Anda di halaman 1dari 16

Kecurangan Asuransi Kesehatan (FRAUD)

Diajukan Sebagai :

Tugas Mata Kuliah Manajemen Klaim Utilisasi dan Keorganisasian Asuransi

Kelompok 3

Disusun Oleh :

Owi Enellya Pratami

Mardiansyah Ilham

Suqron Anggriawan

Dosen Pembimbing :

Sri Oktarina, S.K.M, M. K. M

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kecurangan Asuransi
Kesehatan (FRAUD)” Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada semua pihak yang telah memberi bantuan sehingga pembuatan makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik diantaranya kepada :

1. Ibu Sri Oktarina, S.K.M, M.K.M sebagai pembimbing yang telah banyak mengarahkan,
membimbing dan memberikan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.
2. Teman-teman FKM Unbrah Padang
Atas bantuan yang telah diberikan, mengucapkan terimakasih, mudah-mudahan mendapat
balasan yang setimpal oleh Allah SWT Amin. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis mengharapkan tanggapan, kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 26 November 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemberantasan korupsi marak dilakukan di berbagai institusi. Sejak diberlakukannya


program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) awal 2014 lalu, Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) mulai aktif melakukan kajian untuk menilai potensi korupsi dibidang kesehatan. Korupsi
merupakan bagian dari Fraud. Dalam sektor kesehatan, istilah Fraud lebih umum digunakan
untuk menggambarkan bentuk kecurangan yang tidak hanya berupa korupsi tetapi juga
mencakup penyalahgunaan aset dan pemalsuan pernyataan. Fraud dalam sektor kesehatan dapat
dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dalam program JKN mulai dari peserta BPJS
Kesehatan, penyedia layanan kesehatan, BPJS Kesehatan, dan penyedia obat dan alat kesehatan.
Uniknya masing-masing aktor ini dapat bekerjasama dalam aksi Fraud atau saling mencurangi
satu sama lain.

Fraud menyebabkan kerugian finansial negara. Di seluruh Indonesia, data yang dilansir
KPK menunjukkan bahwa hingga Juni 2015 terdeteksi potensi Fraud dari 175.774 klaim Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) dengan nilai Rp. 440 M. Ini baru dari kelompok
klinisi, belum dari aktor lain seperti staf BPJS Kesehatan, pasien, dan suplier alat kesehatan dan
obat. Nilai ini mungkin saja belum total mengingat sistem pengawasan dan deteksi yang
digunakan masih sangat sederhana (KPK, 2015).

Besarnya potensi kerugian yang ditimbulkan, mendorong pemerintah menerbitkan


Permenkes No. 36 tahun 2015 tentang Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) pada Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sebagai dasar hukum
pengembangan sistem anti Fraud layanan kesehatan di Indonesia. Sejak diluncurkan April 2015
lalu, peraturan ini belum optimal dijalankan. Dampaknya, Fraud layanan kesehatan berpotensi
semakin banyak terjadi namun tidak diiringi dengan sistem pengendalian yang mumpuni.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian FRAUD?


2. Bagaimana pemanfaatan teknologi dalam menngani FRAUD ?
3. Bagaiamana pendidikan pasien, peserta, dan pegawai ?
4. Bagaimana teknik investigasi dan preparasi kasus FRAUD?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kecurangan Asuransi (FRAUD)

Fraud adalah suatu bentuk upaya yang secara sengaja dilakukan dengan menciptakan
suatu manfaat yang tidak seharusnya dinikmati baik oleh individu atau institusi dan dapat
merugikan pihak lain. Menurut National Health Care Anti-Fraud Association’s (NHCAA)
menyatakan bahwa “Health care fraud is an intentional deception or misrepresentation that the
individual or entity makes knowing that the misrepresentation could result in some unauthorized
benefit to the individual, or the entity or to some other party.” Pengertian fraud menurut
Pusdiklatwas BPKP (2008:11) adalah sebagai berikut : “Dalam istilah sehari-hari, fraud
dimaknai sebagai ketidakjujuran. Dalam terminology awam fraud lebih ditekankan pada aktivitas
penyimpangan prilaku yang berkaitan dengan konsekuensi hukum, seperti penggelapan,
pencurian dengan tipu muslihat, fraud pelaporan keuangan, korupsi, kolusi, nepotisme,
penyuapan, penyalahgunaan wewenang dan lain-lain.” Fraud adalah penipuan disengaja atau
keliru fakta yang dapat menghasilkan manfaat yang tidak sah atau pembayaran.

