Anda di halaman 1dari 111

PENGARUH CULTURE SHOCK TERHADAP HASIL BELAJAR

MAHASISWA PPKN ANGKATAN 2007


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

SKRIPSI

ANA KHOLIVAH
NIM 105811479401

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KRGANEGARAAN
DESEMBER 2009
PENGARUH CULTURE SHOCK TERHADAP HASIL BELAJAR
MAHASISWA PPKN ANGKATAN 2007
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kearganegaraan

Oleh
Ana Kholivah
105811479401

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KRGANEGARAAN
DESEMBER 2009
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi oleh Ana Kholivah ini


telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Malang, 22 Desember 2009


Pembimbing I

Drs. Suwarno Winarno


NIP. 19500403 197803 1001

Malang, 22 Desember 2009


Pembimbing I

Drs. H. Edi Suhartono S.H, M.Pd


NIP. 19610405 198601 1001
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi oleh Anan Kholivayh ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada
tanggal 29 Desember 2009

Dewan Penguji

Drs. Suparlan Al-Hakim, M.Si. , Ketua


NIP. 19550827 198102 1001

Drs. Suwarno Winarno , Anggota


NIP. 19500403 197803 1001

Drs. H. Edi Suhartono S.H, M.Pd , Anggota


NIP. 19610405 198601 1001

Mengetahui, Mengesahkan
Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Dejkan Fakultas Ilmu Sosial

Drs. Ketut Diara Astawa, SH.,M.Si Prof. Dr. Hariyono, M.Pd.


NIP. 19540522 198203 1005 NIP.19631227 198802 1001
ABSTRAK

Kholivah, Ana.2009. Pengaruh Culture Shock Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa


PPKN Angkatan 2007 FIP UM. Skripsi, jurusan Hukum dan
Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang.
Pembimbing: (1) Drs. Suwarno Winarno, (2) Drs.H.Edi Suhartono SH.,
M.Pd

Kata kunci: adaptasi, culture shock, hasil belajar

Culture shock merupakan respon yang mendalam dan negatif dari depresi,
frustasi dan disorientasi yang dialami oleh orang-orang yang hidup dalam suatu
lingkungan budaya yang baru. Setiap mahasiswa diduga mengalami culture shock
sebagai akibat perpindahannya dari lingkungan sekolah menengah (lama) ke
lingkungan universitas (baru). Kebiasaan-kebiasaan di lingkungan baru,dapat
menyebabkan tekanan dan berakibat pada kompetensi akademik mahasiswa dalam
hal ini mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM..
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan mahasiswa PPKn
angkatan 2007 FIP UM beradaptasi dengan lingkungan baru, mendeskripsikan
faktor-faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya mahasiswa PPKn angkatan
2007 FIP UM beradaptasi dengan lingkungan baru, mendeskripsikan bentuk
culture shock yang dialami oleh mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM,
pengaruh culture shock terhadap prestasi belajar mahasiswa PPKn angkatan 2007
FIP UM dan mendeskripsikan upaya mengatasi pengaruh culture shock terhadap
hasil belajar mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM.
Rancangan penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Populasi
penelitian ini adalah 67 mahasiswa angkatan 2007 PPKn FIP UM. Sampel
sebanyak 63 mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM dan teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah angket dan dokumen. Instrumen yang digunakan
yaitu skala adaptasi, skala culture shock dengan menggunakan skala Likert.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis
deskriptif dan analisis korelasional.
Hasil penelitian ini menunjukkakn bahwa (1) mahasiswa PPKn angkatan
2007 FIP UM memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan
baru yaitu dengan selalu menjadi diri sendiri selama berinteraksi dengan orang-
orang di lingkungan baru, (2) faktor yang mempengaruhi cepatnya mahasiswa
PPKn angkatan 2007 FIP UM beradaptasi dengan lingkungan baru yaitu aktif
berinteraksi dengan orang-orang lokal/ orang Malang. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi lambatnya mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM beradaptasi
dengan lingkungan baru yaitu keinginan untuk selalu mencari orang yang berasal
dari daerah yang sama dengannya, (3) bentuk culture shock yang dialami oleh
mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM adalah merasa tegang saat memasuki
wilayah yang berbeda dengan budaya asal, (4) pengaruh culture shock terhadap
perolehan hasil belajar mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM dari semester I
sampai semester II adalah tidak ada pengaruh, hal ini dapat dilihat dari kestabilan
perbandingan antara yang mengalami kenaikan dan penurunan IP yaitu antara 31:
36 orang, (5) upaya mengatasi pengaruh culture shock terhadap hasil belajar
mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM yaitu dengan aktif menjalin komunikasi
dan berelasi dengan teman-teman baik dari dalam maupun luar kampus.
Dari hasil penelitian diperoleh temuan bahwa perolehan hasil uji
hipotesisnya menunjukkan nilai probabilitas > 0,05 yakni 0,058 dan rhitung
(0,233) < rtabel (0,240) sehingga Ho diterima dan Hi ditolak. Hal ini mengandung
pengertian bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh
culture shock dengan hasil belajar (IP) pada mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP
UM.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan (1) jurusan PPKn hendaknya
memberikan program bimbingan konseling dalam membantu mahasiswa
beradaptasi dengan lingkungan baru agar mahasiswa dengan mudah
memfokuskan diri pada upaya peningkatan prestasi akademiknya sehingga
diperoleh hasil belajar yang maksimal, (2) mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP
UM hendaknya selalu berpikir positif mengenai dirinya dan lingkungannya dan
terus mengasah kemampuan diri yang dimiliki (proaktif) agar menjadi mahasiswa
yang mandiri dan berprestasi, (3) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang
lebih mendalam yaitu dengan menggunakan metode wawancara dan observasi
agar diperoleh hasil penelitian yang maksimal.
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah dan senantiasa memanjatkan

puja dan puji kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, skripsi

yang berjudul “Pengaruh Culture Shock Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa

PPKN FIP UM angkatan 2007 Universitas Negeri Malang” dapat terselesaikan

dengan baik.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengintegrasikan

pengetahuan dan keterampilan dalam menyelesaikan persoalan secara rasional,

logis dan sistematis.

Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan

skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Hariyono, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang

telah memberikan pengesahan terhadap skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan izin terhadap penelitian skripsi ini.

3. Bapak Drs. Kt Diara Astawa, SH, M.Si, selaku Ketua Jurusan PPKn yang

telah berkenan memberi kesempatan penulis untuk menempuh skripsi.

4. Bapak Drs. Suwarno Winarno, selaku Dosen Pembimbing I yang dengan

penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis.


5. Bapak Drs. H. Edi Suhartono, SH, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II

yang dengan penuh kecermatan memeriksa dan mengarahkan penulis.

6. Bapak Prof. Dr. Sukowiyono, SH, M.Hum, selaku Dosen Penasehat

Akedimik yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk

mengambil program skripsi.

7. Bapak/ Ibu Dosen beserta karyawan yang ada di lingkungan PPKn

8. Ayahanda dan Ibunda, serta kakak-kakaku dan anggota keluarga besar

Bapak Sugito yang telah memberikan semangat untuk dapat

menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman- teman kos Amblas (Riza, Ninja, Noza) yang telah banyak

memberikan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

10. Sahabat-sahabatku (Weganova, Nung, Yeyen, Sari, Roro, Devi Novianti,)

yang telah memotivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

11. Teman-temanku PPKn angkatan 2005 tanpa terkecuali atas kerjasamanya

sampai terselesaikannya skripsi ini.

12. Semua pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung yang

telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

kekurangan-kekurangan, untuk itu tegur sapa dan kritik yang membangun dari

semua pihak sangat penulis harapkan.

Sungguhpun begitu, ada seberkas harapan dari penulis semoga skripsi

yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, 22 Desember 2009

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN
ABSTRAK ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
D. Kegunaan Penelitian ................................................................ 7
E. Asumsi Penelitian .................................................................... 8
F. Hipotesis Penelitian .................................................................. 9
G. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ............................ 10
H. Definisi Istilah ......................................................................... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Tinjauan Culture Shock .......................................................... 11
1. Konsep Budaya .................................................................. 11
a. Definisi Budaya dalam kaitannya dengan komunikasi ..... 17
b. Definisi budaya dalam konteks psikologi lintas budaya ... 18
c. Kehilangan budaya ......................................................... 21
2. Konsep Culture Shock........................................................ 22
a. Tanda-Tanda Culture Shock............................................ 25
b. Fase Culture Shock ......................................................... 25
c. Upaya Mengatasi Culture Shock ..................................... 27
d. Manfaat Culture Shock ................................................... 27
B. Tinjauan Adaptasi ................................................................... 28
C. Tinjauan Hasil Belajar ............................................................ 31

BAB III METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian .............................................................. 35
B. Populasi dan Sampel ................................................................ 37
C. Instrumen Penelitian ................................................................ 37
D. Uji Coba Instrumen Penelitian ................................................. 41
E. Teknik Pengumpulan data ........................................................ 45
F. Teknik Analisis Data ................................................................ 46
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ......................................................................... 49
1. Deskripsi Mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM ............ 49
2. Data Hasil Penelitian............................................................ 53
B. Uji Hipotesisis ......................................................................... 59

BAB V PEMBAHASAN
A. Adaptasi Mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM dengan
lingkungan baru ....................................................................... 62
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya mahasiswa
PPKn FIP UM angkatan 2007 beradaptasi dengan lingkungan
baru ......................................................................................... 63
C. Bentuk culture shock yang dialami oleh Mahasiswa
PPKn angkatan 2007 FIP UM .................................................. 65
D. Pengaruh culture shock terhadap prestasi belajar Mahasiswa
PPKn angkatan 2007 FIP UM .................................................. 68
E. Upaya mengatasi pengaruh culture shock terhadap
prestasi belajar Mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM ....... 69

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 72
B. Saran ....................................................................................... 73

DAFTAR RUJUKAN ................................................................................... 75


PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................................... 78
LAMPIRAN ................................................................................................. 79
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... 98
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1.1 Jabaran variabel penelitian ..................................................................... 10
3.1 Blue print uji coba skala pengaruh culture shock .................................... 41
3.2 Hasil uji validitas instrumen uji coba skala culture shock ....................... 42
3.3 Blue print skala culture shock untuk penelitian ....................................... 44
3.4 Koefisien korelasi, arti korelasi, kesimpulan........................................... 48
4.1 Kualifikasi kemampuan adaptasi mahasiswa PPKn angkatan 2007
FIP UM...................................................................................................... 53
4.2 Kemampuan adaptasi mahasiswa PPKN angkatan 2007 FIP UM............ 54
4.3 Faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya proses adaptasi
mahasiswa PPKN angkatan 2007 FIP UM.............................................. 54
4.4 Bentuk culture shock yang dialami oleh mahasiswa PPKn angkatan 2007
FIP UM...................................................................................................... 55
4.5 IP mahasiswa PPKN angkatan 2007 FIP UM dari semester 1 sampai
semester 2 .............................................................................................. 57
4.6 Upaya mengatasi pengaruh culture shock terhadap hasil belajar
mahasiswa PPKN angkatan 2007 FIP UM.............................................. 59
4.5 Distribusi frekuensi culture shock .......................................................... 60
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
3.1 Hubungan Variabel X dan Variabel Y .................................................. 36
4.1 Diagram lingkaran Mahasiswa Jurusan PPKN Angkatan 2007 FIP UM
Berdasarkan Jenis Kelamin.................................................................. 49
4.2 Diagram lingkaran Mahasiswa Jurusan PPKN Angkatan 2007 FIP UM
Berdasarkan Agama ............................................................................ 50
4.3 Diagram lingkaran Mahasiswa Jurusan PPKN Angkatan 2007 FIP UM
Berdasarkan Etnis................................................................................ 50
4.4 Diagram lingkaran Mahasiswa Jurusan PPKN Angkatan 2007 FIP UM
Berdasarkan Penggunaan Bahasa Yang Dipakai Dalam Keluarga........ 51
4.5 Diagram lingkaran Mahasiswa Jurusan PPKn Angkatan 2007 FIP UM
Berdasarkan Penguasaan Bahasa Jawa................................................. 52
4.6 Diagram lingkaran Mahasiswa Jurusan PPKN Angkatan 2007 FIP UM
Berdasarkan Daerah Asal .................................................................... 53
4.7 Diagram lingkaran Mahasiswa Jurusan PPKN Angkatan 2007 FIP UM
Berdasarkan Tempat Tinggal di Malang .............................................. 53
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Instrumen Penelitian ................................................................................ 79
2. Datar indeks prestasi mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 .............. 85
3. Hasil perolehan angket culture shock....................................................... 87
4. Analisis validitas butir soal...................................................................... 89
5. Kerja uji korelasi ..................................................................................... 95
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di dunia ini tidak ada yang tetap, selalu terjadi perubahan. Demikian pula

apa yang terjadi pada suatu entitas yang namanya masyarakat. Pada dasarnya

tidak ada masyarakat dunia yang tidak berubah, baik masyarakat yang masih

terbelakang maupun yang modern selalu mengalami perubahan-perubahan. Hanya

saja perubahan-perubahan yang dialami masing-masing masyarakat tidak sama,

ada yang cepat dan mencolok dan ada pula yang lambat. Dengan kata lain, bahwa

perubahan sosial budaya pada hakikatnya merupakan fenomena manusiawi dan

fenomena alami. Sebagai fenomena manusiawi, perubahan merupakan grand

design yang dirancang oleh manusia sendiri selaku master mind-nya dengan

terlebih dahulu membuat suatu skala prioritas tentang agenda-agenda masa depan

yang perlu diproyeksikan. Sedangkan sebagai gejala alami, perubahan akan

merasuki dalam kehidupan manusia meskipun melalui proses waktu. Dalam

konteks ini perubahan suatu fenomena yang pasti terjadi walaupun durasi

kejadiannya berjalan lambat atau cepat (Tutik, 2008:10).

Menurut Hasan masyarakat yang dalam proses pembangunan atau

modernisasi, akan banyak mengalami perubahan, pembaharuan, bahkan

adakalanya mengalami pergeseran-pergeseran. Perubahan-perubahan tersebut ada

yang menyangkut struktur dan organisasi masyarakat berikut lembaga-

lembaganya yang disebut dengan transformasi struktural, dan adakalanya


perubahan-perubahan itu menyangkut norma-norma dan pandangan serta

perilakunya yang disebut dengan transformasi kultur (dalam Tutik, 2005:11).

Arah nilai sosial budaya dan fungsi sebuah orientasi terhadap nilai budaya

(cultural value orientation) pernah dikembangkan oleh Clyde Kluckhohn yang

beranggapan bahwa dalam kerangka sistem budaya dari tiap kebudayaan terdapat

pada serangkaian konsep-konsep yang abstrak dan luas ruang lingkupnya, yang

hidup dalam alam pikiran dari sebagian besar warga masyarakat, mengenai apa

yang harus dianggap penting dan bernilai dalam hidup (Noerhadi, 1982:8-16).

Dengan demikian sistem nilai budaya itu juga berfungsi sebagai suatu pedoman

orientasi bagi segala tindakan manusia dalam hidupnya. Suatu sistem nilai budaya

merupakan sistem tata tindakan yang lain, seperti sistem norma, hukum, hukum

adat, aturan etika, aturan moral, aturan sopan santun dan sebagainya. Sejak kecil

seorang individu telah meresapi nilai-nilai budaya masyarakatnya, sehingga

konsep-konsep itu telah berakar di dalam mentalitasnya dan kemudian sukar

diganti dengan yang lain dalam waktu yang singkat.

Dari uraian di atas dapat ditarik benang merah dimana manusia pasti

mengalami perubahan, di sini dimaksudkan perubahan dalam sosial budaya.

Namun perubahan tersebut tidak dapat berlangsung singkat karena nilai-nilai

budaya dalam diri seseorang tersebut telah berakar di dalam mentalitasnya dan

kemudian sukar diganti dengan yang lain dalam waktu yang singkat.

Sebagai makhluk sosial, manusia selalu dihadapkan pada berbagai masalah

sosial. Masalah sosial pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan manusia, karena masalah sosial telah terwujud sebagai

hasil dari kebudayaan manusia itu sendiri, sebagai akibat dari hubungan-
hubungannya dengan sesama manusia lainnya, dan sebagai akibat dari tingkah

laku manusia. Biasanya masalah sosial tersebut timbul sebagai dampak dari

perubahan. Walaupun ada masalah yang dianggap akan dapat menggoncangkan

masyarakat, dan ada pula yang dianggap sebagai masalah yang tidak perlu

mendapat perhatian. Suatu masalah sosial akan terjadi apabila kenyataan yang

dihadapi oleh warga masyarakat berbeda dengan harapannya. Perbedaan tersebut

mungkin sangat besar, akan tetapi juga dapat merupakan perbedaan yang kecil.

Terjadinya masalah sosial, tidak selalu disebabkan oleh faktor-faktor sosial akan

tetapi mungkin saja timbul karena faktor non-sosial.

Masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh setiap masyarakat manusia

tidaklah sama antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan-perbedaan itu

disebabkan oleh perbedaan tingkat perkembangan kebudayaan dan masyarakatnya

dan keadaan lingkungan alamnya dimana masyarakat itu hidup. Masalah-masalah

tesebut dapat terwujud sebagai masalah sosial, masalah moral, masalah politik,

masalah ekonomi, masalah agama ataupun masalah-masalah lainnya. Hal yang

membedakan masalah-masalah sosial dengan masalah lainnya adalah bahwa

masalah sosial tersebut ada kaitannya dengan moral dan pranata-pranata sosial,

serta selalu ada kaitannya dengan hubungan-hubungan manusia dan dengan

konteks-konteks normatif dimana hubungan-hubungan manusia itu terwujud

(Nisbet, 1986:17 ).

Masyarakat Indonesia sejak dulu sudah dikenal sangat heterogen dalam

berbagai aspek, seperti adanya keberagaman suku bangsa, agama, bahasa, adat

istiadat dan sebagainya. Dilain pihak, perkembangan dunia yang sangat pesat saat

ini dengan mobilitas dan dinamika yang sangat tinggi telah menyebabkan dunia
menuju ke arah “desa dunia” (global village) yang hampir tidak memiliki batas-

batas lagi sebagai akibat dari perkembangan teknologi modern. Oleh karena itu,

masyarakat (dalam arti luas) harus sudah siap menghadapi situasi-situasi baru

dalam konteks keberagaman kebudayaan yaitu salah satunya dengan pendidikan.

Saat ini, pendidikan bukanlah barang konsumsi monopoli kaum perkotaan

saja. Lebih dari itu, masyarakat pedesaanpun memiliki keinginan untuk

mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Zaman telah membuat mereka (dan

kita) berangsur mengubah orientasi hidup dari orientasi “kini” menjadi “masa

depan”. Kita semakin tersadar akan pentingnya menanam benih investasi masa

depan dengan pendidikan.

Kondisi ini membuat banyak orang yang hidup di pelosok pergi merantau,

mencari sumber ilmu di perkotaan. Realitas geografis kerapkali menakdirkan

sarana pendidikan (terutama pendidikan tinggi) hanya berdiri megah di perkotaan.

Selain itu, distribusi kualitas sarana dan prasaran pendidikan pun seringkali tidak

memihak masyarakat pelosok. Akhirnya banyak orang di negeri ini harus rela

meninggalkan tanah leluhurnya untuk mendapatkan ilmu yang lebih tinggi.

Kota Malang dikenal sebagai salah satu kota pendidikan di Indonesia.

Dapat dilihat potensi jumlah perguruan tinggi negeri dan swasta yang terdapat di

kota Malang. Harga makanan yang relatif murah dan fasilitas pendidikan yang

memadai sangat cocok untuk belajar/menempuh pendidikan. Beberapa

universitas negeri yang berdiri di Malang di antaranya: Universitas Negeri

Malang, Universitas Brawijaya, Universitas Islam Negeri Malang, Politeknik

Negeri Malang, Politeknik Negeri Kesehatan Malang serta beberapa Perguruan

Tinggi Swasta lainnya. Hal ini menyebabkan banyak penduduk dari berbagai
wilayah di Indonesia yang sengaja datang ke kota Malang untuk menuntut ilmu.

Proses mobilitas regional seperti ini seringkali menghantui pikiran dan jiwa

pelakunya. Disparitas sosio-ekonomi-kultural antara desa dan kota, membuat

perantau mengalami kegoncangan budaya (Culture Shock).

