Anda di halaman 1dari 29

Prosiding

Temu Ilmiah Nasional III


Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia
Jakarta, 8 Februari 2014

PENDIDIKAN YANG MEMBERDAYAKAN

Komite Ilmiah:

Prof. Dr. Frieda Mangunsong, M.Ed.


Universitas Indonesia
Juneman Abraham, S.Psi., M.Si.
Universitas Bina Nusantara
Sri Tiatri, Ph.D.
Universitas Tarumanagara
Dr. Lucia R. M. Royanto, M.Si., M.Sp.Ed.
Universitas Indonesia
Clara R. P. Ajisukmo, Ph.D.
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Dra. Indun Lestari Setyono, M.Psi.
Universitas Padjadjaran

Penyunting:
Pingkan C. B. Rumondor, M.Psi.
Universitas Bina Nusantara

Penerbit:
Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia-
Himpunan Psikologi Indonesia
(APPI-HIMPSI)
bekerjasama dengan
Universitas Bina Nusantara
Universitas Indonesia
Universitas Tarumanagara
PENDIDIKAN YANG MEMBERDAYAKAN

ISSN 2355-0856

Penyunting:
Pingkan C. B. Rumondor

Komite Ilmiah:
Frieda Mangunsong
Juneman Abraham
Sri Tiatri
Lucia R. M. Royanto
Clara R. P. Ajisukmo
Indun Lestari Setyono

Perwajahan sampul: Tommy Hendrawan

Hak cipta dilindungi oleh Undang Undang.


Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau
seluruh isi prosiding ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Cetakan Pertama, Februari, 2014


ix + 166 halaman
17,6 x 25 cm

Penerbit:
Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia
Himpunan Psikologi Indonesia (APPI-HIMPSI)
d.a. Bagian Psikologi Pendidikan
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Gedung C Ruang C210
Kampus Baru UI Depok 16424
Telp: 021 7875714, 021 7270004
Situs web: http://www.apsipendidikan.com

ii
Sambutan Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia
Ibu Prof. Dr. Conny Semiawan, Bapak Anies Baswedan, Ph.D, dan ibu Prof.
Sri Hartati Suradijono, M.A., Ph.D, yang saya hormati, Para hadirin, peserta
Temu Ilmiah Nasional III APPI, yang saya kasihi,
PENDIDIKAN YANG MEMBERDAYAKAN, atau saya katakan menuju
apa yang sering disebut sebagai Excellence Education, merupakan tema yang
dipilih dalam Temu Ilmiah Nasional III Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia
yang berlangsung hari ini di Jakarta, 8 Februari 2014, dimana Universitas Bina
Nusantara menjadi tuan rumah.
Dalam tema ini tersirat begitu banyak gambaran dan harapan akan pentingnya
Pendidikan sebagai upaya meningkatkan harkat kehidupan dan kemampuan
individu dalam menghadapi tantangan, mencari solusi dalam hidup untuk bisa
hidup tidak hanya secara layak tetapi juga berkualitas.
Bidang ilmu Psikologi Pendidikan melihat proses belajar sebagai isu sentral
dari individu untuk dapat mengembangkan seluruh potensi yang diberikan Tuhan
Allah Pencipta yang Maha Kasih, Maha Adil dan Bijaksana kepada setiap insan
yang dilahirkan ke dunia ini. Semua aspek yang menyangkut individu Pemelajar,
Proses Belajar dan Hasil Belajar dengan kompetensi yang diharapkan,
merupakan sistem yang terintegrasi dan mencakup begitu banyak faktor yang
dapat dilihat sebagai variabel atau peran-peran yang berkontribusi secara nyata
dalam memberdayakan individu.
Individu pemelajar yang tercakup dalam lingkup Psikologi Pendidikan
sangat luas, dimulai dari janin dalam kandungan ibunda (pendidikan diberikan
melalui orang tua), masa balita (pendidikan usia dini), masa usia usia sekolah,
remaja, dewasa (pendidikan dasar, menengah dan tinggi) bahkan sampai usia
lanjut (pendidikan manula), yang tentunya memiliki keunikan, karakteristik dan
proses perkembangan yang berbeda.
Proses Belajar merupakan suatu sistem yang mencakup tidak saja konten
tetapi juga konteks dari aktivitas individu melihat, mencerna, meniru,
menganalisis, berkreasi dan merasa bahagia dalam kegiatan yang berkaitan
dengan sensori, fisik, kognitif-afektif, sosial-emosional sampai keterampilan
psiko-motorik. Yang perlu diperhatikan juga adalah konteks belajar yang bisa
menjadi peluang terjadinya proses belajar (learning how to learn) yang bisa
berupa pendidikan yang sifatnya formal, non-formal maupun informal, dengan
metode pendekatan belajar yang bervariasi yang terus menerus diteliti dan
dikembangkan; kesiapan pendidik/pengajar yang memahami
kaidah/filosofi/pedoman ataupun psikologi pendidikan dalam Proses Belajar
Mengajar, serta fasilitas/sarana belajar-mengajar yang diperlukan.
Hasil Belajar yang selalu menggambarkan kualitas keluaran, terpenuhinya
kompetensi yang bernilai laku jual di pasaran kerja, seringkali dapat
menunjukkan buah/karya dari proses pembentukan karakter, kepribadian, etos
iii
belajar dan kerja, bisa berbentuk hard skill maupun soft-skill yang menjadi
bukti kematangan dan kesiapan individu untuk terjun ke masyarakat.
Pendidikan karakter bangsa dapat menjadi bagian penting dalam perwujutan
insan yang memiliki etika, moral, tanggung jawab, kepedulian tidak saja pada
dirinya sendiri, tetapi juga pada lingkungan dan orang lain. Hal ini seharusnya
menjadikan individu yang benci dan menjauhi diri dari korupsi, kerakusan
material, kekerasan dan penyalahgunaan kekuasaan.
Dari benih yang ditanam sejak awal pertumbuhan manusia, akan dapat dilihat
buah/hasil yang dipanen pada masa manusia menjadi bagian masyarakat yang
dituntut berkontribusi dalam pembangunan bangsa dan Negara Indonesia tercinta
ini.
Para Pembicara, hadirin, peserta Temu Ilmiah Nasional III APPI yang saya
hormati,
Peran dan kontribusi Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia dalam
pembentukan manusia yang berdaya, bahagia karena memiliki peluang untuk
mengembangkan potensinya adalahmemberi perhatian, pemikiran, program,
dukungan dalam pengembangan tidak saja berkaitan dengan konten, tetapi juga
konteks pendidikan beserta dinamikanya. Berbagai hal yang perlu terus menerus
dikaji, dikembangkan dan diterapkan bersama para pendidik (orangtua dan guru),
pemerhati pendidikan maupun pemerintah melalui pengembangan kurikulum,
sarana/prasarana, dandukungan kebijakannya. Hal-hal yang menjadi perhatian di
bidang pendidikan belakangan ini, antara lain diterapkannya kurikulum 2013 dan
Pendidikan Inklusi di Indonesia. Oleh karena itu, Tema Pendidikan yang
memberdayakan diangkat dan dibahas oleh tiga pembicara yang merupakan
tokoh nasional, yang sudah berkiprah di dunia pendidikan mulai pengembangan
disain kurikulum, penerapan, alternatif, evaluasi dan kebijakannya. Prof. Conny
Semiaw anakan membahas pendidikan yang memberdayakan dari pengembangan
dan evaluasi terhadap kurikulum 2013, Bapak Anies Baswedan, Ph.D. dari
implementasinya di dunia kerja dan masyarakat, dan Prof. Sri Hartati menyoroti
dampaknya pada proses berpikir kritis siswa.
Sebagai sub tema yang diangkat dalam Temu Ilmiah Nasional III APPI ini,
lima topik penting yaitu: Pendidikan Inklusi, Pendidikan Alternatif,
Pengembangan dan Penerapan Kurikulum, Strategi dan Metode Pembelajaran,
dan Intervensi Pendidikan di Sekolah akan diisi oleh pemakalah yang punya
minat, perhatian pada bidang psikologi pendidikan yang akan mempresentasikan
hasil penelitian, kajian dan pengamatan mereka di lapangan.
Akhirnya, ucapan terima kasih saya yang sebesar-besarnya pada Allah YMK
atas terselenggaranya Temu Ilmiah ini, secara khusus terhadap tuan rumah,
Universitas Bina Nusantara, yang dalam hal ini diwakili oleh Dekan Fakultas
Humaniora, Dr. Johannes A. A. Rumeser, M.Psi., yang telah membuka pintu
kampusnya untuk kegiatan ini. Juga ucapan terima yang tulus kepada Panitia
Pelaksana dan Pengarah yang dikoordinasi oleh Ketuanya: A.P. Yuni Wulandari,
S.Sos., M.Si, yang telah memberikan waktu, tenaga, timnya dalam menyiapkan
segala sesuatunya sejak tahun 2013. Penghargaan yang tinggi juga bagi teman-
iv
teman Pengurus APPI Jabodetabek yang diketuai oleh Sri Triatri, Ph.D, untuk
kerjasama, kolaborasi dan aktivitas yang selama ini dilakukan bersama
kepengurusan APPI Pusat, termasuk merencanakan Munas dan Temil Nasional
ke-3 ini. Mohon maaf yang sebesar-besarnya bila banyak kekurangan dan
kesalahan dalam kata dan perbuatan saya selama periode kerja 2010-2014 ini
terhadap teman-teman pengurus Pusat, pengurus wilayah, dan Himpunan
Psikologi Indonesia.
Semoga setelah Munas dan kepemimpinan baru APPI periode 2014-2018
terpilih, organisasi APPI akan dapat meningkatkan pelayanan dan kontribusinya
pada masyarakat dan pemerintah melalui program layanan, advokasi, kajian dan
kebijakan di bidang psikologi pendidikan.
Terima kasih dan selamat berSeminar, Temu Ilmiah dan berMunas....

