DI KOTA PEMATANGSIANTAR
SKRIPSI
Oleh
NPP 30.0159
i
ABSTRACT
The problem of street vendors in Belu Regency is still not in line with
what is expected. There are still many street vendors who sell not according
to the space provided even though there is already a regional regulation
number 9 of 1992 regarding the obligation to clean the environment, beauty
and public order. With the existence of the Civil Service Police Unit, it should
be able to overcome these problems, but this has not been seen. it is
interesting to study about how the implementation of controlling street
vendors.
This study aims to find out how the curbing of street vendors is carried
out by the Civil Service Police Unit. This study uses a qualitative method
with a descriptive approach, through the techniques of collecting interview
data and documentation. The informants of the research carried out
consisted of the Acting Head of the Pematang siantar city Civil Service
Police Unit, the Head of the Public Order and Public Order Division,several
members of the Belu District Civil Service Police Unit, and the community.
Based on the results of research conducted by the Civil Service
Police Unit, they have carried out curbs on street vendors but have not been
optimal in their implementation. The obstacles in the implementation of this
control are facilities and infrastructure, lack of human resources and the
number of Satpol PP personnel, as well as the lack of awareness of street
vendors themselves, so the researchers suggest to the Pematang siantar
Regency Government to improve facilities and infrastructure, recruit Satpol
PP personnel and provide training quality improvement for Satpol PP
personnel, as well as providing understanding to street vendors through
routine socialization.
ii
KATA PENGANTAR
penulis miliki dan terbatasnya waktu yang digunakan dalam penelitian ini.
dari semua pihak yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan doa
Sijabat, adikku Gorbi Purba, serta keluarga besar yang ada di Kota
arahan dan motivasi serta dukungan. Ucapan terima kasih juga peneliti
sampaikan kepada :
iii
1. Bapak Dr. Hadi Prabowo, MM selaku Rektor Institut Pemerintahan
Dalam Negeri
Skripsi ini;
peneliti;
mengumpulkan data;
pendidikan;
baik.
iv
Demikian ucapan terimakasih dari peneliti, semoga Skripsi ini
Penulis
NPP 30.0159
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................i
ABSTRACT ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
2.2 .1Pemerintahan..................................................................... 18
vi
2.2.2 Manajemen Pemerintahan Daerah ...................................... 20
vii
3.6 Teknik Analisis Data .................................................................. 57
4.1.3 Gambaran Umum Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematang Siantar
................................................................................................................... 67
Siantar ....................................................................................................... 87
4.2.3 Upaya Yang Dilakukan Guna Tertibnya Pedagang Kaki Lima Di Kota
Pematang siantar...................................................................................... 89
viii
9
Tabel Halaman
Tabel 1.1 Data Jumlah Pedagang Kaki Lima di Kota Pematang Siantar
Kecamatan ............................................................................... 65
Pematang Siantar..................................................................... 74
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Bagan kerangka pemikiran .................................................. 40
Gambar 4.1 Peta Kota Pematang Siantar ................................................ 64
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja
Kota Pematangsiantar ......................................................... 72
xi
BAB I
PENDAHULUAN
masih ada di masyarakat dan belum dapat diatasi hingga saat ini.
yang membutuhkan tindakan lanjut oleh pemerintah. Hal ini sesuai dengan
1
2
sesuai dengan tuntutan era globalisasi dan otonomi daerah, maka keadaan
dari keadaan yang terjadi saat ini maka pemerintah membuat kebijakan
Kepala Daerah.
daerah seperti Perda, Perkada dan peraturan daerah lainnya dan sebagai
2
3
yang baik dan dapat menjadi sebuah contoh yang baik bagi unsur – unsur
pemerintah daerah lainnya. Oleh karna itu, personil dari polisi pamong praja
penegak hukum.
disebut dengan PKL merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh setiap
atau tempat lain yang bukan peruntukannya. PKL kerap kali dikatakan
bahu jalan, trotoar, teras toko, alun-alun ataupun area umum lainnya yang
3
4
satu daerah. Pedagang Kaki Lima yang mana memakai tempat umum
pengguna dengan efektif sesuai dengan kegunaanya. Hal ini tentunya dapat
Selain itu penataan kota adalah hal yang perlu diperhatikan sehingga indah
Hal ini menjadikan Kota Pematang siantar sebagai layar terdepan yang
4
5
PKL di Kota Pematang siantar. Berikut data terkait jumlah Pedagang Kaki
Tabel 1.1
Tahun 2017-2021
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
2. Siantar Marimbun 18 22 63 54 93
4. Siantar Utara 18 34 59 77 88
5. Siantar Marihat 9 49 56 97 79
8. Siantar Sitalasari 35 12 54 78 70
5
6
Sumatera Utara ?
