Anda di halaman 1dari 144

SKRIPSI

KINERJA DINAS PERHUBUNGAN DALAM PELAYANAN

PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR JENIS

ANGKUTAN BARANG DI KABUPATEN PINRANG

OLEH

JINANG ZULFAUZIAH

E211 14 006

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA


DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ABSTRAK

JINANG ZULFAUZIAH. Kinerja Dinas Perhubungan dalam


Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor Jenis Angkutan
Barang di Kabupaten Pinrang, xiv + 122 Halaman + 11
Tabel + 1 Gambar + 36 Pustaka (2004-2017) + Lampiran +
dibimbing oleh Prof. Dr. H. Sulaiman Asang, MS dan Dr.
Muhammad Rusdi, M.Si

Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang merupakan organisasi yang


memberikan pelayanan terkait lalu lintas dan transportasi darat maupun pelayaran.
Salah satu program Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang adalah Pengujian
Kendaraan Bermotor. Penelitian ini terfokus pada pengujian kendaraan bermotor
jenis angkutan barang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja Dinas Perhubungan
Kabupaten Pinrang dalam Pengujian Kendaraan Bermotor jenis angkutan barang.
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja Dinas Perhubungan dalam
pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor jenis angkutan barang secara umum
sudah cukup baik. Di tinjau dari aspek produktivitas dan responsibilitas masih
belum maksimal. Namun dalam segi kualitas layanan, responsivitas dan
akuntabilitas sudah cukup baik. Dinas Perhubungan telah berupaya meningkatkan
kinerjanya tapi terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan kinerja Dinas
Perhubungan masih belum optimal.

i
Kata Kunci: Kinerja, Pelayanan Publik, Pengujian Kendaraan Bermotor

HSANUDDIN UNIVERSITY
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL
SCIENCE

ABSTRACT

JINANG ZULFAUZIAH. Performance of Transportation


Service in Motor Vehicle Testing Kind of Freight Transport
in Pinrang Regency, xiv + 122 Pages + 11 Table + 1 Pictures
+ 36 Literatures (2004-2017) + Attachment + Guided by Prof.
Dr. H. Sulaiman Asang, MS and Dr. Muhammad Rusdi, M.Si

Transportation Department of Pinrang regency is an organization that


gives services related to traffic, land transportasion, and cruise. On of their services
program is motor vehicle’s testing. This study focuses on testing the type of goods
transport vehicles.
The purpose of this research is to determine Transportation Department
of performance in motor vehicle testing freight transportasion types. The method
of this research is descriptive research method and with qualitative approach.
The results shows that the performance of Transportation Department is
good enough . In review of aspects of productivity and responsibilitas still not
maximum yet. But in terms of service quality, responsiveness and accountability is
good enough. Transportation Department has tried to improve its performance but
there are several factors that resulted in the performance of Department of
Transportation still not optimal.

Keywords: Performance, Public Services , Testing of Motor Vehicle.

ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, Puji syukur tiada hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, karena hidayah dan nikmat-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan

penulisan skripsi dengan judul: “Kinerja Dinas Perhubungan dalam Pelayanan

Pengujian Kendaraan Bermotor Jenis Angkutan Barang di Kabupaten Pinrang”.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad

SAW. Semoga semua bisa mendapatkan syafaatnya pada yaumil akhir kelak.

Aamiin

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

(S1) pada Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Hasanuddin.

Dalam pelaksanaan dan proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari

sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena menyadari

keterbatasan ilmu dan kemampuan yang dimiliki. Jika terdapat masukan dan

kritikan dari pembaca maka penulis akan menerimanya dengan senang hati.

Skripsi ini disusun dengan bantuan dari berbagai pihak baik langsung

maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terwujud. Penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Dwi Aries Tina Pulubuhu, MA selaku Rektor Unhas beserta para

Wakil Rektor Universitas Hasanuddin dan staf.

2. Bapak Prof. Dr. Alimuddin Unde, M.Siselaku Dekan dan para Wakil Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin beserta seluruh

jajarannya.

3. Ibu Dr. Hj. Hasniati, M.Siselaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

FISIP Universitas Hasanuddindan Bapak Drs. Nelman Edy, M.Siselaku

Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi FISIP Universitas Hasanuddin


vi
4. Bapak Prof. Dr. H. Sulaiman Asang, MS dan Dr. Muahammad Rusdi, M.Si

selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu, arahan, saran, kritik

dan menjelaskan ketidakpahaman dalam menyusun skripsi, sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Bapak Dr. Muh. Tang Abdullah, S.Sos., MAP, Adnan Nasution, S.Sos., M.Si,

dan Dr.Wahyu Nurdiansyah, M.Si selaku dosen penguji yang telah

menyempatkan waktu dan memberikan saran dan kritikan kepada penulis

dalam penyusunan skripsi ini.

6. Para dosen pengajar Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas

Hasanuddin atas bimbingan,didikan dan motivasi yang diberikan selama

kurang lebih 3 tahun masa perkuliahan.

7. Para staf jurusan Ilmu Administrasi Ibu Anni, Ibu Rosminah, Pak A.Revi dan

Pak Lili yang telah banyak membantu penulis.

8. Terima kasih kepada Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang beserta

seluruh pegawai atas bantuannya kepada penulis hingga akhirnya skripsi ini

terselesaikan dengan baik.

9. Semua keluarga yang selalu memberikan bantuan dan dukungan kepada

penulis selama proses pembuatan skripsi ini.

10. Terima kasih kepada Humanis Fisip Unhas sudah menjadikan rumah bagi

penulis untu berproses serta pengalaman organisasi selama ini

11. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kanda-kanda Creator 07, Bravo

08, Prasasti 010, Brilian 011, Relasi 012, Record 013, serta adik-adik

Champion 015, Frame 016 dan Leader 017, serta teman-teman (Keluarga

Mahasiswa) KEMA Fisip Unhas.

12. Teman-teman UNION 2014, terima kasih sedalam-dalamnya telah

menjadi saudara saat ini dan sampai kapan pun. Kebersamaan dari

awal perkuliahan sampai penulis menysusun skripsi ini akan menjadi


vii
kenangan yang takkan pernah terlupakan. Semoga apa yang kita lewati

selama ini dalam perjuangan kita menggapai impian dapat terkabulkan Aamiin.

13. Untuk teman-teman anggota Departemen Adokasi dan Pengabdian

Masyarakat Humanis Fisip Unhas periode 2016/2017, terimakasih telah

banyak memberi ilmu dan pengalaman selama masa kepengurusan.

14. Untuk Leli Herlianti, Alfirah Januarsi, Astuti Anto, Bellavista, Yarianti

Patandianan, Sri Wahyuni, Lisa Ayu Lestari dan Nelyana. Terimakasih tetap

mau meluangkan waktu untuk mendengarkan kegalauan penulis yang selalu

sama, terimakasih untuk rumah singgahnya selama kuliah. Terima kasih untuk

semua kegilaannya, canda-tawa, dan tangis bersama.

15. Terimkasih teman-teman Avengers dan teman-teman Union Girls yang telah

banyak membantu penulis mulai dari awal perkuliahan sampai penulis

menyusun skripsi, pengalaman dan kebersamaan selama kepengurusan di

Humanis Fisip Unhas, serta dukungan kepada penulis sampai saat ini.

16. Sahabatku Asky, Rina, Tari, Dewi dan Iqrima, terimakasih untuk semua

nasehat dan petuah-petuah kehidupan yang kalian lontarkan, dan semangat

untuk kuliahnya.

17. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) Infrastruktur Pemukiman Gel.96 Desa

Bulucenrana Kab. Sidrap Kak Mayong, Kak Ozy, Fachri, Ilham terima kasih

atas kerja keras, dan saudariku Hardiana terimakasih mejadi teman yang setia

mendengar curhatan penulis selama ini.

18. Keluarga IAPIM PD Makassar, terima kasih atas dukungan selama ini. Semoga

semakin sukses kedepannya. Dan teman-rteman T-Fort dan Mumtaz 814,

semoga kekompakan dan kebersamaan dapat terus terjalin.

19. Dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam

proses penyusunan skripsi ini.

viii
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan dan terkhusus bagi para pembaca. Akhir kata, penulis mengucapkan

permohonan maaf atas segala kekurangan. Terima kasih.

Wassalamu Alaikum Warahamatullahi Wabarakatuh

Makassar, 31 Januari 2018

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK..................................................................................................i

ABSTRACT .............................................................................................. ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI....................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................ iv

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .........................................................v

KATA PENGANTAR................................................................................ vi

DAFTAR ISI .............................................................................................x

DAFTAR TABEL.....................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR................................................................................
xiv

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang..............................................................................1


ix
I.2 Rumusan Masalah........................................................................7

I.3 Tujuan Penelitian..........................................................................7

I.4 Manfaat Penelitian........................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Konsep Kinerja.............................................................................9

II.1.1 Pengertian Kinerja...............................................................9 II.1.2

Kinerja Organisasi.............................................................11 II.1.3

Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Kinerja.......................12

II.1.4 Penilaian Kinerja ...............................................................14 II.1.5

Indikator Kinerja................................................................16

II.1.6 Pengukuran Kinerja...........................................................21

II.2 Konsep Pelayanan Publik ..........................................................24

II.2.1 Pengertian Pelayanan Publik ............................................24

II.2.2 Bentuk-Bentuk Pelayanan Publik ......................................25

II.2.3 Unsur-Unsur Pelayanan Publik..........................................27

II.2.4 Asas Pelayanan Publik......................................................28 II.2.5

Prinsip Pelayanan Publik...................................................29

II.2.6 Standar Pelayanan Publik.................................................31

II.2.7 Indikator Pelayanan Publik................................................34

II.3 Konsep Kinerja Pelayanan.........................................................34

II.4 Pengujian Kendaraan Bermotor.................................................39

II.5 PenelitianTerdahulu...................................................................42

II.6 Kerangka Pikir............................................................................46

BAB III METODE PENELITIAN

x
III.1 Pendekatan Penelitian..............................................................49 III.2

Lokasi Penelitian.......................................................................50

III.3 Unit Analisis..............................................................................50

III.4 Tipe Penelitian..........................................................................50

III.5 Informan....................................................................................51

III.6 Jenis Data.................................................................................51

III.7 Teknik Pengumpulan Data........................................................52 III.8

Teknik Analisis Data..................................................................54 III.9

Fokus Penelitian .......................................................................55

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

IV.1 Gambaran Umum Kabupaten Pinrang......................................58

IV.2 Gambaran Umum Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang......63

BAB V PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

V.1 Pengujian Kendaraan Bermotor Jenis Angkutan Barang...........76

V.2 Hasil Penelitian..........................................................................78

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan............................................................................117

VI.2 Saran......................................................................................118

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................119

LAMPIRAN...........................................................................................122

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kecamatan

Kabupaten PinrangTahun 2015..................................................... 58

Tabel 2 Jumlah Penduduk Kabupaten Pinrang Berdasarkan Kelompok Umur dan

Jenis Kelamin Tahun 2014-2015................................................... 60

Tabel 3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Pinrang

Pada Tahun 2015 ......................................................................... 61

Tabel 4 Jenjang Pendidikan PNS Lingkup Dinas Perhubungan.................. 64

Tabel 5 Data PNS berdasarkan Golongan Ruang Lingkup Dinas Perhubungan


Kabupaten Pinrang ...................................................................... 65
Tabel 6 Data PNS berdasarkan Jenis Kelamin........................................... 66
Tabel 7 Standar Pengujian Kendaraan Bermotor di Dinas Perhubungan
Kabupaten Pinrang ....................................................................... 77
Tabel 8 Realisasi Anggaran Program dan Kegiatan Tahun 2016 ............... 81
Tabel 9 Perlengkapan dan Alat Uji PKB di Dinas Perhubungan.................. 87
Tabel 10 Jumlah Kendaraan Bermotor Wajib Uji dan Realisasi di Kabupaten

Pinrang ......................................................................................... 89

Tabel 11 Struktur da Besarnya Tarif Pengujian Kendaraan Bermotor ........ 109

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pikir............................................................................ 48

xii
BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dewasa ini masyarakat semakin terbuka dalam memberikan kritik

terhadap kinerja birokrasi dalam menyelenggarakan pelayanan publik. Oleh

sebab itu substansi administrasi sangat berperan penting dalam mengatur

dan mengarahkan seluruh kegiatan organisasi pelayanan dalam mencapai

tujuan.

Kemampuan sumber daya aparatur pemerintah sangat rendah baik

dari kemampuan intelektualnya, maupun keterampilan teknis yang

dimilikinya. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya aparatur pemerintah

yang diperlukan adanya perubahan sudut pandang untuk menghayati makna

dari peningkatan pelayanan publik.

Pemerintah sebagai penyedia layanan publik

harus bertanggungjawab dan terus berupaya untuk memberikan

pelayanan yang terbaik demi meningkatkan pelayanan publik.

Kinerja organisasi yang baik sangat berpengaruh terhadap

pelayanan publik yang mengutamakan kepuasan pelanggan (masyarakat).

Namun, selama ini birokrasi belum mampu menunjukkan kondisi prima sesuai

dengan harapan masyarakat.

Rendahnya kinerja pelayanan akan membangun citra buruk pada

instasi, dimana masyarakat yang merasa tidak puas akan menceritakan

kepada rekan-rekannya. Begitu juga sebaliknya, semakin tinggi kinerja

pelayanan yang diberikan akan menjadi nilai plus bagi instasi, dalam hal ini

masyarakat akan merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh

instasi tersebut.

1
Salah satu tantangan yang dihadapi pemerintah adalah bagaimana

mereka mampu melaksanakan kegiatan secara efektif dan efisien, karena

selama ini pemrintah sebagai pemberi layanan kepada masyarakat

diidentikkan dengan kinerja yang berbelit-belit, struktur yang tambun, penuh

dengan kolusi, korupsi dan nepotisme, serta tak ada standar yang pasti.

Sejumlah patologi tersebut menjadi hambatan luar biasa untuk dapat

mewujudkan sebuah pelayanan yang memuaskan masyarakat.

Kepuasan merupakan kesan atau penilaian antara kinerja petugas

penyedia layanan dengan harapan pelanggan. Jika kinerja pelayanan berada

dibawah harapan, dapat diambil kesimpulan bahwa pelanggan tidak puas

dengan layanan yang diberikan. Sebaliknya jika kinerja memenuhi harapan,

maka kemungkinan pelanggan merasa cukup puas dengan pelayanan yang

diberikan.

Memberikan pelayanan publik yang terbaik untuk keperluan

masyarakat pada suatu instansi pemerintahan harus sesuai dengan aturan

pokok dan tata cara yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu,

pelayanan publik harus dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan

masyarakat oleh penyelenggara negara yang pada gilirannya akan dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Urusan-urusan yang menyangkut kepentingan bernegara seperti

pembuatan akta, pembayaran pajak, pembuatan identitas, pengujian

kendaraan bermotor dan lainnya juga diselenggarakan oleh instansi publik

pemerintah, bukan swasta. Sehingga harus mampu bersaing dengan sektor

swasta dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Kemajuan suatu organisasi sangat ditentukan dari kinerja para

pegawai dalam menjalankan tugas sehingga berbanding lurus dengan

2
kinerja pelayanan dari organisasi atau instansi tersebut. Setiap organisasi

pada umumnya mengharapkan para pegawainya mampu melaksanakan

tugasnya dengan efektif, efisien, produktif, dan profesional. Semua ini

bertujuan agar organisasi memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

dan sekaligus memiliki daya saing yang tinggi.

Tuntutan akan reformasi kinerja sumber daya yang berkualitas

selaras dengan bunyi Undang-Undang Republik Indonesia N0. 5 Tahun 2014

tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 12 yaitu:

“Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan


pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintah dan
pembangunan nasional melalui pelaksana kebijakan dan
pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik,
serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme”

Undang-Undang ASN terfokus pada kinerja, peningkatan hasil,

produktivitas, dan pengembangan pemanfaatan potensi. Aturan menyangkut

kinerja dan prestasi kepegawaian merupakan kewenangan pemerintah pusat,

artinya undang-undang ASN merupakan keputusan dari pemerintah pusat,

sehingga aturan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya di instansi

pemerintah lainnya seperti di kabupaten maupun kecamatan.

Sesuai dengan perannya, Aparatur Sipil Negara harus memberikan

hasil kerja (kinerja) yang baik dalam perannya sebagai perencana dan

pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan

nasional melalui pelaksanan kebijakan dalam pelayanan publik yang

profesional.

Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (ASN) dibuat agar lebih

meningkatkan kinerja pegawai. Oleh karena itu, Aparatur Sipil Negara

dituntut untuk memberikan kinerja dengan produktivitas yang baik

dalam memberikan pelayanan, memberikan kualitas pelayanan yang

3
baik dan prima, dimana ASN responsive serta responsibel dalam

melaksanakan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dan

bertanggung jawab terhadap tugas dan fungsinya.

Dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat, perlu

dukungan dan komitmen, antara lain adanya kejelasan pelayanan yang

diberikan dan konsistensi Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam memberikan

pelayanan terbaik, mengkomunikasikan peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan pelayanan.

Untuk mengetahui tingkat kinerja suatu pegawai maupun organisasi

maka di lakukan penilaian kinerja dalam suatu organisasi. Penilaian kinerja

merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan

sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan serta

visi dan misinya. Dengan melakukan penilaian terhadap kinerja, maka upaya

untuk memperbaiki kinerja bisa dilakukan secara terarah dan sistematis

sehingga organisasi tersebut bisa berjalan secara efektif, efisien, dan

responsif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu

penilaian kinerja juga dapat digunakan untuk mengetahui dan menilai

seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh organisasi itu memenuhi

harapan dan memuaskan masyarakat pengguna jasa layanan.

Salah bentuk pelayanan yang diberikan oleh pemerintah yaitu

pelayanan pengujian kendaraan bermotor. Pelayanan pengujian kendaraan

bermotor merupakan pemeriksaan pada kondisi kendaraan yang dilakukan

oleh penguji apakah kendaraan tersebut memenuhi persyaratan layak jalan

atau tidak, termasuk kelengkapan surat-surat kendaraan bermotor

yang merupakan kewenangan dari Perhubungan. Dari pemeriksaan

4
kondisi fisik kendaraan tersebut, maka sangat dibutuhkan pelayanan dalam

kelancaran pengujian kendaraan bermotor itu sendiri.

Tujuan penyelenggaraan pelayanan pengujian kendaraan bermotor

(PKB) bertujuan untuk memberikan kepastian bahwa kendaraan bermotor

yang dioperasikan dijalan telah memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan

serta tidak mencemari lingkungan, agar dapat terciptanya transportasi darat

yang sesuai dengan kelayakan untuk berada dijalan dan juga agar pelanggan

transportasi darat merasa aman, nyaman, cepat atau lancar, dan tertib/teratur

agar mereka lebih percaya pada sarana transportasi yang digunakan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 133

Tahun 2015 tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor dalam Pasal 1

bahwa pengujian kendaraan bermotor adalah serangkaian kegiatan menguji

dan/atau komponen kendaraan bermotor, kereta gandengan, dan kereta

tempelan dalam rangka pemenuhan terhadap persyaran teknis dan laik jalan.

Pengujian kendaraan bermotor merupakan salah satu sektor

pelayanan publik yang berperan penting dalam menunjang kelancaran

mobilitas masyarakat untuk beraktivitas di sektor-sektor lain.

Dinas Perhubungan selaku Dinas yang memberikan pelayanan

Pengujian Kendaraan Bermotor dituntut untuk selalu memberikan pelayanan

yang baik kepada pengguna kendaraan bermotor angkutan barang agar

mereka mau melakukan uji kelayakan kendaraan. Pelayanan kepada

masyarakat dalam hal ini pemilik kendaraan bermotor angkutan barang

diperlukan suatu kinerja pelayanan publik yang baik agar tercipta tujuan yaitu

kepuasaan pengguna jasa pengujian kendaraan bermotor.

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, khusus dalam menjalankan pelayanan

5
pengujian kendaraan bermotor oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang,

merupakan langkah preventif. Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang

menempatkan transportasi sebagai bagian dari kebutuhan masyarakat.

Kesadaran masyarakat terhadap hak dan kewajibannya untuk memperoleh

berbagai jenis pelayanan, termasuk bidang transportasi merupakan tantangan

dan tanggung jawab yang besar bagi Dinas Perhubungan dalam menciptakan

keterbukaan dan kemudahan bidang transportasi serta kemudahan

mengakses berbagai informasi mengenai transportasi melalui media yang

ada.

Berdasarkan pengamatan sementara yang dilakukan peneliti,

bahwa Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang dalam melaksanakan

pelayanan pengujian kendaraan bermotor masih mempunyai permasalahan,

antara lain:

1. Sumber daya manusia masih kurang dalam hal pengujian kendaraan

bermotor.

2. Alat pengujian kendaraan bermotor belum lengkap.


3. Belum optimalnya sumber daya manusia yang ada, kedisplinan sdm yang

rendah dan kurang tegasnya Dinas Pergubungan menerapkan prosedur

pengujian kendaran bermotor di Kabupaten Pinrang.

4. Masih adanya masyarakat yang ingin mempecepat proses pengujian

kendaran bermotor tanpa melalui prosedur yang telah di tetapkan.

Berdasarkan fenomena-fenomena pelayanan pengujian kendaraan

bermotor angkutan barang di Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang menjadi

salah satu tempat pelayanan publik yang penulis teliti untuk bisa

melihat apakah pengujian kendaraan bermotor jenis angkutan barang

6
sudah berjalan dengan baik dan dapat memberikan kepuasan kepada

masyarakat khususnya pengguna jasa pengujian.

Oleh karena itu, penelitian ini berkaitan dengan masalah kinerja

pelayanan dengan judul “Kinerja Dinas Perhubungan dalam Pelayanan

Pengujian Kendaraan Bermotor Jenis Angkutan Barang di Kabupaten

Pinrang”

I.2 Rumusan Masalah

Dari uraian tentang latar belakang masalah di atas maka penulis

perlu merumuskan permasalahan mengenai kinerja Dinas Perhubungan

dalam pelaksanaan pelayanan pengujian kendaraan bermotor jenis angkutan

barang sebagai berikut :

”Bagaimana kinerja Dinas Perhubungan dalam pelayanan

pengujian kendaraan bermotor jenis angkutan barang di Kabupaten Pinrang”

I.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan yaitu untuk mengetahui dan

mendiskripsikan kinerja Dinas Perhubungan mengenai pelayanan

pengujian kendaraan bermotor jenis angkutan barang di Kabupaten

Pinrang berdasarkan indikator pengukuran kinerja.

I.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat akademis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat serta kontribusi bagi akademisi atau pihak-pihak yang

berkompeten dalam pencarian informasi atau sebagai referensi

mengenai kinerja Dinas Perhubungan dalam pelayanan pengujian

kendaraan bermotor jenis angkutan barang di Kabupaten Pinrang.

2. Manfaat praktis dalam penelitian ini, diharapkan akan memberikan

masukan pada pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil

7
kebijakan-kebijakan mengenai kinerja Dinas Perhubungan dalam

pelayanan pengujian kendaraan bermotor jenis angkutan barang di

Kabupaten Pinrang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Konsep Kinerja

II.1.1. Pengertian Kinerja

Kinerja berasal dari kata ìto performî yang artinya melakukan

suatu kegiatan dan menyempurnakan sesuai dengan tanggung

jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan.

Pasolong (2008) dalam bukunya Teori Administrasi Publik

mengatakan bahwa konsep kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari

dua segi, yaitu kinerja pegawai (perindividu) dan kinerja organisasi.

Kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu

organisasi. Sedangkan kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja

yang dicapai suatu organisasi.

