SKRIPSI
Oleh
MILLENIA AFIFAH AULIYA
NIM : 1118048000082
SKRIPSI
Oleh
MILLENIA AFIFAH AULIYA
NIM : 1118048000082
ii
POLA PERJANJIAN APLIKASI SHOPEE DALAM JUAL-BELI ELEKTRONIK
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh :
Pembimbing
1443 H/2022 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Jakarta, 2022
Mengesahkan
Dekan,
iv
LEMBAR PERNYATAAN
NIM : 11180480000082
E-mail : millenia.afifah.a@gmail.com
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar Strata Satu (S-1) di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
ABSTRAK
Millenia Afifah Auliya. NIM 11180480000082. POLA PERJANJIAN
APLIKASI SHOPEE DALAM JUAL-BELI ELEKTRONIK. Program Studi Ilmu
Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1443H/2022M. Isi : vii + 74 halaman + 3 halaman
daftar pustaka + 8 lampiran.banyak
Skripsi ini membahas tentang penjual yang belum menerima uang hasil penjualan
di aplikasi shopee. Namun penjual sudah mengirimkan barang ke konsumen sesuai
dengan pesanan. Dan pesanan yang dikirim penjual sudah sampai ke pembeli. Akan
tetapi penjual belum menerima uang pada saat barang sudah diterima oleh konsumen.
Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai perjanjian yang disepakati antara
konsumen dan pihak shopee dalam transaksi elektronik. Adanya peraturan tentang
perlindungan konsumen yang mengatur tentang hak dan kewajiban pelaku usaha dan
konsumen ternyata belum ditaati oleh masyarakat, sehingga masyarakat pengguna
aplikasi shopee ketika dirugikan oleh pelaku usaha dalam hal ini penyedia aplikasi
shopee, mendapati kebingungan ketika uang di shopee tersebut hilang ketika terjadi
transaksi di shopee.
Metode penelitian bersifat normatif-empiris, dengan bahan hukum primer yang
terdiri dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dan menggunakan pendekatan undang-
undang (statutory approach) kasus hilangnya uang saat melakukan transaksi di shopee.
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa perjanjian transaksi elektronik para pihak
dalam aplikasi shopee hanya dapat diselesaikan melalui customer service shopee.
Namun, harus mengkonfirmasi nomor pesanan guna untuk mencocokkan data pesanan
dengan yang ada di shopee. Pada kenyataannya, shopee belum tentu mengembalikan
uang yang hilang tersebut.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya kepada
kita semua sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “POLA
PERJANJIAN APLIKASI SHOPEE DALAM JUAL-BELI ELEKTRONIK”.
Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan
dari berbagai pihak. karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima
kasih kepada yang terhormat :
1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum.
Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Prof. Dr. Abdullah Sulaiman S.H., M.H. Pembimbing Skripsi yang telah bersedia
membimbing dengan meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya sehingga dengan
itu skripsi penulis dapat selesai dan terarah.
4. Pimpinan Pusat Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah membantu dalam menyediakan fasilitas yang memadai untuk
peneliti mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini. Tanpa
bantuannya dalam menyediakan fasilitas yang memadai untuk peneliti, maka
skripsi ini dapat diselesaikan oleh peneliti.
5. Kedua orang tua yang telah menjadi penyemangat dalam pembuatan skripsi ini.
6. Semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses
penulisan skripsi ini, yang tidak dapat peneliti sebutkan satupersatu. Hanya doa
serta ucapan terimakasih yang dapat peneliti sampaikan, semoga Allah SWT
membalas semua kebaikan-kebaikan kalian.
vii
Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat yang berarti bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang hukum bisnis. Kritik dan
saran yang membangun sangat peneliti harapkan dari para pembaca sehingga dapat
menyempurnakan penelitian ini.
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Kerangka Konseptual
1. Perjanjian Jual Beli Menurut Hukum Islam ................................... 11
2. Pengertian Konsumen .................................................................... 13
3. Uang Elektronik dan Transaksi Elektronik .................................... 14
4. Dasar Hukum dan Syarat Sah Perjanjian ........................................ 16
5. Kontrak Baku .................................................................................. 20
6. Kontrak Elektronik ......................................................................... 22
7. Wanprestasi .....................................................................................24
ix
B. Kerangka Teori
1. Teori Perlindungan Konsumen ...................................................... 26
2. Teori Perjanjian .............................................................................. 28
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 72
B. Saran ........................................................................................................ 73
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Uang elektronik adalah uang dalam bentuk digital yang dapat digunakan untuk
membayar atau sebagai alat transaksi yang dilindungi secara hukum. Sejarah uang
elektronik dari kebiasaan orang bertransaksi. Definisi uang elektronik menurut Pasal 1
angka (3) Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/2018 tentang uang elektronik, bahwa
tentang Uang Elektronik adalah instrumen pembayaran yang memenuhi unsur sebagai
berikut : a. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada
penerbit; b. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media server atau chip;
c. nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan.
Uang elektronik sebagai kebendaan digital karena terdapat data elektronik tersebut
berisi informasi yang didalamnya jumlah saldo/ nilai uang, informasi pemegang uang
elektronik apabila didaftarkan, catatan transaksi semua informasi tersebut disimpan
secara digital dalam media server atau chip.1 Hal tersebut sesuai dengan ketentuan
dalam Pasal 1 angka (4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Informasi
dan Transaksi Elektronik yang menyatakan : Dokumen Elektronik adalah setiap
Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan
dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal atau sejenisnya, yang dapat
dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik,
tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya,
huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti
1
Suharni, Uang Elektronik Ditinjau Dari Perpektif Hukum Dan Perubahan Sosial, Jurnal Hukum
Spektrum Hukum Vol.15/No.1/, (Semarang: Fakultas Hukum UNTAG April, 2018) h. 23.
1
2
atau dapat oleh orang yang mampu memahaminya. Dengan demikian sesuai dengan
Pasal 499 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, uang elektronik dapat dikategorikan
sebagai benda, karena uang elektronik merupakan harta kekayaan dan dapat dikuasai
oleh pemegang uang elektronik sebagai miliknya. Nilai uang tunai yang disetorkan
sebagai dasar penerbitan uang elektronik diubah menjadi data digital berupa angka-
angka untuk sistem perhitungan tertentu yang dapat digunakan dalam transaksi
pembayaran. Dalam perekonomian yang modern, lalu lintas pertukaran barang dan jasa
sudah sedemikian cepat, sehingga memerlukan dukungan tersedianya sistem
pembayaran yang memungkinkan dilakukan secara lebih cepat, efisien dan aman.
Cara pembayaran secara online atau elektronik banyak diminati oleh pelanggan di
era saat ini, karena lebih cepat, mudah dan aman. Seiring berjalannya waktu, kegiatan
jual-beli dapat dilakukan hanya dirumah saja dengan metode pembayaran elektronik.
Metode pembayaran elektronik banyak dijumpai dan digunakan oleh e-commerce
sebagai metode pembayaran non-tunai yang merupakan salah satu fitur keunggulan
dari e-commerce tersebut. Metode pembayaran secara non-tunai seperti pada
shopeepay, dimana kita dapat membeli barang di shopee lalu membayar menggunakan
shopeepay atau secara non-tunai otomatis nilai uang yang ada di shopeepay berkurang
sesuai nominal belanja. Banyak sekali e-commerce di era modernisasi seperti shopee
merupakan e-commerce yang memiliki metode pembayaran menggunakan shopeepay.
2
Abdul Halim Barkatullah, Hukum Transaksi Elektronik, (Bandung: Nusa Media, 2017) h.11.
3
pasti ada juga kelemahan atau kekurangan dari berbelanja online di e-commerce
tersebut.
Salah satu e-commerce yang ada di Indonesia adalah shopee. Dimana shopee
sekarang banyak fitur yang memudahkan konsumen untuk belanja, mulai dari cara
membayar melalui shopeepay, cara membayar cash on delivery (COD), dan banyak
juga program serta fitur lainnya. Shopeepay adalah metode pembayaran yang
disediakan oleh shopee untuk memudahkan pelanggan membayar secara non-tunai
barang yang sudah dipilih di aplikasi shopee. Dari semua kemudahan tersebut, adapula
kelemahan dan kekurangan yang dimiliki pada saat kita menggunakan shopeepay yaitu
ketika pengguna shopee mengirimkan barang ke pembeli dan pembeli belum klik
pesanan diterima, uangnya dapat dicairkan atau hilang dan tidak kembali ke shopeepay.
Dalam peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/2018 Tahun 2018 tentang Uang
Elektronik pada Pasal 2 bahwa Penyelenggaraaan Uang Elektronik dilakukan dengan
memenuhi prinsip : a. Tidak menimbulkan risiko sistemik; b. Operasional dilakukan
berdasarkan kondisi keuangan yang sehat; c. Penguatan perlindungan konsumen;
d.usaha yang bermanfaat bagi perekonomian Indonesia; dan e. Pencegahan pencucian
uang dan pendanaan terorisme. Dari beberapa prinsip tersebut, pada bagian penguatan
perlindungan konsumen tersebut, peraturan Bank Indonesia selayaknya memberi
payung hukum serta kepastian untuk melindungi penyelenggaraan uang elektronik
yang sudah menjadi kebutuhan transaksi elektronik dimasa saat ini. Dalam Peraturan
Bank Indonesia Nomor 20/6/2018 Tahun 2018 tentang Uang Elektronik Pasal 13 ayat
(1) , bahwa persyaratan aspek kelayakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3)
huruf b meliputi aspek : a. Kelembagaan dan hukum; b. Kelayakan bisnis dan kesiapan
operasional; dan c. Tata kelola, risiko dan pengendalian. Dari beberapa aspek tersebut,
yang berdampak secara langsung yaitu terkait risiko, dimana risiko sebagai persyaratan
aspek kelayakan paut diperhatikan agar keamanan serta keterjaminan pengguna uang
elektronik jelas. Seperti halnya shopeepay, shopee memiliki sistem pembayaran dan
penyimpanan uang elektronik dimana metode pembayaran non-tunai tetapi langsung
4
masuk ke akun shopee pengguna. Shopeepay sendiri ada fitur, yakni shopeepay untuk
membayar atau bertransaksi secara normal jual-beli pada umumnya, jadi setelah
memilih, membeli check-out barang, langsung klik cara pembayaran shopeepay tanpa
ada tagihan yang ditanggung untuk dibayar.
