Disusun Oleh :
TAHUN 2021
ANALISIS KASUS KORUPSI
A. Pengetian
Menurut Robert Klitgaard, “Korupsi adalah tingkah laku yang menyimpang dari
tugas-tugas resmi sebuah jabatan negara karena keuntungan status atau uang yang
aturan-aturan pelaksanaan beberapa tingkah laku pribadi”. Selain itu Korupsi berasal
dari Bahasa Latin, “corruptio”. Dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah tindakan
dapat merugikan banyak pihak, baik masyarakat maupun negara. Oleh karena itu,
korupsi harus diberantas. Banyak berbagai jenis korupsi yang merugikan keuangan
menyembunyikan barang/harta orang lain oleh satu orang atau lebih tanpa
Dalam kasus yang diambil, Terdakwa kasus dugaan korupsi Pengadaan Alkes
Puskesmas di Dinas Kesehatan Kabupaten Bungo pada 2014, Solihin divonis 1 tahun
2 bulan dalam persidangan yang digelar di Pengadilan Tipikor Jambi. Kepala Bidang
Dinas Kesehatan Kabupaten Bungo dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan
juta subsidar 1 bulan kurungan penjara," kata Ketua Majelis Hakim, Dedy Muchti
Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 Ayat (1) Ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana. Sebelumnya jaksa menuntut terdakwa yakni 1 tahun dan 6 bulan penjara.
Selain itu terdakwa juga dikenakan denda Rp 50 juta subsider tiga bulan penjara.
B. Faktor
Beberapa faktor penyebab yang dapat menimbulkan kasus korupsi pada sektor
Hal ini dapat membuat anggaran Kesehatan rawan dikorupsi. Hal ini terjadi
(Kerangka acuan kerja, Harga perkiraan sendiri, Spek teknis, Kontrak, Berita
Hal ini seperti yang terjadi pada kasus yang kita angkat, dari kasus kroupsi
dana alkes puskesmas. Melalui sumber dari media elektronik diketahui bahwa
terdapat ketidaknormalan pada kontrak yang sudah dibuat. Terdapat tiga hal yang
membuat kontrak menjadi tidak normal yaitu 1) yang menyusun Harga Perkiraan
barang yang belum diterima, sementara itu langsung disetujui beliau. Meskipun
pada akhirnya, barang itu juga diterima,” imbuhnya. Selain itu, kata Ahli, juga
ada keterlibatan pihak lain yang menyebabkan kerugian negara hingga
Rp318.189.934,00 itu.
3. Reformasi birokrasi juga belum efektif karena masih banyak pejabat eselon 1
negara) atas ASN serta integritasnya masih rendah. Hal ini sesuai dengan teori
2. Korupsi di bidang kesehatan berimbas pada peralatan yang tidak memadai dan
kekurangan obat yang merupakan dua masalah utama yang paling banyak
yang berkualitas.
3. Berbagai peralatan yang dibeli dari proses yang korup sangat mudah rusak,
pelayanan purna jualnya buruk, dan tak presisi dalam mendiagnosis kondisi
pasien. Peralatan tak bisa memberikan informasi akurat yang dapat menyebabkan
tenaga medis salah melakukan tindakan medis. Begitu pula dengan obat, jika
masih tetap digunakan obat kedaluwarsa justru jadi ancaman serius bagi pasien.
IPM seperti angka kematian bayi dan angka harapan hidup sanagat terkait dengan
menghadapi suatu keadaan yang belum jelas terjadi namun dapat dicegah sebelum
barang. (Schlenker dan Leary, 1992). Antisipasi terhadap korupsi yang dapat
dilakukan adalah menerapkan nilai-nilai anti korupsi, SOP pengadaan barang dan
jasa, perizinan formulir pengadaan barang dan jasa dan menerapkan upaya
yang penting untuk ditanamkan pada semua individu, kesembilan nilai antikorupsi
tersebut terdiri dari: (a) inti, yang meliputi jujur, disiplin, dan tanggung jawab, (b)
sikap, yang meliputi adil, berani, dan peduli, serta (c)etos kerja, yang meliputi kerja
Dalam kasus ini, kita dapat mengantisipasi adanya pengadaaan barang dan jasa
yang berlebihan serta dapat memicu korupsi yaitu dengan mengadakan syarat SOP
Pemerintah) dan persyaratan mengadaan barang dan jasa diatur dalam Perpres
nomor 4 tahun 2015 tentang perubahan keempat atas perpres No 54 Tahun 2010
Komitmen)
sebagai berikut :
Mulai
Mengisi Formulir
Permohonan Izin
Tidak
Mengajukan Berkas Lengkap
Permohonan
Tidak Layak
Jika
Lengkap
Selesai
Pencegahan agar pengadaan barang dan jasa sesuai dengan siklus Pengadaan,
ditambah jumlah persentase tertentu, agar barang yang dibutuhkan pada tahun
Terdapat dua upaya yang dapat dilakukan yaitu upaya preventif dan upaya
detektif.
