Anda di halaman 1dari 129

PERAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

(DPRD) PEREMPUAN PERIODE TAHUN 2019-2024


DITINJAU DARI ASPEK LEGISLASI
(Studi di DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat)

SKRIPSI

Oleh :

JULIHA
NPM 161210089

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN POLITIK (STISIPOL)


DHARMA WACANA METRO
2020
ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Peran Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Perempuan


Periode Tahun 2019-2024 Ditinjau dari Aspek Legislasi
(Studi di DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat)

Nama : Juliha
NPM : 161210089
Jurusan : Ilmu Administrasi
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyetujui
Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Sudarman Mersa, S. Sos., M. IP Yuditya Wardhana, S. A. N., M. Si

Mengetahui
Ketua Jurusan

Yuditya Wardhana, S. A. N., M. Si


iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Dipertahankan didepan Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi


Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik (STISIPOL) Dharma Wacana Metro

Pada Hari : Senin


Tanggal : 26 Oktober 2020
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Ruang Ujian
STISIPOL Dharma Wacana Metro

I. Tim penguji
Penguji Utama : Wahyu Widodo, SE., MM (.............................)

Ketua Penguji : Sudarman Mersa, S. Sos., M. IP (.............................)

Anggota Penguji : Yuditya Wardhana, S.A.N.,M.Si (..............................)

II. Ketua STISIPOL Dharma Wacana Metro

Sudarman Mersa, S. Sos., M. IP


iv

MOTTO

“Karena sesungguhnya sesudah keesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya


sesudah keesulitan itu ada kemudahan.”
(Q.S Al Insyirah ayat 5-6)

“Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar,

Maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan.”

( Imam Syafi’i )

Ingatlah!!
“Ada seseorang yang rela mengorbankan hidupnya demi hidupmu.
Dan doanya tak pernah terputus demi masa depanmu.”
v

PERSEMBAHAN

Ku Persembahkan Karya Ini Kepada :

1. Ayahanda Ibrahim Umar dan Emak Sulna sebagai tanda bakti, hormat dan
cintaku. Terimakasih atas do’a dan restu yang telah diberikan. Semoga
karya ini dapat membuat bangga dan memberikan kebahagiaan atas segala
jerih payah yang telah dikerjakan.
2. Kakak dan adik-adikku tersayang, Aprina Santi, Ina Gustina, Rispita, Rini
Rustini, Ahmad Rizki Wiranto yang sudah banyak membantu dan
memberikan semangat kepada penulis.
3. Rekan-rekan mahasiswa STISIPOL Dharma Wacana Metro, terimakasih
atas dukungan dan semangat kepada penulis.
4. Almamater kebanggaan STISIPOL Dharrma Wacana Metro.
vi

RIWAYAT HIDUP

JULIHA, Lahir di Tiyuh Penumangan pada tanggal 26 Juli 1997. Penulis

merupakan anak ke lima dari enam bersaudara, putri dari pasangan Bapak Ibrahim

Umar dan Ibu Sulna. Masa Pendidikan penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri

02 Penumangan di tahun 2003 sampai tahun 2009 dan melanjutkan Pendidikan ke

SMP Bina Desa pada tahun 2009 dan lulus tahun 2012. Kemudian pada tahun

yang sama penulis melanjukan lagi pendidikannya ke SMAN 03 Tulang Bawang

Tengah, lulus dan berijazah pada tahun 2015. Selama menjadi siswi di SMAN 03

penulis sempat menjadi ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) selama dua

periode yaitu tahun 2012 sampai 2014. Penulis mendaftarkan diri sebagai

mahasiswa pada Jurusan Ilmu Administras, Program Studi Ilmu Administrasi

Negara di Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik (STISIPOL) Dharma Wacana

Metro terhitung sejak tahun 2016.


vii

ABSTRAK

PERAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


(DPRD) PEREMPUAN PERIODE TAHUN 2019-2024
DITINJAU DARI ASPEK LEGISLASI
(Studi di DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat)

Oleh:
JULIHA
161210089

Fungsi utama DPRD sebagai badan legislasi adalah merupakan mitra kerja
Pemerintah Daerah dalam proses perumusan kebijakan daerah. Kebijakan daerah
tersebut dituangkan dalam penyusunan dan pembahasan Peraturan Daerah
Kabupaten. Penelitian ini dilakukan di DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat
dengan tujuan untuk mengetahui peran anggota DPRD perempuan periode tahun
2019-2024 ditinjau dari aspek legislasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah
metode kualitatif, dimaksudkan untuk menggali informasi lebih mendalam
melalui wawancara dengan informan yaitu anggota DPRD perempuan dan pihak-
pihak yang terkait.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Anggota DPRD Perempuan Kabupaten


Tulang Bawang Barat berperan aktif dalam menjalankan fungsi legislasi. Namun
anggota DPRD perempuan Kabupaten Tulang Bawang Barat masih belum
menggunakan hak inisiatifnya untuk mengajukan Raperda yang secata khusus
mengakomodasi kepentingan perempuan dikarenakan terkendala waktu jabatan
yang relatif masih singkat dan keterwakilan perempuan yang masih minim di
DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Kata Kunci: Peran, Perempuan DPRD Legislasi,


viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah memberikan berkah dan karunia-Nya, berupa kesehatan dan ilmu

pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang bejudul “Peran

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Perempuan Periode Tahun

2019-2024 Ditinjau dari Aspek Legislasi di DPRD Kabupaten Tulang Bawang

Barat. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

menyelesaikan pendidikan Sarjana Administrasi Publik di Sekolah Tinggi Ilmu

Sosial dan Politik (STISIPOL) Dharma Wacana Metro.

Penulis mengkucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah terlibat dalam penyusunan skripsi ini. Banyak masukan, motivasi dan

doa yang diberikan kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tuaku, Ayah dan Emak yang senantiasa berdoa dan berusaha

keras dalam segala keterbatasan untuk menjadikan penulis seorang anak yang

berahlak dan berpendidikan.

2. Bapak Sudarman Mersa, S. Sos., M. IP., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Dharma Wacana Metro sekaligus sebagai

Pembimbing I dalam penyusunan skripsi ini.


ix

3. Bapak Sutiyo S.Sos. M. IP, selaku Pembantu Ketua I Bidang Akademik

Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dharma Wacana Metro.

4. Bapak Sigit Setioko, SE., MM., selaku Pembantu Ketua II Bidang

Kepegawaian dan Keuangan Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dharma Wacana Metro.

5. Ibu Ari Gusnita, S.AN., M.Si., selaku Pembantu Ketua III Bidang

Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dharma

Wacana Metro.

6. Bapak Drs. Agus Budiharto, M.AP selaku Pembantu Ketua IV Bidang

Kerjasama Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dharma Wacana

Metro.

7. Bapak Yuditya Wardhana Edward, S.A.N., M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu

Administrasi Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dharma Wacana

Metro sekaligus Pembimbing II dalam penyusunan skripsi ini.

8. Bapak Drs. Joko Mulyono, M.AP., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu

Administrasi Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dharma Wacana

Metro.

9. Bapak Dr. Bambang Utoyo, M. Si selaku Pembimbing Akademik yang telah

membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Dharma Wacana Metro.

10. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Administrasi yang memberikan

segala ilmunya selama penulis menjalankan perkuliahan di Jurusan Ilmu

Administrasi.
x

11. Seluruh staf Akademik, Staf Kemahasiswaan yang telah banyak sekali

membantu dan mempermudah proses administrasi dari awal hingga akhir

perkuliahan.

12. Keluarga besarku Duka Aprina Santi, Unti Ina Gustina, Ohtun Rispita, Ane

Rini Rustini, Ahuya Ahmad Rizki Wiranto, Njung Juliyanto, Ohda Nazar,

Ahun Yantori, Mulya Aris, Ajeng Jessica, Ajow Rayhan, Sista Qiyara,

Anjeng Jeshanum serta Cici Zulaikha, terima kasih untuk segala cinta yang

tiada terbayar, segala semangat, kecerian dan kebersamaan yang kalian

ciptakan.

13. Keluarga Yayik Asnawi St. Puceng, keluarga Yayik Mat Umar terimakasih

banyak atas semua motivasi khusunya Pak Pangkal Supri Asnawi dan Ibu

Pangkal Namina dimana telah samagat membatu penulis dalam mengenyam

pendidikan.

14. Terimakasih penulis ucapkan untuk Sekretariat dan seluruh Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat (DPRD) Kabupaten Tulang Bawang Barat yang telah

membatu penulis salama menjalankan penelitian. Khususnya Ibu Rini Dia

Putri yang sangat membantu penulis serta Abang Aries Adiyasa terimakasih

untuk segala bantuan dan telah menjadi guru dan pendengar tebaik.

15. Sahabatku Milda, Rita Marzela yang tidak henti-hentinya memberikan

semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

16. Anak kosan 308 Nyui, Ewow, Ane yang senantisa saling menyemangati

dalam meraih gelar. Terimakasih juga kepada Mbo Kasih yang selama ini

telah menjadi ibu kosan terbaik.


xi

17. Temen-teman KKN dan Fieltrip Kak Ulir Rahman, Kak Cintiya, Kak Iwan,

Riyan, Dino, Noval, dan Rusini.

18. Teman-teman satu angkatan yang senantiasa memberikan saran dan

dukungan sehingga penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun

dari segi bahasa dikarenakan masih terbatasnya kemampuan, pengalaman dan

pengetahuan penulis. Saran dan masukan dari pemerhati semua sangat penulis

harapkan.

Akhir kata penulis berharap bahwa skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

penulis dan dapat memberikan sumbang kasih bagi pengembangan dunia ilmu

pengetahuan khususnya dibidang Ilmu Administrasi Negara.

Metro, 26 Oktober 2020


Penulis

JULIHA
NPM 161210089
xii

PERNYATAAN
ORISINALITAS SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya,

di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh

orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,

kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam

sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah Skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-

unsur PLAGIASI, saya bersedia Skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang

telah saya peroleh (Sarjana Administrasi Publik/S.A.P) dibatalkan, serta diproses

sesuai dengan peraturan perundang–undangan yang berlaku. (UU NO 20 Tahun

2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal 70)

Metro, 26 Oktober 2020

Mahasiswa

MATERAI

Rp. 6.000,-

Nama: JULIHA
NPM : 161210089
PS : Ilmu Administrasi Negara
xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii
HALAMAN MOTTO.................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. v
RIWAYAT HIDUP...................................................................................... vi
ABSTRAK.................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR.................................................................................. viii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI............................................ xii
DAFTAR ISI................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xvi
LAMPIRAN.................................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Teori Peran dan Kinerja..................................................................... 10
2.1.1 Pengertian Peran dan Kinerja................................................. 10
2.1.2 Jenis-Jenis Peran.................................................................... 14
2.1.3 Dimensi Peran........................................................................ 15
2.1.4 Fungsi Peran........................................................................... 16
2.2 Tinjauan Gender dan Feminisme....................................................... 17
2.2.1 Gender.................................................................................... 17
2.2.2 Feminisme.............................................................................. 19
2.3 Tinjauan Budaya Patriarki................................................................. 21
2.4 Tinjauan Representatif....................................................................... 23
2.5 Tinjauan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah..................................... 25
2.5.1 Pengertian Dewan Perwakilan Rakyat Daerah...................... 25
2.5.2 Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah............................ 25
2.6 Tinjauan Fungsi Legislasi.................................................................. 27
2.6.1 Pengertian Legislasi............................................................... 27
2.6.2 Aspirasi Masyarakat............................................................... 29
2.6.3 Tahapan Pembentukan Peraturan Daerah.............................. 31
2.7 Kerangka Pikir................................................................................... 32
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian................................................................................... 35
xiv

3.2 Fokus Penelitian................................................................................. 35


3.3 Lokasi Penelitian................................................................................ 36
3.4 Jenis Data........................................................................................... 37
3.5 Informan............................................................................................. 37
3.6 Teknik Pengumpulan Data................................................................. 40
3.7 Teknik Pengolahan Data.................................................................... 42
3.8 Teknik Analisis Data.......................................................................... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.............................................................................................................Sejarah
Pembentukan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat................... 49
4.2.............................................................................................................Gamba
ran Umum.......................................................................................... 50
4.2.1 Luas Wilayah dan Keadaan Wilayah................................... 50
4.2.2 Jumlah Penduduk................................................................. 51
4.2.3 Administrasi Pemerintahan.................................................. 51
4.3.............................................................................................................DPRD Kabupaten Tulang
............................................................................................................52
4.3.1 Penetapan Jumlah Kursi DPRD Kabupaten Tulang
Bawang Barat.......................................................................
52
4.3.2 Fraksi DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat..................
53
4.3.3 Alat Kelengkapan DPRD Kabupaten Tulang Bawang
Barat.....................................................................................
55
4.3.4 Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat...........
67
4.4............................................................................................................... Hasil Penelitian dan Pe
..............................................................................................................77
4.4.1 Hasil Penelitian.......................................................................
77
4.4.2 Pembahasan.............................................................................
88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 97
5.2 Saran.................................................................................................. 97

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv

DAFTAR TABEL

1. Daftar Anggota DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2019-


2024
..................................................................................................................
..................................................................................................................
5
2. Daftar Informan
..................................................................................................................
..................................................................................................................
39
3. Jumlah Infoman Dalam Penelitian
..................................................................................................................
..................................................................................................................
39
4. Jumlah Penduduk Kabupaten Tulang Bawang Barat
..................................................................................................................
..................................................................................................................
51
5. Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat
..................................................................................................................
..................................................................................................................
53
6. Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
..................................................................................................................
..................................................................................................................
53
7. Fraksi Partai Demokrat
..................................................................................................................
..................................................................................................................
54
8. Fraksi Partai Nasdem
..................................................................................................................
..................................................................................................................
54
xvi

9. Fraksi Partai Gerindra


..................................................................................................................
..................................................................................................................
54
10. Fraksi Partai Hanura Perindo
..................................................................................................................
..................................................................................................................
54
11. Fraksi Partai Amanat Kebangsaan
..................................................................................................................
..................................................................................................................
55
12. Pimpinan DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2019-2024
..................................................................................................................
..................................................................................................................
56
13. Komisi I DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat
..................................................................................................................
..................................................................................................................
56
14. Komisi II DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat
..................................................................................................................
..................................................................................................................
59
15. Komisi III DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat
..................................................................................................................
..................................................................................................................
60
16. Badan Anggaran DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat
..................................................................................................................
..................................................................................................................
61
17. Badan Anggaran DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat
..................................................................................................................
..................................................................................................................
63
18. Badan Legislasi Daerah DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat
xvii

..................................................................................................................
..................................................................................................................
65
19. Badan Kehormatan DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat
..................................................................................................................
..................................................................................................................
66
xviii

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pikir......................................................................................... 34
2. Peta Wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2020................. 52
xix

LAMPIRAN

1. Surat Keputusan Penunjukan Dosen Pembimbing


2. Surat Keputusan Seminar
3. Berita Acara Seminar
4. Surat Izin Penelitian Dharma Wacana Metro
5. Surat Izin Penelitian Kesbangpol
6. Surat Keterangan telah melakukan penelitian
7. Panduan Wawancara
8. Dokumentasi pada saat wawancara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Otonomi daerah memberikan kesempatan kepada setiap individu baik laki-laki

maupun perempuan sehingga dapat menempatkan dirinya pada posisi yang sama

dalam memberikan peran pada proses pemerintahan dan penyelenggaraan

pembangunan di daerah. Kamla Bashin (1993:3) mengungkapkan bahwa

“Perempuan dan politik merupakan hal yang sulit dibayangkan terutama di

negara-negara berkembang. Hal ini dikarenakan telah terbentuk manusia oleh

budaya patrilineal yang menjadikan peranan perempuan hanya dibatasi pada

urusan rumah tangga, sedangkan politik yang digambarkan dengan kekuasaan

selalu dikaitkan hanya terhadap laki-laki, perempuan dianggap tabu dan

kontroversial terhadap kekuasaan dan kepemimpinan, bahkan dijadikan objek

hujatan. Padahal secara teologis antara laki-laki dan perempuan diciptakan

sederajat dan semartabat.”

Budaya politik patriarki di Indonesia bukanlah sesuatu yang mudah untuk

dilawan. Budaya patriarki yang telah mengakar serta sistem politik yang

didominasi oleh laki-laki yang memiliki dampak negatif besar bagi upaya

perempuan mendapatkan hak dalam partisipasi politiknya. Hubungan patriarki

tidak hanya terjadi dalam lingkup kekerabatan saja, tetapi juga dalam semua aspek
kehidupan manusia seperti ekonomi, politik, sosial, keagamaan, bahkan

seksualitas. Akibatnya, kaum perempuan selalu berada di bawah kuasa kaum laki-

laki dalam pembuatan keputusan publik.

Kurangnya dukungan budaya dan stereotyfe masyarakat mengakibatkan regulasi

yang sudah ditetapkan tidak terlalu banyak mendorong jumlah keterwakilan

perempuan. Adanya stereotype bahwa perempuan hanya dibatasi dengan ruang

domestik dalam artian mereka hanya bekecimpung dalam urusan rumah tangga

dan tidak perlu bekiprah dalam dunia politik. Selain persepsi tersebut adanya

faktor lain seperti kurangnya sosialisi tentang pentingnya keterwakilan perempuan

dalam ranah politik. Perempuan dianggap penting dikarenakan pertama,

perempuan telah bekerja di banyak bidang namun tidak memiliki saluran politik.

Oleh karena itu, diperlukan keterlibatan perempuan dalam proses pengambilan

keputusan. Kedua, kebijakan-kebijakan negara memiliki dampak yang berbeda

antara warga negara perempuan dan warga negara laki-laki. Ketiga, kebijakan-

kebijakan yang berhubungan dengan perempuan tersebut seringkali dianggap

sudah pasti terpenuhi oleh para anggota parlemen laki-laki. Padahal di lain pihak,

kepentingan khusus perempuan tidak mendapatkan porsi yang cukup dalam

proses pengambilan kebijakan politik yang ada.

Dapat ditemukan juga dalam tulisan Plato dan Aristoteles (dalam Mosse 2007:

225) sudah sejak dahulu anggapan bahwa wanita itu irasional atau emosional

menjadikan alasan bagi kaum laki-laki beranggapan bahwa tidak mungkin


seorang perempuan untuk tampil dan berbuat. Kondisi ini tentunya menempatkan

perempuan pada suatu posisi dan kondisi yang kurang menguntungkan. Pada

akhirnya dikhawatirkan marginalisasi dan subordinasi kaum laki-laki terhadap

perempuan dalam suatu kelembagaan daerah masih terjadi.

