Anda di halaman 1dari 191

ANALISIS PENGELOLAAN PENCATATAN DAN PELAPORAN

KEUANGAN PADA DINAS PEMUDA OLAHRAGA DAN


PARIWISATA (DINPORAPAR) KOTA TEGAL

TUGAS AKHIR

OLEH :

RIMA UJIMAVIATI
NIM 16030043

PROGRAM STUDI DIII AKUNTANSI


POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA
2019
ii
iii
iv
v
HALAMAN MOTO

“Maka Bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan
mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbilah seraya memuji
Tuhanmu pada waktu petang dan pagi”

(Q.S Al Mu’min : 55)

“Yang menentukan masa depan adalah pilihan anda, bukan

kesempatan” (Jeans Nidetek)

“Tak butuh banyak suara untuk merubah keadaan, anda harus memulai
dengan sebuah tindakan untuk merubah segala hal”.

(Sultoni Amin)

"Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka


terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka
bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi."
(Ernest Newman)

“Tentukan tujuanmu dan segera langkahkan kakimu untuk melangkah. Fokuskan


langkahmu dengan mengingat apa tujuanmu itu. Jangan berhenti hanya karena
batu kerikil menghalangi langkahmu. Ingat! Langkah awalmu yang menentukan
tujuan akhirmu. Tidak ada kesuksesan yang didapat dengan mudah, karena
kesuksesan dapat diraih hanya untuk mereka yang mempunyai tekad dan sengat
yang tinggi”
(Defiani Sektiaji)

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini saya persembahkan untuk :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat sehat


sehingga Tugas Akhir ini terselesaikan tepat pada waktunya.
2. Kedua orangtua dan keluarga yang selama ini memberikan
dukungan dan doa kepada saya.
3. Direktur, Kepala Prodi, Dosen Pembimbing, Dosen Supervisi serta
Dosen Politeknik Harapan Bersama Tegal yang telah membimbing
kami hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.
4. Melda Laras Santi; Indah Permatadewi selaku sahabat saya serta
Rizki Khairunnisa,A.Md,Ak selaku senior D3 Akuntansi Politeknik
Harapan Bersama angkatan’15 yang sudah membantu dalam
penyusunan Tugas Akhir dari awal hingga terselesainya Tugas
Akhir.
5. Firmanda Ramadhan, Defiani Sektiaji, dan Widya Herawati,
Nurhayati yang telah hadir dalam hidup saya dan selama ini telah
memberikan dukungan serta doa kepada saya.
6. Sahabat-sahabat seperjuangan di Politeknik Harapan Bersama Kota
Tegal dan seluruh teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan
namanya satu persatu. Tanpa kalian, saya bukan siapa-siapa.
7. Kepala Dinas beserta Seluruh karyawan dan karyawati Dinas
Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal yang telah
memberikan bantuan selama melaksanakan penelitian.

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Alah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir dengan judul “Analisis Pengelolaan
Pencatatan dan Pelaporan Keuangan Pada Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata
(DINPORAPAR) Kota Tegal“.
Tugas Akhir ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
guna mencapai gelar Ahli Madya (A.Md) pada Program Studi Akuntansi
Politeknik Harapan Bersama.
Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimilki,
dalam penyusunan Tugas Akhir ini banyak mendapatkan bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya ingin
menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :
1. Allah SWT yang Maha Pengasih yang memberikan kemudahan dan
kelancaran atas segala langkah penulisan tugas akhir.
2. Ayah dan Ibu atas perjuangan dalam membesarkan, mendidik, memberikan
kasih sayang yang tak terhingga. Tidak ada yang pantas di ucapkan selain
terimakasih.
3. Bapak Mc. Chambali, B.Eng, EE M.Kom, selaku Direktur Politeknik
Harapan Bersama.
4. Ibu Yeni Priatna Sari, SE, M. Si, Ak, CA, selaku Ka. Prodi Akuntansi
Politeknik Harapan Bersama.
5. Ibu Hetika, S. Pd, M. Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan arahan, bimbingan, dan petunjuk hingga terselesaikannya
penyusunan Tugas Akhir ini.
6. Ibu Krisdiyawati, SE, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
memberikan bantuan dan bimbingan hingga terselesaikannya penyusunan
Tugas Akhir ini.
viii
7. Bapak Ir. Cucuk Daryanto, M.Si, selaku Kepala Dinas Kepemudaan dan
Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal.
8. Seluruh karyawan dan karyawati Dinas Kepemudaan dan Olahraga dan
Pariwisata Kota Tegal yang telah memberikan bantuan selama melaksanakan
penelitian.
9. Sahabat dan teman-teman almamater dari Prodi D3 Akuntansi yang telah
memberikan dorongan dan semangat, serta semua pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung yang turut membantu selesainya Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini jauh dari sempurna masih
banyak kekurangan dan kelemahan disana-sini. Oleh karena itu, penulis mohon
maaf atas segala kekurangan dan kelemahan yang ada. Akhirnya, penulis sangat
berharap Tugas Akhir ini bermanfaat bagi para pembaca serta pemerhati masalah
akuntansi pada umumnya.

Tegal, 16 Juli 2019

RIMA UJIMAVIATI
NIM 16030043

ix
ABSTRAK

Ujimaviati, Rima. 2019. Analisis Pengelolaan Pencatatan dan Pelaporan


Keuangan Pada Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (DINPORAPAR) Kota
Tegal. Program Studi : D-III Akuntansi Politeknik Harapan Bersama Tegal.
Pembimbing I: Hetika, S.Pd, M.Si, Ak; Pembimbing II: Krisdiyawati, SE.

Pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu bagian yang


mengalami perubahan mendasar setelah ditetapkannya Undang-Undang (UU) No.
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang (UU) No. 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Kewenangan yang dimaksud adalah keleluasaan dalam
pengelolaan dana, tujuan serta menentukan target penggunaan anggaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pencatatan dan pelaporan
keuangan pada Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal telah sesuai
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2011 dan Peraturan
Pemerintah No. 71 Tahun 2010. Penelitian ini menggunakan metode analisis
deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data dengan teknik observasi,
wawancara, dan studi pustaka. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal dalam pengelolaan
pencatatan maupun pelaporan keuangannya sudah menerapkan dan melaksanakan
Standar Akuntansi pemerintah sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21
Tahun 2011 dan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010.

Kata kunci : Pengelolaan, Pencatatan, Pelaporan, Dinas Pemuda Olahraga dan


Pariwisata Kota Tegal.

x
ABSTRACT

Ujimaviati, Rima. 2019. The Analysis of Financial Recording and Reporting


Management at the Tegal City Youth and Sports Department (DINPORAPAR).
Study Program : D-III Accounting Department of Politeknik Harapan Bersama
Tegal. First Advisor: Hetika, S.Pd, M.Si, Ak; Secound Co-Advisor: Krisdiyawati,
SE.

Financial management is one of the areas that are experiencing


fundamental change after the establishment law (UU) no. 32 Year 2004 about
Equalization among The Central Government and local governments. The second
ACT has given more authority to local governments. Authority in the target use
reporting on Service Sports Youth and Tegal City Ttourism have been Setup in
accordance with Minister of Home Affairs Regulations No. 21 of the year 2011
and Government Regulations No. 71 of the year 2010. This research used
qualitative, descriptive methods of analysis. Method of data collection was done
by observation techniques, interview techniques, and study of the literature. Based
on the results of this research it showed that Service Sports Youth and Tegal City
Ttourism in management recording or reporting of financials already apply and
implement financial management in accordance with Minister of Home Affairs
Regulations No. 21 of the year 2011 of Regional Financial Management
Guidelines and Government Regulations No. 71 of the year 2010 of Government
accounting standards.

Keywords: management, record, report, Service Sports Youth and Tegal City
tourism

xi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TA ......................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................. v

HALAMAN MOTO ................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii

KATA PENGANTAR ................................................................................ viii

ABSTRAK .................................................................................................. x

ABSTRACT ................................................................................................ xi

DAFTAR ISI ............................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii

BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 5

1.4 Manfaat ................................................................................ 5

1.5 Batasan Masalah .................................................................. 6

xii
1.6 Kerangka Berpikir ............................................................... 6

1.7 Sistematika Penulisan .......................................................... 9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 12

2.1.Tinjauan Atas Akuntansi ..................................................... 12

2.1.1 Pengertian Akuntansi.................................................. 12

2.1.2 Sistem Akuntansi Pemerintah..................................... 13

2.1.3 Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah ........................ 13

2.1.4 Akuntansi Keuangan Daerah ...................................... 15

2.1.5 Akuntansi Anggaran ................................................... 18

2.2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 .. 20

2.3.Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 ..................... 59

2.4.Pengelolaan Keuangan Daerah ............................................ 65

2.5. Catatan atas Laporan Keuangan ......................................... 67

2.6. Laporan Realisasi Anggaran............................................... 68

2.7. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ....................... 69

2.8. Penelitian Terdahulu ........................................................... 73

BAB III : METODE PENELITIAN ........................................................ 81

3.1 Lokasi Penelitian ................................................................. 81

3.2 Waktu Penelitian ................................................................. 81

3.3 Jenis Data............................................................................. 81

3.4 Sumber Data ........................................................................ 82

3.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................. 82

xiii
3.6 Metode Analisis Data .......................................................... 83

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 85

4.1. Gambaran Umum Kota Tegal ........................................... 85

4.1.1 Letak Geografis ........................................................ 85

4.1.2 Pemerintah................................................................ 86

4.1.3 Perekonomian ........................................................... 86

4.1.4 Pariwisata ................................................................. 87

4.2. Gambaran Umum Dinas Pemuda Olahraga dan

Pariwisata Kota Tegal ....................................................... 88

4.2.1 Sejarah Singkat Dinas Pemuda Olahraga dan

Pariwisata Kota Tegal .............................................. 88

4.2.2 Visi dan Misi Dinas Pemuda Olahraga dan

Pariwisata Kota Tegal` ............................................ 89

4.2.3 Struktur Organisasi Dinas Pemuda Olahraga dan

Pariwisata Kota Tegal .............................................. 91

4.2.4 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pemuda Olahraga

dan Pariwisata Kota Tegal ....................................... 92

4.2.5 Kondisi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata

Kota Tegal ............................................................... 103

4.3. Analisis Data ..................................................................... 108

4.3.1 Pencatatan Laporan Keuangan pada Dinas

Pemuda Olaraga dan Pariwisata Kota Tegal ........... 108

4.3.1.1 Penerapan Akuntansi Pendapatan ............ 108


xiv
4.3.1.2 Penerapan Akuntansi Belanja .................. 109

4.3.1.3 Penerapan Akuntansi Aset ....................... 109

4.3.1.4 Penerapan Akuntansi Selain Kas ............. 110

4.3.2 Pelaporan Keuangan pada Dinas Pemuda

Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal ....................... 111

4.4. Pembahasan ....................................................................... 111

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 114

5.1 Kesimpulan......................................................................... 114

5.2 Saran ................................................................................... 114

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 116

LAMPIRAN ................................................................................................ 118

xv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu .............................................................. 73

Tabel 4.2.5 Nama pegawai Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata

Kota Tegal.............................................................................. 104

Tabel 4.4 Perbandingan PP 71 Tahun 2010 dengan DINPORAPAR ... 111

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1.6 Kerangka Berpikir ................................................................ 8

Gambar 4.1.1 Peta Kota Tegal .................................................................... 85

Gambar 4.2.3 Struktur Organisasi DINPORAPAR Kota Tegal ................. 91

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran 1 Laporan Realisasi Anggaran

Lampiran 2 Neraca

Lampiran 3 Laporan Operasional

Lampiran 4 Laporan Perubahan Ekuitas

Lampiran 5 Catatan atas Laporan Keuangan

Lampiran 6 Form Kegiatan PKL

Lampiran 7 Daftar Nilai PKL

Lampiran 8 Surat Permohonan PKL

Lampiran 9 Surat Permohonan Riset Data

Lampiran 10 Form Bimbingan Tugas Akhir

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia memiliki

kewajiban untuk secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan

pemerintah yang baik (Goodgovernance).(Anggi, 2015:1)[1]. Good

governance sering diterjemahkan sebagai tata pemerintahan yang baik atau

disebut juga dengan istilah civil society yaitu sebagai suatu penyelenggaraan

manajemen pembangunan, pemberdayaan, dan pelayanan yang sejalan

dengan demokrasi (pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat).Menurut

Mardiasmo dalam World Bank (2004:18) menjelaskan bahwa good

governance adalah sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan

yang sejalan dengan prinsip demokrasi, penghindaran salah alokasi dana

investasi, pencegahan korupsi baik secara politik dan administratif.

Kepemerintahan yang baik setidaknya ditandai dengan tiga elemen yaitu

transparansi, partisipasi dan akuntabilitas.(Veronica, 2013:1)[2]

Reformasi Manajemen Sektor Publik, Paradigma baru adalah penerapan

akuntansi dalam praktik pemerintah guna mewujudkan good governance.

Dalam rangka mewujudkan good governance diperlukan perubahan

paradigma pemerintah yangmemperdayakan daerah agar mampu

berkompetisi baik secara regional, nasional atau internasional serta mendasar

1
2

dari sistem lama yang serba sentralistis dimana pemerintah pusat sangat kuat

dalam menentukan kebijakan. Menanggapi paradigma baru, pemerintah

memberikan otonomi daerah yang bertujuan untuk mengurus dan mengatur

rumah tangga sendiri agar mampu berdaya dan berhasil guna untuk

menyelenggarakan pemerintah dan pembangunan serta dalam rangka

pelayanan kepada masyarakat. Pelaksanaan otonomi daerah tidak hanya dapat

dilihat dari seberapa besar daerah akan memperoleh sumber pendapatan

termasuk dana perimbangan, tetapi hal tersebut harus diimbangi dengan

sejauh mana instrument atau Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah mampu

memberikan nuansa menejemen keuangan yang lebih adil, rasional,

transparan, partisipatif, dan tanggung jawab.

Pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu bagian yang

mengalami perubahan mendasar setelah ditetapkan Undang-Undang No. 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun

2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah. Kedua Undang-Undang tersebut telah memberikan

kewenangan lebih kepada Pemerintah Daerah. Kewenangan yang tersebut

adalah keleluasaan dalam pengelolaan dana, tujuan serta menentukan target

penggunaan anggaran.(Jemy, 2016:2)[3]

Tuntutan transparansi dalam sistem pemerintahan semakin meningkat

pada era reformasi saat ini, tidak terkecuali transparansi dalam pengelolaan

keuangan Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah wajib menyusun laporan

pertanggungjawaban menggunakan sistem akuntansi yang diatur oleh


3

pemerintah pusat dalam bentuk Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah

yang bersifat mengikat seluruh Pemerintah Daerah. Terdapat dua subsistem

dalam sistem Pemerintah Daerah, yaitu Satuan Kerja Perangat Daerah

(SKPD) dan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD). Setiap

SKPD harus menyusun Laporan Keuangan sebaik mungkin, oleh karena itu

dibutuhkan Laporan Keuangan SKPD. Secara spesifik tujuan laporan

keuangan pemerintah dalam penyusunan laporan keuangan Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) adalah menyajikan informasi yang berguna untuk

pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas

pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Kertas kerja atau

laporan keuangan oleh SKPD dilatar belakangi oleh Peraturan Menteri Dalam

Negeri (Pemendagri) Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).(Anggi, 2015:2)[1]

Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwiata (DINPORAPAR) Kota Tegal

sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di wilayah

Pemerintah Daerah Kota Tegal sekaligus sebagai pengguna anggaran harus

membuat pertanggungjawaban atas kewenangan yang dilaksanakan sesuai

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Pemerintah (PP)

Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).

