SKRIPSI
ANA KHOLIVAH
NIM 105811479401
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kearganegaraan
Oleh
Ana Kholivah
105811479401
Skripsi oleh Anan Kholivayh ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada
tanggal 29 Desember 2009
Dewan Penguji
Mengetahui, Mengesahkan
Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Dejkan Fakultas Ilmu Sosial
Culture shock merupakan respon yang mendalam dan negatif dari depresi,
frustasi dan disorientasi yang dialami oleh orang-orang yang hidup dalam suatu
lingkungan budaya yang baru. Setiap mahasiswa diduga mengalami culture shock
sebagai akibat perpindahannya dari lingkungan sekolah menengah (lama) ke
lingkungan universitas (baru). Kebiasaan-kebiasaan di lingkungan baru,dapat
menyebabkan tekanan dan berakibat pada kompetensi akademik mahasiswa dalam
hal ini mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM..
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan mahasiswa PPKn
angkatan 2007 FIP UM beradaptasi dengan lingkungan baru, mendeskripsikan
faktor-faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya mahasiswa PPKn angkatan
2007 FIP UM beradaptasi dengan lingkungan baru, mendeskripsikan bentuk
culture shock yang dialami oleh mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM,
pengaruh culture shock terhadap prestasi belajar mahasiswa PPKn angkatan 2007
FIP UM dan mendeskripsikan upaya mengatasi pengaruh culture shock terhadap
hasil belajar mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM.
Rancangan penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Populasi
penelitian ini adalah 67 mahasiswa angkatan 2007 PPKn FIP UM. Sampel
sebanyak 63 mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM dan teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah angket dan dokumen. Instrumen yang digunakan
yaitu skala adaptasi, skala culture shock dengan menggunakan skala Likert.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis
deskriptif dan analisis korelasional.
Hasil penelitian ini menunjukkakn bahwa (1) mahasiswa PPKn angkatan
2007 FIP UM memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan
baru yaitu dengan selalu menjadi diri sendiri selama berinteraksi dengan orang-
orang di lingkungan baru, (2) faktor yang mempengaruhi cepatnya mahasiswa
PPKn angkatan 2007 FIP UM beradaptasi dengan lingkungan baru yaitu aktif
berinteraksi dengan orang-orang lokal/ orang Malang. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi lambatnya mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM beradaptasi
dengan lingkungan baru yaitu keinginan untuk selalu mencari orang yang berasal
dari daerah yang sama dengannya, (3) bentuk culture shock yang dialami oleh
mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM adalah merasa tegang saat memasuki
wilayah yang berbeda dengan budaya asal, (4) pengaruh culture shock terhadap
perolehan hasil belajar mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM dari semester I
sampai semester II adalah tidak ada pengaruh, hal ini dapat dilihat dari kestabilan
perbandingan antara yang mengalami kenaikan dan penurunan IP yaitu antara 31:
36 orang, (5) upaya mengatasi pengaruh culture shock terhadap hasil belajar
mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM yaitu dengan aktif menjalin komunikasi
dan berelasi dengan teman-teman baik dari dalam maupun luar kampus.
Dari hasil penelitian diperoleh temuan bahwa perolehan hasil uji
hipotesisnya menunjukkan nilai probabilitas > 0,05 yakni 0,058 dan rhitung
(0,233) < rtabel (0,240) sehingga Ho diterima dan Hi ditolak. Hal ini mengandung
pengertian bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh
culture shock dengan hasil belajar (IP) pada mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP
UM.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan (1) jurusan PPKn hendaknya
memberikan program bimbingan konseling dalam membantu mahasiswa
beradaptasi dengan lingkungan baru agar mahasiswa dengan mudah
memfokuskan diri pada upaya peningkatan prestasi akademiknya sehingga
diperoleh hasil belajar yang maksimal, (2) mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP
UM hendaknya selalu berpikir positif mengenai dirinya dan lingkungannya dan
terus mengasah kemampuan diri yang dimiliki (proaktif) agar menjadi mahasiswa
yang mandiri dan berprestasi, (3) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang
lebih mendalam yaitu dengan menggunakan metode wawancara dan observasi
agar diperoleh hasil penelitian yang maksimal.
KATA PENGANTAR
puja dan puji kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, skripsi
dengan baik.
yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Hariyono, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang
2. Bapak Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu
3. Bapak Drs. Kt Diara Astawa, SH, M.Si, selaku Ketua Jurusan PPKn yang
9. Teman- teman kos Amblas (Riza, Ninja, Noza) yang telah banyak
12. Semua pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung yang
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
kekurangan-kekurangan, untuk itu tegur sapa dan kritik yang membangun dari
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
ABSTRAK ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
D. Kegunaan Penelitian ................................................................ 7
E. Asumsi Penelitian .................................................................... 8
F. Hipotesis Penelitian .................................................................. 9
G. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ............................ 10
H. Definisi Istilah ......................................................................... 10
BAB V PEMBAHASAN
A. Adaptasi Mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM dengan
lingkungan baru ....................................................................... 62
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya mahasiswa
PPKn FIP UM angkatan 2007 beradaptasi dengan lingkungan
baru ......................................................................................... 63
C. Bentuk culture shock yang dialami oleh Mahasiswa
PPKn angkatan 2007 FIP UM .................................................. 65
D. Pengaruh culture shock terhadap prestasi belajar Mahasiswa
PPKn angkatan 2007 FIP UM .................................................. 68
E. Upaya mengatasi pengaruh culture shock terhadap
prestasi belajar Mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM ....... 69
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 72
B. Saran ....................................................................................... 73
Tabel Halaman
1.1 Jabaran variabel penelitian ..................................................................... 10
3.1 Blue print uji coba skala pengaruh culture shock .................................... 41
3.2 Hasil uji validitas instrumen uji coba skala culture shock ....................... 42
3.3 Blue print skala culture shock untuk penelitian ....................................... 44
3.4 Koefisien korelasi, arti korelasi, kesimpulan........................................... 48
4.1 Kualifikasi kemampuan adaptasi mahasiswa PPKn angkatan 2007
FIP UM...................................................................................................... 53
4.2 Kemampuan adaptasi mahasiswa PPKN angkatan 2007 FIP UM............ 54
4.3 Faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya proses adaptasi
mahasiswa PPKN angkatan 2007 FIP UM.............................................. 54
4.4 Bentuk culture shock yang dialami oleh mahasiswa PPKn angkatan 2007
FIP UM...................................................................................................... 55
4.5 IP mahasiswa PPKN angkatan 2007 FIP UM dari semester 1 sampai
semester 2 .............................................................................................. 57
4.6 Upaya mengatasi pengaruh culture shock terhadap hasil belajar
mahasiswa PPKN angkatan 2007 FIP UM.............................................. 59
4.5 Distribusi frekuensi culture shock .......................................................... 60
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Hubungan Variabel X dan Variabel Y .................................................. 36
4.1 Diagram lingkaran Mahasiswa Jurusan PPKN Angkatan 2007 FIP UM
Berdasarkan Jenis Kelamin.................................................................. 49
4.2 Diagram lingkaran Mahasiswa Jurusan PPKN Angkatan 2007 FIP UM
Berdasarkan Agama ............................................................................ 50
4.3 Diagram lingkaran Mahasiswa Jurusan PPKN Angkatan 2007 FIP UM
Berdasarkan Etnis................................................................................ 50
4.4 Diagram lingkaran Mahasiswa Jurusan PPKN Angkatan 2007 FIP UM
Berdasarkan Penggunaan Bahasa Yang Dipakai Dalam Keluarga........ 51
4.5 Diagram lingkaran Mahasiswa Jurusan PPKn Angkatan 2007 FIP UM
Berdasarkan Penguasaan Bahasa Jawa................................................. 52
4.6 Diagram lingkaran Mahasiswa Jurusan PPKN Angkatan 2007 FIP UM
Berdasarkan Daerah Asal .................................................................... 53
4.7 Diagram lingkaran Mahasiswa Jurusan PPKN Angkatan 2007 FIP UM
Berdasarkan Tempat Tinggal di Malang .............................................. 53
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Instrumen Penelitian ................................................................................ 79
2. Datar indeks prestasi mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 .............. 85
3. Hasil perolehan angket culture shock....................................................... 87
4. Analisis validitas butir soal...................................................................... 89
5. Kerja uji korelasi ..................................................................................... 95
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di dunia ini tidak ada yang tetap, selalu terjadi perubahan. Demikian pula
apa yang terjadi pada suatu entitas yang namanya masyarakat. Pada dasarnya
tidak ada masyarakat dunia yang tidak berubah, baik masyarakat yang masih
ada yang cepat dan mencolok dan ada pula yang lambat. Dengan kata lain, bahwa
design yang dirancang oleh manusia sendiri selaku master mind-nya dengan
terlebih dahulu membuat suatu skala prioritas tentang agenda-agenda masa depan
konteks ini perubahan suatu fenomena yang pasti terjadi walaupun durasi
Arah nilai sosial budaya dan fungsi sebuah orientasi terhadap nilai budaya
beranggapan bahwa dalam kerangka sistem budaya dari tiap kebudayaan terdapat
pada serangkaian konsep-konsep yang abstrak dan luas ruang lingkupnya, yang
hidup dalam alam pikiran dari sebagian besar warga masyarakat, mengenai apa
yang harus dianggap penting dan bernilai dalam hidup (Noerhadi, 1982:8-16).