Berikut ini merupakan contoh fraud:

1. Mengajukan klaim untuk layanan yang tidak disediakan atau digunakan


2. Memalsukan klaim atau catatan medis
3. Keliru tanggal, frekuensi, durasi atau deskripsi jasa yang diberikan
4. Penagihan untuk layanan di tingkat yang lebih tinggi daripada yang tersedia atau
diperlukan
5. Memalsukan kelayakan
6. Gagal untuk mengungkapkan cakupan asuransi kesehatan lainnya

Kecurangan / Fraud Pelayanan Kesehatan adalah kesengajaan melakukan kesalahan atau


memberikan keterangan yang salah (misrepresentasi) oleh seseorang atau entitas yang
mengetahui hal itu dan dapat menghasilkan sejumlah manfaat yang tidak legal kepada individu,
entitas atau pihak lain dari definisi operasional yang dikembangkan oleh Dewan Gubernur
National Health Care Anti-Fraud Association (NHCAA). Bentuk dari fraud adalah pernyataan
yang salah, keterangan yang salah atau dengan sengaja menghilangkan fakta.
Kasus fraud yang diprosekusi apabila sudah menyangkut sejumlah uang yang cukup
besar. Beban berat ini menjadi tanggung jawab perusahaan asuransi untuk mendeteksi,
investigasi dan aktif melobi untuk prosekusi fraud atau penegakan hukum terhadap tindakan
fraud atau kecurangan pelayanan kesehatan.

2.2 Tipe kecurangan FRAUD


Asosiasi Asuransi Kesehatan Amerika (AAKA) melakukan survey kepada perusahaan
asuransi swasta dan pembayar pihak ketiga untuk menentukan kecurangan pelayanan kesehatan
melalui program anti-fraud. Perusahaan-perusahaan tersebut dikategorisasikan kedalam dua
kelompok yaitu tipe pelaku yang melakukan fraud dan bentuk fraud. Sebagai hasil survei,
AAKA mengelompokkan tipe utama pelaku fraud sebagai berikut:

A. PPK
Bentuk utama dari kecurangan PPK yang terdeteksi sebagai berikut:
 Penagihan jasa yang tidak diberikan.
Misalnya: pemberian bermacam-macam obat ke pasien rawat inap, tetapi sebenarnya
tidak semuanya diberikan kepada pasien.
 Tagihan untuk pembayaran yang tidak disertai dengan tersedianya dukungan dokumen,
misalnya untuk tindakan pemeriksaaan laboratorium dan radiologi.
 Kecurangan diagnosa atau tanggal.
Misalnya, tanggal dicurangi sehingga tidak sesuai lagi dengan fakta dan kronologi kasus.
 Obat nama dagang untuk obat generikbiasanya terjadi di rumah sakit atau apotek
 Menghilangkan co-payment dan deductibles.
 Kesalahan klaim berhubungan dengan pemeriksaan laboratorium.
 Unbundling (tidak dibundel)
Suatu tindakan tidak dijadikan satu, misalnya, setiap gigi pasien dicabut selalu dilakukan
tindakan incisi (pengirisan), baru giginya dicabut, jadi keduanya merupakan satu
tindakan. Biasanya kecurangan PPK adalah melakukan penagihan yang berbeda untuk
dua tindakan ini.
 Ada pertanyaan terhadap fungsi PPK.
Misalnya, pasien pergi ke rumah sakit bersalin untuk berobat Thpus atau yang ekstrim
sakit gigi.
Karakteristik umum tindakan kecurangan klaim oleh PPK termasuk:
 Tagihan untuk pembayaran yang tidak disertai dengan tersedianya dukungan dokumen
seperti Sinar X atau hasil laboratorium.
 Tagihan jasa yang tidak pernah dilakukan (kasus ini sering diidentifikasi oleh pasien,
ketika mereka mendapatkan penjelasan tentang jasa yang ditagih oleh PPK tersebut).
 Pemalsuan diagnosa untuk mensahkan pelayanan yang tidak dibutuhkan dan tarif yang
mahal.
 Tanggal services, prosedur dan supply yang telah disampaikan tidak sesuai dengan fakta
dan kronologi kasus.
 PPK tidak qualified, tetapi memiliki izin sebagai PPK dan spesialis.

