OLEH:
KELOMPOK 7
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1 Definisi Tarif Pelayanan Kesehatan...............................................................4
2.2 Tujuan Tarif Pelayanan Kesehatan.................................................................6
2.3 Konsep Tarif Pelayanan Kesehatan................................................................9
2.4 Prinsip Penetapan Tarif Pelayanan Kesehatan...............................................9
2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Tarif Pelayanan Kesehatan............................12
2.6 Upaya Pengendalian Tarif Pelayanan Kesehatan.........................................13
BAB III PENUTUP..............................................................................................16
3.1 Kesimpulan...................................................................................................16
3.2 Saran.............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
membutuhkan pelayanankesehatan mampu menjangkau secara finansial.
Tuntutan masyarakatterhadap mutu pelayanan kesehatan semakin meningkat
sehingga pelayanankesehatan di rumah sakit perlu ditingkatkan agar menjadi
efisien dan efektif.Dengan semakin meningkatnya pelayanan kesehatan di
rumah sakit mengakibatkan terjadinyakenaikan biaya yang digunakan dalam
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka pemerintah harus
memberikansubsidi yang besar untuk pelayanan kesehatan. Namun subsidi
pemerintah tersebutbelum dapat memenuhi kebutuhan operasional rumah
sakit, hal tersebut sesuaidengan penelitian yang dilakukan oleh Economist
Intelligence Unit (EIU) yangdisponsori oleh General Electric (GE) dan
dilaporkan dalam Old Problems, freshsolutions: Indonesia new health regime
mengatakan bahwa di Indonesia, kesehatanbukan menjadi prioritas
pemerintah. Secara kebijakan, anggaran kesehatan diIndonesia selama 40
tahun tidak pernah lebih dari 3 persen dan jumlah ini masih dibawah
anggaran untuk BBM dan listrik yang mencapai 6 kali lipatnya. Sebenarnya
anggaran untuk pembiayaan kesehatan di Indonesia antara harapan dan
kenyataan karena selama 50 tahun terakhir tidak melebihi angka 4,0% (sekitar
3,0% - 4,0%),Sedangkan WHO menganjurkan minimal 5,0% dari dana
anggaran pendapatan danbelanja negara.
Dalam hal ini mendorong pihak rumah rumah sakit maupun stakeholder
untuk menghitung secara riil berapa biaya pelayanan yang dibutuhkan
sehingga dapatmenjadi alat dalam pembiayaan pelayanan kesehatan tanpa
mengurangi mutu pelayanan yang diberikan.
2
6. Bagaimana upaya pengendalian tarif pelayanan kesehatan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari tarif pelayanan kesehatan.
2. Untuk mengetahui tujuan tarif pelayanan kesehatan.
3. Mampu memahami konsep tarif pelayanan kesehatan.
4. Untuk mengetahui prinsip penetapan tarif pelayanan kesehatan.
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi tarif pelayanan kesehatan.
6. Mampu memahami upaya pengendalian tarif pelayanan kesehatan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Full Cost Pricing adalah sebuah cara atau metode yang digunakan
dalam rangka menentukan HPP atau Harga Pokok Produksi yang caranya
adalah dengan memperhitungkan segenap unsur atau elemen biaya ke
dalam harga pokokproduksi. HPP terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead Puskesmas lainnya baik
variabel ataupun tetap.
Yaitu tarif yang diatur dengan acuan nilai kontrak dengan instansi
lain, semisal kontrak dengan perusahaan asuransi kesehatan. Tarif kontrak
dapat membuat puskesmas menyesuaikan tarif pelayanannya sesuai
kontrak yang disepakati.
5
Rate of return (RoR) adalah tingkat pengembalian yang menghitung
keuntungan atau kerugian bersih dari investasi selama jangka waktu
tertentu, dan dinyatakan sebagai presentase. RoR menjadi indikator yang
bisa bermanfaat untuk melihat tingkat efisiensi dalam suatu investasi.
4. Acceptance Pircing
Yaitu teknik yang mengedepankan puskesmas percontohan. Apabila
ada rumah sakit yang dianggap baik dari segi penetapan tarif, maka
puskesmas lain akan mengikuti pola pentarifan dari puskesmas
percontohan tersebut.
