Dosen:
Drs. Muhammad Fuat Ak, MM, CFrA
Menurut SKKNI AF:
Fraud adalah Perbuatan yang disengaja atau diniatkan
untuk menghilangkan uang atau harta seseorang dengan
cara akal bulus, penipuan atau cara lain yang tidak fair
2
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) fraud adalah :
“fraud (curang) a tidak jujur; tidak lurus hati; tidak adil; mencurangi dan
berbuat curang thd seseorang; menipu; mengakali; kecurangan n perihal
curang; perbuatan yg curang; ketidak jujuran; keculasan”
Menurut Jones dan Bates (1990) :
Fraud terjadi dimana seseorang memperoleh kekayaan atau keuntungan
keuangan melalui kecurangan atau penipuan. Kecurangan semacam ini
menunjukkan adanya keinginan yang disengaja.
Menurut O’Gara (2004) :
Penipuan mencakup berbagai penyimpangan dan tindakan ilegal yang
ditandai dengan penipuan disengaja. Hal ini dapat dilakukan untuk
kepentingan atau merugikan organisasi dan oleh orang luar maupun di
dalam organisasi.
3
Motif, merupakan Rasionalisasi, terjadi
kekuatan penggerak saat seseorang
seseorang yang berubah membangun
dari taat hukum menjadi pembenaran atas fraud
pelaku kejahatan yang dilakukannya
PERCEIVED OPPORTUNITY
5
BPJS memiliki pengendalian intern lemah yang menyebabkan
proses klaim asuransi dimanfaatkan oleh rumah sakit dengan
melakukan fraud.
Pihak BPJS tidak mememiliki internal kontrol baik kontrol secara
berkala maupun rutin terhadap pelaksanaan asuransi BPJS di
lapangan.
Rumah sakit diberikan saran oleh BPJS untuk menyediakan
divisi anti fraud yang dapat membantu pihak BPJS mengontrol
proses asuransi kesehatan BPJS, namun divisi anti fraud bekerja
untuk rumah sakit bukan untuk BPJS.
Adanya kemungkinan ada oknum yang bekerja sama dari kedua
lembaga tersebut.
Fraud karena tergantung kepada kondisi individu, tekanan
keuangan, kebiasaan buruk dan kebiasaan lain yang merugikan.
Tekanan yang mungkin terjadi pada rumah sakit adalah tekanan
dari shareholders maupun top eksekutif rumah sakit
memperoleh laba yang tinggi sehingga terjadi fraud. Fraud
yang dilakukan oleh rumah sakit terjadi mungkin adanya oknum
dari karyawan rumah sakit sehingga tekanan muncul dari
pribadi karyawan bukan kesalahan dari rumah sakit seluruhnya.
Apabila seseorang menganggap pembenaran atas fraud yang
dilakukannya. Pelaku mencari alasan atau pembenaran bahwa
fraud yang dilakukannya bukan tindakan bukan tindakan fraud.
Seseorang mengetahui bahwa tindakan yang dilakukannya
adalah salah dan termasuk tindakan criminal, tetapi mereka
menganggap wajar tindakannya karena gaji yang mereka terima
sangat tidak layak.
Membangun dan menerapkan pengendalikan intern
yang baik dapat mematahkan Fraud Triangle melalui:
1. Membangun Struktur Pengendalian Internal yang
baik
2. Mengefektifkan Aktivitas Pengendalian
3. Meningkatkan Kultur Organisasi
4. Mengefektifkan Fungsi Audit Internal
9
Menurut Jack Bologna, empat faktor yang mendorong seseorang
berperilaku menyimpang/berperilaku fraud:
1. Greed atau keserakahan, berkaitan dengan adanya perilaku
serakah yang secara potensial ada di dalam diri setiap orang;
2. Opportunity atau kesempatan, berkaitan dengan keadaan
organisasi atau instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa
sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan
kecurangan terhadapnya;
10
3. Needs atau kebutuhan, berkaitan dengan faktor-
faktor yang dibutuhkan oleh individu-individu untuk
menunjang hidupnya yang menurutnya wajar;
11
Mendorong pelaksanaan tata kelola organisasi dan tata kelola
klinik yang baik.
Meningkatkan kemampuan dokter dan petugas lain yang
berkaitan dengan klaim;
Menetapkan Regulasi Pencegahan, Pendeteksian dan Penindakan
Fraud
1. Delegasi wewenang pengawasan fraud dari Kementerian
Kesehatan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten
2. Kerjasama antara Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinkes
Kabupaten dengan tim independen untuk melakukan
pengawasan
3. Pembentukan Unit Investigasi Khusus di setiap Kantor
Regional BPJS
4. Memperkuat peran pengawas internal dan eksternal Rumah
Sakit
Mengadakan Sosialisasi dan Pelatihan Upaya Pencegahan,
Pendeteksian dan Penindakan Fraud
Kerjasama antara Kementerian Kesehatan dan perguruan tinggi
untuk penyusunan materi dan pelatihan
17