Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Hukum Administrasi Negara

Paper ini disusun sebagai bahan pelengkap tugas


Dalam perkuliahan Hukum Hukum Administrasi Negara
Dibawah bimbingan dosen
Wisnu Nugraha, S.H., M.H.

Disusun Oleh :

a. Franki Perdana Situmorang : 1733001159


b. Rosdiana Hasandi : 1733001161
c. Vira Sastria : 1733001165
d. Rio :

Fakultas Hukum
Universitas Krisnadwipayana 2017/ 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
perlindungan-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini, dengan tujuan
sebagai pemenuhan tugas Hukum Administrasi Negara
Dalam analisa ini saya membahas tentang “ Contoh Kasus yang ditangani oleh
Ombudsman ”, kami menyajikan didalam makalah ini yang juga perlu kami ketahui dan
pahami secara lebih dalam lagi.
Selanjutnya dalam penyusunan makalah ini, kami juga ingin menyampaikan terimakasih
kepada pihak-pihak yang ikut membantu kami dalam penyelesaikan makalah ini, yakni,
kepada Bapak Wisnu Nugraha, S.H., M.H selaku dosen Hukum Administrasi Negara yang
telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga secara langsung dapat menambah
pengetahuan dan keilmuan kami.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menjadi suatu bahan pembelajaran untuk kami
semua.

Jakarta, 09 Agustus 2019

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman judul

Kata Pengantar

Daftar isi

BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II Pembahasan
A. Pengertian Ombudsman
B. Peran Ombudsman
C. Contoh Kasus yang ditangani Ombudsman

BAB IV Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pelayanan publik yang ada di Indonesia belum dapat dikatakan sesuai dengan harapan
masyarakat luas.
Berbagai macam permasalahan buruknya pelayanan publik seperti :
 rendahnya kualitas pelayanan publik,
 tingginya tingkat penyalahgunaan wewenang dalam bentuk KKN (Korupsi,
 Kolusi dan Nepotisme),
 birokrasi yang panjang dan/ atau tidak jelas standar operasional pelayanan publik pada
suatu instansi sering dikeluhkan oleh masyarakat
Didalam suatu negara yang berdaulat dibutuhkan lembaga pengawasan yang berfungsi
sebagai pengawas pelayanan publik seperti Ombudsman.
Ombudsman merupakan lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi
penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara
dan pemerintah termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan
Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau
perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu, yang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara
(APBN) dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
Pengawasan pelayanan yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan
pemerintahan merupakan unsur penting dalam upaya menciptakan pemerintah yang baik,
bersih dan efisien serta sekaligus merupakan implementasi prinsip demokrasi yang perlu
ditumbuh kembangkan dan diaplikasikan guna mencegah dan menghapuskan
penyalahgunaan wewenang oleh aparatur penyelenggara negara dan pemerintah.

B.Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Ombudsman ?


2. Bagaimana Peran Ombudsman sebagai lembaga pengawas penyelenggara pelayanan
publik ?
3. Contoh Kasus yang ditangani Ombudsman

