Anda di halaman 1dari 7

Olch nilai yang diharapkan (expected value) dari kedua proyek tersebut,

rinciannya adalah:
Altcmatif proyek 1: 0,5 X Rp. 200 juta = Rp. 100 juta
Altematif proyek 2: 0.75 X Rp. 150 juta = Rp. 105 juta.
Dari kedua alternatif proyek tersebut. jelas altematif proyek 2 yang terpilih.

2. Analisis Scnsitivitas (Sensitivity-Analysis)


Analisis scnsitivitas (sensitivity-analysis) prinsipnya sama dengan PERT
yakni nilai yang diharapkan (expected value) menjadi masukan utama ke
dalam proyek yang menaruh perhitungan hasil sebagai suatu hal yang bemilai
yang optimis (+ n %) dan bemilai pesimis (- n %), di mana umumnya nilai
n- K).

Connth kasus
Harga barang dan bumh proyek berlluktuasi (naik turun). Olch sebab itu
harga kontrak perlu ditetapkan lebih lanjut dan manajer proyek perlu melihat
dampak fluktuasi tersebut pada jajaran (manajemen) bawahannya. Material
adalah komponen utama biaya proyek. Biaya pengeluaran tambahan
(overhead cost) dipcrhitungkan 175% dari bumh lepas proyek.
Biaya Material Rp600.000,-
Ongkos Bumh Upas Rp200.000.-
Kontribusi dana untuk mcngatasi
biaya pengeluaran tambahan adalah Rp350.000,-
Pendapatan tetap: Rp 1.200.000.-

Perhitungan analisis sensitivitas (sensitivity-analysis):

Pendapatan (revenues)
Biaya material
Kombinasi biava bumh dan biava pengeluaran tambahan
= Laba (profit)

Scperti dapat dilihat bahwa dampak perubahan biaya-biaya tersebut ada.


tetapi sebaiknya material dinaikkan 10% sebab jika lidak biaya bumh
ditumnkan. akan membuat kemgian.
Material
-10% Diharapkan + 10%
(Expected)
Biaya Buruh -10% 1,2 1,2 1,2
(labour) -0,54 -0,6 -0,66
dan -0.495 -0.495 0.495
Biaya 0,165 +0,105 +0.045
Pengeluaran Diharapkan 1,2 1,2 1,2
Tambahan (Expected) -0,54 -0,6 -0.66
(overheads) -0.55 -0.55 -0.55
+0,11 +0,05 +0,01

+ 10% 1,2 1,2 1,2


-0,54 -0,6 -0,66
-0.605 -0.605 -0.605
+0,055 -0,005 -0,065

3. Simulasi Monte-Carlo (Monte-Carlo Simulation)


Siniulasi Monte-Carlo (Monte-Carlo Simulation) adalah suatu metode
yang nicnggunakan komputer sebagai alat bantu yang nicnggunakan
sejumlah nilai distribusi untuk waktu, biaya dan perhitungan lainnya dan
memperlihatkan dampak pada keuangan dan faktor kritis proyek lainnya.
Simulasi Monte-Carlo (Monte-Carlo Simulation) merupakan pcrluasan
teknik tabel lembar besar (spreadsheet) seperti halnya program Lotus dan
Excel yang membuat pcrencana dapat membuat pilihan model.
Suatu proyek dapat diadakan atau tidak diadakan tcrgantung pada
beberapa faktor. Oleh sebab itu, suatu proyek harus dilakukan seleksi.
Menurut Koolma dan Schoot (1988:142), peniilihan proyek-proyek bertujuan
untuk:
a. Kapan harus dilakukan dan kapan tidak perlu penanganan proyek, bila
ada scsuatu yang harus diwujudkan?
b. Apa yang kita pilih bila ditawarkan proyek-proyek atau bilamana tercipta
proyek-proyek tersebut dan mau melakukan pekerjaan?
Perspektif Metode Pemilihan Proyek
Mcnurut Zuhdi (http://kuliahaz.nivminarcl.com/calegorv/rnanpro-ti/).
metode pemilihan proyek. bcrvariasi. antara lain:
a. fokus pada kcbutuhan;
b. kategori;
c. finansial:
d. bobot proyek;
e. balanced score card.

