Anda di halaman 1dari 154

OPTIMALISASI PENGAMANAN ASET TETAP

DAERAH OLEH PEMERINTAH KOTA


TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU

SKRIPSI

Di ajukan guna pengembangan kompetensi keilmuan terapan


pemerintahan dan syarat kelulusan pada Program Sarjana Terapan Ilmu
Pemerintahan Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Oleh

DEVI REFITA ANGRENI


NPP. 30.0271

PROGRAM STUDI KEUANGAN PUBLIK


FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JATINANGOR
2023
Motto:
“ Jangan Terlalu ambil hati dengan ucapan
seseorang kadang manusia punya mulut tapi
belum tentu punya pikiran, Buat jalan mu
sendiri dan tinggalkan jejak ”

Teruntuk kedua orangtuaku tersayang, abang dan


adikku, serta orang terkasih terimakasih atas doa yang
selalu dipanjatkan dan dukungan yang tiada henti
dalam saya menapakkan kaki di dunia hingga saat
masa akhir pendidikan saya
Terimakasih teruntuk Almamaterku tercinta
Institut Pemerintahan Dalam Negeri dan segenap
kenangan manis dan pahit yang telah memberi warna
di hidup saya.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh.

Alhamdulillah. Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan

atas kehadirat Allah Subhanahu wa ta'ala karena dengan berkat dan

rahmat-Nya sehingga saat ini penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan

judul “OPTIMALISASI PENGAMANAN ASET TETAP DAERAH OLEH

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN

RIAU” ini dengan lancar dan tepat waktu. Skripsi ini disusun guna

pengembangan kompetensi keilmuan terapan pemerintahan dan syarat

kelulusan pada Program Sarjana Terapan Ilmu Pemerintahan pada Institut

Pemerintahan Dalam Negeri.

Penyusunan skripsi ini sudah tentu tidak dapat terselesaikan

sebagaimana mestinya tanpa bantuan dari berbagai macam pihak. Untuk

itu saya selaku penulis dengah hormat menyampaikan terima kasih

sebanyak-banyaknya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr.Hadi Prabowo, M.M selaku Rektor Institut Pemerintahan

Dalam Negeri;

2. Bapak Dr. Halilul Khairi, M.Si selaku Dekan Fakultas Manajemen

Pemerintahan;

3. Bapak Dr. Marja Sinurat, M.Pd., MM selaku Ketua Program Studi

i
Keuangan Publik;

4. Bapak Budi Eko Lestari., S.E., M.Si selaku Dosen Pembimbing

yang bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pemikirannya

untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi petunjuk kepada

Penulis dalam penyusunan Proposal ini;

5. Segenap Dosen Pengajar, Pelatih dan Pengasuh serta seluruh

Civitas Akademika atas bimbingan, ilmu, saran dan motivasi yang

diberikan selama penulis menempuh pendidikan di IPDN ini;

6. Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau yang merupakan

tempat pendaftaran penulis yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di IPDN;

7. Ibu Kinanti Aladawiyah , S.STP selaku pamong pengasuh Wisma

Miangas Atas yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan

saran untuk kami personil Wisma Miangas Atas agar semangat

menjalani siklus kehidupan praja dan cepat segera

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

8. Saudara Kontingen KEPRI angkatan XXX yang sama–sama

mengukir cerita semasa pendidikan serta kepada adik–adik

angkatan XXXI, XXXII dan XXXIII yang juga turut serta

mempunyai andil dalam membantu menyelesaikan pendidikan di

IPDN;

9. Sahabat, teman, sekaligus keluarga seperjuangan dari Muda

Praja sampai Praja Utama yang sama-sama merasakan pahit

ii
manis kehidupan Wisma Nusantara 25 Atas hingga saat ini

menjadi personil Wisma Miangas Atas yang menemani penulis

dikala susah maupun senang, dan memberikan dukungan yang

sangat tinggi untuk menyelesaikan Skripsi ini tepat waktu

10. Seluruh Rekan–Rekan Angkatan XXX Satya Haprabu yang

berjuang bersama melewati hari-hari di IPDN dengan penuh

makna.

11. Rekan-rekan Kelas F-6 Angkatan XXX yang telah menemani

selama 4 tahun melaksanakan perkuliahan dan saudara asuh

bimbingan Skripsi atas segala kebersamaan yang telah dilewati

bersama.

12. Orang terkasih Muhammad Nauval Akdinanda Yovanny yang

telah memberikan bantuan motivasi dan semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah terlepas dari

segala kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu, penulis

mengharapkan saran dan kritik yang untuk penyempurnaan skripsi ini.

Keberhasilan dan hambatan yang penulis hadapi dalam mengikuti

pendidikan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri akan menjadi

pengalaman dan kisah yang berharga di masa mendatang.

iii
Akhir kata semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas semua

kebaikan dan dukungan yang telah diberikan dengan penuh keikhlasan.

Akhir kata penulis berharap Skripsi ini dapat memberikan bermanfaat

bagi penulis dan pembaca.

Jatinangor, Maret 2023

Penulis,

Devi Refita Angreni

iv
ABSTRAK

Pengaman aset daerah kota Tanjungpinang oleh Badan Pengelolaan


keuangan dan aset daerah merupakan salah satu upaya pemerintah daerah kota
Tanjungpinang dalam melakukan pengamanan aset daerah di kota
Tanjungpinang. Tanah merupakan salah satu aset daerah yang sangat besar nilai
nya bagi pemerintah Kota Tanjungpinang. Beberapa aset tanah di Kota
Tanjungpinang yang belum memiliki sertifikat yang jelas menyebabkan beberapa
aset tanah Kota Tanjungpinang hilang ataupun di klaim oleh pihak yang tidak
bertanggungjawab.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana optimalisasi
pengamanan aset tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang. Selain itu juga
untuk mengetahui hambatan apa saja yang di hadapi pemerintah Kota
Tanjungpinang dalam optimalisasi pengamanan aset tanah serta upaya apa yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang dalam mengatasi hambatan
tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam yaitu metode kualitatif deskriptif
dengan pendekatan induktif. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data
primer dan sekunder. Teknik analisis data yang digunakan yaitu pengumpulan
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Teknik pengumpulan data
meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Skripsi ini menggunakan teori
menggunakan teorin pengamanan aset menurut suwanda yaitu pengamana fisik,
pengamanan administrasi, dan pengamanan hukum.
Berdasarkan hasil penelitian, optimalisasi pengamanan aset tanah milik
Pemerintah Kota Tanjungpinang masih belum optimal. Hal ini dikarenakan
beberapa tanah yang belum memiliki sertifikat , hilangnya patok serta rusaknya
papan tanda kepemilikan , dan belum terdaftaranya tanah milik pemerintah kota
tanjungpinang pada Badan Pertanahan Negara.
Kata kunci : Aset Tanah, Optimalisasi, Pengamanan

v
ABSTRACT

Securing the assets of the Tanjungpinang city area by the Financial


Management Agency and regional assets is one of the efforts of the Tanjungpinang
city regional government in securing regional assets in the city of Tanjungpinang.
Land is one of the regional assets of great value to the government of
Tanjungpinang City. Some land assets in Tanjungpinang City that do not have
clear certificates have caused some of Tanjungpinang City's land assets to be lost
or claimed by irresponsible parties.
This study aims to find out how to optimize the security of land assets
belonging to the Government of Tanjungpinang City. Apart from that, it is also to
find out what obstacles the Tanjungpinang City government is facing in optimizing
the security of land assets and what efforts are being made by the Tanjungpinang
City Government in overcoming these obstacles. The research method used is
descriptive qualitative method with an inductive approach. The data sources in this
study are primary and secondary data sources. The data analysis technique used
is data collection, data presentation and conclusion. Data collection techniques
include interviews, observation and documentation. This thesis uses the theory of
asset security according to Suwanda, namely physical security, administrative
security, and legal security.
Based on the research results, optimizing the security of land assets owned
by the Tanjungpinang City Government is still not optimal. This is because some
of the land does not yet have a certificate, the loss of stakes and damage to the
ownership sign, and the unregistered land belonging to the Tanjungpinang city
government with the State Land Agency.
Keywords: Land Assets, Optimization, Security

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
TANDA PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
ABSTRAK ......................................................................................................... v
ABSTRACT ......................................................................................................vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................10
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................10
1.4 Kegunaan Penelitian ...................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................12
2.1 Penelitian Sebelumnya ...............................................................12
2.1.1 Penelitian Serly Wulandari (2014) ...................................12
2.1.2 Penelitian Siti Nurbaeti Said (2017) ................................13
2.1.3 Penelitian Putri Kusumawardani (2018) .........................15
2.1.4 Penelitian Yosinta Kingkin Nurrobani (2018)..................16
2.1.5 Penelitian Fitri Wulandari (2019) .....................................16
2.2 Landasan Teoritis Dan Legalistik ..............................................20
2.2.1 Landasan Teoritis..............................................................20
2.2.1.1 Konsep Optimalisasi .............................................20
2.2.1.2 Optimalisasi Aset Tetap .......................................22
2.2.1.3 Pengamanan Aset ................................................23
2.2.1.4 Barang Milik Daerah/Aset ....................................24
2.2.1.5 Aset Tanah ............................................................26
v
2.2.1.6 Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (BPKAD) .................................................. 27
2.2.2 Landasan Legalistik .......................................................... 28
2.2.2.1 Pemerintah Daerah ..............................................28
2.2.2.2 Hubungan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat Dan Pemerintah Daerah ........................... 30
2.2.2.3 Barang Milik Negara / Barang Milik Daerah ....... 31
2.2.2.4 Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah .....33
2.2.2.5 Pengelolaan Barang Milik Daearah .................... 35
2.3 Kerangka Pemikiran.................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 39
3.1 Pendekatan Penelitian ................................................................ 39
3.2 Operasionalisasi Konsep............................................................ 41
3.3 Sumber Data dan Informan ........................................................ 42
3.3.1 Sumber Data......................................................................42
3.3.2 Informan .............................................................................43
3.4 Instrumen Penelitian ................................................................... 44
3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 44
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................... 47
3.7 Jadwal dan Lokasi Penelitian..................................................... 49
3.7.1 Jadwal Penelitian .............................................................. 49
3.7.2 Lokasi Penelitian ............................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 51
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .........................................51
4.1.1 Sejarah Kota Tanjungpinang ...........................................51
4.1.2 Letak Geografis Kota Tanjungpinang.............................. 53
4.1.3 Demografi Kota Tanjungpinang ....................................... 56
4.1.4 keadaan pemerintah ......................................................... 59
4.1.5 Gambaran Umum Badan Pengelola Keuangan
Dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang ......................... 60
4.1.5.1 Gambaran Umum Organisasi............................ 60
vi

4.1.5.2 Kedudukan Tugas, Fungsi dan Struktur


Organisasi Badan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang ............61
4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan ............................................70
4.2.1 Pengamanan Fisik ............................................................ 70
4.2.2 Pengamanan Administrasi ...............................................80
4.2.3 Pengamanan Hukum ........................................................ 88
4.2.4 Faktor Penghambat Badan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah dalam optimalisasi pengamanan
aset tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang ..........92
4.2.5 Upaya Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah dalam mengatasi hambatan optimalisasi
pengamanan aset tanah milik Pemerintah Kota
Tanjungpinang ................................................................... 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 99
1.1 Kesimpulan .................................................................................. 99
1.2 Saran......................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 104

vii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. 1 Daftar Aset Tanah Pemerintah Kota Tanjungpinang 2021 ........ 7


Tabel 1. 2 Daftar Pengajuan lahan Tanah Pemerintah Kota
Tanjungpinang 2022 ...................................................................... 8
Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya ............................................................... 18
Tabel 3. 1 Operasionalisasi Konsep ........................................................... 41
Tabel 3. 2 Data Informan Wawancara ........................................................ 44
Tabel 3. 3 Jadwal Penelitian ........................................................................50
Tabel 4.1 Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan di Kota Tanjungpinang
Tahun 2021 ................................................................................. 57
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Perkecamatan Berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun 2022 ................................................................................. 58

Tabel 4. 3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin


di Kota Tanjungpinang .............................................................. 59
Tabel 4.3 Contoh Kartu Identitas Barang (KIB) A Tanah ........................ 83

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................ 38


Gambar 3. 1 Model Analisis Miles dan Huberman .....................................48
Gambar 4.1 Peta Kota Tanjungpinang ....................................................... 55
Gambar 4.2 Bagan Struktur Organisasi Badan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah KotaTanjungpinang ................................... 70

Gambar 4.3 Plang Tanda Kepemilikan Aset Tanah Pemerintah Kota


Tanjungpinang ......................................................................... 74
Gambar 4.4 Patok Batas Aset Tanah Pemerintah KotaTanjungpinang .. 75
Gambar 4.5 Pagar Pembatas Aset Tanah Pemerintah Kota
Tanjungpinang ........................................................................ 76

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam menjalankan pemerintahan

pada era globalisasi saat ini yang masih menjadi tantangan terbesar bagi

pemerintah Indonesia. Salah satu tantangan dalam pemerintahan saat ini

yakni melaksanakan keberhasilan pembangunan yang mana nilai-nilai

Pancasila serta prinsip prinsip good governance dijalankan beriringan

dengan terlaksananya pembangunan guna terujudnya cita-cita bangsa

Indonesia sebagaimana yang telah tercantum pada pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945 Alinea Kedua. Tujuan penyelenggaraan pemerintahan

sendiri adalah untuk kesejahteraan masyarakat. Maka dari itu, prinsip good

governance diharap akan menjadi pendorong utama dalam setiap proses

penyelenggaraan pemerintahan. Adapun beberapa poin prinsip good

governance itu sendiri adalah demokratisasi, desentralisasi, akuntabilitas

dan transparasi.

Guna mempercepat terwujudnya suatu kesejahteraan masyarakat

dengan adanya peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta

masyarakat. Untuk itu, Undang-Undang Dasar 1945 sudah melimpahkan

penyelenggaran otonomi kepada daerah otonom yang seluas–luasnya

melalui Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah. Makan untuk itu, melalui otonomi yang seluas-luasnya yang

1
2

dilimpahkan kepada pemerintah daerah, dalam lingkungan yang strategis,

pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan daya saing yakni

dengan mempertahankan prinsip-prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,

keistimewaan dan kekhususan serta dengan potensi dan keanekaragaman

daerah secara optimal dalam terselenggaranya sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Otonomi Daerah merupakan suatu sarana yang memiliki tujuan

guna mewujudkan cita-cita keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat itu

sendiri (Mardiasmo, 2018, p. 9). Sebagai sarana, maka kewenangan

daerah yang dibingkai oleh otonomi daerah harus dimanfaatkan dengan

sebaik-baiknya. Makan dengan demikian, keadilan dan kemakmuran bagi

masyarakat dapat diwujudkan.

Desentralisasi telah memberikan kewenangan kepada pemerintah

daerah untuk mengurus sendiri rumah tangganya sendiri. Pada dasarnya,

desentralisasi sendiri hanya akan efektif jika disertai dengan adanya

pemberian dana perimbangan dan hak daerah guna menarik Pendapatan

Asli Daerah (PAD) telah sesuai dengan potensi pemerintah daerah itu

sendiri. Hal ini dapat disebut dengan desentralisasi fiskal. Hal ini akan di

manfaatkan dengan baik bila direncanakan, dilaksanakan, diawasi, serta

dipertanggungjawabkan oleh tiga pilar otonomi daerah yaitu Kepala

Daerah, DPRD, dan Masyarakat disesuaikan dengan adanya suatu

mekanisme serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika hal

tersebut dapat diterapkan suatu pemerintahan yang baik akan terlaksana.


3

Asas desentralisasi pada dasarnya disadarkan bertujuan untuk

menjadikan pemerintah daerah memiliki kewenangan yang lebih besar

yakni dalam rangka mengelola serta mengurus segala sesuatu hal yang

berhubungan dengan tugas pokok dan fungsi pemerintah daerah sesuai

dengan Undang-Undang yang berlaku termasuk dalam pengelolaan

keuangan dan aset daerah yang berada di daerah untuk meningkatkan

kualitas daerah dalam mengelola pembangunan pada daerahnya masing

masing secara optimal dengan berlandaskan pada prinsip efisien, efektif,

transparan dan akuntabel.

Guna mewujudkan pengelolaan keuangan yang baik pada

pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah , Pemerintah menerbitkan

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pembedaharaan

Negara.Pembedaharaan Negara merupakan suatu pengelolaan serta

pertanggungjawaban pada keuangan negara yang mencakup dengan

pengelolaan aset. Pemerintah daerah diharapkan dapat mengoptimalkan

sumber daya yang telah dimiliki oleh daerah daerah itu sendiri, Adapun

salah satu caranya, yakni dengan memaksimalkan segala sumber

penerimaan daerah tanpa terkecuali termasuk dalam pemanfaatan aset-

aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah tersebut. Untuk itu, upaya dalam

pengelolaan aset–aset daerah harus dilaksanakan dengan efektif dan

efisien dengan berlandaskan kepada tranparansi dan akuntabilitas hingga

dapat dipertanggungjawabkan dari segi fisik ataupun segi pengelolaan


4

serta pemanfaatan guna mendukung kelancaran tugas pemerintahan

dalam melaksanakan serta pemberian pelayanan kepada masyarakat.

Sementara itu, dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19

Tahun 2016 Pasal 1 disebutkan bahwasanya aset atau Barang Milik Daerah

(BMD) adalah semua barang yang di peroleh atas beban Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD) atau berasal dari perolehan lainnya

yang sah. Pengelolaan aset sudah diatur pada Peraturan Pemerintah

Nomor 28 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Barang

Milik Daerah serta didukung dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik

Daerah, pada peraturan tersebut telah dijelaskan tentang teknis dalam

pebgelolaan keuangan dan aset daerah dengan rinci.

Terdapat beberapa penjelasan tentang aset juga telah diatur pada

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntasi

Pemerntahan. Peraturan Pemerintah tersebut, terdapat beberapa lampiran

yang mana berisi tentang Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan

(PSAP). Pada Lampiran I.08 tentang Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintahan 07 mengenai Akuntansi Aset Tetap yang menjelaskan

bahwasanya aset tetap merupakan aset berwujud yang mana telah memiliki

masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk menunjang segala kegiatan

pemerintahan maupun dipergunakan oleh masyarakat umum. Berdasarkan

kesamaan dalam sifat dan fungsinya, aset tetap dapat dikelompokkan

menjadi:
5

1. tanah;
2. peralatan dan mesin;
3. gedung dan bangunan;
4. jalan, iriasi dan jaringan;
5. aset tetap lainnya; dan
6. konstruksi dalam pengerjaan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang

Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD) dimana telah dijabarkan

tentang pengelolaan barang milik daerah atau aset daerah. Barang milik

daerah atau aset daerah harus dikelola dengan baik dan tepat guna oleh

pemerintah daerah sehingga barang milik daerah atau aset daerah yang di

manfaatkan atau di kelola dapat memberikan manfaat guna mewujudkan

pembangunan yang optimal pada pemerintah daerah setempat serta dapat

memberikan manfaat bagi masyarakat dan pemerintah daerah setempat.

Meskipun landasan legalistik dalam pengelolaan Barang Milik

Daerah (BMD) telah diberlakukan, dalam pelaksanaannya saat ini terdapat

beberapa kendala terjadi pada pengelolaan aset daerah dimana proses

pengaman aset yang belum maksimal. Masih ditemukannya temuan

temuan dalam pengelolaan barang milik daerah ataupun aset daerah yang

belum optimal.Hal ini sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa

pengaman aset atau barang milik daerah adalah target yang harus di capai

pemerintah daerah dalam kebijakan pengelolaan aset atau barang milik

daerah. Jika sistem pengamanan aset lemah, hal ini dapat menyebabkan

kendala–kendala pada pemerintah daerah dalam mengenali jumlah aset

yang dimiliki pemerintah daerah (Mardiasmo, 2018, p. 284).


6

Melihat kondisi aset yang terdiri dari beragam jenis maupun

karakteristiknya. Pemerintah daerah sebagai entitas pengelola keuangan

daerah sebaiknya mampu memahami dan mengelola berbagai aset di

daerahnya. Terutama, dalam pengelolaan aset tetap daerah yang

mempunyai pengaruh besar yang dapat dilihat dari segi materialis Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah.

Kota Tanjungpinang merupakan salah satu daerah yang terletak di

Provinsi Kepulauan Riau dengan jumlah aset daerah yang cukup melimpah

terutama pada aset tetap. Terdapat beberapa permasalahan yang dialami

oleh Kota Tanjungpinang dalam pengelolaan aset tetap, terutama pada

pengamanan aset tanah. Sebagian dari aset tanah milik Pemerintah Kota

Tanjungpinang tersebut masih ditemukan belum memiliki sertifikat dimana

sertifikasi terutama pada aset tanah merupakan payung hukum yang

mendari kepemilikan tanah tersebut.

Berdasarkan informasi yang didapatkan dengan berkomunikasi

melalui sambungan telepon dengan pihak Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Tanjungpinang Bapak Muhammad Fais

Fahmi,S.STP pada Kamis 1 September 2022, pengaman aset berupa

sertifikat tanah yang masih belum terlaksana dengan baik. Menurut data

terbaru jumlah aset tanah yang dimiliki oleh Pemerintah Kota

Tanjungpinang berjumlah 609 dimana pada Tabel 1.1 berikut ini.


7

Tabel 1. 1
Daftar Aset Tanah Pemerintah Kota Tanjungpinang 2021

Jumlah Sudah Belum


No Jenis Aset Tanah
Aset Bersertifikat Bersertifikat
1 2 3 4 5
1 Tanah Bangunan Kantor 219 124 95
Pemerintah
2 Tanah Jalan 184 90 94
3 Tanah Taman Wisata 52 22 30
4 Bangunan Pendidikan 66 49 17
(Sekolah)
5 Tanah Posyandu 34 14 20
6 Tanah untuk Jalan Kota 28 18 10
Madya
7 Tanah Penggalian Lainnya 10 0 10

8 Tanah Bangunan 16 0 16
Bersejarah
Total 609 317 292
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota
Tanjungpinang (Pemerintah Kota Tanjungpinang, 2021)

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas menunjukan bahwa cukup banyak

aset tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang yang belum memiliki

sertifikat. Terdapat 292 Tanah yang ada di kota Tanjungpinang belum

memiliki sertifikat.Tanah yang belum bersertifikat banyak terdapat pada

tanah bangunan kantor pemerintah, tanah jalan dan tanah taman wisata.

Bahkan, beberapa aset tanah milik Kota Tanjungpinang ada yang sama

sekali belum bersetifikat, di antaranya tanah penggalian lainnya dan tanah

bangunan berserjarah. Adanya permasalahan kepemilikan pada aset tanah

dapat menimbulkan adanya pengambil alihan tanah oleh oknum atau pihak

lain karena belum adanya kejelasan hukum kepemilikan tanah tersebut.