Salah satu fenomena sosial yakni Culture Shock merupakan unsur dalam

kehidupan masyarakat yang menarik untuk dikaji karena Culture Shock atau

ketidakbiasaan budaya setempat adalah masalah yang sering kali menimpa

seseorang yang berada di daerah asing. Memang masalah ini tidak secara

langsung mengancam nyawa, tetapi apabila tidak segera ditangani dengan baik

bisa mengakibatkan hal yang serius dikemudian hari. Culture Shock bisa menjadi

kondisi yang buruk jika melibatkan hal di antaranya sulit tidur, perasaan tidak

enak, dan atau depresi.

Penelitian ini bersifat menyeluruh dan tidak mempengaruhi apakah jurusan

yang satu dengan jurusan yang lain mengalami tingkat Culture Shock yang

berbeda. Selain itu, sebagai bentuk apresiasi peneliti terhadap jurusan PPKn untuk

menyumbang ide dalam rangka meningkatkan pelayanan pembelajaran di jurusan

PPKn, maka peneliti mengambil judul penelitian : “Pengaruh Culture Shock

Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Angkatan 2007 PPKN FIP UM”.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di muka, maka masalah

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM beradaptasi dengan

lingkungan baru?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya mahasiswa PPKn

angkatan 2007 FIP UM beradaptasi dengan lingkungan baru?

3. Bagaimana bentuk culture shock yang dialami oleh mahasiswa PPKn

angkatan 2007 FIP UM?

4. Bagaimana pengaruh culture shock terhadap hasil belajar mahasiswa PPKn

angkatan 2007 FIP UM?

5. Bagaimana upaya mengatasi pengaruh culture shock terhadap hasil belajar

mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM beradaptasi

dengan lingkungan baru.

2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya

mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM beradaptasi dengan lingkungan

baru.

3. Mendeskripsikan bentuk culture shock yang dialami oleh mahasiswa PPKn

angkatan 2007 FIP UM.


4. Mendeskripsikan pengaruh culture shock terhadap prestasi belajar mahasiswa

PPKn angkatan 2007 FIP UM.

5. Mendeskripsikan upaya mengatasi pengaruh culture shock terhadap hasil

belajar mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM.

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagi bidang kemahasiswaan

Untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan mahasiswa agar

mengurangi kecanggungan mahasiswa dalam berkonsultasi persoalan-

persoalan yang muncul pada tahun awal semester.

2. Bagi mahasiswa

Untuk mengidentifikasi gejala awal culture shock yang nantinya mampu

meminimalisir dampak negatif yang diakibatkan. Ketika masalah ini sudah

dipecahkan maka pengoptimalan potensi akademis dan non akademis

mahasiswa dapat tercapai

3. Bagi jurusan PPKn

Sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan program bimbingan

konseling dalam membantu mahasiswa beradaptasi dengan lingkungan baru.

Setelah proses adaptasi berjalan, diharapkan mahasiswa dapat memfokuskan

diri pada upaya peningkatan prestasi akademiknya sehingga diperoleh hasil

belajar yang maksimal.


4. Bagi peneliti

Sebagai media belajar dalam mengaktualisasikan pengalaman belajar dan

berlatih berpikir kritis terhadap fenomena sosial.

5. Bagi pengembangan pelitian

Sebagai sumber informasi atau bahan acuan untuk dipergunakan dalam

penelitian berikutnya.

E. Asumsi

Menurut Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Negeri Malang

(2003:13) asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal

yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian.

Asumsi merupakan anggapan dasar yang diyakini kebenarannya atau

dianggap benar tanpa harus dibuktikan terlebih dahulu. Asumsi diajukan agar

dapat mengembangkan rancangan penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa asumsi sebagai

pijakan dalam melaksanakan penelitian. Adapun asumsi yang diajukan oleh

peneliti adalah:

1. Seks (jenis kelamin) dianggap tidak berpengaruh terhadap Culture Shock

2. Etnis dianggap tidak berpengaruh terhadap Culture Shock

3. Agama dianggap tidak berpengaruh terhadap Culture Shock

4. Latar belakang pendidikan dianggap tidak berpengaruh terhadap Culture

Shock

5. Mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 dianggap tahu persis konsep culture

shock
6. IQ dianggap sama (homogen) dan tidak mempengaruhi hasil belajar

mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007.

7. Sarana dan prasarana belajar dianggap sama dan tidak mempengaruhi hasil

belajar mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007.

8. Fasilitas belajar dianggap sama dan tidak mempengaruhi hasil belajar

mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007.

9. Waktu belajar dianggap sama dan tidak mempengaruhi hasil belajar

mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007.

F. Hipotesis

Hipotesis (hypothesis) berasal dari dua kata yaitu, hypo yang artinya “di

bawah” dan thesa yang artinya “kebenaran”. Hipotesis adalah pernyataan

sementara (tentative explanation) tentang hubungan diantara dua variabel atau

lebih. Dalam konteks penelitian, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan

baru didasarkan atas teori yang relevan dan belum didasarkan atas data empiris.

(Arikunto, 2002:64). Jadi, hipotesis dalam konteks penelitian adalah jawaban

teoritis terhadap masalah penelitian, belum jawaban empiris.

Berdasarkan paparan di atas, adapun hipotesis yang diajukan oleh peneliti

adalah sebagai berikut:

§ Jika tingkat culture shock tinggi maka hasil belajar mahasiswa PPKn angkatan

2007 FIP UM rendah .

§ Jika tingkat culture shock rendah maka hasil belajar mahasiswa PPKn

angkatan 2007 FIP UM tinggi.


G. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Mengingat permasalahan dalam sutu penelitian dapat berkembang menjadi

masalah yang luas dan kompleks maka perlu diberi batasan pada hal-hal sebagai

berikut:

1. Subyek penelitian adalah mahasiswa UM jurusan PPKn angkatan 2007.

2. Culture Shock difokuskan pada proses adaptasi mahasiswa terhadap

lingkungan baru di kota Malang.

3. Hasil belajar dilihat dari IPK yang tertera pada KHS (Kartu Hasil Studi).

Tabel 1.1 Jabaran Variabel Penelitian


Variabel Indikator Instrumen Sumber data Analisis
data
Variabel bebas: § Adaptasi Kuesioner Mahasiswa Korelasi
§ Culture Shock terhadap PPKn FIP UM
(Sumber: Dayakisni, lingkungan angkatan 2007
2008: 187) baru

Variabel terikat: § Nilai KHS Dokumentasi Mahasiswa Korelasi


§ Hasil Belajar PPKn FIP UM
(Sumber: Sudjana, angkatan 2007
2006:22)

F. Definisi Istilah

Untuk menghindari pemaknaan yang kurang sesuai terhadap istilah-istilah

dalam penelitian ini, maka perlu ditegaskan beberapa definisi yaitu:

1. Culture Shock adalah gejala kejutan/ sindrom yang dialami oleh seseorang

pada saat memasuki budaya baru yang berbeda dengan budaya asalnya.

2. Hasil belajar mahasiswa adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah

mengikuti didikan atau pembelajaran tertentu. Ini dapat ditentukan dengan

pemberian skor akhir yang diberikan dosen setelah proses pembelajaran

selesai. Hasil belajar mahasiswa dapat diketahui dari nilai IPK (Indeks Prestasi

Kelulusan) yang tertera pada KHS (Kartu Hasil Studi).


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Culture Shock

1. Konsep Budaya

Istilah Culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya

dengan kebudayaan, berasal dari bahasa Latin “colere” yang artinya adalah

“mengolah atau mengerjakan”, yaitu dimaksudkan kepada keahlian mengolah dan

mengerjakan tanah atau bertani. Kata “colere” yang kemudian berubah menjadi

“culture” diartikan sebagai “segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah

dan mengubah alam” (Soekanto, 1996: 188). Kata culture juga kadang

diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.

Koenjaraningrat (dalam Dayakisni, 2005: 4) mengartikan budaya sebagai

wujud yang mencakup keseluruhan dari gagasan, kelakuan dan hasil-hasil

kelakuan. Sehingga dapat dilihat bahwa segala sesuatu yang ada dalam pikiran

manusia yang dilakukan dan dihasilkan oleh kelakuan manusia adalah

kebudayaan.

Budaya (culture) didefinisikan sebagai tingkah laku, pola-pola, keyakinan

dan semua produk dari kelompok manusia tertentu yang diturunkan dari generasi

ke generasi (Santrock, 1998: 289). Produk dalam hal ini adalah hasil dari interaksi

antara kelompok manusia dan lingkungan mereka setelah sekian lama.

Kim (dalam Santrock 1998: 298) menyatakan bahwa kebudayaan

merupakan “kumpulan pola-pola kehidupan” yang dipelajari oleh sekelompok

manusia tertentu dari generasi-generasi sebelumnya dan akan diteruskan kepada


generasi yang akan datang. Kebudayaan tertanam dalam diri individu sebagai

pola-pola persepsi yang diakui dan diharapkan oleh orang-orang lainnya dalam

masyarakat. Ditegaskan lagi oleh Samovar et.al ( dalam Santrock 1998:298)

bahwa mengenai suatu teladan bagi kehidupan, kebudayaan mengkondisikan

manusia secara tidak sadar menuju cara-cara khusus bertingkah laku dan

berkomunikasi. Dan kalau mau dikaji lagi salah satu definisi yang telah

disebutkan diatas, maka Dodd (dalam Santrock 1998:299) melihat kebudayaan

sebagai konsep yang bergerak melalui suatu kontinum. Mulai dari kognisi dan

keyakinan mengenai orang-orang lain dan diri sendiri, termasuk nilai-nilai, sampai

pola-pola tingkah laku. Adat kebiasaan (norms) dan praktek-praktek kegiatan

(activieties) merupakan bagian dari norma-norma kebudayaan, yakni model-

model perilaku yang sudah diakui dan diharuskan.

Mempelajari suatu kebudayaan, baik kebudayaan kompleks dari unit

hubungan yang lebih kecil dan yang lebih akrab, seperti kelompok etnik,

organisasi pendidikan, akan ditemukan bahwa sejumlah segi yang komplek dan

saling berkaitan, berperan didalamnya khususnya pada tingkat masyarakat yang

luas, sedemikian banyaknya unsur-unsur yang berperan, sehingga sulit untuk

melakukan identifikasi dan kategorisasi. Beberapa dimensi yang paling mendasar

dari kebudayaan adalah bahasa. Adat istiadat, kehidupan keluarga, cara

berpakaian, cara makan, sruktur kelas, orientasi politik, agama, falsafah ekonomi,

keyakinan dan sistem lainnya. Unsur-unsur ini tidaklah terpisahkan dari yang lain,

tetapi sebaliknya saling berinteraksi sehingga menciptakan sistem budaya

tersendiri. Misalnya dalam asumsi masyarakat, kecenderungan untuk mempunyai

banyak anak tidak saja dapat dijelaskan dari adat kebiasaan tetapi juga dari segi
ekonomi, agama, kesehatan dan tingkat teknologi dari masyarakat yang

bersangkutan.

Ahli lintas budaya Richard Brislin (dalam Santrock, 1998: 289) baru-baru

ini menggambarkan sejumlah karakteristik budaya, yang mencakup:

a. Budaya terdiri dari gambaran mengenai bagaimana segala sesuatu


seharusnya terjadi, nilai-nilai, dan asumsi-asumsi mengenai hidup
yang memberikan tuntutan dan tingkah laku manusia.
b. Budaya dibuat oleh manusia
c. Budaya diturunkan dari generasi ke generasi dan tanggung jawab
untuk menurunkan budaya ditanggung oleh orang tua, guru dan
pemimpin masyarakat.
d. Pengaruh budaya seringkali terlihat nyata dalam pertentangan antara
orang-orang yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda.
e. Walaupun terjadi kompromi-kompromi, nilai budaya tetap bertahan.
f. Ketika nilai-nilai budaya mereka dilanggar atau ketika harapan budaya
mereka diabaikan, orang bereaksi secara emosional.
g. Adalah biasa apabila seseorang menerima sebuah nilai budaya disatu
saat kehidupannya dan menolaknya di saat lain. Contohnya seorang
remaja dan dewasa muda pemberontak akan menerima nilai dan
harapan budaya setelah memiliki anak sendiri.

Sedangkan menurut Dedi Mulyana (2005:23) budaya memiliki ciri-ciri:

a. Budaya bukan bawaan, tetapi dipelajari.


b. Budaya dapat disampaikan dari orang ke orang , dari kelompok ke
kelompok dan dari generasi ke generasi.
c. Budaya berdasarkan simbol.
d. Budaya bersifat dinamis, suatu sistem yang terusberubah sepanjang
waktu.
e. Budaya bersifat selektif, mempresentasikan pola-pola perilaku
pengalaman manusia yang jumlahnya terbatas.
f. Berbagai unsur budaya saling berkaitan.
g. Etnosentrik (menganggap budaya sendiri sebagai yang terbaik atau
standar untuk menilai budaya lain).

Kesadaran akan eksistensi dan hakekat kebudayaan atau subbudaya baru

muncul apabila:

a) Seseorang anggota kebudayaan melakukan pelanggaran terhadap standar-

standar yang selama ini berlaku atau diharapkan masyarakat.


b) Bertemu secara kebetulan dengan seseorang yang berasal dari kebudayaan

lain, dan berdasarkan pengamatan ternyata tingkah lakunya sangat berbeda

dengan tingkah laku yang selama ini dikenal atau dilakukan.

Dalam kedua peristiwa di atas, dapat diketahui bahwa “ada sesuatu yang

salah” sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman, walaupun kadang-kadang

merasa tidak tahu pasti mengapa demikian. Karena sudah terbiasa dengan

kebudayaan sendiri, maka kebanyakan orang menjadi tidak sadar akan hakekat

subbudayanya. Sehingga orang mudah mengkonsumsi bahwa, apa yang ada atau

terjadi adalah memang seharusnya demikian.

Kebudayaan atau subbudaya dari unit sosial apapun selalu berubah dengan

berjalannya waktu. Eksistensinya tidak dalam suatu keadaan yang vakum.

Masing-masing orang terlibat dalam sejumlah hubungan, kelompok atau

organisasi. Setiap kali seseorang berhubungan dengan orang lain, maka ia

membawa serta kebudayaan atau subbudaya dari kelompoknya sebagai latar

belakang. Apabila sebagai individu ia berubah, maka perubahan itu sedikit banyak

akan berdampak pada kebudayaan kelompoknya. Dalam hal ini ia bertindak

sebagai pembaharu kebudayaan. Perubahan dapat berlangsung secara wajar,

alami, revolusioner, dan disengaja.

Model yang telah digunakan untuk memahami proses perubahan yang

terjadi waktu transisi, baik di dalam maupun antarbudaya menurut LaFromboise

& Gerton (dalam Santrock, 1998: 293) adalah:

a.) Asimilasi (assimilation)

Terjadi ketika individu melepaskan identitas kulturnya dan menuju pada

masyarakat yang lebih besar. Kelompok yang tidak dominan mungkin akan
terserap kedalam arus budaya yang lebih mantap, atau mungkin banyak kelompok

yang akan menyatu dan membentuk masyarakat baru (melting spot). Individu

seringkali menderita karena perasaan terasing dan terisolasi sampai mereka

diterima dan merasa benar-benar melebur di dalam budaya yang baru.

b.) Akulturasi (acculturations)

Perubahan budaya akibat dari hubungan langsung dan terus menerus antara dua

kelompok budaya. Berlawanan dengan asimilasi (yang menekankan bahwa orang

pada akhirnya akan menjadi anggota penuh kelompok budaya mayoritas dan

kehilangan identifikasi dengan budaya asalnya), model akulturasi menekankan

bahwa orang akan menjadi partisipan yang kompeten dalam budaya mayoritas dan

pada saat bersamaan tetap diidentifikasi sebagai anggota budaya minoritas.

c.) Alternasi (alternation)

Mengetahui dan memahami dua kultur berbeda. Disini individu dapat mengubah

tingkah laku mereka untuk menyesuaikan diri pada sebuah konteks sosial tertentu.

Berbeda dengan asimilasi dan akulturasi, alternasi lebih mempertahankan

hubungan positif dengan kedua budaya.

d.) Multikulturalisme (multicultural)

Mengajukan pendekatan pluralistik untuk memahami dua budaya atau lebih.

Orang dapat mempertahankan identitas mereka yang menonjol dan pada saat

bersamaan bekerjasama dengan orang lain dengan budaya yang berbeda untuk

mencapai kebutuhan nasional bersama. John Berry (1993) seorang psikolog lintas

budaya yakin bahwa sebuah masyarakat yang multikultural akan mendorong

semua kelompok untuk:

§ Mempertahankan dan/atau mengembangkan identitas kelompok mereka


§ Mengembangkan penerimaan dan toleransi terhadap kelompok lain

§ Terlibat dalam hubungan dan kegiatan berbagi antar kelompok

§ Mempelajari bahasa satu sama lain.

e.) Fusi (fusion)

Merefleksikan asumsi yang melatarbelakangi melting pot yang mengimplikasikan

bahwa budaya-budaya yang berbatasan, baik secara ekonomi, politik, atau

geografis akan melebur bersama sampai tidak bisa dibedakan dan membentuk

sebuah kultur baru dan tidak ada superioritas budaya.

Riset yang dilakukan oleh seorang psikolog sosial Amerika bernama Donald

Campbell dan koleganya (Brewer & Campbell,1976) menyatakan bahwa orang di

semua budaya memiliki kecenderungan untuk:

a) Mempercayai bahwa apa yang terjadi di budayanya adalah “natural” dan

“benar” dan bahwa apa yang terjadi di budaya lain adalah “tidak natural” dan

“tidak benar”

b) Mempersepsikan bahwa adat istiadat budayanya adalah valid secara universal;

yaitu bahwa apa yang baik untuk siapapun

c) Berperilaku memihak pada kelompok budaya mereka

d) Merasa bangga pada kelompok budaya mereka

e) Memusuhi kelompok budaya lainnya.

Pada kenyataannya, banyak budaya yang mendefinisikan kata manusia dengan

refrensi pada kelompok budayanya sendiri. Implikasinya adalah bahwa orang dari

budaya lain tidak dipersepsikan sebagai manusia seutuhnya.


a. Definisi budaya dalam kaitannya dengan komunikasi

Menurut Alferd G Smith (dalam Mulyana, 2005:14) budaya adalah kode

yang kita pelajari bersama dan untuk itu dibutuhkan komunikasi. Komunikasi

membutuhkan pengkodean dan simbol-simbol yang harus dipelajari. Godwin C

Chu (dalam Mulyana, 2005:14) mengatakan bahwa setiap pola budaya dan setiap

tindakan melibatkan komunikasi. Untuk dipahami keduanya harus dipelajari

bersama-sama. Budaya takkan dapat dipahami tanpa mempelajari komunikasi dan

komunikasi hanya dapat dipahami dengan memahami budaya yang

mendukungnya. Trenholm dan Jensen (dalam Mulyana, 2005:15) berpendapat

bahwa budaya sebagai seperangkat nilai, kepercayaan, norma dan adat istiadat,

aturan dan kode yang secara sosial mendefinisikan kelompok-kelompok orang,

mengikat mereka satu sama lain dan memberi mereka kesadaran bersama.

Goodman (dalam Mulyana, 2005:16) menyatakan bahwa manusia telah

berkembang hingga ke titik yang memungkinkan budaya menggantikan naluri

dalam menentukan sikap pikiran dan tindakan kita. Apa yang kita pikirkan dan

pilihan tindakan kita termasuk cara kita berkomunikasi adalah hasil dari apa yang

diajarkan dalam budaya kita.

Sehingga dari uraian diatas dapat ditarik benang merah dimana

pemahaman budaya dari aspek komunikasi memandu kita berpikir tentang diri

kita sendiri dan hidup kita dengan orang lain dan bagaimana kita menetapkan dan

mencapai tujuan kita.


b. Definisi mengenai budaya dalam konteks psikologi lintas budaya

Menurut Matsumoto (dalam Dayakisni, 2005:5) budaya adalah:

Culture as a set of attitudes, values, beliefs, and behaviors shared by a


group of people, but different for each individual, comunicated from one
generation to the next.

Definisi dari Matsumomo diatas memenuhi kriteria budaya dalam konteks

psikologi lintas budaya karena budaya sebagai gagasan, baik yang muncul sebagai

perilaku maupun ide seperti nilai dan keyakinan, sekaligus sebagai meterial,

budaya sebagai produk (masif) maupun sesuatu (things) yang hidup (aktif) dan

menjadi panduan bagi individu anggota kelompok.