a. Upaya-upaya preventif :
b. Upaya-upaya detektif :
berwenang.
b. Upaya-upaya Detektif:
dibeli.
E. Solusi
Dalam menghadapi kasus korupsi seperti kasus ini, dapat dilakukan beberapa
cara untuk mengatasi kasus tersebut. beberapa cara tersebut antara lain:
atau pun diberhentikan dari jabatan yang sedang diemban sekarang. Selain itu
pemerintah juga dapat memblack list terdakwa korupsi agar tidak masuk sebagai
pegawai negeri sipil agar meminimalisir kelakuan tersebut terulang dan menjadi
contoh bagi seluruh pegawai lain agar tidak melakukan hal yang sama.
Ketika seseorang menghadapi kasus yanag sama seperti ini dan juga
merasakan adanya keanehan dalam pengadaan barang dan jasa, seharusnya kita
sebagai individu dan rakyat yang patuh hokum harus segera melaporkan ke pihak
atau lembaga terkait yang bertugas mengatasi permasalahan tersebut. hal tersebut
bertujuan agar kasus tersebut dapat segera diatasi dan juga diselidiki serta pelaku
3. Pertanggungjawaban Pidana
melakukan tindak pidana atau tindakan yang dilarang. Asas yang dianut dalam
pertanggungjawaban pidana adalah asas geen straf zonder schuld;Actus non facit
reum nisi mens sist rea, yaitu suatu perbuatan tidak akan dikenakan pidana
mampu bertanggung jawab, kesalahan, serta tidak ada alasan pemaaf dan alasan
pembenar.
Dalam kasus ini diketahui bahwa Solikin merupakan Kepala Bidang Jaminan
dalam pengadaan Alkes diduga membuat harga perkiraan sendiri (HPS) yang
ayat (1) Ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, dimana pasal tersebut
berbunyi :
"Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan atau sarana yang ada
hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000 (lima puluh
juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)"
Dalam kasus ini, Solikin sebagai subjek hukum manusia yang berprofesi
sebagai Pegawai Negeri yang bekerja sebagai Kepala Bidang Jaminan dan Sarana
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada pada Jabatannya sebagai PPK di
pengadaan alkes puskesmas di kabupaten Bungo, hal ini dapat dilihat pada saat
terdakwa Solikin menyusun harga HPS dengan penentuan harga yang jauh lebih
barang dimana barang yang seharusnya memiliki harga yang tidak mahal akan
tetapi ditulis menjadi mahal, seperti harga lemari yang seharusnya bernilai kurang
lebih 2 juta ditulis menjadi 7 juta. Kemudian pernyataan dari saksi lain yang
merupakan pegawai dinas kesehatan menjelaskan bahwa dalam proses pembelian
barang terdapat beberapa diskon yang diberikan yang akhirnya nanti akan
Dalam sidang yang dipimpin oleh ketua majelis hakim Dedy Muchti
secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi pada pengadaan
selama satu tahun dan dua bulan, denda sebesar Rp 50 juta dan subsidar 1 bulan
kurungan. Putusan ini sedikit lebih ringan dari tuntutan jaksa. Dimana jaksa
menuntut terdakwa dengan pidana selama 1 tahun dan 6 bulan dengan denda Rp
seperti yang sudah dijelaskan pada sub materi yang sebelumnya. Kemudian
langkah antisipatif yang harus dilakukan agar praktik korupsi dapat dicegah dan
diberantas.