Anda di halaman 1dari 103

SKRIPSI

Peran Generasi Milenial Dalam Mempengaruhi Budaya Politik Indonesia


(Studi Kasus: DPD Partai Solidaritas Indonesia Kota Medan)

Oleh:

Eqel Tomi Geovani Tamba

(150906043)

Dosen Pembimbing : Muhammad Ardian S.Sos.,M.Ipol

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU POLITIK

EQEL TOMI GEOVANI TAMBA (150906043)


Peran Generasi Milenial dalam Mempengaruhi Budaya Politik Indonesia
(Studi Kasus: DPD Partai Solidaritas Indonesia Kota Medan).

ABSTRAK

Milenial adalah kelompok demografi setelah Generasi X (Gen-X) yang juga


disebut dengan Generasi Y (Gen-Y). Tidak ada batas waktu yang pasti untuk awal
dan akhir dari kelompok ini. Para ahli dan peneliti biasanya menggunakan awal
1980-an sebagai awal kelahiran kelompok ini dan pertengahan 1990-an hingga awal
2000-an sebagai akhir kelahiran. Generasi millenial ini juga sangat mempengaruhi
proses perpolitikan di Indonesia terkhususnya dalam mempengaruhi budaya politik.
Hal ini dapat dilihat dari Tahun politik yang di dominasi oleh kaum umur 17-40
Tahun yang bisa disebut Generasi Millenial menurut data pemilih di Indonesia
mencapai 60%. Budaya politik itu sendiri merupakan pola perilaku suatu
masyarakat dalam kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi negara,
politik pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh
seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Penelitian ini dilakukan di Kota Medan,
Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif yaitu suatu cara atau
metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat diamati

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa budaya politik Generasi


Milenial ini cukup signifikan dalam mempengaruhi budaya politik yang ada di
Indonesia dengan terbantahnya budaya tradisional yang membungkam kaum muda
untuk berpolitik dan menjadikan kaum muda itu lebih berani ikut dalam mengetahui
proses-proses politik yang ada di Indonesia khususnya di Kota Medan. Dalam hal
ini Generasi Milenial yang dimaksud ialah hadirnya Partai Solidaritas Indonesia
yang di isi oleh orang-orang masih muda.

(Kata Kunci: Generasi Milenial, Budaya Politik, Partai Solidaritas Indonesia)

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA
FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE
DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

EQEL TOMI GEOVANI TAMBA (150906043)


The Role of Millenial Generation in Influencing Indonesian Political Culture
(Case Study: DPD Partai Solidaritas Indonesia Kota Medan).

ABSTRACT

Millennial is a demographic group after Generation X (Gen-X) which is also


called Generation Y (Gen-Y). There is no definite time limit for the beginning and
end of this group. Experts and researchers usually use the early 1980s as the
beginning of the birth of this group and the mid-1990s to the early 2000s as the end
of birth. This millennial generation also greatly influences the political process in
Indonesia, especially in influencing political culture. This can be seen from the
political year which is dominated by people aged 17-40 years which can be called
Millennials according to voter data in Indonesia reaching 60%. Political culture
itself is a pattern of behavior of a society in the life of the state, the administration
of the state, government politics, law, customs, and customs norms that are lived
by all members of the community everyday. This research was conducted in Medan
City, North Sumatra. This study uses qualitative analysis which is a method or
research method that produces descriptive data in the form of written or oral words
from people and observable behavior.

The results of this study reveal that this Millennial Generation political
culture is quite significant in influencing the political culture in Indonesia with the
refutation of traditional culture which silences young people to be involved in
politics and makes young people more willing to participate in knowing the political
processes in Indonesia, especially in Indonesia. Medan city. In this case the
Millennial Generation in question is the presence of the Indonesian Solidarity Party
which is filled by young people.

(Keywords: Millenial Generation, Political Culture, Partai Solidaritas Indonesia)

ii

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Pengesahan

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu
Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh :
Nama : Eqel Tomi Geovani Tamba
NIM : 150906043
Judul : Peran Generasi Milenial Dalam Mempengaruhi Budaya Politik Indonesia
(Studi Kasus: DPD Partai Solidaritas Indonesia Kota Medan)

Dilaksanakan pada :
Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat :

Tim Penguji
Ketua Penguji :
Nama : ( )
NIP :

Penguji Utama :
Nama : ( )
NIP :

Penguji Tamu :
Nama : ( )
NIP :

iii

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh

Nama : Eqel Tomi Geovani Tamba


NIM : 150906043
Judul : Peran Generasi Milenial Dalam Mempengaruhi Budaya Politik
Indonesia (Studi Kasus: DPD Partai Solidaritas Indonesia Kota
Medan)

Menyetujui:

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen Ilmu Politik,

Muhammad Ardian S.Sos.,M.Ipol Dr. Warjio SS, MA


NIP. 198502242017041001 NIP. 197408062006041003

Dekan FISIP USU,

Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si


NIP. 197409302005011002

iv

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Eqel Tomi Geovani Tamba


NIM : 150906043
Program Studi : Ilmu Politik

Dengan ini menyatakan bahwa karya serta Laporan Tugas Akhir ini adalah benar
merupakan hasil karya sendiri dan bukan duplikasi dari hasil karya orang lain.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian
hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses
sesuai dengan hukum yang berlaku dan sanksi akademik sesuai dengan aturan yang
berlaku.

Medan, 14 Januari 2020

Eqel Tomi Geovani Tamba

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda


tangan di bawah ini :

Nama : Eqel Tomi Geovani Tamba

NIM : 150906043

Departemen : Ilmu Politik

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)

Universitas : Sumatera Utara (USU)

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-Ekslusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

PERAN GENERASI MILENIAL DALAM MEMPENGARUHI BUDAYA


POLITIK INDONESIA (STUDI KASUS : DPD PARTAI SOLIDARITAS
INDONESIA KOTA MEDAN)
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Non Ekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal : 14 Januari 2020

Yang Menyatakan

(Eqel Tomi Geovani Tamba)

vi

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmatNya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera
Utara (USU). Penelitian ini berjudul “Peran Generasi Milenial dalam
Mempengaruhi Budaya Politik Indonesia (DPD Partai Solidaritas Indonesia Kota
Medan)” yang melihat bagaimana peran Generasi Milenial ini dalam
mempengaruhi pola budaya politik yang ada di Indonesia dengan perkembangan
teknologi dan arus globalisasi yang terjadi khususnya di Kota Medan dan Partai
Solidaritas Indonesia sebagai wadahnya, penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dengan analisa dari data deskriptif berupa wawancara dan melihat pola
perilaku masyarakat milenial. Sebagai Karya ilmiah, saya menyadari masih banyak
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang saya miliki sehingga penulisan
karya ilmiah ini sangat jauh dari kata sempurna. Maka dari itu saya harapkan
kritikan dan sarannya untuk membangun skripsi ini agar menjadi lebih baik. Dan
selama proses penyelesaian skripsi ini saya telah banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan, motivasi dan semangat. Baik secara moral maupun material. Dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan ucapan
terimakasih kepada :
1) Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum., selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2) Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3) Bapak Dr. Warjio. MA., Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu
Sosial Ilmu Politik USU.
4) Bapak Muhammad Ardian S.Sos.,M.Ipol., selaku dosen pembimbing di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
5) Bapak Ibu Dosen yang membantu peneliti dalam setiap perkuliahan dan
seluruh staf serta pegawai Tata Usaha yang membantu peneliti dalam segala
proses administrasi semasa perkuliahan di Departemen Ilmu Politik
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik USU.
6) Kepada Ibu M. Bangun dan Bapak R. Tamba sebagai orang tua yang saya
cintai telah membimbing dan memberikan motivasi serta perhatian lebih
terhadap saya setiap harinya.
7) Kepada keluarga besar Tamba yang selalu memberi dukungan dan motivasi.
8) Kepada teman-teman, abang, adik stambuk khususnya anak ilmu politik
angkatan 2015 dan 2016 yang telah memberikan semangat dan kehangatan
disetiap pertemuan.

vii

Universitas Sumatera Utara


9) Kepada teman-teman dari Galeri Kopi Jogal yang menjadi teman
seperjuangan yang memberikan motivasi dan dukungan dalam setiap
perkumpulannya.
10) Kepada teman-teman Parkiran Fisip USU yang memberikan motivasi dan
ilmu di luar kampus serta kehangatan setiap perkumpulannya.
11) Kepada Internet dan Buku-buku yang memberikan dukungan maksimal, ide
dan pengetahuan yang tidak ada habisnya yang penulis gunakan di
kehidupan sehari-hari.
12) Semua pihak yang telah membantu dan mendukung jalannya proses
penelitian dan penulisan skripsi ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 26 Desember 2019

Eqel Tomi Geovani Tamba

viii

Universitas Sumatera Utara


Daftar Isi

ABSTRAK ........................................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ..........................................................................................vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................................vii
Daftar Isi .............................................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................................................. 9
1.3. Pertanyaan Penelitian ............................................................................................. 10
1.4. Batasan Masalah .................................................................................................... 10
1.5. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 11
1.6. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 11
1.7. Penelitian Terdahulu .............................................................................................. 12
1.8. Kerangka Teori ...................................................................................................... 13
1.8.1. Budaya Politik ................................................................................................. 13
1.8.2. Partai Politik.................................................................................................... 17
1.8.3. Partisipasi Politik ............................................................................................ 19
1.8.4. Sosialisasi Politik ............................................................................................ 20
1.8.5. Komunikasi Politik ......................................................................................... 25
1.8.6. Konsep Generasi Millenial.............................................................................. 29
1.9. Metode Penelitian .................................................................................................. 35
1.9.1. Jenis Penelitian................................................................................................ 35
1.9.2. Lokasi Penelitian ............................................................................................. 35
1.9.3. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 35
1.9.4. Teknik Analisa Data........................................................................................ 36
1.10. Sistematika Penulisan .......................................................................................... 36
BAB II DESKRIPSI PARTAI SOLIDARITAS INDONESIA ........................................ 38

ix

Universitas Sumatera Utara


2.1. Sejarah Partai Solidaritas Indonesia ....................................................................... 38
2.2. Nilai Dasar Karakter Partai Solidaritas Indonesia ................................................. 39
2.3. Arti dan Makna Lambang Partai Solidaritas Indonesia ......................................... 40
2.4. Visi dan Misi Partai Solidaritas Indonesia ............................................................. 42
2.5. Syarat Menjadi Kader dan Pengurus Partai Solidaritas Indonesia ......................... 43
2.6. Struktur Kepemimpinan Partai Solidaritas Indonesia ............................................ 45
2.7. Struktur Kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Kota Medan ................. 45
2.7.1. PSI Kota Medan .............................................................................................. 46
BAB III PERAN PARTAI SOLIDARITAS INDONESIA DALAM MEMPENGARUHI
BUDAYA POLITIK INDONESIA .................................................................................. 49
3.1. Budaya Sosialisasi PSI Kepada Kaum Muda Indonesia ........................................ 49
3.1.1. Budaya Sosialisasi Melalui Media Sosial ....................................................... 49
3.1.2. Budaya Sosialisasi Komunikasi Tatap Muka (face to face)............................ 58
3.1.3. Tepat Sasaran .................................................................................................. 60
3.2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Sosialisasi PSI Kepada Kaum Muda
Indonesia ....................................................................................................................... 62
3.2.1. Faktor Pendukung ........................................................................................... 63
3.2.2. Faktor Penghambat ......................................................................................... 65
3.3. Partai Solidaritas Indonesia dalam Mempengaruhi Budaya Politik Indonesia ...... 66
BAB IV KESIMPULAN .................................................................................................. 69
4.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 69
4.2. Saran ...................................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 72
LAMPIRAN...................................................................................................................... 74

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fenomena menarik dalam kehidupan masyarakat dewasa ini, maraknya

budaya global (global culture) dan gaya hidup (lifestyle) pop culture. Fenomena ini

terjadi sebagai dampak dari arus globalisasi yang sudah tidak bisa dibendung lagi.

Globalisasi yang sering dimaknai sebagai proses mendunianya sistem sosial-

ekonomi-politik dan budaya sehingga dunia seperti menjadi tanpa tapal batas

(theborderless world) yang sering dipahami pula sebagai suatu bentuk

penyeragaman, dominasi, dan bahkan hegemoni negara-negara maju terhadap

negara-negara terbelakang atau bangsa yang sedang berkembang.

Di era sekarang ini banyak teori yang mengelompokkan manusia kedalam

beberapa kategori yang menyebabkan adanya perbedaan-perbedaan yang cukup

signifikan mulai dari status, gaya hidup, gender, dan faktor demografi dan

sosiologisnya yang diukur dari mulai terciptanya manusia sampai pada saat ini.

Perbedaan itu sendiri dimunculkan oleh para ahli sosial seperti teori dari Karl Marx

yang mengelompokkannya dari status dengan adanya kelas-kelas sosial hingga

pada teori dari beberapa ahli seperti Manheim (1952) dan Kupperschmidt (2000)

yang mengklasifikasikan manusia itu dari unsur demografi dan faktor sosiologisnya

yang disebut dengan Generasi. Dalam teori generasi muncul pengklasifikasian

manusia menurut umur serta gaya hidupnya bergantung pada arus globalisasi dan

teknologi yang tersebar di seluruh dunia, salah satunya dikenal dengan sebutan

Generasi Y (Gen-Y) atau Generasi Millenial.

Universitas Sumatera Utara


Milenial adalah kelompok demografi setelah Generasi X (Gen-X) yang juga

disebut dengan Generasi Y (Gen-Y). Tidak ada batas waktu yang pasti untuk awal

dan akhir dari kelompok ini. Para ahli dan peneliti biasanya menggunakan awal

1980-an sebagai awal kelahiran kelompok ini dan pertengahan 1990-an hingga awal

2000-an sebagai akhir kelahiran. Milenial pada umumnya adalah anak-anak dari

generasi Baby Boomers dan Gen-X yang tua. Milenial kadang disebut juga sebagai

“Echo Boomers” karena adanya booming tingkat kelahiran pada tahun 1980-an dan

1990-an.1

Karakteristik milenial berbeda-beda berdasarkan wilayah dan kondisi

sosial-ekonomi. Namun generasi ini pada umumnya ditandai oleh peningkatan

penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital. Di

sebagian besar belahan dunia, pengaruh mereka ditandai dengan peningkatan

liberalisasi politik dan ekonomi, meskipun pengaruhnya masih diperdebatkan.

Masa Resesi Besar (The Great Recession) memiliki dampak yang besar terhadap

generasi ini yang mengakibatkan tingkat pengangguran yang tinggi dikalangan

anak muda, dan menimbulkan spekulasi tentang kemungkinan krisis sosial-

ekonomi jangka panjang yang merusak generasi ini.

Pada masa sekarang ini generasi milenial ditandai dengan kemajuan

penggunaan komunikasi, media, dan teknologi digital. Di Indonesia sendiri

informasi merupakan kebutuhan utama serta dengan kemudahan yang mendapatkan

informasi mengakibatkan rasa ingin tahu yang tinggi akan informasi yang terbaru

1KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, “MENGENAL


GENERASIMILLENIAL”,https://www.kominfo.go.id/content/detail/8566/mengenal-generasi-
millennial/0/sorotan_media(diakses pada 20 Maret 2019 pukul 13.00 WIB)

Universitas Sumatera Utara


dan penjuru dunia dan merupakan hak setiap warga negara untuk mendapatkan

informasi yang akurat dan terpercaya yang merupakan salah satu ciri dari negara

demokrasi.

Studi tentang generasi millenial di dunia, terutama di Amerika, sudah

banyak dilakukan. Di antaranya studi yang dilakukan oleh Boston Consulting

Group (BCG) bersama University of Berkley tahun 2011 dengan mengambil tema

American Millennials: Deciphering the Enigma Generation. Tahun sebelumnya,

2010, Pew Research Center juga merilis laporan riset dengan judul Millennials: A

Portrait of Generation Next.2

Generasi millenial ini juga sangat mempengaruhi proses perpolitikan di

Indonesia terkhususnya dalam mempengaruhi budaya politik. Hal ini dapat dilihat

dari Tahun politik yang di dominasi oleh kaum umur 17-40 Tahun yang bisa disebut

Generasi Millenial menurut data pemilih di Indonesia mencapai 60%. Budaya

politik itu sendiri merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan

bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum,

adat istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat

setiap harinya. Budaya politik juga dapat di artikan sebagai suatu sistem nilai

bersama suatu masyarakat yang memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam

pengambilan keputusan kolektif dan penentuan kebijakan publik.

Gabriel A. Almond dan Sidney Verba mengaitkan budaya politik dengan

orientasi dan sikap politik seseorang terhadap sistem politik dan bagian-bagiannya

2AgnesWinastiti,“GenerasiMillenialdanKarakteristiknya”,https://student.cnnindonesia.com/edukasi/20160823

145217-445-153268/generasi-millenial-dan karakteristiknya (diakses pada 20 Maret 2019 pukul 14.20 WIB)

Universitas Sumatera Utara


yang lain serta sikap terhadap peranan kita sendiri dalam sistem politik. Gabriel A.

Almond dan Sidney Verba melihat bahwa dalam pandangan tentang objek politik,

terdapat tiga komponen yaitu: Komponen Kognitif, yaitu kemampuan yang

menyangkut tingkat pengetahuan dan pemahaman serta kepercayaan dan keyakinan

seorang santri terhadap jalannya sistem politik dan atributnya, seperti tokoh-tokoh

pemerintahan, kebijaksanaan yang mereka ambil, atau mengenai simbol-simbol

yang dimiliki oleh sistem politiknya, seperti ibukota negara, lambang negara,

kepala negara, batas-batas negara, mata uang yang dipakai, dan lain sebagainya.3

Komponen afektif, yaitu menyangkut perasaan seorang warga negara

terhadap sistem politik dan peranan yang dapat membuatnya menerima atau

menolak sistem politik itu. Komponen Evaluatif, yaitu menyangkut keputusan dan

praduga tentang obyek-obyek politik yang secara tipikal melibatkan kombinasi

standar nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan. Eagly dan Chaiken

mengemukakan bahwa sikap seorang santri dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi

terhadap objek politik, yang diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif,

dan perilaku. Sebagai hasil evaluasi, sikap yang disimpulkan dari berbagai

pengamatan terhadap objek diekspresikan dalam bentuk respon kognitif, afektif,

maupun perilaku. Ada beberapa tipologi kebudayaan politik yang bersifat murni,

maka dapat dibedakan bentuk kebudayaan politik yang pertama, kebudayaan

subyek-parokial, adalah suatu tipe kebudayaan politik di mana sebagian besar

penduduk menolak tuntutan-tuntutan eksklusif masyarakat desa atau otoritas feodal

dan telah mengembangkan kesetiaan terhadap sistem politik yang lebih kompleks

3Gabriel A. Almon and Bingham Powell, Comprative Politic A Developmental Approach dikutip Rusadi
Kantrapawira, Budaya Politik, hal. 25.

Universitas Sumatera Utara


dengan struktur-struktur pemerintahan pusat yang bersifat khusus. Jadi perubahan

dari kebudayaan politik parokial menuju kebudayaan politik subyek dapat

dimantapkan pada sejumlah poin tertentu dan menghasilkan perpaduan politik,

psikologi dan kultural yang berbeda-beda. Teori Gabriel dan Verba juga

menegaskan bahwa jenis perpaduan yang dihasilkan mengandung manfaat besar

terhadap stabilitas dan penampilan sistem politik tersebut.4

Kedua, kebudayaan partisipan-subyek mempunyai proses peralihan dar

kebudayaan parokial menuju kebudayaan subyek yang dilakukan pasti

mempengaruhi cara bagaimana proses peralihan dari budaya subyek menuju

budaya partisipan berlangsung. Seperti ditunjukkan oleh Gabriel dan Verba bahwa

penanaman rasa loyalitas nasional dan identifikasi, serta kecenderungan untuk

mentaati peraturan pemerintahan pusat, merupakan masalah prioritas yang pertama

bagi bangsa-bangsa yang baru muncul.5 Dalam budaya subyek-partisipan yang

bersifat campuran itu sebagian besar masyarakat tela memperoleh orientasi-

orientasi input-output yang bersifat khusus. Sebagian besar diorientasikan kearah

suatu struktur pemerintahan otoritaritas dan secara relatif memiliki rangkain

orientasi yang pasif.

