Anda di halaman 1dari 10

K

KEEB
BIIJJA
AKKA
ANNK
KEEU
UAAN
NGGA
ANN

A. PENDAHULUAN

1. Kebijakan keuangan yang diuraikan dalam bab ini mengacu pada siklus yang terjadi di rumah sakit,
sebagaimana telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, dan didetilkan sesuai dengan kondisi di
rumah sakit.
2. Kebijakan akuntansi yang terkait erat dengan perlakuan akuntansi, khususnya pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan, diuraikan dalam bab Laporan Posisi Keuangan
(Neraca) pada Bagian Tiga tentang Pedoman Akuntansi.

KEBIJAKAN PENDAPATAN

A. Kebijakan Pelayanan Kesehatan

1. Pelayanan kesehatan rumah sakit menggunakan standar pelayanan minimum yang ditetapkan oleh
bupati sesuai dengan kewenangannya dan diusulkan oleh rumah sakit.
2. Standar pelayanan minimum sebagaimana dimaksud dalam butir 1 harus mempertimbangkan
kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan, biaya serta kemudahan untuk
mendapatkan layanan.

B. Kebijakan Pendapatan

1. Pendapatan Pelayanan
1. Pendapatan yang diperoleh dari pelayanan yang diberikan kepada masyarakat merupakan
pendapatan operasional rumah sakit.
2. Pendapatan rumah sakit terdiri dari pendapatan pasien umum dan pihak ketiga.
1) Pendapatan pasien umum adalah pendapatan yang diperoleh dari pembayaran langsung
pasien.
2) Pendapatan pihak ketiga adalah pendapatan yang diperoleh dari pembayaran pasien yang
dijamin oleh pihak ketiga, yang terdiri dari
a) Jaminan sosial seperti
(1) Asuransi Kesehatan (Askes),
(2) Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas),
(3) Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM)
(4) Jaminan Kesehatan lainnya
b) Jaminan perusahaan swasta dan atau Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D).
3. Pendapatan rumah sakit dibagi lagi menjadi empat kelompok, yaitu:
1) Pendapatan Pasien Rawat Jalan, yaitu semua pendapatan yang diperoleh dan timbul dari
kegiatan pada instalasi rawat jalan;
2) Pendapatan Pasien Rawat Inap, yaitu semua pendapatan yang diperoleh dan timbul dari
kegiatan atau pelayanan yang diberikan kepada pasien di instalasi rawat inap
3) Pendapatan Penunjang Medis, yaitu semua pendapatan yang diperoleh dan timbul dari
kegiatan atau pelayanan yang diberikan kepada pasien di instalasi penunjang.
4) Pendapatan lain-lain, yaitu semua pendapatan yang diperoleh dan timbul dari kegiatan
atau pelayanan selain dari pasien rawat jalan, pasien rawat inap, dan penunjang medis.
2. Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBD/N yang berupa kas diberlakukan sebagai
pendapatan rumah sakit.
3. Pendapatan hibah terdiri dari pendapatan hibah terikat dan tidak terikat berupa kas yang diperoleh
langsung dari masyarakat atau badan lain dan merupakan pendapatan rumah sakit yang harus
diperlakukan sesuai dengan peruntukannya.
4. Hasil kerja sama rumah sakit dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya merupakan
pendapatan rumah sakit.

