2Suriansyah Murhaini, Singer dalam Pusaran Perubahan Masyarakat Dayak Ngaju, Kalbar:
Lembaga Literasi Dayak (LLD), 2016, h. 112-113
Mengenai pelaksanaan perkawinan adat Dayak Ngajutersebut boleh dilakukan sebelumatau
sesudah akad nikah, siapapun yang akan melaksanakan perkawinan, maka prosesi
perkawinan adat tersebut harus dan wajib dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar salah satu
tujuan perkawinan yang berdasarkan sebuah landasan“keluargasakinah mawaddah
warahmah”, agar kelak menjadi keluarga yang tentram, saling cinta dan mencintai saling
kasih mengasihi tetap terjaga sepanjang masa. Perkawinan adat suku Dayak Ngajumenjadi
ritual wajib bagi masyarakat setempat agar menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan budaya
leluhur. Dalam istilah perkawinan adat Dayak Ngajusudah menjadi singer3atau pedoman
dalam kehidupan mereka. Sebab itu agama apapun pelaksanaan perkawinan adat ini harus
terus dilestarikan dan dibudayakan. Salah satu tata caraperkawinan adat Dayak Ngajuterdapat
perlambangatau surat perjanjian perkawinan yang disepakati oleh pihak mempelai dengan
tujuanuntuk memperkokoh atau untuk melanggengkan perkawinan mereka agar jangan
sampai terjadi perceraian. Sebab perceraian dalam adat suku Dayak Ngajumerupakan
pantangan yang tidak boleh terjadi. Perlambangatau perjanjian perkawinan adat Dayak
Ngajuini biasanya bervariasi namun secara garis besar dalam perjanjian ini membuat 4
komponen perjanjian yang disepakati oleh pihak mempelai yaitu : 1.Perjanjian ikatan
perkawinan kedua mempelai.
a.Pihak yang bersalah atau yang menjadi penyebab perceraian dikenakan sanksi adat dengan
membayar sebesar Rp. 50.000.000 (bervariasi sesuai isi perjanjian yang telah disepakati).
c.Harta benda selama rumah tangga menjadi hak milik anak dan hak miliki yang tidak
bersalah.