Adapun daftar pengajuan lahan tanah yang masih dalam proses sertifikasi

oleh Badan Pertahanan Nasional dijelaskan pada Tabel 1.2 sebagai berikut.
8

Tabel 1. 2
Daftar Pengajuan lahan Tanah Pemerintah Kota Tanjungpinang 2022

No Lokasi Luas No. Keadaan/Peruntukan Harga


(𝑴𝟐) Sertifikat

2 3 4 5 6
1
1 Kampung Bugis 19.453 00271 Perkantoran Pemerintah
Kota Tanjungpinang
2 Kampung Bugis 1.862 00272 SDN006 Tanjungpinang 163.856.000
Kota
3 Penyengat 6.246 00214 SMPN 9 Tanjungpinang 6.875.000
4 Penyengat 2.216 00215 SDN007 Tanjungpinang 224.000.000
Kota
5 Kampung Baru 2.216 00213 SDN009 Tanjungpinang 365.261.000
Kota
6 Tanjungpinang 1.944 00035 SDN012 Tanjungpinang 171.600.000
Barata Barat
7 Tanjungpinang 2.542 00191 SDN011 Tanjungpinang 440.000.000
Barat Barat
8 Tanjungpinang 1.709 00190 SDN001 Tanjungpinang 48.224.000
Barat Barat
9 Tanjungpinang 4.308 00195 SDN002 Tanjungpinang 220.000.000
Barat Barat
10 Tanjungpinang 963 00194 SDN003 Tanjungpinang 756.250.000
Barat Barat
11 Tanjungpinang 2.824 00192 SDN013 Tanjungpinang 494.120.000
barat Barat
12 Tanjungpinang 3.554 00193 GOR Sulaiman Abdullah 5.665.000.000
Barat
13 Kamboja 22.156 00900 SDN004 Tanjungpinang 1.487.640.000
Barat
14 Bukit Cermin 4.069 0037 SDN010 Tanjungpinang 495.000.000
Barat
15 Bukit Bestari 2.569 00054 SDN008 Bukit Bestari 71.280.000

16 Bukit Bestari 2.227 00150 SDN006 Bukit Bestari 264.990.000


17 Bukit Bestari 3.497 00149 SDN 014 Binaan Bukit 264.990.000
Bestari
18 Bukit Bestari 1.622 00298 SDN005 Bukit Bestari 598.289.440

19 Bukit Bestari 1.919 00150 SDN002 Bukit Bestari 296.198.540


20 Batu Sembilan 2.439 00178 SDN006 Tanjungpinang 53.878.000
Timur
21 Pinang Kencana 7.908 00193 SMPN17 45.233.760
Tanjungpinang
22 Pinang Kencana 19.998 00242 TPA(I) 93.873.834

23 Pinang Kencana 12.214 00243 TPA(II) 59.198.663


24 Bukit Cermin 3.967 00038 SMPN 3 Tanjungpinang
Total 132.206 12.132.685.740
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang (Pemerintah
Kota Tanjungpinang, 2022)
9

Berdasarkan pada Tabel 1.2 di atas bahwa pada 2022 sebanyak 24 bidang

aset tetap tanah sedang dilakukan pengajuan sertifikasi kepada Badan

Pertanahan Nasional. Dilihat dari latar belakang permasalahan tersebut,

dapat dikatakan bahwa langkah strategis serta upaya yang dilakukan oleh

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang dalam

pengelolaan aset tetap daerah yakni tanah yang dimiliki oleh pemerintah

kota Tanjungpinang, khususnya pada pengamanan aset sangat dibutuhkan

demi terwujudnya tertib administrasi yang ada di Kota Tanjungpinang. Hal

tersebut sejalan dengan tugas dan fungsi dari Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang, khususnya pada bidang

aset, yakni dalam melaksanakan perencanaan, pengadaan, pemanfaatan,

pengamanan, pemeliharaan, penatausahaan dan pengendalian aset.

Adanya permasalahan pada aset tetap daerah berupa tanah di atas,

maka perlu dilakukan pengoptimalisasian pengelolaan aset dengan baik dan

benar terutama pada pengamanan aset tetap daerah yakni tanah,mengingat

begitu berharganya aset milik pemerintah yang merupakan bagian dari

kekayaan pemerintah daerah dan secara tidak langsung hal tersebut dapat

menumbuhkan tingkat perekonomian daerah apabila daerah tersebut dapat

mengelola aset yang dimilikinya dengan baik dan sesuai prosedur serta

ketentuan yang ada. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di

atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat penelitian judul

“Optimalisasi Pengamanan Aset Tetap Daerah oleh Pemerintah Kota

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau”.


10

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan diatas,

maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana optimalisasi pengamanan aset tetap daerah oleh

Pemerintah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau ?

2. Apa faktor yang menghambat dan faktor yang mendukung

Pemerintah daerah dalam optimalisasi pengamanan aset tanah

milik Pemerintah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

oleh Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah?

3. Apa upaya yang di lakukan Badan Pengelolaan Keuangan Dan

Aset Daerah dalam mengatasi faktor hambatan optimalisasi

pengamanan aset tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang

Provinsi Kepulauan Riau?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui optimalisasi pengamanan aset tetap daerah oleh

Pemerintah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau;

2. Untuk mengetahui faktor yang menghambat dan faktor yang

mendukung Pemerintah Daerah dalam optimalisasi pengamanan

aset tanah milik Pemerintah Kota Kota Tanjungpinang Provinsi

Kepulauan Riau; dan


11

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah dalam mengatasi faktor yang

menghambat optimalisasi pengamanan aset tanah milik

Pemerintah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

1.4 Kegunaan Penelitian


Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat

terhadap pihak-pihak berikut:

a. Bagi Penulis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat sebagai sarana dalam

menambah wawasan serta menambah pengetahuan khususnya pada

bidang akademis, guna memberikan solusi dalam pelaksanaan tugas pada

bidang pemerintahan.

b. Bagi Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi Praja

yang akan melakukan penelitian pada bidang pengelolaan aset terkhusus

pada pengamanan aset tanah.

c. Bagi Lokasi Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran, koreksi dan

evaluasi kepada Pemerintah Daerah khususnya pada Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) terkait pengamanan aset tanah milik

Pemerintah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya

Memecahkan masalah mengenai pengamanan aset tanah milik

pemerintah Kota Tanjungpinang dalam penelitian sebelumnya sangatlah

membantu. Kajian terhadap penelitian sebelumnya akan dapat menunjukan

kiat strategi bagaimana pengamanan dalam pengelolaan aset tanah di

lakukan oleh daerah lain yang menjadi lokus penelitian. Berikut ini analisis

terhadap penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian sebagai

berikut :

2.1.1 Penelitian Serly Wulandari (2014)

Penelitian yang dilakukan Serly Wulandari berjudul “Optimalisasi

dalam pengamanan dan pemeliharaan aset tanah pada Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah Kota Pontianak Kalimantan Barat”. Metode

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekspolaratif kualitatif.

Penelitian ini bertujuan guna mengetahui bagaimana optimalisasi dalam

pengamanan serta pemeliharaan aset tanah pada Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah Kota Pontianak Kalimantan Barat.

Hasil dari penelitian ini telah menunjukkan bahwa optimalisasi yang

dilakukan oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota

12
13

Pontianak dalam proses pengamanan dan pemeliharaan aset tanah

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi aset milik pemerintah Kota Pontianak yang ada.

b. Pengembangan database aset milik Pemerintah Kota Pontianak dengan

menggunakan aplikasi sistem informasi manajemen aset (SIMA) dan

sistem informasi manajemen barang daerah (SIMBADA) yang dibuat

untuk memudahkan pendataan aset daerah yang ada termasuk aset

tanah.

c. Dilakukannya pengawasan dan pengendalian terhadap pemanfaatan

aset.

d. Pelibatan berbagai profesi terkait yang masih menggunakan jasa penilai

lingkup internal pemerintahan karena pemerintah hanya mampu menilai

aset dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).

2.1.2 Penelitian Siti Nurbaeti Said (2017)

Penelitian yang dilakukan oleh Siti Nurbaeti Said memiliki judul

“Peran Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dalam pengelolaan

Aset Tanah dan Bangunan di Kabupaten Penajam Paser Utara”. Metode

penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan guna mengetahui dan

menganalisis Peran Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dalam

Pengelolaan Aset Tanah dan Bangunan di Kabupaten Penajam Paser

Utara dan mengetahui secara lengkap dan menyeluruh tentang faktor


14

penghambat dan faktor pendukung dalam pengelolaan aset tanah dan aset

bangunan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah dalam hal ini sebagai Badan yang mengkoordinir dan

menjadi koordinator dalam pengelolaan aset daerah sudah menjalankan

tugas dan fungsinya dengan cukup baik. Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif kualitatif. Temuan lainnya yang tidak kalah penting dalam

penelitian ini yakni adanya beberapa faktor pendukung dan faktor

penghambat dari pengelolaan aset tanah dan bangunan. Adapun yang

menjadi faktor pendukung adalah peran dari organisasi perangkat daerah

(OPD) pada dinas-dinas lain, adanya penggunaan software milik Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) dalam menginventaris

aset-aset milik daerah dan pemaksimalan dalam sumber daya manusia

sedangkan yang menjadi faktor penghambat adalah seperti kurangnya

koordinasi antara Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dengan

organisasi perangkat daerah pada dinas-dinas lain sebagai pengguna

barang milik daerah, data-data milik Badan Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah yang perlu diinventaris lebih banyak lagi dan pendanaan yang

diberikan oleh pemerintah daerah terhadap Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah dalam menjalankan proses pengelolaan aset daerah.

Adanya temuan ini dapat memberikan evaluasi terhadap Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) guna optimalisasi

pengamanan aset daerah dalam hal ini aset tanah dan bangunan.
15

2.1.3 Penelitian Putri Kusumawardani (2018)

Penelitian yang dilakukan oleh Putri Kusumawardani yang berjudul

“Manajemen Aset Tanah di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Kota Tangerang”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini memiliki tujuan

yakni untuk mengetahui untuk mengetahui bagaimana manajemen aset

tanah di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Serang.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada proses inventarisasi

aset, dapat dikatakan belum berjalan dengan baik karena belum sesuai

dengan keputusan Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman

Pengelolaan Barang Milik Daerah, dapat dilihat bahwa Pemerintah Daerah

Kota Serang mendapatkan opini wajar dengan pengecualian dari BPK RI.

Salah satu penyebabnya yakni dikarenakan adanya masalah dalam

penyajian aset, terutama dalam penyajian nilai dan keberadaan aset daerah

tersebut. Pada legal audit, dapat dikatakan belum berjalan dengan baik. Hal

ini dikarenakan pada proses inventarisasi aset yang dilakukan belum tertib

administrasi. Sedangkan pada penilaian aset, sudah dilakukan dengan

cukup baik. Karena proses penilaian aset pada aset tanah dilakukan oleh

pihak ketiga yang memang memiliki wewenang dan berkompeten dalam

bidangnya. Pada proses optimalisasi aset tanah di Kelurahan Kepuren

belum berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari masih terdapat lahan

kosong yang belum dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah Kota Serang,

karena kegiatan pemanfaatan yang dilakukan oleh kepada pihak ketiga


16

harus mendapatkan persetujuan dari Walikota terlebih dahulu. Pada proses

pengawasan dan pengendalian sudah berjalan dengan baik. Hal ini

dikarenakan dilakukan langsung oleh pihak Inspektorat Kota Serang, yang

melakukan pembinaan dan pengawasan serta pengendali kegiatan pada

tiap-tiap organisasi perangkat daerah.

2.1.4 Penelitian Yosinta Kingkin Nurrobani (2018)

Penelitian yang dilakukan oleh Siti Nurbaeti Said yang berjudul

“Pengelolaan Aset Tanah Pemerintah Kabupaten Purbalingga”. Metode

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan guna mengetahui bagaimana

pengelolaan aset tanah pemerintah Kabupaten Purbalingga.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menunjukan bahwa

cenderung belum cukup baik dalam pelaksanaan pengelolaan aset tanah

pada pemerintah daerah Kabupaten Purbalingga dikarenakan masih

banyak yang mengalami masalah yang dihadapi yang mana disebabkan

oleh beberapa faktor yang meliputi pengamanan aset, pemeliharaan aset,

target tanah yang disertifikat dan pengawasan aset daerah.

2.1.5 Penelitian Fitri Wulandari (2019)

Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Wulandari berjudul “Pengelolaan

Aset Daerah Atas milik Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti”. Metode

penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan aset daerah atas


17

tanah milik Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti dan untuk

mengetahui hambatan dalam pengelolaan aset daerah atas tanah milik

Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa

dalam pengelolaan aset daerah atas tanah milik Pemerintah Daerah

Kabupaten Kepulauan Meranti belum berjalan dengan baik. Belum

terlaksananya pengelolaan aset daerah atas tanah milik Pemerintah

Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti dapat dilihat dari pemanfaatan,

pengamanan dan pemeliharaan serta penatausahaan hambatan dalam

pengelolaan aset daerah atas tanah milik Pemerintah Daerah Kabupaten

Kepulauam Meranti yaitu kurangnya koordinasi kepada Badan Pertanahan

Nasional dan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat. Hal ini dibuktikan

dalam hasil wawancara dan dokumentasi bahwa pengelolaan aset daerah

atas tanah milik pemerintah daerah belum berjalan dengan baik. Adanya

hasil dai penelitian kali ini yang menunjukan masih kurangnya koordinasi

pemerintah daerah dapat menimbulkan masalah pengaman aset yang

lainnya pada daerah tersebut sehingga dapat merugikan pemerintah

daerah setempat karena tidak berjalannya pengamanan aset daerah

dengan baik.

Penjelasan lebih singkat mengenai penelitian sebelumnya serta

persamaan dan perbedaan dengan penelitian saat ini dijelaskan dalam

Tabel 2.1 dibawah ini :


18

Tabel 2. 1
Penelitian Sebelumnya
Nama,Tahun
Metode Persamaan dan
No Penelitian,Judul Hasil Penelitian
penelitian Perbedaan
Penelitian
1 2 3 4 5
1 Serly Metode Pengelola BMD Persamaan pada
Wulandari,2014,Optimalisa Penelitian tidak semua penelitian terdahulu
si dalam Pengamanan dan Eksploratif memahami aturan yakni membahas
Pemeliharaan Aset Tanah Kualitatif pedoman tentang
pada Badan Pengelolaan teknis,kepemilika pengamanan aset
Keuangan dan Aset Daerah n aset tanah yang tanah.adapun
Kota Pontianak Kalimantan belum perbedaan pada
Barat.Jurnal.Ekonomi dan bersertifikat,serta penelitiaan terdahulu
Keuangan Publik Vol.3 No.1 terdapat yakni menggunakan
beberapa BMD metode eksploratif
berupa aset tanah Adapun penelitian
yang belum sekarang
diserah kan menggunakan
penggunaanya metode deskriptif.
kepada
pemerintah.Hal ini
mendai bahwa
belum
berjalannya
secara optimal
pada
pengamanan dan
pemeliharaan
aset tanah.
2 Siti Nurbaeti Said, 2017, Metode Terdapat Persamaan pada
Peran Badan Pengelolaan Penelitian kekurangan penelitian terdahulu
Keuangan dan Aset Daerah Deskriptif dalam hal adalah sama-sama
dalam pengelolaan Aset Kualitatif pengelolaan aset membahas perihal
Tanah dan Bangunan di tanah oleh aset tanah.
Kabupaten Penajam Paser BPKAD Perbedaan
Utara. Jurnal. Universitas pemerintah penelitian terdahulu
Mulawarman. daerah setempat yakni pada penelitian
dimana salah terdahulu membahas
satunya adalah tentang peran
kurangnya BPKAD sedangkan
koordinasi pada penelitian saat
BPKAD dengan ini membahas
OPD lain yang tentang optimalisasi
ada pada daerah pengamanan aset
setempat sebagai tanah.
pengguna barang
milik daerah.
19

1 2 3 4 5
3 Putri Kusumawardani, Metode Belum berjalannya Persamaan pada
2018, Manajemen Aset Penelitian dengan baik pada penelitian terdahulu
Tanah di Badan Deskriptif proses inventarisasi dan penelitian pada
Pengelolaan Keuangan dan Kualitatif. aset pada saat ini adalah
Aset Daerah Kota pemerintah daerah, sama-sama
Tangerang. Skripsi. hal ini dikarenakan membahas perihal
Universitas Sultan Ageng salah satunya aset tanah.
Tirtayasa. masalah dalam Perbedaan
penyajian aset, penelitian terdahulu
terutama pada dengan apenelitiaan
penyajian nilai serta pada saat ini adalah
keberadaan aset penelitian terdahulu
tersebut. membahas tentang
manajemen aset itu
sendiri sedangkan
penelitian saat ini
membahas tentang
optimalisasi
pengamanan aset
tanah.

1 2 3 4 5
4 Yosinta Kingkin Nurrobani, Metode Pengelolaan aset Persamaan pada
2018, Pengelolaan Aset Penelitian tanah pada penelitian terdahulu
Tanah Pemerintah Deskriptif pemerintah dengan penelitian
Kabupaten Purbalingga. Kualitatif. Kabupaten saat ini adalah sama-
Jurnal. Universitas Purbalingga belum sama membahas
Diponegoro. dikelola secara perihal aset tanah.
optimal salah satu Namun,Perbedaann
penyebab ya adalah pada
permasalahannya penelitian terdahulu
dikarenakan membahas tentang
pengamanan aset pengelolaan aset
dan pemelihraan tanah milik
aset yang belum pemerintah
dilaksanakan sedangkan
dengan baik oleh penelitian pada saat
pemerintah daerah ini membahas
setempat sesuai perihal optimalisasi
dengan peraturan pengamanan aset
yang berlaku. tanah.
5 Fitri Wulandari, 2019, Metode Pada Pengelolaan Persamaan pada
Pengelolaan Aset Daerah Penelitian aset daerah atas penelitiaan terdahulu
Atas milik Pemerintah Deskriptif tanah milik dengan penelitiaan
Kabupaten Kepulauan Kualitatif. Pemerintah saat ini yakni sama-
Meranti. Skripsi. Universitas Kabupaten sama membahas
Kepulauan Meranti
20

1 2 3 4 5
Islam Negeri Sultan Syarif belum berjalan Perbedaannya
Kasim Riau. dengan baik.Hak ini adalah penelitian
dilihat dari minimnya terdahulu membahas
pemanfaatan dalam pengelolaan aset
bentuk penyewaan tanah milik
pinjam pakai, pemerintah
kerjasama sedangkan
pemanfaatan oleh penelitian saat ini
swasta ataupun membahas
masyarakat. optimalisasi
pengamanan aset
tanah.
Sumber : Diolah oleh peneliti, 2022

Berdasarkan tabel 2.1 di atas penelitian yang dilakukan penulis

memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya dimana adanya

perbedaan yang terletak pada lokus dan fokus penelitian. Pada penelitian

saat ini penulis mengambil judul optimalisasi pengamanan aset daerah

khususnya tanah oleh pemerintah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan

Riau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui optimalisasi pengamanan

aset tanah oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah milik

Pemeritah Kota Tanjungpinang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan

metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan induktif.

2.2 Landasan Teoritis Dan Legalistik

2.2.1 Landasan Teoritis


2.2.1.1 Konsep Optimalisasi
Optimalisasi merupakan suatu ukuran yang mana menjadi sebab

tercapainya suatu tujuan namun bila dipandang dari sudut usahanya,

optimalisasi merupakan suatu usaha yang memiliki tujuan untuk

memaksimalkan kegiatan untuk mewujudkan hasil yang diinginkan


21

ataupun diharapkan (J.winardi, 2004, p. 313). Kemudian pada (Masyhuri

& M.Zainuddin, 2011, p. 219) berpendapat bahwa optimalisasi adalah

suatu proses dimana penemuan nilai yang maksimal dari suatu fungsi

untuk mencapai suatu tujuan yang maksimal pula.

(Soleh & Heru Rochmansjah, 2010) optimalisasi pengelolaan aset

daerah meliputi beberapa langkah dalam pengelolaanya, diantaranya

sebagai berikut:

1. Indentifikasi serta Inventarisasi Nilai dan kemampuan Aset


Daerah. Pemerintah daerah perlu mengetahui seberapa banyak
jumlah aset yang telah dimilikinya. Kegiatan identifikasi serta
inventarisasi aset daerah bertujuan agar pemerintah daerah dapat
memperoleh informasi data yang akurat dan juga lengkap tentang
kekayaan daerah yang dimiliki daerahnya.
2. Diperlukan adanya Sistem Infromasi Manajemen Aset Daerah.
Agar berjalannya pengelolaan aset yang efektif, efisien serta
transparansi dalam pengelolaan aset daerah maka diperlukanya
pengadaan sistem informasi manajemen aset daerah. Sistem ini
memuat data base aset yang dimiliki daerah yang berguna untuk
menghasilkan sebuah laporan pertanggung jawaban.
3. Pengawasan serta Pengendalian dalam Pemanfaatan Aset
Daerah. Pemanfaatan aset daerah haruslah diawasi secara ketat
agar tidak terjadi salah dalam hal pengurusan, kehilangan
ataupun tidak termanfaatkan dengan baik. untuk itu pengawasan
dari masyarakat dan DPRD sangatlah penting dan sangat di
butuhkan.
4. Ketertiban serta kedisiplinan Jasa Penilai. Aset milik daerah perlu
didata serta dinilai oleh penilai yang independent guna tidak
terjadinya kesalahan kesalahan yang berulang sehingga
menghambat kinerja dalam optimalisasi pengelolaan aset.

Aset ataupun barang milik daerah pemerintah daerah wajib bisa

dikelola dengan sebaik-baiknya supaya dapat bermanfaat dan berguna

secara optimal untuk mendukung tugas pemerintahan maupun


22

memberikan manfaat kepada masyarakat. Dilihat dari tugas dan

fungsinya, diperlukan adanya pengoptimalisasian pengamanan aset

tanah yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah Kota Tanjungpinang selaku Organisasi Perangkat Daerah (OPD)

dimana berwenang untuk mengelola aset daerah dengan berbaga

macam hambatan yang mana harus dihadapinya terutama dalam

pelaksanaan pengamanan aset tanah milik Pemerintah Kota

Tanjungpinahg Provinsi Kepulauan Riau.

2.2.1.2 Optimalisasi Aset Tetap

Optimalisasi aset adalah suatu proses kerja dalam manajemen aset

yang bertujuan guna meningkatkan kemampuan atau kapasitas suatu aset

tetap dalam hal peningkatan atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang

memiliki tujuan untuk menunjang perekonomian dari suatu daerah dan

dapat dijadikan sebagai suatu penunjang dalam kegiatan pemerintah

daerah guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pada teori Siregar (2004: 518), proses optimalisasi

aset tetap dapat dilaksanakan dengan dua cara, yakni sebagai berikut:

Manajemen aset guna mengoptimalkan potensi fisik dan Identifikasi aset

yang potensial.

Berdasarkan uraian diatas dalam rangka pencapaian tujuan dari

manajemen aset dilaksanakanlah upaya dalam mengoptimalkan potensi

fisik serta identifikasi dari aset yang potensial diantaranya meliputi: lokasi,

nilai, luas, jumlah/volume, legal, dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut.
23

Tentunya dalam proses optimalisasi potensi fisik kriteria suatu aset

daerah

2.2.1.3 Pengamanan Aset

Suwanda (2015:284) menjelaskan bahwa pengamanan aset

merupakan seluruh rangkaian kegiatan yang meliputi pengendalian dalam

pengurusan aset atau barang milik daerah baik dalam bentuk fisik,

admnistrasi maupun dalam bentuk tindakan upaya hukum.

Definisi mengenai pengamanan aset menurut Soleh dan

Rochmansjah (2010: 200) menyatakan bahwa :

Pengamanan merupakan suatu tindakan pengendalian serta


penertiban dalam pengelolaan aset daerah secara fisik,
administratif dan tindakan hukum. Pengamanan lebih diutamakan
secara fisik dan administratif sehingga aset daerah tersebut dapat
dimanfaatkan secara optimal juga mencegah pengambil alihan dari
pihak lain yang tidak bertanggung jawab.

