Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
VIENA MAYSA
NIM: 11180480000039
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
VIENA MAYSA
NIM 11180480000039
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh
VIENA MAYSA
NIM: 11180480000039
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Mengesahkan
Dekan,
iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
Bersedia membuat artikel jurnal dari skripsi bersama Pembimbing untuk disubmit ke JLR
atau Jurnal di luar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta paling lambat pada waktu
pengambilan Ijazah.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan yang sebenar-benarnya tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.
Viena Maysa
iv
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya hadiratkan kepada Allah Swt., atas berkat dan rahmatnya
sehingga peneliti dapat menyelsaikan skripsi ini. Shalawat serta salam saya
persembahkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Tak lupa saya ucapkan dengan rasa hormat dan terimakasih atas asistensi baik
moril maupun materil kepada:
1) Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.A., M.H., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
2) Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H., Ketua Prodi Ilmu Hukum dan Drs.
Abu Tamrin, S.H., M.Hum., Sekretaris Prodi Ilmu Hukum, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, Jakarta yang selalu memberikan arahan dan perhatian dalam
penyusunan skripsi.
3) Indra Rahmatullah S.H.I., M.H. dan Nisrina SE.Sy., M.H.. Pembimbing skripsi saya
yang telah menyempatkan waktu untuk bertukar pikiran serta memberi ilmu dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi.
4) Kedua orang tua yang telah memberikan support system selama perkuliahan.
5) Pihak-pihak lainnya yang telah berkontribusi dalam penulisan skripsi ini.
Semoga Allah Swt., senantiasa menghadiahkan imbalan kepada semua pihak yang
peneliti sebutkan atas jasa-jasanya.
Viena Maysa
vi
DAFTAR ISI
vii
Bab IV
Perlindungan Hukum dan Penyelesaian Sengeketa Data Pribadi Pengguna
SPaylater Shopee Indonesia
A. Kebijakan Shopee Terhadap Data Pribadi Pengguna Spaylater ....... 42
B. Perlindungan Hukum Terhadap Korban Penyalagunaan Data Pribadi
Spaylater................................................................................................... 47
C. Penyelesaian Sengketa Data Pribadi Pengguna Spaylater .................. 68
Bab V
Penutup
A. Kesimpulan .............................................................................................. 80
B. Saran ......................................................................................................... 82
Daftar Pustaka ................................................................................................ 83
Lampiran-lampiran ........................................................................................ 88
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Cara Kerja Penyimpanan Data....................................................................19
Gambar 1 Alur Penggunaan Shopee ............................................................................28
Gambar 2 Daftar melalui Aplikasi Shopee ..................................................................28
Gambar 3 Daftar Melalui Situs Shopee .......................................................................29
Gambar 4 Kode OTP dan Password ............................................................................29
Gambar 5 Menu Buat Pesan Pada Aplikasi Shopee ....................................................30
Gambar 6 Menu Buat Pesanan Pada Website Shopee .................................................31
Gambar 7 Menu Aktikan Sekarang SPaylater .............................................................32
Gambar 8 Foto Kartu Tanda Penduduk (KTP)............................................................33
Gambar 9 Menu Bayar Sekarang.................................................................................35
Gambar 10 Menu SPaylater .........................................................................................35
Gambar 11 Menu Tagihan Bulan Ini ...........................................................................36
Gambar 12 Menu Konfirmasi ......................................................................................36
Gambar 13 Menu Bayar Sekarang...............................................................................36
Gambar 14 Menu Tagihan Bulan Depan .....................................................................37
Gambar 15 Menu Bayar Lebih Dulu ...........................................................................37
Gambar 16 Menu Transaksi Terakhir ..........................................................................37
Gambar 16 Kronologi Sengketa ..................................................................................39
DAFTAR TABEL
Table 1 Rincian Biaya SPaylater .................................................................................35
Table 2 Perhitungan Sanksi Telat Bayar SPaylater .....................................................38
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Percent Of The Worlds Population Is Now Online, https://wearesocial.com/blog/2021/04/60-
percent-of-the-worlds-population-is-now-online, keterangan: diakses pada 16 Agustus 2021, pukul 22:00
WIB.
2
Kominfo: Pengguna Internet Di Indonesia 63 Juta Orang,
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/kominfo+%3A+pengguna+internet+di+indonesia+63
+juta+orang/0/berita_satker, keterangan: diakses pada tanggal 16 Agustus 202, pukul 22:15 WIB.
3
Agus Yahya, Hukum Perjanjian Asas Proposionalitas Dalam Kontrak Komersial, (Jakarta:
Kencana, 2010), h., 162.
1
2
yang memudahkan konsumen dalam transaksi jual beli online. Transaksi elektronik
diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang informasi dan transaksi
elektronik, yang mana undang-undang tersebut menjelaskan bahwa segala sesuatu
perbuatan hukum yang menyangkut jual beli dengan berbasiskan media computer
atau jaringan adalah bentuk transaksi elektronik.
Fintech (financial Technology) merupakan langkah pembaharuan dalam
bidang finance dengan pemanfaatan teknologi. Seiring berjalannya waktu dan
berkembangnya teknologi, tentu berpengaruh pada kegiatan transaksi perdagangan
yang berbasis online, salah satunya jasa fintech lending atau fintech peer to peer
lending yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
77/POJK.01/2016 mengenai Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi
Informasi (LPMUBTI) dan untuk layanan Fintech lending berbasis hukum syariah
diatur dalam Fatwa Majels Ulama Indonesia Nomor:117/DSN-MUI/II/2018 tentang
Layanan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah.
Fintech peer to peer lending merupakan penyelenggara layanan jasa
finansial yang memfasilitasi debitur (pemberi pinjaman) dan kreditur (peminjam)
dalam kegiatan pinjam meminjam secara online baik melalui aplikasi maupun laman
situs.4 Berdasarkan data dan statistic fintech lending dari lembaga Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), terdapat sebanyak 125 perusahaan yang terdafatar dan berizin di
OJK per 10 Juni 2021.5 Akumulasi penyaluran dana fintech lending hingga Mei 2021
sejumlah RP. 207,07 Triliun dengan outstanding penyaluran pembiayaan fintech
sebesar RP. 21,75 triliun atau meningkat 69,06 persen. Rata-rata nilai pinjaman yang
disalurkan kepada satu penerima pinjaman sepanjang periode sejumlah RP.
148.006.287 dengan jangka waktu 120 hari.6
4
Data dan Statistik Fintech Lending, https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan-
statistik/direktori/fintech/Documents/FAQ%20Fintech%20Lending.pdf, keterangan: 17 Agustus 202,
pukul 07:00 WIB.
5
Penyelenggara Fintech Lending Terdaftar dan Berizin Di OJK,
https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/financial-technology/Pages/Penyelenggara-Fintech-Lending-
Terdaftar-dan-Berizin-di-OJK-per-10-Juni-2021.aspx, keterangan: 17 Agustus 2021, pukul 10:00.
6
Lihat Statistik fintech lending periode juni 2021, https://www.ojk.go.id/data-dan-statistik-
fintech, keterangan: diakses pada 17 Agustus 2021, pukul 10:30.
3
2. Pembatasan masalah
Agar penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik maka permasalahan
ini dibatasi pada bentuk perlindungan hukum terhadap data pribadi pengguna
Spaylater pada Aplikasi Shopee.
3. Perumusan Masalah
Masalah utama dalam permasalahan ini adalah penyalahgunaan data
pribadi pengguna SPaylater yang terindikasi kejahatan phishing oleh oknum
toko di aplikasi Shopee yang mengakibatkan kerugian bagi pengguna tersebut.
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, peneliti mencoba untuk
mempertegas pembahasan dalam rumusan masalah yang dituangkan ke dalam
tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a. Bagaimana kebijakan shopee terhadap data pribadi konsumen Spaylater?
b. Bagaimana perlindungan hukum bagi korban Pengguna SPaylater dalam
studi sengketa inisial nama korban RAS dan SWS?
c. Bagaimana penyelesaian sengketa bagi korban Pengguna SPaylater dalam
studi sengketa inisial nama korban RAS dan SWS?
5
2. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
Manfaat atas penelitian ini hendaknya menyampaikan wawasan dan
pengetahuan yang bermanfaat dan berguna untuk penelitian yang berkaitan
dengan pengaturan data pribadi dan transaksi elektonik khususnya di bidang
bisnis. Serta menjadi bahan masukan bagi pemerintah dalam pelaksanaan
penyusunan peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur
perlindungan data pribadi pengguna aplikasi belanja online.
b. Praktis
Penelitian ini diharapkan memberikan wawasan serta informasi bagi
penulis dan pembaca terkait pengaturan penggunaan jasa transaksi
elektronik berbasis aplikasi yakni paylater dan perlindungan hukum data
pribadi penggunanya.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian hukum dalam penelitian ini adalah empiris (non-doktrinal)
yaitu penelitian hukum yang sumber datanya berupa data primer. Penelitian ini
mengkaji dan menganalisis tentang perilaku seseorang ataupun kelompok yang
diperoleh langsung dari dalam masyarakat.7 Alasan peneliti menggunakan jenis
7
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Disertasi dan
Tesis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2014), h., 21.
6
penelitian ini dikarenakan penelitian ini datanya bersumber dari masyarakat atau
orang-orang yang terkait secara langsung terhadap objek penelitian.
2. Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah sosiologi hukum yaitu
pendekatan yang mengkaji hukum dalam konteks sosial. Dari hasil pendekatan ini
dapat memberikan penjabaran, korelasi, menyelidiki, serta menilai bagaiamana
suatu hukum yang berlaku bekerja.