Menurut Gibson, Ivancevich dan Donelly (1997) dalam buku

Manajemen Kinerja Pemerintah Daerah (Amins, 2012), dikatakan

bahwa kinerja adalah tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas

dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Batasan tersebut mengandung makna bahwa kinerja dinyatakan baik

dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.

Widodo (2006) dalam buku Kepemimpinan Birokrasi

(Pasolong, 2008: 197), mengatakan bahwa kinerja adalah melakukan

suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung

jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Sedangkan Ndraha

8
(1997), mengatakan bahwa kinerja adalah manifestasi dari hubungan

kerakyatan antara masyarakat dengan pemerintah.

Hal yang sama dinyatakan Rivai dan Basri (2005: 50) bahwa

kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara

keseluruhan dalam suatu periode tertentu dalam melaksanakan tugas

dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil

kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih

dahulu telah disepakati bersama.

Selanjutnya Gibson (1990) dalam Pasolong (2008: 197),

menatakan bahwa kinerja seseorang ditentukan oleh kemampuan dan

motivasinya untuk melaksanakan pekerjaan. Dikatakan bahwa

pelaksanaan pekerjaan ditentukan oleh interaksi dan kemampuan

birokrasi. Keban (1995), kinerja adalah merupakan tingkat pencapain

tujuan. Sedangkan Timpe (1998), kinerja adalah prestasi kerja yang

ditentukan oleh faktor lingkungan dan perilaku manajemen. Hasil

penilitian timpe menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang

menyenangkan begitu penting untuk mendorong tingkat kinerja

pegawai yang paling efektif dan produktif dalam interkasi social

organisasi akan senantiasa terjadi adanya harapan bawahan terhadap

atasan dan sebaliknya.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas,

dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dilakukan

seseorang atau sekelompok orang selama bekerja menjalankan tugas

sesuai dengan jabatannya yang dinilai untuk jadikan sebagai landasan

terwujudnya tujuan yang telah di tetapkan.

9
II.1.2. Kinerja Organisasi

Organisasi pemerintah adalah sebuah organisasi yang

mempunyai tujuan, untuk melayani masyarakat, mulai dari lapisan

masyarakat yang paling bawah sampai dengan lapisan yang paling

atas. Dalam era pembangunan sekarang ini, banyak tuntutan

masyarakat tentang peningkatan pelayanan yang diberikan oleh

pemerintah dapat terwujud secara memuaskan. Untuk dapat

mewujudkan keinginan tersebut tentunya peningkatan kinerja pegawai

negeri sangat dibutuhkan. Semakin baik kinerja pegawai maka akan

semakin baik pula pelayanan terhadap masyarakat.

Kinerja merupakan hasil dari serangkaian proses kegiatan

yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu organisasi.

Bagi suatu organisasi, kinerja merupakan hasil dari kegiatan kerjasama

diantara anggota atau komponen organisasi dalam rangka

mewujudkan tujuan organisasi.

Nasucha dalam bukunya Reformasi Birokrasi Publik (2004:

107),mengatakan bahwa kinerja organisasi didefinisikan juga sebagai

efektivitas organisasi secara menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan

yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan melalui

usahausaha yang sistematik dan meningkatkan kemampuan

organisasi secara terus menerus unutk mencapai kebutuhannya

secara efektif.

Menurut Swanson (dalam Keban, 2004 : 193) kinerja

organisasi adalah mempertanyakan apakah tujuan atau misi suatu

organisasi telah sesuai dengan kenyataan kondisi atau faktor ekonomi,

politik, dan budaya yang ada; apakah struktur dan kebijakannya

10
mendukung kinerja yang diinginkan; apakah memiliki kepemimpinan,

modal dan infrastuktur dalam mencapai misinya; apakah kebijakan,

budaya dan sistem insentifnya mendukung pencapaian kinerja yang

diinginkan, dan apakah organisasi tersebut menciptakan dan

memelihara kebijakan-kebijakan seleksi dan pelatihan, dan sumber

dayanya.

Siagian (2004:78) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mendukung keberhasilan akhir suatu orgaisasi dapat ditemukan dalam

empat kelompok umum, yaitu:

1. Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan

teknologi organisasi.

2. Karakteristik lingkungan, mencakup dua aspek lingkungan ekstern

dan lingkungan internal, yang dikenal sebagai iklim organisasi

meliputi macam-macam atribut lingkungan kerja (contoh: pekerja

sentris, orientasi pada prestasi)

3. Karakteristik pekerja, perhatian harus diberikan kepada perbedaan

individual antara para pekerja dalam hubungannya dengan

efektivitas.

4. Kebijakan dan praktek manajemen, peranan manajemen dalam

prestasi organisasi, meliputi variasi gaya, kebijakan dan praktek

kepemimpinan dapat memperhatikan atau merintangi pencapaian

tujuan.

II.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Soesilo dalam Hessel Nogi (2005 : 180), kinerja suatu

organisasi dipengaruhi adanya faktor-faktor berikut :

11
1. Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan

dengan fungsi yang menjalankan aktivitas organisasi.

2. Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi.

3. Sumber daya manusia, yang berhubungan dengan kualitas

karyawan untuk bekerja dan berkarya secara optimal.

4. System informasi manajemen, yang berhubungan dengan

pengelolaan data base untuk digunakan dalam mempertinggi

kinerja organisasi.

5. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan

penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada

setiap aktivitas organisasi.

Selanjutnya Yuwono dkk. dalam Hessel Nogi (2005 : 180)

mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dominan mempengaruhi

kinerja suatu organisasi meliputi upaya manajemen

dalam menerjemahkan dan menyelaraskan tujuan organisasi,

budaya organisasi, kualitas sumber daya manusia yang dimiliki

organisasi dan kepemimpinan yang efektif.

Dalam Mahmudi (2005: 21) menyebutkan bahwa kinerja

merupakan suatu konstruk multidimensional yang mencakup banyak

faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor

yang mempengaruhi kinerja adalah :

1. Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, keterampilan

(skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang

dimiliki oleh setiap individu.

12
2. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan

dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan

manajer dan team leader

3. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan

oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota

tim, kekompakan, dan keeratan anggota tim.

II.1.4. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja merupakan suatu proses yang dilakukan

secara sistematis terhadap kinerja pegawai atau Sumberdaya Manusia

(SDM) berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan atau dibebankan

terhadap mereka. Termasuk didalamnya mencakup penilaian terhadap

seluruh kegiatan program dan proyek yang dilaksanakan oleh

organisasi tersebut. Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan salah

satu faktor penting guna mengembangkan organisasi secara efektif

dan efisien, karena adanya kebijakan atau program penilaian prestasi

kerja. Hal ini menunjukkan bahwa organisasi telah memanfaatkan

secara baik SDM yang dimiliki.

Penilaian kinerja menurut Ivancevich (2007) dalam buku

Manajemen Kinerja Pemerintah Daerah (Amins, 2012) yaitu:

“Merupakan aktivitas yang digunakan untuk menentukan


pada tingkat mana seorang pekerja (dalam hal ini aparatur
pemerintah) menyelesaikan pekerjaannya secara efektif
(performance evaluation is the activity used to determine the
extent to which an employee performs work activity).
Implikasinya adalah, penilaian kinerja terhadap pekerjaan
pegawai diperlukan agar perilaku mereka dapat diarahkan
guna melakukan pekerjaan dengan baik sehingga
tercapailah tujuan organisasi.”
Penilaian kinerja atau penilaian prestasi karyawan yang

dikemukakan Mengginson (1981) dalam A.A Anwar Mangkunegara

13
(2007: 9-20) yaitu penilaian prestasi kerja (performancce appraisal)

adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan

apakah seorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan

tugas dan tanggung jawabnya.

Menurut Werther dan Davis (1996) dalam Suwanto dan Doni

J. Priansa (2014:197), penilaian kinerja mempunyai beberapa tujuan

dan manfaat bagi perusahaan dan karyawan yang dinilai, antara lain:

1. Performance Improvement. Memungkinkan karyawan dan manager

untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan peningkatan

kinerja.

2. Compensation Adjustment. Membantu para pengambil keputusan

untuk menentukan siapa saja yang berhak menerima kenaikan gaji

atau sebaliknya.

3. Placement Decision. Menetukan promosi, transfer, dan demotion.

4. Training and Development Needs. Mengevaluasi kebutuhan

pelatihan dan pengembangan bagi karyawan agar kinerja mereka

lebih optimal.

5. Carrer Planning and Development. Memandu untuk menentukan

jenis karier dan potensi karier yang dicapai.

6. Staffing Process Deficiencis. Mempengaruhi prosedur perekrutan

karyawan.

7. Informational Inaccuracies and Job-Design Errors. Membantu

menjelaskan apa saja kesalahan yang telah terjadi dalam

manajemen sumber daya manusia terutama bidang informasi

14
jobanalysis. Job-design, dan sistem informasi manajemen sumber

daya manusia.

8. Equal Employment Opportunity. Menunjukkan bahwa Placement

decision tidak diskriminatif.

9. External Challenges. Kadang-kadang kinerja karyawan dipengaruhi

oleh faktor eksternal seperti keluarga, keuangan pribadi, kesehatan,

dan lain-lainnya.

10.Feedback. Memebrikan umpan balik bagi urusan kekaryawanan

maupun bagi karyawan itu sendiri.

II.1.5. Indikator Kinerja

Indikator kinerja yang di maksud oleh LAN-RI (1999) dalam

Pasolong (2008: 202), adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang

menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang

telah ditetapkan dengan mempertimbangkan indikator masukan

(inputs) keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat (benefits), dan

dampak (impacts).

Hersey, Blanchard, dan Johnson dalam buku Manajemen

Kinerja (Wibowo, 2010: 102-104) mengemukakan tujuh indikator

kinerja, yaitu:

1. Tujuan

Tujuan merupakan keadaan yang berbeda yang secara

aktif dicari oleh seorang individu atau organisasi untuk dicapai.

Pengertian tersebut mengandung makna bahwa tujuan bukanlah

merupakan persyaratan, juga bukan merupakan sebuah keinginan.

15
Tujuan merupakan sesuatu keadaan yang lebih baik yang ingin

dicapai di masa yang akan datang. Dengan demikian, tujuan

menunjukkan arah kemana kinerja harus dilakukan. Untuk mencapai

tujuan, diperlukan kinerja individu, kelompok dan organisasi. Kinerja

individu maupun organisasi berhasil apabila dapat mencapai tujuan

yang diinginkan.

2. Standar

Standar mempunyai arti penting karena memberitahukan

kapan suatu tujuan dapat diselesaikan. Standar merupakan suatu

ukuran apakah tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Tanpa standar,

tidak dapat diketahui kapan tujuan dapat dicapai.

Standar menjawab pertanyaan kapan kita tahu bahwa kita

sukses atau gagal.kinerja seseorang dikatakan berhasil apabila

mampu mencapai standar yang ditentukan atau disepakati bersama

antara atasan dan bawahan.

3. Umpan balik

Antara tujuan, standar, dan umpan balik bersifat saling

terkait. Umpan balik melaporkan kemajuan, baik kualitas maupun

kuantitas, dalam mencapai tujuan yang telah didefinisikan oleh

standar. Umpan balik terutama penting ketika kita

mempertimbangkan “real goals” atau tujuan sebenarnya. Tujuan

yang dapat diterima oleh pekerja adalah tujuan yang bermakna dan

berganda.

Umpan balik merupakan masukan yang dipergunakan

untuk mengukur kemajuan kinerja, standar kinerja, dan pencapaian

16
tujuan. Dengan umpan balik dilakukan evaluasi terhadap kinerja dan

sebagai hasilnya dapat dilakukan perbaikan kinerja.

4. Alat atau Sarana

Alat atau sarana merupakan sumber daya yang dapat

dipergunakan untuk membantu menyelesaikan tujuan dengan

sukses. Alat atau sarana merupakan factor penunjang untuk

mencapai tujuan. Tanpa alat atau sarana, tugas pekerjaan spesifik

tidak dapat dilakukan dan tujuan tidak dapat diselesaikan

sebagaimana seharusnya. Tanpa alat tidak mungkin dapat

melakukan pekerjaan.

5. Kompetensi

Kompetensi merupakan persyaratan utama dalam kinerja.

Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang

untuk menjalankan pekerjaan yang diberikan kepdanya dengan

baik. Orang harus melakukan lebih dari sekedar belajar tentang

sesuatu, orang harus dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.

Kompetensi memungkinkan seseorang mewujudkan tugas yang

berkaitan dengan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

6. Motif

Motif merupakan alasan atau pendorong bagi seseorang

untuk melakukan sesuatu. Manajer memfasilitasi motivasi kepada

karyawan dengan insentif berupa uang, memberikan pengakuan,

menetapkan tujuan menantang, menetapkan standar terjangkau,

meminta umpan balik, memberikan kebebasan melakukan

pekerjaan termasuk waktu melakukan pekerjaan, menyediakan

17
sumber daya yang diperlukan dan menghaampuskan tindakan yang

yang mengakibatkan disintensif.

7. Peluang

Pekerja perlu mendapatkan kesempatan

untuk menunjukkan prestasi kerjanya. Terdapat dua faktor yang

menyumbangkan pada adanya kekurangan kesempatan untuk

berprestasi, yaitu ketersediaan waktu dan kemampuan untuk

memenuhi syarat.

Sedangkan T.R. Mitchell dalam Sedarmayanti (2007),

mengemukakan bahwa kinerja meliputi beberapa aspek:

1. Kualitas kerja (Quality of Work) yaitu kualitas pekerjaan yang

dihasilkan dapat memuaskan bagi penggunanya atau tidak,

sehingga hal ini dijadikan sebagai standar kerja.

2. Ketepatan waktu (Promptness) yaitu ketepatan bekerja yang

diukur oleh tingkat waktu, sehingga pegawai dituntut untuk

bekerja cepat dalam mencapai kepuasan dan peningkatan kerja,

3. Inisiatif (Initiative) yaitu setiap pegawai mampu menyelesaikan

masalah pekerjaannya sendiri agar tidak terjadi kemandulan

dalam pekerjaan.

4. Kemampuan (Capability) yaitu kemampuan dalam melakukan

pekerjaan semaksimal mungkin.

Kumorotomo (1996) dalam buku Reformasi Birokrasi Publik

(Dwiyanto, 2006: 52) menggunakan beberapa indikator kinerja untuk

jadikan pedoman dalam menilai kinerja birokrasi publik, anatara lain:

18
1. Efisiensi, yaitu menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan

organisasi pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan

faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasar dari

rasionalitas ekonomis.

2. Efektivitas, yaitu apakah tujuan yang didirikannya organisasi

pelayanan publik tercapai? Hal tersebut erat kaitannya dengan

rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi, serta fungsi agen

pembangunan.

3. Keadilan, yaitu mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan

yang diselenggarakan oleh organisasi publik.

4. Daya tanggap, yaitu berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan

oleh perusahaan swasta, organisasi pelayanan publik

merupakan bagian dari daya tanggap negara atau pemerintah

akan kebutuhan masyarakat yang mendesak.

Sedangkan Abidin (2006) mengemukakan sebanyak enam

indikator kinerja birokrasi (dalam Pasolong, 2008: 206), yaitu:

1. Ketersediaan fasilitas publik disetiap unit wilayah (desa-kota).

2. Ketersediaan pelayanan prima, pelayanan yang diberikan

memuaskan masyarakat yang dilayani, kualitas layanan yang

memuaskan, terjangkau (dekat) dengan rakyat, mudah dan

murah.

3. Keterkaitan anatara berbagai kepentingan unit (wilayah).

4. Kelestarian lingkungan.
5. Kelestarian birokrasi

6. Berfungsinya kota sebagai pusat pengdongkrak.

19
II.1.6. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja merupakan hasil dari suatu penilaian yang

sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan

yang berupa indikator-indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan

dampak. Penilaian tersebut tidak terlepas dari proses yang merupakan

kegiatan mengolah masukan menjadi keluaran atau penilaian dalam

proses penyusunan kebijakan/program/kegiatan yang dianggap

penting dan berpengaruh terhadap pencapaian sasaran dan tujuan.

Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai

keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan

sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan

visi dan misi.

Berdasarkan Keputusan Menpan No. 25/

KEP/ M.PAN/2/2004, tentang Pedoman Umum Penyususnan

Indeks Kepuasaan Mayarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah,

terdapat 14 indikator kriteria pengukuran kinerja organisasi, yaitu:

a. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat dari sisi kesederhanaan alur

pelayanan.

b. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis administratif yang

diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis

pelayanannya.

c. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian

petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan serta

kewenangan dan tanggung jawab).

20
d. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam

memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja

sesuai ketentuan yang berlaku.

e. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang

dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaran dan

penyelesaian pelayanan.

f. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat

diselesaikan dengan waktu yang ditentukan oleh unit

penyelenggara pelayanan.

g. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan

dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang

dilayani.

h. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku

petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara

sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati.

i. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat

terhadap besaran biaya yang ditetapkan.

j. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang

dibayarkan dengan biaya yang ditetapkan.

k. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan

sesuai ketetntuan yang telah ditetapkan.

l. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana

pelayanan yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat

memberikan rasa nyaman kepada masyarakat.

21
m. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan

lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang

digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang mendapatkan

pelayanan dengan risiko yang diakibatkan pelaksanaan pelayanan

tersebut.

Schuler dkk dalam Keban (2004), mengatakan bahwa sistem

penilaian kinerja diartikan sebagai suatu proses penilaian kinerja.

Dalam pandangan beliau bahwa proses penilaian kinerja dapat

digunakan: (1) pendekatan kompratif, (2) standar-standar absolut, (3)

pendekatan tujuan, (4) indeks yang bersifat langsung atau objektif.

Pengukuran kinerja sektor publik menurut Mardiasmo (2011)

dalam Nasucha (2004: 108) mempunyai tiga tujuan sebagai berikut:

1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintahan agar kegiatan

pemerintah terfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja.

2. Pengalokasian sumber daya pembuatan dan

pembuatan keputusan.

3. Mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki

komunikasi kelembagaan.

Donovan & Jakson (1991) dalam buku Kepemimpinan

Birokrasi (Pasolong 2008: 209), mengatakan bahwa secara teoritik

penilaian kinerja sangat erat kaitannya dengan analisis pekerjaan.

Artinya, suatu penilaian tidak dapat dilakukan jika masih terdaat

ketidakjelasan tentang pekerjaan itu sendiri. Karena itu, efektivitas

penilaian sangat tergantung pada penjelasan batasan atau definisi dari

suatu pekerjaan itu sendiri, yang merupakan sumber daya manusia,

sehingga dapat dikatakan bahwa efektivitas penilaian kinerja sangat

22
tergantung kepada baik buruknya manajemen sumberdaya manusia

yang dimiliki.

Tercapainya tujuan organisasi tidak dapat dilepaskan dari

sumberdaya yang dimiliki oleh organisasi yang digerakkan atau

dijalankan pegawai yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya

mencapai tujuan organisasi. Tercapainya kinerja maksimal tidak akan

terlepas dari peran pemimpin birokrasi dalam memotivasi bawahannya

dalam melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien.

II. 2 Konsep Pelayanan

II.2.1. Pelayanan Publik

Pelayanan pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai

aktivitas seseorang, sekelompok dan atau organisasi baik langsung

maupun tidak langsung.

Pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan

kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara. Negara didirikan

oleh publik (masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada hakikatnya negara

dalam hal ini pemerintah (birokrat) haruslah dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan

secara individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya

diharapkan oleh masyarakat, misalnya kebutuhan akan kesehatan,

pendidikan, dan lain-lain.

Pelayanan publik menurut Sinambela dkk (2006) adalah

sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap

sejumlah manusia yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau

23
kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat

pada suatu produk secara fisik.

Konsep pelayanan publik di Indonesia dirumuskan dalam

Undang-Undang nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Dalam UU tersebut, pelayanan publik didefinisikan berdasarkan

pembiayaan dan sifat pembiayaan. Konsep sistem pemerintah yang

desentralistik di Indonesia memberikan ruang kepada pemerintah

daerah untuk mengembangkan pelayanan yang responsif dan sesuai

aspirasi dan dinamika lokal.

Oleh karena itu, pengembangan pelayanan publik harus

berorientasi kepada rakyat. Kepentingan masyarakat secara

keseluruhan harus di tempatkan sebagai pertimbangan utama dalam

mengembangkan sistem pelayanan publik. Untuk mengkomudir

kepentingan masyarakat, maka dalam pelayanan publik harus

memberdayakan masyarakat.

II.2.2. Bentuk-Bentuk Pelayanan Publik

Bentuk pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat

dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis pelayanan (Batinggi &

Ahmad 2013: 30), yaitu:

a. Pelayanan pemerintahan adalah jenis pelayanan masyarakat yang

terkait dengan tugas-tugas umum pemerintahan seperti pelayanan

KTP, SIM, pajak dan kemigrasian

b. Pelayanan pembangunan, suatu jenis pelayanan masyarakat yang

terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana untuk

memberikan fasilitasi kepada masyarakat dalam melakukan

24
aktivitasnya sebagai warga negara. Pelayanan ini meliputi

penyediaan jalan-jalan, jembatan, pelabuhan dan lain sebagainya.

c. Pelayanan utilitas. Jenis pelayanan yang terkait dengan utilitas

masyarakat, seperti penyediaan listrik air, telepon, dan transportasi

massal

d. Pelayanan sandang, pangan dan papan. Merupakan jenis

pelayanan yang menyediakan bahan kebutuhan pokok masyarakat

dan kebutuhan perumahan, seperti penyediaan beras, gula,

minyak, gas tekstil, dan perumahan murah.

e. Pelayanan kemasyarakatan. Yaitu jenis pelayanan masyarakat

yang dilihat dari sifat dan kepentingannya lebih ditekankan pada

kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti pelayanan

kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, penjara, rumah yatim

piatu, dan lainnya.

Sedangkan bentuk –bentuk pelayanan publik

lainya dikemukakan Moenir ( 2006 : 190) sebagai berikut :

a. Layanan dengan lisan yaitu layanan yang dilakukan oleh petugas

dalam bidang hubungan masyarakat (HUMAS), bidang layanan

informasi dan bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan

atau keterangan kepada siapapun yang memerlukan.

b. Layanan dengan tulisan, layanan ini terdiri dari dua golongan, yaitu:

a) Layanan berupa petunjuk, informasi dan yang sejenis

ditujukan keada orang-orang yang berkepentingan agar

memudahkan mereka dalam berurusan denagan istansi atau

lembaga

25
b) Layanan berupa reaksi tertulis atas permohonan , laporan,

keluhan, dan pemberitahuan.

II.2.3. Unsur-Unsur Pelayanan Publik

Bharata (2004) mengatakan terdapat empat unsur penting

dalam proses pelayanan publik (http://www.kajianpustaka.coml),

anatara lain:

1. Penyedia layanan, yaitu pihak yang dapat memberikan suatu

layanan tertentu kepada konsumen, baik berupa layanan dalam

bentuk penyediaan dan penyerahan barang (goods) atau jasajasa

(services).

2. Penerima layanan, yaitu mereka yang disebut sebagai konsumen

(costomer) atau customer yang menerima berbagai layanan dari

penyedia layanan.

3. Jenis layanan, yaitu layanan yang dapat diberikan oleh penyedia

layanan kepada pihak yang membutuhkan layanan.

4. Kepuasan pelanggan, dalam memberikan layanan penyedia

layanan harus mengacu pada tujuan utama pelayanan, yaitu

kepuasan pelanggan. Hal ini sangat penting dilakukan karena

tingkat kepuasan yang diperoleh para pelanggan itu biasanya

sangat berkaitan erat dengan standar kualitas barang dan atau jasa

yang mereka nikmati.