Jakarta, Februari 2014

Prof. Dr. Frieda Mangunsong, M.Ed.


Ketua Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia

v
Sambutan Universitas Bina Nusantara
Bapak Ibu, dan para sejawat peserta pertemuan APPI yang saya muliakan,
Selamat datang di Binus University. Kami merasa terhormat dapat menjadi
tuan rumah pada Musyawarah dan Temu Ilmiah Nasional ke-3 APPI dengan
tema Pendidikan yang Memberdayakan, dan sub tema yang diangkat, lima
topik yaitu: Pendidikan Inklusi, Pendidikan Alternatif, Pengembangan dan
Penerapan Kurikulum, Strategi dan Metode Pembelajaran, serta Intervensi
Pendidikan di Sekolah.
Secara khusus kami sampaikan terimakasih kepada keynote speaker Ibu Prof.
Dr. Conny Semiawan (Guru besar di bidang psikologi pendidikan), Bapak Anies
Baswedan, Ph.D (Pencetus gerakan Indonesia Mengajar) dan Ibu Prof. Sri Hartati
Suradijono, M.A., Ph.D (Guru besar di bidang psikologi perkembangan
khususnya di bidang kognitif). Terima kasih pula untuk peserta yang terdiri dari
mahasiswa, guru, dosen dan pemerhati pendidikan yang datang dari seluruh
Nusantara yang berkenan datang di Universitas Bina Nusantara.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami hunjukkan pada Tuhan Yang
Maha Kuasa yang selalu membimbing dan mememberikan kekuatan khususnya
pada panitia hingga dapat terselenggaranya Temu Ilmiah ini. Di tengah
padatnya jadwal mereka baik sebagai dosen, maupun sebagai pejabat struktural
yang secara bersamaan menyiapkan akreditasi jurusan, masih bersemangat
mengurus kegiatan ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyelenggaraan acara ini, untuk itu kami sampaikan maaf yang sebesar-
besarnya .
Bapak Ibu, dan para peserta pertemuan yang saya muliakan,
Seperti kita ketahui pendidikan adalah proses panjang dan bersinambungan.
Lebih jauh pendidikan juga merupakan proses interaksi antara pendidik dan yang
dididik. Proses interaksi ini makin setara bila jenjangnya makin tinggi, ini
membuat proses pendidikan merupakan suatu proses yang unik.
Sebagai asosiasi yang secara sadar mencemplungkan diri dalam wahana
pendidikan kita perlu dapat mengidentifikasi apa yang disebut sebagai masalah
inti dari pendidikan di Indonesia. Dengan memahami masalah inti maka kita dapat
mencari jalan keluar yang sifatnya menyeluruh.
Dalam menjawab ini kita perlu telahaan yang mendalam yang dapat dijadikan
pedoman dalam melangkah. Walaupun saat ini saya belum dapat menjawab
pertanyaan apakah masalah inti dari pendidikan di Indonesia tetapi kita dapat
menunjukkan beberapa indikasi yang dapat dipakai sebagai titik awal diskusi.
Kita sadar ada sesuatu yang terberi, yaitu bahwa dimensi keragaman di
Indonesia sangat tinggi, misalnya keragaman geografis, keragaman kebiasaan,
keragaman budaya dan lain-lain. Pada titik ini, kita sudah masuk pada perdebatan
apakah perlu penyeragaman atau dibiarkan munculnya keunikan. Kalau mau
dibiarkan adanya keunikan, pertanyaan selanjutnya seberapa jauh keunikan itu
vi
ingin dibiarkan. Bagaimana kita menjaga keseimbangan keunikan dan
keuniversalan.
Pertanyaan berikutnya bagaimana kita mendidik para pendidik, apa yang perlu
diperhatikan. Kalau dididik dengan penekanan akan hal-hal yang unik maka para
pendidik kita akan mengalami kesulitan bila ditugaskan mendidik pada lintas
daerah. Sementara pengalaman lintas daerah dapat mendorong munculnya
pikiran-pikiran kreatif.
Bila kita lihat pada sisi keragaman maka tampaknya kita perlu juga
menetapkan seberapa jauh keragaman yang dapat kita berikan agar keragaman ini
tetap dapat menjalin kesatuan yang kita impikan. Bagaimana kita menjamin
bahwa keragaman yang kita dorong tidak malahan membuat fragmentasi yang
eksesif sehingga akhirnya kesatuan sebagai kekuatan hasil sinerji malah
berantakan.
Bapak Ibu yang saya hormati,
Selamat mengikuti pertemuan ini semoga melalui pertemuan ini dapat di
temukan titik-titik pertemuan yang bermanfaat bagi Indonesia Raya Semoga
selama di beracara di Binus University anda dapat merasakan kesibukan di
daerah Kemanggisan ini
Sekali lagi selamat datang dan selamat berseminar.

Jakarta, 8 Februari 2014

Dr. Johannes A.A. Rumeser, M.Psi


Dekan Fakultas Humaniora

vii
Daftar Isi

Halaman Judul ................................................................................................... i


Sambutan Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia ....................................... iii
Sambutan Universitas Bina Nusantara............................................................. vi
Daftar Isi ........................................................................................................ viii
Mewujudkan Cita-cita Generasi Emas.............................................................. 1
Studi Eksploratif Tentang Konsep Diri dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pada Remaja Cerebral Palsy ............................................................................ 9
Fungsi Otak dalam Belajar.............................................................................. 17
School Well-being Ditinjau dari Orientasi Belajar Mencari Makna dan
Kemampuan Empati Siswa ............................................................................. 23
Efektivitas Pelatihan Peer Counsellor Terhadap Peningkatan Keterampilan
Konseling Remaja pada Peserta Didik di SMAN 4 Surabaya ........................ 28
Perbedaan Empati Ditinjau dari Jenis Peran Bystander pada Remaja yang
Menyaksikan Perilaku Bullying ...................................................................... 35
Efektifitas Pelatihan Identifikasi Gangguan Perkembangan Anak Usia Dini
dengan Model ICARE pada Kader Pos PAUD Berpendidikan Rendah di
Kopeng Kabupaten Semarang......................................................................... 40
Kejujuran Akademik dalam Proses Pembelajaran Berdasarkan Perspektif
Mahasiswa....................................................................................................... 47
Identifikasi Kombinasi Gejala Anak Berkebutuhan Khusus di Kota Tarakan
Sebagai Upaya Penyelenggaraan Sekolah Inklusi .......................................... 53
Intervensi Modifikasi Perilaku pada Siswa dengan Learning Disabilities..... 59
Strategi Pembentukan Karakter Remaja Melalui Pendidikan Keluarga dan
Sekolah............................................................................................................ 63
Studi Eksplorasi Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja Panti
Asuhan di Surabaya ........................................................................................ 70

viii
Peranan Pendidikan Karakter di SMA dalam Meningkatkan Karakter Siswa
yang Tangguh dan Kompetitif ........................................................................ 72
Soft Skills: Penunjang Profesionalisme Performance Individu ...................... 78
Hubungan antara Bentuk Dukungan Sosial dan Burnout pada Guru Sekolah
Dasar Inklusif di Kabupaten Bandung............................................................ 84
Model Pelibatan Orangtua dalam Program Pendidikan dan Bimbingan Karir
Siswa Cerdas Istimewa/Bakat Istimewa Tingkat Menengah Atas Kota Malang
......................................................................................................................... 90
Intervensi Keperilakuan: Kombinasi Precision Request dan Economy Token
untuk Menurunkan Perilaku Disruptif Anak di Taman Kanak-kanak ............ 97
Potret Pendidikan Anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Sabah, Malaysia:
Perspektif Psikologi Sumber Daya Manusia (Penelitian Awal) ................... 103
Membangun Resiliensi Anak Usia Dini: Penguatan Melalui Managemen
Kelas ............................................................................................................. 107
Pendidikan Karakter dengan Pembelajaran Terintegrasi dan
Berkesinambungan di Universitas Bina Nusantara....................................... 118
Stres dan Prestasi Akademik pada Mahasiswa Psikologi Binus................... 124
Mystery Motivator untuk Meningkatkan Motivasi Siswa dalam Menyelesaikan
Pekerjaan Rumah (PR) Mata Pelajaran Matematika .................................... 127
Kecerdasan Emosi dan Kinerja Dosen Bahasa Inggris di Jakarta ................ 132
Strategi dan Metode Pembelajaran ............................................................... 134
Diferensiasi Pengajaran: Usaha Pemenuhan Hak bagi Setiap Anak Didik .. 145
Efektivitas Pelatihan Managemen Kelas pada Guru SMP Kr. Masa Depan
Cerah ............................................................................................................. 150
Pembelajaran Melalui E-Learning Sebagai Sarana Pembentukan Autonomus
Learner.......................................................................................................... 160
Tentang Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara ............................... 165

ix
Mewujudkan Cita-cita Generasi Emas*
(dalam rangka musyarawah dan temu ilmiah Asosiasi Psikologi Pendidikan
Indonesia)

Conny R. Semiawan
Penasihat Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia

1. Mendobrak Kehidupan Pragmatis


Dengan adanya reformasi dalam kehidupan politik sejak beberapa dekade
yang lalu, maka kehidupan masyarakat diarahkan pada landasan demokratisasi.
Namun demokratisasi yang diharapkan seyogianya menggandeng tujuan untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat yang madani. Apabila hal tersebut terjadi,
komitmen untuk menentang cara-cara jalan pendek yang ditempuh dalam
melakukan berbagai kegiatan demi kepentingan segelintir orang, akan lebih
menunjang pencapaian kesejahteraan seluruh bangsa.
Gerakan politik dan pengembangan aspek ekonomi seyogianya merupakan
sepasang action masyarakat yang serasi dan mengusung serta menyejajarkan
kedua komitmen dalam satu gaya pembangunan nasional yang terpadu dan
harmonis (Jusuf, 2009).
Hal ini kini tidak terjadi, kehidupan politik berjalan sendiri dilaksanakan oleh
politikus yang kurang profesional. Apalagi segi akademis yang banyak
digerakkan oleh parpol yang menjadikan aspek politis ini kendaraan meraih
kekuasaan dalam suasana hukum yang tidak menentu, dan dengan sangat nyata
mengarahkannya kepada pragmatisme yang sangat hedonistis. Makin lama
gerakan tersebut terarah pada tujuan dan sikap hidup to have rather than to be.
Bahkan fakta bahwa sebagian rakyat kita masih hidup dalam dunia kemiskinan,
ketidak adilan dan peperangan antar suku, antar agama dan lapisan masyarakat
miskin yang berposisi tak punya, kontra yang punya makin terabaikan.
Kontradiksi ini bahkan tidak saja terlalaikan, namun juga diingkari oleh sebagian
kelompok masyarakat yang berkuasa.
Sementara itu the overwhelming forces of pragmatism melanda seluruh negara
kita juga, dari grass root level sampai dengan the top level of society. Sikap
pragmatisme telah berkembang begitu jauh, sehingga malah mau mengorbankan
sumber daya alam Indonesia untuk bisa mencapai kemakmuran yang pragmatis
tersebut, bahkan tanpa peduli lagi akan nilai-nilai dalam membangun karakter
bangsa yang berlandaskan filsafat Pancasila untuk membangun kesejahteraan
rakyat yang merata dan berkeadilan.
Namun dalam gejolak perubahan dunia tersebut, di Indonesiapun ada
kelompok-kelompok manusia yang masih mempunyai cita-cita yang mengacu
pada idealisme untuk membangun bangsa ini dan tetap mempertahankan
* sebagian makalah seminar nasional Nasdem dibaca kembali

1
kehidupan bangsa dan negara serta keseluruhan masyarakat yang madani, adil dan
sejahtera dengan berbagai usaha dan kontribusi dari berbagai segmen kehidupan.
Salah satu alat untuk memberi kontribusi pada cita-cita ini adalah segmen
pendidikan. Lebih dari setengah abad yang lalu founding fathers kita telah
memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia yang juga memunculkan
tokoh pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantoro yang merumuskan tujuan
pendidikan berdasarkan UUD 1945. Ilmu pendidikan adalah celah mewujudkan
cita-cita hidup lahir bathin Ki Hajar Dewantara yang didasarkan pada budaya
Indonesia yang dinamis, terbuka, proses pembudayaan yang didasarkan pada
kesejhkteraan masyarakat. Pengaruh masyarakat maupun individu sebagai bagian
dari masyarakat, adalah faktor lingkungan. Jadi, dalam usaha pengembangan atau
pembangunan pribadi dan karakter pada tataran individu dan masyarakat, fokus
perhatian kita adalah pada faktor yang bisa kita pengaruhi atau lingkungan, yaitu
pada pembentukan lingkungan. Dalam pembentukan lingkungan inilah peran
lingkungan pendidikan menjadi sangat penting, bahkan sangat sentral, karena
kualitas pribadi seseorang yang terbentuk banyak dipengaruhi proses belajar, baik
belajar secara formal maupun informal. Untuk itu pembangunan bangsa
seyogyanya mampu mendidik masyarakat, membantu orang lain tidak hanya
berusaha untuk makin mempunyai lebih banyak (to have more) tetapi membantu
individu agar menjadi masyarakat yang luhur dan bermartabat.
Sementara itu Indonesia telah melewati satu abad Kebangkitan Nasional dan
65 tahun kemerdekaannya sebagai satu Republik. Negara kita yang belum mampu
meningkatkan kualitas hidup rakyat, telah pula menjadi penyebab merosotnya
kepercayaan sebagian masyarakat pada ideologi negara, Pancasila. Pancasila
sebagaimana ideologi manapun didunia ini, adalah kerangka berfikir yang
senantiasa memerlukan proses dialektika yang berlangsung bersamaan dengan
perubahan-perubahan sangat mendasar yang terjadi di negara kita, Revitalisasi
Pancasila perlu menekankan pada orientasi ideologi mewujudkan kemajuan yang
pesat.
Namun sebagai bangsa, kita semakin ditandai sebagai bangsa yang korup,
dengan penyalahgunaan wewenang yang terjadi di banyak lembaga; bahkan di
lembaga yang seharusnya menjadi penegak hukum. Dalam enam dasawarsa
setelah kemerdekaan, apa yang semula adalah kekuatan kita justru telah berubah
menjadi krisis masyarakat kita dan tantangan yang harus dihadapi dan diatasi.
Selain itu berbagai tantangan lain adalah energi kita menghadapi masalah sosial,
ekonomi masyarakat yang terkuras berkenaan aspek-aspek politik, krisis
manajemen negara, krisis kesejahteraan rakyat, krisis kedaulatan ekonomi, krisis
lingkungan alam.
Sementara itu memasuki abad ke-22 arus global telah merombak seluruh
aspek kehidupan bangsa dan Negara.

2
2. Perkembangan Manusia Indonesia dan Pembelajarannya
Dalam gejolak ini pemunculan pikiran untuk mengangkat persoalan
pengembangan kebudayaan dan karakter tampak seperti menjadi persoalan
tersendiri, padahal hal itu harus sudah semestinya menjadi bagian dari proses
pembudayaan masyarakat dan pembelajaran manusia. UU No. 20/2003 tentang
Sisdiknas adalah sebuah rujukan normatif penyelenggaraan pendidikan yang sarat
dengan landasan filosofi dan keilmuan pendidikan. UU ini berbicara tentang
proses pendidikan dan core values yang menjadi gambaran sosok manusia masa
depan yang tumbuh kembangnya terimplementasikan dalam pembelajaran anak
manusia yang diimpikan menjadi generasi emas.
Perkembangan potensi anak manusia dimulai sejak ia menjadi janin.
Meskipun dalam kenyataan tidak ada yang dapat diamati secara langsung dalam
kaitan dengan perilakunya namun anak lahir dengan lebih dari satu potensi yang
secara holistik mengacu pada satu arah tertentu (Stern, 1930). Dalam
perwujudannya, ternyata tidak ada yang sama sifat, ciri dan perilaku anak sebagai
makhluk individu, meskipun ia tumbuh kembang sebagai makhluk sosial. Ini yang
disebut paradox perkembangan dan menyebabkan tumbuhnya minat ilmuwan
meneliti gejala tersebut lebih mendalam. Baru ketika kita dapat secara nyata
mengamati perilaku anak (observable behavior), kita mengerti apa yang disebut
tumbuhkembang yang beranjak dari suatu perubahan perkembangan seseorang
individu dalam suatu struktur sosial, yang selanjutnya menjadi masyarakat bangsa
dalam dunia global.
Perkembangan manusia dalam rangka menuju pembangunan bangsa penting
dipupuk sejak dini bukan hanya di SD ataupun TK, melainkan sudah di rumah
oleh para orang tua. Informasi disaring tentang hal-hal yang sama yang dialami
secara konkrit oleh setiap anak dalam pengalaman pendidikan, kemudian
merupakan dasar untuk pengembangan suatu teori. Namun semua teori tersebut
tidak akan bermakna dalam kehidupan manusia terutama dalam sistem
pembelajarannya, apabila teori-teori tersebut tidak mengetuk hati anak dan tidak
berkontribusi membentuk cara berfikir dan cara bertindak anak. Potensi-potensi
yang dimiliki seseorang tidak akan tumbuh kembang menjadi kemampuan, sifat,
sikap yang konkrit (teraktualisasikan), melainkan menjadi redumeter, apabila cara
tumbuh kembangnya terjadi dalam suasana pendidikan yang tidak wajar.
Lebih dari itu seperti tadi dikatakan, tidak terjadi pembangunan bangsa
apabila masyarakat tidak saja dididik memiliki lebih banyak (to have more),
melainkan juga menjadi manusia yang bermartabat dan bersikap luhur yang akan
membuktikan bahwa Pancasila berfungsi dan yang dihasilkan oleh pendidikan itu
adalah yang disebut generasi emas.
Fungsi sekolah sebagai salah satu aspek lingkungan adalah menjadi
pesemaian dan tanah subur dari potensi manusia. Hal ini memungkinkan
perwujudan pemodalan mental dan moral yang terkait dengan terkuaknya rahasia
DNA dan gen yang menyadarkan manusia akan banyak hal berkenaan dengan

3
nasib dan kehidupan, apalagi kita ketahui bahwa badan manusia memiliki 25.000
sampai dengan 30.000 gen. Gen adalah suatu bagian dari informasi heriditer yang
diwariskan melalui khromoson kita sebagai DNA.

Perilaku manusia sel


Pengaruh lingkungan bermakna impact ekspresi gen Co creating new values

Gambar 1. Pengaruh Perilaku Manusia Terhadap Gen

Gen ini memiliki dua fungsi, yaitu (1) untuk melayani template (cetak biru)
yang ajeg untuk dicopy selanjutnya (2) sebagai faktor transkrip (catatan) yang
mempengaruhi protein yang akan menjadi ekspresi gen. Fungsi kedua ini sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan berarti bisa mempengaruhi struktur fungsi
dan ciri-ciri biologis sel tertentu. Setiap sel memiliki gen seluruh badan tetapi sel
tertentu hanya mengekspresikan + 20% dari gen itu (Jensen, 2006). Artinya,
pendidikan memiliki peluang untuk mengubah nasib yang telah diprogramkan di
gen-gen kita. Namun demikian untuk itu diperlukan penanganan yang sangat
khusus yang apabila ditangani dengan pemahaman akan banyak membantu
mengubah nasib anak-anak tersebut. Untuk itu diperlukan selain masa belajar
yang panjang juga cara-cara yang khusus, karena kehidupan manusia berbeda dari
kehidupan binatang. Kehidupan manusia adalah jauh lebih kompleks karena
selain mewakili kualitas intelektual juga mewakili kualitas emosional serta
mewakili identitas martabat kemanusiaan yang menampilkan jati diri bangsa.
Respon gen terhadap stimuli lingkungan dapat diibaratkan memiliki dua arah
di mana gen kita mempengaruhi kehidupan kita dan secara timbal balik
lingkungan mempengaruhi gen kita. Temuan bahwa gen dan lingkungan saling
berinteraksi dalam membentuk perilaku merupakan revolusi dalam bidang biologi
dan berimplikasi luar biasa bagi bidang pendidikan, karena dengan demikian kita
berpeluang untuk mempengaruhi ekspresi gen dengan sasaran tertentu yang
berakibat positif terhadap perkembangan seseorang, juga perkembangan tabiat
seseorang. Semua sel dalam badan kita memiliki sensor yang dapat membaca
pengaruh lingkungan, menilai data yang masuk dan bertindak dalam
mempertahankan diri serta membentuk karakter seseorang.

4
Signalnya mengadakan perjalanan dari lingkungan ke gen dan dari gen ke
protein, dalam proses dua arah. Pada skala besar dapat dikatakan bahwa interaksi
antar gen dan lingkungan menentukan kehidupan organisme. Memperhatikan
uraian di atas, dapat dikatakan bahwa suatu organisme dapat menulis riwayat
gennya sendiri untuk menyesuaikan dirinya pada tantangan lingkungan. Dalam
grand design pendidikan yang mengacu pada manusia Indonesia masa depan
siswa memerlukan bantuan profesional untuk mewujudkan dirinya secara optimal.
Jadi yang disebut blueprint genetis hanya merupakan bagian dari keseluruhan
gambaran pribadi kita. Memang, gen kita memainkan peran besar dalam
menentukan nasib kita, tetapi berbagai pengalaman hidup yang menciptakan
ragam kompleksitas dalam perkembangan otak kita lebih lagi berpengaruh dalam
hidup itu. Pemahaman dan profesionalitas yang diperlukan harus dihadirkan
dalam menyulut kebajikan sebagai potensi kemuliaan yang dimiliki setiap
manusia. Meskipun tindakan ini beranjak dari suatu konsep mikro namun
berdampak secara makro terhadap pembangunan bangsa.

3. Implikasi: Bingkai untuk Sistem Pendidikan yang


Diberdayakan
1. Implikasi terhadap filsafatnya
Pendidikan di berbagai negara menunjukkan (Frisby, 2005), bahwa
di seluruh dunia ada konflik antar berbagai upaya untuk meraih
kemampuan yang dipersyaratkan yang sifatnya merata bagi berbagai
populasi yang berbeda dalam arti latar belakang kultural ataupun sosial
ekonomi (Gottfredson, dalam Frisby, et. al., 2005). Juga di Indonesia
yang masyarakatnya plural selalu ada trade-off antara kesempatan
pendidikan yang merata (equal opportunity) dan hasil pendidikan yang
sama baiknya (equal outcome) yang muncul sebagai salah satu tantangan
(challenge) dalam menyelenggarakan pendidikan multikultur. Namun
ternyata dalam upaya bersaing dengan bangsa lain dalam arti intelektual
dan keterampilan, trade off seharusnya diarahkan pada pembentukan
pribadi dan karakter dan moral, yaitu suatu cita-cita yang dapat
menunjang dan melatar belakangi pengatasan berbagai kesenjangan dan
masalah masyarakat sekaligus mewujudkan generasi emas bangsa ini.
Dalam perjalanan menunju pada manusia Indonesia masa depan kita
berangkat dari masyarakat yang sedang sakit, mengatasi berbagai krisis
sebagaimana telah dideteksi sebelumnya. Dalam perjalanan intervensi ke
manusia masa depan, pertama-tama diperlukan perubahan mind set dari
pelaku-pelakunya. Pembentukan pribadi dengan bertolak dari teori
interaksi antara gen dan perilaku manusia menunjuk pada upaya
pertama-tama untuk mewujudkan suatu suasana pembelajaran yang

5
mendidik, mengundangnya dalam lingkungan belajar* sebagaimana
diharapkan dari kurikulum 2013.

2. Implikasi terhadap kurikulum


Karena pada kekhasan, keunikan yang melekat pada individu, dan
pada suatu bangsa menandai identitas bangsa tersebut, maka core values
dalam bingkai sistem pendidikan yang utuh harus dapat menampilkan suasana
tersebut. Proses pembelajaran yang secara mikro harus dapat merefleksikan
nilai yang terkandung dalam pribadi yaitu kejujuran, kerja keras, disiplin,
mutu pembelajaran, komitmen, moral, kesatuan dan rasa kebangsaan yang
kuat berakar dari filsafat Pancasila.
Implikasi yang lain adalah bahwa kurikulum yang disesuaikan kepada
kebutuhan setiap anak, atau paling sedikit setiap kelompok anak, harus
mengandung juga persyaratan minimal pendidikan yang sama yang harus
dimiliki oleh semua anak. Dalam hal ini KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) yang sangat kontradiktif dengan ujian nasional yang bertolak dari
kesamaan semua jawaban maupun kesamaan seluruh materi yang seyogianya
diperoleh semua anak bertentangan dengan tujuan KTSP yang sebenarnya
diharapkan menimbulkan kreativitas komunitas sekolah yang juga memiliki
ciri divergen.

3. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 berbasis kompeten dan telah dirintis sejak 2004:
mencakup kompetensi, sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terpadu
dalam suasana lingkungan pendidikan yang wajar berbasis nilai-nilai luhur,
akademis, kebutuhan peserta didik dan masyarakat yang berorientasi pada
pengembangan kompetensi.
Strategi pengembangan pendidikan menunjuk pada pembelajaran
siswa aktif berbasis kompetensi yang diperuntukkan anak usia sekolah
melalui wajardikdas 9 tahun dan 12 tahun untuk SMA. Strategi peningkatan
efektivitas pembelajaran sesuai kurikulum adalah system nilai, efektivitas
internal, efektivitas pemahaman, efektivitas penyerapan. Fungsi sekolah
adalah persemaian, perwujudan modal mental, moral, karakter dan pribadi
yang ditumbuhkan dari potensi sejak lahir yang merupakan bibit-bibit yang
berbeda setiap anak dan menuntut DAP (developmental appropriate
practice).
Di Indonesia pembukaan UUD 1945 menunjukkan bahwa setiap anak
berhak atas pendidikan dan bahwa pemerintah Indonesia wajib memberikan
pendidikan yang merata. Namun, hal ini mengandung konsekuensi bahwa
pendidikan harus memperhatikan kultur yang jamak itu (multikultural) dan
harus ditimbulkan kesadaran kultural yang pada gilirannya menuntut

6
pemahaman terhadap budaya orang lain. Yang paling penting untuk Indonesia
adalah bahwa selain ada pemahaman terhadap budaya sendiri, harus juga
ditumbuhkan pemahaman dan penerimaan terhadap budaya lain, yaitu adalah
kebanggaan bahwa biarpun ada ragam budaya (multikultur) ini, makin perlu
ditumbuhkan kebanggaan bahwa kita yang sangat beragam itu adalah satu
bangsa (Semiawan, 2003). Kebanggaan bangsa tersebut berkenaan dengan
pengertian multikultural yang menunjuk pada konvergensi dari berbagai
kultur yang beragam dalam masyarakat plural (McFadden, et. al., 1997).
Karenanya, pendidikan multikultural harus berespons terhadap kebutuhan
pendidikan sesuai DAP, yang secara implisit mencakup realitas sosiohistoris
dan sosioekonomis, etnis, rasial dari ragam budaya kita.

4. Kesimpulan
1. Betapa mulia tujuan kurikulum tersebut, namun ternyata strategi
pembelajaran yang dicanangkan dalam kurikulum 2013 perlu diubah
menjadi efektivitas interaksi, efektivitas pemahaman, CBSA, Discovery
melalui COS (Creative Open System) di dalam kurikulum berdiferensiasi,
Discovery thrill yang berakhir dengan suatu reflection. Kurikulum sebagai
integrasi apabila harus menjadi pribadi individu yang luhur dan
bermartabat untuk menjadi makhluk yang produktif, bertanggung jawab,
berinisiatif dan kreatif memerlukan sistem nilai, kompetensi sikap
keterampilan pengetahuan, aktualisasi (action), dan internalisasi
(reflection), barulah pribadi perilaku individu terbentuk.

2. Sejak revolusi biologis bahwa manusia yang lahir dengan 30.000 gen bisa
terjadi perubahan struktur biologis karena fungsi gen banyak menunjukkan
tamplate ekspresi gen yang bukan semata copy sifat-sifat yang diwariskan
kepadanya. Namun ini hanya terjadi bila pembelajaran merupakan
keutuhan yang satu dengan lain memiliki keterkaitan (connection) antar
dan melalui analogi, simbol, visualisasi, role playing, hypothesizing dan
analyzing. Setiap kesimpulan dari suatu fakta menjadi proses intelektual
yang merupakan interface dan suatu kondisi internal yang adalah
originalitas, kreativitas, sistem terbuka dan fleksibel yang akan
mewujudkan kurikulum yang mampu memberdayakan kadar mental kita.

Jakarta, 8 Februari 2014

7
Kepustakaan
Jusuf, D. (2014) Januari. Suara Pembaharuan. Jakarta.
Stern, W. (1930). Psychologie der Frhen Kindheit. Leipzig: Verlag von Quelle
& Meyer.
Jensen, E. (2006). Enrichment the Brain. Jossey Bass: San Fransisco, USA
TOR Simposium Nasional Restorasi Indonesia. Nasional Demokrat (2010).
Frisby, C.L., Reynolds, Cicil, R. (2005). Comprehensive Handbook of
Multicultural School Psychology. USA: John Wiley & Sons.
McFadden, Merryfied, M.N., Baron, K.R. (1997). Multicutural and Global
International Education Guidelines for Programs in Teacher Education.
USA: American Association for Teacher Education.
Semiawan C, (2003). Toward Multicultural Education, International Conference
on Multicultural Education at University of Indonesia, Departemen
Antropologi, Fakultas Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.
Semiawan, C. (2003). Invitational Learning Environment: A Meaningful
Approach in Increasing the Psychological Development of Mentally Retarded
Children, Catatan Kecil tentang Penelitian dan Pengembangan Ilmu
Pengetahuan. Jakarta: Prenada.

8
Tentang Jurusan Psikologi
Universitas Bina Nusantara

Jurusan Psikologi, Fakultas Humaniora, Universitas Bina Nusantara


(BINUS) mempunyai misi untuk menghasilkan sarjana psikologi yang
mampu melakukan intervensi psikologi non-klinis dan mengintegrasikan
teknologi dalam menerapkan prinsip-prinsip dasar psikologi.

Area Peminatan
Jurusan Psikologi BINUS memiliki tiga area peminatan, yaitu:
1. Psikologi Komunitas, merupakan satu-satunya peminatan psikologi
yang ada di Indonesia dengan tujuan untuk mempelajari lebih dalam
fenomena-fenomena psikologis komunitas urban.
2. Psikologi Pendidikan, area peminatan ini bertujuan menghasilkan
lulusan yang mampu membuat instruksi pembelajaran yang lebih efektif dan
mampu meningkatkan mutu para siswa melalui aspek psikologi.
3. Psikologi Industri dan Organisasi, lulusan dari peminatan ini
diharapkan mampu berkontribusi dalam meningkatkan efektifitas kerja, baik
dalam konteks perusahaan maupun tim secara luas. Mereka juga diharapkan
mampu menyusun program pelatihan sekaligus menerapkan prinsip-prinsip
psikologi dalam dunia industri.

Psychological Services Center (Pusat Layanan Psikologi)


Laboratorium Psikologi BINUS
Jurusan Psikologi BINUS memiliki pusat layanan Psikologi yang menangani
beberapa bidang psikologi berikut ini:
Anak dan Pendidikan
Talent Assessment (minat dan bakat): Tes ini bertujuan untuk mengetahui
beragam bakat yang dimiliki dan jurusan (baik untuk sekolah maupun kuliah)
yang sesuai dengan kemampuan dan minat para siswa.
Pemeriksaan Kematangan Sekolah: Pemeriksaan psikologis ini ditujukan
bagi anak-anak pra-sekolah. Dengan menjalani tes ini orang tua dan guru

165
dapat mengetahui kesiapan anak secara psikologis untuk memasuki dan
menjalani proses pendidikan secara formal.
Konseling Anak dan Remaja: Layanan konseling ini membantu anak-anak
dan remaja untuk menghadapi permasalahan dunia mereka yang sangat unik.
Para psikolog anak dan remaja akan membantu dalam menemukan solusi
yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Dewasa
Konseling dan Terapi Dewasa: Konseling ini bertujuan untuk menangani
permasalahan psikologis orang dewasa, seperti trauma, stress, depresi,
masalah rumah tangga, dan juga persiapan pernikahan. Konseling dan terapi
ini dirancang berdasarkan permasalahan dan kebutuhan yang dimiliki oleh
klien.
Industry and Assessment
Career Assessment: Pemeriksaan psikologis ini bertujuan untuk melihat
kesesuaian antara karakteristik, potensi, dan bidang pekerjaan yang sebaiknya
ditekuni. Career assessment sangat sesuai bagi para profesional muda dan
fresh graduates. Berdasarkan hasil tes ini, seseorang dapat menentukan karir
yang sesuai dengan kondisi psikologisnya.

Untouched Data Profiling: Mengolah data yang sudah dimiliki oleh


perusahaan akan tetapi tidak pernah dianalisa secara mendalam dan
komprehensif, contoh: hasil interview, psikotes, dan penilaian kualitas
pekerjaan. Menganalisa data-data yang tidak pernah tersentuh dapat
memberikan profil karyawan maupun perusahaan secara menyeluruh.

Contact:
Psychology Department,
Kampus Kijang- BINUS University,
Jl. Kemanggisan Ilir III no. 45, Kemanggisan,
Jakarta Barat, 11480
Phone : 021-532-7630, ext. 2631
Email : psychology@binus.edu
Web: http://psychology.binus.ac.id/

166
Buku Acara
Temu Ilmiah Nasional III
Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia
Jakarta, 8 Februari 2014

PENDIDIKAN YANG MEMBERDAYAKAN

Komite Ilmiah:

Prof. Dr. Frieda Mangunsong, M.Ed.


Universitas Indonesia
Juneman Abraham, S.Psi., M.Si.
Universitas Bina Nusantara
Sri Tiatri, Ph.D.
Universitas Tarumanagara
Dr. Lucia R. M. Royanto, M.Si., M.Sp.Ed.
Universitas Indonesia
Clara R. P. Ajisukmo, Ph.D.
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Dra. Indun Lestari Setyono, M.Psi.
Universitas Padjadjaran

Penyunting:
Pingkan C. B. Rumondor, M.Psi.
Universitas Bina Nusantara

Penerbit:
Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia-
Himpunan Psikologi Indonesia
(APPI-HIMPSI)
bekerjasama dengan
Universitas Bina Nusantara
Universitas Indonesia
Universitas Tarumanagara
Daftar Isi
Halaman Judul ..............................................................................................................i
Sambutan Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia ..................................................iii
Sambutan Universitas Bina Nusantara......................................................................... v
Daftar Isi ..................................................................................................................vvii
Susunan Acara Musyawarah dan Temu Ilmiah Nasional III Asosiasi Psikologi
Pendidikan Indonesia ................................................................................................... 1
Susunan Acara Temu Ilmiah Nasional III APPI.......................................................... 2
Tata Cara Sesi Presentasi Karya Ilmiah Temu Ilmiah Nasional III Asosiasi Psikologi
Pendidikan Indonesia ................................................................................................... 5
Mewujudkan Cita-cita Generasi Emas......................................................................... 6
Daftar Pemakalah Temu Ilmiah Nasional III APPI ................................................... 11
Susunan Panitia.......................................................................................................... 14
Tentang Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara ............................................ 15

vii
Susunan Acara Musyawarah
dan Temu Ilmiah Nasional III
Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia

Waktu Acara Tempat


Pleno
08.30-09.00 Pendaftaran Auditorium Lantai 4
08.30-09.00 Coffee Break R. 425 dan R. 423
09.00-09.10 Kata Sambutan Ketua Panitia
09.10-09.20 Kata Dekan Fakultas Humaniora
09.20-09.30 Kata Sambutan dari Ketua APPI
Prof. (Em.) Dr. Conny R. Semiawan
09.30-10.20 Mewujudkan Cita-cita Generasi Emas
Anies R. Baswedan, Ph.D. Auditorium Lantai 4
Implementasi Pendidikan yang Memberdayakan
10.20-11.10 di Dunia Kerja dan Masyarakat
Prof. Sri Hartati D. Reksodiputro-Suradijono, M.A.,
Ph.D.
Dampak Pendidikan yang Memberdayakan pada
11.10-12.00 Proses Berpikir Kritis Siswa
12.00-13.00 Makan Siang R. 425 dan R. 423
Temu Ilmiah
13-00-13.20 Presenter 1
13.20-13.40 Presenter 2 R. 430, 429, 428, 427,
13.40-14.00 Presenter 3 426
14.00-14.30 Tanya Jawab
14.30-15.00 Snack Sore R. 425 dan R. 423
15-00-15.20 Presenter 1
R. 430, 429, 428, 427,
15.20-15.40 Presenter 2 426
15.40-16.00 Presenter 3
16.00-16.30 Tanya Jawab
Munas APPI
16.30-17.00 Coffee Break (Munas)
17.00-19.00 Munas APPI
Pembukaan: sambutan dari Ketua APPI 2010-2014 dan
17.00-17.15 Ketua HIMPSI Pusat
Laporan kegiatan organisasi Pengurus APPI Pusat dan Lounge Lantai 8
17.15-18.15 Wilayah dilanjutkan dengan tanya jawab
18.15-18.45 Pemilihan Ketua APPI periode 2014-2018
Penutup, dokumentasi bersama, ramah tamah dan
18.45-19.00 makan Malam bersama

1
Susunan Acara
Temu Ilmiah Nasional III APPI
Sesi 1: 13.00-14.30
Sub-
Ruangan Waktu (No) Nama Peserta Sesi 1: 13.00-14.30
tema

Studi Eksploratif Tentang Konsep Diri dan


13.00-
(1) Siti Maimunah faktor faktor yang mempengaruhi pada
13.20
individu pada remaja celebral palsy

Efektifitas Pelatihan Identifikasi Gangguan


Ruang 1
Perkembangan Anak Usia Dini dengan
R. 430 13.20- (6) Enjang
1 Model ICARE pada Kader Pos PAUD
13.40 Wahyuningrum
Berpendidikan rendah di Kopeng
13.00-14.30
Kabupaten Semarang
Identifikasi Kombinasi Gejala Anak
13.40- Berkebutuhan Khusus di Kota Tarakan
(8) Siti Maliha
14.00 sebagai Upaya Penyelengaraan sekolah
Inklusi
14.00-
Sesi Tanya Jawab
14.30
Kejujuran akademik dalam proses
13.00- (7) Anna Armeini
pembelajaran berdasarkan perspektif
13.20 Rangkuti
mahasiswa
Ruang 2
R.429 School Wellbeing ditinjau dari Orientasi
2 13.20-
(3) Imam Setyawan Belajar Mencari Makna dan Kemampuan
13.00-14.30 13.40
Empati Siswa
13.40- (2) V. Sutarmo
Fungsi Otak dalam Proses Belajar
14.00 Setiadji
14.00-
Sesi Tanya Jawab
14.30
Efektifitas Pelatihan Peer Counselor"
13.00- terhadap peningkatan ketrampilan
(4) Rusdi Rusli
13.20 konseling remaja pada peserta didik di
SMAN 4 Surabaya
13.20- Intervensi modifikasi perilaku pada siswa
(9) Rilla Sovitriana
Ruang 3 13.40 dengan learning disabilities
R. 428
3
13.00-14.30 Model Pelibatan Orang Tua dalam Program
Pendidikan dan Bimbingan Karir Siswa
13.40- (15) Nimatu
Cerdas Istimewa atau Bakat Istimewa
14.00 Zahroh
Tingkat Menengah Atas Kota Malang

14.00-
Sesi Tanya Jawab
14.30

2
Perbedaan Empati ditinjau dari Peran
13.00- (5) Ishy Arkhati dan
Bystander pada Remaja yang menyaksikan
13.20 Fellianti Muzdalifah
perilaku Bullying
Ruang 4
R. 427 Pendidikan Karakter dengan Pembelajaran
4 13.20-
(20) Stephanus N. Terintegrasi dan Berkesinambungan di
13.00-14.30 13.40
Universitas Bina Nusantara

13.40-
- -
14.00
14.00-
Sesi Tanya Jawab
14.30

13.00- (22) Esther Widhi Stres dan Prestasi Akademik Pada


13.20 Andangsari Mahasiswa Psikologi BINUS
Ruang 5
R. 426
4 (24) Wiwik
13.20- Kecerdasan Emosi dan Kinerja Dosen
13.00-14.30 Andreani dan Esther
13.40 Bahasa Inggris di Jakarta
Widhi Andangsari
13.40-
- -
14.00
14.00-
Sesi Tanya Jawab
14.30

Sesi 2: 15.00 16.30


Sub-
Ruangan Waktu (No) Nama Peserta Sesi 2: 15.00-16.30
tema
Yayasan Wahana Inklusif Indonesia:
Mengembangkan Ruang yang Kondusif
bagi Peningkatan Kualitas
15.00- (28) Tolhas
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif.
15.20 Damanik
Sharing oleh Tolhas Damanik, M. Ed,
Direktur Eksekutif Yayasan Wahana
Ruang 1 Inklusif Indonesia.
R. 430
1 Hubungan Antara Bentuk Dukungan
15.20- (14) Laila
13.00-14.30 Sosial dan Burnout pada Guru Sekolah
15.40 Nurachma
dasar Inklusif di Kabupaten Badung
Potret Pendidikan Anak Tenaga Kerja
15.40- (18) Muhammad Indonesia (TKI) di Sabah, Malaysia
16.00 Iqbal Perspektif psikologi Sumber Daya
Manusia (Penelitian Awal)
16.00-
Sesi Tanya Jawab
16.30
Ruang 2 Studi Eksplorasi Pengetahuan Kesehatan
15.00- (11) William Budi
R.429 2 Reproduksi pada Remaja Panti Asuhan di
15.20 Surya
Surabaya

3
13.00-14.30
Peranan Pendidikan Karakter di SMA
15.20- (12) A. P. Yuni
dalam Meningkatkan Karakter Siswa
15.40 Wulandari
yang tanggung dan Kompetitif

15.40- (10) Weni Endahing Strategi pembentukan karakter remaja


16.00 Warni melalui pendidikan keluarga dan sekolah
16.00-
Sesi Tanya Jawab
16.30
15.00- (25) Hendarti
Strategi dan Metode Pembelajaran
15.20 Permono
Ruang 3
R. 428 15.20- Efektivitas Pelatihan Manajemen Kelas
2 (26) Vania Christian
15.40 Pada Guru SMP KR. Masa Depan Cerah
13.00-14.30 (27) Sudanarto
15.40- Sharing Pelaksanaan Kurikulum 2013
Kusnadi
16.00 dari SMA Sejahtera, Depok
Sunarto
16.00-
Sesi Tanya Jawab
16.30
(13) M.M. Tri
15.00- Soft Skills: Penunjang Profesionalisme
Susetyaning
15.20 Performance Individu
Ruang 4 Mildawani
R. 427 15.20- (17) Muhamad Diferensiasi Pengajaran: Usaha
2
15.40 Nanang Suprayogi Penemuhan Hak Bagi Setiap Anak Didik
13.00-14.30
15.40- Membangun Resiliensi Anak Usia Dini:
(19) Festa Yumpi
16.00 Penguatan Melalui Managemen Kelas
16.00-
Sesi Tanya Jawab
16.30
Intervensi Keperilakukan: Kombinasi
15.00- (16) Luh Ayu Precision Request dan Economy Token
15.20 Tirtayani untuk Menurunkan Perilaku Disruptif
Anak di Taman Kanak-kanak
Ruang 5 Mystery Motivator Untuk Meningkatkan
R. 426 Motivasi Siswa
3 15.20- (23) Rozi Sastra
Dalam Menyelesaikan Pekerjaan Rumah
13.00-14.30 15.40 Purna
(PR)
Mata Pelajaran Matematika
Pembelajaran Melalui E-learning Sebagai
15.40-
(29) Rina Patriani Sarana Pembentukan Autonomus Learner
16.00
16.00-
Sesi Tanya Jawab
16.30

Keterangan
Nomor Subtema
1 Pendidikan Inklusi dan Pendidikan Alternatif
2 Pengembangan dan Penerapan Kurikulum 2013; Strategi dan Metode Pembelajaran
3 Intervensi Pendidikan di Sekolah
4 Lain-lain

4
Tata Cara Sesi Presentasi Karya Ilmiah
Temu Ilmiah Nasional III
Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia
Universitas Bina Nusantara
8 Februari 2014

Pemakalah
1. Pemakalah diharapkan hadir di ruang kelas yang telah ditentukan setidaknya 15 menit
sebelum acara dimulai.
2. Mengisi lembar CV yang diselipkan pada buku acara, kemudian menyerahkan kepada panitia
di ruang kelas.
3. Mengisi daftar hadir yang ada.
4. Menyerahkan file presentasi dalam bentuk soft copy kepada panitia yang ada di ruang kelas
5. Setiap pemakalah diberikan waktu selama 20 menit presentasi. Setelah semua pemakalah
memaparkan karyanya, moderator akan memimpin sesi tanya-jawab selama 30 menit.
6. Mohon kerjasamanya untuk memperhatikan durasi waktu yang disediakan baik saat
presentasi maupun saat tanya-jawab.
7. Pemakalah dapat mengambil sertifikat setelah presentasi di Meja Informasi/Ruang Panitia.

Peserta
1. Masuk ke dalam ruang kelas tepat pada waktunya, agar tidak mengganggu jalannya sesi
presentasi dan tanya-jawab.
2. Selama presentasi dan sesi tanya-jawab berlangsung, dimohon untuk tidak keluar-masuk
ruangan.
3. Menjaga barang bawaan masing-masing agar jangan tertinggal di ruang kelas.

5
Susunan Panitia
Panitia Pengarah (Steering Committee):
Ketua : Prof. Dr. Frieda Mangunsong, M.Ed.
Wakil Ketua : Juneman Abraham, S.Psi., M.Si.
Anggota : Sri Tiatri, Ph.D.
Dr. Lucia R. M. Royanto, M.Si., M.Sp.Ed.
Pingkan C. B. Rumondor, M.Psi.
Dra. Indun Lestari Setyono, M.Psi.
Clara R. P. Ajisuksmo, Ph.D.
Dra. Diennaryati Tjokrosuprihatono, M.Psi.
Evita Adnan, M.Psi.
Patricia Adam, M.Psi.
Dr. Yosef Dedy Pradipto, L.Th., M.Hum.
Cornelia Istiani, S.Pd., M.Psi.T.
Panitia Pelaksana (Organizing Committee):
Ketua : Antonina Panca Yuni Wulandari, S.Sos., M.Si.
Sekretaris : Rani Agias Fitri, M.Si.
Moondore Madalina Ali, Ph.D.
Rahmah Hastuti, M.Psi.
Bendahara : Dra. Lisa Ratriana, M.Si.
Sie Temu Ilmiah : Esther Widhi Andangsari, M.Psi.
Puji Lestari Prianto, M.Psi.
Anastasia Teoriman
Sie Acara : Dr. Yosef Dedy Pradipto, L.Th., M.Hum.
Sie Humas dan Pusat : Rahmanto Kusendi Pratomo, S.T., M.Si.
Informasi Hasna Zanira
Sie Perlengkapan, : Budi Sulaeman, S.Psi.
Akomodasi, dan Ihshan Gumilar, B.HSc., M.A.
Dokumentasi Wining
Sie Dana : Alfikalia, M.Si.
Anggita Dian Cahyani, S.Psi., M.A.
Herwanto
Jihan Kemala
Penyunting Buku Acara : Pingkan C. B. Rumondor, M.Psi.
dan Prosiding ber-ISSN
Pendukung Kegiatan : HIMPSIKO (Himpunan Mahasiswa Jurusan Psikologi)
Universitas Bina Nusantara
Temu Ilmiah: Lena, Indah, Caroline, Zuraidah, Vania, Jessica,
Vivi, Lienny, Yurike, Putu Fungky, Carmelita, Henny,
Nabila, Lisa Rianny, Fatma. Acara: Peter, Novi, Virgon, Tita,
Hasna, Nanda, Desy Avianti, Monika Dwi Ananta, Fitriani
Rahmaningrum, Fitria Fauziah. Fotografi dan Desain
Komunikasi: Nurlailad, Anin, Trixie, Arya, Christa, Dinda.
Konsumsi: Stacia, Virgon, Tita, Novi, Peter

Komite Ilmiah (Scientific Committee):


Prof. Dr. Frieda Mangunsong, M.Ed.
Juneman Abraham, S.Psi., M.Si.
Sri Tiatri, Ph.D.
Dr. Lucia R. M. Royanto, M.Si., M.Sp.Ed.
Clara R. P. Ajisuksmo, Ph.D.
Dra. Indun Lestari Setyono, M.Psi.

14

Anda mungkin juga menyukai