Pemerintah Kota Tegal sendiri baru menerapkan Standar Akuntansi

Pemerintah berbasis akrual pada tahun anggaran 2017. Sebelumnya


4

Pemerintah Kota Tegal hanya menerapkan pengelolaan pencatatan dan

pelaporan akuntansi berbasis kas. Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata

(DINPORAPAR) Kota Tegal masih mengalami kendala dalam proses

pengelolaan pencatatan dan pelaporan keuangan berbasis akrual karena dalam

laporan realisasi anggaran masih menggunakan basis kas, maka pelaporan

keuangan kurang lengkap. Dengan diterapkannya sistem akuntansi berbasis

akrual, diharapkan laporan keuangan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata

(DINPORAPAR) Kota Tegal selaku Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

yang berada dilingkungan Pemerintah Kota Tegal dapat menghasilkan

laporan keuangan yang akuntabilitas terutama dalam laporan realisasi

anggaran yang masih menggunakan basis kas.

Adapun dampak negatif yang terjadi pada Dinas Pemuda Olahraga

dan Pariwisata (DINPORAPAR) Kota Tegal yaitu jika laporan realisasi

anggaran menggunakan basis kas yaitu saat menyusun laporan keuangan akan

lebih lama terselesaikan, maka digunakanlah aplikasi Sistem Informasi

Manajemen Daerah (SIMDA). Dengan adanya Sistem Informasi Manajemen

Daerah (SIMDA) bisa dengan mudah diselesaikan.

Dari uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGELOLAAN

PENCATATAN DAN PELAPORAN KEUANGAN PADA DINAS

PEMUDA OLAHRAGA DAN PARIWISATA (DINPORAPAR) KOTA

TEGAL”.
5

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengelolaan pencatatan, dan pelaporan keuangan pada Dinas

Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal ?

2. Apakah pengelolaan pencatatan, dan pelaporan keuangan pada Dinas

Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal sudah sesuai dengan

Pemendagri Nomor 21 Tahun 2011 dan PP No. 71 Tahun 2010 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengelolaan pencatatan

keuangan pada Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal;

2. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah pengelolaan pencatatan, dan

pelaporan keuangan pada Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota

Tegal sudah sesuai atau belum sesuai dengan Pemendagri Nomor 21

Tahun 2011 dan PP No. 71 Tahun 2010.

1.4 Manfaat

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini akan menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman bagi

penulis dalam penelitian tentang pengelolaan pencatatan, dan pelaporan

keuangan.
6

2. Bagi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal

Manfaat bagi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal yaitu

dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan

pengelolaan pencatatan dan pelaporan keuangan.

3. Bagi Politeknik Harapan Bersama

a. Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang akan meneliti kajian yang

sama khususnya mahasiswa/i jurusan akuntansi untuk

mengembangkan kajian ini pada masa yang akan datang.

b. Sebagai gambaran dan pengetahuan akademik tentang pengelolaan

pencatatan, dan pelaporan keuangan Dinas Pemuda Olahraga dan

Pariwisata Kota Tegal.

1.5 Batasan Masalah

Permasalahan yang akan dibatasi dalam penyusunan penelitian ini yaitu

membahas kendala dalam proses pengelolaan pencatatan, dan pelaporan

keuangan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal tahun anggaran

2017-2018.

1.6 Kerangka Berpikir

Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwiata (DINPORAPAR) Kota Tegal

sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di wilayah

Pemerintah Daerah Kota Tegal sekaligus sebagai pengguna anggaran harus

membuat pertanggungjawaban atas kewenangan yang dilaksanakan sesuai


7

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Pemerintah (PP)

Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).

Pemerintah Kota Tegal sendiri baru menerapkan Standar Akuntansi

Pemerintah berbasis akrual pada tahun anggaran 2017. Sebelumnya

Pemerintah Kota Tegal hanya menerapkan pengelolaan pencatatan dan

pelaporan akuntansi berbasis kas. Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata

(DINPORAPAR) Kota Tegal masih mengalami kendala dalam proses

pengelolaan pencatatan dan pelaporan keuangan berbasis akrual karena dalam

laporan realisasi anggaran masih menggunakan basis kas, maka pelaporan

keuangan kurang lengkap. Dengan diterapkannya sistem akuntansi berbasis

akrual, diharapkan laporan keuangan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata

(DINPORAPAR) Kota Tegal selaku Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

yang berada dilingkungan Pemerintah Kota Tegal dapat menghasilkan

laporan keuangan yang akuntabilitas terutama dalam laporan realisasi

anggaran yang masih menggunakan basis kas.

Adapun dampak negatif yang terjadi pada Dinas Pemuda Olahraga

dan Pariwisata (DINPORAPAR) Kota Tegal yaitu jika laporan realisasi

anggaran menggunakan basis kas yaitu saat menyusun laporan keuangan akan

lebih lama terselesaikan, maka digunakanlah aplikasi Sistem Informasi

Manajemen Daerah (SIMDA). Dengan adanya Sistem Informasi Manajemen

Daerah (SIMDA) bisa dengan mudah diselesaikan.


8

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dapat dilakukan

penyederhanaan menggunakan kerangka berpikir penelitian pada gambar 1.6

sebagai berikut :

Permasalahan : Strategi Pemecahan Masalah : Rumusan Masalah:

Dinas Pemuda Mempersiapkan kopetensi


- Bagaimana pengelolaan pencatatan,
Olahraga dan Sumber daya Manusia (SDM)
Pariwisata dan sarana dan prasarana dan pelaporan keuangan pada Dinas
Kota Tegal penunjang untuk menerapkan
Pemuda Olahraga dan Pariwisata
masih Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP) berbasis akrual Dinas Kota Tegal ?
mengalami
Pemuda Olahraga dan Pariwisata
kendala dalam - Apakah pengelolaan pencatatan, dan
Kota Tegal selaku Satuan Kerja
proses Perangkat Daerah (SKPD) pelaporan keuangan pada Dinas
pengelolaan, dilingkungan Pemerintah Kota
pencatatan, dan Pemuda Olahraga dan Pariwisata
Tegal sesuai Pemendagri No. 21
pelaporan Tahun 2011 dan PP No. 71 Kota Tegal sudah sesuai dengan
keuangan Tahun 2010.
Pemendagri Nomor 21 Tahun 2011
berbasis akrual, Menerapkan pengelolaan
karena laporan pencatatan dan pelaporan dan PP No. 71 Tahun 2010 ?
realisasi keuangan sesuai Pemendagri No. Analisis Data:
anggaran masih 21 Tahun 2011 dan PP No. 71
Tahun 2010. Analisis deskriptif kualitatif
menggunakan
basis kas, maka Analisis deskriptif kualitatif
pelaporan Kesimpulan :
keuangan

1. Pengelolaan pencatatan dan pelaporan keuangan


Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota
Umpan Balik Tegal telah menerapkan Standar Akuntansi
Pemerintah berbasis akrual sesuai Pemendagri
No. 21 Tahun 2011 dan PP No. 71 Tahun 2010.
Gambar 1.6 2. Pengelolaan pencatatan dan pelaporan keuangan
Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota
Skema Kerangka Berpikir Tegal sudah sesuai dengan Pemendagri No. 21
9

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan tugas akhir ini, dibuat sistematika penulisan agar

mudah untuk dipahami dan memberikan gambaran secara umum kepada

pembaca mengenai tugas akhir ini. Sistematika penulisan tugas akhir ini

adalah sebagai berikut :

1. Bagian awal

Bagian awal berisi halaman judul, halaman persetujuan, halaman

pengesahan, halaman pernyataan keaslian Tugas Akhir (TA), halaman

pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah untuk kepentingan

akademis, halaman persembahan, halaman motto, kata pengantar,

intisari/abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan lampiran.

Bagian awal ini berguna untuk memberikan kemudahan kepada pembaca

dalam mencari bagian-bagian penting secara cepat.

2. Bagian isi terdiri dari lima bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan

masalah, kerangka berpikir dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini memuat teori-teori tentang pengertian dan

sejarah dari koperasi itu sendiri serta landasan teorinya,

kemudian juga menerangkan mengenai teori yang digunakan

untuk mendekati permasalahan yang menjadi objek


10

penelitian, pengertian dari masing-masing aspek dalam

kaitanya dengan bauran pemasaran (Marketing Mix) serta

memuat jawaban sementara atas rumusan masalah dan

pengkajian dari hasil penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang lokasi penelitian (tempat dan

alamat penelitian), waktu penelitian, metode pengumpulan

data, jenis dan sumber data penelitian, populasi dan sampel,

skala pengukuran, dan metode analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tinjauan umum instansi, seperti sejarah

singkat instansi, profil instansi, struktur organisasi, tugas dan

wewenang/job description, laporan hasil penelitian dan

pembahasan hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan berisi tentang garis besar dari inti hasil

penelitian,serta saran dari peneliti yang diharapkan dapat

berguna bagi institusi atau perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka berisi tentang daftar buku, literature yang berkaitan

dengan penelitan. Lampiran berisi data yang mendukung penelitian

tugas akhir secara lengkap.


11

3. Bagian Akhir

LAMPIRAN

Lampiran berisi informasi tambahan yang mendukung kelengkapan

laporan, antara lain Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari

Tempat Penelitian, Kartu Konsultasi, Spesifikasi teknis serta data-data

lain yang diperlukan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Atas Akuntansi

2.1.1. Pengertian Akuntansi

Menurut Kieso (2008:2)[4] menyatakan bahwa akuntansi adalah

pengidentifikasian, pengukuran dan pengkomunikasian informasi

keuangan tentang entitas ekonomi kepada pihak yang berkepentingan.

Menurut Halim dan Kusufi (2012:36)[5] mendefinisikan akuntansi

sebagai suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan

pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu organisasi atau

entitas yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan

keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan

pengertian Akuntansi adalah pengidentifikasian, pengukuran,

pencatatan, dan pengkomunikasian informasi keuangan serta

pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu organisasi atau

entitas yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan

keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan.

12
13

2.1.2 Sistem Akuntansi Pemerintah

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip

akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan

keuangan pemerintah. Menurut Abdul Hafiz Tanjung (2012)[6], SAP

berbasis akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset,

utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta

mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan

pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam

APBN/APBD. SAP berbasis kas menuju akrual adalah SAP yang

mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan berbasis kas, serta

mengakui aset, utang, dan ekuitas dana berbasis akrual.

2.1.3 Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah sekarang memiliki kewenangan dan

tanggung jawab yang lebih besar dalam menyediakan pelayanan

publik demi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup

masyarakat. Otonomi daerah meliputi berbagai aspek, yaitu hubungan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, bentuk dan struktur

pemerintahan daerah, pengawasan terhadap penyelenggaraan

pemerintah didaerah, serta hubungan antara Pemerintah Daerah

dengan masyarakat dan pihak ketiga. Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keungan

Daerah menjelaskan bahwa pemerintah daerah adalah


14

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan

dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan

tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam

sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. Dalam peraturan ini juga pemerintah daerah adalah

gubernur, bupati, dan/atau walikota, dan perangkat daerah sebagai

unsur penyelenggara pemerintah daerah.

Menurut Peraturan Walikota Tegal Nomor 44 Tahun 2017[7]

tentang Pedoman Penatausahaan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD) Kota Tegal tahun Anggaran 2018, sistem

akuntansi SKPD mencakup teknik pencatatan, pengakuan, dan

pengungkapan atas pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja,

aset, kewajiban, ekuitas, penyesuaian dan koreksi serta penyusunan

laporan keuangan SKPD. Sistem Akuntansi SKPD meliputi :

a) Akuntansi Pendapatan SKPD;

b) Akuntansi Beban dan Belanja SKPD;

c) Akuntansi Piutang SKPD;

d) Akuntansi Persediaan SKPD;

e) Akuntansi Aset Tetap SKPD;

f) Akuntansi Aset Lainnya SKPD;

g) Akuntansi Kewajiban SKPD;

h) Akuntansi Ekuitas SKPD;


15

i) Akuntansi Koreksi Kesalahan;

j) Akuntansi Penyajian Kembali (Restatement) Neraca;

k) Jurnal, Buku Besar, dan Neraca Saldo;

l) Penyusunan Laporan Keuangan SKPD.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan

pengertian Sistem Akuntansi Pemerintah adalah serangkaian prosedur

manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data,

pencatatan, pengikhtisaran, hingga pelaporan posisi keuangan (neraca)

dan operasi keuangan pemerintah (LRA).

2.1.4 Akuntansi Keuangan Daerah

Abdul Hafiz (2006)[8] menyatakan bahwa akuntansi keuangan

daerah adalah serangkaian proses pencatatan, pengelompokan,

pengikhtisaran, dan pelaporan dalam bentuk unit moneter atas

berbagai transaksi dan kejadian- kejadian yang bersifat keuangan yang

berguna dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan berdasarkan

atas asas otonomi dan prinsip yang berlaku di wilayah NKRI.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 pasal 232 Tahun

2006[9] menjelaskan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah adalah

serangkaian prosedur yang dapat dilakukan secara manual ataupun

menggunakan bantuan komputer mulai dari pengumpulan data,

pencatatan, pengikhtisaran dan berakhir pada pelaporan keuangan


16

yang dilakukan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan

APBD.

Menurut Halim dan Kusufi (2014)[10] Akuntansi keuangan

daerah adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan

pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah

daerah-pemda (kabupaten, kota, atau provinsi) yang dijadikan sebagai

informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi yang

diperlukan oleh pihak-pihak eksternal entitas pemda (kabupaten, kota

atau provinsi) yang memerlukan. Pihak-pihak eksternal entitas pemda

yang memerlukan informasi yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan

daerah tersebut antara lain adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD), badan pengawas keuangan, investor, kreditur, dan donatur,

analisis ekonomi dan pemerhati pemda, rakyat, pemda lain dan

pemerintah pusat, yang seluruhnya berada dalam lingkungan

akuntansi keuangan daerah.

Terdapat tiga metode pencatatan dalam Akuntansi Keuangan

Daerah yaitu Single Entry, Double Entry, dan Triple Entry. Metode

pencatatan Single Entry sekarang ini semakin ditinggalkan, walau

masih ada beberapa area Pemda yang masih memakai karena

mempunyai beberapa kelemahan seperti: tidak mencerminkan kinerja

secara riil, dan tidak memberikan informasi yang komprehensif. Maka

dari itu, metode Double Entry hadir untuk mengisi kelemahan dari

metode Single Entry.


17

1. Single Entry

Ada banyak sistem pencatatan buku, salah satunya adalah

sistem pencatatan buku tunggal (single entry). Dalam sistem ini,

pencatatan transaksi ekonomi hanya dilakukan satu kali.

Transaksi yang mengakibatkan pemasukan kas akan dimasukkan

dalam sisi penerimaan, sedangkan yang mengurangi kas

dimasukkan dalam sisi pengeluaran.