II.2.4. Asas Pelayanan Publik

Untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan

pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan

korporasi yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap

warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang di dalam

26
penyelenggaraan pelayanan publik, maka di keluarkannya undang-

undang mengenai pelayanan publik.

Adapun asas-asas pelayanan publik yang tercantum dalam

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,

yaitu:

1. Kepentingan umum, yaitu; Pemberian pelayanan tidak boleh

mengutamakan kepentingan pribadi dan/atau golongan.

2. Kepastian hukum, yaitu Jaminan terwujudnya hak dan kewajiban

dalam penyelenggaraan pelayanan.

3. Kesamaan hak, yaitu Pemberian pelayanan tidak membedakan

suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi.

4. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu Pemenuhan hak harus

sebanding dengan kewajiban yang harus dilaksanakan, baik oleh

pemberi maupun penerima pelayanan.

5. Keprofesionalan, yaitu Pelaksana pelayanan harus memiliki

kompetensi yang sesuai dengan bidang tugas.

6. Partisipatif, yaitu Peningkatan peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan dengan memperhatikan aspirasi,

kebutuhan, dan harapan masyarakat.

7. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif, yaitu Setiap warga negara

berhak memperoleh pelayanan yang adil.

8. Keterbukaan, yaitu Setiap penerima pelayanan dapat dengan

mudah mengakses dan memperoleh informasi mengenai

pelayanan yang diinginkan.

27
9. Akuntabilitas, yaitu Proses penyelenggaraan pelayanan harus

dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

10.Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, yaitu

Pemberian kemudahan terhadap kelompok rentan sehingga

tercipta keadilan dalam pelayanan.

11.Ketepatan waktu, yaitu Penyelesaian setiap jenis pelayanan

dilakukan tepat waktu sesuai dengan standar pelayanan.

12.Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan, yaitu Setiap jenis

pelayanan dilakukan secara cepat, mudah, dan terjangkau.

II.2.5. Prinsip Pelayanan Publik

Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan,

Mustopadidjaja dalam Ahmad (2012; 65-66) mengemukakan

beberapa prinsip dalam penyediaan pelayanan pada sektor publik,

yaitu:

1. Menetapkan standar pelayanan artinya standar tidak hanya

menyangkut standar atas produk pelayanan, tetapi juga standar

prosedur pelayanan dalam kaitan dengan pemberian pelayanan

yang berkualitas.

2. Terbuka terhadap kritik dan saran maupun keluhan, dan

menyediakan seluruh informasi yang digunakan dalam pelayanan.

3. Memperlakukan seluruh masyarakat sebagai pelanggan secara

adil, dalam pemberian barang layanan tertentu, dimana masyarakat

pelanggan secara transparan diberikan pilihan.

4. Mempermudah akses kepada seluruh masyarakat (pelanggan).

28
5. Membenarkan suatu hal dalam proses pelayanan ketiak hal

tersebut menyimpang.

6. Menggunakan semua sumber yang digunakan untuk melayani

masyarakat pelanggan secara efisien dan efektif.

7. Selalu mencari pembaruan dan mengupayakan peningkatan

kualitas pelayanan.

Di samping itu, Batinngi dan Ahmad (2013: 54-55) dalam

bukunya Manajemen Pelayanan Publik mengatakan untuk

mewujudkan layanan berkualitas, perlu diterapkan prinsip-prinsip

sebagai berikut:

1. Sebelum segala sesuatu dimulai, proses dan prosedur harus di

tetapkan lebih awal.

2. Proses atau prosedur tersebut harus diketahui oleh semua yang

terlibat. Proses dan prosedur itu tidak boleh membingungkan dan

mengundang interprestasi ganda.

3. Kualitas muncul dari orang-orang yang bekerja dalam system.,

artinya orang-orang bekerja mengikuti system, satu mata rantai,

yang akhirnya membuahkan hasil. Apabila system itu baik, maka

kecil kemungkinan kesalahan akan terjadi.

4. Peninjauan kualitas oleh para eksekutif perlu dilakukan secara

priodik, dalam arti perlu diadakan penyempurnaan dari prosedur jika

dipandang perlu dengan memperhatikan selera pihak yang dilayani.

5. Kualitas pelayanan dapat dicapai hanya apabila para pemimpin

organisasi menciptakan iklim budaya organisasi

29
yang memusatkan perhatian secara konsisten pada peningkatan

kualitas dan kemudian menyempurnakannya secara berkala.

6. Kualitas berarti memenuhi keinginan, kebutuhan, dan selera

konsumen.

7. Kualitas menuntut kerjasama yang erat. Setiap orang dalam

organisasi hendaknya memandang orang lain sebagai rekannya,

yang dapat dilihat dan dihargai sebagai bagian dari penentu

berhasilnya ia melaksanakan suatu kewajiban.

II.2.6. Standar Pelayanan Publik

Tujuan dari standar pelayanan didasarkan pada Peraturan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi

Nomor 15 tahun 2014. Adapun tujuan Pedoman Standar Pelayanan

adalah untuk memberikan kepastian, meningkatkan kualitas dan

kinerja pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan selaras

degan kemampuan penyelenngara sehingga mendapatkan

kepercayaan masyarakat.

Standar pelayanan yang telah disusun dan ditetapkan oleh

unit pelayanan publik harus dipublikasikan kepada masyarakat, baik

melalui media cetak maupun media elektronik sehingga semua

masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan mempunyai gambaran

jelas mengenai bagaimana keadaan pelayanan di tempat tersebut,

tentang mekanisme, prosedur, waktu pelayanan, biaya, dan berbagai

hal lain yang disediakan oleh unit pelayanan publik..

Berdasarkan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2009, setiap standar pelayanan dipersyaratkan harus mencantumkan

komponen sekurang-kurangnya meliputi:

30
1. Dasar Hukum, adalah peraturan perundang-undangan yang

menjadi dasar penyelenggaraan pelayanan.

2. Persyaratan, adalah syarat (dokumen atau hal lain) yang harus

dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis pelayanan, baik

persyaratan teknis maupun administratif.

3. Sistem, mekanisme, dan prosedur, adalah tata cara pelayanan

yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan, termasuk

pengaduan.

4. Jangka waktu penyelesaian, adalah jangka waktu yang diperlukan

untuk menyelesaikan seluruh proses pelayanan dari setiap jenis

pelayanan.

5. Biaya/tarif, adalah ongkos yang dikenakan kepada penerima

layanan dalam mengurus dan/atau memperoleh pelayanan dari

penyelenggara yang besarnya ditetapkan berdasarkan

kesepakatan antara penyelenggara dan masyarakat.

6. Produk pelayanan, adalah hasil pelayanan yang diberikan dan

diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

7. Sarana, prasarana, dan/atau fasilitas, adalah peralatan dan fasilitas

yang diperlukan dalam penyelenggaraan pelayanan, termasuk

peralatan dan fasilitas pelayanan bagi kelompok rentan.

8. Kompetensi pelaksana, adalah kemampuan yang harus dimiliki

oleh pelaksana meliputi pengetahuan, keahlian, ketrampilan dan

pengalaman.

31
9. Pengawasan internal, adalah sistem pengendalian intern dan

pengawasan langsung yang dilakukan oleh pimpinan satuan kerja

atau atasan langsung pelaksana.

10.Penanganan pengaduan, saran, dan masukan, adalah tata cara

pelaksanaan penanganan pengaduan dan tindak lanjut.

11.Jumlah pelaksana, adalah tersedianya pelaksana sesuai dengan

beban kerja. Informasi mengenai komposisi atau jumlah petugas

yang melaksanakan tugas sesuai pembagian dan uraian tugasnya.

12.Jaminan pelayanan, adalah memberikan kepastian pelayanan

dilaksanakan sesuai dengan Standar pelayanan

13.Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan, adalah dalam

bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari

bahaya, risiko, dan keragu-raguan.

14.Evaluasi kinerja pelaksana, adalah penilaian untuk mengetahui

seberapa jauh pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar

pelayanan.

II.2.7. Indikator Pelayanan

Zeithaml, Parasuraman & Berry (1990) (dalam Ratminto dan

Atik 2012:175) menggunakan ukuran tangibel,

reliability, responsivenes, assurance, empathy.

1. Tangibel atau ketampakan fisik yaitu: fasilitas fisik, peralatan,

pegawai dan fasilitas-fasilitas komunikasi yang dimiliki oleh

penyedia layanan.

2. Reliability atau reabilitas adalah kemampuan untuk

menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat.

32
3. Responsivenes atau responsivitas adalah kerelaan untuk menolong

pengguna layanan dan menyelenggarakan pelayanan secara

ikhlas.

4. Assurance atau kepastian adalah pengetahuan, kesopanan dan

kemampuan para petugas penyedia layanan dalam memberikan

kepercayaan kepada pengguna layanan.

5. Empathy adalah kemampuan memberikan perhatian kepada

pengguna layanan secara individual.

II. 3 Konsep Kinerja Pelayanan

Kinerja pelayanan merupakan hal yang menyangkut kualitas

pelayanan, hasil pekerjaan, kecepatan kerja, pekerjaan yang dilakukan sesuai

dengan harapan masyarakat dan ketepatan waktu dalam menyelesaikan

pekerjaan.

Kinerja organisasi publik juga dapat diartikan sebagai hasil kerja

organisasi publik dalam melayani dan memenuhi kebutuhan masyarakat

(pelanggan) atau pengguna jasa agar tercapainya kepuasan dihubungkan

dengan visi yang diemban suatu organisasi serta mengetahui dampak positif

dan negatif suatu kebijakan operasional yang diambil. Kinerja dapat

dipergunakan manajeman untuk melakukan penilaian secara periodik

mengenai efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi, dan

karyawan berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan

sebelumnya.

Kinerja pelayanan memiliki hubungan yang erat dengan

kepuasan pelanggan (masyarakat), kualitas yang di dapat dari kinerja

yang baik akan memberikan suatu dorongan yang kuat dengan pada

33
suatu instansi. Dalam jangka panjang, keadaan seperti ini memungkinkan

organisasi/instansi pemerintahan untuk memahami dengan seksama harapan

pelanggan serta kebutuhan mereka dengan demikian perusahaan dapat

meningkatkan kepuasan pelanggan.

Salah satu hal yang penting di lakukan dalam upaya mengevaluasi

dan membenahi sistem yang berjalan dalam sebuah organisasi atau instansi

pemerintah yaitu pengukuran kinerja. Hal tersebut dikarenakan oleh

banyaknya keluhan masyarakat terkait pelayanan yang diberikan oleh

organisasi atau instansi pemerintah dan pada akhirnya dapat memperparah

kondisi internal birokrasi. Karena itu, pengukuran kinerja harus dilakukan oleh

setiap organisasi atau instansi pemerintah sebagai agenda yang tahunan.

Zeithhaml, Parasuraman, dan Berry (1990) dalam Pasolong (2008:

205), mengemukakan bahwa kinerja pelayanan publik yang baik dapat dilihat

melalui berbagai indikator yang sifatnya fisik. Penyelenggaraan pelayanan

publik dapat dilihat dari aspek fisik pelayanan yang diberikan, seperti

tersedianya gedung pelayanan yang representatif, fasilitas pelayanan yang

berupa telivisi, ruang tunggu yang bersih dan nyaman, penampilan aparat

yang menarik di mata pengguna jasa, seperti seragam, dan berbagai fasilitas

kantor yang memudah akses layanan bagi masyarakat.

Levine et.al (1990) menyebutkan lima indikator untuk mengukur

kinerja sektor publik (Nasucha, 2004: 25), yaitu:

1. Produktivitas, yaitu ukuran seberapa besar pelayanan publik itu

menghasilkan yang diharapkan, dari segi efisien dan efektivitas.

2. Kualitas pelayanan, merupaka ukuran citra yang diakui masyarakat

mengenai pelayanan yang di berikan yaitu masyarakat merasa puas

atau tidak puas.

34
3. Responsivitas, merupakan ukuran kemampuan organisasi untuk

mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas

pelayanan, serta mengembangkan program-program pelayanan publik

sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyrakat.

4. Responsibilitas, yaitu ukuran apakah pelaksanaan kegiatan sesuai dengan

prinsip-prinsip administrasi yang benar.

5. Akuntabilitas, ukuran seberpa besar kebijakan dan kegiatan organisasi

publik dapat di pertanggungjawabkan kepada rakyat atau konsisten

dengan kehendak publik.

Dalam buku Indikator Kinerja Utama, ada tiga konsep yang dapat

digunakan mengukur kinerja organisasi publik (Moeheriono 2011:

162) yaitu:
a. Responsivitas, yaitu menggambarkan kemampuan organisasi publik

dalam menjalankan misi dan tujuannya adalah untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat.

b. Responsibilitas, yaitu pelaksanaan kegiatan organisasi publik

dilakukan sesuai dengan prinsi-prinsip administrasi yang benar atau

sesuai dengan kebijakan secara implisit maupun eksplisit.

c. Akuntabilitas, yaitu menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan

kegiatan organisasi publik yang diharapkan dari masyarakat, bisa

perupa penilaian dari wakil rakyat, pejabat dan masyarakat.

Menurut Dwiyanto (1995) dalam bukunya Reformasi Birokrasi Publik

di Indonesia (2006: 50-51) menjelaskan beberapa indikator yang digunakan

untuk mengukur kinerja birokrasi publik yaitu sebagai berikut:

1. Produktivitas, yaitu tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi

juga mengukur efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya

35
dipahami sebagai ratio antara input dengan output. Konsep produktivitas

dirasa terlalu sempit dan kemudian General Accounting Office (GOA)

mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas

dengan memasukan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil

dari yang diharapkan salah satu indikator kinerja yang penting.

2. Kualitas layanan, yaitu: cenderung menjadi penting dalam menjelaskan

kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang

terbentuk mengapa organisasi publik muncul karena ketidakpuasan publik

terhadap kualitas. Dengan demikian menurut Dwiyanto kepuasan

masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan sebagai indikator kinerja

birokrasi publik.

3. Responsivitas, yaitu kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan

masyarakat, menyusun agenda, dan prioritas pelayanan, dan kebutuhan

masyrakat dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas disini

menunjuk pada keselarasan anatara program dan kegiatan pelayanan

dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

4. Responsibilitas, yaitu menejlaskan apakah pelaksana kegiatan birokrasi

publik itu dilakukan dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar dengan

kebijakan birokrasi, baik yang eksplisit maupun implisit.

5. Akuntabilitas, yaitu menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan

birokrasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat.

Asumsinya ialah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh

rakyat, dengan sendirinya akan selalu memprioritaskan kepentingan

publik.

Holloway et al. (1995) dalam Nasucha (2004:108),

menyebutkan bahwa indikator kinerja dapat berupa akuntabilitas,

36
efiiensi, efektivitas, dan equity (keadilan). Sedangkan Wibawa (1992),

menambahkan bahwa kinerja dapat dilihat dari volume pelayanan, kualitas

pelayanan, dan kemampuan memperoleh sumberdaya bagi pelaksanaan

program.

Selain itu, untuk menilai kinerja pelayanan publik, ada beberapa

indikator yang dapat di pergunakan berdasarkan Governance and

Dezentralization di singkat GDS (2002) dalam buku Manajemen Pelayanan

Publik (Batinggi & Ahmad, 2013:61-63), anatara lain:

1. Equity (keadilan). Dalam penyelenggaran pelayanan publik, pemenuhan

prinsip keadilan dilihat dari kemampuan pemerintah untuk memberikan

perlakuakn yang sama dan adil kepada warganya dalam

penyelenggraan pelayanan publik (Thompson, 1989)

2. Responsivitas. Responsivitas menjelaskan kemampuan pemerintah

untuk mengenali kebutuhan, menyusun agenda dan prioritas, dan

mengembangkan program-program yang sesuai dengan aspirasi dan

kebutuhan masyarakat (Hormon, 1995). Oleh karena itu, responsivitas

menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan dengan

kebutuhan masyarakat.

3. Efisiensi Pelayanan. Untuk menilai efisiensi pelayanan, GDS (2012)

menggunakan dimensi waktu dan baiaya yang diperlukan untuk

menyelesaiakn berbagai jenis pelayanan publik.

4. Suap dan Rante Birokrasi. Fenomena suap dalam pelayanan public

masih banyak dijumpai dalam berbagai jenis pelayanan.ada banyak

faktor yang menyebabkan suap dan rante birokrasi masih menjadi

fenomena yang lazim dalam praktik pelayanan publik di Indonesia. Di

samping karena penghasilan aparat birokrasi yang rendah, suap dan

37
rante birokrasi terjadi karena struktur birokrasi yang masih sangat

dominan dalam praktik penyelenggaran pelayanan publik.

II. 4 Pengujian Kendaraan Bermotor

Pengujian kendaraan bermotor disebut juga uji kir adalah

serangkaian kegiatan menguji dan/atau memeriksa bagian-bagian kendaraan

bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan dan kendaraan khusus dalam

rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan.

Maksud dan tujuan pengujian kendaraan bermotor yang tercantum

dalam Praturan Pemerintah Daerah Kabupaten Pinrang No 17 Tahun 2011

tantang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah : 1. untuk menjaga

agar kendaraan bermotor selalu laik jalan;

2. untuk mencegah terjadinya kecelakan, kebakaran dan mengurangi

kebisingan serta pencemaran lingkungan (polusi);

3. untuk menentukan daya angkut dan kelas jalan yang dapat dilalui

kendaraan; dan

4. untuk meningkatkan perawatan kendaraan bermotor.

Adapun yang di maksud dengan kendaraan bermotor jenis

angkutan barang berdasarkan dalam Peraturan Pemerintah Daerah

Kabupaten Pinrang No 17 Tahun 2011 tantang Retribusi Pengujian

Kendaraan Bermotor yaitu setiap kendaraan bermotor selain sepeda motor,

mobil penumpang dan mobil bus yang digunakan sebagai sarana

pengangkutan barang.

Pelayanan pengujian kendaraan bermotor

merupakan pemeriksaan pada kondisi kendaraan yang dilakukan

oleh penguji apakah kendaraan tersebut memenuhi persyaratan laik

jalan atau tidak, termasuk kelengkapan surat-surat kendaraan

38
bermotor yang merupakan kewenangan dari Perhubungan. Dari

pemeriksaan kondisi fisik kendaraan tersebut, maka sangat dibutuhkan

pelayanan dalam kelancaran pengujian kendaraan bermotor itu sendiri

Selanjutnya dasar hukum pengujian kendaraan bermotor yang

tercantum dalam Praturan Pemerintah Daerah Kabupaten Pinrang No 17

Tahun 2011 tercantum pada Pasal 3, yaitu:

1. Setiap kendaraan bermotor wajib uji harus memenuhi syarat-syarat teknis

untuk laik beroperasi di jalan.

2. Untuk menetapkan kendaraan bermotor laik jalan yang memenuhi syarat

pada ayat (1), dilakukan penelitian berupa pengujian.

3. Pengujian kendaraan bermotor dilakukan oleh Dinas berdasarkan

permohonan pemilik dan/atau pengusaha kendaraan bermotor dengan

mengisi Formulir Pengujian yang disediakan pada tempat pengujian yang

telah ditentukan.

4. Permohonan perpanjangan masa berlaku tanda uji kendaraan sudah harus

diajukan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum masa uji berakhir.

5. Kelengkapan persyaratan teknis untuk pengujian kendaraan bermotor

ditentukan sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

6. Masa uji ditetapkan 6 (enam) bulan dan dicantumkan dalam surat dan

tanda uji.

7. Bukti masa uji atas hasil pemeriksaan dituliskan pada surat uji (buku uji),

diketok pada tanda uji (plat uji) yang wajib melekat pada plat nomor

kendaraan bermotor dan ditulis pada tanda samping kendaraan bermotor

yang bersangkutan.

39
Penguji Kendaraan Bermotor yaitu Aparatur Sipil Negara yang diberi

tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang

berwenang untuk melakukan tugas pengujian kendaraan bermotor. Memiliki

Sertifikat Kompetensi dan Tanda Kualifikasi Teknis Penguji Kendaraan

Bermotor.

Untuk menjamin agar kendaraan bermotor selalu dalam kondisi

memenuhi persyaratan teknis dan layak jalan, maka diberlakukan uji berkala

dalam satu periode tertentu.

II. 5 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Ida Syahrani. 2012. Kinerja Pelayanan Penyuluhan Pertanian di Balai

Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan

Patampanua Kabupaten Pinrang.

Adapun persamaan dari penelitian ini yaitu membahas mengenai

kinerja pelayanan di suatu instansi. Serta penelitian menggunakan model

penelitian kualitatif.

Sedangkan perbedaan dari penelitian ini terletak pada objek yang

diteliiti. Objek penelitian oleh Ida Syahrani yaitu kinerja pelayanan

Penyuluan Pertanian di Balai Penyuluh Pertanian dan Kehutanan (BP3k)

sedangkan objek dari penelitian ini yaitu kinerja Dinas Perhubungan dalam

pelayanan pengujian kendaraan bermotor. Serta indikator yang digunakan

untuk mengukur kinerja pelayanan juga berbeda. Ida Syahrani

menggunakan Indikator dari Zeithaml, Parasuraman dan Berry yang

hanya menggunakan lima indikator yaitu ketampanan fisik, realibilitas

resposivitas, kompetensi dan akses. Penelitian yang digunakan penulis

40
yaitu indikator pengukuran kinerja menurut Levine yaitu produktivitas,

responsivitas, responsibilitas, kualitas layanan dan akuntabilitas.

Hasil dari penelitian oleh Ida Syahrani mengenai Kinerja

Pelayanan Penyuluh Pertanian di Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan

dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Patampanua Kabupaten

Pinrangbelum sepenuhnya baik dalam memberikan pelayanan. Hal ini di

lihat dari indikator responsivitas yang dimana Penyuluh Pertanian di salah

satu Desa tidak terlalu aktif dan cakap dalam pendekatan terhadap anggota

kelompok tani. Hal ini benarkan dari wawancara kelompok tani di salah satu

wilayah yang mengakui bahwa penyuluh yang bertugas tidak memiliki

kontribusi yang baik terhadap kelompok tani.

2. Kurniawan Sukowati . 2010. Tesis: Kinerja Organisasi Kantor Kecamatan

Kedawung Kabupaten Sragen

Persamaan dalam penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan

Sukowati dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terletak pada fokus

yaitu kinerja organisasi/instasi. Sedangkan perbedaan nya yaitu dari locus,

indikator/variabel yang digunakan, serta objeknya. Adapun indikator yang

digunakan oleh Kurniawan Sukowati pada kinerja Kantor Kecamatan

Kedawung yaitu akuntabilitas, efektivitas, dan responsivitas.

Adapun hasil dengan menngunakan indikator tersebut dalam

penelitian Kurniawan Sukowati kinerja organisasi Kantor Kecamatan

Kedawung masih kurang sesuai dengan harapan masyarakat.

3. Rosi Damayanti. 2012. Pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor

Terkait dengan Keselamatan Penumpang (Studi di Dinas Perhubungan

Komunikasi dan Informatika Kabupaten Karangayar).

41
Persamaan dari penelitian oleh Rosi Damayanti dengan penelitian

yang akan dilakukan terletak pada objeknya yaitu pengujian kendaraan

bermotor. Sedangkan perbedaannya yaitu dari segi fokus, locus, serta

indikator/variabel. Adapun variabel yang digunakan oleh Rosi Damayanti

dalam menunjukkan hasil yaitu Pengujian Kendaraan Bermotor di

Kabupaten Karangayar berdasarkan Premis Mayor yaitu Undang-Undang

ataupun peraturan terkait PKB serta premis minor yaitu ketentuan

peraturan mengenai PKB. Sedangkan indikator yang akan digunakan

dalam penelitian ini yaitu pengukuran kinerja yang menurut Levine et.al.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Rosi Damayanti yaitu

Pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor di Dinas Perhubungan

Komunikasi dan Informatika Kabupaten Karanganyar secara garis besar di

tinjau dari segi teknis telah mampu membentuk perlindungan terhadap

keselamatan penumpang yakni melalui upaya pemeriksaan yang benar,

prosedur yang benar, alat-alat uji yang layak, penguji yang sudah terlatih

dan informasi hasil pengujian yang meliputi lulus uji atau tidak, batas emisi

gas buang yang diuji.