B. Konsumen
Bentuk utama fraud yang terdeteksi dilakukan konsumen sebagai berikut:
 Kecurangan dengan memberikan keterangan palsu pada aplikasi asuransi. Kecurangan
pelamar dilakukan oleh pelamar asuransi, agennya atau orang yang bertindak atas nama
pelamar. Kecurangan ini dilakukan bila fakta pemberian informasi bohong dibuat dengan
rencana untuk:
a. Meyakinkan bahwa lamaran diterima oleh perusahaan asuransi dan tidak ada
limitasi kondisi atau pengecualian tercantum pada jaminan yang diterbitkan untuk
pelamar.
b. Memperluas jaminan kepada individu yang sebenarnya tidak ada atau individu
tersebut sebenarnya tidak legal sebagai anggota keluarga atau pegawai perusahaan
 Kesalahan pencatatan pekerjaan atau eligibilitas. Kecurangan eligibilitas adalah usaha
curang untuk mendapatkan jaminan asuransi yang sebenarnya bukan haknya. Bentuk
kecurangan dapat berupa tindakan penipuan, misrepresentasi atau menyembunyikan
informasi pada formulir aplikasi asuransi. Beberapa contoh dari fraud eligibilitas adalah:
a. Sejumlah orang melakukan kolusi dengan membentuk perusahaan palsu untuk
maksud semata-mata membeli produk asuransi.
b. Perusahaan menambahkan daftar anggota yang berhak mendapatkan jaminan
pelayanan kesehatan pegawai, tetapi anggota tersebut bukanlah pegawai.
c. Karyawan menambahkan daftar anggota keluarga untuk mendapatkan jaminan
pelayanan kesehatan pegawai, tetapi anggota keluarga tersebut sebenarnya tidak
berhak dengan status tersebut, sesuai dengan terminology asuransi kontrak
(contoh, anak angkat yang tidak disahkan oleh hukum yang berlaku).
Kecurangan eligibiltas dapat dilakukan oleh agen, perusahaan, karyawan, orang yang dijamin
dan pelamar asuransi.
 Pemalsuan klaim Kecurangan klaim bisa berupa pemalsuan tagihan rekening,
penyampaian klaim untuk anggota keluarga yang tidak berhak dan misrepresentasi respon
pada pertanyaan spesifik dalam formulir klaim.
Contoh, bila pasangan karyawan keduanya bekerja dan dijamin oleh kedua perusahaan,
namun ketika mengisi pertanyaan pada formulir klaim manfaat, mereka tidak menjawab
dengan benar bahwa mereka memiliki dua jaminan kesehatan. Pemegang polis mungkin
mengambil manfaat klaim dua kali. Padahal, kedua perusahaan asuransi seharusnya dapat
berkoordinasi tentang pembayaran manfaat (Coordination of Benefits).
Contoh lain, bila orang yang dijamin menghapus besaran jumlah dolar untuk tarif jasa
dokter dan menggantinya dengan nilai yang lebih tinggi pada formulir klaim.

C. Agen / lainnya
Bentuk utama fraud yang terdeteksi dilakukan agen atau internal fraud sebagai berikut:
 Agen menerima pembayaran dari karyawan, tetapi tidak menyampaikan laporan calon
peserta kepada perusahaan, sedangkan uangnya dikantongi.
 Agen memberikan informasi salah tentang cakupan polis untuk mendorong konsumen
menukar polis agar meningkatkan komisi untuk agen.
 Karyawan menciptakan peserta fiktif ke dalam catatan jaminan kepesertaan,
menyampaikan klaim palsu dan uangnya dikantongi.

2.3 Pemanfaatan Teknologi

1. Otomatisasi-Prosesi Data Elektronik (PDE)


Saling tukar data elektronik adalah transmisi antara dua komputer. Transaksi PDE
semakin meningkat pada imdustri asuransi kesehatan. Transaksi tersebut termasuk tranmisi
informasi manfaat, informasi egibilitas dan penyampaian klaim. Beberapa manfaat PDE, yaitu :
Biaya administrasi dapat lebih rendah.
a. Estimasi penghematan sebesar 8-10 miliyar dolar pertahun (di Amerika), jika industri
asuransi berubah ke lingkungan PDE.
b. Lebih efisien sebab lebih banyak klaim yang dapat diproses untuk biaya yang
dikeluarkan.
c. Menyediakan perubahan informasi yang cepat untuk informasi klaim kesehatan.
d. Menghasilkan format standar diantara seluruh organisasi yang menyampaikan dan
membayar klaim asuransi.