Seiring perkembangan sudah mulai muncul bibit-bibit perempuan yang aktif di

dunia politik dan sudah ada sejumlah perempuan dari berbagai partai politik yang

mulai mengajukkan dan mencalonkan diri menjadi anggota legislatif. Walaupun

peran serta perempuan dalam kancah politik di daerah semakin meningkat, akan

tetapi perempuan yang mampu mewakili kaumnya sebagai perumus kebijakan di

kelembagaan daerah relatif terbatas.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 pasal 8 tentang Pemilihan

Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menyertakan sekurang-kurangnya 30% (tiga

puluh persen) keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai politik. Hal

tersebut bermaksud untuk memberikan kesempatan kepada perempuan di partai

politik agar dapat mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dan sebagai

keterwakilan perempuan.

Kemudian di dalam Undang-Undang No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia dalam penjelasannya pada pasal 46 juga kita dapat memperoleh


penjelasan mengenai keterwakilan perempuan. Keterwakilan perempuan diartikan

sebagai pemberian kesempatan dan kedudukan yang sama bagi perempuan untuk

melaksanakan peranannya dalam bidang Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif

menuju keadilan dan kesetaraan gender. Sudah dapat terihat dengan jelas

bahwasanya terdapat suatu kedudukan yang bersifat setara antara laki-laki dan

perempuan di ranah trias politica. Tuntutan pemenuhan keterwakilan perempuan

tidak semata-mata terkait kehadiran fisik wakil perempuan di lembaga legislatif

seperti DPRD, melainkan juga sejauh mana ide atau gagasan tentang kebijakan

publik.

Menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah menyatakan bahwa DPRD kabupaten/kota terdiri atas anggota

partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum.

Berdasarkan hasil Pemilu tahun 2019 diperoleh 30 kursi di DPRD Kabupaten

Tulang Bawang Barat yaitu PDIP 7 kursi, disusul Demokrat 6 kursi, Nasdem 5

kursi, Gerindra 4 kursi, Hanura 3 kursi, PAN 2 kursi, Perindo 2 kursi serta PKB 1

kursi.
Tabel 1. Daftar Anggota DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun
2019-2024
No Nama Jabatan Fraksi Ket
1 Ponco Nugroho,ST Ketua DPRD PDIP L
Wakil Ketua I
2 Busroni,SH DEMOKRAT L
DPRD
Wakil Ketua II
3 S.Joko Kuncoro,S.I.Kom NASDEM L
DPRD
4 Yantoni Ketua Komisi I GERINDRA L
5 Ahmad Ridwansyah Anggota Komisi I PERINDO L
6 Sadimin Anggota Komisi I NASDEM L
7 Eka Setiawati,S.Pd.I Anggota Komisi I DEMOKRAT P
8 Asep Pirwanto,SH Anggota Komisi I PAN L
9 M.Redi Setiawan Anggota Komisi I GERINDRA L
10 Nadirsyah Anggota Komisi I PDIP L
11 Sukardi K Anggota Komisi I PDIP L
12 Sudirwan,S.Sos Ketua Komisi II HANURA L
13 Sugito Anggota Komisi II PAN L
14 Muammil,S.Ag.,MM Anggota Komisi II DEMOKRAT L
15 Didik Subandrio Anggota Komisi II DEMOKRAT L
16 Roni Anggota Komisi II HANURA L
Gunawan
17 Anggota Komisi II NASDEM L
AgungKuncoro,SH
18 Arya Saputra Anggota Komisi II GERINDRA L
19 Arib Anggota Komisi II PDIP L
20 Rubiono Anggota Komisi II PDIP L
21 Paisol,SH Ketua Komisi III DEMOKRAT L
Dedi
22 Anggota Komisi III GERINDRA L
Robiyansyah,SH.,MM
23 Wawan Irawan,S.IP Anggota Komisi III NASDEM L
H.Raden
24 Anggota Komisi III DEMOKRAT L
Anwar,SE.,MM
25 H.Marzani,SE Anggota Komisi III HANURA L
26 Hairul Amin,A.Md.Kom Anggota Komisi III PERINDO L
27 Rusli Anggota Komisi III PAN L
28 Drs.Sobri,MM Anggota Komisi III NASDEM L
29 Kadarsyah Anggota Komisi III PDIP L
30 Ansory,SE Anggota Komisi III PDIP L
Sumber : Bagian Persidangan Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat 2019

Berdasarkan data pada tabel daftar anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) Kabupaten Tulang Bawang Barat terdapat 29 (dua puluh sembilan)


anggota DPRD laki-laki serta 1 (satu) anggota DPRD perempuan. Komposisi

seperti ini menunjukan bahwa keterwakilan perempuan di kelembagaan legislatif

relatif sangat kecil hanya sebesar 3,3% dari kuota legislatif yang ada. Akan tetapi

hak dan kedudukan perempuan sebagai anggota DPRD seharusnya tetap memiliki

porsi yang sama dengan kaum laki-laki. Melihat keterwakilan perempuan di

dalam legislatif yang dianggap sekedar memenuhi syarat administratif .

Sebagai badan legislatif DPRD mempunyai fungsi legislasi, anggaran (budgeting)

dan pengawasan (controling). Seyogyanya dalam pelaksanaan peran DPRD yang

merupakan kunci utama dalam pelaksanaan fungsi DPRD adalah fungsi legislasi.

Melalui fungsi ini DPRD mengaktualisasikan diri sebagai wakil rakyat, fungsi ini

dapat dilihat pada hak-hak yang dimiliki berupa hak mengajukan rancangan

Peraturan Daerah, hak mengadakan Perubahan Rancangan Peraturan Daerah, hak

menetapkan Peraturan Tata Tertib DPRD serta kebijakan Daerah lainnya. Adapun

Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tulang Bawang

Barat Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Tertib DPRD Kabupaten Tulang

Bawang Barat pasal 75 ayat 1 menyatakan bahwa Komisi-komisi dalam DPRD

terdiri dari :

a. Komisi I : Bidang Pemerintahan, Hukum dan Perundang-undangan

b. Komisi II :Bidang Pendidikan, Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat

c. Komisi III : Bidang Pembangunan dan Keuangan


Berdasarkan pada tabel daftar anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Kabupaten Tulang Bawang Barat di atas diketahui bahwa anggota DPRD

perempuan berada pada ranah Komisi I yang meliputi tentang hukum dan

perudang-undangan. Pada dasarnya komposis seperti ini dapat dijadikan DPRD

perempuan sebagai ujung tombak untuk menjalankan fungsi legislasi dalam

keterbatasan keterwakilan kaumnya. Kondisi ini tentunya harus menjadi sebuah

dorongan bagi anggota DPRD perempuan menempatkan diri dan memiliki peran

serta fungsi yang sama layaknya anggota DPRD laki-laki dalam perumusan

kebijakan. Pada konteks perumusan kebijakan daerah terutama menyangkut

perumusan Peraturan Daerah (Perda), diskriminasi gender seperti tidak

terakomodasinya kepentingan perempuan seringkali dilanggengkan oleh para

pembuat kebijakan. Selain keputusan-keputusan dibuat kurang berperspektif

gender, keterlibatan perempuan dalam bidang tersebutpun masih kurang.

Keberadaan kaum perempuan yang minoritas pada suatu lembaga pemerintahan

sering kali kalah dalam mengimplikasikan suaranya sebagai perumus kebijakan.

Adapun rencana penelitian ini ialah memfokuskan pada peran anggota DPRD

perempuan dalam menjalankan fungsi legislasinya terutama dalam proses

bagaimana penampungan aspirasi masyarakat itu dijadikan sebuah kebijakan yang

mana bisa berupa tindakan maupun peraturan. Oleh sebab itu, berdasarkan

permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti “Peran Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Perempuan Periode Tahun 2019-2024


Ditinjau dari Aspek Legislasi (Studi Kasus Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Tulang Bawang Barat)”.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat disimpulkan rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan Bagaimana Peran

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Perempuan Periode Tahun

2019-2024 Ditinjau dari Aspek Legislasi di DPRD Kabupaten Tulang Bawang

Barat?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini ialah

untuk mengetahui Bagaimana Peran Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) Perempuan Periode Tahun 2019-2024 Ditinjau dari Aspek Legislasi di

DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat .

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini terdapat dua manfaat penelitian, yakni:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan

serta bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.


1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi dan informasi

serta bahan masukan bagi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di

Kabupaten Tulang Bawang Barat dalam menjalankan proses legislasi dalam

membentuk peraturan daerah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Peran dan Kinerja


2.1.1 Pengertian Peran dan Kinerja
Kata peran ini sebenarnya menunjukan pada aktifitas yang dilakukan seseorang

untuk melakukan sesuatu dalam kelompok masyarakat. Apabila seseorang tidak

melakukan apa-apa dalam suatu kelompok tersebut maka ia tidak melakukan hak

dan kewajibannya sebagai anggota kelompok dalam organisasi. Secara etimologis

kata peranan berdasar dari kata peran yang artinya : pemain sandiwara, tukang

lawak. Kata “Peran” ini diberi akhiran “an” maka menjadi peranan yang artinya

sesuatu yang memegang pimpinan atau karena suatu hal atau peristiwa

(Poerwadarminta 1985 : 735).

Soekanto (2007:213), mengungkapkan bahwa peran merupakan aspek dinamis

kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai

dengan kedudukannya, maka ia menjalankan sesuatu peranan. Sedangkan menurut

Biddle dan Thomas dalam Sarwono (2013:224), menyatakan bahwa peran adalah

serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari

pemegang kedudukan tertentu. Hal ini senada dengan Suhardono (1994:15),

mendefinisikan bahwa peran merupakan seperangkat patokan, yang membatasi

apa perilaku yang mesti dilakukan oleh seseorang yang menduduki suatu posisi.
Dengan demikian kata peran berupa orang, benda atau barang yang memegang

pimpinan atau karena suatu hal atau peristiwa.

Menurut Robert Linton 1936 dalam Cahyono (2008), teori peran menggambarkan

interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa-

apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran

merupakan pamahaman bersama kita untuk menuntun berperilaku dalam

kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pemaparan di atas dapat dijelaskan bahwa

peran merupakan seperangkat perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh

seseorang yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya serta tindakan tersebut

sangat diharapkan oleh banyak orang.

Sedangkan kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan tanggung jawab masing

masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan

secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika

(Sinambela 2012:5). Sedangkan menurut Arsyad (2004:20) kinerja merupakan

penampilan hasil kerja baik secara kualitas dan kuantitas yang ditinjau dari

beberapa dimensi:

1. Sebagai keluaran (output) yaitu melihat apa yang dihasilkan.


2. Adalah prosesnya, yaitu prosedur-prosedur yang telah ditempuh
dinilai seseorang atau kelompok dalam melaksanakan tugasnya.
3. Adalah aspek konstektual, yaitu penilaian kerja yang dilihat dari
kemampuannya
Menurut (Hakim, 2006:63) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja yang

dicapai oleh individu yang disesuaikan dengan peran atau tugas individu tersebut

dalam suatu perusahaan pada suatu periode waktu tertentu, yang dihubungkan

dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu dari perusahaan dimana individu

tersebut bekerja. Terlihat dengan jelas bahwa untuk mengukur keberhasilan peran

seseorang maka kita harus melihat capaian dari kinerjanya.

Keban (1995:7) yang mengatakan untuk menilai kinerja DPRD dilihat dari

pendekatan kebijakan, yaitu seberapa jauh kebijakan yang ditetapkan telah secara

efektif memecahkan masalah publik. Artinya apakah kebijakan yang dihasilkan

DPRD dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan memecahkan masalah publik

dengan tepat. Pendapat tersebut menggambarkan ukurun kinerja DPRD

dilihat dari produk kebijakan yang dihasilkan sebab keterlibatan DPRD

dalam penyelenggaraan pemerintahan lebih pada "policy making".

Pendapat ahli lainnya mengenai fungsi pembuatan kebijakan, Marbun (1999)

menyatakan bahwa ini merupakan fungsi utama dari Dewan Perwakilan Rakyat

sebagai badan legsilatif.

Dalam melakukan penilaian kinerja birokrasi publik itu diperlukan konsep yang

menjadi penilaian organisasi pemerintahan menjadi jelas. Mengikuti teori kinerja

Lenvine (1990), ada 3 (tiga) aspek untuk menilai kinerja organisasi pemerintahan

public yakni ;
a. Responsivitas

Dilihat dari tujuan lembaga sebagai penyambung aspirasi masyarakat daerah

dapat melaksanakan fungsinya serta memberikan pelayanan dari amanat

fungsi yang diembannya, kemampuan untuk mengenali kebutuhan

masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, mengembangkan

program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi

masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari tingkat keefektifan khususnya dalam

fungsi legislasi dan pengawasan yaitu mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan sampai pada pelaporan karena DPRD memiliki wewenang

untuk menentukan arah dan kebijaksanaan umum APBD bahkan merupakan

hasil rancangan(inisiatif).

Agus Dwiyanto (2006: 148) mendefinisikan responsivitas atau daya tanggap

adalah kemampuan suatu kelompok untuk mengidentifikasi kebutuhan

masyarakat, menyusun prioritas kebutuhan dan mengembangkannya dalam

berbagai program pelayanan. Responsivitas menilai daya tanggap organisasi

terhadap harapan, keinginan dan aspirasi, serta tuntutan warga pengguna

layanan.

b. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik

itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau


sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit.

c. Akuntabilitas Publik
Menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik

tunduk pada para pejabat publik yang dipilih oleh rakyat dengan harapan

akan menampung kehendak masyarakat. Kinerja organisasi publik tidak

hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi

publik atau pemerintah, seperti pencapaian target, akan tetapi kinerja

sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma

yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki

akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan

nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat. Selain itu Menurut

Gafar (2000:7) bahwa akuntabilitas adalah setiap pemegang jabatan yang

dipilih oleh rakyat harus dapat mempertanggung jawabkan kebijaksanaan

yang hendak dan telah ditempuhnya.

Dengan demikian, hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara

keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas

dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja,

target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan

telah disepakati bersama.

2.1.2 Jenis-Jenis Peran


Adapun jenis-jenis peran menurut Soerjono Soekanto (2002) dibagi atas 3 macam

yaitu peran aktif, peran partisipatif dan peran pasif. Pengertian dari ketiga macam

peran ini yaitu:

a. Peran Aktif

Yang dimaksud dengan Peran aktif adalah suatu peran seseorang yang

aktif pada suatu organisasi yang diukur pada kontribusi yang diberikannya.

b. Peran Partisipasif

Jenis peran ini diartikan sebagai peran yang dilakukan seseorang yang

disebabkan dari kebutuhan atau hanya pada saat tertentu saja.

c. Peran Pasif

Arti dari Peran pasif adalah sebagai suatu peran yang tidak dilaksanakan

oleh individu yang difungsikan sebagai simbol dalam kondisi tertentu di

dalam kehidupan masyarakat.

2.1.3 Dimensi Peran 


Adapun macam-macam dimensi peran menurut Horoepoetri (2003) yaitu: 

a. Peran sebagai alat komunikasi

Sedangkan jenis peran sebagai alat komunikasi diartikan sebagai peran

didayagunakan sebagai instrumen atau alat yang berfungsi mendapatkan

masukan berupa informasi dalam proses pengambilam keputusan. Persepsi

ini dilandaskan oleh suatu pemikiran bahwa pemerintahan dirancang untuk

melayani masyarakat, sehingga pandangan dan preferensi dari masyarakat


tersebut adalah masukan yang bernilai guna mewujudkan keputusan yang

responsif dan responsibel.

b. Peran sebagai strategi


Sedangkan untuk dimensi peran ini dalam penganut paham ini

didefinisikan bahwa peran suatu strategi untuk mendapatkan dukungan

dari masyarakat (public supports).

c. Peran sebagai alat penyelesaian sengketa


Maksud dari peran ini diartikan sebagai jenis peran didayagunakan sebagai

suatu cara untuk mengurangi atau meredam konflik.

d. Peran sebagai suatu kebijakan


Maksud dari hal ini bahwa bahwa peran merupakan suatu kebijkasanaan

yang tepat dan baik untuk dilaksanakan.

2.1.4 Fungsi Peran


Berdasarkan pendapat Narwoko dan Suyanto (2014:160) yang menjelaskan bahwa

terdapat fungsi peran dalam kehidupan sehari-hari atau manfaatnya dalam

masyarakat. Adapun fungsi peran yaitu: 

1. Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat.

2. Memberi arah pada proses sosialisasi.

3. Menghidupkan sistem pengendalian kontrol, sehingga dapat melestarikan

kehidupan masyarakat.
4. Pewaris tradisi, kepercayaan, nilai norma dan pengetahuan.

Pada dasarnya DPRD perempuan bisa dikatakan memiliki peran dalam perumusan

kebijakan jika mampu dalam hal berupa:

1. Memberikan hasil kerja menjadi anggota DPRD perempuan sebagai

badan perwakilan rakyat perempuan yang didapatkan dari aspirasi

masyarakat dimana dapat melihat serta mengakomodasi kebutuhan kaum

perempuan.

2. Pengagregasian berbagai aspirasi masyarakat khususnya perempuan yang

kemudian disalurkan dalam penggabungan kepentingan sehingga

didapatkan prioritasnya.

3. Memperjuangkan kepentingan perempuan dalam pertanggungjawaban

kepada rakyat yang biasanya berkaitan dengan pembuatan peraturan,

penerapan aturan dan penilaian aturan, dan dapat pula diwujudkan berupa

tindakan fisik.

2.2 Tinjauan Gender dan Feminisme


2.2.1 Gender
Istilah gender diperkenalkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan

perbedaan laki-laki dan perempuan yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan

dan yang bersifat bentukan budaya dan yang dipelajari dan disosialisasikan sejak

kecil. Perbedaan ini sangat penting karena selama ini sering sekali

mencampuradukan ciri-ciri manusia yang bersifat kodrati dan yang bersifat bukan

kodrati (gender).
Menurut Fakih (2004: 8), untuk memahami konsep gender harus dibedakan antara

kata gender dengan kata seks (jenis kelamin). Pengertian jenis kelamin

merupakan penafsiran atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan

oleh Tuhan secara biologis, yaitu laki-laki dan perempuan. Menurut Murniati

(2004: 32), gender bukan kodrat atau ketentuan Tuhan, sehingga gender berkaitan

dengan proses keyakinan bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan berperan

dan bertindak sesuai dengan tata nilai, ketentuan sosial dan budaya masyarakat.