4. Milsah Fitrah. 2017. Analisis Kinerja Pegawai Dalam Pembuatan Kartu

Keluarga di Kecamatan Larompong Kabupaten Luwu.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Milsah Fitah dengan

penelitian yang akan dilakukan terletak pada fokusnya yaitu kinerja. Akan

tetapi Milsah Fitrah membahas kinerja pegawai sedangkan penelitian yang

akan dilakukan membahas mengenai kinerja organisasi. Terdapat banyak

perbedaan dalam penelitian yang dilakukan oleh Milsah Fitrah dan yang

akan dilakukan yaitu locus, objek, indikator yang digunakan serta

metode penelitian. Milsah Fitarh dalam mengukur kinerja pegawai

42
berdasarkan indikator kinerja menurut T.R Mitchell yaitu kualitas kerja,

ketetapan waktu, inisiatif, kemampuan, serta komunikasi dan metode

penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif. Adapun metode penelitian yang

akan digunakan dalam penelitian yaitu metode kualitatif.

Adapun hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Milsah Fitrah yaitu

kinerja pegawai di Kecamatan Larompong Kabupaten Luwu sudah optimal.

Dilihat dari dimensi komunikasi adalah yang paling baik dengar skror rata-

rata 3,97%. Walaupun masih ada beberapa pegawai yang kinerjanya

masih kurang dilihat beberapa pegawai yang kinerjanya masih kurang

dilihat dari dimensi inisiatif yang dengan skor rata-rata 3,81%.

5. Ricky Wekoila .2012. Kinerja Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten

Konawe.

Persamaan dalam kedua penelitian ini yaitu terdapat pada fokus

yaitu kinerja organisasi. Sedangkan perbedaannya yaitu Ricky Wekoila

dalam mengukur kinerja Dinas Pekerjaan Umum menggunakan indikator

Balanced Scorecard yaitu perspektif pertumbuhan dam pembelajaran,

perspektif proses internal. Perspektif costumer, dan perspektif finansial,

sedangkan indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu indikator

pengukuran kinerja menurut Levine yaitu produktivitas, responsivitas,

responsibilitas, kualitas layanan dan akuntabilitas. Serta lokus Ricky

Wekoila di Dinas Pekerjaan Umum di Kabupaten Konowe dan lokus dalam

penelitian ini yaitu di Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang

Hasil dalam penelitian yang dilakukan oleh Ricky Wekoila yaitu

kinerja Dinas Pekerjaaan Umum Kabupaten Konowe dengan

menngunakan pendekatan Blanced Scorecard berada pada kategori

“sedang” dengan rata-rata presentasi 59,9%.

43
II. 6 Kerangka Pikir

Kinerja merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan

organisasi yang telah ditetapkan. Terlalu sering para pegawai tidak

mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot sehingga organisasi

dalam suatu instansi pemerintahan menghadapi krisis.

Untuk mengetahui kinerja di suatu organisasi maka dilakukan

pengukuran kinerja. Pengukuran Kinerja juga merupakan hasil dari suatu

penilaian yang didasarkan pada indikator kinerja. Pengukuran kinerja

digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan

pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah

ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi. Tujuan mendasar di balik

dilakukannya pengukuran adalah untuk meningkatkan kinerja secara umum.

Sedarmayanti (2010:198) mengatakan bahwa indikator kinerja

merupakan sesuatu yang dapat dihitung dan diukur serta digunakan sebagai

dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja, baik dalam tahap

perencanaan, pelaksanaan, maupun setelah kegiatan selesai. Indikator

kinerja digunakan untuk meyakinkan organisasi/unit kerja yang bersangkutan

menunjukkan peningkatan kemampuan dalam rangka menuju tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan.

Dari berbagai kriteria atau standar penilaian kerja yang telah

dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan kriteria

yang relevan dengan kinerja Dinas Perhubungan dalam Pelayanan

Pengujian Kendaraan Bermotor di Kabupaten Pinrang. Indikator tersebut

berdasarkan yang dikemukakan oleh Levine et.al dalam Nasucha

(2004:25) mengemukakan 5 indikator untuk mengekur kinerja sektor

publik, yaitu:

44
1. Produktivitas, yaitu ukuran seberapa besar pelayanan publik itu

menghasilkan yang diharapkan, dari segi efisien dan efektivitas.

2. Kualitas pelayanan, merupaka ukuran citra yang diakui masyarakat

mengenai pelayanan yang di berikan yaitu masyarakat merasa puas atau

tidak puas.

3. Responsivitas, merupakan ukuran kemampuan organisasi untuk

mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas

pelayanan, serta mengembangkan program-program pelayanan publik

sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyrakat.

4. Responsibilitas, yaitu ukuran apakah pelaksanaan kegiatan sesuai dengan

prinsip-prinsip administrasi yang benar.

5. Akuntabilitas, ukuran seberpa besar kebijakan dan kegiatan organisasi

publik dapat di pertanggungjawabkan kepada rakyat atau konsisten

dengan kehendak publik.

Melalui pengukuran kinerja dengan menggunakan indikatorindikator

tersebut dapat kita ketahui apakah kinerja pelayanan di Dinas Perhubungan

Kabupaten Pinrang sudah optimal atau belum. Dengan adanya kinerja yang

optimal diharapkan masyarakat akan puas terhadap pelayanan pengujian

kendaraan bermotor jenis angkutan barang di Dinas Perhubungan Kabupaten

Pinrang.

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pikir dalam penelitian ini

sebagai berikut:

45
Gambar 1. Kerangka Pikir

Indikator Pengukuran Kinerja :

1. Produktivitas

a. Efisiensi

b. Efektivitas

2. Kualitas layanan

a. Informasi ke Publik

b. Kualitas Sumber Daya Manusia

3. Responsivitas

a. Daya Tanggap

4. Responsibilitas
Kinerja
a. Tingkat Kesesuaian
Pelayanan
b. Tindakan

5. Akuntabilitas

a. Proses Pertanggungjawaban

Kepuasan Pengguna Jasa Pengujian Kendaraan Bermotor di Dinas


Perhubungan Kabupaten Pinrang

Indikator Pengukuran Kinerja menurut Levine et al dalam

Nasucha (2004:25)

BAB III METODE PENELITIAN

III.1 Pendekatan Penilitian

Pada dasarnya sebuah penelitian sosial merupakan penelitian

yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang

berbagai apsek sosial sehingga dapat memahami berbagai hal

46
berkaitan dengan dinamika kehidupan sosial masyarakat. Dalam sebuah

kegiatan penelitian, pendekatan sangat diperlukan untuk memudahkan

peneliti memahami dan bahkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode kualitatif. Pendekatan ini mengkaji secara

langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan informan.

Penulis memilih menggunkan pendekatan kualitatif agar dapat

mengetahui dan mendeskripsikan kenyataan dari fenomena yang diteliti

sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam

rangka mengetahui kinerja Dinas Perhubungan dalam pelayanan Pengujian

Kendaraan Bermotor di Kabupaten Pinrang.

Memilih penelitian dengan metode kualitatif, menggunakan

beberapa bentuk pengumpulan data seperti rwawancara terbuka, observasi,

serta analisis dokumen dan lainnya. Data tersebut dianalisis dengan tetap

mempertahankan keaslian teks yang memaknainya. Hal ini dilakukan karena

tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena dari sudut

pandang partisipan, konteks sosial dan institusional.

III.2 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian Kinerja Dinas Perhubungan dalam Pelayanan

Pengujian Kendaraan Bermotor Jenis Angkutan Barang di Kabupaten

Pinrang, peneliti mengambil lokasi di Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang

dengan alasan :

1. Dinas Perhubungan merupakan tempat dimana berlangsungnya

pelayanan pengujian kendaraan bermotor yang tentunya sangat

dibutuhkan oleh masyarakat.

2. Tersedianya data yang mendukung penelitian yang akan dilakukan

47
III.3 Unit Analisis

Unit analisis suatu penelitian dapat berupa individu, kelompok,

organisasi, benda, dan waktu tertentu sesuai dengan

fokus permasalahannya, unit analisis yang berupa lembaga atau

organisasi dapat berupa organisasi dalam skala kecil / terbatas.

Adapan unit analisis dalam penelitian ini adalah organisasi yaitu

Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang. Penetapan unit analisis ini untuk

mengetahui kinerja Dinas Perhubungan terhadap proses penyelenggaraan

pelayanan pengujian kendaraan bermotor jenis angkutan barang di

Kabupaten Pinrang.

III.4 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah tipe

penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui atau

menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti atau penelitian yang

dilakukan sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang

objektif dalam rangka mengetahui dan memahami Kinerja Dinas

Perhubungan dalam Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor Jenis

Angkutan Barang di Kabupaten Pinrang.

III.5 Informan

Informan adalah orang yang berada pada latar penelitian, artinya

orang yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar

penelitian. Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling, dimana informan dipilih dengan sengaja atau menunjuk

langsung kepada orang yang diinginkan pada penelitian. Dengan

pertimbangan informan yang dipilih dianggap paling mengtahui tentang

48
persoalan yang dikaji dalam penelitian atau biasa disebut dengan key

informant.

Adapun Informan yang dipilih dalam penelitian ini, yaitu :

1. Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang.

2. Sekretaris Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang.

3. Kepala Seksi Angkutan Darat Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang.

4. Petugas/Staf penguji kendaraan.

5. Masyarakat yang pernah mendapatkan pelayanan pengujian kendaraan

bermotor.

6. Pihak-pihak lain yang dinilai relevan dan dibutuhkan atau ditemukan saat

penelitian dilakukan.

III.6 Jenis Data

Ada dua jenis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Data Sekunder. Sumber data awal dalam penelitian ini adalah data

sekunder yang peniliti dapatkan melalui dokumen-dokumen,

peraturanperaturan, serta laporan yang berhubungan langsung dengan

kinerja Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang dalam pelayanan

Pengujian

Kendaraan Bermotor. Data sekunder tersebut penulis dapatkan di kantor

Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang dan situs resmi Dinas

Perhubungan yaitu http://dishubpinrang.online/.

Data sekunder tersebut merupakan data-data yang menyangkut

prosedur pengujian kendaraan, jumlah kendaran yang di uji, target

pengujian, standar pelayanan pengujian, kendaraan yang termasuk

jenis angkutan barang, peraturan mengenai pelayanan pengujian

49
kendaraan, dan laporan kinerja Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang

atau datadata yang menunjang penelitian ini. Data tersebut kemudian

dikumpulkan dan dipelajari untuk menjadi acuan dalam pengumpulan data

berikutnya.

2. Data Primer. Data primer penulis dapatkan diperoleh secara langsung dari

lokasi penelitian yaitu di Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang dan di

tempat-tempat yang relevan dengan penelitan ini. Data tersebut peneliti

dapatkan melalui wawancara dengan informan yang berkaitan dengan

masalah penelitian, dan juga melalui observasi atau pengamatan langsung

terhadap objek penelitian.

III.7 Teknik Pengumpulan Data

Peneliti memilih Jenis penelitian kualitatif maka data yang diperoleh

haruslah mendalam, jelas dan spesifik. Pengumpulan data dapat diperoleh

dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Interview (Wawancara)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data primer

yaitu penulis melakukan wawancara dengan beberapa informan seperti

pegawai Dinas Perhubungan, masyarakat atau pengguna jasa pelayanan

Pengujian Kendaraan Bermotor di Kabupaten Pinrang, serta pihak-pihak

yang relevan dengan penelitian. Wawancara tersebut dilakukan guna

mempertanyakan mengenai pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor

jenis angkutan barang. Dari wawancara tersebut, penulis dapat

mengetahui dan mendeskrpsikan kinerja Dinas Perhubungan dalam

pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor di Kabupaten Pinrang.

Wawancara yang peneliti lakukan secara tersetruktur maupun tidak

terstruktur sesuai dengan fokus penelitian ini.

50
2. Observasi

Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati lokasi

di tempat berlangsungnya pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor

yaitu di Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang. Adapun hasil observasi

ini sangat membantu dalam proses penelitian ini karena penulis dapat

mengetahui mengenai proses pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor.

Hal tersebut menambah gambaran penulis mengenai kinerja Dinas

Perhubungan dalam pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor.

Peneliti juga melakukan observasi di terminal Paleteang

Kabupaten Pinrang, dimana terminal tersebut terdapat beberapa

kendaraan bermotor jenis angkutan barang. Peneliti melakukan observasi

pada kendaraan tersebut dengan melihat tanda samping dari kendaraan,

apakah kendaraan tersebut sudah melakukan pengujian atau kendaraan

telah melampaui batas pengujian berkala.

3. Dokumentasi

Teknik Dokumentasi yang peneliti lakukan dengan cara

mengumpulkan data dan informasi penunjang melalui berbagai dokumen

berupa laporan-laporan, peraturan-peraturan, jurnal-jurnal, dan hasilhasil

penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Dokumen tersebut

membantu penulis guna melengkapi materi-materi tentang kinerja Dinas

Perhubungan dalam Pengujian Kendaraan Bermotor jenis angkutan

barang.

Dokumentasi sangat diperlukan guna menunjang data yang ada

dan dapat pula dijadikan sebagai bahan referensi penelitian. Serta

dokumentasi juga dalam hal ini berupa foto atau gambar yang di

peroleh dari Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang.

51
III.8 Teknik Analisis Data

Teknik analis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data deskriptif kualitatif, dimana pemaparan kenyataan yang peneliti

peroleh dari lapangan yang kemudian dianalisis dan dinarasikan sesuai

dengan mekanisme penulisan skripsi.

Adapun komponen dalam analisis data, yaitu:

1. Reduksi data. Pemilihan data yang peneliti lakukan dengan memilih

informasi mana yang dianggap sesuai dan tidak sesuai dari hasil

wawancara dengan informan maupun observasi di lapangan, serta

dokumentasi yang berupa dokumen-dokumen yanng berkaitan dengan

permasalahan penelitian.

2. Penyajian data. Penyajian data yang penulis lakukan dengan membuat

uraian penjelasan atau narasi serta tabel. Penyajian data tersebut

berdasarkan infomasi yang sesuai dengan penelitian.

3. Penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan secara teliti dan

cermat dengan menggunakan verifikasi berupa tinjauan ulang pada

catatan-catatan sehingga data dapat di uji validitasnya. Dimana penelitian

yang valid bersifat masuk akal, kredibel dan terpercaya.

III.9 Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah Kinerja Dinas Perhubungan

dalam Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor Jenis Angkutan Barang di

Kabupaten Pinrang. Pemberian pelayanan melalui kinerja

pengujian kendaraan bermotor.

Untuk mengetahui kinerja pelayanan tersebut, maka peneliti

menggunakan pengukuran kinerja pelayanan menurut Levine et.al

52
(1990) dalam (Nasucha, 2004:25). Adapun indikator pengukuran kinerja,

antara lain:

1. Produktivitas.

Produktivitas, yaitu ukuran seberapa besar pelayanan publik itu

menghasilkan yang diharapkan, dari segi efisien dan efektivitas.

a. Efisiensi merupakan ukuran keberhasilan yang dinilai dari besarnya

sumber daya atau biaya yang di gunakan untuk mencapai hasil dari

pelaksanaan pelayanan pengujian kendaraan bermotor jenis

angkutan barang oleh Dinas Perhubungan

b. Efektivitas dapat dinilai sejauh mana Dinas Perhubungan Kabupaten

Pinrang dapat memanfaatkan sumber-sumber daya untuk

melaksanakan pengujian kendaraan bermotor jenis angkutan barang

di Kabupaten Pinrang.

2. Kualitas layanan.

Kualitas pelayanan, merupakan ukuran citra yang diakui

masyarakat mengenai pelayanan yang di berikan yaitu masyarakat

merasa puas atau tidak puas.

a. Informasi ke Publik. Memberikan informasi kepada masyarakat

mengenai prosedur pengujian kendaraan bermotor baik dalam web

resmi maupun berupa data langsung yang berada di kantor Dinas

Perhubungan Kabupaten Pinrang.

b. Kualitas Sumber Daya Manusia merupakan salah satu ukuran kinerja

Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang sejauah mana pengetahuan

dan kemampuan SDM dalam melakukan pengujian kendaraan

bermotor.

3. Responsivitas.

53
Responsivitas, merupakan ukuran kemampuan organisasi

untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan

prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-

program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi

masyrakat.

a. Daya Tanggap merupakan kemampuan Dinas Perhubungan

memberikan pelayanan yang memuaskan dalam pengujian

kendaraan bermotor di Kabupaten Pinrang.

4. Responsibilitas.

Responsibilitas, yaitu ukuran apakah pelaksanaan kegiatan

sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar.

a. Tingkat Kesesuaian merupakan ukuran yang dinilai sejauh mana

Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang melakukan pelayanan

pengujian kendaraan bermotor sesuai dengan prosedur yang telah di

tetapkan.

b. Tindakan merupakan upaya yang di lakukan


oleh Dinas

Perhubungan, Informatika dan Komunikasi jika terdapat pelanggan

(masyarakat) yang tidak mengikuti prosedur pengujian kendaraan

bermotor.

5. Akuntabilitas.

Akuntabilitas, ukuran seberpa besar kebijakan dan kegiatan

organisasi publik dapat di pertanggungjawabkan kepada rakyat atau

konsisten dengan kehendak publik.

54
Akuntabilitas dalam penelitian ini untuk

mengetahui mekanisme pertanggungjawaban kinerja di Dinas

Perhubungan Kabupaten Pinrang.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV.1 Gambaran Umum Kabupaten Pinrang

IV.1.1 Luas dan Batas Administrasi

Kabupaten Pinrang mempunyai luas wilayah 1.961,77 km

persegi, memiliki daerah administratif 12 kecamatan, dan terdiri 39

Kelurahan dan 69 Desa yang meliputi 81 Lingkungan dan 168

Dusun.

Adapun batas wilayah Kabupaten Pinrang sebagai berikut:

1. Sebelah utara dengan Kabupaten Tana Toraja

2. Sebelah selatan dengan Kota Parepare


3. Sebelah timur Kabupaten Sidenreng Rappang dan Enrekang
4. Sebelah barat dengan Kabupaten Polewali Mandar Propinsi
Sulawesi Barat dan Selat Makassar.

Tabel 1
Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi Menurut Kecamatan
Kabupaten Pinrang Tahun 2015
LUAS KELURAH
No KECAMATAN AREA AN DESA LINGKUNGAN DUSUN
(km2)
1 2 3 4 5 6 7
1 Suppa 74.2 2 8 5 22
2 Mattiro Sompe 96.99 2 7 4 19
3 Lanrisang 73.01 1 6 3 16
4 Mattiro Bulu 132.49 2 7 6 19

55
Watang
5
sawitto 58.97 8 - 17 -
6 Paleteang 37.29 6 - 14 -
7 Tiroang 77.73 5 - 13 -
8 Patampanua 136.85 4 7 13 19
9 Cempa 90.3 1 6 2 15
10 Duampanua 291.86 5 10 10 27
11 Batulappa 158.99 1 4 4 11
12 Lembang 733.09 2 14 5 41
TOTAL 1961.77 39 69 96 181
Sumber : Kabupaten Pinrang Dalam Angka 2016

IV.1.2 Letak dan Kondisi Geografis

Kabupaten Pinrang Kabupaten Pinrang berada ± 183 Km

dari Kota Makassar terletak pada koordinat antara 3º19’13” sampai

4º10’30” Lintang Selatan dan 119º26’30” sampai 119º47’20”Bujur

Timur. Kabupaten Pinrang berada pada perbatasan dengan Provinsi

Sulawesi Barat, serta menjadi jalur lintas darat dari dua jalur utama,

baik antar provinsi dan antar kabupaten di Selawesi Selatan, yakni

dari arah selatan: Makassar, Parepare ke wilayah Provinsi Sulawesi

Barat, dan dari arah Timur: kabupaten-kabupaten di bagian timur dan

tengah Sulawesi Selatan menuju Propinsi Sulawesi Barat.

IV.1.3 Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Pinrang 366.789 jiwa pada

Tahun 2016 (Data BPS 2015), terdiri dari laki-laki sebanyak 177.910

jiwa (48,47 %) dan perempuan sebanyak 188.879 jiwa (51,53 %).

Jumlah ini meningkat 1,00 % dibandingkan Tahun2014, di mana

pada Tahun 2014 jumlah penduduk Kabupaten Pinrang mencapai lk

364.087 jiwa, terdiri atas : laki-laki 176.484 jiwa (48,48 %) dan

perempuan 187.603 jiwa (51,52 %).Jika dilihat dari komposisi

56
penduduk berdasarkan kelompok umur pada Tahun 2015, jumlah

penduduk kelompok umur produktif (15-64 Tahun) mencapai 66,82

%,jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 Tahun) mencapai

30,81 % dan jumlah penduduk kelompok umur tua (65 Tahun ke

atas) mencapai 6,37 %.Jumlah penduduk kelompok umur produktif

(15-64 Tahun) mengalami peningkatan sebesar 1,86%, demikian

pula dengan jumlah penduduk kelompok umur tua (65 Tahun ke

atas) mengalami kenaikan 1,02, sedangkan jumlah penduduk

kelompok umur muda (0-14 Tahun) menurun 2.88 %.

Tabel 2 Jumlah Penduduk Kabupaten Pinrang


Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2014-2015
2014 2015
N Kelompok Jenis Kelamin Jenis Kelamin
o Umur(thn) Lakilaki LakiLaki
Jumlah Jumlah
Perempuan Perempuan
Muda (0-
1 15,52 14,92 30,44 15,35 14,76 30,11
14)
Produktif
2 30,26 32,83 63,09 30,40 32,92 63,32
(15-64)
3 Tua (65+) 2,70 3,77 6,47 2,75 3,82 6,57

Jumlah 48,48 51,52 100 48,50 51.50 100

Dependency Ratio (%) 94 94


Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 184 184

Sumber : BPS Kabupaten Pinrang Tahun 2012 – 2013

57
Tabel 3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per
Kecamatan di Kabupaten Pinrang Pada Tahun 2015
Jumlah Penduduk Luas Kepadatan
NO Kecamatan Wilayah Penduduk
Laki-laki Perempuan Jumlah (Ha) (Jiwa/Ha)
1 2 3 4 5 6 7
1 Suppa 15.335 16.352 31.214 74,20 427
2 Mattiro Sompe 13.570 14.556 27.709 96,99 290
3 Lanrisang 8.288 9.230 17.258 73,01 240
4 Mattiro Bulu 13.394 14.445 27.422 132,49 210
Watang
5 26.985 28.159 54.307 58,97 935
Sawitto
6 Paleteang 19.524 20.275 39.194 37,29 1.067
7 Tiroang 10.738 11.205 21.614 77,73 282
8 Patampanua 15.823 16.822 32.158 136,85 239
9 Cempa 8.634 9.199 17.567 90,30 197
10 Duampanua 21.714 23.382 44.422 291,86 155
12 Batulappa 4.835 5.118 9.805 158,99 63
13 Lembang 19.070 20.136 38.623 733,09 53
Jumlah 177.910 188.879 366.789 1.961,77 187

Sumber : BPS Kabupaten Pinrang Tahun 2014


IV.1.4 Topografi

Kondisi topografi Kabupaten Pinrang memiliki rentang yang

cukup lebar, mulai dari dataran dengan ketinggian 0 m di atas

permukaan laut hingga dataran yang memiliki ketinggian di atas

1000 m di atas permukaan laut (dpl).Dataran yang terletak pada

ketinggian 1000 m di atas permukaan laut sebagian besar terletak di

bagian tengah hingga utara Kabupaten Pinrang terutama pada

daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Toraja. Klasifikasi

ketinggian/ topografi di Kabupaten Pinrang dapat dikelompokkan

sebagai berikut:

a. Ketinggian 0 – 100 m dpl


Wilayah yang termasuk ke dalam daerah ketinggian ini sebagian

besar terletak di wilayah pesisir yang meliputi beberapa wilayah

58
Kecamatan yakni Kecamatan Mattiro Sompe, Lanrisang,

Watang Sawtito, Tiroang, Patampanua dan

Kecamatan Cempa

b. Ketinggian 100 – 400 m dpl

Wilayah yang termasuk ke dalam daerah dengan ketinggian ini

meliputi beberapa wilayah Kecamatan yakni Kecamatan Suppa,

Mattiro Bulu, dan Kecamatan Paleteang.

c. Ketinggian 400 – 1000 m dpl

Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian ini

sebagian kecil wilayah meliputi Kecamatan Duampanua.

d. Ketinggian di atas 1000 m dpl

Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian ini terdiri

dari sebagian Kecamatan Lembang dan Batulappa.

