Anda di halaman 1dari 108

ANALISIS PELAKSANAAN PENGELOLAAN KOIN NU DI

KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN DALAM


PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam

Oleh:
Wahyu Wulandari
NIM : 21414069

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018

i
ii
ANALISIS PELAKSANAAN PENGELOLAAN KOIN NU DI
KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN DALAM
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam

Oleh:
Wahyu Wulandari
NIM : 21414069

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018

iii
iv
v
vi
MOTTO

One who wants to wear the crown, bears the ctown ...

Jangan pernah menyesali, pada setiap langkah yang


telah kalian perbuat,
Jika gagal (perbaiki)
Jangan mudah putus asa, lalu mundur
Karena setiap orang yang ingin memakai mahkota
(sukses), harus melewati rintangan serta cobaan terlebih
dahulu...

Yakin, percaya dan ikhlas


Bahwa setiap masalah akan indah pada waktunya

vii
PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Allah SWT Yang telah memberikan nikmat dan karuninya di dunia ini.

2. Kedua orang tuaku Bapak Affandi dan Ibu Siti Muzaroah tercinta, yang

hadir layaknya sosok malaikat dalam hidupku, selalu menyayangiku dan

mundukungku dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Adikku Dwi Widiyastuti yang selalu memberikan support.

4. Mas Muhlisin terima kasih atas doa dan semangatnya.

5. Mas Iwan Ulumuddin, Mbak Nihla, Pengurus Koin NU dan seluruh

masyarakat Gemolong terima kasih telah membantu perolehan data.

6. Keluarga besar yang tidak hentinya memberikan dukungan dan doa

kepadaku.

7. Rasan-rasan Squad (Pupung, Esha, Erza, Dian, Intan, Vivi, Umah, Wilda)

terima kasih kalian adalah teman ceriwisku.

8. Teman-teman HES 2014 terimakasih untuk empat tahun ini, kalian

memberikan semangat dan pengalaman yang tidak terlupakan.

9. Untuk semua orang yang disekitarku yang tidak bisa kusebutkan satu

persatu, terimakasih atas doa kalian.

viii
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat- Nya Skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan yang

diharapakan. Penulis juga beryukur atas rizki dan kesehatan yang telah diberikan

oleh- Nya sehingga penulis dapat menyusun Skripsi ini.

Sholawat dan salam semoga tercurahkan untuk Nabi kita, Rasulullah

Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman jahiyah menuju era

kemenangan, beserta segenap keluarga dan para sahabat- sahabatnya.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Strata Satu Fakultas Syariah Jurusan Hukum Ekonomi Syariah, dengan

Judul ANALISIS PELAKSANAAN PENGELOLAAN KOIN NU DI KECAMATAN

GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM.

Penulis mengakui bahwa dalam menyusun Skripsi ini tidak dapat diselesaikan

tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Karena itulah penulis mengucapkan

penghargaan yang setinggi- tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa

mewakili kata- kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN

Salatiga.

3. Ibu Evi Ariyani, SH., MH, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi

Syari‟ah IAIN Salatiga.

ix
4. Bapak Dr. Nafis Irkhami, M.Ag., M.A, selaku dosen Pembimbing

Akademik yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan

untuk selalu melakukan yang terbaik.

5. Bapak Drs. Machfud, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang selalu

memberikan saran, pengarahan, dan masukan sehingga skripsi dapat

selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.

6. Teman- teman Jurusan Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2014 IAIN

Salatiga, yang selalu mendukung penulis dalam menuntut ilmu.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan

balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan senantiasa mendapatkan

maghfiroh, dilingkupi rahmat dan cita- Nya. Amin.

Akhirnya, peneliti berharap semoga Skripsi ini bermanfaat khususnya bagi

penulis dan umumnya bagi pembaca.

Salatiga, 01 Oktober 2018

Penulis

x
ABSTRAK

Wahyu Wulandari. 2018. Analisis Pelaksanaan Pengelolaan KOIN NU di


Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen dalam Perspektif Hukum Islam. Skripsi.
Fakultas Syariah. Jurusan. Hukum Ekonomi Syariah. Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga. Pembimbing: Drs. Machfud. M.Ag.
Kata Kunci : Pengelolaan, KOIN NU, Hukum Islam
Infaq adalah mengeluarkan sebagian harta atau pendapatan untuk suatu
kepentingan yang diperintahkan oleh ajaran Islam. Agama menganjurkan kepada
setiap umat Islam untuk berinfaq, agar tujuan Islam dalam pemerataan
kesejahteraan hidup dalam bermasyarakat dapat terwujud. Untuk mewujudkan
tujuan dari berinfaq munculah gerakan kotak 1000 KOIN yang berada di
kecamatan Gemolong. Dilihat dari antusias masyarakat dalam berinfaq, dana yang
terkumpul sungguh di luar perkiraan pengurus. Hal ini membuat penulis ingin
meneliti lebih dalam terkait dengan pelaksanaan pengelolaan KOIN NU. Terkait
dengan permasalahan yang timbul tentang pendistribusian atau pentasarufan dana
yang tidak direncanakan sejak awal menimbulkan perdebatan di tengah
masyarakat, dan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat sehingga memunculkan
banyak prespektif negatif serta keraguan terkait pengelolaan dana infaq yang
sudah terkumpul.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sistem pelaksanaan
pengelolaan KOIN NU dan Untuk mengetahui secara mendalam mengenai proses
pengelolaan KOIN NU apakah sudah sesuai dengan Hukum Islam.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (field research)
dengan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan normatif, Sifat penelitian
adalah deskriptif kualitatif.
Hasil dari penelitian ini, menunjukan pelaksanaan KOIN NU di Gemolong
sudah sesuai peraturan surat keputusan pengurus cabang NU Kabupaten Sragen
tentang pembagian hasil perolehan kotak infaq KOIN NU. Akan tetapi,
pengelolaan KOIN NU dalam perspektif hukum Islam belum sesuai karena dana
yang dikumpulkan hanya digunakan untuk pengeluaran operasional saja,
walaupun pada awalnya dana ini bertujuan untuk meningkatkan organisasi NU.
Perlu adanya peraturan baru dalam pendistibusiannya, mengingat dana tersebut
bersumber dari masyarakat dan masih banyak masyarakat Gemolong yang
membutuhkan uluran tangan. Bahwa sesungguhnya infaq memiliki peranan
penting dalam kehidupan masyarakat terutama sebagai sarana untuk
mensejahterakan masyarakat sekitar.

xi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Nota Pembimbing Skripsi

2. Surat Permohonan Izin Penelitian

3. Lembar Konsultasi

4. Daftar Panduan Wawancara

5. Foto Penulis Bersama Informan

6. Daftar Nilai SKK

7. Surat Keputusan Pusat Tentang Pengelolaan KOIN NU

8. Daftar Pemasukan dan Pengeluaran KOIN NU setiap bulannya

9. Daftar Riwayat Hidup

xii
DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................... i

HALAMAN BERLOGO .................................................................................... ii

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... iii

NOTA PEMBIMBING ...................................................................................... iv

PENGESAHAN .................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................. vi

MOTO ................................................................................................................. vii

PERSEMBAHAN .............................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix

ABSTRAK ........................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Rumusan Penelitian .................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6

xiii
E. Penegasan Istilah ....................................................................................... 7

F. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 7

G. Metode Penelitian ................................................................................... 10

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 17

A. Pengertian Zakat Infak Sedekah............................................................... 17

B. Dasar Hukum Penetapan Infak dalam Hukum Islam dan Hukum Positif.

................................................................................................................... 25

C. Rukun dan Syarat Infak .......................................................................... 31

D. Manfaat dan Hikmah Infak ..................................................................... 33

E. Prosedur Pengelolaan Dana infak..............................................................35

BAB III HASIL PENELITIAN ........................................................................ 41

A. Gambaran Umum Kecamatan Gemolong ............................................... 42

B. Gambaran Umum KOIN NU ................................................................. 50

C. Pelaksanaan KOIN NU .......................................................................... 52

D. Pengelolaan KOIN NU ............................................................................ 57

BAB IVANALISIS PENGELOLAAN KOIN NU DI KECAMATAN

GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN DALAM PERSPEKTIF HUKUM

ISLAM ................................................................................................................. 61

A. Pelaksanaan Pengelolaan KOIN NU ...................................................... 61

B. Analisis Hukum Islam terhadap pelaksanaan Pengelolaan KOIN NU ... 64

xiv
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 68

A. Kesimpulan ............................................................................................. 67

B. Saran......................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 71

DAFTAR LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang komprehensif (rahmatan lil’alamin)

yang mengatur semua aspek kehidupan manusia yang telah disampaikan

oleh Rasulullah saw. Salah satu bidang yang diatur adalah masalah aturan

atau hukum, baik yang mengatur secara individual maupun sosial, yang

lebih tepatnya, Islam mengatur kehidupan bermasyarakat (Ismail, 2012 :

03).

Qardhawi mengemukakan pendapat bahwa diantara karakteristik

hukum Islam adalah komprehensif dan realistis (Qardhawi, 2000 : 156-

158). Islam sebagai agama komprehensif diartikan sebagai hukum yang

ditetapkan untuk individu, keluarga, masyarakat, serta penganut agama

ahlul kitab maupun penyembah berhala (Muafiroh, 2010 : 6).

Islam sebagai pedoman hidup setiap manusia mengajarkan

berbagai amalan yang memiliki nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan

manusia. Infaq dan sedekah merupakan salah satu amalan sunnah yang

dianjurkan oleh Islam bagi setiap umatnya, yaitu berupa pemberian

sebagian harta yang dimiliki oleh kepentingan sosial. Amalan ini dinilai

sebagai salah satu ibadah bagi seseorang karena mengandung nilai

kebaikan dan mendatangkan pahala (Khumairoh, 2015 : 1).

Dalam muamalah ada berbagai macam cara untuk melakukan

pemindahan hak kepada orang lain, diantaranya adalah dengan infaq.

1
Karena Islam menghendaki setiap individu hidup di tengah masyarakat

secara layak sebagai manusia, sekurang-kurangnya, dapat memenuhi

kehidupan pokok berupa sandang dan pangan, memperoleh pekerjaan

sesuai dengan keahliannya, atau membangun rumah tangga dengan bekal

yang cukup.

Kemiskinan merupakan masalah fundamental yang tengah

dihadapi oleh seluruh bangsa yang ada di dunia, termasuk Indonesia.

Kemiskinan yang melanda umat Islam adalah suatu ironi mengingat

agama Islam merupakan satu-satunya agama samawi yang dengan tegas

mengharuskan umatnya untuk mengeluarkan zakat, infaq dan sedekah

(Masdar Dkk, 2004 :125-126).

Dalam Islam, infaq adalah ibadah sunnah. Pengertian infaq itu

sendiri adalah sesuatu yang diberikan oleh seseorang guna menutupi

kebutuhan orang lain, baik berupa makanan, minuman, dan lain

sebagainya. Mendermakan atau memberikan sebagian rizki (karunia)

menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas karena

Allah semata. Firman Allah :

َِ َٰ‫ِّت‬ٛ‫ٕاْ َ ِيٍ َغ‬


ََٓ‫د َيب َكغتَٓتُى‬ َ ُ‫ٍَ َءايََُُٕٓاْ َأَفِم‬ٚ‫ُّٓب َٱنَّ ِز‬ٚ‫ََٰ٘ٓأ‬
َِ َٓ‫ٔ ِي ًَّبََٓأرَٓسجََٓبَن ُكىَ ِّيٍََٱلَٓأس‬
َٓ‫ض‬
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang
Kami keluarkan dari bumi untuk kamu”(Qs. Al-Baqarah :267).

Dianjurkan kepada umat untuk menginfaqkan sebagian harta yang

dimiliki yang ada di bumi ini kepada orang-orang yang membutuhkan.

2
Karena infaq adalah manifestasi dari budi pekerti Islam sebagai ibadah,

walaupun sebagai amal suka rela, akan tetapi mempunyai pendorong yang

kuat sebagai alat jihad Islam, karena kedudukan infaq dalam Islam adalah

sebagai ta’awun atau gotong royong. Infaq merupakan salah satu solusi

untuk memecahkan problematika kemiskinan dalam masyarakat,

mengatasi kesenjangan sosial yang terjadi antara orang miskin dan kaya,

serta dalam rangka pemerataan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan

kwalitas hidup lainnya (Muafiroh, 2010 : 04).

Infaq adalah ibadah suka rela yang diberikan oleh orang yang

memiliki kelebihan dari harta yang dimiliki kepada orang membutuhkan.

Karena apa yang dimiliki manusia adalah titipan dari Allah. Agama

menganjurkan kepada setiap umat Islam untuk berinfaq, agar tujuan Islam

dalam pemerataan kesejahteraan hidup dalam bermasyarakat dapat

terwujud, sehingga tidak terjadi penumpukkan harta dalam satu tempat.

Anjuran tersebut ditandai dengan ayat-ayat al-Qur’an serta hadis-hadis

Nabi yang memerintahkan kepada umatnya untuk senantiasa berinfaq.

Perkembangan Islam di Indonesia belakangan ini semakin menarik

untuk diperhatikan, dimana semakin banyak daerah-daerah yang mulai

memberdayakan zakat, infaq dan sedekah untuk pemberdayaan ekonomi

umat. Salah satunya adalah pemberdayaan infaq, karena infaq memiliki

kontribusi yang sangat besar dalam mengatasi masalah kemiskinan yang

tengah dihadapi oleh banyak masyarakat (Muafiroh, 2010 : 3).

3
Sebagai ormas keagamaan terbesar di Indonesia, sepanjang

sejarahnya, NU dalam menangani masalah sosial terhadap umat manusia

yakni dengan cara mengoptimalkan peran zakat, infaq, sedekah sebagai

jaminan sosial dengan model pemberdayaan ekonomi untuk mengentaskan

kemiskinan. Peran ZIS tersebut sebagai upaya untuk mengatasi persoalan

sosial di bidang ekonomi dengan cara mengangkat derajat hidup

masyarakat. Maka dari itu, muculah gerakan kotak 1000 KOIN yang

berada di kecamtan Gemolong.

Dalam wawancara dengan bapak Arwani, pengurus Ansor, beliau

mengatakan “bahwa KOIN NU ini lahir dikarenakan, organisasi NU

merupakan organisasi yang besar. Akan tetapi, tidak pernah memiliki dana

yang cukup. Dahulu pada saat ada kegiatan, para pengurus harus

menggalang dana terlebih dahulu agar memiliki modal untuk

melaksanakan kegiatan seperti bantuan pembangunan masjid, santunan

anak yatim ataupun bantuan-bantuan lainnya”.

Gerakan KOIN NU merupakan gerakan Nahdliyin untuk

mengumpulkan uang receh (koin) dari rumah-rumah Nahdliyin dengan

memberikan kotak infaq kecil berukuran 9 x 9 cm2 di setiap rumah warga

nahdliyin dengan harapan agar setiap warga mengisi kotak tersebut dengan

uang koin (recehan) yang dikumpulkan setiap satu bulan sekali oleh

petugas yang sudah ditentukan, Program KOIN NU ini bertujuan untuk

memberikan pendidikan kepada Nahdliyin untuk selalu istiqomah dalam

4
berinfaq serta manfaatnya untuk memberikan solusi bagi nahdliyin dalam

berbagai aspek kehidupan dan mewujudkan kemandirian warga NU.

Program gerakan seribu KOIN ini mulai dicanangkan pada bulan

Juni 2016, sebanyak 690 kotak koin NU dibagikan kepada pengurus NU,

Muslimat, Fatayat dan Ansor. Kemudian karena antusias masyarakat

dalam berinfaq, sekarang kotak yang telah disebarkan mencapai hampir

+1800 Kotak KOIN NU.

Dana yang terkumpul dari program KOIN NU ini sungguh di luar

perkiraan pengurus NU, karena pada bulan pertama penarikannya kotak

koin NU ini, dana yang terkumpul sudah mencapai angka Rp.

8.993.350,00 (sesuai catatan pada buku rekening koin di BMTNU). Dilihat

dari banyaknya dana yang masuk setiap bulannya. Membuat penulis ingin

meneliti lebih dalam terkait dengan pelaksanaan pengelolaan KOIN NU

tersebut.

Dari pengamatan yang penulis lakukan, setidaknya ada beberapa

masalah yang muncul dari adanya program KOIN NU ini, masalah-

masalah tersebut antara lain adalah mengenai pendistribusian atau

pentasarufan dana yang tidak direncanakan sejak awal menimbulkan

perdebatan di tengah masyarakat, dan kurangnya sosialisasi kepada

masyarakat sehingga memunculkan banyak prespektif negatif atau

keraguan terkait pengelolaan dana infaq yang sudah terkumpul. Berpijak

dari latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, penyusun tertarik

untuk meneliti lebih dalam mengenai permasalahan tersebut dan

5
memaparkannya dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis

Pelaksanaan Pengelolaan KOIN NU di Kecamatan Gemolong

Kabupaten Sragen Dalam Prespektif Hukum Islam”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan pengelolaan KOIN NU di Kecamatan

Gemolong Kabupaten Sragen?

2. Bagaimana pelaksanaan Pengelolaan KOIN NU di Kecamatan

Gemolong Kabupaten Sragen dalam perspektif hukum Islam?

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengelolaan KOIN NU di Kecamatan

Gemolong Kabupaten Sragen.

2. Untuk mengetahui secara mendalam mengenai pelaksanaan

pengelolaan KOIN NU dalam perspektif Hukum Islam di Kecamatan

Gemolong Kabupaten Sragen.

Adapun manfaat penelitiaan ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan

pemikiran bagi dunia perekonomian tentang pelaksanaan

pengelolaan KOIN NU dalam perspektif Hukum Islam di

Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen.

2. Manfaat praktis

6
a. Menambah wawasan penulis mengenai pelaksanaan dan

pengelolaan Koin NU dalam perspektif hukum Islam.

b. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan

masukan serta pembanding bagi pembaca untuk dijadikan

landasan kepada pemikir hukum Islam dalam hal tata cara

yang benar dalam mengelola dana infaq.

D. Penegasan istilah

Untuk menghindari pembahasan yang meluas dan menghindari

kesalahpahaman pembaca dalam memahami istilah yang di pakai dalam

skripsi ini , maka dibuat penjelasan istilah, yaitu :

1. Pengelolaan menurut kamus besar bahasa Indonesia (online) adalah

proses yang membantu merumuskan kebijakan dan tujuan dalam

organisasi.

2. KOIN merupakan gabungan kata dari kotak dan infaq yaitu kotak

tempat pengumpulan koin (uang receh) dari rumah-rumah Nahdliyin

3. NU (Nahdlatul Ulama) adalah sebuah organisasi Islam terbesar

anggotanya di Indonesia, yang berdiri pada 31 Januari 1926 dan

bergerak dibidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi

(wikipedia).

4. Hukum Islam adalah hukum yang diturunkan oleh Allah kepada

manusia untuk menjamin terwujudnya kemaslahatan bagi manusia itu

sendiri, baik di dunia maupun di akhirat kelak (Koto, 2012 : 2).

7
E. Tinjauan Pustaka

Pembahasan mengenai infak memang bukanlah yang pertama.

Akan tetapi sebelum peneliti mengadakan penelitian lebih lanjut, peneliti

mengkaji terlebih dahulu skripsi-skripsi terdahulu yang mempunyai judul

yang hampir sama.

Setelah diteliti dan dipelajari, dari penelitian-penelitian

sebelumnya untuk mengetahui hal-hal apa saja yang sudah dan belum

diteliti sehingga tidak terjadi duplikasi. Selain itu, penyusun menemukan

beberapa tulisan ilmiah dan skripsi yang berkaitan dengan pelaksanaan

pengelolaan KOIN NU di Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen,

yaitu:

1. Dalam skripsi Nani Hamdani Amir, Mahasiswa Program Studi

Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam universitas

Islam Negeri Alauddin Makasar, dengan judul “Pengelolaan Dana

Infaq dan Sedekah dari Orang Tua Siswa pada Sekolah Al-Fityan,

tahun 2017. Dengan rumusan masalah bagaimana konsep

pengelolaan dana infaq dan sedekah dari orang tua siswa pada

sekolah Al-Fityan, apakah sudah sesuai dengan prinsip Islam serta

bagaimana pemanfaatan dana infaq dan sedekah dari orang tua

siswa pada sekolah Al-Fityan, apakah sudah sesuai dengan prinsip

islam. Dijelaskan penelitian bersifat deskriptif kualitatif, dengan

maksud bahwa pengelolaan dana infaq dan sedekah pada sekolah

Al-Fityan sudah sesuai dengan syariat Islam dengan tidak

8
menentukan jumlah dana yang akan diberikan oleh orang tua

kepada pihak sekolahan. Kemudian pemanfaatannya juga sudah

sesuai dengan syariat Islam dengan memberikan kepada orang

yang membutuhkan.

2. Skripsi Anisatul Khumairoh, Mahasiswa Program Studi

Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum, dengan judul “Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Infaq Panen (Studi di MI Ma’arif

Purwodeso Kecamatan Sruweng Kabepaten Kebumen)”, tahun

2015. Dengan rumusan masalah bagaimana pandangan hukum

Islam terhadap praktik penarikan infaq panen di MI Ma’arif di

Purwodeso. Di jelaskan bahwa pelaksanaan infaq di Mi Ma’arif

menimbulkan banyak persepsi masyarakat terkait dengan zakat

pertanian. Infaq juga termasuk wajib atau zakat bagi orang tua

peserta didik yang memiliki lahan pertanian dan sudah memenuhi

syarat-syarat wajib zakat. Karena orang tua murid sudah termasuk

muzakki yang wajib memunaikan zakat menurut islam. Infaq

panen di Desa Purworejo termasuk dalam kategori infaq sunah

yang sifatnya sukarela. Adanya upaya wajib untuk mendorong

wali murid untuk meningkatkan solidaritas dalam kehidupan

sosial. Orang tua siswa yang tidak memiliki lahan pertanian

seharusnya terbebas dari infaq panen karena termasuk golongan

mustahik zakat.

9
3. Skripsi Nikmatul Muafiroh, Mahasiswa Program Studi Muamalah

Fakultas Syariah dan Hukum, dengan judul Pengelolaan dan

Pendistribusian Infaq Jum’at Masjid di Pedukuhan Papringan

Catur Tunggal Depok Sleman Yogyakarta Dalam Perspektif

Hukum Islam Tahun 2007-2008, tahun 2010. Dengan pokok

masalah bagaimana pengelolaan dan pendistribusian infaq Jum’at

oleh ta’mir masjid di Padukuhan Papringan Catur Tunggal Depok

Sleman Yogyakarta dan Bagaimana Tinjauan Hukum Islam

terhadap pengelolaan dan pendistribusian infaq jum’at oleh ta’mir

masjid di Padukuhan Papringan Catur Tunggal Depok Sleman

Yogyakarta. Isi dari penelitian tersebut bahwa tidak berfungsinya

peran infaq sesuai dengan syariat Islam, diharapkan pengelola

harus benar-benar memperhatikan kebutuhan juga keadaan

masyarakat lingkungan masjid. Karena infaq sesungguhnya

memiliki peranan penting dalam pengentasan kemiskinan yang

menjadi masalah klasik dalam kehidupan masyarakat.

Jika dilihat terdapat beberapa karya ilmiah yang membahas tentang

infaq. Akan tetapi, belum ada penulis yang meneliti tentang bagaimana

cara pelaksanaan dan pengelolaan KOIN NU tersebut. Dengan adanya hal

ini, penyusun tertari ingin mengkaji lebih dalam mengenai pelaksanaan

dan pengelolaan KOIN NU di Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen

dalam perspektif hukum Islam.

10
F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Untuk memperoleh data yang akurat dan lengkap pada

hasil penelitian nanti, jenis penelitian yang penyusun lakukan

adalah menggunakan penelitian lapangan (field research), yang

merupakan penelitian secara rinci pada subjek dan objek penelitian.

Ide pentingnya adalah bahwa penelitian ini berangkat dari lapangan

untuk mengamati atau mengadakan pengamatan tentang suatu

fenomena dalam suatu keadaan. Adapun penelitian ini mengambil

lokasi di Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen. Pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan normatif, adalah pendekatan yang

berdasarkan pada norma dan hukum Islam, artinya mendekati masalah

yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau fakta sosial sesuai

dengan kenyataan hidup dalam masyarakat (Utsman, 2014 : 2).

2. Sumber Data

Sumber data ialah tempat atau orang dimana data tersebut di

peroleh. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah ( Azwar, 1998 : 91 ) sebagai berikut :

a. Data primer

Sumber data primer adalah sumber yang dapat

memberikan informasi secara langsung, serta sumber data

tersebut memiliki hubungan dengan masalah pokok penelitian

sebagai bahan informasi yang di cari. Dengan demikian, data

11
primer dalam penelitian ini adalah data yang diambil dari sumber

pertama berupa hasil wawancara langsung dengan pengurus

KOIN NU dan masyarakat Gemolong.

b. Data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber yang menjadi bahan

penunjang dan melengkapi dalam suatu analisis, selanjutnya data

ini disebut data tidak langsung. Sedangkan data yang termasuk

data sekunder pada penelitian ini adalah data yang berasal dari

dokumen yang berkenaan dengan pengelolaan dana infaq NU.

3. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini,

maka metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah :

a. Observasi ( pengamatan )

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian ( Sujarweni.

2014 : 75 ). Dalam observasi, peneliti melakukan pengamatan

langsung dengan obyek penelitian yaitu pelaksanaan serta

pengelolaan KOIN NU di Gemolong dengan subyek penelitian

tentang KOIN NU.

b. Wawancara ( interview )

Wawancara adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk

menggali data scara lisan ( Sujarweni. 2014 : 74 ). Wawancara

12
yang peneliti lakukan untuk melengkapi pengumpulan data yang

diperlukan, selain melakukan observasi langsung peneliti juga

melakukan wawancara langsung kepada pengurus KOIN NU dan

Masyarakat, yang dianggap dapat memberikan informasi kepada

penulis yang berhubungan dengan penelitian

c. Dokumentasi ( pengumpulan data )

Merupakan metode pengumpulan data kualitatif sejumlah besar

fakta data yang tersimpan dalam bahan yang berbentuk

dokumentasi ( Sujarweni. 2014 : 33 ). Metode ini digunakan

sebagai salah satu pelengkap data.

4. Analisa Data

Proses analisa data merupakan suatu proses penelaahan data

secara mendalam. Menurut Lexy J. Moleong proses analisa data dapat

dilakukan pada saat yang bersamaan dengan pelaksanaan

pengumpulan data meskipun pada umumnya dilakukan setelah data

terkumpul ( Moleong, 2005 : 103 )

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam memberikan,

menyajikan, dan menyimpulkan data, maka dalam penelitian ini

menggunakan metode analisa deskritif kualitatif, yaitu suatu penelitian

yang mendeskripsikan suatu situasi tertentu yang bersifat faktual

secara sistematis dan akurat. ( Danim, 2002 : 21 )

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis deskriptif. Metode ini merupakan metode analisa data

13
dengan cara menggambarkan keadaan atau status fenomena dengan

kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisah menurut kategori untuk

memperoleh kesimpulan. Dalam penelitian ini, pertama peneliti

menjelaskan terlebih dahulu mengenai ZIS dan kajian mendalam

mengenai infaq, kemudian menghubungkan dengan proses pengelolaan

dana KOIN NU dan bagaimana pendistribusiannya. Sebagai langkah

penutup adalah pengambilan kesimpulan, yang mana pengambilan

kesimpulan itu merupakan akhir proses dari sebuah penelitian, dari

pengambilan kesimpulan ini akhirnya akan terjawab pertanyaan ada

dalam rumusan masalah didalam latar belakang masalah.

5. Tahap Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif,


yaitu :
1. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum

melakukan penelitian seperti pembuatan proposal penelitian,

mengajukan surat ijin penelitian, menetapkan fokus penelitian dan

sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.

2. Tahap pekerjaan lapangan, yaitu mengumpulkan data melalui

pengamatan dan wawancara terhadap pengurus NU mengenai faktor

yang mempengaruhi sistem pengelolaan KOIN NU.

3. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa

cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data-data tersebut

dan mengambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada

objek yang diteliti.

14
4. Tahap penulisan laporan, yaitu apabila semua data telah terkumpul dan

telah dianalisis serta dikonsultasikan kepada pembimbing maka yang

dilakukan peneliti selanjutnya adalah menulis hasil penelitian tersebut

sesuai dengan pedoman penulisan yang telah ditentukan.

6. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman isi penelitian ini, maka

sistematika pembahasannya dibagi menjadi lima bab, yang berisi hal-hal

pokok yang dapat dijadikan pijakan dalam memahami pembahasan ini.

Adapun perinciannya sebagai berikut yaitu:

BAB I: Pendahuluan, yang berisi uraian tentang Latar Belakang

Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, Penegasan Istilah, Tinjauan Pustaka, Metode

Penelitian,Tahap Penelitian dan Sistematika Penelitian.

BAB II: Landasan teori, yang berisi penjelasan terhadap pengertian

Zakat, Infaq sedekah (ZIS), Dasar Hukum Penetapan

Infaq, Rukun dan Syarat Infaq, Manfaat dan Hikmah Infaq,

dan Prosedur Pengelolaan Dana Infaq

BAB III: Paparan Data yang menjelaskan tentang profil Kecamatan

Gemolong dan pengelolaan dana KOIN infaq NU.

BAB IV: Pembahasan berisi tentang analisis mengenai analisis

hukum islam terhadap pelaksanaan pengelolaan KOIN NU

di Kecamatan Gemolong. Pada bab ini dijelaskan

15
pelaksanaan, pengelolaan dan pendistribusian KOIN NU

Peduli menurut analisis Hukum Islam.

BAB V: Penutup berisi tentang kesimpulan dari seluruh hasil

penelitian, saran-saran ataupun rekomendasi dalam rangka

meningkatkan pengetahuan tentang hukum-hukum Islam.

Khususnya Analisis hukum islam terhadap pelaksanaan,

pengelolaan dan pendistribusian KOIN NU yang ada di

Kecamatan Gemolong.

16
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Zakat, Infak, dan Sedekah

1. Pengertian Zakat

Menurut bahasa (lughat) zakat berarti tumbuh,

berkembang, kesuburan atau bertambah. Zakat secara harfiah di

dalam kamus Al-Munawir zakat mempunyai makna berkah, bersih,

baik, dan meningkat (Munawir, 1997 : 577). Sedangkan secara bahasa

At-Thaharah (kesucian), Al-barakah (keberkahan), An-Nama’

(pertumbuhan/perkembangan). (Soemitra, 2009 : 403).

Sedangkan menurut istilah zakat adalah sebagian harta benda

yang wajib diberikan orang-orang tertentu dengan berbagai syarat,

kadar harta tertentu yang diberikan kepada orang-orang yang berhak

menerimanya dengan syarat-syarat tertentu pula ( Latief, 1987 : 13 ).

Adapun hal tersebut dijelaskan di dalam surat at-taubah ayat 103 yaitu:

َ َِّ‫ ِٓ ْىَ َ ث ِٓ ب َ ٔ ص م‬ٛ ِّ‫ُخ ْزَ َ ِي ٍَْ َ أ ْي ٕ ا ن ِِٓ ْىَ َ ص ذ ل خَ َ ت ُط ٓ ِّ ُش ْ ُ ْىَ َ ٔ ت ُض ك‬


َّ ٔ َ َٓ َ َ‫ ْ ِٓ ْىَ َ َٓ َ إ ِ ٌََّ ص َل ت كَ َ ع ك ٍَ َ ن ٓ ُ ْى‬ٛ ‫ع ه‬
َ‫ى‬ٛ ِ ‫عَ َ ع ه‬ٛ ًِ ‫ّللاََُ ع‬
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Qs. At-
Taubah : 103).

Maksud dari ayat diatas yaitu dengan adanya zakat membuat

seseorang menjadi bersih dari kekikiran dan dari berlebih-lebihan

17
dalam mencintai harta benda dan zakat dapat mensyucikan orang yang

mengeluarkannya serta mendapatkan pahala.

Dalam pengertian istilah syara’, zakat mempunyai banyak

pemahaman diantaranya :

1. Menurut Yusuf al-Qardhawi zakat adalah sejumlah harta tertentu

yang diwajibkan oleh Allah diserahkan kepada orang-orang yang

berhak.

2. Wahbah Zuhaili dalam bukunya al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu

mendefinisikan dari sudut empat madzab, yaitu :

a. Madzhab Maliki, zakat adalah mengeluarkan sebagian yang

tertentu dari harta yang tertentu pula yang sudah mencapai

nishab (batas jumlah yang mewajibkan zakat) kepada orang

yang berhak menerimanya (Zuhaili, 2000 : 83).

b. Madzhab Hanafi, zakat adalah menjadikan kadar tertentu dari

harta tertentu pulan sebagai hak milik, yang sudah ditentukan

oleh penbuat syari’at semata-mata karena Allah SWT.

c. Madzhab Syafii, zakat adalah nama untuk kadar yang

dikeluarkan dari harta atau benda dengan cara-cara tertentu.

d. Madzab Hambali, zakat yaitu penyerahan atau penunaian hak

yang wajib yang terdapat dalam harta untuk diberikan kepada

orang-orang yang berhak. Seperti yang telah dijelaskan di dalam

surat at-taubah : 60 yaitu:

18
َ ٍَٛ ِ ‫ ٍَِ َ ٔ ان ْ ع ب ِي ه‬ٛ ِ‫دَ َ ن ِ هْ ف ُم ش ا ِءَ َ ٔ ان ْ ً غ ب ك‬
ُ ‫صذلب‬ َّ ‫إ ِ َ ًَّ ب َ ان‬
َ ٍَٛ ‫ َ ان ِّش ل ب ةَِ َ ٔ ان ْ غ بسِ ِي‬ِٙ ‫ ْٓ ب َ ٔ ان ْ ًُ ؤ ن َّف خَِ َ ل ُه ُٕ ث ُٓ ُ ْىَ َ ٔ ف‬ٛ ‫ع ه‬
َّ َ ٍَ ‫ع خَ َ ِي‬ٚ ِ‫ ِمَ َ َٓ َ ف ش‬ِٛ ‫ّللاََِ ٔ ا ث ْ ٍَِ َ ان غَّ ج‬
َ َٓ َ َِ‫ّللا‬ َّ َ َ‫ ِم‬ٛ ِ ‫ َ ع ج‬ِٙ ‫ٔ ف‬
َّ ٔ
َ‫ى‬ٛ ِ‫ىَ َ د ك‬ٛ ِ ‫ّللاََُ ع ه‬
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-
orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat,
para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana” (Qs. At-Taubah : 60 )

Dari ayat diatas dijelaskan pendistribusian zakat diberikan

kepada orang-orang tertentu yang telah ditentukan oleh Al Qur’an yaitu

orang-orang fakir, miskin, amil zakat, muallaf (orang-orang yang

dilunakkan hatinya), budak, orang yang berhutang, fi sabillilah (orang

yang berjuang dijalan Allah), dan ibnu sabil.

2. Infaq

Infaq berasal dari kata ‫إنفاق‬, artinya membelanjakan (Mujieb,

1994 : 121). Arti infaq menjadi khusus ketika dikaitkan dengan upaya

realisasi perintah-perintah Allah. Selain itu, infaq juga berarti

membelanjakan dengan kebaikan (Nasir, 2011 : 403).

Kata infaq adalah kata serapan dari bahasa arab al-infaq. Kata al

infaq adalah masdar (gerund) dari kata anfaqa-yunfiqu-infaq[an]. Kata

anfaqa sendiri merupakan kata bentukan asalnya nafaqa-yanfuqu-

nafaq[an] yang artinya: nafada (habis), faniya (hilang/lenyap),

berkurang, qalla (Sedikit), dzahaba (pergi), kharaja (keluar). Karena

itu, kata al infaq secara bahasa bisa berarti infaq (menghabiskan, ifna

19
(pelenyapan atau pemunahan), taqlil (pengurangan), idzhab

(menyingkirkan), atau ikhraj (pengeluaran) (Hamim, 2016 : 39).

Menurut kamus bahasa Indonesia infaq adalah mengeluarkan

harta yang mencakup zakat dan non zakat sedangkan menurut

terminologi syariat infaq adalah mengeluarkan sebagian dari harta atau

pendapatan atau penghasilan untuk suatu kepentingan yang

diperintahkan oleh ajaran Islam. Sedangkan menurut Undang-Undang

No 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat dijelaskan bahwa infaq

adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar

zakat untuk kemaslahatan umum.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa infaq dapat

diberikan kepada siapa saja artinya mengeluarkan harta untuk

kepentingan sesuatu, yang mencakup harta bendayang dimiliki dan

bukan merupakan zakat. Infaq ada yang wajib dan ada pula yang

sunnah. Infaq wajib diantaranya zakat,kafarat,nadzar dan lain-lainnya.

Infaq sunnah diantaranya infaq kepada fakir miskin, sesama muslim,

infaq bencana alam, infaq kemanusiaan dan lainnya. Terkait dengan

infaq tersebut Rasullulah saw bersabda dalam hadist yang

diriwayatkan Bukhari dan Muslim ada Malaikat yang senantiasa

berdoa setiap pagi dan sore :

“Ya Allah Swt berilah orang berinfaq, gantinya” Dan berkata


yang lain : “Ya Allah jadikanlah orang yang menahan infaq,
kehancuran” (Zuhaili, 1996 : 916).

20
Infaq tidak mengenal adanya nishab seperti zakat. Infaq

dikeluarkan oleh setiap orang beriman, baik yang berpenghasilan

tinggi ataupun rendah, disaat lapang ataupun sempit. Hal tersebut

dijelaskan dalam Al Qur’an yaitu:

َ َ‫ ْع‬ٛ ‫ٍَ َ ان ْ غ‬ٛ ًِ ‫ظ‬


ِ ‫ع َّش ا ِءَ َ ٔ ان ْ ك ب‬َّ ‫ َ ان غَّ َّش ا ِءَ َ ٔ ان‬ٙ ِ ‫ ُُ ْ ف ِم ٌَُٕ َ ف‬ٚ َ ٍَٚ ِ‫ان َّز‬
ٍَٛ ِ ُ ‫ ُ ِذ تَُّ َ ان ْ ًُ ْذ ِغ‬ٚ ََُ‫ّللا‬
َّ ٔ َ َٓ َ َِ‫ٍَ َ ع ٍَِ َ ان ُ َّبط‬ٛ ِ ‫ٔ ان ْ ع ب ف‬
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di
waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-
orang yang berbuat kebajikan”.

Selain itu, infaq juga bisa di tasharrufkan untuk hal-hal yang

berkaitan dengan kepentingan dan kemaslahatan perorangan ataupun

kelompok baik masjid ataupun lembaga seperti pembiayaan

administrasi ataupun pemberian bisyarah kepada para pengurusnya,

karena dana infaq bukanlah termasuk barang waqaf yang kekal, dan

tidak terdapat akad di dalamnya. ( Hamim, 2016 : 43).

3. Sedekah

Kata sedekah berasal dari kata shadaqa atau sidqun yang

berarti jujur dan benar (Amir, 2017 : 11). Dari sinilah sedekah

diartikan mengeluarkan harta dijalan Allah sebagai bukti kejujuran

dan kebenaran iman. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Saw yaitu

“sedekah itu adalah bukti dari iman. Sedekah dalam konsep islam

memiliki arti yang luas, tidak hanya terbatas pada pemberian

seseorang. Sesuatu yang bersifat materil kepada orang miskin, tetapi

21
lebih dari itu, sedekah mencakup semua perbuatan kebaikan, baiki

bersifat materi maupun non materi.

Sedekah merupakan perilaku ekonomi dalam rangka membantu

orang lain. Dengan tujuan mencari pahala Allah swt (Nawawi, 2017 :

259). Sedekah diperbolehkan pada setiap waktu dan disunahkan

berdasarkan Al Qur’an dan sunah, diantaranya :

ََََٓ‫شح‬ِٛ‫ ُعب ِعف ََُّن ََُّأظْ عبفبَكث‬ٛ‫ّللاَلشْ ظبَدغُبَف‬ ََّ ََُ‫ُ ْم ِشض‬َٚ٘‫ٍَراَانَّ ِز‬ َْ ‫ي‬
ٌُٕ‫ ََِّتُشْ جع‬ْٛ ‫ُػَُٔإِن‬ ََّ ٔ
َ ‫جْغ‬ََُٚٔ‫ ْمجِط‬َُٚ‫ّللا‬
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah,
pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah
akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda
yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan
kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”.(Qs. Al Baqarah : 245)

Sedekah bersifat sukarela dan tidak terikat pada syarat-syarat

tertentu dalam pengeluarnnya baik mengenai jumlah, waktu, dan

kadarnya. Sedekah merupakan pemberian sukarela yang dilakukan oleh

seseorang kepada orang lain, terutama kepada orang-orang miskin

setiap kesempatan terbuka yang tidak ditentukan jenis, jumlah maupun

waktunya (Ruslan, 2014 : 68).

Dengan demikian, setiap orang dapat bersedekah berdasarkan

dengan kemampuannya. Setiap kebaikan yang dilakukan seseorang

dapat bernilai sedekah pada ketulusan. Inilah nilai sosial yang tinggi

dari sebuah syari’at yang digariskan Allah bagi ummat manusia

(Sulaiman, 2010 : 218).

22
4. Perbedaan Zakat Infak dan Sedekah

Zakat, infak dan sedekah atau yang sering dikenal dengan ZIS

merupakan suatu cara menghimpun dana dari masyarakat yang

memiliki tujuan akhir yang sama. Akan tetapi, dalam prakteknya

memiliki aturan yang berbeda-beda. Diantara perbedaannya adalah :

Zakat hukumnya wajib sedangkan infaq dan sedekah

hukumnya sunnah, zakat ditentukan nisabnya sedangkan infaq dan

sedekah tidak memiliki batas, zakat ditentukan siapa saja yang berhak

menerimanya sedangkan infaq dan sedekah boleh diberikan kepada

siapa saja. Infaq ada yang wajib ada juga yang sunah. Infaq yang wajib

diantaranya zakat, kafarat, nazar, dan lain-lain. Infaq sunah

diantaranya, infaq kepada para fakir miskin, sesama muslim, infaq

bencana alam, infaq kemanusiaan, dan lain-lain.

Perbedaan infaq dan sedekah adalah infaq merupakan amal

yang tidak wajib dapat diberikan kapan saja dan harta yang

dikeluarkan untuk kepentingan diri sendiri ataupun keluarganya.

Sedangkan sedekah adalah amal yang tidak wajib dapat diberikan

kapan saja dan dana yang digunakan untuk membelanjakan hartanya di

jalan Allah.

Perbedaan mendasar dari infaq dan sedekah yaitu sedekah

adlah mengeluarkan berupa harta untuk tujuan ibadah yang tidak

wajib. Dengan demikian sedekah adalah suatu perilaku yang bersifat

sunnah dan mendapat pahala apabila diniati ikhlas karena Allah.

23
Sedang infaq lebih umum, ia dapat berarti untuk ibadah bisa juga

untuk perkara yang dibolehkan (tapi tidak mendapat pahala) seperti

menafkahi anak istri, memberi mahar, dan lain-lain ataupun perkara

yang wajib.

Dari segi bahasa infaq sama dengan zakat dan sedekah yang

menujuk kepada pembarian wajib dan sunah. Akan tetapi dari segi

istilah, zakat dipakai khusus untuk pemberian yang sifatnya wajib,

sedekah dipakai untuk pemberian yang sifatnya sunah, sedangkan

infaq dapat menunjuk salah satu ataupun dua-duanya (Arraiyyah, 2007

: 118).

Zakat, infaq, sedekah ialah sesuatu yang diberikan orang

sebagai hak Allah SWT, kepada orang yang berhak menerimanya.

Dalam menunaikan ibadah zakat dan infaq, harta yang dikeluarkan

untuk berzakat dan berinfaq haruslah harta yang baik, terpilih dan

tertentu. Khusus untuk zakat, ketentuan untuk penerima dana zakat

sudah ditentukan oleh kategori delapan Asnaf sedangkan untuk infaq

dan sedekah, peraturan bagi kategori kelompok penerima lebih longgar

ketimbang zakat, yang artinya distribusi infaq dan sedekah dapat

diberikan kepada siapa saja yang membutuhkannya (Mufraini, 2006 :

157).

24
B. Dasar Hukum Penetapan Infaq dalam Hukum Islam dan Hukum

Positif

Adapun dasar hukum penetapan infaq, telah dijelakan secara rinci

di dalam Al Qur’an dan hadis. Berikut ini adalah beberapa dari ayat Al-

quran yang mengatur mengenai infaq:

1. Anjuran untuk berinfaq

Berikut merupakan anjuran dari berinfaq diatur dalam ayat


berikut :
a. Dalam Surat al-Baqarah ayat 215

ٍََِْ ٚ‫ْشََفهِ ْهٕانِذ‬ٛ‫ٍَخ‬ َْ ‫ُ ُْفِمٌََََُٕٓلُمََْيبَأ َْف ْمتُ َْىَ ِي‬َٚ‫غْؤنَُٕكََيبرا‬ٚ


َْ ‫مَََٓٔيبَت ْفعهُٕاَ ِي‬ٛ
ََ‫ْش‬ٛ‫ٍَخ‬ َِ ِ‫ٍَان َّغج‬َِ ‫ٍَٔا ْث‬ٛ َِ ‫تبيَٰٗٔ ْانًغب ِك‬ٛ‫ٍََٔ ْان‬ِٛ‫ٔ ْاْل ْلشث‬
ََّ ٌَ
َِّ ِ‫ّللاَث‬ ََّ ِ ‫فئ‬
َ‫ى‬ِٛ‫َعه‬
“Mereka bertanya tentang apa yang mereka
nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan
hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang
dalam perjalanan". Dan apa saja kebaikan yang kamu buat,
maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya”

Dari ayat diatas dijelaskan perintah untuk memberikan

infaq, adapun infaq pada ayat di atas bersifat umum. Alasanya,

nafaqah atau infaq bagi orang tua dan anak-anak adalah wajib

jika mereka dalam keadaan yang memutuhkkan, sedang infak

bagi anak yatim atau orang miskin tertentu pula. Anak yatim

dan orang-orang miskin adalah orang yang lebih berhak untuk

mendapatkan pemberian wajib ataupun sunah sesudah kerabat.

(Rasyid, 1988 : 309).

25
b. Dalam Surat Al-Baqarah 245

َ‫ ُعب ِعف ََُّن ََُّأظْ عبفب‬ٛ‫ّللاَلشْ ظبَدغُبَف‬ ََّ ََُ‫ُ ْم ِشض‬َٚ٘‫ٍَراَانَّ ِز‬
َْ ‫ي‬
ٌَُٕ‫ْ ََِّتُشْ جع‬ٛ‫ُػَُٔإِن‬ ََّ ََََٔٓ‫شح‬ِٛ‫كث‬
َ ‫ ْجغ‬ََُٚٔ‫ ْمجِط‬َُٚ‫ّللا‬
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah,
pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah),
maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran
kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah
menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-
lah kamu dikembalikan” (Qs. Al-Baqarah : 245)

c. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 267

َ‫دَيبَكغ ْجتُ َْىَٔ ِي ًَّب‬ َِ ‫ِّجب‬ٛ‫ٍَغ‬ َْ ‫ٍََآيُُٕاَأ َْفِمُٕاَ ِي‬ٚ‫ُّٓبَانَّ ِز‬ٚ‫بَأ‬ٚ


ٌََُٕ‫جََ ِي ُْ َّ َُتُ ُْفِم‬ِٛ‫ ًَّ ًُٕاَ ْانخج‬ٛ‫ضَََٓٔلََت‬ َِ ْ‫أ ْخشجْ ُبَن ُك َْىَ ِيٍََ ْاْلس‬
َ َّ ِ‫ ََِّإ‬ٚ‫آخ ِز‬
َ‫ل‬ ِ ِ‫ٔن ْغتُ َْىَث‬
َ‫ذ‬ًِٛ ‫ََد‬ُِٙ‫ّللاَغ‬ ََّ ٌَ
ََّ ‫ ََََِّٓٔا ْعه ًُٕاَأ‬ِٛ‫ٌَتُ ْغ ًِعُٕاَف‬ َْ ‫أ‬
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di
jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan
sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk
kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu
kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak
mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji” (Qs. Al-Baqarah : 267)

d. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 271

َ‫ٌَت ُ ْخفُْٕبَٔتُ ْؤتُْٕب‬ َْ ِ‫ََََٓٔإ‬ِْٙ َ‫دَفُِ ِع ًَّب‬ َِ ‫صذلب‬ ََّ ‫ٌَتُ ْج ُذٔاَان‬
َْ ِ‫إ‬
َْ ‫ُكفِّ َُشَع ُْ ُك َْىَ ِي‬َََٚٔٓ‫ْشََن ُك َْى‬ٛ‫ْانفُمشاءََفََُٕٓخ‬
ََّ َََٔٓ‫ِّئبتِ ُك َْى‬ٛ‫ٍَع‬
َُ‫ّللا‬
َ‫ش‬ِٛ‫ثًِبَتعًْهٌََُٕخج‬
“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah
baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu
berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu
lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu
sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan” (Qs. Al-Baqarah : 271).

26
e. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 273

ٌََُٕ‫ع‬ٛ‫غْت ِط‬ََٚ‫ّللاَِل‬ ََّ َ‫م‬ َِ ِٛ‫َعج‬ِٙ‫صشُٔاَف‬ ِ ْ‫ٍََأُد‬ٚ‫نِ ْهفُمشا َِءَانَّ ِز‬


َِ ُّ‫بءََ ِيٍََانتَّعف‬ُِٛ‫مَأ ْغ‬
َ‫ف‬ َُ ِْ ‫ذْ غجُُٓ َُىَانْجب‬َٚ‫ض‬ َِ ْ‫َ ْاْلس‬ِٙ‫ظشْ ثبَف‬
ٌََُٕ‫غْؤن‬ََٚ‫ًبُْ َْىَل‬ٛ‫ْشفُُٓ َْىَثِ ِغ‬ِ ‫تع‬
ََّ ٌَ
َ‫ى‬ِٛ‫ّللاَثِ ََِّعه‬ ََّ ِ ‫ْشََفئ‬ٛ‫ٍَخ‬ َْ ‫انَُّبطََإِنْذبفبَََٓٔيبَتُُْفِمُٕاَ ِي‬
“(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat
(oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di
muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang
kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal
mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta
kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik
yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui” (Qs. Al-Baqarah : 273).
2. Ancaman bagi orang yang tidak berinfaq

Berikut merupakan ancaman bagi mereka yang tidak


berinfaq, diantaranya :
a. Surat At-Taubat ayat 34

ٌََُٕ‫ؤْ ُكه‬ٛ‫بٌَن‬ َِ ‫بسَٔانشُّ ْْج‬ ََّ ِ‫ٍََآيُُٕاَإ‬ٚ‫ُّٓبَانَّ ِز‬ٚ‫بَأ‬ٚ


َِ ‫شاَ ِيٍََ ْاْلدْ ج‬ِٛ‫ٌَكث‬
ٍََٚ‫ّللآَََِٔانَّ ِز‬
ََّ َ‫م‬ٛ
َِ ِ‫ٍَعج‬ َْ ‫ص ُّذٌََٔع‬ ُ ٚٔ َ ‫م‬
َِ ‫بغ‬ِ ‫أ ْيٕالََانَُّبطََِثِ ْبنج‬
ََّ َ‫م‬
َ‫ّللاَِفج ِّششْ ُْ َْى‬ َِ ِٛ‫َعج‬ِٙ‫ُ ُْفِمَُٕٓبَف‬ََٚ‫انزْتََٔ ْانفِعَّخََٔل‬ َّ ٌََٔ‫ ْكُِ ُض‬ٚ
‫ى‬ِٛ‫ثِعزاةََأن‬
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-
rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan
yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari
jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak
dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat)
siksa yang pedih” (Qs. At-Taubah : 34).

27
b. Surat Al-Hadiid ayat 10

َ‫د‬َِ ‫اثَانغًَّبٔا‬ َُ ‫ش‬ٛ‫لِلَِ ِي‬ ََّ ِ َِٔ‫ّللا‬


ََّ َ‫م‬َِ ِٛ‫َعج‬ِٙ‫لَتُُْفِمُٕاَف‬ َ َّ ‫ٔيبَن ُك َْىَأ‬
َِ ‫ْمَانْف ْت‬
َ‫خ‬ َِ ‫ٍَلج‬ َْ ‫ٍَأ َْفكََ ِي‬ َْ ‫غْت َِٕ٘ ِي ُْ ُك َْىَي‬ََٚ‫ضَََٓل‬ َِ ْ‫ٔ ْاْلس‬
َ‫ٍَث ْع َُذ‬ َْ ‫ٍََأ َْفمُٕاَ ِي‬ٚ‫ٔلبتمََََٓأُٔلَٰئِكََأ ْعظ َُىَدسجخََ ِيٍََانَّ ِز‬
ٌََُٕ‫ّللاَُثًِبَتعًْه‬ ََّ ََٔٓ ُْٰٗ‫ّللاَُ ْان ُذغ‬ ََّ ََ‫َلَٔعذ‬
َ ّ ‫ٔلبتهُٕآَََٔ ُك‬
َ‫ش‬ِٛ‫خج‬
“Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian
hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai
(mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu
orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum
penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada
orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang
sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka
(balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang
kamu kerjakan” (Qs, Al-Hadid : 10)
c. Surat Al-Mujaadilah ayat 13

َ‫ذَََْ٘جْ ٕا ُك َْىَصذلبدََََٓفئ ِ َْرَن َْى‬ٍََْٚٛ‫ٌَتُم ِّذ ُيٕاَث‬ َْ ‫أٓأ ْشف ْمتُ َْىَأ‬
ََّ ََ‫ت ْفعهُٕأَتبة‬
ََ‫ ًُٕاَانصََّلحََٔآتُٕاَان َّضكبح‬ِٛ‫ ُك َْىَفؤل‬ْٛ ‫ّللاَُعه‬
َََُّٓ ‫ّللأَسعُٕن‬ ََّ َ‫عُٕا‬ٛ‫ٔأ ِغ‬
ٌَُٕ‫شََثًِبَتعًْه‬ِٛ‫ّللاَُخج‬ ََّ َٔ
“Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena
kamu memberikan sedekah sebelum pembicaraan dengan
Rasul? Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah
memberi tobat kepadamu maka dirikanlah shalat, tunaikanlah
zakat dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Qs. Al-Mujaadilah : 13).
3. Penyebab tidak diterima infaq

ََّ ِ‫لَأََُّٓ َْىَكفشُٔاَث‬


َِ‫بلِل‬ َ َّ ِ‫ٌَتُ ْمجمََ ِي ُُْٓ َْىََفمبتُُٓ َْىَإ‬
َْ ‫ٔيبَيُعُٓ َْىَأ‬
ََ‫لَُْٔ َْىَ ُكغبنَٰٗٔل‬ َ َّ ِ‫ؤْتٌََُٕانصََّلحََإ‬ََٚ‫ٔثِشعُٕنِ ََِّٔل‬
ٌَُْٕ‫بس‬ ِ ‫لَُْٔ َْىَك‬ َ َّ ِ‫ُ ُْفِمٌََُٕإ‬ٚ
“Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima
dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir

28
kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan shalat,
melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta)
mereka, melainkan dengan rasa enggan” (Qs. At-Taubat : 54).
Ada beberapa infaq dalam syariat Islam, baik perorang

maupun jamaah (Nawawi, 1982 : 91). Seorang muslim hendaklah

menjaga diri dari kehancuran. Allah swt berfirman dalam surat al

baqarah ayat :195

ََ‫ ُك َْىَإِنَٗانتَّ ْٓهُك َِخَٔأدْ ِغُُٕا‬ٚ‫ ِذ‬ْٚ ‫ّللأَِلََتُ ْهمُٕاََثِؤ‬


ََّ َ‫م‬َِ ِٛ‫َعج‬ِٙ‫ٔأ َْفِمُٕاَف‬
ٍَُِٛ‫ ُِذتََُّ ْان ًُذْ ِغ‬َٚ‫ّللا‬
ََّ ٌَ
ََّ ِ‫إ‬
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan,
dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berbuat baik” (Qs. Al-Baqarah : 195)

Seperti di jelaskan di ayat di atas terdapat beberapa macam


infaq yaitu :

1) Infaq wajib

Infaq wajib berarti mengeluarkan harta untuk perkara

yang wajib seperti :

a) Membayar zakat, Islam menganjurkan kepada mereka yang

memiliki harta sudah mencapai jumlah tertentu dan waktu

yang sudah ditentukan agar mensucikan diri dengan

membayar zakat.

b) Membayar mahar, Islam memberikan petujuk bagi mereka

yang akan membayar mahar, agar menjadi sah suatu

perjanjian (ikatan).

c) Menafkahi istri, Islam mewajibkan kepada seorang suami

untuk memberi belanja kepada istri dan anak-anaknya jika ia

29
mempunyai harta, atau pergi ke penguasa mengadukan

kefakiran dan kebutuhanya (Muhammad, 2002 : 54)

d) Menafkahi istri yang ditalak dan masih dalam keadaan

iddah, Allah Swt memerintahkan kepada hamba-Nya,

apabila apabila seseorang dari mereka menceraikan istrinya,

hendaklah ia memberinya tempat tinggal di dalam rumah

hingga idahnya habis. Dan berikanlah nafkah sesuai dengam

kemampuanmu.

2) Infaq sunnah

Infaq sunnah berarti mengeluarkan harta dengan niat

sedekah atau dengan kata lain menunjuk pada harta yang

dianjurkan untuk dikeluarkan tetapi tidak sampai wajib seperti :

a) Infaq untuk jihad (QS. al Anfal : 60)

b) Infaq kepada yang membutuhkan, misalnya memberi uang

kepada fakir miskin atau menolong orang yang terkena

musibah dan lain sebagainya.

3) Infaq mubah

Infaq mubah berarti mengeluarkan harta untuk perkara

yang mubah seperti berdagang dan bercocok tanam (QS. al

Kahfi : 43).

4) Infaq haram

Infaq haram berarti mengeluarkan harta dengan tujuan

yang diharamkan oleh Allah seperti :

30
a) Infaqnya orang kafir untuk menghalangi syiar islam (QS. al

Anfal : 36)

b) Infaqnya orang Islam kepada fakir miskin tapi tidak karena

Allah (QS. an Nisa : 38)

Selain di dalam hukum islam penetapan infaq juga diatur di

dalam hukum positif, walaupun pengaturannya tidak dilakukan

tersendiri, melaikan masih digabung dengan peraturan zakat, infaq,

dan shadaqah (ZIS). Di dalam Undang-undang pengelolaan zakat No

23 tahun 2011, sebagaimana tertulis dalam Bab 1 pasal 1 angka 3

menyebutkan bahwa infaq merupakan harta yang dikeluarkan oleh

seseorang atau badan usaha diluar zakat untuk kemaslahatan umum.

Sedangkan dalam terminologi syariah, infak berarti mengeluarkan

sebagian dari harta untuk sesuatu kepentingan yang diperintahkan

dalam ajaran islam. Selanjutnya pengelolaan dana infaq juga di

jelaskan pada pasal 28 ayat 1 sampai 3 tentang pengelolaan infaq,

sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya, yaitu :

1. Selain menerima zakat, BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima

infaq, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya.

2. Pendistribusian dan pendayagunaan infaq, sedekah dan dana sosial

keagamaan lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1)

dilakukan sesuai dengan syariat islam dan dilakukan sesuai dengan

peruntukan yang diikrarkan oleh pemberi.

31
3. Pengelolaan infaq, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya

harus dicatat dengan pembukuan tersendiri.

Dari undang-undang diatas sangatlah jelas, bahwa pada

dasarnya semua yang terkait dengan penerimaan, pengelolaan, maupun

pendistribusian dana infaq, dilakukan sesuai dengan cara melakukan

penerimaan, pengelolaan, dan pendistribusian dana zakat, yang

membedakan antara zakat dan dana sosial keagamaan adalah

mengenai pencatatan pembukuan yang harus dibedakan dengan

pencatatan pengelolaan zakat pada umumnya.

C. Rukun dan Syarat Infaq

Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa dalam satu perbuatan

hukum terdapat unsur-unsur yang harus dipenuhi agar perbuatan tersebut

bisa dikatakan sah. Begitu pula dengan infaq unsur-unsur tersebut harus

dipenuhi. Unsur-unsur tersebut yaitu disebut rukun, yang mana infaq

dapat dikatakan sah apabila terpenuhi rukun-rukunnya, dan masing-

masing rukun tersebut memerlukan syarat yang harus terpenuhi juga.

Dalam infaq yaitu memiliki 4 (empat) rukun, (Hamim, 2016 : 47) :

a) Pemberi Infaq (Muwafiq) yaitu orang yang berinfaq , penginfaq

tersebut harus memenuhi syarat yaitu memiliki apa yang

diinfaqkan dan tidak dibatasi haknya karena suatu alasan.

b) Penerima Infaq (Muwafiq Lahu), orang yang diberi infaq oleh

muwafiq yaitu orang yang benar-benar membutuhkan pertolongan

dan dewasa (baligh).

32
c) Barang yang diinfaqkan, maksudnya barang tersebut benar-benar

ada, merupakan harta yang bernilai, dan dapat dimiliki zatnya,

yakni bahwa yang diinfaqkan adalah apa yang biasanya dimiliki,

diterima, dan pemiliknya dapat berpindah tangan. Maka sebagai

contoh tidak sah jika seseorang menginfaqkan air di sungai

ataupun burung di udara. Selain itu, tidak berhubungan dengan

tempat penginfaq seperti menginfaqkan tanaman, pohon tanpa ada

tanahnya. Akan tetapi yang diinfaqkan itu wajib dipisahkan

dan diserahkan kepada yang diberi infaq sehingga menjadi milik

baginya.

d) Penyerahan (Ijab Qabul), bahwasanya setiap aktivitas ataupun

transaksi yang terjadi harus melalui ijab dan qabul yaitu adanya

akad yang jelas agar terjadi keabsahan, saling rela dan ikhlas.

Menurut ulama Hanabilah, infaq memiliki 11 syarat yaitu :

1. Infaq dari harta yang boleh ditasharrufkan

2. Terpilih dan sungguh-sungguh

3. Harta yang diperjualbelikan

4. Tanpa adanya pengganti

5. Orang yang sah memilikinya

6. Sah menerimanya

7. Walinya sebelum pemberi dipandang cukup waktu

8. Menyempurnakan pemberian

9. Tidak disertai syarat waktu

33
10. Pemberi sudah dipandang mampu tasharruf (merdeka dan

mukallaf)

11. Mauhub harus berupa harta yang khusus untuk dikeluarkan

(Ibnu Rusyd : 2007)

D. Manfaat dan Hikmah Infaq

Menurut Ali Hasan dalam bukunya Zakat dan Infak di jelaskan

manfaat dan hikmah infak di antaranya :

a. Menyucikan Harta

Bahwa pada dasarnya zakat dan infak tunjuannya untuk

membersikan harta dari kemungkinan masuk harta orang lain ke

dalam harta yang dimiliki. Tanpa sengaja, barang kali terdapat

harta orang lain bercampur dengan harta kita.

b. Menyuciakn jiwa si pemberi zakat dan infaq dari sifat kikir

(bakhil)

Selain menyucikan jiwa, zakat dan infaq juga

membersihkan jiwa dari kotoran dosa secara umum, terutama

kotoran hati dari sifat kikir (bakhil).

c. Membersihkan jiwa si penerima zakat dan infaq dari sifat dengki

Tujuannya dengan jalan menyalurkan sebagian harta

kekayaan orang kaya kepada orang yang tidak mampu. Dengan

jalan tersebut diharapkan mereka dituntut berpikir oleh hati

nuraninya, bahwa kecemburuan itu tidak perlu dihidupkan di

34
dalam hati, dan kedengkian setiap orang kaya tidak perlu melekat

di dalam hati.

d. Membangun masyarakat yang lemah

Dengan adanya zakat, infaq, dan sedekah dapat membantu

perekonomian masyarakat yabg kurang mampu, agar setiap umat

muslim di dunia ini memiliki kehidupan yang layak (Hasan, 2006

:18-22)

Selain itu, tujuan utama infaq adalah untuk mengangkat kehidupan

orang-orang yang fakir untuk hidup yang layak, supaya tidak nampak

perbedaan yang terlalu mencolok antara masyarakat kurang mampu dan

berkecukupan. Dengan demikian sebaik-baik kaum masyarakat yang

baik ialah orang yang banyak manfaatnya (kebaikannya)

kepada orang lain. Oleh karena itu, ciri manusia sosial menurut Islam

ialah kepentingan pribadinya diletakkan dalam kerangka kesadaran

akan kewajibannya sebagai makhluk sosial khususnya makhluk yang

berhubungan dengan masyarakat sekitar. Kesetiakawanan dan cinta

kasih inilah yang pernah dicontohkan Nabi Muhammad SAW dan

sahabat-sahabatnya. Inilah ajaran iman dan amal shalih yang diajarkan

oleh Rasulullah SAW berupa akhlak rabbani dan akhlak insani.

Bisa dilihat betapa seriusnya Islam memperhatikan masalah

pembinaan ukhuwah ini didalam ajarannya, diantaranya adalah zakat,

infaq shadaqah. Infaq mengajarkan kepada kita satu hal yang sangat

esensial, yaitu bahwa Islam mengakui hak pribadi setiap anggota

35
masyarakat, tetapi juga menetapkan bahwa didalam kepemilikan pribadi

itu terdapat tanggung jawab sosial atau dalam kata lain bahwa Islam

dengan ajarannya sangat menjaga keseimbangannya antara maslahat

pribadi dan maslahat sosial.

E. Prosedur Pengelolaan Dana Infaq

1. Prosedur Pengelolaan

Pengelolaan adalah proses melakukan kegiatan tertentu dengan

menggerakkan tenaga orang lain, proses yang membantu merumuskan

kebijaksanaan dan tujuan organisasi proses yang memberikan pengawasan

pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan

pencapaian tujuan (Muin, 2011: 6).

Prosedur pengelolaan adalah tata cara dalam proses memberikan

pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan

dan pencapaian. Pengelolaan atau manajemen dapat berfungsi dengan baik

dengan cara mengikuti alur yang ada mulai dari perencanaan,

pengoganisasian, pergerakan dan pengawasan, di mana keempat hal ini

membentuk suau manajemen (Hamim, 2016 : 21).

2. Pengelolaan Infaq

Dasar prosedur pengelolaan dana infaq adalah memberi rizki, berapa

karunia Allah atau menafkahkan hartanya kepada orang lain dengan ikhlas

karena Allah. Infaq menyerahkan harta atau nilainya dari perorangan atau

badan hukum untuk diberikan kepada seseorang karena kebutuhan,

mengurangi penderitaan masya rakat, memelihara ketentraman,

36
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Dasar prosedur pengelolaan

dana infaq pertama dari Al-Qur’an dan Undang-Undang LAZ.

Dalam Al-Qur’an dijelaskan tentang pengelolaan dana dan adanya

pencatatan pada setiap transaksi yang terjadi dalam bermuamalah yaitu :

َْ‫ ْكتُت‬ٛ‫ٍََْإِنَٰٗأجمََ ُيغ ًَّٗفب ْكتُجََََُُِٕٓٔ ْن‬ٚ‫ ُْتُ َْىَثِذ‬ٚ‫ٍََآيُُٕاَإِراَتذا‬ٚ‫ُّٓبَانَّ ِز‬ٚ‫بَأ‬ٚ


َََُٓ‫ّللا‬ ََّ ََُّ ًَّ‫ ْكتُتََكًبَعه‬ٌَٚ َْ ‫ؤْةََكبتِتََأ‬ََٚ‫لَََٓٔل‬ َِ ‫ُْ ُك َْىَكبتِتََثِ ْبنع ْذ‬ٛ‫َث‬
ََُّ ُْ ‫جْخظََْ ِي‬ََٚ‫ّللاَسثَّ ََُّٔل‬ ََّ َ‫ك‬ َِ َّ‫ت‬ٛ‫كَٔ ْن‬ َُّ ‫ ََِّانْذ‬ْٛ ‫مَانَّ ِزَ٘عه‬ َِ ِ‫ُ ًْه‬ٛ‫ ْكتُتََْٔ ْن‬ٛ‫ف ْه‬
َ‫ َُع‬ٛ‫غْت ِط‬ََٚ‫فبَأ ََْٔل‬ٛ‫ٓبَأ ََْٔظ ِع‬ِٛ‫كَعف‬ َُّ ‫ ََِّ ْانذ‬ْٛ ‫ٌَكبٌََانَّ ِزَ٘عه‬ َْ ِ ‫ْئبَََٓفئ‬ٛ‫ش‬
ٍَ َِ ٚ‫ذ‬ِٛٓ ‫لَََٓٔاعْت ْش ِٓ ُذٔاَش‬
َْ ‫ٍَْ ِي‬ َِ ‫ُّ َّ َُثِ ْبنع ْذ‬ِٛ‫ُ ًْهِمََْٔن‬ٛ‫مَََُْٕف ْه‬ َْ ‫أ‬
ََّ ًِ ٌَُٚ
ٌََْٕ ‫ٍَتشْ ظ‬ َْ ًَّ ‫بٌَ ِي‬
َِ ‫ٍَْفشجُمََٔا ْيشأت‬ َِ ٛ‫ ُكَٕبَسجُه‬َٚ‫ٌَن َْى‬ َْ ِ ‫ِسجبنِ ُك َْىَََٓفئ‬
ََ‫مَإِدْ ذاًُْبَفتُز ِّكشََإِدْ ذاًُْبَ ْاْلُ ْخشٰٖ ََٓٔل‬ ََّ ‫ع‬ ِ ‫ٌ َت‬ َْ ‫ِيٍََان ُّشٓذا َِءَأ‬
ََْٔ ‫شاَأ‬ٛ‫ٌَت ْكتُجََُُِٕص ِغ‬ َْ ‫ؤْةََان ُّشٓذا َُءَإِراَيبَ ُد ُعٕآَََٔلََتغْؤ ُيٕاَأ‬ٚ
ََٰٗ‫ّللأَِأ ْلٕ َُوَنِه َّشٓبدَِحَٔأ ْد‬ ََّ ََ‫ػَُ ِع ُْذ‬ َ ‫شاَإِنَٰٗأجهِ ََََِّٓرَٰنِ ُك َْىَأ ْلغ‬ِٛ‫كج‬
ََ‫ْظ‬ٛ‫ُ ُك َْىَفه‬َْٛ‫شَُٔٓبَث‬ٚ‫بظشحََتُ ِذ‬ ِ ‫ٌَت ُكٌََٕتِجبسحََد‬ َْ ‫لَأ‬ َ َّ ِ‫لَتشْ تبثُٕآَََإ‬ َ َّ ‫أ‬
َ‫ُعب ََّس‬ََٚ‫ ْعتُ َْىَََٓٔل‬ٚ‫لَت ْكتُجُْٕبَََٓٔأ ْش ِٓ ُذٔاَإِراَتجب‬ َ َّ ‫ ُك َْىَجُُبحََأ‬ْٛ ‫عه‬
َََٓ‫ّللا‬ ََّ َ‫ٌَت ْفعهُٕاَفئََِّ َّ َُفُغُٕقََثِ ُك َْىَََٓٔاتَّمُٕا‬ َْ ِ‫ذََََٓٔإ‬ِٛٓ ‫كبتِتََٔلََش‬
‫ى‬ِٛ‫ءََعه‬ْٙ ‫ّللاَُثِ ُكمََِّش‬ ََّ َََُٔٓ‫ّللا‬ ََّ َ‫ُعهِّ ًُ ُك َُى‬ٚٔ
“Hai orang-orang yang beriman, apabilakamu bermu'amalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia
menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa
yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya,
dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang
berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau
dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya
mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi
dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka
(boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang
kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis

37
hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya.
Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan
persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu.
(Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan
tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi
kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu
berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan.
Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah
suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (Qs. Al-
Baqarah : 282)

Ayat diatas menjelaskan di saat melakukan transaksi muamalah

seperti zakat, infak, shodaqah dalam penerimaan, pendistribusian dan

penyalurannya, harus dicatat dan dilaporkan kepada lembaga yang sudah

ditentukan. Agar tidak timbul kecurigaan masyarakat dalam pengelolaan

dana. Ibnu taimiyah berkata “dalam pembagian hendaknya mendahulukan

kepentingan yang lebih bermanfaat bagi kaum muslimin. Memberikannya

kepada orang-orang yang memberikan manfaat bagi kaum muslimin,

seperti para mujtahid. Mereka adalah orang-orang yang berhak menerima

harta rampasan itu diperoleh melalui usaha mereka. Termasuk orang-orang

yang berhak menerima itu adalah para pejabat. Para hakim, para ulama,

pengurus baitul mal, imam masjid, para muazin, dan lainnya”.

Pemaparan infaq juga dijelaskan didalam buku ibnu taimiyah

dengan judul As-Siyasah Asy- Syar’iah, Kemudian ibnu taimiyah

menyebutkan pengalokasian yang dilakukan oleh Umar bin Khatab ra., “

tidak seorang pun yang lebih berhak atas harta itu adalah seorang laki-laki

dengan mata pencarian, orang laki-laki dengan tugasnya, laki-laki dengan

38
ujiannya, dan laki-laki dengan kebutuhannya. Umar mengklasifikasikan

mereka yang berhak menerima harta infak dalam empat kriteria yaitu :

a. Orang-orang yang kehilangan mata pencaharian yang menjadi

tumpuhan hidup mereka.

b. Orang-orang yang bertugas mengayomi kaum muslimin, seperti

para pejabat dan ulama, di mana mereka mendatangkan

kemaslahatan dunia dan akahirat bagi kaum muslimin.

c. Orang-orang yang sedang menghadapi ujian, baik yang bertugas

menjaga kaum muslimin dari segala hal yang membahayakan,

seperti para mujtahid baik itu prajurit spionase, penasehat militer,

atau yang lain.

d. Orang-orang yang benar-benar membutuhkan bantuan.

Infaq memiliki ketentuan yang pasti, harus dilaksanakan jika

syarat-syaratnya sudah terpenuhi. Syarat- syarat pengelolaan dana infaq

tidak jauh sama dengan pengelolaan zakat dan sedekah harus sesuai

dengan ketentuan syariah yang harus memiliki syarat-syarat mengelola

dana ZIS yaitu :

1) Beragama islam (muslim)

2) Mukallaf

3) Memiliki sifat amanah dan jujur

4) Mengerti dan memahami hukum-hukum mengenai ZIS agar

mampu melakukan sosialisasi kepada masyarakat berkaitan dengan

ZIS

39
5) Mampu melaksanakan tugas

Proses penyaluran dana infaq harus ditujukan bagi kemaslahatan

umat manusia dan tetap dalam koridor berjuang dijalan Allah.

Sebagaimana yang telah dituturkan, bahwa agar tercapai sirkulasi

kekayaan dan harta, Al Qur’an menekankan penggunaan harta itu untuk

diberikan kepada orang-orang yang miskin dan fakir, dan orang-orang

yang tidak beruntung di dalam masyarakat demi terwujudnya

kesejahteraan (Ahmad, 2003 : 69)

Kewajiban itu harus dilaksanakan sesuai dengan ukuran yang telah

ditetapkan dan tidak boleh dikurangi. Sebaliknya, lebih baik jika ditambah.

Adapun infak yang belum ada ketentuannya secara pasti maka

permasalahannya tergantung pada pribadi selama kondisi masyarakat dan

kepentingan umum bejalan sebagaimana biasanya. Infak dibidang ini

mempunyai batasan minimum yaitu pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

syar’i. Adapun batasan maksimum tergantung pada pribadi seorang

muslimin dan kecintaanya terhadap kebajikan. Prosedur pengelolaan infaq

juga diatur di dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat yaitu UU No 23

tahun 2011 serta Peraturan Pemerintah No 14 tahun 2014.

40
BAB III

GAMBARAN UMUM HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Gemolong

1. Letak Geografis

Kecamatan Gemolong terletak di sebelah barat ibu kota

Kabupaten Sragen dengan jarak + 37 Km, dari kota Solo + 20 Km,

dengan ketinggian 128 meter dari permukaan air laut. Beriklim tropis

dan temperatur sedang. Kecamatan Gemolong terdiri dari 14

Desa/Kelurahan dan 45 lingkungan/Kebayaan, dan terbagi dalam 13

RW dan 278 RT. Luas wilayah kecamatan Gemolong terbagi menjadi:

Sawah tadah hujan 2.048 Ha (51%), Perkarangan/bangunan 1.202 Ha

(30%), Tegal/kebun 526 Ha (13%), Sawah irigasi setengah teknis 91

Ha (2%), Lainnya 156 Ha (4%). Batas wilayah Kecamatan Gemolong

yaitu :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sumberlawang

b. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tanon

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kalijambe

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Miri

Jumlah penduduk kecamatan Gemolong hingga saat ini

mencapai kurang lebih 50.379 jiwa. Yang terdiri dari :

41
Tabel 1.1

Jenis kelamin Jumlah

Laki-laki 24.712 jiwa

Perempuan 25.667 jiwa

Balita 3.871 jiwa

Jumlah KK 14.524 jiwa

Jumlah KK miskin 4.041 jiwa

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian, diantaranya :

Tabel 1.2

Pekerjaan Jumlah

Pertanian 8.907 jiwa

Perdagangan 5.907 jiwa

Jasa dan sosial 4.205 jiwa

Industri pengelolaan 2.805 jiwa

Keuangan dan angkutan 1.259 jiwa

B. Gambaran Umum KOIN NU

1. Sejarah KOIN NU

Nahdlatul Ulama (NU) didirikan di Surabaya pada tanggal 31

Januari 1926 oleh para ulama pengasuh pondok pesantren yang di

dalam komunitas islam mempunyai wawasan, pandangan, sikap dan

tata cara, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman ajaran islam

42
Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Kesamaan yang telah membudaya dan

menjadi watak (karakter) itu dilembagakan dalam Nahdlatul Ulama

sebagai wadah perjuangan bersama dan sebagai wadah penjawatan

rasa tanggung jawab yang mendalam atas kelestarian Izul Islam

Muslimin (Ernawati, 2010: 01).

Nahdlatul Ulama (NU) sebagai bagian dari organisasi

perjuangan telah menunjukan partisipasi aktif tidak saja untuk

memperjuangkan kemerdekaan, tetapi juga untuk mempertahankan

pasukan Hizbullah, Sabilillah, serta resolusi jihad yang diinisiasi oleh

KH Hasyim Asy’ari merupakan implementasi dari wawasan

kebangsaan NU dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan

Indonesia (Musa, 2011 : 02).

Sikap kemasyarakan NU merupakan acuan dan kerangka

referensi baik secara organisatoris maupun individu bagi warga NU

dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam kerangka ini,

warga NU dituntut untuk mengembangkan aspek muamalah dan

pengabdian kemasyarakan dengan tetap memperhatikan nilai, budaya,

dan kekhasan warna keindonesiaan (Musa, 2011 : 46)

Salah satu amanah Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) Jombang

adalah peningkatan bidang ekonomi yang berbasis keummatan. Tentu,

hal ini menjadi sinyal kuat bahwa kepengurusan NU di bawah

kepemimpinan KH Said Aqil Siroj memiliki perhatian yang serius di

bidang kesejahteraan umat. Selain itu, saat ini PBNU juga sudah

43
melaksanakan berbagai macam program dan kegiatan seperti

melakukan advokasi, menjalin kerjasama dengan swasta dan

pemerintah, serta membentuk perkumpulan saudagar Nahdliyin untuk

memperkuat dan mewujudkan ummat yang mandiri dalam bidang

ekonomi. Sebagaimana yang kita tahu, kebanyakan warga NU berada

di pedesaan dan berprofesi sebagai petani. Selain itu, saat ini tidak

sedikit warga NU yang hidup di kota yang bergerak di bidang-bidang

jasa dan industri. Mereka juga tidak bisa diremehkan. Namun, jika

dibandingkan dengan yang ada di pedesaan, jumlah mereka tentu

masih kalah jauh. Untuk itu, perlu upaya yang masif dan sistematis

terutama PBNU untuk memberdayakan mayoritas warga NU tersebut

sehingga mereka memiliki ekonomi yang kuat dan mandiri.

Dari situlah muncul gagasan mengumpulkan dana dengan

bersedekah (infaq) melalui KOIN NU atau kotak infaq NU. Gerakan

KOIN NU merupakan gerakan nahdliyin untuk mengumpulkan uang

receh (koin) dari rumah-rumah nahdliyin dengan memberikan Kotak

infaq kecil berukuran 9 x 9 cm2 disetiap rumah warga nahdliyin

dengan harapan agar setiap warga mengisi kotak tersebut dengan uang

koin (recehan). Melihat bentuk dari kotak yang kecil terdapat filosofi

di dalamnya yaitu :

a) Itba’ pada logo NU dengan jumlah bintangnya sembilan

b) Itba’ para wali yang tersohor berjumlah sembilan (wali songo)

44
c) Terinspirasi pada keistimewaan angka tertinggi yaitu sembilan

angka (angka yang apabila dikalikan dengan angka berapapun

kecuali nol, hasil akhirnya terdiri dari angka yang apabila

ditambahkan jumlahnya adalah sembilan.

Dengan adanya KOIN NU ini memberi ajaran kepada

masyarakat luas khususnya NU, menurut pak sujoko beliau

menjelaskan :

“Karena KOIN ini memungkinkan bahwa semikin-miskinnya

seseorang, sepelit-pelitnya orang, dapat berinfaq, dari mulai anak

kecil, bapak-bapak, ibu-ibu dapat berinfaq didalamnya. Tidak harus

memiliki nilai yang besar, seratus rupiahpun dapat di infaqkan”

Selain itu, dengan lemahnya sistem dan manajemen dalam

tubuh NU membuat Kiai Ma’ruf mengeluarkan ide dengan adanya

kotak infaq tersebut. Ketua PCNU Sragen Kiai Ma’ruf Islamuddin

dalam suatu wawancaranya dengan media NU online mengatakan :

“Demi mewujudkan salah satu cita-cita NU yaitu

pemberdayaan masyarakat NU agar memiliki ekonomi yang kuat dan

mandiri, perlu adanya suatu gerakan agar agar dapat mewujudkannya.

Di karenakan, NU merupakan organisasi keagamaan yang besar akan

tetapi tidak memiliki dana yang cukup untuk menjalankan

programnya. Dari situlah muncul gerakan kotak infaq”.

Melihat salah satu tujuan NU adalah memberdayakan

masyarakat, keberadaan dana juga harus mencakup alokasi khusus

45
bagi kelompok warga NU yang membutuhkan bantuan seperti dana

kematian, kesehatan, pendidikan dan lainnya. KOIN NU sendiri mulai

disosialisasikan di kecamatan Gemolong memasuki pertengahan tahun

2016 dan mulai dibagikan mulai bulan Juli dengan perhitungan dan

penarikan pertama pada bulan Agustus dengan perolehan dana

mencapai Rp. 8.993.350,00 dengan banyak kotak yang dibagikan

kurang lebih 690 kotak infaq.

Berikut merupakan alasan pengurus besar NU Sragen dikutip

dari buku petunjuk KOIN NU memilih KOIN (uang receh)

diantaranya:

1) Jumlah warga NU banyak, namun rata-rata berasal dari

kalangan ekonomi menengah kebawa, sehingga warga yang

miskin sekalipun mampu berinfaq.

2) Memberi kesempatan untuk tetap berinfaq meskipun sedang

dalam kondisi sempit (keuangan)

3) Setiap warga bisa merasa lebih ringan untuk berinfaq

4) Setiap warga akan lebihh sering berinfaq, sehingga setiap kali

berinfaq dapat diniati untuk hajat yang berbeda karena infaq

dapat dijadikan wasilah atau perantara hajad tertentu.

Selain itu, alasan lain dari pengumpulan dari uang receh,

terdapat pula alasan mengapa memilih sistem KOIN (katak infaq),

yaitu:

1) Warga NU rata-rata dari kalangan masyarakat tradisional.

46
2) Dengan menggunakan kotak infaq yang terbuat dari kayu dan

terkunci, siapapun tidak mengetahui jumlah uang di dalamnya,

jadi tidak perlu minder jika jumlahnya sedikit dan tidak akan

takabur

3) Setiap warga menjadi lebih mudah berinfaq karena memiliki

kota infaq tersebut di rumah masing-masing.

4) Memungkinkan warga untuk mewariskan (mewasiatkan)

sistem koin itu kepada keturunannya.

2. Petunjuk Teknis KOIN NU Gemolong

GERAKAN KOIN-NU merupakan gerakan nahdliyin untuk

mengumpulkan uang receh (koin) dari rumah-rumah nahdliyin yang

manfaatnya untuk memberikan solusi bagi nahdliyin dalam berbagai

aspek kehidupan dan mewujudkan kemandirian jam’iyah.

a. Struktur organisasi KOIN NU

Tabel 1.3
Nama Jabatan

Ahmad Dalail, SE Ketua MWC NU Gemolong

Riyanto Ketua UPZ Gemolong

Purwadi, S.Pd Wakil Ketua

Nur Ikhsan Wahyudi Sekretaris

M.. Basyir Bendahara

Sumyati Bendahara

47
b. Mekanisme atau tata cara pelaksanaan program gerakan seribu

rupiah KOIN NU sebagai berikut :

Tabel 1.4
No Kegiatan Pelaksana

1. Sosialisasi program koin nu kepada pengurus Petugas dari PCNU


MWC, muslimat, fatayat,ansor dan seluruh Sragen
warga NU
2. Menunjuk pengurus Koin NU Pengurus MWC NU

3. Menentukan kode wilayah ranting Pengurus MWC NU

4. Mendata jumlah kotak yang dibutuhkan oleh Pengurus Koin NU


tiap-tiap wilayah ranting sesuai dengan kode
tertentu yang telah ditetapkan.
5. Memesan kotak infaq kepada pondok Pengurus
pesantren walisongo Sragen MWC/Koin NU

6. Membagi kotak infaq kepada warga NU Pengurus


sesuai dengan identitas yang telah di data. MWC/Koin NU

7. Mengumpulkan dan menghitung infaq


dengan pilihan cara :
a. Untuk tahapan awal menerima

kotak infaq yang disetorkan oleh

warga dan menghitungnya dalam

satu waktu dan tempat yang sama Pengurus Koin NU

yaitu pengajian selapanan hal ini

dimaksudkan untuk syiar dan

menyemarakkan program.

b. Untuk tahapan selnjutnya

mengundang warga NU

(membawa kotak infaq) setiap

48
dukuh/ranting pada acara rutinan

yang telah disepakati, kemudian

membuka dan menghitung

bersama-sama. Bagi warga NU

yang berhalangan hadir, kotak

infaq bisa dititipkan.

Keterangan : perhitungann hasil infaq adalah


per-ranting bukan per-kotak. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari rasa minder
bagi yang berinfak sedikit dan takabur bagi
yang berinfaq banyak.
8. Mengembalikan kotak kepada warga seketika Pengurus Koin NU
setelah infaq.
9. Mengumumkan perolehan infaq :
a. Perolehan hasil infaq harus

diumumkan pada saat pengajian

selapanan. Hal ini dimaksudkan


Pengurus MWC NU
sebagai wujud transparasi

(keterbukaan) perhitungan.

b. Perolehan hasil infaq disebutkan per-

ranting. Hal ini dimaksudkan untuk

upaya fastabiqul khairat.

c. Dalam mengumumkan perolehan

hasil infaq per ranting, dilarang

membandingkan nominal tertinggi

dan terendah, agar terhindar dari

49
ketersinggungan dan saling cemooh

antar ranting.

10. Menyerahkan hasil infaq kepada penguruss Pengurus Koin NU


MWC NU.
11. Melaporkan perolehan infaq secara tertulis ke Pengurus MWC NU
pengurus LAZISNU dan PCNU

c. Tujuan program KOIN NU

a) Sebagai pendidikan sistem dan manajemen di tubuh NU

b) Mendidik loyalitas warga terhadap organisasi dengan

memberikan sumbangsih kepada NU

c) Menjalin kebersamaan antar sesama warga NU dan menjalin

kominikasi antara anggota dan pengurus NU

d) Memperlancar pelaksanaan program yang terhambat karena

faktor pendanaan

e) Mengentaskan kemiskinan, karena :

1) Dengan berinfaq, seseorang akan dilipat gandakan hartanya.

2) Dengan terkumpulnya pendanaan yang cukup, bisa

digunakan untuk membantu warga yang miskin.

d. Ketentuan Pelaksanaan Program Gerakan seribu KOIN NU

1) Struktur gerakan seribu KOIN

a) Penanggung jawab : Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama

(PCNU) Sragen

b) Pengelola : Lembaga Amil Zakat Infaq dan

Shadaqah NU (LAZISNU) Sragen

50
c) Koordinator : Majelis Wakil Cabang (MWC) NU

d) Pelaksana : Pengurus Anak Cabang (PAC) dan

Ranting Muslimat/Fatayat

e) Anggota : Warga NU Kabupaten Sragen

e. Waktu penggalangan dana dalam program gerakan seribu rupiah

koin NU adalah 35 hari, selanjutnya disebut dengan satu putaran.

f. Pengurus KOIN NU diwajibkan memiliki buku besar untuk

pendataan

g. Setiap pengurus KOIN NU dianjurkan untuk menunjuk minimal

satu orang petugas disetiap dukuh/kampung

h. Pengurus KOIN NU memperoleh bisyaroh dengan nomminal yang

ditentukan

i. Tiap satu keluarga mendapatkan minimal 1 kotak infaq

j. Apabila kotak rusak atau hilang, maka warga yang bersangkutan

wajib mengganti senilai harga kotak

k. Pengadaan kotak infaq dilayani satu pinju dengan tujuan :

a) Menciptakan keseragaman

b) Memudahkan sistem koordinasi

c) Bisa meminimalisir konflik

l. Hasil infaq yang sudah terkumpul tidak boleh dipinjam untuk

kepentingan pribadi, karena :

a) Bisa menimbulkan kecemburuan diantara warga NU

b) Bisa melunturkan semangat warga NU dalam berinfaq

51
c) Bisa menghilangkan kepercayaan terhadap sistem yang

dibangun, sehingga berdampak trauma terhadap kebijakan

organisasi.

Terkait dengan pembagian hasil perolehan KOIN NU sesuai

dengan surat keputusan nomor : PC.11.17/C/01/II/2017 tentang

pembagian hasil perolehan kotak infaq adalah sebagai berikut :

1. PBNU : 2,5%

2. PWNU : 2,5%

3. PCNU : 17,5%

4. MWCNU : 25%

5. LAZISNU : 2,5%

6. Ranting NU : 50%

C. Pelaksanaan KOIN NU di Gemolong

Pelaksanaan KOIN NU didasarkan dengan adanya keinginan

dari para pengurus NU untuk mewujudkan masyarakat jama’ah dan

jami’iyah agar menuju masyarakat yang mandiri. Pelaksanaan KON

NU di Gemolong berawal dengan adanya sosialisasi dari ranting ke

ranting tentang adanya KOIN NU serta tujuan diadakannya di

kecamatan Gemolong yang kemudian di salurkan kepada masyarakat

tentang informasi KOIN NU tersebut.

Kotak di bagikan kepada masyarakat dari rumah ke rumah,

merupakan kotak kecil dengan ukuran 9×9 cm 2, dengan harapan agar

warga menyisihkan sebagian harta untuk berinfaq. Setiap ranting

52
memiliki kode-kode tersendiri bermula dari kode A hingga N.

Kecamatan Gemolong memiliki 14 ranting diantaranya :

Tabel 1.5

NO Nama Desa Kode Jumlah Jumlah Jumlah

Dukuh RT RW

1 Gemolong A 14 43 4

2 Kaloran B 6 24 3

3 Kwangen C 8 20 3

4 Purworejo D 10 14 3

5 Kalangan E 15 13 3

6 Jenalas F 10 17 3

7 Nganti G 4 13 15

8 Paleman H 11 23 4

9 Jatibatur I 16 22 5

10 Ngembatpadas J 8 26 4

11 Brangkal K 9 15 3

12 Kragilan L 10 20 3

13 Genengduwur M 12 11 5

14 Tegaldowo N 17 22 3

53
Kode-kode diatas digunakan untuk pembeda antara desa satu

dengan desa lainnya. Menurut ketua tanfidziyah Bapak Ahmad Dalail

mengatakan :

Bahwa KOIN ini merupakan gerakan kotak 1000 KOIN, yang


sekarang sudah di nasionalkan. Awalnya kotak yang tersebar di
Gemolong sebanyak + 690 kotak infaq dengan pemasukan Rp.
8.993.350,00. Ini merupakan hasil yang tidak di duga oleh pengurus
gerakan KOIN NU di Gemolong. Kotak yang awalnya di pandang
remeh oleh sebagian masyarakat dapat menghasilkan dana yang besar.
Menurut bapak Sujoko :

Mereka yang berinfaq di haruskan memiliki niat tertentu,


misalnya supaya selalu diberi kesehatan, supaya lulus ujian, pahala
untuk kedua orang tua, keinginan naik haji atau niat baik lainnya.
Karena, infaq dengan cara ini tidak harus mengeluarkan banyak uang
akan tetapi, sedikit demi sedikit yang kemudian tidak terasa nilainya.

Pemasukan dana infaq ini memang diluar dugaan, melihat

antusias masyarakat dalam berinfaq. Dapat dilihat dari perolehan dana

yang masuk setiap bulannya, dalam laporan yang bersumber dari

LAZISNU diantaranya :

Tabel 1.6

Bulan Dana Masuk Pengeluaran Saldo

Agustus 2016 Rp. 8.993.350 Rp. 9.100.000 Rp. -106.650

September 2016 Rp. 10.070,100 Rp. 7.500.000 Rp. 2.463.450

Oktober 2016 Rp. 12. 471.600 Rp. 5.080.000 Rp. 9.855.050

November 2016 - - -

Desember 2016 Rp. 12.078.400 Rp. 4.550.000 Rp. 17.385.450

Januari 2017 Rp. 11. 475.550 Rp. - Rp. 28.858.000

54
Februari 2017 Rp. 10.664.250 Rp. 2.416.000 Rp. 37.087.250

Maret 2017 Rp. 10.975.050 Rp. 2.750.000 Rp. 45.312.300

April 2017 Rp. 8.586.200 Rp. 9.766.200 Rp. 44.132.300

Mei 2017 Rp. 9.531.650 Rp. 400.000 Rp. 53.263.950

Juni 2018 Rp. 8.225.250 Rp. 1.380.000 Rp. 60.109.200

Juli 2017 Rp. 14.535.000 Rp. 10.257.500 Rp. 64.386.700

Agustus 2017 Rp. 14.159.400 Rp. 8.615.600 Rp. 70.210.500

September 2017 Rp.12.319.600 Rp. 8.641.760 Rp. 73.888.340

Oktober 2017 Rp. 12.864.200 Rp. 16.108.520 Rp. 70.644.020

November 2017 Rp. 11.376.600 Rp. 7.335.900 Rp. 74.682.720

Desember 2017 Rp. 11.955.600 Rp. 7.353.300 Rp. 79.285.000

Januari 2018 Rp. 11.180.200 Rp. 24.260.600 Rp. 66.204.600

Februari 2018 Rp. 14.306.200 Rp. 8.713.700 Rp. 71.797.100

Maret 2018 Rp. 11.499.400 Rp. 7.179.640 Rp. 76.116.860

April 2018 Rp. 11.538.000 Rp. 11.538.000 Rp. 76.116.860

Mei 2018 Rp. 12.702.400 Rp. 10.598.400 Rp. 78.220.860

Juni 2018 Rp. 8.262.100 Rp. 8.375.200 Rp. 78.107.760

Melihat data diatas dapat dilihat bagaimana antusias masyarakat

akan hadirnya KOIN NU, seperti yang dikatakan beberapa masyarakat

terkait pelaksanaan KOIN NU, (wawancara masyarakat minggu, 02

September 2018).

55
Menurut Ibu Marfuah, kami menyambut dengan senang akan

hadirnya koin nu ini, selain dapat berinfak setiap hari, tidak diperlukan

uang yang banyak untuk bersedekah, bisa dengan cara sedikit-sedikit

tanpa ada rasa malu, karena bisa berinfak di rumah sendiri. Lain halnya

dengan Bu Dwi yang mengatakan, gerakan KOIN NU ini, dapat

menjadi pelajaran bagi anak-anak saya, tentang perlunya berbagi

dengan sesama. Dengan adanya kotak tersebut, anak-anak menjadi

bersemangat bersedekah, kadang mereka menyisahkan uang jajan untuk

dimasukan kedalam kotak.

Pendapat lain juga disampaikan oleh Pak Slamet, beliau

mengatakan bahwa munculnya KOIN NU ini sangat berpengaruh

terhadap semangat masyarakat dalam bersedekah, seharusnya terdapat

sosialisasi terperinci terhadap penggunaan dana yang terkumpul,

sehingga masyarakat dapat lebih bersemangat dalam berinfak. Selain

itu, Pak Hadi juga menuturkan, berinfak dengan cara memasukan koin

kedalam kotak ini, memang sangat ringan. Koin (recehan) yang

biasanya kurang diperhatikan dapat digunakan untuk membantu

masyarakat lain. Menurut Bu Nihla akan adanya program KOIN NU:

Saya senang dengan adanya program ini, akan lebih baik jika
tersosialisasikan dengan baik, meliputi pengelolaan dan
pendistribusiannya digunakan untuk apa saja. Di daerah saya banyak
yang masih ragu terhadap pengunaan dana tersebut, karena banyak yang
tidak tahu, dana akan digunakan untuk apa saja. Selain itu, selama ini
masyarakat belum merasakan akan hadirnya koin nu. Banyak yang
bertanya-tanya digunakan untuk apa saja dana tersebut, hal tersebut
menimbulkan pandangan kurang baik terhadap pelaksanaannya.

56
D. Pengelolaan KOIN NU di Kecamatan Gemolong

Koin NU adalah suatu usaha dalam mengumpulkan dana dengan

cara berinfaq (sedekah). Infaq menurut Undang-Undang No 23 Tahun

2011 tentang pengelolaan zakat dijelaskan bahwa infaq adalah harta

yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha diluar zakat untuk

kemaslahatan umum. Sedangkan dalam terminologi syariah, infak

berarti mengeluarkan sebagian dari harta untuk sesuatu kepentingan

yang diperintahkan dalam ajaran islam.

Infaq dikeluarkan setiap orang yang beriman, baik yang

berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah ia di saat lapang maupun

sempit. KOIN NU merupakan kotak infaq yang dibagikan kepada

seluruh warga yang ingin berinfaq (berbagi). Gerakan tersebut

dirancang guna mewujudkan salah satu cita-citanya NU dalam

membantu membangun ekonomi masyarakat.

Pengelolaan dana infaq yang dilakukan oleh pengurus NU

kecamatan Gemolong merupakan pemberian sukarela yang berbentuk

uang receh yang diberikan oleh masyarakat kepada pihak pengurus

KOIN NU untuk diolah kembali. Pihak pengurus KOIN

memanfaatkannya sebagai dana untuk kegiatan NU.

Infaq sangat dianjurkan dalam syariat Islam, walaupun sangat

dianjurkan akan tetapi infaq merupakan pemberian sukarela tanpa

megharapkan imbalan dalam bentuk apapun dan semata-mata hanya

57
untuk mengharapkan ridho Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan dalam

firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 254 :

ََ‫ ْٕوََل‬ََِٚٙ‫ؤْت‬ٌَٚ َْ ‫ْمَأ‬


َِ ‫ٍَلج‬َْ ‫ٍََآيُُٕاَأ َْفِمُٕاَ ِي ًَّبَسص ْلُب ُك َْىَ ِي‬ٚ‫ُّٓبَانَّ ِز‬ٚ‫بَأ‬ٚ
ًٌَُٕ ِ‫ ََِّٔلََ ُخهَّخََٔلََشفبعخََََٓٔ ْانكبفِشٌََُُْٔ َُىَانظَّبن‬ِٛ‫ْعََف‬ٛ‫ث‬
“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah)
sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum
datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada
lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim”.
(Q.s Al Baqarah : 254)
Sebagaimana telah dijelaskan dalam ayat diatas, diperintahkan

kepada seluruh orang-orang yang beriman untuk berinfaq

(membelanjakan hartanya) di jalan Allah, memberikan sebagian

rezekinya untuk orang yang kurang mampu, untuk memperoleh

syafa’at. Infaq memanglah dianjurkan dalam Islam. Akan tetapi,

berbeda dengan zakat yang mempunyai syarat besaran dan waktu yang

telah ditentukan, infaq diberikan tergantung dari orang-orang yang

memberi sesuai dengan ikhlasnya, karena infaq tidak bersifat memaksa.

Pengelolaan dana yang dilakukan oleh MWC Gemolong yang

sumber dananya dari masyarakat Gemolong berasal dari berbagai

tingkatan mulai dari pengurus ranting, banser, ansor, fatayat, muslimat,

dan anak-anak. Dana infaq yang diberikan oleh masyarakat mampu

maupun lemah ekonominya. Menurut Pak Sarmin selaku pengurus

menyatakan :

Jika dilihat dari antusias masyarakat dalam mengisi kotak,


kebanyakan dari mereka berasal dari ekonomi yang pas-pasan. Banyak
dari mereka yang menyadari bahwa infaq itu harus, dibandingkan
dengan mereka yang memiliki ekonomi yang baik. Jika di presentase

58
85% dana yang terkumpul saat ini berasal dari mereka yang memiliki
ekonomi lemah, dan sisanya 15% dari masyarakat yang mampu.
Dana infaq dikumpulkan setiap satu bulan sekali yaitu setiap

bulan sebelum tanggal 25, terdapat pengurus yang akan mengambil

koin dari rumah ke rumah, untuk dihitung dan disetorkan ke bank BMT

NU. Dana infaq itu sendiri sampai saat ini sudah mencapai angka Rp.

78.107.760 (sesuai dengan rekening tabungan di BMT NU).

Hingga saat ini MWC Gemolong menggunakan dana tersebut

kebanyakan untuk kegiatan organisasi seperti rapat, transportasi dan

biaya operasional lainnya. Dana yang keluar dibagi kepada organisasi

tingkat seperti untuk PBNU, PWNU, PCNU, LAZIZNU, dan MWC

NU. Adapun dana infaq yang tersalurkan kepada masyarakat atau yang

kembali kepada ranting, baru seputar santunan untuk anak yatim yang

dilaksanakan pada tahun 2017. Menurut Ibu Sumyati dalam

wawancaranya menjelaskan mengenai pentasarufan dana yang ada :

Pentasarufan di KOIN NU di Kecamatan Gemolong memang


belum maksimal, dana yang masuk kebanyakan lari ke dalam organisasi
yang telah ditentukan, 50% bagian yang diberikan kepada ranting
hingga saat ini belum dibagikan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Banyak dari dana tersebut yang masih dipinjam oleh
pengurus untuk kebutuhan seperti pembelian seragam untuk banser
ansor dan kegiatan lainnya, sehingga pendistribusian dana belum
berjalan sebagaimana mestinya.
Selain Ibu Sumyati, Bapak Ahmad Dalail juga mengatakan

bahwa dana yang ada hingga saat ini masih dibekukan atau masih di

titipkan di bank. Selain itu, berikut wawancara masyarakat terhadap

pengelolaan KOIN NU.

59
Menurut Bu Marfuah selaku anggota fatayat mengatakan, setahu

saya pengelolaan koin sudah sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan

pihak pusat, dengan membagi dana sesuai dengan peraturan surat

keputusan yang keluar. Memang pada saat ini dana tersebut belum di

salurkan dengan tepat. Lain halnya dengan Bu Dwi, saya kurang tahu

dengan pengelolaannya, karena pada awalnya saya hanya ikut-ikutan

tetangga mengambil kotak infaq, niat bersedekah seperti yang diajarkan

pengurus, seperti niat berinfak hari ini untuk kesehatan, besok rejeki

lancar dan lainnya. Mengenai pengelolaan dana tersebut, yang

terpenting dikelola sebagaimana mestinya.

Pak Slamet berpendapat, sebagian dari kami tidak tahu tentang

pengelolaan KOIN ini, akan dikemanakan dananya, karena saat

sosialisasi tidak dijelaskan secara jelas untuk apa uangnya. Setahu

keluarga yaitu untuk membantu sesama muslim yang kekurangan. Pak

Hadi juga mengatakan hal yang sama, bahwa dana yang sudah

terkumpul digunakan untuk membantu mereka yang kurang mampu

seperti fakir, miskin ataupun duafa. Seharusnya dana tersebut

digunakan sesuai dengan yang dijanjikan sebelumnya. Bu Nihla

menjelaskan lebih terperinci:

Setahu saya dana tersebut disetorkan ke beberapa tingkat seperti


pusat dan lainnya, dana yang di setor sekarang digunakan untuk
membeli sebuah bis, yang kemudian dapat di sewa untuk masyarakat
yang membutuhkan, selain itu ada yang digunakan untuk membeli
tanah untuk membangun rumah sakit NU. Akan tetapi, setiap ranting
memiliki pembagian 50% yang seharusnya kembali ke masyarakat,

60
yang pada saat ini setahu saya belum tersalurkan. Karena, saya belum
pernah mendengar ada bantuan dari KOIN NU.

61
BAB IV

ANALISIS PENGELOLAAN KOIN NU DI KECAMATAN GEMOLONG


KABUPATEN SRAGEN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Pelaksanaan Pengelolaan KOIN NU di Kecamatan Gemolong Kabupaten

Sragen

Kotak KOIN NU merupakan kotak infaq milik masyarakat Nahdlatul

Ulama. KOIN merupakan gabungan kata dari kotak dan infaq yaitu sistem

pengumpulan koin (uang receh) dari rumah-rumah Nahdliyin yang telah

diberikan kotak kecil berwarna hijau (simbol NU). Kotak kecil tersebut

berukuran 9×9×9 cm2 yang merupakan itba’ pada logo NU yang jumlahnya

ada sembilan merujuk pada wali sembilan (wali songo). Selain itu, angka

sembilan merupakan angka tertinggi diantara angka yang lainnya.

Infaq menurut Didin Hafidudin yaitu berasal dari kata anfaqa yang

memiliki arti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk keperluan sesuatu. Secara

istilah infaq berarti mengeluarkan bagian dari harta pendapatan atau

penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan oleh ajaran islam.

Infaq dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik berpenghasilan tinggi

maupun rendah (Hafidudin, 1998 : 15).

Menurut hukum islam pelaksanaan Infaq dilakukan dengan cara

memberikan infaq secara langsung kepada orang menerima infaq, baik secara

tersembunyi ataupun rahasia (sirry) maupun secara terang-terangan (alaniy),

asalkan dilakukan dengan cara ikhlas dan terlepas dari sikap ria. Seperti yang

telah dijelaskan di dalam surat Al-Baqarah ayat 271 yaitu :

62
“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali.
Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang
fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan
menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dalam pelaksanaan pengelolaan KOIN NU ini bermula dengan adanya

sosialisasi dari pusat MWCNU Gemolong ke Ranting-ranting (desa) dengan

adanya kotak infaq tersebut. Kemudian sosialisasi disalurkan ke warga dengan

adanya pengajian Muslimin dan Muslimat. Menurut Bapak Ahmad Dalail

mengatakan:

Pembagian kotak infaq ini dimulai dengan adanya kotak gratisan dari
cabang yang setiap rantingnya mendapatkan 12 buah kotak infaq, kemudian
dibagikan untuk pengurus NU kecamatan Gemolong. Dengan adanya
sosialisasi akan hikmah berinfaq, masyarakat mulai tertarik memiliki kotak
kecil tersebut. Setiap kotak yang dibagikan ke masyarakat satunya seharga Rp.
12.000,00.

Pelaksanaan KOIN NU di Kecamatan Gemolong disambut baik oleh

masyarakat, selain untuk menyadarkan warga akan pentingnya berinfak juga

dapat sebagai pendidikan bagi anak-anak tentang indahnya berbagi terhadap

sesama.

Pengelolaan dana infaq di awasi oleh LAZISNU Sragen sebagai badan

pengawas UPZISNU. Dalam pelaksanaaan pengumpulannya tidak ada unsur

paksaan di dalamnya melaikan muwafiq dengan sukarela meminta kotak infaq

tersebut, yang kemudian dapat di isi oleh seluruh anggota keluarga.

Pengumpulan koin dilakukan setiap satu bulan sekali, dengan cara

petugas mendatangi rumah-rumah warga yang telah memiliki kotak infaq.

Kemudian membuka kotak tersebut dan memasukan uangnya kedalam ember

atau plastik tanpa menghitungnya. Cara tersebut dipilih agar tidak ada rasa

63
pamer atau riya di dalam diri muwafiq yang memberi infaq dengan tujuan agar

pemberi infaq tidak merasa malu bagi mereka yang berinfaq kecil. Setelah

proses pengumpulan, pengurus ranting dikumpulkan untuk melakukan

perhitungan dana yang masuk. Hasil perolehan setiap pengumpulan dilakukan

pencatatan per ranting, lalu dari ranting dicatatkan ke MWCNU yang setelah

itu dilaporkan ke PCNU. Proses pelaporan dan pencatatan harus bersifat

transparan dan terbuka.

Dalam pengelolaan dan pendistribusian KOIN NU di Kabupaten

Sragen terdapat beberapa ketentuan diantaranya :

1. PBNU : 2,5%

2. PWNU : 2,5%

3. PCNU : 17,5%

4. MWCNU : 25%

5. LAZISNU : 2,5%

6. Ranting NU : 50%

Pembagian yang dilakukan oleh pengurus KOIN NU di kecamatan

Gemolong sudah sesuai dengan peraturan pusat, dengan membagi dana yang

terkumpul setiap bulan kemudian disetorkan ke lembaga yang telah ditentukan.

Selain pengelolaan dan pendistribusian harus ada pencatatan,

pencatatan yang dilakukan oleh UPZISNU kecamatan gemolong sudah sesuai

dengan Undang-Undang no 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat yang

tertera dalam pasal 28 ayat 3 yang berbunyi “pengelolaan infaq, sedekah, dan

64
dana sosial keagamaan lainnya harus dicatat dalam pembukuan tersendiri”.

Untuk menjadi pembeda dengan pencatatan pembukuan pengelolaan zakat.

B. Pelaksanaan Pengelolaan KOIN NU di Kecamatan Gemolong Kabupaten

Sragen Dalam Perspektif Hukum Islam

KOIN NU mulai diperkenalkan di Kecamatan Gemolong mulai dari

tahun 2016, tepatnya pada pertengahan tahun yaitu pada bulan Juni. Hal yang

mendasar diadakannya praktek pengumpulan koin ini dilandasi dengan

melihat kesuksesan KOIN NU ditempat lainnya.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan

peneliti di bab III. Pelaksanaan pengelolaan KOIN NU di lakukan menjadi

beberapa tahap meliputi sosialisasi, pengumpulan dana, pengelolaan dana,

pendistribusian, dan pencatatan.

Sosialisasi dilakukan oleh pengurus besar NU dari ranting-ranting desa

dengan diadakannya seminar mengenai manfaat dan hikmah berinfaq. Dengan

tujuan menyadarkan masyarakat akan pentingnya berinfak atau menyisihkan

sebagian harta untuk disedekahkan bagi mereka yang kurang mampu.

Pengumpulan dana KOIN NU dilakukan sebulan sekali sebelum tgl 25

setiap bulannya. Pengumpulan koin dilakukan dengan cara mendatangi

rumah-rumah pemilik kotak yang kemudian diambil isinya tanpa dihitung

terlebih dahulu dan dimasukan ke dalam ember atau plastik. Pengumpulan

infaq yang seperti ini sudah sesuai dengan syariat islam yang memiliki tujuan

mengindari pemberi infaq dari sifat riya dalam beramal.

65
Selain itu, pengumpulan infaq yang dilakukan masyarakat Gemolong

tidak terdapat unsur paksaan terhadap warga yang memberikan infaq,

melainkan karena antusias warga, banyak dari mereka meminta dengan

sukarela untuk kotak infaq tersebut.

Dalam pembagiannya terdapat sekiar 50% yang dimiliki oleh ranting,

yang dikembalikan ke desa untuk dibagikan ke masyarakat, dengan

pembagian seperti ini, banyak dari pengurus yang kurang setuju dengan

pembagian tersebut seperti Pak Sarmin, dan Bu Sumyati selaku bendahara

UPZISNU. Selama ini, dana kotak infaq NU yang terkumpul didistribusikan

hanya sebatas pembagian yang telah ditetapkan oleh surat keputusan

pembagian koin NU Kabupaten Sragen. Dengan pembagian 50% untuk

ranting yang belum berjalan dengan baik.

Dalam pelaksanaanya selama tiga tahun Kecamatan Gemolong belum

bisa maksimal dalam pendistribusian. Sebagaimana mestinya dana infaq

haruslah didistribusikan kepada orang-orang yang berhak menerima seperti di

dalam firman Allah yaitu :

َِ ٚ‫ْشََفهِ ْهٕانِذ‬ٛ‫ٍَخ‬
ٍََِٛ‫ٍَْٔ ْاْل ْلشث‬ َْ ‫ُ ُْفِمٌََََُٕٓلُمََْيبَأ َْف ْمتُ َْىَ ِي‬َٚ‫غْؤنَُٕكََيبرا‬ٚ
‫تبيَٰٗٔ ْانًغب‬ٛ‫ٔ ْان‬
ََّ ٌَ
َ‫ى‬ِٛ‫ّللاَثِ ََِّعه‬ ََّ ِ ‫ْشََفئ‬ٛ‫ٍَخ‬ َْ ‫مَََٓٔيبَت ْفعهُٕاَ ِي‬ٛ َِ ِ‫ٍَْان َّغج‬
َِ ‫ٍَٔاث‬ٛ
َِ ‫ِك‬
“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah:
"Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak,
kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang
sedang dalam perjalanan". Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka
sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya” (Al-Baqarah : 215)

Sebagaimana yang dimaksud dari ayat diatas bahwa pendistribusian


dana infaq seharusnya digunakan untuk :

66
a. Orang tua (walidain), infaq kepada orang tua yaitu berupa nafkah ayah

dan ibu yang wajib dipenuhi oleh anak-anaknya.

b. Kerabat, yaitu saudara laki-laki, saudara perempuan, paman dan bibi.

c. Anak yatim, pada dasarnya anak yatim termasuk dalmm kategori fakir

dan miskin dikarenakann keluarga keduanya meninggal, sehingga

membutuhkan orang yang menanggung biaya hidup.

d. Orang-orang miskin, orang yang memiliki pekerjaan dan harta kan

tetapi belum bisa tercukupi.

e. Ibnu sabil, yaitu seorang musafir muslim yang sedang sangat

membutuhkan bekal perjalanannya ia perlu dibantu dari hasil zakat

(Ayyub, 2004 :570).

Setelah dilakukan penelitian, dana infaq yang seharusnya di

tasharufkan untuk orang-orang tertentu belum berjalan sebagaimana

semestinya, banyak dana yang keluar untuk kepentingan badan

operasional saja. Jika diteliti dari data yang diberikan oleh pengurus KOIN

NU Gemolong pendistribusian infaq selama tiga tahun hanya sebatas

santunan yang baru dilaksanakan satu kali selama diadakannya program

tersebut. Dikarenakan dana yang ada saat ini masih dipinjam oleh

pengurus lain, dan masih dibekukan dalam bentuk tabungan.

Menurut ketentuan dari pusat bahwasanya dana yang terkumpul

tidak diperbolehkan untuk dipinjam karena dapat menimbulkan

kecemburuan diantara pengurus dan dapat menghilangkan kepercayaan

masyarakat terhadap sistem manajemen.

67
Pengelolaan dan pendistribusian yang seperti ini kurang sesuai

dengan syariat islam, seharusnya ada pembagian yang rata antara dana

yang disetorkan ke pusat, dana yang akan ditasharufkan dan dana yang

disimpan. Jika dilihat dari ekonomi warga sekitar yang memerlukan uluran

tangan dari adanya dana infaq. Akan lebih, baik jika dana itu digunakan

untuk berbagi dibandingkan harus di setor untuk pusat. Karena salah satu

tujuan infaq adalah pemberdayaan umat yaitu membantu masyarakat yang

memiliki ekonomi lemah.

Jika ditinjau dari Undang-Undang no 23 tahun 2011, pengelolaan

dana infaq ataupun dana keagamaan lainnya, meliputi penerimaan,

pengelolaan, maupun pendistribusian harta infaq dilakukan dengan

mengikuti penerimaan, pengelolaan, maupun pendistribusian dana zakat

(Hastuti, 2016 : 52)

68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan yang besumber dari penelitian penulis

terhadap pelaksanaan pengelolaan KOIN NU di Kecamatan Gemolong

Kabupaten Sragen dapat diambil kesimpulan yaitu:

1. Pada prakteknya, pelaksanaan pengelolaan KOIN NU di Gemolong

di mulai dari penerimaan, pengumpulan, serta pencatatannya,

sudah sesuai dengan ketentuan surat keputusan dari pengurus pusat

di Sragen. Dapat dilihat dari administrasi yang tertata dengan baik

sehingga memudahkan seseorang dalam melihat aktivitas

pengelolaan infaq. Selain itu, dana infaq yang terkumpul setiap

bulannya berkisar antara Rp. 10.000.000,- merupakan hasil yang

cukup besar. Dampat positif diadakannya KOIN NU meliputi

menimbulkan rasa semangat berinfaq di dalam masyarakat,

menyadarkan masyarakat akan pentingnya berbagi terhadap

sesama serta dapat mempererat ukhuwah islamiyah. Dampak

negatif terhadap pengelolaan KOIN NU yaitu dengan dana yang

saat ini sering dipinjam oleh pengurus dapat menimbulkan

kecemburuan antara sesama, baik pengurus ataupun anggota dapat

menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem yang

dibangun. Selain itu, kurang terbukanya pengurus terhadap

pemakaian dana membuat banyak pandangan negatif terhadap

pengelolaaan dana infaq.

69
2. Pelaksanaan KOIN NU di Gemolong pada dasarnya sudah sesuai

dengan hukum islam dengan tidak adanya unsur paksaan terhadap

pemberi Infaq. Akan tetapi, pada pengelolaan dan

pendistribusiannya dirasa kurang sesuai. Dikarenakan dana yang

seharusnya digunakan untuk membantu masyarakat yang kurang

mampu, banyak digunakan untuk pengeluaran oprasional

organisasi. Walaupun pada dasarnya KOIN NU ini dibentuk untuk

meningkatkan organisasi NU. Perlu adanya peraturan baru,

mengingat dana yang masuk merupakan dana dari masyarakat. Jika

ditinjau dari hukum islam dirasa kurang sesuai mengingat islam

adalah agama Rahmatan lil alamin, yang menganjurkan umatnya

untuk saling tolong menolong, dalam kebaikan dan pemerataan

kesejahteraan. Dapat dilihat di dalam Al-Qur’an bahwa infaq

bertujuan untuk pemberdayaan umat.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat di berikan dari penelitian ini adalah


sebagai berikut:
1. Infaq merupakan dana sosial yang digunakan untuk pemberdayaan

umat, jika pengelolaan dilakukan dengan baik. Maka, tidak

menutup kemungkinan infaq dapat menjadi jalan untuk pemerintah

dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. Diperlukannya aturan baru terkait dengan pembagian hasil dana

infaq agar masyarakat kurang mampu dapat merasakan bantuan

dari adanya dana tersebut. Karena masyarakat Gemolong

70
membutuhkan uluran tangan untuk merubah nasib kearah yang

lebih baik.

3. Seharusnya dana infaq yang disimpan tidak digunakan untuk

pinjaman oleh pengurus, ditakutkan jika masyarakat tahu akan

menimbulkan konflik terkait peminjaman dana, dan juga dapat

memicu kecemburuan terhadap sesama pengurus

71
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, bin Muhammad, 2002. Manajemen islam harta dan kekayaan. Cet 2.
Solo: Intermedia.
Ahmad, Mustaq. 2003. Etika bisnis dalam islam. Jakarta : Pustaka Al Kausar.

Ali, Zainuddin. 2016. Motodologi Penelitian Hukum. Jakarta : Sinar Grafika

Arraiyyah Hamdar. 2007. meneropong fenomena kemiskinan (telaah perspektif al


qur’an). Yokyakarta : Pustaka Pelajar Offset.
Al-Zuhayly, Wahbah. 1997. Zakat Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Al-Zuhayly, Wahbah. 2000. Zakat Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Hafidudin, Didin. 1998. Dakwah Atual. Jakarta : Gema Insani Press


Hamim, Nur Ifan. 2016. Skripsi Manajemen Pengelolaan di Lembaga Sosial
Pesantren Tebuireng. Jurusan Ahwal al Syaksiyah Fakultas Syariah,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Hasan, Ali. 2006. Zakat dan Infaq (Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial
di Indonesia). Jakarta : Prenadamedia Group.
Ibnu Taimiyah, Syaikhul Islam. 1387 H. As-Siyasah Asy-Syar’iyah. Kairo :
Matba’ah Salafiyah.

Jurnal Hastuti, Qurratul’Aini. 2016. Infaq Tidak Dapat Dikategorikan Pungutan


Liar. ZISWAF Vol 3.v
Masdar, Fathurrahman Dkk. 2004. Reinterprestasi pendayagunaan zis (menuju
efektifitas pemanfaatan zakat, infaq, sedekah. Jakarta : piramedia.
Moleong, J Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Moh. Rowi Latief & A. Shomad Robith, Tuntunan Zakat Praktis, (Surabaya:
Indah, 1987),
Mufraini, Arif. 2006. Akuntansi dan Manajemen Zakat (Mengomunikasikan
Kesadaran dan Membangun Jaringan). Jakarta : Kencana Prenada Group.
Muin, Rahmawati. 2011. Jurnal Manajemen Zakat. Makassar :Alauddin Press.
Mujieb, Abdul. Mabruri Tholhah Syafi’ah. 1994. Kamus Istilah Fiqh, Jakarta: PT.
Pustaka Firdaus,

72
Munawir, Ahmad Warson. 1997. Kamus Al Munawir Arab-Indonesia
Terlengkap,Surabaya :Pustaka Progresif.
Qardhawi, Yusuf. 1995. “Musykilah AL-Faqr wakaifa „Aalajaha al-Islam, Terj.,
Syafril Halim dalam “Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan”, Jakarta :
Gema Insani Press,
Rasjid, H. Sulaiman. 2010. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Ridha, Muhammad Rasyid. 1998. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru.

Ruslan. 2014. Ayat – ayat Ekonomi (Makna Global dan Komentar). Yogyakarta:
IAIN Antasari Press.
Rusyd, Ibnu. 2007. Bidayatul Mujtahid. Jakarta : Pustaka Amani.

Soemitra,Andi. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta : kencana


2009 .
Sudarwan Danim. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung : CV Pustaka Setia
Sujarweni, V Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : PT. Pustaka
Baru.

Syed mahmudunnasir, 2011. Islam (Konsepsi dan Sejarahnya). Bandung : Pt


Remaja Rosdakarya.
Wargadinata, Wildana. Islam & Pengentasan Kemiskinan, Malang : UIN Malang
Press, 2011.

73
74
75
76
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertandatangan dibawah ini, saya :

Nama : Wahyu Wulandari

Tempat/Tanggal Lahir : Grobogan, 27 Desember 1995

Agama : Islam

Kewarganegaraan :Indonesia

Alamat :Tegowanu kulon RT 04 RW 03, Tegowanu,

Grobogan.

Riwayat Pendidikan :

1. TK Zambrat Kota Pekanbaru

2. SDN 2 Tegowanu Kulon

3. SMP N 1 Tegowanu Kulon

4. SMK Islam Sudiman Tingkir Salatiga

5. IAIN Salatiga

Demikian riwayat hidup saya buat sebenar-benarnya.

Salatiga, 18 September 2018

Penulis

77
LAMPIRAN

A. Foto wawancara KOIN NU

78
79
SURAT KETERANGAN KEAKTIFAN ( SKK )

Nama : Wahyu Wulandari

NIM : 214-14-069

Jurusan : Hukum Ekonomi Syari’ah

Fakultas : Syari’ah

No Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Point

1 Seminar “Aktualisasi Gerakan 18-19 Agustus Peserta 2

Mahasiswa yang Beretika, Disiplin, dan 2014

Berfikir Terbuka” oleh panitia OPAK

STAIN Salatiga

2 Seminar “ Membangun Mahasiswa 20-21 Agustus Peserta 2

Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam yang 2014

Cerdas dan Peduli” oleh Himpunan

Mahasiswa Jurusan Syariah dan Ekonomi

Islam

3 UTP Perpustakaan “Library User 28 Agustus 2014 Peserta 2

Education (PendidikanPerpustakaan)”

4 Seminar “Training Pengembangan Diri 18 September Peserta 3

dan Komunikasi oleh Kesatuan Aksi 2014

Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)

5. Seminar “ Training Pembuatan Makalah 17 september Peserta 3

80
“ Oleh Lembaga Dakwah Kampus 2014

6. Sekolah Pasar Modal Syariah “ Level 13 oktober 2014 Peserta 3

Basic Satu “ oleh KSEI

7. Seminar Nasional “ Optimalisasi Sumber 14 Oktober 2014 Peserta 8

Daya Insani Terhadap Lembaga

Keuangan Syariah “ oleh KSEI

8. Mapaba PMII “ Rekonstruksi Mental 17 – 19 Oktober Peserta 3

Mahasiswa dalam Kerangka Pergerakan “ 2014

oleh Rayon Syariah dan ekonomi Islam

Komisariat jokotingkir Kota Salatiga

9. Seminar Nasional “Entrepreneurship” 16 November Pesera 8

oleh Gerakan Pramuka Racan Kusuma 2014

Dilaga-Woro Srikandhi

10. Training Personality Plus Regional Jawa 23 November Peserta 3

Tengah “ oleh “ Karima Learning & 2014

Training Center

11. Seminar Nasional “Perlindungan Hukum 12 Desaember Peserta 8

Terhadap Usaha Mikro Menghadapi 2014

Pasar Bebas ASEAN”

12. Seminar Nasional “peranan 15 April 2015 Peserta 8

Technopreneur dalam Mendukung

Program Pemerintah Melalui Ekonomi

Kreatif “ oleh KOPMA FATAWA

81
13. Seminar Regional “ Membumikan Peran 22 April 2015 Peserta 6

dan Tantangan Pemuda dalam

Masyarakat Ekonomi ASEAN “ oleh

HMI Cabang Salatiga

14. Seminar Nasional “ Mencegah Generasi 06 mei 2015 Peserta 6

Pemuda Islam dari Pengaruh Radikalisme

ISIS “ oleh anjangsana Ahwal Al-

Syakhshiyah #12

15. OPAK fakultas Syariah “ Aktualisasi 13-14 Agustus Peserta 3

Integritas Mahasiswa Fakultas Syariah 2015

Melalui Analisa Sosial ke-syariah-an “

oleh DEMA Fakultas Syariah

15. Seminar Nasional“ Perbankan Syariah di 04 Nopember Peserta 8

Indonesia : antara Teori dan Praktik “ 2015

oleh HMJ HES

16. Seminar Nasional “Islamisasi Nusantara 05-08 November Peserta 6

Ataukah Menusantarakan Islam” 2015

17. Seminar Nasional “ Membentuk Hakim 19 Desember Peserta 8

Progresif dan Prefesional Demi 2015

Terciptanya Keadilan “ oleh DEMA

Fakultas Syariah

18. Seminar Nasional“ Hak Gender Kaum 24 Desember Peserta 8

Difabel dalam Perspektif Sosiologi dan 2015

82
Hukum Islam “ oleh HMJ Ahwal Al-

Syakhshiyah

19. Kuliah Umum “ Gerakan Rwvivalis 2 juni 2016 Peserta 2

Islam Modern dan Perkembangan Hukum

islam di Indonesia “ oleh Fakultas

Syariah

20. Seminar Internasional “Petani Untuk 18 September Peserta 8

Negeri” dalam rangka festival solidaritas 2016

untuk petani Indonesia

21. Seminar “Peran Partai Politik Islam 19 September Peserta 6

Dalam Pentas Politik Nasional untuk 2016

Mewujudkan Indonesia Emas” oleh

Hukum Tata Negara

22. Seminar Nasional “Problematika Hakim 22 september Peserta 8

dan Peradilan (Rekonstruksi Ideal Sistem 2016

Peradilan di Indonesia)” oleh HMJ

Ahwal Al-Syakshiyyah

23. Seminar Nasional “ Tax Amnesty, Faktor 12 Oktober 2016 Peserta 8

Faktor yang Melatarbelakangi Lahirnya

Amnesty Pajak dan Dampaknya

Terhadap Perekonomian di Indonesia “

oleh HMJ HES

24. Seminar Nasional“ Kontribusi Hukum 10 November Peserta 8

83
Islam Terhadap Pemberantasan Korupsi 2016

di Indonesia “ oleh DEMA Fakultas

Syariah

Seminar Nasional “Mengembangkan 17 Desember Peserta 6

Layanan Kemanusiaan Berbasis Kearifan 2016

Lokal Komunitas” oleh HMJ PMI

25. Seminar Nasional “Perempuan Indonesia 2 Desember 2016 Peserta 8

di Mata Hukum dan HAM” oleh Fakultas

Syariah IAIN Salatiga

26. Seminar dan Pelatihan legal Drafting “ 8 Desember 2017 Peserta 3

Advokasi Kebijakan Publik yang Pro

Masyarakat Miskin “ oleh SEMA

Fakultas Syariah

27. Seminar Nasional “Peluang Mahasiswa 8 November 2017 8

dalam Berinvestasi Menuju Kemandirian

Ekonomi” oleh DEMA Fakultas Syariah

28. Seminar Nasional “Ide dan Gerakan 20 Desember Peserta 6

Penegakan Khalifah dalam Dunia Islam 2017

Kontemporer” oleh Fakultas Syariah

29. Seminar Nasional “Mewujudkan 02 Mei 2018 Peserta 8

Indonesia Kita, Bukan Indonesia Kami:

Meningkatkan Stabilitas Ekonomi di

Tengah Stabilitas Ekonomi di Tengah

84
Gejolak Politik Indonesia”. Oleh HMJ

HES.

Total 177

Salatiga, 14 september 2018

Mengetahui,

Wakil Dekan Bidang Kemhsiswaan dan Kerjasama

Dr. Ilya Muhsin, S.HI.,M.Si


NIP. 19790930 200312 1002

85
86
87
88
89
90
91
A. Pedoman Wawancara Pengurus KOIN NU

1. Apa yang bapak ketahui tentang gerakan KOIN NU?

2. Siapa saja pengurus KOIN NU Peduli?

3. Apa yang melatarbelakangi dibentuknya gerakan KOIN NU Peduli?

4. Bagaimana awal mula merintis gerakan KOIN NU Peduli?

5. Apa tujuan dan manfaat dibentuknya gerakan KOIN NU Peduli?

6. Bagaimana sistem pengumpulan serta pelaksanaan KOIN NU Peduli?

7. Bagaimana sistem pengelolaan atau pendistribusian KOIN NU Peduli?

8. Hingga sekarang sudah berapa kotak yang sudah tersebar?

9. Berapakah dana KOIN NU Peduli yang masuk per-bulannya?

10. Sudah berapakah dana yang terkumpul hingga sekarang?

11. Digunakan untuk apa dana yang sudah terkumpul saat ini?

12. Dimana dan kepada siapa dana tersebut disalurkan?

13. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap gerakan KOIN NU Peduli?

14. Apa harapan anda terhadap gerakan KOIN NU Peduli?

92
B. Pedoman Wawancara Masyarakat

1. Apakah Anda tahu disini terdapat program KOIN NU Peduli?

2. Apakah Anda ikut berpartisipasi?

3. Sudah berapa lama anda ikut berpartisipasi?

4. Apakah Anda tahu sudah berapakah dana yang terkumpul hingga saat

ini?

5. Apakah Anda tahu digunakah untuk apa dana tersebut?

6. Bagaimana tanggapan Anda terhadap pengelolaan dana KOIN NU

Peduli saat ini?

7. Menurut Anda bagaimana seharusnya dana tersebut dikelola?

8. Apa harapan Anda terhadap gerakan KOIN NU Peduli?

93

Anda mungkin juga menyukai