Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS INDONESIA

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PENYEDIAAN


SARANA PRASARANA RUANG PUBLIK TERPADU
RAMAH ANAK
(Studi Pada RPTRA Jakarta Utara)

PROPOSAL SINGKAT
PENELITIAN

INTAN RAHMANINGTYAS
1506738334

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI


PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
DEPOK
2018
2

1. BIDANG PENELITIAN

Dalam tugas akhir saya yang berjudul : “Collaborative Governance dalam


Penyediaan Sarana Prasarana Ruang Publik Terpadu Ramah Anak di Provinsi DKI
Jakarta (Studi pada RPTRA Jakarta Utara), penelitian yang dilakukan merupakan
penelitian sosial dalam bidang Ilmu Administrasi Negara. Penelitian yang
dilakukan akan mengkaji terkait proses maupun implementasi kebijakan
pemerintah atas penyedian layanan publik

2. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Collaborative Governance menurut Ansell dan Gash (2008) dapat


didefinisikan sebuah pengaturan yang mengatur satu atau lebih lembaga publik
secara langsung terlibat dengan pemangku kepentingan non publik dalam proses
pengambilan keputusan kolektif bersifat formal, berorientasi konsensus, dan
musyawarah yang bertujuan untuk membuat atau mengimplementasikan kebijakan
publik atau mengelola program atau aset publik. Collaborative Governance juga
dapat menggambarkan keadaan saling ketergantungan antar aktor. Keinginan
melakukan collaborative governance muncul karena para aktor tersebut perlu
menyatakan keinginan dan kesediaan mereka untuk menjalin hubungan yang lebih
erat dengan aktor lain.

Kolaborasi tersebut salah satunya dilakukan dalam penyediaan sarana


prasarana Ruang Publik Terpadu Ramah Anak di Provinsi DKI Jakarta. Ruang
Publik Terpadu Ramah Anak adalah ruang publik yang memiliki karakteristik
sebagai taman terbuka publik, wahana permainan dan tumbuh kembang anak,
bagian dari prasarana dan sarana kota layak anak, ruang terbuka hijau, dan sarana
kegiatan sosial yang dilengkapi dengan berbagai permainan menarik, pengawasan
CCTV, ruang perpustakaan, PKK Mart, ruang laktasi, dan lainnya (Hernowo dan
Navastara (2017). Berawal dari kebutuhan anggaran oleh pemerintah atas
3

pemenuhan sarana prasarana Ruang Publik Terpadu Ramah Aanak tersebut, maka
pemerintah memberikan kesempatan bagi pihak swasta untuk turut membangun
RPTRA melalui skema Corporate Social Responbility.

Pembangunan RPTRA berlangsung secara masif sejak tahun 2015. Dalam


waktu dua tahun, hingga tahun 2017, RPTRA yang saat itu berjumlah 186 RPTRA,
bertambah dengan membangun 100 RPTRA melalui APBD dan 5 RPTRA melalui
CSR, sehingga ditargetkan di akhir 2017 akan terdapat 291 RPTRA di seluruh
DKI Jakarta. Menurut data Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan
Pengendalian Penduduk Provinsi DKI Jakarta, pada Maret 2019 tercatat 308
RPTRA dengan 68 RPTRA diantaranya dibangun dengan pendanaan dari pihak
swasta.

RPTRA yang dibangun sebagai hasil collaborative governance pertama


kali ialah RPTRA Sungai Bambu, Kelurahan Sungai Bambu, Jakarta Utara.
Perusahaan swasta yang berperan yaitu PT Pembangunan Jaya, PT CMNP dan
TMMIN. Kini RPTRA Sungai Bambu menjadi RPTRA percontohan dan banyak
dikunjungi oleh daerah lain. RPTRA lain misalnya seperti RPTRA Sunter Jaya
Berseri dan RPTRA Triputra Persada Hijau yang berada di satu cakupan wilayah,
dibangun pada tahap berikutnya yaitu tahap 2 dan tahap 4 juga melalui proses
pembangunannya dengan menggunakan dana dari pihak swasta . Meskipun terdapat
skema umum yang memayunginya, namun di lapangan terjadi banyak dinamika
serta perubahan-perubahan yang respirokal sesuai dengan karakteristik hubungan
dan daerah tersebut. Hingga kini belum ada literatur atau informasi mendalam yang
dapat menggambarkan bagaimana collaborative governance ini untuk dapat
menjadi percontohan bagi pemerintah di daerah lainnya dalam mewujudkan
RPTRA.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin menggambarkan


bagaimana collaborative governance dalam penyediaan sarana prasarana ruang
publik terpadu ramah anak di Jakarta Utara dimana tidak hanya terjadi karena
4

proses dinamika kolaborasi namun juga melihat bagaimana adanya sistem konteks
dalam penyediaan sarana prasarana ruang publik terpadu ramah anak menurut teori
Emerson & Nabatchi (2015).

3. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Collaborative
Governance dalam penyediaan sarana prasarana Ruang Publik Terpadu Ramah
Anak serta mengetahui faktor- faktor sistem konteks yang mempengaruhi
Collaborative Governance dalam Proses Penyediaan Sarana Prasarana Ruang
Publik Terpadu Ramah Anak di Kota Jakarta Utara.

4. RUANG LINGKUP PENELITIAN


Peneliti memfokuskan penelitian hanya pada penyediaan sarana prasarana
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak di Kota Jakarta Utara, antara lain mencakup
RPTRA Sungai Bambu, RPTRA Sunter Jaya Berseri, dan RPTRA Triputra Persada
Hijau.

5. JANGKA WAKTU PENELITIAN


Penelitian ini akan dilakukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung
dari 1 Februari 2019 hingga 1 Mei 2019.

6. METODE PENELITIAN
6.1 Pendekatan Penelitian
Ditinjau dari pendekatan penelitian, peneliti menggunakan paradigma post
positivist yang memiliki signifikansi pencarian makna. Dengan menggunakan
pendekatan post positivist, peneliti juga dapat memakai prosedur-prosedur kualitatif
demi menangkap realitas yang ada ( Denzin dan Lincoln, 2003). Post Positivisme
menggunakan berbagai metode dalam penelitiannya sambal tetap menekankan
penemuan ( discovery) dan pembuktian teori ( theory verification). Meskipun
mengambil posisi objektif, ada nada interaksi peneliti dan partisipan yang akan
5

mempengaruhi data post positivist yang digunakan untuk mendapatkan hukum-


hukum umum pendekatan yang dipilih (Poerwandari, 2007).

6.2 Jenis Penelitian


Jenis penelitian dapat dibagi berdasarkan tujuan,manfaat, dimensi waktu,
dan berdasarkan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

6.2.1 Jenis Penelitian Berdasarkan Tujuan


Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini tergolong dalam penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan suatu
gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang (Sujana dan Ibrahim,
1989: 65). Penelitian ini memberikan gambaran mendetail mengenai
collaborative governanve dalam proses penyediaan sarana prasarana RPTRA
Daerah Provinsi DKI Jakarta.

6.2.2 Jenis Penelitian Berdasarkan Manfaat


Dilihat dari segi manfaat peneltiian, penelitian ini termasuk dalam penelitian
murni. Penelitian murni adalah penelitian yang diperuntukkan bagi pengembangan
ilmu pengetahuan, dan bertujuan untuk mengembangkan teori (Kountur, 2007).
Penelitian ini dilakukan karena keinginan peneliti dalam collaborative governance
dalam proses penyediaan sarana prasarana RPTRA. Hasil daripada penelitian ini
digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan semata serta tidak terikat dengan
tuntutan pihak manapun sebagai pemberi sponsor.

6.2.3 Jenis Penelitian Berdasarkan Waktu


Dari segi waktu, penelitian ini termasuk dalam penelitian cross sectional.
Menurut Notoadtmodjo, penelitian cross sectional adalah suatu pendekatan
penelitian yang sifatnya sesaat atau pada suatu waktu saja dan tidak diikuti dalam
kurun waktu tertentu ( Bernard Roser, 1988 dalam Ibnu Hadjar 1996). Penelitian
ini akan dilakukan hanya pada satu periode waktu tertentu, bukan pada waktu
berbeda dengan tujuan untuk dilakukan komparasi.
6

6.2.4 Jenis Penelitian Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data


6.2.4.1 Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
dengan responden atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara dimana pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relative lama ( Sutopo, 2006) Wawancara mendalam
dilakukan kepada informan dari Pemerintah Kota Administratif Jakarta Utara,
Pemerintah Pusat Provinsi DKI Jakarta, dan pihak swasta.

a) Pemerintah Pusat : Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian


Penduduk Provinsi DKI Jakarta, Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga Provinsi DKI Jakarta

b) Pemerintah Kota Administratif Jakarta Utara : Suku Dinas Pemberdayaan


Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Kota Administratif Jakarta Utara,
Lurah Semper Barat, Lurah Sunter Jaya dan Kepala Sub Bagian Asisten
Kesejahteraan Sosial Kelurahan Sungai Bambu.

c) Pihak Swasta : PT Triputra Agro Persada, PT Astra international dan PT


Pembangunan Jaya.

6.2.4.2 Studi Literatur


Studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan
penelitian (Zed, 2008). Teknik ini akan dilakukan oleh peneliti dengan
mengumpulkan laporan dari pemerintah, artikel, data dari internet, dan data
lainnya yang dapat mendukung penelitian. Melalui teknik ini, peneliti mendapat
data sekunder yang dibutuhkan.
7

6.2.4.3 Studi Dokumentasi


Sugiyono (2009) menjelaskan bahwa “dokumen merupakan catatan yang
sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental
daris seseorang. Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan cara mempelajari dokumen untuk mendapatkan data atau informasi yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.

6.2.4.4 Triangulasi
Menurut Sugiyono (2005) teknik pengumpulan data triangulasi adalah
teknik yang bersifat menggabungkan teknik pengumpulan data sumber data yang
ada. Teknik ini digunakan agar dapat lebih memahami teknik pengumpulan data
melalui wawancara ataupun studi dokumen. Triangulasi juga merupakan suatu
proses re-check antara satu sumber data dengan yang lain.

6.3 Teknik Pemilihan Informan


Dalam memilih informan, peneliti menggunakan teknik purposive sampling.
Purposive sampling menurut Sugiyono (2012) adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Peneliti ingin memperoleh informasi dari informan
yang memiliki wawasan serta pengetahuan mengenai topik penelitian, sehingga
dapat memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya.

6.4 Teknik Analisis Data


Analisis data menurut Milles dan Huberman (2009, h.20) bahwa analisis yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alur kegiatan : Reduksi data, Penyajian
data, dan Menarik kesimpulan/verifikasi. Reduksi data adalah proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Penyajian data adalah
kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan
akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Upaya penarikan
8

kesimpulan dilakukan peneliti secara terus menerus selama berada

7. PERALATAN YANG AKAN DIGUNAKAN


Pengumpulan data sebuah penelitian dilakukan dengan berbagai metode,
penulis pada penelitian ini menggunakan metode wawancara, studi pustaka, studi
literatur. Peralatan yang akan digunakan antara lain alat perekam visual ,
Perangkat untuk memindahkan data, ballpoint dan buku.Alat perekam suara
berupa telepon genggam sebagai recorder, untuk merekam suara ketika
melakukan wawancara. Sedangkan buku dan ballpoint untuk menuliskan atau
menggambarkan informasi data yang didapat dari narasumber. Serta perangkat
lunak untuk memindahkan data berupa hardisk bila ada data –data yang perlu
dipindahkan sebagai bahan studi dokumentasi.

8. HASIL YANG DIHARAPKAN DARI PENELITIAN

Melalui penelitian ini, penulis berharap mendapatkan data yang valid dan
komprehensif sebagai bahan penyusunan model atau konstruksi Collaborative
governance dalam penyediaan sarana prasarana RPTRA melalui metode
wawancara, studi literatur, studi dokumentasi. Secara akademis, diharapkan
dengan penelitian ini dapat memberikan pegetahuan mengenai Collaborative
Governance dalam proses penyediaan sarana prasarana Ruang Publik Terpadu
Ramah Anak serta dapat menjadi acuan peneliti lain sebagai gambaran jika
mengembangkan penelitian yang sama atau melakukan penelitian yang sejenis.
Secara praktis, penilitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk dapat mengetahui gambaran mengenai
Collaborative Governance dalam proses penyediaan sarana prasarana Ruang
Publik Terpadu Ramah Anak
9

Anda mungkin juga menyukai