Anda di halaman 1dari 109

PENEGAKKAN KETERTIBAN UMUM OLEH SATPOL PP

BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 26 TAHUN 2008


TENTANG KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN SERDANG
BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan guna pengembangan kompetensi keilmuan terapan pemerintahan dan salah


satu syarat kelulusan pada Program Sarjana Ilmu Terapan Pemerintahan pada
Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Oleh
Rahmad Raviqi
NPP. 30.0130

PROGRAM STUDI
PRAKTIK PERPOLISIAN TATA PAMONG
FAKULTAS PERLINDUNGAN MASYARAKAT
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JATINANGOR
2022
ii
MOTTO

I Will Continue Till I Find Man


That I Can’t Defeat

iii
ABSTRAK

PENEGAKKAN KETERTIBAN UMUM OLEH SATPOL PP


BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 26 TAHUN 2008
TENTANG KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN SERDANG
BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

Oleh : Rahmad Raviqi


Pembimbing: Dadang Supriatna, S.Sos., M.Si.
Penelitian ini didassari oleh pelanggaran ketertiban dan keamanan
dalam masyarakat terkhususnya pkl (pedagang kaki lima) yang mana
keamanan dan ketertiban dalam masyarakat tidak akan terpelihara
apabila tiap-tiap individu maupun kelompok dalam masyarakat tidak
mentaati peraturan-peraturan (norma-norma) yang ada dalam masyarakat
itu. Dinamika pelanggaran yang terjadi dalam penyelenggaraan
penertiban umum perlu dan penting mendapat perhatian dari pemerintah
daerah guna menciptakan ketentraman dan ketertiban lingkungan yang
baik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
bagaimana penegakkan peraturan daerah serdang bedagai nomor 26
tahun 2008 tentang penertiban umum oleh Satpol PP di kabupaten
serdang bedagai. Teori yang digunakan adalah 5 faktor dalam penegakan
hukum menurut soerjono soekanto yaitu faktor hukum, faktor penegak
hukum, faktor sarana atau fasilitas, faktor masyarakat dan faktor budaya.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif metode deskritif dengan
pendekatan induktif. Tenik analisis data penelitian menggunakan data
reduction (reduksi data), data display (penyajian data) dan conclusion
drawing (penarikan kesimpulan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penegakan peraturan daerah nomor nomor 26 tahun 2008 tentang
ketertiban umum belum berjalan optimal. Hal ini tinjau dari hal ini dilihat
dari rekapitulasi jumlah pelanggaran yang ditemukan, persentasi realisasi
penegakan peraturan daerah yang menurun, pengawasan yang terbatas
dalam penertiban ketertiban umum khususnya pkl (pedagang kaki lima),
kesadaran dan kepatuhan hukum di masyarakat yang minim serta sarana
yang belum memadai dalam pelaksanaan tugas. Peneliti mengajukan
saran untuk meningkatkan sosialisi peraturan daerah nomor nomor 26
tahun 2008 tentang ketertiban umum, meningkatkan koordinasi dengan
aparat pemerintah lainnya, perencanaan anggaran secara khusus,
memberi sanksi yang tegas dan meningkatkan pembinaan kepada Satpol
PP.

Kata kunci: Penegakan hukum, Ketertiban umum, Pedagang Kaki


Lima

iv
ABSTRACT

ENFORCEMENT OF PUBLIC ORDER BY PAMONG PRAJA POLICE


UNIT BASED ON REGIONAL REGULATION NUMBER 26 OF 2008
CONCERNING PUBLIC ORDER IN SERDANG DISTRICT, NORTH
SUMATRA PROVINCE

By : Rahmad Raviqi
Supervisor : Dadang Supriatna, S.Sos., M.Si.
This research is based on violations of order and security in society,
especially street vendors, where security and order in society will not be
maintained if each individual or group in society does not obey the rules
(norms) that exist in society. That. The dynamics of violations that occur in
the implementation of public order need and are important to receive
attention from the regional government in order to create a good
environment of peace and order. The purpose of this study was to find out
and analyze how the Serdang Bedagai Regional Regulation Number 26 of
2008 concerning Public Ordering by Civil Service Police Units in Serdang
Bedagai Regency is enforced. The theory used is 5 factors in law
enforcement according to Soerjono Soekanto, namely legal factors, law
enforcement factors, facilities or facilities, community factors and cultural
factors. This Research Uses Qualitative Research Methods Descriptive
With Inductive Approach. Research Data Analysis Techniques Using Data
Reduction, Data Display and Conclusion Drawing. The results of the
research show that the enforcement of regional regulation number 26 of
2008 concerning public order has not run optimally. This can be seen from
this. It can be seen from the recapitulation of the number of violations
found, the decreased percentage of actual enforcement of local
regulations, limited supervision in controlling public order, especially street
vendors, awareness and legal compliance in society, which is minimal and
facilities are inadequate. In the Implementation of Duties. The researcher
proposes suggestions for increasing the socialization of Regional
Regulation Number 26 of 2008 concerning public order, increasing
coordination with other government officials, special budget planning,
giving strict sanctions and increasing guidance to civil service police units.

Keywords: Law enforcement, public order, street vendors

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa

karena atas berkat dan penyertaannya sehingga penyusunan skripsi

dengan judul “PENEGAKKAN KETERTIBAN UMUM OLEH SATPOL PP

BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 26 TAHUN 2008

TENTANG KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

PROVINSI SUMATERA UTARA” Diajukan guna pemenuhan salah satu

syarat dalam rangka menyelesaikan Pendidikan Program Diploma IV (D-

IV) pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

Secara khusus penulis menghaturkan rasa syukur dan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada Ibunda tercinta Rosmawati Lubis dan

Ayahanda tercinta Muhammad Ramadhan Serta Abangda tersayang

Muhammad Razvidan yang selalu mendukung dalam segala hal disetiap

Langkah penulis. Serta kepadan Paman sekaligos Senior yang menjadi

panutan Gunawan Jaya Wardana Hasibuan, S.Stp. serta segenap

keluarga besar tercinta yang selalu mendoakan keberhasilan penulis.

Penulis menyatakab bahwa karya ini dipersembahkan kedapa orang tua

dan keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung hingga akhir

pendidikan

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, arahan, dan bantuan

dari berbagai pihak, tentunya sangat sulit bagi peneliti untuk

menyelesaikan Skripsi ini, sehingga sudah sepantasnya peneliti

vi
menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setulus-

tulusnya kepada:

1. Dr. Hadi Prabowo, M.M selaku Rektor Institut Pemerintahan

Dalam Negeri;

2. Dr. Drs. Udaya Majid, M.Pd selaku Dekan Fakultas

Perlindungan Masyarakat Institut Pemerintahan Dalam Negeri;

3. Dr. Eva Eviany, M.Si selaku Kepala Program Studi Praktek

Perpolisian Tata Pamong

4. Dadang Supriatna, S.sos, M.SI selaku Dosen Pembimbin yang

dengan penuh kesabaran dalam membimbing dan

mengarahkan dalam proses penyusunan Skripsi;

5. Bapak/Ibu Dosen Pengajar,Pelatih, dan Pengasuh serta seluruh

Civitas Akademika Insititut Pemerintahan Dalam Negeri

6. Seluruh rekan-rekan Angkatan XXX

7. Saudara Kontingen Sumatera Utara khususnya kabupaten

Serdang Bedagai dan Deli Serdang.

Jatinangor, Oktober 2022

Penulis,

vii
Rahmad Raviqi

viii
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...................................................................................................iv
ABSTRACT..................................................................................................v
KATA PENGANTAR..................................................................................vi
DAFTAR ISI..............................................................................................viii
DAFTAR TABEL.........................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................xii
BAB I............................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................9

1.3 Tujuan Penelitian................................................................................10

1.4 Kegunaan Penelitian..........................................................................11

1.4.1 Kegunaan teoritis....................................................................11


1.4.2 Kegunaan Praktis....................................................................11
BAB II.........................................................................................................12
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................12
2.1 Deskripsi Penelitian Terdahulu...........................................................12

2.2 Landasan Teoritis dan Legalistik........................................................15

2.2.1 Landasan Teoritis...................................................................15


2.2.2 Implementasi...........................................................................16
2.2.3 Satpol PP................................................................................19
2.2.4 Penegakkan Hukum...............................................................20
2.2.5 Ketertiban Umum....................................................................21
2.3 Landasan Legalistik............................................................................25

2.3.1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah....................................................................................25
2.3.2 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satpol
PP...........................................................................................25

ix
x

2.3.3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2011


tentang Standar Operasional (SOP) Satpol PP (SATPOL PP)
27
2.3.4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2020
tentang Penyelenggaraan Ketentraman dan Ketertiban Umum
Serta Perlindungan Masyarakat.............................................28
2.3.5 Peraturan Daerah Kabupaten Sedang Bedagai Nomor 26
Tahun 2008 tentang Ketertiban Umum..................................28
2.4 Kerangka Pemikiran...........................................................................29

BAB III........................................................................................................33
METODE PENELITIAN.............................................................................33
3.1 Pendekatan Penelitian........................................................................33

3.2 Operasionalisasi Konsep....................................................................34

3.3 Sumber Data dan Informan................................................................35

3.4 Instrumen Penelitian...........................................................................37

3.5 Teknik Pengumpulan Data.................................................................38

4. Teknik Analisis Data...........................................................................40

5. Lokasi dan Jadwal Penelitian..............................................................43

3.7.1 Lokasi Penelitian.....................................................................43


3.7.2 Jadwal Penelitian....................................................................44
BAB IV HASIL...........................................................................................46
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..........................................................46
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian......................................................46

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai.......................46


4.1.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Serdang Bedagai.......................46
4.1.1.2 Kondisi Geografis dan Batas Administratif..............................48
4.1.1.3 Visi dan Misi Kabupaten Serdang Bedagai.............................50
4.1.4 Visi dan Misi Satpol PP Kabupaten Serdang Bedagai........................54

4.1.5 Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Satpol PP Kabupaten


Serdang Bedagai....................................................................55
4.1.6 Jumlah Keanggotaan Satpol PP Kab. Serdang Bedagai...........57
xi

4.1.7 Sarana dan Prasarana Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten


Serdang Bedagai....................................................................60
4.1.8 Standar Operasional Prosedur Satuan Polisi Pamong Praja
Kabupaten Serdang Bedagai..................................................61
4.1.8 Data Pelanggar Peraturan Daerah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Ketertiban Umum di Kabupaten Serdang Bedagai...62
4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan.........................................................64

4.2.1 Penegakkan Ketertiban Umum Oleh Satpol PP Berdasarkan


Peraturan Daerah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Ketertiban
Umum Di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera
Utara.......................................................................................65
4.2.2 Penghambat dalam Penegakkan Peraturan Daerah oleh
Serdang Bedagai Nomor 26 Tahun 2008 tentang Penertiban
Umum Satpol PP di Kabupaten Serdang Bedagai.................73
4.2.3 Upaya Satpol PP mengatasi hambatan pada Penegakkan
Peraturan Daerah Serdang Bedagai Nomor 26 Tahun 2008
tentang Penertiban Umum di Kab. Serdang Bedagai............76
BAB V........................................................................................................80
KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................80
5.1 Kesimpulan...........................................................................................80

5.2 Saran....................................................................................................81

LAMPIRAN................................................................................................84
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. 1 PERKIRAAN REKAPITULASI SOP KEGIATAN PERDA/PERKADA


PERIOSW JULI-SEPTEMBER 2022...........................................................................6

Tabel 2. 1 Hasil Penelitian Sebelumnya....................................................12

Tabel 3. 1 Operasionalisasi Konsep..........................................................34

Tabel 3. 2 Tabel Data Informan.................................................................37

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai..............................45


Gambar 4.2 Peta wilayah Serdang Bedagai.............................................47
Tabel 4.3 Struktur Organisasi Satpol PP Kab. Serdang Bedagai.............51
Tabel 4.4 Rekapitulasi Warga...................................................................60

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran..............................................................31

Gambar 3. 1 Teknik Triangulasi.................................................................43

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asal kata ketertiban berasal dari kata “tertib” yang memiliki arti

teratur. Ketertiban memiliki makna pengertian yaitu perilaku yang sopan

dan baik dalam bergaul, kondisi aman dan teratur, tata kesopanan dalam

kehidupan bermasyarakat.1 Dan menurut praturan daerah No.26 tahun

2008 menyatakan bahwa Ketertiban umum merupakan upaya yang

dilakukan untuk menciptakan rasa damai, tertib, tentram dan teraturnya

kehidupan masyarakat Indonesia dengan berdasarkan pada keimanan

dan ketakwaan keapda Tuhan Yang Maha Esa dengan tetap

mementingkan nilai-nilai budaya, moral, susila, keadilan dalam

memberikan perlindungan hukum serta kebijakan Pemerintah Daerah

guna mencegah, melakukan pengawasam dan tindak lanjut seluurh jeis

aktivitas penyimpangan sarana umum maupun sosial dan fasilitas

kepemilikan Pemerintah Daerah serta pemukiman warga. 2

Satpol PP menjadi instansi terkait yang terpenting yang

bertanggung jawab dalam penegakkan regulasi di daerah. Menurut

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

dalam pasal 225 ayat (1) bahwa, Satpol PP dibentuk untuk menegakan

Perda dan Perkada menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum

1
S. Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia, (Jakarta, Raja Grafindo, 2009), h.30.
2
Lembaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai No.26 Tahun 2008

1
2

serta melaksanakan perlindungan masyarakat. 3 Satpol PP adalah OPD

atau organisasi perangkat daerah yang dibentuk dengan tugas

menegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah dimana

memiliki tugas menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman

serta melaksanakan perlindungan masyarakat.4 Untuk melahirkan

ketertiban umum pada suatu daerah, penertiban terkait adanya

hiburan dan rekreasi; penertiban tempat tempat usaha; dan penertiban

terhadap pelanggaran ketentraman dan ketertiban masyarakat.

Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada penertiban umum yang

dilakukan oleh Satpol PP di Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan

3
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah dalam pasal 225 ayat (1)
4
A H Azhari, ‘Implementasi Kebijakan Penertiban Pasar Barabai Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Provinsi Kalimantan Selatan’, Jurnal Tatapamong, Vol 2, No.2, 2020, hlm34 .
3

Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 26 Tahun 2008

tentang Ketertiban Umum.5

Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) merupakan lokasi penelitian

dalam penelitian ini. Ketertiban umum merupakan prasyarat bagi

pemerintah dan rakyatnya untuk melaksanakan segala kegiatan yang

dilakukan secara arif, sistematis, dan tertib yang mendatangkan rasa

tenteram dan nyaman bagi semua yang terlibat. Maksud ayat (1) adalah

melintasi tempat parkir atau jalur hijau yang tidak diperuntukkan bagi

masyarakat umum sebagai pelanggaran administratif, kecuali menyangkut

hal-hal yang merugikan kepentingan badan; menyalahgunakan ruang

hijau dan taman.

Sumatera Utara merupakan provinsi yang di dalamnya terdapat 33

kabupaten/kota termasuk Kabupaten Serdang Bedagai. Berjarak 80 km

dari kota Medan di jalan raya yang menuju ke Padang dan Pekanbaru,

kawasan ini diberkahi dengan sarana dan prasarana yang tentunya

sangat mumpuni dan memenuhi kebutuhan daerah masyarakat

Kabupaten Serdang Bedagai menyelenggarakan kegiatan pengabdian

masyarakat di bidang kesehatan, pendidikan, dunia usaha dan

perumahan yang layak bagi masyarakat setempat. Satpol PP Serdang

Bedagai kerap menghadapi kasus berlapis di masyarakat.

Salah satu yang menjadi permasalahan berupa kasus berlapir yang

dihadapi Satpol PP adalah pedagang kaki lima yang berjualan di pinggir

jalan di atas selokan drainase yang mana hal tersebut menyebabkan


5
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
4

terbatasnya ruang mobilisasi menuju pasar PON. Satpol PP setempat

yang hendak mengusir pedagang yang berjualan gerobak karena

pedagang tersebut tidak berjualan sesuai ketentuan, sering terjadi adu

mulut antara pedagang dengan petugas Satpol PP. Sekretaris Satpol PP

Sergai Nasar Nasution juga mengatakan, tujuan penertiban adalah untuk

mengatur praktik PKL sesuai aturan yang berlaku. Berdasarkan Perda

2008, sebagai Satpol PP kami menjalankan tugas dan tanggung jawab

kami dengan memantau pedagang yang melakukan transaksi jual beli di

tempat-tempat yang tidak layak seperti: B. di trotoar tempat pejalan kaki

dan selokan mengganggu lalu lintas. air di selokan. Pedagang yang

berjualan di pinggir jalan mengganggu kenyamanan lalu lintas dan

ketertiban umum.

Kedua, pembangunan gedung-gedung liar, seperti yang terjadi

pada 29 Juli 2022. Satpol PP mengambil alih puluhan gedung yang

menyerbu kawasan itu. Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara.

Pengawasan dilakukan karena bangunan yang melanggar tidak hanya

tidak sah, tetapi juga berdiri di atas parit. Jika tidak dikendalikan maka

resiko kerusakan yang besar seperti banjir serta gangguan ketertiban

umum dan kenyamanan masyarakat, akan tetapi hal tersebut membawa

banyak keuntungan dan kerugian.

Ketiga, Satpol PP Kabupaten Serdang Bedagai banyak

mengalami kendala pada saat melakukan pekerjaan instansi karena

masyarakatnya tidak baik hati dan banyak masyarakat yang masih buta
5

huruf seolah-olah berpikir apa yang mereka lakukan. benar karena

mereka menganggap tanah tersebut sebagai tanah leluhur mereka dan

banyak pendapat masyarakat yang beranggapan bahwa mereka

berjualan hanya untuk mencari nafkah, padahal pelaksanaan Satpol PP

harus tetap berjalan karena ada tanda-tanda pelanggaran dan aparat

Satpol PP memberikan pelaksanaan peraturan pemerintah daerah dan

daerah Kabupaten Serdang Bedagai.

Dilihat dari beberapa bulan terakhir di tahun 2022 mulai bulan Juli-

September diperoleh data dari pihak Satpol PP sebagai berikut :

FASILITAS UMUM
NO. (FASUM) DAN
FASILITAS SOSIAL
(FASOS) SERTA ASET
MLIK WARGA
NEGARA
JENIS JUMLAH KONDISI

1 Kios dan bangunan 40 Bangunan tidak


ruko permanen dan bangunan
sudah permanen

2 Kios dan bangunan 55 Bangunan tidak


ruko permanen dan bangunan
sudah permanen

Kios, Bangunan
Ruko, dan Warung-
6

3 warung 60 Kondisi nya bagus

Kios, Bangunan
Ruko, dan Warung-
4 30 Kondisinya masih bagus
warung

5 Lahan 1 Lahan yang dimiliki luas


pertambangan dan masih beroperasi

Sumber: Laporan Kinerja Satpol PP Kabupaten Sergai (tangga


pengolahan: 13 September 2022)

Dari tabel 1.1 kita dapat melihat dari sekitar 95 kios dan ruko

masih ada yang non permanen. data pelanggaran ketentraman umum

yang didapatkan oleh Satpol PP Kabupaten Serdang Bedagai pada

periode Juli-September Tahun 2022 sebagai berikut:

Tabel 1. 1 PERKIRAAN REKAPITULASI SOP KEGIATAN


PERDA/PERKADA PERIOSW JULI-SEPTEMBER 2022

JENIS STANDAR
STANDAR OPERASI
No PROSEDUR
OPERASI KENDALA KETERANGAN
PROSEDUR TEKNIS

Banyak SOP yang


pedagang diterapkan sudah
Standar Operasional yang berjualan sesuai dengan
1 Prosedur Penegakkan di atas parit yang berlaku
peraturan daerah dan Daerah
Milik Jalan
(DMJ) dan
Banyak SOP yang
pedagang diterapkan sudah
Standar Operasional yang berjualan sesuai dengan
2 Prosedur Penegakkan di atas parit yang berlaku
peraturan daerah dan Daerah
Milik Jalan
(DMJ) dan
Banyaknya SOP yang
pedagang diterapkan sudah
Standar Operasional yang berjualan sesuai dengan
di sepanjang yang berlaku
3 Prosedur Penegakkan
peraturan daerah Daerah Milik
Jalan (DMJ)/
diatas parit
7

Banyaknya SOP yang


pedagang diterapkan sudah
yang berjualan sesuai dengan
Standar Operasional di sepanjang yang berlaku
4 Prosedur Penegakkan Daerah Milik
peraturan daerah Jalan (DMJ)/
diatas parit

Pemilik lahan SOP yang


Standar Operasional
tidak memiliki diterapkan sudah
Prosedur Penegakkan
surat izin yang sesuai dengan
peraturan daerah
resmi yang berlaku
Sumber: : Laporan Kinerja Satpol PP Kab. Serdang Bedagai (tanggal
pengolahan: 13 September 2022)

Berdasarkan isi table di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa Satpol

PP sudah menerapkan SOP seperti yang telah diregulasikan, namun

masih banyak masyarakat yang tetap melakukan pelanggaran,

pelanggaran yang terjadi kebanyakan pada kalangan pedagang kaki lima

yang berjualan tidak sesuai dengan aturan.

Pemerintah daerah Serdang Bedagai memberikan tindakan tegas

tertib kepada oknum-oknum yang membuat suatu tindak pelanggaran

peraturan daerah dan/atau kebijakan pemda yang dalam hal ini menjadi

tanggungjawab Satpol PP yang bertugas menertibkan lingkungan

masyarakat sekitar dengan berpedoman pada laporan/kajian perangkat

daerah teknis yang mana ini merupakan rangka menjaga ketertiban umum

di daerah, Tindakan penertiban meliputi: menertibkan oknum yang

melakukan pelanggaran; menertibkan bangunan usaha atau tempat

tinggal yang tidak sesuai dengan ketentuannya; menertibkan informasi

dan wadah promosi suatu produk penjualan; menertibkan kost-kostan

atau rumah sewa; menertibkan tempat hiburan malam yang illegal dan
8

juga taman rekreasi yang belum sesuai dengan ketentuan semestinya;

menertibkan tempat wirausaha dan menertibkan oknum-oknum yang

melakukan pelanggaran terkait dengan keamanan dan ketertiban

masyarakat Indonesia. Sebelum menyampaikan laporan/kajian perangkat

daerah teknis memberikan teguran secara tidak langsung atau tertulis

kepada pemilik atau yang bertanggungjawab dalam kegiatan tersebut

agar tak melanjutkan pembangunan maupun penggunaan bangunan pun

izin kegiatan usaha dan segala sesuatu yang melanggar ketentuan

perundang-undangan/ penutupan reklame .6

Penyelenggaraan penertiban kepada pelaku pelanggaran yang tidak

sesuai dengan ketentuan ditegakkan dengan beberapa tahap seperti di

bawah ini:

a. Secara lisan/teguran dari Satpol PP yang diberikan secara langsung

atau lisan untuk tidak boleh beraktivitas pada tempat-tempat terlarang

dan/atau akan memebrikan dampak bahaya bagi pelanggar;

b. Mengajukan proses yustisial kepada pedagang kaki lima di pinggir-

pinggir jalan yang berjualan sembarangan dan mengganggu

kelancaran lalu lintas di kawasan tersebut yang mana PPNS telah

memasukkannya ke dalam BAP (Berita Acara Pemeriksaan).

c. Menyimpan benda atau barang dari hasil pelaksanaan penertiban di

tempat/gudang miliknya pemerintah daerah sebagai bukti

pelanggaran. Membuat tanda terima atau berita acara agar kemudian

dilakukan proses penyimpanan barang sebagai alat bukti yang


6
Ibid
9

menjadi hasil dari operasi penertiban yang telah dilakukan. Barang

bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, dapat diambil atau

dimusnahkan setelah ada putusan dari dari pengadilan. 7

Berdasarkan uraian-uraian permasalahan di atas terkait dengan

banyaknya pelanggaran yang masih terjadi hingga saat ini dan wajib

untuk mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah setempat untuk

menciptakan ketertiban dan ketentraman dalam hidup bermasyakat di

lingkungan tempat tinggal dan kerjanya atau lingkungan sekitar, maka

peneluis mencoba untuk meneliti sekaligus mengkaji terkait dengan

penelitian yang berjudul ”IMPLEMENTASI PENEGAKKAN PERDA NO.

26 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN UMUM OLEH SATPOL PP

DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA

UTARA”.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai degan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan-permasalahan terkait dengan penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana Penegakkan Peraturan Daerah Serdang Bedagai

Nomor 26 Tahun 2008 tentang Penertiban Umum oleh Satpol PP

di Kabupaten Serdang Bedagai?

2. Apa yang menjadi penghambat dalam Penegakkan Peraturan

Daerah oleh Serdang Bedagai Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Penertiban Umum Satpol PP di Kabupaten Serdang Bedagai?

7
Lembaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai No.26 Tahun 2008
10

3. Bagaimana upaya Satpol PP mengatasi hambatan pada

Penegakkan Peraturan Daerah Serdang Bedagai Nomor 26 Tahun

2008 tentang Penertiban Umum di Kabupaten Serdang Bedagai?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian dari latar belakang dan juga rumusan masalah di

atas, tujuan dari pelaksanaan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana Penegakkan

Peraturan Daerah Serdang Bedagai Nomor 26 Tahun 2008

tentang Penertiban Umum oleh Satpol PP di Kabupaten Serdang

Bedagai.

2. Untuk mengetahui dan menganalisi yang menjadi penghambat

dalam Penegakkan Peraturan Daerah Serdang Bedagai Nomor 26

Tahun 2008 tentangPenertiban Umum oleh Satpol PP di

Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Satpol PP dalam

mengatasi hambatan pada Penegakkan Peraturan Daerah

Serdang Bedagai Nomor 26 Tahun 2008 tentang Penertiban

Umum oleh Satpol PP di Kabupaten Serdang Bedagai.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan teoritis


11

Secara teoritis penelitian ini bisa menyumbangkan kontribusi untuk

dinas terkait terhadap Peraturan Daerah Serdang Bedagai Nomor 26

Tahun 2008 tentang Penertiban Umum oleh Satpol PP di Kabupaten

Serdang Bedagai. Kajian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam

pelaaksanaan ketertiban umum.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi atau

sumbagsih dalam pemikiran terhadap Penegakkan Peraturan

Daerah Serdang Bedagai Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Penertiban Umum di Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Sebagai bahan kajian Pemerintah Daerah dalam mengatasi

pelanggaran- pelanggaran ketertiban umum di Kabupaten Serdang

Bedagai.

3. Kepada peneliti, penelitian ini diharapkan bisa memberikan

pengetahuan sebagai bekal dalam pengabdian atau dedikasi

kepada masyarakat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu digunakan sebagai pertimbangan bagi

peneliti untuk melaksanaan penelitian. Tujuan dari menggunakan

penelitian sebelumnya yaitu agar peneliti dapat mengetahui isi dari

penelitian tersebut dari metodologi hingga yang diletakkan pada penelitian

sebelumnya. Pada penelitian, Peneliti menggunakan lima hasil penelitian

sebelumnya yaitu penelitian Mulyana dan Raaiza Inda Dzil Arsyiila (2021),

Angga Setyo Pramono (2019), Hartyas Raditya Mardiono dan Abdul

Wachid (2010), Geovani Meiwanda (2012), dan Maydiansyah (2017).

Tabel 2. 1 Hasil Penelitian Sebelumnya


Nama Judul Teori Teori Yang Persamaan/
No Penelitian Yang Digunakan Perbedaan
Sebelumnya Digunaka Peneliti
n Peneliti
Terdahulu
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Mulyana, Implementasi Edwar iii Implementa Pendekatan teori
Raaiza Inda Peraturan (1980) si Teori yang digunakan
Dzil Arsyiila Daerah Weimer dan sama, lokus berbeda
(2021) Nomor 13 Vining
Tahun 2018 (2007:396)
Tentang
Keamanan
Dan
Ketertiban
umum Oleh
Satpol PP Di
Kabupaten
Pasaman
Barat
Provinsi
Sumatera
Barat
2. Angga Setyo Pelaksanaan Mazmania Implementa Pendekatan
Pramono(201 Fungsi n dan si Teori terhadap teori yang
9) Satpol PP Sebatier Weimer dan digunakan berbeda,
Kota (2014:68) Vining lokus berbeda

12
13

Semarang (2007:396)
3. Hartyas Implementasi Edward III Implementa Pendekatan
Raditya, Kebijakan (1980) si Teori terhadap teori yang
Mardiyono, Peraturan dalam Weimer dan digunakan berbeda,
Abdul Wachid Daerah Nugroho Vining lokus berbeda
(2010) Nomor 5 (2009, (2007:396)
Tahun 2007 h.512)
Tentang
Ketentraman
Dan
Ketertiban
UmumDi
Kawasan
Sempadan
Afvoer Bono
Kecamatan
Gedangan
Kabupaten
Sidoarjo
4. Geovani Implementasi Van Meter Implementa Pendekatan teori
Meiwanda Perda No. 5 dan Van si Teori yang digunakan
(2012 Tahun 2002 Horn Weimer dan berbeda, lokus
Tentang dalam Vining berbeda
Ketertiban Budi (2007:396)
Umum Di Winarno
Kota (2008:159
Pekanbaru )
5. Maydiansyah Implementasi Thomas Implementa Pendekatan teori
(2017) Peraturan R. Dye si Teori yang digunakan
Daerah Kota (dalam Weimer dan berbeda, lokus
Tanjungpina Winarno, Vining berbeda
ng Nomor 5 2012:20) (2007:396)
Tahun 2015
Tentang
Ketertiban
Umum
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2022

Berdasarkan hasil dari studi kasus table diatas peneliti menemukan


beberapa perbedaan dan persamaan dengan yang dilakukan peneliti
sebelumnya, serta peneliti menarik kesimpulan yaitu:

1. Mulyana, Raaizza Inda Dzil Arsyilaa (2021) Dari institut

Pemerintahan Dalam Negeri

Menunjukkan bahwa aspek sumber daya menjadi faktor

penghambat dalam penegakkan perda tersebut dimana sumber

daya yang ada masih belum memadai dalam segi kualitasnya dan

juga sarana prasarana yang ada belum memadai. Namun Adapun


14

sikap baik oleh impementator yang terlihat dalam pelaksanaan

kebijakan perda tersebut8

2. Angga Setyo Pramono (2019) dari Universitas Semarang

Dengan skripsinya yang berjudul “Pelaksanaan Fungsi

Satpol PP Kota Semarang” mendapatkan hasil bahwa Satpol PP

Kota semarang telah melaksanakan tugas dan fungsinya dengan

baik dimana Satpol PP kota Semarang melaksanakan kegiatan

berupa Penertiban PKL serta merelokasinya, melaksanakan Razia,

dan melakukan patrol secara rutin9

3. Hartyas Raditya, Hardiyono, Abdul Wachid (2010) Universitas

Brawijaya Malang

Dengan jurnalnya yang berjudul “Implementasi Kebijakan

Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Ketentraman Dan

Ketertiban UmumDi Kawasan Sempadan Afvoer Bono Kecamatan

Gedangan Kabupaten Sidoarjo” menyimpulkan bahwa Satpol PP

telah berhasil melaksanakan tugasna dalam melakukan relokasi

pada PKL di Afvoer Bono Kabupaten Sidoarjo namun belum

dikatakan oimal secara keseluruhan dikarenakan kurangnya jumlah

staff pelaksana di tingkat kecamatan10

4. Geovani Meiwanda (2021) Universitas Riau

8
Mulyana, Raaizza Inda Dzil Arsyilaa (2021)
9
Pelaksanaan Fungsi Satpol PP Kota Semarang, Angga Setyo 2019
10
Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Ketentraman Dan Ketertiban UmumDi
Kawasan Sempadan Afvoer Bono Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo. Abdul Wachid, 2010
15

Dengan skripsinya yang berjudul “Implementasi Perda No. 5

Tahun 2002 Tentang Ketertiban Umum Di Kota Pekanbaru 11”

mendapatkan hasil bahwa Satpol PP di kota pelanbaru telah

melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan apa yang

diinstruksikan, Adapun kendala yang dihadapi ialah belum

optimalnya staff khusus yang berada di lapangan..

5. Maydiansyah (2017) Universitas Mariti Raja Ali Haji Tanjungpinang

Dengan penelitiannya yang berjudul “Implementasi

Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 5 Tahun 2015

Tentang Ketertiban Umum” mendapatkan hasil yaitu tugas Satpol

PP di kota Tanjungpinang sudah berjalan secara optimal, hal ini

didukung oleh sumber daya yang ada sudah cuku memadai di

ruang lingkup Satpol PP kota Tanjung pinang. 12

2.2 Landasan Teoritis dan Legalistik

2.2.1 Landasan Teoritis

Dalam melakukan Sebuah penelitian maka diperlukan analisis

mengenai definisi-definisi teori yang telah dikemukakan oleh para ahli

yang berguna menjadi dasar terhadap yang nantinya dikaji dalam

penelitian dimana teori yang dipaparkan akan sesuai denga napa yang

akan diteliti nantinya.

2.2.2 Implementasi

11
Implementasi Perda No. 5 Tahun 2002 Tentang Ketertiban Umum Di Kota Pekanbaru, Meiwanda, 2021
12
Implementasi Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Ketertiban Umum, Maydiansyah,
2017
16

Rangkaian berbagai macam kegiatan yang dilakukan dalam

mengantarkan kebijakan keapda masyarakat luas agar kebijakan tersebut

bisa memberikan hasil sesuai dengan apa yang diinginkan merupakan

pengertian dari implementasi.8 bisa dimengerti bahwa implementasi

adalah salah satu bagian dari tahap kebijakan publik. Kebijakan yang

membutuhkan sebuah ketentuan sebagai pengatur pelaksanaannya

merupakan kebijakan publik yang tertuang didalam peraturan perundang-

undangan.

Menurut Syaukani dkk (2004 : 295) implementasi adalah tahapan

kegiatan dalam rangka memebrikan kebijakan keapda masayrakat luas

agar kebijakan tersebut bisa memebrikan suatu hasil sesuai dengan yang

diinginkan. Tahapan tersebut terdiri dari: pertama, mempersiapkan

peraturan lanjutan sebagai hasil respon dari kebijakan tersebut. Kedua

adalah mempersiapkan sumber daya manusia yang tepat guna sebagai


17

penggerak dalam penerapan dalam sarana prasarana, sumber daya

keuangan dan orang yang bertanggungjawab penuh terkait dengan

berlangsungnya pelaksanaan kebijakan tersebut 13.

Surmayadi (2005 : 79) mengemukakan ada tiga unsur penting

dalam proses implementasi yaitu: (1) terlaksanaya suatu kegiatan atau

kebijakan (2) memiliki target kelompok artinya kelompok masyarakat yang

dijadikan sasaran dan sudah ditetapkan akan memperoleh kegunaan dari

kegiatan itu entah itu berupa perubahan/peningkatan (3) unsur pelaksana

(Implementor) baik organisasi atau perorangan untuk bertanggung jawab

untuk mendapatkan pelaksanaan dan juga pengawasan dari suatu proses

penerapan.14

Sedangkan Horn (Tahir, 2014:55), “mengartikan implementasi

sebagai perilaku dari masyarakat maupun pemangku kepentingan yang

mendapatkan arahan terhadap pencapaian tujuan yang sudah diatur

dalam suatu kebijakan.”15

13
Syaukani. (2004). Otonomi Dalam Kesatuan.
14
Novan, M., Sumampouw, I., & Undap, G. (2018). Implementasi Pembangunan Infrastruktur Desa Dalam Penggunaan
Dana Desa Tahun 2017
15
Tahir, A. (2014). Implementasi Kebijakan Pemerintah Dalam. Pengembangan Pariwisata Pantai Selat baru Kabupaten
Bengkalis.
18

Menurut Weimer dan Vining (2007 : 396) ada tiga variabel yang

memengaruhi ketercapian implementasi suatu kegiatan yaitu: logika

kebijakan, lingkungan tempat kebijakan dioperasikan, dan kemampuan

implementor kebijakan.

A. Logika dari suatu kebijakan. Artinya agar kebijakan yang sudah


ditetapkan dapat diterima dan memperoleh dukungan secara
teoritis.
B. Kondisi/tempat kebijakan tersebut akan memberikan pengaruh
terhadap berhasil atau tidaknya penerapan sautu kebijakan.
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan politik, sosial,
hankam, ekonomi dan geograif/fisik.
C. Kemampuan implementor. Berhasil atau tidaknya sautu
penerapan kebijakan bisa terpengaruh karena tingkat
keterampilan dan juga kompetensi yang dimiliki oleh seorang
pelaksana kebijakan.

Brdasarkan hal tersebut, kita dapat memahami bersama jika proses

penerapan sebenarnya bukan hanya terkait perilaku badan administratif

yang mempunyai tanggungjawab penuh dalam pelaksanaan sutau

program kegiatan dan memberikan rasa taat pada kelompok yang dituju,

melainkan terkait dengan jeringan kekuatan ekonomi, politik dan juga

sosial yang langsung maupun tidak langsung yang bisa memberikan


19

pengaruh tingkah laku dari semua instansi yang terikat didalamnya untuk

mengarahkan guna mewujudkan tujuan kebijakan publik dari pemerintah

yang diharapkan.

2.2.3 Satpol PP

Satpol PP atau yang lebih dikenal dengan SATPOL PP adalah

Organisasi Perangkat daerah (OPD) dalam memelihara ketentraman dan

ketertiban umum serta sebagai penyelenggara perlindungan masyarakat

dan pelaksanaan Regulasi. Organisasi dan tata kerja Satpol PP

ditetapkan dengan Peraturan Daerah Pembentukan SATPOL PP

diperlukan dalam memudahkan tugas pemerintah dalam melaksanakan

Penegakkan hukum termasuk perda dan perkada di masing-masing

daerah.

Dasar hukum SATPOL PP terbentuk atas beberapa ketentuan

pada pasal 256 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah yang dituliskan dengan detail dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satpol PP.

Satpol PP mempunyai wewenang dalam hal Penegakkan reguasi

daerah dalam hal ketertiban umum karena SATPOL PP merupakan

pejabat Pemerintah Pusat yang berada di daerah yang melaksanakan

pemerintahan umum. Adapun kewenangan SATPOL PP ialah:

Polisi Pamong Praja berwenang:


20

fungsi Satpol PP dalam tugasnya adalah sebagai beikut:

2.2.4 Penegakkan Hukum

Sebagai negara hukum, perlindungan dan Penegakkan hukum

secara adil merupakan hal yang harus yang harus diwujudkan di

Indonesia. Penegakkan hukum di Indonesia diciptakan supaya tercipa

keadlian dan ketentraman di masyarakat. Soekanto (1983) mengatakan

bahwa Penegakkan hukum merupakan suatu kegiatan menyamakan

hubungan nilai-nilai yang sudah terinci dalam peraturan dan sikap perilaku

sebagai rincian dari penjabaran nilai tahapan terakhir untuk melahirkan,

menjaga dan mempertahankan ketentraman hidup16. Dalam


16
Sukanto. (1983). Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakkan hukum
21

penerapannya, keberhasilan Penegakkan hukum dipengaruhi oleh faktor

yang memiliki arti seimbang, dampak negatif maupun positif terdapat pada

isi faktor tersebut. Faktor ini memiliki hubungan yang tidak dapat

dipisahkan satu sama yang

Faktor-faktor diatas sama-sama terikat antara satu dengan yang lain,

karena menjadi substansi dari Penegakkan hukum, dan juga sebagai

perbandingan dari efektifitas penegekan hukum.

2.2.5 Ketertiban Umum

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) hukum, tertib dalam

bahasa Belanda Rechtsorde, adalah suatu kondisi dalam masyarakat

berperilaku dan bergaul seperti apa yang diinginkan merupakan wujud

dari hukum dan segala sesuatu dilakukan berbanding dan selalu

didasarkan oleh hukum.


22

Ketertiban berasal dari kata ‘tertib’ yang mempunyai arti teratur;

sesuai aturan; rapi. Sedangkan ketertiban adalah aturan peraturan,

kesopanan, perikelakuan yang baik dalam pergaulan, keadaan serta

teratur baik.

Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan bahwa, ketertiban

merupakan tujuan utama dari seluruh hukum yang ada. Sayarat utama

fundamental untuk menciptakan keadaan masyarakat yang teratur adalah

dengan memenuhi kebutuhan ketertiban. Ketertiban merupakan harapan

dari dibentuknya suatu hukum adalah fakta objektif yang diterapkan bagi

seluruh masyarkat manusia apapun latarbelakang dan kedudukannya.

Untuk mencapai ketertiban inidiperlukan adanya keyakinan dalam

pergaulan antar individu dalam masyarakat.


23

Persoalan penertiban umum di Kabupaten Serdang Bedagai

Provinsi Sumatera Utara diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten

Serdang Bedagai Nomor 26 Tahun 2008 yang mana didasari untuk

melindungi warga kota, atau infrastruktur kota berupa jalan dan taman,

pun fasilitas umum, dalam rangka menjamin kenikmatan umum. Selain

infrastruktur kota lainnya, diperlukan aturan yang mengatur transportasi

umum.

Yang dimaksud dengan "ketertiban umum" adalah kemudahan

semua fasilitas prasarana umum seperti jalan dan perlengkapan lainnya

(trotoar, gorong-gorong, dan lain-lain), jalur penghijauan, taman rekreasi,

dan lain-lain. Satpol PP Kabupaten Serdang Bedagai adalah instansi yang

memegang kendali penuh terhadap berjalannya operasional yang

efisiensi.
24

Ketertiban dan keamanan dalam masyarakat akan terjaga apabila

setiap individu atau kelompok dalam masyarakat mengikuti aturan (norma)

yang ada dalam masyarakat tersebut. Pemerintah adalah entitas

pengendali dalam masyarakat yang menciptakan aturan-aturan tersebut.

Sekalipun undang-undang ini telah ditetapkan dan bersifat memaksa,

tetap saja ada orang yang melanggarnya, dan tentu saja mereka akan

menghadapi hukuman berdasarkan kesalahan dan peraturan yang dibuat.

Setelah mengetahui beberapa pendapat dari parah ahli, kita bisa

menarik benang merah mengenai ketertiban umum yang merupakan

kondisi tenang, aman bebas dari segala jenis bentuk gangguan yang

dapat meimbulkan kekacauan dalam kegiatan sehari-hari guna

mewujudkan kesejahteraan masyarakat luas yang berlangsung dengan

teratur sesuai pada norma dan hukum yang berlaku.


25

2.3 Landasan Legalistik

Dalam pembahasan penelitian Implementasi Penegakkan Perda

Nomor 26 Tahun 2008 tentang Ketertiban Umum Oleh Satpol PP

Kabupaten Serdang Bedagai Landasan Legalistik yang digunakan yaitu:

2.3.1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah

Dalam pasal (12) ayat e Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014

diketahui jika pemeliharaan ketentraman, ketertiban umum, dan

perlindungan warga negara adalah salah satu urusan wajib yang menjadi

kewenangan pemerintah daerah.

untuk menertibkan dan menindaklanjuti pelanggaran terhadan Perda atau

Perkada yang dilakukan masyarakat, aparatur maupun badan hukum.

2.3.2 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang

Satpol PP

Fungsi Satpol PP tertuang dalam Peraturan DPRD Nomor 16

Tahun 2018, Pasal 1 Ayat 1: “Satpol PP adalah alat pemerintah provinsi

untuk menegakkan peraturan daerah dan mengatur pelayanan pengemudi

umum dan masyarakat serta pelayanannya. administrasi, perlindungan


26

publik." Tanggung jawab utama Satpol PP adalah mengawasi

pelaksanaan peraturan daerah dan panglima daerah, serta mengatur

perilaku masyarakat dan memberikan keamanan masyarakat.

Tugas pokok tersebut tertuang dalam pasal (5). Mengingat Satpol

PP (SATPOL PP) dalam menjalankan tugasnya diatur dalam Pasal 6,

yang meliputi: 1. Penyusunan dan pelaksanaan program daerah dan

kewilayahan tentang kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,

penyelenggaraan ketertiban umum dan ketertiban umum serta

perlindungan masyarakat; 2. Penegakan Peraturan Daerah dan Kebijakan

Penegakan Perkada, Penegakan Ketertiban dan Ketenteraman Umum

serta Perlindungan Masyarakat;3. Pelaksanaan koordinasi yang berkaitan

dengan pelaksanaan peraturan daerah dan peraturan penyelenggara

daerah, penyelenggaraan ketertiban umum, ketertiban umum, dan

perlindungan masyarakat; 4. Pengawasan lembaga, badan hukum dan

masyarakat dalam pelaksanaan peraturan daerah dan peraturan

administrasi daerah;5. Melaksanakan tugas lain berdasarkan tugas dan

tanggung jawab yang dilimpahkan oleh Direktur Wilayah sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Satpol PP memiliki dua prosedur untuk mengemban kewajibannya

yaitu dengan cara pendekatan preventif dan pendekatan represif. Strategi

kehati-hatian atau pencegahan adalah upaya untuk mengambil langkah-

langkah yang berbeda sebagai semacam perusahaan dalam memeriksa

kepatuhan terhadap aturan komunitas, instrumen, atau badan hukum.


27

Akses atau tindakan represif adalah cara non-yudisial pelaksanaan

peraturan daerah terhadap unit, otoritas, atau organisasi hukum yang

menentangnya. Maka dri itu, dapat diketahui, jika Satpol PP memegang

kendali penting untuk menjaga ketentreman dan komunikasi publik juga

memikul beban dan peraturan daerah.

2.3.3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2011

tentang Standar Operasional (SOP) Satpol PP (SATPOL

PP)

Untuk mengantisipasi opini buruk dan stigma yang kurang baik

dalam masyarakat karena dianggap merampas hak asasi manusia maka

Pada pasal (1) ayat (4) dijelaskan bahwa Standar Operasional

Prosedur (SOP) Sayuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) adalah

prosedur bagi aparat Polisi Pamong Praja, guna meningkatkan rasa sadar
28

dalam menjalanakan tugas dan tanggungjawabnya dalam menegakkan

hukum yang berpedoman pada peraturan daerah yang berlaku, aparat

serta badan hukum terhadap peraturan daerah, peraturan kepala daerah

dan keputusan kepala daerah serta penyelenggaraan ketertiban umum

dan ketenteraman masyarakat.

2.3.4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2020

tentang Penyelenggaraan Ketentraman dan Ketertiban

Umum Serta Perlindungan Masyarakat

Penyelenggaraan tantribum serta perlindungan masyarakat

merupakan tugas dari Satpol PP(SATPOL PP) yang diatur dalam Pasal

(3) ayat (1) yang menyatakan bahwa ‘Satpol PP menyelenggarakan

Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat di provinsi dan

kabupaten/kota’.

2.3.5 Peraturan Daerah Kabupaten Sedang Bedagai Nomor 26

Tahun 2008 tentang Ketertiban Umum


29

Selain berada di tingkat Pusat Pemerintahan, SATPOL PP juga

berada di ruang lingkup Pemerintahan Daerah sebagai salah satu

contohnya berada di Kabupaten Serdang Bedagai. Dengan adanya

SATPOL PP maka Pemerintah Daerah Berhak mengeluarkan Peraturan

Daerah tentang SATPOL PP supaya dapat melaksanaka tugasnya

dengan baik.

Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 26 Tahun

2008 dalam pasal (3) menjelaskan “Ketertiban umum merupakan

kebijakan Pemerintah Daerah yang bertujuan untuk mengawasi,

mencegah dan menindak segala bentuk kegiatan penyalahgunaan sarana

sosial, sarana umum dan fasilitas milik Pemerintah Daerah serta

permukiman.”

Berdasarkan bunyi pasal tersebut untuk melaksanakan peraturan

daerah, penegakkan trantibum Kabupaten Serdang Bedagai, Pemerintah

Kabupaten Serdang Bedagai secara lebih khusus dalam melaksanakan

tugas dan fungsinya berfokus kepada penyalahgunaan sarana dan

prasarana serta fasilitas umum milik Pemerintah Daerah.

2.4 Kerangka Pemikiran

Menurut Sugiyono (2017:60), kerangka kerja adalah “model

kontekstual yang mempertimbangkan ide-ide yang berkaitan dengan

banyak elemen yang telah ditonjolkan sebagai perhatian yang signifikan”.17

17
Sugiyono(2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta
30

Menurut Polancik (2009), kerangka pemikiran merupakan suatu

konsep yang memberikan penjelasan secara umum mengenai alur logika

berlangsungnya suatu penelitian. Kerangka pemikiran dibuat dengan

berpedoman pada pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti dan

menerjemahkan sautu himpunan dari banyaknya konsep dan juga kaitan

yang ada antara konsep-konsep tersebut.18

McGaghie (2001) mendefinisikan kerangka berfikir merupakan

proses yang menajdi pengatur dalam pemberian pertanyaan dalam sautu

penelitian yang mendorong investigasi dilaporkan berdasarkan pernyataan

yang ada dalam rumusan masalah19.

Kerangka pemikiran adalah gambaran yang menjabarkan antara

teori yang digunakan dalam penelitian dan identifikasi atas banyaknya

masalah yang menjadi suatu rumusan megenai seberapa pentingnya

penelitian ini untuk dilakukan dan diselesaikan. 20. Sedangkan

Suriasumantri(1986) mengartikan kerangka pemikiran merupakan

penjabaran sementara yang dibuat untuk mengatur susunan gejala yang

akan terjadi dalam berlangsungnya penelitian yang selanjutnya akan

menjadi objek penyelesaian dari kriteria yang dibutuhkan. 21 Adapun

kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah:

18
Polancik(2009). EmpiralResearch Method Poster. Jakarta.
19
McGaghie(2001) Competency-Based Curiculum In Medical Education. Jakarta. Redpoint
20
Uma Sekaran(1992). “Research Method For Business”. Third Edition. Southem
21
Suriasumantri(1986). Dalam Sugiyono(2009:92)
31

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran

Sumber: Dikelola Peneliti 2022


32

berpacu dari kerangka di atas, maka penelitian ini bertolak pada


regulasi yang menjadi landasan berlakunya suaru hukum/peraturan
yang mana regulasi itu adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 tentang Kepolisian.

Mengenai Peraturan Unit Pelayanan Publik diatur dalam


Permendagri No. 26 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan
Ketenteraman dan Ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat,
Kepmendagri No. 54 Tahun 2011 tentang Standar Operasional
Prosedur, dan Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai No. 26
Tahun 2008 tentang Ketertiban Umum. Kajian yang berjudul
“Implementasi Perda No. 26 Tahun 2008 di Kabupaten Serdang
Bedaga Provinsi Sumatera Utara” mengacu pada teori Weimer dan
Vining (2007:396) yang menjelaskan bahwa terdapat tiga kelompok
variabel utama, yaitu: Kebijakan Logika, Lingkungan Operasional, dan
Kebijakan Kemampuan Pelaksana, dan didukung oleh lima penelitian
sebelumnya. Hasil akhir yang inginkan akan tercapai melalui penulisan
penelitian ini yaitu terciptanya suatu regulasi publik bagi masyarakat
Sergai.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Dalam riset di ilmu sosial, masalah terdapat dalam penelitian, judul

dan tema dari penelitian tersebut terdapat pembeda antara penelitian

kualitatif dan penelitian kuantitatif. Baik secara materi ataupun substansi

dari kedua penelitian tersebut memiliki perbedaan dari metodologis dan

filosofis. Penelitian dengan masalah kuantitatif umumnya dengan cakupan

wilayah yang lebih luas, serta dengan tingkat variasi lebih kompleks akan

tetapi berlokasi di permukaan. Penelitian dengan masalah kualitatif

cakupan wilayah cukup sempit serta dengan tingkat variasi yang lebih

sedikit akan tetapi kedalaman bahasan tak terbatas.

Riset yang dilakukan ini memakai sebuah pendekatan kualitatif

deskriptif yang bermakna bahwa riset ini untuk menjabarkan suatu

kejadian nyata atau ciri khas dari individu. Kondisi dari kelompok tertentu

dengan data yang

Melalui pendekatan ini dapat membuat gambaran yang lebih jeals

dan lengkap, melakukan penelitian dan mengkaji kembali laporan serta

data-data yang ada secara terperinci dari informan yang sudah ditentukan

sebelumnya. Serta melakukan studi terhadap situasi kondisi di lapangan.


33
34

Metodologi penelitian deksiptif kualitatif Bogdan dan Taylor dalam

Moleong (2003:3) merupakan suatu cara dan teknik dari riset sehingga

menghasilkan data gambaran rinci dalam bentuk tidak langsung maupun

langsung dari objek dan kebiasaan yang di amati.

3.2 Operasionalisasi Konsep

Operasionalisasi konsep adalah penjabaran dari konsep penelitian

agar lebih mudah untuk dipahami. Singarimbun(1997) mendefiniskan

operasional konsep sebagai  suatu unsur penelitian yang bersifat untuk

memberikan petunjuk terkait variabel yang diukur dalam rangka

mempermudah penyelenggaraan kegiatan penelitian di lokasi, untuk itu

dibutuhkan operasionaliasi konsep yang digunakan sebagai gambaran

perilaku/ gejala yang bisa diperhatikan melalui kata-kata yang bisa diuji

dan diketahun sesungguhnya.22

Untuk mempermudah dalam memahami penelitian ini, peneliti

merumuskan operasional konsep seperti di bawah ini:

Tabel 3. 1 Operasionalisasi Konsep

NO. JUDUL KONSEP DIMENSI INDIKATOR

1. .Implementasi Perda Yang


Penegakkan Berlaku
perda no 26 LOGIKA Konsistensi
tahun 2008
tentang Sanksi
ketertiban
umum oleh Teori Sosial
Satpol PP implementasi
kabupaten menurut weimer LINGKUNGAN Politik
serdang dan vining
bedagai. (2007) Ekonomi

22
Singarimbun (1997). Metode Penelitian Survei. Jakarta. LP3ES.
35

Staf

KEMAMPUAN Wewenang

Standar
Operasional
Prosedur
Sumber: Teori penegakkan Weimer dan Veiner (2007) diolah pada tanggal 12
september 2022

3.3 Sumber Data dan Informan

Data adalah sebuah informasi yang tepat dan terpercaya. Data

merupakan keseluruhan dari informasi yang didapat, baik angket

wawancara data merupakan keseluruhan catatan selama penelitian

dilakukan di lapangan untuk dibaca ulang kembali. Apabila dari dilihat

pada riset ini sumber data yang diperoleh dari data sekunder dan primer

1. Sumber data primer ialah Sumber data yang diperoleh langsung

kepada pengumpul data, seperti pejabat yang memiliki kewenangan

melalui proses wawancara. Data primer disajikan dalam bentuk

jawaban atas pertanyaan (wawancara) untuk Satpol PP dan melalui

observasi, sedangkan peneliti melakukan penelitian di dinas OPD

Satpol PP Kab. Serdang Bedagai.

2. Data yang termuat dalam bentuk dokumen atau media prantara seperti

buku, jurnal, artikel dan bisa juga didapatkan dari penelitian terdahulu.

Data sekunder yang diterapkan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu

data yang diterbitkan oleh Dinas OPD Satpol PP Kabupaten Serdang

Bedagai .
36

Untuk mengetahui korelasi data dengan riset ini, maka diperlukannya

identifikasi yang hendak dipakai. Berdasarkan pendapat Arikunto

(2010:172) sumber data dalam penelitian adalah:

Peneliti menggunakan beberapa informan dalam mempermudah

perolehan sumber data. Dalam menentukan informan, peneliti

menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Menurut

Sugiyono, Teknik purposive sampling adalah metode pengambilan sampel

berdasarkan pertimbangan untuk meyakinkan bahwa sampel yang

didapatkan sudah sesuai dengan tujuan penelitian. Yang menjadi

informannya adalah yang paham betul dengan penegakkan aturan

ketertiban umum seperti Kepala Satpol PP Kabupaten Serdang Bedagai.

Selanjutnya snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel dari

sedikit kemudian membesar agar didapatkan data yang memuaskan yang

mana jumlah sampel bertambah besar ibarat bola salju yang

menggelinding semakin membesar.

Dengan menggunakan teknik ini yang menjadi informan berasal

dari aparat Satpol PP di Kabupaten Serdang Bedagai dan masyarakat

Kabupaten Serdang Bedagai untuk mengetahui sejauh mana pencapaian


37

dalam ketertiban umum dan perlindungan masyarakat di Kabupaten

Serang Bedagai tercapai. Berikut merupakan narsumber pada rise ini:

Tabel 3. 2 TABEL DATA INFORMAN

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian bisa diartikan sebagai suatu alat yang

dipergunakan agar dapat mengolah dan menginterpretasikan segala

informasi yang diperoleh dengan menggunakan pola ukur yang sama

terhadap para responden. Instrumen penelitian berperan penting dalam

proses pengumpulan data penelitian dan data tersebut sangat bergantung

pada instrumen penelitian yang digunakan.

Menurut Creswell (2016: 261) pada penelitian kualitatif, penelitilah

yang dipakal sebagai instrumen kunci. Data yang ada dikumpulkan sendiri

melalui dokumentasi, observasi, maupun wawancara bersama partisipan

atau narasumber oleh para peneliti kualitatif. sesuai uraian di atas, pada

riset ini peneliti sendiri yang menjadi instrumen penelitian untuk

memperoleh informasi yang dibutuhkan secara langsung di lokasi


38

penelitian. Alasan utama manusia dijadikan sebagai instrumen utama

karena bentuk lainnya memiliki bentuk yang belum tentu pasti.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data mentah untuk tujuan penelitian dikenal

sebagai rekayasa akuisisi data. Pengumpulan data adalah prosedur

metodis dan konsisten untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan.

Peneliti melakukan audit independen, mengumpulkan data,

menganalisis, dan menarik kesimpulan tentang masalah perjalanan

utama, fokus, dan seleksi. Pengumpulan data merupakan langkah yang

disusun secara sistematis untuk membantu peneliti mendapatkan

informasi yang diperlukan. Teknik pengumpulan data tersebut kemudian

harus dikaitkan dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan

nantinya, sehingga diperlukan teknik pengumpulan data yang tepat dalam

penelitian agar tidak terjadi konflik antara teknik pengumpulan data yang

digunakan dengan masalah penelitian. Bahan dikumpulkan sebagai bahan

primer dan data sekunder yang diperlukan tergantung pada fokus

penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:  

1. Interview

Melalui wawancara (interview) yang dilakukan, maka pewawancara

akan dapat membaca maksud responden secara langsung dan bersifat

lebih menyeluruh, mulai dari ucapan sampai dengan bahasa tubuh atau

gerakan tubuh yang diberikan didukung dengan pertemuan yang terjadi

Menurut Sugiyono “Wawancara digunakan ketika peneliti akan


39

menggunakan penelitian pendahuluan untuk mendapatkan masalah

yang perlu untuk diselidiki, dan Ketika peneliti ingin mengetahui lebih

dalam pemikiran responden”23

2. Pengamatan

Pengamatan atau Observasi merupakan cara pegambilan informasi

yang mana dilakukan dengan melihat atau mengamati langsung objek

penelitian. Dalam teknik ini, peneliti biasanya berperan sebagai orang

asing yang mengamati secara langsung. Nasution (1998) dalam

Sugiyono (2009:226) menyatakan bahwa, “Semua sains didasarkan

pada observasi." Selanjutnya, Marshall berpendapat bahwa "peneliti

belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku ini melalui observasi."
24
. Observasi partisipasi dilakukan dengan cara peneliti ikut

berpartisipasi secara langsung dalam kegiatan yang dilakukan oleh

sekelompok orang dalam lokasi penelitian. Selanjutnya peneliti

mengikuti untuk melakukan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok

tersebut agar penelitian ini bukan hanya sekedar penelitian semata

tetapi juga dapat bersosialisasi dan membaur dengan orang-orang

sekitar. Dengan melakukan pengamatan artinya peneliti turut

berinteraksi langsung terhadap sumber data dan objek penelitiannya di

lapangan sehingga informasi akan lebih valid dan tepat sasaran.

3. Dokumentasi

"Dokumen berisi bukti kejadian yang pernah terjadi," kata Sugiyono.

Dokumen dapat berupa karya tulis, lukisan, atau karya raksasa yang

23
Sugiyono (2014) Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D / Sugiyono. Bandung: Alfabeta
24
Nasution (1998) Metodologi Penelitian Kualitatif. 3rd edn. Bandung: Tarsito.
40

dibuat oleh orang lain. Temuan studi dari observasi dan wawancara

akan lebih valid dan dapat dipertanggungjawabkan. File sangat penting

untuk pengumpulan data dalam penelitian ini karena memungkinkan

untuk merekam atau melihat data dalam bentuk apa pun, dan tersedia

dokumen yang berhubungan langsung dengan individu dalam setiap

penelitian. Sangat diperlukan untuk melakukan identifikasi objek

penelitian karena mungkin dapat digunakan sebagai data tambahan.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah aplikasi sistematis dari statistik dan logika

teknis untuk menggambarkan dan mengilustrasikan, meringkas,

meringkas, dan mengevaluasi data. Shamoo dan Resnik (2003)

mendeskripsikan teknik analisis sebagai, “Menyediakan cara untuk

menarik kesimpulan induktif dari data dan memisahkan sinyal (fenomena

menarik) dari noise (variasi statistik). ”25. Analisis data terhadap angka

angka yang terdapat dalam data sekunder yang didukung dengan

penjelasan melalui wawancara yang akan disajikan sebagai data primer

adalah cara yang dilakukan dalam riset ini. Analisis data dengan penyajian

data, reduksi data, analisis deskripsi serta penarikan kesimpulan. Tujuan

dilakukannya teknis analisis data ialah untuk menjabarkan secara

terperinci suatu data agar dapat lebih mudah untuk dipahami untuk

selanjutnya dapat ditarik sebuah kesimpulan terkait dengan ciri khas dari

suatu populasi dengan berpedoman pada data yang didiapatkan dari

sebuah sampel, biasanya dibuat melalui proses praduga dan melakukan

25
Shamoo, A. E. and Resnik, B. R. (2003) ‘Responsible Conduct of Research’, Oxford University Press.
41

uji hipotesis. Seperti halnya Patton (1980:268) mendefinisikan, “Teknik

analisis data sebagai proses mengatur dalam urusan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satu uraian

dasar”26.

Proses analisis dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data,

kemudian prosedurnya dilakukan secara berkala juga bertahap. Miles dan

Huberman menjelaskan dalam Silalahi (2012: 339-341) bahwa tiga alur

aktivitas terjadi bersamaan dalam analisis data: Data Reduction, Data

Display, Conclusion Drawing. Berikut penulis jabarkan lebih jauh:

1. Reduksi data (Data Reduction)

“Reduksi data adalah data yang diperoleh dari lapangan yang

jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara cermat dan

rinci,” menurut Sugiyono (2014). Maksud reduksi data terkait penelitian

ini yakni merangkum, memilih sesuatu yang penting, fokuskan terhadap

hal yang penting, kemudian temukan judul serta skemanya. Jadi suatu

data yang didapatkan diberikan penggambaran yang jelas sehingga

memudahkan peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya.

Pelaksanaan reduksi data dapat dilakukan menggunakan komputer

dengan pemberian kodefikasi pada aspek terpilih. Pengambilan data

mengenai ketertiban umum oleh Satpol PP kabupaten Serdang

Bedagai dilakukan melalui wawancara dan dokumen. Data yang

diperoleh kemudian dibuat laporan dalam bentuk uraian yang rinci.

26
Patton (1980) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda. Bandung: PT Remaja Rosda.
42

Setelah itu penulis merangkum, mereduksi, dan memilah informasi

yang dibutuhkan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Tahap selanjutnya setelah mereduksi data serta memeroleh informasi

yang dibutuhkan adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif,

penyajian data dalam deskripsi singkat, bagan, tabel, grafik, flowchart

dan sejenisnya. Namun dalam penelitian kualitatif lebih sering

menggunakan teks yang bersifat naratif. Seperti yang didefinisikan oleh

Yuni (2011), “penyajian data adalah rangkaian kegiatan dalam proses

penyelesaian hasil penelitian dengan menggunakan metode analisis

sesuai dengan tujuan yang diinginkan, dengan tujuan menyiapkan data

yang telah terkumpul”. Peneliti juga secara sistematis menyajikan data

pada tahap ini untuk memfasilitasi pemahaman tentang interaksi antara

bagian-bagian dalam keseluruhan konteks daripada di segmen atau

fragmen yang terpisah. Di tahap ini ini, data diasimilasi berdasarkan

tema yang mendasarinya.

3. Menarik Kesimpulan (Conclusion Drawing)

Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah data direduksi yaitu

menganalisis data untuk menarik kesimpulan. Menarik kesimpulan

bertujuan untuk memberikan gambaran yang berhubungan dengan

fakta yang terjadi di lapangan berdasarkan bukti data agar dapat

digunakan untuk menjawab rumusan masalah. Penulis menyimpulkan

terhadap data yang diperoleh kemudian melakukan pemeriksaan


43

terhadap kesimpulan maka akan didapatkan hasil analisis tentang

permasalahan implementasi penegakkan perda ketertiban umum.

Penulis dalam hal ini menggunakan teknik triangulasi, yaitu cara yang

mengedepankan efektifitas oleh proses dan hasil yang diinginkan.

“Triangulasi teknik pengumpulan data adalah teknik pengumpulan data

yang menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber-

sumber lain yang ada,” Sugiyono (2013:241).”27. Teknik triangulasi

dapat dilihat dari gambar dibawah ini.

Gambar 3. 1 Teknik Triangulasi

Observasi

Wawancara Sumber Data

Dokumentasi

Sumber: Sugiyono, 2013

Teknik triangulasi yang ini menggunakan teknik gabungan dari tiga

metode yaitu, observation, interview, documentation, yang bertujuan untuk

memperoleh data, dimana data tersebut harus sesuai dengan hasil yang

didapat sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

5. Lokasi dan Jadwal Penelitian

3.7.1 Lokasi Penelitian

27
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan.
44

Lokasi penelitian merupakan tempat yang menjadi tujuan peneliti

untuk melakukan penelitian, lokasi yang dipilih berdasarkan pada lokus

penelitian untuk mendapatkan data dan informasi dalam suatu penelitian.

Pada riset ini, peneliti memilih lokasi di Kantor OPD Satpol PP kabupaten

Serdang Bedagai.

3.7.2 Jadwal Penelitian

Tabel 3.3
Jadwal Kegiatan Penelitian dan Penyusunan Skripsi Praja Utama
Tahun Akademik 2022/2023

2022 2023
No Jenis
. Kegiatan AG SE OK NO DE JA FE MA AP M JU
S P T V S N B R R EI N
12341234123412341234123412341234123412341234
1. Bimbingan
Usulan
Penelitian
2. Penggadaa
n,
Pengumpul
an,
Pendaftaran
Naskah
Usulan dan
Pendistribu
sian
Naskah
Usulan
Penelitian
3. Seminar
usulan
Penelitian
4. Pembekal
an
Penelitian
dan
Plagiasi
5. Pelaksanaan
Penelitian
dan magang
45

6. Bimbingan
Skripsi
7. Pengadaa
n,
Pengumpu
lan,
Pendaftara
n Naskah
Skripsi dan
Pengdistri
busian
Skripsi
8. Ujian
Skripsi
Gelomban
gI
9. Perbaikan
Pengumpu
lan Skripsi
Gelomban
g I dan
Pengumpu
lan Skripsi
Gelomban
g II
10 Pengdistri
. busian
Skripsi
Gelomban
g II dan
Ujian
Skripsi
Gelomban
g II
11 Perbaikan
. dan
Pengumpu
lan Skripsi
Gelomban
g II
Sumber : kalender akademik IPDN tahun ajaran 2022/2023
Keterangan : = Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
BAB IV HASIL

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai

4.1.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Serdang Bedagai

Serdang Bedagai dan ibu kotanya Sei Rampah merupakan daerah

yang dibentuk pada tanggal 18 Desember 2003 berdasarkan UU RI No.

36 Tahun 2003 saat Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai

dibentuk sebagai pemerintahan pada tanggal 18 Desember 2003 pada

masa jabatan Presiden Megawati Soekarnoputri yang mana dipimpin

oleh Ir. HT Erry Nuradi, M.Si selaku Gubernur dan Wakil Gubernur Ir. H.

Soekirman. Kekompakan dan Kerjasama antara kedua pemimpin ini

menghasilkan suatu prestasi bagi kabupaten Serdang Bedagai yang mana

menjadi Kabupaten Pemekaran terbaik di Sumatera Utara.

Tata cara pengesahan Undang-Undang Pembentukan Badan

Pengurus Daerah Serdang Bedaga di Daerah Administratif mengacu pada

Usulan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera

Utara Nomor 18/K/2002 tanggal 21 Agustus 2002. Atas persetujuan

Direksi Penyuluhan Kabupaten Deli Serdang. Kemudian Perda No.

26/K/DPRD/2003 DPRD Deli Serdang 10 Sumber Informasi Kabupaten

Serdang Bedagai (Umumnya) Dinas Parbudpora dan Kabupaten Serdang

Bedagai. Kecamatan seluas 1.900,22 kilometer persegi ini terdiri dari 243

desa/dusun yang tersebar di 15 kecamatan. 

46
47

Tabel 4.1.

Luas Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Per Kecamatan Tahun


2008
No Kecamatan Ibu Kota Kelurahan Desa Luas / Area

Kecamatan
(Km2)

1. Perbaungan Perbaungan 4 24 111,620

2. Sei Bamban Sei Bamban - 10 72,260

3. Sei Rampah Sei Rampah - 17 198,900

4. Teluk Sialang Buah - 12 66,950

Mengkudu

5. Tanjung Tanjung - 8 74,170

Beringin Beringin

6. Bandar Bandar Khalipah - 5 116,000

Khalipah

7. Tebing Paya Pasir - 10 120,297

Syahbandar

8. Tebing Tinggi Tebing Tinggi - 14 182,291

9. Dolok Dolok Merawan - 17 120,600

Merawan

10. Sipispis Sipispis - 20 145,259

11. Serba Jadi Serba Jadi - 10 50,690


48

12. Dolok Masihul Dolok Masihul 1 27 237,417

13. Bintang Bayu Bintang Bayu - 19 95,586

14. Silinda Tarean - 9 56,740

15. Kotarih Kotarih - 11 78,024

Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

4.1.1.2 Kondisi Geografis dan Batas Administratif

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten di

pesisir timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Serdang

Bedagai terletak pada 2° 57'' Lintang Utara, 3° 16'' Lintang Selatan, 98°

33' - 99° 27' Bujur Timur dengan ketinggian 0 sampai 500MDPL.

Kabupaten Serdang Bedagai meliputi wilayah seluas 1.900,22 km², yang

di dalamnya terdapat 17 kecamatan dan 243 desa/kelurahan. Secara

administratif Kabupaten Serdang Bedagai dibatasi oleh beberapa wilayah,

yaitu:

• Utara : Selat Malaka

• Timur: Kabupaten Batu Bara dan Simalungun

• Selatan: Kabupaten Simalungun

• Sisi barat: Kabupaten Deli Serdang

Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai terletak di Kecamatan Sei

Rampah. Dilihat dari luas wilayah suatu kecamatan berdasarkan jumlah


49

17 (tujuh belas) kecamatan, diketahui bahwa Kecamatan Dolok Masihul

memiliki pangsa terbesar yaitu 237.417 km² (12,49% dari luas

keseluruhan). Sedangkan kecamatan dengan wilayah terkecil adalah

Kabupaten Serbajad dengan luas 50.690 km² (2,67 persen dari luas

wilayah Kabupaten Serdang Bedagai).

Gambar 4.1

Peta wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

Sumber: Arsip Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


50

4.1.1.3 Visi dan Misi Kabupaten Serdang Bedagai

VISI: Mewujudkan Serdang Bedagai MAJU TERUS (Mandiri, Sejahtera

dan Religius).

SAPTA DAMBAAN

SEKOLAH MANTAB (ekstrakulikuler, indah dan berkualitas).

Prakarsa pembangunan daerah ini mendukung sekolah formal dan

nonformal untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dan

berkarakter melalui penyelenggaraan pendidikan yang mandiri, bermutu

dan inovatif, serta lingkungan sekolah yang asri dan menyenangkan.

Masyarakat yang religius dan sehat. Inisiatif ini merupakan kelanjutan dari

kampanye nasional “Indonesia Sehat”.

Diharapkan dengan adanya program ini masyarakat Kabupaten

Serdang Bedagai mampu menciptakan semangat baru dalam tujuan

mewujudkan masyarakat yang sehat jasmani dan rohani. (keagamaan).

Pertanian yang mandiri dan berkelanjutan. Pertanian merupakan salah

satu industri terpenting di Kabupaten Serdang Bedagai. Pertanian di

wilayah Serdang Bedagai akan lebih fokus pada pertanian organik dan

pengembangan produk hortikultura yang melibatkan petani muda di masa

mendatang. Infrastruktur yang terintegrasi. Semua proyek ini melayani

target sektor Kabupaten Serdang Bedagai dan memiliki jaminan

perpanjangan yang signifikan. Infrastruktur yang akan dibangun


51

mencakup seluruh aspek masyarakat sehingga menimbulkan rasa

kepemilikan yang kuat terhadap pembangunan sarana dan prasarana.

Perekonomian berdaya saing merupakan Inisiatif yang dibangun di

atas sektor UMKM yang dimaksudkan untuk menjadi fondasi kekuatan

ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai. Metode Industri 4.0 adalah strategi

untuk mewujudkan agenda ini. Inisiatif ini akan menjadikan bisnis wisata di

Kabupaten Serdang Bedagai salah satu yang terbesar di Sumatera Utara.

Inisiatif ini juga menunjukkan bahwa akan ada inovasi jangka panjang

dalam pengelolaan wisata di Kabupaten Serdang Bedagai. Birokrasi

hanya bisa bermimpi. Pendekatan ini menyediakan birokrasi yang sangat

dibutuhkan masyarakat, yang melayani dengan sikap, pertimbangan dan

perlakuan yang positif.

 4.1.2. Gambaran ODP dan Cakupan Lainnya


Satpol PP merupakan salah satu OPD yang mengemban

tanggungjawab pada Gubernur Serdang Bedagai dalam melaksanakan

tugasnya di bidang pembangunan masyarakat, ketenteraman industri dan

ketertiban umum berdasarkan Peraturan Daerah No. 26 Tahun 2008

tentang Ketertiban Umum di Kabupaten Serdang Bedagai.

Keberadaan Satpol PP di pemerintah provinsi dijelaskan dengan

rinci tertulis dalam Undang-Undang Pemerintahan Provinsi No. 23 Tahun

2014, yang bertugas membantu kepala daerah dalam pelaksanaan Perda

dan ketertiban umum serta ketertiban umum untuk membentuk polisi

layanan masyarakat. Pembentukan dan susunan organisasi satuan


52

kepolisian diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018

tentang Satpol PP. Peraturan pemerintah tersebut menyebutkan bahwa

untuk menegakkan peraturan daerah dan kepala daerah, memelihara

ketertiban dan ketenteraman masyarakat, serta melindungi masyarakat,

wajib dibentuk Satpol PP di setiap provinsi dan kabupaten/kota.

Satpol PP dibentuk pada tahun 2009 dengan harapan dapat

mengambil kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan, kegiatan,

ketenteraman, dan ketertiban masyarakat. Pelaksanakan tugas dan

kegiatan Satpol PP, terdapat mitra eksternal yang melakukan

perencanaan teknis atau pekerjaan konstruksi. Selain itu, diharapkan

pihak ketiga yang membantu Satpol PP dapat memperbaharui

keterampilan mereka untuk mencapai pelaksanaan kegiatan yang

diharapkan yang pada akhirnya dapat menciptakan tingkat pelayanan

yang baik kepada masyarakat untuk memungkinkan pertumbuhan dan

perkembangan kepolisian. Rasa kebersamaan dalam bidang kegiatan

juga dapat ditingkatkan.  

4.1.3. Kondisi Satpol PP Kabupaten Serdang Bedagai

1. Struktur Organisasi

Organisasi adalah fungsi administrasi yang berperan dan

berhubungan langsung dengan interaksi sosial antar individu agar

tercapainya tujuan akhir yang telah ditentukan.

System dalam suatu instansi adalah suatu hal yang penting untuk

melihat peningkatan suatu instansi dalam mencapai tujuannya. Adanya


53

birokrasi, akan terdapat penentuan tugas di setiap divisi yang memberikan

kejelasan.

Birokrasi dapat memperlancar pelaksanaan tugas di Satpol PP

Kabupaten Serdang Bedagai, oleh karena itu diperlukan system birokrasi

yang terorganisir. Struktur organisasi Satpol PP Kabupaten Serdang

digambarkan sebagai berikut:  

Gambar 4.2

Struktur Organisasi SAT POL PP Kabupaten Serdang Bedagai

Kasi Gakda

Bid. Penegak Kasi Bimluh


Perda
Kasi Hub
Tarlada
Jabatan Kasubag
Fungsional umum
Kasat POL PP
Kasi OPSDAL
Sekertaris
Kasubag
Perencanaan Bid. Trantibum Kasi Trantibum
dan
Akuntabilitas
Kasi Linmas

Kasi
Pencegahan

Bid. Kebakaran Kasi Pemadam


dan Penyelamata dan
Penyelamatan

Kasi Sarpas

Sumber: Dinas Satuan Polisi Pamong Praja Kab. Serdang Bedagai, 2023
54

4.1.4 Visi dan Misi Satpol PP Kabupaten Serdang Bedagai

Satpol PP Kabupaten Serdang Bedagai merupakan bagian dari

Satuan Daerah Pemberlakuan Peraturan Daerah (Perda) dan Penegakan

Ketertiban Umum dan Ketertiban Umum. visi dan misi sebagai berikut:

a visi pelayanan publik Satpol PP

Visi merupan Langkah untuk memandang jauh ke depan di mana

organisasi perlu berada agar tetap eksis, proaktif, dan berinovasi.

Visi juga merupakan deskripsi keras dari keadaan masa depan

organisasi yang diinginkan.

b Misi Satpol PP

Untuk mendukung visi Satpol PP Serdang Bedagai maka

misinya adalah :

1. Memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan

ketertiban masyarakat untuk mewujudkan nilai-nilai

kehidupan bermasyarakat yang baik di Kabupaten Serdang

Bedagai.

2. Mengikuti peraturan daerah, Hukum dan peraturan lainnya

untuk mencapai yang tertinggi dalam penyelenggaraan

pemerintahan yang baik.

3. Meningkatkan peran serta masyarakat secara terpadu untuk

mengatasi gangguan ketertiban dan keamanan masyarakat

secara optimal,
55

4. bekerja sama dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia

untuk memajukan tegaknya hukum dan ketertiban serta

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

5. Bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk

meningkatkan PAD.

6. Mendorong personel Satpol PP agar mampu

melayani/melindungi masyarakat secara profesional, bersih

dan berwibawa, efektif serta efisien, percaya diri dan disiplin

dalam melaksanakan tugasnya.

 4.1.5 Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Satpol PP Kabupaten

Serdang Bedagai

Kedudukan dan tupoksi Satpol PP Serdang Bedagai Kedudukan

Satpol PP Kabupaten Serdang Bedagai merupakan bagian dari satuan

daerah di bidang peraturan daerah, dan penegakan ketertiban umum yang

dibentuk berdasarkan wilayah hukum yang dijabat oleh otonomi daerah

Kabupaten Serdang Bedagai. Tugas pokok polisi sipil adalah penegakan

peraturan daerah dan pemeliharaan ketertiban umum. Dalam

menjalankan misi tersebut, Satpol PP Kabupaten Serdang Bedagai

memiliki kewajiban seperti berikut:

a Penyiapan program dan pelaksanaan peraturan daerah,

penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat

serta perlindungan masyarakat.

b Implementasi kebijakan penegakan peraturan daerah dan

peraturan daerah.
56

c Pelaksanaan kebijakan untuk menjaga keamanan dan ketertiban.

d Implementasi Kebijakan Perlindungan Masyarakat.

e Koordinasi penegakan ketertiban daerah dan ketertiban pengelola

daerah, ketertiban umum, dan penegakan hukum dengan

Kepolisian Negara Republik Indonesia, penyidik daerah dan/atau

aparatur lainnya.

f Pemantauan masyarakat, badan atau entitas untuk mematuhi

peraturan daerah dan daerah; Dan

g Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Direktur Wilayah.

Selain kedudukan, tugas pokok dan kewajiban, Polisi Pamong Praja

Serdang Bedagai juga memiliki wewenang, hak dan tanggung jawab.

Kewenangan, hak dan tugas Polisi Pamong Praja Kabupaten Serdang

Bedagai adalah sebagai berikut:

a Melakukan penindakan non-yudisial terhadap setiap anggota

masyarakat, perangkat atau badan yang melanggar peraturan

daerah dan/atau peraturan direktur daerah.

b Menindak setiap orang, perangkat, atau badan hukum warha yang

mengganggu ketertiban dan ketenteraman umum.

c Memfasilitasi pelaksanaan perlindungan dan peningkatan kapasitas

masyarakat.

d Melakukan penyidikan terhadap anggota masyarakat, perangkat

atau badan yang diduga melanggar peraturan daerah dan/atau

peraturan direktur daerah; Dan


57

e Melakukan tindakan administratif terhadap anggota masyarakat,

perangkat, badan hukum yang melanggar peraturan daerah

dan/atau peraturan direktur daerah.

Petugas polisi secara hukum berhak atas bangunan dan prasarana

serta fasilitas lainnya sesuai dengan tugas dan tugasnya, dan petugas

polisi dapat menerima subsidi khusus tergantung pada situasi ekonomi

daerah. Dalam menjalankan tugasnya, petugas kepolisian harus:

a Penghormatan terhadap norma hukum, norma agama, hak asasi

manusia dan norma kemasyarakatan lainnya yang hidup dan

berkembang dalam masyarakat.

b Menghormati disiplin resmi dan kode etik polisi.

c Membantu menyelesaikan perselisihan masyarakat yang dapat

mengganggu ketertiban dan ketenteraman masyarakat.

d Memberitahukan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia

tentang ditemukan atau dicurigainya suatu tindak pidana; Dan

e Pengalihan pengamatan atau dugaan yang wajar atas pelanggaran

peraturan daerah dan/atau peraturan daerah oleh direktur daerah

kepada penyidik pejabat daerah.  

4.1.6 Jumlah Keanggotaan Satpol PP Kab. Serdang Bedagai

Pegawai Dinas Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Serdanga

bedagai tersdiri atas Pegawai Negerii Sipil (PNS) dan Non-PNS (Tenaga

Kontrak Fungsional) sebagai anggota Satuan polisi Pamong Praja di

lingkungan Dinas Saruan Polisi Pamong Praja Kabupaten Serdang


58

Bedagai yang seluruhnya berjumla 219 orang yang terdiri dari 30 orang

berstatus seagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan yang 189 orang

berstatus sebagai Pegawai Tidak Tetap (Non PNS), yang kalua dirinci

sebagai berikut:

Tabel. 4.3 Jumah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Non PNS di

Lingkungan Dinas Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Serdang

Bedagai

Jenis kepegawaian Jumlah Persentase

Pegawai Negeri Sipil 30 22%

(PNS)

Non PNS/ Tenaga 189 78%

Kontrak Fungsional

219 100%

Sumber: Dinas Satuan Polisi Pamong Praja, Kab. Serdang Bedagai, 2023.

Keadaan Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Satuan Polisi Pamong

Praja Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan pangkat

(golongan/Ruang epangkatan) dan tingkat jabatan structural (eselonisasi),

serta berdasarkan usia adalah sebagai berikut:


59

Tabel 4.4 Keadaan Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan Jabatan

Struktural/Eselonisasi Pada Dinas Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Serdang Bedagai

Eselon Jabatan Jumlah Persentase

Struktural

II.b 1 5,8%

III.a 4 23, 6%

IV.A 11 70,6%

16 100%

Adapun keadaan keadaan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan usia

disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.5 Keadaan Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan Usia Pada

Dinas Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Serdang Bedagai

No Usia/umur Junlah Persentase

1 20-30 tahun - --

2 31-40 tahun 15 46,7%

3 41-50 tahun 8 10,0%

4 51 tahun ke atas 7 6,7%

30 100%

Sumber: Dinas Satuan Polisi Pamong Praja, Kab. Serdang Bedagai, 2023.
60

4.1.7 Sarana dan Prasarana Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

Serdang Bedagai

Pakaian dinas, perlengkapan, dan peralatan operasional Polisi

Pamong Praja ditetapkan dengan peraturan gubernur atau peraturan

bupati/walikota berpedoman pada Peraturan Menteri. Untuk menunjang

operasional, Polisi Pamong Praja dapat dilengkapi dengan alat pemukul

yang pengaturan mengenai jenis dan ketentuan penggunaannya

berdasarkan rekomendasi dari Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Menurut hasil wawancara dengan Bapak J. David S. Nababan sebagai PJ.

Kasi Operasional dan Pengendalian, Dalam pelaksanaan penertiban

pedagang kaki lima maka Dinas Satuan Polisi Pamong Praja sudah

memiliki perlengkapan operasioanl berupa kendaraan :

a. Roda 6 (enam) yaitu 1 unit DALMAS

b. Roda 4 (empat) yaitu 2 unit pick up

c. Roda 2 (dua) yaitu 8 unit trail

Sarana dan prasarana serta fasilitas pendukung lainnya yang dapat

menunjang pelaksanaan penertiban pedagang kaki lima sesuai dengan

tuntutan tugas dan Kondisi perlengkapan operasional yang digunakan

dalam pelaksanaan penertiban pedagang kaki lima dalam keadaan baik

dan semua dapat dipergunakan. Tidak adanya bantuan/dukungan

pengadaan perlengkapan operasional dari pihak aparat pengamanan atau

pihak Kecamatan/Kelurahan setempat dalam upaya pelaksanaan


61

penertiban PKL Semua perlengkapan operasional disiapkan oleh Dinas

Satuan Polisi Pamong Praja. Penggunaan atau Pemanfaatan

perlengkapan operasional dan sarana prasarana fasilitas pendukung

lainnya yang dapat menunjang pelaksanaan penertiban pedagang kaki

lima sudah sesuai dengan tuntutan tugas.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam dukungan

perlengkapan operasional yang tersedia sudah memadai dalam proses

penegakkan kebijakan pemerintah yang sudah ditentukan terutama dalam

melakukan aktivitas Dinas Satuan Polis: Pamon Praja dalam bidang

penertiban umum yang secara prinsip bahwa perlengkapan operasional

yang tersedia disesuai dengan aturan yang digariskan dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satpol PP, dimana dalam

supaya melaksanakan tuga penertiban umum. serta perlengkapan lain

yang diperlukan untuk menunjang proses atau mekanisme pelaksanaan

tugas.

4.1.8 Standar Operasional Prosedur Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Serdang Bedagai

Pedoman dalam penegakan Penegakan hukum oleh Satpol PP

yaitu Petunjuk atau pedoman teknis dalam melaksanakan tugas

penertiban pedagang kaki lima pada Dinas Satpol PP Praja Kabupaten

Serdang Bedagai, tercantum dalam Perda Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Ketertiban Umum di Kabupaten Serdang Bedagai, dalam melaksanakan

penertiban para pedagang kaki lima juga menggunakan kebijakan SOP

dinas Satuan Polisi Pamong Praja. Dalam melaksanakan penertiban


62

kepada pedagang kaki lima sudah sesuai dengan Standar Operasional

dan Prosedur (SOP) yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut,

Memberikan surat peringatan 1, surat peringatan II dan surat peringatan

III. Apabila sampai dengan surat peringatan III para pedagang kaki lima

tidak mengindahkan dan tetap berjualan pada lokasi yang dilarang, maka

Satuan Polisi Pamong Praja akan melakukan penertiban para pedagang

kaki lima. Sedangkan para pedagang kaki lima, sudah mengetahui tujuan

dilaksanakannya penertiban pedagang kaki lima, karena sebelum

mengadakan kegiatan, Dinas Satuan Polisi Pamong Praja sudah terlebih

dahulu melaksanakan sosialisasi tentang tujuan dilaksanakannya

penertiban pedagang kaki lima. Mereka memahami akan dilaksanakannya

penertiban pedagang kaki lima hanya saja mereka juga tidak mempunyai

pilihan lain karena sulitnya mencari lapangan pekerjaan sehingga jalan

satu satunya adalah berdagang dipinggir jalan karena ramainya orang

yang berlalu lalang sedangkan ditempat lain keadaannya sunyi dari orang

yang datang apalagi untuk membeli dagangan mereka.

4.1.8 Data Pelanggar Peraturan Daerah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Ketertiban Umum di Kabupaten Serdang Bedagai

Tabel 4.6 Laporan Pelanggran Trantibum Kabupaten Serdang Bedagai yang


ditangani Semester I tahun 2023
No. Jenis Perda Jumlah Jumlah Pelanggar yang
Pelanggaran Yang Pelanggar ditangani
dilanggar SemesterI Peringatan Penutupan Cabut
Izin

1 Tertib jalan, Perda Kab. 5 5 0 0


angkutan jalan, Serdang
dan perparkiran Bedagai
Nomor 26
63

Tahun
2008
2 Tertib bangunan Perda Kab. 1 1 0 0
Serdang
Bedagai
Nomor 26
Tahun
2008
3 Tertib Perda Kab. 4 4 0 0
lingkungan Serdang
(gangguan Bedagai
hewan ternak) Nomor 26
Tahun
2008
4 Tertib sosial Perda Kab. 3 3 0 0
(Gelandangan Serdang
dan pengemis) Bedagai
Nomor 26
Tahun
2008
5 Tertib tempat Perda Kab. 15 15 0 0
usahadan Serdang
usaha tertentu Bedagai
(PKL) Nomor 26
Tahun
2008
6 Tertib hiburan Perda Kab. 0 0 0 0
dan keramaian Serdang
Bedagai
Nomor 26
Tahun
2008
7 Tertib Perda Kab. 0 0 0 0
ketenagakerjaa Serdang
n Bedagai
Nomor 26
Tahun
2008
8 Tertib Perda Kab. 0 0 0 0
Kesehatan Serdang
Bedagai
Nomor 26
Tahun
2008
9 Tertib jalur Perda Kab. 0 0 0 0
hijau, taman, Serdang
dan tempat Bedagai
umum Nomor 26
Tahun
2008
Jumlah 28 28
Keseluruhan
Sumber: Bidang Penegakan Perda Satpol PP Kab. Serdang Bedagai

Menurut data-data dalam tabel di atas, ditemukan bahwa pada

tahun 2023 Semester I jumlah pelanggaran Perda No.26 tahun 2008 yang
64

terbanyak yaitu tertib tempat usaha (PKL) sebanyak 15 pelanggaran dan

hanya diberikan peringatan tidak sampai kepada penutupan atau

pencabutan izin. Adapun tertib jalan dan perparkiran ditemukan 5

pelanggaran dan sudah diberikan peringatan. Tertib lingkungan dari

ganguan hewan ternak sebanyak 4 pelanggaran dan sudah diberikan

peringatan. Tertib sosial (gelandangan dan pengemis) sebanyak 3

pelanggaran dan diberikan perin gatan. Tertib bangunan ditemukan ada 1

pelanggaran dan sudah mendapatkan peringatan. Ada juga yang tidak

ditemukan adanya pelanggaran yaitu tertib tempat hiburan/keramaian,

tertib ketenagakerjaan, tertib kesehatan, dan tertib jalur hijau/tempat

umum

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil hipotesis riset menggambarkan kebenaran yang terjadi di

lapangan, seperti pandangan bahwa perhitungan rasio bersumber dari

pengumpulan data sekunder untuk mengukur efektivitas pelaksanaan

peraturan daerah di Kabupaten Serdang Bedagai. Selain itu, hasil

penelitian juga membahas rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu

bagaimana implementasi Perda Serdang Bedagai No. 26 Tahun 2008

Tentang Ketertiban Umum oleh Satpol PP di Kabupaten Serdang Bedagai

dan apa saja kendala dalam pelaksanaan Perda Serdang Bedagai Nomor

26 Tahun 2008 tentang Ketertiban Umum oleh Satpol PP di Kabupaten

Serdang Bedagai dan bagaimana upaya Satpol PP untuk menghilangkan

hambatan dalam pelaksanaan Perda Serdang Bedagai Nomor 26 Tahun

2008 Ketertiban Umum di Kabupaten Serdang Bedaga yang mana data


65

yang telah dikumpulkan berdasarkan hasil wawancara penelitian,

observasi dan dokumentasi. 

4.2.1 Penegakkan Ketertiban Umum Oleh Satpol PP Berdasarkan

Peraturan Daerah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Ketertiban Umum Di

Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara

Penegakan hukum adalah kegiatan penyelarasan hubungan nilai,

menjelma menjadi prinsip dan sikap yang kokoh dan nyata sebagai tahap

akhir dari perumusan nilai untuk menciptakan, mendukung, dan

memelihara perdamaian sosial. Penegakan hukum merupakan upaya

mendidik masyarakat untuk mengikuti dan mematuhi peraturan yang

berlaku.

Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum secara konseptual

adalah kegiatan yang menyelaraskan hubungan antara pekerjaan dengan

nilai-nilai yang terkandung dalam aturan operasi, sebagai rangkaian

pekerjaan mendukung, dan mempertahankan kehidupan yang damai.

Penegakan hukum tidak terlepas dari peran penegakan hukum karena

penegakan hukum mengawasi penegakan hukum. Aturan yang ditetapkan

berfungsi untuk melindungi masyarakat, bukan untuk menafikan kehendak

masyarakat, dan juga berperan sangat penting dalam membantu

masyarakat melakukan berbagai tindakan untuk mencapai tujuannya

sendiri.

Penegakan hukum dalam hal ini implementsi Perda pada dasarnya

adalah upaya Satpol PP untuk memastikan bahwa peraturan tersebut


66

tertib dan sesuai dengan regulasi yang berlaku. Asas dan nilai hukum

yang hidup dalam kesadaran masyarakat disebut ketertiban umum.

Menegakkan ketertiban umum memerlukan langkah-langkah yang efektif

untuk menciptakan ketertiban dan rasa damai di daerah tertentu.

Sebaliknya, ketenteraman dan ketertiban merupakan prasyarat yang

diciptakan sedemikian rupa sehingga masyarakat dan negara dapat

menjalankan aktivitasnya dengan baik, aman, dan tertib. Oleh karena itu

perdamaian dan ketertiban merupakan suatu kondisi dinamis, aman dan

damai. Kondisi tersebut dianggap sudah sesuai dengan standar dan

peraturan yang berlaku. Mengacu pada penyampaian laporan tersebut

memperoleh suatu konklusi kalau ketertiban umum adalah kondisi yang

harus diperjuangkan oleh negara dan masyarakat bahwa kondisi yang

baik dapat membawa ketertiban umum dan kedamaian bagi masyarakat.

Pelaksanaan regulasi yang berlaku mengenai ketertiban umum

tersebut belum dapat dikatakan optimal dikarenakan adanya pelanggaran

terhadap Perda Kabupaten Serdang Bedagai, khususnya Perda No. 26

Kabupaten Serdang Bedagai. Contoh pelanggaran kode zonasi adalah

Adanya PKL yang berdagang di trotoar, tentu sudah jelas trotoar itu untuk

pejalan kaki. Begitu juga ketika melanggar peraturan daerah tentang

beternak, masih sering dijumpai sapi berkeliaran di jalanan yang jelas

merupakan tindak pidana, karena sapi harus dipelihara dikandang karena

dapat membahayakan keselamatan pengguna jalan jika dibiarkan di

jalanan yang penuh khalayak ramai. Hal ini didukung oleh berbagai

kalangan masyarakat yang merasa terganggu dengan kawanan ternak


67

yang berkeliaran di jalanan depan rumah mereka. Semua peristiwa yang

telah dikemukakan tadi merupakan pelanggaran terhadap peraturan

Kabpaten Serdang Bedagai Nomor 26 Tahun 2008 tentang Ketertiban

Umum.

Melalui wawancara pada hari Senin 09 Januari 2023 dengan

bapak Prayogi Eka Prasetio, S.STP, selaku Kabid Ketenteranan dan

Ketertiban Umum mengenai proses dalam melaksanakan kebijakan

menyatakan sebagai berikut,

“proses sudah sesuai dengan SOP (Standar Operasional


Prosedur) dengan memberikan peringatan I, II, dan ke III,
apabila tidak dilaksanakan juga Dinas Satpol PP
melakukan penertiban para pedagang kaki lima.
Kebijakan lain selain Peraturan Daerah Nomor 26 Tahun
2008, dalam melaksanakan penertiban para pedagang
kaki lima yaitu SOP ( Standar Operasional Prosedur)
Satpol PP. Para pedagang kaki belum semuanya
mengetahui tentang kebijakan tentang ketertiban umum
sesuai dengan Kebijakan Peraturan Peraturan Daerah
Nomor 08 Tahun 2008. Maka dari itu para anggota Satpol
PP terus memberi pemahaman kepada masyarakat
(pedagang kaki lima) bahwa di dalam kebijakan Peraturan
Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2008 Tentang
Ketertiban Umum itu harus menjaga ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat.”
Berdasarkan temuan wawancara yang dilakukan pada Selasa, 10

Januari 2023 dengan Ibu Amat Luton, S.E. yang menangani proses

implementasi kebijakan, menyatakan sebagai berikut,

“Selain kebijakan Peraturan Daerah Nomor 26 Tahun 2008,


terdapat kebijakan lain yang mendukung proses pelaksanaan
kebijakan tersebut yaitu SOP (Standar Operasional Prosedur)
ini. Kebijakan tersebut dilaksanakan dengan baik oleh
pimpinan dan anggota Satpol PP Kabupaten Serdang Bedagai.
Satpol PP dalam mensosialisasikan kebijakan regulasi Perda
68

No. 26 Tahun 2008, dengan membentuk tim dinas lapangan


dan pembagian tugas.”
Meski masyarakat belum sepenuhnya memahami isi Perda Nomor

26 Tahun 2008 tentang Ketertiban Umum, namun tentang penertiban PKL

dan larangan berjualan di atas trotoar, pemkot sudah mengetahui praktik

tersebut, demikian juga dengan anggota DPRD. Satpol. PP masih tahu

bagaimana menginstruksikan mereka sebelum mereka melakukan

tugasnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid Ketertiban Wahyudi

Eka Prasetia, S.STP, pada Rabu 11 Januari 2023 di ruang kerjanya,

beliau menyampaikan sebagai berikut:

.“”Kegiatan yang dikendalikan oleh Satpol PP adalah kegiatan yang


berkaitan dengan pelanggaran masyarakat terhadap regulasi daerah yang
berkaitan dengan ketertiban umum. Kepala regulator sebagai orang yang
bertanggung jawab untuk mengendalikan kegiatan sektor bertanggung
jawab penuh atas semua kegiatan yang berlangsung di sektor tersebut.
Artinya setiap Kabid harus dapat mengontrol seluruh anggota Satpol PP
dan masyarakat yang terkena dampak kepolisian, serta kelompok
kepentingan, agar selalu terkendali agar tidak menimbulkan
konflik/benturan antara polisi dan masyarakat.”.

Ia menambahkan, dalam pekerjaannya selalu bisa mengontrol

semua lapisan masyarakat yang terkena dampak polisi. Meski tetap ada

masyarakat yang menyukai kebijakan yan mengusulkann berbagai jalan

keluar dari permasalahan kepada masyarakat.


69

Tabel 4.4 Rekapitulasi Warga Negara Yang Terdampak Akibat


Penegakan Perda Dan Perkada Dalam Radius 0-50 Meter Januari –
Maret 2022
JUMLAH JUMLAH PERDA DA
JENIS PERKADA YANG AKAN
PERDA
NO PELAYANAN DITEGAKAN KETERANGAN
DAN
DASAR
PERKADA PERDA PERKADA
Pemilik tower tidak
Perda No.
memiliki surat izin
1 11 26 Thn
mendirikan bangunan
2008
Banyak warung remang-
Perda No. remang yang menjual
2 11 26 Thn minuman keras tanpa
Ketentraman
2008 izin serta adanya wanita
dan
tuna susila
Ketertiban
Pemilik usaha
Umum Perda No.
pembakaran arang tidak
3 11 26 Thn
memiliki izin resmi
2008
Pemilik gedung harus
Perda No.
memiliki surat-surat izin
4 11 14 Thn
lengkap
2013
Pengunjung wajib
Perda No.
menggunakan tanda
5 11 26 Thn
bukti pembayaran di
2008
Pantai Bali Lestari.
Pemilik gudang PT.
Perda No.
Niagatama Kencana di
6 11 26 Thn
duga tidak memiliki surat-
2008
surat lengkap
Para petani diberikan
Perda No. penyuluhan/pengetahuan
7 11
1 Thn 2015 tentang pertanian

Masyarakat diberikan
Perda No. himbauan agar merokok
8 11 10 Thn di wilayah atau ruangan
2013 yang sudah ditentukan
atau disediakan
Penjual rokok ilegal
Perda No.
beropersi secara tertutup
9 11 26 Thn
2008
70

Sumber: Laporan Kinerja Satpol PP 2022 (diolah oleh penulis 2023)

Dari tabel di atas, Aparat Penegak Hukum Kabupaten Serdang

Bedagai menemukan banyak pelanggaran di wilayah tersebut. Terkait

penertiban PKL liar, Satpol PP Kabupaten Serdang Bedagai menjelaskan

lebih lanjut oleh Kabid Ketenteraman dan Ketertiban, Bpk. Prayogi Eka

Prasetio,

“Satpol PP Kabupaten Serdang Bedagai mendatangi para


pedagang dan menjelaskan secara lisan kepada mereka
peraturan/peraturan daerah apa saja yang dilanggar.
dilanjutkan dengan Siaga II (7x24 jam), Siaga 2 (7x24
jam), Siaga III (7x24 jam) Pekerjaan Pembongkaran akan
dilakukan 7x24 jam, jika para pedagang tetap bersikeras
untuk menjual, Satpol PP akan melakukan arbitrase
terakhir yang melibatkan pimpinan desa, polri dan OPD
terkait dengan lokasi yang akan dibongkar bangunannya.
Setelah dilakukan perundingan, waktu dan tanggal
pembongkaran serta surat pembongkaran ditetapkan oleh
Satpol PP Kabupaten Serdang Bedagai”28

Ada lima komponen yang memengaruhi implementasi hukum

menurut Soerjono Soekanto, sebagai berikut:

a. Faktor Peraturan Hukum

Regulasi telah diundangkan harus menunjukkan efisiensi


dan memberikan kepastian hukum dalam penegakkannya untuk
menghindari interpretasi yang luas. Ketidakjelasan kata-kata yang
digunakan dalam perumusan artikel tertentu menyebabkan
interpretasi umum dan terjemahan ke dalam bahasa yang tidak
tepat, menyebabkan kebingungan dalam penerapannya. Hal ini
menciptakan efisiensi dan kepastian hukum ketika peraturan
daerah tidak dapat ditegakkan.
Efektivitas hukum bisa dilihat dari apakah peraturan tersebut
memenuhi kebutuhan masyarakat, dimana efektivitas hukum

28
Hasil Wawancara Kabid. Ketentraman dan Ketertiban Umum, Bapak Prayogi Eka Prasetio ,
tanggal 6 Januari 2023 pukul 10.00 WIB dikantor Satpol PP Kabupaten Serdang Bedagai.
71

memerlukan tingkat kepatuhan dan kepatuhan masyarakat, yang


dapat disebabkan oleh kesadaran hukum secara umum atau
penegakan hukum oleh masyarakat. Lembaga penegak hukum
yang menjatuhkan hukuman karena melanggar hukum.

b. Faktor Penegakan Hukum


Aparat penegak hukum adalah badan-badan yang scara implisit
atau eksplisit terkait langsung dalam penegakan regulasi hukum
yang berlaku. Apparat penegak hukum itu antara lain kepolisian,
kejaksaan, hakim, komisi anti korupsi (KPK), advokat (pengacara)
dan penjaga penjara. Setiap profesi polisi memiliki wewenang atau
misinya masing-masing.
Hakim memiliki kendali penting untuk menentukan suatu
keputusan yang adil bagi masyarakat. Hakim adalah entitas yang
bebas, independent, dan lepas dari intervensi manapun. Namun
problematikanya tidaklah sederhana dan mudah, karena pada
kenyataannya polisi tidak bergerak pada arah yang benar,
sehingga penegakan hukum menemui kendala teknis operasional
pada setiap petugas polisi.
Alasannya, pertama, kurang memadainya SDM hakim, jaksa,
polisi, dan pengacara; Kedua, prinsip bahwa orang yang tepat
berada di tempat yang tepat diabaikan; Ketiga, kurangnya
keterlibatan mereka dalam implementasi hukum; Keempat, belum
adanya mekanisme kepolisian yang terintegrasi, baik dan modern.
Kelima, adanya intervensi politik kepentingan di lingkungan apparat
penegak hukum khususnya di kepolisian, kejaksaan, dan
kejaksaan; Poin terakhir adalah kuatnya dugaan korupsi dan
kejahatan terorganisir di antara lembaga penegak hukum dan
dugaan mafia peradilan. Praktek penegakan hukum menjadi
semakin sulit karena lemahnya koordinasi antar lembaga penegak
hukum, baik pada tataran teoritis maupun normatif maupun pada
tataran operasional. Padahal, koordinasi hukum merupakan salah
satu faktor terpenting dalam pemberdayaan hukum masyarakat.
Akibat tidak adanya koordinasi yang baik antar lembaga
penegak hukum, maka muncul keinginan yang meluas terhadap
pendekatan hukum terpadu pada peradilan (sistem hukum
terpadu). Ini menyebabkan aparat tidak mampu menegakkan
keadilan padahal mereka sudah diberikan wewenang untuk
melakukukannya. 

c. Faktor Sarana atau Fasilitas


Tidaklah mudah untuk berfungsi dengan baik tanpa alat atau
instrumen yang tepat, atau dukungan polisi, yang meliputi, namun
tidak terbatas pada, personel yang berkualifikasi tinggi dan
profesional, briokrasi yang profesional, peralatan yang memadai,
pendanaan yang memadai. Jika hal-hal tersebut tidak terpenuhi,
maka akan sulit untuk tercapainya suatu tujuan para penegak
hukum.
72

SDM yang berkualitas disini diartikan sebagai aparat kepolisian


yang berkualitas dan kompeten, yaitu mampu atau mampu
melayani dan mengayomi masyarakat sesuai dengan tugas. Proses
menjadi polisi sebenarnya memenuhi syarat, misalnya
menghasilkan polisi yang mampu melayani masyarakat dengan
baik. 

d. Faktor Masyarakat
Indonesia adalah masyarakat majemuk dengan banyak suku
dan budaya yang berbeda. Anggota polisi harus mengetahui strata
sosial atau strata sosial yang berlaku di lingkungannya dan
pengaturan posisi/status dan peran.
selain itu, hal yang perlu dipahami adalah persoalan pranata
sosial yang hidup yang dinilai oleh mayoritas anggota masyarakat.
Memahami hal-hal tersebut dapat memberikan ruang kemudahan
bagi aparat penegak hukum untuk melakukan identifikasi nilai dan
norma atau kebiasaan yang ada di lingkungan tersebut. Secara
umum masyarakat Indonesia terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas
atas (orang kaya) dan kelas bawah (miskin). Solusi polisi antara
keduanya sangat berbeda. Ini karena ada perbedaan yang jelas
antara berpikir dan mengetahui.
Jika seseorang berasal dari kalangan bawah, maka
keinginan atau ketaatannya terhadap hukum sangat kecil
kemungkinannya atau tidak mau menuruti hukum yang diatur.
Penyebabnya adalah ketidaktahuan mereka dan pendidikan yang
sangat terbatas, dan mereka tidak dapat mengetahui bahwa ada
hukuman wajib atas ketidaktaatan mereka (kejahatan perburuhan).
Sementara itu, masyarakat kelas atas cenderung menaati hukum
atau aturan yang ada karena lebih mengetahui hukum dan
mengetahui sanksinya. Pelanggaran hukum di kalangan atas
amatlah sangat tersistematis. Jika kejahatan terjadi di kelas atas
ini, Anda bisa menyebutnya kejahatan kerah putih (memang
seharusnya begitu). 

e. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan/kebiasaan mempunyai pengaruh yang sangat
besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu mengatur sedemikian
rupa agar manusia mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan
berinteraksi dalam pergaulan masyarakat.
Kebudayaan mengandung nilai-nilai di balik hukum yang
berlaku, yaitu gagasan-gagasan abstrak tentang apa bisa diterima
dan apa yang harus dihindari. Faktanya, faktor budaya mempunyai
kesamaan dengan faktor masyarakat. Hanya saja faktor budaya
menjadi lebih penting daripada masalah sistem nilai yang dominan
dalam masyarakat. Berbicara faktor masyarakat, dikatakan bahwa
kepatuhan masyarakat terhadap kerasnya aturan masyarakat
masih rendah. Karena dalam masyarakat Indonesia sering terjadi
kompromi. Faktanya, budaya manusia cenderung menjauh dari
73

aturan yang berlaku untuk massa. Budaya (sistem) hukum pada


hakekatnya mengandung nilai-nilai yang menjadi hukum yang
berlaku berupa nilai. Mana yang merupakan gagasan abstrak
tentang apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.
Nilai-nilai ini biasanya merupakan pasangan nilai yang
mencerminkan dua kondisi ekstrim yang harus direkonsiliasi.
Nilai konservatisme dan inovasi selalu berperan dalam
pembangunan hukum, karena di sisi lain ada yang mengatakan
bahwa hukum hanya mengikuti perubahan yang terjadi dan
berusaha mempertahankan status quo. Pada kondisi ini, aparat
hukum juga harus mampu memahami persoalan budaya yang
dapat mempengaruhi penegakan hukum.
Dalam penegakan suatu praturan yang berlaku, ada

abeberapa factor yang memengaruhi bagaimana suatu peraturan

itu dapat ditegakkan dengan baik, Adapun factor tersebut menurut

Soerjono Soekanto ialah factor yang berasal dari peraturan itu

sendiri, apparat penegak hukum, sarana prasarana penegakan

hukum, factor masyarakat, dan kebudayaan yang diterapkan dalam

satuan wilayah hukum yang berlaku tersebut.

4.2.2 Penghambat dalam Penegakkan Peraturan Daerah oleh Serdang

Bedagai Nomor 26 Tahun 2008 tentang Penertiban Umum Satpol PP

di Kabupaten Serdang Bedagai

SK Bupati Serdang Bedagai No. 26 Tahun 2008 tentang Tata Tertib

Satuan Polisi Pamong Praja Khususnya Pedagang Kaki Lima Kabupaten

Serdang dapat dinilai belum lengkap dan dilaksanakan secara tuntas. Hal

ini dikarenakan Satpol PP Kabupaten Serdang Bedagai dipengaruhi oleh

beberapa faktor.

Muhammad Wahyudhi, S.STP., M.Si yang menjabat sebagai kepala

Satpol PP Kabupaten Bedagai menyampaikan dalam wawancara tanggal

8 Januari 2023 bahwa Satpol PP Kabupaten Serdang Bedagai sebagai


74

aparat berwenang yang ditunjuk oleh pemerintah Kabupaten Serdang

Bedagai, beberapa faktor yang dialami dapat mempengaruhi atau

menghambat pelaksanaan Peraturan Daerah No. 28 Tahun 2008,

khususnya pedagang kaki lima itu adalah: 

1. Faktor yang berasal dari peraturan Perundang-undangan

Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 26

Tahun 2008 tentang Ketertiban Umum dan Ketentraman Umum

tidak mengatur tempat-tempat yang diperbolehkan bagi PKL untuk

menjajakan dagangannya dan hanya mempertegas larangan lokasi

toko PKL sehingga menimbulkan ambiguitas (aturan yang kabur)

2. Faktor Sarana dan Prasarana

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan daerah yang cukup

luas, ada beberapa opsi untuk melakukan pemeriksaan langsung di

lapangan. Satpol PP Kabupaten Serdang hanya memiliki tiga

kendaraan niaga yang masih beroperasi. Jika melihat Kabupaten

Serdang Bedagai yang relatif luas tentu tidak sama dengan

perkebunan.

3. Faktor Sumber Daya Manusia

Meskipun kapasitas Satpol PP semakin tidak mencukupi untuk

menjamin kelancaran operasional Satpol PP Kabupaten Serdang

Bedagai, masih ada petugas di lapangan yang tidak mampu

menjalankan tanggung jawabnya sesuai ketentuan yang berlaku.

Sebagai akibat dari sistem pengembangan SDM yang lemah,

tindakan penegakan peraturan daerah menjadi semakin tidak


75

memadai. Keadaan ini juga menghambat kerja Satpol PP yang

melapor ke pemerintah daerah Kabupaten Serdang Bedagai.

Kapasitas dan persyaratan untuk kegiatan administrasi

keduanya merupakan prasyarat untuk penyelesaian sistem

kepolisian. Kekurangan yang ada dapat dipandang sebagai

kelemahan dalam sistem pengembangan sumber daya manusia,

yang berujung pada penerapan peraturan daerah. Rendahnya

kualitas SDM pegawai Satpol PP menyebabkan pelaksanaan

penegakan peraturan daerah kurang efektif.

Seperti wawancara yang peneliti lakukan terhadap

Muhammad Wahyudhi, S.STP., M.Si., mengemukakan jika

persoalan yang dihadapi dari segi kualitas SDM yang masih kurang

memadai, lantaran masih banyak pihak Satpol PP Kabupaten

Serdang Bedagai yang belum terlalu mengetahui dasar hukum

yang tepat dalam melaksanakan kewenangannya.

Tindakan langsung yang diambil, terkadang menimbulkan

perselisihan dengan pihak berwenang. Menurut Satpol PP

Kabupaten Serdang Bedagai, banyak masyarakat yang memahami

hukum secara umum tetapi tidak sepenuhnya memahami Perda.

Khususnya Peraturan Daerah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Ketertiban Umum. Hanya tindakan langsung yang sering

menimbulkan kesalahpahaman dengan Aparat Satpol PP. Menurut

aparat Satpol PP Kabupaten Serdang Bedagai, banyak masyarakat

yang memahami undang-undang secara umum tetapi tidak secara


76

spesifik peraturan daerah. Perda No. 26 Tahun 2008 khususnya

tentang Ketertiban Umum. 

4. Faktor Kebiasaan Masyarakat

Orang tidak sadar mengikuti aturan karena orang masih

membeli barang dari PKL liar. PKL yang tetap melanggarnya meski

sudah berulang kali ditertibkan oleh Satpol PP. bahkan, parahnya,

ada suatu kejadian di mana masyarakat yang meminta uang

jaminan kepada PKL, yang berarti PKL jarang mengindahkan

peringatan dari petugas. 

Mengenai faktor penghambat dalam penegakkan Peraturan Daerah

Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 26 Tahun 2008 tentang Ketertiban

umum dapat diketahui sebagai berikut: faktor perundang-undangan, faktor

sarana dan prasarana, faktor SDM yang lemah, dan faktor kebiasaan

masyarakat.

4.2.3 Upaya Satpol PP mengatasi hambatan pada Penegakkan

Peraturan Daerah Serdang Bedagai Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Penertiban Umum di Kabupaten Serdang Bedagai

Pada tanggal 6 Januari 2023, penulis mewawancarai Bapak

Prayogi Prasetio selaku Kabid Ketenteraman dan Ketertiban Satpol PP

Serdang Bedagai, mengenai upaya satpol PP Serdang Bedagai dalam

mengatasi penegakan hukum terhadap penegakan Perda Nomor 26

Tahun 2008 tentang penertiban umum di Kabupaten Serdang Bedagai

yaitu tindakan preventif atau pencegahan dan pemulihan atau berupa

tindakan represif untuk memenuhi upaya Satpol PP Kabupaten Serdang


77

Bedagai sehubung pada implementasi Peraturan Daerah Serdang

Bedagai No. 26 Tahun 2008. Mengkomunikasikan pemikiran dan solusi

untuk membantu pemilik usaha mengidentifikasi tempat-tempat kosong di

masyarakat untuk digunakan sebagai lokasi komersial.

Sosialisasi aparat Satpol PP merupakan semacam imbauan

pemerintah, dengan pernyataan-pernyataan tentang peraturan daerah,

dan regulasi hukum lainnya yang berlaku, agar warga dan pedagang lebih

taat hukum dan taat aturan. Upaya penegakan dipisahkan menjadi dua

kategori: upaya untuk membatasi kegiatan atau menghilangkan

gangguan, dan upaya untuk memaksa kepatuhan.

1. Represi penegakan hukum, yaitu: Peraturan daerah dikelola secara

profesional oleh aparatur sipil negara yang memiliki kapasitas untuk

mengadili pelaku tindak pidana ringan (tipiring) dalam bentuk

program informasi untuk diproses lebih lanjut. Penyidik PNS yang

ditunjuk mengumumkan agar memulai penyidikan dan melakukan

pelaporan terhadap temuannya kepada PU (Penuntut Umum)

melalui instansi Kepolisian terkait sesuai dengan aturan hukum

acara pidana yang berlaku.

2. Represi ekstrayudisial yaitu Selain peraturan daerah, dalam hal ini

keputusan bupati, penyelidikan terhadap pelanggaran peraturan

daerah. Penindasan melawan hukum, khususnya berupa teguran

yang dibagi menjadi tiga (3) tahap, apabila teguran pertama

selesai, dengan rentang waktu tujuh (7) hari yang tidak sesuai

dengan fakta. Pelanggaran tersebut mendapat tambahan teguran II


78

(kedua) dengan tenggang waktu 3 (tiga) hari dan teguran III dengan

tenggang waktu yang sama, sesuai dengan keterangan pelaku

dikenakan sanksi. Apabila pelanggar tidak memberikan tanggapan

sebelum Surat Peringatan III diterbitkan, maka penyidik dan

petugas Satpol PP akan melakukan analisis yang diarahkan

kepada Gubernur Serdang Bedagai untuk menentukan implikasi

dari perbuatan pelanggar.

Dalam memenuhi peraturan daerah, Satpol PP harus mencerminkan

keadilan dan kearifan dengan bersikap ramah, dan bersahabat bagi

masyarakat sehingga turut memberikan ketertiban dan ketenteraman

bagai masyarakat yang diayomi pun demikian tetap tegas dalam

memenuhi peraturan.

Satpol PP Kab. Serdang Bedagai sebagai leading sector

mengkoordinir kegiatannya dengan instansi terkait seperti Biro Usaha

(Perintah Usaha PKL), Dinas PMPTSP (Untuk Izin Reguler), Dinas

BMCKTR (Pengaturan Jalan dan Trotoar), Dinas Peternakan

(Pemeriksaan Peternakan), Dinas Permukiman dan Badan Pertanahan

(kawasan perumahan) dan Kementerian Perhubungan (untuk angkutan

jalan dan parkir). Berdasarkan wawancara penulis dengan Edwin Ginta

Tarigan, Direktur Penegakan Perda mengatakan:

“Ketika tindakan polisi yang diduga mengganggu


ketenteraman dan ketertiban umum dilakukan, kami
mengambil tindakan hukum terhadap Satpol PP, kami selalu
mengandalkan persuasi, yaitu kami bertindak damai dan tanpa
harus selalu memerintahkan orang untuk menghormati aturan
79

yang harus diikuti. terpaksa. berbelanja di trotoar. Ini


sederhana, harus melanggar Perda No 26 Tahun 2008 yang
kita tahu membolehkan pejalan kaki dan bukan pedagang kaki
lima (PKL) untuk menggunakan trotoar.” 

Alhasil, peneliti dapat melaporkan bahaya dari aktivitas hukum

Satpol PP Kabupaten Serdang Bedagai sendiri dalam menangani

pelanggaran Perda No. 26 Tahun 2008 yang mengutamakan tindakan

persuasif, khususnya yang ditunjukkan Satpol PP dengan tenang dan

tanpa paksaan. Mendorong masyarakat untuk selalu mematuhi peraturan

yang berlaku sehingga mereka tidak melanggar hukum.

Namun, hal itu tidak menghalangi Satpol PP untuk menindak tegas

warga yang tetap melanggar aturan setelah tiga kali teguran, padahal

tindakan win-win solution lebih diprioritaskan. Bapak Amat Luton, SE,

merupakan narasumber wawancara yang dilakukan oleh peneliti. selaku

pengelola dan pengawas operasional Satpol PP Kab. Serdang Bedagai,

menyatakan,

“melaksanakan Perda/Peraturan Daerah dalam rangka


melakukan upaya preventif dan upaya hukum yang biasa
diberikan kepada masyarakat yaitu bersifat preventif
(pencegahan) melalui deteksi dini di daerah-daerah yang sering
melanggar Perda tanpa harus memaksa orang tersebut untuk
selalu mengikuti ketentuan yang berlaku. peraturan agar tidak
melanggar peraturan daerah. Langkah terakhir yang akan
dilakukan Satpol PP adalah memberikan sanksi administratif
kepada oknum yang selalu membangkang atau dengan kata
lain melanggar Perda Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Ketertiban Umum”.
80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan teori dan pembahasan

pada bab-bab sebelumnya, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Ada lima faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, antara lain

faktor hukum, faktor penegakan hukum, fasilitas atau tempat, faktor

masyarakat, dan faktor masyarakat dan budaya. Faktor-faktor

tersebut digunakan oleh Satpol PP Kabupaten Serdang Bedagai

untuk melihat bagaimana penegakan Perda Kabupaten Serdang

Bedagai Nomor 26 Tahun 2008 tentang Ketertiban Umum.

2. Faktor penghambat dalam penegakkan Peraturan Daerah Nomor

26 Tahun 2008 tentang Ketertiban Umum di Kabupaten Serdang

bedagai dapat disimpulkan sebagai berikut:

 Faktor yang berasal dari peraturan perundang-undangan

 Faktor sarana prasarana

 Faktor sumber daya manusia, dan

 Factor perilaku masyarakat..


81

3. Upaya satpol pp mengatasi hambatan pelaksanaan Perda Serdang

Bedagai Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Ketertiban Umum Di

Kabupaten Serdang Bedagai dapat disimpulkan sebagai berikut:

 Represi Penegakan hukum, dan

 Represi ekstrayudisial

5.2 Saran

1. Aparat Satpol PP Kabupaten Serdang Bedagai harus mampu

secara optimal dan tidak pandang bulu menegakkan Peraturan

Daerah Nomor 28 Tahun 2008 tentang Ketertiban Umum di

Kabupaten Serdang Bedagai, dan sistem penegakannya tidak

hanya di kota tetapi meluas ke seluruh desa dan kelurahan

Serdang Bedagai.

2. Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai harus menyediakan

tempat atau venue sebagai toko PKL karena alat pembayaran yang

digunakan murah. tempatnya mudah diakses oleh masyarakat dan

ada aturan waktu kerja. Selain itu, Pemkab Serdang Bedagai

diharapkan mengalokasikan anggaran khusus kepada Satpol PP

untuk memperoleh sarana transportasi yang cukup dan operasional

untuk melaksanakan kegiatan penegakan ketertiban daerah baik di

pusat kota maupun di desa-desa di seluruh kecamatan Kab.

Serdang Bedagai.

3. Meningkatkan kualitas SDM petugas Satpol PP dengan mengikuti

pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan keterampilan petugas

dan mempelajari peraturan daerah yang terkait dengan tugas yang


82

dibebankan kepadanya selain SDM Petugas Satpol PP, perlu juga

adanya peningkatan kesadaran Warga Kabupaten Serdang

Bedagai sehingga mereka dapat lebih lagi memahami peraturan

daerah, khususnya peraturan daerah yang berkaitan dengan

gangguan ketertiban dan ketenteraman umum.

DAFTAR PUSTAKA
A.Buku-Buku
Akhiriyah, Dewi Yuni. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Snowball
Throwing untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS pada Siswa
Kelas V SD N Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Jurnal
Kependidikan Dasar. Vol: 1, No: 3.
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Rineka
Cipta.
I Nyoman Sumaryadi. (2010). Efektifitas Implementasi Otonomi Daerah.
Jakarta: Citra Utama
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Kosnep Hukum Dalam Pembangunan
(Kumpulan Karya Tulis), Penerbit Alumni, Bandung, 2002.
Mulyadi, D. (2018). Studi Kebijakan Publik Dan Pelayanan Publik. Alfabeta
Polancik, G. (2009) Empirical Research Method Poster. Jakarta:
Nasution. (1998). Metodologi Penelitian Kualitatif. (3rd ed.). Tarsito.
Patton. (1980). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda.
PT. Remaja Rosda.
Poerwadarminta, W. J. S. (2001). Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Sekaran, Uma. 1992. “Research Methods for Business”. Third Edition.
Southern Illionis University.
Shamoo, A. E., & Resnik, B. R. (2003). Responsible Conduct of Research.
Oxford University Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan.
Silalahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. R & D. bandung
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif
Dan Kualitatif. Alfabeta. Bandung
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D /
Sugiyono. Alfabeta
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi. Alfabeta. Bandung
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. Alfabeta.
bandung
Sunyoto, U. (2004). Pembangunan dan Pemberdayaan
83

Masyarakat.Press.
Sunyoto, U. (2004). Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat.
R&D. Jakarta
David L. Weimer & Aidan R. Vining (2013) Policy Analysys. Prentice Hall,
inc
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan Polisi
Pamong Praja
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2011 tentang Standar
Operasional Prosedur(SOP) Satpol PP (SATPOL PP)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Ketentraman dan Ketertiban Umum Serta
Perlindungan Masyarakat
Peraturan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Nomor 26 Tahun 2008
tentang Ketertiban Umum
C. Karya Ilmiah
Azhari, A. H. (2020). Implementasi Kebijakan Penertiban Pasar Barabai Di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal
Tatapamong, 2(2), 34.
Bagus, I., Putra, W., Tuny, P., & Landra, C. (2016). Hukum Perdata
Internasional Kode Mata Kuliah : Bii3219. Fakultas Hukum
Universitas Udayana, 105.
Maydiansyah. (2017). Implementasi Peraturan Daerah Kota
Tanjungpinang Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Ketertiban Umum
Meiwanda, G. (2021). Implementasi Perda No. 5 Tahun 2002 tentang
Ketertiban Umum Di Kota Pekanbaru (Studi Kasus Pedagang Kaki
Lima).
Mulyana, & Arsyilaa, R. I. D. (2021). Implementasi Peraturan Daerah
Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Keamanan Dan Ketertiban Umum
Oleh Satpol PP Di Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera
Barat.
Novan, M., Sumampouw, I., & Undap, G. (2018). Implementasi
Pembangunan Infrastruktur Desa Dalam Penggunaan Dana Desa
Tahun 2017 (Studi) Desa Ongkaw Ii Kecamatan Sinonsayang
Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Eksekutif, 1(1), 1–11.
Https://Ejournal.Unsrat.Ac.Id/Index.Php/Jurnaleksekutif/Article/View/
21950
Pramono, A. S. (2019). Pelaksanan Fungsi Satpol PP (Satpol Pp)
Semarang” Universitas Negeri Semarang.
Tahir, A. (2014). Implementasi Kebijakan Pemerintah Dalam.
Pengembangan Pariwisata Pantai Selat Baru Kabupaten Bengkalis.
Waluyo. (2007). Manajemen Publik (Konsep, Aplikasi, Dan Implementasi).
Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Bandung.
84

D. Sumber Lain
Pemerintah Daerah Bali. (2001). Lembaran Daerah. 62, 1–9

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1.
PEDOMAN WAWANCARA
SATPOL PP KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI
SUMATERA UTARA
No Konsep Dimensi Indikator Pertanyaan
.
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Penegakkan Faktor 1. Efektifitas 1. Apakah
hukum Hukum Hukum pelaksanaan
(soerjono 2. Kepastian kegiatan
soekanto,2021 Hukum penegakkan
) Perda no. 26
Tahun 2008
tentang
Ketertiban
Umum
sudah
berjalan
dengan baik
2. Peran apa
saja yang
dilakukan
SATPOL PP
dalam
menegakkan
Perda No.26
Tahun 2008
tentang
85

Ketertiban
Umum
Faktor 1. Kinerja 1. Upaya apa
Penegakkan Penegak saja yang
Hukum Hukum dilakukan
2. Koordinasi dalam
3. Teknik mengatasi
Operasi hambatan
4. SDM penegakkan
Perda no.26
Tahun 2008
tentang
Ketertiban
Umum
2. Instansi apa
saja yang
terkait dalam
penegakkan
Perda no.26
tentang
Ketertiban
Umum
3. Apa saja
yang
menjadi
sasaran
utama dalam
penegakkan
Perda no.26
Tahun 2008
tentang
Ketertiban
umum
4. Apakah
ketersediaan
SDM sudah
sesuai
dengan
persyaratan
Faktor 1. Fasilitas 1. Apa saja
Sarana dan 2. Keuangan sarana dan
Fasilitas 3. Tenaga prasarana
Kerja yang dapat
menunjang
kegiatan dari
penerapan
Perda
tersebut
86

2. Apakah
ketersediaan
anggaran
sudah
sesuai
dengan
kebutuhan
dalam
penegakkan
Perda no.26
Tahun 2008
tentang
Ketertiban
Umum
3. Apa saja
yang
menjadi
faktor
penghambat
dan faktor
pendukung
dalam
penegakkan
Perda no.26
Tahun 2008
tentang
Ketertiban
Umum
Faktor 4. Kepatuhan 4. Bagaimana
Kebudayaan Hukum pendapat
n 5. Kesadaran masyarakat
Hukum yang masih
6. Budaya belum tertib
Kerja aturan
Penegak 5. Bagaimana
Hukum pendapat
masyarakat
tentang
hukum yang
berlaku
6. Bagaimana
pendapat
masyarakat
tentang
SATPOL PP
dalam
pelaksanaan
penertiban
87

Faktor 7. Respon 7. Bagaimana


Masyarakat Masyaraka pendapat
t masyarakat
8. Partisipasi mengenai
Masyaraka implementas
t i
pelaksanaan
Perda no.26
Tahun 2008
tentang
Ketertiban
Umum
8. Bagaimana
peran
masyarakat
dalam
pelaksanaan
penegakkan
Perda
tersebut
88

Lampiran 2. DOKUMENTASI PENELITIAN

Dokumentasi Bersama Kepala Satpol PP Serdang Bedagai, Bapak


Muhammad Wahyudhi, S.STP., M.Si.
89

WAWANCARA DENGAN Ibu Amat Luton, S.E selaku Kasi Opereasi


dan Pengendalian
dgdgdgd

Wawancara dengan Bapak Edwin Ginta Tarigan, Spt. Selaku Kabid


Penegakan Peraturan Daerah.
90

Wawancara dengan Bapak J. Sihombing selaku pedagang Potong


Ayam

Wawancara dengan Bapak Sutoni, selaku pemilik kios potong ayam


tanpa izin bangunan
91

Apel pagi anggota satpol PP Kabupaten Serdang Bedagai

Lampiran 3.
92
93
94

Riwayat Hidup

1. Nama : Rahmad Raviqi

2. Jenis Kelamin : Laki Laki

3. Tempat, Tanggal Lahir : Tebing Tinggi, 24 Januari 2000

4. Agama : Islam

5. Pengalaman Organisasi : Ketua Osis SMA Negeri Satu

Perbaungan Periode 2017-2018

6. Nama Orang Tua

Ayah : Muhammad Ramadhan

Ibu : Rosmawati Lubis

7. Asal Pendaftaran : Kabupaten Serdang Bedagai

Provinsi Sumatera Utara

8. Alamat Terakhir : Jl Deli No 94 Lk Pekan 3 Kecamatan

Perbaungan

9. Telepon : 081220998574

Jati Nangor, 28 Maret 2023


95

Yang membuat,

Muhammad Raviqi

Anda mungkin juga menyukai