Anda di halaman 1dari 119

MUSIK HIP – HOP DAN IDENTITAS DIRI KOMUNITAS

DWELL DAN EXITO

SKRIPSI

M. AKBAR HASYIM LUBIS


140904103
ADVERTISING

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


MUSIK HIP – HOP DAN IDENTITAS DIRI KOMUNITAS
DWELL DAN EXITO

( STUDI KUALITATIF MENGENAI MUSIK HIP – HOP DAN IDENTITAS


DIRI PADA KOMUNITAS DWELL DAN EXITO )

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana


Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

M. AKBAR HASYIM LUBIS


140904103
ADVERTISING

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diseminar hasilkan oleh :

Nama : M. Akbar Hasyim Lubis

NIM : 140904103

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Musik Hip-Hop dan Identitas Diri Komunitas Dwell dan


Exito (Studi Kualitatif Mengenai Musik Hip-Hop dan
Identitas Diripada Komunitas Dwell dan Exito)

Medan, Maret 2018

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu Komunikasi

Yovita Sabarina Sitepu, M.Si Dra.DewiKurniawati,M.Si.,Ph.D


NIP. 198011072006042002 NIP. 196505241989032001

Dekan FISIP USU

Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si


NIP. 197409302005011002

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di
kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya
bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : M. Akbar Hasyim Lubis

NIM : 140904103

Tanda Tangan :

Tanggal : Maret 2018

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh


Nama : M. Akbar Hasyim Lubis
NIM : 140904103
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi :Musik Hip-Hop dan Identitas Diri Komunitas Dwell dan
Exito (Studi Kualitatif Mengenai Musik Hip-Hop dan
Identitas Diripada Komunitas Dwell dan Exito)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Majelis Penguji

Ketua Penguji : ( )

Penguji : ( )

Penguji Utama : ( )

Ditetapkan di :
Tanggal :

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan
rahmatNya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skirpsi ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Saya menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi yang berjudul “Musik
Hip-Hop dan Identitas Diri Komunitas Dwell dan Exito” tidak terlepas dari
kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
saya menyampaikan rasa terima kasih yang dalam kepada :

1. Orang tua tersayang, Ayah Rakhmat Arif Lubis dan Mama Hennita Sary
yang telah memberikan sepenuhnya dukungan maupun doa serta motivasi
yang didedikasi kepada anak sulungnya. Terima kasih juga untuk ketiga
adik saya, M. Fathur Rahman Lubis, Dinda Nabila Lubis, Misfalah Safia
Lubis yang turut mendoakan dan mendukung dan selalu menjadi
penyemangat bagi abangnya.
2. Nenek tersayang, Hj. Rosnah Lubisatas doa dan nasehat tanpa pernah
lelah, serta keluarga besar Zainnudin M.Ali atas dukungan nya selama ini.
3. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas IlmuSosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara beserta jajarannya.
4. Ibu Dra. Dewi Kurniawati,M.Si, Ph.D selaku Ketua Departemen Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
5. Ibu Emilia Ramadhani, MA selaku SekretarisDepartemen Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
6. Kak Yovita Sabarina Sitepu, M.Siselaku dosen pembimbing, terima kasih
atas waktu dan pengetahuan yang diberikan kepada saya selama ini untuk
bimbingan sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


7. Ibu Dra. Mazdalifah M,Si, Ph.D selaku dosen penasehat akademik peneliti
yang selama ini turut membimbing saya hingga sampai di penghujung
skripsi.
8. Seluruh dosen dan staff di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UniversitasSumatera Utara khususnya dari Departemen Ilmu Komunikasi.
9. Kepada para informan penelitian, Komunitas Dwell dan Exito serta
seluruh pelaku seni hip-hop di kota Medan.
10. Teman – teman seperjuangan M. Chairul Fakhry, Ary Arma, M. Ikhram
Herian, M. Helmi Anbari, M. Habieby S, Awis kurni, Hanafi Parapat,
Reza Noya, Talitha Nur Zhafirah, Siti Savira, Anita Purnama Nst dan
rekan - rekan seperjuangan mahasiswa Ilmu Komunikasi.
11. Teman – teman seperjuangan HIMMKA (Himpunan Muda – Mudi
Kreatif) yang telah menjadi wadah berorganisasi diluar kampus.
12. Humble Studio Record, sebagai wadah berekspresi dalam seni.
13. Teman dekat saya Syarifah Annisa Andira yang selama ini turut memberi
dukungan dan berbagi cerita, semoga diberi kesuksesan dari Allah SWT.

Saya menyadari bahwa bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
hasil yang lebih baik di kemudian hari. Akhirnya, saya berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Maret 2018


Peneliti

M. Akbar Hasyim Lubis


NIM. 140904103

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, Saya yang bertanda tangan
dibawah ini:

Nama : M. Akbar Hasyim Lubis

NIM : 140904103

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas : Universitas Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exclusive
Royalty – Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Musik Hip-Hop dan Identitas Diri Komunitas Dwell dan Exito” beserta
perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif
ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/format-kan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari Saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada tanggal : Maret 2018

Yang menyatakan,

(M. Akbar Hasyim Lubis)

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Penelitianini berjudul “Musik Hip-Hop dan Identitas Diri Komunitas Dwell dan
Exito.”. Dwell dan Exito merupakan komunitas bagi musisi-musisi hip-hop yang
berada di kota Medan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses
pembentukan identitas dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan identitas dalam komunitas Dwell dan Exito. Penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan sumber data yang berasal
dari informan yang berjumlah 5 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan
yaitu, observasi, wawancara mendalam, serta tinjauan literatur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa proses pembentukan identitas komunitas Dwell dan Exito
terjadi secara bertahap yaitu dari tahap tidak mengetahui identitas dimana anggota
tidak mengetahui tentang hip-hop, tahap pencarian identitas, dan tahap pencapaian
identitas. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya identitas hip-hop antara lain,
masyarakat, diri, dan pikiran. Penggunaan simbol – simbol dapat dilihat dari 4
aspek yaitu, selera, keyakinan, sikap, gaya hidup.

Kata Kunci: Musik Hip-Hop, Identitas diri, Penggunaan simbol - simbol.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

This research entitled “Hip-Hop Music and the Identity of the Dwell and Exito
Communities." Dwell and Exito is a community for hip-hop musicians in the
Medan city. This research aims to determine the process of identity formation
and to determine the factors that influence the formation of identity in the
community Dwell and Exito. This research uses qualitative descriptive approach
with source data derived from informant which amounted to 5 people. Data
collection techniques used were observation, in-depth interviews, and literature
review. The results show that the process of establishing the identity of Dwell and
Exito communities occurs gradually ie from the stage of not knowing the identity
when the members did not know about hip-hop, the stage of identity search, and
the stage of attainment of identity. Factors that influence the formation of hip-hop
identity is, society, self, and mind. The uses of symbols can be seen from 4 aspects
that is, taste, belief, attitude, lifestyle.

Keyword : Hip-Hop Music, Self Identity, Uses of symbols.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………… iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS………………………... iv
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. v
KATA PENGANTAR……………………………………………………. vi
HALAM PERNYATAAN DAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…….... vii
ABSTRAK……………………………………………………………….... viii
ABSTRACT………………………………………………………………. ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………… x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………… ……... xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Konteks Masalah .............................................................1
1.2 Fokus Masalah ................................................................ 9
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................ 9
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Paradigma Kajian ............................................................ 11
2.1.1 Paradigma Konstruktivisme ............................. 11
2.1.2. Kajian Terdahulu ............................................ 12
2.2 Kajian Pustaka ................................................................ 15
2.2.1 Interaksionisme Simbolik................................. 16
2.2.1.1 Masyarakat ........................................ 20
2.2.1.2 Diri .................................................... 20
2.2.1.3 Pikiran ............................................... 21
2.2.2 Komunikasi Massa ........................................... 22
2.2.2.1Musik Sebagai Media Massa ............ 24
2.2.3Musik .............................................................. 24
2.2.3.1Hip-Hop ............................................ 25

Universitas Sumatera Utara


2.2.4Identitas ............................................................ 30
2.2.4.1 Musik sebagai identitas ..................... 32
2.2.5 Komunitas........................................................ 33
2.3 Model Teoritik ................................................................ 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Metode Penelitian ........................................................... 37
3.2 Objek Penelitian .............................................................. 38
3.3 Subjek Penelitian ............................................................ 38
3.3.1 Deskripsi Komunitas Exito................... 38
3.3.1 Deskripsi Komunitas Dwell ................. 39
3.4 Unit Analisis ................................................................... 40
3.5 Lokasi Penelitian .............................................................40
3.6 Waktu Penelitian ............................................................. 40
3.7 Teknik Pengumpulan Data .............................................. 41
3.7.1 Wawancara Mendalam .........................41
3.7.2 Observasi ..............................................42
3.7.3 Tinjauan Literatur ................................ 44
3.8 Teknik Analisis Data .......................................................44
3.8.1 Reduksi Data ........................................ 45
3.8.2 Penyajian Data..................................... 45
3.8.2 Triangulasi ........................................... 46
3.8.4 Menarik Kesimpulan ............................ 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian ............................................................... 48
4.1.1 Proses Penelitian .................................. 48
4.1.2 Deskripsi Informan .............................. 51
4.1.3 Proses Pembentukan Identitas ............. 54
4.1.4 Faktor terbentuknya Identitas .............. 59
4.1.5 Penggunaan simbol-simbol................... 67
4.2 Pembahasan......................................................................69

Universitas Sumatera Utara


BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ......................................................................... 77
5.2 Saran ................................................................................78
5.3 Implikasi Teoritis ............................................................ 79
5.3.1 Implikasi Teoritis.................................. 79
5.3.2 Implikasi Praktis .................................. 79

DAFTAR REFERENSI
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

1. Transkrip Wawancara
2. Glosarium
3. Dokumentasi penelitian
4. Lembar Bimbingan
5. Biodata Peneliti

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah


Komunitas Dwell dan Exitoadalah dua contoh komunitas yang menjadi bukti
adanya komunitas yang beraliran hip-hop di Kota Medan. Kedua komunitas ini
memiliki kecintaan terhadap hip-hop. Baik sadar maupun tidak sadar hip-hop
telah menjadi identitas dalam diri para anggota komunitas. Dwell dan Exito
menjadikan hip-hop sebagai alasan terbentuknya komunitas mereka, adanya
kesamaan minat dan ketertarikan menjadi dasar terbentuknya komunitas-
komunitas tersebut. Setiap anggota diyakini memiliki ketertarikan yang kuat
terhadapi kultur musik hip-hop sehingga membuat mereka terlibat dan terjun
langsung kedalam komunitas Dwell dan Exito.

Dwell memiliki idealisme tersendiri, dimana mereka masih terlihat memegang


teguh kultur budaya hip-hop yang kuat, terlihat dari bagaimana cara komunitas
Dwell merepresentasikan hip-hop kedalam gaya hidup mereka. Sebagai
contohnya, cara Dwell memilih trend fashion hip-hop yang terkesan unik karena
memilih pakaian street fashion serta atribut blink-blink yang masih melekat,
sekilas hal tersebut mengingatkan kita kembali pada hip-hop era 90-an.

Exito sendiri mulai menerima inovasi musik dan gaya baru yang sekarang
mewabah di kalangan muda atau seringkali hal ini disebut dengan “newschool”.
Budaya hip-hop yang dianut oleh para anggota komunitas ini lebih terlihat jelas
pada cara mereka mereprenstasikan hip-hop era baru kedalam komunitas mereka.
Hal ini tercerimin pada karya – karya musik yang mereka hasilkan tidak lagi
hanya terfokus pada hip-hop era lama, namun mereka melakukan inovasi dengan
mengikuti perkembangan zaman saat ini seperti mengkombinasikan hip-hop dan
EDM ( Electronic Dance Music ) yaitu suatu subgenre yang ada didalam hip-hop
serta warna yang lainnya. Jika dilihat dari cara mereka berpakaian sudah tidak lagi
mengenakan pakaian khas hip-hop “oldschool”, namun sudah terlihat trendy dan

Universitas Sumatera Utara


mengikuti perkembangan urban lifestyle seperti yang diminati banyak kaum muda
zaman sekarang.

Gambar 1.1
Komunitas Dwell
Sumber : (www.google.com)

Oldschool (or old skoll) can refer to anything that is from an earlier era or
anything that may be considered old fashioned. The term is commonly used to
suggest a high regard for something that has been shown to have lasting value or
quality (www.wikipedia.org).Istilah ”oldschool” dan “newschool” merupakan
bahasa slang yang sering digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang
ketinggalan zaman (”oldscholl”) dan sesuatu yang baru (“newschool”).

Adanya perbedaan antara kedua komunitas ini tentunya membuat suatu


karakteristik identitas yang memiliki keunikan tersendiri bagi tiap anggota, selain
itu subkultur hip-hop yang semakin memiliki bermacam-ragam inovasi pastinya
akan sangat menarik untuk diteliti. Menurut Weeks (dalam Barker, 2008:175)
identitas adalah soal kesamaan dan perbedaan, tentang aspek personal dan sosial,
tentang kesamaan seseorang dengan sejumlah orang dan apa yang membedakan

Universitas Sumatera Utara


seseorang dengan orang lain. Pengertian di atas menjelaskan bahwa identitas tidak
hanya berlaku secara personal, akan tetapi juga berlaku secara sosial atau
kelompok.

Gambar 1.2
Komunitas Exito
Sumber : (www.google.com)

Baron (2004:163) mengemukakan identitas sosial adalah definisi seseorang


tentang siapa dirinya, termasuk didalamnya atribut pribadi dan atribut yang
dibaginya bersama dengan orang lain. Identitas sosial menjelaskan konsep diri
individu tentang siapa dirinya, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok
disertai dengan nilai-nilai dan emosi seperti rasa keterikatan, peduli, dan bangga
sebagai bagian dari suatu kelompok. Identitas sosial ini bila dikaitkan dengan
komunitas hip-hop di Medan maka dapat dilihat sebagai sebuah kelompok yang
membawa hip-hop sebagai salah satu ciri khasnya. Identitas hip-hop yang melekat
tiap anggota komunitas telah menjadi identitas diri tiap anggota. Pembentukan

Universitas Sumatera Utara


identitas ini tentunya tidak mudah, pembentukan ini melalui tahap dan faktor-
faktor yang mempengaruhi sehingga terbentuk identitas tersebut.

Hip-hop di kota Medan semakin mendapat tempat dan diterima oleh kalangan
musisi-musisi dan kaum muda di Medan. Kehadiran hip-hop di Medan menambah
warna budaya dan aliran musik baru di kota Medan. Album – album musik
dengan aliran rap/hip-hop di kota Medan seperti album seorang musisi rap
ternama Medan yaitu Ucok Munthe menjadi bukti bahwa pergerakan musik ini
mulai diminati. Munculnya berbagai komunitas hip-hop menjadi bukti pula bahwa
aliran musik ini mulai semakin dilirik oleh anak muda di Kota Medan.

Hip-hop juga berkembang di Indonesia dengan menyesuaikan budaya lokal.


Hip-hop yang berkembang di Indonesia kebanyakan berkembang dengan lirik-
lirik bahasa Indonesia. Hip-hop seperti ini perlahan mulai berkembang di kota-
kota yang memiliki kemajemukan yang beragam, salah satunya adalah Kota
Medan. Hip-hop di kota Medan sendiri berkembang dengan pesat dan secara
tidak langsung sangat dipengaruhi kiblat musik hip-hop yaitu Amerika.

Budaya yang dikenal dengan hip-hop. Hip-hop adalah pergerakan subkultur


dan seni yang dikembangkan oleh orang Afrika-Amerika dan Latin yang berasal
dari Bronx Selatan di kota New York pada akhir 1970-an. Musik hip-hop
merupakan seni kaum muda kulit hitam perkotaan dimana liriknya diiramakan
bersamaan dengan suara yang dikombinasikan dari lagu-lagu yang telah direkam
sebelumnya (Pihel, 1996:249).

Awalnya pertumbuhan hip-hop yang dimulai dari The Bronx di kota New
York terus mengalami perkembangan dengan pesat secara signifikan hingga
keseluruh dunia. Hip-hop pertama kali diperkenalkan oleh Grandmaster Flash
dan The Furious Five. Steinberg (2006:518) menjelaskan hip-hop merupakan
subkultur Afro-Amerika yang dianut oleh kaum muda di Amerika. Hip-hop
dulunya merupakan bentuk protes kaum kulit hitam terhadap pemerintah Amerika
yang memarginalkan orang kulit hitam. Lirik musik hip-hop yang lebih dikenal

Universitas Sumatera Utara


dengan Rap berisi protes keras terhadap orang kulit putih Amerika dan Eropa
serta pemerintahnya yang menganut politik apartheid (rasis), atau politik yang
membedakan jenis warna kulit berdasarkan pigmen ataupun keturunan, orang
kulit hitam dianggap sebagai budak bagi kebanyakan orang kulit putih. Orang
kulit hitam di Amerika yang dijadikan budak ditempatkan dipinggiran kota, dan di
tempat yang kumuh. Kaum kulit hitam kemudian melontarkan kata-kata dengan
irama cepat kemudian diiringi oleh musik elektronik yang kemudian menjadi
bagian dari orang kulit hitam di Amerika.

Lirik lagu beraliran hip-hop tidak hanya berisikan lontaran protes terhadap
pemerintah saja, melainkan kepada banyak hal dan isu-isu yang sedang
berkembang di dunia, misalnya mengenai cinta, kondisi sosial, politik, seksualitas
dan lain sebagainya. Kaum kulit hitam yang termarginalkan membentuk budaya
mereka yang berbeda dengan budaya Amerika secara umumnya. Budaya yang
dihasilkan oleh kaum kulit hitam di Amerika salah satunya adalah hip-hop yang
menjadi subkultur dari budaya Amerika secara umum. Subkultur merupakan
kebudayaan yang hanya berlaku bagi anggota sebuah komunitas dalam
kebudayaan makro (Liliweri, 2003:60). Pengertian diatas menunjukan bahwa hip-
hop termasuk dalam subkultur dari budaya Amerika.

Kebebasan kaum kulit hitam semakin terbuka saat politik apartheid


dihapuskan. Sejak saat itu kaum kulit hitam lebih bisa diterima oleh masyarakat
kulit putih di Amerika. Penghapusan tersebut juga berpengaruh pada musik hip-
hop yang semakin berkembang dan dapat dinikmati tidak hanya oleh kaum kulit
hitam tetapi juga oleh kaum kulit putih bahkan menyebar sampai ke negara-negara
timur seperti Indonesia. hip-hop yang kemudian mulai mewabah di daratan Asia,
menjadi warna baru di dunia musik Asia, dan tak sedikit pula yang mulai
mengadaptasi musik jenis ini dengan musik tradisional ataupun kultural musik
lainnya yang terlebih dahulu telah diterima. Hip-hop merupakan salah satu
subkultur kaum muda yang telah disesuaikan secara lokal di seluruh dunia, sejalan
dengan retorika global dari hip-hop Nation (Mitchell: 2003). Terlebih lagi musik
memang dibutuhkan manusia sebagai hiburan dalam kehidupannya sehingga

Universitas Sumatera Utara


dengan mudah diterima. Dalam hal ini kebutuhan bagi indera pendengaran
manusia. Musik dalam sebuah industri dikomodifikasi sedemikian rupa sehingga
mampu menjadi barang dagangan yang dimanipulasikan oleh kepentingan pasar
demi tujuan ekonomi dan kepentingan ideologisasi para pemilik modal.

Jika membahas perkembangan musik hip-hop, pada mulanya musik hip-hop


hanya diisi dengan musik dari disk jockey dengan membuat variasi dari putaran
disk hingga menghasilkan bunyi-bunyi yang unik. "Rapping" kemudian hadir
untuk mengisi vokal dari bunyi-bunyi tersebut. Sedangkan untuk koreografinya,
musik tersebut kemudian diisi dengan tarian patah-patah yang dikenal
dengan breakdance. Pada perkembangannya hip-hop juga dianggap sebagai
bagian dari seni dan untuk mengekspresikan seni visual muncullah graffiti sebagai
bagian dari budaya hip-hop. Dapat disimpulkan bahwa hip-hop memiliki
perpaduan yang sangat dinamis antara beberapa elemen yang terdiri
dari MCing (lebih dikenal rapping), disk jockey, breakdance, dan graffiti.
Belakangan ini elemen hip-hop juga diwarnai oleh beatboxing, fashion, bahasa
slang, dan gaya hidup lainnya (www.encyclopedia.thefreedictionary.com).

Musik dan budaya sangat berkaitan satu sama lain. Musik yang merupakan
salah satu cabang kesenian yang juga hasil dari kebudayaan. Kebudayaan sendiri
dapat meliputi adat istiadat, norma sosial, dan karya seni, oleh karena itu seni dan
kebudayaan tidak dapat dipisahkan. Menurut Harris, M (dalam Baran 2012:9)
Budaya adalah tradisi dan gaya hidup yang dipelajari dan didapatkan secara sosial
oleh anggota dalam suatu masyarakat, termasuk cara bepikir, perasaan, dan
tindakan yang terpola dan dilakukan berulang–ulang.

Kehidupan masyarakat tidak dapat terlepas dari kebudayaan. Kebudayaan


adalah pandangan hidup dari sekelompok orang dalam bentuk perilaku,
kepercayaan, nilai, dan simbol-simbol yang diterima tanpa sadar yang semuanya
diwariskan melalui komunikasi dan peniruan dari satu generasi ke generasi
berikutnya (Liliweri, 2003:8). Kebudayaan tersebut terdiri dari tujuh unsur yang
terdiri dari bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup

Universitas Sumatera Utara


dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian
(Koentjaraningrat, 2000:203-204).

Salah satu unsur kebudayaan tersebut adalah kesenian yang merupakan


ekspresi hasrat manusia akan keindahan. Koentjaraningrat (2000: 380-381)
mengemukakan bahwa kesenian terdiri dari dua bentuk besar, yaitu seni rupa dan
seni suara atau lebih dikenal dengan seni musik. Seni rupa adalah seni yang
dinikmati oleh manusia melalui mata, sedangkan seni suara merupakan seni yang
dapat dinikmati melalui telinga. Seni suara lebih dikenal dengan seni musik,
sedangkan seni rupa bisa berupa seni lukis, seni patung, seni tari dan lain
sebagainya.

Secara fungsional musik merupakan salah satu cabang seni yang telah menjadi
kebutuhan hidup masyarakat. Keberadaan musik dalam kehidupan masyarakat
tentunya tidak lepas dari berbagai macam fungsi yang ada dalam musik itu
sendiri, antara lain sebagai media ekspresi, ritual keagamaan, estetika, dan sebagai
media hiburan bagi masyarakat. Musik merupakan ilmu atau seni menyusun nada
atau suara diutarakan, dikombinasikan, dan memiliki hubungan temporal untuk
menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai keseimbangan dan kesatuan,
nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu
dan keharmonisan (terutama yang menghasilkan bunyi-bunyi itu).

Kedekatan suara dan keseharian manusia membuka peluang untuk melihat


keterkaitan antara keduanya melalui berbagai sudut pandang. Dari kacamata
psikologi misalnya, pemahaman seseorang terhadap suara sangat tergantung
bagaimana persepsi orang tersebut terhadap apa yang ia dengar. Persepsi ini
dipengaruhi pengalaman musikal dan pengalaman sosial budaya. Sebagai contoh,
seorang tentara akan terbiasa dengan suara letusan senjata karena merupakan
bagian dari latihan sehari–hari, namun bagi masyarakat awam, bunyi letusan
senjata dapat dengan sengaja memicu ketakutan akan terjadinya suatu hal yang
buruk. Pemahaman terhadap suara dan musik juga sangat dipengaruhi faktor
budaya. Masyarakat Barat akan segera mempersepsikan nada–nada gamelan yang

Universitas Sumatera Utara


pentatonik sebagai “musik timur“ dan sebaliknya seorang petani yang mendengar
musik klasik akan segera menganalogikannya dengan “musik barat”. Selain itu,
setiap budaya umumnya juga memiliki jenis musik yang khas.