Sedangkan seks ialah kodrat Tuhan yang tidak dapat ditukar atau diubah. Adapun

istilah-istilah yang berkaitan dengan gender sebagai berikut:

a. Pengarusutamaan Gender
Pengarusutamaan gender adalah strategi yang digunakan untuk mengurangi

kesenjangan antara penduduk laki-laki dan perempuan Indonesia dalam

mengakses dan mendapatkan manfaat pembangunan, serta meningkatkan

partisipasi dan mengontrol proses pembangunan.

b. Kesetaraan Gender

Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan

untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar

mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum,

ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional

serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Terwujudnya

kesetaraan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara

perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses,


kesempatan berpartisipasi, kontrol atas pembangunan dan memperoleh

manfaat yang setara dan adil dari pembangunan.

c. Keadilan Gender
Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan

dan laki-laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran,

beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan

maupun laki-laki.

d. Kesenjangan Gender
Dikatakan terjadi kesenjangan gender apabila salah satu jenis kelamin

berada dalam keadaan tertinggal dibandingkan jenis kelamin lainnya.

2.2.2 Feminisme
Sebagian masyarakat masih berasumsi feminisme adalah gerakan pemberontakan

kaum perempuan terhadap kaum laki-laki. Feminisme menurut Fakih (2007: 81)

dianggap sebagai usaha pemberontakan kaum perempuan untuk mengingkari apa

yang disebut sebagai kodrat atau fitrah perempuan, melawan pranata sosial yang

ada, atau institusi rumah tangga, seperti perkawinan dan lain sebagainya.

Berdasarkan asumsi tersebut, gerakan feminisme tidak mudah diterima oleh

masyarakat. Oleh karena itu, pemahaman terhadap konsep feminisme tersebut

perlu diluruskan.

Harsono (dalam Mustaqim, 2008:84) mengatakan bahwa feminisme sebenarnya

merupakan konsep yang timbul dalam kaitannya dengan perubahan sosial (social
change), teori-teori pembangunan, kesadaran politik perempuan dan gerakan

pembebasan kaum perempuan, termasuk pemikiran kembali institusi keluarga

dalam konteks masyarakat modern.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Bashin dan Khan (dalam Mustaqim 2008:4)

mengatakan bahwa feminisme didefinisikan sebagai suatu kesadaran akan

penindasan dan pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat, di tempat

kerja dan dalam keluarga, serta tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki

untuk mengubah keadaan tersebut sehingga terjadi suatu kondisi kehidupan

harmoni antara laki-laki dan perempuan, bebas dari segala bentuk subordinasi,

marginalisasi, dan diskriminasi. Tujuan pokok dari teori feminisme adalah

memahami penindasan perempuan secara ras, gender, kelas dan pilihan seksual,

serta bagaimana mengubahnya. Teori feminisme mengungkap nilai-nilai penting

individu perempuan beserta pengalaman-pengalaman yang dialami bersama dan

perjuangan yang mereka lakukan. Feminisme menganalisis bagaimana perbedaan

seksual dibangun dalam dunia sosial dan intelektual, serta bagaimana feminisme

membuat penjelasan mengenai pengalaman dari berbagai perbedaan tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa inti dari

gerakan feminisme adalah kesadaran akan diskriminasi, ketidakadilan dan

subordinasi perempuan serta usaha untuk mengubah usaha tersebut menuju suatu

sistem masyarakat yang adil dan seimbang antara laki-laki dan perempuan.

Feminisme masa kini adalah perjuangan untuk mencapai kesetaraan harkat dan
kebebasan perempuan dalam mengelola kehidupan dan tumbuhnya baik di ruang

domestik dalam rumah tangga maupun di ruang publik dalam lingkungan

masyarakat. Kaum feminis juga menuntut suatu masyarakat yang adil serta

persamaan hak antara laki-laki dan perempuan.

2.3 Tinjauan Budaya Patriarki


Menurut Hartomo (2008: 38), kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yakni

buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi akal.

Dalam bahasa Belanda, kebudayaan adalah cultuur dalam bahasa Inggris adalah

culture dan bahasa Arab Tsaqafah yang diadopsi dari bahasa latin yakni colere

yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan,

terutama mengolah tanah atau bertani.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebudayaan adalah hasil kegiatan

dan penciptaan batin manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat, dan

keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yang digunakan untuk

memahami lingkungan serta pengalamannya untuk menjadi pedoman tingkah

laku.

Menurut Sastryani (2007:65), patriarki adalah sistem pengelompokan masyarakat

sosial yang mementingkan garis keturunan bapak/laki-laki. Patrilineal adalah

hubungan keturunan melalui garis keturunan kerabat pria atau bapak. Patriarki

juga dapat dijelaskan dimana keadaan masyarakat yang menempatkan kedudukan

dan posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dalam segala aspek

kehidupan sosial, budaya dan ekonomi.


Pada tatanan kehidupan sosial, konsep patriarki sebagai landasan ideologis, pola

hubungan gender dalam masyarakat secara sistematik dalam praktiknya dengan

pranata-pranata sosial lainnya. Faktor budaya merupakan salah satu penyebeb

meningkatnya angka kekerasan terhadap perempuan. Hal ini dikarenakan terlalu

diprioritaskannya laki-laki (maskulin). Perbedaan gender sebetulnya tidak

menjadi masalah selama tidak melahirkan ketidakadilan gender. Namun ternyata

perbedaan gender baik melalui mitos-mitos, sosialisai, kultur, dan kebijakan

pemerintah telah melahirkan hukum yang tidak adil bagi perempuan.

Menurut Sastryani (2007: 77) adapun yang mengakibatkan timbulnya

ketimpangan pada budaya patriarki adalah:

a. Maskulinitas
Maskulinitas adalah stereotype tentang laki-laki yang dapat dipertentangkan

dengan feminitas sebagai steretotype perempuan maskulin bersifat jantan

jenis laki-laki. Maskulinitas adalah kejantanan seorang laki-laki yang

dihubungkan dengan kualitas seksual. Hegemoni dalam laki-laki dalam

masyarakat tampaknya merupakan fenomena universal dalam sejarah

peradaban manusia di masyarakat manapun di dunia, yang tertata dalam

masyarakat patriarki. Pendapat dari Darwin (2001: 9) pada masyarakat

seperti ini, laki-laki diposisikan superior terhadap perempuan di berbagai

sektor kehidupan baik domestik maupun publik. Hegemoni laki-laki atas

perempuan memperoleh legitimasi dari nilai-nilai sosial, agama, hukum

tersosialisasi secara turun-menurun dari generasi ke generasi.


Laki-laki juga cenderung mendominasi mensubordinasi dan melakukan

deskriminasi terhadap perempuan. Dikarenakan patriarki merupakan

dominasi atau kontrol laki-laki atas perempuan, atas badannya,

seksualitasnya, pekerjaannya, peran dan statusnya, baik dalam keluarga

maupun masyarakat dan segala bidang kehidupan yang bersifat

ancolentrisme berpusat pada laki-laki dan perempuan.

Darwin (2001: 3) mengemukakan bahwa timbulnya kemaskulinitasan pada

budaya patriarki karena adanya anggapan bahwa laki-laki menjadi sejati jika

ia berhasil menunjukkan kekuasaannya atas perempuan. Sementara itu dalam

budaya patriarki pola pengasuhan terhadap perempuan juga masih didominasi

dan penekanan pada pembagian kerja berdasarkan gender.

b. Otoritas dalam pengambilan keputusan

Keputusan adalah suatu reaksi terhadap solusi alternatif yang dilakukan

secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan-kemungkinan dari

alternatif tersebut bersama konsekuensinya. Setiap keputusan akan membuat

pilihan terakhir dapat berupa tindakan atau opini. Itu semua bermula ketika

kita perlu untuk melakukan sesuatu tetapi tidak tahu apa yang harus

dilakukan. Untuk itu keputusan dapat dirasakan rasional atau irasional dan

dapat berdasarkan asumsi kuat atau asumsi lemah.


2.4 Tinjauan Representatif

Representasi merupakan suatu gagasan yang cukup kompleks dan syarat dengan

perdebatan Törnquist (dalam Törnquist, Webster, dan Stokke 2009:6).

Perdebatan-perdebatan tersebutlah yang kemudian menghasilkan konstruksi

konsep representasi yang lebih variatif, dan menghasilkan tipologi-tipologi yang

beragam. Secara literal, representasi ini bisa diartikan sebagai upaya

menghadirkan kembali (a making present again).

Harus diakui bahwa gagasan tentang representasi ini cukup penting dalam

diskursus demokrasi. Melalui bidang representasi inilah kualitas demokrasi bisa

diukur. Ketika ada perbaikan di bidang representasi tentu mimpi untuk menuju

demokrasi yang lebih subtantif dapatlah terwujud. Sistem representasi

(perwakilan) yang ideal adalah representasi yang mampu menjamin

terakomodasinya semua kelompok kepentingan, khususnya kelompok

kepentingan yang termarginal secara politik (misalnya perempuan). Sebagai

kelompok yang marginal, terbukanya kesempatan yang sama (equal opportunity)

terkadang belum menjadi jaminan terwakilinya kepentingan perempuan secara

memadai. Oleh karena itu, langkah-langkah alternatif dibutuhkan untuk

memastikan terlaksananya pembangunan daerah yang adil gender.

Ketika berbicara tentang sistem perwakilan, maka setidaknya hal tersebut akan

terkait dengan empat elemen utama; wakil, yang diwakili, sesuatu yang diwakili,

dan konteks politik. Pertama, wakil adalah sekelompok orang yang mewakili baik
di lembaga perwakilan formal (di mana di sini adalah anggota DPRD perempuan)

maupun informal (organisasi masyarakat sipil dll). Kedua, adanya sekelompok

orang yang diwakili di mana mereka bisa menjadi konstituen atau klien. Ketiga,

adanya kepentingan, pendapat ataupun preferensi politik tertentu sebagai sesuatu

yang diwakili. Keempat adalah konteks politik yang mendasari adanya perwakilan

tersebut. Empat hal ini merupakan dimensi penting dalam melihat bekerjanya

fungsi representasi politik perempuan.

2.5 Tinjauan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)


2.5.1 Pengertian DPRD
Miriam Budiarjo dalam Baskoro (2005:30) menyebutkan DPRD adalah lembaga

legislatif atau membuat peraturan, peraturan perundang-undangan yang dibuatnya

mencerminkan kebijakan-kebijakan itu. DPRD dapat dikatakan merupakan badan

yang membuat keputusan yang menyangkut kepentingan umum. Fuad dalam

jurnal administrasi negara (2000;24) mengartikan DPRD adalah institusi yang

menjadi tumpuan untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat daerah.

Beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa DPRD merupakan

lembaga perwakilan rakyat yang berada di daerah dan sebagai salah satu unsur

penyelenggara pemerintahan daerah yang bertugas membuat peraturan daerah dan

menampung aspirasi masyarakat daerah yang diwakilinya.

2.5.2 Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)


Ada dua peran utama dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Pertama, badan

legislatif adalah badan pembuat undang–undang. Lembaga ini diminta untuk


membuat undang–undang dan kebijakan bagi seluruh bangsa. Yang kedua,

lembaga ini adalah sebuah badan perwakilan yang dipilih untuk membantu

menghubungkan antara konstituen dan pemerintahan nasional.

Menurut Calvin Mackenzie (1986: 120–137) dikutip dari Paimin (2005: 39–40)

berpendapat bahwa lembaga perwakilan rakyat mempunyai tiga fungsi utama,

yakni :

a. Legislation

Legilation adalah peran atau fungsi legislasi. Peran pembuatan undang–

undang ini dilakukan melalui dileberasi, yaitu sebuah proses yang mencakup

pengumpulan informasi yang komperhensif, diskusi panjang, negoisasi,

kompleks dan berbelit–belit/samar. Tawar–menawar politik diantara lawan–

lawan sangat kuat. Kebanyakan Undang–Undang merupakan produk

kompromi. Kompromi biasanya memperlemah dampak penuh dari undang–

undang tersebut untuk memenangkan cukup dukungan guna menjamin

pengesahannya. Karakter dari proses pembuatan undang–undang juga

mempunyai keuntungan dalam melegitimasi keputusan–keputusan

pemerintah.

b. Representation

Representation adalah peran/fungsi representatif. Pada fungsi semacam ini,

perwakilan dipakai sebagai dasar dari konsep teori demokrasi. Masyarakat

yang demokratis menyerahkan kebebasan pribadi mereka kepada pemerintah.

Dalam suatu pemerintahan yang demokratis, partisipasi terjadi melalui proses


perwakilan. Kebanyakan orang diwakili oleh anggota Lembaga Perwakilan

Rakyat yang pekerjaanya adalah mengartikulasikan keprihatinan mereka dan

melindungi kepentingan mereka ketika kebijakan publik dibuat.

c. Administrative oversight

Administrative oversight adalah peran/fungsi administratif. Mengawasi atau

mengontrol adalah suatu tanggung jawab penting dari setiap badan Lembaga

Perwakilan Rakyat. Kita menganggapnya sebagai fungsi pengawasan

administratif. Ini adalah proses dengan mana lembaga legislatif mereview dan

bila perlu mengubah tindakan–tindakan dari badan eksekutif.

Berdasarkan ketiga fungsi yang telah dijelaskan di atas, penulis memfokuskan

pada fungsi legislasi. Fungsi legislasi ini bertujuan agar DPRD Kabupaten Tulang

Bawang Barat dapat membentuk peraturan perundang-undangan. Melalui DPRD

aspirasi masyarakat ditampung, kemudian dari kehendak rakyat tersebut

diimplementasikan dalam Undang-Undang yang dianggap sebagai representasi

rakyat banyak. Namun kurangnya perhatian pada kebutuhan perempuan yang

sering kali dianggap sudah terpenuhi menjadi fokus penting yang harus dilihat

lebih dalam dan dengan ini penulis melihat apakah kebutuhan perempuan

merupakan hak yang dilirik untuk diperjuangkan oleh anggota DPRD perempuan

Kabupaten Tulang Bawang Barat atau tidak. Kegiatan legislasi selalu identik

dengan proses pembentukan sebuah Undang-Undang, namun terdapat kebijakan

yang diwujudkan melalui tindakan fisik.


2.6 Tinjauan Fungsi Legislasi
2.6.1 Pengertian Legislasi
Fungsi Legislasi (Budiardjo, Miriam, 2000:182-186) yaitu “Menentukan

Kebijaksanaan (Policy) dan membuat undang-undang, untuk itu badan legislatif

diberi hak inisiatif, hak untuk mengadakan amandemen terhadap rancangan

undang-undang yang disusun oleh Pemerintahan dan Hak budget”.

R.G. Kartasapoetra (1993: 153-154) dalam bukunya yang menuliskan bahwa di

daerah dikenal 2 (dua) macam fungsi Legislasi, yaitu :

1. Kebijakan pelaksanaan peraturan-peraturan, perundang-undangan pusat di

daerah-daerah, dimana kebijakan ini dilimpahkan kepada Gubernur Kepala

Daerah dan Bupati/Walikota Kepala Daerah tingkat II agar dapat dijalankan

dalam mengatur daerah dan rakyatnya. Perumusan hasil-hasil kebijakan

tersebut dikeluarkan dalam bentuk peraturan keputusan atau instruksi Kepala

Daerah.

2. Kebijaksanaan Pemerintah daerah (otonom); Kebijakasanaan ini dijalankan

Kepala Daerah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Hasil-

hasil kebijakasanaan ini dirumuskan dalam bentuk Peraturan Pemerintah

Daerah sedangkan pelaksanaannya diatur dalam bentuk Keputusan atau

instruksi Kepala Daerah.


Menurut Imawan (2000), fungsi legislasi (perundangan) meliputi pembuatan

aturan sendiri, menentukan pucuk pimpinan Eksekutif secara mandiri, serta

menjadi mediator kepentingan rakyat dan pemerintah.

Fungsi legislasi merupakan suatu proses untuk mengakomodasi berbagai

kepentingan para pihak (stakeholders), untuk menetapkan bagaimana

pembangunan di daerah akan dilaksanakan. Melalui fungsi ini DPRD perempuan

menunjukkan bahwa dirinya sebagai wakil rakyat dengan memasukkan aspirasi-

aspirasi yang mengutamakan kepentingan masyarakat terutama kaum perempuan

di atas kepentingan hal lainnya yang diwakilinya kedalam pasal-pasal undang-

undang yang dihasilkan, namun demikian lembaga ini bukanlah satu-satunya

lembaga pembuat hukum, tetapi jelas bahwa lembaga legislatif berwenang

membuat undang-undang.

2.6.2 Aspirasi Masyarakat

Amirudin (2003:3) secara defenisi merumuskan, konsep dari aspirasi mengandung

dua pengertian, aspirasi di tingkat ide dan aspirasi di tingkat peran struktural. Di

tingkat ide, konsep berarti sejumlah gagasan verbal dari lapisan masyarakat

manapun. Ditingkat peran dalam struktur adalah keterlibatan langsung dalam

suatu kegiatan yang diadakan pemerintah.

Menurut Bank Dunia dalam Salman (2005: 3) aspirasi adalah kemampuan untuk

mempengaruhi dan mendukung dalam proses pembangunan. Jadi aspirasi


masyarakat adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat baik berupa

keterlibatan langsung maupun berupa sejumlah gagasan verbal dari lapisan

masyarakat manapun sehingga mempengaruhi dan mendukung dalam porses

pembangunan.

Prinsip dasar dalam melibatkan masyarkat secara langsung adalah bahwa apa

yang disebut dengan melibatkan kepentingan rakyat hanya akan terjadi jika

masyarakat itu sendiri yang ambil bagian. Dengan adanya keterlibatan rakyat itu

sendiri maka dengan sendirinya pula akan menjadi penjamin bagi suatu proses

baik dan benar. Abe (dalam Salman, 2009: 22), beranggapan dengan melibatkan

masyarakat maka secara langsung akan membawa tiga dampak penting yaitu :

a. Terhindar dari peluang terjadinya manipulasi. Karena dengan terlibatnya

masyarakat maka akan memperjelas apa yang sebetulnya terjadi di

masyarakat.

b. Memberikan nilai tambah dalam hal legitimasi rumusan perencanan. Karena

semakin banyak masyarakat yang terlibat, maka akan semakin baik.

c. Dan juga dapat meningkatkan kesadaran dan keterampilan politik di

masyarakat.

Dari penjelasan diatas, menunjukkan bahwa masyarakat memiliki peluang untuk

menyampaikan aspirasi dan tuntutannya, serta adanya peluang yang luas bagi

anggota DPRD untuk mendengar, menghimpun dan memperjuangkan aspirasi

masyarakat untuk menjadi program–program yang mampu meningkatkan


pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Dengan berkembangnya pelaksanaan

demokrasi dan dengan adanya otonomi daerah, diharapkan masyarakat dapat

berupaya secara optimal untuk memperbaiki kesejahteraannya melalui berbagai

program pembangunan sesuai dengan kepentingan dan potensinya, serta

pemerintah bertindak sebagai katalisator.