Selain itu, definisi tersebut menggambarkan bahwa budaya adalah suatu

konstruk sosial sekaligus konstruk individu. Ada dua hal yang ditekankan, yaitu:

1. Adanya penyebaran kepemilikan (sharing) dari aspek-aspek kehidupan

dan perilaku. Adanya pembagian (sharing) menegaskan adanya derajat

kepemilikan bersama dari individu-individu yang menjadi anggota

kelompok dan meyakini dan memegang nilai, sikap, kepercayaan, norma

ataupun perilaku yag sama. Kepemilikan bersama atas hal-hal fisik dan

psikologi.

2. Adanya hal-hal yang dibagikan kepemilikannya (things are shared).

Mengenai apa yang dibagi (things are shared) adalah penekanan yang

khas dari definisi Matsumomo tersebut. Apa yang dibagi dalam definisi

diatas secara jelas menerangkan bukanlah sekedar atribut fisik atau

observable seperti objek material (arsitektur rumah), atribut fisik (warna

kulit, morfologi wajah), kebangsaan (area wilayah atau region tertentu).

Lebih dari itu, yang dibagi adalah ide, sikap, nilai, keyakinan isi kepala
dari tiap individu yang hidup di komunitas budaya tersebut serta kesadaran

bersama akan satu budaya.

Dapat disimpulkan bahwa definisi budaya dalam konteks psikologi lintas budaya

adalah penghayatan adanya kepemilikan bersama atas hal-hal yang dimiliki

bersama.

Terdapat beberapa kesepakatan dari ciri khas budaya yang dapat dijadikan

petunjuk untuk membangun sebuah definisi budaya yang tepat dan ringkas,

khususnya terkait psikologi lintas budaya (Dayakisni, 2005:4) yaitu:

1. Budaya sebagai sebuah konsep abstrak.

Beberapa aspek dari budaya bersifat teramati (observable), namun

demikian sesungguhnya yang teramati tersebut bukanlah budaya itu

sendiri melainkan perbedaan perilaku manusia dalam aktifitas dan tidakan,

pemikiran, ritual, tradisi ataupun material sebagai produk dari kelakuan

manusia. Yang terlihat sebenarnya adalah manifestasi dari budaya dan

bukan kebudayaan itu sendiri. Sebagai sebuah entitas teoritis dan

konseptual, budaya membantu memahami bagaimana kita berperilaku

tertentu dan menjelaskan perbedaan dari sekelompok orang. Sebagai

sebuah konsep abstrak, lebih dari sekedar label, budaya memiliki

kehidupan tersendiri. Akibat pertemuan-pertemuan dengan budaya lain,

perubahan kondisi lingkungan, sosiodemografis dan sebagainya

merupakan beberapa faktor yang menjadikan budaya hidup dinamis.

Perbedaan perilaku dan norma antara generasi tua dan generasi muda dari

satu budaya atau dikenal dengan “gap antar generasi” merupakan bukti

nyata terjadinya perubahan dalam budaya.


2. Budaya sebagai konseptual kelompok

Apa yang disebut budaya adalah ada ketika seorang manusia bertemu

dengan manusia lain. Dari pertemuan tersebut tercipta pola-pola adaptasi,

baik berupa tata perilaku, norma, keyakinan, maupun seni seiring

pertemuan yang terus terulang. Selanjutnya semua produk yang hidup

tersebut menjadi ciri khas dari kelompok-kelompok orang tersebut dan

dikenal sebagai sebuah budaya yang merupakan kekhasan milik sebuah

kelompok.

Budaya tidaklah ada ketika seorang manusia tidak pernah bertemu dengan

manusia lain. Meskipun individu tersebut memiliki pola perilaku yang

khas, gagasan unik, keyakinan dan norma yang diyakini, maupun

menghasilkan suatu produk material, tetap tidak dapat disebut budaya

karena disebut budaya ketika ia menjadi ciri suatu kelompok. Sifat-sifat

yang unik individual disebut kepribadian dan bukan budaya.

3. Budaya diinternalisasi anggota kelompok

Budaya adalah produk yang dipedomi oleh individu-individu yang

tersatukan dalam sebuah kelompok. Disini budaya sekaligus menjadi

pengikat dari individu-individu tersebut yang memberi ciri khas

keanggotaan suatu kelompok yang berbeda dengan individu-individu dari

kelompok budaya lain. Budaya diinternalisasi oleh seluruh individu

anggota kelompok sebagai tanda keanggotaan kelompok, baik secara sadar

maupun naluriah tidak disadari.

Sehingga pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa budaya adalah sebuah konsep

yang sangat kompleks. Sebuah konsep yang menyentuh semua aspek kehidupan
sehingga mungkin menjadi kehidupan sendiri. Setiap budaya tampaknya juga

memahami apa arti budaya dengan cara pandang yang tidak selalu sama, sangat

tergantung dari aspek yang menjadi penekanan dalam budaya tersebut.

c. Kehilangan Budaya

Pada tingkat individual, kehilangan identitas budaya bisa terjadi karena

adanya kontak antar budaya. Seseorang dapat menolak tradisinya sendiri dan

menelan mentah-mentah tradisi dari kebudayaan lain, atau kemungkinan lain

seseorang yang pulang kembali ke daerah asal dari perantauan akan ditolak oleh

kelompok budayanya sendiri.

Tidak semua kontak akan menyebabkan kehilangan akar budaya. Suatu

kelompok mungkin memisahkan diri dari kelompok-kelompok lain dan anggota-

anggotanya memiliki sikap chauvinistik, etnocentrisme dan steorotipe terhadap

kelompok-kelompok lain. Akibatnya, justru identitas kultural mereka menjadi

lebih kokoh melalui kontak lintas budaya.

Menurut Rosenthal dan Feldman (dalam Dayakisni, 2005:192) identitas

etnis merupakan suatu konsep yang multidimensional, yang meliputi:

a. Evaluasi diri yang subjektif (sejauhmana seseorang menggambarkan

diri melalui label etnis)

b. Makna evaluatif terhadap keanggotaan seseorang pada suatu kelompok

etnis (positif atau negatif)

c. Praktek-praktek budaya dari kelompok yang dipunyai seseorang

(pilihan persahabatan, penggunaan bahasa, kesukaan makanan, dsb)


d. Pentingnya kelekatan pada praktek-praktek ini. Apabila aspek-aspek

identitas tersebut tidak berkolerasi tinggi, maka kontak budaya hanya

berpengaruh pada aspek-aspek tertentu dari identitas etnis tersebut.

Kemungkinan yang lebih diharapkan dalam kontak antar budaya pada tingkat

kelompok adalah adanya integrasi. Hal ini terjadi ketika kelompok-kelompok

mempertahankan identitas budaya mereka dalam beberapa hal, tetapi

memunculkan penghargaan yang lain pada aspek-aspek yang mengatasnamakan

kelompok. Boncher (dalam Dayakisni, 2005:193) integrasi dapat terjadi dalam

konteks pekerjaan dan politik yang disokong oleh “sikap-sikap akulturasi”, yaitu:

a. Memelihara hubungan dengan kelompok lain

b. Mempertahankan identitas dan karakteristik dari budaya yang

dimilikinya.

Sementara pada tingkat personal (pribadi), respon terhadap suatu konteks

sosial integratif merupakan seperangkat sikap terbuka yang memungkinkan

seeorang untuk menyeleksi, mengkombinasi dan mensintesiskan ciri-ciri yang

pantas atau layak dari sistem sosial yang berbeda tanpa kehilangan inti

budayanya. Tidak bersifat chauvinistik tentang kebudayaannya sendiri, tetapi

menyadari sepenuhnya budaya kelompok lain.

2. Konsep Culture Shock

Pada awalnya definisi culture shock cenderung pada kondisi gangguan

mental. Bowlby (dalam Dayakisni, 2008:187) menggambarkan bahwa kondisi ini

sama seperti dengan kesedihan, berduka cita dan kehilangan. Sehingga dapat

dikaitkan mirip dengan kondisi seseorang ketika kehilangan orang yang dicintai.
Bedanya dalam culture shock individu merasa kehilangan relasi, objek atau

pendeknya kehilangan kulturnya.

Ide culture shock tersebut telah mengarahkan para peneliti untuk

menyatakan dengan model “pseudo medical”, sehingga untuk menolong orang-

orang yang mengalami culture shock tersebut adalah dengan cara membantunya

untuk beradaptasi terhadap kultur baru. Ide-ide tentang teknik beradaptasi

terhadap kultur baru ini memunculkan tentang kurve U. Teori ini berpendapat

bahwa orang-orang yang menyeberang ke kultur lain akan mengalami tiga fase

penyesuaian, yakni pada awalnya timbul kegembiraan dan optimisme, kemudian

diikuti oleh frustasi, depresi dan kebingungan, dan pada akhirnya muncul keadaan

penyesuaian dan kembali normal. Ide dari pseudo medical ini menyarankan bahwa

untuk mencegah culture shock harus dilakukan transformasi mental dalam pikiran

individu. Sehingga model ini menganggap bahwa satu kultur adalah lebih unggul

dari kultur yang lain. Jika seseorang dapat dibujuk untuk membuang ide-ide

lamanya dan beradaptasi terhadap ide baru, maka semua masalah akan teratasi

(Dayakisni,2005:188). Pada perkembangan selanjutnya, para peneliti

mengembangkan ide baru tentang bagaimana menghadapi culture shock. Lalu

muncullah mode culture learning yang digagas Furnham dan Bochner (dalam

Dayakisni, 2008:188). Mereka mengemukakan bahwa individu hanya

memerlukan untuk belajar dan beradaptasi terhadap sifat-sifat pokok dari

masyarakat baru. Sehingga pada saat menyesuaikan terhadap kultur baru tersebut,

individu belajar bagaimana bertingkah laku dalam kultur baru itu dan setelahnya

akan ada perubahan yang berarti dalam pikirannya.


Oberg seperti yang dikutip oleh Dayakisni (2008:187) menggambarkan

konsep culture shock sebagai respon yang mendalam dan negatif dari depresi,

frustasi dan disorientasi yang dialami oleh orang-orang yang hidup dalam suatu

lingkungan budaya yang baru. Sementara Furnham dan Bochner (dalam

Dayakisni, 2008:187) mengatakan bahwa culture shock adalah ketika seseorang

tidak mengenal kebiasaan-kebiasaan sosial dari kultur baru atau jika ia

mengenalnya maka ia tidak dapat atau tidak bersedia menampilkan perilaku yang

sesuai dengan aturan-aturan itu. Definisi ini menolak penyebutan culture shock

sebagai gangguan yang sangat kuat dari rutinitas, ego dan self image individu.

Definisi Culture Shock menurut pendapat beberapa ahli dalam artikel S.

Bekti Istiyanto yaitu:

a) Futura : kejutan yang dialami pada waktu dua kebudayaan yang bertemu.

b) Nakane Chie : suatu reaksi negatif terhadap berbagai segi kehidupan suatu

masyarakat asing yang dianggap rumit.

Sedangkan menurut menurut Kalvero Oberg (dalam Mulyana, 2005:174)

culture shock adalah suatu penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan atau

jabatan yang diderita orang-orang yang secara tiba-tiba berpindah atau

dipindahkan ke luar negeri.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

culture shock merupakan kejutan yang dialami oleh individu saat memasuki

budaya baru yang berbeda dengan budaya asalnya.

Terjadinya culture shock biasanya dipicu oleh:

a. Kehilangan cues atau tanda-tanda yang dikenalnya. Padahal cues adalah

bagian dari kehidupan sehari-hari seperti tanda-tanda, gerakan bagian-


bagian tubuh (gestures), ekspresi wajah ataupun kebiasaan-kebiasaan yang

dapat menceritakan kepada seseorang bagaimana sebaiknya bertindak

dalam situasi-situasi tertentu.

b. Putusnya komunikasi antar pribadi baik pada tingkat yang disadari

maupun tak disadari yang mengarahkan pada frustasi dan kecemasan.

Halangan bahasa adalah penyebab jelas dari gangguan-gangguan ini.

c. Krisis identitas, dengan pergi ke luar daerahnya seseorang akan kembali

mengevaluasi gambaran tentang dirinya.

a. Tanda- tanda Culture Shock

Beberapa tanda-tanda Culture Shock yang perlu diketahui diantaranya

adalah (a) merasa sedih dan sendiri/terasingkan, (b) temperamen cepat berubah,

merasa sering goyah dan tidak berdaya, (c) terkadang disertai masalah kesehatan,

seperti demam, flu, diare, (d) sering merasa marah, kesal, dan tidak mau

berinteraksi dengan masyarakat sekitar, (e) mengait-ngaitkan dengan kebudayaan

di negara asal dan bahkan menganggap negara asal lebih baik, (f) merasa

kehilangan identitas/ciri-ciri pribadi, (g) berusaha keras menyerap dan memahami

semua kebiasaan yang ada dinegara barunya, (h) menjadi kurang percaya diri, (i)

membentuk suatu stereotip (Pencitraan yang buruk) terhadap kebudayaan baru.

b. Fase Culture Shock

Fase atau tahap yang dilalui seorang dalam mengalami proses Culture

Shock telah diteliti Dodd (dalam Lusiana Andriani , 2002:30) sebagai berikut:

1.) Harapan Besar “eager expectation” :

dalam tahap ini, orang tersebut merencanakan untuk memasuki kebudayaan

kedua atau kebudayaan baru. Rencana tersebut dibuatnya dengan


bersemangat, walaupun ada perasaan was-was dalam menyongsong

kemungkinan yang bisa terjadi. Sekalipun demikian, ia dengan optimis

menghadapi masa depan dan perencanaan dilanjutkan.

2.) Semua Begitu Indah “everything is beautiful”:

Dalam tahap ini, segala sesuatu yang baru terasa menyenangkan. Walaupun

mungkin beberapa gejala seperti tidak bisa tidur atau perasaan gelisah dialami,

tetapi rasa keingintahuan dan antusiasme dengan cepat dapat mengatasi

perasaan tersebut. Beberapa ahli menyebut tahap ini sebagai tahap “bulan

madu”. Dari penelitian-penelitian diketahui bahwa tahap ini biasanya

berlangsung beberapa minggu sampai enam bulan.

3.) Semua Tidak Menyenangkan “everything is awful”:

Masa bulan madu telah selesai. Sekarang segala sesuatu telah terasa tidak

menyenangkan. Setelah beberapa lama, ketidakpuasan, ketidaksabaran,

kegelisahan mulai terasa. Nampaknya semakin sulit untuk berkomunikasi dan

segalanya terasa asing. Untuk mengatasi rasa ini ada beberapa cara yang

ditempuh. Seperti dengan cara melawan yaitu dengan mengejek, memandang

rendah dan bertindak secara etnosentrik. Tahap selanjutnya melarikan diri dan

mengadakan penyaringan serta pelenturan.

4.) Semua Berjalan Lancar “everything is ok”

Setelah beberapa bulan berselang, orang tersebut menemukan dirinya dalam

keadaan dapat menilai hal yang positif dan negative secara seimbang.

Akhirnya ia telah mempelajari banyak tentang kebudayaan baru di luar

kebudayaannya.
c. Upaya mengatasi Culture Shock

Menurut Nanath (dalam Dayakisni, 192:2005) seseorang dapat dikatakan

sukses mengatasi gegar budaya/ culture shock, apabila ia mempunyai kemampuan

untuk merefleksikan seberapa besar kesungguhannya dalam aspek di bawah ini :

(a) social competence : kemampuan untuk membuat jaringan sosial, pandai

bergaul dan banyak temannya, (b) openness to other ways of thinking :

keterbukaan untuk menerima pikiran yang berbeda dari dirinya, (c) cultural

adaptation :kemampuan seseorang menerima budaya baru, (d) professional

excellence : mempunyai kemampuan yang handal dalam bidang tertentu, (e)

language skill : kemampuan mempelajari bahasa asing dengan tepat, (f) flexibility

: kemampuan dalam penyesuaian diri sesuai dengan tuntutan keadaan, (g) ability

to work in team : kemampuan dalam mengelola dan bekerjasama dalam satu tim,

(h) self reliance or independence : percaya diri dan mandiri, (i) mobility : lincah

dan wawasannya luas, (j) ability to deal with stress : mempunyai kemampuan

untuk mengatasi stress, (k) adaptability of the family : keluarganya pandai

menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, (l) patience : Ulet dan sabar, (m)

sesivity : peka terhadap sesuatu yang baru

d. Manfaat Culture Shock

Manurut Nanath (gegar budaya culture shock : 2008) beberapa manfaat

yang diperoleh dari Culture Shock adalah a) Mendorong seseorang untuk

melakukan berbagai cara dan imajinasi dalam upaya membandingkan masyarakat

atau kebudayaan lingkungan asing, b) Menumbuhkan kesadaran bagi diri sendiri

untuk mengetahui betul-betul identitas diri sendiri dengan segala kelebihan dan

kekurangannya.
B. Tinjauan Adaptasi

Jean Piaget (dalam Mulyana, 2007:2) berpendapat bahwa manusia

tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan

kepribadian, perkembangan sosio-emosional, dan perkembangan kognitif.

Khususnya perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa

jauh anak mampu memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya.

Semua organisme lahir dengan kecenderungan untuk menyesuaikan diri atau

beradaptasi dengan lingkungan mereka. Cara adaptasi ini berbeda antara

organisme yang satu dengan organisme yang lain. Adaptasi terhadap lingkungan

dilakukan melalui dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi.

Dalam proses asimilasi, seseorang menggunakan struktur atau kemampuan

yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang dihadapi dalam lingkungannya.

Sedangkan dalam proses akomodasi seseorang memerlukan modifikasi struktur

mental yang ada dalam mengadakan respon terhadap tantangan lingkungannya.

Jamaluddin (dalam Gerungan 2004:59) menggunakan istilah adaptasi

sebagai ganti kata penyesuaian. Adaptasi adalah proses dinamika yang terus

menerus dilakukan oleh seseorang untuk mengubah tingkah lakunya agar muncul

hubungan yang selaras antara dirinya dengan lingkungannya. Yang dimaksud

dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi seluruh

kemampuan dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki seseorang sehingga seseorang

berhasil mencapai kehidupan rohani dan jasmani yang mantap.

Woodworth (dalam Gerungan, 2004:59) menyebutkan 4 dasar jenis

hubungan antara individu dengan lingkungannya, yaitu:

- Individu dapat bertentangan dengan lingkungan


- Individu dapat menggunakan lingkungannnya

- Individu dapat berpartisipasi (ikut serta) dengan lingkungannya

- Individu dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.

Disini lebih ditekankan pada proses penyesuaian diri/ adaptasi karena

manusia senantiasa berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Gerungan

(2004:59) mengartikan adaptasi sebagai kemampuan mengubah diri sesuai dengan

keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan

diri. Dalam hal ini terdapat dua cara yang dilakukan oleh seseorang untuk

menyesuaikan diri yaitu penyesuaian diri yang autoplastis (auto = sendiri, plastis

= dibentuk) dan yang kedua disebut penyesuaian diri alloplastis (allo = yang lain,

plastis = dibentuk). Jadi, penyesuaian diri ini ada yang “pasif” dimana kegiatan

kita ditentukan oleh lingkungan dan penyesuaian diri yang “aktif” dimana kita

mempengaruhi lingkungan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap perubahan dalam lingkungan

kehidupan orang dalam arti yang luas itu menyebabkan ia harus menyesuaikan

dirinya dengan lingkungan tersebut baik dalam arti pasif maupun dalam arti aktif.

Tokoh komunikasi Gudykunst dan Kim (dalam Liliweri, 2004:19)

mengartikan adaptasi sebagai perubahan dari suatu masyarakat atau sub

masyarakat kepada masyarakat atau sub masyarakat yang lain. Perubahan tersebut

menyangkut perbedaan kebudayaan yang disebabkan oleh perpindahan seseorang

dari suatu sistem kebudayaan menuju kebudayaan lainnya.

Dalam artikel Farid (Adaptasi sebagai komunikasi antarbudaya: 2006)

adaptasi diartikan sebagai proses penyesuaian diri terhadap sesuatu hal, termasuk

kondisi lingkungan. Psikolog asal Amerika, Davidoff, memaknai adaptasi


(adjusment) sebagai suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri

sendiri dan tuntutan lingkungan.

Young Yun Kim mengidentikan akulturasi sama dengan adaptasi (dalam

Mulyana dan Rahmat, 2003:144), yaitu proses yang dilakukan imigran untuk

menyesuaikan diri dengan memperoleh budaya pribumi. Menurut Kim, motivasi

akulturasi mengacu kepada kemauan imigran untuk belajar berpartisipasi dan

diarahkan menuju sistem sosio-budaya pribumi. Orientasi positif yang dilakukan

imigran terhadap lingkungan biasanya meningkatkan partisipasi dalam jaringan-

jaringan komunikasi masyarakat pribumi (Mulyana dan Rahmat, 2003:142).

