Anda di halaman 1dari 116

ANALISIS WACANA PESAN MORAL

DALAM NOVEL FAITH AND THE CITY KARYA


HANUM SALSABIELA RAIS DAN RANGGA ALMAHENDRA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:
Yoga Alif Prasetyo / 1112051000015

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016 M/ 1437 H
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

ANALISIS WACANA PESAN MORAL


DALAM NOVEL FAITH AND THE CITY KARYA
HANUM SALSABIELA RAIS DAN RANGGA ALMAHENDRA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Disusun Oleh:

Yoga Alif Prasetyo

NIM: 1112051000015

Disetujui Oleh Dosen Pembimbing:

Dr. H. Ilyas Ismail, MA


NIP: 19630405 199403 1 001

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDATULLAH JAKARTA
2016 M/ 1437 H
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 1 May 2016

Yoga Alif Prasetyo


ABSTRAK
Nama: Yoga Alif Prasetyo Dosen: Dr. H. Ilyas Ismail, MA
NIM: 1112051000015
“Analisis Wacana Pesan Moral dalam Novel Faith and The City Karya
Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra”
Novel Faith and The City ini adalah novel lanjutan dari novel Bulan
Terbelah di Langit Amerika. Secara umum novel Faith and The City ini masih
sama dengan novel sebelemnya yaitu menceritakan Islamophobia di Amerika.
Namun secara khusus novel ini menceritakan tentang keimanan, ambisi dan
kehidupan sosial. Walupun novel ini novel fiksi namun alur ceritanya diceritakan
berdasarkan pengalaman pribadi sang pengarang. Maka dari itu banyak pesan
moral yang ada dalam novel ini yang bisa dijadikan pelajaran bagi kita.
Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan tulisan ini adalah untuk
menjawab pertanyaan mayor dan minor. Adapun mayornya adalah Bagaimana
wacana pesan moral dilihat dari analisis Teks yang terdapat dalam novel Faith
and The city? Kemudian, minornya adalah Bagaimana wacana pesan moral dilihat
dari Kognisi sosial yang terdapat dalam novel Faith and The city? Bagaimana
wacana pesan moral dilihat dari Konteks sosial yang terdapat dalam novel Faith
and The city?
Dari data yang ditemukan dalam Analisis teks diatas bahwa pesan moral
yang terkandung dalam novel Faith and the City karya Hanum Salsabiela Rais
dan Rangga Almahendra ini banyak menyoroti tentang kehidupan sosial,
hubungan manusia dengan Tuhan, ambisi, hubungan dengan sesama manusia
dan toleransi beragama
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan teknik
analisis wacana terhadap novel Faith and The city karya Hanum Salsabiela Rais
dan Rangga Almahendra. Model analisis wacana yang digunakan adalah model
Teun A Van Dijk, Menurutnya penelitian wacana tidak hanya terbatas pada teks
semata, tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi dan dipahami oleh si pembuat
teks. Dan bagaimana kognisi sosial dan konteks sosial yang ada.
Kognisi sosial yang terdapat dinovel ini adalah tujuan pengarang mengapa
ia membuat tulisan atau novel ini. Dengan adanya kognisi sosial kita tahu pikiran
sang pengarang yang melatar belakangi tulisan dalam novel tersebut. Tujuan
pengarang membuat novel ini adalah untuk menunjukan bagaimana sisi media
yang gelap. Karena pengarang dahulunya merupakan wartawan disalah satu media
luar negeri dan dalam negeri, ia ingin menceritakan pengalamannya kepada
pembacanya.
Kemudian Konteks Sosial yang terdapat dalam novel ini adalah
pengarang menulis buku ini untuk melawan isu Islamophobia yang terjadi
dinegara barat, pengarang ingin munjukan bahwa agama Islam dan masyarakat
Islam tidak seperti yang dibayangkan, bahwa agama Islam adalah agama yang
suci, indah dan sesungguhnya cinta dengan yang namanya perdamaian demikan
pula dengan masyarakatnya, dan tidak ada satupun hal yang harus ditakuti dari
Agama tersebut yang mengakibatkan munculnya isu Islamophobia atau ketakutan
terhadap agama Islam.
Kata kunci: Novel Faith and The city, Pesan Moral, Analisis Wacana,
Teks, Kognisi Sosial, dan Konteks Sosial

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis

panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan segala anugerah dan rahmat-Nya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga

selalu tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak rintangan, cobaan yang penulis

rasakan namun selangkah demi selangkah serta do‟a dan kemudahan yang Allah

berikan, Alhamdulillah kesulitan tersebut dapat teratasi.

Penulis menyadari, betapa skripsi yang sudah merupakan bagian tak

terpisahkan dari penulis, begitu banyaknya orang yang ikut memberikan semua

yang dibutuhkan oleh penulis dalam proses penyelesaiannya. Maka dalam

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi.

2. Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I, Dr. Roudhonah, MA selaku

Wakil Dekan II, Dr. Suhaemi, Ma selaku Wakil Dekan III, Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs Masran M.Ag selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fita

Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

4. Dr. H. Ilyas Ismail, MA selaku Pembimbing Skripsi ini, yang telah

membimbing dan memberi masukan-masukan kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

ii
5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

memberikan ilmunya yang tidak akan habis dimakan waktu. Jasa mereka tak

terbayarkan.

6. Seluruh pengelola dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan

Dakwah yang telah melayani dan meyiapkan fasilitas literatur, selama penulis

belajar sampai bisa menyelesaikan studi di UIN Jakarta.

7. Kedua Orang Tua Saya, Suparnoto dan Sumiyem.S.Pd.i, yang telah mendorong

penulis untuk menyelesaikan skripsi tepat waktu dan serta senantiasa

mendo‟akan penulis, sehingga penulis bisa mengenyam pendidikan formal

tingkat perguruan tinggi, hingga selesai. Semoga selalu sehat dan tidak lelah

menasihati serta mendo‟akan penulis.

8. Kawan-kawan terdekat penulis, Faqih Aulia Rizqi, Fajar Hardian, Rizki

Hakiki, Ricca Junia Ilprima, Indriana Rara Subadra, Hany Sabrina Mumtaz

Aziz yang selalu mendukung dan selalu memberi semangat agar skripsi ini

dapat selesai tepat pada waktunya.

9. Kawan-kawan seperjuangan KPI A angkatan 2012 yang selalu memberi

motivasi, semangat dan inspirasi kepada penulis, serta kawan-kawan Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan 2012 yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Pada kesempatan ini, Penulis mendo‟akan semoga bantuan, dukungan,

bimbingan, dan perhatian yang telah diberikan oleh semua pihak akan

mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin Ya Robbal

‘Alamin.

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 5
D. Metodologi Penelitian .................................................................................. 6
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 11
F. Sistematika Pembahasan ............................................................................ 13
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Analisis Wacana dan Teori Van Djik ........................................................ 14
B. Pesan Moral ................................................................................................ 31
C. Novel .......................................................................................................... 37
BAB III BIOGRAFI PENULIS DAN SINOPSIS FAITH AND THE CITY
A. Biografi Penulis .......................................................................................... 42
B. Karya-karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra ................. 44
C. Sinopsis Novel Faith and the City.............................................................. 51
BAB IV STRUKTUR ANALISIS DATA
A. Analisis Wacana Pesan Moral .................................................................... 56
B. Wacana Pesan Moral Novel Faith and The City Dilihat dari Analisis
Kognisi Sosial.................................................................................................... 85
C. Wacana Pesan Moral Novel Faith and The City Dilihat dari Konteks
Sosial. ................................................................................................................ 89
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 93
B. Saran ........................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 98
LAMPIRAN ....................................................................................................... 100

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Novel merupakan salah satu karya sastra yang masih ampuh dalam

menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat. Novel hadir ditengah-tengah

masyarakat seiring dengan kebutuhan manusia yang ingin memahami masalah

melalui karya tulis. Maka dari itu sastra digunakan sebagai media alternative

penyampaian pesan, yang dibungkus dengan kisah yang menyentuh hati

sehingga cerita akan lebih komunikatif dengan masyarakat.

Pemilihan bahasa dalam karya sastra novel itulah yang akan membuat

tulisan itu berkualitas dan yang nantinya pembaca akan tau pesan-pesan dan

informasi yang ada didalam novel tersebut.

Karya sastrapun tidak terlepas dari latar belakang sang pengarang, apalagi

pengarang merupakan seorang muslim, besar kemungkinan kelahiran karya

tersebut dilatar belakangi oleh motivasinya untuk menyampaikan pesan moral

yang terkandung dalam ajaran agamanya, yaitu baik peristiwa yang sedang

berlangsung atau yang pernah dialami dialaminya sebelumnya.

Karya sastra, fiksi, senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan

dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan harkat dan martabat

manusia. Sifat-sifat luhur kemanusiaan tersebut pada hakikatnya bersifat

universal. Artinya, sifat-sifat itu dimiliki dan diyakini kebenarannya oleh

manusia sejagad. Ia tidak hanya bersifat kesebangsaan, apalagi keseorangan,

walau memang terdapat ajaran moral kesusilaan yang berlaku dan diyakini

1
2

oleh kelompok tertentu. Sebuah karya fiksi yang menawarkan pesan moral

yang bersifat universal biasanya akan diterima kebenarannya secara universal

pula.1

Novel yang mengandung nilai-nilai moral tersebut biasanya membahas

mengenai aspek-aspek kehidupan sosial, mengandung pengajaran tentang

tingkah laku yang baik, itu akan lebih mudah diterima oleh masyarakat

pembaca. Karena mereka seolah-olah berada di tengah-tengah cerita. Bila

seseorang sedang membaca, apalagi kisahnya hampir sama dengan yang

dialaminya, bisa jadi pembaca tersebut akan menangis dan tertawa sendiri.

Namun pesan moral tidak selalu digambarkan dengan tingkah laku yang

baik, terkadang pengarang sengaja menggambarkan gambaran yang buruk

atau tidak sesuai yang tujuannya adalah agar kita sebagai pembaca tidak

mengikuti apa yang dilakukan oleh sang tokoh yang ada dinovel tersebut.

Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, merupakan 2 pasangan

suami istri yang mulai dikenal dari novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa.

Mereka merupakan penulis sekaligus produser dari novel dan film tersebut,

dari sanalah meraka mendapatkan tempat dihati para pembacanya, terbukti

novel tersebut meraih novel Best Seller. Film yang sudah tayang dilayar

bioskop dan televisi tersebut sudah meraih banyak penoton.

Dengan background dan latar luar negeri dan merupakan cerita

pengalamannya selama di Eropa dan Amerika inilah yang menarik dari novel

ini. Hanum dan Rangga juga menceritakan sejarah-sejarah Islam yang ada di 2

benua tersebut, seakan-akan kita akan diajak keliling Eropa dan Amerika

1
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press,2013. h. 431-432
3

bersama mereka lewat karya-karya yang ia telah hasilkan. Fakta-kata yang

disajikan dalam novel ini tentang sejarah Islam pun yang membuat kita sedikit

tercengan mengetahui fakta-fakta yang tersaji didalamnya

Novel “Faith and The City” merupakan novel lanjutan dari 99 cahaya di

langit eropa, Berjalan di Atas Cahaya dan Bulan Terbelah di Langit Amerika

karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Novel meraka pun

sudah banyak yang menjadi novel Best Seller, tak terkecuali Novel Faith and

The City. Padahal novel ini terbilang baru, terhitung akhir desember 2015

novel ini terbit dan sudah menjadi novel Best Seller pada akhir januari 2016.

Kesuksesan film yang berasal dari novel Bulan Terbelah di Langit Amerika

inilah yang membuat novel Faith and The City ini ditunggu-tunggu oleh

pembacanya, karena novel tersebut merupakan lanjutan dari novel dan film

Bulan Terbelah di Langit Amerika.

Novel ini secara umum masih sama dengan novel sebelumnya yang

membahas mengenai Islamophobia, bagaimana peran media yang ikut

memutarbalikkan atau mendiskreditkan image Islam di mata dunia. Namun

secara khusus novel ini membahasa mengenai keimanan, semangat beragama,

profesioanalisme bekerja dan menyoroti tentang kehidupan sosial.2

Gaya bahasa yang sangat mudah untuk di cerna dan kisah yang membuat

penasaran ketika membaca, membuat kita sebagai membaca ikut tenggelam

kedunia khayalan kita. Latar yang dibuat sang penulis pun tidak membuat kita

jenuh, dengan permainan kata dan pemilihan diksi yang tepat membuat novel

ini nyaman untuk dibaca oleh banyak kalangan, mulai dari kalangan atas

2
Wawancara Pribadi dengan Hanum Rais Salsabiela dan Rangga Almahendra. Jakarta, 22 April
2016
4

hingga rakyat jelata, selain itu penulis membuat novel ini sagat inspiratif dan

tidak menggurui. Tidak heran jika pengarang novel yang masuk sebagai

sepuluh wanita yang akan menjadi inspirasi di tahun 2013.3.

Novel Faith and The City walupun novel baru lanjutan dari Bulan terbelah

di Langit Amerika, namun kedepannya akan diterima oleh masyarakat

terbukti pada awal penerbitanya novel ini sudah menyabet gelar best seller

serta akan difilmkan pada tahun 2017. Jika kita melihat karya-karya

sebelumnya yang telah best seller dan dijadikan film seperti Novel 99 Cahaya

Di Langit Eropa dan Bulan terbelah di Langit Amerika, menujukan bahwa

Novel-novel garapan Hanum dan rangga selalu ditunggu dan selalu mendapat

tempat dihati para penggemarnya.

Untuk itu dalam penelitian ini, penulis ingin menganalisa pesan moral

yang terkandung dalam “Novel Faith and The City” karya Hanum Salsabiela

Rais dan Rangga Almahendra. Yang mengandung nilai kebaikan serta

memberi pengetahuan bagi para pembacanya melalui karya tulis yang

berjudul “ANALISIS WACANA PESAN MORAL DALAM NOVEL

FAITH AND THE CITY KARYA HANUM SALSABIELA RAIS DAN

RANGGA ALMAHENDRA”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Untuk menghindari meluasnya pembahasan, maka ruang lingkup yang

akan diteliti dibatasi wacana pesan moral tentang nilai tauhid yang dibagi

menjadi 3 indikator yaitu hubungan manusia dengan Allah, hubungan

manusia dengan sesama dan ambisi dalam bekerja, yang terdapat pada dalam
3
Gembira putra agam, 10 wanita yang menginspirasi di tahun 2013. Diakses pada tanggal
15 November 2012 dari http://id.omg.yahoo.com/blogs/stylefactor/10-wanita-yang-akan-menjadi-
inspirasidi-tahun-2013:html
5

novel Faith and The city karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga

Almahendra. Penelitian ini mencakup seluruh isi cerita yang dibagi 30 bab,

224 halaman, menggunakan novel cetakan pertama yang diterbitkan oleh

Kompas Gramedia.

Berdasarkan batasan masalah diatas maka peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana wacana pesan moral dilihat dari analisis Teks yang terdapat

dalam novel Faith and The city?

2. Bagaimana wacana pesan moral dilihat dari Kognisi sosial yang

terdapat dalam novel Faith and The city?

3. Bagaimana wacana pesan moral dilihat dari Konteks sosial yang

terdapat dalam novel Faith and The city?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan batasan dan rumusan masalah tersebut di atas, maka yang

menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana wacana pesan moral berdasarkan

Analisis Teks yang terdapat dalam novel Faith and The city.

2. Untuk mengetahui bagaimana wacana pesan moral berdasarkan Kognisi

Sosial yang terdapat dalam novel Faith and The city.

3. Dan Untuk mengetahui bagaimana wacana pesan moralberdasarkan

Konteks Sosial yang terdapat dalam novel Faith and The city.
6

Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan

komunikasi, terutama studi tentang analisis wacana, dengan fokus

kepada analisis wacana karya sastra, sehingga secara umum dapat

bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi kajian komunikasi

penyiaran Islam.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap

dan bahan perbandingan bagi penelitian serupa yang telah ada, dan

memberikan masukan serta inspirasi bagi para peminat peminat karya

sastra dengan muatan dakwah dan pesan moral yang bermanfaat bagi

masyarakat Indonesia seperti yang dilakukan Hanum Salsabiela Rais

dan Rangga Almahendra.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan

teknik analisis wacana terhadap novel Faith and The city karya Hanum

Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Model analisis wacana yang

digunakan adalah model Teun A Van Dijk, modelnya kerap disebut

sebagai kognisi sosial terutama untuk menjelaskan struktur dan proses

terbentuknya teks. Menurutnya penelitiannya atas wacana tidak cukup

hanya hasil dari suatu praktek produksi yang harus diamati.4

4
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta : LKis, 2011),
h. 221
7

Analisis wacana merupakan salah satu alternatif dari analisis isi

selain kuantitatif yang dominan dan banyak digunakan dalam sebuah

penelitian.Jika analisis kuantitatif lebih memfokuskan pada sisi

komunikasi yang tampak (tersurat/tampak/nyata). Sedangkan untuk

menjelaskan hal-hal yang tersirat (latent), misalnya ideologi apa yang ada

di balik suatu berita, maka dilakukan riset analisis isi kualitatif. Dalam

perkembangan Ilmu Komunikasi, metode analisis isi kualitatif

berkembang menjadi beberapa varian metode, analisis wacana salah

satunya di samping analisis framing dan semiotik.2 Pretensi analisis

wacana adalah pada muatan, nuansa dan makna yang latent (tersembunyi)

dalam teks media.5

Berdasarkan level konseptual teoritis, wacana diartikan sebagai

domain umum dari semua pernyataan, yaitu semua ujaran atau teks yang

mempunyai makna dan mempunyai efek dalam dunia nyata. Sementara

dalam konteks penggunaannya, wacana berarti sekumpulan pernyataan

yang dapat dikelompokkan ke dalam kategori konseptual tertentu.

Pengertian ini menekankan pada upaya untuk mengidentifikasi struktur

tertentu dalam wacana, yaitu kelompok ujaran yang diatur dengan suatu

cara tertentu, misalnya wacana imprealisme dan wacana feminisme.

Sedangkan dilihat dari metode penjelasannya, wacana merupakan suatu

praktik yang diatur untuk menjelaskan sejumlah pertanyaan6.

Van Dijk menggambarkan wacana dalam tiga dimensi, yaitu: Teks,

kognisi sosial dan konteks sosial. Bila digambarkan maka skema

5
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis : Riset Komunikasi. (Jakarta : Kencana, 2006), h.62
6
Alex Sobur, Analisis Teks Media. (Bandung : Rosdakarya, 2004), h. 70
8

penelitian dan metode yang bisa dilakukan dalam kerangka Van Dijk

adalah sebagai berikut:

Struktur Metode

Teks Struktur makro:

Menganalisa bagaimana strategi

wacana yang dipakai untuk Super struktur:

menggambarkan seseorang atau

peristiwa tertentu Struktur mikro:

Kognisi Sosial

Menganalisa bagaimana peritiwa

dipahami,

didefinisikan dan ditafsirkan dengan

memasukkan informasi yang

digunakan untuk menulis dari suatu

wacana tertentu. (alasan penulis)

Konteks Sosial

Menganalisa bagaimana wacana

menggambarkan teks dan konteks

secara bersama-sama dalam suatu

proses komunikasi.
9

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian dalam menganalisis data menggunakan

deskriptif kualitatif, yang merupakan suatu teknik yang objektif, sistematik

dengan menggunakan metode observasi serta menggambarkan secara

kualitatif pernyataan komunikasi yang diungkapkan.7

3. Objek dan Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Hanum Salsabiela Rais selaku

penyusun novel Faith and The city, sedangkan yang menjadi objek

penelitiannya adalah pesan moral yang terkandung dalam buku tersebut.

4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data Research

Document, yaitu analisis pada novel Faith and The city karya Hanum

Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Sebagai metode ilmiah,

observasi adalah suatu cara penelitian untuk memperoleh data dalam

bentuk pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena yang

diselidiki.8

Penelitian ini melakukan observasi teks yaitu pengamatan untuk

menganalisis makna pesan moral yang terdapat dalam teks tersebut.

Peneliti menghimpun data-data dan literatur, baik buku-buku, internet,

yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini melalui penelitian

kepustakaan. Pengolahan data akan disesuaikan dengan kerangka

analisis wacana model Teun A. Van Dijk, yaitu menganalisis pesan


7
Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian PR dan Komunikasi (Jakarta:Raja
Grafindo,2003),h.215
8
Sutrisno, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi Offset, 1989), h. 192
10

moral dilihat dari analisis teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Dalam

dimensi teks yang diteliti adalah struktur dari teks yang masing-masing

bagian saling mendukung, dalam dimensi kognisi sosial difokuskan

bagaimana sebuah teks diproduksi, sedangkan konteks sosial melihat

bagaimana suatu teks dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial

dan pengetahuan yang berkembang dalam publik atas suatu wacana.

Kemudian dari ketiga dimensi di atas peneliti akan melakukan

interpretasi berdasarkan temuan data yang terdapat dalam teks, kognisi

sosial, dan konteks sosial.

Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan pengarang

melalui wawancara. Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan dan

menguatkan data dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada

penulis pada novel Faith and The city karya Hanum Salsabiela Rais dan

Rangga Almahendra.

5. Analisis Data

a. Proses Penafsiran data

Analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks daripada

penjumlahan unit kategori. Dasar dari analisis wacana adalah

interpretasi, karena analisis wacana merupakan bagian dari metode

interprétatif yang mengandalkan interpretasi dan penafsiran penulis.

Setiap teks pada dasarnya dapat dimaknai secara berbeda, dan dapat

ditafsirkan secara beragam9.

9
Alex Sobur. Analisis Teks Media,( Bandung : PT Remaja Rosda Karya), 2012.h. 70
11

Dalam tahap ini, penulis akan memperhatikan data-data yang

terdapat dalam novel Faith and The city karya Hanum Salsabiela Rais

dan Rangga Almahendra, kemudian akan ditafsirkan penulis dengan

disesuaikan pada kerangka analisis wacana yang dikemukakan oleh Van

Dijk.

Setelah melakukan penafsiran, selanjutnya melakukan penyajian

data yang berbentuk sekumpulan informasi yang kemudian data

tersebut kemungkinan akan dijadikan sebagai acuan dalam penarikan

kesimpulan dan pemberian saran.

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka digunakan untuk menghindari adanya kesamaan judul,

objek, pembahasan dalam proses penyusunan skripsi. Penelitian mengenai

Analisis Wacana yang diangkat mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi cukup bervariatif, baik tema maupun objek penelitiannya.

1. “Analisis Wacana Pesan Moral dalam Novel Rembulan Tenggelam di

Wajahmu Karya Tere Liye”.10 Skripsi ini di tulis oleh mahasiswi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Dakwah dan

Komunikasi, skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana Novel Rembulan

Tenggelam di Wajahmu Karya Tere Liye menggambarkan nilai moral

yang terkandung dalam novel tersebut.

10
ANINDIATI, Sevtya,Analisis wacana pesan moral dalam novel rembulan tenggelam di
wajahmu karya Tere Liye (Jakarta: Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,2012)
12

2. “Analisis Wacana Kritis “Dai Komersial” dalam Buku Setan berkalung

Surban Karya Prof. DR. KH. Ali Mustofa Yaqub, MA”.11 Mahasiswa

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Skripsi ini menggunakan metode Analisis Wacana untuk mencari pesan-

pesan yang terkandung dalam buku tersebut.

3. “Analisis isi Pesan Dakwah Dalam Novel Diatas Sajadah Cinta

KaryaHabiburrahman El-Shirazy”.12 ditulis oleh Zakiyah Fiddin, 2008,

Mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam

Skripsi ini membahas tentang pesan pesan yang terkandung dinovel karya

Habiburrahman El-Shirazy

4. “Analisis Wacana Keluarga Sakinah Pada Materi Siaran Program Kajian

Pagi di Radio Fajri 99.3 FM Bogor.13 Mahasiswa Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatulllah Jakarta, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Skripsi ini menggunakan metode

Analisis Wacana untuk mencari pesan-pesan yang terkadnung dalam buku

tersebut

11
SULAEMAN, Yogi, Analisis Wacana Kritis “Dai Komersial” dalam Buku Setan
berkalung Surban Karya Prof. DR. KH. Ali Mustofa Yaqub, MA” (Jakarta : Fak.Dakwah Dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2015)
12
FIDDINI, Zakiyah, Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Di Atas Sajadah Cinta
Karya Habiburrahman Elshirazy (Jakarta : Fak.Dakwah UIN Syarif Hidayatullah, 2008)
13
ZAENUDDIN, Saddam, Analisis Wacana Kritis “Analisis Wacana Keluarga Sakinah
Pada Materi Siaran Program Kajian Pagi di Radio Fajri 99.3 FM Bogor” (Jakarta : Fak.Dakwah
Dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2013)
13

F. Sistematika Pembahasan

Dalam membahasa suatu penelitian diperlukan sistematika

pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan penelitian, langkah –

langkah pembahasan sebagai berikut:

BAB I : Yaitu pendahuluan, bab ini memuat Latar Belakang Masalah,

Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Bingkai teori dan Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan

Sistematika Penulisan.

BAB II : Yaitu kajian teoritis, pada bab Kajian Teoritis, menguraikan

tentang pengertian Analisis Wacana, Kerangka Analisis Wacana,

Pengertian Pesan Moral, Pengertian Novel dan unsur-unsur Instrinsik

dalam Novel.

BAB III : Yaitu Biografi Penulis dan Sinopsis Faith and the City.

Memaparkan biografi, latar belakang sang pengarang, karya-karya

Pengarang dan sinopsis novel Faith and the City.

BAB IV : Yaitu Struktur Analisis Data, yaitu Menguraikan temuan

Wacana Pesan Moral dalam novel Faith and the City dilihat dari segi

Teks, Kognisi Sosial dan Konteks Sosial.

BAB V : Yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan yang ditutup

dengan saran.
BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Analisis Wacana dan Teori Van Djik

1. Pengertian Analisis Wacana

Terdapat dua kata yang ada di dalam Analisis Wacana, yaitu Analisis

dan wacana. Kata Analisis di dalam Kamus Bahasa Indonesia memiliki

beberapa pengertian, yakni sebagai penyelidikan terhadap suatu peristiwa

(karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang

sebenarnya (sebab musabab, duduk perkaranya, dsb), kemudian sebagai

penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu

sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang

tepat dan pemahaman arti keseluruhan dan Penjabaran sesudah dikaji

sebaik-baiknya.14

Selanjutnya kata Wacana yang sering di pakai oleh linguis indonesia

merupakan terjemaahan dari kata bahasa Inggris yaitu discourse, kata

discourse sendiri berasal dari bahasa latin discursus (lari ke sana ke mari).

Kata ini diturunkan dari dis (dan/dalam arah yang berbeda) dan currere

(lari).15

Istilah wacana menunjukan pada kesatuan bahasa yang lengkap yang

umumnya lebih besar dari kalimat, baik disampaikan secara lisan maupun

tulisan. Wacana adalah rangkaian kalimat yang serasi yang

14
DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia,3rd ed (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h.
43
15
Alex Sobur, Analisis Teks Media,(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2012),h. 9

14
15

menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya sehingga

membentuk satu kesatuan.16

Sebagaimana dikutip Alex Sobur dalam bukunya Analisis Teks Media

dituliskan pengertian wacana menurut Ismail Maharimin, yakni sebagai

kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut urut-urutan yang

teratur dan semestinya, komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun

tulisan, yang resmi dan teratur.17

Sedangkan menurut Riyono Pratiko menjelaskan bahwa wacana

adalah sebuah proses berpikir seseorang yang mempunyai ikatan dengan

ada tidaknya sebuah kesatuan dan koherensi dalam tulisan yang

disajikannya. Menurutnya, makin baik cara atau pola pikir seseorang,

maka akan terlihat jelas adanya kesatuan dan koherensi itu.18

Kemudian dari berbagai pendapat di atas, Alex Sobur dalam bukunya

Analisis Teks Media menyimpulkan bahwa pengertian wacana ialah

sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan

suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu

kesatuan yang koheren dibentuk oleh unsur segmental maupun

nonsegmental bahasa.19

Kajian mengenai terhadap wacana sering disebut sebagai analisis

wacana, Analisis wacana merupakan pendekatan baru muncul beberapa

puluh tahun belakangan ini. Aliran-aliran linguistik selama ini membatasi

16
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Jogjakarta : LKiS,
2011),h.3.
17
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2012),h. 10
18
Alex Sobur, Analisis Teks Media,h. 10
19
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h.11
16

penganalisaannya hanya kepada soal kalimat dan barulah memalingkan

perhatiannya kepada penganalisaan wacana.20

Analisis wacana merupakan salah satu studi mengenai pesan dalam

komunikasi dan menjadi salah satu alternatif dari analisis isi kuantitatif.

Menurut Eriyanto, terdapat empat perbedaan anatara analisis wacana

dengan analisis isi (kuantitatif), antara lain:

1. Analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks

ketimbang penjumlahan unit kategori seperti dalam analisis isi.

2. Analisis isi membedah muatan teks komunikasi yang bersifat

nyata, sedangkan analisis wacana justru berpretensi memfokuskan

pada pesan yang tersembunyi

3. Analisis isi hanya dapat mempertimbangkan “apa yang dikatakan”

tetapi tidak dapat menyelidiki “bagaimana ia dikatakan”. Hal ini

karena analisis wacana bukan hanya bergerak dalam level makro

tetapi juga pada level mikro yang menyusun suatu teks, seperti

kata, kalimat, ekspresi dan retoris.

4. Analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi. Hal ini

berbeda dengan tradisi analisis isi yang memang bertujuan

melakukan generalisasi.21

Istilah analisis wacana adalah istilah yang umun dipakai di dalam

banyak disiplin ilmu dan dengan berbagai pengertian. Meskipun ada

gradasi yang besar dari berbagai definisi, titik singgungnya adalah analisis

wacana berhubungan dengan studi mengenai bahasa/pemakaian bahasa.


20
A. Hamid Hasan Lubis, Analisis Wacana Pragmatik, (Bandung: Angkasa, 1993), h. 12
21
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Jogjakarta : LKiS,
2011),h.337-341
17

Paling tidak ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis

wacana. Pandangan pertama diwakili kaum positivism-empisris,

menurutnya analisis wacana menggambarkan tata tuturan kalimat, bahasa,

dan pengertian bahasa. Pandangan kedua disebut sebagai kontruktivisme,

yang menempatkan analisis wacana sebagai suatu analisis untuk

membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Pandangan

ketiga, disebut sebagai pandangan kritis yang menekankan pada konstelasi

kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna, dimana

bahasa dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk

subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di

dalamnya.22

Dari berbagai pengertian analisis, wacana dan analisis wacana di atas,

dapat disimpulkan bahwa analisis wacana adalah merupakan suatu

kegiatan menelaah dan mengkaji suatu produk komunikasi dari perspektif

kebahasaan dengan melihat teks kemudian dikaitkan dengan ideologi

dibalik terbentuknya teks tersebut dengan melihat kognisi dan konteks

sosial.

2. Kerangka Analisis Wacana

Analasisi wacana memiliki berbagai macam model yang diperkenalkan

dan dikembangkan oleh para ahli, salah satunya model yang paling

banyak digunakan adalah model Teun A. Van Dijk.

Awal perkembangan analisis wacana kritis dikemukakan oleh Van

Dijk (1985), yaitu tahun 1970-an dengan menunjukkan dua

22
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta : LKiS,
2011).,h.4.
18

kecenderungan. Kecenderungan pertama, analisis struktural teks atau

analisis percakapan menjadi kajian abstrak dan terlepas dari penggunaan

bahasa yang aktual (formal). Kecenderungan kedua, kajian bahasa dalam

konteks sosial mengambil perhatian pada contoh-contoh penggunaan

bahasa dalam komunikasi. Analisis wacana ini mendapat pengaruh dari

teori linguistik kritis, teori kritis Frankfurt, dan teori pasca strukturalisme

yang berkembang di Perancis.23

Sebagaimana yang di kutip dari Eriyanto, menurut Van Dijk,

penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks

semata, karena teks hanya hasil dari suatu proses praktik produksi yang

juga harus diamati, dan harus dilihat juga bagaimana suatu teks bisa

semacam itu.24 Van Dijk menghubungkan tiga dimensi wacana ke dalam

satu kesatuan analisis. Dimensi tersebut adalah dimensi teks, kognisi

sosial, (analisis) konteks.25

a. Teks

Dalam dimensi ini, yang diteliti adalah strukur dari teks. Vandijk

memanfaatkan dan mengambil analisis lingustik tentang kosakata,

kalimat, proposi dan paragraph untuk menjelaskan dan memaknai

suatu teks.26

Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau

tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Pertama

23
Yoce Aliah Darma, Analisis Wacana Kritis, (Bandung : Yrama Widya, 2009), Cet. Ke-
I.h. 68-69.
24
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media,(Yogyakarta : LkiS, 2011),
h.221.
25
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Meda, h224.
26
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, h.225.
19

struktur makro, ini merupakan makna global/umum dari suatu teks

yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema dari suatu teks.

Kedua Suprastruktur, adalah kerangka suatu teks, bagaimana struktur

dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh, seperti bagian

pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan. Ketiga struktur mikro,

didalam struktur mikro ini, kita dapat memaknai wacana dengan cara

diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat,

parafrasa dan gambar.27

Apabila di gambarkankan, Struktur wacana Van Dijk ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Tabel 2

Kerangka/struktur Wacana Van Dijk

Struktur wacana Hal yang diamati Unit Analisis

Struktur makro Tematik Teks

(apa yang dikatakan)

Elemen : Topik

Superstruktur Skematik Skema

(bagaimana pendapat

disusun)

Elemen: Skema

Struktur mikro Semantik Paragarf

(makna yang

27
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media,(Yogyakarta : LkiS, 2011),
h226
20

ditekankan)

Elemen : Latar,

detail, maksud dan

praanggapan,

Struktur mikro Sintaksis Kalimat Proposisi

(bagaimana

disampaikan)

Elemen : Bentuk

kalimat, koherensi,

dan

Kata ganti

Struktur mikro Stilistik Kata

(pilihan kata yang

dipakai)

Elemen : Leksikon

Struktur mikro Retoris Kalimat Proposisi28

(dengan cara apa

pendapat

disampaikan?)\

Elemen : Grafis dan

metafora

28
Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), h. 163.
21

Dalam pandangan Van Dijk, segala teks bisa dialanisis dengan

menggunakan elemen tersebut. Meski terdiri atas berbagai elemen,

semua elemen itu merupakan suatu kesatuan, saling berhubungan dan

mendukung satu sama lainnya.29

Beberapa hal yang diamati dari struktur makro, superstruktur, dan

struktur mikro dalam analisis wacana Van Dijk adalah:

1) Tematik

Elemen ini menunjukan pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa

juga di sebut sebagai gagasan inti, ringkasan atau yang utama dari

suatu teks.30 Kata tematik itu sendiri berasal dari kata yunani yakni

tithenai yang berati. “menempatkan atau meletakan”. Sedangkan dari

sudut sebuah tulisan, tema merupakan suatu amanat utama yang

disampaikan oleh penulis melauli tulisannya.

Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari sebuah teks.

Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama

dari suatu teks. Terdapat elemen yang ada ditematik yaitu Topik.

Topik ini menunjukan inti pesan atau informasi yang paling penting

yang ingin disampaikan komunikator dalam hal ini penulis rubrik.

Dengan topik, kita dapat mengetahui masalah dan tindakan yang

diambil oleh penulis rubrik dalam mengatasi masalah.

Topik menggambarkan gagasan apa yang dikedepankan atau

gagasan inti dari penulis ketika melihat atau memandang suatu

peristiwa. Namun teks tidak hanya didefinisikan mencerminkan suatu


29
Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2012),h. 74
30
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta : LkiS, 2011),
h.229
22

pandangan tertentu atau topik tertentu, tetapi suatu pandangan umum

yang koheren, Van Dijik menyebut hal ini sebagai koherensi global,

yakni bagian-bagian dalam teks yang jika dirunut menunjuk pada

suatu titik gagasan umum, dan bagian-bagian itu saling mendukung

satu sama lain untuk menggambarkan topik umum tersebut.31

2) Skematik

Biasanya dalam teks atau wacana umumnya mempunyai alur atau

skema mulai dari awal yaitu pendahuluan hingga akhir yaitu penutup.

Alur-alur tersebut menunjukan bagaimana bagian-bagian dalam teks

disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti.32

Didalam skema tersebut terdapat dua katagori skema besar, yaitu

Summary yang terdiri dari dua elemen judul dan lead (teras berita).

Sedangkan kategori yang kedua adalah story yakni isi berita secara

keseluruhan.33

Menurut Van Dijk, arti penting dari skematik ini ialah strategi

penulis untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan

dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan-urutan tertentu.

Skematik memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian

mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan

informasi penting.34

31
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media,(Yogyakarta : LkiS, 2011),
h.229
32
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, h231
33
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, h232
34
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, h.234
23

3) Semantik

Semantik dalam skema Van Dijk dikatagorikan sebagai makna

lokal, yaitu makna yang muncul dari hubungan antarkalimat,

hubungan antar proposisi yang membangun makna tertentu dalam

suatu bangunan teks.35

Dengan kata lain, semantik tidak hanya mendefinisikan bagian

mana yang penting dari struktur wacana melainkan juga menggiring

kearah sisi tertentu dari suatu peristiwa. Semantik memiliki beberapa

elemen yang bisa di amati yaitu latar, detail, maksud dan

praanggapan. Berikut penjelasan masing-masing elemen seperti latar,

detail, maksud dan praanggapan :

a) Latar

Latar ialah bagian yang dapat mempengaruhi sematik (arti)

yang ingin ditampilkan. Dengan menentukan latar apa yang

digunakan oleh penulis. Maka penulis dapat menentukan kearah

mana pandangan khalayak hendak dibawa.36

Oleh karena itu, latar teks merupakan elemen yang berguna

karena dapat membongkar apa maksud yang ingin disampaikan

oleh penulis.37

35
Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2012),h. 76.
36
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media,(Yogyakarta : LkiS,
2011),h.235.
37
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media,h235.
24

b) Detil

Bentuk lain dari strategi semantik ialah detail suatu wacana.

Elemen wacana detail berhubungan dengan kontrol informasi yang

ditampilkan seseorang (komunikator).38

Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi

yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya, ia

akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikit (bahkan kalau

perlu tidak disampaikan) kalau hal itu merugikan kedudukannya. 39

c) Maksud

Hampir sama dengan elemen detail, dimana informasi yang

menguntungkan komunikator akan diuraikan dengan detil yang

panjang. Dimana informasi yang menguntungkan komunikator

akan diuraikan secara eksplisist dan jelas. Sebaliknya, inforamasi

yang kurang menguntungkan diuraikan secara implisi, tersemar

dan tersembunyi. Yang pada akhirnya publik hanya disuguhkan

informasi yang menguntungkan komunikator.40

d) Peranggapan

Pengandaian atau Peranggapan merupakan pernyatan yang

digunakan untuk mendukung makna suatu teks, kalau latar

belakang upaya untuk mendukung pendapat dengan cara memberi

latar belakang, maka pranggapan adalah upaya mendukung

38
Alex Sobur, Analisis Teks Media,6th ed (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2012),h. 79.
39
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta : LkiS,
2011),h.238.
40
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media,h240.
25

pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya

kebenarannya.41

Meskipun berupa anggapan, peranggapan umumnya didasarkan

pada peranggapan yang masuk akal atau logis sehingga meskipun

kenyataanya belum terjadi (tidak ada) maka kebenarnya tidak akan

dipertanyakan lagi. Sehingga teks yang disajikan komunikator

seakan tampak benar dan meyakinkan.42

4) Sintaksis

Sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama

kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimata. Dalam bukunya

alex sobur, Analisis Text media, Ramlan mengatakan, Sintaksis

ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan

seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase.43

Jadi bisa dikatakan sintaksis ialah bagaiamana sebuah kata atau

kalimat disusun menjadi kalimat yang memiliki arti. Dalam

sintaksis terdapat berbagai macam elemen yaitu bentuk kalimat,

koherensi dan kata ganti, berikut penjelasan masing-masing

elemen:

a) Bentuk Kalimat

Bentuk kaliamat adalah segi sintaksis yang berhubungan

dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Dimana ia

menanyakan apakah A yang menjelaskan B, ataukah B yang

41
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media. ,(Yogyakarta : LkiS,
2011),h.257,h256.
42
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media.
43
Alex Sobur, Analisis Teks Media,6th ed (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2012),h. 80 .
26

menjelaskan A. logika kausalitas ini kalau diterjemahkan ke

dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan) dan

predikat (yang di terangkan).

Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan teknis kebenaran

tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh

susunan kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif

seseorang menjadi subjek dari pernyataanya, sedangkan dalam

kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataanya.44

b) Koherensi

Koherensi ialah pertalian atau jalianan antar kata, atau

kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan

fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak

koheren. Sehingga, fakta yang tidak berhubungan sekalipun

dapat menjadi berhubungan ketika seseorang

menghubungkannya.45

Sementara menurut Wohl, bahwa koherensi adalah

pengaturan secara rapi kenyatan dan gagasan, fakta dan ide

menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami

pesan yang dikandungnya.46

c) Kata ganti

Dalam analisis wacana, kata ganti merupakan alat yang

dipakai oleh komunikator untuk menunjukan dimana posisi

44
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta : LkiS,
2011),h.251.
45
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media.,h256.
46
Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2012),h. 80.
27

sesorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya,

biasanya seseorang dapat menggunakan kata ganti “saya”. Atau

kami yang menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan

sikap resmi komunikator semata-mata. Tetapi ketika

komunikator menggunakan kata ganti “kita” menjadikan sikap

tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dalam suatu

komunitas tertentu.47

5) Stilistik

Stilistik adalah cara yang digunakan oleh penulis untuk

menyatukan maksud yang ingin diungkapkan dengan

menggunakan gaya bahasa tertentu sesuai dengan keinginan

penulis rubrik.