Untuk itu anggota DPRD perempuan di Kabupaten Tulang Bawang Barat yang

berkewajiban untuk menyerap aspirasi dan lebih dekat lagi dengan kaum

perempuan agar dapat membuat program yang bisa memecahkan masalah yang

ada terkait perempuan di Kabupaten Tulang Bawang Barat.

2.6.3 Tahapan Pembentukan Peraturan Daerah

Salah satu fungsi DPRD yang sangat penting dalam rangka mendukung

pelaksanaan otonomi luas di daerah adalah fungsi legislasi. Untuk melaksanakan

fungsi legislasi DPRD diberi bermacam-macam hak yang salah satunya ialah hak

mengajukan rancangan peraturan daerah dan hak mengadakan perubahan atas

Raperda atau implementasi dari fungsi legislasi harus ditindaklanjuti dengan

Peraturan Daerah (Perda).

Istilah perwakilan rakyat seringkali digantikan dengan istilah legislatif atau

sebaliknya. Dalam sejarahnya lembaga perwakilan berkembang dalam dua tahap.

Para anggota legislatif tidak hanya sebagai pembuat undang-undang, tetapi

bertambah fungsinya sebagai badan perwakilan rakyat (representatif) untuk


mewakili dan memperjuangkan segala kepentingan rakyat dari berbagai aspek.

Seorang wakil rakyat dituntut berkemampuan:

a. Menampung dan merumuskan kepentingan rakyat.

b. Agregasi berbagai kepentingan yang akan disalurkan.

c. Menyalurkan dan memperjuangkan kepentingan tersebut dan

d. Evaluasi dan pertanggungjawaban kepada rakyat.

2.7 Kerangka Pikir

Fungsi legislasi merupakan fungsi paling dasar yang dimiliki oleh sebuah

lembaga legislatif. Fungsi legislasi ini bertujuan agar DPRD dapat membentuk

peraturan perundang-undangan yang baik. Kegiatan legislasi selalu identik

dengan proses pembentukan sebuah undang-undang. Melalui DPRD aspirasi

masyarakat ditampung, kemudian dari kehendak rakyat tersebut

diimplementasikan dalam undang-undang yang dianggap sebagai representasi

rakyat banyak.

Sesuai dengan dasar kewenangan penyusunan Perda, perancang Perda adalah

aparat Pemerintah Daerah dan anggota DPRD. Dalam pembuatan peraturan

setidaknya pihak-pihak tersebut mengerti dasar-dasar teknik pembuatan

peraturan perundang-undangan. Permasalahan yang sering timbul di tingkat

perancangan Perda adalah aparat yang berwenang kurang memiliki

kemampuan mengenai mekanisme pembuatan perundang-undangan. Oleh

karena itu, DPRD dituntut memiliki kemampuan, menampung dan merumuskan


kepentingan rakyat, agregasi berbagai kepentingan yang akan disalurkan,

menyalurkan dan memperjuangkan kepentingan tersebut sebagai

pertanggungjawaban kepada rakyat.

Kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan memiliki dampak yang berbeda

antara warga negara perempuan dan warga negara laki-laki. Kebijakan yang

berhubungan dengan perempuan tersebut seringkali dianggap sudah pasti

terpenuhi oleh para anggota parlemen laki-laki. Padahal di lain pihak,

kepentingan khusus perempuan tidak mendapatkan porsi yang cukup dalam

proses pengambilan kebijakan politik yang ada.

Melihat beberapa penjelasan diatas, sangatlah penting untuk melakukan

penelitian terhadap peran yang dimiliki oleh anggota perempuan DPRD

Kabupaten Tulang Bawang Barat dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.

Penulis juga akan melakukan analisis peran pada anggota DPRD perempuan di

Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan menggunakan indikator kinerja dari

teori Teori Lenvine, yaitu responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas dengan

kaitannya mengenai tahapan proses legislasi dapat terbentuk, dari pengambilan

aspirasi, penyaluran hinggan pertanggungjawaban kepada rakyat yang kemudian

aspirasi itu diimplementasikan ke dalam suatu kebijakan daerah ataupun

tindakan yang berorientasi fisik yang nantinya apakah dapat mementingkan

kepentingan kaum perempuan atau tidak di dalamnya.Berikut gambaran

bagan kerangka pikir dalam penulisan ini:


Gambar 1. Kerangka Pikir

Peran Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)


Perempuan Periode Tahun 2019-2024 Ditinjau dari Aspek Legislasi
Studi di DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat

Anggota DPRD Perempuan dalam Memperjuangkan


Kepentingan Perempuan di Kabupaten Tulang Bawang Barat

Menampung dan Agregasi berbagai Menyalurkan dan


merumuskan kepentingan memperjuangkan
kepentingan perempuan yang kepentingan
perempuan akan disalurkan perempuan
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penilitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif, yaitu memberikan gambaran tentang masalah yang diteliti, menyangkut

bagaimana peran dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

perempuan dengan melihat dari aspek pelaksanaan legislasinya. Bogdan dan

Taylor dalam Moloeng (2007: 4), metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati.

Menurut Restu (2010:47) penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan

gambaran secara sistematis tentang situasi, permasalahan, fenomena, layanan atau

program, ataupun menyediakan informasi kondisi kehidupan suatu masyarakat

serta situasi-situasi, sikap, pandangan, proses yang sedang berlangsung, pengaruh

dari suatu fenomena, pengukuran yang cermat tentang fenomena dalam

masyarakat.

3.2 Fokus Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:209) dalam penelitian kualitatif, fokus penelitian

bertujuan untuk membatasi studi yang akan diteliti yang masih bersifat umum.
Fokus penelitian memegang peranan yang sangat penting dalam memandu dan

mengarahkan jalannya suatu penelitian. Fokus penelitian sangat dibutuhkan oleh

seorang peneliti agar tidak terjebak oleh melimpahnya volume data yang masuk,

termasuk juga yang tidak berkaitan dengan masalah penelitian.

Peneliti akan memfokuskan tentang bagaimana peran anggota DPRD perempuan

ditinjau dari aspek legislasi. Penelitian ini menggunakan konsep teori kinerja

Lenvine serta diselaraskan dengan beberapa tahap pelaksanaan legislasi:

1. Memberikan hasil kerja anggota DPRD perempuan sebagai badan

perwakilan rakyat perempuan yang didapatkan dari aspirasi masyarakat

mampu melihat kebutuhan kaum perempuan.

2. Pengagregasian berbagai aspirasi masyarakat khususnya perempuan yang

kemudian disalurkan dalam penggabungan kepentingan sehingga

didapatkan prioritasnya.

3. Memperjuangkan kepentingan perempuan dalam pertanggungjawaban

kepada rakyat yang biasanya berkaitan dengan pembuatan peraturan,

penerapan aturan dan penilaian aturan, dan dapat pula diwujudkan berupa

tindakan fisik.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian menurut Moloeng (2007: 127) merupakan tempat dimana

peneliti memperoleh suatu data yang berhubungan dengan penelitian. Adapun

alasan peneliti memilih DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan berbagai

macam pertimbangan yaitu dari intensitas anggota DPRD perempuan Kabupaten


Tulang Bawang Barat dimana keterwakilannya hanya 1 anggota saja. Penelitian

ini akan dilakukan di DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat yang beralamat di

Jalan Raya Penumangan Kompleks Perkantoran Pemerintah Daerah Kabupaten

Tulang Bawang Barat (DPRD). Penelitian ini dilakukan pada tangal 20 April 2020

- 20 Juni 2020.

3.4 Jenis Data


3.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara yang

diperoleh dari narasumber atau informan terpilih pada lokasi penelitian yang

dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di

lapangan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data pendukung data primer dari literatur dan dokumen

serta data yang isinya menyangkut tentang masalah yang bersangkutan dengan

penelitian yang dikaji oleh peneliti, meliputi profil organisasi, struktur organisasi

dan studi dokumentasi yang diperoleh dari DPRD Kabupaten Tulang Bawang

Barat. Serta rujukan buku, koran, dan internet yang dapat menjadi referensi bagi

penelitian ini.

3.5 Informan

Dalam penelitian ini, informan merupakan sumber data penelitian tersebut. Dalam

penelitian kualitatif, penentuan informan yang terpenting adalah bagaimana


menentukan key informan (informasi kunci) atau situasi sosial tertentu yang sarat

informasi sesuai dengan fokus penelitian. Penelitian ini dalam penentuan

informannya menggunakan teknik purposive sampling. Penentuan sumber data

secara purposive ditentukan dengan menyesuaikan pada tujuan penelitian atau

tujuan tertentu. Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan saat peneliti

mulai memasuki lapangan dan selama penelitian peneliti memilih orang tertentu

yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan sesuai dengan

fokus penelitian.

Terdapat tiga kelompok informan dalam penelitian ini pihak pro, pihak kontra,

dan pihak netral. Pertama, sebagai kelompok yang diteliti (Anggota DPRD

perempuan Kabupaten Tulang Bawang Barat periode tahun 2019-2024). Kedua,

sebagai kelompok sasaran penilai atau pengukur dari kelompok pertama (Anggota

DPRD laki-laki Kabupaten Tulang Bawang Barat periode tahun 2019-2024).

Ketiga, kelompok netral (Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat).

Adapun daftar informan yang diteliti ialah sebagai berikut:


Tabel 2. Daftar Informan

No Nama informan Jabatan


1 Eka Setiawati,S.Pd.I DPRD Perempuan
2 Ponco Nugroho,ST DPRD Laki-laki
3 Busroni,SH DPRD Laki-laki
4 S.Joko Kuncoro,S.I.Kom DPRD Laki-laki
5 Drs. H. Sobri, MM DPRD Laki-laki
6 Warsit, S.Pd.,MH Kepala Bagian Umum
7 Mawardi, S. Sos Kepala Bagian Keuangan
8 Drs. Mulyakin MZ,M.M Kepala Bagian Persidangan
Bagian Perundang-undangan
9 Dirham,SE., MH
dan Perpustakaan
10 Rini Dia Putri, S.A.N.,M.Si. Bagian Umum
Sumber : Bagian Umum Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat 2020

Tabel 3. Jumlah Informan Dalam Penelitian

No Kelompok Informan Jumlah Informan


Anggota DPRD Perempuan Kabupaten Tulang
1 1 Jiwa
Bawang Barat
Anggota DPRD Laki-laki Kabupaten Tulang
2 4 Jiwa
Bawang Barat
Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang
3 5 Jiwa
Barat
Jumlah 10 Jiwa
Sumber : Bagian Umum Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat 2020

Berdasarkan data diatas maka jumlah informan dalam penelitian ini adalah 10

jiwa. Informan-informan itu terdiri dari Kelompok pro yakni Anggota DPRD

perempuan Kabupaten Tulang Bawang Barat 1 jiwa, Kelompok kontra yakni

anggota DPRD laki-laki Kabupaten Tulang Bawang Barat 4 jiwa, Kelompok

netral yang merupakan kelompok sasaran penilai atau pengukur dari anggota

DPRD perempuan Kabupaten Tulang Bawang Barat yang diperoleh dari

Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat 5 jiwa.


3.6 Teknik Pengumpulan Data

Suatu penelitian tentunya membutuhkan data dan informasi yang lengkap dan

akurat. Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2012: 224) merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data,

maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang

ditetapkan. Untuk memperoleh data penelitian yang lengkap dan dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka teknik pengumpulan data yang

digunakan peneliti dalam mengambil beberapa data guna mendapatkan informasi

ialah sebagai berikut:

3.6.1 Wawancara (Interview)

Dalam Satori dan Komariah (2010: 130) wawancara adalah suatu teknik

pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber

data langsung melalui percakapan atau tanya jawab. Wawancara dalam

penelitian ini sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi

secara jelas dari informan yang telah ditentukan.

3.6.2 Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang

paling utama dalam penelitian kualitatif. Bungin dalam Sugiyono

(2005:166), observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan

untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.


Observasi dilakukan untuk pembuktian terhadap informasi yang diberikan

dengan fakta di lapangan.

Adapun proses pelaksana observasi yang dilakukan dalam penelitian

adalah observasi partisipasi aktif dan pasif. Partisipasi aktif ialah peneliti

mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka

katakan, dan berpartisipasi dalam kegiatan mereka. Sedangkan partisipatif

pasif sama halnya dengan partisipasi aktif namun peneliti tidak ikut serta

secara langsung dalam kegiatan yang diteliti. Peneliti menggunakan proses

pelaksanaan observasi partisipasi pasif dimana peneliti datang di tempat

kegiatan orang yang diamati namun tidak terlibat dalam kegiatan tersebut.

Sehingga peneliti tidak terlibat langsung di lapangan penelitian dan hanya

menjadi pengamat yang independen.

3.6.3 Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan menggunakan

dokumen resmi melalui bahan-bahan tertulis yang diterbitkan oleh

lembaga-lembaga yang menjadi obyek penelitian, baik berupa prosedur,

peraturan-peraturan, gambar, laporan hasil pekerjaan serta berupa foto

ataupun dokumen elektronik (rekaman). Menurut Guba dan Lincoln dalam

Moloeng (2007: 206), dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film,

lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan

seorang penyidik.
Dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam

banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji,

menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Peneliti menggunakan studi

dokumentasi berupa prosedur wawancara, catatan-catatan, laporan hasil

penelitian berupa rekaman dan foto atau gambar kegiatan.

3.7 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data sangat penting bagi sebuah penelitian karena dengan adanya

pengolahan data, suatu penelitian akan mudah untuk dipecahkan dari hasil yang di

dapat dari lapangan. Setelah data yang diperoleh dari lapangan terkumpul, maka

tahapan selanjutnya adalah mengolah data tersebut. Adapun teknik yang

digunakan dalam pengolahan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah editing data dan interpretasi data.

3.7.1 Pengeditan Data (Editing)


Pengeditan adalah pemeriksaan atau koreksi data yang telah dikumpulkan.

Dalam tahap ini meneliti kembali data-data yang telah terhimpun untuk

mengetahui kelengkapan data, kejelasan data, kesesuaian data jawaban dan

keseragaman satuan data. Pengeditan dilakukan karena kemungkinan data

yang masuk (raw data) tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan

kebutuhan. Pengeditan data dilakukan untuk melengkapi kekurangan atau

menghilangkan kesalahan yang terdapat pada data mentah. Kekurangan

dapat dilengkapi dengan mengulangi pengumpulan data atau dengan cara


penyisipan data. Kesalahan data dapat dihilangkan dengan membuang data

yang tidak memenuhi syarat untuk dianalisis.

Peneliti melakukan kegiatan memilih hasil wawancara yang relevan, data

yang relevan dengan fokus penelitian, melakukan pengolahan kata dalam

bentuk bahasa yang lebih baik sesuai dengan kaidah sebenarnya. Data

yang telah diolah menjadi rangkaian bahasa kemudian dikorelasikan

dengan data yang lain sehingga memiliki keterkaitan informasi. Proses

selanjutnya adalah peneliti memeriksa kembali semua data yang telah ada

untuk meminimalisir data yang tidak sesuai.

3.7.2 Interpretasi Data

Interpretasi data ialah pemberian pendapat atau pandangan secara teoritis

terhadap suatu data. Interpretasi data digunakan untuk mencari makna dan

hasil penelitian dengan jalan tidak hanya menjelaskan atau menganalisis

data yang diperoleh, tetapi data diinterpretasikan untuk kemudian

mendapatkan kesimpulan sebagai hasil dari penelitian. Peneliti

memberikan penjabaran dari berbagai data yang telah melalui tahap

editing sesuai dengan fokus penelitian. Pelaksanaan interpretasi data

dilakukan dengan memberikan penjelasan berupa kalimat bersifat narasi

dan deskriptif. Data yang telah memiliki makna kemudian dilakukan

kegiatan analisi data berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi.

3.8 Teknik Analisis Data


Menurut Bogdan dalam Sugiyono (2012:244), analisis data adalah proses mencari

dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan

penyusunan. Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan di interpretasikan, data yang diperoleh kemudian di

analisis secara bersamaan dengan proses yang cukup panjang. Data dari hasil

wawancara yang diperoleh kemudian dicatat dan dikumpulkan sehingga menjadi

sebuah catatan lapangan. Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data

dimulai sejak peneliti melakukan kegiatan pra lapangan sampai dengan selesainya

penelitian. Dalam penelitian kualitatif, teknik analisa data yang digunakan

diarahkan untuk menjawab rumusan masalah.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif, dengan

memasukkan data dari informan atau wawancara yang kemudian dianalisis dan

ditarik sebuah kesimpulan. Sehingga dalam penelitian ini peneliti menganalisis

data mengenai responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas yang dilakukan

oleh anggota DPRD perempuan Kabupaten Tulang Bawang Barat ditinjau dari

aspek legislasi dengan melihat peran DPRD perempuan dalam memperjuangkan

kepentingan perempuan. Selama dalam prosesnya, pengumpulan data dilakukan

tiga kegiatan penting, diantaranya; reduksi data (data reduction), penyajian data

(data display), triangulasi data, kemudian membuat keputusan (kesimpulan) yang

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

3.8.1 Reduksi Data (Data Reduction)


Reduksi data ialah proses pemilihan, pemusaran penelitian pada

penyederhanaan, serta transformasi data kasar yang muncul dari catatan-

catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk

analisis yang menajam, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang

tidak perlu, dan mengorganisasikn data dengan cara sedemikian rupa

sehingga dapat ditarik kesimpulan. Reduksi data dalam penelitian

dilakukan pada data hasil wawancara, dalam hal ini penulis memilih

kata-kata yang dapat digunakan untuk melakukan pembahasan. Peneliti

mengumpulkan data mengenai responsivitas, responsibilitas, dan

akuntabilitas yang dilakukan oleh DPRD perempuan Kabupaten Tulang

Bawang Barat ditinjau dari aspek legislasi dengan melihat peran DPRD

perempuan dalam memperjuangkan kepentingan perempuan.

3.8.2 Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data ialah peneliti menampilkan sekumpulan informasi

tersusun berdasarkan data yang di dapat secara menyeluruh yang

diperoleh dari lokasi hasil penelitian. Penyajian data yang disusun secara

singkat, jelas, dan terperinci serta menyeluruh akan memudahkan dalam

memahami gambaran terhadap aspek-aspek yang diteliti baik secara

keseluruhan maupun secara parsial. Hasil reduksi data disusun dan

disajikan dalam bentuk teks narasi-deskriptif.


Peneliti melakukan pengumpulan data yang telah direduksi untuk

menggambarkan kejadian yang terjadi pada saat di lapangan. Catatan-

catatan penting di lapangan, kemudian disajikan dalam bentuk teks

deskriptif untuk mempermudah pembaca memahami secara praktis.

Kegiatan lanjutan peneliti pada penyajian data adalah data yang didapat

disajikan dalam bentuk tabel dengan tujuan untuk menggabungkan

informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu.

3.8.3 Triangulasi Data

Selain menggunakan reduksi data dan penyajian data peneliti juga

menggunakan teknik triangulasi sebagai teknik untuk mengecek

keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya (Moelong, 2004:330),

triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil

wawancara terhadap objek penelitian. Triangulasi dapat dilakukan

dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu

wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan

untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data.

Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk

menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi

bersifat reflektif.
Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam triangulasi

diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode,

penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi

tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan

memanfaatkan sumber. Triangulasi dengan sumber artinya

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

penelitian kualitatif. Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka

ditempuh langkah sebagai berikut:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan

apa yang dikatakan secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

Triangulasi memiliki arti penting dalam menjembatani riset kualitatif,

bahwa pengumpulan data triangulasi melibatkan observasi, wawancara

dan dokumentasi.
3.8.4 Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan bagian satu kegiatan dari konfigurasi

yang utuh. Makna-makna yang muncul dari data harus dapat diuji

kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya yang merupakan

validitasnya. Setelah data-data tersebut diuji kebenarannya peneliti

kemudian menarik kesimpulan berdasarkan data tersebut. Proses analisis

yang peneliti lakukan adalah dengan mengacu pada kerangka pikir yang

telah dirumuskan dan fokus penelitian ini. Penarikan kesimpulan

berlangsung dengan tiga langkah:

a. Memikirkan ulang selama penulisan,

b. Meninjau ulang catatan-catatan dilapangan,

c. Melakukan upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan

suatu temuan dalam seperangkat data yang lain.

Setelah melakukan tahap reduksi data, display data, dan triangulasi data,

barulah peneliti mengungkapkan kesimpulan dalam penelitian. Peneliti

menarik kesimpulan berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan dan

mengungkapkan bagaimana proses dari masing-masing individu anggota

DPRD perempuan di Kabupaten Tulang Bawang Barat dalam

memperjuangkan kepentingan perempuan yang diperoleh dari aspirasi

masyarakat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Pembetukan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat

Kabupaten Tulang Bawang Barat dibentuk melalui Undang-Undang Nomor 50

Tahun 2008 tanggal 26 November 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tulang

Bawang Barat di Provinsi Lampung dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri

atas nama Presiden RI pada tanggal 3 April 2009 di Jakarta. Sebelum menjadi

daerah otonom mandiri, wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat merupakan

bagian dari Kabupaten Tulang Bawang.

Proses berdirinya Kabupaten Tulang Bawang Barat dilatarbelakangi oleh aspirasi

yang berkembang di masyarakat yang tinggal di bagian Barat Kabupaten Tulang

Bawang, yang menginginkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat

melalui peningkatan pelayanan publik, percepatan pertumbuhan kehidupan

demokrasi, percepatan pelaksanaan pembangunan ekonomi, percepatan

pengelolaan potensi daerah, peningkatan keamanan dan ketertiban, serta

peningkatan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah.

Keinginan yang berkembang di masyarakat tersebut lalu terkristal dan

diperjuangkan melalui jalur formal, yaitu dengan menyampaikan kepada unsur

eksekutif dan legislatif, berikut dengan berbagai persyaratan yang diperlukan


sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun

2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan,

dan Penggabungan Daerah.

Berbagai langkah yang telah dilakukan dalam rangka pembentukan Kabupaten

Tulang Bawang Barat akhirnya berbuah hasil dengan disahkannya Undang-

Undang Pembentukan Kabupaten Tulang Bawang Barat, serta diresmikannya

Kabupaten Tulang Bawang oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden RI.

Acara peresmian tanggal 3 April 2009 yang berlangsung di Gedung Depdagri

Jakarta tersebut bersamaan waktunya dengan pelantikan Penjabat Bupati Tulang

Bawang Barat yang pertama, yaitu Syaifullah Sesunan,SH.,MH.

4.2 Gambaran Umum


4.2.1 Luas Wilayah dan Keadaan Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah 1.201 km2. Kabupaten

Tulang Bawang Barat merupakan dataran rendah dengan ketinggian 39 meter di

atas permukaan laut. Kabupaten Tulang Bawang Barat dialiri beberapa sungai,

diantaranya Sungai Way Kanan, Sungai Way Kiri, Sungai Way Pedada, Sungai

Way Papan serta Sungai Way Bawang. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten

Tulang Bawang Barat yaitu alluvial, regosol, pedzolik coklat, latosol dan pedzolik

merah kuning. Kabupaten Tulang Bawang Barat beriklim tropis dengan musim

hujan dan kemarau bergantian sepanjang tahun. Temperature rata-rata 25°C -

31°C, curah hujan antara 57 - 299 mm/tahun, dengan kelembaban rata-rata 85,2.
4.2.2 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Tulang Bawang Barat berdasarkan Data Badan

Pusat Statiska pada tahun 2019 berjumlah 273. 215 jiwa. Berikut Tabel Jumlah

penduduk berdasarkan kecamatan :

Tabel 4. Jumlah Penduduk Kabupaten Tulang Bawang Barat

No Kecamatan Jumlah Penduduk


1. Tulang Bawang Udik 31.473
2. Tumijajar 43.885
3. Tulang Bawang Tengah 85.998
4. Pagar Dewa 7.354
5. Lambu Kibang 21.951
6. Gunung Terang 18.564
7. Batu Putih 16.548
8. Gunung Agung 29.265
9. Way Kenanga 18.177
Total 273.215 Jiwa
Sumber: Badan Pusat Statiska Tahun 2019

4.2.3 Administrasi Pemerintahan

Secara geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di 10455’-

10510’ Bujur Timur dan 335’ - 415’ Lintang Selatan. Kabupaten Tulang

Bawang Barat berjarak ± 135 km dari ibukota Provinsi Lampung, Kota

Bandar Lampung.

Batas-batas Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten OKI Provinsi Sumatra Selatan.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Banjar Margo,

Kecamatan Banjar Agung dan Kecamatan Menggala Kabupaten

Tulang Bawang.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten

Lampung Tengah serta Kacamatan Abung Surakarta dan Kecamatan Muara

Sungkai Kabupaten Lampung Utara.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Negeri Besar, Kecamatan

Negara Batin serta Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan.

Kabupaten Tulang Bawang Barat memiliki 3 Kelurahan dan 93 Tiyuh yang

berada disembilan kecamatan. Berdasarkan kondisi geografis dapat dilihat pada

peta Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2020 sebagai berikut:

Gambar 2. Peta Wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2020

Sumber : Bagian Persidangan Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat 2020

4.3 DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat


4.3.1 Penetapan Jumlah Kursi DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat
Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Tulang Bawang Barat menetapkan

perolehan kursi calon terpilih anggota DPRD setempat sebanyak 30 kursi dari 8

partai politik. Ketetapan ini telah disepakati dalam Rapat Pleno Terbuka

Penetapan Perolehan Kursi dan Calon Terpilih Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD) Tulang Bawang Barat pada Pemilu 2019.

Tabel 5. Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat Pemilu


Tahun 2019

No Nama Partai Jumlah Kursi


1. PDI Perjuangan 7 Kursi
2. Partai Demokrat 6 Kursi
3. Partai NasDem 5 Kursi
4. Partai Gerindra 4 Kursi
5. Partai Hanura 3 Kursi
6. PAN 2 Kursi
7. Partai Perindo 2 Kursi
8. PKB 1 Kursi
Total 30 kursi
Sumber : Bagian Persidangan Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat 2020

4.3.2 Fraksi DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat

Untuk mengotimalkan pelaksanaan fungsi serta tugas dan wewenang DPRD serta

hak dan kewajiban DPRD maka dibentuklah fraksi sebagai wadah berhimpun

anggota DPRD. Setiap anggota DPRD wajib menjadi anggota dari salah satu

fraksi. Berikut ada 6 Fraksi di DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun

2019-2024:

Tabel 6. Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

No. Nama Jabatan Asal Partai


1 Nadirsyah Ketua PDI-P
2 Ansyori, SE Wakil Ketua PDI-P
3 Rubiono Sekretaris PDI-P
4 Ponco Nugroho, ST Anggota PDI-P
5 Arib Anggota PDI-P
6 Kadarsyah Anggota PDI-P
7 Sukardi K Anggota PDI-P
Sumber: Bagian Persidangan Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat 2020

Tabel 7. Fraksi Partai Demokrat

No Nama Jabatan Asal Partai


1. Paisol, SH Ketua P. Demokrat
2. H. Raden Anwar, SE. MM Wakil Ketua P. Demokrat
3. Eka Setiawati, S. Pd. I Sekretaris P. Demokrat
4. Busroni, SH Anggota P. Demokrat
5. Muammil, S. Ag. MM Anggota P. Demokrat
6. Didik Subandrio Anggota P. Demokrat
Sumber: Bagian Persidangan Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat 2020

Tabel 8. Fraksi Partai NasDem

No Nama Jabatan Asal Partai


1. Drs. H. Sobri, MM Ketua P. Nasdem
Gunawan Agung Kuncoro, P. Nasdem
2. Wakil Ketua
SH
3. Wawan Irawan, S. I. P Sekretaris P. Nasdem
4. Sadimin Anggota P. Nasdem
5. S. Joko Kuncor, S. I. Kom Anggota P. Nasdem
Sumber: Bagian Persidangan Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat 2020

Tabel 9. Fraksi Partai Gerindra

No. Nama Jabatan Asal Partai


1. Yantoni Ketua P. Gerindra
2. Arya Saputra Wakil Ketua P. Gerindra
3. Dedy Robiansyah, SH Sekretaris P. Gerindra
4. M. Redi Setiawan Anggota P. Gerindra
Sumber: Bagian Persidangan Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat 2020

Tabel 10. Partai Hanura Perindo


No Nama Jabatan Asal Partai
1. H. Marzani, SE Ketua P. Hanura
2. Sudirwan, S. Sos Wakil Ketua P. Hanura
3. Ahmad Ridwansyah, SH Sekretaris P. Perindo
4. Roni Anggota P. Hanura
5. Hairul Amin, A.Md Anggota P. Perindo
Sumber: Bagian Persidangan Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat 2020

Tabel 11. Partai Amanat Kebangsaan

No Nama Jabatan Asal Partai


1. Rusli Ketua PAN
2. Sugito Wakil Ketua PKB
3. Asep Priwanto, SH Sekretaris PAN
Sumber: Bagian Persidangan Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat 2020

4.3.3 Alat Kelengkapan DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat


4.3.3.1 Pimpinan

Pimpinan DPRD adalah anggota Dewan yang telah dipilih oleh seluruh anggota

dewan dalam sidang paripurna untuk memimpin DPRD serta menjalankan fungsi

sebagai pimpinan dewan selama masa jabatan. Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota

bersifat kolektif (kebersamaan) dan kolegial (kekeluargaan).

Pimpinan DPRD Kabupaten/kota terdiri dari 1 (satu) orang ketua serta 2 (dua)

orang wakil ketua. Ketua DPRD merupakan anggota DPRD yang berasal dari

partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama di DPRD. Sedangkan

wakil ketua DPRD merupakan anggota DPRD yang memperoleh kursi terbanyak

kedua dan ke tiga.

Pimpinan DPRD mempunyai tugas dan wewenang:


1) Memimpin rapat DPRD dan menyimpulkan hasil rapat untuk diambil

keputusan;

2) Menyusun rencana kerja Pimpinan DPRD;

3) Menetapkan pembagian tugas antara ketua dan wakil ketua;

4) Melakukan koordinasi dalam upaya menyinergikan pelaksanaan agenda

dan materi kegiatan dari alat kelengkapan DPRD;

5) Mewakili DPRD dalam berhubungan dengan Lembaga/Instansi lain;

6) Menyelenggarakan konsultasi dengan Bupati dan Pimpinan

Lembaga/Instansi vertikal lainnya;

7) Mewakili DPRD di pengadilan;

8) Melaksanakan keputusan DPRD tentang penetapan sanksi atau rehabilitasi

anggota DPRD sesuai dengan ketentuan Peraturan perundang-undangan;

dan

9) Menyampaikan laporan kinerja Pimpinan DPRD dalam rapat paripurna

yang khusus diadakan untuk itu.

Berdasarkan hasil dari pemilu yang telah dilakukan pada tahun 2019 berikut

pimpinan DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2019-2024 beserta partai

pengusungnya:

Tabel 12. Pimpinan DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2019-
2024

No Nama Jabatan Partai


Demokrasi Indonesia
1. Ponco Nugroho, ST Ketua DPRD
Perjuangan
2. Busroni, SH Wakil Ketua I Demokrat
3. S. Joko Kuncor, S. I. Wakil Ketua II Nasdem
Kom
Sumber: Bagian Persidangan Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat 2020

4.3.3.2 Komisi

Komisi merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap yang dibentuk

oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD.

Komisi DPRD mempunyai tugas dan wewenang:

1) Memastikan terlaksananya kewajiban daerah dalam penyelenggaraan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan kewajiban

lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang;

2) Melakukan pembahasan rancangan perda;

3) Melakukan pembahasan rancangan keputusan DPRD sesuai dengan ruang

lingkup tugas komisi;

4) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan perda sesuai dengan ruang

lingkup tugas komisi;

5) Membantu Pimpinan DPRD dalam penyelesaian masalah yang

disampaikan oleh Bupati dan/atau masyarakat kepada DPRD;

6) Menerima, menampung dan membahas serta menindaklanjuti aspirasi

masyarakat;

7) Mengupayakan peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah;

8) Melakukan kunjungan kerja komisi atas persetujuan Pimpinan DPRD;


9) Mengadakan rapat kerja dan rapat dengar pendapat;

10) Mengajukan usulan kepada Pimpinan DPRD yang termasuk dalam ruang

lingkup bidang tugas komisi; dan

11) Memberikan laporan tertulis kepada Pimpinan DPRD tentang hasil

pelaksanaan tugas komisi.

Terdapat ada 3 komisi di DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat. Komisi-komisi

dalam DPRD tersebut terdiri dari:

a) Komisi I :Bidang Pemerintahan, Hukum dan Perundang-undangan.

Meliputi :Pemerintahan Umum, Ketertiban dan Keamanan,


Kependudukan, Komunikasi/Pers, Hukum/Perudang-undangan, Perizinan,
Pertanahan, Kepegawaian/Aparatur, Sosial Politik, KPU, Penanggulangan
Bencana Daerah, Lingkungan Hidup, Arsip Daerah dan Organisasi
Masyarakat;

b) Komisi II :Bidang Pendidikan, Perekonomian dan Kesejahteraan.


Meliputi :Pendidikan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Perindustrian,

Perdagangan, Pertanian, Perikanan, Kelautan, Peternakan, Perkebunan,

Kehutanan, Pengadaan Pangan, Logistik, Koperasi, Perbankan,

Perusahaan Daerah dan Perusahaan Patungan, Ketenagakerjaan,

Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga, Agama, Kebudayaan, Sosial,

Sekretariat ASN, Kesehatan dan Keluarga Berencana, Peranan Wanita,

Transmigrasi, Museum dan Budaya.

c) Komisi III: Bidang Pembangunan dan Keuangan.


Meliputi :Pekerjaan Umum, Pemetaan, Penataan dan Pengawasan Kota,

Aset Daerah, Pertamanan, Kebersihan, Perhubungan, Pertambangan dan


Energi, Perumahan Rakyat, Keuangan Daerah, Retribusi, Perpajakan,

Dunia Usaha dan Penanaman Modal.

Berikut anggota dari setiap komisi di DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat

tahun 2019-2024:

Tabel 13. Komisi I DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat

No Nama Jabatan
1. Yantoni Ketua
2. Ahmad Ridwansyah, SH Wakil Ketua
3. Sadimin Sekretaris
4. Eka Setiawati, S. Pd. I Anggota
5. Asep Priwanto, SH Anggota
6. M. Redi Setiawan Anggota
7 Nadirsyah Anggota
8. Sukardi K Anggota
Sumber: Bagian Persidangan Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat 2020

Tabel 14. Komisi II DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat

No Nama Jabatan
1. Sudirwan, S. Sos Ketua
2. Sugito Wakil Ketua
3. Muammil, S. Ag. MM Sekretaris
4. Didik Subandrio Anggota
5. Roni Anggota
6. Gunawan Agung Kuncoro, SH Anggota
7 Arya Saputra Anggota
8. Arib Anggota
9. Rubiono Anggota
Sumber: Bagian Persidangan Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat 2020
Tabel 15. Komisi III DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat
No Nama Jabatan
1. Paisol, SH Ketua
2. Dedy Robiansyah, SH Wakil Ketua
3. Wawan Irawan, S. I. P Sekretaris
4. H. Raden Anwar, SE. MM Anggota
5. H. Marzani, SE Anggota
6. Hairul Amin, A.Md Anggota
7 Rusli Anggota
8. Drs. H. Sobri, MM Anggota
9. Kadarsyah Anggota
10. Ansyori, SE Anggota
Sumber: Bagian Persidangan Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat 2020

4.3.3.3 Badan Anggaran

Badan anggaran merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan

dibentuk pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD. Badan anggaran

mempunyai tugas dan wewenang seperti:

1) Memberikan saran dan pendapat berupa pokok pikiran DPRD kepada

Bupati dalam mempersiapkan rancangan APBD sebelum Peraturan Bupati

tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah ditetapkan;


2) Melakukakan konsultasi yang diwakili oleh anggotanya dengan komisi

terkait untuk memperoleh masukan dalam rangka pembahasan rancangan

kebijakan umum APBD dan prioritas dan plafon anggaran sementara;

3) Memberikan saran dan pendapat kepada Bupati dalam mempersiapkan

rancangan perda tentang APBD, rancangan perda tentang perubahan

APBD dan rancangan perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan

APBD;

4) Melakukan penyempurnaan rancangan perda tentang APBD, rancangan

perda tentang perubahan APBD dan rancangan perda tentang

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berdasarkan hasil evaluasi

Gubernur bersama tim anggaran pemerintah daerah;

5) Melakukan pembahasan bersama tim anggaran Pemerintah Daerah

terhadap rancangan kebijakan umum APBD dan rancangan prioritas dan

plafon anggaran sementara yang disampaikan oleh Bupati; dan

6) Memberikan saran kepada Pimpinan DPRD dalam penyusunan anggaran

belanja DPRD.