Maka dari itu peneliti melakukan analisis sengketa yang berkaitan dengan
isu yang dihadapi mengenai paylater dalam hal ini adalah studi sengketa korban
SPaylater bernisial RAS dan SWS yang nantinya akan dikaitkan dengan aturan
hukum, apakah aturan hukum tersebut sudah diterapkan dengan sesuai atau tidak.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer merupakan sebuah informasi yang didapatkan secara langsung
dari sumber yang diteliti. Data primer disini merupakan data yang diperoleh
secara langsung melalui wawancara dari sumber pertama yaitu korban
SPaylater dan salah satu pihak Shopee.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan sebuah informasi yang didapatkan secara tertulis
maupun lisan melalui perantara dari sumber yang diteliti. Misalnya, peraturan
perundang-undangan, buku-buku, jurnal, dan sebagainya. Data sekunder
yang digunakan peneliti dalam penelitian ini diperoleh melalui studi
kepustakaan (library research) bahan-bahan hukum yang terdiri dari:
1) Bahan Hukum Primer, adalah bahan hukum yang memiliki kekuatan
hukum mengikat kepada masyarakat yang dalam hal ini berupa
peraturan perundangn-undangan terkait, antara lain :
a) Undang-undang Dasar Tahun 1945 Negara Republik Indonesia
b) Kitab Undang-undang Hukum Pidana (“KUHP”)
7
7. Teknik Penulisan
Teknik penyusunan dan penulisan skripsi ini berpedoman pada buku
“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan pada tahun 2017”.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk menjelaskan isi skripsi secara rinci dan menyeluruh ke dalam penelitian
yang sistematis dan terarah maka skripsi ini disusun dengan sistematika penulisan
yang terdiri dari lima bab, sebagai berikut:
Dalam bab kedua yang berjudul Uraian yang berisikan kerangka konseptual
yang menjelaskan konsep financial technology (fintech) dan peer to peer lending
(P2P) serta kerangka teori yang digunakan peneliti yaitu teori perlindungan hukum
dan data pribadi, serta tinjauan kajian terdahulu.
Dalam bab ketiga yang berjudul Pengaturan SPaylater dan Sengketa Pada
Shopee, peneliti menjelaskan mengenai gambaran umum perusahaan, tata cara
penggunaan Shopee, pengaturan SPaylater, serta kronologi sengketa.
Dalam bab kelima yang berjudul Penutup, berisi kesimpulan dari penelitian
dan saran.
BAB II
A. Kerangka Konseptual
1. Financial Technology (Fintech)
Financial technology (Fintech) atau teknologi keuangan merupakan
platform berbasis aplikasi teknologi digital yang terdiri dari beberapa
perusahaan yang berfungsi sebagai penyedia layanan keuangan. Menurut
National Digital Research Center (NDRC), fintech merupakan salah satu
pembaharuan di sektor financial yang menggunakan terknologi futuristik.1
Fintech ini berperan dalam menyelesaikan berbagai problematika intermediasi
keuangan.
Demand side (segi permintaan) dan supply side (segi penawarann)
menjadi salah satu faktor utama dalam terciptanya evolusi fintech. Dari sisi
penawaran, beralihnya opsi nasabah yang berpengaruh terhadap permintaan di
bidang teknologi memicu lahirnya inovasi-inovasi layanan keuangan yang
memanfaatkan jaringan internet dalam bertransaksi. Model-model bisnis seperti
AI (artificial intelligence), big data, cloud computing, biometrics, dan
sebagainya berpotensi mendemokratisasikan keuangan yang tentu mendukung
kemajuan konektivitas teknologi dalam penyediaan jasa keuangan. Sedangkan,
dari sisi penawaran adalah pemerintah menawarkan adanya modifikasi hukum
dan struktur pasar pada sektor keuangan guna mencegah terjadinya krisis
moneter. Layanan pinjam meminjam via daring telah menjadi solusi dalam
mengembangkan layanan dan model bisnis fintech. Konsep fintech
mengadaptasi sentuhan perubahan teknologi yang diintegrasikan dengan sektor
1
Imanuel Adhitya Wulanata Chrismastianto "Analisis Swot Implementasi Teknologi Finansial
Terhadap Kualitas Layanan Perbankan Di Indonesia", Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 20, 1, (Tangerang:
Universitas Pelita Harapan, 2017), h., 134.
11
12
2
Financial Stability Board, Financial Stability Implications from Fintech: Supervisory and
Regulatory Issues That Merit Authorities’ Attention, (T.tp, 2017), h., 8.
13
diberikan kepada lender dengan adanya P2P Lending ini adalah memudahkan
lender buat mendiversifikasi pendanaan yang sangat memungkinkan lender untuk
melebarkan kesempatan dalam meraih keuntungan3.
Di Indonesia, P2P Lending telah diatur dalam beberapa regulasi
diantaranya:
a. Peraturan OJK No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam
Uang Berbasis Teknologi Informasi yang mengatur mengenai penyelenggaran,
penggunaan jasa layanan P2P Lending. Perjanjian, mitigasi, risiko yang
ditanggung, tata kelola sistem teknologi informasi, mmemberikan edukasi dan
perlidungan pengguna P2P Lending, tanda tangan elektronik, asas, prinsip serta
mekanisme teknis pengenalan nasabah, hak dan kewajiban, serta sanksi.
b. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik sebagai aturan pelaksana dari ketentuan Pasal 10 Ayat (2)
dan Pasal 11 Ayat (2) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik yang mengatur mengenai keamanan bertransaksi bagi
para pihak yang terlibat tidak bertemu secara langsung.
Dari aturan tersebut penyelenggara P2P Lending haruslah mempunyai tanda
terdaftar dan wajib mengajukan permohonan izin kepada Otoritas Jasa Keuangan
(OJK). Apabila penyelenggara tidak mengajukan permohonan izi maka tanda
terdaftarnya harus dikembalikan ke OJK.
B. Kerangka Teori
1. Teori Perlindungan Hukum
Sejarah kemunculan teori perlindungan hukum diakomodir dari teori
atau aliran hukum alam. Teori hukum alam percaya bahwa hukum itu bersumber
dari Tuhan yang bersifat kekal dan berlaku universal, serta tidak adanya
pemisahan antara hukum dan moral. Hukum dan moral dipercayai oleh para
penganut teori ini adalah sebagai aturan yang mengatur hubungan antara
3
Yuk Mengenal Fintech P2P Lending Sebagai Alternatif Investasi Sekaligus Pendanaan,
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/20566., keterangan: diakses pada tanggal 21
Oktober 2021, pukul 15:00.
16
manusia yang satu dengan manusia lainnya baik secara intern maupun ekstern
dalam kehidupan bermasyarakat. Karena pada dasarnya manusia merupakan
makhluk kultural yang memilki rencana menuju hidup yang lebih baik melalui
suatu kesepakatan atau konsensus4. Konsensus masyarakat menjadi salah satu
syarat dalam perlindungan hukum, dikarenakan perlindungan hukum terbentuk
atas segala ketentuan hukum yang diberikan masyarakat.
Perlindungan hukum merupakan penyempitan dari arti kata
perlindungan, perlindungan hukum pada dasarnya merupakan penyeimbangan
yang dilakukan oleh hukum itu sendiri perihal hal dan kewajiban masing-masing
subjek hukum dalam interaksinya sesama manusia. Perlindungan hukum
merupakan segala cara untuk memenuhi hak dan memberikan asistensi agar
terciptanya rasa aman kepada masyarakat, baik korban, saksi, maupun pelaku
kejahatan. Perlindungan hukum dapat diterapkan dengan dua yaitu upaya hukum
yang bersifat preventif maupun represif, baik melalui lisan maupun tertulis.
Menurut Philipus M. Hadjon, perlindungan hukum adalah perlindungan
serta pengakuan terhadap nilai-nilai seorang manusia seperti harkat dan
martabat, serta hak-hak asasi manusia sebagai subjek hukum yang didasari
dengan ketentuan hukum dari kesewenangan5. Phlipus menerangkan bahwa
suatu perlindungam hukum haruslah dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya,
misalnya perlindungan yang diberikan terhadap konsumen, maka hukum harus
menjaga hak-hak konsumen termasuk hak untuk dilindungi data privasinya dari
segala hal yang menyebabkan kerugian bagi hak-hak tersebut. Sedangkan
menurut Sajipto Raharjo, perlindungan hukum merupakan perlindungan yang
diberikan kepada hak asasi manusia yang dirugikan oleh pihak lain.
Perlindungan hukum terlahir dikarenakan terjadi konsensus seluruh elemen
masyarakat untuk mengatur segala hubungan dan perilaku antar anggota
masyarakat dan antar masyarakat hubungannya dengan pemerintah.
4
Anthon F. Susanto H.R. Otje Salman, Teori Hukum: Mengingat, Mengumpulkan Dan Membuka
Kembali (Bandung: Refika Aditama, 2005), h., 151.
5
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Bagi Rakyat DiIndonesia, (Surabaya: PT.Bina Ilmu, 1987),
h., 1-2.
17
6
Yassir Arafat, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum, (Jember: Universitas Islam Jember, 2015),
h., 39.
18
7
Indriyatno Banyumurti, Privasi dan Perlindungan Data Pribadi, (Jakarta: Bayumurti.net, 2018),
h., 4-5.
8
Indonesia sudah milki aturan soal perlindungan Data Pribadi, Kementerian Komunikasi dan
Informatika (kominfo.go.id), keterangan: diakses pada tanggal 25 Oktober 2021, pukul 12:00 WIB.