3. Apa upaya dalam penertiban pedagang kaki lima oleh Satuan Polisi
6
7
Sumatera Utara.
7
8
ilmu pemerintahan.
lima.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
acuan bagi peneliti yang sesuai dengan penelitian saat ini antara lain:
9
10
tugas dan fungsinya telah berjalan sesuai dengan prosedur yang ada
berlaku.
11
Bandar Lampung)
tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dari hasil penelitian yang
Kota)
dalam penelitian ini adalah teori strategi dengan dua konsep berbeda
kurang.
tabel berikut :
13
Tabel 2.1
Kesimpulan hasil penelitian
terdahulu
Research Gap
NO Peneliti dan
Penelitian Sebelumnya Penelitian saat ini
judul judul
1. 2. 3. 4.
1. Ifan Wardani 1.Fokus: 1. Fokus :
Harsan, 2017,
peran Satpol Pp Mengkaji peran Satpol Pp Mengkaji
dalam dalam melakukan penertiban pedagang kaki
melakukan komunikasi interpersonal
lima oleh Satuan Polisi
komunikasi untuk penertiban PKL di
interpersonal Jalan Gajah Mada Kota Pamong Praja di Kota
untuk Samarinda
Pematang siantar
penertiban lebih menekankan padasikap
pedagang kaki spontanitas Satpol Pp dalam 2. Teori:
lima (studi kasus menyampaikan pesan dan Teori yang digunakan
pkl di jalan infomasi secarahumanis adalah teori Penertiban
Gajah Mada . Dari Retno Wijajanti (2000)
Kota 2. Teori :
Samarinda) Teori peran menurut kanfer 3. Metode : Kualitatif
(1987)
3. Metode : Kualitatif 4.Hasil :
4. Hasil :
penertiban telah Satuan Polisi Pamong
dilaksanakn dengan cara Praja Kota Pematang
komunikasi yang humanis, siantar telah
operasional keamanan dan melakukan penertiban
ketertiban juga telah pedagangkaki lima
dilakukan untuk melalui sosialisasi,
penertiban PKL di operasi langsung,
Samarinda, namun serta pemberian sanksi
kesadaran dan partisipasi Namun belum
dari masyarakat dan PKL dilaksanakan dengan
masih kurang terlaksana. optimal , tidak adatindak
lanjut yang tegas untuk
memberikan efek jera
kepada pedagang kaki
lima.
14
1. 2. 3. 4.
Faktor pendukung Hambatan dalam
komunikasi interpersonal penertiban PKL ini yaitu
Satpol PP yaitu sikap,skill, kurangnya sarana dan
usia, dan gender. prasarana, kurangnya
Faktor penghambat sdm anggota satuan
komunikasi interpersonal polisi pamong praja,
Satpol PP biasanya kurangnya jumlah
muncul dari para personil satpol pp,
pelanggar yang keras kurangnya kesadaran
kepala dan tidak mau dari masyarakat untuk
mengikuti prosedur yang bekerjasama, dan
telah diberikan oleh kurangnya kesadaran
pemerintah daerah. dari pedagang kaki lima
itu sendiri
Upaya yang dilakukan
oleh satpol pp adalah
meningkatkan sarana
dan prasarana
Pendukung,Peningkatan
kualitas sumber daya
manusia dan
penambahan jumlah
personil Satpol PP,
2. Veronica A. 1. Fokus : memberikan sosialisasi
kepada masyarakat agar
Runtu1, Sarah
Mengkaji kinerja Satpol Pp bekerjasama dengan
2
Sambiran , dalam melakukan penertiban satpol pp dalam
pedagang kaki lima di melakukan penertiban,
Alfon
Kabupaten Minahasa. sosisalisasi kepada
3
Kimbal ,2016, 2. Teori : pedaagang kaki lima
Teori kinerja dari Agus agar menumbuhkan
kinerja Satuan
Dwiyanto (2008) kesadaran untuk
Polisi Pamong 3. Metode : kualitatif menaati peraturan
4. Hasil :
Praja
kemampuan aparat Satpol
Kabupaten Pp dalam melakukan
Minahasa dalam tugas dan fungsinya telah
berjalan sesuai dengan
penertiban prosedur yang ada namun
pedagang kaki belum
lima
15
1 2. 3. 4.