Menurut Mardiasmo (2004) dikutip dalam Suwanda (2015: 284)

berpendapat mengenai hal pengamanan aset daerah merupakan bagian

sasaran yang strategis dalam kebijakan pengelolaan aset daerah. Ruang

lingkup pengamanan aset atau barang milik daerah menurut Suwanda

(2015: 284-285), antara lain :

1. Pengamanan administrasi.
Pengamanan secara administrasi merupakan kegiatan yang
berupa pencatatan, inventarisasi, pembukuan, pelaporan dan juga
penyimpanan dokumen kepemilikan.
2. Pengamanan fisik.
Pengamanan fisik memiliki tujuan untuk mencegah adanya terjadi
penurunan fungsi barang, penurunan jumlah barang dan hilangnya
barang. Pengamanan fisik ini dilakukan dengan cara penyimpanan
dan pemeliharaan.
24

3. Pengamanan fisik untuk tanah dan bangunan.


Pengaamanan fisik khusus tanah dan bangunan dilakukan dengan
cara pemasangan pagar atau pemasangan tanda batas.
4. Pengamanan hukum.
Pengamanan hukum berupa kegiatan melengkapi bukti status
kepemilikan. Aset daerah berupa aset tanah harus memiliki
sertifikat atas nama pemerintah daerah. Sedangkan aset bangunan
dan aset selain tanah dan bangunan harus memiliki bukti
kepemilikan atas nama pemerintah daerah.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat di simpulkan

pengamanan aset adalah rangkaian kegiatan berupa pengendalian dan

penertiban dalam pengurusan aset atau barang milik daerah dalam bentuk

antara lain :

1. Pengamanan administrasi.

2. Pengamanan fisik.

3. Pengamanan hukum.

2.2.1.4 Barang Milik Daerah/Aset

Aset berasal dari bahasa inggris yaitu asset yang memiliki arti dalam

bahasa Indonesia adalah kekayaan. Menurut pendapat Wahyuni (2020:1)

menjelaskan bahwa aset merupakan segala sesuatu yang mempunyai nilai

ekonomi dimana kepemilikannya dapat dimiliki oleh individu, perusahaan

ataupun pemerintah kemudian dapat dinilai secara finansial.

Suwanda (2015:11) berpendapat bahwa aset merupakan suatu

barang atau benda yang terdiri dari benda yang bergerak dan benda yang

tidak bergerak, baik yang berwujud maupun tidak berwujud yang termasuk

dalam aktiva/kekayaan atau harta dari suatu instansi, organisasi, badan

usaha maupun perorangan.


25

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa aset

merupakan semua benda milik pemerintah daerah baik benda yang

bergerak maupun benda yang tidak bergerak serta benda yang beruwujud

maupun benda yang tidak berwujud yang merupakan kekayaan yang

dimilikinya dan diperoleh atas beban anggaran pendapatan dan belanja

daerah atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Halim dan Kusufi (2012: 119) menjelaskan bahwa jika dilihat

berdasarkan sifat mobilitas barangnya, aset daerah dapat dikategorikan

menjadi dua, yaitu benda bergerak dan benda tidak bergerak. Adapun

klasifikasi tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Benda tidak bergerak (real property).


a. Tanah.
b. Bangunan gedung.
c. Bangunan air.
d. Jalan dan jembatan.
e. Instalasi.
f. Jaringan.
g. Monumen/bangunan bersejarah (heritage).
2. Benda Bergerak (personal property).
a. Mesin.
b. Kendaraan.
c. Peralatan (alat berat, alat angkutan, alat bengkel, alat pertanian, alat
kantor dan rumah tangga, alat studio, alat kedokteran, alat
laboratorium dan alat keamanan).
d. Buku/perpustakaan.
e. Barang bercorak kesenian dan kebudayaan.
f. Hewan/ternak dan tanaman.
g. Persediaan (barang habis pakai, suku cadang, bahan baku, bahan
penolong, dan sebagainya).
h. Surat berharga.
26

Jenis-jenis aset menurut Buletin Teknis PSAP dalam pendapat

Suwanda (2015: 121) terdiri dari:

1. Aset Lancar
Aset lancar terdiri dari kas dan setara kas, investasi jangka pendek,
piutang dan persediaan. Suatu aset digolongkan sebagai aset lancar
jika diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki
untuk dijual dalam waktu 12 bulan sejak tanggal pelaporan, atau
berupa kas dan setara dengan kas.
2. Investasi Jangka Panjang
Investasi merupakan aset yang bertujuan untuk memperoleh
manfaat ekonomi (bunga, dividen, royalti) serta manfaat sosial.
Investasi pemerintah yang termasuk dalam investasi jangka panjang
yakni kelompok aset non lancar.
3. Aset Tetap
Aset tetap merupakan aset berwujud yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 12 bulan guna mendukung kegiatan pemerintah
atau dapat dipergunakan oleh masyarakat. Contohnya adalah :
tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan
jaringan, aset tetap lainnya dan konstruksi dalam pengerjaan.
4. Aset Lainnya
Aset lainnya merupakan yang tidak termasuk sebagai aset lancar,
investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan. Berikut
yang termasuk dalam aset lainnya antara lain: aset tak berwujud,
tagihan penjualan angsuran, TP dan TGR, kemitraan dengan pihak
ketiga dan aset lainnya.

Penulis dalam penelitian kali ini akan membahas tentang aset tanah

milik Pemerintah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Aset tanah

tergolong dalam jenis aset tidak bergerak serta disebut juga sebagai aset

tetap.

2.2.1.5 Aset Tanah

Sutedi (2012: 32) menjelaskan mengenai pengertian tanah yaitu:

Tanah merupakan yaitu tempat untuk mencari nafkah, mendirikan


bangunan atau tempat kediaman serta juga menjadi tempat
dikuburnya orang saat telah meninggal. Pengertian tersebut
menandakan tanah adalah suatu hak yang tidak lepas dari
kehidupan manusia serta hal yang sangat diperlukan oleh manusia
27

Aset tanah yang mana selanjutnya merupakan aset yang dapat

dipergunakan penyelenggaraan pemerintah baik dalam penyelenggaraan

pelayanan maupun untuk meningkatkan perekonomian. Pemanfaatan aset

tanah dapat dilaksanakan dengan pengalihan status penggunaan dimana

aset tanah tersebut dialihkan status penggunaannya kepada Organisasi

Perangkat Daerah (OPD) lainnya untuk digunakan dalam memenuhi

kebutuhan organisasi sesuai dengan tugas dan fungsinya. Selain itu aset

tanah juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian dalam

bentuk kerja sama pemanfaatan, sewa, pinjam pakai, tukar menukar,

penyertaan modal dan lain-lain.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat di simpulkan bahwa

pengertian tanah merupakan salah satu jenis aset tetap yang tak pernah

lepas dari kehidupan setiap manusia dan sangat di perlukan setiap

manusia. Dalam kehidupan tanah selalu menjadi objek untuk di manfaatkan

ataupun digunakan secara maksimal dan optimal.

2.2.1.6 Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD)

a. Lembaga

Pengertian Lembaga Lembaga merupakan istilah yang tidak asing

lagi bagi kehidupan masyaraakat Indonesia, istilah lembaga acap kali kita

temui jika berhubungan dengan pemerintah. Sering dilihat bahwa lembaga

itu adalah seperangkat alat pemerintah, gedung-gedung, atau bahkan

diartikan sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah.

Menurut Kartodiharjo dkk, menjelaskan pengertian Lembaga yaitu:


28

Lembaga adalah instrument yang mengatur hubungan antar


individu. lembaga juga berarti seperangkat ketentuan yang
mengatur masyarakat yang telah mendefinisikan bentuk aktifitas
yang dapat dilakukan oleh pihak tertentu terhadap pihak lainnya,
hak istimewa yang telah diberikan serta tanggung jawab yang harus
dilakukan.
b. Kedudukan

Adapun Kedudukan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah


sebagai berikut :

1. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah merupakan unsur


pendukung terhadap tugas Bupati di bidang pegelolaan keuangan dan
aset daerah.
2. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dipimpin oleh seorang
Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati
melalui Sekretaris Daerah.

c. Tugas, Pokok dan Fungsi Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset


Daerah

Adapun tugas, pokok dan fungsi Badan Pengelolaan Keuangan dan


Aset Daerah adalah sebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan keuangan dan aset
daerah sesuai dengan rencana strategis yang telah ditetapkan oleh
pemerintah daerah.
b. Pemberian dukungan atas perencanaan, pembinaan dan pengendalian
kebijakan teknis di bidang pengelolaan keuangan dan aset daerah.
c. Penyelengaraan urusan di bidang pengelolaan keuangan dan aset
daerah
d. Pembinaan serta pada koordinasi dalam rangka pelaksanaan tugas
pengelolaan keuangan dan aset daerah
e. Pembinaan Kelompok Jabatan Fungsional
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai bidang tugas
dan fungsinya.

2.2.2 Landasan Legalistik


2.2.2.1 Pemerintah Daerah
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dalam pasal 1 ayat 6

menjelaskan otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah


29

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan daerahnya

demi kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indoensia. Kemudian pada Pasal 1 ayat 12 dalam Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 menyebutkan bahwa daerah otonom yaitu

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang

memiliki kewenangan untuk mengatur setiap urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan aspirasi masyarakat dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Penjelasan tersebut memiliki pengertian bahwa pemerintah daerah

diberikan kebebasan untuk mengatur urusan rumah tangganya sendiri,

termasuk dalam hal pengelolaan aset daerah. Menurut Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 1 ayat 8 Desentralisasi adalah penyerahan

Urusan Pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom

berdasarkan asas otonomi. Urusan pemerintahan yang dimaksud dalam

Undang-Undang tersebut salah satunya mengenai pengelolaan aset milik

daerah.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

Pasal 1 ayat 39 menjelaskan bahwa pengertian mengenai aset atau barang

milik daerah merupakan segala sesuatu barang yang diperoleh atas beban

anggaran pendapatan belanja daerah atau berasal dari perolehan lainnya

yang sah.
30

Penjelasan lebih lanjut mengenai Barang Milik Daerah (BMD)

dijelaskan secara rinci pada Paragraf 4 Pasal 307 tentang pengelolaan

barang milik daerah antara lain:

1. Barang milik daerah yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan Urusan


Pemerintahan tidak bisa dipindahtangankan.

2. Pengadaan barang milik daerah disesuaikan dengan kemampuan


keuangan dan kebutuhan daerah yang berdasarkan prinsip efisiensi,
efektivitas dan transparansi serta mengutamakan produk dalam negeri
yang mana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
.
3. Barang milik daerah yang sudah tidak dibutuhkan dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan dapat dihapus dari daftar
barang milik daerah dengan cara dijual, ditukarkan, dihibahkan,
disertakan sebagai modal daerah dan atau dimusnahkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 3


tidak dapat dijadikan tanggungan atau digadaikan untuk mendapatkan
pinjaman.

Berdasarkan penjelasan mengenai pengelolaan barang milik daerah

di atas dapat disimpulkan setiap pemerintah daerah diberikan kewenangan

untuk mengelola serta mengurus aset milik daerahnya sendiri sesuai

dengan peraturan yang berlaku, termasuk didalamnya aset tanah milik

pemerintah daerah.

2.2.2.2 Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan


Pemerintah Daerah

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 Pasal 1 ayat 1 menjelaskan

bahwa:

Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintahan


daerah adalah suatu sistem penyelenggaraan keuangan yang
mengatur hak dan kewajiban keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah yang dilaksanakan secara adil, transparan,
akuntabel dan selaras berdasarkan Undang-Undang.
31

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 Pasal 3 menjelaskan bahwa

prinsip pendanaan untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan dalam

kerangka pada Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan

Pemerintahan Daerah meliputi:

a. penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah didanai dari dan atas beban APBD.

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

pemerintah di daerah didanai dari dan atas beban APBN.

Penyerahan wewenang pemerintah daerah dalam hal ini termasuk

didalamnya mencakup seluruh pengelolaan aset daerah. Sesuai dengan

prinsip pendanaan penyelenggaraan yang dijelaskan dalam Undang-

Undang tersebut maka pemerintah daerah diberikan kewenangan oleh

pemerintah pusat untuk mengelola aset milik daerahnya dengan mandiri

seluas luasnya guna kepentingan masyarakat umum sehingga dapat

mewujudkan kesejahteraan masyarakat umum.

2.2.2.3 Barang Milik Negara / Barang Milik Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2014 telah mengalami

beberapa perubahan aturan yang dijelaskan pada Peraturan Pemerintah

Nomor 28 tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah

Nomor 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

Perubahan ini bertujuan untuk memperbaharui beberapa aturan pada

Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang


32

Milik Negara/Daerah yang dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan

perkembangan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 Pasal 1 ayat 2

menjelaskan bahwa Barang Milik Daerah adalah semua barang yang

dibeli atau diperoleh atas beban anggaran pendapatan dan belanja

Dderah atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah yang menjelaskan bahwa pengelolaan

barang milik daerah meliputi :

1. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran.


2. Pengadaan
3. Penggunaan
4. Pemanfaatan
5. Pengamanan dan pemeliharaan
6. Penilaian
7. Pemindahtanganan
8. Pemusnahan
9. Penghapusan
10. Penatausahaan
11. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian

Pengelolaan aset atau barang milik daerah yang telah diatur dalam

Undang-Undang tersebut menjelaskan bahwa barang milik daerah yang

diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan urusan pemerintah tidak

dapat dipindahtangankan serta dalam pelaksanaan pengadaan barang

milik daerah dilakukan sesuai dengan kemampuan keuangan dan


33

kebutuhan daerah yang berdasarkan prinsip efisiensi, efektivitas dan

transparansi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengamanan aset yang termasuk dalam indikator pengelolaan aset

diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 Pasal 42 yang

menjelaskan bahwa pengamanan aset wajib dilakukan oleh pengelola

barang, pengguna barang dan atau kuasa pengguna barang dalam

penguasaannya.

Pengamanan aset atau barang milik daerah meliputi diantaranya

merupakan setiap proses pengamanan administrasi, pengamanan fisik

dan pengamanan hukum.Pengamanan aset tanah dijelaskan pada Pasal

43 ayat 1 yaitu Barang Milik Negara atau Daerah yang berupa tanah harus

disertifikatkan atas nama Pemerintah Republik Indonesia/Pemerintah

Daerah yang bersangkutan. Selanjutnya dalam peraturan pemerintah ini

dijelaskan bahwa bukti kepemilikan Barang Milik Daerah (BMD) wajib

disimpan dengan tertib dan dengan aman oleh pengelola barang.

Gubernur/Bupati/Walikota dapat menetapkan suatu kebijakan perihal

asuransi atau pertanggungan dalam rangka pengamanan Barang Milik

Daerah tertentu dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan

daerah

2.2.2.4 Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang

Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah sebagai pedoman teknis


34

dalam kegiatan pengelolaan aset daerah berupa aset tetap tanah yang

mana diatur dalam pasal 296 ayat 1 menyebutkan bahwa Pengelola

Barang, Pengguna Barang dan atau kuasa Pengguna Barang wajib

melakukan pengamanan aset atau barang milik daerah yang telah berada

dalam penguasaannya. Pada pasal 296 ayat 2 Pengamanan barang milik

daerah meliputi:

1. Pengamanan fisik.

2. Pengamanan administrasi.

3. Pengamanan hukum

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Pasal 299

menjelaskan tata cara pengamanan aset tanah yang dijelaskan sebagai

berikut:

1. Pengamanan fisik tanah dilakukan dengan cara:

a. Memasang tanda letak tanah dengan membangun pagar batas.


b. memasang tanda kepemilikan tanah.
c. melakukan penjagaan.
2. Pengamanan fisik dilakukan dengan cara mempertimbangkan
kemampuan keuangan pemerintahan daerah itu sendiri dan kondisi
ataupun letak tanah yang bersangkutan.
3. Pengamanan administrasi tanah dilakukan dengan cara:

a. menghimpun, mencatat, menyimpan dan menatausahakan dokumen


bukti kepemilikan tanah secara tertib dan aman.
b. melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) melengkapi bukti kepemilikan dan atau menyimpan sertifikat
tanah.
2) membuat kartu identitas barang.
3) melaksanakan inventarisasi/sensus barang milik daerah sekali
dalam 5 tahun serta melaporkan hasilnya dan
35

4) mencatat dalam Daftar Barang Pengelola atau Pengguna Barang


atau Kuasa Pengguna.
4. Pengaman hukum dilakukan terhadap:

a. tanah yang belum memiliki sertifikat.


b. tanah yang sudah memiliki sertifikat namun belum atas nama
pemerintah daerah.

Berdasarkan pada peraturan perundang-undangan di atas maka

yang dimaksud pengertian pengamanan adalah suatu kegiatan dengan

tindakan pengendalian dalam pengurusan barang milik daerah dalam

bentuk fisik, administrasi dan tindakan upaya hukum serta dalam proses

pengamanan aset tetap tersebut dilakukan untuk menjaga barang milik

pemerintah daerah. Adanya upaya pengaman aset dilakukan guna agar

aset yang ada pada daerah tetap aman dan tidak jatuh ditangan oknum

yang tidak bertanggungjawab. Pada kota Tanjungpinang masih banyaknya

aset daerah berupa tanah yang belum bersertifikat membuktikan belum

adanya pengamanan dalam bentuk fisik, administrasi serta tindakan upaya

hukum yang menjadi dasar landasan kepemilikan aset tetap tanah tersebut

sehingga jika tidak adanya dasar payung hukum yang mendasari

kepemilikan tanah atau aset tetap lainnya.

2.2.2.5 Pengelolaan Barang Milik Daearah

Berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 6

Tahun 2021 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah. Adapun memiliki

Tujuan dari peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah

yaitu:

a. Sebagai pedoman dalam pengelolaan barang milik daerah;


36

b. Memberikan jaminan/kepastian hukum dalam pengelolaan barang

milik daerah;

c. Mengamankan batang milik daerah;

d. Menyeragamkan sistem dan prosedur Pengelolaan Barang Milik

Daerah;dan

e. Mengoptimalkan Pemanfaatan Barang Milik Daerah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengelolaan Barang Milik Daerah sesuai dengan Pasal 1 Peraturan

Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 6 Tahun 2021 meliputi antara lain :

a. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran;


b. Pengadaan;
c. Penggunaan;
d. Pemanfaatan;
e. Pengamanan dan pemeliharaan;
f. Penilaian;
g. Pemindahtanganan;
h. Pemusnahan;
i. Penghapusan
j. Penatausahaan dan pembinaan;dan
k. Pengawasan dan pengendalian

Pengamanan aset atau barang milik daerah yang di atur dalam

Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang nomor 6 Tahun 2021 pada pasal

55 ayat 2 meliputi Pengamanan pada Barang Milik Daerah sebagaimana

dimaksud meliputi pengamanan fisik, pengamanan administrasi, serta

pengamanan hukum.

Pengamanan aset atau barang milik daerah khususnya tanah diatur

dalam Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang nomor 6 Tahun 2021 pasal


37

56 ayat 1 meliputi Barang Milik Daerah berupa tanah harus disertifikasi

atas nama Pemerintah Daerah.

pengamanan pada aset atau barang milik daerah pemerintahan

kota tanjungpinang yang didasarkan pada Peraturan Daerah nomor 6

Tahun 2021 sebagai mana memiliki tujuan agar aset atau barang milik

daerah yang berada dalam pengawasan oleh pemerintah daerah kota

tanjungpinang dilaksanakan secara optimal sesuai dengan perundangan-

undangan yang berlaku untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

2.3 Kerangka Pemikiran

Aset daerah merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam

penyelenggaraan pemerintahan. Penting bagi setiap pemerintah daerah

dalam mengelola aset tersebut secara memadai. Pengelolaan aset berupa

inventarisasi, legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset, pengawasan

dan pengendalian dalam pengamanan aset tanah perlu dilakukan dengan

baik. Dalam pelaksanaannya tentu terdapat beberapa hambatan yang

merupakan kendala yang dialami oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang

Provinsi Kepulauan Riau dalam pelaksanaan optimalisasi pengamanan

aset tetap daerah terutama pada asset tanah. Untuk itu dibutuhkannya

upaya yang dilakukan sebagai faktor pendorong dalam mengatasi

hambatan yang ada sehingga terlaksananya pengamanan aset tanah

yang optimal pada pemerintah kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan

Riau. Berikut kerangka pemikiran peneliti.


38

Dasar Legalistik :
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun
Fakta / 2014
Masalah 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022
Pengelolaan 3. Peraturan Pemerintah Nomor 28
Tahun 2020
Aset Tanah 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 19 Tahun 2016
5. Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang
Nomor 6 Tahun 2021

Faktor
Upaya yang
Penghambat
dilakukan oleh Pengamanan Aset Tanah BPKAD dalam
BPKAD dalam oleh BPKAD Kota Optimalisasi
Mengatasi
Tanjungpinang Pengamanan
Hambatan
Aset Tanah

Pengamanan Aset Menurut


Suwanda (2015) :
1.Pengamanan Administrasi
2.Pengamanan Fisik
3. Pengaman Fisik untuk Tanah dan
Bangunan
4. Pengamanan Hukum

Pengaman Aset Tanah


yang Optimal oleh BPKAD
kota Tanjungpinang

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Sumber : Diolah oleh penulis, 2022


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Denzin dan Lincon dikutip Brady (2015) dalam Helaluddin (2019: 10)

berpendapat bahwa pengertian penelitian kualitatif merupakan metode

yang menyediakan alat-alat dalam memahami secara mendalam terkait

suatu fenomena dan prosesnya. Selanjutnya, Simangunsong (2017: 190)

mengemukakan mengenai metode kualitatif adalah penelitian partisipatif

yang bersifat fleksibel yang memungkinkan untuk merubah dari rencana

yang telah dibuat guna menyesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Menurut Bodgan dan Biklen (1982) dalam Sugiyono (2018: 18)

dalam sebuah penelitian kualitatif memiliki beberapa karakteristik yaitu:

a. Dilakukan untuk kondisi yang alamiah atau kondisi yang sesuai dengan
realitab
b. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif sehingga data yang terkumpul
berupa kata-kata ataupun gambar.
c. Penelitian kualitatif mementingkan proses dibandingkan produk.
d. Analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif secara induktif.
e. Penelitian kualitatif lebih mengutamakan makna dari data yang diamati.

Karakteristik penelitian kualitatif yang telah dikemukakan pada

penjelasa di atas bahwa pada penelitian kualitatif penulis ikut berpartisipasi

di lapangan, sehingga rancangan penelitian masih bersifat sementara dan

dapat berubah ketika sudah berada di lapangan. Penulis harus mencatatat

apa saja yang terjadi, menganalisis dokumen yang terkait dan membuat

laporan penelitian

39
40

Nazir (2017: 43) mengemukakan bahwa makna metode deskriptif

merupakan suatu metode untuk meneliti status kelompok manusia, objek,

sistem pemikiran maupun suatu kelas persitiwa dimasa sekarang dengan

membuat gambaran secara sistematis, faktual juga akurat berkaitan

dengan fakta-fakta yang diselidiki.

Mengenai pendekatan induktif menurut Simangunsong (2017: 191)

berpendapat bahwa metode kualitatif dengan pendekatan induktif harus

mengacu pada hasil yang ditemukan di lapangan sehingga penulis harus

melengkapi diri dengan alat bantu perekam, kamera, video dan sejenisnya.

Pendekatan induktif menurut Neuman (2016: 79) yaitu pendekatan untuk

mengembangkan suatu teori yang berawal berupa bukti empiris konkrit

menjadi konsep yang lebih abstrak yang memiliki hubungan teoretis.