Ward dan Kennedy (Dakyakisni, 2005:190) melakukan dua pendekatan

melalui pembedaan dua bentuk adaptasi, yaitu:

a) Adaptasi sosiokultural, yang menunjukkan kemampuan untuk melakukan

negosiasi interaksi dengan anggota-anggota budaya tuan rumah yang baru.

b) Adaptasi psikologis dipengaruhi oleh pusat kendali internal, beberapa

perubahan kehidupan, kontak dengan teman sebangsa yang lebih banyak untuk

mendapatkan dukungan sosial, dan kesulitan lebih rendah dalam pengelolaan

kontak sosial sehari-hari.

Sedangkan adaptasi sosiokultural meningkat dengan adanya tingkat

perbedaan yang lebih rendah antara budaya tuan rumah dengan pendatang,

interaksi yang lebih banyak dengan tuan rumah, ekstroversi dan tingkat gangguan

mood yang lebih rendah.

Adaptasi merupakan proses pengembangan dari organisme manusia untuk

berusaha menurunkan keseimbangan internal dari stres yang berkepanjangan

dengan meningkatkan kemampuan komunikasi tuan rumah dan berpartisipasi


melalui komunikasi antar pribadi dan aktifitas komunikasi massa dengan

lingkungan masyarakat tuan rumah. Sebagaimana ditunjukan oleh para imigran

tetap dan tidak tetap yang secara sukses berhasil mengatasi situasi yang menekan

dan mentransformasikan diri mereka secara adaptif. Young Yun Kim

mengemukakan (dalam Mulyana dan Rahmat, 2003:138) bahwa pada saatnya

seorang imigran akan menggunakan cara-cara berperilaku masyarakat pribumi

untuk menyesuaikan diri dengan pola-pola yang diterima masyarakat setempat.

Demikian juga dengan mahasiswa pendatang yang memasuki suatu situasi

baru, selain menjadi mahasiswa juga harus menyesuaikan dengan budaya

masyarakat setempat. Proses adaptasi akan dialami oleh setiap mahasiswa etnik

pendatang . Dengan memasuki suatu kebudayaan baru yang tidak familiar, mereka

berusaha untuk menyesuaikan bahkan mulai menerima sebagian budaya dari etnik

budaya setempat melalui proses adaptasi.

Adaptasi budaya akan berlangsung baik jika seseorang memiliki kepekaan

kultural. Kepekaan ini dapat diasah melalui kemauan untuk berpikir dalam pola

pikir mereka. Kepekaan budaya ini merupakan modal yang amat besar dalam

membangun saling pengertian dengan mereka.

C. Tinjauan Hasil Belajar

Setiap kegiatan atau aktivitas pasti akan mendapatkan hasil sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu yang melakukannya. Pada

hakekatnya belajar tidak hanya mempelajari tentang pengetahuan, tetapi juga

bagaimana cara untuk memperoleh pengetahuan sendiri. Begitu juga dengan

seorang mahasiswa yang belajar, tujuannya tidak hanya mendapatkan ilmu dan
nilai semata, tetapi juga belajar bagaimana cara mendapatkan ilmu baru tersebut

melalui proses belajar. Perolehan hasil belajar selain pengetahuan dan nilai adalah

suatu perubahan. Dalam hal ini perubahan yang dimaksud adalah perubahan ke

arah yang positif yaitu dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang kurang

baik menjadi baik dalam segala tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam

konteks ini adalah dalam hal pembelajaran.

Horward Kingsley (dalam Sudjana, 2006:22) membagi tiga macam hasil

belajar yakni 1) keterampilan dan kebiasaan, 2) pengetahuan dan pengertian, 3)

sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan

dan kurikulum. Gagne (dalam Sudjana, 2006:22) membagi lima kategori hasil

belajar, yakni 1) informasi verbal, 2) keterampilan intelektual, 3) strategi kognitif,

4) sikap, 5) keterampilan motoris.

Pasaribu (1983:91) berpendapat hasil belajar adalah “hasil (achievement)

adalah isi dari kapasitas seseorang. Yang dimaksud disini adalah hasil yang

diperoleh seseorang setelah mengikuti didikan atau pembelajaran tertentu. Ini

dapat ditentukan dengan pemberian test mata kuliah pada akhir perkuliahan.

Soedijarto (dalam Baso Intang Sappile, 2006:49) menyatakan bahwa

“hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam

mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuian pendidikan yang

ditetapkan”.

Menurut Sudjana (dalam Baso Intang Sappile, 2006:22) hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimilki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajar”.
Hamalik (2008:170) menyebutkan bahwa pengukuran hasil belajar

dilaksanakan dengan cara tertentu sesuai dengan maksud dan tujuan pengukuran

tersebut, yang dirancang dengan model desain evaluasi, yakni evaluasi sumatif,

evaluasi formatif, evaluasi reflektif, dan kombinasi ketiga model.

a). Evaluasi sumatif, ialah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang dilakukan pada

waktu berakhirnya suatu program pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar.

Model atau bentuk evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui hasil akhir yang

dicapai oleh siswa, yakni penguasaan pengetahuan. Hasil penilaian ini sekaligus

menggambarkan keberhasilan proses belajar mengajar. Evaluasi sumatif berfungsi

menyediakan informasi untuk membuat keputusan untuk menentukan kelulusan,

atau untuk menentukan suatu program dapat diteruskan dengan program baru atau

perlu dilakukan pengulangan program pembelajaran.

b). Evaluasi formatif, ialah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang dilakukan

selama berlangsungnya program dan kegiatan pembelajaran. Tujuan pelaksanaan

evaluasi ini ialah untuk memperoleh informasi balikan terhadap proses belajar

mengajar. Bila terdapat kelemahan dalam dalam proses belajar mengajar, maka

dapat segera dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya. Pelaksanaan evaluasi ini

berfungsi diagnostik, yakni untuk perbaikan, yang dilakukan dengan metode

pengajaran remedial.

c). Evaluasi reflektif, ialah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang dilakukan

sebelum proses pembelajaran berlangsung. Tujuan dari pelaksanaan evaluasi ini

ialah untuk memperoleh informasi mengenai tingkat kesiapan dan tingkat

penguasaan bahan pelajaran oleh siswa, sehingga dapat disusun dan diramalkan
kemungkinan keberhasilannya setelah mengalami proses belajar mengajar kelak.

Fungsi pelaksanaan evaluasi ini bersifat prediktif (peramalan).

d). Kombinasi pelaksanaan evaluasi, misalnya antara bentuk reflektif dan bentuk

sumatif. Tujuan pelaksanaan evaluasi ini ialah untuk mengetahui keefektifan

proses belajar mengajar, misalnya dalam bentuk desain pra post test. Dengan

demikian dapat diketahui kontribusi komponen-komponen sistem pembelajaran

itu terhadap keberhasilan belajar siswa.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan hasil belajar adalah

seluruh kecakapan dan segala hal yang diperoleh melalui proses belajar mengajar

yang diukur dengan menggunakan tes hasil belajar.

Pada penelitian ini, pengukuran hasil belajar dilihat dari hasil perolehan

IPK dari semester satu dan semester dua. Kemudian dibandingkan apakah

mengalami peningkatan atau penurunan IPK.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan atau desain penelitian merupakan pedoman bagi peneliti dalam

melaksanakan penelitian agar dapat disimpulkan secara efisien dan efektif serta

dapat diolah dan dianalisis dengan tujuan yang ingin dicapai (Danardana,

2001:16). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengaruh

culture shock terhadap hasil belajar mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007.

Sesuai dengan tujuannya maka penelitian ini tergolong penelitian deskriptif

korelasional. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau

status fenomena. Sedangkan penelitian korelasional bertujuan untuk menemukan

ada tidaknya hubungan antara dua fenomena atau lebih (Arikunto, 1998:245).

Rancangan penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan

adaptasi dan culture shock yang dialami oleh mahasiswa PPKn FIP UM angkatan

2007. Sedangkan penelitian korelasional bertujuan untuk mengetahui adanya

hubungan antara pengaruh culture shock terhadap hasil belajar mahasiswa PPKn

FIP UM angkatan 2007.

Dengan demikian penelitian yang sifatnya korelasional ini bertujuan

untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa eratnya

hubungan tersebut serta berarti tidaknya hubungan itu (Arikunto, 2002:239) yang

dalam penelitian ini adalah hubungan antara variabel bebas (X) yaitu culture

shock dengan variabel terikat (Y) yaitu hasil belajar mahasiswa PPKn FIP UM

angkatan 2007. Besarnya hubungan antara variabel-variabel tersebut ditetapkan


dengan koefisien korelasi. Adapun rancangan antara variabel dapat digambarkan

sebagai berikut:

X Y

Keterangan:

X : culture shock

Y : hasil belajar mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007

: hubungan korelasional

Gambar 3.1 Hubungan Variabel X dan variabel Y

Adapun identifikasi variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel bebas : culture shock

Culture shock adalah gejala kejutan/ sindrom yang dialami oleh seseorang

pada saat memasuki lingkungan budaya baru yang berbeda dengan

lingkungan budaya asalnya. Tolak ukur dalam penelitian ini adalah daerah

asal responden.

b. Variabel terikat : hasil belajar (Indeks Prestasi)

Indeks prestasi (IP) adalah hasil yang diperoleh seseorang berupa skor/

nilai setelah mengikuti didikan atau pembelajaran tertentu. Penelitian ini

mengambil perolehan IP mahasiswa angkatan 2007 dari semester 1 sampai

2 untuk diketahui apakah mengalami kenaikan atau penurunan IP.


B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2008:297) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri dari: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Arikunto (2002:108) menjelaskan bahwa populasi

adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 yang

berjumlah 84 orang .

2. Sampel

Sampel menurut Arikunto (2006:131) adalah sebagian atau wakil populasi

yang diteliti. Apabila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan

dana, waktu, dan tenaga, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi itu sehingga sampel yang diambil dari populasi harus

betul-betul representatif atau mewakili (Arikunto, 2006:140).

Lebih jauh, Arikunto menjelaskan (2006:134) bahwa apabila subjeknya

kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Dengan melihat jumlah populasi penelitian

sebesar 67 mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007, maka sampel

diambil dari keseluruhan jumlah populasi.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data dan informasi dari suatu penelitian yang dikaji. Instrumen
memegang peranan penting dalam memperoleh informasi atau data yang tepat.

Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Skala Penyesuaian Diri

Salah satu instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala

penyesuaian diri. Skala ini merupakan salah satu jenis instrumen pengumpulan

data dari metode pengumpulan data jenis angket/kuesioner. Skala menunjuk pada

sebuah instrumen pengumpulan data yang berbentuk seperti checklist (√).

Dasar digunakannya metode skala dalam penelitian ini yaitu:

a. Skala menggambarkan aspek kepribadian individu.

b. Pernyataan-pernyataan sebagai stimulus tertuju pada indikator perilaku guna

memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri subjek yang

biasanya tidak disadari oleh responden yang bersangkutan.

c. Tidak berbeda dengan angket, pengumpulan data melalui skala juga dapat

menghemat biaya, tenaga dan waktu.

1) Penyusunan Skala

Untuk memperoleh data mengenai pengaruh culture shock dilakukan

penyusunan instrumen. Penyusunan instrumen dilakukan dengan tahapan-

tahapan:

a) Penyusunan kisi-kisi

Langkah yang ditempuh dalam penyusanan kisi-kisi instrumen ini

adalah penjabaran variabel menjadi beberapa indikator. Indikator

tersebut kemudian dikembangkan menjadi deskriptor dan ditetapkan

jumlah itemnya.
b) Penulisan item dan penyusunan urutan item

Langkah penulisan item/pernyataan adalah dengan mengembangkan

deskriptor yang ada pada jabaran variabel penelitian, setelah penulisan

pernyataan dilakukan, selanjutnya dilakukan penyusunan pernyataan.

Langkah ini dilakukan dengan maksud agar antara item yang satu

dengan yang lainnya berkesinambungan. Dalam penyusunan skala ini

digunakan item-item yang terdiri dari dua jenis item yaitu item

favourable dan item unfavourable.

2) Pembuatan Format Instrumen

a) Pengantar

Tujuan utama dari pengantar ini adalah untuk mengadakan pendekatan

kepada subjek penelitian agar bersedia memberikan keterangan yang

dibutuhkan sesuai dengan keadaan dirinya dan subjek penelitian

terdorong untuk memberikan jawaban dengan jujur. Isi dari pengantar

adalah harapan kerjasama dan jaminan kerahasiaan infrmasi yang

diberikan oleh subjek penelitian.

b) Petunjuk pengisian

Petunjuk ini berisi cara pengerjaan, yaitu dengan cara memberikan

tanda centang (√) pada pilihan jawaban yang tersedia.

c) Pernyataan

Skala terdiri dari 55 item dengan pilihan jawaban SS,S,TS,STS.

Skala ini berisi 55 item pernyataan yang terdiri dari 34 item favourable

yaitu pernyataan-pernyataan yang mendukung terwujudnya adanya


pengaruh culture shock dan 21 item unfavourable yaitu pernyataan-

pernyataan yang tidak mendukung adanya pengaruh culture shock.

Penyusunan skala pengaruh culture shock ini menggunakan skala

model Likert. Agar sesuai dengan data yang diperlukan dan untuk

menghindari kecenderungan subjek memilih netral, maka skala Likert

ini dimodifikasi yaitu hanya menggunakan gradasi skor antara 4

sampai 1. Tugas subjek penelitian adalah memilih salah satu jawaban

dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat

setuju. Makna skala Likert yang telah dimodifikasi ditetapkan sebagai

berikut:

§ Pernyataan favourable disusun berdasarkan empat alternative

jawaban dan penilaian dengan perincian sebagai berikut:

1. SS : Sangat Setuju mendapat skor 4

2. S : Setuju mendapat skor 3

3. TS : Tidak Setuju mendapat skor 2

4. STS: Sangat Tidak Setuju mendapat skor 1

§ Sedangkan untuk pernyataan unfavourable juga terdiri dari empat

alternatif jawaban dan penilaiannya sebagai berikut:

1. SS : Sangat Setuju mendapat skor 1

2. S : Setuju mendapat skor 2

3. TS : Tidak Setuju mendapat skor 3

4. STS: Sangat Tidak Setuju mendapat skor 4


Tabel 3.1 Blue Print Uji Coba Skala Pengaruh Culture Shock
NO Aspek Pengamatan Item Jumlah
Favourable Unfavourable Item
1 Kemampuan dasar beradaptasi 7 1,2,3,4,5,6,8 8
mahasiswa dengan lingkungan
baru dan lingkungan kampus
2 Faktor yang mempengaruhi cepat 17,18,19,20,21, 9,10,11,12,13, 18
lambatnya mahasiswa PPKn FIP 22,23,24,25,26 14,15,16
UM angkatan 2007 beradaptasi
dengan lingkungan baru.
3 Bentuk culture shock yang 27,28,29,30,31, 22
dialami oleh mahasiswa PPKn 32,33,34,35,36,
FIP UM angkatan 2007 37,38,39,40,41,
42,43,44,45,46,
47,48
4 Upaya mengatasi culture shock 49 50,51,52,53,54 12
terhadap hasil belajar mahasiswa 55,56,57,58,59,60
PPKn FIP UM angkatan 2007
Jumlah 34 26 60

D. Uji coba instrumen penelitian

Untuk memperoleh instrumen penelitian yang memiliki tingkat validitas

dan realibilitas tinggi perlu diadakan uji coba (Azwar,2003). Alat ukur atau

instrumen yang dipakai hendaknya diujicobakan terlebih dahulu supaya

mendapatkan ketepatan pada apa yang diukur pada penelitian ini. Pengujian

instrumen dilakukan dengan tujuan untuk menyempurnakan instrumen penelitian,

sehingga saat dikenakan pada subjek penelitian instrumen tersebut telah benar-

benar memadai. Uji coba instrumen ini dilakukan kepada subjek yang memiliki

karakteristik yang sama dengan populasi penelitian yaitu mahasiswa angkatan

PPKn FIP UM angkatan 2008 itu sendiri pada tanggal 3 Juni 2009. Hal ini

dilakukan dengan tujuan untuk menentukan item yang sahih dan sesuai dengan

apa yang akan diukur karena instrumen penelitian dibuat sendiri oleh penulis.

1) Validitas

Validitas memiliki arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat

ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2003:5). Untuk mengetahui

tingkat validitas item dalam instrumen penyesuaian diri digunakan uji validitas
butir lapangan dengan menggunakan rumus teknik validitas Product Moment dari

Karl Pearson. Uji validitas item di lapangan untuk skala penyesuaian diri

ditujukan kepada subjek yang mewakili karakteristik yang sama atau hampir sama

dengan mahasiswa PPKn angkatan 2007. Selanjutnya untuk mengatahui hasil

analisis item digunakan komputer program SPSS 12.0 For Windows dengan

memakai rumus Karl Pearson. Uji variabel penyesuaian diri diketahui dengan

batas validitas 0,240 dan dengan tingkat signifikansi 0,05 maka dari 60 item soal

uji coba yang telah disebarkan pada 63 responden yang menjadi subjek untuk uji

coba terdapat 50 item soal yang dianggap valid dan 10 item soal yang dianggap

tidak valid.

Berdasarkan analisis dapat diketahui bahwa item instrumen yang

dinyatakan tidak valid untuk instrumen penyesuaian diri adalah item soal nomor

5, 6, 7, 27, 32, 37, 41, 42, 43 dan 59 adapun hasil perhitungan validitas item

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Uji Coba Skala Culture Shock
No.item Pearson Corelation (r hitung) r tabel (N:63 ;α =5%) Keterangan
1 0.492 0,240 valid
2 0.307 0,240 valid
3 0.33 0,240 valid
4 0.303 0,240 valid
5 0.215 0,240 tidak valid
6 0.135 0,240 tidak valid
7 0.191 0,240 tidak valid
8 0.367 0,240 valid
9 0.327 0,240 valid
10 0.273 0,240 valid
11 0.38 0,240 valid
12 0.454 0,240 valid
13 0.285 0,240 valid
14 0.49 0,240 valid
15 0.399 0,240 valid
16 0.614 0,240 valid
17 0.52 0,240 valid
18 0.507 0,240 valid
19 0.5 0,240 valid
20 0.479 0,240 Valid
21 0.558 0,240 valid
Lanjutan Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Uji Coba Skala Culture Shock
22 0.645 0,240 valid
23 0.472 0,240 valid
24 0.623 0,240 valid
25 0.526 0,240 valid
26 0.454 0,240 valid
27 0.133 0,240 tidak valid
28 0.397 0,240 valid
29 0.289 0,240 valid
30 0.501 0,240 valid
31 0.488 0,240 valid
32 0.226 0,240 tidak valid
33 0.445 0,240 valid
34 0.286 0,240 valid
35 0.487 0,240 valid
36 0.518 0,240 valid
37 0.24 0,240 tidak valid
38 0.397 0,240 valid
39 0.434 0,240 valid
40 0.403 0,240 valid
41 0.172 0,240 tidak valid
42 0.108 0,240 tidak valid
43 0.156 0,240 tidak valid
44 0.454 0,240 valid
45 0.572 0,240 valid
46 0.406 0,240 valid
47 0.476 0,240 valid
48 0.393 0,240 valid
49 0.31 0,240 valid
50 0.365 0,240 valid
51 0.546 0,240 valid
52 0.257 0,240 valid
53 0.331 0,240 valid
54 0.397 0,240 valid
55 0.454 0,240 valid
56 0.441 0,240 valid
57 0.553 0,240 valid
58 0.508 0,240 valid
59 0.205 0,240 tidak valid
60 0.48 0,240 Valid

Berdasarkan hasil analisis validitas, item yang valid berjumlah 50 item.

Butir-butir ini intinya akan digunakan kembali dalam perhitungan penelitian yang

sesungguhnya. Untuk lebih jelasnya perhitungan dan perincian validitas item

terdapat pada lampiran 3.

Peneliti mengadakan perbaikan terhadap item yang tidak valid dengan

pertimbangan bahwa setiap aspek yang ada dalam matrik penjabaran dapat
mewakili item instrumen yang awalnya tidak valid, sehingga skala layak untuk

digunakan dalam menjaring data di lapangan. Selain itu peneliti mengurangi

jumlah item yang telalu banyak, karena dikhawatirkan subjek akan mengalami

kejenuhan dalam mengisi skala serta akhirnya akan dikerjakan semaunya sendiri,

sehingga dikhawatirkan data-data yang diperoleh dari jawaban-jawaban subjek

tidak mencerminkan kondisi subjek yang sebenarnya.