19
a.
Penyelenggara
& Konsumen
f. b.
Pengambilan Big Data
Keputusan
e. c.
Penyimpanan Algoritma
Data Program
d.
Filterisasi Data
Penjelasan gambar:
a. Konsumen mengisi data yang selanjutnya dikumpulkan oleh
Penyelenggara sistem aplikasi (perusahaan).
b. Data-data yang telah dikumpulkan menjadi satu disebut sebagai Big Data
yang terdiri data input dan output. Pengumpulan informasi tentang
seseorang dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan teknologi
digital yang diawali sejak awal tahun 1970 dengan menggunakan
komputer hingga sekarang dengan menggunakan internet dikenal dengan
digital dossier.10
9
Syafril Malik, Pakar Sistem Informasi, Bintaro, Interview Pribadi, 29 Oktober 2021.
10
Sinta Dewi, “Konsep Perlindungan Hukum Atas Privasi Dan Data Pribadi Dikaitkan Dengan
Penggunaan Cloud Computing Di Indonesia”, ARENA HUKUM, 9, 3, (Bandung: Universitas Sebelas
Maret, 2016), h., 23.
20
11
Syafril Malik, Pakar Sistem Informasi, Bintaro, Interview Pribadi, 29 Oktober 2021.
21
12
Indra Rahmatullah, “Pentingnya Perlindungan Data Pribadi Dalam Masa Pandemi Covid-19 Di
Indonesia”, ‘ADALAH Buletin Hukum dan Keadilan, 5, 1, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, 2021), h., 14.
22
13
UNHRC, “Resolution on the promotion, protection, and enjoyment of human right in the
internet”, A/HRC/32/L, 20, (United Nations: 2016), h., 3.
14
Nurhasah dan Indra Rahmatullah, “Financial Technology and The Legal Protector Of Personal
Data”, Al-Risalah Forum Kajian Hukum dan Sosial Kemasyarakatan, 20, 2, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2020), h., 205.
23
15
Diah Ayu Wulandari, “Perlindungan Hukum Terhadap Data Privasi Pengguna Jasa Grab”,
(Skripsi: Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah, Jakarta, 2019), h., 5,
t.d.
16
Yuda Fuadi, “Kajian Hukum Terhadap Penggunaan Paylater Dalam Pembayaran Transaksi
Antara Konsumen Dengan Traveloka Ditinjau Dari PJOK Nomor 77/POJK.01/2016”, (Skripsi: Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2019), h., 4, t.d.
24
17
Siti Nely Safitri, “Aspek Hukum Pelindungan Konsumen Pengguna Paylater Traveloka (Studi
Atas Korban Paylater Dalam Kasus Trias Dian Lestari”, (Skripsi: Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2020), h., 6, t.d.
18
Shinta Ranji, “Perlindungan Hukum Terhadap Data Pribadi Pengguna Jasa Telekomunikasi Atas
Registrasi Kartu Prabayar”, (Skripsi: Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2020), h., 6, t.d.
BAB III
A. Profil Shopee
Shopee adalah perusahaan e-commerce yang bergerak dibidang aplikasi
bernama Shopee dengan melakukan aktivitas perdagangan melalui online atau
daring yang sanagt memungkinkan penggunanya berbelanja dimana saja dan kapan
pun. Shopee merupakan anak perusahaan yang berada di bawah naungan
perusahaan SEA Group yang dikepalai oleh pemilik atau CEO bernama Chris Feng.
SEA Group merupakan perusahaan yang telah tercatat dalam New York Stock
Exchange (Bursa Efek New York) yang beralamat di 1 Fusionopolis Place, #17-10,
Galaxis, Singapore 138522. Sea Group memilki tujuan untuk menaikkan taraf
kehidupan di sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM) menjadi lebih unggul
dengan memanfaatkan teknologi dalam aktivitas perdagangan. Sea Group memiliki
3 anak perusahaan yaitu: Garena, Sea Money, dan Shopee.1
Shopee pertama kali dirilis pada tahun 2015 di beberapa negara seperti
Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Thailand, Filipina, termasuk Indonesia.
Pada Desember 2015, Shopee mengadakan pertama kali Shopee University di
Taiwan, dan saat ini telah ada sekitar 70ribu penjual di berbagai penjuru wilayah
yang telah memperoleh manfaat dari edukasi tersebut. Pada Juni 2017, Shopee Mall
pertama kali diluncurkan di Taiwan, dan diikuti di 7 wilayah negara dan telah
memiliki sebelas ribu penjual. Pada tahun 2018 Gross Merchandise Value (GMV)
Shopee mencapai 600juta transaksi pengguna atau sekitar US$10 milyar,
selanjutnya peluncuran Super Brand Day sebanyak 70 brand di beberapa negara
serta menjadikan girlband terkemuka di korea bernama BlackPink dan Christian
Ronaldo menjadi Regional Ambassador Brand Shopee. Dan pada tahun 2019,
Shopee berhasil menjual 80 juta item dalam rangka Shopee 12.12 Birthday Sale
1
Shopee adalah platform belanja online terdepan di Asia Tenggara dan Taiwan, Karir di Shopee
- Bergabunglah Bersama Kami | Shopee Indonesia, keterangan: diakses pada tanggal 5 November 2021,
pukul 13:00 WIB.
25
26
serta meluncurkan Shopee Live dan In-app Games Shopee yang memilki hampir 1
(satu) milyar pengguna. Dan sampai tahun 2021, Shopee telah memiliki kantor
cabang di berbagai kota di berbagai negara, seperti Bangkok, Beijing, Hanoi, Ho
Chi Minh City, Jakarta, Kuala Lumpur, Manila, Sao Paulo, Seoul, Shanghai,
Shenzhen, Singapura, Taipei, Tokyo, dan Yogyakarta.
Shopee mulai beroperasi di Indonesia pada akhir Juni 2015 dengan nama
perusahaan PT. Shopee Internasional Indonesia yang berlokasi di jalan Letjen. S.
Parman, Palmerah, DKI Jakarta, Kode Pos: 11410. Kehadiran Shopee di Indonesia
diharapkan dapat memberikan pengalaman baru untuk berbelanja. Hanya dengan
menggunakan smartphone, pengguna dapat mengakses berbagai macam produk
yang tersedia di aplikasi Shopee yang dapat di unduh di Google Play Store. Adapun
beberapa produk yang ditawarkan oleh shopee diantaranya; peralatan kantor,
pakaian wanita dan pria baik dewasa maupun anak-anak, tas, sepatu, aksesoris,
peralaan kecantikan, dan kesehatan, mainan, perlengkapan rumah tangga alat
elektronik seperti gadget, laptop, notebook, token listrik, voucher, otomotif,
makanan dan minuman, perlengkapan bayi, dan sebagainya.
Masyarakat modern menjadi sasaran utama Shopee yang pada dewasa ini
tidak dapat terlepas dari gadget untuk melakukan berbagai aktivitas termasuk
shopping (berbelanja). Shopee memiliki visi dan misi yang sederhana dalam
memajukan roda ekonomi nasional. Visi Shopee adalah menjadi platform e-
commerce berbelanja nomor 1 (satu) di Indonesia dan misi shopee adalah
meningkatkan antusiasme mayarakat Indonesia dalam mengembangkan jiwa
kewirausahaan. Shopee memfasilitasi kemudahan, keamanan, serta pengaturan
sistem penjualan dan pembelian yang terintegrasi bagi produsen dan konsumen.
Oleh karena itu Shopee menganut nilai-nilai positif bagi pengguna shopee yaitu:
a. We serve
Shoppe memanjakan penggunanya dengan memberikan pelayanan terbaik
lebih dari yang diharapkan oleh penggunanya serta mengangga bahwa
pengguna selalu benar.
27
b. We adapt
Shopee selalu mengantisipasi segala bentuk perubahan dan membuat
perencanaan di awal serta menampung dan menerima bentuk perubahan yang
tidak dapat diduga dan menjalankan perubahan tersebut dengan baik.
c. We run
Shopee memiliki insiatif yang tinggi dalam menyelesaikan serba serbi
permasalahan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari orang lain. Serta
memiliki rasa urgensi yang tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan.
d. We commit
Shopee berpegang teguh dalam memegang nilai standar yang tinggi,
melakukan apa yang telah disepakati dan bersikap proaktif untuk menjadi
perusahaan yang lebih baik serta menjadi platform yang bisa diandal oleh
penggunanya.
e. We stay humble
Personalitas semangat juang yang tinggi yang kami miliki memacu untuk
terus belajar dan memahami situasi dan kondisi pasar dan pesaing, menerima
dengan lapang bahwa shopee tentu dapat melakukan kesalahan dan tidak
sempurna, dan memberikan reward (hadiah) atas segala usaha yang telah
dilakukan.2
2
Shopee adalah platform belanja online terdepan di Asia Tenggara dan Taiwan, Karir di Shopee
- Bergabunglah Bersama Kami | Shopee Indonesia, keterangan: diakses pada tanggal 5 November 2021,
pukul 15:00 WIB.
28
Unduh Shopee/
Masukkan Kode
Buka Website Daftar Password
OTP
Shopee
Pilih Metode
Konfirmasi Buat Pesanan
Pembayaran
Keterangan Alur:3
3
Shopee, Tata Cara Penggunaan, diakses dari Aplikasi Shopee pada tanggal 10 November 2021.
29
Gambar 6 Menu Buat Pesan Pada Aplikasi Bank, Kartu Kredit/Debit Online,
Shopee COD (Bayar di Tempat),
4
Shopee, Tata Cara Penggunaan, diakses dari Aplikasi Shopee pada tanggal 10 November 2021.