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian dari Ombudsman


2. Untuk mengetahui Peran Ombudsman
3. Untuk membahas Kasus yang ditangani Ombudsman

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ombudsman
Ombudsman Republik Indonesia sebelumnya bernama Komisi Ombudsman Nasional
adalah lebaga negara di Indonesia yang mempunyai kewenangan mengawasi
penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara
dan pemerintah, termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara , Badan
Usaha Milik Daerah , dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau
perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu, yang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Lembaga ini dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang
Ombudsman Republik Indonesia yang disahkan dapat Rapat Paripurna DPR RI pada
tanggal 9 September 2008.
Upaya pembentukan Ombudsman di Indonesia oleh pemerintah dimulai ketika Presiden
B.J Habibie berkuasa, kemudian dilanjutkan oleh penggantinya yakni K.H. Abdurrahman
Wahid.
Pada masa pemerintahan K.H. Abdurrahman Wahid lah disebut sebagai tonggak sejarah
pembentukan Ombudsman di Indonesia.
Pemerintah pada waktu itu tampak sadar akan perlunya lembaga Ombudsman di
Indonesia menyusul adanya tuntutan masyarakat yang amat kuat untuk mewujudkan
pemerintahan yang bersih dan penyelenggaraan negara yang baik atau clean dan good
government.
Presiden K.H. Abdurrahman Wahid segera mengeluarkan keputusan Presiden nomor 55
tahun 1999 tentang tim pengkajian pembentukan lembaga Ombudsman.
Menurut konsideran keputusan tersebut latar bekang pemikiran perlunya dibentuk
lembaga Ombudsman Indonesia adalah untuk lebih meningkatkan pemberian
perlindungan terhadap hak-hak anggota masyarakat dari pelaku penyelenggara negara
yang tidak sesuai dengan kewajiban hukumnya, dengan memberikan kesempatan kepada
anggota masyarakat yang dirugikan untuk mengadu kepada suatu lembaga yang
independen yang dikenal dengan nama Ombudsman.

Pada bulan Maret tahun 2000, K.H. Abdurrahman Wahid mengeluarkan Keputusan
Presiden Nomor 44 Tahun 2000 tentang Komisi Ombudsman Nasional, sehingga mulai
saat itu, Indonesia memasuki babak baru dalam sistem pengawasan.
Demikianlah maka sejak ditetapkannya keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000 pada
tanggal 10 Maret 2000 berdirilah lembaga Ombudsman Indonesia dengan nama Komisi
Ombudsman Nasional.
Menurut Kepres Nomor 44 Tahun 2000, pembentukan lembaga Ombudsman di Indonesia
dilatar belakangi oleh tiga pemikiran dasar sebagaimana tertuang di dalam konsiderannya,
yakni :
1. Bahwa pemberdayaan masyarakat melalui peran serta mereka melakukan pengawasan
akan lebih menjamin penyelenggaraan negara yang jujur, bersih, transparan, bebas
korupsi, kolusi dan nepotisme.
2. Bahwa pemberdayaan pengawasan oleh masyarakat terhadap penyelenggaraan
negara merupakan implementasi demokrasi yang perlu dikembangkan serta diaplikasikan
agar penyalahgunaan kekuasaan, wewenang ataupun jabatan oleh aparatur dapat
diminimalisasi.
3. Bahwa dalam penyelenggaraan negara khususnya penyelenggaraan pemerintahan
memberikan pelayanan dan perlindungan terhadap hak-hak anggota masyarakat oleh
aparatur pemerintah termasuk lembaga peradilan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari upaya untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan.

Kemudian untuk lebih mengoptimalkan fungsi tugas dan wewenang komisi Ombudsman
Nasional, perlu dibentuk Undang-undang tentang Ombudsman Republik Indonesia
sebagai landasan hukum yang lebih jelas dan kuat. Hal ini sesuai pula dengan amanat
ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor / MPR 2001 tentang rekomendasi
arah kebijakan pemberantasan dan pencegahan korupsi, kolusi dan nepotisme yang salah
satunya memerintahkan dibentuknya Ombudsman dengan Undang Undang.
Akhirnya pada tanggal 07 Oktober 2008 ditetapkanlah Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia. Setelah
berlakunya Undang-undang Ombudsman Republik Indonesia, maka komisi Ombudsman
Nasional berubah menjadi Ombudsman Republik Indonesia.
Perubahan nama tersebut mengisyaratkan bahwa Ombudsman tidak lagi berbentuk
Komisi Negara yang bersifat sementara, tetapi merupakan lembaga negara yang
permanen sebagaimana lembaga-lembaga negara yang lain, serta dalam menjalankan
tugas dan wewenangnya bebas dari campur tanggan kekuasaan lainnya.
B. Peran Ombudsman sebagai lembaga pengawas penyelenggara pelayanan publik