Proses pertukaran simbol dapat dilakukan melalui musik dan lirik yang
disampaikan kepada khalayak luas. Pada dasarnya musik dan lirik lagu
mengandung pesan dan makna yang ingin disampaikan oleh penciptanya kepada
khalayak atau penikmat musik. Pesan ini dapat berupa curahan isi hati atau
aspirasi terkait situasi dan kondisi tertentu.Melihat dari kekuatan yang dimiliki
sebagai alat untuk menyampaikan pesan secara efektif, musik juga sering
digunakan sebagai media untuk menyuarakan pesan – pesan perjuangan.

Musik dalam hal ini bukanlah sekedar suara atau nada yang ditata menjadi
suatu harmonisasi, namun musik juga mampu menyampaikan pesan – pesan
tertentu. maka jika melihat dari dua definisi yang terpisah antara komunikasi dan
musik, memiliki suatu keterkaitan. Komunikasi dan musik selanjutnya bisa dilihat
dari musisi sebagai komunikator, lirik dan irama sebagai pesan dan masyarakat
sebagai komunikannya. Dengan melihat hal itu, maka penyanyi berkomunikasi
juga melalui gerakan – gerakan tubuhnya, ekspresi serta penampilannya di
panggung, sedangkan pesan dalam hal ini adalah lirik, sangat mudah untuk
ditangkap pesan yang akan disampaikan. Dilihat dari irama, tinggi rendahnya
nada, cepat lambat, keras dan lemahnya sebuah irama juga membawa pesan
tertentu. ketika mendengarkan sebuah irama, kita akan ikut bersemangat atau kita
akan merasa sedih dan sebagainya.

Kita telah memasuki era digital, era dimana arus pertukaran informasi terjadi
tanpa batas ruang dan waktu. Begitu juga dengan kebudayaan dan kesenian, selalu
terjadi pertukaran dalam sirkuit interkoneksi global. Pertukaran ini tidak terjadi
secara fisik, dan kasat mata. Ia hanya bertukar dalam ruang-ruang kebudayaan
yang dimensinya abstrak. Pertukaran antar budaya ini memungkinkan untuk
diakuinya sebuah identitas, baik secara lokal, nasional maupun global.
Perkembangan musik di Indonesia mulai menunjukan kemajuan, baik dari musik

Universitas Sumatera Utara


tradisional maupun musik barat. Perkembangan teknologi menyebabkan
penyebaran informasi tentang musik di seluruh dunia menjadi lebih mudah untuk
diakses oleh masyarakat. Perkembangan ini tentunya sangat berpengaruh terhadap
perkembangan musik di Indonesia, khususnya musik barat yang mulai banyak
diminati oleh masyarakat Indonesia. Musik-musik barat yang modern di Indonesia
semakin berkembang dan banyak diminati oleh kaum muda.

1.2 Fokus Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan
masalah yang akan diteliti lebih lanjut yaitu:
1. Bagaimana penggunaan simbol – simbol diantara komunitas Dwell
dan Exito?
2. Bagaimana proses pembentukan identitas diri dalam komunitasDwell
dan Exito?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan identitas diri
komunitas Dwell dan Exito?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk:
1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan simbol – simbol diantara
komunitas Dwell dan Exito.
2. Untuk mengetahui proses pembentukan identitas diri dalam
komunitasDwell dan Exito.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
identitas diri komunitas Dwell dan Exito.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Secara Akademis, penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi
perkembangan Ilmu Komunikasi FISIP USU. Penelitian ini dapat

Universitas Sumatera Utara


menjadi bahan bacaan dan referensi bagi penelitian serupa di masa
yang akan datang.
2. Secara Teoritis, penelitian diharapkan dapat memberi kontribusi
pengetahuan di bidang Ilmu Komunikasi yang berkaitan dengan
musik dan identitas diri.
3. Secara Praktis, penelitian ini untuk menerapkan ilmu yang diterima
peneliti selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi sekaligus
memberikan masukan kepada siapa saja yang ingin mengetahui
tentang musik dan identitas diri.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
URAIAN TEORITIS

Paradigma Kajian
Ilmu bukanlah suatu yang tunggal melainkan plural. Menurut Thomas Khunt,
ilmuwan selalu bekerja dibawah satu payung paradigma asumsi ontologisme,
metodologis, dan struktur nilai (Adian, 2002: 25). Definisi paradigma yang
ditawarkan oleh Kunt sendiri memiliki tiga rumusan yaitu :
1. Kerangka konseptual untuk mengklarifikasikan dan menerangkan
objek-objek fisikal alam.
2. Patokan untuk menspesifikasikan metode yang tepat, teknik-teknik,
dan instrument dalam meneliti objek-objek dalam wilayah yang
relevan.
3. Kesepakatan tentang tujuan-tujuan kognitif yang absah.

2.1.1 Paradigma Konstruktivisme


Teori konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk
komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Deli dan rekan-
rekan sejawatnya. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu
melakukan interpretasi dan bertindak menurut berbagai kategori konseptual
yang ada dalam pikirannya. Menurut teori ini, realitas tidak menunjukkan
dirinya dalam bentuknya yang kasar, tetapi harus disaring terlebih dahulu
melalui bagaimana cara seseorang melihat sesuatu (Morissan, 2009: 107).

Konstruktivisme menolak pandangan positivisme yang memisahkan


subjek dan objek komunikasi. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa
tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka
dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan. Konstruktivisme justru
menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta
hubungan-hubungan sosialnya. Subjek memiliki kemampuan melakukan
kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Teori
konstruktivisme menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan beraksi

Universitas Sumatera Utara


menurut kategori konseptual dari pikiran. Realitas tidak menggambarkan diri
individu namun harus disaring melalui cara pandang orang terhadap realitas
tersebut.

Paradigma konstruktivisme ialah paradigma dimana kebenaran suatu


realitas sosial dilihat sebagai hasil konstruksi sosial, dan kebenaran suatu
realitas sosial bersifat relatif. Paradigma konstruktivisme ini berada dalam
perspektif interpretivisme (penafsiran) yang terbagi dalam tiga jenis, yaitu
interaksi simbolik, fenomenologis dan hermeneutik. Paradigma
konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma
positivis. Menurut paradigma konstruktivisme realitas sosial yang diamati
oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang, seperti yang
biasa dilakukan oleh kaum positivis. Konsep mengenai konstruksionis
diperkenalkan oleh sosiolog interpretative, Peter L.Berger bersama Thomas
Luckman. Dalam konsep kajian komunikasi, teori konstruksi sosial bisa
disebut berada diantara teori fakta sosial dan definisi sosial (Eriyanto, 2004:
13).

2.1.2 Kajian Terdahulu


Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini,
dideskripsikan sebagai berikut:

1. Penelitian oleh Lisnia Yulia Rakhmawati, merupakan mahasiswa


S1 Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Yogyakarta pada tahun 2011 dengan judul “Hip-Hop Jawa
Sebagai Pembentuk Identitas Kelompok Jogja Hip-Hop Foundation”.
Jogja Hip-Hop Foundation merupakan komunitas bagi musisi-musisi
hip hop Jawa yang berada di Yogyakarta. Jogja Hip-Hop Foundation
berbeda dengan kelompok hip-hop lainnya, hal ini dapat dilihat dari
jenis musik yang mereka gunakan. Jenis musik mereka merupakan
perpaduan antara musik hip-hop dengan budaya jawa yang disebut

Universitas Sumatera Utara


hip-hop Jawa. Jenis musik tersebut merupakan pembentuk identitas
bagi Jogja Hip-Hop Foundation.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembentukan


identitas dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan identitas dalam Jogja Hip-Hop Foundation. Penelitian
ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan sumber data
primer terdiri dari pendiri, anggota, dan penggemar Jogja Hip-Hop
Foundation yang berjumlah 7 orang, sedangkan sumber data sekunder
diperoleh melalui dokumentasi, media cetak dan internet.

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu, observasi,


wawancara, dan dokumentasi, sedangkan teknik sampling yang
digunakan adalah purposive sampling. Validitas data dalam penelitian
ini menggunakan triangulasi sumber dan metode, sedangkan analisis
datanya menggunakan analisis interaktif Miles dan Huberman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembentukan identitas


kelompok Jogja Hip-Hop Foundation terjadi secara bertahap yaitu
dari tahap tidak mengetahui identitas dimana anggota tidak tertarik
dengan Budaya Jawa dan lebih mengarah pada hip-hop Amerika,
tahap pencarian identitas melalui penggunaan Bahasa Jawa dalam
musik hip-hop, tahap pencapaian identitas melalui hip-hop Jawa
untuk mengenalkan budaya jawa melalui media musik hip-hop.

Faktor yang mempengaruhi terbentuknya identitas hip-hop jawa


dalam Jogja Hip-Hop Foundation antara lain kreativitas dengan
menggabungkan musik hip-hop dengan Budaya Jawa, ideologi
kelompok untuk melestarikan dan mengenal Budaya Jawa, status
sosial dimana Jogja Hip-Hop Foundation tidak membeda-bedakan,
memandang semua orang dengan derajat yang sama, media massa
sebagai sarana untuk mempublikasikan hip-hop Jawa, dan kesenangan

Universitas Sumatera Utara


akan musik hip-hop dan Budaya Jawa. Simbol-simbol yang
menunjukan identitas hip-hop Jawa adalah penggunaan Bahasa Jawa,
pakaian batik, lirik yang berasal dari kitab jawa dan puisi jawa, serta
musik tradisional jawa seperti gamelan yang dipadukan dengan musik
hip-hop. Hip-hop Jawa yang dibawakan oleh Jogja Hip-Hop
Foundation merupakan bagian dari subkultur hip-hop dan juga
menjadi subkultur dari musikmusik yang umum di Indonesia seperti
musik pop yang biasanya mengusung tema percintaan.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan


oleh peneliti yaitu sama-sama mengkaji kelompok atau komunitas hip
– hop, dan menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun
perbedaan mendasar yang terletak antara penelitian ini “Musik hip –
hop dan Identitas diri pada komunitas Dwell dan Exito” dengan
penelitian terdahulu terletak pada tujuan penelitian, penelitian
terdahulu hanya bertujuan untuk mengetahui proses pembentukan
identitas dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan identitas sedengkan penelitian ini lebih menekankan
pada bagaimana penggunaan dan penerapan simbol – simbol hip –
hop pada komunitas Dwell dan Exito.

2. Penelitian oleh Anda Winata Peranginangin, mahasiswa S1


Jurusan
Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara pada tahun 2015.
Penelitian ini berjudul “Identitas Diri Female Disc Jockey” (studi
deskriptif kualitatif komunikasi antar pribadi mengenai identitas diri
dalam female disc jockey di kota Medan). Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui identitas diri yang ada di dalam diri female disc
jockey di dalam kehidupan sehari – hari serta untuk mengetahui
proses pembentukan identitas diri mereka tentang pekerjaaan yang
mereka jalani sebagai female disc jockey.

Universitas Sumatera Utara


Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif dalam
bentuk studi deskriptif dimana peneliti akan memberikan gambaran
secara umum dan spesifik mengenai identitas diri yang ada di dalam
diri female disc jockey. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teori identitas diri dan konsep diri. Pada penelitian ini, peneliti
melibatkan 5 informan yang dipilih secara acak namun memenuhi
kriteria dan sesuai dengan tujuan juga kebutuhan penelitian.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada kelima informan,


ditemukan bahwa identitas diri dan konsep diri di dalam diri female
disc jockey yang ada di kota Medan adalah kelima informan dominan
negatif yang bisa dinilai dari dari cara menjawab pertanyaan dan
mengungkapkan pengalaman ketika menjadi seorang female disc
jockey, juga terlihat dari keseharian dan cara memperlakukan peneliti
ketika melakukan penelitian.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan


oleh peneliti yaitu sama-sama mengkaji pembahasan tentang identitas
diri, dan menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun
perbedaan mendasar yang terletak antara penelitian ini “Musik hip –
hop dan Identitas diri pada komunitas Dwell dan Exito” dengan
penelitian terdahulu yaitu terletak pada fokus dan pembahasan
masalah penelitian, penelitian terdahulu membahas identitas diri yang
ada di dalam diri female disc jockey di dalam kehidupan sehari – hari
serta untuk mengetahui proses pembentukan identitas diri mereka
tentang pekerjaaan yang mereka jalani sebagai female disc jockey, dan
membahas tentang konsep diri.Sedangkan penelitian ini membahas
proses pembentukan identitas dan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi pembentukan identitas serta menekankan pada
bagaimana penggunaan dan penerapan simbol – simbol hip – hop
pada komunitas Dwell dan Exito.

Universitas Sumatera Utara


2.2 Kajian Pustaka
Pada suatu penelitian, peneliti harus memiliki landasan teori yang sesuai
dengan masalah yang akan ditelitinya. Teori memberikan pemahaman dan
penjelasan terhadap sesuatu yang sulit untuk dimengerti dimana teori adalah
abstraksi dari realitas Teori memberikan dasar dalam suatu penelitan untuk
memprediksi dan merumuskan pernyataan-pernyataan yang menyangkut
pemahaman pemikiran (Severin & Tankard, 2008: 12-13)

Setiap penelitian mempunyai landasan berpikir dalam menyoroti sebuah


masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok yang
menggambarkan diri dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti. Dalam
penelitian ini, adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian akan
tercantum dalam sub bab berikutnya.

2.2.1 Interaksionisme Simbolik


Teori interaksionisme simbolik (symbolic interactionism)
memfokuskan perhatiannya pada cara-cara yang digunakan manusia untuk
membentuk makna dan struktur masyarakat melalui percakapan.
Interaksionisme simbolik pada awalnya merupakan suatu gerakan dan
pemikiran dalam ilmu sosiologi yang dibangun oleh George Herbert Mead
(dalam Morissan, 2013: 224). George Herbert Mead (dalam Morrisan, 2013:
225) mendasarkan gagasannya atas enam hal yaitu :

a. Manusia membuat keputusan dan bertindak pada situasi yang dihadapinya


sesuai dengan pengertian subjektifnya.
b. Kehidupan sosial merupakan proses interaksi, kehidupan sosial bukanlah
struktur atau bersifat struktural dan karena itu tak berubah.
c. Manusia memahami pengalamannya melalui makna dari simbol yang
digunakan di lingkungan terdekatnya (primary group), dan bahasa
merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan sosial.
d. Dunia terdiri dari berbagai objek sosial yang memiliki nama dan makna
yang ditentukan secara sosial.

Universitas Sumatera Utara


e. Manusia mendasarkan tindakannya atas interpretasi mereka, dengan
mempertimbangkan dan mendefenisikan objek-objek dan tindakan yang
relevan pada situasi saat itu.
f. Diri seseorang adalah objek signifikan dan sebagaimana objek sosial
lainnya diri didefinisikan melalui interaksi sosial orang lain.

Terdapat tiga konsep penting dalam teori yang dikemukakan oleh


Mead yaitu masyarakat, diri, dan pikiran. Ketiga konsep tersebut memiliki
aspek-aspek yang berbeda namun berasal dari proses umum yang sama yang
disebut “tindakan sosial” (social act). Ini adalah konsep interaksionisme
simbolik yang paling terkenal, yang mengambil peran orang lain (Morrisan,
2013: 225).

Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol


dan interaksi, inti pendekatan ini adalah individu (Margaret, 2004: 274). Teori
interaksi simbolik dipengaruhi oleh struktur sosial yang membentuk atau
menyebabkan perilaku tertentu yang kemudian membentuk simbolisasi dalam
interaksi sosial masyarakat. Teori interaksi simbolik menuntut setiap individu
untuk proaktif, refleksif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yang
unik, rumit dan sulit di interpretasi (Ritzer, 2008: 293).

Manusia dalam proses interaksi sosial secara simbolik


mengkomunikasikan arti terhadap orang lain yang terlibat kemudian orang
lain menafsirkan simbol komunikasi itu dan mengorientasikan tindakan
balasan mereka berdasarkan penafsiran mereka. Interaksi sosial
mengungkapkan bahwa para aktor terlibat dalam proses saling mempengaruhi.
Artinya ada hubungan timbal balik antar keduanya yang mengakibatkan
adanya interaksi (Ritzer, 2008: 293).

Manusia mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan pihak-


pihak lain, dengan perantara lambang-lambang tertentu yang dimiliki bersama.
Manusia memberikan arti pada kegiatan-kegiatannya melalui perantara

Universitas Sumatera Utara


lambang-lambang atau simbol-simbol tersebut. Manusia membentuk
perspektif-perspektif tertentu, melalui suatu proses sosial dimana mereka
memberi rumusan berbagai hal bagi pihak lainya. Selanjutnya mereka
berperilaku menurut hal-hal yang diartikan secara sosial. Berinteraksi melalui
simbol pada dasarnya teori interaksi simbolik berakar dan fokus pada hakekat
manusia yang adalah makhluk relasional. Setiap individu pasti terlibat relasi
dengan sesamanya. Interaksi itu sendiri membutuhkan simbol-simbol tertentu.
Simbol itu biasanya disepakati bersama dalam skala kecil maupun skala besar.
Simbol tersebut misalnya bahasa, tulisan dan simbol lainnya yang dipakai-
bersifat dinamis dan unik (Ritzer, 2008: 294).

Goerge Herbert Mead (dalam Ritzer, 2008: 384) menekankan pada


bahasa yang merupakan sistem simbol. Kata-kata merupakan simbol karena
digunakan untuk memaknai berbagai hal. Simbol merupakan representasi dari
pesan yang dikomunikasikan kepada publik.

Ritzer dan Goodman (2008: 397) mengemukakan prinsip-prinsip dasar


teori interaksionisme simbolik, yakni:
a) Manusia ditopang kemampuan untuk berpikir, tidak seperti binatang yang
lebih rendah.
b) Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial.
c) Dalam interaksi sosial manusia mempelajari makna dan simbol yang
memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berpikir tersebut.
d) Makna dan simbol memungkinkan manusia tindakan dan interaksi.
e) Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang
mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan tafsir mereka
atas situasi yang ada.
f) Orang mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini, sebagian karena
kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka, yang memungkinkan
mereka menelaah tindakan yang mungkin dilakukan, menjajaki
keunggulan dan kelemahan mereka, serta memilih satu diantaranya.

Universitas Sumatera Utara


g) Pola tindakan dan interaksi yang saling berkaitan akan membentuk
kelompok dan masyarakat.

Charon (dalam Ritzer, 2008: 395) menegaskan bahwa simbol adalah


objek sosial yang digunakan untuk merepresentasikan apa-apa yang memang
disepakati bisa direpresentasikan oleh simbol tersebut. Individu sebagai
produsen sekaligus konsumen atas simbol tidak hanya merespon simbol secara
pasif, tetapi juga secara aktif menciptakan dan menciptakan kembali dunia
tempat dia bertindak berdasarkan realitas yag datang.

Miller (dalam Ritzer, 2008: 395) menjelaskan lima fungsi simbol :


a) Simbol memungkinkan orang berhubungan dengan dunia materi dan dunia
sosial karena dengan simbol mereka bisa memberi nama, membuat
kategori, dan mengingat obyek yang mereka temui.
b) Simbol meningkatkan kemampuan seseorang mempersepsikan
lingkungan.
c) Simbol meningkatkan kemampuan berpikir. Berpikir dapat dipahami
sebagai interaksi simbolis dengan diri-sendiri.
d) Simbol meningkatkan kemampuan orang untuk memecahkan masalah.
Binatang yang lebih rendah harus mencoba-coba, namun manusia dapat
berpikir melalui beragam tindakan alternatif simbolis sebelum benar-benar
melakukannya. Kemampuan ini mengurangi peluang terjadinya kesalahan
berat.
e) Penggunaan simbol memungkinkan aktor melampaui ruang, waktu dan
bahkan diri pribadi mereka sendiri. Melalui penggunaan simbol, aktor
dapat membayangkan bagaimana rasanya hidup di masa lalu atau
bagaimna rasanya hidup dimasa mendatang. Selain itu aktor mampu
melampaui diri mereka secara simbolis dan membayangkan seperti apa
rasanya dunia dari sudut pandang orang lain.

Interaksionisme simbolik juga digunakan dalam menelaah antara


musik dan identitas dimana simbol yang dibentuk dan dihasilkan oleh musik,

Universitas Sumatera Utara


diinteraksikan kepada manusia lain sehingga menimbulkan suatu interpretasi
yang unik. Interaksi dari simbol-simbol tersebut menghasilkan makna tertentu
yang menjadi dasar komunikasi. Musik dan atributnya yang merupakan
keseluruhan cara berpakaian dan falsafah hidup yang diusung merupakan
simbol pembentukan identitas musik tertentu yang semua merupakan hasil
interaksi dari simbol yang diciptakan dari berbagai modifikasi terhadap
kondisi yang ada (Ritzer, 2008: 294).

Begitu pula dengan musik yang mempunyai banyak jenis dan genre,
dapat membentuk identitas melalui simbol-simbol yang dipergunakan. Simbol
yang dipergunakan dalam jenis-jenis musik berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Jenis musik hip-hop dalam hal ini yang menjadi fokus penelitian,
mempergunakan simbol-simbol tertentu dalam membentuk identitasnya.

2.2.1.1 Masyarakat
Masyarakat adalah golongan masyarakat kecil terdiri dari beberapa
manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan
dan pengaruh- mempengaruhi satu sama lain (Shadily, 1984: 47).
Masyarakat atau kehidupan kelompok, terdiri atas perilaku yang saling
bekerja sama diantara para anggota masyarakat. Syarat untuk dapat
terjadinya kerja sama diantara anggota masyarakat ini adalah adanya
pengertian terhadap keinginan atau maksud (intention) orang lain, tidak
saja pada saat ini tetapi juga pada masa yag akan daatang. Dengan
demikian, kerja sama terdiri atas kegiatan untuk membaca maksud dan
tindakan orang lain dan memberikan tanggapan terhadap tindakan itu
dengan cara yang pantas (Morrisan, 2013: 227).

2.2.1.2 Diri
Kita memiliki diri karena kita dapat menanggapi diri kita sebagai
suatu objek. Kita kadang – kadang memberikan reaksi yang
menyenangkan kepada diri kita. Kita merasa bahagia, bangga, dan
bersemangat kepada diri kita. Kita kadang – kadang marah dan merasa

Universitas Sumatera Utara


jijik dengan diri kita sendiri. Cara terpenting bagaimana kita melihat diri
kita sebagaimana orang lain melihat diri kita adalah melalui proses
“pengambilan peran” (role taking) atau menggunakan perspektif orang
lain, dan hal inilah yang kemudian menuntun kita untuk memiliki ”konsep
diri” yang merupakan perspektif gabungan yang kita gunakan ntuk melihat
diri kita. Konsep diri adalah keseluruhan persepsi kita mengenai cara
orang lain melihat kita. Kita telah belajar mengenal gambaran diri kita
melalui interaksi simbolis selama bertahun-tahun dengan orang lain
selama hidup kita. Orang-orang yang terdekat dengan kita seperti saudara,
orang tua, teman dekat, pacar (significant others) adalah orang-orang yang
sangat penting karena reaksi mereka sangat berpengaruh dalam hidup kita
termasuk dalam membentuk konsep diri kita (Morissan, 2013: 229).

Menurut Mead (dalam Morrisan, 2013: 229) “diri” memiliki dua


sisi yang masing – masing memiliki tugas penting, yaitu diri yang
mewakili saya sebagai subjek dan saya (I) sebagai objek (me). “Saya”
sebagai subjek adalah bagian dari diri ‘saya” yang bersifat menuruti
dorongan hati (impulsive), tidak teratur, tidak langsung dan tidak dapat
diperkirakan. “Saya” sebagai objek adalah konsep diri yang terbentuk dari
pola-pola yang teratur dan konsisten yang anda dan orang lain pahami
bersama. Setiap tindakan dimulai dengan dorongan hati dari “saya” subjek
dan secara cepat dikontrol oleh “saya” objek atau disesuaikan dengan
konsep diri anda. “Saya” subjek adalah tenaga pendorong untuk
melakukan tindakan, sedangkan konsep diri atau “saya” objek memberikan
arah dan panduan. Mead mengungkapkan konsep “saya” objek untuk
menjelaskan perilaku yang dapat diterima dan sesuai secara sosial dan
“saya” subjek menjelaskan dorongan hati yang kreatif namun sulit
diperkirakan.