Tabel 3.3 Blue Print Skala Culture Shock Untuk Penelitian


NO Aspek Pengamatan Item Jumlah
Favourable Unfavourable Item
1 Kemampuan dasar 7(7) 1,2,3,4,5,(5)6(6),8 8
beradaptasi mahasiswa
dengan lingkungan baru dan
2 lingkungan kampus 17,18,19,20,21, 9,10,11,12,13, 18
Faktor yang mempengaruhi 22,23,24,25,26 14,15,16
cepat lambatnya mahasiswa
PPKn FIP UM angkatan
3 2007 beradaptasi dengan 27(27),28,29,30,31, 22
lingkungan baru. 32(32),33,34,35,36,
Bentuk culture shock yang 37,38,39,40,41(41),
dialami oleh mahasiswa 42(42),43(43),44,45,46,
PPKn FIP UM angkatan 47,48
2007
4 Upaya mengatasi culture 49 50,51,52,53,54 7
shock terhadap hasil belajar 55
mahasiswa PPKn FIP UM
angkatan 2007
Jumlah 34 21 55
Keterangan : (...) nomor item pada saat uji coba.

2) Reliabilitas

Hasil uji coba selanjutnya adalah reliabilitas instrumen dari variabel

culture shock. Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut baik dan reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan

sesuatu (Arikunto, 1998:170). Menurut Azwar (2003:4), reliabilitas alat ukur

adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran

dapat dipercaya apabila beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap

sekelompok subjek yang sama memperoleh hasil relatif yang tidak berbeda.
Untuk mencari reliabilitas instrumen dalam penelitian ini digunakan cara

penghitungan reliabilitas internal, yaitu penghitungan yang dilakukan berdasarkan

data dari instrumen tersebut yang dijuicobakan sebanyak satu kali pengetesan.

Dalam hal ini, uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha dari Crobach.

Penggunaan rumus alpha dilakukan dengan pertimbangan bahwa rumus Alpha

dapat diterapkan pada alat ukur yang skornya non dikotomi dan penyajian skala

hanya dilakukan sekali (single trial administration) (Azwar, 2003:78).

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner

Menurut Arikunto (2001: 28) angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang

harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuosioner ini orang

dapat diketahui tentang keadaan/ data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau

pendapatnya, dan lain-lain.

Kusioner dalam penelitian ini berisi tentang identitas responden, persepsi

tentang daerah baru (kampus UM), adaptasi terhadap lingkungan baru dan tingkat

culture shock yang dialami oleh mahasiswa.

2. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2002: 206) metode dokumentasi adalah mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Teknik

dokumentasi dilakukan untuk menunjang dan melengkapi data primer.


Pengambilan teknik ini dimaksudkan untuk memudahkan peneliti memperoleh

data yang sifatnya penting dan tidak dapat diperoleh dari responden.

Dalam penelitian ini, data dokumentasinya berupa nilai IPK yang tertera

pada KHS dari mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 mulai dari semester satu

sampai semester tiga. Untuk kemudian diambil rata-ratanya apakah mengalami

penurunan hasil belajar atau tidak akibat pengaruh culture shock.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan langkah yang digunakan untuk

memperoleh gambaran mengenai tipe culture shock, penyesuaian diri serta

menguji hipotesis. Teknik analisis data untuk menguji hipotesis yang diajukan

adalah dengan menggunakan korelasi product moment dari Karl Pearson. Dengan

analisis ini dapat diketahui hubungan antara penyesuaian diri dan culture shock

dengan hasil belajar.

Teknik korelasi product moment dari Karl Pearson ini digunakan untuk

menguji hipotesis yang diajukan yaitu untuk mengetahui hubungan antara masing-

masing variabel bebas dengan variabel tergantung. Hasil perhitungan dan

perincian serta tingkat signifikansi korelasi dan variabel penyesuaian diri dapat

dilihat dalam lampiran 3 korelasi dapat dikatakan sangat tinggi jika terdapat

korelasi antar variabel dengan taraf signifikansi sebesar 99% (0,01) dan korelasi

dapat dikatakan tinggi apabila pada perhitungan korelasi terdapat signifikansi

sebesar 95% (0,05).


Adapun daftar tinggi rendahnya hubungan korelasi (r) adalah sebagai

berikut:

0 - 0,20 = sangat rendah (dapat diabaikan)


0,21 - 0,40 = korelasi yang rendah
0,41 - 0,60 = korelasi sedang
0,61 - 0,80 = korelasi cukup tinggi
0,81 - 1 = korelasi tinggi
(Alhusin, 2003:157 )
Untuk menguji hubungan pengaruh culture shock dengan hasil belajar

mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan suatu skala yaitu dengan menggunakan alat pengukuran yang

berupa pernyataan-pernyataan.

Peneliti menggunakan analisa statistik untuk menguji kedua varibel dalam

penelitian ini. Analisa statistik data ini dapat menggunakan komputer program

SPSS 14 for windows dengan rumus korelasi Product Moment, yang

dikemukakan oleh Pearson (Arikunto, 2003:146) yaitu sebagai berikut :

N å xy - (å x)(å y )
rxy =
{N å x 2 - (å x ) 2 }{N å y 2 - (å y ) 2 }

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi

x = skor individual variabel x

y = skor individual variabel y

N = Jumlah subjek

Untuk memberikan kesimpulan dari hasil analisis korelasi ini digunakan

rambu-rambu atau pedoman sebagai berikut:


Tabel 3.4 Koefisien korelasi, arti korelasi, kesimpulan
Koefisien Korelasi Arti Korelasi Kesimpulan
Jika r hitung < r tabel untuk Tidak signifikan Tidak ada hubungan antara
taraf kepercayaan 0,05 variabel bebas dengan
variabel terikat
Jika r hitung > r tabel untuk Signifikan Ada hubungan antara
taraf kepercayaan 0,05 variabel bebas dengan
variabel terikat
Sumber: Murwani, 2001:48

Berikutnya adalah menentukan sifat korelasi, bisa positif atau negatif.

Korelasi positif jika subjek, soal atau kasus yang bernilai tinggi pada suatu

variabel juga bernilai tinggi pada variabel lain dan demikian pula bernilai rendah

dalam satu variabel akan memperoleh nilai rendah pada variabel lain (skor tinggi

pada X juga skor tinggi pada Y, atau skor rendah pada X juga skor rendah pada

Y). Korelasi negatif bila dalam pola hubungan terjadi sebaliknya, yaitu yang

memperoleh nilai tinggi dalam suatu faktor umumnya memperoleh nilai rendah

pada faktor lain, yang mendapat rendah di satu faktor mendapat tinggi di faktor

lain (skor tinggi pada X skor rendah pada Y ).


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007

Responden penelitian diambil dari seluruh mahasiswa dan mahasiswi

jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007 semester 3. Dari 84 mahasiswa PPKn FIP

UM angkatan 2007 yang mengembalikan kuesioner 67 responden. 17 responden

dianulir; 8 responden merupakan orang warga kelahiran dan berdomisili di

Malang sehingga tidak masuk kriteria penelitian, sisanya 9 responden tidak

mengembalikan kuesioner. Gambaran karakteristik responden bervariasi. Dari 67

responden diperoleh data jenis kelamin, agama, daerah asal, etnis, tempat tinggal

di Malang, penguasaan bahasa Jawa, kemampuan adaptasi, cepat lambatnya

beradaptasi dengan lingkungan baru, bentuk culture shock, dan indeks prestasi.

a. Gambaran distribusi mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007

berdasarkan jenis kelamin.

Mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007 dari 67 orang yang

menjadi responden kebanyakan berjenis kelamin perempuan yaitu, 72% (48

responden) dan yang berjenis kelamin laki-laki terdapat 28% (19 responden).

Gambar 4.1 Distribusi Mahasiswa Jurusan PPKN FIP UM Angkatan 2007 Berdasarkan
Jenis Kelamin
b. Gambaran distribusi mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007

berdasarkan agama.

Mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007 dari 67 responden,

terbanyak menganut agama islam yaitu 96% (64 orang) sedangkan 4% (3 orang)

lainnya beragama kristen.

Gambar 4.2 Distribusi Mahasiswa Jurusan PPKN FIP UM Angkatan 2007 Berdasarkan
Agama.

c. Gambaran distribusi mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007

berdasarkan etnis.

Mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007 dari 67 responden

mayoritas berasal dari etnis Jawa yaitu sebanyak 86% (58 orang) sedangkan

sisanya berasal dari etnis Madura 8% (6 orang), Sasak 2% (1 orang), Anambrung

2% (1 orang) dan Osing 2% (1 orang)

Gambar 4.3 Distribusi Mahasiswa Jurusan PPKN FIP UM Angkatan 2007 Berdasarkan
Etnis.
d. Gambaran distribusi mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007 dalam

penggunaan bahasa yang dipakai dalam keluarga (bahasa asal).

Bahasa merupakan sarana yang yang digunakan saat seseorang

berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan data yang diperoleh dari

hasil penelitian, bahasa yang digunakan mahasiswa jurusan PPKn FIP UM

angkatan 2007 dalam lingkungan keluarga adalah bahasa Jawa yaitu 82% (55

responden). Sedangkan sisanya memiliki kemampuan berbahasa sesuai dengan

suku asalnya yaitu bahasa Madura 12% (8 responden), Sasak 2% (1 responden),

Anambrung 1% (1 responden) dan 3% (2 responden) hanya dapat berbahasa

Indonesia karena dalam lingkungan keseharian mereka terbiasa menggunakan

bahasa Indonesia.

Gambar 4.4 Distribusi Mahasiswa Jurusan PPKN FIP UM Angkatan 2007 Berdasarkan
Penggunaan Bahasa Yang Dipakai Dalam Keluarga.

e. Gambaran distribusi kemampuan mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan

2007 menggunakan bahasa Jawa

Bahasa merupakan salah satu hal yang membentuk identitas seseorang.

Identitas mayoritas mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007 adalah suku

Jawa sehingga penggunaan bahasa Jawanya sangat lancar yaitu mencapai 78% (52

responden), sedangkan yang lancar berbahasa Jawa sebanyak 16% (11 responden)

dan yang tidak lancar berbahasa Jawa sebanyak 6 % (4 responden)


Gambar 4.5 Distribusi Mahasiswa Jurusan PPKn FIP UM Angkatan 2007 Berdasarkan
Penguasaan Bahasa Jawa.

f. Gambaran distribusi mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007

berdasarkan daerah asal.

Daerah asal mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007 mayoritas

berasal dari pulau Jawa, hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil penelitian yaitu

Blitar 13% (9 responden), Pasuruan 12% (8 responden), Probolinggo 7% (5

responden), Kediri 7% (5 responden), Jombang 7% (5 responden), Ngajuk 7% (5

responden), Pacitan 4% (3 responden), Situbondo 4% (3 responden), Tuban 4% (3

responden), Tulungagung 4% (3 responden), Mojokerto 3% (2 responden),

Sukoharjo 3% (2 responden), Bojonegoro 3% (2 responden), Sampang 3% (2

responden), Sumenep 1% (1 responden), Pamekasan 1% (1 responden),

Lamongan 1% (1 responden), Ngawi 1% (1 responden), Lumajang 1% (1

responden), Benyuwangi 1% (1 responden) dan Sidoarjo 1% (1 responden)

sedangkan sisanya berasal dari luar Jawa yaitu Palembang 1% (1 responden),

Lombok Utara 1% (1 responden), Kalimantan tengah 1% (1 responden). Dapat

disempitkan lagi bahwa 93 % daerah asal mahasiswa jurusan PPKn, FIP, UM

angkatan 2007 berasal dari Jawa Timur.


Gambar 4.6 Distribusi Mahasiswa Jurusan PPKN FIP UM Angkatan 2007 Berdasarkan
Daerah Asal.

g. Gambaran distribusi mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007

berdasarkan tempat tinggal di Malang

Mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007 yang tinggal dirumah (keluarga/

kerabat) selama masa kuliah ada 1% (1 responden), 96% (64 responden) tinggal

di kos dan 3% (2 responden) tinggal di asrama UM.

Gambar 4.7 Distribusi Mahasiswa Jurusan PPKN FIP UM Angkatan 2007 Berdasarkan
Tempat Tinggal di Malang.

B. Data Hasil Penelitian

a. Kemampuan adaptasi mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007

Tabel 4.1 Kualifikasi kemampuan adaptasi mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007
No Kriteria Interval
1 Sangat tinggi 76% 100%
2 Tinggi 51% 75%
3 Sedang 26% 50%
4 Rendah 0% 25%
Mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007 memiliki kemampuan adaptasi

yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari tingginya persentase jawaban responden

pada tiap item pernyataan antara 53% - 73% :

Tabel 4.2 Kemampuan Adaptasi Mahasiswa PPKN FIP UM Angkatan 2007


Pernyataan Persentase
Selalu menjadi diri sendiri selama berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan 69%
baru
Mengerti bahasa yang dipakai oleh orang-orang di lingkungan baru 63%
Mamiliki rasa percaya diri (self confidence) yang tinggi 54%
Bersifat ekstrovert (terbuka) dengan orang-orang di lingkungan baru 65%
Mengetahui yang akan diraih di lingkungan baru 73%
Mengetahui bagaimana budaya di lingkungan baru sekarang (budaya Malang) 68%
Selalu bergaul / ikut bergabung dengan himpunan organisasi daerah asal 53%
Aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan (HMJ,BEM atau kegiatan UKM 56%
lainnya)

b. Faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya proses adaptasi mahasiswa

PPKn FIP UM angkatan 2007

Tabel 4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Cepat Lambatnya Proses Adaptasi Mahasiswa
PPKN FIP UM Angkatan 2007
Pernyataan Persentase
Aktif berinteraksi dengan orang-orang lokal/ orang Malang. 76%
Nyaman dengan adat istiadat budaya Malang yang mengutamakan tata krama 53%
Memiliki kemampuan bersosialisasi yang tinggi. 58%
Bersikap terbuka dalam menghadapi berbagai masalah di lingkungan baru. 56%
Senang menghabiskan waktu bersama teman-teman baru di lingkungan 65%
responden sekarang
Responden berusaha keras memahami segala sesuatu di lingkungan baru. 61%
Responden sudah mengenal bahasa Jawa Malangan sebelumnya. 71%
Responden ingin mempelajari bahasa Jawa (ngoko,madya,krama) lebih dalam. 53%
Kurang percaya diri (PD) memulai pembicaraan dengan orang baru. 47%
Keinginan untuk selalu mencari orang yang berasal dari daerah yang sama. 56%
Tidak mengungkapkan diri terlalu banyak kepada orang lain. 49%
Pasif bertukar informasi yang berkaitan dengan budaya (budaya asal dengan 49%
budaya baru).
Responden merasa tidak nyaman ketika berinteraksi sosial. 50%
Merasa cemas dan canggung ketika bertemu dengan orang-orang lokal (orang 49%
Malang).
Merasa bingung dan takut ketika beradaptasi dengan lingkungan baru. 47%
Merasa canggung berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa dalam keseharian 46%
responden di lingkungan baru.
Merasa kurang percaya diri dan kurang bebas mengekspresikan diri di 49%
lingkungan baru.
Tidak memiliki sense of belonging (rasa memiliki) terhadap lingkungan baru. 50%
Dari data yang diperoleh di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor

yang mempengaruhi cepatnya proses adaptasi mahasiswa PPKn FIP UM angkatan

2007 diambil dari data yang memiliki kriteria persentase diatas 50% (kriteria

tinggi dan sangat tinggi), yaitu:

1) Aktif berinteraksi dengan orang-orang lokal/ orang Malang.

2) Nyaman dengan adat istiadat budaya Malang yang mengutamakan tata

krama

3) Memiliki kemampuan bersosialisasi yang tinggi.

4) Bersikap terbuka dalam menghadapi berbagai masalah di lingkungan baru.

5) Senang menghabiskan waktu bersama teman-teman baru di lingkungan

responden saat ini.

6) Responden berusaha keras memahami segala sesuatu di lingkungan baru.

7) Responden sudah mengenal bahasa Jawa Malangan sebelumnya.

8) Responden ingin mempelajari bahasa Jawa (ngoko,madya,krama) lebih

dalam.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi lambatnya proses adaptasi

mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 diambil dari data yang memiliki kriteria

persentase diatas 50% (kriteria tinggi dan sangat tinggi), yaitu:

1) Keinginan untuk selalu mencari orang yang berasal dari daerah yang sama

dengan responden.

2) Responden merasa tidak nyaman ketika berinteraksi sosial.

3) Tidak memiliki sense of belonging (rasa memiliki) terhadap lingkungan

baru.
c. Bentuk culture shock yang dialami oleh mahasiswa PPKn FIP UM

angkatan 2007

Tabel 4.4 Bentuk Culture Shock Yang Dialami Oleh Mahasiswa PPKn FIP UM Angkatan
2007
Pernyataan Persentase
Merasa tegang saat memasuki wilayah yang berbeda dengan budaya asal. 63%
Merasa asing dan sendiri berada di lingkungan responden yang baru. 52%
Merasa tidak dihargai oleh orang di lingkungan baru. 45%
Merasa menjadi lebih sentimen/ tersinggung apabila ada yang menyinggung 62%
budaya asal responden.
Sering merasa sedih/ menangis karena jauh dari keluarga. 49%
Responden sangat ingin pulang ke rumah dan bertemu keluarga serta temannya di 63%
rumah (Homesicknes)
Responden merasa tidak diterima oleh orang-orang lokal di budaya yang baru. 42%
Merasa kehilangan orang-orang yang telah responden kenal sebelumnya. 66%
Ketika berbicara dengan orang setempat, responden dapat mengerti ekspresi, 57%
wajah dan sikap mereka.
Merasa telah kehilangan jati diri selama berada di lingkungan baru. 47%
Responden memandang budayanya masih lebih baik daripada budaya baru yang 62%
dihadapinya sekarang.
Orang-orang di lingkungan baru membentuk suatu sterotip (pandangan negatif) 48%
terhadap nilai-nilai budaya responden.
Merasa takut akan keamanan diri karena perbedaan latar belakang budaya. 47%
Responden sering membicarakan hal buruk tentang budaya di lingkuangan baru 49%
bila bersama dengan orang-orang dalam kelompok budayanya.
Merasa tertekan setelah responden pindah ke Malang. 43%
Merasa sedih berada di lingkungan yang tidak familiar. 48%
Sangat menyakitkan bagi responden karena orang-orang di lingkungan baru tidak 77%
mengerti nilai-nilai budayanya.
Responden merasa minder karena latar belakang budayanya. 43%
Pernah merasa sakit atau nyeri yang tidak diketahui sebabnya selama beradaptasi 48%
di tempat yang baru.
Pernah mengalami alergi (flu tiap bangun pagi atau kembung/mual) selama 48%
berada di lingkungan baru, yang sebelumnya tidak pernah dialami.
Mempunyai masalah dengan pola tidur semenjak mamasuki daerah asing. 49%
Mempunyai masalah dengan pola makan selama beradaptasi di lingkungan baru 49%
(nafsu makan berkurang/ bertambah karena stres).

Bentuk culture shock yang dialami oleh mahasiswa PPKn FIP UM


angkatan 2007 diambil dari data yang memiliki kriteria presentase diatas 50%
(kriteria tinggi dan sangat tinggi) adalah :
1) Merasa tegang saat memasuki wilayah yang berbeda dengan budaya asal.

2) Merasa asing dan sendiri berada di lingkungan responden yang baru.

3) Merasa menjadi lebih sentimen/ tersinggung apabila ada yang

menyinggung budaya asal responden.


4) Responden sangat ingin pulang ke rumah dan bertemu keluarga serta

temannya di rumah (Homesicknes)

5) Ketika berbicara dengan orang setempat, responden dapat mengerti

ekspresi, wajah dan sikap mereka.

6) Responden memandang budayanya masih lebih baik daripada budaya baru

yang dihadapinya sekarang.

7) Sangat menyakitkan bagi responden karena orang-orang di lingkungan

baru tidak mengerti nilai-nilai budayanya.

d. Pengaruh culture shock terhadap hasil belajar mahasiswa PPKN FIP UM

angkatan 2007

Indeks prestasi mahasiswa PPKn angkatan 2007 dari semester 1 sampai 2 adalah:

Tabel 4.5 IP Mahasiswa PPKN FIP UM Angkatan 2007 Dari Semester 1 Sampai Semester 2
NO SEMESTER 1 SEMESTER 2 Kenaikan IP (naik/turun)
1 3,23 3,09 -0,14 TURUN
2 3,57 3,69 0,12 NAIK
3 1,69 3 1,31 NAIK
4 3,22 3,13 -0,09 TURUN
5 2,95 3,35 0,4 NAIK
6 3,26 3 -0,26 TURUN
7 3,37 3,14 -0,23 TURUN
8 3,24 2,95 -0,29 TURUN
9 2,96 3,1 0,14 NAIK
10 2,99 3,28 0,29 NAIK
11 3,31 3,2 -0,11 TURUN
12 3,46 3,72 0,26 NAIK
13 3,4 3,48 0,08 NAIK
14 2,93 3,13 0,2 NAIK
15 3,47 3,5 0,03 NAIK
16 3,2 3,31 0,11 NAIK
17 3,16 2,79 -0,37 TURUN
18 3,34 3,41 0,07 NAIK
19 3,04 3,25 0,21 NAIK
20 2,9 2,47 -0,43 TURUN
21 3,2 3,17 -0,03 TURUN
22 3,51 3,3 -0,21 TURUN
23 2,79 2,99 0,2 NAIK
24 2,95 3,48 0,53 NAIK
25 2,42 2,9 0,48 NAIK
26 3,31 2,71 -0,6 TURUN
Tabel 4.5 Lanjutan IP Mahasiswa PPKN FIP UM Angkatan 2007 Dari Semester 1 Sampai
Semester 2
NO SEMESTER 1 SEMESTER 2 Kenaikan IP (naik/turun)
27 2,93 3 0,07 NAIK
28 3,22 3,09 -0,13 TURUN
29 3,17 3,33 0,16 NAIK
30 3 2,97 -0,03 TURUN
31 3,4 3,04 -0,36 TURUN
32 3,11 2,08 -1,03 TURUN
33 3,22 3,31 0,09 NAIK
41 2,93 3,52 0,59 NAIK
42 3,14 2,45 -0,69 TURUN
43 3,42 3,06 -0,36 TURUN
44 3,03 2,89 -0,14 TURUN
45 2,78 3,33 0,55 NAIK
46 3,12 3,11 -0,01 TURUN
47 2,8 3,33 0,53 NAIK
48 2,81 3,17 0,36 NAIK
49 3,05 3,41 0,36 NAIK
50 3,5 3,67 0,17 NAIK
51 3,34 2,99 -0,35 TURUN
52 2,75 3,4 0,65 NAIK
53 3,49 3,64 0,15 NAIK
54 3,52 3,28 -0,24 TURUN
55 3,4 2,66 -0,74 TURUN
56 3,55 3,13 -0,42 TURUN
57 3,36 2,76 -0,6 TURUN
58 3,19 3,45 0,26 NAIK
59 3,49 3,55 0,06 NAIK
60 2,83 2,78 -0,05 TURUN
61 3,49 3,43 -0,06 TURUN
62 3,14 2,45 -0,69 TURUN
63 3,29 3,1 -0,19 TURUN
64 3,36 3,08 -0,28 TURUN
65 3,36 3,29 -0,07 TURUN
66 3,48 2,8 -0,68 TURUN
67 3,2 2,71 -0,49 TURUN

Dari perolehan data sebelumnya, mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007


tidak memiliki indikasi mengalami gejala culture shock yang berarti dan hasil
belajar mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 dari semester 1 sampai semester
2 rata-rata stabil yaitu perbandingan antara yang mengalami kenaikan dan
penurunan antara 31: 36. Sehingga tidak ada pengaruh culture shock terhadap
hasil belajar mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007.
e. Upaya Mengatasi Pengaruh Culture Shock Terhadap Hasil Belajar

Mahasiswa PPKN FIP UM Angkatan 2007

Tabel 4.6 Upaya Mengatasi Pengaruh Culture Shock Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa
PPKN FIP UM Angkatan 2007
Pernyataan Persentase
Aktif menjalin komunikasi dan berelasi dengan teman-teman baik dari dalam 53%
maupun luar kampus.
Aktif dalam kelompok belajar di luar kampus. 56%
Aktif dalam melibatkan diri di dalam kelas misalnya mengemukakan pertanyaan 47%
dan pendapat.
Rajin mengunjungi perpustakaan atau browsing internet untuk mencari referensi, 48%
modul atau buku yang relevan dengan mata kuliah yang responden tempuh.
Responden selalu membiasakan diri untuk mempelajari dan membaca materi 51%
yang akan disampaikan oleh dosen.
Responden terbuka dalam menerima pikiran yang berbeda dengan pikirannya . 77%
Responden mampu mengatur waktu dengan baik. 51%

Dari data responden di atas, untuk mengatasi pengaruh culture shock

terhadap hasil belajar upaya yang dilakukan diambil dari data yang memiliki

kriteria presentase diatas 50% (kriteria tinggi dan sangat tinggi) adalah:

1) Aktif menjalin komunikasi dan berelasi dengan teman-teman baik dari

dalam maupun luar kampus.

2) Aktif dalam kelompok belajar di luar kampus.

3) Responden selalu membiasakan diri untuk mempelajari dan membaca

materi yang akan disampaikan oleh dosen.

4) Responden terbuka dalam menerima pikiran yang berbeda dengan

pikirannya .

5) Responden mampu mengatur waktu dengan baik.

B. Uji Hipotesis

1. Deskripsi culture shock

Data tentang culture shock diukur berdasarkan adaptasi terhadap

lingkungan baru yang apabila mahasiswa gagal melewati masa adaptasi maka
akan mengalami culture shock, yang dijabarkan dalam 18 item pertanyaan untuk

responden yaitu soal nomer 25 - 42. Berdasarkan data yang terkumpul diperoleh

nilai harapan terendah 18 dan nilai harapan tertinggi 72 dengan demikian

rentangan (range) antara nilai terendah dan nilai tertinggi adalah 54. Berdasarkan

nilai range tersebut dan jenjang (skor) penilaian pada instrumen yaitu 4, maka

dapat ditentukan nilai interval kelas sebesar 54: 4 = 13,5 berdasarkan nilai

harapan terendah dan tertinggi tersebut dapat disusun distribusi frekuensi

pengaruh culture shock terhadap hasil belajar mahasiswa PPKn FIP UM angkatan

2007 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Culture Shock


No. Kriteria Interval Frekuensi % Frekuensi
1. Sangat Tinggi 58,6 – 72 0 0%
2. Tinggi 45,1 – 58,5 16 23,88%
3. Sedang 31,6 – 45 51 76,12%
4. Rendah 18 – 31,5 0 0%
Jumlah 0 67 100%
Sumber: data primer diolah (lampiran ...)

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi di atas dapat dijabarkan bahwa dari

67 responden, sebanyak 16 reponden atau sebasar 23,88% menyatakan berada

pada pengaruh culture shock yang tinggi, dan sebanyak 51 responden atau sebesar

76,12% menyatakan berada pada pengaruh culture shock yang sedang. Dari

gambaran tabel diatas menunjukkan rata-rata pengaruh culture shock terhadap

mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 adalah sedang.

2. Deskripsi Indeks Prestasi

Perolehan data kenaikan dan penurunan indeks prestasi mahasiswa PPKn

FIP UM angkatan 2007 diambil dari semester 1 sampai smester 2 dengan

mengambil nilai IP semester 2 dikurangi semester 1, apabila hasilnya positif

maka mahasiswa dikategorikan mengalami kenaikan IP begitu pula sebaliknya,


apabila hasilnya negatif mahasiswa dikategorikan mengalami penurunan hasil IP .

Hasil perolehan data menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengalami kenaikan

IP sebanyak 31 orang dan yang mengalami penurunan IP sebanyak 36 orang.

Hasil uji hipotesis korelasi product moment dengan pengambilan

keputusan (berdasarkan probabilitas (sig.2-tailed))

· Jika probabilitas (sig.2-tailed) > 0,05 maka Ho diterima

· Jika probabilitas (sig.2-tailed) < 0,05 maka Ho ditolak

Atau:

· Apabila rhitung < rtabel , maka Ho diterima

· Apabila rhitung > rtabel , maka Ho ditolak

Data yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu:

Probabilitas (Sig.) = 0,058

rhitung = 0,233

rtabel (0,05 : 67) = 0,240

Dengan demikian karena nilai probabilitas > 0,05 yakni 0,058 dan rhitung

(0,233) < rtabel (0,240) maka Ho diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada

hubungan antara variabel culture shock dengan hasil belajar (IP).


BAB V

PEMBAHASAN

A. Adaptasi mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM dengan lingkungan

baru.

Proses adaptasi akan dialami oleh setiap mahasiswa etnik pendatang.

Dengan memasuki suatu kebudayaan baru yang tidak familiar, mereka berusaha

untuk menyesuaikan bahkan mulai menerima sebagian budaya setempat melalui

proses adaptasi seperti yang dikemukakan oleh Young Yun Kim (dalam Mulyana

dan Rahmat, 2003:146) yaitu setiap individu pendatang untuk jangka waktu

pendek ataupun panjang harus beradaptasi dengan budaya tuan rumah.

Gerungan (2004:59) mengartikan adaptasi sebagai kemampuan

mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau sering disebut alloplastis

(allo = yang lain, plastis = dibentuk) dan kemampuan mengubah lingkungan

sesuai dengan keadaan diri atau sering disebut autoplastis (auto = sendiri, plastis =

dibentuk). Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa secara umum, mahasiswa

jurusan PPKn angkatan 2007 FIP UM memiliki kemampuan adaptasi yang

tergolong tinggi terhadap lingkungan baru, hal ini dapat dilihat dari persentase

jawaban responden pada tiap item pernyataan yang dipaparkan pada bab

sebelumnya yaitu 53% - 73%. Hal ini mengandung pengertian bahwa mahasiswa

jurusan PPKn angkatan 2007 FIP UM sudah mampu beradaptasi dengan budaya

di lingkungan baru dengan baik. Dapat dijabarkan kembali kemampuan adaptasi

jenis alloplastis dan autoplatis mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM yaitu:
1) Kemampuan adaptasi jenis alloplastis

· Mengerti bahasa yang dipakai oleh orang-orang di lingkungan baru.

· Selalu bergaul/ ikut bergabung dengan himpunan organisasi daerah

asal.

· Mengetahui bagaimana budaya di lingkungan baru sekarang (budaya

Malang).

· Bersifat ekstrovert (terbuka) dengan orang-orang di lingkungan baru.

· Aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan (HMJ, BEM atau kegiatan

UKM lainnya).

2) Kemampuan adaptasi jenis autoplastis

· Selalu menjadi diri sendiri selama berinteraksi dengan orang di

lingkungan baru.

· Memiliki rasa percaya diri (self confidence) yang tinggi.

· Mengetahui yang akan diraih di lingkungan baru.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya mahasiswa PPKn

angkatan 2007 FIP UM beradaptasi dengan lingkungan baru.

Jean Piaget (dalam Mulyana, 2007:2) berpendapat bahwa manusia

tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan

kepribadian, perkembangan sosio-emosional, dan perkembangan kognitif.

Khususnya perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa

jauh anak mampu memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya.

Semua organisme lahir dengan kecenderungan untuk menyesuaikan diri atau

beradaptasi dengan lingkungan mereka. Cara adaptasi ini berbeda antara


organisme yang satu dengan organisme yang lain, tergantung faktor yang

mempengaruhi cepat lambatnya proses adaptasi pada tiap organisme.

Proses cepat lambatnya adaptasi mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP

UM dalam berinteraksi dengan lingkungan baru dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi

cepatnya proses adaptasi mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM, yaitu:

a) Aktif berinteraksi dengan orang-orang lokal/ orang Malang.

b) Nyaman dengan adat istiadat budaya Malang yang mengutamakan tata krama

c) Memiliki kemampuan bersosialisasi yang tinggi.

d) Bersikap terbuka dalam menghadapi berbagai masalah di lingkungan baru.

e) Senang menghabiskan waktu bersama teman-teman baru di lingkungan

responden saat ini.

f) Responden berusaha keras memahami segala sesuatu di lingkungan baru.

g) Responden sudah mengenal bahasa Jawa Malangan sebelumnya.

h) Responden ingin mempelajari bahasa Jawa (ngoko,madya,krama) lebih

dalam.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi lambatnya proses adaptasi mahasiswa

PPKn angkatan 2007 FIP UM, yaitu:

a) Keinginan untuk selalu mencari orang yang berasal dari daerah yang sama

dengan responden.

b) Responden merasa tidak nyaman ketika berinteraksi sosial.

c) Tidak memiliki sense of belonging (rasa memiliki) terhadap lingkungan baru.


C. Bentuk culture shock yang dialami oleh mahasiswa PPKn angkatan 2007

FIP UM.

Ketika kita masuk dan mengalami kontak dengan budaya lain, dan

merasakan ketidaknyamanan psikis dan fisik karena kontak tersebut, kita telah

mengalami gegar/ kejutan budaya/ culture shock (Mulyana, 2006;148). Konsep

culture shock diperkenalkan oleh Kalvero Oberg (dalam Dayakisni, 2008:187)

untuk menggambarkan respon yang mendalam dan negatif dari depresi, frustasi

dan disorientasi yang dialami oleh orang-orang yang hidup dalam suatu

lingkungan budaya yang baru. Sementara Furnham dan Bochner (dalam

Dayakisni, 2008:187) mengatakan bahwa culture shock adalah ketika seseorang

tidak mengenal kebiasaan-kebiasaan sosial dari kultur baru atau jika ia

mengenalnya maka ia tidak dapat atau tidak bersedia menampilkan perilaku yang

sesuai dengan aturan-aturan itu. Definisi ini menolak penyebutan culture shock

sebagai gangguan yang sangat kuat dari rutinitas, ego dan self image individu.

Dengan demikian terjadinya culture shock biasanya dipicu oleh salah

satu atau lebih dari tiga penyebab berikut ini,yaitu :

a) Kehilangan cues atau tanda-tanda yang dikenalnya. Padahal cues adalah

bagian dari kehidupan sehari-hari seperti tanda-tanda, gerakan bagian-

bagian tubuh (gestures), ekspresi wajah ataupun kebiasaan-kebiasaan yang

dapat menceritakan kepada seseorang bagaimana sebaiknya bertindak

dalam situasi-situasi tertentu. Namun perolehan angket responden

sebanyak 57% menyatakan bahwa ketika berbicara dengan orang

setempat, responden dapat mengerti ekspresi, wajah dan sikap mereka. Hal

ini dapat diartikan bahwa responden tidak menjadikan kehilangan cues


atau tanda-tanda yang dikenalnya sebagai penyebab terjadinya culture

shock karena responden dapat memahami cues budaya baru.

b) Putusnya komunikasi antar pribadi baik pada tingkat yang disadari

maupun tak disadari yang mengarahkan pada frustasi dan kecemasan.

Halangan bahasa adalah penyebab jelas dari gangguan-gangguan ini.

Namun responden sebanyak 93% (62 responden) berasal dari Jawa Timur,

sehingga bahasa yang digunakan dalam keseharian responden adalah

bahasa Jawa Timuran dimana memiliki karakter yang hampir sama dengan

bahasa Jawa Malangan. Hal ini dapat diartikan bahwa responden tidak

mengalami halangan dan kecemasan bahasa dalam berkomunikasi di

lingkungan budaya baru.

c) Krisis identitas, dengan pergi ke luar daerahnya seseorang akan kembali

mengevaluasi gambaran tentang dirinya.

Dari perolehan data, hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa secara

umum mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 mengalami tingkat culture shock

pada tahap wajar yang sering dialami oleh seseorang saat memasuki lingkungan

dengan budaya baru. Hal ini dapat diketahui dari perolehan angket responden

yang menjawab bentuk culture shock yang mereka alami adalah:

a) Merasa tegang saat memasuki wilayah yang berbeda dengan budaya asal.

b) Merasa asing dan sendiri berada di lingkungan responden yang baru.

c) Merasa menjadi lebih sentimen/ tersinggung apabila ada yang

menyinggung budaya asal responden.

d) Responden sangat ingin pulang ke rumah dan bertemu keluarga serta

temannya di rumah (Homesicknes)


e) Responden memandang budayanya masih lebih baik daripada budaya baru

yang dihadapinya sekarang.

f) Sangat menyakitkan bagi responden karena orang-orang di lingkungan

baru tidak mengerti nilai-nilai budayanya.

Fase atau tahap yang dilalui seorang dalam mengalami proses culture shock telah

diteliti oleh beberapa ahli (Dodd, 1982:98) sebagai berikut:

1. Harapan Besar “eager expectation” :

Dalam tahap ini, orang tersebut merencanakan untuk memasuki kebudayaan

kedua atau kebudayaan baru. Rencana tersebut dibuatnya dengan bersemangat,

walaupun ada perasaan was-was dalam menyongsong kemungkinan yang bisa

terjadi. Sekalipun demikian, ia dengan optimis menghadapi masa depan dan

perencanaan dilanjutkan.

2. Semua Begitu Indah “everything is beautiful”:

Dalam tahap ini, segala sesuatu yang baru terasa menyenangkan. Walaupun

mungkin beberapa gejala seperti tidak bisa tidur atau perasaan gelisah dialami,

tetapi rasa keingintahuan dan antusiasme dengan cepat dapat mengatasi perasaan

tersebut. Beberapa ahli menyebut tahap ini sebagai tahap “bulan madu”. Dari

penelitian-penelitian diketahui bahwa tahap ini biasanya berlangsung beberapa

minggu sampai enam bulan.

3. Semua Tidak Menyenangkan “everything is awful”:

Masa bulan madu telah selesai. Sekarang segala sesuatu telah terasa tidak

menyenangkan. Setelah beberapa lama, ketidakpuasan, ketidaksabaran,

kegelisahan mulai terasa. Nampaknya semakin sulit untuk berkomunikasi dan

segalanya terasa asing. Untuk mengatasi rasa ini ada beberapa cara yang
ditempuh. Seperti dengan cara melawan yaitu dengan mengejek, memandang

rendah dan bertindak secara etnosentrik. Tahap selanjutnya melarikan diri dan

mengadakan penyaringan serta pelenturan.

4. Semua Berjalan Lancar “everything is ok”

Setelah beberapa bulan berselang, orang tersebut menemukan dirinya dalam

keadaan dapat menilai hal yang positif dan negatif secara seimbang. Akhirnya ia

telah mempelajari banyak tentang kebudayaan baru di luar kebudayaannya.

Hasil analisis deskripif menunjukkan bahwa secara umum sebagian besar

responden mengaku mengalami fase harapan besar “eager expactation” baik yang

mengalami culture shock maupun yang tidak merasakan culture shock yang cukup

berarti. Dapat dilihat dari perolehan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

responden sebanyak 73% mengetahui apa yang akan diraih di lingkungan baru

sehingga terdapat harapan yang besar terhadap apa yang akan di raih di

lingkungan baru tersebut.

D. Pengaruh culture shock terhadap prestasi belajar mahasiswa PPKn

angkatan 2007 FIP UM.

Setiap mahasiswa menjadi wajar jika mengalami culture shock sebagai

akibat perpindahannya dari lingkungan sekolah menengah (lama) ke lingkungan

universitas (baru). Seseorang yang mengalami culture shock berada dalam kondisi

tidak nyaman baik secara fisik maupun emosional. Kebiasaan-kebiasaan di

lingkungan baru, dapat menyebabkan tekanan dan berakibat pada kompetensi

akademik siswa tersebut. Akan menjadi negatif kalau culture shock tersebut tidak

teratasi, dalam hali ini orang gagal untuk meyesuaikan dirinya dengan lingkungan
barunya, dan menjadi depresi (Balmer, 2009). Dalam hal ini mahasiswa menjadi

depresi dan hasil belajar akan mengalami penurunan.

Soedijarto (dalam Baso Intang Sappile, 2006:49) menyatakan bahwa

“hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam

mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuian pendidikan yang

ditetapkan”. Sedangkan Pasaribu (1983:91) berpendapat hasil belajar adalah “hasil

(achievement) adalah isi dari kapasitas seseorang. Yang dimaksud disini adalah

hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti didikan atau pembelajaran

tertentu. Ini dapat ditentukan dengan pemberian test mata kuliah pada akhir

perkuliahan.

Dari data yang diperoleh melalui KHS, perolehan hasil belajar

mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM dari semester 1 sampai semester 2 rata-

rata stabil yaitu perbandingan antara yang mengalami kenaikan dan penurunan

yaitu 31: 36 sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa yang

mengalami kenaikan dan penurunan IP. Hal ini mengandung pengertian bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara pegaruh culture shock dengan hasil

belajar .

