Anda di halaman 1dari 10

Sebatik Vol. 25 No.

1 Juni 2021
ISSN: 1410-3737(p) 2621-069X(e)
Istianda, M. and Zastrawati, A. (2021) “Evaluasi Penyelenggaraan Pemilu Serentak 2019 Kota Makassar”Sebatik, 25(1). Open access article licensed under CC-BY
Submitted: 2021/02/16 Accepted: 2021/03/29 Published: 2021/06/01 DOI:10.46984/sebatik.v25i1.1203

EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMILU SERENTAK 2019 KOTA


MAKASSAR
1) 2)
Meita Istianda dan Andi Zastrawati
1
Ilmu Pemerintahan, Universitas Terbuka Palembang
2
Staf Ahli DPR RI
1
Jalan Sultan Muhammad Mansyur, Ilir Barat I, Kota Palembang
2
Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta
E-mail : meita@ecampus.ut.ac.id1), andizastrawi@gmail.com2)

ABSTRAK
Pemilu adalah prasyarat utama dalam membangun sistem politik yang demokratis, yang dapat dimulai dari proses
penyelenggaraannya. Pasca Orde Baru, Indonesia sudah menyelenggarakan 5 (lima) kali pemilu, dan untuk ke-5 kalinya
pula UU tentang Pemilu mengalami perubahan. Sejak tahun 2015 penyelenggaraan pemilu dilakukan secara serentak.
Pemilu serentak tahun 2019 selain memilih legislatif juga memilih Presiden dan Wakil Presiden. Pada pemilu tahun 2019
ditemukan sejumlah masalah yang menimbulkan potensi kerancuan, kontradiksi, dan juga sengketa. Permasalahan tersebut
di antaranya bersumber mulai pada penanganan logistik pemilu, penanganan data pemilih, waktu penyelenggaraan pemilu
yang panjang, beban kerja KPPS yang berat, kesalahan dalam rekapitulasi penghitungan suara, dan polarisasi di masyarakat
yang mempengaruhi kerja KPPS, serta banyaknya petugas yang sakit, dan beberapa meninggal dunia. Berdasarkan
permasalahan tersebut, penelitian [NMI] ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem penyelenggaraan pemilu di Indonesia,
khususnya pelaksanaan pemilu serentak tahun 2019, dengan studi kasus di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Metode untuk
melaksanakan penelitian ini adalah kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, FGD, dan
observasi di lapangan. Hasil dari penelitian ini adalah sistem pemilu serentak sebaiknya ditinjau kembali, agar
penyelenggaraan pemilu serentak mampu menghasilkan pemilu yang minim masalah dan lebih berkualitas.

Kata kunci: Evaluasi, Pemilu Serentak, Penyelenggaraan

1. PENDAHULUAN (Gubernur/ Bupati/Walikota) secara langsung sejak tahun


Pemilu merupakan kontestasi politik untuk memilih 2005. Dan di tahun 2009 dan 2014, Indonesia memilih
dan melahirkan pemimpin politik yang akan membentuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat di tingkat nasional
dan menjalankan kekuasaan pemerintahan baik di dan daerah melalui suara terbanyak setelah keluarnya
legislatif maupun eksekutif. Mengingat pemilu adalah keputusan Mahkamah Konstitusi. Terakhir di tahun
prasyarat utama dalam membangun sistem politik yang 2019, untuk pertama kalinya Indonesia
demokratis maka penyelenggaraan pemilu selain harus menyelenggarakan pemilihan umum legislatif dan
transparan, jujur, adil, dan akun tabel, yang tidak kalah pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang
penting adalah dipersiapkan dan dikelola dengan baik. diselenggarakan secara serentak (Putusan MK Nomor
Pasca Orde Baru, Indonesia sudah menyelenggarakan 14/PUU-XI/2013 yang menetapkan kebijakan tentang
5 (lima) kali pemilu yaitu tahun 1999, 2004, 2009, 2014 Pemilu Serentak), serta penyelenggaraan pilkada
dan 2019, dan untuk ke-5 kalinya pula UU tentang serentak pada tahun 2015, 2017, 2018 dan tahun 2020.
Kepemiluan terus mengalami perubahan sistem dari Dari berbagai sistem pemilu yang diterapkan,
periode ke periode (Abhan.dkk., 2019). Selama [NMI] ini penyelenggaraan pemilu di Indonesia belum berhasil
sistem kepemiluan di Indonesia telah direduksi menjadi menciptakan penyelenggaraan pemilu yang berkualitas.
agenda legislasi lima tahunan yang berujung pada revisi Sistem penyelenggaraan pemilu telah menimbulkan
peraturan perundang-undangan. potensi kerancuan, kontradiksi, dan juga sengketa. Hal
Sebagai negara yang berada dalam transisi ini terlihat dari formula pemilihan dengan “suara
demokrasi, para politisi dan pembuat kebijakan telah terbanyak” baik di pilkada serentak maupun di pemilu
melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki sistem serentak 2019, yang ternyata menimbulkan permasalahan
penyelenggaraan pemilu di Indonesia. Di mulai pada baru.
tahun 1999, Indonesia menyelenggarakan pemilu multi Permasalahan tersebut yaitu, logistik pemilu, seperti
partai setelah tahun 1955. Di tahun 2004, Indonesia logistik salah kirim, kondisi rusak, jumlah tidak sesuai
menyelenggarakan pemilihan Presiden dan Wakil kebutuhan. Secara nasional, tercatat ada 10.520 TPS
Presiden secara langsung dan Dewan Perwakilan Daerah. yang mengalami kekurangan logistik pemilu. Terjadi
Setelah Pemilu 2004, Indonesia juga telah memutuskan pula kasus kotak suara yang diterima KPPS tidak
untuk menyelenggarakan pemilu kepala daerah tersegel, yaitu terjadi di 6.474 TPS. Selain itu, ada juga

92
Sebatik Vol. 25 No. 1 Juni 2021
ISSN: 1410-3737(p) 2621-069X(e)
Open access article licensed under CC-BY
jurnal.wicida.ac.id/index.php/sebatik

kasus surat suara yang tertukar antar- Daerah Pemilihan Masyarakat menggunakan hak suara yang tersebar di
atau antar-TPS. Berdasarkan data Bawaslu, kasus ini 26.348 Tempat Pemungutan Suara (Azis, 2019). Pemilu
terjadi di 3.411 TPS. Serentak 2019 menghadirkan lima pemilihan sekaligus
Permasalahan lainnya, penanganan data pemilih. mulai dari Presiden-Wakil Presiden, DPR RI, DPRD
Masih terdapat pemilih yang tidak terdaftar, tidak Provinsi dan Kabupaten/kota, dan DPD RI. Di kota
memperoleh undangan atau pemberitahuan, terdaftar Makassar sendiri pada Pilpres 2019, total DPT sejumlah
ganda, terdaftar yang sudah meninggal, dan tidak ter- 967.590 (Munsir, 2020).
update-nya Pemilih yang pindah domisili. Selain itu, Tempat pemungutan suara (TPS) untuk pemilihan
penyelenggaraan pemilu yang dipaksakan berlangsung legislatif (Pileg) dan Presiden 2019 di kota Makassar
dan harus selesai dalam waktu singkat, padahal beban meningkat signifikan. Jumlahnya bertambah 1.289 dari
kerja KPPS sangat berat dan tanpa jeda waktu yang jumlah TPS saat pemilihan Pemilihan Kepala Daerah
manusiawi. Hal ini berdampak pada meninggal dan jatuh (Pilkada) serentak 27 Juni lalu (Lukman, 2018).
sakitnya petugas KPPS dan Aparat karena kelelahan. Penambahan ini memperlihatkan dibutuhkannya petugas
Data Kementerian Kesehatan per 16 Mei 2019 dalam jumlah yang besar. Hal ini dikarenakan ada 5
menunjukkan sebanyak 527 Petugas KPPS meninggal kotak suara yang harus cepat diselesaikan dalam waktu
dunia dan 11.239 jatuh sakit. yang terbatas untuk proses pemungutan suara di tingkat
Kesalahan dalam rekapitulasi penghitungan suara. PPS (Panitia Pemungutan Suara).
Beberapa organisasi mencatat ada 708 kasus rekapitulasi Persoalan pemilu serentak di wilayah kota Makassar
tersebut, yaitu terutama terkait data C1 yang tertukar dan dikeluhkan banyak pihak, terkait bersamaan waktu antara
kesalahan input data C1 ke dalam Sistem Perhitungan Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legislatif. Terdapat
Meningkatnya Anggaran Pemilu, harapan bahwa lima kertas suara yang dipilih yang juga membuat
negara akan lebih berhemat dengan pemilu serentak bingung masyarakat. Selain itu penyelenggaraannya
ternyata hanya teori belaka. Pemerintah menganggarkan terbilang lama karena memakan waktu banyak dalam
Rp. 24,8 triliun untuk penyelenggaraan pemilu serentak perhitungannya (Himawan, 2019). Masalah lainnya
pada 2019, yang meliputi Pilpres dan Pileg. Dengan adalah pendistribusian logistik yang terlambat, tidak
membandingkan anggaran pemilu 2014 sebesar Rp. 18,9 cukupnya surat suara di TPS, relasi antara PPS dengan
triliun, ini berarti anggaran naik sebesar 31 persen. Di PPK yang tidak selalu sejalan, karena PPS dilantik oleh
sisi lain, terjadi polarisasi di masyarakat. Sengit dan KPU, sementara PPK tidak memiliki kewenangan untuk
panasnya Pemilu 2019, terutama Pilpres 2019 membelah menegur PPS jika PPS melakukan kesalahan. Selain itu
masyarakat menjadi dua kubu besar pendukung dua profesionalitas dan kapasitas KPPS maupun Pengawas
Paslon Capres dan Cawapres. Mempersulit pemilih TPS di lapangan, akibat minimnya Bimbingan Teknis
dalam menentukan pilihan. Pemilih kebingungan karena untuk KPPS dan Pengawas TPS, juga menjadi masalah.
banyaknya kertas suara yang harus di coblos dengan Petugas belum benar-benar memahami aturan dan
pilihan-pilihan Caleg yang begitu banyak. tatacara saat pelaksanaan pemungutan suara dengan baik,
Terakhir, pemilu diwarnai politik uang, kontestasi sehingga kekeliruan di lapangan tidak bisa dihindari.
pemilihan Presiden dan legislatif yang kompetitif dan Masalah lain berupa koordinasi antar lembaga ad hoc,
kompleks memicu praktik politik kian masif, utamanya baik di bawah naungan Bawaslu maupun KPU yang
pada minggu tenang dan pencoblosan. Pusat Pelaporan masih sangat kurang, sehingga terjadi miss komunikasi
dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menemukan antar dua lembaga ad hoc tersebut. Persoalan lain,
kasus politik uang dengan modus membagikan asuransi sekretariat anggota PPK yang berkantor di Kecamatan
kecelakaan dan kesehatan ke masyarakat (Ardipandanto, maupun Kelurahan. Anggota PPK itu sering
2019). mendapatkan tekanan maupun intervensi dari oknum
Fenomena penyelenggaraan Pemilu di atas pemerintahan.
merupakan fenomena umum yang terjadi di seluruh Berangkat dari fenomena tersebut, maka penting
Indonesia. Temuan lain yang fenomenal sebagaimana kembali memikirkan penyelenggaraan sistem
telah disebutkan di atas adalah banyaknya petugas yang kepemiluan di Indonesia. Pemilu bukan hanya prosedur
meninggal dunia dan sakit. Ketua Komisi Pemilihan demokrasi, tetapi juga merupakan bagian integral dari
Umum (KPU) Arief Budiman mengungkap jumlah sistem demokrasi elektorat yang menjadi bangunan dasar
petugas penyelenggara pemilu yang meninggal dunia, bagi sistem pemerintahan yang efektif. Dengan kata lain,
yang menurutnya berjumlah total 894 petugas dan 5.175 sistem demokrasi elektorat yang efektif dan akun tabel
mengalami sakit. Proses pemungutan suara dan menjadi kunci bagi terbangunnya sistem demokrasi
penghitungan suara paling banyak di sorot karena substantif. (http://makassar.bawaslu.go.id/abd-hafid-
menimbulkan banyak korban jiwa dan kecurigaan bagi harus-ada-evaluasi-pelaksanaan-pemilu). Hal ini dapat
penyelenggaraan (Aziz, dkk, 2019). dimulai dari proses penyelenggaraannya.
Pada pemilu serentak tahun 2019, khususnya Pilpres Tujuan penelitian adalah mengevaluasi sistem
2019, di Provinsi Sulawesi Selatan, Jokowi dan Prabowo penyelenggaraan pemilu di Indonesia, khususnya
memperebutkan 6.159.375 suara sesuai Daftar Pemilih pelaksanaan pemilu serentak tahun 2019, dengan studi
Tetap (DPT) Komisi Pemilihan Umum (KPU). kasus di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Norris

93
© 2021, The Author(s). This is an open access article, free of all copyright, that anyone can freely read, download, copy, distribute, print, search, or link to the full
texts or use them for any other lawful purpose. This article is made available under a Creative Commons Attribution 4.0 International License, which permits
unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. SEBATIK is a journal of the STMIK Widya Cipta
Dharma

(2019), mengatakan ada tiga hal yang biasanya dapat menjadi sumber kompleksitas masalah. Sebagai contoh
dilakukan apabila sebuah penyelenggaraan pemilu pemilu legislatif. Pemilu legislatif memilih empat jabatan
dievaluasi. Tiga hal tersebut adalah pertama, aspek parlemen nasional dan lokal yang mengharuskan KPU
struktur organisasi dari penyelenggara pemilu yang mencetak 760 juta lembar surat suara dengan 2.192
meliputi bagaimana kemandirian dari penyelenggara varian. Untuk memilih empat jabatan parlemen, dengan
pemilu (termasuk para personel/staf yang ada) dapat 12 partai seorang pemilih harus menghadapi 150 sampai
bekerja secara terpisah dan mandiri dari pemerintah 450 calon. Hal ini menjadikan penyelenggara kewalahan
eksekutif. Mengacu pada konsepsi Norris ini, terlihat dan pemilih kebingungan sebagaimana dijelaskan di
penyelenggara pemilu serentak 2019 tidak memiliki bagian pendahuluan. Kemudian ditambah pula adanya
kemandirian penuh. Salah satu contoh, celah intervensi pemilu presiden. Tepatnya pada April 2019, Indonesia
dari oknum pemerintah yang mendukung salah satu telah menyelenggarakan pemilu serentak untuk pertama
kandidat misalnya, dapat dilakukan karena KPU kalinya, yaitu Pemilu Presiden/Wakil Presiden yang
menggunakan sarana pemerintah. dilaksanakan bersamaan dengan Pemilu Legislatif untuk
Kedua, kapasitas fungsional yang menekankan pada memilih Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan
hal-hal yang bersifat memadai dalam DPRD Kabupaten/Kota (Ardipandanto, 2019).
mengimplementasikan sumber daya yang ada (seperti Berdasarkan ruang lingkup pembahasan, yaitu
personil, teknis, dan keuangan) dengan baik sesuai evaluasi penyelenggaraan pemilu diharapkan penelitian
dengan mandat yang tertulis dalam perundang-undangan ini akan menghasilkan temuan yang mampu memberi
Perihal Para Penyelenggara Pemilu. Hal ini terlihat dari solusi untuk mengatasi ketidaksempurnaan pada
bagaimana proses recruitment yang dilakukan oleh KPU, penyelenggaraan pemilu serentak. Selain itu,
temuan kepolisian terhadap oknum KPPS yang memberikan alternatif sistem pemilu yang lebih baik atau
memanfaatkan formulir C6 orang lain. Di sini sesuai untuk bangsa Indonesia
memperlihatkan implementasi (recruitment) sumber
daya tidak dilakukan secara baik. Belum lagi berbicara 3. BAHAN DAN METODE
masalah bimbingan teknis, yang mengakibatkan Bahan [NMI] yang digunakan dalam penelitian ini
perhitungan surat suara juga banyak diketemukan adalah: pertama, data yang didapat dari studi literatur.
kesalahan. Bahkan terkait teknis pelaksanaan yang Data ini berupa data deskriptif terkait tulisan-tulisan
mengakibatkan jatuh korban karena kelelahan dalam mengenai latar belakang penyelenggaraan dan
bekerja. pelaksanaan pemilu serentak pada tahun 2019. Kedua,
Terakhir, etos administrasi yang mengombinasikan data yang didapat dari Fokus Group Diskusi (FGD),
antara aspek kultural yang melingkupi ruang kerja para untuk mengonfirmasi data yang didapat dari studi
penyelenggara pemilu dengan hal ihwal yang bersifat literatur dengan fakta di lapangan. Ketiga, data yang
normatif dan ideal bagi penyelenggara pemilu dalam berasal dari key informan yaitu perwakilan dari KPU,
berinteraksi di sektor publik. Di sini dapat dilihat, hal-hal Bawaslu, dan pemerhati kebijakan publik. Selain itu data
yang bersifat normatif dan ideal, pada akhirnya juga didapat dari diskusi-diskusi dengan masyarakat
diabaikan hanya karena kepentingan pragmatis. yang terlibat langsung dalam pemilu serentak di kota
Untuk melakukan pendalaman masalah dan kajian Makassar, baik mereka sebagai pemilih, maupun petugas
terhadap permasalahan penyelenggaraan kepemiluan di yang bertugas sebagai panitia pemilu.
Indonesia, maka penelitian ini ditujukan juga untuk Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan metode atau
menemukan ide yang cocok bagi penyelenggaraan pendekatan studi kasus. Pendekatan studi kasus dipilih
pemilu di Indonesia. Studi ini penting dilakukan dalam karena memusatkan diri secara intensif pada satu obyek
rangka membentuk pemerintahan yang bersih, akun tertentu dan mempelajarinya sebagai suatu kasus. Studi
tabel, efektif dan efisien, dimana hanya akan terwujud kasus digunakan ketika tujuan penelitian dilakukan untuk
jika pemilunya diselenggarakan secara profesional dan mengeksplorasi kasus yang di luar prediksi. Dalam
demokratis. penelitian ini penyelenggaraan pemilu serentak
menimbulkan dampak yang cukup fenomenal yaitu
2. RUANG LINGKUP diiringi banyaknya korban jiwa pada penyelenggara
Gagasan diselenggarakannya pemilu serentak adalah pemilu serentak. Ini suatu hal yang di luar prediksi.
menyederhanakan jumlah penyelenggaraan pemilu
dalam kurun lima tahun. Pemilu Legislatif dan Pemilu 4. PEMBAHASAN
Presiden Serentak merupakan amanat dari Putusan MK Pemilu serentak sesungguhnya merupakan upaya dari
Nomor 14/PUU-XI/2013. Melalui putusan tersebut, rezim pemilu untuk memperbaiki proses
Pemilu Serentak dinilai dapat menjadikan penyelenggaraan pemilu. Namun, dengan mengacu pada
penyelenggaraan pemilu lebih efisien dan efektif. kasus di kota Makassar, didapat gambaran pemilu
Ruang lingkup pembahasan pemilu serentak terletak serentak justru menimbulkan masalah dalam teknis
pada evaluasi penyelenggaraannya. Penyelenggaraan penyelenggaraannya. Kota Makassar pada pemilu
pemilu serentak yang tadinya diharapkan dapat serentak tahun 2019 memiliki dinamika permasalahan
mengefisienkan dan mengefektifkan pemilu justru

94
Sebatik Vol. 25 No. 1 Juni 2021
ISSN: 1410-3737(p) 2621-069X(e)
Open access article licensed under CC-BY
jurnal.wicida.ac.id/index.php/sebatik

yang tinggi. Hal ini terlihat dari hasil pemetaan Indeks konteks Schumpeterian tersebut terlihat bahwa pemilu
Kerawanan Pemilu (IKP) yang dilakukan oleh Bawaslu. erat kaitannya dengan demokrasi, atau dapat dikatakan
Pada pemetaan tersebut, indeks kerawanan di Makassar sebagai instrumen demokrasi. Namun, pemilu bukan
mencapai skor 74,94 atau berada di level 6. Sebagai hanya satu-satunya instrumen demokrasi. Pemilu harus
gambaran, level 6 merupakan level tertinggi pada IKP didukung oleh instrumen lainnya yang dapat mengatur
dengan skor di atas 63,88. Rinciannya, IKP Pilkada agar terselenggara pemilu yang demokratis,
Makassar terdiri dari skor 73,67 untuk konteks sosial penyelenggaraannya terkoordinasi dengan baik. Sebab,
politik, skor 76,19 untuk penyelenggaraan pemilu yang mengacu pada Powell, G. B., & Powell Jr, G. B. (2000)
bebas dan adil, skor 74,87 untuk kontestasi, dan skor pemilu mengklaim membentuk sistem yang memaksa
75,15 untuk partisipasi politik. Komisioner Bawaslu atau mendorong pembuat undang-undang agar
Sulsel Saiful Jihad mengatakan, indeks ini berangkat dari memperhatikan aspirasi rakyatnya. Konsensus kolektif
sejumlah catatan yang direkam dari pelaksanaan Pilkada menghendaki pemilu yang kompetitif, lebih dari sekadar
tahun 2018 dan Pemilu 2019 (Muin, 2020). Mengacu fungsi lainnya, akan melahirkan negara yang memiliki
pada data tersebut, maka evaluasi perlu dilakukan sistem politik demokratis.
terhadap penyelenggaraan pemilu serentak. Fokus Pemilihan umum dalam pandangan (Haris, 2014),
dengan studi kasus pada kota Makassar karena IKP-nya merupakan salah satu bentuk pendidikan politik bagi
yang tinggi dapat menjadi ukuran bagi tingkat masalah rakyat, yang bersifat langsung, terbuka, massal, yang
pemilu serentak 2019. diharapkan bisa mencerdaskan pemahaman politik dan
meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai
4.1. Evaluasi demokrasi. Sedangkan (Prasetyoningsih,2014)
Menurut (Taliziduhu, 2003) evaluasi adalah proses mengatakan, pemilu adalah wujud nyata demokrasi
pembandingan antara standar dengan fakta dan analisis prosedural, meskipun demokrasi tidak sama dengan
terhadap hasilnya. Terkait pelaksanaan atau pemilihan umum, namun pemilihan umum merupakan
penyelenggaraan, evaluasi dilakukan untuk menjawab salah satu aspek demokrasi yang sangat penting yang
berbagai pertanyaan terkait yang merujuk pada tiga fokus juga harus diselenggarakan secara demokratis. Oleh
evaluasi: konseptualisasi dan desain program, karena itu, lazimnya di negara-negara yang menamakan
implementasi program (pemantauan dan akuntabilitas) diri sebagai negara demokrasi, mentradisikan pemilu
dan kegunaan program (Rossi & Henry 2018). untuk memilih pejabat-pejabat publik di bidang legislatif
Dalam konteks penyelenggaraan pemilu, evaluasi dan eksekutif baik di pusat maupun daerah. Jadi, tradisi
artinya dilakukan terhadap ketentuan-ketentuan pemilu, walaupun harapannya menuju pada substansi
penyelenggaraan yang telah diimplementasikan, yaitu yang adil, transparan, akan tetapi dapat terwujud jika
penyelenggaraan pemilu tahun 2019. Evaluasi dilakukan secara prosedur juga dijalankan dengan baik.
untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah Undang-undang di negara kita, di antaranya UU
mampu memecahkan masalah, dan menilai dampak Pemilu No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan
kebijakan atas yang terjadi dalam penyelenggaraannya. Pemilihan umum menyebutkan bahwa : “Pemilihan
Terselenggaranya Pemilu Serentak merupakan umum merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan
produk kebijakan. Dalam konteks produk kebijakan, rakyat dalam pemerintahan Negara Kesatuan Republik
menyatakan kebijakan merupakan “hasil-hasil Indonesia yang berdasarkan Pancasila sebagaimana
keputusan”, “pelaku”, dan “tujuan-tujuan publik”. Pelaku diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara
yang dimaksud adalah legislatif, eksekutif dan siapa pun Republik Indonesia Tahun 1945”. Dengan demikian,
yang hasil keputusannya untuk kepentingan orang kedaulatan rakyat dapat dilihat dari bagaimana sistem
banyak/masyarakat. Produk kebijakan dalam pengertian penyelenggaraan pemilu dilaksanakan.
yang dikemukakan oleh Hofferbert & Cingranelli juga
menekankan kebijakan dari sisi substansi dan proses 4.3. Pemilu Serentak
pelaksanaan kebijakan. Sehingga, apabila dikaitkan Pemilu serentak merupakan kebijakan (keputusan)
dengan evaluasi penyelenggaraan pemilu serentak, maka Mahkamah Konstitusi No. 14/PUU-XI/2013 yang
pemahaman terhadap institusi penyelenggara, substansi mengubah waktu penyelenggaraan pemilu presiden dan
kebijakan, dan proses penyelenggaraan menjadi unsur- legislatif yang pada awalnya terpisah menjadi
unsur yang dikaji untuk mendapatkan hasil dari evaluasi. diselenggarakan pada waktu yang bersamaan. Merujuk
pada pendapat Mahkamah Konstitusi dalam naskah
4.2. Pemilu putusannya terdapat dua argumentasi mendasar di balik
Dalam konteks teori demokrasi minimalis yang putusan penyelenggaraan pemilu serentak: pertama,
lebih dikenal dengan Schumpeterian, pemilu merupakan mempertegas sistem pemerintahan presidensialisme di
sebuah arena yang mewadahi kompetisi (kontestasi) Indonesia dengan menegaskan kesetaraan posisi presiden
antara aktor politik untuk meraih kekuasaan; partisipasi sebagai single chief executive selaku kepala negara
politik rakyat untuk menentukan pilihan; liberalisasi hak- sekaligus kepala pemerintahan dan separation of power
hak sipil dan politik warga negara (Liando: 2016). Dalam antara presiden dengan legislatif di mana presiden tidak
tergantung pada legislatif yang berisikan partai politik.

95
© 2021, The Author(s). This is an open access article, free of all copyright, that anyone can freely read, download, copy, distribute, print, search, or link to the full
texts or use them for any other lawful purpose. This article is made available under a Creative Commons Attribution 4.0 International License, which permits
unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. SEBATIK is a journal of the STMIK Widya Cipta
Dharma

Sehingga melalui pemilu serentak harapannya dapat Selain KPU penyelenggara pemilu lainnya yaitu
meminimalisir terciptanya koalisi partai pengusung Bawaslu yang memiliki kewenangan mengawasi
presiden yang bersifat taktis dan sesaat, menjadi jangka pelaksanaan tahapan Pemilu, menerima pengaduan, serta
panjang dalam rangka penyederhanaan partai politik. menangani kasus-kasus pelanggaran administrasi, pidana
Kedua, melalui pemilu serentak harapannya mampu Pemilu dan kode etik. Satu bagian lagi dari tiga rezim
menghadirkan efisiensi penyelenggaraan pemilu dari segi penyelenggara pemilu adalah Dewan Kehormatan
anggaran, waktu, dan hak warga negara untuk memilih Penyelenggara Pemilu (DKPP), yaitu lembaga yang
secara cerdas. Salah satu pos anggaran terbesar dari bertugas menangani pelanggaran kode etik
penyelenggaraan pemilu ialah biaya penyelenggara atau Penyelenggara Pemilu. Ketiga rezim penyelenggara
gaji penyelenggara ad-hoc seperti KPPS dan pemilu ini yang melaksanakan pemilu di Indonesia
penyelenggara di tingkat kecamatan. Dengan termasuk pemilu serentak 2019.
diserentakannya pemilu legislatif dan eksekutif negara Pemilu serentak tahun 2019 adalah pemilu serentak
hanya akan mengeluarkan satu kali anggaran untuk yang menggabungkan pemilu legislatif dan presiden, dan
ongkos penyelenggara. dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019. Di wilayah
Sedangkan pengertian Pemilu serentak menurut kota Makassar, total warga yang memiliki hak pilih
(Geys, 2006) sebagai sistem Pemilu yang dalam pemilu serentak sebanyak 1.050.177 jiwa, yang
melangsungkan beberapa pemilihan pada satu waktu berasal dari Daftar Pemilih Tetap (DPT), Daftar Pemilih
bersamaan. Jenis pemilihan tersebut mencakup Tambahan (DPTb), dan Daftar Pemilih Khusus (DPK).
pemilihan eksekutif dan legislatif pada tingkatan yang Data pemilih yang menyalurkan hak pilihnya sejumlah
dikenal di suatu negara, mulai dari tingkat nasional, 727 ribu lebih atau sekira 70 persen lebih.
regional hingga pemilihan tingkat lokal. (Rohmah, (https://republika.co.id/berita/q0psfi384/kpu-makassar-
2019). Menurut Anderson (Latief, 2019), sistem Pemilu target-partsipasi-pilkada-di-atas-pilpres-2019). Menurut
serentak sudah diterapkan di banyak negara demokrasi, Ketua KPU Sulsel, Misna M Attas, partisipasi di
sistem ini dilaksanakan tidak hanya di negara-negara Sulawesi Selatan dan kota Makassar, terkait jumlah
yang telah lama menerapkan sistem demokrasi seperti di pemilih sudah sesuai dengan target yaitu partisipasi
Amerika Serikat dan negara-negara di kawasan Eropah 77.5% untuk Pileg dan Pilpres.
Barat, melainkan juga ditemukan di banyak negara Pada pelaksanaan pemilu serentak 2019 di
demokrasi yang relatif lebih muda seperti di negara- Makassar, tidak jauh berbeda dengan permasalahan yang
negara Amerika Latin, dan Eropa Timur. Namun di Asia terjadi secara nasional, tetapi secara khusus masalahnya
Tenggara, menurut Schraufnagel et.al (Latief, 2019), terletak pada pertama, penanganan logistik pemilu.
sistem Pemilu serentak belum banyak dikenal. Dari lima Koordinator Divisi Penindakan Bawaslu Makassar, Sri
negara yang menerapkan Pemilu, hanya Filipina yang Wahyuningsih mengatakan, pelanggaran pemilu itu
menerapkan sistem Pemilu serentak dalam memilih terjadi di sebagian besar kecamatan di Kota Makassar.
presiden dan anggota legislatif. Sementara Malaysia, Ada beberapa temuan di tempat pemungutan suara
Singapura dan Thailand tidak menggunakan sistem (TPS), seperti terjadinya keterlambatan logistik tiba di
Pemilu serentak. Indonesia pada tahun 2019, baru mulai TPS. Sebagaimana dinyatakan juga oleh Ikhsan
menerapkan sistem Pemilu serentak. Praktik Pemilu (Himawan, 2019) diketemukan kotak-kotak suara tidak
serentak yang banyak digunakan di negara-negara berada di kecamatan. Namun, dari TPS dibawa ke tempat
demokrasi adalah menggabungkan pemilihan eksekutif lain yaitu Gedung Yayasan Kekeluargaan Masyarakat
dan pemilihan anggota legislatif (Latief, 2019). Jawa. Beberapa kotak suara yang menumpuk itu di
Indonesia pun demikian. antaranya tidak tersegel
Atas terjadi hal tersebut, Komisioner Divisi Teknis
4.4. Penyelenggaraan Pemilu di Kota Makassar Penyelenggaraan Pemilu KPU Kota Makassar Gunawan
Berdasarkan UU No.7/2017, Penyelenggaraan Mashar menjelaskan
Pemilu di Indonesia dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan "Itu gedung disewa PPK, karena tidak ada lagi
Umum, Badan Pengawas Pemilu dan Dewan gudang di kecamatan yang bisa menampung logistik
Kehormatan Penyelenggara Pemilu. KPU memiliki tugas pemilu, apalagi saat ini semua serentak, tidak seperti
menyelenggarakan Pemilu Anggota Dewan Perwakilan pilkada lalu jadi semua bisa ditampung. Bahkan
Rakyat (DPR), Anggota Dewan Perwakilan Daerah gedung KPU saja sudah tidak sanggup tampung
(DPD), Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah semua [NMI]. (Wawancara: 18 Juni 2020).
(DPRD), serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang Permasalahan kedua, terkait Penanganan Data
diselenggarakan secara langsung oleh rakyat. Di samping Pemilih. Pemutakhiran Daftar Pemilih Tetap Hasil
tugas tersebut KPU juga melaksanakan Pemilu Kepala Perbaikan Tahap 3 (DPTHP3) yang dilakukan KPU baru
Daerah (Pemilu kada) yaitu memilih Gubernur dan tuntas pada 8 April 2019, yaitu 9 hari sebelum Hari H
Wakil Gubernur dan Bupati dan Wakil Bupati serta Pencoblosan (mundur 21 hari dari jadwal yang
Walikota dan Wakil Walikota secara langsung. Untuk ditetapkan KPU, yaitu 19 Maret 2019). Beberapa pihak
melaksanakan tugas tersebut maka ada KPU Provinsi, menyatakan bahwa kendala utama keterlambatan adalah
KPU Kabupaten/Kota.

96
Sebatik Vol. 25 No. 1 Juni 2021
ISSN: 1410-3737(p) 2621-069X(e)
Open access article licensed under CC-BY
jurnal.wicida.ac.id/index.php/sebatik

KPU mengalami kesulitan dalam mengurutkan Data pelaksanaan bimtek. Jadi ini garis komando dari
Pemilih secara komprehensif (yang bersinergi dengan atas."
Data Pemilih di Kemendagri), sehingga terjadi kesalahan Faisal Amir menyatakan, dalam melaksanakan
berupa terdaftar ganda, terdaftar yang sudah meninggal, penghitungan juga
dan tidak ter-update-nya Pemilih yang pindah domisili. “Sebagian cekatan dan cepat menyelesaikan
Ketiga, Sistem Informasi Data Pemilih milik KPU penghitungan, sebagian lain bermasalah karena
sering error sehingga mengganggu proses pengunggahan adanya perbedaan keterampilan dalam penghitungan
dan pengunduhan data (tirto.id, 2019). surat suara. Terutama sekali di bagian badan ad hoc
Terkait hal ini, Bawaslu tidak menafikan. Bahkan, pada di KPPS, karena dengan serentak ini itu membuat
laman pengecekan data pemilih, yang dicek pada tahun bagi KPPS itu wajib untuk menghitung suara itu
2020 pun situs tersebut tak bisa diakses secara maksimal. sampai dengan selesai. Nah ada juga yang tidak
Tata cara penggunaannya juga rumit (Farisa, 2020). selesai, melaksanakannya, ditunda. Belum lagi
Pada pemilu serentak 2019, KPU bahkan sampai mereka harus menjalankan tugas-tugas non-teknis
melakukan perbaikan sebanyak tiga kali. Permasalahan lainnya seperti kertas suara yang kurang, mengurusi
DPT membuat timbulnya gugatan yang juga masuk saksi-saksi yang ada di TPS, hingga pemilih yang
dalam salah satu dalil gugatan paslon nomor urut 02 tidak masuk daftar." (Wawancara: 18 September
Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam sengketa hasil 2020)
Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi (MK). Kesalahan dalam rekapitulasi penghitungan suara
Keempat, recruitment PPS. Proses recruitment Pemilu Serentak 2019, tercatat ada 708 kasus, yaitu
penyelenggara adhoc khususnya Panitia Pemilihan terutama terkait data C1 yang tertukar dan kesalahan
Kecamatan (PPK) di tingkat kecamatan dan Panitia input data C1 ke dalam Sistem Perhitungan KPU.
Pemungutan Suara (PPS) di tingkat kelurahan/desa, sarat Keenam, persoalan sekretariat Anggota PPK. Selama
dengan kepentingan kontestan. Penyelenggara adhoc ini, mereka berkantor di Kecamatan maupun Kelurahan.
sangat strategis kedudukannya karena mereka yang Anggota PPK sering mendapatkan tekanan maupun
langsung berhadapan atau berhubungan dengan intervensi dari oknum pemerintahan. Andi Yudha Yunus,
masyarakat sesuai tingkatannya. Walaupun dalam SH.,MM (ketua kajian studi kebijakan publik),
regulasi ada syarat yang harus dipenuhi dalam rekrutmen mengatakan,
penyelenggara adhoc seperti memperhatikan kompetensi, “Intimidasi, ini juga yang sering terjadi dan kita
kapasitas, integritas dan kemandirian, termasuk melakukan pembiaran. Kita biarkan nomor-nomor
memperhatikan keterwakilan perempuan 30 % (tiga tertentu. Jadi ceritanya begini, di TPS misalnya Tim
puluh persen). Namun masalah yang dihadapi oleh KPU, calon tertentu itu ada bergerombol disitu, jadi kita
sulitnya untuk memeriksa rekam jejak masing-masing diintimidasi secara psikis, jadi ketika mau masuk ‘eh
calon penyelenggara adhoc dengan baik. Dampaknya, ingat kau he, awas ya, dan macam-macam”.
sebagaimana temuan Kapolsek Rappocini, yang (Wawancara: 18 September 2020)
mengemukakan pada saat pemilihan lalu (pemilu Ini merupakan salah satu kasus yang mengakibatkan
serentak 2019), ada oknum KPPS yang memanfaatkan ketidaknyamanan PPK dalam melaksanakan tugasnya.
formulir C6 orang lain. Mereka tertangkap di TPS 34 Ketujuh, persoalan perekrutan penyelenggara ad hoc.
Kelurahan Banta-Bantaeng, Kecamatan Rappocini, Kota Di mana hal ini juga terkait dengan poin 5 yaitu ketidak
Makassar. Dampak lain dari masalah recruitment adalah profesional dalam bekerja, dan tidak mempunyai
terkait kewenangan, Panitia Pemungutan Suara dilantik integritas yang baik.
oleh KPU Kota Makassar, sehingga saat mengerjakan Kedelapan, terkait beban kerja KPPS. Data
sesuatu, Panitia Pemilihan Kecamatan tidak bisa berbuat Kementerian Kesehatan per 16 Mei 2019 menunjukkan
apa-apa jika PPS tersebut tidak mematuhi apa yang sebanyak 527 Petugas KPPS meninggal dunia dan
disampaikan oleh PPK. 11.239 jatuh sakit. Banyaknya jumlah Petugas KPPS
Kelima, adalah persoalan profesionalitas Kelompok yang meninggal dunia dan jatuh sakit tersebut diduga
Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) maupun karena beban kerja penyelenggaraan Pemilu Serentak
Pengawas Tempat Pemungutan Suara (PTPS) di 2019 yang berat (nasional.kompas.com, 2019). Faisal
lapangan. Hal ini terlihat dari banyak kesalahan dalam Amir Ketua KPU Sulawesi Selatan menyatakan,
penghitungan surat suara C1. Pada Pemilu Serentak 2019 ”Tidak ada jam disitu, dari jam berapa sampai jam
di kota Makassar, sebanyak 112 KPPS di Kecamatan berapa. Nah dari satu minggu, mempersiapkan
Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, kebutuhan TPS, pemungutan dan perhitungan suara.
disidangkan di kantor Bawaslu Makassar terkait dugaan Dan selanjutnya kotak suara dan surat suara inikan
pelanggaran administrasi dan penghitungan surat suara dijaga, istilahnya tidak mengatur bahwa itu boleh
C1. Busman (Himawan, 2019) menyatakan, disimpan dulu, nanti pada saat mau digunakan besok
"Artinya begini, ‘masa’ tingkat pemahaman kecil pagi baru bisa diambil lagi, tidak. Itu harus
seperti pengisian C1 aja, ada kesalahan di 16 TPS tersimpan di TPS itu, karena pelaksanaan
loh. Nah ini kan komando. Kita pertanyakan kegiatannya juga, pengambilan sumpah itukan sudah
rekrutmen teman-teman di PPS gimana, kemudian dimulai dari jam 7 pagi, praktis jam 6 petugas ini

97
© 2021, The Author(s). This is an open access article, free of all copyright, that anyone can freely read, download, copy, distribute, print, search, or link to the full
texts or use them for any other lawful purpose. This article is made available under a Creative Commons Attribution 4.0 International License, which permits
unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. SEBATIK is a journal of the STMIK Widya Cipta
Dharma

sudah bersiap – siap untuk ke TPSnya. Nah dari jam yang tidak merata, membuat banyak petugas KPPS yang
6 pagi, dan satu minggu sebelumnya sudah kelabakan.
melaksanakan tugasnya mendistribusi undangan, apa "Bimtek kurang, pelatihan hanya dilakukan ke
formulir C6 itu, pemberitahuan kepada pemilih terus sebagian petugas yang kemudian petugas tersebut
selanjutnya pada saat perhitungan suara.” mengajarkan ke petugas lainnya. Jadi tidak langsung
(Wawancara: 18 September 2020) dari KPU. Peluang miss komunikasi sangat terbuka.”
Proses pemungutan suara kali ini lebih memakan Beban kerja inilah yang membuat sejumlah petugas
waktu, karena ada lima surat suara, termasuk pemilihan KPPS tidak kuat dan akhirnya jatuh sakit, bahkan
anggota DPRD tingkat kabupaten/kota. Tak heran bila di kemudian ada yang meninggal dunia. Hadar menyatakan,
beberapa daerah penghitungan suara bahkan ada yang "Suasana kompetisi yang ketat di mana para peserta
berlangsung sampai siang hari berikutnya karena petugas pemilu ingin tampil sebagai pemenang, menuntut
kelelahan. Faisal Amir mengatakan, penyelenggara di TPS juga berkerja dalam tekanan.
“ternyata ini kita tidak pernah sangka bahwa dengan KPPS kerja terus sedikit tidur, akhirnya meninggal.
5 jenis surat suara, maka itu kan lebar untuk Pemilu kita itu berat, jadi harus betul-betul
presiden sih nda, kecil ajakan. Tapi untuk Pileg, dari dipersiapkan jauh hari.”
DPD memuat foto, berapa jumlah pun yang di Syaiful, warga yang mengampu tugas sebagai
tetapkan oleh KPU maka jumlah itu yang termuat Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)
dalam surat suara. Itu sudah lebar karena muat foto, menyatakan,
itu DPD, Dewan Perwakilan Daerah masing-masing "Kali ini melelahkan sekali. Kami tidak tidur dari
provinsi. Terus yang kedua DPR RI itu nda memuat mulai pemungutan suara sampai beres. Itu
foto, tapi jumlah partai plus sekian persen, 20% dari penghitungan, itu beres jam 22.00, lanjut formulir
jumlah capil itu, harus dipenuhi nama-nama C1. Saya baru selesai merampungkan pekerjaannya
memang. Tapikan setiap partai ini kan nama- pagi hari pukul 07.00, iya esok harinya. Yang bikin
namanya tidak mungkin kecil skali, karena hanya buat lama itu, penghitungan DPRD, kan anakannya
sebagai apa, supaya ukuran kertas kecil ukuran banyak. Kalau penghitungan capres-cawapres sih
fontnya juga diatur, itu juga membuat besar surat cepat. Cuma karena ini ada lima kotak kan, jadi
suara. Terus DPRD Provinsi Sulawesi selatan, itu seperti kerja lima kali. Saya ga tega sama anggota
juga sama, hampir sama dengan DPR RI besar surat lain, kan tidak semua muda semua. Ada yang sudah
suaranya. Begitu pula dengan masing-masing, tua, ibu-ibu juga ada." (Wawancara: 12 September
misalnya di sini kota Makassar.” (Wawancara: 12 2020)
September 2020) Hadar juga menyoroti lamanya waktu rekapitulasi
Jadi praktis ada lima surat suara yang harus dihitung. penghitungan suara yang lebih dari satu bulan. Kondisi
Tugas yang berat itu, dinilainya tidak sebanding dengan ini berpotensi memicu saling klaim kemenangan dari
insentif yang didapatkan. Anggota KPPS mendapat para pihak seperti yang terjadi saat ini. Pola
honor Rp 500 ribu, sedangkan ketua KPPS mendapat Rp penghitungan manual menurutnya sudah seharusnya
550 ribu. Honor tersebut dipotong pajak penghasilan 5 ditinggalkan, dan beralih ke teknologi.
persen. Sehingga upah bersih bagi tiap anggota menjadi
Rp 475 ribu dan ketua Rp 522.500. 4.5. Tugas dan Kewenangan Penyelenggara Pemilu
Mengacu pada pada pendapat Titi Anggraini dari (KPU, BAWASLU dan DKPP)
Perludem ia mengatakan bahwa insentif untuk KPPS Penyelenggaraan pemilu serentak 2019 yang
sangat minim, ditambah lagi tidak ada jaminan terhadap menimbulkan masalah sebagaimana dibahas di atas,
asuransi kesehatan ataupun kematian akibat beban kerja tidak terlepas dari pembagian tugas dan kewenangan
yang cenderung tidak manusiawi dari sisi durasi kerja. rezim penyelenggara pemilu. Beberapa hal yang
Menurutnya, KPU perlu mengalokasikan insentif menonjol dalam konteks penyelenggaraan adalah:
asuransi kesehatan dan ketenagakerjaan bagi para KPPS.
Sebab, skema pemilu serentak lima surat suara memang 4.5.1 Komisi Pemilihan Umum
tidak sesuai dengan kapasitas beban yang harus Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara
ditanggung pemilih, penyelenggara, dan peserta pemilu. utama pemilu memiliki kendala sebagai berikut:
Peneliti Network for Democracy and Electoral 1. Dalam UU belum ada penegasan mengenai
Integrity (Netgrit) Hadar Nafis Gumay mengatakan, ada pembagian tugas dan kewenangan antara KPU, KPU
perbedaan mencolok terhadap beban kerja petugas KPPS Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota. Selain itu,
di pemilu 2019 dengan periode sebelumnya. dalam UU juga belum ada hubungan kewenangan
Menurutnya, beban kerja KPPS saat ini jauh lebih berat antara KPU dengan KPU Provinsi dan KPU
karena pemilu digelar serentak. Kondisi ini diperparah Kabupaten/Kota: apakah yang harus dilakukan KPU
dengan kurang maksimalnya KPU mempersiapkan kepada KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota;
petugasnya di lapangan. Regulasi yang berubah-ubah, dalam situasi macam apa KPU dapat atau harus
logistik yang datang terlambat hingga bimbingan teknis mengambil-alih tugas dan kewenangan KPU

98
Sebatik Vol. 25 No. 1 Juni 2021
ISSN: 1410-3737(p) 2621-069X(e)
Open access article licensed under CC-BY
jurnal.wicida.ac.id/index.php/sebatik

Provinsi, dan dalam situasi macam apa KPU menjadi pimpinan penyelenggaraan Pemilu
Provinsi dapat atau harus mengambil alih tugas dan secara teknis sehari-hari.
kewenangan KPU Kabupaten/Kota. 4. Independensi KPU bukan sekadar kemungkinan
2. Masa jabatan anggota KPU Provinsi, dan KPU intervensi atau pengaruh kekuatan lain terhadap
Kabupaten/Kota pada UU Penyelenggara Pemilu KPU tetapi juga independensi KPU dalam
tidak sistematik. Pada Pemilu 2014 sebagian besar mendapatkan dan mengelola anggaran Pemilu.
keanggotaan KPU Kabupaten/Kota berakhir Praktik pengusulan anggaran selama ini
seminggu sebelum hari pemungutan suara 9 April menyebabkan alokasi anggaran tidak dapat
2014. Sebagian anggota yang segera mengakhiri sepenuhnya di bawah kendali KPU sesuai dengan
jabatannya bekerja „tidak penuh waktu‟. rencana yang disusun. Penggunaan anggaran ini
3. Pembagian tugas dan kewenangan antara para sudah barang tentu harus dipertanggung jawabkan
anggota KPU dengan Sekretaris Jenderal KPU, secara teknis keuangan kepada BPK, dan
seperti yang dirumuskan dalam UU, masih rancu. pertanggung jawaban politik kepada DPR dan
Sekretariat Jenderal KPU, Sekretariat KPU Provinsi Presiden.
dan Sekretariat KPU Kabupaten dibentuk untuk 5. Kemampuan dan integritas pelaksana pemungutan
membantu kelancaran tugas KPU, KPU Provinsi dan dan penghitungan suara tingkat operasional (KPPS,
KPU Kabupaten/Kota. Tugas ini kemudian PPS dan PPK) semakin dipertanyakan oleh publik
dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut: berdasarkan pengalaman Pemilu 2009 dan 2014.
1) Membantu penyusunan program dan anggaran Kebanyakan mereka ini memiliki hubungan
Pemilu. kekerabatan dengan Pamong Desa, sebagian besar
2) Memberikan dukungan teknis administratif. telah menjalankan tugas ini sejak Orde Baru, dan
3) Membantu pelaksanaan tugas KPU dalam banyak yang terlibat dalam transaksi jual-beli suara.
menyelenggarakan Pemilu. UU Pemilu yang satu menugaskan PPS membentuk
4) Membantu perumusan dan penyusunan KPPS, sedangkan UU Nomor 15 Tahun 2011
rancangan peraturan dan keputusan KPU. menugaskan KPU Kabupaten/Kota membentuk
5) Memberi bantuan hukum dan memfasilitasi KPPS. Karena pelaksanaan tugas dan kewenangan
penyelesaian sengketa hukum. mereka ini sangat menentukan kualitas Pemilu,
6) Membantu penyusunan laporan maka diperlukan suatu pembaharuan dalam
penyelenggaraan kegiatan dan persyaratan dan proses recruitment keanggotaan
pertanggungjawaban KPU. KPPS, PPS dan PPK. Perlu dipahami semua pihak
7) Membantu pelaksanaan tugas lain sesuai dengan bahwa kualitas hasil Pemilu tidak ditentukan oleh
peraturan perundang-undangan. Tugas kalangan terpelajar di KPU, KPU Provinsi atau KPU
Sekretariat Jenderal KPU seperti ini Kabupaten/Kota melainkan ditentukan oleh
menunjukkan bahwa para anggota KPU-lah kemampuan para petugas KPPS, PPS dan PPK.
yang bertanggung jawab dalam membuat dan
melaksanakan peraturan dan kebijakan 4.5.2 Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)
sedangkan Sekretariat Jenderal hanyalah Badan Pengawas Pemilu melaksanakan 4 (empat)
membantu saja tanpa tanggung jawab. Tidak tugas. Pertama, mengawasi seluruh tahapan Pemilu
ada pembagian tugas para anggota KPU dengan sebagai mekanisme pencegahan pelanggaran. Kedua,
Sekretariat Jenderal KPU seperti ini di negara menerima dan mengkaji laporan tentang dugaan
lain. Tidak ada KPU di dunia ini dimana para pelanggaran Ketentuan Administrasi Pemilu (KAP) dan
komisioner menangani kebijakan dan dugaan pelanggaran Ketentuan Pidana Pemilu (KPP).
pelaksanaan teknis. KPU (Instituto Federal Bila terdapat bukti permulaan yang cukup, laporan itu
Electoral/IFE) Meksiko yang beranggotakan 11 disampaikan kepada KPU/KPU Provinsi/KPU
orang hanya bersidang bila menetapkan Kabupaten/Kota sesuai dengan locus delicti-nya bila
peraturan ataupun kebijakan, sedangkan tugas menyangkut dugaan pelanggaran KAP atau kepada Polri
dan kewenangan menyelenggarakan pemilihan bila menyangkut dugaan pelanggaran KPP. Ketiga,
umum secara teknis merupakan tugas dan menyelesaikan sengketa administrasi Pemilu baik yang
kewenangan Sekretariat Jenderal yang terdiri bersifat final maupun tidak bersifat final, keempat,
atas pegawai yang kompeten dan professional menyelesaikan sengketa antar Peserta Pemilu. Tugas
dalam tata kelola Pemilu. KPU Australia pertama merupakan tugas organisasi masyarakat sipil.
(Australian Election Commission/AEC) yang Ketika Bawaslu melaksanakan tugas ini partisipasi
beranggotakan 3 orang (seorang Ketua, dua berbagai unsur masyarakat sipil dalam melakukan
orang anggota). Ketiga orang ini bersidang bila pengawasan mengalami kemunduran drastis. Tugas ini
hendak menetapkan peraturan dan kebijakan, harus dikembalikan kepada masyarakat yang berhak.
sedangkan salah seorang dari 3 orang itu Berbagai kalangan dari masyarakat warga akan dapat
melaksanakan tugas ini apabila tersedia dana yang

99
© 2021, The Author(s). This is an open access article, free of all copyright, that anyone can freely read, download, copy, distribute, print, search, or link to the full
texts or use them for any other lawful purpose. This article is made available under a Creative Commons Attribution 4.0 International License, which permits
unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. SEBATIK is a journal of the STMIK Widya Cipta
Dharma

memadai untuk tugas pemantauan Pemilu. Sekitar 20% Pelaksanaan Pemilu serentak pada tanggal 17 April
dari anggaran Pemilu perlu dialokasikan untuk 2019 meninggalkan banyak permasalahan dalam teknis
memfasilitasi kegiatan berbagai organisasi masyarakat penyelenggaraannya, sebagaimana yang terjadi pada
untuk pemantauan Pemilu, dan pendidikan pemilih. kasus di kota Makassar tersebut. Sehingga
Tugas kedua merupakan tugas KPU/KPU Provinsi/KPU penyelenggaraan pemilu serentak belum berhasil
Kabupaten/Kota dan Polri. Tidak ada alasan apapun yang menciptakan demokrasi elektoral yang efektif dan akun
dapat dipertanggungjawabkan untuk membenarkan tabel yang menjadi kunci bagi terbangunnya sistem
Bawaslu mengambil alih tugas KPU dan Polri. KPU demokrasi substantif.
beserta seluruh jajarannya tentu harus menyiapkan
struktur yang memadai untuk merespons pengaduan 6. SARAN
dengan cepat dan cermat. Polri niscaya akan dapat Penyelenggaraan Pemilu Serentak sebagai suatu
langsung merespons pengaduan tidak hanya karena jenis luaran kebijakan politik yang telah diputuskan bersama
pidana lain juga tanpa perantara tetapi juga karena Polri antara legislatif dan eksekutif, walaupun per tahapan
sudah lama menangani tugas tersebut. pelaksanaannya belum terlaksana dengan baik, tetap
Selain tugas yang sudah tertera dalam Undang- harus dilakukan evaluasi. Melalui evaluasi maka
Undang, sejumlah tugas lain perlu dipertimbangkan konseptualisasi dan desain, implementasi serta kegunaan
untuk ditangani oleh Bawaslu. Pertama, pengawasan dan program akan dapat kita ketahui hasilnya. Apabila
penegakan ketentuan yang mengatur dana kampanye hasilnya menunjukkan kecenderungan (dampak) yang
Pemilu. Kedua, penyelesaian sengketa Pemilu. signifikan terhadap menurunnya kualitas demokrasi, dan
Pandangan lain mengusulkan agar Bawaslu dan MK keutuhan NKRI, maka penyelenggaraan pemilu serentak
menjadi dua lembaga yang menangani perselisihan layak diubah. Namun, jika masalah penyelenggaraan
Pemilu. MK menangani perselisihan hasil Pemilu lebih dikarenakan persoalan teknis, maka teknis
(Pemilu Legislatif dan Pilpres), sedangkan Bawaslu penyelenggaraan diperbaiki terlebih dulu, dan dinilai
dengan nama baru menangani pelanggaran KAP hasilnya kemudian. Sehingga evaluasi terhadap
(termasuk penegakan ketentuan yang mengatur Dana penyelenggaraan pemilu serentak tidak serta harus
Kampanye), menjadi penyidik dan penuntut pelanggaran diartikan sebagai perubahan UU Pemilu.
KPP, perselisihan antara KPU dengan peserta Pemilu, Saran untuk penyelenggaraan pemilu serentak adalah
perselisihan antar peserta Pemilu. Bawaslu hendak pertama, keserentakan pemilu dilakukan berjenjang,
dikembangkan menjadi Penegak Hukum dan antara pemilu nasional dan lokal. Misalnya dilakukan
menyelesaikan sebagian sengketa. pemilu serentak untuk nasional terlebih dulu yaitu
pemilihan presiden dan pemilihan legislatif untuk DPR
4.5.3 Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu RI, baru kemudian di tingkat lokal, pemilihan gubernur
Sejumlah permasalahan ditemukan dalam dengan pemilihan legislatif DPRD provinsi, dan
pelaksanaan tugas dan kewenangan DKPP. Pertama, pemilihan bupati/walikota dengan pemilihan legislatif
dalam Peraturan Bersama KPU, Bawaslu dan DKPP DPRD kabupaten/kota. Kedua, mengadministrasikan
mengenai Kode Etik Penyelenggara Pemilu masih penyelenggaraan dengan memaksimalkan penggunaan
bercampur-baur antara Hukum Positif dengan Kode Etik. teknologi informasi. Ketiga, penguatan bagian
Seharusnya Kode Etik Penyelenggara Pemilu tidak berisi penyelenggara melalui pelatihan dan bimbingan teknis
Hukum Positif. Ketentuan tentang Sumpah Jabatan, yang profesional. Keempat, pola recruitment
misalnya merupakan hukum positif karena sudah diatur penyelenggara KPPS dibenahi dan diawasi, dengan
dalam UU tentang Penyelenggara Pemilu. Kedua, tugas persyaratan mempertimbangkan usia, dan juga
utama DKPP adalah menyelidiki laporan dugaan kesehatan. Kelima, manajemen persiapan dan
pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu dan pendistribusi surat suara ke seluruh pelosok daerah
menyidangkan kasus tersebut. Bila terbukti adanya dengan memperhitungkan kondisi geografis secara rigid
pelanggaran, DKPP memiliki tiga alternatif sanksi sesuai dan akurat.
dengan derajat pelanggaran, yaitu peringatan tertulis,
pemberhentian sementara, dan pemberhentian tetap. 7. DAFTAR PUSTAKA
DKPP tidak memiliki kewenangan mengenakan sanksi
lain diluar ketiga jenis sanksi yang ditetapkan dalam UU. Ardipandanto, A. (2019). Permasalahan Penyelenggaraan
Ketiga, karena lingkup tugas DKPP juga mencakup KPU Pemilu Serentak Tahun 2019. Info Singkat, XI
Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota, maka terdapat (11), 25, 30.
kecenderungan luas di kalangan KPU Provinsi dan KPU Aziz, A. dkk. (2019). Serial Evaluasi Penyelenggaraan
Kabupaten/Kota untuk lebih “takut” kepada DKPP dari Pemilu Serentak 2019. Refleksi Pemilu Serentak di
pada KPU sebagai atasannya langsung. Indonesia. Jakarta: Bawaslu.
Azis, I (2019). Siapa Menang Pilpres 2019 di Sulawesi
5. KESIMPULAN Selatan Jokowi atau Prabowo. Diakses pada tanggal
20 Januari 2020 dari

100
Sebatik Vol. 25 No. 1 Juni 2021
ISSN: 1410-3737(p) 2621-069X(e)
Open access article licensed under CC-BY
jurnal.wicida.ac.id/index.php/sebatik

https://tirto.id/siapa-menang-pilpres-2019-di- Lukman, Z. (2018). Pemilu 2019 Jumlah TPS di Kota


sulawesi-selatan-jokowi-atau-prabowo-dmhm Makassar Bertamba. Diakses pada tanggal 2
Farisa, C.F. (2020). Bawaslu: Sistem Pengecekan Data Februari 2021 dari
Pemilih Pilkada Milik KPU Bermasalah. Diakses https://makassar.sindonews.com/berita/12383/1/pe
pada tanggal 1 Februari 2021 dari milu-2019-jumlah-tps-di-kota-makassar-bertambah
https://nasional.kompas.com/read/2020/07/16/1916 Muin, A. (2020). Indeks Kerawanan Pilkada Tertinggi
1411/bawaslu-sistem-pengecekan-data-pemilih- https://sulsel.idntimes.com/news/sulsel/ashrawi-
pilkada-milik-kpu-bermasalah?page=all. muin/bawaslu-indeks-kerawanan-pilkada-makassar-
Geys, B. (2006). Explaining voter turnout: A review of tertinggi-ketiga-nasional.
aggregate-level research. Electoral studies, 25(4), Munsir, I. (2020). KPU tetapkan DPT Pilwakot
637-663. Makassar 2020. Diakses pada tanggal 15 Desember
Haris, S. (2014). Partai, pemilu, dan parlemen era 2020 https://news.detik.com/berita/d-5217518/kpu-
reformasi. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. tetapkan-dpt-pilwalkot-makassar-2020-sebanyak-
2019). Kata Mahasiswa Unhas soal Pemilu 2019: Bikin 901087
Bingung hingga Anak Muda Berani Bicara. Diakses Norris, P. (2019). Do perceptions of electoral
pada tanggal 3 Januari 2021 dari. malpractice undermine democratic satisfaction?
https://regional.kompas.com/read/2019/04/28/0942 The US in comparative perspective. International
5981/kata-mahasiswa-unhas-soal-pemilu-2019- Political Science Review, 40(1), 5-22.
bikin-bingung-hingga-anak-muda-berani?page=all Pandiangan, A. (2019). Kelompok Penyelenggara
Himawan. (2019). Kotak Suara Tak Tersegel di Pemungutan Suara (KPPS) Pemilu 2019:
Makassar, KPU Akui Kelalaian Petugas PPK. Tanggungjawab Dan Beban Kerja. The Journal of
Diakses pada tanggal 3 Januari 2021 dari Society and Media, 3(1), 17-34.
https://makassar.kompas.com/read/2019/04/18/174 Prasetyoningsih, N. (2014). Dampak Pemilihan Umum
31861/kotak-suara-tak-tersegel-di-makassar-kpu- serentak bagi pembangunan demokrasi
akui-kelalaian-petugas-ppk?page=all. Indonesia. Jurnal Media Hukum, 21(2), 23.
Himawan. (2019). Bawaslu Makassar Sidang 112 Powell, G. B., & Powell Jr, G. B. (2000). Elections as
Petugas KPPS yang Dilaporkan Terkait Dugaan instruments of democracy: Majoritarian and
Pelanggaran Administrasi Pemilu. Diakses pada proportional visions. Yale University Press.
tanggal 4 Desember 2010 dari Rohmah, NS. (2019). Evaluasi Sistem Penyelenggara
https://makassar.kompas.com/read/2019/05/09/183 Pemilu Serentak 2019 Ditinjau dari Beban Kerja
10601/bawaslu-makassar-sidang-112-petugas-kpps- Penyelenggara Pemilu (adhoc). Call for Paper
yang-dilaporkan-terkait-dugaan Evaluasi Pemilu Serentak 2019 Bidang Evaluasi
Latief, M. I. (2019). Efek Post Truth Pada Partisipasi Kelembagaan Pemilu.
Pemilih Pemilu 2019 (Kajian Sosiologi Rossi, P. H., Lipsey, M. W., & Henry, G. T.
Komunikasi). KAREBA: Jurnal Ilmu Komunikasi, (2018). Evaluation: A systematic approach. Sage
275-288. publications.
Liando, D. M. (2017). PEMILU DAN PARTISIPASI Taliziduhu, N. (2003). Kybernology: ilmu pemerintahan
POLITIK MASYARAKAT (Studi Pada Pemilihan baru. Jakarta: Rineka Cipta.
Anggota Legislatif Dan Pemilihan Presiden Dan
Calon Wakil Presiden Di Kabupaten Minahasa
Tahun 2014). Jurnal LPPM Bidang
EkoSosBudKum, 3(2), 14-28.
Luhukay, R. S. (2020). Refleksi Atas Pemisahan Pemilu
Nasional dan Pemilu Local. Legalitas: Jurnal
Hukum, 12(2), 187-197.

101

Anda mungkin juga menyukai