C. Kebijakan Pengelolaan Piutang

1. Piutang rumah sakit dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan
bertanggung jawab serta dapat memberikan nilai tambah sesuai dengan praktik bisnis yang sehat
dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Penagihan Piutang
a. Penagihan Pasien Pulang Paksa (Pulang atas permintaan sendiri)
1) Penagihan pasien pulang paksa adalah penagihan yang dilakukan kepada pasien yang
pulang atas inisiatif sendiri dan pada saat pulang pasien belum melakukan pembayaran
terhadap pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit.
2) Penagihan terhadap pasien pulang paksa ini menjadi tanggung jawab Sub Bidang
Keuangan.
b. Penagihan Pihak Ketiga
1) Penagihan Askes
Askes adalah jaminan kesehatan yang dikeluarkan oleh PT Asuransi Kesehatan (persero)
dan diberikan kepada pegawai negeri sipil, penerima pensiun, veteran dan perintis
kemerdekaan yang membayar iuran untuk jaminan pemeliharaan. Jaminan pelayanan
tersebut juga diperuntukkan bagi keluarga peserta yang meliputi isteri atau suami dari
peserta dan anak yang sah atau anak angkat dari peserta yang berhak menerima
tunjangan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
a) Pelayanan dan pemeliharaan kesehatan meliputi
(1) rawat jalan tingkat lanjutan,
(2) rawat inap lanjutan,
(3) pelayanan 1 (satu) hari (“one day care”),
(4) pelayanan kesehatan penunjang,
(5) pelayanan obat,
(6) rehabilitasi medis,
(7) pelayanan gawat darurat (“emergency”) dan
(8) persalinan.
Pelayanan dan pemeliharaan kesehatan tersebut berdasarkan ketentuan yang telah
ditetapkan baik di Puskesmas maupun rumah sakit yang telah ditunjuk di wilayah A dan
diberikan secara cuma-cuma dengan atau tanpa iuran biaya.

b) Jaminan yang diperoleh berupa pelayanan kesehatan yang diperlukan dalam upaya
pencegahan, penanggulangan, pengobatan dan pemulihan gangguan kesehatan,
diawali dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama di Puskesmas beserta
jaringannya. Apabila diperlukan, jaminan tersebut dilanjutkan dengan pelayanan
kesehatan tingkat lanjutan di rumah sakit berdasarkan rujukan dari Puskesmas.
c) Penagihan terhadap Askes dilakukan kepada PT Askes sesuai dengan peraturan PT
Askes.

2) Penagihan Jamkesmas

a) Jamkesmas adalah jaminan kesehatan yang diberikan Departemen Kesehatan kepada


masyarakat miskin berupa pelayanan kesehatan yang diperlukan dalam upaya
penanggulangan, pengobatan, dan pemulihan gangguan kesehatan, diawali dengan
pelayanan kesehatan tingkat pertama di Puskesmas beserta jaringannya. Apabila
diperlukan, jaminan dilanjutkan dengan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan di rumah
sakit berdasarkan rujukan dari Puskesmas.
b) Pelayanan dan pemeliharaan yang diberikan meliputi keseluruhan pelayanan rumah
sakit. Pelayanan dan pemeliharaan kesehatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan baik di Puskesmas maupun rumah sakit yang telah ditunjuk di
Kabupaten A, dan diberikan secara cuma-cuma dengan atau tanpa iuran biaya
c) Penagihan terhadap Jamkesmas ini dilakukan merujuk kepada peraturan yang
dikeluarkan oleh kementrian kesehatan.

3) Penagihan Jaminan Kesehatan Bali Mandara

a) Jaminan Kesehatan Bali Mandara adalah jaminan kesehatan yang diberikan oleh
Pemerintah Provinsi Bali kepada masyarakat miskin yang belum memiliki jaminan
kesehatan berupa pelayanan kesehatan yang diperlukan dalam upaya
penanggulangan, pengobatan, dan pemulihan gangguan kesehatan, diawali dengan
pelayanan kesehatan tingkat pertama di Puskesmas beserta jaringannya. Apabila
diperlukan, jaminan dilanjutkan dengan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan di rumah
sakit berdasarkan rujukan dari Puskesmas.
b) Pelayanan dan pemeliharaan yang diberikan meliputi:
(1) rawat jalan tingkat lanjutan;
(2) rawat inap tingkat lanjutan;
(3) pelayanan kesehatan penunjang;
(4) pelayanan obat;
(5) pelayanan gawat darurat (“emergency”) kecuali kecelakaan lalu lintas dan
(6) persalinan

4) Penagihan jaminan perusahaan atau jaminan lainnya


a) Jaminan perusahaan adalah jaminan kesehatan yang diberikan perusahaan
kepada karyawannya melalui kontrak kerja sama antara perusahaan selaku
penjamin dengan rumah sakit selaku pemberi pelayanan kesehatan.
b) Penagihan jaminan perusahaan dilakukan kepada perusahaan yang karyawannya
mendapatkan pelayanan dari rumah sakit dan didasarkan pada kontrak kerja
sama yang disepakati.
5) Atas piutang yang sulit ditagih, diakui sebagai kerugian piutang tak tertagih.