Ketiga, kebudayaan parokial-partisipan, dalam kebudayaan ini kita

mendapatkan masalah kontemporer mengenai pembangunan kebudayaan di

sejumlah Negara yang sedang berkembang. Di negara ini budaya politik yang

4 Gabriel A. Almon and Bingham Powell, Comprative Politic A Developmental Approach dikutip Rusadi
Kantrapawira, Budaya Politik, hal. 29.

5 Ibid, hal. 30.

Universitas Sumatera Utara


dominan adalah budaya parokial. Norma-norma struktural yang telah

diperkenalakan biasanya bersifat partisipan, demi keselarasan mereka menuntut

suatu kultur partisipan. Sehingga persoalan yang erlu ditanggulangi ialah

mengembangkan orientasi input dan output secara simultan. Bukan suatu hal yang

aneh jika hampir semua sistem politik ini terancam oleh fragmentasi parokial,

karean tidak ada struktur untuk bersandar bagi masyarakat, birokrasi tidak berdiri

tegak terhadap kesetiaan masyarakatnya, sedangkan infrastruktur tidak berakar dari

warga negara yang kompeten dan bertanggungjawab.6 Perkembangan dari budaya

parokial kearah budaya partisipan di lihat dari satu segi, nampaknya menjadi suatu

hal yang tidak mempunyai harapan, tetapi jika kita ingat dengan kekuasaan dari

loyalitas parokial yang hidup maju di Indonesia ini maka paling tidak boleh berkata

bahwa perkembangan kearah budaya partisipan di negara berkembang belum di

buka. Dengan begitu perlu melakukan penetrasi terhadap sistem-sistem parokial

tanpa harus merusak sisi outputnya sekaligus menyalurkan dalam kelompok

kepentingan yang terletak disisi input.

Pada pemilu 2019 sudah bermunculan partai-partai politik baru yang ingin

besaing, Pada Selasa, 24 Mei 2016 lalu Kementerian Hukum dan HAM resmi

membuka pendaftaran partai politik berbadan hukum calon peserta Pemilihan

Umum 2019. Di hari tersebut ada 6 partai politik yang mendaftar: Partai Rakyat,

Partai Pribumi, Partai Idaman, Partai Solidaritas Indonesia, Partai Beringin Karya,

dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Keenam partai tentu punya program dan visi

misi masing-masing yang membedakan dengan partai politik yang lain. Sesuai

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik, agar lolos verifikasi

6 Ibid, hal. 32.

Universitas Sumatera Utara


badan hukum maka partai politik harus memiliki kepengurusan pada setiap

provinsi, dan paling sedikit 75 persen dari jumlah kabupaten/kota yang

bersangkutan.Selain itu, paling sedikit 50 persen dari jumlah kecamatan pada

kabupaten/kota yang bersangkutan.Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menjadi satu-

satunya partai politik yang lolos dalam verifikasi Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia (Kemenkumham) 2016. Ada enam parpol yang mengikuti proses

verifikasi tersebut, namun hanya PSI yang lolos, tepatnya pada 7 Oktober 2016.7

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Sebagai sebuah partai politik,

menawarkan kebaruan dalam politik Indonesia dengan kepengurusan yang

umurnya di bawah 45 tahun yang bisa disebut Partai yang di isi oleh Generasi

Millenial di Indonesia dan belum pernah menjadi anggota partai politik mana pun

sebelumnya. Artinya, PSI menginginkan anak-anak muda yang benar-benar baru di

dalam dunia politik. Di samping itu, PSI juga menggunakan istilah-istilah anak

muda dalam setiap kegiatannya seperti “Kopi Darat Nasional” yang merujuk pada

istilah Musyawarah Nasional yang kerap digunakan partai politik lain, seperti PDI

Perjuangan, Golkar, dan partai politik lainnya.

Kepengurusan yang lengkap di seluruh wilayah Indonesia hanyalah

segelintir tantangan partai politik dan tentu belum cukup untuk bertarung dengan

partai politik lain. Partai politik harus punya identitas dalam menghadapi pemilu.

Kita tahu pemilih di Indonesia kini semakin cerdas dan semakin rasional. Identitas

merupakan hal yang sangat penting dalam memperkenalkan sebuah partai politik

7Republika.co.id. 2016. “Ini Satu-Satunya Partai Baru yang Lolos Verifikasi Kemenkumham” (Berita Online).
Dikutip melalui http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/16/10/11/oevft9330-ini-satusatunya-
partai-baru-yang-lolos-verifikasi-kemenkumham Pada tanggal 20-4-2019; 16:20 WIB.

Universitas Sumatera Utara


ke masyarakat. Visi-misi, ideologi, dan program partai yang pro-rakyat menjadi

sebuah keharusan di era reformasi ini demi memenangkan hati masyarakat.

Partai Solidaritas Indonesia yang didirikan pada 15 November 2015 lalu

menawarkan trilogi perjuangan PSI: Menebar Kebajikan, Merawat Keragaman, dan

Mengukuhkan Solidaritas. Hal yang menjadi identitas PSI adalah menjaga

keragaman. “Tidak dapat dipungkiri, permasalahan yang paling utama bangsa ini,

di samping krisis ekonomi dan korupsi, adalah krisis keragaman.” Kutipan Pidato

Ketua Umum PSI Grace Natalie, Kopdarnas, Jakarta, 16 November 2015.8

Partai Solidaritas Indonesia juga dalam mengkampanyekan eksistensi

partainya memiliki cara tersendiri yang lebih mengena ke hati para pemilih muda

di Indonesia melalui media massa yang banyak digunakan oleh kaum millenial. PSI

juga memiliki kader-kader partai yang lebih muda diantara partai politik lainnya di

Indonesia, seperti Ketua Umumnya Grace Natalie yang berusia 36 Tahun,

Sekretaris Jenderal PSI Raja Juli Antoni berusia 41 Tahun, dan Ketua DPP PSI

Tsamara Amany berusia 22 Tahun, serta kader partai PSI lainnya yang dapat

dikategorikan sebagai Generasi Millenial saat ini.

Dari uraian diatas penulis melihat bahwa budaya politik generasi milenial

yang terjadi pada masyarakat di Indonesia khususnya di kota-kota besar seperti kota

Medan sangat berpengaruh besar dalam peningkatan partisipasi politik hingga

membentuk partai seperti partai PSI. Melihat dari fenomena tersebut penulis tertarik

untuk meneliti budaya politik generasi milenial yang dilakukan oleh Partai

Solidaritas Indonesia sebagai partai politik orang-orang muda dan mengangkat

8Anwar Saragih. 2016. “PSI, Anak Muda, dan Keragaman” (artikel online). Dikutp dari
http://psi.id/berita/2016/06/21/psi-anak-muda-dan-keragaman/Pada tanggal 20-4-2019; 16:25 WIB

Universitas Sumatera Utara


judul skripsi Peran Generasi Milenial dalam Mempengaruhi Budaya Politik

Indonesia (studi kasus: DPD Partai Solidaritas Indonesia Kota Medan).

1.2. Perumusan Masalah

Partai Solidaritas Indonesia yang diisi oleh Kaum-Kaum Millenial ini

berusaha untuk mendekatkan diri hanya sebatas dalam ranah kaum muda yang di

Indonesia yang juga berusaha untuk merubah cara atau gaya berpolitik di

masyarakat itu sendiri bahkan dalam mengenalkan partainya para pengurus dan

kader partai juga menggunakan media sosial seperti Youtube, Instagram, Twitter,

Facebook dan lainnya untuk merebut hati para pemilih Generasi Millenial. Namun,

masalah yang dihadapi adalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang merupakan

partai politik baru. Partai Solidaritas Indonesia muncul untuk memberikan nuansa

baru dalam perpolitikan Indonesia, sesuai dengan ideologi partai bahwa harusnya

muncul generasi-generasi baru dalam menciptakan iklim politik yang lebih segar

maka PSI berani untuk merekrut anggota-anggota baru di setiap daerahnya untuk

memberikan pengalaman baru terhadap orang-orang yang belum memiliki partai

sebelumnya. Generasi baru tersebut diharapakan untuk memunculkan generasi

milenial baru yang bisa dipercaya, berintegritas, peduli kepada rakyat, dan

kompeten. Kapemimpinan PSI bertumpu pada prinsip kepemimpinan demokarasi

yang realistik, yakni poliarki atau kemimpinanan oleh banyak orang. Ketua partai

tidak diberi insentif untuk menjadi pemimpin nasional demi menghindari politisasi

partai untuk kepentingan ketua partai.9

9 PSI.id. 2016. “Cita-cita PSI”. dikutip melalui https://psi.id/cita-cita-psi/Pada tanggal 20-4-2019; 16:30 WIB

Universitas Sumatera Utara


1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian tersebut pertanyaan yang muncul adalah apakah PSI

sebagai partai politik baru yang berisikan para kaum muda dan juga belum pernah

menjadi anggota partai politik manapun mampu mempengaruhi pemikiran para

pemilih millenial di Indonesia? maka dari itu peneliti tertarik melihat Partai

Solidaritas Indonesia (PSI) sebagai partai baru yang menawarkan indentitas, visi-

misi, ideologi, dan program partai yang pro-rakyat menjadi sebuah keharusan di era

Millenial ini demi memenangkan hati masyarakat khususnya dikalangan kaum

muda.

Bagaimana pengaruh dari generasi millenial ini membentuk budaya politik

yang baru di Indonesia dengan menjadikan PSI sebagai acuannya?

1.4. Batasan Masalah

Agar penelitian tidak terlalu melebar dan mengaburkan, dan merupakan

salah satu upaya menetapkan fokus pembahasan dalam sebuah penelitian, maka

penulis membuat pembatasan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Lokasi penelitian ini berada di DPD PSI Kota Medan, Provinsi

Sumatera Utara.

2. Penelitian ini mengkaji budaya politik yang dibangun dan berfokus

pada kepengurusan partai dan kader-kader partai yang sah struktural

organisasi PSI Kota Medan.

10

Universitas Sumatera Utara


1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian antara lain:

1. Untuk mengetahui upaya-upaya apa yang telah dan akan dilakukan

oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebagai partai yang

beranggotakan kaum Millenial dalam Pemilu Legislatif 2019 untuk

dapat mempengaruhi hati para kaum muda dalam Pemilu Legislatif

2019 khususnya di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari Generasi Millenial

yang ada di dalam Partai Solidaritas Indonesia (PSI) untuk

membentuk budaya politik yang baru di Indonesia.

1.6. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat, khususnya

untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Maka manfaat yang diharapkan dari

penelitian ini dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan untuk

memperkaya analisis teori di bidang ilmu sosial dan ilmu politik,

khususnya dalam studi Budaya dan Partai Politik.

2. Manfaat Keilmuan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti yang

lain untuk memahami politik khususnya terkait pada partai politik atau

kelembagaan politik.

11

Universitas Sumatera Utara


1.7. Penelitian Terdahulu

Tinjauan Pustaka dilakukan, idealnya agar peneliti mengetahui hal-hal apa

yang telah diteliti sehingga tidak terjadi duplikasi penelitian. Ada beberapa hasil

penelitian yang peneliti temukan, terkait dengan penelitian ini, yaitu sebagai

berikut:

1. Studi yang relevan dengan penelitian ini adalah studi yang ditulis oleh Nanda

Harda (2015) yang berjudul Anak Muda dan Partai Politik (Studi mengenai latar

belakang dan strategi anak muda untuk bertahan serta membangun karir politik di

dalam partai PDI-P dan PKB pada Pemilu Legislatif 2014) dalam penilitian ini

penulis menjelaskan Hubungan antara anak muda dan partai politik saling

membutuhkan satu sama lain. Partai memerlukan anak muda dalam proses

regenerasi sekaligus pengumpul suara dan massa. Sementara anak muda

membutuhkan partai politik sebagai wadah berekspresi sekaligus meningkatkan

karir politik mereka di masa depan. Oleh sebab itu tidak sedikit pula anak muda

yang berpartisipasi dengan cara bergabung langsung di partai politik. Mereka

berusaha untuk membangun trajektori fase perjalanan hidupnya dengan bergabung

di partai. Begitu pula yang terjadi di Kota Malang, dimana dua partai besar yakni

PDI-P dan PKB memiliki beberapa kader muda yang berpartisipasi langsung di

dalamnya.

2. Skripsi yang berjudul ”Strategi Partai PKS dalam Meningkatkan Partisipasi

Politik Masyarakat” karya Dede Munawwaroh, jurusan Pemikiran Politik Islam,

IAIN Raden Intan Lampung tahun 2013. Skripsi ini memfokuskan kajiannya

strategi PKS dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat.

12

Universitas Sumatera Utara


3. Skripsi yang berjudul “Strategi Partai Solidaritas Indonesia dalam Verifikasi

Kementerian Hukum dan HAM” karya Lia, jurusan Ilmu Politik, Universitas

Sumatera Utara tahun 2015. Skripsi ini memfokuskan kajiannya tentang strategi

dari Partai Solidaritas Indonesia untuk mendapatkan verifikasi Kementerian

Hukum dan HAM.

4. Studi yang berjudul “Media Sosial dan Budaya Politik Generasi Milenial dalam

Pemilu” karya Kokom Komariah dan Dede Sri Kartini Magister Ilmu

Pemerintahan, Universitas Padjajaran tahun 2018. Studi ini memfokuskan

kajiannya tentang bagaimana peran media sosial dalam budaya politik generasi

milenial dalam pemilu.

1.8. Kerangka Teori

1.8.1. Budaya Politik

Budaya politik merupakan pola perilaku individu dan orientasinya dalam

kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan,

hukum, adat istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota

masyarakat setiap harinya. Budaya politik juga dapat diartikan sebagai suatu sistem

nilai bersama suatu masyarakat yang memiliki kesadaran untuk berpartisipasi

dalam pengambilan keputusan kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk

masyarakat seluruhnya.

Definisi budaya politik menurut Verba merupakan yang paling jelas. Bahwa

“budaya politik”, demikian katanya, “menunjuk pada sistem kepercayaan-

kepercayaan tentang pola-pola interaksi politik dan institusi-institusi politik.10

10 A. Rahman, H.I., Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta: Graha Media, 2007, Hal. 208.

13

Universitas Sumatera Utara


Almond dan Verba menunjuk bukan pada apa yang diyakini orang tentang

kejadian-kejadian tersebut dan kepercayaan kepercayaan yang dimaksud dapat

mengenai beraneka jenis, berupa kepercayaan-kepercayaan empirik mengenai

situasi kehidupan politik, dapat berupa keyakinan-keyakinan mengenai tujuan-

tujuan atau nilai-nilai yang harus dihayati di dalam kehidupan politik dan semuanya

itu dapat memiliki perwujudan atau dimensi emosional yang sangat penting.

Almond dan Verba mendefinisikan budaya politik sebagai suatu sikap orientasi

yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan

sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem tersebut.

Kegiatan politik warga negara, tidak hanya ditentukan oleh tujuan-tujuan

yang didambakannya, akan tetapi juga oleh harapan-harapan politik yang

dimilikinya dan oleh pandangannya mengenai situasi politik. Bentuk dari budaya

politik dalam suatu masyarakat dipengaruhi antara lain oleh sejarah perkembangan

dari sistem, oleh agama yang terdapat dalam masyarakat itu, kesukuan, status sosial,

konsep mengenai kekuasaan dan kepemimpinan. Dengan kata lain, budaya politik

suatu bangsa dapat didefinisikan sebagai pola distribusi orientasi-orientasi yang

dimiliki oleh anggota masyarakat terhadap objek-objek politik atau bagaimana

distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik diantara masyarakat itu.

Lebih jauh dinyatakan, bahwa warga negara senantiasa mengidentifikasikan diri

mereka dengan simbol-simbol dan lembaga kenegaraan berdasarkan orientasi yang

mereka miliki. Dengan orientasi itu pula mereka menilai serta mempertanyakan

tempat dan peranan mereka di dalam sistem politik. Budaya politik tidak lain adalah

pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang

dihayati oleh para anggota suatu sistem politik.

14

Universitas Sumatera Utara


Pengertian budaya politik diatas, membawa kita pada suatu pemahaman

konsep yang memadukan dua tingkat orientasi politik, yaitu sistem dan individu.

Dengan orientasi yang bersifat individual ini, tidaklah berarti bahwa dalam

memandang sistem politiknya, kita menganggap masyarakat akan cenderung

bergerak ke arah individualisme. Jauh dari anggapan yang demikian, pandangan ini

melihat aspek individu dalam orientasi politik hanya sebagai pengakuan akan

adanya fenomena dalam masyarakat tertentu, yang semakin mempertegas bahwa

masyarakat secara keseluruhan tidak dapat melepaskan diri dari orientasi

individual11.

Budaya Politik menjadi penting untuk dipelajari dan dipahami karena ada

dua sistem. Pertama, sikap warga negara terhadap orientasi politik yang

menentukan pelaksanaan sistem politik. Sikap dan orientasi politik sangat

mempengaruhi bermacam-macam tuntutan, hal yang diminta, cara tuntutan itu di

utarakan, respon dan dukungan terhadap golonganm elit politik, respons dan

dukungan terhadap rezim yang berkuasa. Kedua, dengan mengerti sifat dan

hubungan antara kebudayaan politik dan pelaksanaan sistemnya, kita akan lebih

dapat menghargai cara-cara yang lebih membawa perubahan sehingga sistem

politik lebih demokratis dan stabil.12 Budaya politik selalu inhern pada setiap

masyarakat yang terdiri dari sejumlah individu yang hidup dalam sistem politik

tradisional, transnasional, maupun modern. Hal tersebut jelas terlihat pada zaman

sekarang ini dimana budaya masyarakat yang mulai melekat pada kemudahan

memperoleh informasi dan menyampaikan informasi bagi kalangan masyarakat

11 Alfian dan Nazaruddin Sjamsuddin, Profil Budaya Politik Indonesia, Jakarta: Pustaka Utama, 1991, Hal 27.
12 A. Rahman, H.I., Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta: Graha Media, 2007, Hal 269.

15

Universitas Sumatera Utara


yang lebih luas, terlebih lagi masyarakat sekarang lebih banyak berada pada

kelompok generasi millenial yang jauh lebih peka terhadap politik.

Sejak negara Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai era

reformasi saat ini dipandang dari sudut perkembangan demokrasi sejarah Indonesia,

negara kita dalam menjalankan roda pemerintahan dengan menggunakan

demokrasi dibagi dalam empat masa. Pertama, masa Repubik Indonesia I (1945-

1959) atau yang lebih dikenal dengan era Demokrasi Liberal atau Demokrasi

Parlementer. Kedua, masa Republik Indonesia II (1959-1965) atau yang lebih

dikenal dengan era Orde Lama atau Demokrasi Terpimpin. Ketiga, masa Republik

Indonesia III (1965-1998) atau yang lebih dikenal dengan era Orde Baru atau

Demokrasi Pancasila. Dan yang terakhir yang berlaku sampai saat ini adalah masa

Republik Indonesia IV (1998-sekarang) atau yang lebih dikenal dengan era

Reformasi.

Budaya politik yang berkembang pada era reformasi ini adalah budaya

politik yang lebih berorientasi pada kekuasaan yang berkembang di kalangan elit

politik. Budaya seperti itu telah membuat struktur politik demokrasi tidak dapat

berjalan dengan baik.Walaupun struktur dan fungsi-fungsi sistem politik Indonesia

mengalami perubahan dari era yang satu ke era selanjutnya, namun tidak pada

budaya politiknya. Reformasi pada tahun 1998 telah memberikan sumbangan bagi

berkembangnya budaya poltik partisipan, namun kuatnya budaya politik

patrimonial dan otoriterianisme politik yang masih berkembang di kalangan elit

politik dan penyelenggara pemerintahan masih senantiasa mengiringi. Walaupun

rakyat mulai peduli dengan input-input politik, akan tetapi tidak diimbangi dengan

para elit politik karena mereka masih memiliki mentalitas budaya politik

16

Universitas Sumatera Utara


sebelumnya. Sehingga budaya politik yang berkembang cenderung merupakan

budaya politik subjek-partisipan.