2. Scanning
Banyak orang melihat PDE sebagai cara yang dapat meningkatkan atau menurunkan
biaya administrasi pelayanan kesehatan. Penyampaian klaim PDE tidak segera diterima oleg
sebagian perusahaan. Sebagai langkah untuk masuk kedalam interchange data elektronik, banyak
perusahaan yang menggunakan teknologi scenning, sehimgga PPK dapat mengirimkan fomulir
lalu dilakukan proses klaim.

3. Mikro Film
Mikro film menjadi praktek bisnis yang standar pada industri asuransi. Secara rutin perusahaan
melakukan perbuatan mikro film klaim, sebelum proses pembayarin klaim. Mikro film juga
dapat dibuat setelah pembayaran klaim dilakukan. Mikro film membuat perusahaan asuransi
dapat menyimpan dokumen dalam jumlah yang sangat besar didalam ruang yang relatif kecil.

2.4 Pendidikan Pasiendan Peserta Asuransi


 Gratis pelayanan medis
Salah satu skema kecurangan yang paling sering adalah memberikan peayanan kesehatan
secara gratis. Pasien dibujuk untuk menggunakan jasa PPK dan mempercayai bahwa kunjungan
dan jasa lainnya adalah graris. Pasien biasanya tidak mengetahui bahwa perusahaan asuransi
ditagih pembayaran untuk kunjungan dan pengobatan yang mereka terima.
 Penghapusan co-pay dan deductible (ikut bayar dan pengurangan)
Bentuk skema umum yang lain adalah PPK memasang iklan dengan janji bahwa pasien
tidsk membayar dari kantong mereka. PPK mengaku bahwa mereka akan meghapus jumlah uang
co-payment dan deductible dan biasanya kemudian dibebankan kepada perusahaan asuransi.

Ada 2 cara bagi PPK untuk membuat janji tentang hal tersebut :
a. Dengan mengurangi co-pay atau deductible dan total pembayaran klaim.
b. Dengan meningkatkan jumlah klaim sehingga jumlah klaim net sama dengan biaya actual
dan pengobatan.
Co-pay dan deductible dimaksudkan untuk mencegah over-utilisasi pelayanan medis
dengan cara mewajibkan peserta untuk membauar sejumlah uang untuk setiap pelayanan
kesehatan.

Pendidikan Pegawai
1. Program pelatihan formal
Pelatihan ini direkomendasikan untuk diadakan setahun sekali. Pelatihan sadar
kecurangan asuransi dapat diberikan sebagai pelatihan standar kepada setiap personel baru.
Kepada seluruh pembayar klaim harus dilengkapi dengan daftar indicator kecurangan atau red
flags.
2. Program bounty
Beberapa perusahaan asuransi mengembangkan program bounty untuk mendorong
peserta dan melaporkan dugaan kecurangan klaim kepada perusahaan asuransi. Melaui program
bounty, bila penyelamatan uang lebih dari, misalkan Rp. 1.000.000,-, maka berdasarkan jumlah
yang diselamatka akan menjadi hak dari pelapor. Hal ini harus diketahui oleh semua pihak
personel perusahaan, bila program ini diterapkan pada area kerja mereka. Program ini menolong
untuk meningkatkan kesadaran kecurangan asuransi.
3. Manual kecurangan
Manual prosedur kecurangan sangat bernilai bagi personel. Manual tidak hanya
menolong mereka untuk mendeteksi kecurangan, tetapi juga bagaimana mengivestigasinya.
Manual prosedur kecurangan merupakan sumber refensi untuk penyelidik agar dapat memenuhi
procedural investigasi klaim.
2.5 Teknik Investigasi dan Preparasi Kasus
1. Deteksi
Dasar dari program pendeteksi kecurangan pelayanan kesehatan adalah adanya asumsi
bahwa sebagian besar dari kecurangan tidak terdeteksi. Hanya dengan ketekunan, dedikasi dan
instrumenyang benar, maka hamper semua kecurangan dapat dibongkar.