Sistem pencatatan buku tunggal memiliki kelebihan, salah

satunya adalah mudah dipahami dan sederhana. Namun, dalam

sistem ini kurang bagus untuk pelaporan karena sulit untuk

menemukan kesalahan pembukuan serta sulit melakukan kontrol

keuangan. Karena itu ada sistem pencatatan lain yang lebih baik.

2. Double Entry

Sistem kedua adalah pencatatan double entry atau sistem

tata buku berpasangat. Dalam sistem ini pada dasarnya setiap

transaksi ekonomi yang terjadi akan dicatat sebanyak dua kali.

Pencatatan dengan menggunakan sistem ini dinamakan

menjurnal. Dalam pencatatan model ini sisi debit ada di sebelah

kiri, sedangkan sebelah kanan untuk sisi kredit.

Untuk menjaga keseimbangan antara debit dan kredit kita

menggunakan persamaan :

BELANJA + AKTIVA = EKUITAS DANA + UTANG + PENDAPATAN


18

Transaksi yang menambah aktiva akan dimasukkan dala mdebit,

sedangkan mengurangi aktiva dimasukkan dalam kredit.

3. Triple Entry

Terakhir adalah sistem pencatatan triple entry, dalam

sistem ini pelaksanaan pencatatan menggunakan pencatatan

double entry, tetapi ditambah pencatatan pada buku anggaran.

Jadi, pada saat pencatatan double entry dilakukan, PPK SKPD

ataupun bagian keuangan/SKPKD juga melakukan pencatatan

transaksi pada buku anggaran, sehingga pencatatan ini berimbas

pada sisa anggaran.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan

pengertian Akuntansi Keuangan Daerah adalah serangkaian proses

pengumpulan data, pencatatan, pengelompokan, pengikhtisaran, dan

pelaporan keuangan yang dilakukan dalam rangka

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

2.1.5 Akuntansi Anggaran

Anggaran (Budget) adalah sejumlah uang yang dihabiskan

dalam periode tertentu untuk melaksanakan suatu program. Tidak ada

perusahaan yang memiliki anggaran yang tidak terbatas, sehingga

proses penyusunan anggaran penting dilakukan dalam proses

perencanan. Akuntansi anggaran mengacu pada praktik yang

dilakukan oleh banyak organisasi sektor publik khususnya pemerintah


19

dalam upaya menyajikan akun-akun operasinya dengan menggunakan

format yang sama dengan anggarannya. Tujuan praktek ini adalah

melihat cara pelaksanaan anggaran yang sudah di buat dapat

dikendalikan dan dipertanggujawabkan kebutuhannya. (Nordiawan &

Hertianti, 2010: 100)[11].

Menurut Halim dan Kusufi (2014)[10] Akuntansi Anggaran

merupakan teknik pertanggungjawaban dan pengendalian manajemen

yang digunakan untuk membantu pengelolaan pendapatan, belanja,

transfer, dan pembiayaan. Akuntansi anggaran mencatat dan

menyajikan akun atau perkiraan operasional dalam format yang sama

dan sejajar dengan anggaran.Akuntansi Anggaran diselenggarakan

pada saat anggaran disahkan, anggaran dialokasikan, dan anggaran

direalisasikan. Pengesahan anggaran ditani dengan terbitnya Perda

APBD. Akuntansi diselenggarakan di SKPD dimaksudkan untuk

menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional,

Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca. Sedangkan akuntansi yang

diselenggarakan ditingkat BUD terutama dimaksudkan untuk

menghasilkan laporan konsolidasian menyusun Laporan Perubahan

Salod Anggaran Lebih. Tujuan dari diberlakukannya akuntansi

anggaran adalah untuk mencegah terjadinya kelebihan dana yang tak

terduga (over budget).

Akuntansi anggaran akan menguraikan aktivitas keuangan

dalam jangka waktu tertentu yang dijalankan melalui sistem analisa


20

dan pengawasan. Akuntansi anggaran ini merupakan bagian dari

akuntansi manajemen. Dalam penerapannya pada perusahaan,

akuntansi anggaran ini merupakan teknik akuntansi yang berperan

untuk mencatat setiap peristiwa transaksi yang terjadi dan terdapat

pada setiap anggaran yaitu mulai sejak pengesahan anggaran,

dialokasikan ataupun yang dilaksanakan hingga saat penutupan buku

anggaran akhir periode.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan

pengertian Akuntansi Anggaran adalah salah satu bidang akuntansi

yang berkaitan dengan perencanaan pengeluaran perusahaan yang

kemudian bertujuan membandingkan dengan pengeluaran yang

sebenarnya (aktual).

2.2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang

perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, menimbang bahwa :

1. Dengan adanya pengalihan dana Bantuan Operasional Sekolah dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara menjadi Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah, penetapan peraturan perundang-undangan mengenai

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang berimplikasi terhadap

perubahan struktur pendapatan, penegasan terhadap kedudukan pejabat

pembuat komitmen, penganggaran tahun jamak dan pengaturan


21

pendanaan tanggap darurat bencana, perlu dilakukan penyempurnaan

terhadap Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

2. Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu

menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Perubahan Kedua

Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang

perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pasal 1 menetapkan

bahwa beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13

Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dan diubah sebagai

berikut :

a. Ketentuan Pasal 1 angka 34, angka 61 dan angka 62 diubah, diantara

angka 62 dan angka 63 disisipkan angka baru yaitu angka 62a,

ditambahkan angka baru yaitu angka 79 dan angka 80, sehingga Pasal 1

berbunyi sebagai berikut:

1) Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut pemerintah, adalah Presiden

Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan


22

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan

oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah

(DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan

prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

3) Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan/atau walikota, dan

perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah;

4) Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia;

5) Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat

setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia;


23

6) Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai

dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang

berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut;

7) Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang

dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama kepala daerah,

termasuk Qanun yang berlaku di Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam dan Peraturan Daerah Provinsi (Perdasi) yang berlaku di

Provinsi Papua;

8) Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah;

9) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat

APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang

dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD,

dan ditetapkan dengan peraturan daerah;

10) Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD

adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna

anggaran/pengguna barang;

11) Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat

SKPKD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku

pengguna anggaran/pengguna barang, yang juga melaksanakan

pengelolaan keuangan daerah;


24

12) Organisasi adalah unsur pemerintahan daerah yang terdiri dari

DPRD, kepala daerah/wakil kepala daerah dan satuan kerja

perangkat daerah;

13) Kepala Daerah adalah gubemur bagi daerah provinsi atau bupati bagi

daerah kabupaten atau walikota bagi daerah kota;

14) Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala

daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan

menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah;

15) Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat

PPKD adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang

selanjutnya disebut dengan. Kepala SKPKD yang mempunyai tugas

melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara

umum daerah;

16) Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah

PPKD yang bertindak dalam kapasitas sebagai bendahara umum

daerah;

17) Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan

penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi

SKPD yang dipimpinnya;

18) Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan

penggunaan barang milik daerah;


25

19) Kuasa Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat Kuasa

BUD adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian

tugas BUD;

20) Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa untuk

melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam

melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD;

21) Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD yang selanjutnya disingkat

PPK-SKPD adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha

keuangan pada SKPD;

22) Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK

adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau

beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang

tugasnya;

23) Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk

untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan

mempertanggungjawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka

pelaksanaan APBD pada SKPD;

24) Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk

menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan

mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja daerah

dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD;

25) Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu

atau Iebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan


26

perundang-undangan wajib menyampaikan laporan

pertanggungjawaban berupa laporan keuangan;

26) Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna

anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib

menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk

digabungkan pada entitas pelaporan;

27) Unit kerja adalah bagian dari SKPD yang melaksanakan satu atau

beberapa program;

28) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya

disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan daerah untuk

periode 5 (lima) tahun;

29) Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, selanjutnya disebut

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), adalah dokumen

perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun;

30) Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD

adalah tim yang dibentuk dengan keputusan kepala daerah dan

dipimpin oleh sekretaris daerah yang mempunyai tugas menyiapkan

serta melaksanakan kebijakan kepala daerah dalam rangka

penyusunan APBD yang anggotanya terdiri dari pejabat perencana

daerah, PPKD dan pejabat lainnya sesuai dengan kebutuhan;

31) Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah

dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan


27

pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu)

tahun;

32) Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat

PPAS adalah rancangan program prioritas dan patokan batas

maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap

program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD sebelum

disepakati dengan DPRD;

33) Dihapus;

34) Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat

RKA-SKPD adalah dokumen perencanaan dan pengangggaran yang

berisi rencana pendapatan dan rencana belanja program dan kegiatan

SKPD sebagai dasar penyusunan APBD; dan 34a tentang Rencana

Kerja dan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang

selanjutnya disingkat RKA-PPKD adalah rencana kerja dan

anggaran badan/dinas/biro keuangan/bagian keuangan selaku

Bendahara Umum Daerah;

35) Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalah pendekatan

penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan

keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif

lebih dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi

biaya akibat keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya

yang dituangkan dalam prakiraan maju;


28

36) Prakiraan Maju (forward estimate) adalah perhitungan kebutuhan

dana untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan

guna memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah

disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya;

37) Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau

telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan

kuantitas dan kualitas yang terukur;

38) Penganggaran Terpadu (unified budgeting) adalah penyusunan

rencana keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk

seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan

yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana;

39) Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu

yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan

nasional;

40) Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang

menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan

pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsifungsi tersebut

yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani,

memberdayakan, dan mensejahterakan masyarakat;

41) Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya

yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber

daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai

dengan misi SKPD;


29

42) Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh atau

lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran

terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan

pengerahan sumber daya baik yang berupa personil (sumber daya

manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau

kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut

sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output)

dalam bentuk barang/jasa;

43) Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program

atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan;

44) Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh

kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran

dan tujuan program dan kebijakar;

45) Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program;

46) Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang

ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung seluruh

penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh

pengeluaran daera;

47) Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan

uang daerah yang ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung

seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh

pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan;


30

48) Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah;

49) Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah;

50) Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui

sebagai penambah nilai kekayaan bersih;

51) Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui

sebagai pengurang nilai kekayaan bersih;

52) Surplus Anggaran Daerah adalah selisih lebih antara pendapatan

daerah dan belanja daerah;

53) Defisit Anggaran Daerah adalah selisih kurang antara pendapatan

daerah dan belanja daerah;

54) Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar

kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada

tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun

anggaran berikutnya;

55) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disingkat SiLPA

adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran

selama satu periode anggaran;

56) Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan

daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang

bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah dibebani kewajiban

untuk membayar kembali;

57) Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada

pemerintah daerah dan/atau hak pemerintah daerah yang dapat


31

dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya

berdasarkan peraturan perundang-undangan atau akibat lainnya yang

sah;

58) Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah

daerah dan/atau kewajiban pemerintah daerah yang dapat dinilai

dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan, perjanjian,

atau berdasarkan sebab lainnya yang sah;

59) Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan guna mendanai

kegiatan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat

dipenuhi dalam satu tahun anggaran;

60) Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat

ekonomis seperti bunga, deviden, royalti, manfaat social dan/atau

manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan

pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat;

61) Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat

DPA-SKPD adalah dokumen yang memuat pendapatan dan belanja

yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna

anggaran dan 61a tentang Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pejabat

Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat DPA-PPKD

adalah dokumen pelaksanaan anggaran badan/dinas/biro

keuangan/bagian keuangan selaku Bendahara Umum Daerah;

62) Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD yang selanjutnya

disingkat DPPA-SKPD adalah dokumen yang memuat perubahan


32

pendapatan dan belanja yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan

perubahan anggaran oleh pengguna anggaran dan 62a tentang

Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan yang selanjutnya

disingkat DPAL adalah dokumen yang memuat sisa belanja tahun

sebelumnya sebagai dasar pelaksanaan anggaran tahun berikutnya;

63) Anggaran Kas adalah dokumen perkiraan arus kas masuk yang

bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas keluar untuk

mengatur ketersediaan dana yang cukup guna mendanai pelaksanaan

kegiatan dalam setiap periode;

64) Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disingkat SPD adalah

dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan

kegiatan sebagai dasar penerbitan SPP;

65) Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP

adalah dokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung

jawab atas pelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran untuk

mengajukan permintaan pembayaran;

66) SPP Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-UP adalah

dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk

permintaan uang muka kerja yang bersifat pengisian kembali

(revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran

langsung;

67) SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-GU

adalah dokumen yang diajukan oleh bendaharan pengeluaran untuk


33

permintaan pengganti uang persediaan yang tidak dapat dilakukan

dengan pembayaran langsung;

68) SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-TU

adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk

permintaan tambahan uang persediaan guna melaksanakan kegiatan

SKPD yang bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan untuk

pembayaran Iangsung dan uang persediaan;

69) SPP Langsung yang selanjutnya disingkat SPP-LS adalah dokumen

yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan

pembayaran Iangsung kepada pihak ketiga atas dasar perjanjian

kontrak kerja atau surat perintah kerja lainnya dan pembayaran gaji

dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran

tertentu yang dokumennya disiapkan oleh PPTK;

70) Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah

dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa

pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran

DPA-SKPD;

71) Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnya

disingkat SPM-UP adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas

beban beban pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakan sebagai

uang persediaan untuk mendanai kegiatan;


34

72) Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya

disingkat SPMGU adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas

beban pengeluaran DPA-SKPD yang dananya dipergunakan untuk

mengganti uang persediaan yang telah dibelanjakan;

73) Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yang

selanjutnya disingkat SPM-TU adalah dokumen yang diterbitkan

oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan

SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD, karena kebutuhan

dananya melebihi dari jumlah batas pagu uang persediaan yang telah

ditetapkan sesuai dengan ketentuan;

74) Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya disingkat

SPM-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas

beban pengeluaran DPA-SKPD kepada pihak ketiga;

75) Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D

adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang

diterbitkan oleh BUD berdasarkan SPM;

76) Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau

diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang

sah;
35

77) Kerugian Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan

barang yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan

melawan hukum baik sengaja maupun lalai;

78) Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD

adalah SKPD/unit kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah

daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual

tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan

kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas;

79) Kegiatan Tahun Jamak adalah kegiatan yang dianggarkan dan

dilaksanakan untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran yang

pekerjaannya dilakukan melalui kontrak tahun jamak;

80) Bantuan Operasional Sekolah, yang selanjutnya disingkat BOS

merupakan dana yang digunakan terutama untuk biaya non

personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksanaan

program wajib belajar, sesuai dengan peraturan perundangundangan.

b. Diantara Pasal 10 dan Pasal 11 disisipkan 1 (satu) Pasal baru yaitu Pasal

10A yang berbunyi “Dalam rangka pengadaan barang/jasa, Pengguna

Anggaran bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen sesuai peraturan

perundang-undangan di bidang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah”.