1.8.2. Partai Politik

Secara umum, dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu organisasi

yang terdiri dari sekelompok orang yang memiliki cita-cita, tujuan, dan orientasi

politik yang sama. Dalam partai politik, mereka berusaha memperoleh kekuasaan,

menguasai sumberdaya dan mengendalikan serta mengontrol proses pemerintahan

sebagai basis dalam merealisir atau melaksanakan program-program yang telah

ditetapkan. Menurut Budiarjo, partai politik adalah suatu kelompok terorganisir

yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai, dan cita-cita yang sama13.

Sartori mendefinisikan partai politik adalah satu kelompok politik yang mengikuti

Pemilu dan melalui Pemilu itu mampu menempatkan calonnya untuk

mendudukijabatan publik.14

Miriam Budiardjo menjelaskan fungsi partai politik bisa berbeda dengan

fungsi partai politik di negara otoriter dan negara demokrasi. Di negara

berkembang, jarak antara masyarakat yang kaya dengan masyarakat yang miskin

terlampau jauh dan stabilitas politik juga masih sangat kurang. Sehingga, sering

terjadi pertikaian di dalam masyarakat dan partai politik berfungsi dalam

menengahi masalah ini. Harapan rakyat terhadap partai politik juga terlalu tinggi

sehingga bebannya menjadi berat pula. Integrasi nasional juga merupakan tanggung

jawab partai politik walaupun seringkali justru perbedaan dalam partai politik lah

yang menyebabkan terjadinya disintegrasi nasional. Dan jika lembaga-lembaga

13 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu politik, (Jakarta: Gramedia, 1998), hal 160.
14 Ibid., hal 404.

17

Universitas Sumatera Utara


politik gagal menjalankan perannya, maka biasanya akan ada campur tangan

militer. Intervensi militer ini dimungkinkan karena disiplin para prajurit yang tinggi

serta kesiapan fasilitas yang mereka miliki walaupun sebenarnya sangat tidak

disarankan terjadi intervensi militer dalam perpolitikan karena keputusan yang

diambil biasanya lebih bersifat represif.

Miriam budiharjo, melihat peran partai politik setidaknya ada empat macam

peran, pertama sebagai sarana komunikasi politik artinya partai politik sebagai

sarana agregasi kepentingan dan sarana permusuan kepentingan. Kedua, sebagai

sarana sosialisasipolitik, yaitu sarana bagi proses yang melaluinya seseorang

memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik dan untuk menciptakan

citra bahwa dia memperjuangkan kepentingan umum. Ketiga, partai politik sebagai

sarana rekrutmen politik, fungsi ini berhubungan dengan perkaderan dan rekrutmen

anggota legislatif maupun eksekutif, partai politik harus benar-benar mencari sosok

yang profesional dan orang-orang yang punya integritas. Keempat, sebagai sarana

pengatur konflik, karena masyarakat politik adalah masyarakat yang hitrogen, yang

tentunya selalu berbeda yang kemungkinan berpotensi konflik.15

Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa partai politik memang merupakan

organisasi yang berbeda dari organisasi yang lain, karena fokus utama organisasi

ini adalah berjuang untuk bisa eksis dalam periode waktu lama, memiliki struktur

organisasi yang kuat dari pusat sampai daerah, berusaha mendapatkan kekuasaan,

dan membangun legitimasinya dengan melakukan mobilisasi dukungan publik

yang luas di arena politik. Jika keempat karakteristik tersebut melekat pada partai

15
Ibid., hal. 405-409.

18

Universitas Sumatera Utara


politik, maka kekuatan politik ini akan mampu mencapai tujuan-tujuan politiknya,

seperti itu pula pada saat ini partai juga dibentuk berdasarkan atas ideologi yang

lebih melekat pada masyarakat khususnya kalangan generasi millenial dengan

mulainya partai politik diisi oleh oleh anak-anak muda yang memiliki umur

sekitaran 20 sampai 45 tahun.

1.8.3. Partisipasi Politik

Menurut Herbert McClosky partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan

sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam

proses pemilihan penguasa dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses

pembentukan kebijakan umum. Batasan yang dibuat oleh Herbert Mc Closky

menekankan sesuatu yang tidak dicakup oleh ahli lain yaitu sifat sukarela. Itu

berarti segala sesuatu peran serta yang bersifat selain sukarela seperti paksaan,

keharusan atau kewajiban, melalui pandangan tersebut maka tidak bisa dikatakan

sebagai partiisipasi. Misalnya ketika semua anggota dari suatu komunitas

diharapkan untuk pergi secara bersama-sama ke kecamatan untuk mempertanyakan

kebijakan yang tidak adil terhadap komunitas mereka. Ketika harapan pergi

bersama kekecamatan tersebut dipahami sebagai suatu kewajiban, seperti PNS

diharapkan pilih Golkar pada masa rezim Orde Baru dimasa lampau, maka kegiatan

seperti ini dipandanng sebagai mobilisasi, bukan partisipasi. Jadi ditekankan sekali

bahwa yang sering digunakan oleh para ahli tentang peran serta yang bersifat

paksaan, keharusan, atau kewajiban dikenal sebagai mobilisasi. Ketika suatu

komunitas, mewajibkan warganya untuk memberikan sumbangan terhadap

kepentingan publik, maka konsep sumbangan secara subtansial adalah sesuatu yang

bersifat sukarela berubah menjadi suatu aktivitas yang memaksa.

19

Universitas Sumatera Utara


Proses-proses yang dilalui untuk memperluas pasrtisipasi, termasuk

keseluruhan kekuasaan-kekuasaan sosial, ekonomi, dan politik yang

mempengaruhi partisipasi dan juga saluran-saluran partisipasi yang lebih khusus

yang mungkin menggerakkan individu-individu dan golongan-golongan yang

tadinya berpartisipasi. Dalam jangka panjang, moderenisasi sosial dan ekonomi

menghasilkan partisipasi yang lebih luas. Akan tetapi proses-prosesnya tidak

mantap, seragam atau tidak daapat diubah lagi. Beberpa negara memiliki tingkat-

tingkat partisipasi yang jauh lebih tinggi dari pada apa nampaknya dapat dibenarkan

oleh tahap-tahap perkembangan sosial, ekonomi mereka. Di negara-negara lain

tingkatnya jauh lebih rendah. Demikian pula halnya dengan golongan-golongan

didalam negara-negara itu. Selain dari itu, tingkat partisipasi di dalam golongan

atau negara-negara dapat merosot dengan tajam dan bentuk-bentuk partisipasi dapat

berubah secara dramatis. Hubungan antara pertumbuhan atau modernisasi dan

partisipasi politik adalah kompleks dan melalui sejumlah faktor tambahan.

1.8.4. Sosialisasi Politik

Michael Rush dan Phillip Althoff merupakan dua orang yang

memperkenalkan teori sosialisasi politik melalui buku mereka Pengantar Sosiologi

Politik. Dalam buku tersebut, Rush dan Althoff menerbitkan terminologi baru

dalam menganalisis perilaku politik tingkat individu yaitu sosialisasi politik.

Sosialisasi politik adalah proses oleh pengaruh mana seorang individu bisa

mengenali sistem politik yang kemudian menentukan persepsi serta reaksinya

terhadap gejala-gejala politik. Sistem politik dapat saja berupa input politik, output

politik, maupun orang-orang yang menjalankan pemerintahan. Fungsi sosialisasi

menurut Rush dan Althoff adalah melatih individu dan memelihara sistem politik.

20

Universitas Sumatera Utara


Sosialisasi politik melatih individu dalam memasukkan nilai-nilai politik

yang berlaku di dalam sebuah sistem politik. Misalnya di Indonesia menganut

ideologi negara yaitu Pancasila. Oleh sebab itu sejak sekolah dasar hingga

perguruan tinggi diberlakukan pelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan. Ini merupakan proses pelatihan yang dilakukan negara terhadap

warga negaranya. Pelatihan ini memungkinkan individu untuk menerima atau

melakukan suatu penolakan atas tindakan pemerintah, mematuhi hukum,

melibatkan diri dalam politik, ataupun memilih dalam pemilihan umum. Sosialisasi

politik juga bertujuan untuk memelihara sistem politik dan pemerintahan yang

resmi.

Gambar 1. Agen Sosialisasi Politik

Sumber. Michael Rush dan Phillip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta:

Rajawali Press)

Dalam melakukan kegiatan sosialisasi politik, Rush dan Althoff menyuratkan

terdapat 3 cara, yaitu:

21

Universitas Sumatera Utara


1. Melalui imitasi, seorang individu meniru terhadap tingkah laku individu lainnya.

Misalnya, Gus Dur adalah anak dari K.H. Wahid Hasyim dan cucu dari pendiri

Nahdlatul Ulama, K.H. Hasyim Asy’ari. Gus Dur sejak kecil akrab dengan

lingkungan pesantren dan budaya politik Nahdlatul Ulama, termasuk dengan kiai-

kiainya. Budaya tersebut mempengaruhi tindakan-tindakan politiknya yang

cenderung bercorak Islam moderat seperti yang ditampakan oleh organisasi

Nahdlatul Ulama secara umum.

2. Cara melakukan sosialisasi politik yang kedua adalah instruksi. Gaya ini banyak

berkembang di lingkungan militer ataupun organisasi lain yang terstruktur secara

rapi melalui rantai komando. Melalui instruksi, seorang individu diberitahu oleh

orang lain mengenai posisinya di dalam sistem politik, apa yang harus mereka

lakukan, bagaimana, dan untuk apa. Cara instruksi ini juga terjadi di sekolah-

sekolah, dalam mana guru mengajarkan siswa tentang sistem politik dan budaya

politik yang ada di negara mereka.

3. Cara melakukan sosialisasi politik yang terakhir adalah motivasi. Melalui cara

ini, individu langsung belajar dari pengalaman, membandingkan pendapat dan

tingkah sendiri dengan tingkah orang lain. Dapat saja seorang individu yang besar

dari keluarga yang beragama secara puritan, ketika besar ia bergabung dengan

kelompok-kelompok politik yang lebih bercorak sekular. Misalnya ini terjadi di

dalam tokoh Tan Malaka. Tokoh politik Indonesia asal Minangkabau ini ketika

kecil dibesarkan di dalam lingkungan Islam pesantren, tetapi ketika besar ia

merantau dan menimba aneka ilmu dan akhirnya bergabung dengan komintern.

Meskipun menjadi anggota dari organisasi komunis internasional, yang tentu saja

bercorak sekular, ia tetap tidak setuju dengan pendapat komintern yang menilai

22

Universitas Sumatera Utara


gerakan islamisme sebagai musuh. Namun, tetap saja tokoh Tan Malaka ini

menempuh cara sosialisasi politik yang bercorak motivasi.

Dalam kegiatan sosialisasi politik dikenal yang namanya agen. Agen inilah

yang melakukan kegiatan memberi pengaruh kepada individu. Rush dan Althoff

menggariskan terdapatnya 6 agen sosialisasi politik yang umum diketahui, yaitu:

1. Keluarga merupakan primary group dan agen sosialisasi utama yang membentuk

karakter politik individu oleh sebab mereka adalah lembaga sosial yang paling

dekat. Peran ayah, ibu, saudara, memberi pengaruh yang tidak kecil terhadap

pandangan politik satu individu. Tokoh Sukarno misalnya, memperoleh nilai-nilai

penentangan terhadap Belanda melalui ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai. Ibunya, yang

merupakan keluarga bangsawan Bali menceritakan kepahlawanan raja-raja Bali

dalam menentang Belanda di saat mereka tengah berbicara. Cerita-cerita tersebut

menumbuhkan kesadaran dan semangat Sukarno untuk memperjuangkan

kemerdekaan bagi bangsanya yang terjajah oleh Belanda.

2. Selain keluarga, sekolah juga menempati posisi penting sebagai agen sosialisasi

politik. Sekolah merupakan secondary group. Kebanyakan dari kita mengetahui

lagu kebangsaan, dasar negara, pemerintah yang ada, dari sekolah. Oleh sebab itu,

sistem pendidikan nasional selalu tidak terlepas dari pantauan negara oleh sebab

peran pentingnya ini.

3. Agen sosialisasi politik lainnya adalah peer group. Peer group masuk kategori

agen sosialisasi politik Primary Group. Peer group adalah teman-teman sebaya yang

mengelilingi seorang individu. Tokoh semacam Moh. Hatta banyak memiliki

pandangan-pandangam yang sosialistik saat ia bergaul dengan teman-temannya di

23

Universitas Sumatera Utara


bangku kuliah di Negeri Belanda. Melalui kegiatannya dengan kawan sebaya

tersebut, Hatta mampu mengeluarkan konsep koperasi sebagai lembaga ekonomi

khas Indonesia di kemudian hari. Demikian pula pandangannya atas sistem politik

demokrasi yang bersimpangan jalan dengan Sukarno di masa kemudian.

4. Media massa merupakan agen sosialisasi politik secondary group. Tidak perlu

disebutkan lagi pengaruh media massa terhadap seorang individu. Berita-berita

yang dikemas dalam media audio visual (televisi), surat kabat cetak, internet,

ataupun radio, yang berisikan perilaku pemerintah ataupun partai politik banyak

mempengaruhi kita. Meskipun tidak memiliki kedalaman, tetapi media massa

mampun menyita perhatian individu oleh sebab sifatnya yang terkadang menarik

atau cenderung berlebihan.

5. Pemerintah merupakan agen sosialisasi politik secondary group. Pemerintah

merupakan agen yang punya kepentingan langsung atas sosialisasi politik.

Pemerintah yang menjalankan sistem politik dan stabilitasnya. Pemerintah biasanya

melibatkan diri dalam politik pendidikan, di mana beberapa mata pelajaran

ditujukan untuk memperkenalkan siswa kepada sistem politik negara, pemimpin,

lagu kebangsaan, dan sejenisnya. Pemerintah juga, secara tidak langsung,

melakukan sosialisasi politik melalui tindakan-tindakannya. Melalui tindakan

pemerintah, orientasi afektif individu bisa terpengaruh dan ini mempengaruhi

budaya politiknya.

6. Partai politik adalah agen sosialisasi politik secondary group. Partai politik

biasanya membawakan kepentingan nilai spesifik dari warga negara, seperti agama,

kebudayaan, keadilan, nasionalisme, dan sejenisnya. Melalui partai politik dan

24

Universitas Sumatera Utara


kegiatannya, individu dapat mengetahui kegiatan politik di negara, pemimpin-

pemimpin baru, dan kebijakan-kebijakan yang ada.

1.8.5. Komunikasi Politik

Pengertian Komunikasi Politik Menurut Nimmo, Politik berasal dari kata

polis yang berarti negara, kota, yaitu secara totalitas merupakan kesatuan antara

negara, kota dan masyarakatnya. Kata polis ini berkembang menjadi politicos yang

artinya kewarganegaraan. Dari kata politicos menjadi politera yang berarti hak hak

kewarganegaraan.16 Definisi Komunikasi Politik Secara definitif, Nimmo,

mengartikan politik sebagai kegiatan orang secara kolektif yang mengatur

perbuatan mereka di dalam kondisi konflik sosial. Dalam berbagai hal orang

berbeda satu sama lain jasmani, bakat, emosi, kebutuhan, cita-cita, inisiatif,

perilaku, dan sebagainya. Lebih lanjut Nimmo menjelaskan, kadang-kadang

perbedaan ini merangsang argumen, perselisihan, dan percekcokan. Jika mereka

menganggap perselisihan itu serius, perhatian mereka dengan memperkenalkan

masalah yang bertentangan itu dan selesaikan, inilah kegiatan politik.17

Dilihat dari tujuan politik, maka hakikat komunikasi politik adalah upaya

kelompok manusia yang mempunyai orientasi pemikiran politik atau ideologi

tertentu dalam rangka menguasai dan atau memperoleh kekuasaan, dengan

kekuatan mana tujuan pemikiran politik dan ideologi tersebut dapat diwujudkan.

Orientasi komunikasi politik telah menjadikan dua hal sangat jelas: pertama, bahwa

komunikasi politik selalu berorientasi pada nilai atau berusaha mencapai tujuan;

nilai-nilai dan tujuan itu sendiri dibentuk di dalam dan oleh proses perilaku yang

16 Dan nimmo, komunikasi politik, khalayak dan efek. (bandung: remaja karya). 1989. Hal. 108
17 Ali, novel. Peradaban komunikasi politik. (Bandung: remaja rosdakarya). 1999. Hal. 120

25

Universitas Sumatera Utara


sesungguhnya merupakan suatu bagian; dan kedua, bahwa komunikai politik

bertujuan menjangkau masa depan dan bersifat mengantisipasi serta berhubungan

dengan masa lampau dan senantiasa memperhatikan kejadian masa lalu.

Berkaitan dengan peran komunikasi politik dalam memelihara dan

meningkatkan kualitas kehandalan suatu sistem politik yang sudah mapan, maka ia

berperan memelihara dan mengembangkan budaya politik yang sudah menjadi

landasan sistem itu. Oleh karena itu komunikasi politik berperan mentransmisikan

nilai-nilai budaya politik yang bersumber dari pandangan hidup atau ideologi

bersama masyarakatnya kepada generasi penerusnya dan memperkuat proses

pembudayannya dalam diri generasi yang lebih tua. Jadi, budaya politik itu

terpelihara dengan baik, bahkan mungkin berakar dan terus berkembang dari satu

generasi ke generasi berikutnya. Komunikasi politik yang ada menjadi bagian

integral dari budaya politik tersebut.

Ciri-ciri komunikator politik Menurut Nimmo, salah satu ciri komunikasi

ialah bahwa orang jarang dapat menghindari dan keturutsertaan. Hanya dihadiri dan

diperhitungkan oleh seorang lain pun memiliki nilai pesan. Dalam arti yang paling

umum kita semua adalah komunikator, begitu pula siapa pun yang dalam setting

politik adalah komunikator politik. Meskipun mengakui bahwa setiap orang boleh

berkomunikasi tentang politik, kita mengakui bahwa relatif sedikit yang berbuat

demikian, setidak-tidaknya yang melakukannya serta tetap dan sinambung. Mereka

yang relatif sedikit ini tidak hanya bertukar pesan politik, mereka adalah pemimpin

dalam proses opini. Para komunikator politik ini, dibandingkan dengan warga

26

Universitas Sumatera Utara


negara pada umumnya, ditanggapi dengan lebih bersungguhsungguh bila mereka

berbicara dan berbuat.18

Komunikasi politik pada dasarnya merupakan salah satu bentuk dari banyak

bentuk komunikasi baik dari sisi jumlah pelakunya yang relative sederhana seperti

halnya komunikasi antar personal (interpersonal communication) maupun dalam

bentuk yang lebih kompleks seperti halnya komunikasi yang dialkukan oleh sesuatu

lembaga (institutional communication) maka dalam prosesnya ia tidak terlepas dari

dimensi-dimensi komunikasi pada umumnya. Seperti dalam bentuk komunikasi

lainnya, komunikasi berlangsung dalam suatu proses penyampaian pesan-pesan

tertentu yang berasal dari sumber, selaku pihak yang memprakarsai komunikasi,

kepada khalayak dengan menggunakan media tertentu untuk mencapai suatu tujuan

tertentu. Dimensi-dimensi inilah pada dasarnya yang memungkinkan terjadinya

suatu output komunikasi politik pada akhinya akan ditentukan oleh dimensidimensi

tersebut secara keseluruhan.