Dibawah ini adalah instrument yang digunakan oleh perusahaan asuransi untuk membuat
pendeteksian kecurangan pelayanan kesehatan berjalan efektif :
a. Audit Red Flags (Bendera dan Audit)
b. Instrument Otomatis
c. Rujukan Review Medis
d. Informasi Investigasi Intelejen

2. Preparasi Kasus
Ketika pemeriksa menentukan bahwa kecurangan pelayanan kesehatan perlu dilakukan
penyelidikan, pemeriksa harus melakukan preparasi kasus. Idealnya, penentuan tersangka
perbuatan kecurangan dan bagaimana kecurangannya ditentukan melalui penyelidikan. Tahapan
investigasi dilakukan secara bersamaan.

Langkah-langkah preaparasi kasus harus melakukan review catatan-catatan penting


sebagai berikut :
1. Pencatatan penanganan klaim.
2. Pencatatan riwayat medis dan pembayaran.
3. Informasi latar belakang tersangka.
4. Aplikasi perijinan dan catatan perijinan lainnya.
5. Pencatatan kendaraan bermotor.
6. Pencatatan surat izin mengemudi.
7. Keterangan asuransi lainya.

3. Berkas Credentialing (proses pemantauan perilaku) PPK


Berkas ini merupakan informasi penting dan data tersebut dapat digunakan untuk
investigasi. Pemeriksa harus melakukan konsultasi dengan pengacara sebelum masuk kedalam
berkas pemantau PPK. Keputusan informasi apa yang akan digunakan untuk investigasi harus
dibuat oleh departemen hokum perusahaan asuransi atau konsulen hokum pemeriksa.

4. Investigasi Kecurangan
Perusahaan asuransi harus mempertimbangkan bahwa investigasi kecurangan penting
dilakukan untuk melindungi mereka daan pemegang polis.
Informasi penyelidikan dikumpulkan dengan beberapa cara ;
1. Interview
2. Penyampaian informasi
3. Pencatatan informasi yang dikumpulkan
4. Pernyataan yang ditandatangani
5. Pengakuan
6. Surveilens
7. Operasi terselubung
8. Rekaman pembicara
9. Kelompok kerja dan jaringan kerja

2.6 Pencatatan Publik dan Swasta


1. Catatan medis
Catatan medis mungkin sulit untuk didapatkan perusahaan asuransi, tetapi pencatatan
pelayanan kesehatan disyaratkan secara rutin ketika penyampaian klaim. PPK mungkin tidak
akan melepas catatan tanpa otoritas yang tepat. Hal ini sangat penting jika catatan berisi tentang
rehabilitasi Narkoba. Catatan rehabilitasi dan terapi Narkoba dilindungi oleh federal dan hanya
dapat dilepas oleh perintah pengadilan atau persetujuan tertulis dari pasien.
2. Catatan keuangan
Catatan keuangan sangat berguna bagi penyelidik, jika ia mencoba membuktikan
kecurangan dengan mengikuti aliran uang yang terjadi. Pernyataan keuangan, cek dibatalkan,
transfer, deposit elektronik dan catatan finansial lainnya dapat digunakan untuk menelusuri
proses aliran skema kecurangan.
3. Informasi perusahaan asuransi lain
Informasi ini dapat menolong bila pemegang polis juga sedang berusaha mengumpulkan
tagihan pembayaran dari sejumlah perusahaan asuransi. Saling melengkapi data dan informasi
mengenai kecurangan yang dilakukan individu maupun entitas dapat mempercepat proses
investigasi.

2.7 Pengumpulan Bukti


Langkah pertama pengumpulan bukti adalah menentukan tipe bukti apa yang dibutuhkan
untuk membuktikan atau tidak membuktikan pernyataan Fraud. Bukti yang dibutuhkan dalam
investigasi kecurangan pelayanan kesehatan adalah :
1. Formulir klaim.
2. Penjelasan manfaat.
3. Kwitansi tagihan.
4. Catatan medis.
5. Amplop dengan cap perangko.
6. Cek yang dibatalkan.
7. Catatan rumah sakit.
8. Catatan resep, obat resep.
9. Brosur pemasaran.
10. Audio adan video tape.
11. Catatan asuransi.
12. Pendapat review medis.
13. Pengakuan dan contoh tulisan tangan.