Telapi dalam modul ini dengan mcngadopsi pemikiran Zuhdi tentang


metode pemilihan proyek (htlp://kuliaha/.mvminaret.com/calegorv/manpro-
ti/) tersebut. Wulandari hanya akan menguraikan metode pemilihan proyek
yang mencakup, antara lain:
a. Fokus pada ke bunt ban
Kcbutuhan yang hams dipenuhi organisasi dan pertimbangan perlu
adanya proyek atau non proyek. harus berorientasi pada kebuluhan
utama organisasi dan sasaran organisasi sehingga proyek tersebut efektif
pencapaian tujuannya dan efisien.
b. Kategori mencakup kategori ekonomi dan sosial
Artinya, kategori prioritas dan jenis proyek. Untuk itu, perlu ada skala
prioritas proyek dalam mcmpertimbangkan scleksi atau pemilihan
proyek. Apakah proyek tersebut berdampak luas dalam jangka waktu
pendek. menengah ataukah panjang? Apakah proyek tersebut
mcncerminkan perencanaan strategis organisasi? Serta berbagai kategori
lainnya baik dari segi ekonomi maupun sosial. Dalam hal ini studi
kelayakan proyek (feasibility project study) memegang peranan yang
sangat penting. sebab menentukan layak atau tidaknya suatu proyek
untuk dilaksanakan (diuraikan lebih lanjut pada Modul 3 Kegiatan
Belajar 2 dan Modul 5).
c. Keuangan atau finansial mencakup kriteria investasi, kelayakan proyek
serta evaluasi proyek (hal ini dibahas pada Modul 3 Kegiatan Belajar 2).
Kriteria finansial menyangkut ketersediaan sumber dana. kebuluhan
dana proyek serta kemampuan investasi dan kembalinya investasi
proyek.
d. Pengukuran kinerja proyek
Salah satunya adalah dengan metode pengukuran kinerja balanced score
card bagi proyek yang bersangkutan.
Mcnurut Wulandari dalam Istianda (2(X)6), balanced score card sebagai
salah satu metodc pcngclolaan pcrubahan bagi organisasi untuk meraih
keunggulan kompetitif di era globalisasi yang nienipunyai sisi keunggulan
lebih banyak dibandingkan dengan nietode pengukuran kinerja lainnya.
Tujuan-tujuan khusus organisasi proyek (sebagai komponen balanced score
card) terdiri dari 4 (empat) pcrspeklif balanced score card, yang mana
kcempat perspektif tersebut nienghubungkan pengendalian operasional
jangka pendek ke dalam visi dan strategi organisasi proyek jangka panjang
antara lain:
1) Perspektif keuangan
Ukuran finansial atau keuangan dalam balanced score card merupakan
alat monitoring dan evaluasi manajemen dalam menilai proses dan hasil
tindakan keputusan-kcputusan bidang keuangan dalam rangka
penciptaan nilai yang telah dilakukan atau yang telah terjadi. Jadi ukuran
keuangan merupakan rangkuman dari keputusan, tindakan dan
konsekuensi aspek ekonomi organisasi yang telah terjadi.
2) Perspektif pclanggan
Perspektif pelanggan merupakan sudut pandang organisasi. dalam hal ini
khususnya para pinipinan organisasi proyek (manajer. supervisor dan
lainnya) untuk mengidentifikasikan sasaran pelanggan atau publik
pengguna output organisasi proyek. Indikator-indikator utama perspektif
pelanggan bagi organisasi proyek adalah customer focus dan customer
satisfaction.
3) Perspektif bisnis internal organisasi proyek
Proses internal operasional organisasi proyek tersebut harus diunggulkan
untuk memenuhi tujuan dari perspektif keuangan (pemegang saham.
pendonor, misalnya pcmcrintah atau badan internasional) dan perspektif
pelanggan atau publik pengguna. Ada 3 (tiga) proses bisnis internal
organisasi (Kaplan dan Norton, 19%) antara lain:
a) proses inovasi rancangan produk dan pengembangan produk;
b) proses produksi di mana pengukuran kinerja diukur dari kinerja
proses dan distribusi produksi dengan standarisasi waktu. kualitas
dan biaya pada proses dan distribusi produksi;
c) proses pelayanan puma jual merupakan proses jasa pelayanan pada
pelanggan setelah penjualan atau distribusi output.
4) Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Pembelajaran dan pertumbuhan merupakan indikator organisasi proyek
yang schat dan merupakan investasi jangka panjang. terutama pada
investasi infrastmktur organisasi berupa pegawai atau sumber daya
manusia organisasi, sistem dan prosedur (Dewantoro, 2004:30). Menurut
Kaplan dan Norton (dalam Dewantoro. 2004:30), ukuran kinerja
pembelajaran dan pertumbuhan mencakup:
a. kemampuan pegawai (employee capabilities). Kategori employee
capabilities menekankan perbaikan proses dan peningkatan kinerja
bagi pelanggan bermula dari anggota organisasi yang berada pada
garis depan atau operasional (front-line employee),
b. kemampuan sistem informasi (informations system capabilities)
sangat berguna bagi para anggota organisasi dalam melaksanakan
pekerjaan,
c. motivasi. pemberdayaan dan penjajaran (motivation. empowerment,
alignment). Proses pembelajaran trial and error perlu diintemalisasi
dan disosialisasikan ke segenap organisasi yang disertai dukungan
motivasi dan adaptasi yang berkesinambungan.