Ada beberapa komponen penting yang terlibat dalam proses komunikasi

politik. Pertama, komunikator dalam komunikasi politik, yaitu pihak yang

memprakarsai dan mengarahkan suatu tindakan komunikasi. Seperti dalam

peristiwa komunikasi pada umumnya, komunikator dalam komunikasi politik dapat

dibedakan dalam wujud individu, lembaga, ataupun berupa kumpulan orang. Jika

seorang tokoh, pejabat ataupun rakyat biasa, misalnya, bertindak sebagai sumber

dalam suatu kegiatan komunikasi politik, maka dalam beberapa hal ia dapat dilihat

sebagai sumber individual (individual source).19 Kedua, khalayak komunikator

18 Dan Nimmo, Komunikasi politik, khalayak dan efek. (Bandung: Remaja karya). 1989. Hal.25
19 Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya). 2008. Hal. 31

27

Universitas Sumatera Utara


politik, yaitu peran penerima yang sebetulnya hanya bersifat sementara. Sebab,

seperti konsep umum yang berlaku dalam komunikasi, ketika penerima itu

memberikan feedback dalam sesuatu proses komunikasi politik, atau pada saat ia

meneruskan pesan-pesan kepada khalayak lain dalam kesempatan komunikasi yang

berbeda, maka pada saat itu peran penerima telah berubah menjadi sumber atau

komunikator. Khalayak komunikasi politik dapat memberikan respon atau umpan

balik, baik dalam bentuk pikiran, sikap maupun perilaku politik yang

diperankannya.20 Ketiga, saluran-saluran Komunikasi politik, yakni setiap pihak

atau unsur yang memungkinkan sampainya pesan-pesan politik. Dalam ha-hal

tetentu, memang terdapat fungsi ganda yang diperankan unsur-unsur tertentu dalam

komunikasi. Misalnya dalam proses komunikasi politik, birokrasi dapat

memerankan fungsi ganda. Di satu sisi, seperti telah dijelaskan diatas, ia berperan

sebagai komunikator yang menyampaikan pesan-pesan yang berasal dari

pemerintah dan di sisi lain, ia juga dapat berperan sebagai saluran komunikasi bagi

lewatnya informasi yang berasal dari khalayak masyarakat. Fungsi ganda yang

sama juga biasa diperankan oleh organisasi termasuk ormas-ormas Islam di

Indonesia seperti halnya Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, partai politik,

kelompok kepentingan, kelompok penekan, dan media massa.

Dalam komunikasi politik sekarang ini masyarakat sudah masuk dalam

budaya berbeda dan yang baru, lebih cerdas mencerna melalui teknologi digital

yang berkembang. Tokoh dan partai politik juga harus bisa menyesuaikan dengan

budaya visual masyarakat jaman sekarang tidak lagi dengan model jaman dulu yang

lebih ke pencitraan tetapi tidak menarik, tidak persuasif, cenderung homogen.

20 Ibid, 33.

28

Universitas Sumatera Utara


Mereka harus punya ciri khas sendiri dan menyesuaikan konsep visualnya dengan

cara pandang jaman sekarang. Media sosial memiliki peran besar saat ini

menyarankan partai politik maupun politisi membangun rekam jejak melalui media

sosial. Caranya adalah dengan merekam dan membagikan seluruh aktivitas sejak

saat ini. Melalui media sosial, tokoh dan partai membangun keterikatan dengan

pemilih, terkhusus untuk melakukan komunikasi politik kepada kaum muda seperti

contoh Partai Solidaritas Indonesia yang menggunakan sapaan Bro dan Sis kepada

sesama anggota partai dan kepada seluruh Generasi milenial yang menjadi sasaran

untuk membangun komunikasi yang lebih dekat dengan mereka.

1.8.6. Konsep Generasi Millenial

Pengelompokan generasi dalam dunia kerja akan muncul mengikuti

perkembangan manajemen sumber daya manusia. Penelitian tentang perbedaan

generasi ini pertama kali dilakukan oleh Manheim (1952). Menurut Manheim

generasi adalah suatu konstruksi sosial yang di dalamnya terdapat sekelompok

orang yang memiliki kesamaan umur dan pengalaman historis yang sama. Individu

yang menjadi bagian dari satu generasi, adalah mereka yang memiliki kesamaan

tahun lahir dalam rentang waktu 20 tahun dan berada dalam dimensi sosial dan

dimensi sejarah yang sama. Definisi tersebut secara spesifik mengatakan bahwa

generasi adalah agregat dari sekelompok individu yang mengalami peristiwa-

peristiwa yang sama dalam kurun waktu yang sama pula. Teori tentang perbedaan

generasi dipopulerkan oleh Neil Howe dan William Strauss pada tahun 1991. Howe

dan Strauss membagi generasi berdasarkan kesamaan rentang waktu kelahiran dan

kesamaan kejadian-kejadian historis. Peneliti-peneliti lain juga melakukan

pembagian generasi dengan label yang berbeda-beda, namun secara umum

29

Universitas Sumatera Utara


memiliki makna yang sama. Selanjutnya menurut menurut peneliti Kupperschmidt

generasi adalah sekelompok individu yang mengidentifikasi kelompoknya

berdasarkan kesamaan tahun kelahiran, umur, lokasi, dan kejadian-kejadian dalam

kehidupan kelompok individu tersebut yang memiliki pengaruh signifikan dalam

fase pertumbuhan mereka.

Pada saat bonus demografi terjadi, generasi milenial yang merupakan

penduduk terbesar usia produktif memegang peranan penting. Untuk itu dalam

memaksimalkan bonus demografi dapat dilakukan melalui potensi para generasi

milenial tersebut. Memasuki dunia kerja, para milenials nantinya akan memiliki

bermacam-macam profesi, namun secara umum generasi milenial memiliki

karakteristik yang berbeda dari beberapa generasi sebelumnya (generasi X, generasi

babby boom, dan generasi veteran). Untuk memaksimalkan potensi generasi

milenial tersebut perlu memahami karakteristik yang dimiliki. Dengan memahami

karakteristik milenials akan memiliki urgensi tersendiri pada masa-masa bonus

demografi. Terlebih lagi jika melihat kondisi Indonesia yang sudah memasuki MEA

(Masyarakat Ekonomi Asean), artinya persaingan tenaga kerja bukan hanya antar

warga negara Indonesia saja, melainkan juga dengan warga negara asing, maka

mengembangkan kompetensi, meningkatkan produktifitas, dan mengedukasi

tenaga kerja lokal menjadi mutlak harus dipenuhi. Dibandingkan generasi

sebelumnya, generasi milenial memiliki karakter unik berdasarkan wilayah dan

kondisi sosial-ekonomi. Salah satu ciri utama generasi milenial ditandai oleh

peningkatan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi

digital. Karena dibesarkan oleh kemajuan teknologi, generasi milenial memiliki

ciri-ciri kreatif, informatif, mempunyai passion dan produktif. Dibandingkan

30

Universitas Sumatera Utara


generasi sebelumnya, mereka lebih berteman baik dengan teknologi. Generasi ini

merupakan generasi yang melibatkan teknologi dalam segala aspek kehidupan.

Bukti nyata yang dapat diamati adalah hampir seluruh individu dalam generasi

tersebut memilih menggunakan ponsel pintar. Dengan menggunakan perangkat

tersebut para millennials dapat menjadi individu yang lebih produktif dan efisien.

Dari perangkat tersebut mereka mampu melakukan apapun dari sekadar berkirim

pesan singkat, mengakses situs pendidikan, bertransaksi bisnis online, hingga

memesan jasa transportasi online. Oleh karena itu, mereka mampu menciptakan

berbagai peluang baru seiring dengan perkembangan teknologi yang kian mutakhir.

Generasi ini mempunyai karakteristik komunikasi yang terbuka, pengguna

media sosial yang fanatik, kehidupannya sangat terpengaruh dengan perkembangan

teknologi, serta lebih terbuka dengan pandangan politik dan ekonomi. Sehingga,

mereka terlihat sangat reaktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di

sekelilingnya.

Posisi generasi milenial sangat diperhitungkan pada tahun politik sekarang

ini. Mereka adalah bagian dari penentu kemajuan dan keberhasilan demokrasi, baik

di tingkat daerah maupun nasional. Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum

(KPU), jumlah pemilih milenial mencapai 70 juta–80 juta jiwa dari 193 juta

pemilih. Artinya, sekitar 35–40 persen memiliki pengaruh besar terhadap hasil

pemilu dan menentukan siapa pemimpin pada masa mendatang. Salah satu hal

penting yang kerap terjadi pada pelaksanaan pemilu adalah soal perebutan

kekuasaan yang bisa melahirkan persaudaraan atau bahkan bisa menimbulkan

permusuhan. Dalam demokrasi, ada yang namanya kawan dan lawan politik dan ini

juga berlaku untuk para pendukung setiap calon. Sekalipun, dalam politik tidak ada

31

Universitas Sumatera Utara


baik kawan maupun musuh abadi, semua hal tadi bisa terjadi, tergantung permainan

waktu dan kepentingan. Banyak politisi yang semula lawan menjadi kawan politik

begitu juga sebaliknya. Dalam hal ini, partisipasi politik generasi milenial tentu

sangat substansial karena dari persentase jumlah pemilih, generasi milenial

menyumbang suara cukup banyak dalam keberlangsungan Pemilu 2019.

Generasi milenial menjadi sasaran empuk bagi politisi-politisi yang ingin

mengajukan diri sebagai anggota dewan karena kondisi idealis pemuda yang mudah

sekali dipengaruhi tentang keberpihakan. Dengan peran generasi milenial sebagai

pemilih yang memiliki sumbangsih terhadap suara hasil pemilihan yang cukup

besar, maka posisi generasi milenial menjadi sangat strategis untuk menjadi objek

sasaran pemungutan suara. Beberapa tahun belakangan ini, semakin banyak politisi

yang menyadari pentingnya peran media sosial sebagai cara untuk memperoleh

kemenangan pada pemilu. Pada Pemilu 2014, diperkirakan ada sekitar 18,3 juta

pemilih pemula dari kalangan generasi muda berusia antara 17 dan 24 tahun. Dilihat

dari sisi usia, kemungkinan sebagian besar di antara mereka adalah pengguna media

sosial. Mereka diharapkan dapat menggunakan hak pilihnya dalam pemilu dan

menjadi incaran para partai politik dan politisi untuk diraih suaranya. Memberikan

suara pada pemilu merupakan salah satu bentuk partisipasi politik. Namun,

partisipasi politik tidak semata-mata diukur berdasarkan pemberian suara pada saat

pemilu. Pada dasarnya, ada banyak bentuk partisipasi politik, seperti mengirim

surat (pesan) kepada pejabat pemerintahan, ikut serta dalam aksi protes atau

demonstrasi, menjadi anggota partai politik, menjadi anggota organisasi

kemasyarakatan, mencalonkan diri untuk jabatan publik, memberikan sumbangan

kepada partai atau politisi, hingga ikut serta dalam acara penggalangan dana.

32

Universitas Sumatera Utara


Seberapa jauh tingkat partisipasi generasi muda dalam bidang politik sering kali

menjadi bahan perdebatan.

Generasi muda sering kali dianggap sebagai kelompok masyarakat yang

paling tidak peduli dengan persoalan politik. Mereka juga dianggap kerap

mengalami putus hubungan dengan komunitasnya, tidak berminat pada proses

politik dan persoalan politik, serta memiliki tingkat kepercayaan rendah pada

politisi serta sinis terhadap berbagai lembaga politik dan pemerintahan. Pandangan

ini sering kali dibenarkan dengan data yang menunjukkan bahwa generasi muda

yang bergabung ke dalam partai politik relatif sedikit. Mereka juga cenderung

memilih menjadi golput dalam pemilu. Namun, sejumlah studi menunjukkan

kekeliruan pandangan sebelumnya yang menganggap generasi muda tidak tertarik

pada politik. Studi tersebut menyebutkan bahwa generasi muda adalah kelompok

yang dinilai paling peduli terhadap berbagai isu politik. Penelitian yang dilakukan

EACEA (2013) terhadap generasi muda di tujuh negara Eropa menghasilkan

kesimpulan bahwa generasi muda mampu mengemukakan preferensi dan minat

mereka terhadap politik. Sebagian dari mereka bahkan lebih aktif dari kebanyakan

generasi yang lebih tua. Mereka juga menginginkan agar pandangan mereka lebih

bisa didengar. Namun, bentuk partisipasi politik generasi muda dewasa ini

cenderung menunjukkan perubahan dibandingkan dengan generasi pendahulunya.

Jika pada masa lalu bentuk partisipasi politik lebih bersifat konvensional dan

cenderung membutuhkan waktu lama, misalnya aksi turun ke jalan melakukan

demonstrasi atau boikot, tindakan politik (political actions) generasi muda dewasa

ini dipandang sebagai sesuatu yang baru karena tidak pernah terjadi pada masa satu

dekade lalu. Contohnya adalah partisipasi politik melalui internet dan media sosial.

33

Universitas Sumatera Utara


Tindakan politik generasi muda masa kini memiliki sifat cenderung lebih

individual, bersifat spontan, berdasarkan isu tertentu dan kurang terkait dengan

perbedaan sosial. Hal ini terjadi akibat pengaruh globalisasi dan individualisme

serta konsumsi dan kompetisi. Masyarakat di negara demokratis dapat

berpartisipasi dalam kehidupan politik, setidaknya dengan tiga cara berbeda.

Pertama, masyarakat dapat terlibat dalam arena publik untuk mempromosikan dan

menyampaikan tuntutannya kepada siapa saja yang ingin mendengarkan, seperti

ikut terlibat dalam berdemonstrasi. Kedua, masyarakat dapat menjadikan lembaga

pembuat undang-undang (legislatif) atau lembaga eksekutif sebagai target pesan

politik yang ingin disampaikan, misalnya menandatangani petisi. Ketiga,

masyarakat dapat terlibat dalam proses seleksi dari orang-orang yang ingin

menduduki jabatan publik. Contohnya dengan memberikan suara pada pemilu atau

mencalonkan diri untuk jabatan publik. Dalam berbagai literatur, tidak terdapat

suatu pengertian yang diterima secara universal mengenai apa yang dimaksud

dengan partisipasi politik. Studi terhadap pengguna sosial media di Indonesia masih

sangat terbatas dan studi lebih lanjut masih sangat dibutuhkan untuk

mengungkapkan sifat dan karakteristik pengguna sosial media yang jumlah sangat

besar dewasa ini. Di samping itu, generasi milenial diharapkan mampu membawa

dinamika politik yang sehat dan dinamis. Tahun 2019 merupakan momentum

politik yang membutuhkan peran generasi milenial yang cakap media, tanggap,

kreatif, dan advokatif. Langkah-langkah strategis generasi milenial dalam mengisi

pesta demokrasi dapat dilakukan dengan beragam cara, misalnya mendorong

gerakan antigolput atau kampanye hashtag yang positif demi pemilu berkualitas.

34

Universitas Sumatera Utara


1.9. Metode Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan metodologis yaitu deskriptif atau secara

menggambarkan. Penelitian deskriptif adalah suatu cara yang digunakan untuk

memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta dan data –

data yang ada. Penelitian ini untuk memberikan gambaran yang lebih detail

mengenai suatu gejala atau fenomena.21

1.9.1. Jenis Penelitian

Studi ini pada dasarnya bertumpu pada penelitian kualitatif. Aplikasi

penelitian kualitatif ini adalah konsekuensi metodologi dari penggunaan metode

deskriptif. Bogdan dan Taylor mengungkapkan bahwa metodologi kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata

tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat diamati.22

1.9.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian

tersebut akan dilakukan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis mengambil

lokasi di Kantor Dewan Pimpinan Daerah PSI Kota Medan.

1.9.3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang dipergunakan adalah data primer dan data

sekunder. Dimana data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui

wawancara mendalam kepada sumbernya, baik itu dari Partai Solidaritas Indonesia

di kota Medan dan masyarakat.

21 Bambang Prasetyo dkk, Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005), hal 42.
22 Mohammad, Natsir, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, hal 105.

35

Universitas Sumatera Utara


Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui berbagai sumber seperti

buku, majalah, laporan, jurnal, dokumen lainnya.

1.9.4. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik analisis data deskiptif kualitatif, dimana teknik ini melakukan

analisa atas masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran jelas tentang objek

yang akan diteliti dan kemudian akan dilakukan penarikan kesimpulan.

1.10. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terperinci serta

untuk mempermudah isi, maka penelitian ini terdiri kedalam 4 (empat) bab, yakni:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan menguraikan dan menjelaskan mengenai latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika

penelitian.

BAB II : DESKRIPSI PARTAI SOLIDARITAS INDONESIA

Dalam bab ini akan menggambarkan segala sesuatu mengenai objek

penelitian yaitu deskripsi profil Partai Solidaritas Indonesi (PSI),

Latar Belakang, Visi & Misi dan Platform Partai Solidaritas

Indonesi (PSI) Khususnya di Kota Medan

36

Universitas Sumatera Utara


BAB III : PERAN PARTAI SOLIDARITAS INDONESIA DALAM

MEMPENGARUHI BUDAYA POLITIK INDONESIA

Bab ini nantinya akan berisikan tentang penyajian data dan fakta

yang diperoleh dari wawancara buku – buku, jurnal, majalah, koran,

serta internet dan juga akan menyajikan pembahasan dan analisis

data dan fakta tersebut.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan yang

diperoleh dari hasil analisa data pada bab – bab sebelumnya serta

berisi kemungkinan adanya saran – saran yang peneliti peroleh serta

melakukan penelitian.

37

Universitas Sumatera Utara


BAB II
DESKRIPSI PARTAI SOLIDARITAS INDONESIA

2.1. Sejarah Partai Solidaritas Indonesia

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) adalah partai politik baru yang didirikan

pada tanggal 16 November 2014 berdasarkan Akta Notaris Widyatmoko, SH

No.14 Tahun 2014. Pada tanggal 16 Desember 2014, Dewan Pimpinan Pusat PSI

(DPP PSI) mengajukan secara resmi surat pendaftaran sebagai partai politik.

Selanjutnya Kementerian Hukum dan HAM secara resmi meminta DPP PSI untuk

melengkapi syarat-syarat pembentukan partai politik sesuai dengan Undang-

Undang No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik. Melengkapi syarat-syarat

pembentukan partai politik inilah yang menjadi ‘tugas suci’ pengurus PSI disemua

level kepemimpinan. Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Solidaritas

Indonesia (DPP PSI) adalah Grace Natalie Lousia. Grace Natalie Lousia terakhir

menjadi CEO Saiful Mujani Research and Counsalting (SMRC) salah satu

lembaga konsultan politik yang paling memiliki kredibilitas terbaik di Indonesia.

Sebelumnya Grace Natlie Lousia menjadi presenter di SCTV dan TV One. Adapun

Trilogi Perjuangan PSI ialah:

1. Menebar Kebajikan, Tuhan bersama anak muda yang berani. Menjadi

tugas PSI mendekatkan kembali kata “politik” pada makna kebajikan.

38

Universitas Sumatera Utara


2. Merawat Keragaman, Mengakui NKRI adalah juga mengakui

keragaman. Kedaulatan NKRI adalah juga kedaulatan rakyat, suku

bangsa, adat istiadat dan keyakinan di Nusantara.

3. Mengukuhkan Solidaritas, Indonesia adalah kepingan warna-warni

yang direkatkan oleh solidaritas. Menjaga Indonesia berarti

memenangkan solidaritas di atas kepentingan individu.

2.2. Nilai Dasar Karakter Partai Solidaritas Indonesia

1. Kebajikan

Politik adalah sumber kebajikan, sumber kebaikan bagi kepentingan orang

banyak. Demokrasi meletakkan peran sentral partai politik sebagai institusi yang

bertugas mendengar dan menyalurkan aspirasi rakyat, termasuk menjadi rahim

yang melahirkan pemimpin-pemimpin masyarakat. Seluruh orientasi dan kerja

politik PSI difokuskan untuk menggagas dan memutuskan kebijakan yang

membawa kebaikan bagi rakyat.

2. Keragaman

Prinsip keragaman merupakan sumber kekuatan Indonesia. Dalam

keragaman, nilai-nilai solidaritas yang merekatkan warga tidak hanya berbentuk

ikatan emosional ke dalam kelompok sendiri yang bersumber dari keragaman

agama, etnik, bahasa, dan pengalaman sejarah. Lebih dari itu, perekat solidaritas

adalah rasa saling ketergantungan keluar yang menjembatani hubungan

antarkelompok,antar-agama, antar-etnik,dan antar-bangsa.

