Disusun Oleh :
Kelompok 5
D. FREKUENSI FRAUD
Fraud menjadi urusan serius di sektor kesehatan. Hal ini terjadi karena
berbagai dampak yang timbul akibat fraud seperti: (1) merugikan keuangan
negara dan masyarakat; (2) menurunkan mutu pelayanan kesehatan; dan (3)
menciderai citra dokter dan rumahsakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan
yang manusiawi.
Di Amerika Serikat, estimasi kerugian akibat fraud antara 5% sampai 10%
dari total pengeluaran perawatan kesehatan. Bagaimana dengan di
Indonesia?. Prediksi premi BPJS tahun 2014 sekitar 38,5 T sedangkan dana
klaim RS sekitar 30 T. Estimasi kerugian yang dialami Indonesia akibat fraud
sebesar 1,5 T jika potensi kerugian fraud dengan angka di Amerika Serikat
5%.
Fraud tidak hanya terjadi dinegara yang sistem pelayanan kesehatannya
belum matang/tertata baik. Bahkan di Amerika Serikat yang sudah maju
sistem asuransinya dan dilindungi dengan perangkat perundang-undangan
yang baik fraud mencapai 10% (>US$ 100 Milyar) pada tahun 2000 dari biaya
kesehatan. Di AS fraud dan abuse bisa mencapai 10 % dari total biaya ($170
billion per year). Tahun 2003 meningkat 7,7% dari tahun 2002.
Geografis Indonesia yang berpulau-pulau, menjadi masalah dalam
pelaksanaan BPJS. Fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia terkonsentrasi
di daerah maju, terutama yang mempunyai tekhnologi tinggi. Fraud menyedot
dana BPJS ke pulau Jawa dan kota-kota besar karena jumlah dan
kesempatan. Fraud akan memperburuk keseimbangan pembiayaan
kesehatan antara daerah sulit dan maju.
PPK merupakan pelaku fraud nomor 1, kemudian disusul dengan
konsumen. Fraud banyak terjadi di berbagai negara baik yang sudah maju
maupun negara yang sedang berkembang, tergantung jumlah asruransi,
semakin banyak asuransi kesehatan semakin banyak indikasi terjadinya fraud.
Di Indonesia belum ada riset yang dilakukan untuk menggali data yang
berkaitan dengan kecurangan asuransi kesehatan, baik yang dilakukan oleh
PPK maupun peserta. Namun, jika dilihat dari over-utilization pelayanan
kesehatan, seperti tingginya presentase (pada RS tertentu di Jakarta
mencapai 90%) tindakan bedah caesar di rumah sakit ibu dan anak di kota-
kota besar dapat merupakan indikasi terjadinya kecurangan pelayanan
kesehatan.
Beradasarkan survey asosiasi asuransi amerika (1993), perusahaan yang
berpartisipasi dalam survei melaporkan 11.974 instansi PPK melakukan fraud.
Frekuensi yang paling sering dilaporkan adalah kecurangan diagnosa dan
tanggal pemberian jasa, adapun akunting sekitar 43% dari kasus. PPK
mungkin merubah diagnosa untuk dapat sesuai dengan program cakupan
manfaat atau mengganti tanggal pemberian jasa agar jatuh pada periode
eligibilitas tanggungan.
Insiden tertinggi dan fraud PPK adalah penagihan jasa yang sebenarnya
tidak diberikan sekitar 34% kasus. Penagihan ini biasanya dilakukan pada
manipualsi kode prosedur untuk meningkatkan pembayaran dari dua atau
lebih PPK pada pasien yang sama dan hari/ waktu yang sama.
PPK yang menghilangkan co-payment dan deductibles sekitar 21%
tindakan kecurangan yang dilaporkan. Walaupun demikian sejumlah
perusahaan meyakini bahwa praktek ini sebenarnya lebih luas dan mungkin
berkaitan dengan bentuk kecurangan pelayanan kesehatan. Bila co-payment
dan deductibles dihilangkan, biaya untuk pasien mungkin nihil tetapi
penagihan PPK kepada perusahaan asuransi menjadi lebih mahal utnuk
menutup biaya PPK.
Responden agen/ lainnya pada survei tidak dilakukan kategorisasi. Paling
banyak fraud yang dilakukan oleh agen dan pegawai asuransi adalah
menggelapkan dana dari peserta asuransi atau perusahaan asuransi dan
pelamar asuransi.
Sisa 2% dari kasus yang dilaporkan termasuk sejumlah variasi dari PPK
fraud. Sebagai tambahan, dari 2250 PPK fraud kasus yang dilaporkan, tetapi
tidak ditelusuri dengan informasi tentang tipe spesifik dari fraud. Sejumlah
analisis industri mempercayai bahwa kasus-kasus tersebut bila ditelusuri tetap
akan masuk pola distribusi yang sama seperti sisa kasus survei diatas.
Deteksi Fraud
Pendeteksian fraud pada umumnya dilakukan jika ada gejala tertentu,
namun terkadang gejala yang timbul merupakan sebagian kecil dari fraud
yang besar layaknya fenomena gunung es. Oleh karena itu, untuk mengurangi
terjadinya fraud, perusahaan harus mengubah konsep pendeteksian fraud
yang awalnya reaktif atau hanya mencari bila ada gejala menjadi proaktif yaitu
melakukan pencarian fraud secara rutin walaupun tidak ada gejala yang
nampak karena bisa saja gejala tersebut tidak secara eksplisit.
Mendeteksi adanya fraud dalam asuransi kesehatan dapat dilakukan
melalui cara yaitu dengan mendeteksi adanya:
a. Moral Hazard Administrasi
Mendeteksi moral hazard administrasi dapat dilakukan melalui 2 jalur
yaitu :
1) ELIGIBILITAS KEPESERTAAN:
Cocokan data dalam dokumen klaim dengan database kepesertaan :
a) Identitas pasien
b) Jenis layanan dibandingkan benefit yang diperoleh peserta
c) Jumlah tagihan klaim dibandingkan tarif INA-CBG
d) Tanggal klaim diterima dengan prosedur pengajuan klaim
2) KELAYAKAN DOKUMEN TAGIHAN KLAIM
Informasi yang harus ada di dalam dokumen klaim:
a) Tanggal pelayanan
b) Tanda tangan dokter & pasien
c) Diagnosa / informasi medis
d) Nama rumah sakit
b. Moral Hazard Medis
Dalam mendeteksi adanya moral hazard medis maka perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Istilah medis (diagnosa atau tindakan)
Pengetahuan tentang obatobatan (fungsi)
Cara menggunakan referensi yang ada
Dalam melakukan penilaian kelayakan klaim, sebaiknya
menggunakan pedoman yang telah baku sebagai acuan
Kesesuaian pemeriksaan penunjang dengan diagnosis
Diagnosis / tindakan yang perlu diexplorasi ke arah kasus
infertilitas dan atau kosmetik