36

c. Ketentuan Pasal 11 ditambahkan 1 (satu) ayat baru yaitu ayat (5),

sehingga Pasal 11 berbunyi sebagai berikut :

1) Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam melaksanakan

tugas-tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dapat

melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja pada

SKPD selaku kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang;

2) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD,

besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi,

rentang kendali, dan/atau pertimbangan objektif lainnya;

3) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ditetapkan oleh kepala daerah atas usul kepala SKPD;

3a) tentang Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), meliputi :

a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas

beban anggaran belanja;

b. melaksanakan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;

c. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan

pembayaran;

d. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain

dalambatas anggaran yang telah ditetapkan;

e. menandatangani SPM-LS dan SPM-TU;

f. mengawasi pelaksanaan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;


37

g. melaksanakan tugas-tugas kuasa pengguna anggaran lainnya

berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh pejabat pengguna

anggaran.

4) Kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya

kepada pengguna anggaran/pengguna barang;

5) Dalam pengadaan barang/jasa, Kuasa Pengguna Anggaran

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekaligus bertindak sebagai

Pejabat Pembuat Komitmen.

d. Ketentuan Pasal 45 ayat (1) diubah dan ayat (4) dihapus, sehingga Pasal

45 berbunyi sebagai berikut :

1) Belanja bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf e

digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan yang bersifat

sosial kemasyarakatan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada

kelompok/anggota masyarakat.

2) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan secara

selektif, tidak terus menerus/tidak mengikat serta memiliki kejelasan

peruntukan penggunaannya dengan mempertimbangkan kemampuan

keuangan daerah dan ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

2a) Bantuan sosial yang diberikan secara tidak terus menerus/tidak

mengikat diartikan bahwa pemberian bantuan tersebut tidak wajib

dan tidak harus diberikan setiap tahun anggaran.


38

3) Dihapus.

4) Dihapus.

e. Ketentuan Pasal 47 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 47 berbunyi sebagai

berikut :

1) Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf g

digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat

umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah

desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah

kabupaten/kota kepada pemerintah desa, dan pemerintah daerah

lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan

keuangan dan kepada partai politik;

2) Bantuan keuangan yang bersifat umum sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya

kepada pemerintah daerah/pemerintah desa penerima bantuan;

3) Bantuan keuangan yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), peruntukan dan pengelolaannya diarahkan/ditetapkan oleh

pemerintah daerah pemberi bantuan;

4) Pemberi bantuan bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat

(3), dapat mensyaratkan penyediaan dana pendamping dalam APBD

atau anggaran pendapatan dan belanja desa penerima bantuan.


39

f. Ketentuan Pasal 52 diubah, sehingga Pasal 52 berbunyi sebagai berikut :

1) Belanja barang/jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 huruf b

digunakan untuk menganggarkan pengadaan barang dan jasa yang

nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dalam

melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah, termasuk

barang yang akan diserahkan atau dijual kepada masyarakat atau

pihak ketiga.

2) Belanja barang/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa

belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premi

asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa

rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat,

sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman,

pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-

hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan

pemulangan pegawai, pemeliharaan, jasa konsultansi, lainlain

pengadaan barang/jasa, dan belanja lainnya yang sejenis serta

pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual

kepada masyarakat atau pihak ketiga.

g. Diantara Pasal 54 dan Pasal 55 disisipkan 1 (satu) pasal baru yaitu Pasal

54A, sehingga berbunyi sebagai berikut :

1) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 dapat mengikat dana

anggaran:
40

a) untuk 1 (satu) tahun anggaran; atau

b) lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dalam bentuk kegiatan tahun

jamak sesuai peraturan perundang-undangan.

2) Kegiatan tahun jamak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

harus memenuhi kriteria sekurang-kurangnya :

a) Pekerjaan konstruksi atas pelaksanaan kegiatan yang secara

teknis merupakan satu kesatuan untuk menghasilkan satu output

yang memerlukan waktu penyelesaian lebih dari 12 (duabelas)

bulan; atau

b) Pekerjaan atas pelaksanaan kegiatan yang menurut sifatnya

harus tetap berlangsung pada pergantian tahun anggaran seperti

penanaman benih/bibit, penghijauan, pelayanan perintis

laut/udara, makanan dan obat di rumah sakit, layanan

pembuangan sampah dan pengadaan jasa cleaning service.

3) Penganggaran kegiatan tahun jamak sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) berdasarkan atas persetujuan DPRD yang dituangkan dalam

nota kesepakatan bersama antara Kepala Daerah dan DPRD.

4) Nota kesepakatan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

ditandatangani bersamaan dengan penandatanganan nota kesepakatan

KUA dan PPAS pada tahun pertama rencana pelaksanaan kegiatan

tahun jamak.

5) Nota kesepakatan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

sekurang-kurangnya memuat :
41

a) nama kegiatan;

b) jangka waktu pelaksanaan kegiatan;

c) jumlah anggaran; dan

d) alokasi anggaran per tahun.

6) Jangka waktu penganggaran kegiatan tahun jamak sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) tidak melampaui akhir tahun masa jabatan

Kepala Daerah berakhir.

h. Ketentuan Pasal 66 diubah, sehingga Pasal 66 berbunyi “Hasil penjualan

kekayaan daerah yang dipisahkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60

ayat (1) huruf c digunakan antara lain untuk menganggarkan hasil

penjualan perusahaan milik daerah/BUMD dan hasil divestasi penyertaan

modal pemerintah daerah”.

i. Ketentuan Pasal 71 ditambahkan ayat (8) dan ayat (9), sehingga Pasal 71

berbunyi sebagai berikut :

1) Investasi jangka pendek merupakan investasi yang dapat segera

diperjualbelikan/dicairkan, ditujukan dalam rangka manajemen kas

dan beresiko rendah serta dimiliki selamakurang dari 12 (duabelas)

bulan;

2) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mencakup deposito berjangka waktu 3 (tiga) bulan sampai dengan 12

(duabelas) bulan yang dapat diperpanjang secara otomatis, pembelian


42

Surat Utang Negara (SUN), Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan

Surat Perbendaharaan Negara (SPN);

3) Investasi jangka panjang digunakan untuk menampung penganggaran

investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (duabelas)

bulan yang terdiri dari investasi permanen dan non-permanen;

4) Investasi jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) antara

lain surat berharga yang dibeli pemerintah daerah dalam rangka

mengendalikan suatu badan usaha, misalnya pembelian surat

berharga untuk menambah kepemilikan modal saham pada suatu

badan usaha, surat berharga yang dibeli pemerintah daerah untuk

tujuan menjaga hubungan baik dalam dan luar negeri, surat berharga

yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi kebutuhan

kas jangka pendek.

5) Investasi permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertujuan

untuk dimiliki secara berkelanjutan tanpa ada niat untuk

diperjualbelikan atau tidak ditarik kembali, seperti kerjasama daerah

dengan pihak ketiga dalam bentuk penggunausahaan/pemanfaatan

aset daerah, penyertaan modal daerah pada BUMD dan/atau badan

usaha lainnya dan investasi permanen lainnya yang dimiliki

pemerintah daerah untuk menghasilkan pendapatan atau

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat;

6) Investasi non permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

bertujuan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan atau ada niat


43

untuk diperjualbelikan atau ditarik kembali, seperti pembelian

obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk

dimiliki sampai dengan tanggal jatuh tempo, dana yang disisihkan

pemerintah daerah dalam rangka pelayanan/pemberdayaan

masyarakat seperti bantuan modal kerja, pembentukan dana secara

bergulir kepada kelompok masyarakat, pemberian fasilitas pendanaan

kepada usaha mikro dan menengah;

7) Investasi jangka panjang pemerintah daerah dapat dianggarkan

apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran

berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang

penyertaan modal dengan berpedoman pada ketentuan peraturan

perundang-undangan;

8) Penyertaan modal dalam rangka pemenuhan kewajiban yang telah

tercantum dalam peraturan daerah penyertaan modal pada tahun-

tahun sebelumnya, tidak diterbitkan peraturan daerah tersendiri

sepanjang jumlah anggaran penyertaan modal tersebut belum

melebihi jumlah penyertaan modal yang telah ditetapkan pada

peraturan daerah tentang penyertaan modal;

9) Dalam hal pemerintah daerah akan menambah jumlah penyertaan

modal melebihi jumlah penyertaan modal yang telah ditetapkan

dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal, dilakukan

perubahan peraturan daerah tentang penyertaan modal yang

berkenaan.
44

j. Ketentuan Pasal 77 ayat (3), ayat (4), ayat (8) dan ayat (10) diubah,

sehingga Pasal 77 berbunyi sebagai berikut :

1) Kode dan klasifikasi urusan pemerintahan daerah dan organisasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) tercantum dalam

Lampiran A.I.a peraturan menteri ini;

2) Kode akun pendapatan, kode akun belanja, dan kode akun

pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (3)

merupakan bagian susunan kode akun keuangan daerah yang

tercantum dalam Lampiran A.II Peraturan Menteri ini;

3) Kode rekening pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24

ayat (1) untuk provinsi tercantum dalam Lampiran A.III.a Peraturan

Menteri ini;

4) Kode rekening pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24

ayat (1) untuk kabupaten/kota tercantum dalam Lampiran A.IV.a

Peraturan Menteri ini;

5) Kode dan klasifikasi fungsi tercantum dalam Lampiran A.V

Peraturan Menteri ini;

6) Kode dan klasifikasi belanja daerah menurut fungsi untuk keselarasan

dan keterpaduan pengelolaan keuangan Negara sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 33 tercantum dalam Lampiran A.VI.a

Peraturan Menteri ini;


45

7) Kode dan program dan kegiatan menurut urusan pemerintahan daerah

tercantum dalam Lampiran A.VII.a Peraturan Menteri ini;

8) Kode rekening belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24

ayat (2) tercantum dalam Lampiran A.VIII.a.1 Peraturan Menteri ini.

9) Dihapus;

10) Kode rekening pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 24 ayat (3) tercantum dalam Lampiran A.IX.a.1 Peraturan

Menteri ini;

11) Dihapus;

12) Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3), ayat (4),

ayat (7), ayat (8) dan ayat (10) merupakan daftar nama rekening dan

kode rekening yang tidak merupakan acuan baku dalam penyusunan

kode rekening yang pemilihannya disesuaikan dengan kebutuhan

objektif dan nyata sesuai karakteristik daerah.

k. Ketentuan Pasal 86 huruf b diubah, sehingga Pasal 86 berbunyi

“Rancangan PPAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (1) disusun

dengan tahapan menentukan skala prioritas pembangunan daerah,

menentukan prioritas program untuk masing-masing urusan yang

disinkronisasikan dengan prioritas dan program nasional yang tercantum

dalam Rencana Kerja Pemerintah setiap tahun, dan menyusun plafon

anggaran sementara untuk masing-masing program/kegiatan”.


46

l. Ketentuan Pasal 87 ayat (2) diubah, sehingga Pasal 87 berbunyi sebagai

berikut :

1) Rancangan KUA dan rancangan PPAS sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 84 ayat (2) disampaikan kepala daerah kepada DPRD paling

lambat pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas

dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya;

2) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh

TAPD bersama Badan Anggaran DPRD;

3) Rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah dibahas

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selanjutnya disepakati menjadi

KUA dan PPAS paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran

berjalan;

4) Format KUA dan PPAS tercantum dalam Lampiran A.X.a dan A.XI.a

Peraturan Menteri ini.

m. Ketentuan Pasal 98 ayat (2) diubah, sehingga Pasal 98 berbunyi sebagai

berikut :

1) Pada SKPKD disusun RKA-SKPD dan RKA-PPKD;

2) RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat

program/kegiatan;

3) RKA PPKD digunakan untuk menampung pendapatan yang berasal

dari dana perimbangan dan pendapatan hibah; belanja bunga, belanja

subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil,


47

belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terduga; dan penerimaan

pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah.

n. Ketentuan Pasal 102 ayat (2) huruf b diubah, sehingga Pasal 102 berbunyi

sebagai berikut :

1) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 ayat (1) dilengkapi dengan

lampiran yang terdiri atas ringkasan penjabaran APBD; dan

penjabaran APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,

program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek, rincian obyek

pendapatan, belanja dan pembiayaan.

2) Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD

memuat penjelasan sebagai berikut :

a) untuk pendapatan mencakup dasar hukum;

b) untuk belanja mencakup lokasi kegiatan dan belanja yang bersifat

khusus dan/atau sudah diarahkan penggunaannya, sumber

pendanaannya dicantumkan dalam kolom penjelasan; dan

c) untuk pembiayaan mencakup dasar hukum dan sumber

penerimaan pembiayaan untuk kelompok penerimaan pembiayaan

dan tujuan pengeluaran pembiayaan untuk kelompok pengeluaran

pembiayaan.
48

3) Format rancangan peraturan kepala daerah beserta lampiran

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran

A.XVI Peraturan Menteri ini.

o. Ketentuan Pasal 106 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diubah, sehingga Pasal

106 berbunyi sebagai berikut :

1) Apabila DPRD sampai batas waktu sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 105 ayat (3c) tidak menetapkan persetujuan bersama dengan

kepala daerah terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD,

kepala daerah melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar

angka APBD tahun anggaran sebelumnya;

2) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan

untuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib;

3) Belanja yang bersifat mengikat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

merupakan belanja yang dibutuhkan secara terus menerus dan harus

dialokasikan oleh pemerintah daerah dengan jumlah yang cukup

untuk keperluan dalam tahun anggaran yang bersangkutan, seperti

belanja pegawai, belanja barang dan jasa;

4) Belanja yang bersifat wajib adalah belanja untuk terjaminnya

kelangsungan pemenuhan pendanaan pelayanan dasar masyarakat

antara lain pendidikan dan kesehatan dan/atau melaksanakan

kewajiban kepada fihak ketiga.


49

p. Ketentuan Pasal 123A ayat (2) diubah, sehingga Pasal 123A berbunyi

sebagai berikut :

1) Pada SKPKD disusun DPA-SKPD dan DPA-PPKD;

2) DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat

program/kegiatan.

3) DPA-PPKD digunakan untuk menampung pendapatan yang berasal

dari dana perimbangan dan pendapatan hibah; belanja bunga, belanja

subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil,

belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terduga; dan penerimaan

pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah.

4) Format DPA PPKD tercantum dalam lampiran B.I.b Peraturan

Menteri ini.

q. Ketentuan Pasal 161 ayat (2) huruf d diubah, sehingga Pasal 161 berbunyi

sebagai berikut :

1) Saldo anggaran lebih tahun sebelumnya merupakan sisa lebih

perhitungan tahun anggaran sebelumnya.

2) Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya

harus digunakan dalam tahun anggaran berjalan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1) huruf c dapat berupa :

a) membayar bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah yang

melampaui anggaran yang tersedia mendahului perubahan APBD

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 ayat (2);


50

b) melunasi seluruh kewajiban bunga dan pokok utang;

c) mendanai kenaikan gaji dan tunjangan PNS akibat adanya

kebijakan pemerintah;

d) mendanai kegiatan lanjutan (DPAL) yang telah ditetapkan dalam

DPA-SKPD tahun sebelumnya, untuk selanjutnya ditampung

dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD tahun anggaran

berikutnya;

e) mendanai program dan kegiatan baru dengan kriteria harus

diselesaikan sampai dengan batas akhir penyelesaian pembayaran

dalam tahun anggaran berjalan; dan

f) mendanai kegiatan-kegiatan yang capaian target kinerjanya

ditingkatkan dari yang telah ditetapkan semula dalam DPA-SKPD

tahun anggaran berjalan yang dapat diselesaikan sampai dengan

batas akhir penyelesaian pembayaran dalam tahun anggaran

berjalan.