Berdasarkan penjelasan teori di atas maka dalam penelitian ini

penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan adanya

pendekatan induktif. Diharapkan dengan metode kualitatif deskriptif dengan

pendekatan induktif dapat menggambarkan fakta pada lapangan secara

sistematis mengenai objek penelitian berupa fenomena sehari-hari dengan

cara mengumpulkan, mengklarifikasi dan menganalisis data sehingga

dapat diambil kesimpulan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti dapat

menggambarkan fakta-fakta dari optimalisasi pengamanan aset tanah oleh

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah milik Pemerintah Kota

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.


41

3.2 Operasionalisasi Konsep

Ismail (2015: 13) mengemukakan bahwa operasionalisasi konsep

merupakan proses menurunkan konsep-konsep menjadi bagian-bagian

agar mudah dipahami dan juga diukur yang terdiri dari indikator ataupun

konsep. Penulis merumuskan operasionalisasi konsep mengenai

optimalisasi pengamanan aset tanah oleh Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan

Riau dalam Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3. 1
Operasionalisasi Konsep

Konsep Dimensi Penjelasan Indikator Kriteria Informan


yang
diharapkan
1 2 3 4 5 6

Pengamanan Pengamanan Pengamanan Pencatatan atau Tertibnya I1


Aset Administrasi yang meliputi Inventarisasi aset pengamanan I2
(Suwanda: kegiatan aset I3
2015) pencatatan, Melengkapi bukti pemerintah I4
pembukuan, kepemilikan daerah
inventarisasi, (sertifikat) secara
pelaporan administrasi.
dan Membuat kartu
penyampaian identitas barang
dokumen
kepemilikan Mencatat daftar
pengelola/pengguna/
kuasa pengguna
barang
Pengamanan Pengamanan Memasang papan Memberikan I2
Fisik fisik tanda kepemilikan pengamanan I3
dilakukan terhadap I4
dengan cara Memasang pagar aset
pemagaran batas Pemerintah
dan Daerah
pemasangan Melakukan
tanda batas penjagaan
42

1 2 3 4 5 6

Pengamanan Pengamanan Upaya hukum Memberikan I2


Hukum hukum terhadap aset yang kepastian I3
meliputi belum bersertifikat hukum I4
kegiatan terhadap
melengkapi Upaya hukum aset milik
bukti status terhadap aset yang Pemerintah
kepemilikan. sudah bersertifikat Daerah
namun belum atas
Pemerintah Daerah

Sumber : Diolah oleh penulis, 2022

3.3 Sumber Data dan Informan

3.3.1 Sumber Data

Sumber Data merupakan hal yang penting dalam penelitian, tanpa

data penulis tentu tidak bisa menyelesaikan masalah yang ditelitinya. Pada

penlitian ini penulis menggunakan data berupa dokumen, foto dan lainnya

yang berhubungan dengan optimalisasi pengamanan aset tanah. Sumber

data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

Arikunto (2013: 172) berpendapat agar memudahkan dalam

menggolongkan sumber data, dibedakan menjadi 3 huruf p dalam bahasa

inggris, antara lain:

a. Person, merupakan sumber data berupa orang yang memberikan


data berupa jawaban melalui wawancara.
b. Place, merupakan sumber data berupa tampilan dalam keadaan
diam dan bergerak berupa kelengkapan sarana prasarana yang
digunakan peneliti untuk memperoleh data.
c. Paper, merupakan sumber data berupa tanda-tanda berupa huruf,
gambar, angka maupun simbol-simbol untuk penggunaan
dokumentasi.

Penulis menggunakan dua jenis data dalam penelitian ini antara lain:
43

1. Data Primer, data yang didapatkan berasal dari sumber pertama

melalui penelitian langsung di lapangan dengan cara wawancara.

2. Data Sekunder, data yang didapatkan secara tidak langsung

melalui dokumen-dokumen serta arsip-arsip terkait, seperti aturan

perundangundangan dan data yang lain.

Sumber data dalam penelitian ini berupa sumber data primer dan

sekunder. Sumber primer berasal dari hasil wawancara langsung

sedangkan data sekunder berasal dari dokumen dan bahan bacaan lainnya

terkait dengan optimalisasi pengamanan aset tetap daerah berupa tanah

oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah milik Pemerintah Kota

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

3.3.2 Informan

Informan merupakan orang atau pihak yang menyediakan informasi

terkait seseorang atau organisasi kepada agensi dimana informasi yang

diberikan dapat membantu dalam memperoleh data pada penelitian Penulis

mengambil infromasi melalui beberapa informan dan beberapa narasumber

yang ada dengan berdasarkan tugas dan fungsi yang memiliki kapasitas

dalam pengelolaan aset tetap milik pemerintah daerah kota Tanjungpinang

khusunya pada bidang pengamanan aset pada Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

Berikut beberapa informan dalam penelitian ini yang dijelaskan pada Tabel

3.2 berikut:
44

Tabel 3. 2
Data Informan Wawancara

Jumlah
No Informan Alasan Kodefikasi
(Orang)
1 2 3 4 5
1. Kepala Badan Pengelolaan Sebagai 1 I1
Keuangan dan Aset Daerah Kota pengambil
Tanjungpinang kebijakan.
2. Kepala Bidang Pengelolaan Aset / Penanggung 1 I2
Barang Milik Daerah jawab aset.
3. Kepala Sub Bidang Inventarisasi dan Pelaksana 1 I3
Pengamanan Aset / Barang Milik kebijakan
Daerah
4. Staf Bidang Aset / Barang Milik 2 I4
Daerah
Jumlah 5

Sumber : Diolah oleh penulis, 2022

3.4 Instrumen Penelitian

Meolong (2017: 9) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif

instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri. Semua data yang

diperoleh seperti permasalahan penelitian, informan sebagai sumber data,

pengumpulan data, analisis data dan kesimpulan data dilakukan oleh

peneliti itu sendiri.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2018: 224) berpendapat bahwa langkah yang paling

strategis dalam penelitian adalah dengan pengumpulan data, karena tanpa

adanya data suatu penelitian tidak dapat berjalan. Penulis tidak akan

mendapatkan data sesuai dengan standar yang ditetapkan apabila tidak

mengetahui bagaimana teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan

data digunakan penulis pada peneltian ini bertujuan guna mendapat data
45

yang menggambarkan keadaan sebenarnya, terpercaya dan sesuai

dengan realita keadaan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini antara

lain:

1. Observasi
Observasi menurut Simangunsong (2017: 218-219) merupakan
kegiatan yang menggunakan pancaindera baik penciuman,
pengelihatan maupun pendengaran guna memperoleh informasi yang
berkaitan dengan guna menjawab permasalahan dalam penelitian.
Hasil dari observasi berupa aktivitas, kejadian, kondisi dan juga
perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan supaya mendapatkan
gambaran nyata dari suatu peristiwa untuk menjawab pernyataan
penelitian. Ada beberapa bentuk Observasi dalam pengumpulan data
diantaranya:

a. Observasi partisipasi yaitu metode dengan cara menghimpun data


melalui pengamatan menggunakan panca indera dimana peneliti
terlibat dalam keseharian narasumber atau informan.
b. Observasi tidak terstruktur yaitu metode yang dilakuakan tidak
berpatokan pada pedoman observasi melainkan peneliti
menggunkan insting pengamatan yang terjadi di lapangan.
c. Observasi kelompok yaitu metode yang dilakukan oleh sekolompok
tim peneliti terhadap permasalahan yang diteliti.
Berdasarkan pada pemahaman dan juga konsep dasar yang

membahas tentang teknik pengumpulan data melalui observasi diatas

maka jenis observasi yang peneliti pilih adalah observasi partisipasi karena

dalam melakukan pengamatan atau observasi penulis mengunjungi tempat

penlitian dan orang yang dijadikan informan tetapi tidak ikut serta dalam

kegiatan tersebut. Sehingga data yang diperoleh dalam pengamatan akan

lebih akurat.
46

2. Wawancara

Nazir (2017: 170) berpendapat bahwa wawancara merupakan


proses mendapatkan keterangan maupun data untuk tujuan penelitian
melalui tanya jawab antara pewawancara dengan narasumber yang
menggunakan panduan wawancara. Ada tiga macam jenis wawancara
menurut Esterberg dalam Nazir (2017: 114) yaitu sebagai berikut:
a. Wawancara Terstruktur (Structured Interview)
Wawancara ini digunakan apabila peneliti sudah mengetahui
dengan pasti tentang informasi yang akan didapatkan. Maka
sebeleum peneliti melakukan wawancara dan pengumpulan data
telah menyiapkan kerangka penelitian berupa pertanyaan tertulis
yang alternatif jawabannya sudah disiapkan
b. Wawancara Semi Terstruktur (Semi Structured Interview)
Wawancara ini lebih bebas dibanding dengan wawancara
terstruktur. Pewawancara dalam hal ini peneliti perlu
mendengarkan dengan teliti dan mencatat apa yang dikatakan oleh
narasumber.
c. Wawancara Tidak Terstruktur (Unstructured Interview) Wawancara
ini bersifat bebas dan peneliti tidak berpatokan dengan pedoman
wawancara yang telah disusun sebelumnya. Pedoman wawancara
yang digunakan hanya garis-garis besar permasalahan penelitian.

3. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sugiyono (2018: 240) merupakan teknik

mengumpulkan data dengan cara mengumpulkan catatan peristiwa

yang lalu. Dokumen dapat berupa gambar, tulisan ataupun karya dari

seseorang. Studi dokumen dilakukan guna melengkapi dari metode

observasi dan wawancara pada penelitian kualitatif.

Simangunsong (2017: 215) berpendapat bahwa dalam penelitian

kualitatif ada beberapa yang harus dipersiapkan sebelum melakukan

wawancara diantaranya:

a. Pedoman wawancara.

b. Alat wawancara.
c. Mengatur waktu wawancara
47

Berdasarkan penjelasan di atas maka teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan

dokumentasi. Penulis melakukan observasi partisipasi karena dalam

melakukan pengamatan penulis akan mengunjungi tempat penelitian dan

orang yang dijadikan informan ataupun narasumber tetapi tidak ikut serta

dalam kegiatan tersebut. Dalam melakukan wawancara, jenis wawancara

yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur

hal ini bertujuan guna mendalami permasalahan sesungguhnya dengan

lebih terbuka serta untuk menghindari wawancara yang terkesan terlalu

kaku pada saat bertanya kepada informan atau narasumber namun tetap

mengacu kepada pedoman wawancara guna membatasi hal-hal yang

mengenai aspek-aspek yang sedang diteliti. Dokumentasi pada penelitian

ini dengan mengumpulkan data berupa dokumen, laporan, foto dan yang

lainnya yang berkaitan dengan optimalisasi pengamanan aset tanah oleh

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah milik Pemerintah Kota

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

3.6 Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2018: 245) mengenai teknik analisis data pada

penelitian kualitatif dilakukan dimulai dari sebelum, selama dan setelah

melakukan penelitian dilakukan. Adapun tahapan analisis data menurut

Miles dan Huberman dalam buku yang sama digambarkan pada gambar

sebagai berikut :
48

PENGUMPULAN
PENYAJIAN
DATA
DATA

REDUKSI DATA VERIFIKAS/PENARIKAN


KESIMPULAN DATA

Gambar 3. 1
Model Analisis Miles dan Huberman
Sumber: Miles dan Huberman dalam (Sugiyono, 2018: 247).

1. Pengumpulan Data (Data Collection)


Pengumpulan data terkait dengan permasalahan yang di teliti yakni
dengan mengumpulkan data dari informan atau narasumber secara
langsung ataupun dokumen terkait.
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi atau dalam kata lain adalah merangkum,data yang telah di
dapatkan terkait pokok permasalahan kemudian di reduksi agar
memberikan citra atau gambaran yang lebih jelas selain itu hal ini juga
akan mempermudah dalam penumpulan data-data selanjutnya.
3. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data dirangkum atau direduksi kemudian data dapat disajikan.
Pada penelitian kualitatif penyajian data dapat di lakukan dalam bentuk
uraian yang singkat,bagan,hubungan antar kategori,flowchat dan
sejenisnya. Dengan menyajikan data tertentu akan dapat lebih mudah
untuk memahami apa yang terjadi pada lapangan.
4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification).
Penarikan kesimpulan dapat dilakukan berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan dengan memperhatikan hasil wawancara serta hasil
dokumentasi. Kesimpulan yang dilakukan pada tahap awal bersifat
sementara dimana dapat berubah dikemudian hari ataupun tidak
berubah sama sekali. Hal ini tergantung pada data-data yang ada di
lapangan sehingga menghasilkan kesimpulan yang kredibel.
49

Apabila dikaitkan dengan teori di atas maka penulis mengumpulkan

data primer berupa wawancara dengan informan dan data sekunder berasal

dari dokumen yang berkaitan dengan pengamanan aset. Setelah itu,

penulis mereduksi data agar dapat memberikan suatu gambaran kemudian

penulis menarik kesimpulan yang bersifat sementara berdasarkan dengan

data yang ada di lapangan dalam optimalisasi pengamanan aset tanah oleh

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah milik Pemerintah Kota

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

3.7 Jadwal dan Lokasi Penelitian

3.7.1 Jadwal Penelitian

Penyusunan skripsi dan skripsi yang dilaksanakan oleh Praja Utama

Angkatan XXX tahun akademik 2022/2023 dimulai dengan pelaksanaan

penyusunan usulan penelitian pada awal bulan September hingga

November dan dilaksanakan kurang lebih selama tiga bulan dilanjutkan

dengan seminar usulan penelitian pada bulan Desember. Selanjutnya

Praja Utama Angkatan XXX akan melakukan penelitian dan pengumpulan

data di tempat yang telah disetujui melaiui usulan penelitian kurang lebih

selama satu bulan. Praja Utama harus melaksanakan segala rangkaian

kegiatan yang telah diagendakan kalender akademik terkait penelitian dan

penyusunan skripsi sebagai syarat kelulusan pada Institut Pemerintahan

Dalam Negeri dengan gelar Sarjana Terapan Ilmu Pemerintahan (D IV)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut.


50

Tabel 3. 3
Jadwal Penelitian

Sumber : Kalender Akademik IPDN Tahun 2022/2023.


Keterangan : = Jadwal Pelaksanaan Kegiatan.

3.7.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat di mana setiap penelitian akan

dilakukan. Sesuai dengan fokus penelitian, guna mendukung dalam proses

penelitian dan mendapatkan data-data yang valid dan akurat maka

penelitian dilakukan di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

(BPKAD) Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.


51

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Kota Tanjungpinang

Kota Tanjungpinang adalah Ibukota Provinsi Kepulauan Riau

dimana menjadi pusat dari berbagai sektor yang ada pada Provinsi

Kepulauan Riau, baik sektor bisnis maupun politik hingga sektor

pemerintahan. Kota Tanjungpinang menjadi pusat budaya lokal dimana

Kota Tanjungpinang menyimpan berbagai sejarah terlebih khusus khas

budaya dan adat istiadat kerajaan melayu di Provinsi Kepulauan Riau.

Sejarah berdirinya Kota Tanjungpinang pada awalnya merupakan

Kabupaten Tanjungpinang yang mana Tanjungpinang merupakan salah

satu bagian dari Provinsi Riau. Kota Tanjungpinang memiliki wilayah yang

cukup luas dan memiliki ciri khas budaya melayu yang masih sangat

terjaga, sehingga Kota Tanjungpinang memiliki julukan yaitu “ Kota

Gurindam” yang mana julukan tersebut diberikan karena menggambarkan

masih terjaganya budaya dan adat istiadat melayu yang ada pada daerah

Kota Tanjungpinang. Awal masa kemerdekaan Indonesia, Tanjungpinang

merupakan bagian dari Provinsi Riau yang sekaligus menjadikan

Tanjungpinang sebagai pusat ibu kota Provinsi Riau pada 1957. Namun

pada 1959, status sebagai ibu kota Provinsi Riau tersebut dipindahkan ke

Kota Pekanbaru.
52

Kemudian Kota Tanjungpinang menyandang status sebagai Kota

Administratif pada tahun 2000. Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun

2001 Tentang Pembentukan Kota Tanjungpinang, maka pada tanggal 21

Juni 2001, status Tanjungpinang yang pada awalnya merupakan Kota

Administratif naik statusnya menjadi Kota Tanjungpinang. Dan pada saat

terjadi pemekaran yang semula Kabupaten Kepulauan Riau termasuk

dalam Provinsi Riau, Namun pada tanggal 24 September 2002,

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2002

Tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau maka Kabupaten

Kepulauan Riau bukan lagi menjadi salah satu bagian dari Provinsi Riau

dan Kabupaten Tanjungpinang menjadi Kota Tanjungpinang yang mana

menjadi Ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau.

Kota Tanjungpinang dipilih sebagai Ibukota Provinsi Kepulauan Riau

karena dinilai Kota Tanjungpinang memiliki nilai historis dan sejarah yang

kuat dari zaman penjajahan hingga zaman Indonesia merdeka. Kota

Tanjungpinang adalah kota yang sarat dengan budaya, sejarah, serta adat

istiadat Melayu. Kota Tanjungpinang telah dikenal dengan istilah “Kota

Gurindam Dua Belas”, alasan mengapa Kota Tanjungpinang dikenal

dengan sebutan tersebut ialah karena pada salah satu pulau bersejarah di

Kota Tanjungpinang yakni Pulau Penyengat, dimana pada pulau terdapat

makam Raja Ali Haji yang merupakan tokoh sejarawan berpengaruh di

Tanah Melayu Riau yang termasyur dengan karya sastranya “Gurindam

Dua Belas”.
53

4.1.2 Letak Geografis Kota Tanjungpinang

Secara geografis Kota Tanjungpinang berada pada koordinat 0º51'

sampai dengan 0º59’ Lintang Utara dan 104º23' sampai dengan 104º34’

Bujur Timur. Kota Tanjungpinang berada di Pulau Bintan dan pulau kecil

lainnya, seperti Pulau Penyengat dan Dompak, dengan pusat kota yang

berada di Senggarang. Kota Tanjungpinang berbatasan langsung dengan

Kabupaten Bintan yang masih merupakan satu daratan mengingat seluruh

Kota dan Kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau terpisah daratan kecuali

Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan.

Bentang alam pada Kota Tanjungpinang merupakan daerah pesisir

pantai dan lautan dengan mencapai ketinggian rata-rata 18 meter. Kota

Tanjungpinang memiliki luas sekitar 239,5 kilometer persegi. Sebagian dari

luas wilayah ini merupakan wilayah perairan. Sehinggga, sebagian wilayah

dari Tanjungpinang adalah kawasan rawa bakau, dataran rendah, dan

kawasan lainnya berupa perbukitan, hal ini menyebabkan lahan dari kota

Tanjungpinang sangatlah berkonturi dan juga bervariasi.

Posisi Kota Tanjungpinang yang strategis yakni dengan adanya jalur

transportasi laut menjadi penghubung antara Kota Batam dan Kabupaten

Bintan menjadi salah satu jalur transportasi laut yang dilewati setiap harinya

sebagai salah satu jalur dari sarana transportasi di Kota Tanjungpinang

sebagai penghubung antar pulau. Selain itu, Kota Tanjungpinang terkenal


54

dengan sungainya bernama sungai Carang sebagai penghubung jalur

transportasi.

Gambar 4.1
Peta Kota Tanjungpinang

Sumber: BPS Kota Tanjungpinang 2022

Berdasarkan gambar peta Kota Tanjungpinang diatas, Maka dapat

dilihat bahwa batas-batas wilayah Kota Tanjungpinang sebagai berikut:

Sebelah timur : Kecamatan Bintan Timur,Kabupaten Bintan

Sebelah selatan : Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan

Sebelah barat : Kecamatan Galang, Kota Batam

Sebelah utara : Kecamatan Bintan Utara, Kabupaten Bintan


55

Kumpulan pulau-pulau dari gambar diatas yang dikenal dengan

sebutan Kepulauan Riau, khususnya Kota Tanjungpinang sudah berabad-

abad lamanya dikenal bahwa Kota Tanjungpinang memiliki peran yang

penting dalam perjalanan sejarah perkembangan kawasan. Hal ini terutama

karena letaknya yang strategis dalam posisi perdagangan pelayaran dunia

antara Timur dan Barat serta antara Samudra Hindia dan Laut Cina Selatan.

Posisi strategis tersebut menjadikan Kepulauan Riau khususnya kota

Tanjung Pinang sebagai salah satu pusat perdagangan dan pelayaran Selat

Malaka.

Pada umumnya Kota Tanjungpinang ataupun pulau Bintan beriklim

tropis dengan suhu mencapai 23 °C – 34 °C. Serta tekanan udara nya

berada diantara 1.010,2 mbs dan 1.013,7 mbs. Kota Tanjungpinang dengan

resmi memiliki. musim penghujan serta musim kemarau. Tidak terdapat

perbedaan musim yang mencolok di Kota Tanjungpinang. Hujan bisa turun

sepanjang tahun, namun disetiap akhir sampai awal tahun terdapat Angin

Utara yang berbahaya yang memiliki gelombang yang sangat kuat. Kota

Tanjungpinang termausk kategori daerah kurang subur. Hal ini dikarenakan

kondisi tanah yang mengandunggbauksit. Hal ini juga mengakibatkan

sektor pertanian Kota Tanjungpinang masih kurang tersorot sebagai mata

pencaharian utama.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun

2019 luas wilayah dari Kota Tanjungpinang mencapai 144,56 Km2 . Dengan

keadaan wilayah yang berbukit-bukit dan lembah yang landai ke tepi laut.
56

Kota Tanjungpinang pada tahun 2020 memiliki 4 kecamatan yaitu

Kecamatan Tanjungpinang Timur ,Kecamatan Bukit Bestari, Kecamatan

Tanjungpinang Barat ,Kecamatan Tanjungpinang Kota, yang mana Kota

Tanjungpinang memilikii 18 kelurahan, 166 RW, dan 673 RT.

Tabel 4.1
Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan di Kota Tanjungpinang Tahun 2021

No Kecamatan Luas Daratan (𝑲𝒎𝟐)


1 2 3
1 Bukit Bestari 65,64
2 Tanjungpinang Timur 58,95
3 Tanjungpinang Kota 35,42
4 Tanjungpinang Barat 4,55
Total 144,56
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tanjungpinang,2022

Kecamatan Tanjungpinang Timur memiliki wilayah terluas yaitu

58,95 km2 dengan persentase 40,78 persen. Sedangkan wilayah terkecil

adalah Kecamatan Tanjungpinang Barat dengan luas 4,55 km2 atau 3,15

persen.

4.1.3 Demografi Kota Tanjungpinang

Kondisi demografis atau kondisi kependudukan merupakan kondisi

yang mana melibatkan suatu atruktur, ukuran, serta dalam distribusi suatu

penduduk, dan terkait bagaimana jumlah suatu penduduk yang berubah

pada setiap waktu akibat suatu kondisi migrasi, kematian ,kelahiran, serta

penuaan.

Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau.

Kota Tanjungpinang memiliki berbagai macam jenis objek wisata seperti

Pulau Penyengat yang mana Pulau tersebut merupakan cagar budaya


57

melayu. Pulau Penyengat terdapat banyak peninggalan budaya adat

melayu lama dengan wujud bangunan dan sastra. Selain itu juga terdapat

kelenteng atau vihara yang berada pada kawasan kampung bugis dan

senggarang yang sekaligus tempat tersebut di gunakan sebagai tempat

religius.