Gaya bahasa dalam pengertian disini mencakup pilihan

leksikal, struktur kalimat, majas dan citraan dan sebagainya.

Elemen dalam bentuk stalistik adalah leksikal merupakan

pemilihan dan pemakaian kata atau frasa dalam menyebut sesuatu

ataupun peristiwa dengan menggunakan kata lain.48

Sama halnya dengan struktrur wacana yang lain, dalam stilistik

memiliki elemen yaitu Leksikon. Pada dasarnya elemen ini

menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas

berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Dengan demikian

pilihan kata yang dipakai tidak semata hanya karena kebetulan,

47
Alex Sobur, Analisis Teks Media,(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2012),h. 81-82.
48
Alex Sobur, Analisis Teks Media.,h.82.
28

tetapi juga secara ideologis menunjukan bagaimana pemaknaan

seseorang terhadap fakta atau realitas.49

6) Retoris

Yang dimaksud dalam retoris disini adalah yang diungkapkan

ketika seseorang berbicara atau menulis. Retoris berhubungan erat

dengan bagaimana suatu pesan disampaikan kepada khalayak.

Retoris berfungsi sebagai persuasive (mempengaruhi).50 Elemen

dalam strategi retoris dapat muncul dalam bentuk grafis, metafora,

dan ekspresi. Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan pengertian

grafis dan metafora sebagai berikut:

a) Grafis

Pada bagian ini merupakan bagian untuk memeriksa apa

yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap

penting) oleh seseorang yang dapat diamati oleh teks. Dalam

wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan

yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf

tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat

dengan ukuran lebih besar. Termasuk di dalamnya adalah

pemakaian caption, raster, grafik, gambar atau table untuk

mendukung arti penting suatu pesan. Bagian yang dicetak

berbeda adalah bagian yang dipandang penting oleh

49
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, 5th ed (Yogyakarta : LkiS,
2011),h.255.
50
Alex Sobur, Analisis Teks Media,(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2012),h. 84.
29

komunikator, dimana ia menginginkan khalayak menaruh

perhatian lebih pada bagian tersebut.51

b) Metafora

Dalam suatu wacana seorang wartawan tidak hanya

menyampaikan pesan pokok melalui teks, tetapi juga kiasan,

ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai ornament atau

bumbu dari suatu berita. Akan tetapi, pemakaian metafora

tertentu bisa jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti

makna suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh wartawan

secara strategis sebagai landasan berpikir, alasan pembenaran

atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik. Wartawan

menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari,

pribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan

mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci yang

semuanya dipakai untuk memperkuat pesan utama.52

b. Kognisi sosial

Analisis wacana tidak hanya dibatasi perhatiannya pada struktur

teks, melainkan bagaimana suatu teks itu diproduksi. Dalam

pandangan Van Dijk perlu ada penelitian mengenai kognisi sosial yang

meneliti kesadaran mental wartawan, dalam hal karya sastra maka bisa

dikatakan kesadaran mental pengarangnya dalam membentuk teks

dalam karyanya. Di sini penulis tidak dianggap sebagai individual

51
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media,(Yogyakarta : LkiS,
2011),h.257.
52
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, 5th ed (Yogyakarta : LkiS,
2011),h.258.
30

yang mempunyai bermacam nilai, pengalaman, dan pengaruh ideology

yang didapatkan dari kehidupannya.

“Koginisi sosial didasarkan pada anggapan umum yang tertanam


yang akan digunakan untuk memandang peristiwa. Analisis kognisi
menyediakan gambaran yang kompleks tidak hanya pada teks
tetapi juga representasi dan strategi yang digunakan dalam
memproduksi suatu teks. Kognisi sosial menjelaskan bagaimana
wartawan merepresentasikan kepercayaan atau prasangka dan
pengetahuan sebagai strategi pembentukan teks peristiwa yang
spesifik yang tercermin lewat berita. Pendekatan Van Dijk disebut
sebagai kognisi sosial karena meskipun keyakinan, prasangka itu
bersifat personal dalam diri wartawan tetapi ia diterima sebagai
bagian dari anggota kelompok (sosially shared). Semua presepsi
dan tindakan, dan pada akhirnya produksi dan interpretasi wacana
didasarkan pada representasi mental dari setiap peristiwa. Hal
inilah yang disebut oleh Van Dijk sebagai model. Model
menunjukan pengetahuan, pandangan individu ketika melihat dan
menilai suatu persoalan. Sebuah model adalah sesuatu yang
subjektif dan unik, yang menampilkan pengetahuan dan pendapat
ketika memandang suatu persoalan”.53

Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak

mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa.

Kognisi sosial ini penting dan menjadi kerangka yang tidak

terpisahkan untuk memahami teks media.54

c. Konteks Sosial

Meskipun terlihat bersifat individual, bukan berarti pendekatan

Van Dijk bersifat personal dan mengabaikan faktor sosial. Analisis

teks harus tetap dihubungkan dengan konteks sosial. Konteks sosial

berusaha memasukan semua situasi dan hal yang berada di luar teks

dan memengaruhi pemakaian bahasa. Titik perhatian dari konteks

sosial adalah menghubungkan teks lebih jauh dengan struktur sosial

53
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta : LkiS,
2011),h.261.
54
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media,h.260.
31

dan pengetahuan yang berkembang di masyarakat atas suatu wacana

untuk menunjukkan bagaimana makna yang dihayati bersama.

Penelitian ini sangat efektif dalam melihat sejauh mana peranan teks

membangun pemahaman bersama dalam masyarakat.55

B. Pesan Moral

Sebelum peneliti menjelaskan pengertian dari pesan moral, peneliti akan

menguraikan terlebih dahulu tentang definisi pesan dan definisi moral secara

umum, diantaranya sebagai berikut:

1. Pengertian Pesan

Dalam kamu besar bahasa indonesia pengertian pesan ialah diartikan

sebagai perintah, nasihat, permintaan, amanat yang harus dilakukan atau

disampaikan kepada orang lain56

Dalam proses komunikasi, pesan merupakan isi yang disampaikan oleh

komunikator terhadap komunikannya. Pesan dapat disampaikan secara

langsung dengan lisan atau tatap muka, bisa juga dengan menggunakan media

atau saluran.

Sedangkan pesan dalam model Shannon-weaver diartikan sebagai sesuatu

yang dikirim atau diterima dalam proses komunikasi, yang tiada lain iala data,

fakta, kata, symbol dan isyarat.57

H.A.W. Widjaja dalam bukunya: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat

menjelaskan bentuk pesan yang dapat bersifat informatif, persuasif; dan

coersif.

55
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media,h.260-270.
56
DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 761.
57
Roudhonah, Ilmu Komunikasi(Jakarta:Atma Kencana, 2013), h89.
32

a. Informatif, berarti memberikan keterangan-keterangan dan kemudian

komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri.

b. Persuasif, atau bujukan yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran

seseorang bahwa apa yang disampaikan akan memberikan rupa pendapat

atau sikap sehingga ada perubahan.

c. Coersif, memaksa dengan sanksi-sanksi. Bentuk yang terkenal dengan

penyampaian cara ini adalah agitasi dengan penekanan-penekanan yang

menimbulkan tekanan batin dan ketakutan di antara sesamanya dan

kalangan publik. Coersif dapat berbentuk perintah, intruksi dan

sebagainya.58

Berarti bisa dikatakan bahwa novel merupakan salah satu suatu media

komunikasi yang bersifat memberikan informasi sekaligus bujukan yang

memberikan kesadaran bagi pembacanya melalui pesan-pesan yang ada dalam

novel tersebut.

Dalam pesan terdapat dua bentuk yaitu pesan verbal yaitu pesan

menggunakan simbol-simbol verbal dan Pesan non-verbal adalah semua

isyarat yang bukan kata-kata.59

Jadi dapat disimpulkan dari pengertian pesan di atas bahwa novel

merupakan salah satu media komunikasi sebagai penyampai pesan yang

memberikan informasi sekaligus bujukan yang memberikan kesadaran bagi

pembacanya melalui pesan-pesan yang terdapat pada novel tersebut.

58
H.A.W. Widjaya, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta :
Rajawali Pers, 2003),h. 14-15.
59
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung, Remaja Rosdakarya,2007),
h. 343.
33

2. Pengertian Moral, Etika dan Akhlak

Pada umumnya moral mengarah pada pengertian (ajaran tentang) baik dan

buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan

sebagainya: akhlak, budi pekerti, dan susila.60

Adapun arti moral dari segi bahasa yaitu berasal dari bahasa latin mores

yaitu jamak dari kata mos yang berati adat kebiasan. Secara etimologi moral

adalah istilah yang digunakan untuk menentukan batas dari sifat, perangai,

kehendak pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar,

salah, baik, atau buruk.61

Pengertian moral juga dijumpai dalam The Advance Lener’s Dictionry of

Current English. Yang di kutip dari buku Akhlak Tasawuf, Abudin Nata.

Dikemukakan beberapa pengertian moral yaitu”

“Pertama, Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik


dan buruk. Kedua kemampuan untuk memahami perbedaan atara benar
dan salah dan yang terakhir ialah ajaran atau gambaran tingkah laku yang
baik”.62

Moral merupakan ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khutbah khutbah,

patokan-patokan, kumpulan peraturan dan ketetapan lisan atau tertulis tentang

bagaimana harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia baik. Sumber

dasar ajaran-ajaran moral adalah tradisi, adat istiadat, ajaran agama dan

ideologi-ideologi tertentu.63

Jadi dapat kita pahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk

memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik

60
H.A.W. Widjaya, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat,5th ed (Jakarta :
Rajawali Pers, 2003),h. 94.
61
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : Rajawali Press, 2010), h. 92.
62
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,h.93.
63
Sudirman Tebba, Etika dan Tasawuf Jawa (Jakarta: Pustaka Irvan, 2007), h. 11-12.
34

atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari dikatakan

bahwa orang tersebut bermoral, maka yang dimaksudkan adalah bahwa orang

tersebut tingkah lakunya baik.64

Moral merupakan unsur isi, gagasan inti yang yang ingin disampaikan oleh

penulis kepada pembaca. Biasanya mengenai pandangan yang bersangkutan,

pandangan-pandangannya mengenai nilai-nilai kebenaran. Moral dapat

dipandang sebagai amanat, message, atau pesan. Bahkan unsur amanat itu

merupakan gagasan yang mendasari penulisan karya sastra itu, gagasan yang

mendasari diciptakannya karya sastra adalah sebagai pendukung pesan. Hal

itu didasarkan pada pertimbangan bahwa pesan moral yang disampaikan

melalui cerita fiksi tentulah berbeda efeknya dibandingkan lewat tulisan

nonfiksi.65

Didalam pesan moral terdapat tiga katagori yaitu:

a. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan.

b. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri, seperti ambisi, harga

diri, rasa percaya diri, takut, maut, rindu, dendam, kesepian

keterombang-ambingan dalam pilihan.

c. Kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan

sosial, termasuk hubungannya dengan alam.66

Moral atau hikmah selalu dalam pengertian yang baik. Namun jika

didalam sebuah karya ditampilkan sikap dan tingkah laku tokoh-tokoh yang

kurang terpuji, baik mereka berlaku sebagai tokoh antagonis maupun

64
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,9th ed (Jakarta : Rajawali Press, 2010), h. 93
65
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press, 2013), h. 321-322
66
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi,h. 323
35

protagonis, tidaklah berarti bahwa pengarang menyarankan kepada pembaca

untuk bersikap dan bertindak demikian, namun sikap dan tingkah laku

tersebut hanyalah model yang sengaja ditampilkan pengarang agar pembaca

dapat mengambil hikmah dari cerita yang berkaitan. Karena biasanya

eksistensi sesuatu yang baik akan lebih mencolok jika dikonfrontasikan

dengan sebaliknya.67

Ketiga kategori inilah yang kemudian menjadi landasan peneliti dalam

menentukan bentuk-bentuk pesan moral yang terdapat dalan novel Faith and

The City.

Selain moral, jika kita mendengar kata etika seolah-olah memiliki arti

yang sama. Etika dari segi etimologi (ilmu asal-usul kata), etika berasal dari

bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam Kamus

Umum Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas

akhlak (moral). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika

berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia.68

Adapun arti etika dari segi istilah telah dikemukakan oleh para ahli salah

satunya Ahmad Amin mengartikan bahwa etika ialah ilmu yang menjelaskan

arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharunya dilakukan oleh

manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam

perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang

seharusnya diperbuat.69

67
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press, 2013), h. 432
68
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : Rajawali Press, 2010), h. 89-90
69
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf , h. 90
36

Dalam bukunya Akhlak Tasawuf Abudin Nata kemudian menyimpulkan

bahwa etika berhubungan dengan empat hal yaitu.

“Pertama dilihat dari segi obyek pembahasannya, etika berupaya


membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Kedua dilihat dari segi
obyek pembahasannya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat.
Ketiga dilihat dari fungsinya, etika yaitu perbuatan yang dilakukan oleh
manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia,
terhormat, hina dan sebagainya. Keempat dilihat dari segi sifatnya, etika
bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.
Dengan ciri-ciri yang demikian, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang
dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk”.70

Selain moral dan etika, akhlak juga punya makna yang sama dengan

moral. Menurut bahasa akhlak berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai,

kelakuan, tabi‟at, watak dasar, kebiasaan, kelaziman. Pengertian akhlak

berdasarkan terminologi adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan

buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam

perbuatan mereka yang menunjukan jalan untuk melakukan apa yang harus

diperbuat.71

Namun perbedaan antara moral dan etika dengan akhlak adalah terletak

pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika

didalam moral yang menjadi penilaian baik buruk ialah berdasarkan

kebiasaan yang belaku umum di masyarakat. Sedangkan etika berdasarkan

pendapat akal pikiran dan pada akhlak ukuran yang digunakan untuk

menentukan baik dan buruk itu adalah al-Qur‟an dan al-hadist72

Dari beberapa definisi di atas tentang moral dan etika, kita dapat

menyimpulkan bahwa moral merupakan nilai-nilai atau norma-norma yang

70
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : Rajawali Press, 2010),h. 91-92
71
Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta : Prenada Media, 2004), h. 117.
72
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,(Jakarta : Rajawali Press, 2010), h. 97
37

berlaku dan menjadi pedoman bagi suatu komunitas atau kelompok

masyarakat tertentu dalam mengatur segala tingkah laku. Lalu etika

merupakan ilmu yang membahas suatu upaya dalam menentukan ukuran nilai

baik-buruknya tingkah laku manusia. Sedangkan Ahlak ukuran yang

digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu adalah al-Qur‟an dan al-

hadist.

C. Novel

1. Pengertian Novel

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Novel adalah karangan prosa

yang panjang mengandung rangkaian cerita seseorang dengan orang di

sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.73

Umumnya novel bercerita tentang tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari

hari. Biasanya novel lebih panjang dan lebih kompleks dari pada cerpen.

Novel juga sering di anggap sebagai Fiksi atau prosa naratif, dimana

novel merupakan sebuah karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia,

dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang

dibangun melalui berbagai unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot,

tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang

kesemuanya juga bersifat imajinatif.74

Novel juga merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk prosa

dimana karya seni yang dikarang menurut standar kesusastraan.

73
DepDikNas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 788.
74
Nurgiyanto, Burhan. Teori pengkajian fiksi, (Yogyakarta: Gajah mada University
Press. 2013), h.5
38

Kesusastraan yang dimaksud adalah penggunaan kata yang indah dan gaya

bahasa serta gaya cerita yang menarik.75

Untuk membuat suatu karya yang menarik dan memiliki kekuatan

dalan cerita, sebuah karya sastra memiliki beberapa unsur-unsur yang

membangun semua itu, didalam novel terdapat beberapa unsur yang

dimiliki yakni unsur instrinsik dan ekstrinsik.

Unsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang secara langsung

turut membangun cerita, seperti : plot, tokoh atau penokohan, latar atau

setting dan sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang

berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi

system organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik juga termasuk unsur yang

mengandung keadaan subjektifitas pengarang yang memiliki sikap,

keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya itu mempengaruhi karya

yang ditulisnya.76

Novel memungkinkan adanya penyajian secara panjang lebar

mengenai tempat (ruang) tertentu. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan

jika posisi manusia dalam masyarakat jelas berhubungan dengan ruang dan

waktu. Sebuah masyarakat jelas berhubungan dengan dimensi tempat,

tetapi peranan seorang tokoh dalam masyarakat berubah dan berkembang

dalam waktu. Khasnya, novel mencapai keuTuhannya secara inklusi

(inclution), yaitu bahwa novellis mengukuhkan keseluruhannya dengan

kendali tema karyanya.

75
Zainudin, Materi Pokok Bahasan dan Sastra Indonesia (Jakarta : Rineka Cipta,
1992),h. 99
76
Zainudin, Materi Pokok Bahasan dan Sastra Indonesia, (Jakarta : Rineka Cipta, 1992), h. 29
39

Dari uraian diatas bisa kita simpulkan bahwa novel merupakan suatu

karya sastra yang isinya menceritakan berbagai masalah kehidupan

manusia, dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama, interaksinya

dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan. Alur cerita novel

biasanya mengisahkan kehidupan yang nyata yang di peroleh dari hasil

manifestasi atau pengalaman pengarang yang secara tidak langsung

memberi suguhan pesan baik itu pesan moral, sosial maupun pesan

keagamaan.

2. Unsur-unsur Instrinsik dalam Novel

Unsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung)

turut membangun cerita. Kepaduan antar berbagi unsur intrinsik inilah

yang membuat sebuah novel terwujud. Unsur yang dimaksud antara lain:

1. Tema

Tema tidak lain dari suatu gagasan sentral yang menjadi dasar

topik atau pokok pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai pengarang

melalui topiknya tadi.

Jadi, tema ialah gagasan atau makna dasar umum yang menopang

sebuah karya sastra sebagai struktur sistematis dan bersifat abstrak

yang secara berulang-ulang dimunculkan lewat motif-motif dan

biasanya dilakukan secara implisit, karena untuk menemukan tema

sebuah karya haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya

berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita.77

77
Nurgiyanto, Burhan. Teori pengkajian fiksi, (Yogyakarta: Gajah mada University
Press. 2013), h.115-116
40

2. Alur atau Plot

Menurut Stanton mengemukakan bahwa alur atau plot adalah cerita

yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya

dihubungkan secara segala akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau

menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.78

Bisa dipahami bahwa plot adalah runutan berbagai peristiwa yang

diseleksi dan diurutkan berdasarkan hubungan sebab akibat untuk

mencapai efek tertentu dan sekaligus membangkitkan suspense dan

surprise pada pembaca.79

3. Penokohan

Menurut Jones, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas

tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut

Nurgiyanto istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan

perwatakan, atau karakter dan karakterisasi. Istilah tersebut merupakan

istilah yang sama yang dipergunakan dalam penokohan. Istilah tokoh

merajuk pada orangnya, dan pelaku cerita. 80

4. Latar atau Setting

Menurut Abrams latar atau setting adalah landas tumpu, menunjuk

pada pengertian tempat, hubungan dan lingkungan sosial tempat

terjadinya peristiwa yang diceritakan.

Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini

penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca,

78
Nurgiyanto, Burhan. Teori pengkajian fiks, (Yogyakarta: Gajah mada University Press.
2013), h. 167
79
Nurgiyanto, Burhan. Teori pengkajian fiksi, h. 168
80
Nurgiyanto, Burhan. Teori pengkajian fiksi, h. 247
41

menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada

dan terjadi.81

5. Sudut Pandang

Pada hakikatnya sudut pandang ialah merupakan strategi, teknik,

siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan

gagasan dan cerita. Lewat sudut pandang penulis dapat menyalurkan

pandangan, gagasan dan tafsirannya terhadap kehidupan, lewat

kacamata tokoh cerita yang sengaja dikreasikan.82

6. Gaya bahasa

Stile, (Style, gaya bahasa), adalah cara pengucapan bahasa dalam

prosa, atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu

yang akan dikemukakan.83

Gaya disini ialah bangaimana seorang pengarang dalam

menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang

menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta dapat

menuansakan makna dan suasana yang diharapkan dapat menyentuh

daya intelektual dan emosi pembaca.

