Diajukan Sebagai :
Kelompok 3
Disusun Oleh :
Mardiansyah Ilham
Suqron Anggriawan
Dosen Pembimbing :
Puji syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kecurangan Asuransi
Kesehatan (FRAUD)” Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada semua pihak yang telah memberi bantuan sehingga pembuatan makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik diantaranya kepada :
1. Ibu Sri Oktarina, S.K.M, M.K.M sebagai pembimbing yang telah banyak mengarahkan,
membimbing dan memberikan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.
2. Teman-teman FKM Unbrah Padang
Atas bantuan yang telah diberikan, mengucapkan terimakasih, mudah-mudahan mendapat
balasan yang setimpal oleh Allah SWT Amin. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis mengharapkan tanggapan, kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Fraud menyebabkan kerugian finansial negara. Di seluruh Indonesia, data yang dilansir
KPK menunjukkan bahwa hingga Juni 2015 terdeteksi potensi Fraud dari 175.774 klaim Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) dengan nilai Rp. 440 M. Ini baru dari kelompok
klinisi, belum dari aktor lain seperti staf BPJS Kesehatan, pasien, dan suplier alat kesehatan dan
obat. Nilai ini mungkin saja belum total mengingat sistem pengawasan dan deteksi yang
digunakan masih sangat sederhana (KPK, 2015).
PEMBAHASAN
Fraud adalah suatu bentuk upaya yang secara sengaja dilakukan dengan menciptakan
suatu manfaat yang tidak seharusnya dinikmati baik oleh individu atau institusi dan dapat
merugikan pihak lain. Menurut National Health Care Anti-Fraud Association’s (NHCAA)
menyatakan bahwa “Health care fraud is an intentional deception or misrepresentation that the
individual or entity makes knowing that the misrepresentation could result in some unauthorized
benefit to the individual, or the entity or to some other party.” Pengertian fraud menurut
Pusdiklatwas BPKP (2008:11) adalah sebagai berikut : “Dalam istilah sehari-hari, fraud
dimaknai sebagai ketidakjujuran. Dalam terminology awam fraud lebih ditekankan pada aktivitas
penyimpangan prilaku yang berkaitan dengan konsekuensi hukum, seperti penggelapan,
pencurian dengan tipu muslihat, fraud pelaporan keuangan, korupsi, kolusi, nepotisme,
penyuapan, penyalahgunaan wewenang dan lain-lain.” Fraud adalah penipuan disengaja atau
keliru fakta yang dapat menghasilkan manfaat yang tidak sah atau pembayaran.
A. PPK
Bentuk utama dari kecurangan PPK yang terdeteksi sebagai berikut:
Penagihan jasa yang tidak diberikan.
Misalnya: pemberian bermacam-macam obat ke pasien rawat inap, tetapi sebenarnya
tidak semuanya diberikan kepada pasien.
Tagihan untuk pembayaran yang tidak disertai dengan tersedianya dukungan dokumen,
misalnya untuk tindakan pemeriksaaan laboratorium dan radiologi.
Kecurangan diagnosa atau tanggal.
Misalnya, tanggal dicurangi sehingga tidak sesuai lagi dengan fakta dan kronologi kasus.
Obat nama dagang untuk obat generikbiasanya terjadi di rumah sakit atau apotek
Menghilangkan co-payment dan deductibles.
Kesalahan klaim berhubungan dengan pemeriksaan laboratorium.
Unbundling (tidak dibundel)
Suatu tindakan tidak dijadikan satu, misalnya, setiap gigi pasien dicabut selalu dilakukan
tindakan incisi (pengirisan), baru giginya dicabut, jadi keduanya merupakan satu
tindakan. Biasanya kecurangan PPK adalah melakukan penagihan yang berbeda untuk
dua tindakan ini.
Ada pertanyaan terhadap fungsi PPK.
Misalnya, pasien pergi ke rumah sakit bersalin untuk berobat Thpus atau yang ekstrim
sakit gigi.