39

Universitas Sumatera Utara


3. Keterbukaan

PSI menjunjung tinggi nilai-nilai keterbukaan baik dalam hal berhubungan

dengan dunia luar maupun tata laksana pemerintahan. Keterbukaan

memungkinkan Indonesia menjadi warga dunia yang setara dan sama-sama

berkontribusi terhadap kemakmuran dan perdamaian dunia, memungkinkan

Indonesia mampu bekerjasama dan saling belajar dengan bangsa-bangsa lain,

sekaligus memberi tempat untuk terus melakukan kritik dan pembaruan.

4. Meritokrasi

PSI berupaya mewujudkan kondisi yang memungkinkan setiap orang dapat

mencapai dan memperoleh sesuatu dengan kemampuan dan usahanya. Nilai

meritokrasi menghargai kinerja dan memberi kesempatan yang adil bagi setiap

orang untuk bekerja keras mencapai kemungkinan yang tak terduga. Penerapan

nilai-nilai meritokrasi dalam urusan publik akan membebaskan kita dari jerat

korupsi, kolusi, dan nepotisme.

2.3. Arti dan Makna Lambang Partai Solidaritas Indonesia

Lambang partai digunakan pada atribut-atribut partai yang ketentuan

penggunaannya diatur lebih lanjut oleh Dewan Pimpinan Pusat Partai.

40

Universitas Sumatera Utara


Adapun arti dan lambang Partai Solidaritas Indonesia adalah sebagai berikut:

Sumber. Profil Partai Solidaritas Indonesia

Berdasarkan gambar diatas maka memiliki arti dan makna sebagai berikut:

Lambang Partai Solidaritas Indonesia terdiri dari beberapa elemen, yakni

sebuah segi empat berwarna merah dengan gambar kepalan tangan yang

menggegam bunga mawar berwarna putih, bertuliskan PSI dengan huruf P yang

terbuka.

1. Warna dasar merah melambangkan keberanian, warna putih melambangkan

kesucian dan kejujuran, warna hitam melambangkan kesetiaan, solidaritas,

dan kekuatan.

2. Tulisan PSI merupakan singkatan dari Partai Solidaritas Indonesia.

Dengan huruf ‘P’ terbuka, ini menunjukkan bahwa PSI merupakan partai

yang terbuka bagi semua golongan dan kalangan.

3. Bunga mawar putih adalah lambang solidaritas internasional dengan

gagasan demokratis substantif yang juga termasuk dalam UUD 1945.

Ide bunga mawar ini terinspirasi dari kutipan pidato Soekarno di semarang.

Dengan kutipannya “Bunga Mawar tidak mempropagandakan harum

41

Universitas Sumatera Utara


semerbaknya, dengan sendirinya harum semerbaknya itu tersebar di

sekelilingnya”.

4. Lima kelopak luar melambangkan Pancasila, dan tiga kelopak dalam

menunjukkan Trisakti.

5. Kepalan tangan putih melambangkan tekad yang suci, optimisme, pantang

menyerah dan selalu kuat memegang teguh prinsip dan cita-cita bangsa.

6. Warna merah sebagai latar belakang menunjukkan bahwa PSI selalu

berani dalam setiap gerakan politiknya, tanpa pernah gentar pada siapapun

yang mencoba menghalangi cita-cita bangsa Indonesia.

2.4. Visi dan Misi Partai Solidaritas Indonesia

Visi Partai Solidaritas Indonesia: Indonesia yang berkarakter kerakyatan,

berkemanusiaan, berkeragaman, berkeadilan, berkemajuan, dan bermartabat.

Misi Partai Solidaritas Indonesia:

1. Menggalang kekuatan nasional melalui sebuah kepemimpinan politik

yang ideologis, terorganisir dan terstruktur.

2. Menggalang perjuangan politik dengan nilai solidaritas, nasional

melanjutkan agenda reformasi dan demokratisasi.

3. Membangun kembali semangat republikanisme, merajut kembali rasa

kebangsaan yang terserak, menanam kembali benteng-benteng kebhinekaan

dan membangun kembali pondasi gotong royong.

4. Mendorong martabat Indonesia dalam pergaulan internasional, sesuai

prinsip politik bebas aktif dengan melihat kondisi geopolitik internasional

yang sedang berkembang.

42

Universitas Sumatera Utara


2.5. Syarat Menjadi Kader dan Pengurus Partai Solidaritas Indonesia

Kebaruan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dapat diindikasikan dari

karakter dan nilai dasar yang dianut Partai Solidaritas Indonesia yang sekaligus

menjadi syarat dapat bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia.

1. Partai baru dengan aktivis politik baru

PSI adalah partai baru yang dikelola oleh para aktivis politik baru

yang sebelumnya tidak pernah menjadi pengurus harian partai apa pun.

Ini adalah cara sadar PSI sebagai partai baru untuk memutus mata-rantai

dari perilaku, spirit, dan tradisi buruk partai-partai politik lama.

2. Partai baru dengan aktifis politik muda

PSI adalah partai baru yang dikelola aktivis muda berusia dibawah

45 tahun. Dalam praktiknya, kader-kader PSI yang sudah bergabung rata-

rata berusia 30 tahunan, ini adalah cara PSI untuk memberikan

kesempatan kepada generasi muda bangsa untuk terlibat aktif dalam

menentukan masa depan bangsa. Ini juga cara PSI menolak politik

gerontrokrasi: politik yang didominasi orang-orang tua secara usia yang

mengelola politik dengan cara-cara ‘tua dan usang’.

3. Partai baru yang Inklusif dan Pluralis

PSI adalah partai baru yang terbuka (inklusif dan pluralis) bagi

seluruh anak negeri tanpa memandang latar belakang suku, agama dan

ras mereka. Spirit inklusivitas dan pluralitas PSI juga tergambar dari pola

rekruitmen kader PSI yang akan mengabdi di lembaga Legislatif dan

43

Universitas Sumatera Utara


Eksekutif dengan mengedepankan kriteria objektif-rasional ketimbang

kriteria primordial berbasis kesukuan atau keagamaan.

4. Partai baru yang ramah anak dan perempuan

PSI adalah partai baru yang keputusan-keputusan politiknya

diorientasikan kepada perbaikan kualitas hidup sosial politik anak dan

perempuan. PSI secara konsisten membangun struktur organisasinya

dengan memberikan porsi yang besar bagi perempuan untuk menjadi

pengurus PSI. Ini dibuktikan dengan aturan yang ketat mengenai jumlah

minimal 30% perempuan dalam kepengurusan PSI. Bahkan PSI

berupaya untuk mencapai angka minimal 40% pengurus perempuan di

setiap tingkatan. Dibuktikan dengan angka 60% kepengurusan

perempuan di tingkat Dewan Pimpinan Pusat (DPP).

5. Partai baru yang ramah lingkungan

PSI adalah partai baru yang beorientasi ‘hijau’, dimana kebijakan

pembangunan selalu dilandaskan kepada keberpihakan kepada

konservasi lingkungan hidup demi terwujudnya kehidupan yang

berkelanjutan.

6. Partai baru yang modern

PSI adalah partai baru yang modern, karena yang pertama menganut

‘nilai-nilai kemanusiaan modern’ seperti penegakan demokrasi dan

pembelaan terhadap hak asasi manusia; kedua, mempercayai ilmu

pengetahuan dan oleh karena itu seluruh kebijakan diambil berdasarkan

hasil penelitian yang mendalam. PSI juga mempercayai survei yang

mempergunakan metodelogi yang sahih sebagai cara menampung

44

Universitas Sumatera Utara


aspirasi masyarakat; ketiga, mempergunakan teknologi informasi dalam

manajemen internal partai dan kampanye publiknya.

2.6. Struktur Kepemimpinan Partai Solidaritas Indonesia

Dewan Pimpinan Wilayah Partai Solidaritas Indonesia (DPW PSI) adalah

kepemimpinan PSI pada level Provinsi yang terdiri dari 7 orang yaitu

Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara, dan Wakil

Bendahara. Dewan Pimpinan Daerah Partai Solidaritas Indonesia (DPP PSI) adalah

kepemimpinan PSI pada level Kota/Kabupaten yang terdiri dari 5 orang

yaitu Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris dan Bendahara. Dewan

Pimpinan Cabang Partai Solidaritas Indonesia (DPC PSI) adalah

kepemimpinan PSI pada level Kecamatan yang terdiri dari 3 orang yaitu Ketua,

Sekretaris, dan Bendahara.

2.7. Struktur Kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Kota Medan

Sruktur kepengurusan merupakan wadah bagi sekelompok yang

bekerjasama antara sesama anggota untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun struktur kepengurusan DPD Kota Medan diantaranya: Ketua Umum, Wakil

Ketua, Sekretaris Umum, Wakil Sekretaris, Bendahara Umum.

45

Universitas Sumatera Utara


Susunan Pengurus DPD PSI Kota Medan

Ketua Umum DPD PSI

M. Fahri Riza

Wakil Ketua Sekretaris Umum Wakil Sekretaris Bendahara Umum

M. Ridwansyah Elya Novita Sari Zania Mendrofa Josua Hutauruk

2.7.1. PSI Kota Medan

Partai Solidaritas Indonesia Kota Medan memiliki visi dan misi yang sama

dengan apa yang menjadi visi misi PSI itu tentunya dikarenakan partai yang baru

ini menyampaikan bahwa tujuan partai itu berlaku untuk menyeluruh untuk daerah

di Indonesia agar tetap terjaganya kestabilitasan partai. PSI Kota Medan sendiri

memiliki kinerja yang baik sehingga mampu mengikuti Pemilu 2019 sesuai dengan

peraturan yang ada bahkan mampu mengirimkan 2 wakilnya di DPRD Kota Medan

yang berdasarkan dari pilihan masyarakat Kota Medan, tentu hal ini tidak terlepas

dari penyampaian tujuan partai yang efektif dilakukan oleh seluruh anggota partai.

46

Universitas Sumatera Utara


Ketua PSI Kota Medan, Fahri Riza mengatakan:
“...PSI cukup memiliki banyak pengaruh di Kota Medan karena secara
keseluruhan PSI meraih sebanyak 45.000 suara yang membuat PSI
memiliki 2 wakilnya untuk mengisi kursi DPRD Kota Medan yang
menyamai partai yang lebih dahulu ada yaitu Hanura dan berada lebih
baik dari partai lainnya seperti partai PPP yang hanya mendapat 1
kursi.”23

Berdasarkan pernyataan dari Ketua PSI Kota Medan, Fahri Riza ini dapat

dipastikan bahwa PSI Kota Medan memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam

mendapatkan hati masyarakat di Kota Medan. PSI Kota Medan juga diharapkan

agar tetap menjaga kestabilan politik yang ada di Medan dengan tetap mengawal

proses-proses kebijakan yang akan dilakukan oleh pemerintah daerah sehingga

masyarakat tetap mempercayakan pilihan mereka kepada PSI.

Budaya sosialisasi PSI Kota Medan merupakan budaya yang tetap

berdasarkan arahan dari pusat dengan mendekatkan diri kepada masyarakat melalui

media sosial dan terjun langsung memberikan pendidikan politik serta mengajak

para kaum muda di Kota Medan untuk lebih memaknai perpolitikan yang ada di

Indonesia khususnya di Medan dan agar lebih berani dalam mengawasi serta

mengawal kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Kota Medan. Pada

dasarnya bahwa seluruh aktivitas partai itu berlandaskan dengan cita-cita dari Partai

Solidaritas Indonesia.

Fahri Riza, Ketua DPD PSI Kota Medan mengatakan:

“...Strategi yang kami gunakan itu sesuai dengan arahan dari pusat
dengan apa yang dilakukan oleh pusat maka hal itu juga yang dilakukan
didaerah dan di kota Medan ini juga seperti sosialisasi yang secara

23
Fahri Riza, Ketua DPD PSI Kota Medan. Wawancara di kantor DPW PSI Medan pada 7
November 2019 pukul 16.00.

47

Universitas Sumatera Utara


langsung kepada masyarakat untuk mengenalkan PSI itu sebagai partai
yang baru dan diisi oleh anak muda dengan menyampaikan visi misi
partai, kemudian menggunakan media sosial juga disaat ada momentum
yang layak untuk di share.”24
Berdasarkan pernyataan Ketua DPD PSI Kota Medan tersebut, bahwa

seluruh kader PSI Kota Medan harus tetap mengikuti ideologi serta strategi yang

dibawa oleh PSI dalam melakukan tugasnya sebagai anggota partai agar tetap

terjaganya kekonsistensian dari Partai Solidaritas Indonesia untuk seluruh

masyarakat Indonesia.

24
Fahri Riza, Ketua DPD PSI Kota Medan. Wawancara di kantor DPW PSI Medan pada 7
November 2019 pukul 16.00.

48

Universitas Sumatera Utara


BAB III
PERAN PARTAI SOLIDARITAS INDONESIA DALAM
MEMPENGARUHI BUDAYA POLITIK INDONESIA

3.1. Budaya Sosialisasi PSI Kepada Kaum Muda Indonesia

Budaya sosialisasi yang diterapkan oleh Partai Solidaritas Indonesia

sebagai partai baru dapat memenuhi jumlah keanggotaan partai sesuai dengan

syarat verifikasi faktual berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 6

Tahun 2018 tentang Pendaftaran, Verifikasi, dan Penetapan Partai Politik Peserta

Pemilihan Umum. Partai Solidaritas Indonesia mempunyai strategi sosialisasi yang

berbeda dari partai lain yaitu:

3.1.1. Budaya Sosialisasi Melalui Media Sosial

Keberhasilan budaya sosialisasi melalui Media Sosial dapat dilihat dari

bagaimana kaum muda menerima pesan yang disampaikan, hal ini terkait dengan

konten apa yang diberikan dan bagaimana cara agen sosialisasi menyampaikan hal

tersebut. Mengemukakan kemampuan komunikasi atau pendekatan sebagai salah

satu faktor keberhasilan dalam upaya penyampaikan sosialisasi politik. Internet

dianggap sebagai new media in digital era yang mampu mengubah pandangan

masyarakat, salah satunya pandangan politik melalui media sosial. Media sosial dan

media online lainnya digunakan sebagai salah satu media komunikasi yang paling

mudah diakses oleh siapa saja, memberikan informasi yang sangat beragam,

keterbukaan dan kebebasan yang menjadikan media sosial menjadi salah satu

refrensi bagi penggunanya. Strategi sosialisasi yang dilakukan oleh Partai

Solidaritas Indonesia melalui media sosial yaitu :

49

Universitas Sumatera Utara


a. Menggunakan bahasa yang santai dan gaul

Dalam penggunaan media sosial, Partai Solidaritas Indonesia

menggunakan bahasa yang santai dan mudah di terima oleh kaum muda, seperti

bahasa gaul yang digunakan oleh anak muda saat berinteraksi satu dengan

lainnya melalui media sosial hal ini merupakan sarana atau alat penunjukan

eksistensi didepan masyarakat yang menjadi bagian dari strategi.

Kemudahan untuk berkomunikasi yaitu menjadikan pemakaian bahasa yang

mudah diterima oleh kaum muda dan mengikuti perkembangan zaman lebih

mengakrabkan. Seperti bahasa yang di gunakan dalam akun resmi media sosial

Twitter milik Partai Solidaritas Indonesia yaitu @psi_id yang telah diikuti oleh

73,5 ribu pengikut. Salah satu isinya yang di unggah pada tanggal 4 Oktober

2018 yaitu “Mendadak, setelah drama Hoax kemarin, tab mention mimin tidak

seriuh biasanya. Biasanya penuh caci maki, hoax aseng, asing, dsb. Mimin

anggap akun-akun bodong yang biasa menebar kebencian sudah mengambil

pelajaran dari peristiwa kemarin. Semoga”. Penggunaan istilah Drama Hoax,

tab mention mimin tidak seriuh biasanya, akun-akun bodong merupakan bahasa

yang sangat akrab digunakan oleh anak muda. Ada juga istilah “PSI Kepoin

Pilkada” merujuk pada sikap Partai Solidaritas Indonesia dalam mengawasi

Pemilihan Kepala Daerah Serentak yang dilangsungkan pada 9 Desember 2015

lalu. Penggunaan bahasa gaul atau isitilah-istilah modern ini merupakan bagian

yang tidak bisa dipisahkan dari keseharian anak muda. Melalui keaktifan dan

kreativitas di media sosial, Partai Solidaritas Indonesia mampu memberikan

sajian yang berbeda dengan partai politik lainnya. Partai Solidaritas Indonesia

tidak menggunakan bahasa formal dan kaku. Partai Solidaritas Indonesia

50

Universitas Sumatera Utara


menggunakan bahasa yang lebih santai mengikuti perkembangan zaman dan

mudah diterima oleh kaum muda Indonesia sehingga dengan cara tersebut Partai

Solidaritas Indonesia mampu menarik minat kaum muda Indonesia untuk dapat

berpartisipasi dan bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia.

b. Menggunakan hashtag dalam sosial media

Salah satu cara yang digunakan oleh Partai Solidaritas Indonesia yaitu

dengan memanfaatkan hashtag dalam sosial media. Hashtag merupakan tagar

yang berbentuk tanda pagar (#) untuk menggolongkan tema atau topik yang lebih

spesifik dalam sosial media. Manfaat penggunaan hashtag dalam sosial media

yaitu mempermudah semua orang menemukan postingan akun tersebut. Hashtag

yang digunakan oleh Partai Solidaritas Indonesia yaitu

#SamaSamaBangunBangsa #AkuPSI sedangkan hashtag yang digunakan dalam

akun instagram @PSIMedan yaitu menggunakan hashtag #AkuPSIMedan

#KenaliMedan. Tidak hanya di media sosial, Partai Solidaritas Indonesia juga

menggunakan hashtag sama sama membangun bangsa sampai ke media

elektronik seperti di iklan Televisi. Penggunaan hashtag dalam sosial media

yang dilakukan oleh Partai Solidaritas Indonesia merupakan cara untuk

mempermudah masyarakat Indonesia khususnya kaum muda Indonesia

mengenali dan memahami karakter Partai Solidaritas Indonesia.

c. Menggunakan sapaan Bro dan Sis

Partai Solidaritas Indonesia identik dengan kaum muda, salah satu yang

menjadi ciri khas dalam partai politik ini ialah dalam memakai panggilan sapaan

Bro dan Sis. Bro dan Sis merupakan singkatan dari Brother dan Sister. Bro untuk

51

Universitas Sumatera Utara


laki-laki dan Sis untuk perempuan di lingkup Partai Solidaritas Indonesia.

Panggilan Bro dan Sis tidak hanya di media sosial saja tetapi juga digunakan

dalam panggilan sehari-hari hal ini bertujuan untuk memudahkan egaliter

merasakan kesetaraan. Seperti yang dikutip dalam akun resmi facebook Partai

Solidaritas Indonesia. Sapaan panggilan Bro dan Sis merupakan sapaan khas

anak muda sesuai dengan ciri khas Partai Solidaritas Indonesia. Sapaan Bro dan

Sis sebuah gaya sapaan egaliter tentang kesetaraan. Yakni sama rata dan sama

rasa tidak ada kelas yang berbeda bahwa semua setara. Hal ini yang

membedakan Partai Solidaritas Indonesia dengan partai politik lainnya, partai

politik lain misalnya untuk laki-laki sapaan egaliter yang populer adalah

“Boeng” atau ”Bung”. Partai Solidaritas Indonesia memiliki sapaan yang

berbeda yaitu menggunakan panggilan Bro dan Sis. Dengan sapaan panggilan

tersebut dapat meyakini kaum muda Indonesia bahwa Partai Solidaritas

Indonesia menjunjung tinggi kesetaraan sesuai dengan nilai dasar karakter Partai

Solidaritas Indonesia yaitu Kebajikan, Kesetaran, Keragaman, Keterbukaan dan

Meritokrasi.

d. Membuat konten media yang unik dan menarik

Konten media merupakan berbagai segala bentuk konten atau isi dalam

sebuah media di dunia teknologi yang ada pada saat ini seperti blog, wiki, forum

diskusi, chatting, tweet, podcasting, pin, video, file audio, iklan hingga berbagai

bentu konten media lainnya yang terbentuk melalui buatan dari para pengguna

sistem atau layanan online yang digunakan pada situs media sosial. Isi atau

konten yang dibuat pengguna situs-situs online atau jejaring sosial yaitu seperti

Facebook, Instagram, Twitter, dimana para pengguna media dapat berinteraksi

52

Universitas Sumatera Utara


dengan orang lain menulis atau menyampaikan sebuah pesan sesuai dengan

konten yang disediakan dalam media sosial tersebut.