Hal ini lah yang menjadi dilema jika penjual telah mengirimkan pesanan dan
konsumen belum konfirmasi apa uang dapat dicairkan di shopeepay dan jika tidak ada
3
Handayani, Fajar Nugroho, Penggunaan Klausula Baku Yang Dilarang Menurut Hukum Perlindungan
Konsumen, (Uwais Inspirasi Indonesia: 2020) h. 29.
5
informasi uang tersebut hilang. Oleh karena itu, penulis menjadikan shopee sebagai
objek penelitian. Hasil penelitian ini penulis sajikan dalam bentuk Rancangan
Penelitian yang berjudul “POLA PERJANJIAN APLIKASI SHOPEE DALAM JUAL-
BELI ELEKTRONIK”
yang peneliti bahas maka peneliti menjabarkan penulisan ini melalui rincian
perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan :
a. Bagaimana perjanjian antara konsumen dan pihak shopee dalam penggunaan
uang elektronik ?
b. Bagaimana perjanjian pengguna shopee dengan pihak shopee tidak sesuai
dalam jual-beli elektronik ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menjelaskan perjanjian antara konsumen dan pihak shopee dalam
penggunaan uang elektronik.
b. Untuk mengetahui perjanjian pengguna shopee dengan pihak shopee tidak
sesuai dalam jual-beli elektronik.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan asupan pemikiran hukum di
Indonesia terutama untuk menjamin perlindungan hukum para pihak dalam
jual-beli elektronik serta memberikan kepastian hukum guna menjamin
hukum kepada para pihak dalam jual-beli elektronik.
b. Manfaat Praktis
Sebagai upaya pengembangan kemampuan dan pengetahuan bagi peneliti
khususnya mengenai pola perjanjian aplikasi shopee dalam jual beli
elektronik.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang termasuk
penelitian hukum normatif-empiris, yaitu penelitian ilmiah untuk menemukan
kebenaran berdasarkan hukum yang sedang berlaku, yang dibangun berdasarkan
7
objek hukum itu sendiri dan fakta yang terjadi pada masyarakat.4 Penelitian hukum
normatif mengkaji hukum berdasarkan perundang-undangan dan literatur yang
berhubungan dengan penelitian. Tipe penelitian pada masalah ini adalah
berdasarkan analisa yuridis terkait dengan perdagangan elektronik yang bersifat
keperdataan. Penulis membahas tentang shopee.
2. Pendekatan Penelitian
Jenis pendekatan penelitian ini adalah pendekatan melalui perundang-
undangan (statute approach) dan (case approach) yang memfokuskan pada
ketentuan perundang-undangan dan pendekatan secara kasus yang melihat
peristiwa hukum yang terjadi di masyarakat.5
3. Bahan Penelitian
Data Penelitian merupakan informasi yang diperlukan untuk salah satunya
menjawab masalah penelitian, maka data yang digunakan oleh peneliti dalam
peneitian ini ialah meliputi :
a. Bahan Hukum Primer yang merupakan salah satu bahan hukum yang
autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum tersebut terbagi menjadi
peraturan perundang-undangan, risalah resmi dalam pembuatan perundang-
undangan atau putusan hakim. Bahan Hukum Sekunder berupa publikasi
tentang dokumen-dokumen resmi ataupun buku-buku, kamus hukum, jurnal
hukum ataupun komentar para ahli-ahli hukum.
b. Bahan non-hukum adalah bahan diluar dari hukum primer ataupun bahan
hukum sekunder berupa disiplin-disiplin ilmu lainnya seperti sosiologi,
ilmupolitik, dan disiplin ilmu yang mendukung lainnya berupa buku, jurnal,
dan lain-lain.
4. Sumber Data
4
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Surabaya: Bayumedia
Publishing,2005), h. 57.
5
I Made Diantha, Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: Kencana, 2017), h. 156.
8
Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini berdasarkan sumber hukum
primer, sumber data sekunder dan data tersier yang diperoleh berdasarkan bahan-
bahan pustaka.
a. Sumber data primer yaitu sumber hukum atau ketentuan yang mempunyai
kekuatan mengikat secara umum dalam hal ini perundang-undangan yang
telah disahkan dan berlaku di negara Indonesia terkhusus Undang-Undang
sebagai berikut :
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2) KUH Perdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)
3) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
4) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5) Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/2018 Tahun 2018 tentang Uang
Elektronik
b. Sumber data sekunder ialah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung
yang telah mendapatkan proses pengkajian terlebih dahulu seperti: Jurnal
ilmiah, skripsi, buku, kesimpulan diskusi serta tulisan-tulisan yang
berhubungan dengan penelitian ini.Sumber data tersier ialah sumber data yang
melanjutkan penjelasan dari data primer dan sekunder seperti kamus,
ensiklopedia, website dan portal berita.
sekunder maupun tersier serta data-data yang ada dan berkaitan dengan penelitian
ini melalui penyederhanaan ke dalam bagian-bagian yang diperlukan, setelahnya
peneliti menarik kesimpulan atas penyederhanaan yang berasal dari bahan-bahan
hukum ataupun data-data hukum tersebut.
8. Metode Penulisan
Pedoman yang digunakan penulis adalah merujuk pada kaidah-kaidah yang
terdapat pada “Pedoman Penulisan Skripsi” yang dikeluarkan oleh Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syariah Hidayatullah Jakarta, tahun 2017.
E. Sistematika Pembahasan
TRANSAKSI ELEKTRONIK
A. Kerangka Konseptual
1. Perjanjian Jual Beli Menurut Hukum Islam
Jual beli telah diatur dalam islam, tepatnya pada Al-Qur’an Surat Al-Baqarah
ayat 275 yang berbunyi :
11
12
2. Pengertian Konsumen
1
Rosmawati, Pokok-Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018) h. 4.
2
https://kbbi.web.id/konsumen Diakses pada 22/11/2021 pukul 11:18WIB.
3
Rosmawati, Pokok-Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018) h.
33.
4
Rosmawati, Pokok-Pokok Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018) h. 3.
14
pengecer. Membeli bagi orang yang memperoleh suatu barang dengan cara
membeli, tentu ia terlibat dengan suatu perjanjian dengan pelaku usaha, dan
konsumen memperoleh perlindungan hukum melalui perjanjian tersebut. Cara
lain selain membeli, yakni hadiah, hibah, dan warisan. untuk cara yang kedua ini,
konsumen tidak terlibat dalam suatu hubungan kontraktual dengan pelaku usaha.
Sehingga konsumen tidak mendapatkan perlindungan hukum dari suatu perjanjian.
1) Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada
penerbit;
2) Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media server atau chip
dan
3) Nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan
simpanan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai perbankan.”
rekening di bank dan nilai uang tersebut dimasukkan menjadi nilai uang dalam
media uang elektronik, yang dinyatakan dalam satuan rupiah, yang digunakan
untuk melakukan transaksi pembayaran dengan cara mengurangi secara
langsung nilai uang pada media uang elektronik tersebut.5
5
Veithal Rivai, dkk., Bank and Financial Institution Management, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2001) h. 1367.
6
https://bpptik.kominfo.go.id/2014/12/19/645/e-commerce/ Diakses pada tanggal 27/11/2021 pukul
19:32.
16
7
https://help.shopee.co.id/s/article/Apa-itu-ShopeePay Diakses pada tanggal 27/11/2021 pukul
19:46.
8
J Satrio, Hukum Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian Buku I, Cet.I, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
1995) h.28.
17
sesuai dengan salah satu asas dari perjanjian yaitu asas konsensualitas
(perjanjian lahir sejak detik tercapainya kata sepakat). Oleh karena itu
terjemahan dari overeenkomst harus dapat mencerminkan asas kata sepakat
tersebut, maka istilah overeenkomst lebih tepat diterjemahkan menjadi
persetujuan.9
Perbedaan antara perikatan yang lahir dari perjanjian dengan perikatan
yang lahir dari undang-undang adalah
1) Perikatan yang lahir dari perjanjian yakni akibat-akibat hukum yang
ditimbulkan memang dikehendaki oleh para pihak karena sebelum
lahirnya perikatan sudah didahului oleh perjanjian yang disepakati oleh
para pihak;
2) Perikatan yang lahir dari undang-undang yakni akibat-akibat hukum yang
ditimbulkan sudah ditentukan oleh undang-undang, jadi adakalanya akibat
hukum yang ditimbulkan tidak dikehendaki oleh para pihak.10
b. Asas-Asas Dalam Hukum Perjanjian
Dalam perjanjian terdapat asas-asas yang harusnya dipatuhi sebelum
terjadinya peristiwa hukum, diantaranya sebagai berikut :
1) Asas Kekuatan Mengikat
Asas ini dikenal dengan istilah asas pacta sun servanda yang berkaitan
erat dengan daya mengikatnya suatu perjanjian. Terdapat pada Pasal 1338
ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan “Semua
persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
yang membuatnya”. Jadi, dalam perjanjian pihak yang sepakat dengan
perjanjian itu, menjadi undang-undang bagi para pihak. Menurut Subekti
tujuan asas kekuatan mengikat untuk memberikan perlindungan kepada
pihak pembeli (dalam perjanjian jual beli) agar mereka tidak perlu merasa
9
R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Cet. VI, (Bandung: Putra Bardin, 1999) h. 2.
10
Zakiyah, Hukum Perjanjian Teori dan Perkembangannya, (Yogyakarta: Lentera Kreasindo, 2015) h. 6.
18
Itikad baik berarti bahwa kedua belah pihak dalam perjanjian harus
berlaku yang satu terhadap yang lain seperti patut saja antara orang-orang
sopan, tanpa tipu daya, tanpa tipu muslihat, tanpa akal-akalan, tanpa
mengganggu pihak lain, tidak dengan melihat kepentingan sendiri saja,
tetapi juga melihat kepentingan pihak lain. Pengertian itikad baik
mengandung dua dimensi, yaitu itikad baik dalam dimensi subyektif yang
mengarah kepada kejujuran, sedangkan itikad baik dalam dimensi
obyektif diartikan sebagai kerasionalan, kepatutan dan keadilan. Itikad
baik dalam konteks Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata didasarkan kepada kerasionalan, kepatutan dan keadilan.
3) Asas Konsensualitas
Arti dari asas konsensualitas adalah suatu perjanjian sudah ada / telah
lahir sejak detik tercapainya kata sepakat tentang hal-hal yang pokok
dalam perjanjian. Terdapat pada Pasal 1320 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yaitu syarat-syarat perjanjian yang pertama yaitu adanya
kata sepakat. Pengecualian terhadap asas konsensualitas adalah dalam hal
suatu perjanjian disyaratkan suatu bentuk/formalitas tertentu (perjanjian
formil), dengan ancaman batal apabila tidak dipenuhinya formalitas
tersebut seperti pada perjanjian perdamaian yang harus dibuat secara
tertulis.12
11
Zakiyah, Hukum Perjanjian Teori dan Perkembangannya, (Yogyakarta: Lentera Kreasindo, 2015) h.
21.
12
Zakiyah, Hukum Perjanjian Teori dan Perkembangannya, °°° h. 22.
19
13
Abdullah Sulaiman, Hukum Ketenagakerjaan/Perburuhan, (Jakarta: Yayasan Pendidikan, 2019) h.
155.
14
Abdullah Sulaiman, Hukum Ketenagakerjaan/Perburuhan, °°° h. 155.
20
15
Abdullah Sulaiman, Hukum Ketenagakerjaan/Perburuhan, °°° h. 157.
16
Abdullah Sulaiman, Hukum Ketenagakerjaan/Perburuhan, °°° h. 158.
21
17
Handayani, Fajar Nugroho, Penggunaan Klausula Baku Yang Dilarang Menurut Hukum Perlindungan
Konsumen, (Uwais Inspirasi Indonesia: 2020) h. 29.
18
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak, Perancang Kontrak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa, 2007) h. 40.
22
19
Handayani, Fajar Nugroho, Penggunaan Klausula Baku Yang Dilarang Menurut Hukum Perlindungan
Konsumen, (Uwais Inspirasi Indonesia: 2020) h. 33.
20
Yapiter Mardi, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Atas Keabsahan Kontrak Elektronik Dalam
Transaksi E-commerce, (Zona Media Mandiri: 2020) h. 44.
23
sebab yang halal atau itikad baik, padahal yang kita ketahui itikad baik adalah hal
penting dalam suatu perjanjian yang dapat melindungi para pihak dari kerugian.
Bahkan penjelasan terhadap Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik tidak menjelaskan lebih lanjut
mengenai syarat-syarat sahnya kontrak elektronik.21
Perjanjian baku dalam bentuk digital ialah perjanjian baku yang dibuat
melalui sarana elektronik yang digunakan didalam Perdagangan Melalui Sistem
Elektronik. Berikut merupakan ciri kontrak elektronik :
Perjanjian dibuat maupun ditawarkan secara digital atau biasa disebut online,
kedua belah pihak tidak bertemu secara langsung sejak penawaran hingga
penerimaan perjanjian baku, serta dapat juga sampai terlaksananya perjanjian
baku selesai.
Tanda tangan merupakan bukti keaslian idenstitas para pihak dalam suatu
21
Wahyu Suwena Putri, dkk. Keabsahan Kontrak Elektronik Dalam Transaksi E-commerce Ditinjau Dari
Hukum Perikatan, Jurnal Analisis Hukum Volume 1, No. 2 (Undiknas: September 2018) h. 303.
24
dokumen pada perjanjian baku digital. Selain itu, tanda tangan digital adalah
tanda tangan elektronik yang telah tersertifikasi. Menurut Pasal 1 angka 12
Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Eletronik, Tanda tangan elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas
Informasi Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan
Informasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan
autentikasi. Adapun menurut Pasal 54 Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun
2019 tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE), kontrak
elektronik dapat menggunakan tanda tangan elektronik sebagai tanda
persetujuan para pihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Perjanjian baku digital ditawarkan secara digital ataupun online dalam suatu
website yang dapat diakses atau disebarluaskan melalui internet, maka akses
dapat melampaui batas wilayah negara dai pihak yang menawarkan perjanjian
baku digital tersebut.22
7. Wanprestasi
Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang artinya prestasi yang buruk.23
Wanprestasi mempunyai keterkaitan erat dengan somasi. Wanprestasi yaitu tidak
memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban yang sudah ditentukan dalam
perjanjian antara kreditur dan debitur. Menurut M. Yahya Harahap, wanprestasi
yaitu pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak
menurut selayaknya.24
22
Johannes Gunawan, dkk, Perjanjian Baku Masalah dan Solusi, (Jakarta: Deutsche Gesselschaft fur
Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, 2021) h. 42
23
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 1991) h. 45
24
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, (Bandung: Alumni, 1986) h. 60
25
Menurut R. Soebekti, wanprestasi yaitu apabila debitur tidak melakukan apa yang
dijanjikannya, maka dikatakan ia melakukan wanprestasi. Dia alpa atau lalai atau
ingkar janji atau juga ia melanggar perjanjian bila ia lakukan atau berbuat sesuatu
yang tidak boleh dilakukan.25 Menurut kamus hukum, wanprestasi diartikan kelalaian,
kealpaan, cidera janji, tidak menepati kewajiban dalam perjanjian. 26 Adapun yang
dimaksud wanprestasi yakni suatu keadaan yang dikarenakan kelalaian atau
kesalahannya, debitur tidak dapat memenuhi prestasi seperti yang telah ditentukan
dalam perjanjian27 dan bukan dalam keadaan memaksa. Marhainis mengartikan
wanprestasi yaitu tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana
yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan debitur. Urgensi
wanprestasi adalah kelalaian atau kealpaan dari si debitur.28 Beberapa macam
wanprestasi dapat dirinci sebagai berikut:
25
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 1991) h. 45.
26
Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007) h. 578.
27
Dermina Dalimunthe, Akibat Hukum Wanprestasi Dalam Perspektif Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (BW) Jurnal Al-Maqasid Volume 3 Nomor 1 Edisi Januari-Juni, (IAIN Padangsidimpuan, 2017)
h.13.
28
Marhainis Abdulhay, Hukum Perdata Materil, (Jakarta: Pradya Paramita, 2001) h. 53.
29
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 1991) h. 45.
26
ganti rugi, sesuai dengan Pasal 1247 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
menyatakan “Siberutang hanya diwajibkan mengganti biaya, rugi dan bunga yang
nyata telah ada atau sedianya harus dapat digunakan sewaktu perikatan dilahirkan,
kecuali hal tidak dipenuhinya perikatan itu disebabkan karena suatu tipu muslihat
yang dilakukan olehnya”.30
B. Kerangka Teori
1. Teori Perlindungan Konsumen
Dalam buku pengantar ilmu hukum yang ditulis oleh Prof. Dr. Abdullah
Sulaiman S.H., M.H. yang mengutip pendapat Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo,
S.H. dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia hukum
mempunyai tujuan. Hukum mempunyai sasaran yang tidak mampu dicapai.
Selanjutnya dikemukakan bahwa adapun tujuan pokok hukum adalah menciptakan
tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan dengan
tercapai ketertiban di dalam masyarakat diharapkan kepentingan manusia akan
terlindungi.31 Dalam tujuan pokok hukum tersebut, teori perlindungan konsumen
hadir yakni menciptakan ketertiban dalam menjalankan transaksi maupun kegiatan
jual beli.
30
Dermina Dalimunthe, Akibat Hukum Wanprestasi Dalam Perspektif Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (BW) Jurnal Al-Maqasid Volume 3 Nomor 1 Edisi Januari-Juni, (IAIN Padangsidimpuan, 2017)
h.22.
31
Abdullah Sulaiman, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, 2019) h. 35.
32
Happy Susanto, Hak-hak Konsumen Jika Dirugikan, (Jakarta: Visimedia, 2008) h.4.
27
Dalam buku pengantar ilmu hukum yang ditulis oleh Prof. Dr. Abdullah
Sulaiman S.H., M.H. yang mengutip pendapat dari Dr. E. Utrecht, S.H. tugas
hukum itu menjamin kepastian dalam hubungan hubungan yang kedapatan, dalam
pergaulan masyarakat. Kepastian ini kepastian yang dicapai oleh karena hukum
dalam tugas itu otomatis tersimpul dua tugas lain, yang kadang-kadang tidak dapat
disetarakan, yaitu hukum yang harus menjamin keadilan maupun hukum harus
berguna. Akibatnya, kadang-kadang yang adil terpaksa dikorbankan. Di samping
kedua tugas itu ada tugas ketiga. Hukum bertugas politionil (politionele taak van
hot recht). Hukum menjaga supaya dalam masyarakat tidak terjadi “eiganrichting”
(mengadili sendiri). Tiap perkara (hukum) harus diselesaikan dengan perantaraan
hakim, yakni berdasarkan hukum.34 Hukum hadir agar tercipta kepastian dalam
kegiatan atau peristiwa hukum yang terjadi pada masyarakat. Kepastian hukum
juga dapat memberi perlindungan kepada pelaku usaha dan konsumen agar saling
terpenuhinya hak dan kewajiban sehingga tidak merugikan salah satu pihak.
Kepastian hukum tersebut yang menjadikan patokan keadilan dalam hukum.
33
Happy Susanto, Hak-hak Konsumen Jika Dirugikan, (Jakarta: Visimedia, 2008) h.4.
34
Abdullah Sulaiman, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, 2019) h. 37.
28
Menurut buku Pengantar Ilmu Hukum yang ditulis Prof. Dr. Abdullah
Sulaiman S.H., M.H. mengutip pendapat Dr. Soerjono Soekanto,S.H., M.A.
mengemukakan bahwa keadilan merupakan suatu keadaan serasi yang membawa
ketentraman di dalam hati orang, yang apabila diganggu akan menimbulkan
kegoncangan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa keadilan senantiasa
mengandung suatu unsur penghargaan, rasa akan keadilan telah dibawa oleh
manusia sadari kecil; pengalaman sehari-hari lama kelamaan menimbulkan
keinsafan atas keadilan manusia, dengan patokan bahwa barang siapa yang berjasa
harus menerima anugerah dan siapa yang berbuat salah harus menerima hukuman
yang setimpal dengan kesalahannya.35
2. Teori Perjanjian
35
Abdullah Sulaiman, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, 2019) h. 46.
36
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008) h. 22.
37
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 2018) h. 1.
29
oleh pihak yang lain. mereka menghendaki sesuatu yang sama secara timbal
balik.38 Adapun pengertian perjanjian menurut beberapa ahli :
Menurut Subekti dalam bukunya hukum perjanjian, hubungan antara perikatan dan
perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menciptakan perikatan. Perjanjian yaitu sumber
perikatan, disampingnya sumber-sumber lain. Suatu perjanjian juga di namakan
persetujuan, karena dua pihak itu setuju untuk melaksanakan sesuatu. Dapat dikatakan
bahwa dua perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah sama artinya. Perjanjian
merupakan sumber penting yang menimbulkan perikatan. Perikatan banyak lahir dari
perjanjian, tetapi sebagaimana ada juga sumber-sumber lain yang menimbulkan
perikatan. Jadi, perikatan timbul dari perjanjian dan perikatan yang lahir dari undang-
undang.40
38
Abdullah Sulaiman, Hukum Ketenagakerjaan/Perburuhan, (Jakarta: Yayasan Pendidikan, 2019) h.
155.
39
Lena Griswanti, Perlindungan Hukum Terhadap Penerima Lisensi Dalam Perjanjian, (Tesis Universitas
Gadjah Mada, 2005) h. 87.
40
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermassa, 2018) h. 1.
30
Dalam penelitian skripsi ini, peneliti merujuk kepada skripsi, maupun jurnal
terdahulu, dengan mencari apa yang menjadi persamaan dan perbedaan dalam rumusan
masalah yang dikaji dalam rujukan dengan yang dikaji oleh peneliti, diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Skripsi yang disusun oleh Berliana Addini mahasiswa Imu Hukum Universitas
Sriwijaya pada tahun 2020.41 Dalam skripsi ini lebih membahas tentang Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 91/PUU-XV/2017 sebagai payung hukumnya.
Sementara peneliti membahas tentang Pola Perjanjian Aplikasi Shopee Dalam
Jual-Beli Elektronik. Persamaan skripsi ini dengan peneliti yakni membahas
tentang transaksi elektronik.
2. Skripsi yang disusun oleh Ruli Agustin mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah pada tahun 2020. Dalam skripsi ini membahas tentang Perlindungan
Hukum Dalam Perjanjian Elektronik Pada E-Commerce.42 Sedangkan peneliti
membahas tentang Pola Perjanjian Aplikasi Shopee Dalam Jual-Beli Elektronik.
Persamaan skripsi ini dengan peneliti yakni sama-sama membahas tentang
perjanjian pada e-commerce.
3. Skripsi yang disusun oleh Rynaldi Gregorius Purba mahasiswa Universitas
Sumatera Utara pada tahun 2021. Dalam skripsi ini membahas tentang
Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Shopee (E-Commerce) Yang
Menerima Produk Berbeda Dengan Produk Yang Dideskripsikan Dan
Diperjanjikan.43 Sedangkan penulis membahas Pola Perjanjian Aplikasi Shopee
Dalam Jual-Beli Elektronik. Namun, adapula persamaan dari skripsi tersebut ialah
sama-sama membahas e-commerce Shopee.
41
Berliana Addini, Eksistensi E-Money Sebagai Alat Pembayaran Dalam Transaksi Elektronik Setelah
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 91/PUU-XV/2017, Skripsi, (Palembang: Universitas Sriwijaya,
2020)
42
Ruli Agustin, Perlindungan Hukum Dalam Perjanjian Elektronik Pada E-Commerce, Skripsi, (Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020)
43
Rynaldi Gregorius Purbo, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Shopee (E-Commerce) Yang
Menerima Produk Berbeda Dengan Produk Yang Dideskripsikan Dan Diperjanjikan, Skripsi, (Sumatera
Utara: Universitas Sumatera Utara, 2021)
31
44
Rifqy Tazkiyyaturrohmah, Eksistensi Uang Elektronik Sebagai Alat Transaksi Keuangan Modern,
Jurnal, (Ponorogo: Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, 2018)
45
Roman Situngkir, Penggunaan E-Money Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang
Mata Uang, Jurnal Ilmu Hukum Fakultas hukum UMSU Volume 3 Nomor 1, Januari-Juni, (Sumatera
Utara, 2018)
BAB III
Shopee yaitu salah satu platform e-commerce yang menyediakan barang untuk
terjadinya transaksi elektronik tanpa harus bertemu antara penjual dan pembeli. Shopee
pertama kali di Indonesia tahun 2015 menjadi situs marketplace. Sekarang ini tidak
hanya Shopee, ada Tokopedia, Lazada, dan masih banyak lagi e-commerce yang sudah
dikenal banyak orang di Indonesia. Bukan hanya menawarkan banyak barang dengan
harga miring, tetapi Shopee memiliki cara pembayaran yang berbeda dari e-commerce
yakni shopeepay.
Gambar 3.1
Logo Shopee
32
33
ShopeePay yaitu cara pembayaran non-tunai yang dimiliki Shopee untuk melakukan
transaksi ataupun pembayaran barang yang sudah dibeli oleh konsumen. Cara
pembayaran ini cukup mudah dan tidak ada biaya admin. Sehingga cara pembayaran
ini cenderung lebih diminati orang-orang yang sudah paham cara pembayaran
shopeepay atau bisa disebut cara membayar barang transfer melalui aplikasi Shopee.
Selain itu, cara pembayaran di Shopee bisa transfer menggunakan ATM (automatic
teller machine), COD (cash on delivery), bisa juga melalui Alfamart atau Indomart.
Pasal 3 ayat (2) uang elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dibedakan berdasarkan : a. Media penyimpan nilai uang elektronik berupa :
1. Server based, yaitu uang elektronik dengan media penyimpan berupa server;
dan
2. Chip based, yaitu uang elektronik dengan media penyimpan berupa chip.
Pada Pasal 4 ayat (3) Peraturan Bank Indonesia 20/6/2018 bahwasanya pihak yang
mengajukan permohonan izin untuk menjadi penyelenggara harus memenuhi
persyaratan : a. Umum; dan b. aspek kelayakan. Kedua persyaratan tersebut harus
terpenuhi karena jika dari umum sendiri berarti dapat dijangkau, diakses, dan dapat
dipahami oleh seluruh masyarakat baik dari segi informasi, klausula baku yang dibuat
oleh penyelenggara uang elektronik seperti halnya shopeepay. Sedangkan aspek
kelayakan artinya penyelenggara uang elektronik seperti yang ada pada e-commerce
seperti shopeepay, itu dapat diakses, digunakan oleh semua orang. Bukan sebatas dapat
dipakai oleh masyarakat, namun dapat melindungi atau menjamin uang yang ada di
shopeepay atau penyelenggara uang elektronik tersebut aman ketika melakukan
transaksi di shopee.
36
Pada Pasal 13 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia 20/6/2018 menyatakan bahwa
persyaratan aspek kelayakan sebagaimana dimksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf b
meliputi aspek : a) Kelembagaan dan hukum artinya penyelenggara uang elektronik
harus disetujui oleh lembaga keuangan atau bank serta mendapatkan legalitas yang
telah disetujui lembaga keuangan atau bank. b) kelayakan bisnis dan kesiapan
operasional dimaksudkan disini yaitu dapat diaksesnya bisnis dalam hal menjamin
penyelenggaraan uang elektronik unntuk dijadikan transaksi elektronik oleh seluruh
masyarakat dan meminimalisir terjadinya kendala yang dialami saat terjadinya ketika
transaksi elektronik dilakukan oleh pengguna shopeepay khususnya atau dapat juga
terjadi dengan cara pembayaran yang lain. c) tata kelola, risiko, dan pengendalian.
Dalam resiko dan pengendalian artinya resiko dari kelayakan penyelenggaraan untuk
digunakan masyarakat umum salah satunya tentang hilangnya uang ketika transaksi
elektronik. Kelayakan dari resiko seharusnya dipertimbangkan dan setidaknya
meminimalisir hal yang merugikan pengguna uang elektronik.
Kelebihan dari shopeepay ini memudahkan konsumen dalam jual beli dan
menyimpan uang tanpa potongan biaya. Dalam menggunakan shopeepay ini secara
otomatis memotong uang sesuai belanjaan dan shopee juga menyediakan fitur gratis
ongkir lebih banyak untuk pengguna shopeepay dalam jual beli. Kekurangan dari
shopeepay yaitu ketika kita membayar pesanan dan pesanan belum dikirim oleh
penjual, maka uang yang kita transfer hilang jika tidak ada pelaporan dari konsumen.
Hubungan yang pertama kali harus dibedah yakni hubungan perjanjian antara
pengguna shopeepay dan pihak shopee selaku penyedia jasa penyimpanan uang
elektronik. Menurut Subekti, perjanjian yaitu suatu hubungan hukum antara dua orang
atau lebih, berdasar pihak satu satu berhak menuntut sesuatu dari pihak lain, dan pihak
yang lain tersebut berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.1 Perjanjian tersebut atas
1
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 1984) h. 1.
37
persetujuan kedua pihak melalui klausula shopee yang dilakukan secara elektronik,
perjanjian yang telah disepakati hendaknya merujuk pada Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata Pasal 1313 yaitu suatu persetujuan adalah perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari kasus
ini pihak shopeepay mengikatkan diri dengan pengguna shopee dengan cara
menawarkan ketentuan atau klausula baku secara online di aplikasi shopee sebelum
pengguna shopee mengakses aplikasi shopee dengan berbagai macam fitur yang ada di
shopee termasuk shopeepay yang menjadi bagian fitur dari shopee. Dalam perjanjian
ada akibat jika tidak terpenuhinya syarat subjektif yaitu perjanjian dapat dibatalkan.
Artinya salah satu pihak dapat membatalkan perjanjian yang dibuat berdasarkan
kesepakatan kedua pihak, dan perjanjian tersebut dianggap gugur. Selain syarat
subjektif, terdapat akibat jika tidak terpenuhinya syarat objektif yaitu perjanjian batal
demi hukum. Artinya perjanjian itu pernah ada dan disetujui oleh kedua pihak, namun
tidak dilaksanakan oeh kedua pihak sehingga dianggap tidak ada perjanjian yang
mengikat para pihak.
Klausula perjanjian pada shopee merupakan klausula baku yang ditetapkan pihak
shopee dan hanya dapat disetujui pengguna shopee secara sepihak. Penulisan klausula
baku pada aplikasi shopee terbilang kecil tulisannya. Klausula baku ini merugikan
pihak pengguna shopee dan pengguna shopeepay karena klausula baku memuat
ketentuan yang disediakan shopee namun tidak secara keseluruhan. Misal dalam
pengaduan atau keluhan dari pengguna shopee hanya dapat melalui chat shopee dan
yang membalas keluhan kita itu seperti robot yang hanya menawarkan pilihan yang
sekiranya mirip dengan kebutuhan kita tetapi tidak secara detail terkait permasalahan
dan shopee dalam kasus ini kurang memberi penjelasan dan informasi terkait
pengaduan, dan pemberian solusi dari pengaduan tersebut. Sehingga pengguna shopee
dan seperti kasus diatas, dapat mengadukan ke chat shopee tanpa harus konfirmasi
dahulu ke customer service pusat shopee.
38
Klausula baku ini berbasis digital seperti dalam buku Perjanjian Baku Masalah
dan Solusi yang ditulis oleh Johannes Gunawan, dimana perjanjian baku digital yang
digunakan oleh e-commerce ini tanpa menggunakan kertas melainkan melalui aplikasi
shopee, dan persetujuan perjanjian tanpa tatap muka, jika menyetujui klausula cukup
memilih “ya” untuk melanjutkan dan menggunakan aplikasi, selanjutnya cara
penyimpanan pada shopeepay tidak menyimpan uang kartal atau uang kertas maupun
logam melainkan cara pembayaran secara elektronik dan dapat digunakan untuk
transaksi secara elektronik melalui aplikasi menggunakan aplikasi shopeepay. Selain
itu, penandatanganan klausula baku juga secara digital, penandatanganan pada aplikasi
shopee yaitu sebelum menggunakan aplikasi shopee dengan mengikuti gambar yang
akan membuka kunci aplikasi shopee sehingga pengguna dapat masuk ke aplikasi
shopee. Penandatanganan yang kedua yaitu foto kartu tanda penduduk sebagai bukti
menyetujui klausula pada shopee untuk mengakses shopeepay dan pengguna
shopeepay dapat melakukan transaksi, menggunakan fitur shopeepay dengan sesuai
ketentuan yang terdapat dalam klausula baku shopee. E-commerce seperti Shopee tidak
hanya dapat dijangkau dalam negeri saja, luar negeri juga dapat menjangkau transaksi
secara elektronik yang sudah berkembang di dunia.
Adapula syarat perjanjian yang menjadi acuan terjadinya perjanjian antara pihak
shopee dengan pengguna shopeepay terdapat pada Pasal 1320 yakni ada empat
persyaratan yang wajib dipenuhi :
Adapun hak yang tercederai dari pengguna shopeepay seperti yang terdapat pada
Undang-Undang Perlindungan Konsumen pada Pasal 4 tentang Hak Konsumen
menyatakan bahwa “Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang
dan/atau jasa yang digunakan.” Disini dikatakan konsumen jasa mendapat hak jika
terdapat keluhan yang seharusnya disuarakan dan didengarkan oleh pelaku usaha,
untuk selanjutnya pihak shopee yang terkena komplain segera memperbaiki atau
memberi kompensasi seperti yang tertera pada Pasal 4 huruf h yaitu hak untuk
mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atu penggantian, apabila barang dan/atau jasa
yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. Dalam
pasal ini menjelaskan jika ada barang atau jasa yang tidak sesuai perjanjian maka dapat
mengajukan komplain, pengguna shopeepay dapat langsung menghubungi customer
service shopee untuk mengadukan peristiwa yang terjadi dan mencari solusi agar uang
tersebut kembali ke pengguna shopeepay. Kompensasi atau ganti rugi seharusnya
langsung diproses di hari yang sama, namun realitanya proses ganti rugi pada kasus
tersebut dapat dikatakan lambat.
Perjanjian memiliki tiga asas, namun dalam hal ini ada dua asas mengenai
substansi perjanjian yang disepakati kedua pihak yaitu :
a. Asas Kekuatan Mengikat atau Asas Pacta Sun Servanda sebagaimana menurut
Subekti dalam buku Perjanjian Teori dan Perkembangannya, menjelaskan bahwa
tujuan asas kekuatan mengikat untuk memberikan perlindungan kepada pihak
pembeli (dalam perjanjian jual beli) agar mereka tidak perlu merasa khawatir akan
hak-haknya karena perjanjian yang mereka buat tersebut berlaku sebagai undang-
undang bagi para pihak yang membuatnya.2 Asas ini dibuat dan berlaku oleh pihak
yang terlibat dalam perjanjian, perjanjian disini yang nantinya sebagai undang-
undang bagi pihak yang terlibat dan menyetujui perjanjian tersebut. Dimana
perjanjian harus jelas, terperinci dan jelas sebelum terjadi kesepakatan kedua pihak.
2
Zakiyah, Hukum Perjanjian Teori dan Perkembangannya, (yogyakarta: Lentera Kreasindo, 2015) h.21.
41
Dan seharusnya perjanjian itu tidak merugikan konsumen atau pengguna jasa
dalam hal ini pengguna shopeepay. Namun kenyataan berbanding terbalik,
perjanjian yang ditawarkan dari pihak Shopee tidak terperinci dan jelas jika nanti
pengguna shopee terdapat keluhan dalam mengakses shopeepay. Sehingga aduan
pengguna shopeepay tidak langsung diberi solusi yang semestinya. Yang dimaksud
terperinci disini ialah jika nanti ada kendala atau masalah dari aplikasi shopee,
pengguna dapat dengan mudah menghubungi pihak shopee dan masalah dapat
secara tepat diatasi.
b. Asas Konsensualitas yaitu perjanjian berlaku saat kesepakatan pihak yang terlibat
sudah ditandatangani. Asas ini terdapat pada Pasal 1320 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Dimana pada asas ini perjanjian yang sudah disepakati dan
ditandatangani oleh kedua pihak, menjadi undang-undang dan berlaku secara
resmi bagi pihak yang terlibat, sudah memiliki tanggungjawab, hak dan
kewajiban dari perjanjian yang dibuat tersebut. Umumnya, perjanjian dilakukan
oleh kedua pihak atau lebih untuk menyepakati klausula perjanjian. Namun diera
digital sekarang, perjanjian dapat dilakukan secara sepihak dimana melalui
klausula baku seperti yang ditawarkan oleh shopee ke pengguna shopee.
Dalam kasus tersebut, MA sebagai penjual dan pengguna jasa e-commerce shopee
dan sebagai penjual barang secara online di shopee. Namun dalam hal ini yang
tercederai yaitu penjual MA sebagai pengguna e-commerce shopee.
2) Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/ jasa artinya shopee selaku penyedia jasa seharusnya memberi
informasi yang sesuai dengan keluhan pengguna shopee, ketika shopee dalam
ketentuannya atau klausulnya belum memenuhi kebutuhan pengguna shopee.
3) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/jasa yang digunakan
artinya ketika pengguna shopee mendapati keluhan terhadap masalah yang dialami,
seharusnya pihak shopee memberi solusi agar pengguna shopee mengetahui cara
menyelesaikan masalahnya. Dan pengguna shopee mempunyai hak untuk
menceritakan atau komplain ke pihak shopee mengenai kendala yang dialami.
4) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
perselisihan perlindungan konsumen secara patut. Pengguna shopee ketika sudah
melaporkan kasus atau masalah yang dialami ketika menggunakan aplikasi ke
pihak shopee, seharusnya shopee memberikan solusi untuk menyelesaikan kasus
yang dialami pengguna shopee bisa secara damai yaitu shopee mengembalikan
dana yang seharusnya dicairkan ke penjual jika barang yang dikirimkan telah
sampai ke pembeli.
5) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif. Artinya jika pengguna shopee komplain sebaiknya dilayani dengan
baik dan tidak membedakan ras, agama, atau suku, karena semua pengguna aplikasi
shopee itu sama dihadapan hukum memiliki hak dan kewajiban.
6) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/atau penggantian, apabila uang
penjual belum masuk ke saldo penjual atau shopeepay, maka pihak shopee wajib
mengembalikan dana yang ditahan kepada penjual. Karena buktinya barang sudah
sampai ke pembeli, karena dana yang ditahan tersebut hak penjual yang belum
diberikan saat barang belum sampai ke pembeli.
7) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangan-undangan lainnya.
Hak yang selayaknya didapat oleh penjual yaitu dana yang tertahan di shopee bisa
di cairkan ke saldo penjualan atau shopeepay.
43
Yang seharusnya didapatkan oleh penjual yang berjualan di shopee ini uang
jualannya segera bisa ada di saldo penjual atau shopeepay ketika pembeli sudah
menerima barang. Namun, di lain hal shopee mempunyai kebijakan yang mungkin
lebih memperhatikan hak dari pengguna shopee seperti penjual di aplikasi shopee.
pengguna shopeepay (konsumen). Dua pihak yang mengikatkan diri ini yang
menimbulkan prestasi, hak ataupun kewajiban dari perjanjian yang disepakati. Selain
itu shopeepay hendak mengetahui asas itikad baik, asas ini sangat penting untuk
tercapainya kesepakatan dalam perjanjian shopeepay dengan pengguna shopeepay.
Adapun asas konsensualisme yang mendasar dari perjanjian yang dilakukan pihak
shopeepay dengan pengguna shopeepay yang telah mempercayakan uangnya untuk
disimpan dan atau menggunakannya untuk transaksi di shopee.
Pihak shopee juga meminta akses pada telepon dengan menggunakan klausula
baku, pada saat setelah meng-instal aplikasi ada pemberitahuan bahwa “apakah shopee
dapat mengakses kontak, mengakses galeri, mengakses lokasi” dan masih banyak lagi.