2) Penghapusan Piutang

1. Piutang rumah sakit dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat oleh pejabat yang berwenang
setelah memperhatikan penyisihan kerugian piutang yang diuraikan di bab Laporan Posisi
Keuangan (Neraca), khususnya pembahasan piutang.
2. Kewenangan penghapusan piutang secara berjenjang ditetapkan dengan peraturan Bupati
sesuai dengan kewenangannya dan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku

KEBIJAKAN PENGELUARAN

A. Kebijakan Umum Pengeluaran


1) Belanja rumah sakit terdiri dari unsur biaya yang sesuai dengan struktur biaya yang dituangkan
dalam RBA (Rencana Bisnis Anggaran), Penetapan Anggaran atau dokumen lain yang telah
disahkan Pemerintah Daerah A.
2) Pengelolaan belanja rumah sakit diselenggarakan secara fleksibel berdasarkan kesetaraan antara
volume kegiatan pelayanan dengan jumlah pengeluaran dan mengikuti praktik bisnis yang sehat.
3) Fleksibilitas pengelolaan belanja berlaku dalam ambang batas sesuai dengan yang ditetapkan
dalam RBA dan dokumen anggaran yang telah disahkan.
4) Belanja rumah sakit yang melampaui ambang batas fleksibilitas harus mendapat persetujuan
Bupati atas usulan kepala rumah sakit sesuai dengan kewenangannya.
5) Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, rumah sakit dapat mengajukan usulan tambahan
anggaran dari APBD kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah atau PPKD, yang memiliki
tugas melaksanakan pengelolaan keuangan daerah.
6) Usulan tambahan anggaran sebagaimana dimaksud pada butir 5 di atas dilakukan melalui kepala
Satuan Kerja Perangkat Daerah atau SKPD (instansi pemerintah daerah yang merupakan bagian
dari pemerintah daerah yang bertanggung jawab atas bidang tugas yang diemban oleh suatu unit)
sesuai dengan kewenangannya.
7) Belanja rumah sakit dilaporkan sebagai belanja barang dan atau jasa SKPD/pemerintah daerah.

B. Kebijakan Belanja Pegawai

1) Gaji
a. Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS)
1) Gaji PNS adalah jumlah total yang dibayarkan kepada karyawan yang merupakan Pegawai
Negeri Sipil selama satu periode tertentu.
2) Prosedur pembayaran gaji PNS harus berdasarkan peraturan pemerintah.
3) Pembayaran gaji terhadap PNS dilakukan dengan melibatkan bank yang telah ditunjuk
oleh Pemerintah Daerah A

b. Gaji Pegawai Rumah Sakit Non PNS


1) Gaji pegawai rumah sakit non PNS adalah jumlah total yang dibayarkan kepada karyawan
rumah sakit non PNS selama satu periode tertentu;
2) Prosedur pembayaran gaji pegawai rumah sakit non PNS harus berdasarkan surat ijin
kerja dari Bupati dan surat tugas dari Kepala RS;
3) Pembayaran terhadap gaji pegawai rumah sakit non PNS dilakukan dengan melibatkan
bank yang ditunjuk oleh Rumah Sakit.

2) Tunjangan
a. Tunjangan adalah pembayaran yang dilakukan kepada seluruh pegawai karena mendapatkan
tugas khusus sesuai dengan surat keputusan Bupati dan Kepala rumah sakit.
b. Pembayaran tunjangan dilakukan dengan melibatkan bank yang ditunjuk oleh Pemerintah
daerah

3) Insentif
a. Insentif adalah pembayaran yang dilakukan kepada seluruh pegawai atas pelayanan yang
telah diberikan disesuaikan dengan tugas dan fungsi;
b. Ketentuan terhadap pembayaran insentif diatur berdasarkan surat keputusan Bupati dan
Kepala rumah sakit.
4) Tambahan Penghasilan
a. Tambahan penghasilan adalah jumlah total yang dibayarkan kepada karyawan atas kegiatan
tertentu, misalnya shift kerja dan anggota tim kerja, dan mencakup juga premi dokter dan
perawat yang sudah memberikan pelayanan dalam suatu periode tertentu;
b. Ketentuan pembayaran tambahan penghasilan diatur berdasarkan surat keputusan Bupati
berdasarkan usul dan beban kerja dari Kepala rumah sakit dengan ditetapkan dengan
keputusan Bupati.
c. Pembayaran tambahan penghasilan dilakukan dengan melibatkan bank yang telah ditunjuk
oleh Pemerintah Daerah.

C. Kebijakan Belanja Barang dan Jasa

1) Pengadaan barang/jasa oleh rumah sakit dilakukan berdasarkan prinsip efisiensi dan ekonomis
sesuai dengan praktik bisnis yang sehat.
2) Kewenangan pengadaaan barang/jasa, termasuk pelaksanannya, diselenggarakan berdasarkan
jenjang nilai yang diatur dalam Peraturan Bupati A Nomor XX tahun 20XX dan Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 dan peraturan perubahannya.
3) Pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan RBA yang telah disusun oleh Sub Bidang
Penyusunan Program dan ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten A.
4) Pembayaran pengadaan barang/jasa dilakukan dengan melibatkan bank yang telah ditunjuk oleh
kepala rumah sakit.

D. Kebijakan Belanja Perjalanan Dinas

1) Belanja perjalanan dinas adalah pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai perjalanan dinas
pegawai.
2) Yang termasuk dalam belanja perjalanan dinas adalah pengeluaran untuk transportasi, akomodasi,
dan lumsump
3) Pengeluaran terhadap belanja perjalanan dinas harus berdasarkan surat keputusan Bupati
kabupaten A dan kepala rumah sakit

E. Kebijakan Belanja Pemeliharaan

1) Belanja pemeliharaan adalah pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai pemeliharaan atau
perawatan aset yang termasuk di dalamnya sarana dan prasarana rumah sakit.
2) Yang termasuk dalam aset yang disebutkan di atas adalah semua aset tetap dan aset lainnya yang
dimiliki oleh rumah sakit.
3) Pengeluaran terhadap belanja pemeliharaan harus berdasarkan surat keputusan Bupati A dan
kepala rumah sakit.

F. Kebijakan Pengelolaan Utang

1) Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka pendek ditujukan hanya untuk
belanja operasional.
2) Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka panjang ditujukan hanya untuk
investasi atas persetujuan kepala daerah.
3) Perikatan peminjaman dilakukan oleh pejabat yang berwenang secara berjenjang berdasarkan nilai
pinjaman.
4) Pembayaran kembali utang merupakan tanggung jawab rumah sakit.
KEBIJAKAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN

A. Pengelolaan Persediaan Medis

1) Persediaan adalah:
a. aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan pelayanan rumah sakit;
b. aset dalam proses pelayanan; dan
c. aset yang tersedia dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam pemberian
pelayanan, proses pelayanan, dan mendukung kegiatan administratif
2) Yang termasuk dalam persediaan medis di antaranya adalah obat, alat kesehatan habis pakai, dan
bahan medis habis pakai;
3) Pengelolaan persediaan medis berada di bawah tanggung jawab Instalasi Farmasi dan bidang
pelayanan medis;
4) Pengeluaran untuk pemakaian persediaan medis berdasarkan Formulir Permintaan Barang Medis
(FPBM) yang disetujui oleh Instalasi Farmasi & Bidang Pelayanan Medis;
5) Pemeriksaan fisik (stock opname) persediaan medis dilakukan oleh petugas gudang setiap bulan
untuk depo farmasi dan 3 bulan sekali untuk instalasi/ gudang farmasi.

B. Pengelolaan Persediaan Non Medis

1) Persediaan non medis terdiri atas barang cetakan, alat tulis kantor, persediaan rumah tangga,
linen, bahan makanan kering/basah, alat listrik, bahan bangunan, dan persediaan bahan bakar.
2) Pengelolaan persediaan non medis melibatkan seluruh pengguna (user), sub bagian rumah tangga
dan perlengkapan, serta bagian umum;
3) Pengeluaran untuk pemakaian persediaan non medis harus berdasarkan Formulir Permintaan
Barang Non Medis (FPBNM) yang setujui oleh Kepala Seksi;
4) FPBNM menjadi dasar pengeluaran barang yang dilakukan oleh bagian gudang. Selanjutnya,
pengurus barang melakukan verifikasi terhadap FPBNM.
5) Pemeriksaan fisik (stock opname) persediaan non medis dilakukan oleh petugas gudang setiap
bulan.

C. Pemusnahan Persediaan

1) Pemusnahan persediaan dilakukan terhadap persediaan yang sudah tidak layak untuk digunakan,
baik karena sudah kadaluarsa (expired) atau pun rusak dan tidak bisa dikembalikan lagi ke
supplier.
2) Pemusnahan persediaan medis harus dilakukan berdasarkan surat keputusan kepala rumah sakit
dan diketahui oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Departemen Kesehatan.
3) Pemusnahan persediaan non medis harus dilakukan berdasarkan surat keputusan direktur rumah
sakit.
4) Pemusnahan persediaan harus dilengkapi dengan Berita Acara Pemusnahan.

KEBIJAKAN PENGELOLAAN ASET TETAP

A. Kebijakan Umum Pengelolaan Aset Tetap

1) Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun
lebih dahulu, yang digunakan dalam operasional rumah sakit dalam rangka kegiatan normal rumah
sakit, tidak dimaksudkan untuk dijual dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun;
2) Aset tetap yang dimiliki rumah sakit harus diinventarisasi secara berkala dan dibuatkan kode aset.
3) Barang inventaris dan/atau aset tetap milik rumah sakit dapat dihapuskan berdasarkan
pertimbangan ekonomis dan atas persetujuan kepala daerah;
4) Penggunaan aset tetap untuk kegiatan yang tidak terkait langsung dengan tugas pokok dan fungsi
rumah sakit harus mendapat persetujuan Pemerintah Kabupaten A c.q. Kepala Bagian Umum dan
Perlengkapan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

B. Kebijakan Pemerolehan Aset Tetap

1) Tanah
a. Tanah rumah sakit disertifikatkan atas nama Pemerintah Kabupaten A.
b. Tanah yang tidak digunakan oleh rumah sakit untuk penyelenggaraan tugas pokok dan
fungsinya dapat dialihgunakan oleh direktur BRSU terkait dengan persetujuan Bupati sesuai
dengan kewenangannya.
2) Bangunan
a. Bangunan rumah sakit disertifikatkan atas nama Pemerintah Kabupaten A.
b. Bangunan yang tidak digunakan rumah sakit untuk penyelenggaraan tugas pokok dan
fungsinya dapat dialihgunakan oleh direktur BRSU terkait dengan persetujuan bupati sesuai
dengan kewenangannya
3) Kendaraan bermotor
Kendaraan bermotor rumah sakit diinventarisasikan atas nama Pemerintah Kabupaten A
4) Furnitur dan Komputer
Yang termasuk dalam furnitur dan komputer rumah sakit adalah furnitur dan komputer yang
diinventarisasikan atas nama Pemerintah Kabupaten A
5) Peralatan / Mesin
Yang termasuk dalam kategori peralatan/mesin adalah peralatan medis dan peralatan non medis.

C. Kebijakan Pemeliharaan, Perawatan, Perbaikan Aset Tetap

1) Aset tetap milik rumah sakit dipelihara dan dirawat secara berkala, efisien, efektif dan ekonomis.
2) Perbaikan aset tetap milik rumah sakit dilakukan jika aset tetap tersebut dalam kondisi rusak
dengan mempertimbangkan asas efisiensi dan efektivitas.

D. Kebijakan Penyusutan Aset Tetap

Penyusutan aset tetap mengacu pada bagian Pedoman Akuntansi, khususnya Bab Laporan Posisi
Keuangan (Neraca) yang mengupas penjelasan atas aset tetap.