Karakteristik umum tindakan kecurangan klaim oleh PPK termasuk:
Tagihan untuk pembayaran yang tidak disertai dengan tersedianya dukungan dokumen
seperti Sinar X atau hasil laboratorium.
Tagihan jasa yang tidak pernah dilakukan (kasus ini sering diidentifikasi oleh pasien,
ketika mereka mendapatkan penjelasan tentang jasa yang ditagih oleh PPK tersebut).
Pemalsuan diagnosa untuk mensahkan pelayanan yang tidak dibutuhkan dan tarif yang
mahal.
Tanggal services, prosedur dan supply yang telah disampaikan tidak sesuai dengan fakta
dan kronologi kasus.
PPK tidak qualified, tetapi memiliki izin sebagai PPK dan spesialis.
B. Konsumen
Bentuk utama fraud yang terdeteksi dilakukan konsumen sebagai berikut:
Kecurangan dengan memberikan keterangan palsu pada aplikasi asuransi. Kecurangan
pelamar dilakukan oleh pelamar asuransi, agennya atau orang yang bertindak atas nama
pelamar. Kecurangan ini dilakukan bila fakta pemberian informasi bohong dibuat dengan
rencana untuk:
a. Meyakinkan bahwa lamaran diterima oleh perusahaan asuransi dan tidak ada
limitasi kondisi atau pengecualian tercantum pada jaminan yang diterbitkan untuk
pelamar.
b. Memperluas jaminan kepada individu yang sebenarnya tidak ada atau individu
tersebut sebenarnya tidak legal sebagai anggota keluarga atau pegawai perusahaan
Kesalahan pencatatan pekerjaan atau eligibilitas. Kecurangan eligibilitas adalah usaha
curang untuk mendapatkan jaminan asuransi yang sebenarnya bukan haknya. Bentuk
kecurangan dapat berupa tindakan penipuan, misrepresentasi atau menyembunyikan
informasi pada formulir aplikasi asuransi. Beberapa contoh dari fraud eligibilitas adalah:
a. Sejumlah orang melakukan kolusi dengan membentuk perusahaan palsu untuk
maksud semata-mata membeli produk asuransi.
b. Perusahaan menambahkan daftar anggota yang berhak mendapatkan jaminan
pelayanan kesehatan pegawai, tetapi anggota tersebut bukanlah pegawai.
c. Karyawan menambahkan daftar anggota keluarga untuk mendapatkan jaminan
pelayanan kesehatan pegawai, tetapi anggota keluarga tersebut sebenarnya tidak
berhak dengan status tersebut, sesuai dengan terminology asuransi kontrak
(contoh, anak angkat yang tidak disahkan oleh hukum yang berlaku).
Kecurangan eligibiltas dapat dilakukan oleh agen, perusahaan, karyawan, orang yang dijamin
dan pelamar asuransi.
Pemalsuan klaim Kecurangan klaim bisa berupa pemalsuan tagihan rekening,
penyampaian klaim untuk anggota keluarga yang tidak berhak dan misrepresentasi respon
pada pertanyaan spesifik dalam formulir klaim.
Contoh, bila pasangan karyawan keduanya bekerja dan dijamin oleh kedua perusahaan,
namun ketika mengisi pertanyaan pada formulir klaim manfaat, mereka tidak menjawab
dengan benar bahwa mereka memiliki dua jaminan kesehatan. Pemegang polis mungkin
mengambil manfaat klaim dua kali. Padahal, kedua perusahaan asuransi seharusnya dapat
berkoordinasi tentang pembayaran manfaat (Coordination of Benefits).
Contoh lain, bila orang yang dijamin menghapus besaran jumlah dolar untuk tarif jasa
dokter dan menggantinya dengan nilai yang lebih tinggi pada formulir klaim.
C. Agen / lainnya
Bentuk utama fraud yang terdeteksi dilakukan agen atau internal fraud sebagai berikut:
Agen menerima pembayaran dari karyawan, tetapi tidak menyampaikan laporan calon
peserta kepada perusahaan, sedangkan uangnya dikantongi.
Agen memberikan informasi salah tentang cakupan polis untuk mendorong konsumen
menukar polis agar meningkatkan komisi untuk agen.
Karyawan menciptakan peserta fiktif ke dalam catatan jaminan kepesertaan,
menyampaikan klaim palsu dan uangnya dikantongi.
2. Scanning
Banyak orang melihat PDE sebagai cara yang dapat meningkatkan atau menurunkan
biaya administrasi pelayanan kesehatan. Penyampaian klaim PDE tidak segera diterima oleg
sebagian perusahaan. Sebagai langkah untuk masuk kedalam interchange data elektronik, banyak
perusahaan yang menggunakan teknologi scenning, sehimgga PPK dapat mengirimkan fomulir
lalu dilakukan proses klaim.
3. Mikro Film
Mikro film menjadi praktek bisnis yang standar pada industri asuransi. Secara rutin perusahaan
melakukan perbuatan mikro film klaim, sebelum proses pembayarin klaim. Mikro film juga
dapat dibuat setelah pembayaran klaim dilakukan. Mikro film membuat perusahaan asuransi
dapat menyimpan dokumen dalam jumlah yang sangat besar didalam ruang yang relatif kecil.
Ada 2 cara bagi PPK untuk membuat janji tentang hal tersebut :
a. Dengan mengurangi co-pay atau deductible dan total pembayaran klaim.
b. Dengan meningkatkan jumlah klaim sehingga jumlah klaim net sama dengan biaya actual
dan pengobatan.
Co-pay dan deductible dimaksudkan untuk mencegah over-utilisasi pelayanan medis
dengan cara mewajibkan peserta untuk membauar sejumlah uang untuk setiap pelayanan
kesehatan.
Pendidikan Pegawai
1. Program pelatihan formal
Pelatihan ini direkomendasikan untuk diadakan setahun sekali. Pelatihan sadar
kecurangan asuransi dapat diberikan sebagai pelatihan standar kepada setiap personel baru.
Kepada seluruh pembayar klaim harus dilengkapi dengan daftar indicator kecurangan atau red
flags.
2. Program bounty
Beberapa perusahaan asuransi mengembangkan program bounty untuk mendorong
peserta dan melaporkan dugaan kecurangan klaim kepada perusahaan asuransi. Melaui program
bounty, bila penyelamatan uang lebih dari, misalkan Rp. 1.000.000,-, maka berdasarkan jumlah
yang diselamatka akan menjadi hak dari pelapor. Hal ini harus diketahui oleh semua pihak
personel perusahaan, bila program ini diterapkan pada area kerja mereka. Program ini menolong
untuk meningkatkan kesadaran kecurangan asuransi.
3. Manual kecurangan
Manual prosedur kecurangan sangat bernilai bagi personel. Manual tidak hanya
menolong mereka untuk mendeteksi kecurangan, tetapi juga bagaimana mengivestigasinya.
Manual prosedur kecurangan merupakan sumber refensi untuk penyelidik agar dapat memenuhi
procedural investigasi klaim.
2.5 Teknik Investigasi dan Preparasi Kasus
1. Deteksi
Dasar dari program pendeteksi kecurangan pelayanan kesehatan adalah adanya asumsi
bahwa sebagian besar dari kecurangan tidak terdeteksi. Hanya dengan ketekunan, dedikasi dan
instrumenyang benar, maka hamper semua kecurangan dapat dibongkar.
Dibawah ini adalah instrument yang digunakan oleh perusahaan asuransi untuk membuat
pendeteksian kecurangan pelayanan kesehatan berjalan efektif :
a. Audit Red Flags (Bendera dan Audit)
b. Instrument Otomatis
c. Rujukan Review Medis
d. Informasi Investigasi Intelejen
2. Preparasi Kasus
Ketika pemeriksa menentukan bahwa kecurangan pelayanan kesehatan perlu dilakukan
penyelidikan, pemeriksa harus melakukan preparasi kasus. Idealnya, penentuan tersangka
perbuatan kecurangan dan bagaimana kecurangannya ditentukan melalui penyelidikan. Tahapan
investigasi dilakukan secara bersamaan.