Dengan demikian sistem nilai budaya itu juga berfungsi sebagai suatu pedoman
orientasi bagi segala tindakan manusia dalam hidupnya. Suatu sistem nilai budaya
merupakan sistem tata tindakan yang lain, seperti sistem norma, hukum, hukum
adat, aturan etika, aturan moral, aturan sopan santun dan sebagainya. Sejak kecil
Dari uraian di atas dapat ditarik benang merah dimana manusia pasti
budaya dalam diri seseorang tersebut telah berakar di dalam mentalitasnya dan
kemudian sukar diganti dengan yang lain dalam waktu yang singkat.
sosial. Masalah sosial pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia, karena masalah sosial telah terwujud sebagai
hasil dari kebudayaan manusia itu sendiri, sebagai akibat dari hubungan-
hubungannya dengan sesama manusia lainnya, dan sebagai akibat dari tingkah
laku manusia. Biasanya masalah sosial tersebut timbul sebagai dampak dari
masyarakat, dan ada pula yang dianggap sebagai masalah yang tidak perlu
mendapat perhatian. Suatu masalah sosial akan terjadi apabila kenyataan yang
mungkin sangat besar, akan tetapi juga dapat merupakan perbedaan yang kecil.
Terjadinya masalah sosial, tidak selalu disebabkan oleh faktor-faktor sosial akan
tidaklah sama antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan-perbedaan itu
tesebut dapat terwujud sebagai masalah sosial, masalah moral, masalah politik,
masalah sosial tersebut ada kaitannya dengan moral dan pranata-pranata sosial,
(Nisbet, 1986:17 ).
berbagai aspek, seperti adanya keberagaman suku bangsa, agama, bahasa, adat
istiadat dan sebagainya. Dilain pihak, perkembangan dunia yang sangat pesat saat
ini dengan mobilitas dan dinamika yang sangat tinggi telah menyebabkan dunia
menuju ke arah “desa dunia” (global village) yang hampir tidak memiliki batas-
batas lagi sebagai akibat dari perkembangan teknologi modern. Oleh karena itu,
masyarakat (dalam arti luas) harus sudah siap menghadapi situasi-situasi baru
kita) berangsur mengubah orientasi hidup dari orientasi “kini” menjadi “masa
depan”. Kita semakin tersadar akan pentingnya menanam benih investasi masa
Kondisi ini membuat banyak orang yang hidup di pelosok pergi merantau,
Selain itu, distribusi kualitas sarana dan prasaran pendidikan pun seringkali tidak
memihak masyarakat pelosok. Akhirnya banyak orang di negeri ini harus rela
Dapat dilihat potensi jumlah perguruan tinggi negeri dan swasta yang terdapat di
kota Malang. Harga makanan yang relatif murah dan fasilitas pendidikan yang
Tinggi Swasta lainnya. Hal ini menyebabkan banyak penduduk dari berbagai
wilayah di Indonesia yang sengaja datang ke kota Malang untuk menuntut ilmu.
Proses mobilitas regional seperti ini seringkali menghantui pikiran dan jiwa
Salah satu fenomena sosial yakni Culture Shock merupakan unsur dalam
kehidupan masyarakat yang menarik untuk dikaji karena Culture Shock atau
seseorang yang berada di daerah asing. Memang masalah ini tidak secara
langsung mengancam nyawa, tetapi apabila tidak segera ditangani dengan baik
bisa mengakibatkan hal yang serius dikemudian hari. Culture Shock bisa menjadi
kondisi yang buruk jika melibatkan hal di antaranya sulit tidur, perasaan tidak
yang satu dengan jurusan yang lain mengalami tingkat Culture Shock yang
berbeda. Selain itu, sebagai bentuk apresiasi peneliti terhadap jurusan PPKn untuk
lingkungan baru?
C. Tujuan Penelitian
baru.
D. Kegunaan Penelitian
2. Bagi mahasiswa
penelitian berikutnya.
E. Asumsi
dianggap benar tanpa harus dibuktikan terlebih dahulu. Asumsi diajukan agar
peneliti adalah:
Shock
5. Mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 dianggap tahu persis konsep culture
shock
6. IQ dianggap sama (homogen) dan tidak mempengaruhi hasil belajar
7. Sarana dan prasarana belajar dianggap sama dan tidak mempengaruhi hasil
F. Hipotesis
Hipotesis (hypothesis) berasal dari dua kata yaitu, hypo yang artinya “di
baru didasarkan atas teori yang relevan dan belum didasarkan atas data empiris.
§ Jika tingkat culture shock tinggi maka hasil belajar mahasiswa PPKn angkatan
§ Jika tingkat culture shock rendah maka hasil belajar mahasiswa PPKn
masalah yang luas dan kompleks maka perlu diberi batasan pada hal-hal sebagai
berikut:
3. Hasil belajar dilihat dari IPK yang tertera pada KHS (Kartu Hasil Studi).
F. Definisi Istilah
1. Culture Shock adalah gejala kejutan/ sindrom yang dialami oleh seseorang
pada saat memasuki budaya baru yang berbeda dengan budaya asalnya.
selesai. Hasil belajar mahasiswa dapat diketahui dari nilai IPK (Indeks Prestasi
KAJIAN PUSTAKA
1. Konsep Budaya
Istilah Culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya
dengan kebudayaan, berasal dari bahasa Latin “colere” yang artinya adalah
mengerjakan tanah atau bertani. Kata “colere” yang kemudian berubah menjadi
“culture” diartikan sebagai “segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah
dan mengubah alam” (Soekanto, 1996: 188). Kata culture juga kadang
kelakuan. Sehingga dapat dilihat bahwa segala sesuatu yang ada dalam pikiran
kebudayaan.
dan semua produk dari kelompok manusia tertentu yang diturunkan dari generasi
ke generasi (Santrock, 1998: 289). Produk dalam hal ini adalah hasil dari interaksi
pola-pola persepsi yang diakui dan diharapkan oleh orang-orang lainnya dalam
manusia secara tidak sadar menuju cara-cara khusus bertingkah laku dan
berkomunikasi. Dan kalau mau dikaji lagi salah satu definisi yang telah
sebagai konsep yang bergerak melalui suatu kontinum. Mulai dari kognisi dan
keyakinan mengenai orang-orang lain dan diri sendiri, termasuk nilai-nilai, sampai
hubungan yang lebih kecil dan yang lebih akrab, seperti kelompok etnik,
organisasi pendidikan, akan ditemukan bahwa sejumlah segi yang komplek dan
berpakaian, cara makan, sruktur kelas, orientasi politik, agama, falsafah ekonomi,
keyakinan dan sistem lainnya. Unsur-unsur ini tidaklah terpisahkan dari yang lain,
banyak anak tidak saja dapat dijelaskan dari adat kebiasaan tetapi juga dari segi
ekonomi, agama, kesehatan dan tingkat teknologi dari masyarakat yang
bersangkutan.
Ahli lintas budaya Richard Brislin (dalam Santrock, 1998: 289) baru-baru
muncul apabila:
Dalam kedua peristiwa di atas, dapat diketahui bahwa “ada sesuatu yang
merasa tidak tahu pasti mengapa demikian. Karena sudah terbiasa dengan
kebudayaan sendiri, maka kebanyakan orang menjadi tidak sadar akan hakekat
subbudayanya. Sehingga orang mudah mengkonsumsi bahwa, apa yang ada atau
Kebudayaan atau subbudaya dari unit sosial apapun selalu berubah dengan
belakang. Apabila sebagai individu ia berubah, maka perubahan itu sedikit banyak
masyarakat yang lebih besar. Kelompok yang tidak dominan mungkin akan
terserap kedalam arus budaya yang lebih mantap, atau mungkin banyak kelompok
yang akan menyatu dan membentuk masyarakat baru (melting spot). Individu
Perubahan budaya akibat dari hubungan langsung dan terus menerus antara dua
pada akhirnya akan menjadi anggota penuh kelompok budaya mayoritas dan
bahwa orang akan menjadi partisipan yang kompeten dalam budaya mayoritas dan
Mengetahui dan memahami dua kultur berbeda. Disini individu dapat mengubah
tingkah laku mereka untuk menyesuaikan diri pada sebuah konteks sosial tertentu.
