Anda di halaman 1dari 5

KASUS 

KORUPSI

Tugas Individu
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Pendidikan Budaya Anti Korupsi
Yang dibina oleh Bapak Abdul Hanan, SKep.,Ns.,MKes

Oleh :
Virlina Hashinah 'Afifariwaty
P17210204162

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


PRODI D-III KEPERAWATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
Februari 2022
KASUS 1

Sumber :
https://tirto.id/wawan-didakwa-korupsi-alat-kesehatan-dan-rugikan-negara-rp942-m-ekTm
Tanggapan saya:
Menurut saya, hal tersebut merupakan perbuatan yang sangat merugikan banyak pihak. Apalagi
di masa pandemi ini, fasilitas di rumah sakit harus lebih diperbanyak. Akan tetapi, keserakahan
serta keegoisan para pejabat yang melakukan tindak korupsi justru dapat menurunkan pelayanan
rumah sakit yang dirugikan. Akibatnya, akan banyak masyarakat indonesia yang tidak dapat
menikmati fasilitas rumah sakit dengan baik. Bahkan lebih parahnya lagi, dapat membuat
kesembuhan pasien menjadi menurun akibat dari tidak lengkapnya alat kesehatan.
Seperti yang dilansir pada berita diatas, Wawan mengatur dan mengarahkan pelaksanaan
Pengadaan Alkes Kedokteran Umum Puskesmas Kota Tangerang Selatan APBD-P TA 2012.
Telah melakukan, menyuruh, melakukan, atau turut serta melakukan beberapa perbuatan yang
harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri sehingga merupakan beberapa kejahatan,
secara melawan hukum. Jaksa menyatakan Wawan diuntungkan Rp7,9 miliar terkait pengadaan
alat kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat Kota Tangerang Selatan.
Beliau didakwa memperkaya 15 orang lainnya, di antaranya Ratu Atut sebanyak Rp3,8 miliar,
mantan Gubernur Banten Rano Karno Rp700 juta, pemilik PT Java Medica Yuni Astuti Rp23
miliar, dan mantan Kepala Dinas Kesehatan Tangerang Selatan Dadang Rp1,1 miliar, pejabat
pembuat komitmen Mamak Jamaksari Rp37,5 juta, dan tiga orang lainnya. Dari keuntungan-
keuntungan yang didapat oleh Wawan, kemudian diduga terjadi pencucian uang dengan berbagai
bentuk yaitu menempatkan atau mentransfer sejumlah uang yang berasal dari tindak pidana
korupsi pada rekening-rekening atas nama orang lain, namanya sendiri, perusahaan miliknya
sendiri ataupun perusahaan-perusahaan di bawah kendali Wawan, membeli mobil, tanah, motor,
polis asuransi, apartemen, membiayai proyek, dan menempatkan dana tersebut ke hal lainnya.
Atas perbuatannya, Wawan didakwa melanggar Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 3 juncto Pasal 18
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP
juncto Pasal 65 ayat (1) KUHP. Pencegahan korupsi di sektor kesehatan melalui berbagai cara,
antara lain:
1. Pembangunan karakter tenaga kesehatan, pimpinan pemerintahan dan politik, serta
konsultan, yang dimulai sejak masa kecil
2. Rekrutmen pimpinan lembaga kesehatan dan rumah sakit dan serta SDMnya harus
dilakukan secara baik ,dan transparan
3. Pendampingan kegiatan yang potensi korupsi sejak awal perencanaan, terutama pada
proyek-proyek di sektor kesehatan yang rentan menjadi proyek yang dapat dirancang
untuk dikorupsi;
4. Cermat dalam melakukan kegiatan, termasuk administrasi perkantoran;
5. Dokter, tenaga kesehatan, manajer RS harus memahami peraturan dan perundangan
mengenai korupsi melalui pendidikan dan pelatihan.
Adapun cara pemberantasan korupsi diantaranya : Berikan Hukuman Berat Pada Koruptor,
Jadi Pemimpin Yang Berintegritas, Manfaatkan Teknologi Pada Sistem, Supremasi Hukum
yang Kuat.
KASUS 2

Sumber :

https://www.google.com/amp/s/m.tribunnews.com/amp/regional/2018/12/31/vigit-waluyo-
buronan-kasus-korupsi-pdam-sidoarjo-menyerahkan-diri
Tanggapan saya:
Menurut saya, tindakan kejahatan tersebut didasari oleh kebebasan untuk bertindak. Dengan sifat
manusia yang tidak memiliki moral, kebebasan untuk bertindak kejahatan akan muncul dari
dalam diri manusia. Tindakan tersebut juga dapat mempengaruhi orang lain. Seperti kasus Vigit
Waluyo korupsi PDAM senilai Rp 3 miliar pada tahun 2010, Vigit Waluyo akhirnya
menyerahkan diri kejaksaan Negeri Sidoarjo. Keadaan yang sudah sangat sering dilakukan ini
membuat banyak pemimpin menganggap ini hal biasa malah bisa menjadi budaya, agar tidak
terdapat kecurangan dalam tindakan korupsi maka pengaman yang dilakukan harus ketat,
sehingga tidak ada yang berani dan mempunyai kesempatan untuk melakukan tindakan yang
merusak moral seperti hal tersebut. Mantan Manajer tim Deltras Sidoarjo itu sempat menjadi
buron sejak dikeluarkan surat DPO oleh Kejari Sidoarjo pada bulan Juni 2018 lalu.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana
Korupsi, hukuman bagi para koruptor adalah dipidana penjara seumur hidup atau pidan penjara
paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit 200 juta rupiah dan
paling banyak 1 miliar rupiah. Namun pada kenyataannya mereka para koruptor kebanyakan
dihukum di bawah 5 tahun dan denda 200 juta rupiah. Alangkah lebih baiknya jangan memberi
hukuman dengan waktu yang singkat dan di penjara dalam waktu yang singkat, Itu seakan-akan
menyenangkan para koruptor. Selama tidak ada hukuman mati maka mereka akan semakin
tamak. Karena jika korupsi tidak di brantas seakan-akan terus berjalan dan terus berkembang dan
tidak akan ada kesejahteraan kepada rakyat-rakyat Indonesia. Pemerintah dan penegak hukum
juga harus bersikap menghargai rakyat, pemerintah dan penegak hukum harus berjanji kepada
masyarakat bahwa akan membawa kepemerintahan yang lebih baik. Agar di negara Indonesia
ini, tindakan korupsi tidak merajalela. Pemerintah juga harus bisa mendorong para generasi
muda untuk memperjuangkan pemberantasan korupsi, serta mendukung generasi masa depan
yang bermoral, jujur, bijaksana dan bersih tanpa korupsi.

Anda mungkin juga menyukai