2.2.1.3 Pikiran
Kemampuan manusia menggunakan simbol-simbol signifikan
untuk menanggapi dirinya memungkinkan manusia berpikir. Mead (dalam

Universitas Sumatera Utara


Morissan, 2013: 230) mengungkapkan pikiran bukanlah suatu benda tetapi
suatu proses yang tidak lebih dari kegiatan interaksi dengan diri anda.
Kemampuan berinteraksi yang berkembang bersama-sama dengan diri
adalah sangat penting bagi kehidupan manusia karena menjadi bagian dari
setiap tindakan. Berpikir (Minding) melibatkan keraguan (menunda
tindakan terbuka) ketida anda menginterpretasikan situasi. Di sini anda
berpikir sepanjang situasi itu dan merencakan tindakan ke depan. Anda
membayangkan berbagai hasil, memilih alternatif dan menguji berbagai
alernatif yang mungkin. Manusia memiliki simbol signifikan yang
memungkinkan mereka menamakan objek. Kita selalu mendefinisikan
atau memberi makna pada sesuatu berdasarkan pada bagaimana anda
bertindak terhadap sesuatu itu.

2.2.2 Komunikasi Massa


Komunikasi massa (Mass communication) (dalam Mulyana 2002: 75)
adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar,
majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau
orang yang dilembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang
tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum,
disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik).

Komunikasi massa memiliki ciri yaitu melibatkan banyak komunikator,


berlangsung melalui sistem bermedia dengan jarak fisik yang rendah (artinya
jauh), memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran inderawi (penglihatan,
pendengaran), dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera (Mulyana,
2005: 71).

Banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan para


ahli komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakannya. Namun,
dari sekian banyak defenisi itu ada benang merah kesamaan defenisi satu sama
lain. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa
(media cetak dan elektronik). Media massa (atau saluran) yang dihasilkan oleh

Universitas Sumatera Utara


teknologi modern. Hal ini jelas menunjuk pada hasil produk teknologi modern
sebagai saluran dalam komunikasi massa (Nurudin, 2013: 3-4).

Elizabeth Noelle-Neuman (dalam Rakhmat 2011: 92) menyebutkan empat


tanda pokok dari komunikasi massa, yaitu:
1. Bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis (teknologi
media). Komunikasi massa mengharuskan adanya media massa dalam
prosesnya, hal ini dikarenakan teknologi yang membuat komunikasi massa
dapat terjadi. Dapat dibayangkan bahwa tidak mungkin seseorang
melakukan komunikasi massa tanpa bantuan media massa (teknologi),
bahkan bila ia berteriak sekencang-kencangnya.

2. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta


komunikasi. Dalam istilah komunikasi, reaksi khalayak yang dijadikan
masukan untuk proses komunikasi berikutnya disebut umpan balik
(feedback). Namun dalam sistem komunikasi massa, komunikator sukar
menyesuaikan pesannya dengan reaksi komunikan (khalayak luas dalam
hal ini). Komunikasi bersifat irreversible, yang artinya ketika sudah terjadi
tidak dapat diputar balik (diulang). Begitu juga halnya dengan komunikasi
massa. Sebuah informasi yang telah disebarkan, tidak dapat diputar ulang
seperti membuat air menjadi es, kemudian membuat es menjadi air
kembali. Dalam komunikasi massa, publik atau khalayak hanya menjadi
penerima informasi. Pada saat komunikasi massa dilakukan, khalayak
tidak dapat langsung memberikan feedback untuk mempengaruhi pemberi
informasi, dalam hal ini untuk aliran komunikasi sepenuhnya diatur oleh
komunikator. Namun demikian, dalam komunikasi massa masih terdapat
kemungkinan adanya siaran ulang, yaitu memutar ulang tayangan yang
sama dalam televisi atau radio.

3. Bersifat terbuka, artinya ditujukan kepada publik yang tidak terbatas dan
anonim. Komunikasi dengan media massa memungkinkan komunikator
untuk menyampaikan pesan kepada publik yang tidak terbatas jumlahnya,

Universitas Sumatera Utara


siapapun dan berapapun orangnya selama mereka memiliki alat penerima
(media) siaran tersebut.

4. Mempunyai publik yang secara geografis tersebar. Seperti dikemukakan


sebelumnya, komunikasi massa tidak hanya ditujukan bagi sekolompok
orang dikawasan tertentu, namun lebih kepada khalayak luas dimanapun
mereka berada. Oleh karena itu, lewat media massa seseorang atau
sekelompok orang dapat melakukan persuasi kepada banyak orang
diberbagai tempat dengan efisien.

2.2.2.1 Musik Sebagai Media Massa


Media komunikasi lebih identik dengan alat (benda) untuk
menyampaikan pesan (Soyomukti, 2010: 62). Media komunikasi karena
itu merupakan sarana apa saja yang dengannya pesan bisa ditransmisikan.
Berdasarkan atas proses semiosi manusia yang tanpa batas, apapun bisa
dipakai untuk menyampaikan pesan, dari seutas kawat dengan kaleng di
ujungnya ke dinding (Hartley, 2010: 187). Dari pengertian diatas dapat
kita pahami bahwa apapun bisa dipakai untuk menyampaikan pesan, dari
seutas kawat dengan kaleng di ujungnya ke dinding sebagai media hingga
saluran komunikasi yang menggunakan satelit canggih di era modern
seperti saat ini.

Komunikasi juga berjalan dengan bantuan sarana berupa media


yang disebut dengan media komunikasi. Media komunikasi berfungsi
sebagai alat perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk
mengantarkan pesannya agar sampai ke komunikan (Soyomukti, 2010:
62).

Musik dapat mengekspresikan perasaan kesadaran, bahkan


pandangan hidup dan ideologi manusia, seperti pertunjukan musik dari
beberapa artis yang membawakan lirik- lirik bermuatan cinta, penderitaan
orang atau kritik terhadap penguasa. Lukisan juga dapat mengekspresikan
perasaan pelukisnya yang dapat memperlihatkan nuansa jiwa yang

Universitas Sumatera Utara


terdalam tergambar dari penggunaan warna dan bentuk-bentuk garisnya
(Riswandi, 2009: 19).

2.2.3 Musik
Musik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 776) merupakan ilmu
atau seni menyusun nada dan suara yang diurutkan, kombinasi, dan hubungan
temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai keseimbangan
dan kesatuan, nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga
mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang dapat menghasilkan
bunyi-bunyi itu). Musik diciptakan oleh seseorang sebagai sarana untuk
mengekspresikan dirinya. Musik merupakan salah satu hasil dari kebudayaan
yang diciptakan oleh manusia.

Djohan (2009: 87) mengungkapkan ekspresi diri dalam musik adalah


emosi yang melatarbelakangi penciptaan musik dan emosi yang dihasilkan dalam
sebuah musik. Emosi dalam bidang musikologi dimaknai sebagai lambat-cepat
(elemen tempo) dan keras lembutnya (elemen dinamika) sebuah komposisi musik.
Emosi yang dibawakan sejumlah musik dapat membuat seseorang menjadi
berubah, dan memiliki suasana hati yang berbeda. Musik mempunyai pengaruh
yang besar terhadap kehidupan, tingkah laku dan aktivitas manusia. Pengaruh-
pengaruh dari musik yang kuat mengakibatkan musik dapat bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari. Musik bagi sebagian orang merupakan suatu hal yang tidak
bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Beberapa orang menganggap bahwa
musik adalah bagian hidup dari dirinya.

Mendengarkan musik dapat membuat seseorang melaksanakan


kegiatannya dengan lancar. Mendengarkan musik dalam perasaan sedih ataupun
senang dilakukan sebagian orang, hal itu dilakukan untuk mengungkapkan
perasaan yang dirasakan saat itu. Karakteristik musik yang sangat mudah
mempengaruhi perasaan dan emosi para pelakunya maupun pendengarnya
tersebut menyebabkan setiap jenis musik mempunyai ciri khas dan membentuk
identitas pelakunya, pendengarnya maupun pada masyarakat luas.

Universitas Sumatera Utara


2.2.3.1 Hip-Hop
Hip-hop merupakan salah satu aliran musik yang berasal dari kota
Bronx di New York dan terus berkembang dengan pesat hingga ke seluruh
dunia. Hip-hop pertama kali diperkenalkan oleh kelompok Afro-Amerika,
Grandmaster Flash dan The Furious Five.

Gambar 2.1
Grandmaster Flash dan The Furious Five yang dikenal sebagai
artis hip-hop pertama.
Sumber : (www.google.com)

Musik hip-hop pada awalnya hanya diisi dengan musik dari disk
jockey dengan membuat variasi dari putaran disk hingga menghasilkan
bunyi-bunyi yang unik. Rapping menjadi unsur utama dalam mengisi
vokal dari bunyi-bunyi tersebut, sedangkan untuk koreografinya musik
tersebut kemudian diisi dengan tarian patah-patah yang dikenal dengan
breakdance. Perkembangan hip-hop juga dianggap sebagai bagian dari

Universitas Sumatera Utara


seni dan untuk mengekspresikan seni visual yaitu graffity sebagai bagian
dari budaya hip-hop (Jube, 2008: 166).

Hip-hop berasal dari slogan para penari yaitu hip-hop (Be-Bob)


don’t stop. Pendapat lain yang mengatakan hip-hop sebenarnya berasal
dari kosakata Afro-Amerika, yakni “Hip” yang secara harfiah dapat
diartikan sebagai "memberitahu" dan akhiran “Hep” yang berarti
"sekarang". Pendapat lain yang mengatakan hip-hop merupakan sebutan
lain dari Bebop (Jube, 2008: 167). Menurut Keith Wiggins (dalam Hylamz
2009) salah satu anggota Grandmaster Flash dan The Furious Five, istilah
hip-hop terinspirasi saat ia bercanda dengan temannya yang baru
bergabung dengan angkatan bersenjata. Bunyi hip-hop sendiri merupakan
tiruan bunyian hentakan kaki tentara.

Menurut Davey D (dalam Bambaataa, 2005: 27) hip-hop adalah


kultur yang mempunyai empat unsur utama yaitu seni grafitty,
breakdancing, DJ-ing, Mcing. Salah satu unsur hip-hop adalah Mc-ing
atau lebih dikenal dengan rapping, orang yang melakukan rapping disebut
rapper. Rapper adalah seseorang yang melantunkan lirik dengan cepat dan
isinya tentang kebingungan, mengacu pada kekerasan dan seksualitas
(Ortiz, 2002: 232). Lirik-liriknya merupakan ungkapan bernada
kontradiksi yang melahirkan semangat baru dalam menciptakan kreativitas
masyarakat terutama remaja.

Terdapat istilah Oldschool dan Newschool pada hip-hop. hal ini


muncul untuk menggambarkan era keemasan hip-hop pada masa lampau
dikenal juga dengan Oldschool sebagai satu bentuk konsep dari hip-hop
dan membedakan nya dengan konsep Newschool yang telah mulai
mencampur hip-hop itu sendiri dengan kesenian atau warna musik lain.

Oldschool (or old skoll) can refer to anything that is from an


earlier era or anything that may be considered old fashioned. The term is

Universitas Sumatera Utara


commonly used to suggest a high regard for something that has been
shown to have lasting value or quality (www.wikipedia.org).Istilah
”oldschool” dan “newschool” merupakan bahasa slang yang sering
digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang ketinggalan zaman
(”oldscholl”) dan sesuatu yang baru (“newschool”).

Gambar 2.2
Aksi Dj Kool Herc, merupakan dokumentasi aksi Dj hip-hop
pertama di dunia.
Sumber : (www.google.com)

Rapping pada hip-hop dilakukan pertama kali oleh Melle Mel


(Forman, 2004: 45). Rapping yang dilakukan Melle Mel yaitu dengan
mengeluarkan rasa bencinya pada pemerintah dan pandangannya tentang
kehidupan lewat lirik-liriknya. Mulai saat itu musik hip-hop lebih banyak
menceritakan tentang kehidupan disekitar masyarakat kulit hitam dan
protes mereka kepada pemerintahan yang berlaku tidak adil.

Lirik lagu beraliran hip-hop tidak hanya berisikan lontaran protes


terhadap pemerintah saja, melainkan kepada banyak hal dan isu-isu yang
sedang berkembang di dunia, misalnya mengenai cinta, kondisi sosial,
politik, seksualitas dan lain sebagainya. Kaum kulit hitam yang
termarginalkan membentuk budaya mereka yang berbeda dengan budaya

Universitas Sumatera Utara


Amerika secara umumnya. Budaya yang dihasilkan oleh kaum kulit hitam
di Amerika salah satunya adalah hip-hop yang menjadi subkultur dari
budaya Amerika secara umum. Subkultur merupakan kebudayaan yang
hanya berlaku bagi anggota sebuah komunitas dalam kebudayaan makro
(Liliweri, 2003:60).

Gambar 2.3
Melle Mel ( tengah ), merupakan penggagas rapping pada hip-
hop pertama di dunia.
(Sumber : www.google.com)

Lirik - lirik musik hip-hop cenderung keras dan tegas. Meski hip-
hop yang merupakan budaya barat memiliki lirik – lirik yang cenderung
keras dan tegas ternyata bisa dipadukan dengan budaya lokal atau dengan
kata lain hip-hop dapat dipadukan dengan budaya Indonesia tanpa
mengurangi ciri khas musik hip-hop sendiri. Hip-hop menjadi media bagi
para kaum muda untuk mengembangkan kreativitasnya, maka dari itu
kebanyakan penggemar hip-hop dan musisi hip-hop adalah para kaum
muda. Kreativitas kaum muda di Indonesia pada umumnya yang memiliki
ketertarikan terhadap hip-hop menciptakan suatu musik atau lagu beraliran

Universitas Sumatera Utara


hip-hop yang liriknya berisikan kritik sosial terhadap pemerintah, gaya
hidup anak muda, maupun kondisi sosial lainnya. Penikmat musik hip-hop
yang kebanyakan kaum muda mengakibatkan hip-hop di Indonesia
berkembang tidak kalah dengan genre musik populer yang diusung oleh
industri musik Indonesia seperti pop, dangdut, rock dan lain sebagainya.

2.2.4 Identitas
Identitas secara sederhana dipandang sebagai suatu hal yang melekat pada
diri seseorang, yang membedakan seseorang dengan orang lain, seperti yang
dituturkan oleh Weeks (dalam Barker, 2008: 175) bahwa identitas adalah soal
kesamaan dan perbedaan, tentang aspek personal dan sosial, tentang kesamaan
seseorang dengan sejumlah orang dan apa yang membedakan seseorang dengan
orang lain. Identitas merupakan tanda (sign) yang membedakan seseorang dengan
orang lain. Identitas adalah esensi yang bisa ditandakan (signified) dengan tanda-
tanda selera, keyakinan, sikap dan gaya hidup (Barker, 2008: 218).

Identitas juga diartikan sebagai penciptaan batas-batas dimana terdapat


suatu label tertentu didalamnya. Identitas seseorang tidak terlepas dari proses yang
mencakup pengalaman hidup, latar belakang keluarga, lingkungan dan
sebagainya. Turner (dalam Samovar, 2010: 185) menjelaskan tiga kategori untuk
mengklasifikasikan identitas, yaitu identitas manusia, identitas sosial, dan
identitas pribadi, berikut penjelasan mengenai tiga kategori untuk
mengklasifikasikan identitas :

1. Identitas manusia merupakan pandangan yang menghubungkan


seseorang dengan seluruh manusia dan memisahkan seseorang dari
bentuk kehidupan lain.

2. Identitas sosial merupakan perwakilan dari kelompok dimana


seseorang tergabung, seperti ras, etnisitas, pekerjaan, umur, kampung
halaman, dan lain-lain. Identitas sosial merupakan produk dari

Universitas Sumatera Utara


perbedaaan antara yang menjadi anggota dari kelompok sosial tertentu
dan bukan anggota dari kelompok sosial yang lain.

3. Identitas pribadi timbul dari hal-hal yang membedakan seseorang dari


yang lainnya dan menandakan seseorang sebagai pribadi yang spesial
dan unik.

Piliang (2002: 8) mendefinisikan identitas menjadi dua pandangan :


1. Identitas dipandang sebagai sesuatu yang bersifat melampaui sejarah, dan
sesuatu yang berlangsung dalam sebuah kontinuitas ruang dan waktu.
2. Identitas dilihat sebagai suatu proses “menjadi” sebagai salah satu mata
rantai yang terus menerus sebagai sebuah rentang sejarah.

Phinney (dalam Samovar, 2010: 195) menawarkan tiga tahap untuk


memahami pertumbuhan identitas. Modelnya difokuskan pada identitas etnis di
antara anak remaja, namun dapat juga digunakan dalam memperoleh dan
pertumbuhan identitas kelompok maupun identitas budaya. Adapun tiga tahap
untuk memahami pertumbuhan identitas ialah sebagai berikut :

1. Tahap pertama, dimana identitas yang tidak diketahui. Tahap ini ditandai
dengan kurangnya eksplorasi terhadap budayanya. Selama tahap ini
seseorang tidak tertarik untuk mengeksplorasi dan menampilkan identitas
pribadinya. Ketidaktertarikan ini dalam anggota dari budaya minoritas
dapat berasal dari keinginannya untuk mengidentifikasi budaya yang lebih
mayoritas, sedangkan anggota budaya mayoritas membenarkan bahwa
identitas mereka merupakan norma sosial dan memberikan sedikit
pandangan terhadap budayanya sendiri.

2. Tahap kedua, tahap pencarian identitas dimulai ketika seseorang mulai


tertarik untuk mempelajari dan memahami identitas. Pergerakan dari satu
tahap ke tahap yang lain dapat dipengaruhi berbagai stimulasi.
Pendiskriminasian dapat menggerakan anggota dari kelompok minoritas

Universitas Sumatera Utara


untuk menunjukan budaya mereka sendiri. Hal ini dapat mewujudkan
beberapa kepercayaan dan nilai budaya mayoritas yang merugikan anggota
budaya minoritas dan menstimulasi pergerakan budaya seseorang.

3. Tahap terakhir merupakan tahap pencapaian identitas. Tahap ini diperoleh


ketika seseorang memiliki pemahaman yang jelas dan pasti mengenai
identitas budayanya sendiri. Bagi anggota minoritas, hal ini biasanya
datang dengan kemampuan untuk berhubungan dengan diskriminasi dan
streotip negatif secara efektif. Pencapaian identitas juga dapat memberikan
rasa percaya diri dan penghargaan tehadap diri sendiri.

2.2.4.1 Musik sebagai Identitas


Identitas merupakan tanda (sign) yang membedakan seseorang dari
orang lain. Identitas adalah esensi yang bisa ditandakan (signified) dengan
tanda-tanda selera, keyakinan, sikap dan gaya hidup (Barker, 2005: 218).
Identitas dalam musik dibentuk untuk membedakan antar genre-genre
musik yang membentuk suatu ciri khas. Identitas dalam musik tercermin
dalam jenis musik, latar belakang munculnya, ideologinya, penampilannya
dan lain sebagainya.

Salah satu jenis musik yang melekat erat dengan identitasnya


adalah musik punk. Jenis musik punk membawakan identitas anti
kemapanan. Munculnya punk didasari atas semangat pemberontakan
terhadap segala bentuk kemapaman dalam masyarakat (Herfantini: 2010).
Semangat ini berasal dari kelompok marginal dalam masyarakat yang
sering menghadapi tekanan sosial dan ekonomi. Keadaan itu membuat
mereka memilih suatu gaya hidup baru yang berbeda dari kehidupan yang
pada saat itu dianggap mapan (Steinberg, 2006: 518).

Identitas dalam musik lain dibuktikan pada musik tradisional jawa


yaitu musik gamelan. Musik gamelan mempunyai identitas yang melekat
erat dengan kebudayaan Jawa. Pernyataan diatas membuktikan bahwa

Universitas Sumatera Utara


berbagai jenis musik dari musik tradisional sampai dengan musik
kontemporer memiliki identitas tersendiri yang mencirikan masing-masing
musik. Terkait dengan penelitian yang akan dilakukan yakni musik hip-
hop, musik hip-hop juga mempunyai identitas tersendiri yang menjadi ciri
khas dari musik hip-hop. Musik Hip-Hop mempunyai ciri khas yang
dikenal dengan seni kata-kata cepat (rap), musik yang diaransemen oleh
seorang DJ (Disk Jokey), tarian khas hip-hop yang disebut Breakdance dan
seni visual yang dikenal dengan seni Grafitti.

2.2.5 Komunitas
Komunitas (community) dapat diartikan sebagai bagian dari masyarakat
yang didasarkan pada perasaan yang sama, sepenanggungan, dan saling
membutuhkan serta bertempat tinggal disuatu wilayah tempat kediaman tertentu
(Soekanto, 1975: 79). Sebuah komunitas dapat didefinisikan baik sebagai suatu
kelompok kesatuan manusia (kota kecil, kota, atau desa), maupun sebagai
seperangkat perasaan (rasa keikatan, kesetiaan). Namun demikian tidak terdapat
keseragaman dalam penggunaan istilah tersebut. Salah satu definisi yang banyak
digunakan berbunyi “komunitas adalah suatu kelompok setempat (lokal) dimana
orang melaksanakan segenap kegiatan (aktivitas) kehidupannya” (Ram, 1984:
129).

Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang


berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama.
Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki
maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah
kondisi lain yang serupa (Wenger, 2002: 4). Sementara itu pengertian komunitas
Menurut Hermawan (2008: 20), adalah sekelompok orang yang saling peduli satu
sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi
relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya
kesamaan interest atau values.

Universitas Sumatera Utara


Proses pembentukannya bersifat horisontal karena dilakukan oleh
individu-individu yang kedudukannya setara. Komunitas adalah sebuah
identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi
kebutuhan fungsional (Soenarno, 2002: 27).

Soekanto (1975 : 94-95) menjelaskan bahwa tidak semua himpunan


manusia dapat disebut sebagai kelompok sosial atau komunitas, melainkan
diperlukan beberapa syarat untuk dapat disebut sebagai kelompok sosial. Syarat
tersebut adalah:
a) Adanya kesadaran dari anggota kelompok sebagai bagian dari kelompok
tersebut.
b) Adanya hubungan timbal balik antara satu anggota dengan anggota
lainnya.
c) Adanya faktor yang dimiliki bersama, yang menyebabkan hubungan di
antara mereka semakin erat. Faktor tersebut dapat berupa kepentingan
yang sama, tujuan yang sama, nasib yang sama, ideologi politik, dan
sebagainya.
d) Adapun status dan peranan dari komunitas itu sendiri adalah untuk
membentuk suatu kelompok yang sama-sama mempunyai tujuan atau
kesamaan dalam bidang tertentu untuk mencapai tujuan itu bersama-
sama.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Soekanto mengenai adanya


faktor yang dimiliki bersama, dalam hal ini berupa identitas bersama yaitu
pelestarian budaya hip-hop maka dapat dipastikan bahwa keberadaan komunitas
Dwell dan Exito ini secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi
setiap perilaku anggotanya dalam arti setiap interaksi sosial yang terjadi
dipengaruhi oleh norma-norma yang berjalan di komunitas tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Poedjajani (2005 : 56), peran komunitas antara lain:

1. Tempat “coming out”. Coming out berarti siap keluar,


maksudnya bahwa setiap anggota yang telah tergabung berarti
telah siap untuk coming out, minimal didalam komunitasnya,
meskipun belum didalam masyarakat. Berkumpul dengan
komunitasnya secara tidak langsung akan coming out dengan
lingkungan luar komunitasnya.

2. Tempat bertukar informasi Komunitas merupakan tempat


menginformasikan isu, berita, gosip, gaya hidup,
menyampaikan pesan, dan sebagainya, juga sebagai tempat
untuk memperkenalkan teman baru. Apapun dapat
diinformasikan dalam komunitas.