IV.1.5 Klomatologi

Klasifikasi iklim menurut Smith-Ferguson, tipe iklim Wilayah

Kabupaten Pinrang termasuk tipe A dan B dengan curah hujan

terjadi pada bulan Desember hingga Juni dengan curah hujan

tertinggi terjadi pada bulan Maret. Musim kemarau terjadi pada bulan

Juni sampai September. Kriteria tipe iklim menurut

OldemanSyarifuddin bulan basah di Kabupaten Pinrang tercatat 7 -

9 bulan, bulan lembab 1 - 2 bulan dan bulan kering 2 - 4 bulan.

Tipe iklim menurut klasifikasi Oldeman - Syarifuddin adalah iklim B

dan C. Curah hujan tahunan berkisar antara 1073 mm sampai 2910

mm, Evaporasi rata-rata tahunan di Kabupaten Pinrang berkisar

antara 5,5 mm/hari sampai 8,7 mm/hari. Suhu rata-rata normal

antara 27°C dengan kelembaban udara 82% - 85%.

59
IV.1.6 Hidrologi

Di Kabupaten Pinrang, terdapat dua sungai besar yaitu

sungai Mamasa dan Sungai Saddang, dimana sungai Mamasa

sebenarnya masih merupakan anak sungai Saddang. Saat ini sungai

Mamasa dimanfaatkan untuk keperluan Pembangkit Listrik Tenaga

Air (PLTA) Bakaru yang berlokasi di Desa Ulu Saddang, Kecamatan

Lembang. PLTA yang ada ini selain untuk memenuhi kebutuhan

listrik di Kabupaten Pinrang, juga untuk memenuhi kebutuhan listrik

di Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan Sungai Saddang

dimanfaatkan untuk pengairan pertanian dengan cakupan pelayanan

selain Kabupaten Pinrang juga melayani Kabupaten Sidrap.

IV.2 Gambaran Umum Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang

Dinas Perhubungan dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Pinrang Nomor 6 Tahun 2016. Sebelumnya adalah Dinas

Perhubungan merupakan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika

dan dilakukan peleburan tahun 2016. Adapun tugas pokok Dinas

Perhubungan adalah melaksanakan sebagian kewenangan atau urusan

Pemerintah Daerah berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan

dibidang Perhubungan.

IV.2.1 Visi & Misi Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang Visi:

Mewujudkan pelayanan prima yang berorientasi kepada kepuasan

publik secara profesional dan berkesninambungan Misi:

Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat secara

santun, cepat dan transparan.

60
IV.2.2 Sumber Daya Manusia

Berikut tabel di bawah ini menunjukkan data tentang Sumber

Daya Manusia Aparatur sesuai status kepegawain, jenjang

pendidikan PNS, sesuai golongan ruang serta berdasarkan jenjang

eselon Lingkup Dinas Perhubungan sebagai berikut :

Tabel 4 Jenjang Pendidikan PNS Lingkup Dinas Perhubungan


No JENJANG PENDDIKAN PNS
1 SD 1
2 SLTP 1
3 SLTA 32
4 DIPLOMA 3 3
5 STRATA 1 28
6 STRATA 2 5
7 STRATA 3 0
JUMLAH 70
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pegawai Dinas

Perhubungan lebih dominan lulusan SLTA dengan jumlah 32.

Beberapa masalah terjadi dengan direktrutnya pegawai lulusan

SLTA di Dinas Perhubungan yaitu rendahnya keahlian khusus atau

soft skill. Akan tetapi Dinas Perhubungan terus berupaya untuk

meningkatkan kinerja di setiap unit dengan memberikan pelatihan

dan melalukan evaluasi kinerja setiap tahunnya. Khusunya di

Pengujian Kendaraan Bermotor, pegawai yang memegang tanggung

jawab tersebut diberikan pelatihan di Luar Sulawesi agar dapat

mengoperasikan alat-lat pengujian.

Tabel 5
Data PNS berdasarkan Golongan Ruang Lingkup Dinas Perhubungan
NO GOLONGAN RUANG JUMLAH
1 Pembina Utama Muda, IV/c 0

2 Pembina Tk.I, IV/b 2

61
3 Pembina, IV/a 2

4 Penata Tk.I, III/d 12

5 Penata, III/c 2

6 Penata Muda Tk.I, III/b 4

7 Penata Muda, III/a 26

8 Pengatur Tk.I, II/d 1

9 Pengatur, II/c 13

10 Pengatur Muda Tk.I, II/b 5

11 Pengatur Muda, II/a 1

12 Juru Tk.I, I/d 0

13 Juru, I/c 2

14 Juru Muda Tk.I, I/b 0

15 Juru Muda, I/a 0

TOTAL 70 orang
Adapun tabel diatas merupakan golongan atau pangkat pegawai di

Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang. Pangkat adalah kedudukan yang

menunjukkan tingkatan seseorang Aparatur Sipil Negara berdasarkan

jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan sebagai

dasar penggajian. Adapun golongan yang lebih dominan di Dinas

Perhubungan yaitu Penata Muda, III/a. Setiap pegawai yang dilantik atau

diputuskan sebagai Aparatur Sipil Negara baik di pemerintah pusat maupun

daerah akan diberikan golongan dan pangkat sesuai dengan tingkat pendidikan

yang diakui. Kenaikkan pangkat bagi ASN yang melaksanakan tugas akan dilihat

dari sekurang-kurangnya telah 1 tahun dalam pangkat terakhir dan setiap unsur

penilaian prestasi kerja sekurangkurangnya bernilai baik dalam 1

tahun terakhir.

62
Walaupun golongan dan pangkat pegawai berbeda-beda, pegawai

Dinas Perhubungan sebagai Aparatur Sipil Negara seyogianya dapat

menjadi panutan bagi masyarakat. Dinas Perhubungan harus mampu

menunjukkan kinerja yang optimal dalam melaksanakan tugas sehari-hari,

terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena

itu setiap pegawai di Sinas Perhubungan selalu pelajari dan pahami tugas

pokok dan fungsinya serta uraian tugas masing-masing, meningkatkan

disiplin kerja dan menjadikan peraturan perundang-undangan sebagai

pedoman dalam bekerja.

Tabel 6 Data PNS berdasarkan Jenis Kelamin


No. JENIS KELAMIN JUMLAH

1 LAKI-LAKI 60

2 PEREMPUAN 10

JUMLAH 70 orang

IV.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi

1) Kepala Dinas

Untuk melaksanakan tugas, kepala Dinas

menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan urusan pemerintahan

bidang perhubungan.

b. Pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan

bidang perhubungan.

c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan urusan

pemerintahan bidang perhubungan.

d. Pelaksanaan administrasi dinas,

63
e. Penyelenggaraan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan

sesuai dengan tugas dan fungsinya,

2) Sekretariat

Untuk melaksanakan fungsi, sekretaris

menyelenggarakan fungsi:

a. Pengoordinasian pelaksanaan tugas dan lingkup Dinas.

b. Pengoordinasian penyusunan program dan pelaporan dalam

lingkup dinas.

c. Pengoordinasian urusan umum, kepegawaian dan hukum

dalam lingkup dinas.

d. Pengoordinasian pengelolaan administrasi keuangan dalam

lingkup dinas,

e. Penyelenggaraan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3) Sub Bagian Program dan Keuangan

Untuk melaksanakan tugas, Kepala Sub Bagian

Program dan Keuangan menyelenggarakan fungsi:

a. Pengoordinasian pelaksanaan tugas dalam lingkup Sub

Bagian Program dan Keuangan.

b. Pengoordinasian penyusunan program dan pelaporan Sub

Bagian Program dan Keuangan.

c. Pengoordinasian pengelolaan administrasi Sub Bagian

Program dan Keuangan.

d. Penyelenggaraan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

64
4) Sub Bagian Umum, Kepegawaian dan Hukum

Untuk melaksanakan tugas, Sub Bagian Umum,

Kepegawaian dan Hukummenyelenggarakan fungsi:

a. Pengoordinasian pelaksanaan tugas dalam lingkungan

Sub Bagian Umum, Kepegawaian dan Hukum.

b. Pengoordinasian penyusunan program dan pelaporan

pada Sub Bagian Umum, Kepegawaian dan Hukum.

c. Pengoordinasian pengelolaan adminsitasi Sub Bagian

Umum, Kepegawaian dan Hukum.

d. Penyelenggaraan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

5) Bidang Lalu Lintas Jalan

Untuk melaksanakan tugas, Kepala Bidang Lalu Lintas

Jalan menyelenggarakan fungsi:

a. Penysunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan tugas

program dan kegiatan di Bidang Lalu Lintas Jalan.

b. Pembinaan, pengoordinasian, pengendalian dan

pengawasan program dan kegiatan di Bidang Lalu Lintas

Jalan.

c. Penyelenggaraan, monitoring, evaluasi dan pelaporan

tugas program dan kegiatan di Bidang lalu Lintas Jlan.

d. Penyelenggaraan fungsi lai yang diberikan oleh pimpinan

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

6) Seksi Lalu Lintas

65
Untuk melaksanakan tugas, Kepala Seksi Lalu Lintas

menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan tugas

program dan Kegiatan Seksi Lalu Lintas.

b. Pembinaan, pengoordinasian, pengendalian dan

pengawasan program dan kegiatan Seksi Lalu Lintas.

c. Penyelennggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan

tugas program dan kegiatan Seksi Lalu Lintas.

d. Penyelenggaraan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

7) Seksi Prasarana dan Sarana Lalu Lintas

Untuk melaksanakan tugas, Kepala Seksi Prasarana

dan Sarana Lalu Lintas menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan tugas

program dan kegiatan Seksi Prasarana dan Sarana Lalu

Lintas.

b. Pembinaan, pengoordinasian, pengendalian, dan

pengawasan program dan Seksi Prasarana dan Sarana

Lalu Lintas.

c. Penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan monitoring,

evaluasi, dan pelaporan tugas program dan kegiatan Seksi

Prasarana dan Sarana Lalu Lintas.

d. Penyelenggaraan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

8) Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas

66
Untuk melaksanakan tugas, Kepala Seksi Manajemen

dan Rekayasa Lalu Lintas melaksanakan fungsi:

a. Penysunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan tugas

program dan kegiatan Seksi Manajemen dan Rekayasa

Lalu Lintas.

b. Pembinaan, pengoordinasian, pengendalian dan

pengawasan program dan kegiatan Seksi Manajemen dan

Rakayasa Lalu Lintas.

c. Penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan

tugas program dan kegiatan Seksi Manajemen dan

Rekayasa Lalu Lintas .

d. Penyelenggaraan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

9) Bidang Transportasi Darat

Untuk melakasanakan tugas, Kepala Bidang

Transportasi Darat menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan tugas

program dan kegiatan di Bidang Transportasi Darat.

b. Pembinaan, pengoordinasian, pengendalian dan

pengawasan program dan kegiatan di Bidang

Transportasi Darat.

c. Penyelenggaran, monitoring, evaluasi dan pelaporan tugas

program dan kegiatan di Bidang Transportasi Darat.

d. Penyelenggaraan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

67
10) Seksi Keselamatan Transportasi Darat

Untuk melaksanakan tugas, Kepala Seksi

Keselamatan Transportasi Darat menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan tugas

program dan kegiatan Seksi Keselamatan Transportasi

Darat.

b. Pembinaan, pengoordinasian, pengendalian, dan

pengawasan program dan kegiatan Seksi Keselamatan

Transportasi Darat.

c. Penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan

tugas program dan kegiatan Seksi Keselamatan

Transportasi Darat.
d. Penyelenggaraan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan

seuai dengan tugas dan fungsinya.

11) Seksi Transportasi Darat

Untuk melaksanakan tugas, Kepala Seksi Transportasi

Darat menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan tugas

program dan kegiatan Seksi Transportasi Darat.

b. Pembinaan, pengoordinasian, pengendalian, dan

pengawasan program dan kegiatan Seksi Transportasi

Darat.

c. Penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan

tugas program dan kegiatan Seksi Transportasi Darat.

d. Penyelenggaraan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

68
12) Seksi Pemetaan Tanah Lahan Parkir

Untuk melaksanakan tugas, Kepala Seksi Pemetaan

Tanah Lahan Parkir menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan tugas

program dan kegiatan Seksi Pemetaan Tanah Lahan

Parkir.

b. Pembinaan, pengoordinasian, pengendalian, dan

pengawasan program dan kegiatan Seksi Pemetaan

Tanah Lahan Parkir.

c. Penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan

program dan kegiatan Seksi Pemetaan Tanah Lahan

Parkir.

d. Penyelenggaraan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

13) Bidang Pelayaran dan Angkutan Sungai, Danau dan

Penyebrangan

Untuk melaksanakan tugas, Kepala Bidang Pelayaran

dan Angkutan Sungai, Danau dan

Penyebrangan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan tugas

program dan kegiatan di Bidang Pelayaran dan Angkutan

Sungai, Danau dan Penyebrangan.

b. Pembinaan, pengoordinasian, pengendalian dan

pengawasan program dan kegiatan di Bidang Pelayaran

dan Angkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan.

69
c.Penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan

program dan kegiaratan di Bidang Pelayaran dan

Angkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan.

d. Penyelenggaraan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

14) Seksi Angkutan Laut dan Angkutan Sungai, Danau dan

Penyebrangan
Untuk melaksanakan fungsi, Kepala Seksi Angkutan

Laut dan Angkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan

menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan

tugas program dan kegiatan Seksi Angkutan Laut dan

Angkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan.

b. Pembinaan, pengoordinasian, pengendalian, dan

pengawasan program dan kegiatan Seksi Angkutan Laut

dan Angkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan.

c. Penyelenggaraan, monitoring evaluasi dan pelaporan

tugas program dan kegiatan Seksi Angkutan Laut dan

Angkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan.

d. Penyelenggaraan fungsi lain yang diberikan oleh

pimpinan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

15) Seksi Kepelabuhan

Untuk melaksanakan tugas, Kepala Seksi

Kepelabuhan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan

tugas program dan kegiatan Seksi Kepelabuhan.

70
b. Pembinaan, pengoordinasian, pengendalian, dan

pengawasan program dan kegiatan Seksi

Kepelabuhan.

c. Penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan

tugas program dan kegiatan Seksi Kepelabuhan.

d. Penyelenggaraan fungsi lain yang diberikan oleh

pimpinan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

16) Seksi Keselamatan Pelayaran

Untuk melaksanakan tugas, Kepala Seksi

Keselamatan Pelayaran menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan penyelenggaraan tugas

program dan kegiatan Seksi Keselamatan Pelayaran.

b. Pembinaan, pengoordinasian, pengendalian dan

pengawasan program dan kegiatan Seksi Keselamatan

Pelayaran.

c.Penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan tugas

dan program dan kegiatan Seksi Keselamatan Pelayaran.

d. Penyelenggaran fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan

sesuai dengan tugas dan fungsinya

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kinerja merupakan hasil kerja yang dilakukan seseorang atau

sekelompok orang selama bekerja menjalankan tugas sesuai dengan jabatannya

yang dinilai untuk jadikan sebagai landasan terwujudnya tujuan yang telah di

tetapkan.

71
Kinerja pelayanan publik merupakan suatu hal yang penting dalam

melihat keberhasilan, pelayanan publik. Seberapa jauh pelayanan yang diberikan

oleh birokrasi dalam kinerja pelayanan publik, untuk memuaskan para pengguna

jasa.

V.1 Pengujian Kendaraaan Bermotor Jenis Angkutan Barang

Pengujian kendaraan bermotor adalah serangkaian menguji dana

tau memeriksa bagian-bagian kenderaan bermotor, kereta gandingan, kereta

tempelan, dan kendaraan khusus dalam rangka pemenuhan terhadap

persyaratan teknis dan laik jalan yang di lakukan secara berkala.

Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan pada

Pasal 49 ayat 1, bahwa kenderaan bermotor, kereta gandingan, dan kereta

tempelan yang diimpor, dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri yang akan

dioperasikan di Jalan wajib dilakukan pengujian.

Pelayanan pengujian kendaraan bermotor merupakan pemeriksaan

pada kondisi kendaraan yang dilakukan oleh penguji apakah kendaraan

tersebut memenuhi persyaratan laik jalan atau tidak, termasuk kelengkapan

surat-surat kendaraan bermotor yang merupakan kewenangan dari Dinas

Perhubungan. Dari pemeriksaan kondisi fisik kendaraan tersebut, maka

sangat dibutuhkan pelayanan dalam kelancaran pengujian kendaraan

bermotor itu sendiri.

Kendaraan bermotor jenis angkutan barang adalah yaitu setiap

kendaraan bermotor selain sepeda motor, mobil penumpang dan mobil

bus yang digunakan sebagai sarana pengangkutan barang.

72
Kelayakan kendaraan angkutan barang adalah salah satu ketentuan

utama yang wajib diperhatikan oleh pengguna kendaraan jenis pengangkutan

barang. Hal ini dikarenakan dalam proses pengangkutan barang dijalan raya

kendaraan jenis angkutan barang adalah transportasi utama dalam

pelaksanaan pengangkutan barang.

Tabel 7
Standar Pengujian Kendaraan Bermotor di Dinas Perhubungan
Kabupaten Pinrang
No. Komponen Keterangan

1. Jenis Pelayanan Pelayanan Pengujian


Kendaraan Bermotor

2. Dasar Hukum Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang


Nomor 17 Tahun 2011

3. Persyaratan 1. Formulir permohonan uji


2. Foto copy STNK
3. Foto copy identitas
4. Prosedur 1. Pemilik kendaraan mendaftar di
loket pendaftaran
2. Pengujian kendaraan oleh
petugas penguji
3. Penentuan lulus uji oleh petugas
penguji
4. Jika tidak lulus uji, kendaraan
dikembalikan kepada pemilik untuk
dilakukan perbaikan
5. Jika kendaraan dinyatakan lulus
uji, maka pemilik melakukan
pembayaran retribusi dan akan
diberikan tanda lulus uji berupa;
buku uji, plat uji dan tanda
samping.
5. Waktu Pelayanan 30 Menit

73
6. Biaya/Tarif a. Kendaraan Umum;
1) Mobil Bus, Mobil Barang dan
Kendaraan Khusus
Rp. 30.000,-/kendaraan
2) Mobil Penumpang Umum,
Kereta Tempelan atau
Gandengan Rp. 25.000,-
/kendaraan
b. Kendaraan Milik Negara/Daerah
Rp. 30.000,-/kendaraan
c. Kendaraan Perusahaan
Negara/Daerah Rp. 30.000,-
/kendaraan
d. Penggantian Buku Uji
Rp.
10.000,-/kendaraan
e. Biaya tambahan atas
keterlambatan pendaftaran
perpanjangan masa berlaku
tanda uji Rp. 10.000,-/kendaraan
f. Biaya tambahan atas
keterlambatan pengujian
kendaraan yang telah habis masa
berlakunya tanpa alasan yang sah
Rp. 15.000,-/bulan.
7. Produk DokumenKelayakan Kendaraan
Bermotor (Buku KIR)

8. Pengelolaan Pengaduan Pemilik kendaraan langsung menemui


Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi Dinas Perhubungan, atau
menghubungi nomor
telepon/Fax: (0421)921180

Sumber: Bidang Transportasi Darat Dinas Perhubungan Kab. Pinrang, 2017

V.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Untuk mengetahui kinerja Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang

dalam pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) jenis angkutan

barang, maka dilihat dari fokus penelitian berdasarkan teori Levine et.al

dalam (Nasucha, 2004:25). Adapun indikator pengkurun kinerja antara

lain:

74
1. Produktivitas

Produktivitas yaitu ukuran seberapa besar pelayanan publik itu

menghasilkan yang diharapkan, dari segi efisien dan efektivitas. Hal

tersebut menjadi salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi

proses kemajuan dan kemunduran suatu organisasi, artinya meningkatkan

produktivitas berarti meningkatkan kesejahteraan dan mutu.

Salah satu ukuran keberhasilan kinerja individu, organisasi atau

perusahaan terletak pada produktivitasnya. Apabila produktivitasnya tinggi

atau bertambah, maka suatu organisasi atau perusahaan tersebut bisa

dikatakan berhasil. Apabila lebih rendah dari standar atau menurun, bisa

dinyatakan tidak atau kurang berhasil (Wibowo, 2007: 109).

Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu pengukuran produktivitas di

instansi atau organisasi yang bertujuan untuk mengetahui tolak ukur

produktivitas yang telah dicapai dan merupakan dasar dari perencanaan

bagi peningkatan produktivitas di masa datang. Produktivitas yang ada di

Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang dapat dilihat dari efektif dan

efesiennya dalam memberikan pelayanan Pengujian Kendaran Bermotor.

a. Efisien

Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu

pekerjaan dengan benar. Pelayanan akan efisien apabila birokrasi

pelayanan dapat menyediakan input pelayanan, seperti biaya, waktu

pelayanan, dan sumber-sumber daya yang meringankan masyarakat

pengguna jasa pelayanan.

Untuk mengetahui kinerja Dinas Perhubungan dalam

Pengujian Kendaraaan Bermotor jenis Angkutan Barang dari segi

efisiensi maka dapat dilihat pada waktu pelayanan pengujian dan

75
besaran biaya yang di keluarkan terhadap kegiatan maupun program

yang di laksanakan oleh Dinas Perhubungan.

Dalam segi waktu pelayanan pengujian, menurut wawancara

dari Bapak berinisial H selaku staf penguji kendaraan bermotor di Dinas

Perhubungan Pinrang, mengatakan:

“untuk waktu pelayanan kami biasanya menyelesaiakan


selama 20 menit dari permohonan sampai selesai
dikarenakan alat-alat yang hanya beberapa yang berfungsi
jadi pelayanannya cepat selesai ”(wawancara 04 Januari
2018).

Senada oleh Bapak berinisial F selaku Bendahara PKB di

Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang, mengatakan:

“kalau alat ujinya lengkap kurang lebih 1 jam berlangsung


pengujian, tapi sekarang hanya memakan waktu sekitar 20
menit, tergantung dari kendaraannya karena pegawai di sini
sudah ahli jadi alat yang dipakai itu yang paling penting
saja.”(wawancara 04 Januari 2018).

Dilihat dari hasil wawancara diatas bahwa Dinas Perhubungan

Kabupaten Pinrang dalam melaksanakan pengujian kendaraan

bermotor hanya menggunakan waktu sekitar 20 menit mulai dari

permohonon pengujian sampai dengan pemberian tanda samping. Hal

tersebut terbilang cepat tetapi terget dari pelayanan pengujian belum

maksimal dikarenakan pemeriksaan kendaraan tidak menyeluruh

sesuai dengan alat pengujian yang masih berfungsi.