3) Penggunaan saldo anggaran tahun sebelumnya untuk pendanaan

pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b,

huruf c, dan huruf f diformulasikan terlebih dahulu dalam DPPA-

SKPD;

4) Penggunaan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya untuk mendanai

pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d

diformulasikan terlebih dahulu dalam DPAL-SKPD;


51

5) Penggunaan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya untuk mendanai

pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e

diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD.

r. Ketentuan Pasal 162 ayat (8) diubah dan diantara ayat (8) dan ayat (9)

disisipkan ayat baru yaitu ayat (8a), ayat (8b), dan ayat (8c), sehingga

Pasal 162 berbunyi sebagai berikut :

1) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1)

huruf d sekurang-kurangnya memenuhi kriteria

a) bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah daerah

dan tidak dapat diprediksikan sebelumnya;

b) tidak diharapkan terjadi secara berulang;

c) berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah; dan

d) memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka

pemulihan yang disebabkan oleh keadaandarurat.

2) Dalam keadaan darurat, pemerintah daerah dapat melakukan

pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya

diusulkan dalam rancangan perubahan APBD;

3) Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat menggunakan belanja tidak

terduga;

4) Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi dapat dilakukan

dengan cara menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian


52

target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran

berjalan; dan/atau memanfaatkan uang kas yang tersedia.

5) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk belanja

untuk keperluan mendesak yang kriterianya ditetapkan dalam

peraturan daerah tentang APBD.

6) Kriteria belanja untuk keperluan mendesak sebagaimana dimaksud

pada ayat (5) mencakup program dan kegiatan pelayanan dasar

masyarakat yang anggarannya belum tersedia dalam tahun anggaran

berjalan; dan keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan

menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi pemerintah daerah dan

masyarakat.

7) Penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan

lainnya dalam tahun anggaran berjalan sebagaimana dimaksud pada

ayat (4) huruf a diformulasikan terlebih dahulu dalam DPPA-SKPD.

8) Pendanaan keadaan darurat untuk kegiatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD,

kecuali untuk kebutuhan tanggap darurat bencana.

8a) Belanja kebutuhan tanggap darurat bencana sebagaimana dimaksud

pada ayat (8) dilakukan dengan pembebanan langsung pada belanja

tidak terduga.

8b) Belanja kebutuhan tanggap darurat bencana sebagaimana dimaksud

pada ayat (8) digunakan hanya untuk pencarian dan penyelamatan

korban bencana, pertolongan darurat, evakuasi korban bencana,


53

kebutuhan air bersih dan sanitasi, pangan, sandang, pelayanan

kesehatan dan penampungan serta tempat hunian sementara.

8c) Tata cara pelaksanaan, penatausahaan, dan pertanggungjawaban

belanja kebutuhan tanggap darurat bencana sebagaimana dimaksud

pada ayat (8b) dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

a) setelah pernyataan tanggap darurat bencana oleh kepala daerah,

kepala SKPD yang melaksanakan fungsi penanggulangan

bencana mengajukan Rencana Kebutuhan Belanja (RKB) tanggap

darurat bencana kepada PPKD selaku BUD;

b) PPKD selaku BUD mencairkan dana tanggap darurat bencana

kepada Kepala SKPD yang melaksanakan fungsi penanggulangan

bencana paling lambat 1 (satu) hari kerja terhitung sejak

diterimanya RKB;

c) pencairan dana tanggap darurat bencana dilakukan dengan

mekanisme TU dan diserahkan kepada bendahara pengeluaran

SKPD yang melaksanakan fungsi penanggulangan bencana;

d) penggunaan dana tanggap darurat bencana dicatat pada Buku Kas

Umum tersendiri oleh Bendahara Pengeluaran pada SKPD yang

melaksanakan fungsi penanggulangan bencana;

e) kepala SKPD yang melaksanakan fungsi penanggulangan

bencana bertanggungjawab secara fisik dan keuangan terhadap

penggunaan dana tanggap darurat bencana yang dikelolanya; dan


54

f) pertanggungjawaban atas penggunaan dana tanggap darurat

bencana disampaikan oleh kepala SKPD yang melaksanakan

fungsi penanggulangan bencana kepada PPKD dengan

melampirkan bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap atau

surat pernyataan tanggungjawab belanja.

9) Dalam hal keadaan darurat terjadi setelah ditetapkannya perubahan

APBD, pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum

tersedia anggarannya, dan pengeluaran tersebut disampaikan dalam

laporan realisasi anggaran.

10) Dasar pengeluaran untuk kegiatan-kegiatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (9) diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD untuk

dijadikan dasar pengesahan DPASKPD oleh PPKD setelah

memperoleh persetujuan sekretaris daerah.

11) Pelaksanaan pengeluaran untuk mendanai kegiatan dalam keadaan

darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (5) terlebih

dahulu diatur dengan peraturan kepala daerah.

s. Ketentuan Pasal 293 ayat (1) diubah, sehingga pasal 293 berbunyi

“Laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam)

bulan berikutnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 292 disampaikan

kepada DPRD dan Menteri Dalam Negeri paling lambat akhir bulan Juli

tahun anggaran berkenaan” dan “Format laporan realisasi semester

pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya


55

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran E.XXI

Peraturan Menteri ini”.

t. Diantara Pasal 296 dan Pasal 297 disisipkan 1 (satu) pasal baru yaitu Pasal

296A, yang berbunyi “Laporan realisasi anggaran sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 296 ayat (3) huruf a, disampaikan oleh kepala daerah kepada

Menteri Dalam Negeri paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran

berakhir”.

u. Ketentuan Pasal 324 ayat (1) diubah, serta ayat (2) dan ayat (3) dihapus,

sehingga Pasal 324 berbunyi sebagai berikut :

1) Kepala daerah dapat menetapkan SKPD atau Unit Kerja pada SKPD

yang tugas dan fungsinya bersifat operasional dalam

menyelenggarakan pelayanan umum dengan menerapkan Pola

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

2) Dihapus.

3) Dihapus.

v. Diantara Bab XV dan Bab XVI disisipkan 1 (satu) Bab yaitu Bab XVA

berbunyi sebagai berikut:

Pada pengelolaan dana bantuan operasional sekolah :

a. Pasal 329B
56

1) Pejabat yang ditunjuk untuk mengelola dana BOS sekolah negeri

yaitu kepala daerah menetapkan kuasa pengguna anggaran atas

usul kepala SKPD Pendidikan selaku Pengguna Anggaran; dan

kepala sekolah ditunjuk sebagai PPTK.

2) Tugas PPTK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,

mengelola dana BOS yang ditransfer oleh bendahara pengeluaran

pembantu pada SKPD Pendidikan.

b. Pasal 329C

1) Dana BOS untuk sekolah negeri dianggarkan dalam bentuk

program dan kegiatan.

2) Dana BOS untuk sekolah swasta dianggarkan pada jenis belanja

hibah.

3) RKA-SKPD untuk program/kegiatan dana BOS sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) disusun oleh SKPD Pendidikan.

4) RKA-PPKD untuk belanja hibah dana BOS sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) disusun oleh PPKD.

5) Kode rekening belanja tidak langsung dan belanja langsung yang

bersumber dari dana BOS, untuk uraian obyek belanja dan rincian

obyek belanja sebagaimana tercantum pada lampiran A.VIII.a.1

Peraturan Menteri ini.

c. Pasal 329D yang berbunyi “Pencairan dana BOS untuk sekolah negeri

dilakukan dengan mekanisme TU” dan “Pencairan dana BOS untuk

sekolah swasta dilakukan dengan mekanisme LS”


57

d. Pasal 329E

1) Penyaluran dana BOS bagi sekolah negeri dilakukan setiap

triwulan oleh bendahara pengeluaran pembantu SKPD Pendidikan

melalui rekening masing-masing sekolah.

2) Penyaluran dana BOS bagi sekolah swasta dilakukan setiap

triwulan oleh BUD melalui rekening masing-masing sekolah.

3) Penyaluran dana BOS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) triwulan berikutnya dapat dilakukan tanpa menunggu

penyampaian laporan penggunaan dana BOS triwulan

sebelumnya.

e. Pasal 329F

1) Penyaluran dana BOS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 329E

ayat (2) didasarkan atas Naskah perjanjian hibah daerah.

2) Naskah perjanjian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan kepala

sekolah swasta.

3) Dalam rangka percepatan penyaluran dana hibah, kepala SKPD

Pendidikan atas nama kepala daerah dapat menandatangani

Naskah perjanjian hibah.

4) Naskah perjanjian hibah sebagaimana dimaksud ayat (1)

dilakukan 1 (satu) kali untuk keperluan 1 (satu) tahun anggaran.

5) Format Naskah perjanjian hibah sebagaimana tercantum dalam

lampiran F.I Peraturan Menteri ini.


58

f. Pasal 329G

1) Kepala sekolah negeri menyampaikan laporan penggunaan dana

BOS triwulan I dan triwulan II paling lambat tanggal 10 Juli

sedangkan untuk triwulan III dan triwulan IV paling lambat

tanggal 20 Desember tahun berkenaan kepada bendahara

pengeluaran pembantu.

2) Laporan penggunaan dana BOS sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilampiri bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap.

3) Laporan penggunaan dana BOS sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran setelah diverifikasi

oleh pejabat penatausahaan keuangan SKPD Pendidikan.

4) Kepala sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

bertanggungjawab atas penggunaan dana BOS yang diterima

setiap triwulan.

g. Pasal 329H berbunyi “Tata cara pertanggungjawaban dana BOS yang

diterima oleh sekolah swasta diatur dalam naskah perjanjian hibah

daerah”.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang

perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pasal 1 menetapkan

bahwa Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar

setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Dalam Negeri ini


59

diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik

Indonesia.

2.3 Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010

tentang Standar Akuntansi Pemerintah, menimbang bahwa untuk

melaksanakan ketentuan Pasal 32 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2003 tentang Keuangan Negara dan Pasal 184 ayat (3) Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010

tentang Standar Akuntansi Pemerintah, menetapkan :

a. Ketentuan umum Pasal 1 dalam peraturan pemerintah ini yang dimaksud

dengan :

1) Pemerintah adalah pemerintah pusat dan pemerintah daerah;

2) Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran,

pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan,

penyajian laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya;


60

3) Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya disingkat SAP,

adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun

dan menyajikan laporan keuangan pemerintah;

4) Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya

disingkat PSAP, adalah SAP yang diberi judul, nomor, dan tanggal

efektif;

5) Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalah konsep dasar

penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan,

dan merupakan acuan bagi Komite Standar Akuntansi Pemerintahan,

penyusun laporan keuangan, pemeriksa, dan pengguna laporan

keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang

belum diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan;

6) Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan, yang

selanjutnya disingkat IPSAP, adalah penjelasan, klarifikasi, dan

uraian lebih lanjut atas PSAP;

7) Buletin Teknis SAP adalah informasi yang berisi penjelasan teknis

akuntansi sebagai pedoman bagi pengguna;

8) SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban,

aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual,

serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam

pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan

dalam APBN/APBD;
61

9) SAP Berbasis Kas Menuju Akrual adalah SAP yang mengakui

pendapatan, belanja, dan pembiayaan berbasis kas, serta mengakui

aset, utang, dan ekuitas dana berbasis akrual;

10) Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya disingkat

KSAP, adalah komite sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang

bertugas menyusun SAP;

11) Sistem Akuntansi Pemerintahan adalah rangkaian sistematik dari

prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk

mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan

pelaporan keuangan di lingkungan organisasi pemerintah.

b. Ketentuan umum Pasal 2 ayat 1 tentang SAP dinyatakan dalam bentuk

PSAP dan pasal 2 ayat 2 tentang SAP dilengkapi dengan Kerangka

Konseptual Akuntansi Pemerintahan.

c. Ketentuan umum Pasal 3, yaitu :

1) PSAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dapat dilengkapi

dengan IPSAP dan/atau Buletin Teknis SAP;

2) IPSAP dan Buletin Teknis SAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disusun dan diterbitkan oleh KSAP dan diberitahukan kepada

Pemerintah dan Badan Pemeriksa Keuangan;


62

3) Rancangan IPSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada

Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja

sebelum IPSAP diterbitkan.

d. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Pasal 4 :

1) Pemerintah menerapkan SAP Berbasis Akrual;

2) SAP Berbasis Akrual sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dinyatakan dalam bentuk PSAP;

3) SAP Berbasis Akrual sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan;

4) PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan Kerangka

Konseptual Akuntansi Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang tidak

terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

e. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Pasal 5 :

1) Dalam hal diperlukan perubahan terhadap PSAP sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), perubahan tersebut diatur dengan

Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari

Badan Pemeriksa Keuangan;

2) Rancangan perubahan PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disusun oleh KSAP sesuai dengan mekanisme yang berlaku dalam

penyusunan SAP;

3) Rancangan perubahan PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

disampaikan oleh KSAP kepada Menteri Keuangan;


63

4) Menteri Keuangan menyampaikan usulan rancangan perubahan

PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Badan Pemeriksa

Keuangan untuk mendapat pertimbangan.

f. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Pasal 6 :

1) Pemerintah menyusun Sistem Akuntansi Pemerintahan yang

mengacu pada SAP;

2) Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat diatur dengan

Peraturan Menteri Keuangan yang mengacu pada pedoman umum

Sistem Akuntansi Pemerintahan;

3) Sistem Akuntansi Pemerintahan pada pemerintah daerah diatur

dengan peraturan gubernur/bupati/walikota yang mengacu pada

pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan;

4) Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri

Keuangan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri.

g. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Pasal 7 :

1) Penerapan SAP Berbasis Akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal

4 ayat (1) dapat dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP

Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis

Akrual;

2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual

secara bertahap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada

pemerintah pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan;


64

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual

secara bertahap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada

pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri.

h. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Pasal 8 :

1) SAP Berbasis Kas Menuju Akrual sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 dinyatakan dalam bentuk PSAP;

2) SAP Berbasis Kas Menuju Akrual sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi

Pemerintahan;

3) PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Kerangka

Konseptual Akuntansi Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang tidak

terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

i. Ketentuan penutup Pasal 9 pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai

berlaku Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4503) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku dan Peraturan

perundang-undangan yang mengatur mengenai penyelenggaraan

akuntansi pemerintahan sepanjang belum diubah dan tidak bertentangan

dengan Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku.

j. Ketentuan penutup Pasal 10, Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku

pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,


65

memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

2.4 Pengelolaan Keuangan Daerah

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah merupakan bagian dari

pengelolaan keuangan daerah secara keseluruhan. UU Nomor 32 tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,

memberikan kewenangan yang cukup besar bagi pemerintah daerah untuk

mengelola sumber daya yang dimilikinya.

UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan,

menyatakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah merupakan satu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam upaya penyelenggaraan

pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Dari kedua Undang-Undang

tersebut mempunyai tujuan bukan hanya keinginan untuk melimpahkan

kewenangan pembiayaan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah,

tetapi yang lebih penting adalah peningkatan efisiensi dan efektikitas

pengelolaan sumber daya keuangan dalam rangka peningkatan kesejahteraan

dan pelayanan kepada masyarakat.