81
Nurgiyanto, Burhan. Teori pengkajian fiksi, h.303
82
Nurgiyanto, Burhan. Teori pengkajian fiksi, (Yogyakarta: Gajah mada University
Press. 2013) h. 338
83
Nurgiyanto, Burhan. Teori pengkajian fiksi,h. 369
BAB III

BIOGRAFI PENULIS DAN SINOPSIS FAITH AND THE CITY

A. Biografi Penulis

Hanum Salsabiela Rais adalah putri kedua dari pasangan Amien Rais dan

Kusnasriyati.84 Hanum dilahirkan di kota Yogyakarta 12 april 1981. Ia

menempuh pendidikan dasar hingga tingkat menengah di sekolah

muhammadiyah Yogyakarta. Pada tahun 1999, Hanum melanjutkan kuliah dan

pendidikan profesi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada hingga

akhirnya memperoleh gelar Dokter Gigi pada tahun 2006.85

Ia mengawali karirnya sebagai pembawa acara lepas di stasiun TVRI dan

Jogja TV. Sejak umur 17 tahun Hanum sudah terjun dalam dunia broadcasting

dan jurnalistik. Pada tahun 2006 Hanum meniti karirnya di Jakarta dan bekerja

sebagai reporter di stasiun Trans TV. Dan di stasiun TV ini pula Hanum

membawakan program berita harian Reportase.86

Rangga Almahendra, adalah suami Hanum Salsabiela, teman perjalanan

sekaligus penulis kedua buku ini. Bersama Hanum sang istri Rangga telah

bersama-sama membuat beberapa novel diantarnya, Menapaki Jejak Amien Rais,

99 Cahaya Di Langit Eropa, Berjalan Di Atas Cahaya, Bulan Terbelah Di langit

Amerika, dan yang terakhir adalah Faith And The City.87

84
Hanum dan Rangga, Bulan Terbelah di Langit Amerika (Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama, 2014),h. 327
85
Hanum dan Rangga, Faith and The City (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,
2015),h.225-226
86
Hanum dan Rangga, Faith and The City , h. 225-226
87
Hanum dan Rangga, Bulan Terbelah di Langit Amerika (Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama, 2014), 2014),h. 327

42
43

Rangga Menamatkan pendidikan dasar hingga menengah di Yogyakarta kemudian

ia berkuliah di Institut Teknologi Bandung, dan S2 di Universitas Gadjah Mada,

keduanya lulus cumlaude.88 Memenangkan beasiswa dari pemerintah Austria

untuk studi S3 di WU Vienna, Rangga berkesempatan berpetualang bersama

isterinya menjelajah Eropa. Pada tahun 2010 Ia menyelesaikan studinya dan

meraih gelar doktor di bidang International Business & Management. Saat ini ia

tercatat sebagai dosen di Johannes Kepler University dan Universitas Gadjah

Mada.

Awal mula Hanum memulai pengembaranya dibenua Eropa bersama

suami yang memenangkan beasiswa dari Pemerintah Austria untuk studi S3 di

WU Vienna.89 Hanum tinggal di Austria dengan suami tercintanya Rangga Al-

mahendra. Hanum mendalami pendidikan bahasa Jerman di Wina sambil bekerja

sebagai video host dan editor untuk program Podcast Executive Academy.90

Universitas Ekonomi Dan Bisnis Wina (WU Vienna). Selama di Austria, Hanum

juga tercatat sebagai jurnalis responden untuk Detik.com bagi kawasan Eropa dan

sekitarnya.

Selain dibenua Eropa, Hanum-pun juga berkunjung ke New York dan

Washington DC selama 12 hari dan menyempatkan mendatangi semua ikon dua

kota besar tersebut.91 Dari pengalamannya di Amerika itu lah Hanum mulai

membuat buku Bulan Terbelah di Langit Amerika dan setelah sukses Buku dan

88
Hanum Rais, “Profil Rangga Almahendra,” artikel diakses pada 27 Maret 2016 dari
http://www.Hanumrais.com/p/profilrangga.html
89
Krisnanda,”Biografi Hanum Salsabiela Rais” - Penulis Novel "99 Cahaya di Langit
Eropa” artikel diakses pada 27 Maret 2016 dari http://biografi-orang-
hebat.blogspot.co.id/2015/01/biografi-Hanum-salsabiela-rais.html
90
Hanum Rais, “Profil Hanum Rais,” artikel diakses pada 27 Maret 2016 dari
http://www.Hanumrais.com/p/profilHanum.html
91
Hanum dan Rangga, Bulan Terbelah di Langit Amerika (Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama, 2014),h. 327
44

Filmnya terbit Hanum dan Rangga pun mulai melanjutkan dengan Sekuel

Lanjutnya yaitu Faith and The City yang sudah terbit bukunya dan direncanakan

akan terbit dalam bentuk film.92

Sekarang kesibukan Hanum dan Rangga yaitu selain menulis buku adalah

berkarier di dunia media dan broadcasting milik Muhammadiyah, sebuah TV

Islami dan Penyedia konten positif di Yogyakarta yaitu ADiTV. Selain itu Hanum

dan rangga tampaknya akan melanjukan kisah dalam bukunya selanjutnya yang

akan diberi nama The Converso.93

B. Karya-karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra

Sebagai penulis novel, Hanum sudah membuktikan dengan novel yang

mayoritas novelnya yang telah best seller dan difilmkan. Walupun ia tergolong

baru sebagai penulis novel namun pengelaman sebagai jurnalis ditelevisi dan surat

kabar sudah cukup lama. Maka dari itu tidak sulit baginya untuk menulis novel

yang bagus dan dapat menginspirasi. Ganre novelnya pun lebih kearah bernuansa

relegi yang alur ceritanya berdasarkan pengalamannya selama di Eropa dan

Amerika bersama suaminya.

Lewat karya-karyanya-pun, ia bisa membuktikan bahwa selain

menceritakan pengalaman selama berada di Eropa dan Amerika ia pun sekaligus

mengajak orang untuk berbuat baik. Novelnya-pun sudah di angkat ke layar

bioskop untuk difilmkan seperti novel yang sangat popular 99 Cahaya Di Langit

Eropa dan Bulan Terbelah di Langit Amerika.

92
Hanum Rais, “Postingan Twitter Hanum Rais tanggal 5 maret,” artikel diakses pada 27
Maret 2016 dari https://twitter.com/Hanumrais
93
Hanum dan Rangga, Faith and The City (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,
2015),h.227
45

Hanum mulai menulis bukunya mengenai sosok ayahandanya Amien Rais.

Buku itu pun diberi judul Menapak Jejak Amien Rais (2010).94 Buku ini

merupakan tulisan tentang kebersamaan Hanum Salsabiela Rais dengan

ayahandanya. Buku ini lahir bukan untuk memberikan pembelaan, meluruskan

atau membenarkan bagaimana sepak terjang seorang Amien Rais dikancah politik.

Buku ini ringan bercerita tentang kisah kisah inspiratif dibalik panggung politik

Amien Rais.

Buku ini pun merupakan hasil dari obrolannya bersama ayahandanya baik

sedang di meja makan, didepan televisi, dimushola setelah sholat bersama,

ataupun saat berada dalam mobil bersama dalam sebuah perjalanan. Dari sanalah

Hanum tahu bahwa Ayahandanya masih punya banyak impian besar untuk bangsa

ini yang belum tertuntaskan.

Baginya waktu bersama ayahanda merupakan waktu yang emas karena

dari sosoknya lah Hanum dapat mengambil pelajaran dari setiap wejangan-

wejangan yang diberikan ayahanda, maka dari itu Hanum berinisiatif membuat

boigrafi tentang ayahnya, tidak seperti biografi kebanyakan yang hanya

menceritakan kesuksesannya namun juga lika-liku kehidupan juga kegagalan-

kegagalan yang Amien Rais peroleh.

Karya selanjutnya yang kedua ialah 99 Cahaya di Langit Eropa (2011).95

buku ini merupakan pengalamannya selama berada di Eropa bersama suaminya.

Sekaligus pengalaman pertamanya menjadi kaum minoritas, yang mana Islam

merupakan kaum minoritas di Eropa. Hingga pada akhirnya iya mulai melihat sisi

94
Hanum Rais, “Menapak Jejak Amien Rais,” artikel diakses pada 31 Maret 2016 dari
http://www.Hanumrais.com/p/menapak-jejak-amien-rais.html
95
Hanum Rais, “99 Cahaya di Langit Eropa,” artikel diakses pada 31 Maret 2016 dari
http://www.Hanumrais.com/p/sinopsis-99-cahaya.html
46

lain dari Eropa dengan gedung pencakar langit, papan reklame digital, Menara

Eiffel yang begitu megahnya menjulang membelah langit Paris, Tembok Berlin,

Konser Mozart, Stadion Sepakbola San Siro, Colloseum Roma atau gondola-

gondola di Venezia.

Hanum tak menyangka bahwa Eropa menyimpan sejuta misteri tentang

Islam, Eropa dan Islam dulunya ialah pasangan yang begitu serasi. Kini hubungan

keduanya penuh pasang surut prasangka dengan berbagai dinamikanya. Buku ini

pun ia tulis bersama dengan suaminya Rangga Almahendra dengan latar

kehidupan sesungguhnya selama di Eropa. Dibumbui dengan nuansa sejarah

peradaban Islam dieropa, di tulis secara menarik dengan penyampaian yang

sederhana agar para pembacanya dapat membuka matanya dan memperkuat

keimanannya akan sisi lain kehidupan umat Islam, perdaban Islam di eropa.

Berbeda dari buku-buku traveling sebelumnya, akhir dari perjalanan penulis

selama 3 tahun di Eropa ini justru mengantarkannya pada titik awal pencarian

makna dan tujuan hidup. Makin mendekatkan diri pada sumber kebenaran abadi

yang Maha Sempurna, Allah SWT.

Kemudian buku ketiga yang iya tulis adalah Berjalan di Atas Cahaya

(2013).96 Buku sederhana ini padu dengan buku karya Hanum sebelumnya yaitu

99 Cahaya di Langit Eropa adalah buku yang beredar di antara puluhan buku yang

juga berkisah tentang Eropa. Namun, buku ini mampu memaknai Eropa dengan

sisi yang berbeda. Tidak hanya tempat-tempat eksotik, melainkan berisi

internalisasi yang dalam sehingga pembaca mampu menarik ribuan hikmah dan

pengetahuan dari kisah-kisah yang disajikan.

96
Hanum Rais, “Sinopsis Berjalan di Atas Cahaya,” artikel diakses pada 31 Maret 2016
dari http://www.Hanumrais.com/2013/02/sinopsis-berjalan-di-atas-cahaya.html
47

Namun dibuku ketiganya ini ia menuliskan bukunya bersama kedua

rekannya, yaitu Tutie Amaliah dan Wardatul Ula. Keduanya tentu saja pernah

mencicipi hidup di Benua Biru itu. Diawali dengan tugas dari sebuah stasiun

televisi swasta untuk meliput profil muslim di Eropa untuk bulan Ramadhan.

Dari sanalah tercipta cerita-cerita inspiratif dimana mereka bertemu

dengan orang-orang yang menjadi talent selama peliputan di Eropa. Ada kisah

Bunda Ikoy, wanita Aceh yang bekerja sebagai pembuat jam di Swiss. Kisah Nur

Dann, gadis keturunan Turki berjilbab yang jelita, uniknya ia berprofesi sebagai

ripper dan mengatakan bahwa nge-rapp adalah caranya untuk berdakwah. Dan

juga kisah yang menyentuh hati dari sebuah keluarga muslim di desa kecil

bernama Neerach di Swiss.

Selain itu, masih banyak potongan kisah yang inspiratif baik dari Hanum

sendiri maupun kedua penulis lain. Dan yang yang paling menggetarkan adalah

fakta mengejutkan di gerbang katedral Palermo. Siapa sangka, ada pembukaan Al-

Fatihah yang terukir penuh wibawa di gerbang tersebut. Di sanalah Ivano sang

pemilik cerita terduduk, menyesali kebenciannya terhadap negaranya Sisilia dan

Raja Roger.

Didalam buku ini Hanum banyak menggemakan pesan bahwa kita sebagai

muslim harus menjadi agen yang baik, bisa mencontohkan pula bahwa muslim

memiliki akhlak yang baik, cinta damai dan kasih sayang. Tak perlu berteriak

tentang jihad namun tangan merusak tidak tentu arah yang akhirnya justru salah

kaprah dan menimbulkan paradigma buruk tentang Islam.

Buku yang keempat ini rada berbeda dengan buku-buku sebelumnya yang

ceritanya merupakan real dari pengalamannya berada di eropa, buku yang di beri
48

judul Bulan Terbelah di Langit Amerika (2014).97 merupakan buku semi fiksi

dengan sudut pandang dari petualangan Hanum dan Rangga.

Buku ini pun Hanum buat untuk menjungkirbalikan image umat Islam

sebagai teroris yang sangat santer terdengar di amerika, apalagi pasca kejadian

runtuhnya menara kembar WTC tanggal 11 september 2001 atau yang di kenal

dengan kejadian 911 (nine eleven).

Didalam novel ini terdapat tokoh yang di buat oleh Hanum dan Rangga

yaitu Philpus Brown sebagai orang yang sangat dermawan mendermakan 100 juta

USD untuk beasiswa korban perang di Irak dan Afganistasn, dari sinilah Rangga

menemukan ide untuk menyelesaikan jurnal yang di tugaskan oleh professor

Reinhard di kampusnya, Rangga ingin mengetahui apakah seseorang yang sukses

baru menjadi seroang yang dermawan ataukah memang ia sudah memiliki jiwa

penderma sedari awal sehingga membuka jalannya untuk sukses. Dari sanalah

rangga menamai judul jurnalnya “The Power of Giving in Bussines”

Disisi lain Hanum mendapatkan tugas dari bosnya Gethrud untuk meliput

artikel tentang Would the world be Better without Islam (Akankah dunia lebih

baik tanpa Islam) di Koran harian Wina Heute Ist Wunderbar. Gagasan itu pun

muncul karenaakan adanya peringatan untuk mengenang korban runtugnya

gedeng kembar WTC tanggal 11 september 2001 silam, yang tentunya sangat

mengagetkan orang seluruh dunia khususnya umat muslim yang berada di

Amerika. Akibat kejadian itu umat muslim di Amerika seakan-akan menjadi

musuh bersama warga amerika ketakukan akan Islam atau yang dikenal

Islamopobhia itu pun muncul.

97
Hanum Rais, “Sinopsis Bulan Terbelah di Langit Amerika,” artikel diakses pada 1
April 2016 dari http://www.Hanumrais.com/2014/05/sinopsis-bulan-terbelah-di-langit.html
49

Hanum pun merasa tertantang untuk membuatnya karena bosnya tau

bahwa Hanum adalam orang muslim, Gagasan “Would the world be Better

without Islam” itu berkesempatan dijawab “tidak” ketimbang ia menyuruh Jacob

rekan kerja Hanum yang non muslim, pasti pernyataan itu akan terjawab “ya”.

Tak disangka tugas jurnal Rangga dan tugas liputan Hanum bersamaan dan

akhirnya mereka berdua akhirnya pergi bersama-sama ke Amerika Serikat.

Setibanya di Amerika Rangga dan Hanum berkutat dengan tugasnya

masing-masing, Rangga dengan tugasnya mewawancari Philpus Brown dan

Hanum bertugas mencari data dan mewawancari korban WTC yaitu Jullia Collins

(Azima Hussein) istri dari Ibrahim Hussein dan Michael Jones orang yang begitu

membenci Islam akibat tragedy WTC yang telah merenggut Istrinya (Joanna

Jones).

Dalam buku ini Hanum dan Rangga lebih menonjolkan pesan tentang

Islamophobia (Ketakutan terhadap Islam) bagaimana kebencian bangsa Eropa dan

Amerika yang semakin menjadi pada Islam pasca WTC 9/11, tentang beratnya

perjuangan kaum muslim sebagai minoritas di Amerika untuk tetap memegang

teguh akidahnya, berbagai hal janggal seputar tragedi WTC, pandangan

para Founding Fathers Amerika terhadap Islam, bahkan fakta sejarah penemuan

Benua Amerika.

Yang membuat para pembacanya terharu sekaligus tidak menyangka akan

endingnya adalah dimana Philpus Brown menjadi pembuka untuk acara

penganugerahaan CNN TV Heroes, akhirnya menceritakan bagaimana ia menjadi

seorang yang dermawaan setelah ia melihat foto yang dikirim oleh Rangga

melalui email yang berisikan Foto Ibrahim Hussein dan Joanna Jones, foto itu
50

mengingatakan dirinya akan kejadian yang naas tersebut. Ia belum sempat untuk

berterima kasih kepada keluarganya karena selama ini ia mencari di list korban

WTC tidak ada yang bernama Hassan, namun ternyata Hassan itu bernama

Ibrahim Hussein, seseorang yang menjadi inspirasi seorang Philipus Brown untuk

menjadi dermawan.

Philpus Brown merupakan salah satu dari ribuan orang yang selamat dari

tragedi WTC, dia diselamatkan oleh karyawaanya yang baru ia kenal. Ibrahim

Hussein saat itu sedang berada di Lantai 74 bersama Joanna Jones dan Philpus

Brown tentunnya. Brown datang ke kantornya tersebut pagi-pagi karena Joanna

akan memperkenalkan seorang analis baru yaitu Hussein, namun belum sempat

memperkenalkan sebuah pesawat menabrakan dirinya ke gedung WTC dan

menggemparkan beberapa lantai di atas Morgan Stanway di menara utara WTC.

Hussein pada saat itu langsung menarik bos perempuanya tersebut Joanna dari

kepulan asap hitam yang mulai memekat.

Tanpa diberi aba-aba, Joanna, Hussein, Brown dan kedua Office boy

langsung lari ke tangga darurat. Namun Hussein memberikan ide untuk menaiki

lift pada saat itu, namun hanya Joanna dan Brown sajalah yang mengikuti. Namun

pada akhirnya hanyalah Brown yang dapat lolos keluar dari Gedung naas tersebut,

Hussein lah yang menyelamatkan dirinya, disaat yang genting seperti itu Hussein

masih mementingkan orang lain, Brown yang tadinya sudah merasa tidak sanggup

lagi, disemangati oleh Hussein, karyawan yang baru ia kenal belum lebih dari 2

jam itu. Namun bos perempuannya Joanna tidak sanggup lagi dan memilih bunuh

diri dengan lompat ke luar gedung. Hussein dan Brown tidak bisa mencegahnya,

mereka pun hanya bisa memandangi tubuh Joanna melayang dan akhirnya sampai
51

kedarat dengan mengenaskan. Perjuangan mereka pun belum berakhir mereka

masih jauh berada di atas tanah Hussein pun melakukan berbagai cara yang

akhirnya ia bisa mencapai lantai 10. Namun naas Hussein terkena jilatan api

akibat ledakan yang berada di lantai 10 itu, dan Brown ia tidak sedikitpun terluka.

Dari sanalah Hussein memaksa brown untuk keluar tanpa dirinya, namun brown

memaksa bahwa mereka akan keluar bersama-sama, namu Huessein akhirnya

menendang Brown agar cepat bergegas keluar. Brown pun melanjutkan turun

dengan perasaan yang berat meninggalkan kawannya tersebut, selang 2 menit

setelah ia keluar, gedung itu pun runtuh.

Dan akhirnya Hanum dan Rangga selain menyelesaikan tugasnya dengan

baik, mereka mempertemukan Philipus Brown dengan Keluarganya Ibrahim

Hussein yaitu Jullia Colline (Azima Husein). Dan Michael Jones yang begitu

benci dengan Islam dan menolak keras masjid yang akan di bangun di sekitar

bekas menara WTC itupun menjadi tersadar atas penyataan brown ia pun harus

menerima kenyataan, tragedy itu adalah tragedy umat manusia. Baik muslim

ataupun bukan, semua telah tersakiti.

C. Sinopsis Novel Faith and the City

Setelah sukses dengan novel yang berjudul Bulan terbelah di Langit

Amerika tersebut akhirnya novel itupun di film kan, disela-sela kegiatanya yang

berlangsung di New York itu pun Hanum dan Rangga pun melanjutkan kisahnya

selama di Amerika lewat novelnya yang berjudul Faith and the City (2015).98

Masih sama dengan konsep dari novel sebelumnya, yang merupakan semi

fiksi dengan sudut pandang dari petualangan Hanum dan Rangga. Pemeran dan

98
Hanum Salsabiela dan Rangga Almahendra, Faith and the City (Jakarta:Gramedia
Pustaka Utama,2015), h.226
52

tokohnya pun beberapa masih ada yang sama yaitu Azima Hussein (Istri dari

mendiang Iqbal Hussein), Philpus Brown (Pengusaha sukses) Hanum dan Rangga

tentunya sebagai tokoh utama, pasangan suami istri yang serasi.

Setelah malam penganugrahan CNN TV Heroes usai, kerumunan para

wartawan dan pencari berita itu pun tidak bisa terelakan lagi, Kisah Philpus

Brown dan Azima Husein lah yang membuat penganugrahan CNN TV Heroes ini

terasa berbeda. Ini semua akbiat dari pernyataan Brown tentang kesaksiannya

menjadi korban tragedy yang begitu mengenaskan bagi rakyat amerika serikat dan

tentunya umat muslim, tragedy yang biasa di kenal denga 911 atau 11 September

2001 itu pun menyimpan banyak kenangan pilu dan menyakitkan. Banyak orang

yang terpisah dan kehilangan anggota keluarnganya akibat dari tragedy tersebut.