Sebelumnya, Dinas Perhubungan merupakan Dinas

Perhubungan, Informatika dan Komunikasi dan di lakukan peleburan

pada tahun 2016 dan sekarang menjadi Dinas Perhubungan. Sebelum

melakukan peleburan, Dinas Perhubungan, Informatika dan

Komunikasi telah melaksanakan sejumlah program dan kegiatan.

76
Untuk realisasi anggaran belanja langsung atau belanja pembangunan

dalam rangka pencapaian kinerja pada tahun 2016, dapat dilihat pada:

Tabel 8
Realisasi Anggaran Program dan Kegiatan Tahun 2016
Dinas Perhubungan, Informatika dan Komunikasi
RENCANA KERJA PROGRAM DAN ANGGARAN REALISASI CAPAIAN
NO KEGIATAN (Rp) (Rp) (%)
1 2 3 4 5

I Pengembangan Komunikasi Informasi


dan Media Massa 364.879.000 353.896.000 97%
Pembinaan dan Pengembangan Jaringan
1. Komunikasi dan Informasi 64.790.000 63.455.000 98%
Pembinaan dan Pengembangan Sumber
2. Daya Komunikasi dan Informasi 194.005.000 187.741.000 97%

3. Pengadaan Alat Studio dan Komunikasi 63.300.000 63.200.000 100%


Perencanaan dan Pengembangan
4. Kebijakan Komunikasi dan Informasi 42.784.000 39.500.000 92%

II Pelayanan Administrasi Perkantoran 757.719.000 731.145.367 96%

1. Pelayanan Jasa Surat Menyurat 6.500.000 3.010.540 46%


Penyediaan Jasa Komunikasi Sumber
2. Daya Air dan Listrik 88.344.000 83.571.922 95%
Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan
3. Perizinan Kendaraan Dinas/Operasional 6.000.000 3.266.047 54%

4. Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan 169.949.000 165.549.000 97%

5. Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor 29.805.000 29.095.000 98%

Penyediaan Komponen Instalasi


6. Listrik/Penerangan Bangunan Kantor 6.000.000 5.060.000 84%
Penyediaan Perlengkapan dan Peralatan
7. Kantor 7.193.000 7.093.000 99%

77
Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan
8. Perundang-Undangan 35.820.000 34.950.000 98%
Rapat-Rapat Koordinasi &
9. konsultasi Keluar Daerah 291.000.000 290.991.358 100%
Peningkatan Pelayanan Administrasi
10. Perkantoran 92.058.000 90.148.500 98%
Peningkatan Pengelolaan Barang dan
11. Asset 25.050.000 18.410.000 73%

III Peningkatan Sarana dan Prasarana


Aparatur 961.138.000 908.586.126 95%

1. Pembangunan Gedung Kantor 249.938.000 231.367.700 93%

2. Pengadaan Perlengkapan Gedung Kantor 119.000.000 119.000.000 100%

3. Pengadaan Peralatan Gedung Kantor 113.500.000 109.100.000 96%

4. Pengadaan meubeuler 148.400.000 148.400.000 100%


Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung
5. Kantor 6.000.000 5.928.000 99%
Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan
6. Dinas/Operasional 172.300.000 160.735.426 93%
Pemeliharaan Rutin/Berkala
7. Perlengkapan Gedung Kantor 5.000.000 5.000.000 100%
Pemeliharaan Rutin/Berkala Peralatan
8. Gedung Kantor 24.000.000 10.555.000 44%

9. Rehabilitasi Sedang/Berat Gedung Kantor 123.000.000 118.500.000 96%

IV Peningkatan Disiplin Aparatur 99.700.000 99.700.000 100%


Pengadaan Pakaian khusus hari-hari
1. tertentu 99.700.000 99.700.000 100%

V Peningkatan Kapasitas Sumber Daya


Aparatur 73.500.000 73.406.220 100%

78
Bimbingan Teknis Peraturan
1. PerundangUndangan 73.500.000 73.406.220 100%

Peningkatan Pengembangan Sistem


VI Pelaporan Capaian Kinerja dan
Keuangan 27.799.000 17.799.000 64%
Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan
1. Ikhtisar Realisasi Kinerja SKPD 17.623.000 7.623.000 43%
Penyusunan Pelaporan Keuangan
2. Semesteran 4.840.000 4.840.000 100%
Penyusunan Pelaporan Keuangan Akhir
3. Tahun 5.336.000 5.336.000 100%
1 2 3 4 5

Pembangunan Prasarana dan


VII Fasilitas Perhubungan 13.700.000 9.476.000 69%
Sosialisasi kebijakan di
1. bidang Perhubungan 11.825.000 9.476.000 80%
Peningkatan Pengelolaan Terminal
2. Angkutan Darat 1.875.000 - 0%

Rehabilitasi dan Pemeliharaan


VIII Prasarana dan Fasilitas LLAJ 236.500.000 224.630.000 95%
Rehabilitasi / Pemeliharaan Terminal
1. Pelabuhan 1.000.000 - 0%
Rehabilitasi / Pemeliharaan Fasilitas
2. LLAJ 235.500.000 224.630.000 95%

IX Peningkatan Pelayanan Angkutan 1.295.246.000 1.225.129.000 95%


Kegiatan Pengawasan Peralatan
Keamanan dalam Keadaan Darurat dan
Perlengkapan Pertolongan Pertama
1. 10.000.000 10.000.000 100%
Pengembangan sarana dan prasarana
2. pelayanan jasa angkutan 234.737.000 227.352.000 97%

79
Sosialisasi Penyuluhan ketertiban Lalu
3. Lintas dan Angkutan 14.887.000 14.887.000 100%
Pengumpulan dan Analisis Data Base
4. Pelayanan Angkutan 19.202.000 - 0%
Fasilitas Perijinan di
5. Bidang Perhubungan 974.720.000 967.190.000 99%
Koordinasi dalam Peningkatan
6. Pelayanan Angkutan 41.700.000 5.700.000 14%

Pengendalian dan Pengamanan Lalu


X Lintas 396.535.000 387.150.000 98%

1. Pengadaan Rambu-Rambu Lalu Lintas 168.797.000 163.112.000 97%

2. Pengadaan Marka Jalan 114.078.000 111.920.000 98%

3. Pengadaan Pagar Pengaman Jalan 113.660.000 112.118.000 99%

Pembangunan Prasarana dan


XI Fasilitas Perhubungan Darat 36.101.550 33.851.550 94%

1. Peningkatan Sarana Transportasi 33.851.550 33.851.550 100%


Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
2. Pengujian Kendaraan Bermotor 2.250.000 - 0%

Jumlah Total ( I s/d XI) 4.149.417.550 3.955.593.263 95%


Sumber: Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dishubinfokom Pinrang
2016

Berdasarkan tabel di atas bahwa realisasi anggaran program

dan kegiatan tahun 2016 Dinas Perhubungan, Informatika dan

Komunikasi yang terdiri dari 11 program dan 42 kegiatan dengan

realisasi anggaran sebesar Rp. 3.955.593.263,- atau 95% dari target

anggaran sebesar Rp.4.149.417.550,-

Pencapaian realisasi anggaran program mulai dari capaian

64% samapai capaian 100%, sedangkan realisasi anggaran kegiatan

mulai dari capaian 46% sampai dengan capaian 100%. Adapun

kegiatan dengan capaian realisasi anggaran dibawah 50% sampai

80
dengan 100%, hal ini disebabkan karena alokasi anggaran kegiatan

belum sesuai dengan keluaran yang dibutuhkan, meskipun demikian

sebagian kegiatan dapat terlaksana dengan baik.

Jadi penulis dapat simpulkan dari beberapa informan bahwa

efisiensi kinerja Dinas Perhubungan dalam Pengujian Kendaraan

Bermotor dari segi waktu pengujian sudah efisien tetapi belum efektif.

Hal tersebut dikarenakan waktu pengujian yang cukup cepat tetapi

pemeriksaan dan pengujian kendaraan tidak dilakukan secara

menyeluruh karena alat-alat pengujian beberapa yang tidak berfungsi.

Dan dalam segi realisasi anggaran kegiatan dan program pada tahun

2016 sudah baik karena mampu merealisasikan anggaran sebesar

95% sesuai dengan kebutuhan dari kegiatan dan program dari Dinas

Perhubungan Kabupaten Pinrang dan kegiatan yang dilaksanakan

dapat berlangsung dengan baik.

b. Efektivitas

Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih sasaran

yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang

telah ditetapkan.

Efektivitas kinerja Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang

dalam Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) dapat dilihat dari segi

penggunaan alat-alat yang disediakan, apakah alat-alat tersebut sudah

digunakan dengan semestinya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan staf penguji kendaraan

bermotor di Dinas Perhubungan yang berinisial H, mengatakan:

“sebenarnya alat-alat PKB disini sudah lengkap, tapi ada


beberapa yang sudah rusak, jadi dugunakan yang ada dan
paling penting alat-alat utamanya yang tidak rusak. Kalau alat

81
utamanya itu seperti suspensi, uji emsisi gas buang, uji rem
dan uji lampu. Tapi semoga tahun ini sudah lengkap alat
ujinya” ”(wawancara 04 Januari 2018).

Lebih lanjut di perjelas oleh Bapak berinisial F selaku pegawai

PKB di Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang, mengatakan:

“kalau masalah alat-alatnya sudah lengkap dan ada yang


tidak berfungsi. Tapi tahun ini akan ada pengadaan barang
sisa dananya yang di tunggu” ”(wawancara 04 Januari 2018)”

Dari uraian wawancara di atas, dapat diketahui bahwa alat-

alat pengujian di Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang sudah

lengkap dan alat-alat yang tersedia dapat digunakan sesuai fungsinya.

Namun hal tersebut tidak sepenuhnya berjalan dengan optimal,

dikarenakan beberapa alat pengujian yang rusak dan hanya

menggunakan alat-alat yang yang masih berfungsi. Hal tersebut juga

berdampak pada waktu yang digunakan dalam pengujian kendaraan

bermotor. Semakin sedikit alat yang digunakan, maka semakin cepat

waktu pengujian. Akan tetapi belum tentu berdampak baik pada

pengguna jasa pelayanan, karena hanya bagian tertentu pada

kendaraan yang diperiksa sesuai dengan tipe alat yang masih

berfungsi.

Adapun perlengkapan dan alat uji yang berfungsi dan tidak

berfungsi di Dinas Kabupaten Pinrang, antara lain:

Tabel 9 Perlengkapan dan Alat Uji PKB di Dinas Perhubungan


No Perlengkapan dan Alat Uji Tahun Kondisi

82
Pengadaan Berfungs Tidak
berfungsi

1 Carlift/pitlift 2006 V

2 Wheel Suspension Tester 2006 V

3 Axle Load Tester 2006 V

4 Brake Slip Tester 2006 V

5 Side Slip Tester 2006 V

6 Speedometer Tester 2006 V

7 Head Light Tester 2006 V

8 CO/HC Tester 2006 V

9 Smoke Tester 2006 V

10 Sound Level Tester 2006 V

11 Light Meter 2006 V

12 Compressor 2006 V

13 Generator Set 2006 V

Sumber: Bidang Transportasi Darat Dinas Perhubungan Kab. Pinrang

Berdasarkan wawancara dengan Bapak berinisial A selaku

pegawai Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang, mengatakan:

“alat-alat pengujian kami memang sudah lengkap, tapi


beberapa yang sudah tidak berfungsi. Penyebabnya adalah
karena kurangnya pemeliharaan dan ada beberapa alat yang
di pinjam oleh anak sekolahan yang menyebabkan alat tersebut
beberapa yang rusak. Yang terpenting itu alat utama yang tidak
rusak seperti alat uji emisi, kebisingan, rem dan lain-lain”
(wawancara 16 Januari 2018).
Senada dengan Bapak berinsial Bu selaku masyarakat yang

membantu pegawai dalam pemeriksaan kendaraan, mengatakan:

“iye ada yang rusak. Dulu lengkapji tapi sekarang tidak karena
kurang memang pemeliharaan baru tidak ada perbaikan.
Alatnya juga sudah lamami tapi belum pernah ada pergantian
alat. (wawancara 19 Januari 2018)

83
Pemeliharaan dan perawatan peralatan pengujian kendaraan

bermotor memiliki tujuan menjaga, memelihara kondisi peralatan dalam

keadaan selalu baik dan senantiasa berada dalam keadaan siap pakai

hal tersebut kurang disadari oleh pegawai di Dinas Perhubungan

Kabupaten Pinrang sehingga menyebabkan kerusakan dari beberapa

alat pengujian.

Dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitas, ditahun

2018 Dinas Perhubungan menerapakan Area Traffic Control Sistem

(ATCS) yaitu suatu sistem yang digunakan untuk memantau pekerjaan

para pegawai. Hal tersebut dipertegas oleh Bapak Berinisial M selaku

Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang, mengatakan:

“kami telah menerapkan ATCS, hal tersebut berguna untuk


mengantau lalu lintas di jalan. selain itu, kami dapat memantau
apa yang di kerjakan dari pegawai yang ada disini maupun yang
ada di kantor Pengujian Kendaraan
Bermotor”(wawancara 10 Januari 2018)

Dengan adanya Area Traffic Control Sistem (ATCS) di Dinas

Perhubungan Kabupaten Pinrang diharapkan dapat mewujudkan

keselamatan lalu lintas di jalan, kelestarian lingkungan, dan pelayanan

prima kepada masyarakat.

Adapun capaian kinerja Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang

dalam Pengujian Kendaraan Bermotor, yaitu:

Tabel 10
Jumlah Kendaraan Bermotor Wajib Uji dan Realisasi di Kab. Pinrang
No Jenis Kendaraan Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017

84
Wajib Realisasi Wajib Realisasi Wajib Realisasi
Uji Uji Uji
1 Bus Umum
a. Ukuran Besar

b. Ukuran 150 113 150 113 150 107


Sedang
c. Ukuran Kecil

2 Bus Bukan Umum


a. Ukuran Besar
b. Ukuran
Sedang
c. Ukuran Kecil
3 Mobil Penumpang 720 553 720 321 720 153
Umum
4 Taksi
5 Kendaraan Roda
3
6 Pick Up 3500 3782 3500 3411 3500 2506
7 Truck Sedang 3000 3197 3000 2906 3000 2093
8 Truck Berat
9 Kereta
Gandengan
10 Kereta Tempelan

11 Penarik
(Tractor
head)
Sumber: Bidang Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kabupaten
Pinrang, 2017.

Berdasarkan tabel diatas, kendaraan jenis angkutan barang

yaitu mobil pick up dan truk sedang pada tahun 2016 dan 2017 tidak

melampaui target wajib uji. Mobil Pick Up wajib uji pada tahun 2017

sebesar 3500 yang terealisasi yaitu 2506 jadi mobil pick up yang tidak

mengikuti wajib uji di Dinas Perhubungan Kab. Pinrang yaitu 994.

Sedangkan pada truk sedang yang wajib uji sebesar 3000 dan yang

85
teralisasi yaitu 2093 jadi jumlah kendaraan truk sedang yang tidak

mengikuti uji berkala yaitu 907 kendaraan.

Adapun yang menjadi faktor penghambat dalam mencapai

sasaran kerja Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang dalam jumlah

angkutan darat yang memenuhi keselamatan jalan yaitu rendahnya

kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengujian kendaraan, dan

sumber daya manusia yang terbatas serta ada beberapa pengemudi

kendaraan yang mengikuti uji berkala di kabupaten lain.

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan diatas

dapat di simpulkan bahwa efektivitas kinerja Pengujian Kendaraan

Bermotor (PKB) di Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang belum

optimal. Tujuan awalnya untuk memeriksa dan menguji seluruh bagian

kendaraan sesuai tipe alat uji tidak dilakukan secara menyeluruh

dikarenakan pengujian yang dilakukan hanya dengan menggunakan

beberapa alat yang masih berfungsi. Salah satu yang menjadi

kekurangan dari Dinas Perhubungan karena kurangnya kesadaran

pegawai akan pemeliharaan dan perawatan alat pengujian yang

berdampak dengan kerusakan beberapa alat pengujian.

Hasil dari evaluasi kinerja di suatu instansi merupakan nilai

untuk suatu kelompok kerja. Maka dari itu instansi dapat mengetahui

produktivitas unit organisasi yang menjadi tanggung jawabnya yang

dapat memberikan gambaran mengenai perkembangan produktivitas

instansi dan memberikan perbaikan yang menuju pada peningkatan

produktivitas di masa yang akan datang.

Pada Indikator produktivitas yang menyangkut seberapa

besar pelayanan publik menghasilkan yang di harapkan dari segi

86
efisien dan efektivitas, dimana kinerja Dinas Perhubungan dalam PKB di

tinjau dari segi efisien yaitu waktu yang cukup cepat tetapi pengujian tidak

maksimal karena hanya bagian tertentu dari kendaraan di periksa,

sedangkan besaran baiaya terhadap setiap kegiatan dan program di

Dinas Perhubungan mencapai 95% anggaran yang digunakan dan

beberapa kegiatan berjalan dengan baik. Dari segi efektivitas belum

optimal karena Dinas Perhubungan kurang memelihara alat–alat uji serta

pengujian dilakukan dengan menggunakan beberapa alat-alat yang

masih berfungsi. Maka dari itu, produktivitas kinerja Dinas Perhubungan

masih rendah. Harapan dari tujuan dilaksanakannya pengujian belum

dapat tercapai maksimal

2. Kualitas Layanan

Dalam melihat kualitas layanan, masyarakat menjadi tolak ukur

sebagai pengguna jasa. Kepuasan merupakan hak yang mutlak dirasakan

oleh masyarakat. Karena kualitas pelayanan akan mempengaruhi kinerja

aparat birokrasi pelayanan publik.

Kualitas layanan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan

Kabupaten Pinrang dalam memberikan pelayanan Pengujian Kendaraan

Bermotor (PKB) dapat dilihat dari penyampaian informasi mengenai PKB ke

masyarakat dan kualitas sumberdaya manusia di Dinas Perhubungan.

a. Informasi ke Publik

Dalam kehidupan sehari-hari, informasi merupakan hal yang

sangat penting. Informasi adalah hasil pengolahan data yang memiliki

arti atau manfaat bagi penerima. Pentingnya sebuah informasi dapat

menunjukkan berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu

87
tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau

rencana yang dikehendaki.

Pemberian informasi oleh Dinas Perhubungan Kabupaten

Pinrang mengenai Pengujian Kendaraan Bermotor

(PKB) menunjukkan proses penyampaian tentang pentingnya

dilakukan pengujian serta prosedur pengujian. Penginformasian

tersebut dilakukan dengan media yang telah ditetapkan dan

direncanakan oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang.

Berdasarkan wawancara oleh Bapak berinisial B selaku Staf

Bagian Transportasi Darat, mengatakan:

“untuk penyampaian informasi ke masyarakat kami biasanya


melakukan Door To Door (DTD), kegiatan sosialisasi, dan
kerjasama lalu lintas” ”(wawancara 04 Januari 2018)

Menurut Bapak berinisial F selaku Bendahara PKB di Dinas

Perhubungan Kabupaten Pinrang, mengatakan:

“penginformasian ke masyarakat harus melalui kantor induk,


selanjutnya meraka yang akan mengarahkan kita. Salah satu
bentuk penginformasian yang kami lakukan yaitu melalui
media sosial dan sosialisasi” ”(wawancara 04 Januari 2018)
”(wawancara 04 Januari 2018).

Senada dengan Bapak Berinisial M selaku kepala Dinas

Perhubungan Kabupaten Pinrang, mengatakan:

“kami memberikan informasi kepada masyarakat dengan


melakukan sosialisai di tempat keramaian seperti pasar di
bantu dengan tim patroli dan PKB, operasi di jalan, dan
memanfaatkan sosial media”(wawancara 10 Januari 2018).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, penginformasian

mengenai pengujian kendaraan bermotor melalui sosialisasi di jalan.

Dinas Perhubungan melakukan sosialisiasi di jalan guna untuk

menyampaikan pentingnya PKB yaitu untuk menjaga keselamatan,

88
keamanan, dan kenyamanan pengemudi, serta keselamatan pengguna

jalan lainnya.

Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang juga memberikan

informasi ke masyarakat dengan menggunakan internet. Melalui

penggunaan internet maka penginformasian mengenai Pengujian

Kendaraan Bermotor (PKB) dapat dilakukan dengan cepat, jelas dan

lebih luas jangkaunnya.

Ada juga hasil wawancara dari masyarakat yaitu Bapak

berinisial A, mengatakan:

“tidak pernahka bawa itu mobil untuk pengujian kendaraan tapi


saya tauji bilang ada pengujian untuk mobil begini (truk)”
”(wawancara 05 Januari 2018).

Diperjelas lagi oleh bapak berinisial B selaku masyarakat,

mengatakan:

“saya tauji mengenai ada pengujian kendaraan tapi saya


biasanya memerikasa sendiri mobilku. Kalau ada yang
bermasalah saya bawaji langsung ke bengkel” ”(wawancara
05 Januari 2018).

Menurut Bapak berinisial H sebagai staf penguji kendaraan

bermotor di Dinas Perhubungan Pinrang, mengatakan:

“kalau masalah informasi ke masyarakat melalui media sosial


dan sosialisasi di jalan, sepenuhnya belum berjalan efektif.
Tapi kami terus berupaya agar masyarakat tau mengenai
penting uji kendaraan” ”(wawancara 04 Januari 2018).

Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa masih ada

masyarakat yang mempunyai kendaraan belum mendapatkan

informasi dari Dinas Perhubungan mengenai Pengujian Kendaraan

Bermotor.

89
Salah satu yang menjadi hambatan oleh Dinas Perhubungan

Kabupaten Pinrang karena masih kurangnya kesadaran masyarakat

terhadap atauran mengenai pentingnya pengujian bermotor yang

mestinya wajib dilaksanakan.

Jadi penulis dapat menyimpulkan dari hasil wawancara

beberapa informan bahwa pemberian informasi mengenai Pengujian

Kendaraan Bermotor (PKB) Dinas Perhubungan sudah cukup baik.

Namun, Dinas Perhubungan masih mempunyai kendala yaitu

penginformasian melalui media sosial tidak sepenuhnya berjalan

dengan efektif dan efisien dikarenakan masih banyak masyarakat

Kabupaten Pinrang masih belum dapat mengakses internet serta

rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pengujian kendaraan

bermotor.

b. Kualitas SDM

Setiap pegawai diharapkan memiliki kemampuan dalam

pengetahuan, keahlian, kemandirian, penguasaan, kedisiplinan dan

profesionalisme yang tinggi sehingga aktivitas kerja yang dikerjakan

menghasilkan bentuk pelayanan yang memuaskan tanpa ada keluhan

dan kesan masyarakat pengguna jasa yang berlebihan atas pelayanan

yang diterima.

Tuntutan kemampuan pegawai dalam

memberikan pelayanan yang tepat, cepat, mudah dan lancar

menjadi syarat penilaian bagi yang dilayani dalam memperlihatakan

aktualilsasi kerja pegawai dalam memahami lingkup dan uraian kerja

yang menjadi perhatian fokus dari setiap pegawai dalam memberikan

pelayanan.

90
Menurut Bapak berinisial F selaku Bendahara PKB di Dinas

Perhubungan Kabupaten Pinrang, mengatakan:

“semua pegawai yang ada di Dinas Perhubungan sudah


mampu menjalankan tugasnya masing-masing. Kalau di
kantor PKB itu terbagi atas dua yaitu pegawai bagian
administrasi dan staf penguji itu sendiri. Mengenai staf penguji
itu setelah perekrutan kita adakan pelatihan agar mereka
mampu mengoperasionalkan alat pengujiannya”(wawancara
04 Januari 2018).