E. Kebijakan Penghapusan Aset

1) Penghapusan aset tetap dilakukan bila aset yang dimaksud sudah habis masa manfaat (telah
habis penyusutan) atau sudah tidak dapat digunakan lagi;
2) Penghapusan aset tetap dilakukan dengan membentuk tim panitia penghapusan dan harus
berdasarkan surat keputusan direktur rumah sakit;
3) Aset tetap yang telah diusulkan untuk dihapuskan dinilai oleh tim penghapusan bupati dan
dituangkan dalam berita acara penghapusan yang ditandatangani oleh direktur rumah sakit dan tim
penghapusan barang untuk disahkan oleh Bupati A.
KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAS

A. Kebijakan Umum Pengelolaan Kas

1) Pengelolaan kas rumah sakit dilaksanakan berdasarkan praktik bisnis yang sehat.
2) Penarikan dana yang bersumber dari APBN/APBD menggunakan Surat Perintah Membayar (SPM)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Setiap penerimaan kas harus disetorkan ke rekening rumah sakit di bank paling lambat 24 jam
berikutnya.
4) Pemanfaatan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh pendapatan tambahan dilakukan
sebagai investasi jangka pendek pada instrumen keuangan dengan risiko rendah.

B. Kebijakan Kas Harian (USULAN KEBIJAKAN)

1) Yang termasuk dalam kas harian adalah pengelolaan kas kecil untuk kebutuhan non rutin.
2) Tujuan kebijakan ini adalah untuk menciptakan pengelolaan kas kecil yang sehat
3) Pengelolaan kas kecil melibatkan bendahara pengeluaran. dengan nilai kas maksimal yang
tersimpan di brankas rumah sakit sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
4) Pembayaran dengan menggunakan kas harian maksimal penggunaan belum ditentukan
5) Pengisian kembali kas kecil didasarkan pada imprest fund system, yaitu pemegang kas harian
mempertahankan saldo kas kecil sesuai dengan butir 3 di atas.

KEBIJAKAN PELAPORAN KEUANGAN

A. Kebijakan Umum Pelaporan Keuangan

1) Rumah sakit menerapkan sistem infomasi manajemen keuangan sesuai dengan kebutuhan dan
praktek bisnis yang sehat.
2) Setiap transaksi keuangan rumah sakit harus diakuntansikan dan dokumen pendukungnya dikelola
secara tertib.
3) Akuntansi dan laporan keuangan rumah sakit diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia dan Standard Akuntansi
Pemerintahan yang diterbitkan oleh Komisi Standard Akuntansi Pemerintahan (KSAP);
4) Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi sebagaimana dimaksud pada butir 3 di atas, rumah
sakit dapat menerapkan standar akuntansi industri yang spesifik;
5) Rumah sakit mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dengan mengacu pada standar
akuntansi yang berlaku sesuai dengan jenis layanannya;
6) Laporan keuangan rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam butir 3 di atas setidak-tidaknya
meliputi:
a. Laporan yang sesuai dengan Standard Akuntansi Keuangan, terdiri atas:
1. laporan posisi keuangan (neraca);
2. laporan operasional;
3. laporan aliran kas, dan
4. catatan atas laporan keuangan.
b. Laporan yang sesuai dengan Standard Akuntansi Pemerintahan, terdiri atas:
1. laporan posisi keuangan (neraca);
2. laporan realisasi anggaran (LRA); dan
3. catatan atas laporan keuangan.
B. Kebijakan Pelaporan Keuangan Unit Pelayanan

1) Laporan keuangan unit-unit pelayanan yang diselenggarakan oleh rumah sakit dikonsolidasikan
dalam laporan keuangan rumah sakit setiap bulannya.
2) Laporan pendapatan didasarkan pada transaksi yang terjadi mulai pukul 00:00 s.d. pukul 24:00.
3) Perbedaan antara laporan penerimaan kas dengan saldo bank dituangkan dalam rekonsiliasi bank
yang disusun setiap bulan.