Orang dapat mempertahankan identitas mereka yang menonjol dan pada saat
bersamaan bekerjasama dengan orang lain dengan budaya yang berbeda untuk
mencapai kebutuhan nasional bersama. John Berry (1993) seorang psikolog lintas
geografis akan melebur bersama sampai tidak bisa dibedakan dan membentuk
Riset yang dilakukan oleh seorang psikolog sosial Amerika bernama Donald
“benar” dan bahwa apa yang terjadi di budaya lain adalah “tidak natural” dan
“tidak benar”
refrensi pada kelompok budayanya sendiri. Implikasinya adalah bahwa orang dari
yang kita pelajari bersama dan untuk itu dibutuhkan komunikasi. Komunikasi
Chu (dalam Mulyana, 2005:14) mengatakan bahwa setiap pola budaya dan setiap
bahwa budaya sebagai seperangkat nilai, kepercayaan, norma dan adat istiadat,
mengikat mereka satu sama lain dan memberi mereka kesadaran bersama.
dalam menentukan sikap pikiran dan tindakan kita. Apa yang kita pikirkan dan
pilihan tindakan kita termasuk cara kita berkomunikasi adalah hasil dari apa yang
pemahaman budaya dari aspek komunikasi memandu kita berpikir tentang diri
kita sendiri dan hidup kita dengan orang lain dan bagaimana kita menetapkan dan
psikologi lintas budaya karena budaya sebagai gagasan, baik yang muncul sebagai
perilaku maupun ide seperti nilai dan keyakinan, sekaligus sebagai meterial,
budaya sebagai produk (masif) maupun sesuatu (things) yang hidup (aktif) dan
konstruk sosial sekaligus konstruk individu. Ada dua hal yang ditekankan, yaitu:
ataupun perilaku yag sama. Kepemilikan bersama atas hal-hal fisik dan
psikologi.
Mengenai apa yang dibagi (things are shared) adalah penekanan yang
khas dari definisi Matsumomo tersebut. Apa yang dibagi dalam definisi
Lebih dari itu, yang dibagi adalah ide, sikap, nilai, keyakinan isi kepala
dari tiap individu yang hidup di komunitas budaya tersebut serta kesadaran
Dapat disimpulkan bahwa definisi budaya dalam konteks psikologi lintas budaya
bersama.
Terdapat beberapa kesepakatan dari ciri khas budaya yang dapat dijadikan
petunjuk untuk membangun sebuah definisi budaya yang tepat dan ringkas,
Perbedaan perilaku dan norma antara generasi tua dan generasi muda dari
satu budaya atau dikenal dengan “gap antar generasi” merupakan bukti
Apa yang disebut budaya adalah ada ketika seorang manusia bertemu
kelompok.
Budaya tidaklah ada ketika seorang manusia tidak pernah bertemu dengan
Sehingga pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa budaya adalah sebuah konsep
yang sangat kompleks. Sebuah konsep yang menyentuh semua aspek kehidupan
sehingga mungkin menjadi kehidupan sendiri. Setiap budaya tampaknya juga
memahami apa arti budaya dengan cara pandang yang tidak selalu sama, sangat
c. Kehilangan Budaya
adanya kontak antar budaya. Seseorang dapat menolak tradisinya sendiri dan
seseorang yang pulang kembali ke daerah asal dari perantauan akan ditolak oleh
Kemungkinan yang lebih diharapkan dalam kontak antar budaya pada tingkat
konteks pekerjaan dan politik yang disokong oleh “sikap-sikap akulturasi”, yaitu:
dimilikinya.
pantas atau layak dari sistem sosial yang berbeda tanpa kehilangan inti
sama seperti dengan kesedihan, berduka cita dan kehilangan. Sehingga dapat
dikaitkan mirip dengan kondisi seseorang ketika kehilangan orang yang dicintai.
Bedanya dalam culture shock individu merasa kehilangan relasi, objek atau
orang yang mengalami culture shock tersebut adalah dengan cara membantunya
terhadap kultur baru ini memunculkan tentang kurve U. Teori ini berpendapat
bahwa orang-orang yang menyeberang ke kultur lain akan mengalami tiga fase
diikuti oleh frustasi, depresi dan kebingungan, dan pada akhirnya muncul keadaan
penyesuaian dan kembali normal. Ide dari pseudo medical ini menyarankan bahwa
untuk mencegah culture shock harus dilakukan transformasi mental dalam pikiran
individu. Sehingga model ini menganggap bahwa satu kultur adalah lebih unggul
dari kultur yang lain. Jika seseorang dapat dibujuk untuk membuang ide-ide
lamanya dan beradaptasi terhadap ide baru, maka semua masalah akan teratasi
muncullah mode culture learning yang digagas Furnham dan Bochner (dalam
masyarakat baru. Sehingga pada saat menyesuaikan terhadap kultur baru tersebut,
individu belajar bagaimana bertingkah laku dalam kultur baru itu dan setelahnya
konsep culture shock sebagai respon yang mendalam dan negatif dari depresi,
frustasi dan disorientasi yang dialami oleh orang-orang yang hidup dalam suatu
mengenalnya maka ia tidak dapat atau tidak bersedia menampilkan perilaku yang
sesuai dengan aturan-aturan itu. Definisi ini menolak penyebutan culture shock
sebagai gangguan yang sangat kuat dari rutinitas, ego dan self image individu.
a) Futura : kejutan yang dialami pada waktu dua kebudayaan yang bertemu.
b) Nakane Chie : suatu reaksi negatif terhadap berbagai segi kehidupan suatu
culture shock adalah suatu penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan atau
culture shock merupakan kejutan yang dialami oleh individu saat memasuki
adalah (a) merasa sedih dan sendiri/terasingkan, (b) temperamen cepat berubah,
merasa sering goyah dan tidak berdaya, (c) terkadang disertai masalah kesehatan,
seperti demam, flu, diare, (d) sering merasa marah, kesal, dan tidak mau
di negara asal dan bahkan menganggap negara asal lebih baik, (f) merasa
semua kebiasaan yang ada dinegara barunya, (h) menjadi kurang percaya diri, (i)
Fase atau tahap yang dilalui seorang dalam mengalami proses Culture
Shock telah diteliti Dodd (dalam Lusiana Andriani , 2002:30) sebagai berikut:
Dalam tahap ini, segala sesuatu yang baru terasa menyenangkan. Walaupun
mungkin beberapa gejala seperti tidak bisa tidur atau perasaan gelisah dialami,
perasaan tersebut. Beberapa ahli menyebut tahap ini sebagai tahap “bulan
Masa bulan madu telah selesai. Sekarang segala sesuatu telah terasa tidak
segalanya terasa asing. Untuk mengatasi rasa ini ada beberapa cara yang
rendah dan bertindak secara etnosentrik. Tahap selanjutnya melarikan diri dan
keadaan dapat menilai hal yang positif dan negative secara seimbang.
kebudayaannya.
c. Upaya mengatasi Culture Shock
keterbukaan untuk menerima pikiran yang berbeda dari dirinya, (c) cultural
language skill : kemampuan mempelajari bahasa asing dengan tepat, (f) flexibility
: kemampuan dalam penyesuaian diri sesuai dengan tuntutan keadaan, (g) ability
to work in team : kemampuan dalam mengelola dan bekerjasama dalam satu tim,
(h) self reliance or independence : percaya diri dan mandiri, (i) mobility : lincah
dan wawasannya luas, (j) ability to deal with stress : mempunyai kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, (l) patience : Ulet dan sabar, (m)
untuk mengetahui betul-betul identitas diri sendiri dengan segala kelebihan dan
kekurangannya.
B. Tinjauan Adaptasi
organisme yang satu dengan organisme yang lain. Adaptasi terhadap lingkungan
yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang dihadapi dalam lingkungannya.
sebagai ganti kata penyesuaian. Adaptasi adalah proses dinamika yang terus
menerus dilakukan oleh seseorang untuk mengubah tingkah lakunya agar muncul
diri. Dalam hal ini terdapat dua cara yang dilakukan oleh seseorang untuk
menyesuaikan diri yaitu penyesuaian diri yang autoplastis (auto = sendiri, plastis
= dibentuk) dan yang kedua disebut penyesuaian diri alloplastis (allo = yang lain,
plastis = dibentuk). Jadi, penyesuaian diri ini ada yang “pasif” dimana kegiatan
kita ditentukan oleh lingkungan dan penyesuaian diri yang “aktif” dimana kita
mempengaruhi lingkungan.
kehidupan orang dalam arti yang luas itu menyebabkan ia harus menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan tersebut baik dalam arti pasif maupun dalam arti aktif.
masyarakat kepada masyarakat atau sub masyarakat yang lain. Perubahan tersebut
adaptasi diartikan sebagai proses penyesuaian diri terhadap sesuatu hal, termasuk
Mulyana dan Rahmat, 2003:144), yaitu proses yang dilakukan imigran untuk
perubahan kehidupan, kontak dengan teman sebangsa yang lebih banyak untuk
perbedaan yang lebih rendah antara budaya tuan rumah dengan pendatang,
interaksi yang lebih banyak dengan tuan rumah, ekstroversi dan tingkat gangguan
tetap dan tidak tetap yang secara sukses berhasil mengatasi situasi yang menekan
masyarakat setempat. Proses adaptasi akan dialami oleh setiap mahasiswa etnik
pendatang . Dengan memasuki suatu kebudayaan baru yang tidak familiar, mereka
berusaha untuk menyesuaikan bahkan mulai menerima sebagian budaya dari etnik
kultural. Kepekaan ini dapat diasah melalui kemauan untuk berpikir dalam pola
pikir mereka. Kepekaan budaya ini merupakan modal yang amat besar dalam
Setiap kegiatan atau aktivitas pasti akan mendapatkan hasil sesuai dengan
seorang mahasiswa yang belajar, tujuannya tidak hanya mendapatkan ilmu dan
nilai semata, tetapi juga belajar bagaimana cara mendapatkan ilmu baru tersebut
melalui proses belajar. Perolehan hasil belajar selain pengetahuan dan nilai adalah
suatu perubahan. Dalam hal ini perubahan yang dimaksud adalah perubahan ke
arah yang positif yaitu dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang kurang
baik menjadi baik dalam segala tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam
sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan
dan kurikulum. Gagne (dalam Sudjana, 2006:22) membagi lima kategori hasil
adalah isi dari kapasitas seseorang. Yang dimaksud disini adalah hasil yang
dapat ditentukan dengan pemberian test mata kuliah pada akhir perkuliahan.
“hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam
ditetapkan”.
pengalaman belajar”.
Hamalik (2008:170) menyebutkan bahwa pengukuran hasil belajar
dilaksanakan dengan cara tertentu sesuai dengan maksud dan tujuan pengukuran
tersebut, yang dirancang dengan model desain evaluasi, yakni evaluasi sumatif,
a). Evaluasi sumatif, ialah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang dilakukan pada
Model atau bentuk evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui hasil akhir yang
dicapai oleh siswa, yakni penguasaan pengetahuan. Hasil penilaian ini sekaligus
atau untuk menentukan suatu program dapat diteruskan dengan program baru atau
b). Evaluasi formatif, ialah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang dilakukan
evaluasi ini ialah untuk memperoleh informasi balikan terhadap proses belajar
mengajar. Bila terdapat kelemahan dalam dalam proses belajar mengajar, maka
pengajaran remedial.
c). Evaluasi reflektif, ialah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang dilakukan
penguasaan bahan pelajaran oleh siswa, sehingga dapat disusun dan diramalkan
kemungkinan keberhasilannya setelah mengalami proses belajar mengajar kelak.
d). Kombinasi pelaksanaan evaluasi, misalnya antara bentuk reflektif dan bentuk
proses belajar mengajar, misalnya dalam bentuk desain pra post test. Dengan
seluruh kecakapan dan segala hal yang diperoleh melalui proses belajar mengajar
Pada penelitian ini, pengukuran hasil belajar dilihat dari hasil perolehan
IPK dari semester satu dan semester dua. Kemudian dibandingkan apakah
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
melaksanakan penelitian agar dapat disimpulkan secara efisien dan efektif serta
dapat diolah dan dianalisis dengan tujuan yang ingin dicapai (Danardana,
culture shock terhadap hasil belajar mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007.
ada tidaknya hubungan antara dua fenomena atau lebih (Arikunto, 1998:245).
adaptasi dan culture shock yang dialami oleh mahasiswa PPKn FIP UM angkatan
hubungan antara pengaruh culture shock terhadap hasil belajar mahasiswa PPKn
untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa eratnya
hubungan tersebut serta berarti tidaknya hubungan itu (Arikunto, 2002:239) yang
dalam penelitian ini adalah hubungan antara variabel bebas (X) yaitu culture
shock dengan variabel terikat (Y) yaitu hasil belajar mahasiswa PPKn FIP UM
sebagai berikut:
X Y
Keterangan:
X : culture shock
: hubungan korelasional
Culture shock adalah gejala kejutan/ sindrom yang dialami oleh seseorang
lingkungan budaya asalnya. Tolak ukur dalam penelitian ini adalah daerah
asal responden.
Indeks prestasi (IP) adalah hasil yang diperoleh seseorang berupa skor/
1. Populasi
berjumlah 84 orang .
2. Sampel
dana, waktu, dan tenaga, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu sehingga sampel yang diambil dari populasi harus
C. Instrumen Penelitian
mengumpulkan data dan informasi dari suatu penelitian yang dikaji. Instrumen
memegang peranan penting dalam memperoleh informasi atau data yang tepat.
Salah satu instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala
penyesuaian diri. Skala ini merupakan salah satu jenis instrumen pengumpulan
data dari metode pengumpulan data jenis angket/kuesioner. Skala menunjuk pada
memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri subjek yang
c. Tidak berbeda dengan angket, pengumpulan data melalui skala juga dapat
1) Penyusunan Skala
tahapan:
a) Penyusunan kisi-kisi
jumlah itemnya.
b) Penulisan item dan penyusunan urutan item
Langkah ini dilakukan dengan maksud agar antara item yang satu
digunakan item-item yang terdiri dari dua jenis item yaitu item
a) Pengantar
b) Petunjuk pengisian
c) Pernyataan
Skala ini berisi 55 item pernyataan yang terdiri dari 34 item favourable
model Likert. Agar sesuai dengan data yang diperlukan dan untuk
dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat
berikut:
dan realibilitas tinggi perlu diadakan uji coba (Azwar,2003). Alat ukur atau
mendapatkan ketepatan pada apa yang diukur pada penelitian ini. Pengujian
sehingga saat dikenakan pada subjek penelitian instrumen tersebut telah benar-
benar memadai. Uji coba instrumen ini dilakukan kepada subjek yang memiliki
PPKn FIP UM angkatan 2008 itu sendiri pada tanggal 3 Juni 2009. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk menentukan item yang sahih dan sesuai dengan
apa yang akan diukur karena instrumen penelitian dibuat sendiri oleh penulis.
1) Validitas
tingkat validitas item dalam instrumen penyesuaian diri digunakan uji validitas
butir lapangan dengan menggunakan rumus teknik validitas Product Moment dari
Karl Pearson. Uji validitas item di lapangan untuk skala penyesuaian diri
ditujukan kepada subjek yang mewakili karakteristik yang sama atau hampir sama
analisis item digunakan komputer program SPSS 12.0 For Windows dengan
memakai rumus Karl Pearson. Uji variabel penyesuaian diri diketahui dengan
batas validitas 0,240 dan dengan tingkat signifikansi 0,05 maka dari 60 item soal
uji coba yang telah disebarkan pada 63 responden yang menjadi subjek untuk uji
coba terdapat 50 item soal yang dianggap valid dan 10 item soal yang dianggap
tidak valid.
dinyatakan tidak valid untuk instrumen penyesuaian diri adalah item soal nomor
5, 6, 7, 27, 32, 37, 41, 42, 43 dan 59 adapun hasil perhitungan validitas item
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Uji Coba Skala Culture Shock
No.item Pearson Corelation (r hitung) r tabel (N:63 ;α =5%) Keterangan
1 0.492 0,240 valid
2 0.307 0,240 valid
3 0.33 0,240 valid
4 0.303 0,240 valid
5 0.215 0,240 tidak valid
6 0.135 0,240 tidak valid
7 0.191 0,240 tidak valid
8 0.367 0,240 valid
9 0.327 0,240 valid
10 0.273 0,240 valid
11 0.38 0,240 valid
12 0.454 0,240 valid
13 0.285 0,240 valid
14 0.49 0,240 valid
15 0.399 0,240 valid
16 0.614 0,240 valid
17 0.52 0,240 valid
18 0.507 0,240 valid
19 0.5 0,240 valid
20 0.479 0,240 Valid
21 0.558 0,240 valid
Lanjutan Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Uji Coba Skala Culture Shock
22 0.645 0,240 valid
23 0.472 0,240 valid
24 0.623 0,240 valid
25 0.526 0,240 valid
26 0.454 0,240 valid
27 0.133 0,240 tidak valid
28 0.397 0,240 valid
29 0.289 0,240 valid
30 0.501 0,240 valid
31 0.488 0,240 valid
32 0.226 0,240 tidak valid
33 0.445 0,240 valid
34 0.286 0,240 valid
35 0.487 0,240 valid
36 0.518 0,240 valid
37 0.24 0,240 tidak valid
38 0.397 0,240 valid
39 0.434 0,240 valid
40 0.403 0,240 valid
41 0.172 0,240 tidak valid
42 0.108 0,240 tidak valid
43 0.156 0,240 tidak valid
44 0.454 0,240 valid
45 0.572 0,240 valid
46 0.406 0,240 valid
47 0.476 0,240 valid
48 0.393 0,240 valid
49 0.31 0,240 valid
50 0.365 0,240 valid
51 0.546 0,240 valid
52 0.257 0,240 valid
53 0.331 0,240 valid
54 0.397 0,240 valid
55 0.454 0,240 valid
56 0.441 0,240 valid
57 0.553 0,240 valid
58 0.508 0,240 valid
59 0.205 0,240 tidak valid
60 0.48 0,240 Valid
Butir-butir ini intinya akan digunakan kembali dalam perhitungan penelitian yang
pertimbangan bahwa setiap aspek yang ada dalam matrik penjabaran dapat
mewakili item instrumen yang awalnya tidak valid, sehingga skala layak untuk
jumlah item yang telalu banyak, karena dikhawatirkan subjek akan mengalami
kejenuhan dalam mengisi skala serta akhirnya akan dikerjakan semaunya sendiri,
2) Reliabilitas
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran
sekelompok subjek yang sama memperoleh hasil relatif yang tidak berbeda.
Untuk mencari reliabilitas instrumen dalam penelitian ini digunakan cara
data dari instrumen tersebut yang dijuicobakan sebanyak satu kali pengetesan.
Dalam hal ini, uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha dari Crobach.
dapat diterapkan pada alat ukur yang skornya non dikotomi dan penyajian skala
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kuesioner
Menurut Arikunto (2001: 28) angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang
harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuosioner ini orang
dapat diketahui tentang keadaan/ data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau
tentang daerah baru (kampus UM), adaptasi terhadap lingkungan baru dan tingkat
2. Dokumentasi
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
data yang sifatnya penting dan tidak dapat diperoleh dari responden.
Dalam penelitian ini, data dokumentasinya berupa nilai IPK yang tertera
pada KHS dari mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 mulai dari semester satu
menguji hipotesis. Teknik analisis data untuk menguji hipotesis yang diajukan
adalah dengan menggunakan korelasi product moment dari Karl Pearson. Dengan
analisis ini dapat diketahui hubungan antara penyesuaian diri dan culture shock
Teknik korelasi product moment dari Karl Pearson ini digunakan untuk
menguji hipotesis yang diajukan yaitu untuk mengetahui hubungan antara masing-
perincian serta tingkat signifikansi korelasi dan variabel penyesuaian diri dapat
dilihat dalam lampiran 3 korelasi dapat dikatakan sangat tinggi jika terdapat
korelasi antar variabel dengan taraf signifikansi sebesar 99% (0,01) dan korelasi
berikut:
berupa pernyataan-pernyataan.
penelitian ini. Analisa statistik data ini dapat menggunakan komputer program
N å xy - (å x)(å y )
rxy =
{N å x 2 - (å x ) 2 }{N å y 2 - (å y ) 2 }
Keterangan:
N = Jumlah subjek
Korelasi positif jika subjek, soal atau kasus yang bernilai tinggi pada suatu
variabel juga bernilai tinggi pada variabel lain dan demikian pula bernilai rendah
dalam satu variabel akan memperoleh nilai rendah pada variabel lain (skor tinggi
pada X juga skor tinggi pada Y, atau skor rendah pada X juga skor rendah pada
Y). Korelasi negatif bila dalam pola hubungan terjadi sebaliknya, yaitu yang
memperoleh nilai tinggi dalam suatu faktor umumnya memperoleh nilai rendah
pada faktor lain, yang mendapat rendah di satu faktor mendapat tinggi di faktor
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007 semester 3. Dari 84 mahasiswa PPKn FIP
responden diperoleh data jenis kelamin, agama, daerah asal, etnis, tempat tinggal
beradaptasi dengan lingkungan baru, bentuk culture shock, dan indeks prestasi.
responden) dan yang berjenis kelamin laki-laki terdapat 28% (19 responden).
Gambar 4.1 Distribusi Mahasiswa Jurusan PPKN FIP UM Angkatan 2007 Berdasarkan
Jenis Kelamin
b. Gambaran distribusi mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007
berdasarkan agama.
terbanyak menganut agama islam yaitu 96% (64 orang) sedangkan 4% (3 orang)
Gambar 4.2 Distribusi Mahasiswa Jurusan PPKN FIP UM Angkatan 2007 Berdasarkan
Agama.
berdasarkan etnis.
mayoritas berasal dari etnis Jawa yaitu sebanyak 86% (58 orang) sedangkan
Gambar 4.3 Distribusi Mahasiswa Jurusan PPKN FIP UM Angkatan 2007 Berdasarkan
Etnis.
d. Gambaran distribusi mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007 dalam
angkatan 2007 dalam lingkungan keluarga adalah bahasa Jawa yaitu 82% (55
bahasa Indonesia.
Gambar 4.4 Distribusi Mahasiswa Jurusan PPKN FIP UM Angkatan 2007 Berdasarkan
Penggunaan Bahasa Yang Dipakai Dalam Keluarga.
Identitas mayoritas mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007 adalah suku
Jawa sehingga penggunaan bahasa Jawanya sangat lancar yaitu mencapai 78% (52
responden), sedangkan yang lancar berbahasa Jawa sebanyak 16% (11 responden)
berasal dari pulau Jawa, hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil penelitian yaitu
Mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007 yang tinggal dirumah (keluarga/
kerabat) selama masa kuliah ada 1% (1 responden), 96% (64 responden) tinggal
Gambar 4.7 Distribusi Mahasiswa Jurusan PPKN FIP UM Angkatan 2007 Berdasarkan
Tempat Tinggal di Malang.
Tabel 4.1 Kualifikasi kemampuan adaptasi mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007
No Kriteria Interval
1 Sangat tinggi 76% 100%
2 Tinggi 51% 75%
3 Sedang 26% 50%
4 Rendah 0% 25%
Mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007 memiliki kemampuan adaptasi
yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari tingginya persentase jawaban responden
Tabel 4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Cepat Lambatnya Proses Adaptasi Mahasiswa
PPKN FIP UM Angkatan 2007
Pernyataan Persentase
Aktif berinteraksi dengan orang-orang lokal/ orang Malang. 76%
Nyaman dengan adat istiadat budaya Malang yang mengutamakan tata krama 53%
Memiliki kemampuan bersosialisasi yang tinggi. 58%
Bersikap terbuka dalam menghadapi berbagai masalah di lingkungan baru. 56%
Senang menghabiskan waktu bersama teman-teman baru di lingkungan 65%
responden sekarang
Responden berusaha keras memahami segala sesuatu di lingkungan baru. 61%
Responden sudah mengenal bahasa Jawa Malangan sebelumnya. 71%
Responden ingin mempelajari bahasa Jawa (ngoko,madya,krama) lebih dalam. 53%
Kurang percaya diri (PD) memulai pembicaraan dengan orang baru. 47%
Keinginan untuk selalu mencari orang yang berasal dari daerah yang sama. 56%
Tidak mengungkapkan diri terlalu banyak kepada orang lain. 49%
Pasif bertukar informasi yang berkaitan dengan budaya (budaya asal dengan 49%
budaya baru).
Responden merasa tidak nyaman ketika berinteraksi sosial. 50%
Merasa cemas dan canggung ketika bertemu dengan orang-orang lokal (orang 49%
Malang).
Merasa bingung dan takut ketika beradaptasi dengan lingkungan baru. 47%
Merasa canggung berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa dalam keseharian 46%
responden di lingkungan baru.
Merasa kurang percaya diri dan kurang bebas mengekspresikan diri di 49%
lingkungan baru.
Tidak memiliki sense of belonging (rasa memiliki) terhadap lingkungan baru. 50%
Dari data yang diperoleh di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor
2007 diambil dari data yang memiliki kriteria persentase diatas 50% (kriteria
krama
dalam.
mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 diambil dari data yang memiliki kriteria
1) Keinginan untuk selalu mencari orang yang berasal dari daerah yang sama
dengan responden.
baru.
c. Bentuk culture shock yang dialami oleh mahasiswa PPKn FIP UM
angkatan 2007
Tabel 4.4 Bentuk Culture Shock Yang Dialami Oleh Mahasiswa PPKn FIP UM Angkatan
2007
Pernyataan Persentase
Merasa tegang saat memasuki wilayah yang berbeda dengan budaya asal. 63%
Merasa asing dan sendiri berada di lingkungan responden yang baru. 52%
Merasa tidak dihargai oleh orang di lingkungan baru. 45%
Merasa menjadi lebih sentimen/ tersinggung apabila ada yang menyinggung 62%
budaya asal responden.
Sering merasa sedih/ menangis karena jauh dari keluarga. 49%
Responden sangat ingin pulang ke rumah dan bertemu keluarga serta temannya di 63%
rumah (Homesicknes)
Responden merasa tidak diterima oleh orang-orang lokal di budaya yang baru. 42%
Merasa kehilangan orang-orang yang telah responden kenal sebelumnya. 66%
Ketika berbicara dengan orang setempat, responden dapat mengerti ekspresi, 57%
wajah dan sikap mereka.
Merasa telah kehilangan jati diri selama berada di lingkungan baru. 47%
Responden memandang budayanya masih lebih baik daripada budaya baru yang 62%
dihadapinya sekarang.
Orang-orang di lingkungan baru membentuk suatu sterotip (pandangan negatif) 48%
terhadap nilai-nilai budaya responden.
Merasa takut akan keamanan diri karena perbedaan latar belakang budaya. 47%
Responden sering membicarakan hal buruk tentang budaya di lingkuangan baru 49%
bila bersama dengan orang-orang dalam kelompok budayanya.
Merasa tertekan setelah responden pindah ke Malang. 43%
Merasa sedih berada di lingkungan yang tidak familiar. 48%
Sangat menyakitkan bagi responden karena orang-orang di lingkungan baru tidak 77%
mengerti nilai-nilai budayanya.
Responden merasa minder karena latar belakang budayanya. 43%
Pernah merasa sakit atau nyeri yang tidak diketahui sebabnya selama beradaptasi 48%
di tempat yang baru.
Pernah mengalami alergi (flu tiap bangun pagi atau kembung/mual) selama 48%
berada di lingkungan baru, yang sebelumnya tidak pernah dialami.
Mempunyai masalah dengan pola tidur semenjak mamasuki daerah asing. 49%
Mempunyai masalah dengan pola makan selama beradaptasi di lingkungan baru 49%
(nafsu makan berkurang/ bertambah karena stres).
angkatan 2007
Indeks prestasi mahasiswa PPKn angkatan 2007 dari semester 1 sampai 2 adalah:
Tabel 4.5 IP Mahasiswa PPKN FIP UM Angkatan 2007 Dari Semester 1 Sampai Semester 2
NO SEMESTER 1 SEMESTER 2 Kenaikan IP (naik/turun)
1 3,23 3,09 -0,14 TURUN
2 3,57 3,69 0,12 NAIK
3 1,69 3 1,31 NAIK
4 3,22 3,13 -0,09 TURUN
5 2,95 3,35 0,4 NAIK
6 3,26 3 -0,26 TURUN
7 3,37 3,14 -0,23 TURUN
8 3,24 2,95 -0,29 TURUN
9 2,96 3,1 0,14 NAIK
10 2,99 3,28 0,29 NAIK
11 3,31 3,2 -0,11 TURUN
12 3,46 3,72 0,26 NAIK
13 3,4 3,48 0,08 NAIK
14 2,93 3,13 0,2 NAIK
15 3,47 3,5 0,03 NAIK
16 3,2 3,31 0,11 NAIK
17 3,16 2,79 -0,37 TURUN
18 3,34 3,41 0,07 NAIK
19 3,04 3,25 0,21 NAIK
20 2,9 2,47 -0,43 TURUN
21 3,2 3,17 -0,03 TURUN
22 3,51 3,3 -0,21 TURUN
23 2,79 2,99 0,2 NAIK
24 2,95 3,48 0,53 NAIK
25 2,42 2,9 0,48 NAIK
26 3,31 2,71 -0,6 TURUN
Tabel 4.5 Lanjutan IP Mahasiswa PPKN FIP UM Angkatan 2007 Dari Semester 1 Sampai
Semester 2
NO SEMESTER 1 SEMESTER 2 Kenaikan IP (naik/turun)
27 2,93 3 0,07 NAIK
28 3,22 3,09 -0,13 TURUN
29 3,17 3,33 0,16 NAIK
30 3 2,97 -0,03 TURUN
31 3,4 3,04 -0,36 TURUN
32 3,11 2,08 -1,03 TURUN
33 3,22 3,31 0,09 NAIK
41 2,93 3,52 0,59 NAIK
42 3,14 2,45 -0,69 TURUN
43 3,42 3,06 -0,36 TURUN
44 3,03 2,89 -0,14 TURUN
45 2,78 3,33 0,55 NAIK
46 3,12 3,11 -0,01 TURUN
47 2,8 3,33 0,53 NAIK
48 2,81 3,17 0,36 NAIK
49 3,05 3,41 0,36 NAIK
50 3,5 3,67 0,17 NAIK
51 3,34 2,99 -0,35 TURUN
52 2,75 3,4 0,65 NAIK
53 3,49 3,64 0,15 NAIK
54 3,52 3,28 -0,24 TURUN
55 3,4 2,66 -0,74 TURUN
56 3,55 3,13 -0,42 TURUN
57 3,36 2,76 -0,6 TURUN
58 3,19 3,45 0,26 NAIK
59 3,49 3,55 0,06 NAIK
60 2,83 2,78 -0,05 TURUN
61 3,49 3,43 -0,06 TURUN
62 3,14 2,45 -0,69 TURUN
63 3,29 3,1 -0,19 TURUN
64 3,36 3,08 -0,28 TURUN
65 3,36 3,29 -0,07 TURUN
66 3,48 2,8 -0,68 TURUN
67 3,2 2,71 -0,49 TURUN
Tabel 4.6 Upaya Mengatasi Pengaruh Culture Shock Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa
PPKN FIP UM Angkatan 2007
Pernyataan Persentase
Aktif menjalin komunikasi dan berelasi dengan teman-teman baik dari dalam 53%
maupun luar kampus.
Aktif dalam kelompok belajar di luar kampus. 56%
Aktif dalam melibatkan diri di dalam kelas misalnya mengemukakan pertanyaan 47%
dan pendapat.
Rajin mengunjungi perpustakaan atau browsing internet untuk mencari referensi, 48%
modul atau buku yang relevan dengan mata kuliah yang responden tempuh.
Responden selalu membiasakan diri untuk mempelajari dan membaca materi 51%
yang akan disampaikan oleh dosen.
Responden terbuka dalam menerima pikiran yang berbeda dengan pikirannya . 77%
Responden mampu mengatur waktu dengan baik. 51%
terhadap hasil belajar upaya yang dilakukan diambil dari data yang memiliki
kriteria presentase diatas 50% (kriteria tinggi dan sangat tinggi) adalah:
pikirannya .
B. Uji Hipotesis
lingkungan baru yang apabila mahasiswa gagal melewati masa adaptasi maka
akan mengalami culture shock, yang dijabarkan dalam 18 item pertanyaan untuk
responden yaitu soal nomer 25 - 42. Berdasarkan data yang terkumpul diperoleh
rentangan (range) antara nilai terendah dan nilai tertinggi adalah 54. Berdasarkan
nilai range tersebut dan jenjang (skor) penilaian pada instrumen yaitu 4, maka
dapat ditentukan nilai interval kelas sebesar 54: 4 = 13,5 berdasarkan nilai
pengaruh culture shock terhadap hasil belajar mahasiswa PPKn FIP UM angkatan
pada pengaruh culture shock yang tinggi, dan sebanyak 51 responden atau sebesar
76,12% menyatakan berada pada pengaruh culture shock yang sedang. Dari
Atau:
rhitung = 0,233
Dengan demikian karena nilai probabilitas > 0,05 yakni 0,058 dan rhitung
(0,233) < rtabel (0,240) maka Ho diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada
PEMBAHASAN
baru.
Dengan memasuki suatu kebudayaan baru yang tidak familiar, mereka berusaha
proses adaptasi seperti yang dikemukakan oleh Young Yun Kim (dalam Mulyana
dan Rahmat, 2003:146) yaitu setiap individu pendatang untuk jangka waktu
mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau sering disebut alloplastis
sesuai dengan keadaan diri atau sering disebut autoplastis (auto = sendiri, plastis =
tergolong tinggi terhadap lingkungan baru, hal ini dapat dilihat dari persentase
jawaban responden pada tiap item pernyataan yang dipaparkan pada bab
sebelumnya yaitu 53% - 73%. Hal ini mengandung pengertian bahwa mahasiswa
jurusan PPKn angkatan 2007 FIP UM sudah mampu beradaptasi dengan budaya
jenis alloplastis dan autoplatis mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM yaitu:
1) Kemampuan adaptasi jenis alloplastis
asal.
Malang).
UKM lainnya).
lingkungan baru.
Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
cepatnya proses adaptasi mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM, yaitu:
b) Nyaman dengan adat istiadat budaya Malang yang mengutamakan tata krama
dalam.
a) Keinginan untuk selalu mencari orang yang berasal dari daerah yang sama
dengan responden.
FIP UM.
Ketika kita masuk dan mengalami kontak dengan budaya lain, dan
merasakan ketidaknyamanan psikis dan fisik karena kontak tersebut, kita telah
untuk menggambarkan respon yang mendalam dan negatif dari depresi, frustasi
dan disorientasi yang dialami oleh orang-orang yang hidup dalam suatu
mengenalnya maka ia tidak dapat atau tidak bersedia menampilkan perilaku yang
sesuai dengan aturan-aturan itu. Definisi ini menolak penyebutan culture shock
sebagai gangguan yang sangat kuat dari rutinitas, ego dan self image individu.
setempat, responden dapat mengerti ekspresi, wajah dan sikap mereka. Hal
Namun responden sebanyak 93% (62 responden) berasal dari Jawa Timur,
bahasa Jawa Timuran dimana memiliki karakter yang hampir sama dengan
bahasa Jawa Malangan. Hal ini dapat diartikan bahwa responden tidak
umum mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 mengalami tingkat culture shock
pada tahap wajar yang sering dialami oleh seseorang saat memasuki lingkungan
dengan budaya baru. Hal ini dapat diketahui dari perolehan angket responden
a) Merasa tegang saat memasuki wilayah yang berbeda dengan budaya asal.
Fase atau tahap yang dilalui seorang dalam mengalami proses culture shock telah
perencanaan dilanjutkan.
Dalam tahap ini, segala sesuatu yang baru terasa menyenangkan. Walaupun
mungkin beberapa gejala seperti tidak bisa tidur atau perasaan gelisah dialami,
tetapi rasa keingintahuan dan antusiasme dengan cepat dapat mengatasi perasaan
tersebut. Beberapa ahli menyebut tahap ini sebagai tahap “bulan madu”. Dari
Masa bulan madu telah selesai. Sekarang segala sesuatu telah terasa tidak
segalanya terasa asing. Untuk mengatasi rasa ini ada beberapa cara yang
ditempuh. Seperti dengan cara melawan yaitu dengan mengejek, memandang
rendah dan bertindak secara etnosentrik. Tahap selanjutnya melarikan diri dan
keadaan dapat menilai hal yang positif dan negatif secara seimbang. Akhirnya ia
responden mengaku mengalami fase harapan besar “eager expactation” baik yang
mengalami culture shock maupun yang tidak merasakan culture shock yang cukup
berarti. Dapat dilihat dari perolehan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
responden sebanyak 73% mengetahui apa yang akan diraih di lingkungan baru
sehingga terdapat harapan yang besar terhadap apa yang akan di raih di
universitas (baru). Seseorang yang mengalami culture shock berada dalam kondisi
akademik siswa tersebut. Akan menjadi negatif kalau culture shock tersebut tidak
teratasi, dalam hali ini orang gagal untuk meyesuaikan dirinya dengan lingkungan
barunya, dan menjadi depresi (Balmer, 2009). Dalam hal ini mahasiswa menjadi
“hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam
(achievement) adalah isi dari kapasitas seseorang. Yang dimaksud disini adalah
tertentu. Ini dapat ditentukan dengan pemberian test mata kuliah pada akhir
perkuliahan.
mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM dari semester 1 sampai semester 2 rata-
rata stabil yaitu perbandingan antara yang mengalami kenaikan dan penurunan
yaitu 31: 36 sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa yang
mengalami kenaikan dan penurunan IP. Hal ini mengandung pengertian bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara pegaruh culture shock dengan hasil
belajar .
maupun eksternal (kerumitas budaya baru atau lingkungan baru yang dimasuki).
luwes dan terampil dalam bergaul dengan orang-orang dari berbagai budaya,
tinggi, hal ini dapat dilihat dari persentase responden sebanyak 53% yang
aktif menjalin komunikasi dan berelasi dengan teman-teman baik dari dalam
yang
77% yang memiliki sifat terbuka dalam menerima pikiran yang berbeda
tertentu
5. Language Skill : Kemampuan mempelajari bahasa budaya baru dengan tepat.
Jawa yang memiliki karakter yang hampir sama dengan bahasa Jawa
Malangan.
keadaan. Hal ini sama halnya dengan kemampuan adaptasi mahasiswa PPKn
dalam satu tim. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan belajar kelompok di luar
kampus mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM yang tinggi yaitu 56% .
data, sebanyak 56% mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM memiliki self
10. Ability to deal with stress : mempunyai kemampuan untuk mengatasi stress
lingkungan baru
Dari data diatas dapat dilihat bahwa mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP
shock dianulir tidak mempengaruhi hasil belajar mahasiswa PPKn angkatan 2007
FIP UM.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
yang tinggi terhadap lingkungan baru yaitu dengan (a) selalu menjadi diri
lingkungan baru.
2007 beradaptasi dengan lingkungan baru yaitu (a) Aktif berinteraksi dengan
orang-orang lokal/ orang Malang (b) sudah mengenal bahasa Jawa Malangan
PPKn FIP UM angkatan 2007 beradaptasi dengan lingkungan baru yaitu (a)
keinginan untuk selalu mencari orang yang berasal dari daerah yang sama
3) Bentuk culture shock yang dialami oleh mahasiswa PPKn FIP UM angkatan
2007 adalah (a) merasa tegang saat memasuki wilayah yang berbeda dengan
budaya asal (b) merasa asing dan sendiri berada di lingkungan baru (c)
merasa menjadi lebih sentimen apabila ada yang menyinggung budaya asal
(d) memandang budayanya masih lebih baik daripada budaya baru yang
dihadapinya sekarang.
4) Pengaruh culture shock terhadap perolehan hasil belajar mahasiswa PPKn FIP
pengaruh, hal ini dapat dilihat dari kestabilan perbandingan antara yang
PPKn FIP UM angkatan 2007 yaitu dengan (a) aktif menjalin komunikasi dan
berelasi dengan teman-teman baik dari dalam maupun luar kampus (b) aktif
Dari hasil penelitian diperoleh temuan bahwa perolehan hasil uji hipotesisnya
menunjukkan nilai probabilitas > 0,05 yakni 0,058 dan rhitung (0,233) < rtabel
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh culture shock
dengan hasil belajar (IP) pada mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007.
B. Saran
PPKn FIP UM angkatan 2007 hendaknya selalu berpikir positif mengenai dirinya
agar menjadi mahasiswa yang mandiri dan berusaha untuk selalu meningkatkan
prestasi belajar.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang lebih mendalam yaitu dengan
yang maksimal. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah
Alhusin, S.2003 Aplikasi Statstik Praktis Dengan SPSS 12.0 for windows.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sapaille, Baso Intang. 2006. Pengaruh Metode Mengajar dan Ragam Tes
Terhadap Hasil Belajar Matematika dengan Mengontrol Sikap Siswa .
Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online), (http://www. Depdiknas .go.id diakses
pada tanggal 8 Mei 2009 )
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tim Penyusun Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Aspek yang
Penilaian/Komentar Paraf
No Dikonsultasikan Tanggal
Pembimbing D.P.
(BAB/SUB BAB)
1. Judul ACC 11-05-2009
2. Judul ACC 19-05-2009
3. Outline ACC 26-05-2009
4. Outline ACC 29-05-2009
5. Proposal I, II dan III Revisi (latar belakang, 04-06-2009
kajian pustaka,
metodologi penelitian
dan penulisan)
6. Proposal ACC dan lanjut ke 08-06-2009
Instrumen penelitian
7. Instrumen Penelitian Revisi. 15-06-2009
8. Instrumen Penelitian Revisi. 22-06-2009
9. Instrumen Penelitian ACC 29-07-2009
10. Bab IV dan V Revisi. 09-11-2009
11. Bab IV dan V Revisi 14-11-2009
12. Bab IV dan V ACC 23-11-2009
13. Bab VI Revisi 01-12-2009
14. Bab VI ACC 07-12-2009
15. Abstrak Revisi 09-12-2009
16. Abstrak ACC 17-12-2009
Aspek yang
Penilaian/Komentar Paraf
No Dikonsultasikan Tanggal
Pembimbing D.P.
(BAB/SUB BAB)
1. Judul Perbaikan Redaksional 15-05-2009
2. Judul Revisi 07-05-2009
3. Outline ACC, lanjut ke 17-06-2009
proposal.
4 Proposal I, II dan III ACC 26-06-2009
5. Proposal I, II dan III ACC dan turun 31-07-2009
Instrumen Penelitian lapangan
6. Bab IV, V dan VI Revisi 23-11-2009
7. Bab IV, V dan V Revisi 07-12-2009
8. Bab IV, V, V dan ACC 17-12-2009
abstrak
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Ana Kholivah
SKALA KEMAMPUAN ADAPTASI DAN PENGARUH CULTURE SHOCK
TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA PPKN FIP UM ANGKATAN 2007
Petunjuk Pengisian
1. Pernyataan-pernyataan yang ada berikut berkenaan dengan apa yang dimiliki
seseorang (anda) terutama yang berkaitan dengan kemampuan adaptasi dan
pengaruh culture shock terhadap hasil belajar anda selama ini.
2. Berilah tanda check (√) pada kolom sesuai pilihan jawaban anda dan sesuai
dengan dengan keadaan anda sendiri. Pada salah satu kolom alternatif jawaban
mempunyai arti:
SS : sangat setuju
S : setuju
TS : tidak setuju
STS : sangat tidak setuju
Data Personal
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Umur :
4. Agama :
5. Tempat lahir :
6. Daerah asal (Kab dan Propinsi) :
7. Sudah berapa lama tinggal di Malang :
8. Bahasa yang di pakai dalam keluarga :
9. Suku/etnis :
10. Tempat tinggal di Malang :
a. Dirumah sendiri
b. Menumpang keluarga/kerabat
c. Asrama/kos
11. Status Pernikahan :
a. Sudah menikah
b. Belum menikah
12. Apakah sebelumnya pernah merantau ke daerah /propinsi lain?
a. Ya, sebelumnya ke :
b. Tidak
13. Bahasa yang dikuasai :
a. Jawa __ngoko__ madya __krama) (silahkan centang)
b. Lain-lain, sebutkan...........
14. Pertanyaan di bawah ini untuk menjabarkan kemampuan berbahasa Jawa
anda
a. Bagaimana tingkat kelancaran berbahasa Jawa anda saat ini? (1: tidak
lancar sama sekali; 2 : lancar; 3 : sangat lancar)
1 2 3
b. Seberapa nyaman anda berkomunikasi dengan bahasa Jawa? (1: tidak
nyaman; 2: nyaman; 3: nyaman sekali)
1 2 3
1 2 3
Culture Shock Questionnaire
SS S TS STS
No. Pernyataan
4 3 2 1
45. Saya pernah merasa sakit atau nyeri yang tidak saya
tahu sebabnya selama beradaptasi di tempat yang baru
Saya pernah mengalami alergi (flu tiap bangun pagi atau
46. kembung/mual) selama berada di lingkungan baru ini,
yang sebelumnya saya tidak pernah mengalaminya
47. Saya mempunyai masalah dengan pola tidur saya
semenjak saya memasuki daerah yang masih asing ini
Saya mempunyai masalah dengan pola makan selama
48. beradaptasi di lingkungan baru ini (nafsu makan
berkurang/ bertambah karena stres)
49. Aktif menjalin komunikasi dan berelasi dengan teman-
teman baik dari dalam maupun luar kampus.
50. Aktif dalam kelompok belajar di luar kampus.
Mengetahui
Kasubag Pendidikan dan Evaluasi
Correlations
Total Culture
Total Culture Pearson Correlation 1
N 67
butir_1 Pearson Correlation .492(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_2 Pearson Correlation .307(*)
Sig. (2-tailed) .012
N 66
butir_3 Pearson Correlation .330(**)
Sig. (2-tailed) .006
N 67
butir_4 Pearson Correlation .303(*)
Sig. (2-tailed) .013
N 67
butir_5 Pearson Correlation .215
Sig. (2-tailed) .083
N 66
butir_6 Pearson Correlation .135
Sig. (2-tailed) .278
N 67
butir_7 Pearson Correlation .191
Sig. (2-tailed) .121
N 67
butir_8 Pearson Correlation .367(**)
Sig. (2-tailed) .002
N 67
butir_9 Pearson Correlation .327(**)
Sig. (2-tailed) .007
N 67
butir_10 Pearson Correlation .273(*)
Sig. (2-tailed) .025
N 67
butir_11 Pearson Correlation .380(**)
Sig. (2-tailed) .002
N 67
butir_12 Pearson Correlation .454(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_13 Pearson Correlation .285(*)
Sig. (2-tailed) .019
N 67
butir_14 Pearson Correlation .490(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_15 Pearson Correlation .399(**)
Sig. (2-tailed) .001
N 67
butir_16 Pearson Correlation .614(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_17 Pearson Correlation .520(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_18 Pearson Correlation .507(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_19 Pearson Correlation .500(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_20 Pearson Correlation .479(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_21 Pearson Correlation .558(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_22 Pearson Correlation .645(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_23 Pearson Correlation .472(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_24 Pearson Correlation .623(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_25 Pearson Correlation .526(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_26 Pearson Correlation .454(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_27 Pearson Correlation .133
Sig. (2-tailed) .284
N 67
butir_28 Pearson Correlation .397(**)
Sig. (2-tailed) .001
N 67
butir_29 Pearson Correlation .289(*)
Sig. (2-tailed) .018
N 67
butir_30 Pearson Correlation .501(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_31 Pearson Correlation .488(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_32 Pearson Correlation .226
Sig. (2-tailed) .065
N 67
butir_33 Pearson Correlation .445(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_34 Pearson Correlation .286(*)
Sig. (2-tailed) .019
N 67
butir_35 Pearson Correlation .487(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_36 Pearson Correlation .518(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_37 Pearson Correlation .240
Sig. (2-tailed) .051
N 67
butir_38 Pearson Correlation .397(**)
Sig. (2-tailed) .001
N 67
butir_39 Pearson Correlation .434(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_40 Pearson Correlation .403(**)
Sig. (2-tailed) .001
N 67
butir_41 Pearson Correlation .172
Sig. (2-tailed) .163
N 67
butir_42 Pearson Correlation .108
Sig. (2-tailed) .383
N 67
butir_43 Pearson Correlation .156
Sig. (2-tailed) .206
67
N
butir_44 Pearson Correlation .454(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_45 Pearson Correlation .527(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_46 Pearson Correlation .406(**)
Sig. (2-tailed) .001
N 67
butir_47 Pearson Correlation .476(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_48 Pearson Correlation .393(**)
Sig. (2-tailed) .001
N 67
butir_49 Pearson Correlation .310(*)
Sig. (2-tailed) .011
N 67
butir_50 Pearson Correlation .365(**)
Sig. (2-tailed) .002
N 67
butir_51 Pearson Correlation .546(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_52 Pearson Correlation .257(*)
Sig. (2-tailed) .036
N 67
butir_53 Pearson Correlation .331(**)
Sig. (2-tailed) .006
N 67
butir_54 Pearson Correlation .397(**)
Sig. (2-tailed) .001
N 67
butir_55 Pearson Correlation .454(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_56 Pearson Correlation .441(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_57 Pearson Correlation .533(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_58 Pearson Correlation .508(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
butir_59 Pearson Correlation .205
Sig. (2-tailed) .097
N 67
butir_60 Pearson Correlation .480(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 67
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Deskripsi Hasil Uji Validitas Reliabilitas
Culture
Reliability
Alpha= 0.903 reliabel
Reliability
N %
Cases Valid 65 97.0
Excludeda 2 3.0
Total 67 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.903 60
Item-Total Statistics
Summarize
Case Processing Summarya
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
Culture Shock 67 100.0% 0 .0% 67 100.0%
Kenaikan IP 67 100.0% 0 .0% 67 100.0%
a. Limited to first 100 cases.
Case Summaries(a)
Descriptive Statistics
Correlations
SMPN 2 Tegalsiwalan dan lulus tahun 2002 dan pendidikan menengah atas
ditempuh di SMAN 4 Probolinggo dan lulus tahun 2005. Semasa SMP dan SMA,
tahun 2005.