Anda di halaman 1dari 107

PENGARUH KOREAN WAVE TERHADAP NATION BRAND

KOREA SELATAN (STUDI PADA MAHASIWA FISIP USU)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan


Pada Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh :

DENINTA NOVIENTHIA
130907097

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ADMNISTRASI NIAGA/BISNIS

LEMBAR PERSETUJUAN

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi telah disetujui untuk dipertahankan


dan diperbanyak oleh:

Nama : DENINTA NOVIENTHIA

NIM : 130907097

Program Studi : Administrasi Niaga/Bisnis

Judul : Pengaruh Korean Wave Terhadap Nation Brand Korea


Selatan (Studi Pada Mahasiswa FISIP USU)

Medan, Februari 2017

Dosen Pembimbing Ketua Program Studi

Onan M. Siregar, S.Sos, M.Si Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA


NIP: 197401162014041001 NIP: 195908161986111003

Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si


NIP: 197409302005011002

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Pengaruh Korean Wave Terhadap Nation Brand Korea Selatan


(Studi Pada Mahasiswa FISIP USU)

Nama : Deninta Novienthia


NIM : 130907097
Departemen : Administrasi Niaga/Bisnis
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Pembimbing : Onan M. Siregar, S.Sos, M.Si

Krisis ekonomi global yang tengah melanda perekonomian dunia, menuntut


Negara-negara untuk memperbaiki strategi pasarnya. Sebuah Negara perlu
mengelola citra negaranya sebagaimana perusahaan mengelola brand image.
Karena citra Negara yang baik akan memberikan efek inbound dan outbound yang
baik pula. Adapun efek inbound berkaitan dengan investasi dan pariwisata,
sedangkan efek outbound berkaitan dengan ekspor dan sumber daya manusia.
Korea adalah salah satu Negara yang serius membangun Nation brand lewat
penyebaran budaya pop Korea (Korean Wave) dan menghabiskan jutaan dollar
pertahun untuk Korean Wave. Sehingga perlu hendaknya suatu pembahasan konkrit
mengenai pengaruh Korean Wave terhadap Nation brand Korea Selatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar pengaruh Korean
Wave yang dirasakan oleh mahasiswa/i Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara terhadap Nation brand Korea Selatan.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif dengan pendekatan
kuantitatif, dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara dari bulan Desember 2016 hingga Januari 2017. Pengumpulan data dilakukan
dengan menyebar kuesioner kepada 148 responden yang mengetahui dan atau
menyukai budaya populer Korea dalam hal ini musik dan drama.
Hasil penelitian menunjukkan Korean Wave berpengaruh signifikan
terhadap Nation brand Korea Selatan. Besar pengaruh yang didapat adalah sebesar
48,6%, sedangkan sisanya sebesar 51,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dimasukan dalam penelitian ini.

Kata kunci: Gelombang Korea, Nation brand, Korea Selatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

Impact of Korean Wave towards South Korea Nation Brand


(Studies on student of FISIP USU)

Name : Deninta Novienthia


NIM : 130907097
Department : Business Administration
Faculty : Social and Political Science
Advisor : Onan M. Siregar, S.Sos, M.Si

Global economic crisis that hit the world economy, demands countries to
improved its market strategy. A country needs to manage its country image as a
company managed its brand image. Because a powerful nation brand, will bring a
great inbound and outbound effect as well. Inbound effect related to investment and
tourism, whereas outbound effect related to export and human resources. Korea is
one of those countries that are serious about building its Nation brand through the
spread of its pop culture (Korean Wave) and spends million annually to the Korean
Wave. It suggests a real discussion about the influence of Korean Wave towards
the Nation brand of South Korea.
The aims of this research to determine the influence of Korean Wave among
the student of the Faculty of Social and Political Science, University of Sumatera
Utara towards the Nation brand of South Korea.
This research is an associate research with quantitative approach, carried
out at the Faculty of Social and Political Science, University of Sumatera Utara
from December 2016 to January 2017. Data collection was done by spreading the
questionnaire to 148 respondents who knew and or like Korean pop culture, in this
case, its music and drama.
The research result shows that Korean Wave has significant influence
towards Nation brand of South Korea. The amount of influence is equal to 48,6%,
while the remaining 51,4% is influenced by other factors which not examined in
this study.

Keyword: Korean Wave, Nation Brand, South Korea

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmatnya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

yang berjudul “Pengaruh Korean Wave Terhadap Nation Brand Korea Selatan

(Studi pada Mahasiswa FISIP USU)”.

Selesainya skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang

telah memberikan bantuan dan masukan kepada penulis. Untuk itu penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Marlon Sihombing M.A selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Beti Nasution, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Onan M. Siregar selaku dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan motivasi dan arahan bagi penulis selama penyusunan skripsi.

5. Ibu Siswati Saragih, S.sos, M.SP selaku dosen dan administrator Jurusan Ilmu

Admnistrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Bang Farid selaku staf administrasi, Administrasi Bisnis FISIP USU.

7. Seluruh staf pengajar Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis yang telah memberikan

ilmu yang bermanfaat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8. Orangtua dan adik yang memberikan bantuan baik bantuan moral maupun moril

kepada penulis setiap saat.

9. Seluruh teman-teman kelas B departemen Administrasi Bisnis stambuk 2013

yang telah menemani dan berbagi suka duka selama 3 tahun perkuliahan.

10. Para wanita terbaik, Ridha Ardila, Ria Hanifa, dan Vera Vivi yang selalu

memberikan support terbaik kepada penulis.

11. Teman-teman luarbiasa from day one, Daniel Kennedi, Budhi Prayudha, Yuda

Hermawan, Winda Farida, Ivo M Sihombing, Lidiawati Hutagalung,

Muhammad Irfandi, Sintas Silaban.

12. Sahabat penulis Hynes Tasha Natalia Sinuhaji, terimakasih atas semua

dukungan, doa, dan semangat yang diberikan kepada penulis.

13. Kepada teman lama dan sahabat penulis, Isabella, Yosephine, Hilda, Irwan, dan

Geraldi yang walaupun jauh dimata tapi selalu dekat dihati.

14. Para responden yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner.

15. Seluruh pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu secara eksplisit

dalam tulisan ini yang telah membantu penulis dalam berbagai cara.

Atas segala bantuan yang penulis terima, sekali lagi penulis mengucapkan

terima kasih. Tanpa bantuan kalian semua skripsi ini mustahil dapat penulis

selesaikan. Semoga Tuhan memberikat berkat dan rahmat berlimpah kepada

Bapak/Ibu serta Saudara/i sekalian.

Medan, 2 Februari 2017

Deninta Novienthia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 7
1.3 Batasan Masalah .................................................................... 7
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................... 7
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................. 8

BAB II KERANGKA TEORI ................................................................ 9


2.1 Nation Brand ......................................................................... 9
2.1.1 Pengertian Merek .......................................................... 11
2.1.2 Interpretasi Merek ......................................................... 11
2.1.3 Manfaat Merek .............................................................. 11
2.1.4 Peran Merek .................................................................. 15
2.1.5 Tipe Merek .................................................................... 16
2.1.6 Citra Merek (Brand Image)........................................... 17
2.1.7 Merek Kuat (Powerful Brand) ...................................... 18
2.1.8 Konsep Nation Branding .............................................. 21
2.1.9 Evolusi Teori Nation Branding .................................... 23
2.1.10 Masalah yang Dihadapi Dalam Nation Branding ....... 25
2.1.11 Nation Brand Index .................................................... 26
2.2 Korean Wave ......................................................................... 29
2.2.1 Perkembangan Korean Wave ........................................ 29
2.2.2 Korean Wave di Indonesia ............................................ 31
2.3 Penelitian Terdahulu .............................................................. 32
2.4 Kerangka Berpikir .................................................................. 35

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 36


3.1 Bentuk Penelitian ................................................................... 36
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 36
3.3 Populasi dan Sampel .............................................................. 36
3.3.1 Populasi ......................................................................... 36
3.3.2 Sampel ........................................................................... 36
3.4 Hipotesis................................................................................. 37
3.5 Definisi Konsep ...................................................................... 37
3.6 Definisi Operasional............................................................... 38
3.7 Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.8 Teknik Penentuan Skor .......................................................... 39
3.9 Teknik Analisis Data .............................................................. 40
3.9.1 Metode Uji Instrumen ................................................... 40
3.9.1.1 Uji Validitas ...................................................... 40
3.9.1.2 Uji Reliabilitas .................................................. 40
3.9.2 Metode Analisis Data .................................................... 41
3.9.2.1 Analisis Regresi Linear Sederhana ................... 41
3.9.2.2 Uji Asumsi Klasik ............................................. 41
3.9.3 Pengujian Hipotesis....................................................... 42
3.9.3.1 Uji Parsial (Uji-t)............................................... 42
3.9.3.2 Uji Koefisien Determinasi (R2) ......................... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................ 42


4.1 Deskripsi Objek Penelitian ..................................................... 42
4.1.1 Gambaran Umum Korea Selatan .................................. 42
4.1.2 Sejarah Singkat Universitas Sumatera Utara (USU) ..... 44
4.1.3 Sejarah Singkat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) USU ................................................................. 45
4.1.2 Visi dan Misi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) USU ................................................................. 47
4.2 Penyajian Data ....................................................................... 48
4.2.1 Karakteristik Responden .............................................. 49
4.2.2 Variabel Penelitian ........................................................ 51
4.2.3 Variabel Bebas (Korean Wave) ..................................... 51
4.2.3.1 Sering Mendengar Tentang Budaya Populer
Korea ................................................................. 51
4.2.3.2 Tayangan Budaya Populer Korea Menarik ....... 52
4.2.3.3 Menyukai Budaya Populer Korea ..................... 53
4.2.3.4 Menyukai Selebritis Korea ................................ 54
4.2.3.5 Kemudahan Mengakses Musik dan Drama
Korea ................................................................. 55
4.2.3.6 Sering Mencari Informasi Tentang Korea dan
Budaya Populer Korea ...................................... 56
4.2.3.7 Indeks Jawaban Responden Mengenai Korean
Wave .................................................................. 56
4.2.4 Variabel Terikat (Nation Brand) ................................... 57
4.2.4.1 Export ................................................................ 58
4.2.4.2 Tourism ............................................................. 61
4.2.4.3 Investment and Immigration ............................. 63
4.2.4.4 Indeks Jawaban Responden Mengenai Nation
Brand ................................................................. 69
4.3 Uji Instrumen Penelitian ......................................................... 70
4.3.1 Uji Validitas ................................................................... 70
4.3.1.1 Uji Validitas Variabel Bebas .............................. 70
4.3.1.2 Uji Validitas Variabel Terikat ............................ 72
4.3.2 Uji Reliabilitas ............................................................... 76
4.3.2.1 Uji Reliabilitas Variabel Bebas .......................... 76
4.3.2.2 Uji Reliabilitas Variabel Terikat ........................ 77

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.4 Teknik Analisis Data ............................................................... 77
4.4.1 Uji Asumsi Klasik .......................................................... 77
4.4.2 Analisis Regresi Linear Sederhana ................................ 79
4.4.3 Uji Hipotesis .................................................................. 80
4.4.3.1 Uji Parsial (Uji-t)................................................ 80
4.4.3.2 Uji Koefisien Determinasi (R2) .......................... 81
4.5 Pembahasan ............................................................................. 82

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 85


5.1 Kesimpulan .............................................................................. 85
5.2 Saran ......................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Manfaat Merek ......................................................................... 13
Tabel 2.2 Masalah yang Dihadapi Dalam Nation Branding .................... 25
Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................ 38
Tabel 3.2 Scoring Untuk Jawaban Kuesioner .......................................... 40
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............. 49
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Stambuk ...................... 49
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Program Studi ............. 50
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengenalan Akan
Musik dan Drama Korea .......................................................... 51
Tabel 4.5 Jawaban Responden Atas Pertanyaan Pertama Variabel X ..... 52
Tabel 4.6 Jawaban Responden Atas Pertanyaan Kedua Variabel X ........ 53
Tabel 4.7 Jawaban Responden Atas Pertanyaan Ketiga Variabel X ........ 54
Tabel 4.8 Jawaban Responden Atas Pertanyaan Keempat Variabel X .... 54
Tabel 4.9 Jawaban Responden Atas Pertanyaan Kelima Variabel X....... 55
Tabel 4.10 Jawaban Responden Atas Pertanyaan Keenam Variabel X ..... 56
Tabel 4.11 Indeks Jawaban Responden Terhadap Variabel Korean Wave. 57
Tabel 4.12 Jawaban Responden Atas Pertanyaan Pertama Indikator
Export ....................................................................................... 58
Tabel 4.13 Jawaban Responden Atas Pertanyaan Kedua Indikator
Export ....................................................................................... 59
Tabel 4.14 Jawaban Responden Atas Pertanyaan Ketiga Indikator
Export ....................................................................................... 60
Tabel 4.15 Jawaban Responden Atas Pertanyaan Keempat Indikator
Export ....................................................................................... 60
Tabel 4.16 Jawaban Responden Atas Pertanyaan Pertama Indikator
Tourism .................................................................................... 61
Tabel 4.17 Jawaban Responden Atas Pertanyaan Kedua Indikator
Tourism .................................................................................... 62
Tabel 4.18 Jawaban Responden Atas Pertanyaan Ketiga Indikator
Tourism .................................................................................... 62
Tabel 4.19 Jawaban Responden Atas Pertanyaan Keempat Indikator
Tourism .................................................................................... 63
Tabel 4.20 Jawaban Responden Atas Pertanyaan Pertama Indikator
Investment and Immigration .................................................... 64
Tabel 4.21 Jawaban Responden Atas Pertanyaan Kedua Indikator
Investment and Immigration .................................................... 65
Tabel 4.22 Jawaban Responden Atas Pertanyaan Ketiga Indikator
Investment and Immigration .................................................... 65
Tabel 4.23 Jawaban Responden Atas Pertanyaan Keempat Indikator
Investment and Immigration .................................................... 66
Tabel 4.24 Jawaban Responden Atas Pertanyaan Kelima Indikator
Investment and Immigration .................................................... 67
Tabel 4.25 Jawaban Responden Atas Pertanyaan Keenam Indikator
Investment and Immigration .................................................... 67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.26 Jawaban Responden Atas Pertanyaan Ketujuh Indikator
Investment and Immigration .................................................... 68
Tabel 4.27 Indeks Jawaban Responden Terhadap Variabel Nation Brand. 69
Tabel 4.28 Hasil Uji Validitas Variabel Bebas .......................................... 70
Tabel 4.29 Hasil Uji Validitas Variabel Terikat (Export) .......................... 73
Tabel 4.30 Hasil Uji Validitas Variabel Terikat (Tourism) ....................... 73
Tabel 4.31 Hasil Uji Validitas Variabel Terikat (Investment and
Immigration, Nation brand) ..................................................... 74
Tabel 4.32 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Bebas ...................................... 76
Tabel 4.33 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Terikat..................................... 77
Tabel 4.34 Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana ................................. 79
Tabel 4.35 Hasil Uji Parsial (Uji-t) ............................................................ 80
Tabel 4.36 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ...................................... 81

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Nation Brand Index .............................................................. 27
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ................................................................ 35
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas ............................................................. 78

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Kuesioner .............................................................................. L1
Lampiran 2 Kuesioner Yang Telah Diisi ................................................. L2
Lampiran 3 Summary Google Form ........................................................ L3
Lampiran 4 Tabulasi Jawaban Responden ............................................... L4
Lampiran 5 Outout SPSS .......................................................................... L5
Lampiran 6 Tabel r 101-150 ..................................................................... L6
Lampiran 7 Tabel t 121-160 ...................................................................... L7
Lampiran 8 Screenshot Direktori Mahasiswa ........................................... L8
Lampiran 9 Nilai Seminar Proposal .......................................................... L9
Lampiran 10 Berita Acara Seminar Proposal.............................................. L10
Lampiran 11 Absensi Seminar Proposal ..................................................... L11
Lampiran 12 Kartu Kendali Bimbingan Skripsi ......................................... L12
Lampiran 13 Surat Izin Riset ...................................................................... L13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Krisis ekonomi global yang tengah melanda perekonomian dunia, menuntut

negara-negara untuk berbenah diri dan memperbaiki strategi pasar serta kebijakan

publiknya agar dapat bertahan menghadapi perekonomian global yang lemah dan

persaingan di pasar global yang semakin kompetitif. Beberapa hal yang dapat

dilakukan adalah dengan perbaikan kualitas produk domestik, meningkatkan

ekspor dan arus investasi, pengembangan sektor pariwisata, dan lain sebagainya.

Tentu hal ini akan dapat dilakukan jika sebuah negara memiliki citra yang baik di

mata publik internasional. Elemen-elemen seperti orang, tempat, budaya, bahasa,

pemerintahan, sejarah, makanan, fashion, selebriti, merek, kekayaan alam, ekspor,

dan lain sebagainya dengan atau tanpa upaya telah dengan sendirinya membangun

perspektif publik yang menyebabkan negara saat ini memiliki citranya masing-

masing di mata audiens internasional baik itu kuat, lemah, jelas, atau samar.

Sebuah negara perlu mengelola citra negaranya sebagaimana sebuah

perusahaan mengelola citra merek (brand image) mereka. Merek atau brand adalah

nama, istilah, tanda, simbol, desain, atau kombinasi keseluruhannya yang ditujukan

untuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan sekaligus

sebagai diferensiasi produk (Ferrinadewi, 2008:137). Merek memberi tanda kepada

konsumen mengenai produk atau jasa yang diwakilinya dan melindungi konsumen

maupun produsen dari pesaing (competitor) yang berusaha menawarkan produk

yang tampak identik atau sama. Merek (brand) dapat berarti setidaknya tiga hal

berbeda di dunia pemasaran. Pertama, merek (brand) dapat dapat merujuk kepada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


identitas produk tersebut (tampilan produk itu sendiri, kemasan, logo, corak, dan

lain sebagainya). Kedua, terkadang brand digunakan sebagai salah satu sarana

untuk menilai budaya organisasi perusahaan. Dan yang ketiga, brand dapat merujuk

kepada reputasi produk atau perusahaan dimata target konsumen. Sebuah merek

yang baik meninggalkan kesan abadi dihati audiensnya. Agar tetap bermakna,

sebuah merek harus mampu mencerminkan perubahan keinginan kosumennya, dan

terus berkembang.

Sebuah negara yang memiliki citra baik akan dianggap dan diakui. Semakin

dianggap dan diakui sebuah negara, maka semakin besar pula efek inbound dan

outbound yang ditimbulkan bagi negara tersebut. Istilah inbound mengacu kepada

daya tarik sebuah negara bagi orang asing terkait dengan investasi, pariwisata, dan

kondisi kehidupan negara tersebut. Sementara istilah outbond mengacu kepada

apakah perusahaan dan organisasi sebuah negara diterima di luar negeri sehingga

perusahaan dan organisasi dapat melakukan ekpor lebih dan menarik lebih banyak

sumber daya manusia profesional. (Lee, 2010:103). Karena hal inilah negara-

negara berusaha meningkatkan Nation branding-nya melalui berbagai cara.