Dalam PP Nomor 58 tahun 2005[12] dijelaskan bahwa yang dimaksud

dengan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan pelaporan,

pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Keuangan Daerah


66

dikelola secara tertib, taat pada peraturan peruandang-undangan, efisien,

ekonomis, efektif transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan

azas keadilan, kepatuhan, dan manfaat untuk masyarakat.Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah mengatakan bahwa pengelolaan keuangan daerah adalah

keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan

daerah. Sistem akuntansi pemerintah daerah merupakan bagian dari

pengelolaan keuangan daerah secara keseluruhan. Dalam hal ini keuangan

daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang

termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak

dan kewajiban daerah tersebut.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan pengertian

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban,

dan pengawasan keuangan daerah.

2.5 Catatan atas Laporan Keuangan

Menurut PSAK, catatan atas laporan keuangan adalah bagian yang

tidak terpisahkan dari laporan keuangan dan harus diungkapkan dalam

pendapat auditor kecuali secara khusus tidak dimasukkan.


67

Menurut Halim dan Kusufi (2014)[10] Catatan atas Laporan Keuangan

meliputi penjelasan atau daftar terperinci/analisis atas nilai suatu pos yang

disajikan dalam LRA, Laporan Perubahan SAL, Neraca, Laporan

Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas, namun

sebenarnya Catatan atas Laporan Keuangan tidak bisa dikatakan sebagai

laporan keuangan. Sekalipun pentig, kehadirannya hanya sebagai penjelasan

atas keenam laporan keuangan tersebut.

Catatan atas Laporan Keuangan dapat disajikan dengan susunan

sebagai berikut :

a) Informasi umum tentang entitas pelaporan dan entitas akuntansi

b) Informasi tentang kebijakan fiskal atau keuangan, dan ekonomi makro

c) Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut

kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target

d) Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar

muka laporan keuangan

e) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-

kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi

dan kejadian- kejadian penting lainnya

f) Informasi yang diharuskan oleh PSAP yang belum disajikan dalam

lembar muka laporan keuangan

g) Informasi lain yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak

disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.


68

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan pengertian

Catatan atas Laporan Keuangan adalah catatan tambahan dan informasi yang

ditambahkan ke akhir laporan keuangan untuk memberikan tambahan

informasi kepada pembaca dengan informasi lebih lanjut.

2.6 Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran adalah laporan yang menyajikan

informasirealisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, pembiayaan,

dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran, yang masing-masing

diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.

Menurut Halim dan Kusufi (2014)[10], Laporan Realisasi Anggaran

adalah laporan yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan penggunaan

sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat atau daerah dalam

satu periode pelaporan LRA mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah

pusat atau daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD. Unsur

yang dicakup secara langsung oleh LRA terdiri atas :

a) Pendapatan-LRA;

b) Belanja;

c) Transfer;

d) Surplus/defisit-LRA;

e) Pembiayaan;

f) Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.


69

2.7 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran

normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat

memenuhi tujuannya. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2010), laporan

keuangan yang berguna bagi pemakai informasi bahwa harus terdapat empat

karakteristik kualitatif pokok yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dan

dapat diperbandingkan. Masing-masing karakteristik tersebut dapat diuraikan

berikut ini.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintah, Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah

ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi

sehingga dapat memenuhi tujuannya. Agar dapat memenuhi kualitas yang

dikehendaki dan dapat memenuhi kebutuhan penggunanya, laporan keuangan

perlu memenuhi empat karakteristik berikut :

a) Andal (Reliability)

Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan,

kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian

yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya

disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Agar dapat

diandalkan maka informasi harus memenuhi hal sebagai berikut :

1. Penyajian jujur

Menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya

yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan


70

untuk disajikan. Penggambaran tersebut harus memenuhi kriteria

pengakuan, walaupun terkadang mengalami kesulitan yang melekat

untuk mengidentifikasi transaksi baik disebabkan oleh kesulitan

yang melekat pada transaksi atau oleh penerapan ukuran dan teknik

penyajian yang sesuai dengan makna transaksi atau peristiwa

tersebut.

2. Substansi mengungguli bentuk

Dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi

yang sesuai dengan prinsip dan bukan hanya bentuk hukumnya

3. Netral

Harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai dan bukan pihak

tertentu saja.

4. Didasarkan atas pertimbangan yang sehat

Adakalanya di dalam menyusun sebuah laporan keuangan akan

menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Oleh

karena itu, perlu pertimbangan yang mengandung unsure kehati-

hatian pada saat melakukan perkiraan atas ketidakpastian tersebut.

5. Materialitas

Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk

mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut

dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil

atas dasar laporan keungan. Materialitas tergantung pada besarnya

pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari
71

kelalaian dalam mencantunkan (omission) atau kesalahan dalam

mencatat (misstament). Oleh karenanya, materialitas lebih

merupakan suatu ambang batas atua titik pemisah dari pada suatu

karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi

dipandang berguna.

b) Dapat dipahami (Understandabillity)

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami

oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang

disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Sehubungan

dengan hal ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang

memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta

adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

c) Relevan (Relevance)

Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang

termuat didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan

membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu maupun masa kini,

memprediksi masa depan, dan menegaskan atau mengoreksi hasil

evaluasi di masa lalu. Informasi laporan keuangan yang relevan dapat

dihubungkan dengan maksud penggunaannya.


72

Informasi yang relevan :

1. Memiliki manfaat prediktif (predictive value), informasi ini dapat

membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang

berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

2. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), informasi ini

memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi

ekspektasi di masa lalu.

3. Lengkap, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat

mempengaruhi pengambilan keputusan dengan memperhatikan

kendala yang ada, maka informasi akuntansi keuangan pemerintah

disajikan selengkap mungkin. Informasi yang melatarbelakangi

setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan

diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan

informasi dapat dicegah.

d) Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan

perusahaan antara periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi

dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan

laporan keuangan antara perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan

secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak

keuangan, transaksi, dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan


73

secara konsisten untuk perushaan bersangkutan, antar periode perusahaan

yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam

melakukan penelitian sehingga dapat memperbanyak teori yang digunakan

dalam mengkaji penelitian yang dilakukan di Dinas Pemuda Olahraga dan

Pariwisata (DINPORAPAR) Kota Tegal dan bagian dari ide pokok yang

menjadikan dasar penelitian mengambil judul analisis pengelolaan pencatatan

dan pelaporan keuangan pada Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata

(DINPORAPAR) Kota Tegal. Berikut ini merupakan penelitian terdahulu

berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis dan

akan disimpulkan pada tabel 2.6 dibawah ini :

Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu

NO Nama Variabel Metode Penelitian Hasil

1 Fitrini Mansur, dkk - Pelaporan 1. kuesioner Dinas Perhubungan

(2017) ”Analisis Keuangan 2. regersi linear Kota Manado,belum

Faktor- Faktor yang - Nilai Informasi berganda sepenuhnya

Mempengaruhi Pelaporan melaksanakan

Nilai Informasi Keuangan pengelolaan keuangan

Pelaporan Pemerintah sesuai dengan PP.

Keuangan Daerah No.24

Pemerintah Daerah” Tahun 2005 dan


74

Permendagri No. 13

Tahun 2006 yaitu

mengenai Standar

Akuntansi

Pemerintahan, karena

tidak disajikannya

Laporan Pencatatan

Keuangan dan arus kas.

2 Jemy Billy Massie - Pencatatan - Wawancara 1. Telah melakukan

(2016) “ANALISIS belanja langsung - Observasi perncatatan

PENCATATAN - Pencatatan - Riset Pustaka akuntansi keuangan

DAN belanja langsung 2. Laporan Keuangan

PELAPORAN yang dihasilkan

BELANJA pada akhir tahun

LANGSUNG DAN telah

BEBAN PADA diklasifikasikan

DINAS TENAGA secara tepat sesuai

KERJA DAN dengan Peraturan

TRANSMIGRAS I Pemerintah No.71

KOTA Tahun 2010 dan

BITUNG” Peraturan Menteri

Dalam Negeri

No.64 Tahun 2013


75

3 Afrizal , dkk (2016) Efektivitas Kuesioner Dengan penerapan

” ANALISIS pelaporan keuangan kerangka peraturan

EFEKTIVITAS perundangan

PENGELOLAAN pengelolaan keuangan,

KEUANGAN perencanaan dan

SATUAN KERJA penganggaran,

PERANGKAT pengelolaan kas,

DAERAH DI pengadaan barang dan

LINGKUNGAN jasa, akuntansi dan

PEMERINTAH pelaporan, audit

KOTA SABANG” internal, pengelolaan

aset, serta audit

eksternal secara baik

dan memadai dapat

Meningkatkan

efektivitas pengelolaan

keuangan pada masing-

masing SKPD di

lingkungan Pemda

Sabang.

4 Anggi Kartika - pencatatan - Mengumpulkan Laporan keuangan

Kumaat, dkk (2015) keuangan informasi mengenai yang dihasilkan pada

“Analisis - pelaporan gambaran umum tahun 2010 sampai


76

Pencatatan dan keuangan perusahaan dan data dengan 2014 oleh

Pelaporan - Menganalisis Dinas Kelautan dan

Keuangan pada pencatatan dan Perikanan Provinsi

Satuan Kerja pelaporan Sulawesi Utara,

Perangkat Daerah keuangan. terdiri dari: Laporan

(SKPD) pada Dinas RealisasiAnggaran,

Kelautan dan Neraca, Laporan

Perikanan Provinsi Keuangan,Catatan

Sulawesi Utara” Atas Laporan

Keuangan.

5 Cheny - pencatatan - Observasi Badan Pelaksana

Walangitan belanja - Wawancara Penyuluhan dan

(2015) langsung Ketahanan Pangan Kota

”ANALISIS - pelaporan Manado telah

PENCATATAN belanja melakukan pencatatan

DAN langsung akuntansi belanja sesuai

PELAPORAN dengan Peraturan

BELANJA Pemerintah Nomor 71

LANGSUNG Tahun 2010 tentang

PADA BADAN Standar Akuntansi

PELAKASANA Pemerintahan.

PENYULUHAN

DAN
77

KETAHANAN

PANGAN KOTA

MANADO”

6 FriskaLangelo - Standar Akuntansi - wawancara 1. Pelaporan

(2015) Pemerintah - observasi Keuangan di

”ANALISIS berbasis akrual - studi dokumen Pemerintah Kota

PENERAPAN - Laporan Bitung

STANDAR Keuangan 2. Analisis Penerapan

AKUNTANSI Standar Akuntansi

PEMERINTAHA Pemerintahan

N BERBASIS Berbasis Akrual

AKRUAL Dalam Penyajian

DALAM Laporan Keuangan

PENYAJIAN Pada Pemerintah

LAPORAN Kota Bitung

KEUANGAN

PADA

PEMERINTAH

KOTA BITUNG”

7 LilyaAndriani Pencatatan - Survey 1. Sistem Pencatatan

(2014) Keuangan berbasis pendahuluan Keua ngan Peggy

”ANALISIS SAK ETAP - Wawancara Salon

PENERAPAN - Observasi 2. Faktor-faktor yang


78

PENCATATAN - Studi menyebabkan tidak

KEUANGAN dokumen terlaksananya

BERBASIS SAK Pencatatan

ETAP PADA Keuangan

USAHA MIKRO 3. Berbasis SAK

KECIL ETAP

MENENGAH

(UMKM)

(SEBUAH

STUDI

INTREPETATIF

PADA PEGGY

SALON)”

8 Anastasia Patrisia - Pencatatan 1. Analisis belanja


- Wawancara
Thilda Tampanatu belanja langsung daerah
- Studi dokumentasi
(2013) - Pelaporan 2. Penata usahaan

”ANALISIS belanja langsung setelah

PENCATATAN pencairan dana

DAN 3. Laporan Belanja

PELAPORAN

BELANJA

LANGSUNG

PADA SKPD DI
79

KOTA BITUNG”

9 Veronica Rantung - Pencatatan Teknik pengumpulan - Penyediaan

(2013) keuangan data, yaitu Studi informasi dalam

“ANALISIS - Pelaporan Lapangan dan laporan keuangan

PENCATATAN keuangan Wawancara langsung yang dibuat telah

DAN sesuai dengan

PELAPORAN peraturan

KEUANGAN pemerintah No. 24

PADA SATUAN tahun 2005

KERJA

PERANGKAT - Dinas perhubungan

DAERAH (SKPD) tidak menyediakan

DI DINAS laporan arus kas dan

PERHUBUNGA N catatan atas laporan

KOTA MANADO” keuangan

- Dari segi

pendapatan, dinas

perhubungan telah

sesuai dengan

peraturan

pemerintah

- Dari segi
80

belanja,dinas

perhubungan telah

sesuai dengan

peraturan

pemerintah

10 Mahyulidawaty - Pencatatan Metode deskriptif Pencatatan kas dan

(2011) ”Analisis - Pelaporan Kas pelaporan kas secara

Pencatatan dan umum telah

Pelaporan Kas Pada mengikuti ketentuan

Dinas Pendidikan yang terdapat dalam

Pemudadan Peraturan Direktorat

Olahraga Jenderal

Kabupaten Rokan Perbendaharaan

Hulu ” Nomor Per-

47/PB/2009.

Sumber : dari berbagai jurnal


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat pada Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata

Kota Tegal yang beralamat di Jalan Melati No. 30A Kejambon, Tegal Timur,

Kota Tegal, Jawa Tengah.

3.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, terhitung dari tanggal 21 Januari

sampai dengan 21 Mei 2019.

3.3 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Data Kualitatif

Data kualitatif menurut Suliyanto (2005:134)[13] yaitu data dalam

bentuk kata-kata atau bukan bentuk angka. Data ini biasanya

menjelaskan karakteristik atau sifat.

81
82

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif menurut Suliyanto (2005:135)[13] yaitu data yang

dinyatakan daam bentuk angka dan merupakan hasil dari perhitungan dan

pengukuran.

3.4 Sumber Data


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Data Primer menurut Suliyanto (2005:131)[13] adalah data yang

dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama. Data ini

seperti observasi dan wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder menurut Suliyanto (2005:132)[13] adalah data yang

diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya.

Dalam hal ini data sekunder yang diperoleh seperti laporan realisasi

anggaran (LRA), laporan operasional (LO), neraca, laporan perubahan

ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data atau keterangan yang diperlukan dalam

penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan penulis ialah sebagai

berikut :
83

1. Observasi

Observasi menurut Sugiyono (2014:145)[14] yaitu teknik pengumpulan

data yang berkaitan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala

alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi

dalam penelitian ini dilakukan secara langsung pada instansi dengan

mengumpulkan data yang berkaitan dengan penyusunan tugas akhir ini.

2. Wawancara

Wawancara menurut Suliyanto (2005:137)[13] yaitu teknik pengambilan

data dimana peneliti langsung berdialog dengan responden untuk

menggali informasi dari responden. Dalam penelitian ini peneliti

melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak yang terkait dalam

penyusunan penelitian tugas akhir ini.