3. Riyawan 1. Fokus :
Pamordi,
Mengkaji penindakan yang
2018,Penertiban dilakukan Satpol Pp dalam
menertibkan pedagang kaki
Satpol Pp pada
lima. penelitian lebih kepada
pedagang kaki kekerasan yang yang
dilakukan Satuan Polisi
lima (analisis
Pamong Praja
kritis menurut 2. Teori :
teori Johan Galtung tentang
teori Johan
dimensi kekerasan.
Galtung dalam 3. Metode : Kualitatif
4. Hasil :
konteks
mengetahui penindakan yang
masyarakat dilakukan Satpol Pp untuk
Menur menertibkan pedagang yang
berjualan tidak sesuai
Surabaya) dengan peraturan yang
berlaku.
Mengetahui bahwa
fenomena konflik yang terjadi
menggambarkan bahwa isu
dari penertiban PKL
merupakan dampak dari
praktik kekerasan Satpol Pp
dalam penertiban.
16
1. 2. 3. 4.
4. Zulkardi, 2019, 1. Fokus:
Penertiban
pedagang kaki Mengkaji penertiban
lima (studi pedagang kaki lima
kebijakan berdasarkan Qanun nomor 3
pemerintah Kota tahun 2007 pemerintah Kota
Banda Aceh Banda Aceh
dalam menata 2. Teori :
kebersihan kota) Teori implementasi dari Meter
dan Horn
3.Metode : kualitatif
4. Hasil :
Kebijakan pemerintah Kota
Banda Aceh Dalam
Penertiban PKL sudah
Sesuai dengan peraturan
dan Qanun
Pemerintah telah
melakukan sosialisasi
qanun melalui selebaran
yang ditempel di pasar,
media sosial dan website
resmi Pemko Banda Aceh
dan g dimana petugas
langsung menjumpai para
PKL untuk
mengumumkannya
terlaksananya penerapan
Qanun merupakan suatu
keberhasilan Pemko Banda
Aceh dalam menata
kebersihan kota.
5. Muh. Arfah 1. Fokus :
Parintak ,2021,
Strategi Satuan Mengkaji strategi yang
Polisi Pamong digunakan Satpol Pp
Praja dalam Kabupaten Luwu untuk
penertiban menertibkan PKL
pedagang kaki 2. Teori:
lima di Teori strategi dengan dua
Kecamatan konsep berbeda yaitu
Belopa Utara penertiban dan sosialisai.
Kabupaten 3. Metode : kualitatif
Luwu, muh.
Arfah Parintak
17
1. 2. 3. 4.
4.Hasil :
Satuan Polisi Pamong Praja
di Kabupaten Luwu dalam
melakukan penertiban
menggunaka strategi dengan
konsep penertiban dan
sosialisi, pada penertiban
yang dilakukan telah berjalan
dengan lancar,namun
sosialisai yang dilakukan
masih sangat kurang
kendala yang dialami oleh
Satpol PP dalam kegiatan
penertiban PKL dari segi
internal kurangnya personil
Satpol PP dan inventaris,
dari segi eksternal yaitu
kurangnya pemahaman luas
PKL Kecamatan Belopa
yang membuat Satpol PP
kesulitan memberikan
penjelasan mengenai Perda
yang berlaku
Sumber: Diolah peneliti, 2022
penelitian saat ini terletak pada fokus kajian yang diteliti, teori yang
digunakan, dan subjek penelitian serta hasil pnelitian yang berbeda. Setiap
2.2.1 Pemerintahan
cara, hal atau urusan dari badan yang memerintah tersebut. Menurut
eksekutif.
1. Fungsi Pelayanan
2. Fungsi pemberdayaan
pemerintahan.
3. Fungsi Pengaturan
4. Fungsi Pengembangan
asas otonomi daerah dan juga tugas pembantuan yang memiliki prinsip
otonomi daerah yang telah dibentuk secara luas dalam suatu system dan
dalam UUD tahun 1945. Berkaitan dengan hal ini pemerintah daerah
berperan sebagai segala hal yang dilakukan pada otonomi daerah yang
pembantuan.
daerah dalam hal ini Satuan Polisi Pamong Praja untuk menertibkan
2.2.3 Penertiban
penertiban berasal dari kata tertib yang memiliki arti aturan, rapi, apik
penentu apakah area kawasan sekitar kita sudah baik atau masih kurang, atau
perasaan. Jika kesadaran sudah tercapai dan perubahan sikap serta pola pikir
terhadap sekitar telah tecapai, maka bisa dilakukan peningkatan pengetahuan dan
lingkungan hidup.
