Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pramuka adalah perkumpulan gerakan pendidikan kepanduan kebangsaan

Indonesia untuk anak-anak, pemuda dan warga negara Republik Indonesia.

Badan-badan yang sama sifatnya atau yang menyerupai perkumpulan Gerakan

Pramuka dilarang adanya (Keputusan Presiden No. 238 Tahun 1961). Dalam

perkembangannya gerakan pramuka merupakan sebuah gerakan yang bersifat

nasional untuk membangun karakter kebangsaan warga negara Indonesia.

Gerakan Pramuka yang merupakan singkatan dari Gerakan Pendidikan

Kepanduan Praja Muda Karana tidak serta merta bahwa Kepanduan hilang dari

Gerakan Pramuka, karena tidak banyak yang paham bahwa Pramuka merupakan

sebuah singkatan atau yang sering dikenal dengan “Praja Muda Karana” yang

artinya “pemuda yang suka berkarya”. Oleh sebab itu, perlunya pembina bahkan

pelatih memahami hal-hal yang dianggap kecil tersebut untuk membentuk jiwa-

jiwa Pramuka yang diharapkan bangsa Indonesia.

Kebijakan dari pemerintah yang juga berbeda dengan sifat Kepanduan

yaitu sukarela, Pemerintah melalui Kemendikbud mewajibkan Pramuka masuk

dalam ranah pendidikan, khususnya pendidikan formal. Diawali kebijakan pada

masa Orde Baru dengan mewajibkan seragam wajib sekolah dengan seragam

Pramuka pada hari-hari tertentu hingga dengan adanya program pendidikan

karakter serta dikuatkan dengan adanya kurikulum 2013 yang dalam hal ini

Pramuka merupakan ekstrakurikuler wajib di setiap sekolah mulai pendidikan

1
dasar hingga pendidikan menengah. Hal tersebut sesuai dengan Permendikbud

Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum pada lampiran III,

sehingga Pramuka sama seperti halnya mata pelajaran wajib di sekolah dan masuk

dalam kurikulum wajib sekolah.

Namun, bagaimanakah kenyataan di lapangan mengenai ekstrakurikuler

wajib Pramuka di sekolah? Bagaimana respon siswa sebagai sasaran didik dan

bagaimana peran pembina Pramuka maupun guru yang diberi tugas membina

Pramuka di sekolah? Kemudian juga bagaimana kesiapan dari sekolah mengenai

apa-apa yang dibutuhkan dalam mendukung ekstrakurikuler wajib tersebut.

Karena kurikulum tersebut merupakan kurikulum baru yang memang sebelum-

sebelumnya belum ada di sekolah. Sedangkan Pramuka yang merupakan sebuah

ekstrakurikuler sama halnya dengan ekstrakurikuler lainnya. Menjadi sebuah

permasalahan ketika sebuah sekolah yang dahulunya belum pernah mengadakan

ekstrakurikuler Pramuka dan juga belum memiliki Pembina Pramuka akan

kelabakan mencari Pembina yang mau dan mampu membina ekstrakuler wajib

Pramuka. Yang menjadi masalah lagi adalah bagaimana anggaran sekolah dan

bagaimana juga dengan kesejahteraan para pembina. Atau bahkan ada oknum-

oknum tertentu yang memanfaatkan kebijakan tersebut hanya untuk mencari

keuntungan.

Sebagai ektrakurikuler wajib di sekolah, kegiatan pramuka harus mengarah

ke pencapaian tujuan kepramukaan. Tujuan tersebut tentu hanya dapat dicapai jika

pelaksanaan pelatihan pramuka dikelola dengan baik dan tidak hanya asal

berjalan. Manajemen ekstrakurikuler ini perlu melibatkan berbagai pihak.

2
Menurut George R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja,

yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah

tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.

Oleh sebab itu perbaikan manajemen ekstrakurikuler pramuka di sekolah

penulis yakni mendesak dan krusial dibenahi. Penulis memiliki gagasan

pengelolaan ekstrakurikuler pramuka dengan manajemen yang mengacu pada

pendapat George R. Terry merumuskan fungsi-fungsi manajemennya sebagai

POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling).

B. Fokus Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mendapatkan fokus

permasalahan sebagai berikut:

1. Kendala-kendala yang dihadapi untuk menerapkan ekstrakurikuler wajib di

SMP Negeri 1 Kadipaten.

2. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

3. Penerapan manajemen pelatihan kepramukaan di SMP Negeri 1 Kadipaten

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembahasan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui:

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kendala-kendala yang dihadapi

dalam pelatihan kepramukaan di SMP Negeri 1 Kadipaten


2. Untuk mendeskripsikan manajemen Pelatihan Kepramukaan di SMP Negeri 1

Kadipaten

D. Metode Penulisan

3
Metode penulisan bersifat studi pustaka dan wawancara langsung. Studi

kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh penulis untuk menghimpun

informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti.

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi

penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-

laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.Informasi

diperoleh dari buku, jurnal dan laporan penulisan.