1. Peran Ombudsman
Lembaga Ombudsman mempunyai peran yang sangat penting dalam menangani
maladministrasi. Peran tersebut dapat dilihat dari fungsi lembaga Ombudsman yang
dijalankan melalui pelaksanaan tugas-tugasnya, Pasal 7 UU Ombudsman menyebutkan
tugas Ombudsman yaitu:
1. Menerima laporan atas dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan
publik;
2. Melakukan pemeriksaan substansi atas laporan;
3. Menindak lanjuti laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan Ombudsman;
4. Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan maladministrasi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik;
5. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga negara atau lembaga
pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan;
6. Membangun jaringan kerja;
7. Melakukan upaya pencegahan maladiminstrasi dalam penyelenggraan pelayanan
publik;
8. Melakukan tugas lain yang diberikan undang-undang;

Dalam pasal 8 untuk menjalankan fungsi dan tugasnya, Ombudsman berwenang :


1. Meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari pelapor, terlapor atau pihak lain
yang terkait mengenai laporan yang disampaikan kepada ombudsman.
2. Memeriksa keputusan, surat menyurat atau dokumen lain yang ada pada pelapor atau
pun terlapor untuk mendapatkan kebenaran atau suatu laporan.
3. Meminta klarifikasi dan/atau salinan dokumen yang diperlukan dari instansi manapun
untuk pemeriksaan laporan dari instansi terlapor.
4. Melakukan pemanggilan terhadap pelapor, terlapor dan pihak lain yang terkait laporan.
5. Menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para pihak.
6. Membuat rekomendasi mengenai penyelesaian laporan, termasuk rekomendasi untuk
membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada para pihak yang dirugikan.
7. Demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan, kesimpulan dan rekomendasi.
8. Menyampaikan saran kepada presiden, kepala daerah atau pimpinan penyelenggara
negara lainnya guna perbaikan dan penyempurnaan organisasi dan/atau prosedur
pelayanan publik.
9. Menyampaikan saran kepada presiden dan/atau DPR, DPD dan/atau kepala daerah
agar terhadap undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya diadakan
perubahan dalam rangka mencegah maladministrasi.
10. Melakukan penyelidikan terhadap penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang
bertentangan dengan undang-undang atau tidak fair.
11. Jika setelah dilakukan penyelidikan secara obyektif ternyata ditemukan administrasi
yang tidak layak, maka dibuatlah rekomendasi untuk mengeliminasi tindakan administratif
yang tidak layak tersebut.
12. Melaporkan kegiatannya dalam kasus-kasus tertentu kepada pemerintah dan
pengadu/pelapor dan jika rekomendasi yang dibuat dalam kasus tertentu tersebut tidak
diterima oleh pemerintah, maka diteruskan kepada legislator. Pada umumnya,
ombudsman juga membuat laporan tahunan kinerjanya kepada legislator dan masyarakat.

Dalam kamus ilmiah populer maladminstrasi artinya administrasi yang buruk atau
pemerintahan yang buruk.
Soenaryati Hartono mengartikan maladministrasi dengan perilaku yang tidak wajar, kurang
sopan dan tidak peduli terhadap masalah yang menimpa seseorang disebabkan
penggunaan kekuasaan secara semena-mena atau kekuasaan yang digunakan untuk
perbuatan yang tidak wajar, tidak adil, intimidatif atau diskriminatif dan tidak patut
didasarkan seluruhnya atau sebagian atas ketentuan undang-undang atau fakta tidak
termasuk akal, atau berdasarkan tindakan unreasonable, unjust, oppresive, dan
diskriminasi.

Adapun bentuk-bentuk maladministrasi antara lain :


1. Penundaan atas Pelayanan (Berlarut larut);
2. Tidak Menangani;
3. Melalaikan Kewajiban;
4. Persekongkolan;
5. Kolusi dan Nepotisme;
6. Bertindak Tidak Adil;
7. Nyata-nyata Berpihak;
8. Pemalsuan;
9. Pelanggaran Undang-Undang;
10. Perbuatan Melawan Hukum;
11. Diluar Kompetensi;
12. Tidak Kompeten;
13. Intervensi;
14. Penyimpangan Prosedur;
15. Bertindak Sewenang-wenang;
16. Penyalahgunaan Wewenang;
17. Bertindak Tidak Layak/ Tidak Patut;
18. Permintaan Imbalan Uang/Korupsi;
19. Penguasaan Tanpa Hak;
20. Penggelapan Barang Bukti;
C. Contoh kasus yang ditangani oleh Ombudsman