E. Upaya mengatasi pengaruh culture shock terhadap hasil belajar

mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM

Culture shock adalah fenomena yang alamiah. Intesitasnya dipengaruhi

oleh faktor-faktor, baik internal (ciri-ciri kepribadian orang yang bersangkutan)

maupun eksternal (kerumitas budaya baru atau lingkungan baru yang dimasuki).

Culture shock sebenarnya merupakan titik pangkal untuk mengembangkan


kepribadian dan wawasan budaya, sehingga dapat menjadi orang-orang yang

luwes dan terampil dalam bergaul dengan orang-orang dari berbagai budaya,

tanpa harus mengorbankan nilai-nilai budaya sendiri.

Menurut Nanath (dalam Dayakisni, 192:2005) seseorang dapat dikatakan

sukses mengatasi culture shock, apabila ia mempunyai kemampuan untuk

merefleksikan seberapa besar kesungguhannya dalam aspek di bawah ini :

1. Social Competence : Kemampuan untuk membuat jaringan sosial, pandai

bergaul dan banyak temannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM memiliki social competence yang

tinggi, hal ini dapat dilihat dari persentase responden sebanyak 53% yang

aktif menjalin komunikasi dan berelasi dengan teman-teman baik dari dalam

maupun luar kampus.

2. Openness to other ways of thinking : keterbukaan untuk menerima pikiran

yang

berbeda dari dirinya. Mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM sebanyak

77% yang memiliki sifat terbuka dalam menerima pikiran yang berbeda

dengan pikirannya, hal ini mengandung pengertian bahwa openness to other

ways of thinking mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM sangat tinggi.

3. Cultural Adaptation : Kemampuan seseorang menerima budaya baru. Hal ini

dapat dilihat dari perolehan persentase tingkat adaptasi mahasiswa PPKn

angkatan 2007 FIP UM yang tinggi yaitu sebanyak 53% - 73%.

4. Professional Excellence : Mempunyai kemampuan yang handal dalam bidang

tertentu
5. Language Skill : Kemampuan mempelajari bahasa budaya baru dengan tepat.

Mayoritas responden tidak mengalami kesulitan dalam mempelajari bahasa

Jawa Malangan karena responden sudah memiliki kemampuan berbahasa

Jawa yang memiliki karakter yang hampir sama dengan bahasa Jawa

Malangan.

6. Flexibility : Kemampuan dalam penyesuaian diri sesuai dengan tuntutan

keadaan. Hal ini sama halnya dengan kemampuan adaptasi mahasiswa PPKn

angkatan 2007 FIP UM yang tinggi yaitu sebanyak 53% - 73%.

7. Ability to work in team : kemampuan dalam mengelola dan bekerjasama

dalam satu tim. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan belajar kelompok di luar

kampus mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM yang tinggi yaitu 56% .

8. Self Reliance or independence : percaya diri dan mandiri. Dari perolehan

data, sebanyak 56% mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM memiliki self

reliance yang tinggi.

9. Mobility : Lincah dan wawasannya luas

10. Ability to deal with stress : mempunyai kemampuan untuk mengatasi stress

11. Adaptability of the family : keluarganya pandai menyesuaikan diri dengan

lingkungan baru

12. Patience : Ulet dan sabar

13. Sesivity : Peka terhadap sesuatu yang baru

Dari data diatas dapat dilihat bahwa mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP

UM mampu mengatasi pengaruh culture shock dengan baik, sehingga culture

shock dianulir tidak mempengaruhi hasil belajar mahasiswa PPKn angkatan 2007

FIP UM.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis dapat menarik

suatu kesimpulan yaitu antara lain:

1) Mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 memiliki kemampuan adaptasi

yang tinggi terhadap lingkungan baru yaitu dengan (a) selalu menjadi diri

sendiri selama berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan baru (b)

mengerti bahasa yang dipakai oleh orang-orang di lingkungan baru (c)

bersifat ekstrovert/ terbuka dengan orang-orang di lingkungan baru (d)

mengetahui yang akan diraih di lingkungan baru (e) mengetahui budaya di

lingkungan baru.

2) Faktor yang mempengaruhi cepatnya mahasiswa PPKn FIP UM angkatan

2007 beradaptasi dengan lingkungan baru yaitu (a) Aktif berinteraksi dengan

orang-orang lokal/ orang Malang (b) sudah mengenal bahasa Jawa Malangan

sebelumnya. Sedangkan faktor yang mempengaruhi lambatnya mahasiswa

PPKn FIP UM angkatan 2007 beradaptasi dengan lingkungan baru yaitu (a)

keinginan untuk selalu mencari orang yang berasal dari daerah yang sama

dengan responden (b) Tidak memiliki sense of belonging (rasa memiliki)

terhadap lingkungan baru.

3) Bentuk culture shock yang dialami oleh mahasiswa PPKn FIP UM angkatan

2007 adalah (a) merasa tegang saat memasuki wilayah yang berbeda dengan

budaya asal (b) merasa asing dan sendiri berada di lingkungan baru (c)

merasa menjadi lebih sentimen apabila ada yang menyinggung budaya asal
(d) memandang budayanya masih lebih baik daripada budaya baru yang

dihadapinya sekarang.

4) Pengaruh culture shock terhadap perolehan hasil belajar mahasiswa PPKn FIP

UM angkatan 2007 dari semester I sampai semester II adalah tidak ada

pengaruh, hal ini dapat dilihat dari kestabilan perbandingan antara yang

mengalami kenaikan dan penurunan IP yaitu antara 31: 36 orang.

5) Upaya mengatasi pengaruh culture shock terhadap hasil belajar mahasiswa

PPKn FIP UM angkatan 2007 yaitu dengan (a) aktif menjalin komunikasi dan

berelasi dengan teman-teman baik dari dalam maupun luar kampus (b) aktif

dalam kelompok belajar di luar kampus (c) responden terbuka dalam

menerima pikiran yang berbeda dengan pikirannya (d) responden mampu

mengatur waktu dengan baik.

Dari hasil penelitian diperoleh temuan bahwa perolehan hasil uji hipotesisnya

menunjukkan nilai probabilitas > 0,05 yakni 0,058 dan rhitung (0,233) < rtabel

(0,240) sehingga Ho diterima dan Hi ditolak. Hal ini mengandung pengertian

bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh culture shock

dengan hasil belajar (IP) pada mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007.

B. Saran

1) Bagi jurusan PPKn

Memberikan program bimbingan konseling dalam membantu mahasiswa

beradaptasi dengan lingkungan baru. Setelah proses adaptasi berjalan, diharapkan

mahasiswa dapat memfokuskan diri pada upaya peningkatan prestasi

akademiknya sehingga diperoleh hasil belajar yang maksimal.


2) Bagi mahasiswa jurusan PPKn

Ditinjau dari hasil penelitian, penulis menyarankan kepada mahasiswa

PPKn FIP UM angkatan 2007 hendaknya selalu berpikir positif mengenai dirinya

dan lingkungannya. Terus mengasah kemampuan diri yang dimiliki (proaktif)

agar menjadi mahasiswa yang mandiri dan berusaha untuk selalu meningkatkan

prestasi belajar.

3) Bagi peneliti selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang lebih mendalam yaitu dengan

menggunakan metode wawancara dan observasi agar diperoleh hasil penelitian

yang maksimal. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah

wawasan dasar bagi peneliti selanjutnya.


DAFTAR RUJUKAN

Alhusin, S.2003 Aplikasi Statstik Praktis Dengan SPSS 12.0 for windows.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan: Edisi Revisi.


Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Posedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. 2003. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Balmer, Starr. 2009. Experiencing Culture Shock in College. Participation Helps


Students Adapt to an Unfamiliar Lifestyle (Online),
(http://campuslife.suite101.com/article.cfm/understanding_and_coping_
with_culture_shock )

Danandjaja, James. 1994. Antropologi Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Dayakisni, Tri. 2008. Psikologi Lintas Budaya. Malang: UMM Press.

Dossuwanda. 2008. Gegar Budaya Sebagai Proses Komunikasi Antarbudaya


(Online), (http://dossuwanda.wordpress.com, diakses tanggal 13
November 2008).

Farid. 2006. Adaptasi Sebagai Komunikasi Antarbudaya...(Online), (http://me-


saurus.blog.friendster.com", diakses tanggal 10 Mei 2009)

Gerungan, WA. 2004. Psikologi Sosial.Bandung : PT Refika Aditama.

Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Handayani, Lulus Dwi. 2006. Perbedaan Tingkat Kecemasan Dalam Beradaptasi


Dengan Lingkungan Baru Berdasarkan Tipe Kepribadian Introver
Ekstrovert Pada Mahasiswa Tingkat Awal. (Online)
(http://library.gunadarma.ac.id/index.php, diakses tanggal 27 Juli 2009)

Lubis, Lusiana Andriani. 2002. Komunikasi Antar Budaya (Online),


(http://www.adobe.com/rdrmessage CPDF04 ENU, diakses tanggal 5
November 2009).

Mulyana, Deddy. 2005. Komunikasi Antarbudaya, Panduan Berkomunikasi


dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Murwani, Danardana. 2001. Statistika Inferensial Terapan Untuk Ekonomi dan


Bisnis. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang.

Muslimah.2007. Cara Mengatasi Culture Shock (Online),


(http://www.tipstrik.com", diakses tanggal 13 November 2009).

Nanath. 2008. Gegar Budaya Culture Shock (Online),


(http://kuliahkomunikasi.com", diakses tanggal 13 November 2009).

Pasaribu. 1983. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Tarsito Bandung.

Ridwan. 2008. Kegiatan Belajar dan Prestasi (Online),


(http://www.wordpress.com" , diakses tanggal 4 Mei 2009).

Santrock, John W. 1998. Adolesence, Perkembangan Remaja. Jakarta: Elangga

Sapaille, Baso Intang. 2006. Pengaruh Metode Mengajar dan Ragam Tes
Terhadap Hasil Belajar Matematika dengan Mengontrol Sikap Siswa .
Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online), (http://www. Depdiknas .go.id diakses
pada tanggal 8 Mei 2009 )

Soekanto. 1996. Budaya (Online), (http://id.wikipedia.org/index.php, diakses


tanggal 5 November 2009).

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Tutik, Titik Triwulan. 2008. Dimensi Transendental dan Transformasi Sosial


Budaya. Jakarta: Lintas Pustaka.

Tim Penyusun Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.

Universitas Negeri Malang. 2003. Pedoman Penulisan karya Ilmiah: Skripsi,


Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Lapotan Penelitian. Malang :
Universitas Negeri Malang

Walgito, B . 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Wikipedia. 2009. Kota Malang. (Online), (http://id.wikipedia.org /Jawa_Timur,


diakses tanggal 5 November 2009)

WS, Winkel. 2005. Psikologi Pengajaran. Jakarta : PT Media Abadi.


LEMBAR KONSULTASI PENYUSUNAN SKRIPSI
JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
SEMESTER GANJIL 2009/2010
1. NAMA MAHASISWA/NIM : Ana Kholivah/105171479401
2. JUDUL SKRIPSI : Pengaruh Culture Shock Terhadap Hasil
Belajar Mahasiswa PPKn Angkatan 2007
FIP UM
3. DOSEN PEMBIMBING : 1. Drs. Suwarno Winarno
2. Drs. H. Edi Suhartono SH., M.Pd.

Aspek yang
Penilaian/Komentar Paraf
No Dikonsultasikan Tanggal
Pembimbing D.P.
(BAB/SUB BAB)
1. Judul ACC 11-05-2009
2. Judul ACC 19-05-2009
3. Outline ACC 26-05-2009
4. Outline ACC 29-05-2009
5. Proposal I, II dan III Revisi (latar belakang, 04-06-2009
kajian pustaka,
metodologi penelitian
dan penulisan)
6. Proposal ACC dan lanjut ke 08-06-2009
Instrumen penelitian
7. Instrumen Penelitian Revisi. 15-06-2009
8. Instrumen Penelitian Revisi. 22-06-2009
9. Instrumen Penelitian ACC 29-07-2009
10. Bab IV dan V Revisi. 09-11-2009
11. Bab IV dan V Revisi 14-11-2009
12. Bab IV dan V ACC 23-11-2009
13. Bab VI Revisi 01-12-2009
14. Bab VI ACC 07-12-2009
15. Abstrak Revisi 09-12-2009
16. Abstrak ACC 17-12-2009

Malang, 22 Desember 2009


Mengetahui,
Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan

Drs. Ketut Diara Astawa, SH., M.Si.


NIP. 19540522 198203 1005
LEMBAR KONSULTASI PENYUSUNAN SKRIPSI
JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
SEMESTER GANJIL 2009/2010
1. NAMA MAHASISWA/NIM : Ana Kholivah/105171479401
2. JUDUL SKRIPSI : Pengaruh Culture Shock Terhadap Hasil
Belajar Mahasiswa PPKn Angkatan 2007
FIP UM
3. DOSEN PEMBIMBING : 1. Drs. Suwarno Winarno
2. Drs. H. Edi Suhartono SH., M.Pd.

Aspek yang
Penilaian/Komentar Paraf
No Dikonsultasikan Tanggal
Pembimbing D.P.
(BAB/SUB BAB)
1. Judul Perbaikan Redaksional 15-05-2009
2. Judul Revisi 07-05-2009
3. Outline ACC, lanjut ke 17-06-2009
proposal.
4 Proposal I, II dan III ACC 26-06-2009
5. Proposal I, II dan III ACC dan turun 31-07-2009
Instrumen Penelitian lapangan
6. Bab IV, V dan VI Revisi 23-11-2009
7. Bab IV, V dan V Revisi 07-12-2009
8. Bab IV, V, V dan ACC 17-12-2009
abstrak

Malang, 22 Desember 2009


Mengetahui,
Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan

Drs. Ketut Diara Astawa, SH., M.Si.


NIP. 19540522 198203 1005
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Ana Kholivah


Nim : 105811479401
Jurusan/Program Studi: Hukum dan Kewarganegaraan/ PPKn
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial/ S1

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, 22 Desember 2009


Yang membuat pernyataan

Ana Kholivah
SKALA KEMAMPUAN ADAPTASI DAN PENGARUH CULTURE SHOCK
TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA PPKN FIP UM ANGKATAN 2007

Teman-teman dan sahabat sekalian,


Kami berusaha untuk mengatahui bagaimana sikap dan pandangan anda
tentang berbagai masalah. Untuk itulah anda diharapkan untuk mengisi beberapa
pernyataan yang telah disediakan.
Jawaban yang dikehendaki tidak ada yang benar maupun yang salah, oleh
karena itu isilah sesuai dengan keyakinan anda masing-masing dan sesuai dengan
keadaan sendiri.
Perlu juga disampaikan bahwa dalam mengisi pernyataan ini anda tidak
perlu khawatir atau cemas karena tidak ada pengaruhnya terhadap prestasi belajar
anda. Untuk itulah dalam mengisi skala ini diharapkan hanya anda sendiri yang
mengerjakan.
Demikian pengantar ini, atas segala kesediaan dan kerjasamanya kami
mengucapkan terimakasih.

Petunjuk Pengisian
1. Pernyataan-pernyataan yang ada berikut berkenaan dengan apa yang dimiliki
seseorang (anda) terutama yang berkaitan dengan kemampuan adaptasi dan
pengaruh culture shock terhadap hasil belajar anda selama ini.
2. Berilah tanda check (√) pada kolom sesuai pilihan jawaban anda dan sesuai
dengan dengan keadaan anda sendiri. Pada salah satu kolom alternatif jawaban
mempunyai arti:
SS : sangat setuju
S : setuju
TS : tidak setuju
STS : sangat tidak setuju

Data Personal
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Umur :
4. Agama :
5. Tempat lahir :
6. Daerah asal (Kab dan Propinsi) :
7. Sudah berapa lama tinggal di Malang :
8. Bahasa yang di pakai dalam keluarga :
9. Suku/etnis :
10. Tempat tinggal di Malang :
a. Dirumah sendiri
b. Menumpang keluarga/kerabat
c. Asrama/kos
11. Status Pernikahan :
a. Sudah menikah
b. Belum menikah
12. Apakah sebelumnya pernah merantau ke daerah /propinsi lain?
a. Ya, sebelumnya ke :
b. Tidak
13. Bahasa yang dikuasai :
a. Jawa __ngoko__ madya __krama) (silahkan centang)
b. Lain-lain, sebutkan...........
14. Pertanyaan di bawah ini untuk menjabarkan kemampuan berbahasa Jawa
anda
a. Bagaimana tingkat kelancaran berbahasa Jawa anda saat ini? (1: tidak
lancar sama sekali; 2 : lancar; 3 : sangat lancar)

1 2 3
b. Seberapa nyaman anda berkomunikasi dengan bahasa Jawa? (1: tidak
nyaman; 2: nyaman; 3: nyaman sekali)

1 2 3

c. Seberapa sering anda berkomunikasi dengan bahasa Jawa? (1: tidak


pernah; 2 : pernah; 3: sering sekali)

1 2 3
Culture Shock Questionnaire

SS S TS STS
No. Pernyataan
4 3 2 1

1. Selalu menjadi diri sendiri selama berinteraksi dengan


orang-orang di lingkugan baru.

2. Saya mengerti bahasa yang dipakai oleh orang-orang di


lingkungan baru saya

3. Memiliki rasa percaya diri (self confidence) yang tinggi.

4. Saya bersifat ekstrovert (terbuka) dengan orang-orang di


sekitar lingkungan baru saya

5. Saya mengetahui yang akan saya raih di lingkungan


baru saya saat ini

6. Saya sudah mengetahui bagaimana budaya di


lingkungan baru saya sekarang ini (Malang)

7. Saya selalu bergaul/ ikut bergabung dengan himpunan


organisasi daerah saya berasal.

8. Saya aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan (HMJ,


BEM atau kegiatan UKM lainnya)

9. Aktif berinteraksi dengan orang orang lokal/ orang


Malang

10. Nyaman dengan adat istiadat budaya Malang yang


mengutamakan tata krama

11. Saya memiliki kemampuan kemampuan bersosialisasi


yang tinggi.

12. Bersikap terbuka dalam menghadapi berbagai masalah


di lingkungan baru.

13. Saya senang menghabiskan waktu bersama teman-


teman baru di lingkungan saya sekarang.
Saya berusaha keras memahami segala sesuatu di
14. lingkungan baru saya .

15. Saya sudah mengenal bahasa Jawa Malangan


sebelumnya.
Saya ingin mempelajari bahasa Jawa
16. (ngoko,madya,krama) lebih dalam
17. Kurang percaya diri (PD) memulai pembicaraan
dengan orang baru

18. Keinginan untuk selalu mencari orang yang berasal dari


daerah yang sama.

19. Keinginan untuk tidak mengungkapkan diri terlalu


banyak kepada orang lain.

20. Pasif bertukar informasi yang berkaitan dengan budaya


(budaya asal dengan budaya baru)

21. Saya merasa tidak nyaman dengan hari-hari saya ketika


berinteraksi sosial

22. Saya merasa cemas dan canggung ketika bertemu


dengan orang-orang lokal (orang Malang)

23. Saya merasa bingung dan takut berinteraksi ketika


beradaptasi dengan lingkungan baru

24. Saya merasa canggung berkomunikasi menggunakan


bahasa Jawa dalam keseharian saya di lingkungan baru

25. Saya merasa kurang percaya diri dan kurang bebas


mengekspresikan diri di lingkungan baru ini

26. Saya tidak memiliki sense of belonging (rasa memiliki)


terhadap lingkungan baru saya

27. Saya merasa tegang saat memasuki wilayah yang


berbeda dengan budaya saya

28. Saya merasa asing dan sendiri berada di lingkungan


saya yang baru ini

29. Sering merasa tidak dihargai oleh orang di lingkungan


baru.