E. Manfaat Pembahasan

Manfaat dari pembahasan makalah ini adalah untuk:

1. Satuan pendidikan supaya dapat dapat menerapkan ekstrakurikuler wajib

pramuka dengan sebaik-baiknya sebagai mana yang diamanatkan dalam

kurikulum 2013.
2. Kwartir Cabang agar dapat melakukan pengawasan dan pendampingan kepada

kakak-kakak pembina di setiap gugus depan yang berada diwilayah kerja

masing-masing karena mengingat masih banyak gugus depan yang masih

minim pembina yang sudah pernah mengikuti kursus kepramukan. Semacam

KMD, KML, KPD ataupun KPL.


3. Pemangku Kebijakan, sangat kami harapkan untuk lebih memperhatikan

pramuka terutamanya dari segi pendanaan apalagi sekarang ini sudah menjadi

ekstrakurikuler yang diwajibkan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

4
A. Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Ekstra Kurikuler Wajib Di Satuan

Pendidikan
1. Menjalankan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010

Semenjak lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun

2010 Tentang Gerakan Pramuka, maka terjadilah geliat perubahan yang mendasar

terhadap kegiatan keramukaan. Gerakan Pramuka tidak hanya mendapat

dukungan yuridis sebagai legal formal membangun eksistensi Gerakan Pramuka,

akan tetapi mendapat pula dukungan finansial dan dukungan lainnya secara

signifikan oleh pemerintah dan masyarakat, sehingga kegiatan kepramukaan

mengalami perkembangan yang sangat pesat. Maka tidak heran dalam waktu

singkat Gerakan Pramuka menjadi sebuah organisasi yang memiliki keanggotan

yang paling besar dan memiliki tingkat keberhasilan yang realistis dalam

menciptakan kader bangsa dengan memiliki kerakteristik (kepribadian)

keindonesiaan, yang nantinya diharapkan para kader bangsa ini menjadi

pemimpin bangsa yang memiliki kepribadian keindonesiaan dan membawa

Indonesia menjadi sebuah negara yang maju dan berperadaban.

Gugus depan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka pada pasal 1 ayat (5), adalah satuan

pendidikan dan satuan organisasi terdepan penyelenggara pendidikan

kepramukaan (UU No. 12 Thn 2010). Selanjutnya dalam Keputusan Musyawarah

Nasional Nomor 11/Munas/2013 Tentang Anggaran Dasar Gerakan Pramuka

Pasal 19 menyatakan bahwa : “ (1) Gugus depan merupakan satuan pendidikan

dan satuan organisasi terdepan. (2) Gugus depan meliputi gugus depan berbasis

satuan pendidikan dan gugus depan berbasis komunitas. (3) Gugus depan

5
berbasis satuan pendidikan meliputi gugus depan yang berpangkalan di

pendidikan formal. (4) Gugus depan berbasis komunitas meliputi gugus depan

komunitas kewilayahan, agama, profesi, organisasi kemasyarakatan dan

komunitas lain (Munas 2013. Kemudian menurut Keputusan Kwartir Nasional

Gerakan Pramuka Nomor: 231 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan

Gugusdepan Gerakan Pramuka, Pasal 1 ayat (4) bahwa : a. Gugus depan

disingkat Gudep adalah suatu kesatuan organik terdepan dalam Gerakan Pramuka

yang merupakan wadah untuk menghimpun anggota Gerakan Pramuka dalam

penyelenggaraan kepramukaan, serta sebagai wadah pembinaan bagi anggota

muda dan anggota dewasa muda. b. Kepramukaan adalah proses pendidikan di

luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan

menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam

terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang

sasaran akhirnya pembentukan watak, ahklak, dan budi pekerti luhur (Kwartir

Nasional Gerakan Pramuka, Jakarta, 2008, Hal 2).

Pelatih Pembina Pramuka, adalah “Pembina Pramuka” yang memenuhi

persyaratan melatih (telah mengikuti Kursus Pelatih) dan memiliki pengabdian

tambahan karena memiliki keahlian untuk melatih Pembina Pramuka. Untuk

menjadi Pelatih Pembina Pramuka ada dua jenjang pendidikan yakni: Kursus

Pelatih Pembina Pramuka Tingkat Dasar, dan Kursus Pelatih Pembina Pramuka

Tingkat Lanjutan. Pelatih Pembina merupakan kor (jantung) kegiatan

kepramukaan, makin memahami seorang pelatih terhadap permasahan

kepramukaan baik yang berhubungan internal kepramukaan atau yang

6
berhubungan dengan eksternal kepramukaan, maka eksistensi Gerakan Pramuka

akan lebih maju dan berkembang dengan lebih baik.

2. Pramuka Wajib Dalam Kurikulum 2013

Pendidikan kepramukaan dalam sistem pendidikan nasional termasuk

dalam jalur pendidikan nonformal yang diperkaya dengan pendidikan nilai-nilai

Gerakan Pramuka dalam pembentukan kepribadian yang berakhlak mulia, berjiwa

patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan

memiliki kecakapan hidup (UU RI Nomor 12 Tahun 2010 Pasal 11). Pendidikan

merupakan proses pembangunan suatu sistem nilai dalam ranah afektif yang

selalu dalam keadaan instatu nascendi (dalam proses menjadi). Muaranya adalah

kepemilikan kualitas sebagai manusia yang layak disebut manusia dan bersumber

daya (Tri Kartika Rina dalam Djarab, 2004: 54). Pramuka sebagai salah satu

kegiatan ekstrakurikuler di sekolah sangat relevan sebagai wadah penanaman nilai

karakter. Nilai karakter yang dapat dikembangkan melalui kegiatan kepramukaan

adalah nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,

demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai

prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli

lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab (Pusat Pengembangan Tenaga

Kependidikan, 2014: 20).

Dalam Kurikulum 2013, pendidikan Kepramukaan ditetapkan sebagai

kegiatan ekstrakurikuler wajib. Hal ini mengandung makna bahwa pendidikan

Kepramukaan merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang secara sistematik

diperankan sebagai wahana penguatan psikologis-sosial-kultural (reinfocement)

7
perwujudan sikap dan keterampilan kurikulum 2013 yang secara psikopedagogis

koheren dengan pengembangan sikap dan kecakapan dalam pendidikan

Kepramukaan. Dengan demikian pencapaian Kompetensi Inti Sikap Spiritual (KI

1), Sikap Sosial (KI 2), dan Keterampilan (K3) memperoleh penguatan bermakna

(meaningfull learning) melalui fasilitasi sistematik-adaptif pendidikan

Kepramukaan di lingkungan satuan pendidikan (Badan Penelitian dan

Pengembangan, 2014: 1-2).

Dalam implementasi kurikulum 2013, kegiatan ekstrakurikuler

kepramukaan dapat diimplemasikan dalam 3 model, yaitu (1) Sistem Blok yang

dilaksanakan pada awal masuk sekolah; (2) Sistem Aktualisasi proses

pembelajaran setiap mata pelajaran ke dalam Pendidikan Kepramukaan; dan (3)

Sistem Reguler bagi peserta didik yang memiliki minat serta ketertarikan menjadi

anggota Pramuka (Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, 2014: 11-12).

Mengacu Permendikbud RI Nomor 81A tahun 2013 tentang Implementasi

Kurikulum 2013, lampiran III dijelaskan bahwa fungsi kegiatan ekstrakurikuler

Pramuka adalah kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan memiliki fungsi

pengembangan, sosial, rekreatif, dan persiapan karir.

Koherensi proses pembelajaran yang memadukan kegiatan intrakurikuler

dan ekstrakurikuler, didasarkan pada dua alasan dalam menjadikan pendidikan

Kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib. Pertama, dasar legalitasnya jelas,

yaitu Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.

Kedua, pendidikan Kepramukaan mengajarkan banyak nilai-nilai, mulai dari nilai-

nilai Ketuhanan, kebudayaan, kepemimpinan, kebersamaan, sosial, kecintaan

8
alam, hingga kemandirian. Dari sisi legalitas pendidikan Kepramukaan

merupakan imperatif yang bersifat nasional, sebagi hal itu tertuang dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan

Pramuka (Badan Penelitian dan Pengembangan, 2014: 2).

Dari pemaparan tersebut di atas, sebenarnya pemerintah menyadari akan

pentingnya pendidikan untuk generasi penerus bangsa, salah satunya juga melihat

Pramuka. Pramuka atau juga Kepanduan yang telah berperan juga dalam sejarah

bangsa Indonesia, dari pra-kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan hingga

saat ini, dianggap oleh pemerintah sangat relevan dalam membangun pendidikan

karakter. Diperkuat dengan adanya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010

tentang Gerakan Pramuka dan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional. Terdapat nilai-nilai positif dalam kegiatan Pramuka

yang dinilai akan membawa nilai positif dalam pembentukan karakter bangsa.

Namun pada kenyataannya, Pramuka yang dijadikan sebagai ekstrakurikuler wajib

di setiap satuan pendidikan memiliki banyak dampak baik bagi guru maupun

peserta didik.

Tidak semua satuan pendidikan siap akan Pramuka menjadi ekstrakurikuler

wajib, karena juga tidak semua satuan pendidikan jangankan memiliki

gugusdepan ekstrakurikuler Pramuka pun tidak semuanya ada, apalagi memiliki

pembina Pramuka yang mau dan mampu membina Pramuka dengan baik.

Akhirnya banyak satuan pendidikan yang mencari pembina Pramuka dadakan atau

bahkan memberdayakan para guru untuk membina Pramuka. Selain itu juga akan

memengaruhi kondisi psikis peserta didik yang setengah hati mengikuti

9
ekstrakurikuler wajib Pramuka. Pasti ada rasa tidak senang maupun tidak dengan

ikhlas mengikuti kegiatan Pramuka, yang akhirnya menganggap sepele Pramuka

tersebut. Di sinilah pentingnya peran semua komponen satuan pendidikan dan

pembina Pramuka untuk sekreatif mungkin membuat ekstrakurikuler wajib

Pramuka dapat diminati dan disenangi oleh seluruh peserta didik, sehingga tujuan

dari pemerintah mewajibkan ekstrakurikuler Pramuka untuk membentuk karakter

baik peserta didik dapat terwujud dengan baik.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Kadipaten

a) Kondisi Geografis dan Sosiologis SMP Negeri 1 Kadipaten

10
SMP Negeri 1 Kadipaten terletak di ibu kota kecamatan Kadipaten.

Kondisi wilayah tempat tinggal siswa tersebar di desa-desa wilayah

kecamatan, dengan kondisi geografis pesawahan dan pusat perbelanjaan

sehingga kehidupan para siswa pada umumnya lebih banyak berhubungan

dengan pekerjaan membantu orang tua dalam bidang agraris, niaga, buruh

tani, pedagang dan pekerja pabrik. Karena kondisi ekonomi masyarakat

hampir 50% termasuk ekonomi lemah atau pra sejahtera, maka kondisi

masyarakat yang demikian tidak memungkinkan masyarakat untuk

melanjutkan pendidikan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi

sehingga anak harus hidup di tengah masyarakat dengan keterampilan yang

sangat terbatas dan kurang memadai. Oleh karena itu, diperlukan lembaga

Pendidikan yang dapat membekali Kecakapan Hidup (life Skill) dan

diharapkan anak dapat hidup layak di tengah lingkungan masyarakat.

Perkembangan Kegiatan sosial masyarakat di lingkungan sekolah

tergolong aktif, kondusif dan agamis sehingga pengaruh terhadap keamanan,

kenyamanan kehidupan bermasyarakat baik, aman dan terkendali.

Perkembangan globalisasi tertutama di bidang seni dan budaya sangat

berpengaruh pada kehidupan masyarakat sekitar terutama pada kehidupan

remaja. Hal tersebut didukung dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi (IPTEK) yang terealisasi dengan adanya warnet, rental-rental

computer, wartel serta radio dan televisi yang sudah dimiliki oleh setiap

keluarga dan sudah merupakan bagian dari proses kehidupan masyarakat.

b) Kondisi Siswa & Tenaga Pendidik

11
Keberadaan SMP Negeri 1 Kadipaten sangat dibutuhkan oleh

masyarakat di sekitar kecamatan Kadipaten, hal itu di buktikan dengan

jumlah peserta didik sekarang ini sebanyak 838 orang.

Jumlah guru keseluruhan ada 51 orang terdiri dari 43 orang guru tetap,

2 orang guru PNS yang mencari jam tambahan dan 7 orang Guru Tidak Tetap.

Seluruh guru mempunyai kelayakan mengajar pada jenjang pendidikan

menengah pertama. Ditinjau dari segi kebutuhan pengembangan sekolah tipe

kebutuhan jumlah guru dan kesesuaian ijazah dengan pelaksanaan tugas telah

memadai.

c) Penyelenggaraan Pendidikan

Penyelenggaraan Pendidikan di SMP Negeri 1 Kadipaten dilakukan

dengan beberapa pola sebagai berikut:

1. Pembelajaran di kelas dan diluar kelas

2. Pemelajaran di laboratorium

3. Studi Lapangan

B. Kendala Yang Dihadapi Untuk Menerapkan Ekstra Kurikuler Wajib Di SMP

Negeri 1 Kadipaten
1. Rendahnya Mutu Pembina Pramuka

Masalah lain yang dihadapi Gerakan Pramuka saat ini adalah rendahnya

kualitas dan kuantitas Pembina Pramuka. Sudah amat jarang terjadi munculnya

Pembina baru dari para peserta didik yang memiliki pengalaman ketika menjadi

Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega. Banyak Pembina yang muncul karena

jabatannya sebagai guru, misalnya guru olah raga, guru bimbingan, yang notabene

12
kurang memiliki pengalaman yang cukup sebagai anggota Gerakan Pramuka

sebelumnya. Kurangnya pengalaman mereka sebagai peserta didik sudah barang

tentu berakibat pada lemahnya pemahaman mereka terhadap ide dasar pendidikan

kepramukaan.

Memang, dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas Pembina

Pramuka diadakan Kursus Mahir Pembina, baik tingkat Dasar maupun Lanjutan.

Tetapi manakala peserta Kursus Mahir Pembina adalah Pembina karbitan, menjadi

Pembina karena jabatan, bagi pelaksanaan proses pendidikan kepramukaan kurang

memadai. Diharapkan Pembina Pramuka muncul dari para calon-calon Pembina

yang benar-benar memiliki pengalaman sebagai peserta didik atau memahami ide

dasar pendidikan kepramukaan. Tidak sekedar memandang pendidikan

kepramukaan sebagai pelengkap kegiatan ekstra kurikuler di sekolah, melainkan

mendudukkan pendidikan kepramukaan dalam sistem pendidikan nasional, yaitu

sebagai penunjang sub sistem pendidikan persekolahan (formal).

Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kualitas proses pendidikan

kepramukaan sesuai dengan yang dirujuk pada prinsip dasar metodik pendidikan

kepramukaan, maka kemampuan dan ketrampilan para Pembina harus mendapat

perhatian. Tampaknya diperlukan Pembina Pramuka yang benar-benar memahami

dan menguasai pendidikan kepramukaan. Untuk itu harus dihindari munculnya

Pembina Pramuka karbitan apabila Gerakan Pramuka masih ingin memberikan

makna dalam sistem pendidikan nasional di masa mendatang.

2. Ketinggalan Jaman

13
Pada tahap perkembangan ilmu dan teknologi serta arus informasi yang

demikian pesat dewasa ini, seakan pendidikan kepramukaan tetap saja berjalan di

tempat. Berbagai materi dan metode yang dikenalkan hampir lebih sepuluh tahun

yang lalu sampai saat ini masih disampaikan kepada para peserta didik tanpa

mengalami pembaharuan. Para Pembina Pramuka dan Pelatih Pembina Pramuka

terlalu berpegang pada pakem yang ada, seakan tidak peduli terhadap kemajuan di

sekilingnya.

Memang prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan senantiasa harus

dipegang teguh dalam proses pendidikan kepramukaan, karena hal itu merupakan

ciri utama yang membedakan antara pendidikan kepramukaan dengan bentuk

pendidikan lainnya. Namun materi yang diberikan serta metode pembelajarannya

harus selalu dikembangkan mengikuti perkembangan jaman.

Kemampuan mengembangkan materi serta metode pembelajaran itulah

yang saat ini miskin dikuasai oleh para Pembina Pramuka. Kebanyakan dari

mereka dalam proses latihan rutin dari tahun ke tahun selalu hanya mengandalkan

buku rujukan Kursus Pembina Mahir Dasar atau Lanjutan.

Untuk itulah pada kurikulum Kursus Pembina Mahir Dasar dan Kursus

Pembina Mahir Lanjutan perlu dicantumkan pokok bahasan tentang inovasi

teknologi pendidikan kepramukaan, yaitu suatu pokok bahasan yang memberikan

bekal pada Pembina Pramuka agar mampu melakukan pembaharuan di bidang

materi dan metode pembelajaran untuk dapat menyesuaikan dengan

perkembangan jaman. Konteks menyesuaikan jaman artinya adalah melakukan

14
pembaharuan pendidik-an kepramukaan sesuai dengan minat dan kebutuhan

perkembangan anak dan remaja pada jaman dimana ia hidup.

Berkaitan dengan hal itu, maka akan dapat kita kaji kembali: sejauhmana

keterkaitan keterampilan semaphore, morse, dan tali temali pada pendidikan

kepramukaan dalam era globalisasi informasi serta teknologi canggih dewasa ini?

Memang pada era Baden Powell, awal abad ini, semaphore dan morse merupakan

alat yang ampuh dalam melakukan komunikasi jarak jauh dan tali temali

merupakan keterampilan utama yang diperlukan dalam melakukan pionering.

Fakta lain menunjukkan bahwa pada perkembangan dewasa ini pendidikan

kepramukaan jauh kalah populer dibanding dengan kelompok pecinta alam.

Perkembangan kegiatan kelompok pecinta alam sudah sedemikian pesatnya

sehingga muncul aktivitas yang menarik bagi remaja seperti panjat tebing, caving,

dan mountainering. Pada perkembangan yang sama sebagian besar satuan

Gerakan Pramuka masih melakukan kegiatan alam terbuka dengan acara mencari

jejak, permainan berbagai macam sandi, wide game yang dipandang oleh remaja

terlalu monoton dan sudah kuno. Padahal sejarah pertum-buhan Gerakan Pramuka

di Indonesia lebih tua dibanding dengan kelompok pecinta alam. Mengapa hal itu

bisa terjadi? Padahal sebagian besar aktivitas pendidikan kepramukaan adalah di

alam terbuka serta diikuti usaha mengenal dan menanamkan rasa mencintai alam.

Keadaan ini tidak akan terjadi manakala Pembina mampu mengembangkan dan

mengemas kegiatan sesuai dengan minat anak dan remaja sesuai dengan

jamannya, bukan jamannya Kakak Pembina.

3. Perlu Pembaharuan Dalam Metode Pembelajaran Kepramukaan

15
Untuk itulah sudah saatnya Gerakan Pramuka melakukan kajian mengenai

usaha meningkatkan relevansi pendidikannya, utamanya menyesuaikan materi dan

metode pembelajaran yang sesuai dengan perubahan jaman dan kebutuhan

masyarakat. Usaha itu adalah upaya untuk menarik minat para anak dan remaja

agar tertarik pada pendidikan kepramukaan.

Usaha melakukan pembaharuan materi dan metode pembelajaran itu

kiranya tidak akan bertentangan dengan ide dasar Baden Powell tentang

pendidikan kepanduan atau kepramukaan. Baden Powell kepada para Pembina,

dalam bukunya Penolong untuk Pemimpin Pandu, menyatakan bahwa dalam

pendidikan kepanduan bukan isi pelajarannya yang terpenting tetapi cara-caranya.

Menurut Baden Powell pendidikan kepanduan/kepramukaan adalah suatu sistem

pendidikan yang membimbing anak dan remaja untuk melahirkan segala sesuatu

secara benar, menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, memberikan

kesempatan pada perkembangan inisiatif, kedisiplinan diri, percaya diri dan

menentukan tujuan sendiri.

Dari pernyataan Baden Powell tersebut tersirat bahwa pendidikan

kepramukaan memiliki sifat universal dalam perspektif tempat maupun waktu.

Pemahaman keuniversalan pendidikan kepramukaan selama ini hanyalah pada

perspektif tempat saja, artinya pendidikan kepramukaan dapat dipergunakan

dimana saja untuk mendidik anak dan remaja dari bangsa di seluruh muka bumi.

Pemahaman keuniversalan yang sempit inilah mengakibatkan kemandegan

pengembangan pendidikan kepramukaan.

16
Pada perspektif kekinian dan ke depan usaha pembinaan kepribadian dan

watak generasi muda melalui pendidikan kepramukaan tidak akan cukup hanya

memperkenalkan kepada mereka keterampilan semaphore, morse, dan tali temali

sementara nilai dan norma sosial yang berkembang di masyarakat telah diwarnai

dengan suasana teknologi yang serba canggih. Justru pada perspektif kekinian dan

ke depan pendidikan kepramukaan harus mampu mengemas materi dan metode

pembelajarannya yang disesuaikan dengan permasalahan aktual yang sedang

dihadapi dan tantangan yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia.

C. Penerapan Manajemen Kepramukaan di SMP Negeri 1 Kadipaten


1. Cermat dalam Perencanaan (Planing)

Menyelenggarakan ekstrakurikuler pramuka harus cermat dalam

perencanaan. Perencanaan merupakan langkah penting yang harus dilakukan

sekolah sebelum menyelenggarakan ekstrakurikuler pramuka. Hal yang perlu

direncanakan dengan matang antara lain program kegiatan, pelatih, sarana dan

biaya, dan target yang jelas. Wujud dari perencanaan yang matang adalah

tersusunnya program dan jadwal latihan, anggaran biaya yang jelas, dan surat

keputusan pembagian tugas pelatih ekstrakurikuler.

Untuk menghasilkan perencanaan yang bagus, perlu diawali dengan brain

strorming (curah pendapat) yang diikuti seluruh personil sekolah dan pihak yang

terkait, yaitu kepala sekolah, guru, perwakilan siswa sebagai calon anggota,

pembina gugus, pelatih, kwartir ranting atau cabang gerakan pramuka sebagai

17
calon pelatih, dan perwakilan komite sekolah. Dengan adanya curah pendapat

tersebut dapat tersusun program ideal yang sesuai dengan kondisi sekolah .

Jadwal latihan dilaksanakan setiap hari Sabtu Sore, semua guru dilibatkan

menjadi pembina dan ada koordinator pembina, siswa dikelompokkan sesuai

dengan tingkatannya untuk kelas VII , VIII dan Kelas IX. Anggaran dalokasikan

untuk kegiatan latihan, honor pembinaan, kelengkapan sarana dan prasarana, serta

untuk kegiatan besar tahunan seperti Jambore dan LT. Anggaran dialokasikan dari

dana BOS dan sebagaian dari Sumbangan Sukarela orang tua murid, kalangan

alumnus, pengusaha, dan tokoh masyarakat setempat.

Dengan kecermatan perencanaan maka tidak akan terjadi melaksanakan

latihan tanpa jadwal dan hanya menjelang lomba, menunjuk pelatih asal-asalan,

kegiatan yang tidak terencana dan kesulitan pembiayaan.

2. Efektif dalam Kegiatan (Actuating)

Kegiatan eksrakurikuler pramuka di sekolah harus dapat dilaksanakan

dengan efektif. Oleh karena itu pengelolaan pelatihan dan pembelajaran

berpedoman pada Syarat Kecakapan Umum (SKU) dan Syarat Kecakapan Khusus

(SKK). Materi juga mengacu pada kegiatan skup besar seperti Jambore dan Pesta

Siaga. Strategi yang digunakan dalam kegiatan latihan menantang, menarik, dan

menumbuhkan minat siswa untuk giat berlatih. Dengan demikian dapat membawa

hasil bagi siswa, guru pelatih, sekolah, dan masyarakat.

Hasil yang diperoleh siswa adalah diperolehnya pengetahuan, keterampilan,

dan sikap positif. Semua hasil yang diperoleh tersebut dapat digunakan siswa
18
sebagai bekal menghadapi masa depan dan mengatasi kendala kehidupan. Mereka

menjadi anak yang disiplin, tanggung jawab, gigih berusaha, sehingga sukses

belajar. Siswa mendapat nilai tambah jika memiliki kejuaraan dari lomba

pramuka, yang dapat digunakan untuk bekal melanjutkan pendidikan.

Bagi sekolah, ekstrakurikuler pramuka yang berhasil dapat meningkatkan

akreditasi sekolah, guru pelatih memiliki bukti fisik sebagai pelatih pramuka dan

dapat diperhitangkan untuk penilaian angka kredit, dan hasil bagi masyarakat

adalah orang tua merasa mendapat pelayanan prima dari sekolah.

3. Rasional dalam Pelaksanaan (Actuating)

Kegiatan ekstrakurikuler pramuka harus dilaksanakan berdasar pikiran dan

pertimbangan yang logis, yang ditunjukkan dengan visi dan misi yang jelas. Visi

kegiatan ekstrakurikuler pramuka hendaknya: (1) mengacu kepada landasan

filosofis bangsa yaitu Pancasila dan UUD 1945 dan landasan lain bersifat baku

dan telah menjadi pegangan hidup bangsa Indonesia (2) mengacu visi umum

pendidikan yaitu dengan rumusan: “Terwujudnya Insan Kamil”, (3) memiliki

indikator pengembangan prestasi , (4) berkepribadian, nasionalisme, budaya-

nasional/Indonesia (5) mengikuti perkembangan era global dan IPTEK, (6)

dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan, (7) sesuai konteks daerah, sekolah, visi

yayasan, dan menggambarkan harapan masa datang.


Sedangkan misi kegiatan ekstrakurikuler adalah menggambarkan usaha

untuk mwncapai visi. Misi mengacu kepada indikator, bersifat operasional dan

dapat diukur. Contoh rumusan misi: Mewujudkan kegiatan ekstrakurikuler

19
pramuka yang inovatif, Mewujudkan pembiayaan ekstrakurikuler pramuka yang

memadai, wajar dan adil.


Dengan memiliki visi dan misi yang disusun secara rasional maka kegiatan

pramuka dapat memiliki arah dan tujuan yang jelas. Dukumen rasional tersebut

selanjutnya perlu dimasukkan dalam kurikulum sekolah, karena ekatrakurikuler

adalah bagian integral dari proses pendidikan.

4. Didaktis dalam Pelatihan (Actuating)

Hal ini dimaksudkan bahwa ekstrakurikuler pramuka mengandung proses

pembelajaran. Pembelajaran pramuka penggalang mengarah ke 10 pilar dasa

dharma, yaitu (1) Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) cinta alam dan kasih

sayang sesama manusia, (3) Patriot yang sopan dan kesatria, (4) patuh dan suka

bermusyawarah, (5) rela menolong dan tabah, (6) Rajin,terampil dan gembira, (7)

Hemat,cermat dan bersahaja, (8) Disiplin, berani dan setia, (9) Bertanggung jawab

dan dapat dipercaya, dan (10) Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.

Kegiatan pramuka yang mengarah ke pilar di atas akan menghasilkan

generasi muda yang memiliki karakter sesuai dengan tujuan kegiatan pramuka.

Karakter yang dimaksud bertanggung jawab, kerjasama, berani karena benar, suka

memberi pertolongan pada orang lain, peduli dan sebagainya.

5. Atraktif dalam Pengelolaan (Organizing)

Mengelola ekstrakurikuler pramuka dengan atraktif berati kegiatan

pramuka dilakukan dengan penuh tantangan yang mengakomodir kebutuhan

20
anggota pramuka sebagai generasi penerus bangsa. Kegiatan pramuka yang

atraktif dapat dilakukan dengan strategi belajar sambil melakukan, sistem beregu,

kegiatan yang menantang dan menarik serta mengandung pendidikan yang sesuai

dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota muda, kegiatan di alam

terbuka, kemitraan dengan anggota dewasa dalam setiap kegiatan, dan sistem

tanda kecakapan.
Jadi, sungguh menjadi sangat tidak atraktif jika kegiatan pramuka

dilakukan hanya sekedar teori dengan ceramah di kelas, berkemah di gedung

dengan pesan makan katering. Pengelolaan kegiatan pramuka yang kurang

menantang, tidak variatif, dan hanya spontanitas akan menyebabkan anak merasa

bosan. Kalau minat berlatih anak kurang ini berarti program kegiatan ekstra

kurikuler pramuka di sekolah akan gagal pula.


6. Sukses setelah Diadakan Pengawasan (Controlliing)

Kegiatan dikatakan sukses bila dilaksanakan tanpa hambatan. Ini adalah

hasil akhir dari semua pelaksanaan manajemen yang cermat, efektif, rasional,

didaktis, dan atraktif. Aspek yang paling penting keberhasilan suatu program dari

pelaksanaan program ini. Diperoleh gambaran tentang hasil yang diharapkan

sesuai dengan tujuan ekstrakurikuler pramuka dapat tercapai atau tidak, akan

tercermin dalam diri anak yang mendapat pelayanan optimal ketika melakukan

kegiatan.

Evaluasi dan supervisi merupakan kegiatan urgen dalam menentukan

suksesnya kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Pada aspek kotroling ini

membutuhkan peranserta secara aktif baik dari kepala sekolah selaku manager

kegiatan, komite sekolah selaku mitra sekolah, dan masyarakat yang merasakan

21
dampak langsung dari program ekstrakurikuler ini. Kegiatan pengawasan disusun

secara periodik sesuai sekedul dan kebutuhan.

Bentuk pengawasan program ekstrakurikuler pramuka meliputi buku

administrasi, sarana prasarana, pelaksanaan kegiatan, dan hasil yang diperoleh

setelah melakukan kegiatan. Kriteria keberhasilan program ini antara lain

terbentuknya karakter yang kuat pada setiap anggota pramuka, menunjang

kegiatan akademik di dalam kelas, tumbuhnya minat dan bakat, dan berprestasi.

Pengelolaan Ekstrakurikuler Pramuka perlu direncanakan dengan cermat

antara lain program kegiatan, pelatih, sarana dan biaya, dan target yang jelas.

Kegiatan eksrakurikuler pramuka di sekolah harus dapat dilaksanakan dengan

efektif, yaitu dapat membawa hasil bagi siswa, guru pelatih, sekolah, dan

masyarakat,. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka harus dilaksanakan berdasar

pikiran dan pertimbangan yg logis, yang ditunjukkan dengan visi dan misi yang

jelas. Ekstrakurikuler pramuka mengandung proses pembelajaran.Mengelola

ekstrakurikuler pramuka dengan atraktif berati kegiatan pramuka dilakukan

dengan penuh tantangan yang mengakomodir kebutuhan anggota pramuka sebagai

generasi penerus bangsa. Kegiatan dikatakan sukses bila dilaksanakan tanpa

hambatan setelah melalui pengawasan, evaluasi, dan supervisi.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

22
Pramuka merupakan organisasi kepemudaan yang resmi dari pemerintah

yang memiliki payung hukum mulai dari Keppres RI Nomor 238 Tahun 1961

hingga payung hukum Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 2013 tentang Gerakan

Pramuka. Dengan demikian, Pramuka menjadi tangung jawab bersama dalam

pelaksanaannya. Dengan berlakunya Kurikulum 2013 dan sesuai dengan

Lampiran III Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum, Pramuka dijadikan

ekstrakurikuler wajib pada setiap satuan pendidikan mulai dari pendidikan dasar

hingga pendidikan menengah. Oleh sebab itu peran satuan pendidikan juga sangat

penting demi terlaksananya kebijakan tersebut dengan baik. Dengan

ekstrakurikuler wajib Pramuka dalam kurikulum 2013, diharapkan adanya

perpaduan yang baik antara mata pelajaran umum di sekolah dengan kegiatan

Pramuka yang saling mendukung dalam ranah pendidikan karakter.

B. Saran

Dari pembahasan di atas ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan

pada kesempatan ini, diantaranya:

1. Gugus depan hendaknya mempersiapkan secara matang untuk melaksanakan

Ekstrakurikuler wajib pendidikan Kepramukaan baik dari sisi personal (para

Pembina Pramuka dengan kapasitas yang meningkat ter-Upgrade dan ter-

Update) maupun sarana dan prasara yang memadai.


2. Para Pelatih Pembina Pramuka, hendaknya membuat modul pembelajaran

untuk bahan ajar para Pembina Pramuka dalam menerapkan Ekstrakurikuler

Wajib Pendidikan Kepramukaan.

23
3. Sebaiknya Kwartir Nasional agar secepatnya membuat Petunjuk Pelaksanaan

Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan yang mengacu kepada

Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tentang Kurikulum

2013 dan Ekstra Wajib Pendidikan Kepramukaan.


4. Metode Pelatihan, mengembangkan metode-metode pendidikan dan pelatihan

bagi kepramukaan. Terjadinya kekakuan dalam sistem pendidikan dan

pelatihan kepramukaan, membuat kegiatan menjadi terkekang oleh ruangan

kelas, dan mengurangi kegiatan-kegiatan di luar ruangan yang merupakan

kegiatan sesungguhnya dari kepramukaan.

DAFTAR PUSTAKA

Andri Bob Sunardi., Boy Man. Penerbit Nuansa Muda, Bandung, Tahun 2011.

Anonimus, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum : Pedoman

Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler. Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia, Jakarta, Tahun 2014.

24
Anonimus, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 63 Tahun 2014 Tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai

Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Pada Pendidikan Dasar Dan

Pendidikan Menengah. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia, Jakarta, Tahun 2014.

Anonimus, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang

Gerakan Pramuka. Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik

Indonesia, Jakarta, Tahun 2014.

Anonimus, Keputusan Musyawarah Nasional Nomor 11/Munas/2013 Tentang

Anggaran Dasar Gerakan Pramuka. Kwartir Nasional Gerakan

Pramuka, Jakarta, Tahun 2014.

Anonimus. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 231 Tahun

2007 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Gugusdepan Gerakan

Pramuka. Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Jakarta, Tahun 2008.

Mukson., Buku Panduan Materi Pramuka Siaga. Tahun 2011.

______., Buku Panduan Materi Pramuka Penggalang. Tahun 2011.

25
Badan Penelitian dan Pengembangan. 2014. Pedoman Penyelenggaraan

Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan di Satuan

Pendidikan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Djarab, Hendarmin (Ed). 2004. Guru & Pramuka Untuk Bangsa: 85 Tahun

Let.Jend. TNI (Purn) H. Mashudi (Sept. 1919-Sept. 2004). Bandung:

Forum Putera Puteri TNI (FKPPI) dan Fakultas Hukum Unpad.

Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 238 Tahun 1961 tentang Gerakan

Pramuka.

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. 2007. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan

Pramuka Nomor: 231 Tahun 2007 Tentang Petunjuk

Penyelenggaraan Gugusdepan Gerakan Pramuka.

Lampiran III Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum.

Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan. 2014. Pelatihan Implementasi

Kurikulum 2013 Kepala Sekolah: Pendidikan Kepramukaan. Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

26
Samho, Bartolomeus. 2013. Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara: Tantangan

dan Relevansi. Yogyakarta: Kanisius.

Sri Nanti.2005..Inovasi manajemen Ekstrakurikuler Pramuka.

https://dayatfarras.wordpress.com/2012/06/06/inovasi-manajemen-

kegiatan-ekstrakurikuler-2/

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan

Pramuka.

27

Anda mungkin juga menyukai