31
C. Pengaturan SPaylater5
1. Gambaran Umum SPaylater
SPaylater merupakan tata cara pembayaran beli sekarang bayar nanti
yang diselenggarakan oleh PT Commerce Finance yang bekerjasama dengan
pihak lain di aplikasi Shopee untuk memberikan pinjaman bagi pengguna.
Segala bentuk aktivitas SPaylater ini diawasi langsung oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Dengan SPaylater, pengguna (user) dapat membeli suatu
produk terlebih dahulu dan membayarnya di kemudian hari, bisa juga dengan
5
Shopee, Pengaturan SPaylater, diakses dari Aplikasi Shopee pada tanggal 15 November 2021.
32
6
Shopee, Pengaturan SPaylater, diakses dari Aplikasi Shopee pada tanggal 15 November 2021.
33
7
Shopee, Pengaturan SPaylater, diakses dari Aplikasi Shopee pada tanggal 16 November 2021.
35
8
Shopee, Pengaturan SPaylater, diakses dari Aplikasi Shopee pada tanggal 15 November 2021.
36
9
Shopee, Pengaturan SPaylater, diakses dari Aplikasi Shopee pada tanggal 15 November 2021.
37
Gambar 16 Menu Bayar Lebih Dulu Gambar 15 Menu Tagihan Bulan Depan
10
Shopee, Pengaturan SPaylater, diakses dari Aplikasi Shopee pada tanggal 15 November 2021.
39
secara khusus dan dijadikan media untuk melakukan penipuan dan memperoleh
data pribadi pengguna.
Berikut ini adalah ilustrasi alur dari sengketa korban sebagai berikut:
Transfer ke
Penarikan Dana Blokir Rekening
Rekening
Oleh Phisher Phisher
Phisher
Pengembalian
Tagihan Paylater Bayar Tagihan
Akun Korban
Penjelasan Alur:11
Sengketa ini berawal dari korban yang membeli suatu produk dari salah satu
toko Shopee dengan menggunakan metode pembayaran transfer sejumlah
Rp1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah) dan sudah dikonfirmasi. Namun,
ketika korban membuka kembali toko tersebut ternyata tokonya mengalami kendala
sehingga tidak dapat melakukan transaksi melalui aplikasi. Karena hal tersebut,
korban pun mencoba men-direct massage toko tersebut melalui Shopee untuk
pengembalian dana. Toko tersebut merespon dan menyuruh korban mengikuti
arahan pihak Shopee. Beberapa menit kemudian, korban mendapatkan pesan dari
seorang oknum phisher (seseorang yang melakukan teknis phising) yang mengaku
11
RAS dan SWS, Korban Kejahatan Phishing SPaylater, Pamulang, Interview Pribadi, 1
Desember 2021.
40
sebagai pihak resmi Shopee. Phisher menjalankan modusnya dengan menelpon dan
mengirimkan pesan melalui Whatsapp yang menyerupai persis akun Whatsapp
Shopee Indonesia. Hal tersebut membuat korban percaya bahwa akun tersebut
merupakan akun asli Shopee Indonesia.
12
RAS dan SWS, Korban Kejahatan Phishing SPaylater, Pamulang, Interview Pribadi, 1
Desember 2021.
41
13
RAS dan SWS, Korban Kejahatan Phishing SPaylater, Pamulang, Interview Pribadi, 1
Desember 2021.
42
BAB IV
Perlindungan Hukum dan Penyelesaian Sengeketa Data Pribadi Pengguna
SPaylater Shopee Indonesia
1
Tim Shopee, Jakarta, Interview Pribadi, 23 November 2021.
43
luar. Kemudian hasil pemrosesan data tersebut nantinya dapat dilihat dan
dikelola oleh manajer perusahaan. Input data pada TPS ini berupa transaksi dan
kejadian yang melingkup pengurutan data, memperlihatkan data, dan
merestorasi data. Sementara, output data yabg dihasilkan berupa laporan
mendetail, catatan perincia, dan ringkasan. TPS dalam Shopee dapat dikenali
sebagi Costumer Service, Penjual, Pembeli, Finance, dan Quality Control.
2. Management Information System (MIS)
MIS merupakan sistem yang mendukung komponen-komponen dari TPS.
MIS ini berfungsi untuk membantu dalam menentukan keputusan dan
menggabungkan beberapa fungsi informasi atau basis data. MIS dalam
Shopee dikenal sebagai Marketing Officer.
3. Decision Support System (DSS)
DSS dalam Shopee dikenal sebagai Chief Marketing Officer. DSS adalah
sebuah sistem yang berasal dari MIS, sehingga fungsinya pun hampir mirip
dengan MIS, namun DSS ini memiliki tingkat yang lebih rumit dalam
mendukung pemecahan sebuah permasalahan diantaranya:
a. Menarik informasi dari berbagai elemen.
b. Memberikan analisis terhadap file secara keseluruhan.
c. Mempersiapkan laporan dari beragam file yang diperoleh.
d. Memperhitungkan dampak atau akibat dari keputusan yang akan diambil.
e. Memberikan usulan keputusan, serta membuat keputusan.
4. Eksekutif Information System (EIS)
EIS dalam perusahaan Shopee merupakan sistem yang dikendalikan oleh
Chief Executive Officer. Chief Executive Officer memiliki wewenang untuk
mengelola serta menganalisis semua kegiatan seperti sistem operasinal,
SDM, financial, marketing dan dapat membuat regulasi dan standarisasi pada
perusahaan. EIS ini merupakan sistem yang berfungsi menyediakan akses
mudah bagi pihak eksekutif perusahaan untuk mengetahui data internal dan
eksternal berdasarkan faktor keberhasilan dengan relevan.2
2
Syafril Malik, Pakar Sistem Informasi, Bintaro, Interview Pribadi, 1 Desember 2021.
44
Layanan Shopee tidak diperuntukan untuk anak usia dibawah 13 tahun dan
Shopee akan menutup akun yang digunakan secara eksklusif oleh anak-anak
tersebut dan akan menghapus setiap data yang berkaitan tanpa persetujuan orang
tua/wali hukum yang sah dari anak tersebut.
3
Tim Shopee, Jakarta, Interview Pribadi, 23 November 2021.
45
Adapun data pribadi yang dikumpulkan oleh Shopee adalah sebagai berikut:4
1. Nama, Tanggal lahir, Jenis kelamin, Nama ibu dan Nomor KTP
2. Alamat email, Alamat tagihan
3. Rekening bank dan informasi pembayaran
4. Nomor telepon
5. Informasi yang dikirim oleh atau terhubung dengan perangkat untuk mengakses
layanan atau platform, dengan jaringan pengguna dan orang yang berinteraksi
dengan pengguna
6. Foto, rekaman audio atau video sebagai penyerahan bukti secara elektronik
7. Identifikasi yang dikeluarkan pemerintah atau informasi lain yang diperlukan
untuk uji tuntas, verifikasi identitas, dan atau pencegahan penipuan
8. Pengumpulan data lainnnya seperti lokasi dan perangkat mobile pengguna
melalui GPS, Wi-FI, Mobile Data, Cookie dan sebagainya akan tercatat dalam
server web disaat pengguna mengakses Platform Shopee.
Data pribadi Pengguna hanya dapat diakses oleh sejumlah karyawan yang
memiliki privillage atau hak akses khusus untuk menggunakan dan mengelolah
data. Dan akan memusnahkan atau menganonimkan data pribadi ketika data
tersebut tidak digunakan/diperlukan lagi dan tidak ada legitimasi untuk melakukan
penarikan data tersebut.
4
Tim Shopee, Jakarta, Interview Pribadi, 23 November 2021.
46
mengungkapkan data pribadi pengguna kepada pihak lain yang tidak memilki
kewenangan tanpa persetujuan tertulis dari Pengguna dan Shopee.
5
Tim Shopee, Jakarta, Interview Pribadi, 23 November 2021.
6
Kebijakan Privasi, Shopee. KEBIJAKAN PRIVASI (shopee.co.id) , keterangan: diakses pada
tanggal 15 November 2021, pukul 19:00 WIB.
47
risiko sendiri. Sebab, berbagai situs yang tertaut tersebut memiliki kebijakan
tersendiri dan independen serta pengaturan keamanannya pun berbeda-beda. Oleh
karenanya, Shopee tidak memiliki kendali atas situs-situs yang dimilki oleh pihak
ketiga yang ditautkan oleh Shopee tersebut.
7
Agung Pujiaton, dkk, “Pemanfaatan Big Data dan Perlindungan Privasi Konsumen Di Era
Ekonomi Digital”, Ilmiah Bijak, XV, 2, (Surabaya, 2018), h., 134-135
48
apabila tidak ada persetujuan darinya maka haknya tidak boleh dijadikan
objek penelitian. Objek penelitian yang dimaksud adalah aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang untuk memberikan komentari, opini, atau
penjelasan lebih lanjut terkait kehidupan pribaadi seseorang yang
menyangkut data-data pribadinya untuk direkam baik secara visual dan
atau audio.8
b. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
Undang-undang ini memberikan pengertian mengenai teknologi
informasi, dokumen elektronik, beserta kontrak elektronik. Pasal 1 Angka
3 mengartikan teknologi informasi adalah suatu metode yang digunakan
untuk mengumpulka, mempersiapkan, menyimpan, memproses,
menganalisis, dan atau mendistribusikan informasi. Pasal 1 Angka 4
mengartikan dokumen elektronik adalah informasi yang diciptakan,
diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk berupa
analog, digital, elektonmagnetik, atau sejenisnya yang dapat dilihat dan
atau didengar menggunakan perangkat komputer atau sistem elektronik
yang dapat dipahami seseorang. Dalam melakukan transaksi bisnis digital
tentu diatur memerlukan sebuah perjanjian yang disebut dengan kontrak
elektronik. Kontrak elektronik sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1
Angka 17 adalah perjanjian yang dibuat melalui suatu sistem elektronik
antara penjual, pembeli, maupun penyelenggara sistem informasi dan
transaksi elektronik.