30. Saya merasa menjadi lebih sentimen/tersinggung


apabila ada yang menyinggung budaya saya

31. Saya selalu sedih / menangis karena jauh dari keluarga

Saya sangat ingin pulang ke rumah dan bertemu


32. keluarga dan teman-teman saya di rumah
(Homesickness)
33. Saya merasa tidak diterima oleh orang-orang lokal di
budaya yang baru ini

34. Saya merasa kehilangan orang-orang yang telah saya


kenal sebelumnya

35. Saya marah, benci, dan enggan untuk berinteraksi


dengan orang-orang yang ada di lingkungan baru saya
Saya memandang budaya asli saya sebelumnya masih
36. lebih baik daripada budaya baru yang saya hadapi
sekarang
37. Saya merasa telah kehilangan jati diri selama berada di
lingkungan baru ini
Orang- orang di lingkungan baru membentuk suatu
38. stereotip (pandangan negatif) terhadap nilai-nilai
budaya saya
39. Saya merasa takut akan keamanan diri karena perbedaan
latar belakang budaya
Saya sering membicarakan hal buruk tentang budaya
40. baru saya sekarang bila bersama dengan orang-orang
dalam kelompok budaya saya
41. Saya merasa tertekan setelah saya pindah ke Malang

42. Saya merasa sedih berada di lingkungan yang tidak


familiar

43. Sangat menyakitkan bagi saya karena orang-orang disini


tidak mengerti nilai-nilai budaya saya

44. Saya merasa minder karena latar belakang budaya saya

45. Saya pernah merasa sakit atau nyeri yang tidak saya
tahu sebabnya selama beradaptasi di tempat yang baru
Saya pernah mengalami alergi (flu tiap bangun pagi atau
46. kembung/mual) selama berada di lingkungan baru ini,
yang sebelumnya saya tidak pernah mengalaminya
47. Saya mempunyai masalah dengan pola tidur saya
semenjak saya memasuki daerah yang masih asing ini
Saya mempunyai masalah dengan pola makan selama
48. beradaptasi di lingkungan baru ini (nafsu makan
berkurang/ bertambah karena stres)
49. Aktif menjalin komunikasi dan berelasi dengan teman-
teman baik dari dalam maupun luar kampus.
50. Aktif dalam kelompok belajar di luar kampus.

51. Aktif dalam melibatkan diri di dalam kelas misalnya


mengemukakan pertanyaan dan pendapat.
Rajin mengunjungi perpustakaan atau browsing internet
52. untuk mencari referensi, modul atau buku yang relevan
dengan mata kuliah yang responden tempuh.
Responden selalu membiasakan diri untuk mempelajari
53. dan membaca materi yang akan disampaikan oleh
dosen.
54. Responden terbuka dalam menerima pikiran yang
berbeda dengan pikirannya .

55. Saya mampu mengatur waktu dengan baik.


Daftar Indeks Prestasi Mahasiswa S1 PPKn FIP
Universitas Negeri Malang
Tahun Angkatan 2007/2008

Nama Mahasiswa NIM IP semester IP semester genap Kenaikan IP


gasal (I) (II) (naik/turun)
th 2007/2008 th 2007/2008
DESSY ANGGRAENI P 107171402053 3.23 3.09 -0.14 (turun)
PUJI SETYA UTAMI 107171402055 3.57 3.69 0.12 (naik)
ROZAQ BUDI PARWITA 107171402056 1.69 3 1.31 (naik)
MILA EKAWATI 107171402057 3.22 3.13 -0.09 (turun)
DEWI ANGGRAENI 107171402059 2.95 3.35 0.4 (naik)
DADDY ADI B 107171402060 3.26 3 -0.26 (turun)
YELLA WIRATRANTI 107171402061 3.37 3.14 -0.23 (turun)
LUKI SILVIA W 107171402062 3.24 2.95 -0.29 (turun)
NOVI SRI UTAMI 107171402064 2.96 3.1 0.14 (naik)
WIDYORIN P W 107171402065 2.99 3.28 0.29 (naik)
CAHYA PURNAMA 107171402066 3.31 3.2 -0.11 (turun)
NURUL RATNAWATI 107171402068 3.46 3.72 0.26 (naik)
CHANDRA K 107171402069 3.4 3.48 0.08 (naik)
MOH.IMAM 107171402071 2.93 3.13 0.2 (naik)
DEVY TRI ANITA 107171402072 3.47 3.5 0.03 (naik)
ROSE FITRIA L 107171402073 3.2 3.31 0.11 (naik)
NURI PRABAWATI 107171402074 3.16 2.79 -0.37 (turun)
ANIS SURAHMAN 107171402075 3.34 3.41 0.07 (naik)
LENI KURNIAWATI 107171405220 3.04 3.25 0.21 (naik)
HEFELI DONGA KORI 107171405221 2.9 2.47 -0.43 (turun)
MUJIASIH 107171405222 3.2 3.17 -0.03 (turun)
NURUL MEIYANA 107171407051 3.51 3.3 -0.21 (turun)
ISMAWATI 107171407052 2.79 2.99 0.2 (naik)
MEGA CLARA LULITA 107171407054 2.95 3.48 0.53 (naik)
ARIF NUR PRASETYO 107171407056 2.42 2.9 0.48 (naik)
RULI EKO SETYAWAN 107171407057 3.31 2.71 -0.6 (turun)
MIFDA SUZRON A 107171407058 2.93 3 0.07 (naik)
NYUPRIH AYU R 107171407060 3.22 3.09 -0.13 (turun)
RAGIL TRI ASTIKA S 107171407061 3.17 3.33 0.16 (naik)
IWAN TRI SUSANTO 107171407062 3 2.97 -0.03 (turun)
INDRA ANDI W 107171407063 3.4 3.04 -0.36 (turun)
FAIRUZ ADTYA A 107171407066 3.11 3.08 -1.03 (turun)
UZLIFATUL M 107171407067 3.22 3.31 0.09 (naik)
NURNA LISTYA A 107171407068 3.1 3.14 0.04 (naik)
NAWANG LESTARI W 107171407069 3.01 2.66 -0.35 (turun)
ERIKA NUR UBAY 107171407070 3.21 2.87 -0.34 (turun)
LAILATUL JAMILA 107171407071 3.62 3.55 -0.07 (turun)
LAILILATUL B 107171407072 3.33 3.46 0.13 (naik)
ANY SETYO RAHAYU 107171407073 3.31 3.32 0.01 (naik)
ENDAH RETNANING 107171407074 3.4 3.25 -0.15 (turun)
Daftar Indeks Prestasi Mahasiswa S1 PPKn FIP
Universitas Negeri Malang
Tahun Angkatan 2007/2008
Nama Mahasiswa NIM IP semester IP semester genap Kenaikan IP
gasal (I) (II) (naik/turun)
th 2007/2008 th 2007/2008
NITA WAHYUNINGSIH 107171407075 2.93 3.52 0.59 (naik)
DINTA FEBRI P 107171407077 3.14 2.45 -0.69 (turun)
INDRI PUJI ASTUTI 107171410270 2.78 3.33 0.55 (naik)
OTONG KURNIAWAN 107171410271 3.12 3.11 -0.01 (turun)
EKO WAHYUDI 107171410272 2.8 3.33 0.53 (naik)
KRISTYAN ARIE Y 107171410274 2.81 3.17 0.36 (naik)
MURNI ASIH 107171410275 3.05 3.41 0.36 (naik)
MOH. MUJTABAH H 107171410276 3.5 3.67 0.17 (naik)
BAMBANG ARY W 107171410277 3.34 2.99 -0.35 (turun)
TUTIK HIDAYATI 107171410280 2.75 3.4 0.65 (naik)
LAILATUL FITRYAH 107171410281 3.49 3.64 0.15 (naik)
TRI HARTATI 107171410282 3.52 3.28 -0.24 (turun)
RESI LESTARI 107171410283 3.4 2.66 -0.74 (turun)
A'A PAKAR JAGAT A 107171410284 3.55 3.13 -0.42 (turun)
GALANG YUDHISTIRA 107171410285 3.36 2.76 -0.6 (turun)
CHUSNUL KHOTIMAH 107171410287 3.19 3.45 0.26 (naik)
DESINTA DWI RAPITA 107171410288 3.49 3.55 0.06 (naik)
ANJAR PRIYO A 107171410289 2.83 2.78 -0.05 (turun)
ENDANG SRI LESTARI 107171410290 3.49 3.43 -0.06 (turun)
MOH. YUSRI 107171410291 3.14 2.45 -0.69 (turun)
SUKRI 107171410292 3.29 3.1 -0.19 (turun)
LIA RAHMAWATI 107171410293 3.36 3.08 -0.28 (turun)
AJENG NILASARI 107171410294 3.36 3.29 -0.07 (turun)
SANI WINANTI 107171410296 3.48 2.8 -0.68 (turun)
AHMAD SANUSI 107171410297 3.2 2.71 -0.49 (turun)

Mengetahui
Kasubag Pendidikan dan Evaluasi

Dwi Waluyo, S.Sos


NIP.19650206 198510 1001
Analisis Validitas Reliabilitas Culture Shock

Correlations

Total Culture
Total Culture Pearson Correlation 1
N 67
butir_1 Pearson Correlation .492(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_2 Pearson Correlation .307(*)
Sig. (2-tailed) .012
N 66
butir_3 Pearson Correlation .330(**)
Sig. (2-tailed) .006
N 67
butir_4 Pearson Correlation .303(*)
Sig. (2-tailed) .013
N 67
butir_5 Pearson Correlation .215
Sig. (2-tailed) .083
N 66
butir_6 Pearson Correlation .135
Sig. (2-tailed) .278
N 67
butir_7 Pearson Correlation .191
Sig. (2-tailed) .121
N 67
butir_8 Pearson Correlation .367(**)
Sig. (2-tailed) .002
N 67
butir_9 Pearson Correlation .327(**)
Sig. (2-tailed) .007
N 67
butir_10 Pearson Correlation .273(*)
Sig. (2-tailed) .025
N 67
butir_11 Pearson Correlation .380(**)
Sig. (2-tailed) .002
N 67
butir_12 Pearson Correlation .454(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_13 Pearson Correlation .285(*)
Sig. (2-tailed) .019
N 67
butir_14 Pearson Correlation .490(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_15 Pearson Correlation .399(**)
Sig. (2-tailed) .001
N 67
butir_16 Pearson Correlation .614(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_17 Pearson Correlation .520(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_18 Pearson Correlation .507(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_19 Pearson Correlation .500(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_20 Pearson Correlation .479(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_21 Pearson Correlation .558(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_22 Pearson Correlation .645(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_23 Pearson Correlation .472(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_24 Pearson Correlation .623(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_25 Pearson Correlation .526(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_26 Pearson Correlation .454(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_27 Pearson Correlation .133
Sig. (2-tailed) .284
N 67
butir_28 Pearson Correlation .397(**)
Sig. (2-tailed) .001
N 67
butir_29 Pearson Correlation .289(*)
Sig. (2-tailed) .018
N 67
butir_30 Pearson Correlation .501(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_31 Pearson Correlation .488(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_32 Pearson Correlation .226
Sig. (2-tailed) .065
N 67
butir_33 Pearson Correlation .445(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_34 Pearson Correlation .286(*)
Sig. (2-tailed) .019
N 67
butir_35 Pearson Correlation .487(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_36 Pearson Correlation .518(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_37 Pearson Correlation .240
Sig. (2-tailed) .051
N 67
butir_38 Pearson Correlation .397(**)
Sig. (2-tailed) .001
N 67
butir_39 Pearson Correlation .434(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_40 Pearson Correlation .403(**)
Sig. (2-tailed) .001
N 67
butir_41 Pearson Correlation .172
Sig. (2-tailed) .163
N 67
butir_42 Pearson Correlation .108
Sig. (2-tailed) .383
N 67
butir_43 Pearson Correlation .156
Sig. (2-tailed) .206
67
N
butir_44 Pearson Correlation .454(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_45 Pearson Correlation .527(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_46 Pearson Correlation .406(**)
Sig. (2-tailed) .001
N 67
butir_47 Pearson Correlation .476(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_48 Pearson Correlation .393(**)
Sig. (2-tailed) .001
N 67
butir_49 Pearson Correlation .310(*)
Sig. (2-tailed) .011
N 67
butir_50 Pearson Correlation .365(**)
Sig. (2-tailed) .002
N 67
butir_51 Pearson Correlation .546(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_52 Pearson Correlation .257(*)
Sig. (2-tailed) .036
N 67
butir_53 Pearson Correlation .331(**)
Sig. (2-tailed) .006
N 67
butir_54 Pearson Correlation .397(**)
Sig. (2-tailed) .001
N 67
butir_55 Pearson Correlation .454(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_56 Pearson Correlation .441(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_57 Pearson Correlation .533(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_58 Pearson Correlation .508(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_59 Pearson Correlation .205
Sig. (2-tailed) .097
N 67
butir_60 Pearson Correlation .480(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Deskripsi Hasil Uji Validitas Reliabilitas

Culture

No.item Pearson Corelation (r hitung) r tabel (N:63 ;α =5%) Keterangan


1 0.492 0,240 valid
2 0.307 0,240 valid
3 0.33 0,240 valid
4 0.303 0,240 valid
5 0.215 0,240 tidak valid
6 0.135 0,240 tidak valid
7 0.191 0,240 tidak valid
8 0.367 0,240 valid
9 0.327 0,240 valid
10 0.273 0,240 valid
11 0.38 0,240 valid
12 0.454 0,240 valid
13 0.285 0,240 valid
14 0.49 0,240 valid
15 0.399 0,240 valid
16 0.614 0,240 valid
17 0.52 0,240 valid
18 0.507 0,240 valid
19 0.5 0,240 valid
20 0.479 0,240 Valid
21 0.558 0,240 Valid
22 0.645 0,240 valid
23 0.472 0,240 valid
24 0.623 0,240 valid
25 0.526 0,240 valid
26 0.454 0,240 valid
27 0.133 0,240 tidak valid
28 0.397 0,240 valid
29 0.289 0,240 valid
30 0.501 0,240 valid
31 0.488 0,240 valid
32 0.226 0,240 tidak valid
33 0.445 0,240 valid
34 0.286 0,240 valid
35 0.487 0,240 valid
36 0.518 0,240 valid
37 0.24 0,240 tidak valid
38 0.397 0,240 valid
39 0.434 0,240 valid
40 0.403 0,240 valid
41 0.172 0,240 tidak valid
42 0.108 0,240 tidak valid
43 0.156 0,240 tidak valid
44 0.454 0,240 valid
45 0.572 0,240 valid
46 0.406 0,240 valid
47 0.476 0,240 valid
48 0.393 0,240 valid
49 0.31 0,240 valid
50 0.365 0,240 valid
51 0.546 0,240 valid
52 0.257 0,240 valid
53 0.331 0,240 valid
54 0.397 0,240 valid
55 0.454 0,240 valid
56 0.441 0,240 valid
57 0.553 0,240 valid
58 0.508 0,240 valid
59 0.205 0,240 tidak valid
60 0.48 0,240 Valid
Jumlah butir valid 50
Jumlah butir tidak valid 10

Reliability
Alpha= 0.903 reliabel
Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 65 97.0
Excludeda 2 3.0
Total 67 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.903 60

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
butir_1 134.7385 237.790 .466 .900
butir_2 134.8769 242.297 .273 .902
butir_3 135.3077 241.435 .304 .901
butir_4 134.8615 240.996 .352 .901
butir_5 134.5231 244.597 .139 .903
butir_6 134.6923 245.998 .083 .904
butir_7 135.2923 244.898 .122 .904
butir_8 135.2154 240.547 .348 .901
butir_9 134.4923 241.660 .259 .902
butir_10 135.3077 241.685 .304 .901
butir_11 135.1538 241.226 .329 .901
butir_12 135.2000 238.850 .442 .900
butir_13 134.8769 242.922 .208 .903
butir_14 135.0615 235.965 .440 .900
butir_15 134.5846 237.528 .353 .901
butir_16 135.4154 235.653 .562 .899
butir_17 135.5846 240.403 .500 .900
butir_18 135.6308 238.768 .539 .900
butir_19 135.4769 240.285 .448 .900
butir_20 135.4769 239.691 .458 .900
butir_21 135.4615 236.846 .497 .899
butir_22 135.4462 236.501 .638 .899
butir_23 135.1385 237.621 .404 .900
butir_24 135.1692 234.112 .587 .898
butir_25 135.4462 238.345 .509 .900
butir_26 135.4154 238.090 .482 .900
butir_27 134.9538 247.170 .038 .904
butir_28 135.3846 241.553 .339 .901
butir_29 134.4462 244.376 .222 .902
butir_30 135.0154 235.484 .456 .900
butir_31 135.0769 234.978 .469 .900
butir_32 134.9692 242.562 .197 .903
butir_33 134.9231 235.260 .474 .900
butir_34 134.8154 241.903 .233 .902
butir_35 135.5538 239.532 .464 .900
butir_36 134.9846 234.765 .472 .900
butir_37 135.1692 242.580 .264 .902
butir_38 135.5385 243.096 .327 .901
butir_39 135.5692 242.468 .374 .901
butir_40 135.4615 240.221 .342 .901
butir_41 134.5077 245.504 .137 .903
butir_42 134.3077 247.435 .038 .904
butir_43 134.4308 246.155 .082 .904
butir_44 135.3846 241.490 .402 .901
butir_45 135.1385 237.652 .525 .899
butir_46 135.5385 243.034 .331 .901
butir_47 135.3846 239.959 .425 .900
butir_48 135.4923 240.285 .365 .901
butir_49 135.3538 243.076 .248 .902
butir_50 135.2154 241.640 .353 .901
butir_51 135.6154 241.147 .497 .900
butir_52 135.6154 244.709 .158 .903
butir_53 135.4308 242.780 .310 .901
butir_54 134.3846 239.522 .369 .901
butir_55 135.4308 240.843 .384 .901
butir_56 135.1692 238.112 .424 .900
butir_57 135.2462 237.845 .489 .900
butir_58 135.5692 240.093 .446 .900
butir_59 134.9077 242.398 .162 .904
butir_60 135.4923 237.598 .422 .900
Data

Summarize
Case Processing Summarya

Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
Culture Shock 67 100.0% 0 .0% 67 100.0%
Kenaikan IP 67 100.0% 0 .0% 67 100.0%
a. Limited to first 100 cases.

Case Summaries(a)

Culture Shock Kenaikan IP


1 142.00 -.14
2 149.00 .12
3 105.00 1.31
4 133.00 -.09
5 144.00 .40
6 122.00 -.26
7 112.00 -.23
8 135.00 -.29
9 131.00 .14
10 125.00 .29
11 152.00 -.11
12 129.00 .26
13 117.00 .08
14 159.00 .20
15 135.00 .03
16 134.00 .11
17 104.00 -.37
18 124.00 .07
19 147.00 .21
20 153.00 -.43
21 130.00 -.03
22 108.00 -.21
23 122.00 .20
24 131.00 .53
25 111.00 .48
26 120.00 -.60
27 109.00 .07
28 131.00 -.13
29 142.00 .16
30 115.00 -.03
31 115.00 -.36
32 146.00 -1.03
33 130.00 .09
34 119.00 .04
35 147.00 -.35
36 141.00 -.34
37 99.00 -.07
38 123.00 .13
39 129.00 .01
40 129.00 -.15
41 117.00 .59
42 150.00 -.69
43 130.00 -.36
44 153.00 -.14
45 121.00 .55
46 127.00 -.01
47 110.00 .53
48 133.00 .36
49 124.00 .36
50 128.00 .17
51 136.00 -.35
52 126.00 .65
53 92.00 .15
54 108.00 -.24
55 138.00 -.74
56 111.00 -.42
57 117.00 -.60
58 106.00 .26
59 122.00 .06
60 130.00 -.05
61 133.00 -.06
62 139.00 -.69
63 138.00 -.19
64 131.00 -.28
65 109.00 -.07
66 130.00 -.68
67 115.00 -.49
Total N 67 67
a Limited to first 100 cases.
Correlations

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N


Culture Shock 127.2090 14.47834 67
Kenaikan IP -.0399 .39016 67

Correlations

Culture Shock Kenaikan IP


Culture Shock Pearson Correlation 1 -.233
Sig. (2-tailed) .058
N 67 67
Kenaikan IP Pearson Correlation -.233 1
Sig. (2-tailed) .058
N 67 67
RIWAYAT HIDUP

Ana Kholivah dilahirkan di Probolinggo tanggal 8 Februari

1987, anak bungsu dari lima bersaudara, pasangan Bapak

Sugito dan Ibu Kiswati. Pendidikan dasar dan menengah

telah ditempuh di kampung halamannya di Probolinggo.

Pendidikan dasar ditempuh di SDN Bulujaran Lor II dan

lulus pada tahun 1999. Sedangkan pendidikan menengah pertama ditempuh di

SMPN 2 Tegalsiwalan dan lulus tahun 2002 dan pendidikan menengah atas

ditempuh di SMAN 4 Probolinggo dan lulus tahun 2005. Semasa SMP dan SMA,

penulis aktif di kegiatan organisasi sekolah (OSIS) dan kegiatan ekstrakurikuler.

Pendidikan berikutnya ditempuh di Universitas Negeri Malang melalui jalur

PMDK dan diterima di jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada

tahun 2005.

Anda mungkin juga menyukai