LKPP PP IPPNU
(Hazimatul Layyinah, S.Psi)
REFLEKSI
Benar / Salah
Benar / Salah
Benar / Salah
“Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan
harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuai yang merupakan hak asasi.”
Selain konstitusi negara yang memberikan jaminan rasa aman bagi setiap orang,
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia juga telah
menegaskan terkait dengan hak atas rasa aman. Ketentuan tersebut tertuang di
dalam Pasal 30 Undang-undang HAM yang berbunyi:
“Setiap orang berhak atas rasa aman dan tentram serta perlindungan terhadap ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.”
Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Penghapusan Kekerasan Seksual (TPKS) telah
disahkan pada 12 April 2022 oleh DPR RI. Pentingnya mengawal implementasi undang-
undang ini masih menjadi tantangan agar korban kekerasan seksual dapat menerima keadilan
yang selama ini menjadi hambatan.
Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH APIK) Jakarta
menghadirkan Laporan Akhir Tahun 2022 kepada publik, dengan judul “Angka Kekerasan
Semakin Meningkat: Potret Buram Keadilan Bagi Perempuan dan Anak Korban
Kekerasan”
Pada tahun 2022 terdapat 1.512 aduan yang masuk ke LBH Apik Jakarta. Angka
tersebut meningkat drastis jika dibandingkan tahun 2021 yaitu sebanyak 1.321 kasus. Tercatat
dari total pengaduan yang masuk, kasus kekerasan terhadap perempuan sebanyak 1.185 dan non
kekerasan terhadap perempuan 322 kasus.
Yang paling mengerikan dari terbongkarnya kisah kekerasan seksual tersebut ialah ruang kejadian
dan pelakunya; yaitu orang-orang yang seharusnya melindungi justru menjadi pelaku, dan
peristiwa itu terjadi di dalam rumah dan ruang untuk menuntut ilmu.
Dalil-dalil yang menyatakan bahwa perempuan adalah sumber fitnah, tubuhnya mengundang
maksiat; sehingga harus ditutupi rapat-rapat. Hal tersebut digunakan sebagai alasan
ketidakamanan perempuan, seolah terbantahkan dengan adanya kisah tersebut. Faktanya,
banyak kasus pelecehan dan kekerasan seksual yang terjadi di Pondok Pesantren dan
pelakunya adalah orang-orang yang memiliki kewenangan; seperti pengasuh, Pengajar, dan
kakak tingkat. Jika seperti ini, lantas di manakah ruang aman bagi Santri Putri?
Tingkat kedua adalah kebutuhan rasa
nyaman dan aman. Disaat kebutuhan
fisiologis sudah terpenuhi, akan muncul
naluri manusia untuk ingin merasa aman
dan mendapatkan perlindungan entah itu
keamanan dalam pekerjaan, jaminan untuk
kesehatan ataupun tunjangan di hari tua.
Hal ini juga merupakan basic needs yang
tentu perlu dipenuhi manusia. Pemenuhan
keinginan ini biasanya disalurkan orang
dalam pembelian asuransi jiwa, tabungan
berjangka, atau mungkin tempat tinggal
yang nyaman dan aman. Termasuk
perasaan aman dari kekerasan seksual.
Siapa saja pelaku kekerasan/bullying di
lingkungan Pondok Pesantren?
Tenaga Pendidik Teman
Guru, Ustadz, Kyai Bullying dapat dengan
mudah dilakukan oleh
teman
Psikis Fisik
Depresi, sedih berkepanjangan, perasaan Penurunan berat badan dan masalah
putus asa, rasa bersalah dan kesehatan akibat turunnya nafsu
menyalahkan diri, khawatir dan takut, makan/dampak psikis, luka di sekitar
mimpi buruk, keinginan bunuh diri, vagina atau alat kelamin, luka di tubuh.
gangguan kesehatan mental.
Bagaimana
menciptakan
ruang aman
bagi santri
putri?
Lingkungan Pesantren
Pos Keterlibatan
Membentuk pos Melibatkan secara aktif
pengaduan stakeholder terkait; wali
santri, psikolog, layanan
kesehatan.
LKPP PP IPPNU
Konseling Konten
01 Ruang Pelajar yang dapat
diakses Rekanita sebagai 02 Informasi dan edukasi menarik
tentunya juga informatif yang
dapat diakses di instagram
media konseling online
‘Ruang Pelajar’
Penurut tidak Mengajari Santri untuk tidak selalu menuruti semua hal yang diperintahkan
selalu baik (terkait dg menyentuh atau mempertontonkan bagian tubuh tertentu)