Selandia Baru adalah negara yang pertama kali melakukan nation branding melalui

kampanye “100% Pure New Zealand” di tahun 1999, menginvestasikan 41 juta

dollar hanya untuk iklan selama dua tahun. Hasilnya jumlah turis asing yang

berkunjung ke Selandia Baru meningkat sebanyak 53%. Jerman berhasil mengatasi

image-nya yang ternoda akibat perannya dalam perang dunia kedua lewat

momentum piala dunia tahun 2006 dan slogan “Land of Ideas” (Lee, 2010:103).

Nation branding adalah sebuah konsep yang diadopsi dari prinsip-prinsip

pemasaran yang pertama kali dikembangkan oleh Simon Anholt dalam Journal of

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Brand Mangement pada tahun 1998 (Prost & Bondaz, 2014:1). Nation branding

membahas tentang seberapa besar dampak sebuah produk yang diperdagangkan

antar negara bagi image negara tersebut, dan merupakan keseluruhan presepsi

mengenai suatu bangsa dimata publik internasional. Ketika berbicara tentang

Nation brand maka berbicara tentang merek suatu negara lengkap dengan atribut

yang melekat. Misalnya China, jika berbicara tentang Nation brand China maka

elemen-elemen yang membangun Nation brand-nya adalah benderanya, lagu

kebangsaan, tagline, budaya dan objek wisata seperti kungfu, panda, dan the great

wall of China atau tembok besar Cina, atau yang sekarang sedang menjadi

perbincangan yaitu stadium bird nest di China yang menjadi stadium pertama di

dunia dengan sarang burung sebagai konsep arsitekturnya. Jika product brand

image kapanpun dapat dihentikan, dimodifikasi, dan atau dipasarkan ulang, maka

berbeda dengan nation brand. Pada Nation brand hal-hal seperti diatas sulit bahkan

mustahil untuk dilakukan.

Nation branding yang baik akan memberikan dampak ekonomi yang positif

bagi bangsa atau negara tersebut, khususnya yang berkaitan dengan ekspor dan

perdagangan dalam negeri. Karena itulah penting dikaji tentang sejauh mana

branding berdampak pada perdagangan, pariwisata, dan investasi. Pembentukan

citra suatu negara baik internal maupun eksternal berbasis pada nilai dan persepsi

positif yang dimiliki. Adapun tujuan dari Nation branding adalah menciptakan

country image yang baik sehingga dapat menarik investasi, turis, menciptakan

lapangan kerja, serta meningkatkan ekspor, dan lain sebagainya.

Saat ini, Korea Selatan merupakan salah satu negara yang serius dalam

membangun Nation brand negaranya. Pada Januari 2009, Presiden Korea Selatan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lee Myung Bak mendirikan Presidential Council on Nation Branding (PCNB)

yang bertugas menyusun strategi dan guideline untuk mengkoordinasi dan

memimpin aktivitas-aktivitas dalam membangun Nation brand Korea. Lembaga ini

dibentuk karena pemerintah Korea Selatan menyadari adanya gap antara persepsi

dan realitas tentang Korea Selatan diantara orang asing dan negara lain. (Prost &

Bondaz, 2014:2). Sebuah studi yang dilakukan oleh Korea Trade Investment

Promotion Agency (Kotra) di tahun 2009, menunjukan bahwa orang asing tidak

menyadari tentang keberadaan perusahan Korea. Hanya 36% orang Amerika dan

54% orang Eropa yang menyadari bahwa Samsung adalah merek dari Korea. Citra

Korea pun terus mengalami penurunan selama awal tahun 2000. Pada riset yang

dilakukan oleh Anholt-GfK Nation Brand Index (NBI) sebuah lembaga riset yang

melakukan riset pada terhadap Nation brand negara-negara dunia yang kemudian

menuangkannya menjadi suatu hasil riset yang dikenal dengan Nation Brands Index

(NBI), peringkat Korea terus mengalami penurunan dari peringkat ke-25 pada tahun

2005 menjadi peringkat ke-33 pada tahun 2008 (Prost & Bondaz, 2014:2).

Pada tahun 2012, untuk mendukung proyek Nation branding ini, Ministry

of Culture and Tourism Korea menyiapkan dana sebesar 730 miliar won atau

sebesar 6,2 juta USD untuk membangun concert vanue baru, mengadakan event,

dan memberikan financial support untuk Hallyu atau Korean Wave (David, 2015).

Hallyu atau Korean Wave adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya

pop Korea (K-pop, K-drama) secara global di berbagai negara di dunia yang

memicu banyak orang di negara tersebut untuk mempelajari bahasa dan

kebudayaan Korea. Menurut Euny Hong, penulis The Birth of Korean Cool: How

One Nation is Conquering the World Through Pop Culture, Korea menghabiskan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


milliaran dollar untuk menjadikan negaranya sebagai eskportir budaya pop nomor

satu di dunia. Tidak ada negara yang tidak terpengaruh oleh budaya Korea apakah

itu dalam bentuk K-pop atau Samsung.

Brand seperti Samsung dan Hyundai telah merubah Korea menjadi salah

satu penggerak utama ekonomi dunia. Penjualan tahunan Samsung telah meningkat

dari US$1,3 milliar pada tahun 1977 menjadi US$213 milliar pada tahun 2013

(Leong, 2014). Korean Wave, produk ekspor terkenal Korea lainnya juga telah

memberikan pengaruh langsung terhadap pembelian konsumen. Sebagai contoh,

lipstick Yves Saint Laurent (YSL) yang digunakan dalam drama Korea My Love

from The Star terjual habis di seluruh dunia segera setelah produk ini ditampilkan

dalam drama tersebut. Menurut Korea’s Culture and Information Service, pada

awal tahun 2000 ekspor konten budaya Korea berkisar pada US$500 juta, dan

melonjak hingga lebih dari US$4 milliar pada tahun 2011. Pada tahun 2012,

Korea’s Ministry of Culture, Sport, and Tourism memperkirakan nilai aset ekonomi

Hallyu atau Korean Wave sebesar US$83,2 milliar dimana sebesar US$5,26 milliar

didapat dari industri musik (Leong, 2014).

Data tahun 2005 menunjukkan bahwa Korean Wave menyokong GDP

Korea Selatan sebanyak 0,2%. Korean Wave menyokong US$1,8 milliar atau

sebesar 2,14 trilliun won pada sektor ekspor dan pariwisata. Dikategori penjualan

barang-barang lokal, Korean Wave mampu menyumbang US$918 milliar. Secara

lebih rinci lagi, institut penelitian Korea Selatan mengatakan bahwa jumlah

wisatawan mancanegara ke Korea Selatan meningkat dari 647.000 orang menjadi

968.000 pada tahun 2004. Meningkatnya wisatawan ini disebabkan oleh

meningkatnya masyarakat diluar Korea yang ingin mengunjungi Korea karena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


terkena demam Hallyu (Ikhsan & Pinem, 2012). Menurut laporan yang dikeluarkan

pada tahun 2015 oleh Hyundai Research Institute, ekspor produk-produk yang

berhubungan langsung dengan Hallyu di negara-negara yang terdampak demam

Hallyu mengalami peningkatan dibandingkan dengan produk ekspor lainnya.

Menyumbangkan 2,9% dari total ekspor Korea, menjadikannya bagian penting dari

perekonomian. Lima kelompok produk telah ditetapkan sebagai produk Hallyu oleh

Korea Custom Service yaitu culture, living, food, clothing and accessories, home

appliance, dan computers (David, 2015).

Proyek nation branding ini telah terbukti bermanfaat. Korea menduduki

peringkat ke-27 pada Anholt-GfK Nation Brand Index (NBI) overall brand ranking

tahun 2011 (Prost & Bondaz, 2014: 3). Menjadi tempat yang patut untuk dikunjungi

alih-alih negara yang menutup diri dari dunia luar dan terlibat dalam perang. South

Korea is indeed one of the countries, if not the only country in the world, which has

put so much effort in its nation branding strategy (Leong, 2014). Dari uraian yang

dipaparkan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Korean Wave terhadap Nation Brand Korea Selatan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang

akan diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh Korean Wave

terhadap Nation brand Korea Selatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari rang lingkup yang terlalu luas sehingga dapat

mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti.

Adapun batasan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Penelitian ini difokuskan pada Fenomena Korean Wave yang berupa tayangan

musik (K-Pop) dan drama (K-Drama).

2. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh terpaan tayangan Korean

Wave terhadap tiga aspek Nation Brand Index yaitu Export, Tourism, dan

Investment and Immigration.

3. Penelitian dilakukan pada mahasiwa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

program S-1, stambuk 2013 sampai dengan 2016. Tidak termasuk program

ekstensi. Stambuk diatas tahun 2013 tidak dipilih menjadi sampel populasi

dikarenakan intensitas kehadirannya di kampus terbatas.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan diadakannya penelitian

ini adalah untuk mengetahui besar pengaruh Korean Wave terhadap Nation brand

Korea Selatan.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan menjadi manfaat dari diadakannya

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan dan menambah

wawasan peneliti mengenai Korean Wave dan kaitannya terhadap Nation

brand.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dan pengetahuan

masyarakat mengenai Korean Wave dan kaitannya dengan Nation brand. Serta

memberikan masukan untuk membangun Nation brand melalui industri kreatif.

3. Bagi Program Studi Administrasi Bisnis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi program studi dan

memberikan informasi yang berguna bagi mahasiswa/i program studi

administrasi bisnis yang akan melakukan penelitian yang terkait.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 Nation Brand

2.1.1 Pengertian Merek

Menurut Keller (Ferrinadewi, 2008:137) merek adalah nama, istilah, tanda,

simbol, desain, atau kombinasi keseluruhannya, yang ditujukan untuk

mengidentifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan sekaligus

sebagai diferensiasi produk. Menurut Keegan et al. (Ferrinadewi, 2008:137) merek

adalah sejumlah citra dan pengalaman dalam benak konsumen yang

mengkomunikasikan manfaat yang dijanjikan produk yang diproduksi oleh

perusahaan tertentu. Menurut Webster dan Keller (Tjiptono, 2011:2) merek (brand)

telah menjadi elemen krusial yang berkontribusi terhadap kesuksesan sebuah

organisasi pemasaran, baik perusahaan bisnis, maupun nirlaba, pemanufaktur

maupun penyedia jasa, dan organisasi lokal maupun global. Menurut UU Merek

No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1 (Tjiptono, 2011:2), merek adalah tanda yang

berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau

kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan

dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.

Menurut Kotler (Sangadji, 2011:323), merek dapat memiliki enam level

pengertian, yaitu:

1. Atribut

Merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu, misalnya Mercedes memberi

kesan sebagai mobil yang mahal, dibuat dengan baik, tahan lama, dan bergensi

tinggi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Manfaat

Atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional. Atribut

“tahan lama” dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional.

3. Nilai

Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen, misalnya Mercedes

berarti kinerja tinggi, keamanan, dan gengsi.

4. Budaya

Merek juga mewakili budaya tertentu, misalnya Mercedes mewakili budaya

Jerman yang terorganisasi, efisien, dan bermutu tinggi.

5. Kepribadian

Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu, misalnya Mercedes

mencerminkan pemimpin yang masuk akal (orang), singa yang memerintah

(binatang), atau istana yang agung (objek).

6. Pemakai

Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk.

Chernatony (Tjiptono, 2011:8) mendefinisikan merek sebagai “mata rantai”

antara aktifitas pemasaran perusahaan dan persepsi konsumen terhadap unsur-unsur

fungsional dan emosional dalam pengalaman mereka dengan produk tertentu dan

cara produk tersebut dipresentasikan kepada mereka. Menurut Keller (Tjiptono,

2011:19) merek adalah produk yang mampu memberikan dimensi tambahan yang

secara unik membedakannya dari produk-produk lain yang dirancang untuk

memuaskan kebutuhan serupa. Menurut Armstrong, Kotler, dan Silva (2006:271)

merek (brand) lebih dari sekedar nama dan simbol. Merek mewakili persepsi dan

perasaan konsumen tentang produk dan kinerjanya, dan segala sesuatu yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


berhubungan dengan arti sebuah produk atau jasa kepada konsumen. Sehingga pada

akhirnya, merek tersebut ada di benak konsumen. Namun, nilai sesungguhnya dari

sebuah merek yang kuat adalah kemampuannya untuk menangkap preferensi dan

loyalitas konsumen.

2.1.2 Interpretasi Merek

Chernatony (Tjiptono, 2011:8) mengidentifikasi setidaknya ada 14

interpretasi terhadap merek, yang dikelompokkannya menjadi tiga kategori:

interpretasi berbasis input (branding dipandang sebagai cara para manajer

mengalokasikan sumber dayanya dalam rangka meyakinkan konsumen),

interpretasi berbasis output (interpretasi dan pertimbangan konsumen terhadap

kemampuan merek memberikan nilai tambah bagi mereka), dan interpretasi

berbasis waktu (menekankan branding sebagai proses yang berlangsung terus-

menerus). Ketiga kategori ini kemudian dijabarkan menjadi 14 macam interpretasi,

yakni merek sebagai logo, instrument hukum, perusahaan, shorthand, risk reducer,

positioning, kepribadian, serangkaian nilai, visi, penambah nilai, identitas, citra,

relasi, dan evolving entity. Menurut Chernatony, interpretasi tersebut tidaklah harus

bersifat mutually exclusive, karena sesungguhnya merek merupakan perpaduan dari

beraneka macam interpretasi.

2.1.3 Manfaat Merek

Merek bermanfaat bagi produsen dan konsumen. Menurut Keller (Tjiptono,

2011:20) bagi produsen, merek berperan penting sebagai:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan

produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian sediaan dan

pencatatan akuntansi.

2. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik. Nama

merek bisa diproteksi melalui merek dagang terdaftar (registered trademarks),

proses pemanufakturan bisa dilindungi melalui hak paten, dan kemasan bisa

diproteksi melalui hak cipta (copyrights) dan desain.

3. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka bias

dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu. Loyalitas merek

seperti ini menghasilkan predictability dan security permintaan bagi perusahaan

dan menciptakan hambatan masuk yang menyulitkan perusahaan lain untuk

memasuki pasar.

4. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari

para pesaing.

5. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum,

loyalitas pelanggan, dan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen.

6. Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan masa datang.

Keller (Tjiptono, 2011:21) mengemukakan tujuh manfaat merek bagi

konsumen, yaitu:

1. Sebagai identifikasi sumber produk

2. Penetapan tanggung jawab pada pemanufaktur atau distributor tertentu

3. Pengurang risiko

4. Penekan biaya pencarian (search cost) internal dan eksternal

5. Janji atau ikatan khusus dengan produsen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Alat simbolis yang memproyeksikan citra diri

7. Sinyal kualitas

Menurut Kapferer (Tjiptono, 2011:21) fungsi potensial sebuah merek

meliputi identifikasi, praktikalitas, garansi, optimisasi, karakterisasi, kontinuitas,

26edonistic, dan fungsi etis. Sementara itu, Ambler (Tjiptono, 2011:21)

mengelompokkan manfaat-manfaat merek kedalam tiga kategori yaitu, raritas

(manfaat ekonomik atau value for money), virtuositas (manfaat fungsional atau

kualitas), dan complacibilitas (manfaat psikologis atau kepuasan pribadi). Aaker

dan Joachimstahler (Ferrinadewi, 2008:139) mengemukakan bahwa merek

menawarkan dua jenis manfaat yaitu manfaat fungsional dan manfaat emosional.

Manfaat fungsional mengacu pada kemampuan fungsi produk yang ditawarkan,

sedangkan manfaat emosional adalah kemampuan merek untuk membuat

penggunanya merasakan sesuatu selama proses pembelian atau selama konsumsi.

Menurut Tjiptono (2011: 46) terdapat tiga manfaat merek, yaitu:

Tabel 2.1
Manfaat Merek

No. Manfaat Merek Deskripsi

1. Manfaat Ekonomik a. Merek merupakan sarana bagi perusahaan


untuk saling bersaing memperebutkan
pasar.
b. Konsumen memilih merek berdasarkan
value for money yang ditawarkan
berbagai macam merek.
c. Relasi antara merek dan konsumen
dimulai dengan penjualan. Premium
harga bisa berfungsi layaknya asuransi
risiko bagi perusahaan. Sebagian besar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sambungan tabel 2.1

No. Manfaat Merek Deskripsi

konsumen lebih suka memilih penyedia


jasa yang lebih mahal namun diyakininya
dapat memuaskan daripada memilih
penyedia jasa lebih murah yang tidak
jelas kinerjanya.

2. Manfaat Fungsional a. Merek memberikan peluang bagi


diferensiasi.
b. Merek memberikan jaminan kualitas.
c. Pemasar merek berempati dengan
pemakai akhir dan masalah yang akan
diatasi merek yang ditawarkan.
d. Merek memfasilitasi ketersediaan produk
secara luas.
e. Merek memudahkan iklan dan
sponsorship.
3. Manfaat Psikologis a. Merek merupakan penyederhanaan atau
simplifikasi dari semua informasi produk
yang perlu diketahui konsumen.
b. Pemilihan merek tidak selalu didasarkan
pada pertimbangan rasional.
c. Merek bisa memperkuat citra diri dan
persepsi orang lain terhadap pemakai atau
pemiliknya.
d. Brand symbolism tidak hanya
berpengaruh pada persepsi orang lain,
namun juga pada identifikasi diri sendiri
dengan obyek tertentu.
Sumber: Tjiptono (2011)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.1.4 Peran Merek

Kotler (2009:259) menyatakan merek memiliki beberapa peran, yaitu:

1. Merek mengidentifikasi sumber atau pembuat produk dan memungkinkan

konsumen untuk menuntut tanggung jawab atas kinerjanya kepada pabrikan

atau distributor tertentu.

2. Konsumen dapat mengevaluasi produk yang sama secara berbeda tergantung

pada bagaimana pemerekan produk tersebut.

3. Konsumen belajar tentang merek melalui pengalaman masa lalu dengan produk

tersebut dan program pemasarannya, menemukan merek mana yang

memuaskan kebutuhan mereka dan mana yang tidak.

4. Ketika hidup konsumen menjadi semakin rumit, terburu-buru, dan kehabisan

waktu, kemampuan merek untuk menyederhanakan pengambilan keputusan

dan mengurangi resiko adalah sesuatu yang berharga.

5. Bagi perusahaan merek menyederhanakan penanganan atau penelurusan

produk.