23
Istilah penertiban diawali dengan kata tertib dalam kamus besar bahsa
menertibkan dan tindakan13. menurut tata bahasa, penertiban berasal dari kata
tertib yaitu aturan, rapi dan apik, penertiban dan kekacauan sama sama ada dalam
asas proses sosial yang bersambung keduanya tidak berseberangan, tetapi sama
sama ada dalam sati asas kehidupan sosial. Penertiban bersambung dengan
harus lebih aktif dalam bidang kehidupan masyarakat, terutama social dan
ekonomi. Sedangkan penertiban adalah proses atau cara yang digunakan untuk
Kepala Daerah, dan produk hukum lainnya. Sedangkan putusan final atau
Praja. Penertiban pada sektor pedagang kaki lima (PKL) dilaksanakan guna
karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut terdiri dari
dua kaki penjual dan tiga kaki gerobak yang digunakan. Saat ini istilah
pedagang kaki lima dipakai untuk pedagang yang berjualan di jalanan pada
sebagai individu atau kelompok yang menjual jasa ataupun barang di lokasi
yang kecil, modal orang lain atau modal sendiri, yang berjualan di tempat
yang terbatas. Dalam bidang ekonomi, para pedagang ini termasuk sektor
informal. Sedangkan menurut Mcee dan Yeung, pedagang kaki lima adalah
menjual barang ataupun jasa yang dijual di tempat umum, terutama di bahu
yaitu:
Salah satu ciri yang paling terlihat dari pedagang kaki lima ini adalah
serendah mungkin.
26
jaIan di prancis, dimana pada lantai paling bawah bangunan tingkat yang
ada di prancis disediakan ruang untuk pejalan kaki (trotoir) selebar 5 kaki
umum yang dikemukakan oleh Kartono dkk. yaitu: (1) Merupakan pedagang
yang kadang- kadang juga sekaligus berarti produsen. (2) Ada yang
menetap pada lokasi tertentu, ada yang bergerak dari tempat satu ketempat
yang lain (menggunakan pikulan, kereta dorong, tempat atau stan yang
(4) Umumnya bermodal kecil, kadang hanya merupakan alat bagi pemilik
dan biasanya tidak berstandar. (6) Volume peredaran uang tidak seberapa
besar, para pembeli merupakan pembeli yang berdaya beli rendah. (7)
Usaha skala kecil bisa berupa family enterprise, dimana ibu dan anak- anak
langsung. (8) Tawar menawar antar penjual dan pembeli merupakan iciri
yang khas pada usaha pedagang kaki lima. (9) Dalam melaksanakan
27
kerja atau pada waktu senggang, dan ada pula yang melaksanakan
musiman.
merupakan usaha atau kegiatan yang dilakukan secara nyata dan penting
Latin. Meskipun begtitu para pedagang kaki lima tidak banyak yang
kegiatan lainnya.
barang ataupun jasa di atas trotoar atau tepi di pinggir jalan, di sekitar pusat
pedagang sayuran, pedagang daging dan ikan, pedagang rokok dan obat-
obatan, pedagang buku( majalah dan surat kabar), pedagang tekstil dan
(kendaraan, bensin , dan minyak tanah), pedagang beras, dan penjual jasa.
Pada dasarnya istilah pedagang kaki lima sudah ada sejak masa
bahwa setiap jalan raya umum dibangun hendak menyediakan sarana untuk
pejalan kaki. Luas area untuk pejalan adalah lima kaki atau satu setengah
meter. Di sisi lain Pedagang Kaki Lima merupakan salah satu faktor
kelompokkan menjadi tiga yaitu; PKL yang tidak menetap ( mobile), PKL
waktu dan tempat tertentu (static knock down). Pedagang kaki lima adalah
tempat berjualan yang menetap, dan modal penjualan yang minim serta
termasuk dalam pegawai negeri sipil yang diberikan tugas serta tanggung
yang dilansir dari kamus besar bahasa indonesia (KBBI) yang dikemukan
contohnya tertib dalam acara aturan dalam sidang ( rapat dan sebagainya),
acara program, tertib dalam hukum adalah yang bertalian hukum. Tentram
adalah aman atau tidak rusuh, misalnya di daerah yang aman, masyarakat
ketertiban adalah suatu keadaan yang aman dan terkendali, tidak ada
Orang orang yang bekerja di daerah tersebut juga merasa aman dan
31
masyarakat dan berdasarkan Pasal 255 ayat satu (1) dan dua (2) yang
daerah .
suatu kondisi yang aman, tentram, nyaman, dan kondusif yang terbebas
masyarakat.
ayat satu (1) “ untuk membantu kepala daerah dalam penegakan peraturan
terkait
undangan.
ayat dua (2), “ penataan pedagang kaki lima adalah upaya yang dilakukan
yaitu:
mandiri
berwawasan lingkungan.
36
yaitu:
massa;
penting;
Umum
ketertiban umum adalah keadaan atau kondisi aman, teratur dan tertib di
lain sepanjang jalan umum, kaki lima atau tanah lapang umum tanpa izin
kepala daerah.
Dalam Pasal 7 ayat (22) dijelaskan bahwa setiap orang atau badan
tempat jualan barang-barang pada tempat yang nampak dari jalan umum
tanpa izin dari Kepala Daerah. Di kota Pematangsiantar ini masih banyak
tempat jualan barang-barang pada tempat yang nampak dari jalan tanpa
ada izin. Selain itu, banyak sekali masyarakat yang berjualan di pinggir jalan
dalam penertiban pedagang kaki lima oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Pematangsiantar adalah:
1. Penertiban langsung
Gambar 2.1
PENERTIBAN
Metode Penelitian
individu atau sekelompok orang yang dianggap berasal dari masalah sosial
atau kemanusian.
41
42
meliputi asumsi asumsi luas hingga metode rinci dalam pengumpulan dan
prosedur penelitian yang digunakan, dan metode metode spesifik yang akan
atas suatu rancangan atau desain penelitian juga perlu didasarkan pada
masalah atau isu yang ingin diteliti, pengalaman pribadi peneliti dan target
gejala atau fenomena yang akan diamati dan dikaji oleh peneliti.
pemikiran, dan hubungan antar fenomena. Hal ini dijelaskan oleh Mawangi
masalah terkait dengan penertiban pedagang kaki lima oleh Satuan Polisi
penelitian berisi tentang dimensi dan indikator yang digunakan peneliti untuk
melihat penertiban pedagang kaki lima oleh Satuan Polisi Pamong Praja di
penertiban pedagang kaki lima oleh Satuan Polisi Pamong Praja di Kota
Tabel 3.1
Operasionalisasi Konsep
Partisipasi kelompok
pelaksana
dan prasarana
Penerapan retribusi
Sanksi
Sumber: Retno Wijajanti (2000)
47
Pematangsiantar.
data dan informasi yang akurat serta menyeluruh, peneliti perlu untuk ikut
serta dan membaur sebagai anggota komunitas dan peneliti harus pandai-
1. Data Primer
2. Data Sekunder
Danang Sunyoto data sekunder merupakan data yang ada pada suatu
setengah setengah.
Tabel 3.2
Data Informan
No Sumber informan Jumlah
Selanjutnya para pedagang kaki lima yang menjadi sumber informasi yaitu
yang ada pada tabel diatas yaitu keterlibatan langsung antara pihak-pihak
sebgai instrumen dalam penelitian ini juga harus divalidasi agar siap
itu semua tidak dapat ditentukan secara jelas dan pasti sebelumnya. Segala
keadaan yang tidak jelas dan tidak pasti tersebut, tidak ada pilihan lain dan
sesuai, dapat dilakukan dengan memilih cara tepat atau beberapa metode
harus memahami data, latar data, jenis data, dan dari mana sumber data
tersebut diperoleh.
dengan data yang dibagi menjadi dua (2) yaitu data primer dan data
1. Wawancara
a. Wawancara Terstruktur
semi terstruktur, agar lebih bebas dalam mencari informasi. Dengan jenis
wawancara ini diharapkan informan akan lebih terbuka dan bebas dalam
diangkat.
2. Observasi
a. Observasi Partisipatif
yang lebih lengkap dan terpercaya, dan tau makna dari setiap
sumber data akan tau semua aktivitas dari peneliti terkait dengan
dirahasiakan.
peneliti belum memiliki fokus yang jelas untuk diteliti. Pada jenis
secara sistematis.
dengan data yang peneliti butuhkan maka observasi terus terang dipakai
3. Dokumentasi
diselidiki,
pengumpulan data berupa dokumen dari Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Kota Pematangsiantar, (2) Profil Satuan Polisi Pamong Praja, (3) Rencana
Kerja (4) Renja Satuan Polisi Pamong Praja, (5) Arsip Satuan Polisi Pamong
Praja.
57
memfokuskan data yang penting untuk mendapatkan tema dan pola. Data-
data yang diperoleh peneliti dari lapangan langsung dicatat, diteliti secara
data bisa dilakukan dalam bentuk uraian naratif , tabel, grafik, phie chard,
membuat kesimpulan.
yang disusun sejak awal, namun tidak semua bisa dijawab. Karena rumusan
Tabel 3.3
Pengajuan
Judul, Bimbingan
1 dan Penyusunan
Proposal Skripsi
Pengumpulan
2 Proposal Skripsi
Ujian Proposal
3
Skripsi
Perbaikan
4
Proposal Skripsi
Persiapan dan
Pembekalan
5
Penelitian Skripsi
Penelitian dan
6 Pengumpulan
Data Skripsi
Bimbingan dan
7 Penyusunan
Skripsi
8 Ujian Skripsi
Perbaikan dan
9 Pengumpulan
Skripsi
yang berkedudukan di Pulau Holing dan raja terakhir dari dinasti inii adalah
Suhi Bah Bosar, dan Tomuan. Tempat itu kemudian menjadi sebuah daerah
yang berdiri atas hukum Kota Pematangsiantar yaitu : Pulau Holing menjadi
Sukadame, dan Bane; Suhi Bah Bosar menjadi Kampung Kristen, Karo,
61
62
otonomi sendiri. Sejak Januari 1939 berdasarkan Stad Blad No. 717
berubah menjadi Kota Praja Penuh dan dengan keluarnya Undang- undang
1. Aspek Geografis
Lintang Utara dan 99o 1’ 00” - 99o 6’ 35” Bujur Timur, dan berada pada
Kawasan Pantai Timur dan Pantai Barat yang merupakan dataran tinggi
daerah wisata Danau Toba, juga memiliki tempat wisata lokal sendiri.
Tempat wisata lokal yang kerap dikunjungi oleh warga dari luar maupun
seperti Roti Ganda dan Roti Ketawa yang tokonya selalu menjadi tempat
yang ramai dikunjungi oleh masyarakat baik dari dalam maupun luar kota
Pematangsiantar.
64
Gambar 4. 1
Peta Kota Pematangsiantar
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa Kota Pematang siantar
Siantar Utara.
65
Tabel 4. 1
Luas Wilayah Kota Pematangsiantar Berdasarkan Kecamatan
Siantar Selatan yaitu 2,53 km2 dengan total luas wilayah Kota Pematang
Tabel 4. 2
Data Kependudukan di Kota Pematang Siantar
NO KECAMATAN JUMLAH
(Orang)
1. 20933,00
SIANTAR MARIHAT
2. 20675,00
SIANTAR MARIMBUN
3. 17447,00
SIANTAR SELATAN
4. 37896,00
SIANTAR BARAT
5. 49886,00
SIANTAR UTARA
6. 36744,00
SIANTAR TIMUR
7. 50350,00
SIANTAR MARTOBA
8. 34323,00
SIANTAR SITALASARI
PEMATANGSIANTAR 268254,00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar 2020
Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa wilayah dengan
siantar
Daerah Pasal 255 (1) menegaskan bahwa tugas utama Satuan Polisi
Polisi Pamong Praja Kota Pematang siantar telah menetapkan visi yaitu
kelola pemerintahan yang baik dalam lingkungan yang tertib, aman, dan
tenteram.
68
Pematangsiantar
sebagai berikut :
instansi lainnya;
dengan SOP yang berlaku, dan melaksanakan tugas lain yang sesuai
berlaku, dan melaksanakan tugas lain yang sesuai dengan bidang tugas
dan fungsinya.
1. Kepala Satuan
2. Sekretariat
Pematangsiantar
2. Sekretariat, membawahi:
a. Seksi Operasional;
Laboratorium
Adapun Struktur Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja
Gambar 4. 2
Struktur Organisasi Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Pematangsiantar
Sumber : Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematang siantar 2022
73
atau visi dalam berorganisasi telah terdapat program kerja yang dirancang
Sipil Negara (ASN), yang mana komponen ASN ini terdiri dari Pegawai
(PPPK/P3K).
target organisasi maupun pelayanan yang diberikan, baik dari segi kualitas
ditampilkan pada SOTK Dinas, dipimpin oleh seorang Kepala Satuan dan
Tabel 4. 3
Jumlah Pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar
No. Jabatan Pangkat / Jumlah
Struktural Golongan
1 Kepala Satuan Pembina 1
Utama, IV/C
2 Sekretaris Pembina 1
Tk.1, IV/B
3 Pembina 2
Kepala Bidang Tk.1, IV/B
Penata Tk.1, 1
III/D
6 Staff 79
7 THL 126
Sumber : Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematang siantar
Pematang siantar dan 79 staff serta 126 Tenaga Harian Lepas (THL), jadi
secara formal seperti bahu jalan, ruang kota, dan ruang terbuka lainnya.
kaki lima di Kota Pematang siantar dapat dilihat dari beberapa variabel ter,
dengan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematang siantar Drs.
pasar maupun di luar dipengaruhi oleh keamanan dan ketertiban pasar itu
sendiri. Kondisi pedagang kaki lima yang tertib akan memberikan situasi
pasar yang aman dan nyaman , hal ini merupakan harapan masyarakat dan
Hal tersebut tidak akan berjalan maksimal jika tidak ada peran dari
pedagang kaki lima itu sendiri. Adapun indikator atau subdimensi dari
suatu aturan juga bisa berjalan dengan baik apabila diterapkan untuk
semua orang. aturan regulasi yang mengatur tentang pedagang kaki lima
dan kondisi wilayah daerah yang tentram, tertib dan harmonis terutama
jalan umum, kaki lima atau tanah lapang umum tanpa izin kepala daerah.
Dalam Pasal 7 ayat 22 dijelaskan bahwa setiap orang atau badan hukum
jualan barang – barang pada tempat yang nampak dari jalan umum tanpa
tertib jalan dan angkutan tetapi juga mengganggu tertib lingkungan dan
organisasi yang kompleks dan tersebar luas. SOP yang bersifat rutin
dalam kebijakan karena tidak sesuai dengan situasi atau program baru.
tercapainya suatu tujuan yaitu tertibnya pedagang kaki lima yang berjualan
SOP yang sudah ada, agar suatu program dapat berjalan dengan SOP
yang sudah ada, agar suatu program dapat berjalan dengan terstruktur
sesuai dengan tugas tugas pokok dan fungsinya. Dari wawancara tersebut
sebgai berikut :
lima, setiap pihak baik dari pihak pelaksana kebijakan maupun pihak
proses yang dilakukuan agar terciptanya pedagang kaki lima yang tertib
dan teratur, sehingga tata kota menjadi indah, tertib, tertata, dan bersih.
pedagang kaki lima telah berjalan baik atau belum, maka dilakukan
Polisi Pamong Praja Drs. Robert Samosir dan kepala bidang tantribum
oleh Satuan Polisi Pamong Praja sudah dilakukan, namun masih ditemukan
pengalokasian tempat yang cukup memadai dan aman bagi pedagang kaki
lima, namun pada kenyataannya, masih banyak pedagang kaki lima yang
contohnya mobil patroli dan mobil dalmas. Pihak Satuan Polisi Pamong
luar pasar yaitu di sekitar jalan dan bahu jalandikarenakan lebih cepat dan
lebih murah.
jalanan dann trotoar. maka dari itu masih diperlukan patoli secara rutin
yang ada sehingga mewujudkan kondisi tata kota yang teratur, tertib, indah,
dan bersih.
penunjang dalam kondisi tidak baik. masih terdapat fasilitas penting seperti
seperti helm huru-hara, baju huru-hara, tameng yang masih meminjam dari
bahwasanya:
Tabel 4. 9
Sarana dan Prasarana Satpol PP Kota Pematangsiantar
NO SARANA DAN PRASARANA JUMLAH KET
2. Truk 1
3. Mobil Patroli 2
7. Tameng 74
Pp.
kaki lima, masih banyak pedagang kaki lima yang mengaku bahwa belum
tidak semestinya.
masih banyak pedagang kaki lima yang berjualan tidak sesuai dengan
pemerintah untuk pedagang kaki lima sangat terbatas tidak sesuai dengan
langsung dapat dilakukan melalui kerja sama antara Satuan Polisi Pamong
tersebut.
terkait, dan koordinasi melalui media sosial via whats app (WA).
belum maksimal.
semestinya.
88
B. Sanksi
tempatnya akan mengakibatkan kondisi tata kota yang kotor dan tidak
nyaman, oleh karena itu diperlukan sanksi yang diberikan kepada pedgang
kaki lima yang melanggar. Dalam pasal 11 ayat (1) peraturan daerah no 9
bulan atau denda paling banyak Rp. 30.000. (tiga puluh ribu rupiah).
pedagang kaki lima yang melanggar sudah berjalan, namun belum sesuai
peringatan tertulis. Pedagang kaki lima yang tidak taat atau melanggar
diberikan pembinaan. Selain itu sanksi yang diberikan juga bersifat non-
pelanggarannya.
Pematang siantar
dimiliki oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematang siantar yang
ini jumlah sarana dan prasarana yang di sediakan pemerintah untuk Satuan
Polisi Pamong Praja belum memadai, dengan jumlah alat angkutan yang
dapat digunakan untuk pnertiban yaitu 10 motor, 2 mobil patroli, dan 1 truk
dan yang rusak berat atau tidak dapat dihgunakan yaitu 1 motor.
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa sarana dan sarana yang
pelaksanaan penertiban.
komunikasi dan pendekatan, tidak hanya itu jumlah personil anggota Satpol
penyelenggaraan penertiban.
lima masih dilakukan sepihak oleh Satuan Polisi Pamong Praja saja dan
kerja sama dengan Satpol Pp. Hambatan eksternal lainnya adalah dari
dari para pedagang tentang adanya peraturan yang berlaku, sehingga para
bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki Satuan Polisi Pamong Praja
ketertiban pedagang kaki lima guna terciptanya keadaan tertib dan tentram.
1. Untuk terwujudnya pedagang kaki lima yang teratur dan tetib, harus
alat bantu lainnya seperti helm dan tameng untuk kesalamatan dan
5.1 Kesimpulan
94
95
kaki lima itu sendiri untuk bekerja sama dengan pemerintah melalui
pedagang kaki lima maka sanksi harus diberkan secara tegas untuk
5.2 Saran
pedagang kaki lima oleh Satuan Polisi Pamong Praja di Pematang siantar
Praja demi kelancaran dan keberhasilan dalam proses penertiban PKL atau
memberikan efek jera bagi pedagang kaki lima, selain itu juga
Pematang siantar.
97
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang no 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang no 23 Tahun 2014 tentang Pemerinahan Daerah menjadi Undang-
undang
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong Praja
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan
dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 9 Tahun 1992 tentang wajib bersih
lingkungan, keindahan dan ketertiban umum
C. Lain – lain
Blora, satpol pp. “Tugas Pokok Dan Fungsi Satpol Pp.” Last modified 2021.
Accessed August 31, 2021. https://satpolpp.blorakab.go.id/page/tu
gas_pokok_dan_fungsi.
99
fungsi.co.id. “No Title.” Last modified 2021. Accessed November 10, 2021.
https://fungsi.co.id/fungsi-pemerintahan/.
Ichsan, Kak. “Tugas, Fungsi, Kewajiban Satpol Pp.” Last modified 2020.
Accessed August 31, 2021. https://tunas63.wordpress.com/2010/04/16/tugas-
fungsi-kewajiban-satpol-pp/.
Ilmu, Sarana. “No Title.” Last modified 2018. Accessed November 10,
2021. https://www.weschool.id/pemerintah-daerah-pengertian-definisi-
tujuan-dan-fungsinya-lengkap/..
Nur Wijayanti, Septi. “Hubungan Antara Pusat Dan Daerah Dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014.” Jurnal Media Hukum 23, no. 2 (2017).
retno widjajanti. “Penataan Fisik Kegiatan Pedagang Kaki Lima Pada Kawasan
Komersial Di Pusat Kota (Studi Kasus: Simpanglima Semarang)’ Tesis Tidak
Untuk Diterbitkan.” institut teknologi bandung, 2000
100
Rukmana, Maris Gunawan. “Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Penertiban
Pedagang Kaki Lima Di Kota Semarang.” Jurnal Konstituen 1, no. 2 (2019).
Studi, Program, Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu, Sosial Dan, Ilmu Politik, and
Universitas Muhammadiyah Makassar. “PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA
DI” (2021).