4. Pihak Berkompeten dalam Peniilihan Proyek


Dalam organisasi proyek, pemilihan proyek tidak selalu berada dalam
urusan kewenangan manajemen puncak organisasi yang mengadakan atau
memprakarsai proyek yang bersangkutan (misalnya Menteri. Dirjen BUMN),
tetapi juga pada pimpinan proyek itu sendiri. Menurut Koolma dan School
(1988:143), pemilihan proyek ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan.
anlara lain:
a. Sasaran-sasaran organisasi. perusahaan atau lembaga yang bersangkutan
Seperti diketahui umum, tujuan atau sasaran organisasi itu senantiasa
dinamis, tidak selalu sama sebab mengikuti perubahan lingkungan dan
tuntutan masyarakat atau konsumen proyek yang bersangkutan. Menurut
Koolma dan School (1988:143), agar sasaran-sasaran tersebut dapat
dioperasionalkan dalam rangka suatu tugas kerja yang pasti, maka
sasaran-sasaran tersebut dikaitkan dengan. misalnya jumlah penjualan.
saham pasaran, jumlah penjualan dan lainnya. Oleh sebab itu. perlu ada
keseimbangan antara sasaran-sasaran yang dicapai tersebut yang sifatnya
dinamis atau berubah-ubah dengan sasaran-sasaran lainnya yang sifatnya
sosial. misalnya terbukanya lapangan kerja baru dengan adanya proyek.
manfaat proyck bagi masyarakat dan tcrberdayanya fungsi sosial lainnya
dengan adanya proyck yang akan diadakan. Dalam hal ini, Koolma dan
School (1988:145) menyatakan bahwa pemilihan proyek bukanlah suatu
urusan penilaian yang pasif murni mengenai hal yang disajikan dari
pihak I uar a tan yang dibawakan dari dalam, tetapi merupakan suatu
masalah mengemudikan perusahaan atau lembaga dengan sadar dcngan
suatu earn cocok dengan waktu sekarang ini dan demikian serasi
dengan sasaran-sasaran perusahaan atau lembaga.
Kemungkinan-keniungkinan yang didapat dari data tentang:
1) Tcnaga-lcnaga yang siap untuk dimanfaatkan
Dalam hal ini, tenaga-tenaga sumber daya nianusia yang ada
digunakan untuk membangun masa depan. Olch sebab itu perlu
mengukur tenaga-tenaga dan menginventaris sumber daya-sumber
daya.
2) Pasaran
Dari sudut pemrakarsa dan pemilik proyek. misalnya pemerintah.
pasar bagi hasil proyek menjadi penting, sebab kesesuaian proyek
dengan sarana, konsepsi proyek dan pelaksanaannya berkaitan erat
dengan sarana-sarana pendanaan dan berbagai investasi proyek yang
juga harus selaras dengan kecenderungan (trend) pasar bagi proyek
tersebut. Untuk itu, Koolma dan School (1988:145) menerangkan
dalam berhubungan bisnis dengan pihak lain atau pihak ketiga, perlu
pendekatan pasaran, antara lain:
a) cara pemecahan masalah secara fungsional (melalui fungsi-
fungsi unit atau lembaga atau secara prosedural);
b) apa yang akan dilakukan atau dikerjakan harus dipikirkan
matang agar efisien atau memiliki risiko yang rendah;
c) pemecahan masalah harus sesuai dcngan situasi dan kondisi
lingkungan atau pasar;
d) adaptif terhadap perkembangan zaman dan dapat
mengakomodasi perubahan selera atau perkembangan jaman
tersebut;
e) makin memperhitungkan sifat pasar global atau internasional;
f) dalam pasar, posisi peran organisasi proyek terbiasa fleksibel
sebagai penjual atau pembeli.
3) Sarana-sarana kcuangan
Pcmbiayaan pcrlu dilakukan dengan cermat, tcrutama yang
berkaitan dengan pembiayaan dari sumber dana bank, sehingga
pcrlu memperhitungkan mclambungnya ongkos-ongkos dalam awal
proses sampai akhir proses produksi. Sarana-sarana keuangan
berkaitan pula dengan persetujuan peralihan kerja kepada pihak
ketiga, sehingga kewajiban-kewajiban kontrak utama dan sub-
kontrak harus disesuaikan, demikian Koolma dan School (1988:148)
menegaskan.

