkedudukan sebagai sebagai alat pemerintah desa

yang memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa. Kepala desa bukan

saja menjalankan pemerintahan, membina ketertiban dan ketentraman,

menjaga supaya hukum yang dilanggar dapat dipulihkan seperti sediakala,

tetapi juga agar orang-orang yang melanggar hukum itu tidak mengulangi

lagi perbuatannya dan orang-orang yang telah didamaikan benar-benar

damai seperti semula.


20

Kepala desa adalah kepala organisasi pemerintahan desa yang

berkedudukan strategis dan mempunyai tanggung jawab yang luas.

Tanggung jawab meliputi urusan tugas pekerjaan yang terpisah dan terbagi

kepada pejabat instansi pemerintah berdasarkan asas dekonsentrasi dan

desentraliasi, sedangkan di desa tanggung jawab urusan tugas pelayanan itu

terpusat pada kepala desa. Tanggung jawab urusan tugas pekerjaan itu dapat

dilaksanakan sendiri oleh Kepala Desa atau melalui orang lain.

Menurut Widjaja (2008:27) bahwa kepala desa yaitu penguasa

tertinggi di desa dan sebagai pemimpin formal maupun informal, pemimpin

yang setiap waktu berada di tengah-tengah rakyat yang dipimpinnya.

Kepala desa mempunyai kewajiban memberikan laporan

penyelenggaraan pemerintahan desa kepada bupati/walikota, memberikan

laporan keterangan pertanggungjawaban kepada Bamusdes, serta

menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada

masyarakat.

4. Pengertian Kesadaran

Secara harfiah kata “kesadaran” berasal dari kata “sadar”, yang

berarti insyaf, merasa tahu dan mengerti. Kita sadar jika kita tahu, mengerti,

insyaf, tentang kondisi tertentu, khususnya sadar atas hak dan kewajibannya

sebagai warga Negara. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Widjaja

(2004: 46) menyatakan bahwa “kita sadar jika kita tahu, mengerti, insyaf

dan yakin tentang kondisi tertentu.”


21

Kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami

realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas.

Manusia dengan dikaruniahi akal budi merpakan mahluk hidup yang sadar

dengan drinya. Kesadaran yang dimiliki oleh manusia kesadaran dalam diri,

akan diri sesama, masa silam, dan kemungkinan masa depannya. Manusia

memiliki kesadaran akan dirinya sebagai entitas yang terpisah serta

memiliki kesadaran akan jangka hidup yang pendek, akan fakta ia

dilahirkan di luar kemauannya dan akan mati di luar keinginannya.

Kesadaran masyarakat merupakan motivasi untuk berperan serta

dalam pembangunan. Hal ini selaras dengan definisi kesadaran menurut

Gozali dalam Utomo (2002: 30) menyatakan bahwa kesadaran adalah

kewajiban dalam kehidupan masyarakat untuk melakukan sesuatu secara

sukarela dan didukung oleh motivasi dari kepemimpinan daerah setempat

misalnya adalah kesadaran dalam memiliki kartu tanda penduduk sebagai

warga maupun kesadaran akan kewajiban lainnya.

5. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

Mardiasno (2005 : 191) mengemukakan sebagai berikut : “Pajak

Bumi dan Bangunan adalah pajak yang diperoleh melalui tanah maupun air

serta tempat tinggal, tempat usaha dan berupa konstruksi bangunan yang

sesuai dengan nilai jual menurut klasifikasi bumi dan bangunan.”

Soemitro (2007 : 11) mengemukakan sebagai berikut : “PBB adalah

konstruksi teknik yang ditanam atau yag diletakkan secara tetap pada tanah
22

yang diperuntukkan sebagai tempat yang telah diusahakan dan merupakan

harta yang tak bergerak yang akan membayar pajak.”

Slamet Munawir, Dkk. (2010 : 213) menjelaskan pengertian Pajak

Bumi dan Bangunan sebagai berikut : “Pajak Bumi dan Bangunan (lebih

dikenal dengan PBB) adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas harta

tak bergerak berupa bumi dan bangunan. Pajak ini termasuk pajak obyektif

karena yang dipentingkan adalah keadaan obyeknya, bukan subyeknya.”

B. Pajak Bumi dan Bangunan sebagai Salah Satu Jenis Pajak Negara

Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu jenis pajak negara.

Pajak negara terdapat berbagai ragam jenis yang diklasifikasikan dalam

beberapa macam. Dalam ilmu hukum pajak ada beberapa macam pembagian

pajak, di antaranya :

1. Pajak subyektif dan pajak obyektif.

2. Pajak langsung dan pajak tidak langsung.

3. Pajak pusat dan pajak daerah.

4. Pajak lain-lain.

Di antara pembagian tersebut yang bisa dipakai adalah :

1. Pajak langsung dan pajak tidak langsung

2. Pajak pusat dan pajak daerah.

Pembagian antara pajak langsung dan pajak tidak langsung biasanya

dipergunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka kepentingan

administrasi.

Selanjutnya, adapun yang dimaksud dengan :


23

1. Pajak langsung adalah suatu jenis pajak yang dikenakan kepada orang atau

badan yang ditunjuk sebagai wajib pajak, di mana orang atau badan tersebut

adalah subyek yang memikul beban pajak.

2. Pajak tidak langsung adalah pajak yang dikenakan kepada orang atau badan

yang ditunjuk, tetapi yang menjadi beban pajak adalah orang lain, seperti

pajak pertambahan nilai, pajak pembangunan dan pajak tontonan.

Mengenai pembagian pajak pusat dan daerah dapat dilihat cara

pengelolaannya dan pemungutannya :

1. Pajak pusat dipungut oleh pemerintah pusat, seperti pajak penghasilan,

pajak pertambahan nilai, bea masuk cukai dan lain-lainnya.

2. Pajak daerah pemungutannya dilakukan oleh pemeritah daerah seperti pajak

pembangunan dan pajak tontonan.

Pajak pusat pengelolaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan yang

dalam hal ini dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea

dan Cukai dan Jenderal Moneter seperti yang terlihat di bawah ini :

1. Direktorat Jenderal Pajak melakukan pengelolaan penerimaan pajak dari

sektor pajak penerimaan/penghasilan pajak pertambahan nilai, pajak bumi

dan bangunan dan bea materai.

2. Direktoral Jenderal Bea dan Cukai melakukan pengelolaan penerimaan

pajak dari bea masuk dan cukai.

3. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan pengelolaan penerimaan

pajak dari sektor pajak penghasilan atas minyak dan gas alam.
24

Adapun jenis-jenis pajak yang dikelola oleh Direktoral Jenderal Pajak

yaitu pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan,

dan bea materai.

Penjelasan tentang yang dimaksud dengan pajak-pajak tersebut di atas

terurai sebagai berikut :

1. Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau

perseorangan dan kepada badan atas penghasilan yang diterima atau

diperoleh selama satu tahun pajak.

2. Pajak pertambahan nilai adalah pajak yang dikenakan terhadap penyerahan

barang kena pajak dari produsen atau importir kepada pembeli.

3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dikenakan atas bumi

dan atau bangunan kepada orang atau badan yang secara nyata mempunyai

suatu hak atas bumi dan atau bangunan memperoleh manfaat atas bangunan

tersebut.

4. Bea materai adalah pajak yang dikenakan dokumen (surat perjanjian akte

notaris, akte yang dibuat pejabat pembuat akte tanah, yang memuat jumlah

uang, surat berharga dan efek).

C. Pajak Bumi dan Bangunan sebagai Sumber Pendapatan Negara

Penulis akan menyajikan pengertian dari penerimaan, dalam hal

penerimaan negara dari sektor pajak.

Penerimaan negara mempunyai dua sumber utama, yaitu penerimaan dalam

negeri dan penerimaan pembangunan. Dalam rangka pembangunan masyarakat


25

Indonesia, pemerintah telah mengambil garis kebijaksanaan anggaran

berimbang dinamis.

Dalam kebijaksaan anggaran berimbang dinamis tersebut penerimaan

dalam negeri merupakan tulang punggung untuk pembiayaan belanja negara,

karena pada prinsipnya kita harus mampu berdiri sendiri di atas kekuatan diri

sendiri sebagaimana yang dimaksud dengan “azas percaya pada kekuatan

sendiri.”

Penerimaan dalam negeri merupakan dana untuk membiayai belanja negara

baik yang rutin maupun pembangunan. Namun karena belum mengizinkan,

maka untuk menutup belanja pembangunan yang besar jumlahnya, maka

pemeritah dapat menggunakan haknya untuk “mengadakan atau memperoleh

pinjaman.” Dengan ketentuan bahwa pinjaman itu hanya akan digunakan untuk

membiayai belanja pembangunanan. Dalam hal ini penulis membatasi ruang

lingkup pada penerimaan dalam negeri.

Penerimaan dalam negeri mempunyai dua sumber yaitu penerimaan pajak

dan penerimaan non-pajak.

Penerimaan pajak meliputi : pajak hasil penjualan minyak bumi dan gas

alam; pajak pertambahan nilai barang dan jasa, dan pajak penjualan atas

barang mewah (PPN); pajak penagihan (PPH); Bea masuk dan cukai; pajak

ekspor; dan pajak bumi dan bangunan, dan lain-lain.

Dalam UUD 1945 pasal 23 ayat (2) ditetapkan “Segala macam pajak

untuk keperluan negara ditetapkan dengan Undang-undang.” Hal ini berarti

bahwa setiap pajak yang dipungut oleh pemerintah harus mendapat persetujuan
26

terlebih dahulu dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Oleh karena itu setiap

warga negara yang telah mempunyai penghasilan di atas penghasilan kena

pajak (PTKP), atau badan hukum yang dalam usahanya telah memperoleh

keuntungan atau penghasilan dalam usahanya, dengan sendirinya sudah

mempunyai kewajiban kepada negara atas keuntungan yang diperoleh, dan

harus menyerahkan sebagian kecil hasil itu kepada negara, dalam hal ini

sebagai pembayaran pajak atas penghasilan atau keuntungan yang diperoleh

tersebut. Dengan demikian telah memenuhi kewajiban sebagai warga negara

yang baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dari uraian di atas, maka akan memudahkan dalam memberikan batasan

tentang penerimaan.

Dalam hal ini penerimaan bersumber pada penerimaan pajak, seperti yang

dikemukakan pada atau yang dimuat dalam berita pajak seperti berikut :

“Penerimaan adalah jumlah uang pajak yang telah disetor oleh atau wajib pajak

ke kantor pos atau bank persepsi atau bank lainnya yang ditunjuk untuk itu dan

telah dibukukan dalam kas negara dalam hal ini kantor perbendaharaan dan kas

negara dan telah dibukukan oleh kantor Pelayanan Pajak setempat sebagai

penerimaan pajak.”

Dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa pajak atau wajib pungut setelah

menyetorkan pajaknya diwajibkan untuk melaporkan kembali ke kantor

pelayanan pajak setempat, bahwa pajak telah disetorkan atas rekening Kas

Negara di mana hasil laporan ini akan dibukukan sebagai penerimaan negara

oleh Kantor Pelayanan Pajak.


27

D. Fungsi Pajak Bumi dan Bangunan

Sebagaimana yang telah diuraikan dan telah menjadi ciri khas dari undang-

Undang Perpajakan Nasional yang baru, dengan memberikan kepercayaan

kepada wajib pajak, untuk menghitung sendiri besar pajaknya dengan demikian

sistem pajak yang baru ini mendorong dan memerankan masyarakat agar dapat

berpartisipasi secara langsung di dalam ikut menyukseskan sasaran Nasional di

dalam bidang perpajakan ini.

Berkaitan dengan apa yang dikemukaan tersebut di atas, maka Rachmat

Soemitro memberikan pengertian fungsi pajak secara umum ke dalam fungsi-

fungsi : “Fungsi yang disebut fungsi budgeter; dan fungsi yang disebut dengan

fungsi mengatur.”

Selanjutnya, dijelaskan bahwa :

“Fungsi budgeter adalah fungsi yang letaknya di sektor publik dan pajak
di sini merupakan suatu alat (suatu sumber), memasukkan uang
sebanyak-banyaknya di dalam Kas Negara yang pada waktunya
digunakan untuk membiayai investasi pemerintah.
Sedangkan fungsi mengatur pajak digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan tertentu yang letaknya di luar bidang keuangan dan
fungsinya mengatur yang ditujukan kepada sektor-sektor swasta.”
(Rachmat Soemitro, 1974 : 29).

Dari kedua masukan yang diutarakan di atas menunjukkan bahwa ide dasar

digalakkannya sumber penerimaan negara di bidang pajak ini adalah suatu

strategi untuk menciptakan masyarakat yang baik yaitu menciptakan manusia

Indonesia yang adil dan makmur, sejahtera baik lahir maupun batin. Untuk

mewujudkan itu semua, maka dianggap perlu diStrategikan proses pembinaan

kesadaran masyarakat secara kontinu terhadap pembayaran pajak. Karena itu

apa yang telah dikemukakan dalam Skripsi ini dalam rangka mengoptimalkan
28

dan meningkatkan penerimaan pajak merupakan salah satu alternatif untuk

meningkatkan penerimaan negara dalam sektor pajak.

E. Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Sesuai dengan namanya, yang menjadi obyek Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB) yakni bumi dan atau bangunan.

Slamet Munawir, Dkk. (1990 : 214) menjelaskan bahwa : “Yang dimaksud

dengan Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya.

Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa

tambak perairan) serta laut wilayah Republik Indonesia.”

Sedangkan Bangunan menurut Slamet Munawir, Dkk. (1990 : 214) yakni

“konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah

dan/atau perairan untuk tempat tinggal atau tempat usaha dan tempat yang

diusahakan.”

Objek pajak adalah bumi dan bangunan dengan klasifikasi bumi dan

bangunan pengelompokkan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan

digunakan sebagai pedoman, serta untuk memudahkan penghitungan pajak

yang terutang.

Mardiarso (1995 : 56) mengemukakan sebagai berikut : “Objek pajak

adalah penghasilan, yaitu tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

diperoleh selama satu tahun pajak yang dapat dipakai untuk konsumsi dan

untuk menambah kekayaan.”

Dalam menentukan bumi dan bangunan diperhatikan faktor-faktor sebagai

berikut :
29

a. Letak.

b. Peruntukkan.

c. Pemanfaatan.

d. Kondisi lingkungan.

e. Bahan yang digunakan.

f. Rekayasa.

F. Strategi Peningkatan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

Berbicara tentang Strategi peningkatan penerimaan Pajak Bumi dan

Bangunan, bukan mungkin terlepas dengan membicarakan juru pungut. Sebab,

juru pungutlah yang memainkan peran strategis dalam penerimaan pajak negara

melalui Pajak Bumi dan Bangunan.

Juru pungut dimaksud dalam penulisan karya tulis ini sebagai berikut. “…

Juru pungut adalah aparat atau petugas pemungut Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB) yang diberikan kewenangan oleh Kepala Daerah yang bersangkutan

untuk melakukan penagihan atau pemungutan pajak bumi dan bangunan kepada

wajib pajak.” (SK. Walikota Bima No. 973/003, 1 April 1994).