Menurut data pada Tanjungpinang dalam angka 2022 jumlah

penduduk Kota Tanjungpinang berjumlah 227.663 jiwa. Guna memiliki

modal dasar dalam pembangunan, masyarakat merupakan hal yang

terpenting dalam memajukan suatu bangunan pada daerah. Tidak hanya

dalam bentuk jumlah yang besar saja, namun kualitas yang terbaik juga

akan lebih bermanfaat dalam rangka peningkatan mutu kehidupan dan

kesejahteraan secara umum.

Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Perkecamatan Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2022
Jenis Kelamin Jumlah Penduduk
No Kecamatan Perkecamatan Persentase
LK PR

1 2 3 4 5 6

1 Bukit Bestari 27.315 27.095 54.410 4,06%


2 Tanjungpinang 55.456 54.324 109.780 5,45%
Timur
3 Tanjungpinang Kota 9.828 9.398 19.226 6,05%
4 Tanjungpinang 22.085 22.162 44.247 8,57%
Barat
JUMLAH 144.684 112.979 227.663 100.00%
Sumber : Kota Tanjungpinang dalam Angka 2022

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa dimana pada

Kecamatan Tanjungpinang Timur merupakan kecamatan yang memiliki

jumlah penduduk terbanyak di bandingkan dengan kecamatan yang lain


58

yakni sejumlah 109.780 jiwa dengan 55.456 jiwa penduduk laki laki dan

54.324 jiwa penduduk perempuan. Sedangkan pada Kecamatan

Tanjungpinang Kota dapat dilihat bahwa Kecamatan Tanjungpinang Kota

merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit

dibandingkan dengan kecamatan – kecamatan yang lain yaitu 19.226 jiwa

dengan sejumlah 9.828 jiwa penduduk laki-laki dan sebesar 9.398 jiwa

penduduk perempuan.

Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kota

Tanjungpinang Tahun 2022 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4. 3
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
di Kota Tanjungpinang
Kelompok Umur Laki – Laki Perempuan Jumlah
1 2 3 4
0–4 9.641 9.324 18 965
5–9 9.954 9.479 19 433
10-14 9.693 9.185 18 878
15-19 10.623 10.144 20 767
20-24 9.724 9.274 17 588
25-29 8.992 8.749 17 588
30-34 8.425 8.878 17 588
35-39 8.710 8.453 17 588
40-44 7.715 8.453 16 948
45-49 6.557 7.795 15 510
50-54 5.655 6.659 13.216
55-59 4.281 5.882 11.573
60-64 2.877 4.058 8.339
65-69 1.734 2.794 5.671
70-74 1.608 1.836 3.570
75+ 1.608 1883 3.491
Jumlah 114.684 112.979 227.663
Sumber : Kota Tanjungpinang dalam Angka 2022

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa komposisi

jumlah penduduk Kota Tanjungpinang dalam Tahun 2022 didominasi oleh


59

laki-laki, dimana jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan

jumlah penduduk perempuan. Berdasarkan pada jumlah kelompok umur,

kelompok umur terbesar di Kota Tanjungpinang yakni umur 15 sampai

dengan umur 19 tahun dengan jumlah 20.767 jiwa. Sedangkan untuk

kelompok umur terendah adalah kelompok yang berumur 75 tahun keatas

dengan jumlah 3.491 jiwa.

4.1.4 keadaan pemerintah

Visi merupakan suatu panduan yang visioner bagi suatu organisasi,

dimana menjelaskan arah ataupun suatu kondisi yang ideal dimasa depan

yang akan dicapai berdasarkan suatu kondisi untuk menciptakan keadaan

senjang antara masa kini dan masa depan yang akan ingin dicapai. Visi

tidak hanya tentang pembicaraan atau harapan palsu, namun suatu

komitmen serta visi dalam pembangunan serta dalam mengelola suatu

perubahan demi tercapainya tujuan. Adapun visi dari Kota Tanjungpinang

adalah sebagai berikut :

“Tanjungpinang sebagai Kota yang Maju, Berbudaya dan

Sejahtera dalam Harmoni Kebhinekaan Masyarakat Madani”

Misi memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan suatu

tujuan secara efektif serta efisien dalam merumuskan suatu rumusan

strategi yang terbaik. Misi memiliki peran yang sangat penting dalam

menjalankan sebuah aktivitas ataupun suatu kegiatan dalam pengambilan

keputusannya. Dengan mempertimbangkan berbagai jenis aspek yang ada


60

di Kota Tanjungpinang maka dengan adanya misi maka seluruh kegiatan

serta tujuan dari Kota Tanjungpinang dapat terlaksana dengan baik.

Misi yang merupakan perwujudan dari sebuah visi pembangunan Kota

Tanjungpinang adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualtas sumber daya manusia yang agamis,

berbudaya, serta memiliki berwawasan kebangsaan dan berdaya

saing global.

2. Meningkatkan pengembangan pariwisata dan pengembangan

ekonomi kreatif dan usaha ekonomi di lingkungan masyarakat.

3. Mengembangkan dan melestarikan khasanah budaya lokal dan

nusantara guna menciptakan kehidupan masyarakat yang harmonis,

bertoleransi serta kebhinekaan guna mendukung pembangunan

berkelanjutan.

4. Mewujudkan pembangunan yang adil dan merata serta

menciptakan suatu iklim investasi dan usaha yang kondusif yang

berwawasan lingkungan dan sistem pengupahan yang berkeadilan.

4.1.5 Gambaran Umum Badan Pengelola Keuangan Dan Aset Daerah


Kota Tanjungpinang
4.1.5.1 Gambaran Umum Organisasi

Badan Pengelola Keuangan Dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang

(BPKAD) adalah salah satu instansi pemerintahan Kota Tanjungpinang

yang memiliki fungsi dan tugas pokok membantu dalam melaksanakan


61

urusan Pemerintah Daerah yang berdasarkan asas otonomi dari tugas

pembantuan dalam bidang pengelolaan keuangan dan pengelolaan aset

daerah. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota

Tanjungpinang mempunyai beberapa bagian, bidang serta sub bidang

salah satunya adalah Bidang Aset Daerah. Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Tanjungpinang berlokasi pada Jl. Tj. Ayun

Sakti, Kec. Bukit Bestari, Kota Tanjungpinang.

Visi :

“Tanjungpinang sebagai Kota yang Maju, Berbudaya dan Sejahtera dalam


Harmoni Kebhinekaan Masyarakat Madani”

Misi :

“Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, berwibawa,


amanah, transparan dan akuntabel didukung dengan struktur birokrasi yang
berintegrasi dan kompeten”

4.1.5.2 Kedudukan Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang

Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsi guna membantu Walikota dalam

melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah yang berdasarkan asas

otonomi daerah dan tugas pembantuan di bidang pengelolaan keuangan

dan bidang pengelolaan aset daerah. Badan Pengelola Keuangan dan Aset

Daerah (BPKAD) dipimpin oleh seorang kepala badan yang berada


62

dibawah serta bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretariat

Daerah.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi pokok tersebut tercantum

pada Peraturan Walikota Nomor 52 Tahun 2016 Tentang Uraian Tugas

Pokok, Fungsi Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengelola Keuangan Dan

Aset Daerah pada bagian bagan kesatu pasal 3 ayat 1 dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagaimana, dimaksud dalam ayat

(2) pasal ii, tentang Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah tugas dan

fungsinya :

a. Perumusan kebijakan teknis dalam bidang pengelolaan keuangan

daerah,

b. Perumusan kebijakan teknis dalam bidang pengelolaan aset daerah;

c. Pengelolaan urusan ketatausahaan dinas; dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Kepala Badan memiliki tugas pokok dan fungsi untuk memimpin,

mengoordinasikan, mengawasi serta mengendalikan dalam pelaksanaan

pengelolaan keuangan daerah.

Adapun sebagai selaku Kepala SKPKD dan Kepala SKPD dalam hal

menyelenggarakan fungsi adalah sebagai berikut :

a. Penyusunan serta pelaksanaan Kebijakan dalam Pengelolaan

Keuangan Daerah;
63

b. Pelaksanaan PPKD yang berfungsi selaku BUD;

c. Penyusunan suatu Laporan Keuangan Daerah dalam pelaksanaan

Pertanggungjawab Pelaksanaan APBD;

d. Penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;

Bidang Sekretariat mempunyai tugas pokok yakni membantu Kepala

Badan dalam memimpin serta mengordinasikan segala penyelenggaraan

pelayanan baik dalam pelayanan administratif kegiatan serta kegiatan

ketatausahaan yang mana meliputi segala urusan umum kepegawaian dan

urusan perencanaan serta program dan urusan keuangan dalam

menjalankan fungsinya.

Sekretariat memiliki tugas pokok dan fungsi adalah sebagai berikut :

a. Pelaksanaan dalam penyusunan, peprograman, dan pelaksanaan

kegiatan administrasi serta mekanisme kerja pada dinas;

b. Pengoordinasian penyusunan segala rencana kegiatan anggaran

tahunan semua unit kerja.

c. Pengelolaan administrasi keuangan dan kepegawaian daerah.

Adapun Sub Bagian Penyusunan Program, Evaluasi dan Pelaporan

memiliki tugas pokok dalam membantu sekretaris dan melaksanakan

sebagian tugas dari Sekretariat di bidang penyusunan program, evaluasi

dan pelaporan kegiatan pada lingkup kinerja Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah (BPKAD) adalah sebagai berikut :


64

a. Pelaksanaan penyusunan rencana dan/atau petunjuk dalam teknis

program kerja pada bidang rencana program kerja tahunan dinas

b. Pelaksanaan pengendaloan program meliputi kegiatan persiapan

bahan dan/atau koordinasi antar bidang dan instansi terkait di

lingkup pemerintah daerah.

c. Penyusunan laporan pelaksanaan program dan/atau kinerja dinas.

d. Pengoordinasian dalam penyelenggaraan sosialisasi, evaluasi dan

pembinaan teknis kegiatan;

e. Pengumpulan, pengolahan data dan informasi serta pemecahan

masalah yang mana berkaitan dengan hal tugas-tugas urusan

perencanaan, evaluasi dan pelaporan;

Sub Bagian Umum, Kepegawaian dan Keuangan mempunyai tugas

pokok yakni dalam membantu Sekretariat dan melaksanakan sebagian

tugas dari sekretariat di bidang umum, kepegawaian dan keuangan yakni

sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan urusan penyusunan bahan rencana dan program

lingkup administrasi umum dan kepegawaian;

b. Penyelenggaraan administrasi umum yang mana meliputi dalam

pengelolaan naskah dinas, penataan kearsipan, penyelenggaraan

kerumahtanggaan dinas, mengelola perlengkapan dan administrasi

perjalanan dinas;

c. Pelaporan secara kontinu berkelanjutan mengenai lingkup umum,

kepegawaian dan keuangan;


65

d. Pemberian saran serta pendapatan kepada Kepala Badan melalui

Sekretariat;

e. Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas staf pada Sub bagian

Umum, Kepegawaian dan Keuangan;

Bidang anggaran memiliki tugas pokok melaksanakan penyusunan

anggaran, dan pembiayaan serta pembiayaan kas. Dengan fungsi sebagai

berikut:

a. Perumusan rencana anggaran daerah, pembiayaan dan investasi;

b. Pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, pembiayaan serta

investasi;

c. Pembinaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan

dalam lingkup anggaran pendapatan serta anggaran belanja,

pembiayaan dan investasi;

d. Perumusan kebijakan pada bidang pembelanjaan dan pembiayaan;

Bidang Anggaran ini terdiri atas beberapa Sub Bidang diantaranya

sebagai berikut :

a. Sub Bidang Anggaran Pendapatan

Sub bidang Anggaran Pendapatan memiliki tugas pokok diantaranya

adalah melakukan penyusunan, pelaksanaan, serta evaluasi terhadap

pelaksanaan lingkup anggaran pendapatan

b. Sub Bidang Anggaran Belanja


66

Sub Bidang Anggaran Belanja ini memiliki tugas pokok melaksanakan

urusan pelaksanaan pengelolaan anggaran belanja dan melakukan

pengevaluasian terhadap anggaran belanja serta pelaporan terhadap

anggaran belanja.

c. Sub Bidang Anggaran Pembiayaan dan Manajemen Kas

Sub Bidang Anggaran Pembiayaan dan Manajemen Kas memiliki

tugas pokok untuk melaksanakan urusan Anggaran Pembiayaan dan

Manajemen Kas pengelolaan keuangan daerah.

Bidang Perbendaharaan Dan Akuntansi mempunyai tugas

membantu tugas pelaksanaan tugas perbendaharaan dan akuntansi

pemerintah daerah dan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

a. Melaksanakan perencanaan serta pelaksanaan program kerja pada

bidang perbendaharaan dan akuntansi;

b. Melakukan penyusunan rencana dalam pengelolaan keuangan

sesuai dengan rencana kerja SKPD dan SKPKD;

c. Pengelolaan administrasi keuangan mengenai penerimaan dan

pengeluaran menurut tujuannya;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

Bidang Perbendaharaan terdiri dari beberapa sub bidang diantaranya

sebagai berikut :

a. Sub Bidang Perbendaharaan dan Analisa


67

Sub Bidang Perbendaharaan dan Analisa memiliki tugas pokok

untuk melaksanakan urusan perbendaharaan serta analisa. Dalam

tugas fungsinya yakni melakukan suatu penyusunan rencana kerja

operasional dan program kerja bidang belanja tidak langsung dan

belanja langsung sebagai pedoman pelaksanaan tugas;

b. Sub Bidang Pembinaan dan Evaluasi

Sub Bidang Pembinaan dan Evaluasi memiliki tugas pokok yakni

untuk melaksanakan urusan bidang Pembinaan dan Evaluasi seperti

pelaksanaan fasilitas pemeriksaan, penelitian serta penyiapan bahan

pengesahan pertanggungjawaban.

c. Sub Bidang Akuntansi dan Pelaporan

Sub Bidang Akuntansi dan Pelaporan memiliki tugas pokok untuk

melaksanakan urusan pada bidang akuntansi dan pelaporan.

Bidang Aset mempunyai tugas dalam membantu Kepala Badan

melaksanakan kewenangan dibidang Aset serta menyelenggarakan

fungsi sebagai berikut :

a. Melaksanakan perencanaan pada kebutuhan barang daerah

serta analisis kebutuhan aset daerah;

b. Penyelenggaraan koordinasi pemeliharaan barang milik

daerah, mutasi barang milik daerah dan penghapusan aset

daerah;
68

c. Pelaksanaan penghitungan serta penilaian Aset daerah yang

tertuang didalam neraca keuangan daerah pemerintah Kota

Tanjungpinang.

Bidang Aset ini terdiri dari beberapa bagian Sub bidang diantaranya

sebagai berikut :

a. Sub Bidang Pengelohan Data dan Informasi

Sub Bidang Pengolahan Data dan Informasi memiliki tugas pokok

untuk melaksanakan urusan pengolahan data dan informasi aset

daerah.

b. Sub Bidang Mutasi dan Inventarisasi Aset Daerah

Sub bidang Mutasi dan Inventarisasi aset daerah memiliki tugas

pokok yakni melaksanakan urusan bidang mutasi dan inventarisasi aset

daerah.

c. Sub Bidang Penghapusan dan Pemanfaatan Aset Daerah

Sub bidang penghapusan dan pemanfaatan aset daerah memiliki

tugas pokok untuk melaksanakan urusan pada bidang penghapusan

dan pemanfaatan aset daerah.

Unit Pelaksanaan Teknis; serta Kelompok Jabatan Fungsional

memiliki kedudukan sebagai bagian dari pelaksaan teknis operasional

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.


69

Berikut merupakan bagan struktur organisasi Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Darah (BPKAD) Kota Tanjungpinang

Gambar 4.2
Bagan Struktur Organisasi Badan Pengelola Keuangan Dan Aset
Kota Tanjungpinang
70

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian serta Pembahasan dalam bab ini adalah pemecahan

masalah dari yang tertera pada rumusan awal. Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilaksanakan oleh penulis pada lokasi penelitian, maka penulis

mampu menjelaskan hasil penelitian tersebut dengan beberapa penjelasan.

Penulis mendapat beberapa informasi yang bersumber dari informan yang

mana telah ditetapkan sebelumnya pada pedoman wawancara serta

adanya pengumpulan dokumen-dokumen pendukung lainnya guna

mendapatkan data hasil penelitian yang valid dan dapat diinterpretasikan

sehingga kemudian dapat menggambarkan fakta-fakta yang ada pada

lapangan tentang optimalisasi pengamanan aset daerah oleh Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah milik Pemerintah Kota

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

4.2.1 Pengamanan Fisik

Pengamanan barang milik daerah menurut pendapat Suwanda

(2015: 284) dalam hal pengamanan fisik yakni untuk suatu kegiatan

pencegahan dari adanya penurunan fungsi barang atau aset, penurunan

jumlah barang dan hilangnya barang. Dari penjelasan penjelasan tersebut

dapat diartikan bahwa pengamanan fisik terhadap aset daerah berupa

tanah dilakukan dengan tujuan guna mencegah terjadinya penuruan fungsi

tanah dan penurunan nilai tanah, serta agar kiranya masyarakat

mengetahui bahwa tanah tersebut adalah tanah milik pemerintah daerah.

Pengamanan fisik dilakukan dengan cara dilakukannya perlindungan fisik


71

guna aset tanah milik daerah tersebut aman serta dalam kondisi yang

terpelihara.

Upaya pengamanan fisik yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang yakni dengan cara

perlindungan fisik guna keberadaan aset tanah tersebut tetap aman dan

dalam kondisi yang terpelihara. Pengamanan terhadap aset tanah yang

mana aset tanah termasuk dalam aset tidak bergerak tersebut dilakukan

guna menjaga barang inventaris agar meminimalisir dari kerusakan fisik.

Adapun upaya pengamanan fisik yang dilakukan oleh Pemerintah Kota

Tanjungpinang khususnya Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

dalam bidang aset dengan cara melakukan tindakan-tindakan sebagai

berikut :

1. Memasang tanda letak tanah yang bertanda milik pemerintah daerah

Kota Tanjungpinang dengan membangun pagar batas jika anggaran

yang dimiliki cukup untuk membangun pagar. Apabila anggaran tidak

menckupi guna mendirikan pagar batas maka dibuatkan sebuah

patok sebagai tanda batas letak suatu tanah tersebut sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemasangan tanda

letak pada aset tanah milik daerah dilakukan sebagai upaya

pengamanan aset daerah dalam pengamanan fisik berupa aset

tanah untuk menghindari adanya sengketa mengenai batas tanah

dengan pihak lain atau pemilik tanah yang berbatasan dengan tanah

milik pemerintah daerah.


72

2. Memasang tanda kepemilikan tanah yang berisi data identitas atau

informasi bahwa pemilik tanah tersebut merupakan Pemerintah Kota

Tanjungpinang serta adanya gambar lambang Pemerintah Daerah

Kota Tanjungpinang. Tanda kepemilikan tanah tersebut dapat

berupa papan yang dibuat dengan bahan yang tidak mudah rusak

seperti halnya besi, aluminium, dan lainnya. Kemudian papan

tersebut memuat tulisan yang menandai kepemilikan pemerintah

daerah setempat dengan tulisan yang jelas dan tidak mudah rusak

atau luntur. Sehingga semua orang dapat mengetahui bahwa tanah

tersebut merupakan milik pemerintah daerah Kota Tanjungpinang

serta dapat terhindar dari tindakan klaim oleh pihak lain yang tidak

bertanggung jawab.

3. Melakukan penjagaan berkala pada lokasi tanah agar lokasi tanah

yang telah dilakukan pengamanan fisik seperti pemasangan tanda

letak serta pemasangan tanda kepemilikan tetap terjaga serta tidak

hilang dikarenakan klaim dari pihak yang tidak bertanggungjawab.

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang Bapak Djasman , S.Sos pada hari

Senin 9 Januari 2023 pukul 10.00 Wib mengatakan bahwa :

Pengamanan fisik yang dilakukan pada aset tanah milik pemerintah


daerah Kota Tanjungpinang telah dilakukan dengan cara pemasangan
plang papan tanda kepemilikan dengan adanya tanda atau tulisan milik
pemerintah Kota Tanjungpinang kemudian pemasangan patok sebagai
tanda dari batas tanah tersebut serta adanya pemasangan pagar
sebagai pengaman atau batas dari suatu bangunan. Hampir seluruh
tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang sudah dipasangi plang
73

tanda kepemilikan namun tidak seluruhnya dipasangi pagar


pengamanan. Tanah yang telah dibangun pagar pengamanan atau
pembatas biasanya berupa tanah yang di atasnya didirikan bangunan.
Selanjutnya pengamanan fisik aset tanah milik Pemerintah Kota

Tanjungpinang menurut Kepala Bidang Pengelolaan Barang Milik Daerah

atau Aset Daerah Ibu Sri Harlinda, S.Pi,MM. pada hari Rabu 11 Januari

2023 pada pukul 11.30 Wib menerangkan bahwa :

Pemerintah Kota Tanjungpinang telah melakukan pengamanan pada


aset tanah secara fisik yakni dengan memasang plang kepemilikan,
yang kemudian diberi pagar ataupun patok sebagai pembatas dari
wilayah tanah milik pemerintah daerah dengan tanah masyarakat.
Kemudian Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah tetap
mengawasi serta tetap melakukan pengecekkan guna mengetahui
bagaimana kondisi pada lapangan, Namun untuk waktu pelaksanaan
pengecekkan belum diatur secara pasti tetapi menyesuaikan dengan
kondisi yang terjadi di lapangan.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dijelaskan bahwa adanya

upaya pengamananan aset tanah secara fisik di Kota Tanjungpinang oleh

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang

dilakukan dengan beberapa cara diantaranya yakni pemasangan papan

tanda kepemilikan atau plang serta adanya pemasangan patok dan pagar

batas yang dijelaskan dengan gambar di bawah ini :


74

Gambar 4.3
Plang Tanda Kepemilikan Aset Tanah Pemerintah Kota Tanjungpinang

Pada Gambar 4.3 di atas merupakan salah satu plang tanda

kepemilikan aset tanah milik Pemerintah daerah Kota Tanjungpinang yang

berisikan nomor sertifikat, kode barang serta kode lokasi.


75

Gambar 4.4
Patok Batas Aset Tanah Pemerintah Kota Tanjungpinang

Pada Gambar 4.4 di atas merupakan salah satu bentuk dari patok

batas aset tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang sebagai tanda batas

dengan tanah yang ada di sebelahnya

Gambar 4.5
Pagar Pembatas Aset Tanah Pemerintah Kota Tanjungpinang

Pada Gambar 4.5 di atas merupakan salah satu Pagar Pembatas

Aset Tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang yang mana berfungsi

sebagai pembatas dan juga pengaman bangunan yang berdiri di atas aset

tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang.

Pelaksanaan pengamanan pada aset tetap daerah khususnya aset

tanah di Kota Tanjungpinang sudah dilaksanakan sesuai prosedur yang ada

yaitu dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun


76

2020 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dimana acuan

terbaru saat ini yakni Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun

2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah kemudian

dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan Peraturan Daerah Kota

Tanjungpinang Nomor 6 Tahun 2021 Tentang Pengelolaan Barang Milik

Daerah

Upaya pengamanan fisik terhadap aset daerah khususnya aset

tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang saat ini sudah dilakukan

sebagaimana semestinya berpedoman dengan tahapan pada peraturan

perundang-undangan namun kenyataan pada lapangan saat ini masih

banyak ditemukan kendala-kendala yang harus dihadapi dan harus segera

ditangani oleh pemerintah daerah Kota Tanjungpinang. Hal tersebut sejalan

dengan apa yang telah disampaikan oleh Kepala Sub Bidang

Pemindahtanganan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pengamanan

Barang Milik Daerah Kota Tanjungpinang Bapak Febryanto, SH, M,Kn.

pada hari Jumat 13 Januari 2023 pukul 14.00 Wib sebagai berikut:

Pengamanan fisik untuk pengamanan aset daerah terkhusus aset


tanah di Kota Tanjungpinang telah dilakukan sesuai dengan
pedoman Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020, Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 serta Peraturan Daerah
Kota Tanjungpinang Nomor 6 Tahun 2021 namun dalam pelaksanan
pengamanan yang terjadi di lapangan masih ditemukan kendala
yang muncul seperti rusaknya plang, baik yang sudah berkarat
maupun yang sudah ambruk sehingga sudah tidak dapat terbaca
bahkan ada beberapa plang yang sudah hilang.
Staf Bidang Aset atau Barang Milik Daerah Bapak Hendro Wibowo,

S.AP pada hari Jumat 13 Januari 2023 pukul 10.00 WIB telah memberikan
77

penjelasan mengenai kendala pengamanan fisik milik Pemerintah Kota

Tanjungpinang yakni :

Aset tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang sudah banyak


dipasangi papan tanda kepemilikan atau plang, walaupun tidak
semua aset tanah dipasangi plang seperti contohnya saja tanah
makam untuk umum yang berasal dari wakaf sehingga tidak dapat
dipasangi plang.mengenai pagar batas untuk tanah yang di atasnya
didirikan bangunan seperti sekolah, kelurahan atau kecamatan itu
sudah diberikan pagar tembok ataupun besi di sekelilingnya, lalu
untuk lahan garapan biasanya kita batasi dengan pohon yang telah
ditanami oleh dinas lingkungan hidup dan serta diberikan patok di
ujung-ujungnya sehingga kita memasang pagar batas tersebut
dengan menyesuaikan kondisi di lapang seperti apa. Masih ada
beberapa aset tanah yang ada di Kota Tanjungpinang yang hanya
diberikan patok saja namun belum di pasangi pagar-pagar pembatas
contohnya seperti pada lahan yang berada pada lereng bukit dengan
tingkat kemiringan yang curam saat ini hanya diberikan patok
dibeberapa titik saja.
Beberapa kendala yang dihadapi Pemerintah Kota Tanjungpinang

seperti yang telah disampaikan oleh Kepala Sub Bidang Pemindatangan,

Pemanfaatan, Penghapusan serta Pengamanan Barang Milik Daerah

bahwasanya terdapat plang atau tanda kepemilikan yang telah terpasang

pada beberapa aset tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang ditemukan

dalam keadaan rusak sehingga sudah tidak dapat dibaca bahkan ada

beberapa plang atau tanda kepemilikan yang sudah hilang. Kondisi tersebut

dikarenakan kurangnya pengawasan yang dilakukan secara rutin dan

berkala terhadap aset tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang. Maka

dari itu Pemerintah Kota Tanjungpinang diharapkan dapat membuat jadwal

rutin untuk melakukan pengecekkan terhadap aset tanah milik Pemerintah

Kota Tanjungpinang secara rutin dan berkala agar meminimalisir kerusakan


78

maupun hilangnya plang tanda kepemilikan yang telah dipasang oleh

Pemerintah Kota Tanjungpinang.

Faktor yang menjadi penyebab kurangnya pengawasan terhadap

pengamanan fisik aset tanah milik pemerintah daerah Kota Tanjungpinang

adalah dikarenakan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

(BPKAD) Kota Tanjungpinang masih mengalami kekurangan sumber daya

aparatur khususnya dalam bagian Sub Bidang Pemindahtanganan,

Pemanfaatan, Penghapusan dan Pengamanan Aset milik Pemerintah Kota

Tanjungpinang terkhususnya pada pengamanan aset tanah. Bidang

Pengelolaan Barang Milik Daerah atau Aset Daerah pada Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Tanjungpinang

merupakan bidang yang menangani segala aset milik pemerintah daerah

yang berada di wilayah Kota Tanjungpinang dengan struktur organisasi

yang dipimpin oleh seorang Kepala Bidang Pengelolaan Barang Milik

Daerah atau Aset yang di bantu oleh tiga Kepala Sub Bidang diantaranya

adalah Sub Bidang Perencanaan Barang Milik Daerah, Sub Bidang

Penatausahaan dan Pengawasan Pengelolaan Barang Milik Daerah dan

Sub Bidang Pemindahtanganan, Pemanfaatan, Penghapusan dan

Pengamanan Barang Milik Daerah dimana masingmasing Kepala Sub

Bidang tersebut masing-masing membawahi beberapa Staf. Sehingga

jumlah keseluruhan pegawai yang menangani aset daerah pada Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah pada Bidang Pengelolaan Barang

Milik Daerah Kota Tanjungpinang sebanyak 8 orang guna menunjang


79

dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Pada bagian Sub Bidang

Pemindahtanganan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pengamanan

Barang Milik Daerah dimana yang berjumlah 2 orang. Sehingga jika dilihat

berdasarkan jumlahnya, Jumlah pegawai tersebut dinilai masih sangat

kurang secara kuantitas untuk mendukung seluruh kinerja Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Tanjungpinang

dalam rangka yang bertujuan Pengamanan aset tanah milik Pemerintah

Kota Tanjungpinang hal tersebut menyebabkan pembagian tugas dalam

mengurus segala perihal aset tanah termasuk pegawai yang akan

ditugaskan untuk melakukan pengawasan terhadap tanah tersebut masih

sangat sulit dikarenakan minimnya sumber daya aparatur yang mana telah

memiliki tugas pokok dan fungsi masing-masing dalam setiap bidangnya.

Pengamanan aset milik pemerintah daerah Kota Tanjungpinang

khususnya dalam pengamanan aset yang berupa tanah juga harus

mempunya sumber daya aparatur yang jumlahnya mencukupi guna

pengamanan aset secara fisik yang bejalan secara maksimal, karena

minimnya sumber daya aparatur akan sangat berdampak pada

penanganan pengamanan aset tanah daerah Kota Tanjungpinang secara

fisik milik pemerintah daerah Kota Tanjungpinang itu sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dapat menyimpulkan bahwa

pengamanan fisik dalam optimalisasi pengamanan aset tanah oleh Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) milik Pemerintah Kota

Tanjungpinang sudah sesuai dengan prosedur dan undang- undang yang


80

berlaku yang ada namun masih kurangnya pengawasan yang dilakukan

secara rutin dan berkala oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah (BPKAD) Kota Tanjungpinang dikarena kuantitas sumber daya

aparatur yang masih sangat minim.

4.2.2 Pengamanan Administrasi

Pengamanan Administrasi menurut pendapat Suwanda (2015: 284)

merupakan kegiatan yang meliputi seluruh kegiatan pencatatan,

pembukuan, inventarisasi, pelaporan serta penyimpanan dokumen

kepemilikan. Sehingga pengamanan administrasi terhadap aset daerah

berupa tanah dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pencatatan,

pembukuan, inventarisasi, pelaporan penyimpanan dokumen kepemilikan

atas tanah secara tertib dan aman. Pengamanan administrasi dengan kata

lain dikenal dengan pengamanan administratif aset tanah yang mana

dilakukan dengan penyelesaian bukti kepemilikan seperti Izin Mendirikan

Bangunan, Berita Acara Serah Terima, Surat Perjanjian, Akta Jual Beli dan

dokumen pendukung lainnya. Kemudian pengamanan admisnitrasi selain

penyelesaian bukti kepemelikan juga meliputi kegiatan penyimpanan

dokumen bukti kepemilikan serta perlu dilakukan inventarisasi barang milik

daerah atau aset secara berkala.

Berdasarkan hasil wawancara bersama Kepala Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang Bapak Djasman , S.Sos

pada Senin 9 Januari 2023 pukul 11.00 Wib beliau menerangkan bahwa :
81

Pengamanan administrasi pada aset daerah terkhusus pada aset


tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang yang mana dilakukan
oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota
Tanjungpinang khususnya bidang aset dilakukan dengan membuat
catatan dan menginventarisasi setiap aset tanah yang dimiliki oleh
Pemerintah Kota Tanjungpinang dalam bentuk Kartu Inventaris
Barang A (KIB A). Pembaharuan Kartu Identitas Barang tersebut
dilakukan apabila jika adanya penambahan aset baru. Pengamanan
Administrasi pada aset tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang
oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota
Tanjungpinang adalah berupa penertiban dokumen atau arsip atas
hak tanah milik yang dimiliki oleh pemerintah daerah Kota
Tanjungpinang. Dokumen kepemilikan aset tanah tersebut ialah
berupa Sertifikat, Berita Acara Serah Terima ataupun Akta Jual Beli.
Selanjutnya mengenai pengamanan administrasi aset tanah pada

daerah Kota Tanjungpinang telah ditambahkan oleh Kepala Bidang

Pengelolaan Barang Milik Daerah Kota Tanjungpinang Ibu Sri Harlinda,

S.Pi,MM. pada wawancara yang telah dilaksanakan pada hari Rabu 11

Januari 2023 pada pukul 11.30 Wib beliau menerangkan bahwa :

Proses pengamanan admnistrasi pada aset tanah milik pemerintah


Kota Tanjungpinang telah dilaksanakan sesuai dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 dengan lebih
difokuskan kepada dokumen atas hak tanah milik pemerintah Kota
Tanjungpinang. Mayoritas aset tanah yang ada di Kota
Tanjungpinang merupakan aset pelimapahan dari Kabupaten Bintan
yang tidak memiliki sertifikat dan hanya didukung oleh dokumen
Berita Acara Serah Terima dan Akta Jual Beli. Proses pembuatan
sertifikat itu sangat sulit karena kita harus mengumpulkan dokumen-
dokumen bukti pendukung kepemilikan tanah yang sebelumnya milik
Kabupaten Bintan agar kiranya dapat diterbitkan sertifikatnya.
Setelah sertifikat aset tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang
sudah jadi maka sertifikat tersebut kemudian disimpan dalam
brangkas untuk menjaga keamanan.
Upaya pengamanan administrasi pada aset tanah yang dilakukan

oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang

terhadap aset tanah milik pemerintah daerah Kota Tanjungpinang dilakukan


82

dengan cara pencatatan atau inventarisasi dengan melalui Kartu

Inventarisasi Barang A (KIB A). Semua aset tetap berupa tanah milik

pemerintah daerah Kota Tanjungpinang tercatat dalam Kartu Inventaris

Barang A (KIB A).

Kartu Inventaris Barang (KIB A) tanah diisi untuk dlakukannya

pendataan data administrasi pada aset tanah, sehingga tanah tersebut

akan terdaftar sebagai aset tanah milik pemerintah daerah Kota

Tanjungpinang baik yang merupakan hak milik, hak pakai, maupun hak

guna bangunan di atas tanah.

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota

Tanjungpinang selalu mencatat dan memperbaharuhi segala data tentang

tanah apabila memang telah terjadi perubahan. Hal tersebut bertujuan agar

inventarisasi aset tanah yang telah ada merupakan data yang terbaru

sehingga aset tanah milik pemerintah daerah Kota Tanjungpinang dapat

dengan mudah diawasai. Berikut contoh Kartu Inventaris Barang A (KIB A)

yang dijelaskan dalam Tabel 4.3 di bawah ini :

Tabel 4.3
Contoh Kartu Identitas Barang (KIB) A Tanah
83

Upaya dalam pengelolaan Barang Milik Daerah atau Aset Daerah di

Kota Tanjungpinang saat ini dakam pelaksanaannya masih didapati

beberapa kendala walaupun sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur

perundang undangan yang ada. Salah satu kendala dalam pengelolaan

aset khususnya upaya pengamanan aset tanah milik pemerintah daerah di

Kota Tanjungpinang yakni adanya permasalahan dalam hal administrasi.

Permasalahan yang terjadi pada pengamanan aset tanah secara

administrasi milik pemerintah Kota Tanjungpinang yaitu terdapat adanya

perbedaan luas tanah yang tercatat dalam Kartu Identitas Barang A dengan

kondisi yang ada dilapangan. Hal tersebut dijelaskan oleh Kepala Sub

Bidang Mutasi dan Inventaris Aset Daerah Bapak Ponco Waluyo,S.E.

Nugroho pada hari Selasa 17 Januari 2023 pukul 10.00 Wib beliau

menyatakan sebagai berikut:

Pelimpahan pada aset tanah daerah di Kota Tanjungpinang hanya


berdasarakan Berita Acara Serah Terima (BAST) dari Kabupaten
Bintan. Aset tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang yang belum
memiliki sertifikat dicatat pada Kartu Identitas Barang A berdasarkan
Berita Acara Serah Terima (BAST). Dalam Berita Acara Serah
Terima tersebut dijelaskan pula bahwa luas tanah yang menjadi aset
milik Pemerintah Kota Tanjungpinang, namun seiring perjalanan
waktu terdapat beberapa bidang aset tanah milik Pemerintah Kota
Tanjungpinang yang mana ditengah-tengahnya dijadikan jalan
umum oleh warga. Hal tersebut menyebabkan yang mulanya
sebidang tanah kemudian terbagi menjadi dua bidang, tentu saja
kejadian tersebut menjadikan luas tanah menjadi berkurang dan
84

berbeda dengan yang sudah tercatat dalam Kartu Identitas Barang


A.
Guna memastikan luas wilayah aset tanah milik Pemerintah Kota

Tanjungpinang melalui Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah

(BPKAD) Kota Tanjungpinang telah berkomunikasi dengan Badan

Pertanahan Nasional, Lurah Setempat dan juga Tokoh Adat setempat untuk

mengetahui luas tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang dengan jelas

karena yang tercatat didalam Kartu Identias Barang A harus sesuai dengan

kondisi sebenarnya

Permasalahan lain terjadi pada pelaksanaan pengamanan secara

administrasi aset tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang yakni dengan

adanya beberapa tanah yang belum memiliki data atau dokumen secara

lengkap. Sebagian besar aset tanah milik Kota Tanjungpinang adalah

pelimpahan dari Kabupaten Bintan, karena Kota Tanjungpinang merupakan

pecahan dari Kabupaten Bintan. Sebagian besar aset tanah daerah Kota

Tanjungpinang saat serah terima hanya berdasarkan pada Berita Acara

Serah Terima (BAST) dari Kabupaten Bintan dan tidak ada bukti pendukung

lainnya. Hal tersebut juga telah dijelaskan oleh Kepala Sub Bidang

Pemindahtanganan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pengamanan Aset

Bapak Febryanto,SH,MKn. dalam wawancara yang dilaksanakan pada hari

Selasa 17 Januari 2023 pada pukul 15.30 Wib menjelaskan bahwa :

Aset tanah di Kota Tanjungpinang sebagian besar adalah


pelimpahan dari Kabupaten Induk yaitu Kabupaten Bintan. Saat
penyerahan aset daerah khususnya aset tanah dari Kabupaten
Bintan kepada Kota Tanjungpinang sebagian besar hanya
85

berdasarkan dari Berita Acara Serah Terima, masih banyak aset


tanah milik Kota Tanjungpinang yang tidak memiliki Akta Jual Beli
padahal hal itu merupakan salah satu dokumen yang menunjang
untuk menerbitkan sertifikat kepemilikan ha katas tanah.
Belum lengkapnya data ataupun dokumen perihal kepemilikan tanah

tersebut disebabkan oleh pencatatan administrasi aset tanah pada zaman

dahulu yang kurang baik. Aset tanah pada zaman dahulu belum dikelola

secara baik sesuai dengan prosedur ditambah lagi adanya pemekaran

wilayah dari Kabupaten Bintan yang dipecah menjadi Kota Tanjungpinang.

Pada saat serah terima aset tanah dari Kabupaten Bintan kepada Kota

Tanjungpinang tidak didukung dengan administrasi yang lengkap, sebagian

besar hanya didukung dengan dokumen Berita Acara Serah Terima

(BAST). Hal tersebut merupakan salah satu hambatan dalam penerbitan

dokumen sertifikat aset tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang.

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota

Tanjungpinang pada saat ini telah berusaha dalam mengelola aset tanah

khususnya pengamanan aset tanah Kota Tanjungpinang agar lebih baik lagi

sesuai dengan prosedur yang telah diatur pada peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Namun kepemilikan pada aset tanah milik

pemerintah daerah Kota Tanjungpinang sampai saat ini masih banyak yang

belum didukung oleh bukti hak atas tanah yang sah (sertifikat).

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota

Tanjungpinang harus terus berupaya melengkapi kembali arsip serta

dokumen-dokumen yang terkait tentang hak tanah milik pemerintah Kota


86

Tanjungpinang semaksimal mungkin agar dapat dilakukanya sertifikasi

kepemilikan tanah oleh Badan Pertanahan Nasional sehingga

meminimalisir hilangnya aset tanah akibat pengakuan dari pihak lain yang

tidak bertanggung jawab.. Dokumen tentang tanah yang telah menjadi aset

Pemerintah Kota Tanjungpinang harus segera dicari dan dilengkapi agar

dapat diajukan pembuatan sertifikat. Hal ini dilakukan untuk mencegah dan

meminimalisir terjadinya pengkalaiman aset karena lemahnya pengamanan

atas aset tanah.

Upaya dalam pengamanan aset tanah milik Pemerintah Kota

Tanjungpinang yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah (BPKAD) Kota Tanjungpinang dalam bentuk pensertifikatan

tanah harus mempunyai koordinasi dengan pihak yang terkait contohnya

Badan Pertanahan Nasional atau pihak lain yang terkait. Oleh karena itu

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota

Tanjungpinang harus terus berupaya untuk meningkatkan koordinasi

dengan Badan Pertanahan Nasional serta pihak lain yang terkait guna

mempercepat sertifikasi aset tanah yang belum memiliki dokumen sertifikat

sehingga pengamanan aset tanah secara administrasi dapat berjalan

dengan baik.

Permasalahan yang masih sering ditemukan pada saat proses

sertifikasi tanah oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota

Tanjungpinang yakni sering terjadi keterlambatan dalam pembuatan

sertifikat yang telah diajukan kepada Badan Pertanahan Nasional. Hal


87

tersebut telah disampaikan oleh Bapak Muhammad Fais Fahmi, S.STP.

Staf Pengelolaan Barang Milik Daerah pada hari Kamis 19 Januari 2023

pukul 10.30 Wib sebagai berikut :

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah mengajukan dokumen-


dokumen yang diperlukan yang mana Badan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kota Tanjungpinang harus mengajukan surat permohonan
persertifikaan dengan dilampirkan dokumen-dokumen pendukung lain yang
diperlukan hingga pada surat permohonan penghapusan aset daerah.
Dokumen-dokumen tersebut harus semua ada karena jika salah satu
dokumen tersebut ada yang kurang atau belum ada maka Badan
Pertanahan Nasional tidak dapat menindaklanjuti untuk proses pembuatan
sertifikat.
Berikut dokumen-dokumen yang akan diperlukan dalam melakukan

proses persertifikatan diantaranya sebagai berikut :

d. Surat permohonan persertifikatan.

e. Akta Jual Beli.

f. Berita Acara Pelepasan Hak.

g. SPPT PBB.

h. Surat keterangan pernyataan fisik.

i. BKPRD kesesuaian tata ruang.

j. Bukti kepemilikan tanah.

k. Petikan Letter C dari Kelurahan.

Dokumen-dokumen di atas perlu diajukan kepada Badan

Pertanahan Nasional guna proses persertifikatan sehingga bilamana masih

ada dokumen yang belum terpenuhi maka Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah harus berusaha untuk melengkapi dokumen tersebut agar

dapat diproses untuk proses sertifikasi.


88

Berdasarkan hasil wawancara penulis dapat menyimpulkan bahwa

pengamanan administrasi dalam optimalisasi pengamanan aset tanah oleh

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah milik Pemerintah Kota

Tanjungpinang masih ditemuknnya beberapa kendala yang diantaranya

yakni masih banyaknya dokumen kepemilikan aset yang belum lengkap

dikarenakan rata-rata aset tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang

adalah aset pelimpahan dari Kabupaten Bintan yang hanya diberikan

berdasarkan Berita Acara Serah Terima (BAST) dan tidak didukung oleh

dokumen pelengkap lainnya seperti Akta Jual Beli Tanah, dokumen Letter

C sehingga belum dapat diajukan dalam tahap Pensertifikatan tanah

kepada Badan Pertanahan Nasional serta masih banyak terjadi perbedaan

antara data dalam Kartu Identitas Barang A (KIB A) dengan kondisi di

lapangan.

4.2.3 Pengamanan Hukum

Pengamanan Hukum menurut pendapat Suwanda (2015: 284)

berpendapat bahwa:

Pengamanan hukum memiliki makna antara lain meliputi kegiatan


melengkapi fakta status kepemilikan. Barang milik daerah yang
berupa tanah harus disertifikatkan atas nama pemerintah daerah.
Barang milik daerah yang berupa bangunan harus dilengkapi dengan
bukti kepemilikan atas nama pemerintah daerah. Barang milik
daerah yang berupa tanah dan atau bangunan harus dilengkapi
dengan bukti kepemilikan atas nama pemerintah daerah.
Pengamanan secara tindakan hukum yang dilakukan oleh Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) terhadap suatu aset

tanah milik pemerintah daerah pada dasarnya adalah untuk memberikan


89

perlindungan hukum serta kepastian hukum yang jelas terhadap aset tanah

milik pemerintah Kota Tanjungpinang yang didalam kepemilikannya perlu

dilandasi oleh dasar-dasar penguasaan hak yang sah agar dapat dengan

mudah membuktikan secara riil bahwa pemerintah daerah Kota

Tanjungpinang sebagai pemegang hak atas tanah yang bersangkutan.

Apabila terjadi suatu permasalahan maka pengamanan melalui upaya

hukum terhadap tanah yang bermasalah dengan pihak lain dapat dilakukan

dengan cara :

1. Negoisasi (musyawarah) untuk mencari penyelesaian.

2. Upaya pengadilan baik perdata maupun pidana.

3. Penerapan hukum.

Berdasarkan hasil wawancara bersama dengan Kepala Sub Bidang

Pemindahtanganan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pengamanan

Barang Milik Daerah Kota Tanjungpinang Bapak Febryanto,SH.M,Kn pada

hari Jumat 20 Januari 2023 pukul 16.00 Wib menyatakan bahwa :

Pengamanan hukum aset tanah salah satunya dengan melengkapi


bukti dari status kepemilikan tanah tersebut. Pengamanan secara
hukum tersebut dilakukan jika terdapat masalah yang mengenai aset
tanah tersebut misalnya, adanya klaim dari pihak lain terhadap tanah
milik pemerintah. Maka dari itu, bukti kelengkapan kepemilikan atau
sertifikat sangatlah penting untuk menghindari adanya pengklaiman
tanah milik pemerintah tersebut. Untuk kami sendiri jika terdapat tanah
milik Pemerintah Kota Tanjungpinang yang diklaim oleh pihak lain,
maka kami akan melakukan musyawarah pada pihak-pihak yang
melakukan klaim tersebut.
Berdasarkan hasil daripada wawancara tersebut dapat disimpulkan

bahwa proses dari pelaksanaan pengamanan secara tindakan hukum


90

terhadap aset tanah di Kota Tanjungpinang dilakukan dengan cara

melengkapi bukti-bukti status kepemilikan tanah seperti sertifikat dan lain-

lain. Sertifikat adalah dokumen yang sangat penting yang mana harus

dimiliki sebagai bukti kepemilikan atas aset tanah milik perorangan ataupun

tanah milik daerah. Tahap akhir pada pengadaan tanah yang mana setelah

adanya pelepasan menjadi tanah milik pemerintah daerah yakni proses

pembuatan sertifikat atau biasa disebut juga sebagai proses sertifikasi.