Salah satunya kisah Philpus Brown seorang Pengusaha yang sukses dan

dermawan. Kedermawanannya tersebut terinspirasi oleh seorang karyawan,

karyawan yang baru ia kenal tapi telah menyelamatkannya dari tragedy tersebut,

naas karyawan tersebut tidak selamat.

Namun setelah 8 tahun dari kejadian tersebut akhirnya ia di pertemukan

istri dari karyawan tersebut Azzima Hussein yang kala itu sama-sama merasakan

kehilangan, kehilangan suami tercintanya Ibrahim Hussein. Saat kejadian itu

terjadi, Azima dan Ibrahim Hussein sedang merayakan ulang tahun

pernikahannya. Namun belum sempat menyelesaikan voice note untuk istirinya

gedung itu pun sudah runtuh, rata dengan tanah. Meninggalkan tanda tanya besar

bagi azima yang menerima voice note dari suaminya tersebut. Namun pertanyaan

besar yang mengganjal di hati Azima akhirnya terkuak setelah malam

penganuggrahan itu. Segalanya menjadi jelas, Azima Hussein pun yang dahulu
53

menyembunyikan identitas muslimnya, kembali menunjukkan identitasnya

sebagai seorang muslim dengan hijabnya. Itu semua berkat takdir dari Allah

melalui tangan Hanum dan rangga sebagai jembatan penghubungnya.

Kisah yang sangat mengharukan tersebut pada akhrirnya membuat para

wartawan dan Channel Televisi ingin menggundangnya ke acara mereka. Namun

usaha mereka gagal dan sia-sia saja karena keduanya sepakat untuk tidak menjual

kisah tentang kehidupan pribadinnya

Disisi lain setelah Hanum menyelesaikan tugas mengenai artikel tentang

Would the world be Better without Islam (Akankah dunia lebih baik tanpa Islam)

dan Rangga kembali ke wina untuk menyelesaikan Phdnya namun ternyata New

York belum benar-benar mau melepanya. Sesuatu yang tidak pernah dia

bayangkan sebelumnya oleh Hanum, ia ditawari oleh idolanya yaitu Andy Cooper

sebagai seorang jurnalis dalam sebuah stasiun televisi terkemuka di New York

(GNTV) selama 3 minggu. New York kota yang menjadi impian semua orang

dengan hingar bingarnya, seperti memiliki kekuatan magis yang menarik semua

orang untuk berada di kota ini.

Akhirnya Hanum pun menerima tawaran dari Andy cooper dengan senang

hati, ini merupakan impian terbesarnya bekerja di Stasiun Televisi Terkenal New

York dan sekaligus menunjukkan Islam merupakan agama yang baik, mencintai

kedamaian namun suka cita Hanum tidak di ikuti oleh suaminya Rangga, dengan

berat hati ia harus menemai istrinya selama 3 Minggu di New York dan menunda

kepulanganya untuk melanjutkan studi Phd di wina. Rangga tidak ingin Hanum

berfikir bahwa ikatan pernikahan menghalangi istrinya dalam menggapai

impiannya.
54

Hanum pun langsung di tempatkan sebagai produser sebuah program

Televisi tentang muslim di Amerika, ia pun mulai mengulik kehidupan tentang

kehidupan muslim yang berada di Amerika tag line acaranya pun diberi tajuk My

Friend Is a Good Muslim acara ini pun dimulai dari kisah Iqbal Fareed yang

Menikahi Janda tua Rhonda Reeds karena istrinya Zuraida sudah lumpuh dan

tidak memiliki anak, kemudian seoarang Ibu muda yang sedang hamil dan

memiliki anak yang masih kecil namun suaminya telah meninggal di medan

perang. Namun dari setiap episode tersebut, membuat Hanum merasakan konflik

batin, dia tidak ingin menghasilkan cerita seorang Muslim dengan cerita-cerita

yang mendramatisir dan membuat obyek berita tersebut menjadi tersudut, namun

dia dituntut untuk dapat bekerja dengan profesional demi sebuah rating yang

mampu menunjukkan kemampuannya sebagai seorang jurnalis yang dapat

diperhitungkan tanpa mengenal rasa peduli terhadap objek cerita.

Dalam bukunnya ini Hanum dan Rangga juga berupaya menuturkan

tentang suatu impian yang mungkin mampu dicapai namun malah mampu

menghancurkan keluarga yang telah terbina dengan baik, memang dalam sebuah

pernikahan dibutuhkan sebuah kepercayaan satu sama lain. Namun seringkali

tujuan pernikahan dipertaruhkan dengan tujuan jiwa berbelut keegoisan.

Seringkali manusia dicoba dengan godaan ambisi akan gelimang harta, kekuasaan,

bahkan pujian dan kebanggan sekalipun. Lamaran Cooper kepada Hanum untuk

bekerja di GNTV dengan iming-iming karir langsung diterimanaya tanpa ia

diskusikan dahulu dengan suaminya Rangga, padahal sebelumnya ia berjanji akan

menemaninya untuk menyelesaikan studi PhDnya di Wina.


55

Atas nama semua iming-iming kenikatan dunia, seorang muslim tak

ubahnya manusia yang menghamba pada dunia yang tak abadi, jika tidak

diimbangi dengan kekuatan iman maka kita akan semakin terlena di dunia yang

hanya sementara ini. Faith and the City mengingatkan kita betapa hebatnya kita

dalam berkarya, betapa menyilaukannya gemerlap kota, semua itu tidak mungkin

kita gapai tanpa kuasa Allah yang selalu Mendengar doa yang dirapal dan Melihat

usaha yang diperjuangkan. Pada akhirnya Hanum sadar bahwa Andy Cooper

hanya memanfaatkanya untuk kepentingan sebuah acara Televisi. Ia hampir saja

terlena dengan dunia yang fana ini dengan segala nikmat dan kemegahannya.
BAB IV

STRUKTUR ANALISIS DATA

A. Analisis Wacana Pesan Moral

Pada bab ini penulis akan memaparkan analisis wacana pesan moral yang

ditampilkan oleh Hanum Salsabiela dan Rangga Almahendra didalam novel

Faith And The City yang disesuaikan dengan model Teun A. Van Djik. Model

Teun A Van Djik menganilis wacana dari segi teks sosial meliputi tematik,

skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris. Dalam memaparkan hasil

analisis penulis memfokuskan wacana pesan moral tentang tauhid.

1. Struktur Makro (Tematik)

Elemen tematik atau tema menunjukan pada gambaran umum dari

suatu teks, dapat juga disebut gagasan inti, ringkasan utama dari teks.

Kata tema juga sering disebut topik. Topik menggambarkan apa yang

ingin diungkapkan oleh pengarang atau komunikator.

Dalam menentukan tema, penulis membuat katagorisasi, yang

dibagi menjadi 3 katagori yaitu hubungan manusia dengan Allah,

hubungan manusia dengan sesama dan katagori hubungan manusia

dengan diri sendiri seperti ambisi dan semangat dalam bekerja. Berikut

penjelasan tema berdasarkan katagori yang telah disebutkan:

A. Katagori hubungan manusia dengan Allah

Katagori ini adalah katagori yang menunjukan bahwa antara manusia

dan sang penciptanya memiliki hubungan. Bagaimanapun manusia pada

hakikatnya adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah sebagai makhluk

56
57

yang lemah, dimana manusia harus tetap bergantung kepada sang

penciptanya sebagai rasa taat dan syukur kepadanya. Berikut tema-tema

yang terkait dengan katagori hubungan manusia dengan Allah:

1. Ketaatan dalam Beragama

Hal ini ditunjukan dari seorang suami yang kaya raya bernama

Iqbal fareed, pada awal cerita tokoh ini muncul sebagai suami yang

istrinya bernama Faith (Zuraida) yang dua tahun lalu sudah sakit

stroke.Namun Iqbal fareed sebagai suami tabah dan selalu berdoa

kepada Allah untuk kesembuhan Istrinya dan segala gundah gulana

yang iya rasakan selama ini. Begitu pula dengan istrinya Zuraida

walaupun tubuhnya semakin lemah dan tidak bisa bergerak akibat

strokenya yang sudah 2 kali dalam setahun menyerangnya, Zuraida

tetap berketetapan hati dan yakin bahwa Tuhan tidak akan mengguji

hambanya melebihi batas kemampuan hambanya, maka dari itulah

Iqbal suaminya memanggil namanya dengan julukan Faith. Hal ini

terlihat dari kutipan

“Sebuah sajadah panjang lagi empuk dengan bordiran lafaz


Allah dan Muhammad tergelar di lantai. Saksi dari ratusan
sujud sang suami akan keresahaanya. Berharap lewat
seluruh tumpuan dahinya ada jawaban dari Tuhan tentang
dilemma hatinya.” (h.2)

“Dua tahun lalu, stroke merenggut sebagian fungsi


otaknya.Dua kali dalam setahun. Terakhir, bulan lalu,
namun ia tetap berketetapan hati dalam imannya yang kuat.
Itulah mengapa aku memanggilanya Faith.”(h.54)
58

2. Keyakinan Terhadap Tuhan

Keyakinan terhadap Tuhan ditunjukkan Hanum ketika ia sedang

berbicara dengan bosnya ditempat kerjanya yang baru di sebuah media

televisi terkenal New York GNTV, namun bosnya Andy Cooper

sangatlah tidak suka apabila ada orang yang melibatkan Tuhan dalam

kesuksesannya bekerja, ia beranggapan bahwa Kesuksesan besar bukan

karena Tuhan, tapi dengan kerja keras. Hanum pun hanya tersenyum

menanggapinya, jauh didalah lubuk hatinya ia yakin Allah lah sutradara

dalam midui ini. Bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini

hanyalah berjalan sesuai dengan kebijaksanaan yang telah digariskan

oleh Dzat yang maha tinggi, oleh sebab itu, jikalau ia tertimpa oleh

kesusahan iapun tidak akan menyesal dan putus asa, tetapi sebaliknya

jika ia dilimpahi pertolongan dan keuntungan ia tidak lupa diri. Hal ini

dapat dilihat dari kutipan berikut :

“Aku tidak ingin kamu menyebut orang lain selain yang


berhubungan dengan pekerjaan, dan aku juga tidak suka
kau terlalu melibatkan Tuhan di kantor ini. Ingat aku tidak
suka”(h.38)

“Ingat, Hanum! Ini entitas sekular. Stasiun TV ini besar


bukan karena Tuhan, tapi kerja keras.Tidak bisakah kau
sedikit saja tidak menyebut-nyebut Tuhan dalam
kehidupanmu?” (h.38)
.

Keyakinan ini pun ada pada diri Brown seorang pengusaha kaya raya

yang selamat dalam tragedy WTC 911 di New York Amerika. Bahwa

dulunya ia beranggapan bahwa kesuksesan, kekayaan dan jabatan yang

ia terima, adalah hasil jeripayah ia sendiri tidak ada peran siapapun


59

yang ikut andil dalam kesuksesnya terserbut. Dan apa yang iya dapat

dari kesuksesannya tersebut? Rumah tangga yang ia bina dengan

istrinya hancur akibat Brown terlalu sibuk dan tidak dapat meluangkan

waktunya. Namun setelah kejadian itu dan ia menggenal Abe Husein

yang menyelamatkannya, ia kemudian tersadar bahwa Tuhan ikut andil

dalam perjalanan kehidupan kita. Berikut kutipannya

“Aku pernah menjadi pria baju merah itu.Dulu, kupikir


semua kekayaan dan harta bendaku berasal dari
keberuntunganku.Tidak ada Tuhan di sana.Sama sekali
tidak ada keterlibatan keluargaku disana.” (h.94)

“Abe Hussein, suami Azima, telah mengajariku tentang


kesalahan besar itu. Tuhan, analogi si Bandar itu, telah
mendesain kebahagiaan semu.Hingga aku merasa itu adalah
jerih payahku.”(h.94)

3. Percaya bahwa Allah yang mengatur rezeki manusia

Kepercayaan ini ada pada dalam diri suami Hanum, Rangga

beranggapan bawah rezeki yang kita dapat saat ini sudah ada yang

mengatur. Rezeki tidak hanya ada di satu tempat, tetapi dibanyak

tempat. Tugas kita sebagai manusia adalah menerima dengan syukur

jatah rezeki kita, InsyaAllah setelah kita bersyukur dengan tulus jatah

rezeki kita justru akan ditambah dan ditambah lagi. Berikut kutipannya

“Bumi Tuhan tak hanya indonesia, rezeki Tuhan tak


tersebar hanya di bumi pertiwi, melainkan berceceran di
belahan bumi lain.” (h.16)

“Say… bumi Allah itu tidak hanya di kota ini. Rezeki juga
engga Cuma disebar di sini.Aku tahu kamu mendapatkan
bonus ini-itu.Tapi rezeki bukan hanya yang ada di tangan
tapi yang ada di hati. Mengapa kita tidak memijak bumi
Tuhan yang lain dengan rezeki asalakan bisa
bersama?”(h.124)
60

4. Keridhan seorang suami

Keridhan seorang suami ditunjukan oleh Rangga ketika mengizinkan

istrinya untuk bekerja. Karena bagi wanita yang telah bersuami ridha

Allah ada pada ridhanya sang suami. Karena dari awal menikah Rangga

tidak pernah membatasi istrinya untuk bergerak dalam karier.

“Sebagian besar pria menikah akan membatasi istrinya


untuk bergerak dalam karier.Tapi Rangga tidak pernah
memintanya demikian.”(h.70)

Dengan keridhan dan keikhlasan yang diberikan Rangga kepada

Hanum membuat apa yang dicita-citakan Hanum dapat tercapai.

“Mungkin restu dan rida suami-nya pagi ini adalah obat


paling mujarab menuju cita-citanya.”(h.186)

Hanumpun mempercayai itu, bahwa pencapain-pencapain yang

selama ini ia raih dalam kariernya adalah berkat kerida-an dari sang

suami.

5. Patuh terhadap Suami

Sebagai seorang istri patutlah kita patuh kepada seorang suami.

Karena bagaimanapun suami adalah pemimpin dalam keluarga. Namun

dalam novel ini penulis menggambarkan saat Rangga sedang mengajak

makan malam romantis disebuah restoran, karena memang keduanya

sudah jarang jalan berdua, apalagi makan romantis bersama. Namun

yang terjadi Hanum menolak dan lebih memilih pekerjaan yang pada

saat itu juga membutuhkannya.

Ia tidak sadar bahwa ia telah telah terlena dengan ambisinya yang

pada akhirnya membuat pahala yang bisa diperoleh lewat pintu suami

kian menjauh. Memang pesan moral tidak harus di gambarkan dengan


61

baik. Tingkah laku tokoh yang kurang baik itu bukan berarti si penulis

menyarankan kepada pembaca untuk bersikap dan bertindak secara

demikian. Sikap dan tingkah laku tokoh tersebut hanyalah model,

model yang kurang baik yang sengaja ditampilkan justru agar tidak

diikuti oleh pembaca. Seharusnya kita sebagai istri haruslah patuh

terhadap suami. Berikut kutipannya

“ini adalah detik-detik yang menentukan. Sebuah


kepercayaan telah diruntuhkan atas nama sekelumit pesan
pendek yang lebih “mulia”. Sadar tiada “borgol” lagi yang
membelenggunya, melesatlah Hanum kelua dari kereta R
dan berlari menuju kereta sebelah yang hampir menutup
pintunya.Tak peduli bahwa pintu gabung itu bisa saja
menjepitnya.Kedua pintu kereta itu menutup bersamaan.
Hanya sepersekian detik setalah Hanum berhasi membelah
lalu lalang New Yorkers di peron dan menyarangkan
badanya di gerbong kereta menujut 59 street. Layaknya
bola yang meliuk-liuk dan akhirnya menjebol gawan pada
injury time.” (h.134)

6. Kekhilafan

Setiap orang pasti punya kesalahan, kesalahan itupun kadang tidak

tersadari oleh kita yang melakukan kesalahan, padahal apa yang telah

kita lakukan telah melampaui batas. ketika Rangga mengingatkan

Hanum untuk kembali pada kodratnya sebagai istri, Hanum menyebut

Rangga sebagai penjegal mimpi-mimpinya. Ketika Rangga

menyadarkan Hanum bahwa ia tengah dimanfaatkan, Hanum

menanggap Rangga merendahkannya. Ketika Rangga memutuskan

membiarkan Hanum berjalan sendiri meraih mimpi, Hanum

menyebutnya tak bahagia melihat kesuksesannya. Padahal tanpa Hanum

sadari, ia meraih kesuksesan karena ridho dari Rangga yang masih


62

Rangga mohonkan untuk Tuhan terima. Masalah yang Hanum hadapi

selesai karena tanpa ia ketahui, Rangga lah yang mendatangkan solusi

yang Hanum butuhkan.

Sampai pada akhirnya ada hikmah yang diberikan oleh Allah kepada

kita agar kita terasadar bahwa yang kita lakukan itu salah. Digambarkan

dalam novel ini bahwa Hanum pun tersadar bahwa apa yang dilakukan

selama ini telah melampai batas, tidak lagi seperti visi awalnya ketika ia

memutuskan untuk bekerja 3 minggu sebagai wartawan di stasiun

televisi Amerika. Berikut kutipannya

“Pagi itu ketika kalian hampir berangkat pulang ke Wina ia


mendatangiku lagi di parkiran mobil. Aku masih mengikat
kata-katanya hari itu. Seseorang yang sang bodoh akan
mengalahkan egomu, Nyonya Hussein. Hanum, kurasa kau
tahu siapa yang dianggapnya seseorang yang sangat
bodoh.Ya, Hanum, aku mengaku kalah.”(h.196)

“Seketika Hanum berlari keluar dari rang control,


membuang clip-on yang menggelut kupingnya, menubruk
orang-orang kantor yang berusaha menenangkan hatinya.
Tidak ada yang bisa menenagkan hatinya sekarang ini.
Kecuali Rangga.”(h.199)

B. Katagori hubungan sesama manusia

Katagori ini adalah katagori yang menunjukan bahwa antara sesama

manusia haruslah saling tolong menolong dan saling menghargai. Karena

manusia di dunia ini tidak lah hidup sendiri. Manusia merupakan makhluk

sosial di muka bumi ini. Sudah sepatutnya lah kita menjaga hubungan baik

antar sesama manusia

1. Toleransi Beragama

Rasa Toleransi Hanum ditunjukan saat bertemu dengan teman

kerjanya yang setengah pria atau tidak tulen, bersentuhan dengan lawan
63

jenis memang dilarang dalam Islam namun Hanum memaklumi

koleganya tersebut karena ia baru bertemu dengannya. Namun secara

perlahan lahan Hanum memberi pengertian kepada koleganya tersebut

bahwa wanita muslim tidak bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan

mukhrimnya Berikut kutipannya:

“Belum jelas apakah namanya Samuel ataukan Samantha,


pria pelontos ini tanpa ba bi bu menjabat tangan Hanum
dan mencium pipi kanan-kiri.Hanum mengelak, tapi sudah
terlambat.Hijab yang dikenan Hanum Seolah Bukan
ritangan berarti untuk Sam dalam menyentuh lawan jenis.”
(h.34)

“Bagus! Itu namanya STORY!” cooper menepuk punggung


Sam dengan semangat. Ia hendak menepuk bagu Hanum
juga, namun Hanum sudah mengelak. Sorry! Ingatkan aku
untuk tidak menepuk bagu perempuan berjilbab! Lanjut
cooper sambil terkekeh satir”. (h.87)

Tidak hanya itu saja sikap toleransi beragama ditunjukan oleh warga

Amerika pada saat Hanum membuat Episode tentang Sosial Experiment

Reality Show diacaranya. Jadi Hanum berpura-pura menjadi wanita

pendatang muslim yang menggunakan jubbah hitam dan memakai cadar

sedang berbelanja di supermarket namun ternyata saat ingin membayar

kekasir ia mendapat intimidasi dari petugas kasir tersebut. Yang

menjadi petugas kasir ialah koleganya Hanum yang sudah di setting

sebelumnya, petugas kasir itupun dengan ketus menolak wanita

bercadar itu dan lebih memilih warga lokal dahulu untuk membayar

ketimbang ia warga pendatang muslim. Namun warga lokal tersebut

enggan, karena wanita bercadar itu sudah antri duluan didepannya.

Petugas kasir pun semakin menjadi-jadi dia pun mulai mengolok olok

wanita bercadar itu. Namun tak disangka-sangka seorang pria berotot


64

warga lokal Amerika memarahi si petugas kasir itu dan disuruh untuk

melayani wanita bercadar itu dahulu. Misi Hanum pun berhasil bahwa

sesungguhnya manusia pasti memiliki sisi baiknya walaupun ia beda

suku, ras dan agama. Berikut kutipannya

“Buddy, kita kan orang Amerika.Mereka Cuma pendatang.