Demikian halnya dengan pendapat Bapak Berinisial M selaku

Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang, mengatakan:

“semua pegawai di Dinas Perhubungan sudah mampu


menjalankan tugasnya. Untuk staf penguji kendaraan
bermotor kami mengikutsertakan mereka diklat atau
pendidikan di Jawa”(wawancara 10 Januari 2018).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, para pegawai di Dinas

perhubungan Kabupaten Pinrang sudah dapat melaksanakan tugas

dan perannya masing-masing sehingga tujuan yang telah ditetapkan

dapat dicapai.

Menurut Bapak Berinisial L selaku masyarakat pengguna jasa

Pengujian Kendaraan Bermotor, mengatakan:

“kalau pegawai di sana itu sudah cukup bagus, cuman mereka


banyak yang terlambat. Saya datang untuk permohonan
pengujian jam 1 tapi masih ada beberapa pegawai yang
masih belum ada di kantor”(wawancara 11 Januari 2018).

Hal tersebut juga disampaikan oleh siswa berinisial A

merupakan siswa magang di Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang,

mengatakan:

“pegawai Dinas Perhubungan banyak yang datang terlambat


setelah jam istirahat. Jam kerja sebenarnya jam 1 siang tapi
banyak yang datang sekitar jam setengah dua atau jam
dua”(wawancara 10 Januari 2018).

91
Berdasarkan dari wawancara di atas bahwa masih ada dari

beberapa pegawai di Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang yang

terlambat masuk ke kantor hal tersebut menunjukkan bahwa beberapa

pegawai tidak mematuhi peraturan jam kerja yang telah di tetapkan.

Kurangnya kedisiplinan pegawai akan mengakibatkan beban

kerja terhadap pegawai tersebut dapat terlambat ataupun tidak

terselesaikan. Seorang pegawai yang sadar akan tugas dan tanggung

jawabnya tentu akan menjalankan kewajiban yang dibebankan

kepadanya dan menjauhi larangan-larangan yang akan menurunkan

kredibilitasnya.

Pada dasarnya kinerja oraganisasi merupakan tanggung

jawab setiap individu yang bekerja dalam organisasi, sehingga dapat

dikatakan kinerja organiasasi merupakan cerminan dari kinerja

individu, dimana kinerja individu dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti pengetahuan, keterampilan, kemampuan, motivasi dan lainlain.

Menurut Bapak berinisial F selaku Bendahara PKB di Dinas

Perhubungan Kabupaten Pinrang, mengatakan:

“jika ada pegawai yang melakukan pelanggaran atau


kesalahan saat bekerja maka kami berikan sanksi sesuai
dengan jenis pelanggaran yang dilakukan”(wawancara 04
Januari 2018).

Menurut Bapak berinisial M selaku Kepala

Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang mengatakan:

“pegawai Dinas Perhubungan yang melanggar tupoksinya,


kami akan memberikan saknsi berdasarkan peraturan
pendisiplinan pegawai yang menjadi acuan” (wawancara 10
Januari 2018).

92
Adapun tingkat hukuman disiplin pegawai dalam Pasal 6 UU

No.43 Tahun 1999 terdiri dari: a. Hukuman disiplin ringan:

1) teguran lisan;

2) teguran tertulis; dan

3) pernyataan tidak puas secara tertulis

b. Hukuman disiplin sedang:

1) penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;

2) penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun;

3) penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu)

tahun

c. hukuman disiplin berat:

1) penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga)

tahun;

2) pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih

rendah;

3) pembebasan dari jabatan;

4) pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri

sebagai PNS; dan

5) pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS

Menurut Bapak berinisial A selaku pegawai

Dinas Perhubungan bagian Pengujian Kendaraan Bermotor,

mengatakan:

“pegawai yang melanggar kita kasih teguran atau sanksi


sesuai pelanggarannya, Kalau di sini pelangggran yang paling
sering itu lalai dalam tugas dan biasanya ada yang tidak
masuk kantor.” (wawancara 15 Januari 2018).

93
Dari hasil wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa pegawai

sudah cukup mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Apa

saja yang dikerjakan Dinas Perhubungan dalam rangka pelayanan

pada masyarakat merupakan suatu kewajiban yang harus

dilaksanakan. Namun tidak dipungkiri bahwa terkadang tidak semua

peraturan ditaati oleh pegawai. Kadang masih ada beberapa

pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai.

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan dapat

disimpulkan bahwa kualitas sumber daya manusia di Dinas

Perhubungan Kabupaten Pinrang bagian Pengujian Kendaraan

Bermotor (PKB) dalam segi pengetahuan, keahlian dan

profesionalisme sudah cukup baik karena mampu menjalankan tugas

dan fungsinya salah satunya yaitu kewajibannya sebagai aparat

pemberi layanan kepada masyarakat. Akan tetapi masih masih ada

beberapa masalah yang terjadi, dimana ada beberapa oknum pegawai

yang bekerja tidak maksimal atau masih bermalas-malasan sehingga

dapat memperlambat kinerja mereka.

Kualitas layanan merupakan ukuran citra yang diakui

masyarakat mengenai pelayanan yang di berikan yaitu masyarakat

merasa puas atau tidak puas. Untuk itu Dinas Perhubungan berupaya

untuk meningkatkan kinerja pelayanan dari segi pemberian informasi

dan kualitas sumber daya dalam Pengujian Kendaraan Bermotor.

Pemberian informasi ke masyarakat mengenai PKB sudah cukup baik

dengan melalui sosialisasi DTD (Door To Door), razia serta melalui

sosial media. Sedangkan sumber daya manusia di Dinas Perhubungan

khususnya pegawai bagian PKB masih terbatas. Akan tetapi pegawai

94
atau penguji kendaraan sudah mampu menjalankan tugas pokok

masing-masing dan diberikan pelatihan khusus. Namun, masih tedapat

oknum pegawai yang masih kurang disiplin. Jadi dapat disimpulkan

bahwa kulaitas layanan mengenai Pengujian Kendaraan Bermotor di

Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang sudah cukup baik.

3. Resnponsivitas

Responsivitas adalah kemampuan birokrasi untuk mengenali

kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta

mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan

dan aspirasi masyarakat.

Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja

karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan

organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya terutama untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat.

Salah satu program yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan

Kabupaten Pinrang yaitu dengan adanya Pengujian Kendaraan Bermotor

(PKB). Adapun tujuan adanya Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) yaitu

memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan

kendaraan bermotor di jalan, melestarikan lingkungan dari kemungkinan

pencemaran yang diakibatkan penggunaan kendaraan bermotor di jalan

dan memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.

Kegiatan tersebut dirumuskan dengan tujuan dan sasaran yang

jelas, yakni untuk kepentingan masyarakat. Maka dari itu, Dinas

Perhubungan harus dapat memberikan pelayanan mengenai Pengujian

Kendraan Bermotor (PKB) dengan adil dan transparan sesuai apa yang

diharapkan dari masyarakat pengguna jasa. a. Daya tanggap

95
Kewajiban utama untuk melayani kepentingan publik

bagaimanapun harus mengedepankan kepentingan dan kesejahteraan

masyarakat di atas kepentingan pribadi. Hal ini berkaitan dengan

kemampuan untuk mengetahui dan memahami kebutuhan maupun

keinginan masyarakat pengguna jasa sehingga pelayanan yang

diberikan oleh Dinas Perhubungan sesuai dengan yang diinginkan oleh

pengguna jasa dan mampu memenuhi kepuasan masyarakat.

Menurut Bapak berinisial A selaku pegawai PKB di Dinas

Perhubungan Kabupaten Pinrang, mengatakan:

“kami semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan


kepada masyarakat dengan baik. Ketika masyarakat datang
kami secapat mungkin merespon dengan menanyakan apa
yang mereka inginkan. Dan jika kami tidak bisa melakukan
sesuai dari harapan masyarakat yaa itu adalah keterbatasan
kami. Tapi jika terkait dengan pengujian kami akan
memberikan pelayanan yang prima” (wawancara 15 Januari
2018).

Senada Ibu berinisial N selaku staf administrasi PKB,

mengatakan:

“biasanya kalau masyarakat datang ke kantor, pegawai disini


langsung menanyakan keperluannya, dan kami langsung
layani sesuai apa yang dibutuhkan dari orang tersebut”
(wawancara 15 Januari 2018).
Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa responsivitas

atau kemampuan Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang dalam

mengenali kebutuhan masyarakat yang datang ke kantor Dinas

Perhubungan sudah cukup baik. Hal tersebut dilihat dari kepekaan

pegawai Dinas Perhubungan kepada masyarakat yang datang dengan

menanyakan keperluannya dan melayani dengan baik sehingga terlihat

bahwa Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang sudah cukup responsif

di dalam mengenali kebutuhan masyarakat.

96
Menurut Bapak berinisial B selaku masyarakat pengguna jasa

Pengujian Kendaraan Bermotor, mengatakan:

“iye pegawai di sana baik-baik ji, rama juga. Waktu datang


kesanaka di tanya sama di ajak terus bicara sampai selesai di
uji itu mobil” (wawancara 16 Januari 2018).

Menurut Bapak berinisial MA yang merupakan masyarakat

pengguna jasa PKB, mengatakan:

“pegawainya sigap dalam melayani. Buktinya mereka


langsung menanyakan keperluan waktu datang ke sana. Itu
memang kewajibannya. Dan cepat selesai pengujian
mobilnya. Selesainya saya bayar 30.000” (wawancara 17
Januari 2018).

Menurut Bapak berinisial L yang merupakan masyarakat

pengguna jasa PKB, mengatakan:

“baru satu kali ke sana. Respon pegawai yang di terminal


sudah bagus, di layani sampai selesai pengujian. Sopan juga,
tapi ada yang datang terlambat sempat ada dia urus di luar”
(wawancara 17 Januari 2018).

Daya tanggap dari birokrasi publik dalam memberikan

pelayanan harus dapat menanggapi apa yang menjadi keluhan,

masalah, dan aspirasi masyarakat. Pemberi layanan harus cepat

memahami apa yang menjadi tuntutan publik, dan berusaha untuk

memenuhinya serta mengutamakan prosedur yang telah di tetapkan.

Dengan demikian birokrasi publik dapat dikatakan baik apabila mereka

dinilai memiliki responsif (daya tanggap) yang tinggi terhadap tuntutan,

masalah, keluhan serta aspirasi masyarakat.

Kualitas pelayanan jasa merupakan tingkat kepuasan

masyarakat dalam pelayanan publik akan terpenuhi ketika apa yang

diberikan oleh pegawai sesuai dengan apa yang mereka harapkan .

97
Kepuasan masyarakat tidak mudah untuk didefinisikan.

Kepuasan masyarakat adalah respon masyarakat terhadap ketidak

sesuaian yang dirasakan atas harapan dari hasil akhir kinerja

pelayanan yang diberikan.

Ada juga hasil wawancara dengan Bapak berinsial Bu selaku

masyarakat yang membantu pegawai dalam pemeriksaan kendaraan,

mengatakan:

“saya bukan pegawai tetap disni, tapi saya sudah lama di sini
bantu pegawai periksa dan perbaiki mobil yang datang
pegujian. Iye menurut ku pegawai di sini sopan semuaji, rama
kalau ada masyarakat datang periksa mobilnya di suruh saja
menunggu di dalam kantor karna kalau di sini (tempat
pengujian kendaraan) tidak ada kursi” (wawancara 19 Januari
2018

Untuk memberikan kepuasan terhadap masyarakat maka

aparat birokrasi harus dapat memberikan layanan publik yang lebih

profesional, efektif, efesien, serderhana, transparan, terbuka, dan

bebas dari nepotisme.

Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang sebagai aparat yang

bertugas memberikan pelayanan harus dapat memaksimalkan dalam

hal memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada masyarakat

dengan tanggap dalam menanggapi setiap keluhan dan kebutuhan

masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dari Bapak Berinsial R selaku

pengawas PKB di Dinas Perhubungan, mengatakan:

“keluhan yang biasa masyarakat berikan kepada kami seperti


surat-surat yang lama selesai. Sebenarnya surat yang lama di
proses karena pemilik kendaraan yang terkena razia atau
tilang. Setelah kendaraannya tiba disini untuk diuji tapi pemilik
kendaraan lama untu mengambilnya padahal kami
memproses surat-surat tersebut jika pemilik kendaraan ada di
tempat pengujian” (wawancara 22 Januari 2018)

98
Menurut Bapak berinisial F selaku pegawai PKB di Dinas

Perhubungan, mengatakan:

“bebrapa keluhan yang masyarakat berikan kepada kami


yang pertama mengenai adanya perbedaan pelayanan
perkabupaten. Misalnya mereka uji liak jalan pertama di
kantor ini setelah itu uji berkala di kabupaten lain sehingga
mereka mengeluhkan perbedaan pelayanan antara kami
dengan kabupaten yang lain. Kedua itu adanya bebrapa alat
pengujian yang tidak berfungsi dengan baik. Dan yang
terakhir adanya keterlamatan penyelesaian pengujian yang
etrjadi akibat terkena operasi di jalan” ( wawancara 22 Januari
2018)

Berdasarkan hasil wawancara diatas, terdapat keluahan dari

masyarakat untuk pelayanan Pengujain Kendaraan Bermotor di Dinas

Kabupaten Pinrang. Adanya keluhan maupun masukan dari

masyarakat dapat dijadikan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan

atau program selanjutnya yang lebih baik dan dapat membantu Dinas

Perhubungan untuk lebih responsif dalam menanggapi kebutuhan

masyarakat.

Maka dari itu, Dinas Perhubungan harus lebih tanggap dan

berupaya untuk menanggapi keluhan dari masyarakat tersebut.

Menurut Bapak berinisial H selaku staf PKB di Dinas Perhubungan Kab.

Pinrang, mengatakan;

“untuk keterlambatan surat-surat kami memanggil pihak yang


bersangkutan untuk segera menyelesaikan dan
menyampaikan apa saja yang akan di lengkapi. Kami juga
biasanya mendatangi langsung rumah pemilik kendaraan
tersebut.

Ada juga pendapat dari Bapak berinisla F selaku pegawai PKB

di Dinas Perhubungan, mengatakan:

“menanggapi keluhan tersebut kami sebisa mungkin untuk


menghimbau pemilik kendaraan untuk melakukan pengujian
di tempat PKB. Karena apabila terkena tilang maka alur
pelayanan akan berbeda, lebih cepat selesai jika pemilik

99
kendaraan langsung datang ke tempat ini. Dan kami akan
berupaya untuk memperbaiki pelayanan yang kami berikan.
Salah satunya itu kami memberikan quisioner mengenai
indeks kepuasan terhadap pelayanan yang kami berikan.
Untuk hasil tahun lalu itu sebesar 85% artinya rata-rata
masyarakat sudah puas terhadap pelayanan yang kami
berikan” (wawancara 22 Januari 2018)

Menurut bapak Berinisial E selaku Sekretaris Dinas

Perhbungan Kabupaten Pinrang, bahwa:

“Pertama, setiap tahunnya kami akan memperbiki layanan


secara paripurna dengan memangkas calo yang
menghubungkan pemilik kendaraan dengan penguji
sehinngga pemilik kendaraan bisa langsung ke tempat
pengujian. Kedua, mekanisme atau alur pelayanan di PKB
semakin di pecerpat atau kami pangkas alur pelayanannya.
Dan terakhir kami akan meningkatkan sarana prasarana
sehingga masyarakat yang datang untuk pengujian merasa
nyaman” (wawancara 23 Januari 2018)

Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa Dinas

Perhubungan Kabupaten Pinrang telah berupaya menanggapi keluhan

yang di berikan oleh masyarakat. Keluhan tersebut berdampak pada

perbaikan kinerja Dinas Perhubungan dalam memberikan pelayanan

Pengujian Kendaraan Bermotor.

Jadi, responsivitas yang menyangkut ukuran kemampuan

organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda

dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan programprogram

pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyrakat.

Adapun program Dinas Perhubungan yang bertujuan untuk

kepentingan masyarakat yaitu Pengujian Kendaraan Bermotor. Pada

indikator ini daya tanggap, kepekaan dan respon Dinas Perhubungan

sudah baik. Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan

bahwa pegawai Dinas Perhubungan mampu memberikan pelayanan

yang baik dengan langsung merespon setiap masyarakat yang datang

100
ke kantor dengan baik, sopan, cepat dan bermasyarakat. Selain itu,

Dinas Perhubungan juga telah berupaya menanggapi setiap keluhan

yang di berikan oleh masyarakat.

4. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan sesuai dengan prinsip-prinsip

administrasi dan peraturan serta kebijaksanaan organisasi. Semakin

kegiatan organisasi publik itu di laksanakan sesuai dengan prinsip,

peraturan serta kebijaksanaan organisasi maka kinerja akan dilihat semakin

baik.

a. Tingkat Kesesuaian.

Dalam pengukuran tingkat kesesuaian guna untuk mengetahui

seberapa besar pihak pemberi layanan memberikan pelayanan sesuai

prosedur yang berlaku.

Untuk mengukur tingkat kesesuaian di Dinas Perhubungan

Kabupaten Pinrang dalam Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) jenis

angkutan barang dapat di lihat dari kesesuaian dalam memberikan

pelayanan dengan prosedur yang telah di tetapkan. Hal tersebut harus

benar–benar sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dan tidak

menyimpang dari ketentuan yang ada.

Menurut Bapak berinisial F selaku pegawai

Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang, mengatakan:

“pengujian kendaraan bermotor disini kita mengikuti prosedur


yang ada. Tapi biasanya ada masyarakat yang tidak membawa
kendaraannya jadi kita kasih tolelir jika kendaraan itu uji berkala.
Tapi kalau pengujian pertama itu harus ada kendaraannya”
(wawancara 04 Januari 2018).

Sedangkan menurut Bapak Benisial H selaku staf penguji,

mengatakan:

101
“biasanya memang ada masyarakat yang tidak membawa
kendaraannya dan seharusnya itu pengujian bermotor
berlangsung jika kendaraan ada di sini. Tapi misalnya
kendaraannya itu berada di Palopo jadi kita tolelir jika
kendaraannya itu uji berkala”(wawancara 04 Januari 2018).

Dan di perjelas oleh Bapak berinisial A yang merupakan

pegawai Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang, mengatakan:

“memang benar, masih ada masyarakat yang tidak membawa


kendaraannya untuk di uji. Biasanya memang untuk uji berkala.
Ada yang memang kami tolelir dengan catatan kendaraan
tersebut memang akan di perbaiki di bengkel agar layak operasi.
Kami juga kasihan, yang datang ke sini rata-rata adalah sopir
dan mereka adalah kepala keluarga, kalau tidak di kasih lolos
nanti mereka kena tilang tapi itu kami kasih catatan kalau
kendaraannya harus segera di periksa” (wawancar 16 Januari
2018).

Dari hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa tingkat

responsibilitas aparat pemerintah dalam pelaksanaan Pengujian

Kendaraan Bermotor (PKB) di Dinas Perhubungan masih kurang baik.

Hal ini dikarenakan faktor dari oknum pegawai yang masih mengizinkan

masyarakat melakukan permohonan pengujian tanpa membawa

kendaraan yang akan diuji. Hal tersebut melanggar prosedur pengujian

yang telah di tetapkan karena yang menjadi dasar untuk melaksanakan

pengujian yaitu dengan adanya kendaraan yang akan di uji.

Dilansir dari dishubpinrang.online, adapun prosedur Pengujian

Kendaraan Bermotor di Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang, antara

lain:

1. Pemilik kendaraan mendaftar di loket 1. Pemilik kendaraan

mendaftar di loket pendaftaran.

2. Pengujian kendaraan oleh petugas penguji.

3. Penentuan lulus uji oleh petugas penguji.

102
4. Jika tidak lulus uji, kendaraan dikembalikan pemilik untuk dilakukan

perbaikan.

5. Jika kendaraan dinyatakan lulus uji, maka pemilik melakukan

pembayaran retribusi dan akan diberikan tanda lulus uji berupa:

buku uji, plat uji dan tanda samping.

Berdasarkan prosedur Pengujian Kendaraan Bermotor di atas,

dapat disimpulkan bahwa masih ada pegawai yang bekerja tanpa

memperhatikan prosedur tetap ataupun hanya

menyelesaikan pekerjaan karena keterpaksaan oleh keadaan.

Dalam segi biaya pengujian, menurut Bapak berinisial F

selaku Bendahara PKB di Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang,

mengatakan:

“Kalau biaya pengujian itu kami terapkan sesuai dengan


Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang No 17 Tahun
2011”(wawancara 04 Januari 2018).
Dipertegas oleh dari Bapak berinisial H selaku staf penguji

kendaraan bermotor di Dinas Perhubungan Pinrang, mengatakan:

“untuk masalah biaya khusunya jenis angkutan barang


dikenakan tarif sebesar Rp. 30.000”(wawancara 04 Januari
2018).

Hal tersebut juga di perjelas oleh Bapak Berinisial M selaku

masyarakat pengguna jasa Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB),

bahwa:

“waktu saya uji kendaraaan, saya diminta bayar Rp.30.000


dan tidak ada lagi biaya tambahan”(wawancara 08 Januari
2018)

Penerapan biaya Pengujian Kendaraan Bermotor di Dinas

Perhubungan Kabupaten Pinrang kepada pengguna jasa (pelanggan)

sudah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Hal tersebut

103
tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang No 17 Tahun

2011 pada Pasal 15, yaitu:

Tabel 11
Struktur dan besarnya tarif Pengujian Kendaraan Bermotor
Jenis Kendaraan Tarif
a. Kendaraan Umum adalah : Rp.30.0000,-/kendaraan
1) Mobil Bus, Mobil Barang dan
Kendaraan Khusus Rp. 25.000,-/kendaraan
2) Mobil Penumpang Umum,
Kereta Tempelan atau
Gandenga
b. Kendaraan Milik Rp. 30.000,-/kendaraan
Negara/Daerah
c. Kendaraan Perusahaan Rp. 30.000,-/kendaraan
Negara/Daerah
d. Penggantian Surat Uji (buku Rp. 10.000,-/kendaraan
uji)
e. Penggantian Tanda Uji (plat Rp. 5.000,-/kendaraan
uji)
f. Biaya tambahan atas Rp. 10.000,-/kendaraan
keterlambatan pendaftaran
perpanjangan masa berlaku
Tanda uji
g. Biaya tambahan atas Rp. 10.000,-/kendaraan
keterlambatan datang
pengujian setelah pendaftaran
tanpa alasan yang sah
h. Biaya tambahan atas Rp. 15.000,-/bulan
keterlambatan pengujian
kendaraan yang telah habis
masa berlakunya tanpa alasan
yang sah
Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang No 17 Tahun 2011

Berdasarkan peraturan diatas bahwa Dinas Perhubungan

Kabupaten Pinrang dalam Pengujian Kendaraan Bermotor jenis

angkutan barang dari segi biaya pelayanan telah menunjukkan

kualitas yang baik karena sudah sesuai dengan prosedur yang telah di

tetapkan.

104
Jadi penulis dapat simpulkan bahwa tingkat kesuaian pelayanan

Pengujian Kendaraan Bermotor di Dinas Perhubungan Kabupaten

Pinrang masih kurang baik, dikarenakan masih adanya oknum pegawai

yang membiarkan masyarakat tidak membawa kendaraannya untuk di uji

dan memberikan stempel layak operasi di buku uji. Adapun dampak yang

dirasakan oleh organisasi adalah target pekerjaan tidak dapat tercapai

sesuai dengan yang telah ditentukan. Sedangkan dalam segi baiaya

pelayanan sudah di terapkan dengan baik yaitu sebesar Rp.30.000.

b. Tindakan

Untuk mengetahui responsibilitas Dinas Perhubugan

Kabupaten Pinrang dalam hal tindakan yaitu apa yang akan dilakukan

oleh Dinas Perhubungan dalam memberikan pelayanan Pengujian

Kendaran Bermotor (PKB) terdapat masyarakat pengguna jasa yang

tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

Menurut Bapak Benisial H selaku staf penguji Dinas

Perhubungan, mengatakan:

“ada beberapa masyarakat biasanya tidak mau mengikuti


prosedur, seperti kelengkapan permohonan pengujian yang
tidak lengkap jadi kami sarankan untuk melengkapi berkas
permohonannya”(wawancara 04 Januari 2018).