C. Kebijakan Penyampaian Laporan Keuangan

1) Laporan keuangan rumah sakit disampaikan secara berkala kepada Bupati sesuai dengan
kewenangannya, untuk dikonsolidasikan dengan laporan keuangan pemerintah daerah.
2) Laporan keuangan rumah sakit terdiri dari:
1. Laporan keuangan triwulanan berupa laporan operasional dan aliran kas;
2. Laporan keuangan tengah tahun/semester;
3. Laporan keuangan tahunan
3) Laporan keuangan disampaikan kepada Pimpinan PPK BLUD serta Bupati sesuai dengan
kewenangannya, paling lambat 1 (satu) bulan setelah periode pelaporan berakhir.
4) Laporan keuangan rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan
pertanggungjawaban keuangan pemerintah daerah.
5) Penggabungan laporan keuangan rumah sakit pada laporan keuangan pemerintah daerah
dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

D. Kebijakan Pemeriksaan

1) Laporan pertanggungjawaban keuangan rumah sakit diaudit oleh pemeriksa eksternal sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2) Pemeriksaan internal rumah sakit dilaksanakan oleh satuan pengawas internal yang merupakan
unit kerja yang berkedudukan langsung di bawah kepala rumah sakit.

KEBIJAKAN KONTROL INTERNAL

A. Kebijakan Umum Kontrol Internal / Pengawasan Internal

1) Kebijakan kontrol internal berkaitan dengan kebijakan pemeriksaan pada kebijakan Pelaporan
Keuangan.
2) Pemeriksaan internal didasarkan pada norma pemeriksaan internal yang ditetapkan oleh direktur
rumah sakit.
3) Proses pengawasan transaksi meliputi enam kelompok aktivitas pengawasan internal, yaitu :
a. Otorisasi Transaksi
Tujuan otorisasi transaksi adalah untuk memastikan bahwa semua materi transaksi yang
diproses dalam sistem informasi akuntansi rumah sakit valid dan sesuai dengan tujuan
manajemen.
b. Pemisahan Tugas Pokok dan Fungsi
Tujuan pemisahan tugas pokok dan fungsi adalah meminimalkan fungsi bertentangan agar
penyimpangan dapat ditekan.
c. Supervisi
Tujuan supervisi adalah untuk melakukan pengawasan kepada karyawan yang mempunyai
potensi untuk melakukan sesuatu yang tidak selaras dengan prosedur sehingga rumah sakit
dapat melakukan antisipasi dalam sistemnya.
d. Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi bertujuan untuk membantu auditor independen menelusuri setiap transaksi
dari proses pencatatan sampai dengan penyusunan laporan keuangan.
e. Pengendalian Akses
Kontrol akses atau pengendalian akses bertujuan untuk memastikan bahwa hanya pegawai
tertentu yang memiliki otorisasi untuk mengakses aset rumah sakit.
f. Verifikasi Independen
Verifikasi independen bertujuan untuk mengidentifikasi guna meningkatkan dan memverifikasi
kebenaran dan kelengkapan dari prosedur yang dilaksanakan oleh sistem lainnya.
4) Aktivitas pengawasan internal yang disebutkan di atas harus terlaksana pada setiap prosedur yang
ada di rumah sakit.

B. Kebijakan Pemeriksaan Internal

1) Ruang lingkup pemeriksaan menyangkut perencanaan, pelaksanaan dari prosedur pemeriksaan


internal.
2) Satuan Pengawas Internal harus mempunyai jadwal untuk program pengawasan yang bersifat
internal di rumah sakit.
3) Satuan Pengawas Internal dalam pelaksanaan tugasnya harus berdasarkan perundang-undangan
yang berlaku.
4) Satuan Pengawas Internal terdiri atas :
a. Ketua Satuan Pengawas Internal, yang bertugas dan bertanggung jawab secara keseluruhan
terhadap perencanaan dan proses pemeriksaan (audit) serta pelaporan dari hasil pemeriksaan
b. Tim Audit, yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pemeriksaan
5) Satuan Pengawas Internal melaporkan hasil pemeriksaan kepada direktur rumah sakit
6) Satuan Pengawas Internal melakukan koreksi dan saran perbaikan bila diminta oleh kepala rumah
sakit.

Anda mungkin juga menyukai