Dari pengertian juru pungut tersebut, di bawah ini akan disajikan mengenai

limpahan tugas yang dibebankan kepada juru pungut yakni :

a. Menerima tanda terima sementara dan DPH dari Dinas Pendapatan

Daerah/Kepala Desa dengan berita acara.

b. Menerima uang pembayaran PBB dari wajib pajak dan memberikan tanda

terima sementara sebagai bukti pembayaran.


30

c. Menyetorkan semua uang hasil penerimaan PBB ke tempat pembayaran,

yang ditentukan setiap hari kerja dengan menggunakan daftar penerimaan

harian (DPH) kecuali bagi daerah-daerh yang transportasinya sulit.

d. Menerima (STTS) bagian ke satu dari tempat pembayaran untuk

selanjutnya menyerahkan kepada wajib pajak yang bersangkutan.

e. Bertanggung jawab sepenuhnya atas TTS (Tanda Terima Sementara) dan

STTS bagian satu yang diterima dari tempat pembayaran.

f. Menyerahkan bonggol TTS yang sudah habis terpakai untuk mendapatkan

TTS yang baru dari Dinas Pendapatan Daerah /Kepala Desa.

Sedangkan yang menjadi tugas pokok para petugas pemungut Pajak Bumi

dan Bangunan (PBB) dapat dirinci sebagai berikut :

1. Petugas Pemungut

a. Seminggu sekali melaporkan perkembangan penyampaian SPPT PBB

kepada Kepala Desa.

b. Setiap hari melaporkan semua hasil penerimaan/penyetoran uang PBB

kepada Kepala Desa/Dinas Pendapatan Daerah dengan DPH dilampiri

STTS lembar kedua.

c. Bersamaan dengan permintaan STTS baru, melaporkan penggunaan

STTS kepada Kepala Desa disertai penyerahan bonggol STTS lama.

2. Kepala Desa

a. Membuat dan menyampaikan laporan mingguan perkembangan

penyampaian SPPT kepada Dinas Pendapatan Daerah dengan tembusan

KP. PBB.
31

b. Sebagai pejabat PPAT melaporkan mutasi objek/subjek PBB kepada KP.

PBB yang tembusannya disampaikan kepada Dinas Pendapatan Daerah.

c. Seminggu sekali membuat laporan mutasi objek/subjek pajak kepada

Dinas Pendapatan Daerah, tembusan kepada KP. PBB.

d. Membuat laporan penerimaan mingguan dan laporan penerimaan

bulanan kepada Dinas Pendapatan Daerah.

G. Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan

Kaitan dengan tugas pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan, dikenal pula

penagihan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Pajak yang terutang yang belum

dibayar pada saat tanggal jatuh tempo ditagih dengan Surat Tagihan Pajak.

Yang dimaksud dengan Surat Tagihan Pajak menurut Slamet Munawir, Dkk.

(1990 : 226) yaitu “salah satu dasar penagihan pajak yang dikenakan kepada

wajib pajak yang belum melunasi utang pajaknya pada tanggal yang telah

ditentukan.”

Direktorat Penyuluhan Pajak Departemen Keuangan RI Direktorat Jenderal

Pajak (2000 : 1) mengemukakan, “Penagihan Pajak adalah serangkaian

tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan

pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika

dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan,

melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.”

Dasar penagihan Pajak Bumi dan Bangunan adalah :

a. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).

b. Surat Ketetapan Pajak (SKP).


32

c. Surat Tagihan Pajak (STP).

Kemudian, dalam pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan

dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :

a. Kepala Kantor Pelayanan PBB dapat melaksanakan tindakan penagihan

PBB apabila pajak yang terutang sebagaimana tercantum dalam STP PBB

tidak atau kurang dibayar setelah lewat jatuh tempo pembayaran.

b. Penerbitan Surat Teguran (ST) sebagai awal tindakan pelaksanaan

penagihan pajak dilakukan segera setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo

pembayaran.

c. Setelah lewat waktu 21 hari sejak diterbitkan ST, jumlah utang pajak yang

masih harus dibayar tidak dilunasi oleh penanggung pajak, Kepala KP. PBB

segera menerbitkan Surat Paksa (SP).

d. Setelah lewat waktu 2 x 24 jam sejak Surat Paksa (SP) diberitahukan

kepada penanggung pajak, jumlah utang pajak yang masih dibayar tidak

diunasi oleh penanggung pajak, Kepala KP. PBB segera menerbitkan Surat

Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP).

e. Setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan

penyitaan apabila utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus

dibayar tidak diunasi oleh penanggung pajak, Kepala KP. PBB segera

melaksanakan Pengumuman Lelang (PL).

f. Setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal pengumuman

lelang, apabila utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibayar

tidak dilunasi oleh penanggung pajak, Kepala KP. PBB segera


33

melaksanakan penjulan barang sitaan penanggung pajak melalui Kantor

Lelang.

g. Dalam hal dilakukan penagihan seketika dan sekaligus, kepada penanggung

pajak dapat diterbitkan SP tanpa menunggu tanggal jatuh tempo

pembayaran atau tanpa menunggu lewat tenggang waktu 21 hari sejak ST

diterbitkan.

Selanjutnya, masih kaitan dengan penagihan ini, wajib pajak mempunyai

hak-hak sebagai berikut :

a. Meminta Juru Sita memperlihatkan tanda pengenal Juru Sita Pajak.

b. Menerima salinan surat paksa dan salinan berita acara penyitaan.

c. Menentukan urutan barang yang akan dilelang.

d. Mendapat kesempatan terakhir untuk melunasi utang pajak beserta denda

termasuk biaya penyitaan, iklan dan biaya pembatalan lelang serta

melaporkan pelunasan tersebut kepada Kantor Pelayanan PBB yang

bersangkutan sebelum pelaksanaan lelang.

Di samping hak-hak wajib pajak, terdapat pula kewajiban wajib pajak

kaitan dengan penagihan ini, yaitu :

a. Membantu Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugasnya dengan :

memperbolehkan memasuki ruangan, tempat usaha, dan tempat tinggal;

dan memberikan keterangan lisan ataupun tertulis yang diperlukan.

b. Barang yang disita dilarang dipindahtangankan, dihipotikkan, atau

disewakan.
34

Hal lain yang masih berkaitan penagihan ini, yaitu Juru Sita Pajak berhak

meminta bantuan Kepolisian Negara atau aparat Pemerintah Daerah dalam

rangka pelaksanaan penagihan pajak.

H. Jenis-jenis Kesadaran Masyarakat

Kesadaran adalah keadaan tahu, mengerti, dan merasa. Kesadaran untuk

mematuhi ketentuan (hukum pajak) yang berlaku tentu menyangkut faktor-faktor

apakah ketentuan tersebut telah diketahui, diakui, dihargai, dan ditaati. Bila

seseorang hanya mengetahui berarti kesadaran wajib pajak tersebut masih rendah.

Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak

mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan

sukarela. Pengetahuan dan pemahaman tentang perpajakan sangat penting karena

dapat membantu wajib pajak dalam mematuhi aturan perpajakan. Wajib pajak

harus melaksanakan aturan itu dengan benar dan sukarela. Jadi, kesadaran wajib

pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, mengakui, menghargai

dan menaati ketentuan perpajakan yang berlaku serta memiliki kesungguhan dan

keinginan untuk memenuhi kewajiban pajaknya.

Kesadaran masyarakat diartikan sebagai keadaan tahu, mengerti dan

mampu oleh masyarakat untuk menyeimbangkan, menyelaraskan hak-hak dan

kewajibannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang didukung oleh

adanya etika dan moral masyarakat tersebut. Kesadaran masyarakat akan

mendorong timbulnya keinginan untuk memperhatikan kepentingan bersama guna

mencapai kehidupan yang lebih baik.


35

Berkaitan dengan masalah pembayaran PBB, maka dalam memperhatikan

faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran masyarakat perlu lebih dikaitkan

dengan gambaran kehidupan suatu masyarakat yang beraneka ragam.

Keanekaragaman itu berhubungan dengan faktor golongan sosial, politik atau

ekonomi, serta tingkat pendidikan, sifat dan bentuk pekerjaan yang dilakukan.

Dengan demikian, seperti yang dikatakan oleh Rahardja Satjipto (Wiwoho, 2001:

91) bahwa tinggi rendahnya kesadaran masyarakat dalam membayar PBB

sesungguhnya bersumber pada sifat keanekaragaman masyarakat itu sendiri.

Djamaludin dalam Utomo (2002: 12) membagi kesadaran masyarakat dapat

dilihat dari tiga bagian atau tahap yaitu: (1) knowledge (pengetahuan) yaitu

pengetahuan tentang disebut lembaga-lembaga dan program-program yang

dijalankan; (2) attitude (sikap) yaitu melalui tanggapan emosional, pernyataan

senang, tidak senang, pernyataan tentang ketidakpercayaan dan tanggapan untuk

bertindak; (3) practice (tindakan) yaitu pernyataan perilaku seperti ramah, hangat,

agresif, maupun apatis terhadap suatu program.

I. Kepemimpinan Kepala Desa dalam Pemungutan Pajak Bumi dan

Bangunan

Peran Kepala desa juga dianggap penting dalam pemungutan PBB karena

kepala desa berhubungan langsung dengan masyarakat sebagai wajib pajak. Dari

mulai penyerahan SPPT sampai pemungutan pembayaran PBB oleh wajib pajak

selalu berhubungan dengan kepala desa. Oleh karena itu kepala desa harus selalu

memberikan motifasi kepada masyarakatnya untuk selalu membayar Pajak Bumi

Bangunannya.
36

Selain itu, untuk mencapai target dan meningkatkankan kepatuhan

pembayaran pajak dibutuhkan pemimpin dengan jiwa-jiwa yang sadar dan taat

akan hukum, dengan ketaatannya akan hukum yang berlaku akan mencerminkan

juga ketaatannya terhadap hukum pajak. Pemimpin dapat dibentuk oleh suatu

budaya organisasi yang baik atau sebaliknya, pemimpin dapat memberikan

pengaruh terhadap organisasi yang dipimpinnya. Hubungan antara pemimpin

dengan budaya organisasi ini akan menentukan nilai dan keyakinan bersama yang

dianut oleh masing-masing anggota organisasi tentang bagaimana cara melakukan

suatu pekerjaan. Budaya taat pajak yang ditanamkan oleh pemimpin dalam

organisasi akan membuat setiap anggotanya menjadi pribadi-pribadi yang taat

pajak.

Kesadaran untuk menjadi wajib pajak yang taat hukum dan memenuhi

segala kewajibannya perlu dibina sehingga menimbulkan rasa hidup bermasyarakat

dalam diri masing-masing wajib pajak.

Taliziduhu dalam Utomo (2002: 11) tugas pemimpin terutama kepala desa

maupun lurah dalam mempengaruhi kesadaran masyarakat antara lain rasa percaya,

sistem pemerintahan, layanan civil, dan pelaksanaan pembangunan.

Kepemimpinan baik pada pemerintah daerah kabupaten dan kota maupun

pemerintahan desa yang bersentuhan langsung dengan masyarakat di pedesaan

memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam meningkatkan kesadaran

masyarakat. Hal ini selaras dengan definisi kepemimpinan secara etimologi dalam

Syafie (2002: 7) bahwa kepemimpinan dalam bahasa Inggris berarti (leadership)

kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk


37

pihak lain agar melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama, sehingga dengan

demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses kelompok.

Definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh Syafie tidak jauh berbeda

dengan definisi yang kemukakan oleh Siagian (2002: 62) bahwa kepemimpinan

adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain (para bawahannya)

sedemikian rupa sehingga mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara

pribadi hal itu tidak disenanginya.

Pemimpin dapat dikelompokkan menjadi pemimpin formal dan pemimpin

formal. Pemimpin formal adalah pemimpin yang menduduki posisi atau jabatan

formal kepemimpinan dalam suatu organisasi formal yang didirikan berdasarkan

undang-undang dan peraturan Negara atau peaturan perusahaan misalnya adalah

pemimpin presiden, TNI, Gubernur Bupati, direktur perusahaan dan kepala desa.

sedangkan pemimpin informal adalah pemimpin yang tidak menduduki jabatan

organisasi formal dalam sistem sosial, akan tetapi mempunyai pengaruh pada

anggota sistem sosial. Misalnya, para imam, tokoh adat dan dan tokoh masyarakat.

Tidak semua pemimpin memiliki pengaruh dalam meningkatkan kesadaran

masayarakat apalagi pada kepala desa, karena pemimpin diciptakan dan tidak

sekedar dilahirkan. Maka untuk mempengaruhi dan meningkatkan kesadaran

masyarakat seorang pemimpin harus memiliki sifat- sifat yang baik dalam

menajalankan pemerintahannya sehingga bagi masyarakat mengikuti visi, program

bahkan perintah dari pemimpin tersebut.

Riberu (Utomo, 2002: 32) menyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas

kepemimpinan seorang pemimpin seyogyanya memperhatikan etika profesi


38

pemimpin dan etika profesi pemimpin bersumber dari paham-paham mengenai

kepemimpinan tersebut. Tiap pemimpin harus memperhatikan kepentingan umum,

kepentingan seluruh kelompok dan kepentingan masing-masing individu dalam

kelompok harus diperhitungkan sejauh mungkin dalam menanggapi situasi, dalam

menganalisis dan menilai situasi demikian pula dalam mengambil tindakan, begitu

pula dalam mengambil tindakan tiap pemimpin harus berusaha agar bagaimanapun

juga keselamatan, kebaikan dan kepentingan bawahannya dapat terjamin.

Pemimpin adalah otak dan hati bagi kelompok.

Tiap pemimpin harus perlu berikrar agar ia menjadi otak utama yang

berpikir bagi kepentingan kelompoknya, ia yang melihat situasi secara tajam dan ia

yang menilai situasi secara seimbang. Pemimpin berdiri di tengah-tengah. Supaya

dapat menjalankan trifungsi, setiap pemimpin harus berada di tengah-tengah

masyarakat, seorang pemimpin akan mengetahui apa yang hidup dan bergerak

dalam masyarakat. Diskresi, tahu membeda-bedakan. Pemimpin harus tahu apa

yang boleh dibicarakan dan apa yang harus di rahasiakan atau yang dimakan.

Pemimpin selalu bijaksana. Pemimpin yang bijaksana selalu memperhatikan

faktor-faktor yang objektif. Yaitu hal-hal yang melekat pada kenyataan-kenyataan

yang sesungguhnya.

Sifat kepemimpinan secara gamblang telah kemukakan oleh salah satu

tokoh pelopor pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantoro dalam Utomo (2009)

dengan falsafaf “ ingarso Sung tulodo, ing madyo mangungkarso, tutwuri

handayani” yang dapat penulis simpulkan dari falsafah tersebut adalah seorang; (1)

pemimpin harus menjadikan dirinya sebagai panutan dan tauladan malaui sifat dan
39

perbuatanya terutama sifat adil dan jujur dalam menjalakan tugas; (2) seorang

pemimpin harus mampu membangkitkan semangat pada bawahannya; (3) seorang

pemimpin harus mampu atau sanggup bertanggung jawab bagi orang yang

dipimpinnya.

J. Strategi Kepala Desa dalam Meningkatkan Kesadaran Masyarakat

Pajak memiliki peran penting dalam proses pembangunan bangsa yang

berkelanjutan. Hal ini dikarenakan hasil dari penarikan pajak yang dilakukan oleh

pemerintah diperuntukan untuk pembangunan dalam setiap bidang mulai dari

pembangunan fisik maupun non fisik.

Beberapa sumber yang diperlukan untuk pembangunan bangsa dan negara

dapat diperoleh dari berbagai macam cara, salah satunya adalah pajak. Setiap

warga negara yang menjadi subyek pajak memiliki kewajiban untuk membayar

pajak sesuai dengan Undang-undang yang berlaku. Kesadaran masyarakat dalam

membayar pajak harus terus ditingkatkan untuk mengoptimalkan pendapatan pajak

demi mewujudkan negara yang sejahtera adil dan makmur. Setiap pemerintah

mulai dari pusat sampai tingkat desa harus ikut berperan dalam upaya tersebut.

Strategi yang dilakukan pemerintah desa untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) melalui 5 cara,

yaitu: (1) bekerjasama dengan pemerintah kecamatan, (2) mengoptimalkan seluruh

perangkat desa, (3) menggerakan tim PKK dan dasa wisma, (4) melaksanakan

sosialisasi, dan (5) mendatangi langsung wajib pajak.


40

1. Bekerjasama dengan pemerintah kecamatan

Isett et al. (2011: 161) membedakan antara tiga jaringan manajemen publik

yang terpisah: jaringan kebijakan, kolaborasi dan tata kelola, jaringan kebijakan

berusaha untuk membentuk pengambilan keputusan publik, jaringan kolaboratif

bekerja sama dalam penyampaian layanan dan jaringan tata kelola menggabungkan

aspek pembuatan kebijakan.

Abdulsyani (2012: 156) menjelaskan kerjasama merupakan suatu bentuk

proses sosial yang didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukkan untuk

mencapai tujuan bersama dengan saling memahami dan saling membantu terhadap

aktivitas masing-masing. Kerjasama merupakan suatu proses sosial yang paling

dasar Kerjasama timbul apabila orang mulai menyadari bahwa mereka mempunyai

kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai

cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi

kepentingan tersebut melalui kerjasama. Sehingga dapat disimpulkan kerjasama

adalah suatu bentuk proses yang di dalamnya terdapat aktifitas yang dilakukan oleh

beberapa orang/kelompok yang ditujukkan guna mencapai tujuan bersama dengan

saling membantu dan saling memahami terhadap kegiatan masing-masing.

2. Mengoptimalkan seluruh perangkat desa

Clutterbuck (2007: 38-39) menjelaskan pentingnya sebuah kerjasama tim

adalah membawa sesuatu yang ekstra pada sifat dan kualitas interaksi antara

anggota kelompok. Semakin banyak orang yang terlibat, semakin kompleks

interaksi, kelompok yang kurang mampu dalam melaksanakan tugas akan berfungsi

dengan baik. Dengan kata lain kerjasama tim adalah sekelompok orang yang saling
41

membantu sehubungan dengan informasi, sumber daya, dan keterampilan untuk

mencapai tujuan bersama.

Hackman mendefinisikan tim (Clutterbuck, 2007:40) dengan menyatakan

bahwa kerjasama tim ada untuk mencapai tujuan bersama, anggota tim bergantung

satu sama lain untuk mencapai tujuan, mereka memiliki batasan (siapa yang ada di

tim dan siapa yang tidak), mereka stabil dari waktu ke waktu, mereka memiliki

wewenang untuk mengelola pekerjaan mereka sendiri dan proses internal, dan

kerjasama tim beroperasi dalam konteks sistem sosial.

3. Menggerakan Tim PKK dan Dasa Wisma

Menggerakan Tim Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan

Dasawisma merupakan kebijakan yang membuat tim pemungutan pajak lebih

beragam. Tim pemungutan pajak yang dulunya hanya dilakukan oleh kepala dusun

menjadi lebih beragam dengan adanya kebijakan dari kepala desa mengikut

sertakan TP PKK dan Dasawisma dalam kegiatan peningkatan kesadaran wajib

pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK)

merupakan gerakan paling terendah dan bermanfaat bagi masyarakat terutama di

daerah pedesaan. Gerakan yang dimotori oleh perempuan mempunyai andil besar

dalam membentuk sebuah keluarga yang bermartabat. Perempuan juga mempunyai

andil besar dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan

masyarakat dan kelompok yaitu dengan pendidikan dan keterampilan yang

dimiliki. Untuk dapat membina keluarga secara langsung dan menjangkau sasaran

sebanyak mungkin, maka dibentuk Tim Penggerak Pemberdayaan dan


42

Kesejahteraan Keluarga (TP PKK), yang mekanisme gerakannya dikelola dan

dilaksanakan oleh suatu Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan

Keluarga di setiap jenjang.

4. Melaksanakan Sosialisasi

Kepatuhan membayar pajak bumi dan bangunan dipengaruhi oleh berbagai

faktor, antara lain faktor sosialisasi. Adanya sosialisasi, diharapkan kepatuhan

wajib pajak dapat timbul dari diri wajib pajak.

Sosialisasi merupakan salah satu cara atau alat yang dapat digunakan untuk

mengguggah dan memberikan pengetahuan kepada para wajib pajak tentang

Peraturan, tata cara perpajakan, prosedur, serta waktu pembayaran Pajak Bumi dan

Bangunan.

Adanya sosialisasi perlu dilakukan untuk menggerakan kepatuhan dan

kesadaran para wajib pajak agar patuh akan kewajibannya dalam membayar pajak.

Sehingga wajib pajak sadar dan patuh akan kewajibannya dalam hal membayar

pajak, khususnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Demi terciptanya

pembangunan nasional yang merata dan berkesinambungan.

Di antara strategi peningkatan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

menurut Mardiasmo (2004 : 150-152) sebagai berikut:

1. Strategi yang berbentuk sosialisasi

- Penyuluhan;

- Imbauan melalui Masjid/Musholla;

- Penerangan/pengumuman melalui Mobil Dinas Penerangan atau Mobil

Dinas Camat.
43

2. Strategi yang berbentuk pemberian pelayanan

- “Jemput bola” atau penagihan dari rumah ke rumah;

- Penyertaan pelunasan PBB pada setiap pengurusan surat-surat keperluan

masyarakat;

- Strategi penyisiran;

- Membuka loket pembayaran pada Kantor Desa/Lurah/Camat;

- Pemberian undangan kepada wajib pajak yang dikategorikan nilai

pembayaran PBB-nya besar;

- Melibatkan pengurus Dusun/RT/RW; dan

- Penyederhanaan prosedur administrasi.

3. Strategi yang berbentuk pengendalian

- Intensitas rapat koordinasi;

- Pembentukan tim intensifikasi PBB;

- Penentuan jadwal penagihan PBB;

- Pemberian penghargaan / bonus.

- Pendataan baru; dan

- Pemutahiran data.

Selain itu, ada peran kepala desa dalam meningkatkan kesadaran

masyarakatnya dalam membayar pajak bumi dan bangunan adalah sebagai berikut:

motivator, fasilitator, dan mobilisator.

Pertama, sebagai motivator. Fungsi kepala desa sebagai pendorong dan

pemberi semangat kepada masyarakat setempat, agar agar ikut melakukan

tindakan-tindakan yang positif sehingga apa yang diharapkan dapat dicapai.


44

Kedua, sebagai fasilitator. Fasilitator dalam hal ini kepala desa sebagai

fasilitator yaitu orang yang memberikan bantuan dan menjadi nara sumber yang

baik untuk berbagai permasalahan serta memfailitasi kegiatan-kegiatan mengenai

Pajak Bumi dan Bannunan desa memberikan kemudahan dan kelancaran dalam

proses Pembayaran PBB yang ada di desanya. Dengan fasilitasi Kepala Desa

diharapkan masyarakat desa dapat berpartisipasi dalam mensukseskan ketercapaian

target Pajak Bumi dan Bangunan yang ada didesanya sehingga desanya tidak

memiliki pajak terhutang lagi. Kepala desa berperan sebagai seorang fasilitator

harus mampu menyediakan dan siap dengan informasi termasuk pendukungnya.

Ketiga, sebagai mobilisator. Mobilisator yaitu orang yang mengarahkan

atau menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pembayaran

pajak bumi dan bangunan guna untuk kepentingan bersama. Jadi kepala desa

sebagai mobilisator bertugas untuk menggerakkan atau mengajak masyarakat untuk

bersama-sama melakukan pembayaran pajak bumi bangunan terhutangnya sebelum

jatuh tempo.

Menurut Hendono (2002: 46), untuk meningkatkan kesadaran masyarakat

dalam membayar pajak diperlukan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Penyuluhan

Merupakan sistem penyampaian informasi, kosultasi dan bimbingan perpajakan

secara berkesinambungan kepada masyarakat guna meningkatkan pengetahuan,

kesadaran dan kemauan anggota masyarakat untuk memperoleh hak dan

melaksanakan kewajiban perpajakan.

b. Meningkatkan Pelayanan
45

Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, antara lain melalui pelayanan terpadu

dan mendekatkan pos-pos pembayaran pajak ditempat-tempat tertentu yang dekat

dengan tempat tinggal wajib pajak seperti di BANK terdekat atau kantorpos

terdekat sehingga dapat memudahkan wajib pajak untuk membayar Pajak Bumi

dan Bangunan.

c. Memberikan Penghargaan

Memberikan penghargaan kepada wajib pajak dapat menggerakkan serta

menggingatkan wajib pajak untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang

membayar tepat pada waktunya, untuk lebih memotivasi dalam membayar pajak

bumi dan bangunan, dan dapat memberikan suatu kebanggaan kepada individu.

K. Faktor yang Mempengaruhi Kurangnya Kesadaran Masyarakat

Salah satu kendala yang sering dihadapi kepala desa adalah adanya SPPT

ganda yang disebabkan oleh sengketa tanah (a) mengakui bahwa yang satu sudah

mengatakan sudah terbit dan yang satunya lagi mengatakan belum terbit. (b)

adanya perkembangan pembangunan komplek perumahan. Kesalahan pendataan

yang dilakukan oleh dinas pelayanan PBB. Keterlambatan dalam pembayaran PBB

oleh masyarakat. (c) Rendahnya kesadaran dari masyarakat akan pentingnya pajak.

(d) Terbatasnya tenaga penyuluhan desa yang dapat memberikan pemahaman

kepada masyarakat.

Saat ini menurut Tarsis Tarmudji (2001: 2) kesadaran masyarakat dalam

membayar pajak masih rendah, karena disebabkan empat faktor yaitu:

a. Sebab kultural dan historis;

b. Kurangnya informasi dari pihak pemerintah kepada rakyat;


46

c. Adanya kebocoran pada penarikan pajak;

d. Suasana individu (belum punya uang, malas, tidak ada imbalan langsung dari

pemerintah).

Sebab pertama adalah sebab kultural dan historis, rakyat Indonesia

mengalami penjajahan selama kurang lebih tiga setengah abad di zaman kolonial

maupun pada saat pendudukan Jepang masih belum lupa pada kepahitan masa

penjajahan. Berdasarkan kepahitan dimasa penjajahan tersebut, khususnya dalam

bidang perpajakan, rakyat umumnya mengenal pajak hanya sebagai alat pemeras

dari kaum penjajah dan oleh karena itu rakyat membenci terhadap pajak. Walaupun

Indonesia sudah merdeka rakyat masih beranggapan bahwa pajak membebankan

mereka.
47

BAB III

METODE PENELITIAN

Konsekuensi sebagai sebuah karya ilmiah yang harus

dipertangungjawabkan obyektivitasnya, maka dalam upaya pengumpulan data

yang diperlukan dalam penulisan Skripsi ini penulis melakukan rangkaian

kegiatan dengan mengacu pada kerangka metode penelitian berturut-turut

sebagai berikut.

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini yakni penelitian

deskriptif. Penelitian deksriptif menurut Hadari Nawawi (2005) dimaksudkan

sebagai berikut : “Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur

pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan / melukiskan

keadaan subyek / obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-

lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana

adanya.”

Penelitian deskriptif yang menggambarkan pengaruh kepemimpinan

kepala desa terhadap peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar

Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian  ini secara sengaja mengambil tempat/lokasi di Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, atas pertimbangan-pertimbangan khusus

peneliti. Di samping persoalan klasik, seperti keterbatasan dana, waktu, dan


48

kemampuan ilmiah peneliti, juga didasarkan alasan yang sangat relatif

subyektivitas dari penulis.

Waktu penelitian dilakukan selama 2 (dua) bulan, yang dimulai dari

Bulan Juni 2020 sampai dengan Bulan Juli 2020.

C. Penentuan Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak mengenal adanya istilah populasi, tetapi oleh

Spradley (Sugiyono, 2017) dinamakan social situation atau situasi sosial yang

terdiri dari tiga hal yaitu tempat, pelaku dan aktivitas yang berinteraksi secara

sinergis.

Sugiyono (2017) sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan

responden melainkan informan kunci, narasumber, partisipan, teman atau guru

dalam penelitian. Sugiyono (2017) menyatakan bahwa “penentuan informan

kunci dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki

lapangan dan selama penelitian berlangsung yaitu memilih orang tertentu yang

dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan dan selanjutnya

berdasarkan data atau informasi kunci yang lainnya yang diharapkan dapat

memberikan data yang lebih lengkap.”

Informan adalah mereka yang memberikan keterangan bukan saja

menyangkut diri dan lingkungannya tetapi juga menyangkut orang lain.

Informan adalah orang yang dapat memberikan keterangan atau informasi

mengenai masalah yang sedang diteliti dan dapat berperan sebagai nara sumber

selama proses penelitian (Moleong, 2012).


49

Informan dipilih secara purposive (dengan memiliki kriteria inklusi) dan

key person. Informan kunci yaitu orang yang sangat berpengetahuan dan bisa

menyampaikan gagasan, orang yang pandangannya dapat menambah atau

berguna dan memahami apa yang sedang terjadi (Patton dalam Yusuf, 2018).

Berdasarkan pertimbangan purposive sampling, maka dalam penentuan

informan ini peneliti mengambil secara sengaja informan, dengan rincian

sebagai berikut: aparat pemerintahan desa, pengurus Pemberdayaan

Kesejahteraan Keluarga, pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, Ketua-

ketua Rukun Warga, Ketua-ketua Rukun Tetangga, dan masyarakat wajib Pajak

Bumi dan Bangunan Desa Rato.

Guna memperkuat analisis data, maka dalam penelitian ini dibutuhkan

pula informasi atau data yang bersumber dari beberapa key informan atau

informan kunci yang berasal dari :

1. Kepala Desa Rato.

2. Ketua Badan Permusyawaratan Desa Rato.

3. Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Rato.

4. Ketua Rukun Warga.

5. Ketua Rukun Tetangga.

6. Salah seorang masyarakat wajib Pajak Bumi dan Bangunan Desa Rato.

D. Jenis dan Sumber Data Penelitian

a. Jenis Data

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini yakni data kualitatif. Data yang

dinyatakan dalam bentuk non-angka/non-numerik atau biasa juga disebut atribut.


50

Dalam istilah komputer disebut data bertipe string. Pada pendekatan kualitatif,

peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari

pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell,

2016).

Bogdan dan Taylor (Moleong, 2012) mengemukakan bahwa metodologi

kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena

itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya,

menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas.

Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai atau lebih dikenal

vestehen atau makna di balik fakta.

Berdasarkan pada beberapa pendapat ahli di atas, maka data yang akan

dipergunakan dalam penelitian ini yakni jenis data kualitatif.

b. Sumber Data

Data merupakan kumpulan fakta atau angka atau segala sesuatu yang dapat

dipercaya kebenarannya sehingga dapat digunakan sebagai dasar penarikan

kesimpulan. Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya

dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berujud suatu gambar,

suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya.

Berdasarkan sumber data, terdapat 2 (dua) jenis data, yaitu: data primer dan

data sekunder (Yusuf, 2018).


51

a) Data primer (primary data) menurut Supranto yaitu data yang dikumpulkan
sendiri oleh perorangan/suatu organisasi langsung melalui objeknya. Atau
dengan kata lain, data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti sendiri. Terdapat beberapa metode pengumpulan data primer, antara
lain: wawancara langsung dengan informan, sumber data atau informan;
wawancara tak langsung (melalui informan/informan kunci); dengan
menggunakan angket (yang disebar atau melalui pos).
b) Data sekunder (secondary data) menurut Supranto yaitu data yang diperoleh
dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi. Data sudah dikumpulkan oleh
pihak/instansi lain. Atau dengan kata lain, data yang dikutip dari sumber
dokumentasi, misalnya: sumber data sekunder yang dipublikasi (data harga
saham, harga komoditas dari surat khabar, majalah atau media elektronik); dan
sumber data sekunder yang tak dipublikasi (arsip pemerintah, lembaga-lembaga
penelitian, dan sebagainya).

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam usaha untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini,

maka tehnik pengumpulan data yang paling penting sebagai berikut.

5.1. Kajian Kepustakaan

Kajian kepustakaan atau library research, yaitu melakukan pengumpulan

data melalui tinjauan dan pemantauan secara teoritis terhadap permasalahan

yang diteliti melalui buku-buku, literatur, majalah-majalah, surat kabar,

dokumen-dokumen dan berbagai bentuk penerbitan lainnya.

5.2. Studi Lapangan

Studi Lapangan, di mana penelitian ini diadakan untuk memperoleh

informasi atau data yang langsung ada pada obyek atau lokasi penelitian.

Untuk mendapatkan data atau informasi yang valid dan reliabel, dalam

penelitian ini digunakan alat pengumpul data berupa wawancara,

dokumentasi, dan observasi.


52

a. Wawancara (interview)

Wawancara (interview) dimaksudkan untuk mendapatkan data yang

relevan dengan jalan mewawancarai atau tanya jawab dalam situasi

berhadapan (face to face) dan mendapatkan jawaban secara spontan yang

didasarkan atas tujuan penelitian dengan mengacu pada pedoman

wawancara yang telah disiapkan oleh peneliti.

Dalam menggunakan teknik interview ini, penulis lakukan terutama

untuk mendukung data-data penelitian sejak awal hingga akhir penelitian,

terkhusus ditujukan kepada informan kunci (key informan), dengan alat

pengumpul data yaitu pedoman wawancara.

b. Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan alat pengumpulan data dengan cara

mengadakan pencatatan langsung melalui dokumen-dokumen, arsip,

laporan catatan harian, dan sebagainya.

Versi Linton dalam Latief (Ahmad Usman, 2008) teknik

dokumentasi ini disebut Metode Rekonstruksi Historis. “Metode

Rekonstruksi Historis adalah metode untuk mengetahui peristiwa-peristiwa

yang telah lampau. Metode ini mengandalkan kepada bukti-bukti dokumen

sezaman, meskipun selalu tidak akan pernah lengkap. Dengan dokumen-

dokumen itu dapat dilakukan rekonstruksi atas peristiwa yang telah

berlangsung.”

Adapun teknik dokumentasi dalam penelitian ini yaitu teknik

pengumpulan data melalui pencatatan-pencatatan secara langsung, sistematis


53

terhadap dokumen-dokumen yang tersimpan pada Kantor Kepala Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, misalnya data mengenai jumlah wajib

Pajak Bumi dan Bangunan, besarnya target Pajak Bumi dan Bangunan,

sejarah desa, sumber daya manusia desa, sarana dan prasarana desa, dan juga

dokumen-dokumen lain yang berhubungan langsung dengan penelitian.

c. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui

pengamatan, disertai dengan pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek

sasaran (Abdurraham Fathoni, 2005). Observasi atau pengamatan adalah alat

pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan mencatat secara

sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Narbuko dan Achmadi, 2013)

Black dan Champion (Papayungan dkk., 2002), “penggunaan teknik

observasi vital, mengingat kuesioner dan wawancara tidak sepenuhnya

memuaskan. Ada jenis-jenis masalah tertentu yang tidak dapat dijangkau oleh

kedua alat pengumpul data tersebut. Ada kalanya penting untuk melihat

perilaku dalam keadaan (setting) alamiah, melihat dinamika, melihat

gambaran perilaku berdasarkan situasi yang ada.” Dalam hal ini, observasi

menjadi penting sebagai metode utama untuk mendapatkan informasi. Dan

jenis observasi yang dipakai yaitu participant as observer (Ritzer, 2014).

Adapun yang menjadi objek observasi/pengamatan dalam penelitian

ini yaitu pengaruh kepemimpinan kepala desa terhadap peningkatan

kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Desa


54

Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, dan aksi atau straregi petugas

pemungut Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Tanjung.

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan persoalan yang cukup signifikan dalam

penelitian kualitatif. Oleh karena itu, pemeriksaan keabsahan data dilakukan

dengan triangulasi (triangulation), pengecekan dengan teman sejawat (peer

debriefing), analisis terhadap kasus-kasus negatif (negative case analysis),

penggunaan referensi yang akurat (referential adequacy), pengecekan anggota

(member cheking) dan keikutsertaan di lapangan dalam rentang waktu yang

panjang (prolonged engagement) (Sugiyono, 2017).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keabsahan data penelitian

kualitatif, yaitu: nilai subyektivitas, metode pengumpulan  dan sumber data

penelitiam. Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena

beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam

penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan

observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan

apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang kredibel akan

mempengaruhi hasil akurasi penelitian.

Guna mempertinggi kebenaran hasil penelitian kualitatif, dalam proses

pengolahan data kualitatif menurut Sudarwan Danim (2002) digunakan prinsip-

prinsip tertentu, yaitu :

a. Credibility, yaitu meningkatkan ketelitian selama proses kerja penelitian;


b. Dependability, yaitu mempertahankan konsistensi proses kerja
pengumpulan data, membentuk dan menggunakan konsep, menafsirkan dan
memeriksa data dan audit trial;
55

c. Conformability, yaitu meminta para ahli untuk mereviu hasil penelitian dan
memeriksa secara teliti data yang terhimpun; dan
d. Transferability, yaitu bahwa hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan
pada lokasi lain, kecuali konteks dan situasi lapangannya sama atau
mendekati sama.

G. Teknik Analisis Data

Guna menganalisa data yang telah terkumpul dari hasil penelitian ini, baik

yang diperoleh melalui interview, observasi dan dokumentasi, diolah secara

kualitatif. Analisa secara deskriptif kualitatif yaitu dilakukan dengan

penggambaran dan pemaparan secara akurat dan aktual, sehingga pada akhirnya

dapat ditarik kesimpulan yang menggambarkan secara gamblang permasalahan

yang diteliti.

Pelaksanaan metode deskriptif kualitatif tidak terbatas hanya sampai pada

pengumpulan dan penyusunan data, tetapi melalui analisa dan interpretasi

tentang data itu (Winarno Surachmad, 2002).

Karena menggunakan metode penelitian kualitatif, maka dalam penelitian

ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif.

Tahapan-tahapan atau langkah-langkah dalam teknik analisis data kualitatif

(Burhan Bungin, 2012) sebagai berikut:

a. Reduksi data
Peneliti melakukan seleksi, pemilihan, penyederhanaan dan pengabstrakkan
dengan cara koding atas data-data yang terkumpul. Apabila ada data yang
kurang, maka peneliti akan melakukan wawancara kembali untuk melengkapi
data.
b. Penyajian data
Data yang telah diberi kode sesuai dengan permasalahan kemudian disajikan
dalam bentuk matrik. Jadi peneliti dapat menguasai data dan tidak dipersulit
dengan data yang bertumpuk-tumpuk.
c. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi
56

Peneliti mencoba mengambil kesimpulan dari data yang didapatnya. Awalnya


kesimpulan itu kabur, tetapi lama kelamaan menjadi jelas karena data yang
diperoleh semakin banyak dan mendukung.

Secara lengkap, Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman (2002)

menguraikan analisa data kualitatif sebagai berikut.

1) Pertama, data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka.
Data itu mungkin telah dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi,
wawancara, intisari dokumen, pita rekaman), dan yang biasanya “diproses”
kira-kira sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan,
penyuntingan, atau alat tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan
kata-kata, yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas.
2) Reduksi Data. Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstarakan, dan
transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan di lapangan.
Reduksi data, berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi
kualitatif berlangsung.
3) Penyajian data. Penyajian sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.
e. Menarik kesimpulan/verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, seorang
penganalis kualitatif mulai mencari arti benda-benda mencatat keteraturan,
pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab-
akibat, dan proposisi.
57

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Desa Rato

Desa Rato adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Bolo

Kabupaten Bima.

Desa Rato, berbatasan langsung dengan desa-desa sebagai berikut:

Batas Desa/Kelurahan Kecamatan


Sebelah utara Desa Kananga Bolo
Sebelah selatan Desa Leu Bolo
Sebelah timur Desa Leu /Kananga Bolo
Sebelah barat Desa Rasabou Bolo
Sumber : Kantor Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, Juli 2020

Rato adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Bolo

Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat. Desa ini memiliki kodepos

84161. Ibu kota desa ini ialah Kampung Sigi. Saat ini Kepala Desa Rato

adalah Junaidi H.MM. Agama yang dianut oleh masyarakat Desa

Rato adalah agama Islam. Rato sebuah pusat ibu kota Kecamatan Bolo, dan

memiliki 2 buah fasilitas keamanan yaitu Polsek Bolo dan Kodim Bolo.

Desa Rato fasilitasnya sudah lengkap: fasilitas keagamaan: Masjid

Raya Al-Amin, Masjid Al-Muhajirin, Masjid SMP 1 Bolo,Musholah Doro

Wila, Musholah Kampung Rato, Mushola SD Negeri Inpres Rato,

Musholah MA Negeri 3 Bima. 

Fasilitas kesehatan: Puskesmas Bolo, Dokter Jatmico. Fasilitas

Pendidikan : SMP Negeri 1 Bolo, MA Negeri 3 Bima, SD Negeri 1 Sila, SD


58

Negeri 6 Sila, SD Negeri Inpres Rato, MTS Swasta Bolo, TK Negeri

Pembina, TK SKB, TK Bhayangkari Bolo.

Pemerintahan desa di Kabupaten Bima sebelumnya yaitu

pemerintahan swapraja, Desa Rato memakai sistem pemerintahan yang

struktur pemerintahannya sebagai berikut :

a. Galarang merupakan jabatan setingkat kepala Desa saat ini.

b. Waki yaitu wakil Galarang.

c. Nenti Rasa (Kepala) yang berperan sebagai juru tulis, atau Jabatan

sekretaris desa saat ini.

d. Penggalasa yang dipimpin oleh ompu panggalasa tua bertugas mengurus

masalah keagamaan.

e. Bumi yang mengurus pertanian.

f. Jena yang bertugas memobilisasi masyarakat untuk melakukan gotong

royong.

Pada tahun 1950-an bergabung dengan system pemerintahan

Republik Indonesia akibat adanya perombakan system pemerintahan Negara

Republik Indonesia.

Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, terdiri atas 3 Rukun

Warga (RW), dan 6 Rukun Tetangga (RT).

Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, berbatasan langsung

dengan wilayah-wilayah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Desa

Rada/Nggembe; sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sanolo/Sondosia,


59

sebelah barat berbatasan dengan Desa Timu, dan sebelah timur berbatasan

dengan Desa Darussalam dan Sondosia.

Adapun yang pernah jadi kepala Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten

Bima tiga periode terakhir, yakni Abdul Haris, Abubakar Karim, dan Abdul

Haris.

2. Organisasi dan Tata Kerja

Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana

orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.

Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan

bersama. Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang

dilakukan oleh dua orang atau lebih.

Organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal

dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Tata kerja atau struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen

(unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya

pembagian kerja dan meninjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-

kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain

daripada itu struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi

pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.

Pemerintah desa mempunyai tugas membina kehidupan masyarakat

desa, membina perekonomian desa, memelihara ketentraman dan ketertiban

masyarakat desa, mendamaikan perselisihan masyarakat di desa, mengajukan


60

rancangan peraturan desa dan menetapkannya sebagai peraturan desa bersama

dengan BPD. Sedangkan pengertian pemerintah desa menurut Peraturan Daerah

tentang Pedoman Organisasi Pemerintah Desa, yang menyatakan bahwa

Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa.

Pemerintahan Desa merupakan suatu kegiatan dalam rangka

penyelenggaraan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa yaitu

Kepala Desa dan Perangkat Desa.

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan Subsistem dari sistem

penyelenggaraan Pemerintah, sehingga Desa memiliki kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala Desa bertanggung

jawab kepada Badan Permusyawaratan Desa dan menyampaikan laporan

pelaksanaan tersebut kepada Bupati.

Dari uraian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

Pemerintahan Desa adalah kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan yang

dilaksanakan oleh Pemerintah Desa yaitu Kepala Desa dan Perangkat Desa.

Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintahan Desa terdiri atas

Pemerintah Desa (yang meliputi Kepala Desa dan Perangkat Desa) dan BPD.

Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa

berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD. Masa jabatan Kepala

Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan.

Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan Peraturan Desa yang telah

mendapat persetujuan bersama BPD.


61

Kepala Desa dipilih langsung melalui Pilkades oleh penduduk desa

setempat. Syarat-syarat menjadi calon Kepala Desa sesuai Peraturan

Pemerintah No. 72 Tahun 2005 sbb:

1. Bertakwa kepada Tuhan YME

2. Setia kepada Pacasila sebagai dasar negara, UUD 1945 dan kepada NKRI,

serta Pemerintah

3. Berpendidikan paling rendah SLTP atau sederajat

4. Berusia paling rendah 25 tahun

5. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa

6. Penduduk desa setempat

7. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan

hukuman paling singkat 5 tahun

8. Tidak dicabut hak pilihnya

9. Belum pernah menjabat Kepala Desa paling lama 10 tahun atau 2 kali masa

jabatan

10. Memenuhi syarat lain yang diatur Perda Kab/Kota

Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan

tugas dan wewenangnya. Salah satu perangkat desa adalah Sekretaris Desa,

yang diisi dari Pegawai Negeri Sipil. Sekretaris Desa diangkat oleh Sekretaris

Daerah Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota.

Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa,

yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.


62

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan

demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah

wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah.

Anggota BPD terdiri dari Ketua rukun warga, pemangku adat, golongan

profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa

jabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali

untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan Anggota BPD tidak

diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa.

BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung

dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

3. Keadaan Sumber Daya Manusia

Keberadaan Sumber Daya Manusia yang tepat secara kuantitas maupun

kualitas, sangat dibutuhkan dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa. SDM

merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan implementasi otonomi

daerah. Dalam wacana tentang desentralisasipun, SDM atau personalia

merupakan faktor determinan yang harus tersedia dan melekat dalam

pelaksanaan kewenangan pemerintahan, selain faktor pembiayaan dan

prasarana. Itulah sebabnya, UU Nomor 32 tahun 2004 pasal 8 secara implisit

juga menekankan pentingnya pemenuhan terhadap ketiga prasyarat tersebut

dengan menyatakan: kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah

dalam rangka desentralisasi harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan

pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia sesuai dengan

kewenangan yang diserahkan tersebut.


63

Pernyataan tersebut mengandung pemahaman bahwa tanpa disertai

dengan tiga hal di atas, kebijakan desentralisasi nampaknya akan menemui

hambatan, jika tidak dikatakan mengalami kegagalan. Oleh karena itu,

pembinaan dan pengembangan SDM untuk mewujudkan sosok aparatur yang

profesional, berpandangan komprehensif, bervisi modern, bermoral tinggi dan

berkomitmen kuat terhadap pelayanan umum, mutlak diperlukan.

Sayangnya, berbagai upaya pembangunan SDM yang telah

dilaksanakan belum mampu menghasilkan sosok dan kinerja aparatur

sebagaimana yang diharapkan. Dengan kata lain, kapasitas atau kemampuan

SDM di daerah relatif masih rendah. Hal ini sesuai pula dengan hasil penelitian

LAN tentang kapasitas sumber daya manusia yang menyimpulkan adanya

indikasi bahwa daerah masih lemah dalam mengembangkan kapasitas yang

dimilikinya. Bahkan dari sembilan aspek yang diteliti, SDM merupakan aspek

terlemah. Disisi lain, dalam menilai tingkat kesiapan aparatur dalam era

otonomi, meskipun mayoritas informan menyatakan “siap”, namun dari

berbagai fenomena yang ada dapat diindikasikan yang sebaliknya. Beberapa

fenomena yang diyakini akan menjadi penghambat dalam membangun

kompetensi SDM antara lain: kurangnya moralitas dan disiplin aparat, kurang

meratanya distribusi pegawai, rendahnya motivasi, inovasi dan kreativitas

kerja, serta belum adanya job description yang jelas. 

Menghadapi fenomena seperti itu, pengembangan kapasitas SDM

sebagai prioritas dalam program kapasitas sumber daya manusia, perlu

dipertimbangkan oleh jajaran pemerintah daerah.


64

Jumlah pegawai di Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima

sebanyak 10 orang dengan rincian sebagai berikut.

Berdasarkan jenis kelamin, maka keadaannya sebagai berikut: laki-laki

sebanyak 10 orang dan perempuan tidak ada. Semuanya beragama Islam.

Tingkat pendidikan pegawai di Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten

Bima terinci sebagai berikut: sekolah menengah atas sebanyak 9 orang, dan 1

orang tamatan sekolah menengah pertama.

Keadaan sumber daya manusia pada Pemerintah Desa Rato Kecamatan

Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

NO
. NAMA JABATAN KET.
1 Junaidi H.MM Kepala Desa Perangkat Desa
2 Abdul Majid Sekretaris Desa Perangkat Desa
3 Edi Sabara Kabidu Keuangan Perangkat Desa
Kabidu Perencanaan
4 Eka Rahmatiah,S.Pd &Pelaporan Perangkat Desa
5 Suhadah Kabidu Umum dan Aset Perangkat Desa
6 Anwar Abdullah Kasi Pemerintahan Perangkat Desa
7 Taofik Kasi Pembangunan Perangkat Desa
8 Jumhar Kasi Pembinaan Perangkat Desa
9 Sudirman Kadus Rato Perangkat Desa
10 Ma'ruf Kadus Sigi Satu Perangkat Desa
11 Arifuddin Kadus Sigi Dua Perangkat Desa
12 Rahmat Hidayat Kadus Dorowila Perangkat Desa
13 Adhar Muddin Kadus Saleko Perangkat Desa
14 Agus Salim Kadus Kota Baru Perangkat Desa
15 Muhammad Khatib Kadus Tegal Sari Perangkat Desa
16 Wahyuddin Kadus Manggenggula Perangkat Desa
Sumber : Kantor Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, Juli 2010

Nama-nama pengurus lembaga-lembaga formal Desa Rato Kecamatan Bolo

Kabupaten Bima sebagai berikut:


65

No. Nama Jabatan Ket.


(1) (2) (3) (4)
1 Mas Hudul Haq, S.Pd Ketua BPD Aktif
2 Falhun, S.Pd Ketua Karang Taruna Aktif
3 Jasman Umar HM Ketua LPM Desa Aktif
4 Ny. Sahtani Ketua PKK Aktif
Sumber : Kantor Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, Juli 2020

4. Keadaan Sarana dan Prasarana

Kantor desa merupakan tempat berkumpulnya para pegawai yang

melakukan kegiatan-kegiatan dalam kantor. Oleh karena itu, kantor akan

menjadi penting bagi suatu organisasi, karena administrasi kantor dapat

melancarkan jalannya kegiatan kantor.

Organisasi dalam pencapaian tujuan ada kalanya jauh dari yang

diharapkan, tetapi ada kalanya diakhiri dengan hasil yang optimal. Hal ini

tergantung dari administrasi yang dijalankan oleh tiap-tiap kantor. Agar

pelaksanan kegiatan kantor dapat berjalan dengan baik diperlukannya

administrasi perkantoran. Di sini adalah rangkaian aktivitas perkantoran yang

mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan,

pengendalian serta penyelenggaraan pekerjaan kantor. Pekerjaan kantor ini

berkenaan dengan pembuatan surat, penyampaian keterangan, laporan-laporan

dan pengarsipan.

Bila administrasi kantor kurang mendapat perhatian akan

mengakibatkan kerugian pada perusahaan tersebut. Salah satu kerugiannya

adalah memperlambat proses pemberian informasi yang diperlukan. Dengan

adanya pelaksanaan administrasi kantor yang benar, maka akan


66

menguntungkan perusahaan itu sendiri. Sebab membantu tercapainya aktivitas

dari rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Peranan administrasi perkantoran sangat penting pada suatu kantor yang

berfungsi sebagai alat mencapai tujuan organisasi. Administrasi kantor

merupakan sarana bagi organisasi untuk dapat berkembang dengan baik, sebab

segala sesuatu yang dilakukan di dalam organisasi atau perusahaan harus

berhubungan dengan administrasi. Kegiatan yang biasanya dilakukan

administrasi perkantoran adalah mengurus dan melaksanakan administrasi

perkantoran, diantaranya menghimpun, mencatat, mengolah, menggandakan,

mengirim dan mengimpan data dan informasi yang dibutuhkan oleh kantor

tersebut.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa administrasi perkantoran

mempunyai fungsi yang sangat penting dan utama dalam suatu organisasi di

mana keberhasilan dalam pencapaian tujaun organisasi sangat ditentukan oleh

administrasi yang baik. Administrasi kantor yang baik memegang peranan

penting dalam menentukan arah maupun ukuran untuk menilai sampai seberapa

jauh usaha yang sudah dilaksanakan maupun yang sudah berhasil. Jadi, tanpa

dukungan administrasi yang baik, aktivitas suatu organisasi akan terganggu.

Administrasi kantor desa baru dapat berjalan dengan baik apabila

didukung oleh sarana dan prasana kantor yang memadai.

Sarana kantor adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung

dipergunakan dan menunjang proses kantor, khususunya proses pelayanan

masyarakat, seperti gedung, ruang kerja, meja, kursi, serta alat-alat kantor
67

lainnya. Adapun yang dimaksud dengan prasarana kantor adalah fasilitas yang

secara tidak langsung menunjang jalannya proses pemerintahan, seperti

halaman, kebun, taman, jalan menuju kantor, tetapi jika dimanfaatkan secara

langsung untuk proses kantor, seperti taman kantor, halaman kantor, sebagai

sekaligus lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana kantor.

Prasarana kantor adalah perangkat penunjang utama suatu proses atau usaha

pemerintahan agar tujuan kegiatan kantor tercapai.

Adapun keadaan sarana dan prasarana pada Kantor Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima terinci sebagai berikut: ruangan Desa,

sekretaris, kepala urusan masing-masing 1 buah, dan ruang aula.

Jumlah meja, kursi, kursi plastik, dan sofa akan terlihat pada tabel

berikut. Selain itu, terdapat sarana-sarana kantor lain seperti mesin ketik, lemari

arsip, dan lain-lain.


68

Tabel 2. : Keadaan Inventaris Barang di Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten


Bima
No Jenis barang Jumlah barang Asal usul
Nama barang Cara perolehan
1 Meja kerja 7 buah PEMKAB
2 Kursi kayu 14 biji PEMKAB
3 Kursi rapat internal 18 buah
4 Kursi rapat 125 biji
5 Kursi tamu 1 set
6 Kursi tamu / sudut 1 set
7 Lemari arsip 3 buah PEMKAB
8 Lemari arsip plastik 1 buah PEMKAB
9 Mesin ketik 2 buah PEMKAB
10 Komputer 1 unit PEMKAB
11 Jam dinding 1 unit APBN
12 Kipas angina 1 buah APBN
13 Dispenser 1 buah APBN
14 Piala 4 buah APBN
15 Galon 1 buah APBN
16 Warles 1 buah APBN
17 Motor dinas 1 buah APBN
18 Meja rapat 1 buah APBN
19 Print 1 buah APBN
20 Buku administrasi 1 buah APBN
21 Televisi 1 buah APBN
Sumber : Kantor Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, Juli 2020
B. Pembahasan Hasil Penelitian

Analisis data penelitian kualitatif pada dasarnya sudah dilakukan sejak

awal kegiatan penelitian sampai akhir penelitian. Dengan cara ini diharapkan

terdapat konsistensi analisis data secara keseluruhan. Karena mengingat

penelitian ini bersifat deskriptif, maka digunakan analisa data filosofis atau

logika yaitu analisa induktif.

Pada bagian ini, peneliti mengambil kesimpulan dari data yang didapatnya

sebagaimana telah disajikan pada bagian sebelumnya, dilanjutkan dengan

pembahasan atau interpretasi.


69

Sesuai dengan masalah yang diajukan pada Bab I, maka dalam penelitian

ini rumusan masalah yang akan dianalisis atau dibahas kaitan dengan pengaruh

kepemimpinan Kepala Desa terhadap peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten

Bima.

Terdapat 3 (tiga) fokus yang teridentifikasi dalam penelitian ini yakni

sebagai berikut: peranan kepemimpinan kepala desa sebagai motivator dalam

peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan;

peranan kepemimpinan kepala desa sebagai fasilitator dalam peningkatan

kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan; dan peranan

kepemimpinan kepala desa sebagai mobilisator dalam peningkatan kesadaran

masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

Peranan kepemimpinan kepala desa sebagai motivator dalam peningkatan

kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan, yang

dimaksud dalam penelitian ini terdiri atas: (1) mendorong masyarakat wajib

pajak agar mau membayar PBBnya, (2) pemberi semangat kepada masyarakat

wajib pajak agar mau membayar PBBnya, (3) mendorong pemahaman

masyarakat wajib pajak, (4) mendorong kesadaran wajib pajak, (5) memberikan

sosialisasi (penyuluhan) mengenai pentingnya membayar PBB bagi

pembangunan di daerahnya, dan (6) memberikan hadiah bagi pembayar PBB

terbanyak dan tercepat.


70

1. Peranan kepemimpinan kepala desa sebagai motivator

Peranan kepemimpinan kepala desa sebagai motivator dalam peningkatan

kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan, yang

dimaksud dalam penelitian ini terdiri atas: (1) mendorong masyarakat wajib

pajak agar mau membayar PBBnya, (2) pemberi semangat kepada masyarakat

wajib pajak agar mau membayar PBBnya, (3) mendorong pemahaman

masyarakat wajib pajak, (4) mendorong kesadaran wajib pajak, (5) memberikan

sosialisasi (penyuluhan) mengenai pentingnya membayar PBB bagi

pembangunan di daerahnya, dan (6) memberikan hadiah bagi pembayar PBB

terbanyak dan tercepat.

a. Mendorong masyarakat wajib pajak agar mau membayar PBBnya

Untuk mendapatkan gambaran bagaimana peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai motivator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud mendorong masyarakat

wajib pajak agar mau membayar PBBnya, akan tampak dengan jelas

sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Muhidin, S.Pd salah seorang pengurus

BPD di Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Pada umumnya masyarakat disini sudah memiliki kesadaran yang cukup


tinggi untuk membayar pajak, dalam hal ini kepala Desa selalu melakukan
pendekatan serta memberikan himbauan kepada masyarakat agar mereka
sadar dan mengetahui apa yang menjadi kewajiban mereka sebagai warga
Negara yang baik” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Jasman Umar HM sebagai Ketua

LPMD di Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:


71

“saya rasa mekanisme dari pemungutan pajak bumi dan bangunan yang
dilakukan selama ini selalu berpedoman pada peraturan perundang-
undagan yang berlaku. Pemeritah desa juga sering melaksanakan
penyuluhan mengenai pajak bumi dan bangunan, dan penyuluhan ini
sering dilaksanakan menjelang pengisian SPT” (Hasil Wawancara, Juli
2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Abdul Majid selaku Sekretaris Desa

Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Menurut saya kerja sama antara pemerintah desa dengan aparat terkait
dapat membantu dalam penyampaian pembinaan dan pengertian kepada
masyarakat akan pentingnya membayar pajak bumi dan bangunan. Dalam
penagihan pajak khususnya di Desa Rato Kecamatan Bolo sangsi hukum
bagi wajib pajak yang tidak membayar pajak memang belum diterapkan,
tapi konsekuensinya bagi masyarakat sebagi wajib pajak yaitu tidak bisa
mengurus KTP, KK, ataupun yang berurusan dengan pemerintah desa
tanpa menunjukkan bukti pembayaran lunas PBB kepada aparat
pelaksana” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Berdasarkan hasil wawancara ketiga narasumber diatas bahwa

pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) didesa Rato Kecematan Bolo

Kabupaten bima, berwujud mendorong masyarakat agar menyadari hak dan

kewajibannya dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), sesuai

dengan peraturan yang berlaku didesa tersebut.

b. Pemberi semangat kepada masyarakat wajib pajak agar mau

membayar PBBnya

Untuk mendapatkan gambaran bagaimana peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai motivator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud pemberi semangat kepada
72

masyarakat wajib pajak agar mau membayar PBBnya, akan tampak dengan jelas

sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Taofik seorang perangkat Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“saya rasa peran pemerintah desa selama ini sudah sangat jelas kaitannya
dengan pengelolaan pajak, bahwa peran pemerintah sebagai aparat pajak
sangat diperlukan guna mencapai tujuan program khususnya dalam hal
pajak bumi dan bangunan agar terealisasi 100% pemasukan pajak pada
desa” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Edi Sabara salah satu perangkat Desa

Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“menurut saya tugas pemerintah desa sebagai aparat pengelola pajak


selama ini sudah sangat efektif, disamping itu kami selaku perangkat desa
selalu menjadi motivator baik dalam mensosialisasikan, melakukan
pembinaan, penyuluhan terkait betapa pentingnya pajak itu bagi negara
untuk kepentingan rakyat dan pembangunan infrastruktur daerah” (Hasil
Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Mashu Dulhaq selaku Ketua BPD di

Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“menurut saya pemerintah daerah terlebih khusus aparat Desa Rato


Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sejauh ini terus berusaha memberikan
motivasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam hal membayar
pajak guna terwujudnya masyarakat yang sadar akan kewajibannya
sebagai warga negara yang baik” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Berdasarkan hasil studi lapangan didesa Rato Kecematan Bolo Kabupaten


Bima, terkaid Pemerintah Desa sebagai pemberi semangat kepada
masyarakat wajib pajak agar memiliki kesadaran dalam membayar Pajak
Bumi dan Bangunan sehingga mencapai tujuan Pemerintah dalam hal
program pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.
73

c. Mendorong pemahaman masyarakat wajib pajak

Untuk mendapatkan gambaran bagaimana peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai motivator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud mendorong pemahaman

masyarakat wajib pajak, akan tampak dengan jelas sebagaimana sajian

wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Ibu Kartini salah seorang warga di Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“ia… kami sering diberikan himbauan oleh kepala Desa untuk selalu
membayar pajak tiap tahunnya, kadang pada tiap-tiap kesempatan kepala
desa selalu melakukan pendekatan kepada masyarakat agar sadar dan
mengetahui apa yang menjadi kewajiban mereka sebagai warga Negara
yang baik” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak M. Saleh salah seorang warga di

Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“menurut saya pribadi, apa yang sudah dilakukan oleh aparat pemerintah
desa sejauh ini sudah sangat efektif guna meningkatkan pendapatan pajak
bumi dan bangunan, pemberian motivasi serta himbauan pemerintah desa
kepada masyarakat untuk membayar pajak terus dilakukan oleh
pemerintah desa” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Ramli Yasin selaku Ketua RT. 02

Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“saya rasa salah satu factor yang mampu meningkatkan kesadaran


masyarakat akan kewajiban membayar pajak yaitu dengan pengetahuan
dan ketrampilan sikap petugas pajak untuk memberikan motivasi serta
pembinaan kepada masyarakat akan pentingnya kewajiban membayar
pajak, menurut saya hal ini perlu karena aparat pajak disamping
74

mengadakan penagihan diharapkan dapat memberikan motivasi dan


pembinaan kepada wajib pajak” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Berdasarkan informasi dari hasil wawancara ketiga narasumber diatas

memaparkan bahwa dalam mendorong pemahaman masyarakat wajib pajak

didesa Rato Kecematan Bolo Kabupaten Bima, sudah sangat efektif karna pihak

pemerintah Desa telah beberapa kali mengadakan penyuluhan tentang wajib

Pajak Bumi dan Bangunan dalam berbagai kesempatan acara maupun kegiatan

masyarakat setempat.

d. Mendorong kesadaran wajib pajak

Untuk mendapatkan gambaran bagaimana peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai motivator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud mendorong kesadaran

wajib pajak, akan tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut

ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Yahya Manan salah seorang ketua RT. 03

di Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“menurut saya tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak sudah


sangat tinggi, hal ini dapat tercapai karena pemerintah desa ikut andil
dalam menyadarkan masyarakat untuk melakukan kewajibannya dalam
membayar pajak” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Ibu Aminah salah seorang warga di Desa

Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Menurut Saya peran pemerintah desa sebagai aparat pengelola pajak


dapat benar-benar memberikan motivasi, mensosialisasi, pembinaan,
penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya pajak itu bagi negara
serta untuk kepentingan rakyat dan pembangunan daerah. Ia,,, sangat jelas
75

bahwa peran pemerintah sebagai aparat pajak sangat diperlukan guna


mencapai tujuan program khususnya dalam hal pajak bumi dan bangunan”
(Hasil Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Sulaiman salah seorang warga Desa

Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Selama ini masyarakat selalu diingatkan tentang betapa pentingya PBB.


Sumber pembayaran PBB digunakan untuk menunjang pembangunan
Daerah Kabupaten Bima berasal dari pajak dan distribusi. Dalam hal ini
Kepala Desa berperan aktif memberikan motivasi kepada masyarakat pada
pembayaran PBB” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Berdasarkan hasil proses wawancara diatas adanya sinergitas antara


pemerintah Desa Rato Kecematan Bolo Kabupaten Bima, dengan
Masyarakat setempat dalam memberikan pemahaman serta motivasi akan
wajibnya membayar Pajak Bumi dan Banguna.

e. Memberikan sosialisasi (penyuluhan) mengenai pentingnya membayar

PBB bagi pembangunan di daerahnya

Untuk mendapatkan gambaran bagaimana peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai motivator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud memberikan sosialisasi

(penyuluhan) mengenai pentingnya membayar PBB bagi pembangunan di

daerahnya, akan tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Sudirman selaku Kadus Rato di Desa

Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Sebenarnya Pajak Bumi dan Bangunan merupakan kewenangan


pemerintah daerah. Desa menjalankan penugasan atau membantu menarik
PBB kepada obyek pajak di wilayahnya. Atas penugasan itu, desa
memberikan sosialisasi penyuluhan mengenai pentingnya membayar PBB
bagi pembangunan daerah” (Hasil Wawancara, Juli 2020)
76

Hasil wawancara lain dengan Ibu Suhada salah seorang perangkat Desa

Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Pada dasarnya wajib pajak baik perorangan, yayasan, maupun perusahaan


dapat membayar PBB langsung kepada pemerintah daerah, tanpa melalui
desa. Desa tidak berwenang dan tidak boleh memaksa mereka membayar
PBB melalui Desa, namun oleh karena pemerintah daerah memberikan
kepercayaan kepada pemerintah desa untuk melakukan pemungutan pajak,
untuk itu kami selalu memberikan sosialisasi mengenai pembayaran pajak
kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan
kewajiban sebagai warga Negara. Di luar pajak, desa dapat mengambil
iuran dan pungutan pada objek yang menjadi kewenangan desa sebagai
pendapatan asli desa” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Agus Salim selaku Kadus Kota Baru

di Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“setau saya bahwa pemerintah desa sebenarnya tidak hanya melakukan


pemungutan saja tetapi juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat
akan kesadaran membayar wajib pajak pada pemerintah desa, selain itu
pemerintah desa juga terus melakukan pendataan pemutakhiran data demi
keadilan wajib pajak, karena ada juga wajib pajak yang belum terbit
SPPTnya karena adanya hal-hal tertentu seperti memang belum terdata”
(Hasil Wawancara, Juli 2020)

Berdasarkan hasil proses wawancara ketiga narasumber diatas bahwa

memang masyarakat sadar akan proses Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan

melalui sosialisasi oleh pemerintah setempat guna mencapai target pendapatan

asli daerah.
77

f. Memberikan hadiah bagi pembayar PBB terbanyak dan tercepat

Untuk mendapatkan gambaran bagaimana peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai motivator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud memberikan hadiah bagi

pembayar PBB terbanyak dan tercepat, akan tampak dengan jelas sebagaimana

sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Husen Hasan selaku Ketua RT. 11 di

Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“setau saya khususnya untuk Desa Rato kecamatan bolo belum pernah
mendapatkan hadiah semacam itu dari pemerintah daerah Kabupaten
Bima, kalaupun ada upaya semacam itu saya rasa sangat efektif untuk
memotivasi dalam meningkatkan pendapatan pajak daerah” (Hasil
Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Umar salah seorang warga di Desa

Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“saya rasa bagus juga untuk meningkatkan animo masyarakat untuk


membayar pajak, karena menurut saya dengan adanya pemberian hadiah
tersebut akan membuat masyarakat berlomba-lomba untuk membayar
pajak tanpa harus ditagih oleh pemerintah desa” (Hasil Wawancara, Juli
2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak H. Yusuf Abidin selaku Ketua RW.

05 di Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“selama ini belum saya dengar adanya pemberian hadiah oleh kepala desa
kepada warga yang membayar pajak terbanyak dan tercepat, toh kalaupun
itu ada saya rasa bagus juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk membayar kewajiban pajaknya ” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Berdasarkan hasil wawancara ketiga narasumber diatas adanya harapan


masyarakat kepada pemerintah desa, dengan memberikan hadian kepada
78

masyarakat yang tercepat dalam melakukan pembayaran Pajak Bumi dan


Bangunan sebagai bentuk motivasi dan penghargaan,

2. Peranan kepemimpinan kepala desa sebagai fasilitator

1) Peranan kepemimpinan kepala desa sebagai fasilitator dalam

peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi

dan Bangunan, terdiri atas: memberikan bantuan/memfasilitasi

kepada wajib Pajak Bumi dan Bangunan,

2) Menjadi narasumber yang baik untuk berbagai permasalahan PBB,

3) Memfasilitasi kegiatan-kegiatan mengenai Pajak Bumi dan

Bangunan,

4) Memberikan kemudahan dan kelancaran dalam proses Pembayaran

PBB,

5) Melayani wajib PBB yang bermasalah,

6) Menyediakan dan siap dengan informasi termasuk pendukungnya

tentang persoalan PBB,

7) Menjadi jembatan antara masyarakat dan pemerintah.

a. Memberikan bantuan/memfasilitasi kepada wajib Pajak Bumi dan

Bangunan

Untuk mendapatkan gambaran bagaimana peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai fasilitator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud memberikan

bantuan/memfasilitasi kepada wajib Pajak Bumi dan Bangunan, akan tampak

dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.


79

Hasil wawancara dengan Bapak Sahrul selaku Ketua Rw. 02 di Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Berbagai upaya sudah dilakukan oleh pihak pemerintah desa untuk


meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membayar pajak, baik itu
melakukan sosialisasi, memotivasi masyarakat agar sadar akan kewajiban
membayar pajak, dan bahkan pemerintah desa memberikan bantuan dan
memfasilitasi kepada wajib Pajak Bumi dan Bangunan” (Hasil
Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Ibu sarfiah salah seorang warga di Desa

Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Menurut saya pihak pemerintah desa sudah berupaya seoptimal mungkin


dalam meningkatkan pendapata pajak daerah, pihak pemerintah desa juga
selalu memberikan bantuan serta memfasilitasi kepada wajib pajak bumi
dan bangunan guna untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
membayar pajak” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Alimin salah seorang warga di Desa

Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Saya rasa usaha pemerintah desa dalam meningkatkan kesadaran


masyarakat akan kewajiban membayar pajak terus dilakukan, dan bahkan
pihak desa sendiri memberikan bantuan dan memfasilitasi kepada wajib
pajak jika ada kendala-kendala yang dialami oleh masyarakat terkait
pembayaran pajak” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Berdasarkan hasil wawancara ketiga narasumber diatas adanya usaha yang


maksimal dari pemerintah dalam memfasilitasi wajib Pajak Bumi dan Bangunan
serta membantu masyarakat yang mengalami kendala melalui proses sosialiasi.
80

b. Menjadi nara sumber yang baik untuk berbagai permasalahan PBB

Untuk mendapatkan gambaran bagaimana peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai fasilitator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud menjadi nara sumber yang

baik untuk berbagai permasalahan PBB, akan tampak dengan jelas sebagaimana

sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Jasman Umar selaku Ketua LPMD di

Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Selain penyuluhan mengenai kesadaran membayar pajak bagi Wajib


Pajak juga perlu, dimana, penyuluhan telah dilakukan oleh pemerintah
tetapi masyarakat itu sendiri yang tidak mau untuk meluangkan waktu.
Kepala desa menjadi nara sumber yang baik untuk berbagai permasalahan
pajak bumi dalam upaya untuk mempercepat pembayaran PBB di Desa
Rato” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Falhan selaku ketua karang taruna di Desa

Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Berbagai penyuluhan dan sosialisasi sudah di berikan oleh pihak


Kelurahan kepada masyarakat wajib pajak guna untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam membayar pajak, tetapi itu, tergantung oleh
kesadaran dan inisiatif masyarakat itu sendiri..” (Hasil Wawancara, Juli
2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Suaeb salah seorang warga di Desa

Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Sepengetahuan saya bahwa dari pihak pemerintah desa juga sudah


melakukan sosialisasi tentang pajak bumi dan bangunan kepada
masyarakat lewat pertemuan, dimana kepala desa sendiri yang menjadi
81

nara sumber jika ada permasalahan pajak yang dialami oleh warga” (Hasil
Wawancara, Juli 2020)

Berdasarkan hasil wawancara diatas adanya peranan kepemimpinan

kepala desa sebagai fasilitator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud menjadi nara sumber yang

baik untuk berbagai permasalahan PBB sudah sangat efektif. Hal ini terlihat dari

adanya hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan beberapa sumber

yang menyatakan bahwa kepala Desa selalu melakukan pendekatan serta

penyuluhan mengenai pajak bumi dan bangunan serta selalu menjadi nara

sumber yang baik untuk berbagai permasalahan PBB.

c. Memfasilitasi kegiatan-kegiatan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan

Untuk mendapatkan gambaran bagaimana peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai fasilitator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud memfasilitasi kegiatan-

kegiatan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan, akan tampak dengan jelas

sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Ibu Eka Rahmatiah selaku perangkat Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Sejauh ini menurut pengalaman saya bahwa kesadaran masyarakat dalam


membayar PBB bisa dikatakan masih kurang. Karena sebagian masyarakat
ada yang merasa keberatan dengan beban pajak yang dikenakan kepada
wajib pajak, dengan alasan ini pemerintah desa hadir untuk memberikan
pemahaman dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan mengenai Pajak Bumi
dan Bangunan, pemerintah desa sendiri sudah mengadakan pertemuan
guna mensosialisasikan pembayaran pajak terhadap masyarakat” (Hasil
Wawancara, Juli 2020)
82

Hasil wawancara lain dengan Bapak Lukman salah seorang warga di Desa

Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“setau saya pemerintah desa sudah mengadakan pertemuan dan


memfasilitasi kegiatan-kegiatan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan.
Seingat saya pertemuan yang diadakan sudah sering dilakukan kurang
lebih tiap tahunnya selalu diadakan pertemuan guna mensosialisasikan
masalah pajak bumi dan bangunan” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Arifin salah seorang warga di Desa

Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Menurut saya kehadiran pemerintah desa dalam melakukan sosialisasi


terkait dengan pembayaran pajak sangat bagus, dan bahkan saya pernah
diundang dalam pertemuan sosialisasi pembayaran pajak yang difasilitasi
langsung oleh pemerintah desa” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Beradasarkan hasil wawancara diatas bahwa peranan kepemimpinan

kepala desa sebagai fasilitator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud memfasilitasi kegiatan-

kegiatan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan sudah sangat efektif. Hal ini

terlihat dari adanya hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan

beberapa sumber yang menyatakan bahwa kepala Desa selalu mengadakan

pertemuan dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan mengenai Pajak Bumi dan

Bangunan.

d. Memberikan kemudahan dan kelancaran dalam proses Pembayaran

PBB

Untuk mendapatkan gambaran bagaimana peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai fasilitator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam


83

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud memberikan kemudahan

dan kelancaran dalam proses Pembayaran PBB, akan tampak dengan jelas

sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Ibu Kalisom salah seorang warga di Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Setau saya selama melakukan pembayaran pajak di kantor desa tidak


terlalu repot saya rasa. Pemerintah desa sendiri memberikan kemudahan
dan kelancaran kepada masyarakat dalam proses Pembayaran PBB, itu
menurut pengalaman saya” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak H. Arsyad salah seorang warga di

Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Saya rasa proses pembayaran pajak yang dilakukan oleh pemerintah desa
sudah sangat mudah dan tidak repot, dengan adanya kemudahan proses
pembayaran pajak tersebut, maka masyarakatpun merasa tidak terlalu
direpotkan oleh petugas pemungut pajak” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Ibu Suhada selaku perangkat Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“memang betul kami dari pihak pemerintah desa selalu memberikan


kemudahan untuk kelancaran dalam proses Pembayaran pajak bumi dan
bangunan, tapi bukan berarti kami memberikan pelayanan dengan asal-
asalan, namun kami tetap mengutamakan ketelitian serta tetap
memperhatikan prosedur dan aturan yang berlaku” (Hasil Wawancara, Juli
2020)

Berdasarkan hasil wawancara diatas peranan kepemimpinan kepala desa

sebagai fasilitator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar

Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud memberikan kemudahan dan

kelancaran dalam proses Pembayaran PBB sudah sangat efektif. Hal ini terlihat
84

dari kemudahan dalam bentuk regulasi atau proses wajib Pajak Bumi dan

Bangunan tersebut.

e. Melayani wajib PBB yang bermasalah

Untuk mendapatkan gambaran bagaimana peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai fasilitator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud melayani wajib PBB yang

bermasalah, akan tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut

ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Majid selaku sekretaris Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Tentu kami selaku pemerintah desa wajib melayani masyarakat yang


bermasalah dalam pembayaran pajak bumi dan bangunan karena itu sudah
menjadi kewajiban kami selaku pemerintah desa, jadi kami dari
pemerintah desa tanpa pandang bulu tetap memberikan pelayanan yang
terbaik kepada masyarakat, semua memiliki hak yang sama untuk tetap
dilayani” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Rahmat Hidayat Selaku Kadus Doro

Wila Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Setau saya pihak pemerintah desa selalu melayani wajib pajak bumi dan
bangunan baik itu masyarakat yang bermasalah dalam pembayaran pajak
maupun yang tidak yang bermasalah” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Ibu Jumrah selaku perangkat Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Sejauh ini pemerintah desa tetap melayani wajib pajak yang bermasalah,
agar persoalan wajib pajak ini sendiri dapat diselesaikan persoalan wajib
pajaknya, jadi tolong di garis bawahi bahwa kami tetap memberikan
85

pelayanan kepada masyarakat wajib pajak yang berada di Desa Rato”


(Hasil Wawancara, Juli 2020)

Beradasarkan hasil wawancara diatas peranan kepemimpinan kepala desa

sebagai fasilitator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar

Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud melayani wajib PBB yang

bermasalah sudah sangat efektif. kepala Desa selalu melayani wajib PBB yang

bermasalah dan memberikan pelayanan agar mempermudah dalam menangani

hal tersebut.

f. Menyediakan dan siap dengan informasi termasuk pendukungnya

tentang persoalan PBB

Untuk mendapatkan gambaran bagaimana peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai fasilitator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud menyediakan dan siap

dengan informasi termasuk pendukungnya tentang persoalan PBB, akan tampak

dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Edi Sabara selaku perangkat Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“oh…. ya jelas kami tetap merampung serta menyediakan informasi dan


siap dengan informasi termasuk pendukungnya tentang persoalan pajak
bumi dan bangunan, karena kami dari pemerintah desa tetap
mengutamakan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan adanya
pelayanan yang baik dari petugas mempengaruhi masyarakat dalam
membayar PBB” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Jumhar selaku perangkat Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:


86

“iya… kami harus menyediakan dan siap dengan informasi termasuk


pendukungnya tentang persoalan pajak bumi dan bangunan, informasi –
informasi ini sangat penting karena untuk kejelasan pelayanan yang akan
kami berikan kepada masyarakat” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Ibu Asni salah seorang warga di Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“sangat perlu manurut saya karena adanya informasi yang disediakan oleh
pemerintah desa masyarakat tidak mengalami kebingungan lagi,
pemerintah desa sudah menyediakan informasi termasuk pendukungnya
tentang persoalan pembayaran pajak” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Beradasarkan hasil wawancara diatas bahwa peranan kepemimpinan

kepala desa sebagai fasilitator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud menyediakan dan siap

dengan informasi termasuk pendukungnya tentang persoalan PBB sudah sangat

efektif, kepala Desa selalu menyediakan dan siap dengan informasi termasuk

pendukungnya tentang persoalan PBB.

g. Menjadi jembatan antara masyarakat dan pemerintah

Untuk mendapatkan gambaran bagaimana peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai fasilitator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud menjadi jembatan antara

masyarakat dan pemerintah, akan tampak dengan jelas sebagaimana sajian

wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Ibu Juraidah salah seorang warga di Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Menurut saya upaya pemerintah desa dalam memberikan pemahaman


terkait pembayaran pajak sudah sangat efektif, pemerintah selalu menjadi
87

jembatan antara masyarakat dan pemerintah” (Hasil Wawancara, Juli


2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak M. Saleh salah seorang warga di

Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“selama ini pemerintah selalu siap menjadi jembatan antara masyarakat


dan pemerintah dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
membayar pajak, hal ini sepengetahuan saya sudah sangat membantu
masyarakat yang ingin melakukan pembayaran pajak” (Hasil Wawancara,
Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Anwar Abdullah selaku perangkat

Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“sejauh ini kami dari pihak pemerintah desa selalu siap menjadi jembatan
antara masyarakat dan pemerintah dan siap menjadi fasilitator dalam
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak” (Hasil
Wawancara, Juli 2020)

Beradasarkan hasil wawancara diatas bahwa peranan kepemimpinan

kepala desa sebagai fasilitator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud menjadi jembatan antara

masyarakat dan pemerintah sudah sangat efektif, kepala Desa selalu menjadi

jembatan antara masyarakat dan pemerintah.

3. Peranan kepemimpinan kepala desa sebagai mobilisator

Peranan kepemimpinan kepala desa sebagai mobilisator dalam

peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan,

terdiri atas:

1) Mengarahkan wajib pajak bumi dan bangunan agar membayar

kewajibannya,
88

2) Menggerakkan wajib pajak bumi dan bangunan agar membayar

kewajibannya,

3) Mengajak masyarakat untuk bersama-sama melakukan

pembayaran pajak bumi bangunan terhutangnya sebelum jatuh

tempo,

4) Melakukan sosialisasi sebagai peningkat kesadaran dan kepatuhan

membayarkan PBB terhutangnya,

5) Melakukan gaya “jemput bola” dengan mendatangi wajib PBB dari

rumah ke rumah,

6) Membentuk Kelompok Informasi Masyarakat sadar PBB.

a. Mengarahkan wajib pajak bumi dan bangunan agar membayar

kewajibannya

Untuk mendapatkan gambaran bagaimana peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai mobilisator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud mengarahkan wajib pajak

bumi dan bangunan agar membayar kewajibannya, akan tampak dengan jelas

sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Ibu Arita salah seorang warga di Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“menurut saya upaya yang dilakukan oleh pemerintah desa sejauh ini
sangat membantu kami mengarahkan masyarakat wajib pajak bumi dan
bangunan agar membayar kewajiban wajib pajak, itu yang terus dilakukan
oleh pemerintah desa untuk meningkatkan pengetahuan warga” (Hasil
Wawancara, Juli 2020)
89

Hasil wawancara lain dengan Bapak Idrus salah seorang warga di Desa

Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Pemerintah desa selalu mengarahkan masyarakat wajib pajak agar sadar


untuk membayar pajak bumi dan bangunan, hal ini menurut saya sangat
membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan kewajiban
membayar pajak” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Adhar Mudin selaku Kadus Saleko di

Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Sejauh ini pemerintah terus berupaya untuk mengarahkan wajib pajak


bumi dan bangunan agar membayar kewajibannya, hal ini merupakan
agenda pemerintah desa dalam meningkatkan pendapatan pajak daerah,
mengingat pemerintah desa yang diberikan kepercayaan dalam melakukan
pungutan pajak bumi dan bangunan, itulah mengapa pemerintah desa terus
berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat” (Hasil Wawancara,
Juli 2020)

Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai mobilisator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud mengarahkan wajib pajak

bumi dan bangunan agar membayar kewajibannya sudah sangat efektif, kepala

Desa selalu mengarahkan wajib pajak bumi dan bangunan agar membayar

kewajibannya.

b. Menggerakkan wajib pajak bumi dan bangunan agar membayar

kewajibannya

Untuk mendapatkan gambaran bagaimana peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai mobilisator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud menggerakkan wajib


90

pajak bumi dan bangunan agar membayar kewajibannya, akan tampak dengan

jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Majid selaku sekretaris Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Sejauh ini kami dari pihak pemerintah desa terus menggerakkan wajib
pajak bumi dan bangunan agar membayar kewajibannya, mengingat
tingkat kesadaran masyarakat yang masih kurang memahami sistem dalam
membayar pajak yang berlaku, oleh karena masih ada masyarakat yang
kurang memahami maka pemerintah desa hadir untuk menggerakan
kesadaran masyarakat akan kewajiban membayar pajak tersebut” (Hasil
Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Sulaiman salah seorang warga di

Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“ia… pemerintah desa selalu memberikan himbauan dan menggerakkan


masyarakat agar selalu membayar pajak bumi dan bangunan, dengan
adanya arahan yang sering dilakukan oleh pemerintah desa otomatis
masyarakat akan merasa malu kalau tidak membayar pajak” (Hasil
Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Supriadin salah seorang anggota BPD

di Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Menurut saya peran pemerintah desa dalam menggerakkan wajib pajak


bumi dan bangunan agar membayar kewajibannya sudah sangat membantu
dalam meningkatkan pemasukan pajak daerah, dan saya rasa apa yang
dilakukan oleh pemerintah desa sudah cukup efektif dalam meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk membayar pajak” (Hasil Wawancara, Juli
2020)

Beradasarka hasil wawancara diatas bahwa peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai mobilisator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud menggerakkan wajib


91

pajak bumi dan bangunan agar membayar kewajibannya sudah sangat efektif.

kepala Desa selalu menggerakkan wajib pajak bumi dan bangunan agar

membayar kewajibannya.

c. Mengajak masyarakat untuk bersama-sama melakukan pembayaran

pajak bumi bangunan terhutangnya sebelum jatuh tempo

Untuk mendapatkan gambaran bagaimana peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai mobilisator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud mengajak masyarakat

untuk bersama-sama melakukan pembayaran pajak bumi bangunan terhutangnya

sebelum jatuh tempo, akan tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara

berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Muslim salah seorang warga di Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“ia betul kepala desa selalu mengajak masyarakat untuk bersama-sama


melakukan pembayaran pajak bumi dan bangunan sebelum jatuh tempo,
dan bahkan pada tiap kesempatan selalu menghimbau kepada masyarakat”
(Hasil Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Amirudin salah seorang warga di

Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Setau saya kepala desa terus mengajak masyarakat untuk bersama-sama


melakukan pembayaran pajak pada tiap kesempatan, dan bahkan
pemerintah desa mengadakan lpertemuan khusus guna untuk
memberitahukan untuk segera membayar pajak sebelum jatuh tempo”
(Hasil Wawancara, Juli 2020)
92

Hasil wawancara lain dengan Bapak A. Haris selaku ketua RT. 06 di Desa

Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Memang benar apa yang anda tanyakan. Sejauh ini kepala selalu
mengajak masyarakat untuk bersama-sama melakukan pembayaran pajak
bumi bangunan kepada masyarakatnya” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai mobilisator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud mengajak masyarakat

untuk bersama-sama melakukan pembayaran pajak bumi bangunan terhutangnya

sebelum jatuh tempo sudah sangat efektif, kepala Desa selalu mengajak

masyarakat untuk bersama-sama melakukan pembayaran pajak bumi bangunan

terhutangnya sebelum jatuh tempo.

d. Melakukan sosialisasi sebagai peningkat kesadaran dan kepatuhan

membayarkan PBB terhutangnya

Untuk mendapatkan gambaran bagaimana peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai mobilisator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud melakukan sosialisasi

sebagai peningkat kesadaran dan kepatuhan membayarkan PBB terhutangnya,

akan tampak dengan jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Ilham selaku katua RT. 15 di

Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Upaya- upaya yang dilakukan oleh kepala desa dalam melakukan


sosialisasi, menurut saya bias meningkatkan kesadaran dan kepatuhan
masyarakat untuk membayar pajak bumi bangunan terhutangnya” (Hasil
Wawancara, Juli 2020)
93

Hasil wawancara lain dengan Bapak Bambang salah seorang warga di

Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“saya rasa sosialisasi yang dilakukan oleh kepala desa sudah sangat efektif
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar kewajiban
pajak bumi bangunan” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak A. Majid salah seorang warga di

Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“sosialisasi yang dilakukan oleh kepala desa saya rasa sudah sangat efektif
dalam meningkatkan kesadaran dan kepatuhan membayarkan pajak bumi
dan bangunan. Dengan adanya sosialisasi yang terus dilakukan oleh
pemerintah desa tentunya masyarakat akan merasa malu juka tidak
membayar saya, itu menurut saya” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai mobilisator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud melakukan sosialisasi

sebagai peningkat kesadaran dan kepatuhan membayarkan PBB terhutangnya

sudah sangat efektif, kepala Desa selalu melakukan sosialisasi sebagai peningkat

kesadaran dan kepatuhan membayarkan PBB terhutangnya.

e. Melakukan gaya “jemput bola” dengan mendatangi wajib PBB dari

rumah ke rumah

Untuk mendapatkan gambaran bagaimana peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai mobilisator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud melakukan gaya “jemput

bola” dengan mendatangi wajib PBB dari rumah ke rumah, akan tampak dengan

jelas sebagaimana sajian wawancara berikut ini.


94

Hasil wawancara dengan Ibu Mukjijah salah seorang warga di Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“ia betul petugas yang memungut pajak bumi dan bangunan selalu
mendatangi warga dari rumah ke rumah, itu dilakukan sebelum jatuh
tempo wajib pajak, saya juga selalu didatangi oleh petugas yang
memungut pajak” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Rusdi salah seorang warga di Desa

Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Saya kadang-kadang membayar pajak kepada petugas pajak yang dating


kerumah, jadi kalau saya belum membayar pajak dan masa jatuh
temponya hampir selesai maka petugas pajak akan mendatangi rumah
untuk menagih pajak bumi dan bangunan” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak Junaidi selaku Kepala Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Sejauh ini kami selalu mendatangi wajib pajak bumi dan bangunan dari
rumah ke rumah, hal ini kami lakukan siapa ada masyarakat yang lupa
tanpa sengaja melakukannya, oleh karenanya dengan kehadiran petugas
yang memungut pajak bias menyadarkan masyarakat akan adanya
kewajiban membayar pajaknya” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Beradasarkan hasil wawancara diatas bahwa peranan kepemimpinan

kepala desa sebagai mobilisator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud melakukan gaya “jemput

bola” dengan mendatangi wajib PBB dari rumah ke rumah sudah sangat efektif,

kepala Desa selalu melakukan gaya “jemput bola” dengan mendatangi wajib

PBB dari rumah ke rumah.


95

f. Membentuk Kelompok Informasi Masyarakat sadar PBB

Untuk mendapatkan gambaran bagaimana peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai mobilisator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud membentuk Kelompok

Informasi Masyarakat sadar PBB, akan tampak dengan jelas sebagaimana sajian

wawancara berikut ini.

Hasil wawancara dengan Bapak Sufran salah seorang warga di Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“Menurut saya dengan adanya pembentukan kelompok seperti itu akan


sangat membantu masyarakat untuk mendapatkan informasi pajak bumi
dan bangunan” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Bapak M. Ali salah seorang warga di Desa

Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“saya rasa hal itu sangat penting bagi masyarakat dengan adanya
pembentukan kelompok yang bisa memberikan informasi kepada
masyarakat, dengan adanya kelompok semacam itu akan sangat membantu
masyarakat untuk mendapatkan informasi” (Hasil Wawancara, Juli 2020)

Hasil wawancara lain dengan Ibu Suhada selaku perangkat Desa Rato

Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sebagai berikut:

“dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan kewajiban membayar


pajak tentunya dipandang perlu kami membentuk kelompok yang bias
menyampaikan informasi yang kompleks kepada masyarakat supaya sadar
akan kewajiban membayar pajak bumi dan bangunan” (Hasil Wawancara,
Juli 2020)

Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa peranan kepemimpinan kepala

desa sebagai mobilisator dalam peningkatan kesadaran masyarakat dalam

membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang berwujud membentuk Kelompok


96

Informasi Masyarakat sadar PBB sudah sangat efektif, kepala Desa selalu

membentuk Kelompok Informasi Masyarakat sadar PBB.


97

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat menarik

beberapa kesimpulan seperti :

1. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terkait peranan

kepemimpinan kepala desa sebagai motivator dalam peningkatan kesadaran

masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan, baik dalam

mendorong masyarakat wajib pajak agar mau membayar PBBnya, pemberi

semangat kepada masyarakat wajib pajak agar mau membayar PBBnya,

mendorong pemahaman masyarakat wajib pajak, mendorong kesadaran

wajib pajak, memberikan sosialisasi (penyuluhan) mengenai pentingnya

membayar PBB bagi pembangunan di daerahnya, dan memberikan hadiah

bagi pembayar PBB terbanyak dan tercepat, dinilai sudah sangat efektif.

2. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terkait peranan

kepemimpinan kepala desa sebagai fasilitator dalam peningkatan kesadaran

masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan, baik dalam

memberikan bantuan/memfasilitasi kepada wajib Pajak Bumi dan

Bangunan, menjadi nara sumber yang baik untuk berbagai permasalahan

PBB, memfasilitasi kegiatan-kegiatan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan,

memberikan kemudahan dan kelancaran dalam proses Pembayaran PBB,

melayani wajib PBB yang bermasalah, menyediakan dan siap dengan


98

informasi termasuk pendukungnya tentang persoalan PBB, dan menjadi

jembatan antara masyarakat dan pemerintah, dinilai sudah sangat efektif.

3. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terkait peranan

kepemimpinan kepala desa sebagai mobilisator dalam peningkatan

kesadaran masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan, baik

dalam mengarahkan wajib pajak bumi dan bangunan agar membayar

kwajibannya, menggerakkan wajib pajak bumi dan bangunan agar

membayar kwajibannya, mengajak masyarakat untuk bersama-sama

melakukan pembayaran pajak bumi bangunan terhutangnya sebelum jatuh

tempo, melakukan sosialisasi sebagai peningkat kesadaran dan kepatuhan

membayarkan PBB terhutangnya, melakukan gaya “jemput bola” dengan

mendatangi wajib PBB dari rumah ke rumah, dan membentuk Kelompok

Informasi Masyarakat sadar PBB, dinilai sudah sangat efektif.

B. Saran-saran

Berdasarkan penelitian dan pengamatan serta dari kesimpulan di

atas, adapun saran yang dapat penulis berikan dalam rangka meningkatkan

Partisipasi masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di di

Desa Rato Kecamatan Bolo Kabupaten Bima yaitu :

1. Meningkatkan komuniksasi antara pemerintah dan masyarakat berupa

penyuluhan atau sosialisasi kepada wajib pajak tentang pentingnya

membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Meningkatkan kualitas pelayanan yang baik oleh Petugas Pajak Bumi dan

Bangunan kepada wajib pajak.


99

3. Meningkatkan kesadaran dari wajib pajak agar dapat membayar Pajak Bumi

dan Bangunan tepat pada waktunya.

4. Meningkatkan pemahaman atau pengetahuan masyarakatan wajib pajak

dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

5. Tanggung jawab masyarakat wajib pajak perlu ditingkatkan dan memiliki

sanksi yang kuat agar masyarakat mau membayar Pajak Bumi dan

Bangunan.
100

KEPUSTAKAAN
Abdullah, M.S., 2007, Studi Implementasi : Latar Belakang, Konsep, Pendekatan,
dan Relevansinya Dalam Pembangunan, Makalah Temu Kaji Persadi,
Makassar.

Adriani, P.J.A., 2002, Keuangan Negara dan Kebijaksanaan Fiskal, Alumni,


Bandung.

-------------------, 2004, Pokok-Pokok Perpajakan, Liberty, Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian, Cetakan Kelima, Rineka Cipta,


Jakarta.
Brotodihardjo, R. Santoso, 2003, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, PT. Bina Aksara,
Jakarta.

Bungin, Burhan. 2012. Metode Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis Ke


Arah Ragam Varian Kontemporer, Cetakan Kedua, RajaGrafindo Persada,
Jakarta.
Creswell. 2003. Metode Penelitian. Jakarta. Sinar Jaya.
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif, Cetakan I, Pustaka Setia,
Bandung.
Depdiknas. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Devas, Nick, Dkk., 2009, Keuangan Pemerintah dii Daerah Di Indonesia, UI
Press, Jakarta.

Dirgantoro, Crown, 2001, Manajemen Strategik : Konsep, Kasus, dan


Implementasi, Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Hadi, Sutrisno, 2004. Statistik II, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM,
Yogyakarta.

Hasibuan, Malayu, S.P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. PT.
Bumi Aksara.

Kartasapoetra, G. dan E. Komaruddin, 2009. Pajak Bumi dan Bangunan, Bina


Aksara, Jakarta.

Kartono, Kartini. 2010. Pemimpin dan Kepemimpinan. Penerbit PT. Raja Grafindo
Persada.Jakarta

Mardiasmo, 2009, Perpajakan, Andi Offset, Yogyakarta.

Margono. 2003, Metodologi Penelitian. Rieneka Cipta, Jakarta


Marsono, 2006, Himpunan Peraturan Tentang Pemerintah Di Daerah, Djambatan,
Jakarta.
101

Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman. 2002. Analisis Data Kualitatif,


Cetakan Pertama, UI-Press, Jakarta.
Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif, Cetakan Kesepuluh,
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Munawir, 2004. Perpajakan. Yogyakarta : Liberty.
Musakabe, Herman. 2004. Mencari Kepemimpinan Sejati di Tengah Krisis dan
Reformasi. Jakarta : Citra Insan Pembaru
Nasirin, Chairun. 2009. Kepemimpinan dalam Organisasi. Penerbit Indo Press:
Malang.
Nawawi, Hadari. 2000. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Nawawi, Hadari, 2000, Manajemen Strategik : Organisasi Non Profit Bidang
Pemerintahan dengan Ilutrasi Di Bidang Pendidikan, Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.

Papayungan, M.M., Dkk. 2002. Metode Penelitian Ilmu Sosial (Teori dan Praktek),
Pusat Studi Kependudukan Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang.
Pasolong, Harbani. 2008. Kepemimpinan Birokasi. Penerbit Alfabeta CV.
Bandung.
Poewadarminto, W.J.S, 2008. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka.
Jakarta
Ritzer, G. 2014. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Rajawali Pers,
Jakarta.
Slamet, Munawir, 2009. Perpajakan, BPFE, Yogyakarta.

Soemitro, Rakhmat, 2004. Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan,


Eroesco, Bandung.

Soemitro, Rochmat dan Muttaqin. 2001. Pajak Bumi dan Bangunan. Penerbit PT.
Refika Aditama : Bandung.
Sri, Valentina. S. Dan Suryo, Aji, 2003. Perpajakan Indonesia, Yogyakarta, UPP
AMP : YKPN.

Suandy, Erly. 2003. Hukum Pajak. Jakarta : Salemba Empat.

Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.


Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Sumihar, P.Tambunan, dan Kawan-kawan, 2009, Ditjen Pajak Pelita II s/d Pelita
VI, Jakarta.

Surakhmad, Winarno. 2012. Pengantar Penelitian Ilmiah : Dasar Metoda Teknik,


Edisi Kedelapan. Bandung: Tarsito

Suratno, Mulyowigeno, 2005. Pajak Bumi dan Bangunan, PB. Bina Pajak, Jakarta.
102

Salusu, J., 2006. Pengambilan Keputusan Strategik : Untuk Organisasi Publik dan
Nonprofit, Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Tambunan, A., 2002. Undang-Undang RI Nomor : 5 Tahun 1974, Tentang Pokok-


Pokok Pemerintah Di Daerah, Latar Belakang Beserta Proses
Pembentukannya, Bina Cipta, Jakarta.

Usman, Ahmad. 2008. Mari Belajar Meneliti, Genta Press, Yogyakarta.


Vredenbregt, J. 2013. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, Cetakan V,
Gramedia, Jakarta.

Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Penerbit Salemba Empat : Jakarta.

Wijaya, Bernardine R., dan Susilo Supardo. 2005. Kepemimpinan. Dasar-dasar


dan Pengembangannya. Andi Offset : Yogyakarta.

Yusuf. 2018. Kiat ”A” Sampai ”Z”: Mendesain Jitu Penelitian Tindakan Kelas.
Yogyakarta: Elmatera

Zain, Mohammad, 2003. Manajemen Perpajakan, Jakarta, Salemba Empat.

Zauhar, Soesilo, 2006. Reformasi Administrasi : Konsep, Dimensi dan Strategi,


Jakarta : Bumi Aksara.
103

Lampiran :

PEDOMAN WAWANCARA
Tentang : Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Peningkatan Kesadaran
Masyarakat dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Rato
Kecamatan Bolo Kabupaten Bima

PERTANYAAN-PERTANYAAN
1. Bagaimana tanggapan Anda tentang kepala desa mendorong masyarakat wajib
pajak agar mau membayar PBBnya untuk mempercepat pembayaran PBB di
Desa Rato?
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
2. Bagaimana tanggapan Anda tentang kepala desa memberi semangat kepada
masyarakat wajib pajak agar mau membayar PBBnya untuk mempercepat
pembayaran PBB di Desa Rato?
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
3. Bagaimana tanggapan Anda tentang kepala desa mendorong pemahaman
masyarakat wajib pajak untuk mempercepat pembayaran PBB di Desa Rato?
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
4. Bagaimana tanggapan Anda tentang kepala desa mendorong kesadaran wajib
pajak untuk mempercepat pembayaran PBB di Desa Rato?
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
5. Bagaimana tanggapan Anda tentang kepala desa melakukan sosialisasi
(penyuluhan) mengenai pentingnya membayar PBB bagi pembangunan di
daerahnya untuk mempercepat pembayaran PBB di Desa Rato?
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
104

…………………………………………………………………………..
6. Bagaimana tanggapan Anda tentang kepala desa memberikan hadiah bagi
pembayar PBB terbanyak dan tercepat untuk mempercepat pembayaran PBB di
Desa Rato?
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
7. Bagaimana tanggapan Anda tentang kepala desa memberikan
bantuan/memfasilitasi kepada wajib Pajak Bumi dan Bangunan untuk
mempercepat pembayaran PBB di Desa Rato?
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
8. Bagaimana tanggapan Anda tentang kepala desa menjadi nara sumber yang baik
untuk berbagai permasalahan PBB untuk mempercepat pembayaran PBB di
Desa Rato?
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
9. Bagaimana tanggapan Anda tentang kepala desa memfasilitasi kegiatan-kegiatan
mengenai Pajak Bumi dan Bangunan untuk mempercepat pembayaran PBB di
Desa Rato?
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
10. Bagaimana tanggapan Anda tentang kepala desa memberikan kemudahan dan
kelancaran dalam proses Pembayaran PBB untuk mempercepat pembayaran
PBB di Desa Rato?
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
11. Bagaimana tanggapan Anda tentang kepala desa melayani wajib PBB yang
bermasalah untuk mempercepat pembayaran PBB di Desa Rato?
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
105

…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
12. Bagaimana tanggapan Anda tentang kepala desa menyediakan dan siap dengan
informasi termasuk pendukungnya tentang persoalan PBB untuk mempercepat
pembayaran PBB di Desa Rato?
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
13. Bagaimana tanggapan Anda tentang kepala desa menjadi jembatan antara
masyarakat dan pemerintah untuk mempercepat pembayaran PBB di Desa
Rato?
………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
14. Bagaimana tanggapan Anda tentang kepala desa mengarahkan wajib pajak
bumi dan bangunan agar membayar kwajibannya untuk mempercepat
pembayaran PBB di Desa Rato?
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
15. Bagaimana tanggapan Anda tentang kepala desa menggerakkan wajib pajak
bumi dan bangunan agar membayar kwajibannya untuk mempercepat
pembayaran PBB di Desa Rato?
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
16. Bagaimana tanggapan Anda tentang kepala desa mengajak masyarakat untuk
bersama-sama melakukan pembayaran pajak bumi bangunan terhutangnya
sebelum jatuh tempo untuk mempercepat pembayaran PBB di Desa Rato?
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
106

17. Bagaimana tanggapan Anda tentang kepala desa melakukan sosialisasi sebagai
peningkat kesadaran dan kepatuhan membayarkan PBB terhutangnya untuk
mempercepat pembayaran PBB di Desa Rato?
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
18. Bagaimana tanggapan Anda tentang kepala desa melakukan gaya “jemput
bola” dengan mendatangi wajib PBB dari rumah ke rumah untuk mempercepat
pembayaran PBB di Desa Rato?
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
19. Bagaimana tanggapan Anda tentang kepala desa membentuk Kelompok
Informasi Masyarakat sadar PBB untuk mempercepat pembayaran PBB di
Desa Rato?
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..

&==&

Anda mungkin juga menyukai