3. Menunjukkan eksistensi Dengan adanya komunitas,


anggotanya berusaha menunjukkan identitas diri dan eksistensi
di lingkungannya.

4. Tempat untuk saling menguatkan Maksud dari hal ini adalah


komunitas merupakan tempat untuk saling menguatkan, bahwa
apa yang mereka jalani itu sesuatu yang rasional, normal,
bahwa mereka tidak sendiri, ada banyak orang- orang yang
sehati dengan lingkungannya. Apabila komunitas ini mendapat
tekanan dari pihak lain, maka anggotanya akan saling
membantu dan mendukung.

Universitas Sumatera Utara


2.3 Model Teoritik
Model teoritik menggambarkan bagaimana suatu permasalahan penelitian
yang dijabarkan. Dalam penelitian ini, model teoritik digambarkan sebagai
berikut:.

Komunitas Hip - Hop

Pembentukan Identitas
• Masyarakat,
• Diri
• Pikiran

Identitas diri Dwell Identitas diri Exito

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Penelitian berjudul “Musik Hip–Hop dan Identitas Diri Komunitas Dwell dan
Exito” ditulis secara deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam
Moleong, 2008: 4) metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu
tersebut secara menyeluruh dan utuh. Penulisan ini dilakukan dengan
mengumpulkan data berupa kata-kata yaitu hasil wawancara yang
berkemungkinan menjadi sebuah kunci. Hasil penelitian berupa kutipan dari
transkrip hasil wawancara yang telah diolah dan kemudian disajikan secara
deskriptif dalam bentuk penjabaran kata-kata.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian yang mencoba


untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada
dalam interaksi manusia. Penelitian ini tidak mengutamakan banyaknya populasi,
jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang
diteliti, maka tidak perlu mencari informan lainnya.

Penggunaan metode kualitatif ini yaitu melalui wawancara, metode ini


digunakan karena beberapa pertimbangan diantaranya metode ini lebih sesuai
digunakan apabila berhadapan dengan kenyataan yang bersifat jamak, dalam
metode ini disajikan secara langsung antara peneliti dengan informan (Moleong,
2008:11). Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap, hal ini dilakukan untuk
memperoleh data secara lengkap pengambilan keterangan dari pendiri dan
anggota komunitas Dwell dan Exito diambil dengan cara berkomunikasi secara
langsung melalui wawancara mendalam. Sifat penelitian kualitatif ini mengarah
pada sumber data yang berasal dari informan atau subjek penelitian melalui
wawancara mengenai musik hip–hop dan identitas diri komunitas Dwell dan
Exito.

Universitas Sumatera Utara


3.2 Objek Penelitian
Menurut Arikunto (2005: 29), “Objek penelitian adalah variabel penelitian
yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian.” Adapun objek
penelitian pada penelitian dengan judul Musik Hip-Hop dan Identitas Diri
Komunitas Dwell dan Exitoadalah identitas diri yang terbentuk dari musik hip-
hop.

3.3 Subjek Penelitian


Menurut Arikunto (2005: 116), “Subjek penelitian adalah benda, hal, atau
orang tempat data untuk variabel penelitian”. Adapun subjek penelitian pada
penelitian dengan judul Musik Hip-Hop dan Identitas Diri Komunitas Dwell dan
Exitoyaitu, anggota dari Komunitas Dwell dan Exito.

3.3.1 Deskripsi komunitas Dwell


Dwell merupakan komunitas hip-hop yang terbentuk pada akhir 2008.
Terdiri dari 8 orang di format awal pembentukan berisi Format awal 8 orang,
yaitu Jeremiah Norman (Jere Fundamental), Yudi (You-D), Simple Skill, dan
Universal Magnetic. Komunitas ini terdiri dari 4 grup, diantaranya 2 orang
rapper solo, yaitu Jere Fundamental dan You-D dan 2 crew yaitu Simple Skill,
dan Universal Magnetic. Keseluruhan anggota Dwell masih duduk di bangku
SMA ketika membentuk Dwell. Pada tahun 2009 Dwell berhasil merilis
album perdana nya yaitu “Dwell Fam-Fight For Dwell Well”.

Nama Dwell sendiri diakui oleh Jeremiah Norman diambil dari bahasa
inggris yang berarti tetap atau dapat bermakna juga sebagai rumah atau
menetap yang bermaksud sebagai wadah yang nyaman untuk bermusik.
Biasanya para anggota Dwell akan berkumpul di studio milik Jeremiah
Norman atau dikenal juga sebagai Jere Fundamental yang bernama
Street8records yang berlokasi di JL. K.H. Wahid Hasyim Medan, merupakan
satu lokasi yang sama dengan gerai Domayn Store yang dimiliki oleh
Jeremiah Norman.

Universitas Sumatera Utara


Dwell merupakan salah satu komunitas rap tertua yang tetap bertahan
hingga saat ini. Sekilas jika melihat para anggota Dwell, maka dengan mudah
kita akan mengenali identitas yang melekat pada komunitas tersebut, sebab
selain Dwell masih konsisten dengan warna musik boombap mereka juga
masih nyaman menggunakan pakaian khas gombor yang melekat pada pelaku
musik rap.

Dwell atau juga dikenal dengan Dwell Fam merupakan salah satu
komunitas hip-hop tertua yang masih bertahan hingga sekarang, kebanyakan
karya-karya musik atau lagu yang dihasilkan oleh para anggota Dwell ialah
terkait kehidupan sosial, dan protes seperti lagu ”Gambling” yang dikeluarkan
oleh Jeremiah Norman selaku pendiri dari komunitas tersebut.

3.3.2 Deskripsi komunitas Exito


Kelompok Exito merupakan salah satu komunitas hip-hop yang ada di
Medan. Kelompok ini berdiri pada januari 2017. Bisa dikatakan juga bahwa
kelompok ini adalah komunitas pertama yang menganut konsep movement,
berbeda dengan komunitas sejenis lain nya. Awal mula pendiri kelompok ini
memiliki pemikiran untuk menjadi penggerak dan kembali menggeliatkan
kembali gairah bermusik anak muda di kota Medan. Awalnya kelompok ini
tidak ada kaitannnya dengan hip-hop. Awal mula berdirinya kelompok ini
hanya sebatas ide personal saja dari pendiri kelompok ini dan bukan bertujuan
untuk mendirikan sebuah kelompok hip-hop.

Bermula dari keresahan nya terhadap kondisi para musisi yang seakan-
akan dipermainkan oleh label dan manajemen musik serta komunitas-
komunitas yang ada, inilah yang menjadi ide awal untuk mendirikan
komunitas Exito dengan konsep movement. AS kemudian mulai bertukar
pikiran dengan teman-teman yang juga berjuang di dunia musik serta
membahas solusi yang tepat untuk membenahi segala kelemahan yang terletak
pada konsep label, dan manajemen.

Universitas Sumatera Utara


Sejak awal berdirinya bahkan sebelum terbentuk nama Exito, beberapa
anggota kelompok ini sudah lebih dulu terjun ke dunia hip-hop. Banyak
potensi dan talenta yang mempuni di kota Medan serta memiliki kecintaan
terhadap musik ini menjadi alasan terbentuknya komunitas ini. Exito hadir
untuk membantu talenta – talenta tersebut berani mengembangkan bakat yang
mereka punya agar menjadi karya yang bisa dinikmati. Exito kini
beranggotakan 7 orang anggota komunitas dan berisikan talenta seperti DJ-
Producer, Rapper MC, Creative Radio, Videographer, Photographer,
Creative Design yang akan bersama – sama saling membantu untuk
merealisasikan setiap karya yang nantinya akan dirilis.

3.4 Unit Analisis


Unit analisis umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum
mengenai situasi sosial yang sedang diteliti sebagai objek penelitian. Unit analisis
dalam penelitian ini meliputi, pemilihan informan atau orang yang sesuai dengan
objek penelitian. Pelaku atau informan yang sesuai dengan objek penelitian ini
adalah anggota dari komunitas Dwell dan Exito. Komunitas Dwell dan Exito
dipilih dikarenakan merupakan komunitas yang menggunakan jenis musik hip-
hop di Kota Medan. Penelitian ini memilih beberapa anggota dari kedua
komunitas yaitu, komunitas Dwell dan Exito sebagai informan. Adapun informan
yang akan diteliti yaitu, Jeremiah Norman (Dwell), Ucok Munthe (Dwell),
Archiebald Samosir (Exito), Abi Nubly Qisthy (Exito), Fariza Fitria (Exito).

3.5 Lokasi Penelitian


Penelitian ini mengambil lokasi di kota Medan tepatnya lokasi yang menjadi
tempat berkumpul kedua komunitas yaitu, komunitas Dwell yang terletak di
Domayn Store, Jl. K.H Wahid Hasyim sebagai tempat berkumpulnya komunitas
Dwell. Dan komunitas Exito, Chirurgi Cafe, Jl. K.H Wahid Hasyim sebagai
tempat berkumpulnya komunitas Exito, serta berlokasi dirumah informan ataupun
tempat pertemuan yang telah ditentukan oleh informan.

Universitas Sumatera Utara


3.6 Waktu Penelitian
Penelitian Musik Hip-Hop dan Identitas Komunitas Dwell dan Exito,
dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan, yakni bulan Desember 2017 sampai
dengan Februari 2018. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dikarenakan
observasi dan penyesuaian dengan jadwal yang dari komunitas Dwell dan Exito.

3.7 Teknik Pengumpulan Data


Menurut Ulber Silalahi (2009: 280) pengumpulan data adalah satu proses
mendapatkan data empiris melalui responden dengan menggunakan metode
tertentu. Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa proses pengumpulan data
adalah proses untuk mengumpulkan berbagai hal yang akan digunakan sebagai
bahan penelitian.

Data merupakan bahan penting yang digunakan oleh peneliti untuk menjawab
pertanyaan atau menguji hipotesis dan mencapai tujuan penelitian. Oleh karena
itu, data dan kualitas data merupakan pokok penting dalam penelitian karena
menentukan kualitas hasil penelitian. Data diperoleh dari suatu proses yang
disebut pengumpulan data.

3.7.1 Wawancara Mendalam


Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara
yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.
Wawancara mendalam (in– depth interview) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai
responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan,
kontak mata, dan kepekaan nonverbal.

Universitas Sumatera Utara


Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan
pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan
multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building report,
ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol
emosi negatif. Selanjutnya wawancara dapat dilakukan secara terstruktur dan
tidak terstruktur, dan dapat dilakukan dengan tatap muka (facetoface) maupun
menggunakan telepon (Sugiyono, 2006; 138-140)

Interview atau wawancara langsung dilakukan dengan menggunakan


panduan atau petunjuk wawancara (Interview Guide), berisi tentang garis-garis
besar pokok yang akan ditanyakan, dengan maksud agar pokok-pokok yang
direncanakan tersebut dapat tercakup seluruhnya.

Wawancara dilakukan secara mendalam (indepth interview) dengan


cara bertatap muka langsung antara pewawancara dengan sumber informasi.
Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara bebas terpimpin
dan menggunakan pedoman wawancara (interview guide). Wawancara
dilakukan dengan membawa kerangka pertanyaan, tetapi penyajiannya tidak
terikat oleh kerangka yang telah disiapkan. Artinya peneliti dapat
memperdalam suatu informasi spesifik yang muncul dari informan tetapi
mungkin tidak ada dalam pedoman wawancara yang ada.

3.7.2 Observasi
Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif.
Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan panca indera,
bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang
diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa
aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan
perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran
riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Bungin (2007: 115-117) mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


Observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok.
Berikut penjelasannya:

1. Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah


metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun
data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana
peneliti terlibat dalam keseharian informan.

2. Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan


tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti dapat
mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan
yang terjadi di lapangan.

3. Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh


sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat
menjadi objek penelitian. Manfaat dari observasi antara lain
peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam
keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan
yang holistik atau menyeluruh, dengan observasi akan diperoleh
pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti
menggunakan pendekatan indukti, jadi tidak dipengaruhi oleh
konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif ini
membuka kemungkinan penemuan atau discovery.

Pada observasi ini, peneliti menggunakan observasi partisipasi dengan


mengamati peristiwa, kejadian, pose, dan sejenisnya disertai dengan daftar
yang perlu diobservasi. Peneliti melakukan pengamatan langsung dengan
membawa data observasi yang telah disusun sebelumnya untuk melakukan
pengecekan kemudian peristiwa yang diamati dicocokkan dengan data
observasi (Sulistyo-Basuki, 2006: 149). Pada penelitian ini, peneliti
melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data

Universitas Sumatera Utara


penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti juga terlibat
dalam keseharian informan.

3.7.3 Tinjauan Literatur


Peneliti membaca buku-buku yang dapat membantu peneliti
melakukan penelitian untuk memperoleh data yang relevan. Tinjauan literatur
digunakan sebagai bagian dari komponen teknik pengumpulan data.
Pemahaman tentang tinjauan literatur adalah sebagai berikut (Sulistyo-Basuki,
2006: 220). Pada tinjauan literatur, seseorang secara sistematis mencoba
membaca semua literatur yang relevan dalam sebuah subjek, kadang-kadang
mewawancarai pakar dalam subjek tersebut, kemudian mengorganisasi,
mensintesis, dan menilai secara kritis sejumlah besaran (range) informasi.

3.8 Teknik Analisis Data


Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh adalah
data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka
serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur klasifikasi. Data bisa
saja dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari
dokumen, pita rekaman) dan biasanya diproses terlebih dahulu sebelum siap
digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih-tulis), tetapi
analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke dalam
teks yang diperluas, dan tidak menggunakan perhitungan matematis atau statistika
sebagai alat bantu analisis.

Menurut Miles dan Huberman(dalam Silalahi, 2009: 339), kegiatan analisis


terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi. Terjadi secara bersamaan
berarti reduksi data , penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi sebagai
sesuatu yang saling jalin-menjalin merupakan proses siklus dan interaksi pada saat
sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar yang
membangun wawasan umum yang disebut “analisis”. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian kualitatif mencakup transkip hasil wawancara, reduksi

Universitas Sumatera Utara


data, analisis, interpretasi data dan triangulasi. Dari hasil analisis data yang
kemudian dapat ditarik kesimpulan. berikut ini adalah teknik analisis data yang
digunakan oleh peneliti.

3.8.1 Reduksi Data


Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Kegiatan reduksi data
berlangsung terus-menerus, terutama selama proyek yang berorientasi
kualitatif berlangsung atau selama pengumpulan data. Selama pengumpulan
data berlangsung, terjadi tahapan reduksi, yaitu membuat ringkasan,
mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, dan
menulis memo. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan
akhirnya dapat ditarik dan diverivikasi. Reduksi data atau proses transformasi
ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap
tersusun. Jadi dalam penelitian kualitatif dapat disederhanakan dan
ditransformasikan dalam aneka macam cara yaitu, melalui seleksi ketat,
melalui ringkasan atau uraian sigkat, menggolongkan dalam suatu pola yang
lebih luas, dan sebagainya.

3.8.2 Penyajian Data


Penyajian data merupakan kegiatan terpenting yang kedua dalam
penelitian kualitatif. Penyajian data yaitu sebagai sekumpulan informasi yang
tersusun member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan (Ulber Silalahi, 2009: 340). Penyajian data yang sering
digunakan untuk data kualitatif pada masa yang lalu adalah dalam bentuk teks
naratif dalam puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan halaman. Akan tetapi, teks
naratif dalam jumlah yang besar melebihi beban kemampuan manusia dalam
memproses informasi. Manusia tidak cukup mampu memproses informasi
yang besar jumlahnya, kecenderungan kognitifnya adalah menyederhanakan

Universitas Sumatera Utara


informasi yang kompleks ke dalam kesatuan bentuk yang disederhanakan dan
selektif atau konfigurasi yang mudah dipahami. Penyajian data dalam
kualitatif sekarang ini juga dapat dilakukan dalam berbagai jenis matriks,
grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang untuk menggabungkan
informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu padan dan mudah
diraih. Jadi, penyajian data merupakan bagian dari analisis.

3.8.3 Triangulasi
Selain menggunakan reduksi data dan penyajian data peneliti juga
menggunakan teknik Triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan
data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan
hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004: 330) Triangulasi
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda yaitu wawancara,
observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek
kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data.

Denzin (dalam Moloeng, 2004: 331), membedakan empat macam


triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi
tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan
memanfaatkan sumber.

3.8.4 Menarik Kesimpulan


Kegiatan analisis keempat adalah menarik kesimpulan dan verivikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Namun bila kesimpulan memang telah
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel (dapat dipercaya).

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,
karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih
bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di
lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum
jelas, sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

Ketika kegiatan pengumpulan data dilakukan, seorang penganalisis


kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola,
penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan
proposisi. Kesimpulan yang mula-mulanya belum jelas akan meningkat
menjadi lebih terperinci. Kesimpulan-kesimpulan “final” akan muncul
bergantung pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan,
pengkodeannya, penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan,
serta kecakapan peneliti.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah
dilakukan terkait “Musik Hip–Hop dan Identitas Diri Komunitas Dwell dan Exito”
penelitian dilakukan melalui proses wawancara mendalam terhadap informan
yang telah ditetapkan. Penelitian dilakukan terhadap 4 orang informan yang
merupakan anggota dari komunitas Dwell yaitu Jeremiah Norman dan Ucok
Munthe, serta anggota dari komunitas Exito yaitu Archiebald Samosir dan Abi
Nubly Qisthy. Penelitian dilakukan selama 2 Bulan pada pertengahan bulan
Januari 2018 di hingga Februari 2018 di kota Medan.

4.1.1 Proses Penelitian


Proses penelitian yang telah dilakukan baik secara observasi maupun
melalui proses wawancara langsung terhadap informan yang telah ditetapkan.
Penelitian dilakukan terhadap komunitas hip-hop yang ada di kota Medan.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi
mengenai subjek penelitian yang akan dijadikan sebagai informan dalam
penelitian.

Proses awal penelitian dimulai dengan melakukan pengajuan judul


kepada departemen ilmu komunikasi Fisip Usu dan disetujui oleh dosen
pembimbing. Setelah mendapat persetujuan untuk melakukan penelitian sesuai
dengan judul yang peniliti ajukan, maka peneliti melakukan segala persiapan
yang berhubungan dengan penelitian. Persiapan awal ialah dengan melakukan
observasi mengenai komunitas-komunitas hip-hop yang ada di kota Medan.
Observasi dilakukan peneliti dengan 2 cara, yaitu memahami dan mendalami
budaya hip-hop dengan mencari informasi melalui internet selanjutnya untuk
lebih memastikan maka peneliti melakukan pengamatan langsung melalui
diskusi dengan seorang teman yang dahulu pernah menjadi bagian dari salah
satu komunitas hip-hop di kota Medan bernama Ilham Pratama dengan

Universitas Sumatera Utara


membawa data observasi yang telah disusun sebelumnya untuk melakukan
pengecekan kemudian peristiwa yang diamati dicocokkan dengan data
observasi. Peneliti meyakini dan menemukan bahwa ada 2 jenis komunitas
hip-hop yang ada di kota Medan, yaitu komunitas yang berorientasi pada hip-
hop oldschool dan yang berorientasi pada hip-hop newschool.

Peneliti melanjutkan penelitian dengan mencari informan yang sesuai


dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu menentukan 2 komunitas hip-hop
di kota Medan, masing-masing dari hip-hop oldschool dan hip-hop newschool.
Sesuai dengan hasil obeservasi peneliti menentukan komunitas Dwell
mewakili dari hip-hop oldschool dan Exito mewakili dari hip-hop newschool.

Peneliti membuat pedoman wawancara sebagai acuan dalam


mengajukan pertanyaan – pertanyaan kepada informan mengenai identitas diri
anggota komunitas yang terbentuk dari musik hip-hop. Selanjutnya penelitian
dilanjutkan dengan melakukan pendekatan kepada calon informan. Informan
pertama yang bersedia untuk dilangsungkan nya wawancara adalah informan
Archiebald Samosir yang merupakan producer music dan founder dari
komunitas Exito, lokasi pertemuan adalah Chirurgi Café yang terletak di Jl.
K.H.Wahid Hasyim Medan pada tanggal 17 Januari 2018, sesuai dengan
penjelasan informan tempat tersebut merupakan lokasi yang sering dijadikan
komunitas Exito untuk berkumpul ataupun diskusi ringan.

Peneliti bertemu dengan informan Archiebald samosir kembali pada


tanggal 24 Januari 2018 pukul 16.00 Wib di Jl. Pabrik Tenun Medan yang
merupakan rumah dari informan Archiebald samosir. Setelah wawancara
selesai, informan Archiebald Samosir menyarankan untuk mewanwacarai
informan berikutnya yaitu informan Abi Nubly Qisthy. Pada malam harinya,
pukul 20.00 Wib peneliti berkesempatan untuk mewawancarai informan Abi
Nubly Qisthy di Tibor Coffe yang terletak di Jl. Setia Budi, tempat tersebut
merupakan tempat yang ditentukan oleh informan untuk bertemu. Pada
tanggal 31 Januari 208 peneliti berkesempatan untuk bertemu dengan

Universitas Sumatera Utara


informan Jeremiah Norman dan informan Ucok Munthe yang merupakan
anggota dari komunitas Dwell di tempat biasa berkumpulya anggota
komunitas tersebut, yang berlokasi di Domayn store sebuah toko clothing
yang dimiliki informan Jeremiah Norman yang bertempat di Jl.K.H.Wahid
Hasyim Medan. Peneliti bertemu dengan kedua informan dari komunitas
Dwell yaitu Jeremiah Norman dan Ucok Munthe di Domayn store pada pada
pukul 20.00 Wib. Selanjutnya untuk lebih mendalami penelitian, pada tanggal
2 Februari 2018, pukul 21.00 Wib peneliti kembali bertemu dengan para
anggota dari komunitas Exito untuk memperdalam informasi dari informan
Archiebald Samosir, informan Abi Nubly Qisthy, dan informan Fariza Fitria,
lokasi pertemuan kali ini berada di Lekker Urban House yang terletak di Jl.
Putri Hijau Medan yang sering dijadikan tempat optional untuk berkumpul.

Pada tanggal 3 Februari 2018, peneliti kembali melakukan pendalaman


penelitian dengan infroman Fariza Fitria pada pukul 12.00 Wib di Most Fm,
yang berlokasi di Jl. Hoky Medan, tempat tersebut merupakan kantor dari
informan Fariza Fitria. Proses pendalaman penelitian juga kembali dilakukan
dengan informan Jeremiah Norman di Domayn Store pada tanggal 3 Februari
2018 pada pukul 21.00 Wib, dan Ucok Munthe di kawansan Deli Tua yang
merupakan rumah dari informan Ucok Munthe pada tanggal 4 Februari pukul
15.00 Wib.

Proses wawancara berlangsung sesuai dengan pedoman wawancara,


peneliti akan memperoleh data mengenai informan secara lebih mendalam.
Setelah wawancara selesai dilakukan, maka penelitian dilanjutkan ke tahap
berikutnya yaitu tahap analisis data. Pada tahap ini, peneliti menguraikan hasil
wawancara terhadap keempat informan. Kemudian peneliti melakukan reduksi
data hasil wawancara yaitu dengan merangkum, memilih hal – hal pokok,
memfokuskan pada hal – hal yang penting, dan mencari pola serta tema data
hasil wawancara. Kemudian peneliti melakukan penyajian data dan melakukan
penarikan kesimpulan.

Universitas Sumatera Utara


4.1.2 Deskripsi Informan
A. Informan 1
Jeremiah Norman atau yang lebih dikenal dengan Jere Fundamental
adalah seorang founder atau pendiri dari komunitas Dwell. Informan
Jeremiah Norman adalah seorang rapper yang juga aktif di dunia bisnis
clothing, Pria yang berusia 26 tahun tersebut memiliki gerai toko yang
menjual produk pakaian dan accessories dengan merk dagang yang ia buat
sendiri yaitu Domayn. Gerai toko nya terletak di Jl. K.H Wahid Hasyim,
Medan. Pria yang masih lajang serta berkacamata dan bertubuh tinggi
sekitar 180 cm ini mengungkapkan bahwa awal mendirikan komunitas
Dwell bermula dari ketertarikannya pada musik rap bermula ketika ia
duduk di bangku kelas 1 SMP.