Ombudsman : Ada Pungutan liar di Sekolah, Lapor Ombudsman Perwakilan Jambi

Ombudsman Provinsi Jambi membuka layanan aduan mengenai praktik pungutan liar
(pungli) di sekolah-sekolah. Pelibatan Lembaga Negara Pelayanan Publik, Ombudsman
Republik Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ihwal praktik pungli di
sekolah sudah berlangsung sejak 2017.
Tujuannya supayaOmbudsman ikut memantau layanan pendidikan.
Kerjasama dua Lembaga Negara itu ditandatangani langsung Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Muhadjir Effendy, bersama Ketua Ombudsman Republik Indonesia, Prof.
Amzulian Rifai, SH. LLM. Ph.D, pada 27 Februari 2017 silam.
Kepala Ombudsman Provinsi Jambi, Dr. Jafar Ahmad, mempersilahkan masyarakat
bersegera membuat aduan ke Ombudsman jika memergoki praktik pungutan liar di
sekolah.
Menurutnya, aduan boleh disampaikan langsung ke kantor Ombudsman Provinsi Jambi,
dikawasan Talang Banjar, Kota Jambi. Atau bisa juga lewat kanal informasi Ombudsman
Jambi dinomor telepon (0741) 24590.
"Jika ada laporan, kita bisa cek dan langsung tracking," ujar Dr. Jafar Ahmad.
Publik tak perlu khawatir ketika mengadu ke Ombudsman.
Sesuai aturan, Ombudsman boleh merahasiakan identitas pelapor. Selain itu, pelapor bisa
pula mengecek atau mencari jejak laporannya sudah sampai dimana.
"Di Ombudsman, semua akan transparan," tegas doktor jebolan Universitas Indonesia itu.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengharamkan Komite Sekolah melakukan
pungutan terhadap murid dan wali murid. Tidak ada ampun bagi pihak sekolah yang masih
tetap memelihara praktik curang itu.
Pelanggaran pungutan sekolah itu dibatasi oleh Permendikbud Nomor 75 tahun 2016
tentang Komite Sekolah. Wali murid tidak bisa dipungut oleh Komite Sekolah.
Dr. Jafar Ahmad menegaskan, pihaknya tak segan memboyong kasus pungli ke ranah
pidana, kalaulah ditemukan unsur.
Ia berujar, selama ini kerap mendengar masih ada praktik pungli di sekolah-sekolah. Tapi
ia menegaskan Ombudsman tak bisa bekerja atas dasar asumsi atau desas-desus.
"Ombudsman bekerja berdasar aduan warga dan fakta-fakta. Silahkan laporkan, akan
kami tindak lanjuti," tutupnya.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemerintah menganggap perlunya lembaga Ombudsman di Indonesia, untuk mewujudkan
pemerintahan yang bersih dan penyelenggaraan negara yang baik.
Latar bekang pemikiran perlunya dibentuk lembaga Ombudsman Indonesia adalah untuk
lebih meningkatkan pemberian perlindungan terhadap hak-hak anggota masyarakat dari
pelaku penyelenggara negara yang tidak sesuai dengan kewajiban hukumnya, dengan
memberikan kesempatan kepada anggota masyarakat yang dirugikan untuk mengadu
kepada suatu lembaga yang independen yang dikenal dengan nama Ombudsman.

B. Saran
Jika kita masih menemukan pelayanan publik yang kurang baik, segera laporkan kepada
instansi terkait dan jika diperlukan pihak dari Ombudsman sebagai pendukung untuk
menjembatani masyarakat ke instansi Pemerintah. Hal ini perlu dilakukan untuk
meningakatkan kinerja dan pelayanan publik di Indonesia semakin berkualitas dan
semakin baik.

DAFTAR PUSTATKA

https://mcwnews.com/read/2018/02/09/20

Anda mungkin juga menyukai