Tabel 16. Badan Anggaran DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat

No Nama Jabatan
1. Ponco Nugroho, ST Ketua
2. Busroni, SH Wakil Ketua I
3. S. Joko Kuncor, S. I. Kom Wakil Ketua II
4. Sekretariat DPRD Sekretaris bukan anggota
5. Paisol, SH Anggota
6. Muammil, S. Ag. MM Anggota
7 H. Raden Anwar, SE. MM Anggota
8. Rusli Anggota
9. M. Redi Setiawan Anggota
10. Yantoni Anggota
11. Drs. H. Sobri, MM Anggota
12. Wawan Irawan, S. I. P Anggota
13. Roni Anggota
14. Hairul Amin, A.Md Anggota
15. Kadarsyah Anggota
16. Sukardi K Anggota
Sumber: Bagian Persidangan Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat 2020

4.3.3.4 Badan Musyawarah

Badan musyawarah merupakan alat kelengkapan DPRD yang mana susunan

keanggotaannya ditetapkan dalam rapat paripurna setelah terbentuknya pimpinan

DPRD, fraksi, komisi serta badan anggaran.

Badan musyawarah mempunyai tugas dan wewenang:

1) Mengkoordinasikan singkronisasi penyusunan rencana kerja tahunan dan 5

(lima) tahunan DPRD dari seluruh rencana kerja alat kelengkapan DPRD;

2) Menetapkan agenda DPRD untuk 1 (satu) tahun masa sidang, sebagian

dari suatu masa sidang, perkiraan waktu penyelesaian suatu masalah, dan

jangka waktu penyelesaian rancangan perda;

3) Memberikan pendapat kepada pimpinan DPRD dalam menentukan garis

kebijakan pelaksanaan tugas dan wewenang DPRD;

4) Meminta dan/atau memberikan kesempatan kepada alat kelengkapan

DPRD yang lain untuk memberikan keterangan atau penjelasan mengenai

pelaksaaan tugas masing-masing;

5) Menetapkan jadwal acara rapat DPRD;

6) Memberikan saran atau pendapat untuk memperlancar kegiatan DPRD;


7) Merekomendasikan pembentukan panitia khusus; dan

8) Melaksanakan tugas lain yang diputuskan dalam rapat paripurna.

Berikut tabel anggota Badan Musyawarah DPRD Kabupaten Tulang Bawang


Barat Tahun 2019-2024:

Tabel 17. Badan Musyawarah DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat

No Nama Jabatan
1. Ponco Nugroho, ST Ketua
2. Busroni, SH Wakil Ketua I
3. S. Joko Kuncor, S. I. Kom Wakil Ketua II
Sekretaris bukan
4. Sekretariat DPRD
Anggota
5. Didik Subandrio Anggota
6. Eka Setiawati, S. Pd. I Anggota
7 Sugito Anggota
8. Arya Saputra Anggota
9. M. Redi Setiawan Anggota
10. Sadimin Anggota
11. Gunawan Agung Kuncoro, SH Anggota
12. Wawan Irawan, S. I. P Anggota
13. Ahmad Ridwansyah, SH Anggota
14. H. Marzani, SE Anggota
15. Nadirsyah Anggota
16. Ansyori, SE Anggota
Sumber: Bagian Persidangan Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat 2020

4.3.3.5 Badan Legislasi Daerah

Badan Legislasi mempunyai tugas dan wewenang;

1) Menyusun rancangan program pembentukan Perda yang memuat daftar

urut rancangan perda berdasarkan skala prioritas pembentukan rancangan

perda disertai alasan untuk setiap tahun anggaran di lingkungan DPRD;

2) Mengordinasikan penyusunan program pembentukan perda antara DPRD

dan Pemerintah Daerah;


3) Menyiapkan rancangan perda yang berasal dari DPRD yang merupakan

ususlan Bapemperda berdasarkan program prioritas yang telah ditetapkan;

4) Melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi

rancangan perda yang diajukan anggota, komisi, atau gabungan komisi

sebelum rancangan perda disampaikan kepada Pimpinan DPRD;

5) Mengkuti pembahasan rancangan perda yang diajukan oleh DPRD dan

Pemerintah Daerah;

6) Memberikan pertimbangan terhadap usulan penyusunan rancangan perda

yang diajukan oleh DPRD dan Pemerintah Daerah di luar program

pembentukan perda;

7) Memberikan pertimbangan kepada pimpinan DPRD terhadap rancangan

perda yang berasal dari Pemerintah Daerah;

8) Mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap pembahasan

materi muatan rancangan perda mealui koordinasi dengan komisi dan/atau

panitia khusus;

9) Memberikan masukan kepada Pimpinann DPRD atas rancangan perda

yang ditugaskan oleh badan musyawarah;

10) Melakukakan kajian perda; dan

11) Membuat laporan kinerja pada masa akhir keanggotaan DPRD dan

menginventarisasi permasalahan dalam pembentukan perda sebagai bahan

bagi komisi pada masa keanggotaan berikutnya.


Berikut susunan pimpinan dan anggota Badan Legislasi Daerah DPRD Kabupaten

Tulang Bawang Barat masa keanggotaan 2019-2024:

Tabel 18. Badan Legislasi Daerah DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat

No Nama Jabatan
1. Gunawan Agung Kuncoro, SH Ketua
2. Arib Wakil Ketua I
3. Sekretariat DPRD Sekretaris bukan anggota
5. Didik Subandrio Anggota
6. Muammil, S. Ag. MM Anggota
7 Asep Priwanto, SH Anggota
8. Yantoni Anggota
9. Drs. H. Sobri, MM Anggota
10. Roni Anggota
11. Hairul Amin, A.Md Anggota
12. Kadarsyah Anggota
Sumber: Bagian Persidangan Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat 2020

4.3.3.6 Badan Kehormatan

Badan kehormatan mempunyai tugas:

1) Memantau dan mengevaluasi disiplin dan kepatuhan anggota DPRD

terhadap sumpah/janji dan kode etik;

2) Meneliti dugaan pelanggaran terhadap sumpah/janji dan kode etik yang

dilakukan anggota DPRD ;

3) Melakukan penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi atas pengaduan

Pimpinan DPRD, anggota DPRD dan/atau masyarakat; dan

4) Melaporkan keputusan badan kehormatan atas hasil penyelidikan,

verifikasi dan klarifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf c kepada rapat

paripurna.
Adapun dalam melaksanakan tugasnya, Badan Kehormatan berwenang untuk:

1) Memanggil anggota DPRD yang diduga melakukan pelanggaran

sumpah/janji dan kode etik untuk memberikan klarifikasi atau pembelaan

atas pengaduan dugaan pelanggaran yang dilakukan;

2) Meminta keterangan pelapor, saksi atau pihak lain yang terkait termasuk

meminta dokumen atau bukti lain; dan

3) Menjatuhkan sanksi kepada anggota DPRD yang terbukti melanggar

sumpah/janji dan kode etik.

Berikut anggota Badan Kehormatan DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat:

Tabel 19. Badan Kehormatan DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat


No Nama Jabatan
1. Sukardi K Ketua
2. H. Raden Anwar, SE. MM Wakil Ketua
3. Rusli Sekretaris
Sumber: Bagian Persidangan Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat 2020

4.3.3.7 Alat Kelengkapan lainnya

DPRD dapat membentuk alat kelengkapan lainnya berupa panitia khusus. Panitia

khusus ini dibentuk dalam rapat paripurna atas usulan anggota DPRD setelah

mendapat pertimbangan badan musyawarah. Dalam pembentukan panitia khusus

dalam waktu yang bersamaan paling banyak sama jumlahnya dengan komisi.

Masa kerja dari setiap panitia khusus berbeda-beda, untuk masa kerja paling lama

1 (satu) tahun untuk tugas pembentukan perda dan paling lama (6) bulan untuk

tugas selain pembentukan perda. Anggota panitia khusus ini terdiri dari atas
anggota komisi terkait yang diusulkan oleh masing-masing fraksi. Ketua dan

wakil ketuanya dipilih dari dan oleh anggota panitia khusus.

4.3.4 Sekretariat DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat

Sekretariat DPRD merupakan unsur pelayanan administrasi dan pemberian

dukungan terhadap tugas dan fungsi DPRD. Sekretariat DPRD dipimpin oleh

Sekretaris DPRD yang dalam melaksanakan tugasnya secara teknis oprasional

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan DPRD dan secara

administratif bertanggung jawab kepada bupati melalui Sekretaris Daerah

kabupaten.

Sekretariat DPRD mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi

kesekretariatan dan keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD,

serta menyediakan dan mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD

dalam melaksanakan hak dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan.

Adapun susunan Organisasi Sekretariat DPRD yang tercantum dalam Peraturan

Bupati Tulang Bawang Barat Nomor 42 Tahun 2016 tentang Kedudukan Susunan

Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Perangkat Daerah Sekretariat

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat sebagai

berikut:
4.3.4.1 Bagian Persidangan dan Risalah

Bagian Persidangan dan Risalah mempunyai tugas pokok melaksanakan

menyelenggarakan pengelolaan kegiatan penyusunan perundang-undangan,

risalah rapat dan persidangan serta menyususn naskah produk DPRD. Adapun sub

bagian dari persidangan dan risalah sebagai berikut:

1) Sub Bagian Rapat dan Risalah

Sub bagian rapat dan risalah mempunyai tugas pokok kegiatan penyiapan

rapat-rapat alat kelengkapan DPRD dan penyusunan risalah rapat yang

diselenggarakan oleh DPRD. Adapun tugas sub bagian rapat dan risalah

yaitu sebagai berikut:

a) Penyusunan Rencana kegiatan rapat dan risalah yang

diselenggarakan oleh DPRD;

b) Pengumpulan dan pengolahan data dalam rangka penyiapan

pelaksanaan rapat dan risalah yang diselenggarakan oleh DPRD;

c) Penyiapan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam

pelaksanaan rapat yang diselenggarakan oleh alat kelengkapan

DPRD;

d) Penyiapan bahan yang diperlukan untuk rapat alat kelengkapan

DPRD;

e) Pelaksanaan pemantauan dan pengevaluasian pelaksanaan

kegiatan rapat dan risalah yang diselenggarakan oleh DPRD;


f) Pelaksanaan koordinasi dengan unit kerja terkait dalam rangka

pelaksanaan tugas;

g) Memfasilitasi peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat;

h) Memfasilitasi penyerapan aspirasi masyrakat oleh DPRD;

i) Penyusunan risalah hasil persidangan;

j) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan

bidang tugasnya.

2) Sub Bagian Persidangan

Sub Bagian Persidangan mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan

penyiapan persidangan yang diselenggrakan oleh DPRD. Adapun tugas

Sub Bagian Persidangan adalah sebagai berikut:

a) Penyiapan rencana kegiatan persidangan;

b) Mengatur tata tempat persidangan/rapat paripurna;

c) Penyiapan bahan kegiatan persidangan/ rapat paripurna yang

diselenggarakan oleh DPRD;

d) Penyiapan naskah materi persidangan yang akan diselenggarakan

oleh DPRD;

e) Penyusunan dan pengolahan hasil persidangan;

f) Pelaksanaan pemantauan dan pengevaluasian pelaksanaan

kegiatan persidangan/rapat paripurna DPRD;

g) Memfasilitasi Kunjungan Kerja alat kelengkapan DPRD;

h) Pelaksanaan koordinasi dengan unit kerja terkait dalam rangka

pelasanaan tugas;
i) Penyusunan laporan hasil pelaksanaan tugas;

j) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan

ketentuan yang belaku.

3) Sub Bagian Perundang-undang dan Perpustakaan

Sub Bagian Perundang-undang dan Perpustakaan mempunyai tugas

pokok melaksanakan kegiatan penyusunan perundang-undang dan

mendokumentasikan hasil kegiatan DPRD dalam bentuk perpustakaan.

Adapun tugas Sub Bagian Perundang-undang dan Perpustakaan sebagai

berikut:

a) Penyusunan rencana kegiatan penyusunan perundang-undangan

dan perpustakaan;

b) Penyiapan bahan penyusunan Raperda/peraturan perundang-

undangan yang berhubungan dengan tugas DPRD;

c) Penyiapan referensi kepustakaan pendukung pembahasan

peraturan daerah;

d) Pengumpulan dan pengolahan data dalam rangka penyusunan

perundang-undangan dan perpustakaan DPRD;

e) Penyusanan perundang-undangan hasil kegiatan rapat DPRD;

f) Pemantauan dan pengevaluasian hasil kegiatan penyusunan

perundang-undangan dan dokumentasi risalah rapat DPRD;

g) Penyiapan bahan dan mengadakan keputusan Dewan dan

Pimpinan;
h) Penyiapan bahan dalam rangka pembahasan rancangan dan

pengesahan terhadap Peraturan Daerah;

i) Mendokumentasikan produk-produk peraturan daerah;

j) Pelaksanaan pendokumentasian risalah rapat DPRD dalam betuk

perpustakaan DPRD;

k) Pengadaan dan pemeliharaan buku-buku koleksi perpustakaan;

l) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan

bidang tugasnya.

4.3.4.2 Bagian Keuangan

Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah beserta perubahannya dan perhitungan

anggaran serta membina, menjawab, mengendalikan dan mengelola administrasi

keuangan Sekretariat DPRD. Adapun sub bagian keuangan sebagai berikut:

1) Sub Bagian Verifikasi dan Pelaporan

Sub Bagian Verifikasi dan Pelaporan mempunyai tugas pokok

menyiapkan bahan pemeriksaan/penelitian terhadap realisasi pelaksanaan

anggaran keuangan DPRD dan Sekretariat DPRD serta menyiapkan

bahan pelaporan kegiatan bagian keuangan. Berikut rincian tugas Sub

Bagian Verifikasi dan Pelapor;

a) Meneliti, menilai, dan memverifikasi Surat Pertanggungjawaban

(SPJ) realisasi keuangan;


b) Mengadministrasi seluruh pengeluaran Surat Permintaan

Pencarian Dana (SP2D) Sekretariat DPRD;

c) Mengkoordinasikan dan menyusun daftar gaji anggota DPRD;

d) Mengadministrasi seluruh penguluran lingkup Sekretariat DPRD.

e) Menyiapkan dan mengkoordinasikan rencana kerja anggaran

untuk kebutuhan belanja Sekretariat DPRD;

f) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

2) Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan

penyusunan perencanaan anggaran dan perubahan anggaran serta

penyusunan realisasi anggaran keuangan DPRD dan Sekretariat DPRD,

menyiapkan bahan penyelenggaraan pengelolaan administrasi keuangan,

sistem akuntansi dan perhitunggan anggaran. Adapun tugas Bagian

Keuangan sebagai berikut:

a) Menyiapkan penyusunan anggaran dan perubahan anggaran

DPRD dan Sekretariat DPRD;

b) Menyiapkan bahan laporan realisasi anggaran keuangan DPRD

dan Sekretariat DPRD;

c) Menyelenggarakan administrasi keuangan perjalanan dinas

pimpinan dan anggota DPRD serta Sekretariat DPRD;


d) Menyiapkan pemeriksaan/ penelitian terhadap realisasi

pelaksanaan anggaran keuangan DPRD dan Sekretariat DPRD;

e) Menyiapkan pelaksanaan kegiatan pelaporan;

f) Melaksanakan pengadaan dan pemeliharaan barang perlengkapan

dan barang inventaris;

g) Pengelolaan administrasi dan pendistribusian barang inventaris,

rencana perlengkapan;

h) Memfasilitasi kunjungan kerja pimpinaan dan anggota DPRD

serta alat-alat kelengkapan DPRD;

i) Menyiapkan bahasan rencana perjalanan dinas pimpinan dan

anggota DPRD;

j) Menyiapkan bahasan rencana perjalanan dinas Sekretariat dan

Staf DPRD;

k) Menyiapkan laporan pelaksanaan kegiatan perjalanan dinas

Pimpinan dan anggota DPRD;

l) Menyiapkan laporan pelaksanaan kegiatan perjalanan dinas

Sekretariat dan Staf Sekretariat DPRD;

m) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan

bidang tugasnya.

3) Sub Bagian Perlengkapan

Sub Bagian Perlengkapan mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan

penyusunan perencanaan pelaksanaan administrasi dan pengeloaan


pengadaan, inventarisasi dan penyimpanan serta pendistribusian

barang/asset DPRD dan Sekretariat DPRD. Adapun rincian tugas Sub

Bagian Umum Perlengkapan sebagai berikut:

a) Mengumpulkan dan mengolah data rencana kebutuhan

perlengkapan Sekretariat DPRD;

b) Melaksanakan pengadaan perlengkapan Sekretariat DPRD;

c) Melaksanakan administrasi penyimpanan barang-barang

inventaris DPRD dan Sekretariat DPRD;

d) Memelihara barang-barang inventaris DPRD dan Sekretariat

DPRD yang tidak termasuk dalam tugas urusan dalam

mendistribusikan kebutuhan barang-barang;

e) Meneliti, menilai dan memverifikasikan Surat

Pertanggungjawaban (SPJ) realisasi keuangan;

f) Melaksanakan tugas lainnnya yang diberikan atasan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

4.3.4.3 Bagian Umum

Bagian Umum mempunyai tugas pokok kegiatan tata usaha dan kepegawaian,

humas dan keprotokoleran DPRD dan Sekretariat DPRD serta merencanakan dan

mengadakan kebutuhan barang-barang inventaris DPRD. Adapun tugas dari setiap

sub bagian umum sebagai berikut:

1. Sub Bagian Rumah Tangga


Sub Bagian Rumah Tangga mempunyai tugas pokok melaksanakan

urusan rumah tangga DPRD dan Sekretariat DPRD yang meliputi

pengadaan, penginventarsasian, pendistribusian, pemeliharaan sarana dan

prasarana DPRD dan Sekretariat DPRD. Adapun rincian tugas Sub

Bagian Rumah Tangga sebagai berikut:

a) Merencanakan kebutuhan barang-barang inventaris dan sarana

kerja yang dibutuhkan Sekretariat DPRD;

b) Memelihara dan mengelola barang-barang inventaris dan sarana

kerja Bagian Umum;

c) Merencanakan kebutuhan pakaian seragam bagi pimpinan dan

anggota DPRD serta pegawai Sekretariat DPRD;

d) Memelihara kebersihan, keindahan dan keamanan lingkungan

kerja DPRD dan Sekretariat DPRD;

e) Menyiapkan atau menyampaikan bahan laporan tentang

pelaksanaan tugas atau kegiatan yang telah dilaksanakan;

f) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

2. Sub Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian

Sub Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok

melaksanakan urusan rumah tangga DPRD dan Sekretariat DPRD yang

meliputi pengadaan penginventarisasian, pendistribusian, pemeliharaan


sarana dan prasarana DPRD dan Sekretariat DPRD. Adapun rincian tugas

Sub Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian sebagai berikut:

a) Melaksanakan pengadministrasian dan pengarsipan surat keluar

masuk dan untuk DPRD dan Sekretariat DPRD;

b) Melaksanakan urusan hubungan kerjasama dan urusan

kepentingan dinas antara lembaga DPRD atau Sekretariat DPRD

dengan dinas atau instansi lain;

c) Merencanakan kebutuhan tenaga pegawai staf DPRD;

d) Menyediakan dan mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan

oleh DPRD;

e) Menyusun, memelihara dan mengelola data kepegawaian staf

Sekretariat DPRD Kabupaten dan anggota DPRD;

f) Melaksanakan urusan kepegawaian staf Sekretariat staf

Sekretariat DPRD yang berhubungan dengan kenaikan pangkat,

kenaikan gaji berkala dan mutase pegawai;

g) Menyiapkan atau menyampaikan bahan laporan tentang

pelaksanaan tugas atau kegiatan yang telah dilaksanakan;

h) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

3. Sub Bagian Humas dan Protokol

Sub Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol mempunyai tugas

melaksanakan penyaringan informasi, analisis pemberitaan, mengadakan


inventarisasi dan dokumentasi pemberitaan kegiatan DPRD. Adapun

rincian tugas Sub Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol sebagai

berikut;

a) Melaksanakan urusan dokumentasi, informasi dan publikasi

tentang kegiatan DPRD;

b) Menyiapkan bahan pidato, sambutan atau makalah pimpinan

DPRD;

c) Melaksanakan tugas-tugas kehumasan dan keprotokoleran bagi

anggota DPRD dan Sekretariat DPRD;

d) Menyiapkan bahan dan fasilitas perjalanan dinas pimpinan atau

anggota DPRD dan Sekretariat atau staf DPRD;

e) Menyiapkan bahan dan fasilitas untuk penerimaan kunjungan

tamu dinas pimpinan atau anggota DPRD dan Sekretariat DPRD;

f) Menyiapkan atau menyampaikan bahan laporan tentang

pelaksanaan tugas atau kegiatan yang telah dilaksanakan;

g) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

4.4 Hasil Penelitian dan Pembahasan


4.4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Peran Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Perempuan Periode Tahun 2019-2024 ditinjau

dari Aspek Legislasi di DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat.