6
Dalam pelayanan rumah sakit, aplikasi konsep subsidized seperti pada
rumah sakit pemerintah ini menyebabkan tarif rumah sakit dapat ditekan
(Gani, 1996a).
c. Maksimal pemanfaatan pelayanan
Untuk memaksimalkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, tidak jarang
rumah sakit melakukan penekanan tarif serendah mungkin, terutama
ditekan tarif pelayanan yang mempunyai biaya tetap yang kecil. Kondisi
yang ingin dicapai minimal adalah total biaya sama dengan pendapatan
total. Pada keadaan di mana rumah sakit memiliki tingkat hunian yang
rendah, tarif juga ditekan serendah mungkin. Seringkali kondisi ini
menimbulkan persepsi bahwa harga murah identik dengan mutu rendah
(Depkes RI, 1992; Thabrany, 1996).
d. Maksimalkan pendapatan
Penetapan tarif yang memaksimalkan pendapatan sehingga lebih besar dari
biaya yang dikeluarkan, akan menghasilkan surplus. Total biaya yang jauh
terlampaui akan berdampak baik untuk menutupi biaya tetap.
Maksimalisasi pendapatan juga bisa merupakan minimalisasi subsidi.
Misalnya pada keadaan pasar yang dikuasai satu rumah sakit (monopoli),
tanpa kehadiran pesaing, serta suasana kebutuhan yang tinggi, maka tarif
dapat dipasang pada level yang setinggi-tingginya. Pada akhirnya rumah
sakit memperoleh surplus maksimal (LPPM, 1996). Bila diharapkan akan
laba/sisa hasil usaha yang maksimal, penetapan tarif ini dapat
direkonstruksi berdasarkan tingkat permintaan yang tentunya terkait
langsung dengan besarnya biaya produksi. Biasanya penetapan tarif ini
dibuat secara teoritis dengan menyusun model persamaan matematika
(Trisnantoro, 1994).
e. Mengurangi pesaing
Penetapan tarif dapat dilakukan dengan tujuan mengurangi pembangunan
rumah sakit baru yang akan menjadi pesaing. Rumah sakit yang sudah
terlebih dahulu beroperasi menyusun strategi sedemikian rupa agar tarif
tidak dapat disamai oleh rumah sakit baru (Trisnantoro, 1994).
7
f. Menciptakan corporate image
Tarif dapat ditetapkan dengan tujuan meningkatkan citra sebagai rumah
sakit untuk golongan masyarakat kelas atas yang berkenan seolah-olah
berlomba untuk mendapatkan citra rumah sakit paling mewah.
Kotler dan Clarke mengemukakan tujuan penetapan tarif juga berkaitan
dengan pemasaran yakni dengan maksud publisitas yang dilakukan rumah
sakitnya (Kotler, 1987). Bila ada unit yang dipublikasikan, maka
penetapan tarif disesuaikan dengan persepsi pasien yang menjadi
pangsanya berdasarkan nilai publisitasnya. Oleh karenanya dalam
penetapan tarif unit yang dipublikasikanharganya lebih rendah dari pada
yang tidak dipublikasikan, tetapi memang rumah sakit tidak
mengharapkan pendapatan yang tinggi, tetapi memang sesungguhnya
untuk penciptaan image rumah sakit tersebut dalam pelayanan kesehatan.
g. Market Skimming
Penetapan tarif ini bertujuan untuk meraih volume besar. Biasanya
dipasang tarif tinggi pada permulaan, kemudian perlahan-lahan
diturunkan. Persyaratan untuk dapat dilaksanakannya market skimming
h·dala:
1) Pasar sangat price sensitive, atau pasien cukup sensitif terhadap harga.
2) Biaya produksi dan distribusi tidak bervariasi besar, sehingga tarif
dapat ditekan ketingkat yang terjangkau pasien dalam volume besar.
1) Pasar sangat price sentive, atau pasien cukup sensitif terhadap harga.
2) Biaya produksi dan distribusi turun dengan cepat bilamana produksi
dinaikkan atau volume bertambah (LPPM, 1996).