3. Studi Pustaka

Studi Pustaka menurut Sugiyono (2014:291)[14] merupakan kajian teoritis

dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, budaya dan norma yang

berkembang pada situasi sosial yang diteliti.Studi kepustakaan sangat

penting dalam melakukan penelitian, hal ini yang dapat menunjang

dalam penyusunan Tugas Akhir.

3.6 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Menurut Sugiyono(2014)[14], metode penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk


84

meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) dimana peneliti adalah instrumen kunci, pengambilan sampel

sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan

dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif,

dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Pada penelitian ini menggunakan 2 (dua) teknik pengumpulan data

yaitu wawancara dan studi pustaka. Alat analisis yang digunakan dalam studi

pustaka yaitu berupa membandingkan Pemendagri No. 21 Tahun 2011 dan

PP No. 71 Tahun 2010 dengan observasi di Dinas Pemuda Olahraga dan

Pariwisata (DINPORAPAR) Kota Tegal.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Tegal

4.1.1 Letak Geografis

Kota Tegal secara wilayah administratif berbatasan langsung

dengan Kabupaten Brebes dan Kabupaten Tegal. Secara geografis

Kota Tegal terletak pada posisi 109°08’ - 109°10’ Bujur Timur dan

06°50’ - 06°53’ Lintang Selatan dengan luas wilaayh yang relatif

sempit bila dibandingkan dengan wilayah sekitar yakni sebesar 39,68

Km’ atau 0,11% dari luas Provinsi Jawa Tengah.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar 4.1.1 Peta Kota

Tegal dibawah ini :

Gambar 4.1.1 Peta Kota Tegal

Sumber : DINPORAPAR Kota Tegal

85
86

4.1.2 Pemerintah

Kota Tegal terdiri dari 4 kecamatan, yakni Tegal Timur,

Tegal Barat, Tegal Selatan, dan Margadana. Balai Kota Tegal semula

menepati gedung yang kini digunakan untuk gedung DPRD Kota

Tegal. Namun sejak tahun 1985, pusat pemerintahan dipindahkan ke

bekas pendopo Kota Tegal, yakni dikawasan alun-alun Kota Tegal.

4.1.3 Perekonomian

Perdagangan jasa merupakan sektor utama perekonomian

Kota Tegal. Kota ini menjadi menjadi tempat pengolahan akhir dan

pemasaran berbagai produk dari kawasan Jawa Tengah bagian barat.

Usaha kecil dan menengah yang cukup pesat kemajuannya adalah

industri logam rumahan di kawasan jalan Cempaka, dan kerajinan

batik tegalan di Kelurahan Kalinyamat. Untuk mendukung denyut

perekonomian, Pemerintah Kota Tegal telah membangun Pusat

Promosi dan Informasi Bisnis (PPIB). Iklim informasi yang cukup

sejuk mengundang banyak investor luar dari menanamkan modalnya

di kota ini. Maka tidak mengherankan, dalam kurun waktu 5 tahun

sejak tahun 2001, telah berdiri beberapa pusat perbelanjaan antara lain

Pasific Mall, Rita Mall, Toserba Yogya, dan Transmart.


87

4.1.4 Pariwisata

Berada 4 meter diatas permukaan laut, kota pesisir pantai

utara bagian barat di provinsi Jawa Tengah dikelilingi oleh kota satelit

yaitu Kota Brebes disebelah barat, Kota Pemalang disebelah timur,

dan Kota Slawi disebelah selatan. Keadaan tersebut menjadikan Tegal

sebagai kota utama dan berkembang pesat terutama dibidang

perniagaan. Dengan luas kurang dari 40 kilometer, kota ini memiliki

potensi investasi yang beraneka ragam, termasuk layanan perkotaan

metropolis seperti tempat rekreasi, hiburan umum, kuliner, dan

akomodasi. Tempat-tempat tersebut sangat mendukung dalam dunia

pariwisata.

Sekitar 10 menit ke arah utara pusat kota, terdapat pesona

daya tarik wisata bahari yaitu Pantai Alam Indah yang memiliki

keindahan panorama alam laut yang dihiasi sauna khas daerah pesisir

yang memanjakan untuk siapa pun yang berkunjung ke tempat

tersebut. Terdapat replica kapal perang yang diatasnya dilengkapi

kendaraan dan peralatan tempur TNI Angkatan Laut yang diberi nama

Monumen Bahari. Tempat tersebut dibangun dengan maksud sebagai

wahana yang mengandung unsur pengetahuan kemaritiman mengingat

Kota Tegal merupakan cikal bakal lahirnya TNI AL (Marinir).


88

4.2. Gambaran Umum Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal

4.2.1. Sejarah Singkat Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata

(DINPOPAR) Kota Tegal

Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal

dulunya bernama Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan

Pariwisata Kota Tegal. Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan

Pariwisata Kota Tegal beralamat di Jalan Melati No 30 A Kota Tegal,

Telp ( 0283 ) 321253. Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan

Pariwisata Kota Tegal merupakan satu dinas daerah di Pemerintahan

Kota Tegal yang menangani bidang Pemuda, Olahraga, Kebudayaan

dan Pariwisata di Kota Tegal.

Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kota

Tegal berdiri pada tahun 2009. tugas pokok fungsi, dan tata kerja

dinas daerah dijelaskan bahwa Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan,

dan Pariwisata Kota Tegal dikepalai oleh seorang Kepala Dinas yang

dibantu satu orang Sekretaris dan tiga orang Kepala Bidang yaitu

Kepala Bidang Kepemudaan dan Keolahragaan, Bidang Kebudayaan

dan Bidang Kepariwisataan dengan tiga orang Kepala Sub Bagian dan

delapan orang Kepala Seksi.

Dalam rangka berakhirnya masa tugas Ir. M. Wahyudi,

selaku Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata

kota Tegal selama periode tahun 2009-2013. Untuk memberikan

gambaran dan penuntun dalam menghadapi tantangan yang semakin


89

berat dalam memimpin Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Tegal, maka disusunlah Buku Memori Dinas Pemuda

Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tegal Tahun 2009-2013.

Pada tahun 2017, Bidang Kebudayaan disatukan dengan Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal. Jadi, Dinas Pemuda,

Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kota Tegal berganti nama

menjadi Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal.

4.2.2. Visi dan Misi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal

Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal

merumuskan Rencana Strategis (Renstra) dengan visi, misi, tujuan dan

sasaran yang akan dicapai, sehingga selama 5 tahun yang akan datang

hasil pembangunan tersebut sesuai dengan visi, misi, tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan.

Penetapan visi Dinas Kepemudaan dan Olahraga dan

Pariwisata Kota Tegal tahun 2014–2019 merupakan penyempurnaan

dari visi sebelumnya sekaligus mengharmonisasikan dengan visi yang

akan datang.

Dengan ditetapkan visi, misi tujuan dan sasaran diharapkan

akan diperoleh arah dan fokus strategi yang lebih jelas, langkah-

langkah dalam menyelesaikan permasalahan pembangunan, target

beserta indikator dapat diukur hasilnya, serta dapat mengintregasikan


90

program kegiatan yang diperlukan oleh organisasi serta menjadi

ekselerator kegiatan secara komprehensif.

A. VISI

Visi Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwissata Kota Tegal

Periode 2014-2019 adalah :

“Mewujudkan masyrakat Kota Tegal yang berbudaya, berkreatif

dan berprestasi”.

B. MISI

Untuk mencapai visi tersebut maka dibutuhkan misi Dinas

Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal sebagai

berikut :

a. Meningkatkan pembinaan kepemudaan dan Olahraga;

b. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana kegiatan

kepemudaan dan Olahraga;

c. Penggalian, Pelestarian, Pengembangan, dan Pemberdayaan

Kebudayaan yang berkepribadian sebagai jati diri;

d. Meningkatkan dan mengembangkan destinasi pariwisata

unggulan melalui kreatifitas dan pemberdayaan pelaku

usaha dan jasa pariwisata.


91

4.2.3. Struktur Organisasi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata

Kota Tegal

Gambar 4.2.3 Struktur Orgamisasi DINPORAPAR Kota Tegal

Sumber : DINPORAPAR Kota Tegal


92

4.2.4. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata

Kota Tegal

Tugas pokok, uraian dan tata kerja disetiap jabatan di Dinas Pemuda

dan Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal adalah sebagi berikut :

1. Kepala Dinas

a. Mempunyai tugas pokok Membantu Walikota dalam

melaksanakan urusan pemerintahan daerah dibidang

kepemudaan, keolahragaan, kebudayaan dan kepariwisataan

berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan.

b. Mempunyai fungsi:

1) Perumusan kebijakan teknis bidang kepemudaan,

keolahragaan, kebudayaan dan kepariwisataan;

2) Perencanaan program kerja bidang kepemudaan,

keolahragaan, kebudayaan dan kepariwisataan;

3) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan

umum bidang kepemudaan, keolahragaan,

kebudayaan dan kepariwisataan ;

4) Pembinaan dan fasilitasi bidang kepemudaan,

keolahragaan, kebudayaan dan kepariwisataan lingkup

kota dan kecamatan;

5) Pelaksanaan tugas di bidang kepemudaan,

keolahragaan, kebudayaan dan kepariwisataan;


93

6) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang

kepemudaan, keolahragaan, kebudayaan dan

kepariwisataan;

7) Pelaksanaan kesekretariatan dinas;

8) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota

sesuai dengan tugas dan fungsi.

2. Sekretariat

a. Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan

kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian,

penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan

administrasi dan pelaksanaan di bidang program, keuangan,

umum dankepegawaian.

b. Mempunyai fungsi:

1) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan, pengkoordinasian, penyelenggaraan tugas

secara terpadu, pelayanan administrasi, dan

pelaksanaan di bidang program;

2) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas

secara terpadu, pelayanan administrasi dan pelaksanaan

di bidang keuangan;

3) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis;


94

4) pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas

secara terpadu, pelayanan administrasi dan pelaksanaan

dibidang umum dan kepegawaian;

5) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala

Dinas.

3. Sub bagian Program

a. Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian,

penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan

administrasi dan pelaksanaan di bidang program, meliputi

: koordinasi perencanaan, pemantauan, evaluasi dan

pelaporan serta pengelolaan sistem informasi di

lingkungan Dinas.

b. Mempunyai fungsi:

1) Penyusunan dan penyiapan konsep pelaksanaan tugas

di bidang Program;

2) Pengumpulan dan pengolahan data di bidang

Program;

3) Penyajian data di bidang Program;

4) Pelayanan teknis di bidang Program;

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris

sesuai tugas pokok dan fungsi.


95

4. Sub bagian Keuangan

a) Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian,

penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan

administrasi dan pelaksanaan di bidang keuangan, meliputi :

pengelolaan keuangan, verifikasi, pembukuan dan akuntansi

di lingkungan Dinas.

b) Mempunyai fungsi:

1) Penyusunan dan penyiapan konsep pelaksanaan tugas

di bidang Keuangan;

2) Pengumpulan dan pengolahan data di bidang

Keuangan;

3) Penyajian data di bidang Keuangan;

4) Pelayanan teknis di bidang Keuangan;

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan

oleh Sekretaris sesuai tugas pokok danfungsi


96

5. Sub bagian Umum dan Kepegawaian

a. Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

pengkoordinasian, penyelenggaraan tugas secara terpadu,

pelayanan administrasi dan pelaksanaan di bidang umum

dan kepegawaian, meliputi : pengelolaan administrasi

kepegawaian, hukum, humas, organisasi dan tatalaksana,

ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan di

lingkungan Dinas.

b. Mempunyai fungsi:

1) Penyusunan dan penyiapan konsep pelaksanaan

tugas di bidang Umum dan Kepegawaian;

2) Pengumpulan dan pengolahan data di

bidang Umum dan Kepegawaian;

3) Penyajian data di bidang Umum dan Kepegawaian;

4) Pelayanan teknis di bidang Umum dan

Kepegawaian;

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan

oleh Sekretaris sesuai tugas pokok dan fungsi.

6. Bidang Kepemudaan dan Keolahragaan

a. Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan kebijakan teknis, pembinaan,


97

pengkoordinasian dan pelaksanaan di bidang

pemberdayaan dan pengembangan pemuda, perlindungan

pemuda, pemberdayaan lembaga kepemudaan serta

pemberdayaan dan pengembangan olahraga,

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, industri

dan lembaga keolahragaan.

b. Mempunyai fungsi:

1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan dan pelaksanaan di bidang

pemberdayaan dan pengembangan pemuda dan

olahraga;

2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan dan pelaksanaan di bidang perlindungan

pemuda, pemberdayaan lembaga kepemudaan serta

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

industri dan lembaga keolahragaan;

3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala

Dinas sesuai tugas pokok dan fungsi.

7. Seksi Pemberdayaan dan Pengembangan Pemuda

a. Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan tugas di

bidang pemberdayaan dan pengembangan pemuda,


98

meliputi : pengembangan keserasian kebijakan dan

pemberdayaan, pengembangan IPTEK, keimanan dan

ketakwaan (IMTAQ), peningkatan profesionalisme,

kepemimpinan dan kepeloporan, aktivitas kepemudaan

yang berskala kota, fasilitasi dan dukungan aktivitas

kepemudaan lintas kota, pembangunan pusat

pemberdayaan pemuda, pendidikan dan pelatihan

kepemudaan tingkat kota, pembinaan terhadap kegiatan

kepemudaan, pembinaan pemberian bimbingan, supervisi

dan konsultasi urusan pemerintahan di bidang

kepemudaan, pembinaan pendidikan dan pelatihan di

bidang kepemudaan serta pengembangan manajemen,

wawasan dan kreativitas di bidang kepemudaan.

b. Mempunyai fungsi :

1) Penyusunan dan penyiapan konsep pelaksanaan

tugas di bidang pemberdayaan dan pengembangan

pemuda;

2) Pengumpulan dan pengolahan data di bidang

pemberdayaan dan pengembangan pemuda ;

3) Penyajian dan pengolahan data di

bidang pemberdayaan dan pengembangan pemuda ;

4) Pelayanan teknis di bidang pemberdayaan dan

pengembangan pemuda ;
99

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh

Kepala Bidang Kepemudaan dan Keolahragaan

sesuai tugas pokok dan fungsi.

8. Seksi Pemberdayaan Olahraga Prestasi

a. Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan tugas di

bidang pemberdayaan olahraga prestasi, meliputi :

pengembangan dan peningkatan sarana prasarana terhadap

penyelenggaraan olahraga yang berprestasi termasuk

olahraga unggulan.

b. Mempunyai fungsi :

1) Penyusunan dan penyiapan konsep pelaksanaan

tugas di bidang pemberdayaan olahraga prestasi ;

2) Pengumpulan dan pengolahan data di bidang

pemberdayaan olahraga prestasi ;

3) Penyajian dan pengolahan data di bidang

pemberdayaan olahraga prestasi ;

4) Pelayanan teknis di bidang pemberdayaan

olahraga prestasi ;

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala

Bidang Kepemudaan dan Keolahragaan sesuai tugas

pokok dan fungsi.