Harusnya meraka mengalah, iya kan?”Bisik tommy
menyetani si pria berotot.
Pria berotot ini justru semakin mengeratkan tarikan kearah
Tommy.“Layani ibu ini segera! Minta maaf padanya! Dan
padaku! Karena kamu sudah menyita waktuku membelikan
kue ulang tahun ini pada anakku! Paham?.”(h.111)

2. Belas Kasih

Pada saat Hanum sedang live untuk acaranya kejadian yang tidak

mengenakkan terjadi. Tatkala seorang narasumber yang menutupi berita

duka suaminya yang telah meninggal di medan perang terhadap

anaknya, namun yang terjadi anaknya mendadak tau dan menangis

kepada ibunya, dan menanyakan keberadaan ayahnya. Hanum pun

langsung memberi kode kepada juru kameranya untuk mematikan acara

ini, karena kasiahan melihat yang terus menangis kepada ibunya

menanyakan keberadaan ayahnya.Berikut kutipannya

“Ummi bohong! Katanya abi sedang pergi membelikanku


bola baru! Tapi apa? Abi tidak akan kembali, bukan?
Tanpa menyadari jutaan orang sedang menyaksikannya.
Meraka semua tersentak. Zakiyah paling merasakan itu ia
memegang perut dan dadanya.
Ummi! Katakan! Ayah tidak mati, kan? Entak yahya sambil
mengucek matanya yang berair.
Matikan kamera! Kasihan, bisik Hanum pada John.”(h.79)
65

C. Katagori hubungan manusia dengan diri sendiri

Katagori hubungan manusia dengan diri sendiri ini maksudnya ialah

yang berkaitan dengan ambisi, keinginan, cita-cita, impian yang ingin

dicapai oleh manusia.

1. Cita-cita dan impian

Semangat Hanum untuk menunjukan Islam yang sesungguhnya

kepada seluruh dunia, akhirnya terwujud lewat acara yang ia komandoi

mengenai masyarakat muslim yang ada di Amerika , acara tersebut

akan ditayangkan distasiun TV favorit masyarakat New York dan

ribuan Broadcaster diseluruh dunia.

“Gairahnya untuk memiliki program TV yang bertautan


dengan keyakinannya, terwujud. Tentang Islam. Muslim
dibelahan dunia.” (h.39)

2. Ambisi

Ambisi atau keinginan ada dalam setiap diri manusia, Sikap ambisi

ialah suatu dorongan dalam diri yang memacu untuk mengerjakan

sesuatu dengan hasil yang baik dengan tujuan yang ingin ditempuh. Di

novel ini penulis menggambarkan bagaimana ambisi tersebut. Ambisi

Hanum untuk bekerja menjadi wartawan di stasiun terkenal di New

York Amerika, ia ingin menunjukan bahwa wanita muslim dapat

bekerja secara professional. karena wanita muslim kerap dianggap

lemaholeh sebagaian orang barat. Berikut kutipannya:

“Karena ini soal pembuktian. Soal cita-cita. Kesempatan.


Baginya Insight Muslims adalah caranya untuk
memperoleh oasis iman sekaligus eskstensinya.”(h.37)
66

“Tahu tidak, aku terlalu menghakimi kalian, wanita muslim


yang berhijab itu, semua terbelakang.”(h.41)

3. Ambisi yang menghalalkan segala cara

Pengarang mengambarkan sosok Hanum yang sedang bekerja di

stasiun televisi ialah sekaligus untuk membuka sisi gelap media televisi

yang penuh intrik dan trik demi pencapaian rating.

“Singkirkan dulu apa itu hati, perasaan, nurani atau


whatever bullshit you name it, Honey! Ini media. You live
in this industry. This is an industry of HISTERIA! You live
IN THAT!” (h.60)

Dari sini pengarang mencoba memberikan pesan kepada kita untuk

tidak begitu saja percaya dan menalan mentah-mentah apa yang

disajikan oleh media yang tentu saja punya berbagai kepentingan, mulai

dari kejar target share dan rating produksi hingga provokasi.

4. Hasil dari kerja keras

Tekanan demi tekanan dirasakan oleh Hanum, share dan rating

program yang ia pegang harus sesuai dengan target yang dipasang oleh

bosnya Cooper. Bagaimanapun caranya yang penting share dan rating

naik walaupun berita itu melukai hati seseorang, atau saling bunuh

distudio pun Cooper tidak peduli. Namun Hanum tidak menyerah dan

mencoba berkreasi agar tujuan dari acaranya sesuai dengan visinya,

termasuk visi ia rela bekerja di New York ini menjadi agen muslim

yang baik. Berikut kutipannya:

“Dan sekarang Tuhan memberiku satu lagi kesempatan


menyuguhkan acara Islami di GNTV .ini untuk tunjukan
pada dunia, wanita muslim, behijab, juga bisa profesional
bekerja di rahan media, bisa berprestasi, mata Hanum
67

berkelebat. Tangannya bergerak-gerak penuh gairah


menggebu. Bara api semangat dalam dirinya sedang bicara.
Membuat acara Islami yang menggerakan mata dunia.”
(h.105)

2. Superstruktur (Skematik)

Elemen Skematik adalah teks atau wacana yang umumnya

mempunyai skema/alur dari awal sampai akhir. Secara keseluruhan,

bangunan alur cerita dalam novel Faith and the City telah sempurna,

dalam arti dari satu peristiwa ke peristiwa lain membentuk satu kesatuan

arti. Para pembaca akan disodorkan dan disajikan pada suatu nilai

pemahaman tentang arti pentingnya kebersamaan dalam keluarga, ambisi,

cinta, keyakinan dan semangat beragama Superstruktur atau skematik

biasanya menggunakan struktur tiga babak yakni : babak awal, konflik,

dan resolusi.

a. Babak Awal

Hanum dan Rangga mengawali novel ini dengan setting kota yang

masih sama dengan novel sebelumnya yaitu kota New York, Amerika

serikat yang merupakan salah satu Negara maju, Negara yang penuh

dengan hiruk pikuk masyarakatnya, berisikan manusia yang tidak habis-

habis mengejar impian, ambisi, kesempatan dan kekayaan untuk tinggal

di kota tersebut.

Pada babak ini penulis menggambarkan bagaimana semangat dan

ambisi seseorang dalam menggapai sesuatu. Sesuatu yang diimpikan

oleh Hanum sejak lama yaitu menjadi wartawan muslim profersional

bekerja di televisi terbesar dan terkenal di New York Amerika yang

mayoritas disana penduduknya adalah orang non muslim, apalagi


68

setelah kejadian WTC 9-11, masyarakat muslim khususnya wanita

muslim disana mendapatkan diskriminasi dan kerap direndahkan oleh

masyarakat sana. Maka dari itu Hanum mengambil kesempatan itu

untuk menunjukan kepada dunia khususnya masyarakat Amerika bahwa

wanita muslim bisa bekerja secara profersional ditengah-tengah warga

masayarakat disana. Kesempatan itupun tanpa ragu lagi di ambil

Hanum untuk bekerja sebagai wartawan dimedia televisi terbesar New

York.

b. Babak konflik

Pengarangan tampaknya memang sengaja menyuguhkan konflik

diawal-awal novel ini agar pembaca semakin penasaran dengan novel

ini. Konflik ini dimulai ketika Hanum memutuskan untuk bekerja

sebagai wartawan dimedia televisi terbesar New York GNTV. Pasalnya

Hanum hanya memutuskannya secara pihak tanpa diskusi ataupun

pembicaraan sebelumnya kepada suaminya Rangga. Ranggapun cukup

kesal kepada Hanum pada awalnya namun pada akhirnya Rangga

mengiyakan permintaan Hanum untuk bertahan tiga minggu lagi di

New York untuk menemaninya. Memang dari awal Rangga tidak

pernah membatasi istrinya untuk berkarier.

Namun disetiap keputusan yang diambil memiliki konsekuensi

yang harus diterima. Kebersamaan dan Komunikasi dengan Hanum

semenjak ia menjadi wartawan di GNTV berkurang, bagaimana tidak

Hanum berangkat sejak pagi-pagi buta dan pulangpun sudah sangat

larut.
69

Disisi lain Hanum mulai menikmati kegiatan barunya sebagai

wartawan, namun hari demi hari Hanum merasakan tekanan yang

sangat kuat dari bosnya Cooper, yang selalu mendesaknya agar Share

and Ratingnya tercapai. Cooper pun tidak percaya ada peran Tuhan atas

kesuksesannya, menurutnya hanya kerja keras yang dapat

mewujudkannya jadi ia pun tidak peduli bagaimana ia mendapatkanya

berita tersebut ataukah berita itu didapatkan dengan menyakitkan hati

orang lain, ataupun dengan tangisan orang lain bahkan hingga adegan

berantem di studio pun ia tidak peduli yang penting target itu tercapai

dan perushaan mendapatkan keuntungan dari itu. Inilah merupakan sisi

gelap dari industri media massa dimana share dan rating menjadi tolak

ukur untuk mendapatkan keuntungan. Gambaran ini pengarang sajikan

dimana dulunya ia adalah seorang wartawan dimedia lokal dan

internasional. Penulis rasa pengarang sudah sangat familiar dengan hal

tersebut maka dari itu pengarang mencoba menuangkannya dalam novel

ini.

Namun Hanum tidak pantang menyerah dan berpegang pada

keteguhan iman yang kuat karena apabila kita tidak kuat imannya maka

kita akan ikut terbawa arus dan menghalalkan segala cara untuk

mendapatknya. Hanumpun mencoba berinprovisasi mencari ide agar

yang ia lakukan tidak menyakiti hati orang lain dan pada akhirnya

Hanumpun memberanikan diri dengan lantangnya menantang bosnya

untuk merubah format acara menjadi Format sosial experiment yang

sebelumnya ialah talk show yang mengangkat masyarakat muslim yang


70

kontroversial di Amerika. Pada awalnya ia sempat ragu dengan format

tersebut, namun ia tetap mencoba karena tidak akan tahu bagaimana

hasilnya kalau kita belum mencoba. Kerja keras dan pantang menyerah

inilah yang coba Pengarang sajikan kepada pembaca

Pada akhirnya acara yang sempat diragukan tersebut berhasil

diterima oleh masayarakat dunia khususnya masyarakat Amerika.

Hanum pun mendapatkan predikat “Best Reproter of GNTV” dan

Hanum pun mulai merasakan gelombang pujian yang ditunjukan

padanya.

Kesenangan Hanum itupun justru membuat babak konflik ini

semakin panas. Disisi lain Rangga sudah mulai tidak nyaman dengan

apa yang dilakukan Hanum padanya, ia merasa Hanum sudah

berlebihan. Selama ditinggal kerja Hanum kebersamaan yang biasa

dimiliki oleh kedua pasangan ini mulai sirna, biasanya sabtu-minggu

keduanya masih bisa meluangkan waktunya namun sekarang tidak bisa

lagi, untuk menyiapkan makan pagi saja Hanum tidak bisa karena harus

berangkat pagi-pagi buta dan baru pulang hingga larut malam. Apalagi

ditambah dengan kesuksesan Hanum bukannya Rangga tidak senang

dengan kesuksesannya namun hal itu membuat Hanum menjadi seperti

orang yang tidak dikenali lagi oleh Rangga. Ambisi yang menggebu-

gebu diri Hanum secara tidak langsung mengubah hubungannya dengan

suaminya Rangga

Puncaknya adalah ketika Hanum sedang merayu Brown untuk

mendatangi acaranya, karena sebelumnya Brown tidak pernah mau di


71

wawancari oleh wartawan mana pun. Melihat istrinya yang tidak sopan

dalam meminta wawancara kepada Brown akhrinya Rangga harus

menggambil sikap tegas kepada istrinya, karena seharsunya 3 minggu di

NewYork ini akan habis dan nampaknya Hanum akan memperpanjang

kontraknya, namun tidak bagi Rangga, tugas dan pekerjaan di Wina

sudah menunggu. Sempat ada perdebatan sampai pada akhirnya Rangga

memutuskan bahwa lusa ia akan pulang ke Wina dengan atau tanpa

istrinya Hanum.

c. Babak Resolusi

Pada akhirnya Hanum memutuskan untuk tetap Stay di New York

sampai ia menyelesaikan program terakhirnya di GNTV. Dan Rangga

pun menerima keputusan Hanum dan mendukung sepenuhnya.

Namun tampaknya Allah memberikan hikmah kepada Hanum

lewat sahabatnya Azima. Akhirnya Brown dan Azima dateng untuk

menghadiri acara yang diproduseri oleh Hanum padahal keduanya tidak

pernah mau untuk diwawancari. Hanum pun tidak menduga Brown dan

Azima akan datang namun Hanum terkejut dengan pernyataan Azima

yang mengatakan “Pagi itu ketika kalian hamper berangkat pulang ke

Wina, ia mendatangiku lagi diparkiran mobil. Aku masih mengingat

kata-kata hari itu. Seseorang yang sangat bodoh akan mengalahkan

egomu, nyonya Hussein. Hanum, kurasa kau tahu siapa yang

dianggapnya seseorang yang sangat bodoh. Ya, Hanum, aku mengaku

kalah.”
72

Dan pada saat itu juga Hanum tersadar, sesadar-sadarnya bahwa ia

hanya dimanfaatkan oleh bosnya Cooper, Hanum baru percaya apa

yang dikatakan suaminya bahwa ia telah dimanfaatkan dunia yang sama

sekali tidak mencitainya. Hanum pun hanya tertegun lemas tidak

percaya apa yang telah ia dengar dari penyataan sahabatnya Azima.

Hanumpun langsung bergegas menemui Rangga yang pada saat itu

sedang ada di bandara untuk pulang ke Wina, namun Cooper tetap tidak

menyerah dan menyodorkan surat kontrak sebagai pegawai tetap di

GNTV ke Hanum, Hanumpun menerima surat kontrak itu untuk ia

tunjukan ke suaminya dan bergegas cepat menuju bandara.

Sesampainya disana ia memeluk suaminya Rangga dan menunjukan

surat kontrak sebagai pegawai tetap namun bukannya menandatangani

surat tersebut, Hanum justru merobek kertas tersebut dan memilih untuk

menemani Rangga di Wina.

Skematik juga berurusan dengan judul. Pemberian judul Faith and

the City (Keyakinan di sebuah Kota) seolah membuat para pembacanya

menjadi penasaran untuk membukanya. Memang ada apa disebuah kota

tersebut, ada apa dengan keyakinan di kota tersebut.Selain itu penggunaan

warna biru Tosca yang mencolok dengan Grafis yang eyecatching.

Diharapkan agar pembacanya khususnya para hijabers tertarik untuk

membacanya.
73

3. Struktur Mikro

a. Semantik

Semantik adalah makna yang muncul dari hubungan

atarkalimat, hubungan antarproposisi yang membangun makna

tertentu dalam suatu bangunan teks. Dalam semantik terdapat

beberapa elemen yaitu:

1. Latar

Latar Merupakan bagian teks yang dapat mempengaruhi arti

yang ingin disampaikan, latar merupakan cerminan dari ideologis

komunikator. Pengarang menggunakan latar tempat berada di New

York Amerika yang merupakan kota besar, tersibuk dan salah satu

dari negara maju yang ada didunia. Masyarakatnya pun mayoritas

adalah non muslim. Namun menurut penulis, pengarang ingin

menunjukan eksistensi kaum muslim, bahwa kaum muslim dapat

bersaing, tidak kalah dengan orang barat, dan tetap teguh

memagang keimanannya walaupun ia berada dilingkungan yang

mayoritas non muslim. Karena selama ini selain minoritas, kaum

muslim kerap mendapat diskriminasi khususnya kaum perempuan.

“Taksi kuning penuh dengan iklan bir dengan model wanita


cantik dada terbuka melewati Broadwayhood.Taksi itu
melewati papan raksasa Aladdin, Lion King, Mamma Mia,
Phantom of The Opera, dan deretan billboard ad yang tidak
lelah menyemburkan sinar.Mereka menggundang manusai new
York untuk datan menoton teater klasik Broadway, seni
pertunjukan langsung berkelas yang tiketnya paling murah 200
dolar.”(h.12)

Tidak hanya kemegahan dan kesibukan yang disajikan kota ini,

namun harapan, impian dan ambisi untuk dapat bekerja disini


74

sangatlah besar. Banyak orang yang mendambakan bekerja disini

dengan gaji yang sangat besar dan kehidupan yang layak. Namun

ambisi dan keinginan yang berlebihan akan melupakan kita pada

akhirat, kepada Allah yang telah memberikan segala nikmatnya dan

pada akhirnya kita melupakan akhirat, yang mana kehidupan di

akhirat kekal, dan di dunia ini hanya sementara

Artinya : Dunia hanyalah permainan dan senda gurau Tempat

untuk bermegah, berbangga di antara kamu Semula akan tampak

indah seperti tanaman yang tersapu hujan, tapi kemudian

mengering hingga kuning kerontang dan semua hanyalah

kesenangan yang menipu (QS. Al-Hadid:20)

Itulah latar yang coba dibangun\g oleh sang pengarang,

membuat pembaca mendapatkan siraman rohani secara tidak

langsung dan pengarang juga terkesan tidak menggurui. Tidak

heran novel lanjutan ini mendapatkan predikat Best Seller.

2. Detail

Detail ialah kontrol informasi yang disampaikan

komunikator/pengarang. pengarang akan menampilkan secara


75

berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya, dan

menampilkan jumlah yang sedikit informasi yang merugikan

dirinya. Disini pengarang Hanum dan Rangga menampilkan

informasi yang bagus dan kurang bagus secara berimbang, tidak

ada ketimpangan.Justru dengan adanya informasi yang kurang

bagus tersebut dibuat agar para pembacanya tidak ikut melakukan

perbuatan tersebut.Berikut ini salah satu kutipannya.

“Dan sekarang Tuhan memberiku satu kesampatan


menyuguhkan acara Islami di GNTV. Ini untuk tunjukkan pada
dunia, wanita muslim, berhijab, juga bisa professional, bekerja
di ranah media, bisa berprestasi” (h.105)

“Sebagian besar pria menikah akan membatasi istrinya untuk


bergerak dalam karier.Tapi Rangga tidak pernah memintanya
demikian.”(h.70)

Kedua pernyataan itu menurut penulis, sebagai inspirasi

bagi kaum muslim bahwa kita juga bisa bersaing dengan orang-

orang diluar sana hijab dan agama Islam bukanlah penghalang

bagi kita untuk bekerja secara professional. Sosok Rangga

digambarkan sebagai sosok suami idaman, yang selalu

mendukung apapun yang dikerjakan oleh istrinya selagi itu

tidak berlebihan.

3. Maksud

Maksud adalah merupakan elemen yang melihat apakah teks

atau cerita yang dibuat oleh pengarang disampaikan secara eksplisit

atau implisit.Dalam novel ini banyak teks yang disajikan secara


76

langsung (eksplisit) namun ada juga teks yang disajikan secara

tidak langsung (implisit). Berikut salah satu kutipannya

“Tahu tidak aku terlalu menghakimi kalian, wanita muslim


yang berhijab itu, semua terbelakang” (h.37)

“Wah, perutmu kok besar sekali. Jangan-jangan itu bom


ya?Atau kamu menguntil di swalayan ini?” (h.110)

“Rangga membuka kulkas.Oke, mi instan. Tadi pagi sesudah


Hanum menghilang dari kamar tidur, usai menunaikan shalat
subuh (dan baru kali ini mereka menunaikan shalat subuh
sendiri-sendiri padahal tidur sekamar, Rangga sudah habis dua
bungkus”

Pernyataan yang pertama bahwa pengarang menyajikan teks

secara langsung bahwa diskirminasi kaum muslim khususnya

wanita dinegara barat masih ada.

Pernyataan selanjutnya pun masih sama pengarang menyajikan

teks secara langsung, secara jelas bahwa semenjak kejadian tragedy

WTC di amerika serikat, masyarakat disana takut, takut terhadap

agama Islam dan masyarakat muslim. Maka dari itu muncul lah

sebutan Islamophobia (Ketakutan terhadap Islam).

Dan yang terakhir pengarang menyajikannya secara tidak

langsung, dari sepenggalan dari keselurahan teks diatas membahas

bagaimana seorang istri yang lupa bagaimana kewajibannya

sebagai seorang istri. Terkadang banyak manusia khususnya wanita

melupakan kodaratnya sebagai istri. Bahkan saking sibuknya,

memasakan sarapan pagi untuk suaminya saja tidak sempat.


77

b. Sintaksis

Sintaksis ialah pembicaraan mengenai unit bahasa kalimat.

Dalam hal ini adalah bagaimana sebuah kata atau kalimat di susun

sehingga menjadi satu kesatuan arti. Elemen dari sintaksis adalah:

1) Koherensi

Merupakan pertalian antar kata atau kalimat, biasanya dapat

diamati melalui hubungan sebab akibat, bisa juga sebagai penjelas.

Bisa juga diamati dengan kata penghubung (Konjungsi): dan,

tetapi, lalu, karena, daripada, dan sebagainya. Hal ini terlihat pada

kutipan:

“Mana mungkin bekerja dengan jadwal gila dan masih


membual akan mengerjakan pekerjaan rumah dengan
tangannya sendiri?....” (h.47)

Kata „dan‟ yang terdapat dalam kalimat tersebut digunakan

untuk memberi penjelasan kepada pembaca bahwa Hanum terlalu

memaksakan dan membohongi dirinya, mana mungkin Hanum

yang akan kerja hingga larut malam dan harus berangkat kerja

pagi-pagi buta akan sempat untuk mengerjakan pekerjaan rumah

dengan tangannya sendiri.

“Semua orang bertahan di GNTV karena kantor ini


menawarkan jumlah uang yang menggoda.” (h.64)

Selanjutnya kata “Karena” yang terdapat dalam kalimat

tersebut memberi kesan bahwa gaji dan uang yang banyaklah yang

membuat karyawan betah untuk bertahan bekerja di GNTV,

padahal bekerja di kantor tersebut dituntut untuk mencapai sesuai

dengan target yang setinggi-tingginya.


78

2) Bentuk Kalimat

Selanjutnya pada level sintaksis yang lain ada dengan

menggunakan bentuk kalimat Maksudnya, proposisi mana yang

akan ditempatkan diawal atau di akhir kalimat. Beberapa kutipan

dibawah ini dapat menjelaskan dan membedakan mana objek,

subjek, predikat, dan keterangan.

“Sam baru saja meletakan tripod kamera dan mengatur lensa”.


(h. 54)

“Pria ini harus menemaninya selama di New York”. (h.31)

Bedasarkan kalimat diatas, kalimat tersebut menggunakan

kalimat aktif. kalimat aktif adalah suatu kalimat yang subjeknya

melakukan tindakan yang diungkapkan dalam predikat terhadap

objeknya.

Selain kalimat aktif didalam novel ini terdapat kalimat passive

adalah kalimat yang subjeknya mendapat atau dikenai suatu

tindakan yang dinyatakan dengan predikat oleh objek. Berikut

beberapa kutipan dalam novel ini

“Nama itu selalu disebut Hanum di beberapa kesempatan”


(h.13)

“Rangga disirami sepercik harapan setelah segala prasangka


buruk tentang istrinya” (h.73)

3) Kata Ganti

Kemudian novel ini menggunakan kata ganti orang ke tiga,

beda seperti novel novel sebelumya yang biasa menggunakan kata

ganti orang pertama. Berikut kutipannya


79

“Hanum berusaha tidak cemburu, tapi ia bisa merasakan darah


di tubuhnya mulai mendidih ketika ia mendengar kata-
kata”(h.124)

c. Stilistik

Elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan

pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia (style).

Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung unsur kejujuran,

sopan santun, dan menarik, dalam novel ini ada beberapa kata yang

menarik, seperti dikalimat berikut ini

“Tabahkan dirimu, Scrafy. Semoga kau keluar dari ruang itu


tidak mendidih”. (h.36)
“Kenapa kau tersenyum, Scarfy?” Sam mengernyit”. (h.63)

“Layla meninggalkan mereka berdua masuk ke perpustakaan.


Hatinya masygul karena rekomendasinya belum dijalankan
oleh pasangan idolanya.
Semasygul Hanum dan rangga.” (h.178)

Dengan gaya bahasa yang disampaikan seperti diatas,

menunjukan bahwa pengarang ingin menunjukan bahwa novel ini

menggunakan bahasa yang santai mudah dimengerti dan kekinian. Bisa

dilihat penggunaan kata scrafy (wanita berhijab) yang disematkan oleh

Sam sebagai nama panggilan Hanum membuat novel ini terkesan tidak

kaku walupun novel ini novel Islami. Karena novel ini menyasar kaum

muda dan wanita berhijab tidak heran pengarang menuliskan kata

semenarik mungkin agar para pembacanya tertarik dan pesan yang

akan disampaikan tersampaikan dengan baik oleh pembacanya.

Kemudian selain pengarang menggunakan kata-kata yang kekinian,

pengarang juga memberikan pengetahuan mengenai kosakata yang

jarang dipakai oleh orang Indonesia, seperti kata “masygul” yang


80

berarti bersusah hati karena suatu sebab atau yang umum dipakai

adalah perasaan sedih, murung, kesal dan sebal.

d. Retoris

Retoris adalah gaya yang diungkapkan untuk menyatakan dengan

sebuah intonasi atau penekanan. Elemennya terbagi menjadi

1) Grafis

Merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan

oleh seseorang yang di amati dari teks. Salah satunya pada

kalimat ini

“Seorang idola kelas berat berdiri menghampirinya dan


memintanya membuat program TV tentang muslim di
Amerika. Ia ingin berteriak kencang! Aku bekerja di New
York City! Bosku memberiku program yang selalu
kuimpikan!(h.39)

Penekanan disini bisa kita lihat pada tanda seru, tanda

tersebut menandakan kebahagian Hanum yang akhirnya usaha

dan ambisinya selama ini tercapai, Hanum dipercayai membuat

program TV muslim di kota terbesar New York yang ditandai

dengan garis miring pada kalimat terakhir.

Selanjutnya terdapat tanda grafis pada halaman selanjutanya

yang masih terkait dengan grafis yang sebelumnya, berikut

kutipannya.

“Soal cita-cita. Kesempatan. Baginya Inshights Muslim


adalah caranya untuk memperoleh oasis iman sekaligus
eksistensinya. Tapi, benarkah?”(h.41)

Penekan disini bisa dilihat dari akhir kalimat yang diberi

tanda garis miring, pengarang mencoba menekankan kalimat


81

yang seolah-olah meragukan apakah ambisi Hanum diawal ini

benar-benar akan terwujud ataukah nantinya ambisi tersebut

justru menjadi sebuah malapetaka pada dirinya. Pengarang

mencoba menggiring pembaca agar penasaran membacanya

hingga akhir.

Kemudian grafis selanjutnya ditandai dengan pemakaian

huruf tebal. Berikut kutipannya.

“Special Mi Instan With Cheese For My R A N G G A”

Walapun kalimat yang diberi huruf tebal ini singkat namun

tujuan pengarang disini seperti menyindir karakter Hanum

yang kewalahan akbiat akhir-akhir ini ditugasi dengan

pekerjaan yang sangat padat, bahkan untuk membuatkan

sarapan untuk suaminya, Hanum hanya membuatkan Mie

instan yang praktis dan langsung jadi, bahkan terkadang ia

tidak sama sekali membuatkan Sarapan untuk suaminya

tersebut, berbeda ketiak ia bekerja di Wina.

Grafis selanjutnya, berbeda dengan grafis sebeleumnya

pemakaian tanda seru yang diikuti dengan kata yang ditulis

secara capital pada kalimat ini menandakan ekspresi Marah,

pemakaian grafis tersebut tujuannya agar para pembaca dapat

merasakan atmosfir yang dibuat oleh pengarang lewat tulisan

tersebut. Berikut kutipannya

“Sudah deh ga usah sok, kenapa sih harus memengaruhi


Azima agar menolak datang ke acaraku? Kenapa?
TEGA!”(h.128)
82

“Sudah! Aku yakin kau juga sudah ancang-ancang untuk


memengaruhi Brown agar tidak bersedia dating ke acara ku,
kan? TEGA!”(h.128)

Pada akhirnya Grafis yang ada pada dari awal novel

diperjelas pada bagian akhir yang ada pada kalimat berikut

“Pagi itu ketika kalian hampir berangkat pulang ke Wina ia


mendatangiku lagi di parkiran. Aku masih mengingat kata-
katanya hari itu. Seseorang yang sangat bodoh akan
mengalahkan egomu, Nyonya Hussein. Hanum, kurasa kau
tahu siapa yang dianggapnya seseorang yang sangat bodoh.
Ya, Hanum, aku mengaku kalah”. (h.196)

“Setelah pengorbanan yang ia lakukan. Menyepelekan


Getrude, mempersangkai Azima, termasuk menyingkirkan
suami yang ia cintai dari peta masa depannya. Kata kata
Rangga di metro beberapa waktu lalu, Kau telah
dimanfaatkan dunia yang sama sekali tidak mencintaimu,
mengiang di telinganya.” (h.196)

Tanda tersebut pada bagian akhir novel sebagai babak akhir

atau kesimpulan dari cerita tersebut, pembaca yang dari awal

dibuat penasaran oleh pengarang, akhirnya memberikan tanda

bahwa pertanyaan, keraguan yang ada diawal novel sudah

dijawab dibagian akhir.

2) Metafora

Metafora digunakan sebagai ornament atau bumbu dari

suatu berita, biasanya digunakan seperti kata-kata kiasan dan

ungkapan, semuanya digunakan untuk memperjelas pesan utama

agar setiap orang yang membaca akan mudah mengingat dan

memahami isi pesan tersebut. Dari sekian banyak ungkapan dan

metafora, berikut beberapa contoh :


83

“Bedanya, pagi buta itu orang soleh membasuh jiwanya


untuk bertekuk lutut pada penciptanya, sementara kaum
hedon membasuh badannya alias mandi untuk berkhidmat
pada nafsunya.”(h.74)

Ungkapan diatas menunjukan bahwa disepertiga malam

sebagian orang soleh terbangun dari tidurnya yang nyenyak hanya

untuk beribadah dan berdoa kepada Tuhanya. Namun disisi lain

waktu tersebut digunakan untuk bersiap-siap untuk memulai

bekerja mengejar segala ambisinya.

“Kota ini memanjakan ambisi. Atau yang sekarang ini


bermutasi menjadi im-pian.”(h.82)

Selanjutnya ungkapan di atas menunjukan bahwa kota New

York, kota yang besar, yang menawarkan begitu banyak

kesempatan. Tidak heran banyak orang yang berambisi

mewujudkan impiannya disana.

Dari data yang ditemukan dalam Analisis teks diatas bahwa pesan moral

yang terkandung dalam novel Faith and the City karya Hanum Salsabiela Rais

dan Rangga Almahendra ini banyak menyoroti tentang kehidupan sosial,

hubungan manusia dengan Tuhan, Ambisi, dan hubungan dengan sesama

manusia dan toleransi beragama.

Menurut penulis dalam novel ini pengarang ingin menunjukan bahwa kita

sebagai orang Islam harus mampu menunjukan kepada dunia bahwa kita bisa

bersaing secara professional. Kerja keras dan semangat menunjukan kepada

dunia bahwa Agama Islam adalah agama yang membawa rahmat dan

kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan
84

jin, apalagi sesama manusia. Sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Anbiya

ayat 107 yang bunyinya.

“dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat

bagi semesta alam”

Namun ambisi yang digambarkan pengarang, merupakan sindiran keras

bagi kita manusia yang terkadang terlalu berambisi untuk mendapatkan sesuatu

yang kita inginkan, sampai-sampai kita melupakan orang yang berada disekitar

kita, mencampakan orang yang kita sayang, menghalalkan segala cara dan yang

terparah hingga lupa pada keimanan kita.

Memang ambisi yang besar harus diimbangi dengan keyakinan iman dan

ketaqwa kita kepada Allah. Agar kita sesalalu ingat bahwa kita hidup didiunia

ini hanya sementara saja, terkadang manusia lupa jikalau ketenaran,

kemakmuran dan kesuksesan sudah menghampirinya, ketamakan dan

kesombonganpun akan mengikuti nya jika tidak dibarengin dengan ketawaan

dan keimanan yang kuat. Pengarangpun menceritakan sosok Iqbal fareed yang

kala itu terlena dengan gemerlapnya dunia, sampai-sampai ia melakukan hal

yang dilarang oleh Agama. Begitu pula Hanum yang hampir saja terlena dengan

gemerlap dan ketenaran yang ada di kota New York, ia terlalu mengikuti

ambisinya yang teryata justru membuat pahala yang bisa diperoleh lewat pintu

suami kian menjauh, namun ia pun segera tersadar bahwa apa yang ia lakukan

telah melampaui batas. Maka dari itu kejarlah duniamu namun jangan sekali-

kali kau lupakan akhiratmu itulah yang ingin coba disampaikan oleh pengarang
85

lewat epilog yang disajikan diakhir cerita. Jangan sampai kita terlena akan

kemewahan dan gemerlapnya dunia yang hanya sementara ini.

Toleransi dan keberhati-hatian kita dalam menerima informasi yang

disajikan oleh media juga tidak luput dari pesan yang ingin disampaikan oleh

pengarang dalam novel Faith and the City ini. Diharapkan dengan adanya sikap

toleransi membuat hubungan kita dengan sesama manusia lainnya menjadi lebih

tentram tidak ada saling curiga yang akhirnya dapat menimbulkan konfilik.

Maka dari itu kita pun juga harus berhati-hati dan tidak menelan mentah-mentah

informasi yang disajikan tersebut. Karena setiap media pasti memiliki

kepentingannya tersendiri. Entah itu mulai dari kejar share and rating yang

seperti digambarkan oleh novel hingga provokasi yang dapat menimbulkan

konflik yang berkepanjangan.

B. Wacana Pesan Moral Novel Faith and The City Dilihat dari Analisis

Kognisi Sosial

Dalam analisis wacana yang menggunakan model Van Dijk, analisis tidak

hanya difokuskan pada teks semata, tetapi juga melihat dari pandangan

pengarang Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, baik dari segi

kognisi sosial maupun konteks sosial.

Pada analisis kognisi sosial disini difokuskan pada bagaimana sebuah teks

diproduksi, dipahami dan ditafsirkan. Dalam penulisan novel Faith and The

City pengarang merupakan sosok utama yang berperan dalam terbentuknya

cerita. Kita dapat mengamati dan menafsirkan ide pengarang dalam memahami

cerita serta tokoh dalam novel tersebut.


86

Novel fiksi ini dibuat pengarang sebagai lanjutan dari novel sebelumnya

yang mengangkat tentang Islamophobia, bedanya dinovel ini pengarang

menceritakan bagaimana peran media yang ikut serta memutarbalikan image

Islam dimata dunia dibalut dengan kisah yang berasal dari kehidupan nyata

sang pengarang.

Yang mana Hanum Rais merupakan mantan reporter di Indonesia dan

Mancanegara, tidak heran lagi Hanum menceritakannya di novel ini, ia

menceritakan bagaimana sisi gelap media yang selalu menuntut share and

rating yang tinggi, tekanan dari atasan dan jam kerja yang tidak beraturan

diungkapkan secara gamblang dinovel ini.

Begitu pula partner hidupnya Rangga Almahendra yang mengajak Hanum

untuk berkeliling ke Eropa dan Amerika yang sekaligus menemani Rangga

untuk menyelesaikan studi S3nya di Eropa, disela-sela tersebut Hanumpun

mengisi waktunya untuk menjadi reporter disana.

Novel ini pun sekaligus menceritakan pengalaman pengarang yang kala itu

dihadapkan pada dilema, apakah akan memilih karir di dunia media yang

selama ini dicita-citakan dan juga pilihan untuk tetap mendampingi suami

sebagai ibu rumah tangga biasa.99 Maka dari itu tokoh utama dan alur ceritanya

dibuat sesuai dengan pengalaman pengarang, walaupun cerita ini fiksi namun

masih ada balutan kisah nyata didalamnya yang dituangkan dalam novel ini.

Dalam novel tersebut diceritakan bagaimana ambisi tokoh utama untuk

dapat mewujudkan cita-citanya selama ini yaitu menjadi wartawan

internasional distasiun televisi terkenal, namun ambisi harus selalu dibarengi

99
Wawancara Pribadi dengan Hanum Rais Salsabiela dan Rangga Almahendra. Jakarta,
22 April 2016
87

dengan keimanan agar kita selalu ingat bahwa Allah selalu mengawasi kita

dimana pun kita berada. Apabila keimanan itu hilang, maka kita akan

menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginan tersebut.

Selain itu pengarang juga menceritakan problematika dalam hubungan

suami-istri yang sudah lumrah dikalangan masyarakat kita tentang impian

seorang sitri, tentang restu seorang suami dan tentang suatu impian yang

mungkin mampu dicapai namun malah mampu menghancurkan keluarga yang

telah terbina dengan baik.

Selain itu novel inipun mengingatkan kepada kita bahwa didunia ini tidak

ada yang abadi. Impian yang telah menjadi kenyataan, tetaplah menjadi sebuah

ilusi yang bisa saja melupakan iman dan keyakinan yang selama ini dipercayai.

Maka dari kejarlah dunia namun jangan melupakan akhirat.

Pengarang mencoba memasukan pesan-pesan moral yang baik lewat kisah-

kisah yang digambarkan dalam novelnya tersebut secara eksplisit, jadi sebagai

pembaca kita pun dapat menikmatinya dengan mudah dan sekaligus

mendapatkan pengetahuan dan pembelajaran. Selain itu dinovel ini pun

menyisipkan beberapa moment humor yang biasa terjadi pada masyarakat,

walupun novel Islam tetapi novel ini tidak terlalu kaku, masih santai seperti

membaca novel pada umumnya. Covernyapun dibuat cerah terang di sertai

ilustrasi yang meraik. Memang pengarang menargetakan kalangan muda untuk

membaca Novel ini. Diharapkan pembaca dapat menikmati membacanya

sekaligus mendapatkan siraman rohani.

Memang dari awal sang pengarang membuat karya tulisnya dari mulai

Menapak Jejak Amien Rais, 99 Cahaya Di Langit Eropa, Berjalan Di Atas


88

Cahaya, Bulan Terbelah Di Langit Amerika, serta Faith and The City itu

memiliki latar belakang yang sama, yaitu ajakan untuk menjadi agen muslim

yang baik.100 Agen muslim yang baik adalah agen muslim yang bisa memberi

manfaat bagi sesama, untuk sekitarnya. Agen muslim yang bukan hanya

mempunyai iman, tapi juga yang mempunyai amal sholeh yang bermanfaat

bagi lingkungan sekitarnya.

Kredibiltas tulisan dan isinya pun sudah tidak perlu diragukan lagi apabila

kita melihat latar belakang sang pengarang yang seorang jurnalis yang

melalang buana ke daratan Eropa dan Amerika, pengarangpun tercatat sebagai

anak kedua dari tokoh yang terkenal di Indonesia yaitu Amin Rais.

Jadi menurut penulis, tujuan pengarang membuat novel ini adalah untuk

mengingatkan kepada kita jangan sampai kita tenggelam digemerlapnya dunia

yang membuat kita lupa bahwa hidup di dunia ini hanya sementara dan akhirat

itu kekal selama-lamanya. Maka dari itu Ambisi yang besar harus diimbangi

dengan keimanan dan ketaqwaan yang kuat agar kita tidak lupa bahwasanya

hidup ini hanya sementara.

Selain itu buku ini mengingatkan pada kita bahwa hidup didunia ini tidak

sendiri, beragam macam suku, ras dan agama sama-sama menginjakan kaki

pada tempat yang sama. Sudah sepapatutnya kita harus bisa saling menghargai

dan saling tolong menolong. Dengan adanya perdamain tersebut diharapkan

tidak ada lagi manusia yang saling berkonflik dan menggadu domba,

sayangnya pasca kejadian tragis 911 di Tower Menara WTC New York

Amerika Serikat, Ketakutan terhadap agama Islam atau yang dikenal dengan

100
Wawancara Pribadi dengan Hanum Rais Salsabiela dan Rangga Almahendra. Jakarta,
22 April 2016
89

istilah Islamophobia, muncul di tengah-tengah masyarakat dunia khususnya

warga Amerika Serikat. Namun trend Islamophobia tersebut justru

dimanfaatkan media-media besar untuk meraup keuntungan, walaupun berita

tersebut menyakitkan bagi kaum muslim, tetapi demi sebuah keuntungan, share

and rating itu semua bisa terjadi, bad news is a good news maka dari itu buku

ini membuka sisi gelap dari media yang mana bertujuan agar para pembacanya

jangan pernah menelan mentah-mentah informasi yang di dapatkan, cek dahulu

kebenaran dari berita tersebut, barulah kita dapat menyimpulkan isi dari berita

tersebut.

Dengan kompetensi dan pengalaman pengarang diharapkan buku ini selain

dibaca untuk hiburan tetapi juga bisa sebagai sarana untuk mendekatan diri

kepada Tuhan dan sekaligus untuk mengintropeksi diri kita menuju lebih baik

lagi dikemudian hari.

C. Wacana Pesan Moral Novel Faith and The City Dilihat dari Konteks

Sosial.

Konteks sosial merupakan dimensi terakhir dari analisis wacana yang

diungkapkan oleh Van Dijk. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa

konteks sosial adalah faktor eksternal yang mempengaruhi cerita atau teks,

sehingga menjadi salah satu alasan bagi pengarang dalam menulis novelnya.

Menurut penulis salah satu faktor pengarang menulis bukunya ini adalah

untuk melawan isu Islamophobia yang terjadi dinegara barat, pengarang ingin

munjukan bahwa agama Islam dan masyarakat Islam tidak seperti yang

dibayangkan, bahwa agama Islam adalah agama yang suci, indah dan

sesungguhnya cinta dengan yang namanya perdamaian demikan pula dengan


90

masyarakatnya, dan tidak ada satupun hal yang harus ditakuti dari Agama

tersebut yang mengakibatkan munculnya isu Islamophobia atau ketakutan

terhadap agama Islam.

Pada dasarnya isu Islamophobia disebabkan banyak hal. Namun situasi

yang tidak mengenakan bagi umat Islam terebut, justru dimanfaatkan oleh

pengaruh media dan ketidaktahuan akan Islam dikebanyakan orang barat.

Ketidaktahuan orang-orang tersebut lah yang memperparah akan isu

Islamophobia ditambah peran media yang terkadang suka memputar balikan

fakta, tidak tahu itu benar apa tidak yang penting berita yang ia tayangkan

disenangi oleh masyarakat luas dan yang pasti berita-berita tersebut semakin

menyudutkan Islam dimata orang barat. Pengarang pun mengakui bahwa

terdapat ketidakwajaran atau ketidak sehatan dunia media kita saat ini. Dimana

sistem rating itu membuat media berlomba-lomba memberitakan hal-hal untuk

dicari sensasinya, mencari hal-hal yang ujung-ujungnya adalah untuk menarik

iklan. Di mana akhirnya banyak perusahaan- perusahaan media ini yang

melupakan etika. Contoh yang paling nyata adalah maraknya pemberitaan

terkait ISIS, Bom Bunuh diri di Timur tengah. Hal ini mengindikasikan bahwa

media hanya mengejar rating, mengejar iklan dan tentu saja image umat Islam

banyak yang dikorbankan dengan cara berpikir yang seperti ini.101

Dari situlah pengarang menggambarkan sosok Hanum yang bekerja

disalah satu media terbesar di New York Amerika dimana pengarang mencoba

membuka sisi gelap dari media dimana share and rating begitu didewakan demi

sebuah keuntungan yang sangat besar tanpa mempedulikan perasaan

101
Wawancara Pribadi dengan Hanum Rais Salsabiela dan Rangga Almahendra. Jakarta,
22 April 2016
91

disekelilingnya. Tapi pengarang memasukan unsur pesan-pesan yang bisa kita

petik dari buku tersebut semperti ambisi dengan keimanan, taat terhadap suami,

professional dalam bekerja, toleransi dan keberhati-hatian dalam menerima

informasi.

Untunglah dengan ambisi yang besar yang dimiliki Hanum, Hanum masih

memiliki keimanan dan ketaqwaan, disaat ia disuruh oleh bosnya untuk

mencari berita yang harus mendapatkan share and rating tinggi bagaimanapun

caranya walupun berita itu dapat melukai perasaan orang lain, yang penting

target tercapai dan dapat mendapatkan keuntungan. Namun Hanum memilih

untuk mencoba untuk tidak melukai perasaan orang yang ia wawancarai dan

terus berkreasi agar program yang ia komandoi masih sesuai dengan visi

misinya dan tidak melukai perasaan siapapun, hasil kreasi atas programnya pun

berhasil dan menginspirasi banyak orang. Namun pencapaian-pencapai yang

sudah Hanum terima nampaknya tidak akan puas bagi Bosnya. Hanumpun

terus ditekan agar dapat selalu mencapai target tersebut. Keluarga yang ia bina

bersama suaminyapun lambat laun semakin Renggang. Pada akhirnya

Hanumpun sadar bahwa ia telah dimanfaatkan oleh dunia yang sama sekali

tidak mencintainya, bahwa ambisinya tersebut justru dapat merusak hubungan

baik yang telah ia pupuk sedari dulu.

Pada akhirnya penulis melihat, dalam menulis pengarang memasukan

thema paket lengkap, dalam artian pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh

pengarang seperti isu Islamophobia, sisi gelap media, keluarga, cinta, ambisi,

semangat beragama, dan toleransi dapat disajikan dengan apik melalui skema

tulisan dan alur cerita dalam novel tersebut. Dengan begitu harapan pengarang
92

sebagai Agen Muslim yang baik yang bisa memberi manfaat bagi sesama,

untuk sekitarnya. Agen muslim yang bukan hanya mempunyai iman, tapi juga

yang mempunyai amal sholeh yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya,

dapat tercapai. Semoga penulis dan pembaca novel tersebut dapat mendapatkan

manfaat yang besar dari membaca novel Faith and the City ini.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menjelaskan dan menganalisa hasil temuan data yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka dalam bab ini penulis mencoba memberikan

beberapa kesimpulan yaitu, sebagai berikut :

a. Dari keseluruhan isi cerita yang penulis teliti, dalam penyajian wacana

atau konstruksi wacana dalam novel Faith and the City tersebut

terbilang baik, hal ini terbukti dari temuan data yang ditemukan mulai

dari struktur makro meliputi; tema-tema yang diangkat, superstruktur

meliputi; alur cerita yang urut, menarik, dan kronologis hingga elemen

struktur mikro yang meliputi; pemilihan bahasa, kata, bentuk kalimat

dan metafora yang menghiasi novel Faith and the City ini disajikan

dengan baik. Pengarang juga berusaha membuat para tokoh Faith and

the City sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Tidak terlalu sulit

bagi pengarang untuk merangkai novel ini menjadi novel yang terlihat

sesuai dengan kenyataan, karena memang pada dasarnya novel tersebut

dibuat berdasarkan pengalaman dari sang pengarang. Pesan yang

paling ditonjolkan dalam novel ini adalah mengingatkan kita betapa

hebatnya kita dalam berkarya, betapa menyilaukannya gemerlap kota,

semua itu tidak mungkin kita gapai tanpa kuasa Allah yang selalu

Mendengar doa yang dirapal dan Melihat usaha yang diperjuangkan.

Pada akhirnya Hanum sadar bahwa Andy Cooper hanya

memanfaatkanya untuk kepentingan sebuah acara Televisi. Ia hampir

93
94

saja terlena dengan dunia yang fana ini dengan segala nikmat dan

kemegahannya.

b. Jika dilihat dari aspek kognisi sosial tujuan pengarang membuat novel

ini ada beberapa hal

1. Untuk mengingatkan kepada pembacanya jangan sampai kita

tenggelam digemerlapnya dunia yang membuat kita lupa bahwa

hidup didunia ini hanya sementara dan akhirat itu kekal selama-

lamanya.

2. Selain itu buku ini mengingatkan pada kita bahwa hidup didunia

ini tidak sendiri, beragam macam suku, ras dan agama sama-sama

menginjakan kaki pada tempat yang sama. Sudah sepapatutnya kita

harus bisa saling menghormati, menghargai dan saling tolong

menolong. Dengan terwujudnya perdamaian diharapkan tidak ada

lagi manusia yang saling berkonflik dan menggadu domba.

3. Menurut penulis, pengarang ingin menunjukan bagaimana peran

media yang ikut memutarbalikkan atau mendiskreditkan image

Islam di mata dunia. Dengan adanya novel Faith and The City ini

bisa menjadi semacam oase bagi kita untuk mengetahui seluk

beluk atau carut marut di belakang dunia media. Kita pun dituntut

untuk tidak langsung saja percaya informasi yang beredar,

alangkah baiknya kita mencari lagi kebenaran dari informasi

tersebut.

c. Konteks sosial adalah faktor eksternal yang mempengaruhi cerita atau

teks, sehingga menjadi salah satu alasan bagi pengarang dalam menulis
95

novelnya. Menurut penulis salah satu faktor pengarang menulis novel

ini adalah untuk melawan isu Islamophobia yang terjadi dinegara

barat, pengarang ingin munjukan bahwa agama Islam dan masyarakat

Islam tidak seperti yang dibayangkan, bahwa agama Islam adalah

agama yang suci, indah dan sesungguhnya cinta dengan yang namanya

perdamaian demikan pula dengan masyarakatnya, dan tidak ada

satupun hal yang harus ditakuti dari Agama tersebut yang

mengakibatkan munculnya isu Islamophobia atau ketakutan terhadap

agama Islam.

Setelah disimpulakan sesuai dengan analisis Van Djik, peneliti kemudian

mencoba menarik kesimpulan dari keseluruhan hasil wawawancara dengan hasil

menggunakan teori analasis wacana Van Djik. Apabila kita melihat dari segi judul

Faith and The City maksud dari judul ini adalah apakah sang tokoh utama akan

terlena dengan gemerlapnya kota dan melupakan iman dan keyakinan ataukah

sebaliknya. Setelah penulis baca keseluruhan novel dan hasil wawancara sub

Tema dari novel ini menceritakan tentang kegundahan pengarang yang kala itu

dilema antara memilih karir atau keluarga. Secara lebih besar ini juga dilema

antara keimanan dengan matrealisme. Atau kehidupan akhirat ataukah juga

kehidupan dunia. Namun apabila kita melihat temanya novel ini bertujuan untuk

mengcounter isu islamophobia yang telah trand di Negara barat.

Jadi menurut penulis pesan moral yang diangkat pengarang dalam novel

Faith and The City mengandung nilai tauhid. Dimana tauhid ialah mengesakan

Allah sebagai sang pencipta alam semesta ini yang mengatur segala hajat hidup

manusia di muka bumi. Dalam novel digambarkan bahwa tokoh utama


96

menyandarkan dirinya kepada Allah tidak kepada materi, bahkan pada atasannya

sekalipun. Ia berkeyakinan bahwa Allah lah sutradara dalam hidup ini.

Kesuksesan yang didapat ialah hasil dari kerja keras dan doa kita yang selalu

dipanjatkan kepada Allah agar impian dan keinginan yang kita inginkan tercapai.

B. Saran

Ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan kepada pengarang

mungkin nantinya akan bermanfaat bagi semua pihak khususnya pengarang yang

rencannya akan mengeluarkan buku lanjutan sesudah novel ini.

1. Dibagian Epilog merupakan bagian penjelas dari keseluruhan novel

tersebut, alangkah baiknya dibagian tersebut menggunakan bahasa yang

sederhana saja agar mudah dipahami. Padahal dibagian tersebut sudah baik

sekali sebagai penjelesan dari novel tersebut. Jadi pembaca tidak akan

bertanya-tanya maksud dan arah tujuan dari novel Faith and the City.

2. Tokoh-tokoh lanjutan dari novel sebelumnya seperti Brown dan Azima

seharusnya dijelaskan secara singkat, siapa si Brown dan Azima, kenapa

keduanya bisa bertemu dan sampai bersahabat dengan Hanum dan

Rangga. Agar pembaca yang belum membaca novel sebelumnya tidak

terlalu bingung dengan tokoh-tokoh lanjutan tersebut.

3. Pemakaian kata ganti orang ke 3 dinovel ini lebih banyak, ketimbang

dinovel yang sebelumnya, penggunaan kata ganti orang ke 3 tersebut

membuat seolah-olah karakter tokoh utama tidak sekuat jika menggunakan

kata ganti orang pertama. Karena jika menggunakan kata ganti orang

pertama, pengarang seolah-olah benar ada didalam novel atau buku

tersebut, karena nama tokoh dalam novel memang disamakan dengan


97

nama pengarang. Jika menggunakan kata ganti orang ke 3, seolah-olah

pengarang menceritakan orang lain. Padahal jika penulis baca karya-karya

sebelumnya pengarang lebih menonjolkan tokoh utamanya sesuai dengan

sipengarang, yang memang menulis novel sesuai dengan pengalaman

pribadinya.

4. Semoga dinovel lanjutannya, cerita tentang sejarah Islam di Negara Eropa

dan Amerika, semakin banyak, karena memang salah satu daya tarik dari

novel sebelumnya ialah diselipkannya cerita tentang sejarah-sejarah Islam

tempo dulu di Negara Eropa dan Amerika yang kadang membuat

pembacanya tercengang akan fakta yang disajikan didalam novel tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Ambary, A. (1983). Inti Sari sastra Indonesia. Bandung: Djantikan.

Anshari, E. S. (1996). Wawasan Islam . Jakarta: Rajawal.

Atmowiholo, A. (1995). Mengarang Itu Gampang. Jakarta: PT suberta citra


pusaka.

Aziz, M. A. (2004). Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media.

Bungin, B. (2003). Analisa Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Darma, Y. (2009). Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya.

Darma, Y. A. (2009). Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya.

DEPDIKNAS. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Eriyanto. (2011). Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media. Jogjakarta:


LKiS.

Ghazali, M. (1984). Dakwah komunikatif:Membangaun Kerangka Dasar Ilmu


Komunikasi. Jakarta: media dakwah,.

Hasan Lubis, A. (1993). Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Kasman, S. (2004). Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-Prinsip Da’wah bi


Al-Quran dalam biAl-Qur'an dana Al-Quran. Bandung: Teraju.

Keraf, G. (1980). Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende-Flores:


Nusa Indah.

Kriyantono, R. (2006). Teknik Praktis : Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Latif, N. (n.d.). Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah. Jakarta: Firma Dara.

Lubis, H. H. (1993). Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Nata, A. (2003). Akhlak Tasawuf , Cet. ke-5. Jakarta: Rajawali Press.

Nurgiyantoro, B. (1998). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Oetomo, D. (1993). Kelahiran dan perkembangan analisis wacana. Yogyakarta:


Kanisius.

Pateda, M. (1994). Linguistik: Sebuah Pengantar. Bandung: Angkasa

98
99

Roudhonah. (2013). Ilmu Komunikasi. Jakarta: Atma Kencana.

Salsabiela, H. R. (2014, Mei 2). Retrieved Maret 24, 2016, from Hanum Rais:
http://www.Hanumrais.com/p/profilHanum.html

Sobur, A. (2012). Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sutrisno. (1989). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.

Widjaya, H. (2003). Komunikasi" Komunikasi dan Hubungan Masyarakat.


Jakarta: Rajawali Pers.

Wijana. (1996). Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta : ANDI.

Zainudin. (1992). Materi Pokok Bahasan dan Sastra Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
LAMPIRAN

A. Transkip Wawancara

Assalamualaikum saya Yoga Alif Prasetyo dari mahasiswa UIN Syarif


Hidayatullah Jakarta ingin mewawancarai mba Hanum dan mas Rangga sebagai
pelengkap data skripsi saya yang berjudul “Analisis Wacana Pesan Moral dalam
Novel Faith and the City Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga
Almahendra”. Adapun pertanyaan sebagai berikut :

1. Apa yang melatarbelakangi anda menulis novel faith and the city?
Jadi keseluruhan buku yang saya buat dari mulai Menapak Jejak
Amien Rais, 99 Cahaya Di Langit Eropa, Berjalan Di Atas Cahaya,
Bulan Terbelah Di Langit Amerika, serta Faith and The City itu
memiliki latar belakang yang sama, yaitu ajakan untuk menjadi agen
muslim yang baik. Agen muslim yang baik adalah agen muslim yang
bisa memberi manfaat bagi sesama, untuk sekitarnya. Agen muslim
yang bukan hanya mempunyai iman, tapi juga yang mempunyai amal
sholeh yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.
2. Tujuan apa yang ingin dicapai dari menulis novel tersebut?
Tujuan yang ingin dicapai dari menulis novel Faith and The City
sendiri, memang secara umum membahas mengenai Islamophobia,
bagaimana peran media yang ikut memutarbalikkan atau
mendiskreditkan image Islam di mata dunia. Mudah- mudahan
dengan adanya novel Faith and The City ini bisa menjadi semacam
oase bagi kita untuk mengetahui seluk beluk atau carut marut di
belakang dunia media.
3. Secara Khusus pesan apa yang ingin di sampaikan oleh pembaca? Dan
mengapa?
Faith and The City memang bercerita tentang dilema antara karir
atau keluarga. Secara lebih besar ini juga dilema antara keimanan
dengan matrealisme. Atau kehidupan akhirat ataukah juga

100
101

kehidupan dunia. Di mana dalam buku ini, saya mencoba


menggambarkan benturan-benturan yang terjadi di dalamnya. Ini
dikisahkan dari perjalanan Hanum ketika dihadapkan pada dilema,
apakah akan memilih karir di dunia media yang selama ini dicita-
citakan dan juga pilihan untuk tetap mendampingi suami sebagai ibu
rumah tangga biasa.
4. Apa nilai moral yang bisa di ambil dari novel ini?
Nilai moral dari novel ini secara jelas kita ingin mengatakan bahwa
sudah menjadi kewajiban bagi semua umat muslim untuk mengejar
akhirat namun tidak sampai atau jangan sampai juga melupakan
dunia. Jadi kejarlah akhiratmu dan juga kejarlah duniamu. Tapi
akhirat harus menjadi yang pertama, jangan sampai kita ini silau
akan kehidupan dunia yang sesaat, jangan sampai kita terpana
dengan materialistik, juga jangan sampai sesat oleh godaan (setan-
setan) dunia yang membuat kita kemudian menjadi terlena pada
akhirat kita, hidup yang nantinya akan lebih kekal untuk kita.
5. Apakah cerita dalam novel faith and the city erat kaitannya dengan
pengalaman anda yang pernah berkecimpung di dunia media dan fakta
yang terjadi di negeri barat terkait isu-isu Islam yang dipandang sebelah
mata oleh sebagaian masayarakat non muslim?
Betul. Banyak hal dari novel Faith and The City ini yang saya ambil
dari pengalaman pribadi saya ketika menjadi jurnalis, baik ketika di
dalam negeri atau di luar negeri. Jadi saya melihat memang ada
ketidakwajaran atau ketidaksehatan dunia media kita saat ini.
Dimana sistem rating itu membuat media berlomba-lomba
memberitakan hal-hal untuk dicari sensasinya, mencari hal-hal yang
ujung-ujungnya adalah untuk menarik iklan. Di mana akhirnya
banyak perusahaan- perusahaan media ini yang melupakan etika.
Contoh yang paling nyata adalah maraknya pemberitaan terkait
ISIS, Bom Bunuh diri di Timur tengah. Hal ini mengindikasikan
bahwa media hanya mengejar rating, mengejar iklan dan tentu saja
image umat Islam banyak yang dikorbankan dengan cara berpikir
102

yang sperti ini. Dan buku ini berusaha untuk memberikan jawaban
atas isu- isu yang menyudutkan umat Islam saat ini.
6. Siapa saja yang ikut terlibat dalam penulisan novel ini?
Novel ini memang hanya kami tulis berduasaja, saya dan Rangga.
Jadi kami memang banyak membuat buku atau novel selalu berdua,
dimana memang kami saling melengkapi dalam menulis.
7. Dengan menulis novel faith and the city, apa harapan anda dari novel ini?
Harapan secara generalnya yakni mengajak sebanyak mungkin
muslim untuk menjadi agen muslim yang baik. Agen muslim yang
selalu menebarkan semangat kedamaian, rahmatan lil „aalamin bagi
sekitarnya. Tujuan yang lebih khusus adalah harapan, mudah-
mudahan semakin banyak muslim terutama generasi muda yang juga
aktif di dunia media, aktif di dunia broadcast karena apa? Karena
saat ini kita sedang hidup di era teknologi, era perang informasi,
perang budaya di mana media berperan sangat penting sekali. Jadi
saat ini kita menghadapi tantangan jaman itu sudah bukan lagi
mungkin kemiskinan, kebodohan tapi perang informasi yang
bentuknya juga harus diperkuat lewat media.

8. Setelah novel faith and the city sukses sebagai novel best seller apa
rencana kedepannya untuk novel ini?
InshaAllah selain film Bulan Terbelah Di Langit Amerika Part 2,
novel Faith and The City juga akan segera difilmkan. Dan juga novel
baru yang saat ini sedang dipersiapkan yang berjudul The Converso,
yang sudah bisa dibaca sedikit dalam novel Faith and The City.
Jadi di novel ini kita akan bercerita tentang beratnya menjadi
seorang muslim di Andalasuia. Bagaimana kisah kaum muslim di
Andalusia yang akhirnya terusir dari bumi Islam dan bagaimana
pengaruh- pengaruh Reconquista di Spanyol yang akhirnya
membuat seorang muslim tercerabut dari budyanya sendiri di tanah
Spanyol atau Andalusia. Tunggu saja inshAllah The Converso akan
terbit tahun depan.
103

Sekian pertanyaan dari saya, mohon bantuan dari mba Hanum dan Mas
Rangga untuk menjawab pertanyaanya wawancara saya. Semoga mba Hanum dan
Mas Rangga selalu di beri kelimpahan rezeki dan kesehatan. Amin YRA

B. Bukti Wawancara

By email @hanumrais@gmail.com

Support langsung sang penulis dari Twitter Pribadinya @Hanumrais


104

C. SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Surya Kusuma


Alamat : Pandeansari Blok IV No.5 Condongcatur, Sleman,
Yogyakarta
Jabatan : Asisten Pribadi Ibu Hanum Rais
Menerangkan dengan sebenarnya
bahwa :
Nama : Yoga Alif Prasetyo
Instansi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Adalah benar-benar telah melaksanakan wawancara dengan Ibu Hanum Salsabiela Rais
dan Bapak Rangga Almahendra dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul:
“Analisis Wacana Pesan Moral dalam Novel Faith and the City Karya Hanum Salsabiela
Rais dan Rangga Almahendra”.
Demikian surat keterangan ini kami buat dengan sebenarnya, dan untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 22 April 2016


Hormat Kami,

Surya Kusuma
(Hanum Rais Management)

Anda mungkin juga menyukai