Proses sertifikasi dilakukan di Badan Pertanahan Nasional dengan

menyerahkan berkas-berkas atau dokumen persertifikatan yang menjadi

syrat utama pembuatan sertifikat kepemilikan tanah.

Kepala Bidang Pengelolaan Barang Milik Daerah Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah Daerah Ibu Sri Harlinda, S.Pi,MM.. pada hari

Rabu 18 Januari 2023 pukul 16.00 Wib mengungkapkan bahwa :

Kota Tanjungpinang memiliki luas wilayah kurang lebih hanya


812,7km2 ,dimana sepertiga dari wilayahnya merupakan wilayah milik
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat. Ada beberapa titik antara
tanah milik Pemerintah daerah Kota Tanjungpinang dan tanah milik
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat yang saling
bersinggungan atau berbatasan serta kondisi tersebut menyebabkan
antara kedua pihak yang saling mengklaim satu sama lain di salah
satu bidang tanah.
Permasalahan yang terjadi mengenai aset tanah milik Pemerintah

daerah Kota Tanjungpinang saat ini yakni terdapat beberapa aset tanah

milik Pemerintah di Kota Tanjungpinang yang mana saling bersinggungan

langsung dengan tanah milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat.

Sebidang tanah tersebut tercatat dalam Kartu Identitas Barang A milik


91

pemerintah Kota Tanjungpinang dan sebidang tanah tersebut juga tercatat

dalam aset milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat sehingga

menyebabkan saling mengkalim satu sama lain jika tidak adanya sertifikasi

yang jelas sesuai hukum.

Pemerintah daerah Kota Tanjungpinang melalui Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah dengan pihak Tentara Nasional Indonesia

Angkatan Darat melaui Komando Distrik Militer 0315 Bintan. Hal tersebut di

jelaskan oleh Analisis Kebijakan Ahli Muda Bidang Bidang Aset atau Barang

Milik Daerah Bapak Ramadian, S.E, MM. pada hari Jumat 20 Januari 2023

pukul 13.00 Wib sebagai berikut:

Kedua belah pihak yaitu Pemerintah Kota Tanjungpinang dalam hal


ini Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota
Tanjungpinang dengan pihak Tentara Nasional Indonesia Angakatan
Darat dalam hal ini Komando Daerah Militer III Siliwangi belum
melakukan pertemuan terkait pembahasan aset tanah tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, pelaksanaan pengamanan

aset tanah di Kota Tanjungpinang dapat berupa musyawarah dan jika

diperlukan adanya sebuah pengadilan perdata maupun pengadilan pidana

lainnya dengan dikoordinasikan oleh Biro Hukum atau Bagian Hukum guna

mencapai sebuah penyelelesaian atas permasalahan pada aset tanah yang

bermasalah dengan pihak-pihak lain.

Penulis dapat menyimpulkan berdasarkan hasil wawancara bahwa

pengamanan hukum dalam optimalisasi pengamanan aset tanah oleh

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah terjadi saling mengklaim

satu sama lain pada salah satu bidang tanah yang saling berbatasan antara
92

Pemerintah Kota Tanjungpinang dengan pihak Tentara Nasional Angkatan

Darat dalam hal ini Komando Distrik Militer 0315 Bintan. Oleh karena itu

sangat diperlukan langkah musyawarah di antara kedua belah pihak yang

saling mengklaim satu sama lain perihal kepemilikan aset tanah.

4.2.4 Faktor Penghambat Badan Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah dalam optimalisasi pengamanan aset tanah

milik Pemerintah Kota Tanjungpinang

Optimalisasi pengamanan aset daerah khususnya aset tanah

pemerintah daerah kota tanjungpinang dalam praktiknya pada lapangan

masih terdapat beberapa kendala hal ini dikarenakan beberapa factor factor

penghambat dalam proses pengamanan aset. Berdasarkan hasil

wawancara pada bebrapa narasumber penulis dapat menyimpulkan

beberapa faktor yang menjadi penghambat Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah dalam proses optimalisasi pengamanan aset tanah milik

pemerintah Kota Tanjungpinang adalah sebagai berikut :

1. Hilang dan rusaknya plang papan tanda nama kepemilikan

Plang papan tanda nama kepemilikan aset daerah khususnya aset tanah

yang telah terpasang terdapat beberapa ditemukan dalam keadaan sudah

rusak sehingga tidak dapat dibaca bahkan terdapat bebrapa plang yang

sudah hilang. Kondisi tersebut dikarenakan kurangnya pengawasan yang

dilakukan secara rutin dan berkala oleh pemerintah daerah Kota

Tanjungpinang terhadap aset tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang.


93

Pengawasan merupakan Langkah yang penting untuk melakukan proses

penjagaan terhadap aset tanah khususnya dalam pengamanan fisik aset

tanah. Plang nama tanda kepemilikan sangat penting guna menunjukkan

identitas bahwa tanah tersebut adalah aset tanah milik Pemerintah Kota

Tanjungpinang.

2. Kesulitan dalam mencari dokumen-dokumen atau riwayat kepemilikan

tanah yang merupakan tanah pelimpahan.

Pasca setelah adanya pemekaran dari Kota Tanjungpinang dari

Kabupaten Bintan pelimpahan aset tanah hanya berdasarkan dari Berita

Acara Serah Terima (BAST) serta tidak didukung oleh dokumen-dokumen

lainnya seperti Akta Jual Beli Tanah, dokumen Letter C sehingga belum

dapat diajukan dalam proses pensertifikatan kepemilikan tanah kepada

Badan Pertanahan Nasional. Sulitnya dalam mencari dokumen-dokumen

atau Riwayat kepemilikan pada tanah yang merupakan tanah hasil

pelimpahan bahkan tanah hasil hibah ataupun tanah yang diklaim pihak lain

sejak terdahulu merupakan salah satu factor penghambat dalam proses

pengaman aset tanah daerah Kota Tanjungpinang.

3. Terdapat perbedaan antara data aset tanah yang tercatat dengan

kenyataan atau kondisi yang sebenarnya ada di lapangan.

Beberapa aset tanah yang ada di Kota Tanjungpinang mengalami

perbedaan luas wilayah antara data yang sudah tercatat didalam Kartu

Identitas Barang A dengan kondisi kenyataan yang ada di lapangan. Hal


94

tersebut dikarenakan terdapat beberapa aset tanah milik Pemerintah Kota

Tanjungpinang yang pada awal mulanya sebidang tanah namun seiring

berjalannya waktu kemudian ditengah-tengahnya dijadikan jalan guna

khalayak umum. Hal tersebut telah menyebabkan luas wilayah tanah

menjadi berkurang sehingga menyebabkan adanya perbedaan antara luas

wilayah yang sudah tercatat didalam Kartu Identitas Barang A dengan

kondisi yang terjadi di lapangan.

4. Rawan terhadap gugatan serta okuvasi dari pihak lain.

Sepertiga dari wilayah Kota Tanjungpinang merupakan aset tanah

yang dimiliki Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat. Berdasarkan

kondisi tersebut yang menyebabkan terdapat beberapa aset tanah milik

Pemerintah Kota Tanjungpinang yang saling bersinggungan langsung satu

sama lain salah satunya dengan aset tanah milik Tentara Nasional

Indonesia Angkatan Darat yang berada di wilayah Kota Tanjungpinang.

Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya gugatan atau okuvasi dari pihak

yang bersangkutan tehadap aset tanah yang dimilikinya. Dengan adanya

kondisi ini pemerintah daerah Kota Tanjungpinang akan kesulitan dalam

melakukan pengamanan aset daerah berupa aset tanah milik pemerintah

Kota Tanjungpinang.

5. Kesulitan dalam hal penyelesaian dan tindak lanjut hasil pengamanan

aset.
95

Penyelesaian perihal tindak lanjut pengamanan aset tanah baik secara

fisik, administrasi maupun secara hukum ini sulit dilakukan dikarenakan

dalam penyelesaianny melibatkan banyak pihak yang terkait. Dibutuhkan

kerjasama antara Pemerintah Daerah dalam hal ini melalui Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dengan pihak terkait misalnya

Kelurahan, tokoh masyarakat, Badan Pertanahan Nasional dan pihak-pihak

yang terkait lainnya. Hal ini sangat membutuhkan waktu yang cukup lama

serta tidak dapat cepat dan instan dikarenakan Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah harus berkoordinasi dengan berbagai pihak

yang terkait agar hasilnya dapat clear and clean dan tidak menimbulkan

masalah di kemudian waktu.

4.2.5 Upaya Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dalam

mengatasi hambatan optimalisasi pengamanan aset tanah milik

Pemerintah Kota Tanjungpinang

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan data di atas dapat

disimpulkan bahwa Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah telah

melaksanakan pengelolaan aset atau barang milik daerah dalam hal ini

pengamanan aset berupa tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang

sesuai dengan peraturan yang ada.

Pengamanan aset daerah khususnya aset tanah yang telah

dilakukan oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota

Tanjungpinang dalam hal ini Bidang Aset Daerah yang mana menjalankan

tugas dalam menangani aset termasuk aset tanah. Dalam menghadapi


96

berbagai kendala ataupun permasalahan-permasalahan yang ada proses

pelaksanaan proses pengamanan aset tanah milik Pemerintah Kota

Tanjungpinang, maka Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota

Tanjungpinang melakukan berbagai upaya sebagai berikut :

1. Perbaikan dan memasang kembali plang atau papan tanda kepemilikan

Papan nama yang sudah hilang atau sudah tidak terpasang kembali

di lokasi lahan aset milik Pemerintah Kota Tanjungpinang selajutnya akan

ditinjau kembali ke lapangan dan menginvetarisasi aset lainnya yang belum

dipasangi papan tanda kepemilikan Pemerintah Kota Tanjungpinang.

Dalam pengelolaan aset milik Pemerintah Kota Tanjungpinang

khususnya pengelolaan pengamanan aset berupa tanah harus dilakukan

penjagaan dan kontrol secara rutin oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah, karena minimnya penjagaan terhadap aset tanah milik

Pemerintah akan menimbulkan kerusakan bahkan hilangnya plang tanda

kepemilikan aset.

2. Menertibkan Administrasi Tanah Pasca Pemekaran Kota Tanjungpinang

yang masih belum Optimal

Guna melakukan pengamanan secara administratif, terhadap aset

tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang yang sebagian besar

merupakan pelimpahan dari Kabupaten Bintan maka Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang harus berupaya untuk

melengkapi kembali arsip dan dokumen-dokumen terkait hak tanah milik


97

Pemerintah Kota Tanjungpinang untuk semaksimal mungkin dilakukan

sertifikasi tanah kepada Badan Pertanahan Nasional.

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah akan berkordinasi

dengan pihak Kelurahan ataupun dinas terkait lainnya sesuai kewenangan

dalam rangka pencarian data serta informasi yang memadai dan dapat

dipertanggungjawabkan sebagai dasar Badan Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah Kota Tanjungpinang dalam memproses penerbitan sertifikat

tanah.

3. Melakukan inventarisasi untuk memastikan lahan yang menjadi aset

Pemerintah Kota Tanjungpinang.

Pemerintah Kota Tanjungpinang melalui Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah harus melakukan kegiatan inventarisasi aset

milik Pemerintah Kota Tanjungpinang karena masih terdapat beberapa aset

tanah yang belum ditemukan lokasinya secara pasti. Dokumen pelimpahan

dari Kabupaten Bintan hanya berdasarkan Berita Acara Serah Terima

(BAST) kepada Kota Tanjungpinang. Dalam Berita Acara Serah Terima

tersebut tidak dilengkapi dengan lokasi aset tanah yang jelas.

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah harus mencari tahu

lokasi aset tanah yang belum diketahui lokasinya secara pasti tersebut.

Maka dari itu Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah harus

berkoordinasi dengan Lurah wilayah setempat dan juga para Tokoh


98

Masyarakat setempat untuk mengetahui lokasi aset tanah milik Pemerintah

Kota Tanjungpinang secara pasti.

4. Melakukan Survey kembali dengan pihak Badan Pertanahan Nasional

Kota Tanjungpinang.

Aset tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang sangat rawan

terhadap adanya gugatan karena mayoritas aset tanah di Kota

Tanjungpinang belum memiliki sertifikat. Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang harus melakukan survey dengan

pihak Badan Pertanahan nasional untuk memastikan aset tanah yang

terdaftar dalam Kartu Identitas Barang A dengan kondisi di lapangan.

Survey dilakukan guna memastikan lokasi yang terdaftar sesuai dan juga

ukurannya sesuai dengan yang terdaftar dalam Kartu Identitas Barang A

sehingga menghindari terjadinya sengketa yang berujung gugatan dengan

pihak lain.

5. Melakukan pendampingan pengelolaan aset khususnya pengamanan

aset tanah dengan pihak kejaksaan.

Sebagian besar aset tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang

belum memiliki sertifikat maka dari itu Badan Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah Kota Tanjungpinang harus melakukan pendampingan

pengelolaan aset khususnya dalam pengamanan aset tanah dengan pihak

kejaksaaan. Langkah ini diperlukan supaya tidak ada pihak lain yang

mengklaim tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang dan merupakan


99

langkah antisipasi dari Pemerintah Kota Tanjungpinang guna melakukan

Pengamanan aset tanah berupa pengamanan hukum.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis selama

melakukan kegiatan penelitian pada Badan Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah Kota Tanjungpinang terhadap optimalisasi pengamanan aset

daerah kota tanjungpinang, maka penulis diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Optimalisasi pengamanan aset tanah yang dilakukan oleh Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang masih

belum cukup optimal. Hal ini dikarenakan dalam optimalisasi

pengamanan aset tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang baik

pengamanan fisik, pengamanan administrasi serta pengamanan

hukum masih terdapat beberapa hambatan.

2. Terdapat Beberapa hambatan dalam proses optimalisasi

pengamanan aset tanah oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah (BPKAD) Kota Tanjungpinang yang menyebabkan

proses pengamanan aset daerah khususnya aset tanah di Kota

Tanjungpinang kurang optimal diantara sebagai berikut :


100

a. Rusak serta hilangnya tanda plang tanda kepemilikan yang

telah di pasang oleh pemerintah daerah Kota Tanjungpinang

b. Kesulitan dalam mencari dokumen-dokumen ataupun riwayat

kepemilikan tanah dimana hal tersebut merupakan hasil aset

pelimpahan.

c. Terdapat perbedaan diantara data aset tanah yang telah

tercatat dengan aset yang tercatat pada KIB A dengan

keadaan riil yang terjadi di lapangan sehinnga membuat

informasi rumpang mengenai hak kepemilikan terhadap aset

tanah.

d. Masih sangat rawan terhadap gugatan serta okuvasi dari

pihak lain dikarenakan ketidakjelasan atas kepemilikan aset

tanah yang belum memiliki sertifikasi kepemilikan aset tanah

tersebut

e. Masih sangat kesulitan dalam hal menyelesaikan proses

tindak lanjut hasil pengamanan aset

3. Upaya yang telah dilakukan oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah (BPKAD) Kota Tanjungpinang dalam mengatasi setiap

hambatan dalam optimalisasi pengamanan aset tanah milik

Pemerintah Kota Tanjungpinang adalah sebagai berikut :

a. Adanya perbaikan serta pemasangan kembali plang atau

papan nama kepemilikan yang sudah rusak ataupun yang

sudah hilang.
101

b. Melakukan Penertiban administrasi hak milik tanah pasca

pemekaran Kota Tanjungpinang yang masih belum lengkap.

c. Melakukan inventarisasi guna memastikan lahan-lahan yang

telah menjadi aset Pemerintah Kota Tanjungpinang.

d. Melakukan investigasi lebih lanjut terhadap pihak Badan

Pertanahan Nasional Kota Tanjungpinang guna memastikan

pengamanan administrasi dan hukum pada aset tanah

pemerintah Kota Tanjungpinang.

e. Melakukan pendampingan dalam setiap proses pengelolaan

aset khususnya dalam proses pengamanan aset tanah pada

pihak kejaksaan.

1.2 Saran

Berdasarkan Kesimpulan serta memperhatikan faktor-faktor yang

dominan selama melaksanakan penelitian pada Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang, maka penulis

memberikan beberapa saran bagi pelasanaan pengamanan aset

daerah khususnya dalam optimalisasi pengamanan aset tanah milik

pemerintah Kota Tanjungpinang adalah sebagai berikut :

1. Adanya Penambahan pada fungsional arsiparis sehingga dapat

memaksimalkan peran pada proses pengamanan administrasi

aset tanah oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Kota Tanjungpinang.
102

2. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota

Tanjungpinang saling berkoordinasi dengan tokoh masyarakat

setempat serta Lurah setempat guna mendapatkan riwayat

kepemilikan tanah untuk melengkapi kearsipan atau dokumen-

dokumen yang hilang terkait dengan aset tanah.

3. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota

Tanjungpinang atas persetujuan Wali Kota membuat sebuah tim

musyawarah guna melakukan musyawarah dengan pihak

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat melalui Komando

Distrik Militer 0315 Bintan terkait solusi masalah aset tanah pada

lapangan.

4. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota

Tanjungpinang kembali melakukan inventarisasi terhadap aset

daerah beruba aset tanah agar data yang ada pada Kartu

Identitas Barang A (KIB A) dapat disesuaikan kembali dengan

kondisi nyata atau riil yang telah terjadi di lapangan sehingga data

dapat dipertanggungjawabkan oleh pemerintah daerah setempat.

5. Membuat arsip digital yang memanfaatkankan era digital 5.0

dengan cara mendokumentasikan seluruh kegiatan yang

berkaitan dengan proses pengamanan aset daerah khususnya

pada aset tanah Kota Tanjungpinang serta mendokumentasikan

seluruh dokumen yang berkaitan langsung dengan aset tanah

Kota Tanjungpinang agar jika terjadi kehilangan masih terdapat


103

bukti berupa foto dokumen tersebut serta lebih mudah dan efisien

untuk di cari dalam bentuk data digital.


DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Halim, Abdul. dan Muhammad Syam Kusufi. 2012. Akuntansi Keuangan
Daerah. Jakarta: Salemba Empat.
Helaluddin. dan Hengki Wijaya. 2019. Analisis Data Kualitatif Sebuah Tinjauan
Teori Praktik. Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray.
Ismail, Nawari. 2015. Metode Penelitian Untuk Studi Islam. Yogyakarta:
Samudera Biru
Mardiasmo. 2018. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta:
Penerbit Andi Offset.
Masyhuri. dan M. Zainuddin. 2011. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis
dan Aplikatif. Bandung: Refika Aditama.
Meolong, L. J. 2017: Metode Penelitian Kualitatif, cetakan ke-36. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset.
Nazir, Moh. 2017. Metode Penelitian. Bogor. Ghaila Indoneisa.
Neuman. W. Laurance. 2016. Metodologi Pendekatan Sosial: Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT. Indeks.
Simangunsong, Fernandes. 2017. Metodologi Penelitian Pemerintah.
Bandung: Alfabeta.
Siregar, Doli D. 2004. Manajemen Aset: Strategi Penataan Konsep
Pembangunan Berkelanjutan Secara Nasional. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Soleh, Chabib. Dan Heru Rochmansjah. 2010. Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah. Bandung: Fokusmedia.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Research and
Development. Bandung: Alfabeta.
Sutedi, Adrian. 2012. Peralihan Hak Atas Tanah. Jakarta: Sinar Grafika.
Suwanda, Dadang. 2015. Optimalisasi Pengelolaan Aset Pemda. Cetakan
Ketiga. Jakarta: PPM.
Wahyuni, Sri. dan Rifki Khoirudin. 2020. Pengantar Manajemen Aset.
Makassar. CV Nas Media Pustaka.

104
105

Winardi. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi. Cetakan Kedua. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.

B. Peraturan Perundang Undangan


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia1945.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.


Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara atau Barang Milik Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 6 Tahun 2021 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah
Perauran Rektor Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Penulisan Karya Ilmiah
Program Sarjana Terapan Institut Pemerintahan Dalam Negeri

C. Skripsi dan Jurnal


Wulandari, Fitri. 2019. Pengelolaan Aset Daerah Atas milik Pemerintah
Kabupaten Kepulauan Meranti. Pekanbaru: Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau.
Kusumawardani, Putri. 2018. Manajemen Aset Tanah di Badan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kota Tangerang. Serang: Universitas Sultan
Agung Tirtayasa.
Wulandari, Serly. 2014. Optimalisasi dalam Pengamanan dan Pemeliharaan Aset
Tanah pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota
Pontianak Kalimantan Barat. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Publik Vol.3
No. 01.
Said, Siti Nurbaeti. 2017. Peran Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
dalam pengelolaan Aset Tanah dan Bangunan di Kabupaten Penajam
Paser Utara. Samarinda: Universitas Mulawarman.
Nurrobani, Yosinta Kingkin. 2018. Pengelolaan Aset Tanah Pemerintah
Kabupaten Purbalingga. Purwokerto: Universitas Diponegoro.
106

LAMPIRAN I

PEDOMAN WAWANCARA

Penulis dalam penelitian ini menggunakan wawancara semi

terstruktur sehingga penulis dapat dengan bebas bertanya kepada

informan mengenai permasalahan yang diteliti dengan tetap berpedoman

pada teori yang penulis gunakan dan pedoman wawancara. Informan

sebagai sumber data dan informasi dalam penelitian ini berjumlah 5 orang.

Penulis menjabarkan pertanyaan kepada tiap-tiap informan berdasarkan

indikator dari teori yang penulis gunakan dalam penelitian ini.

A. Informan
No Sumber Informan Jumlah
(Orang)
1 2 3
1. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset 1
Daerah Kota Tanjungpinang
2. Kepala Bidang Pengelolaan Aset/BMD 1
3. Kepala Sub Bidang Inventarisasi dan 1
Pengamanan Aset/BMD
4. Staf Bidang Aset /bmd 2
Total 5

B. Daftar Pertanyaan Wawancara

a. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota

Tanjungpinang

1. Bagaimana pelaksanaa inventarisasi aset tanah milik

Pemerintah Kota Tanjungpinang?

2. Bagaimana upaya BPKAD terhadap aset tanah milik Pemerintah

Kota Tanjungpinang yang belum memiliki sertifikat?


107

3. Bagaimana upaya BPKAD terhadap aset tanah yang sudah

memiliki sertifikat namun masih belum atas nama Pemerintah

Kota Tanjungpinang?

4. Bagaimana pengawasan dan pengendalian atas pengamanan

aset tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang?

5. Apa saja faktor penghambat dalam melakukan pengamanan

aset tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang?

6. Apa saja upaya yang dilakukan dari BPKAD terhadap hambatan

tersebut?

b. Kepala Bidang Pengelolaan Aset/BMD

1. Apa saja permasalahan yang terjadi dalam pengamanan aset

tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang?

2. Bagaimana prosedur inventarisasi aset tanah milik Pemerintah

Kota Tanjungpinang?

3. Apakah semua aset tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang

telah memiliki kartu identitas barang?

4. Bagaimana upaya BPKAD untuk melengkapi sertifikat aset

tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang?

5. Bagaimana upaya BPKAD terhadap aset tanah yang sudah

bersertifikat namun kepemilikannya belum atas nama

pemerintah Kota Tanjungpinang?