100

9. Seksi Pemberdayaan Olahraga Pendidikan dan Masyarakat

a. Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan tugas di

bidang pemberdayaan olahraga pendidikan dan

masyarakat, meliputi : penetapan kebijakan, pelaksanaan

kebijakan, koordinasi, pembinaan dan pengawasan

keolahragaan di masyarakat dan pendidikan.

b. Mempunyai fungsi :

1) Penyusunan dan penyiapan konsep pelaksanaan

tugas di bidang pemberdayaan olahraga pendidikan

dan masyarakat ;

2) Pengumpulan dan pengolahan data di bidang

pemberdayaan olahraga pendidikan dan masyarakat ;

3) Penyajian dan pengolahan data di bidang

pemberdayaan olahraga pendidikan dan masyarakat ;

4) Pelayanan teknis di bidang pemberdayaan olahraga

pendidikan dan masyarakat ;

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala

Bidang Kepemudaan dan Keolahragaan sesuai tugas

pokok dan fungsi.


101

10. Bidang Kepariwisataan

a. Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang

pengembangan produk pariwisata, usaha pariwisata dan

pengembangan sumber daya manusia.

b. Mempunyai fungsi :

1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan dan pelaksanaan di bidang

pengembangan produk dan usaha pariwisata;

2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan dan pelaksanaan di bidang promosi

wisata;

3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala

Dinas sesuai tugas pokok dan fungsi.

11. Seksi Pengembangan Produk dan Usaha Pariwisata

a. Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan tugas di

bidang pengembangan produk dan usaha pariwisata,

meliputi pelaksanaan kebijakan nasional, provinsi dan

penetapan kebijakan daerah tentang pengembangan

produk dan usaha pariwisata, pemberian ijin usaha

pariwisata, pelaksanaan kerjasama internasional


102

pengembangan destinasi pariwisata, pelaksanaan

kerjasama pengembangan destinasi pariwisata, monitoring

dan evaluasi pengembangan pariwisata.

b. Mempunyai fungsi :

1) Penyusunan dan penyiapan konsep pelaksanaan

tugas di bidang pengembangan produk dan usaha

pariwisata;

2) Pengumpulan dan pengolahan data di bidang

pengembangan produk dan usaha pariwisata;

3) Penyajian dan pengolahan data di bidang

pengembangan produk dan usaha pariwisata;

4) Pelayanan teknis di bidang pengembangan produk

dan usaha pariwisata;

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh

Kepala Bidang Kepariwisataan sesuai tugas pokok

dan fungsi.

12. Seksi Promosi Wisata

a. Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan

kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan tugas di

bidang promosi wisata, meliputi penyelenggaraan widya

wisata, penetapan dan pedoman partisipasi dan

penyelenggaraan pameran/event, road show pariwisata,


103

pengadaan sarana pemasaran, pembentukan perwakilan

kantor promosi pariwisata di dalam negeri, penyediaan

informasi pariwisata ke pusat pelayanan informasi

pariwisata dan pembentukan pelayanan informasi

pariwisata, pengembangan sistem informasi pemasaran

pariwisata, penerapan branding pariwisata dn penetapan

tagline pariwisata.

b. Mempunyai fungsi :

1) Penyusunan dan penyiapan konsep pelaksanaan

tugas di bidang promosi wisata;

2) Pengumpulan dan pengolahan data di bidang

promosi wisata;

3) Penyajian dan pengolahan data di bidang promosi

wisata;

4) Pelayanan teknis di bidang promosi wisata;

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala

Bidang Kepariwisataan sesuai tugas pokok dan

fungsi.

4.2.5. Kondisi Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal

Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (DINPORAPAR)

Kota Tegal menerapkan 5 (lima) hari kerja yaitu hari Senis sampai

dengan hari Jumat, sedangkan hari Sabtu dan Minggu libur. Jumlah
104

jam kerja adalah 8 (delapan) jam per hari. Dinas Pemuda Olahraga

dan Pariwisata (DINPORAPAR) Kota Tegal terdapat 2 (dua)

bidang, diantaranya : Sub bagian Pemuda Olahraga dan Sub bagian

Kepariwisataan. Jumlah pegawai DINPORAPAR Kota Tegal pada

saat ini per tahun 2019 berjumlah 37 pegawai.

Tabel 4.2.5 Nama pegawai Dinas Kepemudaan, Olahraga dan

Pariwisata Kota Tegal

No Nama Jabatan

1 Ir.Cucuk Daryanto Kepala Dinas

2 Hartoto, S.Ipem, M.Si Sekretaris

3 Abdan Harimurti, AP Ka bid Pariwisata

4 Zaenal Asikin, S. Pd.M.M Ka bid Kepemudaan

Dan Keolahragaan

5 Drs. A.Rofii Ka bid Sarana dan

Prasarana

6 Erik Purtikno, ST, MT, MA Kasi. Sarana dan

Prasarana

7 Nurul Faidah, S.IP Ka sub bag Umum

dan Kepegawaian

8 Sudibyo, S.E Kasi Pemasaran

Pariwisata

9 Edy Sukirno, SH Kasi. Sarana dan

Prasarana Kepemudaan
105

dan Olahraga

10 Herlina, SH Kasi. Pengelolaan

Destinasi dan Usaha

Pariwisata

11 Maskhurotun, SE Ka sub bag Program

dan Keuangan

12 Rosianawati A.S.Kom,M.Si Staf bidang

Kepemudaan dan

Olahraga

13 Aryasena Adhika P, S,Si Staf bidang

Kepemudaan dan

Olahraga

14 Mufroil Staf sub bag Program

dan Keuangan

15 Kir kis Retno Wulansari Staf sub bag Program

dan Keuangan

16 Akmad Arifin Ka sub bag Umum

dan Kepegawaian

17 Darnoko Ka Sub Bag Umum

dan Kepegawaian

18 Suryo Andi Siswanto, S.Kom Staf sub bag Program

dan Keuangan

19 Rifyal Dieni Ahyadi, SE Staf bidang


106

Kepariwisataan

20 Agus Kholik Staf bidang

Kepariwisataan

21 Teguh Triyono Staf bidang

Kepemudaan dan

Olahraga

22 Fatkhunnizar, SE Staf sub bag Program

dan Keuangan

23 Slamet Riyadi Staf bidang

Kepemudaan dan

Olahraga

24 Subekhi Staf sub bag Program

dan Keuangan

25 Urfatun Nafisah, A.Md Staf bidang

Kepariwisataan

26 Edy Yusuf Staf bidang Sarana dan

Prasarana

27 Supriyanto Staf bidang

Kepariwisataan

28 Ali Jaenal Staf bidang

Kepariwisataan

29 M. Nurhadi Staf bidang

Kepemudaan dan
107

Olahraga

30 Moch. Tefuri Staf bidang Sarana dan

Prasarana

31 Sugianto Staf bidang

Kepariwisataan

32 Edi Prabowo Staf bidang Sarana dan

Prasarana

33 Trimo Priyanto Staf bidang

Kepariwisataan

34 Moeljo Raharjo Staf bidang Sarana dan

Prasarana

35 Nurcholis Staf bidang

Kepemudaan dan

Olahraga

36 Sukirno Staf bidang Sarana

dan Prasarana

37 Kariri Karijan Staf bidang

Kepariwisataan
108

4.3. Analisis Data

4.3.1. Pencatatan Laporan Keuangan pada Dinas Pemuda Olaraga dan

Pariwisata Kota Tegal

Pencatatan Laporan Keuangan pada Dinas Pemuda Olahraga

dan Pariwisata Kota Tegal sudah mengacu pada Peraturan Menteri

Dalam Negeri (Pemendagri) Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor

71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP),

karena pencatatan laporan keuangan pada Dinas Pemuda Olahraga dan

Pariwisata Kota Tegal tahun anggaran 2018 sudah menerapkan sistem

akuntansi berbasis akrual. Dimana pencatatan berbasis akrual ini

mengakui transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi

dan peristiwa itu terjadi tanpa memperhatikan saat kas

atau setara kas diterima atau dibayar.

4.3.1.1. Penerapan Akuntansi Pendapatan

Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan yang

diterima oleh Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota

Tegal selama tahun anggaran tahun 2018. Pendapatan Dinas

Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal terdiri dari

Pendapatan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil

Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan lain-

lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah. Akuntansi


109

Pendapatan ini telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.

71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.

4.3.1.2. Penerapan Akuntansi Belanja

Pencatatan Belanja pada Dinas Pemuda Olahraga

dan Pariwisata Kota Tegal sudah dikelola sesuai dengan

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintah. Proses pencatatan akuntansi belanja

pada Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal

berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010

tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang meliputi Belanja

Pegawai, Barang dan Jasa, Belanja Modal telah sesuai

dengan pencatatan jurnalnya.

4.3.1.3. Penerapan Akuntansi Aset

Aset yang dimaksud adalah Aset Tetap, akuntansi

aset merupakan lanjutan dari akuntansi belanja yang

menghasilkan Aset Tetap. Akuntansi Aset pada Dinas

Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal telah sesuai

dengan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang

Standar Akuntansi Pemerintah. Dikarenakan sudah sesuai

dengan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahum 2010, kecil


110

kemungkinan terjadi kesalahan dalam menganalisisa

transaksi.

4.3.1.4. Penerapan Akuntansi Selain Kas

Berdasarkan penelitian diatas, Akuntansi selain Kas

Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal tahun

anggaran 2018 mulai dari proses pengelolaan pencatatan,

pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang

berkaitan dengan semua transaksi atau kejadian selain kas

yang dapat dilakukan secara manual melalui bendahara atau

komputerisasi sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.

71 Tahum 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.

Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur

selain kas berupa bukti memorial yang dilampiri dengan

bukti- bukti transaksi jika memang tersedia sehingga tidak

terdapat kendala dalam pencatatan. Untuk transaksi selain kas

pada Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal

meliputi Koreksi Kesalahan Pencatatan dan Pengakuan aset

utang.
111

4.3.2. Pelaporan Keuangan pada Dinas Pemuda Olahraga dan

Pariwisata Kota Tegal

Pelaporan Keuangan pada Dinas Pemuda Olahraga dan

Pariwisata Kota Tegal sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.

71 Tahum 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Dinas Pemuda

Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal juga sudah melaporkan laporan

keuangan SKPD meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,

Laporan Operasionalm Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas

Laporan Keuangan. Pelaporan keuangan dilaporkan setiap tanggal 10

awal tahun anggaran berikutnya. Serta informasi yang disajikan pun

sudah tepat waktu, memiliki feedback value (mengoreksi ekspektasi di

masa lalu) dan memiliki manfaat prediktif (memprediksi masa yang

akan datang).

4.4. Pembahasan

Tabel 4.4 Perbandingan antara Pemendagri No. 21 Tahun 2011 dan PP

No. 71 Tahun 2010 dengan DINPORAPAR

NO Pemendagri No. 21 Tahun 2011 Dinas Pemuda Olahraga dan Hasil

dan PP No. 71 Tahun 2010 Pariwisata Kota Tegal

1 Pengelolaan pencatatan laporan Pengelolaan pencatatan laporan Sudah Sesuai

keuangan berbasis akrual keuangan Dinas Pemuda

Olahraga dan Pariwisata Kota


112

Tegal Tahun anggaran 2018

telah menerapkan Standar

Akuntansi Pemerintah berbasis

akrual

2 Pelaporan keuangan meliputi Pelaporan keuangan meliputi Sudah Sesuai

Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional,

Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan

Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan pada Dinas Pemuda Olahraga

berbasis akrual dan Pariwisata Kota Tegal sudah

berbasis akrual sedangkan

Laporan Realisasi Anggaran

masih berbasis kas, maka untuk

menyusun Laporan Realisasi

Anggaran digunakan aplikasi

Sistem Informasi Manajemen

Daerah (SIMDA). Dengan

adanya SIMDA bisa dengan

mudah diselesaikan.
113

Berdasarkan penjelasan yang diperoleh pada tabel 4.4 tersebut di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pencatatan keuangan

dan pelaporan keuangan pada Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata

(DINPORAPAR) Kota Tegal sudah sesuai dengan Pemendagri No. 21

Tahun 2011 dan PP No. 71 Tahun 2010.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengelolaan pencatatan dan pelaporan keuangan Dinas Pemuda Olahraga

dan Pariwisata Kota Tegal telah menerapkan Standar Akuntansi

Pemerintah berbasis akrual sesuai Pemendagri No. 21 Tahun 2011 dan PP

No. 71 Tahun 2010.

2. Pengelolaan pencatatan dan pelaporan keuangan Dinas Pemuda Olahraga

dan Pariwisata Kota Tegal sudah sesuai dengan Pemendagri No. 21 Tahun

2011 dan PP No. 71 Tahun 2010.

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat penulid berikan sehubungan dengan hasil

penelitian ini adalah :

1. Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal harus mempertahankan

kinerja baik dalam melakukan pengelolaan pencatatan maupun pelaporan

keuangan yang sudah diterapkan selama ini.

114
115

2. Harus dilakukan penyempurnaan Sistem Informasi Manajemen Daerah

(SIMDA) keuangan dalam menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual

pada Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Tegal.


DAFTAR PUSTAKA

[1] Kartika Kumaat, Anggi. (2015). Analisis Pencatatan Dan Pelaporan


Keuangan Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pada
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal
EMBA. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi,
Universitas Sam Ratulangi,Manado.

[2] Rantung, Veronica. (2013). Analisis Pencatatan Dan Pelaporan Keuangan


Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Di Dinas
Perhubungan Kota Manado. Jurnal EMBA. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Jurusan Akuntansi , Universitas Sam Ratulangi,Manado.

[3] Billy Massie, Jemy. (2016). Analisis Pencatatan Dan Pelaporan Belanja
Langsung Dan Beban Pada Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
Kota Bitung.Jurnal EMBA. Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Sam Ratulangi, Manado.

[4] Kieso E. Donald, Jery. J. Weygandt dan Terry D. Warfield. (2008). Akuntansi
Intermedit edisi kedua belas jilid 1. Penerbit: Erlangga, Jakarta.

[5] Halim, Abdul dan Muhammad S, Kusufi. (2012). Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Keuangan Daerah Edisi Empat. Penerbit: Erlangga,
Jakarta.

[6] Tanjung, Abdul Hafiz. (2012). Akuntansi Pemerintahan Daerah Berbasis


Akrual. Penerbit: Alfabeta, Bandung.

[7] Peraturan Walikota Tegal Nomor 44 Tahun 2017 tentang Pedoman


Penatausahaan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kota Tegal Tahun Anggaran 2018

[8] Tanjung, Abdul Hafiz, (2006). Penatausahaan dan Akuntansi Keuangan


Daerah Untuk SKPD. Penerbit: Salemba Empat, Jakarta.

[9] PERMENDAGRI Nomor 13 Tahun 2006 tentangPedoman Pengelolaan


Keuangan Daerah.

[10] Halim, Abdul dan Muhammad S, Kusufi. (2004). Akuntansi Keuangan


Daerah Edisi Pertama. Penerbit: Salemba Empat. Jakarta.

[11] Dedi, Nordiawan dan Hertianti. (2007). Akuntansi Pemerintahan. Penerbit:


Salemba Empat. Jakarta. 61

116
[12] PP No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta.

[13] Suliyanto. (2005). Metode Riset Bisnis. Penerbit: Andi.Yogyakarta

[14] Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Administrasi dilengkapi R&D. Cetakan


Kedua puluh, Alfabeta. Bandung

Anda mungkin juga menyukai