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berdasarkan hasil

wawancara peneliti terhadap informan yang dianggap berpontensi dalam

memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan serta data

sekunder yang merupakan data pendukung data primer dari literatur dan

dokumen.

4.4.1.1 Memperjuangkan kepentingan perempuan melalui proses legislasi


(membuat perda).

DPRD sebagai lembaga politik diharapkan mampu menjadi penyambung

aspirasi dan kepentingan masyarakat daerah guna kemajuan dan

kemakmuran masyarakat sehingga membawa perubahan dan paradigma

baru terhadap penyelenggaraan pemerintah daerah. DPRD sebagai

lembaga yang mewakili masyarakat tidak terlepas dari keterwakilan

perempuan. Pemerintah menetapkan kuota 30% keterwakilan perempuan

pada kepengurusan partai politik. Hal ini bertujuan agar kepentingan

perempuan dapat diperjuangkan dalam proses legislasi.

Anggota DPRD Perempuan Kabupaten Tulang Bawang Barat terdorong

untuk memperjuangkan kepentingan perempuan yang diatur dalam

perundang-undangan dikarenakan sampai saat ini belum terdapat Peraturan


Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat yang khusus mengakomodasi

Kepentingan Perempuan.

Hasil Wawancara yang dilakukan dengan Anggota DPRD Perempuan

dari Fraksi Partai Demokrat (Eka Setiawati, S.Pd.I) yang mengatakan

bahwa:

“Tentunya adalah keinginaan saya untuk mewakili suara rakyat


terutama kaum perempuan yang selama ini menurut saya masih belum
terakomodasi secara maksimal.” (Wawancara, Juni 2020)

Namun sampai saat ini Anggota DPRD Perempuan belum menggunakan

Hak Inisitifnya sebagai Anggota DPRD untuk mengajukan Rancangan

Peraturan Daerah yang mengakomodasi kepentingan perempuan. Hal ini

dikarenakan masa bakti Anggota DPRD perempuan tahun 2019 – 2024

yang masih relatif singkat.

Seperti yang diungkapkan oleh Anggota DPRD Perempuan dari Fraksi

Partai Demokrat (Eka Setiawati, S.Pd.I) :

“Untuk saat ini saya belum menggunakan hak inisiatif saya selaku
anggota DPRD Tulang Bawang Barat dikarenakan waktu menjabat
saya yang masih relatif singkat. Namun nantinya saya akan
menggunakan hak inisiatif saya sebagai anggota DPRD Tulang
Bawang Barat untuk mengajukan peraturan daerah yang
mengakomodasi kepentingan kaum perempuan dan anak”
(Wawancara, Juni 2020)

Dalam memperjuangkan kepentingan perempuan melalui legislasi,

Anggota DPRD Perempuan juga harus menghadapi kenyataan bahwa


masih belum tercapainya kuota perwakilan perempuan yang telah

diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 8 tahun 2011 tentang Pemilu

Legislatif dan Undang-undang Partai Politik (Parpol), kuota keterlibatan

perempuan dalam dunia politik adalah sebesar 30%, terutama untuk duduk

di dalam parlemen, disebutkan penyertaan sekurang-kurangnya 30%

keterwakilan perempuan pada kepengurusan parpol tingkat pusat sebagai

salah satu persyaratan parpol untuk dapat menjadi peserta pemilu, dan

daftar bakal calon peserta pemilu juga harus memuat paling sedikit 30%

keterwakilan perempuan.

Hal ini dipertegas pernyataan Drs. Mulyakin MM (Kepala Bagian

persidangan dan Risalah) :

“Belum bisa dikatakan mewakili aspirasi masyarakat khususnya kaum


perempuan dan bisa terlihat dari segi kuantitas/ jumlahnya yang
hanya 1 orang. Walaupun pada dasarnya yaitu pada Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2012 pasal 8 tentang Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah menyertakan sekurang-kurangnya 30%
(tiga puluh persen) keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai
politik. Hal tersebut bermaksud untuk memberikan kesempatan
kepada perempuan di partai politik agar dapat mencalonkan diri
sebagai anggota legislatif. Akan tetapi untuk saat ini anggota legislatif
yang bisa mewakili kaumnya sebagai anggota legislatif hanya 1 orang
saja yaitu Bu Eka dari partai Demokrat.”

Meskipun belum mampu membuat peraturan Daerah yang secara khusus

mengakomodasi kepentingan perempuan, Anggota DPRD Perempuan

Kabupaten Tulang Bawang Barat memberikan pelatihan kepada

perempuan untuk membantu meningkatkan ekonomi keluarga.


Hal ini diungkapkan oleh Anggota DPRD Perempuan dari Fraksi Partai

Demokrat (Eka Setiawati, S.Pd.I) :

“Saya memberikan pelatihan kepada ibu-ibu PKK seperti pelatihan


membuat kerajinan tangan dan pembuatan makanan ringan untuk
membantu meningkatan pendapatan rumah tangga.”

Dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh Anggota DPRD

Perempuan, anggota DPRD Perempuan Kabupaten Tulang Bawang Barat

tetap berusaha semaksimal mungkin melaksanakan perannya sebagai

anggota legislatif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kasubag Kepegawaian

dan Tata Usaha (Rini Diaputri, S.A.N, M.Si ) :

“Menurut saya anggota legislatif perempuan walaupun dengan segala


keterbatasan dari segi kuantitas/ jumlahnya yang hanya 1 orang tidak
menghalangi beliau dalam menjalankan fungsi legislasi di DPRD
Kabupaten Tulang Bawang Barat. Hal ini bisa terlihat dari beliau bisa
berperan aktif dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan DPRD yang
berkaitan dengan fungsi legislasi, anggaran (budgeting) dan
pengawasan (controling) terhadap pemerintahan di Kabupaten Tulang
Bawang Barat. Dengan beliau ikut terlibat dalam kegiatan hearing,
turun ke lapangan, kunjungan kerja serta kegiatan lainnya yang masih
berkaitan dengan dengan fungsi legislasi itu sendiri.” (wawancara, Juni
2020)

Berdasarkan pembahasan diatas, peran Anggota DPRD perempuan dalam

memerjuangkan kepentingan perempuan di Kabupaten Tulang Bawang

Barat masih belum optimal dikarenakan masa jabatan yang relatif singkat

dan belum terpenuhinya kuota perempuan dalam keanggotaan DPRD

Kabupaten Tulang Bawang Barat.

4.4.1.2 Membahas dan mengesahkan Peraturan Daerah baik dari


Pemerintah Daerah maupun Inisatif DPRD.

Salah satu fungsi DPRD adalah Fungsi Legislasi yaitu fungsi berkaitan

dengan pembentukan Peraturan Daerah. Dalam hal ini DPRD bersama

dengan Pemerintah Daerah bersama-bersama membahas Rancangan

Peraturan Daerah dan kemudian mengesahkannya menjadi Peraturan

Daerah.

Anggota DPRD perempuan Kabupaten Tulang Bawang Barat aktif dalam

menjalankan fungsi legislasi ini. Hal ini senada dengan hasil wawancara

dengan Anggota DPRD Perempuan dari Fraksi Partai Demokrat (Eka

Setiawati, S.Pd.I) :

“Saya selalu terlibat aktif dalam pembuatan perda baik saat


pembuatan maupun saat disahkannya peraturan tersebut dalam Rapat
Paripurna Tingkat II DPRD Tulang Bawang Barat.” (Wawancara, Juni
2020)

Hal ini diperkuat dengan pernyataan Ketua DPRD (Ponco Nugroho, ST)

yang menyatakan :

“Menurut penilaiaan saya, DPRD Tulang Bawang tentu saja sudah


menjalankan fungsi legislasi dengan baik. Ini tercermin dari 7
Raperda yang sudah dibahas bersama antara DPRD dengan
Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat.” (Wawancara,
Juni 2020)

Sampai bulan juni 2020 (periode 2019-2024) DPRD Kabupaten Tulang

Bawang Barat telah mengusulkan 3 (tiga) Raperda dari 7 (tujuh) Raperda


yang dibahas bersama dengan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Hal ini berdasarkan wawancara denga Wakil Ketua II (Joko Kuncoro,

S.I.Kom) DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat yang mengatakan :

"Sampai dengan bulan Juni 2020 telah ada tiga raperda inisiatif dari
DPRD yang kita usulkan. Raperda Penanggulangan Kebakaran,
raperda UMKM dan Raperda Lembaga Adat. Ketiga raperda itu
murni dari anggota DPRD dan menjadi skala prioritas Prolegda.”
(Wawancara Juni 2020)

Raperda inisiatif adalah kumpulan dari usulan-usulan badan legislatif

yang dirangkum berdasarkan aspirasi masyarakat paling banyak , dan

setelah rampung akan disahkan bersama Kabupaten Tulang Bawang

Barat. Lebih lanjut Wakil Ketua I (satu) ( Busroni, SH) mengatakan :

"Kami DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat cukup aktif dalam


mengajukan Raperda Inisiatif, itu dapat dilihat dalam waktu yang
singkat, telah ada 3 Raperda Inisiatif yang kami ajukan kepada
Pemerintah Daerah dan 2 dari 3 Raperda Inisiatif tersebut disetujui
dan disahkan menjadi Perda.” (Wawancara, Juni 2020)

Selain Raperda yang merupakan usul inisiatif DPRD, Raperda juga

berasal dari Bupati. Raperda yang berasal dari Bupati diajukan oleh

Bupati dengan Surat kepada Pimpinan DPRD. Raperda tersebut disiapkan

dan diajukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Selanjutnya Raperda yang berasal dari DPRD atau Bupati dibahas

bersama oleh DPRD dan Bupati untuk mendapatkan Persetujuan

Bersama. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Permendagri Nomor 1


Tahun 2019 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah bahwa

Perencanaan Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota ditetapkan

dalam Program Legislasi Daerah (Prolegda). Prolegda adalah rencana

pembentukan Peraturan Daerah Untuk 1 tahun anggaran. Prolegda

ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama DPRD dan Pemerintah

Daerah untuk setiap tahun.

Dalam daftar prolegda dimuat Raperda yang akan dibahas dan ditetapkan
beserta pendanaannya pada tahun berkenaan, sehingga memudahkan
proses perencanaan dan pembahasannya. daerah maupun pelaksanaan
dari peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi. Terkait dengan
penyusunan Prolegda yang jarang dari usulan DPRD, hasil wawancara
dengan Ketua DPRD (Ponco Nugroho, ST) :

“Sampai dengan Bulan Juni 2020, DPRD menyusun Prolegda


bersama Pemerintah Daerah, Pembahasan Raperda Relatif seimbang,
yaitu dari 7 Raperda yang diajukan 3 diantaranya merupakan Inisiatif
DPRD. Terkait dengan ini boleh dikatakan bahwa Anggota Legislatif
DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat kinerjanya telah optimal.”
(Wawancara, Juni 2020)

Berdasarkan penelitian dan informan diatas anggota DPRD Perempuan

berperan aktif dalam Pembahasan dan Pengesahan Peraturan Daerah

Kabupaten Tulang Bawang Barat.

4.4.1.3 Menyerap aspirasi dari masyarakat khususnya kaum Perempuan.

Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintah Daerah, DPRD memiliki peran dan kewenangan yang lebih

besar dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Sebagai wakil rakyat,


DPRD dituntut untuk peka terhadap aspirasi masyarakat setempat,

sehingga kebijakan yang dikeluarkan oleh daerah setempat sesuai dengan

kebutuhan dan keinginan masyarakat setempat. Sebelum menyusun dan

menetapkan kebijakan daerah, DPRD seyogyanya melakukan proses

penyerapan aspirasi masyarakat setempat. Masyarakat dapat mengajukan

aspirasinya melalui kegiatan reses atau menyampaikannya melalui

Komisi-Komisi yang ada di DPRD.

Kasubbag Perundang-undangan dan Perpustakaan Sekretariat DPRD

(Dirham, SE.,MH) mengatakan :

"Selain berdasarkan aspirasi masyarakat yang disampaikan secara


langsung ke Kantor DPRD melalui Komisi yang membidangi urusan
yang terkait, untuk menjaring aspirasi masyarakat anggota DPRD
juga turun langsung di Dapilnya masing-masing melalui kegiatan
Reses.” (Wawancara, Juni 2020)

Anggota DPRD Perempuan Kabupaten Tulang Bawang Barat secara aktif

berperan dalam menyerap aspirasi masyarakat baik langsung maupun tidak

langsung. Anggota DPRD Perempuan menyerap aspirasi masyarakat secara

langsung dengan turun ke lapangan atau melalui kegiatan reses.

Hasil wawancara dengan Anggota DPRD Perempuan dari Fraksi Partai

Demokrat (Eka Setiawati, S.Pd.I) :

“Saya terus aktif dalam menyerap aspirasi masyarakat terutama kaum


perempuan dengan turun langsung ke lapangan”. (Wawancara, Juni
2020).
Selain turun kelapangan atau melalui reses, Anggota DPRD perempuan

menyerap aspirasi masyarakat melalui Rapat Dengar Pendapat antara

Komisi dengan OPD terkait. Seperti yang diutarakan oleh Drs. Sobri, MM

(Ketua Fraksi Nasdem) :

“Menurut pemantauan saya, DPRD sudah cepat dalam merespon


Aspirasi Masyarakat. Ini terlihat dari banyaknya Rapat Dengar
Pendapat yang berjalan untuk menjawab aspirasi masyarakat
tersebut.” (Wawancara, Juni 2020).

Hal ini diperkuat dengan pernyataan Busroni, SH ( Wakil Ketua I DPRD ):

“Selama saya menjabat, rekan-rekan DPRD sangat cepat merespon


apa yang menjadi aspirasi dari masyarakat yang diwakili mereka.
Mereka pun tidak segan untuk turun langsung kelapangan demi
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat”.
(Wawancara, Juni 2020).

Aspirasi masyarakat yang diserap oleh DPRD Kabupaten Tulang Bawang

Barat akan menjadi bahan pertimbangan dalam mengajukan Raperda

Inisiatif. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh salah seorang anggota

Legislatif Fraksi Demokrat (Eka Setiawati, S.Pd.I ) yang mengatakan

bahwa:

"Biasanya untuk penyusunan dan pembahasan perda inisiatif, kita


melibatkan tokoh masyarakat untuk memberikan masukan dan
saran melalui feed back (umpan balik) agar perda yang akan
ditetapkan setidaknya tidaknya memberatkan masyarakat.”
(Wawancara, Juni 2020)

Setelah melaksanakan Penyerapan Aspirasi Masyarakat atau reses, setiap


anggota DPRD wajib membuat laporan tertulis yang ditujukan kepada

Ketua DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat. Laporan ini akan

dibacakan pada Rapat Paripurna sebagai bentuk tanggung jawab DPRD

kepada masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Keuangan (Mawardi,

S.Sos.,MM ):

“Selama ini diakhir setiap kegiatan DPRD Kabupaten Tulang Bawang


Barat, anggota DPRD selalu memberikan laporan tertulis, seperti
Laporan komisi, laporan pansus,dan juga laporan reses." (Wawancara,
Juni 2020)

Senada dengan penuturan Kabag Keuangan tersebut diatas, salah satu

anggota DPRD ( Drs. Hi. Sobri, MM ) yang penulis wawancarai

mengatakan :

"Kami setelah melaksanakan kegiatan akan selalu memberikan laporan


tertulis yang kami tujukan kepada Ketua DPRD. Ini merupakan bentuk
tanggung Jawab kami kepada masyarakat." (Wawancara, Juni 2020)

Ketika kedua pernyataan tersebut diatas peneliti konfirmasikan kembali

kepada Ketua DPRD ( Ponco Nugroho, S.T) beliau mengatakan bahwa:

"Sesuai dengan peraturan tata tertib DPRD, bahwa anggota DPRD


secara perorangan atau kelompok wajib membuat laporan tertulis atas
hasil pelaksanaan pada setiap tugasnya, baik itu berupa kegiatan reses
atau kegiatan-kegiatan lainnya." (Wawancara, Juni 2020)

Lebih lanjut beliau mengatakan:


"Laporan pertanggunjawaban di kita DPRD itu ada beberapa jenis
seperti laporan kegiatan reses, laporan laporan persidangan, laporan
tahunan dan laporan akhir masa periode. Kadang-kadang laporan itu
kita sampaikan melalui Rapat Paripurna dan juga secara lisan di
hadapan konstituen kita yaitu masyarakat sesuai Dapil." (Wawancara
Juni 2020).

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan Anggota DPRD

termasuk anggota DPRD Perempuan Kabupaten Tulang Bawang Barat

berperan aktif dalam menyerap aspirasi masyarakat khususnya kaum

perempuan.
4.4.2 Pembahasan
4.4.2.1 Memperjuangkan Kepentingan Perempuan Melalui Proses Legislasi
DPRD sebagai lembaga politik memiliki peran sebagai lembaga legislatif

yang bertugas untuk mewakili kepentingan masyarakat yang diwakilinya.

DPRD sebagai lembaga legislatif tidak terpisahkan dari masalah

keterwakilan perempuan. Upaya pemerintah untuk melibatkan perempuan

dalam dalam badan legislatif adalah dengan ditetapkannya Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2003 yang menetapkan kuota 30% bagi calon

anggota legislatif perempuan.

Namun pada keanggotaan DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat, masih

jauh dari kuota yang telah ditetapkan melaluli undang-undang pemilu.

Dari 30 anggota DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat, hanya terdapat

1 anggota DPRD Perempuan. Hal ini tentu saja berdampak pada kurang

optimalnya peran Anggota DPRD Perempuan Kabupaten Tulang Bawang

Barat dalam memperjuangkan kepentingan perempuan melalui proses

legislasi. Ini dapat terlihat dari belum adanya Raperda Inisiatif DPRD

yang khusus mengakomodasi Kepentingan Perempuan di Kabupaten

Tulang Bawang Barat.

Berdasarkan pembahasan diatas, kinerja Anggota DPRD Perempuan

dalam perannya memperjuangkan kepentingan perempuan melalui proses

legislasi ditinjau dari segi responsivitas belum optimal. Responsivitas

disini dinilai dari kemampuan DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat


untuk lebih tanggap dan bisa memahami kondisi yang berkembang dan

apa yang menjadi proritas untuk ditangani sesuai dengan aspirasi

masyarakat yang sedang berkembang. Teori Agus Dwiyanto (2006: 148)

mendefinisikan responsivitas atau daya tanggap adalah kemampuan suatu

kelompok untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, menyusun

prioritas kebutuhan dan mengembangkannya dalam berbagai program

pelayanan responsivitas menilai daya tanggap organisasi terhadap harapan,

keinginan dan aspirasi serta tuntutan warga pengguna layanan.

Responsivitas dimasukkan sebagai sebagai salah satu indikator karena

secara langsung kemampuan anggota DPRD dalam menjalankan misi

dan tujuan yang diembannya, khususnya menjalankan fungsi sebagai

lembaga legislatif daerah yang berfungsi sebagai regulator konflik yaitu

fasilitator yang mampu menjembatani perbedaan kepentingan antara

sesama kelompok masyarakat atau antara kelompok tersebut dengan

Pemerintah Daerah. Dalam operasionalisasinya, responsivitas lembaga

legislatif dijabarkan melalui kemampuan organisasi lembaga DPRD

untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas

pelayanan dan mengembangkan program-program pelayanan publik

sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Hal ini telah sesuai dengan pendapat Lenvine (1990) bahwa responsivitas

(responsiveness) disini adalah kemampuan organisasi untuk mengenali


kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan

mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan

kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Semakin banyak kebutuhan dan

keinginan masyarakat yang diprogramkan dan dijalankan oleh organisasi

publik maka kinerja organisasi tersebut dinilai semakin baik.

4.4.2.2 Membahas dan mengesahkan Peraturan Daerah baik dari


Pemerintah Daerah maupun Inisiatif DPRD.

DPRD memiliki fungsi legislasi yaitu membentuk peraturan Daerah

bersama-sama dengan Pemerintah Daerah. Perda adalah Peraturan

Perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan

bersama Kepala Daerah. Materi muatan Perda adalah seluruh materi

muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas

pembantuan. Termasuk juga menampung kondisi khusus daerah

berdasarkan asas otonomi daerah serta merupakan penjabaran lebih lanjut

dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Raperda dapat berasal dari Inisiatif DPRD atau Bupati. Raperda yang

berasal dari DPRD atau Kabupaten disertai penjelasan atau keterangan

dan atau Naskah Akademik. Raperda diajukan berdasarkan Program

Legislasi Daerah (Prolegda) yang disusun bersama antara DPRD dan

Bupati dan disepakati dalam bentuk Keputusan DPRD. Raperda yang

berasal dari DPRD dapat diajukan oleh anggota DPRD, komisi,


gabungan komisi, atau Badan Legislasi Daerah dan disampaikan secara

tertulis kepada Pimpinan DPRD disertai penjelasan atau keterangan dan

atau Naskah Akademik, daftar nama dan tanda tangan pengusul dan

diberikan Nomor Pokok oleh Sekretariat DPRD.

Setelah dari Pimpinan DPRD lalu disampaikan kepada Baleg untuk

dilakukan pengkajian pada rapat paripurna DPRD. Dalam rapat Paripurna

DPRD yaitu adanya pengusul memberikan penjelasan, fraksi dan anggota

DPRD lainnya memberikan pandangan, dan pengusul memberikan

jawaban atas pandangan fraksi dan anggota DPRD lainnya. Di rapat

paripurna DPRD memutuskan usul Raperda berupa:

a. Persetujuan,

b. Persetujuan dengan pengubahan, dan

c. Penolakan

Raperda yang berasal dari Bupati diajukan oleh Bupati dengan Surat

kepada Pimpinan DPRD. Raperda tersebut disiapkan dan diajukan sesuai

dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Selanjutnya Raperda

yang berasal dari DPRD atau Bupati dibahas bersama oleh DPRD

dan Bupati untuk mendapatkan Persetujuan Bersama. Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan, Permendagri Nomor 1 Tahun 2019 tentang

Pembentukan Produk Hukum Daerah bahwa Perencanaan Pembentukan

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota ditetapkan dalam Program Legislasi


Daerah (Prolegda). Prolegda adalah rencana pembentukan Peraturan

Daerah Untuk 1 tahun anggaran. Prolegda ditetapkan berdasarkan

kesepakatan bersama DPRD dan Pemerintah Daerah untuk setiap tahun.

Anggota DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat telah berperan aktif

dalam pembentukan Peraturan Daerah. Hal ini dapat terlihat dari 7 raperda

yang telah disahkan menjadi perda. Dari 7 Raperda yang disahkan menjadi

Perda didalamnya terdapat 3 Raperda yang merupakan usul inisiatif DPRD

Kabupaten Tulang Bawang Barat. Usul Inisiatif DRPD Kabupaten Tulang

Bawang Barat merupakan respon dari aspirasi masyarakat.

Kinerja DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat dalam perannya

membahas dan mengesahkan Peraturan Daerah baik dari Pemerintah

Daerah maupun inisiatif DPRD ditinjau dari responsivitas telah optimal

dikarenakan telah mampu merespon kepentingan masyarakat dalam

pembentukan Peraturan Daerah. Hal ini sesuai dengan teori Lenvine

(1990) bahwa responsivitas (responsiveness) disini adalah kemampuan

organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan

prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan

publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Semakin

banyak kebutuhan dan keinginan masyarakat yang diprogramkan dan

dijalankan oleh organisasi publik maka kinerja organisasi tersebut dinilai

semakin baik.
Dalam daftar prolegda dimuat Raperda yang akan dibahas dan ditetapkan

beserta pendanaannya pada tahun berkenaan, sehingga memudahkan

proses perencanaan dan pembahasannya daerah maupun pelaksanaan dari

peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi. Peraturan Daerah harus

mewakili aspirasi dan kepentingan masyarakat. DPRD Kabupaten Tulang

Bawang Barat menjalankan perannya untuk memastikan bahwa perda

yang nantinya disahkan mampu mengakomodasi kepentingan masyarakat

banyak.

Menurut Lenvine (1990), akuntabilitas (accountability) publik menunjuk

pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada

para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat (elected officials) dengan

asumsi bahwa para pejabat politik tersebut dalam hal ini DPRD, karena

dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu mempresentasikan

kepentingan rakyat. Dalam konteks ini kinerja organisasi DPRD

Kabupaten Tulang Bawang barat sebagian besar kegiatan dan

kebijakannya telah didasarkan pada upaya-upaya untuk memenuhi

harapan dan keinginan para wakil-wakil rakyat.

Proses Pembentukan Perda di Kabupaten Tulang Bawang Barat telah

sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku karena itu,

dapat dikatakan bahwa dalam Pembahasan Raperda, DPRD telah

menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan prosedur yang telah


ditetapkan peraturan, sehingga dengan kata lain dapat juga dikatakan

bahwa responsibilitas internal DPRD cukup tinggi.

Berdasarkan alur penyusunan dan pembahasan Raperda sebagaimana

yang telah dipaparkan di atas, bahwa usulan Raperda yang telah

dilakukan pengkajian dan pembahasan oleh Baleg atau Panja akan

dilanjutkan dengan Rapat Paripuma bersama dengan Kabupaten dan

SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat

selaku pihak eksekutif. Menurut Lenvine (1990) Responsibilitas

(responsibility) disini menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan

organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi

yang benar atau sesum dengan kebijaksanaan organisasi, baik yang

implisit atau eksplisit. Terkait dengan Responsibilitas (responsibility),

maka dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan lembaga DPRD

itu dilakukan telah sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar

atau sesuai dengan kebijaksanaan organisasi, sehingga kinerjanya dapat

dinilai baik.

4.4.2.3 Menyerap Aspirasi Masyarakat Khususnya Kaum Perempuan.

Proses penyerapan aspirasi masyarakat dapat dilakukan secara aktif

maupun pasif. Penyerapan secara aktif dapat dilakukan dengan kegiatan

penyerapan aspirasi masyarakat atau reses. Penyerapan juga dapat

dilakukan dengan pasif yaitu masyarakat menyampaikan aspirasinya


melalui komisi-komisi terdapat di DPRD Kabupaten Tulang Bawang

Barat.

Anggota DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat didalamnya annggota

DPRD perempuan telah optimal dalam penyerapan aspirasi masyarakat.

Dalam hal ini anggota DPRD Kabupaten Tulang Bawang aktif dalam

menyerap aspirasi masyarakat baik melalui kegiatan reses atau turun

kelapangan dalam bentuk sidak. Anggota DPRD Kabupaten Tulang

Bawang Barat termasuk didalamnya anggota DPRD Perempuan juga cepat

dalam respon terhadap aspirasi masyarakat yang disampaikan melalui

komisi-komisi DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat. Hal ini dapat

dilihat dari seringnya Rapat Dengar Pendapat bersama dengan Organisasi

Pemerintah Daerah (OPD) guna merespon keluhan dari masyarakat.

Dilihat dari segi responsivitas kinerja DPRD dalam menyerap aspirasi

masyrakat khususnya kaum perempuan telah optimal. Hal ini sesuai

dengan pendapat Lenvine (1990) bahwa responsivitas (responsiveness)

disini adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan

masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan

mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan

kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Setelah melaksanakan aspirasi masyarakat, anggota DPRD Kabupaten

Tulang Bawang Barat diwajibkan untuk membuat laporan tertulis yang


ditujukan kepada Ketua DPRD yang akan dibacakan dalam Rapat

Paripurna. Hal ini merupakan bentuk tanggung jawab dan keterbukaan

anggota DPRD kepada masyarakat yang diwakili oleh mereka. Laporan

tersebut biasanya dibuat oleh anggota DPRD setelah selesai

melaksanakan kegiatan. Menurut Gafar (2000:7) bahwa akuntabilitas

adalah setiap pemegang jabatan yang dipilih oleh rakyat harus dapat

mempertanggung jawabkan kebijaksanaan yang hendak dan telah

ditempuhnya. Tidak hanya itu DPRD juga harus dapat

mempertanggungjawabkan ucapan atau kata-katanya. Dan yang tidak

kalah pentingnya adalah prilaku dalam kehidupan yang pemah, sedang

bahkan akan dijalaninya.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Peran Anggota DPRD Perempuan dalam menjalankan fungsi legislasi sudah

optimal, meski belum menggunakan hak inisiatifnya untuk mengajukan Raperda

yang secara khusus mengakomodasi kepentingan perempuan dikarenakan

terkendala masa kerja yang masih singkat dan minimnya keterwakilan perempuan

dalam keanggotaan DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat

5.2 Saran

1. Dalam menjalankan fungsi-fungsi di DPRD Kabupaten Tulang Bawang

Barat diharapkan para anggota Legislatif perempuan dapat lebih berperan

aktif baik dalam di dalam sidang Paripurna ataupun Komisi. Selain itu

diharapkan perannya dalam memperjuangakan aspirasi masyarakat terlebih

yang berkaitan dengan masalah perempuan dan anak.

2. Dalam menentukan kebijakan atau peraturan daerah alangkah lebih baiknya

apabila menggali lebih jeli permasalahan atau aspirasi masyarakat, sehingga

peran di Fungsi Legislasi lebih mengoptimalkan masalah dari bawah untuk

bisa menjadi peraturan daerah.


3. Agar Anggota DPRD perempuan terus meningkatkan kemampuan dan

kapasitas agar mampu memperjuangkan dan berperan aktif dalam

memperjuangkan hak perempuan.


DAFTAR PUSTAKA

Agus Dwiyanto. 2006. Mewujudkan Good Geovernance Melalui Pelayanan Public.


Yogyakarta: UGM Press.

Afan, Gaffar. 2000. Politik Indonesia; Transisi Menuju Demokrasi. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.

Aan Komariah dan Djam’an Satori. 2010. Metodelogi Penelitian. Kualitatif.


Bandung: Alfabeta.
Agusti, Restu. 2010. Pengaruh Economic Perpomance dan Political Visibility
terhadap Pengungkapan Corporase Social Responsibility. Jurnal Ekonomi
Universitas Riau.
Amirudin, dkk. 2003. Pengantar Metode Penelirian Hukum. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada

Arsyad , Azhar. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Aziz, A & Hartomo , H. 2008. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta


Bashin, Kamlan.1993. Feminisme. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Budiardjo, Miriam. 2000. Dasar-dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Budiardjo, Miriam. 2005. Dasar-dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Cahyono, Dwi. 2008. “ Persepsi Ketidakpastian Lingkungan, Ambiguitas Peran
dan Konflik Peran sebagai Mediasi antara Program Mentoring dengan
Kepuasan Kerja, Prestasi Kerja dan Niat Pindah. Universitas Diponegoro
Semarang.
Darwin, Muhadjir dan Tukiran . 2001. Mengingat Budaya Patriarki. Yokyakarta :
Gajah Mada
Dwi Narwoko, J., dan Suyanto, Bagong. 2014. Sosiologi Teks Pengantar Dan
Terapan. Jakarta : Kencana Prenada.
Dwi Narwoko, J., dan Suyanto, Bagong., Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan.
Jakarta : Kencana Media Group
Fakih, Mansour. 2004. Analisis Gender dan Transformasi Sosial.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Fakih, Mansour. 2007. Analisis Gender dan Transformasi Sosial.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Fuad Ms’ud. 2004. Survai Diagnosis Organisasional. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang.
Hakim,Abdul.2006. Analisis Pengaruh Motivasi,Komitmen Organisasi dan Iklim
Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Perhubungan dan
Telekomunikasi Provinsi Jawa Tengah. JRBI.
Horoepoetri, Arimbi, Achmad Santosa. 2003. Peran Serta Masyarakat Dalam
Mengelola Lingkungan. Jakarta :Walhi
Imawan,Riswandha. 2000. Fungsi Perwakilan Pembentukan Legitimasi dan.
Pengambilan Keputusan, dalam Work Shop DPRD dan Percepatan.

Linvine, Charless H., et al.1990. Pyblic Administration : Chalenges, Choices,.


Consequnces, Illionis : Scot Foreman. Mahmudi
Moleong. Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Bandung
Moleong.Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Bandung
Mosse, Julia Cleves. 2007. Gender&Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Murniati, Nunuk P. 2004. Getar Gender: Perempuan Indonesia dalam Prespektif.
Magelang
Mustaqim, Abdul. 2008. Paragdima Tafsir Feminis Membaca Al-Quran dengan
Optik Perempuan. Yokyakarta: Logung Pustaka
Nasution. 2003. Metode Research. Jakarta: PT.Bumi Aksara
Paimin FR, 2005. Buah Merah . Penebar Swadaya. Jakarta
Poerwadarminta. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
R. G. Kartasapoetra. 1993. Sistematika Hukum Tata Negara. Jakarta: Rineka Cipta
Salman , Muhammad. 2009. Analisis Penyerapan Aspirasi Mayarakat dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Aceh
Tamiang Tahun 2008. Medan : Universitas Sumatera Utara
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2013. Psikologi Remaja. Makasar : Rajawali Pers
Sinambela, Lijan Poltak. 2012. Kinerja Pegawai. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Soekanto Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grifindo.
Persada.
Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Persada.
Sugihastuti, Sastriyani Siti Hariti. 2007. Glosarium Seks dan Gender . Yokyakarta:
Caravasti Books
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Alfabeta
Suhardono,Edy.1994, Teori Peran ; Konsep, Derivasi dan Implementasinya.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Tornquist, Olle, Stokke Kristian dan Webster, Neil. 2009. Rethinking Popoler
Representation. New York: Palgrave
Keban, Jeremias T”,1995, ”Indikator Kinerja Pemerintah Daerah” ,Yogyakarta:UGM.

Marbun, 1999.”DPR RI Pertumbuhan dan Cara Kerjanya. PT. Gramedia. Jakarta,. 

Dokumen
Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tulang Bawang
Barat Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Tertib DPRD Kabupaten Tulang Bawang
Barat
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, Permendagri Nomor 1 Tahun 2019 tentang Pembentukan
Produk Hukum Daerah
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
LAMPIRAN
Kantor DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat

Ruang Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat


Ruan
g Rapat Komisi

Kegiatan wawancara dengan Ketua DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat (Ponco
Nugroho, S.T)
Kegiatan wawancara dengan Wakil Ketua II DPRD Kabupaten Tulang Bawang Barat
(S. Joko Kuncor, S. I. Kom)

Kegiatan wawancara dengan Anggota DPRD Perempuan (Eka Setiawati, S. Pd. I)


Kegiatan wawancara dengan Ketua Fraksi Nasdem ( Drs. Hi. Sobri, MM)

Kegiatan wawancara dengan Kabag Persidangan Drs. Mulyakin MZ,M.M (kanan)


dan Kasubbag Perundang-undangan Dirham,SE., MH (tengah)
Kegiatan wawancara dengan Kabag Keuangan Mawardi, S. Sos

Kegiatan wawancara dengan


Kegiatan wawancara dengan Kasubbag Kepegawaian dan TU
Kabag Umum Bapak Warsit, S.Pd.,MH Ibu Rini Dia Putri, S.A.N

Anda mungkin juga menyukai