108

6. Apakah BPKAD sudah mencatat seluruh daftar pengelola /

pengguna / kuasa pengguna barang aset tanah milik pemerintah

Kota Tanjungpinang?

7. Apakah seluruh aset tanah milik pemerintah Kota

Tanjungpinang telah dipasangi tanda kepemilikan?

8. Bagaimana pengawasan dan pengendalian atas pengamanan

aset tanah di Kota Tanjungpinang?

9. Apa saja faktor penghambat dalam melakukan pengamanan

aset tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang?

10. Apa saja upaya yang dilakukan BPKAD terhadap hambatan

tersebut?

c. Kepala Sub Bidang Inventarisasi Aset dan Pengamanan Aset /

BMD

1. Apakah semua aset tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang

telah dilakukan pencatatan?

2. Kapan terakhir kali BPKAD melakukan pencatatan aset tanah

milik pemerintah Kota Tanjungpinang?

3. Apakah semua aset tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang

telah memiliki kartu identitas barang?

4. Apakah BPKAD sudah mencatat seluruh daftar pengelola /

pengguna / kuasa pengguna barang aset tanah milik pemerintah

Kota Tanjungpinang?
109

5. Apakah semua aset tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang

telah terpasang tanda kepemilikan?

6. Apakah semua aset tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang

telah terpasang pagar batas?

7. Bagaimana langkah BPKAD dalam melakukan penjagaan aset

tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang?

8. Bagaimana upaya BPKAD terhadap aset tanah milik Pemerintah

Kota Tanjungpinang yang belum memiliki sertifikat?

9. Bagaimana upaya BPKAD terhadap aset tanah yang sudah

memiliki sertifikat namun masih belum atas nama Pemerintah

Kota Tanjungpinang?

10. Apa saja prosedur dalam pembuatan sertifikat tanah milik

Pemerintah Kota Tanjungpinang?

11. Apa saja faktor penghambat terkait permasalahan pengamanan

aset tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang?

12. Apa saja upaya yang dilakukan dari BPKAD terhadap hambatan

tersebut?

d. Staf Bidang Aset / BMD

1. Apakah semua aset tanah milik Pemerintah Kota Tanjungpinang

telah dilakukan pencatatan?

2. Kapan terakhir kali BPKAD melakukan pencatatan aset tanah

milik pemerintah Kota Tanjungpinang?


110

3. Apakah semua aset tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang

telah memiliki kartu identitas barang?

4. Apakah BPKAD sudah mencatat seluruh daftar pengelola /

pengguna / kuasa pengguna barang aset tanah milik pemerintah

Kota Tanjungpinang?

5. Apakah semua aset tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang

telah terpasang tanda kepemilikan?

6. Apakah semua aset tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang

telah terpasang pagar batas?

7. Bagaimana langkah BPKAD dalam melakukan penjagaan aset

tanah milik pemerintah Kota Tanjungpinang?

8. Bagaimana upaya BPKAD terhadap aset tanah milik Pemerintah

Kota Tanjungpinang yang belum memiliki sertifikat?

9. Bagaimana upaya BPKAD terhadap aset tanah yang sudah

memiliki sertifikat namun masih belum atas nama Pemerintah

Kota Tanjungpinang?

10. Apa saja prosedur dalam pembuatan sertifikat tanah milik

Pemerintah Kota Tanjungpinang?


111

LAMPIRAN II

TRANSKIP WAWANCARA

Penulis dalam penelitian ini menggunakan wawancara semi

terstruktur sehingga penulis dapat dengan bebas bertanya kepada

informan mengenai permasalahan yang diteliti dengan tetap berpedoman

pada teori yang penulis gunakan dan pedoman wawancara.

Informan sebagai sumber data dan informasi dalam penelitian ini

berjumlah 5 orang. Penulis menjabarkan pertanyaan kepada tiap-tiap

informan berdasarkan indikator dari teori yang penulis gunakan dalam

penelitian ini.

No Sumber Informan Jumlah


(Orang)
1 2 3
1. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset 1
Daerah Kota Tanjungpinang
2. Kepala Bidang Pengelolaan Aset/BMD 1
3. Kepala Sub Bidang Inventarisasi dan 1
Pengamanan Aset/BMD
4. Staf Bidang Aset /bmd 2
Total 5
112

DAFTAR PERTANYAAN
DAN JAWABAN

JUDUL : OPTIMALISASI PENGAMANAN ASET TETAP

DAERAH OLEH PEMERINTAH KOTA

TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

1. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan

Pendapatan Daerah(BPKPD) Kota tanjungpinang

a. Bagaimana pelaksanaan inventarisasi aset tanah

milik Pemerintah kota tanjungpinang ?

 Pengamanan administrasi aset tanah milik


pemerintah kota tanjungpinang yang
dilakukan oleh Badan Pengelolaan
Keuangan dan Pendapatan Daerah Kota
tanjungpinang khususnya bidang aset
dengan cara membuat catatan dan
menginventaris setiap aset tanah yang
dimiliki oleh Pemerintah kota
tanjungpinang dalam bentuk Kartu
Inventaris Barang A (KIB A). Pembaharuan
Kartu Identitas Barang dilakukan apabila
ada penambahan aset baru. Pengamanan
Administrasi aset tanah milik pemerintah
kota tanjungpinang oleh Badan
Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan
Daerah Kota tanjungpinang berupa
penertiban dokumen atau arsip atas hak
tanah milik pemerintah daerah Kota
tanjungpinang. Dokumen kepemilikan aset
tanah tersebut dapat berupa Sertifikat,
Berita Acara Serah Terima ataupun Akta
113

Jual Beli

b. Bagaimana upaya BPKPD terhadap aset tanah

milik Pemerintah kota tanjungpinang yang belum

memiliki sertifikat?

 BPKPD Kota tanjungpinang sebaiknya


berusaha untuk mempesiapkan kembali
kelengkapan dokumen dan arsip

yang relevan dengan hak tanah


kepemilikan pemerintah kota
tanjungpinang dengan optimal sehingga
mampu dilaksanakan pembuatan sertifikat
tanah oleh Badan Pertanahan Nasional.
Dokumen tentang tanah yang telah
menjadi aset Pemerintah kota
tanjungpinang harus segera dicari dan
dilengkapi agar dapat diajukan pembuatan
sertifikat. Tujuannya agar dapat
mengendalikan dan mencegah adanya
klaim secara sepihak terhadap aset sebab
terbatasnya keamanan aset tanah.

c. Bagaimana pengawasan dan pengendalian atas

pengamanan aset tanah milik pemerintah kota

tanjungpinang?

 “Proses pengamanan admnistrasi aset

tanah milik pemerintah kota tanjungpinang

telah dilaksanakan sesuai dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19

Tahun 2016 dengan lebih difokuskan pada


114

dokumen atas hak tanah milik pemerintah

kota tanjungpinang. Mayoritas aset tanah

di Kota tanjungpinang merupakan aset

pelimapahan yang tidak memiliki sertifikat

dan hanya didukung oleh dokumen Berita

Acara Serah Terima dan Akta Jual Beli.

Proses pembuatan sertifikat itu sangat

rumit karena kita harus mengumpulkan

dokumen - dokumen bukti pendukung

kepemilikan tanah yang sebelumnya milik

Kabupaten Bantaeng agar dapat

diterbitkan sertifikatnya. Setelah sertifikat

aset tanah milik Pemerintah kota

tanjungpinang sudah jadi maka sertifikat

tersebut kemudian disimpan dalam

brangkas untuk menjaga keamanan.”

d. Apa saja faktor penghambat dalam melakukan

pengamanan aset tanah milik pemerintah kota

tanjungpinang?

 Dalam hal ini banyak hambatan hambatan


115

yang di alami dalam pelaksaaan

pengaman aset. Adapun beberapa

hambatan yaitu Terjadinya kerusakan

plang sebagai tanda milik yang

menyebabkan data yang tertulis susah

terbaca, Adanya kesusahan dalam

menemukan berbagai riwayat dan

dokumen sebagai aset yang dilimpahkan

pada kepemilikan tanah, Catatan pada

data aset tanah berbeda dengan keadaan

yang nyata atau situasi rill yang

sesungguhnya, Rawannya terjadi gugatan dan

okuvasi dari pihak lain, Upaya lanjutan dari

penyelesaian pengamanan aset tanah yang

dilakukan secara administrasi, hukum ataupun

fisik menghabiskan waktu yang lama dan

prosesnya tidak bisa instan atau lambat.

e. Apa saja upaya yang dilakukan dari BPKPD

terhadap hambatan tersebut?

 Upaya yang dilakukan BPKPD dalam

mengendalikan hambatan yang di hadapi

yaitu dengan dan memasang kembali

plang atau papan nama kepemilikan,

Penertiban administrasi tanah setelah


116

pemekaran tidak dilengkapi, Melakukan

inventarisasi agar lahan dapat dipastikan

sebagai aset Pemerintah kota

tanjungpinang, Melakukan survey kembali

dengan pihak Badan Pertanahan Nasional

Kota tanjungpinang, Pelaksanaan

dampingan tata kelola aset terutama

pengamanan aset tanah bersama pihak

kejaksaan

f. Apa saja upaya yang dilakukan dari BPKPD

terhadap hambatan tersebut?

 Upaya yang dilakukan BPKPD dalam

mengendalikan hambatan yang di hadapi

yaitu dengan dan memasang kembali

plang atau papan nama kepemilikan,

Penertiban administrasi tanah setelah

pemekaran tidak dilengkapi, Melakukan

inventarisasi agar lahan dapat dipastikan

sebagai aset Pemerintah kota

tanjungpinang, Melakukan survey kembali

dengan pihak Badan Pertanahan Nasional

Kota tanjungpinang, Pelaksanaan


117

dampingan tata kelola aset terutama

pengamanan aset tanah bersama pihak

kejaksaan.

2. Kepala Bidang Pengelolaan Aset/Barang Milik Daerah

(BMD)

a. Apa saja permasalahan yang terjadi dalam

pengamanan aset tanah milik pemerintah kota

tanjungpinang?

 Pelimpaham aset tanah di Kota

tanjungpinang hanya berdasarakan dari

Berita Acara Serah Terima (BAST) dari

Kabupaten Bantaeng. Aset tanah milik

Pemerintah kota tanjungpinang yang

belum memiliki sertifikat dicatat dalam

Kartu Identitas Barang A berdasarkan

Berita Acara Serah Terima. Dalam Berita

Acara Serah Terima tersebut dijelaskan

juga luas tanah yang menjadi aset milik

Pemerintah kota tanjungpinang, namun

seiring berjalannya waktu ada beberapa

bidang aset tanah milik Pemerintah kota

tanjungpinang yang ditengah- tengahnya

dijadikan jalan umum oleh warga. Hal


118

tersebut menyebabkan yang awalnya

sebidang tanah kemudian terbagi menjadi

dua bidang, tentu saja kejadian tersebut

menjadikan luas tanah menjadi berkurang dan

berbeda dengan yang sudah tercatat dalam

Kartu Identitas Barang A.”

b. Apakah semua aset tanah milik pemerintah kota

tanjungpinang telah memiliki kartu identitas

barang?

 Aset tanah di Kota tanjungpinang sebagian

besar merupakan pelimpahan dari

Kabupaten Induk yaitu Kabupaten

Bantaeng. Saat penyerahan aset

khususnya aset tanah dari Kabupaten

Bantaeng kepada Kota tanjungpinang

sebagian besar hanya berdasar dari Berita

Acara Serah Terima, banyak aset tanah

milik Kota tanjungpinang yang tidak

memiliki Akta Jual Beli padahal itu

merupakan salah satu dokumen

penunjang untuk menerbitkan sertifikat

c. Bagaimana upaya BPKPD untuk melengkapi


119

sertifikat aset tanah milik pemerintah kota

tanjungpinang?

 Dalam upaya melengkapi sertifikat aset

tanah kami dari BPKPD Kota

tanjungpinang berusaha semaksimal

mungkin utnuk melakukan pencatatan

kembali terhadap aset aset yang belum

memeliki bukti kepemilikan dan mencari

data rill di lapangan agar apa yang di catat

sesuai dalam laporan inventarisasi aset

milik pemerintah kota tanjungpinang

d. Bagaimana upaya BPKPD terhadap aset tanah

yang sudah bersertifikat namun kepemilikannya

belum atas nama pemerintah kota

tanjungpinang?

 Badan Pengelolaan Keuangan dan

Pendapatan Daerah mengajukan

dokumen-dokumen yang diperlukan Badan

Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan

Daerah Kota tanjungpinang harus

mengajukan surat permohonan

persertifikaan dengan dilampirkan


120

dokumen-dokumen lain yang diperlukan

hingga surat permohonan penghapusan.

Dokumen- dokumen tersebut harus ada semua

karena jika ada salah satu dokumen yang

kurang atau belum ada maka Badan

Pertanahan Nasional tidak dapat

menindaklanjuti untuk membuat sertifikat.

e. Apakah seluruh aset tanah milik pemerintah kota

tanjungpinang telah dipasangi tanda

kepemilikan?

 Pemerintah kota tanjungpinang

melakukan pengamanan aset tanah secara

fisik dengan memasang plang atau papan

kepemilikan, kemudian diberikan pagar

ataupun patok sebagai pembatas wilayah

tanah milik pemerintah dengan tanah

masyarakat. Kemudian Badan Pengelolaan

Keuangan dan Pendapatan Daerah tetap

mengawasi dan melakukan pengecekkan

untuk mengetahui bagaimana kondisi di

lapangan, tetapi untuk waktu pelaksanaan

pengecekkan belum diatur secara pasti

tetapi menyesuaikan dengan kondisi


121

f. Apa saja faktor penghambat dalam melakukan

pengamanan aset tanah milik Pemerintah kota

tanjungpinang?

 Faktor yang menjadi penghambat adalah

pada saat pelaksanaan pengaman aset

berupa pengamanan fisik seringnya terjadi

kehilatan tanda atau plang yang telah di

pasang sehingga membuat aset tersebut

kehilangan idetintas bahwa aset tersebut

milik pemerintah daerah Kota

tanjungpinang

g. Apa saja upaya yang dilakukan BPKPD terhadap

hambatan tersebut?

 Upaya yang dilakukan yaitu memsang dan

memeperbaiki kembali plang gtandan

kepemilikan yang hilang maupun yang

rusak dan melakukan penjgaan lebih ketat

lagi misalnya dengan mengatur dan

menjadwalkan secara rutin untuk

melakukan peninjauan langsung ke lokasi

dimana aset tanah milik pemerintah

daerah kota tanjungpinang


122

3. Kepala Sub Bidang Inventarisasi Aset

dan Pengaman Aset/Barang Milik Daerah

(BMD)

a. Apakah semua aset tanah milik pemerintah kota

tanjungpinang telah memiliki kartu identitas

barang?

 Belum semua memeiliki kartu identitas

barang karena banyak aset milik pemeritah

daerah merupakan aset pelimpahan dari

kabutaen bantaeng yang mana mana

kabupaten ini merupakan kabupaten yang

bersebelahan langsung dengan kota

tanjungpinang dsendiri, maka dari itu untuk

sekarang ini kami dari bidang aset sedang

berusaha untuk menertibkan kembali

dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam

pencatatan inventarisasi atau administrasi

aset milik pemerintah daerah kota

tanjungpinang.

b. Apakah semua aset tanah milik pemerintah kota

tanjungpinang telah terpasang tanda

kepemilikan?

 Pengamanan fisik berupa aset tanah milik


123

pemerintah daerah Kota tanjungpinang

dilakukan dengan cara pemasangan

papan tanda kepemilikan milik pemerintah

kota tanjungpinang kemudian pemasangan

patok sebagai tanda batas tanah tersebut

dan juga pemasangan pagar sebagai

pengaman. Hampir semua tanah milik

pemerintah kota tanjungpinang sudah

dipasangi papan tanda kepemilikan namun

tidak semuanya dipasangi pagar

pengamanan. Tanah yang dipasangi pagar

pengamanan biasanya berupa tanah yang

di atasnya didirikan bangunan.

c. Bagaimana upaya BPKPD terhadap aset tanah

milik Pemerintah kota tanjungpinang yang belum

memiliki sertifikat?

 Mayoritas aset tanah milik Pemerintah kota

tanjungpinang tidak mempunyai sertifikat

sehingga Badan Pengelolaan Keuangan

dan Pendapatan Daerah Kota

tanjungpinang melaksanakan pendampingan

tata kelola aset terutama pada pengamanan

aset tanah dengan pihak kejaksaaan. Cara ini


124

dilakukan agar pihak lain tidak ada yang

mengklaim tanah milik Pemerintah kota

tanjungpinang serta sebagai upaya antisipasi

dari Pemerintah kota tanjungpinang dalam

melaksanakan Pengamanan aset tanah dalam

bentuk pengamanan hukum.

d. Apa saja faktor penghambat terkait permasalahan

pengamanan aset tanah milik Pemerintah kota

tanjungpinang?

 Aset-aset tanah di Kota tanjungpinang

memiliki wilayah dengan luas yang

berbeda antara catatan data yang dimuat

dalam Kartu Identitas Barang A dan

keadaan yang nyata yang sesungguhnya.

Hal ini disebabkan oleh aset-aset tanah

milik Pemerintah kota tanjungpinang yang

semulanya hanya sebidang tanah namun

kemudian dibagian tengah dijadikan

jalanan yang diakses umum seiring

berjalannya waktu. Peristiwa ini

mengakibatkan pengurangan luas tanah

dan menyebabkan catatan luas wilayah

yang berbeda dalam Kartu Identitas

Barang A dengan keadaan di lapangan.


125

e. Apa saja faktor penghambat terkait permasalahan

pengamanan aset tanah milik Pemerintah kota

tanjungpinang?

 Aset-aset tanah di Kota tanjungpinang

memiliki wilayah dengan luas yang

berbeda antara catatan data yang dimuat

dalam Kartu Identitas Barang A dan

keadaan yang nyata yang sesungguhnya.

Hal ini disebabkan oleh aset-aset tanah

milik Pemerintah kota tanjungpinang yang

semulanya hanya sebidang tanah namun

kemudian dibagian tengah dijadikan

jalanan yang diakses umum seiring

berjalannya waktu. Peristiwa ini

mengakibatkan pengurangan luas tanah

dan menyebabkan catatan luas wilayah

yang berbeda dalam Kartu Identitas

Barang A dengan keadaan di lapangan.

f. Apa saja upaya yang dilakukan dari BPKPD

terhadap hambatan tersebut?

 Melaksanakan inventarisasi agar lahan


126

dapat dipastikan sebagai aset Pemerintah

kota tanjungpinang. Pemerintah kota

tanjungpinang melalui Badan Pengelolaan

Keuangan dan Pendapatan Daerah

melaksanakan aktivitas inventarisasi aset

milik Pemerintah kota tanjungpinang

sebab ada berbagai aset tanah yang

masih tidak ditemukan secara pasti

lokasinya. BPKPD mengidentifikasi lokasi

pastinya aset tanah yang sebelumnya

tidak ditemukan lokasinya. Maka dari itu

BPKPD bekerjasama dengan Lurah

wilayah setempat serta para Tokoh

Masyarakat agar dapat mengidentifikasi

secara pasti lokasi aset tanah milik

Pemerintah kota tanjungpinang.

4. Staf Bidang Aset/Barang Milik Daerah (BMD)

a. Apakah semua aset tanah milik Pemerintah kota

tanjungpinang telah dilakukan pencatatan?

 Badan Pengelolaan Keuangan dan

Pendapatan Daerah Kota tanjungpinang

selalu mencatat dan memperbaharui data

tentang tanah apabila memang terjadi


127

perubahan. Hal tersebut bertujuan supaya

inventarisasi aset tanah yang ada adalah

data yang terbaru sehingga aset tanah

yang menjadi milik pemerintah daerah

Kota tanjungpinang mudah diawasai.

b. Apakah semua aset tanah milik pemerintah kota

tanjungpinang telah terpasang tanda kepemilikan?

Aset tanah milik pemerintah kota tanjungpinang kebanyakan

sudah dipasangi papan tanda kepemilikan atau plang, namun

tidak semua aset dipasangi plang seperti misalnya tanah

makam untuk umum yang berasal dari wakaf sehingga tidak

dapat dipasangi plang. Kemudian mengenai pagar batas untuk

tanah yang di atasnya didirikan bangunan seperti sekolah,

kelurahan atau kecamatan itu sudah diberikan pagar tembok

ataupun besi di sekelilingnya, lalu untuk lahan garapan

biasanya kita batasi dengan pohon yang ditanami oleh dinas

lingkungan hidup dan juga patok di ujung-ujungnya jadi kita

pasang pagar batas dengan menyesuaikan kondisi di lapangan

bagaimana kondisi yang sebenarnya. Masih ada beberapa aset

tanah di Kota tanjungpinang yang hanya diberikan patok saja

dan belum di pasangi dengan pagar pembatas pada tiap

Batasan seperi misalnya lahan yang berada di lereng gunung

dengan tingkat kemiringan yang curam dan berbahayan untuk


128

sekarang hanya diberi tanda berupa patok batas saja.

c. Apakah semua aset tanah milik pemerintah kota

tanjungpinang telah terpasang pagar batas?

 Dalam pemasangan pagar batas sejauh ini

dari BPKPD sudah di pasangi namun

memang masih ada beberapa aset yang

belum terpasang di karenakan anggaran

yang belum cukup untuk memasang pagar

batas tersebut, sehingga memerlukan

beberpa waktu lagi untuk melanjutkan

pemasangan pagar batas sampai anggaran

untuk aset tanah tersebut cair dan sudah di

anggarkan oleh pemerintah.

d. Apa saja prosedur dalam pembuatan sertifikat

tanah milik Pemerintah kota tanjungpinang?

 Dalam pemebuatan sertifikat tanah

diperlukan dokumen dokumen pendukung

untuk melengkapai bukti sebagai

kepemilikan aset tersebut, di antaranya

adalah Surat permohonan persertifikatan,

Akta Jual Beli, Berita Acara Pelepasan Hak,

SPPT PBB, Surat keterangan pernyataan

fisik, BKPRD kesesuaian tata ruang, Bukti


129

kepemilikan tanah, Petikan Letter C dari

Kelurahan.
130

LAMPIRAN III
PEDOMAN OBSERVASI

Observasi dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan.

Kemudian mengamati setiap kegiatan pengamanan aset daerah Kota

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau namun tidak ikut serta dalam

pelaksanaan kegiatannya. Adapun pedoman observasi dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut:

No Aspek yang diamati Keterangan

1 2 3
1. Kondisi aset tetap daerah kota Tanjungpinang
2. Pengamanan aset tetap daerah kota
Tanjungpinang
3. Pelaksanaan pengamanan aset tanah di Kota
Tanjungpinang
4. Sarana dan Prasarana penunjang dalam
pengamanan aset tanah
Sumber: diolah oleh Penulis (2022)
131

LAMPIRAN IV
DOKUMENTASI

Gambar Keterangan
1 2
Wawancara bersama
Bapak Kepala
BPKAD Bapak
Djasman, S.Sos

Wawancara bersama
Kepala Bidang
Barang Milik
Negara/Aset Ibu Sri
Harlinda, S.Pi,MM
132

1 2
Wawancara Bersama
Kepala Sub Bidang
Inventarisasi dan
Pengamanan
Aset/BMD Ponco
Waluyo Nugroho,S.E

Wawancara bersama
Bapak Hendro
Wibowo, S.AP.

Wawancar Bersama
Bapak Muhammad
Fais Fahmi,S.STP
133
134
135
136
137

Anda mungkin juga menyukai