5. Seleksi Prioritas Proyek dan Good Governance


Dalam pendekatan administrasi publik, pada hakikatnya pembangunan
yang dilakukan oleh pemerintah dan diwujudkan melalui pengadaan proyek-
proyek pembangunan haruslah memenuhi prinsip-prinsip transparan.
partisipatif memiliki akuntabilitas, efektif, efisien serta demokratis. Prinsip-
prinsip tersebut ada dalam konsep Good Governance. Diterapkannya konsep
Good Governance tersebut dapat berpengaruh positif terhadap penentuan
seleksi proyek pembangunan sehingga proyek-proyek pembangunan
nicngandung unsur transparan. demokratis serta akuntabel. Hasilnya adalah
ada keadilan (fairness) dalam proses seleksi proyek pembangunan. Keadilan
dalam seleksi proyek pembangunan akan membawa kepentingan seluruh
elemen masyarakat sehingga mewujudkan pembangunan partisipatif yang
menjunjung tinggi kemanusiaan dan kebcrlangsungan hidup bumi.

6. Pihak Penveleksi Proyek Publik Berskala Nasional


Pada umumnya, pihak penyeleksi proyek publik berskala nasional adalah
badan yang ditunjuk oleh pemerintah. Badan nasional yang ditunjuk oleh
pemerintah tersebut juga mendapat kepercayaan masyarakat karena
kompetensi, kredibilitas dan profcsionalismenya serta memiliki fungsi serta
peran besar dalam pembangunan negara. Untuk di Indonesia, sampai pada
tahun 1999. peran Bappenas adalah sebagai juru seleksi proyek-proyek
pemerintah. Latar belakang peran tersebut menjadi tanggung jawab
Bappenas. antara lain:
a. Dalam negosiasi dengan negara-negara maupun lembaga keuangan
multilateral, pemerintah diharuskan membawa setumpuk proposal berisi
rincian daftar proyek. Proyek-proyek itulah yang hendak dibiayai dengan
dana pinjaman luar negeri. Penyusunan proposal proyek-proyek

pemerintah yang keniudian dikcnal blue book mcrupakan tugas


Bappenas.
b. Pada hakikatnya. tugas Bappenas dalam hal ini, adalah:
1) menyaring proyek-proyek pembangunan pada negosiasi pinjaman
luar negeri;
2) menyaring proyek-proyek pembangunan dalam penyusunan daftar
usulan dan daftar isian proyek (DUP dan DIP). Seperti yang telah
diketahui urnum, kedua hal tersebut (menyaring proyek-proyek
pembangunan dan penyusunan daftar usulan dan daftar isian proyek
atau DUP dan DIP) memang saling berkaitan erat, lantaran proyek-
proyek yang tercantum dalam DUP dan DIP itu nantinya akan
dibiayai dengan dana APBN, yang diambil dari pos Bantuan
Program dan Bantuan Proyek
(http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1999/05/01/0050.html).

Anda mungkin juga menyukai