Informan Jeremiah Norman yang juga dikenal sebagai Jere


Fundamental telah mengeluarkan album solo perdana nya yang berjudul
Metamorfosis pada tahun 2009 lalu. Selain mengeluarkan album solo,
lebih dulu ia merilis album kompilasi berjudul “Hip-Hop Tanpa Tembok”
tahun 2008 bersama beberapa musisi hip-hop dan rap Medan lainnya.
Tergabung dalam komunitas Dwell , Jere Fundamental merilis album,
dengan Title “Dwell Fam-Fight For Dwell Well” pada tahun 2011.

B. Informan 2
Ardiansyah Munthe atau yang lebih dikenal dengan nama Ucok
Munthe adalah salah seorang rapper yang membawa pengaruh besar bagi
perkembangan hip-hop di kota Medan. Pria yang masih lajang meski telah
berusia 39 tahun ini cukup berpenampilan nyentrik, mudah untuk
mengenali nya dengan gaya berpakaian serba gombrong serta berkepala
plontos. Ucok Munthe berdomisili di kawasan Delitua Medan ini telah
menjadi seorang rapper sejak tahun 90-an. Meski tidak terlalu berprestasi
dalam pendidikan formalnya, namun prestasi nya pada dunia musik tidak
perlu diragukan lagi. Kecintaan nya terhadap hip-hop sudah mendarah
daging. Kedekatan nya dengan informan Jere Fundamental, membuat

Universitas Sumatera Utara


informan Jere Fundamental menjadikan informan Ucok Munthe sebagai
salah satu orang yang berpengaruh dalam karir nya dan dalam komunitas
Dwell. Ucok Munthe telah mengeluarkan album pertama nya berjudul
“Aku dan Diriku” dan akan segera merilis album kedua nya telah selesai
digarap pada tahun 2018.

C. Informan 3
Ia seorang laki-laki berusia 27 tahun dan berdomisili di kawasan
Pabrik Tenun, Medan. Ia juga seorang creative producer yang bekerja di
salah satu radio di kota Medan dan juga bekerja sebagai salah satu Brand
Ambassador di salah satu perusahaan rokok di Indonesia. Informan
Archiebald Samosir juga merupakan salah seorang music director yang
mem-produce beat untuk musisi lain dan rapper.

Aktif sebagai produser musik hip-hop dari tahun 2008, membuat pria
kelahiran 18 April 1990 ini tidak berhenti mengeksplor musikalitasnya
hanya pada satu genre musik. Di dunia hip-hop sendiri Archiebald telah
memproduseri puluhan rapper / musisi di kota Medan, salah satunya ialah
Poulaia Family yang sudah mengeluarkan album perdana pada tahun 2016
dengan judul “Lebih Berwarna”, selain itu ia juga memproduseri album
kedua dari seorang rapper kenamaan Medan yaitu Ucok Munthe. Bersama
rekan – rekan nya ia mendirikan Exito sebagai wadah untuk para penggiat
seni khususnya dalam scene music di kota Medan.

D. Informan 4
Informan 4 merupaan seorang pria yang lahir di Medan tanggal 7 Juni
1996. Rapper yang identik dengan rambut ikal ini bernama Abi Nubly
Qisthy ini mengawali debutnya di scene hip-hop lokal pada tahun 2008
dengan nickname Dizzy. Bersama beberapa orang temannya, diantaranya
Mic Flo, Ozzie, Zip-Zip tahun itu juga Dizzy membentuk grup rap yang
mengangkat tema seputar kehidupan anak sekolah, percintaan & bencana
alam bernama Pitu V(five). Walaupun sudah dikenal luas di kalangan anak

Universitas Sumatera Utara


sekolah maupun umum, Pitu V(five) memutuskan untuk bubar pada akhir
tahun 2011. Setelah Pitu V(five) bubar. Ia kemudian membuat grup baru di
Medan bernama Alvinoszta yang stabil meraih banyak trophy dalam
berbagai kompetisi-kompetisi rap di Medan. Namun, karena satu dan lain
hal, Alvinoszta memutuskan untuk bubar dan Abi Dizzy memulai untuk
bersolo karir. Selain tampil bersama dua grupnya terdahulu di berbagai
acara. Setelah bersolo karir, Informan Abi Dizzy kini merupakan seorang
mahasiswa Fakultas Ekonomi USU. Abi Dizzy berdomisili di kawan
komplek Tasbih Medan. Selain seorang mahasiswa ekonomi, rapper yang
berusia 22 tahun ini sekarang tergabung dengan Exito.

E. Informan 5
Informan terakhir ini merupakan seorang wanita berusia 28 Tahun, dan
berprofesi sebagai seorang Music Director di salah satu radio di kota
Medan yaitu radio Most Fm Medan. Wanita yang tinggal di kawan Jl. SM
Raja bernama Fariza Fitria ini juga dikenal dengan nama Thia Tria aktif
sebagai Asosisasi Music Director Indonesia, ia memulai karirnya pada
tahun 2009 di radio Most Fm Medan, ia terus menggali potensi dirinya dan
mengembangkan bakatnya tidak hanya di bidang penyiaran, ia juga sering
menjadi MC dan terjun ke dunia Event Organizer serta Wedding
Organizer. Selain menjadi penyiar, MC, ia juga menjadi salah satu tim
creative & freelancer event organizer di Ninenineone Network.

Pada tahun 2014 ia resmi menjadi music director dimana sebelumnya


ia menjadi On Air Staff di bagian music dan mendirikan QDH Wedding
Organizer bersama temannya. Thia juga sempat menjadi special brand
ambassador salah satu perusahaan rokok di tahun 2015. Tidak ingin
mengesampingkan pendidikannya di tengah-tengah semua kegiatannya,
Thia juga berhasil menyelesaikan pendidikannya ke jenjang S2 di tahun
206. Dengan pengalaman yang dimilikinya, kini ia berambisi untuk
mensupport local talent kota Medan dengan menjadi seorang Media
Relation. Ia optimis bahwa para local talent di kota Medan yang

Universitas Sumatera Utara


menpunyai potensi, berhak mendaat kesempatan untuk memberikan warna
di blantika musik Indonesia.

4.1.3 Proses pembentukan identitas


Setelah data diperoleh melalui proses wawancara dengan kelima
informan, peneliti akan mengolah data terkait proses pembentukan identitas
yang dialami tiap informan berdasarkan tujuan dari penelitian ini. Terdapat
beberapa tahap dalam perkembangan dan pembentukan identitas seseorang,
kelompok maupun budaya. Sama hal nya dengan proses pembentukan
identitas hip-hop, identitas hip-hop didapat melalui beberapa tahap. Tahap
pembentukan identitas ini dapat dilihat dari perspektif Phinney (Samovar
2010: 195) yang menjelaskan tiga tahap pembentukan identitas. Modelnya
difokuskan pada identitas yang tercipta dari budaya dan musik diantara
anggota kedua komunitas. Proses pembentukan identitas hip-hop dalam
anggota komunitas Dwell&Exito dapat dilihat dari dari sisi personalnya.
Tahap-tahap pembentukan identitas Phinney (Samovar, 2010:195) adalah:

A. Tahap identitas yang tidak diketahui.


Pada tahap ini ditandai dengan kurangnya eksplorasi dan pengetahuan
terhadap suatu budaya. Selama tahap ini para informan masih mencoba
untuk mengeksplorasi budaya yang baru mereka kenal dan masih
menampilkan identitas pribadinya. Jika dikaitkan dengan keterangan para
informan, tahap pertama proses pembentukan identitas ini diawali dengan
tahap identitas budaya yang tidak diketahui, dimana para anggota
komunitas Exito dan Dwell mulai tertarik dengan budaya yang tidak
diketahuinya yaitu budaya hip-hop yang berasal dari Amerika. Para
anggota komunitas Exito dan Dwell kebanyakan mengawali terjun dalam
dunia hip-hop dikarenakan ketertarikannya pada jenis musik baru yang
mereka dengar. Awalnya mereka sering mendengarkan musik hip-hop,
kemudian mencoba-coba untuk membuat lagu hip-hop mereka sendiri,
seperti anggota group Dwell yakni Jeremiah Norman yang akrab dipanggil
Jere yang memaparkan bahwa sebelum dia terjun ke hip-hop, mengakui ia

Universitas Sumatera Utara


awalnya tidak mengetahui hip-hop dan hanya suka dari mendengar musik
ini.

“Aku awalnya terjun di 2004 akhir, tapi pertamanya gatau hip


- hop itu apa, jadi cuma suka suka gitu” ujar Jeremiah Norman.

Kutipan di atas memperlihatkan bahwa awalnya Jeremiah Norman


tidak langsung terjun ke dalam hip-hop, tetapi lebih dahulu menyukai
aliran musik hip-hop. Begitu juga dengan Ucok Munthe dari komunitas
Dwell yang mengaku awal tertarik dengan musik jenis hip-hop sejak
pertama kali mendengar hip-hop versi Indonesia.

“Sama kayak kebanyakan orang, kita terinspirasi dari


mendengar, mendengar kaset. Dulu kan, tahun 85 musim nya
breakdance, saat itu aku masih usia 6 tahun mungkin ya,
kemudian abang aku yang nomer 2 di tahun 88 atau 89 ada dia
kasih kaset Farid Harja tapi dia bukan lagu yang populer
dengan judul lagu ”Oh Burung” tapi kaset yang sebelum nya,
yang isi nya itu lagu rap semua, sebelum Iwa K. Jadi aku
mendengar, aku hafal dan aku suka” ujar Ucok Munthe.

Ucok Munthe juga menuturkan hal yang sama, yaitu bermula dari
mendengar kemudian menyukai aliran musik yang baru ia dengar, hingga
berhasil menghafal lagu-lagu tersebut. Hal yang sama pula diutarakan oleh
kedua informan berikutnya yaitu Archiebald Samosir dan Abi Nubly
Qisthy, seperti dikutip dalam wawancara berikut ini:

“Dulu awalnya aku suka rock, dan aku sempat bandingin


dengan lagu rock, seperti Bon Jovi dan musik – musik zaman
dulu lah. Jadi posisi nya aku berada di tengah antara rock dan
hip-hop” ungkap Archiebald Samosir.

“Karna suka dengarin lagu hip-hop, dari suka timbulah cinta.


Ya ada banyak rapper sebelumnya yang menarik jadi
penasaran, pengen coba” ungkap Abi Nubly Qisty

Keempat Informan mengakui bahwa mereka awalnya tidak banyak


mengetahui tentang hip-hop, berawal dari mendengar kemudian menyukai
aliran tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya informasi

Universitas Sumatera Utara


dan pengetahuan dari budaya yang baru mereka ketahui. Sedangkan
informan kelima yaitu Fariza Fitria memaparkan bahwa ia mengenal
musik hip-hop saat mulai terjun ke dunia pekerjaan sebagai seorang
penyiar radio.

“Kan aku dulu awalnya penyiar, terus aku senang musik,


akhirnya jadi Music director di salah satu radio tempat aku
bekerja, secara tidak langsung itu membawa aku terjun ke
dunia musik” tutur Fariza Fitria.

B. Tahap pencarian identitas.


Tahap pencarian identitas dimulai ketika seseorang mulai tertarik
untuk mempelajari dan memahami identitas. Pada tahap ini para anggota
komunitas Dwell dan Exito mulai tertarik mempelajari dan memahami
hip-hop sebagai suatu budaya dan mulai menerima hip – hop sebagai
identitas mereka. Proses pembentukan identitas komunitas Dwell dan
Exito pada tahap ini diawali oleh ketertarikan dan kesadaran dengan
budaya hip-hop yang awalnya mereka dengar dan mereka suka. Jeremiah
Norman menuturkan bahwa ia semakin mendalami hip-hop dan mendapat
banyak hal dari kebudayaan hip-hop yang baru ia dalami tersebut.

“Kalau aku dari dulu let it flow aja, lama kelamaan aku makin
suka, dan yang aku rasakan hip-hop aku gak bertepuk sebelah
tangan gitu. Aku dapat impact yang besar lah dari hip-hop.
Bukan soal materi, tapi soal kawan-kawan dan link, terus
pengetahuan, terus kedewasaan diri” tutur Jeremiah Norman.

Tidak hanya mulai tertarik dengan budaya hip-hop, tetapi juga diiringi
dengan kreativitas yakni mulai membuat karya seni dalam bentuk lagu
hip-hop. Salah satu informan yaitu Ucok Munthe, mengemukakan bahwa
dia mempunyai ide untuk mulai membuat lirik sendiri diawali karena
melihat salah satu komunitas hip-hop dari Jakarta membawakan lagu rap
ciptaan mereka di stasiun Tv swasta. Hal ini yang menginspirasinya untuk
mulai membuat lagu hip-hop nya sendiri.

Universitas Sumatera Utara


“Di media Tv swasta dulu namanya TPI, ada program ABG (
aneka bakat dan gaya ) disitu rapper-rapper dari jakarta itu
membawa lagu – lagu buatan mereka sendiri, aku tertantang
membuat musik sendiri, dari situlah pertama aku pertama nulis
lirik sendiri, judulnya anak sekolah tahun 93” ujar Ucok
Munthe.

Selain itu salah seorang informan yang berasal dari komunitas Exito
yaitu Archiebald samosir memaparkan bahwa ia sempat bingung setelah
mulai mengenal hip-hop dan terus melakukan penggalian informasi lebih
dalam mengenai aliran ini, hal itu disebabkan pada mulanya ia bimbang
dan membandingkan antara kedua jenis musik yang disukai nya yaitu rock
dan hip-hop.

“Lama kelamaan aku merasa lebih berat ke hip-hop tapi aku


senang dengan rock. Jadi karena aku compare mana yang lebih
kena di hati, ternyata aku lebih jatuh hati ke hip-hop” ungkap
Archibald Samosir.

Berbeda pula dengan Abi Nubly Qisthy dan Fariza Fitria yang
memaparkan tantangan selama proses pencarian identitas yang dialami
oleh mereka.

“Pertama kali recording, kemudian dapat panggungan,


kemudian jadi Guest star, interview dimana-mana banyak
ngelewatin itu, dan itu gak mudah, ya aku pernah yang diejek-
ejek saat pertama kali. Jadi setelah ngelewatin itu, sekarang
aku manggung dapat fee, sering dapat trophy” ungkap Abi
Nubli Qisthy.

“Sebenarnya faktor utama nya sih kebetulan, jadi aku dulu


pendiam dan susah kenal banyak orang, susah ketemu orang
baru karna susah komunikasi, jadi ketika aku masuk Exito aku
harus berubah 180 derajat ngerubah diriku, karna kalau aku
tetap pendiam aku rasa aku gak cocok disini. Sebenarnya
susah waktu aku ngejalani perubahan itu, dimana aku harus
menghadapi orang –orang disekitar ku, karna itu ga gampang
kan, selama proses itu aku akhirnya nemuin kenyamanan ku,
sampai – sampai akhirnya akademis ku sempat kutelantarin,
jadi jurusan kuliahku itu beda kali sama kerjaan ku” ungkap
Fariza Fitria.

Universitas Sumatera Utara


Kelima informan mengakui bahwa mereka mulai melakukan
penggalian informasi mengenai budaya yang baru mereka kenal, yaitu
budaya hip-hop. Meski setiap informan mendapat tantangan dalam proses
pencarian identitas mereka masing-masing namun, hal itu justru
memberikan mereka pemahaman baru dan pengalaman baru serta
menggiring mereka kepada tahap pencapaian identitas.

C. Tahap pencapaian identitas.


Setiap informan memaparkan bagaimana mereka mencapai identitas
diri, atau dalam hal ini hip – hop sebagai identitas diri yang mereka miliki,
dan hal – hal apa saja yang telah mereka capai atau mereka lakukan selama
terjun ke dunia hip – hop. Jeremiah Norman mengakatan bahwa ia sampai
sekarang masih tetap memiliki identitas hip – hop dengan tetap terus
berkarya.

“.Pencapaiannya, aku masih tetap berkarya” ungkap Jeremiah


Norman.

Sedangkan Ucok Munthe mengakui bahwa bukti ia telah mencapai


identitas hip – hop ialah dengan memproduksi album.

“Album lah, tidak ada yang lain , sebagai jawaban eksitensi,


terlebih album kedua ini” ungkap Ucok Munthe.

Berbeda pula dengan anggota dari komunitas Exito, mereka memiliki


pengakuannya masing – masing, dan Identitas hip-hop yang mereka
gunakan telah menjadi gaya hidup dan berdampak pada kehidupan masing
– masing dari mereka. kontribusi mereka terhadap musik hip-hop
membawa dampak positif, selain itu mereka juga dikenal oleh masyarakat
luas sehingga menimbulkan suatu rasa bangga kepada anggota komunitas
Dwell dan Exito, yang kemudian membuat komunitas-komunitas ini
menjadi semakin solid.

Universitas Sumatera Utara


“.Banyak ya, tapi yang paling berkesan itu ketika produserin
album nya si Ucok Munthe. Kalau dulu ya ketika masih aktif
nge-rap itu goals-nya mungkin manggung disana-sini
colaboration dengan banyak orang, tapi yang setelah berjalan
nya waktu aku mikirnya gak lagi kesitu, sekarang sih goals--
nya adalah lebih ke mem-produseri legend-legend Medan ya”
ujar Archiebald Samosir.

“Mungkin karna orang banyak ngelihat aku konsisten jadinya


aku masih dapat panggungan sampai sekarang, termasuk
manggung sama Isyana Sarasavati. & Kalo buat aku, buat lagu
hip-hop itu kontribusiku” ujar Abi Nubly Qisthy

“Yang paling berkesan itu, aku karna terjun ke musik dan


bekerja di dunia musik, aku sekarang tergabung di asosiasi
music director Indonesia. Dan dari musik pula aku punya
banyak kerjaan bisa jadi Brand Ambsador” ujar Fariza Fitria.

4.1.4 Faktor yang mempengaruhi terbentuknya identitas


Terdapat bebeapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya identitas
diri para informan. Untuk melihat hal tersebut, peneliti meninjau faktor –
faktor tersebut dari tiga konsep penting dalam teori yang dikemukakan oleh
Mead yaitu masyarakat, diri, dan pikiran. Ketiga konsep tersebut memiliki
aspek-aspek yang berbeda namun berasal dari proses umum yang sama yang
disebut “tindakan sosial” (social act). Ini adalah konsep interaksionisme
simbolik yang paling terkenal, yang mengambil peran orang lain (Morrisan,
2013: 225).

A. Masyarakat
Masyarakat atau orang lain dapat mempengaruhi terbentuknya
identitas diri sesorang. Setiap informan mengakui bahwa mereka dapat
mempelajari dan mengetahui juga atas bantuan ataupun dukungan dari
orang lain. Jeremiah Norman menuturkan bahwa dia senang mendengar
lagu – lagu hip hop hingga penasaran disebabkan faktor orang lain, yaitu
Ucok Munthe. Ucok Munthe berperan besar terhadp terbentuknya identitas
diri seorang Jeremiah Norman.

“Tapi yang buat aku pegen cari tau itu memang iya bang ucok,
sebelumnya memang aku senang dengar lagu lagu rap dan

Universitas Sumatera Utara


lagu bang ucok, jadi aku penasaran sampai bisa jumpa
langsung terus bang ucok kasih masukan-masukan buat aku
jadi akhirnya buat aku jadi lebih berapi-api lebih bersemangat
dan bergejolak” ujar Jeremiah Norman.

Berbeda pula dengan Ucok Munthe yang memaparkan bahwa dirinya


dipengaruhi oleh abang nya. selain itu media juga mempengaruhi, serta
Jakarta Rontak Family dan Wu Tang yang dijadikan nya sebagai tokoh
idola.

“Kalau dari cerita kita tadi kan abang aku yang kedua tuh,
yang memperkenalkan Farid Harja, tapi itu bagian dari salah
satu inspirasi. Misalkan ada nih orang buta, rupanya dia suka,
selebihnya dia cari sama seperti yang dibilang Jere tadi. Selain
itu Media lah, salah satunya MTV, karna aku dulu nonton nya
dari Mtv lebih banyak, gak bisa kupungkiri, selebihnya, dari
Jakarta Rontak Family, di tahun 2000, mereka suruh coba ini,
coba itu, mereka udah buat album, mereka berasal dari
keluarga cukup mapan, sementara aku anak daerah harus
nabung, beda nya ya mereka anak pusat, apa aja ada, mereka
mau beli Wu Tang bisa, kita mau dengarin Wu Tang tapi harus
dari MTV, mau beli Wu Tang dimana, kasetnya gada di
Medan, kemudia kita mau diskusi gimana, jadi yang paling
mempengaruhi itu Media, khususnya MTV dan Jakarta Rontak
Family” ujar Ucok Munthe.

Informan Archiebald Samosir dan Abi Nubly Qisthy memaparkan hal


yang hampir sama, bahwa influencer mempengarhui dan menjadi faktor
pembentukan identitas hip – hop dalam diri mereka.

“Dari influencer sih, dan jadi alasan aku bertahan juga karena
influencer. Ada banyak sih musisi- musisi hip-hop yang buat
aku terjun ke sini..” Ujar Archibald Samosir

“Orang Medan juga sih, bang Ucok Munthe...” Ujar Abi


Nubly Qisthy

Sedangkan informan Fariza Fitria mengaku bahwa ia mulai tertarik


dengan dunia musik dan hip – hop saat diperkenalkan oleh senior di
kantornya yang membawa nya ke lingkungan musik.

“Senior ku dulu, nama nya Ari Anggara. Jadi dia yang rekrut
aku karna dia anggap aku punya karakter, akhirnya aku

Universitas Sumatera Utara


diajakin jadi penyiar, terus karna dia tau aku pendiam, dia
yang merubah itu pelan-pelan, aku sering konsultasi ke dia,
tapi dia bilang aku bisa. Sampai akhirnya dia mulai bawa aku
ke lingkungan musik” Ujar Fariza Fitria.

Masyarakat atau orang lain dapat mempengaruhi dan menjadi faktor


pembentukan identitas hip-hop yang dialimi tiap informan. Informan
Jeremiah Norman, Ucok Munthe, Archiebald Samosir, dan Abi Nubly
Qisthy , mengakui bahwa peran influencer atau tokoh yang idola menjadi
orang lain yang mempengaruhi ketertarikan mereka untuk mengetahui hip-
hop, sedangkan informan Fariza Fitria mengakui bahwa senior di tempat
nya bekerja menjadi orang lain yang mempengaruhi nya untuk terjun ke
dunia musik hip-hop.

B. Diri
Menurut Mead (dalam Morrisan, 2013: 229) “diri” memiliki dua sisi
yang masing – masing memiliki tugas penting, yaitu diri yang mewakili
saya sebagai subjek dan saya (I) sebagai objek (me). “Saya” sebagai
subjek adalah bagian dari diri ‘saya” yang bersifat menuruti dorongan hati
(impulsive), tidak teratur, tidak langsung dan tidak dapat diperkirakan.
“Saya” sebagai objek adalah konsep diri yang terbentuk dari pola-pola
yang teratur dan konsisten yang anda dan orang lain pahami bersama.
Setiap tindakan dimulai dengan dorongan hati dari “saya” subjek dan
secara cepat dikontrol oleh “saya” objek atau disesuaikan dengan konsep
diri anda. “Saya” subjek adalah tenaga pendorong untuk melakukan
tindakan, sedangkan konsep diri atau “saya” objek memberikan arah dan
panduan. Mead mengungkapkan konsep “saya” objek untuk menjelaskan
perilaku yang dapat diterima dan sesuai secara sosial dan “saya” subjek
menjelaskan dorongan hati yang kreatif namun sulit diperkirakan.

Informan I ( subjek ) Me ( objek )


Jere Dan itu dari 2004 sampai aku Jadi jiwa itu tetap kuhidupi
nemukan identitas nya aku di dengan tetap sharing dan tetap

Universitas Sumatera Utara


album pertama di 2009 tapi produktif , setelah itu tetap
dari 2004 ke 2009 itu aku ngelakuin movement -
tetap nyari-nyari apa ini hip- movement yang ada.
hop, setelah kulalui dan
kusadari ternyata ini telah
melekat ke jiwaku
Ucok di media Tv swasta dulu dari situlah pertama aku
Munthe namanya TPI, ada program pertama nulis lirik sendiri,
ABG ( aneka bakat dan gaya judulnya anak sekolah tahun
) disitu rapper-rapper dari 93
Jakarta itu membawa lagu –
lagu buatan mereka sendiri,
aku tertantang membuat
musik sendiri
Archiebald Exito sih berawal dari Sama juga hal nya dengan
keresahan, keresahan atas manajemen atau komunitas
format yang udah ada. lain nya, kami mau
Semisal label yang membuat memperbaiki setiap
musisi itu bagai robot, semua kekurangan yang ada.
serba diatur dan bergantung Problem paling besar sih
sama dia, nah dari keresahan letaknya di komunikasi nya
itulah makanya kami berfikir, dan struktural nya. Jadi kami
kami mau buat wadah yang bukan menyaingi tapi
benar benar sesuai dengan jatuhnya sih lebih
jalan nya memperbaiki hal-hal yang
salah.
Abi Karna suka dengarin lagu hip- Kalo buat aku, buat lagu hip-
hop, dari suka timbulah cinta. hop itu kontribusiku
Ya ada banyak rapper
sebelumnya yang menarik
jadi penasaran, pengen coba
Fariza Karena di entertaint sendiri aku berteman ga liat jenis

Universitas Sumatera Utara


Fitria aku rasa jenis kelamin itu ga kelamin dan itu dituntut dari
penting, di entertaint itu kita entertaint.
harus bisa menerima
semuanya, biarpun aku
sendiri perempuan yang lain
laki-laki itu ga pernah jadi
masalah buat aku

Kelima informan memandang bagaimana dorongan dalam diri


mereka sebagai I (subjek) dan Me (objek) mengambil keputusan atas apa
yang harus mereka lakukan. Atas dorongan diri tersebut dapat menjadi
faktor terbentuknya identitas hip-hop dalam diri merka masing-masing.
Informan Jeremiah Norman mengatakan bahwa sempat mengalami
pencarian tentang hip-hop dalam dirinya, hal tersebut membuat ia tetap
melakukan movement. Begitu pula dengan keempat informan lainnya,
yang mendapat tantangan masing – masing selama proses pembentukan
dalam diri mereka. Kita memiliki diri karena kita dapat menanggapi diri
kita sebagai suatu objek. Kita kadang – kadang memberikan reaksi yang
menyenangkan kepada diri kita. Kita merasa bahagia, bangga, dan
bersemangat kepada diri kita. Kita kadang – kadang marah dan merasa
jijik dengan diri kita sendiri.

Cara terpenting bagaimana kita melihat diri kita sebagaimana


orang lain melihat diri kita adalah melalui proses “pengambilan peran”
(role taking) atau menggunakan perspektif orang lain, dan hal inilah yang
kemudian menuntun kita untuk memiliki ”konsep diri” yang merupakan
perspektif gabungan yang kita gunakan untuk melihat diri kita. Konsep
diri adalah keseluruhan persepsi kita mengenai cara orang lain melihat
kita. Kita telah belajar mengenal gambaran diri kita melalui interaksi
simbolis selama bertahun-tahun dengan orang lain selama hidup kita.
Orang-orang yang terdekat dengan kita seperti saudara, orang tua, teman
dekat, pacar (significant others) adalah orang-orang yang sangat penting

Universitas Sumatera Utara


karena reaksi mereka sangat berpengaruh dalam hidup kita termasuk
dalam membentuk konsep diri kita (Morissan, 2013: 229). Begitu pula
dengan masyarakat pada umumnya (general others) juga akan
mempengaruhi kita dalam membentuk konsep dan identitas diri kita.
Kelima informan memaparkan bagaimana pandangan mereka terhadap
orang terdekat (significant others) dan orang banyak (general others)
meihat diri mereka. Kelima informan memiliki persepsi yang berbeda-
beda yang kesemuanya menjadi faktor pembentukan identitas hip-hop
dalam diri mereka-masing masing.

Informan Bagaimana masyarakat Bagaimana keluarga melihat


melihat anda? anda?
(general others) ( significant others)
Jere Sejauh ini ya secara gampang Kalau keluarga pandangan
nya kami oldschool. nya ya positif, karna ya cukup
berprestasilah yang
kulakukan, jadi ya yang
berprestasi yang positif kurasa
semua orang pun pasti
mendukung dan berdampak
positif.
Ucok Legend. Keluarga dulu gak dukung
Munthe sih, jujur dulu keluarga gak
dukung
Archiebald Kalau orang awam sih, Biasa aja sih, tapi mereka
ngeliat nya ada sebagian yang tetap support, karena mungkin
bilang keren. Ada yang ya belum ada hasil yang
sebagian mandang negatif, berdampak wow ke mereka.
karena anggapan mereka ke
kami yang di dunia musik itu
cuma hanya sekedar nyari
popularitas.

Universitas Sumatera Utara


Abi Mungkin kalau menurut aku Ada yang support, ada yang
orang liat aku salut dan engga, kalau papa mama dulu
konsisten karna aku mulai nya sih engga, setelah bisa
dari 2008. hasilin fee ternyata ngehasilin,
lama lama support.
Fariza Kalau masyarakat sekitar, Kalau sekarang sih mereka
Fitria mungkin kebanyakan sih lihatnya, karna aku berhasil
menerima aku yang seperti buktikan kalau aku udah
ini, jadi gak ada pandangan- nyaman disini mereka sudah
pandangan yang gimana. percaya. Awalnya enggak,
Bahkan tetangga aku ya, dulu keluarga beneran ga
karna aku kan perempuan, support. Karna mereka mau
aku pengen tau apa tetangga aku kerja, di kantoran , punya
punya rumor-rumor yang gaji, kerja di perusahaan
gaenak tentang aku, ternyata besar, bukan di bidang
aman aman aja, mungkin entertaint sama sekali.
karna dulu udah ciptain image
anak rumahan yang jarang
keluar, sekarang mereka liat
aku ya fine fine aja.

C. Pikiran
Pikiran merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap
proses pembentukan identitas hip – hop tiap informan. Kemampuan
manusia menggunakan simbol-simbol signifikan untuk menanggapi
dirinya memungkinkan manusia berpikir. Mead (dalam Morissan, 2013:
230) mengungkapkan pikiran bukanlah suatu benda tetapi suatu proses
yang tidak lebih dari kegiatan interaksi dengan diri anda. Kemampuan
berinteraksi yang berkembang bersama-sama dengan diri adalah sangat
penting bagi kehidupan manusia karena menjadi bagian dari setiap
tindakan. Berpikir (Minding) melibatkan keraguan (menunda tindakan
terbuka) ketida anda menginterpretasikan situasi.

Universitas Sumatera Utara


Manusia memiliki simbol signifikan yang memungkinkan mereka
menamakan objek. Kita selalu mendefinisikan atau memberi makna pada
sesuatu berdasarkan pada bagaimana anda bertindak terhadap sesuatu itu.
Kelima informan yaitu Jeremiah Norman, Ucok Munthe, Archiebald
Samosir dan Aby Nubly Qisthy berpikir sepanjang situasi itu dan
merencakan tindakan ke depan. Kelima infroman membayangkan berbagai
hasil, memilih alternatif dan menguji berbagai alernatif yang mungkin.
Jeremiah Norman memaparkan ia merasa lebih bersemangat dan
bergejolak setelah menganalisa masukan – masukan yang diberikan Ucok
Munthe kepada dirinya.

“sebelumnya memang aku senang dengar lagu lagu rap dan


lagu bang ucok, jadi aku penasaran sampai bisa jumpa
langsung terus bang ucok kasih masukan-masukan buat aku
jadi akhirnya buat aku jadi lebih berapi-api lebih bersemangat
dan bergejolak...” ujar Jeremiah Norman.

Berbeda pula dengan informan Ucok Munthe yang mengakui bahwa


pada mulanya ia mendapat hambatan berupa menafsirkan bahasa ketika
mendengar lagu hip – hop yang berasal dari luar negeri. Kemudian ia
menyadari bahwa ia mulai menyukai hip – hop setelah mendengar lagu rap
versi Indonesia.

“Kemudian aku fikir, kalau lagu luar negeri aku terkendala di


bahasa, tapi kalau lagu rap Indonesia karna itu pertama jadi
aku hafal, dan merasa lebih jodoh kesini” ujar Ucok Munthe.

Informan Archiebald Samosir memaparkan jika dirinya berpikir


bahwa jalan pintas untuk memperolah popularitas ialah dari dunia seni,
salah satunya hip - hop

“Standart juga, awalnya karena popularitas. Kalau dulu sih


anggapan nya jalan pintas yang paling gampang untuk populer
itu ya di dunia seni. Aku mikirnya seperti kebanyaan orang
awam” ujar Archiebald Samosir.

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan Abi mendapat tantangan yang berbeda pula, ketika
proses pencarian jati diri nya berlangsung ia mencoba menentukan nama
panggung yang akan dia gunakan, maka dari itu ia harus berpikir dan
mencari nama yang sesuai dengan nama panggung hip – hop.

“Aku nih orang yang gak mudah puas, jadi waktu pusing nyari
nama panggung menurut aku ga yang cocok lah, jadi aku coba
iseng nyari arti pusing, keluar lah nama Dizzy, jadi sampai
sekarang aku pakai nama itu.” ujar Abi Nubly Qisthy.

Informan Fariza Fitria memaparkan bahwa ia sering melakukan


konsultasi sebelum masuk ke lingkungan atau dunia musik secara
langsung, sebab ia mengakui bahwa dirinya memiliki karakter yang
pendiam dan merasa tidak cocok dengan dunia musik. konsultasi yang
dilakukan oleh informan Fariza Fitria bersama senior nya perlahan – lahan
memberikan perubahan pada dirinya.

“..Senior ku dulu, nama nya Ari Anggara. Jadi dia yang rekrut
aku karna dia anggap aku punya karakter, akhirnya aku
diajakin jadi penyiar, terus karna dia tau aku pendiam, dia
yang merubah itu pelan-pelan, aku sering konsultasi ke dia,
tapi dia bilang aku bisa. Sampai akhirnya dia mulai bawa aku
ke lingkungan musik...” ujar Fariza Fitria.

4.1.5 Penggunaan simbol-simbol dan identitas antara komunitas Dwell


& Exito
Identitas secara sederhana dipandang sebagai suatu hal yang melekat
pada diri seseorang, yang membedakan seseorang dengan orang lain, seperti
yang dituturkan oleh Weeks (dalam Barker, 2008: 175) bahwa identitas adalah
soal kesamaan dan perbedaan, tentang aspek personal dan sosial, tentang
kesamaan seseorang dengan sejumlah orang dan apa yang membedakan
seseorang dengan orang lain. Identitas merupakan tanda (sign) yang
membedakan seseorang dengan orang lain. Identitas adalah esensi yang bisa
ditandakan (signified) dengan tanda-tanda selera, keyakinan, sikap dan gaya
hidup (Barker, 2008: 218).

Universitas Sumatera Utara


Untuk dapat melihat pengggunaan simbol-simbol serta identitas yang
dimiliki secara mendasar antara kedua komunitas yang sama sama memiliki
identitas diri hip-hop maka peneliti akan meninjau dari 4 aspek yaitu selera,
keyakinan, sikap dan gaya hidup.

Perbedaan Dwell Exito


Selera Kami konsisten mainin Musik, taste musik, genre
boombap
Keyakinan kami mengutamakan Jadi kami bukan menyaingi
kenyamanan dan persaudaran tapi jatuhnya sih lebih
yang ada di komunitas, dan memperbaiki hal-hal yang
mengemas rapper-rapper salah.
petarung. Lebih kepada
konsep jiwa petarung yang
ditanamkan, jadi kemanapun
sikat, kemanapun libas,
selama tetap pada koridor
nya, dalam artian karya.
Sikap Sejauh ini ya secara gampang kami mau memperbaiki
nya kami oldschool. setiap kekurangan yang ada.
Problem paling besar sih
letaknya di komunikasi nya
dan struktural nya.

Hmm, pergerakan nya sih.


Karna yang paling terasa itu
sebenarnya karyanya.
Gaya Hidup Kalau sekarang aku gak Apa yaa, kami mungkin di
ngutamain itu, karna yang Club, kalau Dwell engga.
dijumpain pun udah beda-
beda. Tapi kalau scene-scene-
musik mungkin aku gak akan

Universitas Sumatera Utara


memperkenalkan aku hip-hop
lagi karna dari pandangan
mata orang dah tau aku hip-
hop kian. Karna kalau
kubilang sampai saat ini
susah aku untuk
menghilangkan image hip-
hop dalam diriku.

4.2 Pembahasan
Identitas umumnya dimengerti sebagai suatu kesadaran akan kesatuan dan
kesinambungan pribadi dengan kelompok. Identitas sosial berasal dari interaksi
individu dengan masyarakat. Bukan hanya anggota kelompok saja yang
memahami, namun masyarakat juga ikut memahami hal tersebut. Identitas sosial
biasanya lebih menghasilkan perasaan yang positif karena kita menggambarkan
kelompok sendiri memiliki norma yang baik. Pengertian identitas harus
berdasarkan pada pemahaman tindakan manusia dalam konteks sosialnya.
Identitas sosial adalah persamaan dan perbedaan, soal personal dan sosial, soal
apa yang kamu miliki secara bersama-sama dengan beberapa orang dan apa yang
membedakanmu dengan orang lain (Barker, 2008: 221).

Biasanya kelompok sosial membangun identitasnya secara positif. Muncullah


ide dari sebuah kelompok untuk membandingkan aspek positif dengan kelompok
lain. Identitas sosial merupakan kesadaran diri secara khusus diberikan kepada
hubungan antar kelompok dan hubungan antar individu dalam kelompok. Individu
sebagai anggota sebuah kelompok dalam proses pembentukan identitas sosial
kelompok tersebut mengalami depersonalisasi. Depersonalisasi adalah proses
dimana individu menginternalisasikan bahwa orang lain adalah bagian dari dirinya
atau memandang dirinya sendiri sebagai contoh dari kategori sosial yang dapat 54
digantikan dan bukannya individu yang unik (Baron dan Byrne, 2003: 163).

Universitas Sumatera Utara


Phinney (dalam Samovar, 2010: 195) menawarkan tiga tahap untuk
memahami pertumbuhan identitas. Modelnya difokuskan pada identitas etnis di
antara anak remaja, namun dapat juga digunakan dalam memperoleh dan
pertumbuhan identitas kelompok maupun identitas budaya. Adapun tahapan
pertama yang dilalui tiap informan yang berasal dari dua komunitas berbeda yaitu
komunitas Dwell dan komunitas Exitoialah tahap identitas yang tidak diketahui.
Pada tahap ini ditandai dengan kurangnya eksplorasi dan pengetahuan terhadap
suatu budaya. Selama tahap ini para informan masih mencoba untuk
mengeksplorasi budaya yang baru mereka kenal dan masih menampilkan identitas
pribadinya.

Jika dikaitkan dengan keterangan para informan, tahap pertama proses


pembentukan identitas ini diawali dengan tahap identitas budaya yang tidak
diketahui, dimana para anggota komunitas Exito dan Dwell mulai tertarik dengan
budaya yang tidak diketahuinya yaitu budaya hip-hop yang berasal dari Amerika.
Para anggota komunitas Exito dan Dwell kebanyakan mengawali terjun dalam
dunia hip-hop dikarenakan ketertarikannya pada jenis musik baru yang mereka
dengar. Awalnya mereka sering mendengarkan musik hip-hop, kemudian
mencoba-coba untuk membuat lagu hip-hop mereka sendiri. Seperti yang telah
diungkapkan oleh Ucok Munthe bahwa ia pada mulanya terinspirasi dari
mendengar musik hip - hop.

Tahap berikutnya disebut proses pencarian identitas Tahap pencarian identitas


dimulai ketika seseorang mulai tertarik untuk mempelajari dan memahami
identitas. Pada tahap ini para anggota komunitas Dwell dan Exito mulai tertarik
mempelajari dan memahami hip-hop sebagai suatu budaya dan mulai menerima
hip – hop sebagai identitas mereka. Proses pembentukan identitas komunitas
Dwell dan Exito pada tahap ini diawali oleh ketertarikan dan kesadaran dengan
budaya hip-hop yang awalnya mereka dengar dan mereka suka. Jeremiah Norman
menuturkan bahwa ia semakin mendalami hip-hop dan mendapat banyak hal dari
kebudayaan hip-hop yang baru ia dalami tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Tahap ketiga ialah tahap pencapaian identitas, pada tahap ini setiap informan
telah memiliki pemahaman yang jelas dan pasti mengenai identitasnya sendiri.
Kelima informan memahami identitas diri yang dimiliki sehingga dapat
dibuktikan dengan karya – karya yang telah dihasilkan , tidak hanya sekedar
memproduksi karya - karya, tetapi penggunaan simbol – simbol didalam
komunitas maupun didalam kehidupan sehari - hari. Komunitas Dwell yang
mengkampanyekan boombap dan komunitas Exito yang mengkampanyekan EDM
( Electro Dance Music ) menunjukkan kesadaran mereka akan musik hip -
hopyang menjadi identitas diri dalam komunitas mereka dengan menciptakan
kreativitas untuk mengemas karya – karya musik hip – hop. Hal ini dilakukan
selain karena kesenangan mereka dengan musik hip – hop , juga untuk
menunjukan identitas diri yang mereka miliki. Identitas diri tiap informan yang
telah dicapai membuat komunitas mereka masing – masing semakin kokohdan
memberikan dampak terhadap masing – masing dari mereka. Identitas tersebut
juga membuat mereka dikenal tidak hanya di Medan, tetapi juga dikenal oleh
masyarakat secara nasional khusunya para pecinta musik hip-hop. Identitas hip-
hop membuat komunitas Dwell & Exito dikenal oleh masyarakat luas memberikan
kebanggaan bagi anggota komunitas Dwell & Exito.

Selain itu peneliti meyakini selama proses pembentukan identitas diri yang
dialami tiap informan, maka akan terdapat beberapa faktor – faktor yang akan
mempengaruhi proses tersebut. Jika ditinjau dari tiga konsep penting dalam teori
yang dikemukakan oleh Mead yaitu masyarakat, diri, dan pikiran. Ketiga konsep
tersebut memiliki aspek-aspek yang berbeda namun berasal dari proses umum
yang sama yang disebut “tindakan sosial” (social act). Ini adalah konsep
interaksionisme simbolik yang paling terkenal, yang mengambil peran orang lain
(Morrisan, 2013: 225).

Faktor pertama ialah masyarakat, masyarakat adalah golongan masyarakat


kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian
secara golongan dan pengaruh- mempengaruhi satu sama lain (Shadily, 1984: 47).
Masyarakat atau kehidupan kelompok, terdiri atas perilaku yang saling bekerja

Universitas Sumatera Utara


sama diantara para anggota masyarakat. Syarat untuk dapat terjadinya kerja sama
diantara anggota masyarakat ini adalah adanya pengertian terhadap keinginan atau
maksud (intention) orang lain, tidak saja pada saat ini tetapi juga pada masa yag
akan datang. Dengan demikian, kerja sama terdiri atas kegiatan untuk membaca
maksud dan tindakan orang lain dan memberikan tanggapan terhadap tindakan itu
dengan cara yang pantas (Morrisan, 2013: 227). Peran serta masyarakat, atau
orang lain juga memiliki pengaruh dalam membentuk identitas diri orang tersebut,
dan menjadi salah satu faktor terbentuknya identitas seseorang.

Kelima informan mengakui bahwa masyarakat atau orang lain memberi


pengaruh terhadap proses pembentukan identias yang mereka alami. Seperti yang
dialami oleh informan Archiebald Samosir yang mengidolakan Rick Ross, dan Dj
premier, serta informan Jeremiah Norman dan Abi Nubly Qisthy yang terinspirasi
dari Ucok Munthe. Informan Ucok Munthe sendiri mendapat inspirasi saat
melihat salah satu komunitas hip – hop yang berasal dari Jakarta membawakan
lagu mereka di salah satu stasiun Tv.

Faktor berikutnya ialah “diri”, Menurut Mead (dalam Morrisan, 2013: 229)
“diri” memiliki dua sisi yang masing – masing memiliki tugas penting, yaitu diri
yang mewakili saya sebagai subjek dan saya (I) sebagai objek (me). “Saya”
sebagai subjek adalah bagian dari diri ‘saya” yang bersifat menuruti dorongan hati
(impulsive), tidak teratur, tidak langsung dan tidak dapat diperkirakan. “Saya”
sebagai objek adalah konsep diri yang terbentuk dari pola-pola yang teratur dan
konsisten yang anda dan orang lain pahami bersama.

Setiap tindakan dimulai dengan dorongan hati dari “saya” subjek dan secara
cepat dikontrol oleh “saya” objek atau disesuaikan dengan konsep diri anda.
“Saya” subjek adalah tenaga pendorong untuk melakukan tindakan, sedangkan
konsep diri atau “saya” objek memberikan arah dan panduan. Mead
mengungkapkan konsep “saya” objek untuk menjelaskan perilaku yang dapat
diterima dan sesuai secara sosial dan “saya” subjek menjelaskan dorongan hati
yang kreatif namun sulit diperkirakan.

Universitas Sumatera Utara


Atas dorongan diri tersebut dapat menjadi faktor terbentuknya identitas hip-
hop dalam diri merka masing-masing. Informan Jeremiah Norman mengatakan
bahwa sempat mengalami pencarian tentang hip-hop dalam dirinya, hal tersebut
membuat ia tetap melakukan movement. Begitu pula dengan keempat informan
lainnya, yang mendapat tantangan masing – masing selama proses pembentukan
dalam diri mereka.

Faktor ketiga ialah pikiran, Mead (dalam Morissan, 2013: 230)


mengungkapkan pikiran bukanlah suatu benda tetapi suatu proses yang tidak lebih
dari kegiatan interaksi dengan diri anda. Kemampuan berinteraksi yang
berkembang bersama-sama dengan diri adalah sangat penting bagi kehidupan
manusia karena menjadi bagian dari setiap tindakan. Berpikir (Minding)
melibatkan keraguan (menunda tindakan terbuka) ketida anda
menginterpretasikan situasi.

Kelima informan menginterpretasikan situasi yang dialami oleh mereka


selama melakukan proses pembentukan identitas diri. Seperti yang dialami oleh
informan Fariza Fitria yang mengatakan bahwa ia sering melakukan konsultasi
sebelum masuk ke lingkungan atau dunia musik secara langsung, sebab ia
mengakui bahwa dirinya memiliki karakter yang pendiam dan merasa tidak cocok
dengan dunia musik. hal tersebut menunjukan bahwa informan Fariza Fitria
berpikir akan situasi yang dialaminya sebelum mengambil langkah untuk masuk
kedalam lingkungan musik.

Kemudian selama proses penelitian yang telah dilakukan, peneliti mencoba


melihat bagaimana penggunaan simbol – simbol yang ada pada diri tiap informan.
Untuk dapat melihat pengggunaan simbol-simbol serta identitas yang dimiliki
secara mendasar antara kedua komunitas yang sama sama memiliki identitas diri
hip-hop maka peneliti akan meninjau dari 4 aspek yaitu selera, keyakinan, sikap
dan gaya hidup. Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Weeks (dalam
Barker, 2008: 175) bahwa identitas adalah soal kesamaan dan perbedaan, tentang
aspek personal dan sosial, tentang kesamaan seseorang dengan sejumlah orang

Universitas Sumatera Utara


dan apa yang membedakan seseorang dengan orang lain. Identitas merupakan
tanda (sign) yang membedakan seseorang dengan orang lain. Identitas adalah
esensi yang bisa ditandakan (signified) dengan tanda-tanda selera, keyakinan,
sikap dan gaya hidup (Barker, 2008: 218).

Suatu kelompok untuk membedakan kelompoknya dengan kelompok yang


lain, kelompok tersebut akan memiliki ciri khas yang hanya dimiliki oleh
kelompoknya sendiri. Pembeda tersebut bisa disebut sebagai ciri khas kelompok.
Ciri khas ini digunakan sebagai tanda oleh sebuah kelompok. Kelompok Dwell
sendiri memiliki ciri khas warna musik boombap yang sampai saat ini mereka
kampanyekan. Sedangkan Exito memilih untuk memberi sentuhan warna musik
EDM (Electro Dance Music) pada karya – karya mereka.

Oldschool (or old skoll) can refer to anything that is from an earlier era or
anything that may be considered old fashioned. The term is commonly used to
suggest a high regard for something that has been shown to have lasting value or
quality (https://en.m.wikipedia.org).Istilah ”oldschool” dan “newschool”
merupakan bahasa slang yang sering digunakan untuk menggambarkan sesuatu
yang ketinggalan zaman (”oldscholl”) dan sesuatu yang baru (“newschool”).

Konsep oldschool yang dianut oleh Dwell dan newschool yang dianut oleh
Exito dapat dibuktikan dengan selera Dwell masih konsisten memainkan dan
menghasilkan karya boombap sedangkan Exito mulai menerima inovasi dan
warna baru dalam hip-hop yaitu EDM (Electro dance music) yang menjadikan
Exito sebagai salah satu komunitas hip-hop yang cukup unik. Begitu juga dengan
gaya hidup yang digunakan, salah informan Abi Nubly Qisthy yang berasal dari
komunitasExito menuturkan bahwa salah satu perbedaan gaya hidup komunitas
nya dengan komunitas Dwell ialah, Exito berada di club sedangkan Dwell tidak.

Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan


interaksi, inti pendekatan ini adalah individu (Margaret, 2004: 274). Teori
interaksi simbolik dipengaruhi oleh struktur sosial yang membentuk atau

Universitas Sumatera Utara


menyebabkan perilaku tertentu yang kemudian membentuk simbolisasi dalam
interaksi sosial masyarakat. Teori interaksi simbolik menuntut setiap individu
untuk proaktif, refleksif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yang
unik, rumit dan sulit di interpretasi (Ritzer, 2008: 293).

Terdapat perbedaan simbol-simbol diantara kedua komunitas yang memiliki


identitas yang sama yaitu hip-hop. Hal ini dikarenakan kedua komunitas memiliki
selera, keyakinan, sikap, dan gaya hidup yang berbeda dalam memaknai identitas
hip-hop. Perbedaan selera jelas dapat dilihat dari bagaimana kedua komunitas
mengemas ciri tertentu dalam komunitas nya dalam bentuk konsep oldschool yang
dianut oleh Dwell dan newschool yang dianut oleh Exito.Musik hip-hop boombap
yang dibawakan oleh Dwell merupakan subkultur dari budaya hip-hop secara
umum, sedangkan musik EDM ( Electro Dance Music ) yang dihasilkan oleh
Exito an juga subkultur dari musikhip-hop, namun memiliki warna yang berbeda
karena bercampur dengan musik lain nya seperti Trap dan Disco. Perpaduan
musik hip-hop dengan musik – musik lainnya merupakan kreativitas yang dimiliki
oleh Exitodan menjadi keunikan bagi komunitas mereka, sehingga membuat
mereka berbeda dengan komunitas Dwell. Kreativitas tersebut menciptakan
perbedaan antara musik hip-hop yang ada di kota Medan.

Jika dibandingkan bagaimana kedua komunitas dengan keyakinan yang


dimiliki masing masing, maka kita dapat melihat Dwellmengutamakan
kenyamanan dan persaudaran yang ada di komunitas, dan mengemas rapper-
rapper petarung. Lebih kepada konsep jiwa petarung yang ditanamkan, kata
petarung yang dimaksudkan ialah mampu berkontribusi dan menelurkan karya –
karya. Sedangkan Exito hadir untuk memperbaiki hal-hal yang salah, yang selama
ini menjadi keresahan para anggota Exito. Memperbaiki hal –hal yang salah
tersebut dimaksudkan untuk membenahi setiap kekurangan yang ada diantara
komunitas – komunitas lain nya yang ada di kota Medan, kesalahan – kesalahan
seperti masalah komunikasi dan struktural. Sehingga kehadiran Exito diharapkan
dapat menjadi contoh, dan influencer bagi komunitas – komunitas lainnya.

Universitas Sumatera Utara


Selain itu terdapat perbedaan sikap, yang berarti bagaimana kedua komunitas
melakukan pergerakan atau movement. konsep oldschool yang dianut oleh Dwell
dan newschool yang dianut oleh Exito merepresentasikan sikap tersebut kedalam
karya – karya yang mereka hasilkan. Dan yang terakhir kita dapat melihat
bagaimana perbedaan gaya hidup. Informan Jeremiah Norman megatakan bahwa
ia sulit menghilangkan image hip-hop dari dirinya, hal tersebut mengartikan
bahwa identitas hip-hop telah melekat dengan dirinya dan komunitas nya,
sedangkan Informan Abi Nubly Qisthy mengatakan bahwa perbedaan antara
komunitas Exito dan Dwell ialah lingkugan yang mereka hadapi, Exito dengan
warna musik EDM ( Electro Dance Music ) akan lebih cocok berada di club
sedangkan Dwell tidak.

Universitas Sumatera Utara


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian tentang musik hip-hop dan identitas diri komunitas
Dwell dan Exito, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Latar belakang proses pembentukan kedua komunitas disebabkan oleh
dominasi budaya modern atau budaya global yang masuk ke Indonesia
melalui musik dan bentuk-bentuk seni lainnya. Proses pembentukan
identitas diri tiap angota dapat dilihat dari sebelum terbentuknya
komunitas terlebih lagi dapat dilihat dari sisi personalnya, proses
pembentukan identitas hip-hop dapat dianalisis dengan perspektif Phinney
(Samovar: 2010) yakni tahap pertama, identitas yang tidak diketahui.
Ketiga tahap tersebut yang mendorong para informan untuk membentuk
identitas hip-hop dalam diri mereka. Bermula dari ketertarikan mereka
terhadap budaya yang baru yaitu, melalui seni lebih tepatnya melalui
musik hip-hop. Tahap kedua adalah pencarian identitas, dimulai ketika
seseorang mulai tertarik untuk mempelajari dan sadar akan identitas
budaya yang mereka minati. Tahap ini ditandai dengan mulai tertariknya
para informan dengan musik hip-hop dan melakukan pencarian informasi
megenai budaya baru tersebut, tidak hanya mulai tertarik dengan budaya
hip-hop, tetapi juga diiringi dengan kreativitas dengan menciptakan karya-
karya dengan aliran hip-hop. Tahap ketiga adalah pencapaian identitas,
tahap ini ditandai dengan mulai terbentuknya identitas dan mulai
menjadikan hip-hop dalam menentukan selera, sikap, keyakinan, dan gaya
hidup.

2. Identitas diri para informan dibentuk oleh beberapa faktor. Masyarakat,


diri, dan pikiran menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya
identitas hip-hop dalam diri tiap informan. Dalam keseharian setiap
informan mengakui, pada awalnya tidak mendapat dukungan dari keluarga
ataupun rang-orang terdekat (significant others), dan merasa bahwa

Universitas Sumatera Utara


banyak pandangan negatif tentang diri mereka dari orang lain (general
other) namun banyak juga yang mengapresisasi karya-karya mereka.

3. Terdapat penggunaan simbol-simbol antara Dwell dan Exito yang bisa


dilihat dari selera, keyakinan, sikap, dan gaya hidup yang mereka gunakan
untuk memaknai hip-hop. Kedua perbedaan ini dibungkus oleh kedua
konsep yaitu Oldschool dan Newschool. Selera musik yang dihasilkan oleh
Dwell, dan selera musik yang dihasilkan oleh Exito memilik perbedaan
tersendiri, Dwell masih konsisten dengan boombap, sedangkan Exito
sudah memproduksi musik jenis hip-hop EDM kedalam karya nya. selain
itu, konsep Oldschool yang dipakai oleh komunitas Dwell secara langsung
akan terlihat oleh gaya hidup mereka yang masih menggunakan atribut
kaos gombrong khas hip-hop, berbeda dengan Exito yang menerima
konsep Newschool dalam lingkungan mereka, secara penampilang akan
terlihat lebih urban.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Musik Hip - Hop & Identitas
DiriKomunitas Dwell dan Exito”, maka diperoleh beberapa saran atas peneltian
yang dilakukan terkait identitas diri atau identitas kelompok serta penggunaan
simbol – simbol pada komunitas Dwell dan Exito. Saran tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Komunitas Dwell dan Exito sebaiknya tidak berhenti untuk terus


mensosialisasikan nilai-nilai positif melalui simbol - simbol yang terdapat
pada budaya hip – hop secara signifikan yang dihasilkan melalui berbagai
karya atau kegiatan yang diselenggarakan. Selain itu, perlu
mempertimbangkan ide kreatif mengkombinasikan karya – karya lagu atau
movement yang dihasilkan dengan budaya lokal, mengingat simbol-simbol
yang dihasilkanakan lebih mudah untuk dipahami apabila menggunakan
budaya lokal yang ada.

Universitas Sumatera Utara


2. Komunitas Dwell dan Exito mempertimbangkan menulis lagu atau karya
seni dengan tema nasionalis. Selain untuk meningkatkan rasa
nasionalisme, beberapa dekade terakhir fenomena menunjukkan bahwa
generasi muda di Indonesia mulai kehilangan minat terhadap lagu – lagu
maupun karya seni yang nasionalis. Komunitas Dwell dan Exitodirasa
mampu untuk menjadi perekat sosial dalam mengingatkan kembali akan
pentingnya kepedulian generasi muda di Indonesia terhadap bangsa ini,
kepada audiensnya yang terdiri dari kalangan generasi muda melalui
simbol-simbol signifikan dan pergerakan atau movement.

5.3 Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Musik Hip - Hop & Identitas Diri
Komunitas Dwell dan Exito”, maka diperoleh beberapa implikasi, yaitu implikasi
teoritis dan implikasi praktis.

5.3.1 Implikasi Teoritis


Melalui penelitian yang dilakukan, diharapkan agar dapat menambah
khazanah ilmu komunikasi dan pengetahuan serta wawasan penulis maupun
mahasiswa lainnya mengenai musik pada umumnya, atau musik hip-hop
khusunya dan identitas diri dalam komunitaas di kota Medan.

5.3.2 Implikasi Praktis


Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan sumbangan
bagi mahasiswa maupun peneliti terdahulu dalam memahami bagaimana
proses identitas diri terbentuk melalu musik hip-hop dan faktor-faktor yang
mempengaruhi terbentuknya identitas serta penggunaan simbol-simbol.
Kepada peneliti selanjutnya yang tertarik dengan permasalahan yang
dilakukan penulis, direkomendasikan untuk memperluas dan memperdalam
kajian dalam penelitian terutama yang berkaitan dengan musik dan identitas
diri dalam proses komunikasi, dalam berinteraksi dengan orang lain, juga
disarankan memperdalam kemampuan dalam memahami kasus di lapangan
mengenai musik dan identitas diri, tidak hanya dalam kasus mengetahui

Universitas Sumatera Utara


musik hip-hop dan identitas diri, sehingga temuan yang di dapat menjadi
lebih beraneka ragam.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR REFERENSI

Adian, Donny Gahral. (2002). Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan. Jakarta


Selatan: Teraju

Arikunto, Suharismi. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Bambaataa, Afrika. dkk. (2005). Hip Hop Perlawanan dari Ghetto.Yogyakarta:


Alinea.

Baran, Stanley J. (2012). Pengantar Komunikasi Massa. (ed. 5). Jakarta :


Erlangga.

Barker, Chris. (2008). Cultural Studies Teori & Praktek. Yogyakarta: Kreasi
Wacana.

Baron, Robert A dan Byrne. Donn. (2004). Psikologi Sosial (ed.10, jilid: 1).
Jakarta:
Erlangga.

Bungin, Burhan. (2010). Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan


Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana

Djohan. (2009). Psikologi Musik. Yogyakarta: Best Publisher

Eriyanto. (2004). Analisis Framing. Yogyakarta : LkiS

Hartley, Jhon. (2010). Communication, Cultural & Media Studies. Yogyakarta:


Jalasutra

Jube. (2008). Musik Underground Indonesia: Revolusi Indie Label. Yogyakarta:


Harmoni

Kertajaya, Hermawan. (2008). Arti Komunitas. Bandung : Gramedia Pustaka


Indonesia

Koentjaraningrat. (2000). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Liliweri, Alo. (2003). Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya.


Yogyakarta:
Lkis.

Margaret, M. Poloma. (2004). Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Mitchell, Tony. (2003). Australian Hip Hop as a Subculture. Sydney: Local Noise

Universitas Sumatera Utara


Moleong, Lexy J. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

________ (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Morissan. (2013). Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana.


Prenada Media Group.

________ (2009). Teori Komunikasi Organisasi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Mulyana, Deddy. (2002). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT.


Remaja
Rosdakarya

Nurudin. (2013). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.

Ortiz, John M. (2002). Nurturing Your Child with Musik. Jakarta: Gramedia.

Pialang, Yasrhraf Amir. (2002). Seni dan Tantangan Budaya Global.


Aspek-Aspek Seni Visual Indonesia. Identitas dan Budaya Massa.
Yogyakarta: Yayasan Seni Cemeti

Rakhmat, Jalaluddin. (2011). Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Dengan


Contoh Analisis Statistik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Ram, Aminuddin dan Tita Sobari. (1984). Sosiologi Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.

Riswandi. (2009). Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Ritzer, George & Douglas J Goodman. (2008). Teori Sosiologi Modern, Jakarta:
Kencana

Samovar, Larry. Dkk. (2010). Komunikasi Lintas Budaya Edisi 7. Jakarta:


Salemba
Humanika.

Severin, Werner J. dan Tankard Jr., James W. (2008). Teori Komunikasi : Sejarah,
Metode & Terapan di dalam Media Massa, (ed. 5). (Hariyanto, Sugeng.
Penerjemah). Jakarta : Kencana

Shadily, Hasan. (1984). Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, Jakarta: Rineka


Cipta

Silalahi, Ulber. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.

Universitas Sumatera Utara


Soekanto, Soerjono. (1975). Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Yayasan
Penerbit
Universitas Indonesia.

Soyomukti, Nurani. (2010). Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz


Media

Sulistyo-Basuki. (2006). Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Sumber Lain:

Forman. Murray and Mark Anthony. Neal. 2004. That's the joint!: the hip-hop
studies
reader (online). New York: Routledge tersedia dalam
http://books.google.co.id/books?id=VvYv0Sr05FAC&pg=PA52&dq=m
elle+mel+raper+hip+hop&hl=id&ei=BjzwTZXdFIimugPUyOCPCQ&s
a=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&ved=0CCwQ6AEwAQ#v
=onepage&q&f=false
Tanggal akses : 29 Januari 2018, 11.00 WIB

Herfantini. 2010. Sejarah Punk di Indonesia (Online). Tersedia dalam


http://herfantini.student.umm.ac.id/.
Tanggal akses : 29 Januari 2018, 15.00 WIB

Hylamz. 2009. Sejarah Hip Hop Indonesia (Online). Tersedia dalam


http://archive.kaskus.us/thread/2926787/
Tanggal akses : 29 Januari 2018, 11.00 WIB

Pihel, Erik. (1996). Oral Tradition. Tersedia dalam


http://journal.oraltradition.orgfilesarticles11ii8_pihel.pdf

Soenarno. (2002, 24 April). Kekuatan Komunitas Sebagai Pilar Pembangunan


Nasional Makalah Disajikan Pada Seminar Nasional – Kekuatan
Komunitas Sebagai Pilar Pembangunan, Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah. Jakarta.

Wenger, E., Richard M., dan William S., (2002). Cultivating Communities of
practice:
a guide to managing knowledge. Harvard Business School Press.
Tanggal akses : 6 Desember 2017, 15.00 WIB

Poedjajani, M Noor. (2005). Resensi Terhadap Homopobhia. Skripsi. Yogyakarta:

Universitas Sumatera Utara


UGM.

Steinberg, Shirley R. Priya Parmar. Birgit Richard. (2006). Contemporary


youth culture: an international encyclopedia. Volume 2 . United state of
Amerika: Greenwood Publishing Group. Tersedia dalam
http://books.google.co.id/books?id=ZaM04DMwK3gC&pg=PA518&dq
=hi
story+punk+margin+people&hl=id&ei=FP7vTawG4GgvgPw29iPCQ&a
=X
&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CCoQ6AEwAA#v=onp
age
&q&f=false.

Website :

https://en.m.wikipedia.org>wiki>old_school
Tanggal akses : 19 Januari 2018, 07:00 WIB

https://kbbi.web.id/musik
Tanggal akses : 21 Desember 2017, 09:00 WIB

https://encyclopedia.thefreedictionary.com/Hip+hop+culture
Tanggal akses : 21 Desember 2017, 12:00 WIB

Universitas Sumatera Utara


TRANSKRIP WAWANCARA

Informan 1
Nama : Jeremiah Norman
Nama Panggung : Jere Fundamental Authentic Mind
Usia : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Pria
Alamat / Domisili : Jl. K.H Wahid Hasyim
Pendidikan : S1-Ekonomi
Status : Lajang
Agama : Kristen
Pekerjaan : Wirausaha
Komunitas : Dwell
1. Bagaimana awal mula anda terjun ke dunia rap?
Aku awalnya terjun di 2004 akhir, tapi pertamanya gatau hip-hop
itu apa, jadi cuma suka suka gitu. Terus 2005 jumpa dengan bang
Ucok Munthe. Terus aku jadi sering main ke tempat bang Ucok,
kami sharing dan tukar pikiran, dari 2005 sampai sekarang tetap
kontak-kontak terus. kita baca buku, bedah buku, baca majalah dan
berbagai sumber, kadang dari bang Ucok, kadang dari aku, kami
sharing terus sampai 2008, sampai aku bentuk dwell kami tetap
tukar-tukar fikiran lah tentang hip-hop apapun dibahas lah dan
sampai sekarang
Bagaimana proses perkenalan dengan Ucok Munthe?
Jadi tahun 2004 saat aku masih SMP, aku sering main kerumahnya,
saat itu di masih punya rental playstation, jadi aku serng main
kesana siang, atau siang sampai malam ngobrol terus setiap hari
minggu, kadang setiap sabtu atau setiap aku libur sekolah. kadang-
kadang naik sepeda dari sekolah, kadang diantrin, kadang naik
angkot.
Buku apa yang dibahas dengan Ucok Munthe?
Aku dan bang Ucok biasanya bahas buku sosial, sosiologi, bahasa,

Universitas Sumatera Utara


politik dan sejarah gitu.
2. Bagaimana proses pencapaian identitas hip-hop? Dan bertahan?
Pengakuan lah, itu bukan dari diri kita sendiri, kalau aku dari dulu
let it flow aja, lama kelamaan aku makin suka, dan yang aku
rasakan hip-hop aku gak bertepuk sebelah tangan gitu, Aku dapat
impact yang besar lah dari hip-hop. Bukan soal materi, tapi soal
kawan-kawan dan link, terus pengetahuan, terus kedewasaan diri.
Dan itu dari 2004 sampai aku nemukan identitas nya aku di album
pertama di 2009 tapi dari 2004 ke 2009 itu aku tetap nyari-nyari
apa ini hip-hop, setelah kulalui dan kusadari ternyata ini telah
melekat ke jiwaku. Jadi jiwa itu tetap kuhidupi dengan tetap
sharing dan tetap produktif , setelah itu tetap ngelakuin movement-
movement yang ada.
Apa perbedaan yang anda alami sebelum dan sesudah terjun ke dunia hip-
hop?
Karna aku waktu mulai itu masih terlalu dini, masih smp kali, jadi
dulu aku tidak terlalu banyak kawan sama jaringan, bedanya
sekarang setelah aku jalani itu impact nya banyak perkawanan,
dapat link - link baru.
3. Siapa yang paling berperan dan mempengaruhi anda untuk terjun ke
dunia hip-hop?
Orangtua dan keluarga. Tapi yang buat aku pengen cari tau itu
memang iya bang ucok, sebelumnya memang aku senang dengar
lagu lagu rap dan lagu bang ucok, jadi aku penasaran sampai bisa
jumpa langsung terus bang ucok kasih masukan-masukan buat aku
jadi akhirnya buat aku jadi lebih berapi-api lebih bersemangat dan
bergejolak.
4. Apa hal hal yang telah anda lakukan dan capai dalam dunia hip-hop?
Pencapaiannya, aku masih tetap berkarya.
Apa saja karya yang telah anda buat??
Sebenarnya ada beberapa, seperti single, album, album kolaborasi,
dan beberapa kali bikin acara, kontribusi untuk hip-hop di koa ku

Universitas Sumatera Utara


yang bisa kubawa keluar melalui karya dan movement yang udah
kubuat bersama kawan - kawan
5. Bagaimana keluarga melihat anda dan komunitas?
Kalau keluarga pandangan nya ya positif, karna ya cukup
berprestasilah yang kulakukan, jadi ya yang berprestasi yang
positif kurasa semua orang pun pasti mendukung dan berdampak
positif.
6. Bagaimana masyarakat menilai anda dan komunitas?
Sejauh ini ya secara gampang nya kami oldschool.
Bagaimana anda mendifiniskan olschool?
Definisi oldschool itu klasik, musik hip-hop yang muncul selepas
tahun 90-an itu dibilang newschool. Karna kalau oldschool itu era
90-an.
7. Bagaimana sejarah Dwell?
Terbentuknya pas zaman SMA, SMA kelas tiga, Ada beberapa
kawan juga yang masih kelas dua. Jadi aku buat itu ya semacam
kumpulan grup, aku buatnya itu tahun 2008 akhir. 2009 kami
siapin album. 2010 kami rilis.
Format awal berapa orang?
Format awal 8 orang. Ada aku, Yudi, Simple Skill, dan Universal
Magnetic. Ada 4 grup, 2 solo, 2 crew.
Yang paling bertahan lama sampai sekarang?
Cuma aku sendiri sih yang bertahan lama kalau diliat dari format
awal itu.
Kenapa memilih nama Dwell ?
Apa yaa, kalau dwell itu makna nya menetap, semacam rumah. Ya
istilahnya kami ada dalam satu kumpulan itu, berawal dari tempat
yang sama yaitu sekolah, dan berada di tempat yang sama. Kalau di
translate-kan artinya menetap.
8. Ciri identitas khusus yang digunakan oleh anda atau komunitas
anda?
Kami konsisten mainin boombap, lalu kami mengutamakan

Universitas Sumatera Utara


kenyamanan dan persaudaran yang ada di komunitas, dan
mengemas rapper-rapper petarung. Lebih kepada konsep jiwa
petarung yang ditanamkan, jadi kemanapun sikat, kemanapun
libas, selama tetap pada koridor nya, dalam artian karya.
Kalau ciri fisik ya merchendise, tapi kalau secara gimik nya kami
campaign musik boombap kami.
Apa saja campaign musik yang komunitas anda gunakan?
Gimik boombap dari segi musik kami masih pake dj, plat piringan hitam, dj
turntable, bumper, choping, tempo dan style serta kita delivery rima yang masih
mentah 90s. kalau merchndise standart lah, stiker, kaos, gimik
boombap.
Diluar komunitas bagaimana penggunaan atribut hip-hop?
Kalau sekarang aku gak ngutamain itu, karna yang dijumpain pun
udah beda-beda. Tapi kalau scene-scenemusik mungkin aku gak
akan memperkenalkan aku hip-hop lagi karna dari pandangan mata
orang dah tau aku hip-hop kian. Karna kalau kubilang sampai saat
ini susah aku untuk menghilangkan image hip-hop dalam diriku.

Informan 2
Nama : Ardiansyah Munthe
Nama Panggung : Ucok Munthe
Usia : 39 Tahun
Jenis Kelamin : Pria
Alamat / Domisili : Deli Tua
Pendidikan : SMA
Status : Lajang
Agama : Kristen
Pekerjaan : Wirausaha
Komunitas : Dwell
1. Bagaimana awal mula anda terjun ke dunia hip-hop?
Sama kayak kebanyakan orang, kita terinspirasi dari mendengar,
mendengar kaset. Dulu kan, tahun 85 musim nya breakdance, saat

Universitas Sumatera Utara


itu aku masih usia 6 tahun mungkin ya, kemudian abang aku yang
nomer 2 di tahun 88 atau 89 ada dia kasih kaset Farid Harja tapi dia
bukan lagu yang populer dengan judul lagu ”Oh Burung” tapi kaset
yang sebelum nya, yang isi nya itu lagu rap semua, sebelum Iwa K.
Jadi aku mendengar, aku hafal dan aku suka. Kemudian aku fikir,
kalau lagu luar negeri aku terkendala di bahasa, tapi kalau lagu rap
Indonesia karna itu pertama jadi aku hafal, dan merasa lebih jodoh
kesini. Nah tahun 90, kebetulan kita punya parabola, ada Mc
Hammer, Vanila Ice, Ice-Ice Baby yang yang dari luar yang masuk
melalui Media MTV kita tonton, nambah wawasan kan, kita ingin,
kita beli, karna dari Deli tua ke Medan dulu masa itu di tahun 90-
an berat di ongkos, gak segampang sekarang ini bisa download,
jadi kita harus tabung uang dulu baru ke Medan naik angkot,
itupun nitip sama kakak, tolonglah belikan yang ini. Kemudian
keluar lah Iwa K album pertamanya di tahun 92 yang judul nya
Kuingin Kembali, dan di media Tv swasta dulu namanya TPI, ada
program ABG ( aneka bakat dan gaya ) disitu rapper-rapper dari
jakarta itu membawa lagu – lagu buatan mereka sendiri.
Setelah anda melihat para rapper dari jakarta apa yang anda lakukan?
Aku tertantang membuat musik sendiri, dari situlah pertama aku
pertama nulis lirik sendiri, judulnya anak sekolah tahun 93. Jadi
kalau pertama terjun mungkin itu ya tahun 93, aku mewujudkan
nya. kemudian untuk terjun pertama kali dalam komunitas di
Jakarta itu tahun 2000, ketemu anak Rontak, kita udah bikin karya
banyak, masukin ke Label Musica.
2. Bagaimana proses pencapaian identitas hip-hop? Dan bertahan?
Dulu kami punya grup namaya DRC ( Delitua Rapper Crew ), nah
seiring berjalan nya waktu, dia fokus pekerjaan nya sebagai Dj,
terus aku nerusin hobi ku nge-rap, awalnya kan hobi mana
mungkin kubilang jiwa itukan seiring berjalan nya waktu, dulu ada
kepingin rubah nama, Alphadici, karna kan aku orang pertama dari
Delitua city, terus pengen ganti lagi jadi execuce yang artinya

Universitas Sumatera Utara


mengeksekusi, sebuah kebanggan diri lah, harus PD, Cuma seiring
berjalan nya waktu lagi udalah Ucok Munthe aja biar orang tau aku
bermarga, jati diri sebuah kebanggan.
3. Siapa yang paling berperan dan mempengaruhi anda untuk terjun ke
dunia hip-hop?
Kalau dari cerita kita tadi kan abang aku yang kedua tuh, yang
memperkenalkan Farid Harja, tapi itu bagian dari salah satu
inspirasi. Misalkan ada nih orang buta, rupanya dia suka,
selebihnya dia cari sama seperti yang dibilang Jere tadi. Selain itu
Media lah, salah satunya MTV, karna aku dulu nonton nya dari
Mtv lebih banyak, gak bisa kupungkiri, selebihnya, dari Jakarta
Rontak Family, di tahun 2000, mereka suruh coba ini, coba itu,
mereka udah buat album, mereka berasal dari keluarga cukup
mapan, sementara aku anak daerah harus nabung, beda nya ya
mereka anak pusat, apa aja ada, mereka mau beli Wu Tang bisa,
kita mau dengarin Wu Tang tapi harus dari MTV, mau beli Wu
Tang dimana, kasetnya gada di Medan, kemudia kita mau diskusi
gimana,., jadi yang paling mempengaruhi itu Media, khususnya
MTV dan Jakarta Rontak Family.
4. Apa hal hal yang telah anda lakukan dan capai dalam dunia hip-hop?
Album lah, tidak ada yang lain , sebagai jawaban eksitensi, terlebih
album kedua ini.
5. Bagaimana keluarga melihat anda dan komunitas?
Keluarga dulu gak dukung sih, jujur dulu keluarga gak dukung.
6. Bagaimana masyarakat menilai anda dan komunitas?
Legend.
7. Ciri identitas khusus yang digunakan oleh anda atau komunitas
anda?
Baju – baju besar khas hip-hop mungkin ya.
Diluar komunitas bagaimana penggunaan atribut hip-hop?
Aku nyaman dengan image oldschool

Universitas Sumatera Utara


Informan 3
Nama : Archiebald Samosir
Nama Panggung : Archiebald Samosir
Usia : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Pria
Alamat / Domisili : Pabrik Tenun
Pendidikan : SMA
Status : Lajang
Agama : Kristen
Pekerjaan : Music Producer
Komunitas : Exito
1. Bagaimana awal mula anda terjun ke dunia hip-hop?
Standart juga, awalnya karena popularitas. Kalau dulu sih
anggapan nya jalan pintas yang paling gampang untuk populer itu
ya di dunia seni. Aku mikirnya seperti kebanyaan orang awam.
Popularitas seperti apa yang anda maksudkan?
Popularitas di kalangan generasi muda Medan, karna ada semacam
anggapan
semakin populer dalam hal positif, semakin keren.
2. Bagaimana proses pencapaian identitas hip-hop? Dan bertahan?
Dulu awalnya aku suka rock, dan aku sempat bandingin dengan
lagu rock, seperti Bon Jovi dan musik – musik zaman dulu lah.
Apa yang terjadi setelah membandingkan rock dan hip-hop?
Jadi posisi nya aku berada di tengah antara rock dan hip-hop. Lama
kelamaan aku merasa lebih berat ke hip-hop tapi aku senang
dengan rock. Jadi karena aku compare mana yang lebih kena di
hati, ternyata aku lebih jatuh hati ke hip-hop.
3. Siapa yang paling berperan dan mempengaruhi anda untuk terjun ke
dunia hip-hop?
Dari influencer sih, dan jadi alasan aku bertahan juga karena
influencer. Ada banyak sih musisi- musisi hip-hop yang buat aku
terjun ke sini.

Universitas Sumatera Utara


Siapa saja influencer yang anda maksud?
Rick Ross, dan Dj premier.
4. Apa hal hal yang telah anda lakukan dan capai dalam dunia hip-hop?
Banyak ya, tapi yang paling berkesan itu ketika produserin album
nya si Ucok Munthe. Kalau dulu ya ketika masih aktif nge-rap itu
goals-nya mungkin manggung disana-sini colaboration dengan
banyak orang, tapi yang setelah berjalan nya waktu aku mikirnya
gak lagi kesitu, sekarang sih goals-nya adalah lebih ke mem-
produseri legend-legend Medan ya.
5. Bagaimana keluarga melihat anda dan komunitas?
Biasa aja sih, tapi mereka tetap support, karena mungkin ya belum
ada hasil yang berdampak wow ke mereka.
6. Bagaimana masyarakat menilai anda dan komunitas?
Kalau orang awam sih, ngeliat nya ada sebagian yang bilang keren.
Ada yang sebagian mandang negatif, karena anggapan mereka ke
kami yang di dunia musik itu cuma hanya sekedar nyari
popularitas.
7. Bagaimana sejarah Exito?
Exito sih berawal dari keresahan, keresahan atas format yang udah
ada. Semisal label yang membuat musisi itu bagai robot, semua
serba diatur dan bergantung sama dia, nah dari keresahan itulah
makanya kami berfikir, kami mau buat wadah yang benar benar
sesuai dengan jalan nya. Sama juga hal nya dengan manajemen
atau komunitas lain nya, kami mau memperbaiki setiap kekurangan
yang ada. Problem paling besar sih letaknya di komunikasi nya dan
struktural nya. Jadi kami bukan menyaingi tapi jatuhnya sih lebih
memperbaiki hal-hal yang salah.
Kenapa memilih nama Exito ?
Standart sih, aku browsing, cari – cari nama yang cocok pake
bahasa latin.
Nama Exito ada unsur hip-hop nya kah?
Gak ada sih sebenarnya

Universitas Sumatera Utara


Apa makna nya?
Kalau makna nya itu, kesuksesan.
8. Ciri identitas khusus yang digunakan oleh anda atau komunitas
anda?
Musik, taste musik, genre. Yang kami kampanyekan itu musik
EDM, jadi warna musik juga berbeda dengan hip – hop oldschool.
Diluar komunitas bagaimana penggunaan atribut hip-hop?
Sebenarnya kami ingin menjadi influencer, komunitas yang
membawa pengaruh terhadap komunitas lain, bukan menjadi
follower, jadi kami mencoba untuk memberikan pengaruh itu
diluar komunitas, dengan rasa kekeluargaan yang kami punya, rasa
solid, kami ingin menjadi contoh untuk komunitas lain.

Informan 4
Nama : Abi Nubly Qisthy
Nama Panggung : Abi Dizzy
Usia : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Pria
Alamat / Domisili : Komplek Tasbih Setia Budi
Pendidikan : SMA
Status : Lajang
Agama : Islam
Pekerjaan : Rapper
Komunitas : Exito
1. Bagaimana awal mula anda terjun ke dunia hip-hop?
Karna suka dengarin lagu hip-hop, dari suka timbulah cinta. Ya ada
banyak rapper sebelumnya yang menarik jadi penasaran, pengen
coba.
2. Bagaimana proses pencapaian identitas hip-hop? Dan bertahan?
Pertama kali recording, kemudian dapat panggungan, kemudian
jadi Guest star, interview dimana-mana banyak ngelewatin itu, dan
itu gak mudah, ya aku pernah yang diejek-ejek saat pertama kali.

Universitas Sumatera Utara


Jadi setelah ngelewatin itu, sekarang aku manggung dapat fee,
sering dapat trophy, mungkin karna orang banyak ngelihat aku
konsisten jadinya aku masih dapat panggungan sampai sekarang,
termasuk manggung sama Isyana Sarasavati.
Kenapa milih nama panggu Dizzy?
Aku nih orang yang gak mudah puas, jadi waktu pusing nyari nama
panggung menurut aku ga yang cocok lah, jadi aku coba iseng
nyari arti pusing, keluar lah nama Dizzy, jadi sampai sekarang aku
pakai nama itu.
3. Siapa yang paling berperan dan mempengaruhi anda untuk terjun ke
dunia hip-hop?
Orang Medan juga sih, bang Ucok Munthe.
Apa peran dari Ucok Munthe?
Ucok Munthe itu bisa dikatakan influencer, jadi termotivasi mau
buat lagu karena
Senang dengar lagu - lagunya
4. Apa hal hal yang telah anda lakukan dan capai dalam dunia hip-hop?
Kalo buat aku, buat lagu hip-hop itu kontribusiku.
5. Bagaimana keluarga melihat anda dan komunitas?
Ada yang support, ada yang engga, kalau papa mama dulu nya sih
engga, setelah bisa hasilin fee ternyata ngehasilin, lama lama
support.
6. Bagaimana masyarakat menilai anda dan komunitas?
Mungkin kalau menurut aku orang liat aku salut dan konsisten
karna aku mulai dari 2008.
7. Ciri identitas khusus yang digunakan oleh komunitas anda?
Vokal sih, mungkin sekarang aku lagi coba buat english version
karna mau go international, kalo bang Ucok sama bang Jere kan
lumayan lumayan buas, kalau aku sih lain, kalau aku digambarin
kayak rapper luar mungkin seperti Lil Wayne.
Kalau beda dengan Dwell Apa yaa, kami mungkin di Club, kalau
Dwell engga.

Universitas Sumatera Utara


Informan 4
Nama : Fariza Fitria
Nama Panggung : Thia Tria
Usia : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat / Domisili : Jl. S.M Raja
Pendidikan : S-2
Status : Lajang
Agama : Islam
Pekerjaan : Music Director
Komunitas : Exito
1. Bagaimana awal mula anda terjun ke dunia hip-hop?
Kan aku dulu awalnya penyiar, terus aku senang music, akhirnya
jadi Music director di salah satu radio tempat aku bekerja, secara
tidak langsung itu membawa aku terjun ke dunia musik.
2. Bagaimana proses pencapaian identitas hip-hop? Dan bertahan?
Sebenarnya faktor utama nya sih kebetulan, jadi aku dulu pendiam
dan susah kenal banyak orang, susah ketemu orang baru karna
susah komunikasi, jadi ketika aku masuk Exito aku harus berubah
180 derajat ngerubah diriku, karna kalau aku tetap pendiam aku
rasa aku gak cocok disini. Sebenarnya susah waktu aku ngejalani
perubahan itu, dimana aku harus menghadapi orang –orang
disekitar ku, karna itu ga gampang kan, selama proses itu aku
akhirnya nemuin kenyamanan ku, sampai – sampai akhirnya
akademis ku sempat kutelantarin, jadi jurusan kuliahku itu beda
kali sama kerjaan ku.
3. Siapa yang paling berperan dan mempengaruhi anda untuk terjun ke
dunia hip-hop?
Senior ku dulu, nama nya Ari Anggara.
Apa peran Ari Anggara terhadap anda?

Universitas Sumatera Utara


Jadi dia yang rekrut aku karna dia anggap aku punya karakter,
akhirnya aku diajakin jadi penyiar, terus karna dia tau aku
pendiam, dia yang merubah itu pelan-pelan, aku sering konsultasi
ke dia, tapi dia bilang aku bisa. Sampai akhirnya dia mulai bawa
aku ke lingkungan musik.
4. Apa hal hal yang telah anda lakukan dan capai dalam dunia hip-hop?
Yang paling berkesan itu, karna terjun ke musik dan bekerja di
dunia musik, aku sekarang tergabung di asosiasi music director
Indonesia. Dan dari musik pula aku punya banyak kerjaan bisa
jadi Brand Ambsador
5. Bagaimana keluarga melihat anda dan komunitas?
Kalau sekarang sih mereka lihatnya, karna aku berhasil buktikan
kalau aku udah nyaman disini mereka sudah percaya. Awalnya
enggak, dulu keluarga beneran ga support. Karna mereka mau aku
kerja, di kantoran , punya gaji, kerja di perusahaan besar, bukan di
bidang entertaint sama sekali.
6. Bagaimana masyarakat menilai anda dan komunitas?
Kalau masyarakat sekitar, mungkin kebanyakan sih menerima aku
yang seperti ini, jadi gak ada pandangan-pandangan yang gimana.
Bahkan tetangga aku ya, karna aku kan perempuan, aku pengen tau
apa tetangga punya rumor-rumor yang gaenak tentang aku, ternyata
aman aman aja, mungkin karna dulu udah ciptain image anak
rumahan yang jarang keluar, sekarang mereka liat aku ya fine fine
aja.
Apa ada image tertentu jika melihat Exito memiliki anggota wanita?
Kita gak akan bisa merubah persepsi orang, tapi selama yang
kulakukan baik, maka akan terlihat baik. Persepsi itu kan otomatis.
7. Alasan anda bergabung dengan Exito? Sedangkan anda wanita
sendiri
Karena di entertaint sendiri aku rasa jenis kelamin itu ga penting,
di entertaint
Itu kita harus bisa menerima semuanya, biarpun aku sendiri

Universitas Sumatera Utara


perempuan yang lain
laki-laki itu ga pernah jadi masalah buat aku, aku berteman ga liat
jenis kelamin
dan itu dituntut dari entertaint.
8. Ciri identitas khusus yang digunakan oleh komunitas anda?
Exito punya talent, exito punya konseptor, exito punya semua yang
dibutuhin
sama komunitas musik, dan sangat lengkap.
Apa perbedaan dengan komunitas lain?
Hmm, pergerakan nya sih. Karnayang paling terasa itu sebenarnya
karyanya.
Diluar komunitas bagaimana penggunaan atribut hip-hop?
Enggak sama sekali sebenarnya kalau aku, karna ruang lingkup ku,
jadi sebenarnya Exito itu terbentuk dari lingkungan yang sudah
ada. Jadi lingkungan nya dulu terbentuk baru muncullah Exito, jadi
berawal dari pemikiran yang sama, kami berniat buat suatu
movement.
Bagaimana perubahan yang anda alami selama berada di komunitas?
Perbedaan yag paling terasa itu genre musik kali ya, kan aku music
director di Most fm, yang biasa kuhadapi itu lagu – lagu Indonesia,
walaupun kalau ditanya kesuakaan aku tetap suka semua aliran
musik baik nasional maupun internasional. Nah setelah masuk
Exito kan sebenarnya komunitas kami tidak menutup segala
kemungkinan aliran untuk masuk kedalamnya tapi sekarang ini
yang paling dirasa hits itu hip-hop dan EDM. Jadi aku yang
biasanya lebih netral, jadi, lebih universal, harus fokus di satu
genre.
Bagaimana perbedaan gaya hidup?
Kalo gaya hidup sih paling, jadi punya kegiatan aja yang harus
dilakukan per setiap minggu, terus juga jadi punya pr sendiri untuk
terus gimana caranya bergerak sama Exito. Jadi sesuai tugas aku
sebagai public relation nya, aku harus terus nyari Exito itu mau

Universitas Sumatera Utara


buat apa lagi, mau manggung dimana lagi. Tapi secara penampilan
gak ada yang berubah, aku tetap berpenampilan seperti wanita pada
umumnya, tetap pakai dress, komunitas aku yang isinya semua
laki-laki ga ngerubah aku jadi berpenampilan seperti laki-aki,
biarpun aku dari kecil punya dua abang jadi memang sering
bergaul sama laki-laki.

GLOSARIUM

Universitas Sumatera Utara


Afro-Amerika : Istilah yang digunakan untuk merujuk kepada kelompok
etnis ini dalam sejarah termasuk negro, kulit hitam, dan
istilah lainnya dalam bahasa Inggris: nigger, colored, Afro-
Americans. Kata negro dan colored kini lebih jarang
digunakan dan sering dianggap menghina. Afrika-
Amerika, kulit hitam kini lebih sering digunakan, meski
istilah Afrika-Amerika sering disalah gunakan untuk
merujuk kepada warga kulit hitam yang bukan penduduk
Amerika Serikat juga
Apartheid : Kata lain dari Rasisme
Beatboxing : Salah satu elemen hip-hop merupakan salah satu bentuk
seni yang mengfokuskan diri dalam menghasilkan bunyi-
bunyi ritmis dan ketukan drum, instrumen musik, maupun
tiruan dari bunyi-bunyian lainnya, khususnya suara
turntable, melalui alat-alat ucap manusia seperti mulut,
lidah, bibir, dan rongga-rongga ucap lainnya.
Blink-blink : Atribut dan pernak-pernik yang dikenakan pelaku hip-hop
Boombap : Subgenre hip-hop pada masa era 90an, atau The Golden
Age of Hip-Hop. diwarnai dengan lirik yang kompleks dan
penuh makna, serta beat yang membuat kepala
mengangguk-angguk.
Breakdance : Salah satu elemen hip-hop dengan nama lain Breaking, b-
boying atau b-girling adalah gaya tari jalanan yang muncul
sebagai bagian dari gerakan hip hop di antara African
American dan anak muda dari Puerto Rico yang dilakukan
di bagian selatan New York City yang brutal pada tahun
1970
Disk Jockey : Salah satu elemen hip-hop dengan nama lain Scratching,
kadang-kadang disebut scrubbing, adalah teknik DJ dan
turntablist yang digunakan untuk menghasilkan suara
perkusi atau irama yang khas dan efek suara dengan
menggerakkan rekaman vinyl bolak-balik pada meja putar

Universitas Sumatera Utara


sementara secara opsional memanipulasi crossfader pada
mixer DJ.
EDM : Subgenre dari hip-hop, Electro Dance Music tercipta dari
berbagai perkusi musik elektronik dibuat sebagian besar
untuk klub malam, rave, dan festival-festival. EDM pada
umumnya diproduksi diputar oleh disc jockey (DJ)
Graffity :Grafiti (juga dieja graffity atau graffiti) adalah coretan-
coretan pada dinding yang menggunakan komposisi warna,
garis, bentuk, dan volume untuk menuliskan kata, simbol,
atau kalimat tertentu. Alat yang digunakan pada masa kini
biasanya cat semprot kaleng.
Genre : Aliran Musik
Influencer : Adalah orang-orang yang punya followers atau audience
yang cukup banyak dan memiliki punya pengaruh yang
kuat terhadap followers mereka, seperti artis, musisi,
penulis, dan lainnya.
MCing : MC ( Microphone Controller ) nama lain dari seorang
rapper
Newschool : Merupakan bahasa slang yang sering digunakan untuk
menggambarkan sesuatu yang baru
Oldschool : Merupakan bahasa slang yang sering digunakan untuk
menggambarkan sesuatu yang ketinggalan zaman
Postmodern : Post modern adalah masa dimana, suatu hal dapat mudah
sekali terganti dengan suatu hal yang baru jika hal tersebut
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan hal yang
yang lain

Rapper : Rapper adalah seseorang yang melantunkan lirik dengan


cepat
Rapping : Salah satu elemen hip-hop, memiliki senimelantunkan
lirik
dengan cepat

Universitas Sumatera Utara


Trendy : Bergaya mutakhir /memiliki tren /bergaya modern /sedang
tren
Taste music : Warna dari sebuah musik yang membuat nya berbeda dan
memiliki rasa
Urban Lifestyle : Gaya hidup urban ialah wujud dari cara berpikir, cara
merasa, dan cara bertindak manusia urban di tengah
konstelasi kehidupan kota masyarakat modern.

DOKUMENTASI PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


GAMBAR 1. KOMUNITAS DWELL
INFORMAN JEREMIAH NORMAN & UCOK MUNTHE

GAMBAR 2. KOMUNITAS EXITO

Universitas Sumatera Utara


GAMBAR 3. KOMUNITAS EXITO
INFORMAN ABI NUBLY & ARCHIEBALD

GAMBAR 4. KOMUNITAS EXITO


INFORMAN FARIZA FITRIA

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN


NAMA : M. Akbar Hasyim Lubis
NIM : 140904103
PEMBIMBING : Yovita Sabarina Sitepu, M.Si

Universitas Sumatera Utara


NO. TGL.PERTEMUAN PEMBAHASAN PARAF
PEMBIMBING
1. Kamis, 09November 2017 Diskusi Bab I

2. Rabu, 14 November 2017 Revisi Bab I

3. Kamis, 23November 2017 Acc Bab I, Diskusi Bab


II

4. Selasa, 28 November 2017 Revisi Bab II

5. Kamis, 7 Desember 2017 Acc Bab II

6. Kamis, 21 Desember 2017 Diskusi Bab III

7. Kamis, 28 Desember 2017 Diskusi Bab IV

8. Senin, 8 Januari 2018 Revisi Bab IV, Diskusi


Bab V

9. Senin, 18 Februari Acc Bab V

10. Jumat, 2 Maret 2018 Acc Seminar Hasil

BIODATA PENELITI

Nama lengkap : M. Akbar Hasyim Lubis

Universitas Sumatera Utara


NIM : 140904103
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Program Studi : Advertising
Tempat & Tanggal lahir : Medan, 16 September 1995
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Alamat : Jl. Menteng Indah V C2 10 Medan
Nama Orang Tua : Ayah - Rakhmad Arif Lubis
Ibu - Hennita Sary
PENDIDIKAN FORMAL : 2001-2007 SDIT Hikmatul Fadhillah
2007-2010 SMP Swasta An-Nizam Medan
2010-2013 SMAN 8 Medan
2014-2018 Ilmu Komunikasi FISIP USU

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai