BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir (endstage renal
disease, ERDS) adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan dari fungsi
ginjal yang diakibatkan oleh proses kerusakan ireversibel (Patricia, 2006). Gagal ginjal
ditandai oleh ketidakmampuan ginjal mempertahankan fungsi normalnya untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan
normal. Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak
massa nefron (Price dan Wilson, 2006 ).
Penyakit gagal ginjal kronik tidak hanya diderita oleh pasien-pasien yang telah
mengalami usia lanjut saja, namun diderita juga oleh orang-orang dalam usia yang
produktif bahkan anak-anak kecil. Pasien-pasien yang menjalani hemodialisa, tidak
cukup dilakukan sekali saja, ada yang menjalani hemodialisa secara regular atau rutin
setiap minggu. Bahkan, ada pula yang menjalani hemodialisa sampai dua kali dalam tiap
minggunya. Hal ini tentu saja akan menimbulkan berbagai dampak dan komplikasi yang
dialami oleh pasien.
Pasien GGK dalam penatalaksanaannya, selain memerlukan terapi diet dan
medikamentosa, juga membutuhkan terapi pengganti fungsi ginjal yang terdiri atas
dialisis dan transplantasi ginjal. Diantara kedua jenis terapi pengganti fungsi 2 ginjal
tersebut, dialisis adalah terapi yang umum digunakan karena terbatasnya jumlah donor
ginjal hidup di Indonesia. Menurut jenisnya, dialisis dibedakan menjadi dua macam,
yaitu hemodialisa dan peritoneal dialisis. Sampai saat ini, hemodialisa merupakan
alternatif utama terapi pengganti fungsi ginjal bagi pasien GGK karena
mempertimbangkan dari segi biaya lebih murah dan risiko terjadinya perdarahan lebih
rendah jika dibandingkan dengan dialisis peritoneal (Markum, 2006).
Hemodialisa (HD) merupakan terapi pengganti dari fungsi ginjal yang dilakukan 2 – 3
kali seminggu, dengan rentang waktu tiap tindakan HD adalah 4 – 5 jam, yang bertujuan
untuk mengeluarkan sisa metabolisme protein dan untuk mengoreksi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit (Black and Hawks, 2006). Akibat yang dirasakan saat
menjalani hemodialisa seperti kram otot, hipotensi, sakit kepala, mual, dan muntah
(Lewis. Sharon L, et al, 2011).
Devi Nia Nurul Ihsani 2015 – 32 – 153 Penyuluhan Hemodialisa
Farah Luqyana 2015 – 32 – 163 (Diet Pasien HD)
Menurut Canisti (2007) dampak psikologis yang dirasakan pasien adalah kecemasan.
Dampak psikologis yang dirasakan pasien seringkali kurang menjadi perhatian bagi para
dokter ataupun perawat. Pada umumnya, pengobatan di rumah sakit difokuskan pada
pemulihan kondisi fisik tanpa memperhatikan kondisi psikologis pasien seperti
kecemasan dan depresi. Oleh karena itu, sebelum menjalani proses hemodialisa ada hal-
hal yang perlu diketahui oleh setiap pasien agar kecemasan yang dialami pasien-pasien
tersebut minimal dapat berkurang.
Untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan hemodialisis diperlukan
penatalaksanaan lain seperti management diet. Anggota keluarga memiliki potensi untuk
menjadi pendorong utama. Selain itu, lingkungan keluarga cepat menjadi faktor yang
kritis pada pengarahan individu terhadap sebuah krisis. Oleh karena itu dibutuhkan
pendidikan kesehatan kepada keluarga pasien yang menunggu pasien selama menjalani
terapi hemodialisis mengenai diit pada pasien dengan hemodialisis.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah pasien mengikuti proses penyuluhan, diharapkan peserta (pasien dan
keluarga) mengetahui tentang pengetahuan diit pada pasien dengan hemodialisa.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan sasaran penyuluhan mampu:
a. Memahami dan mampu menjelaskan pentingnya diet hemodialisis
b. Mengetahui dan memahami tujuan diet hemodialisis
c. Mengetahui syarat dan prinsip diet hemodialisis
d. Memahami dan mampu memberikan contoh makanan yang dianjurkan bagi
pasien hemodialisis
e. Memahami dan mampu memberikan contoh makanan yang dibatasi dan tidak
dianjurkan bagi pasien hemodialisis
f. Berhasil dalam menjalankan diet
Devi Nia Nurul Ihsani 2015 – 32 – 153 Penyuluhan Hemodialisa
Farah Luqyana 2015 – 32 – 163 (Diet Pasien HD)
C. Sasaran
Sasaran penyuluhan ditujukan kepada Pasien hemodialisa dan Keluarga pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hemodialisa
1. Pengertian
Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam
keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari
hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau end
stage renal disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen.
Tujuan hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari
dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan (Suharyanto dan Madjid, 2009).
Hemodialisis adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah
buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau
pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu singkat. Penderita gagal
ginjal kronis, hemodialisis akan mencegah kematian. Hemodialisis tidak
menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi
hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak
dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien (Brunner & Suddarth,
2006 ; Nursalam, 2006).
3. Tujuan Diet
Tujuan diet bagi pasien yang menjalani hemodialisa adalah untuk
a. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa
fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal
b. Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi (uremia)
c. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
d. Mencegah atau mengurangi progresifitas gagal ginjal, dengan memperlambat
turunnya laju filtrasi glomerulus (Almatsier, 2006).
B. Media : Leaflet