Menurut Bapak berinisial A selaku pegawai pengujian

kendaraan bermotor, mengatakan:

“Masyarakat yang tidak mau mengikuti prosedur pengujian,


kami memberikan pemahaman kepada mereka contohnya pak
ini ta kurang lengkapi ki dulu baru ke sini lagi supaya lancar juga
semua urusan ta. Pokoknya kami memberikan pemahan
dengan baik dan sopan supaya masyarakat yang datang dapat
mengerti dan tidak tersinggung. Itulah salah satu kewajiban
kami” (wawancara 15 Januari 2018).

105
Dalam penyelenggaraan pelayanan prosedur sangat penting

dalam menentukan kelancaran dalam mencapai tujuan organisasi.

Prosedur adalah rangkaian tindakan yang harus diikuti dalam usaha

mencapai tujuan atau suatu tata cara kerja yang sah. Maka dari itu untuk

kelancaran pelayanan dalam instansi maka pemberi layanan dan

pengguna jasa harus mematuhi prosedur yang telah di tetapkan. Jika

masyarakat tidak mematuhi prosedur maka aparat pemberi layanan

harus tegas kepada masyarakat tersebut dan jika aparat yang melanggar

prosedur maka harus dapat mempertanggungjawabkan tindakannya atau

di berikan sanksi sesuai dengan jenis pelanggarannya.

Menurut Bapak berinisial R selaku pegawai

Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang, mengatakan:

“ada masyarakat yang tidak mau mengikuti prosedur pengujian.


Biasanya memang mereka memaksa, kalau kita tidak turuti
nantinya mereka tidak mau lagi untuk melakukan pengujian
berkala. Kami berusaha berbicara dengan sopan kepada
mereka namun tidak bisa jadi kami turuti. Yang jelas kami
berusaha untuk memberikan pelayanan yang baik” (wawancara
22 Januari 2018).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang sudah mampu mengambil

tindakan terhadap masyarakat tidak mau mengikuti prosedur Pengujian

Kendaran Bermotor dengan menegur dan memberikan pemahaman yang

baik dan sopan. Namun ada beberapa pegawai yang tidak mampu

mengendalikan kemauan masyarakat, sehingga mengakibatkan pegawai

tersebut melanggar aturan yang ada.

Jadi, pada indikator ini responsibilitas yang menyangkut

ukuran apakah pelaksanaan kegiatan sesuai dengan

prinsip-prinsip administrasi yang benar. Dari hasil wawancara

106
beberapa informan bahwa masih ada beberapa oknum pegawai tidak

memperhatikan atau tidak mematuhi prosedur pengujian yang telah di

tetapkan. Adapun tindakan yang diambil Dinas Perhubungan terhadap

masyarakat yang tidak mematuhi aturan yaitu memberikan pemahaman

dengan baik dan sopan agar masyarakat tersebut dapat mengerti untuk

mengikuti standar pengujian yang telah di tetapkan. Akan tetapi, masih

ada masyarakat yang tetap menghiraukan standar pengujian yang

mengakibatkan pegawai menyelesaikan pekerjaan karena keterpaksaan

oleh keadaan Maka, responsibilitas kinerja Dinas Perhubungan dalam

pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor masih belum baik.

5. Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan ukuran seberapa besar kebijakan dan

kegiatan organisasi publik dapat di pertanggungjawabkan kepada rakyat

atau konsisten dengan kehendak publik.

Akuntabilitas kinerja instansi adalah perwujudan kewajiban suatu

instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan

kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan

tujuan yang telah ditetapkan.

Dapat dikatakan bahwa akuntabilitas merupakan satu unsur yang

terpenting untuk mewujudkan suatu sistem pemerintahan yang bersih dan

baik. Dengan adanya akuntabilitas akan mendorong pegawai untuk

melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Dengan adanya tanggung

jawab bahwa seorang pegawai dapat mampu mengabdikan dirinya kepada

bangsa dan masyarakat.

Pemerintah wajib mempertanggungjawabkan

kegiatan/program yang berkaitan dengan pelaksanaan APBN/APBD,

107
baik dalam bentuk laporan keuangan maupun laporan kinerja. Laporan

keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP), sedangkan laporan kinerja disusun sesuai dengan

peraturan pemerintah yang mengatur tentang laporan kinerja instansi

pemerintah.

Untuk mengetahui akuntabilitas Dinas Perhubungan Kabupaten

Pinrang maka dilihat dari cara atau mekanisme pertanggungjawaban yang

dilakukan.

Berdasarkan wawancara dari Bapak berinisial F selaku pegawai

PKB di Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang, mengatakan;

“ada mekanisme yang kita lalui. Pertanggungjawaban teknis


pastinya ke kantor induk. Pelaporan yang kami berikan seperti
jumlah kendaraan yang di uji. Sedangkan masalah PAD kita
pelaporan ke inspektorat dan BPK Kabupaten Pinrang” 9wawancara
22 Januari 2018)“

Menurut Bapak berinisial H selaku pengawas PKB di Dinas

Perhubungan, mengatakan:

“pertanggungjawaban yang kami lakukan melalui pelaporan.


Seperti pelaporan per 10 hari ke kantor pusat atau induk sesuai
dengan jumlah kendaraan,. Perbulan ikami pelaporan sebanyak 3
kali. Setelah itu di rekap dan di setor ke kantor induk dan di
teruskan ke BPD. Begitupun dengan PAD” (wawancara 22 Januari
2018)

Ada juga wawancara dari Bapak berinsial R selaku pegawai PKB

di Dinas Perhubungan, mengatakan:

“setiap program termasuk uji KIR kita akan laporkan setiap


bulannya ke pimpinan. Seperti jumlah kendaraan yang diuji,
kendaran yang berhak beroperasi di jalan, dan lain-lain. Dan setiap
tahunnya kami rekap dan di berikan lagi ke pimpinan”
(wawancara 23 Januari 2018)
Berdasarkan wawancara di atas mengenai

pertanggungajwaban terkhusus dalam Pengujian Kendaraan Bermotor

108
di Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang dituangkan dalam sebuah

laporan. Laporan tersebut dilakukan secara berkala berupa laporan per10

hari, laporan perbulan dan laporan pertahun.

Adapun tujuan pelaporan kinerja yaitu memberikan informasi

kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan

seharusnya dicapai dan sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi

instansi pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak berinisial B selaku

pegawai Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang, mengatakan:

“semua program dan kegiatan yang telah dilakukan akan di jadikan


laporan. Bentuk laporan yang ada Dishub yaitu laporan keuangan
dan LKJip atau Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan tersebut di bawa ke pimpinan daerah lalu di teruskan lagi
ke kementrian” (wawancara 22 Januari 2018)

Menurut Bapak berinisial E selaku Sekretaris Dinas Perhubungan

Kabupaten Pinrang, mengatakan:

“mekanisme pertanggungjawaban harus dibedakan yaitu


keuangan dan program/kegiatan. Pertanngungjawaban keuangan
berdasarkann peraturan tentang pengelolaan keuangan daeerah,
sedangkan SKPD berdasarkan Perda APBD yang di tuangkan
dalam penjambaran APBD Kab. Pinrang. Dalam Perda
penjabaran Kab. Pinrang dan dilahirkan pada DPA
(Dokumen Pelaksanaan Anggaran) yang memuat
program/kegiatan. Setiap bidang maupun unit terkecil di Dinas
Perhubungan mempertanggungjawabkan kegiatan sesuai dengan
yang tercantum dalam DPA melalui pelaporan perbulan ataupun
triwulan. Laporan keuangan maupun fisik dilakukan secara berkala
dan isinya dapat dilihat dari program/kegiatan yang terealisasi
serta apa hambatan maupun solusi sehingga program
kedepannya dapat berjalan dengan baik. Sedangkan untuk akhir
tahun yaitu laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
(LAKIP/LKJIP). LAKIP disusun dan dibuat pada akhir tahun
sebagai bagian dari pertanggungjawaban pelaksana
program/kegiatan serta menjadi indikator kinerja SKPD. LAKIP
tersebut akan di publish ke pimpinan (bupati/wakil bupati). Adapun
pertanggunjawaban ke masyarakat yaitu dengan
mensosialisasikan program yang bersentuhan langsung ke
masyarakat serta peraturannya. Masyarakat juga dapat
mengunjungi website Dinas Perhubungan serta meminta informasi

109
melaui Pejabat Pengelola Informasi Daerah (PPID) di Dinas
masing-masing”

Adapun salah satu bentuk pertanggungjawaban Dinas

Perhubungan Kabupaten Pinrang yaitu sebuah laporan yang terdiri atas

laporan keuangan dan laporan kinerja. Di Dinas Perhubungan setiap

tahunnnya akan mengadakan pengukuran kinerja untuk mengetahui sejauh

mana capaian kinerja yang dapat diwujudkan oleh SKPD serta dilaporkan

dalam suatu laporan kinerja yang disebut Laporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (LKjIP/LAKIP).

Adapun proses pelaporan kinerja yang tercantum dalam Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yaitu kepala SKPD menyusun

laporan kinerja tahunan berdasarkan perjanjian kinerja yang disepakati dan

menyampaikannya kepada Gubernur/Bupati/Walikota, paling lambat 2

(dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Bupati/Walikota menyusun

Laporan Kinerja Tahunan pemerintah Kabupaten/Kota berdasarkan

perjanjian kinerja yang ditandatangani dan menyampaikannya kepada

Gubernur. Dan Gubernur/Bupati/Walikota menyusun laporan kinerja

tahunan berdasarkan perjanjian kinerja yang ditandatangani dan

menyampaikannya kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional,

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan

Menteri dalam Negeri paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran

berakhir.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis dapat

simpulkan bahwa penyelenggaraan pelayanan oleh Dinas

Perhubungan Kabupaten Pinrang telah dapat di pertanggungjawabkan

110
kepada pemerintah maupun masyarakat sehingga akuntabilitasnya dapat

dikatakan baik.

Jasi, indikator akuntabilitas yang menyangkut ukuran seberapa

besar kegiatan organisasi publik dapat di pertanggungjawabkan kepada

rakyat atau konsisten dengan kehendak publik di Dinas perhubungan sudah

baik. Hal tersebut dikarenakan kegiatan yang dilaksanakan setiap unit

dapat di pertanggungjawabkan. Salah satu media yang digunakan untuk

mempertanggungjawabkan kinerja Dinas Perhubungan yaitu melalui

laporan. Laporan tersebut dilakukan secara berkala yaitu setiap bulan,

triwulan, dan tahun. Dan dijadikan acuan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan Dinas Perhubungan dalam mencapai tujuan organisasi.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan uraian dari hasil penelitian mengenai

kinerja Dinas Perhubungan dalam pelayanan Pengujian Kendaraan

Bermotor jenis angkutan barang di Kabupaten Pinrang, maka dapat

disimpulkan bahwa kinerja Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang dalam

pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor jenis angkutan barang dengan

menggunakan lima indikator yaitu, produktivitas, kualitas layanan,

responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas secara umum sudah cukup

baik. Dari segi produktivitas dan responsibilitas masih belum maksimal. Hal

tersebut dikarenakan kurangnya pemeliharaan alat-alat pengujian

sehingga mengakibatkan alat-alat pengujian beberapa yang rusak serta

pengujian kendaraan yang dilakukan tidak menyeluruh, masih adanya

juga oknum pegawai yang membiarkan masyarakat tidak mengikuti

prosedur pengujian yang telah di tetapkan dan kedisiplinan pegawai

111
yang masih rendah. Namun dalam segi kualitas layanan, responsivitas dan

akuntabilitas sudah cukup baik. Dapat dilihat dari pemberian informasi

mengenai pengujian kendaraan, pengetahuan dan keahlian pegawai

pengujian, pegawai yang tanggap dalam melayani masyarakat yang

datang ke kantor PKB dan pelaporan pertanggungjawaban Dinas

Perhubungan yang rutin dilakukan secara berkala.

VI.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka berikut ini peneliti sampaikan

beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan agar kinerja Dinas

Perhubungan dalam pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor dapat

terlaksana dengan lebih baik lagi

1. Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang harus lebih aktif dalam

memberikan sosialisasi mengenai PKB di pelosok-pelosok Desa,

jangan hanya di tempat keramaian.

2. Diharapkan pegawai Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang dapat

meningkatkan kesadaran diri akan pemeliharaan sarana dan prasarana

yang telah tersedia.

3. Perlu juga adanya rapat evaluasi kinerja yang intensif yang bertujuan

mengevaluasi kinerja setiap pegawai di Dinas Perhubungan agar dapat

meningkatkan kinerjanya menjadi lebih baik sehingga masyarakat akan

lebih puas dalam pelayanan yang diberikan.

4. Kepala Dinas Perhubungan harus lebih tegas dalam memberikan

sanksi kepada pegawai yang melanggar peraturan dan memberikan

penghargaan kepada pegawai yang berprestasi.

112
DAFTAR PUSTAKA

Amins, Achmad. 2012. Manajemen Kinerja Pemerintah Daerah. Yogyakarta:


LaksBang PRESSindo.

Badu, Ahmad. 2012. Modul: Manajemen Pelayanan Publik. Makassar.

Batinggi & Ahmad, Badu. 2013. Manajemen Pelayanan Publik. Yogyakarta: CV


ANDI OFFSET.

Damayanti, Rosi. 2012. Pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor Terkait


dengan Kesalamatan Penumpang (Studi di Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informatika Kabupaten Karangayar). Surakarta:
Universitas Sebelas Maret. https://digilib.uns.ac.id/. Diakses 25 November
2017.

Dwiyanto. Agus. 2008. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan


Publik.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

________. 2006. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Fitrah, Milsah. 2017. Analisis Kinerja Pegawai Dalam Pembuatan Kartu Keluarga
di Kecamatan Larompong Kabupaten Luwu. Makassar: Universitas
Hasanuddin.

Galihyudhi. 2013. Standar Pelayanan Sudahkah Sesuai dengan Standar.


https://galihyudhi.wordpress.com/2013/09/18/standar-
pelayanansudahkah-sesuai-dengan-standar/ . Diakses 20 Oktober 2017.

Keban, T. Yeremias. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik,


Konsep,Teori dan Isu. Yogyakarta: Gava Media.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara RI Nomor 25 Tahun 2004


tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit
Pelayanan Instansi Pemerintah.

Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : UPP AMP YKPN

Mangkunegara. A.A, Anwar Prabu. 2007. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia.
Bandung: PT. Refika Aditama

Moeheriono, 2011. Indikator Kinerja Utama (IKU): Perencanaan, Aplikasi dan


Pengembangan. Jakarta: Rajawali Pers.

Moenir. 2006. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta:


Bumi Aksara

Mulyadi, Deddy. dkk. 2016. Administrasi Publik untuk Pelayanan Publik.


Bandung: Alfabeta

113
Nasucha, Chaizi. 2004. Reformasi Administrasi Publik: Teori dan Praktik. Jakarta:
PT Grasindo

Pasolong, Harbani. 2008. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: Alfabeta.

________ . 2008. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.

Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomor 17 Tahun 2011 Tentang Retribusi


Pengujian Kendaraan Bermotor.

Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 133 Tahun 2015 tentang Pengujian


Berkala Kendaraan Bermotor.

Ratminto, dan Atik. 2012. Manajemen Pelayan: Pengembangan Model


Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter dan Standar Pelayanan Minimal.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Riadi, Muchlisin. 2013. Pelayanan Publik.


http://www.kajianpustaka.com/2013/01/pelayanan-publik.html. Diakses 18
Oktober 2017.

Rivai, Veithzal dan Basri. 2005. Performance Appraisal: Sistem Yang Tepat Untuk
Menilai Kinerja Karyawan Dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan.
Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT Refika


Aditama.

Siagian, P. Sondang. 2004. Teori Pengembangan Organisasi. Jakarta: Bumi


Aksara

Sinambela L, Poltak. Dkk. 2006. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi


Aksara.

Syahrani, Ida. 2016. Kinerja Pelayanan Penyuluhan Pertanian di Balai Penyuluh


Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Patampanua
Kabupaten Pinrang. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

Sukowati, Kurniawan. 2010. Kinerja Organisasi Kantor Kecamatan Kedawung


Kabupaten Sragen. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
https://eprints.uns.ac.id/10494/1/148301608201010541.pdf. Dikases 25
November 2017.

Suwatno dan Donni Juni Priansa. 2014. Manajemen SDM dalam Organisasi Publik
dan Bisnis. Cet Ke-4. Bandung: Alfabeta.

Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta:


Grasindo.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan.

114
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara

Wekoila, Ricky. 2012. Kinerja Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Konawe.
Makassar: Universitas Hasanuddin.

Wibowo. 2010. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Pers.

115
LAMPIRAN-LAMPIRAN

116
LAMPIRAN 2

DAFTAR JENIS KENDARAAN YANG DIUJI PADA UNIT PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR ( PKB )

JENIS KENDARAAN JUMLAH

MOBIL PENUMPANG MOBIL BUS MOBIL PICK-UP MOBIL TRUCK KERETA KENDARAAN
NO BULAN
TDK TDK YANG DI UJI
MICKROLET ST.WAGON UMUM TDK U MUM DINAS UMUM UMUM DINAS UMUM UMUM DINAS TEMPELAN
1 2 15
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

JANUARI 5 7 7 0 0 0 102 0 82 0
1. 0 0 203
PEBRUARI 2 3 3 0 0 0 111 0 0 92 0 0
2. 211
MARET 6 4 8 0 0 0 147 0 0 160 0 0
3. 325

APRIL 13 2 10 0 0 0 205 0 0 216 0 0


4. 446
MEI 9 6 7 0 0 228 0 0 197 0 0
5. 0 447
JUNI 2 7 8 0 0 0 130 0 0 96 0 0
6. 243
JULI 5 5 20 0 0 0 171 0 0 128 0 0
7. 329
AGUSTUS 10 10 6 0 0 0 182 0 0 190 0 0
8. 398
SEPTEMBER 7 4 10 0 0 0 261 0 0 209 0 0
9. 491
OKTOBER 16 11 6 0 0 0 399 0 0 319 0 0
10. 751
NOPEMBER 8 6 12 0 0 0 334 0 0 282 0 0
11. 642
DESEMBER 1 4 10 0 0 0 236 0 0 122 0 0
12. 373
TOTAL 84 69 107 0 0 0 2506 0 0 2093 0 0 4859

DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN PINRANG


TAHUN 2017
LAMPIRAN 3

JENIS KENDARAAN YANG DI UJI

JENIS KENDARAAN YANG DI UJI JUMLAH

NO TAHUN MOBIL PENUMPANG MOBIL BARANG KENDARAAN KERETA KERETA KENDA-


MOBIL
BUS PICKUP
MICKROLET ST.WAGON TRUCK KHUSUS GANDENGAN TEMPELAN RAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1. 2012 258 90 59 1025 935 0 0 0 2367
2. 2013 250 110 51 1412 1389 0 0 0 3212
3. 2014 167 152 67 1637 1306 0 0 0 3329
4. 2015 297 256 113 3782 3197 0 0 0 7645
5. 2016 179 142 113 3411 2906 0 0 0 6751
6. 2017 84 69 107 2506 2093 0 0 0 4859

LAMPIRAN 4

NO TANGGA JENIS KENDARAN JUMLAH


L MOBIL MOBIL BUS MOBIL PICK UP MOBIL TRUCK KERETA KENDARA
PENUMPANG TEMPELA AN YANG
N DI UJI
Mickrolet ST. UMU TDK DINA UMUM TDK DINA UMUM TDK DINA
WAGON M UMUM S UMUM S UMUM S
1 2-jan-18 0 0 1 0 0 0 10 0 0 6 0 0 17
2 3-jan-18 0 0 0 0 0 0 7 0 0 8 0 0 15
3 5-jan-18 0 0 0 0 0 0 7 0 0 13 0 0 20
4 9-jan-18 1 0 0 0 0 0 13 0 0 13 0 0 27
5 11-jan-18 0 0 0 0 0 0 9 0 0 14 0 0 23
6 12-jan-18 0 0 1 0 0 0 11 0 0 5 0 0 17
7 15-jan-18 0 0 0 0 0 0 12 0 0 11 0 0 23
8 16-jan-18 0 0 0 0 0 0 10 0 0 8 0 0 18
9 17-jan-18 2 0 0 0 0 0 4 0 0 5 0 0 11
10 18-jan-18 0 0 0 0 0 0 9 0 0 8 0 0 17
11 19-jan-18 0 1 0 0 0 0 7 0 0 3 0 0 11
12 22-jan-18 0 1 0 0 0 0 18 0 0 20 0 0 39
13 23-jan-18 1 0 0 0 0 0 13 0 0 10 0 0 24
14 24-jan-18 0 0 0 0 0 0 11 0 0 5 0 0 16
15 25-jan-18 0 0 0 0 0 0 11 0 0 5 0 0 16
16 26-jan-18 0 0 0 0 0 0 11 0 0 5 0 0 16
TOTAL 4 2 2 0 0 0 163 0 0 `139 0 0 310
DAFTAR DAN JENIS KENDARAAN YANG DI UJI BULAN JANUARI 2018
LAMPIRAN 5

Kualifikasi petugas Unit Pelaksana Teknis ( UPT ) Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang
No Nama Jabatan Keberadaan SK Penugasan Diklat Teknis Bidang
LLAJ
1 2 3 4 5 6

1 HAMUDDIN Penguji ADA


Penyusun Rencana
2 FAISAL, SH
pengujian ADA
MUH. RUSLIADI. R,
3 Pengawas Pengujian
SH ADA
Pengelola Fasilitas
4 YOHANES ALI. P
Pengujian ADA
5 NURHAYATI Petugas Pelayanan -
6 SUNARTI YUSUF Petugas Pengaduan -
Petugas Perawatan Alat
7 BUYUNG
Uji -
LAMPIRAN 6 DOKUMENTASI

Kantor Induk Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang

Kantor PKB Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang

Visi-Misi Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang


Alur Pelayanan PKB Kabupaten Pinrang
Standar Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan

ATCS Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang


Spanduk Program Selamat Tumpanganku di Dinas Perhubungan Kabupaten Pinrang
Wawancara dengan Pegawai Dinas Perhubungan

Foto Bersama dengan Pegawai Dinas Perhubungan


CURICULUM VITAE

A. Biodata Pribadi

1. Nama : Jinang Zulfauziah

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Tempat Tanggal Lahir: Pinrang, 19 September 1996


4. Agama : Islam

5. Alamat : JL. Racing Center Btn. Gardenia Blok H/12

6. No Hp : 082399444800
7. Email : Jinang.zulfauziah@yahoo.com

B. Riwayat Pendidikan

1. TK : TK RA Umdi Beru

2. SD : SD Inpres Beru 2003-2008


3. SMP
: Pesantren Modern Putrri IMMIM Pangkep 2008-

2011

4. SMA : SMA Negeri 1 Pinrang 2011-2014

5. Perguruan Tinggi : Universitas Hasanuddin Fakultas Ilmu Sosial dan


Ilmu Politik, Program Studi Administrasi Negara

C. Pengalaman Organisasi

1. Departemen Advokasi dan Hubungan Luar Humanis FISIP UNHAS

2. Anggota Keluarga Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Hasanuddin

3. Anggota UKM Pencak Silat Panca Suci FISIP UNHAS

Anda mungkin juga menyukai