6. Merek membantu mengatur catatan persediaan dan catatan akuntansi.

7. Merek menawarkan perlindungan hukum kepada perusahaan untuk fitur-fitur

atau aspek unik produk.

8. Merek menandakan tingkat kualitas tertentu sehingga pembeli yang puas dapat

dengan mudah memilih produk kembali.

9. Loyalitas merek memberikan tingkat permintaan yang aman dan dapat

diperkirakan bagi perusahaan, dan menciptakan penghalang yang mempersulit

perusahaan lain untuk memasuki pasar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10. Penetapan merek dapat menjadi alat yang berguna untuk mengamankan

keunggulan kompetitif.

2.1.5 Tipe Merek

Tjiptono (2011:45) menyatakan terdapat tiga tipe utama merek. Ketiga tipe

tersebut meliputi attribute brands, aspirational brands, dan experience brands.

1. Attribute brands, yakni merek-merek yang memiliki citra yang mampu

mengkomunikasikan keyakinan atau kepercayaan terhadap atribut fungsional

produk. Kerapkali sangat sukar bagi konsumen untuk menilai kualitas dan fitur

secara obyektif atas begitu banyak tipe produk, sehingga mereka cenderung

memilih merek-merek yang dipresepsikan sesuai dengan kualitasnya.

2. Aspirational brands, yaitu merek-merek yang menyampaikan citra tentang tipe

orang yang membeli merek bersangkutan. Citra tersebut tidak banyak

menyangkut produknya, tetapi justru lebih banyak berkaitan dengan hidup yang

didambakan. Keyakinan konsumen adalah dengan memiliki merek semacam

ini, akan tercipta asosiasi yang kuat antara dirinya dengan kelompok aspirasi

tertentu (misalnya, golongan kaya, prestisius, dan populer).

3. Experience brands, mencerminkan merek-merek yang menyampaikan citra

asosiasi dan emosi bersama (shared associations and emotions). Tipe ini

memiliki citra melebihi sekedar aspirasi dan lebih berkenaan dengan kesamaan

filosofi antara merek dan konsumen individual. Kesuksesan sebuah experienced

brand ditentukan oleh kemampuan merek bersangkutan dalam

mengekspresikan individualitas dan pertumbuhan personal.

2.1.6 Citra Merek (Brand Image)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Rangkuti (Sangadji, 2011:327) mengemukakan bahwa citra merek adalah

sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen. Menurut Aaker

(Sangadji, 2011:327) citra merek adalah seperangkat asosiasi unik yang ingin

diciptakan atau dipelihara oleh pemasar. Asosiasi-asosiasi itu menyatakan apa

sesungguhnya merek dan apa yang dijanjikan kepada konsumen. Shimp et al

(Rangkuti, 2011:327) berpendapat, citra merek (brand image) dapat dianggap

sebagai jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat sebuah

merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk

pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan dengan suatu merek, sama halnya

ketika kita berpikir mengenai orang lain. Berdasarkan pendapat-pendapat yang

telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa citra merek dapat positif atau negatif,

tergantung pada persepsi seseorang terhadap merek.

Menurut Keller (Ferrinadewi, 2008:165) brand image adalah persepsi

tentang merek yang merupakan refleksi memori konsumen akan asosiasinya pada

merek tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa brand image merupakan konsep yang

diciptakan oleh konsumen karena alasan subyektif dan emosi pribadinya. Brand

image terdiri dari dua komponen yaitu brand association atau asosiasi merek dan

favorability, strength, and uniqueness of brand association atau sikap positif,

kekuatan, dan keunikan merek. Sikap positif (favorability) dan keunikan asosiasi

merek terdiri dari tiga hal dalam benak konsumen yaitu adanya keinginan,

kemudian keyakinan bahwa merek tertentu dapat memenuhi keinginannya dan yang

terpenting adalah keyakinan konsumen bahwa merek tersebut memiliki perbedaan

yang signifikan dibandingkan merek lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Menurut Stern et al. (Ferrinadewi, 2008:167), terdapat beberapa aspek yang

membuat brand image menjadi begitu bervariasi, yaitu :

1. Dimana letak citra atau image, artinya apakah citra tersebut berada dalam benak

konsumen atau memang pada objeknya.

2. Sifat alaminya, artinya apakah citra tersebut mengacu pada proses, bentuk, atau

sebuah transaksi.

3. Jumlahnya, artinya berapa banyak dimensi yang membentuk citra.

Menurut benchmark research, sebuah biro riset Inggris (Ferrinadewi,

2008:167), dalam konsep brand image terdapat tiga komponen penting yaitu :

1. brand association, merupakan tindakan konsumen untuk membuat asosiasi

berdasarkan pengetahuan mereka akan merek baik itu pengetahuan yang

sifatnya faktual maupun yang bersumber dari pengalaman dan emosi.

2. brand values, adalah tindakan konsumen dalam memilih merek.

3. brand positioning, merupakan persepsi konsumen akan kualitas merek yang

nantinya persepsi ini akan digunakan oleh konsumen dalam evaluasi alternatif

merek yang akan dipilih.

2.1.7 Merek Kuat (Powerful Brand)

Menurut Temporal (2001:11) Merek yang kuat menjamin keamanan jangka

panjang dan pertumbuhan, pertumbuhan keuntungan yang lebih tinggi, dan

peningkatan nilai asset karena perusahaan mencapai:

1. Keunggulan kompetitif (competitive differentiation)

2. Harga premium (premium prices)

3. Sales volume yang lebih tinggi (higher sales volume)

4. Skala ekonomis (economies of scale) dan mengurangi biaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Jaminan lebih terhadap permintaan

Menurut Davis dan Keller (Tjiptono, 2011:45) memiliki merek kuat

merupakan aspek vital bagi setiap perusahaan, karena keunggulan yang bisa

didapatkan beraneka ragam, mulai dari persepsi kualitas yang lebih bagus dan

loyalitas merek yang lebih besar hingga margin laba yang lebih besar dan peluang

tambahan untuk perluasan merek (brand extension). Keunggulan ini bisa berupa

nilai bagi pelanggan (keunggulan fungsional dan ekspresif) maupun nilai bagi

pemilik merek (keunggulan finansial, strategis, dan manajerial). Secara lebih

spesifik, dampak positif dan keunggulan dari merek kuat mencakup macro brand

considerations (kepemimpinan pasar atau posisi pangsa pasar) dan micro brand

considerations (familiaritas, pengetahuan, preferensi, dan loyalitas pelanggan).

Sejumlah studi menemukan dampak positif merek kuat (Tjiptono, 2011:46)

antara lain:

1. Efek berkaitan dengan produk (product – related effects)

Nama merek berhubungan positif dengan evaluasi produk, persepsi kualitas,

dan tingkat pembelian produk. Hal ini terutama berlaku untuk produk dengan

elemen experience quality yang tinggi dan pada kasus asosiasi merek relatif nol.

Selain itu, familiaritas dengan sebuah merek berpotensi meningkatkan

consumer confidence, sikap terhadap merek, dan minat beli.

2. Efek berkaitan dengan harga (price – related effects)

Sejumlah studi menunjukkan bahwa brand leader mampu menetapkan harga

lebih mahal, lebih kuat menghadapi situasi kenaikan harga, dan lebih tahan

terhadap perang harga dari para pesaing. Brand leader juga mampu meraih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pangsa pasar pada tingkat yang lebih besar dibandingkan para pesaing

berpangsa pasar lebih kecil.

3. Efek berkaitan dengan komunikasi pemasaran (communication – related

effects)

Sejumlah efek komunikasi positif dikaitkan dengan merek terkenal dan merek

favorit. “Halo effect” berupa sikap positif terhadap merek tertentu berpotensi

menghasilkan bias positif dalam hal evaluasi periklanan merek. Konsumen

cenderung beraksi secara negatif terhadap pengulangan iklan merek yang tidak

dikenal. Merek-merek familiar juga cenderung lebih mampu bertahan dari

interfensi iklan pesaing.

4. Efek berkaitan dengan distribusi (channel – related effects)

Produk yang dihasilkan perusahaan-perusahaan terkemuka dalam sebuah

industri berkemungkinan lebih besar diterima para distributor dan mendapatkan

shelf space di pasar swalayan.

Rangkuti (Sangadji, 2011:326) mengemukakan bahwa membangun

merek yang kuat tidak berbeda dengan membangun sebuah rumah. Oleh karena itu,

untuk membangun sebuah merek yang kuat diperlukan juga sebuah fondasi yang

kuat. Berikut adalah cara membangun merek yang kuat.

1. Sebuah merek harus memiliki pemosisian yang tepat

Agar mempunyai pemosisian, merek harus ditempatkan secara spesifik di benak

pelanggan. Membangun pemosisian adalah menempatkan sebuah aspek dari

nilai merek (brand value) secara konsisten sehingga produk selalu menjadi

nomor satu di benak pelanggan.

2. Memiliki nilai merek yang tepat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Merek akan semakin kompetitif jika dapat diposisikan secara tepat. Nilai merek

dapat membentuk kepribadian merek (brand personality) yang mencerminkan

gejolak perubahan selera konsumen dalam pengonsumsian suatu produk.

3. Merek harus memiliki konsep yang tepat

Konsep yang baik dapat mengomunikasikan semua elemen nilai merek dan

pemosisian yang tepat sehingga citra merek (brand image) produk dapat

ditingkatkan.

2.1.8 Konsep Nation Branding

Nation brand adalah konsep penting dalam dunia sekarang ini. Sebagai

konsekuensi dari globalisasi, semua Negara harus bersaing satu sama lain untuk

perhatian, rasa hormat dan kepercayaan investor, turis, konsumen, donor, imigran,

media, dan pemerintahan Negara lain. Sehingga merek yang kuat dan positif

menjadi keuntungan kompetitif yang krusial. Penting bagi Negara untuk mengerti

bagaimana citra negaranya dimata publik internasional; Bagaimana prestasi dan

kegagalan mereka, aset dan liabilitas, orang, dan produk sebuah Negara terlihat dari

brand image-nya. Konsep nation branding dan proses pembentukan nation

branding pertama kali dikembangkan oleh Simon Anholt lewat artikelnya ayng

dipublikasikan oleh Journal of Brand Management pada tahun 1998 (Prost &

Bondaz, 2014:1). Menurut Moilanen dan Rainisto (2009:3), untuk waktu yang lama

brand telah menjadi dinamo utama dan sumber pendapatan terbesar perusahaan.

Merek lah yang memberikan nilai terhadap properti perusahaan. Daerah, Negara,

dan kota juga dapat mengembangkan brand sebagaimana halnya perusahaan, dan

ketika merek telah diimplementasikan secara strategis, merek dapat menjadi faktor

kompetitif utama dari daerah, Negara, ataupun kota tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dinnie (2008:15) mengungkapkan, Nation branding adalah sebuah

fenomena yang menarik, kompleks, dan kontroversial. Hal ini menarik karena

mewakili area dimana terdapat sedikit teori namun mencakup sebagian besar

aktivitas nyata. Kompleks, karena meliputi berbagai disiplin ilmu melampaui batas

strategi merek konvensional. Dan kontroversial karena nation branding adalah

sebuah aktivitas yang sangat dipolitisasi yang seringkali menimbulkan

pertentangan pendapat dan sudut pandang. Melalui dasar-dasar identitas

nasionalnya, nation brand memiliki sumber daya budaya yang jauh lebih kaya dan

dalam daripada jenis lain dari merek. Baik itu produk, jasa, perusahaan, atau entitas

merek lain. Menurut Bureau (Dinnie, 2008:15) Sebuah national brand didefinisikan

sebagai sebuah merek yang tersedia secara nasional yang terdiri dari merek

regional, test – market brand, dan nation brand. Dimana mereknya merupakan

daerah, negara, dan bangsa yang bersangkutan. Dinnie (2008:15) mendefinisikan

nation brand sebagai perpaduan unsur-unsur multidimensional yang memberikan

Negara dasar perbedaan budaya dan relevansi kepada khalayak targetnya.

Negara-negara semakin sadar untuk mengupayakan country branding

disebabkan oleh kesadaran untuk memenuhi tiga tujuan utama, yaitu:

1. Untuk menarik wisatawan

2. Untuk menarik investasi ke dalam negeri

3. Untuk meningkatkan ekspor

Tujuan lebih lanjut dari country branding bagi banyak Negara adalah daya tarik

bakat. Dimana Negara bersaing untuk menarik siswa berpendidikan tinggi, dan

pekerja terampil (Dinnie, 2008:17).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Serangkaian potensi yang dapat diperoleh melalui Nation branding telah

diungkapkan oleh Temporal (Dinnie, 2008:17) yang menyatakan bahwa selain dari

tujuan utamanya untuk menarik wisatawan, menarik investasi kedalam negeri, dan

meningkatkan ekspor, Nation branding juga dapat meningkatkan stabilitas mata

uang, membantu memulihkan kredibilitas internasional dan kepercayaan investor,

merangsang kemitraan internasional yang kuat dan meningkatkan pembangunan

bangsa (dengan cara menumbuhkan keyakinan, kebanggan, harmoni, ambisi dan

national resolve). Van Ham (Dinnie, 2008:18) juga mengatakan bahwa Negara

yang tidak memiliki citra (unbranded state) mengalami kesulitan untuk menarik

perhatian ekonomi dan politik, dan bahwa citra dan reputasi menjadi bagian penting

dalam strategi ekuitas Negara. Nation brand yang kuat dan positif dapat

memberikan keunggulan kompetitif yang penting dalam perekonomian global saat

ini. Bidang keunggulan kompetitif mencakup berbagai sektor, termasuk menarik

wisatawan, investor, pengusaha, dan konsumen mancanegara terhadap produk dan

jasa sebuah Negara. Nation branding juga dapat membantu menghilangkan

kesalahpahaman tentang suatu Negara dan memungkinkan Negara untuk

memposisikan dirinya dengan lebih baik.

2.1.9 Evolusi Teori Nation Brand

Menurut Dinnie (2008:21), bidang akademik national identity dan country

of origin ditujukan untuk berinteraksi dalam konteks globalisasi ekonomi, yang

efek kontradiktifnya terdiri dari homogenisasi pasar dan pada saat yang bersamaan

meningkatkan national identity. Awal mula konvergensi ini dapat diamati pada

tahun 2002 dengan adanya publikasi edisi khusus yang ditujukan untuk nation

branding oleh Journal of Brand Management. Walaupun banyak artikel individual

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tentang nation branding telah muncul dalam publikasi tahun-tahun sebelumnya,

edisi khusus dari Journal of Brand Management ini untuk pertama kalinya telah

menyediakan forum khusus terhadap topik ini dan artikel dari para ahli

internasional terkemuka termasuk Philip Kotler dan David Gertner, Nicolas

Papadopoulos, dan Louise Heslop, serta artikel dari konsultan terkemuda di bidang

ini seperti Wally Olins, Fiona Gilmore, dan Creenagh Lodge. Tingkat

keingintahuan yang disebabkan oleh edisi khusus dari Journal of Brand

Management ini menyebabkan Journal of Brand Management mempublikasi jurnal

baru pada November 2004 berjudul Place Branding, yang didedikasikan untuk

branding Negara, kota, dan daerah.

Baik dan buruknya, penggunaan tekning branding ini telah sangat meresap

pada sebagian besar masyarakat. Dari produk fisik yang paling mendasar hingga

yang paling kompleks yaitu bangsa, branding terus meningkatkan ruang lingkup

aplikasinya. Dapat dikatakan bahwa corporate branding adalah tipe terdekat dari

branding untuk Nation branding. Pararel antara corporate branding dan nation

branding terletak pada kompleksitas, sifat multidimensional dari corporate dan

Nation identity dan juga pada beberapa kelompok pemegang kekuasaan yang harus

diperhatikan oleh corporate dan Nation. Ruang lingkup merek telah demikian

meningkat secara bertahap dari aplikasi aslinya untuk produk sederhana menjadi

layanan, perusahaan, dan organisasi, dan sekarang bangsa (Dinnie, 2008:21).

2.1.10 Masalah Yang Dihadapi Dalam Nation Branding

Menurut Moilanen dan Rainisto (2009:3) masalah yang dihadapi dalam

Nation branding adalah sejauh ini, pengaplikasian branding terjadi melalui model

branding dan prosedur yang dibuat untuk produk sebuah perusahaan. Prosedur ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tidak dapat langsung diaplikasikan ketika objek branding adalah sesuatu yang

kompleks dan multidimensional seperti Negara, kota, atau resor turis. Sedangkan

menurut Anholt, brand image sebuah Negara, baik atau buruk, sangat jarang

merupakan cerminan akurat dari realitas sebuah Negara. Dalam kasus Negara

berkembang, alasan paling umum yang mempengaruhi diskonektivitas antara

image dan realitas Negara adalah waktu. Sebuah Negara mungkin telah berubah

dengan cepat, namun image Negara tersebut tertinggal selama beberapa tahun,

dekade, bahkan berabad-abad.

Beberapa ahli mengungkapkan masalah yang akan dihadapi jika sebuah

Negara diperlakukan sebagai brand, yaitu (Dinnie, 2008:18) :

Tabel 2.2
Masalah Yang Dihadapi Dalam Nation Branding

Ahli Masalah

Aldersey-Williams Branding atau rebranding sebuah Negara adalah kegiatan


yang kontroversial dan banyak dipolitisasi.

Wolff Olins Walaupun secara historis merek terkait dengan produk


dan perusahaan, teknik branding berlaku untuk setiap
bidang komunikasi masa; pemimpin politik misalnya,
untuk memberi inspirasi harus menjadi brand manager
partainya, begitu juga dengan bangsa.

Sambungan tabel 2.2

Ahli Masalah

O’Shaughnessy Citra bangsa terlalu rumit untuk kejelasan tersirat


dan

Jackson seperti citra merek; bagian yang berbeda dari identitas


suatu bangsa sampai ke khalayak internasional dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


waktu yang berbeda, terpengaruhi oleh peristiwa politik
dan bahkan buletin berita atau film terbaru.

Gilmore Pentingnya kejujuran ketika membangun nation brand;


apa yang diperlukan adalah implikasi nilai yang ada dari
budaya nasional daripada pabrikasi janji palsu.

Mihailovich Pendekatan sederhana terhadap nation branding dapat


menjadi kontra-produktif; tujuan altruistik seperti
kerangka kerja jangka panjang yang berkelanjutan dan
kemakmuran adalah tujuan yang dapat dipenuhi melalui
penekanan semua bentuk aliansi kelompok dan
kekerabatan.

Anholt Kata branding dapat terkesan sinis dan sombong; oleh


karena itu, sampai batas tertentu, politisi harus
menghindari penggunaan eksplisit terminologi tersebut.

Sumber: Dinnie (2008)

2.1.11 Nation Brand Index

Menurut Anholt (2005), sebuah Nation brand yang jelas, terpercaya, dan

menarik dapat dicapai jika badan utama, kegiatan dan investasi sebuah negara

secara sengaja maupun tidak sengaja disusun disekitar visi yang jelas dan ketika

saluran komunikasi dengan dunia luar dilakukan secara selaras. Nation brand

adalah gabungan dari persepsi masyarakat tentang sebuah Negara di enam bidang

kompetensi nasional (tourism, export, governance, investment and immigration,

culture and heritage, people). Enam bidang kompetensi nasional ini kemudian

dituangkan kedalam bentuk hexagon oleh The Anholt-GFK Roper Nation Brand

Index.

Gambar 2.1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nation Brand Index

Sumber: Nation-brands.gfk.com (2016)

Masing-masing hexagon melibatkan berbagai aspek berbeda dari warisan

intelektual bangsa, dan bersama mereka menjadi ’idea of the nation’ yang dapat

mendorong kinerja dalam bidang perdagangan internasional, hubungan, dan

pertukaran budaya dan sosial.

1. Tourism

Tingkat ketertarikan untuk mengunjungi sebuah Negara dan hal yang menarik

dari obyek wisata alam maupun buatan manusia. Seringkali merupakan aspek

yang paling terlihat dari sebuah nation brand, pariwisata juga menjadi

pengeluaran terbesar dan kekuatan pemasaran yang paling kompeten.

Pariwisata sebuah Negara menciptakan citra visual sebuah Negara yang dapat

mempengaruhi berbagai bidang dalam performa sebuah Negara – investor asing

misalnya, mungkin akan dipengaruhi oleh gambaran pariwisata sebuah Negara.

2. Exports

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambaran umum terhadap produk dan layanan dari masing-masing Negara.

National brand yang kuat, berciri khas, berbasis luas, dan menarik adalah

sebuah hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan pemerintah kepada

eksportirnya.

3. Governance

Opini publik tentang keadilan dan kompetensi pemerintah nasional, serta

komitmen yang dimiliki terhadap isu-isu global.

4. People

Reputasi penduduk untuk kompetensi, keterbukaan dan keramahan, dan

kualitas lain seperti toleransi.

5. Investment and Immigration

Kekuatan untuk menarik orang untuk tinggal, bekerja atau belajar di setiap

Negara, dan bagaimana orang-orang memahami tentang kualitas hidup dan

lingkungan bisnis suatu Negara.

6. Culture and Heritage

Persepsi global tentang warisan budaya setiap Negara dan apresiasi bagi budaya

kontemporernya.

2.2 Korean Wave

2.2.1 Perkembangan Korean Wave

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sebuah istilah yang sekarang ini banyak digunakan untuk merujuk kepada

popularitas hiburan dan budaya Korea diseluruh Asia dan bagian lain di dunia,

Hallyu atau ‘Korean Wave’ pertama kali muncul pada pertengahan 1990-an setelah

Korea memasuki hubungan diplomatik dengan Cina pada tahun 1992 dan drama

televisi dan musik pop Korea memperoleh popularitas besar di komunitas Cina

(Korea.net). Ketika salah satu drama televisi yang pertama sukses yakni What Is

Love disiarkan oleh CCTV pada tahun 1997, memperoleh rating penonton sebesar

4,2% yang berarti bahwa lebih dari 150 juta pemirsa Cina menontonnya. Musik pop

Korea, terutama dance music, mulai mendapatkan popularitas diantara remaja Cina

setelah diperkenalkan pada tahun 1997 oleh sebuah program radio yang disebut

Seoul Music Room yang disiarkan dari Beijing. Saat penentuan yang memicu

demam budaya pop Korea di Cina adalah konser boyband asal Korea H.O.T., yang

diadakan di Beijing Workers Gymnasium pada Februari 2000. Laporan berita

Korea menggunakan istilah Hallyu, atau Korean Wave untuk menggambarkan

konser ini. Korean Wave diakui lewat artikel yang dipublikasikan oleh Beijing

Youth Daily pada awal November 1999 (Korea.net). Korean Wave sampai ke

Jepang pada tahun 2003 ketika serial drama KBS TV, Winter Sonata disiarkan

melalui NHK (Korea.net).

Salah satu area yang berkembang paling cepat adalah K-Pop abad 21, atau

Korean pop music, yang mencakup dance-pop, pop ballads, techno, rock, hip-hop,

R&B, dan masih banyak lagi. Pertama memperoleh popularitas di kawasan Asia

Timur, K-Pop memasuki pasar musik Jepang saat pergantian abad ke-21, dan

tumbuh dari sebuah genre musik menjadi subkultur antara remaja dan dewasa muda

dari Asia Timur dan Tenggara. Perwakilan terbaik munculnya K-Pop di panggung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


global adalah Psy’s Gangnam Style yang melanda dunia setelah perilisannya pada

akhir tahun 2012. Lagu ini merupakan lagu K-Pop pertama yang mencapai

peringkat pertama pada British Official Singles Chart, menduduki tempat kedua

pada Billboard’s Hot 100 di US, juga menduduki peringkat pertama di lebih dari 30

negara, termasuk Perancis, Jerman, Italia, Spanyol, Rusia, Kanada, dan Australia.

Video YouTube dari lagu ini telah ditonton oleh lebih banyak orang dibandingkan

dengan video lainnya, dengan jumlah penonton lebih dari 2 miliar sejauh ini.

(Korea.net)

Keberhasilan “Gangnam Style” yang mendunia, didahului oleh grup idola

K-Pop seperti TVXQ, Super Junior, Big Bang, 2NE1, Beast, Girls’ Generation,

2PM, dan Wonder Girls, yang mendominasi pasar musik pop di seluruh Asia.

TVXQ memiliki total 65 tur konser di Jepang dari tahun 2006 sampai 2012,

membawa sekitar 700.000 penggemar dan menjual lebih dari 6,3 juta album,

sementara pada akhir tahun 2009. Pada Juni 2011 ketika artis dari SM

Entertainment menggelar konser bersama di Le Zenith de Paris di ibukota Perancis,

menarik lebih dari 7.000 penggemar. Acara ini dianggap sebagai momentum yang

penting untuk artis K-Pop diterima oleh pasar musik Eropa dengan lebih serius

(Korea.net). Pada tahun 2011, kegiatan serupa diadakan di beberapa kota yang

berbeda di seluruh dunia, dimulai dengan festival K-Pop yang menarik lebih dari

45.000 penggemar ke Tokyo Dome pada bulan Juli (Korea.net).

Kesuksesan luar negeri dari What Is Love? (MBC) dan Winter Sonata

(KBS) di Cina dan Jepang memainkan peran penting dalam meningkatkan

kegemaran untuk drama televisi Korea di Asia dan diluar Asia. Kesuksesan ini

diikuti oleh Dae Jang Geum (MBC), serial televisi tentang dayang yatim piatu yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menjadi dokter wanita raja yang pertama. Ditayangkan antara tahun 2003 dan 2004,

drama ini menjadi salah satu drama televisi dengan rating tertinggi di Korea

sebelum diekspor ke 87 negara di seluruh dunia termasuk Negara-negara Islam

seperti Iran yang memikat sebanyak 80% pemirsa dengan gambaran tentang budaya

tradisional Korea seperti masakan istana Kerajaan Korea dan kostum tradisional

serta pengetahuan tentang obat-obatan (Korea.net).

2.2.2 Korean Wave di Indonesia

Di Indonesia, dominasi kebudayaan Korea (Korean Wave) masuk melalui

peranan internet yang terbuka dan dapat mencakup berbagai ranah usia, walaupun

proses mewabahnya Korean Wave di Indonesia tidak terlepas dari peran media

seperti beberapa stasiun televisi Indonesia yang menayangkan drama Korea, serta

radio dan majalah yang menyajikan berbagai topik mengenai kebudayaan Korea.

(Novarina, 2015). Demam Korea di Indonesia meliputi film, musik, fashion,

budaya, makanan, serta bahasa, dimana faktor yang paling berpengaruh adalah

musik atau yang biasa disebut dengan istilah Korean-Pop (K-Pop). Sebelumnya

Indonesia pernah mengalami fenomena yang serupa dengan merebaknya budaya

pop Jepang (J-Pop) di Indonesia. Tahun 2012 merupakan puncak fenomena Korean

Wave di Indonesia, dimana di Indonesia muncul beberapa grup boyband dan

girlband seperti di Korea Selatan yang sempat menimbulkan pro dan kontra.

(Maulina, 2015)

Kehadiran Korean Wave di Indonesia membawa dampak positif seperti, K-

Pop di Indonesia dianggap membawa warna baru terhadap musik di Indonesia, serta

masyarakat Indonesia pun dapat mengeksplorasi bakatnya melalui musik dan

tarian. Korean Wave juga membawa pengaruh terhadap hubungan Bilateral antara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Indonesia dan korea Selatan. Presiden Jokowi yang kala itu menjabat sebagai

gubernur DKI Jakarta mendukung adanya konser K-Pop di Jakarta yakni acara

“Music Bank in Jakarta” yang diadakan di Gelora Bung Karno (GBK) pada Maret

2013 karena acara tersebut menjadi pembuka dari rangkaian kerjasama antara

Indonesia dan Korea Selatan (Maulina, 2015). Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono (SBY) pada Oktober 2013 juga menerima kunjungan kerjasama

Presiden Korea Selatan di Istana Merdeka, dimana kedua Negara sepakat untuk

meningkatkan kerjasama di bidang pariwisata dan industri kreatif. Indonesia juga

diuntungkan dalam hal perdagangan, dengan banyaknya penggemar K-Pop yang

membeli merchandise dari Korea, investasi Korea Selatan di Indonesia akan

meningkat (Maulina, 2015).

Indonesia dianggap sebagai salah satu Negara penting yang menjadi target

penyebaran kebudayaan Korea. Salah satu alasannya adalah karena banyaknya

pekerja Indonesia yang bekerja di Korea dan orang Korea yang berinvestasi serta

tinggal di Indonesia. Korea mengikuti jejak Jepang yang telah lebih dulu

mengekspor budaya ke Indonesia. Namun Korea hadir lebih fresh dan dinamis

dengan teknologi yang lebih canggih dan perkembangan media yang lebih maju

(Darmista, 2015).

2.3 Penelitian Terdahulu

Dalam mengadakan sebuah penelitian, maka tidak terlepas dari penelitian

terdahulu yang relevan. Dengan tujuan untuk memperkuat hasil penelitian, sebagai

pedoman penelitian, dan untuk membandingkan dengan penelitian yang dilakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


oleh peneliti terdahulu. Adapun ringkasan penelitian terdahulu yang digunakan oleh

penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Utami dan Vanessa Gaffar pada tahun 2014

dengan Judul “Pengaruh Strategi Nation Branding “Wonderful Indonesia”

Terhadap Proses Keputusan Berkunjung Wisatawan Australia Ke Indonesia”.

Dengan masalah penelitian yaitu Bagaimana gambaran Nation branding

“Wonderful Indonesia”, Bagaimanakah gambaran proses keputusan berkunjung

wisatawan Australia yang berkunjung ke Indonesia, dan Seberapa besar

pengaruh Nation branding “Wonderful Indonesia” yang terdiri dari people,

tourism, culture and heritage terhadap proses keputusan berkunjung wisatawan

Australia untuk berkunjung ke Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa sub variabel dari Nation branding yang memberikan pengaruh terbesar

terhadap proses keputusan berkunjung adalah people, tetapi people

mendapatkan penilaian yang cukup kecil dari wisatawan Australia.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Abdurrahman Hikmah Ramadhan, Suharyono,

dan Srikandi Kumadji pada tahun 2015 dengan judul “Pengaruh City Branding

Terhadap Minat Berkunjung Serta Dampaknya Pada Keputusan Berkunjung

(Survei pada Wisatawan Kota Surabaya 2015)”. Adapun yang menjadi masalah

dalam penelitian ini yaitu, bagaimana pengaruh city branding terhadap minat

berkunjung, bagaimana pengaruh city branding terhadap keputusan berkunjung,

dan bagaimana pengaruh minat berkunjung terhadap keputusan berkunjung.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh signifikan antara City

Branding dengan Minat Berkunjung, City Branding memiliki pengaruh

terhadap Keputusan Berkunjung akan tetapi tidak signifikan, dan Minat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berkunjung memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Keputusan

Berkunjung.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Bidriatul Jannah, Zainul Arifin, dan Andriani

Kusumawati pada tahun 2014 dengan judul “Pengaruh City Branding dan City

Image Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Ke Banyuwangi”. Yang

menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh city branding

terhadap city image Banyuwangi, dan bagaimana pengaruh city branding

terhadap keputusan berkunjung wisatawan ke Banyuwangi. Adapun hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa city branding memiliki pengaruh signifikan

terhadap city image, city branding memiliki pengaruh signifikan terhadap

keputusan berkunjung, dan city image memiliki pengaruh tetapi tidak signifikan

terhadap variabel keputusan berkunjung.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Ananda Ramadhan pada tahun 2015 dengan

judul “Pengaruh Terpaan Tayangan Korean Wave (Demam Korea) Terhadap

Gaya Hidup Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terpaan

tayangan Korean Wave sudah sampai mempengaruhi gaya hidup Mahasiswi

FISIP USU. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas

mahasiswi FISIP USU yang menggemari tayangan Korean Wave tertarik pada

konten tayangan saja. Hanya sebagian responden saja yang meniru dalam hal

konteks busana, aksesoris, tutur bahasa, dan perilaku.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Suhendra Sepriadi pada tahun 2015

dengan judul “Pengaruh Country of Origin terhadap Perceived Value dengan

Consumer Ethnocentrism sebagai Variabel Moderator (Studi pada Konsumen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Televisi Merek Samsung di Kota Medan)” penelitian ini bertujuan untuk

mengukur seberapa besar pengaruh persepsi negara asal terhadap nilai yang

dirasakan konsumen dalam penggunaan produk. Adapun hasil penelitian ini

menunjukkan Country of Origin berpengaruh signifikan terhadap Perceived

Value dengan besar pengaruhnya adalah 18.1%.

2.4 Kerangka Berpikir

Berdasarkan teori maka dapat dilihat kerangka berpikir yang

menggambarkan hubungan dari variabel independen dalam hal ini adalah Korean

wave (X) terhadap variabel dependen yaitu Nation brand (Y). Variabel-variabel

tersebut akan dianalisis dalam penelitian sehingga diketahui seberapa besar Nation

brand dipengaruhi oleh Korean wave.

Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2
Kerangka Berpikir

Korean Wave (X) Nation Brand (Y)

Sumber: Penulis (2016)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif dengan pendekatan

kuantitatif. Yaitu penelitian yang berupaya untuk mengkaji bagaimana suatu

variabel dipengaruhi oleh variabel lain. Analisis yang digunakan dalam penelitian

ini adalah analisis regresi linear sederhana yang akan dianalisis dengan bantuan

program statistik.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara, yang berada di Jalan Dr. A. Sofyan No. 1 Universitas Sumatera

Utara, Medan, Sumatera Utara dari bulan Desember 2016 hingga Januari 2017.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik program S-1 (stambuk 2013-2016) yang berjumlah

3.507 orang.

3.3.2 Sampel

Untuk mendapatkan sampel yang dapat menggambarkan populasi, maka

dalam penentuan sampel penelitian ini digunakan rumus Slovin sebagai berikut:

𝑵
𝒏=
𝟏 + 𝑵𝒆𝟐

Keterangan:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Nilai kritis (persentase tingkat kesalahan yang ditoleransi adalah 10%)

Dari rumus tersebut maka dapat ditentukan ukuran sampel minimal yang

harus dicapai dalam penelitian ini adalah sebesar:

3507
𝑛 =
1 + 3507(0,1)2

𝑛 = 97,2

Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel minimal yang dapat

diambil adalah 97 orang. Dengan kriteria sebagai berikut:

1. Mahasiswa/i FISIP USU Strata I yang masih aktif, angkatan 2013-2016.

2. Mahasiswa/i FISIP USU yang mengetahui dan atau menyukai budaya populer

Korea berupa musik (K-Pop), dan drama (K-Drama).

3.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0: Korean Wave tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Nation brand

Korea Selatan.

Ha: Korean wave berpengaruh secara signifikan terhadap Nation brand Korea

Selatan.

3.5 Definisi Konsep

Untuk mendapatkan masalah yang jelas dari setiap konsep yang akan

diteliti, maka penulis mengemukakan definisi konsep penelitian, yaitu:

1. Korean Wave (X)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Korean wave adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea

secara global di berbagai Negara di dunia.

2. Nation brand (Y)

Nation brand adalah perpaduan unsur-unsur multidimensional yang

memberikan Negara dasar perbedaan budaya dan relevansi kepada khalayak

targetnya.

3.6 Definisi Operasional

Berikut akan diuraikan variabel yang diteliti beserta indikator-indikator

yang dipakai sebagai alat pengukurnya.

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Variabel Definisi Indikator Skala

Ketertarikan yang 1. Mengetahui


Korean Wave
dimiliki terhadap budaya 2. Menyukai Likert
(X)
populer Korea Selatan.

Persepsi tentang Korea 1. Export


Selatan yang meliputi: 2. Tourism Likert
Nation Brand
export, tourism, dan 3. Investment and
(Y)
investment and Immigration
immigration

Sumber: Penulis (2016)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.7 Teknik Pengumpulan Data

Berdasarakan teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data-data

ataupun informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, maka dalam penelitian ini

peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data, yakni:

1. Data primer

Teknik pengumpulan data primer yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian

ini adalah Kuesioner. Kuesioner adalah teknik penelitian yang dilakukan

dengan menyebarkan angket, sehingga dalam waktu relatif singkat dapat

menjangkau banyak responden (Sangadji, 2010: 47). Dalam penelitian ini

kuesioner akan disebarkan kepada 138 responden.

2. Data Sekunder

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti, yakni:

a. Studi Kepustakaan

Pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah serta

pendapat para ahli yang berkompetensi serta memiliki relevansi dengan

masalah yang akan diteliti.

b. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen

yang ada di lokasi penelitian yang relevan dengan masalah yang akan

diteliti.

3.8 Teknik Penentuan Skor

Teknik penentuan skor yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

likert. Jawaban setiap item instrumen memiliki gradasi sangat positif sampai sangat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


negatif. Pemberian skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan adalah

sebagai berikut.

Tabel 3.2
Scoring Untuk Jawaban Kuesioner

Jawaban Responden Bobot Nilai

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Netral 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Sumber: Penulis (2016)

3.9 Teknik Analisis Data

3.9.1 Metode Uji Instrumen

3.9.1.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan oleh peneliti untuk mengukur data yang merupakan

data yang telah valid dengan alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner. Suatu skala

pengukur dikatakan valid apabila skala digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur. Kriteria dalam pengukuran kuesioner, adalah sebagai berikut:

1. Jika rhitung > rtabel maka pernyataan dinyatakan valid

2. Jika rhitung < rtabel maka pernyataan dinyatakan tidak valid

3.9.1.2 Uji Reliabilitas

Untuk menguji reliabilitas penulis menggunakan kriteria pengujian

reliabilitas sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Jika nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) > 0,6 maka instrumen

memiliki reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain instrument adalah reliabel

atau terpercaya.

2. Jika nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) < 0,6 maka instrumen tidak

reliabel atau tidak terpercaya.

3.9.2 Metode Analisis Data

3.9.2.1 Analisis Regresi Linear Sederhana

Untuk memprediksikan nilai dari variabel independen (X) apabila nilai

variabel dependen (Y) mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui

arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif

atau negatif. Adapun bentuk persamaan regresi linear sederhana yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = a + bX

Keterangan:

Y = Nation brand
a = konstanta
b = koefisien regresi
X = Korean Wave

3.9.2.2 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik akan diolah dengan menggunakan aplikasi statistik

SPSS 23.0. Adapun uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Uji Normalitas. Pengujian normalitas data digunakan untuk melihat apakah dalam

model regresi, variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi

normal atau tidak. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Model regresi

yang baik adalah apabila distribusi datanya normal.

3.9.3 Pengujian Hipotesis

3.9.3.1 Uji Parsial (Uji-t)

Uji-t digunakan untuk menguji apakah variabel bebas (X) yakni Korean

Wave mempunyai pengaruh yang positif serta signifikan terhadap variabel terikat

(Y) yakni Nation brand dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Jika

t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, namun jika t hitung < t tabel

maka Ha ditolak dan H0 diterima.

Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

1. Jika tingkat signfikansi t hitung > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.

2. Jika tingkat signifikansi t hitung < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.

3.9.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi bertujuan untuk melihat besarnya pengaruh variabel

X terhadap variabel Y. Semakin besar koefisien determinasi, maka semakin baik

kemampuan variabel bebas mempengaruhi variabel terikat, dimana 0<R2<1. Jika

determinasi (R2) semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa

variabel bebas memiliki pengaruh yang besar terhadap variabel terikat. Hal ini

berarti, model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel

bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Jika determinasi (R2) semakin kecil

(mendekati nol), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat semakin kecil.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Korea Selatan

Republik Korea atau yang dalam bahasa Korea dikenal dengan nama

Daehan Minguk adalah sebuah Negara di Asia Timur yang terletak di Semenanjung

Korea. Korea Selatan terletak di bagian selatan Semenanjung Korea (lat. 33˚ - 43˚;

long. 124˚ - 132˚), dimana sebelah utara berbatasan dengan Korea Utara dan

disebelah barat berbatasan dengan Laut Kuning, dibagian timur berdekatan dengan

Jepang yang berada diseberang Laut Jepang yang oleh orang-orang Korea dikenal

dengan nama Laut Timur, dan Selat Korea di bagian tenggara. Negara ini dikenal

dengan nama Hanguk oleh penduduk Korea Selatan dengan Seoul sebagai ibu kota

Negara. Semenanjung Korea memiliki luas total 223.405 km2, dimana Korea

Selatan menempati sekitar 100.284 km2. Semananjung Korea didominasi oleh

pegunungan dengan tanah datar hanya sebanyak 30%, pegunungan dengan

ketinggian lebih dari 1.000m diatas permukaan laut sebanyak 15% dan sisanya

pegunungan dengan ketinggian kurang dari 500m diatas permukaan laut. Korea

Selatan berada di zona iklim sedang dengan perubahan yang cukup siginfikan

antara empat musim yang berbeda. Dibawah pengaruh iklim continental, ada

perubahan yang cukup besar antara musim panas dan musim dingin. Panas dan

lembab di musim panas, dingin dan kering di musim dingin. Selama tiga puluh

tahun kisaran suhu rata-rata selama musim panas adalah 20,5 – 26,1ºC. Sementara

suhu rata-rata musim dingin adalah -2,5 – 5,7ºC.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Saat musim panas, penduduk Korea Selatan yang berlibur dan berkunjung

ke pantai-pantai terkenal seperti Haeundae di Busan, Gyeopodae di Gangneung,

dan Daechon di Pantai Barat mencapai 1 juta orang. Saat musim dingin, penduduk

Korea Selatan menikmati bermain ski dan skating. Salju yang turun saat musim

dingin pada daerah pegunungan di Gangwon-do, kadang kala mencapai 50 – 60 cm

dalam satu atau dua hari. Suhu rata-rata di siang hari saat musim semi dan musim

gugur adalah 15 – 18ºC. Pada musim ini, langit cerah dan cuaca menyenangkan,

menyebabkan banyak orang melakukan aktivitas luar ruangan atau pergi berlibur.

Menurut Statistic Korea, sebanyak 369.000 orang asing datang ke Korea pada tahun

2013. Sehubungan dengan tujuan kedatangannya ke Korea, pekerjaan menjadi

alasan utama dengan presentasi sebesar 41.4%, diikuti oleh tinggal jangka pendek

sebesar 19.8%, tinggal permanen sebesar 6.4%, wisata sebesar 6.0%, dan untuk

belajar sebesar 5.2%.

Bendera nasional Republik Korea disebut Taegeukgi yang tersusun atas

sebuah pola taegeuk berwarna merah dan biru, dan empat trigram hitam dengan

latar belakang putih. Latar belakang putih melambangkan kecerdasan, kemurnian,

dan karakter etnis yang cinta damai. Pola taegeuk melambangkan yin dan yang.

Keempat trigram menggambarkan perubahan dan perkembangan dari yin dan yang

dari cara pengkombinasiannya yang berarti surga, bumi, air, dan api. Keempat

trigram yang mengelilingi taegeuk menggambarkan kesatuan. Bendera nasional ini

melambangkan cita-cita bangsa Korea untuk mengejar kreatifitas dan

kemakmuran.Lagu nasional Korea Selatan disebut Aegukga. Lagu ini diciptakan

pada tahun 1935 oleh Ahn Eak-tai. Korea Selatan memiliki sistem pemerintahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


presidensial, dimana presiden dipilih langsung oleh masyarakat setiap 5 tahun

sekali.

4.1.2 Sejarah Singkat Universitas Sumatera Utara (USU)

Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan berdirinya

Yayasan Universitas Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan

ini dipelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan

masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya. Pada

zaman pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di Medan termasuk Dr.

Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat rancangan perguruan tinggi Kedokteran.

Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah mengangkat Dr. Mohd. Djamil di

Bukit Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat clash pada

tahun 1947, Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada

rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah

universitas di daerah ini.

Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian

perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr. Soemarsono yang anggotanya terdiri dari

Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro dan sekretaris Mr. Djaidin Purba. Sebagai hasil

kerjasama dan bantuan moril dan material dari seluruh masyarakat Sumatera Utara

yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 20 Agustus

1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran di Jalan Seram dengan dua puluh tujuh

orang mahasiswa diantaranya dua orang wanita. Kemudian disusul dengan

berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (1954), Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (1956),dan Fakultas Pertanian (1956). Pada tanggal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20 November 1957, USU diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Ir.

Soekarno menjadi universitas negeri yang ketujuh di Indonesia.

Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan dan Fakultas Ekonomi di

Kutaradja (Banda Aceh) yang diresmikan secara meriah oleh Presiden R.I.

kemudian disusul berdirinya Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (1960) di

Banda Aceh. Sehingga pada waktu itu, USU terdiri dari lima fakultas di Medan dan

dua fakultas di Banda Aceh. Selanjutnya menyusul berdirinya Fakultas Kedokteran

Gigi (1961), Fakultas Sastra (1965), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam (1965), Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (1982), Sekolah

Pascasarjana (1992), Fakultas Kesehatan Masyarakat (1993), Fakultas Farmasi

(2006), Fakultas Psikologi (2007), Fakultas Keperawatan (2009), Fakultas

Kehutanan (2014). Pada tahun 2003, USU berubah status dari suatu Perguruan

Tinggi Negeri (PTN) menjadi suatu perguruan tinggi Badan Hukum Milik Negara

(BHMN). Perubahan status USU dari PTN menjadi BHMN merupakan yang kelima

di Indonesia. Sebelumnya telah berubah status UI, UGM, ITB dan IPB pada tahun

2000. Setelah USU disusul perubahan status UPI (2004) dan UNAIR (2006).

4.1.3 Sejarah Singkat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) USU

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) resmi menjadi Fakultas pada

tahun 1982 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36

Tahun 1982. Berdasarkan SK Presiden R.I tersebut FISIP merupakan fakultas ke 9

(Sembilan) pada Universitas Sumatera Utara. Lebih kurang dalam waktu satu

tahun, keluar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor :

0535/0/83 tentang jenis dan jumlah jurusan pada fakultas – fakultas di lingkungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan SK Mendikbud R.I tersebut, disebutkan

FISIP USU mempunyai 6 (enam) jurusan dengan urutan berikut:

1. Jurusan Sosiologi

2. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial

3. Jurusan Antropologi

4. Jurusan MKDU

5. Jurusan Ilmu Administrasi

6. Jurusan Ilmu Komunikasi

Pembentukan jurusan di FISIP USU tidak berjalan sesuai surat keputusan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor : 0535 / 0 / 83 itu. Berdasarkan proses

pembukaan jurusan, maka urutannya adalah :

1. Jurusan Ilmu Administrasi

2. Jurusan Ilmu Komunikasi

3. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial

4. Jurusan Sosiologi

5. Jurusan MKDU

6. Jurusan Antropologi

Dewasa ini FISIP USU mempunyai enam Departemen, satu Program Diploma-3,

dan tiga Program Pascasarjana yaitu sebagai berikut : Departemen Sosiologi terdiri

dari Program Studi S1 Sosiologi dan Program Studi S2 Magister Sosiologi,

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Departemen Ilmu Administrasi terdiri dari

dua program studi yaitu Program Studi S1 Ilmu Administrasi Negara dan Ilmu

Administrasi Niaga/Bisnis, Departemen Ilmu Komunikasi terdiri dari Program

Studi S1 Ilmu Komunikasi dan Program S2 Magister Ilmu Komunikasi,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Departemen Antropologi Sosial, Departemen Ilmu Politik. Program Studi S2

Magister Studi Pembangunan, Program Studi S3 Doktor Studi Pembangunan,

Program Studi Diploma-3 Administrasi Perpajakan.

4.1.4 Visi dan Misi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) USU

1. Visi

Visi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU adalah Menjadi Pusat

Pendidikan dan Rujukan Bidang-Bidang Ilmu Sosial dan Politik di Wilayah Barat.

2. Misi

Misi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utaara

adalah:

a. Menghasilkan Alumni dengan skala kualitas global dan menjadi pusat riset ,

kajian dalam studi ilmu sosial dan politik.

b. Menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan seluruh stakeholders

dan mitra pendidikan. Misi ini berhubungan dengan fungsi relasi yang harus

dibangun oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara sebagai suatu organisasi profesional pendidikan. Bentuk kolaborasi

dengan organisasi lain perlu dijajaki dengan sikap open minded dan profesional.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara harus mampu

melihat peluang kerjasama yang ditawarkan atau malah mampu menawarkan

kerjasama tersebut pada pihak lain.

c. Membentuk lingkungan kerja sehat, harmonis dan profesional bagi staf dan

mitra kerja. Misi ini berhubungan dengan azas profesionalitas dalam

menjalankan pekerjaan. Lingkungan dan suasana kerja yang dibangun harus

memperhatikan situasi fisik dan psikologis seluruh sivitas akademika. Harus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ada mekanisme yang mampu membangun suasana tersebut. Prinsip

Profesionalitas juga harus didukung dengan prinsip persaudaraan dan

pertemanan (makna positif) dengan kemampuan bisa menempatkan dan

menjalankan fungsi masing-masing.

d. Menjadi Institusi bagi kepentingan publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara sangat potensial sebagai institusi pendidikan yang

membawa misi di atas dengan melihat pengalaman-pengalaman yang telah

dilalui oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

sendiri.

4.2 Penyajian Data

Pada bagian ini penulis menyajikan data-data yang diperoleh selama

melakukan penelitian dari bulan Desember 2016 hingga bulan Januari 2017 pada

mahasiswa/i Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara,

lewat penyebaran kuesioner kepada 148 responden. Berupa 21 butir pertanyaan,

dimana 6 butir pertanyaan berkaitan dengan variabel terikat yakni Korean Wave

dan 15 butir pertanyaan berkaitan dengan variabel bebas yakni Nation brand.

Penyajian data ini terdiri dari karakteristik responden yang meliputi data pribadi

responden berdasarkan jenis kelamin, stambuk, dan jurusan serta menyajikan data

variabel penelitian yang merupakan jawaban responden terhadap pertanyaan yang

diajukan berdasarkan daftar pertanyaan pada kuesioner yang diuraikan dalam tabel.

4.2.1 Karakteristik Responden

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Karakteristik responden ini mencakup data menurut jenis kelamin, stambuk,

dan jurusan yang dapat dilihat pada tabel 4.1, tabel 4.2, tabel 4.3, dan tabel 4.4.

Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Laki-laki 27 18.2 18.2 18.2
Perempuan 121 81.8 81.8 100.0
Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 148 responden, jumlah responden

perempuan lebih dominan. Responden perempuan sebanyak 121 orang (81,8%) dan

responden laki-laki sebanyak 27 orang (18,2%). Hal ini dikarenakan musik dan

drama Korea lebih digemari oleh perempuan dibandingkan laki-laki.

Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Stambuk

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid 2013 57 38.5 38.5 38.5
2014 39 26.4 26.4 64.9
2015 33 22.3 22.3 87.2
2016 19 12.8 12.8 100.0
Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Tabel 4.2 diatas menunjukkan penyebaran responden dalam hal stambuk

atau angkatan yang cukup merata. Dimana stambuk 2013 sebanyak 57 orang

(38,5%), stambuk 2014 sebanyak 39 orang (26,4%), stambuk 2015 sebanyak 33

orang (22,3%), dan stambuk 2016 sebanyak 19 orang (12,8%). Hal ini

mengindikasikan bahwa musik dan drama Korea dikenal oleh seluruh stambuk

mahasiswa/i FISIP USU.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Program Studi

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Administrasi Bisnis 80 54.1 54.1 54.4
Administrasi 14 9.5 9.5 63.5
Negara
Ilmu Komunikasi 19 12.8 12.8 76.4
Ilmu Politik 8 5.4 5.4 81.8
Kesejahteraan 8 5.4 5.4 87.2
Sosial
Sosiologi 14 9.5 9.5 96.6
Antropologi Sosial 5 3.4 3.4 100.0
Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa responden dalam penelitian ini terdiri

atas mahasiswa/i FISIP USU yang berasal dari program studi Administrasi Bisnis,

Admnistrasi Negara, Ilmu Komunikasi, Ilmu Politik, Kesejahteraan Sosial,

Sosiologi, dan Antropologi Sosial. Responden hanya terdiri atas mahasiswa/i FISIP

USU dari program studi ini dikarenakan program D-III dan ekstensi tidak termasuk

dalam populasi responden dalam penelitian ini. Dari tabel juga terlihat bahwa

Administrasi Bisnis mendominasi jumlah responden. Hal ini dikarenakan peneliti

tidak melakukan sampling berdasarkan program studi. Peneliti melakukan ini

karena Korean Wave adalah topik yang homogen, sehingga perbedaan program

studi tidak akan mempengaruhi hasil.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Pengenalan Akan Musik dan Drama
Korea

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Ya 148 100.0 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Dalam kuesioner, peneliti memberikan pertanyaan filter berupa pengenalan

akan musik dan drama Korea. Dimana pertanyaan yang diberikan kepada responden

adalah ”Apakah Anda pernah mendengar, melihat, atau membaca mengenai musik

dan drama korea?”. Hal ini dilakukan karena peneliti ingin memastikan bahwa

responden penelitian adalah responden yang mengetahui dan atau pernah terpapar

Korean Wave berupa musik dan drama Korea.

4.2.2 Variabel Penelitian

Bagian ini menyajikan data dari variabel penelitian yang terdiri dari variabel

bebas yaitu Korean Wave (X), dan variabel terikat yakni Nation brand (Y). Data

dari kedua variabel tersebut meliputi indikator yang digunakan dalam kuesioner

penelitian ini. Bagian ini bertujuan mendapatkan gambaran persepsi responden

mengenai variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian.

4.2.3 Variabel Bebas (Korean Wave)

Korean Wave adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop

Korea Selatan secara global di berbagai Negara di dunia.

4.2.3.1 Sering Mendengar Tentang Budaya Populer Korea

Bagian ini menyajikan data yang berhubungan dengan variabel bebas yakni

Korean Wave. Dalam penelitian ini, peneliti memulai dari tingkat keseringan atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


frekuensi responden mendengar tentang budaya populer Korea dalam hal ini, musik

dan drama Korea di berbagai media yang dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5
Jawaban Responden Atas Pertanyaan Pertama Variabel X

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Sangat Tidak 4 2.7 2.7 2.7
Setuju
Tidak Setuju 8 5.4 5.4 8.1
Netral 24 16.2 16.2 24.3
Setuju 50 33.8 33.8 58.1
Sangat Setuju 62 41.9 41.9 100.0
Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Berdasarkan data tabel diatas, dapat diketahui bahwa mahasiswa/i FISIP

USU sering mendengar tentang budaya populer Korea (musik dan drama) di

berbagai media. Dengan persentase responden yang memilih sangat setuju

sebanyak 62 orang (41,9%), dan yang memilih sangat tidak setuju sebanyak 4 orang

(2,7%). Hal ini membuktikan bahwa budaya populer Korea dalam hal ini musik dan

drama Korea telah menyebar di berbagai media sehingga hanya sebagian kecil

mahasiswa/i FISIP USU yang jarang mendengar tentang budaya populer Korea di

berbagai media.

4.2.3.2 Tayangan Budaya Populer Korea Menarik

Pada tabel 4.6 dijelaskan mengenai jawaban responden terkait dengan

pertanyaan “Menurut Anda, budaya populer Korea (musik, drama) disukai”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.6
Jawaban Responden Atas Pertanyaan Kedua Variabel X

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Sangat Tidak 11 7.4 7.4 7.4
Setuju
Tidak Setuju 7 4.7 4.7 12.2
Netral 24 16.2 16.2 28.4
Setuju 34 23.0 23.0 51.4
Sangat Setuju 72 48.6 48.6 100.0
Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Tabel 4.6 menjelaskan tentang tanggapan responden mengenai musik dan

drama Korea. Apakah responden menganggap tayangan budaya populer Korea

dalam hal ini musik dan drama Korea menarik atau tidak. Dan dari tabel dapat

terlihat bahwa sebagian besar responden yakni 72 orang (48,6%) menganggap

tayangan budaya populer Korea (musik, drama) menarik. Hal ini dikarenakan

drama Korea memiliki alur cerita yang menarik dan tidak terlalu kompleks sehingga

menarik untuk diikuti. Juga penampilan musisi Korea Selatan dianggap menarik

baik dari segi visual, tata panggung, wardrobe, maupun kreatifitas. Namun

sebanyak 11 orang responden (7,4%) menganggap tayangan budaya populer Korea

tidak menarik.

4.2.3.3 Menyukai Budaya Populer Korea

Peneliti ingin mengetahui opini responden, apakah menurut mereka budaya

populer Korea dalam hal ini musik dan drama Korea disukai oleh sesama

mahasiswa/i FISIP USU atau tidak, yang dapat dilihat pada tabel 4.7.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.7
Jawaban Responden Atas Pertanyaan Ketiga Variabel X

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Sangat Tidak 13 8.8 8.8 8.8
Setuju
Tidak Setuju 19 12.8 12.8 21.6
Netral 37 25.0 25.0 46.6
Setuju 37 25.0 25.0 71.6
Sangat Setuju 42 28.4 28.4 100.0
Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Dalam tabel diatas, dapat terlihat bahwa sebanyak 42 responden (28,4%)

sangat setuju sesama mahasiswa/i FISIP USU menyukai budaya populer Korea

dalam hal ini musik dan drama Korea. Dan sebanyak 37 responden (25,0%) tidak

mengetahui apakah tayangan budaya populer Korea disukai oleh sesama

mahasiwa/i FISIP USU atau tidak. Hal ini disebakan karena tayangan budaya

populer Korea jarang menjadi topik pembahasan sehingga responden tidak

mengetahui tanggapan mahasiwa/i lain mengenai budaya populer Korea.

4.2.3.4 Menyukai Selebritis Korea

Responden ditanyakan mengenai ketertarikannya kepada selebritis Korea

seperti boyband, girlband, aktor, dan aktris. Jawaban responden mengenai

pernyataan ini dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8
Jawaban Responden Atas Pertanyaan Keempat Variabel X

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 9 6.1 6.1 6.1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tidak Setuju 9 6.1 6.1 12.2
Netral 17 11.5 11.5 23.6
Setuju 61 41.2 41.2 64.9
Sangat Setuju 52 35.1 35.1 100.0
Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Tabel 4.8 menunjukkan sebagian besar responden yakni sebanyak 61 orang

(41,2%) menyukai selebritis Korea. Hal ini diawali dari ketertarikan responden

kepada musik dan drama Korea yang kemudian berujung pada ketertarikan kepada

musisi dan aktor serta aktris Korea. Dan hanya sebanyak 9 orang responden (6,1%)

yang tidak menyukai selebritis Korea dikarenakan responden hanya sesekali

mendengarkan musik maupun menonton drama Korea sehingga tidak sampai

menyukai selebritis Korea.

4.2.3.5 Kemudahan Mengakses Musik dan Drama Korea

Peneliti ingin mengetahui opini responden terkait dengan kemudahan

mengakses musik dan drama Korea. Jawaban responden terkait dengan hal ini dapat

dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini.

Tabel 4.9
Jawaban Responden Atas Pertanyaan Kelima Variabel X

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Sangat Tidak 25 16.9 16.9 16.9
Setuju
Tidak Setuju 24 16.2 16.2 33.1
Netral 37 25.0 25.0 58.1
Setuju 28 18.9 18.9 77.0
Sangat Setuju 34 23.0 23.0 100.0
Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dari tabel 4.9 terlihat bahwa sebanyak 34 responden (23%) dapat

mengakses musik dan drama Korea dengan mudah. Namun ada cukup banyak

responden yakni 25 orang (16,9%) yang tidak dapat mengakses musik dan drama

Korea dengan mudah. Hal ini dikarenakan kecepatan internet yang lambat sehingga

sulit bagi responden untuk mengunduh musik dan drama Korea, ketidaktahuan

responden akan situs untuk mengunduh, maupun kurangnya akses untuk mengakses

musik dan drama Korea seperti televisi berbayar.

4.2.3.6 Sering Mencari Informasi Tentang Korea dan Budaya Populer Korea

Peneliti menanyakan apakah responden sering mencari informasi berupa

berita maupun artikel mengenai Korea maupun budaya populer Korea dalam hal ini

musik (K-Pop) dan drama (K-Drama). Jawaban responden mengenai hal ini dapat

dilihat pada tabel 4.10

Tabel 4.10
Jawaban Responden Atas Pertanyaan Keenam Variabel X

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Sangat Tidak 15 10.1 10.1 10.1
Setuju
Tidak Setuju 25 16.9 16.9 27.0
Netral 61 41.2 41.2 68.2
Setuju 33 22.3 22.3 67.0
Sangat Setuju 14 9.5 9.5 100.0
Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa mayoritas responden memberikan jawaban

netral yakni sebanyak 61 orang (41,2%). Kemudian diikuti oleh jawaban setuju

yakni sebanyak 33 orang (22,3%). Hal ini dikarenakan sebagian besar responden

menyukai hanya tayangan budaya populer maupun selebritis Korea saja namun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tidak sampai mengikuti perkembangan informasi mengenai Korea, musik (K-Pop),

drama (K-Drama), maupun selebritis Korea secara terus-menerus.

4.2.3.7 Indeks Jawaban Respoden Mengenai Korean Wave

Pada tabel 4.11 dibawah ini, dipaparkan indeks jawaban responden

mengenai variabel bebas dalam hal ini Korean Wave.

Tabel 4.11
Indeks Jawaban Responden Terhadap Variabel Korean Wave

Jawaban Responden
Indeks
Indikator (dalam persentase)
(%)
1 2 3 4 5

Korean
0,54 2,16 9,72 27,02 41,89 81,33
Wave 1

Korean
1,49 1,89 9,72 18,38 48,65 80,13
Wave 2

Korean
1,76 5,14 15 20 28,38 70,28
Wave 3

Korean
1,22 2,43 6,89 32,97 35,14 78,65
Wave 4

Korean
3,38 6,49 15 15,14 22,97 62,98
Wave 5

Korean
2,03 6,76 24,73 17,84 9,46 60,82
Wave 6

Rata-Rata 72,37

Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan nilai indeks

persepsi terhadap variabel Korean Wave adalah sebesar 72,37%. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa Korean Wave berada pada kategori tinggi. Peneliti menemukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bahwa indikator Korean Wave 6 mengenai pertanyaan “Anda sering mencari

informasi (berita, artikel) tentang Korea, K-Pop (musik), K-Drama (drama)”

dipersepsikan paling rendah oleh responden, yakni sebesar 60,82%. Sedangkan

indikator Korean Wave 1 mengenai pertanyaan “Anda sering mendengar tentang

budaya populer Korea di berbagai media” dipersepsikan paling tinggi oleh

responden, yakni sebesar 81,33%.

4.2.4 Variabel Terikat (Nation Brand)

Nation brand adalah perpaduan unsur-unsur multidimensional yang

memberikan Negara dasar perbedaan budaya dan relevansi kepada khalayak

targetnya. Nation brand merupakan keseluruhan persepsi suatu bangsa dimata

publik internasional. Bagian ini menyajikan data yang berhubungan dengan

variabel terikat yakni Nation brand. Indikator yang digunakan untuk variabel terikat

adalah export, tourism, investment and immigration yang diambil dari Nation

Brand Index (NBI).

4.2.4.1 Export

Indikator ini terdiri atas 4 butir pertanyaan yang membahas tentang

gambaran umum terhadap produk Korea Selatan serta Country of Origin. Jawaban

responden atas keempat pertanyaan ini dapat dilihat pada tabel 4.12, tabel 4.13,

tabel 4.14, dan tabel 4.15

Tabel 4.12
Jawaban Responden Atas Pertanyaan Pertama Indikator Export

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Sangat Tidak 19 12.8 12.8 12.8
Setuju

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tidak Setuju 44 29.7 29.7 42.6
Netral 59 39.9 39.9 82.4
Setuju 19 12.8 12.8 95.3
Sangat Setuju 7 4.7 4.7 100.0
Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Pada pertanyaan pertama indikator export ini, peneliti menanyakan apakah

responden sangat menyukai produk buatan Korea Selatan, dan sebanyak 44 orang

(29,7%) menyatakan tidak setuju, sebanyak 59 orang (39,9%) menjawab netral, dan

hanya sebanyak 19 orang (12,8%) yang menyatakan setuju. Hal ini terjadi karena

responden belum banyak menggunakan varian produk buatan Korea Selatan, hanya

terbatas pada produk smartphone dan sebagian kecil produk elektronik. Sehingga

responden tidak mampu memberikan jawaban yang pasti. Juga responden terbatas

pada menyukai produk budaya populer Korea saja, dalam hal ini musik dan drama

Korea. Namun belum sampai pada tahap menyukai produk-produk ekspor Korea

diluar budaya populer.

Tabel 4.13
Jawaban Responden Atas Pertanyaan Kedua Indikator Export

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Sangat Tidak 29 19.6 19.6 19.6
Setuju
Tidak Setuju 36 24.3 24.3 43.9
Netral 50 33.8 33.8 77.7
Setuju 25 16.9 16.9 94.6
Sangat Setuju 8 5.4 5.4 100.0
Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Dalam pertanyaan kedua ini, peneliti menanyakan pendapat responden

seputar kualitas produk buatan Korea Selatan. Apakah menurut responden produk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


buatan Korea Selatan lebih bagus dan berkualitas baik bila dibandingkan dengan

produk buatan Negara tetangga seperti Cina, Jepang, Singapore, dan Indonesia. Dan

dari tabel 4.13 diketahui bahwa mayoritas responden yakni sebanyak 50 orang

(33,8%) menjawab netral. Sama seperti pertanyaan pertama, hal ini terjadi karena

responden belum banyak menggunakan varian produk buatan Korea Selatan, hanya

terbatas pada produk smartphone dan sebagian kecil produk elektronik. Sehingga

responden tidak dapat membandingkan kualitas produk buatan Korea Selatan

dengan produk buatan Negara lain.

Tabel 4.14
Jawaban Responden Atas Pertanyaan Ketiga Indikator Export

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Sangat Tidak 25 16.9 16.9 16.9
Setuju
Tidak Setuju 40 27.0 27.0 43.9
Netral 51 34.5 34.5 78.4
Setuju 27 18.2 18.2 96.6
Sangat Setuju 5 3.4 3.4 100.0
Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Pada pertanyaan ketiga ini, responden ditanyakan apakah lebih memilih

produk buatan Korea Selatan dibandingkan produk sama yang diproduksi oleh

Negara lain. Dan kembali lagi mayoritas responden menjawab netral yakni

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sebanyak 51 orang (34,5%). Dikarenakan responden tidak memiliki jawaban pasti

apakah mereka menyukai produk buatan Korea Selatan dan apakah menurut mereka

produk buatan Korea Selatan lebih bagus dan berkualitas baik dibandingkan dengan

buatan Negara lain, sehingga responden tidak mampu memberikan jawaban apakah

mereka lebih memilih produk buatan Korea Selatan dibandingkan produk sama

yang diproduksi oleh Negara lain.

Tabel 4.15
Jawaban Responden Atas Pertanyaan Keempat Indikator Export

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Sangat Tidak 33 22.3 22.3 22.3
Setuju
Tidak Setuju 54 36.5 36.5 58.8
Netral 38 25.7 25.7 8.5
Setuju 17 11.5 11.5 95.5
Sangat Setuju 6 4.1 4.1 100.0
Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Pada pertanyaan ketiga indikator export ini, responden ditanyakan apakah

responden akan tetap membeli produk buatan Korea Selatan walaupun harus

membayar lebih. Dan mayoritas responden yakni sebanyak 54 orang (36,5%)

menjawab tidak setuju. Hal ini dikarenakan sikap responden yang netral terhadap

produk buatan Korea Selatan sehingga responden tidak setuju jika harus membayar

lebih untuk membeli produk buatan Korea Selatan.

4.2.4.2 Tourism

Indikator ini terdiri atas 4 butir pertanyaan yang membahas tentang tingkat

ketertarikan responden untuk mengunjungi Korea Selatan. Jawaban responden

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mengenai keempat pertanyaan ini dapat dilihat pada tabel 4.16, tabel 4.17, tabel

4.18, dan tabel 4.19.

Tabel 4.16
Jawaban Responden Atas Pertanyaan Pertama Indikator Tourism

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Sangat Tidak 3 2.0 2.0 2.0
Setuju
Tidak Setuju 12 8.1 8.1 10.1
Netral 20 13.5 13.5 23.6
Setuju 63 42.6 42.6 66.2
Sangat Setuju 50 33.8 33.8 100.0
Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Untuk pertanyaan pertama, peneliti menanyakan apakah menurut responden

Korea Selatan memiliki banyak destinasi wisata yang menarik dan layak

dikunjungi. Dan dari tabel 4.16 terlihat bahwa hampir setengah dari responden

menjawab setuju yakni sebanyak 63 orang (42,6%) dan 50 orang responden

(33,8%) menjawab setuju. Hal ini dikarenakan tayangan drama Korea yang banyak

menayangkan destinasi wisata Korea Selatan seperti Lotte World, lokasi ski dan

snowboarding di Pyeongchang, website pariwisata yang lengkap dan menarik, serta

banyaknya lokasi syuting drama Korea terkenal seperti Descendant of The Sun dan

Winter Sonata yang dijadikan sebagai destinasi wisata menyebabkan responden

menganggap Korea Selatan memiliki banyak destinasi wisata yang menarik dan

layak untuk dikunjungi.

Tabel 4.17
Jawaban Responden Atas Pertanyaan Kedua Indikator Tourism

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Sangat Tidak 5 3.4 3.4 3.4
Setuju
Tidak Setuju 11 7.4 7.4 10.8
Netral 33 22.3 22.3 33.1
Setuju 60 40.5 40.5 73.6
Sangat Setuju 39 26.4 26.4 100.0
Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Dari tabel 4.17 terlihat bahwa mayoritas responden yakni sebanyak 60 orang

(40,5%) menjawab setuju ketika ditanyakan apakah menurut mereka Korea Selatan

memiliki keindahan alam yang menakjubkan. Sama seperti halnya pertanyaan

pertama, hal ini disebabkan oleh tayangan drama Korea (K-Drama) yang banyak

menunjukkan keindahan alam Korea Selatan seperti pulau Jeju dan Nami Island.

Tabel 4.18
Jawaban Responden Atas Pertanyaan Ketiga Indikator Tourism

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Sangat Tidak 8 5.4 5.4 5.4
Setuju
Tidak Setuju 12 8.1 8.1 13.5
Netral 25 16.9 16.9 30.4
Setuju 57 38.5 38.5 68.9
Sangat Setuju 46 31.1 31.1 100.0
Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Ketika ditanyakan apakah menurut responden, Korea Selatan adalah Negara

yang memiliki kesan romantis, terlihat dari tabel 4.18 bahwa sebanyak 57 orang

(38,5%) menjawab setuju dan sebanyak 46 orang (31,1%) menjawab sangat setuju.

Hal ini dikarenakan sebagian besar drama Korea memiliki alur cerita romantis

sehingga menurut responden Korea memiliki kesan romantis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.19
Jawaban Responden Atas Pertanyaan Keempat Indikator Tourism

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Sangat Tidak 13 8.8 8.8 8.8
Setuju
Tidak Setuju 31 20.9 20.9 29.7
Netral 18 12.2 12.2 41.9
Setuju 32 21.6 21.6 63.5
Sangat Setuju 54 36.5 36.5 100.0
Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Dari tabel 4.19, terlihat sebanyak 54 responden (36,5%) menjawab sangat

setuju atas pertanyaan apakah responden ingin mengunjungi Korea Selatan karena

pengaruh Korean Wave. Hal ini disebakan karena responden ingin mengunjungi

Korea Selatan untuk menghadiri Konser, mengunjungi kantor agensi artis, dan

mengunjungi lokasi syuting drama favorit.

4.2.4.3 Investment and Immigration

Indikator ini terdiri atas 7 butir pertanyaan yang membahas tentang tingkat

ketertarikan responden untuk tinggal, bekerja, belajar di Korea Selatan dan persepsi

responden tentang kualitas hidup, serta kondisi ekonomi dan bisnis Korea Selatan.

Jawaban responden atas ketujuh pertanyaan ini dapat dilihat pada tabel 4.20, tabel

4.21, tabel 4.22, tabel 4.23, tabel 4.24, tabel 4.25, dan tabel 4.27.

Tabel 4.20
Jawaban Responden Atas Pertanyaan Pertama Indikator Investment and
Immigration

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Valid Sangat Tidak 3 2.0 2.0 2.0
Setuju
Tidak Setuju 8 5.4 5.4 7.4
Netral 32 21.6 21.6 29.1
Setuju 74 50.0 50.0 79.1
Sangat Setuju 31 20.9 20.9 100.0
Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Tabel 4.20 menunjukkan setengah dari responden yakni sebanyak 74 orang

(50,0%) setuju jika Korea Selatan dikatakan memiliki kondisi perekonomian yang

stabil dan cenderung maju. Hal ini dikarenakan drama Korea (K-Drama) banyak

mengangkat cerita tentang pewaris dari keluarga-keluarga kaya Korea (chaebol),

dan banyaknya berita maupun artikel mengenai peningkatan ekspor ataupun

ekonomi Korea terutama artikel yang membahas tentang bagaimana Korea bangkit

dari keterpurukan ketika perang saudara dalam waktu singkat atau yang lebih

dikenal dengan istilah “Keajaiban Sungai Han”, menyebabkan sebagian besar

responden menganggap Korea Selatan sebagai Negara dengan kondisi

perekonomian yang stabil dan cenderung maju.

Tabel 4.21
Jawaban Responden Atas Pertanyaan Kedua Indikator Investment and
Immigration

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Sangat Tidak 5 3.4 3.4 3.4
Setuju
Tidak Setuju 6 4.1 4.1 7.4
Netral 15 10.1 10.1 17.6
Setuju 80 54.1 54.1 71.6
Sangat Setuju 42 28.4 28.4 100.0
Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Pada pertanyaan kedua indikator investment and immigration ini, peneliti

menanyakan kepada responden apakah menurut responden Korea Selatan adalah

Negara yang memiliki teknologi yang maju. Dan sebanyak 80 orang responden

(54,1%) setuju jika Korea Selatan dikatakan sebagai Negara yang memiliki

teknologi yang maju. Produk teknologi Korea yang dikenal oleh khalayak banyak

seperti Samsung dan LG, juga promosi product placement produk teknologi Korea

pada drama (K-Drama) menjadi penyebab banyaknya responden yang menganggap

Korea sebagai Negara berteknologi maju atau canggih.

Tabel 4.22
Jawaban Responden Atas Pertanyaan Ketiga Indikator Investment and
Immigration

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Sangat Tidak 5 3.4 3.4 3.4
Setuju
Tidak Setuju 17 11.5 11.5 14.9
Netral 46 31.1 31.1 45.9
Setuju 63 42.6 42.6 88.5
Sangat Setuju 17 11.5 11.5 100.0
Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada pertanyaan ketiga, peneliti menanyakan apakah responden ingin

berinvestasi pada perusahaan Korea Selatan jika responden adalah seorang investor.

Dan dari tabel 4.22 terlihat bahwa sebagian besar responden menjawab setuju yakni

sebanyak 63 orang (42,6%). Hal ini dikarenakan responden menganggap Korea

Selatan sebagai sebuah Negara yang berteknologi canggih, memiliki kondisi

perekonomian yang stabil dan cenderung maju. Sehingga jika responden adalah

seorang investor maka responden akan berinvestasi pada perusahaan Korea Selatan.

Tabel 4.23
Jawaban Responden Atas Pertanyaan Keempat Indikator Investment and
Immigration

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Sangat Tidak 5 3.4 3.4 3.4
Setuju
Tidak Setuju 5 3.4 3.4 6.8
Netral 39 26.4 26.4 33.1
Setuju 70 47.3 47.3 80.4
Sangat Setuju 29 19.6 19.6 100.0
Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Ketika peneliti menanyakan pendapat responden mengenai kondisi sosial

Korea Selatan yakni apakah Korea Selatan memiliki kondisi sosial yang

mencerminkan Negara maju, dari tabel 4.23 terlihat bahwa mayoritas responden

menjawab setuju yakni sebanyak 70 orang (47,3%). Hal ini terjadi karena lewat

tayangan drama Korea yang responden tonton, responden melihat bahwa

masyarakat Korea Selatan memiliki kondisi sosial yang mencerminkan sebuah

Negara maju seperti teknologi canggih, kriminalitas rendah, kemerataan

pendapatan, dan sarana prasarana publik yang memadai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.24
Jawaban Responden Atas Pertanyaan Kelima Indikator Investment and
Immigration

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Sangat Tidak 10 6.8 6.8 6.8
Setuju
Tidak Setuju 27 18.2 18.2 25.0
Netral 52 35.1 35.1 60.1
Setuju 37 25.0 25.0 85.1
Sangat Setuju 22 14.9 14.9 100.0
Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Pertanyaan kelima yang ditanyakan peneliti kepada responden dalam

indikator investment and immigration ini adalah apakah Korea Selatan menjadi

Negara yang akan dituju responden jika bersekolah ke luar negeri. Dan sebanyak

52 orang (35,1%) menjawab netral. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi

mengenai universitas Korea Selatan dan kurang populernya Korea Selatan sebagai

destinasi belajar diluar negeri.

Tabel 4.25
Jawaban Responden Atas Pertanyaan Keenam Indikator Investment and
Immigration

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Sangat Tidak 15 10.1 10.1 10.1
Setuju
Tidak Setuju 28 18.9 18.9 29.1
Netral 47 31.8 31.8 60.8
Setuju 32 21.6 21.6 82.4
Sangat Setuju 26 17.6 17.6 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Pada pertanyaan keenam ini, peneliti menanyakan apakah responden ingin

tinggal dan bekerja di Korea Selatan. Sebanyak 47 orang responden (31,8%)

menjawab netral dan sebanyak 32 orang responden (21,6%) menjawab setuju. Hal

ini dikarenakan responden tidak memiliki gambaran yang jelas mengenai

kehidupan di Korea Selatan sehingga responden ragu-ragu untuk tinggal dan

bekerja di Korea Selatan.

Tabel 4.26
Jawaban Responden Atas Pertanyaan Ketujuh Indikator Investment and
Immigration

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Sangat Tidak 8 5.4 5.4 5.4
Setuju
Tidak Setuju 20 13.5 13.5 18.9
Netral 60 40.5 40.5 59.5
Setuju 49 33.1 33.1 92.6
Sangat Setuju 11 7.4 7.4 100.0
Total 148 100.0 100.0
Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Dalam tabel 4.26 terlihat bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak

60 orang (40,5%) menjawab netral ketika ditanyakan apakah menurut responden

dalam segi keamanan dan kenyamanan, Korea Selatan adalah Negara yang aman

dan nyaman. Dari segi keamanan citra Korea Selatan yang menurut responden

masih dibayangi oleh perang saudara dengan Korea Utara membuat responden

menganggap Korea Selatan sebagai Negara yang kurang aman. Namun dari segi

kenyamanan, sarana dan prasarana publik yang memadai, keadaan kota yang bersih

serta transportasi publik yang memumpuni, yang telihar dari drama Korea yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


responden tonton membuat responden menganggap Korea Selatan sebagai Negara

yang nyaman untuk dihuni. Hal inilah yang menyebabkan sebagian besar responden

menjawab netral atau ragu-ragu diikuti dengan responden yang menjawab setuju

yakni sebanyak 49 orang (33,1%).

4.2.4.4 Indeks Jawaban Respoden Mengenai Nation brand

Pada tabel 4.27 dibawah ini, dipaparkan indeks jawaban responden

mengenai variabel terikat dalam hal ini Nation brand.

Tabel 4.27
Indeks Jawaban Responden Terhadap Variabel Nation brand

Jawaban Responden
Indeks
Indikator (dalam persentase)
(%)
1 2 3 4 5

Export 1 2,57 11,89 23,92 10,27 4,73 53,38

Export 2 3,92 9,73 20,27 13,51 5,41 52,84

Export 3 3,38 10,81 20,68 14,59 3,38 52,84

Export 4 4,46 14,59 15,41 9,19 4,05 47,7

Tourism 1 0,41 3,24 8,11 34,05 33,78 79,59

Tourism 2 0,68 2,98 13,38 32,43 26,35 75,82

Tourism 3 1,08 3,24 10,14 30,81 31,08 76,35

Tourism 4 1,76 8,38 7,30 17,30 34,49 69,23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Investment
and 0,41 2,16 12,97 40 20,95 76,49
Immigration 1

Investment
and 0,68 1,62 6,08 43,24 28,38 80
Immigration 2

Investment
and 0,68 4,60 18,65 34,05 11,49 69,47
Immigration 3

Investment
and 0,68 1,35 15,81 37,84 19,60 75,28
Immigration 4

Investment
and 1,35 7,30 21,08 20 14,86 64,59
Immigration 5

Investment
and 2,03 7,57 19,05 17,30 17,57 63,52
Immigration 6

Investment
and 1,08 5,41 24,32 26,49 7,43 64,73
Immigration 7

Rata-Rata 66,79

Sumber: Kuesioner penelitian (2017)

Dari tabel 4.27 diatas, dapat dijelaskan bahwa hasil perhitungan nilai indeks

terhadap variabel Nation brand menunjukkan indeks persepsi sebesar 66,79%.

Dapat disimpulkan bahwa Nation brand yang meliputi Export, Tourism, dan

Investment and Immigration berada dalam kategorti sedang hingga cukup tinggi.

Peneliti menemukan bahwa indikator Export 4 mengenai pertanyaan “Anda akan

tetap membeli produk buatan Korea Selatan walaupun harus membayar lebih”,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dipersepsikan paling rendah oleh responden, yakni sebesar 47,7%. Sedangkan

indikator Investment and Immigration 2 mengenai pertanyaan “Menurut Anda,

Korea Selatan adalah Negara yang memiliki teknologi yang canggih”,

dipersepsikan paling tinggi oleh responden yakni sebesar 80%.

Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa/i FISIP USU memiliki

penilaian yang tinggi dalam mengakui kecanggihan teknologi di Korea Selatan,

namun masih belum mau membayar lebih untuk membeli produk buatan Korea

Selatan.

4.3 Uji Instrumen Penelitian

4.3.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mendapatkan instrumen penelitian yang sahih

atau valid sehingga layak digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian. Validitas

instrument penelitian akan diuji dengan membandingkan antara nilai korelasi

(rhitung) dengan rtabel. Adapun kriteria penilaian uji validitas setiap pernyataan

instrumen adalah:

1. Jika rhitung > rtabel, maka instrumen penelitian dinyatakan valid.

2. Jika rhitung < rtabel, maka instrument penelitian dinyatakan tidak valid.

Kuesioner terdiri dari dua jenis variabel, yakni variabel bebas (Korean Wave)

yang memuat 6 pernyataan dan variabel terikat (Nation brand) yang memuat 15

pertanyaan. Jadi, secara keseluruhan terdapat 21 butir pertanyaan dalam instrumen

penelitian ini.

Kuesioner dibagikan kepada 148 orang responden yang memenuhi kriteria

sampling. Untuk taraf signifikasi 5% dengan derajat kebebasan df = n – 2, maka

nilai rtabel adalah 0,1614.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3.1.1 Uji Validitas Variabel Bebas

Hasil uji validitas variabel bebas dapat dilihat pada tabel 4.28 dibawah ini.

Tabel 4.28
Hasil Uji Validitas Variabel Bebas

Korean Korean Korean Korean Korean Korean Korean


Wave 1 Wave 2 Wave 3 Wave 4 Wave 5 Wave 6 Wave
Korean Pearson
1 .708** .519** .603** .510** .298** .757**
Wave 1 Correlation
Sig. (2-
.000 .000 .000 .000 .000 .000
tailed)
N 148 148 148 148 148 148 148
Korean Pearson
.708** 1 .698** .640** .607** .376** .855**
Wave 2 Correlation
Sig. (2-
.000 .000 .000 .000 .000 .000
tailed)
N 148 148 148 148 148 148 148
Korean Pearson
.519** .698** 1 .545** .780** .542** .879**
Wave 3 Correlation
Sig. (2-
.000 .000 .000 .000 .000 .000
tailed)
N 148 148 148 148 148 148 148

Sambungan tabel 4.28


Korean Korean Korean Korean Korean Korean Korean
Wave 1 Wave 2 Wave 3 Wave 4 Wave 5 Wave 6 Wave
Korean Pearson
.603** .640** .545** 1 .490** .292** .749**
Wave 4 Correlation
Sig. (2-
.000 .000 .000 .000 .000 .000
tailed)
N 148 148 148 148 148 148 148
Korean Pearson
.510** .607** .780** .490** 1 .468** .837**
Wave 5 Correlation
Sig. (2-
.000 .000 .000 .000 .000 .000
tailed)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


N 148 148 148 148 148 148 148
Korean Pearson
.298** .376** .542** .292** .468** 1 .626**
Wave 6 Correlation
Sig. (2-
.000 .000 .000 .000 .000 .000
tailed)
N 148 148 148 148 148 148 148
Korean Pearson
.757** .855** .879** .749** .837** .626** 1
Wave Correlation
Sig. (2-
.000 .000 .000 .000 .000 .000
tailed)
N 148 148 148 148 148 148 148
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: Hasil penelitian (diolah, 2017)

Dari tabel 4.26 diatas, dapat dilihat bahwa seluruh item pertanyaan yang

digunakan dalam variabel bebas (Korean Wave) memiliki nilai rhitung yang lebih

besar dari nilai rtabel yakni 0,1614. Sehingga semua pertanyaan Korean Wave adalah

valid dan dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.

4.3.1.2 Uji Validitas Variabel Terikat

Hasil uji validitas variabel bebas dapat dilihat pada tabel 4.29, tabel 4.30, dan tabel

4.31 dibawah ini.

Tabel 4.29
Hasil Uji Validitas Variabel Terikat (Export)

Export 1 Export 2 Export 3 Export 4


Export 1 Pearson
1 .753** .776** .647**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 148 148 148 148
Export 2 Pearson
.753** 1 .873** .751**
Correlation

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 148 148 148 148
Export 3 Pearson
.776** .873** 1 .722**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 148 148 148 148
Export 4 Pearson
.647** .751** .722** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 148 148 148 148
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: Hasil penelitian (diolah, 2017)

Tabel 4.30
Hasil Uji Validitas Variabel Terikat (Tourism)

Tourism 1 Tourism 2 Tourism 3 Tourism 4


Tourism 1 Pearson
1 .771** .648** .437**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 148 148 148 148
Tourism 2 Pearson
.771** 1 .663** .455**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 148 148 148 148

Sambungan tabel 4.30


Tourism 1 Tourism 2 Tourism 3 Tourism 4
Tourism 3 Pearson
.648** .663** 1 .605**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 148 148 148 148
Tourism 4 Pearson
.437** .455** .605** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 148 148 148 148
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Hasil penelitian (diolah, 2017)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.31
Hasil Uji Validitas Variabel Terikat (Investment and Immigration, Nation
Brand)

Investmen Investmen Investmen Investmen Investmen Investmen Investmen Natio


t and t and t and t and t and t and t and n

Immigrati Immigrati Immigrati Immigrati Immigrati Immigrati Immigrati Bran


on 1 on 2 on 3 on 4 on 5 on 6 on 7 d

Investmen Pearson
.587*
t and Correlati 1 .781** .423** .577** .204* .172* .325**
*

Immigrati on
on 1 Sig. (2-
.000 .000 .000 .013 .037 .000 .000
tailed)

N 148 148 148 148 148 148 148 148

Investmen Pearson
.534*
t and Correlati .781** 1 .338** .455** .210* .120 .236**
*

Immigrati on
on 2 Sig. (2-
.000 .000 .000 .010 .145 .004 .000
tailed)

N 148 148 148 148 148 148 148 148

Investmen Pearson
.642*
t and Correlati .423** .338** 1 .482** .406** .446** .401**
*

Immigrati on
on 3 Sig. (2-
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
tailed)

N 148 148 148 148 148 148 148 148


Sambungan tabel 4.31
Investmen Investmen Investmen Investmen Investmen Investmen Investmen Natio

t and t and t and t and t and t and t and n


Immigrati Immigrati Immigrati Immigrati Immigrati Immigrati Immigrati Bran
on 1 on 2 on 3 on 4 on 5 on 6 on 7 d

Investmen Pearson
.597*
t and Correlati .577** .455** .482** 1 .403** .279** .439**
*

Immigrati on
on 4 Sig. (2-
.000 .000 .000 .000 .001 .000 .000
tailed)

N 148 148 148 148 148 148 148 148

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Investmen Pearson
.640*
t and Correlati .204* .210* .406** .403** 1 .607** .346**
*

Immigrati on

on 5 Sig. (2-
.013 .010 .000 .000 .000 .000 .000
tailed)

N 148 148 148 148 148 148 148 148

Investmen Pearson
.634*
t and Correlati .172* .120 .446** .279** .607** 1 .403**
*

Immigrati on

on 6 Sig. (2-
.037 .145 .000 .001 .000 .000 .000
tailed)

N 148 148 148 148 148 148 148 148

Investmen Pearson
.593*
t and Correlati .325** .236** .401** .439** .346** .403** 1
*

Immigrati on

on 7 Sig. (2-
.000 .004 .000 .000 .000 .000 .000
tailed)

N 148 148 148 148 148 148 148 148

Nation Pearson
Brand Correlati .587** .534** .642** .597** .640** .634** .593** 1
on

Sig. (2-
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
tailed)

N 148 148 148 148 148 148 148 148

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Sumber: Hasil penelitian (diolah, 2017)

Dari tabel 4.29, tabel 4.30, dan tabel 4.31, dapat dilihat bahwa seluruh item

pertanyaan yang digunakan dalam variabel terikat (Nation brand) memiliki nilai

rhitung yang lebih besar dari nilai rtabel yakni 0,1614. Sehingga semua pertanyaan

Nation brand adalah valid dan dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.

4.3.2 Uji Reliabilitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat apakah instrumen penelitian yang

digunakan handal dan dapat dipercaya. Karena instrumen penelitian yang handal

dan dapat dipercaya akan menghasilkan penelitian yang memiliki tingkat

kepercayaan yang tinggi. Adapun kriteria penentuan reliabilitas adalah sebagai

berikut:

1. Jika nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) > 0,6 maka instrumen

penelitian dinyatakan reliabel.

2. Jika nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) < 0,6 maka instrumen

penelitian dinyatakan reliabel.

4.3.2.1 Uji Reliabilitas Variabel Bebas

Hasil uji reliabilitas variabel bebas dapat dilihat pada tabel 4.32 dibawah

ini.

Tabel 4.32
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Bebas

Cronbach's Alpha N of Items


.876 6
Sumber: Hasil penelitian (diolah, 2017)

Dari tabel 4.32, dapat dilihat bahwa variabel Korean Wave memiliki r alpha

yang lebih besar dari nilai r standar 0,6 yakni sebesar 0,876. Maka dari itu, variabel

Korean Wave dinyatakan reliabel.

4.3.2.2 Uji Reliabilitas Variabel Terikat

Hasil uji reliabilitas variabel terikat dapat dilihat pada tabel 4.33 dibawah

ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.33
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Terikat

Cronbach's Alpha N of Items


.895 15
Sumber: Hasil penelitian (diolah, 2017)

Dari tabel 4.33 diatas, dapat dilihat bahwa variabel Nation brand memiliki

r alpha yang lebih besar dari nilai r standar 0,6 yakni sebesar 0,895. Maka dari itu,

variabel Nation brand dinyatakan reliabel.

4.4 Teknik Analisis Data

4.4.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas. Uji ini digunakan

untuk melihat apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel

independen memiliki distribusi normal. Distribusi normal membentuk suatu grais

lurus diagonal, plotting data residual akan membandingkan dengan garis

diagonalnya. Jika distribusi normal, maka garis yang menggambarkan garis

normalnya akan mengikuti garis yang sebenarnya. Cara pengambilan keputusan

pada metode plot yakni:

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,

maka model garis regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Hasil uji normalitas dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini.

Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sumber: Hasil penelitian (diolah, 2017)

Dilihat dari tampilan grafik normal plot pada gambar 4.1 diatas, titik-titik

data menyebar disekitas garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal grafik P-

Plot. Pola ini menunjukkan bahwa masing-masing variabel memiliki distribusi yang

normal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

4.4.2 Analisis Regresi Linear Sederhana

Pada bagian ini dilakukan analisis regresi linear sederhana untuk

mengetahui sejauh mana variabel X yakni Korean Wave mempengaruhi variabel Y

yakni Nation brand. Hasil analisis regresi linear sederhana dapat dilihat pada tabel

4.34 dibawah ini.

Tabel 4.34
Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 22.803 2.389 9.547 .000
Korean Wave 1.261 .107 .700 11.842 .000
a. Dependent Variable: Nation Brand

Sumber: Hasil penelitian (diolah, 2017)

Dari tabel 4.34 diatas, maka diperoleh sebuah model persamaan regresi

Y = 22,083 + 1,261X

Persamaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Konstanta (a)

Konstanta (a) sebesar 22,803 menunjukkan harga konstan dimana jika nilai

variabel X = 0, maka nilai Nation brand (Y) tetap ada sebesar 22,803 satuan.

2. Koefisien regresi Korean Wave (b)

Nilai koefisien Korean Wave untuk variabel X adalah sebesar 1,261. Hal ini

bermakna bahwa setiap kenaikan variabel Korean Wave sebesar satu satuan

maka nilai variabel Nation brand (Y) akan meningkat sebesar 1,261.

Artinya, tanpa adanya Korean Wave maka besar Nation brand Korea Selatan adalah

sebesar 22, 803. Namun apabila diasumsikan variabel Korean Wave mengalami

kenaikan sebesar satu satuan, maka peningkatan atau besar pengaruh Korean Wave

kepada Nation brand adalah sebesar 1,261.

4.4.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk menganalisis apakah hipotesis diterima atau

ditolak. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0: Korean Wave tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Nation brand Korea

Selatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Ha: Korean wave berpengaruh secara signifikan terhadap Nation brand Korea

Selatan.

4.4.3.1 Uji Parsial (Uji-t)

Berdasarkan hasil pengolahan data primer, maka diperoleh hasil uji parsial

yang dituangkan dalam tabel 4.35 berikut ini. Tingkat kepercayaan yang digunakan

adalah 99%.

Tabel 4.35
Hasil Uji Parsial (Uji-t)

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 22.803 2.389 9.547 .000
Korean Wave 1.261 .107 .700 11.842 .000
a. Dependent Variable: Nation Brand

Sumber: Hasil penelitian (diolah, 2017)

Nilai t tabel dengan tingkat kepercayaan 99% untuk 148 responden adalah

sebesar 2,352. Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.35 diatas, diketahui

nilai t hitung adalah 11,842. Sehingga nilai t hitung > t tabel, yang berarti Korean

Wave berpengaruh positif terhadap Nation brand. Dari tabel diketahui pula nilai

signifikasi (Sig.) lebih besar dari 0,05 yakni sebesar 0,000. Hal ini menyatakan

bahwa Korean Wave berpengaruh signifikan terhadap Nation brand, yang berarti

Ha diterima dan H0 ditolak.

4.4.3.2 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji koefisien

determinasi (R2). Adapun nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan hasil pengolahan data primer, maka diperoleh output pada tabel 4.36,

sebagai berikut:

Tabel 4.36
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
a
1 .700 .490 .486 7.269
a. Predictors: (Constant), Korean Wave

Sumber: Hasil penelitian (diolah, 2017)

Berdasarkan tabel 4.36 diatas, diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (R)

yang menunjukkan hubungan Korean Wave dengan Nation brand adalah sebesar

0,700. Untuk kemampuan model dalam menerangkan variasi nilai variabel

dependen (Nation Brand) dapat dilihat pada Adjusted R Square, yakni sebesar

0,486. Hal ini menunjukkan bahwa variasi naik turunnya nilai Nation brand yang

dipengaruhi oleh Korean Wave adalah sebesar 48,6%, sedangkan sisanya sebesar

51,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.

Nilai R sebesar 0,700 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara variabel

independen (Korean Wave) terhadap variabel dependen (Nation brand) sangat kuat.

Hal ini menunjukkan bahwa ternyata Korean Wave besar pengaruhnya terhadap

Nation brand Korea Selatan pada mahasiswa/i Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik USU (FISIP USU).

4.5 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

peneliti dapat mengemukakan beberapa hal penting seperti, mengacu kepada

distribusi jawaban responden, diketahui bahwa hampir 50% responden, yakni

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sebesar 47,3% responden setuju jika kondisi sosial Korea Selatan mencerminkan

kondisi sosial Negara maju. Kondisi yang ditandai dengan teknologi tinggi (high-

tech), kriminalitas rendah, kemerataan pendapatan, juga sarana dan prasarana

publik yang memadai. Namun ketika ditanyakan apakah responden setuju jika

Korea Selatan merupakan Negara yang aman dan nyaman, mayoritas responden

memberikan jawaban netral, begitu juga dengan keinginan untuk belajar, bekerja

dan tinggal di Korea Selatan. Hal ini dikarenakan pengaruh musik dan drama Korea

yang selalu menunjukkan kondisi sosial Korea Selatan yang makmur dan sejahtera

serta berteknologi tinggi mempengaruhi responden dalam menilai kondisi sosial

Korea Selatan. Namun karena bagi responden, hal ini hanya terlihat saat mereka

menonton drama Korea, maka bagi sebagian besar responden, hal ini kurang

realistis.

Dari indeks jawaban responden juga diketahui jika dari seluruh aspek

Nation Brand yang diteliti yakni export, tourism, investment and immigration,

export memperoleh nilai yang paling rendah. Artinya mayoritas responden netral

dan bahkan tidak menyukai produk Korea, tidak menganggap produk Korea

memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan produk buatan Negara lain, dan

tidak setuju jika harus membayar lebih untuk memperoleh produk buatan Korea.

Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti, sebagian besar responden tidak

terlalu terpengaruh Korean Wave sehingga jika untuk mencari informasi secara

intens dan rela membayar lebih untuk membeli produk Korea masih dianggap

kurang masuk akal bagi reponden. Hal ini terlihat pada tabel 4.16 dimana 42,6%

responden setuju jika Korea Selatan memiliki banyak destinasi wisata yang menarik

dan layak untuk dikunjungi, namun pada tabel 4.19 saat ditanyakan apakah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


responden ingin pergi ke Korea Selatan menghadiri konser, mengunjungi kantor

agensi, dan mengunjungi lokasi syuting drama, tidak terlalu banyak responden yang

menjawab setuju walaupun mayoritas jawaban adalah setuju. Tapi belum sebanyak

responden yang setuju jika Korea Selatan memiliki banyak destinasi wisata yang

menarik dan layak untuk dikunjungi. Hal ini terkait juga dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ananda Ramadhan mengenai “Pengaruh Terpaan Tayangan Korean

Wave (Demam Korea) Terhadap Gaya Hidup Mahasiswi Fakultas Imu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara” dimana hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa mayoritas mahasiswi FISIP USU yang menggemari tayangan Korean Wave

tertarik pada konten tayangan saja dan belum sampai mempengaruhi gaya hidup.

Tanggapan responden mengenai Korean Wave (72,37%) dan Nation brand

(66,79%), secara keseluruhan berada pada kategori indeks tinggi, artinya

mahasiswa/i FISIP USU (responden) memberikan penilaian yang positif terhadap

budaya populer Korea dalam hal ini musik dan drama Korea. Juga memberikan

penilaian yang positif pula terhadap Nation brand Korea Selatan. Hal ini dapat

mengindikasikan bahwa Korea Selatan lewat musik dan drama berhasil meraih

pesepsi positif mahasiswa/i FISIP USU mengenai Nation brand-nya. Dan dari

seluruh indeks Nation brand, aspek tourism memiliki indeks yang mayoritas tinggi

jika dibandingkan dengan export. Hal ini sesuai dengan pendapat Simon Anholt,

bahwa pariwisata seringkali merupakan aspek yang paling terlihat dari sebuah

Nation brand.

Pengolahan data melalui analisis regresi linear sederhana menunjukkan

bahwa Korean Wave berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nation brand

Korea Selatan. Namun lewat uji hipotesis, yakni uji koefisien determinasi diketahui

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kemampuan Korean Wave dalam mempengaruhi Nation brand hanya sebesar

48,6%. Sedangkan sisanya sebesar 51,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

diteliti dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan perlunya peninjauan kembali

yang lebih mendalam mengenai faktor mana yang lebih besar pengaruhnya

terhadap Nation brand.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada mahasiwa/i Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU) mengenai

pengaruh Korean Wave terhadap Nation brand Korea Selatan, maka diperoleh

kesimpulan sebagai berikut.

Berdasarkan hasil uji parsial atau uji t diketahui bahwa Korean Wave

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Nation brand Korea

Selatan. Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi juga diketahui bahwa korelasi

antara Korean Wave dan Nation brand Korea Selatan berada pada kategori sangat

kuat. Namun, besar pengaruh Korean Wave terhadap Nation brand sebesar 48,6%

yang berarti masih ada pengaruh sebesar 51,4% dari variabel lain yang tidak diteliti

dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun Korean Wave memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Nation brand, namun Korean Wave bukanlah

faktor yang paling mempengaruhi Nation brand Korea Selatan. Masih banyak

faktor-faktor lain selain Korean Wave yang lebih kuat mempengaruhi Nation brand

Korea Selatan yang dimiliki mahasiswa/i Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

Pengaruh positif dan signifikan Korean Wave terhadap Nation Brand Korea

Selatan pada mahasiswa/i Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara, mengindikasikan bahwa Korea Selatan lewat budaya populernya

dalam hal ini musik dan drama Korea berhasil meraih persepsi positif mahasiswa/i

FISIP USU terhadap Nation brand-nya. Pada umumnya, mahasiswa/i Fakultas Ilmu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU) memiliki persepsi

positif terhadap produk, pariwisata, ekonomi dan kehidupan sosial Korea Selatan

dikarenakan pengaruh menyebarnya budaya populer Korea dalam hal ini musik dan

drama Korea (Korean Wave) disekitar mereka.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dipaparkan sebelumnya, maka peneliti

memberikan saran sebagai berikut.

Melihat bagaimana Korean Wave memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Nation brand Korea Selatan, maka perlu dipertimbangkan membangun Nation

brand lewat industri kreatif seperti yang dilakukan oleh Korea Selatan. Dimana

lewat penyebaran budaya populer Korea dalam hal ini musik (K-Pop) dan drama

(K-Drama), Korea Selatan berhasil membangun persepsi positif terhadap Nation

brand-nya. Apalagi jika dilihat sekarang ini, industri kreatif Indonesia perlahan-

lahan mulai bangkit kembali. Dengan konten yang semakin baik, berkualitas, dan

bervariasi dan tentu saja digemari. Tema film yang mengangkat cerita tentang

bangsa Indonesia seperti Beta Maluku, Sekolah Rimba, Habibie dan Ainun,

Soekarno, dan lain sebagainya dapat dijadikan sebagai sarana membangun Nation

brand Indonesia. Menjadi suatu hal yang jauh lebih bermanfaat jika Indonesia

mempertimbangkan pembangunan Nation brand lewat industri kreatif seperti yang

dilakukan oleh Korea Selatan dan tidak hanya terbatas pada industri pariswisata

saja seperti yang selama ini dilakukan.

Untuk melengkapi keterbatasan dalam penelitian ini, perlu diadakan

penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh Korean Wave terhadap Nation brand

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Korea Selatan dengan menambahkan variabel yang lebih variatif seperti kuliner dan

fashion, tidak hanya terbatas pada musik dan drama Korea saja. Juga dengan sampel

yang lebih luas lagi. Perlu juga dilakukan penelitian menggunakan variabel

independen (bebas) lainnya selain Korean Wave karena masih banyak variabel lain

yang mungkin saja mempengaruhi Nation brand. Penelitian dapat juga dilakukan

pada Negara lain selain Korea Selatan mengingat dewasa ini, dapat dikatakan

semua Negara memiliki strategi pembangunan Nation brand-nya masing-masing.

Untuk variabel dependen (terikat) perlu juga dilakukan penelitian lainnya selain

Nation brand mengingat masih banyak variabel terikat lainnya yang juga

disebabkan oleh Korean Wave. Seperti perubahan gaya hidup, konsumerisme,

hedonisme, dan masih banyak lagi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Armstrong, Gary, Philip Kotler dan Geoffrey da Silva. 2006. Marketing: An
Introduction An Asian Perspective. Singapore: Prentice Hall.

Assauri, Sofjan. 2007. Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ferrinadewi, Erna. 2008. Merek dan Psikologi Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hasan, Ali. 2015. Tourism Marketing. Yogyakarta: Center for Academic Publishing
Service.

Hong, Euny. 2016. Korean Cool: Strategi Inovatif di Balik Ledakan Budaya Pop
Korea. Jakarta: Bentang Pustaka
Keith, Dinnie. 2008. Nation Branding: Concept, Issues, Practice. USA: Elsevier.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi Ketiga
Belas Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Moilanen, Teemu dan Seppo Rainisto. 2009. How to Brand Nations, Cities and
Destinations: A Planning Book for Place Branding. New York: Palgrave
Macmillan.
Priyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo: Zifatama Publishing.
Sangadji, Mamang Etta dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian: Pendekatan
Praktis Dalam Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sunyoto, Danang. 2013. Metode dan Instrumen Penelitian (Untuk Ekonomi dan
Bisnis). Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service)

Tjiptono, Fandi. 2011. Manajemen dan Strategi Merek. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Temporal, Paul. 2001. Branding In Asia: The Creation, Development, and
Management of Asian Brands for the Global Market. Singapore: John Wiley
& Sons (Asia) Pte Ltd.

ARTIKEL
Anholt, Simon. What Is a Nation Brand. Superbrands.
____________. 2005. Three Interlinking Concepts: Intellectual Property, Nation
Branding and Economic Development. WIPO International Seminar on
Intellectual Property and Development. Geneva.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dong-Hun, Lee. 2010. Nation Branding Korea. SERI. Korea. Muhammad,
Wahyudi Akmaliah. 2008. Fenomena Hallyu (Gelombang Korean- Pop/ K-
Pop) dan Dampaknya Di Indonesia.
Prost, Olivia-Ih. 2014. South Korea Trying To Improve Its Nation Brand. Asia
Centre. Paris.

JURNAL DAN SKRIPSI


Anholt, Simon. 2007. Competitive Identity: The New Brand Management for
Nations, Cities, and Regions. Journal of Brand Management.
. 2013. Beyond the Nation Brand: The Role of Image and Identity in
International Relations. Exchange: The Journal of Public Diplomacy.
Vol .2, hal 6-12.
. 2008 Editorial ‘Nation Branding’ in Asia. Place Branding and
Public Diplomacy. Vol. 4, hal 265-269.

Cheng, Li-Chih. 2008. The Korea Brand: The Cultural Dimension of South Korea’s
Branding Project in 2008. John Hopkins University. Hal 73-85.

Dinnie, Keith, T.C. Melewar, Kai-Uwe Seidenfuss, dan Ghazali Musa. 2010.
Nation Branding and Integrated Marketing Communications: an ASEAN
perspective. International Marketing Review. Vol. 27 No.4, hal 388-401.
Dinnie, Keith. 2010. Repositioning the Korea Brand to a Global Audience:
Challenges, Pitfalls, and Current Strategy. Korean Economic Institute.
Vol.4 No. 9, Hal 1-7.
Fan, Ying. 2006. Branding The Nation: Towards A Better Understanding. Brunei
Business School. Brunei University.
Irwansyah. 2013. Menginisiasi Nation Branding Indonesia Menuju Daya Saing
Bangsa. Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol.11 No.1. Hal 80-91.
Jannah, Bidratul, Zainul Arifin, dan Andriani Kusumawati. 2014. Jurnal
Administrasi Bisnis. Bandung: Universitas Brawijaya.
Jin, Dal Yong. 2012. The New Korean Wave in The Creative Industry: Hallyu 2.0
II Journal. Michigan: University of Michigan. Hal 3-7.
Jin. 2012. Fenomena Hallyu (Gelombang Korean-Pop/K-Pop) dan Dampaknya di
Indonesia. Jurnal Masyarakat dan Budaya. Vol. 14 No1, hal 201-212
Lee, Sue Jin. 2011. The Korean Wave: The Seoul of Asia. The Elon Journal of
Undergraduate Research in Communications. Vol. 2 No.1, hal 85-92.
Ramadhan, Abdurrahman Hikmah, Suharyono dan Srikandi Kumadji. 2015. Jurnal
Administras Bisnis. Malang: Universitas Brawijaya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Ramadhan, Ananda. 2015. Pengaruh Terpaan Tayangan Korean Wave (Demam
Korea) Terhadap Gaya Hidup Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Sepriadi, Suhendra. 2015. Pengaruh Country of Origin Terhadap Perceived Value
Dengan Consumer Ethnocentrism Sebagai Variabel Moderator. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Szondi, Gyorgi. 2008. Public Diplomacy and Nation Branding: Conceptual
Similarities and Differences. Netherlands Institute of International
Relations ‘Clingendael’. Hal 1-42.

Utami, Sri dan Vanessa Gaffar. 2014. Pengaruh Strategi Nation Branding
“Wonderful Indonesia” Terhadap Proses Keputusan Berkunjung Wisatawan
Australia Ke Indonesia. Tourism and Hospitality Essentials Journal.
Bandung: UPI.

WEBSITE
Barrat-Due, David. The Korean Wave: An Overview.
www.thericebowl.net/artdesign/2015/9/7/ehq725lanfeur8f16dliuy6vzn002.
Diakses pada Oktober 2016.
Fathurochman, Maman. Pengembangan Konsep Komunikasi Nation Branding
Indonesia. https://mamanfathurochman.wordpress.com/artikel/hikmah/nati
on-branding. Diakses pada Oktober 2016.

Jae-Won, Kim. Korea Ranks 17th in Brand Index.


http://www.koreatimes.co.kr/www/news/biz/2015/12/123_117382.html.
Diakes pada Oktober 2016.
Leong, Melissa. How Korea Became The World’s Coolest Brand.
http://business.financialpost.com/news/retail-marketing/how-korea-
became-the-worlds-coolest-brand. Diakses pada Oktober 2016.

NN. Indonesia: Do We Really Need Nation Branding.


http://marketeers.com/indonesia-do-we-really-need-nation-branding-3.
Diakses pada Oktober 2016.

NN. Anholt-GfK Nation Brands Index. http://nation-brands.gfk.com. Diakes pada


Oktober 2016.

NN. Korea Facts. http://english.visitkorea.or.kr. Diakses pada 9 Januari 2017.

NN. Hallyu (Korean Wave). http://id.korean-culture.org. Diakses pada 9 Januari


2017.

NN. Imagine Your Korea. http://www.imagineyourkorea.com. Diakes pada 9


Januari 2017.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


NN. About Korea. http://english.kotra.or.kr/foreign/korea/KHENKO010M.html?
TOP_MENU_CD=KOREA. Diakses pada 9 Januari 2017.

NN. Hallyu (Korean Wave). http://www.korea.net/AboutKorea/Culture-and-the-


Arts/Hallyu. Diakses pada 9 Januari 2017.

NN. Korsel Peringkat 2 Destinasi Utama Kongres Global.


http://fokuskini.com/web/read/2015/korsel.peringkat.2.destinasi.utama.kon
gres.global#.V_5a_vl97IU. Diakses pada Oktober 2016.

Pinem, Walter. Korean Wave dan Peningkatan Perekonomian Korea


Selatan. https://www.seniberpikir.com/korean-wave-dan-peningkatan-
perekonomian-korea-selatan. Diakses pada Oktober 2016.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai