Narasumber :
Acara Ceramah umum atau Kuliah umum ini dibuka oleh Panitia Penyelenggaraan dari Civitas Politeknik
STIA LAN yaitu, Dessy Deliana P, S.Sos.
Tujuan diadakannya acara kuliah umum ini guna menumbuhkan semangat dan kesadaran terhadap
transformasi kepemimpinan nasional menuju indonesia emas 2045.
Sesi 1
Prof. Dr. Agus Pramusinto, MDA membuka materi dengan mengingatkan peserta untuk sadar bahwa
negeri ini masih ada kesenjangan dari berbagai aspek, seperti kemiskinan, kemacetan, kebanjiran,
kekeringan, dan polusi. Namun Berhasil dalam aspek, Ekonomi,Politik dan Pembangunan Fisik
Birokrasi digital
Kultur baru birokrasi
Birokrasi berbasis kultur
Visi Indonesia 2045 : Berdaulat, Maju, Adil, dan Makmur
Manusia Indonesia yang unggul berbudaya, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Ekonomi yang maju dan berkelanjutan
Pembangunan yang merata dan inklusif
Negara yang demokratis dan bersih
Prof. Dr. Agus Pramusinto, MDA. Menuturkan bahwa salah satu faktor yang harus didukung agar bangsa
kita menjadi bangsa yang besar adalah asn yang betul-betul kuat dengan demikian pemerintah sudah
merancang sebuah reformasi yaitu, Reformasi Manajemen Asn yang di gambarkan dengan kondisi
birokrasi saat itu dalam kondisi comfort zone, Dalam Reformasi ini pemerintah ingin menciptakan atau
ingin mengeluarkan ASN di kondisi comfort zone menjadi kondisi yang kompetitif. Dimulai pada sistem
Closed Career System (2010 – 2014), Open Career System (2015 – 2019), dan Open System (2016-2024).
Sesi 2
Mokhammad Najih, S.H., M.Hum., Ph.D dengan memperkenalkan sejarah Ombudsman dan apa itu
Ombudsman yaitu Kepanjangan dari istilah ombudsman adalah berasal dari bahasa Swedia kuno
umbuðsmann yang memiliki beberapa definisi. Istilah ombudsman adalah bisa diartikan sebagai
pengacara, agen, perwakilan, pelindung, atau delegasi yang diminta orang lain untuk mewakili
kepentingannya. Secara singkat Sejarah Ombudsman di Negara Republik Indonesia ini dibentuk padaa 10
Maret 2000 ditetapkan oleh Presiden Abdurahman Wahid pada Kepres No. 44 tahun 2000 tentang
pembentukan Komisi Ombudsman Nasional.
Tugas Ombudsman RI
Pasal 7
Wewenang Ombudsman RI
Pasal 8
Meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari Pelapor, Terlapor, atau pihak lain yang
terkait mengenai laporan yang disampaikan kepada Ombudsman;
Memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada Pelapor ataupun
Terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu laporan;
Meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi dokumen yang diperlukan dari instansi mana
pun untuk pemeriksaan laporan dari instansi Terlapor;
Melakukan pemanggilan terhadap Pelapor, Terlapor, dan pihak lain yang terkait dengan laporan;
Menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para pihak;
Membuat Rekomendasi mengenai penyelesaian Laporan, termasuk Rekomendasi untuk
membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada pihak yang dirugikan;
Mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan rekomendasi.
Menyampaikan saran kepada Presiden, kepala daerah, atau pimpinan Penyelenggara Negara
lainnya guna perbaikan dan penyempurnaan organisasi dan/atau prosedur pelayanan publik;
Menyampaikan saran kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan/atau Presiden, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dan/atau kepala daerah agar terhadap undang-undang dan peraturan perundang-
undangan lainnya diadakan perubahan dalam rangka mencegah Maladministrasi
Meskipun diberi kewenangan namun Ombudsman RI dilarang mencampuri keputusan hakim dalam
memberikan putusan. Di samping itu, Ombudsman RI tidak dapat ditangkap, ditahan, diinterogasi,
dituntut, atau digugat di muka pengadilan.
Tujuan Ombudsman tertera pada Pasal 4 butir d UU 37/2008 (UU Ombudsman RI) berbunyi
"Ombudsman bertujuan membantu menciptakan dan meningkatkan upaya untuk pemberantasan
dan pencegahan praktik-praktik maladministrasi, diskriminasi, kolusi, korupsi, serta nepotisme".
Maladministrasi berdasarakan Pasal 1 ayat (3) UU 37 tahun 2008 adalah perilaku atau perbuatan
melawan hukum, melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi
tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum dalam
peryelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan yang
menimbulkan kerugian materil dan/atau immateriil bagi masyarakat dan orang perseorangan.