Selain itu, dalam undang-undang ini juga mengatur mengenai
perlindungan terhadap data priadi yang tercantum dalam Pasal 26 Ayat (1)
yaitu setiap informasi yang mencantumkan data pribadi dalam penggunaan
media elektronik haruslah didasarkan pada orang yang bersangkutan. Data
pribadi merupakan hak pribadi (privasi right) yang menyangkut hak
seseorang untuk menjalankan aktivitasnya dengan rasa aman dan bebas
untuk berkomunikasi tanpa paksaan atau ancaman lainnya yang dapat
8
Dr. Edmon makarim, S.Kom., S.H., LL.M., “Perlindungan Privacy dan Personal Data”, LKHT
Search, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2019), h., 8.
49
9
Dr. Edmon makarim, S.Kom., S.H., LL.M., “Perlindungan Privacy dan Personal Data”, LKHT
Search, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2019), h., 8.
10
Donny, B.U, “Data Pribadi dan Privasi”, Information and Communication Technology, (Jakarta:
ICT Watch, 2019), h., 8.
50
11
Dr. Edmon makarim, S.Kom., S.H., LL.M., “Perlindungan Privacy dan Personal Data”, LKHT
Search, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2019), h., 8.
51
12
Dr. Edmon makarim, S.Kom., S.H., LL.M., “Perlindungan Privacy dan Personal Data”, LKHT
Search, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2019), h., 8.
52
13
OJK, “Ringkasan POJK Nomor 4/POJK.05/2021 tentang Penerapan Manajemen Risiko Dalam
Penggunaan Teknologi Informasi Oleh Lembaga Jasa Keuang NonBank”, (Jakarta: OJK, 2021), h., 1.
53
14
Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia, Pidato Dalam Sidang Tahunan MPR RI Tahun
2019, Gedung DPR Jakarta, 16 Agustus 2019.
54
sulit. Saat pengguna ingin mengakses SPaylater, maka pihak Shopee akan
memberikan terlebih dahulu kontrak/perjanjian baku dalam bentuk elektronik.
Kontrak elektronik ini memanfaatkan fasilitas akses jaringan komputer yang
saling terhubung dan termuat dalam dokumen dan media elektronik lainnya.15
Dalam layanan paylater ini, terdapat hubungan hukum antara pihak-pihak yang
terlibat diantaranya:
15
Ernama, Budihartono, Hendro, “Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Financial
Technology (Pengantar Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016)”, Diponegoro Law Journal, 6,
3, (Universitas Diponegoro, 2017), h., 5.
55
tersebut dengan mutu dan jumlah yang sama.16 Pemberi pinjaman telah
mengikatkan diri kepada penyelenggara dalam bentuk perjanjian layanan
paylater dan bersedia untuk memberikan tawaran pinjaman kepada penerima
pinjaman melalui pihak ketiga yaitu penyelenggara. Perjanjian antara pemberi
pinjaman dan penyelenggara ini dijadikan sebagai awal dari terselengaranya
perjanjian pinjam meminjam yang terjadi berikutnya. Atas hubungan hukum
tersebut, kedudukan Shopee dalam pelaksanaan SPaylater adalah selaku pihak
yang menyediakan fasilitas paylater antara pemberi pinjaman dengan
pengguna dan bertanggung jawab atas pengelolaan sistem transaksi. Namun
sayangnya, Shopee dalam kebijakan privasinya masih terdapat beberapa
kekurangan sehingga menimbulkan terjadinya berbagai pelanggaran data
pribadi.
16
Libertus Jehani, Pedoman Praktis Menyusun Surat Perjanjian Dilengkapi Contoh-contoh,
(Jakarta: Visimedia, 2007, Cetakan Ke-11), h., 5.
17
Tim Indonesiabaik.id, Tips Aman Di Dunia Siber, (Jakarta: Direktorat Jenderal Informasi dan
Komunikasi Publik Kominfo, 2019), h., 20.
56
18
Nur Farhana Mohd Zaharon, Mazurina Mohd Ali, “Phishing as Cyber Fraud: The Implications
and Governance”, HONG KONG JOURNAL OF SOCIAL SCIENCES, 57, (Malaysia: 2021), h., 122.
57
19
Ayesha Arshad, dkk, “A Systematic Literature Review on Phising and Anti-Phising
Techniques”, Pakistan Journal of Engineering and Technology, 04, 01, (Pakistan: 2021), h., 166.
20
Phising.org, “Phising Techniques”, Phishing | Phishing Techniques, diakses pada tanggal 12
Januari 2021, pukul 21:00 WIB.
58
1. Ketidaktahuan korban
2. Kelalaian pegawai dalam memantau sistem keamanan data perusahaan
3. Lemahnya sistem pengamanan yang digunakan pada perusahaan
4. Perangkat komputer yang terinfeksi virus sehingga mudah dimanipulasi
oleh phisher.22
21
V. Suganya, “A Review on Phishing Attacks and Various Anti Phishing Techniques”,
International Journal of Computer Applications, 139, 1, (India: 2016), h., 1.
22
Dr.Radha Damodaram, “Study On Phishing Attacks And Antiphishing Tools”, International
Research Journal of Engineering and Technology (IRJET), 03, 01, (India: 2016), h., 702-703.
59
23
Ike Vayansky dan Sathish Kumar, “Phishing – challenges and solutions”, Computer Fraud &
Security, (Coastal Carolina University, 2018), h., 18.
60
24
Dr. Edmon makarim, S.Kom., S.H., LL.M., “Perlindungan Privacy dan Personal Data”, LKHT
Search, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2019), h., 8.
61
Seperti halnya yang terjadi pada studi kasus sengketa SPaylater dengan
inisial nama RAS dan SWS yang mengalami penyalagunaan data yaitu kejahatan
phising. Berlandaskan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, korban
merasa sangat dirugikan atas adanya tagihan SPaylater dan penarikan saldo
rekening maupun saldo Shopeepay miliknya. Namun sayangnya, pihak Shopee
25
Muchammad Nashir, “Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Cyber Crime dalam Bentuk
Spam”, (Skripsi: IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2010), h., 45.
63
tidak memberikan solusi yang diharapkan oleh korban dan tetap membenbankan
biaya tagihan SPaylater tersebut kepada korban, karena korban merupakan
pemegang sah akun SPaylater tersebut.26 Atas penjabaran dari kronologi
sengketa di atas, setidaknya ditemukan beberapa fakta hukum yaitu sebagai
berikut:
26
RAS dan SWS, Korban Kejahatan Phishing SPaylater, Pamulang, Interview Pribadi, 1
Desember 2021.
64
27
Dr. Edmon makarim, S.Kom., S.H., LL.M., “Perlindungan Privacy dan Personal Data”, LKHT
Search, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2019), h., 10.
65
daya terhadap korban untuk memberikan kode OTP sehingga korban terbujuk
memberikannya dan phisher dengan mudahnya menyalahgunakan akun milik
korban.
Unsur ketiga adalah objek yang dijadikan sebagai sasaran perbuatan
melawan hukum dengan mengakses data orang lain dengan cara apapun dan
memanipulasi sebuah data yang membuat data tersebut seolah-olah asli yaitu
berupa data akun SPaylater dan saldo rekening serta Shopeepay milik korban.
Perbuatan melawan hukum yang dimaksud adalah suatu perbuatan seseorang
yang mengandung unsur kesengajaan atau kealpaan yang tentu kontradiksi
dengan peraturan perundangan-undangan baik dari segi kesusilaan maupun
kewajiban seseorang yang harus disesuaikan dengan kehidupan bermasyarakat,
dan karena perbuatannya menimbulkan kerugian bagi orang lain, sehingga orang
tersebut wajib mengganti kerugian.
28
Inosentius Samsul, Perlindungan Konsumen Kemungkinan Penerapan Tanggung Jawab
Mutlak, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2014), h., 46.
29
Tim Shopee, Jakarta, Interview Pribadi, 2 Desember 2021.
67
30
Tim Shopee, Jakarta, Interview Pribadi, 2 Desember 2021.
68
Sedangkan, menurut para ahli antropologi hukum yaitu Laura Nader dan
Harry F. Tood Jr penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan 7 (tujuh) metode,
meliputi:
1. Lumpingit
31
Siti Nely Safitri, “Aspek Hukum Pelindungan Konsumen Pengguna Paylater Traveloka (Studi
Atas Korban Paylater Dalam Kasus Trias Dian Lestari” (Jakarta: Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2020), h., 65, t.d.
32
Ida Bagus Wyasa Putra, Aspek-aspek Hukum Perdata Internasinal Dalam Transaksi Bisnis
Internasional, (Bandung: Refika Aditama, 2008), h., 77.
69
Lumpingit merupakan sikap tidak peduli yang diambil oleh pihak yang
dirugikan terhadap pihak lainnya atas suatu sengketa dan tetap melanjutkan
hubungan bisnisnya dengan pihak yang telah merugikannya.