2.6 Pelaporan Investigasi


Laporan investigasi merupakan ringkasan dari investigasi yang lengkap. Bagian-bagian
dari laporan investigasi dapat dimulai pada tahap investigasi aktif. Segmen ini (laporan interview
atau lainnya) dilengkapi ketika informasi masih segar diingatan pemeriksa. Laporan harus
objektif berdasarkan fakta.

Pelaporan investigasi selayaknya harus berisi :


1. Latar belakang
2. Sinopsis
3. Kemungkinan pelanggaran hokum
4. Daftar saksi
5. Lampiran-lampiran

2.7 Kasus Kecurangan Asuransi Kesehatan


Kariawan A dari kelompok asuransi kesehatan mengajukan klaim ke perusahaan asuransi
atas biaya pemeriksaan dan pengobatan rawat jalan di rumah sakit pada seorang dokter spesialis.
Kwitansi rumah sakit dalam bentuk fotocopy. Biaya-biaya merupakan biaya gabungan antara
biaya administrasi dan jasa dokter yang diluar standar harga tariff rumah sakit.

Prosedur investigasi
Dilakukan audit klaim dan disesuaikan dengan standar yang telah ditentukan oleh
perusahaan asuransi, yaitu :
1. Kwitansi asli
2. Ada rincian biaya yang jelas untuk masing-masing item
3. Harga/tarif pelayanan disesuaikan dengan standar yang ada

Ketika diinvestigasi lebih lanjut, unit klaim menghubungi pihak rumah sakit untuk
meminta rincian biaya klaim. Rumah sakit mengirimkan salinan kwitansi dari klaim tersebut,
ternyata billingnya berbeda dengan nilai tagihan. Selanjutnya, hal yang sama dilakukan kepada
apotik yang mengeluarkan kwitansi, ternyata kwitansi klaim tersebut palsu.
kesimpulan:
Ada rencana pelaku untuk melakukan kecurangan dengan pemalsuan kwitansi untuk
mendapatkan keuntungan dari pihak perusahaan asuransi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Potensi terjadinya Fraud layanan kesehatan sudah semakin nampak di Indonesia namun
belum diiringi dengan sistem pengendalian yang mumpuni. Perlu upaya-upaya sistematis untuk
mencegah berkembangnya kejadian ini. Kerjasama berbagai pihak sangat diperlukan dalam
upaya pemberantasan Fraud layanan kesehatan dapat berdampak baik. Upaya-upaya
pengendalian Fraud hendaknya dapat berjalan dalam siklus yang tidak terpotong-potong. Upaya-
upaya pengendalian Fraud yang sudah dilakukan dan dampaknya terhadap penyelamatan uang
negara hendaknya dapat didokumentasikan dalam bentuk laporan berkala sehingga dapat
diketahui publik. Bentuk laporan berkala dapat mencontoh laporan yang ditebitkan oleh
Departemen Kehakiman dan Departemen Kesehatan dan Pelayanan Masyarakat Amerika Serikat
tentang Program Pengendalian Fraud dan Abuse Layanan Kesehatan. Laporan semacam ini dapat
memberi gambaran kepada aktor potensial Fraud layanan kesehatan bahwa tindakan mencurangi
program JKN ini tidak mendapat tempat di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Fitriasari, Dewi. Deny Arnos Kwary. 2007. Audit dan Assurance Teknologi Informasi, Edisi 2.
Jakarta: Salemba Empat.
Fauzi, Muzni. 2015. Trik Korupsi dan Fraud Penggunaan Keuangan Negara. Banjarbaru: Muzni
fauzi press.
Widjaja Tunggal, Amin. 1992. Pemeriksaan kecurangan (fraud auditing). Jakarta:Rineka Cipta.
Djasri, Hanevi. 2016. https://acch.kpk.go.id/id/ragam/riset-publik/korupsi-dalam-pelayanan-
kesehatan-di-era-jaminan-kesehatan-nasional-kajian-besarnya-potensi-dan-sistem-
pengendalian-fraud. 2017.
Sijenius. 2016. https://sijenius.wordpress.com/2016/10/22/definisi-fraud-kecurangan/. 2017.
Djogan, Johanes. 2013. http://tentangfraud.blogspot.co.id/2013/05/undang-undang-fraud.html.
2017.

Anda mungkin juga menyukai