Partai Solidaritas Indonesia mempunyai cara yang berbeda dengan partai

politik lainnya dalam memposting isi atau konten di sosial media. Partai

Solidaritas Indonesia tidak hanya membahas mengenai dunia perpolitikan yang

selalu membuat jenuh masyarakat Indonesia. Partai Solidaritas Indonesia

memberikan sajian yang berbeda dengan partai politik lainnya misalnya di akun

instagram resmi milik Partai Solidaritas Indonesia @psi_id dalam postingannya

yang diunggah pada tanggal 11 Juli 2018 yaitu “Politik Anak Muda Di sepasang

Sepatu SNEAKERS. (casual) gaya politik yang fleksibel dan disukai kaum

milenial, (solid) bisa bekerja sama dan merangkul banyak pihak untuk

samasama melakukan perubahan, (humble) bisa menerima kritik dan mencari

perubahan, (fast) dinamis, responsif dan aktif. Mencari dan memberikan solusi

ke arah yang lebih baik”. Dalam hal ini Partai Solidaritas Indonesia

mengumpakan istilah Politik Anak Muda seperti sepasang sepatu sneakers.

Media Sosial dapat diterima dengan mudah oleh kaum muda Indonesia karena

memiliki berbagai aspek yang tidak dimiliki oleh agen sosialisasi keluarga,

institusi pendidikan, media massa, dan lembaga pemerintah. Berdasarkan data

pengguna internet di Indonesia yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa

Internet Indonesia (APJII) jumlah pengguna internet pada tahun 2017 mencapai

143,26 juta jiwa atau sekitar 54,68% dari total penduduk Indonesia yang

mencapai 262 juta orang. Dimana angka tersebut semakin meningkat dari tahun

ke tahun. Berdasarkan jenis kelamin, komposisi pengguna internet di Indonesia

adalah 51,43% laki-laki dan 48,57% perempuan. Adapun berdasarkan usia,

53

Universitas Sumatera Utara


sebanyak 16,68% pengguna berusia 13-18 tahun dan 49,52% berusia 19-34

tahun. Dan sebanyak 29,55% berusia 35-54% dan pengguna internet berusia 54

tahun ketas mencapai 4,24%.53.25

Berdasarkan pada presentase pengguna internet di Indonesia maka hal ini

dapat di manfaatkan oleh Partai Solidaritas Indonesia dalam melakukan sebuah

keberhasilan strategi sosialisasi Partai Solidaritas Indonesia kepada kaum muda

Indonesia melalui media sosial. Dengan pemanfaatan melalui media sosial

seperti Facebook, Twitter, Instagram dan Website tersebut yang dilakukan oleh

tokoh-tokoh muda, pengurus dan anggota Partai Solidaritas Indonesia, maka hal

tersebut dapat menjaring kaum muda Indonesia untuk dapat memilih dan

bergabung dalam Partai Solidaritas Indonesia. Melalui keaktifan di media sosial,

Partai Solidaritas Indonesia mampu memberikan sajian yang berbeda dengan

partai politik lainnya. Saat ini pengikut aktif di Instagram resmi Partai Solidaritas

Indonesia dengan nama pengguna akun @PSI_ID yaitu 76,3 ribu pengikut.

Sedangkan akun facebook resmi Partai Solidaritas Indonesia yaitu dengan total

pengikut aktif sebanyak 2.383.232 jiwa. Akun Twitter resmi Partai Solidaritas

Indonesia @psi_id dengan jumlah pengikut sebanyak 73,5 ribu dan Website

resmi Partai Solidaritas yaitu www.psi.id. Konten dan pendekatan yang

dilakukan melalui media sosial seperti di Facebook, Instagram dan Twitter yaitu

Pertama, konten yang di bahas dalam media sosial merupakan isu yang

berkaitan langsung dengan kaum muda untuk tertarik dan mencari tahu lebih

jauh mengenai isu yang menjadi minat mereka. Kedua, kaum muda memiliki

kebebasan untuk mencari informasi yang mereka inginkan, disesuaikan dengan

25
Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia

54

Universitas Sumatera Utara


isu yang ingin mereka ketahui. Ketiga, informasi yang terdapat dalam media

sosial menggambarkan opini dari berbagai sudut pandang, baik masyarakat, elite

politik, maupun kelompok masyarakat tertentu. Dengan adanya kesesuaian

konten yang dibutuhkan oleh kaum muda, maka nilai yang disampaikan melalui

media sosial dapat diterima oleh kaum muda. Selain konten yang diterima oleh

kaum muda, pendekatan yang dilakukan pun mempengaruhi kaum muda untuk

memperhatikan perkembangan isu yang tersedia melalui media sosial. Kedua,

keterbukaan dan kebebasan yang bisa disampaikan melalui media sosial.

Menurut Kinder & Sears strategi sosialisasi politik memiliki dikotomi tujuan dan

proses. Pertama specific political socialization, yaitu penerimaan ideologi

melalui bimbingan/arahan yang berhubungan dengan identifikasi terhadap

sebuah kelompok politik. Kedua general socialization dimana proses ini tidak

berkenan dengan kelompok atau ideologi tertentu, tetapi lebih menekankan

pencapaian tujuan-tujuan umum berupa penerimaan kesadaran politik, terlibat

dalam politik dan memahami isu-isu politik.26 Terdapat empat transmisi dari

proses diatas yaitu :

1. Pengetahuan politik (political knowledge)

2. Kemampuan politik (intellectual skill)

3. Partisipasi politik (political participation)

4. Sikap politik (political attitudes)

26
Iman Septian. Journal iu_https://pipl.com/name/Septian/620/diakses pada 30 Oktober 2019 pukul
20:24

55

Universitas Sumatera Utara


Dalam hal ini Partai Solidaritas Indonesia memahami bagaimana cara

mensosialisasikan dengan baik melalui media sosial. Strategi Partai Solidaritas

Indonesia dilakukan oleh tokoh-tokoh muda dengan cara yang unik, menarik,

kreatif serta inovatif dan dikemas dengan cara yang berbeda dari partai politik

lainnya. Strategi sosialisasi yang digunakan oleh Partai Solidaritas Indonesia

melalui media sosial yaitu dengan cara menggunakan bahasa yang santai dan gaul,

menggunakan hashtag dalam sosial media, menggunakan sapaan Bro dan Sis, dan

membuat konten yang unik dan menarik.

Kaum Muda Indonesia sangat berpengaruh dalam kehidupan berpolitik,

kaum muda pada saat ini penting untuk dikaji karena jumlahnya yang cukup besar.

Menurut Undang-Undang No.40 Tahun 2009 Pasal 1 tentang Kepemudaan, yang

digolongkan sebagai kaum muda atau pemuda adalah warga negara Indonesia yang

berusia 1-30 tahun. Data Badan Pusat Statistik menyebutkan, pada tahun 2017

jumlah penduduk kelompok usia 16-30 tahun mencapai 63,36 juta jiwa.

Diantaranya 24,27% adalah penduduk dalam kelompok umur pemuda.27

27
Badan Pusat Statistik, Sensus Penduduk 2017. https://2017.bps.go.id/ diakses pada 20
Oktober 2019 pukul 19.00.

56

Universitas Sumatera Utara


Tabel.1

Presentase Penduduk menurut kelompok umur tahun 2017

Karakteristik <16 Tahun 16-30 Tahun >30 Tahun Total

Demografi

Total 28,81 24,27 46,92 100,00

Tipe Daerah

Perkotaan 27,92 25,22 46,87 100,00

Pedesaan 27,82 23,19 46,98 100,00

Jenis Kelamin

Laki-laki 29,37 24,43 46,20 100,00

Perempuan 28,25 24,10 47,65 100,00

Sumber. BPS Susenos kor 2017

Melihat jumlahnya yang cukup besar, maka partisipasi politik pada kaum

muda dapat di manfaatkan oleh Partai Solidaritas Indonesia. Kaum muda ini lah

yang akan melanjutkan pembangunan Negara. Maka, partai politik sebagai salah

satu lembaga politik diharapkan dapat memberi pengetahuan, menciptakan kader

yang baik, dengan mensosialisasikan tentang politik dan juga mempengaruhi agar

mendukung partai tersebut berkuasa dengan program, visi dan misi. Sesuai

dengan Tujuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009

tentang Kepemudaan yaitu Pembangunan kepemudaan bertujuan untuk

terwujudnya pemuda yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, demokratis, bertanggung

jawab, berdaya saing, serta memiliki jiwa kepemimpinan, kewirausahaan,

57

Universitas Sumatera Utara


kepeloporan, dan kebangsaan berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar

negara Republik Indonesia tahun 1945 dalam kerangka Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Berdasarkan presentase penggunaan internet oleh kaum muda Indonesia,

Partai Solidaritas Indonesia memahami bagaimana cara mensosialisasikan dengan

baik kepada kaum muda Indonesia sebagai partai baru yang berhasil lolos dalam

verifikasi faktual dan menjadi peserta pemilu 2019 mendatang sehingga cara-cara

yang dilakukan oleh Partai Solidaritas Indonesia merupakan sangat efektif dalam

menarik minat kaum muda Indonesia untuk bergabung dalam Partai Solidaritas

Indonesia dan memenuhi syarat jumlah anggota sesuai dengan tingkat

kepengurusan dalam verifikasi yang tercantum pada Peraturan Komisi Pemilihan

Umum Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pendaftaran, Verifikasi, dan Penetapan

Partai Politik Peserta Pemilihan Umum. Dalam BAB II PKPU Nomor Tahun 2018

Pasal 9 yaitu memiliki anggota paling sedikit 1.000 orang atau 1/1.000 dari jumlah

penduduk pada kepengurusan Partai Politik

3.1.2. Budaya Sosialisasi Komunikasi Tatap Muka (face to face)

Kegiatan sosialisasi tatap muka (face to face) pada masyarakat merupakan

salah satu kegiatan sosialisasi yang di lakukan oleh Partai Solidaritas Indonesia

dalam menyampaikan informasi mengenai Partai Solidaritas Indonesia.

Komunikasi tatap muka merupakan bagian dari komunikasi antar

pribadi yang umumnya berlangsung secara langsung. Salah satu cara yang di

lakukan oleh pengurus DPW Partai Solidaritas Indonesia yaitu dengan

mengadakan acara Ngobrol Penuh Inspirasi (Ngopi) atau diskusi kecil dengan

berbagai tema mengenai politik. Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap bulan oleh

58

Universitas Sumatera Utara


teman solidaritas yang merupakan organisasi sayap Partai Solidaritas Indonesia.

Tujuan acara Ngobrol Penuh Inspirasi adalah untuk membuka wawasan

serta memberi pemahaman politik kepada para pemuda. Peran anak muda sangat

dibutuhkan dalam pembangunan bangsa.

Fuad Ginting, selaku ketua DPW PSI Provinsi Sumatera Utara mengatakan:

“cara menyampaikan nya ya seperti biasa juga dengan terjun langsung ke


masyarakat dan menugaskan seluruh kader untuk menyampaikannya baik
itu secara face to face biasanya di warung kopi sewaktu lagi ngopi dengan
anak-anak muda sekitar atau melalui media sosial”.28
Berdasarkan petikan wawancara diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

Partai Solidaritas Indonesia melakukan sosialisasi sesuai dengan platformnya

dengan suatu kegiatan yang nyata, namun hal itu harus dibuktikan dengan suatu

hasil dan tindakan yang nyata pula secara face to face dengan “ngopi” bareng

bersama anak-anak muda yang suka ”nongkrong” di warung kopi.

Dalam hal ini Partai Solidaritas Indonesia berusaha mewujudkan budaya

sosialisasi dengan cara memberikan pengetahuan politik dan pendidikan politik

pada saat melakukan diskusi dengan masyarakat, calon anggota, maupun yang

telah bergabung menjadi anggota Partai Solidaritas Indonesia yaitu dengan cara

memberikan Pendidikan Politik dan Pengetahuan Politik sesuai dengan Isi

Sosialisasi Politik yaitu pengetahuan politik sangat terkait dengan pemahaman

akademis terhadap fenomena politik, artinya fenomena politik diberikan secara

terstruktur dalam bentuk kurikulum pendidikan. Karena itu Partai Solidaritas

Indonesia sangat mengedepankan sosialisasi melalui komunikasi tatap muka (face

28
Fuad Ginting, Ketua DPW PSI Sumut. Wawancara di Memo Cafe Medan pada 15 Oktober 2019
pukul 19.30.

59

Universitas Sumatera Utara


to face) hal ini di yakini sebagai bentuk sosialisasi yang paling berpengaruh

terhadap keberhasilan Partai Solidaritas Indonesia menjadi peserta dalam

pemilihan umum 2019.

Komunikasi tatap muka (face to face) merupakan bagian dari komunikasi

antar pribadi yang umumnya berlangsung secara langsung. Melalui budaya

komunikasi tatap muka Partai Solidaritas Indonesia dapat melakukan pendekatan

secara langsung antara pengurus Partai Solidaritas Indonesia dengan masyarakat

ataupun calon anggota dengan tujuan untuk memenuhi syarat partai politik menjadi

peserta pemilihan umum berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor

6 Tahun 2018 tentang Pendaftaran, Verifikasi, dan Penetapan Partai Politik peserta

pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah. Dalam BAB II PKPU Nomor Tahun 2018 Pasal 9 yaitu memiliki

anggota paling sedikit 1.000 orang atau 1/1.000 dari jumlah Penduduk pada

kepengurusan Partai Politik.

3.1.3. Tepat Sasaran

Partai Solidaritas Indonesia satu-satunya Partai Anak Muda, pengurus

Partai Solidaritas Indonesia terdiri dari anak-anak muda dibawah 45 tahun, yang

belum pernah menjadi pengurus harian di partai politik apapun sebelumnya. Anak

muda Indonesia dan Perempuan merupakan sasaran bagi Partai Solidaritas

Indonesia yang memiliki ciri khas partai anak muda. Saat ini anak muda dan

perempuan merupakan sumber daya manusia terbaik, mereka muda, cerdas dan

berprestasi.

60

Universitas Sumatera Utara


Fuad Ginting, selaku ketua DPW PSI Sumut mengatakan:

“...yaa karena dari mulai recruitmen pengurus sampai saat ini juga harus
berusia di bawah 45 tahun, dan juga PSI sebagai partai baru yang
memperjuangkan tujuannya dengan anak muda sebagai motornya”.29
Partai Solidaritas Indonesia sebagai partai politik yang mengusung

identitas kebajikan dan keberagaman, termasuk ide dan gagasan baru. Partai

Solidaritas Indonesia mencoba meyakinkan rakyat Indonesia terutama kaum muda

bahwa partai ini tidak terperangkap dalam kepentingan politik lama, klientalisme,

rekam jejak yang buruk. Partai Solidaritas juga mengusung semangat feminisme

dengan memberi porsi yang besar pada perempuan. Partai Solidaritas Indonesia

mewajibkan memahami arti dan praktik kesetaraan dan keadilan gender. Partai

Solidaritas Indonesia tidak hanya memperjuangkan kuota 30 persen calon

legislatif perempuan, tetapi juga kuota 30 persen kursi parlemen untuk

perempuan. Partai Solidaritas Indonesia juga melibatkan perempuan secara aktif

dalam pengambilan keputusan politik. Sejak berdiri 16 November 2014, terdapat

400 ribu pemegang kartu anggota di seluruh Indonesia. Ditambah dengan jumlah

pengurus sekitar 30 ribu, dengan komposisi gender relatif seimbang antara

perempuan dan laki-laki. Sesuai dengan syarat partai politik menjadi peserta

pemilihan umum berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 6

Tahun 2018 Pasal 9 dalam persyaratan dan pendaftaran partai politik calon peserta

pemilu yakni menyertakan paling sedikit 30% (tiga puluh persen) keterwakilan

perempuan pada kepengurusan Partai Politik tingkat pusat. Dalam menerapkan

29
Fuad Ginting, Ketua DPW PSI Sumut. Wawancara di Memo Cafe Medan pada 15 Oktober 2019
pukul 19.30.

61

Universitas Sumatera Utara


budaya sosialisai sesuai dengan memahami sasaran yang dituju maka yang

dilakukan akan berjalan dengan efektif.

3.2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Sosialisasi PSI Kepada

Kaum Muda Indonesia

Partai Solidaritas Indonesia adalah partai politik baru di Indonesia yang

memiliki ciri khas partai anak muda, dapat dilihat diatas budaya-budaya

sosialisasi yang di gunakan oleh Partai Solidaritas dalam memenuhi jumlah

anggota sesuai dengan syarat verifikasi faktual dan menjadi peserta pemilu.

Fahri Riza selaku ketua DPD PSI Kota Medan mengatakan:

“...Budaya politik yang kami bawa itu adalah budaya yang membantah
budaya politik tradisional yang masih kurang melek akan politik, budaya
yang membantah adanya dinasti politik dimana kebanyakan keanggotaan
partai itu diisi oleh orang-orang yang pernah dan bahkan anak dari tokoh-
tokoh politik nah, PSI sendiri sangat menghindari hal tersebut dengan
keanggotaan khususnya kepengurusan partai diisi oleh orang-orang yang
baru terjun ke politik dan merupakan berada di kalangan generasi
millenial. Budaya yang terbangun juga ialah budaya berani dari anak muda
dengan menghindari yang namanya money politik, dapat dilihat dari orang-
orang yang ingin mendaftarkan diri sebagai calon legislatif itu tidak ada
pungutan biaya melainkan harus melalui proses tahap penyeleksian
administrasi, wawancara yang dilakukan oleh pengurus partai, tokoh
masyarakat dan akademisi, serta harus bisa sosialisasi kepada masyarakat
dan yang terpenting ialah memiliki umur dibawah 45 tahun.”30
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa PSI berkomitmen

untuk membentuk budaya politik yang murni dan yang seharusnya dilakukan dalam

berdemokrasi dengan menghilangkan yang namanya dinasti politik baik di

pemerintahan maupun di kepengurusan partai. Hal tersebut juga akan dapat terjadi

dengan dukungan-dukungan dari berbagai pihak dari internal dan eksternal partai.

30
Fahri Riza, Ketua DPD PSI Kota Medan. Wawancara di kantor DPW PSI Medan pada 7
November 2019 pukul 16.00.

62

Universitas Sumatera Utara


3.2.1. Faktor Pendukung

Faktor-faktor yang menjadi pendukung bagi Partai Solidaritas Indonesia

dalam sosialisasi kepada kaum muda Indonesia, antara lain :

a. Keterlibatan Tokoh-Tokoh Muda Partai Solidaritas Indonesia

Partai Solidaritas Indonesia adalah partai terbuka yang menjunjung tinggi

semangat kesetaraan dan solidaritas. Sehingga baik tokoh dan figur di tubuh Partai

Solidaritas Indonesia sendiri adalah satu kesatuan utuh dari gerak partai. Tokoh atau

figur adalah gambaran dari partai, partai adalah cerminan dari tokoh atau figur yang

tergabung didalamnya. Sehingga Partai Solidaritas Indonesia sangat bergantung

pada kriteria dalam melakukan seleksi terhadap siapa saja yang kelak akan

bergabung dalam partai ini. Bukan karena ketenaran dan kekayaannya, tapi apakah

tokoh tersebut mampu dan mewujudkan cita-cita pendirian PSI.