2. Avoidance
Berbeda dengan lumpingit, avoidance adalah sikap menolak dari pihak yang
dirugikan terhadap pihak lainnya dengan cara menghentikan atau memutuskan
hubungan bisnis baik sebagian maupun keseleuruhan,
3. Coercion
Coercion merupakan sikap memaksa suatu pihak terhadap pihak lainnya yang
bersengketa dengan menggunakan ancaman dan kekerasan demi tercapainya
keinginan pihak yang mengancam tersebut. Dalam penyelesaian ini kecil
kemungkinan untuk dapat terselesaikan dengan damai.
4. Negotiation
Negotiation merupakan penyelesaian antara kedua pihak bersengketa dengan
cara bernegosiasi atau berundingan atas permasalahan yang terjadi. Dalam
penyelesaian ini, para pihak dapat menentukan kesepakatan penyelesaian
dengan tidak merugikan kedua belah pihak dan tentu didasarkan pada
persetujuan keduanya.
5. Mediation
Meditation merupakan penyelesaian dengan menempuh jalur mediasi. Dalam
mediasi tentu melibatkan pihak ketiga sebagai mediator dalam memecahkan
masalah tersebut yang ditunjukan oleh pihak yang bersengketa.
6. Arbitration
Arbitration merupakan penyelesaian sengketa yang ditempuh dengan cara
arbitrase. Kedua belah pihak bersepakat dengan menunjuk pihak ketiga sebagai
arbiter untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
7. Adjudication
Adjudication merupakan jalur pengadilan yang ditempuh oleh kedua belah
pihak dalam menagani penyelesaian sengketa. Pihak pengadilan mempunya
70
Dalam Pasal 26 Ayat (2) Permen Kominfo Nomor 20 Tahun 2016 juga
menjelaskan terkait penyelesaian sengketa dimana pengguna dengan pelaku usaha
dapat mennggunakan musyawarah atau melalui upaya alternative lainnya dalam
penyelesaian sengketa perlindungan data pribadi.
33
Laura Nader dan Herry F. Tood Jr, “The Disputing Process Law in Ten Societies”, Colombia
University Press (New York: Colombia University, 1987), h., 11.
34
Shopee, Kebijakan Shopee, diakses dari Aplikasi Shopee pada tanggal 14 Januari 2022.
71
Maka korban yang merasa dirugikan hak-haknya dapat melakukan upaya hukum
melalui jalur non litigasi maupun litigasi dengan menyerahkan alat bukti yang
dimilikinya. Adapun macam-macam alat bukti dalam perkara perdata diatur dalam
Pasal 164 (pasal 284 Rgb) atau pasal 1866 KUH Perdata yang terdiri atas:
1. Tulisan (akta)
2. Keterangan saksi
3. Persangkaan
4. Pengakuan
5. Sumpah
35
Makamah Agung RI, “Eksistensi Dokumen Elektronik Di Persidangan Perdata”,
https://www.mahkamahagung.go.id/id/artikel/3048/eksistensi-dokumen-elektronik-di-persidangan-
perdata diakses pada tanggal 10 Maret 2022, pukul 22:00 WIB.
36
Anisah Daeng Tinring, dkk., “Kedudukan Dokumen Elektronik sebagai Alat Bukti dalam
Hukum Acara Perdata di Indonesia”, Celebes Cyber Crime Journal, Makassar, 2019, h., 59.
37
Tim Indonesiabaik.id, Tips Aman Di Dunia Siber, (Jakarta: Direktorat Jenderal Informasi dan
Komunikasi Publik Kominfo, 2019), h., 35.
72
38
Kontak, LAPS SJK, KONTAK - LAPS SJK, keterangan: diakses pada tanggal 14 Januari
2022, pukul 15:00 WIB.
39
Shopee, Kebijakan Shopee, diakses dari Aplikasi Shopee pada tanggal 14 Januari 2022
73
40
BPSK, Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga, DJPKTN | BPSK
(kemendag.go.id), keterangan: diakses pada tanggal 26 Desember 2021, pukul 16:00 WIB.
41
Dr. Abd. Haris Hamid, S.H., M.H., Hukum PErlindungan Konsumen Indonesia, (Makassar: CV.
Sah Media, 2017), h. 49.
74
42
Dr. Candra Irawan, S.H., M.Hum., Edisi Revisi Hukum Alternatif Penyelesaian Sengketa di
Indonesia, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2017), h. 87-89.
75
oleh konsumen sendiri, atau melalui wali atau ahli waris ataupun
pihak yang diberi surat kuasa.
2) Selanjutnya, konsumen atau pihak yang mewakilinya selaku penggat
dapat mengisi formulir pengaduan yang berisikan data seperti nama,
alamat penggugat dan tergugat (pihak yang diadukan) keterangan
lengkap mengenai waktu dan tempat terjadinya transaksi, penjelasan
mengenai kronologi kejadian.
3) Setelah itu, penggugat diharapkan untuk melampirkan berkas
dokumen sebagai syarat admistrasi seperti foto kopi kartu identitas
penggugat, bukti-bukti baik dalam bentuk foto, surat, dan hal yang
terakit untuk mendukung posisi penggugat seperti faktur, kwitansi,
dan bon, serta biaya administrasi.
4) Kemudian, petugas BPSK memeriksa bukti-bukti yang diserahkan
oleh penggugat serta melakukan penilaian terhadap sengketa tersebut
apakah permasalahan tersebut masih merupakan kewenangan BPSK
atau bukan. Apabila bukti yang diserahkan kurang lengkap dan
sengketa tersebut bukanlah merupakan wewenang BPSK, maka
BPSK dapat menolak pengajuan sengketa tersebut. 43
c. Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)
BANI merupakan sebuah instansi bersifat independen yang bergerak
di bidang pelayanan jasa hukum yang berhubungan dengan arbitrase,
mediasi dan bentuk penyelesaiannya sengketa lainnya di luar pegadilan.
BANI memiliki beberapa intansi yang berdomisi di wilayah Jakarta,
Surabaya, Medan, Bandung, Denpasar, Pontianak, Jambi, dan Palembang.
Dalam menyelesaikan suatu sengketa, BANI menganut prinsip cepat,
efisien, dan tuntas serta win-win solution sehingga memberikan kepuasan
kepada pihak yang bersengketa. Selain itu, dalam proses persidangan
BANI bersifat rahasia dan tertutup untuk umum (confidential) dan
putusannya yang bersifat final and binding atau serta-merta dan mengikat.
43
Cara Pengaduan, BPSK, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) (bpsk-
jakarta.blogspot.com), keterangan: diakses pada 25 Desember 2021, pukul 22:00 WIB.
76
Pelaksanaan tugas dan wewenang BANI saat ini merujuk pada Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 1999 (“UU Arbitrase”).
44
Badan Arbitrase Nasional Indonesia, Peraturan dan Prosedur Arbitrase, (Jakarta: BANI, 2021),
h., 6-7.
45
Dr. Candra Irawan, S.H., M.Hum., Edisi Revisi Hukum Alternatif Penyelesaian Sengketa di
Indonesia, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2017), h. 91.
77
46
Profil, Basyarnas MUI, Basyarnas-MUI, keterangan: diakses pada 25 Desember 2021, pukul
23:00 WIB.
47
Meline Gerartia Sitompul, dkk. “Online Dispute Resolution (ODR): Prospek Penyelesaian
Sengketa E-Commerce Di Indonesia”, Jurnal Renaissance, 01, 02, (Palembang: Universitas Sriwijaya,
Agustus, 2016), h., 89.
78
48
Adel Chandra “Penyelesaian Sengketa Transaksi Elektronik Melalui Online Dispute Resolution
(ODR) Kaitan Dengan UU Informasi Dan Transaksi Elektronik No.11 Tahun 2008”, Jurnal Ilmu Komputer,
10, 2, (Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Esa Unggul, 2014), h., 87.
49
Shopee, Kebijakan Layaan Umum Shopee, diakses dari Aplikasi Shopee pada tanggal 14 Januari
2022, pukul 14:00 WIB.
79
yaitu proses persidangan yang protokoler, sifat persidangan yang terbuka untuk
umum, berorientasi mencari pihak yang bersalah (win-lose solution),
keputusan mutlak didasarkan oleh pertambangan hakim tanpa intervensi dari
para pihak, dan putusan bersifat coercive and binding (memaksa dan
mengikat).
50
Prosedur Pendaftaran Gugatan Perkara Perdata, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat Kelas IA Khusus (pn-jakartapusat.go.id), keterangan: diakses pada tanggal 24
Desember 2021, pukul 01:00 WIB.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dituangkan dalam pemaparan di atas, maka
peneliti sapat menarik kesimpulan diantaranya:
B. Saran
Dari permasalahan penelitian tersebut, maka peneliti memiliki beberapa saran
sebagai berikut:
1. Bagi Pengguna Shopee hendaknya dapat membaca secara teliti isi penjanjian
elektronik terlebih dahulu sebelum menggunakan aplikasi. Hal tersebut
bermaksud untuk meminimalisir terjadinya penyalagunaan data pribadi yang
dapat merugikan pengguna itu sendiri.
2. Bagi Shopee perlu meningkatkan sistem pengamanan pribadi dengan
memaksimalkan karakter pada password serta menggunakan perangkat
keamanan mobile device management guna mengurangi resiko kejahatan atau
pelanggaran data pribadi,
3. Bagi pemerintah diharapkan untuk menciptakan dan merilis undang-undang
yang secara khusus dan mendetail terkait dengan perlindungan data pribadi
yang mencakup berbagai aspek. Hal tersebut berguna untuk memberikan
kepastian hukum apabila terjadi pelangaran atau kejahatan data pribadi. Selain
itu, perlunya meningkatkan kinerja penegak hukum dalam mengatasi kejahatan
siber serta memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya
perlindungan data pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
Interview
Interview Pribadi dengan RAS dan SWS, Korban Kejahatan Phishing SPaylater,
Pamulang, 1 Desember 2021.
Interview Pribadi dengan Syafril Malik, Pakar Sistem Informasi, Bintaro, 29 Oktober
2021.
Buku
Badan Arbitrase Nasional Indonesia. Peraturan dan Prosedur Arbitrase. Jakarta: BANI,
2021.
Dr. Abd. Haris Hamid, S.H., M.H. Hukum PErlindungan Konsumen Indonesia,
(Makassar: CV. Sah Media, 2017.
Dr. Candra Irawan, S.H., M.Hum. Edisi Revisi Hukum Alternatif Penyelesaian Sengketa
di Indonesia. Bandung: CV. Mandar Maju, 2017.
Indonesiabaik.id, Tim. Tips Aman Di Dunia Siber. Jakarta: Direktorat Jenderal Informasi
dan Komunikasi Publik Kominfo, 2019.
Jurnal
Indra Rahmatullah. “Pentingnya Perlindungan Data Pribadi Dalam Masa Pandemi Covid-
19 Di Indonesia”. ‘ADALAH Buletin Hukum dan Keadilan. Vol., 5, 1, 2021.
83
84
Nur Farhana Mohd Zaharon, Mazurina Mohd Ali. “Phishing as Cyber Fraud: The
Implications and Governance”. Hong Kong Journal Of Social Sciences. Vol., 57.
2021.
Nurhasah dan Indra Rahmatullah, “Financial Technology and The Legal Protector Of
Personal Data”, Al-Risalah Forum Kajian Hukum dan Sosial Kemasyarakatan.
Vol., 20, 2, 2020.
Dr. Edmon makarim, S.Kom., S.H., LL.M., “Perlindungan Privacy dan Personal Data”,
LKHT Search. 2019.
Donny, B.U, “Data Pribadi dan Privasi”, Information and Communication Technology.
2019.
Anisah Daeng Tinring, dkk., “Kedudukan Dokumen Elektronik sebagai Alat Bukti dalam
Hukum Acara Perdata di Indonesia”, Celebes Cyber Crime Journal, Makassar,
2019.
Ike Vayansky dan Sathish Kumar. “Phishing – challenges and solutions”. Computer
Fraud & Security. 2018
Agung Pujiaton, dkk. “Pemanfaatan Big Data dan Perlindungan Privasi Konsumen Di
Era Ekonomi Digital”, Ilmiah Bijak. Vol., XV, 2, 2018.
UNHRC. “Resolution on the promotion, protection, and enjoyment of human right in the
internet”. A/HRC/32/L. Vol., 20, 2016.
Sinta Dewi, “Konsep Perlindungan Hukum Atas Privasi Dan Data Pribadi Dikaitkan
Dengan Penggunaan Cloud Computing Di Indonesia”. ARENA HUKUM. Vol., 9,
3, 2016.
Skripsi
Siti Nely Safitri. “Aspek Hukum Pelindungan Konsumen Pengguna Paylater Traveloka
(Studi Atas Korban Paylater Dalam Kasus Trias Dian Lestari”. Skripsi Fakultas
Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
Ranji, Shinta. “Perlindungan Hukum Terhadap Data Pribadi Pengguna Jasa
Telekomunikasi Atas Registrasi Kartu Prabayar”. Skripsi Fakultas Syariah Dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2020.
Wulandari, Diah Ayu. “Perlindungan Hukum Terhadap Data Privasi Pengguna Jasa
Grab”. Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidaytullah Jakarta, 2019.
86
Situs
Makamah Agung RI. Diakses pada tanggal 10 Maret 2022 dari “Eksistensi Dokumen
Elektronik Di Persidangan Perdata”,
https://www.mahkamahagung.go.id/id/artikel/3048/eksistensi-dokumen-
elektronik-di-persidangan-perdata.
PT. Shopee Indonesia. Diakses pada tanggal 5 November 2021 dari Karir di Shopee -
Bergabunglah Bersama Kami | Shopee Indonesia.
BPSK, Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga. Diakses pada
tanggal 26 Desember 2021 dari DJPKTN | BPSK (kemendag.go.id).
Kominfo. “Indonesia sudah milki aturan soal perlindungan Data Pribadi”. Artikel diakses
pada tanggal 25 Oktober 2021 dari Kementerian Komunikasi dan Informatika
(kominfo.go.id).
OJK, “Data dan Statistik Fintech Lending”. Artikel diakses 17 Agustus 2021 dari
https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan-
statistik/direktori/fintech/Documents/FAQ%20Fintech%20Lending.pdf.
87
OJK, “Lihat Statistik fintech lending periode juni 2021”. Artikel diakses pada 17 Agustus
2021 dari https://www.ojk.go.id/data-dan-statistik-fintech
“Percent Of The Worlds Population Is Now Online”. Artikel diakses pada 16 Agustus
2021 dari https://wearesocial.com/blog/2021/04/60-percent-of-the-worlds-
population-is-now-online.
88
89
Proses interview pribadi ini direkam melalui voice recorder yang tersimpan dalam
memori penyimpanan smartphone peneliti.
Keterangan Korban
5. Apakah Anda mengetahui bahwa kode OTP tidak boleh diberikan kepada pihak
manapun?
Jawab:
Saya tidak mengetahui hal tersebut, saya pikir demi uang saya kembali, saya
memberikan kode OTP tersebut. lagipula yang meminta kode OTPnya tuh pihak
Shopeenya, eh oknum yang mengaku Shopee.
92
Tempat : Jakarta
Proses interview pribadi ini direkam melalui voice recorder yang tersimpan dalam
memori penyimpanan smartphone peneliti dan tentu memenuhi syarat protokol covid-19.
1. Apakah Shopee memilki sebuah kebijakan yang mengatur terkait dapat pribadi?
Jawab:
Kami memiliki kebijakan yang secara khusus mengatur data pribadi pengguna yang
disebut dengan kebijakan privasi Shopee. Kamu juga bisa mengaksesnya di situs
Shopee KEBIJAKAN PRIVASI (shopee.co.id).
2. Mengapa pengguna shopee harus mengumpulkan data pribadi pada saat ingin
menggunakan aplikasi Shopee?
Jawab:
Ya, untuk menghindari keraguan, dalam hal Undang-Undang Privasi atau hukum
yang berlaku lainnya mengizinkan suatu organisasi seperti kami untuk
mengumpulkan, menggunakan atau mengungkapkan data pribadi pengguna tanpa
persetujuan pengguna, izin yang diberikan oleh hukum tersebut akan terus berlaku.
Adapun tujuan kami mengumpulkan, menggunakan, mengungkapkan dan/atau
mengolah data pribadi yang Pengguna berikan adalah sebagai berikut:
a. mempertimbangkan dan/atau mengolah aplikasi/transaksi pengguna dengan kami
atau transaksi maupun komunikasi pengguna dengan pihak ketiga melalui
Layanan;
b. mengelola, mengoperasikan, menyediakan dan/atau mengurus penggunaan
dan/atau akses pengguna ke Layanan kami dan Platform kami (termasuk, namun
tidak terbas pada, mengingat preferensi pengguna), serta hubungan pihak ketiga
dan akun pengguna pihak ketiga dengan kami;
93
dan setiap tujuan lain yang akan kami beritahukan kepada pengguna pada saat
memperoleh persetujuan pengguna.
5. Sistem pengamanan apa saja yang digunakan oleh Shopee dalam menjaga data
pribadi pengguna?
Jawab:
Ada 4 (empat) jenis sistem informasi yang kami gunakan yaitu Transaction
Processing Systems (TPS), Management Information System (MIS), Decision
Support System (DSS), dan Eksekutif Information System (EIS).
6. Apakah Shopee memilki tim khusus dalam menangani data pribadi pengguna?
Jawab:
Kami membentuk Tim Tech Shopee terdiri dari tim software engineering and
technology, data analytics dan data science (tim data), serta tim regional yang
berungsi sebagai analitik data untuk meningkat performa perusahaan dan
menyelesaikan permasalahan termasuk data pribadi baik dihadapi masa sekarang
atau yang akan datang.
7. Bagaimana jika pengguna tidak memberikan data pribadi kepada Shopee?
Jawab:
Konsekuensinya adalah pengguna tersebut tidak dapat mengakses aplikasi Shopee.
8. Apakah pihak Shopee memberikan informasi kepada pihak luar?
Jawab:
Kami mungkin perlu untuk menggunakan, memroses, mengungkapkan, dan/atau
mengalihkan data pribadi pengguna kepada penyedia layanan pihak ketiga, agen
dan/atau afiliasi atau perusahaan terkait kami, dan/atau pihak ketiga lainnya, entah
yang dapat berlokasi di Indonesia atau di luar Indonesia, untuk satu atau lebih Tujuan
yang disebutkan di atas. Penyedia layanan pihak ketiga, agen dan/atau afiliasi atau
perusahaan terkait dan/atau pihak ketiga lainnya tersebut akan mengolah data pribadi
pengguna atas nama kami atau pihak lainnya, untuk satu atau lebih Tujuan yang
disebutkan di atas. Kami berusaha keras untuk memastikan bahwa pihak ketiga dan
afiliasi kami menjaga keamanan data pribadi pengguna dari akses yang tidak sah,
pengumpulan, penggunaan, pengungkapan, pemrosesan atau resiko serupa dan
menyimpan data pribadi pengguna hanya selama data pribadi pengguna dibutuhkan
untuk Tujuan yang telah disebutkan di atas.
98
dan mungkin untuk itu kami juga memerlukan berbagi informasi, termasuk informasi
statistik dan demografis, tentang Pengguna kami dan informasi mengenai penggunaan
Layanan oleh mereka kepada pemasok iklan dan pemrograman. Ini tidak akan
termasuk hal apapun yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pengguna secara
khusus atau menemukan informasi pribadi tentang diri pengguna.
99
9. Informasi apa saja yang dikumpulkan oleh pihak luar atau pihak ketiga tersebut?
Jawab:
Platform kami menggunakan Google Analytics, layanan analitik web yang
disediakan oleh Google, Inc. ("Google"). Google Analytics menggunakan cookie,
yang merupakan file teks yang ditempatkan pada perangkat pengguna, untuk
membantu Platorm menganalisis, bagaimana pengguna menggunakan Platform.
Informasi yang dihasilkan oleh cookie mengenai penggunaan Platform termasuk
alamat IP pengguna akan ditransmisikan ke, dan disimpan oleh Google pada server di
Amerika Serikat. Google akan menggunakan informasi ini untuk tujuan mengevaluasi
penggunaan pengguna atas Platform kami, menyusun laporan mengenai aktivitas situs
web bagi para operator situs web dan menyediakan layanan lain yang berkaitan dengan
aktivitas situs web serta penggunaan Internet. Google juga dapat mengalihkan
informasi ini kepada pihak ketiga bilamana diwajibkan oleh hukum untuk
melakukannya, atau bilamana pihak ketiga tersebut memproses informasi atas nama
Google. Google tidak akan mengaitkan alamat IP pengguna dengan data lain apa pun
yang dipegang oleh Google.
Lalu Kami, dan pihak ketiga, dapat sewaktu-waktu menyediakan unduhan
aplikasi perangkat lunak untuk penggunaan Pengguna pada Platform atau melalui
Layanan. Semua aplikasi ini dapat secara terpisah mengakses, dan mengizinkan pihak
ketiga untuk melihat, informasi yang dapat mengenali Pengguna, seperti nama
Pengguna, ID Pengguna, Alamat IP perangkat pengguna atau informasi lainnya,
seperti cookie apa yang mungkin sudah diinstal sebelumnya, atau yang diinstal untuk
pengguna oleh aplikasi perangkat lunak pihak ketiga atau situs web. Selain itu, semua
aplikasi ini mungkin meminta pengguna untuk memberikan informasi tambahan
secara langsung kepada pihak ketiga. Produk atau layanan pihak ketiga melalui
aplikasi-aplikasi ini tidak dimiliki atau dikendalikan oleh Shopee. pengguna didorong
untuk membaca persyaratan dan kebijakan lainnya yang diterbitkan oleh pihak ketiga
tersebut pada situs web mereka atau lainnya.
100
10. Bagaimana Shopee memberikan jaminan keamanan data pribadi terhadap pihak
ketiga?
Jawab:
Kami tidak menjamin keamanan data pribadi dan/atau informasi lainnya yang
pengguna berikan pada situs pihak ketiga. Kami memang mengimplementasikan
variasi tindakan keamanan untuk menjaga keselamatan data pribadi pengguna yang
ada di kami atau di bawah kendali kami. Data pribadi pengguna ditampung di balik
jaringan aman dan hanya dapat diakses oleh sejumlah orang terbatas yang memiliki
hak akses khusus ke sistem tersebut, dan diwajibkan untuk menjaga kerahasiaan data
pribadi tersebut. Apabila pengguna melakukan pemesanan atau mengakses data
pribadi, kami menawarkan penggunaan server yang aman. Semua data pribadi atau
informasi sensitif yang pengguna berikan, dienkripsi ke dalam database kami dan
hanya bisa diakses sebagaimana yang tertera di atas. Semua situs yang tertaut ini
memiliki kebijakan privasi tersendiri dan independen serta pengaturan keamanan.
Bahkan, jika pihak ketiga terafiliasi dengan kami, kami tidak memiliki kendali atas
situs-situs yang tertaut ini, masing-masing memiliki privasi dan praktik pengumpulan
data tersendiri yang terpisah dari kami. Data yang dikumpulkan oleh mitra merek-
bersama kami atau situs web pihak ketiga (bahkan, jika ditawarkan pada, atau melalui
Platform kami) mungkin tidak diterima oleh kami. Oleh karena itu, kami tidak
bertanggung jawab maupun mempertanggungjawabkan konten, pengaturan keamanan
(atau tidak adanya pengaturan keamanan), dan aktivitas situs-situs terkait ini.
Namun, Kami menghimbau pihak-pihak ketiga ini untuk mematuhi semua
Undang-Undang Privasi yang berlaku sehubungan dengan data tersebut termasuk
setiap pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan atau pengalihan dari data tersebut.
Kemudian mengizinkan Shopee atau Pengguna yang data pribadinya telah
dikumpulkan oleh Pihak Penerima atau Pihak Pengungkap untuk menghapus datanya
yang dikumpulkan dari database Pihak Penerima. Kami juga mengizinkan Shopee atau
Pihak Pengungkap untuk meninjau informasi apa yang telah dikumpulkan tentang
mereka oleh Pihak Penerima, dalam setiap kasus di atas, sesuai dengan dan jika
diwajibkan oleh hukum yang berlaku. Kami juga tidak mengizinkan pihak ketiga untuk
menggunakan data pribadi pembeli tersebut kecuali jika diperlukan secara wajar untuk
101
Tempat : Jakarta
Proses interview pribadi ini direkam melalui voice recorder yang tersimpan dalam
memori penyimpanan smartphone peneliti dan tentu memenuhi syarat protokol covid-19.
1. Di dalam kebijakan privasi Shopee ini kan tidak mencantumkan terkait penyelesaian
sengketa ya mas, lalu bagaimana langkah penyelesaian hukum yang dilakukan
Shopee apabila terjadi penyalahgunaan data pribadi pengguna?
Jawab:
Sejauh ini apabila terjadi penyalahgunaan data pribadi, pengguna diharapkan untuk
segera melapor ke Costumer Service Shopee guna pemeriksaan lebih lanjut. Setelah
itu kita telusuri salahnya dimana, karena pada dasarnya kami memang tidak
bertanggung jawab atas penyalagunaan data oleh pihak ketiga. Kami kan sudah
memberikan himbauan agar pengguna tidak memberikan kode OTP, password,
ataupun semacamnya kepada siappun, termasuk kami karyawan Shopee.
2. Mohon maaf mas sebelumnya, jika sedikit menyinggung, dalam kebijakan privasi
Shopee, mengapa pihak Shopee ini mengaku tidak bisa menduga-duga terjadinya
kejahatan siber dan tidak bertanggung jawab atas terjadinya penyalahgunaan data
pribadi?
Jawab:
Kalau misalnya kita melihat yaa dunia siber ini kan tidak ada batasnya ya, jadi selalu
ada celah dalam sistem pengamanan informasi. Tapi kami tetap mengupayakan
variasi tindakan keamanan bagi data pribadi pengguna. Lalu kami juga kan mengikuti
pedoman peraturan di Indonesia, karena belum ada uu khusus data pribadi ya
ditambah lagi teknologinya masih terbatas dan tidak secanggih seperti di luar, jadi
tanggung jawab kami pun hanya sebatas yang kami mampu saja.
103
Tempat : Jakarta
Proses interview pribadi ini direkam melalui voice recorder yang tersimpan dalam
memori penyimpanan smartphone peneliti dan tentu memenuhi syarat protokol covid-19.
Jadi kalau sistem Transaction Processing Systems (TPS) itu ya sistem yang bekerja
pada tingkat operasional, fungsinya untuk melakukan pemrosesan data transaksi
bisnis dalam skala yang besar yang memungkinkan suatu perusahaan berinteraksi
dengan lingkungan luar. Kemudian hasil pemrosesan data tersebut nantinya dapat
dilihat dan dikelola oleh manajer perusahaan. Input data pada TPS ini berupa
transaksi dan kejadian yang melingkup pengurutan data, memperlihatkan data, dan
merestorasi data. Sementara, output data yang dihasilkan berupa laporan mendetail,
catatan perincia, dan ringkasan. Trus kalau Management Information System atau
MIS ya sistem yang mendukung daripada komponen-komponen TPS itu sendiri.
Fungsinya untuk membantu dalam menentukan keputusan dan menggabungkan
beberapa fungsi informasi atau basis data. Terkait DSS ya Decision Support System
sistem turunan dari MIS. fungsinya hampir sama lah MIS, bedanya DSS ini lebih
sulit aja dalam mendukung pemecahan sebuah permasalahan kayak dia tuh bisa
menarik informasi dari berbagai elemen, memberikan analisis terhadap file secara
keseluruhan, mempersiapkan laporan dari beragam file yang diperoleh,
memperhitungkan dampak atau akibat dari keputusan yang akan diambil,
memberikan usulan keputusan, ataupun membuat keputusan. Dan EIS atau Eksekutif
Information System itu berfungsi menyediakan akses mudah bagi pihak eksekutif
perusahaan untuk mengetahui data internal dan eksternal berdasarkan faktor
keberhasilan dengan relevan.
Nah, di Shopee tuh yang masuk kedalam EIS itu ya Chief Executive Officer.
Sedangkan TPS itu Costumer Service, Penjual, Pembeli, Finance, dan Quality
Control. Kalau MIS ya sudah jelas Marketing Officer. Dan DSS dalam Shopee itu
Chief Marketing Officer.