Pada saat shopee mengajukan ketentuan untuk mengakses, pengguna jika ingin
menggunakan aplikasi shopee hanya bisa me klik "Ya atau tidak” selain itu tidak ada
pilihan lain untuk pengguna shopee. Pada shopeepay sendiri terdapat ketentuan
maksimal penyimpanan uang yaitu:
3
https://www.kompas.com/tren/read/2021/07/30/123300065/ada-ketentuan-baru-ini-cara-isi-
ulang-shopeepay-tanpa-biaya-admin?page Diakses pada tanggal 19/12/2021 pukul 22:39.
45
Gambar 3.2
Logo Shopeepay
4
https://bpkn.go.id/posts/show/id/1057 Diakses pada 20/12/2021 pukul 13:00.
46
Adanya perbedaan posisi bagi para pihak ketika perjanjian baku diadakan tidak
memberikan kepada pihak konsumen dalam mengadahkan perundingan dengan pelaku
usaha. Dalam hal ini, konsumen tidak diberikan keleluasaan dalam menentukan isi
perjanjian karena konsumen tidak mempunyai kewenangan. Sehingga perjanjian baku
dinilai tidak memenuhi aturan yang dikehendaki oleh Pasal 1320 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata jo. Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.5
Menurut Sutan Remy Sjahdeni yang dimaksud dengan “berat sebelah” ialah bahwa
perjanjian itu hanya atau terutama mencantumkan hak-hak salah satu pihak saja (yaitu
pihak yang mempersiapkan perjanjian baku tersebut) tanpa mencantumkan apa yang
kewajiban-kewajiban pihaknya dan sebaliknya hanya atau terutama menyebutkan
kewajiban-kewajiban pihak lainnya sedangkan apa yang menjadi hak-ha pihak lainnya
itu tidak disebutkan. Keabsahan berlakunya perjanjian baku itu tidak perlu
dipersoalkan tetapi perlu diatur aturan-aturan dasarnya sebagai aturan-aturan mainnya
agar klausul-klausul atau ketentuan-ketentuan dalam perjanjian baku itu, baik sebagian
maupun seluruhnya, mengikat pihak yang lainnya.6
Adapun klausula baku atau syarat jika akan melakukan transaksi melalui Shopee :
5
M. Roesli,dkk., Kedudukan Perjanjian Baku Dalam Kaitannya Dengan Asas Kebebasan Berkontrak,
Jurnal IlmuHukum Volume 15 Nomor 29 Februari 2019 – Juli 2019, (Bandung: 1994), h. 3.
6
M. Roesli,dkk., Kedudukan Perjanjian Baku Dalam Kaitannya Dengan Asas Kebebasan Berkontrak,
Jurnal IlmuHukum Volume 15 Nomor 29 Februari 2019 – Juli 2019, °°° h. 5.
47
b. Isi data diri sesuai kartu identitas atau KTP memilih “Ya” pada setiap pilihan
yang ditawarkan shopee agar dapat mengakses aplikasi shopee
c. Memilih produk yang akan dibeli
d. Memilih cara pembayaran. Cara pembayaran di shopee ada berbagai macam
cara, seperti cara pembayaran di alfamart, indomart, bayar ditempat (cash on
delivery), transfer dari ATM, dan bisa juga melalui shopeepay.
e. Sebelum menggunakan shopeepay, harus mengaktifkan shopeepay terdahulu,
mengisi nomor handphone dan nomor rekening agar dapat menggunakan
shopeepay.
f. Setelah memilih cara pembayaran, bisa check out dan menunggu pesanan di
proses. Ketika pengguna shopee membayar pesanan sesuai total pesanan, uang
yang dikirim oleh pengguna seharusnya sudah masuk dan pesanan segera
dikirim oleh penjual di aplikasi shopee.
C. Hak dan Kewajiban Shopee
Dalam melakukan perjanjian pasti ada hak dan kewajiban pelaku usaha, adapun
kewajiban menurut Naskah akademik Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan
diatur pada Pasal 7 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 :
wajib memiliki call centre untuk menampung komplain konsumen jika terkendala
mengenai barang atau jasa, contoh aplikasi e-commerce sedang mengalami
gangguan atau mengenai hal lain, konsumen dapat mengadu di customer service.
Hak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni benar, milik, kepunyaan, atau
bisa dikatakan kekuasaan seseorang untuk berbuat sesuatu karena sudah diatur undang-
undang atau peraturan.10 Adapun hak pelaku usaha barang dan penyedia jasa, yang
seharusnya disepakati oleh pelaku usaha dan konsumen sebagaimana yang tertera pada
Naskah Akademik Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan diatur dalam Pasal 6
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 : Hak untuk menerima pembayaran sesuai
dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang yang diperdagangkan
dan/atau jasa yang diberikan. Dimana jika kita menggunakan barang dan/atau jasa, kita
wajib membayar atas barang/jasa yang kita beli atau pakai, karena berpindahnya
7
I.. J. Van Apeldoorn, Inleiding tot de Studie van bet Nederlandse Recht, atau Pengantar Ilmu Hukum,
ter. Oetarid Sadino (Jakarta: Pradnya Paramita, 1986) h. 203.
8
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar (Yogyakarta: Penerbit Liberty, 1999), h.
67.
9
Hans Kelsen, General Theory of State and Law (Cambridge: Harvard University Press, 1949), h. 93.
10
https://kbbi.web.id/hak Diakses pada 24/12/2021 pukul 09:57 WIB.
50
barang dan/jasa atas akad jual beli yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan konsumen
sesuai kesepakatan yang dilakukan.
a. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad
tidak baik. Jika ditemukan konsumen yang berniat menjelekkan pelaku usaha,
maka pelaku usaha mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan secara
hukum.
b. Hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lain. Pelaku
usaha juga mempunyai hak mematuhi aturan yang dibuat oleh pemerintah dalam
menjalankan usahanya.
Dari pernyataan tersebut, dapat kita simpulkan, bahwa pelaku usaha berhak
mendapat perlindungan jika terjadi itikad buruk dari konsumen yang berusaha
menjatuhkan usahanya, namun jika konsumen mendapati hal-hal yang merugikan
untuk konsumen, maka konsumen juga memiliki hak untuk melaporkan kasus yang
terjadi. Gambar 3.3
Selain hak dan kewajiban shopee selaku penyedia jasa fitur belanja online atau
biasa disebut e-commerce, adapun hak dan kewajiban pengguna shopee atau pengguna
aplikasi shopee. Berikut Hak Pengguna Shopee berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen diantaranya :
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kewajiban yaitu harus, tidak boleh
tidak dilaksanakan, sudah semestinya, harus. Suatu kegiatan yang sudah semestinya
dilakukan, jika tidak dilakukan akan mendapat sanksi yang berlaku. Maka dari itu
dibuatlah aturan agar pelaku usaha dan konsumen tercipta kesetaraan dan
keharmonisan. Sedangkan menurut Notonegoro “kewajiban adalah beban untuk
memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan oleh pihak tertentu dan
tidak dapat digantikan oleh pihak lain, yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa
oleh yang berkepentingan”.11 Dari pengertian tersebut, kewajiban yaitu sesuatu yang
harus dilakukan dan tidak seharusnya ditinggalkan, jika ditinggalkan akan mendapat
sanksi, ataupun teguran. Sudah selayaknya pelaku usaha dan konsumen mengetahui
aturan serta hak dan kewajiban didalamnya.
11
Artikel Pendidikan, Pengertian Hak dan Kewajiban http://artikelpendidikan.id diakses pada tanggal
25/12/2021.
54
Prestasi atau hak dan kewajiban seharusnya sudah disepakati oleh kedua pihak
dalam suatu klausula perjanjian. Namun terkadang perjanjian baku masih belum
terlalu jelas atau tidak detail terkait perjanjian yang dilakukan pengguna shopee
dengan pihak shopee.
12
Nyoman Samuel Kurniawan, Jurnal Konsep Wanprestasi Dalam Huku Perjanjian Dan Konsep Utang
Dalam Hukum Kepailitan, (Bali: Universitas Udayana, 2013) h. 4.
56
Melakukan atau terpenuhinya prestasi dari suatu perjanjian adalah kewajiban dari
pelaku perjanjian yang telah menyepakati perjanjian tersebut. Pengguna shopee
sepakat adanya klausula dimana kita tidak menemui informasi lebih jelas terkait
masalah yang kita hadapi misal tentang hilangnya uang elektronik, maka kita dapat
menghubungi customer service yang dapat memberikan informasi atas persoalan
tersebut. Jika pihak shopee tidak merespons komplain dengan segera, berarti pihak
shopee telah melakukan wanprestasi kepada pengguna shopee.
Dalam perjanjian seharusnya antara pihak satu dan yang lain itu saling
melaksanakan hak dan kewajiban yang telah diperjanjikan. Apa yang boleh
dilaksanakan dan apa yang tidak boleh dilaksanakan seharusnya dapat dipahami
dengan klausula-klausula yang sudah dibuat dan disetujui para pihak. Seperti
pengguna shopee yang kehilangan uang dan melaporkan ke pihak shopee
seharusnya pihak shopee berinisiatif langsung memberikan jalan keluar atau solusi
atas permasalahan dan mempunyai niatan untuk memberikan ganti rugi. Ganti rugi
tersebut berupa uang yang seharusnya diberikan oleh pengguna shopee yang telah
menjualkan barang di aplikasi shopee, namun dana tidak langsung masuk ke saldo
penjual atau shopeepay dikarenakan masih dalam masa garansi shopee.
13
Nyoman Samuel Kurniawan, Jurnal Konsep Wanprestasi Dalam Hukum Perjanjian Dan Konsep Utang
Dalam Hukum Kepailitan, °°° h. 9.
57
aplikasi shopee bahwasanya jika pembeli sudah menerima barang maka penjual sudah
bisa menarik dana atau uang dari shopee yang selanjutnya masuk ke saldo penjualan
atau shopeepay. Shopee seharusnya memberikan ganti rugi ke penjual shopee. Namun,
pengguna shopee yang berjualan dishopee ini belum menerima uang dari shopee, dan
pembeli pun sudah menerima barang sesuai yang dipesan tetapi, belum
mengkonfirmasi pesanan. Seharusnya, pihak shopee dengan bijak mengembalikan
dana sesegera mungkin ke penjual shopee sebagai ganti rugi dan untuk mengembalikan
uang modal jualan.
Konsep wanprestasi ini diatur demi melindungi para pihak dalam perjanjian,
khususnya pada saat pelaksanaan. Sebagai bagian dalam hukum perjanjian yang
merupakan ranah hukum private, bukan hukum publik, seharusnya hukum yang
ditetapkan dalam hal terjadinya wanprestasi cakupannya mengaturnya keberadaannya
dan kepentingan para pihak pembuat perjanjian saja.
BAB IV
Kasus ini merupakan kisah nyata yang dialami penulis skripsi. Penulis skripsi
menggunakan platform shopee sudah cukup lama, tetapi menggunakan shopee
untuk berjualan online bisa dikatakan masih baru dan masih memahami klausula
serta ketentuan yang ada pada aplikasi shopee. Penulis skripsi berinisial MA ini
berjualan susu pemutih dari salah satu brand. Tepatnya pada tanggal 19 Januari
2022 pukul 13:35 akun shopee yang bernama grosir krudung sidoarjo memesan
susu pemutih di toko MA dengan cara pembayaran ditempat (cash on delivery).
MA berlokasi di Tangerang Selatan dan pemesan dari sidoarjo. Tanpa berpikir
panjang, MA mengirimkan susu pemutih kepada pelanggan sesuai yang dipesan.
Estimasi pengiriman barang terbilang tujuh hari sejak penjual mengirimkan barang
ke pembeli. Namun, pada aplikasi shopee dapat di ketahui barang yang dipesan
oleh pembeli sudah sampai ke pembeli atau sedang dalam perjalanan menuju
alamat pembeli.
58
59
Penjual yang belum menerima uang dari shopee karena masih dalam masa
garansi shopee, penjual segera menghubungi shopee agar uang dapat dicairkan dan
tidak ada perpanjangan masa garansi dari shopee yang dapat menghambat uang
masuk ke saldo penjual atau shopeepay. Pada tanggal 21 Januari penjual berusaha
menghubungi shopee guna menanyakan uang penjualan dapat dicairkan apa tidak,
customer service menyarankan untuk menghubungi pembeli atau menunggu dana
pelepasan otomatis pada tanggal 24-01-2022. Dalam proses pelepasan dana, pihak
shopee meminta nomor pesanan guna dilakukan pengecekan dan penghentian masa
garansi shopee agar dana bisa sesegera mungkin dicairkan ke penjual. Jika penjual
tidak berinisiatif melaporkan di customer service, uang penjual hilang atau tidak
masuk ke saldo penjual atau shopeepay, dan masa garansi otomatis diperpanjang
oleh pihak shopeepay.
Untuk pesanan yang belum dikirim, penjual perlu memastikan bahwa penjual
telah mengirimkan pesanan dalam periode garansi shopee. Jika tidak, pembayaran
akan dikembalikan secara otomatis kepada pembeli saat periode garansi shopee
60
1
https://help.shopee.co.id/portal/article/73236-[Perlindungan-Pesanan]-Apa-itu-Garansi-Shopee%3F
Diakses 8/2/2022 pukul 14:44.
61
Dalam buku pengantar ilmu hukum yang ditulis oleh Prof. Dr. Abdullah Sulaiman
S.H., M.H. yang mengutip pendapat Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H. dalam
fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia hukum mempunyai tujuan.
Hukum mempunyai sasaran yang tidak mampu dicapai. Selanjutnya dikemukakan
bahwa adapun tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang
tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan dengan tercapai ketertiban di dalam
62
membuat masalah itu teratasi. Dan pengguna shopeepay yang kehilangan uang
menghubungi customer service agar mendapat informasi lebih lengkap terkait uang
yang hilang tersebut. Selain itu, pihak shopee seharusnya memberi kompensasi, ganti
rugi atas kerugian yang dialami pengguna shopeepay yang telah menggunakan jasa
shopeepay sebagai alat dan penyimpanan uang elektronik pada aplikasi shopee.
Pihak shopee memberi ganti rugi kepada pengguna shopeepay tidak seketika
namun melalui proses validasi dan konfirmasi data yang tidak bisa dilakukan secara
instan. Selanjutnya pengguna shopee menunggu uang tersebut masuk ke shopeepay
beberapa hari setelah dilakukannya validasi dan konfirmasi data. Pelaku usaha yang
dimaksud disini yakni pihak shopee seharusnya memahami asas dalam perjanjian, asas
ini berlaku saat membuat perjanjian, di sepakatinya perjanjian adan pasca perjanjian.
Asas yang dimaksud ialah Asas itikad baik, dimana antara pihak shopee dan
pengguna shopeepay ini harus tanpa mengganggu pihak lain tidak dengan melihat
kepentingan sendiri saja, dan yang terpenting harus adanya kejujuran dan keadilan.
Dari asas ini dapat dilihat bahwa pihak shopee selayaknya melihat kepentingan
pengguna shopeepay dan memberikan pelayanan yang terbaik terhadap komplain
pengguna secara baik. Karena chat shopee tidak menjawab komplain dengan baik,
melainkan membuat pengguna kebingungan karena seperti menghubungi robot yang
hanya mengerti apa yang tersedia dan sesuai dengan klausula baku. Seharusnya chat
shopee diperuntukkan untuk menampung dan memberi solusi jika pengguna shopeepay
mempunyai keluhan atau masalah pada transaksi di aplikasi shopee. Disini pengguna
shopee merasa dirugikan karena keluhan tidak tertangani dengan cepat dan tepat dan
pihak shopee secara tidak langsung telah melanggar asas itikad baik, walaupun pada
akhirnya uang pengguna shopeepay yang hilang saat transaksi tersebut diberikan
beberapa hari setelah validasi dan konfirmasi data sebagai ketentuan dari pihak shopee.
Jika shopee mengindahkan asas ini sebagai acuan dalam menawarkan klausula yang
tertera di shopee, mungkin sudah banyak kasus serupa dan berulang kali terjadi.
65
2
Luh Suryatni, Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of Moral, Jurnal Ilmiah Hukum
Dirgantara Vol 6 No. 2, (Jakarta: 2016) h. 59.
66
Dalam buku pengantar ilmu hukum yang ditulis Prof. Dr. Abdullah Sulaiman S.H.,
M.H. mengutip pendapat Dr. Soerjono Soekanto, S.H., M.A. keadilan merupakan
bahwa suatu keadaan serasi yang membawa ketentraman di dalam hati orang, apabila
diganggu akan menimbulkan kegoncangan.4 Yang mengalami kegoncangan dalam
kasus tersebut adalah penjual karena belum menerima uang dari hasil jualan, karena
pembeli belum mengkonfirmasi pesanan diterima. Dan garansi pada shopee masih
terus berlanjut jika penjual tidak melaporkan jika dana penjualan belum cair, yang
seharusnya didapatkan penjual ketika menjualkan barang yakni menerima uang dengan
segera untuk mengembalikan modal jualan. Dan pihak shopee sudah seharusnya
menerima komplain dari pengguna shopee (penjual) untuk mengembalikan uang atau
mengganti rugi akibat dana tidak segera dikirim ke penjual.
3
Fokky Fuad, Falsafah Hukum Pancasila Reaktualisasi Staatfundamentalnorm, Lex Jurnalica Volume 13
Nomor 3, (Jakarta: 2016) h. 177.
4
Abdullah Sulaiman, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2019) h. 45.
67
Keadilan dapat tercapai jika terdapat kepastian. Menurut Prof. Dr. Abdullah
Sulaiman S.H., M.H. yang mengutip pendapat dari Dr. E. Utrecht, S.H. tugas hukum
itu menjamin kepastian dalam hubungan hubungan yang kedapatan, dalam pergaulan
masyarakat. Kepastian ini kepastian yang dicapai oleh karena hukum dalam tugas
otomatis tersimpul dua tugas lain, yang kadang-kadang tidak dapat disetarakan, yaitu
hukum yang harus menjamin keadilan maupun hukum harus berguna.5 Kepastian
hukum merupakan cara untuk memperoleh keadilan, dalam kasus tersebut penjual
(pengguna shopee) merundingkan atau mencari solusi dan kepastian dana atau uang
penjualan dapat dicairkan kapan dan bagaimana. Karena dalam klausula shopee tidak
pernah menjelaskan tentang permasalahan atau kasus seperti kasus yang dialami MA.
Jika tidak adanya kepastian dari shopee untuk mencairkan dana penjualan yang
tertahan, maka penjual tidak mendapatkan hak nya dan tidak dapat balik modal untuk
berjualan lagi.
Wanprestasi adalah suatu hak dan kewajiban yang tidak terpenuhi dari yang
diperjanjikan oleh kedua pihak yang saling mengikatkan diri. Wanprestasi terjadi dapat
terjadi bukan hanya atas kelalaian salah satu pihak, namun bisa terjadi karena salah
satu pihak sengaja abai atas klausula perjanjian yang dibuat. Dalam klausula baku yang
tersedia di shopee kurang memuat informasi secara detail. Oleh karena itu, pengguna
shopee hanya dapat menghubungi customer service untuk memperoleh informasi,
seperti halnya terjadinya kehilangan uang pada saat transaksi.
Jika shopee tidak menerima komplain, dan melanggar klausula baku digital
merupakan salah satu perilaku wanprestasi. Karena shopee telah mencederai hak
pengguna shopee yang seharusnya dilindungi. Shopee dalam sengketa tersebut
seharusnya memberikan ganti rugi dan mengkonfirmasi data atau melakukan pelacakan
5
Abdullah Sulaiman, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, 2019) h. 37.
68
pada nomor pesanan. Sehingga jelas masalah apa yang terjadi pada pengguna shopee
dan apa solusi yang diberikan agar tidak mengecewakan pengguna shopee.
Shopee menggunakan klausula baku digital dengan bentuk tulisan yang kecil,
klausulnya singkat, dan tidak memuat banyak informasi secara detail. Adanya sengketa
hilangnya uang di shopeepay, pihak shopee merespon dan memberi solusi tetapi tidak
seketika. Pihak shopee meminta nomor pesanan dan mengecek guna mengetahui
permasalahan dan memberikan solusi. Solusi pada sengketa ini yaitu penghentian masa
garansi shopee agar garansi shopee tidak berlanjut sampai berakhirnya garansi. Karena
akan sangat menghambat dalam proses pencairan dana atau uang dari pihak shopee ke
penjual (pengguna shopee). Setelah garansi diberhentikan, dana tidak langsung bisa
dicairkan namun menunggu tiga hari kerja untuk proses pencairan dana dari shopee ke
saldo penjual (shopeepay).
konsumen menurut Az. Nasution adalah bagian dari hukum konsumen yang memuat
asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan mengandung sifat yang
melindungi kepentingan konsumen, sedangkan hukum konsumen adalah hukum yang
mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan
barang atau jasa konsumen. Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia
memiliki dasar hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Dalam teori tersebut memuat kaidah yang dapat mengatur jika terdapat masalah
antara shopee dengan konsumen. Mengandung sifat yang melindungi kepentingan
konsumen artinya shopee selaku pelaku usaha harus memberikan ganti rugi dan
mengembalikan uang yang hilang. Dasar hukum perlindungan konsumen yaitu
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen.
Dalam buku Hukum Ketenagakerjaan/Perburuhan yang ditulis Prof. Dr. Abdullah
Sulaiman S.H., M.H. mengutip pendapat Prof. Subekti S.H. menyebut sepakat sebagai
perizinan, yaitu kedua subjek hukum yang mengadakan perjanjian itu harus sepakat,
setuju atau seia sekata mengenai hal-hal pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Apa
yang dikehendaki oleh pihak yang satu juga dikehendaki oleh pihak yang lain. Mereka
menghendaki sesuatu yang sama secara timbal balik. Dalam penyelesaian sengketa
shopee dengan konsumen tersebut, bersepakat melakukan penyelesaian secara damai.
Penyelesaian secara damai shopee bertanggung jawab mengganti rugi serta
mengembalikan uang yang menjadi hak konsumen. Hal ini sesuai dengan Pasal 7
Undang-Undang Perlindungan Konsumen tentang kewajiban pelaku usaha yakni
beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya dan memberi kompensasi, ganti
rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau
dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Shopee sudah sesuai dengan peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/2018 Tahun
2018 tentang Uang Elektronik Pasal 2 menyatakan tidak menimbulkan resiko sitemik
sehingga pengguna shopee merasa aman dan datanya terlindungi dengan adanya kode
OTP oleh shopee dan dana tidak hilang, dapat dicairkan melalui shopeepay.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
72
73
Konsumen. Klausula baku yang digunakan pihak shopee untuk mengikatkan diri
dalam perjanjian yakni klausula baku dengan perjanjian baku digital sebagai
sarana perjanjian elektronik.
3. Penyelesaian perjanjian dilakukan sesuai dengan asas itikad baik. Asas ini berlaku
dalam perjanjian. Pihak shopee sudah selayaknya memberikan ganti rugi sebagai
bukti bahwasanya bentuk pertanggungjawaban terhadap penjual yang belum
menerima hasil jualannya, padahal pembeli telah menerima barang sesuai yang
dipesan serta sesuai yang diperjanjian dalam aplikasi shopee.
B. Saran
Dengan penelitian dan data yang telah dipaparkan, peneliti dapat memberikan
beberapa rekomendasi terkait dengan perjanjian antara pihak shopee dengan pengguna
ShopeePay terkait penggunaan uang elektronik.
BUKU :
Apeldoorn, Van I.. J. .1986. Inleiding tot de Studie van bet Nederlandse Recht, atau
Pengantar Ilmu Hukum, ter. Oetarid Sadino. Jakarta: Pradnya Paramita
Abdulhay, Marhainis. 2001. Hukum Perdata Materil. Jakarta: Pradya Paramita
Asyhadie, Zaeni. 2008. Hukum Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo
Barkatullah, Halim Abdul. 2017. Hukum Transaksi Elektronik. Bandung: Nusa Media
Diantha, I Made. 2017. Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Kencana
Griswanti, Lena. 2005. Perlindungan Hukum Terhadap Penerima Lisensi Dalam
Perjanjian. Tesis Universitas Gadjah Mada
Gunawan, Johannes dkk. 2021. Perjanjian Baku Masalah dan Solusi, (Jakarta:
Deutsche Gesselschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH)
Hadjon, M. Philipus. 1987. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. Surabaya:
PT. Bina Ilmu
Handayani. 2020. Penggunaan Klausula Baku Yang Dilarang Menurut Hukum
Perlindungan Konsumen. Uwais Inspirasi Indonesia
Harahap, Yahya M. 1986. Segi-Segi Hukum Perjanjian. Bandung: Alumni
Ibrahim, Johny. 2005. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Surabaya:
Bayumedia Publishing
Kansil CS.T. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka
Kelsen, Hans. 1949. General Theory of State and Law. Cambridge: Harvard University
Press
Mardi Yapiter. 2020. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Atas Keabsahan
Kontrak Elektronik Dalam Transaksi E-commerce, Zona Media Mandiri
Mertokusumo, Sudikno. 1999. Mengenal Hukum: Suatu Pengantar. Yogyakarta:
Penerbit Liberty
Raharjo, Satjipto. 1983. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. Surabaya: Bina
Ilmu
Rivai, Veithal dkk. 2001. Bank and Financial Institution Management. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Rosmawati. 2018. Pokok-Pokok Perlindungan Konsumen. Jakarta: Prenadamedia
Group
75
76
Satrio J. 1995. Hukum Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian Buku I, Cet.I. Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti
Subekti. 1984. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: Intermasa
_____. 1991. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa
_____. 2018. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa
Sudarsono. 2007. Kamus Hukum. Jakarta: Rineka Cipta
Sulaiman, Abdullah. 2019. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
_____. 2019. Hukum Ketenagakerjaan/Perburuhan. Jakarta: Yayasan Pendidikan
Susanto, Happy. 2008. Hak-hak Konsumen Jika Dirugikan. Jakarta: Visimedia
Setiawan R. 1999. Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Cet. VI. Bandung: Putra Bardin
Soekanto, Soerjono. 1984. Pengantar Penelitian Hukum Jakarta: UI Press
Zakiyah. 2015. Hukum Perjanjian Teori dan Perkembangannya. Yogyakarta: Lentera
Kreasindo
JURNAL :
Dalimunthe, Dermina. 2017. Akibat Hukum Wanprestasi Dalam Perspektif Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (BW) Jurnal Al-Maqasid Volume 3 Nomor 1
Edisi Januari-Juni: IAIN Padangsidimpuan
Fokky. 2016. Fuad, Falsafah Hukum Pancasila Reaktualisasi Staatfundamentalnorm,
Lex Jurnalica Volume 13 Nomor 3: Jakarta
Korah, S.M. Revy. 2013. Mediasi Merupakan Salah Satu Alternatif Penyelesaian
Masalh Dalam Sengketa Perdagangan Internasional, Jurnal Vol.XXI/No.3 April-
Juni
Luh, Suryatni. 2016. Filsafat Pancasila Dan Filsafat Hukum Sebagai Dasar Rule Of
Moral, Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara Vol 6 No. 2: Jakarta
Roesli M.,dkk. 1994. Kedudukan Perjanjian Baku Dalam Kaitannya Dengan Asas
Kebebasan Berkontrak, Jurnal IlmuHukum Volume 15 Nomor 29 Februari 2019 –
Juli 2019: Bandung
Putri Suwena Wahyu, dkk. 2018. Keabsahan Kontrak Elektronik Dalam Transaksi E-
commerce Ditinjau Dari Hukum Perikatan, Jurnal Analisis Hukum Volume 1, No.
2 Undiknas: September
Saragi, Manuasa. 2014. Litigasi dan Non Litigasi Untuk Penyelesaian Sengketa Bisnis
Dalam Rangka Pengembangan Investasi Di Indonesia, Vol. 1 No. 2. E-Journal
77
WEBSITE :
Anon, Perlindungan Hukum, http://repository.uin-suska.ac.id Diakses tanggal 18
November 2021
https://kbbi.web.id/konsumen Diakses pada 22/11/2021 pukul 11:18WIB
https://bpptik.kominfo.go.id/2014/12/19/645/e-commerce/ Diakses pada tanggal
27/11/2021 pukul 19:32
https://help.shopee.co.id/s/article/Apa-itu-ShopeePay Diakses pada tanggal
27/11/2021 pukul 19:46
https://www.kompas.com/tren/read/2021/07/30/123300065/ada-ketentuan-baru-
ini-cara-isi-ulang-shopeepay-tanpa-biaya-
admin?page=all&jxconn=1*y8e9u*other_jxampid*REJPbHVETU5FXzF
oX093dDFrT1pBNnNkaGRJWTM2ZUVRQ2F2T3BnYkRkcVg4ME1td3
JiYVZvbHR0SWw3QS1Yaw..#page2 Diakses pada tanggal 19/12/2021
pukul 22:39
https://bpkn.go.id/posts/show/id/1057 Diakses pada 20/12/2021 pukul 13:00
https://kbbi.web.id/hak Diakses pada 24/12/2021 pukul 09:57 WIB
Artikel Pendidikan, Pengertian Hak dan Kewajiban http://artikelpendidikan.id
diakses pada tanggal 25/12/2021
https://help.shopee.co.id/portal/article/73236-[Perlindungan-Pesanan]-Apa-itu-
Garansi-Shopee%3F Diakses 8/2/2022 pukul 14:44
UNDANG-UNDANG :
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
KUH Perdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi
78
Elektronik
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/2018 Tahun 2018 Tentang Uang Elektronik
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Gambar 3.1
Logo Shopee
Gambar 3.2
Logo Shopeepay
79
80
Gambar 3.3
Pesanan dari akun grosir krudung sidoarjo
81
Gambar 3.4
Riwayat Pengiriman
82
Gambar 3.5
Chat dengan customer service shopee mengkonfirmasi dana masuk
83
Gambar 3.6
Pesanan Shopee dari akun Pras.jr77
84
Gambar 3.7
Riwayat Ekspedisi Pesanan
85
Gambar 3.8
Konfirmasi Chat melalui Shopee
86
Gambar 3.9
Konfirmasi Chat melalui Whatsapp