8
2.3 Konsep Tarif Pelayanan Kesehatan
Tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan dengan ukuran
sejumlah uang berdasarkan pertimbangan bahwa dengan nilai uang tersebut
sebuah rumah sakit bersedia memberikan jasa kepada pasien.Tarif rumah
sakit merupakan aspek yang sangat diperhatikan oleh rumah sakit swasta juga
oleh rumah sakit milik pemerintah. Bagi sebagian rumah sakit pemerintah,
tarif memang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menkes atau
Pemerintah Daerah.Hal ini menunjukkan adanya kontrol ketat pemerintah
sebagai pemilik terhadap rumah sakit sebagai firma atau pelaku usaha. Akan
tetapi disadari bahwa tarif pemerintah umumnya mempunyai cost-recovery
(pemulihan biaya) yang rendah. Apabila tarif mempunyai tingkat pemulihan
biaya rendah diberlakukan pada kelas pelayanan bawah (misal kelas III) maka
hal tersebut merupakan sesuatu yang layak, sehingga terjadi subsidi
pemerintah bagi masyarakat miskin untuk menggunakan pelayanan rumah
sakit. Akan tetapi, apabila tingkat pemulihan biaya ternyata juga rendah untuk
kelas VIP misalnya,maka dapat terjadi subsidi untuk masyarakat atas. Adanya
kebijakan swadana telah memberikan wewenang penetapan tarif pada
direktur rumah sakit, khususnya untuk bangsal VIP dan kelas I yang tidak
banyak mempengaruhi orang miskin.Oleh karena itu, pemahaman mengenai
konsep tarif perlu diketahui oleh para manajer rumah sakit.
Dalam ekonomi mikro, sudah dikenal suatu titik keseimbangan yaitu
harga berada pada equilibrium berdasarkan demand dan supply (Lihat Bab
II).Pada sistem ekonomi yang berbasis pada keseimbangan pasar, jelas bahwa
subsidi pemerintah tidak dilakukan atau terbatas pada masyarakat miskin.
Akibatnya, tarif dibiarkan sesuai dengan permintaan pasar. Akan tetapi, hal
ini dapat menyebabkan terjadinya ketidakadilan yaitu masyarakat miskin sulit
mendapatkan pelayanan rumah sakit, sehingga subsidi perlu diberikan karena
keadaan ini sangat penting pada proses penetapan tarif rumah sakit
pemerintah.
9
Tarif rumah sakit adalah semua harga yang harus dibayarkan untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tarif rumah sakit
terdiri atas biaya ditambah margin yang diharapkan. Secara matematis maka
tarif rumah sakit dapat digambarkan dalam formula berikut:
10
Tujuan strategis rumah sakit dalam penetapan tarif sangat dipengaruhi oleh
business life cycle dan pertumbuhan rumah sakit. Rumah sakit adalah
organisasi nirlaba yang seyogyanya tidak dikejar dengan target
pengembalian investasi dalam jangka waktu yang singkat. Tujuan strategis
rumah sakit antara lain memaksimalkan pendapatan, mememuhi
kebutuhan biaya operasional dan pengembangan, memperluas pangsa
pasar, meningkatkan utilisasi penggunaan pelayanan kesehatan,
meminimalkan utilisasi pelayanan kesehatan, dan sebagainya.
3. Memahami struktur pasar tindakan pelayanan kesehatan yang disajikan
rumah sakit.
Struktur pasar pelayanan kesehatan yang disajikan rumah sakit berbeda-
beda.Struktur pasar terbagi atas: monopoli/monopsoni,
oligopoly/oligopsony, persaingan monopolistic, dan persaingan sempurna.
Monopoli adalah kondisi dimana hanya ada satu rumah sakit yang
menguasai sebagian besar pangsa pasar permintaan pelayanan kesehatan
tertentu, misalnya RSUD di suatu daerah terpencil. Monopsoni adalah
kondisi dimana hanya ada satu pembeli yang menguasai sebagian besar
pangsa pasar, misalnya asuransi sosial kesehatan. Oligopoli adalah kondisi
dimana hanya ada beberapa rumah sakit yang menguasai sebagian besar
permintaan pelayanan kesehatan. Persaingan monopolistic adalah keadaan
dimana banyak rumah sakit menawarkan pelayanan kesehatan yang sama
namun masing-masing memiliki pembeda Persaingan sempurna adalah
banyak rumah sakit menyediakan pelayanan kesehatan yang sama, tidak
ada pembeda yang spesifik di dalam pelayanan eksehatan, masyarakat
memiliki informasi yang simetris dan luas terhadap semua pelayanan
kesehatan yang tersedia.
4. Memahami faktor-faktor pembentuk struktur pasar
Memahami faktor-faktor pembentuk struktur pasar untuk setiap tindakan
penyajian pelayanan kesehatan yang disajikan rumah sakit antara lain
adalah permintaan. Pada kondisi permintaan pelayanan kesehatan tinggi,
sedangkan hanya ada sedikit rumah sakit yang dapat melayani kebutuhan
11
tersebut, maka akan terjadi monopoli atau oligopoli. Jika ada rumah sakit
yang menyajikan semua pelayanan kesehatan secara komprehensif di
rumah sakit tersebut, maka bisa sajarumah sakit tersebut akan menjadi
monopoli. Atau, jika rumah sakit memiliki pangsa pasar yang sangat besar
sehingga mampu menekan unit cost, maka rumah sakit tersebut juga dapat
berada dalam struktur monopoli atau oligopoly. Struktur pasar juga dapat
terbentuk dari penguasaan para tenaga kesehatan khususnya spesialis
tertentu hanya oleh rumah sakit tertentu. Jika ada suatu rumah sakit yang
memiliki semua ahli yang dibutuhkan dan melakukan suatu upaya
sehingga para ahli tersebut tidak berpraktek di rumah sakit lainnya, maka
rumah sakit tersebut mencoba membentuk struktur pasar yang
menguntungkan baginya karena memiliki posisi tawar yang kuat.
Sebaliknya, jika pasian tergabung dalam satu asuransi dimana sebagian
besar pangsa pasar rumah sakit adalah pasien asuransi tersebut, maka
dapat terjadi oligopoly atau oligopsini. Struktur pasar pada poin nomor 3
dapat terbentuk oleh faktor-faktor berikut:
a) Posisi tawar rumah sakit - rumah sakit yang tersedia;
b) Posisi tawar masyarakat;
c) Ketersediaan pelayanan substitusi;
d) Ancaman pendatang baru
5. Peraturan pemerintah
Peraturan pemerintah juga merupakan landasan yang harus diacu oleh
rumah sakit dalam penetapan tarif.Sejauh ini pola tarif nasional ditetapkan
oleh Kementerian Kesehatan No 85 tahun 2015 tentang Pola Tarif
Nasional Rumah Sakit atau pada Peraturan Gubernur setempat yang
mengatur pola tarif regional. Selain itu, terdapat penetapan tarif asuransi
sosial yang saat ini diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS). Tarif tersebut diklasifikasikan berdasarkan kode penyakit.
a. Biaya investasi
12
Di rumah sakit, biaya investasi meliputi biaya pembangunan
gedung, pembelian berbagai peralatan medis/non medis,
pendidikan dan pelatihan, dll
Penetapan tarif bergantung kepada;Rencana titik impas,jangka
waktu pengembalian modal dan perhitungan masa kadaluwarsa
b. Biaya kegiatan rutin
Mencakup semua biaya yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakan berbagai kegiatan rutin
Terdiri dari :
a) Direct cost
Biaya untuk kegiatan yang berhubungan langsung
dengan kebutuhan pelayanan kesehatan,Contohnya
yaitu biaya untuk penggunaan alat – alat kesehatan,
konsultasi dokter, dll
b) Indirect cost
Biaya untuk kegiatan yang tidak berhubungan langsung
dengan kebutuhan pelayanan kesehatan,Contohnya
yaitu gaji karyawan, rekening listrik, air, pemeliharaan
bangunan dan peralatan (maintenance), dll
c. Biaya rencana pengembangan
Mulai dari rencana perluasan bangunan, penambahan peralatan,
penambahan jumlah dan peningkatan pengetahuan karyawan, rencana
penambahan jenis pelayanan, dll
d. Besarnya target keuntungan
Tergantung dari filosofi yang dianut oleh organisasi pelayanan
kesehatan
Sebaiknya keuntungan suatu sarana kesehatan tidak boleh sama
dengan keuntungan berbagai kegiatan usaha lainnya
13
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, di tegaskan
bahwa setiap warga Negara memiliki hak yang sama untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. Kesadaran tentang pentingnya jaminan perlindungan
sosial,Pemerintah menerbitkan Undang-Undang Dasar Nomor 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menyatakan bahwa
prinsip pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional adalah kesetaraan (equity)
mendapatkan akses pelayanan kesehatan serta efektif dan efisien dalam
operasionalisasinya.SJSN merupakan terobosan strategis dalam mengatasi
permasalahan aksespelayanan kesehatan yang diharapkan dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta mempercepat pencapaian
Universal Health Coverage (UHC).
Sejak berlakunya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia, potensi
fraud dalam layanan kesehatan semakin meluas karena adanya tekanan dari
sistem pembiayaan yang baru berlaku,adanya kesempatan karena minim
pengawasan serta ada pembenaran saat melakukan tindakan fraud.Tindakan
fraud menyebabkan kerugian finansial negara.
Rumah Sakit di negara Indonesia untuk menentukan tarif ketika
diberlakukan sistem JKN adalah berdasarkan INA CBGs (Case BaseGroups)
adalah pengelompokkan diagnose penyakit yang berdasarkan grouping dari
tarif itu sendiri,dengan demikian pemberian dan pemberlakuan tarif Rumah
Sakit pada pengelompokkan tersebut dinamakan diagnose asuransi.
Perbedaan antara diagnosa klinis yang ditegakkan dokter dan diagnosis
grouping dari Software INA CBGs yang cenderung upcoding.
Upaya yang di lakukan seperti menerapkan Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor 69 Tahun 2015 tentang “Standar tarif pelayanan kesehatan tingkat
pertama dan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dalam penyelenggaraan
program jaminan kesehatan”. Dalam peraturan ini dinyatakan bahwa
penetapan tarif untuk meningkatkan efisiensi biaya yang dapat membuat
perilaku rumah sakit berinovasi dalam penghematan, seperti tidak perlu
menggunakan obat-obatan dan alat bahan habis pakai yang berlebihan,
pemeriksaan yang memakan biaya dan waktu rawat inap yang lama.Dengan
14
adanya standar tarif yang jelas dapat menjadi pedoman bagi rumah sakit
dalam menghindari potensi fraud untuk mematuhi peraturan Menteri
Kesehatan tersebut.Perilaku rumah sakit ini sesuai dengan Theory of Planned
Behavior (TPB)oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein yang berasumsi bahwa
manusia adalah makhluk rasional yang selalu menggunakan informasi secara
sistematis dalam melakukan suatu tindakan. Oleh karena itu peraturan yang
jelas tentang standar tarif dapat mengarahkan mereka untuk menghindari
potensi fraud.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1 Tarif jasa pelayanan kesehatan merupakan suatu nilai jasa pelayanan yang
diukur dengan sejumlah nominal uang sesuai dengan jasa yang akan
diberikankepada pemakai jasa.
2 Tujuan tarif pelayanan kesehatan yaitu Peningkatan pemulihan biaya,
Subsidi silang, Maksimal pemanfaatan pelayanan, Memaksimalkan
pendapatan, Mengurangi pesaing, Menciptakan corporate image, Market
Skimming.
3 Adapun faktor yang mempengaruhi tarif pelayanan kesehatan yaitu biaya
invstasi,biaya kegiatan rutin,biaya rencana pengembangan,dan besarnya
target keuntungan.
4 Tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan dengan ukuran
sejumlah uang berdasarkan pertimbangan bahwa dengan nilai uang
tersebut sebuah rumah sakit bersedia memberikan jasa kepada pasien.
5 Adapun hal yang perlu diperhatikan rumah sakit dalam menetapkan tarif
yaitu seperti menghitung unit cost untuk semua tindakan pelayanan
kesehatan,mengetahui tujuan strategis rumah sakit dalam penetapan
tarif,memahami struktur pasar tindakan pelayanan kesehatan yang
15
disajikan rumah sakit,memahami faktor-faktor pembentuk struktur
pasar,dan peraturan pemerintah.
6 Upaya yang di lakukan seperti menerapkan Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor 69 Tahun 2015 tentang “Standar tarif pelayanan kesehatan
tingkat pertama dan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dalam
penyelenggaraan program jaminan kesehatan”.
3.2 Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Jaminan, E. et al. (2019) ‘Srategi Bauran Pemasaran Pelayanan Kesehatan RSD
Kol. Abundjani Bangko di Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)’, Jurnal
Administrasi Rumah Sakit Indonesia, 5(2), pp. 97–103. Available at:
https://doi.org/10.7454/arsi.v5i2.3173.
Wibowo, M.A. (2021) ‘Evaluasi Penetapan Tarif Pelayanan Kesehatan Puskesmas
Blud Unit Rawat Jalan Menggunakan Pendekatan Biaya Satuan Unit (Unit
Cost) Dengan Metode Step Down’, Skripsi, pp. 1–89.
La, K. O., & Ja, a S. a R. (2009). Sekolah pascasarjana universitas sumatera
utara medan 2009. 1–83.
Trisnantoro. (2018). Memahami Menggunakan Ilmu Ekonomi Dalam Manajemen
Rumah Sakit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sudirman. (2020). Strategi Penetapan Tarif Rumah Sakit Berdasarkan Unit Cost.
Makassar: Nas Media Pustaka.
Mitriza, A., & Akbar, A. (2019). Analisis Pengendalian Potensi Fraud di Rumah Sakit
Umum Daerah Achmad Moechtar Bukittinggi. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(3), 493-
499.
17
18