4. Investigasi Kecurangan
Perusahaan asuransi harus mempertimbangkan bahwa investigasi kecurangan penting
dilakukan untuk melindungi mereka daan pemegang polis.
Informasi penyelidikan dikumpulkan dengan beberapa cara ;
1. Interview
2. Penyampaian informasi
3. Pencatatan informasi yang dikumpulkan
4. Pernyataan yang ditandatangani
5. Pengakuan
6. Surveilens
7. Operasi terselubung
8. Rekaman pembicara
9. Kelompok kerja dan jaringan kerja
Prosedur investigasi
Dilakukan audit klaim dan disesuaikan dengan standar yang telah ditentukan oleh
perusahaan asuransi, yaitu :
1. Kwitansi asli
2. Ada rincian biaya yang jelas untuk masing-masing item
3. Harga/tarif pelayanan disesuaikan dengan standar yang ada
Ketika diinvestigasi lebih lanjut, unit klaim menghubungi pihak rumah sakit untuk
meminta rincian biaya klaim. Rumah sakit mengirimkan salinan kwitansi dari klaim tersebut,
ternyata billingnya berbeda dengan nilai tagihan. Selanjutnya, hal yang sama dilakukan kepada
apotik yang mengeluarkan kwitansi, ternyata kwitansi klaim tersebut palsu.
kesimpulan:
Ada rencana pelaku untuk melakukan kecurangan dengan pemalsuan kwitansi untuk
mendapatkan keuntungan dari pihak perusahaan asuransi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Potensi terjadinya Fraud layanan kesehatan sudah semakin nampak di Indonesia namun
belum diiringi dengan sistem pengendalian yang mumpuni. Perlu upaya-upaya sistematis untuk
mencegah berkembangnya kejadian ini. Kerjasama berbagai pihak sangat diperlukan dalam
upaya pemberantasan Fraud layanan kesehatan dapat berdampak baik. Upaya-upaya
pengendalian Fraud hendaknya dapat berjalan dalam siklus yang tidak terpotong-potong. Upaya-
upaya pengendalian Fraud yang sudah dilakukan dan dampaknya terhadap penyelamatan uang
negara hendaknya dapat didokumentasikan dalam bentuk laporan berkala sehingga dapat
diketahui publik. Bentuk laporan berkala dapat mencontoh laporan yang ditebitkan oleh
Departemen Kehakiman dan Departemen Kesehatan dan Pelayanan Masyarakat Amerika Serikat
tentang Program Pengendalian Fraud dan Abuse Layanan Kesehatan. Laporan semacam ini dapat
memberi gambaran kepada aktor potensial Fraud layanan kesehatan bahwa tindakan mencurangi
program JKN ini tidak mendapat tempat di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Fitriasari, Dewi. Deny Arnos Kwary. 2007. Audit dan Assurance Teknologi Informasi, Edisi 2.
Jakarta: Salemba Empat.
Fauzi, Muzni. 2015. Trik Korupsi dan Fraud Penggunaan Keuangan Negara. Banjarbaru: Muzni
fauzi press.
Widjaja Tunggal, Amin. 1992. Pemeriksaan kecurangan (fraud auditing). Jakarta:Rineka Cipta.
Djasri, Hanevi. 2016. https://acch.kpk.go.id/id/ragam/riset-publik/korupsi-dalam-pelayanan-
kesehatan-di-era-jaminan-kesehatan-nasional-kajian-besarnya-potensi-dan-sistem-
pengendalian-fraud. 2017.
Sijenius. 2016. https://sijenius.wordpress.com/2016/10/22/definisi-fraud-kecurangan/. 2017.
Djogan, Johanes. 2013. http://tentangfraud.blogspot.co.id/2013/05/undang-undang-fraud.html.
2017.