Beberapa tokoh muda yang bergabung dalam Partai Solidaritas Indonesia

ialah Tsamara Amany Alatas merupakan Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP)

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ia telah memasuki dunia politik pada saat ia

masih menjadi mahasisiwi dan kini usia Tsamara Amany Alatas ialah 22 tahun.

Tsamara Amany Alatas pernah menjadi saksi dalam uji materi syarat calon

independen dan turut mengajukan revisi Undang-Undang Pilkada berkaitan

dengan calon independen. Isyana Bagoes Oka seorang mantan jurnalistik dan

pembawa acara berita Indonesia. Tokoh muda berikutnya ialah Hariyanto Arbi

pemain bulu tangkis tunggal putra Indonesia, Raja Juli Antoni seorang mantan

Ketua Umum PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), ia juga sempat menjadi

calon Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2015-2020 namun mengundurkan

63

Universitas Sumatera Utara


diri karena ingin berkonsetrasi sebagai Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas

Indonesia dan beberapa tokoh muda lainnya.

Tokoh-Tokoh muda yang bergabung dalam Partai Solidaritas Indonesia ini

merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan Partai Solidaritas Indonesia

untuk menjadi peserta pemilu 2019. Melalui tokoh-tokoh muda dari berbagai

profesi seperti pembawa acara, dosen, dokter, atlet, advokat dan lain sebagainya

tersebut dapat mencuri perhatian masyarakat dan calon anggota melalui citra

partai politik untuk meraih simpati masyarakat dan mampu mempengaruhi dan

meyakini kepada kaum muda lainnya untuk berpartisipasi dan bergabung menjadi

anggota Partai Solidaritas Indonesia. Strategi Sosialisasi yang dilakukan Partai

Solidaritas Indonesia memiliki tujuan yang lebih spesifik untuk berpartisipasi

membentuk suatu nilai dalam sebuah sistem politik. Tidak hanya melalui tokoh-

tokoh muda yang telah bergabung, faktor pendukung lainnya yakni adanya

kesamaan antara pengurus, kader dan calon anggota.

Poin yang disampaikan dari sosialisasi politik adalah informasi politik,

pengetahuan politik dan pemberian keyakinan dan kepercayaan dan kepengurusan

politik. Dengan melakukan sasaran kepada kaum muda melalui pendekatan secara

kekeluargaan, dan silaturhami dengan teman dekat maka pesan mengenai Partai

Solidaritas Indonesia dapat tersampaikan.

Menurut Penulis, dengan adanya kesamaan usia, kesamaan pola pikir,

kesamaan hobi dan minat serta visi dan misi, akan mampu menarik simpati

masyarakat khususnya kaum muda untuk bergabung menjadi anggota Partai

Solidaritas.

64

Universitas Sumatera Utara


b. Adanya Pembentukan Tim-Tim Khusus

Sangatlah berpengaruh dan penting bagi Partai Solidaritas Indonesia

untuk membentuk tim-tim khusus dalam melakukan sosialisasi, bimbingan, dan

pembinaan. Salah satunya adalah dengan adanya pembentukan tim khusus yang

bergerak untuk mengurus dan menjaring seluruh kalangan kaum muda Indonesia.

Dengan demikian adanya tim-tim khusus menjadikan partai ini menjadi pilihan

oleh kaum muda tersebut.

3.2.2. Faktor Penghambat

Faktor-faktor yang menjadi penghambat bagi Partai Solidaritas Indonesia

dalam sosialisasi kepada kaum muda Indonesia, antara lain :

a. Banyak partai politik baru yang ikut bersaing

Banyaknya partai-partai politik baru yang ikut bersaing menjadi peserta

pemilihan umum 2019, menjadi faktor penghambat Partai Solidaritas Indonesia

dalam melaksanakan strategi sosialisasi kepada kaum muda Indonesia. Hal ini

dikarenakan partai politik yang lain telah mendapatkan tempat tersendiri ditengah-

tengah masyarakat. Partai politik baru yang mengakomodasi anak muda lainnya

ialah Partai Gerakan Perubahan Indonesia (Garuda), hal ini menjadi daya saing bagi

Partai Solidaritas Indonesia untuk mengajak kaum muda Indonesia

bergabung menjadi anggota.

b. Keterbatasan Tenaga dan Dana

Sulitnya Partai Solidaritas Indonesia dalam mencapai sasaran dari strategi

yang telah mereka buat dikarenakan keterbatasan tenaga dan dana yang ada

65

Universitas Sumatera Utara


sehingga hanya mampu membangun sosialisasi politik sebagian kecil dari kaum

muda Indonesia yang bergabung menjadi anggota Partai Solidaritas Indonesia

hal ini dikarenakan partai baru sehingga dana yang di dapat hanya dari kalangan

elite politik.

c. Kurang Menguasai Lapangan

Salah satu penghambat dalam melakukan sosialisasi ialah tidak

tersampaikan dengan baik kepada kaum muda Indonesia yang berada dilingkup

pedesaan. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya keterbukaan dari kaum muda

terhadap kemajuan teknologi dan budaya serta rendahnya tingkat pendidikan

membuat mindset bahwa partai politik masih dianggap kaku. Cara penyampaian

sosialisasi sangat berpengaruh terhadap apa yang ingin disampaikan. Sebuah

sosialisasi politik dapat terlaksana dengan baik dengan melihat lingkungan sosial,

ekonomi dan budaya dimana seesorang tersebut berada. Interaksi, pengalaman dan

kepribadian dari seseorang yang ingin menyampaikan sosialisasi juga memiliki

peranan penting dalam keberhasilan sosialisasi politik.

3.3. Partai Solidaritas Indonesia dalam Mempengaruhi Budaya Politik

Indonesia

Sebagai sebuah partai politik yang berhasil menjadi partai politik di

Indonesia lolos verifikasi Kementrian Hukum dan HAM, PSI menawarkan

kebaruan dalam politik Indonesia dengan kepengurusan yang umurnya di bawah 45

tahun dan belum pernah menjadi anggota partai politik mana pun sebelumnya.

Artinya, PSI menginginkan anak-anak muda yang benar-benar baru di dalam dunia

politik. Hal ini tentu sangat kontras dengan politik di masa lalu. Orang-orang muda

66

Universitas Sumatera Utara


yang punya jiwa progresif membangun bangsa Indonesia. Argumen inilah yang

menjadi pertimbangan utama berdirinya Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di

kancah politik Indonesia yang baru mendaftar dan mencoba bertarung di Pemilu

2019.

Langkah-langkah strategis pun dilakukan PSI agar dapat menjadi partai

politik yang berhasil lolos dari verifikasi kementrian hukum dan HAM. Langkah-

langkah tersebut meliput pembenbentukan struktural yang ramping mulai dari

tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota hingga kecamatan. Strategi pemanfaatan

perkembangan teknologi seperti halnya teknologi informasi dan internet membawa

pengaruh besar terhadap demokrasi yang biasa dikenal elektronik demokrasi

dijadikan PSI sebagai sarana menyampaian informasi dan sosialisasi ide-ide

perjuangan dari PSI yang bertujuan untuk menciptakan differential advantage

dibanding dengan partai politik lain.

Anak muda yang benar-benar baru diberi kesempatan untuk berpolitik dan

berpartisipasi di tengah politik yang semakin lama semakin menua. Harapan ke

depan, masuknya anak-anak muda dalam kancah politik di Indonesia ini tentu tidak

hanya sebagai penggembira saja, tapi untuk memastikan politik didistribusikan ke

semua elemen masyarakat. Kepengurusan yang lengkap di seluruh wilayah

Indonesia hanyalah segelintir tantangan PSI dan tentu belum cukup untuk bertarung

dengan partai politik lain. PSI harus punya identitas dalam menghadapi pemilu.

Karena pemilih di Indonesia kini semakin cerdas dan semakin rasional.

Identitas merupakan hal yang sangat penting dalam memperkenalkan

sebuah partai politik ke masyarakat. Visi-misi, ideologi, dan program partai yang

67

Universitas Sumatera Utara


pro-rakyat menjadi sebuah keharusan di era reformasi ini demi memenangkan hati

masyarakat. Partai Solidaritas Indonesia yang didirikan pada 15 November 2015

lalu menawarkan trilogi perjuangan PSI, yaitu Menebar Kebajikan, Merawat

Keragaman, dan Mengukuhkan Solidaritas. Hal yang menjadi identitas PSI adalah

menjaga keragaman. “Tidak dapat dipungkiri, permasalahan yang paling utama

bangsa ini, di samping krisis ekonomi dan korupsi, adalah krisis keragaman.”

(Kutipan Pidato Ketua Umum PSI Grace Natalie, Kopdarnas, Jakarta, 16 November

2015).

Maka dari pada itu kehadiran PSI diharapkan dapat menjadi penbawa

keberadaban dan kualitas kehidupan politik. maksudnya adalah bahwa partai politik

dengan berbagai peran dan fungsinya diupayakan mampu meredam (bahkan

menyelesaikan) berbagai persoalan yang muncul dalam masyarakat modern seperti

saat ini. Dengan demikian maka keberadaban yang akan terbangun melalui partai

politik dapat terwujud ketika perbedaan pendapat yang berpotensi menimbulkan

konflik destruktif secara eskalatif dapat diselesaikan melalui cara-cara dialogis

yang konstruktif. Peranan PSI sebagai partai politi yang menawakan pembaharuan

dalam budaya politik Indonesia yang secara sederhana dapat diartikan sebagai

representation of idea, yaitu bertindak untuk mewakili kepentingan-kepentingan

warga, memberikan jalan kompromi bagi pendapat/tuntutan yang saling bersaing,

serta menyediakan sarana baik bagi suksesi kepemimpinan politik secara damai dan

legitimate.

68

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan

Kehadiran PSI dapat menjadi pembawa keberadaban dan kualitas

kehidupan politik. Artinya bahwa partai politik dengan berbagai peran dan

fungsinya diupayakan mampu meredam berbagai persoalan yang muncul dalam

masyarakat modern seperti saat ini. Dengan demikian maka keberadaban yang akan

terbangun melalui partai politik dapat terwujud ketika perbedaan pendapat yang

berpotensi menimbulkan konflik destruktif secara eskalatif dapat diselesaikan

melalui cara-cara dialogis yang konstruktif. Peranan PSI sebagai partai politik yang

menawakan pembaharuan dalam budaya politik Indonesia yang secara sederhana

dapat diartikan sebagai representation of idea, yaitu bertindak untuk mewakili

kepentingan-kepentingan rakyat, memberikan jalan kompromi bagi

pendapat/tuntutan yang saling bersaing, serta menyediakan sarana baik bagi suksesi

kepemimpinan politik secara damai dan legitimate.

Berdasarkan hasil uraian dalam skripsi ini, maka penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Bentuk budaya politik yang dilakukan oleh Partai Solidaritas Indonesia

yaitu budaya sosialisasi melalui Media Sosial, budaya sosialisasi komunikasi

melalui Tatap Muka (face to face), dan tepat sasaran. Budaya sosialisasi

melalui media sosial yakni dengan cara menggunakan bahasa yang santai dan

gaul, menggunakan hashtag dalam sosial media, menggunakan sapaan Bro

dan Sis, dan membuat konten yang unik dan menarik. Budaya sosialisasi

69

Universitas Sumatera Utara


melalui Tatap Muka (face to face) yang dilakukan oleh Partai Solidaritas

Indonesia dengan mengadakan acara-acara rutin. Acara tersebut

menggunakan istilah-istilah anak muda seperti “Ngobrol Penuh Inspirasi”

(Ngopi), yaitu “Kopi Darat Nasional” (Kopdarnas), “Kopi Darat Wilayah”

(Kopdarwil). Budaya sosialisasi yang terakhir ialah tepat sasaran. Ditinjau

dari keberhasilan lolos verifikasi faktual maka strategi sosialisasi Partai

Solidaritas Indonesia memiliki korelasi yang nyata dan berhasil menarik

minat kaum muda untuk bergabung menjadi anggota Partai Solidaritas

Indonesia serta dapat memenuhi syarat jumlah keanggotaan yang telah

ditetapkan sesuai dengan tingkat kepengurusan dalam verifikasi faktual yang

tercantum pada Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 6 Tahun 2018

tentang Pendaftaran, Verifikasi, dan Penetapan Partai Politik Peserta

Pemilihan Umum.

2. Penulis juga menyimpulkan bahwa budaya politik yang dibawa oleh Partai

Solidaritas yang digawangi oleh Generasi Milenial ini dapat menggeserkan budaya-

budaya partai lama yang cenderung berorientasi pada kekuasaan menjadi lebih

mementing kualitas elit partai dan berorientasi pada kepentingan negara dan

masyarakat Indonesia. PSI juga mampu melahirkan keberanian dari anak-anak

muda Indonesia untuk lebih mengawasi dan mengikuti proses-proses politik yang

terjadi di seluruh daerah Indonesia.

70

Universitas Sumatera Utara


4.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka beberapa saran yang perlu

mendapatkan perhatian untuk dilakukan perubahan dalam membentuk budaya

politik dengan sosialisasi Partai Solidaritas Indonesia kepada kaum muda Indonesia

yaitu sebagai berikut :

1. Budaya sosialisasi politik yang dilakukan akan lebih baik apabila selalu

melalui pendekatan yang tepat sesuai dengan setiap unsur yang terdapat

dalam masyarakat dan juga sesuai dengan prosedur yang seharusnya sehingga

sosialisasi dan pemahaman mengenai dunia politik kepada kaum muda

Indonesia lebih merata dan mampu menyentuh kepada semua kalangan tidak

hanya di perkotaan tetapi juga sampai di pedesaan.

2. Sosialisiasi politik yang dilakukan oleh PSI sebaiknya dibuat dengan cara

lebih kreatif lagi agar pemilih (anak muda) tertarik dan berempati dalam

berpolitik.

3. Survei dan penelitian untuk selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih

lanjut tentang perbandingan pola strategi sosialisasi politik untuk mengetahui

faktor lain dalam menarik minat kaum muda Indonesia.

71

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Afan Gaffar. 1999. Politik Indonesia Menuju Transisi Demokrasi. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.
Alfian dan Nazaruddin Sjamsuddin. 1991. Profil Budaya Politik Indonesia. Jakarta:
Pustaka Utama.
A.Rahman, H.I. 2007. Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Media.
Ali, novel. 1999. Peradaban komunikasi politik. Bandung: Remaja rosdakarya.
Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Gender Tematik: Profil Generasi Millenial
Indonesia. Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak.
Bambang Prasetyo dkk,. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Cangara, Hafid. 2009. Komunikasi Politik.Jakarta: Rajawali Press.
Dan nimmo, 1989. Komunikasi politik, khalayak dan efek. Bandung: Remaja karya.
Firmanzah. 2007. Marketing Politik.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Haryanto, drs. 1984. Partai Politik Suatu Tinjauan Umum. Liberty, Yogyakarta.
Irawan, Prastya.1999. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: Setiawan Pers
Labolo, Dr.Muhadam dan Teguh Ilham, S.Sip. 2015. Partai Politik
dan Sistem Pemilihan Umum di Indonesia. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Mohammad, Natsir. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Miriam Budiarjo. 1998. Dasar-Dasar Ilmu politik. Jakarta: Gramedia.
Michael Rush dan Phillip Althoff. Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: Rajawali
Press.

Marijan, Kacung. 2010. Sistem Politik Indonesia–Konsolidasi Demokrasi Pasca -


OrdeBaru. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Riswandha Imawan. 1997. Membedah Politik Orde Baru Catatan Dari Kaki Merapi,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Ramlan Surbakti. 1992. Memahami Ilmu Politik, Grasindo, Jakarta.
Sigit Pamungkas. 2011. Partai politik Teori dan Praktik di Indonesia. Yogyakarta;
Institute of Democracy and Welfarism (IDW).
Simon, Roger. 2004. Gagasan-Gagasan Politik Gramsci, Pustaka Pelajar.

72

Universitas Sumatera Utara


Susanto. 1992. Penghantar Sosialisasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Thoha, Miftah. 2010. Perilaku organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
Rajawali Pers.

Sumber Hukum :
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pendaftaran, Verifikasi, dan
Penetapan Partai Politik Peserta Pemilihan Umum
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan
Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD

73

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

Transkrip Wawancara

Narasumber : Fuad Ginting (Ketua DPW PSI Sumut)

Tempat : Memo Cafe Medan

Tanggal : 15 Oktober 2019

Jam : 19.30 WIB

Daftar Pertanyaan:

1. Apakah ideologi dari Partai Solidaritas Indonesia?

Jawaban: “Ideologi partai yang sesuai dengan peraturan juga yaitu

Pancasila sebagai dasarnya dan memiliki 3 landasan yaitu keberagaman,

kebaikan, dan solidaritas”.

2. Bagaimana cara partai menyampaikan ideologi tersebut kepada masyarakat

Indonesia?

Jawaban: “cara menyampaikan nya ya seperti biasa juga dengan terjun

langsung ke masyarakat dan menugaskan seluruh kader untuk

menyampaikannya baik itu secara face to face biasanya di warung kopi

sewaktu lagi ngopi dengan anak-anak muda sekitar atau melalui media

sosial”.

3. Apa alasan atau landasan yang menjadikan PSI sebagai sebuah partai yang

disebut sebagai partai millenial?

74

Universitas Sumatera Utara


Jawaban: “yaa karena dari mulai recruitmen pengurus sampai saat ini juga

harus berusia di bawah 45 tahun, dan juga PSI sebagai partai baru yang

memperjuangkan tujuannya dengan anak muda sebagai motornya”.

4. Bagaimana strategi PSI dalam mempengaruhi ataupun merebut hati

masyarakat khususnya di kalangan generasi millenial itu sendiri?

Jawaban: “Banyak pendekatan dan cara yang dilakukan PSI untuk

mendekatkan melalui isu-isu yang dibawa yaitu isu yang mengenai anak-

anak muda, salah satu contohnya itu dengan memperjuangkan usia muda

bisa ikut dalam kontestasi pemilihan kepala daerah secara nasional”.

5. Bagaimana konsep budaya politik yang dilakukan PSI dalam

menerapkannya di kalangan masyarakat millenial khususnya di Kota

Medan?

Jawaban: “PSI sebagai partai baru datang dengan membawa budaya yang

baru juga, seperti bahwa kebanyakan partai pengurusnya merupakan

mantan pejabat bahkan anak pejabat berbeda dengan pengurus PSI itu

tidak ada yang anak pejabat secara lain bisa disebut bahwa PSI merupakan

partai Anti Feodal. PSI lebih mengutamakan prestasi dan kualitas dari

kader untuk menjadi pengurus sampai pada proses penyeleksian para calon

legislatif untuk ikut pemilu melalui PSI itu secara terbuka di depan panelis

yang independen seperti dari dosen, NGO, dan para pakar politik. Dan

yang paling utama ialah tidak adanya budaya negoisasi atau harus bayar

untuk ikut dalam pemilu atau budaya tanpa mahar namun harus lolos

seleksi bertahap yang dilakukan PSI. PSI juga selalu mengedepankan

budaya Anti Intoleransi dan Anti Korupsi”.

75

Universitas Sumatera Utara


6. Apa peran dari PSI untuk meningkatkan partisipasi politik di Indonesia

khususnya di Medan khususnya di kalangan millenial?

Jawaban: “PSI hadir untuk meningkatlan partisipasi politik di indonesia

dengan menjadi wadah bagi anak-anak muda siapa saja yang ingin ikut dan

mengetahui proses politik yang terjadi di Indonesia”.

7. Dari awal pembentukan PSI hingga sampai pada saat pemilu dan saat ini

PSI tetap konsisten dengan konsep partai millenial sebagaimana halnya

bahwa menurut data Kementrian Dalam Negeri, terdapat 40% pemilih di

Indonesia berisikan oleh kaum muda yang berumur 17-35 tahun yang

dijadikan target oleh PSI, apa yang dilakukan oleh PSI untuk mendapatkan

suara tersebut? Kemudian seperti yang diketahui bahwa PSI hanya

mendapatkan suara kurang dari 4% untuk berada di kursi parlemen, apa

yang menjadi penyebab hal tersebut terjadi?

Jawaban:”iyaa, saya rasa penyebab kurangnya suara PSI untuk mencapai

4% itu dikarenakan kurangnya waktu yang cukup untuk mengenalkan PSI

kepada seluruh masyarakat Indonesia khususnya di desa-desa, kemudian

isu-isu kontroversi yang dibawa oleh PSI dijadikan kampanye negatif oleh

partai lain yang menjatuhkan PSI. Hal-hal tersebut yang membuat PSI tidak

memiliki suara yang cukup secara Nasional. Namun untuk berada di kursi

DPRD PSI cukup memuaskan sebagai partai yang baru memiliki kader

yang lolos di beberapa kota besar seperti di Jakarta yang mampu

meloloskan 8 orang untuk duduk di DPRD nya”.

8. Apa yang membedakan Budaya dari PSI dengan partai politik yang lainnya

di Indonesia?

76

Universitas Sumatera Utara


Jawaban: “Seperti yang saya katakan tadi bahwa PSI dibentuk

berdasarkan aspirasi dari para kaum-kaum muda yang merasakan

keresahan terhadap elit-elit politik dengan partainya yang sangat lekat

dengan gaya feodal nya dan budaya kepartaiannya tidak berpihak kepada

kaum muda di Indonesia.”

9. Bagaimana cara PSI dalam memberikan pendidikan politik bagi masyarakat

Indonesia?

Jawaban: “Cara PSI seperti yang sudah dilakukan sejak berdirinya partai

ini yaitu yang utama dengan memanfaatkan teknologi yang berkembang

saat ini dengan adanya media sosial yang hampir seluruh masyarakat

khususnya kaum muda Indonesia menggunakannya dan tidak lupa juga

dengan cara face to face dengan membuat diskusi-diskusi baik di warung-

warung kopi yang banyak di tongkrongi oleh anak muda.”

10. Apa yang menjadi target PSI kedepannya untuk mencapai eksistensi partai

yang lebih baik dan dikenal oleh masyarakat Indonesia?

Jawaban: “PSI akan bekerja lebih giat lagi dengan meningkatkan kualitas

anggota partai dan para anggota legislatif di daerah-daerah dari Partai

ini, kemudian kembali mengenalkan partai PSI kepada seluruh masyarakat

hingga terjun langsung ke pelosok-pelosok daerah di Indonesia dan lebih

aktif lagi memberikan pendidikan politik melalui media sosial yang ada.”

77

Universitas Sumatera Utara


Transkrip Wawancara

Narasumber : M. Fahri Riza (Ketua DPD PSI Kota Medan)

Tempat : Kantor DPW PSI Medan

Tanggal : 7 November 2019

Jam : 16.00 WIB

Daftar Pertanyaan:

1. Apa alasan atau landasan yang menjadikan PSI sebagai sebuah partai

yang disebut sebagai partai millenial?

Jawaban: “Landasan mengapa PSI itu partai millenial itu di lihat dari

struktur keanggotaan partai itu mereka yang memiliki umur tidak lebih

dari 40 tahun, kemudian membuka cara berpikir anak-anak muda tentang

politik bahwa politik itu merupakan suatu hal yang positif yakni lebih

mendekatkan diri kepada anak muda dan ini juga yang saya lakukan setiap

saya bertemu dengan masyarakat kaum millenial khususnya.”

2. Bagaimana strategi PSI Kota Medan khususnya dalam merebut hati

kalagan masyarakat generasi millenial?

Jawaban: “Strategi yang kami gunakan itu sesuai dengan arahan dari

pusat dengan apa yang dilakukan oleh pusat maka hal itu juga yang

dilakukan didaerah dan di kota Medan ini juga seperti sosialisasi yang

secara langsung kepada masyarakat untuk mengenalkan PSI itu sebagai

partai yang baru dan diisi oleh anak muda dengan menyampaikan visi misi

78

Universitas Sumatera Utara


partai, kemudian menggunakan media sosial juga disaat ada momentum

yang layak untuk di share.”

3. Bagaimana konsep budaya politik yang dilakukan PSI dalam

menerapkannya di kalangan masyarakat millenial di kota Medan?

Jawaban: “Budaya politik yang kami bawa itu adalah budaya yang

membantah budaya politik tradisional yang masih kurang melek akan

politik, budaya yang membantah adanya dinasti politik dimana

kebanyakan keanggotaan partai itu diisi oleh orang-orang yang pernah

dan bahkan anak dari tokoh-tokoh politik nah, PSI sendiri sangat

menghindari hal tersebut dengan keanggotaan khususnya kepengurusan

partai diisi oleh orang-orang yang baru terjun ke politik dan merupakan

berada di kalangan generasi millenial. Budaya yang terbangun juga ialah

budaya berani dari anak muda dengan menghindari yang namanya money

politik, dapat dilihat dari orang-orang yang ingin mendaftarkan diri

sebagai calon legislatif itu tidak ada pungutan biaya melainkan harus

melalui proses tahap penyeleksian administrasi, wawancara yang

dilakukan oleh pengurus partai, tokoh masyarakat dan akademisi, serta

harus bisa sosialisasi kepada masyarakat dan yang terpenting ialah

memiliki umur dibawah 45 tahun. Ada juga dimana biasanya banyak

partai itu melakukan musyawarah partai dengan sebutan Musda atau

semacamnya tetapi PSI mengambil istilah Kopi Darat yang sesekali

dilakukan di Warung Kopi untuk lebih mendekatkan diri pada kalangan

anak muda.”

79

Universitas Sumatera Utara


4. Apa dampak yang timbul dari masyarakat kota Medan dengan hadirnya

PSI dengan membawa konsep dan budaya partai?

Jawaban: “Dapat dilihat dari suara yang diperoleh PSI Kota Medan

sebagai sebuah partai baru mendapatkan 2 kursi di DPRD Kota Medan

bahwa PSI mulai dikenal oleh masyarakat Medan dengan percaya

dengan Visi dan Misi dari PSI.”

5. Budaya yang dibawa oleh PSI apakah diterima dengan baik oleh

masyarakat Medan khususnya bagi kalangan Generasi Milenial?

Jawaban: “Saya rasa sangat diterima baik ya, karena dapat dilihat dari

respon kalangan muda melalui media sosial yang memberikan tanggapan

yang positif dan mendukung PSI sebagai partai yang baru dan diisi oleh

anggota yang memiliki kategori umur Generasi Milenial.”

6. Apa yang menjadi pembanding PSI Kota Medan dengan Partai lainnya

yang ada di Kota Medan?

Jawaban: “Perbedaannya cukup signifikan ya dikarenakan para anggota

partai PSI sendiri didominasi oleh kalangan muda yang juga para calon

legislatif yang terdiri dari orang-orang yang belum pernah berada di

kursi pemerintahan demi membawa era baru di dalam ruang Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan.”

7. Bagaimana dengan perolehan suara yang di dapat PSI Kota Medan dalam

Pemilu 2019?

Jawaban: “Iya PSI cukup memiliki banyak pengaruh di Kota Medan

karena secara keseluruhan PSI meraih sebanyak 45.000 suara yang

membuat PSI memiliki 2 wakilnya untuk mengisi kursi DPRD Kota

80

Universitas Sumatera Utara


Medan yang menyamai partai yang lebih dahulu ada yaitu Hanura dan

berada lebih baik dari partai lainnya seperti partai PPP yang hanya

mendapat 1 kursi.”

8. Bagaimana dengan peran PSI yang telah mendapatkan suara yang

mengirimkan wakilnya di DPRD?

Jawaban: “PSI akan bersama rakyat mengawal pembangunan yang ada

di Medan agar berjalan sesuai aturan dan akan meminta masyarakat

Kota Medan khususnya kaum muda untuk menjaga keamanan dan

kenyamanan di Kota Medan.”

9. Apa target PSI Kota Medan untuk kedepannya?

Jawaban: “Target PSI Kota Medan untuk kedepannya itu ialah tetap

menjaga budaya yang dibawa oleh PSI dan tujuan dari Partai ini agar

tetap konsisten dengan cita-cita PSI demi Indonesia dan Kota Medan

yang memiliki Generasi Muda yang maju dan berkualitas.”

81

Universitas Sumatera Utara


Transkrip Wawancara

Narasumber : Ian Pasaribu, S.I.P., M.Si (Dosen Milenial)

Umur : 29 Tahun

Tempat : Medan

Tanggal : 9 Desember 2019

Jam : 19.00 WIB

Daftar Pertanyaan:

1. Apakah yang dimaksud dengan Generasi Milenial itu menurut abang

Ian?

Jawaban: “Generasi Milenial itu menurut teori Howe & Strauss

adalah generasi yang lahir dikisaran tahun 1981-1994 dimana

generasi inilah yang saat ini berada dalam usia yang produktif dan

diharapkan akan menguasai masa depan.”

2. Bagaimana menurut Abang kondisi Generasi Milenial di Indonesia

khususnya di Kota Medan saat ini?

Jawaban: “Generasi Milenial itu tumbuh dan berkembang didaerah

perkotaan seperti Kota Medan, hal ini dikarenakan oleh teknologi

yang hanya bisa dinikmati di kota-kota besar di Indonesia. Generasi

ini tidak bisa lepas dari arus informasi yang terbuka dan bebas

dimana dalam ruang inilah generasi milenial bisa berkembang.”

3. Bagaimana pengaruh Generasi Milenial saat ini dalam kacamata

politik khususnya di Kota Medan?

82

Universitas Sumatera Utara


Jawaban: “Generasi Milenial di Kota Medan sudah mulai

berkembang dikarenakan media sosial kini telah dihiasi oleh berita-

berita politik hal inilah yang membuat generasi ini mulai tertarik di

bidang politik.”

4. Apa pendapat Abang dengan hadirnya Partai Solidaritas Indonesia

yang melambangkan partainya sebagai sebuah partainya Generasi

Milenial?

Jawaban: “Kehadiran partai PSI adalah wujud nyata dari

perkembangan dunia digitalisasi di Indonesia, yang mana partai

PSI mengandalkan anak muda untuk berperan aktif dalam politik.”

5. Apakah Abang mengetahui budaya politik dari PSI?

Jawaban: “Iya yang saya ketahui bahwa PSI membawa budaya

politik yang lebih melekat pada kaum muda saat ini khususnya di

kalangan Generasi Milenial.”

6. Apakah Abang mengetahui bagaimana cara PSI dalam

menyampaikan visi misi dan kampanye partainya kepada

masyarakat?

Jawaban: “Sepengetahuan saya PSI dalam menyampaikan visi

misinya itu dengan cara memanfaatkan media sosial yang saat ini

sering digunakan oleh masyarakat Indonesia khususnya anak-anak

muda dan juga lebih flexible dengan terjun langsung berdiskusi

secara face to face di tempat-tempat yang sering dijadikan

tongkrongan oleh anak-anak muda seperti Warung Kopi dan

lainnya.”

83

Universitas Sumatera Utara


7. Bagaimana menurut Abang pengaruh dari Partai Solidaritas

Indonesia dalam peningkatan partisipasi dan pengetahuan politik

dari masyarakat di Indonesia khususnya di Kota Medan?

Jawaban: “Saya rasa sangat baik ya, karena dengan hadirnya PSI

yang digawangi oleh kaum muda ini membawa perubahan yang

menjadikan masyarakat Indonesia khususnya pada kelompok

Generasi Milenial lebih berpartisipasi dalam politik dan semakin

banyak orang-orang yang tadinya anti akan politik menjadi lebih

tertarik untuk mengetahui proses-proses politik yang terjadi di

Indonesia khususnya di kota-kota besar seperti di Kota Medan ini.”

8. Bagaimana Abang menilai Budaya Politik yang dibawa oleh PSI

untuk Indonesia khususnya untuk masyarakat Kota Medan?

Jawaban: “Iya seperti yang saya sampaikan tadi bahwa dengan

hadirnya PSI yang membawa budaya politik yang lebih fresh dan

melekat dengan anak muda di Kota Medan sehingga masyarakatnya

menjadi lebih memiliki keingintahuan yang besar akan politik

dengan memanfaatkan Media Sosial seperti Instagram, Twitter,

Facebook dan Youtube untuk menyampaikan sosialisasi politiknya

yang jelas memiliki target pada Generasi Milenial khususnya.”

9. Bagaimana pengaruh yang dibawa oleh PSI untuk membentuk

budaya politik untuk diri Abang sendiri?

Jawaban: “Iya tentu saya sebagai Dosen yang juga memiliki usia

masih dikategorikan berada di kalangan Generasi Milenial sangat

mengapresiasi budaya-budaya sosialisasi dari PSI dengan baik dan

84

Universitas Sumatera Utara


membuat saya juga lebih berani untuk menyampaikan ide dan

gagasan saya tentang perpolitikan di Indonesia saat ini.”

10. Apa harapan Abang untuk Partai Solidaritas Indonesia dalam

memajukan pengetahuan dan partisipasi politik masyarakat

Indonesia khususnya di Kota Medan?

Jawaban: “Saya berharap bahwa PSI tetap konsisten dengan

ideologi partainya yang membawa pembaharuan untuk sebuah

partai politik di Indonesia dan terus berani memberikan gagasan

yang berkompeten untuk mendukung anak-anak muda saat ini yang

akan memimpin Indonesia nantinya.”

85

Universitas Sumatera Utara


Transkrip Wawancara

Narasumber : Raja Simanjuntak (Anak Muda Kota Medan)

Umur : 22 Tahun

Tempat : Medan

Tanggal : 10 Desember 2019

Jam : 16.00 WIB

Daftar Pertanyaan

1. Apakah anda mengetahui tentang Generasi milenial?

Jawaban: “Iya saya tahu, bahwa Generasi Milenial itu merupakan

sekelompok orang yang lahir diantara tahun 1980an-2000 yang juga

merupakan berada di kategori umur 20 hingga 40 Tahun saat ini.”

2. Bagaimana anda menilai/melihat perilaku Generasi Milenial saat ini

khususnya dalam pandangan politik di Indonesia?

Jawaban: “Generasi Milenial saat ini menurut penilaian saya memiliki

euforia yang meningkat dalam hal berpolitik dikarenakan banyak nya yang

saya ketahui dalam pencalonan legislatif dalam pemilu kemarin yang

mencoba dan ikut sebagai calon legislatif.”

86

Universitas Sumatera Utara


3. Apakah anda mengetahui ada partai politik di Indonesia yang memiliki

keanggotaan partai yang diisi oleh para Generasi Milenial yaitu Partai

Solidaritas Indonesia?

Jawaban: “iya saya tahu, tapi di satu sisi saya tidak mengetahui detail

tentang keanggotaan partainya yang hanya saya tahu ialah kepengurusan

partainya memang masih muda.”

4. Bagaimana anda menilai/melihat peranan PSI untuk Generasi Milenial di

Indonesia khususnya di Kota Medan?

Jawaban: “Saya rasa PSI cukup memumpuni untuk merangkul Generasi

Milenial namun yang saya selalu pertanyakan kenapa ada anggota

legislatif yang masih dikategorikan Generasi Milenial tidak berasal dari

PSI.”

5. Apakah anda tahu bagaimana cara PSI dalam menyampaikan visi misi dan

kampanyenya?

Jawaban: “Iya yang saya tahu memang mereka selalu menggunakan Media

Sosial yang sangat memanfaat teknologi yang berkaitan dengan anak muda

dan jarang menggunakan cara-cara tradisional seperti penyebaran

spanduk yang mungkin biasa dipakai oleh partai-partai lainnya.”

6. Apakah PSI memiliki pengaruh dalam membentuk budaya dan pengetahuan

akan politik anda?

Jawaban: “Yaa saya rasa cukup memiliki pengaruh ya karena gerakan-

gerakan mereka membuat saya juga mempunyai hasrat atau keingintahuan

tentang proses-proses politik dan memotivasi saya selagi masih muda untuk

berpolitik."

87

Universitas Sumatera Utara


7. Apa harapan anda untuk Partai PSI sebagai partai politik di Indonesia?

Jawaban: “Saya berharap PSI mampu menjaga kestabilan pemerintah dan

semakin lebih meningkatkan pengetahuan politik untuk masyarakat

Indonesia khususnya di Kota Medan ini dan lebih memudakan pemerintah.”

88

Universitas Sumatera Utara


Transkrip Wawancara

Narasumber : Leonard Varera Tampubolon (Tokoh Milenial)

Umur : 29 Tahun

Tempat : Medan

Tanggal : 10 Desember 2019

Jam : 19.00 WIB

Daftar Pertanyaan

1. Apakah yang anda ketahui tentang Generasi Milenial?

Jawaban: “Generasi Milenial yang saya ketahui ialah generasi

yang saat ini mungkin masih dikategorikan berumur 20 sampai

dengan 45 Tahun yang saat ini juga merupakan orang-orang yang

lebih produktif dalam peningkatan kualitas manusia di dunia.”

2. Bagaimana menurut pandangan anda tentang Generasi Milenial saat

ini di Indonesia khususnya di Kota Medan?

Jawaban: “Saat ini Generasi Milenial ini sangat lekat dengan yang

namanya teknologi yang aktif menggunakan media sosial dalam

memberi dan mendapatkan informasi.”

89

Universitas Sumatera Utara


3. Bagaimana pandangan anda melihat Generasi Milenial dari sudut

pandang politik saat ini?

Jawaban: “Khusus dalam bidang politik saat ini masyarakat

Indonesia didominasi oleh kalangan Generasi Milenial dalam

proses-proses politik yang terjadi dan sangat mengharapkan

kemajuan negara pada mereka. Namun kebanyakan generasi ini

malah lebih menghindari yang namanya politik sehingga ini dapat

menghambat pembaharuan politik yang ada di Indonesia.”

4. Apakah anda mengetahui ada partai politik di Indonesia yang

memiliki keanggotaan partai yang diisi oleh para Generasi Milenial

yaitu Partai Solidaritas Indonesia?

Jawaban: “Ya saya tahu bahwa PSI ini hadir dengan digawangi

oleh anak-anak muda yang mungkin dikategorikan sebagai

Generasi Milenial.”

5. Apakah anda tahu bagaimana cara PSI dalam menyampaikan visi

misi dan kampanyenya?

Jawaban: “Yang saya tahu ya PSI dalam bersosialisi itu memakai

cara-cara yang diusahakan lebih mengena dengan kalangan anak

muda di Indonesia dengan memanfaatkan media sosial seperti

Instagram, Youtube dan lain-lainya yang sering diakses oleh anak

muda bahkan orang tua. Setahu saya juga mereka sering

bersosialisai hingga ke warung-warung kopi yang biasa ditempati

oleh komunitas-komunitas anak muda di Indonesia.

90

Universitas Sumatera Utara


6. Apakah PSI memiliki pengaruh dalam membentuk budaya dan

pengetahuan akan politik anda?

Jawaban: “Partai PSI ini dalam mempengaruhi masyarakat

khususnya anak muda cukup signifikan dikarenakan banyak anak

muda yang menjadi lebih memiliki keinginan dan keberanian untuk

ikut dalam berpolitik dan mendapatkan informasi tentang

perpolitikan di Indonesia apalagi di Kota Medan ini yang termasuk

sebuah kota yang besar yang saya tahu dalam Pemilu kemarin

banyak anak-anak muda yang dikategorikan Generasi Milenial

berani ikut dalam kontestasi politik hal itu juga mempengaruhi saya

tidak menutup kemungkinan juga akan lebih berani mengkritik

bahkan ikut dalam proses politik di Kota Medan.”

7. Apa harapan anda untuk Partai PSI sebagai partai politik di

Indonesia untuk Generasi Milenial?

Jawaban: “Semoga Partai Solidaritas Indonesia ini lebih

mementingkan kepentingan masyarakat luas terutama untuk

mengejar ketertinggalan pengetahuan masyarakat akan politik dan

mendorong anak muda untuk berani mengawasi proses-proses

politik yang terjadi di Indonesia dan Kota Medan kita tercinta ini.”

91

Universitas Sumatera Utara


92

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai